Upload
duonglien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL…AYUNANI S. PUTRI
PROSES PRODUKSI BIOETANOL SKALA LABORATORIUM DARI
MIKROALGA Porphyridium cruentum DI PUSAT PENELITIAN
BIOTEKNOLOGI LIPI, CIBINONG, BOGOR
PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
AYUNANI SULAIMAN PUTRI
SIDOARJO – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL…AYUNANI S. PUTRI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : AYUNANI SULAIMAN PUTRI
NIM : 141311133016
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul:
PROSES PRODUKSI BIOETANOL SKALA LABORATORIUM DARI
MIKROALGA Porphyridium cruentum DI PUSAT PENELITIAN
BIOTEKNOLOGI LIPI, CIBINONG, BOGOR adalah benar hasil karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL…AYUNANI S. PUTRI
PROSES PRODUKSI BIOETANOL SKALA LABORATORIUM DARI
MIKROALGA Porphyridium cruentum DI PUSAT PENELITIAN
BIOTEKNOLOGI LIPI, CIBINONG, BOGOR
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
AYUNANI SULAIMAN PUTRI
NIM. 1411311133016
Mengetahui, Menyetujui
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Dosen Pembimbing,
Universitas Airlangga,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
PROSES PRODUKSI BIOETANOL SKALA LABORATORIUM DARI
MIKROALGA Porphyridium cruentum DI PUSAT PENELITIAN
BIOTEKNOLOGI LIPI, CIBINONG, BOGOR
Oleh :
AYUNANI SULAIMAN PUTRI
NIM. 141311133016
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat
bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya
dapat diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan
Telah diujikan pada
Tanggal : 17 Juni 2016
KOMISI PENGUJI
Ketua : Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.
Anggota : Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.
: M. Ghoyatul Amin, S.TP., MP.,M.Sc
Surabaya, 05 September 2016
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
RINGKASAN
AYUNANI SULAIMAN PUTRI. Proses Produksi Bioetanol Skala
Laboratorium dari Mikroalga Porphyridium cruentum di Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI, Cibinong, Jawa Barat. Dosen Pembimbing Dr. Kismiyati,
Ir., M.Si.
Pemanfaatan mikroalga untuk biofuel saat ini cenderung terfokus pada
produksi biodiesel dari mikroalga, padahal mikroalga juga mampu
menghasilkan biofuel lain seperti bioetanol. Hal ini disebabkan adanya
kandungan karbohidrat pada mikroalga yang dapat dikonversi menjadi
glukosa dan difermentasi menjadi alkohol. Berdasarkan hal tersebut maka
kegiatan Praktek Kerja Lapang mengenai produksi bietanol dari mikroalga di
Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong ini perlu dilakukan. Tujuan pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang adalah untuk mengetahui proses produksi bioetanol skala
laboratorium dari mikroalga Porpyridium cruentum di Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI Cibinong.
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Departemen Bioteknologi,
Komplek CSC-LIPI, Jalan Raya Bogor Km. 46, Cibinong, Jawa Barat. Metode
kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif
dengan pengambilan data meliputi data primer dan sekunder. Pengambilan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan studi pustaka.
Proses produksi Bioetanol dimulai dari Penyediaan biomassa mikroalga
Porpyridium cruentum dengan cara kultivasi mikroalga menggunakan media
Johnson, Pemanenan mikroalga Porpyridium cruentum dengan menggunakan
teknik sentrifugasi. Kemudian dilakukan hidrolisis secara asam dengan
menggunakan katalis HNO3 dan dilanjutkan dengan fermentasi hasil hidrolisis
(hidrolisat) dengan menggunakan starter Saccharomyces cerevisiae. Dengan
dilakukannya Praktek Kerja Lapang ini, diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai produksi bioetanol pada mikroalga serta membandingkan dasar teori
yang telah dipelajari dengan penerapan yang ada di lapangan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
SUMMARY
AYUNANI SULAIMAN PUTRI. Bioethanol Production Process with
Laboratory Scale From Microalgae Porphyridium cruentum at the Research
Center of Biotechnology LIPI, Cibinong, West Java. Advisor Dr. Kismiyati,
Ir., M.Si.
The utilization of mikroalga for biofuel currently tend to focus on the
biodiesel production from mikroalga, whereas mikroalga is also able to produce
biofuel such as bioethanol. This is due to the content of carbohydrates on
mikroalga which can be converted into glucose and fermented to alcohol. Based
on it, practical Field Work about production bietanol from mikroalga in Cibinong
LIPI Biotechnology Research Center is needed to be done. The purpose of the
implementation of the Practical Field Work is to know the process of bioethanol
production from mikroalga Porpyridium cruentum with Laboratory scale in
Cibinong LIPI Biotechnology Research Center.
The practice of field work is carried out at Research Center of
Biotechnology, Complex CSC-LIPI, Roads Bogor Km. 46, Cibinong, West Java.
The working methods that used in practical field work is a descriptive method
with primary and secondary data. Data collected with observation, interview,
active participation and literature review.
The process bioethanol production started from the provision of biomass
mikroalga Porpyridium cruentum with cultivation mikroalga method using media
Johnson, harvesting mikroalga Porpyridium cruentum using technique of
centrifugation. Then, hidrolisis by acid using catalyst HNO3 and continued with
the fermentation result hidrolisis (hidrolisat) using starter Saccharomyces
cerevisiae. By doing of practical field work, it was suggested to add insight about
bioethanol production in microalgae and compare the basic theories that have
been studied with the implementation in the field.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang
tentang Proses Produksi Bioetanol Skala Laboratorium dari Mikroalga
Porphyridium cruentum di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong, Jawa
Barat.
Pada kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada : 1)
Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan Usulan hingga
selesainnya penyusunan Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang ini, 2)
Ibu Dr. Endang
Dewi Masithah, Ir., MP. dan Bapak M.Nur Ghoyatul Amin, S.TP., MP., M.Sc..
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas perbaikan
Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang ini, 3)
Ibu Dra. Ni Wayan Sri Agustini selaku
pembimbing lapangan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar yang telah
memberikan ijin dan bantuan fasilitas selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
serta 4)
semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun
penyelesaian Praktek Kerja Lapang ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang ini masih
belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Penulis berharap
semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna dalam menambah
pengetahuan bagi penulis pada khususnya serta pembaca pada umumnya.
Surabaya, 05 September 2016
Penulis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyadari dalam penyelesaian laporan Praktek Kerja Lapang ini
tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari semua pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar–besarnya
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, serta
kepada :
1. Dr. Mirni Lamid, drh. MP., Selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga.
2. Dr. Kismiyati, Ir., M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan Praktek Kerja Lapang.
3. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Bapak yang telah memberikan
masukan dan saran atas perbaikan Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang.
4. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan
yang telah bersedia menyampaikan ilmunya kepada penulis dan membantu
penulis dalam administrasi demi kelancaran pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang.
5. Prof. Drs. I Nyoman K Kabinawa M.M, Dra. Ni Wayan Sri Agustini, Bu
Dede, dan Mas Didi terima kasih telah memberikan izin dan bimbingan
kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang di Puslit
Bioteknologi, LIPI, Cibinong.
6. Kedua orang tua tercinta, Mama, Bapak, dan Adik terimakasih untuk waktu,
doa dan dukungan yang tak pernah putus diberikan kepada saya dalam
menjalani kehidupan.
7. Rosi, Reni, Mira, dan Mbak Mia, teman seperjuangan selama PKL di Puslit
Bioteknologi, LIPI, Cibinong, Bogor.
8. Diana, Lathifa, Ridha, Mirna, Frida, Sobrina, Arina, Ardhi, dan angkatan
2013 yang senantiasa memberi semangat dan dukungan penulis untuk
menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang ini.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan Praktek Kerja
Lapang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang melimpahkan
berkat-Nya dan membalas segala bantuan serta kebaikan yang telah diberikan
oleh semua pihak kepada penulis.
Surabaya, September 2016
Penulis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................................. v
SUMMARY ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Mikroalga Porphyridium cruentum .................................................... 3
2.2 Bioetanol ............................................................................................. 4
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
2.3 Hidrolisis ............................................................................................ 6
2.4 Fermentasi .......................................................................................... 7
III RENCANA KEGIATAN ........................................................................... 8
3.1 Tempat dan Waktu .............................................................................. 8
3.2 Metode Kerja ...................................................................................... 8
3.3 Metode Pengambilan Data.................................................................. 9
3.3.1 Observasi ..................................................................................... 9
3.3.2 Wawancara .................................................................................. 10
3.3.3 Partisipasi Aktif ........................................................................... 10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 12
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan ........................... 12
4.1.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangan ............................................. 12
4.1.2 Letak Topografi ........................................................................... 13
4.1.3 Visi dan Misi ............................................................................... 13
4.1.4 Struktur Organisasi dan Tata Kerja ............................................. 14
4.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................. 15
4.1.6 Kepegawaian ............................................................................... 15
4.1.7 Sarana dan Prasarana di Pusat Penelitian Bioteknologi .............. 16
4.1.8 Sarana dan Prasarana di Laboratorium Mikroalga Air Tawar .... 17
4.2 Proses Produksi Bioetanol Porphyridium cruentum .......................... 18
4.2.1 Kultivasi Porphyridium cruentum .............................................. 18
4.2.2 Pemeliharaan Kultur Porphyridum cruentum ............................. 20
4.2.3 Indikator Pertumbuhan Porphyridum cruentum ......................... 21
4.2.4 Pemanenan Biomassa Porphyridum cruentum ........................... 24
4.2.5 Hidrolisis Biomassa Porphyridum cruentum .............................. 25
4.2.6 Fermentasi Hasil Hidrolisis ......................................................... 27
V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 33
5.1 Simpulan ............................................................................................. 33
5.2 Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
LAMPIRAN ..................................................................................................... 39
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel Fisik Etanol ........................................................................................ 7
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bentuk sel Porphyridium cruentum ...................................................... 4
2. Kultivasi Mikroalga Porphyridium cruentum ...................................... 18
3. Grafik Pertumbuhan Kultur Porphyridium cruentum .......................... 22
4. Proses Hidrolisis Biomassa .................................................................. 26
5. Hasil Hidrolisat Biomassa .................................................................... 27
6. Proses Fermentasi Hidrolisat ................................................................ 30
7. Kepadatan Sel S.cerevisiae Selama Proses Fermentasi ......................... 30
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi PKL ................................................................................. 39
2. Struktur Organisasi Puslit Bioteknologi LIPI ..................................... 40
3. Daftar Peralatan di Puslit Bioteknologi LIPI ...................................... 41
4. Daftar Gambar Peralatan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI ........ 43
5. Daftar Peralatan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar .................... 44
6. Daftar Gambar Peralatan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar ...... 46
7. Nilai Optical Density Porphyridium cruentum ................................... 48
8. Proses Kultivasi Porphyridium cruentum ........................................... 49
9. Proses Pembuatan Media Agar Miring ............................................... 50
10. Proses Stok Kultur Saccharomyces cerevisiae ................................... 51
11. Diagram Alir Proses Produksi Bioetanol dari Mikroalga Porphyridium
cruentum ............................................................................................. 52
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini kebutuhan energi di dunia cenderung dipenuhi dengan bahan
bakar fosil berupa batubara, minyak bumi, dan gas alam. Menipisnya
ketersediaan bahan bakar fosil yang terjadi telah memberikan dampak yang
sangat luas di berbagai sektor kehidupan, karena bahan bakar tersebut tidak bisa
diperbaharui. Untuk itu diperlukan sumber energi alternatif seperti biofuel.
Biofuel dapat didefinisikan sebagai bahan bakar dalam bentuk gas, padat maupun
cair yang berasal dari biomassa (Patil et al., 2008). Biomassa ini dapat diperoleh
baik dari daratan maupun perairan. Mikroalga merupakan sumberdaya perairan
yang bisa menjadi salah satu sumber bahan baku untuk biofuel.
Pemanfaatan mikroalga untuk biofuel saat ini cenderung terfokus pada
produksi biodiesel dari mikroalga, padahal mikroalga juga mampu
menghasilkan biofuel lain seperti bioetanol. Hal ini disebabkan adanya
kandungan karbohidrat pada mikroalga yang dapat dikonversi menjadi
glukosa dan difermentasi menjadi alkohol. Kandungan karbohidrat pada
mikroalga berkisar antara 5,0–67,9% dan diperkirakan dapat menghasilkan
rendemen bioetanol sekitar 38%. Keanekaragaman mikroalga sangat tinggi,
diperkirakan ada sekitar 200.000–800.000 spesies mikroalga ada di bumi.
Mikroalga yang biasanya digunakan dalam produksi biodesel adalah
mikroalga hijau uniseluler. Mikroalga tipe ini memiliki tingkat pertumbuhan dan
kerapatan populasi yang tinggi. Salah satu jenis mikroalga yang berpotensi
sebagai biomassa penghasil bietanol adalah Porphyridium cruentum.
2
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Porphyridium cruentum mengandung kadar air 1,25-8,83%, kadar abu 16,8-
23,6%, karbohidrat 22,8-39,3%, protein 27,7-40,8%, dan total lemak 5,78-7,55%
(Fuentes et al., 2000). Dalam produksi bioetanol, selulosa akan dihidrolisis
terlebih dahulu menjadi molekul sederhana atau monomer-monomer glukosa.
Selanjutnya glukosa difermentasi menjadi bioetanol. Berdasarkan hal tersebut
maka kegiatan Praktek Kerja Lapang mengenai produksi bietanol dari mikroalga
di Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong ini perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah untuk mengetahui proses
produksi bioetanol skala laboratorium dari mikroalga Porpyridium cruentum di
Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong
1.3 Manfaat
Dengan dilakukannya Praktek Kerja Lapang di LIPI Cibinong, diharapkan
dapat menambah wawasan mengenai produksi bioetanol pada mikroalga serta
membandingkan dasar teori yang telah dipelajari dengan penerapan yang ada di
lapangan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroalga Porphyridium cruentum
Porphyidium cruentum merupakan jenis alga merah uniseluler dengan sel
berbentuk seperti bola memiliki diameter sel antara 4-9 μm. Porphyridium
cruentum dapat hidup di berbagai habitat alam seperti air laut, air tawar, maupun
pada permukaan tanah yang lembab dan membentuk lapisan kemerah-merahan..
Habitat asli dari Porphyridium cruentum diduga berasal dari laut karena dapat
hidup dengan baik pada media cair maupun media padat air laut (Vonshak,
1988). Porphyridium cruentum memiliki dinding sel mengandung kloroplas
tunggal yang dikelilingi oleh lapisan polisakarida sulfat yang mudah larut dalam
air (Arad and Cohen, 1989).
Menurut Singh et al (2005) Porphyridium cruentum mengandung
polisakarida sulfat dan pigmen merah protein yakni phycoerythin. Porphyridium
cruentum dibungkus oleh polisakarida yang merupakan heteropolimer asam yang
dibentuk oleh gula sulfat. Polisakaridanya membentuk jembatan ion melalui dua
ikatan kation dan memiliki bobot molekul yang tinggi. Ketebalan polisakarida
bervariasi tergantung pada fase pertumbuhan dan kondisi pertumbuhan. Sebagian
polisakarida diekskresikan ke dalam medium pertumbuhan, sehingga
viskositasnya semakin tinggi (Arad et al., 1985). Biomasa sel Porphyridium
cruentum mengandung kadar air 1,25-8,83%, kadar abu 16,8-23,6%, karbohidrat
22,8-39,3%, protein 27,7-40,8%, dan total lemak 5,78-7,55% (Fuentes et al.,
2000). Bentuk sel pada Porphyridium cruentum dapat dilihat pada Gambar 1.
4
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Gambar 1. Bentuk sel Porphyridium cruentum
Vonshak (1988)
Sedangkan untuk klasifikasi Porphyridium cruentum menurut Vonshak
(1988) adalah sebagai berikut :
Divisi : Rhodophyta
Sub Kelas : Bangiophycidae
Ordo : Porphyridiales
Famili : Porphyridiaceae
Genus : Porphyridium
Spesies : Porphyridium cruentum
2.2 Bioetanol
Bioetanol adalah etanol atau etil alkohol (C2H5OH),berbentuk cair,
bening tidak berwarna, biodegradable, dan tidak menyebabkan korosi. Bioetanol
pada umumnya diproduksi melalui proses biokimia (fermentasi) dan proses
termokimia (gasifikasi) menggunakan bahan baku hayati (Harun et al., 2010a),
sedangkan etanol dapat dibuat dengan cara sintesis melalui hidrasi katalitik dari
5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
etilen atau bisa juga dengan fermentasi gula menggunakan ragi Saccharomyces
cerevisiae. Beberapa bakteri seperti Zymomonas mobilis juga diketahui memiliki
kemampuan melakukan fermentasi untuk memproduksi etanol.
Semua bahan yang mengandung karbohidrat mempunyai potensi untuk
pembuatan bioetanol. sumber utama untuk pembuatan bioetanol dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan yang mengandung sukrosa (tebu, gula,
bit, sorgum, dan buah), pati (jagung, gandum, padi-padian, kentang, dan ubi kayu)
serta biomassa yang mengandung lignoselulosa (kayu, jerami, dan rerumputan)
(Balat & Balat., 2009). Bahan yang mengandung sukrosa dan pati mempunyai
kandungan karbohidrat yang mudah untuk diproses menjadi bioetanol, sedangkan
biomassa yang mengandung lignoselulosa memerlukan tahapan yang sulit dan
memakan biaya untuk menghilangkan lignin sebelum proses pembuatan bioetanol
(Harun et al., 2010b). Mikroalga tidak mengandung lignin seperti biomassa yang
lain (kayu, jerami, dan rerumputan); sehingga proses penghilangan lignin tidak
diperlukan (Harun et al., 2010b).
Etanol berdasarkan kandungan alkohol dan penggunaannya dikategorikan
sebagai berikut : (1) etanol untuk industri (90–94,9% v/v), (2) rectified ethanol
(95–96,5% v/v), (3) jenis etanol yang netral, aman untuk bahan minuman dan
farmasi (96–99,5% v/v), serta (3) etanol untuk bahan bakar (99,5–100% v/v)
(Broto & Richana, 2007). Berikut ini merupakan tabel sifat fisik dari etanol
berdasarkan SNI 06-3565-1994:
6
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Tabel 1. Sifat Fisik Etanol
Parameter Etanol
Rumus Kimia C2H5OH
Berat Molekul 46
Densitas (gr/mL) 0,7851
Titik Didih (ºC) 78,4
Titik Nyala (ºC) 13
Titik Beku (ºC) -112,24
Indeks Bias 1,3633
Panas Evaporasi 204
Viskositas pada 20º (Poise) 0,0122
Sumber : Badan Standarisasi Nasional
2.3 Hidrolisis
Hidrolisis bertujuan untuk mengkonversi polisakarida menjadi komponen
yang lebih sederhana. Hidrolisis memecah molekul polisakarida secara acak dan
gula yang dihasilkan sebagian besar adalah gula pereduksi (Judoamidjojo et al.,
1989). Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa
lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula
penyusunnya. Pada hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan glukosa,
sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan
heksosa (C6).
7
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik.
Polisakarida yang telah mengalami perlakukan hidrolisis asam akan lebih mudah
difermentasi menjadi etanol. Semakin besar hasil hidrolisis pati menjadi glukosa
diharapkan semakin besar pula etanol yang dihasilkan melalui proses fermentasi.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis katalis asam
yang optimum dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa
2.4 Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada substrat
organik, baik karbohidrat, protein, lemak, dan lainnya melalui katalis biokimia,
yang dikenal sebagai enzim yang dihasilkan oleh mikroba spesifik (Prescott and
Dunn., 1959). Sedangkan menurut Fardiaz (1989) Fermentasi adalah proses
pemecahan karbohirat dalam keadaan anaerob. Dimana pada proses fermentasi
polisakarida akan dipecah menjadi unit unit gula sederhana, kemudian glukosa
dipecah menjadi unit unit gula sederhana tergantung dari jenis fermentasi.
Proses fermentasi terdiri dari dua tahap yakni pemecahan rantai karbon
dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen menghasilkan
senyawa karbon lainnya yang lebih mudah teroksidasi dibandingkan glukosa.
Senyawa yang teroksidasi akan direduksi oleh hidrogen yang terlepas pada tahap
pertama dengan membentuk senyawa yang merupakan hasil fermentasi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Departemen Bioteknologi
LIPI Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Januari
2016 sampai 22 Februari 2016.
3.2 Metode Kerja
Metode yang akan digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah
metode kerja secara langsung, yaitu mengikuti seluruh kegiatan yang
dilaksanakan dalam proses produksi bioetanol dari mikroalga Porphyridum
cruentum di laboratorium Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong. Sedangkan
untuk laporan hasil Praktek Kerja Lapang menggunakan metode deskriptif.
Menurut Nazir (2011) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penerapan metode ini dalam
kegiatan Praktek Kerja Lapang yang akan dilaksanakan di Departemen
Bioteknologi LIPI Cibinong, antara lain: mengamati metode kultur mikroalga
pada skala laboratorium, mengamati metode produksi bioetanol dari
Porphyridium cruentum yang diaplikasikan, kemudian mencatat data-data tersebut
sebagai data untuk penyusunan laporan Praktik Kerja Lapang. Tujuan dari
penulisan laporan Praktek Kerja Lapang dengan menggunakan metode deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
9
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat sifat serta hubungan antarfenomena yang
diamati.
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang akan dilakukan dalam pelaksanaan Praktek
Kerja Lapang (PKL) adalah metode observasi, wawancara, partisipasi aktif untuk
metode pengambilan data primer dan metode studi kepustakaan untuk
pengambilan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer
dapat berupa opini subyek (orang) secara individu atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengamatan (Nazir,
2011). Data primer yang diambil selama Praktek Kerja Lapang di Laboratorium
Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong adalah : jenis media yang digunakan
pada kultur mikroalga Porphyridium cruentum, data kepadatan sel mikroalga
Porphyridium cruentum, proses hidrolisis dan fermentasi biomassa, rendemen
bioetanol yang dihasilkan dari mikroalga Porphyridium cruentum, dan data
tentang sarana prasarana. Data primer tersebut diperoleh dari observasi,
wawancara, dan parstisipasi aktif.
3.3.1 Observasi
Menurut Arifin (2011), Observasi adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lapangan untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi atau
pengamatan langsung mengenai proses produksi bioetanol dari mikroalga
10
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Prophyridium cruentum di LIPI Cibinong yang berkaitan dengan tujuan Praktek
Kerja Lapang (PKL) ini. Nazir (2011) menyatakan bahwa cara pengumpulan data
secara observasi atau pengamatan langsung yaitu menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar. Kemudian hasil pengamatan tersebut dicatat secara
sistematis.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara
dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 2011). Pada PKL ini wawancara
dilakukan dengan cara tanya jawab langsung kepada pegawai atau teknisi di
Laboratorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Departemen
Bioteknologi, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
3.3.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti kegiatan secara langsung
pada beberapa kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi bioetanol pada
mikroalga di LIPI Cibinong. Kegiatan partisipasi aktif yang akan dilakukan antara
lain: proses produksi bioetanol dari mikroalga Prophyridium cruentum. Kegiatan
tersebut diikuti secara langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan
Praktek Kerja Lapang yang dilakukan di Laboratorium Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Departemen Bioteknologi, Cibinong, Bogor, Jawa
Barat.
11
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan (Nazir,
2011). Data ini dapat diperoleh dari data dokumentasi, lembaga penelitian, dinas
perikanan, pustaka-pustaka, laporan-laporan pihak swasta, masyarakat, dan pihak
lain yang berhubungan dengan proses produksi bietanol pada mikroalga
Porphyridium cruentum.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang
4.1.1 Sejarah berdirinya dan perkembangan
Pada awalnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bernama
Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) yang berdiri berdasarkan UU no.6
tahun 1956 dan berganti nama sesuai Keppres No. 128 tahun 1967 pada tanggal
23 Agustus 1967. Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) yang berdiri pada
tahun 1962. Majelis ini dibentuk pada era Presiden Soekarno berdasarkan UU
No. 6 Tahun 1956. Pusat Penelitan Bioteknologi LIPI pada awalnya bergabung
dalam Lembaga Biologi Nasional (LBN) bersama dengan Puslit Biologi LIPI dan
Puslit Limnologi LIPI. Lembaga Biologi Nasional merupakan bagian dari
Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) dibawah Departemen Bioteknologi
LIPI Cibinong atau Pusat Penelitian Bioteknologi (Puslit Bioteknologi-LIPI)
adalah pusat penelitian yang bertanggungjawab kepada
Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (Kedeputian IPH-LIPI). Puslit Bioteknologi-LIPI berdiri pada tanggal
13 Januari 1986 yang dibentuk dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan
Bioteknologi di Indonesia. Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 1 Tahun 1986.
Puslit Bioteknologi-LIPI pada mulanya bernama Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi (Puslitbang Bioteknologi-LIPI). Pada April 1993
Puslitbang Bioteknologi-LIPI dan Puslitbang Biologi-LIPI menempati gedung
Kusnoto yang berlokasi di Jalan Ir. H. Djuanda No. 18 Bogor, kemudian pada 1
13
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Oktober 1993 dipindahkan ke Cibinong Science Centre (CSC-LIPI) yang
berlokasi di Jalan Raya Bogor Km-46 Cibinong, Kabupaten Bogor-Jawa Barat
sesuai SK Kepala LIPI No. 1151/kep/2001 Puslitbang Bioteknologi-LIPI berubah
nama menjadi Puslit Bioteknologi-LIPI. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
merupakan Lembaga Penelitian Non Kementrian (LPNK) dan dipimpin oleh
Kepala Pusat Penelitian (Kapuslit) yang merupakan jabatan setingkat eselon II.
Kapuslit ini bertanggung jawab langsung kepada Kepala LIPI.
4.1.2 Letak topografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong terletak di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten terletak
diantara 6°18”0” – 6°47”10” Lintang Selatan dan 106°23”45” – 107°13”30”
Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibukota Negara sebagai pusat
pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup
tinggi dan merupakan daerah perlintasan antara Ibukota Negara dan Ibukota
Provinsi Jawa Barat. Topografi wilayah ini bergelombang rendah, dengan
ketinggian 60–100 m dpl. Wilayah ini berdasarkan BAPPEDA Kabupaten Bogor
(2013) memiliki material pembentuk utama terdiri dari endapan batuan rombakan
vulkanik, terdiri dari fragmen-fragmen batuan litik, kerikil, pasir dan material
halus lainnya dari rombakan lahar tua endapan gunung api. Peta lokasi Praktek
Kerja Lapang dapat dilihat di Lampiran 1.
14
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
4.1.3 Visi dan misi Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong
Visi Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong adalah menjadi lembaga penelitian
bioteknologi terdepan yang didukung oleh sumberdaya profesional. Misi
Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong yaitu: : (1) Menguasai iptek di bidang
bioteknologi agar menjadi penggerak utama dan acuan dalam meningkatkan
kemajuan bangsa dan pembangunan berkelanjutan; (2) Mengungkapkan,
meningkatkan nilai tambah dan menyelamatkan sumber daya alam hayati melalui
penguasaan biologi molekuler, sel dan jaringan serta bioproses; (3) Memberikan
masukan kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan di bidang bioteknologi;
(4) Ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pemasyarakatan IPTEK bidang bioteknologi; (5) Meningkatkan kinerja dan tata
kelola lembaga riset yang baik (good corporate governance), serta (6)
Meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan bagi pegawai dan karyawan.
4.1.4 Struktur organisasi dan tata kerja
Struktur organisasi Puslit Bioteknologi LIPI terdiri dari Kepala Pusat
Penelitian, Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian, Bidang Sarana
Penelitian, serta Kelompok Jabatan Fungsional. Kepala Pusat Penelitian terdiri
dari Bagian Tata Usaha. Bagian Tata Usaha ini terbagi menjadi Subbagian
Keuangan, Subbagian Kepegawaian, dan Subbagian Umum. Bidang Pengelolaan
dan Diseminasi Hasil Penelitian terdiri dari Subbidang Pengelolaan Hasil
Penelitian dan Subbidang Diseminasi Dan Kerja Sama. Bidang Sarana Penelitian
terdiri dari Subbidang Peralatan Penelitian dan Subbidang Plasma Nutfah.
Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
15
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
4.1.5 Tugas pokok dan fungsi Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong
Berdasarkan Peraturan Kepala LIPI No. 1 Tahun 2014 pasal 143, Puslit
Bioteknologi-LIPI mempunyai tugas melaksanakan penelitian di bidang
bioteknologi. Dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan pasal 143, Puslit
Bioteknologi-LIPI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: (1) Penyiapan bahan
perumusan kebijakan penelitian bidang kajian; (2) Penyusunan pedoman,
pembinaan, dan pemberian bimbingan teknis dalam bidang bioteknologi; (3)
Penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan penelitian bidang bioteknologi;
(4) Pemantauan pemanfaatan hasil penelitian bidang bioteknologi; (5) Pelayanan
jasa ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang bioteknologi; (6) Melakukan
evaluasi dan penyusunan laporan penelitiann bioteknologi; dan (7) Pelaksanaan
urusan tata usaha.
4.1.6 Kepegawaian
Jumlah pegawai Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong, Bogor sebanyak 295
orang yang terdiri dari 276 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan 19 orang
Tenaga Honorer. Jumlah Pegawai Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong, Bogor
menurut tingkat golongan tahun 2015 adalah sebagai berikut: Golongan I terdiri
dari sebelas orang, dengan satu orang golongan IA, tujuh orang golongan IB, dan
tiga orang golongan ID. Golongan II terdiri dari 46 orang, empat orang golongan
IIA, 25 orang golongan IIB, sembilan orang golongan IIC, dan delapan orang
golongan IID. Golongan III sebanyak 182 orang, terdiri dari 35 orang golongan
IIIA, 89 orang golongan IIIB, 37 orang golongan IIIC, dan 21 orang golongan
IIID. Golongan IV sebanyak 34 orang, terdiri dari sepuluh orang golongan IVA,
16
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
enam orang golongan IVB, tujuh orang golongan IVC, lima orang golongan IVD,
dan enam orang golongan IVE.
4.1.7 Sarana dan prasarana di Puslit Bioteknologi LIPI
A. Sarana di Puslit Bioteknologi LIPI
Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan
juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi
kerja (Moenir, 1992). Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memiliki sarana yang
mampu menunjang pelaksanaan kegiatan antara lain Spektrofotometer UV-VIS,
Alat Sentrifugasi, Autoclave, Inkubator, dan Shaker. Untuk keterangan dan
gambaran dapat dilihat di Lampiran 3 dan Lampiran 4.
B. Prasarana di Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong
Prasarana yang terdapat di Departemen Bioteknologi LIPI Cibinong
adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memiliki 17 laboratorium, yaitu: (1)
Genomik dan Perbaikan Mutu Tanaman; (2) Genetika Molekul dan Modifikasi
Jalur Biosintesis Tanaman; (3) Agronomi untuk Evaluasi Bioteknologi; (4)
Terapeutik Protein dan Vaksin; (5) Biologi Molekuler Kesehatan dan
Diagnostik; (6) Biak Sel dan Jaringan Tanaman; (7) Reproduksi, Pemulihan
dan Kultur Sel Hewan; (8) Genetika Molekuler Hewan; (9) Mikrobiologi
Terapan; (10) Rekayasa Genetika Terapan dan Desain Protein; (11) Kimia
Bahan Alam; (12) Rekayasa Protein dan Pengembangan Sistem Penyampaian
17
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Obat; (13) Biofarmasetika; (14) Mikroba Simbiotik Tanaman; (15) Mikroalga
Air Tawar; (16) Bioenergi dan Bioproses; serta (17) Biokatalis dan
Fermentasi.
2. Musholla
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memiliki satu bangunan musholla
berukuran 7 x 10 m2, yang terletak berhadapan dengan kantin. Musholla ini
dalam keadaan baik dan terawat.
3. Transportasi
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI mempermudah pegawai dengan
memberikan akses transportasi berupa dua buah bus. Bus ini diparkir di
tempat parkir yang disediakan didekat akses masuk.
4. Perpustakaan
Perpustakaan terletak di dalam Gedung Kerjasama lantai satu.
Perpustakaan ini menyimpan arsip mengenai bioteknologi dan
perkembangannya, baik dari hasil penelitian di LIPI sendiri, atau penelitian
dari luar.
4.1.8 Sarana dan Prasarana di Laboratorium Mikroalga Air Tawar Puslit
Bioteknologi, LIPI
Sarana dan prasarana yang terdapat di Laboratorium Mikroalga Air Tawar
Puslit Bioteknologi LIPI adalah Botol Kultur, Aerator, Laminar Air Flow (LAF),
Vortex, Timbangan Analitik, Oven, Rak Kultur, Tabung Reaksi, Tabung
Sentrifugasi, Mikroskop Cahaya, Tabung Erlenmeyer, dan Magnetic Stirrer.
Untuk keterangan dan gambar dapat dilihat di Lampiran 5 dan Lampiran 6.
18
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
4.2 Proses Produksi Bioetanol dari Porphyridum cruentum
Proses produksi Bioetanol dimulai dari kultivasi mikroalga, pemeliharaan
mikroalga, pemanenan, preparasi biomassa, hidrolisis, dan fermentasi etanol.
4.2.1 Kultivasi Porphyridium cruentum
Kultivasi Porphyridium cruentum yang diterapkan di Laboratorium
Mikroalga Air Tawar Puslit Bioteknologi LIPI dilakukan dengan menumbuhkan
200 ml stok Porphyridium cruentum dalam 800 ml media (Lampiran 8). Media
yang digunakan untuk kultivasi Porphyridium cruentum yaitu media Johnson.
Media Johnson mengandung magnesium sulfat (MgSO4), magnesium klorida
(MgCl2), kalsium klorida (CaCl2), kalium nitrat (KNO3) (PA), kalium dihiidrogen
fosfat (KH2PO4) (PA), soda kue, mikronutrien, Fe-EDTA, dan natrium klorida
(NaCl). Berdasarkan Becker (1994) Mikroalga Porphyridium cruentum umumnya
ditumbuhkan dalam media Becker. Dikarenakan harga media Becker yang relatif
mahal sehingga digunakan media johnson sebagai media pengganti dalam
menumbuhkan Porphyridium cruentum. Kultivasi mikroalga Porphyridium
cruentum skala laboratorium dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kultivasi Mikroalga Porphyridium cruentum
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
19
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
1. Pembuatan Media Johnson
Media johnson dibuat dengan melarutkan magnesium sulfat (MgSO4)
sebanyak 0,5 g, magnesium klorida (MgCl2) 1,5 g, kalium nitrat (KNO3)(PA)
0,5 g, kalsium klorida (CaCl2) 0,2 g, kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) (PA)
0,035 g, soda kue (NaHCO3) 0,045 g, mikronutrien 1 ml, Fe-EDTA 1 ml, dan
natrium klorida (NaCl) 27 g. Komposisi media Johnson yang diterapkan di
Laboratorium Mikroalga Air Tawar Puslit Bioteknologi-LIPI berbeda dengan
yang dinyatakan oleh Max et al., (1984) dalam Manfaati (2011) media
Johnson terdiri dari Glukosa 104 gram, Urea 2,25 gram, KH2PO4 2,5 gram,
MgSO4.7H2O 0,5 gram, FeCl3 0,01 gram, ZnSO4 0,0025 gram, HCl pH 3,8
dan Aquadest 1 liter. Media Johnson yang diterapkan pada Laboratorium
Mikroalga Air Tawar tidak mengandung komponen seperti Glukosa, Urea,
FeCl3, ZnSO4 dan HCl, akan tetapi semua komponen tersebut terdapat dalam
mikronutrien yang digunakan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar.
Komposisi mikronutrien adalah sebagai berikut H3BO3,MnCl2, ZnSO4,
CuSO4, Ammonium heptamolibdat . Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dkk.,
(2012), komposisi mikronutrien terdiri dari Fe, Mn, Cu, Zn, B.
Perbedaan komposisi ini merupakan hasil modifikasi dari peneliti yang
ada di Laboratorium Mikroalga Air Tawar Puslit Bioteknologi-LIPI. Akan
tetapi media yang telah dimodifikasi tersebut tetap mengandung komposisi
penting yang dibutuhkan oleh mikroalga untuk berfotosintesis secara umum,
yaitu karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, phosphor, dan kalium (Sari dkk.,
20
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
2012). Modifikasi jenis media tersebut bertujuan untuk menghemat
pengeluaran dan tujuan komersil.
4.2.2 Pemeliharaan Kultur Porphyridium cruentum
Pada saat proses kultivasi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Porphyridium cruentum, antara lain suhu, pH, cahaya, dan salinitas (Kosasih,
2011), dan beberapa faktor pendukung lainnya.
1. Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan Porphyridium
cruentum, terutama dalam proses metabolisme mikroalga. Suhu yang
digunakan untuk pertumbuhan Porphyridium cruentum di Laboratorium
Mikroalga Air Tawar Puslit Bioteknologi-LIPI ini berkisar antara 35-
37⁰C. Hal ini sesuai dengan pendapat Vonshak (1988) yang menyatakan
bahwa sel Porphyridium cruentum dapat tumbuh pada kisaran suhu10-35⁰
C.
2. Derajat keasaman (pH)
Faktor penting lain yang mempengaruhi pertumbuhan
Porphyridium cruentum adalah pH. Nilai pH untuk pertumbuhan
Porphyridium cruentum berkisar antara 9-11. Hal ini didukung oleh
pernyataan Borowitzka dan Borowitka (1998) menyatakan bahwa
Porpyridium cruentum dapat tumbuh dengan baik dengan kisaran pH 5,2-
8,3 dengan pH optimal fotosintesis yaitu 7,5.
21
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
3. Cahaya dan Salinitas
Cahaya yang digunakan pada saat kultivasi Porphyridium
cruentum di Laboratorium Mikroalga Air Tawar Puslit Bioteknologi LIPI
menggunakan Lampu TL dengan daya 36 W yang setara dengan intensitas
cahaya sebesar 2000 flux. Hal tersebut diperkuat berdasarkan pendapat
Kusumawardani (1998) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan sel
Porphyridium cruentum tertinggi dengan warna terbaik pada kultivasi
diperoleh pada pemberian intensitas cahaya 2000 flux. Salinitas kultur
Porphyridium cruentum di Laboratorium Mikroalga Air Tawar Puslit
Bioteknologi LIPI berkisar antara 20-27 ppt. Borowitzka dan Borowitzka
(1988) menyatakan bahwa Porphyridium cruentum dapat bertahan hidup
pada kisaran salinitas yang cukup besar, yaitu 0,5-2 kali konsentrasi air
laut (3,5%). Richmond (1988) menjelaskan bahwa salinitas Porphyridium
cruentum pada kisaran 3,5-4,5% dapat memacu pertumbuhan yang optimal
namun salinitas 4,6% tidak menghambat proses pertumbuhan, sedangkan
pada kondisi salinitas kurang dari 3,5%, Porphyridium cruentum tidak
mampu bersaing hidup dengan mikroalga lainnya jika ditumbuhkan pada
kultur terbuka.
4.2.3 Indikator Pertumbuhan Porphyrdium cruentum
Pertumbuhan mikroalga dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu nilai
optical density (OD), aerasi, serta penampakan visual.
22
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
1. Nilai Optical Density (OD)
Nilai OD diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 680 nm. Hal ini sesuai dengan pendapat Olaizola and Duerr (1990)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan mikroalga dilihat dari nilai OD pada
panjang gelombang 680 nm. Nilai OD kultur Porphyridium cruentum dapat dilihat
pada Lampiran 7, sedangkan grafik nilai OD kultur Porphyridium cruentum
disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Kultur Porphyridium cruentum
Nilai OD dapat digunakan untuk menentukan kepadatan sel suatu kultur.
Kultur pada hari kesatu hingga hari keempat berada pada fase lag pada media
Johnson. Fase lag merupakan fase dimana mikroalga masih beradaptasi dengan
lingkungan tempat hidup baru (Hariyati, 2008). Fase lag berjalan cepat karena
pada penanaman bibit kultur, nilai OD kultur Porphyridium cruentum pada hari
pertama sudah mencapai 1,143. Menurut Armanda (2013), kultur yang diambil
dari kultur induk pada fase logaritmik atau eksponensial akan mengalami fase lag
lebih cepat dibanding dengan kultur yang diambil pada fase stasioner atau
kematian, karena sel kultur lebih mudah untuk membelah.
23
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Kultur pada hari kelima sampai hari kesepuluh berada pada fase
logaritmik, yaitu fase ketika mikroalga mengalami pertumbuhan dengan cepat.
Berdasarkan Hariyati (2008) fase logaritmik atau eksponensial terjadi pada hari
kedua hingga hari kelima, sedangkan menurut Siantika dan Hendrawandi (2009),
fase logaritmik atau eksponensial terjadi pada hari ketiga hingga hari kelima.
Perbedaan fase pada hari yang sama antara lapang dan literatur disebabkan oleh
jenis media dan volume kultur yang digunakan. Menurut Sutomo dkk. (2007)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga dapat berupa kepadatan sel,
jenis nutrien, suhu, salinitas, dan penetrasi cahaya. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Jati dkk. (2012) bahwa medium yang berbeda menyebabkan
pertumbuhan yang berbeda pada mikroalga.
2. Aerasi
Aerasi berpengaruh terhadap pertumbuhan Porphyridium cruentum
Pertumbuhan dan perkembangan kultur Porphyridium cruentum tidak akan
optimal jika tidak didukung oleh aerasi yang lancar. Aerasi berfungsi melarutkan
oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Abuzuar dkk. (2012) bahwa fungsi aerasi
yaitu untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air dan membantu proses
pengadukan air.
3. Penampakan visual
Penampakan visual dapat menjadi indikator pertumbuhan Porphyridium
cruentum Penampakan visual dapat dilihat dari penampakan warna yang
dihasilkan. Berdasarkan pendapat Budiardi dkk. (2007) pertumbuhan plankton
atau mikroalga dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi. Pada masa awal
24
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
kultur, kultur Porphyridium cruentum pada media Johnson menghasilkan warna
coklat. Setiap harinya kultur Porpyridium cruentum yang berwarna coklat
semakin coklat pekat. Hal ini disebabkan karena sel kultur terus membelah dan
bertambah banyak sehingga terjadi kompetisi antara kebutuhan nutrisi dan
oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyudi (1999) bahwa oksigen berperan
dalam proses metabolisme dan reaksi kimia dalam sel. Unsur C, N, P, dan K
merupakan unsur penting pertumbuhan mikroalga. Hal ini didukung oleh
pendapat Sari dkk. (2012) bahwa unsur C, N, P, dan K merupakan nutrisi dalam
pertumbuhan mikroalga. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Sathasivam and
Juntawong (2013) bahwa unsur C dan N merupakan unsur penting dalam
pertumbuhan mikroalga. Pertumbuhan ketiga mikroalga tersebut mengalami fase-
fase pertumbuhan seperti pada mikroalga umumnya. Hal ini sesuai dengan pola
pertumbuhan berdasarkan jumlah sel yang dikelompokkan dalam lima fase yaitu:
fase lag, fase logaritmik, fase penurunan laju pertumbuhan, fase stasioner, dan
fase kematian (Wirosaputro, 2002).
4.2.4 Pemanenan Biomassa Porphyridium cruentum
Jenis pemanenan Porphyridium cruentum yang diterapkan di
Laboratorium Mikroalga Air Tawar Puslit Bioteknologi LIPI ini berupa teknik
pemanenan secara sentrifugasi. Pemanenan dilakukan pada hari keempat belas
ketika nilai OD Porphyridium cruentum sudah terlalu tinggi, yaitu 4,942.
Pemanenan ini menghasilkan berat kering sebesar 2,4 g/l. Alur proses kultivasi
hingga pemanenan dapat dilihat pada Lampiran 8.
25
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
a. Teknik pemanenan sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan proses pemisahan yang menggunakan gaya
sentrifugal sebagai driving force untuk memisahkan padatan dan cairan. Proses
pemisahan ini didasarkan pada ukuran partikel dan perbedaan densitas dari
komponen yang akan dipisahkan. Sebelum dilakukan sentrifugasi, sampel yang
akan dimasukkan dalam alat centrifuge harus ditimbang terlebih dahulu agar
seimbang dengan timbangan sentrifugasi dan tidak menyebabkan error pada alat
baca. Kemudian alat centrifuge di-setting dengan kecepatan yang dibutuhkan.
Proses pemisahan ini didasarkan pada ukuran partikel dan perbedaan densitas dari
komponen yang akan dipisahkan (Grima, 2003 ; Knuckey, 2006 ; Chen, 2011 ;
Handayani 2012). Kecepatan yang biasa digunakan di Laboratorium Mikroalga
Air Tawar untuk sentrifugasi sampel Porphyridium cruentum yaitu 6000 rpm
selama lima menit. Menurut Harun et al. (2010) bahwa metode sentrifugasi ini
cocok digunakan pada skala laboratorium dengan konsentrasi mikroalga di bawah
30 mg/l. Hal tersebut didukung berdasarkan pernyataan Chen., dkk (2011) bahwa
proses sentrifugasi dengan kecepatan tinggi secara efektif dapat memisahkan
mikroalga dari cairan medianya.
4.2.5 Hidrolisis Biomassa Porphyridium cruentum
Hidrolisis biomassa Porphyridium cruentum dilakukan dengan
menimbang biomassa kering Porphyridium cruentum sebanyak 1,7 gram, aquades
33,3 ml dan penambahan katalis asam yakni HNO3 0,5 N 100 ml. Konsentrasi
asam yang digunakan adalah konsentrasi terbaik yang ditentukan berdasarkan
26
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
pengujian karbohidrat dan gula pereduksi dilakukan sebelumya terhadap hidrolisat
Porphyridium cruentum dengan jumlah biomassa yang sedikit. Kemudian
hidrolisis dilakukan dengan menggunakan air mendidih suhu ± 100ºC dengan
selama 1 jam. Hal tersebut selaras dengan pendapat Judoamidjojo et al., (1989)
bahwa hidrolisispati dengan asam memerlukan suhu tinggi. Hidrolisis dilakukan
bertujuan untuk mempermudah proses fermentasi bioetanol. Dikarenakan pada
saat proses hidrolisis terjadi konversi pati menjadi komponen yang lebih
sederhana. Asam akan memecah molekul pati yang berukuran besar secara acak
dan menghasilkan senyawa gula sederhana, sebagian besar gula yang dihasilkan
adalah gula pereduksi (Judoamidjojo et al.,1989). Proses hidrolisis dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses Hidrolisis Biomassa pada suhu 100ºC selama 60 menit
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Kemudian hasil hidrolisis disentrifuge dan diambil bagian supranatan.
Kemudian hasil supranatan ditambahkan larutan NaOH 20% hingga pHnya antara
4,5-5 hal tersebut dikarenakan pH optimal khamir berkisar 4,0 hingga 4,5
(Wignyanto dkk., 2001). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Wardani dkk.,
(2013) pertumbuhan optimal pada Saccharomyces cerevisiae berkisar 4,5 sampai
27
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
5. Proses hidrolisis. Hasil hidrolisat biomassa Porphyridium cruentum dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Hasil Hidrolisat Biomassa
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
4.2.6 Fermentasi Hasil Hidrolisis
Sebelum proses fermentasi dilakukan penyediaan stok kultur
Saccharomyces cerevisiae. Penyediaan stok kultur Saccharomyces cerevisiae
yang dilakukan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar terdiri dari dua tahap stok
kultur yaitu stok kultur dalam media agar miring yang dilanjutkan dengan media
cair. Media agar dibuat dengan melarutkan media PDA (Potato Dextrose Agar)
sebanyak 0,78 gram dalam 20 ml aquades. Kemudian dipindahkan pada tabung
reaksi masing masing sebanyak 5 ml dan disterilkan dengan suhu 121ºC selama
15 menit dengan menggunakan autoclave. Kemudian stok kultur diinkubasi
selama 1x24 jam. Alur proses pembuatan media agar miring dapat dilihat pada
Lampiran 9.
Tujuan pembuatan media agar miring adalah untuk menyediakan kultur
murni. Hal ini didukung oleh pendapat Cappuccino and Sherman (1998) bahwa
28
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
teknik pembuatan media agar miring merupakan teknik yang digunakan untuk
menyimpan biakan murni. Pembuatan stok kultur Sacharomyces cerevisiae dalam
media agar miring dilakukan dengan menanam sebanyak satu goresan pada jarum
ose biakan murni Saccharomyces cerevisiae pada media agar miring secara zig-
zag. Media cair untuk pembuatan stok kultur Saccharomyces cerevisiae
melarutkan yeast ekstrak sebanyak 0,09 gram dan pepton sebanyak 0,15 gram
dalam 30 ml aquades. Media kemudian disterilkan pada suhu 121ºC selama 15
menit dengan menggunakan autoclave.
Pembuatan stok kultur Sacharomyces cerevisiae dalam media cair
dilakukan dengan menanam stok kultur media agar yang telah mengalami
peningkatan kepadatan sel. Kemudian stok kultur pada media cair diinkubasi
selama 2x24 jam. Hal ini berdasarkan dari pendapat Supriyanto dan Wahyudi
(2008) yang menyatakan bahwa 2x24 jam adalah waktu yang dibutuhkan oleh
yeast untuk beradaptasi di media pertumbuhan yang baru. Proses stok kultur
Sacharomyces cerevisiae lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 10. Hal ini
sesuai dengan pendapat Amini dan Susilowati (2010), bahwa kultur yang semakin
padat akan dipindahkan ke wadah yang bervolume lebih besar, Hal ini bertujuan
untuk peremajaan kultur Saccharmoyces cerevisiae, agar sel khamir yang dikultur
tetap dapat hidup.
Pembuatan stok kultur Saccharomyces cerevisiae dalam media cair
maupun dalam media agar miring dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF).
Tipe yang digunakan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar adalah Laminar Air
Flow Sander Lab K.S.025, dengan jenis LAF vertikal. Hal ini berdasarkan
29
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
pendapat Tuhuteru dkk. (2012) semua pengkulturan, baik bakteri, mikroalga,
maupun eksplan tumbuhan dilakukan secara aseptik di LAF untuk meminimalisasi
adanya kontaminasi. LAF berfungsi sebagai penyaring bakteri dan bahan-bahan
eksogen di udara, menjaga aliran udara yang konstan di luar lingkungan, serta
mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF. Tidak terjadinya kontaminasi
dari lingkungan luar merupakan syarat pokok stok kultur, oleh sebab itu semua
peralatan yang digunakan untuk kegiatan stok kultur harus disterilisasi dengan
autoclave pada suhu 121⁰C selama 15 menit. Menurut Hossain et al. (2012),
penggunaan suhu 121⁰C selama 15 menit merupakan paduan suhu dan waktu
yang efektif karena mampu membunuh bakteri dalam jumlah banyak dan dengan
waktu yang relatif cepat. Kemudian penambahan media tumbuh dalam hasil
hidrolisat sebanyak 100 ml dilakukan dengan penambahan (NH4)2SO4 0,2 gram,
K2HPO4 0,1 gram, KH2PO4 0,1 gram, ZnSO4 0,02 gram, MgSO4 0,02 gram, dan
yeast ektrak 0,2 gram. Hasil hidrolisat dari H2SO4 masing masing dituangkan ke
tabung reaksi besar sebanyak 25 ml. Dan diinolukasikan Saccharomomyces
cerevisiae sebanyak 2,5% pada masing masing tabung reaksi. Selanjutnya proses
fermentasi dilakukan selama satu hari, dua hari, tiga hari dan lima hari dalam
keadaan dishaker. Proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar 6.
30
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Gambar 6. Proses Fermentasi Hidrolisat
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Setiap selesai hasil fermentasi hasil rendemen etanol dihitung konsentrasi
gula pereduksi dan jumlah sel Saccharomyces cerevisiae. Konsentrasi gula
pereduksi dari hari pertama fermentasi hingga hari kelima fermentasi mengalami
penurunan. Pada hari pertama fermentasi konsentrasi gula pereduksi 11,85 ppm,
hari kedua fermentasi konsentrasi gula pereduksi -4,072 ppm, hari ketiga
fermentasi konsentrasi gula pereduksi -31,34 ppm dan hari kelima konsentrasi
gula pereduksi -31,54 ppm. Jumlah sel pada hari kedua meningkat dari 9,8 x 106
menjadi 3,02 x 107 dan menurun pada hari ketiga dan kelima menjadi 1,44 x 10
7
dan 1,3 x 107. Grafik kepadatan sel Saccharomyces cerevisiae dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Kepadatan Sel S. cerevisiae Selama Proses Fermentasi.
31
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Penurunan sel Saccharomyces cerevisiae disebabkan karena pada awal
fermentasi, gula reduksi di dalam media masih banyak sehingga proses
pembelahan dan aktivitas fermentasi sel Saccharomyces cerevisiae berjalan
dengan baik dan etanol yang dihasilkan juga banyak sedangkan pada hari ketiga,
gula reduksi di dalam media sudah hampir habis sehingga proses pembelahan dan
aktivitas fermentasi sel Saccharomyces cerevisiae terhambat yang akibatnya
etanol yang dihasilkan sedikit. Selain itu penimbunan etanol berkonsentrasi tinggi
hasil metabolisme Saccharomyces cerevisiae menghambat pertumbuhan dan
menyebabkan kematian sel Saccharomyces cerevisiae. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan Wignyanto (2001) Peningkatan jumlah sel Saccharomyces cerevisiae
diikuti dengan penurunan konsentrasi gula reduksi dan peningkatan konsentrasi
etanol di dalam substrat atau media
.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan di Pusat
Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit
Bioteknologi-LIPI) mengenai proses produksi bioetanol dari mikroalga
Porpyridium cruentum skala laboratorium terdiri dari 4 tahap, yakni sebagai
berikut
1. Penyediaan biomassa mikroalga Porpyridium cruentum dengan cara
kultivasi mikroalga menggunakan media Johnson.
2. Pemanenan mikroalga Porpyridium cruentum dengan menggunakan
teknik sentrifugasi.
3. Proses hidrolisis mikroalga Porpyridium cruentum. Hidrolisis dilakukan
secara asam dengan menggunakan katalis HNO3.
4. Proses fermentasi hasil hidrolisis (hidrolisat) dengan menggunakan
Saccharomyces cerevisiae.
5.2 Saran
Berdasarkan rangkaian kegiatan Praktek Kerja Lapang di Puslit Bioteknologi-LIPI
Proses produksi bioetanol dari mikroalga Porpyridium cruentum yang dilakukan,
maka disarankan perlu adanya penambahan jumlah kultur mikroalga yang
dilakukan untuk produksi bioetanol agar persediaan biomassa mikroalga kultur
dapat tercukupi. Kemudian diperlukan pengoptimalan peralatan yang ada
33
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
sehingga dapat menghasilkan rendemen bioetanol yang maksimal dan dapat
meminimalisir kesalahan dalam menganalisis hasil bioetanol
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. PT Remaja.
Rosdakarya. Bandung. hal 24-25.
Abuzuar, S. S., Y. D. Putra & R. E. Emargi. 2012. Koefisien Transfer Gas (KLa)
pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima).
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 9 (2): 155-163.
Amini, S dan R, Susilowati. 2010. Produksi biodiesel dari mikroalga
Botryococcus braunii. Squalen, 5 (1): 23-30.
Arad, S.M. & Cohen. 1989. Closed system for outdoor cultivation of
Porphyridium. Biomass, 18: 59-67.
Arad S.M. & A. Richmond. 2004. Industrial Production of Microalgal Cell-mass
and Secondary Products-Species of High Potential Porphyridium sp. Di
dalam Richmond A, editor. Handbook of Microalgal Culture:
Biotechnology and Applied Phycology. United Kingdom. Blackwell
Publishing Company. pp 56-78
Armanda, D. T. 2013. Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema
costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara pada Medium f/2 dan Medium
Conway. Bioma, 2 (1) : 49-63.
Assadad, L., B.S.B. Utomo., & R.N Sari. 2010. Pemanfaatan Mikroalga Sebagai
Bahan Baku Bioetanol. Squalen. 5(2) : 51-58.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 06-3565-1994: Alkohol Teknis
Balat, M. and H. Ballat. 2009. Recent Global Production and Utilization of
Bioethanol Fuel. Applied Energy, 86 : 2273-2282.
Broto, W. dan N. Richana. 2007. Inovasi Teknologi Proses Industri Bioetanol
DariKayuSkalaPedesaan.http://alitka.ibimasakti.malang.te.net.id/PDF
/05BB%20Pascapanen.Bioetanol.pdf. Diakses pada tanggal 11 November
2015.
Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures.
In : Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga
Biotechnology.Cambridge University Press: Cambridge. pp. 456-465.
Budiardi, T., I. Widjaya dan D. Wahjuningrum. 2007. Hubungan Komunitas
Fitoplankton dengan Produktivitas udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di Tambak Biocrete. Jurnal Akuakultur Indonesia, 6 (2) :119-
125.
35
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Cappucino, J.G., N. Sherman. 1998. Microbiology: A Laboratory Manual. 5th
Edition. California: Benjamin/Cummings Science Publishing. pp 94.
Chen, C.Y., K.L Yeh., D.J Lee & J.S Chang. 2011. Cultivation, photobioreactor
design and harvesting of microalgae for biodiesel production: A critical
review. Bioresource Technology. 102 : 71-81
Eryanto, A. 2003. Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton dalam
Budidaya Udang. PT. CPB. Surabaya. hal.36-38.
Fuentes M.M.R., G.G.A. Fernandez, J.A.S. Penrez, J.L.G Guerrero. 2000.
Biomass nutrient profiles of the microalga Porphyridium. Food Chemistry.
70: 345- 353.
Grima EM, F.G.A. Fernandez, and A.R. Medina. 2004. Downstream Processing
of Cell-mass and Products. Di dalam Richmond A editor. Handbook of
Microalgal Cultures: Biotechnology and Applied Phycology. United
Kingdom: Blackwell Publishing Company.
Handayani N.A dan D. Ariyanti. 2012. Potensi Mikroalga Sebagai Sumber
Biomassa dan Pengembangan Produk Turunannya. Teknik. 33 (2) : 58-
65.
Hariyati, R. 2008. Pertumbuhan dan Biomassa Spirulina sp dalam Skala
Laboratoris. Laboratorium Ekologi dan Biosistemaatik Jurusan Biologi
FMIPA Undip, BIOMA, Juni 2008. ISSN : 1410-88011. 10 (1) : 19-22
Harun, R., M. Singh, G.M. Forde, and M.K Danquah. 2010a. Bioprocess
Engineering of Microalgae to Produce a Variety of Consumer Products.
Renewable and Sustainable Energy Review. 14 : 1037-1047.
Harun, R., W.S.Y. Jason, T. Cherrington, and M.K. Danquah. 2010b. Microalgal
Biomass as a Cellulosic Fermentation Feedstock for Bioethanol
Production. Renewable and Sustainable Energy Review. 14 : 1343-1352.
Hossain, A.B.M., A. Salleh., A.N. Boyce., P. Chowdurry., and M. Naqiuddin.
2008. Biodiesel Fuel Production From Algae as Renewable Energy.
American Journal. 3) : 250-254.
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta. hal 67.
Jati, F., Johanes H., dan E.H. Vivi. 2012. Pengaruh Penggunaan Dua Jenis
Media Kultur yang Berbeda Terhadap Pola Pertumbuhan, Kandungan
Protein dan Asam Lemak Omega 3 EPA (Chaetoceros gracilis). Jurnal of
Aquaculture Management and Technology 1: 221 -235.
36
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Judoamidjojo, R. M., E.G. Said dan L. Hartoto. 1989. Biokonversi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal 34-37.
Knuckey, R.M., M.R Brown., & R.F Robert. 2006. Profuction of microalgal
concentrates by flocculation and ther assessment as aquaculture feeds.
Aquaculture Enginerering. 35 : 300-313.
Kosasih, Y. 2011. Aktivitas Antibakteri Mikroalga Porphyridium cruentum
Terhadap Berbagai Jenis Bakteri Patogen. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor.
Kulp, K. 1975. Carbohydrases Enzymes and Processing. Reed G. Editor.
Academic Press. New York. pp 97-98.
Kusumawarni E. 1998. Mempelajari pengaruh intensitas terhadap pertumbuhan
sel, produksi polisakarida, dan pigmen dari mikroalga Porphyridium
cruentum. Skripsi. Bogor. hal 43-42
Kusumawarni E. 1998. Mempelajari pengaruh intensitas terhadap pertumbuhan
sel, produksi polisakarida, dan pigmen dari mikroalga Porphyridium
cruentum.. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan: M. Thenawidjaja.
Erlangga, Jakarta. hal 45-56.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. hal 80-105.
Patil, V., K.Q. Tran and H.R. Gliserod. 2008. Towards Sustainable Production of
Biofuels from Microalgae. International Journal of Molecular Science. 9 :
118-195.
Priyadarshani, I., dan B. Rath. 2012. Commercial and Industrial Applications of
Microalgae a Review. Journal Algal Biomass Utilization. 3(4): 89-100.
Olaizela, M. and E. O. Duerr. 1990. Effects of Light Intensity and Quality on the
Growth Rate and Photosynthetic Pigment Content of Spirulina platensis.
Journal of Applied Phycology 2 : 97-104.
Sari, F. Y. A., I. M. A. Suryajaya dan Hadiyanto. 2012. Kultivasi Mikroalga
Spirulina platensis dalam Media POME dengan Variasi Konsentrasi
POME dan Komposisi Jumlah Nutrien. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, 1 (1) : 487-494.
37
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Sathasivam, R. and N. Juntawong. 2013. Modified Medium for Enhanced Growth
of Dunaliella Stains. International Journal Current Science, 5 : 67-73.
Siantika, G. dan D. Hendrawandi. 2009. Efektivitas Teknik Kultur Menggunakan
Sistem Kultur Statis, Semi-Kontinyu, dan Kontinyu terhadap Produktivitas
dan Kualitas Kultur Spirulina sp. Jurnal Matematika dan Sains, 14 (2) :
41-50.
Sutomo, R. Komala, E. T. Wahyuni dan M. G. L. Panggabean. 2007. Pengaruh
jenis Pakan Mikroalga yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi
Rotifer Brachionus rotundiformis. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia, 33 : 159-176.
Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa dan S. H. T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobiu manosmum pada Media Kultur In
Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Aprologia, 1 (1) : 1-12.
Richmond A. 1988. Spirulina. Di dalam: Borowitzka MA dan Borowitzka LJ.
(Eds). Microalga Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.
Vonshak. 1988. Porphyridium. Di dalam: Borowitzka, M.A. and Borowitzka, L.J.
Macro-Algae Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.
Wahyudi, P. 1999. Chlorella: Mikroalga Sumber Protein Sel Tunggal. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia. 1 (5) : 35-41.
Wardani, A.K., dan F.N.E Pertiwi. 2013. Produksi entanol dari tetes tebu oleh
Saccharomyces cereviseae pembentuk flok (NRRL – Y 265). Jurnal
Agritech. 33 (2) : 131.
Widjaja, A. 2009. Lipid Production from Microalgae as a Promising Candidate
For Biodiesel Production. Makara Teknologi. 13(1): 47-51.
Wignyanto., Suharjono., Novita. 2001. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi Sari
Hati Nanas dan Inokulum Saccharomyces cerevisiae Pada Fermentasi
Etanol. Jurnal Teknologi Pertanian. 2 (1) : 68-77
Wirosaputro, S. 2002. Chlorella untuk Kesehatan Global, Teknik Budidaya
Dan Pengolahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 76-78.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi PKL
(Sumber :https://maps.google.com/, 2014 Diakses pada 04 Oktober 2016)
39
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 2.Struktur Organisasi Puslit Bioteknologi LIPI
40
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 3. Daftar Peralatan di Puslit Bioteknologi LIPI
No Peralatan Ukuran Fungsi Keterangan
1. Spektrofotometer
UV-VIS
- Digunakan untuk
mengukur
absorpsi radiasi
gelombang
elektromagnetik
dari suatu
sampel.
Spektrofotometri
UV-VIS terletak di
Laboratorium
Kimia Bahan Alam
Puslit Bioteknologi
LIPI.
2. Alat Sentrifugasi - Digunakan untuk
memisahkan
suatu larutan dari
zat terlarutnya
dengan
menggunakan
gaya sentrifugal.
Alat sentrifugasi ini
terletak di
Laboratorium
Kimia Bahan Alam
Puslit Bioteknologi
LIPI.
3. Autoclave
- Digunakan untuk
sterilisasi
berbagai alat dan
bahan yang akan
digunakan untuk
penelitian
Autoclave ini
terletak di
Laboratorium
Biokatalis dan
Fermentasi Puslit
Bioteknologi LIPI.
4. Inkubator - Digunakan untuk
tumbuh dan
memelihara
budaya
mikrobiologi
atau kultur sel.
Inkubator terletak
di Laboratorium
Kimia Bahan Alam
Puslit Bioteknologi
LIPI.
5. Shaker - Digunakan untuk
mengaduk atau
mencampur suatu
larutan dengan
larutan yang lain
Shaker ini terletak
di Laboratorium
Kimia Bahan Alam
Puslit Bioteknologi
41
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
sehingga bersifat
homogen dengan
gerakan satu
arah.
LIPI.
42
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 4. Daftar Gambar Peralatan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Spektrofotometer UV-Vis
Alat Sentrifugasi
Autoklaf
Inkubator
43
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 5. Daftar Peralatan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar
No Peralatan Ukuran Fungsi Keterangan
1. Botol kultur 1000 ml dan
2000 ml
Digunakan untuk
mengkultur
mikroalga
Botol kultur ini
dilengkapi dengan
penutup botol yang
terbuat dari kapas,
tisu, dan slang.
2. Aerator Diameter 5-7
mm
Melarutkan
oksigen dalam
kultur.
Besar kecilnya
gelembung udara
yang dihasilkan
dapat diatur.
3. Laminar Air
Flow (LAF)
- Digunakan untuk
kegiatan yang
bersifat steril.
Terdapat satu buah
LAF.
4. Vortex - Digunakan untuk
mencampur
larutan.
Alat ini terdiri dari
motor listrik dan
drive shaft yang
melekat pada karet.
5. Timbangan
analitik
500 mg Digunakan untuk
menimbang bahan
kimia.
Terdapat satu buah
timbangan analitik.
6. Oven - Digunakan untuk
pengeringan alat.
Oven dioperasikan
pada suhu 50oC.
Terdapat satu buah
oven.
7. Rak Kultur - Digunakan untuk
meletakkan botol
kultur.
Rak ini dilengkapi
lampu 40 W.
Terdapat empat
buah rak kultur,
dimana tiga rak
kultur digunakan
untuk tempat kultur
mikroalga,
sedangkan satu rak
44
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
kultur untuk stok
kultur.
8. Tabung
Reaksi
100 ml Digunakan untuk
wadah stok
kultur, atau untuk
pengujian bahan
tertentu.
Terdapat lebih dari
100 tabung reaksi.
9. Tabung
Sentrifus
100 ml dan 250
ml
Digunakan untuk
sentrifugasi
sampel.
Terdapat 250
tabung sentrifus
berukuran 100 ml,
dan 30 tabung
sentrifus berukuran
250 ml.
10. Mikroskop
cahaya
- Digunakan untuk
mengetahui
apakah terjadi
kontaminasi pada
kultur mikroalga
atau tidak.
Terdapat satu buah
mikroskop cahaya.
11. Tabung
Erlenmeyer
250 ml, 500 ml,
dan 1000 ml.
Digunakan untuk
pembuatan media
agar.
Tabung ini terbuat
dari borosilikat,
sehingga dapat
dipanaskan hingga
suhu 200oC.
12. Magnetic
Stirrer
- Digunakan untuk
menghomogenkan
larutan.
Terdapat dua buah
magnetic stirrer.
45
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 6. Daftar Gambar Peralatan di Laboratorium Mikroalga Air Tawar
Botol Kultur Laminary Air Flow
Vortex
Timbangan Analitik
Oven
Rak Kultur
46
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Tabung Reaksi Tabung Sentrifugasi
Erlenmeyer
Pemanas Branstead Thermoclyne
47
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 7. Nilai Optical Density Porphyridium cruentum
Tanggal Hari Ke-
Nilai Optical
Density Keterangan
Johnson (JM) -
20 Januari 2016 1 1.361 -
21 Januari 2016 2 1.55 -
22 Januari 2016 3 1.597 -
23 Januari 2016 4 1.678 -
24 Januari 2016 5 1.746 -
25 Januari 2016 8 1.942 -
26 Januari 2016 9 1.913 -
27 Januari 2016 10 2.023 -
28 Januari 2016 11 2.097 -
29 Januari 2016 12 2.544 -
30 Januari 2016 13 3.141 -
31 Januari 2016 14 3.386 -
01 Februari 2016 15 4.977 -
02 Februari 2016 16 3.644 Panen
48
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 8. Proses Kultivasi Porphyridium cruentum
200 ml kultur Porphyridium cruentum
500 ml media Johnson
Ditambah air hingga 1000 mL
Diletakkan dalam rak dan diaerasi
Dihitung OD setiap hari
Panen menggunakan Teknik Sentrifugasi
(6000 rpm, 5 menit)
Pengeringan dengan freeze dry
Biomassa Kering
49
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 9. Proses Pembuatan Media Agar Miring
Potato Dextrose Agar 0,78 gram.
Mensterilkan pada autoklaf dengan suhu
121ºC selama 15 menit.
Menambahkan aquades sebanyak 20 ml.
Memanaskan dengan api suhu 100ºC hingga
mendidih.
Menuangkan pada tabung reaksi, menutup
dengan kapas dan wrap.
Menyimpan dalam keadaan miring
50
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 10. Proses stok kultur Saccharomyces cerevisiae
Penanaman kultur Sacharomyces cerevisiae
dari biakan murni pada media agar miring.
Inkubasi selama 1x24 Jam
Pembuatan media cair dengan menimbang
pepton 0,25 gram dan yeast ekstrak 0,15
gram dalam 50 ml aquades.
Mensterilkan pada autoklaf dengan suhu
121ºC selama 15 menit
Menanam biakan Saccharomyces cerevisiae
pada media cair
Inkubasi selama 2x24 Jam
51
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL PROSES PRODUKSI BIOETANOL… AYUNANI S. PUTRI
Lampiran 11. Diagram Alir Proses Produksi Bioetanol dari mikroalga
Porphyridium cruentum
Hidrolisis dengan suhu 100º C
selama 1 Jam
Penetralan pH
Penambahan media tumbuh S.
cerevisiae dan disterilkan
Penghitungan kepadatan sel
S. Cerevisiae
Biomassa Kering
Penimbangan
Penambahan aquades dan katalis asam
Penambahan starter fermentasi S.
cerevisiae
Fermentasi selama 1 hari, 2 hari, 3 hari
dan 5 hari
Pengukuran gula pereduksi