14
AKTIVATOR Aktivator merupakan alat ortodonsi lepasan yang bersifat pasif, diperkenalkan oleh Viggo Andresen pada tahun 1908. Alat ini efektif dipakai saat periode pertumbuhan kranio fasial dengan cara mengatur penutupan mandibula yang benar sehingga menyebabkan adaptasi muskuloskeletal. Cara kerja aktivator ada 3, yaitu: 1. Fungsional fisiologis 2. Fungsional ortopedik 3. Pasif 1. Fungsional fisiologis Aktivator akan melanjutkan kekuatan fungsional otot-otot sekitar mulut. Impuls otot yang terjadi saat membuka dan menutup mulut diteruskan ke tulang alveolar, gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan 1

AKTIVATOR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKTIVATOR

AKTIVATOR

Aktivator merupakan alat ortodonsi lepasan yang bersifat pasif,

diperkenalkan oleh Viggo Andresen pada tahun 1908. Alat ini efektif dipakai

saat periode pertumbuhan kranio fasial dengan cara mengatur penutupan

mandibula yang benar sehingga menyebabkan adaptasi muskuloskeletal.

Cara kerja aktivator ada 3, yaitu:

1. Fungsional fisiologis

2. Fungsional ortopedik

3. Pasif

1. Fungsional fisiologis

Aktivator akan melanjutkan kekuatan fungsional otot-otot sekitar

mulut. Impuls otot yang terjadi saat membuka dan menutup mulut

diteruskan ke tulang alveolar, gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan sendi

rahang. Diharapkan dengan sifat fungsional fisiologis ini akan

memperbaiki hubungan gigi dan rahang.

2. Fungsional ortopedik

Otot bibir dan otot pengunyah akan bekerja aktif untuk

mencegah aktivator keluar dari mulut selama pemakaian. Aktifnya otot-

1

Page 2: AKTIVATOR

otot tersebut akan menyebabkan perubahan di sekitar gigi secara masal

dan perubahan pada jaringan pendukung gigi.

3. Pasif

Aktivator bekerja secara pasif karena tidak menghasilkan

kekuatan mekanik, hanya meneruskan kekuatan otot-otot disekitar rongga

mulut ke rahang bawah yang berusaha kembali ke posisi semula,

sehingga dihasilkan suatu kekuatan pada gigi-gigi rahang bawah dan

kekuatan sebaliknya pada gigi-gigi rahang atas. Melalui aktivator akan

terjadi tarikan atau traksi intermaksiler yang menyebabkan perubahan

posisi rahang bawah karena pertumbuhan pada kondilus dan TMJ.

Pemakaian aktivator dalam rongga mulut dengan meletakkan aktivator

diantara gigi dan lidah, sehingga seolah-olah terapung. Plat aktivator

mengenai bagian-bagian tertentu sesuai dengan tujuan perawatan.

Saat pemakaian aktivator dalam rongga mulut ada beberapa

kekuatan yang terjadi, yaitu:

a. Kekuatan statis

Merupakan jenis kekuatan permanen yang bervariasi dalam

besar dan arah kekuatannya. Termasuk disini adalah kekuatan gravitasi,

postur badan, dan elastisitas jaringan lunak dan otot-otot.

2

Page 3: AKTIVATOR

b. Kekuatan dinamis

Kekuatan ini timbul secara simultan dengan gerakan dari kepala

dan tubuh yang besar kekuatannya lebih besar dari kekuatan statis.

Menelan juga menimbulkan kekuatan dinamis. Kekuatan ini juga

tergantung pada design dan konstruksi dari aktivator, serta reaksi dari

pasien.

c. Kekuatan ritmik

Kekuatan ini berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi yang

dipandang cukup penting pada pengaktifan aktivitas seluler. Getaran

ritmik dari mandibula diteruskan ke maksila secara intermittent (saat

pengenaan kekuatan ini pada gigi dan mandibula) dan interrupted ( saat

melepas aktivator dari rongga mulut)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat gigitan kerja adalah:

1. Persiapan diagnostik dari model studi dengan memperhatikan:

a. Hubungan M1

b. Pergeseran midline

c. Simetri dari lengkung gigi

d. Curve of Spee

e. Gigi- gigi yang berjejal

2. Analisa fungsional

a. Pencatatan dari posisi istirahat

3

Page 4: AKTIVATOR

b. Jalannya penutupan dari istirahat ke oklusi habitual

c. Kontak prematur, kontak initial, gangguan oklusi, dan salah letak dari

mandibula (jika ada) dicatat.

d. Kliking, krepitasi pada TMJ.

e. Freeway space

f. Respirasi: pembesaran tonsil, kelainan pada hidung dan alergi

dikonsulkan ke dokter THT.

3. Analisa sefalometri

Digunakan untuk menegakkan pola morfogenetik kraniofasial

yang harus dirawat. Informasi terpenting yang diperlukan untuk

perencanaan gigitan kerja:

a. Arah pertumbuhan rata-rata horisontal dan vertikal.

b. Membedakan posisi dan ukuran basis rahang (hubungan dengan

kranium, hubungan sagital basis apikal, dan lain-lain)

c. Ketidaknormalan morfologi mandibula

d. Inklinasi aksial dan posisi dari gigi insisivus rahang atas dan rahang

bawah.

Indikasi pemakaian aktivator:

a. Klas II Angle divisi 1 disertai anomali-anomali:

insisivus rahang atas labioversi

kontraksi lengkung gigi rahang atas

4

Page 5: AKTIVATOR

disto oklusi

b. Klas III Angle disertai anomali-anomali:

Cross bite anterior

Crossbite posterior ( rahang atas kontraksi atau rahang bawah

besar)

mesio oklusi

Pembuatan aktivator:

1. Pembuatan model studi dan model kerja

2. Pembuatan gigitan kerja

Dibuat dari model malam dibentuk tapal kuda, tebal 4-6 mm

Relasi Angle klas I (bila over jet terlalu besar, dilakukan bertahap,

pemajuan mandibula pada Klas II Angle tidak boleh melebihi 7-8

mm)

Ketebalan malam: anterior 2-4 mm, posterior: 4-6 mm

Median line segaris.

3. Penanaman model kerja pada artikulator (fiksasi tripoid).

4. Pembuatan guide wire:

Maxillary guide wire pada Angle klas II

Intermaxillary guide wire pada Angle klas III

5. Pembuatan model malam:

5

Page 6: AKTIVATOR

Plat dasar rahang atas, bagian oklusal menutupi setengah oklusal

Plat dasar rahang bawah, bagian oklusal menutup seluruh oklusal

Menanam guide wire

Menyatukan plat rahang atas dan rahang bawah.

6. Try in, dicobakan pada pasien berupa model malam

7. Inbed dalam cuvet dengan bagian lingual menghadap atas.

8. Pengisian akrilik

9. Poles aktivator

Sebelum dipoles bagian yang tajam dihaluskan, terutama

didaerah posterior. Plat akrilik sisi kanan dan kiri yang menyerupai

sayap dibuat sama tinggi, serta daerah frenulum lingual

dibebaskan.Bagian yang perlu dipoles terutama bagian –bagian yang

menghadap lidah, seluruh batas tepi aktivator dan yang menutupi 1/3

insisal bawah sebelah labial.

Pemakaian aktivator dan kontrol

Pemakaian aktivator sebaiknya dilakukan terus menerus pada

malam hari dengan jarak waktu untuk kontrol minimal 2 bulan sekali, dimana

tiap kontrol dilakukan penyesuaian alat terhadap gigi dan jaringan

pendukungnya. Penyesuaian atau pengurangan pada aktivator bertujuan

membentuk dataran penuntun/ guaiding plane, sehingga dapat

6

Page 7: AKTIVATOR

menggerakkan gigi secara serentak dalam 3 dimensi, yaitu: vertikal,

transversal, dan sagital.

Pengurangan atau penyesuaian saat kontrol

Pengurangan atau penyesuaian yang dilakukan pada kasus

Klas II Angle divisi 1 dengan gigitan dalam karena supra oklusi gigi anterior

bawah atau infra oklusi gigi-gigi posterior atau kombinasi keduanya, yaitu

dengan mengurangi permukaan oklusal gigi-gigi posterior,sehingga gigi-gigi

posterior dapat berelevasi/ berelongasi dan pada bagian anterior intrusi

dengan ditahan oleh akrilik.

Untuk kasus gigitan terbalik posterior pada satu sisi rahang,

dapat dilakukan dengan penjangkaran pesawat pada satu sisi dan

menggerakkan gigi-gigi pada sisi berlawanan dengan pegas atau

penambahan akrilik.

Klas II Angle divisi 1, gigi-gigi posterior bawah perlu digerakkan

ke mesial secara bersamaan, untuk itu permukaan mesiolingual gigi-gigi

posterior rahang bawah dibebaskan dari akrilik. Gigi-gigi posterior rahang

atas digerakkan ke distal, maka permukaan distopalatinal gigi-gigi posterior

rahang atas dikurangi, dan gigi anterior rahang atas akan digerakkan ke

distal/ biar teretrusi, maka permukaan palatinal gigi-gigi anterior rahang atas

dikurangi.

Klas III Angle, penyesuaian yang dilakukan pada dasarnya

sama dengan Klas II Angle divisi 1, hanya arah pengurangannya kebalikan

7

Page 8: AKTIVATOR

dari Klas II Angle. Pengurangannya pada rahang atas, karena akan

digerakkan ke mesial, maka permukaan mesiopalatinal dikurangi, dan pada

rahang bawah, karena akan digerakkan ke distal, maka permukaan

distolingual rahang bawah dikirangi. Regio anterior rahang bawah akan

digerakkan ke distal , sehingga permukaan lingual dikurangi.

Perubahan yang terjadi pada pemakaian aktivator

1. Perubahan temporo mandibular joint atau artikulasi rahang

Terjadi perubahan pada bentuk condylus, perubahan pada

kartilago yang merupakan pusat pertumbuhan mandibula dan terjadi

rangsangan pertumbuhan pada condylus dan menggerakkan mandibula

secara bodily ke anterior (Klas II Angle) dan posterior (Klas III Angle).

Penambahan pertumbuhan condylus karena antara gigi-gigi posterior

maksila dan mandibula terdapat plat aktivator yang berjarak lebih besar

dari jarak inter-oklusal.

2. Pergerakkan dentoalveolar

a. Arah antero-posterior

Angle klas II:

Gigi-gigi anterior: rahang atas retraksi, rahang bawah protraksi

Gigi-gigi posterior: rahang atas ke distal, rahang bawah ke

mesial.

Angle klas III:

8

Page 9: AKTIVATOR

Gigi-gigi anterior: rahang atas protraksi, rahang bawah retraksi

Gigi-gigi posterior: rahang atas ke mesial, rahang bawah ke

distal.

b. Arah vertikal

Ekstrusi atau intrusi tergantung dari kasusnya, dimana gigi-gigi

bergerak kearah ruangan pada plat yang sebelumnya telah dikurangi.

c. Arah lateral

Melakukan modifikasi dengan penambahan skrup ekspansi.

3. Perubahan kedudukan lidah, bibir, dan pipi.

4. Perawatan aktivator dengan kombinasi cervikal head gear , terdapat

hambatan pertumbuhan muka bagian tengah ke anterior.

Keuntungan-keuntungan pemakaian aktivator:

a. Tidak ada kerusakan jaringan alat pengunyahan

b. Tidak ada tekanan, sehingga pertumbuhan arkus dentalis dan rahang

tidak ada hambatan dalam pembetulan posisi atau anomali.

c. Tidak tergantung periode pertumbuhan gigi.

d. Mudah dibersihkan

e. Dipakai waktu malam hari atau siang hari saat di rumah.

f. Pesawat kuat, tidak mudah pecah.

Keburukan pemakaian aktivator:

a. Pasien tidak kooperatif, maka alat tidak dapat dipakai.

9

Page 10: AKTIVATOR

b. Hanya pada kasus-kasus tertentu

c. Gigi yang sangat berjejal tidak dapat memakai aktivator, karena akan

terjadi traumatik.

Referensi

Graber T.M., Rakosi T., Petrovic A.G., 1985, Dentofacial Orthopedics With Functional Appliances, The C.V. Mosby Company, 150-208.

Graber T.M., Swain B.F.,1985, Orthodontics Current Principles and Techniques, The C.V. Mosby Company, 369-400.

10