Upload
riyan-wira-pratama
View
36
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AKTIVATOR
Aktivator merupakan alat ortodonsi lepasan yang bersifat pasif,
diperkenalkan oleh Viggo Andresen pada tahun 1908. Alat ini efektif dipakai
saat periode pertumbuhan kranio fasial dengan cara mengatur penutupan
mandibula yang benar sehingga menyebabkan adaptasi muskuloskeletal.
Cara kerja aktivator ada 3, yaitu:
1. Fungsional fisiologis
2. Fungsional ortopedik
3. Pasif
1. Fungsional fisiologis
Aktivator akan melanjutkan kekuatan fungsional otot-otot sekitar
mulut. Impuls otot yang terjadi saat membuka dan menutup mulut
diteruskan ke tulang alveolar, gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan sendi
rahang. Diharapkan dengan sifat fungsional fisiologis ini akan
memperbaiki hubungan gigi dan rahang.
2. Fungsional ortopedik
Otot bibir dan otot pengunyah akan bekerja aktif untuk
mencegah aktivator keluar dari mulut selama pemakaian. Aktifnya otot-
1
otot tersebut akan menyebabkan perubahan di sekitar gigi secara masal
dan perubahan pada jaringan pendukung gigi.
3. Pasif
Aktivator bekerja secara pasif karena tidak menghasilkan
kekuatan mekanik, hanya meneruskan kekuatan otot-otot disekitar rongga
mulut ke rahang bawah yang berusaha kembali ke posisi semula,
sehingga dihasilkan suatu kekuatan pada gigi-gigi rahang bawah dan
kekuatan sebaliknya pada gigi-gigi rahang atas. Melalui aktivator akan
terjadi tarikan atau traksi intermaksiler yang menyebabkan perubahan
posisi rahang bawah karena pertumbuhan pada kondilus dan TMJ.
Pemakaian aktivator dalam rongga mulut dengan meletakkan aktivator
diantara gigi dan lidah, sehingga seolah-olah terapung. Plat aktivator
mengenai bagian-bagian tertentu sesuai dengan tujuan perawatan.
Saat pemakaian aktivator dalam rongga mulut ada beberapa
kekuatan yang terjadi, yaitu:
a. Kekuatan statis
Merupakan jenis kekuatan permanen yang bervariasi dalam
besar dan arah kekuatannya. Termasuk disini adalah kekuatan gravitasi,
postur badan, dan elastisitas jaringan lunak dan otot-otot.
2
b. Kekuatan dinamis
Kekuatan ini timbul secara simultan dengan gerakan dari kepala
dan tubuh yang besar kekuatannya lebih besar dari kekuatan statis.
Menelan juga menimbulkan kekuatan dinamis. Kekuatan ini juga
tergantung pada design dan konstruksi dari aktivator, serta reaksi dari
pasien.
c. Kekuatan ritmik
Kekuatan ini berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi yang
dipandang cukup penting pada pengaktifan aktivitas seluler. Getaran
ritmik dari mandibula diteruskan ke maksila secara intermittent (saat
pengenaan kekuatan ini pada gigi dan mandibula) dan interrupted ( saat
melepas aktivator dari rongga mulut)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat gigitan kerja adalah:
1. Persiapan diagnostik dari model studi dengan memperhatikan:
a. Hubungan M1
b. Pergeseran midline
c. Simetri dari lengkung gigi
d. Curve of Spee
e. Gigi- gigi yang berjejal
2. Analisa fungsional
a. Pencatatan dari posisi istirahat
3
b. Jalannya penutupan dari istirahat ke oklusi habitual
c. Kontak prematur, kontak initial, gangguan oklusi, dan salah letak dari
mandibula (jika ada) dicatat.
d. Kliking, krepitasi pada TMJ.
e. Freeway space
f. Respirasi: pembesaran tonsil, kelainan pada hidung dan alergi
dikonsulkan ke dokter THT.
3. Analisa sefalometri
Digunakan untuk menegakkan pola morfogenetik kraniofasial
yang harus dirawat. Informasi terpenting yang diperlukan untuk
perencanaan gigitan kerja:
a. Arah pertumbuhan rata-rata horisontal dan vertikal.
b. Membedakan posisi dan ukuran basis rahang (hubungan dengan
kranium, hubungan sagital basis apikal, dan lain-lain)
c. Ketidaknormalan morfologi mandibula
d. Inklinasi aksial dan posisi dari gigi insisivus rahang atas dan rahang
bawah.
Indikasi pemakaian aktivator:
a. Klas II Angle divisi 1 disertai anomali-anomali:
insisivus rahang atas labioversi
kontraksi lengkung gigi rahang atas
4
disto oklusi
b. Klas III Angle disertai anomali-anomali:
Cross bite anterior
Crossbite posterior ( rahang atas kontraksi atau rahang bawah
besar)
mesio oklusi
Pembuatan aktivator:
1. Pembuatan model studi dan model kerja
2. Pembuatan gigitan kerja
Dibuat dari model malam dibentuk tapal kuda, tebal 4-6 mm
Relasi Angle klas I (bila over jet terlalu besar, dilakukan bertahap,
pemajuan mandibula pada Klas II Angle tidak boleh melebihi 7-8
mm)
Ketebalan malam: anterior 2-4 mm, posterior: 4-6 mm
Median line segaris.
3. Penanaman model kerja pada artikulator (fiksasi tripoid).
4. Pembuatan guide wire:
Maxillary guide wire pada Angle klas II
Intermaxillary guide wire pada Angle klas III
5. Pembuatan model malam:
5
Plat dasar rahang atas, bagian oklusal menutupi setengah oklusal
Plat dasar rahang bawah, bagian oklusal menutup seluruh oklusal
Menanam guide wire
Menyatukan plat rahang atas dan rahang bawah.
6. Try in, dicobakan pada pasien berupa model malam
7. Inbed dalam cuvet dengan bagian lingual menghadap atas.
8. Pengisian akrilik
9. Poles aktivator
Sebelum dipoles bagian yang tajam dihaluskan, terutama
didaerah posterior. Plat akrilik sisi kanan dan kiri yang menyerupai
sayap dibuat sama tinggi, serta daerah frenulum lingual
dibebaskan.Bagian yang perlu dipoles terutama bagian –bagian yang
menghadap lidah, seluruh batas tepi aktivator dan yang menutupi 1/3
insisal bawah sebelah labial.
Pemakaian aktivator dan kontrol
Pemakaian aktivator sebaiknya dilakukan terus menerus pada
malam hari dengan jarak waktu untuk kontrol minimal 2 bulan sekali, dimana
tiap kontrol dilakukan penyesuaian alat terhadap gigi dan jaringan
pendukungnya. Penyesuaian atau pengurangan pada aktivator bertujuan
membentuk dataran penuntun/ guaiding plane, sehingga dapat
6
menggerakkan gigi secara serentak dalam 3 dimensi, yaitu: vertikal,
transversal, dan sagital.
Pengurangan atau penyesuaian saat kontrol
Pengurangan atau penyesuaian yang dilakukan pada kasus
Klas II Angle divisi 1 dengan gigitan dalam karena supra oklusi gigi anterior
bawah atau infra oklusi gigi-gigi posterior atau kombinasi keduanya, yaitu
dengan mengurangi permukaan oklusal gigi-gigi posterior,sehingga gigi-gigi
posterior dapat berelevasi/ berelongasi dan pada bagian anterior intrusi
dengan ditahan oleh akrilik.
Untuk kasus gigitan terbalik posterior pada satu sisi rahang,
dapat dilakukan dengan penjangkaran pesawat pada satu sisi dan
menggerakkan gigi-gigi pada sisi berlawanan dengan pegas atau
penambahan akrilik.
Klas II Angle divisi 1, gigi-gigi posterior bawah perlu digerakkan
ke mesial secara bersamaan, untuk itu permukaan mesiolingual gigi-gigi
posterior rahang bawah dibebaskan dari akrilik. Gigi-gigi posterior rahang
atas digerakkan ke distal, maka permukaan distopalatinal gigi-gigi posterior
rahang atas dikurangi, dan gigi anterior rahang atas akan digerakkan ke
distal/ biar teretrusi, maka permukaan palatinal gigi-gigi anterior rahang atas
dikurangi.
Klas III Angle, penyesuaian yang dilakukan pada dasarnya
sama dengan Klas II Angle divisi 1, hanya arah pengurangannya kebalikan
7
dari Klas II Angle. Pengurangannya pada rahang atas, karena akan
digerakkan ke mesial, maka permukaan mesiopalatinal dikurangi, dan pada
rahang bawah, karena akan digerakkan ke distal, maka permukaan
distolingual rahang bawah dikirangi. Regio anterior rahang bawah akan
digerakkan ke distal , sehingga permukaan lingual dikurangi.
Perubahan yang terjadi pada pemakaian aktivator
1. Perubahan temporo mandibular joint atau artikulasi rahang
Terjadi perubahan pada bentuk condylus, perubahan pada
kartilago yang merupakan pusat pertumbuhan mandibula dan terjadi
rangsangan pertumbuhan pada condylus dan menggerakkan mandibula
secara bodily ke anterior (Klas II Angle) dan posterior (Klas III Angle).
Penambahan pertumbuhan condylus karena antara gigi-gigi posterior
maksila dan mandibula terdapat plat aktivator yang berjarak lebih besar
dari jarak inter-oklusal.
2. Pergerakkan dentoalveolar
a. Arah antero-posterior
Angle klas II:
Gigi-gigi anterior: rahang atas retraksi, rahang bawah protraksi
Gigi-gigi posterior: rahang atas ke distal, rahang bawah ke
mesial.
Angle klas III:
8
Gigi-gigi anterior: rahang atas protraksi, rahang bawah retraksi
Gigi-gigi posterior: rahang atas ke mesial, rahang bawah ke
distal.
b. Arah vertikal
Ekstrusi atau intrusi tergantung dari kasusnya, dimana gigi-gigi
bergerak kearah ruangan pada plat yang sebelumnya telah dikurangi.
c. Arah lateral
Melakukan modifikasi dengan penambahan skrup ekspansi.
3. Perubahan kedudukan lidah, bibir, dan pipi.
4. Perawatan aktivator dengan kombinasi cervikal head gear , terdapat
hambatan pertumbuhan muka bagian tengah ke anterior.
Keuntungan-keuntungan pemakaian aktivator:
a. Tidak ada kerusakan jaringan alat pengunyahan
b. Tidak ada tekanan, sehingga pertumbuhan arkus dentalis dan rahang
tidak ada hambatan dalam pembetulan posisi atau anomali.
c. Tidak tergantung periode pertumbuhan gigi.
d. Mudah dibersihkan
e. Dipakai waktu malam hari atau siang hari saat di rumah.
f. Pesawat kuat, tidak mudah pecah.
Keburukan pemakaian aktivator:
a. Pasien tidak kooperatif, maka alat tidak dapat dipakai.
9
b. Hanya pada kasus-kasus tertentu
c. Gigi yang sangat berjejal tidak dapat memakai aktivator, karena akan
terjadi traumatik.
Referensi
Graber T.M., Rakosi T., Petrovic A.G., 1985, Dentofacial Orthopedics With Functional Appliances, The C.V. Mosby Company, 150-208.
Graber T.M., Swain B.F.,1985, Orthodontics Current Principles and Techniques, The C.V. Mosby Company, 369-400.
10