8
Syifa Febriana 2013730181 Jelaskan alur diagnosis dari skenario! ANAMNESIS Keluhan utama dan lamanya keluhan biasanya dapat ditetapkan dalam tahap awal anamnesis, bersamaan dengan tiga informasi esensial mengenai pasien: Usia Beberapa gangguan neurologis berhubungan dengan kelompok usia tertentu. Pada skenario, pasien berusia 30 tahun sehingga perlu dicurigai bahwa nyeri kepala dan kejang yang dikeluhkan pasien merupakan akibat peningkatan tekanan intracranial. Pekerjaan Pasien mungkin mengalami pajanan tertentu terhadap toksin atau agen potensial penyebab penyakit lainnya sehubungan dengan pekerjaannya Kidal atau tidak Untuk mendapatkan informasi mengenai hemisfer serebri dominan Penentuan gambaran waktu timbulnya gejala sangat penting untuk diagnosis patologis: Onset Progresi Durasi Perbaikan Frekuensi (kekerapan) Keluhan Tambahan (Riwayat Penyakit Sekarang) Pertanyaan Sistematik Neurologis

Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neuro

Citation preview

Page 1: Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

Syifa Febriana

2013730181

Jelaskan alur diagnosis dari skenario!

ANAMNESIS

Keluhan utama dan lamanya keluhan biasanya dapat ditetapkan dalam tahap awal anamnesis, bersamaan dengan tiga informasi esensial mengenai pasien:

UsiaBeberapa gangguan neurologis berhubungan dengan kelompok usia tertentu. Pada skenario, pasien berusia 30 tahun sehingga perlu dicurigai bahwa nyeri kepala dan kejang yang dikeluhkan pasien merupakan akibat peningkatan tekanan intracranial.

PekerjaanPasien mungkin mengalami pajanan tertentu terhadap toksin atau agen potensial penyebab penyakit lainnya sehubungan dengan pekerjaannya

Kidal atau tidakUntuk mendapatkan informasi mengenai hemisfer serebri dominan

Penentuan gambaran waktu timbulnya gejala sangat penting untuk diagnosis patologis:

Onset Progresi Durasi Perbaikan Frekuensi (kekerapan)

Keluhan Tambahan (Riwayat Penyakit Sekarang)

Pertanyaan Sistematik Neurologis

Nyeri

Nyeri kepala Nyeri wajah, leher, punggung, ekstremitas

Gangguan Kesadaran

Pingsan, pandangan gelap, kejang Gangguan pola tidur

Disfungsi kognitif dan afektif

Memori, Bahasa

Page 2: Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

Depresi, iritabilitas

Gejala Saraf Kranial

Hilangnya penglihatan, kabur, atau penglihatan ganda Pendengaran, sensasi penghidu dan perasa Vertigo,pening, pusing Masalah-masalah bulbar (menelan, artikulasi, berbicara)

Gejala Ekstremitas

Kesulitan dalam mengangkat, menggenggam, gerakan halus jari Gangguan pola berjalan, kelemahan, atau kekakuan kaki, gangguan keseimbangan Hilangnya sensasi, perubahan sensasi, rasa baal Gerakan involunteer, inkoordinasi

Gangguan Sfingter

Kandung kemih, usus, disfungsi seksual

Gejala Positif dan Negatif

Perbedaan yang valid dapat diperjelas dengan gejala neurologi yang positif atau negative. Gejala negative, atau hilangnya fungsi tertentu, menandakan suatu lesi destruktif pada system saraf. Jadi, sutau kejadian vascular pada salah satu hemisfer serebri umumnya akan menyebabkan hilangnya fungsi tertentu, misalnya paralisis sisi tubuh kontralateral.

Sebaliknya, gejala positif adalah gejala yang mengarah pada lesi iritatif, yaitu area aktivitas listrik abnormal pada system saraf.

Riwayat Penyakit Lainnya

Riwayat Penyakit Dahulu: contohnya hipertensi, keganasan, infeksi. Riwayat Keluarga Riwayat Sosial Riwayat Pengobatan: obat-obatan yang pernah atau sudah dikonsumsi dan apakah

memberikan efek yang diharapkan.

PEMERIKSAAN FISIK

Dalam neurologi, pemisahan antara anamnesis dan pemeriksaan fisik sulit dilakukan dalam praktik, karena sesungguhnya pemeriksaan sudah dimulai sebelum dan selama melakukan anamnesis formal. Banyak yang dapat dipelajari dari kesan awal pasien:

Pola berjalan Ekspresi wajah Genggaman tangan saat bersalaman

Page 3: Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

Cara berbicara

Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan dalam konteks pemeriksaan fisik umum. Hal ini terutama untuk system kardiovaskular dan musculoskeletal. Hal-hal berikut ini penting dinilai:

Nadi, kecepatan dan ritme Tekanan darah Murmur dan bruit- jantung, karotis, kranial atau spinal.

Beberapa komponen pemeriksaan neurologis yang harus diskrining pada setiap pasien:

Tingkat kesadaranMenggunakan Glasgow Coma Scale

Fungsi kognitifFungsi yang terdisribusi seperti atensi dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif yang lebih tinggi, dan konduksi social dan kepribadian. Serta fungsi yang terlokalisasi.

Ekstremitas (motoric dan sensorik)Motorik:– Atrofi– Gerakan Involunter– Tonus– Postur– Kekuatan Otot

Dinilai secara klinis dengan mengklasifikasikan kemampuan pesan untuk mengkontraksikan otot volunteer melawan gravitasi dan melawan tahanan pemeriksa. Skala yang sering digunakan adalah Medical Research Council Scale0 tidak ada kontraksi1 kedutan otot sedikit kontraksi2 gerakan aktif yang terbatas oleh gravitasi3 gerakan aktif dapat melawan gravitasi4 gerakan aktif dapat melawan gravitasi dan tahanan pemeriksa5 kekuatan normal.Kelemahan otot pada neurologi klinis terjadi pada kisaran 3-5Pada pemeriksaan skrining, kekuatan pasangan otot agonis antagonis pada setiap sendi besar penting diperiks. Anggota gerak sisi kanan dan kiri juga harus dibandingkan pada setiap sendi.

Page 4: Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

– Koordinasi– Refleks

Modalitas dasar sensasi yang dinilai pada pemeriksaan klinis adalah:

– Sensasi Posisi– Sensasi vibrasi– Raba dan Tekanan– Suhu dan Nyeri (nosisepsi)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 5: Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

CT scan atau MRI untuk konfirmasi adanya massa/tumor dan lokasinya. Pada pencitraan, penting untuk menentukan apakah terdapat tumor, atau menunjukkan gambaran abses maupun stroke.

CT Scan

CT Scan telah melakukan revolusi dalam pemeriksaan lesi intracranial dan berperan dalam pencitraan medulla spinalis. Kelainan yang dapat dideteksi oleh CT scan meliputi area dengan densitas tinggi, yang mengindikasi darah atau kalsium, dan densitas rendah atau campuran yang terlihat pada berbagai proses patologis lainnya. Satu hal yang penting dari lesi yang tampak pada CT scan kepala adalah apakah lesi tersebut akan memberikan efek massa, yang ditunjukan dengan kompresi ventrikel atau pergeseran struktur garis tengah.

Untuk kasus Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah.

a. CT tanpa kontrasKebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas. Bagian yang hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications. Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau rongga-rongga.

b. CSF yang loculated.Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna.

c. CT dengan kontras :Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas tegas. Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis.

MRI

Teknik ini menyediakan informasi pada area-area yang kurang dapat dilihat dengan CT Scan, misalnya fosa kranial posterior dan tulang belakang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dapat digunakan medium kontras intravena gadolinium.

Angiografi Serebral

Pencitraan sirkulasi karotis dan vertebralis dilakukan dengan menggunakan media kontras yang diinjeksikan pada arteri melalui kateterisasi yang biasanya dimasukkan melalui arteri femoralis dengan bantuan image intensifier.

Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada kasus meningioma adalah adanya pembuluh darah yang memberi darah pada neoplasma oleh caban arteri sistim karotis eksterna. Bila

Page 6: Alur Diagnosis Ske 2 Modul 2

mendapatkan arteri karotis eksterna yang memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali meningioma.Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebutmother and law phenomenon.

Elektroensefalografi

Dilakukan perekaman aktivitas listrik spontan dari otak dengan menggunakan elektroda-elektroda pada kulit kepala.

Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75-85% dari kasus dan 15 - 25% dari penderita dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal. Tumor otak sendiri tidak memberi aktivitas listrik abnormal, hanya neuron-neuron dekat tumor menjadi abnormal sehingga melepas listrik yang membentuk gelombang runcing pada EEG. Keungkinan tumor memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron didekatnya, mungkin dengan tekanan langsung, oedema atau merusak daerahnya. Meningoma raenunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G. Pada kasus-kasus didapatkan 53% dengan focus abnormal. Pada meningioma intraventriculer enam dari delapan kasus menunjukkan EEG yang abnormal.

Pemeriksaan ImunohistokimiaImunohistokimia dapat membantu diagnosis meningioma. Pada pasien dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada Schwannomas) dan glial fibrillary acidid protein (GFAP). Reseptor Progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Bisa juga terdapat reseptor hormon sex yang lain. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.

Selain pemeriksaan penunjang yang telah disebutkan diatas, pungsi lumbal kadang dilakukan untuk menganalisis cairan serebrospinalis. Pemeriksaan petanda tumor juga kadang dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya tumor.

ReferensiDewanto, George at al. 2007. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.Ginsberg, Lionel. 2011. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga Medical Series.