Agama Islam - Akhlak Terhadap Guru Dan Akhlak Terhadap Flora Dan Fauna Upload

Embed Size (px)

DESCRIPTION

homework again

Citation preview

PENDAHULUANKedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang paling penting . jatuh bangunnya suatu masyarakat dan bangsa tergantung pada bagaimana ahlaknya. Jika akhlak masyarakat tersebut baik, maka baik pula lahir dan batinnya. Sebaliknya, apabila ahlaknya rusak, maka rusak pula lahir dan batinnya. Keberhasilan seseorang , masyarakat, dan bangsa disebabkan karena ahlaknya buruk. Seorang muslim yang berahlak baik senantiasa mau bersikap adil. Yang dimaksud adil disini adalah memberikan setiap orang yang mempunyai hak akan haknya. Pengertian adil seperti itu tidak akan terwujud seperti yang diharapkan, jika tidak mengetahui hak dan kewajiban, hak dan kewajiban itu diberikan kepada orang yang memilikinya. Sebaliknya jika seorang yang berahlak buruk akan merampas hak orang lain dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya.Perilaku atau Akhlak merupakan tingkah laku atau tanggapan seorang terhadap lingkungan, sifat-sifaat kejiawaan,akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seorang. secara etimologi akhlak berasal dari katakhalaqayang berarti mencipta, membuat, atau menjadikan.Akhlakadalah kata yang berbentuk mufrad, jamaknya adalahkhuluqun,yang berarti perangkai, tabiat, adat ataukhalakunyang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi akhlak (perilaku) adalah perangkai tabiat atau sistim perilaku yang dibuat manusia, bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebgai landasan, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akahlak sudah menjadi konotasi baik sehingga orang berakhlak berarti orang yang berperilaku baik. Jadi, Akhlak atau perilaku adalah hal ikhwal yang melekat jiwa, dari pada timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti manusia. Baik kataakhlakataukhulukkedua-duanya dapat dijumpai dalam Al-Quran sebagagai berikut :Artinya : Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar Berbudi pekerti yang agung (Q.S Al-Qalam, 68 : 4)Sedangkan menurut pendekatan terminalogi, berikut ini beberapa pakar yang mengemukakan pengetian Akhlak atau perilaku sebagai berikut :1.Ibnu MiskawihBahwa akhlak atau perilaku adalah keadaan jiwa seorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.2.Imam Al-GhazaliBahwa akhlak atau perilaku adalah suatu sikap yang mengakar yang darinya lahir sebagai perbuatan yang mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik atau terpuji, baik dari segi akal syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika dia lahir darinya perbuatan tercel, maka sikap tersebut disebut akhlak buruk.3.Ahmad AminSementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak atau perilaku yaitu kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bisa membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakn akahlak atau perilaku. Menurut kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupaka perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan lebih besar, kekuatan inilah yang bernama akhlak.Jadi, akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati penyakit social pada zaman era globalisasi seperti ini. Serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebaikan. Dengan demikian akhlak islami lebih baik dari akhlak lainnya.

Adab dan Akhlak dalam Menuntut Ilmu

Di dalam Al Quran diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.

Agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh para pencari ilmu :1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkanridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.2. Selalu minta restu danridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati.Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.4. Belajar kepada guruyang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.

Adab dan Akhlak Guru terhadap murid

Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai makna "Digugu dan ditiru" artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti.

Sedangkan dalamkamus besar bahasa Indonesiaadalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut muallim dan dalambahasa Inggrisdisebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person Occupation is Teaching Other" artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.

Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal. Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.

Pengertian-pengertian diatas menurutMuhibbin Syahmasih bersifat umum, dan oleh karenanya dapat mengundang bermacam-macam interpretasi dan bahkan juga konotasi (arti lain). Pertama adalah kata "seorang (A Person) bisa mengacu pada siapa saja asal pekerjaan sehari-harinya (profesinya) mengajar. Dalam hal ini berarti bukan hanya dia yang sehari-harinya mengajar disekolah yang dapat disebut guru, melainkan juga dia-dia yang lainnya yang berprofesi (berposisi) sebsagai Kyai di pesantren, pendeta di gereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan, kedua adalah kata "mengajar" dapat pula ditafsirkan bermacam-macam misalnya:

Menularkan (menyampaikan) pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif) Melaih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik) Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil sebuah konklusi bahwa yang dimaksud guru adalah seorang atau mereka yang pekerjaannya khusus menyampaikan (mengajarkan) materi pelajaran kepada siswa disekolah.Guru harus menunjukkan karateristik utamanya, yaitu Mampu melaksanakan suatu pekerjaan secara rasional dan memiliki visi dan misi yang jelas.Menguasai perangkat pengetahuan (teori, konsep, data, informasi, prinsip.dan sebagainya ) .Menguasai perangkat keterampilan (strategi, taktik, metode, teknik, prosedur, sarana, dan sebagainya) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas kewajiban pekerjaan sesuai profesinya.Memahami persyaratan ambang (basic standard) tentang kelayakan normatif minimal, kondisi proses yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya. Bagi semua guru/pendidik mari kita tingkatkan profesionalisme kita, karena kita adalah ujung tombak sekaligus bertanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa dan menghasilkan anak didik yang berakhlak mulia, berprestasi, dan mempunyai kepercayaan yang sangat tinggi terhadap guru/pendidiknya.

Guru yang baik memiliki tanggungjawab untuk selalu menjunjung tinggi profesinya. Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya serta harus peka terhadap perubanan-pe-rubahan yang terjadi. Dunia ilmu pengetahuan selalu memunculkan hal-hal baru. Guru sebagai pendidik seyogianya lebih dulu mengetahui semua informasi atau bahan ajar dibandingan dengan siswa/anak didik maupun masyarakat.

Adab dan Akhlak Murid terhadap Guru

Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhialluanhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.Contoh Akhlak murid terhadap Guru.. menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru jujur dan setia bersama guru bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya selalu berusaha menyenangkan hati guru memanggil guru dengan panggilan yang disukainya berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya tidak terbahak-bahak di depan guru tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru selalu duduk dalam sikap sopan berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru

Menurut Imam al-Ghazali seseorang murid hendaklah: Memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya. Mendiamkan diri sewaktu guru sedang menyampaikan pelajaran. Menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Tidak meninggikan suara terhadap guru, sebaliknya memadailah berkata dengan suara yang didengari. Sekiranya perlu bertanya, pastikan guru bersedia memberikan jawapan.Menghormati guru di hadapan dan belakangnya. Menutup kelemahan guru agar tidak didedahkan tanpa keperluan. Mendoakan kebaikan baginya.

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[apa yang Telah Allah janjikan kepadanya] dan mereka sedikipun tidak mengubah (janjinya), al ahzab:23Kelakuan baik dari murid sesungguhnya tiada batasnya. Dia hendaknya selalu berusaha keras (jihad) dan membuat kemajuan dengan Gurunya, dengan sesama saudaranya, dengan masyarakatnya, dan dengan Bangsanya, karena Allah selalu memperhatikan dia, Nabi (s.a.w.) selalu memperhatikan dia, Guru selalu memperhatikan dia, dan para Guru-Guru yang telah mendahului mereka selalu memperhatikan mereka. Dengan kemajuan yang tetap, hari demi hari, dia akan mencapai Keadaan Kesempurnaan (the State of Perfection) dengan petunjuk dan bantuan Gurunya.

AKHLAK TERHADAP FLORA DAN FAUNASelama ini, masalah akhlak hanya sering terfokus terhadap hubungan antar manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga sangatlah penting. Kita lihat sekarang ini banyak sekali tingkah laku manusia yang tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, misalnya dengan menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area pemukiman, yang akan mengakibatkan pemanasan global karena hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar karbondioksida di alam ini sudah mulai tiada. Dalamkasus ini, kita harus mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri saja tapi merusak lingkungan.Setidaknya, dengan peringatan dari Allah ini,manusia di muka bumi telah sadar dan lebih memperhatikan lingkungan hidupnya lagi.Karena pada awalnya, manusia diciptakan oleh Allah tujuannya adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yang tentunya juga harus dapat melestarikan bumi ini. Memang suatu saat nanti kiamat pun akan terjadi. Namun jika manusia terus bersikap merusaklingkungan seperti ini, tentunya kiamat itu sendiri akan menjadi lebih cepat karena ulah manusia itu sendiri.

1.Aklak Terhadap Tumbuh-Tumbuhan

Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan, bukan saja terhadap manusia akan tetapi juga bagi makhluk yang lain sepeti tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu lingkungan harus tetap terjaga keserasian dan kelangsungan hidupnya sehingga secara berkesinambungan tetap dalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan.Sebagaimana firman Allah SWT :

"Ia memancarkan daripadanya mata air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh (semua) itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (Al Nazi'at : 31-32)

Akhlak terhadap flora dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan insane yaitu dengan menjaga keserasian dan kelestarian serat tidak merusak lingkungan hidup. Usaha-usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-maslah kelestarian lingkungan. Apa yang kita saksikan saat ini adalah bukti ketiadaan akhlak terhadap lingkungan. Sehingga akhirnya, akibatnya yang menimpa manusia sendiri. Banjir, tanah longsor, kebakaran dan isu yang sering dibicarakan yaitu global warming sedang mengancam manusia. Allah SWT berfirman :

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar Rum 41)

"Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. " ( al Qashas : 77)

"Dan apabila ia berpaling , ia berjalan di bumi, untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan". ( Albaqarah 205)

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepaa orang-orang yang berbuat baik." (Al A'raf : 56)

2.Aklak Terhadap HewanSuatu hari, Rasulullah berkisah kepada para sahabat yang tengah berkumpul. Ia mengisahkan tentang seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil tengah berjalan di bawah terik matahari, dengan rasa rasa haus yang amat sangat. Ketika ia melihat ada sebuah sumur, maka ia segera turun dan mengambil airnya untuk diminum. Setelah hausnya terpuaskan dan laki-laki itu hendak meninggalkan tempat itu, ia melihat seekor anjing yang sedang kehausan. Anjing itu menjilat-jilat pasir karena hausnya.Dalam hatinya, laki-laki ini mengatakan,Anjing ini menderita kehausan, sebagaimana aku. Akhirnya, ia kembali turun ke sumur dan memenuhi sepatu kulitnya dengan air, dan diberikanlah kepada binatang malang itu.Rasulullah SAW setelah membawakan kisah ini bersabda, Maka Allah memujinya dan mengampuninya.Mendengar kisah tersebut, para sahabat bertanya,Wahai Rasulullah, apakah benar-benar kami memperoleh pahala karena binatang? Rasulullah pun menjawab, Di setiap hati yang lembab ada shadaqah.Hati yang lembab adalah perumpamaan terhadap makhluk hidup apapun. Makhluk yang mati, hati dan badannya mengering. Sebab itulah, Imam An Nawawi menyimpulkan dari kisah di atas bahwa berbuat baik kepada binatang hidup, baik memberi minum atau lainnya merupakan sebuah bentuk shadaqah (Syarah Shahih Muslim, 7/503).Seorang muslim beranggapan bahwa kebanyakan hewan adalah makhluk mulia, maka dari itu ia menyayanginya karena Allah sayang kepada mereka dan ia selalu berpegang teguh kepada etika dan adab berikut ini.

1. Memberinya makan dan minum apabila hewan itu lapar dan haus, sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :

"Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)" [HR Al-Bukhari ]

"Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit" [HR At-Tirmdzi ]

2. Menyayangi dan kasih sayang kepadanya, sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda ketika para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah.

"Allah mengutuk orang yang menjadikan sesutu yang bernyawa sebagai sasaran" [HR Al-Bukhari, Muslim]

Beliau juga telah melarang mengurung atau mengikat binatang ternak untuk dibunuh dengan dipanah/ditombak dan sejenisnya, dan karena beliau juga telah bersabda. "Siapa gerangan yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-anaknya". Beliau mengatakan hal tersebut setelah beliau melihat seekor burung berputar-putar mencari anak-anaknya yang diambil dari sarangnya oleh salah seorang sahabat" [HR Abu Daud : dengan sanad shahih]

3. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya" [HR Muslim]

4. Tidak menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun, atau dengan membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi" [HR Al-Bukhari : 3482]

Ketika beliau berjalan melintasi sarang semut yang telah dibakar, beliau bersabda.

"Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain Rabb (Tuhan) pemilik api" [HR Abu Daud : 2675, hadits shahih]

5. Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda, " Ada lima macam hewan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali" [HR Muslim].

6. Boleh memberi wasam (tanda/cap) dengan besi panas pada telinga binatang ternak yang tergolong na'am untuk maslahat, sebab telah diriwayatkan bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam memberi wasam pada telinga unta shadaqah dengan tangan beliau yang mulia. Sedangkan hewan lain selain yang tergolong na'am (unta, kambing dan sapi) tidak boleh diberi wasam, sebab ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat ada seekor keledai yang mukanya diberi wasam beliau bersabda, "Allah mengutuk orang yang memberi wasam pada muka keledai ini" [HR Muslim]

7. Mengenal hak Allah pada hewan, yaitu menunaikan zakatnya jika hewan itu tergolong yang wajib dizakati.

8. Tidak boleh sibuk mengurus hewan hingga lupa taat dan dzikir kepada Allah. Sebab Allah telah berfirman.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah" [Al-Munafiqun : 9]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah bersabda berkenaan dengan kuda : "Kuda itu ada tiga macam. Kuda bagi seseorang menjadi pahala, kuda bagi seseorang menjadi pelindung dan kuda bagi seseorang menjadi dosa. Adapun kuda yang mendatangkan pahala adalah kuda seseorang yang dipangkal untuk fisabilillah, ia banyak berdiam di padang rumput atau di taman. Maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu selama dipangkal di padang rumput atau di taman itu, maka pemiliknya mendapat pahala-pahala kebajikan. Dan sekiranya ia meninggalkannya lalu mendaki satu atau dua tempat tinggi, maka jejak dan kotorannya menjadi pahala-pahala kebajikan baginya. Maka dari itu kuda seperti itu menjadi pahala bagi pemiliknya. Kuda yang diikat oleh seseorang karena ingin menjaga kehormatan diri (tidak minta-minta) dan ia tidak lupa akan hak Allah Subhanahu wa Ta'ala pada leher ataupun punggung kuda itu, maka kuda itu menjadi pelindung baginya. Dan kuda yang diikat (dipangkal) oleh seseorang karena kebanggaan, riya dan memusuhi orang-orang Islam, maka kuda itu mendatangkan dosa baginya" [HR Al-Bukhari].