Upload
truongthuan
View
250
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI
(Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Herdi Jayakusumah
NIM.104081002465
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
SURAT PENYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Herdi Jayakusumah
NIM : 104081002465
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri
yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta
bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian
orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Ciputat, 9 Oktober 2010
Herdi Jayakusumah
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI
(STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KOTA BEKASI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
HERDI JAYAKUSUMAH
NIM: 104081002465
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM Suhendra, S.Ag, MM
NIP. 194906021978031001 NIP. 197112062003121001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011
Hari ini Kamis Tanggal 20 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Herdi Jayakusumah NIM: 104081002465 dengan
judul skripsi “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada
Masyarakat Kota Bekasi)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 20 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Suhendra, S.Ag, MM Leis Suzanawatiy SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Dr. Hamja Yahya, MM
Penguji Ahli
Hari ini Selasa Tanggal 15 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan
Ujian Sidang Skripsi atas nama Herdi Jayakusumah NIM: 104081002465 dengan
judul skripsi “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada
Masyarakat Kota Bekasi)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 15 Maret 2011
Tim Penguji Skripsi
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr.Yahya Hamja, MM Suhendra, MM
NIP. 194906021978031001 NIP. 19711206200312100
Ketua Sekretaris
Prof.Dr.Abduk Hamid, MS Leis Suzanawaty, SE, M.Si
NIP. 195706171985031002 NIP. 197208092005012004
Penguji Ahli
Heryanto, SE, M.Si
NIP. 195902231986011002
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Herdi Jayakusumah
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Desember 1985
3. Tinggal di : Bekasi
4. Alamat : Jalan Guntur Raya No.CC4, RT/RW.004/019,
Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
5. Telephone : 021-8849648
II. PENDIDIKAN
1. SD : SD Al-Husna Bekasi
2. SMP : SMP Negeri 1 Bekasi
3. SMA : SMA Negeri 2 Bekasi
4. S1 : UIN Syarif Hidyatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Intra Kampus
1. Humas BEM FEIS (2005-2006)
2. Wakil Ketua BEM FEIS (2006-2007)
3. Anggota KPU UIN (2007)
4. Anggota DPM UIN (2007-2008)
5. Ketua Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) UIN (2007-2008)
Ekstra Kampus
1. Anggota KMPPB Banten (2006-2008)
2. Ketua FL2MI Jakarta (2007-2008)
3. Ketua Divisi Aksi &Advokasi Aliansi MATRAS Tangerang (2007-2009)
4. Ketua Bidang Aksi & Advokasi Aliansi CICAK Bekasi (2009-2013)
ii
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Magang di Bagian Humas & KSI BAPEPAM & LK (2007)
2. Direktur Advokasi LASKIP (2009-Sekarang)
V. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Ayah : Agus Hermawan
2. Tempat & Tanggal Lahir : Garut, 4 Juni 1953
3. Pendidikan Terakhir : FE UNPAD
4. Pekerjaan : Pensiunan PNS Depkeu
1. Ibu : Etty Suhartati
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Februari 1959
3. Pendidikan Terakhir : STAN
4. Pekerjaan : Auditor BPKP
iii
ABSTRACT
The title of this Skripsi is “Analyzing The Factors that Influence
Consumers In Purchase Decision of Sariwangi Tea (Study case of people in
Bekasi City)”. The Program of Bachelor Degree in the Marketing Management
Departemen in the Faculty of Economy and Business in the State Islamic
University Jakarta.
This research aims to analyze factors that influence consumers in making
decision to buy the Sariwangi tea through a study case of people in Bekasi City.
This research uses primary data with 115 respondent. There are 28 variables. The
data were processed using factor analysis, 27 variables can be analyzed further. A
variable excluded because its MSA value less than 0,5. Data from respondents is
processed by SPSS 12.0 For Wondows.
The result of this research shows that the result of 27 variables analyzed
with the model of factor analysis that influences the consumers in making
decision to buy Sariwangi Tea includes eight factors below: psychological factor
with eigen value 5,058, product factor with eigen value 3.218, social factor with
eigen value 2.200, distribution factor with eigen value 1.653, price factor with
eigen value 1.359, promotion factor with eigen value 1.292, individual factor with
eigen value 1.216, service factor with eigen value 1.128.
Keyword: decision to buy psychological factor, product factor, social
factor, distribution factor, price factor, promotion factor, individual factor, service
factor.
iv
ABSTRAK
Judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat
Kota Bekasi). Strata satu (S1), Jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan dalam pembelian teh celup
Sariwangi, studi kasus pada masyarakat Kota Bekasi. Data yang digunakan adalah
data primer. Sample yang diteliti sebanyak 115 responden. Jumlah variabel yang
diteliti adalah 28 variabel. Data yang diolah dengan menggunakan analisis faktor
sebanyak 27 variabel yang bisa dianalisa lebih lanjut. Sisanya 1 variabel
dikeluarkan karena nilai MSAnya kurang dari 0,5. Data yang diperoleh dari
responden diolah dengan menggunakan SPSS 12.0 For Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 27 variabel yang dianalisa
dengan model analisis faktor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian teh celup Sariwangi. Faktor-faktor tersebut terdiri dari 8
faktor yaitu Faktor Psikologis dengan eigen value 5.058, Faktor Produk dengan
eigen value 3.218, Faktor Sosial dengan eigen value 2.200, Faktor Distribusi
dengan eigen value 1.653, Faktor Harga dengan eigen value 1.359, Faktor
Promosi dengan eigen value 1.292, Faktor Individu dengan eigen value 1.216,
Faktor Pelayanan dengan eigen value 1.128.
Kata Kunci: keputusan pembelian, faktor psikologis, faktor produk, faktor sosial,
faktor distribusi, faktor harga, faktor promosi, faktor individu, faktor pelayanan.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
kasih-Nya kita dapat terus mengarungi samudera kehidupan ini dengan nikmat
islam, nikmat iman, nikmat sehat, dan nikmat beramal. Shalawat serta salam kita
sampaikan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada
Masyarakat Kota Bekasi). Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang
telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, terutama:
1. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta.
2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM, selaku Pudek Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
3. Bapak Dr.Yahya Hamja, MM selaku Pembimbing I saya dalam penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Suhendra, MM selaku Pembimbing II saya dalam penulisan skripsi
ini dan selaku Kajur Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta
5. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si, selaku Sekjur Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta
6. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
7. Kedua orang tua saya Bapak Agus Hermawan dan Ibu Etty Suhartati.
8. Adik saya Herlani Wijayani, S.Psi, M.Psi
Ciputat, Maret 2011
Herdi Jayakusumah
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………………i
Abstract ……………………………………………………………………..…iii
Abstrak …………………………………………………………………..….…iv
Kata Pengantar ………………………………………………………...………v
Daftar isi ……………………………………………………………………… vi
Daftar Tabel …………………………………………………………………...viii
Daftar Gambar…………………………………………………………………x
Daftar Lampiran ……………………………………………………………….xi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penelitian ………………………………………………1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………....4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………………………..4
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Pemasaran ………………………………………………….6
B. Konsep-Konsep Pemasaran ……………………………………………7
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen …………......8
D. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian ……………………………..…....19
E. Penelitian Terdahulu …………………………………………..………22
F. Kerangka Pemikiran …………………………………………..……….25
G. Hipotesis……………………………………………………..…………28
Bab III Metode Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………29
B. Metode Penentuan Sampel ………………………………….…………..29
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………..30
D. Metode Analisis Data …………………………………….......................32
E. Operasional Variabel ……………………………………………………37
vii
Bab IV Penemuan Dan Pembahasan
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………40
1. Sejarah Perusahaan……………………………………………….40
2. Sejarah Minuman Teh……………………………………………47
3. Gambaran Umum Kota Bekasi…………………………………...54
B. Pembahasan Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas……………………56
C. Pembahasan Hasil Kuisioner…………………………………………60
D. Pembahasan Analisis Faktor………………………………………….88
1. Menentukan Variabel Yang Telah Ditentukan……………………88
2. Menguji Variabel yang Telah Ditentukan………………………...89
3. Melakukan Factoring dan Rotasi………………………………....93
4. Interprestasi Atas Faktor Yang Terbentuk………………………112
BabV Kesimpulan Dan Implikasi
A. Kesimpulan ………………………………………………………….115
B. Implikasi…………………………………………………………..…117
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….120
Lampiran-lampiran ………………………………………………………….122
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
4.1 Hasil Uji Reliabilitas 57
4.2 Hasil Uji Validitas 58
4.3 Proporsi Responden Berdasar Jenis Kelamin 60
4.4 Proporsi Responden Berdasar Usia 60
4.5 Proporsi Responden Minum Teh Setiap Hari 61
4.6 Proporsi Responden Minum Teh Sariwangi 62
4.7 Citarasa Produk Teh Sariwangi 63
4.8 Aroma Produk Teh Sariwangi 64
4.9 Rasa Khas Teh Sariwangi 65
4.10 Warna Teh Sariwangi 66
4.11 Tingkat Kekentalan Teh Sariwangi 67
4.12 Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian
Teh Sariwangi 67
4.13 Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat
Produknya 68
4.14 Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi 69
4.15 Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan 70
4.16 Iklan Produk Teh Sariwangi 71
4.17 Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi 72
4.18 Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi 73
4.19 Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi 74
4.20 Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen 75
4.21 Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi 76
4.22 Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 77
4.23 Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi 78
4.24 Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 79
ix
4.25 Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi 80
4.26 Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi 81
4.27 Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi 82
4.28 Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 83
4.29 Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 83
4.30 Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi 84
4.31 Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi 85
4.32 Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 86
4.33 Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 87
4.34 Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi 88
4.35 KMO and Bartlett's Test 89
4.36 KMO and Bartlett's Test 91
4.37 Communalities 94
4.38 Total Variance Explained 99
4.39 Componen Matriks 101
4.40 Rotated Componen Matriks 104
4.41 Component Transformation Matriks 111
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler 9
2.2 Model Perilaku Konsumen 15
2.3 Proses Keputusan Pembelian 19
2.4 Kerangka Pemikiran 26
3.1 Model Skala Likert 31
3.2 Operasional Variabel 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
I Uji validitas 122
II Uji Reliabilitas 122
III Deskriptif Statistik Responden 123
IV Analisis Faktor 130
V Kuesioner Penelitian 136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alam dan
mempunyai ketersediaan lahan yang luas untuk menunjang kegiatan pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam upaya pemenuhan
kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia. Adanya pembangunan
pertanian berarti telah memberikan sumbangan yang besar dalam
pembangunan nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu
pembangunan pertanian akan mendukung upaya dalam pemenuhan kebutuhan
pangan yang ditunjang oleh adanya peranan industri pengolahan pangan
sehingga akan dapat menyediakan kebutuhan pangan baik dalam bentuk
makanan maupun minuman (Husodo, 2004).
Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan sumber daya alam
memiliki potensi pertanian dan perkebunan, salah satu hasil perkebunan yang
ada di Indonesia adalah produk teh, dari data yang di publikasikan oleh ATI
(Asosiasi Teh Indonesia) dalam situs ANTARA tingkat produksi teh
Indonesia tahun 2009 mencapai 120.000 ton per tahun atau memenuhi sekitar
5,8 persen kebutuhan dunia dengan luas kebun 148.000 hektar, teh
menyumbangkan devisa 110 juta dollar per tahun. Tingkat konsumsi teh dunia
yang semakin meningkat merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh negara-
negara produsen seperti Indonesia.
2
(http://www.antaranews.com/berita/1266686222/produk-teh-indonesia-siap-
hadapi-cafta).
Teh adalah adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi
yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang
dikeringkan. Dalam penelitian ini, agar dapat mempersempit sebuah
permasalahan mengenai konsumen yang selalu mengkonsumsi teh celup,
maka perlulah dipilih sebuah produk yang dijadikan obyek dalam penelitian
ini. Dari sekian banyak produk dan merek dipasar lokal, maka peneliti
mengambil produk teh celup Sariwangi sebagai obyek dalam penelitian ini,
dengan pertimbangan bahwa teh celup Sariwangi pada Tahun 2006 & 2007
Sariwangi memperoleh ICSA Award yang diselenggarakan oleh majalah
SWA dan Frontier. Tahun 2006 Sariwangi memperoleh penghargaan
Packaging Consumer Branding Award (kategory “emas”) yang diadakan oleh
majalah SWA, majalah Mix, Landor, dm Associates, dan Imago School of
Modern Advertising.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Priyono (2001), dengan
judul, " Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam
Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang (Study Kasus Pada PT Ikan
Dorang Surabaya)", menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng merek ikan
dorang adalah faktor harga, ketersediaan, diskon, rekomendasi dari orang
kepercayaan, warna dan ukuran kemasan, rasa, kestabilan rasa dan merek,
gaya berbelanja, kadar kolesterol, dan mineral tambahan, kemasan tembus
3
pandang. Faktor yang paling dominan dalam penelitian ini adalah faktor
ketersediaan, harga, dan diskon.
Dalam penelitian lainnya Susana (2000), dengan judul, " Analisis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi perilaku Konsumen Dalam Membeli Film
Kamera Merek Fuji Di Kotamadya Surabaya", menyimpulkan bahwa
konsumen dalam membeli film kamera merek Fuji dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: keluarga, mutu, harga, merek, pelayanan, lokasi penjualan,
negara pembuat, promosi, dan situasi pembelian. Semua faktor tersebut
berpengaruh secara positif, dan faktor yang paling dominan adalah faktor
promosi.
Penelitian yang dilakukan oleh Rastini (2001), yang meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menginap di hotel berbintang
tiga yang mengemukakan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi yaitu
lingkungan, personal traits, kondisi fisik, sosial dan referensi, produk,
promosi, budaya, harga, individu, dan proses.
Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
terlihat bahwa sangat banyak faktor yang mempengaruhi atau melatar
belakangi sebuah perilaku konsumen dalam mengambil sebuah keputusan
pembelian terhadap suatu produk baik itu berupa produk berwujud atau yang
tidak berwujud (Jasa).
Melihat begitu pentingnya sebuah penelitian untuk mengetahui faktor--
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil sebuah
keputusan untuk membeli sebuah produk maka atas dasar latar belakang
4
masalah tersebut maka saya mengambil sebuah judul untuk penelitian saya
dengan judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP
SARIWANGI (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KOTA BEKASI)".
B. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas maka
perumusan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah
Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian produk teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, secara umum penelitian
ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh celup
Sariwangi di Kota Bekasi.
5
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis: sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
ekonomi.
b. Manfaat praktis
1) Masyarakat, sebagai acuan bagi masyarakat dalam mengetahui
sebuah produk yang baik.
2) Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam
sebuah dunia bisnis. Pemasaran banyak memiliki arti atau definisi yang
berbeda-beda, namun akan bermuara pada sebuah kesepakatan tentang arti
pemasaran itu sendiri. Pemasaran itu sendiri berasal dari kata "Pasar", yang
memiliki arti merupakan sesuatu yang abstrak, bukan sesuatu yang
memungkinkan terjadinya transaksi, tapi pada intinya pasar itu sendiri
merupakan tempat bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran.
Pemasaran menurut beberapa ahli dikemukakan sebagai berikut, menurut
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat dalam Philip Kotler (2007:6),
pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan
dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan para pemilik sahamnya.
Dari definisi tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemasaran
dilakukan oleh individu-individu dan organisasi. Tujuan pemasaran adalah
memberi kemungkinan, memudahkan, dan mendorong adanya pertukaran.
Tujuan pertukaran itu sendiri adalah untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan manusia.
7
B. Konsep-Konsep Pemasaran
Dalam konsep pemasaran terbagi menjadi beberapa konsep yang
menjelaskan berbagai filosofi di dalam ilmu pemasaran. Konsep pemasaran
tersebut terdiri dari: konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan,
konsep pemasaran, konsep pemasaran masyarakat.
Konsep produksi menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk
yang tersedia diana-mana dan murah (Philip Kotler, 2007:18). Dalam konsep
ini menjelaskan bahwa konsumen sangat menyukai sebuah produk yang
mudah di dapat dan harganya relatif murah.
Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk-
produk yang menawarkan ciri yang paling bermutu, berprestasi, atau inovatif
(Philip Kotler, 2007:18). Hal yang dapat diambil dari konsep ini adalah
menyatakan bahwa konsumen sangat respons terhadap produk yang
menawarkan sebuah ciri yang lebih unggul dibandingkan dari pesaingnya.
Konsep penjualan memberikan penjelasan bahwa para konsumen dan
bisnis, jika ditinggalkan sendiri biasanya tidak akan membeli cukup banyak
produk-produk organisasi Oleh karena itu, organisasi harus melakukan usaha
penjualan dan promosi yang agresif (Philip Kotler, 2007:18). Dalam konsep
ini konsumen berpandangan bahwa konsumen akan membeli banyak produk
bila produsen mengimbanginya dengan usaha penjualan dan usaha promosi
yang gencar.
Konsep Pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan
organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih
8
efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Philip
Kotler, 2007:19). Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu:
pasar sasaran, kebutuhan konsumen, pemasaran terpadu, dan profitabilitas.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut para. ahli sangatlah berbeda-beda,
salah satunya menurut Kotler (2007:213), yang menjelaskan bahwa perilaku
konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi
menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa,
gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan
memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran,
menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Oleh sebab
itulah memahami perilaku konsumen dan mengenal kebutuhan dan keinginan
mereka sangatlah tidak pernah sederhana.
Dari definisi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagai
produsen mereka harus mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya.
Dengan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap sebuah
produk, maka produsen dapat mempengaruhi- konsumen agar mereka dapat
membeli produknya, pada saat mereka membutuhkannya.
9
Berikut ini adalah sebuah gambar yang menggambarkan model perilaku
konsumen yang menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh
konsumen untuk membeli:
Gambar 2. 1
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler
Sumber : Philip Kotler, 2007 – 226
Model ini disebut juga dengan model of Buyer Behavior, menjelaskan proses
terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian.
Model ini diawali dengan rangsangan pemasaran (marketing stimuli) yang terdiri
dari:
Rangsangan
Pemasaran
Produk &
Jasa
Harga
Distribusi
Komunikator
Rangsangan
Pemasaran
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Psikologi
Konsumen
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Memori
Karakteristik
Konsumen
Budaya
Sosial
Personal
Proses
Keputusan
pembelian
Pengenalan
masalah
Pencarian
Informasi
Penilaian
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
paska
pembelian
Pilihan
produk
Pilihan merek
Pilihan dealer
Jumlah
pembelian
Saat yang
tepat
melakukan
pembelian
Metode
Pembayaran
Proses
Keputusan
10
1. Produk (Product), yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen,
baik secara kualitas dan kuantitasnya.
2. Harga (Price), merupakan seberapa besar harga sebagai pengorbanan
konsumen dalam memperoleh manfaat yang diinginkan.
3. Distribusi (Place), bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat
sampai ke tangan konsumen dengan mudah.
4. Promosi (Promotion), yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga
keunggulan produk dapat sampai kepada konsumen.
Rangsangan marketing tersebut, dalam hal ini dilengkapi dengan adanya
rangsangan-rangsangan lain-lain, yang meliputi:
1. Ekonomi (Economic), dalam hal ini adalah daya beli yang tersedia dalam
suatu perekonomian yang bergantung pada pendapatan pada tingkat dan
distribusi yang berbeda-beda.
2. Tehnologi (Technology), dalam ini menjelaskan bahwa dapat membentuk
hidup manusia serta dapat memberi dampak positif atau negatif dalam
kehidupannya.
3. Politik dan hukum (Political), menjelaskan bahwa keadaan politik dan hukum
sangat mempengaruhi stabilitas dan situasi yang sangat berpengaruh pada
keputusan pembelian.
4. Budaya (Cultural), meliputi keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dibentuk
oleh masyarakat dimana mereka dibesarkan yang dapat bergeser mengikuti
model atau trend terbaru.
11
Terdapat karakteristik pembeli, dimana mendorong konsumen untuk
melakukan proses pengambilan keputusan membeli barang sehingga konsumen
mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli. Karakteristik pembeli
tadi juga dapat disebut sebagai faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku
konsumen dalam melakukan pembelian. Faktor-faktor tersebut secara lebih jelas,
dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Faktor budaya, dalam faktor ini terbagi-bagi lagi budaya itu sendiri menjadi
beberapa sub variabel, penjelasan mengenai sub-sub bagian tersebut adalah
berikut ini:
a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar. Meliputi kumpulan berbagai nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku, kebiasaan.
b. Sub-budaya, masing-masing dari budaya terdiri dari sub-sub budaya yang
lebih kecil lagi. Dimana memberikan memberikan ciri lebih banyak dan
sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub budaya meliputi:
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
c. Kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen,
yang hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, perilaku
yang serupa.
12
2. Faktor Sosial, Merupakan faktor yang timbul dari lingkungan sosial konsumen
tersebut. faktor-faktor sosial meliputi, sebagai berikut:
a. Kelompok acuan, merupakan sebuah kelompok yang memiliki pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, yang
meliputi: rekan kerja, teman dekat, teman sekomunitas, kelompok
keagamaan, dan sebagainya.
b. Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam mayarakat. Disebabkan keluarga merupakan kumpulan orang-orang
terdekat konsumen tersebut.
c. Peran dan status, peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan
oleh seseorang. Sedangkan status adalah kedudukan seseorang dalam
sebuah lingkungan.
3. Faktor individu, Perilaku pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karateristik tersebut meliputi sebagai berikut:
a. Usia dan tahap siklus hidup, perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi
oleh usia konsumen tersebut, dan juga kebutuhan juga dipengaruhi oleh
usia konsumen. Semakin tua makan kebutuhan akan semakin besar.
Sedangkan tahap siklus hidup merupakan pembagian dari periode
hidupnya.
b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi, jenis pekerjaan sangat mempengaruhi
pola kebutuhan, semakin baik jenis pekerjaan konsumen, maka tingkat
kebutuhan dan keinginannya akan semakin besar. Lingkungan ekonomi
juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen hal ini berkaitan dengan
13
penghasilan, semakin besar penghasilan maka akan semakin besar pula
kebutuhan.
c. Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang yang di ekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup juga menggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkunganya.
d. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian merupakan karakteristik
psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan
tanggapan relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkunganya.
4. Faktor psikologis, Dalam perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa
bagian psikologis seorang manusia, rneliputi:
a. Motivasi atau dorongan, merupakan dorongan dari diri sendiri untuk
melakukan sebuah aktivitas. Dalam hal ini adalah dorongan untuk
melakukan pembelian.
b. Persepsi, merupakan proses yang digunakan seorang individu untuk
memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan-masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
c. Pembelajaran, meliputi perubahan perilaku yang terjadi pada diri
seseorang yang didasarkan pada pengalaman.
d. Keyakinan dan sikap, keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang
dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap merupakan evaluasi,
perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan
atau merugikan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek
atau gagasan.
14
Menurut Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.J ihalauw (2005:14), menjelaskan
bahwa perilaku konsumen dalam membuat sebuah keputusan pembelian
menggunakan semua faktor yang ada, baik internal maupun eksternal. Berikut ini
adalah menggambarkan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah produk serta apa yang
terjadi setelah mengkonsumsinya. Dalam model tersebut tergambar dengan jelas
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian, dan
juga proses konsumen dalam melakukan keputusan pembelian tersebut.
15
Gambar 2.2
Model Perilaku Konsumen Menurut Ristiyanti dan John Ihalauw
Pengaruh
Internal :
1. Kebutuhan
dan motivasi
2. Kepribadian
3. Psikografis
4. Persepsi
5. Pembelajaran
6. Sikap
Konsumen
1. Kebutuhan
atribut
produk.
2. Sikap
3. Persepsi
4. Gaya hidup
Pengaruh
Eksternal :
1. Keluarga
2. Kelas sosial
3. Budaya dan
sub budaya
4. Kelompok
acuan
5. komuniikasi
pemasaran
Sumber : Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005 : 14
Mencari dan
mengevaluasi
Menentukan
alternatif-
alternatif
Menentukan
pilihan dan
memutuskan
membeli
Membeli
Prilaku pasca
membeli
Desonansi pasca
membeli
Puas atau tidak
puas
16
Melihat dari model tersebut, maka dapat dikatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian adalah
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari:
kebutuhan dan motivasi, kepribadian, psikografis, persepsi, pembelajaran,
sikap. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: keluarga, kelas sosial, budaya
dan sub budaya, kelompok acuan, dan komunikasi pemasaran.
1. Faktor atau pengaruh internal yang meliputi beberapa item tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kebutuhan dan motivasi, kebutuhan adalah esensi dari konsep
pemasaran modern. Dalam hal ini kebutuhan meliputi; kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan sosialisasi, dan kebutuhan aktualisasi.
Sedangkan motivasi daya dorong untuk berperilaku dan perilaku itu
mengarah kepada tujuan tertentu.
b. Kepribadian, merupakan esensi yang mencerminkan perbedaan
individu. Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan dalam waktu
yang lama. Serta kepribadian itu dapat berinteraksi dengan situasi.
c. Psikografis, menurut Mowen didalam Ristiyanti dan John Ihalauw,
psikografik merupakan kajian tentang apa yang mernbentuk seorang
konsumen secara psikologis. Ada dua konsep dalam psikografik yaitu;
memberi gambaran mengenai ciri-ciri psikologis konsumen yang
mengarah pada identifikasi kepribadian konsumen, memandang
psikografis sebagai kajian tentang activity (aktivitas), Interest (minat),
17
dan opinions (pendapat). Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa
psikografis dapat menggambarkan gaya hidup seseorang konsumen.
d. Persepsi, merupakan proses di mana sensasi yang diterima oleh
seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan diinterpretasikan.
e. Pembelajaran, merupakan perubahap perilaku yang relatif tetap, yang
terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Pembelajaran dapat disebut
pula dari sebuah akibat pengalaman dalam sebuah kejadian.
f. Sikap, merupakan langkap yang bersifat permanen yang
mempengaruhi perilaku seseorang konsumen dalam bertindak.
2. Sedangkan faktor atau pengaruh eksternal pada kosnumen yang
menyebabkan konsumen membeli sebuah produk, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Keluarga, sangat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi
sebuah produk. Dalam artian individu-individu yang ada didalamnya
adalah sebagai referensi konsumen untuk mengetahui sebuah produk.
b. Kelas sosial, merupakan pembagian masyarakat berdasarkan kriteria
tertentu. Keias sosial dengan kriteria ternetu dapat dilihat melalui
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan. Adapun
dalam penerapanya sebuah kelas sosial sangat pembagiannya sangatlah
berbeda-beda berdasarkan sudut pandang yang dianut oleh masyarakat
tersebut.
c. Budaya, merupakan keyakinan, nilai-nilai, perilaku, dan obyek-obyek
materi yang dianut dan digunakan oleh komunitas atau masyarakat
18
tertentu ( Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005:184). Budaya meliputi;
kebiasaan masyarakat, keyakinan, dan nilai-nilai adat.
d. Kelompok acuan, kelompok acuan dapat diartikan sebagai dua atau
lebih orang yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan tertentu
baik bersifat pribadi dan tujuan bersama. Kelompok acuan dalam
kaitannya konsumen membeli sebuah produk meliputi: keluarga dan
sanak keluarga, teman dekat, kelompok sosial formal atau rekan
sekomunitas, kelompok kerja atau rekan kerja, kelompok belanja.
e. Komunikasi pemasaran, pada dasarnya adalah praktik yang dilakukan
untuk memberikan atau sating bertukar informasi. Komunikasi
pemasaran dapat dilakukan melalui pemasaran langsung, periklanan,
promosi penjualan, dan sebagainya.
Menurut James F. Engel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard, didalam
Saladin (2003:19), menjelaskan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen. Yaitu pengaruh lingkungan yang terdiri dari; budaya,
kelas sosial, keluarga, dan situasi. Pengaruh individu yang terdiri dari;
motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan
demografi. Proses psikologis terdiri dari; pengolahan informasi, pembelajaran,
perubahan sikap, dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minas utama
dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
19
D. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian
Menurut Kotler, 2000:190, untuk sampai pada tahap pembelian, terdapat
langkah-langkah dalam proses pembelian dengan suatu. tahapan. Proses
pengambilan keputusan meliputi serangkaian tahapan meliputi: identifikasi
kebutuhan, pencarian alternatif, evaluasi alternatif, perilaku pembelian, dan
perilaku puma beli. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 3
Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Phillip kotler, 2000:193
1. Identifikasi masalah: merupakan proses dimana pembeli mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan yang timbul dari ransangan internal atau
rangsangan eksternal.
2. Pencarian informasi: konsumen yang tertarik terhadap sebuah produk akan
mencari informasi mengenai produk tersebut.
3. Evaluasi alternatif: sesudah mendapatkan informasi mengenai produk
tersebut, maka dibuatlah evaluasi untuk memilih satu atau beberapa
alternatif
4. Keputusan membeli: sesudah mengevaluasi sebuah produk dan melihat
secara jelas produk tersebut, maka konsumen membuat keputusan untuk
membeli sebuah produk.
5. Evaluasi purnabeli: Setelah melakukan pembelian terhadap sebuah produk,
konsumen merasakan sebuah tingkat kepuasan atau tingkat ketidakpuasan.
Identifikasi
Masalah
Pencarian
alternatif
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
membeli
Evaluasi
Purna beli
20
Sesudah melalui serangkaian tahapan dalam melakukan proses pembelian,
maka selanjutnya melakukan sebuah keputusan pembelian bagi konsumen
dalam model diatas, dijelaskan konsumen terdapat lima keputusan pembelian
pada konsumen, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemilihan produk, maksudnya menjelaskan bahwa konsumen dapat
melakukan pemilihan produk sekehendak mereka.
2. Pemilihan merek, konsumen bebas memilih merek yang mereka anggap
cocok untuk dikonsumsi.
3. Pemilihan saluran distribusi, konsumen dapat memilih mereka
menggunakan jasa saluran distribusi yang mereka anggap cocok.
4. Pemilihan waktu pembelian, konsumen dapat memilih waktu yang mereka
anggap tepat dalam melakukan pembelian.
5. Pemilihan jumlah pembelian, konsumen bebas berkehendak untuk
menentukan jumlah barang yang akan mereka beli.
Dalam pengambilan keputusan konsumen sangatlah berbeda-beda.
Bergantung pada jenis keputusan pembelian tersebut. Maka dalam perilaku
saat melakukan pembelian terbagi dalam beberap jenis, yaitu:
1. Perilaku pembelian yang rumit, dalam jenis ini konsumen memiliki
keterlibatan yang tinggi. Tahapan pembelian dalam jenis ini terbagi
menjadi tiga; pertama konsumen mengembangkan keyakinan tentang
produk, kedua ia membangun sikap tentang produk tersebut, ketiga ia
membuat pilihan pembelian yang cermat.
21
2. Perilaku pembelian pengurang ketidakyamanan, keterlibatan konsumen
dalam jenis perilaku pembelian ini sangat terlibat. Dalam pembelian ini
konsumen banyak mempertimbangkan harga dan tidak peka terhadap
merek serta kualitas sehingga langsung dengan cepat membelinya, sesudah
itu terjadilah disonansi (ketidaknyamanan) sesudah merasakan produk
tersebut.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan, dalam jenis pembelian ini terjadi
karena konsumen membeli karena telah terbiasa membeli sebuah produk,
bukan akibat kesetiaan terhadap sebuah merek.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi, dalam jenis pembelian ini
konsumen selalu melakukan pembelian dengan berganti merek, bukan
karena mencari kepuasan namun mencari keragaman dari berbagai merek.
Dalam melakukan keputusan pembelian sebuah produk, konsumen sangat
dipengaruhi oleh berbagai hal. Disamping faktor-faktor yang ada pada atribut
produk, kondisi internal konsumen, dan juga kondisi eksternal konsumen. Hal
tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi deregulasi, konvergensi tehnologi, dan
evolusi cepat proses pembelian. Dari beberapa penyebab seperti deregulasi,
konvergensi tehnologi, dan evolusi cepat proses pembelian, menyebabkan
para produsen saling berkompetisi untuk merebut minat konsumen. Pada
akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi kompetensi bisnis mereka. Dalam
hal ini para produsen akan melakukan empat langkah kompetensi kepada para
konsumen meliputi: produsen akan menjadi terlibat dalam menarik konsumen
aktif, memobilisasi masyarakat untuk menjadi konsumen, mengelola
22
keragaman konsumen, produsen perlu merevisi beberapa hal mekanisme pasar
harga dan sebagainya. (Prahalad dan Ramaswarmy, 2009:24). Apabila hal
tersebut dilaksanakan akan terjacli perubahan pads perusahaan tersebut dalam
peningkatan penjualan produknya.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ritawati Tedjakusuma, Sri hartini, dan
Muryani, dengan judul penelitian "Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Mineral Di
Kotamadya Surabaya". Dengan hasil penelitian menyatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumennya adalah: faktor pendidikan, faktor
penghasilan, faktor harga, faktor kualitas, faktor distribusi, faktor promosi.
Dengan mengunakan alat analisis regresi berganda, menyatakan bahwa faktor-
faktor tersebut berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan
pembelian air mineral dengan nilai F hitung = 34,677> Ftabel= 2,14. serta
dengan koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda
(R squared) sebesar 0,5188. sedangkan faktor yang dominan dalam penelitian
ini adalah faktor harga.
Penelitian yang dilakukan oleh Gandhi Pawitan, yang berjudul "On Use
Of Factor Analysis In Analizing Service Quality performance", tahun
penelitiannya adalah 2008, hal yang diteliti adalah dimensi kualitas pelayanan
dengan menggunakan analisis faktor dan metode servqual (service quality).
Menyatakan bahwa ada 6 enam faktor yang terbentuk yaitu: faktor 1
dinamakan Responsiveness, faktor 2 dinamakan Tangibles, faktor 3
23
dinamakan responsiveness, faktor 4 dinamakan reliability, faktor 5 dinamakan
assurance, faktor 6 dinamakan emphaty. Dimana penggunaan analisis faktor
pada penelitian ini adalah untuk melihat 5 dimensi kualitas pelayanan pada
institusi pendidikandan penerapanya pada institusi pendidikan tinggi. 5 faktor
dimensi kualitas pelayanan terbagi menjadi 20 variabel dari tabel total
variance explained, terbentuk 6 faktor. Sesudah itu 6 faktor itu berguna untuk
melihat bentuk (performance) kualitas pelayanan pada institusi perguruan
tinggi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko, dalam judul penelitiannya yang
berjudul, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemakaian
Jasa Warnet Di Kota Jember", dalam penelitian tersebut peneliti
menggunakan metode analisis Regresi linier berganda. Dengan variabel-
variabel bauran pemesaran (produk, harga, promosi, dan distribusi), individu
konsumen (motivasi, persepsi), dan Lingkungan (budaya, kelompok acuan)
sebagai variable X serta keputusan pemakaian jasa warnet sebagai variabel Y.
Dari hasil Uji F menyatakan secara simultan bahwa fakro-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam jasa pemakaian warnet dengan
memperlihatkan nilai Fhitung > Ftabel (30.754 > 3,46), dengan nilai signifikan
0,000 <0,050, dengan demikian secara simultan variabel-variabel X
berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet. Sedangkan
berdasarkan hasil uji T variabel-variabel bauran pernasaran Produk (XI)niali
uji t menunjukkan 0,246, harga (X2) dengan nilai uji t nya 0,266, promosi
(X3) tidak berpengaruh terhadap keputusan pemakian jasa warnet, personal
24
traits (X4) dengan nilai uji t nya 0, 248, place (X5) dengan nilai uji t nya 0,234
terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, process (X6) dengan nilai uji t nya
0,146 secara berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, physical
evidence (X7) dengan nilai uji t nya secara parsial berpengaruh terhadap
keputusan pemakaian jasa warnet, motiVasi (X8) dengan nilai uji t nya 0,239
berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, persepsi (X9) dengan
nilai uji t nya 0,128 berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet,
sikap, (X10) dari hasil uji t nya tidak berpengaruh terhadap keputusan
pemakaian jasa warnet, budaya(X12) dengan nilai uji t nya 0,098 berpengaruh
terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, kelas social (X13) dari hasil uji
tnya nerpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, kelompok acuan
(X14) dari hasil uji t nya 0,084 berpengaruh terhadap keputusan pemakaian
jasa warnet. Hal ini mengindikasikan faktor-faktor diatas berpengaruh
terhadap keputusan pemakian jasa warnet, dan faktor yang paling dominan
adalah faktor produk dengan standar koefisien 0,266.
25
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sebuah sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
secara sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative
solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Abdul Hamid, 2007:27).
kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antar variabel. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu
dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau
lebih (Sugiyono, 2008:88). Alur kerangka pemikiran yang menggambarkan
pengaruh faktor-faktor yang melatar belakangi terbentuknya pengaruh
perilaku konsumen. Faktor-faktor dalam penelitian ini meliputi: faktor produk,
faktor harga, faktor promosi, faktor distribusi, faktor budaya, faktor pribadi,
faktor sosial, faktor psikologi. faktor-faktor tersebut terbagi menjadi 27
variabel. Dimana model analisis yang digunakan adalah model analisis faktor,
yang bertujuan untuk melihat berapa banyak faktor-faktor yang berpengaruh
bagi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh celup
Sariwangi, dalam penelitian ini faktor-faktor yang terbentuk nanti, merupakan
gambaran bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi konsumen
dalam memutuskan membeli sebuah produk.
26
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
konsumen
dalam
keputusan
pembelian teh
Celup
Sariwangi
Faktor Produk Cita rasa produk teh Celup Sariwangi yang
khas.
Aroma teh celup Sariwangi yang khas.
Warna air teh celup Sariwangi.
Faktor Harga Kesesuaian antar harga terhadap manfaat
produk teh.
Harga adalah sebagai pertimbangan akhir
konsumen.
Faktor Promosi Iklan pada produk teh Celup Sariwangi.
Promosi penjualan pada produk teh Celup
Sariwangi.
Pemasaran langsung teh Celup Sariwangi.
Faktor Distribusi Kemudahan dalam memperoleh the Celup
Sariwangi dipasaran.
Pelayanan penjual, ketika konsumen
membeli teh Celup Sariwangi.
Lokasi atau tempat konsumen membeli teh
Celup Sariwangi.
Faktor Budaya Kebiasaan konsumen dalam minum teh.
Faktor Indvidu Usia responden yang mengkonsumsi teh.
Jenis profesi konsumen yang mengkonsumsi
teh.
Tingkat pendidikan konsumen teh Celup
Sariwangi.
Tingkat penghasilan konsumen teh.
Minum teh sebagai gaya hidup.
Faktor Sosial Keluarga sebagai referensi dalam membeli
produk.
Rekan sekerja sebagai referensi dalam
membeli produk.
Rekan sekomunitas sebagai referensi dalam
membeli produk.
Faktor Psikologis Keyakinan diri dalam minum teh.
Dorongan diri dalam minum teh.
Persepsi dalam minum teh.
Pengalaman diri saat minum teh.
27
Keterangan:
1. Faktor produk, dalam penelitian ini obyek penelitiannya adalah para
konsumen yang mengkonsumsi teh, khususnya teh celup Sariwangi. Untuk
menilai tersebut berdasarkan penelitian Wahyudiawan, Ljang Sumarwan,
Hartoyo (2002:60), menyatakan bahwa agar dapat meneliti orang-orang
yang mengkonsumsi minuman, caranya dengan melihat atribut produk
minuman itu sendiri. Atribut produk minuman terdiri dari; citarasa, aroma,
dan warna. Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini faktor
produk variabelnya terdiri dari: citarasa, aroma, dan warna.
2. Faktor harga dalam penelitian ini terdiri dari variabel kesesuaian harga
dengan manfaat produk, dan harga sebagai pertimbangan akhir. Hal itu
sesuai dengan penelitian Ritawati Tedjakusuma, Hartini, dan Sri Mulyani
(2003:45).
3. Faktor promosi, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:
Iklan, promosi penjualan, dan pemasaran langsung..
4. Faktor distribusi, dalam penelitian ini variabelnya terdiri dari: kemudahan
dalam mendapatkan produk, pelayanan penjual, dan lokasi. Pemilihan
variabel tersebut, berdasarkan penelitian dari Ritawati Tedjakusuma,
Hartini, dan Sri mulyani (2003:56).
5. Faktor Budaya, dalam penelitian ini faktor budaya hanya terdiri dari satu
variabel yaitu: kebiasaan. Hal tersebut diambil berdasarkan pada penelitian
Benyamin Parubak, Armanu Thoyib, dan Agus suman (2002:56). Mereka
meneliti tentang keputusan pembelian produk kain Donggala.
28
6. Faktor Individu, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:
usia, profesi, penghasilan, pendidikan, dan gaya hidup. Pengambilan
variabel-variabel tersebut berdasarkan buku Philip Kotler (2000:191).
7. Faktor Sosial, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:
keluarga, rekan kerja, teman dekat, dan rekan sekomunitas. Hal ini
berdasarkan pada buku Philip kotler (2000:189), dan juga berdasarkan
pada buku Ristiyanti dan John Ihalauw (2004:35).
8. Faktor Psikologis, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:
keyakinan, dorongan (motivasi), persepsi, dan pengalaman. Variabel-
variabel tersebut dipilih berdasarkan pada buku hilip Kotler (2000:196).
H. Hipotesis
Diduga faktor produk, harga, promosi, distribusi, budaya, pribadi, psikologi.
merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan
pembelian produk teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bekasi. Hal yang
melatar belakangi diambilnya masyarakat Kota Bekasi, disebabkan luas
daerah kota tersebut cukup memadai untuk dilaksanakan penelitian ini. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam melakukan pembelian teh celup Sariwangi di Kota
Bekasi.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Santoso dan Tjiptono didalam M. Hariwijaya
(2008:35), menjelaskan bahwa; populasi merupakan sekumpulan orang
atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan
yang, membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus, dalam hal ini
populasi yang diteliti terdefinisikan dengan jelas. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat Kota Bekasi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang ada, menurut
Santoso dan Tjiptono, didalam M Hariivyaya (2008:56), menjelaskan
bahwa sampel adalah semacam miniatur dari populasinya. Dalam
30
pengambilan sampel untuk sebuah penelitian dapat digunakan kuesioner,
untuk memperoleh tanggapan dari konsumen yang masuk dalam sampel
yang diteliti. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Accidental sampling, yaitu metode sampel dengan melakukan
pengumpulan data melalui siapa saja yang ditemuinya tidak peduli apakah
responden yang dihubungi memiliki keterkaitan dengan penelitianya
ataupun tidak (Abdul Hamid, 2007:30). untuk menjadi responden, dalam
hal ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi teh celup. dalam penelitian
ini sampel yang ditetapkan sebanyak 145 responden yang dianggap sudah
mewakili.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode dalam mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Sumber data
primer berasal dari masyarakat yang mengkonsumsi teh dengan menggunakan
questionnaire.
1. Data primer, merupakan sumber data yang dilakukan di lapangan, dengan
kata lain data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau
pertama, tidak tersedia dalam bentuk kompilagi atau dalam bentuk file-
file, data harus dicari melalui narasumber atau responden (Jonathan
Sarwono, 2006:8). Tehnik yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode kuesioner yang merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara
31
memperoleh data dari responden dengan mengutarakan atau mengajukan
beberapa pertanyaan tertulis kepada masyarakat. Questionnaire yang akan
diajukan kepada responden berupa sekumpulan pertanyaan tertutup,
dikarenakan jawaban telah tersediakan.
2. Data sekunder, merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti
tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut ( Jonathan sarwono,
2006:11), data tersebut dapat diperoleh dari sumber bacaan yang bisa di
dapat dari; buku, internet, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis,
dan media massa.
Dalam mengetahui pendapat responden dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sudah diajukan. Maka digunakanlah kuesioner sebagai alas
pengumpulan data merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang berguna
untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam hal ini, maka digunakan
pendekatan Skala Likert dengan menggunakan 4 kategori, hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 3.1
Model Skala Likert
Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat tidak Setuju
(SS) (S) R (TS) (STS)
5 4 3 2 1
Sumber: Freddy Rangkuti, 2005:66
32
D. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas berasal dari kata Validity, yang berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2008:172). Suatu skala dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini tehnik
yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson yaitu:
)()((
))((
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Dimana:
X = pertanyaan nomor tertentu
Y = Skor total
N = Jumlah responden
Uji hipotesis untuk validitas tiap butir pertanyaan suatu angket adalah
sebagai berikut:
Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya
HI = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya.
Dengan tingkat signifikan 5 %, dengan Rhasil < Rtable = maka Ho.
tidak ditolak, sedangkan jika Rhasil, ≥ Rtable = maka H1, butir pertanyaan
valid.
Reliabilitas adalah menunjuk pada adanya konsistensi dan
stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu, reliabilitas berkonsentrasi
33
pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya (Jonathan Sarwono,
2006:218). Reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Alpha,
yaitu: :
Rn = 2
2o 1
1 o
b
k
k
Dimana:
Rn = Relatif instrumen
K = banyaknya pertanyaan
∑ σb2= jumlah varians
σ2= varians total
Dalam penelitian ini menggunakan model analisis, yaitu analisis
faktor, analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
diperkirakan menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan
pembelian teh celup Sariwangi.
2. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah sebuah model, dimana tidak terdapat variabel
bebas dan tergantung. Analisis faktor tidak mengklasifikasi variabel ke
dalam kategori variabel bebas dan tergantung melainkan mencari
hubungan interdependensi antarvariabel agar dapat mengidentifikasikan
dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunya. Analisis faktor
pertama kali dilakukan oleh Charles Spearman, dengan tujuan utrama
analisis faktor adalah menjelaskan hubungan diantara banyak variabel
dalam bentuk beberapa faktor, faktor-faktor tersebut merupakan besaran
acak (random quantities) yang dapat diamati atau diukur secara langsung.
34
Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau
dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel yang akan
menjadi kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat
interdepedensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut
faktor. Sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang
dominan atau penting untuk dianalisis lebih lanjut (Jonathan Sarwono,
2006:202). Persamaan atau rumus analisis faktor adalah sebagai berikut:
X1 = Ai1 F1 + Ai2F2 + A13F3 + Ai4 F4 + ......... + ViUi
Dimana:
Fi = variabel terstandar ke-I
Ail = koefisien regresi dari variabel ke I pada common faktor I
Vi = koefisien regresi terstandar dari variabel I pada faktor unik ke I
F = Common faktor
Ui = variabel unik untuk variabel ke I
M = jumlah common faktor
Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut:
Fi = WiX1 + Wi2X2 + Wi3 X3 + …..+ Wik Xk
Dimana:
Fi = faktor ke I estimasi
WI = bobot faktor atau skor koefisien faktor
X K = jumlah variabel
Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi
yang terkait dengan metode statistik korelasi:
35
a. Besar korelasi atau korelasi antar independet variabel harus cukup
kuat.
b. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap
tetap variabel yang lain.
c. Pengujian sebuah matriks korelasi diukur dengan besaran Barlett Test
Of Spericity atau dengan Measure Sampling Adequacy (MSA).
Setelah sampel didapat dan uji asumsi terpenuhi, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan proses analisis faktor. Proses tersebut
meliputi:
a. Menguji variabel apa saja yang akan dianalisis.
b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan
Bartlett Test of Sphericity dan MSA.
c. Melakukan proses inti analisis faktor, yakni factoring, atau
menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah
lolos pada uji variabel sebelumnya.
d. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang
terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke
dalam faktor tertentu.
e. Interpretasi atau faktor yang telah terbentuk, yang dianggap bisa
mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
f. Validasi atas hasil faktor untuk mengtahui apakah faktor yang
terbentuk telah valid.
36
Tahap pertama dalam analisis faktor adalah dengan menilai mana saja
variabel yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya.
Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, dan
kemudian pada variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian.
Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang mempunyai
kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, variabel tersebut
akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Sebaliknya,
variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel yang lain, akan
cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu.
Uji KMO dan Bartlett Test, memiliki beberapa hal yaitu angka KMO
haruslah berada diatas 0,5 dan signifikan harus berada dibawah 0,05.
sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1, dengan
kriteria:
a. MSA= 1, Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang
lain.
b. MSA > 0,5, Variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
c. MSA < 0,5, Variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
Setelah satu atau lebih faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi
sejumlah variabel, mungkin saja sebuah faktor berisi sejumlah variabel yang
split ditentukan akan masuk ke dalam faktor mans, maka proses selanjutnya
adalah dengan melakukan proses rotasi yang akan memperjelas kedudukan
sebuah variabel didalam sebuah faktor.
37
E. Operasional Variabel
Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan
maksud menhindari kemungkinan adanya makna ganda, sekaligus
mendefinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran
dan cara pengukurannya (Abdul Hamid, 2007:32). Jadi, operasional variabel
merupakan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada,
dan juga merupakan penjelasan-penjelasan mengenai variabel-variabel yang
menjadi kajian dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa variabel yang berjumlah 27 variabel.
Gambar 3.2
Operasional variabel
No Variabel Sub
variabel
Indikator Skala
1 Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
konsumen
dalam
keputusan
pembelian teh
Celup
Sariwangi
Produk Cita rasa produk teh
Celup Sariwangi yang
khas.
Aroma teh celup
Sariwangi yang khas.
Warna air teh celup
Sariwangi.
Ordinal
Harga Kesesuaian antar harga
terhadap manfaat
produk teh.
Harga adalah sebagai
pertimbangan akhir
konsumen.
Ordinal
Promosi Iklan pada produk teh
Celup Sariwangi.
Ordinal
38
No Variabel Sub
variabel
Indikator Skala
Promosi penjualan pada
produk teh Celup
Sariwangi.
Pemasaran langsung teh
Celup Sariwangi.
Distribusi Kemudahan dalam
memperoleh teh Celup
Sariwangi dipasaran.
Pelayanan penjual,
ketika konsumen
membeli teh Celup
Sariwangi.
Lokasi atau tempat
konsumen membeli teh
Celup Sariwangi.
Ordinal
Budaya Kebiasaan konsumen
dalam minum teh.
Ordinal
Individu Usia responden yang
mengkonsumsi teh.
Jenis profesi konsumen
yang mengkonsumsi
teh.
Tingkat pendidikan
konsumen teh Celup
Sariwangi.
Tingkat penghasilan
konsumen teh.
Minum teh sebagai gaya
hidup.
Ordinal
Sosial Keluarga sebagai
referensi dalam membeli
produk.
Rekan sekerja sebagai
referensi dalam membeli
produk.
Rekan sekomunitas
sebagai referensi dalam
membeli produk.
Ordinal
Psikologis Keyakinan diri dalam
minum teh.
Dorongan diri dalam
minum teh.
Persepsi dalam minum
Ordinal
39
No Variabel Sub
variabel
Indikator Skala
teh.
Pengalaman diri saat
minum teh.
40
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan PT.Unilever Indonesia
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5
Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33
yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini
disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No.
14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di
Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan
dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi
tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi,
S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT
Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman
dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari
1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998
Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari
41
Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981
pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003,
para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan
mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10
per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46
yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan
disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen,
margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim,
makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan
pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82
yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000,
perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa
penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia
dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.
Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
42
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan
perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan
perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di
bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus
cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura
dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian
dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru
yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan
impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos
Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad
mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte.
Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat
untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia
Singapore Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8
Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham
minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari
Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku
pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara
perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21
Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT
KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang
43
sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest).
Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan
setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum
yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No.
740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah
menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan
industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan
“Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan
Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.
Berikut adalah perjalanan dari PT.Unilever Indonesia dari awal
mulai usaha:
1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers
1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta
1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV –
Angke, Jakarta
1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya
1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II)
1965-66 Di bawah kendali pemerintah
1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang
penanaman modal asing
44
1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta
1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya
1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik
Rungkut, Surabaya
1990 Terjun di bisnis teh
1992 Membuka pabrik es krim
1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi
1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut
1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang
2000 Terjun ke bisnis kecap
2001 Membuka pabrik teh – Cikarang
2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta
2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar
2004 Terjun ke bisnis makanan ringan
2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang
2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah
45
Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup, memenuhi
kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari
dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman,
berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan.
Jalinan yang mengakar dalam budaya dan pasar setempat di
seluruh dunia telah menghasilkan hubungan yang kuat dengan para
pelanggan dan merupakan dasar yang sangat berguna untuk pertumbuhan
Unilever di masa mendatang. Unilever akan membawa kekayaan ilmu
pengetahuan dan keahlian internasional Unilever untuk dapat melayani
konsumen setempat - multinasional multilokal sesungguhnya dengan
sebaik-baiknya.
Keberhasilan jangka panjang Unilever memerlukan komitmen
terhadap standar pelaksanaan dan produktivitas bermutu tinggi, terhadap
kerjasama yang harus dilakukan secara efektif, dan terhadap keinginan
untuk menerima gagasan baru dan belajar secara terus menerus.
Unilever juga yakin bahwa untuk mencapai keberhasilan
diperlukan standar etika usaha pada masing-masing orang yang bekerja
bersama Unilever, masyarakat yang berinteraksi dengan Unilever serta
lingkungan tempat Unilever melakukan kegiatan usaha.
Inilah cara yang Unilever lakukan dalam mencapai pertumbuhan
secara berkesinambungan dan menguntungkan, menciptakan nilai jangka
panjang bagi para pemegang saham, karyawan dan para mitra usaha
Unilever.
46
Berikut ini adalah jabaran dari misi Unilever Indonesia:
Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi
kebutuhan dan aspirasi konsumen
Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan
komunitas.
Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang
tinggi.
Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan
dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang
saham.
Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada
masyarakat dan lingkungan hidup.
Prinsip bisnis Unilever menjabarkan standar operasional yang
harus dilaksanakan oleh semua karyawan Unilever di seluruh dunia, yang
mendukung pendekatan Unilever terhadap tata kelola dan tanggung jawab
perusahaan.
47
2. Sejarah Minuman
Sejarah minuman teh penulis dapatkan melalui sebuah situs
www.food-info.net, situs www.food-info.net merupakan sebuah situs yang
berisi informasi seputar makanan dan gizi yang dikelola secara resmi oleh
Universitas Wageningen Belanda.
Bangsa Cina telah minum teh selama 5.000 tahun. Asal mula teh
pada awalnya masih merupakan legenda . Legenda yang paling terkenal
adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung (diucapkan „Shay-Nung').
Penemuan teh olehnya belum ditempatkan secara tepat dalam sejarah,
yaitu pada tahun 2737 sebelum masehi.
Selama ribuan tahun, bangsa Cina meminum teh untuk kesehatan
dan kenikmatan. Tidak seorangpun tahu apa yang menyebabkan mereka
tertarik dengan daun hijau serta mengkilap dari Camellia sinensis , tetapi
legenda popular dapat memberi pengetahuan kepada kita.
Pada suatu hari, ketika Kaisar Shen Nung akan minum air
mendidih, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin dan
jatuh di panci berisi air mendidih tersebut. Sang Kaisar ingin tahu dan
memutuskan untuk mencicipi air rebusan yang tidak menyerupai minuman
tersebut. Kaisar menemukan air rebusan itu sedap dan menyegarkan tubuh.
Legenda dari India menghubungkan penemuan teh dengan
biarawan Bodhidharma. Sang biarawan sangat kecapekan setelah
mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam keputus-asaan dia
48
mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, yang dengan serta-
merta menyegarkannya kembali.
India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi
tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad
kesembilan belas. Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak
pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu.
Mitologi lain dari Jepang mengenai biarawan yang bertapa,
Bodhidharma, menjelaskan bagaimana ia membuang kelopak matanya
yang berat ke tanah karena merasa frustasi tidak mampu untuk tetap
terjaga. Pohon teh tumbuh dimana ia membuang kelopak matanya.
Dedaunan dari pohon yang baru tumbuh ini secara ajaib menyembuhkan
kepenatannya.
Teh bukan asli dari Jepang, maka mitologi ini tidak memberikan
penjelasan untuk keberadaanya secara mendadak di Jepang. Realitanya
kurang beragam: di awal abad kesembilan, seorang biarawan dari Jepang
yang pulang dari pengembaraan, bernama Dengyo Daishi membawa biji
tanaman teh dari Cina.
Metode pembuatan teh dengan panci terbuka yang diperkenalkan
oleh Kaisar Shen Nung terbukti setelah sekian lama waktu berjalan. Hal
tersebut membutuhkan waktu 4.000 tahun sebelum metode pembuatan teh
yang kita kenal sekarang dikembangkan.
Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), bangsa Cina mulai membuat
teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur
49
tradisional dari China yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang
sempurna.
„Teh' dengan segala variasinya di dunia dalam pengejaan dan
pengucapan berasal dari sumber tunggal. „ Te ', berarti „teh' dalam dialek
Cina Amoy. Bahasa Cina nasional dari kata teh, „ cha ', juga menghasilkan
beberapa turunan kata lain di dunia.
Teh masuk ke Eropa pada awal abad ketujuhbelas. Dibandingkan
kelebihan teh dalam hal pengobatan, bangsa Eropa lebih memilih aroma
kopi. Hanya diantara beberapa golongan kecil dari kaum bangsawan, yang
mempopulerkan teh.
Pada awal abad ketujuh belas pedagang dari bangsa Belanda dan
Portugis pertama kali memperkenalkan teh ke Eropa. Pedagang Portugis
mengirimkan dengan kapal dari pelabuhan Cina, Macau, sedangkan
pedagang Belanda membawanya dari Indonesia ke Eropa.
Minuman baru yang datang bersamaan dengan muatan sutera dan
rempah-rempah ini tidak mengalami sukses dalam sekejap.
Bangsa Eropa mencicipi teh, tetapi mereka lebih memilih aroma
kopi. Sedangkan pedagang Inggris menunggu hingga tahun 1652 sebelum
akhirnya mulai memperdagangkan teh.
Bangsa Rusia merupakan penggemar awal teh. Teh yang mereka
konsumsi datang melalui jalur darat dari Cina menggunakan kereta yang
ditarik oleh unta.
50
Ketika penggemar teh di Rusia meningkat, barisan unta yang
membawa teh semakin memanjang.
Pada akhir abad kedelapan belas, beberapa ribu kereta yang ditarik
unta, kira-kira 200-300 kereta pada satu saat menyeberangi perbatasan
Cina.
Jalur kereta api lintas Siberia menggantikan kereta yang ditarik
unta, tetapi perjalanan romantik tersebut menyisakan ingatan yang popular
atas campuran lembut teh hitam Cina yang terkenal sebagai Karavan
Rusia.
Pada abad ketujuhbelas di Eropa, tak satupun yang menolong
penjualan teh selain pelanggan dari keluarga kerajaan.
Acara minum teh menjadi istimewa pada tahun 1662, ketika Raja
Charles II dari Inggris menikah dengan Catherine dari Braganza, seorang
putri berkebangsaan Portugis dan seorang penggemar teh. Catherine
mengawali tradisi minum teh dalam istana, dengan menggunakan
mangkuk dan teko teh transparan buatan Cina – dan segera para anggota
istana lain mengikuti caranya.
Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah
menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut
pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik.
Pada abad ketujuh belas di Eropa, teh merupakan produk praktis
yang memiliki kegunaan besar. Kebanyakan air tidak layak diminum. Bagi
yang ingin menghindari penyakit, pilihan yang ada tidak membangkitkan
51
semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk
membunuh bakteri.
Di Inggris dan beberapa negara, dimana bir adalah minuman yang
umum untuk sarapan, teh menjadi altenatif lain yang disambut baik. Pada
akhirnya teh menjadi pemuas dahaga yang hangat dan menyegarkan,
penuh rasa, dan aman untuk diminum.
Pada abad kedelapan belas di keluarga kaya, minum teh merupakan
acara dalam perayaan besar.
Daun teh yang bernilai tinggi seringkali disimpan dalam kotak
penyimpanan yang berkunci, dimana hanya ada satu kunci.
Sekali atau dua kali dalam seminggu, nyonya rumah akan membuka
kuncinya dan menghidangkan teh untuk suguhan dalam keluarga, atau
untuk memberi kesan pada tamu istimewa.
Teh disajikan dengan porselin yang memiliki mutu baik, yang
menandakan tingkat kekayaan, selain untuk menambah arti dari perayaan.
Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para wanita untuk memamerkan
kulit mereka yang pucat dan struktur tulang yang lembut dibandingkan
porselin Cina. Dua atribut ini merupakan tolok ukur kemurnian seorang
wanita pada saat itu.
Kehidupan sosial pada awal pertengahan abad kedelapan belas
beralih dari kebiasaan seperti kedai kopi digantikan dengan kebun teh.
Kebun teh menjadi seperti surga: pohon-pohon di tepian jalan, lentera
52
yang menerangi jalan setapak, musik, tarian, kembang api, dan makanan
enak ditemani dengan secangkir teh yang nikmat.
Kebun teh tidak hanya tempat yang menyenangkan, tetapi juga
merupakan tempat untuk pertemuan sosial. Di tempat eksotis ini, keluarga
kerajaan dan rakyat biasa dapat berjalan bersama.
Konsumsi teh meningkat secara dramatis selama awal abad
kesembilan belas. Mode dan penurunan harga membangun pasar yang sulit
dipenuhi oleh para pemasok barang. Untuk menerobos monopoli dari
Cina, perdagangan teh beralih ke India untuk mengisi kesenjangan.
Ketika konsumsi teh meningkat pada awal abad kesembilan belas,
Perusahaan India Timur mencari sumber persediaan baru. Sejak bangsa
Cina memonopoli penamanan teh, solusinya adalah dengan menanam teh
dimana-mana.
Percobaan pertama dengan bibit teh dari Cina dikelola di Assam,
timur laut India. Tetapi eksperimen ini tidak berhasil, meskipun bibit yang
sama tumbuh dengan baik di Darjeeling, India bagian utara.
Kemudian pada tahun 1820, para ahli tumbuh-tumbuhan
menemukan tumbuhan lokal yang belum teridentifikasi. Mereka mengirim
contoh daun ke London untuk dianalisis. Contoh daun tersebut dengan
segera dikenali sebagai teh – tanaman yang pada mulanya tidak dikenal di
India – kemudian lahirlah industri teh India.
53
Sampai pada tahun 1826, teh selalu dijual secara lepas. Hal ini
mengundang niat jahat pengusaha toko untuk mengganti aroma teh dengan
bahan tambahan. Pada tahun 1826, John Horniman mengembangkan (pre-
sealed )pra penutup, kemasan teh dengan penutup dari timah, dimana hal
ini tidak segera menyenangkan para penjual. Mereka lebih memilih untuk
meningkatkan keuntungan dengan kebiasaan yang sudah ada. Horniman
kemudian mencoba cara lain untuk memasarkannya. Dia menambahkan
pesan kesehatan pada kemasan teh dan menjualnya ke apoteker dan ahli
obat. Orang-orang ini dan pelanggannya jauh lebih bisa menerima
pendekatan ini.
Keberadaan teh celup berasal dari kejadian yang tidak disengaja.
Seorang pengimpor teh dari New York bernama Thomas Sullivan
mengirimkan contoh teh kepada para pelanggannya dalam kantung sutera
kecil. Para pelanggan ini menyukai cara yang mudah ini, kemudian
selanjutnya menghendaki semua teh untuk mereka dikemas dalam
kantung.
Setelah 5.000 tahun, konsumsi dan produksi teh terus meningkat.
Di dunia, secara kasar tiga juta ton teh dipanen setiap tahunnya.
Ada dua faktor yang saat ini mengendalikan pasar internasional. Di
negara-negara berkembang, minum teh ditiru dari bangsa Eropa seperti
yang mereka lakukan tiga abad yang lalu. Cara yang nikmat untuk
meminum air dengan aman. Di negara-negara berkembang, keinginan
akan variasi dan aroma baru meningatkan konsumsi teh secara khusus.
54
3. Gambaran Umum Kota Bekasi
Gambaran umum tentang Kota Bekasi penulis dapatkan melalui
situs resmi Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Pada perkembangannya kini
sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2004, Kota Bekasi mempunyai 12
kecamatan, yang terdiri dari 56 kelurahan, yaitu : Kecamatan Bekasi Barat,
Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi
Utara, Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar
Gebang, kecamatan Jatisampurna, Kecamatan Medan Satria, kecamatan
Rawalumbu, kecamatan Mustika Jaya dan kecamatan Pondok Melati.
Selain menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi juga berkembang
sebagai Kota perdagangan, jasa dan industri. Untuk menunjang
perkembangannya, Pemkot Bekasi telah mengembangkan Satuan
Pelayanan Satu Atap (SPSA) yang mendapatkan Citra Pelayanan Publik
Tingkat Nasional. Pemkot Bekasi terus mengembangkan fasilitas-fasilitas
yang mendukung aktifitas masyarakat, seperti pasar tradisional dan
modern, perumahan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan kesehatan.
Dukungan sarana transportasi darat di Kota Bekasi, terus
dievaluasi dan dikembangkan. Bus dan stasiun KA Bekasi telah memiliki
trayek cukup banyak sehingga mobilitas masyarakat, barang dan jasa
sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Memiliki akses langsung ke
pelabuhan Tanjung Priuk dan Bandara Soekarno Hatta melalui jalur bebas
hambatan pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur melintasi Jakarta, atau
sebaliknya. Posisi Kota Bekasi juga semakin penting berada di jalur tol
55
Jakarta Cikampek setelah dibangunnya jalan tol Cipularang, yang
menghubungkan secara cepat antara Bandung dengan Jakarta. Saat ini juga
telah mulai dijalankan pengembangan jalan tol JORR (Jakarta Out Ring
Road) yang menghubungkan tol Jagorawi dengan Cikunir.
Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang
diunggulkan, ini sesuai dengan Visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa
dan perdagangan, kini berkembang sangat pesat. Selain itu, banyak juga
industri kecil yang berkembang dan telah dapat membuka pasar
internasional. Perdagangan ikan hias yang ada di Kota Bekasi saat ini
merupakan komoditi terbesar di Asia Tenggara. Dieksport ke berbagai
negara Australia, Belanda dan Selandia Baru. Sektor industri besar juga
telah menetapkan Kota Bekasi sebagai kawasan perindustrian yang dapat
memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal maupun internasional.
Berkembangnya berbagai potensi daeah di Kota Bekasi, juga tidak
lepas dari adanya fasilitas akomodasi seperti perhotelan. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan sendiri, selalu menyiapkan segala fasilitas
apabila investor akan masuk di Kota Bekasi. Demikian pula fasilitas
perbankan dan perumahan.
56
B. Pembahasan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam melakukan penyebaran kuesioner kepada responden, maka saya
menyebarkan sebanyak 145 buah kepada responden. Dalam hal ini saya
membagi dua sampel yang saya tentukan bahwa dari 145 buah kuesioner yang
saya sebar dan bagi kepada 145 buah responden, 30 buah untuk uji validitas
dan reliabilitas atau dengan kata lain untuk tryout sebanyak 30 buah
responden, sedangkan sisanya sebanyak 115 untuk mengolah data dengan
Analisis Faktor.
Menurut Sugiyono (2008:172), menjelaskan bahwa dalam hal
membedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrument
yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang
terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid.
Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah maka
sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sedangkan menurut Jonathan Sarwono (2006:219),
menjelaskan bahwa dalam menguji validitas atau reliabilitas, untuk melihat
reliabilitas maka cepat dilihat pada nilai Crombach alphanya, sedangkan untuk
melihat validitas maka dapat dilihat padal kolom Corrected Item total
57
Correlation, dengan merujuk pada nilai r tabel, pada tabel korelasi product
moment sebagai acuan untuk melihat valid atau tidaknya suatu instrument.
Hasil uji validitas dan reliabilitas setelah menyebarkan kuesioner
sebanyak 30 orang menyatakan bahwa reliabilitas berada pada angka 0,888 hal
itu terlihat pada tabel dibawah ini bahwa nilai Cronbach Alpha berada pada
angka 0,888 dan 28 butir pertanyaan yang disebarkan dinyatakan reliabel.
Tabel 4.1.
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Alpha
N of Items
,888 28
Berdasarkan dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ke 28 butir
item pertanyaan yang diajukan sudah reliabel. Sedangkan untuk melihat
validitasnya sebuah alat instrument, maka dapat dilihat sejauh mana nilai dari
instrument-instrumen penelitian tersebut. Dalam penelitian ini digunakan 30
orang sebagai responden untuk melihat, benarkah butir-butir pertanyaan yang
digunakan dalam penelitian ini telah tepat atau tidak, untuk dijadikan
instrumen dalam penelitian ini.
58
Tabel 4. 2.
Hasil Uji Validitas
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlatio
n
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Q1 103.7667 62.047 .391 .885
Q2 103.8667 60.740 .503 .883
Q3 103.8333 61.385 .462 .884
Q4 104.1667 61.799 .295 .888
Q5 104.3000 59.528 .613 .881
Q6 104.0333 62.516 .380 .886
Q7 104.0000 62.000 .345 .886
Q8 104.2000 61.131 .398 .885
Q9 104.0667 62.685 .324 .887
Q10 104.1667 61.937 .317 .887
Q11 104.0333 60.930 .401 .885
Q12 104.1000 61.679 .376 .886
Q13 103.8333 61.937 .387 .885
Q14 103.9667 60.309 .519 .883
Q15 103.9333 59.995 .471 .884
Q16 104.2667 59.720 .484 .883
Q17 104.3000 61.321 .398 .885
Q18 104.2000 58.579 .527 .882
Q19 104.2333 57.702 .705 .878
Q20 104.1667 61.454 .331 .887
Q21 104.2333 59.220 .498 .883
Q22 104.0000 60.690 .365 .887
Q23 104.2000 62.510 .336 .886
Q24 104.0667 63.168 .330 .887
Q25 104.1000 59.541 .570 .881
Q26 104.0333 60.033 .413 .885
Q27 104.0667 59.168 .572 .881
Q28 104.0667 58.202 .678 .879
Sumber: Hasil output SPSS
Untuk dapat melihat sebuah instrumen penelitian itu berguna atau tidak,
dapat dilakukan uji validitas terhadap 28 pertanyaan, dengan mengambil
responden sebanyak 30. Selanjutnya adalah besaran nilai tabel r, dengan
ketentuan df = jumlah kasus 30 - 2 (Jonathan Sarwono, 2006:226). Dari
ketentuan tersebut bahwa 30 - 2 = 28, dengan tingkat signifikan sebesar 5 %
59
maka angka atau nilai yang berada pada angka 28 dengan tingkat signifikan 5
% adalah 0,306, berarti untuk sebuah item dari 28 butir pertanyaan tersebut,
maka angka yang dihasilkan haruslah berada diatas 0,306. Dan berdasarkan
hasil dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap item dari 28 butir
pertanyaan nilainya berada diatas 0,306, oleh sebab itu maka dapat
disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan yang berjumlah 28 butir sudah
valid. Dengan demikian instrumen-instrumen yang digunakan dalam ini dapat
dinyatakan valid dan reliabel. Sehingga ke 28 butir pertanyaan tersebut dapat
digunakan untuk keperluan menganalisis selanjutnya
60
C. Pembahasan Kuesioner
Kuesioner yang disebar untuk menguji dengan menggunakan analisis
faktor adalah sebanyak 115 responden. Kuesioner tersebut disebar di beberapa
kelurahan yang berada pada wilayah Kota Bekasi. untuk. itu maka, berikut ini
adalah penjelasan dan analisa mengenai hasil jawaban kuesioner dan juga
gambaran responden yang menjawab kuesioner.
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Proporsi Responden Berdasarkan jenis Kelamin
Keterangan Frekuensi Presentase
Pria
Wanita
43 72
37,4 62,6
Total 115 100
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel diatas jenis kelamim. terbesar yang menjadi
responden adalah wanita dengan total 72 orang sedangkan responden pria
adalah 43 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen wanita lebih
rentan untuk minum teh dibandingkan pria.
b. Tingkat Usia Responden
Tabel 4.4
Proporsi Responden Berdasarkan Usia
Keterangan Frekuensi Presentase
15-20
21-26
27-32
33-38
39-44
45-50
29 38 13 13 6 8
25,2 33,0 11,3 11,3 5,2 6,9
61
Keterangan Frekuensi Presentase
51-56
57-62
5 3
4,3 2,6
Total 115 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel diatas tingkat usia responden yang terbanyak adalah
15 sampai 20 tahun, yang disusul terbanyak kedua adalah : 21-26 tahun yang
menandakan responden terbanyak dengan usia remaja. Disusul dengan usia
27-32 tahun dan 33-38 tahun sebagai terbanyak ketiga dan keempat., 33-38
tahun sebagai tingkat kelima yang, serta disusul dengan tingkat usia 39-44
tahun, 45-50 tahun, 51-56 tahun, dan 57-62 tahun. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kebanyakan konsumen mengkonsumsi teh adalah
konsumen yang berada pada usia remaja dan usia kerja.
c. Intensitas Mengkonsumsi Teh
Tabel 4.5
Proporsi Responden Dalam mengkomsumsi Teh Setiap Hari
Keterangan Frekuensi Presentase
Kadang
Sering
62
53
53,9
46,1
Total 115 100
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel diatas, menjelaskan bahwa kebanyakan para
responden rnengkonsumsi teh hanya kadang-kadang yang menandakan bahwa
mereka jarang mengkonsumsi teh, sisanya 53 orang sering minum teh.
62
d. Tingkat Mengkonsumsi Produk Teh Celup Sariwangi
Tabel 4.6
Proporsi Responden Dalam Mengkonsumsi Teh Sariwangi
Keterangan Frekuensi Presentase
Aktif
Pasif
59
56
51,3
48,7
Total 115 100
Sumber: Data primer yang diolah
Dalam tabel diatas, menjelaskan bahwa proporsi terbanyak responden
mengkonsumsi produk teh Sariwangi secara aktif berjumlah 59 orang, sisanya
56 orang pasif. Hal tersebut menandakan kebanyakan responden
mengkonsumsi teh Sariwangi dan sisannya dengan merek lain. Responden
yang mengkonsumsi dengan merek lain dalam pengisian kuesioner mereka
cara mengisinya berdasarkan pengalaman mereka dalam mengkonsumsi
produk teh Sariwangi
Berikut ini adalah pembahasan hasil kuesioner, berdasarkan pendapat yang
diberikan responden.
63
Tabel 4.7
Citarasa Produk Teh Sariwangi
Q1
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 2.6 2.6 2.6
3.00 11 9.6 9.6 12.2
4.00 80 69.6 69.6 81.7
5.00 21 18.3 18.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 21 orang
menyatakan sangat setuju, 80 orang menyatakan setuju, 11 orang ragu, 3
orang tidak setuju, sedangkan tidak ada yang berpendapat sangat tidak setuju.
Hal ini mengindikasikan bahwa Teh Sariwangi memang rnemiliki citarasa
yang sangat khas dimata konsumen. Menurut Ristiyanti dan Jhon Ihalauw
(2005:70), menjelaskan bahwa cita rasa sangat penting untuk produk-produk
makanan dan minuman. Maka produk makanan dan minuman yang baik
haruslah menekankan citarasanya. Hal ini disebabkan bahwa citarasa
merupakan salah satu atribut produk yang utama pada sebuah produk yang
dikonsumsi oleh seorang konsumen. Dengan adanya citarasa yang khas maka
konsumen akan dapat selalu membeli produk tersebut secara berulang.
Melihat dari hasil jawaban responden maka dapat disimpulkan bahwa Teh
Sariwangi memiliki cita rasa yang baik dimata konsumen.
64
Tabel 4.8
Aroma Produk Teh Sariwangi
Q2
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 18 15.7 15.7 20.0
4.00 74 64.3 64.3 84.3
5.00 18 15.7 15.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 18 orang menyatakan
sangat setuju, 74 orang menyatakan setuju, 18 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 5 orang menyatakan tidak setuju. Menurut Ristiyanti dan John Ihalauw
(2005:70), menjelaskan bahwa aroma sangat mempengaruhi emosi seseorang,
mengingatkan pada pengalaman di masa lampau dan mengurangi stress. Ini
oleh sebagian kalangan saat ini disebut dengan "aroma Therapy", yang
dewasa ini sangat digemari orang. Oleh sebab itulah sebuah produk minuman
terutama minuman penyegar seperti teh, haruslah menciptakan aroma yang
khas, karena produk minuman seperti teh aroma merupakan salah satu atribut
produk yang menonjol. Oleh sebab itulah Dengan aroma yang khas tersebut
maka dapat mempengaruhi emosi konsumen. Teh Sariwangi dimata
responden sebagian menjawab bahwa Teh Sariwangi memiliki aroma yang
khas, Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa produk Teh Sariwangi
memiliki aroma yang khas dimata konsumen.
65
Tabel 4.9
Rasa Khas Produk Teh Sariwangi
Q3
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 6 5.2 5.2 5.2
3.00 14 12.2 12.2 17.4
4.00 73 63.5 63.5 80.9
5.00 22 19.1 19.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 22 orang menyatakan
sangat setuju, 73 orang menyatakan setuju, 14 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 6 orang menyatakan tidak setuju bahwa Teh celup yang responden
konsumsi memiliki rasa teh yang khas, dan rasa teh yang khas itu cocok
dengan selera responden.
66
Tabel 4.10
Warna Produk Teh Sariwangi
Q4
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 16 13.9 13.9 15.7
3.00 37 32.2 32.2 47.8
4.00 50 43.5 43.5 91.3
5.00 10 8.7 8.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 orang menyatakan
sangat setuju, 50 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu,
16 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju
bahwa warna air teh celup yang responden konsumsi berwarna khas dan
bening, dan responden tertarik dengan warna air pada teh celup yang
responden konsumsi.
67
Tabel 4.11
Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi
Q5
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 14 12.2 12.2 12.2
3.00 29 25.2 25.2 37.4
4.00 63 54.8 54.8 92.2
5.00 9 7.8 7.8 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 9 orang menyatakan sangat
setuju, 63 orang menyatakan setuju, 29 orang menyatakan ragu-ragu, dan 14
orang menyatakan tidak setuju produk teh celup yang responden konsumsi
mempunyai tingkat kekentalan atau kepekatan yang khas, dan tingkat kekentalan
atau kepekatan tersebut sangat cocok dengan selera responden.
Tabel 4.12
Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi
Q6
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 13 11.3 11.3 15.7
4.00 73 63.5 63.5 79.1
5.00 24 20.9 20.9 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 24 orang menyatakan
sangat setuju, 73 orang menyatakan setuju, 13 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa harga produk teh celup yang
ditawarkan oleh produsen untuk responden konsumsi, dapat responden beli
dengan harga yang terjangkau.
68
Tabel 4.13
Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya
Q7
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 37 32.2 32.2 36.5
4.00 61 53.0 53.0 89.6
5.00 12 10.4 10.4 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 12 orang menyatakan
sangat setuju, 61 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa produk teh celup yang responden
beli dengan tingkat harga tertentu, telah sesuai dengan manfaat yang
responden peroleh setelah responden mengkonsumsi produk teh celup
tersebut.
69
Tabel 4.14
Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi
Q8
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 11 9.6 9.6 10.4
3.00 30 26.1 26.1 36.5
4.00 65 56.5 56.5 93.0
5.00 8 7.0 7.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 8 orang menyatakan sangat
setuju, 65 orang menyatakan setuju, 30 orang menyatakan ragu-ragu, 11 orang
menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
produk teh celup yang responden pilih untuk responden konsumsi, memiliki
harga yang bersaing dengan produk teh celup lainnya.
70
Tabel 4.15
Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan
Q9
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 9 7.8 7.8 7.8
3.00 32 27.8 27.8 35.7
4.00 63 54.8 54.8 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan
sangat setuju, 63 orang menyatakan setuju, 32 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 9 orang menyatakan tidak setuju bahwa harga produk teh celup yang
ditawarkan oleh produsen pada responden menyakinkan responden untuk
membelinya.
71
Tabel 4.16
Iklan Produk Teh Sariwangi
Q10
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 17 14.8 14.8 15.7
3.00 25 21.7 21.7 37.4
4.00 58 50.4 50.4 87.8
5.00 14 12.2 12.2 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 14 orang menyatakan
sangat setuju, 58 orang menyatakan setuju, 25 orang menyatakan ragu-ragu,
17 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak
setuju bahwa Iklan yang ada di Televisi atau pun radio tentang produk teh
celup, membuat reponden memperoleh informasi tentang produk tersebut,
sehingga responden dapat membeli produk teh celup tersebut.
72
Tabel 4.17
Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi
Q11
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 10 8.7 8.7 9.6
3.00 29 25.2 25.2 34.8
4.00 64 55.7 55.7 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan
sangat setuju, 64 orang menyatakan setuju, 29 orang menyatakan ragu-ragu,
10 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju
bahwa dengan adanya promosi penjualan yang dilakukan produsen teh
mengakibatkan banyak yang mengkonsumsi teh celup tersebut.
73
Tabel 4.18
Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi
Q12
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 15 13.0 13.0 14.8
3.00 33 28.7 28.7 43.5
4.00 54 47.0 47.0 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan
sangat setuju, 54 orang menyatakan setuju, 33 orang menyatakan ragu-ragu,
15 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju
bahwa melalui kegiatan pemasaran langsung produk teh celup yang dilakukan
oleh produsen, membuat banyak yang menjadi konsumen produk teh celup
tersebut.
74
Tabel 4.19
Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi
Q13
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 2.6 2.6 2.6
3.00 6 5.2 5.2 7.8
4.00 61 53.0 53.0 60.9
5.00 45 39.1 39.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 45 orang menyatakan
sangat setuju, 61 orang menyatakan setuju, 6 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 3 orang menyatakan tidak setuju bahwa produk teh celup yang responden
konsumsi sangat banyak tersedia di warung, toko, dan minimarket.
75
Tabel 4.20
Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen
Q14
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 28 24.3 24.3 28.7
4.00 72 62.6 62.6 91.3
5.00 10 8.7 8.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 orang menyatakan
sangat setuju, 72 orang menyatakan setuju, 28 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa dalam melakukan pembelian teh
celup responden mendapatkan pelayanan yang baik oleh penjual.
76
Tabel 4.21
Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi
Q15
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 14 12.2 12.2 16.5
4.00 74 64.3 64.3 80.9
5.00 22 19.1 19.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 22 orang menyatakan
sangat setuju, 74 orang menyatakan setuju, 14 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa lokasi atau tempat responden
melakukan pembelian teh celup mudah responden jangkau, sehingga oleh
sebab itu responden selalu melakukan pembelian ulang produk teh celup
tersebut.
77
Tabel 4.22
Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
Q16
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 14 12.2 12.2 12.2
3.00 43 37.4 37.4 49.6
4.00 49 42.6 42.6 92.2
5.00 9 7.8 7.8 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 9 orang menyatakan sangat
setuju, 49 orang menyatakan setuju, 43 orang menyatakan ragu-ragu, dan 14
orang menyatakan tidak setuju bahwa kebiasaan dalam mengkonsumsi teh
celup (Sari Wangi) yang dilakukan setiap hari menjadikan seseorang
ketagihan dalam mengkonsumsi teh celup.
78
Tabel 4.23
Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
Q17
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 5 4.3 4.3 4.3
2.00 16 13.9 13.9 18.3
3.00 43 37.4 37.4 55.7
4.00 46 40.0 40.0 95.7
5.00 5 4.3 4.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 5 orang menyatakan sangat
setuju, 46 orang menyatakan setuju, 43 orang menyatakan ragu-ragu, 16 orang
menyatakan tidak setuju, dan 5 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
usia remaja adalah usia dimana seseorang mulai menjadi konsumen teh,
sedangkan usia dewasa seseorang sudah menjadi konsumen teh yang aktif.
79
Tabel 4.24
Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
Q18
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 13 11.3 11.3 13.0
3.00 39 33.9 33.9 47.0
4.00 50 43.5 43.5 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan
sangat setuju, 50 orang menyatakan setuju, 39 orang menyatakan ragu-ragu,
13 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju
bahwa seseorang yang bekerja minum teh untuk menghilangkan rasa lelahnya
setelah bergelut dengan pekerjaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
seseorang terbiasa minum teh salah satu alasannya disebabkan oleh profesi
yang mereka geluti.
80
Tabel 4.25
Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi
Q19
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 12 10.4 10.4 12.2
3.00 43 37.4 37.4 49.6
4.00 52 45.2 45.2 94.8
5.00 6 5.2 5.2 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 6 orang menyatakan sangat
setuju, 52 orang menyatakan setuju, 43 orang menyatakan ragu-ragu, 12 orang
menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
banyak mahasiswa yang terbiasa minum teh untuk menciptakan suasana yang
santai, mereka minum teh untuk membantu mereka agar mudah tenang hingga
dapat membantu dalam pelajaran atau dalam mengerjakan tugas mereka.
Adanya alasan faktor tugas atau kesibukan pendidikan mereka di kuliah
tersebut, membuat banyak di kalangan mahasiswa yang minum teh.
81
Tabel 4.26
Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi
Q20
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 1 .9 .9 .9
3.00 26 22.6 22.6 23.5
4.00 65 56.5 56.5 80.0
5.00 23 20.0 20.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 23 orang menyatakan
sangat setuju, 65 orang menyatakan setuju, 26 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 1 orang menyatakan tidak setuju bahwa tingkat penghasilan seseorang
sangatlah berbeda-beda, hal ini membuat kebutuhan belanja mereka haruslah
disesuaikan dengan tingkat penghasilan mereka. Dari hal tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat penghasilan mempengaruhi kebutuhan belanja
atau pembelian mereka.
82
Tabel 4.27
Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi
Q21
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 3 2.6 2.6 2.6
2.00 13 11.3 11.3 13.9
3.00 27 23.5 23.5 37.4
4.00 64 55.7 55.7 93.0
5.00 8 7.0 7.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 8 orang menyatakan sangat
setuju, 64 orang menyatakan setuju, 27 orang menyatakan ragu-ragu, 13 orang
menyatakan tidak setuju, dan 3 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
berkembangannya kedai-kedai teh mengindikasikan bahwa minuman teh
adalah minuman yang dapat menjadi sebuah trend gaya hidup seseorang, oleh
sebab itu minum teh menjadi sebuah trend gaya hidup bagian yang tak terlepas
dari aktivitas anda dalam keseharian.
83
Tabel 4.28
Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
Q22
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 12 10.4 10.4 10.4
3.00 19 16.5 16.5 27.0
4.00 69 60.0 60.0 87.0
5.00 15 13.0 13.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 15 orang menyatakan
sangat setuju, 69 orang menyatakan setuju, 19 orang menyatakan ragu-ragu,
dan 12 orang menyatakan tidak setuju bahwa keluarga responden adalah
referensi responden dalam melakukan pembelian sebuah produk.
Tabel 4.29
Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
Q23
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 31 27.0 27.0 27.0
3.00 37 32.2 32.2 59.1
4.00 45 39.1 39.1 98.3
5.00 2 1.7 1.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 2 orang menyatakan sangat
setuju, 45 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu, dan 31
orang menyatakan tidak setuju bahwa rekan kerja responden adalah referensi
responden dalam melakukan pembelian sebuah produk.
84
Tabel 4.30
Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi
Q24
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 24 20.9 20.9 20.9
3.00 37 32.2 32.2 53.0
4.00 53 46.1 46.1 99.1
5.00 1 .9 .9 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 1 orang menyatakan sangat
setuju, 53 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu, dan 24
orang menyatakan tidak setuju bahwa teman sekomunitas responden adalah
referensi responden dalam melakukan pembelian sebuah produk.
85
Tabel 4.31
Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi
Q25
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 6 5.2 5.2 5.2
3.00 27 23.5 23.5 28.7
4.00 76 66.1 66.1 94.8
5.00 6 5.2 5.2 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 6 orang menyatakan sangat
setuju, 76 orang menyatakan setuju, 27 orang menyatakan ragu-ragu, dan 6
orang menyatakan tidak setuju bahwa dalam keyakinan responden, dengan
mengkonsumsi teh akan membuat pikiran responden terasa segar, dan
responden berkeyakinan pula dengan minum teh dapat membuat responden
merasa tenang.
86
Tabel 4.32
Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi
Q26
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 11 9.6 9.6 11.3
3.00 24 20.9 20.9 32.2
4.00 61 53.0 53.0 85.2
5.00 17 14.8 14.8 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 17 orang menyatakan sangat
setuju, 61 orang menyatakan setuju, 24 orang menyatakan ragu-ragu, 11 orang
menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju adalah
dorongan dari dalam diri responden, untuk minum teh pada pagi hari agar
responden dapat semangat melakukan pekerjaan responden.
87
Tabel 4.33
Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi
Q27
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 8 7.0 7.0 7.8
3.00 28 24.3 24.3 32.2
4.00 65 56.5 56.5 88.7
5.00 13 11.3 11.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 13 orang menyatakan sangat
setuju, 65 orang menyatakan setuju, 28 orang menyatakan ragu-ragu, 8 orang
menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
responden berkeyakinan bahwa dengan minum teh dapat membuat responden
merasa nyaman dan santai.
88
Tabel 4.34
Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi
Q28
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 8 7.0 7.0 7.8
3.00 25 21.7 21.7 29.6
4.00 71 61.7 61.7 91.3
5.00 10 8.7 8.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 orang menyatakan sangat
setuju, 71 orang menyatakan setuju, 25 orang menyatakan ragu-ragu, 8 orang
menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa
saat pertama kali responden minum teh anda merasakan kenyamanan.
D. Pembahasan Analisis Faktor
Selanjutnya setelah pembahasan kuesioner, maka dilakukan
pembahasan untuk analisis faktor. Berikut ini adalah penjelasan dan
langkah-langkah mengenai hasil pengolahan data dengan menggunakan
analisis faktor.
1. Menentukan variabel yang akan dianalisa
Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adal ah sebanyak 28
variabel. Yang pada tahap sebelumnya telah melalui uji validitas
dan reliabilitas. Untuk itu maka ke 28 variabel ini akan diuji dengan
analisis faktor.
89
2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan
ke 28 variabel yang diuji, dimasukkan ke dalam analisis faktor untuk
diuji nilai KMO dan Bartlett Test dan MSA (measures of sampling
adequancy)., nilai MSA harus diatas 0,5. berikut ini adalah tabel dari nilai
KMO dan Bartlet Test.
Tabel 4.35
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. .661
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1113.443
Df 378
Sig. .000
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan dari Label diatas dapat dilihat bahwa angka KMO
dan Barlett Test adalah 0,661 dengan tingkat signifikansi 0.000 oleh
sebab itu, maka variabel dan sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut.
Angka MSA dalam tabel anti image matriks, yang terdapat pada
anti image correlation, menunjukkan nilai Citarasa Produk Teh
Sariwangi (Ql) adalah 0,775, Aroma Produk Teh Sariwangi (Q2) adalah
0,746, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi (Q3) adalah 0,696, Warna
Produk Teh Sariwangi (Q4) adalah 0,805, Tingkat Kekentalan Produk Teh
Sariwangi (Q5) adalah 0,661, Harga Sebagai Pertimbangan Dalam
Pembelian Produk Teh Sariwangi (Q6) adalah 0,523, Kesesuaian Harga
Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya (Q7) adalah 0,569,
90
Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi (Q8) adalah 0,619, Harga Produk
Teh Sariwangi Meyakinkan (Q9) adalah 0,633, Iklan Produk Teh Sariwangi
(Q10) adalah 0,642, Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi (Q11) adalah
0,629, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi (Q12) adalah 0,631,
Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi (Q13) adalah
0,567, Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen (Q14) adalah
0,696, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi (Q15)
adalah 0,628, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q16) adalah 0,661, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q17) adalah 0,605, Jenis Pekerjaan Konsumen dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q18) adalah 0,675, Tingkat
Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q19) adalah 0,774,
Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q20) adalah
0,398, Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q21) adalah
0,724, Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q22) adalah 0,614, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi (Q23) adalah 0,632, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q24) adalah 0,621, Keyakinan
Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q25) adalah
0,693, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q26) adalah 0,757, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q27) adalah 0,707, Pengalaman Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q28) adalah 0,662.
91
Dari ke 28 variabel yang ada, maka selanjutnya dapat dilihat nilai MSA
nya. Apabila ada nilai MSA yang dibawah 0,5 maka variabel tersebut
tidak dapat di analisis lebih lanjut. Dari ke 28 variabel nilai MSA
yang paling kecil adalah Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh
Sariwangi (Q20) dengan nilai MSA 0,398, oleh sebab itulah Tingkat
Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi dikeluarkan dari faktor
karena memiliki angka MSA terkecil.
Setelah variabel Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh
Sariwangi dikeluarkan dari faktor maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian ulang ke 27 variabel yang tersisa. Untuk melihat
hal tersebut maka dapat dilihat dari nilai KMO dan Barlett Test serta Nilai
MSA.
Tabel 4.36
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. .675
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1076.377
Df 351
Sig. .000
Sumber: Hasil output SPSS
Dari hasil output pada tabel 4.36 dapat dilihat bahwa nilai KMO dan
Barlett Test mengalami kenaikan dari 0,661 menjadi 0,675 dengan tingkat
signifikansi tetap (0,000). Hal ini disebabkan oleh penghilangan variabel
dengan angka MSA terkecil. Hal tersebut itulah yang dapat meningkatkan
angka MSA yang ada.
92
Angka MSA pada tabel Anti Image Matriks pada bagian Anti Image
Correlation, menunjukkan nilai MSA dari 27 variabel sebagai berikut ini
Citarasa Produk Teh Sariwangi (Ql) adalah 0,773, Aroma Produk Teh
Sariwangi (Q2) adalah 0,747, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi (Q3)
adalah 0,692, Warna Produk Teh Sariwangi (Q4) adalah 0,802, Tingkat
Kekentalan Produk Teh Sariwangi (Q5) adalah 0,662, Harga Sebagai
Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi (Q6) adalah 0,557,
Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya (Q7)
adalah 0,661, Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi (Q8) adalah
0,568, Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan (Q9) adalah 0,631, Iklan
Produk Teh Sariwangi (Q10) adalah 0,644, Promosi Penjualan Produk Teh
Sariwangi (Q11) adalah 0,627, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi
(Q12) adalah 0,624, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh
Sariwangi (Q13) adalah 0,631, Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada
Konsumen (Q14) adalah 0,689, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk
Teh Sariwangi (Q15) adalah 0,622, Kebiasaan Konsumen Dalam
mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q16) adalah 0,697, Usia Dalam
mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q17) adalah 0,599, Jenis Pekerjaan
Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q18) adalah
0,687, Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q19) adalah
0,771, Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q21) adalah
0,737, Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q22) adalah 0,600, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk
93
Teh Sariwangi (Q23) adalah 0,635, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q24) adalah 0,617, Keyakinan
Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q25) adalah
0,715, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q26) adalah 0,751, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q27) adalah 0,726, Pengalaman Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q28) adalah 0,676. dengan demikian
nilai MSA semuanya sudah diatas 0,5, hal tersebut dapat dianalisis lebih
lanjut.
Berdasarkan buku Singgih Santoso (2004:19) angka KMO dan
Bartlett Test adalah harus diatas 0,5, dan signifikan harus dibawah 0,05.
berdasarkan dari nilai KMO dan Bartlett Test, maka dari 0,661 terdapat
nilai MSA yang kurang dari 0,5 maka variabel tersebut harus dibuang, lalu
terdapat kenaikan menjadi 0,675 nilai KMO dan Barlett Test, oleh sebab
itu dengan nilai MSA sudah diatas 0,5 maka dapat dianalisis lebih lanjut.
3. Melakukan faktoring dari rotasi
Sesudah semua variabel memiliki nilai yang mencukupi, tahap
selanjutnya adalah melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu
melakukan ekstraksi terhadap sekumpuian variabel yang sudah ada,
sehingga terbentuk satu atau beberapa faktor. Dalam melakukan proses
ekstraksi ini metode yang digunakan adalah Principal Component
Analysis, setelah delapan faktor terbentuk untuk mengetahui dari sekian
94
27 variabel yang akan masuk dalam faktor mana, maka dilakukan proses
rotasi dengan menggunakan metode varimax (bagian dari orthogonal).
Tabel 4.37
Comumnunalities
Initial Extraction
Q1 1.000 .678
Q2 1.000 .708
Q3 1.000 .714
Q4 1.000 .634
Q5 1.000 .449
Q6 1.000 .655
Q7 1.000 .588
Q8 1.000 .463
Q9 1.000 .459
Q10 1.000 .626
Q11 1.000 .730
Q12 1.000 .761
Q13 1.000 .608
Q14 1.000 .735
Q15 1.000 .549
Q16
Q17
1.000
1.000
.536
.567
Q18 1.000 .618
Q19 1.000 .566
Q21 1.000 .588
Q22 1.000 .640
Q23 1.000 .801
Q24 1.000 .757
Q25 1.000 .705
Q26 1.000 .628
Q27 1.000 .739
Q28 1.000 .622
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber: Hasil output SPSS
Pada tabel diatas bahwa variabel Citarasa Produk Teh Sariwangi (Q1)
angkanya adalah 0,678 hal ini menunjukkan bahwa sekitar 67,8 % varians
95
dari variabel citarasa produk teh Sariwangi bisa dijelaskan, oleh faktor yang
terbentuk, variabel aroma produk teh Sariwangi (Q2) angkanya adalah 0,708
hal ini menunjukkan bahwa 70,8 % varians dari variabel aroma produk
Teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, variabel
rasa khas produk teh Sariwangi (Q3) angkanya adalah 0,714 hal ini
menunjukkan 71,4 % varians dari variabel rasa khas produk teh Sariwangi
dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, warna produk teh Sariwangi
(Q4) angkanya adalah 0,634 hal ini menunjukkan 63,4 % varians dari
variabel warna produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, tingkat kekentalan produk teh Sariwangi (Q5) angkanya
adalah 0,449 hal ini menunjukkan 44,9 % varians dari variabel tingkat
kekentalan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, harga sebagai pertimbangan dalam pembelian produk teh Sariwangi
(Q6) angkanya adalah 0,655 hal ini menunjukkan 65,5 % varians dari
variabel harga sebagai pertimbangan dalam pembelian produk teh Sariwangi
dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, kesesuaian harga produk teh
Sariwangi terhadap manfaat produknya (Q7) angkanya adalah 0,588 hal ini
menunjukkan 58,8 % varians dari variabel kesesuaian harga produk teh
Sariwangi terhadap manfaat produknya dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, persaingan harga produk teh Sariwangi (Q8) angkanya adalah
0,463 hal ini menunjukkan 46,3 % varians dari variabel persaingan harga
produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, harga
produk teh Sariwangi meyakinkan (Q9) angkanya adalah 0,459 hal ini
96
menunjukkan 45,9 % varians dari variabel harga produk teh Sariwangi
meyakinkan dapat dijelaskan dalarn faktor yang terbentuk, iklan produk teh
Sariwangi (Q10) angkanya adalah 0,626 hal ini menunjukkan 62,6 % varians
dari variabel iklan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, promosi penjualan produk teh Sariwangi (Q11) angkanya adalah
0,730 hal ini menunjukkan 73,0 % varians dari variabel promosi penjualan
produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk,
pemasaran langsung produk teh Sariwangi (Q12) angkanya adalah 0,761 hal
ini menunjukkan 76,1 % varians dari variabel pemasaran langsung produk
teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, kemudahan
dalam mendapatkan produk teh Sariwangi (Q13) angkanya adalah 0,608 hal
ini menunjukkan 60,8 % varians dari variabel kemudahan dalam
mendapatkan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, pelayanan yang diberikan penjual kepada konsumen (Q14)
angkanya adalah 0,735 hal ini menunjukkan 73,5 % varians dari
variabel pelayanan yang diberikan penjual kepada konsumen dapat
dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, lokasi tempat konsumen membeli
produk teh Sariwangi (Q15) angkanya adalah 0,549 hal ini menunjukkan
54,9 % varians dari variabel lokasi tempat konsumen membeli produk teh
Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, kebiasaan
konsumen lalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q16) angkanya
adalah 0,536 hal ini menunjukkan 53,6 % varians dari variabel
kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat
97
dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, Usia Dalam mengkonsumsi
produk teh Sariwangi (Q17) angkanya adalah 0,567 hal ini menunjukkan
56,7 % varians dari variabel usia dalam mengkonsumsi produk teh
Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, jenis pekerjaan
konsumen dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q18) angkanya
adalah 0,618 hal ini menunjukkan 61,8 % varians dari variabel Jenis
pekerjaan konsumen dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat
dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, tingkat pendidikan konsumen produk
teh Sariwangi (Q19) angkanya adalah 0,566 hal ini menunjukkan 56.6 %
varins dari variabel tingkat pendidikan konsumen produk teh Sariwangi
dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, gaya hidup konsumen
produk teh Sariwangi (Q21) angkanya adalah 0,588 hal ini menunjukkan
58,8 % varians dari variabel gaya hidup konsumen produk teh Sariwangi
dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, ajakan keluarga dalam
mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q22) angkanya adalah 0,640 hal ini
menunjukkan 64,0 % varians dari variabel ajakan keluarga dalam
mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, ajakan rekan kerja dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi
(Q23) angkanya adalah 0.801 hal ini menunjukkan 80,1 % varians
dari variabel ajakan rekan kerja dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi
dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, ajakan rekan sekomunitas
dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q24) angkanya adalah 0,757
hal ini menunjukkan 75,7 % varians dari variabel ajakan rekan
98
sekomunitas dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan
dalam faktor yang terbentuk, keyakinan responden dalam mengkonsumsi
produk teh Sariwangi (Q25) angkanya adalah 0,705 hal ini menunjukkan 70,5
% varians dari variabel keyakinan responden dalam mengkonsumsi produk teh
Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, dorongan responden
dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q26) angkanya adalah 0,628 hal
ini menunjukkan 62,8 % varians dari variabel dorongan responden dalam
mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk, persepsi responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi
(Q27) angkanya adalah 0,739 hal ini menunjukkan 73,9 % varians dari
variabel persepsi responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat
dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, pengalaman responden dalam
mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q28) angkanya adalah 0,662 hal ini
menunjukkan 66,2 % varians dari variabel pengalaman responden dalam
mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang
terbentuk.
Menurut Singgih Santoso (2004:42), menjelaskan bahwa tabel
Communalit ies pada dasarnya adalah jumlah varian (bisa dalam
persentase), suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor
yang ada. Berdasarkan dari nilai-nilai yang ada pada tabel Communalities,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel-variabel yang ada dapat
dijelaskan didalam faktor yang terbentuk, semakin besar nilai
99
Communalities maka semakin erat hubungannya dengan faktor yang
terbentuk.
Menurut Singgih Santoso (2004:43), menjelaskan bahwa tabel Total
Variance Explained , menggambarkan jumlah faktor yang terbentuk.
Dalam melihat faktor yang terbentuk, maka harus dapat dilihat
pada nilai Eigenvaluenya. untuk menentukan faktor yang terbentuk
maka harus dilihat nilai eigenvaluenya harus berada diatas satu (1), jika
sudah berada dibawah satu maka sudah t idak tepat. Eigen value
menunjukkan kepentingan reatif masing-masing factor dalam
menghitung varians dari total variabel yang ada. Jumlah angka
eigenvalue, susunanya selalu diurutkan pada nilai yang terbesar sampai
yang terkecil.
Tabel 4.38
Total Variance Explained
Compo
-nent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 5.058 18.734 18.734 5.058 18.734 18.734
2 3.218 11.919 30.653 3.218 11.919 30.653
3 2.200 8.147 38.801 2.200 8.147 38.801
4 1.653 6.123 44.924 1.653 6.123 44.924
5 1.359 5.035 49.959 1.359 5.035 49.959
6 1.292 4.786 54.745 1.292 4.786 54.745
7 1.216 4.502 59.247 1.216 4.502 59.247
8 1.128 4.176 63.423 1.128 4.176 63.423
9 .981 3.633 67.056
10 .930 3.443 70.499
11 .904 3.347 73.846
12 .837 3.100 76.946
13 .813 3.011 79.957
14 .642 2.378 82.336
100
Compo
-nent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
15 .595 2.205 84.541
16 .588 2.178 86.719
17 .520 1.926 88.645
18 .488 1.807 90.452
19 .476 1.763 92.215
20 .400 1.481 93.696
21 .391 1.446 95.143
22 .311 1.152 96.295
23 .240 .889 97.184
24 .215 .797 97.981
25 .196 .725 98.706
26 .179 .662 99.368
27 .171 .632 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis
Sumber: Hasil output SPSS
Pada tabel diatas dapat di l ihat bahwa terd apat 27 variabel
(component) yang dimasukkan ke dalam analisis factor, yakni Citarasa
Produk Teh Sariwangi, Aroma Produk Teh Sariwangi, Rasa Khas Produk Teh
Sariwangi, Warna Produk Teh Sariwangi, Tingkat Kekentalan Produk Teh
Sariwangi, Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh
Sariwangi, Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat
Produknya, Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi, Harga Produk Teh
Sariwangi Meyakinkan, Iklan Produk Teh Sariwangi, Promosi Penjualan
Produk Teh Sariwangi, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi,
Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi, Pelayanan Yang
Diberikan Penjual Kepada Konsumen, Lokasi tempat Konsumen Membeli
Produk Teh Sariwangi, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk
Teh Sariwangi, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Jenis
Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Tingkat
101
Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi, Gaya Hidup Konsumen Produk
Teh Sariwangi, Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi,
Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi. Pada
tabel diatas terlihat bahwa hanya 8 faktor yang terbentuk, karena dengan satu
factor angka eigen values masih diatas 1, dengan 2 faktor eigen value
masih diatas 1, dengan tiga factor angka masih diatas 1, empat factor
masih diatas 1, lima factor eigen value masih diatas 1, enam factor
masih diatas 1, tujuh factor masih diatas 1, delapan factor eigen value
masih diatas 1, sembilan faktor sudah berada dibawah 1, oleh sebab itulah
hanya terbatas 8 faktor.
Tabel 4.39
Component Matrix(a)
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
Q1 .492 .361 -.365 -.255 -.224 -.150 -.177 -.057
Q2 .591 .238 -.448 -.257 -.090 -.120 .049 .103
Q3 .391 .455 -.425 -.352 -.042 -.131 .015 .176
Q4 .413 .092 -.091 -.156 .408 -.211 .277 .366
Q5 .446 .268 -.261 -.005 -.244 .114 -.034 -.191
Q6 .251 .478 .124 .339 .379 .263 .141 .032
Q7 .425 .349 .106 -.178 -.263 .086 .376 -.159
Q8 .183 .412 .320 .006 -.215 .047 .211 .255
Q9 .287 .370 .296 .198 -.044 .238 .234 .009
102
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
Q10 .343 .212 .377 .153 -.400 -.347 .036 .128
Q11 .497 .358 .274 .175 .013 -.338 -.322 -.176
Q12 .456 .198 .364 .064 .213 -.249 -.223 -.470
Q13 .184 .395 -.026 .402 .180 .135 -.308 .332
Q14 .448 .109 -.139 -.155 .212 .457 .287 -.379
Q15 .301 .530 .105 .278 .109 .163 -.208 .087
Q16 .542 .084 -.387 -.062 .179 .048 -.186 -.112
Q17 .329 -.304 .259 -.077 .169 -.488 .103 -.126
Q18 .531 -.337 .087 -.105 .352 -.077 .120 .244
Q19 .531 -.318 .114 .110 .075 -.145 .338 .128
Q21 .396 -.247 .091 .379 -.277 -.033 .357 -.116
Q22 .358 -.167 .334 -.174 -.233 .239 -.279 .391
Q23 .458 -.264 .464 -.479 .006 .190 -.203 .005
Q24 .428 -.243 .507 -.378 .070 .291 -.138 -.074
Q25 .525 -.384 -.127 .314 -.381 .123 -.068 .041
Q26 .530 -.368 -.204 .346 .195 -.066 -.086 -.017
Q27 .514 -.529 -.288 .259 -.084 .148 -.105 -.069
Q28 .471 -.576 -.203 .054 -.037 .083 -.080 .096
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a 8 components extracted.
Sumber: Hasil output SPSS
Setelah diketahui bahwa delapan faktor adalah jumlah yang paling
optimal. Maka tabel component matriks menunjukkan distribusi ke
27 variabel tersebut pada delapan faktor yang terbentuk. Sedangkan
angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor loading,
yang menunjukkan besarnya korelasi suatu variabel dengan faktor 1,
faktor 2, faktor 3, faktor 4, faktor 5, faktor 6, faktor 7, faktor 8. Proses
penentuan variabel mana yang akan masuk ke faktor mana,
dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap
baris.
a. Citarasa Produk Teh Sariwangi (Q1)
1) korelasi antara Q1 dengan faktor 1 adalah 0,492 (cukup namun,
103
lemah karena dibawah 0,5).
2) Korelasi antara Ql dengan faktor 2 adalah 0,361 (lemah karena,
berada dibawah 0,5).
3) Korelasi antara Q1 dengan faktor 3 adalah -0,365 (sangat lemah
dibawah 0,5).
4) Korelasi antara Q dengan faktor 4 adalah -0,255 (sangat lemah dibawah
0,5).
5) Korelasi antara Q1 dengan faktor 5 adalah -0,224 (sangat dibawah
0,5).
6) Korelasi antara Q1 dengan faktor 6 adalah -0,150 (sangat lemah dibawah
0,5).
7) Korelasi antara Ql dengan faktor 7 adalah -0,177 (sangat lemah
dibawah 0,5).
8) Korelasi antara Ql dengan faktor 8 adalah -0,057 (sangat lemah
dibawah 0,5).
Demikian seterusnya untuk variabel selanjutnya untuk melihat
distribusi ke dua puluh tujuh variabel yang terbentang didalam 8
faktor. Menurut Singgih Santoro (2004:45), menjelaskan bahwa
Component Matrik menunjukkan distribusi variabel yang ada dengan
faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka pada tabel Component
Matrik adalah Factor Loading yang menunjukkan besar korelasi antara
suatu variabel dengan faktor-faktor yang ada.
104
Tabel 4.40
Rotated Component Matrix
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
Q1 .054 .798 .037 .038 .074 .161 -.054 -.017
Q2 .158 .786 .006 .026 .089 -.005 .230 .063
Q3 -.142 .799 -.031 .097 .072 -.063 .189 .006
Q4 -.028 .270 .009 .139 .051 -.017 .732 .039
Q5 .216 .522 -.006 .112 .175 .099 -.184 .210
Q6 -.075 -.024 -.107 .657 .187 .102 .171 .362
Q7 -.032 .351 .091 -.048 .571 .091 .020 .344
Q8 -.181 .088 .126 .237 .586 -.034 .062 -.047
Q9 -.012 -.013 .070 .364 .496 .074 .016 .263
Q10 .090 .105 .081 .061 .609 .331 .031 -.339
Q11 .049 .245 .088 .319 .194 .709 .009 -.130
Q12 .014 .074 .147 .146 .059 .822 .043 .179
Q13 .043 .102 -.039 .754 -.008 .015 .012 -.158
Q14 .134 .253 .123 .066 .044 .017 .075 .791
Q15 -.044 .180 .035 .665 .169 .187 -.063 .058
Q16 .275 .532 .051 .188 -.229 .158 .124 .218
Q17 .161 -.072 .096 -.299 .047 .483 .443 -.074
Q18 .306 .040 .303 .016 -.053 .076 .647 .063
Q19 .447 -.020 .094 -.083 .255 .107 .518 .070
Q21 .573 -.102 -.104 -.101 .443 .112 .078 .116
Q22 .199 .053 .694 .140 .169 -.107 .018 -.237
Q23 .076 .044 .842 -.128 .040 .188 .141 .103
Q24 .083
.794
.670
-.067
.124
.068
.795
.142
-.028
-.059
.010
.141
.060
.165
-.186
.194
-.018
.197
.111
-.084
.280
.236
-.068
.045
Q25
Q26
Q27 .824 .110 .102 -.025 -.163 .003 .041 .092
Q28 .683 .103 .240 -.116 -.170 -.071 .198 -.008
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a Rotation converged in 7 iterations.
Sumber: Hasil output SPSS
Component matrix hasil proses rotasi (rotated component matrik)
memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat
bahwa sekarang faktor loading yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan
factor loading yang besar semakin diperbesar. Dibawah ini akan dijelaskan
akan masuk ke faktor mana sebuah variabel yang ada, yaitu:
105
1. Citarasa Produk Teh Sariwangi (Ql), faktor loading yang paling
besar ada berada pada faktor 2 dengan nilai 0,708, hal itu berarti
Citarasa Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2.
2. Aroma Produk Teh Sariwangi (Q2), faktor loading yang paling
besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,786, hal itu berarti Aroma
Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2.
3. Rasa Khas Produk Teh Sariwangi (Q3), faktor loading yang paling
besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,799, hal itu berarti
Rasa Khas Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2.
4. Warna Produk Teh Sariwangi (Q4), faktor loading yang paling
besar berada pada faktor 7 dengan nilai 0,732, hal itu berarti
Warna Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 7.
5. Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi (Q5), faktor loading
yang paling besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,522, berarti
Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2.
6. Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh
Sariwangi (Q6), faktor loading yang paling bear berada pada
faktor 4 dengan nilai 0,657, hal itu berarti Harga Sebagai
Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi berada pada
faktor 4.
7. Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat
Produknya (Q7), faktor loading yang paling besar berada pada
faktor 5 dengan nilai 0,571, hal itu berarti Kesesuaian Harga
106
Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya berada pada
faktor 5.
8. Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi (Q8), faktor loading
yang paling besar berada pada faktor 5 dengan nilai 0,586, hal
itu berarti Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi berada pada
faktor 5.
9. Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan (Q9), faktor loading
yang paling besar berada pada pada faktor 5, dengan nilai
0,496, hal itu berarti Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan
berada pada faktor 5.
10. Iklan Produk Teh Sariwangi (Q10), faktor loading yang paling
besar berada pada faktor 5 dengan nilai 0,609, hal itu berarti
Iklan Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 5.
11. Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi (Q11), faktor loading
yang paling besar berada pada faktor 6 dengan nilai 0 ,709,
hal itu berarti Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi berada
pada faktor 6.
12. Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi (Q12), faktor loading
yang paling besar berada pada faktor 6 dengan nilai 0,822, hal
itu berarti Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi berada pada
faktor 6.
13. Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi (Q13),
faktor loading yang paling besar berada pada faktor 4 dengan
107
nilai 0,754, hal itu berarti Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk
Teh Sariwangi berada pada faktor 4.
14. Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen (Q14),
faktor loading yang paling besar herada pada faktor 8 dengan
nilai 0,791, hal itu berarti Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada
Konsumen berada pada faktor 8.
15. Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi (Q15),
faktor loading yang paling besar berada pada factor 4 dengan
nilai 0,665, hal itu berarti Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk
Teh Sariwangi berada pada faktor 4.
16. Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q16), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 2
dengan nilai 0,532, hal itu berarti Kebiasaan Konsumen Dalam
mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2.
17. Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q17), faktor
loading yang paling besar berada pada faktor 6 dengan nilai
0,483, hal itu berarti Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi berada pada faktor 6.
18. Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q18), faktor loading yang paling besar berada
pada faktor 7 dengan nilai 0,647, hal itu berarti Jenis Pekerjaan
Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada
faktor 7.
108
19. Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q19), faktor
loading yang paling besar berada pada faktor 7 dengan nilai 0,518,
hal itu berarti Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi
berada pada faktor 7.
20. Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q21), faktor
loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan nilai 0,573, hal
itu berarti Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi berada
pada faktor 1.
21. Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q22), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 3 dengan
nilai 0,694, hal itu berarti Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 3.
22. Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q23), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 3 dengan
nilai 0,842, hal itu berarti Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 3
23. Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q24), faktor loading yang paling besar ada pada
faktor 3 dengan nilai 0,795, hal itu berarti Ajakan Rekan
Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada
pada faktor 3.
24. Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q25), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan
109
nilai 0,794, hal itu berarti Keyakinan Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1.
25. Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q26), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1
dengan nilai 0,670, hal itu berarti Dorongan Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1.
26. Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q27), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan
nilai 0,824, hal itu berarti Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi
Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1.
27. Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi (Q28), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1
dengan nilai 0,683, hal itu berarti Pengalaman Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1
Dengan demikian, ke 27 variabel yang direduksi menjadi hanya terdiri
dari 8 faktor, yaitu:
a. Faktor 1 terdiri dari: Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi,
Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi,
Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi,
Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi,
Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi.
b. Faktor 2 terdiri dari: Citarasa Produk Teh Sariwangi, Aroma Produk Teh
Sariwangi, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi, Tingkat Kekentalan Produk
110
Teh Sariwangi, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi.
c. Faktor 3 terdiri dari: Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi.
d. Faktor 4 terdiri dari: Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian
Produk Teh Sariwangi, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh
Sariwangi, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi,
e. Faktor 5 terdiri dari: Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap
Manfaat Produknya, Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi, Harga
Produk Teh Sariwangi Meyakinkan, Iklan Produk Teh Sariwangi.
f. Faktor 6 terdiri dari: Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi, Pemasaran
Langsung Produk Teh Sariwangi, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi.
g. Faktor 7 terdiri dari: Warna Produk Teh Sariwangi, Jenis Pekerjaan
Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Tingkat
Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi.
h. Faktor 8 terdiri dari: Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada
Konsumen.
Menurut Singgih Santoso (2004:47), menjelaskan bahwa Component
Matrix dari proses rotasi (Rotated Component Matrik) memperlihatkan
distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Dengan adanya proses
111
rotasi faktor loading yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan faktor
loading yang besar semakin diperbesar.
Tabel 4.41
Component Transformation Matrix
Component 1 2 3 4 5 6 7 8
1 .531 .494 .334 .196 .249 .327 .340 .196
2 -.590 .412 -.232 .513 .334 .129 -.169 .094
3 -.243 -.582 .509 .067 .435 .378 .044 -.070
4 .494 -.404 -.513 .511 .141 .129 -.137 -.111
5 -.231 -.214 -.063 .328 -.550 .172 .591 .329
6 .110 -.132 .381 .343 -.034 -.524 -.346 .559
7 -.033 -.141 -.362 -.311 .546 -.294 .425 .432
8 -.031 .028 .178 .333 .122 -.571 .432 -.573
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Sumber: Hasil output SPSS
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada diagonal faktor
(componen) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, (0,531; 0,412; 0,509; 0,511; -
0,550, -0,524, 0,425, -0,573). Angka dengan ditandai minus (“ -
“)hal tersebut menunjukkan arah korelasi . Sedangkan pada
diagonal yang lain menunjukkan angka dibawah 0,5 yang menunjukkan
adanya terdapat komponen lain pada masing-masing faktor yang mempunyai
korelasi lebih tinggi. Dan hanya tiga faktor yang angkanya diatas 0,5
yaitu: faktor 1 (componen 1), faktor 3 (componen 3), dan faktor 4
(componen 4), masing-masing angkanya: 0,531; 0,509; 0,511.
Berdasarkan terbentuknya, hanya tiga faktor yang pada diagonalnya
nilainya diatas 0,5, hal itu sudah cukup mewakili dari kedelapan faktor
yang terbentuk
112
4. Interpretasi Atas Faktor Yang Telah Terbentuk
Setelah melakukan faktoring dan rotasi , langkah atau tahap
selanjutnya adalah menginterpretasikan faktor yang telah terbentuk. Hal
ini dilakukan agar bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
Menurut Zaini Hasan dalam Fajar S. Saputro: 2007, mengatakan
pemberian nama dan konsep tiap faktor ditentukan berdasarkan makna
umum variabel yang tercakup didalamnya.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor psikologis,
produk, social, distribusi, harga, promosi, dan individu sangat
mempengaruhi konsumen.
Faktor Psikologis menjadi bagian penting dalam proses pembelian
konsumen, menurut Philip Kotler (2000:196) menyatakan bahwa pihak
konsumen dalam membeli sebuah produk dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu: motivasi (dorongan), persepsi, pengalaman dan keyakinan. Dalam
kaitannya dengan obyek penelitian yaitu Teh Sariwangi, terlihat jelas cari
responden bahwa mereka memiliki alasan yang berbeda-beda dalam
membeli Teh Seduh Sariwangi. Namun dalam hal ini menjadi sebuah
kenyataan bahwa kondisi Psikologis seseorang konsumen menjadi
sebuah pemicu mereka dalam membeli sebuah produk.
Faktor produk merupakan bagian yang sangat dominan dalam sebuah
produk. Atribut produk teh terlihat pada citarasanya, aromanya, warna airnya,
dan tingkat kekentalannya. Dari atribut inilah konsumen darat menilai bahwa
produk teh tersebut itu berkualitas atau tidak. Untuk itu Teh Sariwangi
113
memiliki hal-hal tersebut dan itu menjadi daya tarik bagi konsumen untuk
selalu membeli produk tersebut.
Faktor sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
konsumen dalam keputusan pembelian. Menurut Philip Kotler (2000:187),
menjelaskan bahwa, faktor social terdiri dari kelompok acuan, keluarga, serta
peran dan status. Kelompok acuan terdiri dari kelompok atau sekumpulan
orang yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang. Kewarga merupakan organisasi pembelian konsumen
yang paling penting dalam masyarakat, dan telah menjadi obyek penelitian
yang luas. Melihat obyek penelitian berupa konsumen yang melakukan
pembelian Teh Sariwangi, dapat menjelaskan bahwa kelompok acuan yang
terdiri dari sekelompok orang yang berpengaruh langsung bisa berasal dari
teman kerja, teman dekat, teman sekomunitas, dapat saja mempengaruhi
mereka untuk dapat membeli sebuah produk. Dan hal itu terbukti bahwa
sebagian responden berpendapat bahwa mereka membeli Teh Sariwangi
disebabkan adanya referensi dari kelompok acuan mereka. Sedangkan
keluarga merupakan bagian yang terdekat dari konsumen, dalam kaitannya
dengan pembelian Teh Sariwangi, dapat dikatakan bahwa responden membeli
Teh Sariwangi disebabkan adanya sebagian anggota keluarga yang
mengkonsumsi produk Teh Sariwangi, dan itu menjadi sebuah referensi bagi
responden untuk melakukan pembelian produk Teh Sariwangi.
Faktor individu atau pribadi, sangat berperan dominan pada internal
konsumen dalam melakukan proses pembelian Teh Sariwangi. Menurut Philip
114
Kotler (2000:191), menjelaskan banyak item yang menjadi bagian dari faktor
individu yaitu: usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dari lingkungan gaya
hidup, kepribadian konsep diri. Usia sangat menentukan bagi konsumen dalam
mengkonsumsi Teh Sariwangi.. Sedangkan pekerjaan maupun pendidikan
menjadi alasan mereka untuk minum teh hal ini disebabkan mereka dalam
kondisi lingkungan pekerjaan ataupun pendidikan mereka mendukung ke arah
tersebut.
Berdasarkan penelitian Ujianto Jan Abdurrachman (2002:49), dalam
penelitiannya mereka menentukan faktor -faktor yang paling
dominan dengan mel ihat pada total nilai varians pada tabel
Total Variance Explained berdasarkan hasil penelitian tersebut dan
dari hasil analisis secara keseluruhan, ternyata faktor - faktor
yang paling dominan yang menimbulkan keputusan pembelian Teh
Sariwangi, secara berurutan adalah; faktor psikologis, yang
merupakan faktor yang paling dominan dengan nilai varians 18.734
%, faktor produk dengan nilai varians adalah 11.919 %, faktor sosial
dengan nilai varians 8.147 %, faktor distribusi dengan nilai varians
6.123 %, faktor harga dengan nilai varians 5.035 %, faktor promosi
dengan nilai varians adalah 4.786 %, faktor individu dengan nilai varians
adalah 4.502 % dan faktor pelayanan yang merupakan faktor yang
terakhir dengan nilai varians adalah 4.176 %.
115
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari data tertangal faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Teh Sariwangi,
maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa melalui analisis faktor dapat
diperoleh 8 faktor, faktor tersebut:
1. Faktor 1 dinamakan Faktor Psikologis yang terdiri dari atas Variabel
yang meliputi: Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi
dengan faktor loading 0,573, Keyakinan Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,794,
Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
dengan faktor loading 0,670, Persepsi Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,824,
Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
dengan faktor loading 0,683.
2. Faktor 2 dinamakan Faktor Produk, yang terdiri dari atas beberapa
variabel yang meliputi: Citarasa Produk Teh Sariwangi dengan faktor
loading 0,708, Aroma Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading
0,786, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,799,
Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading
0,522, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh
116
Sariwangi dengan faktor loading 0,532.
3. Faktor 3 dinamakan Faktor Sosial, yang terdiri dari beberapa variabel
yang meliputi: Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi dengan faktor loading 0,694, Ajakan Rekan Kerja Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,842,
Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi dengan faktor loading 0,795.
4. Faktor 4 dinamakan Faktor Distribusi, yang terdiri atas beberapa
variabel yang meliputi: Harga Sebagai Pertimbangan Dalam
Pembelian Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,657,
Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi dengan faktor
loading 0,754, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh
Sariwangi dengan faktor loading 0,665.
5. Faktor 5 dinamakan Faktor Harga, yang terdiri atas beberapa
variabel yang meliputi: Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi
Terhadap Manfaat Produknya dengan faktor loading 0,571,
Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,586,
Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan dengan faktor loading
0,496, Iklan Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,609.
6. Faktor 6 dinamakan dengan Faktor Promosi, yang terdiri atas
beberapa variabel yang meliputi: Promosi Penjualan Produk Teh
Sariwangi dengan faktor loading 0,709, Pemasaran Langsung Produk
Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,822, Usia Dalam
117
mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,483.
7. Faktor 7 dinamakan dengan Faktor Individu, yang terdiri atas
beberapa variabel yang meliputi: Warna Produk Teh Sariwangi
dengan faktor loading 0,732, Jenis Pekerjaan Konsumen dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,647,
Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi dengan faktor
loading 0,518.
8. Faktor 8 dinamakan dengan Faktor Pelayanan Yang Diberikan
Penjual Kepada Konsumen dengan faktor loading 0,791.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor psikologis,
faktor produk, faktor sosial, faktor distribusi, faktor harga, faktor
promosi, dan faktor individu sangat mempengaruhi konsumen dalam
pembelian Teh Sariwangi . Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam melakukan keputusan pembelian produk teh, sebagai obyek
produknya adalah Teh Sariwangi. P ene l i t i an yan g d i l ak u kan
un tuk men ge t ahu i f ak to r - f ak to r yan g mempengaruhi perilaku
konsumen dalam pembelian Teh Sariwangi ini, penelitian ini pula dapat
berimplikasi pada pihak-pihak tertentu seperti masyarakat dan perusahaan,
bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini konsumen dapat
mengetahui hal-hal yang menjadi penyebab mereka mau
118
memutuskan untuk membeli produk Teh Sariwangi. Sedangkan bagi
perusahaan berikut adalah hal-hal yang dapat diperhatikan:
1. Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa produk teh Sariwangi
memiliki cita rasa, aroma, dan warna yang khas dan membuat para
responden tertarik untuk mengkonsumsi teh Sariwangi, oleh karena itu
pihak perusahaan harus dapat menjaga kualitas produk teh Sariwangi.
2. Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa harga produk teh
Sariwangi terjangkau oleh mereka, selain itu mayoritas responden
juga merasakan manfaat yang diperoleh sesuai dengan harga produk
teh Sariwangi, mayoritas para responden juga setuju bahwa produk teh
Sariwangi memiliki harga yang bersaing dengan produk teh celup
lainnya, dan harga produk teh Sariwangi juga meyakinkan para
responden untuk membelinya,
3. Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa iklan yang ada di
Televisi atau pun radio tentang produk teh Sariwangi, promosi
penjualan, dan pemasaran langsung, membuat para responden
memperoleh informasi tentang produk tersebut, sehingga dapat
membeli produk teh Sariwangi.
4. Mayoritas responden juga menyatakan setuju bahwa produk teh
Sariwangi didapatkan dengan mudah, banyak tersedia di toko dan
tempat mendapatkannya pun terjangkau.
119
Dari hasil penelitian dan didasarkan pada kesimpulan yang ada
maka dapat dikemukan beberapa hal-hal sebagai berikut ini:
1. Mengingat bahwa 8 faktor yang mempengaruhi konsumen
terhadap pembelian produk Teh Sariwangi, maka pihak produsen
perlu, memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan ke-8
faktor tersebut yaitu: faktor psikologis, faktor produk, faktor
sosial, faktor distribusi, faktor harga, faktor promosi, dan
faktor individu sangat mempengaruhi konsumen dalam
pembelian Teh Sariwangi . Kedelapan faktor tersebut berasal
dari dalam dan luar dari diri konsumen.
2. Berkaitan dengan faktor sosial, faktor pribadi atau faktor
individu, dan faktor kemudahan dalam mendapatkan produk.
Yang paling dominan pada penelitian ini, maka produsen perlu
lebilh memperhatikan lagi pada hal-hal yang berkaitan dengan
variabel-variabel dari ketiga faktor tersebut.
3. Untuk mengantisipasi persaingan dengan produk yang sejenis,
maka pihak produsen perlu lebih kreatif dan inovatif dalam
memasarkan produknya kepada konsumen. Dengan demikian
diharapkan para konsumen senantiasa tertarik untuk membeli
produk Teh Sariwangi.
120
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. “Manajemen Pemasaran”, PT.Raja Grafindo Persada, 2004.
Beerden, O. William, Dkk “Marketing Principles and Perspective”, Edisi II, Mc
Graw Hill, New York, 2001.
Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS, Jakarta, 2007.
Husodo, Siswono Yudo. “Pertanian Mandiri”. Penebar Swadaya, Jakarta, 2004.
Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran, Analisis, perencanaan, Implementasi,
dan Pengendalian”, Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Kotler, Philip dan Susanto, A.B. “Manajemen Pemasaran di Indonesia”, Salemba
Empat, Jakarta, 2001.
Kotler, Philip dan Amstrong “Marketing Manajemen” Prentice Hall, USA, 2000
Mulyono, Sri. “Statistik Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Edisi 3, Lembaga FEUI,
Jakarta, 2005
Parubrak, Benyamin, Armanu Thoyib, Agus Suman. “Analisis Faktor-Faktor
Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Pembelian Kain Donggala di
Kotamadya Palu”, FE Unibraw, Malang, 2001.
Pawitan, Gandhi “On Use Analysis In Analizing Service Quality Performance”,
Parahyangan University, Bandung, 2008.
Prasetijo, Ristiyanti, dan Ihalauw, John. “Perilaku Konsumen”, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2005.
Prahalad, dan Varmestwary. “Co Creation Competence Consumer”, Harvard
Bussiness Review, USA, 2009.
Priyono, Fredy Agus. “Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen
Dalam Membeli Minyak Goreng Ikan Dorang (Studi Kasus Pada PT.Ikan
Dorang Surabaya), PPS UNTAG, Surabaya 2001.
Rangkuti, Freddy. “Measuring Consumer Satisfaction”, PT.Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.
Rastini. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuusan Menginap Di
Hotel Berbintang Tiga”, UNTAG, Surabaya, 2001.
121
Saladin Djaslim. ”Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan,
dan Pengendalian”, Linda Karya, Bandung, 2003.
Scifman, dan Kanuk. “Consumer Behavior”, Prentice Hall, USA, 2000
Situs http://www.antaranews.com/
Situs http://www.kotabekasi.go.id/
Situs http://www.food-info.net/
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Alfabeta, Bandung, 2008
Sulistyawati, Eka, Multfiah, Titik, Dan Parubak, armanu. “Analisis Faktor-Faktor
Yang Memepengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian
Produk Patung Kayu Pada Toko Kerajinan Di Kecamatan Sukawati,
Gianyar, Bali”, FE Unibraw, Malang, 2001.
Sujoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam
Keputusan Memakai Jasa Warnet di Kota Jember”, UNTAG, Surabaya,
2002.
Susana, Erni. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen
Dalam Membeli Film Kamera Merek Fuji di Kotamadya Surabaya”,
UNTAG, Surabaya, 2000.
Tedjakusuma, Ritawati, Hartini, Sri Muryani. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Minum Mineral
di Kotamadya Surabaya” Universitas Airlangga, Surabaya, 2003.
Ujianto, Abdurrachman. “Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Kasus Konsumen Di
Jawa Timur)”, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2003.
Wahyudian, Sumarwan, Ujang, Hartoyo. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Konsumsi Kopi dan Analisis Pemetaan Beberapa Merek
Kopi dan Implikasinya Pada Pemasaran Kopi”, Universitas Indonesia,
Jakarta, 2002.
122
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.Lampiran I : Uji Validitas
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Q1 103.7667 62.047 .391 .885
Q2 103.8667 60.740 .503 .883
Q3 103.8333 61.385 .462 .884
Q4 104.1667 61.799 .295 .888
Q5 104.3000 59.528 .613 .881
Q6 104.0333 62.516 .380 .886
Q7 104.0000 62.000 .345 .886
Q8 104.2000 61.131 .398 .885
Q9 104.0667 62.685 .324 .887
Q10 104.1667 61.937 .317 .887
Q11 104.0333 60.930 .401 .885
Q12 104.1000 61.679 .376 .886
Q13 103.8333 61.937 .387 .885
Q14 103.9667 60.309 .519 .883
Q15 103.9333 59.995 .471 .884
Q16 104.2667 59.720 .484 .883
Q17 104.3000 61.321 .398 .885
Q18 104.2000 58.579 .527 .882
Q19 104.2333 57.702 .705 .878
Q20 104.1667 61.454 .331 .887
Q21 104.2333 59.220 .498 .883
Q22 104.0000 60.690 .365 .887
Q23 104.2000 62.510 .336 .886
Q24 104.0667 63.168 .330 .887
Q25 104.1000 59.541 .570 .881
Q26 104.0333 60.033 .413 .885
Q27 104.0667 59.168 .572 .881
Q28 104.0667 58.202 .678 .879
B. Lampiran II: Uji Reliabilitas
Cronbach‟s
Alpha
N of Items
,888 28
123
C.Lampiran III: Deskriptif Statistic responden
Keterangan Frekuensi Presentase
Pria
Wanita
43 72
37,4 62,6
Total 115 100
Keterangan Frekuensi Presentase
15-20
21-26
27-32
33-38
39-44
45-50
51-56
57-62
29 38 13 13 6 8 5 3
25,2 33,0 11,3 11,3 5,2 6,9 4,3 2,6
Total 115 100
Keterangan Frekuensi Presentase
Kadang
Sering
62
53
53,9
46,1
Total 115 100
Keterangan Frekuensi Presentase
Aktif
Pasif
59
56
51,3
48,7
Total 115 100
Q1
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 2.6 2.6 2.6
3.00 11 9.6 9.6 12.2
4.00 80 69.6 69.6 81.7
5.00 21 18.3 18.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
124
Q2
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 18 15.7 15.7 20.0
4.00 74 64.3 64.3 84.3
5.00 18 15.7 15.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q3
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 6 5.2 5.2 5.2
3.00 14 12.2 12.2 17.4
4.00 73 63.5 63.5 80.9
5.00 22 19.1 19.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q4
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 16 13.9 13.9 15.7
3.00 37 32.2 32.2 47.8
4.00 50 43.5 43.5 91.3
5.00 10 8.7 8.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q5
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 14 12.2 12.2 12.2
3.00 29 25.2 25.2 37.4
4.00 63 54.8 54.8 92.2
5.00 9 7.8 7.8 100.0
Total 115 100.0 100.0
125
Q6
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 13 11.3 11.3 15.7
4.00 73 63.5 63.5 79.1
5.00 24 20.9 20.9 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q7
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 37 32.2 32.2 36.5
4.00 61 53.0 53.0 89.6
5.00 12 10.4 10.4 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q8
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 11 9.6 9.6 10.4
3.00 30 26.1 26.1 36.5
4.00 65 56.5 56.5 93.0
5.00 8 7.0 7.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q9
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 9 7.8 7.8 7.8
3.00 32 27.8 27.8 35.7
4.00 63 54.8 54.8 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
126
Q10
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 17 14.8 14.8 15.7
3.00 25 21.7 21.7 37.4
4.00 58 50.4 50.4 87.8
5.00 14 12.2 12.2 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q11
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 10 8.7 8.7 9.6
3.00 29 25.2 25.2 34.8
4.00 64 55.7 55.7 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q12
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 15 13.0 13.0 14.8
3.00 33 28.7 28.7 43.5
4.00 54 47.0 47.0 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q13
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 3 2.6 2.6 2.6
3.00 6 5.2 5.2 7.8
4.00 61 53.0 53.0 60.9
5.00 45 39.1 39.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
127
Q14
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 28 24.3 24.3 28.7
4.00 72 62.6 62.6 91.3
5.00 10 8.7 8.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q15
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 5 4.3 4.3 4.3
3.00 14 12.2 12.2 16.5
4.00 74 64.3 64.3 80.9
5.00 22 19.1 19.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q16
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 14 12.2 12.2 12.2
3.00 43 37.4 37.4 49.6
4.00 49 42.6 42.6 92.2
5.00 9 7.8 7.8 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q17
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 5 4.3 4.3 4.3
2.00 16 13.9 13.9 18.3
3.00 43 37.4 37.4 55.7
4.00 46 40.0 40.0 95.7
5.00 5 4.3 4.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
128
Q18
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 13 11.3 11.3 13.0
3.00 39 33.9 33.9 47.0
4.00 50 43.5 43.5 90.4
5.00 11 9.6 9.6 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q19
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 12 10.4 10.4 12.2
3.00 43 37.4 37.4 49.6
4.00 52 45.2 45.2 94.8
5.00 6 5.2 5.2 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q20
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 1 .9 .9 .9
3.00 26 22.6 22.6 23.5
4.00 65 56.5 56.5 80.0
5.00 23 20.0 20.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q21
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 3 2.6 2.6 2.6
2.00 13 11.3 11.3 13.9
3.00 27 23.5 23.5 37.4
4.00 64 55.7 55.7 93.0
5.00 8 7.0 7.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
129
Q22
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 12 10.4 10.4 10.4
3.00 19 16.5 16.5 27.0
4.00 69 60.0 60.0 87.0
5.00 15 13.0 13.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q23
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 31 27.0 27.0 27.0
3.00 37 32.2 32.2 59.1
4.00 45 39.1 39.1 98.3
5.00 2 1.7 1.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q24
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 24 20.9 20.9 20.9
3.00 37 32.2 32.2 53.0
4.00 53 46.1 46.1 99.1
5.00 1 .9 .9 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q25
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 2.00 6 5.2 5.2 5.2
3.00 27 23.5 23.5 28.7
4.00 76 66.1 66.1 94.8
5.00 6 5.2 5.2 100.0
Total 115 100.0 100.0
130
Q26
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 2 1.7 1.7 1.7
2.00 11 9.6 9.6 11.3
3.00 24 20.9 20.9 32.2
4.00 61 53.0 53.0 85.2
5.00 17 14.8 14.8 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q27
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 8 7.0 7.0 7.8
3.00 28 24.3 24.3 32.2
4.00 65 56.5 56.5 88.7
5.00 13 11.3 11.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
Q28
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 1 .9 .9 .9
2.00 8 7.0 7.0 7.8
3.00 25 21.7 21.7 29.6
4.00 71 61.7 61.7 91.3
5.00 10 8.7 8.7 100.0
Total 115 100.0 100.0
D.Lampiran IV Analisis Faktor
Tabel 4.35
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. .661
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1113.443
Df 378
Sig. .000
131
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. .675
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1076.377
Df 351
Sig. .000
Comumnunalities
Initial Extraction
Q1 1.000 .678
Q2 1.000 .708
Q3 1.000 .714
Q4 1.000 .634
Q5 1.000 .449
Q6 1.000 .655
Q7 1.000 .588
Q8 1.000 .463
Q9 1.000 .459
Q10 1.000 .626
Q11 1.000 .730
Q12 1.000 .761
Q13 1.000 .608
Q14 1.000 .735
Q15 1.000 .549
Q16 1.000 .536
Q17 1.000 .567
Q18 1.000 .618
Q19 1.000 .566
Q21 1.000 .588
Q22 1.000 .640
Q23 1.000 .801
Q24 1.000 .757
Q25 1.000 .705
Q26 1.000 .628
Q27 1.000 .739
Q28 1.000 .622
Extraction Method: Principal Component Analysis.
132
Total Variance Explained
Compo
-nent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 5.058 18.734 18.734 5.058 18.734 18.734
2 3.218 11.919 30.653 3.218 11.919 30.653
3 2.200 8.147 38.801 2.200 8.147 38.801
4 1.653 6.123 44.924 1.653 6.123 44.924
5 1.359 5.035 49.959 1.359 5.035 49.959
6 1.292 4.786 54.745 1.292 4.786 54.745
7 1.216 4.502 59.247 1.216 4.502 59.247
8 1.128 4.176 63.423 1.128 4.176 63.423
9 .981 3.633 67.056
10 .930 3.443 70.499
11 .904 3.347 73.846
12 .837 3.100 76.946
13 .813 3.011 79.957
14 .642 2.378 82.336
15 .595 2.205 84.541
16 .588 2.178 86.719
17 .520 1.926 88.645
18 .488 1.807 90.452
19 .476 1.763 92.215
20 .400 1.481 93.696
21 .391 1.446 95.143
22 .311 1.152 96.295
23 .240 .889 97.184
24 .215 .797 97.981
25 .196 .725 98.706
26 .179 .662 99.368
27 .171 .632 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis
133
Component Matrix(a)
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
Q1 .492 .361 -.365 -.255 -.224 -.150 -.177 -.057
Q2 .591 .238 -.448 -.257 -.090 -.120 .049 .103
Q3 .391 .455 -.425 -.352 -.042 -.131 .015 .176
Q4 .413 .092 -.091 -.156 .408 -.211 .277 .366
Q5 .446 .268 -.261 -.005 -.244 .114 -.034 -.191
Q6 .251 .478 .124 .339 .379 .263 .141 .032
Q7 .425 .349 .106 -.178 -.263 .086 .376 -.159
Q8 .183 .412 .320 .006 -.215 .047 .211 .255
Q9 .287 .370 .296 .198 -.044 .238 .234 .009
Q10 .343 .212 .377 .153 -.400 -.347 .036 .128
Q11 .497 .358 .274 .175 .013 -.338 -.322 -.176
Q12 .456 .198 .364 .064 .213 -.249 -.223 -.470
Q13 .184 .395 -.026 .402 .180 .135 -.308 .332
Q14 .448 .109 -.139 -.155 .212 .457 .287 -.379
Q15 .301 .530 .105 .278 .109 .163 -.208 .087
Q16 .542 .084 -.387 -.062 .179 .048 -.186 -.112
Q17 .329 -.304 .259 -.077 .169 -.488 .103 -.126
Q18 .531 -.337 .087 -.105 .352 -.077 .120 .244
Q19 .531 -.318 .114 .110 .075 -.145 .338 .128
Q21 .396 -.247 .091 .379 -.277 -.033 .357 -.116
Q22 .358 -.167 .334 -.174 -.233 .239 -.279 .391
Q23 .458 -.264 .464 -.479 .006 .190 -.203 .005
Q24 .428 -.243 .507 -.378 .070 .291 -.138 -.074
Q25 .525 -.384 -.127 .314 -.381 .123 -.068 .041
Q26 .530 -.368 -.204 .346 .195 -.066 -.086 -.017
Q27 .514 -.529 -.288 .259 -.084 .148 -.105 -.069
Q28 .471 -.576 -.203 .054 -.037 .083 -.080 .096
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a 8 components extracted.
134
Rotated Component Matrix
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
Q1 .054 .798 .037 .038 .074 .161 -.054 -.017
Q2 .158 .786 .006 .026 .089 -.005 .230 .063
Q3 -.142 .799 -.031 .097 .072 -.063 .189 .006
Q4 -.028 .270 .009 .139 .051 -.017 .732 .039
Q5 .216 .522 -.006 .112 .175 .099 -.184 .210
Q6 -.075 -.024 -.107 .657 .187 .102 .171 .362
Q7 -.032 .351 .091 -.048 .571 .091 .020 .344
Q8 -.181 .088 .126 .237 .586 -.034 .062 -.047
Q9 -.012 -.013 .070 .364 .496 .074 .016 .263
Q10 .090 .105 .081 .061 .609 .331 .031 -.339
Q11 .049 .245 .088 .319 .194 .709 .009 -.130
Q12 .014 .074 .147 .146 .059 .822 .043 .179
Q13 .043 .102 -.039 .754 -.008 .015 .012 -.158
Q14 .134 .253 .123 .066 .044 .017 .075 .791
Q15 -.044 .180 .035 .665 .169 .187 -.063 .058
Q16 .275 .532 .051 .188 -.229 .158 .124 .218
Q17 .161 -.072 .096 -.299 .047 .483 .443 -.074
Q18 .306 .040 .303 .016 -.053 .076 .647 .063
Q19 .447 -.020 .094 -.083 .255 .107 .518 .070
Q21 .573 -.102 -.104 -.101 .443 .112 .078 .116
Q22 .199 .053 .694 .140 .169 -.107 .018 -.237
Q23 .076 .044 .842 -.128 .040 .188 .141 .103
Q24 .083 -.067 .795 -.059 .060 .194 .111 .236
Q25 .794 .124 .142 .010 .165 -.018 -.084 -.068
Q26 .670 .068 -.028 .141 -.186 .197 .280 .045
Q27 .824 .110 .102 -.025 -.163 .003 .041 .092
Q28 .683 .103 .240 -.116 -.170 -.071 .198 -.008
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a Rotation converged in 7 iterations.
135
Component Transformation Matrix
Component 1 2 3 4 5 6 7 8
1 .531 .494 .334 .196 .249 .327 .340 .196
2 -.590 .412 -.232 .513 .334 .129 -.169 .094
3 -.243 -.582 .509 .067 .435 .378 .044 -.070
4 .494 -.404 -.513 .511 .141 .129 -.137 -.111
5 -.231 -.214 -.063 .328 -.550 .172 .591 .329
6 .110 -.132 .381 .343 -.034 -.524 -.346 .559
7 -.033 -.141 -.362 -.311 .546 -.294 .425 .432
8 -.031 .028 .178 .333 .122 -.571 .432 -.573
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
136
Kuisioner Penelitian:
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi
(Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)
DATA RESPONDEN:
1. Nama : ……………………………………………………..
2. Alamat : ……………………………………………………..
Kelurahan : ……………………………………………………..
RT / RW : ….. / …..
Kecamatan : ……………………………………………………..
Kota / Kabupaten : ……………………………………………………..
Propinsi : ……………………………………………………..
3. No. Kontak : ……………………………………………………..
Telephone : ……………………………………………………..
Handphone : ……………………………………………………..
4. Usia : …………Tahun
5. Jenis Kelamin : Pria / Wanita
(Lingkarilah salah satu jawaban)
6. Intensitas minum teh : Kadang / Sering
(Lingkarilah salah satu jawaban)
7. Intensitas mengkonsumsi produk teh Sari Wangi : Aktif / Pasif
(Lingkarilah salah satu jawaban)
137
Petunjuk:
1. Berikan tanda silang ( X ) atau ( √ ) pada kolom yang disediakan.
2. Alternatif jawaban yang tersedia pada kuesioner, silahkan anda pilih yang
dianggap sesuai.
3. Keterangan: (SS) = Sangat Setuju, (S) = Setuju, (R) Ragu, (TS) = Tidak
Setuju, (STS) Sangat Tidak Setuju.
Pertanyaan:
No Pertanyaan SS S R TS STS
PRODUK
1. Produk teh celup yang anda konsumsi memiliki
cita rasa yang khas, dan membuat anda terkesan
dengan cita rasa yang khas tersebut.
2. Aroma produk teh celup yang anda konsumsi
terasa sangat khas, sehingga membuat anda
dapat lebih menikmati teh celup yang anda
konsumsi.
3. Teh celup yang anda konsumsi memiliki rasa teh
yang khas, dan rasa teh yang khas itu cocok
dengan selera anda.
4. Warna air teh celup yang anda konsumsi
berwarna khas dan bening, dan anda tertarik
dengan warna air pada teh celup yang anda
konsumsi.
5. Produk teh celup yang anda konsumsi
mempunyai tingkat kekentalan atau kepekatan
yang khas, dan tingkat kekentalan atau
kepekatan tersebut sangat cocok dengan selera
anda.
138
No Pertanyaan SS S R TS STS
HARGA
6. Harga produk teh celup yang ditawarkan oleh
produsen untuk anda konsumsi, dapat anda beli
dengan harga yang terjangkau.
7. Produk teh celup yang anda beli dengan tingkat
harga tertentu, telah sesuai dengan manfaat yang
anda peroleh setelah anda mengkonsumsi produk
teh celup tersebut.
8. Produk teh celup yang anda pilih untuk anda
konsumsi, memiliki harga yang bersaing dengan
produk teh celup lainnya.
9. Harga produk teh celup yang ditawarkan oleh
produsen pada anda menyakinkan anda untuk
membelinya.
PROMOSI
10. Iklan yang ada di Televisi atau pun radio tentang
produk teh celup, membuat anda memperoleh
informasi tentang produk tersebut, sehingga anda
dapat membeli produk teh celup tersebut.
11. Dengan adanya promosi penjualan yang
dilakukan produsen teh mengakibatkan banyak
yang mengkonsumsi teh celup tersebut.
12. Melalui kegiatan pemasaran langsung produk teh
celup yang dilakukan oleh produsen, membuat
banyak yang menjadi konsumen produk teh
celup tersebut.
139
No Pertanyaan SS S R TS STS
DISTRIBUSI
13. Produk teh celup yang anda konsumsi sangat
banyak tersedia di warung, toko, dan
minimarket.
14. Dalam melakukan pembelian teh celup anda
mendapatkan pelayanan yang baik oleh penjual.
15. Lokasi atau tempat anda melakukan pembelian
teh celup mudah anda jangkau, sehingga oleh
sebab itu anda selalu melakukan pembelian
ulang produk teh celup tersebut.
BUDAYA
16. Kebiasaan dalam mengkonsumsi teh celup (Sari
Wangi) yang dilakukan setiap hari menjadikan
seseorang ketagihan dalam mengkonsumsi teh
celup.
INDIVIDU
17. Usia remaja adalah usia dimana seseorang mulai
menjadi konsumen teh, sedangkan usia dewasa
seseorang sudah menjadi konsumen teh yang
aktif.
18. Seseorang yang bekerja minum teh untuk
menghilangkan rasa lelahnya setelah bergelut
dengan pekerjaannya. Hal ini mengindikasikan
bahwa seseorang terbiasa minum teh salah satu
alasannya disebabkan oleh profesi yang mereka
geluti.
19. Banyak mahasiswa yang terbiasa minum teh
untuk menciptakan suasana yang santai, mereka
minum teh untuk membantu mereka agar mudah
140
No Pertanyaan SS S R TS STS
tenang hingga dapat membantu dalam pelajaran
atau dalam mengerjakan tugas mereka. Adanya
alasan faktor tugas atau kesibukan pendidikan
mereka di kuliah tersebut, membuat banyak di
kalangan mahasiswa yang minum teh.
20. Tingkat penghasilan seseorang sangatlah
berbeda-beda, hal ini membuat kebutuhan
belanja mereka haruslah disesuaikan dengan
tingkat penghasilan mereka. Dari hal tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat penghasilan
mempengaruhi kebutuhan belanja atau
pembelian mereka.
21. Berkembangannya kedai-kedai teh
mengindikasikan bahwa minuman teh adalah
minuman yang dapat menjadi sebuah trend gaya
hidup seseorang, oleh sebab itu minum teh
menjadi sebuah trend gaya hidup bagian yang
tak terlepas dari aktivitas anda dalam keseharian.
SOSIAL
22. Keluarga anda adalah referensi anda dalam
melakukan pembelian sebuah produk.
23. Rekan kerja anda adalah referensi anda dalam
melakukan pembelian sebuah produk.
24. Teman sekomunitas anda adalah referensi anda
dalam melakukan pembelian sebuah produk.
PSIKOLOGIS
25. Dalam keyakinan anda, dengan mengkonsumsi
teh akan membuat pikiran anda terasa segar, dan
anda berkeyakinan pula dengan minum teh dapat
141
No Pertanyaan SS S R TS STS
membuat anda merasa tenang.
26. Dorongan dari dalam diri anda, untuk minum teh
pada pagi hari agar anda dapat semangat
melakukan pekerjaan anda.
27. Anda berkeyakinan bahwa dengan minum teh
dapat membuat anda merasa nyaman dan santai.
28. Saat pertama kali anda minum teh anda
merasakan kenyamanan