Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN DARING MENGGUNAKAN
LITERATUR ONLINE
Oleh
YENI CATUR KARTIKA
NIM 201533291
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
PRAKATA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Daring
Menggunakan Literatur Online”
Pada penelitian ini, banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu, disampaikan terima kasih yang tulus kepada pihak –
pihak berikut ini.
1. Sucipto, M.Pd. Kons Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muria Kudus yang telah menyetujui pengesahan skripsi.
2. Siti Masfuah, S.Pd, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Muria Kudus yang telah memberikan persetujuan untuk
melaksanakan ujian skripsi.
3. Sekar Dwi Ardianti, S.Pd, M.Pd Dosen Pembimbing I yang banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Imaniar Purbasari, S.Pd, M.Pd Dosen pembimbing II yang banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Muria Kudus yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Iman, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah SD 8 Kedungsari yang telah
memebrikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Sri Hartini S.Pd, M.Pd selaku wali kelas IV SD 8 Kedungsari yang
membantu dan berpartisipasi dalam penelitian.
8. Bapak Abdul Wakhid dan Ibu Sri Sunarlin, orang tua kandungku tercinta,
“semoga selalu dalam lindungan dan kasih saying Allah”. Amin.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat
balasan dari Allah SWT. Akhirnya demi kesempurnaan skripsi ini, peneliti
mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran yang membangun. Besar
ii
harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya,
dan pembaca pada umumnya.
Kudus, Agustus 2021
Peneliti
Yeni Catur Kartika
NIM 201533291
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................iiDaftar Isi.............................................................................................................iiiBab I Pendahuluan..............................................................................................11.1 Latar Belakang...............................................................................................11.2 Rumusan Masalah..........................................................................................61.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................71.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................71.5 Definisi Operasional......................................................................................8Bab II Kajian Pustaka........................................................................................102.1 Kajian Pustaka...............................................................................................10
2.1.1 Pemahaman Konsep ..........................................................................102.1.2 Pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013........................................132.1.3 Pembelajaran Daring..........................................................................162.1.4 Literature Online................................................................................22
2.2 Penelitian Relevan.........................................................................................232.3 Kerangka Teoritis..........................................................................................262.4 Kerangka Berpikir.........................................................................................27Bab III Metode Penelitian..................................................................................293.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................293.2 Rancangan Penelitian.....................................................................................293.3 Populasi dan Sampel .....................................................................................303.4 Pengumpulan Data.........................................................................................313.5 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................323.6 Teknik Analisis Data......................................................................................35Daftar Pustaka......................................................................................................40
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Proses pembelajaran dapat tercipta jika
adanya interaksi antara seorang pendidik dan peserta didik. Pembelajaran adalah
suatu pengupayaan perbaikan kualitas mutu pendidikan yang sudah seharusnya
merupakan suatu proses mengatisipasi (Raharjo, F.J. & Sulaiman, H., 2017).
Perbaikan kualitas mutu pendidikan dapat dilakukan salah satunya dengan
menciptakan desain pembelajaran. Oleh sebab itu pendidik harus mengupayakan
desain pembelajaran yang menarik.
Pembelajaran yang didesain menarik akan mempengaruhi siswa agar giat
dalam belajar sehingga termotivasi untuk meningkatkan nilai yang dicapai
(Wajong, Aaltje D.C, dkk, 2020). Dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
memlalui 2 cara yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran non-tatap muka
atau yang biasa dikenal dengan pembelajaran daring. Daring merupakan singkatan
dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan
dalam kaitannya dengan teknologi internet. Daring adalah terjemahan dari istilah
online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet. Oleh sebab itu,
pembelajaran daring artinya pembelajaran yang dilakukan secara online,
menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial (Hamidah &
Nurmatin, S., 2020).
Di masa pandemi seperti saat ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya
pembelajaran tatap muka. Banyak pihak yang tidak menyangka bahwa virus
corona (Covid-19) akan menjadi pandemi yang menyebar keseluruh dunia,
termasuk Indonesia (Annur, M. F., 2020). Pada tanggal 24 Maret 2020 Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
1
Darurat Penyebaran COVID, dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan bahwa
proses belajar dilaksanakan
2
2
di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa (Astini, N. K. S., 2020).
Sehingga pendidik dan peserta didik harus melakukan proses pembelajaran
secara daring. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
era globalisasi ini, siswa dituntut untuk terus mengembangkan potensinya melalui
sejumlah pembelajaran yang mereka dapatkan di sekolah (Mawaddah, S., &
Maryanti, R., 2016). Maka, proses pembelajaran harus dilakukan dengan
pembelajaran non-tatap muka atau daring. Pembelajaran daring merupakan
pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas,
konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis
interaksi pembelajaran (Sakidin, A., & Hamidah, A., 2020). Pembelajaran daring
adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan mahasiswa dan dosen untuk
melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet (Kuntarto, E.,
2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring adalah proses
pembelajaran non-tatap muka untuk memunculkan interaksi belajar antara
pendidik dan peserta didik dengan berbantuan internet. Pada era merdeka belajar,
setiap siswa memiliki hak untuk membangun pengetahuan yang diperoleh dari
proses pembelajaran (Nada, L.Q., 2020). Tidak terkecuali dalam mata pelajaran
ipa.
Adanya evaluasi di era merdeka belajar, seharusnya menjadikan guru
berperan sebagai perantara untuk mewujudkan tujuan pendidikan (Izza, dkk,
2020). Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menambahkan fakta baru bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10
tahun saja, Indonesia telah melakukan pembaharuan kurikulum sebanyak 3 kali
(Anggraini, F. S., & Erfandi, 2020). Perubahan-perubahan kurikulum ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang ada di Indonesia
terutama dalam mata pelajaran IPA. IPA merupakan dasar teknologi dan mampu
melatih peserta didik berpikir secara objektif. IPA pada muatan Kurikulum 2013
termasuk mata pelajaran umum kelompok A dan merupakan mata pelajaran yang
penting dalam mengembangkan kompetensi peserta didik dalam aspek kognitif,
3
afektif, dan psikomotor. Kajian tersebut sesuai dengan Permendikbud No.57
Tahun 2014 Pasal 5 Ayat 2 (2014:3) mengenai konsep dasar dari mata pelajaran
IPA.
Pembelajaran IPA sangat berguna bagi kehidupan siswa, karena IPA
berhubungan langsung dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Guru harus
paham bahwa IPA perlu diajarkan dengan tepat, karena melalui pembelajaran
IPA, anak diberikan kesempatan untuk berlatih berpikir kritis. Sebelum memasuki
tahapan tersebut, siswa dihadapkan pada tahapan eksplorasi, pengenalan konsep,
dan penerapan konsep. Pembelajaran IPA SD memerlukan pengetahuan dasar
mengenai konsep dalam setiap unit pembelajaran. Menurut Samatowa (2018: 8-9)
bahwa melalui pembelajaran IPA siswa mampu memahami dan mengaplikasikan
berbagai konsep untuk menjelaskan kejadian yang berhubungan dengan konsep
tersebut serta mampu menjalani suatu proses perubahan konsepsi.
Pemahaman siswa tentang berbagai konsep yang sesuai dengan materi yang
mereka pelajari akan membawa siswa pada pembelajaran yang berdayaguna untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang seharusnya. Samatowa (2018:11)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), siswa
memerlukan kegiatan pemahaman konsep serta diberi kesempatan untuk
mengembangkan sikap ingin tahunya dengan berbagai penjelasan logis. Selain itu,
Samatowa (2018:7) mengemukakan bahwa pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran IPA harus berkembang dengan baik melalui pengamatan langsung,
sebelum mengenal informasi-informasi abstrak.
Pemahaman konsep yang seharusnya dapat berkembang dengan baik untuk
mencapai tujuan pembelajaran, pada kenyataannya tidak seperti itu. Hasil
observasi melalui wawancara dengan salah satu guru SD di SDN 8 Kedungsari
yang mengajar di Kelas V, terungkap bahwa pemahaman konsep peserta didik
dalam mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini terlihat dari beberapa hasil tes
akhir peserta didik di kelas V yang menunjukkan nilai mata pelajaran IPA masih
di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu sebanyak 50%, terutama
dalam materi perubahan wujud benda di lingkungan sekitar, pada tema peristiwa
dalam kehidupan. Pada konsep materi perubahan wujud peserta didik masih
4
bingung membedakan antara membeku dan menguap. Jawaban peserta didik
masih banyak kesalahan, hal ini disebabkan terjadinya miskonsepsi terhadap
pemahaman materi yang diterima. Oleh sebab itu, diperlukan suatu tindak awal
dengan memberikan konsep IPA yang benar, sehingga peserta didik mampu
memahami soal yang diberikan. Pemahaman konsep IPA merupakan komponen
yang terpenting dalam pembelaajaran. Jika dari awal pemahaman konsep IPA
salah akan menimbulkan suatu masalah yang cukup serius dalam menyelesaikan
soal maupun berdapak pada lingkungan juga.
Rendahnya pemahaman konsep IPA dapat dilihat juga karena peserta didik
kurang dapat mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat atau konsepnya,
kurang dapat memberi contoh dan non contoh dari sebuah konsep, serta tidak
dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep IPA peserta didik,
salah satunya media yang diterapkan selama proses pembelajaran IPA kurang
bervariatif serta kurang memvisualisasikan materi yang abstrak karena
keterbatasan media dan fasilitasnya.
Guru menyampaikan bahwa pemahaman konsep pembelajaran IPA peserta
didik seharusnya mampu berkembang dengan baik sehingga peserta didik dapat
mencapai nilai KKM dalam mata pelajaran IPA serta mencapai tujuan
pembelajaran lainnya. Guru berharap agar materi abstrak dalam pembelajaran IPA
dapat diterima oleh peserta didik dengan baik melalui visualisasi yang jelas. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik di Sekolah
Dasar, peneliti menawarkan solusi pembelajaran dengan menggunakan
multimedia interaktif. Munir (2015) menyampaikan bahwa dengan multimedia
interaktif peserta didik akan sangat terbantu dalam memahami konsep atau materi
yang abstrak karena materi tersebut dapat dikonkritkan melalui multimedia
interaktif.
Multimedia interaktif salah satunya jenis media video termasuk dalam
kategori media audio visual. Media audio visual merupakan media yang
mengkombinasikn dua materi, yaitu materi visual dan auditif. Penggunaan media
audio visual sebagai alat peraga atau alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar
5
akan memberikan pengalaman secara audio dan visual. Penyerapan materi dalam
kegiatan belajar dilakukan melalui pendengaran dan pandangan. Media audio
visual dapat menarik perhatian siswa untuk periode -periode singkat dari
rangsangan luar lainnya.
Media audio visual tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga berfungsi
sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Media audio visual yang digunakan
dalam pembelajaran dapat menyajikan pesan berupa fakta, fiktif maupun inforatif
(Sadiman, Rahardjo, Haryono, & Harjito, 2014, p. 74). Media audio visual yang
mudah diakses oleh siapa saja yaitu media Youtube. Youtube adalah media sosial
yang paling banyak diminati masyarakat dewasa ini. Popularitasnya
diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan jumlah pengguna.
Perkembangan Youtube sebagai salah satu media sosial yang paling digemari
merupakan sebuah peluang di dunia Pendidikan. Keunggulan teknologi
multimedia tersebut, siswa bukan hanya mendengar (melibatkan indera
pendengaran) tetapi juga melihat (melibatkan indera penglihatan). Semakin
banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka
semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat
dipertahankan dalam ingatan (Prihantana, et al, 2014: 5). Para ahli sepakat bahwa
terdapat perbedaan yang menonjol antara perolehan hasil belajar melalui indera
penglihatan dan indera pendengaran.
Lembaga riset dan penerbitan komputer, yaitu Computer Technology
Research (CTR), menyatakan bahwa orang hanya mampu mengingat 20% dari
apa yang dilihat dan 30% dari apa yang didengar. Tapi orang dapat mengingat
50% dari apa yang dilihat dan didengar dan 80% dari apa yang dilihat, didengar
dan dilakukan sekaligus. Oleh karena itu media Youtube sangatlah efektif. Media
Youtube menjadi tujuan yang ampuh untuk pengajaran dan pendidikan
(Prihantana, et al, 2014: 5). Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa lebih mudah
memahami informasi berupa pengetahuan melalui media Youtube dibandingkan
dengan penyampaian secara konvensional di kelas. Sebagian besar siswa, tertarik
dengan hal- hal yang bersifat video visual dibanding dengan cara-cara umum
seperti misalnya penyampaian pengetahuan yang hanya berasal dari buku.
6
Media Youtube merupakan salah satu jenis literatur online yang mudah
dikases semua kalangan, apalagi untuk siswa sekolah dasar. Melalui literatur
online siswa diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep IPA. Konsep
yang disajikan dalam literatur online sangat mudah dipahami. Pada dasarnya
penyajikan liteatur online didampingi banyak gambar serta penjelasan yang cukup
jelas. Manfaat literatur online sangatlah besar, dimasa di saat pandemic seperti ini
siswa diharus mampu mengakses literatur online yang tersedia. Siswa tidak hanya
mengandalkan guru saja dalam memberikan materi. Literatur online merupakan
suatu media yang kompetitif dalam penyajian materi dan sangat efektif untuk
diakses oleh siswa selama pembelajaran daring.
Berikut ini hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Ni Putu, Ketut
Pundjawan & Gd Margunayasa (2015) menunjukkan bahwa pemahaman konsep
peserta didik di Gugus II kecamatan Banjar khususnya di SD Negeri 1 Temukus,
SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus sudah cukup memuaskan serta
penguasaan terhadap indikator-indikator pemahaman juga sudah bagus. Penelitian
yang dilakukan oleh Novia & Jumadi (2020) menunjukkan kegiatan pembelajaran
IPA secara tatap muka berganti menjadi pembelajaran secara daring menggunakan
media Google Meet, Google Classroom dan Whatsapp. Faktor pendukung dan
penghambat kegiatan pembelajaran ini antara lain, sarana atau alat yang
digunakan, jaringan internet, motivasi siswa dan dukungan dari orang tua.
Pembelajaran dirasa kurang efektif karena materi tidak tersampaikan secara
keseluruhan kepada siswa. Kegiatan yang paling banyak dilakukan hanya sekedar
memberikan materi dan tugas serta mengumpukan tugas. Penelitian yang
dilakukan oleh Haryadi Mujianto (2019) menunjukkan bahwa pemanfaatan
Youtube sebagai media ajar berperan positif secara signifikan terhadap
peningkatan minat belajar mahasiswa. Youtube juga memiliki peranan positif
yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa pada alpha 5%.
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, disimpulkan bahwa model
pembelajaran daring, kesadaran belajar, kemmapuan pemahaman siswa memiliki
kaitan yang erat dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Peneliti akan
7
melaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Siswa
Melalui Pembelajaran Daring Menggunakan Literatur Online”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti
menarik rumusan masalahnya antara lain:
1. Seberapa besar efektivitas literatur online dalam pembelajaran daring?
2. Seberapa besar efektivitas literatur online terhadap pemahaman konsep IPA
siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan peneliti diatas, maka
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui seberapa besar keefektivitas literatur online dalam
pembelajaran daring.
2) Untuk mengetahui seberapa besar keefektivitas literatur online terhadap
pemahaman konsep IPA siswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penjabaran penelitian yang telah ditulis oleh peneliti, berikut
merupakan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan pemahaman konsep siswa melalui pembelajaran daring
menggunakan literatur online.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya tentang pemahaman
konsep siswa melalui pembelajaran daring menggunakan literatur online.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
1) Sebagai sarana dalam meningkatkan sistem pendidikan agar tetap
berlangsung selama pada masa pandemik Covid 19.
8
2) Sebagai usaha dalam menjaga keberlangsungan pembelajaran
ditengah wabah virus Covid 19.
b. Bagi Guru
1) Sebagai strategi pendukung dalam mengatasi permasalahan
pendidikan di tengah wabah Covid 19.
2) Dapat mengembangkan media baru dalam penyampaian informasi
atau materi yang dilakukan secara daring/online.
c. Bagi Siswa
1) Sebagai sarana alternatif dalam pembelajaran untuk tetap
melaksanakan kegiatan belajar dari rumah.
2) Sebagai acuan evaluasi dan dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep pada siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar
dari rumah.
d. Bagi Lembaga, memberikan kontribusi dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep pada siswa.
e. Bagi Peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber
penelitian lanjutan berkaitan dengan kemampuan pemahaman konsep
pada siswa, model pembelajarn daring, dan media video youtube siswa
sekolah dasar.
1.5 Definisi Operasional
1. Literatur Online adalah rangkuman materi yang akan dibahas atau dipakai
dalam pembelajaran melalui media online Youtube. Youtube merupakan
salah satu literatur online yang mudah diakses oleh siapa saja. bentuk
2. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara online,
menggunakan aplikasi pembelajaran atau jejaring sosial. Jejaring social
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu whatsApp.
3. Pemahaman konsep IPA merupakan suatu kemampuan mengungkapkan
kembali ide abstrak untuk mengklarifikasi atau mengelompokkan objek-
objek yang bisanya dinyatakan dalam suatu istilah atau dituangkan dalam
9
bentuk contoh. Indikator pemahaman konsep IPA dalam penelitian ini
adalah menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi IPA, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari
suatu konsep, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur
atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada
pemecahan masalah.
4.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka yangdigunakan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan
pemahaman konsep IPA disekolah dasar, pembelajaran daring dan literature
online.
2.1.1 Pemahaman Konsep
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua
kata yaitu pemahaman dan konsep. Definisi tentang pemahaman telah
diungkapkan oleh para ahli Depdiknas (2006) pemahaman dapat didefinisikan
sebagai suatu proses memahami arti atau makna tertentu dan kemampuan
menggunakannya pada situasi lainnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Driver
dan Leach (dalam Hasana: 2004) pemahaman adalah kemampuan untuk
menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan.
Menurut Purwanto (dalam Murizal, 2002:19) mengemukakan bahwa
pemahaman merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu
memahami arti atau konsep, situasi, atau fakta yang diketahuinya. Senada dengan
hal ini, Suharsimi (2009) mengungkapkan pemahaman adalah bagaimana
seseorang membedakan, menduga, memperluas, menyimpulkan, memberikan
contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan.
Pengertian konsep sendiri adalah ide yang digunakan atau memugkinkan
seseorang untuk mengelompokkan/menggolongkan sesuatu objek Wardhani
(2008: 9). Senada dengan hal itu, Dimyati (2002) mengatakan bahwa konsep
merupakan ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek.
10
Menurut Gusniwati (2015: 30) pemahaman konsep adalah suatu
kemampuan menemukan ide abstrak dalam matematika untuk mengklasifikasikan
objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan
11
11
kedalam contoh dan bukan contoh, sehingga seseorang dapat memahami suatu
konsep dengan jelas. Sedangkan menurut Yunuka (2016), pemahaman konsep
adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa
dalam memahami definisi, pengertian ciri khusus, hakikat dan inti/isi dari
matematika dan kemampuan dalam memilih prosedur tepat dalam menyelesaikan
masalah.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah suatu kemampuan menemukan ide abstrak dalam matematika untuk
mengklasifikasikan objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah
kemudian dituangkan kedalam contoh dan bukan contoh, sehingga seseorang
dapat memahami suatu konsep dengan jelas.
Berkaitan dengan konsep IPA menurut Samatowa (2016:52) “Konsep
merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman”. Letak sebuah konsep dalam
pembelajaran IPA merupakan bagian dari produk yang meliputi fakta-fakta IPA.
Hal itu sejalan dengan Susanto (2016:168) menjelaskan “…Konsep IPA
merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA”. Selanjutnya Susanto
menjelaskan bahwa “Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada
hubungannya”. Jadi pemahaman konsep IPA merupakan kemampuan siswa untuk
dapat memahami suatu konsep atau fakta dan menjawabnya dengan menggunakan
kalimat sendiri tanpa mengubah arti dari konsep yang dimaksudkan. Pemahaman
konsep IPA diartikan merupakan proses pemaparan suatu fakta atau konsep IPA
secara rinci, melalui pengamatan dan percobaan.
Berdasarkan pendapat mengenai indikator pemahaman konsep yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah memahami suatu konsep
diindikasikan dengan siswa dapat menjelaskan konsep-konsep menggunakan
bahasa sendiri, siswa mampu membedakan contoh dan ukan contoh dari konsep,
dan siswa dapat menyimpulkan suatu konsep tanpa ada gambaran atau simbol
tertentu
b. Indikator Pemahaman Konsep
Salah satu kecakapan dalam matematika yang penting dimiliki oleh
siswa adalah pemahaman konsep. Untuk mengukur kemampuan pemahaman
12
konsep diperlukan alat ukur (indikator), hal tersebut sangat penting dan dapat
dijadikan pedoman pengukuran yang tepat. Indikator yang tepat dan sesuai adalah
indikator dari berbagai sumber yang jelas, diantaranya :
Menurut Hamzah Uno (2012) indikator pemahaman konsep sebagai berikut:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep,
2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,
3. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu,
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Berdasarkan indikator pemahaman konsep dari berbagai sumber, indikator
pemaham konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator
pemahaman konsep berdasarkan Depdiknas 2004, berikut dijabarkan mengenai
setiap indikator pemaham konsep yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep
Indikator pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
indikator pemahaman konsep yang mengukur kemampuan siswa dalam
menyatakan ulang sebuah konsep dengan bahasanya sendiri, yang berarti
kemampuan siswa untuk menyatakan kembali konsep aljabar dengan
bahasanya sendiri.
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya
Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya adalah indikator yang kedua pemahaman konsep, salah
satu yang dukur dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
mengelompokan suatu masalah berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki yang
terdapat pada materi aljabar.
c. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
13
Indikator ketika dalam penelitian ini adalah indikator yang
mengukur kemampuan siswa dalam membedakan mana yang termasuk
contoh dan bukan contoh dari konsep aljabar.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
Indikator keempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menjayikan konsep dalam berbagai represtasi, yaitu indikator yang
mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan konsep kedalam bentuk
gambar atau simbol secara berurutan.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
adalah indikator yang kelima dalam penelitian ini, yang mengukur
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan prosedur
berdasarkan syarat cukup yang telah diketahui.
f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu.
Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
dengan memilih dan memanfaatkan prosedur yang ditetapkan, indikator
pemahaman konsep ini adalah indikator keenam dalam penelitian.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah
Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah
adalah indikator ketujuh pemaham konsep yang mengukur kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan suatu konsep dalam pemecahan masalah
berdasarkan langkah-langkah yang benar.
2.1.2 Pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan pengetahuan yeng sistematis
dan dirumuskan, yang dihubungkan dengan gejala – gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi (Trianto, 2010, p. 136).
Pembelajaran IPA berisi kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
yeng berhubungan dengan gejala – gejala alam. Pembelajaran IPA ditekankan
14
pada pembelajaran yang beriorentasi pada lingkungan guna mempelajari peristiwa
– peristiwa yang terjadi di alam sekitar.
Menurut Carin dan Sund (1990) yang dikutip Wisudawati & Sulistiyowati (2014)
bahwa IPA memiliki empat unsur utama yaitu:
(1) Sebagai sikap, yaitu memunculkan rasa ingin tahu, jujur, teliti, tekun,
objektif, dll serta hubungan sebab akibatnya.
(2) Sebagai proses, yaitu proses memperoleh pengetahuan dan proses
pemecahan masalah dengan metode ilmiah yang sistematis.
(3) Sebagai produk, yaitu terdapat fakta, prinsip, hukum, dan teori yang sudah
diterima kebenarannya dan.
(4) Sebagai aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah yang konsep dalam
kehidupan sehari – hari.
Pembelajaran IPA idealnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga
harus belajar aspek proses, sikap, dan aplikasi. Keempat unsur ini diharapkan
muncul dalam proses pembelajaran IPA, sehingga siswa belajar secara utuh.
Widiana (2016, p. 149) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA disekolah
dasar memberikan peranan penting pada pembelajaran IPA di jenjang berikutnya,
sebab awal yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap minat dan
kecenderungan siswa untuk belajar IPA. Pembelajaran IPA disekolah dasar harus
menekankan pada proses penemuan langsunga agar siswa mampu mengenal diri,
lingkungannya secara nyata, dan tantangan masa depan yang akan dihadapinya
(Sutiani, Suarni, & Dibia, 2018). Proses penemuan langsung tersebut dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa akan
memiliki minat yang tinggi untuk belajar IPA pada setiap jenjang pendidikan
yang ditempuhnya.
Pembelajaran sains yang hanya membelajarkan fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori, sesungguhnya belum membelajarkan sains secara utuh.
Pembelajaran sains yang dilakukan hendaknya juga melatih keterampuilan siswa
untuk berproses (keterampilan proses) dan juga menanamkan sikap ilmiah,
misalnya rasa ingin tahu, jujur, bekera keras, pantang menyerah, dan terbuka
(Tursinawati, 2013).
15
Pembelajaran sains yang dilakukan hendaknya juga melatih dan
mengembangkan. Hal yang diutamakan dalam pembelajaran IPA menurut
Marjono dalam Susanto (2013, p. 167) adalah mengembangkan rasa ingin tahu
dan daya berfikir kritis siswa terhadap suatu masalah. Proses pembelajara IPA di
sekolah dasar diharapkan melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman pada siswa.
Tujuan pembelajaran IPA di kelas V dan VI dalam kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
(1) Menunjukkan perilaku keimnan kepada Tuhan yang Maha Esa,
(2) Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, disiplin, dan
tanggung jawab melalui IPA,
(3) Mengajukan pernyataan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam
sekitar,
(4) Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra dan
alat sederhana.
(5) Menyajikan data hasil pengamatan alam sekitar dalam bentuk tabel atau
grafik,
(6) Membuat kesimpulan dan melaporkan hasil pengamatan alam sekitar
secara lisan dan tulisan secara sederhana.
(7) Menjelaskan konsep dan prinsip IPA.
Pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013 bertujuan memberikan
pengalaman belajar bermakna dengan cara mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No. 64 Tahun 2013).
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran IPA tidak terlepas dari
peran guru pada saat pembelajaran. Agranovich & Assaraf (2013) mengemukakan
perilaku guru merupakan faktor yeng berpengaruh dalam pengembangan sikap
dan ilmu pengetahuan secara umum. Guru yang baik digambarkan sebagai orang
yang gemar mengajar, mengaitkan topik pelajaran dengan kehidupan sehari – hari,
menggunakan beragam cara dalam pembelajaran, dan melibatkan siswa dalam
pembelajaran secara aktif.
16
Pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan
sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Siswa akan
memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan
penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap
ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, marnarik
kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA. Fokus
materi pada penelitian ini yaitu perubahaan wujud benda di lingkungan sekitar.
Pada materi ini, pemahaman konsep IPA masih kurang. Banyak ditemukan
jawaban yang terjadi miskonsepsi antara perubahan wujud mengembun dan
menguap. Konsep materi yang disampaikan belum mengena terhadap peserta
didik. Oleh sebab itu, materi ini akan dijadikan sebagai fokus penelitian adalah
materi kelas V, Tema 7. Berikut adalah uraian kompetensi inti, kompetensi dasar
dan materi pokoknya.
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru tetangga, dan negara.
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain
4. Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
B. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda
dalam kehidupan sehari - hari
17
4.7 Melaporkan hasil percobaan pengaruh kalor pada benda
C. Materi Pembelajaran IPA Perubahan Wujud Benda
2.1.3 Pembelajaran Daring
a. Pengertian Pembelajaran Daring
Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap
perubahan dalam setiap bidang. Salah satunya ialah perubahan pada bidang
pendidikan. Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, yang dapat dikatakan merupakan pergantian dari cara konvensional
menjadi ke modern. (Gheytasi, Azizifar & Gowhary (dalam Khusniyah dan
Hakim, 2019:21) menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa
dengan adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap
pembelajaran. Menurut Thome (2017) pembelajaran daring merupakan
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks
online, animasi, pesan suara, email, telepon, konferensi, dan video streaming
online.
Menurut (Hartanto, 2016) pembelajaran daring terbagi menjadi dua tipe,
yaitu Synchronous (pembelajaran daring pada waktu bersamaan) seperti tatap
muka secara langsung via aplikasi yang biasa disebut Video Call dan
Asynchronous (pembelajaran daring pada waktu yang tidak bersamaan) seperti
guru memberi tugas dengan tenggang waktu yang telah ditentukan sehingga siswa
diberikan waktu yang bebas kapan saja dan dimana saja dalam mengerjakannya.
Menurut Bilfaqih (2015:4) “dalam pembelajaran daring siswa diberikan materi
berupa rekaman video atau slideshow, dengan tugas mingguan yang harus
diselesaikan siswa dengan batas waktu yang telah ditentukan”.
(Kuntaro, 2017:101). Pembelajaran daring yaitu program penyelenggaraan
kelas belajar untuk menjangkau kelompok yang massif dan luas melalui jaringan
internet. Pembelajaran dapat dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang
tidak terbatas, bisa dilakukan secara gratis maupun berbayar. (Bilfaqih, 2015:1).
Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018:27) “daring memberikan metode
pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait,
menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi
18
pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan
permainan”. Sedangkan menurut Permendikbud No. 109/2013 pendidikan jarak
jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui
penggunaan berbagai media komunikasi.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring
atau e-learning merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
dengan menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak
dilakukan dengan face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu
memudahkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun.
b. Tujuan pembelajaran daring
Secara umum, pembelajarn daring bertujuan memberikan layanan
pembelajaran bermutu secara dalam jaringan (daring) yang bersifat massif dan
terbuka untuk menjangkau audiens yang lebih banyak dan luas. Menurut Sofyana
& Abdul (2019:82), tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan
layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka
untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas.
c. Manfaat pembelajaran daring
Bilfaqih dan Qomarudin (2015:4) menjelaskan beberapa manfaat dari
pembelajaran daring sebagai beikut :
1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan
multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu
melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
3) Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu
melalui pemanfaatan sumber daya bersama.
Selain itu manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf dalam
Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019:154) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (enhance interactivity),
2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan
saja (time and place flexibility),
19
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a
global audience),
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(easy updating of content as well as archivable capabilities)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari
proses pembelajaran daring diantaranya yaitu adanya kemajuan dalam bidang
teknologi yang mampu meningkatkan mutu pendidikan serta mampu
meningkatkan proses pembelajaran dengan meningkatkan interaksi,
mempermudah proses pembelajaran karena dapat dilakukan dimanapun dan
kapanpun selain itu mudahnya mengakses materi pembelajaran dan mampu
menjangkau peserta didik dengan cakupan yang luas. Cakupan dalam penelitian
ini dimana siswa mampu mengakses materi pembelajaran yang disampaikan oleh
guru, dimanapun siswa berada. Siswa berkomunikasi secara langsung dengan
guru kelas, jika mengalami kesulitan dalam pembelajaran tanpa keterbatasan
waktu.
d. Karakteristik pembelajaran daring
Berdasarkan tren yang berkembang, pembelajaran daring memiliki
karakteristik yang utama sebagai berikut:
1) Daring
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang diselenggarakan melalui
jaringan web. Setiap mata pelajaran menyediakan materi dalam bentuk
rekaman video atau slideshow, dengan tugas-tugas mingguan yang harus
dikerjakan dengan batas waktu pengerjaan yang telah ditentukan dan
beragam sismtem penilaian.
2) Masif
Pembelajaran daring adalah pembelajaran dengan jumlah partisipan tanpa
batas yang diselenggarakan melalui jaringan web.
3) Terbuka
System pembelajaran daring bersifat terbuka dalam artian terbuka
aksesnya bagi kalangan usaha, kalangan pendidikan, kalangan industry,
dan khalayak masyarakat umum. Dengan sifat terbuka tidak ada syarat
20
pendaftaran khusus bagi pesertanya. Siapa saja dengan latar belakang apa
saja dan pada usia berapa saja bisa mendaftar. Hak belajar tak mengenal
latar belakang batas usia.
Ketiga karakteristik ini sifatnya bergantung desain, pengembangan dan
penyelenggara pembelajarn daring dapat saja membatasi jumlah partisipasinya
dan memasang tarif bagi peserta kelas pembelajarannya. (Bilfaqih, 2015:5).
Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019, 154) menyebutkan
karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain:
1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen
multimedia.
2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video
conferencing, chats rooms, atau discussion forums.
3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya.
4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk
meningkatkan komunikasi belajar.
5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui.
6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator.
7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal.
8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet
Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara pembelajaran
jarak jauh. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring
adalah:
1) Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan
secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi.
2) Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana
memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh
peserta didik kapan saja dan dimana saja.
21
3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan
dan dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi serta digunakan dalam proses pembelajaran.
4) Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar,
mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi,
menggunakan teknologi pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran
terpadu perguruan tinggi.
5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang
diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan
program studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan
tanpa batas usia, tahun ijazah, latar belakang bidang studi, masa registrasi,
tempat dan cara belajar, serta masa evaluasi hasil belajar.
Dari penjelasan tentang karakteristik/ciri dari pembelajaran daring di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan
media elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan internet,
pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta pembelajaran
daring bersifat terbuka.
e. Kelebihan pembelajaran Daring
Adapun kelebihan pembelajaran daring menurut Seno & Zainal
(2019:183) adalah:
1) Proses log-in yang sederhana memudahkan siswa dalam memulai
pembelajaran daring.
2) Materi yang ada di pembelajaran daring telah disediakan sehingga mudah
diakses oleh pengguna.
3) Proses pengumpulan tugas dan pengerjaan tugas dilakukan secara online
sehingga efektif untuk dilakukan dan dapat menghemat biaya.
4) Pembelajaran dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Dari penjelasan di atas maka kelebihan dari pembelajaran daring atau e-
learning yaitu mempermudah proses pembelajaran, pembelajaran dapat dilakukan
dimana saja, mudahnya mengakses materi, melatih pembelajar lebih mandiri, serta
pengumpulan tugas secara online.
22
f. Kelemahan Pembelajaran Daring
Kekurangan pembelajaran daring menurut Hadisi dan Muna (2015:131)
antara lain:
a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri
yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam proses
belajar-mengajar.
b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada
pendidikan.
d) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
e) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
Adapun kekurangan pembelajaran daring menurut Seno & Zainal
(2019:183) antara lain:
a) Tampilan halaman login yang masih membutuhkan petunjuk lebih dalam.
b) Materi yang diberikan kurang luas dan disajikan dalam bentuk Bahasa
inggris sehinggga merepotkan dalam mempelajarinya.
c) Adanya pengumpulan tugas yang tidak terjadwal serta tidak adanya
pengawasan secara langsung atau face to face dalam pengerjaan tugas
yang membuat pengumpulan tugas menjadi molor.
d) Materi pembelajaran menjadi kurang dimengerti saat pembelajaran tidak
ditunjang dengan penjelasan dari guru secara langsung.
Berdasarkan penjelasan di atas maka kekurangan dari pembelajaran daring
yaitu siswa perlu pendampingan ketika di awal pembelajaran daring, rendahnya
nilai sosialisasi terhadap teman maupun guru, membutuhkan jaringan yang kuat,
dan rendahnya pemahaman materi yang diajarkan, sehingga perlu dilakukan
secara berskala dalam hal pemberian soal.
2.1.4 Literature Online
23
Literature adalah rangkuman materi yang akan dibahas atau dipakai dalam
penelitian ini. Literature yang digunakan dalam penelitian ini melalui media
online. Pengertian media online menurut Romli (2012:30), didefinisikan
cybermedia (media siber), internet media (media internet), dan new media (media
baru) dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara online disitus web
(website) internet. Secara teknis atau fisik, media online adalah media berbasis
telekomunikasi dan multimedia (computer dan internet). Termasuk kategori media
online adalah portal, website (situs web, termasuk blog dan media social seperti
facebook, youtube, adobe Flash, Animasi dan twitter), radio online, TV online,
dan email. Media online yang sering digunakan dalam penelitian ini adalah
Youtube. Media Youtube merupakan salah media online yang melibatkan audio
visual. Nilai tambah dari media ini yaitu mudah diakses oleh siapa saja, siswa
sangat familiar dengan media ini, dan video yang ditambilkan sangat menarik oleh
siswa apalagi sekolah dasar.
Media audio visual Youtube merupakan suatu alat bantu pembelajaran
yang efektif dalam membantu proses pembelajaran baik pembelajaran secara
individu maupun kelompok. Media audio visual Youtube dapat menyajikan
informasi, menggambarkan suatu proses, mengajarkan kemampuan pemahaman,
menyingkat dan mengembangkan waktu, dan mempengaruhi sikap. Media audio
visual Youtube memiliki daya tarik tersendiri yang dapat memberikan kesadaran
siswa untuk belajar. Tayangan yang ditampilkan audio visual dapat menarik
gairah rangsangan (stimulus) siswa untuk menyimak lebih dalam.
2.2 Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu, Ketut Pundjawan & Gd
Margunayasa (2015), berjudul Analisis Pemahaman Konsep dalam Pelajaran IPA
pada Siswa Kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Banjar menunjukkan bahwa
pemahaman konsep peserta didik di Gugus II kecamatan Banjar khususnya di SD
Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus sudah
24
cukup memuaskan serta penguasaan terhadap indikator-indikator pemahaman juga
sudah bagus. Persamaan jurnal dengan penelitian ini yaitu terletak pada variable
pemahaman konsep IPA yang akan dikaji, sedangkan perbedaannya terletak pada
kajian metode pembelajarannya. Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran
daring, sedangkan pada penelitian di atas hanya menganalisis pemahaman konsep
IPA kelas IV.
Kedua penelitian yang dilakukan oleh Novia & Jumadi (2020), berjudul
Analisis Pembelajaran IPA secara Daring pada Masa Pandemi Covid-19
menunjukkan kegiatan pembelajaran IPA secara tatap muka berganti menjadi
pembelajaran secara daring menggunakan media Google Meet, Google Classroom
dan Whatsapp. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan pembelajaran ini
antara lain, sarana atau alat yang digunakan, jaringan internet, motivasi siswa dan
dukungan dari orang tua. Pembelajaran dirasa kurang efektif karena materi tidak
tersampaikan secara keseluruhan kepada siswa. Kegiatan yang paling banyak
dilakukan hanya sekedar memberikan materi dan tugas serta mengumpukan tugas.
Kesamaan jurnal tersebut dengan penelitian ini yaitu terletak pada kajian mata
pelajaran IPA dan pembelajaran daring. Perbedaan pada kajian ini yaitu pada
kajian pemahaman konsep IPA yang tidak diangkat dalam penelitian. Pada jurnal
tersebut hanya menganalisis pembelajaran IPA menggunakan dari dengan
berbagai jejaring social.
Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Isdayanti, Lukman, Ahmad
Syachruroj (2020) berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual
Berbasis Adobe Flash pada Materi Daur Hidup Hewan”, menunjukkan bahwa
media pembelajaran audio visual berbasis Adobe Flash yang dikembangkan pada
peserta didik kelas IV sangat layak untuk digunakan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada materi daur hidup hewan. Kesamaan jurnal dengan
penelitian yang akan dikaji yaitu terletak pada penggunaan media audio visual.
Peneliti sama-sama mengkaji media audio visual sebagai sarana bahan
pembelajaran. Pembelajaran yang dikaji yaitu terkait dengan IPA, sehingga
terdapat kesamaan dengan penelitian ini. Untuk perbedaan dengan penelitian ini
yaitu terletak pada metode penelitiannya. Pada jurnal metode yang digunakan
25
yaitu pengembangan media pembejaran, sedangkan pada penelitian ini hanya
mengalisis seberapa besar literatur online pada pembelajaran daring.
Keempat penelitian yang dilakukan oleh Nova Irawati Simatupang, dkk,
(2020) tentang “Pelaksanaan Pengajaran Online pada Masa Pandemi Covid-19
dengan Metode Survey” dengan hasil masih diperlukan usaha ekstra dari
pemerintah dan segala pihak yang berkaitan agar guru terbiasa menggunakan
teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan pembelajaran online juga perlu mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dan pihak terkait.
Kelima penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Wulandari (2019), berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Digital Book Berbasis Adobe Flash CS 6
Pro Pada Mata Pelajaran Instalasi Motor Listrik Di Smkn 1 Pungging”
menunjukkan bahwa (1) aspek kevalidan media pembelajaran digital book
berbasis adobe flash CS6 pro pada mata pelajaran instalasi motor listrik
dikategorikan sangat valid rerata 97,40, (2) aspek kepraktisan yang ditinjau dari
respon siswa dan respon guru terhadap media pembelajaran digital book berbasis
adobe flash CS6 pro pada mata pelajaran instalasi motor listrik dikategorikan
sangat praktis rerata 91,33, dan (3) keefektifan media pembelajaran ini diperoleh
dari hasil belajar siswa ranah kognitif siswa didapatkan rerata kelas eksperimen
yaitu 86,17 dan hasil belajar siswa ranah kognitif siswa didapatkan rerata kelas
kontrol yaitu 74,83. Hasil uji t dari posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
didapatkan hasil signifikan 0,00 atau ada perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga efektif digunakan. Karena
media pembelajaran digital book yang dikembangkan layak, sangat valid, sangat
praktis, dan efektif maka dapat disimpulkan sangat layak digunakan.
Kesamaan jurnal ke empat dan lima dengan penelitian ini yaitu terletak
pada pembelajaran daring dengan menggunakan suatu aplikasi atau jejaring media
sosial. Peneliti sama-sama mengkaji terkait dengan pembelajaran online yang
diterapkana pada siswa. Untuk perbedaan dalam penelitian ini yaitu tidak
mengkaji pemahaman konsep IPA dengan literatur online mempengaruhi variable
lainnya.
26
2.3 Kerangka Teoritis
Berdasarkan permasalahan dan kajian Pustaka yang telah dijelaskan, maka
dalam penelitian ini dapat disusun kerangka teoritis yang selanjutnya dapat
digunakan untuk menyusun kerangka berfikir. Kerangka teoritis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Yunuka (2016), pemahaman konsep adalah kemampuan bersikap, berpikir
dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian
ciri khusus, hakikat dan inti/isi dari matematika dan kemampuan dalam memilih
prosedur tepat dalam menyelesaikan masalah. Menurut Purwanto (dalam Murizal,
2002:19) mengemukakan bahwa pemahaman merupakan tingkat kemampuan
yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi, atau fakta
yang diketahuinya
Kemampuan pemahaman konsep yang menggunakan dasar berfikir untuk
menyelesaikan masalah, dengan cara menganalisis, berargumen, mengevaluasi,
menentukan langkah apa yang harus diambil, menyimpulkan dan memunculkan
wawasan terhadap tiap-tiap permasalahan. Kemmapuan pemahaman konsep
adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran.
Kemampuan pemahaman konsep pada siswa didukung oleh kesadaran
belajar siswa. Siswa yang memiliki kesadaran belajar tinggi cenderung akan selalu
mencari tau dan belajar. Kesadaran belajar merupakan hal yang dirasakan oleh
siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan supaya dapat mewujudkan
perubahan tingkah laku siswa dan kemampuan meliputi sikap, perhatian, dan
pemikirannya. Dwi Istiyani (2009:3) menjelaskan bahwa kesadaran merupakan
sesuatu yang sepenuhnya pribadi yang memiliki kemampuan untuk menjadi sadar
pada diri sendiri. Tim Penyusun Buku Psikologi Pendidikan (2007:84)
menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang
relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya. Kesadaran belajar yang tinggi mengakibatkan siswa senantiasa
27
dapat menanggapi apa yang telah mereka temukan, oleh karena itu kemampuan
pemahaman konsep pada siswa akan semakin meningkat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
IPA adalah model pembelajaran Daring melalui media audio visual Adobe Flash.
Thome (2017) pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks online, animasi, pesan suara,
email, telepon, konferensi, dan video streaming online. Media video termasuk
dalam kategori media audio visual. Salah satu media yang tepat untuk
dikembangkan adalah media audio visual berbasis adobe flash. Pemilihan
pembelajaran daring dengan berbantuan media audio visual adobe flash sebagai
solusi untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada siswa karena
melalui pembelajaran daring dengan berbantuan media audio visual adobe flash,
siswa disajikan media audio visual pada permasalahan dalam kehidupan sehari –
hari untuk diajak terlibat aktif mencari solusinya. Menurut penelitian Isnaini
Wulandari (2019), berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Digital Book
Berbasis Adobe Flash Cs 6 Pro Pada Mata Pelajaran Instalasi Motor Listrik Di
Smkn 1 Pungging, sedangkan dalam penelitian ini penelitian dilakukan pada
materi IPA. Kelebihan lain dari mengaitkan permasalahan dalam kehidupan sehari
– hari dengan materi yang sedang dikaji adalah dapat membuat siswa lebih tahu
tentang aplikasi IPA dalam memecahkan permasalahan yang ada.
2.4 Kerangka Berfikir
Menurut Sakaran dalam Sugiyono (2018:60) kerangka berfikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yaitu
suatu intisari dari teori yang dikembangkan yang dapat mendasari perumusan
hipotesis. Teori yang dikembangkan akan memberikan jawaban terhadap
pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel
berdasarkan pembahasan teoritis.
28
Penelitian ini untuk mewujudkan arah dari pemecahan dan penganalisaan
masalah yang dihadapkan, maka terlebih dahulu perlu dikemukakan gambaran
berupa kerangka berfikir sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Hasil dan Manfaaat.1) Seberapa besar keefektivitas literatur online dalam pembelajaran
daring.2) Seberapa besar keefektivitas literatur online terhadap pemahaman
konsep IPA siswa.
ImplementasiPenerapan litertur online pada pembelajaran daring untuk kemampuan
pemahaman konsep IPA
PermasalahanKesadaran belajar siswa V yang rendah menjadi penyebab siswa sulit mengembangkan kemampuan pemahaman konsep IPA pada siswa. Literatur online yang diberikan belum mengarahkan siswa pada kemampuan pemahaman konsep IPA. Kapasitas guru dalam pembelajaran daring hanya memberi fasilitas siswa untuk belajar, tanpa memaksimalkan konsep IPA. Pembelajaran IPA di kurikulum 2013 juga belum dilaksanakan secara meksimal ditambah lagi kurangnya pengembangan literatur yang dapat memacu kesadaran belajar siswa dan alat evaluasi yang mengasah kemampuan pemahaman konsep IPA pada siswa.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat & Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada:
Tempat : SDN 8 Kedungsari
Waktu Penelitian : 1 Agustus – 30 Agustus
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, menggambarkan
keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain itu penelitian
menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak
sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan
mencatat dalam buku observasinya.
Sementara metode yang digunakan adalah metode survei. Metode survei
merupakan proses pengambilan sampel dari suatu populasi serta digunakannya
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Alasan mengapa menggunakan metode survei yaitu pertama untuk
kelengkapan data. Metode survei adalah metode kuantitatif, namun biasanya
survei yang dilakukan cenderung lebih sederhana dengan alat analisis statistik
yang sederhana pula (statistic deskriptif) karena sifatnya hanya sebagai pelengkap
data atau informasi. Dengan adanya informasi atau tambahan dari hasil survei,
maka informasi yang terjadi menjadi lebih kaya dan lengkap. Sehingga deskripsi
detail Hasil akhir penelitian pun benar – benar komprehensif dn memberi
kesimpulan yang menyakinkan, sedangkan alasan yang kedua adalah karena
kebutuhan penelitian. Setelah data terkumpul kemudian diolah peneliti merasa
kurang puas dengan hasil penelitiannya, sehingga dia membutuhkan penelitian
lanjutan agar lebih komprehensif.
29
30
Rancangan penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap
sebagai berikut:
Tahap pertama: penentuan masalah penelitian. Dalam tahap ini peneliti
mengadakan studi pendahuluan yaitu membaca buku-buku yang relevan dengan
permasalahan penelitian dan melakukan observasi awal atau pemahaman langan
terlebih dahulu.
Tahap kedua: pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai menentukan
sumber data yaitu buku-buku dan data-data lapangan.
Tahap ketiga: analisis dan pengkajian data, yaitu menganalisis data yang
masuk dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
3.3 Populasi & Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kulaitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014, p. 119).
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa SDN 8 Kedungsari.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik non-probability
sampling, yaitu pengambilan subyek dimana setiap obyek penelitian yang diambil
tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan subyek penelitian. Jenis non-
probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek
yang digunakan apabila peneliti memiliki pertimbangan dan tujuan tertentu.
Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas V SDN 8 Kedungsari dengan jumlah 25
siswa.
Penentuan sampel peneitian mempunyai kriteria sebagai berikut: (1) SDN
8 Kedungsari sudah menerapkan kurikulum 2013; (2) permasalahan yang
dihadapi dari SD tersebut mengenai literatur online; (3) Kemampuan pemahaman
konsep pada siswa kelas V SD tersebut kurang; dan (4) Kualifikasi akademik guru
kelas V dari SD sudah bergelar S1, berstatus PNS.
31
3.4 Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengupulkan data daalm
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes, observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
3.4.1 Observasi (Pengamatan)
Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner (Sugiyono, 2014,
p.145). Pengamatan digunakan untuk mengamati aspek keterampilan dan sikap
siswa saat pembelajaran daring menggunakan literatur online dilakukan oleh
observer.
Selama proses pembelajaran aspek keterampilan dan sikap diamati melalui lembar
pengamatan yang disesuaikan dengan indikator kedua aspek tersebut. Hasil
pengamatan aspek keterampilan dan sikap dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut.
Persentase = Aspek yang munculJumlah skor maksimal
x 100% Rumus 1
Hasil perhitungan persentase kegiatan guru dan siswa ditafsirkan ke dalam
kategori berikut:
81% < 100% : Sangat baik
66% < 80% : Baik
51% < 65% : Cukup
0% < 50% : Kurang (Aqib, dkk., 2010, p.161)
3.4.2 Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Riduwan, 2013, p.76). Tes diberikan pada
awal dan akhir pembelajaran tema 7 subtema 1. Tes diberikan dalam bentuk
uraian yakni tes pemahaman konsep IPA menggunakan literatur online pada
pembelajaran daring.
32
3.4.3 Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Riduwan, 2013, p.74). dalam
penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawncara semistruktur
(semi structure interview) yakni wawancara yang bertujuan untuk menemukan
permasalahan secara terbuka dan pihak yang diajak wawancara diminta pendapat
dan ide – idenya (Sugiyono, 2014, p.191). wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi mendalam tentang literatur online dan kemampuan
pemahaman konsep pada siswa.
3.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data berupa dokumen
berbentuk tulisan, gambar, atau karya sebagai pelengkap teknik tes dan
wawancara (Sugiyono, 2015: 326). Dalam penelitian ini, Teknik dokumentasi
untuk memperoleh berbagai data. Data tersebut berupa dokumen seperti silabus
pembelajaran semester II, daftar nama siswa, foto dan data nilai rata – rata siswa
kelas V semester I tahun ajaran 2021/2022 SDN 8 Kedungsari.
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
3.5.1 Lembar Soal Tes
Tes dalam penelitian ini berfungsi untuk mengukur kemampuan subjek
penelitian. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep IPA siswa
sebelum dan sesudah siswa melakukan pembelajaran IPA melalui pembelajaran
daring menggunakan literatur online. Tes diberikan dalam bentuk uraian yakni
berupa tes pemahaman konsep IPA. Kisi-kisi soal tes pemahaman konsep IPA
yang digunakan sebagai instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
33
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Konsep IPA
Kompetensi Dasar Indikator Soal Nomor
Soal
Kriteria Pemahaman Konsep IPA
3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda dalam kehidupan sehari–hari.
4.7 Melaporkan hasil percobaan pengaruh kalor pada benda.
1. Disajikan tiga gambar, siswa mampu menganalisis benda yang membuat balon menggelembung, sifat-sifat benda gas dengan tepat, dan penyebab balon memiliki bentuk yang berbeda.
2 PK 1, PK 2, PK 4, dan PK 7.
2. Disajikan daftar benda, siswa mampu mengkategorikan benda-benda sesuai sifatnya, wujud benda, dan alasan pengelompokkan benda.
3 PK 1, PK 2, PK 3, PK 4, dan PK 5.
3. Disajikan dua gambar, siswa mampu merumuskan benda sesuai dengan perubahan wujudnya, menyebutkan perubahan wujud benda (menguap dan mencair), dan penyebabnya.
4 PK 1, PK 2, PK 3, PK 4, PK 5, PK 6 dan PK 7
4. Disajikan ilustrasi cerita, siswa mampu mengkrisitisi peristiwa perubahan wujud benda (menyublim), menjelaskan pengertian, dan penyebabnya..
9 PK 2, PK 3, PK 4, PK 5, PK 6, dan PK 7.
5. Disajikan sebuah gamar, siswa mampu menganalisis kegiatan yang terjadi dalam gambar, peristiwa perubahan wujud benda (mengkristal), menjelaskan pengertian, dan penyebabnya.
10 PK 2, PK 3, PK 4, PK 5, PK 6, dan PK 7.
6. Disajikan sebuah ilustrasi cerita, siswa mampu menganalisis dua peristiwa perubahan wujud benda (menguap dan mengembun) dan penyebab perubahan kedua peristiwa tersebut terjadi.
12 PK 2, PK 3, PK 4, PK 5, PK 6, dan PK 7.
3.5.2 Pedoman Observasi/Pengamatan
34
Pedoman pengamatan digunakan untuk mengamati aspek keterampilan
dan sikap siswa saat pembelajaran melalui pembelajaran daring menggunakan
literatur online yang dilakukan oleh observer. Pedoman pengamatan aspek
keterampilan dan sikap melalui pembelajaran daring menggunakan literatur online
selengkapnya dapat dibaca pada Lampiran 5 dan 7.
Untuk mempermudah proses pengumpulan data dalam penelitian, maka disusun
matrik pengumpulan data. Matrik pengumpulan data dapat dibaca pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Matrik Pengumpulan Data
Jenis Data Sumber Data
Instrumen Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan
DataAnalisis Data
Pemahaman Konsep IPA
Siswa kelas V
Soal tes pemahaman konsep IPA
Teknik tes Analisis statistika dengan cara:1. Uji ketuntasan2. Uji peningkatan
Aspek keterampilan dan sikap
Siswa kelas V
Pedoman Observasi Observasi Analisis deskriptif
3.5.3 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara
semistruktur, bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan
pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Pedoman
wawancara ini berisi pernyataan tentang kegiatan pembelajaran dan permasalahan
dalam pembelajaran yang dialami guru dan siswa. Pedoman wawancara
digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan pemahaman konsep
pada siswa.
3.5.4 Dokumen
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa dokumen
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentel dari seseorang
(Sugiyono, 2014, p.240). Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan
untuk memperoleh berbagai data. Data tersebut berupa dokumen seperti silabus
35
pembelajaran semester II, daftar nama siswa, foto, dan data nilai rata-rata siswa
kelas V semester I tahun ajaran 2021/2022 SDN 8 Kedungsari.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
3.7.1 Analisis Data Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan yaitu soal uraian. Pembuatan soal uraian
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Instrumen yang akan
digunakan terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba agar butir-butir yang tidak
memenuhi syarat tidak diikutkan menjadi bagian dari instrumen. Uji coba
instrumen digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.
Menurut Arikunto (2013, p.253), Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas
V SDN Kedungsari 05 tahun pelajaran 2021/2022.
3.7.1.1 Validitas
Menurut Sugiyono (2015:168) valid berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Kriteria pengujian validitas
dikonsultasikan dengan harga product moment pada tabel dengan taraf signifikan
5%, jika rxy > rtabel maka item soal tersebut dikatakan valid. Adapun rumus yang
digunakan dalam menguji validitas pada penelitian ini pada sebagai berikut.
r xy=N Σ XY− (Σ X ) ( ΣY )
√¿¿¿Sumber: Hamzah (2012: 159)
dengan r xy : Koefisien korelasi X dan YN : Banyaknya peserta Σ X : Jumlah skor tiap butir kuesionerΣY : Jumlah skor totalΣX Y : Jumlah perkalian skor butir kuesioner dengan skor totalΣ X2 : Jumlah kuadrat skor butir kuesionerΣY 2 : Jumlah kuadrat skor total
36
Butir kuesioner yang tidak valid dalam instrument angket dihapus jika terdapat
butir kuesioner lain yang valid untuk indikator yang sama. Apabila suatu indikator
belum terwakili dalam instrumen maka butir yang tidak valid diganti dengan butir
kuesioner baru dengan indikator yang sama. Kriteria yang digunakan untuk
menginterpretasikan validitas kuesioner pada Tabel 5
Tabel 5 Kriteria Penafsiran ValiditasIndeks Validitas Kriteria0,81 ≤r 11≤ 1,00 Sangat tinggi0,61 ≤r 11≤ 0,80 Tinggi0,41 ≤r 11≤ 0,60 Cukup0,21 ≤r 11≤ 0,40 Rendah0,00 ≤ r11 ≤0,20 Sangat Rendah
(Sumber: Arikunto, 2013)
3.7.1.2 Reliabilitas Angket
Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan atau konsistensi hasil skor
kuesioner dari pengukuran ke pengukuran berikutnya. Rumus yang digunakan
untuk mengukur reliabilitas adalah rumus Alpha (Arikunto, 2013: 109) dapat
dilihat sebagai berikut.
r11=( nn−1 )(1−
∑ σ i2
σ t2 )Rumus 3
dengan σ t
2=∑Y 2−
(∑ Y )2
NN
dan σ i
2=∑ x i
2−(∑ x i )
2
NN
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen;
n : banyaknya butir kuesioner;
2i : jumlah varians skor tiap-tiap item; dan
2t : varians total.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program Ms. Excel. Kriteria pengujian reliabilitas kuesioner yaitu setelah
didapatkan harga r11 kemudian harga r11 tersebut bandingkan dengan harga rtabel
37
dengan taraf signifikan α=5% dengan n banyaknya siswa yang diteliti, jika r11 >
rtabel maka item kuesioner yang diujicobakan reliabel.
3.7.2 Analisis Keefektifan Literatur Online dalam Pembelajaran Daring
3.7.2.1 Aspek Pengetahuan
Keefektifan literatur online dalam pembelajaran daring diketahui dari
hasil uji ketuntasan sebagai berikut.
3.7.2.1.1 Uji Ketuntasan
Uji ketuntasan aspek kognitif yang digunakan adalah uji ketuntasan
individual dan uji ketuntasan klasikal.
3.7.2.1.2 Uji Ketuntasan Individual
Uji ketuntasan individual digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata
nilai dari tes siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM = 65) atau
belum. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
S = RN
x 100 Rumus 4
Keterangan:
S : nilai yang dicari atau diharapkan
R : Jumlah skor dari item atau soal yang di jawab benar
N : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : Bilangan tetap
Siswa dikatakan tuntas secara individual apabila aspek kognitif siswa mencapai
nilai KKM > 65.
3.7.2.1.3 Ketuntasan Klasikal
Uji ketuntasan klasikal untuk mengetahui keberhasilan siswa memenuhi
syarat ketuntasan belajar secara klasikal berdasarkan hasil belajar (posttest).
Aspek kognitif dalam penelitian ini dikatakan tuntas secara klasikal yaitu paling
sedikit 75% siswa mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM = 65).
Persentase ketuntasan = tn x 100% Rumus5
38
Keterangan:
t : banyak siswa yang mencapai nilai tuntas atau > 65
n : banyak siswa keseluruhan.
Siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila proporsi siswa yang mencapai
ketuntasan klasikal lebih dari 75%.
3.7.2.2 Aspek Keterampilan dan Sikap
Teknik analisis data yang akan peneliti lakukan adalah dengan cara
menyusun, mengurutkan data yang diperoleh dengan membagi variabel penelitian
ke dalam sejumlah frekuensi dan persentase untuk kemudian dianalisis dan
diimplemenasikan dengan cara memaparkan data – data yang telah diperoleh
tersebut dengan kata – kata dalam kalimat secara jelas dan etrperinci.
Pengambilan nilai per item pernyataan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus persenatse menurut Sanafiah Faisal (dalam Septi, 2013: 37) sebagai
berikut:
P= ΣFN
x 100 % Rumus6
Keterangan:P : PersentaseΣF: Jumlah total skor hasil angketN : Jumlah seluruh responden
Hasil perhitungan persentase aspek ketrampilan dan sikap ditafsirkan ke dalam
kategori berikut:
81% < 100% : Sangat baik
66% < 80% : Baik
51% < 65% : Cukup
0% < 50% : Kurang (Aqib, dkk., 2010, p.161)
3.7.3 Analisis Keefektifan Literatur Online Dalam Pemahaman Konsep IPA
3.7.3.1 Uji Peningkatan
Uji peningkatan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
pemahaman konsep IPA siswa berdasarkan hasil pretest dan posttest. Data yang
diperoleh tersebut dianalisis menggunakan uji N-Gain. Rumusnya adalah sebagai
berikut.
39
N- Gain = Skor Posttest - Skor PretestSMI-Skor Pretest
Keterangan:
Skor Posttest : rata-rata nilai posttest
Skor Pretest : rata-rata nilai pretest
SMI : Skor Maksimum Ideal
Kriteria Nilai N-Gain: (g) > 0,70
0,30 < (g) < 0,70
(g) < 0,30
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
3.7.3.2 Analisis Pemahaman Konsep IPA Berdasarkan Indikator
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
besar keefektifan pemahaman konsep IPA berdasarkan setiap indikator. Hasil
analisis nantinya dibandingan dengan hasil tes pemahaman konsep IPA sebelum
penerapan literatur online melalui media youtube dengan sesudah penerapan
literatur online melalui medi youtube. Pengambilan nilai per indikator
pemahaman konsep IPA dapat dihitung dengan menggunakan rumus persenatse
menurut Sanafiah Faisal (dalam Septi, 2013: 37) sebagai berikut:
P= ΣFN
x 100 % Rumus7
Keterangan:P : PersentaseΣF: Jumlah total skor hasil pemahaman konsep IPA per indikatorN : Jumlah seluruh siswa
Hasil perhitungan persentase pemahaman konsep IPA ditafsirkan ke dalam
kategori berikut:
81% < 100% : Sangat baik
66% < 80% : Baik
51% < 65% : Cukup
0% < 50% : Kurang (Aqib, dkk., 2010, p.161)
40
DAFTAR PUSTAKA
Handarini Oktafia Ika, Wulandari Siti Sri. 2020. Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (Sfh) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (Jpap) Volume 8, Nomor 3, 2020.
Isdayanti, Lukman Nulhakim, Ahmad Syachruroji. 2020. Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis Adobe Flash pada Materi Daur Hiudp Hewan. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. 4 (2): 390-406
Istikhoirini Ela. 2021. Studi Literatur: Edmodo Sebagai Media Pembelajaran Matematika Daring Dalam Era Merdeka Belajar Di Masa Pandemi. Seminar Nasional Pendidikan Matematika Vol 2 No 1 Januari 2021.
Kamamayanthy Devi Yulia. 2020. Analisis Pembelajaran Menggunakan Edmodo Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XII DPIB Di SMKN 1 Majalengka Tahun Ajaran 2020-2021. Skripsi. Fkip Unpas.
Mujianto Haryadi. 2019. Pemanfaatan Youtube Sebagai Media Ajar Dalam Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar. Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran Dan Penelitian Vol. 5; No. 1; Tahun 2019 Halaman 135-159.
Mustakim. 2020. Efektivitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media Online Selama Pandemi Covid-19 Pada Mata Pelajaran Matematika. Al Asma: Journal Of Islamic Education Vol. 2, No. 1, May 2020.
Rahmaibu, Farida Hasan, Farid Ahmadi, Fitria Dewi Prasetyaningsih. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Adobe Flash untuk Meningkatkan Hasil Belaajar PKn. Jurnal Kreataif. 5 (1): 1-10
Risky Sonia Mahari. 2019. Analisis Penggunaan Media Video Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan Volume 28, No. 2, 2019, Hlm. 73 – 79.
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Online. Panduan Praktis Mengelola. Media Online. (Bandung : Nuansa Cendekia. 2012). H. 30.
Sadikin Ali, Hamidah Afreni. 2020. Pembelajaran Daring Di Tengah Wabah Covid-19. Biodik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi Vol. 06, No. 02 (2020), Hal. 214 – 224.
Wulandari, Isnaini. 2019. Pengembangan Media Pembelajaran Digital Book Berbasis Adobe Flasah CS 6 Pro pada Mata Pelajaaran Instalasi Motor
41
Listrik di SMKN Pungging. Jurnal Pendidikan Teknik Elektrro. 8 (1): 149-153.
Yanti Rida Adhari, Nindiasari Hepsi, Ihsanudin. 2020. Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Smp Dengan Pembelajaran Daring. Wilangan Volume 1, No. 3, September 2020.
Yassa, Kadek Aditya Pradipta, Ketut Udy Ariawan, I Wayan Sutaya. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Adobe Flash pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Materi Elektro Listrik untuk Kleas XI MIPA dan IPS di SMA Negeri 3 Singaraja. 14 (2): 199-209
Yeni, Wery Rahma. 2018. Meningkatkan Pemahaman Konsep Ipa Menggunakan Model Quantum Teaching Di Kelas V Sekolah Dasar: Skripsi: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fkip Universitas Jambi.