21
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Administrasi artinya adalah mengatur. Ilmu administrasi sebenarnya sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah SAW. Baik dalam administrasi pembangunan, negara, niaga, hukum, dan sosial. Pada zaman Rasulullah, ilmu administrasi belum sempurna benar. Namun dasar-dasar administrasi yang ada pada zaman kini sudah ada pada zaman Rasulullah dahulu. Seperti pembagian zakat, warisan, pencatatan hutang piutang, pembagian sedekah kepada penduduk sekitar yang kurang mampu, itu sudah termasuk dalam kegiatan administrasi. Sumber-sumbernya terdapat dalam Al-Quran, sunah, dan hadis. Dalam makalah ini menjelaskan apa hubungannya agama islam dalam ilmu administrasi, bagaimana penerapannya, apa saja sumbernya, dan sebagainya. Isi dalam makalah ini bertujuan untuk membatu menjelaskan tentang agama islam dalam ilmu administrasi, yang sebenarnya administrasi itu sendiri sering terjadi di sekitar kita. 1.2Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1

Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jujur nyari materi ini rada susah soalnya harus keperpustakaan pusat dan ngambil materi dari buku. Semoga bermanfaat!

Citation preview

Page 1: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Administrasi artinya adalah mengatur. Ilmu administrasi sebenarnya sudah

dilaksanakan sejak zaman Rasulullah SAW. Baik dalam administrasi pembangunan,

negara, niaga, hukum, dan sosial. Pada zaman Rasulullah, ilmu administrasi belum

sempurna benar. Namun dasar-dasar administrasi yang ada pada zaman kini sudah ada

pada zaman Rasulullah dahulu. Seperti pembagian zakat, warisan, pencatatan hutang

piutang, pembagian sedekah kepada penduduk sekitar yang kurang mampu, itu sudah

termasuk dalam kegiatan administrasi. Sumber-sumbernya terdapat dalam Al-Quran,

sunah, dan hadis.

Dalam makalah ini menjelaskan apa hubungannya agama islam dalam ilmu

administrasi, bagaimana penerapannya, apa saja sumbernya, dan sebagainya. Isi

dalam makalah ini bertujuan untuk membatu menjelaskan tentang agama islam dalam

ilmu administrasi, yang sebenarnya administrasi itu sendiri sering terjadi di sekitar

kita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana ilmu administrasi pada zaman Rasulullah?

2. Penjelasan dari Al-Qur’an ayat 282.

3. Penjelasan tentang pencatatan hutang piutang.

4. Penjelasan tentang zakat.

5. Penjelasan tentang hukum waris islam.

6. Penjelasan tentang akuntansi islam.

1

Page 2: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Administrasi

Administrasi berasal dari kata latin ‘administrare’ yang artinya mengurus.

“Adminsitrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama

sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu”- (The Liang Gie)

Namun, sebenarnya proses Administrasi sendiri sudah dilaksanakan sejak zaman Rasullah

Saw. Baik dalam administrasi pembangunan, negara, niaga, hukum, dan sosial.

2.2 Administrasi pada zaman Rasullah

Salah satu sifat penting dari administrasi yang dilakukan rasul SAW adalah

kesederhanaan dan kemudahan dalam menangani masalah-masalah administratif.

Kendati Rasulullah SAW adalah kepala masyarakat muslim dan perintahnya selalu

dituruti oleh para pengikutnya, namun demikian rasul tidak meninggalkan musyawarah

dengan para sahabatnya. Untuk membantu memecahkan masalah para sahabatnya, baik

dalam bidang agama, politik, ataupun administrasi, ia memiliki wuzara dan para menteri

disamping juga sekretaris dan penulis resmi guna menangani surat-surat dari penguasa asing.

Rasul memang belum memiliki departemen keuangan yang mengurusi pendapatan

dan pembelanjaan. Selain zakat, sedekah, dan jizyah, sumber pendapatan lainnya adalah

kharaj, fay, ghanimah.

Rasul tidak mempunyai departmen pertahanan dan keamanan khusus. Seluruh

masalah yang berkaitan dengan recruitment, pengadaan senjata, perlengkapan dll ditangani

sendiri oleh Rasul.

Ringkasnya walau sudah memadai untuk masa tersebut, namun administrasi yang

dilakukan rasul belum lah sempurna. Administrasi semacam itu ditegakkan semata-mata atas

dasar syariah.

2

Page 3: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

Akhirnya Rasul, memang telah meninggalkan warisan yang amat berharga dalam

teori umum dan peraktek pemerintahan dan administrasi. Diantara petunjuk dan ucapannya

selalu terkandung unsur-unsur kebenaran, keadilan, dan efisiensi sebagai sifat seorang

administrator.

2.2.1 QS. AL BAQARAH 282:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk

waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis

di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis,

dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakan [apa yang akan ditulis itu], dan

hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun

daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah

[keadaannya] atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya

mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-

orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka [boleh] seorang lelaki dan

dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka

seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan [memberi keterangan]

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil

maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi

Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak

[menimbulkan] keraguanmu, [Tulislah mu’amalahmu itu], kecuali jika mu’amalah itu

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu,

[jika] kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan [yang

demikian], maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan

bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu.”

2.2.1.1 Penjelasan Surah Al-Baqarah 282:

Ayat ini menjelaskan supaya perjanjian-perjanjian yang diperbuat dengan persetujuan kedua

belah pihak itu dituliskan dengan terang oleh penulis yang pandai dan bertanggung jawab.

Dan ini adalah syarat-syarat dalam memulai suatu perjanjian:

3

Page 4: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

Perlunya Surat Perjanjian.

Dalam sebuah perjanjian atau hutang-piutang kita sangat memerlukan Surat

Perjanjian. Bukan karena kita saling mempercayai, lalu berkata tidak perlu dituliskan

diatas kertas, padahal umur kedua belah pihak sama-sama ditangan Allah kita sebagai

hambanya tidak pernah tau kapan ajal menjemput, dengan melalui Surat perjanjian

maka kita akan bisa menunjukkan utang-piutang kepada ahli waris.

Perlunya Seorang Penulis

“Hendaklah menulis diantara kamu seorang penulis yang adil”

Penulis yang tidak berpihak-pihak, yang mengetahui apa yang diminta untuk dicatat

oleh kedua belah pihak denagn janji yang selangkap-lengkapnya.

Kalau hutang uang kontan, hendaknya sebutkan dengan jelas berapa jumlah uangnya,

kalau memakai agunan hendaklah tuliskan dengan jelas apa-apa barang yang

digunakan itu.

Penulis harus adil.

“ Dan hendaklah kamu adakan dua saksi dari dua laki-laki kamu” penjelasanya kita

harus menghadirkan dua saksi laki-laki pada saat kita menulis Surat Perjanjian,

tetapi jika tidak ada dua laki-laki, maka (bolehlah) seorang laki-laki dan seorang

perempuan.”

Meskipun tidak dijelaskan dua saksi tersebut harus adil tentulah dapat difahamkan

bahwa seorang wali haruslah adil dan menar-benar mengetahui dan menyaksikan

perkara yang telah dituliskan itu.

Menghadirkan dua saksi dalam perjanjian.

“Dan janganlah enggan seorang penulis, menuliskan sebagai yang telah diajarkan

akan dia oleh Allah”

Kata-kata diatas menunjukkan pula bahwa sipenulis itu jangan semata-mata pandai

menulis saja, selain dari adil hendaknya dia mematuhi peraturan-peraturan Allah yang

berkenaan dengan urusan utang-piutang. Misalnya tidak boleh ada riba tetapi sangat

dianjurkan ada qordhan hasanah, yaitu ganti kerugian yang layak.

Penjualan Tunai tak Perlu ditulis.

“ Kecuali penjualan tunai yang kamu adakan diantara kamu, maka tidaklah mengapa

tidak kamu tuliskan”

Sebab sudah timpang terima berhadapan, maka jika tidak dituliskan tidak apa-apa.

Jangan sampai dari kedua belah pihak ada yang dirugikan didalam perjanjian.

4

Page 5: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

“ Dan hendaklah kamu mengadakan saksi jika kamu berjual beli”

Penggalan ayat di atas untuk menjaga jangan sampai setelah akad jual-beli, ada

diantara kedua belah pihak yang merasa dirugikan

2.3 Hukum Warisan

A. Pengertian Hukum Waris

Hukum Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang

telah meninggal dunia diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga dan masyarakat

yang lebih berhak.

Hukum Waris Islam adalah suatu hukum yang mengatur pembagian harta peninggalan

seseorang yang berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.

B. Dasar Hukum Waris

1. Al-qur,an

a. QS An Nisa ayat 1 menegaskan tentang kuatnya hubungan kerabat karena

pertalian darah.

b. QS An Nisa ayat 7 memberi ketentuan bahwa laki-laki dan perempuan sama-

sama berhak atas warisan orang tuanya dan kerabatnya.

c. QS An Nisa ayat 8 memerintahkan agar kepada sanak kerabat, anak-anak

yatim, dan orang-orang miskin yang hadir menyaksikan pembagian harta

warisan, diberi jumlah harta sekedar untuk dapat mengikuti menikmati harta

warisan yang baru saja dibagi itu.

d. QS An Nisa ayat 9 memperingatkan agar orang senantiasa memperhatikan

kepada anak cucu yang akan ditinggalkan, agar jangan sampai mereka

mengalami kesempitan hidup sebagai akibat kesalahan orang tua

membelanjakan hartanya.

e. QS An Nisa ayat 10 memperingatkan agar orang berhati-hati dalam

memelihara harta warisan yang menjadi hak-hak anak yatim, jangan sampai

termakan dengan cara tidak sah, karena memakan harta anak yatim secara

5

Page 6: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

tidak sah adalah sama dengan makan bara api neraka, orang yang makan akan

diberi tempat neraka di akhirat kelak.

f. QS An Nisa ayat 11 menentukan bagian anak laki-laki sama dengan bagian

dua orang anak perempuan; anak perempuan dua orang atau lebih (apabila

tidak ada anak laki-laki) menerima 2/3 harta warisan dan apabila hanya

seorang (tidak ada anak laki-laki) menerima 1/2 harta warisan; bagian ayah

dan ibu, apabila ada anak, masing-masing menerima 1/6 harta warisan; apabila

tidak ada anak, bagian ibu adalah 1/3 harta warisan (ayah mendapat sisanya);

apabila ada saudara saudara lebih dari seorang, bagian ibu adalah 1/6 harta

warisan; pembagian harta warisan dilakukan setelah utang dan wasiat pewaris

dibayarkan.

g. QS An Nisa ayat 12 menentukan bagian suami adalah harta warisan apabila

pewaris tidak meninggalkan anak; apabila ada anak, bagian suami harta

warisan, setelah utang dan wasiat pewaris dibayarkan; ditentukan pula bagian

isteri harta warisan apabila tidak ada anak, 1/8 harta warisan apabila ada anak,

setelab utang dan wasiat pewaris dibayarkan. Apabila seseorang meninggal

tanpa meninggalkan ayah atau anak, padahal ia meninggalkan saudara laki-

laki atau perempuan (seibu), maka bagian saudara apabila hanya satu orang

adalah 1/6 harta warisan, dan apabila lebih dari satu orang, mereka bersama-

sama mendapat 1/3 harta warisan, setelah utang dan wasiat pewaris

dibayarkan.

h. QS An Nisa ayat 13 menekankan bahwa ketentuan bagian-bagian harta

warisan itu berasal dari Allah yang wajib ditaati.

i. QS An Nisa 176 menentukan bagian saudara perempuan (kandung atau

seayah), apabila pewaris dalam keadaan kalalah (tidak meninggalkan ayah

atau anak), bagian saudara perempuan adalah 1/2 harta warisan apabila hanya

satu orang dan 2/3 harta warisan apabila dua orang atau lebih, apabila saudara-

saudara itu terdiri dari laki-laki dan perempuan, bagian seorang saudara laki-

laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan.

2. Sunnah Rasul

Meskipun Al-Quran menyebutkan secara terperinci ketentuan-ketentuan bagian

ahli waris, Sunnah Rasul menyebutkan pula hal-hal yang tidak disebutkan dalam

6

Page 7: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

Al-Quran, antara lain :

a) Hadits riwayat Bukhari dan Muslim mengajarkan bahwa ahli waris laki-

laki yang lebih dekat kepada pewaris lebih berhak atas sisa harta warisan,

setelah diambil bagian ahli waris yang mempunyai bagian-bagian tertentu.

b) Hadits riwayat Al-Jamaah, kecuali Muslim dan Nasai, mengajarkan bahwa

orang muslim tidak berhak waris atas harta orang kafir, dan orang kafir

tidak berhak atas harta orang muslim.

c) Hadits riwayat Ahmad menyebutkan bahwa Nabi memberikan bagian

warisan kepada dua nenek perempuan 1/6 harta warisan dibagi dua.

d) Hadits riwayat Ahmad mengajarkan bahwa anak dalam kandungan berhak

waris setelah dilahirkan dalam keadaan hidup yang ditandai dengan

tangisan kelahiran.

3. Ijtihad

Meskipun Al-Qur’an dan Sunnah Rasul telah memberi ketentuan terperinci

tentang pembagian harta warisan, tetapi dalam beberapa hal masih diperlukan

adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam kedua sumber

hukum tersebut. Misalnya mengenai bagian warisan orang banci, harta warisan

yang tidak habis terbagi kepada siapa sisanya diberikan, bagian ibu apabila hanya

bersama-sama dengan ayah dan duda atau janda.

C. Pentingnya Belajar Hukum Waris Islam

Kewajiban belajar dan mengajarkan hukum waris islam dimaksudkan agar

dikalangan kaum muslimin (khususnya keluarga) tidak terjadi perselisihan-

perselisihan disebabkan masalah pembagian harta warisan yang pada gilirannya

akan melahirkan perpecahan/keretakan dalam hubungan kekeluargaan kaum

muslimin.

D. Harta Warisan

Harta warisan itu dibagi menjadi dua:

a. Harta warisan yang dapat dibagi. Misalnya uang, tanah yang harga dan isinya

sama, dsb.

b. Harta yang tidak bisa dibagi sama rata. Misalnya bangunan, tanah yang

berbeda isinya, barang perkakas, kendaraan, dsb.

7

Page 8: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

Adapun barang yang tidak berhak diwarisi, diantarnya:

c. Peralatan tidur untuk istri dan peralatan khusus bagi dirinya, atau pemberian

suami kepada istrinya semasa hidupnya.

d. Harta yang diwaqafkan, seperti kitab dan lainnya.

e. Barang yang diperoleh dengan cara haram.

E. Pembagian harta warisan

Ahli waris dari laki-laki ada 10:

1. Anak laki-laki

2. Cucu laki-laki dan seterusnya ke bawah

3. Ayah

4. Kakek dan seterusnya ke atas

5. Saudara laki-laki

6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki (keponakan) walaupun jauh (seperti anak dari

keponakan)

7. Paman

8. Anak laki-laki dari paman (sepupu) walaupun jauh

9. Suami

10. Bekas budak laki-laki yang dimerdekakan

Ahlis waris dari perempuan ada 7:

1. Anak perempuan

2. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan) dan seterusnya ke bawah

3. Ibu

4. Nenek dan seterusnya ke atas

5. Saudara perempuan

6. Istri

7. Bekas budak perempuan yang dimerdekakan

Hak waris yang tidak bisa gugur:

1. Suami dan istri

8

Page 9: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

2. Ayah dan ibu

3. Anak kandung (anak laki-laki atau perempuan)

Yang tidak mendapatkan waris ada tujuh:

1. Budak laki-laki maupun perempuan

2. Budak yang merdeka karena kematian tuannya (mudabbar)

3. Budak wanita yang disetubuhi tuannya dan melahirkan anak dari tuannya (ummul

walad)

4. Budak yang merdeka karena berjanji membayarkan kompensasi tertentu pada

majikannya (mukatab)

5. Pembunuh yang membunuh orang yang memberi waris

6. Orang yang murtad

7. Berbeda agama

Ashobah yaitu orang yang mendapatkan warisan dari kelebihan harta setelah

diserahkan pada ashabul furudh.

Urutan ‘ashobah dari yang paling dekat:

1. Anak laki-laki

2. Anak dari anak laki-laki (cucu)

3. Ayah

4. Kakek

5. Saudara laki-laki seayah dan seibu

6. Saudara laki-laki seayah

7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah dan seibu (keponakan)

8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah (keponakan)

9. Paman

10. Anak paman (sepupu)

11. Jika tidak didapati ‘ashobah, baru beralih ke bekas budak yang dimerdekakan

Ashabul furudh yaitu orang yang mendapatkan warisan berdasarkan kadar yang telah

ditentukan dalam kitabullah.

Kadar waris untuk ashabul furudh:

9

Page 10: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

1. 1/2

2. 1/4

3. 1/8

4. 2/3

5. 1/3

6. 1/6

Ashabul furudh yang mendapatkan 1/2 ada lima:

1. Anak perempuan

2. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan)

3. Saudara perempuan seayah dan seibu

4. Saudara perempuan seayah

5. Suami jika tidak memiliki anak atau cucu laki-laki

Ashabul furudh yang mendapatkan 1/4 ada dua:

1. Suami jika istri memiliki anak atau cucu laki-laki

2. Istri jika tidak memiliki anak atau cucu laki-laki

Ashabul furudh yang mendapatkan 1/8:

-          Istri jika memiliki anak atau cucu laki-laki

Ashabul furudh yang mendapatkan 2/3 ada empat:

1. Dua anak perempuan atau lebih

2. Dua anak perempuan dari cucu laki-laki (cucu perempuan) atau lebih

3. Dua saudara perempuan seayah dan seibu atau lebih

4. Dua saudara perempuan seayah atau lebih

Ashabul furudh yang mendapatkan 1/3 ada dua:

1. Ibu jika si mayit tidak dihajb

2. Dua atau lebih dari saudara laki-laki atau saudara perempuan  yang seibu

Ashabul furudh yang mendapatkan 1/6 ada tujuh:

10

Page 11: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

1. Ibu jika memiliki anak atau cucu, atau memiliki dua atau lebih dari saudara

laki-laki atau saudara perempuan

2. Nenek ketika tidak ada ibu

3. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan) dan masih ada anak

perempuan kandung

4. Saudara perempuan seayah dan masih ada saudara perempuan seayah dan

seibu

5. Ayah jika ada anak atau cucu

6. Kakek jika tidak ada ayah

7. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu

Hajb atau penghalang dalam waris:

1. Nenek terhalang mendapatkan waris jika masih ada ibu

2. Kakek terhalang mendapatkan waris jika masih ada ayah

3. Saudara laki-laki seibu tidak mendapatkan waris jika masih ada anak (laki-laki

atau perempuan), cucu (laki-laki atau perempuan), ayah dan kakek ke atas

4. Saudara laki-laki seayah dan seibu tidak mendapatkan waris jika masih ada

anak laki-laki, cucu laki-laki, dan ayah

5. Saudara laki-laki seayah tidak mendapatkan waris jika masih ada anak laki-

laki, cucu laki-laki, ayah dan saudara laki-laki  seayah dan seibu

Kaedah yang perlu diingat: Siapa yang tumbuh dari si fulan, selama si fulan ini ada,

maka ia tidak mendapatkan warisan. Misalnya seorang cucu tidaklah mendapatkan

waris jika masih ada anak si mayit (ayah dari cucu tadi).

 Yang menyebabkan saudara perempuan mendapatkan jatah separuh laki-laki karena

adanya 4 orang:

1. Anak laki-laki

2. Cucu laki-laki

3. Saudara laki-laki seayah dan seibu

4. Saudara laki-laki seayah

11

Page 12: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

Paman laki-laki, anak laki-laki dari paman (sepupu), anak laki-laki dari saudara laki-

laki (keponakan) dan tuan yang membebaskan budak mendapatkan waris tanpa

saudara-saudara perempuan mereka.

2.4 Zakat

Pada dasarnya hukum zakat adalah wajib bila mampu secara finansial dan telah mencapai

batas minimal bayar zakat atau yang disebut nisab. Dalam perhitungan zakat sendiri,

dilakukan melalui proses administrasi.

2.4.1 Rumus Perhitungan Zakat Fitrah

Zakat Fitrah Perorang = 3,5 x harga beras di pasaran perliter

Contoh : Harga beras atau makanan pokok lokal yang biasa kita makan dan layak

konsumsi di pasar rata-rata harganya Rp. 10.000,- maka zakat fitra yang harus dibayar

setiap orang mampu adalah sebesar Rp. 35.000,-

2.4.2 Rumus Perhitungan Zakat Profesi / Pekerjaan

Zakat Profesi = 2,5% x (Penghasilan Total - Pembayaran Hutang )

Menghitung Nisab Zakat Profesi = 520 x harga beras pasaran perkg

Contoh : Ibnu mempunyai penghasilan 5 juta/bulan dipotong iuran mobil 1,5 juta. Jadi

gaji bersih Ibnu 3,5 juta. Beras yang ia konsumsi Rp. 4.000/kg.

Nisabnya : 520 x 4.000 = Rp. 2.080.000,-

Zakat Profesi: 2,5% x 3.500.000= Rp. 87.500,-

2.4.3 Menghitung Zakat Maal / Harta Kekayaan

Zakat Maal = 2,5% x Jumlah Harta Yang Tersimpan Selama 1 Tahun (tabungan dan

investasi) Menghitung Nisab Zakat Mal = 85 x harga emas pasaran per gram

Contoh:

Bu Yati memiliki total kekayaan 1 Milyar. Semua harta sudah dimiliki sejak satu

tahun yang lalu. Harga emas pada masa itu Rp.250.000,-/gram.

Nisab Zakat Mal : 85 x 250.000= Rp. 21.250.000,-

Karena harta Nyonya Upit Marupit lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar

12

Page 13: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

zakat maal.

Zakat Maal : 2,5% x 1 Milyar = Rp. 25.000.000,-

2.5 Islam dalam Akuntansi

Eksistensi akuntansi dalam Islam dapat kita lihat dari berbagai bukti sejarah maupun dari

Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 282, dibahas masalah muamalah. Termasuk di

dalamnya kegiatan jual-beli, utang-piutang dan sewa-menyewa. Dari situ dapat kita

simpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan

yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan

keadilan antara kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah. Dalam bahasa

akuntansi lebih dikenal dengan accountability.

2.5.1 Implementasi Akuntansi Syariah

Beberapa aktivitas kehidupan umat Islam yang memerlukan akuntansi, yaitu antara

lain (Harahap, 2008)

a. Akuntansi Zakat.

Kewajiban zakat bagi muslim merupakan bukti betapa pentingnya peranan akuntansi

bukan saja bagi perusahaan atau lembaga tetapi juga bagi perorangan.

b. Akuntansi Pemerintahan.

Pengelolaan kekayaan negara melalui lembaga terkenal seperti Baitul mal juga

memerlukan akuntansi yang lebih teliti karena menyangkut harta masyarakat yang

harus dipertanggung –jawabkan, baik kepada rakyat maupun kepada Tuhan.

c. Akuntansi Warisan.

Untuk menghitung pembagian waris, Alquran telah memberikan petunjuk seperti

yang terdapat dalam surat Annisa ayat 7 – 14.

d. Akuntansi Efisiensi.

Islam menganjurkan bahkan mewajibkan efisiensi. Tuhan telah menggariskan bahwa

pemborosan merupakan perbuatan setan yang harus dihindari.

13

Page 14: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

e. Akuntansi Pertanggungjawaban atau Amanah.

Islam mewajibkan agar dalam bisnis kita berlaku jujur tidak mengambil hak orang

lain dan menjaga amanah. Untuk itu perlu laporan pertanggungjawaban.

f. Akuntansi Kesaksian.

Untuk memjaga agar kebenaran tetap terjaga maka diperlukan pembuktian yang benar

dari mereka yang mengetahui kebenaran.

g. Akuntansi Syarikat.

Salah satu bentuk usaha yang dianjurkan dalam Islam adalah bentuk Mudharabah atau

Musyarakah. Dalam bentuk usaha seperti ini diperlukan sistem yang bisa memberikan

informasi serta pertanggung jawaban agar jalannya kerjasama tetap berada dalam

koridor keadilan dan kejujuran.

14

Page 15: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hubungan Islam dalam ilmu administrasi sangatlah berhubungan. Seperti dalam hal :

Hutang piutang, hukum waris, zakat, akuntansi, pembagian sedekah dan lain-lain. Sumber-

sumbernya terdapat dalam Al-Quran, sunah, dan hadis. Meskipun pada zaman Rasullah

belum mengenal parlemen tapi pelaksanaannya memiliki kesamaan fungsi dengan parlemen.

Pelaksanaan Administrasi sudah ada sejak zaman Rasullah SAW dan sudah diadaptasi oleh

negara-negara musli maupun nonmuslim hingga sekarang.

15

Page 16: Agama Islam dalam Ilmu Administrasi

DAFTAR PUSTAKA

Suhrawardi K. Lubis SH; Simanjuntak Komis SH; Hukum Waris Islam, Edisi kedua; Penerbit

Sinar Grafika; Jakarta; 2007.

Al-Buraey, Muhammad A; Islam landasan alternatif Administrasi Pembangunan; Penerbit

CV Rajawali; Jakarta; 1986.

http://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/fiqh/814-hukum-membayar-zakat-fithri-

dengan-uang.html

http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/07/rumus-cara-menghitung-zakat-maalharta.html

http://www.belajar-alquran.com/artikel/kategori/Hukum-waris.html

http://www.website-cerdas.com/2010/03/Ilmu-Administrasi.html

16