Aktivitas Muhammad Natsir Dalam an Dakwah

Embed Size (px)

Citation preview

AKTIVITAS MUHAMMAD NATSIR DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH

A. Strategi Dakwah Setiap orang menginginkan usaha dan kegiatannya berhasil serta memuaskan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan yang diinginkan tentu memerlukan faktor pendukung diantaranya adalah dengan perencanaan yang matang, modal yang cukup dan pengelolaan yang baik dan teratur. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan oleh setiap Dai. untuk mendapatkan hasil yang memuaskan para Dai diharapkan memiliki perencanaan yang matang. Di dalam perencanaan tersebut termasuk juga strategi, motode dan tehnis. Hal ini diperlukan untuk terlaksananya proses dakwah sehingga dapat diterima oleh objek yang menjadi sasarannya. Untuk lebih jelasnya dibahas strategi, metode dan tennis yang baik dalam berdakwah sebagai beikut : 1. Strategi Dakwah Menurut Drs. Onong Uchjana Efendy, MA, Strategi itu adalah : Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.1

Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek, Remaja Karya, Bandung, 1986. hal. 35

1

1

Dengan demikian berarti strategi itu adalah suatu daya upaya untuk menentukan serangkaian kegiatan pilihan guna dapat mewujudkan hasil yang maksimal. Dalam mengembangkan dakwah Muhammad Natsir memakai strategi yang bervariasi, menurut objek yang menjadi sasaran dakwahnya, baik dalam tulisannya, lisan maupun perbuatannya. Pada dasarnya strategi itu tidak terlepas dari taktik untuk melaksanakan suatu perbuatan. Sesuai dengan pendapat Fuad Amsyari bahwa : dalam pengertian dasarnya strategi dan taktik adalah metode atau tehnik untuk memenangkan suatu persaingan 2 Selanjutnya ia membedakan antara strategi dan taktik sebagai berikut : Strategi dan taktik hanya berbeda pada skala kepentingannya saja, dan tidak jarang dipakai timbal balik atau bergabtian untuk menunjukkan penekanannya. Umumnya istilah strategi menunjukkan metode atau tehnik yang menjangkau sasaran yang lebih kecil dan berskala pendek. Dalam bentuk umumnya strategi adalah cara bagaimana mencapai sasaran antara 3 Dari pendapat tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa strategi dan taktik tidak dapat dipisahkan, karena saling berkaitan. Untuk mencapai suatu maksud sampai pada keinginan yang akhir diperlukan strategi yang matang dan untuk mencapai tujuan akhir tersebut harus didukung dengan tujuan perantara atau penghubung maka digunakanlah taktik.

2

Endang Saifuddin Anshari, Pak Natsir 80 Tahun II, Media Dakwah, Jakarta, 1988, Ibid. Hal. 82.

hal. 81.3

2

Dalam hal ini Muhammad Natsir pada hakekatnya telah menggunakan strategi dan taktik ini dalam pengembangan dakwah. Hal ini terlihat dalam kiprah dakwahnya dalam membangun kehidupan umat secara meyeluruh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa strategi Muhammad Natsir dalam mengembangkan dakwah Islamiah adalah Islamisasi seluruh aspek kehidupan diantaranya : a. Aspek Pendidikan Pendidikan umat yang diharapkan oleh Muhammad Natsir adalah pendidikan yang berpegang pada asas Al-Quran dan hadist. Dengan kata lain pendidikan harus selaras antara ilmu pengetahuan agama. Melalui pendidikan inilah Muhammad Natsir mencetak kader-kader dan insane yang beragama sekaligus berilmu pengetahuan yang tinggi. Dalam masalah pendidikan ini dapat diambil contoh strategi yang digunakan Muhammad Natsir dalam arahannya tentang tujuan hidup di dunia ini, yang juga merupakan tujuan dari pendidikan juga. Menurutnya tujuan hidup manusia adalah untuk menyembah Allah SWT, menyembah Allah menurutnya adalah : Menyembah Allah SWT berarti memusatkan penyembahan kepada Allah SWT semata-mata, dengan menjalani dan mengatur segala segi dan aspek kehidupan di dunia ini, lahir dan batin, sesuai dengan kehendak Ilahi, baik sebagai orang perseorangan dalam hubungannya dengan khaliq, ataupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesame manusia.4 Realisasi dari pernyataannya itu Muhammad Natsir telah membina beberapa lembaga pendidikan yang berorientasi kepada pembentukan insan yang4

M. Natsir, Fiqhud Dawah, Ramadhani, Solo, 1991, hal. 24

3

siap pakai melalui lembaga pendidikan formal pesantren dan pada sekolah pendidikan Islam di masa Orde Lama. Dari lembaga ini diharapkan akan lahir orang-orang yang mampu mengorientasi antara ilmu agama ilmu pengetahuan umum, sehingga diharapkan juga tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. b. Aspek Ekonomi. Usaha-usahanya memurnikan ajaran Islam terlihat juga dalam bidang ekonomi. Tentang kegiatan ekonomi yang harus dilaksanakan Muhammad Natsir berpendapat, bahwa tidak hanya untuk menumpuk-numpukkan harta, akan tetapi harus disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Oleh karena itu ekonomi harus berlandasan kepada Islam. Karena dalam Islam telah diatur bagaimana cara menyalurkan harta kekayaan tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Natsir dalam bukunnya Pandaipandailah Bersyukur Nikmat bahwa: Kekayaan material, bagi Muhammad Natsir, pada hakekatnya adalah masih berupa bahan baku, yang tidak akan bermanfaat apa-apa kalau tidak ada unsur manusiawinya. Unsur manusiawi itu berupa kemampuan menguasai, kemampuan mengolah dan berpedoman nilai-nilai memanfaatkannya sesuai dengan kehendak Allah. Perlukan terhadap kekayaan material demikian itu dinamakan mensyukuri nikmat.5 Dari penjelasan di atas dapatlah diterangkan bahwa Muhammad Natsir menginginkan orang-orang yang mengelola ekonomi harus disirami dengan nilainilai agama, sehingga pelaksanaannya tidak terlepas juga dari agama.5

yang dikutip oleh Endang Saifuddin Ansari,

Endang Saifuddin Anshari, Pak Natsir 80 Tahun-I, Media Dakwah, Jakarta, 1998, hal.

93.

4

Kemajuan ekonomi tidak selamanya mendatangkan kebahagiaan, tetapi sering dihadapkan kepada dua alternative, kemungkinan yang terjadi dalam kemajuan ekonomi adalah timbulnya kedengkian dan permusuhan. Atau kemungkinan tetap berpegang teguh kepada tata nilai yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Apabila kemajuan ekonomi menimbulkan kedengkian dan permusuhan tentu akan membawa kemelaratan dan kesengsaraan, akan tetapi bila ekonomi diatur menurut ketentuan Islam maka akan mendapat kebahagian bagi umat.6 c. Sosial dan Budaya Sosial dan budaya erat sekali hubungannya dengan kehidupan

bermasyarakat bagi sekelompok manusia. Oleh karena itu kehidupan sosial merupakan suatu aktivitas dalam bermasyarakat. Pada dasarnya Islam telah mengatur tata cara bermasyarakat. Pada dasarnya Islam telah mengatur tata cara bermasyrakat dan berbudaya dengan baik. Menurut Muhammad Natsir agama Islam merupakan sumber kekuatan yang mendorong terbitnya suatu kebudayaan, adapun kekuatan Islam itu antara lain berpatokan kepada : 1. Agama Islam menghormati akal manusia dan mendudukkan akal itu pada tempat yang terhormat serta menyuruh agar manusia mempergunakan akal itu untuk menyelidiki keadaan alam. 2. Agama Islam mewajibkan pemeluknya, baik laki-laki maupun perempuan, menurut ilmu.

6

Lihat, Ibid.

5

3.

Agama Islam melarang bertaqlid buta, menerima sesuatu sebelum diperiksa, walaupun datangnya dari kalangan sebangsa dan seagama atau dari ibu-bapak dan nenek-moyang sekalipun.

4.

Agama Islam menyuruh memeriksa kebenaran, walaupun datangnya dari kaum yang berlainan bangsa dan kepercayaan.

5.

Agama Islam menggemarkan dan mengarahkan pemeluknya pergi meninggalkan kampong halaman berjalan ke negeri lain, memperhubungkan silaturahim dengan bangsa dan golongan lain, saling bertukar tasa dan pandangan.7 Selain dari itu lebih jelas Muhammad Natsir mengemukakan bahwa

ketauhidan merupakan sumber wahyu, menyakini Rasul sebagai Pembawa Wahyu, menyakini bahwa adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia, oleh karena itu Islam telah mengatur hokum bermasyarakat dan berbudaya.8 Dalam hal sosial dan budaya ini Muhammad Natsir menegaskan bahwa dalam menghadapi permasalahan sosial dan budaya harus kembali kepada hokum dasar agama yaitu Al-Quran dan Hadist. d. Politik Di dalam berpolitik Muhammad Natsir tidak terlepas dari politik yang bernafaskan kepada nilai-nilai Islam. Nal ini terbukti pada masa awal keterlibatannya dalam masalah politik adalah karena adannya penyelewengan

7

M. Natsir, Capita Aelecta, Pustaka Pendis, Jakarta, 1957, Hal. 4 Lihat. Endang Saifuddin Anshari, Op. Cit, hal. 94.

8

6

kekuasaan dari Partai Nasional yang diseponsori oleh Bung Karno, sehingga timbul pokok pemikiran Muhammad Natsir dalam politik sebagai berikut : 1. Islam bukan semata-mata agama dengan arti ibadah kepada Allah SWT saja, Islam ialah tata cara hidup di atas dunia ini sebagai orang perseorangan, bermasyarakat dan bernegara. 2. Islam menentang penjajahan manusia atas manusia, jadi umat Islam wajib berjuang untuk kekerdekaannya. 3. Islam memberi dasar-dasar yang tertentu untuk satu Negara yang merdeka, itulah ideologinya. 4. umat Islam wajib mengatur Negara yang merdeka itu atas dasar-dasar bernegara yang di tetapkan oleh Islam. 5. Tujuan ini tidak akan tercapai oleh umat Islam apabila mereka turut berjuang mencapai kemerdekaan dalam partai kebangsaan semata-mata, apa lagi yang sudah bersifat membenci Islam. 6. Oleh karena itu umat Islam harus masuk dan memperkuat perjuangan mencapai kemerdekaan yang berdasarkan cita-cita Islam semula.9

Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa Muhammad Natsir menginginkan Islam dijadikan sebagai landasan berpolitik. Karena politik dalam Islam berlaku juga bagi umat non Islam melalui toleransi beragama dan

Yusuf Abdullah Fuad, et, al, Muhammad Natsir 70 Tahun, Pustaka Antara, Jakarta, 1978. hal. 22

9

7

meletakkan akhlak sebagai acuan dalam berhubungan dengan sesama manusia, terutama dalam masalah politik. Dengan demikian strategi yang diterapkan oleh Muhammad Natsir dalam mengembangkan dakwah di Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat Indonesia dan Negara Indonesia yang berideologi Islam. Sekurang-kurangnya strategi Muhammad Natsir itu adalah menciptakan kondisi masyarakat yang benafaskan Islam dalam segala aspeknya. Hal ini dapat terlihat dari strategi yang ia upayakan mulai dari pra kemerdekaan samapai pasca kemerdekaan dalam mengembangkan dakwahnya baik melalui wadah organisasi, lembaga-lembaga pendidikan maupun dalam tulisan-tulisannya adalah untuk menciptakan kondisi politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan yang Islami.

B. Metode Dakwah Dalam mengembangkan dakwah Muhamad Nantsir mempergunakan beberapa metode antara lain : 1. Metode Pidato Yaitu pembicaraan tentang suatu masalah yang dibahas oleh seorang dengan cara lantang yang mengandung tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam segala tindakan manusia dilakukan dihadapan halayak ramai yang sengaja datang untuk mendengarkan pidato Muhammad Natsir tersebut. Sebagai seorang pendakwah Muhammad Natsir tidak terlepas dari menggunakan metode ini, dimana ada kesempatan untuk berpidato ia selalu menyelipkan nilai-nilai agama didalamnya baik didalam seminar atau rapat-rapat

8

organisasi maupun dalam upacara kenegaraan ia selalu lantang mengarahkan untuk mengikuti Al-Quran dan Hadist. Selaku organisatoris ia lebih banyak mengemukakan ide-idenya melalui pidato dan isi dari ide-ide yang ia kemukakan tidak tidak terlepas dari kepentingan umat. Apa lagi kalau ia berpidato masalah kegamaan bukan hanya di Indonesia dapat diperhitungkan akan tetapi juga di luar Negeri seperti dipakistan pada tahun 1952 dalam rangkan Nuzulul Quran.10 Kemudian pidatonya yang paling tegas dalam membela agama Islam adalah dalam siding Pleno Konstituante tahun 1957 , tentang Islam sebagai dasar Negara. Masih banyak lagi pidato-pidato yang lain sebelum dan sesudah konstituante yang orientasinya pada pengembangan dakwah Islamiyah di Indonesia. 2. Metode Mimbar Yaitu kegiatan dalam pelaksanaan dakawah dengan memakai mimbar. Pelaksaan nya dapat dibagi kepada bentuk ceramah, yaitu suatu pembicaraan yang ilmiah dan dapat menyenangkan pendengarannya setiap Muhammad Natsir berceramah. Kemudian dalam bentuk berpidato dan dalam bentuk menghafal yaiutu Muhammad Natsir terlebih dahulu menghafal materi-materi yang akan disampaikannya, dengan demikian orang yang mendengarnya dapat mengaerti dan memahami apa yang dijelaskannya lewat mimbar tersebut. Pemakaian metode mimbar ini hamper tidak pernah ditinggalkan oleh Muhammad Natsir baik dalam bentuk hari-hari besar Islam maupun Nasional.

10

Lihatlah, Spektrum, Media Dakwah, No. 225, DDII, Jakarta, 1993. hal 33.

9

3.

Metode Karyawisata. Yaitu Muhammad Natsir mengunjungi suatu tempat baik di Indonesia

maupun di luar Negeri untuk melihat dan mengalami sendiri secara nyata. Dalam karyawisata ini para peserta yang ikut bersama Muhammad Natsir diharapkan dapat memahami dan menghayati secara seksama dan mendalam terhadap masalah-masalah keagamaan dan kenegaraan yang mengacu kepada nilai-nilai Islamiah. 4. Metode Lizing. Yaitu Muhammad Natsir mengadakan pembicaraan yang mendalam tentang sesuatu hal yang dipelajari dan diamatinya dan dibahasnya secara

mendalam, karena hal tersebut harus diberitahukan kepada khalayak ramai dan sangat penting untuk dibahas. 5. Metode Tanya Jawab Yaitu metode yang digunakan oleh Muhammad Natsir untuk mengiring lawan bicaranya dan juga metode ini dipakai untuk memudahkan pemahaman bagi pendengarnya. Metode tanya jawab ini dilakukan Muhammad Natsir tidak hanya untuk orang-orang yang dekat dengannya akan tetapi juga untuk orang-orang yang dikunjunginya baik di Indonesia maupun di luar Negeri dalam usahanya mengembangkan dakwah secara keseluruhan. Selain dari itu metode Tanya jawab yang digunakan oleh Muhammad Natsir adalah dengan menanggapi anggapan orang-orang non Islam atau orangorang Islam sendiri yang bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist. Selain

10

tentang agama juga bantahan tentang keadaan politik yang sedang berlangsung baik di Indonesia maupun di luar Negeri. Masalah yang menyangkut dengan keagaman khususnya antara Islam dan Kristen telah terbit buku yang berjudul Islam dan Kristen telah di Indonesia, yang di dalamnya berisikan tentang bagaimana menurut Islam tentang toleransi beragama dan masalah-masalah lain yang berhubungan dengan pandangan Islam yang dilecehkan oleh pihak Kristen. 6. Metode Diskusi Metode diskusi yang digunakan oleh Muhammad Natsir dalam pengembangan dakwah adalah dengan membuat suatu makalah atau artikel yang sesuai dengan permintaan dan keadaan yang memungkinkan. Hasil dari bahan diskusi tersebut dibukukan dalam bentuk artikel, majalah dan berbentuk buku yang di tulis oleh pihak yang meminta diskusi tersebut atau oleh pihak yang meminta diskusi tersebut atau oleh pihak lain yang menganggap buku tersebut layak untuk diedarkan dan diketahui oleh umat. Sebagai contoh dapat diambil dari diskusi atau musyawarah yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Indonesia yaitu musyawarah antar agama pada bulan November 1967 di gedung DPA. Dalam musyawarah tersebut Muhammad Natsir menekankan bahwa apabila konplik yang terjadi anatar umat dibiarkan berlangsung terus menerus maka dikhawatirkan terhadap keselamatan perikehidupan bernegara, sekarang dan masa yang akan datang.11

11

Lihat M. Natsir. Islam dan Kristen di Indonesia, Media Dakwah, Jakarta, 1983. Hal.

212.

11

7.

Metode Sentral Isue. Metode sentral isue digunakan Muhammad Natsir adalah berhubungan

dengan penyampaian secara tertulis kepada khalayak ramai tentang suatu masalah. Dengan demikian menimbulkan respon dari masyarakat tentang isu tersebut. Hal ini banyak ditanggapi Muhammad Natsir lewat artikel-artikelnya dalam majalah baik sebelum kemerdekaan atau sesudah kemerdekaan RI, baik masalah politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan. Metode sentral isue yang digunakannya dapat dilihat dalam tulisan Muhammad Natsir yang membantah tuduhan-tuduhan terhadap Islam pada masa sebelum kemerdekaan.12 8. Metode Internalisasi Metode internalisasi yang digunakan Muhammad Natsir dalam berdakwah adalah dengan menampilkan sifat dan sikap terpuji serta menjadi teladan yang baik bagi orang lain yang tercermin secara langsung dan terus menerus dalam kehdupannya sehari-hari. Metode ini lebih ditekankan pada pencerminan kepribadian, sikap dan tingkah lakunya. Mengenai kepribadian Muhammad Natsir telah diketahui melalui pendapat beberapa orang yang mengenalnya lebih dekat, bahwa ia adalah seoarang yang jujur, berdisiplin tinggi, ucapan dan tutur katanya yang sopan, berpakaian sederhana dan sangat bijaksana dalam bertindak, sesuai dengan ungkapan orang yang sangat dekat denganya yaitu Dr. Anwar Haryomo : Bapak Muhammad

Lihat. Endang Saifuddin Anshari. Pak Natsir 80 Tahun-I. Media Dakwah, Jakarta. 1998. hal. 88.

12

12

Natsir adalah sosok insane yang multi dimensi yang berkualitas prima. Ia seorang politikus, sekaligus moralis, mukmin mukhlis, mujahid dan pendidik.13 Dari ungkapan Anwar Haryono Tersebut Terlintaslah pada fikiran kita bahwa memang ia orang yang dapat diteladani oleh umat Islam Indonesia. Karena penampilannya yang multi dimensi itu tidak hanya berlaku bagi seseorang saja, atau bagi orang Indonesia saja, akan tetapi multi dimensi bagi seluruh umat Islam di dunia, dan bahkan untuk umat non Islam sekalipun. Karena ia tidak pernah memusuhi saingannya apa lagi untuk bersikap dendam. Asal saja jangan sampai bertentang dengan nilai-nilai agama Islam.. 9. Metode Personal Aproach ( pendekatan) Metode Personal Aproach yang diterapkan oleh Muhammad Natsir terutama terhadap Bung Karno, karena metode ini adalah pendekatan secara pribadi. Pendekatan Muhammad Natsir terhadap Bung Karno ini lebih sering dengan cara mengirimkan tulisan-tulisannya kepada Sukarno lewat Pembela Islam. Tulisan-tulisan Muhammad Natsir pertama sekali dikenal oleh Bung Karno adalah semasa ia berada di Endeh Flores yaitu tempat pembuangan Sukarno oleh Belanda, sehingga ia kagum atas tulisan Muhammad Natsir dengan berbahasa Belanda dengan Judul Komt tot het Gebet14

10.13

Metode Proyek

Anwar Haryono, Seorang Pehuang Telah Berpulang, (Majalah Media Dakwah No. 225) DDII, Jakarta, 1993. Hal. 7.14

Lihat. Yusuf Abdullah Puar. Pqk Natsir 70 Tahun. Pustaka Antara, Jakarta, 1978. hal.

23.

13

Metode proyek ini diterapkan oleh Muhammad Natsir dalam rangka menghimpun kader-kader dakwah dalam suatu kegiatan seperti pendidikan, pembangunan tempat-tempat pendidikan sperti sekolah-sekolah dan pesantrenpesantren. Hal ini telah terbukti dengan beralihnya Muhammad Natsir dar pendidikannya sendiri dan mendirikan sekolah yang diberinya nama Pendidikan Islam di Ciateul, di sekolah tersebut diajarkan kepada siswanya beberapa pelajaran sampai bagaimana cara berkebun.15 Demikian beberapa metode yang diterapkan oleh Muhammad Natsir dalam upayanya mengembangkan dakwah Islamiah di Indonesia pada Khususnya.

C. Tehnis Dakwah Pada dasarnya tehnis adalah pelaksanaan dari metode, kalau metode

merupakan cara pelaksanaanya sehingga dapat diterima oleh objek yang menjadi sasaran dakwah tersebut. Pelaksanaan tehnis sangat tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan, karena bisa jadi dalam metode yang sama dalam pekerjaan yang berbeda harus memakai tehnis yang berbeda pula. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Dr. Samih Atif az-Zain dalam bukunya Sifat dan Karakter Para Dai Sebagai berikut :

Memikirkan tehnis dakwah adalah berfikir tentang tehnis yang membangun pelaksanaan pekerjaan, dan ini tidak mutlak sifatnya, tehnis15

Ibid, Hal. 34.

14

menentukan macam pekerjaan. Oleh karena itu, tehnis akan berbeda-beda sebagaimana perbedaan pekerjaan.16 Adapun tehnis yang digunakan oleh Muhammad Natsir dalam

pengembangan dakwah adalah dengan tehnis tersendiri. Tehnis yang sering ia gunakan adalah tehnis secara langsung (face to face ) artinya ia langsung berhadapan dengan masyarakat yang menjadi objek dakwahnya. Disamping itu ia juga menerapkan tehnis tidak langsung yaitu dengan membina kader-kader dakwah sebagai perantara penyampaian dakwah yang ia inginkan. Aplikasi dari tehnis langsung ini sering ia lakukan secara lisan, tulisan dan melalui perbuatannya sehari-hari. Dalam mengembangkan dakwah Muhammad Natsir tidak terlepas dari perencanaan tehnis yang matang, karena proses pemikirannya ia curahkan kepada agama Islam tidak setengah-setengah bukan seluruh hidupnya bukan seluruh hidupnya dicurahkan untuk umat, khususnya umat Islam. Oleh karena itu wajar kalau Muhammad Natsir menjadi teladan yang baik bagi umat Islam. Demikian juga halnya dalam penyampaian dakwah yang ia laksanakan tidak terlepas dari tehnis yang berbeda menurut kondisi dan situasi yang ia kuasai. Dalam buku Muhammad Natsir Tahun Jilid pertama merupakan buku yang sepenuhnya membicarakan tentang kepribadian dan perjuangan Muhammad Natsir terhadap pengembangan dakwah Islam. Buku tersebut disuting oleh H. Endang Saifuddin Anshari dan M. Amin Rais. Buku tersebut merupakan penilaian

Samih Athif as-Zain, Sifat dan Karakter Para Dai, (Terjemahan Agus Salam Rahmat), Husaini, Bandung, 1988, Hal. 135.

16

15

kaum terpelajar umat Islam Indonesia yang menilai kiprah Muhammad Natsir dalam pengembangan dakwah Islamiah di Indonesia. Demikianlah kepribadian Muhammad Natsir tentang pengembangan dakwah Islam di Indonesia, dalam dakwahnya tidak hanya segi-segi tertentu yang yang dikembangkan, tetapi mencakup seluruh segi kehidupan manusia mulai dari agama, politik, ekonomi dan sosial budaya. Semuanya tidak terlepas dari pengamatan dan pemikiran Muhammad Natsir sampai pada akhir hayatnya. Pelaksanaan dakwahnya didukung dengan beberapa strategi, metode dan tehnis, sehingga tersebarlah dakwahnya itu keseluruh pelosok tanah air.

16

KESIMPULAN

A. Strategi Dakwah Menurut Drs. Onong Uchjana Efendy, MA, Strategi itu adalah : Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.17 Dengan demikian berarti strategi itu adalah suatu daya upaya untuk menentukan serangkaian kegiatan pilihan guna dapat mewujudkan hasil yang maksimal. B. Metode Dakwah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.17

Metode Pidato Metode mimbar Metode karyawisata Metode lizing Metodetanya jawab Metode diskusi Metode sentral isue Metode intenalisasi Metode personal Aproach Metode proyek

Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek, Remaja Karya, Bandung, 1986. hal. 35

17

C. Tehnis Dakwah Adapun tehnis yang digunakan oleh Muhammad Natsir dalam

pengembangan dakwah adalah dengan tehnis tersendiri. Tehnis yang sering ia gunakan adalah tehnis secara langsung (face to face ) artinya ia langsung berhadapan dengan masyarakat yang menjadi objek dakwahnya. Disamping itu ia juga menerapkan tehnis tidak langsung yaitu dengan membina kader-kader dakwah sebagai perantara penyampaian dakwah yang ia inginkan

18

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Haryono, Seorang Pehuang Telah Berpulang, (Majalah Media Dakwah No. 225) DDII, Jakarta, 1993. Endang Saifuddin Anshari, Pak Natsir 80 Tahun II, Media Dakwah, Jakarta, 1988, Endang Saifuddin Anshari, Pak Natsir 80 Tahun-I, Media Dakwah, Jakarta, 1998, M. Natsir, Capita Aelecta, Pustaka Pendis, Jakarta, 1957, M. Natsir, Fiqhud Dawah, Ramadhani, Solo, 1991, Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek, Remaja Karya, Bandung, 1986. Samih Athif as-Zain, Sifat dan Karakter Para Dai, (Terjemahan Agus Salam Rahmat), Husaini, Bandung, 1988. Yusuf Abdullah Fuad, et, al, Muhammad Natsir 70 Tahun, Pustaka Antara, Jakarta, 1978.

19

KATA PENGANTAR Tiada kata yang paling indah, selain puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah menurunkan Al-Quran menjadi petunjuk bagi manusia. Selanjutnya selawat diiringi salam kita aturkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga manusia dapat merasakan kebahagian hidup di dunia dan akhirat kelak Dalam penulisan makalah ini semula banyak mengalami kesulitan ini disebabkan kurangnya pengalaman dan referensi, akan tetapi berkat bantuan semua pihak, kesulitan-kesulitan yang ada bisa teratasi, sehingga makalah ini berhasil disajikan dalam bentuk seperti ini. Sangat dirasakan bahwa makalah ini masih banyak terdapat kelemahan, kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu koreksi dan kritikan sehat dari semua pihak demi kesempurnaan sangat diharapkan. Dan diharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin, ya rabbal Alamin. Semoga hidayah dan lindungan-Nya selalu mengerti kita.

Langsa, Penulis

2011

Drs. H. Zakaria. AB. MM

20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... AKTIVITAS MUHAMMAD NATSIR DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH A. B. C. Strategi Dakwah........................................................................... Metode Dakwah........................................................................... Tehnis Dakwah............................................................................

i ii

1 8 14 17 17 17 18 19

KESIMPULAN............................................................................................... A. Strategi Dakwah.................................................................................... B. Metode Dakwah.................................................................................... C. Tehnis Dakwah..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

21 ii ii

22

23