21
 TUGAS HUKUM TELEMATIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM LINGKUP TEKNOLOGI INFORMASI  Nama K elompok : 1. Dedeh Juniarsih (0517032023) 2. Astri Santi (0617032005) 3. Mayang Wulandari (0617032015) 4. Restu Yuniarti (0617032083) 5. Valentina Ambarwati (0617032105) PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA FMIPA

an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi

Embed Size (px)

Citation preview

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 1/21

 

TUGAS HUKUM TELEMATIKA

PERLINDUNGAN KONSUMENDALAM LINGKUP TEKNOLOGI INFORMASI

 Nama Kelompok:

1. Dedeh Juniarsih

(0517032023)

2. Astri Santi (0617032005)

3. Mayang Wulandari(0617032015)

4. Restu Yuniarti (0617032083)

5. Valentina Ambarwati

(0617032105)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER 

JURUSAN MATEMATIKA FMIPA

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 2/21

 

UNIVERSITAS LAMPUNG

2009

2

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 3/21

 

ABSTRAK 

 Perlindungan hukum terhadap konsumen menyangkut dalam banyak aspek kehidupan

terutama dalam aspek ekonomi konsumen banyak sekali mengalami kerugian.

 Keruian-kerugian tersebut dialami karena kurangnya perlindungan bada hukum yang 

melindungi secara pasti posisi konsumen yang merasa dirugikan. Oleh karena itu

dalam bahasan kali ini kami mencoba mengulas berbagai aspk tersebut dalam sebuah

rangkuman serta membahas dengan memberikan contoh kasus yang terjadi disekitar 

kita sehingga dapat dibuktikan bahwa posisi konsumen saat ini ada dalam level bawah

 yang masih sangat membutuhkan perhatian lebih baik oleh pemerintah ataupun pihak 

 yang berwenang.

3

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 4/21

 

A. LATAR BELAKANG

Teknologi informasi menjadi kebutuhan yang mendasar bagi kita pada saat ini baik 

dalam lingkup social, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya.

Dalam ligkup sosial, penggunaan telepon sebagai media komunikasi sangat membantu

manusia untuk dapat berkomunikasi antar individu, ataupun antar kelompok 

(teleconference). Tidak hanya telepon, media komunikasi lainnya baik yang dapat

memberi fasilitas komunikasi secara dua arah ataupun satu arah dapat pula memberi

kemudahan-kemudahan bagi para penggunanya.

Sedangkan dalam lingkup politik, e-government sangat membantu dalam penyebaran

informasi di suatu pemerintahan. Teknologi informasi juga sangat membantu dalam

lingkup ekonomi saat ini, sebagai contohnya yakni seperti e-commerce, e-bussiness,

dan e-banking yang memungkinkan berbagai kalangan di berbagai belahan dunia dapat

saling melakukan aktivitas ekonomi dalam waktu yang singkat tanpa harus bertemu

secara langsung dan melakukan perjalanan yang jauh.

Pada bidang pendidikan, e-learning dan internet tentulah sangat membantu dalam

 proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dengan adanya e-learning, proses

 belajar mengajar tidak lagi harus dilakukan dalam sebuah ruangan yang terdiri dari

 pengajar dan siswanya; akan tetapi siswa dapat berada dimanapun, kapanpun dan ia

akan tetap mendapat informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan adanya sarana

internet, para siswa dapat dengan mudah mencari bahan pelajaran dan kini tidak lagihanya berpatokan pada buku yang ada diperpustakaan namun sudah mulai berkembang

 pada buku-buku yang ada di dunia.

Selain itu, teknologi informasi juga sangat mempengaruhi budaya masyarakat saat ini.

Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang dengan mudah mengenal

4

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 5/21

 

adanya budaya yang terdapat dalam dunia ini serta dapat dengan mudah menerima

adanya perbedaan budaya asing tersebut.

Konsumen dalam lingkup Teknologi Informasi dari berbagai segi seperti yang telahdisebutkan di atas memerlukan perlindungan hukum. Sebab seringkali terjadi hal-hal

yang merugikan bagi konsumen dan parahnya, konsumen tersebut tidak mengetahui

kepada siapa ia dapat meminta pertanggungjawban atas kerugian yang dideritanya.

Oleh karena itu, diperlukan adanya jaminan dari produsen yakni misalnya garansi

 produk, dan jaminan dari pemerintah yakni berupa undang-undang yang dapat

memberikan kedudukan yang lebih kuat bagi konsumen.

5

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 6/21

 

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai perlindungan hukum terhadap

konsumen dalam dunia teknologi informasi dari segi ekonomi, yakni hal-hal yang

mencakup:

1. Perlindungan konsumen dalam lingkup e-commerce sangat dibutuhkan hal ini

dikarenakan pelaku tindak penipuan melalui e-commerce sulit diidentifikasi

sehingga hal ini menyebabkan kerugian bagi berbagai pihak terutama pihak 

konsumen dan penjual. Oleh karenanya, perlindungan konsumen dalam lingkup e-

commerce diperlukan.

2. Perlindungan konsumen dalam lingkup e-banking, dimana konsumen dalam hal ini

adalah nasabah bank yang akan sangat dirugikan akibat adanya pelanggaran yang

dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab misalnya yakni dengan

mengambil uang tanpa sepengetahuan pemilik tabungan dari nasabah suatu bank 

dengan menggunakan account pribadi nasabah tersebut.

3. Perlindungan konsumen dalam lingkup transaksi online. Dalam bertransaksi secara

online, pihak konsumen sering kali mengalami banyak kerugian yang diakibatkan

oleh banyak pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun demikian, pihak penjual

 juga sering dirugikan karena ulah pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut.

6

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 7/21

 

C. PEMBAHASAN

Dalam Black’s Law Dictionary, pengertian konsumen diberi batasan yaitu “….  A

 person who buys goods or services for personal family or householduse, with no

intention of resale; a natural person who uses products for personal rather than

business purposes.” (Edmon Makarim, S.H., S.Kom, Kompilasi Hukum Telematika.

 Halm 315). Jadi, berdasarkan pengertian tersebut, konsumen adalah orang yang

membeli suatu produk hanya untuk digunakan olehnya (pemakai akhir), bukan

untuk dijual kembali.

Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk 

 badan hukum, maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dan

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri

maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam

 berbagai bidang ekonomi. (Pasal 1 butir 3 UUPK)

Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak 

maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yangdapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh

konsumen. (pasal 1 butir 4 UUPK)

Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan

 bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. (pasal 1 butir 5 UUPK)

Perlindungan terhadap konsumen yang akan kami bahas adalah mengenai e-

commerce, e-banking serta transaksi online yang sering kali riskan terhadap

 penipuan dan penyelewengan didalamnya serta kurangnya perlindungan yang

melindungi konsumen dalam aspek ekonomi tersebut.

7

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 8/21

 

Sesuai dengan pasal 2 Undang-undang dasar Nomor 8 Tahun 1999 tentang

 perlindungan konsumen, terdapat 5 prinsip umum perlindungan konsumen.

a. Prinsip manfaat. Segala upaya perlindungan konsumen harus memberi manfaat bagi konsumen dan pelaku usaha.

 b. Prinsip keadilan. Konsumen dan pelaku usaha hendaknya mendapat haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Prinsip Keseimbangan. Perlindungan konsumen diharapkan dapat memberikan

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah.

d. Prinsip keamanan dan keselamatan konsumen. Memberikan jaminan atas

keamanan dan keselamatan konsumen dalam menggunakan suatu produk 

 barang/ jasa.

e. Prinsip kepastian hukum. Baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum

dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen.

Pada Pasal 1365 KUHPerdata terdapat empat unsur yang apabila terpenuhi, maka

suatu pihak dapat dimintai pertanggungjawaban hukum, yaitu: unsur kesalahan,adanya kerugian yang diderita, dan adanya hubungan kasualitas antara kesalahan

dan kerugian. Dengan adanya pasal ini, apabila hal tersebut terpenuhi, maka

sesungguhnya seseorang dapat menuntut suatu pihak ke pengadilan.

1. ELECTRONIC COMMERCE

 Pendahuluan

Keuntungan dari e-commerce adalah karena seorang pembeli tidak perlu bepergian

keluar rumah sehingga dapat menghemat penggunaan Bahan Bakar Minyak atau

BBM dari kendaraan bermotor yang biasa digunakan untuk transportasi, hal ini

8

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 9/21

 

 juga bisa mengurangi polusi udara dan pemanasan global (global warming)

tentunya.

Keuntungan lain dari e-commerce bagi seorang konsumen antara lain lebih efisienwaktu karena dengan browsing pada suatu situs e-commerce dan kemudian

mengetikkan barang yang dicari lebih cepat daripada harus mengelilingi suatu toko

atau mall. Selain itu, proses pembayarannya juga instan yaitu bisa dengan kartu

kredit bisa juga dengan transfer ATM, dan e-banking, serta e-payment seperti e-

gold, paypal, stormpay, moneybooker, dan lain sebagainya.

 Permaasalahan

Dalam lingkup telematika, khususnya dalam hubungan komunikasi elektronik 

global, maka semua pihak yang menggunakan sistem teknologi tersebut sebenarnya

dapat dikatakan adalah konsumen dari sistem elektronik itu sendiri. Selama ini,

masyarakat mengira dalam e-commerce ini hanya melihat konsumen yang membeli

 produk dari si pedagang lah yang merupakan konsumen dari suatu sistem e-

commerce. Namun, sebenarnya pedagang pun juga merupakan konsumen dari

sistem teknologi informasi itu sendiri.

Jadi, sebenarnya dalam sistem e-commerce ini yang sepatutnya bertanggung jawab

adalah dari pihak developer / pengembang/ penyelenggara sistem elektronik yang

 bersifat mutlak yakni, sepanjang sistem e-commerce tersebut diyakini dapat

 berjalan sebagaimana mestinya, maka barulah tangung jawab beralih ke pihak yang

menggunakan.

Dalam  E-Commerce, masalah perlindungan konsumen merupakan aspek yang

cukup penting untuk diperhatikan, karena beberapa karakteristik khas E-Commerce

akan menempatkan pihak konsumen pada posisi yang lemah atau bahkan dirugikan

sebab:

9

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 10/21

 

Perusahaan / penjual di Internet (the Internet merchant) tidak memiliki alamat

secara fisik di suatu negara tertentu, sehingga hal ini akan menyulitkan

konsumen untuk mengembalikan produk yang tidak sesuai dengan pesanan;

Konsumen sulit memperoleh jaminan untuk mendapatkan service atau repair;

Produk yang dibeli konsumen ada kemungkinan tidak sesuai atau tidak 

kompatibel dengan persyaratan lokal (loca1 requirements);

Dengan karakteristik   E-Commerce seperti ini konsumen akan menghadapi

 persoalan hukum yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran, kontrak, dan

 perlindungan terhadap data-data individual konsumen yang diberikan kepada pihak 

 perusahaan. Undang-undang perlindungan konsumen masing-masing negara seperti

yang dimiliki Indonesia tidak akan cukup membantu, karena  E-Commerce

 beroperasi secara lintas batas (borderless).

Konsumen seringkali menjadi penipuan E-commerce. Apalagi jika perusahaan di

Internet (the Internet Merchant) tidak memiliki alamat fisik, konsumen sulit

mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Dengan karakteristik 

E-Commerce ini konsumen akan menghadapi persoalan hukum yang berkaitandengan mekanisme pembayaran, kontrak, dan perlindungan terhadap data-data

individual konsumen yang diberikan kepada pihak perusahaan.

Undang-undang perlindungan konsumen masing-masing negara seperti yang

dimiliki Indonesia masih cukup lemah, karena Undang-undang Telekomunikasi dan

KUHP tidak dirancang untuk menghadapi karakter E-commerce yang beroperasi

secara lintas batas (borderless).

Contoh Kasus

(Sumber: Edmon Makarin, S.H., S.kom, Kompilasi Hukum Telematika)

10

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 11/21

 

Gugatan besar pertama yang dihadapi Federal Trade Commission (FTC) dalam

kasus hukum melalui internet adalah kasus the pyramid investment scheme dalam

FTC v. Fortuna Alliance, May 23, 1996. Skema yang ditawarkan Fortuna Alliance

dalam situasinya adalah bahwa setiap investasi sebesar US$ 250, maka konsumen

akan mendapatkan US$5000 per bulan. Pengembalian ini mengakibatkan sekitar 

25.000 konsumen merasa tertipu karena tidak sesuai dengan janji yang ditawarkan.

Di Indonesia dengan skema yang sedikit menyerupai kasus tersebut terdapat skema

arisan berantai yang ditawarkan melalui e-mail, dan terlebih dulu disertai kisah

sukses pihak yang telah mendapatkan dana besar dengan mengikuti kegiatan ini.

Biasanya pihak yang dikirimi e-mail diharuskan menyetorkan sejumlah uang pada

rekening orang yang telah tercantum dalam e-mail, kemudian dia harus

melanjutkan e-mail tersebut ke sejumlah e-mail dengan perintah yang sama.

Kasus lain juga terjadi di New York berkaitan dengan tidak diantarnya barang yang

telah dipesan oleh konsumen. Penipuan terhadap konsumen melalui iklan produk 

yang bertentangan secara hukum juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit

karena melibatkan konsumen di beberapa Negara.

Sehubungan dengan hal itu, Norberth Reich pernah merumuskan bahwa masalah

yang sering dihadapi konsumen adalah meliputi sikap pelaku usaha yang bertindak 

curang pada saat perjanjian jual beli dilakukan, seperti ketidakjelasan isi dari

kontrak standar, produk cacat, dan ketidakpuansan atas jasa yang

ditawarkan., iklan yang menyesatkan, serta permasalahan layanan purna jual .

Jadi, secara umum, permasalahan yang dapat timbul mengenai hak-hak konsumen

adalah:

a. Konsumen tidak dapat secara langsung melihat dan menyentuh barang

yang akan dibeli.

11

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 12/21

 

 b. Kurangya ketersediaan informasi yang berkaitan dengan produk atau

tidak adanya kepastian bahwa konsumen telah mendapatkan informasi yang

 jelas mengenai produk yang dapat membantunya memutuskan apakah

 barang tersebut sesuai dengan kebutuhannya atau bahkan ketersediaan

informasi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan produk.

c. Pembayaran dimuka yang dilakukan konsumen menyebabkan

 pembebanan resiko yang tidak berimbang karena barang belum tentu

diterima atau bahakan diterima dengan keterlambatan, sebab yang ada adalah

 jaminan pengiriman barang bukan penerimaan barang.

d. Metode pembayaran yang menggunakan kartu kredit ataupun electronic

cash menimbulkan kekhawatiran baru,

e. Transaksi yang dilakukan lintas batas Negara menyebabkan terjadinya

kebingungan untuk menggunakan hukum Negara mana yang akan dipakai.

 Solusi 

Dalam kaitan ini, perlindungan konsumen harus dilakukan dengan ditegakkannya

hukum di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan sistem elektronik. Selain

itu, pendekatan internasional melalui harmonisasi hukum dan kerjasama institusi-

institusi penegak hukum juga perlu dilakukan agar proses hukum dapat berjalan

dengan lebih mudah walaupun prosesnya dilakukan secara lintas batas Negara.

Sedangkan dari pihak Pelaku usaha, yakni dalam berbagai transaksi tidak 

semestinya menjual produk yang rusak, cacat atau bekas ataupun yang telah

dimodifikasi dengan tujuan memperolah keuntungan yang lebih. Dan juga, pelaku

usaha tidak semestinya mengirimkan barang yang tidak sesuai dengan iklan

ataupun promosinya. Apabila hal ini terjadi maka semestinya pemerintah dan aparat

 penegak hukum bertindak lebih tegas, cepat dan tepat sebab pelaku usaha dalam

12

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 13/21

 

electronic commerce ini lebih sulit di temukan sehubungan dengan tidak adanya

alamat fisik suatu pelaku usaha dalam e-commerce. Adapun cara agar alamat fisik 

suatu pelaku usaha tersebut dapat diketahui dengan mudah adalah dengan cara :

 pengisian formulir (dengan elektronik) saat mereka ingin membuka usaha di dunia

global ini, setelah itu, sebaiknya sistem dapat memberikan validasi mengenai

alamat fisik tersebut dengan mengidentifikasi alamat ip-nya, apakah dalam

kenyataanya alamat tersebut ada ataukah hanya mereka rekayasa.

Berhubungan dengan keamanan privasi nomor kartu kredit atau pun kartu debet dan

yang tidak kalah pentingnya dalam mengurangi tindak kejahatan yang mungkin

terjadi adalah dari teknologi sistem elektronik itu sendiri. Sebaiknya provider /

 pembangun sistem elektronik dapat semakin mengurangi celah-celah penyusup

yang berniat jahat. Apabila pada berbagai website yang menyediakan fasilitas e-

commerce telah semakin menyempitkan celah-celah tersebut, dan tindak kejahatan

e-commerce telah menurun secara signifikan, tentu saja konsumen yang modern

dan intelek akan lebih memilih e-commerce untuk melakukan transaksi jual beli

mereka.

 Perlindungan konsumen

Dalam pasal 45 UUPK dikatakan bahwa penyelesaian sengketa dapat ditempuh

melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan pihak-pihak yang

 bersengketa.

Jadi, mekanisme penyelesaian sengketa atau perselisihan konsumen dapat terjadi

dengan dua cara, yaitu:

a. Pihak konsumen yang dirugikan dapat mengajukan gugatan melalui peradilan

yang berada di lingkungan peradilan umum, dan

13

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 14/21

 

b. Pihak konsumen yang dirugikan dapat mengajukan gugatan kepada Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) (di luar pengadilan).

Sanksi atas Pelanggaran Undang-undang perlindungan konsumen terdapat padaUUPK Bab XIII yakni dari pasal 60 sampai pasal 63, yang terbagi menjadi tiga

 bagian:

a. Sanksi Administratif 

Merupakan hak yang diberikan UUPK pada BPSK dengan maksimal ganti

kerugian sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atas pelaku usaha

yang melakukan pelanggaran konsumen, yakni meliputi:

- Tidak dilaksanakannya pemberian ganti rugi oleh pelaku usaha kepada

konsumen, dalam bentuk pengembalian uang atau penggantian barang atau

 perawatan kesehatan atau pemberian santunan atas efek pemakaian produk 

yang didertia konsumen.

- Terjadinya kerugian yang disebabkan iklan yang menyesatkan.

- Tidak disediakannya fasilitas purna jual, baik dalam bentuk suku cadangmaupun pemeliharaan produk serta pemberian garansi.

 b. Sanksi Pidana Pokok 

Merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha yang terhadap:

- Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam :

Pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a,b, dan c, 17 ayat (2) dan pasal 18 UUPK, pelanggaran terhadap pasal-pasal tersebut dikenakan sanksi

 pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp

2.000.000.000 (dua milyar rupiah)

- Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam:

14

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 15/21

 

Pasal 11, 12, 13 ayat (1),14, 16 dan 17 ayat (1) huruf d dan huruf f,

 pelanggaran dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)

tahun atau pidana denda maksimal Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

- Sanksi pidana tambahan

Berupa sanksi tambahan di luar sanksi pidana pokok:

o Perampasan barang tertentu

o Pengumuman keputusan hakim

o Pembayaran ganti rugi

o

Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnyakerugian konsumen

o Kewajiban penarikan barang dari peredaran

o Pencabutan izin usaha

2. PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM E-BANKING

Dalam i-banking  , perlindungan terhadap konsumen merupakan yang utama. Bank terlebih dahulu harus dapat memastikan bahwa nasabah teridentifikasi dan

terotentifikasi dengan baik dan benar sebelum melakukan akses ke sistem dan

fungsi layanan perbankan.

Resiko hukum untuk bank yang tidak mematuhi pedoman itu jelas ada dan ini

terkait penerapan UU Perbankan. Dari sisi konsumen, UU Perlindungan Konsumen

dapat diterapkan untuk melindungi nasabah bank. Bila konsumen dirugikan, maka

KUHPerdata dapat diterapkan untuk itu. Menurut Manafe, kegiatan e-banking  ,

terutama dari sisi perlindungan konsumen, bukan tidak ada aturannya sama sekali.

 

3. PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE

15

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 16/21

 

Pada transaksi online, sifat transaksi tidak begitu mendukung pembentukan

kelompok pembela konsumen dengan wewenang dan legitimasi yang dapat

menekan pelaku usaha dan agar pemerintah turut campur tangan dan

mengimplementasikan berbagai jenis perlindungan konsumen. Kelompok pembela

 perlindungan konsumen biasanya dibentuk atas dasar dan dalam batas-batas hukum

wilayah / negara, tanpa melihat apakah hukum tersebut mengijinkan operasinya

dengan jelas ataupun melalui penafsiran hak-hak konstitusional.

Karena sifat borderless transaksi online, peraturan atau campur tangan administratif 

dan kompensasi melalui jalur pengadilan di tiap negara menjadi kurang relevan.

Dengan memperhatikan peran pemerintah dan campur tangan ke dalam sistem

 perlindungan konsumen di seluruh dunia, batas-batas teritori yang dimilikinya akan

tetap membuat konsumen / pembeli online tidak memperoleh pembelaan

sebagaimana yang diperoleh dari teritori realspace di negara dimana dia bertempat

tinggal. Selain itu, kelompok perlindungan konsumen terikat pada batas-batas

negara dan tidak dapat mempengaruhi pengembangan baru karena masalah tersebut

mengharuskan solusi lintas negara. Basis teritori yang dipakai dalam menerapkan

hak dan kewajiban pokok pelaku usaha dan konsumen serta prosedur hukumnya,

membatasi penerapan hukum perlindungan konsumen untuk dipakai di dunia

transaksi online.

Sebagai contoh, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen hanya

dapat dipakai secara terbatas untuk wilayah hukum negara Republik Indonesia.

yang tepat dan ketidakmampuan memahami pasal-pasal kontrak mempengaruhi

keefektifan cara memperoleh hak dan kompensasi hukum. Bahkan upaya untuk 

memindahkan beban penyediaan informasi dan

memperbaiki akses hukum melalui intervensi pengadilan biasanya memukul balik 

konsumen dalam bentuk penaikan harga atau pengurangan pelayanan untuk 

mengganti peningkatan biaya produksi.

16

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 17/21

 

Selain itu terdapat praktik-praktik dimana pelaku usaha mengharuskan konsumen

 pembeli menyetujui pasal-pasal kontrak. Hal seperti ini tidak selalu membantu

konsumen khususnya karena susunan kata dalam pasal kontrak tersebut dibuat

dalam bentuk standar kontrak dimana banyak menggunakan istilah yang tidak 

mudah dipahami, yang membuat konsumen tidak mempunyai pilihan lain kecuali

menyetujui dan menerima pasal-pasal tersebut. Hal tersebut juga disebabkan

konsumen tidak berhasil meminta perbaikan-perbaikan bahkan meskipun konsumen

tersebut menolak kontraknya. Upaya untuk membuat pasal-pasal kontrak online

yang mudah dipahami atau yang menyediakan penjelasan mengenai pasalpasal atau

yang menyoroti hal-hal yang paling penting sebagian dapat diatasi dengan teknik 

menyediakan halaman FAQ pada website.

4. E-GOVERNMENT

PeranTI Dalam Good Government berkaitan dengan peran teknologi informasi

dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government)

sebagian besar departemen/ institusi tampaknya akan memerlukan waktu untuk 

mempersiapkan diri. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan teknologi

informasi di sebagian besar departemen seperti:Dalam konteks penyelenggaraan

 pemerintahan yang lebih baik, teknologi informasi masih dianggap sebagai alat

“pengotomasi proses” yang diharapkan dapat mengurangi proses yang dilakukan

secara manual dibanding sebagai alat yang dapat mengurangi birokrasi.

Dalam konteks partisipasi semua pihak untuk penyusunan kebijakan, teknologi

informasi masih dianggap sebagai alat yang mempermudah pengumpulan informasi

dibanding sebagai alat yang dapat membuka komunikasi dengan pihak luar seperti publik atau instansi lain.

Dalam konteks keterbukaan (transparansi) internal, teknologi informasi masih

dianggap sebagai sarana penyedia akses dibanding sebagai sareana penyediaan

informasi yang lebih spesifik.misalnya dalam konteks pelaksanaan suatu kebijakan,

17

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 18/21

 

teknologi informasi masih dilihat sebagai sarana untuk mempercepat pelaporan

dibanding sebagai sarana untuk membatu proses monitoring.dalam konteks

 peningkatan kualitas suatu kebi akan teknologi informasi masih dilihat sebagai

sarana untuk memperluas sumber informasi dan data dibanding sarana yang dapat

menciptakan keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.

Dari sisi evaluasi pemanfaatan teknologi informasi kondisinya dapat dikatakan

memprihatinkan dengan masih adanya beberapa departemen/institusi yang tidak 

 pernah melakukan audit penerapan teknologi informasi kalau pun ada sebagian

 besar pelaksanaannya masih bersifat ad-hoc. Jika ditelaah lebih lanjut, jenis audit

 penerapan teknologi informasi yang sering dilakukan lebih merupakan audit non-

finansial dibanding audit finansial. Hal ini menunjukkan aspek efektifitas penerapan teknologi informasi lebih mendapatkan perhatian dibandingkan aspek 

efisiensinya. Selain itu, tanggapan departemen/institusi atas keterkaitan audit

manajemen dengan audit teknologi informasi amat rendah, baik yang menyatakan

terkait maupun yang menyatakan tidak terkait. Hal ini perlu diakui lebih lanjut

karena tanggapan ini tidak mendukung kesimpulan sebelumnya, yaitu sebagian

 besar departemen/institusi menyatakan adanya keselarasan visi dan misi institusi

dengan penerapan teknologi informasinya.seperti halnya pada pemahaman akan

tingkat pemanfaatan teknologi informasi, “concern” sebagian besar 

departemen/institusi pemerintah dengan adanya kebijakan nasional lebih tertumpu

 pada adanya aturan tata cara akses informasi oleh pihak luar/publik dibanding pada

adanya panduan bagaimana departemen/institusi harus menempatkan teknologi

informasi untuk review, monitor dan evaluasi.

 Pendekatan Untuk Mempertahankan Keamanan di Cyberspace

Terdapat tiga pendekatan untuk mempertahankan keamanan di cyberspace, pertama

adalah pendekatan teknologi, kedua pendekatan sosial budaya-etika, dan ketiga

 pendekatan hukum. Untuk mengatasi gangguan keamanan pendekatan teknologi

sifatnya mutlak dilakukan, sebab tanpa suatu pengamanan jaringan akan sangat

mudah disusupi, dintersepsi, atau diakses secara ilegal dan tanpa hak.dalam ruang

18

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 19/21

 

siber pelaku pelanggaran seringkali menjadi sulit dijerat karena hukum dan

 pengadilan Indonesia tidak memiliki yurisdiksi terhadap pelaku dan perbuatan

hukum yang terjadi, mengingat pelanggaran hukum bersifat transnasional tetapi

akibatnya justru memiliki implikasi hukum di Indonesia. Dalam hukum

internasional, dikenal tiga jenis jurisdiksi, yakni jurisdiksi untuk menetapkan

undang-undang (the jurisdiction to prescribe), jurisdiksi untuk penegakan hukum

(the jurisdiction to enforce), dan jurisdiksi untuk menuntut (the jurisdiction to

adjudicate).Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal

 beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu : pertama, subjective territoriality, yang

menekankan bahwa keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan tempat perbuatan

dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara lain. Kedua,objective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum

dimana akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat

merugikan bagi negara yang bersangkutan. Ketiga, nationality yang menentukan

 bahwa negara mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan

kewarganegaraan pelaku. Keempat, passive nationality yang menekankan jurisdiksi

 berdasarkan kewarganegaraan korban. Kelima, protective principle yang

menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas keinginan negara untuk melindungi

kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya, yang

umumnya digunakan apabila korban adalah negara atau pemerintah, dan keenam,

asas Universality.

D. SIMPULAN

Dalam perkembangannnya, teknologi informasi sudah menjadi bagian hidup para

masyarakat modern dan masyarakat intelektualitas tinggi. Termasuk dalam hal

mengakses berbagai kebutuhan hidup secara mudah dan efisien. Namun demikian,

walaupun penggunaan teknologi dapat sangat menguntungkan pihak-pihak yang

menggunakannya, dapat pula menjadi sangat merugikan. Jadi, Regulasi Hukum yang

19

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 20/21

 

sifatnya borderless sepertinya sangat dibutuhkan bukan hanya untuk masyarakat

Indonesia, tetapi juga oleh masyarakat dunia.

Regulasi hukum cyber menjadi bagian penting dalam sistem hukum positif secarakeseluruhan. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat perlu segera menuntaskan

Rancangan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) untuk 

dijadikan hukum positif, mengingat aktivitas penggunaan dan pelanggarannya telah

demikian tinggi. Regulasi ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat

demi terciptanya kepastian hukum. RUU ITE sendiri secara materi muatan telah dapat

menjawab persoalan kepastian hukum menyangkut tindak pidana carding, hacking dan

cracking.Untuk selanjutnya setelah RUU ITE diundangkan,Pemerintah perlu pula

untuk memulai penyusunan regulasi terkait dengan tindak pidana siber (Cyber Crime),

mengingat masih ada tindak-tindak pidana yang tidak tercakup dalam RUU ITE tetapi

dicakup dalam instrumen Hukum Internasional di bidang tindak pidana siber,misalnya

menyangkut tindak pidana pornografi,deufamation,perjudian maya,. Untuk hal yang

terakhir ini perlu untuk mengkaji lebih jauh Convention on Cyber Crime 2000, sebagai

instrumen tindak pidana siber internasional, sehingga regulasi yang dibuat akan sejalan

dengan kaidah-kaidah internasional, atau lebih jauh akan merupakan implementasi

(implementing legislation) dari Konvensi yang saat ini mendapat perhatian begitu besar 

dari masyarakat internasional.

20

5/16/2018 an Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/an-konsumen-dalam-lingkup-teknologi-informasi 21/21

 

DAFTAR PUSTAKA

Makarim, Edmon. 2004.  Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Miru, Ahmadi & Sutarman Yodo. 2007.  Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

21