Upload
liya-kurnia
View
136
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
2.4 Akromegali
2.4.1 Definisi
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros yang berarti
ekstremitas, dan megas, yang berarti besar. Penyakit ini merupakan penyakit
kronis yang ditandai oleh pertumbuhan tulang ekstremitas, muka, rahang, dan
jaringan lunak secara berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat
hipersekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan
lempeng epifiseal (Sudiono, 2007).
Hipersekresi GH setelah penutupan lempeng epifisis tidak
menyebabkan penambahan panjang tulang tetapi menyebabkan pembesaran
yang tidak proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang pipi dan
wajah dan memperbesar ukuran tangan dan kaki. (Sloane. 2004)
Hipersekresi hormon pertumbuhan bisa disebabkan oleh disfungsi
hipotalamus atau yang lebih sering adalah adenoma hipofisis. Adenoma
hipofisis ditemukan pada pasien dengan akromegali. Akromegali adalah
penyakit kronis, progresif dan menimbulkan cacat badan. Penyebab kematian
akromegali adalah kardiomiopati dengan kegagalan jantung kongestif,
hipertensi, diabetes melitus dan infeksi paru. Akromegali timbul apabila
hipersekresi hormon pertumbuhan terjadi pada masa dewasa dan mengenai
pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulang, misalnya hidung, bibir,
rahang, dahi, tangan dan kaki karena pertumbuhan atau pembesaran
berlangsung secara progresif. (Baradero. et. al. 2009)
2.4.2 Etiologi
Pada hampir 90% kasus akromegali disebabkan oleh
hipersekresi growth hormone dari disfungsi hipotalamus atau
adenoma hipofisis jinak atau yang dinamakan
somatotropinoma. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium
ditemukan peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Selain
itu penilaian terhadap efek perifer hipersekresi hormon
pertumbuhan didapatkan peningkatan kadar insulin like
growth factor-I (IGF-I) (Sudiono, 2007).
Kadang-kadang, tumor hipofisis menghasilkan prolaktin
bersama hormon pertumbuhan atau hormon lainnya,
3
termasuk TSH atau ACTH (adrenal corticotropic hormone).
Adenoma ini meskipun paling sering muncul di lokasi ektopik.
Jarang sekali keadaan yang tidak dapat dibedakan secara
klinis dari akromegali ini dapat ditemukan pada indivodu
dengan kadar hormon pertumbuhan basal dan dinamis yang
normal dengan sekret hipofisis yang tidak terdeteksi. Kasus
semacam ini mempunyai faktor pencetus pertumbuhan yang
unik, dan didiagnosis sebagai akromegaloidisme. Secara
umum kadar hormon pertumbuhan secara proposional dengan
ukuran adenoma dan keparahan penyakit secara menyeluruh.
(Sudiono, 2007).
2.4.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis akromegali yang muncul perlahan
selama bertahun-tahun menyebabkan terdapatnya rentang
waktu yang lama antara diagnosis dengan waktu timbulnya
gejala untuk pertama kali yaitu berkisar antara 5-32 tahun.
Pada hampir 70% kasus saat diagnosis akromegali ditegakkan
ukuran tumor telah mencapai >10 mm (makro-adenoma).
Penekanan terhadap kiasma optikum terjadi pada 70-73%
kasus. (Cahyanur dan Soewondo. 2010)
Manifestasi klinis yang ditemukan bervariasi dari
sekedar pembesaran akral, pembengkakan jaringan lunak
hingga terjadinya osteoartritis, diabetes melitus dan
hipertensi. (Cahyanur dan Soewondo. 2010)
Keluhan-keluhan terbagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Akibat massa tumor :
a. sakit kepala
b. defek lapangan pandangan
c. hemianopsia bitemporal
d. keluhan-keluhan akibat hiperprolaktinemia
e. defisiensi gonadotropin
f. glukokortikoid dan hormon tiroid.
2. Akibat kelebihan GH / IGF-1:
4
a. Amat cepat pertambahan tinggi badan (gigantisme)
b. Pembengkakan jaringan lunak dan pembesaran ekstremitas
(peningkatan ukuran cincin dan sepatu)
c. Hiperhidrosis
d. Wajah besar
e. Prognatisme
f. Makroglosia
g. Artritis
h. Apneu obstruktif sewaktu tidur
i. Intoleransi glukosa / DM
j. Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
k. Hiperfosfatemia
l. Hiperkalsiuria
m. Hipertrigliseridemia
n. Payah jantung
o. Polip / Ca colon. (Gayton & Hall. 2007)
Berikut adalah manifestasi berdasar pengelompokan sistem tubuh :
Efek lokal tumor Pembesaran hipofisis, defek lapang, kelumpuhan saraf
kranial, sakit kepala
Sistem somatik Pembesaran akral
Sistem Muskuloskeletal Gigantisme, prognatism, maloklusi, atralgia, atritis,
sindrom carpal tunnel, miopati
Kulit dan saluran cerna Hiperhidrosis, skin tag, polip kolon
Sistem kardiovaskular Hipertrofi ventrikel kiri, kariomiopati, hipertensi, gagal
jantung kongestif
Sistem pernapasan Gangguan tidur, sleep apnea, narkolepsi
Viseromegali Lidah, kelenjar tiroid, kelenjar saliva, hati, lima, ginjal,
prostat
Sistem endokrin dan metabolik Reproduksi: gangguan menstruasi, galak torea, impotensi
MEN tipe I: hiperparatiroidisme, tumor pankreas
Karbohidrat: gangguan metabolisme glukosa, resistensi
insulin, hiperinsulinemia, diabetes mellitus
Lemak: hipertrigliseridemia
5
Mineral: hiperkalsiuria, peningkatan kadar vitamin
Elektrolit: penurunan kadar renin, peningkatan kadar
aldosteron
Tiroid: penurunan kadar thyroxine binding globulin,
goiter
Hiperskresi GH yang persisten menstimulasi sekresi IGF-
1 (insulin-like growth factor-1) oleh hati yang menimbulkan
banyak manifestasi klinis. Jika adenoma somatotrof tumbuh
pada anak-anak sebelum lempeng epifisis menutup, kenaikan
kadar GH menimbulkan gigantisme. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan ukuran tubuh secara menyeluruh dengan lengan
dan tungkai memanjang secara tidak proporsional. Jika
peningkatan GH terjadi sesudah penutupan lempeng epifisis,
pasien mengalami akromegali dengan pembesaran kepala,
tangan, kaki, rahang, lidah dan jaringan lunak. (Mitchell. et .al.
2009)
Efek patologis dari kelebihan GH antara lain pertumbuhan berlebihan
di daerah acral (macrognathia, pembesaran struktur tulang muka, pembesaran
tangan dan kaki, pertumbuhan berlebihan alat-alat viseral, (seperti
makroglosia, pembesaran otot jantung, thyroid, hati, ginjal), antagonisme
insulin, retensi nitrogen dan peningkatan risiko polip / tumor kolon.
Manifestasi klinis akromegali akibat hipersekresi hormon GH antara
lain sebagai berikut :
a. Perubahan pada bentuk wajah : hidung, bibir, dahi, rahang serta
lipatan kulit menjadi besar dan kasar secara progresif. Rahang bawah
menjadi besar dan menonjol ke depan sehingga gigi renggang.
Jaringan lunak juga tumbuh sehingga wajah kelihatan seperti ada
edema.
b. Kedua tangan dan kaki membesar secara progresif.
c. Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar dan organ lainnya
juga membesar.
d. Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang sampai timbul diabetes
melitus.
6
e. Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.
f. Cepat lelah dan letargi. (Baradero. et. al. 2009)
2.4.5 Pemeriksaan Penunjang
Perangkat diagnostik yang dibutuhkan untuk pasien
akromegali adalah sebagai berikut :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan
membantu mendiagnosis kelebihan hormon
pertumbuhan.
2. Pemeriksaan darah yang mengukur peningkatan kadar
GH akan mendukung diagnosis akromegali.
3. Peningkatan kadar glukosa darah dapat terjadi pada
kedua kondisi tersebut (gigantisme dan akromegali).
(Corwin. 2009)
Pemantauan respon biokimiawi terapi dilakukan dengan
memeriksa kadar hormon pertumbuhan setelah pembebanan
glukosa lebih baik dibandingkan pemeriksaan kadar hormon
sewaktu. Umumnya pemeriksaan tersebut dilakukan 3-6 bulan
setelah pembedahan. Kendali biokimiawi didefinisikan sebagai
kadar hormon pertumbuhan <1,0 ng/ml setelah pembebanan
glukosa dan kadar IGF-I yang normal.
Pemeriksaan MRI pascaoperasi umumnya dilakukan 3-4
bulan kemudian. Pada pasien yang menjalani terapi
medikamentosa, pemeriksaan MRI dilakukan setiap 3-6 bulan
setelah terapi dimulai.
Pemeriksaan hormon hipofisis dilakukan segera setelah
terapi pembedahan untuk mengevaluasi preservasi fungsi
hipofisis serta terjadinya insufisiensi adrenal. Pada pasien
yang menjalani terapi medikamentosa, pemeriksaan hormon
hipofisis lainnya dilakukan sesuai penilaian klinis. (Cahyanur dan
Soewondo. 2010)
2.3.6 Penatalaksanaan Akromegali
7
Penatalaksanaan akromegali ditekankan pada
pengembalian fungsi hormon pertumbuhan pada kondisi
yang normal dan mengembalikan fungsi normal hipofisis.
Terapi hiperekskresi growth hormone dapat dilakukan dengan
cara:
1. Eksisi Tumor
Eksisi tumor dilakukan untuk mengangkat tumor pada
hipofisis yang mengekskresikan hormon pertumbuhan
2. Radiasi
Eksisi paling umum yakni bedah trans-sfenoidal yang
dapat memberikan respon cepat, yaitu membuang
jaringan hiperekskresi. Radiasi hipofisis yang besar yang
tidak seluruh tumor bisa diangkat. Delapan puluh persen
dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan
dengan radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping
radiasi yang paling sering ditemukan adalah
hipopitutarisme (Mary,2009).
3. Medikamentosa
Selain pembedahan dan radiasi, terapi medikamentosa
pada akromegali terdiri atas tiga golongan, yakni agonis
dopamin, analog somatostatin dan antagonis reseptor
hormon pertumbuhan (Melmed, 2009).
a. Agonis Dopamin
Terdiri dari bromokriptin dan cabergoline.
Pasien yang menolak menggunakan tindakan
operasi dapat memilih tindakan medikamentosa.
Bromokriptin dapat menurunkan kadar growth
hormone dalam 60 sampai 80 persen pasien, tetapi
hanya pada sekitar 40% kadarnya menjadi normal
(Sabiston, 1995).
b. Analog Somatostatin
Bekerja menyerupai hormon somatostatin
yakni menghambat sekresi growth hormone. Obat
8
ini memiliki kemampuan 70% dalam menormalisasi
GH. Selain itu analog somatostatin juga dapat
mengecilkan ukuran tumor (80%), perbaikan fungsi
jantung, tekanan darah, serta profil lipid (Colao,
2009).
c. Antagonis Reseptor
Dapat digunakan dalam kasus akromegali
yang tidak dapat dikontrol dengan terapi
pembedahan, penggunaan obat agonis dopamin
dan analog somatostatin.
d. Bromokriptin
Suatu antagonis dopamin dapat efektif
untuk menurunkan hormon GH. (Corwin. 2009)
9