49
AKSI DEMONSTRASI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: DAMAR DONO 03370276 PEMBIMBING 1. Drs. M. RIZAL QOSIM, M. Si. 2. Drs. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag. JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010

AKSI DEMONSTRASI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM …digilib.uin-suka.ac.id/4282/1/BAB I,V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · 2012. 9. 6. · aksi demonstrasi perspektif hukum pidana islam skripsi

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • AKSI DEMONSTRASI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

    SKRIPSI

    SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU

    DALAM ILMU HUKUM ISLAM

    OLEH:

    DAMAR DONO 03370276

    PEMBIMBING

    1. Drs. M. RIZAL QOSIM, M. Si. 2. Drs. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag.

    JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

    2010

  • ii

    ABSTRAK

    Awal reformasi ditandai oleh krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia,dan salah satu fenomena yang timbul dan membekas pada waktu itu adalah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat. Dan aksi demonstrasi sampai sekarang menjadi sesuatu yang lazim terjadi bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara aksi demonstrasi merupakan pertanda sehatnya sistem pemerintahan ( demokrasi ) yang sedang berjalan yaitu terjaminnya hak seseorang ataupun kelompok untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikannya. Namun permasalahan muncul ketika aksi demonstrasi yang seharusnya menjadi sosial kotrol berjalan tanpa aturan atau bahkan melanggar aturan hukum, moral dan etika sehingga terjadi kekacauan, anarkis, bersifat destruktif dan merugikan. Misalnya dengan merusak fasilitas umum, mengganggu ketertiban umum, atau bahkan perbuatan anarkis yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

    Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk menganalisa tinjauan hukum Islam terhadap aksi demonstrasi, sehingga penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan pendekatan normatif dan menggunakan metode analisis data kualitatif, sehingga nantinya diharapkan dapat menganalisa dengan jelas tinjauan hukum Islam terhadap kedudukan aksi demostrasi dengan tehnik pengumpulan data melalui penelaahan terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitaan dengan permasalahan yang dimaksud.

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hukum positif Indonesia dan hukum Islam mempunyai pendirian yang sama yaitu menjamin kebebasan setiap orang untuk mengutarakan pikiran, pendapat, saran, kritik, dan sebagainya, sepanjang mematuhi aturan yang telah ditetapkan dan tidak bersifat anarkis, destruktif. Jaminan tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum dan juga dalil-dalil yang memerintahkan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar di dalam al-Qur’an maupun Hadits.

  • v

  • vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada :

    � AYAH DAN BUNDAKU TERCINTA YANG SELALU

    MENYAYANGI DAN MENDOAKAN AKU

  • viii

    KATA PENGANTAR

    ��� ا ا���� ا�����

    � ا���ن وا���م أ��� أن إ�� إ ا��� ���ا�"� ا�!ى أ�

    ف ا.�-��ء وأ��� أن +"�ا ر�(ل ا وا�'�ة وا���م %$# أ��

    �� وا���$�� ����� +"� و%$# ا�� و1"-� أ0��� أ+� �

    Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang

    senantiasa melimpahkan berkah, rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga

    penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang amat sangat sederhana ini. Shalawat

    serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammmad SAW,

    beserta keluarga, dan para sahabatnya.

    Meskipun penyusunan skripsi ini baru merupakan tahap awal dari sebuah

    perjalanan panjang cita-cita akademis, namun penyusun berharap semoga karya

    ilmiah ini mempunyai nilai manfaat yang luas bagi perkembangan ilmu

    pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum Islam disamping itu penyusun

    menyadari bahwa sekripsi ini tidak akan lepas dari kesalahan dan kekurangan.

    Oleh karena itu segala kritik dan saran, penyusun sangat harapkan dan akan

    diterima dengan senang hati.

    Keseluruhan proses penyusunan skripsi ini telah melibatkan berbagai

    pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penyusun haturkan banyak terima

    kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan dan bantuan sehingga

    terselesaikan skripsi ini. Sebagai rasa hormat dan syukur, ucapan terima kasih

    penyusun sampaikan kepada :

    1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas

    Syari'ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

    2. Bapak Drs. Makhrus Munajat, M.Hum selaku Pembimbing Akademik

    dan Ketua Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah UIN Sunan

    Kalijaga Yogyakarta.

  • ix

    3. Bapak Drs. M.Rizal, M.Si Qosim selaku Dosen pembimbing I yang

    dengan sabar membimbing, memberikan masukan dan mengoreksi skripsi

    ini.

    4. Bapak Drs. Ocktoberrinsyah, M. Ag selaku Dosen Pembimbing II yang

    telah berkenan meluangkan waktu memberikan arahan dalam penyusunan

    skripsi ini.

    5. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga yang ikhlas

    mentransfer segenap ilmunya untuk kami.

    6. Kepada Ayahanda beserta Ibunda tercinta, terima kasih atas kucuran

    keringat dan doa-doamu yang tidak pernah lelah, Rabbi Irhamhuma kama

    Rabbayani Saghira.

    7. Sahabat-sahabat yang telah memberikan satu pesan bahwa kebersamaan

    dan kekompakan itu indah untuk dikenang. (Dimas, Mastur, Mashuri,

    Acep, Wildan, Amin, Mughits, Haryanto, Nurudin, Miftahul Huda ) dan

    terima kasih buat semuanya.

    Hanya kepada Allah SWT penyusun bersimpuh dan berdoa semoga

    iradahNya senantiasa membawa mereka atas kebahagiaan yang hakiki. Penyusun

    menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena kami hanya seorang

    yang dhaif dan tak mungkin seperti ini bila tidak Engkau kehendaki. Akhirnya

    penyusun berharap semoga skripsi dapat bermanfaat. Amien!

    Penyusun

    Damar Dono NIM. 03370276

    12 Shafar 1431 H Yogyakarta,

    28 Januari 2010 M

  • x

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Transliterasi kata-kata Arab ke dalam kata-kata Latin yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543 b/U/1987.

    A. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

    أ

    ب

    ت

    ث

    ج

    ح

    خ

    د

    ذ

    ر

    ز

    س

    ش

    ص

    ض

    ط

    ظ

    ع

    غ

    ف

    ق

    ك

    ل

    Alif

    Ba`

    Ta`

    Sa`

    Jim

    Ha

    Kha

    Dal

    Zal

    Ra`

    Za`

    Sin

    Syin

    Sad

    Dad

    Ta

    Za

    ‘Ain

    Gain

    Fa`

    Qaf

    Kaf

    Lam

    tidak dilambangkan

    b

    t

    ś

    j

    h�

    kh

    d

    Ŝ

    r

    z

    s

    sy

    ş

    d�

    Ń

    z�

    g

    f

    q

    k

    l

    tidak dilambangkan

    be

    te

    es (dengan titik di atas)

    je

    ha (dengan titik di bawah)

    ka dan ha

    de

    zet (dengan titik di atas)

    er

    zet

    es

    es dan ye

    es (dengan titik di bawah)

    de (dengan titik di bawah)

    te (dengan titik di bawah)

    za (dengan titik di bawah)

    koma di atas

    ge

    ef

    qi

    ka

    `el

  • xi

    م

    ن

    و

    ء

    ي

    Mim

    Nun

    Wawu

    Ha`

    Hamzah

    Ya`

    m

    n

    w

    h

    `

    y

    `em

    `en

    w

    ha

    apostrof

    ye

    B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap

    �� !

    &%$#دة

    ditulis

    ditulis

    łayyibatun

    muta’addidatun

    C. Ta` Marbutah di Akhir Kata 1. Bila dimatikan ditulis “h”

    �()*

    �+&,$&

    ditulis

    ditulis

    hikmah

    mu’āmalah (ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) 2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu

    terpisah, maka ditulis dengan “h”

    �/+0&�ا3)12+

    ditulis

    maşlahah al-mursalah

    3. Bila ta` marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan

    dammah ditulis dengan “t”

    ا2783زآ,ة

    ditulis

    Zakāt al-fi Ńri

  • xii

    D. Vokal Pendek

    Fathah

    Dammah

    Kasrah

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    a

    u

    i

    E. Vokal Panjang

    1. fathah + alif

    � ;,ه+

    2. fathah + ya` mati

    ?

    3. kasrah + ya` mati

    @A2آ

    4. dammah + wawu mati

    *BCق

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ā

    jāhihihihiliyyah

    tansā

    ī

    kar īm

    ū

    huqūq

    F. Vokal Rangkap

    1. fathah + ya` mati

    @)> F

    2. fathah + wawu mati

    BGل

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ai

    bainakum

    au

    qaul

    G. Vokal Pendek Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

    @%Hأأ

    ditulis

    a`antum

  • xiii

    IJ3@?2)K ditulis la`in syakartum

    H. Kata Sambung Alif + Lam

    1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”(el)

    ا2C3ان

    اC3 ,س

    ditulis

    ditulis

    al-Qur`ān

    al-Qiyās

    2. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf

    syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf “l”(el)nya

    ا3=),ء

    L(M3ا

    ditulis

    ditulis

    as-samā

    asy-syamsu

    I. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis Menurut Bunyi

    Pengucapannya dan Penulisannya

    N(+O ٍاذا

    � اهQ ا3=<

    ditulis

    ditulis

    iźā ‘alimat

    ahl as-sunnah

  • xiv

    RENCANA DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    ABSTRAK .....................................................................................................ii

    HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

    MOTTO ......................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ x

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    B. Pokok Masalah ........................................................................... 5

    C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 6

    D. Telaah Pustaka ........................................................................... 6

    E. Kerangka Teoritik ...................................................................... 10

    F. Metode Penelitian ....................................................................... 14

    G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 17

    BAB II. GAMBARAN UMUM MENGENAI AKSI DEMONSTRASI

    A. Pengertian Aksi Demonstrasi ..................................................... 19

    B. Dasar Hukum Aksi Demonstrasi................................................. 21

    C. Penyebab Aksi Demonstrasi….................................................... 25

  • xv

    D. Sejarah Aksi Demonstrasi Dalam Islam Serta Kasusnya di

    Berbagai Negara…………………………………………... ........ 30

    E. Dampak Aksi demonstrasi…………………………………….....42

    BAB III. KRITERIA AKSI DEMONSTRASI SEBAGAI TINDAK

    PIDANA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA

    DAN KONSEP HUKUM ISLAM TENTANG AKSI

    DEMONSTRASI SEBAGAI SARANA MENYAMPAIKAN

    PENDAPAT DI MUKA UMUM

    A. Definisi Tindak Pidana Dalam Hukum Positif ........................... 44

    B. Asas dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Dalam Hukum Positif .... 45

    C. Macam-Macam Tindak Pidana Dalam Hukum Positif ............... 48

    D. Hukuman Atau Sanksi................................................................. 49

    E. Kriteria Pidana Aksi Demonstrasi Dalam Hukum Positif

    Indonesia... ................................................................................... 50

    F. Konsep Hukum Islam Tentang Aksi Demonstrasi Sebagai

    Sarana Menyampaikan Pendapat di Muka Umum....................... 52

    BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG AKSI

    DEMONSTRASI

    AA.. PPeennggeerrttiiaann HHuukkuumm PPiiddaannaa IIssllaamm.................................................................................................. 6600

    BB.. Unsur-Unsur Hukum Pidana Islam ............................................. 61

    CC.. Klasifikasi Tindak Pidana Dalam Hukum Islam......................... 63

    DD.. Kriteria Aksi Demonstrasi Sebagai Tindak Pidana Menurut

    Hukum Islam............................................................................... 69

  • xvi

    EE.. Sanksi Pelaku Aksi demostrasi ................................................... 73

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................ 78

    B. Saran ........................................................................................... 79

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    I. Halaman Terjemahan .............................................................................. 85

    II. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998................................................... 91

    III. Biografi Tokoh dan Ulama...................................................................... 104

    IV. Curriculum Vitae..................................................................................... 106

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 telah membuka gerbang

    baru perpolitikan Indonesia menuju era Reformasi. Dengan semangat itulah

    bangsa Indonesia membangun kembali kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Bangsa Indonesia sangat mencita-citakan negara yang adil dan menjunjung

    tinggi supremasi hukum serta bersih dari berbagai noda korupsi, kolusi, dan

    nepotisme. Namun berjalannya Reformasi di berbagai bidang harus

    menghadapi tantangan yang berat, di mana situasi politik setelah tumbangnya

    rezim Orde Baru tersebut belum stabil, negara menanggung hutang luar negeri

    yang sangat banyak, dan krisis ekonomi telah menjadi krisis multi dimensi

    yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat baik ekonomi, sosial,

    dan lain sebagainya.

    Salah satu hal yang mewarnai perjalanan Reformasi Indonesia adalah

    aksi demonstrasi atau unjuk rasa yang dilakukan oleh massa, baik dari

    kalangan mahasiswa, simpatisan partai, ormas-ormas atau kelompok

    masyarakat. Dan tumbangnya rezim Orde Baru tidak bisa lepas dari aksi

    demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat sebagai sosial

    kontrol dari para politisi dan ilmuwan terhadap pemerintah.1 Kemudian sejak

    1 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, cet. ke-1 ( Jakarta : Sinar Grafika, 2007 ), hlm.

    127.

  • 2

    saat itu hingga sekarang aksi-aksi demonstrasi atau unjuk rasa tidak asing lagi

    dilihat, bahkan sering berakhir dengan kerusuhan, anarkis, ataupun bentrok

    dengan aparat keamanan. Aksi-aksi tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai

    faktor baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan juga agama.2 Aksi

    demonstrasi memang tidak akan bisa dihentikan atau diberangus secara

    membabi buta mengingat kondisi keadilan belum tertunaikan secara merata.

    Bahkan dalam iklim demokrasi, demonstrasi atau unjuk rasa adalah pilihan

    yang wajar dan bahkan bisa menjadi media untuk mengungkapkan aspirasi

    yang tersumbat oleh sistem maupun mentalitas.3

    Oleh karena itu, tidak ada jaminan bahwa demonstrasi akan hilang

    dengan sendirinya walaupun sistem telah ditata sedemikian rupa. Sebab, tarik-

    menarik kepentingan betapa pun idealnya kepentingan tersebut akan selalu

    menghiasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu aksi

    demonstrasi bisa menjadi alat kontrol terhadap kekuasaan, yakni sebagai alat

    penyeimbang agar tidak terjadi ketimpangan yang destruktif.4

    Akan tetapi bukan berarti aksi demonstrasi merupakan jalan yang

    paling baik lebih-lebih ketika aksi demonstrasi tersebut dipakai sebagai alat

    politik atau ditunggangi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi

    kepentingan individu maupun kelompok kemudian memprovokasi massa,

    2 Said Aqiel Sirajd ,“Islam, Demonstrasi dan Negara,“ http://www2. kompas.com/

    kompas-cetak/0411/01/opini/1325143.htm, akses 9 Oktober 2008. 3 Ibid. 4 Ibid.

  • 3

    mendorong tindakan anarkis, menebar fitnah serta permusuhan, serta

    merendahkan wibawa pemerintah di mata rakyat, dan lain sebagainya.

    Banyak peristiwa buruk terjadi mengiringi aksi-aksi demonstrasi baik

    yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri, di antaranya kasus

    meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat dalam sebuah

    demonstrasi menuntut pembentukan Propinsi Tapanuli yang berakhir rusuh.5

    Peristiwa tersebut dapat menjadi argumen di mana aksi demonstrasi juga bisa

    berubah menjadi aksi anarkis yang membahayakan orang lain, masyarakat,

    dan stabilitas pemerintahan. Maka di satu sisi aksi demonstrasi atau unjuk rasa

    dapat menjadi sarana untuk menyampaikan aspirasi, pendapat, atau kritik yang

    merupakan hak asasi serta dilindungi oleh Undang-Undang dan berdampak

    positif, akan tetapi di sisi lain aksi demonstrasi juga bisa berpotensi

    menimbulkan kerusuhan, perbuatan anarkis, mengganggu ketertiban umum

    serta dampak-dampak negatif lainnya yang bisa dikategori sebagai jarimah (

    tindak pidana ).

    Fenomena aksi demonstrasi yang sering berakhir dengan perbuatan

    anarkis, mengganggu ketertiban umum, dan tanpa solusi, ternyata telah

    memunculkan sikap skeptis terhadap gerakan massa seperti ini6. Dalam

    hukum Islam aksi demonstrasi atau unjuk rasa tidak diatur secara tegas

    sehingga menimbulkan polemik di antara umat Islam sendiri di berbagai

    5 Mgn/Sim/Edi/Ogi-z, “ Demo Anarkis Ketua DPRD Sumut Tewas, “ Kedaulatan

    Rakyat, No. 124, Th.LXIV ( Rabu, 4 Februari 2009 ), hlm. 1. 6 Bobby Savero Kanal, “Demonstrasi : Perjuangan Kontekstual,” http://

    www.wikimu.com/ news/print.aspx?id=8449, akses 25 Juni 2009.

  • 4

    media di antaranya fatwa salah seorang mufti Saudi Arabia Syaikh Abdul

    Aziz bin Abdullah bin Baz:

    Cara yang bagus merupakan sarana terbesar diterimanya kebenaran. Sedang cara yang keliru dan kasar merupakan sarana yang paling berbahaya ditolaknya dan tidak diterimanya kebenaran, atau bisa mengobarkan kekacauan, keźaliman, permusuhan, dan saling menyerang. Dikategorikan dalam permasalahan ini apa yang dikerjakan oleh sebagian orang berupa demonstrasi yang menyebabkan keburukan yang banyak bagi para da’i. Maka berkonvoi di jalan-jalan dan berteriak bukanlah merupakan jalan untuk memperbaiki dan dakwah. Jadi, cara yang benar adalah dengan menziarahi (Pemerintah), menyuratinya dengan cara yang bagus. Nasihatilah para pemimpin, pemerintah, dan kepala suku dengan metode seperti ini. Bukan dengan cara kekerasan dan demonstrasi. Nabi –Şallallahu alaihi wasallam- ketika tinggal di Makkah selama 13 tahun, beliau tidaklah pernah menggunakan demonstrasi dan berkonvoi, serta tidak mengancam orang lain untuk menghancurkan harta-bendanya, dan membunuh mereka. Tak ragu lagi, cara ini akan membahayakan dakwah dan para da’i, akan menghalangi tersebarnya dakwah, membuat para pemimpin teras memusuhinya dan melawannya dengan segala yang mungkin bisa dilakukannya. Mereka (para pelaku demo) menginginkan kebaikan dengan cara seperti tersebut, akan tetapi malah terjadi yang sebaliknya. Maka hendaknya seorang da’i ilallah menempuh jalannya para rasul dan pengikutnya, sekalipun memakan waktu yang panjang. Itu lebih utama dibandingkan perbuatan yang membahayakan dan mempersempit (ruang gerak) dakwah, atau dihabisi.7

    Begitu pula Galih Panggah Waluyo dalam, Aksi Perjuangan Dakwah di

    Jalanan,:

    Bukan mahasiswa kalau nggak demonstrasi”, cetus seorang teman yang juga aktif dalam pergerakan mahasiswa di kampus.Demonstrasi sekarang ini seolah-olah sebagai kebutuhan utama mahasiswa selain kuliah, sejarah telah menorehkan bahwa berbagai catatan perjuangan bangsa ini tidak terlepas yang namanya peran pemuda, khusunya mahasiswa. Yang selalu berada di garda terdepan dalam perjuangan membela rakyat, tapi apakah perjuangan kita di jalan harus identik dengan sesuatu yang berbau anarkis, tentu kita harus bisa memperhatikan fiqh kemaslahatanya di sini, di mana aksi-aksi yang

    7 “ Fatwa Ulama Sunah Tentang Demonstrasi dan Mogok Makan, “ http : // almakasari.

    Com /?p=166, akses 9 oktober 2008.

  • 5

    kita lancarkan di jalanan apakah lebih banyak kemaşlahatanya atau malahan lebih banyak mudaratnya, sehingga kita bisa bijaksana dalam bertindak. Memang kita di sini berada dalam posisi sulit, kalau kita meningkatkan aksi kita di jalanan, tidak jarang mengganggu ketertiban umum dan bahkan tidak jarang pula berakhir dengan bentrok , yang justru itu juga bisa merugikan orang lain sementara kalau aksi kita di jalan tenang tenang saja mungkin akan dianggap angin lalu oleh penguasa,sehingga celah keźaliman penguasa akan semakin lebar. Pemahaman yang keliru tentang unjuk rasa membuat sebagian kaum muslimin antipati dan enggan untuk menggunakan cara tersebut untuk kepentingan dakwah. Padahal, kita memahami bahwa dalam sebuah masyarakat transisi, unjuk rasa atau demonstrasi adalah dinamika yang wajar dan berguna mengawal perubahan itu sendiri. Jadi, tidak ada salah bila gerakan dakwah Islam mengambil manfaat dari unjukrasa sebagai salah satu wasilah (sarana) mencapai sasaran-sasaran dakwah manakala tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syariah.8

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas penyusun kemudian

    tertarik untuk meneliti bagaimana tinjauan hukum Islam tentang aksi

    demonstrasi dan jika aksi demonstrasi atau unjuk rasa masuk dalam kategori

    pidana apa kriteria dan pertanggungjawabannya.

    B. Pokok Masalah

    Berlatarbelakang masalah di atas penyusun merumuskan beberapa

    pokok masalah mengenai aksi demonstrasi yaitu :

    1. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang aksi demonstrasi.

    2. Apa saja kriteria aksi demonstrasi atau unjuk rasa sebagai tindak

    pidana dan bagaimana pertanggungjawabannya menurut hukum

    Islam.

    8 Galih Panggih Waluyo,” Aksi Perjuangan Dakwah di Jalanan, “ http://www.mahad-

    ukhuwah.com/content/view/33/59, akses 9 Oktober 2008.

  • 6

    C. Tujuan dan kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan identifikasi pokok masalah di atas, maka yang menjadi

    tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Untuk mendeskripsikan bagaimana tinjauan hukum Islam

    mengenai aksi demonstrasi.

    b. Untuk mengetahui apa saja kriteria aksi demonstrasi

    sebagai tindak pidana menurut hukum Islam dan bagaimana

    pertanggungjawabannya.

    c. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Islam

    mengatur dan menjamin kebebasan menyampaikan

    berpendapat dan berekspresi.

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang aksi

    demonstrasi atau unjuk rasa dilihat dari sudut pandang

    hukum Islam.

    b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan

    pemikiran khususnya bagi khazanah hukum Islam yang

    penyusun tekuni.

    D. Telaah Pustaka

    Karya ilmiah tentang politik, hukum dan pemerintahan Islam memang

    sudah banyak ditulis, akan tetapi sepengetahuan penyusun belum ada karya

  • 7

    ilmiah maupun buku-buku yang membahas secara spesifik tentang aksi

    demonstrasi atau unjuk rasa, padahal aksi demonstrasi tersebut sudah menjadi

    fenomena yang tidak asing lagi dilihat. Faktor inilah yang mendorong

    penyusun tertarik untuk mengupas masalah yang berhubungan dengan aksi

    demonstrasi.

    Walaupun begitu ada sebuah buku yang mengupas tentang persoalan-

    persoalan hukum Islam kontemporer yaitu karya Abu Yasid, Fiqh To Day,

    Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern, di antara isinya menerangkan

    hukum demonstrasi secara singkat bahwa rakyat berhak mengutarakan

    aspirasinya ataupun mengontrol dan mengoreksi kebijakan pemerintah. Lebih

    jauh lagi dijelaskan bolehnya mendongkel penguasa atau pemerintah yang

    menyeleweng dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai

    pengayom rakyat.9 Namun dalam buku ini penulis hanya memaparkan secara

    singkat sehingga banyak persoalan yang tidak disinggung di antaranya faktor

    penyebab, serta dampak aksi demonstrasi, dan lain sebagainya.

    Kemudian buku, Menghidupkan Kembali Kebebasan Berpikir, karya

    Ashim Ahmad Ajillah, yang mengupas tentang kebebasan berpikir dan

    berpendapat di dalam Islam secara umum. Sedangkan skripsi penyusun

    mengkhususkan diri pada aksi demonstrasi sebagai sarana berpendapat dan

    mengekspresikannya.

    Sementara itu Syaikh Abu ‘Abdirrahman Fauzi al-Atsari dalam

    bukunya, Meredam Amarah Terhadap Pemerintah, menjelaskan tentang

    9 Abu Yazid., Fiqh To Day, Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern, ( Jakarta: Erlangga, 2007 ), II.

  • 8

    kewajiban menghormati dan memuliakan pemerintah serta larangan mencaci

    maki ataupun menceritakan kejelekan mereka, begitu pula tentang cara

    menasehati pemerintah.10 Akan tetapi buku ini hanya memaparkan tentang

    dalil-dalil normatif tentang hubungan antara rakyat dengan penguasa sehingga

    persoalan-persoalan yang kontemporer seperti aksi demonstrasi dan kebebasan

    berpendapat di dalam Islam belum seluruhnya dibahas. Sedangkan

    pembahasan skripsi yang penyusun tulis di samping membahas aspek historis

    dari sebab hingga dampak sosialnya juga membahas tentang kebebasan

    berpendapat dan berekspresi menurut hukum Islam.

    Selain buku-buku yang berkaitan dengan masalah aksi demonstrasi

    penyusun juga menemukan skripsi yang substansinya terkait dengan penelitian

    ini yaitu : Skripsi Mustopa, Etika Kebebasan Press ( Studi Komparasi Antara

    Hukum Islam dan UU No.40 Tahun 1999 Tentang Press ) mengulas tentang

    kebebasan media press dalam berpendapat, mencari dan menyampaikan

    informasi kepada masyarakat, sedangkan skripsi penyusun membahas tentang

    aksi demonstrasi sebagai media kebebasan untuk berekpresi dalam

    menyampaikan pendapat.

    Selanjutnya Skripsi Mogok Kerja Buruh Dalam Perspektif Hukum

    Islam, karya Trinojo, yang memfokuskan pembahasan tentang aksi mogok

    kerja yang dilakukan oleh para buruh kepada majikan atau perusahaan tempat

    10 Syaikh Abu ‘Abdirrahman Fauzi al-Atsari, Meredam Amarah Terhadap Pemerintah,

    alih bahasa ustadz Muhammad Umar as-Sewed, cet.1 ( Pekalongan : Pustaka Sumayyah, 2006 ).

  • 9

    bekerja11, sedangkan karya tulis penyusun membahas segala bentuk aksi

    demonstrasi dalam perspektif hukum Islam.

    Dengan demikian dapat diketahui bahwa karya-karya ilmiah maupun

    buku-buku yang mengupas tentang aksi demonstrasi atau unjuk rasa secara

    spesifik boleh dibilang masih sedikit, oleh karena itu sangatlah wajar jika aksi

    demonstrasi atau unjuk rasa ini masih menjadi sebuah kontroversi di berbagai

    media baik cetak maupun elektronik. Hal ini dikarenakan ketentuan hukumnya

    tidak dijelaskan secara pasti dan terperinci di dalam syari’at sehingga banyak

    polemik tentang aksi demonstrasi, terutama ketika aksi demonstrasi telah

    berubah menjadi aksi anarkis, dan menggangu ketertiban umum bahkan

    menimbulkan korban baik harta ataupun jiwa. Maka untuk mengetahui kriteria

    aksi demonstrasi sebagai tindak pidana dan pertanggungjawabannya

    membutuhkan penelitian mendalam karena hukum Islam juga menjamin

    kebebasan menyampaikan pendapat bagi setiap individu maupun kelompok

    sebagaimana Hadiś Nabi yang mengatakan :

    ,ϑ?¡ϑ9# πϑ�ψρ ,&9θ™9ρ ,&/%39ρ ,&⊗?< : Α$% ? ϑ⊗9 : $⊥?% ,πsÆ⊥9# ‰9#

    12 ΜγKΒ$ãρ

    Dari karya tulis yang telah disebutkan di atas belum ada yang dapat

    memberikan jawaban yang puas tentang aksi demonstrasi atau unjuk rasa

    11 Trinojo,” Mogok Kerja Buruh Dalam Perspektif Hukum Islam,” Skripsi UIN Sunan

    Kalijaga Yogyakarta ( 2003 ). 12 Muslim, Shahih Muslim, ( Dar al-Kitab; tt ), hlm. 51, hadits nomor 95 “ Kitab al-

    Iman, “ Bab an nahi Mungkar Min al Iman ”.

  • 10

    dilihat dari sudut pandang hukum Islam sehingga penyusun tertarik

    melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengangkat tema tersebut dalam

    skripsi ini.

    E. Kerangka Teoritik

    Al-Qur’an sebagai sumber ajaran dan hukum Islam telah

    menyinggung semua aspek kehidupan manusia, baik masalah Aqidah, Ibadah,

    Muamalah, sampai masalah sosial kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara

    hingga masalah rumah tangga. Artinya pelbagai masalah yang ada telah

    terdeteksi oleh al-Qur’an. Akan tetapi di dalam pemaparannya sering kali al-

    Qur’an menggunakan gaya bahasa yang umum namun menyentuh sifat

    kemanusiaan dari manusia itu sendiri yaitu aspek nilai, norma dan moralitas.

    Seorang sosiolog terkenal, yaitu ( Robert N Bellah ) mencatat kelebihan di

    dalam Islam adalah nilai-nilai demokratisnya, yang menurutnya terlalu

    modern untuk tempat dan zamannya. Hal ini terbukti dengan terwujudnya

    semangat yang mengagumkan tentang kebebasan, kebersamaan, dan

    keadilan.13 Sekaligus hal ini menunjukan bahwa ajaran dan hukum Islam yang

    terkandung di dalam Al-Qur’an memiliki sifat humanis dan universal.

    Dan untuk memahaminya ( al- Qur’an ) tentu tidak bisa lepas dari as-

    Sunah yang merupakan penjelas dari pada al-Qur’an itu sendiri. Oleh karena

    itu Hadiś atau Sunah disebut sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah

    al-Qur’an. Hal ini berdasarkan firman Allah :

    13 Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar Ibn Khatab :Studi Tentang Perubahan Hukum Dalam

    Islam, ( STPHI ), cet. 1 ( Jakarta : Rajawali, 1991 ), hlm : 99.

  • 11

    β) θδ ω) rρ rθƒ 14 Dan juga Hadiś Nabi :

    ‘ù$ϑ/ ‘Ò%& :Α$)ù ‘Ò)? #0 :Α$)ù ϑ9# ‘9) #Œ$èΙ ]ë/ µ?

  • 12

    yaitu menuntaskan segala perbuatan pidana dengan mengabaikan pribadi

    terpidana dan memperbaiki sikap terpidana sekaligus memberantas segala

    bentuk tindak pidana. Memberantas segala bentuk tindak pidana bertujuan

    untuk memelihara stabilitas masyarakat, sedangkan untuk pribadi terpidana

    bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perilakunya. Oleh sebab itu

    menurutnya, hukuman bagi segala bentuk tindak pidana yang terjadi harus

    sesuai dengan kemaşlahatan dan ketentraman masyarakat yang

    menghendaki.18

    Menurut Atho’ Mudzor, bahwa ayat-ayat hukum yang terkandung di

    dalam al-Qur’an sangat sedikit ( sekitar 275-500 ).19 Maka untuk mengambil

    kesimpulan hukum yang belum diatur oleh al-Qur’an dibutuhkan penafsiran

    yang bersifat Tafşili, yaitu dengan bantuan as-Sunah dan metode Fiqhiyah

    maupun istinbat hukum yang telah disepakati oleh para ulama. Dan tujuan

    akhir dari pengundangan hukum dalam syari’at adalah kemaşlahatan oleh

    karena itu ketentuan dan penerapan hukumnya harus sesuai dengan Maqasid

    al- Syari’ah. Demikian pula dalam KUHP sebagai kitab induk hukum pidana

    memberikan kewenangan kepada hakim untuk menafsirkan pasal-pasal dalam

    perkara-perkara yang belum diatur secara jelas dan tegas asalkan tidak

    menyimpang dari sumber asal ( KUHP ) dan ketentuan Undang-Undang

    Hukum Pidana demi menjamin kemaşlahatan bersama.

    18 Makhrus Munajat., Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Cet. 1 ( Pustaka Logung. Juli

    2004 ) hlm : 53-54. 19 M. Atho’ Mudzor, Membaca Gelombang Ijtihad ( Yogyakarta: Titian Ilahi Press,

    1998 ), hlm 74 – 80.

  • 13

    Pada dasarnya aksi demonstrasi atau unjuk rasa merupakan salah satu

    cara untuk menyampaikan pendapat, aspirasi, saran, kritik dan sebagainya

    yang semuanya itu bisa masuk dalam kategori nasehat dengan tujuan mulia

    yaitu ‘amar ma’ruf nahi munkar. Dalam hal ini baik hukum Islam maupun

    UUD 1945 khususnya pasal 28 serta, “ Undang-Undang No 9 Tahun 1998

    tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum ”, sama-sama

    menjamin kebebasan berpendapat bagi setiap individu maupun kelompok.

    Wahbah az-Zuhaili mengatakan : bahwa kebebasan berpendapat di dalam

    Islam adalah prinsip yang sangat dikedepankan, prinsip ini menuntut setiap

    orang untuk dengan tegas menyatakan kebenaran tanpa rasa takut kepada

    siapapun meskipun itu menyangkut pemerintah.20

    Akan tetapi ketika aksi demonstrasi mengarah kepada perbuatan

    anarkis, destruktif dan mengganggu ketertiban umum maka hukum Islam dan

    hukum positif ( KUH Pidana Indonesia ) juga mempunyai pendirian dan

    tujuan yang sama yakni menjaga ketentraman, ketertiban dan stabilitas

    masyarakat serta melindungi harta, jiwa dan kehormatan.

    Oleh karena itu hukum Islam tidak merestui gerakan atau perbuatan

    yang anarkis dan destruktif meskipun bertujuan untuk menghilangkan

    ketidakadilan, penyimpangan dan seterusnya, karena sesuatu yang merugikan

    dan membahayakan dinafikan dan dilarang dalam hukum Islam sebagaimana

    firman Allah :

    20 Abu Yazid., Fiqh To Day, Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern, ( Jakarta:

    Erlangga, 2007 ), II: 58.

  • 14

    $ϑΡ) (#τ“_ %!# βθ/‘$t† !# …&!θ™‘ρ βöθèó¡ƒρ ’û Ú ö‘{$# #Š$¡ù β& (# þθ=G)ƒ

    ÷ρ& (# þθ6=Áƒ ÷ρ& ìÜ)? Οドƒ& Νγ=_ö‘&ρ iΒ #≈=z ÷ρ& (#θ,Ψƒ ∅Β Ú‘{#

    9≡Œ Ογ9 ““z ’û $‹Ρ‰9# óΟγ9ρ ’û οzψ# >#‹ã ΟŠàã 21

    Dalam ayat lain Allah berfirman :

    β) ! $# Β ù'ƒ Αô‰è ø9 $$/ ≈¡ ôm M}$#ρ ›!$Gƒ Î)ρ “Œ †1ö)ø9# 4‘S ÷Ζƒρ ã $± ós,ø9 $#

    6Ψϑø9 $#ρ øö79 $#ρ 4 öΝ3àèƒ öΝ6=è9 χρ.‹? 22

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penyusunan skripsi ini masuk ke dalam kategori penelitian

    kepustakaan ( library research ) yaitu sebuah penelitian yang menjadikan

    pustaka sebagai sumber data primer.23 Maka materi pembahasannya tidak

    lepas dan bahkan disandarkan kepada buku-buku ensiklopedi, artikel, majalah,

    surat kabar, kumpulan makalah dan lain sebagainya yang relevan dengan

    masalah, dalam hal ini adalah aksi demonstrasi atau unjuk rasa dan segala

    bentuknya.

    21 Al- Maidah ( 5 ): 33. 22 An- Nahl ( 16 ): 90. 23 Ufik Abdullah dan Rusli Karim ( ed ), Metodologi Penelitian Agama, Sebuah

    Pengantar ( Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989. ), hlm : 2.

  • 15

    2. Obyek Penelitian

    Yang menjadi obyek penelitian dalam skripsi ini adalah aksi

    demonstrasi dilihat dari sudut pandang hukum Islam ( Jinayah-Siyasah )

    sesuai dengan latar belakang pendidikan yang penulis tekuni.

    3. Sifat Penelitian

    Adapun penelitian ini bersifat Deskriptif-Analitik yakni dengan cara

    mendeskripsikan tentang aksi demonstrasi dari data-data yang diperoleh dari

    berbagai sumber untuk kemudian dianalisa dengan perspektif hukum Islam.

    4. Tehnik Pengumpulan data

    Sesuai dengan jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka

    teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelaahan terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitaan dengan

    permasalahan yang dimaksud. Oleh karena itu sumber data akan

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    a. Sumber primer: al-Qur’an dan Hadiś, buku-buku yang ada

    kaitannya dengan aksi demonstrasi atau kebebasan

    berpendapat dan berekspresi baik langsung maupun tidak

    langsung diantaranya : buku Fiqh To Day, Fatwa

    Tradisionalis Untuk Orang Modern, karya Abu Yasid.,

    kemudian buku Meredam Amarah Terhadap Pemerintah,

    yang ditulis oleh Syaikh Abu Abdirrahman Fauzi al- Atsari,

    dan buku Menghidupkan Kembali Kebebasan Berpikir,

  • 16

    karya Ashim Ahmad Ajalli serta skripsi Mogok Kerja

    Buruh Perspektif Hukum Islam, karya Trinojo.

    b. Sumber sekunder: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

    dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta

    Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

    c. Sumber tersier: Kamus Ilmiah dan Kamus Besar Indonesia

    serta majalah, koran ataupun media massa yang berkaitan

    dengan judul skripsi yang akan dibahas.

    5. Pendekatan Masalah

    Dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode pendekatan

    historis yaitu dengan mencari latar belakang suatu peristiwa, sebat-akibat,

    tokoh-tokoh, serta perkembangannya.24 Di samping itu penyusun juga

    memakai metode pendekatan normatif untuk mengetahui signifikansi yang

    rasional dari data yang diperoleh dengan konsep hukum Islam melalui teks-

    teks al-Qur’an dan Hadiś serta kaidah-kaidah Fiqhiyah.

    6. Analisis Data

    Dalam menganalisa data yang telah di dapat dari berbagai sumber

    penyusun mencoba menganalisis secara kualitatif yaitu dengan mengamati

    fenomena yang terjadi kemudian dianalisa dengan logika ilmiah menggunakan

    dua ( 2 ) metode analisis data yaitu :

    24 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama ( PT. Remaja Posda

    Karya, Bandung, 2003. ), hlm : 65.

  • 17

    a. Metode Analisis Data Induktif

    Yaitu memulai pembahasan masalah dengan

    mengemukakan data-data yang bersifat umum kemudian di

    tarik menjadi kesimpulan yang lebih khusus.

    b. Metode Analisis Data Deduktif

    Yakni kebalikan dari metode induktif yaitu memulai

    pembahasan masalah dengan teori-teori, kaidah-kaidah,

    ataupun dalil-dalil yang bersifat khusus untuk kemudian

    didapatkan pengertian yang umum.25

    G. Sistematika Pembahasan

    Untuk memperoleh bentuk susunan skripsi yang sistematis penyusun

    membagi isi skripsi menjadi beberapa bab yaitu :

    Bab pertama: merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

    masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,

    kerangka teoritik, metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab ini

    merupakan pondasi awal untuk mengarahkan pembaca kepada substansi

    penelitian.

    Kemudian dilanjutkan pada bab kedua : yang berisi tinjauan umum

    tentang aksi demonstrasi meliputi pengertian dan dasar hukumnya, faktor

    penyebab timbulnya aksi demonstrasi, sejarah aksi demonstrasi dan kasus

    25 Secara garis besar sama dengan apa yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam,

    Metodologi Research ( Jakarta Bumi Aksara, 1998 ), hlm : 76., dan Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, cet. ke-5 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.5.

  • 18

    yang terjadi di Indonesia dan di dunia Islam, serta dampak dari aksi

    demonstrasi.

    Untuk selanjutnya dilengkapi dengan bab ketiga : bab ini mengulas

    tentang kriteria aksi demonstrasi sebagai tindak pidana perspektif hukum

    positif Indonesia, dan konsep hukum Islam tentang aksi demonstrasi sebagai

    sarana menyampaikan pendapat di muka umum

    Dari ketiga bab di atas kiranya dapat direfleksikan dan dianalisa dalam

    bab keempat : bab ini merupakan analisis hukum Islam tentang aksi

    demonstrasi dengan pemaparan sebagai berikut : pengertian hukum pidana

    Islam, unsur-unsur hukum pidana Islam, klasifikasi tindak pidana dalam

    hukum Islam, kriteria aksi demonstrasi sebagai tindak pidana menurut hukum

    Islam, serta sanksi pelaku aksi demonstrasi. Sedangkan yang terakhir adalah

    bab kelima menutup penulisan ini dengan kesimpulan dan saran sehingga

    masukan dari para pembaca dapat memperbaiki kekurangan yang ada.

  • 78

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan skripsi aksi demonstrasi perspektif hukum Islam ini dapat

    diambil kesimpulan sebagai berikut :

    Dalam hukum positif Indonesia aksi demonstrasi dijamin sebagai salah satu hak

    seseorang untuk mengutarakan atau mengekspresikan pendapat, pikiran, saran,

    kritik dan lain-lain sebagai bentuk protes terhadap suatu kebijakan. Jaminan

    tersebut diwujudkan dalam Undang-Undang No 9 Tahun 1998 tentang

    kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Dan tujuan diaturnya

    kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum tersebut bukan untuk

    membatasi ataupun mengekang hak seseorang untuk mengekspresikan dan

    mengutarakan pikirannya akan tetapi untuk mewujudkan kebebasan yang

    bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    Sebagaimana hukum positif di atas hukum Islam juga memposisikan aksi

    demonstrasi sebagai sarana untuk beramar ma’ruf nahi munkar atau saling

    menasehati yang bertujuan menginginkan kebaikan bagi orang yang dinasehati.

    Jaminan hukum Islam tersebut dapat dilihat dalam teks-teks al-Qur’an maupun

    Hadiś yang memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran (

    amar ma’ruf nahi mungkar ). Namun begitu hukum Islam lebih mengutamakan

    pemberian nasehat secara rahasia hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan

    orang yang dinasehati di hadapan orang lain. Akan tetapi pada prinsipnya hukum

  • 79

    Islam tidak melarang penyampaian pendapat secara terang-terangan termasuk

    dengan aksi demonstrasi sepanjang tidak bersifat anarkis dan destruktif serta

    memperhatikan etika dan moral di antaranya adalah : lemah lembut yang

    merupakan faktor terpenting dari penyebab diterimanya sebuah nasehat dan wujud

    sikap lemah-lembut ini adalah : dilakukan secara rahasia, dilakukan dengan kata-

    kata yang santun. Jika dengan sikap lemah lembut tersebut tidak memberikan

    dampak maka diperbolehkan dengan sikap keras ( tegas ) namun dengan

    memperhatikan maqasid al-syari’ah sehingga tidak terjatuh kedalam perbuatan

    melanggar hukum yang dapat dikenai sanksi.

    B. Saran

    1. Bagi para demonstran, hendaknya aksi demonstrasi dilakukan secara tertib,

    santun, dan memperhatikan etika dan moral dalam rambu-rambu syari’at serta

    aturan-aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam Undang-Undang No 9

    Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.

    Sehingga tujuan dari aksi demonstrasi berupa penyampaian nasehat, aspirasi dan

    sebagainya dapat tersalurkan dan lebih mudah untuk diterima.

    2. Penyusun menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan di berbagai

    sisi untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan, kritikan untuk kemudian

    dikaji lebih lanjut hingga menghasilkan penelitian yang sempurna dan akan lebih

    baik lagi jika penelitian ini dilanjutkan dengan metode penelitian lapangan ( field

    research ) dengan mengamati peristiwa dan mencari secara langsung data-data di

    lapangan.

  • 80

    DAFTAR PUSTAKA

    Al- Qur’an

    Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab suci Al-Qur’an, 1990.

    Hadis

    Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, ( Berirut : Dar al-Fikr tt ), 2 jilid

    Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, , ( Libanon : Bait al- afkar, 2004 ). Muslim, Shahih Muslim, ( Beirut : Dar al-Kitab; tt ),

    Ushul Fiqh/ Fiqh / Hukum

    Abdul Wahab Khalaf, Prof. Dr, Ilmu Ushul fiqh, alih bahasa : Drs. H. Muh Zuhri. Dipl. TAFL & Drs. Ahmad Qarib. MA, Semarang :Dina Utama, 1994.

    Abu ‘Abdirrahman Fauzi al-Atsari, Meredam Amarah Terhadap Pemerintah, alih bahasa:

    Muhammad Umar as-Sewed, Pekalongan : Pustaka Sumayyah, 2006. Abdul Qadir Awdah, Tasyri’ al- Jina’I al-Islami, Beirut : Muassasah al-Ilmiyyah ; Dar

    al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994. Abu Yazid, Dr. H. LL. M., Fiqh To Day, Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern,

    Jakarta: Erlangga, 2007 . Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar Ibn Khatab : Studi Tentang Perubahan Dalam Hukum

    Islam, STPHI, Jakarta : Rajawali, 1991. Ani Wiji Astuti, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aksi Mogok Kerja Buruh PT.

    Kusuma Hadi Santoso Surakarta,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001. Ashim Ahmad Ajillah, Menghidupkan Kembali Kebebasan Berpikir, alih bahasa :

    Samsuri, Lc, Jakarta Selatan : Mustaqiim, 2003.

  • 81

    Az- Zuhaili, Wahbah, Kebebasan Dalam Islam, alih bahasa : Ahmad Minan, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2005.

    Hussain Syaukat, Hak Asasi Dalam Islam, alih bahasa Abdul Rahim, Jakarta : Gema

    Insani Pres, 1996. Imarah Muhammad, Islam dan Keamanan Sosial, terj : Abdul Hayyie al- Kattani, Jakarta

    Gema Insani Pres. 1999. Fatwa Ulama Sunah Tentang Demonstrasi dan Mogok Makan “,http:// www : almakasari.

    Com /?p=166. Kansil, C. S. T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai

    Pustaka, 1989. Kosasih , Ahmad, HAM Dalam Perspektif Islam: Menyikapi Persamaan dan Perbedaan

    Antara Islam dan Barat, Jakarta : Salemba Diniyah, 2003. Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat di Hukum, Jakarta : Sinar

    Grafika, 1991. Mahfudh Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta : Lkis, 1994. Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta : Logung Pustaka,

    Juli 2004. Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Jogjakarta : Gadjah Mada University Press, 1982. Mustopa,” Etika Kebebasan Pres ( Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan UU.

    No.40 Tahun 1999 Tentang Pres ), “ Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogykarta, 2007 Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2000. Pulungan J Suyuti, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta : PT. Raja

    Grafindo Persada, 2002.

  • 82

    Yulies Tina Masriani, Pengantar Hukum Indonsia, Jakarta : Sinar Grafika, 2004. Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2000. Qumainah Jabir, Beroposisi Menurut Islam, alih bahasa : Masykur Hakim, Jakarta :

    Gema Insani Press, 1995. Said Aqiel Sirajd, “ Islam, Demonstrasi dan Negara “, http://www2.kompas.com/kompas-

    cetak/0411/01/opini/1325143. Syahrur Muhammad, Tirani Islam:Geneologi Masyarakat dan Negara, Yogyakarta : Lkis,

    2003. Trinojo, “Mogok Kerja Buruh Dalam Perspektif Hukum Islam,Yogyakarta, “ Skripsi,

    UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003. Undang-Undang Nomor 9 , “ Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka

    Umum, “ 1998. http://sunniy.wordpress.com / 2007 / 08 / 25 / demonstrasi-pertama-dalam-sejarah-

    islam/.akses 9 Oktober 2008. Wahyudi Darmalaksana, Hadis Di mata Orientalis, Benang Merah Press, 2004. Zainuddin Ali. H, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

    Lain-Lain

    Abu Ahmadi, Dr. H, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991. Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta, 2004.

  • 83

    Bobby Savero Kanal, “Demonstrasi : Perjuangan Kontekstual,” http:// www.wikimu.com/ news/print.aspx?id=8449.

    Demo Anarkis Ketua DPRD Sumut Tewas, “ Kedaulatan Rakyat, No. 124, Th.LXIV. Edward Luttwak, Kudeta : Teori dan Praktek Penggulingan Kekuasaan, Yogyakarta : Relief, 2009. Galih Panggih Waluyo http://www.mahad-ukhuwah.com/content/view/33/59. Http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1998-sekarang). Http:// irwanarfandi .wordpress .com / 2009 /02 /08 / ketua-dprd-sumatra-utara-

    meninggal-akibat-demonstrasi-wajah-demokrasi-yang-tercoreng. Http: // the indonesia now.blogspot.com/2008/09/aksi-demo-cegah-pembangunan-masjid-

    di.html. Imam Suprayogo dan Tobroni, Prof. Dr. Metode Penelitian Sosial Agama, PT. Remaja

    Posda Karya, Bandung, 2003. Jurnal Demokrasi, “ Kebijakan Publik Jauh Kenyataan dari Harapan, “ Jurnal Forum

    LSM DIY, Vol. I ( November 2003 ) Lesmana, Tjipta, “ Kebebasan Pres Dilihat Dari Perspektif Konflik Antara Kebebasan

    dan Tertib Sosial, “ Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2, No. 1 Yogyakarta, 2005. M. Atho’ Mudzor, Membaca Gelombang Ijtihad, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998. Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta :Modern

    English Press. Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Lembaga Pengkaji

    Kebudayaan Nusantara ( LPKN ), 2006.

  • 84

    Sutrisno Hadi dalam, Metodologi Reseach, Jakarta Bumi Aksara, 1998. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar

    Bahasa Indonesia,” DEPDIKBUD, “ cet 2. Jakarta : Balai Pustaka, 1989 . Ufik Abdullah dan Rusli Karim ( ed ), Metodologi Penelitian Agama, Sebuah Pengantar

    Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989.

  • 104

    LAMPIRAN III.

    BIOGRAFI TOKOH

    1. Abdul Aziz bin Baz

    Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Baz, lahir di Riyad pada tahun 1330 H. Beliau mulai menuntut ilmu dengan menghafal al- Qur’an yang berhasil diselesaikan sebelum beliau balig. Syaikh bin Baz menuntut ilmu syar’I dan bahasa Arab dari ulama-ulama besar yang ada di Riyad diantaranya adalah : Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikh Sa’ad bin Hamad bin Atiq, Qadi Riyad, Syaikh Hamad Faris, wakil baitul mal Riyad, dan selama hampir sepuluh tahun beliau selalu mengikuti halaqah dan pelajaran yang diadakan oleh syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali syaikh, mufti Kerajaan Saudi Arabia. Beliau pernah memegang beberapa jabatan diantaranya : Qadi di daerah Kharaj selama empat belas tahun 1347 – 1357 H, Staf pengajar di Ma’had al- Ilmi Riyad pada tahun 1372, kemudian ditunjuk sebagai wakil rektor Universitas Islam Madinah Munawwaroh pada ahun 1381 dan pada tahun 1390 beliau di tunjuk sebagai rektor hingga keluarlah surat keputusan yang mengangkat beliau sebagai mufti agung Kerajaan Saudi Arabia sekaligus ketua umum lembaga majelis ulama lajnah da’imah urusan fatwa tahun 1414. Beliau mempunyai banyak karya-karya ilmiah diantaranya : al- Fawa’id al- Jalilah fil Mabahits al- Fardiyah, al- Aqidah as-Şhahihah wa Ma Yudaduha.

    2. Abdul Qadir Awdah

    Beliau adalah alumni fakultas hukum universitas kairo tahun 1930. Pernah menjabat sebagai dewan perwakilan rakyat mesir dan sebagai tangan kanan mursyid al-‘am ikhwanul muslimin Hasan al-Banna. Beliau juga pernah menjabat sebagai hakim dan berprinsip untuk mentaati undang-undang selama tidak bertentangan dengan syariah. Buah pikiran beliau dapat dilihat dari karya-karyanya; at-Tasri’ al- Jina’I al- Islami dan al- Islam wa Auda’una al- Qanuniy ( Islam dan peraturan perundang-undangan )

  • 105

    3. Imam Nawawi

    Beliau dilahirkan pada bulan Muharram pada tahun 631 H di Nawa, sebuah daerah di Damaskus sekarang ibukota Suriah. Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An Nawawi Ad Dimasyqiy abu Zakariya. Beliau memulai belajar pada katatib yaitu ( tempat belajar baca tulis untuk anak-anak ) dan hafal al-Qur’an pada usia sepuluh tahun dan tinggal di Nawa sampai usia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H perjalanan dalam menuntut ilmu di mulai dengan menghadiri majelis-majelis ilmu yang di adakan para ulama di daerah itu disebutkan dalam sehari Imam Nawawi menghadiri dua belas majelis ilmu dalam sehari. Imam Nawawi banyak meninggalkan karya-karya ilmiyah yang jumlahnya sekitar empat puluh kitab diantaranya : Arba’in, Riyadus Şalihin, al- Minhaj ( syarah Şahih Muslim ), at- Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan al-Basyirin Naźir.

    4. Makhrus Munajat

    Beliau lahir di Pemalang tanggal 2 Februari 1968. Riwayat pendidikan di mulai SD Negeri Sokawi I Pemalang tamat tahun 1982 kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Pemalang dan selesai tahun 1985, kemudian menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Pemalang rampung di tahun 1988. Dan di tahun yang sama melanjutkan pada fakultas syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengambil jurusan perdata dan pidana Islam lulus tahun 1992. beliau mengambil magister di UII dan selesai pada tahun 1992 dengan konsentrasi hukum Islam. Adapun pendidikan non formal yang pernah ditempuh antara lain PONPES Salafiyah Kauman Pemalang PONPES An-Nur Ngrukem Pendowo Harjosewon Bantul, dan PONPES AL- Munawwir Krapyak Yogyakarta.

  • 85

    LAMPIRAN I

    TERJEMAHAN

    BAB HLM FN TERJEMAHAN

    I 9 12 Agama itu nasehat, kami bertanya ( Sahabat ) untuk siapa ?

    untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk

    Pemimpin Muslimin, dan seluruh Umat-Nya.

    11 14 Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan

    kepadanya.

    11 15 Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda kepada Muadz bin

    Jabal : bagaimanakah anda memutuskan suatu perkara yang

    dihadapanmu? Dia menjawab : akan saya hukumi dengan

    kitab Allah. Nabi bertanya lagi : sekiranya hokum tersebut

    tidak terdapat dalam al-Qur’an? Dia menjawab : dengan

    Sunah Rasulullah, dan apabila tidak terdapat dalam

    Sunahku? Muadz menjawab : saya akan berijtihad mencari

    jalan keluar dan saya tidak akan berputus asa, maka

    Rasulullah menepuk dadanya ( karena Bangga ) dan

    bersabda : segala puji bagi Allah yang memberi taufiq

    kepada utusan Rasulullah sesuai yang diridlai oleh

    Rasulullah SAW.

    11 17 Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain

    14 21 Sesungguhnya balasan terhadap orang-orang yang

    memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan membuat kerusakan

    dimuka bumi hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau

    dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,

    atau dibuang dari negeri tempat kediamannya, yang

    demikian itu sebagai penghinaan untuk mereka di dunia dan

    di akhirat mereka mendapat siksa yang berat.

    14 22 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan

    berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

  • 86

    Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan

    permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

    selalu ingat.

    II 21 33 Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

    menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf,

    dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang

    yang beruntung.

    21 34 Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu

    bermanfaat

    22 35 Agama itu nasehat, kami bertanya ( Sahabat ) untuk siapa ?

    untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk

    Pemimpin Muslimin, dan seluruh Umat-Nya.

    22 36 Barang siapa melihat kemungkaran hendaklah ia merubah

    dengan tangannya bila tidak mampu rubahlah dengan

    lisannya, bila tidak mampu rubahlah dengan hatinya dan itu

    selemah-lemah iman.

    III 52 73 Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

    menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf,

    dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang

    yang beruntung.

    52 74 Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu

    bermanfaat

    52 75 Agama itu nasehat, kami bertanya ( Sahabat ) untuk siapa ?

    untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk

    Pemimpin Muslimin, dan seluruh Umat-Nya.

    52 76 Barang siapa melihat kemungkaran hendaklah ia merubah

    dengan tangannya bila tidak mampu rubahlah dengan

    lisannya, bila tidak mampu rubahlah dengan hatinya dan itu

    selemah-lemah iman.

    55 80 Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain

    55 81 Barangsiapa yang ingin menasehati seseorang yang

  • 87

    memiliki kekuasaan maka janganlah menunjukannya secara

    terang-terangan. Hendaklah ia mengambil tangannya ( yakni

    secara sembunyi-sembunyi ) kalau dia mau mendengarkan

    dari padanya itulah yang di harapakan namun kalau tidak

    maka ia telah menunaikan kewajibannya.

    56 84 Letak tinjauannya adalah pada keumuman lafaź bukan pada

    ke khususan sebab nuzulnya

    56 85 Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan

    cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

    mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan

    Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

    petunjuk.

    57 87 Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan

    dengan cara yang paling baik kecuali dengan orang-orang

    źalim di antara mereka, dan katakanlah kami telah beriman

    kepada ( kitab-kitab ) yang diturunkan kepada kami dan

    yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu

    adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri

    IV 60 93 Jinayah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik

    perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau yang lainnya

    61 95 Larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah dengan

    hukuman had atau ta’zir

    61 96 Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah

    maka sesungguhnya ia berbuat untuk keselamatan dirinya

    sendiri dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya ia

    tersesat bagi kerugian dirinya sendiri. Dan orang yang

    berdosa tidak memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan

    mengadzab sebelum kami mengutus seorang rasul.

    61 97 Dan tiadalah Tuhanmu membinasakan negeri-negeri

    sebelum ia mengutus di ibukota negeri itu seorang rasul

  • 88

    yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka, dan tidak

    pernah pula kami membinasakan negeri kecuali

    penduduknya berlaku zalim.

    62 100 Suatu perbuatan atau sikap tidak berbuat tidak bisa

    dipandang sebagai suatu jarimah sebelum adanya nas yang

    tegas melarang perbuatan atau sikap tidak berbuat. Apabila

    tidak ada ketentuan nas yang mengaturnya maka perbuatan

    seseorang tidak bisa dimintai pertanggung jawaban pidana

    dan tidak dapat dipidana

    65 107 Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu

    qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang

    merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba,

    wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat

    maaf dari saudaranya hendaklah ( yang memaafkan )

    mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah ( yang

    diberi maaf ) membayar diyat yang memberi maaf dengan

    cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu

    keringanan dari Tuhanmu dan suatu rahmat. Barangsiapa

    yang melampaui sesudah itu maka baginya siksa yang

    pedih.

    66 112 Ta’zir itu sangat tergantung kepada tuntutan kemaslahatan.

    70 118 Dan janganlah berbuat kerusakan dimuka bumi,

    sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

    berbuat kerusakan

    70 119 Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain

    70 120 Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya

    dan janganlah kamu merajarela di muka bumi membuat

    kerusakan.

    71 121 Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah

    mengganggu tetangganya dan barangsiapa beriman kepada

    Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya

  • 89

    71 123 Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum

    memperolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka

    yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang memperolok-

    olok dan janganlah pula wanita-wanita memperolok-olok

    wanita yang lain boleh jadi wanita yang diolok-olok lebih

    baik dari wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu

    mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil

    memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk

    panggilan ialah panggilan fasik kepada seseorang yang

    sudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat mereka

    itulah orang-orang yang źalim

    72 124 Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari

    prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa

    dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan

    janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah

    salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya

    yang telah mati maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.

    Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha

    menerima taubat lagi Maha penyanyang

    72 125 Jangan kalian mencela penguasa-penguasa kalian jangan

    ghisy ( dengki ) terhadap mereka dan janganlah membenci

    mereka. Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah

    sesungghnya urusannya sangat dekat

    75 128 Tidak boleh di jilid lebih dari seratus kali kecuali dari had

    Allah

    75 130 Sesungguhnya balasan terhadap orang-orang yang

    memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di

    muka bumi hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau

    dipotong kaki dan tangan mereka dengan bertimbal balik

    atau dibuang dari negeri tempat kediamannya yang

    demikian itu sebagai penghinaan untuk mereka di dunia dan

  • 90

    akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar

    76 132 Maka barangsiapa yang mendapat maaf dari saudaranya

    hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang

    baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat

    kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula.

    Yang demikiaan itu adalah suatu keringanan dari Tuhan

    kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas

    sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih

    DAFTAR GAMBAR

    BAB HAL GAMBAR KETERANGAN

    II 34 I Mal Ratu Luwes di Jl. S. Parman termasuk salah satu

    yang dibakar di Solo

    II 36 II Mahasiswa menduduki gedung MPR

    II 38 III Pernyataan pengunduran diri Presiden Soeharto

  • 106

    106

    CURRICULUM VITAE

    Nama : Damar Dono

    Tempat/Tgl Lahir : Sleman, 10 September 1983

    Alamat Asal : Mandungan 1 Margoluwih Seyegan Sleman Yogyakarta

    ( 55561 )

    Alamat Yogyakarta : -

    Nama Ayah : Tri Kuncoro.BA

    Nama Ibu : Suyatmi

    Pendidikan

    1. TK ABA Margoluwih (1990-1991)

    2. SD Negeri Margoluwih (1991-1996)

    3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Mlati (1996-1999)

    4. Madrasah Aliyah Negeri Godean (1999-2002)

    5. Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah UIN Sunan Kalijaga

    Yogyakarta (2003-sekarang)

    COVERABTRAKNOTA DINASPENGESAHANPERSEMBAHANKATA PENGANTARPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATINDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Pokok MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Telaah PustakaE. Kerangka TeoritikF. Metode PenelitianG. Sistematika Pembahasan

    BAB V PENTUPA. KesimpulanB, Saran

    Daftar PustakaLAMPIRANBiografi TokohTerjemahanCurricullum Vitae