16
BAB 1. PENDAHULUAN Rambut adalah struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami keratinisai padat, berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti kantong yang tumbuh ke dalam dermis. Alopesia merupakan salah satu penyakit kulit yang masih belum diketahui secara pasti penyebab maupun penatalaksanaannya. Alopesia dapat memberikan dampak negative terhadap penderita, baik secara fisik, psikologik, maupun kosmetik. Menurut mekanisme terjadinya, alopesia dapat terjadi dengan atau tanpa disertai pembentukan jaringan parut (sikatrikal dan non sikatrikal). Kelompok alopesia yang non sikatrikal antara lain alopesia areata, alopesia androgenic, alopesia yang behubungan dengan proses sistemik, serta alopesia traumatik. Diantara alopesia-alopesia tersebut, alopesia areata adalah jenis alopesia yang paling sering dijumpai. 1

Alopesia areata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan alopecia

Citation preview

BAB 1. PENDAHULUAN

Rambut adalah struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami keratinisai padat, berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti kantong yang tumbuh ke dalam dermis.Alopesia merupakan salah satu penyakit kulit yang masih belum diketahui secara pasti penyebab maupun penatalaksanaannya. Alopesia dapat memberikan dampak negative terhadap penderita, baik secara fisik, psikologik, maupun kosmetik.Menurut mekanisme terjadinya, alopesia dapat terjadi dengan atau tanpa disertai pembentukan jaringan parut (sikatrikal dan non sikatrikal). Kelompok alopesia yang non sikatrikal antara lain alopesia areata, alopesia androgenic, alopesia yang behubungan dengan proses sistemik, serta alopesia traumatik. Diantara alopesia-alopesia tersebut, alopesia areata adalah jenis alopesia yang paling sering dijumpai.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiAlopesia areata adalah peradangan yang bersifat kronis dan berulang, yang melibatkan folikel rambut terminal, yang ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp atau kulit yang terdapat rambut terminal lainnya. Kelainan ini ditandai dengan hilangnya rambut (kebotakan) pada satu atau beberapa area, paling sering terjadi pada kepala. Lesi pada umumnya berbentuk bulat atau oval dengan batas tegas, permukaannya licin tanpa adanya tanda-tanda atrofi, skuamasi, maupun siktariks.Saat ini bukti menunjukkan bahwa peradangan folikel rambut di alopesia areata ini disebabkan oleh sel T, antoibodi yang ditemukan pada struktur folikel rambut, yang diperantarai oleh mekanisme autoimun yang terjadi cenderung terjadi secara genetik pada individu.

2.2 EpidemiologiAlopesia areata adalah suatu kondisi jinak dimana pasien tidak merasakan timbulnya gejala, namun dapat menyebabkan gangguan emosi dan psikososial pada individu yang terkena. Dalam suatu studi dilaporkan rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1. Umur alopesia dapat terjadi pada semua usia mulai dari lahir sampai akhir decade kehidupan. Puncak insiden tampak pada usia15-29 tahun.

2.3 EtiologiPenyebab sebenarnya dari alopesia areata belum diketahui, tetapi beberapa faktor atau keadaan patologi yang dianggap berasosiasi dengan penyakit ini antara lain:a. GenetikPentingnya faktor genetik pada alopesia areata ini ditandai oleh tingginya frekuensi pada individu dengan keluarga yang mempunyai riwayat alopesia. Alopesia areata dapat diturunkan secara dominan autosomal, beberapa gen yang terangkai erat misalnya sistem genetik HLA (Human Leucocyte Antigen). b. Kelainan autoimunProses alopesia diperantarai oleh sel T, antibody yang ditemukan di folikel rambut, dimana frekuensinya meningkat pada alopesia areata dibandingkan dengan subyek control. Respon autoantibody adalah target beberapa struktur folikel rambut pada fase anagen. Selubung akar luar adalah struktur yang paling sering, diikuti oleh selubung akar dalam, matriks, dan batang rambut. c. Stigmata atopi (faktor alergi)Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara alopesia areata dengan atopi, terutama alopesia areata berat. Dengan frekuensi sebesar 10-50%. Kelainan yang sering dijumpai berupa asma bronchial, rhinitis, dan/atau dermatitis atopi.d. Gangguan neurofisiologi dan emosionalBeberapa penelitian mendapatkan bahwa terjadinya vasokontriksi pada alopesia areata yang disebabkan oleh gangguan syaraf autonom. Dan pada penelitian lain didapatkan bahwa stress merupakan faktor predisposisi pada beberapa kasus alopesia areata.e. Faktor infeksiBeberapa peniliti melaporkan menemukan mRNA untuk sitomegalovirus pada lesi alopesia, tetapi tidak dikonfirmasi ulang dalam penelitian selanjutnya.f. Gangguan organ ektodermalg. Kelainan endokrinh. Faktor hormonali. Bahan kimiaj. Perubahan musimk. Trauma fisikl. Local skin injury

2.4 PatofisiologiKelainan yang terjadi pada alopesia areata dimulai dari adanya rangsangan yang menyebabkan folikel rambut memasuki fase telogen lebih awal, sehingga terjadi pemendekan siklus rambut. Proses ini meluas, tetapi sebagian rambut menetap dalam fase telogen. Rambut yang akan melanjutkan siklus akan membentuk rambut anagen baru yang lebih pendek, lebih kurus, terletak lebih superfisial. Selanjutnya sisa folikel rambut anagen yang hipoplastik ini akan membentuk jaringan sarung akar dalam dan mempunyai struktur keratin seperti rambut rudimenter. Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai misalnya, berupa batang rambut yang tidak berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh lebih menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih tipis dibandingkan bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation point. Hal ini merupakan tanda patognomonis dari alopesia areata. Bentuk lain berupa rambut yang kurus, pendek, dan berpigmen yang disebut black dots.Lesi yang telah lama tidak mengakibatkan pengurangan dari jumlah folikel. Folikel anagen terdapat di seluruh tempat walaupun terjadi perubahan rasio antara fase anagen dengan fase telogen. Folikel anagen akan mengecil dengan sarung akar yang meruncing tetapi tetap terjadi diferensiasi korteks, walaupun tanpa tanda keratinisasi. Rambut yang tumbuh lagu pada lesi biasanya didaului oleh rambut yang kurang berpigmen.

2.5 Gambaran KlinisLesi alopesia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak halus, licin, dan tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi, maupun skuamasi. Pada tepi lesi tampak exclamation point yang mudah dicabut.Pada awalnya gambaran klinis alopesia berupa bercak atipikal, kemudian bercak menjadi berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk karena rambut yang ronto, kulit kepala tampak berwarna merah muda mengkilat, licin dan halus, tanpa tanda sikatriks, atrofi, maupun skuamasi. Kadang-kadang disertai dengan eritem ringan dan edema di kulit sekitarnya. Gejala subyektif biasanya pasien mengeluh gatal, nyeri, rasa terbakar, atau parestesi seiring timbulnya lesi.Alopesia areata dibagi menjadi 4 tipe, antara lain:a. Tipe Umum, meliputi 83% kasus diantara umur 20-40 tahun, dengan gambaran lesi berupa bercak bulat selama masa perjalanan penyakit. Penderita tidak mempunya riwayat stigmata atopi maupun penyakit endokrin autonomik. Lama perjalanan penyakit biasanya kurang dari 3 tahun.b. Tipe atopik, meliputi 10% kasus yang umunya mempunyai stigmata atopi, atau penyakitnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tipe ini dapat menetap atau mengalami rekurensi pada musim-musim tertentu.c. Tipe kombinasi, meliputi 5% kasus pada umur >40 tahun dengan gambaran lesi bulat atau retikular. Penyakit endokrin dapat ditemukan misalnya diabetes mellitus dan kelainan tiroid.d. Tipe prehipertensif, meliputi 4% kasus, dengan riwayat hipertensi pada penderita, bentuk lesi biasanya retikular.

2.6 Gambaran HistopatologikGambaran spesifik pada alopesia areata berupa miniaturisasi struktur rambut, baik pada fase awal rambut anagen maupun pada rambut telogen yang distrofik. Rambut kebanyakan berada dalam fase anagen. Struktur fase awal rambut anagen tampak mengecil, bulbusnya hanya terletak 2mm di bawah permukaan kulit. Proses keratinisasi rambut tersebut di dalam folikel berlangsung tidak sempurna. Folikel rambut dapat terlihat dalam berbagai ukuran, tetapi lebih kecil dan tidak matang. Struktur fase telogen distrofik tidak mengandung batang rambut atau hanya berupa rambut distrofik yang kecil. Folikel rambut akan berpidah ke dermis bagian atas. Kelenjar sebasea dapat tetap normal atau mengalami atrofi. Terjadi infiltrasi limfosit pada dermis di sekililing struktur rambut yang mengecil. Pada kasus kronis jumlah infiltrate peradangan berkurang, dapat terjadi invasi sel radang ke matriks bulbus dan sarung akar luar awal fase anagen. Infiltrate peradangan tampak tersusun longgar menyerupai gambaran sarang lebah.

2.7 Diagnosis BandingDiagnosis banding dari alopesia areata, yaitu alopesia androgenic, tinea kapitis, dan trikotilomania.

2.8 DiagnosisDiagnosis alopesia areata dilakukan berdasarkan gambaran klinis atas pola mosaik alopesia atau alopesia yang secara klinis berkembang progresif. Selain itu juga ditemukan adanya trikodistrofi, effluvium anagen atau telogen yang luas, dan perubahan pada gambaran histopatologis. Pada stadium akut ditemukan distrofi rambut anagen yang disertai rambut tanda seru (exclamation mark hair) pada bagian proksimal, sedangkan pada stadium kronik didapatkan peningkatan jumlah rambut telogen. Perubahan lain meliputi berkurangnya diameter serabut rambut, miniaturisasi, pigmentasi yang tidak teratur. Tes menarik rambut pada bagian tepi lesi yang positif menunjukkan keaktifan penyakit.Biopsi pada tempat yang terserang menunjukkan adanya peradangan limfositik peribulbar pada sekitar foliker anagen dan katagen disertai meningkatnya eosinofil atau sel mast.

2.9 PenatalaksanaanBeberapa kasus dapat sembuh secara spontan, tetapi pada alopesia areata yang berat umumnya sulit untuk diobati. Beberapa jenis penatalaksanaan dari alopesia areata, yaitu:a. Kortikosteroid topikalDigunakan untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri pada daerah yang terkena. Merupakan imunosupresor yang nonspesifik yaitu Clobetasol propionate, yang digunakan dalam bentuk larutan dengan cara pemakaian 2x1 ml/hari dioles pada seluruh kepala. Lama pengobatan + 3-4 bulan. Selain itu juga dapat diberikan steroid oral 3x2 tablet/hari selama 1-2 minggu. Terapi dikurangi bertahap apabila terdapat perbaikan gejala. Oleh karena pada alopesia areata salah satu penyebab diperantarai oleg reaksi imun, maka secara khusus dapat digunakan steroid secara topical maupun intralesi (Triamsinolon asetonid injeksi). Kontraindikasi dari terapi ini adalah hipersensitivitas, infeksi kulit karena virus atau jamur. Efek samping dari terapi steroid untuk jangka panjang adalah menekan fungsi adrenal, folikulitis, telenagiektasis dan atrofi lokal, pruritus, kulit kering, dan rasa terbakar.

b. AntralinAntralin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut kembali oleh sifat iritannya. Antralin merupakan bahan topikal yang paling banyak dipakai diantara bahan iritan lainnya pada pengobatan alopesia areata. Dengan short contact antralin therapy digunakan krim antralin 1-3%, dioleskan pada daerah yang kebotakan hanya untuk beberapa jamsempai terjadi iritasi kulit kemudian dicuci dengan air dan sabun. Pemakaian ini dilakukan selama + 6 bulan. Umumnya penggunaan antralin ini dikombinasikan dengan minodixil untung hasil yang maksimal.

c. MinoxidilMinoxidil berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut dengan cara memiliki efek mitosis secara langsung pada pada sel epidermis dan memperpanjang kemampuan hidup keratinosit. Selain itu juga diduga mekanisme kerja minoxidil ini dihubungkan dengan hambatan masuknya kalsium ke dalam sel, dimana masuknya kalsium ke dalam sel dapat meningkatkan faktor pertumbuhan epidermis yang menghambat pertumbuhan rambut. Dapat digunakan minoxidil 5% lotion dengan cara dioleskan 2x sehari pada daerah lesi untuk jangka waktu 2-3 bulan sebelum terjadi peningkatan jumlah rambut. Apabila obat dihentikan maka rambut kembali hilang dalam 6 bulan kemudian.

d. FotokemoterapiPsoralen Ultraviolet A merupakan salah satu contoh regimen fotokemoterapi, berfungsi membantu memperbaiki efektivitas dari sinar UV dalam menghancurkan sel-sel peradangan pada kulit. Diberikan 3 hari dalam satu minggu dengan dosis 0,6-0,8 ml/kgBB per oral, 1-2 jam sebelum terpapar sinar Ultraviolet. Dapat pula diberikan seccara topikal, namun cara ini dapat meningkatkan resiko terjadinya photodamaged dan kanker kulit.

2.10 PrognosisPertumbuhan kembali rambut secara spontan terjadi dalam 6 bulan pada 33% kasus alopesia areata, dan 1 tahun pada 50% kasus. Pada awalnya rambut yang tumbuh kembali akan berupa rambut velus yang halus, kemudian akan digantikan rambut yang kuat dan berpigmen. Namun pada 33% kasus akan mengalami alopesia seumur hidupnya. Prognosis buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia awal terkena alopesi yang < 10 tahun, luasnya alopesia, cepat atau lambatnya pengobatan, serta adanya kelainan organ lain misalnya distrofi kuku.

BAB 3. REFLEKSI KASUS

3.1 Identitas PasienNama : An. RUmur: 15 tahunJenis kelamin: Laki-lakiStatus: Belum menikahPekerjaan: PelajarAlamat: Dsn. Calok 2 No.1 ArjasaTanggal Pemeriksaan: 4 April 2014

3.2 Anamnesisa. Keluhan utamaKepala botak setempatb. Riwayat penyakit sekarangPasien mengatakan keluhan rambut yang rapuh dan mudah rontok sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu. Sehingga kepala menjadi botak pada tempat tertentu. Pada awalnya pasien mengeluhkan terasa gatal dan panas pada kulit kepala yang kemudian melebar, tetapi saat ini tidak dirasakan nyeri dan gatal pada kulit kepala yang tidak terdapat rambut.c. Riwayat penyakit dahuluPasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnyad. Riwayat penyakit keluargaTidak terdapat keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasiene. Riwayat pengobatanPasien belum pernah berobat karena keluhan ini

3.3 PemeriksaanStatus generalis: dalam batas normalStatus dermatologis :Pada regio occipital: terdapat rambut yang mudah lepas dan kulit kepala yang tidak ditumbuhi rambut bentuknya bulat + 5x4 cm, selain itu juga ditemukan black dot di sekitar lesi. Tidak didapatkan edema, eritema dan luka pada daerah lesi.

3.4 ResumeAn. R Pasien mengeluhkan adanya rambut yang rapuh dan mudah rontok sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu. Sehingga kepala menjadi botak pada tempat tertentu. Pada awalnya pasien mengeluhkan terasa gatal dan panas pada kulit kepala yang kemudian melebar, tetapi saat ini tidak dirasakan nyeri dan gatal pada kulit kepala yang tidak terdapat rambut. Pada pemeriksaan ditemukan adanya rambut pada regio occipital yang mudah lepas dan kulit kepala yang tidak ditumbuhi rambut bentuknya bulat + 5x4 cm, selain itu juga ditemukan black dot di sekitar lesi. Tidak didapatkan edema, eritema dan luka pada daerah lesi.

3.5 Diagnosis Bandinga. Tinea capitisb. Alopesia areatac. Alopesia androgenikd. Trikotilomania

3.6 Diagnosis KerjaAlopesia Areata

3.7 PenatalaksanaanTriamsinolon asetonide intra lesiAntralin 0.02% krimMinoxidil 2% losion

3.8 PrognosisDubia ad bonam

10