Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AKTUALISASI DAN REVITALISASI PENGELOLAAN PASRAMAN ADITYA JAYA
MENINGKATKAN SRADHA DAN BHAKTI UNTUK MEWUJUDKAN
ANAK SUPUTRA SADHU GUNAWAN
Oleh
Drs Nyoman Udayana Sangging, SH,MM, CH, CHt, CT NLP.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia belajar bertindak adil.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, ia belajar menemukan cinta kasih dalam
kehidupan. (Dorothy Nolte (dalam Titib, 2006:v)
Kuneng laksana sang sadhu, tan agirang yan inalem, tan alara yan inindã, tan kataman
krodha, pisaning unujarakenang parusawacana, langgeng dhirahning manah nira
Artinya :
Adapun ciri-ciri sang sadhu (orang yang utama budhi) adalah tidak gembira jika
dipuji, tidak sedih jika dicela dan tidak kerasukan marah, tidak mungkin beliau
mengucapkan kata-kata kasar, sebaiknya selalu tetap teguh dan suci bersih pikiran
beliau (Sarasasamus caya, 306)
1. Sejarah Pasraman Aditya Jaya.
Pasraman Aditya Jaya dibangun dari pikiran, hati dan tangan-tangan yang bersih….oleh mereka-mereka…bapak, ibu…saudara pendahulu kita dengan tujuan hanya SATU. Yaitu agar murid Hindu di Jakarta mengenal, mengetahui, mampu dan melaksanakan tata kerama, tata upacara tata susila agamanya….yaitu Agama Hindu. Para founding fathers and founding mothers saat itu bertekad bulat untuk mendirikan suatu tempat untuk belajar. Ya belajar Agama Hindu, tata kerama Hindu, etika Hindu agar mereka tetap menjadi orang Hindu yang benar-benar satwika. Mereka-mereka yang telah menuangkan pikirannya, tercatat namanya antara lain Bapak Gede Murjana, Bapak Ida Bagus Suwanda seorang AURI yang sekarang sudah medwijati, Bapak Kembar, Bapak Ketut Lambat dan lainnya. Diperkirakan dimulai sejak tahun 1970n. Nah kalau kita imajinasikan pendiriannya sekitar tahun 1980an…..Dan kalau kita hitung sampai sekarang ke tahun 2018 berarti sudah 38 tahun berdirinya. Dan kalau setiap tahun telah berhasil meluluskan siswa/siswinya sebanyak 10 orang berarti sudah 380 orang yang lulus dari pasraman. Namun, kalau sekitar 30 orang setiap tahunnya, maka berarti 30 dikalikan 38 tahun lulusan terdapat sekitar 1.340 orang. Sekarang mereka dimana dan jadi apa? Dulu, mereka belajar digedung sederhana. Gedung Pasramannya sangat sederhana. Bangkunya juga sederhana, Gurunyapun sangat sederhana…..Pengajarnya memiliki tugas khusus sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebagai tentara atau polisi atau orang yang memang memiliki semangat untuk membentuk muridnya menjadi pintar.Banyak informasi diterima bahwa mereka lulusan pasraman Aditya Jaya ada yang menjadi dokter,
insinyur, pengacara, membuka bisnis sendiri, ibu rumah tangga, kepala keluarga. Bahkan ada yang melanjutkan ke luar negeri. Untuk maksud itulah kita perlu melakukan pengkajian dan pemikiran kita bersama Mokkhsartam Jagadhita Ca iti Dharma. Terhadap para alumni pasraman. Dan kami para guru-guru selalu mendoakan mereka, selalu mengharap mereka untuk terus membawa obor dengan nyala yang membara untuk menyemarakkan suara Hindu ke masa depan. Apakah yang membaca tulisan ini adalah salah
seorang alumni Pasraman Aditya Jaya? Kalau ya bergembiralah…………karena Anda-anda telah berhasil menyelesaikan pembelajaran di pasaraman. Dimana kah Anda sekarang? Masih melanjutkan kuliah……..dimana? Apakah Anda sudah berumah tangga? Berapa anak kalian? Berbahagialah. Selamat ya. Pada gambar, nampak Bapak Misnan S.Ag alumni Pasraman Aditya Jaya dan berhasil meluluskan S1 pada Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara. Ia saya angkat menjadi guru Pasraman Aditya Jaya, untuk memberikan suatu pengakuan bahwa Hindu itu bukan hanya untuk orang Bali, buukan hanya milik orang Baki saja. Keberadaan Pak Misnan dapat memberikan nuansa lebih beragam di pasraman kami, disamping sebekumnya sudah juga terdapat seorang guru asal Jawa, Baoak Triono S.Ag. Perjalanan pasraman kami sangat mulus dan lancatr, Kekurangan dan hambatan yang terjadi di pasraman kami dapat selesaikan dengan baik. Namun menurut harapan dan cita-cita kita bersama masih dibutuhkan suatu pengkajian yang relevan sehingga bisa menjadi pasraman yang lebih berfunsgi dengan baik dalam upaya membentuk murid yang jujur, disiplin, satwika dan menjadi Anak Suputra Sadhu Gunawan.
2. Aktualisasi dan Revitalisasi Pasraman Aditya Jaya.
Aktualisasi dan Revitalisasi Pengelolaan Pasraman Aditya Jaya melalui peningkatan Sradha dan
Bhakti untuk mewujudkan Anak Suputra Sadhu Gunawan, adalah suatu tulisan bermaknakan ilmu
manajemen yang dikaitkan dengan ilmu-ilmu dari Ajaran Agama Hndu guna mencapai suatu tujuan
yaitu Anak Suputra Sadhu Gunawan. Maksud tulisan ini untuk memberikan suatu gambaran atau potret
yang telah dilakukan oleh Pasraman Aditya Jaya, dan ingin dilakukan aktualisasi yaitu berupa
penguatan, peningkatan kemampuan para pengelolanya yang terdiri dari para guru dan pegawai tata
usaha serta kepala pasramannya.dan dilanjutkan dengan revitalisasi. Dalam melaksaakan revitalisasi
jelas memerlukan suatu pengamatan dan evaluasi serta analisa yang cermat dan menjurus, karena
revitalisasi artinya: adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal
yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk
menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau sangat diperlukan sekali untuk
kehidupan dan sebagainya. Dari pengamatan yang dilakukan ternyata ada yang terberdaya…..atau
belum didayagunakan dengan baik dan maksimal. Oleh karena itu dilakukan aktualisasi dan revitalisasi
dalam mengelola Pasraman
Aditya Jaya, melalui
meningkatkan keyakinan (sradha)
para pengelolanya dan para
muridnya serta selalu hormat dan
berbhakti kepada Sang Hyang
Widhi Wasa. Dalam melakukan
usaha tersebut dibutuhkan suatu
action atau kegiatan untuk
melakukan pemberdayaan
terhadap 6M (Terry) +I yaitu :
Man , Money, Methode, Materals,
Machine, Market dan
Informations. Ke 7 tools diatas
harus dikembangkan dan
direvitalisasi, disinergikan
sehingga bisa berfungsi dengan
baik.
Man, yang selama ini hanya
hanya dilakukan oleh para guru,
pegawai tata usaha dan kepala
pasraman saja. Namun kedepan
sudah harus mengikut sertakan
stake holder, yaitu pemangku
kepentingan antara lain: Direktur
Jenderal Bimas Hindu Kemenag
Repeublik Indonesia, Pembimas
Hindu Kemenag Povinsi DKI
Jakarta, Ketua Parisadha Jakarta
Timur, Yayasan Mandhira
Widayaka, Sekolah Tinggi Agama
Hindu Dharma Nusantara,
Pengempon Pura Aditya Jaya,
masyarakat sendiri termasuk
orang tua murid yang juga ikut
menentukan dan mendukung
berjalannya Pasraman Aditya Jaya
ke depannya. Melalui
kebersamaan dan saling bersinergi
akan menguatkan pasraman untuk
menyusun planning yang lebih
luas kedepannya. Lebih-lebih Pura
Aditya Jaya dibentuk sebagai The
Hindus Religions and Culture
Center atau Pusat Agama dan
Kebudayaan Hindu. Pasraman
salah satu sub system yang juga
sebagai pelaku dan suporternya.
Money, diartikan sebagai sumber penerimaan dan pengeluaran untuk membiayai aktivitas pasraman.
Kepada para murid, dengan penuh hormat kami mohonkan untuk menyumbangkan punia guna biaya
operasional kegiatan belajar mengajar, dan keperluan sekolah sebesar Rp 35.000,00.- setiap bulannya.
Dengan besaran tersebut, kami upayakan dapat membiayai operasioal belajar dan mengajar.
Methode, belajar dan mengajar adalah dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), awalnya
menggunakan kurikulum KTSP yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Agama Republik Indonesia dan/atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dengan diterapkannya Kurikulum 13 (Kutilas), bagi sekolah-sekolah dari Kelas I sampai dengan Kelas
XII termasuk pasraman diseluruh Indonesia, maka kami menerapkannya. Walaupun dalam
pelaksaaannya sedikit mengalami ha yang sama dengan sekolah-sekolah/pasraman yag lain dalam
pengajaran kepada murid-murid, pemberian nilai raport dan buku pelajaran Agama Hindu dengan
Kutilas. Yaitu : para guru harus belajar banyak untuk bisa memahami Kutilas. Karena banyak hal-hal
yang baru dan materinya cukup banyak dibandingkan dengan KTSP. Disamping itu didalam
melakukan pengisian raport murid, yang cukup beda dibandingkan KTSP. Satu hal yang cukup penting
adalah masalah “buku pelajaran Agama Hindu”, bagi pasraman. Karena pasraman dianggap sebagai
sekolah swasta, maka pasraman tidak menerima Dana BOS (Bantuan Operaional Sekolah). Bagi
sekolah negeri yang mendapatkan Dana Bos, menerima buku-buku semua mata pelajaran dari
sekolahnya. Nah dengan pasraman tidak memilikin Dana BOS, maka pasaraman tidak meneria buku-
buku pelajaran secara gratis. Maka bagi murid pasraman, untuk memperoleh buku-buku tersebut, bagi
mereka yang membutuhkan dapat mendown load ke web Dik Bud. Melalui mendownload inilah maka
buku-buku pelajaran di sekolah dari Kelas I sampai dengan Kelas XII bisa diperoleh dan digunakan
untuk belajar. Machine, yang kami miliki dan digunakan berupa 3 Personell Computer dan 2 printer, 1
Note Book, 1 in focus. Peralatan ini diperoleh dari Kementerian Agama RI cq Pembimas Hindu
Kemenag Kanwil Provinsi DKI Jakarta dan 1 PC sumbangan dari orang tua murid. Keterbatasan
peralatan ini masih dapat melengkapi kami untuk melakukan kegiatan administrasi perkantoran. Kami
memiliki 1 mobil inventaris pemberian hibah dari Bank Indonesia, berupa Kijang Krista. Materials,
yang dibutuhkan dalam kegiatan operasioanl pasraman berupa kertas dan amplop dan sarana kecil
lainnya. Penggunaan materias cukup banyak sebanyak jumlah murid. Karena kami tidak menggunakan
model raport, maka setiap laporan nilai semesteran, kami menggunakan lembaran kertas. Kalau
menggunakan raport, seandainya terdapat kekeliiruan penilaian atau salah administrasi lainnya , cukup
sulit untuk mengubahnya atau memperbaikinya. Oleh karena itu bagi murid diminta agar memfoto
copy lembaran penilaian utuk digunakan sebagai arsipnya. Penilaian yang kami lakukan sangat
obyektif, didasarkan pada banyak pertimbangan positip. Kami melihat kerajinan murid, kedisiplinan,
kesopanan, peraktek membuat sarana persembahyangan seperti merangkai canang, kewangen dan
lainnya. Bila dipandag perlu si murid kami lakukan Tanya jawab dan mengucapkan doa Tri Sandya
dihadapan guru. Hal ini kami lakukan untuk belajar tidak berbohong, dan melatih kepercayaa diri si
anak, bahwa dia sebenarnya mampu, bisa, …namun masih perlu belajar dan rajin membaca dan
menghapal. Tentu termasuk hasil ulangan semesteran yang diadakan oleh guru bersangkutan. Untuk
dipahami, kami pun para guru selalu memberikan nilai yang obyektif…dan jujur yang …..juga kami
butuh….. untuk berkarma sebagai seorang guru. Informations, yang diterima menjadi bahan
pembahasan kami untuk melakukan perbaikan.Namun dalam menerima infonasi kami sangat selektif,
untuk menghin darkan hak-hal yang tidak kami inginkan. Melalui infomas kami berbenah. Informasi
dari Pembimas Hindu DKI, untuk menyiapkan laporan, menyiapkan mrid guna lomba dan sebagainya
kami cepat tanggap. Demikian pula apabila ada informasi permintaan siswa-siswi untuk mengikuti
pasraman kilat, Demikian juga apabila ada informsi dari Badan Kesehatan Parisade Hindu Dharma
Indonesia cepat kami laksanakan. Dalam mengelola informasi kepada murid juga kami sarankan agar
,menggunakan HP….pada waktu dan tempatnya. Termasuk content didalam HP agar tidak memuat
gambar-gaambar yang tidak diperbolehkan oleh poeraturan hukum dan ajaran agama Hindu. HP
sebagai alat memperdekat yag jauh….jangan dibalikkan menjadikan HP suatu alat yang menjauhkan
yabg dekat. Sebagaimana dilakukan saat dimeja makan. Sebelum makan semua pegang HP…..dan
setelah makan semua kembali memegang HP. Kapan ngobrol dengan keluarga, dengan anak, istri dan
suami? Padahal sudah seharian tidak bertemu.
3. Melakukan Aktualisasi Pasraman Aditya Jaya dengan Analisa SWOT..
Setelah kami merajut bersama dengan para guru dan Tata Usaha, kami rasakan bahwa PasramanAditya
Jaya membutuhkan dan memerlukan semangat dan kemampuan yang lebih sehingga bisa dan mampu
meningkatkan kekuatan yang ada sehingga lebih vital dan berfungsi lagi, lebih baik dari sebelumnya.
Pengamatan yang kami lakukan melalui dan mengacu kepada SWOT, Pasraman Aditya Jaya sebagai
berikut:
S (Strength) kekuatan : Pengelolaan Pasraman Aditya Jaya, berlandaskan pada Mokhsartam
Jagadhita Ca iti Dharma. Kekuatan inilah yang menyebabkan tingginya semangat ngayah dan
meyadnya dari para guru dan pegawai tata usaha Pasraman Aditya Jaya, Kami telah cukup lama
bekerja dan telah menguasai tugas pokok dan fungsi kami masing-masing. Dan terus berusaha
melayani para siswa/siswi dengan melakukan kegiatan belajar dan mengajar yang dibutuhkan
oleh si murid serta diwajibkan untuk memenuhi persyaratannya dalam mengisi nilai raportnya
disekolah masing-masing. Kurikukum awal seperti KTSP telah kami ajarkan dengan baik dengan
buku pegangan Agama Hindu, yag kami peroleh dari Dirjen Bimas Hindu ……yang dihibahkan
oleh Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta. Dengan dilakukannya perubahan
kurikulum menjadi Kurikulum 13 (Kutilas) kami sudah terapkan dengan baik termasuk cara
memberikan penilaian kepada para murid, untuk diserahkan kepada Sekolahnya.Para murid dan
orang tua murid juga kekuatan kami. Mereka sebagai motivator dan meningkatkan semangat
kami semua untuk mengajar, dan melaksanakan tugas dan maksimal. Bayangkan murid kami ada
yangb tinggal diluar DKI Jaya, di Depok, Bekasi, bahkan ada yang tinggal di Sukabumi.
Kepercayaan yang diberikan oleh bapak, ibu, saudara semua itu kami haturkan matur suksme dan
akan kami tingkatkan lagi pengabdian kami.
W (Weakness) kelemahan, masing kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana dalam
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Jumlah ruangan yang masih kurang sesuai dan
proporsional antara jumlah murid yang diajar. Sehingga menyebabkan keterbatasn waktu
mengajar bagi para murid, Para murid Tingkat SLTP Kelas VII, VIII,IX baru bisa belajar dimulai
pukul 10.45 WIB. Demikian pula untuk murid Kelas X XI XII dengan terpaksa dimulai dari
pukul yang sama. Belajar mereka sampai dengan pukul 13.00 WIB. Kami berandai-
andai….kapan ya….. dan apabila kami, memiliki ruang kelas yang cukup, maka kegiatan belajar
mengajar bisa dilakukan lebih panjang waktunya tidak hanya sekitar 2 jam kurang. Dan
belajarnya bisa dimulai sejak pukul 8.00 sampai dengan pukul 12.30 bersamaan dengan semua
tingkat kelas lainnya dari Tingkat SD (menyesuaikan) maupun SLTP dan SLTA. Kami
merencanakan selama di kelas, akan kami ajarkan ilmu agama Hindu yang lebih mendalam lagi,
kami ajarkan tata kerama Hindu dam kami ajarkan peraktek keagmaan Hindu agar mereka lebih
memahami dan mengerti Agamanya agama leluhurnya dan mereka menjadi lebih militant
mempertahan Hindu kemasa depan. Berdasarkan teori otak kanan dan otak
kiri………maka…….agar otak kanan juga berfungsi baik…. menyangkut seni dan budaya dan
kebijakan, maka pelaksanaan Ekstra Kurikuler (ESKUL) bisa dilakukan lebih maksimal. Yang
selama ini kami ngintip-ngintip dulu tempat kosong, apa di wantilan dipake arisan dll. Mari kita
pikirkan bersama.
O (Oportunities) peluang. Peluang atau kesempatan kami peroleh dari (1) Direktorat Jenderal
Pembinaan Masyarakat Hindu (Pembimas Hindu) Kementerian Agama Republik Indonesia, (2)
Pembimas Hindu DKI Jakaarta, (3) Ketua SDHD DKI Jakarta, (4) Ketua PHDI DKI Jakarta (5)
Ketua SDHD Banjar Jakarta Timur, (6) Ketua PHDI Jakarta Timur (7) Ketua PAJ, (8) Para orang
tua murid (9) Umat Hindu lainnya. (10) para donator alumni Pasraman Aditya Jaya. Bantuan
dan kesempatan yang diberikan telah kami gunakan dengan baik. Buku-buku banyak diberikan
oleh Dit Jenderal Bimas Hindu dan Pembimas DKI Jakarta. Ruangan yang selama ini kami
gunakan, kami tidak membayar listrik…..mungkin karena kami hanya memakai seminggu sekali?
Gedung pendidikan, walaupun itu sebenarnya gedung dibangun oleh orang tua murid Pasraman
Aditya Jaya, namun kami tidak mempersoaalkan untuk kita gunakan bersama walaupun banyak
kegiatan yang terkorbankan. Namun selalu kami percaya…kegiatan belajar mengajar akan terus
berjalan baik,,,selama kita memiliki jiwa seorang “pengajar”.
T (Threat) kendala/hambatan. Kalau ditanya hambatan…..apa yang kami sebutkan? Kami
menyatakan tidak ada. Karena hambatan tersebut dapat segera kami selesaikan dengan baik.
Namun yang memrlukan perbaikan hanya saling bersinergi yang positip dari kelembagaan Hindu
yang ada kaitannya dengan Pasraan Aditya Jaya. Kami sangat mengharapkan mari kita pecahkan
kendala atau rintangan bersama……………jangan membuat kendala atau masalah yang masih
sumir atau bayang-bayang sehingga sulit kita pecahkan bersama. Pasraman adalah tempat
belajarnya siswa-siswi yang memderlrukan sentuhan hati ketulusan. Kalau ini dilakukan maka
hambata atau kendala tersebut pasti dapat kita selesaikan bersama.
Dalam mengelola Pasraman Aditya Jaya, kami semua para guru dan tata usaha selalu berusaha
berbuat yang maksimal. Dengan harapan semua menerima pelajaran Agama Hindu dengan baik.
Oleh karena itu kami selalu melakukan pengamatan dan evaaluasi guna melakukan pembenahan.
Namun sebagaimana disampaikan diatas, bahwa untuk kedepannya dibutuhkan saling bersinergi
diantara kita semua untuk membawa Pasraman Aditya Jaya menuju cita-cita kita bersama. Dan kita
jaga, kita bentuk murid-muridnya menjadi anak yang militant Hindu. Untuk itu sangat dibutuhkan
sumbang saran pemikiran dari semua umat se dharma. Bagaimana caranya kita mewujudkan suatu
pasraman yang lebih maju kedepannya?. Sehingga bisa bersaing dalam kancah pendidikan dan
keberadaan lulusannya dikemudian hari. Bayangkan kalau semua alumni pasraman perduli
(care)…dengan membentuk Ikatan Alumni Pasraman Aditya Jaya…..akan terkumpul alumnus
sebanyak lebih seribu. Dari seribu ini memiliki pemikiran yang membangun, maka akan dapat
mendorong para murid untuk belajar lebih baik, lebih giat lagi. Karena dari hasil testimony, mereka
sudah melihat kakak-kakak kelasnya semua sukses….lulusan Pasraman Aditya Jaya Rawamangun.
Mari bersama berrpikir....mari bersama berbuat…………mari bersama meyadnya…..untuk
kebahagian kita bersama.
4. Visi dan Missi Pasraman Aditya Jaya.
Untuk memberikan pedoman dalam mengelola Pasraman Aditya Jaya, maka telah disusun Misi dan
Visi sebagai berikut:
Visi
TERWUJUDNYA PASRAMAN YANG MAMPU MEMBERIKAN PEMBELAJARAN AGAMA
HINDU DAN BUDI PEKERTI SERTA SENI BUDAYA UNTUK MEMBENTUK MURID
PASRAMAN ADITYA JAYA MEMILIKI SWADHARMA YANG SADWIKA UNTUK
MENJADI ANAK YANG SUPUTRA SADHU GUNAWAN.
Missi
1. MENGUPAYAKAN PEMAHAMAN SERTA MENINGKATKAN PENGETAHUAN
DAN KETRAMPILAN PARA MURID PASRAMAN DIDALAM MELAKSANAKAN
AJARAN AGAMA HINDU BERUPA TATWA SUSILA DAN UPAKARA
2. MENINGKATKAN KINERJA PASRAMAN ADITYA JAYA SEBAGAI WADAH
PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SERTA SENI BUDAYA
SEHINGGA PARA MURID MEMILIKI KEPRIBADIAN YANG BERMORAL
BERDASARKAN AJARAN DHARMA
3. MEMBENTUK MURID PASRAMAN YANG BERJIWA KESATRIA, JUJUR,
BERDISIPLIN, SALING HORMAT MENGHORMATI KEPADA SEMUA UMAT
MANUSIA (VASUDEVA KUTUMBAKAM) SERTA MRMILIKI PERGAULAN
BERMASYARAKAT YANG LUAS SESUAI DENGAN AJARAN DHARMA.
4. MEMBERDAYAKAN PERAN SERTA ORANG TUA /WALI MURID DALAM
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BELAJAR DAN MENGAJAR
BERDASARKAN PRINSIP ASAH ASIH ASUH.
5. MELAKSANAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) SECARA
BERKESINAMBUNGAN.
Comment [NU1]:
Comment [NU2]:
5. Operasional Pasraman Adtya Jaya
Pasraman Aditya Jaya, baru dalam Tahun Ajar 2018/2019 semua kelas menggunakan Kurikulum 13,
yang sebelumnya menggunakan KTSP. Dalam mengelola Pasraman dibandingkan mengelola Training
Center, tidak jauh beda. Hanya untuk Training Center, kita harus mengetahui terlebih dahulu Training
Needs Analysis (TNA) serta metode pelajaran yang digunakan andragogi yaitu pembelajaran khusus
untuk orang dewasa. Oleh karena untuk suksesnya pembelajaran para nara sumber dalam mengajar
diharuskan memberikan contoh dan pemecahan kasus yang bermanfaat untuk digunakan dibidang
tugasnya nanti. Sedangkan
untuk pasraman, mengajar
Agama Hindu lebih mudah
karena terdiri dari murid-
murid yang hanya belajar
Agama Hindu, karena
mereka butuh pelajaran
tersebut.Yang membedakan
hanya pada tingkat
kelasnya dari Kelas I
sampai dengan Kelas XII.
Oleh karrna itu para guru
harus mampu menjelaskan
masing-masing materi yang
ada didalam buku pegangan
guru. Guru harus mampu
mengulasnya menjadi
sebuah pelajaran atau
ceritra menarik dan
mengkaitkannya dengan
keadaan yang sebenarnya,
disertai dengan contoh-
contoh sehinga para murid
bisa menyimak dengan baik
dan mengerti isi dan
maksud pelajaran tersebut.
Pembelajaan dimulai dari Pukul 8.00 pagi dan disesuaikan dengan tingkat kelasnya. Rata-rata belajar
waktunya hanya 2 jam (120 menit). Karena kuragnya ruang kelas, maka dilakukan pembelajaran
bergilir, yaitu untuk kelas SD belajarnya dari Pukul 8.00 dan Tingkat SLTP dan SLTA dimulai setelah
selesainya Tingkat SD yaitu sekitar pukul 10.00. Kekurangan ruang kelas ini juga menjadi penghambat
dalam kami melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Apabila ruang kelasnya cukup, maka waktu
belajar bisa semakin banyak, serta yang diajarkan semakin beragam termasuk memberikan pelajaran
peraktek dan lainnya. Para murid sangat antusias untuk belajar Agama Hindu, Disamping
mengharuskan mereka harus tahu, mengerti dan bisa melaksanakannya, namun yang cukup pentinhg
adalah meraka para murid menginginkan nilai Agama Hindu dari Pasraman Aditya Jaya guna mengisi
raportnya. Kalau tidak memiliki nilai Agama Hindu, maka raport agama Hindu dan budi pekertinya
akan kosong tanpa nilai. Alasan ini juga dapat kami sebutkan sebagai penyemangat mereka mengikuti
mata pelajaran Agama Hindu. Ada pada satu sekolah yang disekolahnya tidak disediakan Guru Agama
Hindu dan mereka diajarkan Agama Kristen atau Agama Katolik. Disekolah ini nilai Agama Hindu
tidak dibutuhkan karena tidak termasuk sebagai nilai raport. Bagi merek yang bersekolah disekolah
tersebut, namun mereka dengan kesadaran masuk sebagai murid Pasraman Aditya Jaya dan tetap ikut
mata pelajaran Agama Hindu, walaupum nilainya tidak dibutuhka oleh sekolahnya. Kepada murid
seperti ini, kami sangat salut dan menghargai sekali, Karena belajar Agama Hindu di Pasraman Aditya
Jaya, adalah belajar untuk melakukan sosialisasi dengan teman sedharma, melakukan
persembahyangan bersama dan mengikuti kegiatan yang erat kaitannya dengan Tatwa, Susila dan
Upakara yang sangat dibutuhkan bagi si murid Hindu. Orang tuanya sudah merencanakan anak-
anaknya untuk melaksanakan sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa, sejak di bangku
Sekolah Dasar. Karena pondasi tumbuh kembangnya anak sangat dibutuhkan siraman agama Hindu
untuk digunakan kelak setelah ia dewasa atau dimasa btbrahmacari…..menuju ke tahap grahasta.
Bahkan ada juga yang melakukan home scholling. Murid diajarkan Agama Hindu dirumah oleh
seorang guru Agama Hindu yang didatangkan kerumah Si Murid. Namun agar diperrhatikan
penyerapan sosialisasi Hindu yang disebut menyame brayed an hubungan pesemetonan dengan teman
dan masyrakat lainnya. Tujuannya untuk bisa dan mampu belajar beretika Hindu atau beretika cara
Bali.
6. Meningkatkan Sradha dan Bhakti.
Pemilihan judul dharma wacana seperti dibawah ini
AKTUALISASI DAN REVITALISASI PENGELOLAAN PASRAMAN ADITYA JAYA
MENINGKATKAN SRADHA DAN BHAKTI UNTUK MEWUJUDKAN ANAK SUPUTRA
SADHU GUNAWAN
adalah suatu refleksi tentang bagaimana kita mewujudkan mimpi, khayalan kita mampu dalam
membangun sebuah pasraman yang bisa berfungsi membentuk Anak Suputra Sadhu Gunawan.
Membentuknya tentu membutuhkan suatu perencanaan yang sangat baik, serta dukungan dari bapak,
ibu serta para stake holder, atau pemangku kepentingan lainnya, dan orang tua murid serta si murid
kita sendiri. Percayalah dengan kita berusaha, berupaya dan bedoa (Ora et Labora) apa yang kita
niatkan akan dimudahkan oleh Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam Niti Sastra IV, menyebutkan:
YAN RING PUTERA SUPUTERA SADHU GUNAWAN MEMADANGIKU LAWAN DHUWANDHANA,
ARTINYA
DI KALANGAN PUTERA (ANAK), ANAK YANG UTAMA (SUPUTRA SADHU GUNAWAN)
SEBAGAI PELITA MENERANGI SELURUH KELUARGA.
Yang menjadi harapan semua orang tua. Karena si Anak akan memberikan nama baik leluhurnya,
selalu berbudi baik, sopan santun, pintar serta disenangi oleh semua orang.
7. Fokus pada Ajaran Agam Hindu
Dalam mewujudkan Anak Suputra Sadhu Gunawan tidak bisa dilakukan hanya oleh guru sekolahnya
saja, namun harus dibantu dan/atau atau didukung oleh orang tua si murid. Guru Pengajian saja
disekolah atau dikelasnya masing-masing harus melakukannya dengan kan pembelajaran Agama Hindu
harus benar-benar menggunakan ajaran Agam Hindu yang teoat dan benar.
Catur Guru
Sebagai orang tua murid dan sebagai murid dan kita semua harus memahami, bahwa dalam melakukan
pelatihan dan pembelajaran di dunia ini kita umat Hindu sudah memiliki suatu pedoman yang disebut
Ajaran Catur Guru. Hindu, telah mengaturnya sedemikian baik, sehingga dengan jelas tugas itu diserah
tanggungjawabkan kepada siapa, saat bagaimana/kapan, dimana caranya bagaimana kita belajar dan
lainnya. Adapun catur Guru terdiri dari pentahapan memulainya peembelajaran dimaksud. Yaitu
dimulai dari yang utama dan pertama (1) Guru Swadhyaya, (2) Guru Rupaka , (3) Guru Pengajian (4)
Guru Rupaka.
Demikia pula halnya didalam membentuk anak mencapai keberhasilan yang dicita-citakan bersama,
para orang tua, tidak bisa hanya menyerahkan kepada Para Guru disekolah saja (Guru Pengajian),
karena pendidikan awal yang harus memberikan adalah orang tua si murid. Isilah otak si Anak dengan
pengasuhan yang benar, dengan kejiwaan dan kasih sayang. Demikian pula waktu yang dimiliki Para
Guru Pengajian disekolah formal, di pasraman sangat terbatas, ….dan tidak maksimal
menyampaikannya…mata pelajaranya dan ini harus dilanjutkan dirumah oleh orang tua si murid.
Dengan demkian berarti kita harus saling mendukung dan tidak menyerahkan sepenuhnya……hanya
kepada Parea Guru Pengajian.
1. Guru Swadhyaya .
Urutan pertama dalam Catur Guru telah mencerminkan pertama kali kita belajar dan mendapat
pelajaran adalah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, Beliau sebagai Sang Pcncipta. Pembelajaran yang
tidak henti-hentinya bagi umat Hindu harus dan wajib selalu hormat dan bhakti kepada Sang Hyang
Widhi Wasa. Kita menyebut Guru Swadyaya sebagai guru sejati. Dinamakan guru sejati karena Beliau
adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Beliaulah yang telah menciptakan alam
semesta dengan segenap isinya ini, kemudian memelihara dan melindunginya dan akhirnya juga
melebur atau mengembalikan ke dalam bentuk asalnya. Dalam Panca Sradha, disebutkan kita umat
Hindu meyakini keberadaa Ida Sanghyang Widhi Wasa, meyakini dengan adanya atman atau roh,
karma phala dan punarbawa (reinkarnasi,) serta Mokhsa.
Kita harus bisa dan mampu untuk meyakini bersama, kenapa Ida Sang HYang Widhi Wasa dinyatakan
sebagai guru? Jawabannya, Karena Ida Sang Hyang Widhi asa, Tuhan Yang Maha Kuasa adalah
pembimbing utama bagi umat manusia yang tidak ada bandingannya. Beliau Mahatau, beliau juga
Mahakuasa, dan Mahasakti serta Maha Kasihsayang. Karena itu sebagai manusia kita perlu
mewujudkan sradha (keyakinan) dan bhakti kita (hormat) kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan
tulus ihklas. Cara mewujudkan sradha dan bhakti kepada Guru Swadyaya dilakukan dengan kita :
1. Selalu ingat kepada-Nya, setiap detik, setiap tarikan nafas kita, menucapkan Om…
2. Meyadnya dan ngayah di Pura,
3. Melaksanakan tapa, brata, yoga, samadhi.
4. Menjaga kesucian pura, ikut melakukan pembersihan dan memelihara keindahan pura, dan tidak
berbuat adharma di pure.
5. Mempelajari kitab suci Weda, Sarasamuscaya, Bhagawadgita, Purana dan lain kitab suci.
6. Medana punia baik berupa uang dan barang dan lain-lain.
7. Melakukan persembahyangan Tri Sandhya, setiap hari tiga kali.
8. Berdoa sebelum melakukan kegiatan.
9. Meyakini kebesaran Tuhan, Om Awignam Astu namo sidham.
10. Selalu bersyukur atas karunia-Nya,
11. Mempelajari ajaran ketuhanan, berdiskusi dengan teman mempelajari weda , sloka dll
12. Melaksanakan upacara piodalan, di Pura Kawitan, Pura Desa Pura Dalem dan di pure lainnya.
13. Melakukan Thirta Yatra, ke pure-pure sambil belajar dan memberi punia berupa dana, karma dll.
2. Guru Rupaka
Orang Tua disebut sebagai Guru Rupaka. Karena si Anak sejak baru lahir berada dalam dekapan ke
dua orang tuaya, dilatih berbicara, belajar makan dan beretika sopan dan santun berdasarkan ajaran
Agam Hindu. Keberhasikan si Anak sangat ditentukan cara pengasuhan oleh orang tuanya. Mereka
pasti lebih menurut, karena orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya. Guru Rupaka atau Guru
Reka adalah orang tua atau Ibu Bapak Si Anak dirumah. Bapak Ibu sebagai orang pertama yang
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Kepada para orang tua, jangan salah mengasuh,
karena manusia tumbuh dan berkembang adalah berkat pendidikan dan asuhan orang tuanya.
Dalam mengasuh anak sangat ditentukan juga oleh kedua orang tuanya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai bapak dan ibunya. Karena sangat berprengaruh terhadap pendidikan anak-anaknya
orang tua sanagat diharapkan menjadi panutan mereka. Orang Tua harus melakukan Tri Kaya
Parisudha dan Tri Hita Karana, dan para bapak ibu dapat mewujudkan keadaan atau kondisi
sebagaimana dinyatakan : dalam Manawa Dhama Sastra, Sloka 60, 61 dan 62 sebagai berikut:
Sloka 60 menyatakan:
Samtusto bharyaya bharta bhartra Tathaiwa ca yasminnewa kule nityam
Kalyanam tatra wai dhruwam
Artinya :
Pada keluarga di mana suami berbahagia dengan istrinya dan demikian pula sang istri terhadap
suaminya kebahagiaan pasti kekal
Sloka 61 menyatakan :
Yudi hi sri na roceta pumamsam na Promodayet, apramoda punah pumsah
Prajanam na prawartate
Artinya :
Karena kalau istri tidak mempunyai wajah berseri, ia tidak akan menarik suaminya, tetapi jika sang
istri tidak tertarik pada suaminya, tidak akan ada anak yang akan lahir.
Sloka 62 menyatakan:
Siryad turocamanayam sarwam tadtrocate Kulaum, tasyam twaro camanayam sarwanewa na
rotate.
Artinya :
Jika sang istri selalu berwajah berseri- seri, seluruh rumah
akan kelihatan bercahaya, tetapi jika tidak berwajah
demikian, semuanya akan kelihatan suram.
Makna dari ketiga seloka diatas, sangat berpengaruh
kepada anak-anak. Karena kalau didalam rumah tangga selalu
tegang, selalu terjadi pertengkarang antara si ibu dan si
bapak. Saling merasa menang dan menyalahkan, tidak adanya
saling memafkan. Bagi si Anak suasana ini akan dijadikan
pelajaran dan membekas sejak kecil….kata-kata yang
dikeluarkan orang tuanya terpateri dalam dibenaknya.
Suasana yang cukup keruh ini telah mengganggu mereka
belajar apalagi untuk berkonsentrasi. Besok ada ulangan, atau
ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan malam ini. Anak
menjadi kacau pikirannya. Semogalah kegalauan dan
kekacauan pikirannya si Anak selalu mengingat kepada
swadharmanya sebagai seorang anak, maka dia akan patuh
untuk melaksanakannya.
kitab Slokantara :
Kupasatad wai paramam saro’pi
sarasatad wai paramo’pi yajnah,
yajnasatad wai paramo’pi putrah,
putrasatad wai paramam hi satyam
(Slokantara 2)
Artinya :
Membuat telaga lebih baik daripada menggali seratus sumur,
melakukan yadnya itu lebih tinggi mutunya dari pada membuat seratus telaga, mempunyai putra itu
lebih berguna daripada melakukan seratus yadnya, dan menjadi manusia setia (Satya) itu lebih tinggi
mutunya dan gunanya dari pada seratus putra.
Karena itu, anak-anak harus hormat dan menghargai orang tuanya.
Rasa bhakti kepada Guru Rupaka dapat diwujudkan melalui sikap dan tindakan antara lain
dengan:
1. Menjunjung tinggi kehormatan keluarga, jangan membawa-bawa nama orang tua yang dapat
merusak nama orang tua dan keluarga. Lakukanlah Yri Kaya Parisudha sdengan baik dan benar.
2. Membantu dan memperhatikan kesehatan orang tua jika sedang sakit, harus tanggap dan belas
kasih kepada orang tua, perhatikan senyumnya dan raut mukanya dengan baik. Mungkin asda
yang ingin beliau sampaikan, Tegorlah dan dahuluilah menyapa Beliau. Jangan membentak.
Sopan selalu.
3. Melaksanakan upacara Pitra Yadya, Manusia Yadnya sebagaimana mestinya.
4. Mengikuti dan melaksanakan nasehat
orang tua, patuhi. Karena semua orang tua
menginginkan Anak-anaknya bahagia.
Percayalah.
5. Membantu orang tua dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya, sangat baik.
Karena beliau memerlukan bantuan kalian.,
Dalam mengasuh anak disebutkan dalam
Kakawin Nitisatra danPutera Sasana
menyatakan bahwa:
Anak yang berumur lima tahun, diperlakukan
sebagai anak raja, Jika sudah berumur 7 tahun,
dilatih supaya menurut, sepuluh tahun
diajarkan membaca. Enam belas tahun
diperlakukan sebagai sahabat dan hati-hati
menunjukkan kesalahannya. Jika ia sendiri
sudah berputera diamat-amati saja tingkahnya,
kalau mau memberi pelajaran kepadanya
cukup dengan isyarat.
Pengasuhan oleh Orang Tua sangat menentukan si Anak untuk beranjak dewasa. Sangat baik sekali
kalau sejak kecil selalu diberikan kata[kata yang sop[an penuh kasih saying, maka setekah besar ia
akan melakukannya denga siapa saja.
3. Guru Pengajian.
Guru pengajian atau Guru Waktra adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada
kita di sekolah. Guru di sekolah memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, sehingga
murid menjadi pandai dan terhindar dari kebodohan berarti lenyaplah penderitaan.
Guru Pengajian ini dapat diartikan sebagai pentahapan atau pergeseraan para murid yang tadinya
belajar dengan orang tuanya, karena umur dan belum bersekolah kesekolah formal. Para orang tua
yang mengajarkan sebelumnya. Anaknya diajarkan, dididik oleh orang tuanya. Karena sudah berusia
sekolah, maka bergeser ke suatu tempat, wadah atau sekolah atau juga disebut pasraman.Namun
selaku orang tua, sebagai guru rupaka atau guru waktra….tidak memiliki batas waktu untuk mengajar
anak-anaknya. Bahkan sampai anaknya sudah berumah tangga, hanya dibedajan dalam cara
mengajarnya saja.
Di sekolah di pasraman,,,,,,Karena murid-murid harus menghargai dan menghormati gurunya. Murid-
murid pun dapat mewujudkan rasa bhaktinya kepada Guru Pengajian antara lain dengan:
1. Mentaati tata tertib sekolah,
2. Rajin belajar,
3. Selalu berbudi luhur.
4. Tidak mencaci maki guru,
5. Menjaga nama baik guru dan sekolah,
6. Selalu mengingat guru, meskipun sudah tidak menjadi muridnya lagi,
7. Tidak menantang guru,
8. Menyapa dan memberi hormat kepada guru,
9. Melaksanakan semua nasihat dan ajarannya,
10. Menjaga kesehatan dengan tidak merokok.
11. Tidak berbuat asusila
12. Tidak melakukan pernikahan dini.
4. Guru Wisesa | pemerintah seyogyanya dapat menjadi inspirator.
Guru wisesa adalah Pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengayomi rakyatnya, selalu
mensehjaterakan dan memberikan perlindungan. Karena itu pemerintah harus selalu dihormati dan
dihargai. Kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Pemerintah antara lain dengan cara:
1. Menghargai dan menghormati para pahlawan bangsa,
2. Memelihara dan menjaga harta benda milik pemerintah,
3. Memelihara hasil-hasil pembangunan bangsa,
4. Bangga menjadi bangsa indonesia. (K.M. sukardana, 2010 : 35-38)
5. Rajin membayar pajak,
6. Cinta tanah air negara dan bangsa,
7. Mentaati semua ketentuan Pemerintah,
8. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila,
9. Selalu menghormati aparatur Pemerintah yang bersih dan jujur,
10. Berpartisipasi dalam mengamankan negara,
11. Berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan,
Catur guru sebagai pedoman dalam guru susrusa ini yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan dan
kesucian batin berupa dharma dan moksa. Dilakaukan dengan mendengarkan atau menaruh perhatian
terhadap ajaran-ajaran dan nasehat-nasehat guru khususnya pada catur guru, yang sangat mulia,
terhormat, tersayang, agung dan sangat kuasa.
Melalui Catur Guru dilakukan pelatihan dan pebelajaran kehidupan yang disesuaikan dengan tingkat
umar para murid.
8. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan didalam kita mewujudkan Anak Suputra Sadhu Gunawan
melalui Pasraman Adhitya Jaya perlu dilakukan:
1. Penguatan semangat dan action para pengelola Pasaraman Aditya Jaya bersama Para Pemangku
Kepentingan (Stake Holder), yang terdiri dari Ketua SDHD DKI, Ketua SDHD Banjar Jakarta
Timur. Ketua PHDI Jakarta Timur, Ketua PAJ, Para Ketua Tempek, Para pengempon Pura Aditya
Jaya, STAH Dharna Nusantara, para Orang Tua Murid, para Alumni Pasraman Aditya Jaya dan
masyarakat lainnya.
2. Dengan keterbatasan waktu pembelajaran didalam kelas, dibutuhkan bantuan orang tua murid
selaku Guru Rupaka untuk ikut bersama-sama mengajar putera dan puterinya dirumah.
Membentuk suasana yang gembira dan harmonis, serta membantu dan mendukung anak-anaknya
untuk belajar dengan baik dan tenang.
3. Selaku orang tua murid, dimohon untuk memberikan informasi apabila terjadi masalah terhadap si
Anak dan/atau anak didik kami yang menyangkut mata pelajarannya khusunya Agama Hindu.
Kami siap melayani dengan baik dan cepat agar si Anak tidak bermasalah.
4. Untuk meningkatkan waktu belajar para murid akibat keterbatasan ruangan kelas, dimohon
mendapat perhatian dari Pemangku Kepentingan dan orang tua murid serta umat lainnya.
5. Murid Pasaraman Aditya Jaya, merupakan asset tumbuh kembangnya anak untuk masa depan
Hindu. Oleh karena itu, membutuhkan perhatian kita bersama untuk bisa meningkatkan Sradha dan
Bhaktinya kepada Sang Hyang Widhi Wasa menuju yang lebih baik, yaitu menjadi Anak Suputra
Sadhu Gunawan.
9. Saran-saran.
Karena Pasraman Aditya Jaya milik kita bersama, maka sangat diharapkan sumbang saran Bapak Ibu
Saudara dan para Alumnus untuk memberikan saran-saran guna menunjang keberhasilan Pasraman Aditya
Jaya dalam melaksanakan Visi dan Missinya,