35
Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS Konsep Dasar I. Pengertian AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. II. Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : 1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. 2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. 3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. 4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. 5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi

AIDS-HIV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep gips

Citation preview

R.Tropik Lk

PAGE 13

Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDSKonsep Dasar

I. Pengertian

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

II. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

III. Patofisiologi :

IV. Manifestasi Klinis

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita AIDS :1. Panas lebih dari 1 bulan,2. Batuk-batuk, 3. Sariawan dan nyeri menelan,4. Badan menjadi kurus sekali,5. Diare ,6. Sesak napas, 7. Pembesaran kelenjar getah bening, 8. Kesadaran menurun, 9. Penurunan ketajaman penglihatan, 10. Bercak ungu kehitaman di kulit.Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejalaDiketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.V. Komplikasi

Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :1. Pneumonia pneumocystis (PCP) 2. Tuberculosis (TBC)3. Esofagitis4. Diare5. Toksoplasmositis6. Leukoensefalopati multifocal prigesif7. Sarcoma Kaposi8. Kanker getah bening9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)VI. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila 500 mm3c. Terapi Antiviral BaruBeberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : Didanosine Ribavirin Diedoxycytidine Recombinant CD 4 dapat larutd. Vaksin dan Rekonstruksi VirusUpaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. 2. DietPenatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalaha. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1C.Protein tinggi, yaitu 1,1 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.Lemak cukup, yaitu 10 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.d. Jenis Diet dan Indikasi PemberianDiet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan: Infeksi HIV positif tanpa gejala. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening). Infeksi HIV dengan gangguan saraf. Infeksi HIV dengan TBC. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.1) Diet AIDS IDiet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).2) Diet AIDS IIDiet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.3) Diet AIDS IIIDiet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian.

a. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.

b. Penampilan umum : pucat, kelaparan.

c. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

d. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

e. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

f. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

g. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.

h. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

i. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

j. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

k. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

l. Gu : lesi atau eksudat pada genital,

m. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

III. Perencanaan keperawatan.

Diagnosa KeperawatanPerencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasilIntervensiRasional

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini

Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.

2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.

2. Monitor BB, intake dan ouput

3. Atur antiemetik sesuai order

4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut

Menentukan data dasar

Mengurangi muntah

Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang, 1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.

2. Auskultasi bunyi usus

3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order

4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc osideMendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diare

Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal

Untuk menghilangkan distensi

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.

Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

Daftar Pustaka

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Laporan KasusASUHAN KEPERAWATAN TN. M.Y. DENGAN HIV AIDS

DI RUANG TROPIK LAKI RSDS SURABAYA

TANGGAL 05 07 DESEMBER 2001

Pengkajian

I. Biodata.

A. Identitas pasien.

1. Nama : Tn. M.Y. (Laki-laki, 44 tahun).

2. Suku/bangsa : Banten/Indonesia.

3. Agama : Islam

4. Status perkawinan : Kawin

5. Pendidikan/pekerjaan : SLTP/tukang sepatu

6. Bahasa yang digunakan : Indonesia

7. Alamat : LP Medaeng

8. Kiriman dari : Kejari Tanjung Perak

B. Penanggung jawab pasien :

Kejari Tanjung Perak.

II. Alasan masuk rumah sakit

A. Alasan dirawat : mencret sejak 5 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam.

B. Keluhan utama : nyeri perut. Penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk, pasien meringis, memegang pada kuadran kanan dan kiri tetapi tidak menyebar. Skala nyeri adalah 5 dari skala nyeri 5. Kapan timbulnya tidak tentu dan sering dimana tiba-tiba terjadi nyeri.

III. Riwayat kesehatan

A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita lever dan pernah dirawat di RS Bhayangkara Surabaya. Penyebab tidak diketahui, riwayat alergi seperti obat dan makanan tidak ada.

B. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 2 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya ditangkap oleh polisi dan dimasukan ke LP Medaeng sejak 3 bulan yang lalu. Namun pasien mencret/diare sejak 5 bulan atau 2 bulan sebelum masuk LP Medaeng. Selain itu keringat dingin malam hari, tidak ada napsu makan dan mencret berbusa. Karena kondisi tambah parah oleh Kejari dibawa ke RSUD Dr. Soetomo dan dianjurkan untuk opname.

C. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.

IV. Informasi khusus

A. Masa balita : tidak dikaji

B. Klien wanita : tidak dikaji

V. Aktivitas hidup sehari hari (di LP Medaeng) :

Aktivitas sehari-hariPre-masuk rumah sakitDi rumah sakit

A. Makan dan minum

1. Nutrisi

2. Minum

Pola makan 3 kali/hari, tetapi tidak ada napsu makan, tidak menghabiskan porsi yang disiapkan.

Minum air putih dengan jumlah tidak tentu.Pola makan 3 kali/hari, namun tidak ada napsu makan, nyeri saat menelan, makan hanya 2 sendok.

Minum air putih 2-3 gelas.

B. EliminasiMencret 5 X/hari,, seperti busa, tidak bercampur darah dan berbau. BAK 2 Xhari dan tidak ada kelainan.Mencret dengan frekuensi 5-7 X/hari, encer atau tidak ada isi dan BAK 2 X/hari serta tidak ada kelainan. Keringat dingin pada malam hari

C. Istirahat dan tidurPasien tidak bisa istirahat dan tidur karena penghuni LP banyak.Pasien istirahat di tempat tidur saja. Tidur kalau merasa mengantuk. Kesulitan tidur karena nyeri, keringat dingin.

D. AktivitasPasien tidak melakukan apa-apa karena tinggal di LP dan keadaan yang lemah.Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat lelah. Pasien totaly care.

E. Kebersihan diriJarang dilakukan.Mandi dna gosok gigi dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam melakukan kebersihan diri adalah lemah dan nyeri.

F. RekreasiTidak ada.Hanya bercerita dengan isteri

VI. Psikososial.

A. Psikologis : pasien dan keluarga mengatakan penyakit ini karena perilakunya yaitu konsumsi obat putaw dengan suntik. Keluarga dan pasien mengatakan belum mengerti proses penyebaran. Konsep diri : dirasakan peran sebagai kepala keluarga tidak bertanggung jawab. Keadaan emosi : pasien pasrah pada keadaannya sekarang. Mekanisme koping adalah diam saja.

B. Sosial : sejak 2 tahun yang lalu pisah ranjang dengan isterinya. Kontak mata ada, kegemaran adalah ke tempat hiburan.

C. Spiritual : di LP jarang melakukan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit pasien tidak melakukan, hanya berdoa dalam hati.

VII. Pemeriksaan fisik

A. Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat. Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 140/90 mmHg, N 120 x/menit, S 39 0C, RR 22 X/menit.

B. Head to toe :

1. Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau.

2. Rambut. Rambut lurus, nampak kurang bersih.

3. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata kanan negative, tidak menggunakan alat bantu kacamata.

4. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.

5. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.

6. Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.

7. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.

8. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.

9. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 12 X/menit.

10. Repoduksi

Tidak dikaji.

11. Ekstremitas

Tidak mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 2-2 dan ekstremitas bawah 2-2.

12. Integumen.

Kulit keriput, pucat, akral hangat.

VIII. Pemeriksaan penunjang

A. Laboratorium :

Tanggal 27 11 2001 : metode imunokromatografi positifi dan ELISA I dan ELISA II positif.

Tanggal 03 12 - 2001 : Hb 10,5 gr/dl, Leukosit 4,4 x 10 9/L, trombosit 543 X 10 9L, PV 0,32 GDA 69 mg/dl, SGOT 54 4/L, BUN 32 mg/dl dan kratinin serum 1,95 mg/dl.

B. EKG/USG/IVP :

C. Endoskopi :

Terapi : tanggal 05 12 2001 : Hidrase 3 X 1 tablet, Cotrimoxasol 2 X 2 tablet dan infuse RL 20 tetes/menit.

Analisa data

Data pendukungMasalahEtiologi

1. Subyektif :

Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, tidak bisa melaukan aktivitas.

Obyektif :

Keadaan umum lemah, pucat, ADL dibantu, pasien totaly care, terpasang infus

2. Subyektif :

Pasien mengatakan tidak ada napsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan.

Obyektif :

Lemah, menghabiskan 2 sendok makan, dari porsi yang disiapkan, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 10,5 g/dl, pucat, konjungtiva anemis.

3. Subyektif :

Pasien mengatakan diare sejak 5 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari.

Obyektif :

Perut kembung, turgor menurun, inkontinensia urii, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 40 X/menit

4. Subyektif :

Pasien mengatakan perutnya sakit, angka 5 pada skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Obyektif :

Meringis, memegang-megang perut yang sakit, perut kembung, nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit, TD 140/90 mmHg, suhu 390C.

5. Subyektif :

Pasien mengatakan kadang demam.

Obyektif :

Nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit, TD 140/90 mmHg, suhu 390C, anti HIV positif.

6. Subyektif :

Keluarga mengatakan bagaimana dengan anak-anaknya bila mengetahui ayahnya menderita sakit, mengatakan cemas suaminya tersinggung karena tidak bersentuhan secara langsung.

Obyektif :

Mengungkapkan perasaan tentang hubungan yang retak dengan suami, cemas.Aktivitas

Nutrisi

Cairan tubuh

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Infeksi

Koping keluarga

Kelemahan

Intake yang tidak adekuat

Diare

Pembesaran limfe nodes pada daerah abdomen

Infeksi HIV

Cemas dan takut terhadap infeksi

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembesaran limfanode pada daerah GI.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.

4. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum

5. Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya infeksi HIV.

6. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan cemas dan takut terhadap infeksi yang dialami pasien.Perencanaan Keperawatan

Diagnosa KeperawatanPerencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasilIntervensiRasional

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembesaran limfanode pada daerah GI.

Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan kriteria

skala nyeri 1-2, tidak meringis, perut tidak kembung/tendernes setelah 2 hari perawatan 1. Kaji nyeri pasien dan anjurkan untuk menjelaskan nyerinya.

2. Jelaskan kepada pasien tentang nyeri yang dialaminya.

3. Anjurkan untuk menggunakan relaksasi, imagery

4. Kolaborasi pemberian analgesik.

Menentukan tngkat nyeri dan toleransi pasien terhadap nyeri yang dialami

Nyeri pasien HIV umumnya merupakan nyeri kronik.

Meningkatkan relaksasi dan perasaan untuk mengontrol nyeri.

Mengurangi nyeri

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

Setelah satu minggu perawatan pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang disiapkan, tidak nyeri saat menelan1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.

2. Monitor intake dan ouput

3. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

4. Anjurkan oral hygiene sebelum makan.

5. Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut

Menentukan data dasar

Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

Mengurangi anoreksia

Memeunhi kebutuhan nutrisi yang kurang

Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.

Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan kriteria intake seimbang output, turgor normal, membran mukosa lembab, kadar urine normal, tidak diare setealh 5 hari perawatan.1. Monitor tanda-tanda dehidrasi.

2. Monitor intake dan ouput

3. Anjurkan untuk minum peroral

4. Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.

5. Kolaborasi pemberian antidiare.Bolume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat dikoreksi.

Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.

Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.

Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak terpenuhi.

Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan.Pada saat akan pulang pasien sudah mampu berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya infeksi HIV.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteria kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC selama perawatan.1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.

2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien mau dan memerlukan informasikan ini

Mencegah transmisi infeksi ke orang lain

Koping keluarga inefektif berhubungan dengan cemas dan takut terhadap infeksi yang dialami pasien.

Setelah 3 kali pertemuan keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif, mengungkapkan perasaan1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.

Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa kep.Hari/tanggal

(jam)Tindakan keperawatanEvaluasi keperawatan

1.Rabu, 05 12- 2001

10.30

1. Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya : nyeri skala 5, merasa tertusuk-tusuk

2. Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang dialaminya.

3. Mengajarkan pada pasien teknik relaksasi dan imageri.

4. Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi, imagery

Jam 13.30

S : mengatakan nyeri, skala 5.

O: meringis, T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, meringis

A : nyeri tidak berkurang.

P: tindakan keperawatan dipertahankan

2. 10,301. Memonitor kemampuan mengunyah dan menelan : menelan terasa sakit

2. Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu menggosok gigi atau kumur-kumur.

Jam 13.30

S : mengatakan makan hanya 2 sendok, tidak ada napsu makan, menelan sakit

O: lemah, lidah bercak keputuihan

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

310.301. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi : turgor menurun, membran mkosa kering, urine output menurun.

2. Menganjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien : 4-5 gelas hari

3. Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.

4. Mengecek pemberian Cotriomiksasol dan hidraseJam 13.30

S : mengatakan minum hanya 6 sendok, tidak merasa sedang menceret.

O: perut kembung, diare, encer, turgor menurun, membran mukosa kering.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

4.11.001. Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu bangun, terpasang infus, nyeri, meringisJam 13.30

S : mengatakan lemah.

O: perut kembung, terpasang infus, bed rest, lemah, pucat.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

5.10.302. Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya : mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari kontak langsung dengan darah pasien atau cairan dari selaput lendir, gunakan sarung tangan

3. Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien dengan menggunakan masker.

Jam 13.30

S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution

O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, perawat menggunakan masker

A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan universal precaution

P: tindakan keperawatan dipertahankan

6.

12.00 1. Mengkaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya : sedih melihat kondisi pasien, keluarga mengatakan menyesal mengapa tidak mengetahui bahwa suami mengkonsumsi putaw yang akhirnya seperti sekarang ini.

2. Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Jam 13.00

S : keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada anak-anaknya,

O: mengungkapkan perasaan, berusaha tegar

A : keluarga mulai membentuk koping untuk penyesuaian.

P: tindakan keperawatan dipertahankan

1.Kamis, 6 12 -2001

17.001. Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya.

2. Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi, imagery seperti yang dijelaskan

Jam 20.00

S : mengatakan nyeri, skala 3.

O: meringis, T 110/80 mmHg, N 80 X/menit, RR 18 X/menit, meringis

A : nyeri berkurang.

P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri menignkat

2.17.001. Mengkaji kemampuan mengunyah dan menelan.

2. Menganjurkan untuk gosok gigi sebelum makan.

3. Menganjurkan untuk makan makanan ringan seperti biskuit atau roti

4. Menganjurkan untuk menggunakan kumur betadin

Jam 20.00

S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu makan, menelan sakit

O: lemah, lidah bercak keputihan, anoreksia, pucat, konjungitva anemis

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

3.17.00

1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.

2. Memonitor intake dan ouput

3. Mengannjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien.

4. Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.

5. Menyiapkan obat Cotriomiksasol dan hidrase untuk diminumJam 20.00

S : mengatakan minum hanya 4 sendok, mencret 3 kali

O: perut kembung, diare, encer, turogor menurun, membran mukosa keirng.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

4.17.001. Menganjurkan isteri pasien untuk mempertahankan metode mencegah transmisi HIV.

2. Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien dengan menggunakan masker.

Jam 20.00

S : --

O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, perawat menggunakan masker, menggukan tisue.

A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan universal precaution

P: tindakan keperawatan dipertahankan

5.19.001. Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

2. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Jam 19.00

S : keluarga mengatakan mampu menerima keadaan suaminya, mengatakan kecewa mengapa saat pisah tidak mengetahui kalau suaminya konsumsi putaw.

O: mengungkapkan perasaan, tenang

A : keluarga mulai membentuk koping untuk penyesuaian.

P: tindakan keperawatan dipertahankan

1.Jumat, 07 12 - 2001

10.00

Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya.

Jam 16.00

S : mengatakan nyeri, skala 3.

O: meringis, T 100/70 mmHg, N 88 X/menit, RR 12 X/menit, meringis

A : nyeri berkurang.

P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri meningkat

2.10.30Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu menggosok gigi atau kumur-kumur.

Jam 16.00

S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu makan, menelan sakit

O: lemah, bercak keputihan berkurang

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

3.14.001. Menganjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien : 4-5 gelas hari

2. Mengatur pemberian infus RL 15 tetes/menit.Jam 16.00

S : mengatakan minum hanya 4 sendok, tidak merasa sedang menceret.

O: diare, encer, turgor menurun, membran mukosa kering.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

4.14.00Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu bangun, terpasang infus, nyeri, meringisJam 16.00

S : mengatakan lemah.

O: terpasang infus, bed rest, lemah, pucat, ADL dibantu

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

5.14.30Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya : mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari kontak langsung dengan darah pasien atau cairan dari selaput lendir, gunakan sarung tangan Jam 16.00

S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution

O: T 100/70 mmHg, N 90 X/menit, RR 16 X/menit, perawat menggunakan masker

A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan universal precaution

P: tindakan keperawatan dipertahankan

6.15.001. Mendengarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal

2. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Jam 16.30

S : keluarga mengatakan sudah bisa menerima keadaan pasien.

O: mengungkapkan perasaan, berusaha tegar

A : keluarga sudah membentuk koping untuk penyesuaian.

P: tindakan keperawatan dihentikan

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit B

Immunocompromise

Merusak seluler

Virus HIV

HIV- positif ?

Flora normal patogen

Invasi kuman patogen

Reaksi psikologis

Organ target

Sensori

Dermatologi

Respiratori

Gastrointestinal

Manifestasi saraf

Manifestasi oral

Gangguan penglihatan dan pendengaran

Gatal, sepsis, nyeri

Infeksi

Penyakit anorektal

Disfungsi biliari

Hepatitis

Diare

Ensepalopati akut

Kompleks demensia

Lesi mulut

Nutrisi inadekuat

Cairan berkurang

Gangguan body imageapas

Tidak efektif pol napas

Tidak efektfi bersihan jalan napas

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Gangguan pola BAB

Nutrisi inadekuat

Cairan berkurang

Gangguan rasa nyaman : nyeri

hipertermi

Gangguan mobilisasi

Aktivitas intolerans

Gangguan sensori

Tempat/tanggal pengkajian : Tropik Laki, 05 12 - 2001

Tgl. MRS : 03 12 2001

No. register : 10103653