Upload
muhamad-ridwan-nurrohman
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AL-QURAN CETAKAN CINA RESAHKAN UMAT ISLAM DUNIA
Posisi al-Quran sebagai kitab suci umat Islam sudah tidak perlu
diperbincangkan lagi kebenarannya. Bukan tanpa alasan, karena setiap kali hadir
penentang al-Quran dari sejak masa al-Quran masih diturunkan hingga hari ini, selalu
saja mendapatkan pembela yang terlalu tangguh untuk mereka lawan. Apabila dahulu
orang-orang kafir mendustakan al-Quran dengan cara memperolok-olok dengan
ungkapan mereka Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu (QS. Al-Anam: 25), kemudian penentangan berikutnya datang dari orang-orang orientalis yang menuduh al-Quran ini hanya karangan orang-orang yang hidup
jauh setelah masa Rasulullah Saw. yang dibuktikan dengan serangan mereka yang
sangat gigih terhadap sejarah al-Quran, tokoh-tokoh sekelas Theodor Noldeke (m.
1930) dan Arthur Jeffrey sebagai dua tokoh paling besar dalam usaha mereka
menghacurkan sejarah al-Quran. Lalu setelah masa itu berlalu, ketika usaha keras
mereka mendapat penentangan yang tidak kalah kuatnya dari para ulama muslim,
misalnya Abdul Shabur Syahin dengan kitab Tarikh al-Quran-nya.
Dewasa ini, setelah usaha orientalis itu mencapai jalan buntu, maka direkrutlah
para sarjana muslim untuk mengembangkan ajaran mereka, terbukti dengan hadirnya
tokoh-tokoh setara Mohammed Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, dan termasuk para
sarjana muslim Nusantara, seperti Luthfi Assyaukanie, Abd Moqsith Ghazali dan Ulil
Abshar-Abdalla (penulis buku Metodologi Studi al-Quran), yang secara terang-
terangan membela kesimpulan orientalis dengan berbagai cara baru yang mereka paksakan ambil dari studi Islam (Metodologi Studi al-Quran, hlm. 1-30). Bantahan
terhadap mereka pun tidak henti-hentinya datang secara cepat dari para pembelanya,
misalnya untuk kelas Nusantara seperti Syamsuddin Arif, Adnin Armas, Adian
Husaini, Fahmi Salim, dan masih banyak lagi. Inilah bukti firman Allah taala, yang artinya Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr: 9).
Namun hari ini, al-Quran memiliki musuh dengan model yang benar-benar baru. Suatu musuh yang datang dengan sangat polos, sebuah warisan dunia kapitalisme, yaitu al-Quran cetakan Cina. Apa itu al-Quran cetakan Cina? Ya, al-Quran. Tidak ada yang aneh dengan itu, hanya saja al-Quran tersebut dicetak oleh
orang-orang Cina. Lalu apa masalahnya dengan al-Quran cetakan Cina? Ahmad
Haji-Sharif, Kepala Kantor Pengawasan al-Quran Iran, menyatakan cetakan al-Quran dari Cina diketahui banyak ditemukan salah ejaan. Diauddin Muhammad, Direktur Penyusunan dan Terjemahan Al-Azhar, juga menyatakan, Ada banyak kesalahan cetak dalam mushaf buatan Cina. Inilah yang mendorong Al-Azhar
melarang peredarannya di Mesir, sebagaimana dilansir Al-Sharq Al-Awsat, Ahad (16/10).
Uniknya, usaha ini pada mulanya adalah rintisan Lembaga Wakaf dan Urusan
Amal Iran yang dengan bangga memperkenalkan usaha ini ke hadapan dunia dengan
menyatakan, Program penerjemahan al-Quran ke berbagai bahasa harus ditingkatkan mengingat hingga kini al-Quran baru diterjemahkan ke dalam 200
bahasa saja sementara kitab injil telah diterjemahkan ke lebih dari 2.500 bahasa. Terangnya, bahwa usaha ini pada mulanya bukan hanya penerbitan al-Quran biasa,
tapi juga disertai dengan terjemah berbahasa Cina versi Syiah. Usaha ini telah dimulai sejak 10 tahun lalu dan pada tahun 2010 telah disetujui pencetakannya di
Cina, yang dikomandoi oleh Sulaiman Baiji Su, lulusan pasca sarjana Maarif Islami di
Universitas Razavi, Mashhad, dan juga telah mengantongi ijazah S1 di bidang sastra
Persia di Universitas Teheran. Namun pada akhirnya, usaha ini malah mencoreng abu
di muka sendiri.
Diauddin Muhammad meyatakan, keputusan melarang peredaran mushaf made in Cina ini muncul karena kertas yang digunakan berkualitas tinggi, sementara harganya sangat murah. Akhirnya, para importir nakal beramai-ramai mengimpor mushaf tersebut demi meraup untung tanpa memerhatikan kesalahan cetaknya.
Padahal kesalahan-kesalahan tersebut tidak bisa ditolerir, tegasnya. Diauddin juga meminta negara-negara Islam untuk bersama-sama menuntut
Cina menghentikan produksi mushaf tersebut. Selama ini, ungkapnya, Cina tak
pernah berkonsultasi dengan Al-Azhar dalam hal pencetakan mushaf al-Quran,
padahal tercatat Al-Azhar dan para ulamanya telah memposisikan diri sebagai
pengawas pencetakan al-Quran di Mesir dan sejumlah negara Islam lainnya. Pun
demikian, negara-negara Arab dan negara Islam lainnya menjadikan Al-Azhar sebagai
referensi dalam pencetakan mushaf al-Quran. Paling tidak, mereka akan berkonsultasi
terlebih dahulu dengan para ulama Al-Azhar sebelum mencetak al-Quran. Oleh sebab
itu, Al-Azhar bersikap tegas dalam soal yang dianggap sensitif di dunia Islam
tersebut. Mereka tidak menoleransi kesalahan sekecil apa pun.
Lalu bagaimana ciri al-Quran cetakan Cina ini? Mosaid Al-Hadisi, Wakil
Menteri Keislaman di bidang penerbitan dan penelitian, Arab Saudi. Menyatakan
bahwa ternyata al-Quran cetakan Cina ini memiliki bentuk cetakan seperti hasil
penerbitan Fahad tapi hizb-nya kurang sempurna, juga terdapatnya kesalahan cetakan
yang sangat banyak di dalamnya. Di atas Alquran tersebut tertulis nama pemberi
wakaf. Tertulis pula bahwa al-Quran tersebut diterbitkan oleh penerbitan Suriah dan
Lebanon. Salah satu ciri paling mudah dideteksi juga adalah bahwa mushaf al-Quran
ini dijual dengan harga yang sangat murah padahal kualitas kertas mushaf tersebut
cukup sejajar dengan cetakan Malik Fahd, dan faktor inilah yang menjadikan al-
Quran cetakan Cina ini menjadi berbahaya, karena mayoritas masyarakat mencari
mushaf dengan kertas berkualitas tinggi dengan harga yang murah, sebagaimana
diungkap oleh Diauddin di atas. Kira-kira faktor apa yang melatar-belakangi terbitnya al-Quran salah cetak
ini? Ahmad Haji-Sharif, seperti dikutip Kantor Berita Mehr, Senin (5/1/2011)
menyatakan, Minimnya biaya pencetakan membuat kesalahan cetak pada beberapa ayat di al-Quran. Hal ini dibuktikan pula oleh komite khusus bentukan Saudi Arabia yang meneliti al-Quran impor dengan harga murah, dan ternyata komite itu telah
mendeteksi 60 kasus, dalam dua tahun terakhir ini. Usaha Cina yang notabene memang negara Komunis murni komersil an sich, mereka sama sekali mengabaikan kesucian al-Quran. Diauddin menegaskan Mereka hanya peduli dengan keuntungan bisnis, tak peduli dengan pelanggaran ajaran-ajaran agama!
Namun dalam pandangan penulis, bukan hanya hal tersebut yang melatar-
belakangi munculnya mushaf-mushaf salah cetak ini, ada juga sebuah misi yang
diikut-sertakan dengan menyebarkan mushaf salah cetak ini ke seluruh dunia muslim,
seperti menimbulkan keraguan di masyarakat muslim yang memang cenderung masih
awam. Hal ini senada pula dengan ungkapan Al-Hadisi bahwa hal ini bisa disebabkan
karena sebagian pegawai penerbit yang mencetak al-Quran tersebut adalah non-
Muslim, yang bukan hanya tidak tahu terhadap al-Quran secara mendalam, namun
juga tidak menganggap al-Quran sebagai kitab suci yang perlu diperhatikan. Hal ini
diperkuat juga dengan ditemukannya kain atau kayu bertuliskan ayat-ayat al-Quran
dari Cina yang salah cetak. Wallahu alam bi shawwab. MRN. Dari berbagai sumber.