Upload
dicky-endrianto-saputro
View
126
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dilakukan di uns :v
Citation preview
Acara 2
Pelilinan Pada Buah
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Potensi pengembangan buah-buahan di Indonesia sangat besar.
Keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk
buah-buahan tropika, menghasilkan berbagai buah-buahan yang sangat
bervariasi dan menarik. Disamping itu dengan areal yang cukup luas
sehingga dapat menghasilkan buah-buahan yang cukup potensial
disamping komoditi lainnya. Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak
ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh
fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang
menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu
timbulnya kerusakan atau kebusukan. Hal ini akan mengakibatkan tidak
dapat dimanfaatkan lagi, sehingga merupakan suatu kehilangan. Salah
satu cara penanganan agar buah tidak mengalami kerusakan atau
kebusukan yaitu dengan cara pelilinan.
Secara alami permukaan kulit dan sayur tertutup oleh lapisan lilin
alami yang jumlah dan jenisnya bervariasi tergantung jenis buah dan
sayurnya. Lapisan alami yang ada pada permukaan kulit buah dan sayur
sebagian akan hilang karena pencucian sehingga diperlukan lapisan lilin
tambahan (sintetis). Pemanfaatan pelilinan pada buah yang baru di panen.
Biasanya dilakukan pada pedagang buah atau untuk buah Ekspor atau
Impor. Khusus Ekspor atau Impor, buah hasil panen terdahulu itu
kemungkinan besar diawetkan terlebih dulu sebelum dikirim ke negara
tujuan. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis lilin ini akan
menghambat penguapan saat proses pembusukan buah. Lapisan lilin
biasanya ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pear, mangga dll.
Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan,
penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Pantastico 2006).
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pelilinan pada buah adalah untuk mengetahui
penanganan pasca panen pada buah dengan cara pelilinan.
B. Tinjauan Pustaka
Roosmani (2005), menyatakan bahwa lilin akan menutupi sebagian
stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran, sehingga dapat
mengurangi kehilangan air, memperlambat proses fisiologis, dan mengurangi
keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses
pematangan.
Kerusakan buah salak ditandai dengan bau busuk dan daging buah salak
menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Untuk menghambat kerusakan
yang tejadi pada buah salak, maka diperlukan penanganan pascapanen yang
meliputi pengumpulan, penyortiran, penggolongan, pengemasan dan
pengangkutan (Tim karya tani mandiri 2010).
Menurut Santoso dan Hulopi, (2011) bahwa Salak (Salacca edulis)
merupakan sumber serat yang baik dan mengandung karbohidrat. Rasa buahnya
manis, dan memiliki bau dan rasa yang unik. Salak mengandung zat bioaktif
antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C, serta senyawa fenolik. Salak
memiliki umur umur simpan kurang dari seminggu karena proses pematangan
buahnya cepat dan mengandung kadar air yang cukup tinggi yakni sekitar 78%.
Menurut Rachmawati, Maulida, (2010) menyatakan bahwa pelapisan
lilin dapat menggunakan lapisan yang harus memenuhi syarat sebagai pelapis
sehingga tidak membahayakan konsumen. Pelapisan lilin selain berfungsi
sebagai penekan laju respirasi buah juga dapat mencegah buah terserang oleh
mikroorganis yang dapat menurunkan kualitas buah. Salah satu pelapis yang
tidak berbahaya adalah penggunaan edible film. Edibble film merupakan
lapisan tipis yang dapat menyatu dengan bahan pangan, layak dimakan dan
dapat diurai oleh mikroorganisme.
Pada penanganan pasca panen dilakukan cara pencucian agar buah
yang diperoleh tidak terkontaminasi oleh mikroba yang ada di lingkungan
buah. Pencucian akan berpengaruh pada hilangnya lapisan lilin pada
permukaan buah sehingga dapat memacu buah untuk melakukan proses
metabolisme didalam buah. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran serta residu pestisida (insektisida atau fungisida).
Namun demikian, pencucian tersebut tidak dilakukan terhadap sayuran yang
teksturnya lunak dan mudah lecet/rusak. Secara tradisional pencucian ini
menggunakan air namun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik disarankan
penambahan klorin ke dalam air pencucian agar mikroba dapat dihilangkan
dengan lebih efektif (Suhaidi 2008).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara II Pelilinan Pada Buah dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 7 Oktober 2013 pukul 15.00 - 16.30 WIB yang bertempat
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Buah Jeruk (Citrus sp), Buah salak (sallaca zallaca)
b. Emulsi lilin
c. Timbangan
d. Kuas
e. Gelas kimia
3. Cara kerja
a. Menyediakan emulsi lilin dan menyediakan buah-buahan
b. Membersihkan buah dengan menggunakan tissue
c. Menimbang dan mencatat berat awal buah yang digunakan
d. Mengoles atau mencelup buahn dengan menggunakan emulsi lilin secara
merata.
e. Menyimpan buah pada suhu kamar sampai buah mengalami kerusakan
50%
f. Menimbang dan mencatat berat akhir buah
4. Pengamatan
a. Tekstur (tingkat kekerasan buah), dengan skoring
1 = sangat lunak
2 = lunak
3 = agak lunak
4 = keras
b. Rasa (dilakukan di awal dan di akhir pengamatan), dengan skoring
1 = asam sekali
2 = asam
3 = agak manis
4 = manis
c. Umur simpan
Umur simpan diamati setiap hari sampai 50% buah mengalami
kerusakan
d. Berat susut
Berat susut diamati dengan menimbang buah di awal sebelum perlakuan
dan sesudah perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Roosmani, A. B, 2005. Percobaan Pendahuluan Terhadap Buah-buahan dan Sayuran Indonesia. Buletin Penelitian Hortikultura LPH Pasar Minggu. Jakarta 3 (2):17-21.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Bandung : CV. Nuansa Aulia,
Pantastico, ER., B, 2006. Fisiologi Pasca Panen; Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Rachmawati, M. 2010. Kajian Sifat Kimia Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw) dengan Pelapisan Khitosan Selama Penyimpanan untuk Memprediksi Masa Simpannya. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol VI (1) : 20-24.
Suhaidi, I. 2008. Pelapisan Lilin Lebah untuk Mempertahankan Mutu Buah Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Rekayasa. Vol I (1) : 47-50.
Santoso dan Hulopi, 2011. Penentuan Masak Fisiologis Dan Pelapisan Lilin Sebagai Upaya Menghambat Kerusakan Buah Salak Kultivar Gading Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang. Jurnal Teknologi Pertanian 12(1): 40-48.