Upload
hatram
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan pasar yang kurang bersih merupakan salah satu faktor
banyaknya orang yang beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Untuk
mengembalikan citra pasar tradisional maka harus ada kerjasama dari semua
pedagang pasar tersebut, tidak terkecuali pedagang buah-buahan yang
kebanyakan membuang sisa buah yang busuk begitu saja, dan hal tersebut
yang menambah kekumuhan pasar tradisional.
Salah satu cara untuk menggulangi masalah tersebut adalah
memanfaatkan buah-buahan yang sudah busuk tersebut menjadi bahan yang
lebih berguna. Sehingga selain mampu mengurangi kekumuhan yang ada di
pasar tradisional kita juga bisa mengubah barang yang tidak bernilai ekonomis
menjadi barang yang bernilai ekonomis. Untuk mewujudkan itu semua kita
bisa memanfaatkan buah-buahan busuk tersebut untuk menjadi kompos cair
yang bisa digunakan untuk memupuk tamanan.
Kompos cair merupakan alternatif yang bisa diberikan sehingga
masyarakat tidak hanya mengenal dan bergantung pada kompos padat yang
sudah banyak mereka manfaatkan. Pengolahan hasil sampling dari sampah
merupakan hal yang juga perlu dilakukan baik ole pemerintah maupun
masyarakat secara umum sehingga sampah dan hasil samplingnya tidak lagi
menjadi bahan yang mengganggu dan tidak berguna.
1.2 Rumusan Masalah
Semakin banyaknya bahan yang dapat diolah menjadi kompos, mulai dari
bahan organik sampai bahan anorganik. Hal tersebut membuat kelompok kami
ingin berinovasi dengan membuat kompos cair dari bahan buah-buahan yang
sudah busuk dengan membandingkan penggunaan EM4 dan starter tempe.
Dari hal tersebut masalah yang kami angkat adalah bagaimana cara dan proses
pembuatan kompos cair dari buah jeruk dengan membandingkan penggunaan
EM4 dan starter tempe ?
1
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan Umum :
Mempraktikkan pembuatan kompos cair dari buah jeruk dengan
membandingkan penggunaan Em4 dan starter tempe
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi prosedur pembuatan kompos cair
2. Mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
kompos cair
3. Mengkaji seberapa efektif cara pemanfaatan buah-buahan busuk menjadi
kompos cair
4. Mengkaji kualitas kompos antara penggunaan EM4 dan starter tempe
1.4 Manfaat Praktikum
1. Meningkatkan kreatifitas dalam pemanfaatan barang tidak bernilai
ekonomis menjadi barang yang bernilai ekonomis.
2. Mengingkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pemanfaatan buah-
buah-buahan yang sudah busuk menjadi kompos cair.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus
(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
(grey water).
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses
kegiatan manusia (Suharto, 2011 :226).
Adapun karakteristik limbah secara umum menurut Said,2011 adalah
sebagai berikut:
1. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel kecil
yang dapat kita lihat.
2. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya
berdampak pada lingkungan yang terkena limbah saja melainkan
berdampak pada sektor kehidupan lainnya, seperti sektor ekonomi,
sektor kesehatan dll.
3. Berdampak jangka panjang (antargenerasi), maksudnya masalah
limbah tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga
dampaknya akan ada pada generasi yang akan datang.
4. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami
(degradable waste = mudah terurai), yaitu limbah yang dapat
mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun,
sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.
5. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan
secara alami (nondegradable waste = tidak mudah terurai),
misanya plastik, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.
3
2.2 Pengertian Limbah Cair
Limbah cair atau air buangan merupakan sisa air dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumnya mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Karakteristik limbah cair
bervariasi dipengaruhi oleh lokasi, jumlah penduduk, industri, tataguna lahan,
muka air tanah dan tingkat pemisahan antara storm water dan sanitary water.
Limbah cair dibagi kedalam 3 kategori :
1. Domestic wastewater (limbah cair domestik) meliputi: limah cair dari
dapur, kamar mandi, laundry dan sejenisnya.
2. Sanitary wastewater, meliputi: domestic wastewater, komersial, kantor,
dan fasilitas sejenisnya.
3. Industrial wastewater, berasal dari industri (sangat bervariasi sesuai
dengan jenis industrinya). Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi
tergantung dari bahan baku yang di gunakan, pemakaian air dalam proses,
dan bahan aditif yang digunakan selama proses produksi.
Rata-rata volume limbah domestik per kapita adalah 400 L/kapita/hari.
Tidak semua komponen wastewater (limbah cair) adalah polutan (bahan
pencemar), pencemaran terjadi bila bahan terlarut maupun tersuspensi
menyebabkan bahaya bagi manusia dan lingkungan.
2.3 Pengertian Kompos
Kompos merupakan bahan organik (sampah organik) yang telah
mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme
(bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Menurut Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (2003), pengomposan didefinisikan sebagai proses
biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang
merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip humus.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap,
dan aerobik atau anaerobik.
4
Kompos merupakan suatu massa hasil penguraian parsial/ tidak lengkap
dari campuran bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, dan aerobik maupun ana3robik (Hendra, 2010).
Salah satu cairan yang mengandung mikroorganisme untuk membantu
fermentasi sampah-sampah organik dan sisa-sisa makanan yang akan
dijadikan kompos adalah cairan EM (efektif mikroorganisme) (Endah, 2009).
Manfaat kompos adalah sebagai berikut:
1. Sebagai penyubur lahan pertanian
2. Memperbaiki struktur tekstur tanah
3. Memberikan kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman
4. Digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas galian tambang, atau
penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah lahan asam
( Windi, 2011).
Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi (Hendra, 2010).
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat
campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan
aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari
bahan organik, menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos.
Penguraian bahan organik itu (disebut juga dekomposisi) dilakukan oleh
mikro-organisme menghasilkan senyawa yang lebih sederhana. Pada saat
komposting terjadi proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi.
Pengendalian proses penguraian pada saat komposting yang terpenting
mencakup empat hal, yaitu:
1. Udara (oksigen),
2. Air (kelembaban),
3. Bahan organik,
4. Temperatur.
5
Pada dasarnya semua bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya:
limbah organik rumah tangga, sampah organik pasar/kota, kertas,
kotoran/limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah
pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dan lain
sebagainya. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang,
tanduk, dan rambut.
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah
dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada
kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu
tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini
dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
4. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
5. Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan
berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein.
Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C
6
untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu
tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
dekomposisi berjalan lambat.
6. Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang
tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung
kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb).
Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya
menambahkan mikroorganisme selulotik atau dengan menambahkan
kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa
nitrogen.
7. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area
dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak
antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar
bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
8. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang
cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat
terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi
ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan).
Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan
kompos.
9. Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos.
Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan
volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara
akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga
dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu.
7
10. Kelembapan (Moisture content) Kelembapan memegang peranan
yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara
tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme
dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut
larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum
untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah
lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari
60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas
mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
11. Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada
hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi
oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi.
Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.
Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja
yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih
gulma.
12. pH proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH
yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai
7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4.
Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada
bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses
pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari
senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase
awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya
mendekati netral.
8
13. Kandungan hara kandungan P dan K juga penting dalam proses
pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari
peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
14. Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.
Logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan
yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami
imobilisasi selama proses pengomposan.
15. Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang
dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator
pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam
waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar
matang.
16. Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan
(Ryak, 1992)
2.4 Pengertian Kompos Cair
Kompos cair adalah exstrak dari pembusukan sampah organik. Dan
dengan exstrak sampah organik tersebut bisa mengambil seluruh Nutriens
yang terkandung pada sampah organik tersebut. Selain nutriens bisa juga
sekaligus menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa dan
nematodoa.
Kompos cair kaya akan nutriens organik dan anorganik yang dibutuhkan
oleh tanaman. Dan dapat di aplikasikan dengan cara penyemprotan, hingga
juga bisa juga sebagai pengendali hama pada daun.
Pupuk cair limbah organik pada dasarnya limbah dari bahan organik bisa
dimanfaatkan menjadi pupuk, limbah cair banyak mengandung unsur hara
(N.P.K). Penggunaan pupuk cair dapat membantu memperbaiki struktur dan
kualitas tanah. Dalam pertumbuhannya tanaman memerlukan tiga unsur hara
penting, yaitu nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Peranan utama
nitrogen (N) adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara
9
keseluruhan, terutama pada fase vegetatif, khususnya batang, cabang, dan
daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau
daun (klorofil) yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya
ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik
lainnya.
Unsur fosfor (P) bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman,
berguna untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, khususnya
akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor juga berfungsi sebagai bahan
mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi
dan pernapasan, mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta
mempercepat pemasakan biji dan buah.
Sedangkan fungsi utama kalium (K) adalah membantu pembentukan
protein, karbohidrat dan gula. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh
tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Membantu
pengankutan gula dari daun ke buah atau umbi. Yang tidak bisa dilupakan
adalah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
menghadapi kekeringan dan serangan penyakit.
Kompos cair ini bisa dipercepat dengan adanya EM4 ( Effective
Microorganisme ). Em4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan
beraroma manis asam(segar) yang di dalmnya berisi campuran beberapa
mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses
penyerapan/persediaan unsur hra dalam tanah. Mikroorganisme atau kuman
yang berwatak “baik “itu terdiri dari bakteri fotosintetik,bakteri asam
laktat,ragi,aktinomydetes,dan jamur peragian.
Apabila mikroorganisme EM4 berada dalam tanah,maka mikroorganisme
menguntungkan sejenis yang sudah ada di dalam tanah berkembang dengan
baik.sedangkan mikroorganisme yang merugikan yang dapat menimbulkan
penyakit dapat ditekan. EM4 mampu mengolah atau menguraikan bahan-
bahan organik dengan cepat secara fermentasi menjadi kompos sehingga
tidak menimbulkan bau bususk melainkan menimbulkan aroma yang segar.
Selain itu juga bis mempercepat pembuatan kompos, menambah
microorganisme tanah, menambah kesuburan tanah.
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. 2 Toples plastic
2. Selang 2m
3. 4 botol air mineral 650 ml
4. Pisau
5. Baskom atau timba plastik
6. Saringan
7. pH indikator
8. Termometer
3.1.2 Bahan
1. Buah jeruk yang sudah busuk
2. Konsentrat EM4
3. Starter dari tempe
4. Kacang hijau
5. Tanah
III.2 Prosedur Kerja
1. Cari buah jeruk yang telah busuk.
2. Kupas jeruk, potong dengan ukuran lebih kecil.
3. Peraslah buah jeruk tersebut sampai menyisakan airnya saja sebanyak
500 ml
4. Tambahkan konsentrat EM sebanyak 50 ml.
5. Siapkan tong komposter berupa toples plastik.
6. Pindahkan semua air hasil perasan jeruk yang telah dikupas kedalam
toples plastik pertama
7. Ulangilah prosedur 3, kemudian tambahkan starter tempe sebanyak 50
ml.
8. Masukkan adonan ke dua ke dalam toples plastik kedua
11
9. Tutup kedua toples dan fermentasikan dengan cara anaerob, lubangi
toples dan beri selang yang mengalir ke botol untuk mengeluarkan gas
methannya.
10. Fermentasikan selama 2 minggu
11. Ukurlah pH dan suhunya untuk memantau perkembangan kompos
12. Setelah kompos dinyatakan matang, Bandingkan kualitas kompos cair
yang menggunakan konsentrat EM4 dan starter tempe pada tanaman
kacang hijau selama satu minggu.
13. Campurkan kompos dan air dengan perbandingan 1 : 100 untuk
disiramkan ke tanaman.
3.3 Lokasi Praktikum
Gazebo depan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
4.4 Waktu Pelaksanaan
Persiapan : 26 – 27 Maret 2013
Pelaksanaan praktikum : 28 Maret 2013
Fermentasi bahan : 28 Maret – 12 April 2013
Pengamatan pada kacang hijau : 14 April – 20 April 2013
5.5 Rincian Biaya
2 kg buah jeruk busuk : Rp. 10.000,00
Toples plastik ( 2 ) : Rp. 54.000,00
Timba plastik kecil : Rp. 2.500,00
Selang 2m : Rp. 2.000,00
Saringan ( 3 ) : Rp. 7.500,00
pH indicator ( 6 ) : Rp. 5.100,00
Rp. 81.100,00
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Kompos
Lokasi Pembuatan : Gazebo Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga
Tanggal Pembuatan : Kamis, 28 Maret 2013
Waktu Pembuatan : 14.30 WIB
Kompos dibuat menggunakan metode yang sudah dijelaskan pada
bab sebelumnya. Kompos yang telah dibuat ini, diamati setiap 3 hari
sekali. Hal yang diamati dari kompos ini meliputi suhu dan pH sampai
kompos siap digunakan.
Kompos yang telah dibuat matang dan siap digunakan setelah 14
hari kemudian, yaitu sekitar tanggal 12 April 2013.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan suhu dan pH kompos
Hari ke - Perlakuan Kompos
Suhu ( ᵒ C )
pH
1 EM4 26 2Starter tempe 26 2
4 EM4 30 2Starter tempe 31 3
7 EM4 47 3Starter tempe 48 5
10 EM4 30 4Starter tempe 30 6
13 EM4 27 5Starter tempe 27,5 6
16 EM4 26 6Starter tempe 27 7
Analisis
Hasil pengamatan dari proses perkembangan kompos di atas
menunjukkan bahwa kompos sudah matang setelah hari ke-16. Suhu
kompos awal menunjukkan angka 26 ᵒC. Semakin lama suhu kompos
tersebut semakin meningkat hingga hari ke 7. Suhu terrtinggi dari
kompos tersebut berkisar antara 47 – 48 ᵒC. Pada Hari ke-10, suhunya
mulai menurun hinggan hari ke-16 suhu kompos menjadi suhu normal,
yaitu 26-27 ᵒC. Jika dibandingkan, suhu dari kompos yang menggunakan
13
starter tempe lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang
menggunakan EM4. Selain suhu, pH dari kompos ini juga diamati.
Awalnya pH dari kompos menunjukkan angka 2. Hal ini menunjukkan
jika cairan bersifat asam. Hal ini bersifat wajar karena cairan ini berasal
dari perasan air jeruk yang bersifat asam. Semakin lama, pH nya
mengalami peningkatan hingga hari ke-16 yaitu menjadi kisaran 6-7.
Semakin lama sifat kompos ini bersifat netral. Dalam keadaan inilah
kompos bisa dinyatakan matang atau suda siap digunakan.
4.2 Uji Kualitas Kompos
Tanggal penanaman : Minggu, 14 April 2013
Lokasi penanaman : Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Kompos dinyatakan jadi atau matang setelah suhunya mencapai 27 – 28 ᵒC
dan pH mencapai pH netral, yaitu antara 6 – 7. Untuk menguji kualitas dari
kompos cair ini, dilakukan uji pada tanaman kacang hijau. Uji ini dilakukan
untuk menilai kualitas dari kompos yang menggunakan EM4 serta kompos
yang menggunakan starter tempe. Selain itu, penulis juga menggunakan
aquades untuk menyiram tanaman kacang hijau tersebut untuk dibandingkan
dengan kedua kompos yang ada. Pengamatan ini dilakukan selama satu
minggu.
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan pada Tanaman Kacang Hijau
NO Hari ke - Tinggi tanaman ( cm )Aquades Em4 Starter tempe
1 1 0 0 02 2 0.5 1 0.53 3 1.5 3 14 4 6 8.5 1.55 5 9 12.5 36 6 11 16.2 7.57 7 13.5 18.5 8.5
14
Analisis
Hasil pengamatan pada tanaman kacang hijau menunjukkan bahwa
tanaman yang disiram menggunakan larutan kompos dengan EM4
pertambahan tinggi tanamannya lebih cepat sampai hari ke-7 yaitu setinggi
18,5 cm dibandingkan dengan yang lainnya. Pada kompos yang
menggunakan starter tempe, pertumbuhannya sangat lambat sampai hari
ke-7 yaitu setinggi 8,5 cm. Hal ini terjadi kemungkinan karena kadarnya
tidak sesuai sehingga malah menghambat pertumbuhan kacang hijau.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pembuatan kompos cair, dapat
disimpulkan bahwa kompos cair ini dapat dibuat dalam waktu sekitar 16
hari. Kompos cair dapat dikatakan matang jika suhunya berkisar antara 26-
27ᵒC dan pHnya netral, yaitu berkisar antara 6-7. Selain itu, setelah diuji pada
tanaman kacang hijau, kompos yang menggunakan EM4, lebih menunjukkan
peningkatan pertumbuhan yang cepat pada kacang hijau sampai hari ke 7
yaitu setinggi 18,5 cm dibandingkan jika tanaman disiram dengan kompos
yang menggunakan starter tempe setinggi 8,5 cm dan air biasa setinggi 13,5
cm.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Sebaiknya memanfaatkan sampah rumah tangga agar bermanfaat bagi
lingkungan sekitar, salah satunya dengan pembuatan kompos dari
buah-buahan yang telah membusuk.
2. Dalam penggunaan EM4 atau starter pada pembuatan kompos,
sebaiknya diberikan takaran yang sesuai agar nantinya pada saat
dimanfaatkan pada tanaman, tidak menghambat pertumbuhannya.
3. Simpanlah kompos yang telah jadi pada tempat yang tidak terkena
langsung cahaya matahari agar kompos tahan lama.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Kompos Cair.
http://pengolahan-limbah.blogspot.com/2012/04/pengertian-limbah.html . Diakses
pada tanggal 13 Maret 2013
Anonymous. 2012. Pupuk Organik Cair Mengandung N, P dan K.
http://dipertanaknunukan.blogspot.com/2012/05/pupuk-organik-cair-
mengandung-n-p-dan-k.html . Diakses pada tanggal 13 Maret 2013
http://komposkota.org/?page_id=24
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos
http://www.scribd.com/doc/92082712/Pengertian-Limbah-Cair
http://www.gerbangpertanian.com/2011/04/perbedaan-em4-mol-dan-pgpr.html
http://uyatkusnandars.blogspot.com/2013/02/pembuatan-kompos-dengan-
teknologi-em-4.html
17
LAMPIRAN
18
Gambar 2. Buah jeruk busukGambar 1. Alat-alat yang diperlukan
Gambar 3. EM4 Gambar 5. pH indikatorGambar 4. Starter tempe
Gambar 6. Kompos yang sudah diletakkan pada toples plastik
19
Gambar 7