aliran struktural

Embed Size (px)

Citation preview

ALIRAN STRUKTURAL PENDAHULUAN Kalau linguistik tradisional selalu menerapkan pola-pola tatabahasa Yunani dan Latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa maka linguistik strukturalis tidak lagi melakukan hal tersebut. Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa tersebut. Pandangan ini adalah sebuah akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa atau studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern, yakni ferdinand de Saussure. Pada makalah ini akan diuraikan (1) tokoh-tokoh linguistik struktural dan (2) konsep pemikiran para tokoh tentang linguistik. PEMBAHASAN Ferdinand de Saussure Dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern karena dalam bukunya Course de Linguistique Generate, memuat konsep (1) telaah sinkronik diakronik, (2) perbedaan langu dan parole, (3) perbedaan signifiant dan signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik (Chaer, 2012: 346 -- 347). Telaah sinkronik dan diakronik. Sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada kurun waktu tertentu. Misalnya mempelajari bahasa Indonesia pada era orde baru. Diakronik adalah mempelajari bahasa sepanjang masa bahasa itu digunakan. Misalnya mempelajari bahasa Indonesia mulai sejak bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional sampai sekarang (Chaer, 2012: 347).. Telaah la langue dan la parole. La langue adalah seluruh sistem tanda sebagai alat komunikasi verbal antar anggota masyarakat (bersifat abstrak). La parole adalah pemakaian langue oleh masing-masing anggota masyarakat; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Dalam hal ini objek telaah linguistik adalah langue yang tentu saja dilakukan melalui parole karena parole itu adalah wujud bahasa yang konkret (Chaer, 2012: 347).. Telaah signifiant dan signifie. Signifiant adalah citra bunyi atau kesanpsikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Signifie adalah pengertian kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Sebagai tanda linguistik, signifiant dan signifie itu biasanya mengacu pada sebuah acuan atau referen yang berada di alam nyata (Chaer, 2012: 348).. Sebagai contoh kita ambil bahasa Indonesia pohon dan mengacu pada sebuah acuan, yakni pohon. Telaah hungan sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear (fonologi, morfologi, dan sintaksis) (Chaer, 2012: 349). Sebagai contoh pada tataran fonologi adalah kata kita, ketika kita mengubah susunan k, i, t, a, ada kemungkinan makna dari kata kita akan berubah. Sebagai contoh pada tataran morfologi adalah tercantik, ketika kita mengubah susunan tercantik menjadi cantikter ada kemungkinan maknanya berubah atau bahkan tidak bermakna sama sekali. Sebagai contoh pada tataran sintaksis adalah Ini baru birini bir baru. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antar unsur dalam tuturan dengan unsur sejenis yang tidak ada dalam tuturan (dengan cara hubungan substitusi pada fonologi, morfologi, atau sintaksisnya) (Chaer, 2012: 349). Misalnya pada tataran fonologi : huruf r dalam kata rata disubstitusi dengan d,m,k,b menjadi data, mata, kata, bata. Pada tataran morfologi: prefiks me- dalam kata me-rawat diganti prefiks di-, pe-, ter-, menjadi di-rawat, perawat, ter-rawat. Aliran Praha Dengan tokohnya Vilem Mathesius, Nikolai S. Trubeckoj, Roman Jakobson, dan Morris Halle, membedakan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu sistem) dan fonetik (mempelajari bunyi itu sendiri). Struktur bunyi dijelaskan dengan kontras atau oposisi (Chaer, 2012: 351). Misalnya baku X paku, tepas X tebas. Aliran ini mengembangkan istilah morfonologi (meneliti perubahan fonologis yang terjadi akibat hubugan morfem dengan morfem. Misalnya kata jawab dengan jawap bila ditambahi sufiks an, maka akan terjadi perbedaan. Kalimat dapat dilihat dari struktur formal dan struktur informasinya, Formal(subjek dan predikat), informasi (tema dan rema). Tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema. Misalnya kalimat this argument I cant follow I sebagai subjek, this argument sebagai objek, namun menurut aliran praha this argument juga merupakan tema, sedangkan I cant follow juga merupakan rema (Chaer, 2012: 353 -- 354). Aliran Glosematik Aliran ini lahir di Denmark, dengan tokohnya Louis Hjemslev. Hjemslev menganggap bahasa mengandung segi ekspresi (menurut de Saussure: signifiant) dan segi isi (menurut de Saussure: signifie). Masing-masing segi mengandung forma dan substansi sehingga diperoleh (1) forma ekspresi, (2) substansi ekspresi, (3) forma isi, dan (4) substansi isi. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh de Saussure maka Hjemslev juga menganggap bahwa bahasa sebagai suatu sistem hubugan; dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik (Chaer, 2012: 355). Model analisis yang dikembangkan berdasarkan pemikiran tersebut pada tataran analisis yang berkaitan dengan isi, salah satu langkah yang ditempuh ialah mendaftar kata-kata yang diprediksi memiliki hubungan ciri semantis, misalnya antara kata jago, babon, laki-laki, wanita, jejaka, gadis, jantan, betina, pria, perempuan, dan keberadaan manusia. Pada analisis tahap berikut, dapat dikemukakan bahwa jago = ayam jantan, babon = ayam betina, gadis = manusia perempuan yang belum menikah, jejaka = manusia laki-laki yang belum menikah, pria = manusia dewasa berjenis kelamin laki-laki, wanita = manusia dewasa berjenis kelamin perempuan (Samsuri, 1988: 47). Aliran Firthian Dengan tokohnya Joh R. Firth (London, 1890-1960). Dikenal dengan teori fonologi prosodi, yaitu cara menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokok prosodi : (1) prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, gabungan konsonan, dan gabungan vokal, (2) prosodi yang terbentuk oleh sandi atau jeda, dan (3) prosodi yang realisasifonetisnya lebih besar daripada fonem-fonem suprasegmental. Bagi Firth, tataran fonetik dan fonologi merupakan tataran makna (Chaer, 2012: 355 -- 356). Pada tataran ini, bunyi mempunyai fungsi berdasarkan: (1) tempat terjadinya dan (2) kontras yang ditunjukkannya dengan bunyi yang dapat terjadi di tempat sama (Samsuri, 1988: 67). Suatu contoh kajian Firth bunyi [b] dapat terjadi: (1) pada posisi depan, misalnya dalam kata [baik], (2) sebelum vokal, (3) sebelum sejumlah konsonan tertentu, misalnya [i b r a n i] ibranidan (4) tidak pernah ada sesudah konsonan. Berdasarkan kontras, bunyi [b] beroposisi depan ditemukan bahwa posisi itu dapat diganti oleh [p] atau [m] dengan ketentuan: (1) jika ada [p] atau [m] [p], bunyi [s] dapat mendahului bunyi itu, (2) jika [p] dan [m] diartikulasikan seperti [b] berdasarkan tempatnya, ada kontras antara keduanya, yaitu [p] dan [b] keduanya adalah bilabial, dan [m] adalah alveolar dan berkontras secara berbeda dengan [b] daripada dengan bunyi yang lain (Samsuri, 1988:67). Linguistik Sistemik (M.A.K Haliday) Halliday menampilkan perkembangan baru dalam IBS dengan dasar pandangan R. Firth yang diperbaharuinya (Neo Firthian). Pokok pandangan Linguistik sistematik adalah sebagai berikut (Chaer, 2012: 356 -- 358). Memberi perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, terutama pada fungsi dan penerapannya dalam bahasa. Memandang bahasa sebagai pelaksana. Pembedaan langue (jajaran pikiran tergantung penutur bahasa) dan parole (perilaku kebahasaan sebenarnya). Mengutamakan ciri bahasa tertentu dan variasinya. Mengenal gradasi atau kontinum. Menggambarkan tiga tataran utama bahasa sebagai berikut. Substansi : bunyi yang diucapkan waktu berbicara (fonis), dan lambang yang digunakan saat menulis (grafis). Forma : susunan substansi pada pola bermakna. Leksis : butir lepas bahasa dan tempat butir terletak. Gramatika : kelas butir bahasa dan pola tempat terletaknya. Situasi, meliputi : tesis (apa yang dibicarakan), situasi langsung (waktututuran itu diucapkan), situasi luas (tuturan pengalaman pembicara atau penulis yang mempengaruhi tuturan yang diucapkan atau ditulisnya.Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika Faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini sebagai berikut (Chaer, 2012: 359). 1. Mereka memerikan bahasa indian dengan cara sinkronik. 2. Bloomfield memerikan bahasa aliran strukturalisme berdasarkan fakta objektif sesuai dengan kenyataan yang diamati. 3. Hubungan baik antar linguis. Sehingga menerbitkan majalah Language, sebagai wadah melaporkan hasil karya mereka. Aliran ini sering juga disebut aliran taksonomi, karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya. Pendekatan yang digunakan pada aliran ini bersifat empiris. Data dikumpulkan secara cermat, setapak demi setapak. Bentuk-bentuk satuan bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis) diklasifikasikan berdasarkan distribusinya. Oleh karena itu, kaum ini disebut juga kaum distribusionalis (Chaer, 2012: 360). Sebagai contoh penerapan distribusi dalam klasifikasi bentuk-bentuk bahasa, misalnya menentukan kelas kata. Kata sifat adalah kata yang akan bermakna paling ketika mendapat imbuhan ter-, sebagai contoh kata tercantik. Contoh bunyi /saya/ terdiri atas empat fonem; /s/,/a/,/y/,/a/. Contoh kalimat Kakek membaca majalah terdiri atas tiga kata: /kakek/,/membaca/,/majalah/. Aliran Tagmemik Dipelopori oleh Kenneth L. Pike. Menurut aliran ini satuan dasar sintaksis adalah tagmen (dari bahasa Yunani yang berarti susunan). Yang dimaksud tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal (slot) dengan kelompok bentuk kata yang dapat dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut (Chaer, 2012: 361). Sebagai contoh: (Dia minum susu) Dia = subjek pronominaminum Rumusnya:= predikat verba transitifsusu= objek nomina Kal. A. Trans. = S: pn + P: vt O: n PI Peran aktif peran penderita Bacanya: tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku yang diisi pronominal yaitu dia, tagmen predikat bersifat wajib dengan peran aktif yang diisi oleh verba transitif yaitu minum, dan tagmen objek bersifat opsional dengan peran penderita yang diisi oleh frase nomina, yaitu susu. SIMPULAN Dunia ilmu, termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan kegiatan yang dinamis; berkembang terus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Linguistik struktural lahir karena tidak puas dengan pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik tradisional dalam menganalisis bahasa. Tokoh linguistik struktural yang terkenal adalah Ferdinand de Saussure yang selanjutnya kita kenal sebagai Bapak Linguistik Modern. Pandangan Ferdinand de Saussure memuat konsep tentang (1) telaah sinkronik diakronik, (2) perbedaan langu dan parole, (3) perbedaan signifiant dan signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Selanjutnya pemikiran tersebut dilanjutkan oleh aliran praha. Salah satu tokohnya adalah Vilem Matheus. Sumbangan aliran ini lebih banyak pada bidang fonologi dan sintaksis, sedangkan dalam bidang morfologi tidak terlalu banyak. Aliran glosematik dengan tokohnya Louis hjemslev juga meneruskan de Saussure maka Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan; dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Selanjutnya adalah aliran firthian dengan tokohnya john Firthian. Aliran ini disebut juga dengan aliran prosodi. Linguistik sistemik dengan tokohnya M. A. K. Halliday yang juga mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dengan segi kemasyarakatan bahasa. Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika yang juga disebut alirantaksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya. Yang terakhir adalah aliran tagmemik yang dipelopori oleh Kenneth L. Pike. Menurut aliran ini satuan dasar sintaksis adalah tagmen (dari bahasa Yunani yang berarti susunan). Selain beberapa simpulan di atas, disimpulkan pula perkembangan aliran strukturalisme berdasarkan bidang kajiannya, yakni fonologi, morfologi, dan sintaksis. Simpulan tersebut sebagai berikut. Fonologi Fonologi de Saussure: de Saussure berusaha membedakan sistem fonem menggunakan distribusi linear (kita, kiat, kati, tika, dan seterusnya) dan substitusi (paku,baku). Hal ini diperkuat oleh aliran praha dengan teknik kontras (pakuXbaku). Selanjutnya diperkuat oleh Firth dengan pemberian ciri dan karakteristik fonem (kajian Firth bunyi [b] dapat terjadi: (1) pada posisi depan, misalnya dalam kata [baik], (2) sebelum vokal, (3) sebelum sejumlah konsonan tertentu, misalnya [i b r a n i] ibranidan (4) tidak pernah ada sesudah konsonan). Begitu juga dengan Bloom dengan kajian klasifikasi pada tataran kata (s/a/y/a). Morfologi De Saussure membedakan struktur morfem dengan melakukan distribusi linear (barangkali,kalibarang). Aliran praha berusaha membedakannya dengan pemberian afiks untuk memnentukan kategori morfem (kata sifat: kata yang bermakna paling jika diberi imbuhan ter-:tercantik). Bloom melanjutkan teori ini dengan memerikan kategori morfem berdasarkan sifatnya di dalam kalimat (kata kerja adalah kata yang bisa diberi keterangan ketika diikuti oleh dengan, Makan dengan lahap). Sintaksis De Sausssure berusaha memerikan struktur kalimat dengan distribusi linear (saya makan nasi, nasi makan saya, saya nasi makan, nasi saya makan, dan seterusnya), tetapi pada liran ini belum bisa memerikan fungsi. Pada aliran praha sudah bisa memerikan fungsi kata pada kalimat. Selanjutnya Bloom sudah mampu memerikan fungsi dan kategori kata pada kalimat. Pada aliran tagmemik, suatu kalimat sudah dipilah berdasarkan fungsi, kategori, danperan kata. DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.