Upload
yoga-budi
View
1.667
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN PUSTAKA
Nama botaninya Sechium edule (jacq) Swartz tergolong dalam keluarga
Cucurbitaceae dan merupakan buah tropika yang berasal dari Timur Tengah
(Desa, 2008). Tanaman labu siam memiliki beberapa nama daerah, berikut
beberapa nama daerah antara lain dari Sumatera dikenal labu siam, di Aceh
dikenal sebagau labu jipang, di Karo dikenal sebagai ropah, di Jawa (Sunda)
dikenal sebagai gambas, waluh siam, di Jawa Tengah :dikenal sebagai waluh
jipang, labu jipang, di Jawa Timur terkenal dengan sebutan Manisah, di Manado
nama lain labu siap adalah ketimun jepang dan di Minangkabau disebut Japan
(Prahasta, 2009). Tumbuhan labu siammerupakan tumbuhan yang hidupnya
merambat ditanah atau agak memanjat, memilikibuah menggantung dari tangkai,
daunnya berbentuk mirip segitiga dan permukaannya berbulu, dapat tumbuh baik
didataran rendah maupun dataran tinggi dan lokasi tumbuh yang ideal yaitu pada
ketinggian 1000-1300 m dpl (diatas permukaan laut) dengan suhu antara 18ºC -
24ºC (Suprapti, 2005). Labu siam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh pada
ketinggian 50 meter sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut dan mudah
ditemukan di daerah hutan jati, hutan campuran, di tepi jalan, sawah dan kebun
(Prahasta, 2009). Klasifikasi dari tumbuhan labu siam antara lain kingdom
(Plantae), divisi (Magnoliophyta), kelas (Magnoliopsida), ordo (Violales), famili
(Cucurbitaceae), genus (Sechium) dan spesies (Sechium edule) (Suprapti, 2005).
Daun labu siam memiliki susunan berpilin dan bagian tepinya memiliki tiga
hingga tujuh sudut atau cuping dan helai daun berbulu (Desa, 2008). Daun labu
siam berlekuk menjari dan dangkal serta berbulu tajam (Supriati, 2008). Struktur
labu siam memiliki bentuk bulat hingga bulat panjang (Suprapti, 2005). Struktur
batang berbuku-buku, tumbuh memanjang, kadang-kadang dapat mencapai 12
meter, banyak mengandung air, berbulu seperti duri-duri kecil agak tajam, setiap
buku tumbuh tangkai daun dan tanaman merambat dengan batang panjang dan
berukuran kecil (Supriati, 2008). Agar tanaman labu tersebut dapat tumbuh
dengan baik dan teratur, biasanya dibuatkan para-para sebagai penopang
batangnya. Batang labu siam berjalur, merebak jauh dan tumbuh memanjang serta
menjalar dan melilit sehingga perlu ditanam berdekatan dengan pohon lain atau
disediakan batang kayu agar batangnya dapat melilit (Desa, 2008). Tanaman labu
siam memiliki sistem perakaran yang menyebar ke segala arah hingga mencapai
radius 30-50 cm dan kedalaman 40 cm (Suprapti, 2005). Akar labu siam dapat
membentuk umbi dibawah permukaan tanah dan berwarna putih kecoklatan,
tunggang, bercabang banyak, berbentuk bulat sampai agak persegi, berbatang
lemah, akar menyebar tetapi dangkal, akar-akar bercabang, rambut-rambut akar
dekat permukaan tanah, perakaran tunggang dengan akar samping yang agak
dalam dan kuat (Supriati, 2008). Tanaman labu memiliki bunga berumah satu atau
monoseious, yaitu memiliki bunga jantan dan betina sekaligus dengan kelopak
bertajuk lima, mahkota beralur, lima benang sari, kepala sari jingga, satu putik
yang berwarna kuning, benang sari dan kepala sari yang berlekatan, serta
memiliki bunga yang terletak pada ketiak daun dan berwarna hijau (Desa, 2008).
Bunga labu siam berbentuk seperti binatang berukuran kecil berwarna kuning
(Supriati, 2008).
BAB IV
TANAMAN SAYUR
Labu Siam (Sechium edule)
4.1. Klasifikasi
Labu siam Labu siam atauSechium edule merupakan tumbuhan suku labu-
labuan (Cucurbitaceae). Hal ini sesuai dengan pendapat Desa (2008) yang
menyatakan bahwa nama botaninya Sechium edule (jacq) Swartz tergolong dalam
keluarga Cucurbitaceae dan merupakan buah tropika yang berasal dari Timur
Tengah (Desa, 2008). Orang Indonesia mengenalnya sebagai labu siam karena
tumbuhan ini didatangkan dari thailan (Siam waktu dulu) oleh orang Belanda,
orang sunda menamakannya Jejet dan orang Jawa mengenalnya sebagai labu
jipang.Hal ini sesuai dengan pendapay Prahasta (2009) yang menyatakan bahwa
tanaman labu siam memiliki beberapa nama daerah, berikut beberapa nama daerah
antara lain dari Sumatera dikenal labu siam, di Aceh dikenal sebagau labu jipang,
di Karo dikenal sebagai ropah, di Jawa (Sunda) dikenal sebagai gambas, waluh
siam, di Jawa Tengah :dikenal sebagai waluh jipang, labu jipang, di Jawa Timur
terkenal dengan sebutan Manisah, di Manado nama lain labu siap adalah ketimun
jepang dan di Minangkabau disebut Japan. Tumbuhan labu siam memiliki organ-
organ yang berbeda dari tanaman lainnya, salah satunya adalah memiliki daun
berbentuk segitiga dan permukaannya berbulu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa tumbuhan labu siammerupakan
tumbuhan yang hidupnya merambat ditanah atau agak memanjat, memilikibuah
menggantung dari tangkai, daunnya berbentuk mirip segitiga dan permukaannya
berbulu, dapat tumbuh baik didataran rendah maupun dataran tinggi dan lokasi
tumbuh yang ideal yaitu pada ketinggian 1000-1300 m dpl (diatas permukaan
laut) dengan suhu antara 18ºC - 24ºC. Prahasta (2009) juga menyatakan bahwa
labu siam merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh pada ketinggian 50 meter
sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut dan mudah ditemukan di daerah
hutan jati, hutan campuran, di tepi jalan, sawah dan kebun. Klasifikasi dari
tumbuhan labu siam antara lain kingdom (Plantae), divisi (Magnoliophyta), kelas
(Magnoliopsida), ordo (Violales), famili (Cucurbitaceae), genus (Sechium) dan
spesies (Sechium edule). Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapti (2005) yang
menyatakan bahwa tumbuhan labu siam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Sechium
Spesies : Sechium edule
4.2. Organ Daun, Batang dan Akar
4.2.1. Organ daun
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa daun dari tanaman
labu siam adalah tipe daun tunggal yang berbentuk jantung bertulang, tepi
bertoreh dengan ujung yang meruncing, permukaan kasar dengan panjang 4-25
cm dan lebar antara 3-20 cm, berwarna hijau dengan tangkai berbentuk bulat,
panjang tangkai daun berkisar antara 5-10 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat
Desa (2008) yang menyatakan bahwa daun labu siam memiliki susunan berpilin
dan bagian tepinya memiliki tiga hingga tujuh sudut atau cuping dan helai daun
berbulu. Pendapat ini diperkuat oleh Supriati (2008) yang menyatakan bahwa
daun labu siam berlekuk menjari dan dangkal serta berbulu tajam.
4.2.2. Organ batang
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman labu siam
memiliki batang yang berbentuk bulat atau persegi, berukuran kecil dan tumbuh
merambat dengan mengandalkan sulur sebagai alat pemegang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa struktur labu siam
memiliki bentuk bulat hingga bulat panjang. Pendapat ini diperkuat oleh Supriati
(2008) yang menyatakan bahwa struktur batang berbuku-buku, tumbuh
memanjang, kadang-kadang dapat mencapai 12 meter, banyak mengandung air,
berbulu seperti duri-duri kecil agak tajam, setiap buku tumbuh tangkai daun dan
tanaman merambat dengan batang panjang dan berukuran kecil. Desa (2008) juga
menyatakan bahwa agar tanaman labu tersebut dapat tumbuh dengan baik dan
teratur, biasanya dibuatkan para-para sebagai penopang batangnya. Batang labu
siam berjalur, merebak jauh dan tumbuh memanjang serta menjalar dan melilit
sehingga perlu ditanam berdekatan dengan pohon lain atau disediakan batang
kayu agar batangnya dapat melilit.
4.2.3. Organ Akar
Berdasarrkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman labu siam
memiliki sistem perakaran yang menyebar ke segala arah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa tanaman labu siam memiliki
sistem perakaran yang menyebar ke segala arah hingga mencapai radius 30-50 cm
dan kedalaman 40 cm. Supriati (2008) juga menyatakan bahwa akar labu siam
dapat membentuk umbi dibawah permukaan tanah dan berwarna putih kecoklatan,
tunggang, bercabang banyak, berbentuk bulat sampai agak persegi, berbatang
lemah, akar menyebar tetapi dangkal, akar-akar bercabang, rambut-rambut akar
dekat permukaan tanah, perakaran tunggang dengan akar samping yang agak
dalam dan kuat.
4.3. Bunga
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa bunga labu siam
memiliki kelopak bertajuk lima, mahkota berwarna putih dan putik berwarna
kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Desa (2008) yang menyatakan bahwa
tanaman labu memiliki bunga berumah satu atau monoseious, yaitu memiliki
bunga jantan dan betina sekaligus dengan kelopak bertajuk lima, mahkota beralur,
lima benang sari, kepala sari jingga, satu putik yang berwarna kuning, benang sari
dan kepala sari yang berlekatan, serta memiliki bunga yang terletak pada ketiak
daun dan berwarna hijau. Supriati (2008) juga menyatakan bahwa bunga labu
siam berbentuk seperti binatang berukuran kecil berwarna kuning.
4.4. Perkecambahan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa pembibitan labu siam
dilakukan melalui biji yang didapat dari buah labu siam yang telah tua.
Selanjutnya biji-biji labu siam disemaikan di tempat yang lembab hingga tumbuh
kecambah atau tunas baru. Apabila tunas telah tumbuh kurang lebih 30 cm, baru
dipindahkan ke lapangan. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman labu siam yaitu
sekitar 1 meter persegi.
4.5. Buah dan Biji
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa buah labu memiliki
bentuk yang bulat hingga bulat panjang. Struktur buah terdiri dari kulit, daging
buah dan biji yang berfungsi sebagai bahan atau materi perbanyakan tanaman.
Buah labu siam menggantung ditangkai, dengan permukaan berlekuk berwarna
hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekunigan, semakin matang warna
bagian luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih, bentuk lonjong,
dengan ukuran ujung berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Desa (2008) yang
menyatakan bahwa buah labu siam memiliki bentuk seperti buah pir tetapi
bervariasi, berjalur dan mempunyai kulit licin atau berduri pendek, berwarna hijau
tua, hijau muda dan hampir putih. Supriati (2008) juga menyatakan bahwa
buahnya berbentuk seperti bola lampu, lunak dan banyak mengandung air. Biji
labu siam memiliki bentuk pipih dan cukup besar. Bijinya berkeping dua dan
berwarna putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapti (2005) menyatakan
bahwa labu siam memiliki satu biji berukuran cukup besar yang dikelilingi oleh
selaput putih.
4.6. Manfaat
Labu siam mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan manusia, salah
satunya adalah manfaat dari kandungan airnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pratiwi (2011) yang menyatakan bahwa kandungan air pada labu siam memiliki
efek diuretik yang baik sehingga melancarkan buang air kecil. Kandungan
alkaloid pada labu siam berfungsi sebagai vasodilator yang dapat menurunkan
tekanan darah. Buah tanaman ini baik untuk menyembuhkan gangguan sariawan,
panas dalam, serta menurunkan demam pada anak-anak karena mengandung
banyak air. Kandungan pati yang tidak berlebihan yang terkandung didalam labu
siam baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes.
BAB V
TANAMAN BUAH
Pepaya (Carica papaya)
5.1. Klasifikasi
Tanaman pepaya sangat mudah ditemukan karena banyak ditanam di daerah
tropis maupun subtropis. Tanaman pepaya di Indonesia dapat tumbuh di dataran
rendah hingga pegunungan yang memiliki ketinggian 1000 m di atas permukaan
laut. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 hingga 10 meter dengan akar yang
kuat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kalie (2008) yang menyatakan bahwa
tanaman pepaya merupakan tanaman herba yang tingginya dapat mencapai 10
meter. Tanaman pepaya banyak dibudidayakan di kebun-kebun yang luas karena
buahnya yang segar dan bergizi. Pepaya memiliki buah yang tergolong populer
dan digemari orang karena selain rasanya yang manis dan menyegarkan, buah
pepaya juga menyehatkan.Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari
bahasa Belanda, papaja. Dalam bahasa Jawa pepaya disebut kates dan dalam
bahasa Sunda pepaya disebut gedang. Tanaman pepaya merupakan jenis tanaman
yang diklasifikasikan ke dalam famili Caricaceae, berupa herba yang berasal dari
Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Meksiko dan Costa
Rica. Suku Caricaceae memiliki empat marga yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta,
dan Culicomorpha (Kalie, 1996). Ketiga marga pertama merupakan tanaman asli
Meksiko bagian selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan sedangkan marga
terakhir merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Marga Carica memiliki 24
jenis, salah satu di antaranya adalah papaya. Klasifikasi dari tanaman pepaya
antara lain kingdom (Plantae), divisi (Magnoliophyta), kelas (Monocotyledonae),
ordo (Caricales), famili (Caricaceae), genus (Carica) dan spesies (Carica
papaya). Hal ini sesuai dengan pendapat Kalie (2008) yang menyatakan bahwa
tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
4.2. Organ Daun, Batang dan Akar
4.2.1. Organ daun
Berdasarkan pengamatan daun pada tanaman pepaya, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi 20. Gambar Organ Daun Tanaman Pepaya
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa daun pepaya
memiliki tulang daun yang menjari. Hal ini sesuai dengan pendapat Kalie (2008)
yang mengatakan bahwa tanaman pepayabertulang daun menjari atau palminervis
dengan tulang-tulang cabang memencar ke beberapa arah dan berpangkal pada
satu titik. Ditambahkan oleh Suprapti (2005) yang mengatakan bahwa permukaan
daun bagian atas berwarna hijau tua sedangkan warna permukaan bagian bawah
hijau muda. Daun pepaya mempunyai bagian-bagian daun yang lengkap berupa
pelepah atau upih daun sebagai pelindung kuncup dan penguat batang, tangkai
daun atau petiolus yang mendukung helai daun pada posisi untuk mendapatkan
cahaya matahari, tulang daun, dan helaian daun atau lamina. Daun pepaya tidak
mengalami modifikasi.
4.2.2. Organ batang
Berdasarkan pengamatan batang pada tanaman pepaya, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi 21. Gambar Organ Batang Tanaman Pepaya
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan pengamatan, batang tanaman pepaya berbentuk bulat lurus, di
bagian tengahnya terdapat rongga, dan tidak berkayu. Batang pepaya berbentuk
panjang bulat seperti silinder dan berwarna kehijauan. Ruas-ruas batang
merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat, dan
berlubang. Ditambahkan oleh Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa pohon
pepaya biasanya tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 10 meter. Batang
pepaya tidak mengalami modifikasi.
4.2.3. Organ akar
Berdasarkan pengamatan akar pada tanaman pepaya, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi 22. Gambar Organ Akar Tanaman Pepaya
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman pepaya
memiliki sistem perakaran serabut dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar
ke semua arah pada kedalaman 1 meter atau lebih. Suprati (2005) menambahkan
bahwa akar-akar cabang pada pepaya menyebar sekitar 60 cm hingga 150 cm atau
lebih dari pusat batang.
4.3. Bunga
Berdasarkan pengamatan daun pada tanaman pepaya, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi . Gambar Bunga Tanaman Pepaya
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkanpengamatan, pada satu tumbuhan pepaya terdapat tiga jenis
bunga yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga sempurna. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa tanaman pepaya
termasuk golongan poligam karena pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan,
bunga betina, dan bunga sempurna atau hermaprodit.
4.4. Perkecambahan
Tanaman pepaya mempunyai tiga bentuk yaitu pohon sempurna, pohon
betina, dan pohon jantan. Pohon jantan mudah dikenal karena memiliki malai
bunga yang bercabang banyak, menggantung dan bunganya lebat.Pohon betina
memiliki malai bunga bertangkai pendek dengan 3 hingga 5 bunga yang
seluruhnya bunga betina. Pohon betina mempunyai bunga agak besar dengan
bakal buah berbentuk bulat dengan 5 putik di ujungnya. Tanpa adanya pohon
jantan atau pohon sempurna, pohon betina tidak dapat menghasilkan buah. Pohon
sempurna mempunyai bunga bertangkai pendek, umumnya mempunyai beberapa
bunga sempurna dan 1 hingga 5 bunga jantan. Bunga sempurna disebut juga
bunga berjenis kelamin dua yaitu bunga yang memiliki putik dengan bakal buah
dan benang sari. Tanaman pepaya umumnya diperbanyak dengan biji karena cara
ini mudah dilakukan dan bibit dapat dihasilkan dalam jumlah banyak. Benih yang
akan disemai hendaknya dipilih dari buah yang yang penampilan serta kualitasnya
bagus. Hartmann, et al., (2001) menyatakan bahwa perkecambahan biji
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis substrat yang digunakan,
lingkungan, oksigen, suhu, air dan cahaya. Langge (1961) juga menyatakan
bahwa perkecambahan biji pepaya sering dilaporkan lambat.
4.5. Buah dan Biji
4.5.1. Buah
Berdasarkan pengamatan buah pada tanaman pepaya, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi 24. Gambar Buah Tanaman Pepaya
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan pengamatan, pepaya termasuk dalam golongan buah sejati
tunggal. Buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang terdiri dari bunga dengan satu
bakal buah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih. Pepaya juga termasuk
buah buni yaitu buah yang dagingnya mempunyai dua lapisan. Lapisan luar yang
tipis menjengat atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan
berair yang seringkali kita makan. Terdapat biji-biji dalam bagian yang lunak
tersebut. Buah pepaya mempunyai bentuk bulat atau lonjong.
4.5.2. Biji
Biji pepaya termasuk putih lembaga dalam yaitu jaringan penimbun
makanan terdiri atas sel-sel yang berasal dari inti kandung lembaga sekunder yang
kemudian setelah dibuahi oleh salah satu inti sperma akan membelah menjadi
jaringan penimbun makanan.
4.6. Manfaat
Selain dapat dikonsumsi, beberapa bagian tanaman pepaya juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Hampir semua bagian dari tanaman pepaya dapat digunakan sebagai obat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Thomas (1989) yang menyatakan bahwa biji pepaya
mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Biji pepaya juga mempunyai
efek antibakteri yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit kronis
seperti ektima.
Benih pepaya juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap Trichomonas
vaginalis. Hal ini sesuai dengan pendapat Warisno (2003) yang menyatakan
bahwa biji pepaya dapat mengobati gangguan urinogenital seperti trikomoniasis
dengan pemakaian yang hati-hati untuk mencegah toksisitas.
Akar tanaman pepaya memiliki khasiat sebagai obat penyakit ginjal, baik
yang sudah terjangkit maupun untuk menghindari penyakit ginjal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Suprapti (2005) yang mengatakan bahwa akar tanaman pepaya
berkhasiat untuk obat cacing, sakit persendian, kandung kemih, dan pegal-pegal.
Daun tanaman pepaya dapat mencegah terjadinya kanker. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa daun tanaman pepaya banyak mengandung getah
putih seperti susu yang berpeluang dikembangkan sebagai anti kanker.
Ditambahkan pula oleh Thomas (1989) bahwa air perasan daun pepaya muda juga
dapat digunakan sebagai obat malaria, menghilangkan jerawat, kejang perut, dan
beri-beri.Air rebusan bunga pepaya jantan berkhasiat untuk meningkatkan nafsu
makan.
BAB VI
TANAMAN HIAS
(Rosa sp.)
6.1. Klasifikasi
Mawar merupakan jenis tanaman hias yang banyak digemari orang.
Mawar terkenal karena keindahan dan aromanya yang khas. Mawar terdiri lebih
dari 100 spesies. Secara umum, mawar dapat dibedakan berdasarkan habitat
tumbuhnya di antaranya yaitu hybrid tea,floribunda, polyantha, grandiflora, dan
climbing rose. Jenis hybrid tea memiliki bunga tunggal, berukuran lebih besar
dibandingkan jenis lain dengan susunan bunga kompak, tangkai bunga panjang,
dan sering digunakan sebagai bunga potong. Mawar floribunda memiliki tangkai
yang agak panjang dan bunganya bersatu dalam suatu rangkaian yang besar.
Mawar polyantha memiliki satu rangkaian bunga berukuran kecil. Mawar
grandiflora merupakan mawar dengan gabungan sifat-sifatantara hybrid tea dan
floribunda sehingga sering digunakan sebagai bunga potong atau tanaman taman.
Climbing rose merupakan mawar rambat dengan beragam bunga tunggal dan
rangkap.
Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi mawar adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
6.2. Organ Daun, Batang dan Akar
6.2.1. Organ daun
Berdasarkan pengamatan daun pada tanaman mawar, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi 25. Gambar Organ Daun Tanaman Mawar
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan pengamatan, mawar mempunyai daun yang panjangnya
antara 5 hingga 15 cm, bertulang daun menyirip, daun majemuk tiap tangkainya
terdiri dari 3 hingga 12 anak daun yang tumbuh dengan arah berlawanan, tepi
daun bergerigi dan meruncing pada ujung daun.
6.2.2. Organ batang
Berdasarkan pengamatan pada batang tanaman mawar, diperoleh data
sebagai berikut :
Ilustrasi 25. Gambar Organ Batang Tanaman Mawar
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan pengamatan, batang mawar berduri dengan permukaan kulit
batang yang licin. Mawar memiliki batang berbentuk bulat. Mawar pada gambar
merupakan jenis mawar yang merambat karena memiliki duri berbentuk seperti
pengait yang berfungsi sebagai pegangan sewaktu memanjat dinding atau tanaman
lain.
6.2.3. Organ akar
Berdasarkan pengamatan akar pada tanaman mawar, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi . Gambar Organ Akar Tanaman Mawar
Sumber : www.Pakuya.com
Berdasarkan pengamatan, akar mawar merupakan akar tunggang
6.3. Bunga
Berdasarkan pengamatan bunga pada tanaman mawar, diperoleh gambar
sebagai berikut :
Ilustrasi . Gambar Bunga Tanaman Mawar
Sumber : Data Primer Praktikum Botani, 2014.
Berdasarkan pengamatan, bunga mawar memiliki mahkota yang tersusun
rapat, teratur, dan saling menumpuk. Bunga mawar muncul di ujung batang. Pada
bunga terdapat organ reproduksi yaitu putik dan benang sari. Bunga mawar
merupakan bunga lengkap karena terdapat alat kelamin dan perhiasan bunga yang
terdiri dari kelopak dan mahkota bunga. Menurut tata letaknya, bunga mawar
tergolong bunga tunggal yang hanya mempunyai satu bunga saja pada satu
tangkai sedangkan menurut tempatnya bunga mawar termasuk flos terminalis
karena bunganya terdapat pada ujung batang.
6.4. Perkecambahan
Reproduksi seksual mawar terjadi melalui biji. Perbanyakan mawar dapat
dilakukan melalui biji, stek, dan cangkok. Perbanyakan dengan biji berjalan
lambat dan sering mengalami kegagalan. Bunga mawar memiliki putik dan
benang sari. Serbuk sari dan kepala sari berada di luar sedangkan ovari tertutupi
oleh kelopak bunga. Penyerbukan terjadi ketika dasar bunga mulai membengkak.
Mawar memerlukan waktu selama kurang lebih 4 bulan untuk dapat membentuk
biji.
6.5. Buah dan Biji
Bunga mawar menghasilkan buah yang disebut rose hips. Spesies dengan
bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan serangga yang membantu
penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil
pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga
menyulitkan penyerbitkan. Dasar bunga mawar apabila sudah matang akan
menjadi buah yang dalamnya berisi biji.
6.6. Manfaat
Mawar terutama bunganya digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari
bunga hias, bunga meja, atau bunga tabur. Dibalik keindahan warnanya ternyata
bunga mawar memiliki manfaat bagi dunia kesehatan dan kecantikan.
Air bunga mawar merupakan bahan pembersih alami yang kaya
antioksidan dan mampu membunuh bakteri penyebab jerawat. Air mawar beik
untuk kesehatan rambut karena mengandung semacam penyejuk alami yang dapat
melembapkan kulit kepala. Selain itu, air mawar juga dapat mengatasi peradangan
di kulit kepala dan menghilangkan ketombe. Mata lelah dan lingkaran gelap di
bawah mata dapat diatasi dengan air mawar. Air mawar juga dapat digunakan
untuk mengatasi mata merah dan meradang. Masyarakat Romawi kuno
memanfaatkan bunga mawar sebagai obat depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Desa, Norsurya. 2008. 1001 Misteri Alam: Menyingkap 1001 Khasiat Misteri Alam. Buku Prima. Malaysia.
Hartmann H.T., Kester D.E., Davies F.T. and Geneve R.L. 2001. Plant propagation; Principles and Practices 7th Edition, Prentice Hall Publishers, New Jersey.
Lange A. H. 1961. Effect of Sarcotesta on the germination of Papaya (C. papaya). Bot. Gazette. 122(4): 305-311.