Suatu bentuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan secara damai
yang hasilnya bersifat final dan mengikat.
PERJANJIAN ARBITRASE :
Menurut Prof Soebekti (Dalam buku “Arbitrase di indonesia”)
“Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan (perkara) oleh
seorang atau beberapa orang wasit (arbiter) yang bersama-sama
ditunjuk oleh para pihak yang berperkara dengan tidak diselesaikan
lewat pengadilan.”
Tanda adanya perjanjian arbitrase maka tidak ada kewenangan
arbitrase.
Perjanjian arbitrase meniadakan hak para pihak untuk mengajukan
sengketa ke pengadilan dan meniadakan wewenang pengadilan untuk
mengadili.
Untuk perjanjian arbitrase yang dibuat sebelum terjadinya sengketa
(pactum de compromitendo), umumnya dirumuskan secara singkat
yakni:
1. Hanya menunjuk forum & tempat arbitrase di selenggarakan
(choice of forum).
2. Aturan hukum yang akan digunakan untuk menyelesaikan
sengketa (choice of law).
umum seperti:
“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan
diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir menurut peraturan
prosedur bani oleh arbiter- arbiter yang ditunjuk oleh atau menurut
peraturan bani tersebut.
“Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa
dibidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundangan di kuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa”
AYAT (2) :
dirumuskan secara lebih rinci/detail dengan
unsur-unsur sebagai berikut:
3. Nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis
arbitrase;
4. Tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil
keputusan;
5. Nama lengkap sekretaris;
7. Pernyataan kesediaan arbiter;
10
8. Pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa untuk
menanggung segala biaya yang dibebankan untuk penyelesaian sengketa
melalui arbitrase.
Sama-sama menundukkan diri pada penyelesaian sengketa secara
alternatif yakni
“arbitrase”;
1. Untuk kasus perjanjian yang telah dibuat sebelum sengketa
terjadi :
Hal-hal yang termuat dalam surat
pemberitahuan harus secara jelas tentang :
1. Nama dan alamat para pihak; 2. Penunjukan pada klausula atau
perjanjian
setelah ada sengketa.
2. Adanya kesepakatan hukum yang akan digunakan;
3. Adanya kesepakatan untuk mengakhiri sengketa;
4. Adanya hak untuk melakukan tuntutan dan perlawanan (claim
and de fund );
5. Berlaku prinsip kontradiksi (keseimbangan bagi kedua
pihak);
1. Prosedur lebih cepat;
2. Waktu tidak lebih dari 60 hari dan bisa diperpanjang hingga 180
hari sejak dibentuknya majelis arbitrase;
3. Biaya lebih murah;
5. Pemeriksaan arbitrase bersifat tertutup
1. Kegunaan arbitrase berkurang jika para pihak berpaling ke
pengadilan;
2. Proses eksekusi jika tidak dijalankan secara sukarela oleh para
pihak harus meminta bantuan/perantaraan pengadilan;
3. Pemohon dapat mengambil tindakan tidak sah secara
diam-diam;
4. Jika perselisihan atas dana yang besar maka biaya adminstrasi
untuk lembaga arbitrase juga besar;
5. Memungkinkan adanya penundaan karena kebutuhan untuk menentukan
langkah-langkah pemeriksaan;
a) Mengisi formulir pendaftaran;
b) Melampirkan perjanjian arbitrase;
c) Apabila ada kesepakatan proses arbitrase melalui ad hoc
maka para pihak akan menunjuk para arbiter
d) Para arbiter menetapkan ketua majelis arbitrase
1. PENDAFTARAN PEMOHON
a) Hubungan hukum pemohon dan termohon;
b) Duduk perkara / sengketa;
DALAM PERMOHONAN
3. HUKUM ACARA YANG DIGUNAKAN
Dalam perkara arbitrase para pihak secara bebas dapat menentukan
satu prosedur yang akan digunakan dalam proses persidangan,
jika tidak tercapai kesepakatan, maka arbitrase yang akan
menentukan prosedur acara sesuai dengan peraturan hukum (Pasal 19
Model Law)
Lanjutan mekanisme penyelesaian melalui arbitrase….
4. BIAYA ADMINISTRASI
Dalam berperkara di lembaga arbitrase, proses pendaftaran dan biaya
awal (penitipan) hampir sama dengan di pengadilan umum, yakni
pemohon harus mendaftar lebih dahulu biaya administrasi yang
perhitungannya sudah ditentukan oleh BANI.
Apabila pihak pemohon, setelah menerima pemberitahuan adanya
permintaan pemeriksaan arbitrase kemudian mengajukan rekonpensi,
maka termohon harus membayar biaya administrasi sendiri. Rekonpensi
dan jawaban harus disampaikan dalam waktu 30 hari
5. PENUNJUKKAN ARBITER
a. Pihak pemohon dan termohon dapat menunjuk arbiter sesuai yang
terdaftar dalam BANI;
b. Kedua arbiter akan menunjuk satu arbiter sebagai ketua
majelis;
c. Jika keduanya tidak menunjuk maka ketua BANI berwenang menunjuk
ketua dari daftar anggota BANI yang ada;
d. Perkara arbitrase dapat juga disidangkan oleh seorang arbiter
tunggal jika perkara dianggap sederhana dan atas sepakat
pihak-pihak yang bersengketa;
e. Arbiter berwenang untuk mengadakan pertemuan pendahuluan
guna menyusun kerangka kerja yang harus disepakati dalam melakukan
pemeriksaan;
a. Sidang pertama diadakan/dibuka 14 hari setelah termohon memberi
jawaban (tertulis);
b. Apabila termohon belum memberi jawaban maka sidang diundur
14 hari lagi untuk termohon memberi jawaban maupun
rekonpensi;
c. Apabila pada persidangan pertama termohon tidak datang
sidang akan diundur 14 hari, tetapi jika setelah diundur kedua
kalinya tersebut termohon tidak juga hadir maka perkara akan
diputus secara “verstek”
Lanjutan mekanisme penyelesaian melalui arbitrase….
d. Atas putusan verstek termohon mempunyai hak untuk mengajukan
“verzet”;
e. Permohonan pemeriksaan arbitrase “gugur” apabila pada
persidangan pertama pemohon dan kuasanya tidak hadir;
f. Pada persidangan pertama, majelis arbitrase tetap menawarkan
pada para pihak untuk berdamai. Jika tidak berhasil maka sidang
diteruskan dengan pemeriksaan (hearing) sesuai prosedur dan agenda
yang telah disusun;
Lanjutan proses persidangan arbitrase….
b. Panggilan terhadap saksi harus disampaikan kepada majelis
arbitrase dan kepada pihak lainnya yang berisi pokok kesaksian,
nama, alamat dan bahasa saksi;
c. Saksi ahli dapat dipanggil oleh arbiter tanpa meminta
persetujuan dari para pihak;
d. Jika pemriksaan selesai maka setelah masing- masing menyampaikan
kesimpulan maka majelis arbitrase harus memutuskan dalam waktu 30
hari;
Lanjutan mekanisme penyelesaian melalui arbitrase….
- putusan ditandatangani oleh para arbiter;
- putusan dibubuhi materai;
- putusan didaftarkan di pengadilan
- putusan harus konsisten dan dapat dijalankan;
- hanya memutus masalah yang disengketakan
Lanjutan keputusan arbitrase….
9. PELAKSANAAN PUTUSAN
b) Dibuatkan akta pendaftaran;
c) Penyerahan putusan asli;
a) Bisa dilaksanakan di Indonesia melalui Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat;
b) Putusan dijatuhkan oleh arbiter pada negara yang mempunyai
perjanjian dengan Indonesia;
c) Putusan dalam lingkup hukum peragangan;
d) Putusan tidak bertentangan dengan kepentingan umum;
Lanjutan mekanisme penyelesaian melalui arbitrase….
B. PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL
30
e) Putusan telah mendapat eksekutor dari Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat;
f) Jika putusan menyangkut negara (BUMN dsb) harus mendapat
eksekutor dari Mahkamah Agung;
g) Putusan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.
Lanjutan putusan arbitrase internasional….
31
1. Dilaksanakan atas perintah Ketua Pengadilan atas permohonan
salah satu pihak yang bersengketa;
2. Pelaksanaannya dilakukan 30 hari setelah permohonan eksekusi
didaftarkan;
Lanjutan mekanisme penyelesaian melalui arbitrase….
C. PUTUSAN YANG TIDAK DIJALANKAN
SECARA SUKARELA
a. apakah putusan tidak bertentangan dengan Pasal 4 (persetujuan
untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase) dan Pasal 5
(sengketa hanya terbatas pada sengketa dagang);
b. tidak bertentangan dengan kesusilaan dan kepentingan umum.
Lanjutan putusan yang tidak dijalankan secara sukarela….
Suatu sengketa yang diselesaikan diluar lembaga peradilan adalah
bentuk upaya penyelesaian sengketa yang menguntungkan kedua belah
pihak artinya persetujuan cara penyelesaian pemecahan masalah oleh
para pihak yang bersengketa melaluli bantuan pihak
ketiga yang independen baik dengan cara negosiasi, mediasi atau
pendapat ahli (faluasi).
33
Untuk memudahkan secara praktis apa saja hal-hal yang dapat
diselesaikan baik melalui alternatif penyelesaian sengketa
(APS) maupun lembaga arbitrase perlu kita mengutip pendapat ahli
arbitrase yakni Prof.Dr. H.Priyatna Abdur Rasyid, SH. dalam buku
"Arbitrasi & APS" telah mengelompokkan dasar sengketa atau
perselisihan yakni:
34
b) Konsistusional adminstratif dan fiskal - termasuk
masalah
kewarganegaraan/status, pemerintahan, institusi pemerintah,,
dan jaminan sosial.
organisasi.
masalah-masalah yang timbul dalam likuidasi, kepailitan dan
keuangan.
35
h. Perselisihan menaenai harta benda i. Perselisihan tentang
asuransi (klaim, tuntutan
kewajiban dan kealpaannya). j. Perselisihan masalah marital
(akibat
perceraian, anak, harta benda, dll.) k. Perselisihan baik secara
kelompok maupun
perseorangan.
36
Alternatiive Dispute Resolution atau Alternatif
Penyelesaian Sengketa dapat diberi batasan yakni merupakan
sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi memberi
alternatif atau pilihan suatu tatacara penyelesaian sengketa agar
mendapatkan putusan akhir dan mengikat para pihak, baik melalui
perantara bantuan pihak ketiga maupun penyelesaian antara para
pihak sendiri.
37
Adalah merupakan suatu cara penyelesaian sengketa dimana
individu berkomunikasi satu dengan yang lain diluar lembaga
peradilan yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui pihak
ketiga yang tujuannya untuk mengatur hubungan mereka dalam
menjalankan bisnis maupun kehidupan sehari-hari.
38
39
4) Menyampaikan tawaran yang mungkin diterima.
5) Ada oroses tawar menawar.
6) Menentukan target minimal.
3) Tidak tercela.
5) Ada kemampuan memutuskan dengan prinsip imparsial.
41
42
A. Tahap Sebelum Negosiasi Berlangsung
1) Siapa saja yang terlibat negosiasi.
2) Apa negosiasi itu memang diperlukan.
3) Bagaimana hubungan antar para pihak dan apa saja yang sebenarnya
menjadi hambatan sehingga timbul sengketa.
4) Pokok masalah yang akan dibicarakan yang menjadi obyek dari
negosiasi itu sendiri;
43
3) Argumentasi (masing-masing pihak)
5) Menetapkan proposal/usulan penyelesaian.
44
1) Kekuatan tawar-menawar.
45
Dari ketiga faktor tersebut diatas masih bersifat relatif karena
dalam negosiasi masih tergantung pada hal-hal sebagai berikut
:
1. Bagaimana kebutuhan anda terhadap pihak lain.
2. Bagaimana kebutuhan pihak lain terhadap anda.
3. Bagaimana alternatif kedua belah pihak.
4. Apa persepsi para pihak mengenai kebutuhan serta
pilihan-pilihannya.
46
1. Bersaing (competing).
2. Berkompromi (compromising).
47
Dalam negosiasi terdapat suatu teknik untuk
menghindari/melarikan diri (Avaidance) dari James E. Peterson dalam
buku How to Become a better Negotiation: Teori ini dapat digunakan
apabila :
a) Permasalahan tersebut sederhana atau sepele.
b) Bila pihak-pihak dalam sengketa kurang mampu menawarkan
penyelesaian win-win solution,
c) Jika potensi kekalahan dalam conflict lebih berat (berdasar
analisis Cost benefit),
d) Bila tidak cukup waktu untuk menyelesaikan conflict dengan waktu
singkat.
48
Mediasi merupakan proses penyelesaian suatu sengketa dengan
menggunakan jasa pihak ketiga yang independen tapi tidak
memutuskan, dimana para pihak yang bersengketa menggunkan forum
tersebut atas dasar itikad baik.
Istilah mediasi sering disamakan dengan proses perdamaian karena
memang kehendak untuk mengakhiri sengketa harus datang dari
kedua belah pihak, sedangkan seorang mediator hanya mengatur
mekanismenya dengan memberikan saran dan pendapat hukum atas
permasahan yang dihadapi.
49
Proses mediasi di Indonesia telah diatur dengan berbagai petunjuk
melalui Peraturan Mahkamah Agung (PERMA No.2 tahun 2004 tentang
Mediasi) sekarang No. 1 Tahun 2008.
Adalah benar dengan kebebasan kehendak kedua belah pihak
untuk menyelesaikan sengketa secara cepat itulah yang
memungkinkan seorang mediator memberikan penyelesaian yang inovatif
melalui suatu bentuk penyelesaian yang saling
menguntungkan.
50
a) Pihak yang bersengketa terlibat secara aktif dalam proses
penyelesaian sengketa.
b) Bersifat informal.
d) Masing-masing pihak menjaga kepentingan bukan hanya membicarakan
hak.
e) Hubungan antar pihak yang terlibat tetap terpelihara.
f) Usaha penyelesaian selalu praktis dan konstruktif.
51
ASPEK NEGATIF MEDIASI
1. Pihak-pihak yang terlibat bisa tidak serius karena prosedur
longgar dan tidak formal,
2. Hasil mediasi adakalanya tidak dilaksankan oleh salah satu
pihak.
52
b) menyelesaikan sengketa secara singkat, cepat dan murah.
c) menciptakan penyelesaian secara formal.
d) penyelesaian dengan keuntungan keduabelah pihak yang
bersengketa
53
3) Merumuskan masalah dan menyusun agenda.
4) Mengumpulkan dan menganalisa semua informasi tentang latar
belakang masalah.
5) Mengupayakan penyelesaian secara cepat.
54
3) Memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing
pihak.
4) Mediasi ditujukan untuk penyelesaian sukarela.
55
2) Penyelesaian mengikat kedua belah pihak.
3) Penyelesaian dengan saling mengerti kelebihan dan
kelemahannya.
56