96
SKRIPSI ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG BERDASARKAN AKTA KELAHIRAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM OLEH BHINNEKA IKA SAKTY B111 08 815 BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

SKRIPSI

ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNGBERDASARKAN AKTA KELAHIRAN DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM

OLEHBHINNEKA IKA SAKTY

B111 08 815

BAGIAN HUKUM KEPERDATAANFAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2012

Page 2: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

i

HALAMAN JUDUL

ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNGBERDASARKAN AKTA KELAHIRAN DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM

OLEHBHINNEKA IKA SAKTY

B111 08 815

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian studi sarjana

dalam bagian hukum keperdataan

program studi ilmu hukum

PADA

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

Page 3: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNGBERDASARKAN AKTA KELAHIRAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

disusun dan diajukan olehBHINNEKA IKA SAKTY

B111 08 815

telah dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi yang dibentukdalam rangka penyelesaian studi program sarjana

Bagian Hukum Keperdataan Program Studi Ilmu HukumFakultas Hukum Universitas Hasanuddin

pada hari, Rabu 23 Mei 2012dan dinyatakan diterima

PANITIA UJIAN

Ketua

Prof. Dr. H. M. Arfin Hamid, S.H., M.H.NIP. 19670205 199403 1 001

Sekretaris

Achmad, S.H., M.H.NIP. 19680104 199303 1 002

a.n. DekanWakil Dekan Bidang Akademik,

Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.NIP. 19630419 198903 1 003

Page 4: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Dengan ini menerangkan bahwa skripsi:

Nama : Bhinneka Ika Sakty

Nomor Induk Mahasiswa : B111 08 815

Bagian : Hukum Keperdataan

Judul Skripsi : Anak Angkat yang Berstatus AnakKandung Berdasarkan Akta KelahiranDitinjau dari Hukum Islam

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian skripsi.

Makassar, 4 Mei 2012

PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. M. Arfin Hamid, S.H., M.H.NIP. 19670205 199403 1 001

PEMBIMBING II

Achmad, S.H., M.H.NIP. 19680104 199303 1 002

Page 5: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

iv

LEMBAR PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

Dengan ini menerangkan bahwa skripsi:

Nama : Bhinneka Ika Sakty

Nomor Induk Mahasiswa : B111 08 815

Bagian : Hukum Keperdataan

Judul Skripsi : Anak Angkat yang Berstatus AnakKandung Berdasarkan Akta KelahiranDitinjau dari Hukum Islam

Memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai ujian akhir

program studi.

Makassar, 4 Mei 2012

a.n. DekanWakil Dekan Bidang Akademik,

Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.NIP. 19630419 198903 1 003

Page 6: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

v

ABSTRAK

Bhinneka Ika Sakty (B111 08 815), Anak angkat yang berstatus anak kandungberdasarkan akta kelahiran ditinjau dari hukum Islam, dibimbing oleh M. Arfin Hamid,selaku Pembimbing I (satu) dan Achmad, selaku Pembimbing II (dua).

Penulisan ini bertujuan 1) Untuk mengetahui dan menjelaskan penyebabanak angkat dapat berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran, dan 2)Untuk mengetahui dan menjelaskan konsekuensi hukum anak angkat yangberstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran ditinjau dari hukum Islam.

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Kependudukan Dan CatatanSipil Kota Makassar. Selain wawancara, yaitu mengumpulkan data secara langsungmelalui tanya jawab berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan danmelakukan wawancara secara tidak terstruktur untuk memperoleh data daninformasi yang diperlukan kepada para pakar, narasumber, ataupun pihak-pihakyang terkait, juga dilakukan teknik kepustakaan (library research), yaitu dengan jalanmembaca literatur. Seperti buku-buku teks, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnalhukum yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Analisis data dilakukan denganmenggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut: 1) Anak angkatdapat berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran, disebabkan karena: a)Terjadinya pemalsuan terhadap persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalampembuatan akta kelahiran, dan b) Adanya kerjasama orang tua angkat dengan pihakyang terkait dalam pembuatan akta kelahiran, sehingga persyaratan yang harusdipenuhi dalam pembuatan akta kelahiran tersebut, tidak perlu dilampirkan. Adapunyang menyebabkan orang tua angkat, membuatkan akta kelahiran yang berstatusanak kandung untuk anak angkat tersebut, adalah sebagai berikut: a) Prosespengangkatan anak melalui pengadilan, harus melalui prosedur yang begitu sulit,memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang tidak murah; b) Orang tua angkattidak ingin, anak angkat tersebut mengetahui siapa orang tua kandung sebenarnyaatau nasab (keturunan) anak angkat tersebut, dan c) Adanya persetujuan dari orangtua kandung kepada orang tua angkat, agar anak kandung dia (orang tua kandung)dibuatkan akta kelahiran sebagai anak sah dari orang tua angkat tersebut. Serta 2)Anak angkat yang berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran tidakmengakibatkan perubahan hubungan keturunan (nasab), meskipun pada aktakelahiran anak angkat tersebut berstatus anak kandung. Karena dalam Islam, aktakelahiran tidak dapat mengubah hubungan keturunan (nasab) anak angkat menjadianak kandung. Dan meskipun anak angkat tersebut berstatus anak kandungberdasarkan akta kelahiran, anak angkat tersebut tidak bisa mendapatkan hak warissesuai anak kandung. Selain itu, menurut hukum Islam, akta kelahiran memangpenting tetapi tidak dapat menjadi bukti dalam pewarisan.

Page 7: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Sang Maha Kuasa

dengan segala kebijaksanaan-Nya, Allah S.W.T Tuhan Semesta Alam, yang

telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam, turut penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad S.A.W sang kekasih Allah S.W.T, sang penyelamat, pencerah,

penyempurna, suri tauladan dan pembawa Rahmat bagi ummat manusia.

Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan

penyelesaian Program Sarjana Strata Satu Program Studi Hukum di

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang

telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Pertama, penulis ingin mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis,

Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

kakanda penulis, Dr. Esa Lestary, Arianty, S.si, Apt, dan Rezky Riasari, S.E.,

atas doa restu, dukungan, serta bantuan moril dan materil yang diberikan

selama penulis menempuh pendidikan ini. Terima kasih juga kepada Nenek

Pardiningsih yang tidak pernah lelah memberikan nasihat dan dorongan

semangat kepada penulis.

Page 8: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

vii

Selanjutnya, Penulis ingin mengucapkan kepada pihak-pihak yang

juga banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Idrus Patturusi, Sp.Bo., selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, Makassar dan segenap jajaran Wakil Rektor Universitas

Hasanuddin, Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. Aswanto, S,H., M.Si., DFM., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar dan segenap jajaran Wakil

Dekan I Bapak Prof. Ir. Dr. Abrar Saleng, S.H., M.H., Wakil Dekan II

Bapak Dr. Anshory Ilyas, S.H., M.H., dan Wakil Dekan III Bapak Romi

Librayanto, S.H., M.H.

3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar Periode 2005-

2010, Bapak Prof. Dr. Syamsul Bahri, SH., M.H., Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar Periode 2005-2010 Bapak

Prof. Dr. Guntur Hamzah, S.H., M.H., dan Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar Periode 2005-2010 Ibu Prof.

Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum.

4. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak

Prof. Dr. H. M. Arfin Hamid, S.H., M.H., sebagai pembimbing I dan Bapak

Achmad, S.H., M.H., sebagai pembimbing II, atas bimbingan, dukungan,

dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya terkesan dengan

dedikasi dan komitmen beliau selaku pembimbing I dan pembimbing II,

Page 9: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

viii

yang senantiasa memotivasi saya dalam studi dan membimbing

menyelesaikan skripsi ini.

5. Tim Penguji, Bapak H. Ramli Rahim, S.H., M.H., Ibu Ratnawati, S.H.,

M.H., Ibu Fauziah P. B, S.H., M.H., terima kasih atas seluruh saran dan

kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H. Mustamin Ibrahim (Pimpinan Pondok Pesantren Darud

Da’wah Wal-Irsyad (DDI) Al-Furqan, Buntu Kamassi Larompong,

Kabupaten Luwu dan Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

(MUI), Kabupaten Luwu), Bapak Prof. Dr. H. Ali Parman, M. Ag. (Dosen

Fakultas Syari’ah dan Hukum dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas

Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, serta Ketua Komisi Fatwa Majelis

Ulama Indonesia (MUI), Kota Makassar), Bapak Dr. Abdillah Mustari, M.

Ag. (Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin, Makassar), dan Bapak Drs. Natan Ruben (Kepala Bidang

Kelahiran, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil, Kota Makassar) atas

kesediaan menjadi narasumber dan meluangkan waktunya yang sangat

berharga untuk wawancara, bahkan memberikan sejumlah naskah yang

menjadi bahan penulisan skripsi ini.

7. Kepala Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil, Kota Makassar beserta

staf atas bantuannya selama saya melakukan penelitian.

8. Ketua Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,

Makassar, Bapak Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H., dan Sekretaris

Bagian Ibu Dr. Sri Susanti Nur S.H., M.H., serta seluruh dosen hukum

Page 10: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

ix

perdata yang membuat hukum perdata begitu menarik dan

menyenangkan untuk dipelajari.

9. Bapak Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., selaku Penasihat Akademik (PA)

yang telah memberikan nasehat, bimbingan serta dukungan secara moril

selama penulis melaksanakan kegiatan perkuliahan.

10. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,

Makassar.

11. Sahabat-sahabat terbaikku, Nidha Chusna, Soraya Annisa, dan Andi Tri

Adriani yang selalu ada dalam suka maupun duka, sungguh bahagia

memiliki kalian.

12. Sahabat dan saudari seperjuanganku Sitti Paradiba Rambega yang

selalu tulus menemani, memberi semangat dan tidak pernah bosan

mendengar keluh kesahku dalam segala hal. Persahabatan kita untuk

selamanya.

13. Teman-teman seperjuanganku, Andi Rima Fitriani, Sumarni M. R,

Wahyuni Hamdan dan Fauziah Risanti. Banyak canda tawa yang telah

kita ciptakan bersama, semoga kebersamaan kita akan terus berlanjut

untuk selamanya.

14. Seluruh Angkatan 2008 “Notaris” Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin, Makassar, khususnya Andi Umi Pratiwi, Andi Alamsyah,

Indriani Darwis, Nurafiah Adhayanti, Andi Ian Nuary, Alfiansyah Sugito,

Muhammad Hidayat dan Fuad Akbar Yamin, sangat senang bisa

mengenal kalian.

Page 11: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

x

15. Sahabatku Muhammad Rio Setiawan, Muhammad Teguh Putra, Andry

Heriadi dan Arya Sulvikar Putra. Terima kasih untuk semua

dukungannya.

16. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata Terpadu Universitas Hasanuddin

Gelombang 80, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Khususnya

Kelurahan Takkalasi, Kanda Aswin K, S.H., Kanda Andi Nasryadi, Kanda

Awal Miftah Ridha, Dwi Putri F. Anwar, Alfira Desy Indriati, Andita D. A,

dan Muhammad Haekal Ashri, S.H. Kebersamaan kurang lebih 2 (dua)

Bulan bukanlah waktu yang lama, tetapi begitu membuat kita menjadi

satu dalam ikatan persaudaraan, terima kasih atas pengalaman hidup

yang kalian berikan dan ini merupakan salah satu moment terbaik yang

tidak akan pernah terlupakan.

17. Muhammad Haekal Ashri, S.H., penyemangatku dan pemberi motivasi

dalam penyeselesaian skripsi ini, terima kasih telah setia menemani hari-

hariku. Kuliah Kerja Nyata Terpadu Universitas Hasanuddin Gelombang

80 telah mempertemukan kita sehingga membuat kehadiranmu begitu

sangat berarti dalam hidupku, semoga kedepannya kita dapat terus

bersama. Amin.

18. Seluruh keluarga, rekan dan sahabat yang semuanya tidak bisa

disebutkan satu per satu oleh penulis, yang telah membantu penulis

hingga menyelesaikan studi dan skripsi ini, semoga Allah S.W.T

senantiasa memberikan ganjaran berlipat ganda atas segala bantuan dan

budi baik kalian semua. Penulis juga mengucapkan mohon maaf

Page 12: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

xi

sedalam-dalamnya jika ada kesalahan dan kekhilafan, baik dalam bentuk

ucapan maupun tingkah laku, sejak pertama kali melaksanakan kuliah di

Universitas Hasanuddin, Makassar hingga menyelesaikan studi.

Terakhir penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan bernilai ibadah disisi-Nya. dan mohon

maaf jika ada kesalah dan kekeliruan sejak melaksanakan perencanaan,

penelitian, penyusunan skripsi hingga pengujian skripsi ini. Dengan rendah

hati penulis mengharapkan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan yang

dapat membangun guna kesempurnaan skripsi ini, karena kesempurnaan

hanya milik Allah S.W.T.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 21 Mei 2012

Bhinneka Ika Sakty

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”

-Imam Al Ghazali-

Page 13: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPI ..................................... iv

ABSTRAK............................................................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 12

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13

A. Pengertian Hukum Islam................................................................... 13

B. Ruang Lingkup Hukum Islam........... ............................................... .. 18

C. Tujuan Hukum Islam.............................. ........................................... 20

D. Sumber-Sumber Hukum Islam........................................................ .. 23

E. Hukum Keluarga Islam Dan Ruang Lingkupnya ............................... 28

Page 14: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

xiii

F. Tinjauan Umum Mengenai Pengangkatan Anak............................... 35

1. Pengertian Anak Angkat................................................................. ... 35

a) Menurut Hukum Islam.................................................................... ... 35

b) Menurut Perundang-Undangan....................................................... .. 36

2. Pengertian Pengangkatan Anak...................................................... .. 37

a) Menurut Hukum Islam.................................................................... ... 37

b) Menurut Perundang-Undangan....................................................... .. 39

3. Dasar Hukum Pengangkatan Anak................................................. .. 39

a) Menurut Hukum Islam.................................................................... ... 39

b) Menurut Perundang-Undangan....................................................... .. 40

4. Tujuan Pengangkatan Anak............................................................ .. 43

a) Menurut Hukum Islam...................................................................... 43

b) Menurut Perundang-Undangan....................................................... .. 43

G. Akta Kelahiran............................................................................... .... 45

H. Pengertian Anak Kandung.............................................................. ... 47

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 48

A. Lokasi Penelitian............................................................................... 48

B. Jenis Dan Sumber Data .................................................................... 48

C. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 49

D. Teknik Analisis Data....................................................................... ... 49

Page 15: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 50

A. Penyebab Anak Angkat Dapat Berstatus Anak Kandung

Berdasarkan Akta Kelahiran .............................................................. 50

1. Prosedur Pengangkatan Anak..................................................... 50

a) Secara Adat............................................................................... 50

b) Melalui Notaris........................................................................... 51

c) Melalui Pengadilan Negeri ........................................................ 52

d) Melalui Pengadilan Agama........................................................ 53

2. Pencatatan Pengangkatan Anak Pada Pencatatan Sipil ............. 54

3. Faktor-Faktor Penyebab Anak Angkat Dapat Berstatus

Anak Kandung Berdasarkan Akta Kelahiran ............................... 58

B. Konsekuensi Hukum Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung

Berdasarkan Akta Kelahiran Ditinjau Dari

Hukum Hukum Islam....................................................................... .. 61

1. Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung Berdasarkan

Akta Kelahiran Tidak Mengakibatkan Perubahan Hubungan

Keturunan (Nasab) ..................................................................... 61

a) Pengertian Nasab ............................................................... 61

b) Sebab-Sebab Terjadinya Hubungan Nasab............................. 63

c) Cara Menetapkan Nasab ......................................................... 64

Page 16: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

xv

2. Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung Berdasarkan

Akta Kelahiran Tidak Mengakibatkan Perubahan Terhadap

Hukum Yang Saling Mewarisi..................................................... 67

a) Anak Angkat Sebagai Ahli Waris Menurut Hukum Islam.......... 67

BAB V PENUTUP............................................................................... ................. 72

A. Kesimpulan .................................................................................. 72

B. Saran........................................................................................... ...... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74

Biodata Narasumber, Surat Keterangan Telah Melaksanakan Wawancara

Dan Surat Keterangan Penelitian ........................................................................ 78

Page 17: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah menjadi kodratnya bahwa setiap umat manusia di dunia ini

berlainan jenis harus hidup bersama, maka kedua jenis insan tersebut wajar

dan layak melangsungkan perkawinannya untuk hidup bersama membentuk

suatu keluarga yang bahagia yang bertujuan mengumpulkan dan

mengembangkan keturunannya agar kehidupan manusia tersebut tidak

terputus dan dapat lestari dan berkesinambungan. Oleh karena negara

Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila, di mana sila pertama

dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan

mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/ kerohanian, sehingga

perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/ jasmani, tetapi unsur batin/

rohani juga mempunyai peranan yang utama.1

Dalam perkawinan tersebut tercantum pula tujuan perkawinan yaitu

untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Ini

berarti bahwa perkawinan dilangsungkan bukan untuk sementara atau untuk

jangka waktu tertentu yang direncanakan, akan tetapi untuk seumur hidup

atau selama-lamanya, dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Hal tersebut

dikarenakan tidak diperkenankan perkawinan yang hanya dilangsungkan

1 Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta CatatanSipil Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 36.

Page 18: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

2

sementara waktu seperti kawin kontrak. Pemutusan perkawinan dengan

perceraian hanya diperbolehkan dalam keadaan yang sangat terpaksa. 2

Kemudian bagi keluarga yang baru dibentuk, kelahiran anak diharapkan

sebagai akibat perkawinan mereka dan kemudian anak yang lahir inilah yang

disebut sebagai penerus generasi dari orang tuanya.3

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Allah S.W.T, anak

dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan

kekayaan harta benda lainnya. Anak sebagai amanah Allah S.W.T harus

senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat,

martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dilihat

dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan

sekaligus potret bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan

hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas

perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminatif serta hak sipil dan

kebebasan.4

Pengangkatan anak dan anak angkat termasuk bagian substansi dari

hukum perlindungan anak, yang telah menjadi bagian dari hukum yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat sesuai dengan adat istiadat dan motivasi

yang berbeda-beda serta perasaan hukum yang hidup dan berkembang di

masing-masing daerah. Walaupun di Indonesia masalah pengangkatan anak

2 Ibid., hlm. 37.3 Ibid., hlm. 39-40.4 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengantar Anak Perspektif Islam,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 1.

Page 19: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

3

tersebut belum diatur secara khusus dalam undang-undang tersendiri. Di

Indonesia, pengangkatan anak telah menjadi kebutuhan masyarakat dan

menjadi bagian dari sistem hukum kekeluargaan, karena menyangkut

kepentingan orang per orang dalam keluarga. Oleh karena itu, lembaga

pengangkatan anak (adopsi) yang telah menjadi bagian budaya masyarakat,

akan mengikuti perkembangan situasi dan kondisi seiring dengan tingkat

kecerdasan serta perkembangan masyarakat itu sendiri.

Burgerlijk Wetboek tidak mengatur tentang pengangkatan anak,

namun dalam perkembangannya sejak tahun 1956 Burgerlijk Wetboek

Belanda yang baru (Nieuwe Burgerlijk Wetboek) telah mengatur

pengangkatan anak. Latar belakang pengaturan ini terutama karena

keinginan yang dirasakan oleh masyarakat untuk memberikan pemeliharaan

kepada anak-anak yang tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya

kurang mampu. Adapun yang diperbolehkan melakukan pengangkatan anak

dalam Nieuwe Burgerlijk Wetboek hanya pasangan suami istri yang tidak

mempunyai anak sendiri dan sudah lebih dari 5 (lima) tahun dalam

perkawinan. Pengangkatan anak tidak boleh dilakukan terhadap anak sendiri

yang lahir di luar perkawinan (natuurlijk kind). Anak luar kawin itu dapat diakui

dan disahkan menurut ketentuan undang-undang yang sudah ada (erkening

dan wettiging).5

5 Musthofa Sy, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, KencanaMedia Group, Jakarta, 2008, hlm. 27-28.

Page 20: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

4

Hukum kekeluargaan adat memandang bahwa keturunan adalah

ketunggalan leluhur, artinya dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan

darah dengan ketunggalan leluhur bervariasi hukum yang berhubungan

dengan ketunggalan leluhur bervariasi di masing-masing daerah. Ada satu

pandangan pokok yang sama bahwa keturunan merupakan unsur yang hakiki

serta mutlak bagi suatu klan, suku, atau kerabat yang menginginkan dirinya

tidak punah dan menghendaki supaya ada generasi penerusnya.

Pengangkatan anak dalam hukum adat bukan merupakan lembaga yang

asing. Lembaga itu dikenal luas hampir di seluruh Indonesia yang dilakukan

dengan cara dan motif yang bervariasi. Misalnya di Jawa, anak angkat

biasanya diambil dari anak keponakannya sendiri, laki-laki atau perempuan.6

Akibat hukum pengangkatan anak dalam hukum adat sangat

bervariasi. Misalnya di Jawa, pengangkatan anak tidak memutuskan pertalian

keluarga antara anak angkat dan orang tua kandungnya. Sedangkan di Bali,

pengangkatan anak adalah perbuatan hukum yang melepaskan anak dari

pertalian keluarga orang tua kandungnya dan memasukkan anak itu ke

dalam keluarga bapak angkat, sehingga anak tersebut berkedudukan

menjadi anak kandung untuk meneruskan keturunan bapak angkatnya.

Kedudukan anak angkat dalam hukum adat dipengaruhi oleh sistem

kekeluargaan dan keturunan. Sistem kekeluargaan di Indonesia dibedakan

menjadi 3 (tiga) corak, yaitu sistem patrilineal (alur keturunan berasal dari

6 Ibid., hlm. 28.

Page 21: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

5

pihak bapak), sistem matrilineal (alur keturunan berasal dari pihak ibu), dan

sistem parental atau bilateral (alur keturunan berasal dari pihak bapak dan

ibu).7

Dalam hukum Islam pengangkatan anak (adopsi) sudah dikenal dan

berkembang sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. Mahmud Syaltut

menjelaskan, bahwa tradisi pengangkatan anak sebenarnya sudah

dipraktekkan oleh masyarakat dan bangsa-bangsa lain sebelum kedatangan

Islam, seperti yang dipraktikkan oleh bangsa Yunani, Romawi, India, dan

beberapa bangsa zaman kuno. Di kalangan bangsa Arab sebelum Islam

(masa Jahiliyah) istilah pengangkatan anak dikenal dengan at-tabanni, dan

sudah ditradisikan secara turun-temurun. Imam Al-Qurtubi (ahli tafsir klasik)

menyatakan bahwa sebelum kenabian, Rasulullah SAW sendiri pernah

mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi anak angkatnya, bahkan tidak lagi

memanggil Zaid berdasarkan nama ayahnya (Haritsah), tetapi ditukar oleh

Rasulullah SAW dengan nama Zaid bin Muhammad. Pengangkatan Zaid

sebagai anaknya diumumkan oleh Rasulullah, di depan kaum Quraisy. Nabi

Muhammad SAW juga menyatakan bahwa dirinya dan Zaid saling mewarisi.

Zaid kemudian dikawinkan dengan Zainab binti Jahsy, putri Aminah binti

Abdul Muththakib, bibi Nabi Muhammad SAW oleh karena Nabi Muhammad

SAW. telah menganggapnya sebagai anak, maka para sahabat pun

kemudian memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad. Setelah Nabi

7 Ibid., hlm. 29-30.

Page 22: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

6

Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, turunlah Surah Al-Ahzab ayat 4-5,

yang salah satu intinya melarang pengangkatan anak dengan akibat hukum

seperti di atas (saling mewarisi) dan memanggilnya sebagai anak kandung.

Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa kisah di atas menjadi latar belakang

turunnya ayat tersebut.8 Jadi, hukum Islam hanya mengakui pengangkatan

anak dalam pengertian beralihnya tanggung jawab untuk memberikan

nafkah, mendidik, memelihara, dan lain-lain dalam konteks beribadah kepada

Allah S.W.T.9

Dalam hal kewarisan, menurut ulama fikih, anak angkat tidak termasuk

satu kerabat atau bukan satu keturunan dengan orang tua angkatnya, bukan

pula lahir atas perkawinan yang sah dari orang tua angkatnya, dan bukan

pula karena hubungan perwalian. Oleh karena itu, antara dirinya dan orang

tua angkatnya tidak berhak saling mewarisi satu sama lain. Jika ia akan

mewarisi, maka hak waris mewarisi hanya berlaku antara dirinya dan orang

tua kandungnya secara timbal balik, atas dasar kekerabatan dan hasil

perkawinan yang sah atau kalau mungkin ada karena saling tolong menolong

dengan yang meninggal semasa hidupnya. Namun mengingat hubungan

yang sudah akrab antara anak angkat dengan orang tua angkatnya, apalagi

kalau yang diangkat itu diambil dari keluarga dekat sendiri, serta

memperhatikan jasa baiknya terhadap rumah tangga orang tua angkatnya,

maka Islam sama sekali tidak menutup kemungkinan bahwa anak angkat

8 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Op. Cit., hlm 22-23.9 Musthofa Sy, Op. Cit., hlm 39.

Page 23: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

7

mendapat bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya. Caranya

adalah dengan hibah dan wasiat yang ditulis atau diucapkan oleh ayah

(orang tua) angkatnya sebelum meninggal dunia.10

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merupakan salah satu

sumber hukum, memberikan ketentuan bahwa anak angkat berhak menerima

bagian warisan sebagaimana diatur dalam Pasal 209 ayat (1) dan ayat (2)

Kompilasi Hukum Islam (KHI), sebagai berikut: (1) Harta peninggalan anak

angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193, sedangkan

terhadap orangtua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah,

sebanyak-banyaknya 1/3 (sepertiga) dari harta warisan anak angkatnya, dan

(2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 (sepertiga) dari harta warisan orangtua angkatnya.

Berdasarkan isi bunyi Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam (KHI) ayat (1) dan

(2) diatas dapat dipahami bahwa wasiat wajibah yang dimaksud oleh

Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah wasiat yang diwajibkan berdasarkan

ketentuan perundang-undangan yang diperuntukkan bagi anak angkat atau

sebaliknya orang tua angkatnya yang tidak diberi wasiat sebelumnya oleh

orang tua angkat atau anak angkatnya, dengan jumlah maksimal 1/3

(sepertiga) dari harta peninggalan.11

10 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Op. Cit., hlm. 25-26.11 Jiiy Ji’ronah Muayyanah, “Tinjauan Hukum Pengangkatan Anak Serta Akibat

Hukumnya Dalam Pembagian Waris Menurut Hukum Islam Dan Kompilasi Hukum Islam(KHI)”. Tesis Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana UniversitasDiponegoro, Semarang 2010, hlm. 17-18. Tersedia di

Page 24: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

8

Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) dinyatakan bahwa anak angkat sebagai anggota keluarga

dapat memperoleh harta warisan dari orang tua angkatnya berdasarkan

ketentuan undang-undang yang berlaku (ab instestato) ataupun dengan

adanya surat wasiat (testament).12 Dalam Pasal 957 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPerdata) dinyatakan:

Hibah wasiat ialah suatu penetapan khusus, di mana pewarismemberikan kepada satu atau beberapa orang barang-barangtertentu, atau semua barang-barang dan macam tertentu; misalnya,semua barang-barang bergerak atau barang-barang tetap, atau hakpakai hasil atas sebagian atau semua barangnya.13

Jadi hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus,

dimana pewaris mewariskan kepada seseorang atau lebih memberikan

beberapa barang-barangnya dari suatu jenis tertentu, misalnya, segala

barang-barangnya bergerak atau tidak bergerak, atau memberikan hak pakai

hasil atas seluruh atau sebagian harta peninggalannya. Membagi benda-

benda harta warisan dengan jalan wasiat biasanya dimaksudkan untuk

menghindari jangan sampai terjadi perselisihan dikalangan ahli waris.

Biasanya wasiat membagi harta warisan dengan cara tertentu, yang

dirasakan mengikat oleh ahli waris atas dasar rasa wajib menghormati

http://eprints.undip.ac.id/23841/1/Jiiy_Ji%E2%80%99ronah_Muayyanah.pdf Terakhir diaksespada 14 Februari 2012, Pukul 9.14 P.M. WITA.

12 http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--alfunnimat-359. Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 9.43 P.M. WITA.

13 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie), Pasal957.

Page 25: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

9

pesanan orang tua. Dengan demikian didalam hukum barat telah ditentukan

bahwa kedudukan seseorang yang meninggal dunia sedapat mungkin

disesuaikan dengan kehendak hati orang yang meninggal. Pada prinsipnya

orang bebas menentukan kehendak terhadap harta kekayaannya setelah

meninggal dunia. Begitu juga terhadap hak mewaris anak angkat didasarkan

hibah wasiat menurut hukum perdata yang dilakukan oleh orang tua

angkatnya agar anak angkat tersebut mendapat bagian dari harta

peninggalannya.14

Adapun pembuktian asal usul anak, menurut Undang-Undang Nomor

1 tahun 1974 tentang Perkawinan terdapat dalam Pasal 55, yaitu:

(1) Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan aktekelahiran yang authentik, yang dikeluarkan oleh pejabat yangberwenang.(2) Bila akte kelahiran tersebut dalam ayat (1) pasal ini tidak ada,maka pengadilan dapat mengeluarkan penetapan tentang asal-usulseorang anak setelah diadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkanbukti-bukti yang memenuhi syarat.(3) Atas dasar ketentuan pengadilan tersebut ayat (2) ini, makainstansi pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum pengadilanyang bersangkutan mengeluarkan akte kelahiran bagi anak yangbersangkutan.15

14 Ferza Ika Mahendra, “Kajian Terhadap Hak Waris Anak Angkat Didasarkan HibahWasiat Menurut Hukum Perdata (Studi Di Pengadilan Negeri Jakarta Timur)”. UsulanPenelitian Tesis Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana UniversitasDiponegoro, Semarang 2008., hlm. 11-12. Tersedia dihttp://eprints.undip.ac.id/17405/1/FERZA_IKA_MAHENDRA.pdf. Terakhir diakses pada 14Februari 2012, Pukul 10.02 P.M. WITA.

15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,Pasal 55.

Page 26: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

10

Sedangkan pembuktian asal usul anak menurut Kompilasi Hukum

Islam (KHI) terdapat pada Pasal 103, yaitu:

(1) Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan aktakelahiran atau alat bukti lainnya.(2) Bila akta kelahiran atau alat bukti lainnya yang tersebut dalam ayat(1) tidak ada, maka pengadilan agama dapat mengeluarkan penetapantentang asal usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaanyang teliti berdasarkan bukti-bukti yang sah.(3) Atas dasar ketetapan pengadilan agama yang tersebut dalam ayat(2), maka instansi pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukumpengadilan agama tersebut mengeluarkan akta kelahiran bagi anakyang bersangkutan.16

Ketentuan hukum perlunya akta kelahiran sebagai bukti otentik asal-

usul anak, meski sesungguhnya telah diupayakan sejak lama, secara

metodologis merupakan inovasi hukum positif terhadap ketentuan hukum

dalam hukum Islam. Jika dalam hukum Islam asal-usul anak dapat diketahui

dengan adanya ikatan perkawinan yang sah, dipertegas dengan batasan

minimal atau maksimal yang lazim pada usia janin dalam kandungan, maka

pembuktian secara formal, hanya bersifat administratif, asal-usul anak

dengan akta kelahiran atau surat kelahiran. Penentuan perlunya akta

kelahiran tersebut, didasarkan atas prinsip maslahat mursalah (kemaslahatan

yang terlepas dari syariat atau dengan kata lain kebaikan yang tidak

disinggung-singgung benar-tidaknya dalam syariat, baik secara umum

maupun secara khusus), yaitu merealisasikan kemaslahatan bagi anak.

Selain anak akan mengetahui secara pasti orang tuanya, dan apabila suatu

16 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 103.

Page 27: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

11

saat timbul permasalahan, dengan bantuan akta kelahiran sebagai bukti

otentik, anak tersebut dapat melakukan upaya hukum.17

Tetapi bagaimana jika anak angkat tersebut berstatus anak kandung

berdasarkan akta kelahiran, maka akan menyisahkan masalah antara lain

meliputi, faktor-faktor apakah yang menyebabkan anak angkat dapat

berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran, dan bagaimanakah

konsekuensi hukum anak angkat yang berstatus anak kandung berdasarkan

akta kelahiran ditinjau dari hukum Islam.

17 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19968/3/Chapter%20II.pdf.Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 11.47 P.M. WITA.

Page 28: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

12

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang menyebabkan anak angkat dapat berstatus anak kandung

berdasarkan akta kelahiran?

2. Bagaimanakah konsekuensi hukum anak angkat yang berstatus anak

kandung berdasarkan akta kelahiran ditinjau dari hukum Islam?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui dan menjelaskan penyebab anak angkat dapat

berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran

b) Untuk mengetahui dan menjelaskan konsekuensi hukum anak angkat

yang berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran ditinjau dari

hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

a) Sebagai kajian yang berguna untuk menjadi referensi mengenai anak

angkat yang berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran di tinjau

dari hukum Islam.

b) Bagi penulis sendiri, untuk lebih menambah wawasan dan pengalaman

penulis serta sebagai tugas akhir/ skripsi penulis.

Page 29: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Islam

Di Indonesia ada bermacam-macam hukum, diantaranya adalah

hukum Islam. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi

bagian agama Islam. Sebagai sistem hukum, hukum Islam mempunyai

beberapa istilah kunci yang perlu dijelaskan lebih dahulu, sebab, kadangkala

membingungkan, kalau tidak mengetahui maknanya. Istilah yang dimaksud

ialah: 1) Syariat dan 2) Fiqih atau fiqh dan beberapa kata lain yang berkaitan

dengan istilah-istilah tersebut.18

1. Pengertian Syariat

Syariat atau ditulis juga syariah, secara harfiah adalah jalan ke sumber

(mata) air yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Syariat

merupakan jalan hidup Muslim. Syariat memuat ketetapan-ketetapan Allah

S.W.T dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa

suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.

Dilihat dari segi ilmu hukum, syariat merupakan norma hukum dasar

yang ditetapkan Allah S.W.T yang wajib diikuti oleh orang Islam berdasarkan

iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah

S.W.T maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.

18 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Hukum Ilmu Hukum Dan TataHukum Islam di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 42.

Page 30: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

14

Norma hukum dasar ini dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi

Muhammad sebagai Rasul-Nya. Karena itu, syariat terdapat di dalam Al-

Qur’an dan di dalam kitab-kitab Hadist. Menurut sunnah (al-qauliyah atau

perkataan) Nabi Muhammad SAW, umat Islam tidak pernah akan sesat

dalam perjalanan hidupnya di dunia ini selama meraka berpegang teguh atau

berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.19

Arti istilah/ terminologis dari syariat sebagaimana dirumuskan oleh

beberapa ahli dan penulis Hukum Islam, antara lain:

a. Agnides mengemukakan syariah adalah sesuatu yang tidak akan

diketahui adanya, seandainya tidak ada wahyu Ilahi.

b. Ashshiddieqy memberikan pengertian mengenai syariah sebagai nama

bagi hukum yang ditetapkan Allah S.W.T untuk para hamba-Nya dengan

perantaraan Rasulullah SAW, supaya para hamba melaksanakannya

dengan dasar iman, baik hukum itu mengenai amaliyah lahiriah maupun

yang mengenai akhlak dan aqidah, kepercayaan yang bersifat batiniah.

c. Rosyada mendefenisikan syariah adalah menetapkan norma-norma

hukum untuk menata kehidupan manusia baik dalam hubungannya

dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.

d. Zuhdi memberikan pengertian mengenai syariah sebagai hukum yang

ditetapkan Allah S.W.T melalui rasul-Nya untuk hamba-Nya, agar mereka

19 Ibid., hlm. 46-47.

Page 31: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

15

menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang berkaitan dengan aqidah,

amaliyah (ibadah dan muamalah) dan yang berkaitan dengan akhlak.20

Karena norma-norma hukum dasar yang terdapat di dalam Al-Qur’an

itu masih bersifat umum, demikian juga halnya dengan aturan yang

ditentukan oleh Nabi Muhammad SAW terutama mengenai muamalah, maka

setelah Nabi Muhammad SAW wafat, norma-norma hukum dasar yang masih

bersifat umum itu perlu dirinci lebih lanjut. Perumusan dan penggolongan

norma-norma hukum dasar yang bersifat umum itu ke dalam kaidah-kaidah

yang lebih konkret agar dapat dilaksanakan dalam praktik, memerlukan

disiplin ilmu dan cara-cara tertentu. Muncullah ilmu pengetahuan baru yang

khusus menguraikan syariat dimaksud. Ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqih

yang ke dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan ilmu hukum (fiqih)

Islam. Ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syariat

dengan memusatkan perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia

mukallaf, yaitu manusia yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam

karena telah dewasa dan berakal sehat. Orang yang paham tentang ilmu fiqih

disebut fakih atau fukaha (jamaknya). Artinya ahli atau para ahli hukum (fiqih)

Islam.21

20 M. Arfin. Hamid, Hukum Islam Perspektif Keindonesiaan (Sebuah PengantarDalam Memahami Realitas Hukum Islam Di Indonesia), PT. Umitoha Ukhuwa Grafika,Makassar, 2011, hlm. 36.

21 Mohammad Daud Ali, Op.Cit., hlm. 47-48.

Page 32: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

16

2. Fiqih

Dalam Bahasa Arab, fiqh artinya paham atau pengertian. Dalam hal ini

dapat juga dirumuskan dengan kata-kata lain, ilmu fiqih adalah ilmu yang

bertuas menentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang

terdapat di dalam Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat

dalam Sunnah Nabi yang direkam dalam kitab-kitab hadist. Dengan kata lain,

ilmu fiqih adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum yang

terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW untuk

diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya

yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam.22 Sedangkan menurut para

penulis hukum Islam, antara lain:

a. Fyzee mengemukakan pengertian fikih sebagai pengetahuan tentang hak-

hak dan kewajiban-kewajiban seseorang sebagaimana diketahui dari Al-

Qur’an atau As-Sunnah, atau yang disimpulkan dari keduanya atau

tentang apa yang kaum cerdik-pandai telah sepakati.

b. Budiman mengemukakan pengertian fikih ialah ilmu pengetahuan hukum

yang hanya mencakup bidang amaliyah saja dan pengetahuan hukum itu

bersumber dari ijtihad.

c. Hanafi juga memberikan pengertian mengenai fikih adalah mengetahui

hukum-hukum syara’ yang mengenai perbuatan dengan melalui dalil-

22 Ibid., hlm. 48-49.

Page 33: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

17

dalilnya yang terperinci. Fiqih ialah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta

ijtihad (penelitian) dan memerlukan pemikiran dan perenungan.23

Adapun perbedaan antara syariat dan fiqih sebagai berikut: a) Syariat

Islam adalah segala yang telah disyariatkan oleh Allah S.W.T yang meliputi

seluruh dasar agama. moral, etika, akhlak, hubungan sosial antarmanusia,

sedangkan fiqih ialah segala hukum yang diambil dari Al-Qur’an dan hadist

dengan menggunakan paham (media) ijtihad. Hal ini ditempuh apabila

masalah-masalah sosial yang terjadi yang dasar hukumnya dalam Al-Qu’ran

dan Sunnah tidak ada atau tidak jelas, jadi sifatnya parsial (berhubungan); b)

Syariat Islam ditentukan oleh Allah S.W.T sedangkan fiqih ditetapkan oleh

manusia dengan menggunakan paham (media) ijtihad, dan c) Syariat Islam

lebih luas dari pada fiqih, oleh karena itu syariat Islam meliputi seluruh

perbuatan lahir dan batin manusia, sedangkan fiqih hanya terbatas pada

ketentuan lahir manusia saja.24

Sedangkan persamaannya, sebagai berikut: a) Syariat maupun fiqih,

kedua-duanya dipakai secara bersama-sama untuk menunjukkan, bahwa

hukum Islam itu adalah sistem hukum yang sempurna, dan b) Syariat dan

fiqih pada hakekatnya adalah hukum yang mengatur perbuatan dan sikap

manusia terhadap 2 (dua) arah, yaitu hubungan manusia dengan manusia

yang disebut Muamalah, dan hubungan antara syariat dan fiqih, antara lain

23 M. Arfin. Hamid, Op. Cit., hlm. 37-38.24 Abdullah Marlang, et. all, Pengantar Hukum Indonesia, Yayasan Aminuddin Salle

(A.S. Center), Makassar, 2009. hlm. 87.

Page 34: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

18

sebagai berikut: a) Fiqih adalah formula yang dipahami melalui syariat,

syariat tidak dapat dijalankan dengan baik tanpa dipahami melalui fiqih atau

pemahaman yang memadai dan diformulasikan secara baku, dan b) Fiqih

tidak dapat dipisahkan dari syariat, oleh karena itu fiqih adalah bagian yang

tidak terpisahkan dari syariat.25

Maka pengangkatan anak (at-tabanni) menurut fiqih atau Ulama fiqih,

dapat dilakukan asalkan tidak memutus hubungan keturunan (nasab) si anak

dengan ayah dan ibu kandungnya. Sebab, hal ini bertentangan dengan

syariat Islam. Begitupun menurut syariat Islam, pengangkatan anak tidak

dilarang, malah dianjurkan akan tetapi hukumnya tidak sama dengan hukum

pengangkatan anak yang berlaku pada masa Jahiliyah, antara lain tidak

boleh dinisbahkan namanya kepada orang tua angkatnya, tidak mewarisi,

tidak berlaku seperti mahram. Untuk pembatalan kebiasaan pada masa

Jahiliyah tersebut Allah S.W.T menurunkan Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 4-

5.

B. Ruang Lingkup Hukum Islam

Jika dibandingkan hukum Islam bidang muamalah dengan hukum

Barat yang membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan

hukum publik, maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita,

dimana hukum Islam tidak membedakan (dengan tajam) antara hukum

perdata dengan hukum publik. Ini disebabkan menurut sistem hukum Islam

25 M. Arfin. Hamid, , Op. Cit., hlm. 12.

Page 35: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

19

pada hukum perdata terdapat segi-segi publik dan pada hukum publik

terdapat segi-segi perdatanya. Itulah sebabnya maka dalam hukum Islam

tidak dibedakan kedua bidang hukum itu, yang disebutkan hanyalah bagian-

bagiannya saja, misalnya: (1) Munakahat, (2) Wirasah, (3) Mu’amalat dalam

arti khusus, (4) Jinayat atau ‘Ukubat, (5) Al-Ahkam As-Sulthaniyah (khilafah),

(6) Siyar, dan (7) Mukhasamat.

Hukum perdata (Islam) adalah (1) Munakahat mengatur segala

sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-

akibatnya; (2) Wirasah mengatur segala masalah yang berhubungan dengan

pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum

Kewarisan Islam ini disebut juga hukum fara’id; (3) Muamalat dalam arti yang

khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata

hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam,

perserikatan, dan sebagainya.

Hukum publik (Islam) adalah (4) Jinayat yang memuat aturan-aturan

mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam

jarimah hudud maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah

adalah perbuatan pidana, jarimah hudud adalah perbuatan pidana yang telah

ditentukan bentuk dan batas hukumannya dalam Al-Qu’ran dan Sunnah Nabi

Muhammad (hudud jamak dari had atau batas). Jarimah ta’zir adalah

perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh

penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir = ajaran atau pengajaran);

(5) Ah-Ahkam As-Sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan

Page 36: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

20

dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun

daerah, tentara, pajak dan sebagainya; (6) Syiar mengatur urusan perang

dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain, dan (7)

Mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara.26 Maka

dalam ruang lingkup hukum Islam, pengangkatan anak digolongkan dalam

hukum perdata (Islam), yang menyangkut munakahat (mengatur segala

sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-

akibatnya), dan wirasah (mengatur segala masalah yang berhubungan

dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan).

C. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam tidak terbatas pada lapangan materiil saja yang

sifatnya sementara, tidak pula kepada hal-hal yang sifatnya formil belaka,

akan tetapi lebih dari itu hukum Islam memperhatikan pelbagai faktor seperti

faktor individu, faktor masyarakat dan faktor kemanusiaan dalam

hubungannya 1 (satu) dengan lain demi terwujudnya keselamatan di dunia

dan kebahagiaan dihari kemudian.

Dalam lapangan ibadat (shalat, puasa, zakat, dan naik haji)

dimaksudkan:

1. Membersihkan jiwa manusia dan mempertemukan dirinya dengan Tuhan.

Tujuan ini menyangkut kesehatan rohani;

2. Kesehatan jasmani;

3. Kebaikan individu dan masyarakat dalam pelbagai seginya.

26 Ibid., hlm. 56-58.

Page 37: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

21

Dalam lapangan muamalat, tujuan-tujuan tersebut di atas juga nampak

jelas, antara lain pada prinsip yang mengatakan :

1. Menolak bahaya didahulukan daripada mendatangkan kebaikan, dan

2. Kepentingan umum ditempatkan di atas kepentingan pribadi serta

golongan.

Hukum Islam secara substansial selalu menekankan perlunya

menjaga kemaslahatan manusia. Hukum Islam senantiasa memperhatikan

kepentingan dan perkembangan kebutuhan manusia yang pluraistik. Secara

praktis kemaslahatan itu tertuju kepada tujuan:

a. Memelihara kemaslahatan agama;

b. Memelihara kemaslahatan jiwa;

c. Memelihara kemaslahatan akal;

d. Memelihara kemaslahatan keturunan, dan

e. Memelihara kemaslahatan harta benda.27

Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir, memerinci tujuan hukum

Islam menjadi 3 (tiga) kelompok bebas, yaitu: a) Pendidikan pribadi, hukum

Islam mendidik pribadi-pribadi agar menjadi sumber kebaikan bagi

masyarakatnya, tidak menjadi sumber keburukan yang akan merugikan

pribadi lain; b) Menegakkan keadilan, disini keadilan yang harus ditegakkan

meliputi keadilan pada diri sendiri, keadilan hukum, keadilan sosial, dan

keadilan dunia, dan c) Memelihara kebaikan hidup, maksudnya semua yang

27 Ibid., hlm. 107-108.

Page 38: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

22

meliputi kepentingan hidup manusia harus dipelihara dengan baik, yaitu

kepentingan primer (pokok), kebutuhan sekunder (bukan pokok) dan

kepentingan tersier (pelengkap). Kepentingan yang diperlukan oleh manusia

mutlak harus dilindungi, sebab apabila dibiarkan berjalan dengan sendirinya

maka akan mendatangkan kerusakan kepada manusia dalam menjalani

hidupnya, dan menurut Ibnu Qayyim, tujuan hukum Islam adalah untuk

kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan umat manusia di dunia dan

akhirat.28

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Islam dibangun diatas

sendi-sendi (da’aimut tasyri’) dengan tujuan untuk menegakkan keadilan

merata bagi seluruh umat manusia (tahqiq al-‘adalah), memelihara dan

mewujudkan kemaslahatan umat manusia (ri’ayat mashalis al-ummah), tidak

memperbanyak beban dan menghilangkan kesulitan (qillat al-taklif, nahyu al-

haraj wa raf’ u al-masyakah), pembenahan yang bertahap (tadarrujj fi al-

tasyri), dan masing-masing orang hanya memikul dosanya sendiri, bukan

dosa orang lain.29

Dalam konteks pengangkatan anak, hukum Islam bertujuan

memelihara dan mewujudkan kemaslahatan umat manusia (ri’ayat mashalis

al-ummah), dan tidak memperbanyak beban dan menghilangkan kesulitan

28 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia (Tinjauan Dari AspekMetodologis, Legalisasi, dan Yurisprudensi), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.110.

29 Ibid., hlm 111.

Page 39: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

23

(qillat al-taklif, nahyu al-haraj wa raf’ u al-masyakah). Karena pengangkatan

anak juga bertujuan antara lain untuk merawat dan mendidik anak angkat.

D. Sumber-Sumber Hukum Islam

Dalam kepustakaan, terminologi sumber hukum sering digunakan

dalam pembahasan kaidah hukum. Oleh karena hukum Islam merupakan

hukum agama, maka pengertian sumber hukum adalah pembahasan kaidah

hukum tersebut dipinjam dalam pembicaraan kaidah etis.30 Ada perbedaan

pendapat mengenai mengenai sumber hukum Islam, pembagiannya,

penyebutan jumlahnya, pengertiannya, maupun dalam hal dijadikannya

sebagai hukum Islam. Uraian secara ringkas tentang sumber-sumber hukum

Islam adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah S.W.T yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad SAW. Dalam bahasa Arab, yang diriwayatkan secara mutawatir

(beriring-iringan) dan ditulis dalam mushaf.31 Asli seperti yang disampaikan

oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya sedikit demi

sedikit selama 22 (duapuluh dua) tahun 2 (dua) bulan dan 22 (duapuluh dua)

hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah untuk menjadi pedoman

atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai

kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.32

30 Jazuni, Legislasi Hukum Islam di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005,hlm. 23.

31 Ibid., hlm. 24.32 Mohammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 78-79.

Page 40: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

24

Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang tertinggi. Ulama

sependapat mengenai hal ini. Bahkan, ada yang menyebut Al-Qur’an sebagai

satu-satunya sumber hukum Islam, sumber-sumber lainnya hanya

merupakan penjelasan terhadap Al-Qur’an.33

2. Hadist dan Sunnah

Hadist adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Menurut

ulama ahli ushul, hadist adalah segala perkataan, segala perbuatan, dan

segala ketetapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum.

Hadist dan Sunnah sering digunakan untuk maksud yang sama. Akan tetapi,

keduanya dapat dibedakan. Hadist berkonotasi segala peristiwa yang

dinisbahkan kepada Nabi walaupun hanya sekali saja Beliau

mengucapkannya atau mengerjakannya, dan walaupun diriwayatkan oleh

perorangan. Sedangkan Sunnah adalah sesuatu yang diucapkan atau

dilakukan oleh Nabi secara terus-menerus.34

3. Ijma’

Ijma’ adalah salah satu sumber hukum Islam yang terpenting dan

sering ditempatkan sebagai sumber hukum Islam yang ketiga. Menurut istilah

ahli ushul, ijma’ adalah “kesepakatan seluruh imam (mujtahid) umat Islam

pada suatu masa sesudah wafatnya Rasulullah SAW akan suatu hukum

syariat mengenai perbuatan”. Mereka adalah orang-orang yang berkualifikasi

sebagai imam (mujtahid), bukan orang awam. Unsur ini tidak mungkin

33 Jazuni., Op. Cit., hlm. 24-25.34 Ibid., hlm. 27.

Page 41: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

25

dipenuhi pada zaman ini. Ada pendapat yang menyatakan bahwa ijma’ tidak

mungkin lagi terwujud setelah berlalunya masa sahabat Nabi.35

4. Qiyas

Menurut istilah ahli ushul, qiyas adalah menyamakan hukum suatu

perkara yang belum ada hukumnya dengan hukum perkara lain yang telah

ditetapkan oleh nash karena adanya persamaan alasan hukum. Dari pada

pengertian tersebut, ada 4 (empat) unsur qiyas, yaitu:

a) Perkara pokok yang terdapat hukumnya dalam nash dan akan dipakai

sebagai perbandingan;

b) Perkara baru yang belum ada hukumnya dalam nash dan hendak

diperbandingkan;

c) Hukum dan perkara pokok yang hendak diterapkan terhadap perkara

baru, dan

d) Alasan yang dipakai sebagai dasar penetapan hukum perkara pokok,

yang sama dengan perkara baru.

5. Qaul (Pendapat) Sahabat

Sahabat adalah orang yang bertemu dengan Nabi dalam keadaan

Islam dan mati pun dalam keadaan Islam. Dijadikannya pendapat sahabat

sebagai sumber hukum Islam adalah wajar, karena sahabat merupakan

orang yang lebih mengetahui keseharian Nabi.

35 Ibid., hlm. 29-30.

Page 42: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

26

6. Istihsan

Menurut bahasa, istihsan adalah menganggap dan meyakini kebaikan

sesuatu. Menurut istilah ahli ushul, istihsan adalah berpindahnya seorang

mujtahid (imam) dalam menetapkan suatu masalah dari satu hukum kepada

hukum lain yang berlawanan dengannya, karena adanya dalil yang

mendorongnya.

7. Maslahat Mursalah

Maslahat mursalah adalah kemaslahatan yang terlepas dari syariat

atau dengan kata lain kebaikan yang tidak disinggung-singgung benar-

tidaknya dalam syariat, baik secara umum maupun secara khusus. Imam al-

Ghozali menyebutkan istislah, dan Imam Haramain menyebutnya istidlal.

Oleh, karena kemaslahatan di sini terlepas dari syariat, maka penentu

kemaslahatan di sini adalah penalaran manusia.

8. ‘Urf (Adat Kebiasaan)

‘Urf sebagai salah satu sumber hukum Islam juga disebut adat.

Menurut istilah ushul, ‘urf adalah kebiasaan mayoritas orang dalam kata-kata

dan perbuatan.

9. Syariat terdahulu

Ada syariat umat sebelum Islam yang secara jelas dihapuskan oleh

syariat Islam, ada juga syariat umat sebelum Islam yang tetap dipertahankan

oleh syariat Islam, dan ada syariat umat sebelum Islam yang syariat Islam

tidak menjelaskan dihapus atau tetap dipertahankan.

Page 43: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

27

10. Istishhab

Menurut ulama ushul fiqih, istishhab berarti bahwa apa yang ada pada

masa lalu dipandang masih ada pada masa sekarang dan masa yang akan

datang, atau terus menetapkan ada yang telah ada dan meniadakan apa

yang sebelumnya tidak ada sehingga terdapat dalil yang mengubahnya.

11. Saddudz-Dzara’i

Menurut istilah, saddudz-dzara’i adalah menetapkan hukum suatu

perkara dengan hukum yang terdapat pada perkara yang dituju. Sumber-

sumber hukum Islam tersebut di atas semuanya bersifat keagamaan,

keberlakuannya berdasarkan kepatuhan terhadap agama Islam. Kepatuhan

terhadapnya, berdasarkan kategori kaidah kepercayaan/ agama yang

digolongkan ke dalam kaidah etis.36

Berdasarkan sumber-sumber hukum Islam diatas, maka Al-Qur’an

serta hadist dan sunnah merupakan sumber dalam pengangkatan anak (at-

tabanni). Menurut Al-Qur’an terdapat dalam surah Al-Ahzab ayat 4-5. Dan

berdasarkan hadist Rasulullah S.A.W, sebagai berikut:

Barang siapa yang mendakwakan dirinya sebagai anak dari seorangbukan ayahnya, maka kepadanya ditimpa laknat dan para malaikatdan manusia seluruhnya. Dan kelak pada hari kiamat, akan tidakditerima amalan-amalannya, baik yang wajib maupun yang sunnat.(Hadist Riwayat Bukhari).

36 Ibid., hlm. 30-33.

Page 44: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

28

E. Hukum Keluarga Islam Dan Ruang Lingkupnya

Sebagai Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, Islam dan

ajaran-ajarannya memang relatif banyak mempengaruhi berbagai peraturan

perundang-undangan di Indonesia, tidak terkecuali hukum keluarga. Saat ini,

hukum keluarga di Indonesia sendiri mengacu pada Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Khusus untuk masyarakat muslim di Indonesia, selain Undang-Undang

Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang disahkan melalui Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 1991 juga kerap kali diadopsi dan menjadi

pedoman oleh para hakim agama. Kompilasi Hukum Islam (KHI) tersebut

terdiri atas 299 Pasal yang memuat Hukum Perkawinan (munakahat), Hukum

Kewarisan (mawaris) dan Hukum Perwakafan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,

tentang Perlindungan Anak Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

anaknya atau ibu dan anaknya atau keluarga yang sedarah dalam garis lurus

ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

Page 45: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

29

Menurut R. Abdoel Jamil, hukum kekeluargaan di Indonesia

mencakup, hal-hal sebagai berikut:

1. Keturunan

Masalah keturunan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan ditentukan dalam Pasal 55 bahwa asal-usul seorang

anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang otentik, yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

2. Kekuasaan orang tua

Masalah kekuasaan orang tua yang berupa hak dan kewajibannya

menurut Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dinyatakan bahwa “kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-

anak mereka dengan sebaik-baiknya” seorang anak yang belum mencapai

usia 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah menikah dirinya berada di

bawah kekuasaan orang tua.

3. Perwalian

Masalah perwalian diatur dalam Pasal 50, 51, 52, 53, dan 54 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Seorang anak yang

belum mencapai usia delapan belas tahun atau belum pernah menikah, yang

tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, maka berada di bawah

kekuasaan wali.

Page 46: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

30

4. Pendewasaan

Pendewasaan (handlichting) merupakan suatu pernyataan bahwa

seseorang yang belum mencapai usia dewasa atau untuk beberapa hal

tertentu dipersamakan kedudukan hukumnya dengan seorang yang telah

dewasa.

5. Pengampuan (curatele)

Seseorang yang telah dewasa dan sakit ingatan, menurut Undang-

Undang harus diletakkan di bawah pengampuan (curatele). Demikian juga

bagi seseorang yang terlalu mengabaikan harta bendanya, sebab kurang

mampu mengurus kepentingan dirinya.

6. Perkawinan

Masalah perkawinan, ketentuannya secara rinci telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang

dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

(Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3050). Dalam Undang-Undang tersebut ditetapkan mengenai

perkawinan, akibat perkawinan dan tentang perkawinan campuran.

Page 47: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

31

Selanjutnya menurut Dokumen Nasional Penerapan Hukum Keluarga

Islam di Indonesia, hukum keluarga Islam mencakup hal-hal berikut:

1. Perceraian

Dalam Islam perceraian pada prinsipnya dilarang. Perceraian

merupakan pilihan terakhir (pintu terakhir) yang boleh ditempuh manakala

bahtera kehidupan rumah tangga tidak dapat lagi dipertahankan keutuhan

dan kesinambungannya. Setidaknya ada 4 (empat) kemungkinan yang terjadi

dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu timbulnya keinginan

untuk memutuskan perkawinan, antara lain :

a. Terjadinya nusyuz (kedurhakaan atau penentangan) dari pihak istri;

b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami;

c. Terjadinya perselisihan atau percekcokan antara suami dan istri, dan

d. Terjadinya salah satu pihak melakukan perbuatan zina dan fahisyah

(perbuatan keji atau jelek) yang menimbulkan saling tuduh menuduh

antara keduanya.

2. Perkawinan

Perkawinan adalah yang paling kuno dari lembaga-lembaga sosial

manusia. Perkawinan menjadi ada dengan penciptaan manusia pertama dan

wanita pertama, yaitu Adam dan Hawa. Semua Nabi sejak saat itu telah

dikirim sebagai contoh komunitas mereka, dan setiap Nabi, dari awal sampai

terakhir, menjunjung tinggi lembaga perkawinan sebagai sanksi ilahi ekspresi

persahabatan heteroseksual (ketertarikan satu individu terhadap individu lain

dengan jenis kelamin berbeda, seperti antara jantan dan betina). Bahkan saat

Page 48: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

32

ini, masih dianggap lebih benar dan tepat bahwa pasangan memperkenalkan

satu sama lain sebagai “istriku” dan “suami saya” daripada “kekasih saya”

atau “pasangan saya”. Sebab melalui perkawinan bahwa pria dan wanita

secara legal memenuhi hasrat duniawi mereka, naluri mereka untuk cinta,

kemelaratan, persahabatan, keintiman, dan seterusnya. Pada prinsipnya

tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, yakni membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Perkawinan

dalam Islam adalah ibadah dan mitsaqan ghalidh (perjanjian suci). Sistem

keluarga Islam selanjutnya memberikan hak-hak suami, istri, anak-anak, dan

kekerabatan yang baik.

3. Pewarisan

Dalam hukum Islam ada suatu ketentuan bahwa pembagian/

pemberian harta sebelum seorang meninggal dunia atau lebih dikenal

dengan wasiat tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta warisannya.

Dalam hak waris tersebut ditentukanlah siapa-siapa yang berhak menjadi ahli

waris, yang berhak mendapatkan bagian warisan tersebut, berapa bagian

masing-masing penerima warisan. Berikut sejarah singkat tentang pewarisan

antara lain:

a. Pewaris pada masa Pra Islam (masa Jahiliyah), terjadinya hak waris

karena:

1) Adanya pertalian kerabat;

2) Adanya perjanjian prasetia, dan

3) Adanya pengangkatan anak.

Page 49: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

33

b. Pewarisan pada masa awal Islam, terjadinya hak waris karena:

1) Adanya pertalian kerabat;

2) Adanya pengangkatan anak, dan

3) Adanya hijrah (dari Mekkah ke Madinah) dan persaudaraan antara kaum

Muhajirin dan Anshar.

c. Pewaris pada masa Islam selanjutnya, pada masa ini hak waris hanya

berdasarkan laki-laki yang dewasa dan mengenyampingkan anak-anak

dan kaum perempuan, sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nissa

ayat 7:

Terjemahan:

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapadan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dariharta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyakmenurut bahagian yang Telah ditetapkan.

d. Perwalian Anak

Tentang masalah anak ruang lingkupnya mencakup perwalian anak,

usia nikah anak, pemberian nafkah untuk anak, masalah status anak di luar

nikah serta hak asuh anak dan hak anak angkat. Ayah kandung berkewajiban

memberikan jaminan nafkah anak kandungnya dan seorang anak begitu

dilahirkan berhak mendapatkan nafkah dari ayahnya baik pakaian, tempat

Page 50: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

34

tinggal, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Landasan kewajiban ayah

menafkahi anak selain karena hubungan nasab juga karena kondisi anak

yang belum mandiri dan sedang membutuhkan pembelajaran, hidupnya

tergantung kepada adanya pihak yang bertanggungjawab menjamin nafkah

hidupnya. Orang yang paling dekat dengan anak adalah ayah dan ibunya,

apabila ibu bertanggung jawab atas pengasuhan anak di rumah maka ayah

bertanggung jawab mencarikan nafkah anaknya.

Pihak ayah hanya berkewajiban menafkahi anak kandungnya selama

anak kandungnya membutuhkan nafkah, ia tidak wajib menafkahi anaknya

yang mempunyai harta untuk membiayai diri sendiri. Seorang ayah yang

mampu akan tetapi tidak memberi nafkah kepada anaknya padahal anaknya

sedang membutuhkan, dapat dipaksa oleh hakim atau dipenjarakan sampai

ia bersedia menunaikan kewajibannya. Seorang ayah yang menunggak

nafkah anaknya tetapi ternyata anaknya tidak sedang membutuhkan nafkah

dari ayahnya maka hak nafkahnya gugur, karena si anak dalam memenuhi

kebutuhan selama ayahnya menunggak tidak sampai berhutang karena ia

mampu membiayai diri sendiri, akan tetapi jika anak tidak mempunyai dana

sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya ia harus berhutang maka si

ayah dianggap berhutang nafkah yang belum dibayarkan kepada anaknya.37

37 R. Abdoel Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT. RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2006, hlm. 153-157.

Page 51: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

35

F. Tinjauan Umum Mengenai Pengangkatan Anak

5. Pengertian Anak Angkat

a) Menurut Hukum Islam

Menurut Wahbah Al-Zuhaidi sebagaimana dikutip oleh Andi Syamsu

dan M. Fauzan dalam buku Hukum Pengangkatan Anak dalam perspektif

Islam, at-tabanni adalah pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang

terhadap anak yang jelas nasabnya, kemudian anak itu dinasabkan kepada

dirinya. Dalam pengertian lain at-tabanni adalah seseorang laki-laki atau

perempuan yang dengan sengaja menasabkan seorang anak kepada dirinya

padahal anak tersebut sudah punya nasab yang jelas pada orang tua

kandungnya. Pengertian anak seperti demikian jelas bertentangan dengan

hukum Islam, maka unsur menasabkan seorang anak kepada orang lain

yang bukan nasabnya harus dibatalkan. Menurut ulama fikih Mahmud Saltut,

beliau membedakan 2 (dua) macam anak angkat, yaitu: (1) Pernyataan

seseorang terhadap anak yang diketahui bahwa ia sebagai anak orang lain

kedalam keluarganya. Ia diperlakukan sebagai anak dalam segi kecintaan,

pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan dalam segala kebutuhannya,

bukan diperlakukan sebagai anak kandungnya sendiri, dan (2) Pengertian

yang dipahamkan dari perkataan at-tabanni (mengangkat anak secara

mutlak) menurut hukum adat dan tradisi yang berlaku pada manusia, yaitu

memasukkan anak yang diketahuinya sebagai anak orang lain kedalam

keluarganya yang tidak ada hubungan pertalian nasab kepada dirinya

Page 52: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

36

sebagai anak yang sah kemudian ia mempunyai hak dan kewajiban sebagai

anak. 38

b) Menurut Perundang-Undangan

Anak angkat adalah seorang anak bukan hasil keturunan dari

sepasang orang suami istri, yang dipungut, dirawat serta dianggap oleh

orang tua angkatnya sebagai anak keturunan sendiri.39 Pada dasarnya anak

angkat dapat dianggap sebagai anak, apabila orang yang mengangkat

melihat dari lahir dan batin sebagai anak keturunannya sendiri.40

Burgerlijk Wetboek tidak mengenal akan anak angkat. Maka dari itu

bagi orang-orang Tionghoa yang umumnya tunduk terhadap Burgerlijk

Wetboek, mengadakan peraturan sendiri dalam Staatsblad 1917-129 bagian

II (dua) tentang pengangkatan anak (adopsi). Menurut Pasal 12 dari

peraturan tersebut, anak angkat itu disamakan dengan anak kandung.41

Pengertian anak angkat dalam Perundang-Undangan Republik

Indonesia dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-

Undang tersebut memberikan pengertian bahwa yang dimaksud anak angkat

adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga

orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas

perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam

38 Jiiy Ji’ronah Muayyanah, Op. Cit., hlm. 34-35.39 Oemarsalim, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,

2006, hlm. 28.40 Ibid., hlm 29.41 Ibid., hlm. 30.

Page 53: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

37

lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau

penetapan pengadilan”.42

Defenisi anak angkat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) jika

dibandingkan dengan defenisi anak angkat dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, memiliki kesamaan substansi. Pasal

171 huruf h Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan bahwa:

Anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untukhidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralihtanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnyaberdasarkan putusan pengadilan.43

6. Pengertian Pengangkatan Anak

a) Menurut Hukum Islam

Pengangkatan anak dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah at-

tabanni, yang artinya mengambil anak angkat atau menjadikannya seseorang

sebagai anak. Pengangkatan anak dalam pengertian ini berakibat hukum

pada putusnya hubungan nasab antara anak angkat dengan orang tua

kandungnya, status anak angkat sama dengan status anak kandung dan

anak angkat dipanggil dengan nama ayah angkatnya, serta berhak mewarisi.

Berkaitan dengan pengangkatan anak ini, Al-Qur’an Surah Al-Ahzab

ayat 4-5 dan ayat 40 yang berbunyi:

42 Musthofa Sy., Op. Cit., hlm. 16-17.43 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 171 butir h.

Page 54: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

38

Terjemahan:

(4) Allah S.W.T sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buahhati dalam rongganya, dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yangkamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anakangkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian ituhanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah S.W.T mengatakanyang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). (5)Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) namabapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah S.W.T, danjika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillahmereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya,tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Danadalah Allah Maha Pengampun bagi Maha Penyayang.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalahAllah Maha Mengetahui segala sesuatu.44

44 Ibid., hlm. 18-19.

Page 55: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

39

b) Menurut Perundang-Undangan

Pengertian pengangkatan anak dapat ditemukan dalam penjelasan

Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Undang-Undang

tersebut memberikan pengertian bahwa yang dimaksud pengangkatan anak

adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan

kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak

tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan

putusan atau penetapan pengadilan.45

7. Dasar Hukum Pengangkatan Anak

a) Menurut Hukum Islam

Hukum Islam hanya mengakui, bahkan menganjurkan, pengangkatan

anak dalam arti pemungutan dan pemeliharaan anak dalam artian status

kekerabatannya tetap berada di luar lingkungan keluarga orang tua

angkatnya dan dengan sendirinya tidak mempunyai akibat hukum apa-apa. Ia

tetap anak dan kerabat orang tua kandungnya, berikut dengan segala akibat

hukumnya. Larangan pengangkatan anak dalam arti benar-benar dijadikan

anak kandung berdasarkan firman Allah S.W.T dalam Surah Al-Ahzab ayat 4-

5. Syariat Islam telah mengharamkan at-tabbani (pengangkatan anak) yang

menisbatkan seorang anak angkat kepada yang bukan bapaknya, dan hal itu

45 Ibid., hlm. 17.

Page 56: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

40

termasuk dosa besar yang mewajibkan pelakunya mendapat murka dan

kutukan Allah S.W.T sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam

hadist Riwayat Bukhari bahwa, “Barang siapa yang memanggil

(mendakwakan) dirinya sebagai anak dari seseorang yang bukan ayahnya,

maka kepadanya ditimpakan laknat Allah S.W.T para malaikat dan manusia

seluruhnya. Kelak pada hari kiamat Allah S.W.T tidak menerima darinya

amalan-amalan-nya dan kesaksiannya”.

Aspek hukum menasabkan anak angkat kepada orang tua angkatnya,

atau yang memutuskan hubungan nasab dengan orang tuanya untuk

dimasukkan ke dalam klan nasab orang tua angkatnya, adalah yang paling

mendapat kritikan dari Islam, karena sangat bertentangan dengan ajaran

Islam. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, juga oleh Imam Bukhari,

Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa, “Tidak seorang pun yang

mengakui (membanggakan diri) kepada bukan ayah yang sebenarnya,

sedang ia mengetahui bahwa itu bukan ayahnya, melainkan ia telah kufur.

Dan barang siapa bukan dari kalangan kami (kalangan kaum muslimin), dan

hendaklah dia menyiapkan sendiri tempatnya dalam api neraka”.46

b) Menurut Perundang-Undangan

Pengamatan Mahkamah Agung menghasilkan kesimpulan bahwa

pemohon pengesahan dan/ atau pengangkatan anak yang telah diajukan ke

Pengadilan Negeri tampak kian bertambah, baik yang merupakan

46 Ibid., hlm. 46-47.

Page 57: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

41

permohonan khusus pengesahan/ pengangkatan anak yang menunjukkan

adanya perubahan, pergeseran, dan variasi-variasi pada motivasinya. 47

Belum ada pengaturan Undang-Undang yang mengatur secara khusus

tentang anak angkat, namun pengangkatan anak diatur secara sepintas

dalam:

1) Undang-Undang Nomor 4 (empat) Tahun 1979 tentang kesejahteraan

anak;

2) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 (dua) Tahun 1979 Perihal

Pengangkatan Anak;

3) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 (enam) Tahun 1983 tentang

Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 (dua) Tahun 1979;

4) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 (empat) Tahun 1989 tentang

Pengangkatan Anak;

5) Keputusan Menteri Sosial Nomor 41/HUK/KEP/VII/1984 tentang Perizinan

Pengangkatan anak yang dapat menyelenggarakan usaha pengangkatan

hanya organisasi sosial (KEPMEN tahun 1984), sedangkan yang dapat

diangkat adalah:

a) Anak Indonesia/ WNI (Warga Negara Indonesia) diangkat oleh WNA

(Warga Negara Asing);

b) Anak Indonesia/ WNA (Warga Negara Asing) diangkat oleh WNI (Warga

Negara Indonesia), dan

47 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Op. Cit., hlm. 203.

Page 58: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

42

c) Anak asing/ WNA (Warga Negara Asing) diangkat oleh WNI (Warga

Negara Indonesia) mereka berada dalam asuhan organisasi sosial atau

dibawah asuhan wali/ orang tua kandung.

6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;48

7) Staatsblad 1917 Nomor 129, Pasal 5 sampai dengan Pasal 15 mengatur

masalah adopsi yang merupakan kelengkapan dari Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPerdata)/ Burgerlijk Wetboek yang ada, dan khusus

berlaku bagi golongan masyarakat keturunan Tionghoa;49

8) Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMA) Nomor 3

Tahun 2005 tentang Pengangkatan Anak, berlaku mulai 8 Februari 2005;

9) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan

10)Beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung dan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap, yang dalam praktik peradilan telah diikuti

oleh hakim-hakim berikutnya dalam memutuskan atau menetapkan

perkara yang sama, secara berulang-ulang, dalam waktu yang lama

sampai sekarang.50

48 Pokda Perdata Agama MA-RI, Suara Uldilag Mahkamah Agung RepublikIndonesia Lingkungan Peradilan Agama (Oleh: Wienarsih Imam Subektai/ Dosen FakultasHukum Universitas Indonesia), Gedung MA-RI, Jakarta, 2007, hlm. 83.

49 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan.,Op. Cit, hlm. 204.50 Ibid., hlm. 205

Page 59: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

43

8. Tujuan Pengangkatan Anak

a) Menurut Hukum Islam

Hubungan nasab anak angkat dengan orang tua kandungnya tidak

terputus oleh lembaga pengangkatan anak, dan orang tua kandung tetap

memiliki hak untuk menjalankan hak dan kewajibannya sebagai orang tua

kandung, oleh karena itu orang tua angkat wajib memberitahukan kepada

anak angkatnya mengenai asal usul dan orang tua kandungnya, dilakukan

dengan memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan. Tujuan

pengangkatan anak menurut hukum Islam, yaitu menyelamatkan anak

tersebut dari kejamnya dunia, melindungi dan memberikan pendidikan yang

layak. Dan melarang pegangkatan anak dengan tujuan tercela, dan

mengharamkan menyamakan status anak tersebut seperti anak kandung.51

b) Menurut Perundang-Undangan

Tujuan pengangkatan anak ada bermacam-macam. Tujuan

pengangkatan anak bagi orang Tionghoa sebagaimana diatur Staatsblad

1917 Nomor 129 adalah untuk meneruskan keturunan laki-laki. Tujuan

pengangkatan anak menurut hukum adat sangat variatif. Sedangkan

pengangkatan anak menurut perundang-undangan dan hukum Islam

bertujuan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak.

51 http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81081728.pdf. Terakhir diakses pada 21Februari 2012, Pukul 11.58 P.M. WITA.

Page 60: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

44

Dari bermacam-macam alasan dan tujuan pengangkatan anak

diantaranya yang terutama dan terpenting adalah:

1) Rasa belas kasihan terhadap anak terlantar atau anak yang orang tuanya

tidak mampu memeliharanya/ kemanusiaan;

2) Tidak mempunyai anak, dan ingin mempunyai anak untuk menjaga dan

memeliharanya kelak di hari tua;

3) Adanya kepercayaan bahwa dengan adanya anak di rumah maka akan

dapat mempunyai anak sendiri;

4) Untuk mendapatkan teman bagi anaknya yang sudah ada;

5) Untuk menambah/ mendapatkan tenaga kerja, dan

6) Untuk mempertahankan ikatan perkawinan/ kebahagiaan keluarga.52

Ada lagi pengangkatan anak yang diajukan untuk mendapat tunjangan

anak dalam gaji pegawai negeri sipil. Permohonan demikian juga untuk

kesejahteraan dan kepentingan anak. Permohonan itu diajukan berdasarkan

Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.53

Berdasarkan pengertian anak angkat menurut Pasal 1 ayat 9

(sembilan) Nomor 23 Tahun 2002 dapat disimpulkan, bahwa tujuan utama

dari pengangkatan anak atau adopsi adalah bertujuan untuk memenuhi

52 Djaja S. Meliala, Pengangkatan Anak (Adopsi) Di Indonesia, Tasito, Bandung,1982, hlm. 2-3.

53 Musthofa Sy., Op. Cit., hlm. 41.

Page 61: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

45

kepentingan anak angkat dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan

setempat dan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.54

G. Akta Kelahiran

Istilah/ perkataan “akta” yang dalam bahasa Belanda disebut “acte”/

”akte” dan yang dalam bahasa Inggris disebut “act”/ ”deed”, pada umumnya

(menurut pendapat umum) mempunyai dua arti, yaitu:

1) Perbuatan (handeling), perbuataan hukum (rechtshandeling), itulah

pengertian yang luas, dan

2) Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/ digunakan sebagai bukti

perbuatan hukum tersebut, yaitu berupa tulisan yang ditujukan kepada

pembuktian sesuatu.55

Adapun yang dimaksud akta catatan sipil adalah suatu surat/ catatan

resmi yang dibuat oleh pejabat negara yakni pejabat catatan sipil mengenai

peristiwa yang menyangkut manusia yang terjadi dalam keluarga yang

didaftarkan pada kantor catatan sipil seperti peristiwa perkawinan, kelahiran,

pengakuan/ pengesahan anak, perceraian dan kematian.56

Salah satu peristiwa yang terjadi dan didaftarkan yaitu akta kelahiran,

akta Kelahiran adalah akta yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang,

yang berkaitan dengan adanya kelahiran. Akta kelahiran bermanfaat antara

lain, sebagai berikut:

54 Pokda Perdata Agama MA-RI, Op. Cit., hlm. 84.55 Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Op. Cit., hlm. 50.56 Ibid., hlm. 68.

Page 62: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

46

1) Memudahkan pembuktian dalam hal kewarisan;

2) Persyaratan untuk diterima di lembaga pendidikan, dan

3) Persyaratan bagi seseorang yang masuk sebagai pegawai pemerintahan

(Pegawai Negeri Sipil, Tentara Negara Indonesia, dan Polisi Republik

Indonesia), Lembaga Negara (anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

lain-lain), pegawai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan sejenisnya.

Akta kelahiran terdiri dari, sebagai berikut: 1) akta kelahiran umum; 2)

akta kelahiran istimewa; 3) akta kelahiran luar biasa, dan 4) akta

kelahiran tambahan.57

Identitas anak diatur oleh Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa identitas diri setiap anak harus

diberikan sejak kelahirannya dan identitas tersebut dituangkan dalam akta

kelahiran (Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Anak).

Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang yang

menyaksikan dan/ atau membantu proses kelahiran (Pasal 27 ayat (3)

Undang-Undang Perlindungan Anak). Dalam hal anak yang proses

kelahirannya tidak diketahui dan orang tuanya tidak diketahui

keberadaannya, pembuatan akta kelahiran untuk anak tersebut didasarkan

pada keterangan orang yang menemukannya (Pasal 27 ayat (4) Undang-

Undang Perlindungan Anak).58

57 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, KencanaPredana Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 65.

58 Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2009, hlm. 40.

Page 63: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

47

Akta kelahiran membuktikan, bahwa seorang anak yang namanya

disebut di sana adalah keturunan dari orang/ orang-orang yang disebutkan di

dalamnya.59 Akta kelahiran berlaku untuk seluruh Warga Negara Indonesia

dan Asing (termasuk keturunan Eropa, Cina atau Tionghoa, Indonesia

Nasrani maupun Islam dan lain-lainnya).60

H. Pengertian Anak Kandung

Dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 (satu) Tahun 1974 tentang

perkawinan yang berbunyi, “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan

dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”. Sedangkan dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 99, anak sah adalah 1) Anak yang

dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah, dan 2) Hasil pembuahan

suami isteri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut.61

59 J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 87.

60 Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Op. Cit., hlm. 73.61 http://www.scribd.com/doc/55076599/Kedudukan-Anak-Kandung-Sah-Dan-Anak-

Luar-Kawin-Menurut-Hukum-Adat-Serta-Hukum-Perdata. Terakhir diakses pada 20 Februari2012, Pukul 1:55 A.M WITA.

Page 64: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh informasi dan data yang akurat, yang berkaitan

dan relevan dengan permasalahan dan penyelesaian penulisan skripsi ini,

maka dipilih lokasi penelitian di Kota Makassar, yaitu Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar. Dengan melakukan

penelitian pada pada lokasi tersebut akan sangat memudahkan penulis untuk

mengakses data dan referensi sebanyak-banyaknya demi kelancaran

penulisan tugas akhir/ skripsi penulis.

B. Jenis Dan Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan adalah:

1. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung

melalui dengan para ahli, pakar, narasumber, ataupun pihak-pihak yang

terkait berdasarkan hasil wawancara.

2. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang penulis peroleh secara

tidak langsung, yaitu melalui data dan dokumen yang diperoleh melalui

instansi atau lembaga tempat penelitian penulis. Adapun sumber data

yang penulis peroleh berasal dari Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin, dan Perpustakaan Pusat Universitas

Hasanuddin.

Page 65: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

49

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan terbagi atas 2 (dua),

yakni:

1. Teknik Wawancara, yaitu mengumpulkan data secara langsung melalui

tanya jawab berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan

melakukan wawancara secara tidak terstruktur untuk memperoleh data

dan informasi yang diperlukan kepada para pakar, narasumber, ataupun

pihak-pihak yang terkait, dan

2. Teknik Kepustakaan (library research), yaitu dengan jalan membaca

literatur. Seperti buku-buku teks, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnal

hukum yang berkaitan dengan masalah yang dikaji.

D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data primer dan sekunder yang telah diperoleh oleh

penulis kemudian membandingkan data tersebut. Penulis menggunakan

teknik deskriptif kualitatif dan menganalisis data yang ada untuk

menghasilkan kesimpulan dan saran. Data tersebut kemudian dituliskan

secara deskriptif untuk memberikan pemahaman yang jelas dan terarah dari

hasil penelitian.

Page 66: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

50

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penyebab Anak Angkat Dapat Berstatus Anak KandungBerdasarkan Akta Kelahiran

1. Prosedur Pengangkatan Anaka) Secara Adat

Pengangkatan anak secara adat dilakukan dengan cara bervariasi

bagi tiap daerah. Secara umum tata cara itu dilakukan, dengan: a) Terang,

artinya suatu prinsip legalitas yang berarti perbuatan itu diumumkan dan

dilakukan di hadapan banyak orang dengan tujuan agar khalayak ramai,

dapat mengetahui bahwa telah terjadi pengangkatan anak, dan b) Tunai,

bahwa perbuatan itu akan selesai ketika itu juga, tidak mungkin ditarik

kembali. Wujud dilakukan secara terang antara lain dengan upacara adat

dengan peran serta kepala adat (slametan) dan doa disaksikan oleh lurah

dan adakalanya anak angkat diberi nama baru oleh orang tua angkatnya.

Namun di daerah-daerah tertentu, tata cara pengangkatan anak tidak

dilakukan secara terang, tetapi cukup dengan penyerahan dari keluarga asal

kepada keluarga yang mengangkat, bahkan ada yang menuangkannya

dalam suatu surat. Sedangkan wujud dilakukannya secara tunai, antara lain

dengan memberikan sejumlah benda magis kepada keluarga pemberi anak.

62 Pengangkatan anak yang dilakukan berdasarkan adat istiadat setempat,

62 Musthofa Sy, Op. Cit., hlm 50.

Page 67: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

51

memang harus dilestarikan, namun juga tetap dimohonkan penetapan

pengadilan. Hal demikian lebih tepat sebagai upaya terbaik untuk menjaga

kepentingan yang terbaik bagi anak angkat dengan memberikan jaminan

adanya kepastian hukum.

b) Melalui Notaris

Pengangkatan anak melalui notaris merupakan perintah Staatsblad

1971 Nomor 129. Untuk itu diperlukan adanya kesepakatan antara calon

orang tua angkat dengan pihak yang akan menyerahkan anak angkat. 63

Kesepakatan antara pihak yang akan mengangkat anak dan pihak yang akan

menyerahkan anak angkat itu dituangkan dalam bentuk akta notaris

sebagaimana ketentuan pada Pasal 10 dan 15 Staatsblad 1971 Nomor 129.

Dalam perkembangannya, tujuan pengangkatan anak sudah berbeda dengan

tujuan semula dan calon anak angkat tidak hanya orang Tionghoa laki-laki

saja, sehingga melibatkan pengadilan. Selain itu, sifat perbuatan hukum

pengangkatan anak tidak dapat dianggap sebagai hasil kesepakatan oleh

para pihak semata. Pengangkatan anak harus dianggap sebagai suatu

lembaga yang menciptakan hubungan hukum yang sah bagi anak angkat

dengan keluarga orang tua angkat berdasarkan putusan atau penetapan

63 Ibid., hlm 52.

Page 68: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

52

pengadilan. Oleh karena itu, pengangkatan anak melalui notaris tidak sesuai

lagi dengan perkembangan hukum dalam masyarakat Indonesia.64

c) Melalui Pengadilan Negeri

Berdasarkan SEMA Nomor 6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan

Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979, pengangkatan anak yang dilakukan oleh

golongan Tionghoa melalui akta notaris tidak dibenarkan, tetapi harus melalui

pengadilan. Demikian pula berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 1977, anak angkat dapat diajukan untuk

mendapatkan tunjangan anak bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka banyak

pengangkatan anak diajukan ke pengadilan negeri. Pengadilan yang

dimaksud untuk pengangkatan anak pada saat itu adalah pengadilan negeri

sebagai pengadilan tingkat pertama pada lingkungan peradilan umum, 65

karena kewenangan terhadap perkara pengangkatan anak belum ada

pelimpahan kepada pengadilan lain pada saat itu. Oleh karenanya semua

perkara yang berkaitan pengangkatan anak menjadi kewenangan pengadilan

negeri.66

64 Ibid., hlm. 53-54.65 Ibid., hlm. 56.66 Ibid., hlm. 57.

Page 69: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

53

d) Melalui Pengadilan Agama

Kesadaran dan kepedulian beragama masyarakat muslim, yang

semakin meningkat telah mendorong semangat untuk melakukan koreksi

terhadap hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, antara lain dalam

masalah pengangkatan anak. Pengadilan agama sebagai salah satu pelaku

kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam,

secara konsisten mengawal penerapan hukum dalam menangani perkara

yang berkaitan dengan pengangkatan anak. Orang-orang yang beragama

Islam yang ingin melakukan pengangkatan anak sesuai dengan pandangan

dan kesadaran hukumnya, yaitu berdasarkan hukum Islam mulai mengajukan

kepengadilan agama. Beberapa pengadilan agama telah mengabulkan

permohonan mereka dengan memberikan penetapan pengangkatan anak,

permohonan pengangkatan anak pun terus meningkat baik secara kuantitas

maupun kualitas. Berdasarkan hal tersebut lahirlah Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 3 Nomor Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, diatur pula perihal

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam sebagai kewenangan

pengadilan agama.67

67 Ibid., hlm. 58.

Page 70: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

54

2. Pencatatan Pengangkatan Anak Pada Pencatatan Sipil

Pengangkatan anak merupakan salah satu dari peristiwa penting untuk

dicatat dalam register pencatatan sipil. Pencatatan pengangkatan anak diatur

pada Pasal 47, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. 68 Berkaitan dengan pencatatan pengangkatan anak yang

dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan agama, ada beberapa hal

yang perlu ditegaskan, yaitu:

a) Orang tua angkat sebagai pemohon dalam penetapan pengangkatan

anak wajib melaporkan kepada instansi pelaksana yang menerbitkan

kutipan akta kelahiran. Apabila pemohon tidak mampu melaksanakan

sendiri terhadap pelaporan tersebut, dapat dibantu oleh instansi

pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain, sebagaimana

ketentuan pada Pasal 57, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan;

b) Tenggang waktu pelaporan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah

diterimanya salinan penetapan pengadilan, dan

c) Pejabat pencatatan sipil membuat catatan pada register akta kelahiran

dan kutipan akta kelahiran.

68 Ibid., hlm. 156.

Page 71: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

55

Catatan pinggir adalah catatan mengenai status atas terjadinya

peristiwa penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir

akta atau bagian akta yang memungkinkan (pada halaman atau bagian

depan atau belakang akta) oleh pejabat catatan sipil. 69 Mengenai akta

kelahiran bagi anak angkat, diatur pada Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 131 Tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Catatan Sipil dalam

Rangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan pada Pasal 12, yang

menegaskan:

(1) Setiap pengangkatan anak yang telah mendapatkan penetapanpengadilan negeri dicatatkan pada kantor catatan sipil.(2) Setiap permohonan pengangkatan anak sebelum diajukan kepengadilan negeri untuk mendapatkan keputusan/ ketetapan terlebihdahulu harus dilengkapi dengan surat pengantar dari kantor catatansipil/ dinas kependudukan dan catatan sipil.(3) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud ayat (1)dibuat catatan pinggir pada akta kelahiran anak yang bersangkutan.

Terdapat pula pada Pasal 13, yang berbunyi:

(1) Setiap peristiwa pengakuan dan pengesahan anak dicatatkan padakantor catatan sipil/ dinas kependudukan dan catatan sipil.(2) Pencatatan pengakuan dan pengesahan anak sebagaimanadimaksud ayat (1) dilaksanakan pada saat pencatatan perkawinanorang tuanya.(3) Pencatatan pengakuan dan pengesahan anak dibuat catatanpinggir pada akta kelahiran anak yang bersangkutan.70

69 Ibid., hlm. 157.70 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1997 tentang

Penyelenggaraan Catatan Sipil Dalam Rangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan,Pasal 12 dan 13.

Page 72: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

56

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan akta

kelahiran untuk anak angkat, sebagai berikut:

1) Penetapan pengadilan tentang pengangkatan anak.2) Kutipan akta kelahiran anak.3) Kartu keluarga dan kartu tanda penduduk pemohon.71

Akta kelahiran anak angkat berfungsi untuk memberikan kejelasan

status hukum bagi anak angkat tersebut. Orang tua angkat diharapkan

mencatatkan pengangkatan anak yang sudah mendapatkan penetapan

pengadilan, yang kemudian dalam dimensi pencatatan sipil berupa

pembuatan catatan pinggir dikutipan akta kelahiran. Catatan pinggir pada

kutipan akta kelahiran merupakan bukti legal bagi status perdata anak

angkat. 72 Sedangkan, pembuatan akta kelahiran diatur pada Pasal 8

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1997 tentang

Penyelenggaraan Catatan Sipil Dalam Rangka Sistem Informasi Manajemen

Kependudukan, disebutkan bahwa:

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh orang tuanya, keluarganyaatau kuasanya selambat-lambatnya:a) 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal kelahiran bagi merekayang tunduk pada Stbl. 1917 Nomor 130 tentang reglemen pencatatansipil, Stbl. 1920 Nomor 751 tentang catatan sipil bagi beberapagolongan penduduk Indonesia, Stbl. 1933 Nomor 75 tentang reglemenpencatatan sipil bagi bangsa Indonesia Kristen Jawa, Madura danMinahasa dan Non Stbl.

71 Peraturan Walikota Makassar Nomor 1 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan TataCara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil Berdasarkan Peraturan Daerah KotaMakassar Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan DanCatatan Sipil Di Kota Makassar.

72 Jean K. Matuankota, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Angka, Jurnal Sasi Vol.17 Nomor 3 Bulan Juli-September 2011, Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon. hlm.77.

Page 73: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

57

b) 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal kelahiran bagi mereka yangtunduk pada Stbl. 1849 Nomor 25 tentang reglemen pencatatan sipileropa.(2) Pencatatan kelahiran yang pelaporannya melebihi jangka waktusebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan setelah:a) Mendapat persetujuan kepala daerah, bagi mereka yang tundukpada Stbl. 1920 Nomor 751 tentang catatan sipil bagi beberapagolongan penduduk Indonesia, Stbl. 1933 Nomor 75 tentang reglemenpencatatan sipil bagi bangsa Indonesia Kristen Jawa, Madura danMinahasa dan Non Stbl.b) Mendapat putusan pengadilan bagi mereka yang tunduk pada Stbl.1849 Nomor 25 tentang reglemen pencatatan sipil Eropa dan Stbl.1917 Nomor 130 tentang reglemen pencatatan sipil.(3)Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud ayat (1) diterbitkanakta kelahiran.73

Selain itu, pembuatan akta kelahiran juga diatur dalam Undang-

undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, pada

Pasal 27 yang menegaskan:

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansipelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60(enam puluh) hari sejak kelahiran.(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),pejabat pencatatan sipil mencatat pada register akta kelahiran danmenerbitkan kutipan akta kelahiran.74

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan akta kelahiran,

adalah sebagai berikut:

1) Surat kelahiran dari dokter/ bidan/ penolong kelahiran atau lurah.2) Nama dan identitas saksi kelahiran.3) Kartu keluarga orang tua.4) Kartu tanda penduduk orang tua.5) Kutipan akta nikah/ akta perkawinan orang tua.75

73 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1997 tentangPenyelenggaraan Catatan Sipil Dalam Rangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan,Pasal 8 ayat 1-3.

74 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,Pasal 27.

Page 74: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

58

3. Faktor-Faktor Penyebab Anak Angkat Dapat Berstatus Anak

Kandung Berdasarkan Akta Kelahiran

Anak angkat dapat berstatus anak kandung berdasarkan akta

kelahiran, disebabkan karena:

a) Terjadinya pemalsuan terhadap persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi dalam pembuatan akta kelahiran, yaitu pemalsuan surat

kelahiran dari dokter/ bidan/ penolong kelahiran atau lurah (surat

kelahiran dari bidan), dan76

b) Adanya kerjasama orang tua angkat dengan pihak yang terkait dalam

pembuatan akta kelahiran, sehingga persyaratan yang harus dipenuhi

dalam pembuatan akta kelahiran tersebut, tidak perlu dilampirkan. 77

Adapun yang menyebabkan orang tua angkat, membuatkan akta

kelahiran yang berstatus anak kandung untuk anak angkat tersebut, adalah

sebagai berikut:

a) Proses pengangkatan anak melalui pengadilan, harus melalui prosedur

yang begitu sulit, memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang tidak

murah;

75 Peraturan Walikota Makassar Nomor 1 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan TataCara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil Berdasarkan Peraturan Daerah KotaMakassar Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan DanCatatan Sipil Di Kota Makassar.

76 Wawancara dengan narasumber pertama (orang tua angkat yang identitasnyatidak ingin disebutkan), Makassar, Tanggal 21 April 2012.

77 Wawancara dengan narasumber kedua (orang tua angkat yang identitasnya tidakingin disebutkan), Makassar, Tanggal 22 April 2012.

Page 75: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

59

b) Orang tua angkat tidak ingin, anak angkat tersebut mengetahui siapa

orang tua kandung sebenarnya atau nasab (keturunan) anak angkat

tersebut, dan78

c) Adanya persetujuan dari orang tua kandung kepada orang tua angkat,

agar anak kandung dia (orang tua kandung) dibuatkan akta kelahiran

sebagai anak sah dari orang tua angkat tersebut.79

Perbuatan orang tua angkat yang mengubah status anak angkatnya

menjadi anak kandung berdasarkan akta kelahiran, merupakan perbuatan

melawan/ melanggar hukum/ tindak pidana, seperti yang diatur pada Pasal

93, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan80 yang menegaskan:

Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/ataudokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan PeristiwaKependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).81

78 Wawancara dengan narasumber pertama (orang tua angkat yang identitasnyatidak ingin disebutkan), Makassar, Tanggal 21 April 2012.

79 Wawancara dengan narasumber kedua (orang tua angkat yang identitasnya tidakingin disebutkan), Makassar, Tanggal 22 April 2012.

80 Natan Ruben, Kepala Bidang Kelahiran, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil,Kota Makassar, Wawancara, Tanggal 25 April 2012.

81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,Pasal 97.

Page 76: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

60

Selain itu, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam

pembuatan akta kelahiran, akan diverifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui

keaslian/ kebenaran persyaratan-persyaratan tersebut.82 Menurut Ulama NU

(Nahdatul Ulama) dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama di Situbondo,

Jawa Timur pada 21 Desember 1983, telah menetapkan fatwa tentang

pengangkatan anak. Dalam fatwanya, Ulama Nahdatul Ulama (NU)

menyatakan bahwa mengangkat anak orang lain untuk diperlakukan,

dijadikan, diakui sebagai anak sendiri hukumnya tidak sah. Sebagai dasar

hukumnya, Ulama NU (Nahdatul Ulama) mengutip hadist Nabi Muhammad

SAW, sebagai berikut: “Barang siapa menisbatkan dirinya kepada selain

ayah kandungnya padahal ia mengetahui bahwa itu bukanlah ayah

kandungnya, maka diharamkan baginya surga”. 83 Seharusnya orang tua

angkat tidak mengubah status anak angkatnya menjadi anak kandung

berdasarkan akta kelahiran dengan alasan, tujuan atau motivasi apapun,

serta orang tua angkat berkewajiban memberitahukan kepada anak

angkatnya mengenai asal-usul dan orang tua kandungnya, karena itu

82 Natan Ruben, Kepala Bidang Kelahiran, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil,Kota Makassar, Wawancara, Tanggal 25 April 2012.

83 http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/06/13/119639-mengadopsi-anak-menurut-hukum-islam. Terakhir diakses pada 24 April 2012, Pukul 2.44P.M. WITA.

Page 77: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

61

merupakan tanggungjawab dari orang tua angkat, tentu pada saat anak

angkat tersebut telah dewasa.84

C. Konsekuensi Hukum Anak Angkat Yang Berstatus Anak KandungBerdasarkan Akta Kelahiran Ditinjau Dari Hukum Islam

3. Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung Berdasarkan AktaKelahiran Tidak Mengakibatkan Perubahan Hubungan Keturunan(Nasab)

a) Pengertian Nasab

Secara etimologis istilah nasab berasal dari bahasa Arab an-nasab

yang berarti keturunan, kerabat, memberikan ciri dan menyebutkan

keturunannya. Nasab juga dipahami sebagai pertalian kekeluargaan

berdasarkan hubungan darah sebagai salah satu akibat dari perkawinan

yang sah. Sedangkan secara terminologis, nasab adalah keturunan atau

ikatan keluarga sebagai hubungan darah, baik karena hubungan darah ke

atas (bapak, kakek, ibu, nenek, dan seterusnya), ke bawah (anak,cucu, dan

seterusnya) maupun ke samping (saudara, paman, dan lain-lain).

Nasab merupakan nikmat yang paling besar yang diturunkan oleh

Allah S.W.T kepada hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-

Furqan ayat 54:

84 Ali Parman, Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri(UIN) Alauddin, Makassar, dan Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KotaMakassar, Wawancara, Tanggal 16 April 2012.

Page 78: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

62

Terjemahan:

Dan dia pula yang menciptakan manusia dari air, lalu dia jadikanmanusia itu (punya) keturunan mushaharah (hubungan kekeluargaanyang berasal dari perkawinan) dan adalah Tuhanmu yang MahaKuasa. 85

Selanjutnya, juga diatur dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 4-5 dan

beberapa hadist didapati beberapa ketentuan yang mengatur tentang nasab,

sebagai berikut: Nabi Muhammad SAW, bersabda “Anak yang lahir

dinasabkan pada suami, sedangkan untuk pelaku zina adalah batu”.86

Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapa menisbatkan dirinya

kepada selain ayah kandungnya padahal ia mengetahui bahwa itu bukanlah

ayah kandungnya, maka diharamkan baginya surga”. 87 Selain itu, Nabi

Muhammad SAW bersabda "Janganlah kalian membenci bapak-bapak

kalian. Barang siapa yang membenci bapaknya, maka dia telah kafir”. (H.R.

Imam Al-Bukhari, Nomor 6768, Muslim, Nomor 215). Di antara sebab

penyebutan istilah kafir dalam hadist di atas, karena penisbatan nasab

seperti itu merupakan kedustaan atas nama Allah S.W.T seakan-akan dia

85 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Op. Cit., hlm. 175-176.86 A. Mukhsin Asyrof, “Mengupas Permasalahan Istilhaq Dalam Hukum”. Tersedia di

http://www.badilag.net/data/MENGUPAS%20PERMASALAHAN%20ISTILHAQ.pdf. Terakhirdiakses pada 19 April 2012, Pukul 6.39 P.M. WITA.

87 Hendra Prasetya, “Nasab Dalam Hukum Islam”. Tersedia dihttp://puskafi.wordpress.com/2010/05/20/nasab-dalam-hukum-islam/. Terakhir diakses pada19 April 2012, Pukul 12.08 A.M. WITA.

Page 79: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

63

berkata "Saya diciptakan oleh Allah S.W.T dari air mani si A (bapak angkat),

padahal tidaklah demikian, karena ia sebenarnya diciptakan dari air mani si B

(bapak kandung)”. Dan Nabi Muhammad SAW bersabda "Barang siapa yang

mengaku sebagai anak kepada selain bapaknya atau menisbatkan dirinya

kepada yang bukan walinya, maka baginya laknat Allah S.W.T, malaikat, dan

segenap manusia. Pada hari Kiamat nanti, Allah S.W.T tidak akan menerima

darinya ibadah yang wajib maupun yang sunnah”. (H.R. Muslim, Nomor 3314

dan Nomor 3373).88

b) Sebab-Sebab Terjadinya Hubungan Nasab

Penetapan nasab merupakan dampak yang sangat besar terhadap

individu, keluarga dan masyarakat sehingga setiap individu berkewajiban

merealisasikannya dalam masyarakat, dengan demikian diharapkan nasab

(asal usul)nya menjadi jelas. Di samping itu, dengan ketidakjelasan nasab

dikhawatirkan akan terjadi perkawinan dengan mahram. Untuk itulah Islam

mengharamkan untuk menisbahkan nasab seseorang kepada orang lain

yang bukan ayah kandungnya, dan sebaliknya. Nikah merupakan jalan untuk

menentukan dan menjaga asal usul (nasab) seseorang. Dalam pengertian,

nasab seseorang hanya bisa dinisbahkan kepada kedua orang tuanya kalau

ia dilahirkan dalam perkawinan yang sah.

88 Imam Wahyudi, “Hikmah Dibalik Larangan Adopsi Anak”. Tersedia dihttp://almanhaj.or.id/content/2446/slash/0. Terakhir diakses pada 19 April 2012, Pukul 1.35A.M. WITA.

Page 80: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

64

Dalam perspektif hukum Islam, nasab anak terhadap ayah bisa terjadi

karena 3 (tiga) hal, yaitu: a) Nasab melalui perkawinan yang sah; b) Nasab

melalui perkawinan fasid (pernikahan yang dilangsungkan dalam keadaan

kekurangan syarat), dan c) Nasab anak dari hubungan senggama syubhat

(hubungan yang terjadi bukan dalam perkawinan yang sah atau fasid dan

bukan pula dari perbuatan zina, tetapi akibat kesalahpahaman).

c) Cara Menetapkan Nasab

Ulama fikih sepakat bahwa nasab seorang anak dapat ditetapkan

melalui 3 (tiga cara), yaitu:

1) Melalui nikah sahih atau fasid. Ulama fikih sepakat bahwa nikah yang sah

dan fasid merupakan salah satu cara dalam menetapkan nasab seorang

anak kepada ayahnya, sekalipun pernikahan dan kelahiran anak tidak

didaftarkan secara resmi pada instansi terkait.

2) Melalui pengakuan atau gugatan terhadap anak. Ulama fikih

membedakan antara pengakuan terhadap anak dan pengakuan terhadap

selain anak, seperti saudara, paman, atau kakek. Jika seorang lelaki

mengakui bahwa seorang anak kecil adalah anaknya, atau sebaliknya

seorang anak kecil yang telah baligh (menurut jumhur ulama) atau

mummayiz (menurut ulama Mazhab Hanafi) mengakui seorang lelaki

adalah ayahnya, maka pengakuan itu dapat dibenarkan dan anak di

nasabkan kepada lelaki tersebut.

Page 81: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

65

3) Melalui alat bukti. Dalam konteks ini, ulama fikih sepakat bahwa saksi

harus benar benar mengetahui keadaan dan sejarah anak yang di

nasabkan. Hal ini sejalan dengan Sabda Rasulullah SAW, ketika itu

mengatakan “Apakah engkau melihat matahari?” Lelaki itu menjawab,

“benar saya lihat”. Kemudian Rasulullah SAW, bersabda “Apabila sejelas

matahari itu, maka silahkan kemukakan kesaksianmu. Tetapi apabila

tidak (demikian), maka jangan menjadi saksi” (H.R. Al-Baihaki dan Al-

Hakim).89

Satria Effendi M. Zein menyatakan bahwa: 1) Upaya seseorang

mengangkat seorang anak dan menisbahkan kepada dirinya, tidak dapat

merubah hakikat dari anak itu sendiri sehingga tetap saja bukan anaknya.

Untuk menghindarkan penipuan dan penyalahgunaan nasab, maka Al-Qur’an

menyarankan agar memanggil anak angkat dengan panggilan nama ayahnya

yang sebenarnya, dan 2) Pengalihan nasab adalah sebuah pemalsuan yang

harus diwaspadai dalam kehidupan keluarga.

Selain itu Wahbah az Zuhayly, mengatakan: 1) Syariat Islam melarang

orang laki-laki mengingkari nasab anaknya sendiri, serta melarang ibu-ibu

menisbahkan nasab anaknya kepada orang selain ayah hakikinya; 2) Syariat

Islam melarang anak menisbahkan nasabnya kepada selain ayahnya sendiri,

dan 3) Syariat Islam telah membatalkan hukum pengangkatan anak seperti

yang terjadi pada zaman Jahiliyah/ sebelum Islam.

89 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Op. Cit., hlm. 186-189.

Page 82: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

66

Sedangkan menurut Asaf A. A. Fyzee dalam bukunya Outline of

Muhammadan Law, dia membedakan antara legitimacy dan legitimation.

Legitimacy adalah suatu status yang dihasilkan oleh fakta-fakta tertentu.

Sedangkan legitimation adalah suatu prosedur yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan status sebelumnya yang tidak dimiliki (dalam hukum Islam tidak

ada legitimation). Maka Asaf A. A. Fyzee berpendapat bahwa dalam hukum

Islam tidak dikenal prosedur untuk menjadikan anak orang lain menjadi anak

kandung, karena itu Al-Qur’an membatalkan pengangkatan Zaid bin Haritsah

menjadi anak Nabi Muhammad SAW.90 Jadi, anak angkat yang berstatus

anak kandung berdasarkan akta kelahiran tidak mengakibatkan perubahan

hubungan keturunan (nasab), meskipun pada akta kelahiran anak angkat

tersebut berstatus anak kandung. Oleh karena dalam Islam, akta kelahiran

tidak dapat mengubah hubungan keturunan (nasab) anak angkat menjadi

anak kandung.91

90 A. Mukhsin Asyrof, Op. Cit., Tersedia dihttp://www.badilag.net/data/MENGUPAS%20PERMASALAHAN%20ISTILHAQ.pdf. Terakhirdiakses pada 19 April 2012, Pukul 6.39 P.M. WITA.

91 Mustamin Ibrahim, Pimpinan Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI)Al-Furqan, Buntu Kamassi Larompong, Kabupaten Luwu, dan Ketua Komisi Fatwa MajelisUlama Indonesia (MUI), Kapubaten Luwu, Wawancara, Tanggal 28 April 2012.

Page 83: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

67

2. Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung Berdasarkan AktaKelahiran Tidak Mengakibatkan Perubahan Terhadap Hukum YangSaling Mewarisi

a) Anak Angkat Sebagai Ahli Waris Menurut Hukum Islam

Anak angkat, bukanlah salahsatu kerabat atau satu keturunan

dengan orang tua angkatnya, dan tidak pula lahir dari perkawinan yang sah

dari orang tua angkatnya. Oleh, karena itu, antara anak angkat dengan orang

tua angkat tidak berhak saling mewarisi. Hak saling mewarisi hanya berlaku

antara anak angkat dengan orang tua kandungnya atas dasar hubungan

darah (al-qarabah).92

Berkaitan dengan anak angkat, berdasarkan Kompilasi Hukum Islam

(KHI), disebutkan dalam Pasal 209, yang berbunyi:

(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176sampai dengan Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orangtua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibahsebanyak-banyaknya 1/3 (sepertiga) dari harta wasiat anak angkatnya.(2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiatwajibah sebanyak-banyaknya 1/3 (sepertiga) dari harta warisan orangtua angkatnya.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menegaskan bahwa antara anak angkat

dan orang tua angkatnya tidak ada hubungan kewarisan, akan tetapi sebagai

pengakuan mengenai baiknya lembaga pengangkatan anak tersebut, maka

hubungan antara anak angkat dengan orang tua angkatnya dikukuhkan

dengan perantara wasiat atau wasiat wajibah. Untuk membedakan dengan

92 Musthofa Sy., Op. Cit., hlm. 130-131.

Page 84: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

68

kedudukan ahli waris, pengaturan anak angkat diatur pada Bab V tentang

wasiat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Wasiat wajibah adalah tindakan

yang dilakukan oleh penguasa atau hakim sebagai aparat negara, dengan

memaksa, atau memberi putusan wajib wasiat bagi orang yang telah

meninggal, yang diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu.

Adapun disebut wasiat wajibah, karena: 1) Hilangnya unsur ikhtiar bagi

pemberi wasiat dan munculnya kewajiban melalui peraturan perundang-

undangan atau putusan pengadilan tanpa bergantung pada kerelaan orang

yang berwasiat dan persetujuan penerima wasiat, dan 2) Ada kemiripan

dengan ketentuan pembagian harta pusaka dalam penerimaan laki-laki 2

(dua) kali lipat bagian perempuan.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menentukan kewajiban orang tua angkat

untuk memberikan wasiat wajibah kepada anak angkatnya untuk

kemaslahatan anak angkat, sebagaimana orang tua angkat telah dibebani

tanggung jawab untuk mengurus segala kebutuhannya. Kendati secara dalil

naqli tidak ditemukan secara eksplisit, tetapi hal itu difirmankan Allah S.W.T

antara lain dalam Al-Qur’an Surah Al-Maaidah ayat 106, yang berbunyi:

Page 85: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

69

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamumenghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah(wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, ataudua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalamperjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamutahan kedua saksi itu sesudah shalat (untuk bersumpah), lalu merekakeduanya bersumpah dengan nama Allah S.W.T jika kamu ragu-ragu:(Demi Allah S.W.T) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini hargayang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karibkerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah;sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orangyang berdosa.

Begitu pula dalam Al-Qur’an Surah Az-Zariyat ayat 19, yang berbunyi:

Terjemahan: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang

miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Page 86: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

70

Sedangkan mengenai ketentuan besar wasiat sebanyak-banyaknya

1/3 (sepertiga) dari harta warisan sesuai dengan hadist riwayat Al-Bukhari

dari Saad bin Abi Waqqas:

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku mau berwasiat untukmenyerahkan seluruh hartaku (kepada putri tunggalku)”. Beliaubersabda, “Tidak boleh”. Aku berkata, “Kalau setengahnya?” Beliaubersabda, “Tidak boleh”. Aku berkata, “Kalau sepertiganya?” Beliaubersabda: “Ia sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak.Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaankaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalamkeadaan miskin lalu mengemis kepada manusia denganmenengadahkan tangan-tangan mereka. (H.R. Al-Bukhari Nomor 2742dan Muslim Nomor 1628).93

Meskipun anak angkat tersebut berstatus anak kandung berdasarkan

akta kelahiran, anak angkat tersebut tidak bisa mendapatkan hak waris

sebagaimana anak kandung, dan jika anak angkat tersebut ingin

mendapatkan hak warisan sesuai anak kandung, maka perbuatan itu disebut

Al-Tamanni (attamanni), yaitu mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi.

Kemustahilan tersebut secara alamiah memang mustahil atau dapat terjadi

tapi mendapatkannya tidak mungkin. Dalam hukum Islam, akta kelahiran

penting tetapi tidak dapat menjadi bukti dalam pewarisan, 94 tetapi yang

menjadi bukti dalam pewarisan adalah DNA (deoxyribose-nucleic acid),

93 Ibid., hlm. 131-132.94 Mustamin Ibrahim, Pimpinan Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI)

Al-Furqan, Buntu Kamassi Larompong, Kabupaten Luwu, dan Ketua Komisi Fatwa MajelisUlama Indonesia (MUI), Kapubaten Luwu, Wawancara, Tanggal 28 April 2012.

Page 87: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

71

silsilah keluarga atau nasab (hubungan keturunan).95 Selama tidak adanya

bukti bahwa anak angkat tersebut memang betul adalah anak angkat

walaupun berdasarkan akta kelahiran anak angkat tersebut berstatus anak

kandung, hakim dapat memutuskan atau menetapkan putusan sesuai atau

berdasarkan bukti yang ada, jika terjadi sengketa kewarisan.96

95 Ali Parman, Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri(UIN) Alauddin, Makassar, dan Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KotaMakassar, Wawancara, Tanggal 16 April 2012.

96 Abdillah Mustari, Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri(UIN) Alauddin, Makassar, Wawancara, Tanggal 26 April 2012.

Page 88: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Anak angkat dapat berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran,

disebabkan karena:

a) Terjadinya pemalsuan terhadap persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi dalam pembuatan akta kelahiran, dan

b) Adanya kerjasama orang tua angkat dengan pihak yang terkait dalam

pembuatan akta kelahiran, sehingga persyaratan yang harus dipenuhi

dalam pembuatan akta kelahiran tersebut, tidak perlu dilampirkan.

Adapun yang menyebabkan orang tua angkat, membuatkan akta

kelahiran yang berstatus anak kandung untuk anak angkat tersebut,

adalah sebagai berikut:

a) Proses pengangkatan anak melalui pengadilan, harus melalui prosedur

yang begitu sulit, memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang tidak

murah;

b) Orang tua angkat tidak ingin, anak angkat tersebut mengetahui siapa

orang tua kandung sebenarnya atau nasab (keturunan) anak angkat

tersebut, dan

c) Adanya persetujuan dari orang tua kandung kepada orang tua angkat,

agar anak kandung dia (orang tua kandung) dibuatkan akta kelahiran

sebagai anak sah dari orang tua angkat tersebut.

Page 89: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

73

2. Anak angkat yang berstatus anak kandung berdasarkan akta kelahiran

tidak mengakibatkan perubahan hubungan keturunan (nasab), meskipun

pada akta kelahiran anak angkat tersebut berstatus anak kandung.

Karena dalam Islam, akta kelahiran tidak dapat mengubah hubungan

keturunan (nasab) anak angkat menjadi anak kandung. Dan meskipun

anak angkat tersebut berstatus anak kandung berdasarkan akta

kelahiran, anak angkat tersebut tidak bisa mendapatkan hak waris sesuai

anak kandung. Selain itu, menurut hukum Islam, akta kelahiran memang

penting tetapi tidak dapat menjadi bukti dalam pewarisan.

B. Saran

1. Proses pengangkatan anak melalui pengadilan, harus dipermudah, tidak

memerlukan waktu yang lama, dan dengan biaya yang murah, agar

kejadian anak angkat yang berstatus anak kandung berdasarkan akta

kelahiran, tidak terjadi lagi, dan

2. Orang tua angkat seharusnya tidak membuatkan akta kelahiran yang

berstatus anak kandung untuk anak angkatnya, apapun penyebab dan

alasannya, demi kebaikan anak angkat dan orang tua angkat serta orang

tua kandung, anak angkat tersebut.

Page 90: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku:

Abdul Manan. Reformasi Hukum Islam Di Indonesia (Tinjauan Dari AspekMetodologis, Legalisasi, dan Yurisprudensi). PT. RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2006.

Abdullah Marlang, et. all. Pengantar Hukum Indonesia. Yayasan AminuddinSalle (A.S. Center), Makassar, 2009.

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan. Hukum Pengantar Anak PerspektifIslam. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

Andreas Prasetyo Senoadji. “Penerapan Legitime Portie (Bagian Mutlak)Dalam Pembagian Waris Menurut Kitab Undang- Undang HukumPerdata Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Reg. No.148/PK/Perd/1982”. Tesis Program Studi Magister Kenotariatan,Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang 2007.Tersedia dihttp://eprints.undip.ac.id/16430/1/ANDREAS_PRASETYO_SENOADJI.pdf. Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 10.39 P.M. WITA.

Djaja S. Meliala. Pengangkatan Anak (Adopsi) Di Indonesia. Tasito,Bandung, 1982.

Ferza Ika Mahendra. “Kajian Terhadap Hak Waris Anak AngkatDidasarkan Hibah Wasiat Menurut Hukum Perdata (Studi DiPengadilan Negeri Jakarta Timur)”. Usulan Penelitian Tesis ProgramStudi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana UniversitasDiponegoro, Semarang 2008. Tersedia dihttp://eprints.undip.ac.id/17405/1/FERZA_IKA_MAHENDRA.pdf.Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 10.02 P.M. WITA

J. Satrio. Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.

Jazuni. Legislasi Hukum Islam Di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti,Bandung.

Jean K. Matuankota. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Angka. JurnalSasi Vol. 17 Nomor 3 Bulan Juli-September, 2011. Fakultas HukumUniversitas Pattimura, Ambon.

Page 91: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

75

Jiiy Ji’ronah Muayyanah. “Tinjauan Hukum Pengangkatan Anak SertaAkibat Hukumnya Dalam Pembagian Waris Menurut Hukum IslamDan Kompilasi Hukum Islam (KHI)”. Tesis Program Studi MagisterKenotariatan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,Semarang 2010. Tersedia dihttp://eprints.undip.ac.id/23841/1/Jiiy_Ji%E2%80%99ronah_Muayyanah.pdf Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 9.14 P.M. WITA.

M. Arfin. Hamid. Hukum Islam Perspektif Keindonesiaan (SebuahPengantar Dalam Memahami Realitas Hukum Islam Di Indonesia).PT. Umitoha Ukhuwa Grafika, Makassar, 2011.

Mohammad Daud Ali. Hukum Islam Pengantar Hukum Ilmu Hukum danTata Hukum Islam di Indonesia. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,2011.

Musthofa Sy. Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama.Kencana Media Group, Jakarta, 2008.

Oemarsalim. Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia. Rineka Cipta,Jakarta, 2006.

Pokda Perdata Agama MA-RI. Suara Uldilag Mahkamah Agung RepublikIndonesia Lingkungan Peradilan Agama. (Oleh: Wienarsih ImamSubektai/ Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia), Gedung MA-RI, Jakarta, 2007.

R. Abdoel Jamali. Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi. PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.

R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan. Hukum Orang DanKeluarga (Personen En Familie-Recht). Airlangga University Press,Surabaya, 2008.

Rika Saraswati. Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia. PT. Citra AdityaBakti, Bandung, 2009.

Titik Triwulan Tutik. Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional.Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2008.

Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang. Aspek Hukum AktaCatatan Sipil Di Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 1996.

Page 92: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

76

Peraturan Perundang-Undangan:

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1997 tentangPenyelenggaraan Catatan Sipil Dalam Rangka Sistem InformasiManajemen Kependudukan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie).

Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Peraturan Walikota Makassar Nomor 1 Tahun 2010 tentang Persyaratan danTata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil BerdasarkanPeraturan Daerah Kota Makassar Nomor 9 Tahun 2009 tentangPenyelenggaraan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil DiKota Makassar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 yang tentangPerkawinan

Website:

Hendra Prasetya. “Nasab Dalam Hukum Islam”. Tersedia dihttp://puskafi.wordpress.com/2010/05/20/nasab-dalam-hukum-islam/.Terakhir diakses pada 19 April 2012, Pukul 12.08 A.M. WITA.

http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--alfunnimat-359. Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 9.43P.M. WITA.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81081728.pdf. Terakhir diakses pada 21Februari 2012, Pukul 11.58 P.M. WITA.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19968/3/Chapter%20II.pdf.Terakhir diakses pada 14 Februari 2012, Pukul 11.47 P.M. WITA.

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/06/13/119639-mengadopsi-anak-menurut-hukum-islam. Terakhir diakses pada 24April 2012, Pukul 2.44 P.M. WITA.

http://www.scribd.com/doc/55076599/Kedudukan-Anak-Kandung-Sah-Dan-Anak-Luar-Kawin-Menurut-Hukum-Adat-Serta-Hukum-Perdata.Terakhir diakses pada 20 Februari 2012, Pukul 1:55 A.M WITA.

Page 93: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

77

Imam Wahyudi. “Hikmah Dibalik Larangan Adopsi Anak”. Tersedia dihttp://almanhaj.or.id/content/2446/slash/0. Terakhir diakses pada 19April 2012, Pukul 1.35 A.M. WITA.

Mukhsin Asyrof. “Mengupas Permasalahan Istilhaq Dalam Hukum”.Tersedia dihttp://www.badilag.net/data/MENGUPAS%20PERMASALAHAN%20ISTILHAQ.pdf. Terakhir diakses pada 19 April 2012, Pukul 6.39 P.M.WITA.

Page 94: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

78

BIODATA NARASUMBER,SURAT KETERANGAN

TELAH MELAKSANAKAN WAWANCARADAN

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

Page 95: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

79

BIODATA NARASUMBER

Nama : Drs. H. Mustamin IbrahimTempat/ Tanggal Lahir : Lasusua, Kolaka Utara, Tahun 1935Agama : IslamAlamat : Jalan. K.H. Hasyim Nomor 14, PalopoPekerjaan : Pimpinan Pondok Pesantren Darud Da’wah

Wal-Irsyad (DDI) Al-Furqan, Buntu KamassiLarompong, Kabupaten Luwu

Jabatan : Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia(MUI), Kabupaten Luwu (sekarang)

Pendidikan : Fakultas Ushuluddin, Y.A.I.N, Palopo (1988)

BIODATA NARASUMBER

Nama : Prof. Dr. H. Ali Parman, M. Ag.Tempat/ Tanggal Lahir : Sinjai, 14 April 1959Agama : IslamAlamat : Jalan Nipa-Nipa Raya, Blok 3 Nomor 152,

MakassarPekerjaan : Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,Makassar

Jabatan : - Ketua Lembaga Penelitian UniversitasIslam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar(sekarang)

- Ketua Komisi Fatwa Majelis UlamaIndonesia (MUI), Kota Makassar (sekarang)

Pendidikan : S3 PPs Universitas Islam Negeri (UIN)Alauddin, Makassar (Konsentrasi Syari’ah)

Page 96: ANAK ANGKAT YANG BERSTATUS ANAK KANDUNG … · dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Harry Usman, dan Ibunda Nining Purwaningsih, serta Kakanda-

80

BIODATA NARASUMBER

Nama : Dr. Abdillah Mustari, M. Ag.Tempat/ Tanggal Lahir : Tanah Beru, 10 Juli 1973Agama : IslamAlamat : BTP Blok AF Nomor 326, MakassarPekerjaan : Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,Makassar

Jabatan : -Pendidikan : - S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,Makassar (1995)

- S2 PPs Fakultas Syari’ah dan HukumUniversitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,Makassar (1999)

- S3 PPs Fakultas Syari’ah dan HukumUniversitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,Makassar (2010)

BIODATA NARASUMBER

Nama : Drs. Natan RubenTempat/ Tanggal Lahir : Tanah Toraja, 25 Desember 1956Agama : KristenAlamat : Jalan Batua Raya 3 Nomor 12, MakassarPekerjaan : Pegawai Negeri Sipil, Dinas Kependudukan

Dan Catatan Sipil, Kota MakassarJabatan : Kepala Bidang Kelahiran, Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil, KotaMakassar (sekarang)

Pendidikan : Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan, Makassar(1985)