Upload
ngodat
View
233
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PERCOBAAN I
Judul : Metode Fitokimia
Tujuan : 1. Untuk dapat mengidentifikasi awal tumbuh-tumbuhan yang
mengandung senyawa kimia aktif.
2. Untuk mengetahui pereaksi spesifik yang digunakan dan cara
pembuatannya.
Hari/ Tanggal : Selasa, 15 Maret 2011
Tempat : Laboratorium Kimia, FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit
sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan
kebutuhan tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi
memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai
penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder itu
adalah alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik.
Keberadaan alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik
dapat dideteksi di dalam tumbuh-tumbuhan.
Senyawa Metabolit Pada Tumbuhan dapat dibagi sebagai berikut :
1.1 Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir
semua jenis organisme seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan rendah,
binatang, serangga, mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek
farmakologi yang ditimbulkannya seperti anti-kanker, anti-inflamasi dan anti-
mikroba, juga dapat ditimbulkan oleh alkaloid.
Alkaloid berarti “mirip alkali”. Setelah ekstraksi, alkaloid bebas dapat
diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.
Beberapa contoh alkaloid asal usulnya dan efek farmakologinya, dapat
dilihat pada gambar 1 dan 2.
(conanin)
Morfin (analgesik)
Gambar 2, beberapa alkaloid dengan jenis cincin heterosiklik yang
merupakan bagian dari struktur molekul
Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun
dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil
metabolisme dari tumbuh-tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi
biosintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan ialah sebagai pelindung dari
serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon.
Alkaloid adalah senyawa turunan asam amino dan dibagi berdasarkan
kerangka asam amino yang menyusunnya. Alkaloid tidak selalu dihasilkan dari
asam amino namun kadang juga oleh pemasukan senyawa amonia atau
transaminasi ke dalam kerangka suatu senyawa. Alkaloid dianggap turunan asam
amino diindikasikan dengan terdapatnya atom nitrogen di dalam kerangka suatu
senyawa. Dikarenakan atom nitrogen merupakan electron donor (kelebihan 1
pasang electron) maka ini akan bersifat basa atau alkali. Sehingga senyawa-
senyawa golongan ini disebut alkaloid.
Alkaloid memiliki kemampuan berkombinasi dengan golongan C2, C5 dan
C9 sehingga akan menghasilkan berbagai macam senyawa dengan gugus
farmakoforik (gugus yang berinteraksi dengan reseptor obat). Berbagai gugus
baru ini akan menghasilkan berbagai aktivitas farmakologik. Sifat basa dari
alkaloid yang cukup moderat menyebabkan alkaloid mampu menembus barier
biologis sehingga sangat mungkin mencapai reseptor secara maksimal. Posisi
nitrogen yang bervariasi memberikan range pH tertentu yang mempermudah cara
isolasi. Dari aspek teknologi farmasetika senyawa larut air mempermudah
formulasinya untuk dibuat bentuk sediaan dan lebih terjamin homogenitas
kadarnya.
Adapun salah satu contoh alkaloid dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3, contoh alkaloid asal-usulnya dan efek farmokologi
Alkaloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam
organik. Adanya sifat basa ini mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid
dari komponen lainnya. Demikian juga, adanya nitrogen dalam alkaloid
cenderung membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan ion-ion logam berat
yang tidak larut dalam air. Sifat ini dimanfaatkan dalam merancang cara uji yang
cepat dalam mendeteksi alkaloid dalam suatu ekstrak. Pereaksi tetes yang lazim
digunakan untuk maksud tersebut adalah pereaksi Dragendorff dan Meyer.
1.2 Steroid
Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang
termasuk golongan steroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan
hormon. Struktur senyawa ini pada dasarnya mempunyai cincin
siklopentaperhidrofenantren.
Triterpen dan saponin tersebar hanya dalam kelompok tumbuh-tumbuhan
tertentu. Karena keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan sebagai marker
taxonomi tumbuh-tumbuhan. Misalnya cimigenol (Cimicifuga dahurica),
diosgenin (Dioscorea hypoglauca), glycyrrhizin (Glycyrrhiza uralensis) adalah
senyawa bioaktif. Cimigenol telah dibuktikan mampu menurunkan kadar
kolesterol dari cairan empedu dan glycyrrhizin memperlihatkan berbagai efek
farmakologi seperti antinflamasi, antiviral dan antikanker. Strkutur dari
cimigenol, diosgenin dan glycyrrhizin dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. struktur senyawa bioaktif
1.3 Triterpen
Triterpen adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon yaitu skualena
yang strukturnya berupa siklik kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam
karboksilat
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang kurang empat golongan
senyawa antara lain triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung.
Senyawa triterpen ini berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
serangan mikroba (Harbone. 1987). Triterpena tertentu terkenal karena rasanya
terutama karena kepahitannya. Contohnya limonin, suatu senyawa pahit yang larut
dalam lemak dan terdapat dalam buah jeruk. Citrus, senyawa termasuk dalam
deret triterpena penta siklik yang rasanya pahit serta dikenal sebagai limonoid dan
kuasinoid. Kelompok triterpena pahit lainnya adalah kukurbitasin, yang terdapat
terbatas hanya dalam biji berbagai Cucurbitaceae, meskipun dapat juga dideteksi
pada suku lain termasuk Cruciferae.
OH
Kolesterol
Skualena
Adapun struktur beberapa triterpenoid antara lain :
1.4 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan (Tsehesche dan Wulff, 1973). Saponin merupakan
senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Dari
segi ekonomi saponin penting juga karena kadang-kadang menimbulkan
keracunan pada ternak (misalnya saponin alfalfa, Medicago sativa) atau karena
rasanya yang manis (misalnya glisirizin dari akar manis, Glycyrrhiza glabra). Pola
glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan
gula sampai lima dan komponen umum adalah asam glukuronat.
Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu. Karena
keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi tumbuhan.
Misalnya cimigenol (Cimicuga dehurica), diosgenin (Dioscorea hypoglauca),
glychimizin (Glychimiza uralensis) adalah senyawa boiaktif. Cimigenol telah
dibuktikan mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah,
diogenin meningkatkan eksresi kolesterol dari cairan empedu dan glychimizin
memperlihatkan berbagai efek farmakologi seperti anti-inflamasi, antiviral dan
antikanker.
1.5 Flavonoid
Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk
flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dikenal sekitar 10 kelas flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa larut dalam air. Mereka dapat
diekstrak dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak
dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu
warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia. Falvonoid mengandung sistem
aromatik yang terkonjugasi, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan
berpembuluh tetapi beberapa kelas labih tersebar dari pada yang lainnya. Dalam
tumbuhan flavonoid terdapat dalam bentuk campuran.
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
1) Neraca analitik 1 buah
2) Lumpang dan alu 1 buah
3) Tabung reaksi 4 buah
4) Rak tabung 1 buah
5) Penjepit tabung 1 buah
6) Gelas ukur 10 mL 1 buah
7) Pipet tetes 2 buah
8) Corong biasa 1 buah
9) Hot plate 1 buah
10) Gelas kimia 500 mL 1 buah
11) Cawan porselin 1 buah
12) Batang pengaduk 1 buah
13) Spatula 1 buah
14) Kaca arloji 16 buah
15) Erlenmeyer 1 buah
16) Plat tetes 1 buah
2.2 Bahan yang digunakan
1) Kloroform 10 mL
2) Kloroform-amonia 10 mL
3) Aquadest
4) H2SO4 5%
5) Pereaksi Meyer
6) NaOH 10%
7) Bubuk Mg
8) Etanol
9) Eter
10) Anhidrida asetat
11) HCl pekat
12) H2SO4 pekat
13) Sampel (daun tomat, daun
kumis kucing, daun
mengkudu, daun sirih,
daun katuk, dan daun beluntas)
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Identifikasi Alkaloid
3.1.1 Ekstraksi Alkaloid
1) Memotong-motong 4 gram daun segar menjadi potongan kecil dan
menggerus bersama-sama dengan pasir nersih dan 10 mL kloroform.
2) Menambahkan kloroform-amonia dan menambahkan sekitar 1 mL
asam sulfat 5% ke dalam hasil gerusan tersebut, mengocok dan
membiarkan kedua lapisan memisah.
3) Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan menempatkan ke
dalam 2 tabung reaksi.
3.1.2 Uji Alkaloid
1) Meneteskan 1-2 tetes pereaksi Meyer ke dalam salah satu ekstrak alkaloid
dalam air.
2) Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi endapan putih
atau kuning muda.
3) Endapan yang sangat banyak dapat dinyatakan sebagai (+++), jumlah
endapan sedang sebagai (++) dan sedikit endapan (+).
3.2 Identifikasi Triterpan, Steroid, dan Saponin
3.2.1 Ekstraksi Triterpan dan Steroid
1) Menggerus sekitar 5 gram dengan lumpang alu dan mendidihkan hasil
gerusan dalam labu Erlenmeyer dengan 25 mL etanol di atas penangas
air.
2) Menyaring larutan etanol panas dengan kertas saring biasa ke dalam
cawan porselin dan melanjutkan dengan penguapan etanol di atas
penangas air, sehingga diperoleh ekstraksi yang kering.
3) Menambahkan eter ke dalam ekstrak kering tersebut, mengaduk, dan
memisahkan ekstrak yang larut dalam eter ke dalam tabung reaksi dan
menempatkan ekstrak eter ke dalam lubang-lubang plat tetes.
4) Melakukan uji Liebermann-Burchard untuk masing-masing ektrak eter
setelah kering.
3.2.2 Uji Liebermann-Burchard
1) Memasukkan beberapa tetes anhidrida asetat ke dalam ekstrak kering pada
plat tetes dan mengaduk hingga merata.
2) Meneteskan 1-2 tetes asam sulfat pekat dan mengamati warna yang
terbentuk.
3) Mencatat warna yang terbentuk pada saat menetesakan dan setelah
membiarkan beberapa saat.
4) Pembentukan warna ungu terang, merah, atau merah muda yang kuat
untuk triterpenoid dianggap sebagai (+++) dan terbentu warna biru
kehijauan untuk steroid sebagai standar digunakan kolesterol 1 mg,
pembentukan warna-warna tersebut yang tidak begitu kuat dianggap
sebagai (++) dan warna yang lemah sebagai (+).
3.2.3 Uji Busa dengan Metode Simes
1) Memasukkan bagian yang tidak larut dalam eter dari pekerjaan (3.5.2.1) ke
dalam tabung reaksi dan menambahkan 5 mL air ke dalamnya, kemudian
mengocok kuat-kuat dan membiarkan busa yang terbentuk.
2) Sebagai standar digunakan daun lidah buaya dengan korelasi tinggi busa
relatif terhadap kadar saponin, yaitu tinggi busa 3 cm sebagai (+++) antara
2-3 cm sebagai (++) tinggi busa 1-2 cm sebagai (+) dan dinyatakan negatif
apabila tidak ada busa.
3.3 Uji Flavanoid
3.3.1 Dengan Pereaksi Shinoda
1) Mengekstrak 0,5 gram serbuk sampel dengan 5 mL etanol panas selama5
menit di dalam tabung reaksi.
2) Menyaring hasil ekstrak dan pada filtrat menambahkan beberapa tetes HCl
pekat, lalu menambahkan 0,1 gram bubuk Mg. bila timbul warna merah
muda atau orange menandakan sampel mengandung flavanoid.
3) Sebagai standar digunakan katesin (++) atau daun legundi (++).
3.3.2 Dengan NaOH 10%
1) Menambahkan 2 tetes NaOH 10% kepada ekstrak methanol dengan cara di
atas.
2) Adanya flavanoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange,
merah.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan Hasil PengamatanEkstraksi Alkaloid
1) Menggerus 4 gram daun segar dengan pasir bersih+kloroform 10 mL- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
2) Hasil gerusan+10 mL kloroform-amonia- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
- Daun mengkudu
- Daun kumis kucing
- Daun katuk
3) Mengaduk dan menyaring- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
- Daun mengkudu
- Daun kumis kucing
- Daun katuk
4) Ekstrak kloroform-amonia+1 mL larutan Asam Sulfat 5% - Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus
Campuran Campuran Larutan dan daun masih terbentuk
kecil-kecil Larutan dan daun masih terbentuk
kecil-kecil Campuran berwarna hijau dan
sangat tua Campuran, ekstrak kloroform-
amonia
Filtrat dan residu Filtrat dan residu Ekstrak daun sirih (lapisan air),
baunya menyengat. Larutannya berwarna hijau tua
Ekstrak daun mengkudu, tidak berbau, larutannya berwarna lebih muda dari daun sirih
Ekstrak kloroform-amonia berwarna hijua tua, di dalam tabung reaksi, ampas sisa gerusan di kertas saring
Filtrat : larutan hijau tua, residu : potongan kecil
Berwarna hijau muda Berwarna hijau muda Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
berwarna putih, lapisan bawah
- Daun mengkudu
- Daun kumis kucing
- Daun katuk
5) Mengocok dan membiarkan lapisan memisah- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing
- Daun katuk
6) Mengambil lapisan air
berwarna hijau tua kehitam-hitaman
Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna putih bersih, terdapat sedikit busa, lapisan bawah berwarna hijau lebih muda dari perlakuan sebelumnya dengan daun sirih
Terdapat buih pada bagian lapisan atas
Campuran, larutan hijau gelap/tua
Larutan putih Larutan putih Larutan putih, sisa ekstrak daun Larutan putih, sisa ekstrak daun Lapisan atas bening , lapisan
bawah hijau tua Lapisan bawah hijau gelap, lapisan
atas bening+busa
Perlakuan Hasil PengamatanUji Alkaloid
1) Meneteskan 1-2 tetes pereaksi Meyer ke dalam ekstrak alkaloid- Daun beluntas
- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
Tidak ada endapan, bias kuning (++)
Tidak ada endapan, bias kuning (+)
Larutan, endapan (++) Larutan, endapan (+) Terdapat endapan putih, bias
kuning Tidak ada endapan
Perlakuan Hasil PengamatanEkstraksi Triterpen dan Steroid
1) Menggerus 5 gram daun segar
dengan mortar+pasir- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
2) Mendidihkan hasil gerusan dengan etanol- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
- Daun mengkudu
- Daun kumis kucing- Daun katuk
3) Menyaring larutan etanol dan menguapkan- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
- Daun mengkudu
- Daun kumis kucing
- Daun katuk
4) Ekstrak kering+eter - Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
5) Mengaduk dan memisahkan ekstrak yang larut dalam eter- Daun beluntas- Daun tomat
Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus Hasil gerusan, daun jadi halus
Ekstrak dan etanol Ekstrak dan etanol Larutan+daun yang masih ada
dalam bentuk kecil Larutan+daun yang masih ada
dalam bentuk kecil Larutan etanol mendidih Campuran
Ekstrak kering Ekstrak kering Larutan berwarna hijau, sisa
ekstrak daun Larutan berwarna hijau lebih tua,
sisa ekstrak daun Larutan etanol pada cawan
porselin, ekstrak kering Residu : potongan daun halus,
filtrat : larutan hijau, ekstrak kering
Ekstrak kering Ekstrak kering Campuran berwarna hijau Campuran berwarna hijau Ekstrak eter Larut sebagian
Ekstrak kering pada 3 plat tetes Ekstrak kering pada 3 plat tetes Ekstrak kering yang agak kuning
- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing
- Daun katuk
Ektstrak kering yang agak kuning Ekstrak eter yang kering berwarna
hijau tua Ekstrak eter yang kering berwarna
hijau tua
Perlakuan Hasil PengamatanUji Liebermann-Burchard
1) Ekstrak kering pada plat tetes+beberapa tetes H2SO4
(plat 1)- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
2) Ekstrak kering pada plat tetes+beberapa tetes anhidrida+ H2SO4 (plat 2)- Daun beluntas
- Daun tomat
- Daun sirih
- Daun mengkudu
- Daun kumis kucing- Daun katuk
Berwarna hijau Berwarna hijau Berwarna hijau pekat Berwarna hijau pekat Berwarna hijau lumut kehitaman Berwarna hijau
Berwarna hijau muda (+), bias kuning
Berwarna hijau tua (+++), bias cokelat
Terbentuk berwarna hijau muda, terdapat lingkaran berwarna merah
Larutan berwarna hijau muda, dengan campuran meyebar berbias merah
Hijau tua (++) Berbias merah
Perlakuan Hasil PengamatanUji Busa dengan Metode Simes
1) Bagi yang tidak larut dalam eter pada perlakuan Ekstraksi Triterpen dan Steroid+5 mL H2O, mengocok kuat-kuat- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
Terbentuk busa Terbentuk busa Terbentuk busa
- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
Terbentuk busa Terbentuk busa Terbentuk busa
Perlakuan Hasil PengamatanUji Flavonoid
Dengan Pereaksi Shinoda1) Mengekstrak 0,5 gram daun
segar dengan 5 mL etanol panas selama 5 menit- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih
- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
2) Menyaring - Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing
- Daun katuk
3) Menambahkan 0,1 gram bubuk Mg- Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu- Daun kumis kucing- Daun katuk
Dengan NaOH 10%4) Ekstrak etanol+2 tetes NaOH
10% - Daun beluntas- Daun tomat- Daun sirih- Daun mengkudu
Daun panas Daun panas Campuran berwarna bias hijau
bening Larutan berwarna hijau muda Larutan berwarna hijau tua Campuran
Filtrat dan residu Filtrat dan residu Filtrat berwarna hijau tua Filtrat berwarna hijau muda Larutan hijau tua, bening, tidak
terdapat lapisan Residu : daun halus, filtrat : daun
hijau muda
Berwarna orange (+) Berwarna orange (+++) Berwarna hijau bening (-) Berwarna hijau berbias orange Berwarna hijau bias kuning Berwarna bias orange
Berwarna orange (++) Berwarna orange (+) Berwarna hijau muda Berwarna hijau muda (-) Berwarna kuning orange Berwarna bias orange
- Daun kumis kucing- Daun katuk
V. ANALISIS DATAUntuk mempermudah dalam menganalisis data dari percobaan, maka
digunakan data tabel perbandingan berikut :
Perbandingan Kandungan Senyawa pada Sampel sesuai Percobaan dengan
Hasil Telaah Pustaka
No. SampelKandungan Senyawa
Alkaloid Triterpenoid Steroid Saponin Flavanoid
1. Beluntas - - - - - -
2. Tomat - - - - - -
3. Sirih - x - - - -
4. Mengkudu - - - - -
5.Kumis
Kucing - - - - x -
6. Katuk - - - - - -
Keterangan :
: Hasil Percobaan
x : Telaah Pustaka
- : Tidak ada kandungan senyawa
Identifikasi Alkaloid
Uji Alkaloid
Pada percobaan untuk pengujian alkaloid ini digunakan sampel daun yaitu:
daun beluntas, daun tomat, daun sirih, daun mengkudu, daun kumis kucing, dan
daun katuk. Semua sampel yang digunakan digerus dengan menggunakan
kloroform, kemudian ditambahkan lagi kloroform-amoniak sehingga diperoleh
ekstrak dengan kloroform-amonia. Penambahan kloroform-amonia ini bertujuan
untuk mengubah alkaloid yang terdapat dalam tanaman menjadi basa bebas
dengan penambahan amonia. Masing-masing ekstrak dari sampel yang digunakan
direaksikan dengan pereaksi Meyer. Adanya kandungan alkaloid dalam sampel
ditandai dengan terbentuknya endapan putih atau kuning muda.
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang diperoleh daun sirih, daun
mengkudu, daun kumis kucing banyak mengandung alkaloid sedangkan daun
beluntas, daun tomat dan daun katuk tidak mengandung alkaloid. Adanya
kandungan alkaloid dalam sampel dapat diidentifikasi karena pada saat
direaksikan dengan berbagai reaksi akan menghasilkan 2 lapisan, dimana lapisan
atas merupakan lapisan air bahwa senyawa ini tidak dapat bercampur disebabkan
perbedaan kepolaran.
Pada percobaan ini penambahan asam sulfat 5% bertujuan melarutkan
alkaloid sebagai garam. Penambahan tersebut dilakukan agar suasana larutan
bersifat asam, sebab alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan sebagai basa
dalam kondisi asam lemah.
Pereaksi Meyer berfungsi mengendapkan alkaloid sehingga dapat
diketahui ada tidaknya kandungan alkaloid dalam sampel.
Alkaloid sesungguhnya diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan
biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Kegunaan alkaloid
bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan
dan pengatur kerja hormon.
Secara kimia, alkaloid begitu heterogen dan begitu banyak sehingga
mereka tidak dapat diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan
kromatografi tunggal. Pada umumnya sukar mengidentifikasinya dari suatu
tumbuhan baru tanpa mengetahui kira-kira jenis alkaloid apa yang terkandung
didalamnya. Akibat adanya sifat-sifat alkaloid yang bervariasi, cara umum untuk
memisahkan alkaloid dari tumbuhan mungkin tidak berhasil mendeteksi senyawa
alkaloid yang khas.
Identifikasi Triterpen, Steroid dan Saponin
Uji Triterpen dan Steroid
Sampel yang digunakan untuk uji triterpen dan steroid sama dengan
sampel yang digunakan pada uji alkaloid. Dari data pengamatan diketahui bahwa
daun beluntas, daun tomat, daun sirih, daun mengkudu, daun katuk mengandung
triterpenoid terbanyak, sedangkan daun kumis kucing kandungan triterpennya
sedikit. Sampel yang mempunyai kandungan steroid antara lain daun beluntas,
daun tomat, daun sirih, daun mengkudu, daun kumis kucing, daun katuk dalam
sampel tersebut mengandung steroid.
Adanya triterpen dalam sampel ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna ungu terang, merah atau merah muda yang kuat, sedangkan untuk steroid
ditunjukkan dengan adanya warna biru atau biru kehijauan.
Dari berbagai macam perlakuan pada sampel tanaman ekstraksi ini
dilakukan untuk mengambil senyawa yang diinginkan dari sampel. Penggunaan
etanol dan dilakukan pendidihan dimaksudkan untuk mempercepat prosedur
ekstraksi dan penyaringan bertujuan memisahkan ekstrak tanaman dari bagian
padatnya (ampas). Proses penguapan dapat membantu agar pelarut etanol cepat
menguap sehingga yang tertinggal ekstrak yang kering. Penggunaan eter yang
ditambahkan pada ekstrak kering karena sebagian besar senyawa terpenoid dan
steroid merupakan senyawa nonpolar oleh karena itu digunakan eter untuk
memisahkan senyawa tersebut dari komponen tumbuhan yang polar. Dengan
menguapnya etanol maka pada pengujian senyawa etanol tidak ikut teridentifikasi.
Adanya warna yang nampak pada triterpen dan steroid ketika ditambahkan
larutan atau pereaksi LB disebabkan adanya rantai jenuh sehingga akan timbul
warna tertentu ketika ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard. Pereaksi
Liebermann – Burchard terdiri atas anhidrida asetat dan H2SO4 pekat.
Tripenoid ini tersusun atas isopren-isopren kepala dan ekor dimana pada
bagian ujungnya terdapat cabang metil (CH3).
Gambar 7, isopren yang memnyusun terpenoid
Tidak teridentifikasinya triterpenoid dan steroid, bukan berarti tanaman
sampel tersebut tidak mengandung kedua senyawa tersebut, tetapi bisa juga
senyawa tersebut tertranslokasi pada bagian dari tanaman itu. Selain itu, mungkin
karena adanya kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur kerja, sehingga
sampel yang seharusnya mengandung triterpenoid dan steroid jadi tidak
teridentifikasi.
Uji Saponin
Uji busa dengan metode Simes ini bertujuan untuk mengetahui adanya
kandungan saponin pada sampel (tanaman). Karena saponin merupakan glikosida
yang membentuk busa dalam air. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan
yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok oleh sebab itu untuk mengetahui
adanya saponin dalam tanaman digunakan metode simes.
Rumus umum saponin
Berdasarkan data pengamatan sampel yang mengandung saponin adalah
daun beluntas, daun tomat, daun sirih, daun mengkudu, daun kumis kucing, dan
daun katuk
Uji Flavanoid
1.Dengan Pereaksi Shinode
Adanya flavanoid dalam jaringan tumbuhan dinyatakan dengan adanya
warna larutan yang berubah menjadi merah, merah muda atau orange. Warna ini
merupakan warna yang diserap oleh tumbuhan dan dipancarkan ketika ada pelarut
tertentu yang ditambahkan. Jika ditambahkan pereaksi shinoda sampel yang
mengandung flavanoid berubah warna menjadi merah, merah muda atau orange
sedangkan jika ditambahkan NaOH 10% berubah warna menjadi kuning-orange,
merah.
Gambar. Kerangka dasar flvonoid
Gambar. Tiga jenis struktur senyawa flavonoid, Banyaknya senyawa
flavonoida yang ditemukan disebabkan oleh berbagai tingkat
hidroksilasi, alkoksilalsi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Sampel tumbuhan / tanaman dihaluskan dan diekstrak dengan etanol
panas selama 5 menit di dalam tabung reaksi. Hal ini dikarenakan banyaknya
senyawa dari golongan flavanoid yang mudah larut dalam air terutama bentuk
glikosidanya. Bahkan senyawa yang hanya larut sedikit dalam air, kepolarannya
memadai untuk diekstraksi dengan etanol, jadi etanol digunakan sebagai pelarut
untuk ekstraksi flavonoid.
Selanjutnya ekstrak disaring dan filtratnya ditambahkan larutan HCI pekat
yang akan memberikan suasana asam pada filtrat. Serbuk Mg ditambahkan
sebagai indikator warna pada larutan.
Flavanoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi oleh karena itu
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak.
Flavanoid terdapat pada tumbuhan berpembuluh sebagai campuran, karena jarang
sekali ditemui dalam flavanoid tunggal pada jaringan tumbuhan. Selain itu,
flavanoid banyak terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan yang
merupakan zat warna seperti warna merah,ungu atau biru.
Berdasarkan data pengamatan sampel yang mengandung flavanoid yaitu
daun beluntas, daun tomat, daun mengkudu, daun kumis kucing, dan daun katuk.
Daun sirih mengandung flavanoidnya paling sedikit.
2. Dengan NaOH 10%
Sampel diekstrak dengan metanol. Hasil ekstrak metanol kemudian
ditambahkan dengan NaOH dan hasilnya pada saat dilakukan pengujian daun
beluntas menunjukkan flavanoid terbanyak, daun tomat, daun kumis kucing, daun
katuk juga mengandung flavanoid dalam jumlah sedikit. Sedangkan yang tidak
mengandung flavanoid adalah daun sirih dan mengkudu. Dalam hal ini, flavanoid
merupakan senyawa fenol oleh karena itu warnanya berubah menjadi orange
ketika ditambahkan NaOH (basa).
Warna orange yang muncul dikarenakan adanya flavon dalam tanaman.
Flavon mudah dipecah oleh alkali (NaOH) menghasilkan diasilmetan atau
tergantung pada kondisi reaksi. Dari hasil uji terhadap senyawa flavonoid ini, ada
sampel yang menunjukan hasil positif terhadap shinoda dan ada yang labih
spesifik terhadap NaOH.
VI. KESIMPULAN
Dari analisis data, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Metode fitokimia dapat digunakan untuk mengetahui kandungan
senyawa aktif dalam tumbuhan.
2. Identifikasi awal dari senyawa alam seperti tumbuh-tumbuhan
dapat menggunakan metode fitokimia senyawa aktif yaitu
mengidentifikasi alkaloid, steroid, tripenoid, flavonoid, dan
saponin.
3. Dari percobaan diperoleh :
Tumbuhan yang mengandung alkaloid adalah daun sirih, mengkudu,
dan kumis kucing.
Tumbuhan yang mengandung triterpen adalah daun beluntas, tomat,
mengkudu, dan katuk.
Tumbuhan yang mengandung steroid adalah daun beluntas, tomat,
sirih, mengkudu, dan kumis kucing.
Tumbuhan yang mengandung saponin adalah daun beluntas, daun
tomat, daun sirih, daun mengkudu, daun kumis kucing, dan daun katuk
Tumbuhan yang mengandung flavanoid adalah daun beluntas, daun
tomat, daun sirih, daun mengkudu, daun kumis kucing, dan daun katuk
Saran
1) Ketika penggerusan dan pembilasan pada lumpang dengan
menggunakan etanol harus dilakukan sebersih mungkin sehingga tidak
ada zat yang tertinggal dan semua zat ikut tertitrasi.
2) Pemahaman terhadap prosedur kerja sebelum melakukan praktikum
sangat diperlukan.
3) Kehati-hatian dan pengamatan sangat diperlukan dalam melakukan
praktikum agar berjalan dengan lancar dan meminimalisir terjadinya
kesalahan sehingga diperoleh data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : PMIPA
UGM.
Fessenden dan Fessenden. 1989. Kimia Organik II. Jakarta : Erlangga.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.
Syahmani dan Rilia Iriani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Organik.
Banjarmasin : FKIP Unlam. (Tidak dipublikasikan).
LAMPIRAN I
Jawaban Pertanyaan
1. Yang dimaksud dengan skiring fitokimia adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa alkaloid,
steroid, triterpenoid, saponin dan flavanoid.
2. Ciri-ciri tumbuhan yang mengandung :
a. Alkaloid
Tumbuhan tingkat tinggi
– memiliki batang, buah, daun, akar sejati (contoh : kelapa)
– tumbuhan tingkat rendah (contoh : rumput-rumputan)
b. Steroid
Tumbuhan yang memiliki klorofil.
c. Triterpenoid
Tumbuhan Kayu Keras.
d. Saponin
Tumbuhan yang memiliki lender.
Ekstraksi Alkaloid
Memotong kecil
2 gr sampel daun katuk
Potongan kecil sampel
Potongan sampel + pasir + kloroform 10 mL
menggerus
campuran
Campuran + 10 mL kloroform – amonia
- mengaduk- menyaring
Ekstrak kloroform-amonia
Ekstrak kloroform-amonia + 10 tetes H2SO4 5 %
mengocok- membiarkan
e. Flavanoid
Tumbuhan yang memiliki struktur berbagai kayu.
LAMPIRAN II
FLOWCHART
Identifikasi alkaloid
Ekstrak alkaloid + air
Larutan
Larutan + 2 tetes pereaksi meyer
Terbentuk endapan
Ekstrak mengandung alkaloid Ekstrak tidak mengandung alkaloid
Tidak terbentuk endapan
- Mencampurkan
N/B : mengulang prosedur di atas untuk sampel daun mengkudu, daun kumis kucing, daun beluntas, daun tomat, dan daun sirih.
Uji Alkaloid
N/B : mengulang prosedur di atas untuk ekstrak sampel daun mengkudu, daun kumis kucing, daun beluntas, daun tomat, dan daun sirih.
Identifikasi Triterpen, Steroid, dan Saponin
Ekstarksi Triterpen dan Steroid
5 g sampel daun katuk
- Menggerus dengan mortar
Hasil gerusan + 25 mL etanol
- Mendidihkan dalam labu erlenmeyer selama 15 menit di atas penangas air
Larutan etanol panas
- Menyaring dengan kertas saring
Residu Filtrat
- Menguapkan etanol
Ekstrak kering + eter
Uji Liebermann-Burchard
Ekstrak kering pada plat tetes + beberapa tetes anhidrida asetat
- Mengaduk hingga rata
larutan
Larutan + 1-2 tetes H2SO4 Mengamati warna yang terbentukMencatat warna yang terbentuk pada saat diteteskan dan dibiarkan beberapa saat
Larutan berubah warna
Uji Liebermann-Burchard
0,5 g serbuk sampel daun katuk + 5 mL etanol panas
- mengekstrak slma 5 menit
campuran
Filtrat + beberapa tetes HCl pekat + 0.1 g bubuk Mg
residufiltrat
-menyaring
Larutan berwarna merah muda / orange
Uji Positif (Flavanoid)
N/B :
- Pembentukan warna ungu terang, merah, merah muda yang kuat untuk
triterpenoid dianggap sebagai +3 dan terbentuk warna biruatau biru
kehijauan untuk steroid sebagai standar. Menggunakan kolesterol 1mg (+
++), pembentukan warna-warna tersebut yang tidak begitu kuat diangap
+2 dan warna lemah dianggap +1
Uji FlavanoidDengan pereaksi Shinoda
N/B : mengulang prosedur di atas untuk serbuk sampel daun mengkudu, daun kumis kucing, daun beluntas, daun tomat, dan daun sirih.
Ekstrak etanol + 2 tetes NaOH 10 %
Larutan berwarna
Dengan NaOH 10 %
N/B : Adanya flavanoid ditandai dengan perubahan warna kuning- orange -merah
LAMPIRAN III
FOTO-FOTO PRAKTIKUM
Daun Beluntas Tomat
Daun Sirih Daun Mengkudu
Daun Kumis Kucing Daun Katuk