17
ACARA IV STRUKTUR TANAH ABSTRAKSI Praktikum Dasar – dasar Ilmu Tanah acara IV Struktur Tanah dilaksanakan pada hari kamis, 23 April 2015 di Laboratorium Tanah Umum. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan kerapatan bongkah tanah (Berat Volume = BV), menetapkan kerapatan partikel tanah (Berat Jenis = BJ), menetapkan porositas total tanah (n). Kerapatan nongkah tanah (BV) menggunakan metode lilin, bahan yang digunakan contoh tanah bongkah kering udara (Vertisol, Rendzina,Ultisol,Alfisol, dan Entisol), lilin dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan yaitu cawan pemanas lilin, lampu spritus, penumumpu kaki tiga, gelas ukur, pipet ukur 10 mL dan thermometer. Kerapatan partikel tanah (BJ) menggunakan metode piknometri, bahan yang digunakan contoh tana kering udara 2 mm (vertisol,Rendzina,Ultisol<Alfisol, Entisol), awuadest dan tssu. Sedangkan alat yang digunakan yaitu piknometer, kawat pengaduk halus dan thermometer. Hasil perhitungan BV Vertisol 1,514 g/cm 3 , BJ 1,8 g/cm 3 dan porositasnya 17 %. Pada Rendzina BV 1,463 g/cm 3 , BJ 1,813 g/cm 3 dan porositasnya 19.3 %. Pada Ultisol BV 1,439 g/cm 3 , BJ 2,07 g/cm 3 dan porositasnya 31 %. Pada Alfisol BV 1,455 g/cm 3 , BJ 1,935 g/cm 3 dan porositasnya 24.8 %. Pada Entisol BV 1,189 g/cm 3 , BJ 2,59 g/cm 3 dan porositasnya 54 %. Kata Kunci : Struktur Tanah, BV, BJ, Porositas. I. PENGANTAR Tanah merupakan tubuh alam bebas, tanah sering kali menampakan perubahan salah satunya perubahan struktur tanah yang dilihat dari berubahnya susunan kimia tanah akibatnya ada gaya tarik menarik antara partikel tanah dengan zat cair, struktur tanah sendiri merupakan susunan zarah – zarah tanah yang saling berikatan membentuk agregat dengan bantuan sementasi perekat. Tanah juga merupakan komponen lingkungan hidup yang secara mutlak harus dihindarkan dari dampak merugikan (Puturuhu, 2011). Salah satu komponen tanah yang dapat berubah yaitu Struktur Tanah. Menurut Hanafiyah (2005), struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel – partikel sekunder. Partikel – partikel tanah dibedakan dari bentuk ukuran dan orientasi dan dapat diasosiasikan dalam bermacam bentuk geometri

acara 4

Embed Size (px)

Citation preview

ACARA IVSTRUKTUR TANAHABSTRAKSI

Praktikum Dasar dasar Ilmu Tanah acara IV Struktur Tanah dilaksanakan pada hari kamis, 23 April 2015 di Laboratorium Tanah Umum. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan kerapatan bongkah tanah (Berat Volume = BV), menetapkan kerapatan partikel tanah (Berat Jenis = BJ), menetapkan porositas total tanah (n). Kerapatan nongkah tanah (BV) menggunakan metode lilin, bahan yang digunakan contoh tanah bongkah kering udara (Vertisol, Rendzina,Ultisol,Alfisol, dan Entisol), lilin dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan yaitu cawan pemanas lilin, lampu spritus, penumumpu kaki tiga, gelas ukur, pipet ukur 10 mL dan thermometer. Kerapatan partikel tanah (BJ) menggunakan metode piknometri, bahan yang digunakan contoh tana kering udara 2 mm (vertisol,Rendzina,Ultisol Geluh> Debu > Lempung.

Total porositas tanah: Lempung > Debu > Geluh > Pasir.

Porsi pori besar: Pasir > Debu, Geluh > Lempung.

Porsi pori sedang: Geluh, Debu > Lempung > Pasir.

Porsi pori mikro: Lempung > Debu > Geluh > Pasir.

Tanah yang ideal mempunyai porositas total 50 % (padat : pori 1:1).

Penerapan berat volume tanah mempunyai tiga prinsip metode analisis diantaranya metode ring, metode penggalian, metode bongkah (lilin) sedangkan pada penerapan berat jenis tanah memiliki dua prinsip metode analisis diantaranya, metode botol piknometer, metode perendaman ( Kurnia et al., 2006). Pengetahuan tentang porositas, berat volume tanah sangat penting untuk pengelolaan tanah dan memberikan informasi tentang kepada tam tanah dalam perencanaan pertanian modern (Chaudhariet.al., 2013).

II. METODOLOGI

Praktikum acara IV yaitu struktur tanah dilaksanakan pada hari Kamis, 24 April 2015.Bertempat di Laboratorium Tanah Umum. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.Pada acara IV ada dua percobaan yaitu, Kerapatan Bongkah atau Volume Tanah (BV), dan Kerapatan Partikel Tanah (BJ).

Bahan yang digunakan selama percobaan BV adalah contoh tanah bongkah kering udara dari masing masing tanah (Vertisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol, dan Entisol) yang digunakan sebagai objek yang diamati, lilin digunakan untuk melapisi bongkah tanah dan aquadest digunakan untuk menentukan volume bongkah tanah. sedangkan, alat yang digunakan selama percobaan BV adalah cawan pemanas lilin yang digunakan untuk wadah dari cairan lilin yang meleleh Tu dilelehkan, Lampu spritus digunakan untuk memanaskan atau menaikan suhu lilin yang diinginkan juga digunakan untuk melehkan lilin, Penampu kaki tiga digunakan untuk menompang cawan pemanas lilin, gelas ukur digunakan untuk mengukur volume dari tanah bongkah yang telah diclupkan ke dalam lilin cair, pipet ukur 10 mL digunakan untuk mengambil air aquadest dan thermometer digunakan untuk mengukur suhu lilin cair.

Prinsip dari percobaan BV menggunakan metode lilin, adapun cara kerjanya sebagai berikut; mula mula diambil sebongkah contoh tanah dan dibuat membulat sehingga dapat masuk ke dalam gelas ukur dengan longgar. Dibersihkan permukaannya dengan hati hati menggunakan kuas lalu, bongkah tanh diikat dengan benang sehingga dapat digantung , kemudian ditimbang (misalnya a gram).

Setelah melakukan penimbangan kemudian, dicairkan lilin dalam cawan pemanas dan dibiarkan mencair diukur suhunya dengan thermometer, pada saat suhu dari lilin 65 70 oC .maka dicelupkan bongkah tanah yang sebelumnya sudah dibulatkan ditimbang, dicelupkan beberapa detik ( 2 3 detik). Dipastikan lilin harus menutupi selurh permukaan dari permukaan bongkah. Setelah dingin, ditimbang bongkah tanah berlilin (misalnya b gram). Diisi tabung ukur dengan aquadest (missal p mL) dan bongkah dimasukan perlahan lahan dicatat volumenya. Apabila volume air tidak jelas maka aquadest ditambahkan kembali dengan pipet ukur hingga tepat di garis volumenya ( misalnya q mL). Air ditambahkan dicatat (misalnya r mL). Diangkat bongkah tanah lalu, dibersihkan tabung ukur selnjutnya dilakukan perhitungan.

Bahan yang digunakan pada percobaan BJ adalah contoh tanah kering udara dari masing masing tanah (Vertisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol, dan Entisol) 2 mm yang digunakan sebagai objek yang diamati, aquadest digunakan sebagai objek yang diamati serta sebagai pelarut pereaksi tanah dan menentukan nilai BJ2 , tissue digunakan untuk mengeringkan piknometer. Adapun alat yang digunakan selama percobaan BJ ini adalah piknometer yang digunakan sebagai tempat tanah yang diamati serta sebagai analisis metode yang digunakan pada percobaan BJ, timbangan digunakan untuk menimbang berat benda yang diamati, thermometer digunakan untuk mengukur suhu dari objek yang diamati, dan kawat pengaduk digunakan untuk mengaduk tanah dan aquadesr aquadest menjadi homogen ataupun tercampur serta menghilangkan udara yang tersekap pada tanah.

Metode yang digunakan pada percobaan BJ ialah metode piknometri.Adapun prinsip kerjanya sebagai berikut; mula mula dibersihkan dan dikeringkan permukaan dalam dan luar piknometer, lalu ditimbang piknometer kosong bersumbat (misalnya a gram). Kemudian, diisi dengan aquadest sampai penuh dan disumbat. Dikeringkan permukaan luarnya (pikno) dengan tissue lalu, ditimbang pikno berisi air (misalnya d gram). Diukur suhunya (misalnya T2oC) dan dilihat BJ air aquadest (BJ2) pada suhu tersebut di dalam tabel BJ.

Apabila telah dilakukan pengukuran suhu selanjutnya air dibuang kemudian, diisi dengan contoh tanah diameter 2 mm volume disumbat lalu, ditimbang (misalnya b gram). Ditambahkan air aquadest sampai volume diaduk dengan pengaduk kawatuntuk menghilangkan udara yang tersekap kemudian didiamkan selama 1 jam. Diukur suhu suspensi (misalnya T1oC). Dibaca BJ suspensi pada tabel BJ (misalnya BJ1). Kemudian diaduk aduk lagi dicuci kawat pengaduk dengan botol pancar .ditambahkan air secara perlahan lahan sampai leher pikno. Disumbat hingga air aquadest dapat mengisi pipa kapiler sumbat. Dikeringkan permukaan luar pikno dengan tissue dan ditimbang (misalnya c gram) apabila telah selesai dibersihkan dan dikeringkan piknometer.III. HASIL DAN PEMBAHASANDari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.Tabel 4.1 Data hasil pengamatan

NoTanahBV (g/cm3)BJ (g/cm3)n (%)

1.Vertisol1,5141,817

2.Rendzina1,4631,81319,3

3.Ultisol1,4392,0731

4.Alfisol1,4551,93524,8

5.Entisol1,182,5954

Struktur merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel partikel tanah yang bergantung satu dengan yang lain membentuk agregat, struktur tanah merupakan interaksi dari faktorfaktor yang mempengaruhinya struktur sebagai berikut; Bahan induk merupakan berpengaruh terhadap struktur karena adanya variasi penyusun tanah mempengaruhi proses pembentukan tanah atau agregatagregat tanah, menetukan kandungan penyusun mineralnya yang terkandung dalam tanah. selanjutnya adanya pengaruh bahan organik bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami proses pencucian atau pelindian serta memperbaiki agregasi tanah (struktur). Meningkatkan pori tanah, selain itu apabila bahan organik tinggi semakin rendah nilai BJ dan begitupun sebaliknya.Faktor selanjutnya tanaman, tanaman dalam suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang lebih baik, karena akar tanaman dapat menembus tanah membentuk celahcelah. Disamping itu dengan adanya akarmaka, butirbutir tanah melekat dan padat. Celahcelah yang terbentuk pori tanah, pori tanah akan terisi oleh air kemudian diserap oleh tanaman, selanjutnya faktor mempengaruhi struktur adanya organisme tanah yang mampu mempengaruhi struktur tanah karena mampu mempercepat terbentuknya agregat, selain itu juga mampu berperan membuat lubang di tanah atau pori tanah, lalu merombak sisasisa tanaman akan diuraikan menjadi bahan organik ini memberikan pengaruh memperbaiki dari agregat tanah. Faktor selanjutnya waktu, waktu berperan pada struktur tanah karea waktulah yang menentukan semua faktor terbentuk tanah berjalan semakin lama waktu berjalan memungkinkan terjadinya pembentukan agregat tanah yang lebih lanjut lalu, terbentuknya pori tanah. selanjutnya adanya faktor iklim yang memberikan pengaruh terhadap proses pembentukan agregat.

Berdasarkan hasil pengamatan pada struktur tanah, didapatkan bahwa Entisol memiliki nilai BV terkecil yaitu 1,18 g/cm3, hal ini menunjukan bahwa Entisol bertekstur kasar, alasan BV dari Entisol kecil karena kerapatan pada Entisol tidaklah rapat atau mampat karena fraksi penyusun dari Entisol sendiri yaitu sebagian besar berupa pasiran dengan tekstur pasir geluhan. Menurut Arifin (2011) fraksi penyusun tanah lahanpertanian mempunyai kandungan pasir 83,69%,debu 13,12 %, dan lempung 3,20 %. Sedangkan Entisol hutan mempunyai kandungan pasir78,47 %, debu 15,18 % dan lempung 6,35 %. Tekstur tanah hutan lebih berkembang darilahan pertanian, yang salah satu penyebabnya adalah pengaruh bahan organik tanah.

BJ pada Entisol yaitu 2,59 g/cm3, terdapat selisih yang cukup besar antar nilai BV dan BJ pada Entisol. Hal ini, menunjukan bahwa Entisol Bulk density, partikel density dan porositas memiliki hubungan satu sama lain. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai bulk density berbanding lurus dengan partikel density namun berbanding terbalik dengan nilai porositas tanahnya. Secara tidak langsung bulk density tersebut sangat mempengaruhi porositas tanah. Selain itu, partikel density juga sangat mempengaruhi porositas tanah tersebut karena juga dipengaruhi dengan keberadaan mineralnya (Hardjowigeno, 2003).Pengamatan selanjutnya yaitu Alfisol. Alfisol berstekstur halus karena tersusun dari lempung debuan, hasil pengamatan menunjukan Alfisol memiliki BV = 1,455g/cm3, BJ = 1,935 g/cm3 dan memiliki porositas 24,8% berarti menunjukan tanah ini berporositas sedikit, alasan alfisol berporositas kecil karena tekstur dari alfisol merupakan lempung debuan sehingga dapat dipastikan Alfisol memiliki pori tanah yang sedikit, alfisol porositas kecil itu dikarenakan fraksi lempung mempunyai ukuran yang paling kecil di antara fraksi-fraksi tanah lainnya, sehingga akan tersusun lebih rapat dengan membentuk pori pori mikro yang lebih banyak dari pori-pori makro. Selain itu alfisol memiliki kandungan mineral, menurut Hardjowigeno (2003), alfisol banyak mengandung mineralmineral kecil seperti mineral kwarsa, feldspart dan silikat koloida yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. akan tetapi, jika dibandingkan dengan sebuah jurnal, Menurut Sandovat et al. (2011), Alfisol memiliki nilai BV 1,724 g/cm3sedangkan porositasnya 20,33 % disini terjadi perbedaan antara hasil pengamatan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Sandovat et al. hal ini dikarenakan perbedaan pengambilan sampel tanah, karena ini tentu sangat berpengaruh perbedaan kandungan organisme tanah pada tanah yang diamati, ataupun waktunya berbeda dari kemantapan tiap tanah yang diamati pada pengamatan yang dilakukan Sandovat itu tentu ada pengaruh terhadap hasil pengamatan selain itu juga dilihat dari segi umur tanah yang dijadikan sampel tentu memiliki range waktu kematangan yang berbeda. Lalu, selain dari faktor faktor yang mempengaruhi bisa saja adanya kesalahan perhitungan praktikan dalam mengamati struktur tanah yang diamati.

Pengamatan selanjutnya Ultisol, pada Ultisol hasil pengamatan memiliki BV 1,93 g/cm3, porositas tanah 31 % namun nilai BJ 2,07 g/cm3 pada ultisol juga memiliki nilai BV dan BJ yang berbeda hal ini mempengaruhi terhadap porositas juga namun, ketiganya sangat berkaitan, jika dibandingkan dengan pengamatan yang lain menunjukan kandungan mineral dan organik yang tinggi jika dibandingkan dengan sebuah jurnal penelitian pengamatan Ultisol yang dilakukan oleh Hasibuan et al. (2014), ultisol saat dijadikan bahan pemarel memiliki BV 0,87 g/cm3, BJ 2,56 g/cm3dan porositas total 66,02 %, tekstur dari ultisol lempung pasiran. disini terjadi perbedaan antara hasil pengamatan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Hasibuan et al. hal ini dikarenakan perbedaan pengambilan sampel tanah, karena ini tentu sangat berpengaruh , perbedaan kandungan organisme tanah pada tanah yang diamati, organisme tanah tentunya berpengaruh terhadap penambahan bahan organik sehingga bv atau bj bahkan porositas memiliki kandungan yang berbeda selain itu ada peranan waktu yang berbeda dari kemantapan tiap tanah yang diamati pada pengamatan yang dilakukan Hasibuan itu, tentu ada pengaruh terhadap hasil pengamatan selain itu juga dilihat dari segi umur tanah yang dijadikan sampel tentu memiliki range waktu kematangan yang berbeda. Lalu, selain dari faktor faktor yang mempengaruhi bisa saja adanya kesalahan perhitungan praktikan dalam mengamati struktur tanah yang diamati yang mengakibatkan data tidak sesuai dengan pengamatan orang lain.

Selanjutnya pengamatan pada Rendzina memiliki BV = 1,463 g/cm3menandakan bahwa tekstur tanah tersebut halus, sedangkan nilai BJ dari Rendzina sendiri sebesar 1,813 g/cm3yang menandakan rendzina terdapat kandungan bahan organik, sebetulnya rendzina berasal dari bahan induk sedimen marin akan tetapi, terdapat atau terjadinya interaksi secara langsung dengan organisme sehingga rendzina mengalami penambahan kandungan bahan organik tanah yang mengakibatkan warna dari rendzina menjadi hitam dan juga memiliki berat jenis kurang dari < 2,45 g/cm3karena bahan organik mampu memperbaiki agregasi tanah. nilai porositas dari rendzina yaitu 19 % hal ini menunjukan strukturnya mampat dan kandungan bahan organik cukup. Menurut Ghibertoet. al. (2014) soil bulk densitydan particle density mollisol atau rendzina di wilayah Argentina memiliki hasil 1.24 g.cm3 and 2.55 g.cm3sedangkan porositas 51,4 % . terdapat perbedaan antara hasil yang diamati dengan pengamatan orang lain hal ini dikarenakan adanya dari perbedaan pengambilan sampel tanah, mengapa hal ini berpengaruh karena adanya perbedaan kandungan organisme tanah pada tanah yang diamati sebagaimana di utarakan tadi bahwa organisme disisi lain mampu menambah kadar organik pada tanah banyak sedikitnya bahan organik itu tergantung dari banyak sedikitnya aktifitas organisme yang hidup di wilayah tanah tersebut dan mati di wilayah tersebut sehingga terurai, selain dari organisme adanya waktunya berbeda dari kemantapan tiap tanah yang diamati pada pengamatan yang dilakukan Ghiberto itu dilakukan pada ttentu ada pengaruh terhadap hasil pengamatan selain itu, juga dilihat dari segi umur tanah yang dijadikan sampel tentu memiliki range waktu kematangan yang berbeda karena memang semakin waktu berlanjut maka tanah semakin berkembang dan memiliki kemantapan tanah . Lalu, selain dari faktor faktor yang mempengaruhi bisa saja adanya kesalahan perhitungan praktikan dalam mengamati struktur tanah yang diamati sehingga menyebabkan kesalahan perhitungan akhir data .Pengamatan terakhir dilakukan pada Vertisol, hasilnya menunjukan BV sebesar 1,476 g/cm3, BJnya 1,953 g/cm3dan porositas total tanahnya sebesar 17 %. Berdasarkan hasil pengamatan diatas menunjukan bahwa vertisol memiliki tanah dengan tekstur halus karena nilai dari berat volumenya diantara 1,3 1,8 g/cm3, sedangkan BJ menunjukan terdapat kandungan bahan organik pada vertisol karena kandungan berat jenis < 2,45 g/cm3. Pada vertisol mempunyai struktur mampat karena porositasnya rendah. Berdasarkan hasil penelitian dari Wirosoedarmo (2012), pada vertisol didapatkan berat isi atau volumenya 0.95 gram/cm3, dan vertisol 2,17 gram/cm3 dan 56,221 % satuan dalam pengamatannya porositas vertisol 0.605 m3/m. terjadinya perbedaan antara pengamatan orang lain dengan pengamatan sendiri di laboratorium hal ini dikarenakan perbedaan pengambilan sampel tanah, karena ini tentu sangat berpengaruh sekali, perbedaan kandungan organisme tanah pada tanah yang diamati dapat mengakibatkan adanya penambahan bahan organik, ataupun waktunya berbeda dari kemantapan tiap tanah yang diamati pada pengamatan yang dilakukan Wiroesoedemo tentu ada pengaruh terhadap hasil pengamatan selain itu juga dilihat dari segi umur tanah yang dijadikan sampel tentu memiliki range waktu kematangan yang berbeda. Lalu, selain dari faktor faktor yang mempengaruhi bisa saja adanya kesalahan perhitungan selain itu dalam melakukan praktikum adanya kesalahan penambahan takaran dalam pengamatan selain itu kesalahan praktikan dalam mengamati struktur tanah yang diamati.Manfaat mempelajari struktur tanah adalah untuk mengetahui hal yang mempengaruhi beberapa hal penting dalam pengelolaan tanah seperti pergerakan air, ukuran, kemantapan agregat, konsistensi erosi dan porositas, menentukan lahan mana yang baik dipakai untuk lahan pertanian, menentukan jenis tanaman apa saja yang cocok ditanam.

Metode yang digunakan pada praktikum IV ada dua percobaan yaitu, saat penentuan BV dengan metode lilin sedangkan, pada saat penentuan BJ dengan metode piknometri. Metode lilin merupakan metode untuk menentukan dari bongkah tanah yang sebelumnya telah dilapisi lilin , alasan menggunakan metode lilin karena cepat, mudah, , terjangkau tidak memerlukan peralatan khusus lalu, tanah tanah yang diamati bukan tanah yang derajat bongkahnya lemah contohnya gambut sehingga, metode lilin dapat dgunakan selain itu, pada pengukuran BJ penggunaan metode piknometri karena effisien tidak harus menggeluarkan peralatan yang lebih khusus dan mudah untuk dilakukan.

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut; Kerapatan bongkah tanah (Berat Volume = BV) pada tiap masing masing tanah ialah Vertisol 1,514 g/cm3, Rendzina 1,463g/cm3, Ultisol 1,439 g/cm3, Alfisol 1,455 g/cm3, dan Entisol 1,189 g/cm3. Kerapatan partikel (Berat Jenis = BJ) tanah tiap masing masing tanah ialah Vertisol 1,8g/cm3, Rendzina 1,813g/cm3, Ultisol 2,07g/cm3, Alfisol 1,935g/cm3, dan Entisol 2,59g/cm3.

Porositas dari masing masing tanah Vertisol 17%, Rendzina 19,3 %, Ultisol 31%, Alfisol 24,8%, dan Entisol 54%.V. PENGHARGAAN

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaika laporan ini

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang memberikan kekuatan, kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan acara IV.

Para dosen pengampu mata kuliah Dasar dasar Ilmu Tanah

Orangtua yang selalu memberikan dorongan kepada penulis baik materil maupun moril.

Restu Tri Prastyo selaku asisten yang telah membimbing penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Seluruh asisten praktikum Dasar dasar Ilmu Tanah yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu.DAFTAR PUSTAKA

Adeleye, E.O., Ayeni L.S., and Ojeniyi S.O. 2010. Effect of poultry manure on soil physico-chemical properties, leaf nutrient contents and yield of yam ( Dioscorea rotundata) on Alfisol in Southwestern Nigeria. Journal of American Science 6 (10) : 871 878.

Arifin, Z. 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah Entisol pada penggunaan lahan yang berbeda. Jurnal Agroteksos 21 (1) : 47 54.

Chaudhari, P. R., Ahire V., Dodha, Vidya D.A, Manab C., and Saroj M. 2013. Soil bulk density as related to soil texture, organic matter content and avaible total nutrients of coimbatore soil. Journal Of Scientific and Reseach Publications 3 (2) : 2250 3153.

Gilberto, P. J., Silvia I., Paulo L. L., lvaro P. d. S., Cassio A. T., Miguel . P. 2014. Soil physical quality of Mollisols quantified by a global index. J.Sci. Agric. 72 (2) :167-174.

Hanafiyah, K. A. 2005. Dasar dasar Ilmu Tanah . PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. Hasibuan, S., Bambang D.K., Kamiso H. N., dan Eko H. 2014 .Kemelimpahan pakan alami pada tanah dasar kolam Inceptisol yang dimarel dengan Ultisol. Jurnal Dinamika Pertanian 29 (1) : 97 106.

Hillel, D. 1980. Fundamentals of Soils Physics. University of Messachussets Press. Massachussets.

Indranada, H. K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT. Bina Aksari. Jakarta.

Kurnia, U., Fahmuddin A., Abdurachman A., dan Ai D. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta.

Nugroho,Y. 2009. Analisis sifat fisik kimia dan kesuburan tanah pada lokasi rencana hutan tanaman indrustri PT. Prima Multibuana. Jurnal Hutan Tropis Borneo 10 (27) : 222 229.

Puturuhu, F. 2011. The effects micro relief and soil water condition on soil morphology of sagos Land in tawiri village, Sub District of Ambon Bay, Ambon City. Jurnal Budidaya Pertanian 6 (1) : 78 83.

Sandoval, M.A., J.E. Celis, and P. Morales. 2011. Structural remediation of an Alfisol by means of sewage sludge amennments in asociations with Yellow Serradela ( Ornithopus compressus L.). Journal Soil Sci. Plant Nutr 11 (1) : 68 78. Sutanto, R. 2005. Dasar dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan . Kanisius.Yogyakarta.

Wirosoedarmo, R. 2012.Pendekatan teori fractal untuk menentukan kurva retensi air pada Vertisol dan Alfisol hasil Olah Tanah. J.Tek.Pert. 5 (3) :173 178.

Yuwono, T. 2014. Pengantar Ilmu Pertanian. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

LAMPIRAN Perhitungan BV tanah Alfisol

Diketahui:

a1 = 4,59 gb1 = 4,88 gp1 = 20 mLq1 = 23 mLKL= 12,4545

Perhitungan BV tanah Alfisol

Diketahui:

a2 = 5,72 gb2 = 6,02 gp2 = 20 mLq2 = 24 mLKL= 12,4545

Rata Rata Perhitungan BJ Alfisol1. Piknometer Kosong (a)

a. 23,860 gram

b. 18,685 gram

2. Piknometer yang Terisi Tanah (b)

a. 40,530 gram

b. 33,613 gram

3. Diisi air sampai leher pikno (c)a. 58, 439 gram

b. 52, 488 gram

4. Piknometer terisi air penuh

a. 49,335 gram

b. 44,330 gram

Porositas

_1494263113.unknown

_1494263114.unknown