52
SUARA PERTANIAN KALIMANTAN Edisi 4 • Tahun 2 • 2011 Harga RP 15.000,- HALAL UNTUK SEMUA HORTIKULTURA Mujur Bertani Sayur UNGGAS DOC Broiler Jiran Tertangkap Tangan

agroborneo edisi 04

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Majalah Pertanian Agroborneo Edisi cetakan ke 4 tahun 2011

Citation preview

Page 1: agroborneo edisi 04

SUARA PERTANIAN KALIMANTAN Edisi 4 • Tahun 2 • 2011

Harga RP 15.000,-

HALALUNTUK SEMUA

HORTIKULTURAMujurBertani Sayur

UNGGASDOC Broiler Jiran

Tertangkap Tangan

Page 2: agroborneo edisi 04

Graha Sujaya Jl. Komodor Yos Sudarso No. 133 Singkawang 79123 Kalimantan Barat.Telp. 0562-638974 (Hunting), Fax. 0562-638975 Email: [email protected]

Page 3: agroborneo edisi 04
Page 4: agroborneo edisi 04

2 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Dari Redaksi

Lanjutkan KeputusanGubernur Kalbar

banyak dipasok bibit unggas dari luar, terutama Jawa, maka diturunkan Keputusan Gubernur Nomor 259/2005 tentang Penutupan sementara Provinsi Kalbar terhadap pemasukan ternak unggas, babi dan produknya.

Pelaksanaan dari Keputusan Gubernur tersebut terus berjalan hingga sekarang. Untuk bibit ayam kampung (kebanyakan Ayam Arab), bibit itik, bibit puyuh, bibit ayam ras petelur, diijinkan masuk, karena semua (bibit unggas) tersebut tidak bisa dipenuhi dari Kalbar sendiri. Dengan catatan komoditi yang didatangkan memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan propinsi.

Jumlahnya pun dievaluasi bersama setiap empat bulan sekali.

Nah, untuk bibit ayam ras pedaging yang keren disebut day old chick (DOC) broiler, di Kalbar sudah ada 3 perusahaan pembibitan (breeding farm) yang mampu memasok

pembibitan ayam ras di Pasar Minggu - Jakarta, pada 1983 saat memasuki masa pensiun dari pegawai Pemda DKI Jakarta, saya membuka breeding farm yang pertama kali di Kalimantan Timur.” tutur pria lanjut usia yang masih mampu setir mobil sendiri di Jakarta ini.

Merintis breeding farm berarti berbagi ilmu beternak kepada masyarkat awam, perkembangan peternakan unggas di Kaltim mulai tumbuh, banyak peternak mengenyam berkah dari usaha baru ini.

“Tidak hanya pengusaha setempat yang berminat membangun breeding farm di Kaltim, bahkan perusahaan PMA ikut-ikutan menjadi breeding farm yang keenam. Apa tidak hebat. Tapi, sayangnya tidak ada kontrol yang ketat dari Pemda setempat, dengan jaringan penerbangan yang kian padat, DOC broiler dari breeding farm di Jawa dibiarkan masuk atas permintaan peternak atau yang mengatasnamakan peternak. Maka rontoklah satu persatu breeding farm milik pengusaha setempat, dan yang bertahan sampai sekarang adalah breeding farm yang bermodal kuat.” tutur Pramu.

Setelah sukses ‘mengawali’ pertumbuhan perunggasan di Kaltim, jiwa perintis Pramu terus menggelora manakala melihat Sulawesi belum ada satu pun breeding farm. Pada 1989 Pramu membangun breeding farm di Tomohon – Manado, Sulawesi Utara. Dari sebuah breeding farm Pramu mengenalkan tatacara beternak budidaya ayam ras kepada masyarakat Sulut, minat beternak tumbuh berkembang serta menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat pedesaan. Pada perjalanannya, ada dua lagi breeding farm yang dimiliki oleh swasta dan Pemda selain milik Pramu. “Tapi, kasusnya sama dengan di Kaltim, atas nama keserakahan, pengusaha modal kuat yang sudah besar di Jawa membuka breeding farm besar-besaran di Manado, memroduksi anak ayam yang tak sesuai kemampuan serap peternak. Namun apabila breeding farmnya ada masalah dan produksinya berkurang, maka diambilkan anak ayam yang diproduksi breeding farm (dari perusahaannya) yang berada di Jawa. Dengan begitu, peternak lain pun bisa mendatangkan anak ayam dari

breeding farm lainnya di Jawa, apabila harga anak ayam di Manado lebih mahal sedikit. Jadinya, ya hancur-hancuran lah,” ucap Pramu prihatin.

“Ingat, konsep membangun breeding farm di luar Jawa itu untuk pemerataan, bukan ajang bersaing dengan bibit dari Jawa. Karena, sarana produksi yang digunakan hampir seluruhnya didatangkan dari Jawa.” imbuh Pramu

Usaha breeding farm Pramu yang di Sulut bertahan hingga 20 tahun. Pada 2009, dijual pada sebuah perusahaan peternakan nasional, dan kini ia menikmati hari tua di Tanjung Barat - Pasar Minggu, Jakarta, kumpul bersama anak-anak dan dekat dengan para cucu.

Pada forum dan expo peternakan Indolivestock di Jakarta Juli 2010 lalu, Majalah Agroborneo bertemu tokoh perintis perunggasan nasional yang telah menerbitkan buku otobiogra�. “Alhamdulillah, saya termasuk perintis perunggasan yang masih tersisa.” ucapnya. Panjang umur Pak Pramu, kawal pembangunan perunggasan nasional di sepanjang usiamu.

Awal Februari 2011 marak kembali pemberitaan kasus �u burung atau Avian in�uenza (AI) di Kalimantan Barat. Dipicu oleh kejadian banyak ayam mendadak mati yang diakui pejabat dinas berwenang berdasarkan test cepat di lapangan.

Seperti apa persisnya kejadian di lapangan, kami sajikan dalam rubrik UNGGAS dengan judul : “Bukan hanya AI sebab ayam (mendadak) mati.” Kemudian masih pada rubrik yang sama, juga kami angkat kejadian yang mengiringi heboh AI, yakni terbongkarnya kasus penyelundupan bibit ayam ras pedaging dari Malaysia. Silahkan disimak tulisan : “DOC broiler Jiran tertangkap tangan,” dan “Aneka selundupan dari Jiran.”

Yang menarik lagi, ada suara dari kalangan pelaku usaha di Kalbar yang mengatakan; “sekarang ini Kalbar sudah tidak bebas AI, tapi mengapa DOC broiler dari Jawa masih tidak boleh masuk?” Untuk memahami pertanyaan ini ada baiknya kita melihat upaya Kalbar dalam membebaskan wilayahnya dari AI sejak terjangkit pertama Januari 2004.

AI adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan dipercepat penyebarannya oleh arus lalu-lintas ternak, khususnya unggas. Pendapat ahli yang meneliti korelasi penyebaran wabah AI dengan migrasi burung, belum terbantahkan hingga hari ini.

Sehubungan dengan itu, untuk menekan terjadinya wabah �u burung di Kalbar, yang notabene Kalbar

kebutuhan untuk peternak pembudidaya. Oleh sebab itu peternak tidak perlu mendatangkan langsung dari Jawa.

Apabila terjadi suatu kasus yang menyebabkan berkurangnya produksi pada breeding farm yang ada di Kalbar, maka breeding farm bersangkutan diijinkan mendatangkan telur tetas (hatching egg). “Prinsipnya kita tekan sekecil mungkin komoditi unggas yang masuk Kalbar. Karena, meskipun itu menyangkut ladang mata pencaharian kita, diakui atau tidak, unggas hidup adalah media pembawa penyakit berbahaya bagi manusia,” ujar Drh. Abdul Manaf Mustafa, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Kalbar.

Pelarangan DOC broiler masuk Kalbar, menurut Pramu Suroprawiro sebagai keputusan yang tepat. Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) tahun 1975 – 1987 yang kini sudah berusia 80 tahun itu, memuji keputusan Gubernur Kalbar dan dengan tegas menyatakan dukungan atas keputusan tersebut.

“Ini sesuai konsep pembangunan perunggasan sebagaimana digagas oleh ‘para dokter hewan zaman dulu’. Negara kita yang terdiri dari pulau-pulau ini bukan hanya benteng strategis untuk mempertahankan kedaulatan negara dari serangan musuh, tapi juga isolasi alami yang ampuh dan efektif terhadap penyebaran penyakit.” tegas Pramu.

Di sisi lain, nikmatnya usaha peternakan ayam ras yang terus tumbuh dan berkembang, harus bisa dinikmati oleh anak bangsa secara merata di seluruh penjuru negeri. “Maka, setelah membuka usaha

Pramu Suroprawiro

Pendiri: S. Sudjono Anggie, Ir. Bambang Mulyantono Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Ir. BambangMulyantono Staf Ahli: Drh. Apriyadi Suwarno, Drh. Nengah Suardana, Ir. M. Sinambela Periklanan: Tri Wahyuni Sirkulasi: Suryaman Artistik/Produksi: Ridwan Fillardhy, Yoga Anggoro Alamat Redaksi & Bisnis: Jl. Jenderal Ahmad Yani, Komplek Ruko A. Yani Sentral Bisnis Blok B No 37-38 Pontianak - KalbarTel: 0561-761 168 Fax: 0561765 900 email: [email protected] website: www.agroborneo.com

Susunan Tim Agroborneo

Page 5: agroborneo edisi 04

3AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Dari Redaksi

banyak dipasok bibit unggas dari luar, terutama Jawa, maka diturunkan Keputusan Gubernur Nomor 259/2005 tentang Penutupan sementara Provinsi Kalbar terhadap pemasukan ternak unggas, babi dan produknya.

Pelaksanaan dari Keputusan Gubernur tersebut terus berjalan hingga sekarang. Untuk bibit ayam kampung (kebanyakan Ayam Arab), bibit itik, bibit puyuh, bibit ayam ras petelur, diijinkan masuk, karena semua (bibit unggas) tersebut tidak bisa dipenuhi dari Kalbar sendiri. Dengan catatan komoditi yang didatangkan memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan propinsi.

Jumlahnya pun dievaluasi bersama setiap empat bulan sekali.

Nah, untuk bibit ayam ras pedaging yang keren disebut day old chick (DOC) broiler, di Kalbar sudah ada 3 perusahaan pembibitan (breeding farm) yang mampu memasok

pembibitan ayam ras di Pasar Minggu - Jakarta, pada 1983 saat memasuki masa pensiun dari pegawai Pemda DKI Jakarta, saya membuka breeding farm yang pertama kali di Kalimantan Timur.” tutur pria lanjut usia yang masih mampu setir mobil sendiri di Jakarta ini.

Merintis breeding farm berarti berbagi ilmu beternak kepada masyarkat awam, perkembangan peternakan unggas di Kaltim mulai tumbuh, banyak peternak mengenyam berkah dari usaha baru ini.

“Tidak hanya pengusaha setempat yang berminat membangun breeding farm di Kaltim, bahkan perusahaan PMA ikut-ikutan menjadi breeding farm yang keenam. Apa tidak hebat. Tapi, sayangnya tidak ada kontrol yang ketat dari Pemda setempat, dengan jaringan penerbangan yang kian padat, DOC broiler dari breeding farm di Jawa dibiarkan masuk atas permintaan peternak atau yang mengatasnamakan peternak. Maka rontoklah satu persatu breeding farm milik pengusaha setempat, dan yang bertahan sampai sekarang adalah breeding farm yang bermodal kuat.” tutur Pramu.

Setelah sukses ‘mengawali’ pertumbuhan perunggasan di Kaltim, jiwa perintis Pramu terus menggelora manakala melihat Sulawesi belum ada satu pun breeding farm. Pada 1989 Pramu membangun breeding farm di Tomohon – Manado, Sulawesi Utara. Dari sebuah breeding farm Pramu mengenalkan tatacara beternak budidaya ayam ras kepada masyarakat Sulut, minat beternak tumbuh berkembang serta menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat pedesaan. Pada perjalanannya, ada dua lagi breeding farm yang dimiliki oleh swasta dan Pemda selain milik Pramu. “Tapi, kasusnya sama dengan di Kaltim, atas nama keserakahan, pengusaha modal kuat yang sudah besar di Jawa membuka breeding farm besar-besaran di Manado, memroduksi anak ayam yang tak sesuai kemampuan serap peternak. Namun apabila breeding farmnya ada masalah dan produksinya berkurang, maka diambilkan anak ayam yang diproduksi breeding farm (dari perusahaannya) yang berada di Jawa. Dengan begitu, peternak lain pun bisa mendatangkan anak ayam dari

breeding farm lainnya di Jawa, apabila harga anak ayam di Manado lebih mahal sedikit. Jadinya, ya hancur-hancuran lah,” ucap Pramu prihatin.

“Ingat, konsep membangun breeding farm di luar Jawa itu untuk pemerataan, bukan ajang bersaing dengan bibit dari Jawa. Karena, sarana produksi yang digunakan hampir seluruhnya didatangkan dari Jawa.” imbuh Pramu

Usaha breeding farm Pramu yang di Sulut bertahan hingga 20 tahun. Pada 2009, dijual pada sebuah perusahaan peternakan nasional, dan kini ia menikmati hari tua di Tanjung Barat - Pasar Minggu, Jakarta, kumpul bersama anak-anak dan dekat dengan para cucu.

Pada forum dan expo peternakan Indolivestock di Jakarta Juli 2010 lalu, Majalah Agroborneo bertemu tokoh perintis perunggasan nasional yang telah menerbitkan buku otobiogra�. “Alhamdulillah, saya termasuk perintis perunggasan yang masih tersisa.” ucapnya. Panjang umur Pak Pramu, kawal pembangunan perunggasan nasional di sepanjang usiamu.

Awal Februari 2011 marak kembali pemberitaan kasus �u burung atau Avian in�uenza (AI) di Kalimantan Barat. Dipicu oleh kejadian banyak ayam mendadak mati yang diakui pejabat dinas berwenang berdasarkan test cepat di lapangan.

Seperti apa persisnya kejadian di lapangan, kami sajikan dalam rubrik UNGGAS dengan judul : “Bukan hanya AI sebab ayam (mendadak) mati.” Kemudian masih pada rubrik yang sama, juga kami angkat kejadian yang mengiringi heboh AI, yakni terbongkarnya kasus penyelundupan bibit ayam ras pedaging dari Malaysia. Silahkan disimak tulisan : “DOC broiler Jiran tertangkap tangan,” dan “Aneka selundupan dari Jiran.”

Yang menarik lagi, ada suara dari kalangan pelaku usaha di Kalbar yang mengatakan; “sekarang ini Kalbar sudah tidak bebas AI, tapi mengapa DOC broiler dari Jawa masih tidak boleh masuk?” Untuk memahami pertanyaan ini ada baiknya kita melihat upaya Kalbar dalam membebaskan wilayahnya dari AI sejak terjangkit pertama Januari 2004.

AI adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan dipercepat penyebarannya oleh arus lalu-lintas ternak, khususnya unggas. Pendapat ahli yang meneliti korelasi penyebaran wabah AI dengan migrasi burung, belum terbantahkan hingga hari ini.

Sehubungan dengan itu, untuk menekan terjadinya wabah �u burung di Kalbar, yang notabene Kalbar

kebutuhan untuk peternak pembudidaya. Oleh sebab itu peternak tidak perlu mendatangkan langsung dari Jawa.

Apabila terjadi suatu kasus yang menyebabkan berkurangnya produksi pada breeding farm yang ada di Kalbar, maka breeding farm bersangkutan diijinkan mendatangkan telur tetas (hatching egg). “Prinsipnya kita tekan sekecil mungkin komoditi unggas yang masuk Kalbar. Karena, meskipun itu menyangkut ladang mata pencaharian kita, diakui atau tidak, unggas hidup adalah media pembawa penyakit berbahaya bagi manusia,” ujar Drh. Abdul Manaf Mustafa, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Kalbar.

Pelarangan DOC broiler masuk Kalbar, menurut Pramu Suroprawiro sebagai keputusan yang tepat. Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) tahun 1975 – 1987 yang kini sudah berusia 80 tahun itu, memuji keputusan Gubernur Kalbar dan dengan tegas menyatakan dukungan atas keputusan tersebut.

“Ini sesuai konsep pembangunan perunggasan sebagaimana digagas oleh ‘para dokter hewan zaman dulu’. Negara kita yang terdiri dari pulau-pulau ini bukan hanya benteng strategis untuk mempertahankan kedaulatan negara dari serangan musuh, tapi juga isolasi alami yang ampuh dan efektif terhadap penyebaran penyakit.” tegas Pramu.

Di sisi lain, nikmatnya usaha peternakan ayam ras yang terus tumbuh dan berkembang, harus bisa dinikmati oleh anak bangsa secara merata di seluruh penjuru negeri. “Maka, setelah membuka usaha

Dinas peternakan dan technical service perusahaan sapronak di Kalbar merapatkan barisan mengatasi wabah AI yang marak lagi (9/2).

Salam dari Redaksi

Page 6: agroborneo edisi 04

4AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Daftar Isi

Hortikultura

Dari Redaksi

MujurBertani Sayur

Lanjutkan KeputusanGubernur Kalbar

Bisnis NenasMulai Panas

Cuaca Tak MenentuBukan Jalan Buntu05 07 10

02

TopikHalal Untuk Semua 15

PakanMalaysia HaramkanBM & MBM

Ramah Tamah Guyofeed

1921

23

28

UnggasBukan Hanya AI SebabAyam (Mendadak) Mati

DOC Broiler JiranTertangkap Tangan

Aneka SelundupanDari Jiran 31

AlbumPesan PerdamaianFestival Cap Go Meh 43

Cakrawala

Mengapa PentingOutbond Training ? 39

MJPF Melaju 36

33TalentaMenyuluh Dengan Teladan

Page 7: agroborneo edisi 04

Jumadi dan istri yang meniti jalan hidup sebagai petani

S ingkawang boleh disebut sebagai satu-satunya tempat rekreasi pantai di Kalimantan Barat, begitu-

lah faktanya. Sejumlah pengusaha tempat rekreasi telah membangun obyek dan fasilitas wisata di kawasan yang populer disebut Pantai Pasir Panjang Pen-duduk disekitarnya memanfaatkan obyek wisata ini untuk menjual berbagai makanan ringan, dan entah siapa yang memulainya, jagung manis menjadi makanan favorit sekaligus oleh-oleh khas Pasir Panjang.

MujurBertani Sayur

5AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

Page 8: agroborneo edisi 04

6 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

Berjualan jagung manis di sepanjang jelan di depan Pasir Panjang, menjadi matapencaharian penduduk di sekitar obyek wisata ini

Pengolahan lahan untuk menyiapkan tanaman berikutnya, agar terjadi rotasi penanaman dan lumintu panenannya

sekarang ini mencoba menanam cabe rawit, mumpung harganya lagi bagus.” ujar Jumadi.

Menurut Jumadi, biaya menanam jagung manis per hektar Rp 9.458.000 dengan rincian untuk beli benih, pupuk TA (tahi ayam), upah tenaga kerja (olah tanah, tanam, dan panen), dan obat-obatan. Dengan perawatan yang baik dalam masa 70 hari pemeliharaan dihasilkan jagung sebanyak 8 - 9 ton per hektar. Harga jual jagung manis diambil di ladang paling rendah Rp 3.000/kg, maka dari produksi per hektar bisa diperoleh Rp 24 – 27 juta. Sementara harga jual jagung di pinggir jalan Pasir Panjang bervarias menurut ukuran besar kecilnya, mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 6.000/kg. Padahal sebagian besar petani jagung di sekitar Pasir Panjang mempunyai lapak atau tempat penjualan sendiri yang berderet di kanan-kiri jalan yang ditunggui keluarga atau kerabat dekatnya.

Kendala penanaman jagung yang umum di Singkawang ini adalah penyakit bulai yang membuat pertumbuhan tanaman jagung terhambat. Tanaman jagung yang terserang virus ini warna hijau daun dan batangnya lebih terang, sebelum menular ke tanaman lain, tanaman jagung harus segera dicabut

Haji Jumadi bersama 20 orang petani anggota Kelompok Tani Mekar Pasir Panjang yang dipimpinnya, hampir semuanya bertani jagung di atas lahan seluas 30 hektar. Tanaman jagung diatur sedemikian rupa sehingga setiap hari ada yang dipanen untuk dijual dipinggir jalan, obyek wisata sekitar Pasir Panjang, pasar, bahkan ada pula pedagang dari luar kota seperti Pontianak, Sambas dan Sintang yang datang membelinya. “Sekitar 2 ton panen jagung setiap hari,” ungkap Jumadi.

Tanah milik Jumadi sendiri selebar 2 hektar, 75% ditanami jagung manis, sisanya ditanami sayur-sayuran seperti timun, buncis, sawi dan cabe. “Selain jagung,

seakar-akarnya. Gangguan produksi jagung yang kerap muncul dalam 2010 adalah gagal penyerbukan yang mengakibatkan bulir-bulir jagung tidak muncul. Ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak mendukung, misalnya angin yang terlalu kencang . “Tapi, jagung yang seperti ini menjadi jatah sapi.” tegas Jumadi.

Beruntung ada 52 ekor sapi yang dipelihara 20 orang anggota kelompok taninya, Jumadi sendiri mempunyai 8 ekor sapi peranakan Simental dan Brahman cros. Sapi-sapi ini tidak hanya diberi makan batang jagung, daun dan kelobot jagung, tapi juga jagung muda yang buli-bulirnya tumbuh tidak sempurna. Dengan diberi hijuan jagung, sapi bakalan yang dibeli Rp 13 juta/ekor, lalu dipelihara selama 5-6 bulan, biasanya laku dijual dengan harga Rp 18-19 juta, dipotong ongkos pelihara, untung bersih yang diperoleh bisa Rp 3-4 juta/ekor.

Tentang tanaman cabenya, Jumadi menuturkan, ada lima umur tanam, mulai dari yang sudah berbuah, belajar berbuah, tumbuh daun, baru tumbuh dan semai benih. Tanaman cabe yang sudah berbuah ada 3.000 pohon berada di atas tanah seluas setengah hektar ini, biaya yang telah dikeluarkan sekitar Rp 13.406.000, untuk beli : benih, pupuk NPK, pupuk mutiara, kotoran ayam (TA), ongkos tenaga kerja, dan

obat-obatan “Dari 3.000 pohon dipetik cabe paling sedikit 150 kg sekali panen, dengan harga cabe Rp 60.000/kg, maka sekali panen bisa mengantongi Rp 9.000.000, sedangkan cabe bisa berkali-kali dipananen sesuai pemeliharaan, kalau pemeliharaannya baik bisa terus berbuah hingga 1,5 tahun.” ungkap Jumadi.

Jumadi yang bertani sayur sejak 1988 semakin mantap dengan pilihan hidupnya, dengan bertani sayur ternyata dapat menjadi sandaran hidup keluarganya, bahkan dapat mengantarnya pergi menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Page 9: agroborneo edisi 04

sekarang ini mencoba menanam cabe rawit, mumpung harganya lagi bagus.” ujar Jumadi.

Menurut Jumadi, biaya menanam jagung manis per hektar Rp 9.458.000 dengan rincian untuk beli benih, pupuk TA (tahi ayam), upah tenaga kerja (olah tanah, tanam, dan panen), dan obat-obatan. Dengan perawatan yang baik dalam masa 70 hari pemeliharaan dihasilkan jagung sebanyak 8 - 9 ton per hektar. Harga jual jagung manis diambil di ladang paling rendah Rp 3.000/kg, maka dari produksi per hektar bisa diperoleh Rp 24 – 27 juta. Sementara harga jual jagung di pinggir jalan Pasir Panjang bervarias menurut ukuran besar kecilnya, mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 6.000/kg. Padahal sebagian besar petani jagung di sekitar Pasir Panjang mempunyai lapak atau tempat penjualan sendiri yang berderet di kanan-kiri jalan yang ditunggui keluarga atau kerabat dekatnya.

Kendala penanaman jagung yang umum di Singkawang ini adalah penyakit bulai yang membuat pertumbuhan tanaman jagung terhambat. Tanaman jagung yang terserang virus ini warna hijau daun dan batangnya lebih terang, sebelum menular ke tanaman lain, tanaman jagung harus segera dicabut

Haji Jumadi bersama 20 orang petani anggota Kelompok Tani Mekar Pasir Panjang yang dipimpinnya, hampir semuanya bertani jagung di atas lahan seluas 30 hektar. Tanaman jagung diatur sedemikian rupa sehingga setiap hari ada yang dipanen untuk dijual dipinggir jalan, obyek wisata sekitar Pasir Panjang, pasar, bahkan ada pula pedagang dari luar kota seperti Pontianak, Sambas dan Sintang yang datang membelinya. “Sekitar 2 ton panen jagung setiap hari,” ungkap Jumadi.

Tanah milik Jumadi sendiri selebar 2 hektar, 75% ditanami jagung manis, sisanya ditanami sayur-sayuran seperti timun, buncis, sawi dan cabe. “Selain jagung,

seakar-akarnya. Gangguan produksi jagung yang kerap muncul dalam 2010 adalah gagal penyerbukan yang mengakibatkan bulir-bulir jagung tidak muncul. Ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak mendukung, misalnya angin yang terlalu kencang . “Tapi, jagung yang seperti ini menjadi jatah sapi.” tegas Jumadi.

Beruntung ada 52 ekor sapi yang dipelihara 20 orang anggota kelompok taninya, Jumadi sendiri mempunyai 8 ekor sapi peranakan Simental dan Brahman cros. Sapi-sapi ini tidak hanya diberi makan batang jagung, daun dan kelobot jagung, tapi juga jagung muda yang buli-bulirnya tumbuh tidak sempurna. Dengan diberi hijuan jagung, sapi bakalan yang dibeli Rp 13 juta/ekor, lalu dipelihara selama 5-6 bulan, biasanya laku dijual dengan harga Rp 18-19 juta, dipotong ongkos pelihara, untung bersih yang diperoleh bisa Rp 3-4 juta/ekor.

Tentang tanaman cabenya, Jumadi menuturkan, ada lima umur tanam, mulai dari yang sudah berbuah, belajar berbuah, tumbuh daun, baru tumbuh dan semai benih. Tanaman cabe yang sudah berbuah ada 3.000 pohon berada di atas tanah seluas setengah hektar ini, biaya yang telah dikeluarkan sekitar Rp 13.406.000, untuk beli : benih, pupuk NPK, pupuk mutiara, kotoran ayam (TA), ongkos tenaga kerja, dan

obat-obatan “Dari 3.000 pohon dipetik cabe paling sedikit 150 kg sekali panen, dengan harga cabe Rp 60.000/kg, maka sekali panen bisa mengantongi Rp 9.000.000, sedangkan cabe bisa berkali-kali dipananen sesuai pemeliharaan, kalau pemeliharaannya baik bisa terus berbuah hingga 1,5 tahun.” ungkap Jumadi.

Jumadi yang bertani sayur sejak 1988 semakin mantap dengan pilihan hidupnya, dengan bertani sayur ternyata dapat menjadi sandaran hidup keluarganya, bahkan dapat mengantarnya pergi menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Mengantar jagung dari ladang ke pasar

Tanaman jagung yang rusak oleh hama atau

gagal penyerbukan menjadi jatah sapi

peliharaan

Cabe berbuat lebat saat harganya menjulang, merupakan hadiah bagi petani yang tekun merawat

7AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

Page 10: agroborneo edisi 04

Bisnis NenasMulai Panas

Great Giant Peanaple (GGP) yang berada di Lampung adalah pemasok nenas terbesar ketiga di dunia dengan produk-produknya ; konsentrat, juice, cocktail, irisan dan lain sebagainya. Pabrik minuman di dalam negeri yang besar seperti Nutrisari ternyata bahan bakunya – terutama yang berbahan dasar nenas, hingga sekarang masih impor. Kemudian harga nenas lokal terus merangkak naik dari Rp 300/kg menjadi Rp 3000/kg. Maka sangat memprihatinkan apabila pabrik pengolahan nenas, PT. Agroindustri, milik Group Jawa Pos ini sudah 1,5 tahun ini berhenti tidak berproduksi.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Hasannuddin Ibrahim, Sp.I tampak tidak menutupi keprihatinannya melihat pabrik pengolahan nenas di Kabupaten Kubu Raya – Kalimantan Barat. Pada saat diresmikan 2007 lalu, beliau sempat hadir meskipun belum menjadi Dirjen Hortikultura, waktu itu beliau sempat menaruh harapan besar pada PT. Agroindustri untuk menjadi pioneer pengolahan produk hortikultura di Kalbar, karena potensi Kalbar dalam menghasilkan buah dan sayur-mayur cukup besar. “Apa yang bisa pemerintah bantu agar pabrik ini berproduksi kembali?” ujar Ditjen Hortikultura kepada Untung Surapati, pimpinan Group Jawa Pos di Kalbar ketika meninjau pabrik yang dibangun dengan biaya Rp 150 milyar ini (22/1).

nenas juga bisa beragam, karena ada negara yang suka nenas berasa cenderung manis dan ada pula yang suka agak asam. “ ucap Untung.

Selanjutnya Untung menceritakan bahwa kapasitas mesin pengolahan nenas ini 100 ton/hari, bila per hektar lahan bisa menghasilkan nenas 60 ton, maka per hari diperlukan panen nenas pada lahan seluas 1,67 hektar. Sementara lahan milik perusahaan hanya sekitar 10 hektar, jadi hanya sekitar 25% dari kebutuhan pabrik, selebihnya bermitra dengan petani. “Memang konsepnya bermitra dengan

“Kami mohon pemerintah membenahi infrastruktur, khususnya jalan dari ladang petani hingga lokasi pabrik, yang panjangnya kira-kira 7 kilometer, karena jalan yang ada sekarang hanya bisa dilalui dengan sepeda yang dituntun, nenas hasil panen dimasukkan ke dalam karung, lalu dibonceng atau bahkan dipikul. Sejak dipetik hingga masuk pabrik bisa sampai tiga hari, padahal syarat industri pengolahan nenas harus segar – tidak boleh mengolah nenas lebih dari 24 jam setelah dipanen. Kalau lebih dari 24 jam kualitas konsentrat yang dihasilkan sudah tidak bagus lagi. Inilah kendala kami. Infrastruktur jalan dan sarana-prasarana pasca panen yang masih sangat minim. “ jelas Untung.

“Baik, akan kami dukung dengan bantuan jalan usaha tani dan sarana tranportasi panen yang memadai. Dari perusahaan sendiri, program selanjutnya seperti apa?” tanya Dr. Hasannuddin.

“Pasar ke depan tidak hanya export oriented, kami juga menggarap pasar di dalam negeri. Produk tidak hanya dalam rupa konsentrat, tapi juga juice, cocktail, irisan dan lain sebagainya, seperti yang dilakukan rekan GGP Lampung. Varietas

GGP Lampung menyelenggarakan sistem kemitraan nenas dengan petani. Perusahaan menyediakan bibit, petani siap tenaga, lahan dan biaya operasional, kemudian hasil panennya dibeli perusahaan dengan harga kontrak yang direvisi secara berkala. Produksi pabrik nenas di Lampung 2.000 ton/hari, menyerap tenaga kerja 15.000 orang, limbah nenas diberikan kepada peternakan sapi milik perusahaan Great Giant Livestock (GGL) dengan jumlah sapi 28.000 ekor. “Limbah nenas ternyata mampu meningkatkan pertambahan berat badan sapi hingga satu kilogram sehari, sapi bali yang kalau diberi pakan rumput dan ampas tahu biasanya hanya bertambah 0,8 kg/hari tapi dengan diberi pakan limbah nenas bisa naik sampai 1,8 kg/hari, dengan tektur daging yang lebih bagus, tidak banyak lemak, warna merah jernih, cocok untuk proyek penggemukan sapi.

Nah, kapan PT. Agroindustri milik Group Jawa Pos ini bangkit berproduksi kembali? “Tidak lama lagi, tahun 2011 ini sedang kami siapkan stok 10.000 ton.” tegas Untung. Wah, bisnis nenas tidak hanya menghangat, tapi benar-benar mulai panas.

petani. Setahun setengah yang lalu, ketika berproduksi sempat membeli nenas dari petani dengan harga Rp 500/kg apabila pasokan dibawah 1 ton, sedangkan apabila pasokan petani di atas 1 ton maka dihargai Rp 550/kg. Itupun ongkos produksi kami masih 1.500 US dolar per ton, padahal harga pasaran konsentrat nenas di dunia 800 US dolar per ton.” ungkap Untung.

Ir. H. Mahfud Santoso, MM, dari GGP Lampung sengaja diundang ke Kalbar mendampingi Ditjen Hortikultura dan memberikan ‘nasihat’ pada saudara mudanya di bidang industri nenas PT. Agroindustri. Mahfud berkomentar bahwa tanah di Kalimantan Barat ini sebenarnya cocok ditanami nenas, hanya sayang perawatannya belum intensif. Meskipun tanaman nenas tidak perlu pupuk, namun tumbuhan gulma berupa rumput atau tanaman paku mestinya tidak ada di sekitar nenas. “Tanaman nenas di Lampung, baik milik perkebunan perusahaan maupun milik rakyat, tanamannya rajin disiangi sehingga tidak ada sehelai rumputpun yang dibiarkan tumbuh.” ucap Mahfud

Hasannuddin Ibrahim

8 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

Page 11: agroborneo edisi 04

9AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

Tanaman nenas yang tidak dirawat dengan

baik, dikerubungi semak belukar, menghasilkan

buah yang tidak memuaskan pasar

Untung Suropatinenas juga bisa beragam, karena ada negara yang suka nenas berasa cenderung manis dan ada pula yang suka agak asam. “ ucap Untung.

Selanjutnya Untung menceritakan bahwa kapasitas mesin pengolahan nenas ini 100 ton/hari, bila per hektar lahan bisa menghasilkan nenas 60 ton, maka per hari diperlukan panen nenas pada lahan seluas 1,67 hektar. Sementara lahan milik perusahaan hanya sekitar 10 hektar, jadi hanya sekitar 25% dari kebutuhan pabrik, selebihnya bermitra dengan petani. “Memang konsepnya bermitra dengan

“Kami mohon pemerintah membenahi infrastruktur, khususnya jalan dari ladang petani hingga lokasi pabrik, yang panjangnya kira-kira 7 kilometer, karena jalan yang ada sekarang hanya bisa dilalui dengan sepeda yang dituntun, nenas hasil panen dimasukkan ke dalam karung, lalu dibonceng atau bahkan dipikul. Sejak dipetik hingga masuk pabrik bisa sampai tiga hari, padahal syarat industri pengolahan nenas harus segar – tidak boleh mengolah nenas lebih dari 24 jam setelah dipanen. Kalau lebih dari 24 jam kualitas konsentrat yang dihasilkan sudah tidak bagus lagi. Inilah kendala kami. Infrastruktur jalan dan sarana-prasarana pasca panen yang masih sangat minim. “ jelas Untung.

“Baik, akan kami dukung dengan bantuan jalan usaha tani dan sarana tranportasi panen yang memadai. Dari perusahaan sendiri, program selanjutnya seperti apa?” tanya Dr. Hasannuddin.

“Pasar ke depan tidak hanya export oriented, kami juga menggarap pasar di dalam negeri. Produk tidak hanya dalam rupa konsentrat, tapi juga juice, cocktail, irisan dan lain sebagainya, seperti yang dilakukan rekan GGP Lampung. Varietas

GGP Lampung menyelenggarakan sistem kemitraan nenas dengan petani. Perusahaan menyediakan bibit, petani siap tenaga, lahan dan biaya operasional, kemudian hasil panennya dibeli perusahaan dengan harga kontrak yang direvisi secara berkala. Produksi pabrik nenas di Lampung 2.000 ton/hari, menyerap tenaga kerja 15.000 orang, limbah nenas diberikan kepada peternakan sapi milik perusahaan Great Giant Livestock (GGL) dengan jumlah sapi 28.000 ekor. “Limbah nenas ternyata mampu meningkatkan pertambahan berat badan sapi hingga satu kilogram sehari, sapi bali yang kalau diberi pakan rumput dan ampas tahu biasanya hanya bertambah 0,8 kg/hari tapi dengan diberi pakan limbah nenas bisa naik sampai 1,8 kg/hari, dengan tektur daging yang lebih bagus, tidak banyak lemak, warna merah jernih, cocok untuk proyek penggemukan sapi.

Nah, kapan PT. Agroindustri milik Group Jawa Pos ini bangkit berproduksi kembali? “Tidak lama lagi, tahun 2011 ini sedang kami siapkan stok 10.000 ton.” tegas Untung. Wah, bisnis nenas tidak hanya menghangat, tapi benar-benar mulai panas.

petani. Setahun setengah yang lalu, ketika berproduksi sempat membeli nenas dari petani dengan harga Rp 500/kg apabila pasokan dibawah 1 ton, sedangkan apabila pasokan petani di atas 1 ton maka dihargai Rp 550/kg. Itupun ongkos produksi kami masih 1.500 US dolar per ton, padahal harga pasaran konsentrat nenas di dunia 800 US dolar per ton.” ungkap Untung.

Ir. H. Mahfud Santoso, MM, dari GGP Lampung sengaja diundang ke Kalbar mendampingi Ditjen Hortikultura dan memberikan ‘nasihat’ pada saudara mudanya di bidang industri nenas PT. Agroindustri. Mahfud berkomentar bahwa tanah di Kalimantan Barat ini sebenarnya cocok ditanami nenas, hanya sayang perawatannya belum intensif. Meskipun tanaman nenas tidak perlu pupuk, namun tumbuhan gulma berupa rumput atau tanaman paku mestinya tidak ada di sekitar nenas. “Tanaman nenas di Lampung, baik milik perkebunan perusahaan maupun milik rakyat, tanamannya rajin disiangi sehingga tidak ada sehelai rumputpun yang dibiarkan tumbuh.” ucap Mahfud

Page 12: agroborneo edisi 04

10 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

nenas juga bisa beragam, karena ada negara yang suka nenas berasa cenderung manis dan ada pula yang suka agak asam. “ ucap Untung.

Selanjutnya Untung menceritakan bahwa kapasitas mesin pengolahan nenas ini 100 ton/hari, bila per hektar lahan bisa menghasilkan nenas 60 ton, maka per hari diperlukan panen nenas pada lahan seluas 1,67 hektar. Sementara lahan milik perusahaan hanya sekitar 10 hektar, jadi hanya sekitar 25% dari kebutuhan pabrik, selebihnya bermitra dengan petani. “Memang konsepnya bermitra dengan

“Kami mohon pemerintah membenahi infrastruktur, khususnya jalan dari ladang petani hingga lokasi pabrik, yang panjangnya kira-kira 7 kilometer, karena jalan yang ada sekarang hanya bisa dilalui dengan sepeda yang dituntun, nenas hasil panen dimasukkan ke dalam karung, lalu dibonceng atau bahkan dipikul. Sejak dipetik hingga masuk pabrik bisa sampai tiga hari, padahal syarat industri pengolahan nenas harus segar – tidak boleh mengolah nenas lebih dari 24 jam setelah dipanen. Kalau lebih dari 24 jam kualitas konsentrat yang dihasilkan sudah tidak bagus lagi. Inilah kendala kami. Infrastruktur jalan dan sarana-prasarana pasca panen yang masih sangat minim. “ jelas Untung.

“Baik, akan kami dukung dengan bantuan jalan usaha tani dan sarana tranportasi panen yang memadai. Dari perusahaan sendiri, program selanjutnya seperti apa?” tanya Dr. Hasannuddin.

“Pasar ke depan tidak hanya export oriented, kami juga menggarap pasar di dalam negeri. Produk tidak hanya dalam rupa konsentrat, tapi juga juice, cocktail, irisan dan lain sebagainya, seperti yang dilakukan rekan GGP Lampung. Varietas

Pabrik pengolahan nenas yang menelan biaya Rp 150 milyar ini tetap dirawat meskipun sudah 1,5 tahun beristirahat, menunggu peluang pasar yang kian melesat.

GGP Lampung menyelenggarakan sistem kemitraan nenas dengan petani. Perusahaan menyediakan bibit, petani siap tenaga, lahan dan biaya operasional, kemudian hasil panennya dibeli perusahaan dengan harga kontrak yang direvisi secara berkala. Produksi pabrik nenas di Lampung 2.000 ton/hari, menyerap tenaga kerja 15.000 orang, limbah nenas diberikan kepada peternakan sapi milik perusahaan Great Giant Livestock (GGL) dengan jumlah sapi 28.000 ekor. “Limbah nenas ternyata mampu meningkatkan pertambahan berat badan sapi hingga satu kilogram sehari, sapi bali yang kalau diberi pakan rumput dan ampas tahu biasanya hanya bertambah 0,8 kg/hari tapi dengan diberi pakan limbah nenas bisa naik sampai 1,8 kg/hari, dengan tektur daging yang lebih bagus, tidak banyak lemak, warna merah jernih, cocok untuk proyek penggemukan sapi.

Nah, kapan PT. Agroindustri milik Group Jawa Pos ini bangkit berproduksi kembali? “Tidak lama lagi, tahun 2011 ini sedang kami siapkan stok 10.000 ton.” tegas Untung. Wah, bisnis nenas tidak hanya menghangat, tapi benar-benar mulai panas.

petani. Setahun setengah yang lalu, ketika berproduksi sempat membeli nenas dari petani dengan harga Rp 500/kg apabila pasokan dibawah 1 ton, sedangkan apabila pasokan petani di atas 1 ton maka dihargai Rp 550/kg. Itupun ongkos produksi kami masih 1.500 US dolar per ton, padahal harga pasaran konsentrat nenas di dunia 800 US dolar per ton.” ungkap Untung.

Ir. H. Mahfud Santoso, MM, dari GGP Lampung sengaja diundang ke Kalbar mendampingi Ditjen Hortikultura dan memberikan ‘nasihat’ pada saudara mudanya di bidang industri nenas PT. Agroindustri. Mahfud berkomentar bahwa tanah di Kalimantan Barat ini sebenarnya cocok ditanami nenas, hanya sayang perawatannya belum intensif. Meskipun tanaman nenas tidak perlu pupuk, namun tumbuhan gulma berupa rumput atau tanaman paku mestinya tidak ada di sekitar nenas. “Tanaman nenas di Lampung, baik milik perkebunan perusahaan maupun milik rakyat, tanamannya rajin disiangi sehingga tidak ada sehelai rumputpun yang dibiarkan tumbuh.” ucap Mahfud

dan pisang goreng, serta teh hangat yang disiapkan sang istri.

Ponimin datang di Kalimantan Barat pada saat usia enam belas tahun, langsung ke Sintang bekerja serabutan – antara lain bekerja diproyek bangunan dan perkebunan. Sepuluh tahun tinggal di Sintang, kemudian pindah ke Rasau Jaya membeli tanah sepetak untuk bertani, pengalaman pertamanya adalah menanam jagung manis (1993), kemudian diselang-seling dengan semangka. Keuntungan dari menanam kedua komoditi ini dibelikan tanah sedikit demi sedikit, sehingga sejak 1995 ia mulai menanam melon, dan sayur-sayuran lain, seperti : tomat, cabe, paria/pare, kacang panjang, gambas/oyong, timun, terong, dan lain-lain dengan konsep agribisnis, sehingga tidak sampai terputus panennya.

onimin tersenyum sumringah meski baru bangun dari tidur, selepas shalat Jum’at dalam suasana mendung

memang nikmat buat tidur siang, apalagi perut sudah kenyang. “Wah, nikmat benar menjadi seorang petani, bisa tidur siang,” ujar wartawan Agroborneo yang dibalas Ponimin dengan senyuman. Kedatangan kami memang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Dalam suasana musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun (2010), sehingga beberapa komoditi pertanian gagal panen, yang menyebabkan harga sayur dan cabe melambung tinggi, kami ingin mengetahui kondisi petani sayur di Kalbar. Maka kami kunjungi Ponimin yang juga Ketua Kelompok Tani ‘Karya Utama’ Desa Pematang 7 Bintang Mas, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya (07/1). Begitu kami duduk, langsung disuguhkan hidangan berupa semangka, ubi

saya menggunakan plastic mulsa hitam perak. Ini juga berfungsi menekan pertumbuhan rumput/gulma, ingat di musim hujan pasti mempercepat tumbuhnya rumput atau gulma, meskipun kami juga siapkan herbisida. Jamur juga cepat tumbuh, maka kami siapkan fungisida. Memang menambah ongkos produksi, bahkan naik sampai 40 persen dari biasanya.” lanjut Ponimin.

Misalnya, cabe sayur yang biaya produksi per hektar Rp 22 juta, untuk antisipasi musim hujan, biaya produksinya bisa membengkak sampai Rp 30,8 juta. Namun, biaya produksi yang tinggi, akan diimbangi oleh harga yang melambung. “Musim hujan dan gelombang besar merupakan peluang bagi petani sayur di Kalbar, karena kiriman sayur dari Jawa tersendat. Sehingga harga sayur di kalbar terdongkrak naik. Namun, untuk keperluan komoditi tertentu seperti bunga kol, wortel, kubis, brokoli, cabe memang masih didatangkan dari Jawa secara rutin.” ungkap Ponimin.

Untuk menggarap tanah seluas sembilan hektar dan menangami

Saat ini tanah yang dimiliki oleh suami Nursiah ini seluas sembilan hektar, dengan pola tanam rotasi ; bulan Mei sampai Agustus tanam semangka dan melon, kemudian September hingga April tanam sayur-mayur. “Dari tanaman sayuran diatur sedemikian rupa sehingga setiap dua hari sekali ada yang dipanen,” ungkap Ponimin.

Jurus apa saja yang dilakukan pria kelahiran Kalibaru – Banyuwangi ini sehingga tanaman buah dan sayur-mayor yang dibudidayakan (sepertinya) tidak terganggu oleh musim dan cuaca ekstrem belakangan ini? Bahkan ketika banyak terjadi gagal panen sehingga harga melambung, Ponimin malah meraup untung. “Pengalaman beberapa tahun menjadi petani mengajarkan kepada saya bahwa harus cermat membaca cuaca dan pasar.” aku Ponimin.

“Begitu awal tahun lalu diprediksi hujan akan lebih banyak datang, bahkan polanya tidak menentu, saya mengantisipasi dengan membuat saluran pembuangan air, agar air tidak tergenang atau banjir. Kemudian untuk mengurangi penguapan dari tanah

beberapa komoditi sayuran hingga panen, Ponimin dibantu delapan orang tenaga kerja tetap dan lima sampai enam orang tenaga harian. Proses budidaya dimulai dari persemaian yang lamanya tergantung komoditi masing-masing; untuk semangka, melon, timun, dan paria sekitar sebelas hari, tomat dan cabe sekitar dua puluh lima hari. Setelah itu pindah tanah pada lahan yang sudah disiapkan dengan pupuk dasar dengan pemberian kotoran ayam atau kotoran sapi, yang paling bagus kotoran ayam. Lima belas hari setelah tanam dilakukan pemupukan pertama dengan pemberian urea, TSP, dan KCL. Pemupukan kedua menjelang berbunga (umur 25 hari) juga dengan memberikan urea, TSP, dan KCL. Obat-obatan seperti fungisida, herbisida dan insektisida juga disiapkan, disemprotkan manakala dibutuhkan. “Setidaknya saya harus menyiapkan dana Rp 70 juta per bulan untuk memutar kegiatan roda pertanian ini,” ucap Ponimin merendah.

pemanfaatan sumber daya dan sarana produksi dapat e�sien dan optimal, misalnya penggunaan air,pupuk, dan pestisida.

Informasi tentang data iklim dan cuaca dapat diperoleh dari berbagai stasiun iklim dalam suatu jaringan pengamatan yang dikelola oleh BMG, litbang Depertemen Pertanian, kehutanan dan PU, sedangkan data untuk citra satelit dapat diperoleh melalui LAPAN.

Ponimin awalnya ber�kir dari pasar, artinya selalu mencari informasi pasar bagi komoditi yang akan dikembangkan. Keinginannya yang kuat untuk memproduksi sayuran dan buah yang belum ada di pasar, atau kalau sudah ada di pasar berusaha menghasilkan dengan mutu yang lebih baik yang tentunya dengan pertimbangan yang matang perihal biayanya sehingga tetap menguntungkan.

Untuk mengangkut panen ke pasar Pontianak, Ponimin juga sudah mempunyai satu armada truk. Sebagai ketua kelompok tani yang beranggotakan enam puluh orang, Ponimin juga mempunyai petani binaan yang dibantu berupa modal kerja serta pemasaran hasilnya.

Dikaruniai empat orang anak; Eko Budi Utomo (SMA), Endang Puji Lestari (SMP), Ahmad Riyanto (SD) dan Rini Sriwahyuni (SD), Ponimin bersama Nursiah bersyukur diberi jalan hidup sebagai petani. Disamping komoditi utama hortikultura tadi, Nursiah yang asli Pontianak juga rajin ke sawah dan menanam kangkung, bayam, sawi dan sayur-mayur lainnya untuk kebutuhan sehari-hari. Cita-cita Ponimin tidak muluk-muluk, dengan bertani ia ingin menyekolahkan keempat anak-anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Akrab dengan iklim dan cuacaSeluruh kegiatan pertanian tidak akan dapat lepas dari pengaruh iklim dan cuaca. Sejak mempersiapkan lahan,penanaman,pemeliharaan, saat panen hingga penanganan pasca panen dibutuhkan informasi tentang keadaan iklim dan cuaca. Informasi iklim dibutuhkan agar

Page 13: agroborneo edisi 04

nenas juga bisa beragam, karena ada negara yang suka nenas berasa cenderung manis dan ada pula yang suka agak asam. “ ucap Untung.

Selanjutnya Untung menceritakan bahwa kapasitas mesin pengolahan nenas ini 100 ton/hari, bila per hektar lahan bisa menghasilkan nenas 60 ton, maka per hari diperlukan panen nenas pada lahan seluas 1,67 hektar. Sementara lahan milik perusahaan hanya sekitar 10 hektar, jadi hanya sekitar 25% dari kebutuhan pabrik, selebihnya bermitra dengan petani. “Memang konsepnya bermitra dengan

“Kami mohon pemerintah membenahi infrastruktur, khususnya jalan dari ladang petani hingga lokasi pabrik, yang panjangnya kira-kira 7 kilometer, karena jalan yang ada sekarang hanya bisa dilalui dengan sepeda yang dituntun, nenas hasil panen dimasukkan ke dalam karung, lalu dibonceng atau bahkan dipikul. Sejak dipetik hingga masuk pabrik bisa sampai tiga hari, padahal syarat industri pengolahan nenas harus segar – tidak boleh mengolah nenas lebih dari 24 jam setelah dipanen. Kalau lebih dari 24 jam kualitas konsentrat yang dihasilkan sudah tidak bagus lagi. Inilah kendala kami. Infrastruktur jalan dan sarana-prasarana pasca panen yang masih sangat minim. “ jelas Untung.

“Baik, akan kami dukung dengan bantuan jalan usaha tani dan sarana tranportasi panen yang memadai. Dari perusahaan sendiri, program selanjutnya seperti apa?” tanya Dr. Hasannuddin.

“Pasar ke depan tidak hanya export oriented, kami juga menggarap pasar di dalam negeri. Produk tidak hanya dalam rupa konsentrat, tapi juga juice, cocktail, irisan dan lain sebagainya, seperti yang dilakukan rekan GGP Lampung. Varietas

GGP Lampung menyelenggarakan sistem kemitraan nenas dengan petani. Perusahaan menyediakan bibit, petani siap tenaga, lahan dan biaya operasional, kemudian hasil panennya dibeli perusahaan dengan harga kontrak yang direvisi secara berkala. Produksi pabrik nenas di Lampung 2.000 ton/hari, menyerap tenaga kerja 15.000 orang, limbah nenas diberikan kepada peternakan sapi milik perusahaan Great Giant Livestock (GGL) dengan jumlah sapi 28.000 ekor. “Limbah nenas ternyata mampu meningkatkan pertambahan berat badan sapi hingga satu kilogram sehari, sapi bali yang kalau diberi pakan rumput dan ampas tahu biasanya hanya bertambah 0,8 kg/hari tapi dengan diberi pakan limbah nenas bisa naik sampai 1,8 kg/hari, dengan tektur daging yang lebih bagus, tidak banyak lemak, warna merah jernih, cocok untuk proyek penggemukan sapi.

Nah, kapan PT. Agroindustri milik Group Jawa Pos ini bangkit berproduksi kembali? “Tidak lama lagi, tahun 2011 ini sedang kami siapkan stok 10.000 ton.” tegas Untung. Wah, bisnis nenas tidak hanya menghangat, tapi benar-benar mulai panas.

petani. Setahun setengah yang lalu, ketika berproduksi sempat membeli nenas dari petani dengan harga Rp 500/kg apabila pasokan dibawah 1 ton, sedangkan apabila pasokan petani di atas 1 ton maka dihargai Rp 550/kg. Itupun ongkos produksi kami masih 1.500 US dolar per ton, padahal harga pasaran konsentrat nenas di dunia 800 US dolar per ton.” ungkap Untung.

Ir. H. Mahfud Santoso, MM, dari GGP Lampung sengaja diundang ke Kalbar mendampingi Ditjen Hortikultura dan memberikan ‘nasihat’ pada saudara mudanya di bidang industri nenas PT. Agroindustri. Mahfud berkomentar bahwa tanah di Kalimantan Barat ini sebenarnya cocok ditanami nenas, hanya sayang perawatannya belum intensif. Meskipun tanaman nenas tidak perlu pupuk, namun tumbuhan gulma berupa rumput atau tanaman paku mestinya tidak ada di sekitar nenas. “Tanaman nenas di Lampung, baik milik perkebunan perusahaan maupun milik rakyat, tanamannya rajin disiangi sehingga tidak ada sehelai rumputpun yang dibiarkan tumbuh.” ucap Mahfud

dan pisang goreng, serta teh hangat yang disiapkan sang istri.

Ponimin datang di Kalimantan Barat pada saat usia enam belas tahun, langsung ke Sintang bekerja serabutan – antara lain bekerja diproyek bangunan dan perkebunan. Sepuluh tahun tinggal di Sintang, kemudian pindah ke Rasau Jaya membeli tanah sepetak untuk bertani, pengalaman pertamanya adalah menanam jagung manis (1993), kemudian diselang-seling dengan semangka. Keuntungan dari menanam kedua komoditi ini dibelikan tanah sedikit demi sedikit, sehingga sejak 1995 ia mulai menanam melon, dan sayur-sayuran lain, seperti : tomat, cabe, paria/pare, kacang panjang, gambas/oyong, timun, terong, dan lain-lain dengan konsep agribisnis, sehingga tidak sampai terputus panennya.

onimin tersenyum sumringah meski baru bangun dari tidur, selepas shalat Jum’at dalam suasana mendung

memang nikmat buat tidur siang, apalagi perut sudah kenyang. “Wah, nikmat benar menjadi seorang petani, bisa tidur siang,” ujar wartawan Agroborneo yang dibalas Ponimin dengan senyuman. Kedatangan kami memang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Dalam suasana musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun (2010), sehingga beberapa komoditi pertanian gagal panen, yang menyebabkan harga sayur dan cabe melambung tinggi, kami ingin mengetahui kondisi petani sayur di Kalbar. Maka kami kunjungi Ponimin yang juga Ketua Kelompok Tani ‘Karya Utama’ Desa Pematang 7 Bintang Mas, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya (07/1). Begitu kami duduk, langsung disuguhkan hidangan berupa semangka, ubi

P

saya menggunakan plastic mulsa hitam perak. Ini juga berfungsi menekan pertumbuhan rumput/gulma, ingat di musim hujan pasti mempercepat tumbuhnya rumput atau gulma, meskipun kami juga siapkan herbisida. Jamur juga cepat tumbuh, maka kami siapkan fungisida. Memang menambah ongkos produksi, bahkan naik sampai 40 persen dari biasanya.” lanjut Ponimin.

Misalnya, cabe sayur yang biaya produksi per hektar Rp 22 juta, untuk antisipasi musim hujan, biaya produksinya bisa membengkak sampai Rp 30,8 juta. Namun, biaya produksi yang tinggi, akan diimbangi oleh harga yang melambung. “Musim hujan dan gelombang besar merupakan peluang bagi petani sayur di Kalbar, karena kiriman sayur dari Jawa tersendat. Sehingga harga sayur di kalbar terdongkrak naik. Namun, untuk keperluan komoditi tertentu seperti bunga kol, wortel, kubis, brokoli, cabe memang masih didatangkan dari Jawa secara rutin.” ungkap Ponimin.

Untuk menggarap tanah seluas sembilan hektar dan menangami

Saat ini tanah yang dimiliki oleh suami Nursiah ini seluas sembilan hektar, dengan pola tanam rotasi ; bulan Mei sampai Agustus tanam semangka dan melon, kemudian September hingga April tanam sayur-mayur. “Dari tanaman sayuran diatur sedemikian rupa sehingga setiap dua hari sekali ada yang dipanen,” ungkap Ponimin.

Jurus apa saja yang dilakukan pria kelahiran Kalibaru – Banyuwangi ini sehingga tanaman buah dan sayur-mayor yang dibudidayakan (sepertinya) tidak terganggu oleh musim dan cuaca ekstrem belakangan ini? Bahkan ketika banyak terjadi gagal panen sehingga harga melambung, Ponimin malah meraup untung. “Pengalaman beberapa tahun menjadi petani mengajarkan kepada saya bahwa harus cermat membaca cuaca dan pasar.” aku Ponimin.

“Begitu awal tahun lalu diprediksi hujan akan lebih banyak datang, bahkan polanya tidak menentu, saya mengantisipasi dengan membuat saluran pembuangan air, agar air tidak tergenang atau banjir. Kemudian untuk mengurangi penguapan dari tanah

beberapa komoditi sayuran hingga panen, Ponimin dibantu delapan orang tenaga kerja tetap dan lima sampai enam orang tenaga harian. Proses budidaya dimulai dari persemaian yang lamanya tergantung komoditi masing-masing; untuk semangka, melon, timun, dan paria sekitar sebelas hari, tomat dan cabe sekitar dua puluh lima hari. Setelah itu pindah tanah pada lahan yang sudah disiapkan dengan pupuk dasar dengan pemberian kotoran ayam atau kotoran sapi, yang paling bagus kotoran ayam. Lima belas hari setelah tanam dilakukan pemupukan pertama dengan pemberian urea, TSP, dan KCL. Pemupukan kedua menjelang berbunga (umur 25 hari) juga dengan memberikan urea, TSP, dan KCL. Obat-obatan seperti fungisida, herbisida dan insektisida juga disiapkan, disemprotkan manakala dibutuhkan. “Setidaknya saya harus menyiapkan dana Rp 70 juta per bulan untuk memutar kegiatan roda pertanian ini,” ucap Ponimin merendah.

pemanfaatan sumber daya dan sarana produksi dapat e�sien dan optimal, misalnya penggunaan air,pupuk, dan pestisida.

Informasi tentang data iklim dan cuaca dapat diperoleh dari berbagai stasiun iklim dalam suatu jaringan pengamatan yang dikelola oleh BMG, litbang Depertemen Pertanian, kehutanan dan PU, sedangkan data untuk citra satelit dapat diperoleh melalui LAPAN.

Ponimin awalnya ber�kir dari pasar, artinya selalu mencari informasi pasar bagi komoditi yang akan dikembangkan. Keinginannya yang kuat untuk memproduksi sayuran dan buah yang belum ada di pasar, atau kalau sudah ada di pasar berusaha menghasilkan dengan mutu yang lebih baik yang tentunya dengan pertimbangan yang matang perihal biayanya sehingga tetap menguntungkan.

Untuk mengangkut panen ke pasar Pontianak, Ponimin juga sudah mempunyai satu armada truk. Sebagai ketua kelompok tani yang beranggotakan enam puluh orang, Ponimin juga mempunyai petani binaan yang dibantu berupa modal kerja serta pemasaran hasilnya.

Dikaruniai empat orang anak; Eko Budi Utomo (SMA), Endang Puji Lestari (SMP), Ahmad Riyanto (SD) dan Rini Sriwahyuni (SD), Ponimin bersama Nursiah bersyukur diberi jalan hidup sebagai petani. Disamping komoditi utama hortikultura tadi, Nursiah yang asli Pontianak juga rajin ke sawah dan menanam kangkung, bayam, sawi dan sayur-mayur lainnya untuk kebutuhan sehari-hari. Cita-cita Ponimin tidak muluk-muluk, dengan bertani ia ingin menyekolahkan keempat anak-anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Akrab dengan iklim dan cuacaSeluruh kegiatan pertanian tidak akan dapat lepas dari pengaruh iklim dan cuaca. Sejak mempersiapkan lahan,penanaman,pemeliharaan, saat panen hingga penanganan pasca panen dibutuhkan informasi tentang keadaan iklim dan cuaca. Informasi iklim dibutuhkan agar

Penulis adalah Ir. M. Sinambela, supervisor area PT. Sang Hyang

Seri Kalimantan Barat.

Cuaca Tak MenentuBukan Jalan Buntu

11AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

Page 14: agroborneo edisi 04

12 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

dan pisang goreng, serta teh hangat yang disiapkan sang istri.

Ponimin datang di Kalimantan Barat pada saat usia enam belas tahun, langsung ke Sintang bekerja serabutan – antara lain bekerja diproyek bangunan dan perkebunan. Sepuluh tahun tinggal di Sintang, kemudian pindah ke Rasau Jaya membeli tanah sepetak untuk bertani, pengalaman pertamanya adalah menanam jagung manis (1993), kemudian diselang-seling dengan semangka. Keuntungan dari menanam kedua komoditi ini dibelikan tanah sedikit demi sedikit, sehingga sejak 1995 ia mulai menanam melon, dan sayur-sayuran lain, seperti : tomat, cabe, paria/pare, kacang panjang, gambas/oyong, timun, terong, dan lain-lain dengan konsep agribisnis, sehingga tidak sampai terputus panennya.

onimin tersenyum sumringah meski baru bangun dari tidur, selepas shalat Jum’at dalam suasana mendung

memang nikmat buat tidur siang, apalagi perut sudah kenyang. “Wah, nikmat benar menjadi seorang petani, bisa tidur siang,” ujar wartawan Agroborneo yang dibalas Ponimin dengan senyuman. Kedatangan kami memang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Dalam suasana musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun (2010), sehingga beberapa komoditi pertanian gagal panen, yang menyebabkan harga sayur dan cabe melambung tinggi, kami ingin mengetahui kondisi petani sayur di Kalbar. Maka kami kunjungi Ponimin yang juga Ketua Kelompok Tani ‘Karya Utama’ Desa Pematang 7 Bintang Mas, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya (07/1). Begitu kami duduk, langsung disuguhkan hidangan berupa semangka, ubi

saya menggunakan plastic mulsa hitam perak. Ini juga berfungsi menekan pertumbuhan rumput/gulma, ingat di musim hujan pasti mempercepat tumbuhnya rumput atau gulma, meskipun kami juga siapkan herbisida. Jamur juga cepat tumbuh, maka kami siapkan fungisida. Memang menambah ongkos produksi, bahkan naik sampai 40 persen dari biasanya.” lanjut Ponimin.

Misalnya, cabe sayur yang biaya produksi per hektar Rp 22 juta, untuk antisipasi musim hujan, biaya produksinya bisa membengkak sampai Rp 30,8 juta. Namun, biaya produksi yang tinggi, akan diimbangi oleh harga yang melambung. “Musim hujan dan gelombang besar merupakan peluang bagi petani sayur di Kalbar, karena kiriman sayur dari Jawa tersendat. Sehingga harga sayur di kalbar terdongkrak naik. Namun, untuk keperluan komoditi tertentu seperti bunga kol, wortel, kubis, brokoli, cabe memang masih didatangkan dari Jawa secara rutin.” ungkap Ponimin.

Untuk menggarap tanah seluas sembilan hektar dan menangami

Saat ini tanah yang dimiliki oleh suami Nursiah ini seluas sembilan hektar, dengan pola tanam rotasi ; bulan Mei sampai Agustus tanam semangka dan melon, kemudian September hingga April tanam sayur-mayur. “Dari tanaman sayuran diatur sedemikian rupa sehingga setiap dua hari sekali ada yang dipanen,” ungkap Ponimin.

Jurus apa saja yang dilakukan pria kelahiran Kalibaru – Banyuwangi ini sehingga tanaman buah dan sayur-mayor yang dibudidayakan (sepertinya) tidak terganggu oleh musim dan cuaca ekstrem belakangan ini? Bahkan ketika banyak terjadi gagal panen sehingga harga melambung, Ponimin malah meraup untung. “Pengalaman beberapa tahun menjadi petani mengajarkan kepada saya bahwa harus cermat membaca cuaca dan pasar.” aku Ponimin.

“Begitu awal tahun lalu diprediksi hujan akan lebih banyak datang, bahkan polanya tidak menentu, saya mengantisipasi dengan membuat saluran pembuangan air, agar air tidak tergenang atau banjir. Kemudian untuk mengurangi penguapan dari tanah

beberapa komoditi sayuran hingga panen, Ponimin dibantu delapan orang tenaga kerja tetap dan lima sampai enam orang tenaga harian. Proses budidaya dimulai dari persemaian yang lamanya tergantung komoditi masing-masing; untuk semangka, melon, timun, dan paria sekitar sebelas hari, tomat dan cabe sekitar dua puluh lima hari. Setelah itu pindah tanah pada lahan yang sudah disiapkan dengan pupuk dasar dengan pemberian kotoran ayam atau kotoran sapi, yang paling bagus kotoran ayam. Lima belas hari setelah tanam dilakukan pemupukan pertama dengan pemberian urea, TSP, dan KCL. Pemupukan kedua menjelang berbunga (umur 25 hari) juga dengan memberikan urea, TSP, dan KCL. Obat-obatan seperti fungisida, herbisida dan insektisida juga disiapkan, disemprotkan manakala dibutuhkan. “Setidaknya saya harus menyiapkan dana Rp 70 juta per bulan untuk memutar kegiatan roda pertanian ini,” ucap Ponimin merendah.

pemanfaatan sumber daya dan sarana produksi dapat e�sien dan optimal, misalnya penggunaan air,pupuk, dan pestisida.

Informasi tentang data iklim dan cuaca dapat diperoleh dari berbagai stasiun iklim dalam suatu jaringan pengamatan yang dikelola oleh BMG, litbang Depertemen Pertanian, kehutanan dan PU, sedangkan data untuk citra satelit dapat diperoleh melalui LAPAN.

Ponimin awalnya ber�kir dari pasar, artinya selalu mencari informasi pasar bagi komoditi yang akan dikembangkan. Keinginannya yang kuat untuk memproduksi sayuran dan buah yang belum ada di pasar, atau kalau sudah ada di pasar berusaha menghasilkan dengan mutu yang lebih baik yang tentunya dengan pertimbangan yang matang perihal biayanya sehingga tetap menguntungkan.

Untuk mengangkut panen ke pasar Pontianak, Ponimin juga sudah mempunyai satu armada truk. Sebagai ketua kelompok tani yang beranggotakan enam puluh orang, Ponimin juga mempunyai petani binaan yang dibantu berupa modal kerja serta pemasaran hasilnya.

Dikaruniai empat orang anak; Eko Budi Utomo (SMA), Endang Puji Lestari (SMP), Ahmad Riyanto (SD) dan Rini Sriwahyuni (SD), Ponimin bersama Nursiah bersyukur diberi jalan hidup sebagai petani. Disamping komoditi utama hortikultura tadi, Nursiah yang asli Pontianak juga rajin ke sawah dan menanam kangkung, bayam, sawi dan sayur-mayur lainnya untuk kebutuhan sehari-hari. Cita-cita Ponimin tidak muluk-muluk, dengan bertani ia ingin menyekolahkan keempat anak-anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Akrab dengan iklim dan cuacaSeluruh kegiatan pertanian tidak akan dapat lepas dari pengaruh iklim dan cuaca. Sejak mempersiapkan lahan,penanaman,pemeliharaan, saat panen hingga penanganan pasca panen dibutuhkan informasi tentang keadaan iklim dan cuaca. Informasi iklim dibutuhkan agar

Ponimin ceria memetik paria.

Nursiah, sang sitri yang rajin ikut ke sawah.

Page 15: agroborneo edisi 04

13AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

dan pisang goreng, serta teh hangat yang disiapkan sang istri.

Ponimin datang di Kalimantan Barat pada saat usia enam belas tahun, langsung ke Sintang bekerja serabutan – antara lain bekerja diproyek bangunan dan perkebunan. Sepuluh tahun tinggal di Sintang, kemudian pindah ke Rasau Jaya membeli tanah sepetak untuk bertani, pengalaman pertamanya adalah menanam jagung manis (1993), kemudian diselang-seling dengan semangka. Keuntungan dari menanam kedua komoditi ini dibelikan tanah sedikit demi sedikit, sehingga sejak 1995 ia mulai menanam melon, dan sayur-sayuran lain, seperti : tomat, cabe, paria/pare, kacang panjang, gambas/oyong, timun, terong, dan lain-lain dengan konsep agribisnis, sehingga tidak sampai terputus panennya.

onimin tersenyum sumringah meski baru bangun dari tidur, selepas shalat Jum’at dalam suasana mendung

memang nikmat buat tidur siang, apalagi perut sudah kenyang. “Wah, nikmat benar menjadi seorang petani, bisa tidur siang,” ujar wartawan Agroborneo yang dibalas Ponimin dengan senyuman. Kedatangan kami memang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Dalam suasana musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun (2010), sehingga beberapa komoditi pertanian gagal panen, yang menyebabkan harga sayur dan cabe melambung tinggi, kami ingin mengetahui kondisi petani sayur di Kalbar. Maka kami kunjungi Ponimin yang juga Ketua Kelompok Tani ‘Karya Utama’ Desa Pematang 7 Bintang Mas, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya (07/1). Begitu kami duduk, langsung disuguhkan hidangan berupa semangka, ubi

saya menggunakan plastic mulsa hitam perak. Ini juga berfungsi menekan pertumbuhan rumput/gulma, ingat di musim hujan pasti mempercepat tumbuhnya rumput atau gulma, meskipun kami juga siapkan herbisida. Jamur juga cepat tumbuh, maka kami siapkan fungisida. Memang menambah ongkos produksi, bahkan naik sampai 40 persen dari biasanya.” lanjut Ponimin.

Misalnya, cabe sayur yang biaya produksi per hektar Rp 22 juta, untuk antisipasi musim hujan, biaya produksinya bisa membengkak sampai Rp 30,8 juta. Namun, biaya produksi yang tinggi, akan diimbangi oleh harga yang melambung. “Musim hujan dan gelombang besar merupakan peluang bagi petani sayur di Kalbar, karena kiriman sayur dari Jawa tersendat. Sehingga harga sayur di kalbar terdongkrak naik. Namun, untuk keperluan komoditi tertentu seperti bunga kol, wortel, kubis, brokoli, cabe memang masih didatangkan dari Jawa secara rutin.” ungkap Ponimin.

Untuk menggarap tanah seluas sembilan hektar dan menangami

Saat ini tanah yang dimiliki oleh suami Nursiah ini seluas sembilan hektar, dengan pola tanam rotasi ; bulan Mei sampai Agustus tanam semangka dan melon, kemudian September hingga April tanam sayur-mayur. “Dari tanaman sayuran diatur sedemikian rupa sehingga setiap dua hari sekali ada yang dipanen,” ungkap Ponimin.

Jurus apa saja yang dilakukan pria kelahiran Kalibaru – Banyuwangi ini sehingga tanaman buah dan sayur-mayor yang dibudidayakan (sepertinya) tidak terganggu oleh musim dan cuaca ekstrem belakangan ini? Bahkan ketika banyak terjadi gagal panen sehingga harga melambung, Ponimin malah meraup untung. “Pengalaman beberapa tahun menjadi petani mengajarkan kepada saya bahwa harus cermat membaca cuaca dan pasar.” aku Ponimin.

“Begitu awal tahun lalu diprediksi hujan akan lebih banyak datang, bahkan polanya tidak menentu, saya mengantisipasi dengan membuat saluran pembuangan air, agar air tidak tergenang atau banjir. Kemudian untuk mengurangi penguapan dari tanah

beberapa komoditi sayuran hingga panen, Ponimin dibantu delapan orang tenaga kerja tetap dan lima sampai enam orang tenaga harian. Proses budidaya dimulai dari persemaian yang lamanya tergantung komoditi masing-masing; untuk semangka, melon, timun, dan paria sekitar sebelas hari, tomat dan cabe sekitar dua puluh lima hari. Setelah itu pindah tanah pada lahan yang sudah disiapkan dengan pupuk dasar dengan pemberian kotoran ayam atau kotoran sapi, yang paling bagus kotoran ayam. Lima belas hari setelah tanam dilakukan pemupukan pertama dengan pemberian urea, TSP, dan KCL. Pemupukan kedua menjelang berbunga (umur 25 hari) juga dengan memberikan urea, TSP, dan KCL. Obat-obatan seperti fungisida, herbisida dan insektisida juga disiapkan, disemprotkan manakala dibutuhkan. “Setidaknya saya harus menyiapkan dana Rp 70 juta per bulan untuk memutar kegiatan roda pertanian ini,” ucap Ponimin merendah.

pemanfaatan sumber daya dan sarana produksi dapat e�sien dan optimal, misalnya penggunaan air,pupuk, dan pestisida.

Informasi tentang data iklim dan cuaca dapat diperoleh dari berbagai stasiun iklim dalam suatu jaringan pengamatan yang dikelola oleh BMG, litbang Depertemen Pertanian, kehutanan dan PU, sedangkan data untuk citra satelit dapat diperoleh melalui LAPAN.

Ponimin awalnya ber�kir dari pasar, artinya selalu mencari informasi pasar bagi komoditi yang akan dikembangkan. Keinginannya yang kuat untuk memproduksi sayuran dan buah yang belum ada di pasar, atau kalau sudah ada di pasar berusaha menghasilkan dengan mutu yang lebih baik yang tentunya dengan pertimbangan yang matang perihal biayanya sehingga tetap menguntungkan.

Untuk mengangkut panen ke pasar Pontianak, Ponimin juga sudah mempunyai satu armada truk. Sebagai ketua kelompok tani yang beranggotakan enam puluh orang, Ponimin juga mempunyai petani binaan yang dibantu berupa modal kerja serta pemasaran hasilnya.

Dikaruniai empat orang anak; Eko Budi Utomo (SMA), Endang Puji Lestari (SMP), Ahmad Riyanto (SD) dan Rini Sriwahyuni (SD), Ponimin bersama Nursiah bersyukur diberi jalan hidup sebagai petani. Disamping komoditi utama hortikultura tadi, Nursiah yang asli Pontianak juga rajin ke sawah dan menanam kangkung, bayam, sawi dan sayur-mayur lainnya untuk kebutuhan sehari-hari. Cita-cita Ponimin tidak muluk-muluk, dengan bertani ia ingin menyekolahkan keempat anak-anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Akrab dengan iklim dan cuacaSeluruh kegiatan pertanian tidak akan dapat lepas dari pengaruh iklim dan cuaca. Sejak mempersiapkan lahan,penanaman,pemeliharaan, saat panen hingga penanganan pasca panen dibutuhkan informasi tentang keadaan iklim dan cuaca. Informasi iklim dibutuhkan agar

Terong, semangka, oyong, tomat dan sayuran lainnya

diatur penanamannya agar bisa panen kontinyu.

Ponimin dan Nursiah bercita-cita dapat menyekolahkan keempat

anaknya hingga perguruan tinggi.

Page 16: agroborneo edisi 04

14 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

kenaikannya. Peluang pasar yang demikian selalu dimanfaatkan Ponimin dengan perencanaan yang matang terutama bisa memprediksi waktu panen yang tepat pada masa stok tomat dan cabe di pasar pontianak sangat terbatas. Tentunya dengan konsekuensi dan perhitungan yang realistis Ponimin membudidayakan kedua komoditi tersebut dengan menggunakan teknologi yang memadai. Berkat pengalamanya mengatasi permasalahan tanah, agronomi, iklim dan cuaca Ponimin selalu panen cabe dan tomat pada bulang Desember sampai Januari. Ponimin selalu ceria dengan panenannya karena berhasil menjualnya dengan harga yang tinggi, mana kala petani lainnya biasanya gagal panen.

Tingkat komsumsi buah segar yang semakin meningkat setiap tahunnya di Kalimantan Barat menggugah semangat baru bagi Ponimin untuk memanfaatkan peluang pasar tersebut. Belajar dari fakta dan data yang ia peroleh, bahwa pasokan buah semangka non biji dan melon juga didatangkan dari pulau Jawa. Sejak awal tahun 2003 penulis sudah mendampingi Ponimin dalam membudidayakan kedua komoditi tersebut. Dengan dukungan paket teknologi, benih unggul bermutu dari Sang

Berkat kejeliannya membaca pasar dan iklim tersebut Ponimin bisa memprediksi kebutuhan, peluang dan tantangan pasar dan pertanamannya. Misalnya setiap awal bulan Desember sampai dengan bulan Januari cuaca yang tidak bersahabat bagi pelayaran atar pulau, khususnya dari pulau jawa ke Kalimantan Barat yang disebabkab gelombang tinggi membuat pasokan sayuran buah seperti tomat, cabe, kentang, wortel, kubis menjadi terganggu. Hal ini mengakibatkan lonjakan harga jual komoditi tersebut menjadi sangat fantastis

biji dan melon secara ekonomi.g Ponimin jeli membaca pasar. Suatu ketika di tahun 2007 Ponimin pernah ditantang oleh agen besar di Pontianak yang memasok kedua buah tersebut dari luar pulau. Sempat muncul kekhawatiran bagaimana cara memasarkan buahnya yang sudah terlanjur panen sebanyak 100 ton. Dalam keadaan terjepit, Ponimin mulai memutar otak, dan berkat naluri bisnisnya yang tajam dia menghitung ongkos produksi, distribusi dan marginnya kemudian menentukan harga jualnya.

Ponimin dengan sigap dan cepat bisa menemukan keunggulannya. Dia mencari informasi ke pelabuhan di Pontianak dan menanyakan secara detil kepada pengemudi truk pembawa buah semangka dan melon berapa biaya ongkos angkut satu truk dengan kapasitas 6.000 kg dengan menggunakan kapal Roro, disini peran intelijensi pasar dari Ponimin dimanfaatkan dengan baik. Setelah mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh si agen besar tersebut , Ponimin

Hyang Seri penulis dan Ponimin selalu bertukar informasi supaya teknologi yang diadopsi tersebut dapat berhasil.

Ponimin sangat menyadari pengaruh cuaca dan iklim sangat mempengaruhi perkembangan organisme pengganggu tanaman (hama dan penyakit) dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengendalian terhadap hama dan penyakit, kegiatan penentuan pengambilan contoh, analisis dan pembuatan model ekosistem dapat digolongkan dalam kelompok strategi, sedangkan cara-cara pengendalian dimasukkan sebagai taktik. Penyusunan basis data dan pemetaan wilayah yang kerap terserang hama dan penyakit yang dkaitkan dengan kondisi iklim setempat dapat digunakan sebagau strategi pengendalian. Sementara cara pengendalian yang memperhatikan keadaan iklim mikro di sekitar pertanaman dapat dikatakan sebagai taktik.

Alhasil sejak saat itu Ponimin menjadi pionir memproduksi semangka tanpa

langsung membuka lapak di tepi jalan raya yang ramai dengan harga yang jauh lebih murah dan tentunya kualitas dan kesegaran buah yang lebih fress.

Inovasi teknologi yang sudah terbiasa bagi seorang Ponimin membuat daya saingnya dipasar sangat menentukan keberlanjutan usahanya. Kemauan belajar yang tinggi serta terbuka pada informasi membuatnya bergaul dengan semua kalangan dengan rendah hati. Saat ini Ponimin juga sudah bereksperimen bagaimana cara agar produksi buah semangka dan melon yang dibudidayakannya berukuran sama, dan bobotnya dapat disesuaikan dengan selera pasar. Konsumen saat ini sudah tidak lagi ingin membeli buah yang ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil. Hasil ujinya dengan metode coba-coba untuk sementara memberikan hasil yang baik. Penulis pun saat ini sedang melakukan penelitian untuk menguji hasil temuannya secara ilmiah. Mudah-mudahan inovasinya bisa memberikan hasil yang memuaskan dan kita tunggu untuk kemakmuran petani semangka dan melon di Kalimantan Barat.

Namun Ironisnya menurut data hasil evaluasi yang dilalukan oleh Bapenas, tingkat kesejahteraan petani di Kalimantan Barat semakin tahun semakin menurun. Petani sebahagian besar menjadi korban akibat perubahan iklim dan cuaca yang sulit diprediksi saat ini. Suatu pekerjaan berat buat semua pihak untuk mencari pola bagaimana cara mendampingi petani agar bisa memahami fenomena yang terjadi saat ini. Ponimin bisa melakukannya, akankah ribuan petani lainnya di Kalimantan Barat bisa melakukannya? Semoga.

Nama TanamanTAHUN 2009

Ls. Panen Produksi Provitas(Ha) (Ton) (KU/Ha)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.

BAWANG DAUN KUBIS KEMBANG KOL PETSAI/SAWI LOBAK KACANG MERAH KACANG PANJANG CABE BESAR CABE RAWIT TOMAT TERUNG BUNCIS KETIMUN LABU SIAM KANGKUNG BAYAM MELON SEMANGKA BLEWAH

3424

161,822

2448

2,569756

1,538613

1,724546

2,251316

1,4701,382

5606

43

1,1973226

7,5181,309

1211,459

3,9177,2053,440

12,5512,528

12,1021,5535,4603,048

103,317

190

3.508.081.614.135.361.544.465.184.685.617.284.635.384.913.712.212.025.474.42

Sumber : ATAP 2009. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan BPS

Tabel 1. Data Luas Panen, Produksi dan Provitas Tanaman Sayuran Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009.

Mulsa selalu dipasang untuk menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi pemakaian herbisida.

Page 17: agroborneo edisi 04

15AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Hortikultura

kenaikannya. Peluang pasar yang demikian selalu dimanfaatkan Ponimin dengan perencanaan yang matang terutama bisa memprediksi waktu panen yang tepat pada masa stok tomat dan cabe di pasar pontianak sangat terbatas. Tentunya dengan konsekuensi dan perhitungan yang realistis Ponimin membudidayakan kedua komoditi tersebut dengan menggunakan teknologi yang memadai. Berkat pengalamanya mengatasi permasalahan tanah, agronomi, iklim dan cuaca Ponimin selalu panen cabe dan tomat pada bulang Desember sampai Januari. Ponimin selalu ceria dengan panenannya karena berhasil menjualnya dengan harga yang tinggi, mana kala petani lainnya biasanya gagal panen.

Tingkat komsumsi buah segar yang semakin meningkat setiap tahunnya di Kalimantan Barat menggugah semangat baru bagi Ponimin untuk memanfaatkan peluang pasar tersebut. Belajar dari fakta dan data yang ia peroleh, bahwa pasokan buah semangka non biji dan melon juga didatangkan dari pulau Jawa. Sejak awal tahun 2003 penulis sudah mendampingi Ponimin dalam membudidayakan kedua komoditi tersebut. Dengan dukungan paket teknologi, benih unggul bermutu dari Sang

Berkat kejeliannya membaca pasar dan iklim tersebut Ponimin bisa memprediksi kebutuhan, peluang dan tantangan pasar dan pertanamannya. Misalnya setiap awal bulan Desember sampai dengan bulan Januari cuaca yang tidak bersahabat bagi pelayaran atar pulau, khususnya dari pulau jawa ke Kalimantan Barat yang disebabkab gelombang tinggi membuat pasokan sayuran buah seperti tomat, cabe, kentang, wortel, kubis menjadi terganggu. Hal ini mengakibatkan lonjakan harga jual komoditi tersebut menjadi sangat fantastis

biji dan melon secara ekonomi.g Ponimin jeli membaca pasar. Suatu ketika di tahun 2007 Ponimin pernah ditantang oleh agen besar di Pontianak yang memasok kedua buah tersebut dari luar pulau. Sempat muncul kekhawatiran bagaimana cara memasarkan buahnya yang sudah terlanjur panen sebanyak 100 ton. Dalam keadaan terjepit, Ponimin mulai memutar otak, dan berkat naluri bisnisnya yang tajam dia menghitung ongkos produksi, distribusi dan marginnya kemudian menentukan harga jualnya.

Ponimin dengan sigap dan cepat bisa menemukan keunggulannya. Dia mencari informasi ke pelabuhan di Pontianak dan menanyakan secara detil kepada pengemudi truk pembawa buah semangka dan melon berapa biaya ongkos angkut satu truk dengan kapasitas 6.000 kg dengan menggunakan kapal Roro, disini peran intelijensi pasar dari Ponimin dimanfaatkan dengan baik. Setelah mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh si agen besar tersebut , Ponimin

Hyang Seri penulis dan Ponimin selalu bertukar informasi supaya teknologi yang diadopsi tersebut dapat berhasil.

Ponimin sangat menyadari pengaruh cuaca dan iklim sangat mempengaruhi perkembangan organisme pengganggu tanaman (hama dan penyakit) dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengendalian terhadap hama dan penyakit, kegiatan penentuan pengambilan contoh, analisis dan pembuatan model ekosistem dapat digolongkan dalam kelompok strategi, sedangkan cara-cara pengendalian dimasukkan sebagai taktik. Penyusunan basis data dan pemetaan wilayah yang kerap terserang hama dan penyakit yang dkaitkan dengan kondisi iklim setempat dapat digunakan sebagau strategi pengendalian. Sementara cara pengendalian yang memperhatikan keadaan iklim mikro di sekitar pertanaman dapat dikatakan sebagai taktik.

Alhasil sejak saat itu Ponimin menjadi pionir memproduksi semangka tanpa

langsung membuka lapak di tepi jalan raya yang ramai dengan harga yang jauh lebih murah dan tentunya kualitas dan kesegaran buah yang lebih fress.

Inovasi teknologi yang sudah terbiasa bagi seorang Ponimin membuat daya saingnya dipasar sangat menentukan keberlanjutan usahanya. Kemauan belajar yang tinggi serta terbuka pada informasi membuatnya bergaul dengan semua kalangan dengan rendah hati. Saat ini Ponimin juga sudah bereksperimen bagaimana cara agar produksi buah semangka dan melon yang dibudidayakannya berukuran sama, dan bobotnya dapat disesuaikan dengan selera pasar. Konsumen saat ini sudah tidak lagi ingin membeli buah yang ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil. Hasil ujinya dengan metode coba-coba untuk sementara memberikan hasil yang baik. Penulis pun saat ini sedang melakukan penelitian untuk menguji hasil temuannya secara ilmiah. Mudah-mudahan inovasinya bisa memberikan hasil yang memuaskan dan kita tunggu untuk kemakmuran petani semangka dan melon di Kalimantan Barat.

Namun Ironisnya menurut data hasil evaluasi yang dilalukan oleh Bapenas, tingkat kesejahteraan petani di Kalimantan Barat semakin tahun semakin menurun. Petani sebahagian besar menjadi korban akibat perubahan iklim dan cuaca yang sulit diprediksi saat ini. Suatu pekerjaan berat buat semua pihak untuk mencari pola bagaimana cara mendampingi petani agar bisa memahami fenomena yang terjadi saat ini. Ponimin bisa melakukannya, akankah ribuan petani lainnya di Kalimantan Barat bisa melakukannya? Semoga.

No Komoditas

Ekspor Impor

Total Dunia(Ton)

Total Indonesia

(Ton)

PersentaseIndonesia

(%)

Total Dunia(Ton)

Total Indonesia

(Ton)

PersentaseIndonesia

(%)

1 Jambu, Mangga, Manggis 1.178.810 1.760 0.149 857.530 540 0.062

2 Grapefruit, pamelo 3.079.680 250 0.008 2.989.780 2.660 0.088

3 Melon 2.080.700 2.470 0.118 1.932.400 170 0.008

4 Nenas 5.680.530 466.890 8.219 5.323.530 1.400 0.026

5 Pepaya 259.240 60 0.023 230.010 160 0.069

6 Pisang 17.870.840 54.390 0.304 16.593.940 3.620 0.021

7 Semangka 2.151.050 30 0.001 1.844.250 690 0.037

8 Strawberry 608.960 50 0.008 620.930 170 0.027

9 Buah lainnya 70.822.190 5.490 0,008 67.966.700 313.790 0.461

Total 103.732.000 531.390 0,51 98.359.070 323.200 0,33

No Komoditas

Ekspor Impor

Total Dunia(Ton)

Total Indonesia

(Ton)

PersentaseIndonesia

(%)

Total Dunia(Ton)

Total Indonesia

(Ton)

PersentaseIndonesia

(%)

1 Jambu, Mangga, Manggis 1.178.810 1.760 0.149 857.530 540 0.062

2 Grapefruit, pamelo 3.079.680 250 0.008 2.989.780 2.660 0.088

3 Melon 2.080.700 2.470 0.118 1.932.400 170 0.008

4 Nenas 5.680.530 466.890 8.219 5.323.530 1.400 0.026

5 Pepaya 259.240 60 0.023 230.010 160 0.069

6 Pisang 17.870.840 54.390 0.304 16.593.940 3.620 0.021

7 Semangka 2.151.050 30 0.001 1.844.250 690 0.037

8 Strawberry 608.960 50 0.008 620.930 170 0.027

9 Buah lainnya 70.822.190 5.490 0,008 67.966.700 313.790 0.461

Total 103.732.000 531.390 0,51 98.359.070 323.200 0,33

Tabel 2. Potensi Pasar Komoditi Hortikultura Dunia Yang Masih Terbuka Lebar

Page 18: agroborneo edisi 04

16 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Topik

Industri genetika dunia terus menerus mencari ayam tipe pedaging terbaik; mulai dari pemilihan dan pemilahan galur murni, kawin silang, seleksi, lalu penyeragaman performa dengan rekayasa genetika, serta dukungan pakan yang diformulasikan sesuai kebutuhan. Maka dihasilkan bibit ayam pedaging yang cepat tumbuh seperti yang dipelihara peternak sekarang ini.

Di Indonesia hanya ada 4 perusahaan pembibitan yang memelihara ayam-ayam induk dalam katagori grand parent stock (GPS). Selanjutnya, perusahaan GPS meng-hasilkan anak ayam katagori parent stock (PS). Saat ini ada puluhan perusahaan breeding PS di Indonesia. Dari perusahaan breeding PS dihasilkan anak ayam �nal stock (FS) yang dipelihara oleh peternak untuk kemudian dijual ke pasar.

yam goreng menjadi makanan yang kian populer sepanjang

zaman, tidak banyak yang berpantang dan yang mengharamkan. Di abad modern ini, menu masakan lokal berbahan daging ayam tidak pernah ditinggalkan oleh penikmatnya meski-pun menu masakan ayam yang dipasar-kan secara global kian berkembang.

Konsumsi daging ayam pada negara-negara yang berada di benua Amerika dan Eropa terbilang pada posisi angka yang tinggi, sedangkan di negara-negara yang berada di Asia dan Afrika menunjukkan kurva berkembangan yang nyata. Inilah yang mendorong industri perunggasan (poultry) di dunia terus melakukan riset untuk menghasilkan ayam-ayam tipe pedaging yang sempurna.

A

konsep halal tidak hanya berisi tuntunan pengelolaan makanan sesuai syari’at Islam, melainkan terkandung konsep mengelola makanan yang baik dan sehat (hygienic). Oleh sebab itu, istilah lengkap dalam Islam disebut halalan-thayyiban, mengandung nilai-nilai universal pengelolaan makanan yang halal dan baik (thayyib), dan semua orang menginginkannya.” ucap Puan Mariam Abdul Latif dari Malaysia pada Workshop Global Halal Standard di Ponti-anak, 15-16 Juli 2010 lalu.

Proses penanganan ayam dari kandang hingga meja makan di seluruh dunia kini menerapkan konsep halal. “Halal Critical Control Point (HCCP) adalah standar penanganan makanan yang secara global yang berlaku untuk semua orang. Karena

Dalam kesempatan yang sama, Mary Jean T. Roxas, Senior Advisor GTZ, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Jerman, menginginkan, konsep halal dan thayyib dilaksanakan dengan sungguh-sungguh di seluruh dunia, paling tidak diawali dari kawasan BIMP EAGA (Brunei – Indonesia – Malaysia – Philippines East ASEAN Growth Area). “Pemerintah, swasta dan masyarakat konsumen harus sepaham dengan konsep ini. Oleh sebab itu secara maraton diselenggarakan Workshop Global Halal Standard, dimulai dari Brunei,

sekarang Indonesia, selanjutnya bergilir di negara-negara anggota ASEAN lainnya.” ungkap wanita non-Muslim dari Philipina ini.

Rumah pemotongan ayam (RPA) milik PT. AdilMart di Siantan – Pontianak menjadi obyek studi kasus bagi peserta workshop. Saat itu RPA AdilMart memotong ayam 1000 ekor setiap hari, hasil kunjungan yang selanjutkan menjadi materi diskusi menyim-pulkan, RPA AdilMart telah menerapkan HCCP, meskipun masih perlu ada perbaikan untuk menyempurnakan pelaksanaan

konsep ini. Dari sisi bisnis, RPA AdilMart kewalahan memenuhi permintaan daging ayam yang diminta oleh konsumen Kaliman-tan Barat. AdilMart yang mempunyai outlet daging ayam bernama FreshMart, masih sering membeli daging ayam beku dari Jakarta, sama seperti pengusaha restoran cepat saji lainnya. Dalam setahun empat bulan sekali, jumlah daging ayam beku yang

Konsep halal dan thayyib bisa dilaksanakan di mana saja, di rumah potong ayam ataupun di pasar-pasar tradisional. Pemerintah yang memfasilitasi.

dibolehkan masuk Kalbar dievaluasi, agar tidak membanjiri pasar lokal, dan yang lebih penting, kehadiran restoran cepat saji pada suatu daerah dapat mengangkat kesejahter-aan peternak ayam setempat.

HalalUntuk Semua

Page 19: agroborneo edisi 04

17AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

TopikTopik

Industri genetika dunia terus menerus mencari ayam tipe pedaging terbaik; mulai dari pemilihan dan pemilahan galur murni, kawin silang, seleksi, lalu penyeragaman performa dengan rekayasa genetika, serta dukungan pakan yang diformulasikan sesuai kebutuhan. Maka dihasilkan bibit ayam pedaging yang cepat tumbuh seperti yang dipelihara peternak sekarang ini.

Di Indonesia hanya ada 4 perusahaan pembibitan yang memelihara ayam-ayam induk dalam katagori grand parent stock (GPS). Selanjutnya, perusahaan GPS meng-hasilkan anak ayam katagori parent stock (PS). Saat ini ada puluhan perusahaan breeding PS di Indonesia. Dari perusahaan breeding PS dihasilkan anak ayam �nal stock (FS) yang dipelihara oleh peternak untuk kemudian dijual ke pasar.

yam goreng menjadi makanan yang kian populer sepanjang

zaman, tidak banyak yang berpantang dan yang mengharamkan. Di abad modern ini, menu masakan lokal berbahan daging ayam tidak pernah ditinggalkan oleh penikmatnya meski-pun menu masakan ayam yang dipasar-kan secara global kian berkembang.

Konsumsi daging ayam pada negara-negara yang berada di benua Amerika dan Eropa terbilang pada posisi angka yang tinggi, sedangkan di negara-negara yang berada di Asia dan Afrika menunjukkan kurva berkembangan yang nyata. Inilah yang mendorong industri perunggasan (poultry) di dunia terus melakukan riset untuk menghasilkan ayam-ayam tipe pedaging yang sempurna.

konsep halal tidak hanya berisi tuntunan pengelolaan makanan sesuai syari’at Islam, melainkan terkandung konsep mengelola makanan yang baik dan sehat (hygienic). Oleh sebab itu, istilah lengkap dalam Islam disebut halalan-thayyiban, mengandung nilai-nilai universal pengelolaan makanan yang halal dan baik (thayyib), dan semua orang menginginkannya.” ucap Puan Mariam Abdul Latif dari Malaysia pada Workshop Global Halal Standard di Ponti-anak, 15-16 Juli 2010 lalu.

Proses penanganan ayam dari kandang hingga meja makan di seluruh dunia kini menerapkan konsep halal. “Halal Critical Control Point (HCCP) adalah standar penanganan makanan yang secara global yang berlaku untuk semua orang. Karena

Dalam kesempatan yang sama, Mary Jean T. Roxas, Senior Advisor GTZ, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Jerman, menginginkan, konsep halal dan thayyib dilaksanakan dengan sungguh-sungguh di seluruh dunia, paling tidak diawali dari kawasan BIMP EAGA (Brunei – Indonesia – Malaysia – Philippines East ASEAN Growth Area). “Pemerintah, swasta dan masyarakat konsumen harus sepaham dengan konsep ini. Oleh sebab itu secara maraton diselenggarakan Workshop Global Halal Standard, dimulai dari Brunei,

sekarang Indonesia, selanjutnya bergilir di negara-negara anggota ASEAN lainnya.” ungkap wanita non-Muslim dari Philipina ini.

Rumah pemotongan ayam (RPA) milik PT. AdilMart di Siantan – Pontianak menjadi obyek studi kasus bagi peserta workshop. Saat itu RPA AdilMart memotong ayam 1000 ekor setiap hari, hasil kunjungan yang selanjutkan menjadi materi diskusi menyim-pulkan, RPA AdilMart telah menerapkan HCCP, meskipun masih perlu ada perbaikan untuk menyempurnakan pelaksanaan

Kehadiran restoran cepat saji pada suatu

daerah seharusnya dapat mengangkat

kesejahteraan peternak ayam setempat.

Ayam goreng cepat saji telah menjadi menu makanan yang mengglobal

Menu daging ayam lokal dan global

bersanding memanjakan lidah

penikmatnya

konsep ini. Dari sisi bisnis, RPA AdilMart kewalahan memenuhi permintaan daging ayam yang diminta oleh konsumen Kaliman-tan Barat. AdilMart yang mempunyai outlet daging ayam bernama FreshMart, masih sering membeli daging ayam beku dari Jakarta, sama seperti pengusaha restoran cepat saji lainnya. Dalam setahun empat bulan sekali, jumlah daging ayam beku yang

dibolehkan masuk Kalbar dievaluasi, agar tidak membanjiri pasar lokal, dan yang lebih penting, kehadiran restoran cepat saji pada suatu daerah dapat mengangkat kesejahter-aan peternak ayam setempat.

Page 20: agroborneo edisi 04

18 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Topik

Industri genetika dunia terus menerus mencari ayam tipe pedaging terbaik; mulai dari pemilihan dan pemilahan galur murni, kawin silang, seleksi, lalu penyeragaman performa dengan rekayasa genetika, serta dukungan pakan yang diformulasikan sesuai kebutuhan. Maka dihasilkan bibit ayam pedaging yang cepat tumbuh seperti yang dipelihara peternak sekarang ini.

Di Indonesia hanya ada 4 perusahaan pembibitan yang memelihara ayam-ayam induk dalam katagori grand parent stock (GPS). Selanjutnya, perusahaan GPS meng-hasilkan anak ayam katagori parent stock (PS). Saat ini ada puluhan perusahaan breeding PS di Indonesia. Dari perusahaan breeding PS dihasilkan anak ayam �nal stock (FS) yang dipelihara oleh peternak untuk kemudian dijual ke pasar.

yam goreng menjadi makanan yang kian populer sepanjang

zaman, tidak banyak yang berpantang dan yang mengharamkan. Di abad modern ini, menu masakan lokal berbahan daging ayam tidak pernah ditinggalkan oleh penikmatnya meski-pun menu masakan ayam yang dipasar-kan secara global kian berkembang.

Konsumsi daging ayam pada negara-negara yang berada di benua Amerika dan Eropa terbilang pada posisi angka yang tinggi, sedangkan di negara-negara yang berada di Asia dan Afrika menunjukkan kurva berkembangan yang nyata. Inilah yang mendorong industri perunggasan (poultry) di dunia terus melakukan riset untuk menghasilkan ayam-ayam tipe pedaging yang sempurna.

konsep halal tidak hanya berisi tuntunan pengelolaan makanan sesuai syari’at Islam, melainkan terkandung konsep mengelola makanan yang baik dan sehat (hygienic). Oleh sebab itu, istilah lengkap dalam Islam disebut halalan-thayyiban, mengandung nilai-nilai universal pengelolaan makanan yang halal dan baik (thayyib), dan semua orang menginginkannya.” ucap Puan Mariam Abdul Latif dari Malaysia pada Workshop Global Halal Standard di Ponti-anak, 15-16 Juli 2010 lalu.

Proses penanganan ayam dari kandang hingga meja makan di seluruh dunia kini menerapkan konsep halal. “Halal Critical Control Point (HCCP) adalah standar penanganan makanan yang secara global yang berlaku untuk semua orang. Karena

Dalam kesempatan yang sama, Mary Jean T. Roxas, Senior Advisor GTZ, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Jerman, menginginkan, konsep halal dan thayyib dilaksanakan dengan sungguh-sungguh di seluruh dunia, paling tidak diawali dari kawasan BIMP EAGA (Brunei – Indonesia – Malaysia – Philippines East ASEAN Growth Area). “Pemerintah, swasta dan masyarakat konsumen harus sepaham dengan konsep ini. Oleh sebab itu secara maraton diselenggarakan Workshop Global Halal Standard, dimulai dari Brunei,

sekarang Indonesia, selanjutnya bergilir di negara-negara anggota ASEAN lainnya.” ungkap wanita non-Muslim dari Philipina ini.

Rumah pemotongan ayam (RPA) milik PT. AdilMart di Siantan – Pontianak menjadi obyek studi kasus bagi peserta workshop. Saat itu RPA AdilMart memotong ayam 1000 ekor setiap hari, hasil kunjungan yang selanjutkan menjadi materi diskusi menyim-pulkan, RPA AdilMart telah menerapkan HCCP, meskipun masih perlu ada perbaikan untuk menyempurnakan pelaksanaan

konsep ini. Dari sisi bisnis, RPA AdilMart kewalahan memenuhi permintaan daging ayam yang diminta oleh konsumen Kaliman-tan Barat. AdilMart yang mempunyai outlet daging ayam bernama FreshMart, masih sering membeli daging ayam beku dari Jakarta, sama seperti pengusaha restoran cepat saji lainnya. Dalam setahun empat bulan sekali, jumlah daging ayam beku yang

dibolehkan masuk Kalbar dievaluasi, agar tidak membanjiri pasar lokal, dan yang lebih penting, kehadiran restoran cepat saji pada suatu daerah dapat mengangkat kesejahter-aan peternak ayam setempat.

PAnak ayam yang baru menetas, sebentar lagi dikirim kepada peternak pembudidaya untuk dibesarkan

Perusahaan pembibitan ayam yang memelihara parent stock (PS) menjadi mitra peternak dalam menyediakan bibit ayam yang cukup dan sehat.

Mary Jean T. Roxas Puan Mariam Abdul Latif

Page 21: agroborneo edisi 04

19AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Topik

Keluarga Besar Asosiasi Agribisnis Perunggasan Kalimantan Barat(AAP Kalbar) dan Majalah AgroBorneo mengucapkan selamat

dan turut berbahagia atas pernikahan :

dr. Yogi Puji Rachmawan &

dr. Witri PratiwiPada tanggal 05 Desember 2010 di Pontianak

Mempelai wanita adalah putri Bapak Drh. H. Abdul Manaf Mustafa, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Kalimantan Barat.

Industri genetika dunia terus menerus mencari ayam tipe pedaging terbaik; mulai dari pemilihan dan pemilahan galur murni, kawin silang, seleksi, lalu penyeragaman performa dengan rekayasa genetika, serta dukungan pakan yang diformulasikan sesuai kebutuhan. Maka dihasilkan bibit ayam pedaging yang cepat tumbuh seperti yang dipelihara peternak sekarang ini.

Di Indonesia hanya ada 4 perusahaan pembibitan yang memelihara ayam-ayam induk dalam katagori grand parent stock (GPS). Selanjutnya, perusahaan GPS meng-hasilkan anak ayam katagori parent stock (PS). Saat ini ada puluhan perusahaan breeding PS di Indonesia. Dari perusahaan breeding PS dihasilkan anak ayam �nal stock (FS) yang dipelihara oleh peternak untuk kemudian dijual ke pasar.

yam goreng menjadi makanan yang kian populer sepanjang

zaman, tidak banyak yang berpantang dan yang mengharamkan. Di abad modern ini, menu masakan lokal berbahan daging ayam tidak pernah ditinggalkan oleh penikmatnya meski-pun menu masakan ayam yang dipasar-kan secara global kian berkembang.

Konsumsi daging ayam pada negara-negara yang berada di benua Amerika dan Eropa terbilang pada posisi angka yang tinggi, sedangkan di negara-negara yang berada di Asia dan Afrika menunjukkan kurva berkembangan yang nyata. Inilah yang mendorong industri perunggasan (poultry) di dunia terus melakukan riset untuk menghasilkan ayam-ayam tipe pedaging yang sempurna.

konsep halal tidak hanya berisi tuntunan pengelolaan makanan sesuai syari’at Islam, melainkan terkandung konsep mengelola makanan yang baik dan sehat (hygienic). Oleh sebab itu, istilah lengkap dalam Islam disebut halalan-thayyiban, mengandung nilai-nilai universal pengelolaan makanan yang halal dan baik (thayyib), dan semua orang menginginkannya.” ucap Puan Mariam Abdul Latif dari Malaysia pada Workshop Global Halal Standard di Ponti-anak, 15-16 Juli 2010 lalu.

Proses penanganan ayam dari kandang hingga meja makan di seluruh dunia kini menerapkan konsep halal. “Halal Critical Control Point (HCCP) adalah standar penanganan makanan yang secara global yang berlaku untuk semua orang. Karena

Dalam kesempatan yang sama, Mary Jean T. Roxas, Senior Advisor GTZ, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Jerman, menginginkan, konsep halal dan thayyib dilaksanakan dengan sungguh-sungguh di seluruh dunia, paling tidak diawali dari kawasan BIMP EAGA (Brunei – Indonesia – Malaysia – Philippines East ASEAN Growth Area). “Pemerintah, swasta dan masyarakat konsumen harus sepaham dengan konsep ini. Oleh sebab itu secara maraton diselenggarakan Workshop Global Halal Standard, dimulai dari Brunei,

sekarang Indonesia, selanjutnya bergilir di negara-negara anggota ASEAN lainnya.” ungkap wanita non-Muslim dari Philipina ini.

Rumah pemotongan ayam (RPA) milik PT. AdilMart di Siantan – Pontianak menjadi obyek studi kasus bagi peserta workshop. Saat itu RPA AdilMart memotong ayam 1000 ekor setiap hari, hasil kunjungan yang selanjutkan menjadi materi diskusi menyim-pulkan, RPA AdilMart telah menerapkan HCCP, meskipun masih perlu ada perbaikan untuk menyempurnakan pelaksanaan

Indonesia 4,20 KG

Philipina 8,64 KG

�ailand 14,70 KG

Malaysia 34,38 KG

RATA-RATA DUNIA 11,1 KG

*) Angka 2008 pada SE Asia Agricultural Statistics Guide 2009 (Journal)

Konsumsi Daging Ayam BroilerPer Kapita Per Tahun *

konsep ini. Dari sisi bisnis, RPA AdilMart kewalahan memenuhi permintaan daging ayam yang diminta oleh konsumen Kaliman-tan Barat. AdilMart yang mempunyai outlet daging ayam bernama FreshMart, masih sering membeli daging ayam beku dari Jakarta, sama seperti pengusaha restoran cepat saji lainnya. Dalam setahun empat bulan sekali, jumlah daging ayam beku yang

dibolehkan masuk Kalbar dievaluasi, agar tidak membanjiri pasar lokal, dan yang lebih penting, kehadiran restoran cepat saji pada suatu daerah dapat mengangkat kesejahter-aan peternak ayam setempat.

Ayam ras pedaging �nal stock siap potong

Page 22: agroborneo edisi 04

Pakan

MALAYSIA HARAMKANBM DAN MBM

Pakan

20 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Irwandi Jaswir

Page 23: agroborneo edisi 04

21AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Pakan

Pada 16-18 Desember 2010 lalu, Irwandi Jaswir mengikuti perte-muan para ilmuwan Indonesia di luar negeri yang digelar di Jakarta, bersama ratusan ilmuwan Indonesia lainnya. Pria yang sehari-hari menjadi staf pengajar di International Islamic University Malaysia ini, pernah datang ke Pontianak pada 15 -16 Juli 2010 lalu, menjadi narasumber pada workshop ’Global Halal Standard’ yang diseleng-garakan BIMP-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina – East Asean Growth Area).

Tema halal selalu diusung oleh pria kelahiran Sumatera Barat ini dalam setiap forum ilmiah, lantaran lulusan Teknik Pangan dan Gizi IPB ini berhasil menemukan metode pendeteksi unsur tidak halal pada suatu kandungan bahan pangan. Bahkan hasil temuannya yang berjudul Rapid Method for Detection of Non Halal Substances in Food ini berhasil menggondol Medali Emas pada �e 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva, di Jenewa, Swiss, pada 2006 silam. “Beberapa dewan jurinya ada yang berasal dari Israel, saya sempat berpikir, wah apa bisa menang, temanya tentang halal, tapi ternyata menang. Mereka benar-benar menilai berdasarkan kajian ilmiah.” ungkap Irwandi Jaswir.

Salah satu faktor pendukung temuan Irwandi adalah gencarnya Pemerintah Malaysia dalam mendorong terciptanya produk halal di negeranya, bahkan promosi pariwisatanya mengampanyekan sebagai pusat wisata halal berkelas dunia. “Maka penelitian saya membuat sistem yang bisa mendeteksi kandungan non-halal di dalam pangan, mendapat sambutan antusias dari pemerintah Malaysia.” kata anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) ini.

Unsur non-halal dalam pangan tidak hanya yang mengandung bahan pangan asal babi, namun penggunaan blood meal (BM) dan meat bone meal (MBM) yang dicampurkan dalam pakan ternak unggas sebagai sumber

protein, juga dilarang. “Saat ini ada 53 pabrik pakan ternak di seluruh Malaysia, yang total produksinya 5 juta ton setahun (2010), ditambah dengan home mixer yang biasanya dilakukan peternakan babi sebanyak 350.000 ton setahun. Ini semua tidak boleh menggunakan tepung darah dan MBM.” jelas Irwandi Jaswir.

Jadi, dalam hal mengonsumsi daging hewan hasil peternakan, konsep halal tidak hanya dilaksanakan dalam proses penyembelihan, tapi asal-muasal ternak, termasuk apa yang dimakan oleh ternak harus diperiksa. Daging sapi impor hasil peternakan luar negeri yang diberi pakan berasal dari limbah peternakan, seperti tepung darah, tepung daging dan tulang, juga dilarang di Malaysis. “Sumber penyakit sapi gila (mad cow) adalah sapi-sapi yang diberi pakan yang berasal dari pengolahan limbah pemotongan hewan; darah, tulang, jerohan, yang diolah lagi menjadi tepung. Ini menyalahi kodrat, karena sapi adalah pemakan serat yang berasal dari hijauan.” papar Irwandi

Menutup penjelasannya, Irwandi mengutip sebuah ayat Al-Qur’an (2 : 60), “Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan. “Maka, membiarkan sesuatu (bahan) yang mendatangkan penyakit (membuat kerusakan) apabila dimakan, adalah sebuah kejahatan,” pungkas Irwandi.

Page 24: agroborneo edisi 04

AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Pakan

produksi peternakan yang terpusat di Jawa, memberi tantangan tersendiri bagi pelaku agribisnis perunggasan.

“Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran anda sore ini, dan

atas kepercayaan anda menggunakan produk kami

selama ini. Tadi pagi ada kesempatan menonton Festival

Cap Go Meh yang bagi saya sungguh luar biasa. Di manapun

tempat yang pernah saya kunjungi di dunia, tidak pernah

saya melihat tontonan seperti itu, kecuali di Singkawang. Sungguh

sangat hebat.”

F

RAMAH TAMAHGUYOFEED

nilai perputarannya 2,5 milyar Euro, menempati posisi nomor satu di Perancis dan nomer tujuh di dunia.” ucap Segalen dalam bahasa Indonesia yang lancar

Divisi pakan ternak mengutamakan penelitian dan pengembangan untuk meciptakan pakan ternak yang lebih baik, dengan hasil di lapangan yang menguntungkan bagi peternak.

ujar pria Perancis yang sudah tiga tahun tinggal di Jakarta ini.

Indonesia, yang merupakan negeri kepulauan, dengan industry sarana

estival Cap Go Meh yang meriah di Singkawang mempertemukan banyak orang.

Sore hari (17/2) setelah cukup istirahat melepas kepenatan menonton festival, PT. Citra Ina Feedmill yang memroduksi pakan ternak bermerek Guyofeed mengundang pelanggannya beramah-tamah pada sebuah restoran di Singkawang.

ucap Felix Segalen, Country Manager dari In Vivo di Perancis

In Vivo adalah induk perusahaan dari PT. Citra Ina Feedmill di Jakarta dan PT. Wirifa Sakti di Surabaya. Ada 300 perusahaan di seluruh dunia di bawah In Vivo yang bisnis utamanya pengadaan gandum. Sedangkan divisi pakan ternak mempunyai 70 pabrik di beberapa negara, seperti : Perancis, Mexico, Brazil, Eropa Tengah, Afrika Selatan, India, Vietnam, China dan Indonesia. “Divisi pakan ternak yang

ujar Stanis Budiman, Marketing Manager PT. Citra Ina Feedmill

Bersyukur pakan ternak bermerek Guyofeed sudah masuk Kalimantan Barat, dengan agennya Fam Djit Tjiong (Sumber Usaha) untuk konsentrat ayam ras petelur, dan Asiak (Usaha Ternak) untuk pakan jadi ayam ras pedaging maupun konsentrat babi.

tutur Drh. Yulianto Eko Cahyono, Technical Service PT. Citra Ina Feedmill untuk wilayah Kalimantan Barat.

Fam Djit Tjiong selaku agen Guyofeed di Singkawang berharap pakan ternak Guyofeed semakin luas pemasarannya, dengan kualitas yang tetap terjaga. Acara ramah-tamah ditutup dengan pemberian cindera mata berupa telepon genggam dan foto bersama. Salam sukses dari Singkawang untuk Guyofeed.

Pakan

AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 201122

Page 25: agroborneo edisi 04

23AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Pakan

produksi peternakan yang terpusat di Jawa, memberi tantangan tersendiri bagi pelaku agribisnis perunggasan.

Kebijakan kami di Indonesia, yang akan kami kerjakan dalam waktu dekat ini, adalah; di Surabaya akan dibangun pabrik baru untuk produk pakan unggas dan ikan, di Jakarta dilakukan otomatisasi dan komputerisasi processing agar hasilnya lebih akurat dan stabil,

Stanis Budiman dan Felix Segalen saat nonton Festival Cap Go Meh

nilai perputarannya 2,5 milyar Euro, menempati posisi nomor satu di Perancis dan nomer tujuh di dunia.” ucap Segalen dalam bahasa Indonesia yang lancar

Divisi pakan ternak mengutamakan penelitian dan pengembangan untuk meciptakan pakan ternak yang lebih baik, dengan hasil di lapangan yang menguntungkan bagi peternak.

ujar pria Perancis yang sudah tiga tahun tinggal di Jakarta ini.

Indonesia, yang merupakan negeri kepulauan, dengan industry sarana

Untuk mengatasi lama perjalanan dari Jawa ke Kaliman-tan, kondisi �sik pakan ternak dan kandungan nutrisinya harus lebih baik, sebagai antisipasi susut perjalanan dan penyimpa-nan. Jadi pakan untuk ayam di Jawa dengan untuk Kalimantan berbeda. Untuk Kalimantan harus ‘ditinggikan’ tingkat ketah-anan �siknya maupun kandungan nutrisinya.

ujar Stanis Budiman, Marketing Manager PT. Citra Ina Feedmill

Bersyukur pakan ternak bermerek Guyofeed sudah masuk Kalimantan Barat, dengan agennya Fam Djit Tjiong (Sumber Usaha) untuk konsentrat ayam ras petelur, dan Asiak (Usaha Ternak) untuk pakan jadi ayam ras pedaging maupun konsentrat babi.

tutur Drh. Yulianto Eko Cahyono, Technical Service PT. Citra Ina Feedmill untuk wilayah Kalimantan Barat.

Fam Djit Tjiong selaku agen Guyofeed di Singkawang berharap pakan ternak Guyofeed semakin luas pemasarannya, dengan kualitas yang tetap terjaga. Acara ramah-tamah ditutup dengan pemberian cindera mata berupa telepon genggam dan foto bersama. Salam sukses dari Singkawang untuk Guyofeed.

Page 26: agroborneo edisi 04

24

produksi peternakan yang terpusat di Jawa, memberi tantangan tersendiri bagi pelaku agribisnis perunggasan.

nilai perputarannya 2,5 milyar Euro, menempati posisi nomor satu di Perancis dan nomer tujuh di dunia.” ucap Segalen dalam bahasa Indonesia yang lancar

Divisi pakan ternak mengutamakan penelitian dan pengembangan untuk meciptakan pakan ternak yang lebih baik, dengan hasil di lapangan yang menguntungkan bagi peternak.

ujar pria Perancis yang sudah tiga tahun tinggal di Jakarta ini.

Indonesia, yang merupakan negeri kepulauan, dengan industry sarana

ujar Stanis Budiman, Marketing Manager PT. Citra Ina Feedmill

Bersyukur pakan ternak bermerek Guyofeed sudah masuk Kalimantan Barat, dengan agennya Fam Djit Tjiong (Sumber Usaha) untuk konsentrat ayam ras petelur, dan Asiak (Usaha Ternak) untuk pakan jadi ayam ras pedaging maupun konsentrat babi.

Cukup banyak peternak pelanggan Guyofeed di Sing-kawang yang merupakan sentra peternakan petelur Kalbar. Yang diundang ini adalah peternak di daerah Singkawang

tutur Drh. Yulianto Eko Cahyono, Technical Service PT. Citra Ina Feedmill untuk wilayah Kalimantan Barat.

Fam Djit Tjiong selaku agen Guyofeed di Singkawang berharap pakan ternak Guyofeed semakin luas pemasarannya, dengan kualitas yang tetap terjaga. Acara ramah-tamah ditutup dengan pemberian cindera mata berupa telepon genggam dan foto bersama. Salam sukses dari Singkawang untuk Guyofeed.

Fam Djit Tjiong Asiak

Foto bersama pelanggan pakan ternak Guyofeed di Singkawang

Pemberian cindera mata dari PT. Citra Ina Feedmill

Pakan

AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Page 27: agroborneo edisi 04
Page 28: agroborneo edisi 04

2 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

BUKAN HANYA AISEBAB AYAM (MENDADAK) MATI

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Unggas

26 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Apriyadi Suwarno

Page 29: agroborneo edisi 04

27AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Ayam broiler yang dipelihara dengan tatalaksana yang baik, masih menghasilkan panen yang lumayan, meskipun kondisi iklim dan cuaca tidak menentu.

Yulianto Eko Cahyono

Page 30: agroborneo edisi 04

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

28 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Nengah Suardana

Page 31: agroborneo edisi 04

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

29AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Zainul Zakir

Udjang Kusno

Page 32: agroborneo edisi 04

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

30 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Darmawati Parto

Jangan abaikan tatalaksana penyimpanan pakan, karena sebagian besar pasokan pakan dari Jawa dan sudah menempuh perjalanan yang panjang, kecuali pakan yang diproduksi pabrik setempat

Page 33: agroborneo edisi 04

31AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

(Polresta) sebanyak 5 orang. Setiba di lokasi, dilihatnya ada enam tumpuk box terbuat dari kayu berisi anak ayam. “Ini pasti dari Malaysia, karena anak ayam yang diproduksi di Indonesia tidak pernah menggunakan kotak yang terbuat dari kayu seperti ini,” bisik Suryaman kepada rekannya dari kepolisian.

Setelah ditanyakan langsung kepada Aleng, ia mengakui bahwa DOC broiler itu memang benar berasal dari Malaysia, namun ia bersikeras mengatakan bahwa itu bukan miliknya, “Saya hanya dititipi oleh Pak Sood’ ucap Aleng. Sesaat kemudian datang Sood yang

Rabu, 09 Februari 2011 kantor sekretariat Asosiasi Agribisnis Perunggasan Kalimantan Barat (AAP Kalbar) menerima short massages service (SMS), bahwa ada bibit ayam pedaging (day old chick/DOC broiler) dari Malaysia masuk ke Pontianak, diangkut oleh mobil barang milik perusahaan jasa pengiriman yang beralamatkan di Pontianak. Penerima bibit ayam illegal adalah Aleng pemilik poultry shop di Siantan, dengan jumlah kiriman yang datang pada hari itu sebanyak 1.200 ekor.

Menanggapi laporan tersebut, Suryaman, Ketua AAP Kalbar, menuju kios peternakan milik Aleng disertai pengawalan aparat kepolisian

mengatakan bahwa benar dirinya pemilik anak ayam pedaging sebanyak 6 kotak itu. Ia sengaja ‘titip beli’ kepada Aleng, untuk kemudian langsung dibawa ke kandang. Bersamaan dengan itu datang petugas dari Karantina dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan sejumlah wartawan yang dikabari beberapa saat sebelumnya.

Selanjutnya barang bukti berupa anak ayam yang ditempatkan dalam kotak kayu tersebut dibawa ke kantor Karantina, dan ternyata setelah dihitung ulang berjumlah 564 ekor, berarti dalam satu kotak berisi 94 ekor. “Akan kita segerakan proses hukumnya. Yang pasti ada sanksi tegas bagi orang yang membawa masuk hewan unggas secara illegal dari Malaysia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, pelaku dapat diancam tiga tahun penjara dan denda Rp 150 juta.” ucap Drh. Faisyal Noer, Kasi Wasdak Karantina Pertanian Klas I Pontianak, sebagaimana dikutip sejumlah media Kalbar.

Suryaman berkeyakinan jumlah anak ayam yang datang pada hari itu

sebanyak 1.200 ekor, kalaupun yang berhasil ditangkap dan dijadikan barang bukti hanya 564 ekor berarti ada yang lain yang sudah beredar, ini yang harus terus ditelusuri. “Jangan sampai ini menjadi sumber penyakit. Malaysia itu tidak pernah bebas AI, hanya karena wartawannya di sana dibungkam makanya kasus AI di Malaysia tidak pernah dikabarkan. Perlu diketahui, peraturan yang dilanggar oleh pelaku penyelundupan seperti itu bukan hanya Undang-undang Karantina, tapi juga Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 18 Tahun 2009. Dengan pasal tuduhan ikut menyebarkan penyakit berbahaya,” jelas Ketua Bidang Organisasi & Humas, serta Bidang Hukum & Peraturan di AAP Kalbar.

“Lagi-lagi yang kami sayangkan adalah petugas Karantina kita di perbatasan, Karantina di border Entikong sudah saatnya punya nyali untuk membongkar kendaraan yang membawa apa saja yang masuk ke wilayah RI dengan kondisi tertutup rapat. Kalau perlu diusulkan ganti kendaraan pengangkut begitu masuk ke wilayah RI. Soalnya sudah ada bukti

mulai dari daging sapi beku, daging ayam beku, ayam broiler hidup siap potong, telur reject dari swalayan, dan sekarang DOC broiler, selalu dibawa masuk bersama barang-barang lainnya dengan ‘disamarkan’ dan dalam kondisi kendaraan tertutup rapat, sementara petugas kita tidak tahu apa isi di dalamnya.” ungkap Suryaman.

Sebagaimana dimuat majalah ini pada edisi sebelumnya, terhitung sejak Mei 2010 hingga Lebaran Idul Fitri, ayam broiler hidup dan ayam beku dari Negeri Jiran mengalir masuk secara illegal. Setelah Idul Fitri sampai sekarang daging ayam beku ternyata masih keenakan masuk bebas tanpa pemeriksaan meskipun tidak disertai dokumen sama sekali. Pada 09 Februari 2011 giliran penyelundupan bibit ayam ras pedaging alias DOC broiler.

Minggu (13/2) seorang dokter hewan technical service sebuah perusahaan farmasetik yang berdomisili di Singkawang diminta datang oleh peternak untuk melihat ayam-ayam broilernya yang banyak terserang sakit, dengan gejala di sekitar mata bengkak dan hidung ayam berlendir. Selain

umur tiga mingguan mati, setelah ditanya asal-usulnya ternyata juga dari Malaysia,” jelas dokter hewan tersebut.

“Saya tidak tahu Pak, kalau bibit dari Malaysia dilarang,” ucap peternak dengan perasaan takut.

Sepulang dari peternakan, sang dokter hewan melaporkan peristiwa tersebut kepada Ketua Umum AAP Kalbar, S. Sudjono Anggie, yang serta merta dia berkoordinasi dengan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan instansi terkait di Kota Singkawang.

Sementara itu, Suganda Gani, yang mendampingi Ketua Umum AAP Kalbar, mengatakan harus ditindak tegas pelaku yang mendatangkan ayam secara ilegal. “Terhadap ayam yang sudah terlanjur dipelihara oleh peternak kecil seperti itu, saya usulkan orang dinas segera mendatanginya dan menguji penyakitnya apa. Yang jelas, dalam kasus ini ada dua tindakan yang harus kita kerjakan, pertama mencegah agar AI atau �u burung tidak menyebar luas ke peternakan lain di Singkawang. Kedua, ini kasus

prihatin atas kondisi ayam-ayam broiler yang berjumlah 2.500 ekor dan sudah berumur 19 hari itu, sang dokter hewan curiga melihat strain ayam yang agak berbeda dengan yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan (breeding farm) yang berada di Kalbar. “Ini bibitnya dari mana, kok beda?” tanya dokter hewan.

Setelah didesak untuk menceritakan riwayat sakit dan asal-usul ayamnya, peternak mengaku bahwa ayam-ayamnya itu dibeli dari agen di perbatasan yang katanya mendatangkan dari Malaysia. “Sudah dua periode ini bahkan, periode lalu juga mengalami sakit yang sama tapi tidak separah sekarang.” ujar peternak memelas. “Apa kena �u burung, Pak?” tanya peternak.

“Belum tentu, harus diperiksa lagi lebih teliti. Tetapi membeli bibit ayam dari Malaysia itu dilarang, karena Malaysia juga tidak bebas �u burung, dan kalau ada apa-apa dengan ayam, kita tidak bisa tanya atau komplein kepeda pembibitnya. Ini sama dengan yang terjadi di Mempawah seminggu lalu, yang menyebabkan ribuan ayam

penyelundupan yang sudah kronis, komoditi yang diselundupkan akan membawa dan menyebarkan bibit penyakit. Ini sudah termasuk kejahatan terencana untuk menghancurkan perunggasan Kalbar, harus kita hentikan. Di sini perlu kesadaran kepada semua elemen masyarakat, khususnya peternak agar berani menolak bibit ayam selundupan ” ujar Suganda Gani yang dalam AAP Kalbar mengurus Bidang Organisasi & Humas.

Dr. Ray Webb, konsultan FAO, saat berkunjung ke Pontianak (28 Mei 2010) menilai keberhasilan Kalimantan Barat dalam mengatasi �u burung terletak pada ketatnya pengawasan lalu lintas ternak, serta jarak peternakan unggas satu dengan yang lain berjauhan, sehingga menghambat penyebaran virus. Nah, apabila pengawasan lalu lintas ternak itu adalah kekuatan maka disitulah letak kelemahan. Pasang surut munculnya �u burung di Kalbar berkolerasi positif dengan timbul tenggelamnya kasus penyelundupan komoditi unggas ke Kalbar.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Unggas

DOC BROILER JIRANTERTANGKAP TANGAN

Ayam ras pedaging yang berumur 19 hari ini (penggambilan gambar pada

Minggu, 13/2) dipelihara oleh seorang peternak di Singkawang, dan diakui oleh pemiliknya yang

membeli bibitnya dari seorang agen di perbatasan yang mendatangkan

dari Malaysia

Suryaman

Page 34: agroborneo edisi 04

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

32 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

(Polresta) sebanyak 5 orang. Setiba di lokasi, dilihatnya ada enam tumpuk box terbuat dari kayu berisi anak ayam. “Ini pasti dari Malaysia, karena anak ayam yang diproduksi di Indonesia tidak pernah menggunakan kotak yang terbuat dari kayu seperti ini,” bisik Suryaman kepada rekannya dari kepolisian.

Setelah ditanyakan langsung kepada Aleng, ia mengakui bahwa DOC broiler itu memang benar berasal dari Malaysia, namun ia bersikeras mengatakan bahwa itu bukan miliknya, “Saya hanya dititipi oleh Pak Sood’ ucap Aleng. Sesaat kemudian datang Sood yang

Rabu, 09 Februari 2011 kantor sekretariat Asosiasi Agribisnis Perunggasan Kalimantan Barat (AAP Kalbar) menerima short massages service (SMS), bahwa ada bibit ayam pedaging (day old chick/DOC broiler) dari Malaysia masuk ke Pontianak, diangkut oleh mobil barang milik perusahaan jasa pengiriman yang beralamatkan di Pontianak. Penerima bibit ayam illegal adalah Aleng pemilik poultry shop di Siantan, dengan jumlah kiriman yang datang pada hari itu sebanyak 1.200 ekor.

Menanggapi laporan tersebut, Suryaman, Ketua AAP Kalbar, menuju kios peternakan milik Aleng disertai pengawalan aparat kepolisian

mengatakan bahwa benar dirinya pemilik anak ayam pedaging sebanyak 6 kotak itu. Ia sengaja ‘titip beli’ kepada Aleng, untuk kemudian langsung dibawa ke kandang. Bersamaan dengan itu datang petugas dari Karantina dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan sejumlah wartawan yang dikabari beberapa saat sebelumnya.

Selanjutnya barang bukti berupa anak ayam yang ditempatkan dalam kotak kayu tersebut dibawa ke kantor Karantina, dan ternyata setelah dihitung ulang berjumlah 564 ekor, berarti dalam satu kotak berisi 94 ekor. “Akan kita segerakan proses hukumnya. Yang pasti ada sanksi tegas bagi orang yang membawa masuk hewan unggas secara illegal dari Malaysia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, pelaku dapat diancam tiga tahun penjara dan denda Rp 150 juta.” ucap Drh. Faisyal Noer, Kasi Wasdak Karantina Pertanian Klas I Pontianak, sebagaimana dikutip sejumlah media Kalbar.

Suryaman berkeyakinan jumlah anak ayam yang datang pada hari itu

sebanyak 1.200 ekor, kalaupun yang berhasil ditangkap dan dijadikan barang bukti hanya 564 ekor berarti ada yang lain yang sudah beredar, ini yang harus terus ditelusuri. “Jangan sampai ini menjadi sumber penyakit. Malaysia itu tidak pernah bebas AI, hanya karena wartawannya di sana dibungkam makanya kasus AI di Malaysia tidak pernah dikabarkan. Perlu diketahui, peraturan yang dilanggar oleh pelaku penyelundupan seperti itu bukan hanya Undang-undang Karantina, tapi juga Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 18 Tahun 2009. Dengan pasal tuduhan ikut menyebarkan penyakit berbahaya,” jelas Ketua Bidang Organisasi & Humas, serta Bidang Hukum & Peraturan di AAP Kalbar.

“Lagi-lagi yang kami sayangkan adalah petugas Karantina kita di perbatasan, Karantina di border Entikong sudah saatnya punya nyali untuk membongkar kendaraan yang membawa apa saja yang masuk ke wilayah RI dengan kondisi tertutup rapat. Kalau perlu diusulkan ganti kendaraan pengangkut begitu masuk ke wilayah RI. Soalnya sudah ada bukti

mulai dari daging sapi beku, daging ayam beku, ayam broiler hidup siap potong, telur reject dari swalayan, dan sekarang DOC broiler, selalu dibawa masuk bersama barang-barang lainnya dengan ‘disamarkan’ dan dalam kondisi kendaraan tertutup rapat, sementara petugas kita tidak tahu apa isi di dalamnya.” ungkap Suryaman.

Sebagaimana dimuat majalah ini pada edisi sebelumnya, terhitung sejak Mei 2010 hingga Lebaran Idul Fitri, ayam broiler hidup dan ayam beku dari Negeri Jiran mengalir masuk secara illegal. Setelah Idul Fitri sampai sekarang daging ayam beku ternyata masih keenakan masuk bebas tanpa pemeriksaan meskipun tidak disertai dokumen sama sekali. Pada 09 Februari 2011 giliran penyelundupan bibit ayam ras pedaging alias DOC broiler.

Minggu (13/2) seorang dokter hewan technical service sebuah perusahaan farmasetik yang berdomisili di Singkawang diminta datang oleh peternak untuk melihat ayam-ayam broilernya yang banyak terserang sakit, dengan gejala di sekitar mata bengkak dan hidung ayam berlendir. Selain

umur tiga mingguan mati, setelah ditanya asal-usulnya ternyata juga dari Malaysia,” jelas dokter hewan tersebut.

“Saya tidak tahu Pak, kalau bibit dari Malaysia dilarang,” ucap peternak dengan perasaan takut.

Sepulang dari peternakan, sang dokter hewan melaporkan peristiwa tersebut kepada Ketua Umum AAP Kalbar, S. Sudjono Anggie, yang serta merta dia berkoordinasi dengan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan instansi terkait di Kota Singkawang.

Sementara itu, Suganda Gani, yang mendampingi Ketua Umum AAP Kalbar, mengatakan harus ditindak tegas pelaku yang mendatangkan ayam secara ilegal. “Terhadap ayam yang sudah terlanjur dipelihara oleh peternak kecil seperti itu, saya usulkan orang dinas segera mendatanginya dan menguji penyakitnya apa. Yang jelas, dalam kasus ini ada dua tindakan yang harus kita kerjakan, pertama mencegah agar AI atau �u burung tidak menyebar luas ke peternakan lain di Singkawang. Kedua, ini kasus

prihatin atas kondisi ayam-ayam broiler yang berjumlah 2.500 ekor dan sudah berumur 19 hari itu, sang dokter hewan curiga melihat strain ayam yang agak berbeda dengan yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan (breeding farm) yang berada di Kalbar. “Ini bibitnya dari mana, kok beda?” tanya dokter hewan.

Setelah didesak untuk menceritakan riwayat sakit dan asal-usul ayamnya, peternak mengaku bahwa ayam-ayamnya itu dibeli dari agen di perbatasan yang katanya mendatangkan dari Malaysia. “Sudah dua periode ini bahkan, periode lalu juga mengalami sakit yang sama tapi tidak separah sekarang.” ujar peternak memelas. “Apa kena �u burung, Pak?” tanya peternak.

“Belum tentu, harus diperiksa lagi lebih teliti. Tetapi membeli bibit ayam dari Malaysia itu dilarang, karena Malaysia juga tidak bebas �u burung, dan kalau ada apa-apa dengan ayam, kita tidak bisa tanya atau komplein kepeda pembibitnya. Ini sama dengan yang terjadi di Mempawah seminggu lalu, yang menyebabkan ribuan ayam

penyelundupan yang sudah kronis, komoditi yang diselundupkan akan membawa dan menyebarkan bibit penyakit. Ini sudah termasuk kejahatan terencana untuk menghancurkan perunggasan Kalbar, harus kita hentikan. Di sini perlu kesadaran kepada semua elemen masyarakat, khususnya peternak agar berani menolak bibit ayam selundupan ” ujar Suganda Gani yang dalam AAP Kalbar mengurus Bidang Organisasi & Humas.

Dr. Ray Webb, konsultan FAO, saat berkunjung ke Pontianak (28 Mei 2010) menilai keberhasilan Kalimantan Barat dalam mengatasi �u burung terletak pada ketatnya pengawasan lalu lintas ternak, serta jarak peternakan unggas satu dengan yang lain berjauhan, sehingga menghambat penyebaran virus. Nah, apabila pengawasan lalu lintas ternak itu adalah kekuatan maka disitulah letak kelemahan. Pasang surut munculnya �u burung di Kalbar berkolerasi positif dengan timbul tenggelamnya kasus penyelundupan komoditi unggas ke Kalbar.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Suryaman, Ketua I AAP Kalbar, saat melihat hasil tangkapan, DOC broiler, yang sedang diproses di kantor Karantina sebagai barang bukti.

Bibit ayam ras pedaging (DOC broiler) dari Malaysia yang tertangkap di Siantan karena masuk secara illegal

Page 35: agroborneo edisi 04

33AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

dengan obor yang jilatan apinya disulut-sulutkan pada dinding-dinding kandang. Bahkan vaksinasi terhadap penyakit yang lazim seperti ND juga tidak dilakukan, sampai ayam dipanen.” tutur Apriyadi.

Peternak tersebut malah berkata, “Saya dari dulu melakukan seperti ini, justru kalau disemprot kuman-kumannya bersembunyi masuk ke dalam tanah, dan begitu ayamnya datang maka kuman-kuman yang bersembunyi tadi muncul lalu bangkit menyerang ayam,” begitu kata si peternak yang ditirukan Apriyadi.

“Memang cerita ini agak naïf terdengar,” lanjut Apriyadi, “memelihara broiler modern tanpa diapa-apakan. Tapi ini fakta, maka, petugas Dinas Peternakan mestinya berhati-hati kalau akan mengumumkan suatu kasus penyakit, apalagi jenis penyakit strategis semacam AI. Mungkin benar, satu-dua sampel positif AI, tapi yang lain bisa jadi penyakit lain, ND misalnya, apalagi tatalaksana pemeliharaannya sangat memprihatinkan.” ungkap pria kelahiran Sumatera Barat ini.

dari bawah kandang kerap mengalir dan bercampur. “Mau sehat darimana kalau air yang terkontaminasi kotoran ayam langsung diberikan kepada ayam sebagai air minum?” jelas Apriyadi.

Satu contoh lagi, terkait dengan peternakan ayam broiler di Mempawah yang baru-baru ini ramai dipublikasikan media massa, bahwa ada ribuan ekor ayam mati dan dinyatakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pontianak bahwa ayam-ayam tersebut positif terserang Avian in�uenza (AI). “Saya punya cerita menarik; ayam yang mati itu dari beberapa peternakan skala kecil, kalau ditotal memang jumlah yang mati ribuan.” ucap Apriyadi.

Di Mempawah, lanjutnya, dan pada sebagian wilayah Kalbar, masih banyak peternakan yang berpopulasi 500 ekor sampai 2500 ekor. “Saya tanyakan kepada seorang peternak yang punya ayam 2500 ekor dan lebih separuh ayamnya mati, kegiatan tatalaksana pemeliharaan seperti apa yang dia lakukan selama ini. Ternyata untuk suci hama sebelum ayam-ayam masuk, mereka tidak menyemprot desinfektan yang umum dilakukan, melainkan

Problem pakanPada bulan Desember 2010 – Januari 2011 musim gelombang tinggi, banyak pelayaran yang tertunda atau sengaja dilarang berlayar demi keselamatan kapal dan penumpangnya. Bahkan dalam bulan Februari ini di mulut pelabuhan Pontianak ada kapal yang mengangkut semen dari Jawa bertabrakan dengan kapal lain (10/2), sehingga tenggelam dan menghalang-halangi kapal-kapal lain berlabuh. Akibatnya untuk beberapa saat lamanya bahan bakar untuk Kalbar nyaris habis dan harganya melambung. Pakan ternak yang harganya baru saja dinaikkan oleh pabrik pakan di Jawa, harganya tambah melambung dengan kondisi stok yang mengkhawatirkan, menambah nyut-nyutan kepala peternak.

Menurut Drh. Yulianto Eko Cahyono dari PT. Citra Ina Feedmill, dalam

mendadak mati, dan AI bukan satu-satunya penyebab kematian tinggi di Kalbar. Demikian pendapat Drh. Zainul Zakir dari PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi (SAVETA). “Namun di Jawa,” lanjut Zainul, “penyebab kematian tinggi pada unggas sekarang ini masih didominasi AI dan ND ganas, bahkan kombinasi keduanya. Siapa yang lebih dahulu menginfeksi, apakah ND duluan dan AI sebagai ikutan, atau sebaliknya, ini masih menjadi teka-teki hingga saat ini.” ucap Zainul Zakir saat ditemui Agroborneo di Pontianak.

Bahkan jurus mengatasi AI dengan biosecurity yang ketat dan aplikasi program vaksinasi rasanya tidak cukup, terbukti banyak breeding farm di Jawa yang jebol oleh AI. “Biosecurity kurang ketat seperti apa pada sebuah breeding farm, tapi jebol juga. Kemudian vaksinasi, kalau masih bersikukuh menggunakan vaksin heterolog, sebenarnya resiko gagalnya lebih besar, sebaiknya pakai vaksin homolog, dan mendapatkan vaksin

(bersifat akut, tingkat kematian tinggi, serta tingkat keganasan yang tinggi), makanya sering disebut ND ganas.” tutur pria kelahiran Bali yang sepuluh tahun lebih berdomisili di Kalbar.

Sementara kasus IB yang terjadi belakangan ini mengarah pada IB varian, dengan gejala penguin syndrome dan cystic pada ovarium. “Munculnya IB varian mengindikasikan telah terjadi kebocoran vaksin IB. Kita tahu vaksin IB menggunakan vaksin lived (virus hidup yang dilemahkan). Keteledoran menggunakan vaksin menimbulkan penyakit IB varian baru. Berbeda dengan vaksin killed, kebocorannya tidak berbahaya, lantaran bahan-nya dari bibit penyakit yang telah dimatikan,” ucap Nengah Suardana.

Virus yang gesit bermutasiDi Kalimantan Barat sangat banyak faktor yang menyebabkan ayam

homolog sekarang ini sudah lebih mudah, tidak seperti di saat AI baru datang dulu. Nah, biosecurity ketat, program vaksinasi dijalankan, itupun masih jebol juga terserang AI. Sangat mungkin ini disebabkan oleh virus yang bermutasi lebih dinamis sehingga strain vaksin lama tak mampu mengenali,” ungkap Zainul.

Secara terpisah, Drh. Udjang Kusno dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan, merebaknya kembali kasus AI di mana-mana, termasuk di Kalimantan Barat yang pernah bebas AI, menjadi momentum evaluasi bagaimana strategi ke depan membebaskan kembali Kalbar dari AI. “Misalnya, kalau dulu orientasi-nya di sektor 3 dan 4, peternakan kecil dan back yard, sekarang masuk ke sector 2 dan 1, peternakan skala besar dan breeding farm, toh telah terbukti berkali-kali breeding farm gagal mengatasi AI. Kemudian yang dulu-dulu perhatian terfokus kepada kandang-kandang peternakan, coba sekarang kita perhatikan pasar. Bukankah pada pasar tradional masih menggelar dagangan ayam berupa

kondisi pelayaran normal, lama perjalanan pakan ternak dari Jawa, sejak keluar dari pabrik pakan hingga diberikan kepada ayam di Kalbar paling cepat 25 hari. “Itu paling cepat dalam kondisi normal. Bisa dibayangkan dalam kondisi gelombang tinggi seperti sekarang ini. Sehingga formulasi ransum dan cara membuat pakan ternak untuk peternakan di luar Jawa termasuk Kalimantan harus berbeda dengan untuk peternakan di Jawa.

“Fisik butiran pakan harus lebih keras karena perlakuan naik-turun di pelabuhan dan gudang akan membuat butiran pakan mudah hancur, makanya sebaiknya masuk container, tapi kalau masuk container apabila terlalu lama, suasananya panas, terjadi penguapan yang mengurangi nilai nutrisi. Kemudian apabila pakan tidak diletakkan di dalam container alias curah, bocoran air hujan atau cipratan air laut, membuat pakan menggumpal, berjamur, juga mengurangi nilai nutrisi. Belum kondisi penyimpanan di gudang poultry shop atau peternak. Inilah problem pakan ternak di Kalbar yang dihadapi oleh siapapun produsen pakan ternak yang memasok pakannya ke Kalbar,” ungkap Yulianto seraya menambahkan bahwa tantangan itu melahirkan solusi pemecahan pada masing-masing pabrik pakan dan menjadi nilai jual.

Dampak terhadap kesehatan ayam, lanjut Yulianto, sangat jelas, apabila pakan ayam terkontaminasi jamur lalu diberikan kepada ayam maka akan mengganggu pencernaan, ayam mencret dan tidak sehat, dengan demikian menurunkan daya tahan tubuh. Ayam yang kurang sehat dalam cuaca yang tak bersahabat, berbagai macam penyakit akan mendekat.

Penyakit lain lebih mematikanSecara terpisah Drh. Nengah Suardana dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, senada dengan pernyataan koleganya, bahwa tidak semua ayam yang mendadak mati itu karena AI, apalagi dalam kondisi iklim yang ekstrem sekarang ini. “Ada kematian mendadak dalam jumlah yang cukup banyak pada ayam ras petelur, ternyata kejadiannya setelah ayam divaksin ulang. Setelah ditelusuri, ternyata mereka hanya melihat bahwa saat itu adalah jadwal vaksin ulang (re-vac), tetapi pelaksanaannya tidak memperhatikan kondisi (kesehatan) ayam dan cuaca yang berlangsung, sehingga setelah divaksin malah mati merata.

“Tahun 2010 lalu AI memang merebak lagi, termasuk menjangkit

Kalbar yang pernah dinyatakan bebas AI. Namun, kematian yang ditimbulkan tidak setinggi pada saat awal mula AI berkembang di Indonesia pada akhir 2003 dan awal 2004. Kemunculan AI pada 2010 itu lebih dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan kelembaban meningkat, dan virus pun lebih mudah aktif kembali,” ungkap dokter hewan lulusan Universitas Udayana ini.

“Sebenarnya, total kerugian akibat serangan AI sekarang ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang disebabkan ND maupun IB, atau yang dikenal dengan sebutan Gumboro. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium, milik pemerintah maupun swasta, dari sampel yang telah diperiksa dan diduga (sebelumnya) kuat sebagai AI, ternyata hasilnya mengarah pada ND tipe velogenik

ayam hidup; broiler, a�ir petelur, ayam kampung, a�ir ayam arab, entok, bebek, semua menjadi satu, dan itu merupakan tempat bertemunya sumber penyakit dari berbagai tempat.” pungkas Udjang.

Suara peternak Bagi pengusaha poultry shop seperti Darmawati, menghadapi kondisi iklim yang tak menentu sehingga banyak menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam, pemilik Yakin PS ini mengharap kepada mitra kerjanya – para supliernya untuk meningkatkan kerjasama. “Kepada supplier obat hewan agar dokter-dokter hewan semakin rajin mengunjungi peternak-peternak kecil untuk memberi layanan, berupa tuntunan beternak yang benar. Kemudian untuk suplier bibit ayam dan pakan ternak untuk menjaga stabilitas kualitas produknya. Kita tingkatkanlah kerjasama, semua harus dimulai dari niat baik, dari diri sendiri, kita dulu berbuat baik, semua orang pasti baik

kepada kita.” ujar Darmawati mengungkapkan prinsip hidupnya.

Sementara Parto, peternak broiler di Beduai mengaku tidak banyak menghadapi masalah penyakit di peternakannya, kondisi air yang bagus, jarak antar kandang yang berjauhan, serta tatalaksana pemeliharaan yang tepat, membuat performa ayam-ayam yang dipeliharanya bagus. Hanya yang menjadi kendala budidaya di tempatnya yang berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong, adalah rawannya penyelundupan ayam broiler hidup maupuan daging ayam beku dari Serawak - Malaysia.

“Kalau ramai penyelundupan seperti sekarang ini, ayam yang sudah saatnya panen sangat lambat terserap pasar. Dulu-dulu ayam 2000 ekor habis 4 hari, tapi sekarang ayam 2000 ekor baru habis 2 minggu. Hampir setahun ini pedagang ayam di Entikong dan Balekarangan sudah tidak mengambil ayam dari sini. Agar usaha ini tetap berjalan saya mencari pelanggan baru

di Sosok, Bodok, Sanggau, tapi ya agak lambat,” ujar Parto sembari menunjukkan ayam broilernya yang berbobot lebih dari 2 kilogram karena lambat terserap pasar.

Perlu diketahui Entikong adalah pintu perbatasan resmi antara wilayah Kalbar dengan Serawak, sementara Balekarangan adalah kota kecamatan yang berjarak sekitar 20 km dari Entikong. Sementara Parto adalah peternak ayam broiler yang paling dekat dengan pintu perbatasan, berjarak 30 km dari pintu perbatasan Entikong. “Ya, itulah Pak, kami ini beternak untuk mencukpi kebutuhan warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan, tapi ketika hasil peternakan negara tetangga masuk secara illegal, kami dibiarkan menghadapinya sendirian. Karantina, Dinas Peternakan tidak ada perhatiannya, Pemerintah tidak memberi perlindungan terhadap nasib anak bangsa sendiri.” ucap Parto yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan di Pontianak ini.

(Polresta) sebanyak 5 orang. Setiba di lokasi, dilihatnya ada enam tumpuk box terbuat dari kayu berisi anak ayam. “Ini pasti dari Malaysia, karena anak ayam yang diproduksi di Indonesia tidak pernah menggunakan kotak yang terbuat dari kayu seperti ini,” bisik Suryaman kepada rekannya dari kepolisian.

Setelah ditanyakan langsung kepada Aleng, ia mengakui bahwa DOC broiler itu memang benar berasal dari Malaysia, namun ia bersikeras mengatakan bahwa itu bukan miliknya, “Saya hanya dititipi oleh Pak Sood’ ucap Aleng. Sesaat kemudian datang Sood yang

Rabu, 09 Februari 2011 kantor sekretariat Asosiasi Agribisnis Perunggasan Kalimantan Barat (AAP Kalbar) menerima short massages service (SMS), bahwa ada bibit ayam pedaging (day old chick/DOC broiler) dari Malaysia masuk ke Pontianak, diangkut oleh mobil barang milik perusahaan jasa pengiriman yang beralamatkan di Pontianak. Penerima bibit ayam illegal adalah Aleng pemilik poultry shop di Siantan, dengan jumlah kiriman yang datang pada hari itu sebanyak 1.200 ekor.

Menanggapi laporan tersebut, Suryaman, Ketua AAP Kalbar, menuju kios peternakan milik Aleng disertai pengawalan aparat kepolisian

mengatakan bahwa benar dirinya pemilik anak ayam pedaging sebanyak 6 kotak itu. Ia sengaja ‘titip beli’ kepada Aleng, untuk kemudian langsung dibawa ke kandang. Bersamaan dengan itu datang petugas dari Karantina dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan sejumlah wartawan yang dikabari beberapa saat sebelumnya.

Selanjutnya barang bukti berupa anak ayam yang ditempatkan dalam kotak kayu tersebut dibawa ke kantor Karantina, dan ternyata setelah dihitung ulang berjumlah 564 ekor, berarti dalam satu kotak berisi 94 ekor. “Akan kita segerakan proses hukumnya. Yang pasti ada sanksi tegas bagi orang yang membawa masuk hewan unggas secara illegal dari Malaysia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, pelaku dapat diancam tiga tahun penjara dan denda Rp 150 juta.” ucap Drh. Faisyal Noer, Kasi Wasdak Karantina Pertanian Klas I Pontianak, sebagaimana dikutip sejumlah media Kalbar.

Suryaman berkeyakinan jumlah anak ayam yang datang pada hari itu

sebanyak 1.200 ekor, kalaupun yang berhasil ditangkap dan dijadikan barang bukti hanya 564 ekor berarti ada yang lain yang sudah beredar, ini yang harus terus ditelusuri. “Jangan sampai ini menjadi sumber penyakit. Malaysia itu tidak pernah bebas AI, hanya karena wartawannya di sana dibungkam makanya kasus AI di Malaysia tidak pernah dikabarkan. Perlu diketahui, peraturan yang dilanggar oleh pelaku penyelundupan seperti itu bukan hanya Undang-undang Karantina, tapi juga Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 18 Tahun 2009. Dengan pasal tuduhan ikut menyebarkan penyakit berbahaya,” jelas Ketua Bidang Organisasi & Humas, serta Bidang Hukum & Peraturan di AAP Kalbar.

“Lagi-lagi yang kami sayangkan adalah petugas Karantina kita di perbatasan, Karantina di border Entikong sudah saatnya punya nyali untuk membongkar kendaraan yang membawa apa saja yang masuk ke wilayah RI dengan kondisi tertutup rapat. Kalau perlu diusulkan ganti kendaraan pengangkut begitu masuk ke wilayah RI. Soalnya sudah ada bukti

mulai dari daging sapi beku, daging ayam beku, ayam broiler hidup siap potong, telur reject dari swalayan, dan sekarang DOC broiler, selalu dibawa masuk bersama barang-barang lainnya dengan ‘disamarkan’ dan dalam kondisi kendaraan tertutup rapat, sementara petugas kita tidak tahu apa isi di dalamnya.” ungkap Suryaman.

Sebagaimana dimuat majalah ini pada edisi sebelumnya, terhitung sejak Mei 2010 hingga Lebaran Idul Fitri, ayam broiler hidup dan ayam beku dari Negeri Jiran mengalir masuk secara illegal. Setelah Idul Fitri sampai sekarang daging ayam beku ternyata masih keenakan masuk bebas tanpa pemeriksaan meskipun tidak disertai dokumen sama sekali. Pada 09 Februari 2011 giliran penyelundupan bibit ayam ras pedaging alias DOC broiler.

Minggu (13/2) seorang dokter hewan technical service sebuah perusahaan farmasetik yang berdomisili di Singkawang diminta datang oleh peternak untuk melihat ayam-ayam broilernya yang banyak terserang sakit, dengan gejala di sekitar mata bengkak dan hidung ayam berlendir. Selain

umur tiga mingguan mati, setelah ditanya asal-usulnya ternyata juga dari Malaysia,” jelas dokter hewan tersebut.

“Saya tidak tahu Pak, kalau bibit dari Malaysia dilarang,” ucap peternak dengan perasaan takut.

Sepulang dari peternakan, sang dokter hewan melaporkan peristiwa tersebut kepada Ketua Umum AAP Kalbar, S. Sudjono Anggie, yang serta merta dia berkoordinasi dengan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan instansi terkait di Kota Singkawang.

Sementara itu, Suganda Gani, yang mendampingi Ketua Umum AAP Kalbar, mengatakan harus ditindak tegas pelaku yang mendatangkan ayam secara ilegal. “Terhadap ayam yang sudah terlanjur dipelihara oleh peternak kecil seperti itu, saya usulkan orang dinas segera mendatanginya dan menguji penyakitnya apa. Yang jelas, dalam kasus ini ada dua tindakan yang harus kita kerjakan, pertama mencegah agar AI atau �u burung tidak menyebar luas ke peternakan lain di Singkawang. Kedua, ini kasus

prihatin atas kondisi ayam-ayam broiler yang berjumlah 2.500 ekor dan sudah berumur 19 hari itu, sang dokter hewan curiga melihat strain ayam yang agak berbeda dengan yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan (breeding farm) yang berada di Kalbar. “Ini bibitnya dari mana, kok beda?” tanya dokter hewan.

Setelah didesak untuk menceritakan riwayat sakit dan asal-usul ayamnya, peternak mengaku bahwa ayam-ayamnya itu dibeli dari agen di perbatasan yang katanya mendatangkan dari Malaysia. “Sudah dua periode ini bahkan, periode lalu juga mengalami sakit yang sama tapi tidak separah sekarang.” ujar peternak memelas. “Apa kena �u burung, Pak?” tanya peternak.

“Belum tentu, harus diperiksa lagi lebih teliti. Tetapi membeli bibit ayam dari Malaysia itu dilarang, karena Malaysia juga tidak bebas �u burung, dan kalau ada apa-apa dengan ayam, kita tidak bisa tanya atau komplein kepeda pembibitnya. Ini sama dengan yang terjadi di Mempawah seminggu lalu, yang menyebabkan ribuan ayam

penyelundupan yang sudah kronis, komoditi yang diselundupkan akan membawa dan menyebarkan bibit penyakit. Ini sudah termasuk kejahatan terencana untuk menghancurkan perunggasan Kalbar, harus kita hentikan. Di sini perlu kesadaran kepada semua elemen masyarakat, khususnya peternak agar berani menolak bibit ayam selundupan ” ujar Suganda Gani yang dalam AAP Kalbar mengurus Bidang Organisasi & Humas.

Dr. Ray Webb, konsultan FAO, saat berkunjung ke Pontianak (28 Mei 2010) menilai keberhasilan Kalimantan Barat dalam mengatasi �u burung terletak pada ketatnya pengawasan lalu lintas ternak, serta jarak peternakan unggas satu dengan yang lain berjauhan, sehingga menghambat penyebaran virus. Nah, apabila pengawasan lalu lintas ternak itu adalah kekuatan maka disitulah letak kelemahan. Pasang surut munculnya �u burung di Kalbar berkolerasi positif dengan timbul tenggelamnya kasus penyelundupan komoditi unggas ke Kalbar.

segera untuk melakukan perbaikan (tatalaksana pemeliharaan) sesuai kebutuhan ayam,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Syah Kuala Aceh.

“Sekarang tidak boleh ada lagi peternak berkata; ‘dulu begini-begini saja sudah berhasil kok’, karena secara genetik ayam terus-menerus diperbaiki. Sebagai produk teknologi modern ayam mengalami perbaikan genetik, terus ditingkatkan keunggulannya, namun harus ditebus dengan prasyarat berupa tatalaksanan pemeliharaan yang super ketat. Faktor iklim juga mengalami perubahan akibat pemanasan global. Nah, kedua hal ini tidak bisa disikapi dengan acuh tak acuh atau bersikukuh pada pemahaman cara beternak gaya lama.” kata bapak tiga orang anak ini.

Contoh konkritnya, lanjut Apriyadi, mengenai kesehatan air. Masih banyak peternakan ayam ras, terutama sentra pedaging di sekitar Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah yang menggunakan air payau sebagai air minum, ditampung di dalam bak-bak galian/parit, yang apabila musim hujan lebat dan acap banjir, kotoran ayam

Untuk menyeimbangkan kondisi badan terhadap lingkungan yang berubah secara mendadak, ayam-ayam memacu alat pernapasannya untuk proses penguapan saat cuaca panas, dan bergerombol sesamanya untuk menghangatkan badan bila terjadi hujan disertai angin kencang yang menghembuskan hawa dingin.

“Beberapa kali saya menyaksikan ayam-ayam broiler yang siap panen mendadak mati setelah malam hari hujan lebat disertai angin kencang. Anak kandang yang semalaman tidur pulas melaporkan kepada bosnya di pagi harinya bahwa ayam-ayam mendadak mati, tanpa tahu apa sebabnya, padahal ayam-ayam itu mati akibat tertumpuk sesamanya karena kedinginan.” tutur Drh. Apriyadi Suwarno dari MJPF Farma Indonesia.

“Artinya,” lanjut pria yang hampir sepuluh tahun bertugas di Kalimantan Barat ini, “menyikapi perubahan cuaca yang tak menentu, pemilik peternakan dan anak kandang ‘tidak boleh tidur’, peternak harus seperti nelayan – rajin dan cermat membaca tanda-tanda alam. Lalu, mengambil tindakan

Musim hujan sepanjang tahun, itulah yang terjadi pada 2010 lalu. Tapi tidak berarti terjadi hujan setiap hari, justru seringnya pada suatu siang terjadi panas terik, tiba-tiba mendung disusul hujan lebat, sebentar terang kembali dan muncul matahari. Biasanya setelah itu terlihat keindahan pelangi, tapi bagi badan yang kurang �t bisa meriang dan penyakit mudah menyerang.

Bagi ayam yang tidak punya kelenjar keringat bisa dibayangkan bagaimana bangsa unggas mengatasi perubahan cuaca ekstrem seperti itu.

Suganda Gani

Oleh peternak, kotak pembawa DOC broiler selundupan dari Malaysia itu, dijadikan dinding kandang isolasi bagi ayam yang terjangkit penyakit.

Page 36: agroborneo edisi 04

Diperkirakan broiler hidup yang masuk dari Serawak yang kemudian didistribusikan melalui pasar Entikong dan Bale Karangan antara 1.500 – 2.000 ekor setiap hari dengan berat hidup rata-rata 2,0 kilogram per ekor. Daging ayam beku yang masuk dan beredar ke wilayah Kalbar sekitar 20 - 25 ton sehari. Sedangkan daging sapi beku yang diimpor dari India oleh Malaysia -- untuk industry pad food -- juga masuk Kalbar dalam kendaraan tertutup yang jumlahnya imbang dengan jumlah daging ayam beku yang masuk.

Perdagangan illegal komoditi peternakan melalui pintu resmi perba-

tasan antara Kalbar dan Serawak di Entikong berlangsung marak sejak Mei 2010 lalu. Komoditi peternakan yang diselundupkan melalui pintu resmi itu adalah ayam broiler hidup, daging ayam beku, daging sapi beku, dan belakangan adalah bibit ayam ras pedaging (DOC Broiler).

B

Aneka Selundupandari Jiran

Memasuki tahun 2011 setelah ayam broiler hidup, daging sapi, dan ayam beku meleng-gang masuk dan pelakunya tidak ditindak tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera, masuk pula anak ayam broiler sebagai bibit niaga. Pada 09 Februari 2011 tertangkap ketika sudah sampai di Pontianak persisnya pada sebuah poultry shop di Siantan.

Pada 13 Februari 2011 terungkap pengakuan peternak ayam ras pedaging di Singkawang yang sudah dua periode ini memelihara ayam broiler dengan bibit dari Malaysia. Pengakuan yang terungkap secara tidak sengaja ini bermula dari kasus serangan penyakit pada ayam-ayamnya, sehingga si peternak memanggil seorang dokter hewan. Dan kepada dokter hewan tersebut ia mengaku bahwa sudah dua periode ini bibit ayam yang dipelihara itu berasal dari Serawak yang dia pesan dari seorang agen di perbatasan. Artinya, sudah dua bulan lebih bibit ayam pedaging dari Malaysia masuk secara illegal ke Kalbar.

Ketua AAP Kalbar menyampaikan hal ini kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi maupun instansi terkait di Kota Singkawang serta Karantina hewan.

Bahwa ada dua kegiatan utama yang menjadi pekerjaan bersama, yakni memusnahkan ayam-ayam dari Malaysia yang sakit maupun yang menunjukkan gejala terjangkit penya-kit – apapun jenis penyakitnya. Persoalan berikutnya yang diurus adalah menangkap pelaku penyelundupan bibit ayam Malaysia, karena peternak kecil yang memelihara ayam dengan populasi 1000 – 2500 ekor dan membeli dari ‘agen di perbatasan’ itu men-gaku tidak tahu kalau bibit ayam dari Malsysia itu terlarang dipelihara di Bumi Pertiwi.

Sama-sama masuk secara illegal , gula berbeda dengan komoditi ayam hidup dan produk peternakan yang berpotensi besar membawa dan menyebarkan penyakit berbahaya bagi kesehatan manusia.

Unggas

34 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Page 37: agroborneo edisi 04

35AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Unggas

Diperkirakan broiler hidup yang masuk dari Serawak yang kemudian didistribusikan melalui pasar Entikong dan Bale Karangan antara 1.500 – 2.000 ekor setiap hari dengan berat hidup rata-rata 2,0 kilogram per ekor. Daging ayam beku yang masuk dan beredar ke wilayah Kalbar sekitar 20 - 25 ton sehari. Sedangkan daging sapi beku yang diimpor dari India oleh Malaysia -- untuk industry pad food -- juga masuk Kalbar dalam kendaraan tertutup yang jumlahnya imbang dengan jumlah daging ayam beku yang masuk.

Perdagangan illegal komoditi peternakan melalui pintu resmi perba-

tasan antara Kalbar dan Serawak di Entikong berlangsung marak sejak Mei 2010 lalu. Komoditi peternakan yang diselundupkan melalui pintu resmi itu adalah ayam broiler hidup, daging ayam beku, daging sapi beku, dan belakangan adalah bibit ayam ras pedaging (DOC Broiler).

Memasuki tahun 2011 setelah ayam broiler hidup, daging sapi, dan ayam beku meleng-gang masuk dan pelakunya tidak ditindak tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera, masuk pula anak ayam broiler sebagai bibit niaga. Pada 09 Februari 2011 tertangkap ketika sudah sampai di Pontianak persisnya pada sebuah poultry shop di Siantan.

Pada 13 Februari 2011 terungkap pengakuan peternak ayam ras pedaging di Singkawang yang sudah dua periode ini memelihara ayam broiler dengan bibit dari Malaysia. Pengakuan yang terungkap secara tidak sengaja ini bermula dari kasus serangan penyakit pada ayam-ayamnya, sehingga si peternak memanggil seorang dokter hewan. Dan kepada dokter hewan tersebut ia mengaku bahwa sudah dua periode ini bibit ayam yang dipelihara itu berasal dari Serawak yang dia pesan dari seorang agen di perbatasan. Artinya, sudah dua bulan lebih bibit ayam pedaging dari Malaysia masuk secara illegal ke Kalbar.

Ketua AAP Kalbar menyampaikan hal ini kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi maupun instansi terkait di Kota Singkawang serta Karantina hewan.

Bahwa ada dua kegiatan utama yang menjadi pekerjaan bersama, yakni memusnahkan ayam-ayam dari Malaysia yang sakit maupun yang menunjukkan gejala terjangkit penya-kit – apapun jenis penyakitnya. Persoalan berikutnya yang diurus adalah menangkap pelaku penyelundupan bibit ayam Malaysia, karena peternak kecil yang memelihara ayam dengan populasi 1000 – 2500 ekor dan membeli dari ‘agen di perbatasan’ itu men-gaku tidak tahu kalau bibit ayam dari Malsysia itu terlarang dipelihara di Bumi Pertiwi.

DOC broiler untuk keperluan peternak Kalbar dapat dicukupi oleh 3 (tiga) perusahaan breeding farm yang ada di Kalbar. Untuk memperkecil media pembawa bibit penyakit melalui komoditi ternak, Pemda Kalbar melalui Keputusan Gubernur No. 259/2005 telah melarang pemasukan DOC broiler dari Jawa.

Di Kalbar tidak ada perusahaan pembibitan yang menghasilkan bibit ayam ras petelur (DOC layer). Sebab itu, untuk keperluan peternak ayam ras petelur, didatangkan bibit-bibit dari breeding farm di Jawa.

Page 38: agroborneo edisi 04
Page 39: agroborneo edisi 04

Menyuluh DenganTeladanLulus Fakultas Peternakan Universitas Udayana tahun 1984, situasi agribisnis perunggasan saat itu sedang mengalami masa paceklik, jagung sebagai bahan baku pakan unggas tidak hanya mahal harganya tapi barangnya tidak ada. Pemerintah turun tangan dengan memberi program bantuan Penanggulangan Dampak Kemarau (PENDEKAR), membeli jagung dari Amerika Serikat, kemudian menggilingkan kepada pabrik pakan di dalam negeri, peternak dibawah Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) membeli pakan unggas dengan harga yang disubsidi. Situasi seperti ini bagi Winarto yang baru lulus sebagai sarjana peternakan, sempat mengubah cita-citanya, semula ingin punya usaha peternakan sendiri atau bekerja di sektor swasta, tapi dengan situasi bisnis seperti itu, ia ingin melamar menjadi pegawai negeri.

37AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Talenta

Page 40: agroborneo edisi 04

38 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Talenta

Kambing Peranakan Etawah (PE) unggul sengaja didatang-kan dari Jawa untuk kawin silang memperbaiki genetik kambing lokal.

Untuk keperluan pengadaan bibit di Singkawang yang masih kurang, peternakan kambing dikhususkan diambil susunya dan hanya dijual untuk keperluan akiqah.

Mulanya ingin menjadi tenaga pengajar di almamaternya, ternyata dilarang oleh pamannya yang sudah berprofesi sebagai dosen, “jangan jadi pegawai negeri, gajinya kecil”. Kemudian ia urungkan niat menjadi dosen, lalu pada 1985 pria kelahiran Madiun 5 Nopember 1959 ini hijrah ke Kalimantan Barat, ikut tes menjadi pegawai negeri dan diterima, ditempatkan di Dinas Peternakan Propinsi di kota Pontianak.

Pada 1987 dipindah ke Kabupaten Sambas yang ibukota kabupatennya waktu itu berkedudukan di kota kecamatan Singkawang. “Sebelum pemekaran wilayah, luas Kabupaten Sambas meliputi Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang, jadi luas sekali.” tutur Winarto kepada Agroborneo (2/2) lalu.

Dipindah ke Kabupaten Sambas menjadi staf penyuluh, ini sesuai dengan program pemerintah yang sinkron dengan faktualnya, bahwa Singkawang tumbuh menjadi sentra peternakan ayam ras petelur di Kalimantan Barat.

Pada 2002 bersamaan dengan berdirinya Kota Singkawang, Winarto diangkat menjadi Kasubdin Peternakan Kota Singkawang. Lalu pada 2008 diangkat menjadi Kepala Kantor Penyuluh Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Singkawang hingga sekarang.

Apakah cita-cita Winarto punya usaha peternakan sendiri redam setelah nyaman menjadi pegawai negeri? Ternyata tidak, justru menjadi tenaga penyuluh yang lebih banyak di lapangan, memberinya kesempatan membaca peluang pasar, selain itu para petani atau peternak lebih mudah disuluh dengan cara memberi contoh atau teladan. “Mengubah pola pikir petani dari sekedar pembudidaya menjadi berpola pikir agrobisnis, akan lebih mudah apabila langsung diberi contoh berbisnis.” tegas ayah dari lima orang anak ini.

Maka sejak tinggal di Singkawang, 1987, Winarto memelihara itik dan kambing, dua tahun dijalaninya sampai pada 1989 energinya dicurahkan untuk berdagang sapi, beli dari Sintang dan Sanggau Ledo, lalu dijual ke Singkawang dan Pontianak. Pada 1998 pindah tinggal di Sambas, saat itu buka tambak udang di Pemangkat, berjalan lancar hingga 2001, berhenti lantaran wabah penyakit white spot pada udang, tidak sampai bangkrut tapi balik modal.

Bersamaan dengan terbentuk kota Singkawang, 2002, pindah kembali ke Singkawang, diangkat menjadi Kasubdin Peternakan Kota Singkawang, kembali menjalankan bisnis dagang sapi antar pulau, dari Jawa membawa sapi-sapi silangan/keturunan Simental dan Limousin, untuk dikembangkan di Singkawang. Saat kembali ke Singkawang itu, pada 2002 s/d 2004, Winarto juga beternak ayam broiler dengan perputaran panen 1.500 ekor/minggu. Namun pada 2004 harga ayam broiler hancur lantaran konsumen takut penyakit Avian in�uenza (AI).

Tutup beternak broiler, kandang yang masih bagus disulap menjadi tempat memelihara burung puyuh, mulai dari 5.000 ekor dan terus berkembang hingga pernah mencapai populasi tertinggi 15.000 ekor. “Sekarang ini populasinya 10.000 ekor, kendala untuk menambah populasi adalah terbatasnya bibit yang dibelinya dari Jawa. Di Kalbar sendiri

beranak pinak menjadi 62 ekor.” ungkap Winarto bangga.

Tenaga kerja yang mengurus peternakan puyuh ada dua orang, sementara untuk merawat kambing cukup satu orang. “Dengan diberi pakan hijauan dan kulit kedele yang dibeli dari home industry tahu dan tempe di Singkawang, kambing sebanyak itu cukup ditangani satu orang.” jelas Winarto.

Di akhir wawancara, Winarto menegaskan bahwa di atas tanah seluas satu hektar yang berlokasi di belakang tempat rekreasi Taman Bougenvile ini, ia mengaku semakin mantap dengan pilihannya untuk terus mengembangkan peternakan puyuh dan kambing, belum terpikir lagi untuk berganti beternak komoditi yang lain.

belum ada pembibitan puyuh yang baik, kalau mau membuat bibit sendiri akan terjadi inbreeding dan hasilnya juga tidak baik,” papar Winarto.

Pada 2008 Winarto menambah koleksi ternaknya dengan memelihara kambing Peranakan Etawah (PE), yang hingga saat ini berkembang sebanyak 62 ekor. “Saya selalu melakukan usaha berpasangan, dulu awalnya pelihara itik dan kambing, waktu pelihara ayam broiler saya juga pelihara sapi dengan sistem bagi hasil atau gaduh dengan petani, kemudian sekarang, pelihara puyuh dengan kambing, maksud dari kombinasi usaha ini untuk kesinambungan pendapatan, ada yang pendapatan harian atau mingguan, dan ada pula pendapatan per semester atau setahun sekali. Hanya usaha tambak udang yang tidak bisa dikombinasi.” jelas Winarto.

“Lalu, kalau ditanya komoditi apa yang paling cocok dikembangkan di Kalbar sekarang ini, menurut pengalaman saya, ya puyuh sama kambing.” ucap Winarto seraya menjelaskan alasannya.

Permintaan telur puyuh sampai sekarang tetap tinggi, pada peternakannya sendiri saja, permintaan per hari bisa mencapai 9 kotak, tapi yang terlayani baru 6 kotak. Isi per kotak = 750 butir. Telur sebanyak 4.500 butir sehari ini dihasilkan oleh 5.000 burung puyuh yang dalam masa produksi, sedangkan 5.000 ekor yang lain masih pullet/dara. “Termasuk penyusutan kandang, bibit, pakan, dan biaya oprasional yang dikeluarkan setiap hari sekitar Rp 900.000, sedangkan perolehan dari penjualan telur sehari mencapai Rp 1.200.000.” aku Winarto.

Sementara untuk kambing PE, dijual hanya untuk keperluan aqiqah dan jual bibit, agar tidak cepat habis, alasannya untuk meningkatkan populasi kambing di Kalbar yang masih rendah ini “Bibitnya saya beli dari Malang, sepasang, kemudian saya tambahi betina lokal empat ekor. Jadi awalnya ya lima ekor ini saja, sekarang

Page 41: agroborneo edisi 04

39AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Talenta

Mulanya ingin menjadi tenaga pengajar di almamaternya, ternyata dilarang oleh pamannya yang sudah berprofesi sebagai dosen, “jangan jadi pegawai negeri, gajinya kecil”. Kemudian ia urungkan niat menjadi dosen, lalu pada 1985 pria kelahiran Madiun 5 Nopember 1959 ini hijrah ke Kalimantan Barat, ikut tes menjadi pegawai negeri dan diterima, ditempatkan di Dinas Peternakan Propinsi di kota Pontianak.

Pada 1987 dipindah ke Kabupaten Sambas yang ibukota kabupatennya waktu itu berkedudukan di kota kecamatan Singkawang. “Sebelum pemekaran wilayah, luas Kabupaten Sambas meliputi Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang, jadi luas sekali.” tutur Winarto kepada Agroborneo (2/2) lalu.

Dipindah ke Kabupaten Sambas menjadi staf penyuluh, ini sesuai dengan program pemerintah yang sinkron dengan faktualnya, bahwa Singkawang tumbuh menjadi sentra peternakan ayam ras petelur di Kalimantan Barat.

Pada 2002 bersamaan dengan berdirinya Kota Singkawang, Winarto diangkat menjadi Kasubdin Peternakan Kota Singkawang. Lalu pada 2008 diangkat menjadi Kepala Kantor Penyuluh Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Singkawang hingga sekarang.

Apakah cita-cita Winarto punya usaha peternakan sendiri redam setelah nyaman menjadi pegawai negeri? Ternyata tidak, justru menjadi tenaga penyuluh yang lebih banyak di lapangan, memberinya kesempatan membaca peluang pasar, selain itu para petani atau peternak lebih mudah disuluh dengan cara memberi contoh atau teladan. “Mengubah pola pikir petani dari sekedar pembudidaya menjadi berpola pikir agrobisnis, akan lebih mudah apabila langsung diberi contoh berbisnis.” tegas ayah dari lima orang anak ini.

Maka sejak tinggal di Singkawang, 1987, Winarto memelihara itik dan kambing, dua tahun dijalaninya sampai pada 1989 energinya dicurahkan untuk berdagang sapi, beli dari Sintang dan Sanggau Ledo, lalu dijual ke Singkawang dan Pontianak. Pada 1998 pindah tinggal di Sambas, saat itu buka tambak udang di Pemangkat, berjalan lancar hingga 2001, berhenti lantaran wabah penyakit white spot pada udang, tidak sampai bangkrut tapi balik modal.

Bersamaan dengan terbentuk kota Singkawang, 2002, pindah kembali ke Singkawang, diangkat menjadi Kasubdin Peternakan Kota Singkawang, kembali menjalankan bisnis dagang sapi antar pulau, dari Jawa membawa sapi-sapi silangan/keturunan Simental dan Limousin, untuk dikembangkan di Singkawang. Saat kembali ke Singkawang itu, pada 2002 s/d 2004, Winarto juga beternak ayam broiler dengan perputaran panen 1.500 ekor/minggu. Namun pada 2004 harga ayam broiler hancur lantaran konsumen takut penyakit Avian in�uenza (AI).

Tutup beternak broiler, kandang yang masih bagus disulap menjadi tempat memelihara burung puyuh, mulai dari 5.000 ekor dan terus berkembang hingga pernah mencapai populasi tertinggi 15.000 ekor. “Sekarang ini populasinya 10.000 ekor, kendala untuk menambah populasi adalah terbatasnya bibit yang dibelinya dari Jawa. Di Kalbar sendiri

beranak pinak menjadi 62 ekor.” ungkap Winarto bangga.

Tenaga kerja yang mengurus peternakan puyuh ada dua orang, sementara untuk merawat kambing cukup satu orang. “Dengan diberi pakan hijauan dan kulit kedele yang dibeli dari home industry tahu dan tempe di Singkawang, kambing sebanyak itu cukup ditangani satu orang.” jelas Winarto.

Di akhir wawancara, Winarto menegaskan bahwa di atas tanah seluas satu hektar yang berlokasi di belakang tempat rekreasi Taman Bougenvile ini, ia mengaku semakin mantap dengan pilihannya untuk terus mengembangkan peternakan puyuh dan kambing, belum terpikir lagi untuk berganti beternak komoditi yang lain.

belum ada pembibitan puyuh yang baik, kalau mau membuat bibit sendiri akan terjadi inbreeding dan hasilnya juga tidak baik,” papar Winarto.

Pada 2008 Winarto menambah koleksi ternaknya dengan memelihara kambing Peranakan Etawah (PE), yang hingga saat ini berkembang sebanyak 62 ekor. “Saya selalu melakukan usaha berpasangan, dulu awalnya pelihara itik dan kambing, waktu pelihara ayam broiler saya juga pelihara sapi dengan sistem bagi hasil atau gaduh dengan petani, kemudian sekarang, pelihara puyuh dengan kambing, maksud dari kombinasi usaha ini untuk kesinambungan pendapatan, ada yang pendapatan harian atau mingguan, dan ada pula pendapatan per semester atau setahun sekali. Hanya usaha tambak udang yang tidak bisa dikombinasi.” jelas Winarto.

“Lalu, kalau ditanya komoditi apa yang paling cocok dikembangkan di Kalbar sekarang ini, menurut pengalaman saya, ya puyuh sama kambing.” ucap Winarto seraya menjelaskan alasannya.

Permintaan telur puyuh sampai sekarang tetap tinggi, pada peternakannya sendiri saja, permintaan per hari bisa mencapai 9 kotak, tapi yang terlayani baru 6 kotak. Isi per kotak = 750 butir. Telur sebanyak 4.500 butir sehari ini dihasilkan oleh 5.000 burung puyuh yang dalam masa produksi, sedangkan 5.000 ekor yang lain masih pullet/dara. “Termasuk penyusutan kandang, bibit, pakan, dan biaya oprasional yang dikeluarkan setiap hari sekitar Rp 900.000, sedangkan perolehan dari penjualan telur sehari mencapai Rp 1.200.000.” aku Winarto.

Sementara untuk kambing PE, dijual hanya untuk keperluan aqiqah dan jual bibit, agar tidak cepat habis, alasannya untuk meningkatkan populasi kambing di Kalbar yang masih rendah ini “Bibitnya saya beli dari Malang, sepasang, kemudian saya tambahi betina lokal empat ekor. Jadi awalnya ya lima ekor ini saja, sekarang

Sepulang kantor selalu mampir ke kandang untuk

mengambil telur puyuh yang sudah siap sedia di keranjang.

Puyuh yang kanibal menjelang bertelur diberi

makanan tambahan berupa sayur kangkung.

Page 42: agroborneo edisi 04

Cakrawala

40 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

MJPF MELAJU“Terus maju berpacu dengan waktu

dengan dukungan mutu”

memasuki tahun 2011 ini perusahaan dalam taraf tumbuh (growing). Dalam tahap bertahan banyak sekali dilakukan pembenahan sistem, agar dapat menciptakan sistem yang benar-benar mapan. Sedang pada tahap tumbuh ini lebih pada pembenahan personil agar mampu mendukung jalannya perusahaan dengan optimal, salah satunya dengan diadakannya out bound training seperti ini,” tutur Budi Setiawan salah satu pimpinan MJPF Farma Indonesia di sela-sela acara pertemuan tahunan di Megamendung – Cisarua, Bogor tanggal 14-16 Januari 2011.

Menurut Edy Rubiyanto, yang bergabung dengan MJPF sejak 2004, produk MJPF dapat diterima pasar dengan baik lantaran kualitasnya yang tidak kalah bersaing dengan produk farmasetik dari perusahaan

ahun 2002 – 2003 mengurus akte pendirian dan rekrutmen karyawan administrasi, kemudian pada 2004 –

2005 rekrutmen marketing sekaligus meluncurkan produk farmasetik serta vitamin untuk unggas. Jadi, umur MJPF Farma Indonesia baru enam tahun. Seumpama anak-anak, baru masuk sekolah dasar. Sungguhpun begitu, melihat kinerja pemasaran enam tahun pertama, pihak managemen optimis bahwa pertumbuhan MJPF semakin laju. Tidak berlebihan bila tim MJPF membuat target dalam enam tahun ke depan mampu meraih 10-15 % dari kue perdagangan obat hewan secara nasional. Dengan wilayah pemasaran mencakup seluruh Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

“Perusahaan telah melewati fase bertahan (survival) di tahun 2004 – 2010, kemudian

T

Peternakan unggas di Jawa Tengah adalah tipe peternakan rakyat, boleh dikatakan sangat sedikit perusahaan peternakan skala besar yang dimiliki seseorang. Dalam memilih sarana produk peternakan – khususnya produk farmasetik – pertimbangan utama adalah faktor ekonomis. Dan yang dimaksud dengan ‘ekonomis’ adalah ‘murah’. Ini menjadi tantangan bagi Budi Kusuma ketika merintis pemasaran produk MJPF di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sejak 2003. Namun dengan ketekunan, kerja keras serta dukungan kualitas produk yang bisa diandalkan, MJPF mendapatkan posisi baik di masyarakat perunggasan Jawa Tengah dan DIY.

“Pendidikan adalah mengubah mindset -- mengubah pola pikir. Begitu pula kita selaku out put pendidikan, dokter hewan dan sarjana peternakan, mempunyai tugas mengubah pola pikir -- dari cara pandang yang kurang tepat menjadi pola pikir yang lebih baik. Contohnya, ya mengenai produk yang ‘murah’ tadi, kita bisa menyadarkan pada mereka bahwa produk ‘murah’ belum tentu ‘ekonomis’, karena ternyata tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran,” ujar sarjana peternakan yang mengepalai tim MJPF untuk wilayah pemasaran Jawa Tengah dan DIY ini.

yang telah berumur. Sarjana peternakan yang tinggal di Banjarbaru – Kalimantan Selatan ini mengaku market share produk MJPF di Kalsel, Kalteng, dan Kaltim cukup bagus. ”Kami memasarkan vitamin, antibiotic, premix dan feed additive. Respon dari pelaku agribisnis perunggasan, khususnya peternak unggas, cukup bagus. Bahkan dalam satu tahun terakhir ini, kami melangkah ke Sulawesi, dan tanggapannya menggembirakan.” tutur Edy Rubiyanto.

Drh. Apriyadi Suwarno yang bergabung dengan MJPF sejak 2002, dan sejak awal mendapat tugas menggarap pasar Kalimantan Barat, menuturkan, karakter peternak ayam ras di Kalbar sangat mendukung kinerjanya, bahwa produk premix, feed additive, vitamin dan antibiotic dari MJPF telah mendapat tempat di hati peternak unggas Kalbar. “Peternakan ayam ras petelur yang terpusat di Singkawang dan peternakan ayam ras pedaging yang terpusat di Pontianak, apabila sudah percaya pada kualitas produk dan merasa ‘sangat terbantu’ oleh kehadiran seorang dokter hewan, maka mereka akan menunjukkan loyalitasnya, salah satunya dengan tidak mempersoalkan harga.” ungkap pria lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala Banda Aceh ini.

Orang yang bisa melakukan pencera-han adalah orang yang tercerahkan.

Orang yang bisa memberi motivasi adalah orang yang termotivasi. Tim

marketing MJPF siap melakukan perubahan sekarang juga.

Budi Setiawan

Dari Jawa Timur Drh. Mukhsin, mengaku sudah merasa puas dengan pasar yang dicapai tahun sebelumnya. Namun, setelah mengikuti pertemuan tahunan yang dikemas dalam outbound training ini ia merasa lebih terpacu untuk semakin kreatif ‘membaca’ pasar yang sebenarnya masih terbuka lebar untuk digarap – seluas laut biru. Dan dokter hewan lulusan Universitas Udayana Denpasar ini sangat apresiatif dengan motivasi yang diberikan pimpinan perusahaan, termasuk perintah ‘membaca’ (situasi) yang dalam Islam populer dengan istilah ‘iqra’.

Jawa Barat dan Banten adalah sentra peternakan unggas di Indonesia. Untuk pemasaran sarana produksi peternakan, boleh dibilang kedua wilayah ini disebut ‘daerah pertempuran’. Untuk itu MJPF membagi dua tim pemasaran, Jakarta I dan Jakarta II. Secara terpisah, Aris Dwiantoro yang memimpin tim Jakarta I dan Wayus Syahidin yang memimpin tim Jakarta II menuturkan bahwa setiap tahun penjualan produk

MJPF di wilayah subur ini terjadi peningkatan, bahkan peternak skala besar juga sudah memakai produk-produk farmasetik dan vitamin MJPF. “Ini suatu parameter baik, karena kalau peternak besar sudah pakai, akan menular kepada peternak lain yang bermitra dengannya,” ungkap Aris optimis.

Memang secara keseluruhan perkembangan MJPF menggembirakan, namun perlu ada sentuhan khusus yang mendorong percepatan dalam menggarap pasar.

“Memasarkan produk kepada peternak sebenaranya tidak sekedar jualan, tapi ada pekerjaan mulia yakni mengubah cara pandang pelaku peternakan, mulai dari tingkat pemilik peternakan, manager sampai anak kandangnya. Masih banyak cara pandang atau pola pikir (beternak) yang harus diperbaiki, Menjadi tugas kita yang merupakan bagian dari masyarakat perunggasan untuk melakukan perubahan itu. Sesusi dengan tema pertemuan kita saat ini; It’s Time to be Change.” ucap Budi Setiawan.

Page 43: agroborneo edisi 04

memasuki tahun 2011 ini perusahaan dalam taraf tumbuh (growing). Dalam tahap bertahan banyak sekali dilakukan pembenahan sistem, agar dapat menciptakan sistem yang benar-benar mapan. Sedang pada tahap tumbuh ini lebih pada pembenahan personil agar mampu mendukung jalannya perusahaan dengan optimal, salah satunya dengan diadakannya out bound training seperti ini,” tutur Budi Setiawan salah satu pimpinan MJPF Farma Indonesia di sela-sela acara pertemuan tahunan di Megamendung – Cisarua, Bogor tanggal 14-16 Januari 2011.

Menurut Edy Rubiyanto, yang bergabung dengan MJPF sejak 2004, produk MJPF dapat diterima pasar dengan baik lantaran kualitasnya yang tidak kalah bersaing dengan produk farmasetik dari perusahaan

ahun 2002 – 2003 mengurus akte pendirian dan rekrutmen karyawan administrasi, kemudian pada 2004 –

2005 rekrutmen marketing sekaligus meluncurkan produk farmasetik serta vitamin untuk unggas. Jadi, umur MJPF Farma Indonesia baru enam tahun. Seumpama anak-anak, baru masuk sekolah dasar. Sungguhpun begitu, melihat kinerja pemasaran enam tahun pertama, pihak managemen optimis bahwa pertumbuhan MJPF semakin laju. Tidak berlebihan bila tim MJPF membuat target dalam enam tahun ke depan mampu meraih 10-15 % dari kue perdagangan obat hewan secara nasional. Dengan wilayah pemasaran mencakup seluruh Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

“Perusahaan telah melewati fase bertahan (survival) di tahun 2004 – 2010, kemudian

Peternakan unggas di Jawa Tengah adalah tipe peternakan rakyat, boleh dikatakan sangat sedikit perusahaan peternakan skala besar yang dimiliki seseorang. Dalam memilih sarana produk peternakan – khususnya produk farmasetik – pertimbangan utama adalah faktor ekonomis. Dan yang dimaksud dengan ‘ekonomis’ adalah ‘murah’. Ini menjadi tantangan bagi Budi Kusuma ketika merintis pemasaran produk MJPF di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sejak 2003. Namun dengan ketekunan, kerja keras serta dukungan kualitas produk yang bisa diandalkan, MJPF mendapatkan posisi baik di masyarakat perunggasan Jawa Tengah dan DIY.

“Pendidikan adalah mengubah mindset -- mengubah pola pikir. Begitu pula kita selaku out put pendidikan, dokter hewan dan sarjana peternakan, mempunyai tugas mengubah pola pikir -- dari cara pandang yang kurang tepat menjadi pola pikir yang lebih baik. Contohnya, ya mengenai produk yang ‘murah’ tadi, kita bisa menyadarkan pada mereka bahwa produk ‘murah’ belum tentu ‘ekonomis’, karena ternyata tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran,” ujar sarjana peternakan yang mengepalai tim MJPF untuk wilayah pemasaran Jawa Tengah dan DIY ini.

yang telah berumur. Sarjana peternakan yang tinggal di Banjarbaru – Kalimantan Selatan ini mengaku market share produk MJPF di Kalsel, Kalteng, dan Kaltim cukup bagus. ”Kami memasarkan vitamin, antibiotic, premix dan feed additive. Respon dari pelaku agribisnis perunggasan, khususnya peternak unggas, cukup bagus. Bahkan dalam satu tahun terakhir ini, kami melangkah ke Sulawesi, dan tanggapannya menggembirakan.” tutur Edy Rubiyanto.

Drh. Apriyadi Suwarno yang bergabung dengan MJPF sejak 2002, dan sejak awal mendapat tugas menggarap pasar Kalimantan Barat, menuturkan, karakter peternak ayam ras di Kalbar sangat mendukung kinerjanya, bahwa produk premix, feed additive, vitamin dan antibiotic dari MJPF telah mendapat tempat di hati peternak unggas Kalbar. “Peternakan ayam ras petelur yang terpusat di Singkawang dan peternakan ayam ras pedaging yang terpusat di Pontianak, apabila sudah percaya pada kualitas produk dan merasa ‘sangat terbantu’ oleh kehadiran seorang dokter hewan, maka mereka akan menunjukkan loyalitasnya, salah satunya dengan tidak mempersoalkan harga.” ungkap pria lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala Banda Aceh ini.

Edy RubiyantoApriyadi Suwarno

Budi Kusuma

Dari Jawa Timur Drh. Mukhsin, mengaku sudah merasa puas dengan pasar yang dicapai tahun sebelumnya. Namun, setelah mengikuti pertemuan tahunan yang dikemas dalam outbound training ini ia merasa lebih terpacu untuk semakin kreatif ‘membaca’ pasar yang sebenarnya masih terbuka lebar untuk digarap – seluas laut biru. Dan dokter hewan lulusan Universitas Udayana Denpasar ini sangat apresiatif dengan motivasi yang diberikan pimpinan perusahaan, termasuk perintah ‘membaca’ (situasi) yang dalam Islam populer dengan istilah ‘iqra’.

Jawa Barat dan Banten adalah sentra peternakan unggas di Indonesia. Untuk pemasaran sarana produksi peternakan, boleh dibilang kedua wilayah ini disebut ‘daerah pertempuran’. Untuk itu MJPF membagi dua tim pemasaran, Jakarta I dan Jakarta II. Secara terpisah, Aris Dwiantoro yang memimpin tim Jakarta I dan Wayus Syahidin yang memimpin tim Jakarta II menuturkan bahwa setiap tahun penjualan produk

MJPF di wilayah subur ini terjadi peningkatan, bahkan peternak skala besar juga sudah memakai produk-produk farmasetik dan vitamin MJPF. “Ini suatu parameter baik, karena kalau peternak besar sudah pakai, akan menular kepada peternak lain yang bermitra dengannya,” ungkap Aris optimis.

Memang secara keseluruhan perkembangan MJPF menggembirakan, namun perlu ada sentuhan khusus yang mendorong percepatan dalam menggarap pasar.

“Memasarkan produk kepada peternak sebenaranya tidak sekedar jualan, tapi ada pekerjaan mulia yakni mengubah cara pandang pelaku peternakan, mulai dari tingkat pemilik peternakan, manager sampai anak kandangnya. Masih banyak cara pandang atau pola pikir (beternak) yang harus diperbaiki, Menjadi tugas kita yang merupakan bagian dari masyarakat perunggasan untuk melakukan perubahan itu. Sesusi dengan tema pertemuan kita saat ini; It’s Time to be Change.” ucap Budi Setiawan.

41AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Cakrawala

Page 44: agroborneo edisi 04

memasuki tahun 2011 ini perusahaan dalam taraf tumbuh (growing). Dalam tahap bertahan banyak sekali dilakukan pembenahan sistem, agar dapat menciptakan sistem yang benar-benar mapan. Sedang pada tahap tumbuh ini lebih pada pembenahan personil agar mampu mendukung jalannya perusahaan dengan optimal, salah satunya dengan diadakannya out bound training seperti ini,” tutur Budi Setiawan salah satu pimpinan MJPF Farma Indonesia di sela-sela acara pertemuan tahunan di Megamendung – Cisarua, Bogor tanggal 14-16 Januari 2011.

Menurut Edy Rubiyanto, yang bergabung dengan MJPF sejak 2004, produk MJPF dapat diterima pasar dengan baik lantaran kualitasnya yang tidak kalah bersaing dengan produk farmasetik dari perusahaan

ahun 2002 – 2003 mengurus akte pendirian dan rekrutmen karyawan administrasi, kemudian pada 2004 –

2005 rekrutmen marketing sekaligus meluncurkan produk farmasetik serta vitamin untuk unggas. Jadi, umur MJPF Farma Indonesia baru enam tahun. Seumpama anak-anak, baru masuk sekolah dasar. Sungguhpun begitu, melihat kinerja pemasaran enam tahun pertama, pihak managemen optimis bahwa pertumbuhan MJPF semakin laju. Tidak berlebihan bila tim MJPF membuat target dalam enam tahun ke depan mampu meraih 10-15 % dari kue perdagangan obat hewan secara nasional. Dengan wilayah pemasaran mencakup seluruh Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

“Perusahaan telah melewati fase bertahan (survival) di tahun 2004 – 2010, kemudian

Peternakan unggas di Jawa Tengah adalah tipe peternakan rakyat, boleh dikatakan sangat sedikit perusahaan peternakan skala besar yang dimiliki seseorang. Dalam memilih sarana produk peternakan – khususnya produk farmasetik – pertimbangan utama adalah faktor ekonomis. Dan yang dimaksud dengan ‘ekonomis’ adalah ‘murah’. Ini menjadi tantangan bagi Budi Kusuma ketika merintis pemasaran produk MJPF di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sejak 2003. Namun dengan ketekunan, kerja keras serta dukungan kualitas produk yang bisa diandalkan, MJPF mendapatkan posisi baik di masyarakat perunggasan Jawa Tengah dan DIY.

“Pendidikan adalah mengubah mindset -- mengubah pola pikir. Begitu pula kita selaku out put pendidikan, dokter hewan dan sarjana peternakan, mempunyai tugas mengubah pola pikir -- dari cara pandang yang kurang tepat menjadi pola pikir yang lebih baik. Contohnya, ya mengenai produk yang ‘murah’ tadi, kita bisa menyadarkan pada mereka bahwa produk ‘murah’ belum tentu ‘ekonomis’, karena ternyata tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran,” ujar sarjana peternakan yang mengepalai tim MJPF untuk wilayah pemasaran Jawa Tengah dan DIY ini.

yang telah berumur. Sarjana peternakan yang tinggal di Banjarbaru – Kalimantan Selatan ini mengaku market share produk MJPF di Kalsel, Kalteng, dan Kaltim cukup bagus. ”Kami memasarkan vitamin, antibiotic, premix dan feed additive. Respon dari pelaku agribisnis perunggasan, khususnya peternak unggas, cukup bagus. Bahkan dalam satu tahun terakhir ini, kami melangkah ke Sulawesi, dan tanggapannya menggembirakan.” tutur Edy Rubiyanto.

Drh. Apriyadi Suwarno yang bergabung dengan MJPF sejak 2002, dan sejak awal mendapat tugas menggarap pasar Kalimantan Barat, menuturkan, karakter peternak ayam ras di Kalbar sangat mendukung kinerjanya, bahwa produk premix, feed additive, vitamin dan antibiotic dari MJPF telah mendapat tempat di hati peternak unggas Kalbar. “Peternakan ayam ras petelur yang terpusat di Singkawang dan peternakan ayam ras pedaging yang terpusat di Pontianak, apabila sudah percaya pada kualitas produk dan merasa ‘sangat terbantu’ oleh kehadiran seorang dokter hewan, maka mereka akan menunjukkan loyalitasnya, salah satunya dengan tidak mempersoalkan harga.” ungkap pria lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala Banda Aceh ini.

Seluruh anggota Tim MJPF membulatkan tekad inilah

saatnya melakukan perubahan untuk mening-

katkan kinerja dalam memasuki fase pertumbu-

han yang lebih laju.

Mukhsin Wayus SyahidinAris Dwiantoro

Dari Jawa Timur Drh. Mukhsin, mengaku sudah merasa puas dengan pasar yang dicapai tahun sebelumnya. Namun, setelah mengikuti pertemuan tahunan yang dikemas dalam outbound training ini ia merasa lebih terpacu untuk semakin kreatif ‘membaca’ pasar yang sebenarnya masih terbuka lebar untuk digarap – seluas laut biru. Dan dokter hewan lulusan Universitas Udayana Denpasar ini sangat apresiatif dengan motivasi yang diberikan pimpinan perusahaan, termasuk perintah ‘membaca’ (situasi) yang dalam Islam populer dengan istilah ‘iqra’.

Jawa Barat dan Banten adalah sentra peternakan unggas di Indonesia. Untuk pemasaran sarana produksi peternakan, boleh dibilang kedua wilayah ini disebut ‘daerah pertempuran’. Untuk itu MJPF membagi dua tim pemasaran, Jakarta I dan Jakarta II. Secara terpisah, Aris Dwiantoro yang memimpin tim Jakarta I dan Wayus Syahidin yang memimpin tim Jakarta II menuturkan bahwa setiap tahun penjualan produk

MJPF di wilayah subur ini terjadi peningkatan, bahkan peternak skala besar juga sudah memakai produk-produk farmasetik dan vitamin MJPF. “Ini suatu parameter baik, karena kalau peternak besar sudah pakai, akan menular kepada peternak lain yang bermitra dengannya,” ungkap Aris optimis.

Memang secara keseluruhan perkembangan MJPF menggembirakan, namun perlu ada sentuhan khusus yang mendorong percepatan dalam menggarap pasar.

“Memasarkan produk kepada peternak sebenaranya tidak sekedar jualan, tapi ada pekerjaan mulia yakni mengubah cara pandang pelaku peternakan, mulai dari tingkat pemilik peternakan, manager sampai anak kandangnya. Masih banyak cara pandang atau pola pikir (beternak) yang harus diperbaiki, Menjadi tugas kita yang merupakan bagian dari masyarakat perunggasan untuk melakukan perubahan itu. Sesusi dengan tema pertemuan kita saat ini; It’s Time to be Change.” ucap Budi Setiawan.

Cakrawala

42 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Page 45: agroborneo edisi 04

memasuki tahun 2011 ini perusahaan dalam taraf tumbuh (growing). Dalam tahap bertahan banyak sekali dilakukan pembenahan sistem, agar dapat menciptakan sistem yang benar-benar mapan. Sedang pada tahap tumbuh ini lebih pada pembenahan personil agar mampu mendukung jalannya perusahaan dengan optimal, salah satunya dengan diadakannya out bound training seperti ini,” tutur Budi Setiawan salah satu pimpinan MJPF Farma Indonesia di sela-sela acara pertemuan tahunan di Megamendung – Cisarua, Bogor tanggal 14-16 Januari 2011.

Menurut Edy Rubiyanto, yang bergabung dengan MJPF sejak 2004, produk MJPF dapat diterima pasar dengan baik lantaran kualitasnya yang tidak kalah bersaing dengan produk farmasetik dari perusahaan

ahun 2002 – 2003 mengurus akte pendirian dan rekrutmen karyawan administrasi, kemudian pada 2004 –

2005 rekrutmen marketing sekaligus meluncurkan produk farmasetik serta vitamin untuk unggas. Jadi, umur MJPF Farma Indonesia baru enam tahun. Seumpama anak-anak, baru masuk sekolah dasar. Sungguhpun begitu, melihat kinerja pemasaran enam tahun pertama, pihak managemen optimis bahwa pertumbuhan MJPF semakin laju. Tidak berlebihan bila tim MJPF membuat target dalam enam tahun ke depan mampu meraih 10-15 % dari kue perdagangan obat hewan secara nasional. Dengan wilayah pemasaran mencakup seluruh Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

“Perusahaan telah melewati fase bertahan (survival) di tahun 2004 – 2010, kemudian

Peternakan unggas di Jawa Tengah adalah tipe peternakan rakyat, boleh dikatakan sangat sedikit perusahaan peternakan skala besar yang dimiliki seseorang. Dalam memilih sarana produk peternakan – khususnya produk farmasetik – pertimbangan utama adalah faktor ekonomis. Dan yang dimaksud dengan ‘ekonomis’ adalah ‘murah’. Ini menjadi tantangan bagi Budi Kusuma ketika merintis pemasaran produk MJPF di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sejak 2003. Namun dengan ketekunan, kerja keras serta dukungan kualitas produk yang bisa diandalkan, MJPF mendapatkan posisi baik di masyarakat perunggasan Jawa Tengah dan DIY.

“Pendidikan adalah mengubah mindset -- mengubah pola pikir. Begitu pula kita selaku out put pendidikan, dokter hewan dan sarjana peternakan, mempunyai tugas mengubah pola pikir -- dari cara pandang yang kurang tepat menjadi pola pikir yang lebih baik. Contohnya, ya mengenai produk yang ‘murah’ tadi, kita bisa menyadarkan pada mereka bahwa produk ‘murah’ belum tentu ‘ekonomis’, karena ternyata tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran,” ujar sarjana peternakan yang mengepalai tim MJPF untuk wilayah pemasaran Jawa Tengah dan DIY ini.

yang telah berumur. Sarjana peternakan yang tinggal di Banjarbaru – Kalimantan Selatan ini mengaku market share produk MJPF di Kalsel, Kalteng, dan Kaltim cukup bagus. ”Kami memasarkan vitamin, antibiotic, premix dan feed additive. Respon dari pelaku agribisnis perunggasan, khususnya peternak unggas, cukup bagus. Bahkan dalam satu tahun terakhir ini, kami melangkah ke Sulawesi, dan tanggapannya menggembirakan.” tutur Edy Rubiyanto.

Drh. Apriyadi Suwarno yang bergabung dengan MJPF sejak 2002, dan sejak awal mendapat tugas menggarap pasar Kalimantan Barat, menuturkan, karakter peternak ayam ras di Kalbar sangat mendukung kinerjanya, bahwa produk premix, feed additive, vitamin dan antibiotic dari MJPF telah mendapat tempat di hati peternak unggas Kalbar. “Peternakan ayam ras petelur yang terpusat di Singkawang dan peternakan ayam ras pedaging yang terpusat di Pontianak, apabila sudah percaya pada kualitas produk dan merasa ‘sangat terbantu’ oleh kehadiran seorang dokter hewan, maka mereka akan menunjukkan loyalitasnya, salah satunya dengan tidak mempersoalkan harga.” ungkap pria lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala Banda Aceh ini.

Dari Jawa Timur Drh. Mukhsin, mengaku sudah merasa puas dengan pasar yang dicapai tahun sebelumnya. Namun, setelah mengikuti pertemuan tahunan yang dikemas dalam outbound training ini ia merasa lebih terpacu untuk semakin kreatif ‘membaca’ pasar yang sebenarnya masih terbuka lebar untuk digarap – seluas laut biru. Dan dokter hewan lulusan Universitas Udayana Denpasar ini sangat apresiatif dengan motivasi yang diberikan pimpinan perusahaan, termasuk perintah ‘membaca’ (situasi) yang dalam Islam populer dengan istilah ‘iqra’.

Jawa Barat dan Banten adalah sentra peternakan unggas di Indonesia. Untuk pemasaran sarana produksi peternakan, boleh dibilang kedua wilayah ini disebut ‘daerah pertempuran’. Untuk itu MJPF membagi dua tim pemasaran, Jakarta I dan Jakarta II. Secara terpisah, Aris Dwiantoro yang memimpin tim Jakarta I dan Wayus Syahidin yang memimpin tim Jakarta II menuturkan bahwa setiap tahun penjualan produk

MJPF di wilayah subur ini terjadi peningkatan, bahkan peternak skala besar juga sudah memakai produk-produk farmasetik dan vitamin MJPF. “Ini suatu parameter baik, karena kalau peternak besar sudah pakai, akan menular kepada peternak lain yang bermitra dengannya,” ungkap Aris optimis.

Memang secara keseluruhan perkembangan MJPF menggembirakan, namun perlu ada sentuhan khusus yang mendorong percepatan dalam menggarap pasar.

“Memasarkan produk kepada peternak sebenaranya tidak sekedar jualan, tapi ada pekerjaan mulia yakni mengubah cara pandang pelaku peternakan, mulai dari tingkat pemilik peternakan, manager sampai anak kandangnya. Masih banyak cara pandang atau pola pikir (beternak) yang harus diperbaiki, Menjadi tugas kita yang merupakan bagian dari masyarakat perunggasan untuk melakukan perubahan itu. Sesusi dengan tema pertemuan kita saat ini; It’s Time to be Change.” ucap Budi Setiawan.

MJPF FARMA INDONESIA

Kerabang • Warna • Berat

Page 46: agroborneo edisi 04

dan mengawasi para pesaing. Bukan pada bagaimana melakukan kreasi dan inovasi kedalam perusahaan agar lebih maju. “Serangan dari luar lambat laun akan melemah, seiring kekuatan yang kita bangun dalam perusahaan kita,” tegas pimpinan.

Telah lama, metode outbound training dijadikan media peningkatan komunikasi antar karyawan serta bertambah solidnya team work dalam suatu perusahaan, antara marketing dan produksi, serta membangun karakter bagi semua karyawan. Sehingga target pada tahun berikutnya akan mudah tercapai. Bagaimana awal mulanya outbound training?

Dua lilin telah dinyalakan di atas genggaman dua orang peserta lelaki, sementara sekitar 50 orang yang lain terdiri dari laki dan perempuan saling berkerja sama untuk melindungi nyala lilin itu agar sampai pada �nish. Sementara itu, serangan bom air mengalir begitu deras berupa lemparan plastik berisi air dari atas bukit kecil. Semua peserta saling bahu membahu untuk mempertahankan nyala lilin, ada yang membungkukkan badan membentuk lingkaran mirip dengan mangkuk terbalik. Ada pula yang menahan serangan air itu dengan membusungkan dada. Sehingga, air yang terlempar terhalang oleh dada mereka, bahkan ada yang mencoba naik bukit dan berupaya menyerang para pelempar air. Akhirnya, satu lilin berhasil memutuskan tali plastik dan tergelarlah tulisan ‘we are the champions’, sorak-sorai kemenangan berkumandang. Itulah, sesi terakhir dari acara outbound yang termasuk dalam satu rangkaian Annual Meeting MJPF Farma Indonesia

“Saya melihat kalian masih cenderung melihat lawan yang sedang menyerang, dan bertahan dari serangan lawan, bukan sibuk untuk melindungi nyala lilin itu,” analisa pimpinan perusahaan. Itu artinya, tenaga kalian masih tercurahkan pada memandang

Yang jelas sang penemu metode Outward Bound, Kurt Hahn telah meninggal pada tahun 1974 tetapi pengaruhnya dalam dunia pendidikan luar ruangan masih hidup hingga saat ini. Beliau lebih menekankan tercapainya tujuan dengan focus menggunakan cara yang sangat �eksibel, beragam dan sangat adaptatif. Begitulah Outbound Training, dengan kurikulumnya yang melahirkan metode-metode yang boleh dikatakan “tidak lazim”

Bermula pada I941, Kurt Hahn, seorang pendidik berpikiran maju dan progresif dari Jerman mendirikan sekolah Outward Bound yang pertama di dunia, bertempat di Aberdovey, Wales, Inggris. Ini adalah usaha bersama dengan seorang juragan kapal dari Inggris bernama Sir Lawrence Holf, dengan tujuan mengajar pelaut-pelaut muda Inggris tentang pentingnya pengetahuan dan kemampuan survival selama Perang Dunia II.

Dengan kurikulum yang didasarkan pada keyakinan Hahn bahwa pembentukan karakter adalah sama pentingnya dengan prestasi akademis. Maka sekolah Outward Bound yang didirikan oleh Hahn dan Lawrence ini menjadi titik awal perkembangan pola pendidikan melalui

Outbound Training atau Outward Bound adalah ide pendidikan inovatif yang dikreasikan oleh Kurt Hahn yang telah bertahan dan berkembang selama lebih dari enam puluh tahun. Fakta Ini dapat dikatakan luar biasa karena begitu banyak metode pendidikan yang muncul dan tenggelam selama periode ini. Apakah karena konsep ini sangat mudah beradaptasi dan dapat diterapkan pada dunia pendidikan secara masal atau karena pemikiran dan �loso� dari konsep metode semacam outbound ini adalah abadi dan memiliki daya tarik universal? Atau mungkin kedua faktor tersebutlah yang membuat metode ini menjadi populer dan terus berkembang.

pengalaman (experience learning) di masa-masa setelah perang.

Hahn menemukan bahwa seseorang yang dihadapkan pada situasi luar ruangan yang bernuansa petualangan dan menantang akan mendapatkan kepercayaan diri yang lebih baik (con�dence), mengubah perseps-persepsi yang negative terhadap kemampuan dirinya menjadi positif (rede�ned), menunjukkan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama (compassion), serta menunjukkan semangat kebersamaan dengan rekan-rekannya (spirit of camaraderie).

Pola pendidikan luar ruangan yang berbasis pada pengalaman tadi dikenal dengan nama ‘Outward Bound’ atau disingkat ‘Outbound Training’. Istilah ‘Outward Bound’ sendiri sebenarnya istilah dalam pelayaran untuk menggambarkan situasi ketika sebuah kapal meninggalkan segala kenyamanan yang ditemui di dermaga tempat berlabuh untuk menempuh perjalanan yang penuh tantangan menuju lautan luas.

Nah, kapal bernama MJPF Farma Indonesia telah enam tahun berlayar mengarungi samudera agribisnis unggas di Tanah Air, segala tantangan berupa ombak dan badai harus dihadapi oleh seluruh tim awak kapal secara prima, kompak dan bersama-sama. Selamat berlayar.

Mengapa penting

Rintik hujan jatuh, membasahi daratan puncak Cisarua, Bogor, juga membasahi tubuh para peserta outbound PT MJPF Farma Indonesia. Udara menjadi semakin dingin, sinar mentari pun tak menampakkan diri meski waktu telah menunjukkan pukul 11.30. Pori-pori kulit menjadi mengkerut. Namun, semua itu tak membuat semangat peserta menciut. Mereka siap menerima tantangan terakhir dari trainer, yang mendampingi mereka selama berada di Camp Eagle Hill, Cisarua, Bogor. Tantangan terakhir berupa memutuskan sebuah ikatan dengan nyala lilin kecil dengan sumber api yang berada pada titik yang cukup jauh, mempertahankan agar lilin tetap bernyala sehingga bisa digunakan memutuskan ikatan adalah tantangannya.

44 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Cakrawala

Outbound training?

Page 47: agroborneo edisi 04

45AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Cakrawala

dan mengawasi para pesaing. Bukan pada bagaimana melakukan kreasi dan inovasi kedalam perusahaan agar lebih maju. “Serangan dari luar lambat laun akan melemah, seiring kekuatan yang kita bangun dalam perusahaan kita,” tegas pimpinan.

Telah lama, metode outbound training dijadikan media peningkatan komunikasi antar karyawan serta bertambah solidnya team work dalam suatu perusahaan, antara marketing dan produksi, serta membangun karakter bagi semua karyawan. Sehingga target pada tahun berikutnya akan mudah tercapai. Bagaimana awal mulanya outbound training?

Dua lilin telah dinyalakan di atas genggaman dua orang peserta lelaki, sementara sekitar 50 orang yang lain terdiri dari laki dan perempuan saling berkerja sama untuk melindungi nyala lilin itu agar sampai pada �nish. Sementara itu, serangan bom air mengalir begitu deras berupa lemparan plastik berisi air dari atas bukit kecil. Semua peserta saling bahu membahu untuk mempertahankan nyala lilin, ada yang membungkukkan badan membentuk lingkaran mirip dengan mangkuk terbalik. Ada pula yang menahan serangan air itu dengan membusungkan dada. Sehingga, air yang terlempar terhalang oleh dada mereka, bahkan ada yang mencoba naik bukit dan berupaya menyerang para pelempar air. Akhirnya, satu lilin berhasil memutuskan tali plastik dan tergelarlah tulisan ‘we are the champions’, sorak-sorai kemenangan berkumandang. Itulah, sesi terakhir dari acara outbound yang termasuk dalam satu rangkaian Annual Meeting MJPF Farma Indonesia

“Saya melihat kalian masih cenderung melihat lawan yang sedang menyerang, dan bertahan dari serangan lawan, bukan sibuk untuk melindungi nyala lilin itu,” analisa pimpinan perusahaan. Itu artinya, tenaga kalian masih tercurahkan pada memandang

Yang jelas sang penemu metode Outward Bound, Kurt Hahn telah meninggal pada tahun 1974 tetapi pengaruhnya dalam dunia pendidikan luar ruangan masih hidup hingga saat ini. Beliau lebih menekankan tercapainya tujuan dengan focus menggunakan cara yang sangat �eksibel, beragam dan sangat adaptatif. Begitulah Outbound Training, dengan kurikulumnya yang melahirkan metode-metode yang boleh dikatakan “tidak lazim”

Bermula pada I941, Kurt Hahn, seorang pendidik berpikiran maju dan progresif dari Jerman mendirikan sekolah Outward Bound yang pertama di dunia, bertempat di Aberdovey, Wales, Inggris. Ini adalah usaha bersama dengan seorang juragan kapal dari Inggris bernama Sir Lawrence Holf, dengan tujuan mengajar pelaut-pelaut muda Inggris tentang pentingnya pengetahuan dan kemampuan survival selama Perang Dunia II.

Dengan kurikulum yang didasarkan pada keyakinan Hahn bahwa pembentukan karakter adalah sama pentingnya dengan prestasi akademis. Maka sekolah Outward Bound yang didirikan oleh Hahn dan Lawrence ini menjadi titik awal perkembangan pola pendidikan melalui

Outbound Training atau Outward Bound adalah ide pendidikan inovatif yang dikreasikan oleh Kurt Hahn yang telah bertahan dan berkembang selama lebih dari enam puluh tahun. Fakta Ini dapat dikatakan luar biasa karena begitu banyak metode pendidikan yang muncul dan tenggelam selama periode ini. Apakah karena konsep ini sangat mudah beradaptasi dan dapat diterapkan pada dunia pendidikan secara masal atau karena pemikiran dan �loso� dari konsep metode semacam outbound ini adalah abadi dan memiliki daya tarik universal? Atau mungkin kedua faktor tersebutlah yang membuat metode ini menjadi populer dan terus berkembang.

pengalaman (experience learning) di masa-masa setelah perang.

Hahn menemukan bahwa seseorang yang dihadapkan pada situasi luar ruangan yang bernuansa petualangan dan menantang akan mendapatkan kepercayaan diri yang lebih baik (con�dence), mengubah perseps-persepsi yang negative terhadap kemampuan dirinya menjadi positif (rede�ned), menunjukkan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama (compassion), serta menunjukkan semangat kebersamaan dengan rekan-rekannya (spirit of camaraderie).

Pola pendidikan luar ruangan yang berbasis pada pengalaman tadi dikenal dengan nama ‘Outward Bound’ atau disingkat ‘Outbound Training’. Istilah ‘Outward Bound’ sendiri sebenarnya istilah dalam pelayaran untuk menggambarkan situasi ketika sebuah kapal meninggalkan segala kenyamanan yang ditemui di dermaga tempat berlabuh untuk menempuh perjalanan yang penuh tantangan menuju lautan luas.

Nah, kapal bernama MJPF Farma Indonesia telah enam tahun berlayar mengarungi samudera agribisnis unggas di Tanah Air, segala tantangan berupa ombak dan badai harus dihadapi oleh seluruh tim awak kapal secara prima, kompak dan bersama-sama. Selamat berlayar.

Petualangan yang menant-ang akan membangkitkan

kepercayaan diri yang lebih baik, mengubah persepsi

negative terhadap kemam-puan diri.

Menumbuhkan kasih sayang dan perhatian terhadap

sesama, serta membangun semangat kebersamaan dengan rekan-rekannya.

Page 48: agroborneo edisi 04

46 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Cakrawala

dan mengawasi para pesaing. Bukan pada bagaimana melakukan kreasi dan inovasi kedalam perusahaan agar lebih maju. “Serangan dari luar lambat laun akan melemah, seiring kekuatan yang kita bangun dalam perusahaan kita,” tegas pimpinan.

Telah lama, metode outbound training dijadikan media peningkatan komunikasi antar karyawan serta bertambah solidnya team work dalam suatu perusahaan, antara marketing dan produksi, serta membangun karakter bagi semua karyawan. Sehingga target pada tahun berikutnya akan mudah tercapai. Bagaimana awal mulanya outbound training?

Dua lilin telah dinyalakan di atas genggaman dua orang peserta lelaki, sementara sekitar 50 orang yang lain terdiri dari laki dan perempuan saling berkerja sama untuk melindungi nyala lilin itu agar sampai pada �nish. Sementara itu, serangan bom air mengalir begitu deras berupa lemparan plastik berisi air dari atas bukit kecil. Semua peserta saling bahu membahu untuk mempertahankan nyala lilin, ada yang membungkukkan badan membentuk lingkaran mirip dengan mangkuk terbalik. Ada pula yang menahan serangan air itu dengan membusungkan dada. Sehingga, air yang terlempar terhalang oleh dada mereka, bahkan ada yang mencoba naik bukit dan berupaya menyerang para pelempar air. Akhirnya, satu lilin berhasil memutuskan tali plastik dan tergelarlah tulisan ‘we are the champions’, sorak-sorai kemenangan berkumandang. Itulah, sesi terakhir dari acara outbound yang termasuk dalam satu rangkaian Annual Meeting MJPF Farma Indonesia

“Saya melihat kalian masih cenderung melihat lawan yang sedang menyerang, dan bertahan dari serangan lawan, bukan sibuk untuk melindungi nyala lilin itu,” analisa pimpinan perusahaan. Itu artinya, tenaga kalian masih tercurahkan pada memandang

Yang jelas sang penemu metode Outward Bound, Kurt Hahn telah meninggal pada tahun 1974 tetapi pengaruhnya dalam dunia pendidikan luar ruangan masih hidup hingga saat ini. Beliau lebih menekankan tercapainya tujuan dengan focus menggunakan cara yang sangat �eksibel, beragam dan sangat adaptatif. Begitulah Outbound Training, dengan kurikulumnya yang melahirkan metode-metode yang boleh dikatakan “tidak lazim”

Bermula pada I941, Kurt Hahn, seorang pendidik berpikiran maju dan progresif dari Jerman mendirikan sekolah Outward Bound yang pertama di dunia, bertempat di Aberdovey, Wales, Inggris. Ini adalah usaha bersama dengan seorang juragan kapal dari Inggris bernama Sir Lawrence Holf, dengan tujuan mengajar pelaut-pelaut muda Inggris tentang pentingnya pengetahuan dan kemampuan survival selama Perang Dunia II.

Dengan kurikulum yang didasarkan pada keyakinan Hahn bahwa pembentukan karakter adalah sama pentingnya dengan prestasi akademis. Maka sekolah Outward Bound yang didirikan oleh Hahn dan Lawrence ini menjadi titik awal perkembangan pola pendidikan melalui

Outbound Training atau Outward Bound adalah ide pendidikan inovatif yang dikreasikan oleh Kurt Hahn yang telah bertahan dan berkembang selama lebih dari enam puluh tahun. Fakta Ini dapat dikatakan luar biasa karena begitu banyak metode pendidikan yang muncul dan tenggelam selama periode ini. Apakah karena konsep ini sangat mudah beradaptasi dan dapat diterapkan pada dunia pendidikan secara masal atau karena pemikiran dan �loso� dari konsep metode semacam outbound ini adalah abadi dan memiliki daya tarik universal? Atau mungkin kedua faktor tersebutlah yang membuat metode ini menjadi populer dan terus berkembang.

pengalaman (experience learning) di masa-masa setelah perang.

Hahn menemukan bahwa seseorang yang dihadapkan pada situasi luar ruangan yang bernuansa petualangan dan menantang akan mendapatkan kepercayaan diri yang lebih baik (con�dence), mengubah perseps-persepsi yang negative terhadap kemampuan dirinya menjadi positif (rede�ned), menunjukkan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama (compassion), serta menunjukkan semangat kebersamaan dengan rekan-rekannya (spirit of camaraderie).

Pola pendidikan luar ruangan yang berbasis pada pengalaman tadi dikenal dengan nama ‘Outward Bound’ atau disingkat ‘Outbound Training’. Istilah ‘Outward Bound’ sendiri sebenarnya istilah dalam pelayaran untuk menggambarkan situasi ketika sebuah kapal meninggalkan segala kenyamanan yang ditemui di dermaga tempat berlabuh untuk menempuh perjalanan yang penuh tantangan menuju lautan luas.

Nah, kapal bernama MJPF Farma Indonesia telah enam tahun berlayar mengarungi samudera agribisnis unggas di Tanah Air, segala tantangan berupa ombak dan badai harus dihadapi oleh seluruh tim awak kapal secara prima, kompak dan bersama-sama. Selamat berlayar.

Kesungguhan menanggapi persoalan betapun kecilnya, dan mengembangkan kesabaran dalam menyele-saikan permasalahan yang dianggap berat, adalah kunci keberhasilan.

Tujuan dapat dicapai dengan menggunakan cara yang sangat �eksibel, beragam dan adaptatif.

Page 49: agroborneo edisi 04

47AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Cakrawala

dan mengawasi para pesaing. Bukan pada bagaimana melakukan kreasi dan inovasi kedalam perusahaan agar lebih maju. “Serangan dari luar lambat laun akan melemah, seiring kekuatan yang kita bangun dalam perusahaan kita,” tegas pimpinan.

Telah lama, metode outbound training dijadikan media peningkatan komunikasi antar karyawan serta bertambah solidnya team work dalam suatu perusahaan, antara marketing dan produksi, serta membangun karakter bagi semua karyawan. Sehingga target pada tahun berikutnya akan mudah tercapai. Bagaimana awal mulanya outbound training?

Dua lilin telah dinyalakan di atas genggaman dua orang peserta lelaki, sementara sekitar 50 orang yang lain terdiri dari laki dan perempuan saling berkerja sama untuk melindungi nyala lilin itu agar sampai pada �nish. Sementara itu, serangan bom air mengalir begitu deras berupa lemparan plastik berisi air dari atas bukit kecil. Semua peserta saling bahu membahu untuk mempertahankan nyala lilin, ada yang membungkukkan badan membentuk lingkaran mirip dengan mangkuk terbalik. Ada pula yang menahan serangan air itu dengan membusungkan dada. Sehingga, air yang terlempar terhalang oleh dada mereka, bahkan ada yang mencoba naik bukit dan berupaya menyerang para pelempar air. Akhirnya, satu lilin berhasil memutuskan tali plastik dan tergelarlah tulisan ‘we are the champions’, sorak-sorai kemenangan berkumandang. Itulah, sesi terakhir dari acara outbound yang termasuk dalam satu rangkaian Annual Meeting MJPF Farma Indonesia

“Saya melihat kalian masih cenderung melihat lawan yang sedang menyerang, dan bertahan dari serangan lawan, bukan sibuk untuk melindungi nyala lilin itu,” analisa pimpinan perusahaan. Itu artinya, tenaga kalian masih tercurahkan pada memandang

Yang jelas sang penemu metode Outward Bound, Kurt Hahn telah meninggal pada tahun 1974 tetapi pengaruhnya dalam dunia pendidikan luar ruangan masih hidup hingga saat ini. Beliau lebih menekankan tercapainya tujuan dengan focus menggunakan cara yang sangat �eksibel, beragam dan sangat adaptatif. Begitulah Outbound Training, dengan kurikulumnya yang melahirkan metode-metode yang boleh dikatakan “tidak lazim”

Bermula pada I941, Kurt Hahn, seorang pendidik berpikiran maju dan progresif dari Jerman mendirikan sekolah Outward Bound yang pertama di dunia, bertempat di Aberdovey, Wales, Inggris. Ini adalah usaha bersama dengan seorang juragan kapal dari Inggris bernama Sir Lawrence Holf, dengan tujuan mengajar pelaut-pelaut muda Inggris tentang pentingnya pengetahuan dan kemampuan survival selama Perang Dunia II.

Dengan kurikulum yang didasarkan pada keyakinan Hahn bahwa pembentukan karakter adalah sama pentingnya dengan prestasi akademis. Maka sekolah Outward Bound yang didirikan oleh Hahn dan Lawrence ini menjadi titik awal perkembangan pola pendidikan melalui

Outbound Training atau Outward Bound adalah ide pendidikan inovatif yang dikreasikan oleh Kurt Hahn yang telah bertahan dan berkembang selama lebih dari enam puluh tahun. Fakta Ini dapat dikatakan luar biasa karena begitu banyak metode pendidikan yang muncul dan tenggelam selama periode ini. Apakah karena konsep ini sangat mudah beradaptasi dan dapat diterapkan pada dunia pendidikan secara masal atau karena pemikiran dan �loso� dari konsep metode semacam outbound ini adalah abadi dan memiliki daya tarik universal? Atau mungkin kedua faktor tersebutlah yang membuat metode ini menjadi populer dan terus berkembang.

Serangan dari luar lambat laun akan melemah,

seiring kekuatan yang dibangun dari dalam

perusahaan.

pengalaman (experience learning) di masa-masa setelah perang.

Hahn menemukan bahwa seseorang yang dihadapkan pada situasi luar ruangan yang bernuansa petualangan dan menantang akan mendapatkan kepercayaan diri yang lebih baik (con�dence), mengubah perseps-persepsi yang negative terhadap kemampuan dirinya menjadi positif (rede�ned), menunjukkan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama (compassion), serta menunjukkan semangat kebersamaan dengan rekan-rekannya (spirit of camaraderie).

Pola pendidikan luar ruangan yang berbasis pada pengalaman tadi dikenal dengan nama ‘Outward Bound’ atau disingkat ‘Outbound Training’. Istilah ‘Outward Bound’ sendiri sebenarnya istilah dalam pelayaran untuk menggambarkan situasi ketika sebuah kapal meninggalkan segala kenyamanan yang ditemui di dermaga tempat berlabuh untuk menempuh perjalanan yang penuh tantangan menuju lautan luas.

Nah, kapal bernama MJPF Farma Indonesia telah enam tahun berlayar mengarungi samudera agribisnis unggas di Tanah Air, segala tantangan berupa ombak dan badai harus dihadapi oleh seluruh tim awak kapal secara prima, kompak dan bersama-sama. Selamat berlayar.

Page 50: agroborneo edisi 04

PESAN PERDAMAIANFESTIVAL CAP GO MEH

48 AGROBORNEO // Edisi 04 // Januari 2011

Album

Perayaan pergantian tahun di bulan Imlek selalu dimeriahkan Warga Negara Indonesia keturunan Tionghua dengan penuh sukacita. Di Singkawang – Kalimantan Barat perayaan dimulai dengan pesta kembang api menjelang pergantian Tahun Baru Imlek 2562 yang bertepatan dengan malam tanggal 3 Februari 2011. Kemudisn yang tidak kalah menariknya adalah Festifal Lampion pada hari ketigabelas yang oleh masyarakat Singkawang disulap menjadi malam karnaval budaya yang penuh pijar dan bertabur cahaya beraneka warna.

Puncak sekaligus menutup serangkaian acara ini adalah pada hari kelima belas yang populer disebut Cap Go Meh, berupa arak-arakan Ta Tung di jalan yang merupakan simbol turunnya Kekuatan Baik ke muka bumi untuk membimbing manusia dalam melanjutkan perikehidupannya. Saat penyelenggaraan pesta Cap Go Meh, Singkawang kian menunjukkan pesonanya. Ratusan ribu pengunjung datang dari penjuru negeri maupun manca negara. Rombongan peternak dari Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalsel

bahkan Jayapura, sempat bertemu dan diabadikan oleh AgroBorneo. Untuk mencari rombongan pelaku agribisnis lainnya yang hadir, cukup sulit di tengah ratusan ribu pengunjung.

Dalam suguhan tarian pembuka pesta, serta pada sambutan Gubernur Kalimantan Barat dan Walikota Singkawang, disampaikan pesan-pesan perdamaian bagi seluruh anak negeri yang ditakdirkan warna-warni menghiasi Bumi Pertiwi. Salam perdamaian dari Bumi Khatulistiwa untuk Indonesia Raya tercinta.

Page 51: agroborneo edisi 04
Page 52: agroborneo edisi 04