13
ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR KHUSUS Makalah Yang disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Psikologi ABK Yang dibimbing oleh Ibu Anastasya dan Ibu Endang Widiati Oleh Dyah Fitriana 100154400246 Dessy Wandira 1001544 Ingke Maraia 1001544

Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR KHUSUS

MakalahYang disusun untuk memenuhi tugas

Matakuliah Psikologi ABKYang dibimbing oleh Ibu Anastasya dan

Ibu Endang Widiati

OlehDyah Fitriana 100154400246

Dessy Wandira 1001544Ingke Maraia 1001544

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAHS1 PEDIDIKAN LUAR BIASA

Maret 2011

Page 2: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR KHUSUS

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Seorang anak yang tidak mampu untuk mengemukakan atau mengkomunikasikan segala keinginannya atau ia tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk belajar akan membuat anakmengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin tertinggal dalam satu atau beberapa mata pelajaran tertentu. Tidak hanya anak yang merasa tertekan, orang tuanyapun mungkin akan merasakan kebingungan atas problematika yang dihadapi oleh sang anak. Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama yaitu, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya.

Pada saat ini, seorang anak perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa cinta akan belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses. Namun demikian, proses pembelajaran tidak selalu berjalan mulus hanya dengan faktor di atas. Kesulitan/Gangguan belajar ( Learning Disorders ) merupakan suatu kesulitan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelengensi seorang anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya. Hal ini merupakan masalah, baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena, gangguan/ kesulitan belajar yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional/psikiatrik yang akan berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan kualitas hidup anak di kemudian hari. Dengan demikian kepekaan orang tua dan guru kelas sangatlah membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar, sehingga anak dapat memperoleh penanganan sedini dan seoptimal mungkin dari tenaga professional sebelum semuanya menjadi terlambat.

1.2 Rumusan Masalah1) Bagaimana batasan anak yang mengalami kesulitan belajar khusus?2) Apa karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar khusus?3) Apa etiologi anak yang mengalami kesulitan belajar khusus?4) Bagaimana mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar khusus?5) Bagaimana penanganan dan program pendidikan bagi anak yang mengalami kesulitan belajar

khusus?6) Bagaimanakah keterlibatan orangtua dalam penanganan anak kesulitan belajar khusus?

Page 3: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

1.3 Tujuan Masalah1) Untuk mengetahui batasan anak yang mengalami kesulitan belajar khusus.2) Untuk mengetahui karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar khusus.3) Untuk mengetahui etiologi anak yang mengalami kesulitan belajar khusus.4) Untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar

khusus.5) Untuk mengetahui penanganan dan program pendidikan bagi anak yang mengalami kesulitan

belajar khusus.6) Untuk mengetahui keterlibatan orangtua dalam penanganan anak kesulitan belajar khusus.

2. Isi2.1 Batasan Anak Kesulitan Belajar Khusus

Menurut PL 91-230 (Suran & Rizzo dalam Frieda Mangunsong 1998, hal: 130): Anak dengan kesulitan belajar adalah anak-anak yang mengalami hambatan pada satu atau lebih proses-proses psikologis dasar yang mencakup; pengertian atau penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisa, dimana hambatannya dapat berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Termasuk kondisi-kondisi seperti gangguan persepsi (perceptual handicaps), luka botak (brain injury), disfungsi minimal otak (minimal brain disfunction), kesulitan membaca (dislexia), dan gangguan dalam memahami kata-kata (aphasia).

2.2 Karakteristik Anak Kesulitan Belajar Khusus1) Kesulitan Belajar Praakademik

(1) Gangguan Motorik (Dispraksia) dan PersepsiGangguan perkembangan motorik mencakup gangguan pada motorik kasar,

penghayatan tubuh, dan motorik halus. Dispraksia adalah keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensia uditiry-motor. Anak tidak mampu melakukan gerakan anggota tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasinya dapat beupa disfasia verbal (bicara) dan non-verbal (menulis, bahasa isyarat, dan pantomim).

Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan, pendengaran, raba dan gerak, serta intelegensi sistem persepsual. Jenis ganguan ini perlu penanganan secara sistematis karena berpengaruh terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar akademik.

(2) Kesulitan Belajar KognitifPengertian kognitif merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran,

simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan bahasa dan menyelesaikan soal-soal matematika. Mengingat besarnya peran fungsi kognitif dalam penyelesaian tugas-tugas

Page 4: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

akademik, gangguan kognitif hendaknya ditangani sejak anak masih berada pada usia prasekolah.

(3) Gangguan Perkembangan Bahasa (Disfasia)Disfasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak menggunakan

simbol linguistik dalam rangka berkomunikasi secara verbal. Gangguan pada anak yang terjadi pada fase perkembangan ketika anak belajar berbicara disebut disfasia perkembangan (development disphasia).

Disfasia ada dua jenis, yaitu disfasia reseptif dan disfasia ekspresif. Pada disfasia reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dan penerimaan bahasa. Anak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mengerti apa yang didengar karena mengalami gangguan dalam memproses stimulasi yang masuk. Pada disfasia ekspresif, anak tidak mengalami gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara verbal. Anak dengan gangguan perkembangan bahasa akan berdampak pada kemampuan membaca dan menulis.

(4) Kesulitan dalam Penyesuaian Perilaku SosialAda anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh

sesama anak, guru, maupun orangtua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku negatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku sosial ini tidak secepatnya ditangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya.

2) Kesulitan Belajar Akademik(1) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)

Kesulitan membaca tidak hanya merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat secara bersama. Ada dua tipe disleksia, yaitu disleksia auditoris dan disleksia visual. Gejala-gejala disleksia auditoris adalah sebagai berikut:a. Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi sehingga mengalami kesulitan

dalam analisis fonetik, contohnya anak tidak dapt membedakan kata ‘kaka, katak, kapak’;

b. Kesulitan analisis dan sisntesis auditoris, contohnya ‘ibu’ tidak dapat diuraikan menjadi ‘i-bu’ atau problem sintesa ‘p-i-ta’ menjadi ‘pita’. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca dan mengeja;

c. Kesulitan readuditoris bunyi atau kata. Jika diberi huruf tidak dapat mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut;

d. Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan;e. Kadang-kadang disertai gangguan urutan auditoris;

Page 5: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

f. Anak cenderung melakukan aktivitas visual.Gejala-gejala disleksia visual adalah sebagai berikut:

a. Tandensi terbalik, misalnya b dibaca d, p menjadi g, u menjadi n, m menjadi w, dan sebagainya;

b. Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang mirip;c. Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Jika diberi huruf cetak atau

menyusun kata mengalami kesulitan, misalnya kata ‘ibu’ menjadi ubi atau iub;d. Memori visual terganggu;e. Kecepatan persepsi lambat;f. Kesulitan analisis dan sintesis visual;g. Hasil tes membaca buruk;h. Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditoris.

(2) Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)Tanda-tanda disgrafia yaitu:a. Tulisan sangat jelek, terbalik-balik.b. Sering menghilangkan atau malah menambah huruf.c. Sering terlambat disbanding yang lain dalam menyalin tulisan.d. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.e. Mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.f. Kesalahan dalam mengeja kata-kata.g. kesalahan tata bahasa.h. kesalahan tanda baca.

(3) Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia)Tanda-tanda diskalkulia adalah:a. Kesulitan memahami  simbol  matematika.

“Misalnya tanda tambah (+) dilihat sebagai tanda kali (x). Atau, ketika ditanya berapa hasil kali lima dengan lima. Meskipun mereka menjawab benar, yakni 25, tetapi dalam menuliskannya salah. Bukan angka 25 yang ditulis, tetapi 52,”

b. Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka.c. Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan.d. Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi.e. Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama.f. Sering salah membilang dengan urut.g. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

2.3 Etiologi Anak Kesulitan Belajar KhususSecara umum faktor penyebab kesulitan belajar dapat disebabkan oleh faktor internal dan

eksternal dari individu.

Page 6: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

1) Faktor internal(1) Faktor fisiologi

Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya. 

(2) Faktor psikologisFaktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang

ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.

2) Faktor eksternal(1) Faktor sosial

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

(2) Faktor non-sosialFaktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan

belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

2.4 Identifikasi Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar KhususUntuk melakukan diagnosis dan identifiksi awal pada yang mengalami kesukaran belajar,

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:1) Mencatat anak-anak dengan berbagai indikasi antara lain:

(1) Tugas/ kegiatan akademisnya sering tidak selesai.

Page 7: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

(2) Kualitas pekerjaan buruk (dibandingkan dengan teman sekelas).(3) Tidak ada motivasi belajar; sering absen di sekolah.

2) Melakukan pengamatan sistematik terhadap masing-masing anak.3) Menggunakan alat/ instrument seleksi (screening test).4) Testing psikometrik, meliputi:

(1) Asesmen potensi intelektual(2) Asesmen hasil belajar/ prestasi akademik.(3) Asesmen berbagai modalitas belajar.

2.5 Penanganan dan Program Pendidikan Bagi Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar KhususSetelah menentukan diagnose dari hambatan yang terjadi pada seorang anak maka bentuk

penanggulangan/ intervensi yang dapat diberikan adalah:

1) RemedialMerupakan usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar yang terhambat.

Perbaikan pengajaran sebaiknya dilakukan secara individual dan mengandung makna timbale balik, untuk siswa dan guru. Dalam program remedial sebaiknya mengikuti prosedur sebagai berikut:(1) Analisis hasil diagnosis.(2) Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan.(3) Menyusun program perbaikan.(4) Melaksanakan program perbaikan.(5) Menilai perbaikan belajar-mengajar.

2) TutoringMerupakan bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi yang terhambat dari siswa

yang sudah duduk di bangku sekolah. Cara ini lebih cepat karena tanpa melalui perbaikan proses dasarnya terlebih dahulu, dengan tujuan mengajar ketertinggalan kelas. Tapi sebaiknya intervensi yang paling ideal dan menyeluruh akan mencakup kedua program (remedial dan tutoring).

3) KompensasiDiberikan bila hambatan yang dimiliki anak berdampak negatif dalam proses pembentukan

konsep dirinya. Misalnya, seorang anak yang memiliki hambatan auditif dalam pendekatan belajarnya dapat dilatih untuk menggunakan sarana atau cara belajar lain secara efektif.

2.6 Keterlibatan Orangtua dalam Penanganan Anak Kesulitan Belajar KhususOrangtua dapat dilibatkan dalam membantu anak yang mengalami kesukaran belajar ini. Para

ahli menyarankan pada orangtua agar:1) Membantu anak untuk mengalami keberhasilan.2) Menghargi usaha-usahanya.

Page 8: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

3) Mencoba membuat rutinitas dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya: malam hari anak diminta untuk menyiapkan baju yang akan dipakai esok harinya, mencuci muka, kaki, tangan, dan menggosok gigi sebelum tidur. Gunanya agar mengetahui apa yang harus dilakukan terlebih dahulu.

4) Member tugas satu persatu agar anak tidak bingung.5) Berlaku simpatik tetapi tegas.6) Jangan terlalu memaksa anak.7) Membantu anak untuk bergaul/ berteman dengan orang lain.

3. Penutup3.1 Kesimpulan3.2 Saran

1) Guru,2) Orangtua,3) Pembaca,

Page 9: Anak Dengan Kesulitan Belajar Khusus

Daftar Pustaka

Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI.

Yusuf, Munawir. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai.

Paternotte, Arga dan Jan Buitelaar. 2010. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Jakarta: Prenada Media Group.

http://www.psikologizone.com/kenali-kesulitan-belajar-anak-sejak-dini

http://deateytomawin.wordpress.com/2009/01/27/salah-satu-cara-mengatasi-anak-sulit-belajar/

http://www.telaga.org/audio/menangani_anak_sulit_belajar

http://mojokertocyber.com/keluarga/634-mengatasi-masalah-anak-sulit-belajar

http://getmyhope.wordpress.com/2010/04/23/anak-kesulitan-belajar/