Upload
phyna27
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
1/13
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN II
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL
OLEH :
KELOMPOK 7
ARBITYA TRIJULIAWAN (201210330311068)
PUTRI DERY CAHYANI (201210330311135)
AFINA FITRA FIRDAUS (201210330311167)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
2/13
i
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI ........................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Konteks Sejarah Bangsa Indonesia ...................................................... 3
2.2 Kaum Santri Penggerak Pembaruan..................................................... 4
2.3 Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial Keagamaan Terbuka ........... 6
2.4 Dampak Gerakan Sosial Muhammadiyah ............................................ 8
2.5 Perlu Perumusan Ulang Gerakan Sosial Muhammadiyah ................... 8
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
3/13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan
di dunia. Besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran
penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat Islam dan pencerdasan
bangsa. Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah satu
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling
menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan.
“Semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi
Muhammad”, itulah ajaran utama dari K.H.Ahmad Dahlan. Ajaran ini terus
dipegang oleh anggota Muhammadiyah sampai sekarang. Ini juga reformasi yang
dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan terhadap ajaran agama yang berlangsung saat
itu di Jawa. Dahlan juga mereformasi sistem pendidikan pesantren yang
menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya karena
mengutamakan menghafal serta tidak merespons ilmu pengetahuan umum,
Dahlan juga memurnikan agama Islam dari percampurannya dengan agama
Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial maksudnya adalah segala upaya
yang dilakukan oleh Muhammadiyah yang bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan masyarakat (Islam) dalam rangka menegakkan ajaran-ajaran Islam.
Dalam konteks sosial, Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
4/13
2
kontribusi dalam segala bidang, politik, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
agama kepada bangsa dan hal ini telah dilakukan oleh Muhammadiyah sejak
Muhammadiyah didirikan sampai saat ini.
Misi Muhammadiyah dalam bidang sosial diarahkan kepada terwujudnya
manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu bersaing didunia global. Dalam
mewujudkan gerakan sosial tersebut, Muhammadiyah mendorong etos kerja dan
amanah bagi semua pengemban amal usaha Muhammadiyah. Dengan etos
semacam ini, Syafiq Mughni pernah menyatakan bahwa ada orang bilang
Muhammadiyah it seperti jam dinding. Tidak terdengar bunyinya tapi bergerak
terus. Di dalam terdapat onderdil yang beragam tapi membentuk suatu sistem.
Masing-masing menjalankan fungsinya dengan baik. Sekalipun kadang terdapat
masalah, ia akan kembali berjalan dengan normal apabila telah ditangani oleh
ahlinya.
Muhammadiyah dikenal bukan karena suka konflik, ia dikenal karena
mempunyai banyak amal usahan dan pikiran-pikiran pencerahannya. Tidak sedikit
orang penasaran apa rahasia dibalik kinerja seperti itu. Sebagian dari jawabannya
ialah karena kesadaran akan sejarah. Perjalanan Muhammadiyah masa lampau
dengan seluruh dinamikanya adalah bahan baku bagi bangunan Muhammadiyah.
Orang tidak mungkin memahami jika tidak menghayati denyut nadinya. Sejarah
perjalanan sebuah organisasi sangat penting untuk kesehatannya sebagaimana
rekam medis bagis kesehatan seseorang.
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
5/13
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konteks Sejarah Bangsa Indonesia
Abad ke-20 menjadi saksi torehan sejarah penting dalam perjalanan rakyat
Indonesia dimana terjadi pergerseran peran dari perkotaan menjadi pedesaan
sebagai tempat berlangsungnya perubahan. Tuntutan akan lahan dan tenaga kerja
kaum penjajah telah mengubah tatanan masyarakat di abad ke-19 sehingga
pertumbuhan usaha perdagangan dan industri di abad ke-20 telah menjadi
perangsang dalam bidang pembangunan kehidupan sosial di pusat-pusat kegiatan
tersebut.
Di samping perdagangan dan industri, peranan pendidikan dalam mobilitas
sosial juga tidak dapat dikesampingkan. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh
Drs. H. Ahd. Suhaimi, M. Pd. mengatakan “ Pendidikan pada hakekatnya
merupakan tali untuk mengantarkan peserta didik menuju kesadaran sosial yang
lebih tinggi dari sebenarnya isi mengenyam pendidikan.”. sehingga jelas bahwa
pendidikan yang dilakukan akan memberikan sumbangsih yang cukup besar
terhadap pergerakan sosial. Selain itu pula Sartono juga memberikan pendapat
dimana ia berkata bahwa kebijakan pengangkatan pegawai negeri didasarkan pada
pendidikan, dan pendidikan ala barat lebih didahulukan. Meskipun untuk jabatan-
jabatan tinggi dalam pemerintahan dituntut adanya “trah” bangsawan, namun
pendidikan umum telah menghasilkan mobilitas vertikal dari banyak orang tanpa
memandang asal-usul keturunan.
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
6/13
4
Di abad ke-20, para pedagang, cendekiawan, dan pegawai pemerintah
merupakan golongan menengah kota, dapat ditambahkan pemilik tanah didaerah
pedalaman yang merupakan golongan menengah pedesaan. Kedua jenis golongan
menengah ini berbeda satu dengan yang lainnya karena yang satu sangat
dipengaruhi pemikiran barat tentang masyarakat bebas, sedangkan golongan
kedua hidup dalam masyarakat yang relatif tertutup.
Dengan demikian maka dapat dibagi menjadi 3 golongan muslim yaitu yang
pertama ialah santri yaitu orang yang berorientasi kepada kebudayaan Islam, yang
kedua ialah Muslim yang berorientasi kepada tradisi dan adat, dan yang ketiga
ialah golongan yang berorientasi pada pemikiran barat.
2.2 Kaum Santri Penggerak Pembaruan
Kebangkitan agama sebagai gerakan juga telah mendorong gerakan
menentang kekuasaan kolonial, bersamaan dengan berbagai gerakan protes
didaerah pedesaan jawa. Berlainan dengan kebangkitan di abad XIX ini yang
bersifat kedesaan, kolot dan konservatif, kebangkitan kaum santri di abad XX
bersifat kekotaan, reformis, dan dinamis.
A. KH. Ahmad Dahlan Seorang Santri Golongan Menengah
Ahmad Dahlan, pendiri gerakan Muhammadiyah adalah sebagai contoh
terkemuka dari seorang santri merangkap pedagang dari Kauman. Ia adalah
seorang khatib di Masjid Agung Kraton Yogyakarta, namun juga dikenal
sebagai pedagang batik yang berhasil memiliki jaringan di banyak kota.
Diantara abdi dalem santri, hanya mereka yang dianugrahi jabatan sebagai
penghulu yang menganut etika priyayi.
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
7/13
5
Sejarah kaum santri golongan menengah dikatakan bahwa setelah terjadi
kemunduran, para santri pengusaha bergabung ke Muhammadiyah, sedangkan
santri petaninya masuk NU. Meskipun mayoritas anggota NU petani namun
para pengurusnya kebanyakan golongan menengah, baik pedagang maupun
petani kaya. Adalah sifat kedesaannya yang menjadikan NU berkebudayaan
yang beraliran modern maupun NU yang beraliran tradisional, memiliki ciri
yang sama, yakni bahwa keduannya didirikan dan disebarkan melalui
hubungan pribadi dan berkeluarga.
B. Latar Belakang KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari
Para pemimpin Muhammadiyah berpusat disekitar kampung kauman
Yogyakarta, sedangkan pemuka NU di Pesantren tebuireng di Jawa Timur.
Situasi kepemimpinan kedua organisasi itu pada dasarnya tetap sama,
meskipun disiratkan bahwa para pemimpin NU adalah tipe kharismatik-otoriter
dari kebudayaan petani, sedangkan para pemuka Muhammadiyah adalah dari
tipe rasional-demokratik dari kebudayaan borjuis. Sebenarnya, baik pendiri NU
maupun Muhammadiyah sama-sama mendapatkan pendidikan dalam
lingkungan tradisi pesantren, bahkan dikatakan bahwa Ahmad Dahlan dan
Hasyim Asy’ari dari NU adalah kawan sekamar ketika belajar di pesantren
Semarang.
Wertheim, ilmuan pertama yang melakukan pengamatan hubungan
pembaharuan agama beraliran modern dengan sifat borjuis dalam penelitian
tentang perubahan sosial di Indonesia. Disusul kemudian oleh banyak peneliti
lainnya. Dengan nada yang sama, penelitian Greertz tentang kota-kota kecil di
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
8/13
6
Jawa Timur menemukan bahwa kaum santri perkotaan masuk Muhammadiyah
yang beraliran modern dan kaum santri pedesaan bergabung dengan NU yang
beraliran konservatif. Greertz memandang bahwa Muhammadiyah lebih
sebagai jenis persyarikatan dengan pengorganisasian yang ketat dan
bersemangat agresif.
2.3 Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial Keagamaan Terbuka
Muhammadiyah melambangkan sebuah masyarakat terbuka dalam proses
kelahirannya. Kegiatan dakwah dengan tabligh jauh berbeda dengan suasana dan
iklim dalam pertemuan masyarakat tertutup seperti dalam gerakan tarekat yang
ada yang biasanya diliputi suasana angker untuk dzikir dan wirid. Sebagaimana
kecenderungan kesikap modern dalam Muhammadiyah membedakan organisasi
ini dari kalangan agama tradisional, demikian juga ia membedakan dirinya dalam
banyak hal dengan kalangan abangan dengan kebudayaan sinkretik.
A. Muhammadiyah Gerakan Pemurnian Islam
Gerakan pemurnian ditujukan baik kepada kalangan tradisional maupun
kalangan Islam dari sifat khurafat (tahayul). Sisa-sisa kebudayaan kuno yang
melekat dikalangan abangan sebagai contoh Peacock menunjuk pada sistem
kognitif. Jika seorang abangan lebih menginat hari lahirnya, seorang
Muhammadiyah lebih suka menginat tahun kelahirannya.
Muhammadiyah lahir dengan orientasi keagamaan. Muhammadiyah lebih
menampilkan diri sebagai gerakan puritan untuk menghapus beban-beban
kultural yang terkena pengaruh budaya agraris. Muhammadiyah berupaya
untuk melakukan pembaharuan kualitatif yang bersifat keagamaan, seatu
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
9/13
7
dealiktika internal yang secara inheren memang selalu muncul di dalam Islam.
Dengan semangat kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
B. Gerakan Kualitatif-Kuantitatif
Perkembngan selanjutnya ternyata bahwa gerakan kualitatif itu
menimbulkan dampak kuantitatif. Dengan kata lain gerakan kultural
Muhammadiyah ternyata menimbulkan dampak sosial. Muhammadiyah
misalnya telah menyebabkan longgarnya ikatan paternalisme santri-kyai;
demikan juga telah menyebabkan memudarnya otoritas pesantren akibat
dikembangkannya lembaga-lembaga pendidikan baru. Ketika Muhammadiyah
makin bergerak pada tingkat kuantitatif, jelaslah bahwa ia semakin muncul
menjadi kekuatan sosial dan politik.
C.
Reaksi Kaum Tradisional
Pada tataran masalah basis sosial inilah kita melihat latar belakang
lahirnya NU. Sesungguhnya NU lahir karena reaksi terhadap 2 hal yakni
pertama ia merupakan reaksi dari politisasi agama yang dilakukan SI serta
kedua reaksi terhadap gerakan pembaharuan Muhammadiyah. Berbeda dengan
Muhammadiyah, NU sebenarnya bertujuan untuk melestarikan lembaga-
lembaga dan tradisi-tradisi Islam Agraris dengan solidaritas mekanis-
komunalnya.
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
10/13
8
D. Basis Sosial Muhammadiyah dan NU
Perbedaan mendasar antara Muhammadiyah dan SI di satu pihak dan NU
dilain pihak sesungguhnya adalah karena keduanya memiliki basis sosial yang
berbeda. NU bagaimanapun tetap mewakili tradisi masyarakat komunal-agraris
yang dijalin dalam ikatan-ikatan solidaritas mekanis-paternalistik. Di lain pihak
SI dan Muhammadiyah muncul sebagai wadah yang mewakili tradisi baru
masyarakat urban, pedagang dengan ikatan solidaritas organis-partisipatif.
Pada perkembangan selanjutnya NU juga berusaha menerapkan bentuk-
bentuk pengorganisasian baru, suatu tuntutan yang tampaknya tidak terelakkan
namun segera akan terlihat adanya ambivalensi. Dalam konteks ini, NU jelas
berbeda sekali dengan Muhammadiyah. Sementara NU mengalami ambivalensi
organisatoris, Muhammadiyah tampak jauh solid. Ini dikarenakan sejak awal
Muhammadiyah membentuk organisasi atas dasar ikatan asosiasional.
2.4 Dampak Gerakan Sosial Muhammadiyah
Sebagai gerkan sosial keagamaan, selama ini Muhammadiyah telah
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk pembinaan individu
maupun sosial masyarakat Islam di Indonesia. Pada level individual, cita-cita
pembentukan pribadi muslim dengan kualifikasi-kualifikasi moral dan etika
Islam, terasa sangat karakteristik.
2.5
Perlu Perumusan Ulang Gerakan Sosial Muhammadiyah
Sebagai suatu gerakan dakwah yang bersifat multidimensional,
Muhammadiyah mesti akan selalu berubah secara dinamis sesuai dengan konteks
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
11/13
9
dimana dia hidup. Pada zaman penjajahan misalnya, sudah barang tentu
multidimesionalias. Muhammadiyah digerakkan kepada masalah-masalah
pemmbebasan bangsa dari penjajahan, kecerdasan kehidupan bangsa dan lain-lain.
Pada masa berikutnya tentu terjadi suatu evolusi persepsional yang dinamis, yang
tetap merujuk pada gambaran dakwah yang sosial rekonstruksi yang
multidimensional tersebut.
Dari perspektif transformatis sosial, Muhammadiyah sesungguhnya belum
memiliki konsep gerakan soaial yang jelas, selama ini kegiatan pembinaan warga
Muhammadiyah lebih diorientasikan kepada kegiatan untuk mengelola
pengelompokan-pengelompokan yang didasarkan pada diferensiasi jenis kelamin
dan usia. Contohnya NA, Aisyiyah, IPM IMM dsb.
Melihat realitas itu semua meskipun secara realitas prestasi yang dicapai,
namun Muhammadiyah masih dihadapkan pada tantangan-tantangan kedepan.
Amien Rais pada tahun 1993 pernah mengemukakan kendala-kendala yang
dihadai oleh Muhammadiyah. Meskipun pernyataan tersebut ditulis sekian tahun
yang lalu pernyataan itu masih terasa. Selain itu pula ketika muktamar tahun 2005
di UMM yang ke-45 terjadi berbagai peristiwa yang bergejolak di tubuh
Muhammadiyah itu sendiri.
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
12/13
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial sudah sangat membantu dalam
melakukan kinerja demi tercapainya tujuan yang telah dirancang jauh-jauh hari.
Namun setiap organisasi tentunya akan selalu mendapat sebuah masalah yang
dalam hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah tantangan bagi organisasi itu sendiri
sehingga nantinya Muhammadiyah dapat terus maju mengikuti zaman atau tidak
hilang dipersimpangan jalan. Maka Muhammadiyah sebagai gerakan
pembaharuan perlu kiranya untuk terus melakukan perbaikan dari celah yang ada
padanya agar tidak tergoyahkan oleh karena celah-celah tersebut.
8/16/2019 AIK II Muhammadiyah Sbg Gerakan Sosial FK KELOMPOK 7
13/13
11
DAFTAR PUSTAKA
AIK. 2012. Al-Islam – Kemuhammadiyahan 3. UMM Press. Malang. pp. 109-
118.
Suhaimi, Ahd. Peran Pendidikan dalam Mewujudkan Mobilitas Sosial.
Kementrian Agama Kalimantan Selatan. Diakses pada 3 Mei 2016 <
http://kalsel.kemenag.go.id/file/file/Jurnal/woxq1384098956.pdf >.
http://kalsel.kemenag.go.id/file/file/Jurnal/woxq1384098956.pdfhttp://kalsel.kemenag.go.id/file/file/Jurnal/woxq1384098956.pdf