9
Akuntansi Perpajakan KEWAJIBAN Kewajiban dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu Kewajiban Lancar dan Kewajiban Tidak Lancar. Kewajiban Lancar 1. Utang Bank Utang bank tidak dibedakan antara utang bank maupun utang bank jangka panjang. Pada satu pihak, bank dapat memberikan bunga atas tabungan atau deposito yang ada, tetapi dipihak lain bank akan memungut biaya bunga atas pinjaman yang telah diberikan kepada nasabah. 2. Utang Usaha a. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Utang usaha dalam pihak ini merupakan saldo dari transaksi yang dilakukan dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Utang usaha ini timbul karena terjadinya pembelian, atau pengalihan barang/jasa, sewa, penjaminan, dan penyelesaian oleh perusahaan atas nama pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Metode untuk menentukan penilaian harga wajar menurut peraturan perpajakan: - Metode harga pasar bebas yang diperbandingkan (Comparable Uncontrolled Price Method-CUPM). - Metode harga penjualan kembali (Resale Price Method-RPM). - Metode biaya-plus (Cost Plus Method-CPM). b. Pihak Ketiga Utang usaha umumnya muncul karena ada pembelian barang/jasa yang digunakan dalam kegiatan usaha normal perusahaan. Utang usaha dapat dicatat berdasarkan metode bruto ataupun neto. Contoh: Pada tanggal 31 Januari 2013 perusahaan melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp10.000.000 dan utang tersebut dilunasi pada tanggal 28 Februari 2013. Jurnal Akuntansi: 31 Jan 2013 Pembelian 10.000.000 Utang usaha 10.000.000

Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rangkuman akuntansi perpajakan bab Kewajiban (liabilities)

Citation preview

Page 1: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

Akuntansi Perpajakan

KEWAJIBAN

Kewajiban dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu Kewajiban Lancar dan Kewajiban Tidak

Lancar.

Kewajiban Lancar

1. Utang Bank

Utang bank tidak dibedakan antara utang bank maupun utang bank jangka panjang. Pada satu

pihak, bank dapat memberikan bunga atas tabungan atau deposito yang ada, tetapi dipihak lain

bank akan memungut biaya bunga atas pinjaman yang telah diberikan kepada nasabah.

2. Utang Usaha

a. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Utang usaha dalam pihak ini merupakan saldo dari transaksi yang dilakukan dengan pihak

dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Utang usaha ini timbul karena terjadinya

pembelian, atau pengalihan barang/jasa, sewa, penjaminan, dan penyelesaian oleh perusahaan

atas nama pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Metode untuk menentukan penilaian harga wajar menurut peraturan perpajakan:

- Metode harga pasar bebas yang diperbandingkan (Comparable Uncontrolled Price

Method-CUPM).

- Metode harga penjualan kembali (Resale Price Method-RPM).

- Metode biaya-plus (Cost Plus Method-CPM).

b. Pihak Ketiga

Utang usaha umumnya muncul karena ada pembelian barang/jasa yang digunakan dalam

kegiatan usaha normal perusahaan. Utang usaha dapat dicatat berdasarkan metode bruto

ataupun neto.

Contoh:

Pada tanggal 31 Januari 2013 perusahaan melakukan pembelian barang dagang sebesar

Rp10.000.000 dan utang tersebut dilunasi pada tanggal 28 Februari 2013.

Jurnal Akuntansi:

31 Jan 2013 Pembelian 10.000.000

Utang usaha 10.000.000

Page 2: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

28 Feb 2013 Utang usaha 10.000.000

Kas/Bank 10.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

31 Jan 2013 Pembelian 10.000.000

Pajak Masukan (PM) 1.000.000

Utang usaha 11.000.000

28 Feb 2013 Utang usaha 11.000.000

Kas/Bank 11.000.000

3. Utang Pajak

Utang pajak merupakan pembayara pajak yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan

dan/atau pemungutan pajak. Pemotongan pajak ini berkaitan dengan pihak yang membayarkan.

4. Pajak Penghasilan 21

Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan

yang diterima/diperoleh WP orang pribadi dalam negri. Pemotongan PPh 21 adalah: (1) pemberi

kerja, (2) bendahara atau pemegang kas Pemerintah, (3) dana pensiun, (4) orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas badan yang membayar, (5) penyelenggaran

kegiatan.

Contoh:

Pada bulan April 2011, Aldi (memiliki NPWP) diterima bekerja pada PT Alexa dan memperoleh

gaji sebulan sebesar Rp12.500.000 dengan status menikah dan memiliki 2 orang. Premi asuransi

kecelakaan dan premi asuransi kematian sebesar Rp100.000 dan Rp50.000 per bulan. Uang

pensiun Rp75.000 per bulan.

Rincian penghitungan gaji setiap bulannya:

Gaji/bulan 12.500.000

Premi asuransi kecelakaan 100.000

Premi asuransi kematian 50.000 12.650.000

Dikurangi:

Biaya Jabatan (5%) 300.000

Iuran pensiun 75.000 (375.000)

Penghasilan neto/bulan 12.275.000

Penghasilan neto/tahun 147.300.000

Page 3: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

PTKP:

Wajib Pajak 15.840.000

Status Kawin 1.320.000

Tanggungan 2.640.000 (19.800.000)

Penghasilan Kena Pajak 127.500.000

PPh 21/tahun: 5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 77.500.000 = 11.625.000 14.125.000

PPh 21 per bulan 14.125.000/12 = 1.177.000

Uang yang dibawa pulang = 12.500.000-100.000-50.000-1.177.000 = 11.173.000

Jurnal Akuntansi:

30 April 2011 Beban gaji 12.500.000

Kas/Bank 12.500.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

30 April 2011 Beban gaji 12.500.000

Premi asuransi 150.000

Kas/Bank 11.173.000

Utang PPh 21 1.177.000

Biaya yang masih harus dibayar 300.000

5. Pajak Penghasilan 23

Utang PPh 23 merupakan PPh 23 yang telah dipotong oleh pihak yang membayarkan meskipun

belum disetorkan ke Kas Negara pada akhir bulan pemotongan.

- Dividen

Merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang pola asuransi atau

pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang diperoleh anggota koperasi.

Contoh:

Pada bulan April PT Karya melakukan pembayaran dividen tahun 2011 kepada pemiliknya

yaitu: PT Abadi (40%), PT Jaya (35%), PT Asih (15%) dan sisanya kepada masyarakat umum

(orang pribadi). Jumlah seluruh dividen yang dibayar sebesar Rp250.000.000.

Jurnal Akuntansi:

April 2011 Dividen – PT Abadi 100.000.000

Dividen – PT Jaya 87.500.000

Dividen – PT Asih 37.500.000

Dividen – Masyarakat 25.000.000

Kas/Bank 250.000.000

Page 4: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

Jurnal Akuntansi Pajak:

April 2011 Dividen – PT Abadi 100.000.000

Dividen – PT Jaya 87.500.000

Dividen – PT Asih 37.500.000

Dividen – Masyarakat 25.000.000

Utang PPh 23 5.625.000

Utang PPh final 2.500.000

Kas/Bank 241.875.000

- Bunga

Bunga yang bukan merupakan objek PPh adalah bunga yang diterima bank karena dimasukkan

sebagai penghasilan bank.

Contoh:

Pada bulan Juni 2012 PT Aksara membayar bunga pinjaman kepada Bank BNI Rp50.000.000

dan kepada PT Jaya Asih (memiliki NPWP) sebesar Rp15.000.000.

Jurnal Akuntansi:

PT Aksara

Juni 2012 Biaya bunga 65.000.000

Kas/Bank 65.000.000

PT Jaya Asih

Juni 2012 Kas/Bank 15.000.000

Pendapatan bunga 15.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

PT Aksara

Juni 2012 Biaya Bunga 65.000.000

Utang PPh 23 2.250.000

Kas/Bank 62.750.000

PT Jaya Asih

Juni 2012 Kas/Bank 12.750.000

PPh 23 dibayar dimuka 2.250.000

Pendapatan bunga 15.000.000

- Royalti/Imbalan atas Penggunaan Hak

Adalah suatu jumlah yang dibayarkan/terutang dengan cara atau perhitungan apapun, baik

dilakukan secara berkala maupun tidak.

Contoh:

PT Dilbi sebagai penerbit yang membayar royalti kepada Amanda (memiliki NPWP) salah

seorang pengarangnya sebesar Rp50.000.000 dan dipotong PPh 23 sebesar 15%.

Page 5: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

Jurnal Akuntansi:

Beban royalti 50.000.000

Kas/Bank 50.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

Beban royalti 50.000.000

Utang PPh 23 7.500.000

Kas/Bank 42.500.000

- Hadiah, Penghargaan, Bonus dan Sejenisnya

Hadiah yang termasuk objek pajak adalah hadiah perlombaan, penghargaan dan prestasi

tertentu, hadiah sehubungan dengan pekerjaan atau pemberian jasa selain yang telah dipotong

PPh 21 ayat (e), kecuali hadiah yang diberikan kepada semua pembeli tanpa undian.

- Sewa

Sewa kendaraan angkutan dan sewa lainnya dikenakan PPh 23 sebesar 2%.

Contoh:

PT Asmara menyewakan mobil kepada PT Asri untuk jangka waktu 3 bulan dengan biaya sewa

per bulan Rp5.000.000 pada 1 Maret 2012.

Jurnal Akuntansi:

PT Asmara

1 Maret Kas/Bank 5.000.000

Pendapatan sewa 5.000.000

PT Asri

1 Maret Sewa dibayar dimuka 5.000.000

Kas/Bank 5.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

PT Asmara

1 Maret Kas/Bank 5.400.000

PPh 23 dibayar dimuka 100.000

Pajak Keluaran 500.000

Pendapatan sewa 5.000.000

PT Asri

1 Maret Sewa dibayar dimuka 5.000.000

Pajak Masukan 500.000

Utang PPh 23 100.000

Kas/Bank 5.400.000

- Imbalan Jasa

Imbalan jasa yang menjadi objek pajak adalah imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa

manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Page 6: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

6. Pajak Penghasilan 26

PPh 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang

diterima/diperoleh WP luar negeri selain BUT di Indonesia. Pada prinsipnya pemotongan pajak

atas WP luar negeri adalah bersifat final, namun atas penghasilan WP orang pribadi atau badan

luar negeri yang berubah status menjadi WP luar negeri atau BUT, maka pemotongan pajaknya

tidak bersifat final.

Contoh:

PT Adira membayar premi asuransi kepada Me Ltd yang berada di Malaysia dengan nilai

Rp20.000.000 pada tanggal 2 Januari 2012.

Jurnal Akuntansi:

2 Jan 2012 Asuransi dibayar dimuka 20.000.000

Kas/Bank 20.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

2 Jan 2012 Asuransi dibayar dimuka 20.000.000

Utang PPh 26 2.000.000

Kas/Bank 18.000.000

7. PPN Keluaran (Pajak Keluaran)

Adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP,

penyerahan JKP, atau ekspor BKP. Tarif umunya adalah 10%.

Contoh:

PT Vanno melakukan penyerahan BKP Rp10.000.000 secara tunai pada tanggal 27 Juni 2012 yang

sebelumnya telah melakukan pembelian sebesar Rp8.000.000 pada tanggal 9 Juni 2012.

Jurnal Akuntansi:

9 Juni 2012 Pembelian 8.000.000

Kas/Bank 8.000.000

27 Juni 2012 Kas/Bank 10.000.000

Penjualan 10.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

9 Juni 2012 Pembelian 8.000.000

Pajak Masukan 800.000

Kas/Bank 8.800.000

27 Juni 2012 Kas/Bank 11.000.000

Pajak Keluaran 1.000.000

Penjualan 10.000.000

Page 7: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

8. Utang Dividen

Pengumuman pengambilan laba akan menimbulkan utang dividen. Terutangnya dividen akan

menimbulkan kewajiban pemotongan PPh 23 sebesar 15% dari jumlah bruto apabila penerima

dividen adalah WP dalam negeri dan BUT sebesar 20%.

Contoh:

22 Desember 2011 PT Ceci mengumumkan akan membatar dividen tunai sebesar Rp15.000.000

pada tanggal 6 Januari 2012 kepada PT Laz (25%), PT Lily (30%) dan PT Holan (20%).

Jurnal Akuntansi:

22 Des 2011 Dividen 15.000.000

Utang dividen 15.000.000

6 Jan 2012 Utang dividen 15.000.000

Kas/Bank 15.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

22 Des 2011 Dividen 15.000.000

Utang dividen 15.000.000

Utang dividen 2.250.000

Utang PPh 23 2.250.000

6 Jan 2012 Utang dividen 12.750.000

Kas/Bank 12.750.000

10 Jan 2012 Utang PPh 23 2.250.000

Kas/Bank 2.250.000

9. Utang Wesel

Merupakan suatu surat utang yang disertai dengan dokumen perjanjian. Utang wesel uncul akibat

utang usaha yang tidak dibayar pada jatuh tempo.

Contoh:

1 Juli 2007 PT Mutya meminjam uang dari bank dengan menyerahkan promes dengan nominal

Rp8.000.000, bunga diskonto 15% dan jangka waktu 12 bulan.

Jurnal Akuntansi:

1 Juli 2007 Bank 8.000.000

Wesel bayar 8.000.000

31 Des 2007 Biaya bunga 600.000

Utang bunga 600.000

Pelunasan Wesel bayar 8.600.000

Bank 8.000.000

Utang bunga 600.000

Page 8: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

Jurnal Akuntansi Pajak:

1 Juli 2007 Bank 8.000.000

Wesel bayar 8.000.000

31 Des 2007 Biaya Bunga 600.000

Diskonto wesel bayar 600.000

Saldo laba 600.000

Biaya bunga 600.000

Pelunasan Wesel bayar 8.000.000

Bank 8.000.000

10. Pendapatan Diterima Dimuka

Merupakan penghasilan yang diterima dari penjualan barang ataupun penyerahan jasa yang

diterima sebelum terjadinya penyerahan barang/jasa maka akan dilaporkan dalam kelompok

kewajiban.

Kewajiban Tidak Lancar

1. Utang Obligasi

Obligasi merupakan janji tertulis untuk membayar bunga secara periodik dan sejumlah nilai

nominal pada tanggal jatuh tempo. Pada obligasi dapat terjadi adanya agio (premium) dan juga

disagio (discount).

Contoh:

PT Rhiz menjual obligasi nilai nominal Rp300.000.000 dengan bunga 20% per tahun kepada PT

Smith seharga Rp320.000.000. PPh atas premium obligasi sebesar Rp20.000.000 terutang PPh

pasal 4 ayat (2) sebesar 15% x Rp20.000.000 = Rp3.000.000.

Jurnal Akuntansi:

Diterbitkan : Kas/Bank 320.000.000

Utang obligasi 300.000.000

Premium obligasi 20.000.000

Pembayaran : Biaya bunga obligasi 60.000.000

Kas/Bank 60.000.000

Lunas : Utang Obligasi 300.000.000

Kas/Bank 300.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:

Diterbitkan : Kas/Bank 317.000.000

PPh Pasal 4 ayat (2) 3.000.000

Utang obligasi 300.000.000

Premium obligasi 20.000.000

Page 9: Akuntansi Perpajakan - Kewajiban.pdf

Pembayaran : Biaya bunga obligasi 60.000.000

Utang PPh 23 9.000.000

Kas/Bank 51.000.000

Lunas : Utang Obligasi 300.000.000

Kas/Bank 300.000.000

2. Utang Hipotek

Utang Hipotek pada umumnya hampir sama dengan obligasi, tetapi utang hipotek tidak memiliki

agio maupun diskonto.