Upload
ummushabiha
View
434
Download
41
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Pend. agama Islam
Citation preview
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AGAMA ISLAM DAN IMPILKASINYA DALAM KEHIDUPAN
Oleh :
UMMU SHABIHA (D111 14 302)
TIARA AYUANISA (D111 14 305)
TEKNIK SIPIL KELAS B
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya karena rahmat dan hidayat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang membahas Agama Islam dan Implikasinya dalam Kehidupan
Adapun penyusunan karya tulis ini ditujukan sebagai tugas perkuliahan
mata kuliah pendidikan agama Islam. Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis
menemukan berbagai kendala-kendala seperti, kurangnya referensi yang dimiliki
penulis. “Tak ada gading yang takkan retak”, pepatah itu dapat menyimbolkan
betapa segala sesuatu itu tidak ada yang luput dari kesalahan. Namun, berkat
bantuan dan semangat dari berbagai pihak, Alhamdulillah penulis dapat
menyajikan makalah ini.
Menyadari kekurangan dan keterbatasan yang ada, tim penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik guna perbaikan untuk mengarah pada
kesempurnaan.
Akhir kata, semoga apa yang kami berikan ini dapat menghasilkan manfaat
yang dapat berguna bagi kita semua.
Gowa, 13 Mei 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...2
1.3 Metode Penulisan……………………………………………………………2
1.4 Tujuan Penulisan…………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama, Religion, dan Addien………………..…………………6
2.1 Agama Sebagai Fitrah Manusia……………………………………………..12
2.3 Iman, Islam, Ihsan, dan Taqwa serta Implikasinya dalam Kehidupan…… ..21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………........ 29
3.2 Saran ………… …………………………………………………………… 29
DAFTARPUSTAKA…………………………………………………………...30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah
telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hamba-Nya. Dengan agama
Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya
meridhai Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak
ada suatu agama pun yang diterima selain Islam. Dengan demikian, Islam
berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada Allah, dan penganutnya
harus menununjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya,
dan menghindari politheisme (mengakui adanya lebih dari satu Tuhan).
Agama Islam telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang
diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini
lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah
ajaran yang bias diterapkan di setiap masa, di setiap tempa dan di masyarakat
manapun.
Agama Islam juga mencakup akidah atau keyakinan dan
syariat/hokum. Islam merupakan ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi
aqidah maupun syariat-syariat yang diajarkan.
Secara umum dapat dikatakan Islam memerintahkan semua akhlak
yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan
segala macam amal sholeh dan melarang segala amal yang buruk.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian agama, religion, dan addin?
2) Bagaimanakah agama sebagai fitrah manusia?
4
3) Bagaimanakah iman,islam,ihsan dan taqwa dalam implikasinya di
kehidupan?
4) Apakah peranan iman dan taqwa dalam menjawab problema dan tantangan
kehidupan modern?
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah studi pustaka yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka baik
berupa buku maupun informasi di internet yang berkaitan dengan pembahasan
makalah ini.
1.4 Tujuan
1) Untuk memahami pengertian agama, religion dan addin.
2) Untuk memahami agama sebagai fitrah manusia.
3) Untuk mengetahui iman, islam, ihsan dan taqwa dalam implikasinya di
kehidupan.
4) Untuk mengetahui peranan iman dan taqwa dalam menjawab problema
dan tantangan kehidupan modern.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama, Religion, dan Addin
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa
Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu
terbentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri,
tunduk, paruh, dan taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan
dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah s.w.t.Islam juga
merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub,
Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :
Artinya :”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula
Nabi Ya’kub, Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam
sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam
memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah, 2:132)
Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang
berbunyi sebagai berikut :
6
Artinya :”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil)
berkata dia : Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
menegakkan agama Allah (Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada
Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai
(estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan
berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan
merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Agama yang dalam bahasa sansakerta berarti tidak kacau, dipakai untuk
menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dalam kerangka kepatuhan
terhadap aturan untuk mewujudkan keidupan yang sejahtera, damai, selamat dan
tentram. Dengan demikian prinsip dan misi agama pada hakikatnya adalah
berusaha mewujudkan kehidupan yang tidak kacau.
Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan
atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada
yang Agung tersebut, serta suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia
dengan yang Agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia
dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan
tersebut.
Pada terminology lain ditemukan kata “Religion”untuk menggambarkan hal
yang sama dengan agama. Dalam kamus bahasa Inggris terdapat tiga
kemungkinan kata yang terkait dengan Religion, yaitu Religi, Religion, dan
Religius. Religi dalam tinjauan antropologi sering dikaitkan dengan ritual
7
(upacara agama/ibadah) untuk menundukkan kekuatan gaib terutama pada
masyarakat primitif. Perwujudan dari konsep religi tersebut adalah ritual dan
perbadatan dalam agama, pengusiran dan penundukan kekuatan gaib berupa
praktik msitik dan magic dalam tataran tinkat modern maupun tradisional .
Sedangkan Religion digambarkan sebagai konsep atau aturan yang mendasari
perilaku Religi tersebut. Dengan demikian Religi atau ritus agama tertentu tidak
akan mungkin ada jika konsep atau aturan agamanya tidak ada. Dengan kata lain,
religion adalah system kepercayaan dan penyembahan yang dibangun berdasarkan
keyakinan tertentu.
Ad-Dien. Kata Ad-Dien dengan mudah dapat kita temukan didalam
Alquran, karena kata tersebut adalah kesatuan tentang ajaran agama Islam. Dalam
kajian keislaman pada masa lalu, semua jenis ilmu agama yang bersumber pada
Alquran dan hadits dinamakan dengan “Tafaqquh fid Dien” baik itu menyangkut
kepercayaan, peribadatan, dan hokum-hukumnya serta konsep keagamaan
lainnya.
Belakangan rumpun Ad Dien dikembangkan spesifikasi kajian sehingga
menjadi disiplin ilmu yang bermacam-macam dengan sistematika dan metodologi
yang berbeda, sedangkan addien itu sendiri menjadi rumah besar bagi rujukan dan
keabsahan keilmuan islam. Di dalam Alquran kita menemukan banyak sekali
kata-kata Ad Dien, namun kalau diklasifikasikan memiliki tiga arti, yaitu :
a. Aturan-aturan agama ( Q.S Asy Syura :13 dan 21, Q.S Al Haj :78)
Artinya:
Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancer lidahku maka
utuslah (Jibril) kepada Harun. (Q.S Asy Syura : 13)
b. Ketaatan, kepatuhan, dan keikhlasan sebagaimana tersebut dalam Q.S
Az Zumar : 3 dan Al Bayyinah : 5
8
Artinya :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan kepadaNya dalam menjalankan agama yang lurus dan
supaya mereka medirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang
demikian itulah agama yang lurus ( Q.S Al Bayyinah :5)
c. Hari kiamat atau hari agama atau hari pembalasan
Terdapat dalam Q.S Al Fatihah : 4, Al Waqiah : 56, Al Maarij : 26,
Ash Shoffaat : 20, Al Mudatsir : 46
artinya:
Yang menguasai di Hari Pembalasan. (Q.S Al-Fatihah : 4)
Artinya:
Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan".
Ketiga unsur tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat, Allah dengan
sifat Rahman dan Rahim-Nya menurunkan aturan-aturan agama untuk dijadikan
pedoman mengarungi kehidupan dunia. Pedoman tersebut memerlukan ketaatan
dan kepatuhan serta keihklasan yang maksimal dari manusia itu sendiri agar
terwujud sisi ideal moral yang diinginkan oleh setiap aturan.
9
2.1.1 Fungsi Agama
Agama telah menjadi suatu kebutuhan hidup, yang memiliki fungsi-fungsi
seperti yang dikemukakan oelh para ahli, sebagai berikut :
a. Mahmud Syaltut, menyebutkan fungsi agama sebagai berikut:
1. Mensucikan jiwa dan membersihkan hati
2. Membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaaan
mengagungkan Tuhan
3. Memberikan pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikanhidup
di dunia secara mantap dengan cara memperat hubungan dengan Tuhan
sebagai pencipta
b. Musthafah Al-Zhuhayzi menyebutkan fungsi agama sebagai :
1. Sebagai pemenuhan kebutuhan rohani
2. Sebagai pedoman
3. Sebagai pembentukan keseimbangan jasmani dan rohani, duniawi, dan
ukhwari
4. Sebagai pembentukan kemantapan dan ketenangan jiwa
c. Al Maraghi berpendapat bahwa agama bertujuan untuk
1. Mensucikan jiwa dan membebaskan akal dari kepercayaan sinkritisme
terhadap kekuatan ghaib yang dimiliki mahluk dalam menguasai alam agar
mahluk atau selainnya tunduk dan patuh kepadanya
2. Memperbaiki sikap batin atas dasar tujuan yang baik agar dalam
melakukan semua perbuatan dilandasi dengan niat yang ikhlas untuk Allah
dan untuk manusia.
2.1.2 Makna Agama Islam
Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan
patuh. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama yaitu Nabi Adam As. Agama Islam itu kemudian Allah turunkan
secara berkesinambungan kepada para Nabi dan rasul-rasul berikutnya. Akhir
10
proses penuruan agama Islam itu baru terjadi pada masa kerasulan Muhammad
Saw. Pada awal abad ke VII Masehi.
Ajaran agama Islam memiliki karateristik sebagai berikut :
a. Sesuai dengan fitrah hidup manusia, artinya ajaran agama Islam mengandung
petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar manusia, baik dari aspek keyakinan,
perasaan, maupun pemikiran
b. Ajarannya sempurna, artinya materi ajaran Islam berisi petunjuk-petunjuk
pada seluruh kehidupan manusia.
c. Berlaku secara universal, artinya ajaran Islam berlaku untuk seluruh umat
manusia di dunia sampai akhir masa
d. Mengerjakan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
e. Menciptakan rahmat, kasih saying Allah terhadap mahluk-Nya, sperti
ketenangan hidup bagi orang yang meyakini dan mentaatinya, dsb.
Fungsi Islam sebagai rahmat Allah tidak bergantung pada penerimaan
manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut. Fungsi
tersebut baru dirasakan baik oleh manusia sendiri maupun oleh mahluk-
mahluk yang lain apabila manusai sebagai amanah Allah telah mentaati ajaran
tersebut. Fungsi Islam sebagai rahmat Allah bagi semua aam dijelaskan oleh
Allah dlam Q.S Al-Anbiya ayat 107.
Artinya :
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
alam semesta.
Bentuk –bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu adalah :
1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar
11
2. Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensial
yang diberikan oleh Allah secara bertanggungjawab
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah,
baik mereka muslim maupun non muslim
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional
5. Islam menghormati kondisi spesifikasi individu manusia dan memberikan
perlakuan yang spesifik pula.
2.2 Agama Sebagai Fitrah Manusia
2.2.1 Kerangka Dasar Agama Islam
Dalam bahasa Arab, Fitrah (fitrah) dengan segala bentuk derivasinya
mempunyai arti belahan (syiqah), muncul (thulu), kejadian (al ibtida),
dan penciptaan (khalqun). Sifat pembawaan yang sejak lahir.
Jika dihubungkan dengan manusia maka yang dimaksud
dengan fitrahadalah apa yang menjadi kejadian atau bawaan manusia sejak lahir
atau keadaan semula jadi. Ditegaskan pula bahwa fitrah mengandung pengertian
bahwa Allah menciptakan ciptaan-Nya (makhluk) dan menentukan tabiatnya
untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian fitrah secara semantik
berhubungan dengan hal penciptaan (bawaan) sesuatu sebagai bagian dari potensi
yang dimiliki.
Kata fitrah dengan berbagai bentuk derivasinya disebut 28 kali, 14 kali
disebut dalam kontek uraian tentang bumi dan langit, sedang yang lainnya disebut
dalam konteks pembicaraan tentang manusia, baik yang berhubungan
dengan fitrah penciptaan maupun fitrah keagaman yang dimilikinya.
Lafal fitrah dengan berbagai bentuk derivasinya , banyak disebut dalam al-
Quran, misalnya dalam ayat di atas, yang dalam konteks ini berarti al-
khalq dan al-ibtida. Al-khalq itu sendiri identik dengan al-bitida (yang memiliki
arti menciptakan sesuatu tanpa contoh). Hanya saja yang menyebutkannya dalam
12
bentuk ini (fitrah), yakni yang mengikuti pola filah, hanya satu ayat terdapat
dalam al-Quran, s. Ar-Ruum/ 30 : 30
Kerangka dasar ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
bersifat multidimensional, universal, abadi dan fithri. Dikatakan multi
dimensional karena ajarannya mencakup dimensi-dimensi yang menyangkut
hubungan manusia dengan khaliqnya (hablu minallah) dan hubungan manusia
dengan dirinya, dengan sesamanya, maupun dengan makhluk lainnya (hablu
minannas) (QS. Ali-Imran/3:112). Kerangka dasar atau pokok-pokok ajaran
Islam, yaitu :
A. Aspek keyakinan yang disebut dengan aqidah, yaitu aspek credial atau
keimanan terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya dan disabdakan
oleh rasul-Nya untuk diyakini. Aqidah Islam ini telah dirumuskan dalam
bentuk rukun iman. Penafsiran terhadap aqidah melahirkan literatur keislaman
yang dikenal dengan istilah ilmu kalam atau teologi Islam dengan berbagai
macam aliran pemikiran.
Aqidah dalam Islam dapat didefinisikan sebagai perjanjian manusia dengan
Tuhan yang berisi tentang kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh secara
sukarela pada kehendak Allah. Kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh
secara sukarela pada kehendak Allah tersebut mengandung enam komponen
dasar perjanjian :
a. Keyakinan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
b. Keyakinan hati bahwa ada hal yang ghaib
c. Keyakinan hati bahwa ada manusia biasa yang diberi amanah kerasulan
oleh Allah
d. Keyakinan hati bahwa ada petunjuk hidup yang diberikan Allah
e. Keyakinan hati bahwa ada pertanggungjawaban amal perbuatan setelah
kematian
f. Keyakinan hati bahwa ada aturan pasti yang melandasi kehidupan yang
dibuat oleh Allah (QS. Al-Baqarah, 2: 2 -4 & 177; Al Bayan, Kitab Iman,
No.5)
13
Aqidah merupakan akar bagi setiap perbuatan manusia. Manusia yang
menyatakan tunduk dan patuh secara suka rela pada kehendak Allah, pasti
dampak perbuatannya akan bermanfaat bagi manusia lain yang ada di
sekitarnya. Apabila akar perbuatan manusia itu kokoh, maka pohon perbuatan
manusia itu akan berbuah dan tahan dari berbagai angin cobaan. Sebaliknya
apabila akar perbuatan manusia itu rapuh atau bahkan tanpa akar sama sekali,
maka buah perbuatan manusia itu tidak bermakna dan mudah roboh oleh
tiupan godaan angin sepoi-sepoi sekalipun.
Artinya :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S Al-Baqarah : 177)
14
B. Aspek norma atau hukum yang disebut syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam
semesta. Penafsiran terhadap syariah Islam melahirkan literature keislaman
yang disebut dengan fikhi Islam dengan berbagai macam mazhab.
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan
perundang- undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan
manusia. Syari’at adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam.
Syari’ah aatau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam
kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :
a. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan
Allah (ibadah mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena
sifatnya yang khas dan sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan
dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini, syari’at
berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada
Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
b. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan
sesama dan makhluk lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi
ketentuan perundang- undangan yang mengatur segala aktivitas hidup
manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya.
Adanya sistem mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak
meninggalkan urusan dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap
persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah
atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya
agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah.
Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia
supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56
Artinya:
15
“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah
kepada- Ku “
C. Aspek perilaku yang disebut dengan akhlaq atau ihsan, yaitu sikap-sikap atau
perilaku baik yang nampak maupun tidak nampak dari pelaksanaan aqidah dan
syari’ah. Penafsiran terhadap akhlak melahirkan literature keislaman yang
disebut dengan ilmu tasawauf dengan berbagai macam aliran (tarekat).
Akhlaq terbagi menjadi dua yaitu akhlakul al-karimah (terpuji) dan
akhlakul al-madzmumah (tercela). Menurut objek atau sasarannya, akhlaq
juga dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlaq terhadap Khalik atau
Pencipta yaitu Allah SWT dan akhlaq terhadap makhluk. Makhluk adalah
segala yang diciptakan Allah, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia
dan bukan manusia. Akhlaq terhadap manusia terdiri dari akhlaq terhadap
Nabi dan Rasul, akhlaq terhadap diri sendiri, akhlaq terhadap keluarga,
terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan hubungan antar bangsa.
Akhlaq terhadap selain manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terhadap
benda mati, terhadap alam nabati atau flora, dan terhadap alam hewani atau
fauna. Ajaran tentang dasar-dasar agama Islam ini, terjalinrukun agama yang
disebut Hadis Nabi yaitu Hadis Jibril (Iman, Islam, dan Ihsan).
1. Akhlak kepada Allah
a. Mensyukuri nikmat Allah (QS Al-Baqarah, 2: 52)
b. Malu berbuat dosa (QS An Nahl: 19)
c. Allah sebagai tempat pengharapan (QS Al Huud: 56)
d. Optimis terhadap pertolongan Allah (QS Yusuf: 87)Yang berputus asa
dari rahmat Allah : orang-orang kafir. Bersifat husnudzan kepada
Allah(QS Fushilat: 22 ± 23)
e. Yakin akan janji-janji Allah (QS Al An’am: 160)
2. Akhlak kepada diri sendiri
Beberapa cara memperbaiki diri:
a. Taubatun nashuha (QS At Tahrim: 8)
16
b. Muroqobah: senantiasa merasa dalam pengawasan Allah (QS Al-
Baqarah: 235)
c. Muhasabah: evaluasi diri (QS Al Hasyr: 18)
d. Mujahadah: bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (QS Al ankabut: 69,
QSYusuf: 53)
3. Akhlak kepada orang lain
a. Akhlak kepada orang tua:
Taat dan patuh kepada orang tua. QS Lukman: 15, Harus taat dan patuh
pada orang tua, namun jika orang tua memaksa berbuat jahat, kita
tidak boleh mengikuti.
b. Akhlak kepada masyarakat
Amar ma’ruf nahi munkar.
Menyebarkan rahmat dan kasih sayang.
c. Akhlak kepada lingkungan
Mengelola dan memelihara lingkungan hidup.
Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Ketiga aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan dipisahkan satu
dengan lainnya tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri setiap
manusia muslim. Aqidah digambarkan sebagai akar yang menunjang kokoh dan
tegaknya batang di atas muka bumi, syari’ah diumpamakan sebagai batang yang
berdiri kokoh diatas akar yang menancap ke bumi, sedangkan akhlaq dimisalkan
dengan buah yang dihasilkan dari proses yang berlangsung pada akar dan batang.
Keutuhan dan kesatuan ketiga aspek inilah yang diperintahkan oleh Allah
kepada ummat Islam, ketika mereka mengikrarkan dirinya untuk memeluk agama
Islam (QS. Al-Baqarah/2:208).
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
17
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Aqidah (keimanan) yang benar, akan melahirkan sikap kepatuhan pada
ajaran dan norma-norma yang telah digariskan dalam hukum (syari’ah), dan
pelaksanaan norma dan hukum tersebut yang didasari oleh aqidah yang benar,
akan melahirkan perilaku zhahiriyah dan bathiniyah yang sesuai dengan kaedah
dan norma moralitas (akhlak).
Pengembangan dari ketiga kerangka dasar tersebut melahirkan bidang
keilmuan Islam, yaitu:
A. Konsep Ilmu Kalam dapat di telusuri dari akar katanya. Secara etimologis,
kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang bernalar dengan
menggunakan logika. Oleh karena itu, ciri utama dari ilmu kalam adalah
rasionalitas atau logika. Kata kalam sendiri mulanya memang
dimaksudkan sebagai terjemah dari logos yang diadopsi dari bahasa
yunani yang berarti pembicaraan.Dari kata inilah muncul istilah logika dan
logis yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab dengan istilah mantiq.
Sehingga ilmu logika, khususnya logika formal (silogisme)
dinamakan Mantiq. Karena di adopsi dari bahasa Yunani, maka kerangka
dan isi pemikiran Yunani memberikan kontribusi yang besar untuk
memperkaya ilmu kalaM
Menurut Syekh Muhammad Abduh, Ilmu kalam ialah ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-
sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya.
Selain itu, ilmu kalam juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk
18
mentapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal
yang jaiz yang dihubungkan kepada diri mereka
Ibnu Khaldun menerangkan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang
berisi alasan-alasan untuk mempertahankan kepercayaan-kepecayaan iman
dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan
terhadap orang-orang yang meyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli
sunah.
B. Fiqih (Bahasa Arab: فقه; transliterasi: Fiqih) adalah salah satu bidang
ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum
yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.[1] Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih
sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya
sebagai hamba Allah.[2]
4. Fikih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang
prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil
yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4
mazhab dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari
tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih.
Fiqih Islam melahirkan berbagai macam mazhab, yaitu :
a. Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-
Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah dan wafat
pada tahun 150 H. Madzhab ini dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal)
karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak
mempergunakan Qiyas.
Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan
fasih membaca Al-Qur’an. Beliau ditawari untuk menjadi hakim pada
zaman bani Umayyah yang terakhir, tetapi beliau menolak.
19
Madzhab ini berkembang karena menjadi madzhab pemerintah
pada saat Khalifah Harun Al-Rasyid. Kemudian pada masa
pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur beliau diminta kembali untuk
menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih hidup berdagang,
madzhab ini lahir di Kufah.
b. Madzhab Maliki
Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia
dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H.
Beliau sebagai ahli hadits di Madinah dimana Rasulullah SAW hidup di
kota tersebut.
Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau
mengutamakan perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid
(Hadits yang diriwayatkan oleh perorangan). Karena bagi beliau
mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan kepada hadits,
karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits
mutawatir. Madzhab ini lahir di Madinah kemudian berkembang ke
negara lain khususnya Maroko. Beliau sangat hormat kepada Rasulullah
dan cinta, sehingga beliau tidak pernah naik unta di kota Madinah
karena hormat kepada makam Rasul.
c. Madzhab Syafi’i
Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i
Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat
di Mesir pada tahun 204 H.
Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul
hadits, kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak yang
dikenal sebagaimadzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan madzhab
terpadu yaitu madzhab hadits dan madzhab qiyas. Itulah keistimewaan
madzhab Syafi’i.
20
Di antara kelebihan asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur
7 tahun, pandai diskusi dan selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir
kemudian berkembang ke negeri-negeri lain.
d. Madzhab Hanbali
Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin
Hanbal As-Syaebani, lahir di Baghdad Th 164 H dan wafat Th 248 H.
Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak
pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir.
Menurut beliau hadits dla’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-
perbuatan yang afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum.
Beliau tidak mengaku adanya Ijma’ setelah sahabat karena ulama sangat
banyak dan tersebar luas.
C. Tasawuf
Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman dari
intuisi-intuisi islam. Sejak zaman sahabatdan tabi’in, kecendrungan
pandangan orang terhadap ajaran islam secara lebih analitis sudah muncul.
Ajaran islam dipandang dari dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah (seremonial) dan aspek batiniah (spiritual),atau aspek “luar” dan
aspek “dalam”. Pandangan dan pengamalan aspek “dalamnya” mulai terlihat
sebagai hal yang paling utama, namun tanpa mengabaikan aspek “luarnya”
yang dimotivasikan untuk membersihkan jiwa. Tanggapan perenungan
mereka lebih berorientasi pada aspek “dalam”, yaitu cara hidup yang lebih
mengutamakan rasa, keagungan Tuhan, dan kebebasan dari egoism.
Perkembangan tasawuf dalam islam telah mengalami beberapa
fase: pertama,yaitu fase asketisme (zuhud) yang tumbuh pada abad pertama
dan kedua hijriyah. Sikap asketisme (zuhud) ini banyak dipandang sebagai
pengantar kemunculan tasawuf. Pada fase ini, terdapat individu-individu
dari kalangan muslim yang lebih memusatkan diri pada ibadah. Mereka
menjalankan konsepsi asketis dalam kehidupan, yaitu tidak mementingkan
makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Mereka lebih banyak beramal
21
untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan akhirat, yang menyebabkan
mereka lebih memusatkan diri pada jalur kehidupan dan tingkah laku yang
asketis. Tokoh yang sangat popular dari kalangan mereka adalah Hasah Al-
Bashri (wafat pada 110 H) dan Rabi’ah Al-Adawiyah (185 H). kedua
tokohini dijulukii sebagai zahid.
2.3 Iman, Islam, Ihsan, dan Taqwa serta Implikasinya dalam Kehidupan
2.3.1 Pengertian Iman dan Taqwa
Iman berasal dari bahasa arab yang artinya percaya. Jadi iman
berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan. Perkataan iman yang
berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu
membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para
orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan
Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil. Definisi Iman
berdasarkan hadistmerupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati,
ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang
beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan
segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan
orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip atau juga pandangan dan
sikap hidup.Pokok atau pilar keimanan yang disebut dengan rukun iman
terdiri dari 6 perkara, yaitu:
Iman kepada Allah
Iman kepada malaikat
Iman kepada kitab – kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
Iman kepada hari kiamat
Iman kepada qadha dan qadar Allah
22
Islam artinya patuh dan tunduk. Islam berkaitan dengan amal
zhahir. Islam (Arab: al-islām, :اإلسالم "berserah diri kepada Tuhan")
adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari
satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam
sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam
memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan
sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimah bagi
perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini
dengan sungguh - sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul
terakhir yang diutus ke dunia olehAllah. Pokok-pokok keislaman ada 5,
yaitu:
Mengucapkan dua kalimat syahadat
Mendirikan sholat
Berpuasa
Menunaikan zakat
Menunaikan ibadah haji
Ihsan berarti baik. Ihsan berkaitan dengan akhlak dan
moral. Ihsan (bahasa Arab: (احسان adalah kata dalam bahasa Arab yang
berarti "kesempurnaan" atau "terbaik." Dalam terminologi agama Islam,
Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya,
dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Di dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim, rasulullah saw
bersabda : “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Namun, jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah)
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau”.
23
Tanda-tanda orang beriman yaitu:
1. Senantiasa hatinya bergetar apabila membbaca atau mendengar ayat-ayat
Alquran
2. Mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang diberikan Allah
Swt.
3. Taat kepada Allah dan para Rasul-Nya
4. Beramal dan berdakwah dengan penuh kesabaran
Tanda-tanda orang bertaqwa, sebagai berikut :
1. Memelihara diri dari hal-hal yang menjerumuskan ke neraka
2. Selalu menuju kepada ampunan Allah Swt.
3. Senantiasa mengingat Allah
4. Segala periilakunya merasa disaksikan oleh Allah Swt.
2.4 Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problematika dan Tantangan
Kehidupan Modern
Beberapa pokok manfaat dan pengaruh Iman pada kehidupan manusia, antara
lain:
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak
menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup
menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian
menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang
memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-
benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan
sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah pada surat al-
Fatihah ayat 1-7.
24
Dalam surah Al Fatihah dapatlah kita mengambil iktibar bahawa akal dan
manusia lain bukanlah pelindung atau pergantungan kita yang sebenar. Sikap
bongkak dan sikap skeptical melulu terhadap ajaran Allah akan
menjerumuskan kita ke lembah kekufuran. Lantaran itulah Imam Hassan Al
Banna menggesa ahli Ikhwan untuk taa'bud tanpa soal tau berittiba' dengan
segala peraturan Syariah tanpa soal akan hikmah atau falsafahnya.
Mempelajari falsafah adalah untuk menguatkan iman bukan sebagai punca
kita mempersoalkan kekuasaan Allah dan kesyumulan ajaran Islam.
Firman Allah,
أوهن �ن وإ بيتا خذت ات العنكبوت� كمثل� �ياء أول ه� الل دون� م�ن خذوا ات ذ�ين ال مثل
يعلمون كانوا لو العنكبوت� لبيت البيوت�Artinya:
" Perumpamaan manusia yang mengambil selain Allah sebagai wali
(penolong/pelindung) adalah seperti labah-labah yang membuat rumah. Dan
sesungguhnya selemah-lemah rumah adalah rumah labah-laba
b. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak
diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di
tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah dalam QS. An-Nisa’, 4:78
sedikitpun.
25
artinya “Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan
kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”
c. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan
prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri
untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman
Allah dalam QS. Hud, 11:6
artinya “Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan
tempat penyimpanannya.” Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh
mahfud).
d. Iman memberikan ketenteraman jiwa.
Setiap kali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan
dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya
26
tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan
dalam firman Allah surat Ar-Ra’d, 13:28
artinya “...(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram.”
e. Iman mewujudkan kehidupan yang lebih baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah
dalam firman-Nya QS. An-Nahl, 16:97
artinya“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.”
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas,
tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
27
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya
maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam
QS. Al-An’am, 6:162
artinya “Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
g. Iman memberi keberuntungan.
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan
demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah, 2:5
artinya “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.”
h. Iman mencegah penyakit.
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak
dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti
makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi
oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan
darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di
dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini
bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur
oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping
28
bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen
(pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot
dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan
selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Dengan demikian pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia
bukan hanyaa sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga
menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup.
Apabila suatu masayarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan
terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Agama merupakan suatu kebutuhan hidup yang memiliki fungsi-fungsi
yang mengatur kehidupan dengan Tuhan-Nya
2. Agama sebagai fitrah manusia artinya agama yang memiliki ajaran sesuai
dengan sifat dasar manusia baik dari aspek keyakinan, perasaan, maupun
pemikiran
3. Pengaruh agama khususnya iman dan taqwa sangat besar bagi kehidupan
manusia, bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati,
melainkan juga menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap
dan perilaku hidup.
3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah ini akan dapat menambah wawasan kita sebagai
umat agama Islam semakin bertambah dan menyadari agama sangat penting
bagi kehidupan dunia dan akhirat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ika Aprilia.2014.Kerangka Dasar Ajaran Agama Islam (online).
http://ikaapriliaayu.blogspot.com/2014/05/kerangka-dasar-ajaran-islam.html.
Diakses pada 13 Mei 2015
Gigih, Achmad Andy Putra.2013.Peran Iman dan Taqwa dalam Menghadapi
Kehidupan Modern (online).
http://achmad-gigih-fkg13.web.unair.ac.id/artikel_detail-89382-Agama
%20Islam-PERAN%20IMAN%20DAN%20TAQWA%20DALAM
%20MENGHADAPI%20KEHIDUPAN%20MODERN.html. Diakses pada 13
Mei 2015
Idris, Dra. Hj. Saimah, dkk.2013.Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
Islam.Makassar:Universitas Hasanuddin.
Wahyudi, Abu Muslih Ari.2009.Agama Islam
(online).hhtp://muslim.or.id/aqidah/agama-islam.html
31