40
BAGIAN II : AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI لثانيا القسم: نفسهمعالؤمن أخلقBy. Rikza Maulan, Lc., M.Ag Sekretaris Dewan Pengawas Syariah Takaful Indonesia

02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

BAGIAN II :AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

أخلق الؤمن مع نفسه: القسم الثاني

By. Rikza Maulan, Lc., M.AgSekretaris Dewan Pengawas Syariah

Takaful Indonesia

Page 2: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Pengertian & Urgensi Akhlak Terhadap Diri SendiriPengertian & Urgensi Akhlak Terhadap Diri Sendiriتعريف الخلق بالنفس وأهميتهتعريف الخلق بالنفس وأهميته

Sebelum berakhlak dengan orang lain, seorang mu’min harus dapat mencerminkan akhlaqul karimah terhadap dirinya sendiri. Sebab seorang mu’min adalah pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum menjadi pemimpin bagi orang lain. Oleh karenanya, ia akan berakhak dengan baik terhadap dirinya sendiri.

Berakhlak terhadap dirinya sendiri adalah bagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Assunnah. Ia menunaikan hak-hak dirinya, tidak mendzaliminya, dan berbuat adil terhadapnya.

Secara umum akhlak terhadap diri sendiri terbagi menjadi tiga bagian :a. Akhlak terhadap fisiknya.b. Akhlak terhadap akalnya.c. Akhlak terhadap hati/ ruhiyahnya.

Sebuah ungkapan hikmah mengatakan, bahwa siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Rabnya. Dan pengenalan terhadap diri, diimplementasikan dengan berakhlak terhadap dirinya sendiri.

Page 3: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

I. Akhlak Terhadap FisikI. Akhlak Terhadap Fisikالخلق بالسدالخلق بالسد: : الفصل الول الفصل الول

Dalam jasad insan terdapat hak-hak dan hal-hal yang perlu diperhatikan serta dipenuhi oleh setiap mu’min.

Seorang mu’min perlu merawat dan menjaga dirinya, agar sentiasa dapat menjalankan aktivitas sebagaimana yang diharapkan.

Diantara petunjuk umum Rasulullah SAW dalam masalah fisik adalah sabdanya :

ع ن� أ�ب�ي ه�ر ي�ر ة� ق�ال ق�ال ر س�ول� الل�ه� ص ل�ى الل�ه� ع ل�ي�ه� و س ل�م ال�م�ؤ�م�ن� ال�ق�وي� خ ي�ر� و أ�ح ب� إل�ى الل�ه �)رواه مسلم(م�ن� ال�م�ؤ�م�ن الض/ع�يف

Dari Abu Hurairah ra, ‘Seorang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibandingkan dengan mu’min yang lemah.’ (HR.

Muslim) Kemudian bahwa jasad merupakan amanah yang Allah titipkan

pada dirinya. Oleh karena itulah, ia perlu menjaga titipan Allah tersebut dengan baik.

Page 4: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Seimbang Dalam Mengkonsumsi Makananمعتدل ف طعامه وشرابه

Diantara akhlak terhadap fisik adalah memberikan makan dan minum kepada fisik sesuai dengan kebutuhannya dan tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. Al-A’raf/ 7 : 31) :و�ك�ل�و�ا و�اش�ر�بو�ا و�ل� ت�س�ر�ف�و�ا إ�ن�ه ل� يح�ب� ال�مس�ر�ف�ي�ن�

“Makan dan minumlah kalian, dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

berlebih-lebihan Dalam hadits Rasulullah SAW mengemukakan :

�م ا م ل�أ� آد م�يJ وع اءH ش رFا م�ن� ب ط�ن�ه�، ف�إذ ا ك�ان ل� م ح ال�ة� ف�اع�ل=، ف�ث�ل6ث� ل�ط�ع ام�ه�، و ث�ل6ث� ل�ش ر اب�ه� و ث�ل6ث� ل�ن ف�س�ه)رواه أحد والتمذي(

Janganlah seseorang itu mengisi perutnya sesuatu yang buruk baginya. Dan apabila tidak menyulitkan baginya hendaknya ia

mengisi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannnya dan sepertiga lagi untuk dirinya.

(HR. Ahmad & Turmudzi)

Page 5: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

2. Melatih Fisik Agar Kuat & Sehat2. Melatih Fisik Agar Kuat & Sehatيزاول الرياضة البدنيةيزاول الرياضة البدنية: : الثانى الثانى

Seorang mu’min kendatipun senantiasa sehat, karena tidak melakukan sesuatu yang merusakkan dirinya seperti begadang, memakan makanan dan minuman yang merusak fisiknya, namun bersamaan dengan itu, senantiasa melakukan kegiatan yang akan menambah kekuatan fisiknya. Diantaranya adalah dengan cara oleh Raga.

Kendatipun istilah olah raga tidak dikenal dalam bahasa Al-Qur’an maupun hadits, namun rambu-rambu umum mengenai hal tersebut telah teradapat dalam Al-Qur’an & Sunnah.

Dalam Al-Qur’an (QS. Al-Anfal/ 8 : 60) :و�أ�ع�دو�ا ل�هم� م�ا اس�ت�ط�ع�ت�م� م�ن� ق�و(ة4 و�م�ن� ر�ب�اط� ال�خ�ي�ل� ت�ر�ه�بو�ن� ب�ه� ع�دو( ال� و�ع�دو(ك�م� و�آخ�ر�ي�ن� م�ن� دو�ن�ه�م� ل� ت�ع�ل�مهم� ال� ي�ع�ل�مهم�

Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, yang dapat menggentarkan

musuh Allah , musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.

Dalam hadits rasulullah bersabda : �رواه(ع ن� أ�ب�ي ه�ر ي�ر ة� ق�ال ق�ال ر س�ول� الل�ه� ص ل�ى الل�ه� ع ل�ي�ه� و س ل�م ال�م�ؤ�م�ن� ال�ق�وي� خ ي�ر� و أ�ح ب� إل�ى الل�ه� م�ن� ال�م�ؤ�م�ن الض/ع�يف

)مسلمDari Abu Hurairah ra, ‘Seorang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh

Allah dibandingkan dengan mu’min yang lemah.’ (HR. Muslim)

Page 6: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

3. Tidak Merusak Fisiknya Sendiriعدم إفساد جسده

Diantara akhlak terhadap diri sendiri adalah tidak melakukan satu hal atau kebiasaan yang dapat merusak diri sendiri:

و�ل� ت�ق�ت�ل�وا أ�ن�ف�س�ك�م� إ�ن( الل�ه� ك�ان� ب�ك�م� ر�ح�يم;اDan janganlah kamu membunuh (merusak) dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah

Maha Penyayang terhadapmu. (QS. Annisa/ 4 : 29) Diantara hal yang dapat merusak diri sendiri adalah rokok. Ditinjau dari aspek

kesehatan, tidak satu pun ahli kesehatan yang mengatakan bahwa rokok itu meningkatkan kesehatan dan menghilangkan penyakit. Justru sebaliknya, rokok sangat buruk bagi kesehatan dan mendatangkan penyakit. Sedangkan dari segi syar’I, rokok ‘haram’ ditinjau dari tiga hal :a. Merusak kesehatan (Yadhurru Linafsih)Merusak kesehatan selain melanggar larangan Allah di atas (QS. 4 : 29), juga melanggar maqashidus syariah (tujuan diturunkannya syariah) yaitu hifdzun nafs (memelihara diri manusia)b. Mendzalimi orang lain (Dzalim Li Ghairih)Asap yang ditimbulkan dari rokok, akan mengganggu kesehatan orang lain. Dan Al-Qur’an mengatakan, bahwa Allah tidak menyukai orang orang dzalim. (QS. 42 : 40)c. Termasuk menghamburkan harta (tadzir al-Amwal).Perhatikan firman Allah (QS. Al-Israh’/ 17 : 27)

Page 7: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

4. Bersih Fisik & Pakaian4. Bersih Fisik & Pakaianنظيف السم والثيابنظيف السم والثياب

Etika lain seorang muslim terhadap dirinya adalah senantiasa bersih fisik dan pakaiannya, yaitu mencakup :

Bersih mulut dan gigiIslam sangat menganjurkan kebersihan mulut termasuk di dalamnya gigi. Dalam sebuah hadits digambarkan :

)رواه الشيخان(ل�و� ل� أ�ن� أ�ش�ق/ ع ل�ى أ6م/ت�ي ل�أ�م ر�ت�ه�م� ب�السTو اك� ع�ن�د ك6لT ص ل�ةS : ق�ال ر س�و�ل� ال� ص ل�ى ال6 ع ل�ي�ه� و س ل�م“Sekiranya tidak memberatkan bagi umatku, sungguh akan aku perintahkan mereka untuk

bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah bahkan mengecam orang yang tidak bersih mulut dan gigi :

)رواه مسلم(م ن� أ�ك�ل ال�ب ص ل و الث/و�م و ال�ك�ر/اث ف�ل� ي ق�رب ن/ م س�ج�د ن ا ه ذ ا، ف�إن/ ال�م ل�ئ�ك�ة� ت ت أ�ذ/ي م�م/ا ي ت أ�ذ/ي م�ن�ه� ب ن�و آد مRasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memakan bawang merah, bawang putih dan

yang sebangsa bawang, maka hendaknya mereka jangan mendekati masjid kami ini. Karena sesungguhnya para malaikat ‘terganggu’ dengan baunya tersebut, sebagaimana

terganggunya anak cucu adam.” (HR. Muslim)

Bersih rambutDalam sebuah hadit diriwayatkan :

)رواه أبو داود(م ن� ك�ان ل�ه� ش ع�ر� ف�ل�ي�ك�رم�ه� : ع ن� أ�ب�ي� ه�ر ي�ر ة� ق�ال ، ق�ال ر س�و�ل� ال� ص ل�ى ال6 ع ل�ي�ه� و س ل�مDari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang memiliki rambut,

maka hendaklah ia memuliakan rambutnya tersebut.” (HR. Abu Daud)

Page 8: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Bersih badanBersih badan merupakan hak yang harus diberikan pada badan. Dalam sebuah hadits digambarkan :

اغ�ت س�ل6و�ا ي و�م ال�ج�م�ع ة�، و اغ�س�ل6و�ا ر�ؤ�و�س ك6م� و إن� ل�م� ت ك6و�ن�و�ا ج�ن�بHا و أ�ص�ي�ب�و�ا: ق�ال ر س�و�ل� ال� ص ل�ى ال6 ع ل�ي�ه� و س ل�م �)رواه البخاري(م�ن الط�يTب

Rasulullah SAW bersabda, ‘Mandilah kalian pada hari jum’at. Bersihkanlah kepala kalian, meskipun tidak sedang junub. Dan sentuhlah dengan

wewangian. (HR. Bukhari)

Bersih pakaianFisik memiliki hak berupa dipakaikan pakaian yang bersih dan layak. Dalam sebuah riwayat dikemukakan :

ع ن� ج اب�ر ب�ن ع ب�د� ال� ر ض�ي ال6 ع ن�ه� أ�ن/ه� ق�ال أ�ت ان ا ر س�و�ل� ال� ص ل�ى ال6 ع ل�ي�ه� و س ل�م ز ائ�رHا ف�ر أ�ى ر ج�ل= ع ل�ي�ه)رواه أحد والنسائى(ث�ي اب� و س�خ ةS، ف�ق�ال م ا ك�ان ي ج�د� ه ذ ا م ا ي غ�س�ل� ث و�ب ه�؟

Dari Jabir ra, beliau berkata, suatu ketika rasulullah SAW berziarah mengunjungi kami. Lalu beliau melihat seseorang yang memakai

pakaian yang kotor. Beliau berkata, ‘Tidakkah ada yang dapat menyucikan bajunya?’ (HR. Ahmad dan Nasa’I)

4. Bersih Fisik & Pakaian4. Bersih Fisik & Pakaianنظيف السم والثيابنظيف السم والثياب

Page 9: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Berpenampilan rapi merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah sangat menganjurkan penampilan rapi ini, hingga suatu saat beliau bersabda pada para sahabatnya yang akan tiba ke tujuan dalam sebuah perjalanan :

)رواه أبو داود(إن/ك6م� ق�اد�م�و�ن ع ل�ى إخ�و ان�ك6م�، ف�أ�ص�ل�ح�و�ا رح ال�ك6م� و أ�ح�س�ن�و�ا ل�ب اس ك6م� ‘Kalian akan tiba pada saudara kalian, maka benahilah bawaan kalian dan rapikanlan pakaian kalian.’ (HR. Abu Daud & Hakim)

Berpenampilan rapi juga merupakan sunnah sahabat. Diantara mereka bahkan ada yang membeli pakaian mahal, lalu mengenakannya. Diantarannya Ibnu Abbas yangmembeli pakaian seharga seribu dirham, dan mengenakannya. Abdurrahman bin Auf memakai burdah seharga empat atau lima ratus.

Berpenampilan rapi dan menarik tidak identik dengan sifat sombong. Karena kesombongan adalah mengingkari kebenaran dan merendahkan manusia.

4. Bersih Fisik & Pakaian4. Bersih Fisik & Pakaianنظيف السم والثيابنظيف السم والثياب

Page 10: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

5. Meyakini Bahwa Fisik Yang Sempurna Merupakan Amanah Dari Allah SWT

العتقاد بأن السد الكامل أمانة من ال تعالالعتقاد بأن السد الكامل أمانة من ال تعال: : الامس الامس

Seorang mu’min yang baik, senantiasa meyakini bahwa fisiknya yang sempurna hanyalah titipan Allah SWT yang bersifat sementara. Ia akan pudar dan sirna dan hanya Allah lah yang kekal:

Page 11: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Ketika fisik berhak mendapatkan perlakuan dengan akhlak karimah, maka akal juga sama. Ia memiliki hak yang harus dilaksanakan atau ditunaikan sesuai dengan tuntunan Islam.

Al-Qur’an sering menggambarkan tentang teguran bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah, sebagai orang-orang yang tidak berakal. Allah berfirman (QS. Yusuf/ 12 : 109) :

أ�ف�ل�م� ي�س�يوا ف�ي ال��ض� ف�ي�ن�ظ�روا ك�ي�ف� ك�ان� ع�اق�ب�ة� ال�ذ�ين� م�ن� ق�ب�ل�ه�م� و�ل�د�ار ال�خر�ة� خ�ي�رA ل�ل�ذ�ين� ات�ق�و�اأ�ف�ل� ت�ع�ق�ل�ون

Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang

bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? Sebaliknya Al-Qur’an memberikan pujian bagi orang yang

memaksimalkan fungsi akalnya (QS. Fathir/ 35 : 28) ;

Aغ�ف�ور Aإ�ن( الل�ه� ع�ز�يز ل�م�اءع�ش�ى الل�ه� م�ن� ع�ب�اد�ه� ال�إ�ن�م�ا ي�خSesungguhnya hamba-hamba yang takut kepada-Nya adalah para ulama

II. Akhlak Terhadap AkalII. Akhlak Terhadap Akalالخلق بالعقلالخلق بالعقل: : الفصل الثاني الفصل الثاني

Page 12: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

.1Kewajiban Menuntut Ilmuفريضة طلب العلم: الول

Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak muslim terhadap akalnya.

Muslim yang baik, akan memberikan porsi bagi akalnya berupa penambahan pengetahuan, bahkan sepanjang hayatnya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan :

mم�)رواه ابن ماجه(ط�ل�ب� ال�ع�ل�م ف�ري�ض ةo ع ل�ى ك6لn م�س�ل‘Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap

muslim’ (HR. Ibnu Majah)

Page 13: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Kewajiban Menuntut Ilmuفريضة طلب العلم: الول

Rasululllah SAW memberikan penghargaan khusus bagi pencari ilmu :

ج اء ص ف�و�ان� ب�ن� ع س/الm ال�م ر اد�ي ر ض�ي ال6 ع ن�ه� إل�ى الن/ب�يT ص ل�ى ال6 ع ل�ي�ه� و س ل�م و ه�و م ر�ح بHا"ف�ي� ال�م س�ج�د�، ف�ق�ال ل�ه� ي ا ر س�و�ل ال�، إنTي� ج�ئ�ت� أ�ط�ل6ب� ال�ع�ل�م ، ف�ق�ال

ب�ط�ال�ب� ال�ع�ل�م، إن/ ط�ال�ب ال�ع�ل�م ت ح�فsه� ال�م ل�ئ�ك�ة6 ب�أ�ج�ن�ح ت�ه ا، ث�م/ ي ر�ك�ب� ب ع�ض�ه�مرواه أحد والطباني(ب ع�ضHا ح ت/ى ي ب�ل6غ الس/م اء الد�ن�ي ا م�ن� م ح ب/ت�هم� ل�م ا ي ط�ل6ب�

)وابن حبان والاكم“Suatu ketika Safwan bin Assal al-Maradi mendatangi Rasulullah

SAW yang sedang berada di masjid. Safwan berkata, Ya Rasulullah SAW, aku datang untuk menuntut ilmu. Rasulullah

SAW menjawab, ‘selamat datang penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang menuntut ilmu akan dikelilingi oleh

para malaikat dengan sayap-sayapnya. Kemudian mereka berbaris, sebagian berada di atas sebagian malaikat lainnya,

hingga sampai ke langit dunia, karena kecintaan mereka terhadap penuntut ilmu.” (HR. Ahmad, Tabrani, Ibnu Hiban

dan Al-Hakim)

Page 14: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

2. Menuntut Ilmu Sepanjang Masaطلب العلم مدى الياة: الثاني

Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah. Namun seorang mu’min adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya.

Mencari ilmu tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis. Namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Page 15: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

2. Menuntut Ilmu Sepanjang Masaطلب العلم مدى الياة: الثاني

Bekerja juga merupakan sarana untuk dapat menggapai ilmu, jika dilakukan dengan terus menerus memperbaiki dan memperbaiki kekeliruan dan kesalahan yang telah dilakukannya.

Dalam sebuah atsar disebutkan, bahwa Ibnu Abi Ghasan mengemukakan :

ل� ت ز ال� ع ال�مHا م ا ك6ن�ت م�ت ع لwمHا، ف�إذ ا اس�ت غ�ن ي�ت ك6ن�ت ج اه�ل=Engkau akan tetap menjadi orang yang berilmu,

manakala senantiasa masih mencari ilmu. Namun apabila engkau telah merasa cukup,

maka jadilah dirimu orang yang bodoh.”

Page 16: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

3. Prioritas Ilmu Yang Dipelajari3. Prioritas Ilmu Yang Dipelajariما ينبغى للمسلم إتقانهما ينبغى للمسلم إتقانه: : الثالث الثالث

Sebagai seroang mu’min, terdapat prioritas ilmu yang perlu dipelajari dan diketahui olehnya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam Syakhsiyatul Muslim, yang perlu diprioritaskan seorang muslim adalah mempelajari :

Ilmu tentang Al-Qur’an, mencakup tajwid, tafsir & tadabur serta hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an.

Ilmu hadits, dan yang terkait dengannya. Sirah Nabi & Sejarah Sahabat. Fiqh Ibadah (terutama yang terkait dengan kehidupan sehari-hari).

Selain yang beliau kemukakan, terdapat hal lain yang perlu dipelajari setiap muslim :

Fiqh Muamalah. Tsaqofah Islamiyah. Pengetahuan Tentang Dunia Islam Kontemporer, dsb.

Page 17: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

4. Memiliki Spesialisasi Dalam Bidangnya4. Memiliki Spesialisasi Dalam Bidangnyaيتقن ما تصص بهيتقن ما تصص به: : الرابع الرابع

Meskipun seorang muslim diminta untuk menguasai keilmuan sebanyak-banyaknya, namun ia juga diminta untuk memiliki satu disiplin keilmuan yang menjadi spesialisasinya.

Dahulu, para sahabat dan tabi’in juga memiliki spesialisasi dalam meriwatkan hadits-hadits tertentu. Ibnu Abbas dikenal sebagai sahabat yang memiliki

spesialisasi bidang tafsir. Sehingga jika terdapat sahabat yang kesulitan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, segera mereka bertanya kepada Ibnu Abbas.

Abdullah bin Amru bin Ash, memiliki spesialisasi dalam masalah hadits yang dengan teliti senantiasa beliau catat hadits-hadits Rasulullah SAW. Sehingga sampai-sampai Abu Hurairah mengatakan, ‘Tidak ada seorang sahabatpun yang lebih banyak haditsnya dibandingkan aku, kecuali Abdullah bin Amru bin Ash, karena beliau menulis sedangkan aku tidak menulis.’

Kemudian Zaid bin Tsabit yang menguasai bahasa Yahudi. Beliau mempelajarinya hanya dalam waktu setengah bulan.

Page 18: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Mengajarkan Ilmunya Pada Orang Lain .5Mengajarkan Ilmunya Pada Orang Lain .5يبلغ ما يعلمه إل غيهيبلغ ما يعلمه إل غيه: : الامس الامس

Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. Annahl/ 16 : 43)

ف�اس�أ�ل�وا أ�ه�ل� الذRك�ر� إ�ن� ك�ن�ت�م� ل� ت�ع�ل�مون�“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui.” Dalam sebuah riwayat dikisahkan :

Page 19: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

6. Mengamalkan Ilmunya Dalam Kehidupan 6. Mengamalkan Ilmunya Dalam Kehidupan يبلغ ما يعلمه إل غيهيبلغ ما يعلمه إل غيه: : السادس السادس

• Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.

• Allah SWT berfirman : كب�ر� م�ق�ت"ا ع�ن د� الل�ه� أن*ي�اأي�ه�ا ال�ذ�ين� ء�ام�ن�وا ل�م� تق�ول�ون� م�ا ل تف�ع�ل�ون� *تق�ول�وا م�ا ل تف�ع�ل�ون

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu

kerjakan. (QS. As-Shof : 2-3)

Page 20: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak Muslim

Akhlak Kepada

Allah

Aklak Terhadap

Diri Sendiri

Akhlak Terahadap Keluarga

Akhlak Terhadap

Masyarakat

Fisik

Akal

Ruhiyah Orang Tua

Suami/ Istri

Anak-Anak

Kerabat

Khadimat

Sesama Muslim

Tetangga

Masyarakat

Rekan Kerja

Org Yg Dijumpai

Non Muslim

Akhlak Muslim Kaffah

Akhlak Bisnis Islam

Page 21: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

III. Akhlak Terkait Dengan RuhiyahIII. Akhlak Terkait Dengan Ruhiyahالخلق بالروحيةالخلق بالروحية: : الفصل الثالث الفصل الثالث

Selain fisik dan akal, ruhiyah juga merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia yang juga memiliki hak yang harus ditunaikan.

Jika akal membutuhkan ‘makanan’ berupa ilmu pengetahuan, fisik membutuhkan makanan berupa makanan pokok, maka ruhiyah juga membutuhkan ‘makanan’, sebagaimana fisik dan akal.

Diantara makanan ruhiyah adalah, ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, tafakur terhadap kebesaran dan keagungan Allah, meminta nasehat kepada orang shaleh, dsb.

Page 22: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

III. Akhlak Terkait Dengan RuhiyahIII. Akhlak Terkait Dengan Ruhiyahالخلق بالروحيةالخلق بالروحية: : الفصل الثالث الفصل الثالث

Ruhiyah adalah, syu’ur atau perasaan hati insan yang teduh dan tentram manakala ‘dekat’ dengan Allah, yang menjadikan hidup memiliki nuansa berbeda, sehingga berimplikasi pada ‘rasa’ bahwa dunia seakan tiada artinya, dibandingkan dengan keridhaan Allah SWT.

Salah satu yang dicontohkan Al-Qur’an adalah dengan berdzikir :

ال�ذ�ين� آم�نوا و�ت�ط�م�ئ�ن� ق�ل�وبهم� ب�ذ�ك�ر� الل�ه� أ�ل� ب�ذ�ك�ر� الل�ه� ت�ط�م�ئ�ن� ال�ق�ل�وب‘(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati

menjadi tenteram.’

Page 23: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

III. Akhlak Terkait Dengan RuhiyahIII. Akhlak Terkait Dengan Ruhiyahالخلق بالروحيةالخلق بالروحية: : الفصل الثالث الفصل الثالث

• Diantara contoh natijah dari tertanamnya nilai-nilai ruhiyah :

Page 24: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

III. Akhlak Terkait Dengan RuhiyahIII. Akhlak Terkait Dengan Ruhiyahالخلق بالروحيةالخلق بالروحية: : الفصل الثالث الفصل الثالث

Dalam kamus dikemukakan, bahwa ruhiyah berasal dari kata ruh yang mendapatkan ya’ nisbah menjadi ruhi, yang memiliki arti ruhani (spiritual) yang merupakan lawan dari kata madi, .atau materi ( المادي )

Kata ruhiyah sering kali diidentikkan dengan nuansa hati yang penuh terisi dengan nilai-nilai keimanan, sehingga merasakan adanya ketentraman dan kesejukan jiwa yang memotivasi untuk beramal dalam mencari ridho Allah. Sehingga bias, atau pengaruh dari adanya ruhiyah dalam diri seseorang teraplikasi pada peningkatan aktivitas ibadah dan da’wah, dalam berbagai bentuknya.

Page 25: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Mengisi Ruhiyahnya Dengan Ibadahيل قلبه بنور العبودية ل وحده: الول

Diantara akhlak seorang muslim terhadap ruhiyahnya adalah memberikan porsi ruhiyahnya berupa ibadah kepda Allah SWT. Karena ibadah merupakan makanan pokok bagi ruhiyah.

Ibadah, disamping berfungsi untuk menentramkan dan ‘mengenyangkan’ ruhiyah, juga dapat menggugurkan dosa-dosa. Dalam sebuah hadits digambarkan :

ع ن� أ�ب�ي ه�ر ي�ر ة� أ�ن/ه� س م�ع ر س�ول الل�ه� ص ل�ى الل�ه� ع ل�ي�ه� و س ل�م ي ق6ول� أ�ر أ�ي�ت�م� ل�و� أ�ن/ ن ه رHا ب�ب ابأ�ح د�ك6م� ي غ�ت س�ل� ف�يه� ك6ل/ ي و�مm خ م�سHا م ا ت ق6ول� ذ ل�ك� ي�ب�ق�ي م�ن� د ر ن�ه� ق�ال6وا ل� ي�ب�ق�ي م�ن

)رواه البخاري(د ر ن�ه� ش ي�ئHا ق�ال ف�ذ ل�ك� م�ث�ل� الص/ل�و ات� ال�خ م�س ي م�ح�و الل�ه� ب�ه� ال�خ ط�اي ا Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukah kalian

sekiranya ada sebuah sungai yang mengalir di depan pintu rumah kalian dan ia mandi setiap hari lima kali, apakah akan terdapat pada

dirinya kotoran?’ Sahabat menjawab, ‘Tidak akan tersisa dari kotorannya sedikitpun’. Kemudian Rasulullah SAW mengatakan, ‘Hal itu adalah seperti shalat lima waktu, di mana Allah menghapuskan dosa-

dosanya dengan shalat tersebut.’ (HR. Bukhari).

Page 26: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Mengisi Ruhiyahnya Dengan Ibadahيل قلبه بنور العبودية ل وحده: الول

Ibadah yang dilakukan seorang mu’min adalah mencakup ibadah yang wajib dan juga ibadah sunnah. Bahkan bagi sebagian, ibadah sunnah lebih dominan dapat menyirami ruhiyahnya, meskipun tanpa mengurangi porsi ibadah wajibnya.

Hati manusia, sebagaimana digambarkan para ulama, ‘Jika tidak dihiasai ibadah dan dzikir, maka akan disibukkan dengan maksiat dan shaga’ir’. (Shagair adalah doa-doa kecil).

Page 27: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Mengisi Ruhiyahnya Dengan Ibadahيل قلبه بنور العبودية ل وحده: الول

Diantara ibadah-ibadah yang dapat dirasakan langsung ‘khasiatnya’ dalam mengisi ruhiyah menurut sebagaian ulama adalah :

Berusaha Khusyu’, dalam melaksanakan shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah.

Dzikir Ba’da Shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Karena dzikir ini jika dilakukan dengan khusyu dan baik, maka juga akan menambah ketenangan pada ruhiyah.

Qiyamul Lail, terutama di tengah keheningan malam pada saat-saat manusia pada umumnya tengah tertidur lelap.

Page 28: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Mengisi Ruhiyahnya Dengan Ibadahيل قلبه بنور العبودية ل وحده: الول

Tilawatul Qur’an, dan lebih baik jika ditargetkan setiap hari harus membaca Al-Qur’an beberapa halaman.

Tadabur Qur’an, yaitu dengan merengungkan isi dan kandungan ayat-ayat yang dibaca. Pelaksanaannya dapat dibantu dengan terjemahan Al-Qur’an.

Shalat Dhuha, dalam waktu-waktu tertentu yang terkadang manusia merasakan ‘kegersangan’ pada waktu yang produktif ini.

Muhasabah, yaitu evaluasi diri terhadap amal perbuatan yang telah dilakukan selama ini. Muhasabah ini dapat dilakukan baik secara pribadi di tengah keheningan dan kesunyian malam ba’da shalat lail, dan dapat juga dilaksanakan secara berjamaah melalui kegiatan-kegiantan muhasabah di masjid-masjid.

Page 29: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

2. Mendatangi Majlis-Majlis Iman2. Mendatangi Majlis-Majlis Imanربط نفسه بجالس اليانربط نفسه بجالس اليان: : الثاني الثاني

Majlis Iman adalah tempat-tempat atau lingkungan yang dapat menambah dan membangkitkan ‘gairah’ keimanan seseorang kepada Allah SWT.

Dengan mendatangi majlis-majlis ini (baik yang formil maupun informil), secara langsung atau tidak akan memberikan pengaruh pada ruhiyahnya.

Majlis Iman yang formil diantaranya adalah seperti forum pengajian yang ‘tema’ dan isinya lebih pada sentuhan Qalbu, dan bukan sekedar ilmu, lingkungan kantor yang dikondisikan dengan suasana menyejukkan dengan siraman-siraman keislaman, dsb.

Page 30: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

2. Mendatangi Majlis-Majlis Iman2. Mendatangi Majlis-Majlis Imanربط نفسه بجالس اليانربط نفسه بجالس اليان: : الثاني الثاني

Sedangkan diantara bentuk majlis iman yang informal adalah seperti berteman dan berkawan dengan orang shaleh, berlangganan majalah-majalah yang secara isi menambah keimanan, menonton acara TV yang menghantarkan kedekatan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, ع ن� أ�ب�ي ه�ر ي�ر ة� أ�ن/ الن/ب�ي/ ص ل�ى الل�ه� ع ل�ي�ه� و س ل�م ق�ال الر/ج�ل� ع ل�ى د�ين

)رواه أبو داود(خ ل�يل�ه� ف�ل�ي ن�ظ6ر� أ�ح د�ك6م� م ن� ي�خ ال�ل� Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW

bersabda, ‘Bahwa seseorang itu tergantung dari Din (agama) sahabatnya. Maka hendaknya seseorang memperhatikan siapa yang menjadi sahabatnya.’

(HR. Abu Daud)

Page 31: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

3. Menghindari Majlis-Majlis Maksiat3. Menghindari Majlis-Majlis Maksiatالبتعاد عن مالس العاصىالبتعاد عن مالس العاصى: : الثالث الثالث

• Selain mendatangi majelis-majelis iman, juga seyogianya menghindari majlis-majlis yang memberikan mudharat terhadap keimanan ;

Page 32: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

4. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah SWT4. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah SWTدائما ف ذكر ال تعالدائما ف ذكر ال تعال: : الثالث الثالث

Dzikir merupakan sarana penambah ruhiyah yang paling fleksibel, karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Namun pengaruh dzikir begitu luar biasa dalam penempaan ruhiyah seseroang. Sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah haditsnya :

، ع ن� أ�ب�ي� م�و�س ى ر ض�ى ال6 ع ن�ه� ق�ال ق�ال ر س�و�ل� ال� ص ل�ى ال6 ع ل�ي�ه� و س ل�م �رواه(م ث ل� ال�ذ�ي� ي ذ�ك6ر� ر ب/ه� و ال�ذ�ي ل� ي ذ�ك6ر� ر ب/ه� م ث ل� ال�ح يT و ال�م يTت

)البخاريDari Abu Musa ra, Rasulullah SAW bersabda,

‘Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir adalah seumpama

orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari)

Page 33: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

4. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah SWT4. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah SWTدائما ف ذكر ال تعالدائما ف ذكر ال تعال: : الثالث الثالث

Jiwa yang dzikir kepada Allah senantiasa akan ‘hidup’ menyongsong hidayah Allah SWT. Sementara jiwa yang tidak berdzikir dan jauh dari Allah, akan beku dan mati dari hidayah Allah. Sehingga aktivitas dan ibadahnya yang dilakukan sehari-hari akan terasa gersang dan hambar.

Implementasi dzikir, yang paling ideal adalah membaca dzikir-dzikir yang dibaca oleh Rasulullah SAW, secara rutin; di waktu pagi dan petang.

Aspek dzikir yang tidak kalah pentingnya adalah ‘menghadirkan’ Allah dalam setiap kalimat dzikir yang diucapkan, sehingga dzikir yang dilakukan benar-benar untuk mengingat Allah SWT.

Page 34: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

5. Tafakur Pada Keagungan Allah SWT5. Tafakur Pada Keagungan Allah SWTالتفكر ف ملوقات الالتفكر ف ملوقات ال: : الرابع الرابع

Diantara akhlak seorang mu’min yang terkait dengan ruhiyahnya adalah senantiasa bertafakur pada keagungan Allah melalui kebesaran ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman :

ال�ذ�ين* إ�ن( ف�ي خ�ل�ق� الس(م�و�ات� و�ال�أ�ر�ض� و�اخ�ت�لف�� الل�ي�ل� و�الن(ه�ار� ل�آي�ات4 ل�أ�ول�ي ال�أ�ل�ب�اب� ي�ذ�ك�رون� الل�ه� ق�ي�ام;ا و�ق�عود;ا و�ع�ل�ى جنوب�ه�م� و�ي�ت�ف�ك�رون� ف�ي خ�ل�ق� الس(م�و�ات

*و�ال�أ�ر�ض� ر�ب(ن�ا م�ا خ�ل�ق�ت� ه�ذ�ا ب�اط�ل\ا سب�ح�ان�ك� ف�ق�ن�ا ع�ذ�اب� الن(ار“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.

Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Page 35: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

5. Tafakur Pada Keagungan Allah SWT5. Tafakur Pada Keagungan Allah SWTالتفكر ف ملوقات الالتفكر ف ملوقات ال: : الرابع الرابع

Tafakur yang dilakukan seorang mu’min akan meningkatkan kualitas ruhiyahnya. Bahkan termasuk tafakur terhadap dirinya sendiri; betapa Allah menjadikannya seorang yang sempurna dari segi fisik.

Output yang dihasilkan dari tafakur ini adalah ketenangan dan ketsiqohan kepada Allah SWT.

Page 36: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

5. Tafakur Pada Keagungan Allah SWT5. Tafakur Pada Keagungan Allah SWTالتفكر ف ملوقات الالتفكر ف ملوقات ال: : الرابع الرابع

Diantara contoh tafakur pada keagungan ciptaan Allah SWT adalah sebagaimana kisah berikut :

Page 37: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

6. Berupaya Melakukan Tarbiyah Ruhiyah6. Berupaya Melakukan Tarbiyah Ruhiyahالداومة على التبية الروحيةالداومة على التبية الروحية: : الامس الامس

Tarbiyah ruhiyah adalah sebuah pola pembinaan terhadap ruhiyah secara terarah dan terprogram dengan baik.

Tujuan dari tarbiyah ruhiyah adalah agar nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT senantiasa melekat dalam diri serta memberikan nuansa kesejukan hati dalam menjalankan segala aktivitas, baik aktivitas duniawi maupun aktivitas ukhrawi.

Tarbiyah ruhiyah dapat dilakukan secara individu (fardi) dan dapat juga dilakukan secara berama –sama (jamaa’i), bahkan dapat juga dilakukan dengan menggabungkan antara fardi dan jamaa’i.

Page 38: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

6. Berupaya Melakukan Tarbiyah Ruhiyah6. Berupaya Melakukan Tarbiyah Ruhiyahالداومة على التبية الروحيةالداومة على التبية الروحية: : الامس الامس

Menurut Dr. Abdullah Nasih Ulwan (Konsep 5M) Mu’ahadah (Janji)

Perjanjian dengan Allah SWT, untuk komitmen terhadap nilai-nilai robbani dalam kehidupan sehari hari.

Muraqabah (Pengawasan Allah)Menghadirkan kesertaan Allah dalam setiap aktivitas kehidupan, baik ketika sendiri maupun di tengah manusia.

Muhasabah (Evaluasi)Melakukan evaluasi setiap waktu, apakah amal perbuatan sudah sesuai dengan keridhaan Allah SWT.

Mu’aqobah (Sanksi)Memberikan sanksi terhadap atas kesalahan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.

Mujahadah (Optimalisasi)Usaha keras untuk melakukan aktivitas yang akan membangunkan iman dan ruhiyah kepada Allah SWT.

Page 39: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

JIWA INSAN

PILIHAN

Membersihkan Jiwa

Mengotori Jiwa

Proses Pembersihan

Jiwa

Proses Mengotori

Jiwa

Beruntung Merugi

SURGA NERAKA

Akhlak Karimah Akhlak Sayi’ah

Page 40: 02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

وال تعال أعلى وأعلم بالصوابوالمد ل رب العالي