Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISA KOMPOSIT DENGAN PENGUAT SERAT ECENG
GONDOK 50% DAN SERBUK KAYU SENGON 50 %
DENGAN PERLAKUAN ALKALI PADA FRAKSI VOLUME
40%, 50%, DAN 60% BERMETRIK RESIN POLYESTER
UNTUK PANEL AKUSTIK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh:
EKO SUWARNO
D200120094
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
ANALISA KOMPOSIT DENGAN PENGUAT SERAT ECENG GONDOK
50% DAN SERBUK KAYU SENGON 50 % DENGAN PERLAKUAN
ALKALI PADA FRAKSI VOLUME 40%, 50%, DAN 60% BERMETRIK
RESIN POLYESTER UNTUK PANEL AKUSTIK
Abstrak
Penelitian mengenai pemanfaatan serbuk gergaji kayu sengon yang di anggap
sebagai limbah belum dilakukan secara optimal. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan data tentang kemampuan fisis dan mekanis serbuk gergaji kayu
sengon yang diperkuat dengan serat dari eceng gondok, sehingga dapat
bermanfaat dalam bidang industri. Dalam penelitian ini menggunakan matriks dan
komposit bervariasi dengan fraksi volume 40%, 50%, dan 60%. Standar pengujian
tarik menggunakan standar ASTM D368-02, pengujian bending menggunakan
standar ASTM D 790-02, dan pengujian serap bunyi dengan standar uji ANSI-S1-
13. Hasil foto makro yang terjadi adalah patahan jenis broken fiber. Patahan
broken fiber yaitu patahan pada spesimen dimana serat mengalami patah atau
rusak dan membentuk seperti serabut. Arah dari perambatan retak adalah tegak
lurus dengan arah tegangan tarik yang bekerja dan menghasilkan permukaan yang
relatif rata pada fraksi resin volume 40%, dan membentuk retakan pada fraksi
resin volume 50% maupun 60%.
Kata Kunci : Komposit, Serat, Resin Polyester, Akustik
Abstract
The research on the utilization of sawdust which is considered as waste has not
been done optimally. This research was conducted to obtain data about the
physical and mechanical capability of sawdust sengon wood which is reinforced
with fiber from water hyacinth, so it can be useful in industry. In this research
using matrix and composite varies with volume fraction 40%, 50%, and 60%.
Tensile testing standards use ASTM D368-02 standard, bending test using ASTM
D 790-02 standard, and sound absorbing test with ANSI-S1-13 test standard. The
result of macro photo that happened is broken fiber type broken. A broken fiber
fracture is a fracture on a specimen where the fibers are broken or damaged and
form like fibers. The direction of the crack propagation is perpendicular to the
direction of the working tension and yields a relatively flat surface at a 40%
volume resin fraction, and forms a crack at the 50% resin fraction fraction and
60%.
Keywords: Composite, Fiber, Polyester Resin, Acoustics
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu sengon atau (Albasia) merupakan jenis tanaman kayu yang dapat
tumbuh baik dan optimal pada tanah regosol, aluvial, latosol yang
bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman
tanah sekitar pH 6-7. Pohon kayu sengon sendiri termasuk jenis tanaman
teropis sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18°-27°. Di
indonesia kayu sengon sering di gunakan sebagai bahan Furnitur dan
kerajinan tangan, sedangkan kulitnya di anggap limbah dan sering di
gunakan kayu bakar (Departemen Kehutanan, 2008).
Eceng gondok memiliki kandungan serat yang cukup besar, eceng
gondok sebagai material komposit sangat potensial mengingat dari segi
keseterdiaan bahan baku serat alam indonesia cukup melimpah. Tanaman
eceng gondok ini dinilai memiliki serat yang ulet, kandungan serat yang
tinggi, murah dan mudah didapat. Komposit serat alam didukung oleh
beberapa keunggulan diantaranya adalah massa jenisnya yang rendah,
terbaruakan, produksi memerlukan energi yang rendah, proses lebih lama,
serta mempunyai insulasi panas, dan akustik yang baik (Direktur
Eksekutif PHK A3 FT UGM 2005-2006).Tanaman eceng gondok ini
mempunyai kelebihan yaitu kekuatan tarik yang tinggi sekitar 19 N/mm²
dan tahan temperatur 50°C.
Penelitian mengenai pemanfaatan serbuk gergaji kayu sengon yang
di anggap sebagai limbah belum dilakukan secara optimal sebagai bahan
penguat komposit supaya serbuk gergaji kayu sengon dapat bermanfaat.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kemampuan fisis
dan mekanis serbuk gergaji kayu sengon yang diperkuat dengan serat dari
eceng gondok, sehingga dapat bermanfaat dalam bidang industri
manufaktur dan kehidupan rumah tangga.
3
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kekuatan tarik komposit serat eceng gondok 50%
dan serbuk kayu sengon 50% pada fraksi volume (40 %, 50%, 60%)
dengan standar uji ASTM D628-02.
2. Untuk mengetahui kekuatan bending komposit campuran serat eceng
gondok 50% dan serbuk kayu sengon 50% dengan resin polyester pada
fraksi volume (40%, 50%, 60%) dengan setandar uji ASTM D790-02.
3. Untuk mengetahui serap bunyi komposit campuran serat eceng gondok
dan serbuk kayu sengon dengan resin polyester pada fraksi volume
(40%, 50%, 60%) dengan setandar uji ANSI-S1-13.
4. Untuk mengetahui bagaimana hasil foto makro dari pengujian tarik
dan bending.
1.3 Batasan Masalah
1. Penelitian komposit ini mengacu pada komposit yang berpenguat serat
(Fibrous Composit), yang seratya dari eceng gondok, dengan
campuran serbuk kayu sengon.
2. Resin yang di gunakan adalah polyester 157 BQTN-EX.
3. Besar fraksi volumnya (40%, 50%, 60%).
4. Cara pembuatan komposit dengan menggunakan metode (Hand lay U)
menggunakan kaca sebagai cetakan.
5. Pengujian komposit yaitu pengujian tarik (ASTM D 638-02), bending
(ASTM D 790-03), serap bunyi (ANSI S1 – 13) dan foto makro.
2. METODE
2.1 Pembuatan Komposit
Proses pembuatan komposit serat enceng gondok dengan matrik polyester adalah
sebagai berikut:
1. Penyiapan serat eceng gondok, untuk serat eceng gondok dicuci dahulu,
kemudian dijemur sampai benar-benar kering, disikat dengan kawat kuningan
lembut, dan mendapatkan serat.
4
2. Penyiapan serbuk kayu yang didapatkan dari penggergajian kayu sengon
sebanyak yang dibutuhkan.
3. Kemudian serat eceng gondok bersama-sama dengan serbuk kayu sengon
dimasukkan ke dalam alkali NaOH 5% (direndam) selama 2 jam setelah dua
jam baru dijemur kembali hingga kering.
4. Pembuatan komposit
Untuk pengujian tarik maupun bending menggunakan cetakan yang terbuat
dari besi (mold) dengan ketebalan spesimen 5mm.
5. Memasukkan serbuk kayu sengon yang dilanjutkan penempatan serat eceng
gondok yang telah disusun secara acak ke dalam cetakan.
6. Penuangan campuran resin disesuaikan dengan volume fraksi penguat
kedalam cetakan diratakan dengan tangan biar campuran resin masuk kedalam
serat yang kemudian ditutup dan ditekan dengan alat penekan (dongkrak
tekan).
7. Penutupan dengan rapat yang bertujuan agar void yang kelihatan dapat
diminimalkan jumlahnya yang kemudian dilakukan pengepresan dengan
menggunakan alat pengepres.
8. Proses pengeringan dilakukan sampai benar-benar kering yaitu 5 –10 jam dan
apabila masih belum benar-benar kering maka proses pengeringan dapat
dilakukan lebih lama.
9. Benda uji komposit siap untuk dipotong dengn grindra potong menjadi
spesimen benda uji.
Berikut beberapa gambar dari komposit serat enceng gondok dengan
menggunakan matrik resin polyester.
Gambar 1. Hasil Komposit Setelah Dicetak dan Dibentuk Untuk Uji Tarik
5
Gambar 2. Hasil Komposit Setelah Dicetak dan Dibentuk Untuk Uji Bending
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Tarik dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Pengujian Tarik Pada Beban Maksimal
Fraksi Vol Spesimen
Beban Tegangan Luas L Lo Regangan Modulus
Maksimum Tarik Penampang ( ) Elastisitas
(N) (mm) (mm2) (mm) (mm) (mm)
40% 1 666.36 11.691 57 1.910 165.000 0.012 1009.915
2 647.56 11.361 57 1.870 165.000 0.011 1002.415
3 1321.97 23.192 57 1.510 165.000 0.009 2534.275
4 534.01 9.369 57 1.500 165.000 0.009 1030.546
5 544.15 9.546 57 2.150 165.000 0.013 732.638
Rata-rata 742.81 13.032 1.788 0.011 1261.958
50% 1 1034.97 18.157 57 0.975 165.000 0.006 3072.785
2 1004.31 17.619 57 1.000 165.000 0.006 2907.213
3 1103.68 19.363 57 1.380 165.000 0.008 2315.118
4 1232.19 21.617 57 1.480 165.000 0.009 2410.044
5 1049.07 18.405 57 1.290 165.000 0.008 2354.094
Rata-rata 1084.844 19.032 1.225 0.007 2611.851
60% 1 1185.83 20.804 57 1.390 165.000 0.008 2469.544
2 683.81 11.997 57 2.000 165.000 0.012 989.725
3 1116.33 19.585 57 1.250 165.000 0.008 2585.185
4 1129.15 19.810 57 1.750 165.000 0.011 1867.767
5 1330.91 23.349 57 1.470 165.000 0.009 2620.840
Rata-rata 1089.206 19.109 1.572 0.010 2106.612
6
Gambar 3. Grafik Rata-rata Tegangan Tarik Maksimal dengan
Fraksi Volume Resin 40%, 50%, dan 60%
Berdasarkan hasil pengujian tarik pada tabel 1 dan gambar 4 dapat dijelaskan
bahwa rata-rata kekuatan tarik dari masing-masing fraksi volume resin yang
digunakan, mulai dari fraksi volume 40%, 50%, dan 60% mempunyai rata-rata
kekuatan tarik sebesar 13.032Mpa pada 40%, 19.032Mpa pada 50%, dan
19,109Mpa pada 60%. Berdasarkan data kekuatan tarik tersebut terlihat bahwa
ada peningkatan tegangan tarik yang berbanding lurus dengan fraksi volume
resin. Pada grafik tampak bahwa ketika fraksi volume resin meningkat dari
40% menjadi 50% maka tegangan tarik juga ikut meningkat dari 13,032Mpa
menjadi 19,032Mpa dan meningkat lagi pada fraksi volume 60% menjadi
19,109MPa.
3.2 Pengujian Bending dan Pembahasan
Tabel 2. Hasil Pengujian Bending Pada P (Force Max) Terhadap Tegangan,
Regangan, Defleksi dan Modulus Elastisitas Komposit
Fraksi
Vol Spesimen P (N)
L
mm
Tegangan
(N/mm2)
Regangan
(mm)
Span
(mm)
Defleksi
(mm)
Modulus
Elastisitas
(N/mm2)
40 1 6.54 9.5 4.377 0.075 51 10.838 1.144
2 6.07 9.7 4.063 0.076 51 10.982 1.048
3 5.26 9.45 3.52 0.074 51 10.693 0.933
4 8.57 6.85 5.736 0.054 51 7.803 2.083
5 8.68 5.35 5.809 0.042 51 6.069 2.712
50 1 6.21 9.75 4.156 0.077 51 11.127 1.058
2 7.83 20.2 5.241 0.159 51 22.976 0.646
3 6.14 20.5 4.109 0.161 51 23.265 0.5
13.032
19.032 19.109
1.000
6.000
11.000
16.000
21.000
30% 40% 50% 60% 70%
Tega
nga
n T
arik
(m
m)
Fraksi Volume
7
4 6.08 8.4 4.069 0.066 51 9.537 1.209
5 11.27 6.35 7.543 0.05 51 7.225 2.958
60 1 5.73 9.38 3.835 0.074 51 10.693 1.016
2 5.46 9.4 3.654 0.074 51 10.693 0.968
3 14.55 6.7 9.738 0.053 51 7.659 3.602
4 7.4 5.89 4.953 0.046 51 6.647 2.111
5 6.91 9.85 4.625 0.078 51 11.271 1.163
Gambar 4. Grafik Rata-rata Tegangan Maksimal N/mm2 (Mpa) denganFraksi
VolumeResin 40%, 50%, dan 60%
Berdasarkan hasil pengujian bending pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa
rata-rata kekuatan tegangan tarik maksimal dari masing-masing fraksi volume
resin yang digunakan, mulai dari fraksi volume 40%, 50%, dan 60%
mempunyai rata-rata kekuatan tegangan sebesar 4,701Mpa pada 40%,
5.024Mpa pada 50%, dan 5,361Mpa pada 60%. Adapun besarnya regangan
masing-masing rata-rata 0,064mm pada 40%, 0,103mm pada 50%, dan
0,065mm pada 60% fraksi volume resin. Untuk defleksi masing-masing
dengan rata-rata 92,77mm pada 40%, 14,826mm pada 50%, dan 9,393mm
pada 60% fraksi volume resin. Sedangkan besarnya modulus elastisitas rata-
rata sebesar 1,584MPa pada 40%, 1,274MPa pada 50%, dan 1,772MPa pada
60% fraksi volume. Berdasarkan data kekuatan hasil uji bending tersebut
terlihat bahwa komposit pada pada fraksi volume 50% resin memiliki
kekuatan yang paling baik, dan modulus elastisitas yang paling tinggi artinya
bahan tersebut sangat elastis.
4.701
5.0236
5.361
4.2
4.4
4.6
4.8
5
5.2
5.4
5.6
40% 50% 60%
Tega
nga
n B
end
ing
Rat
a-R
ata
(Mp
a)
Fraksi Volume
8
3.3 Pengujian Serap Bunyi dan Pembahasan
Tabel 3. Hasil Pengujian Serap Bunyi Komposit
Komposisi
Ruang tanpa
sumber bunyi &
tanpa bahan uji
(dB)
Ruang dengan
sumber bunyi &
tanpa bahan uji
(dB)
Ruang dengan
sumber bunyi
(white noise) &
bahan uji (dB)
serat eceng gondok
(50%) serbuk kayu
sengon (50%) & resin
(40%)
52.98 65.99 66.87
serat eceng gondok
(50%) serbuk kayu
sengon (50%) & resin
(50%)
52.98 65.99 66.70
serat eceng gondok
(50%) serbuk kayu
sengon (50%) & resin
(60%)
52.99 65.99 66.64
Gambar 5. Grafik Rata-rata Serap Bunyi Komposit Pada
Fraksi Volume Resin 40%, 50%, dan 60%
Hasil pengujian serap bunyi komposit serat enceng gondok, daya serap
tertinggi pada fraksi volume 60% yang menghasilkan sumber bunyi paling
sedikit (66,64 dB). Perbedaan hasil serap bunyi pada masing-masing komposit
dipengaruhi oleh jumlah serat yang menyusunnya, semakin banyak serat yang
digunakan semakin besar pula daya serapan bunyinya. Komposisi material
serat eceng gondok, serbuk sengon dan resin, ternyata lebih bersifat
66.87
66.7
66.64
66.5
66.55
66.6
66.65
66.7
66.75
66.8
66.85
66.9
40% 50% 60%
Sera
pan
Bu
nyi
(d
B)
Fraksi Volume (%)
Vf
db
9
memantulkan bunyi dari pada menyerap bunyi. Dari ketiga macam komposisi
resin pada material komposit, ternyata yang memiliki daya serap bunyi yang
lebih baik diantara ketiganya adalah komposisi resin 60%.
3.4 Pengamatan Foto Makro
Hasil foto makro pengujian bending untuk fraksi volume resin 40%, 50%, dan
60% masing-masing dengan masing-masing dengan sampel sesuai hasil foto
permukaan patahan. Void menunjukkan gelembung udara pada permukaan
benda uji saat mengalami gaya tekan. Pada fraksi volume resin 40% terlihat
retakan yang diakibatkan gaya tekan memiliki void (gelembung udara) lebih
kecil (rapat), sedangkan pada fraksi volume resin 50%, dan 60% void seakan
tidak nampak namun sebenarnya membentuk retakan lebih lebar (void
berukuran besar).
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa pengujian serta pembahasan data yang
diperoleh, dapat disimpulkan yaitu:
1. Hasil pengujian tarik serat enceng gondok dan serbuk kayu sengon pada
komposisi 50%-50% bermetrik resin polyester untuk panel akustik yaitu:
a. Pada fraksi volume resin 40% memiliki kekuatan tarik sebesar
13,032MPa.
b. Pada fraksi volume resin 50% memiliki kekuatan tarik sebesar
19,032MPa.
c. Pada fraksi volume resin 60% memiliki kekuatan tarik sebesar
19,09MPa.
2. Hasil pengujian bending serat enceng gondok dan serbuk kayu sengon
pada komposisi 50%-50% bermetrik resin polyester untuk panel akustik
yaitu:
a. Pada fraksi volume resin 40% memiliki kekuatan bending sebesar
4,701MPa.
10
b. Pada fraksi volume resin 50% memiliki kekuatan bending sebesar
5,024MPa.
c. Pada fraksi volume resin 60% memiliki kekuatan bending sebesar
5,361MPa.
3. Hasil pengujian serap bunyi serat enceng gondok dan serbuk kayu sengon
pada komposisi 50%-50% bermetrik resin polyester untuk panel akustik
yaitu:
a. Pada fraksi volume resin 40% memiliki kekuatan bunyi paling rendah
sebesar 66,87 dB.
b. Pada fraksi volume resin 50% memiliki kekuatan bunyi paling rendah
sebesar 66,70 dB.
c. Pada fraksi volume resin 60% memiliki kekuatan bunyi paling rendah
sebesar 66,64 dB.
4. Pengamatan foto makro
Patahan terlihat pada foto makro yang terjadi adalah patahan jenis broken
fiber. Patahan broken fiber yaitu patahan pada spesimen dimana serat
mengalami patah atau rusak dan membentuk seperti serabut.
Arah dari perambatan retak adalah tegak lurus dengan arah tegangan tarik
yang bekerja dan menghasilkan permukaan yang relatif rata pada fraksi
resin volume 40%, dan membentuk retakan pada fraksi resin volume 50%
maupun 60%.
4.2 Saran
Dari hasil proses percetakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya:
1. Pada proses pembuatan serat acak hendaknya serat disusun merata agar
memudahkan pencetakan,dan menghasilkan cetakan komposit yang
tebalnya sama dalam satu bidang.
2. Meminimalkan keberadaan rongga udara (void) pada komposit yang akan
dibuat sehingga akan menaikkan kekuatan komposit dengan menggunakan
alat tekan yang lebih baik.
11
3. Dalam melakukan pembuatan benda uji hendaknya memakai alat
pengaman, karena bahan benda uji merupakan bahan kimia.
4. Pada proses penuangan matrik kedalam serat harus merata dan cepat
agar serat benar-benar terbungkus oleh matrik, sehingga dapat
meminimalkan terjadinya void.
5. Dalam melakukan pengujian hendaknya dilakukan sendiri (tidak dilakukan
di lab dan oleh petugas lab) agar kita mengetahui proses pengujian
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM. D 790 – 02 Standard test methods for flexural properties of unreinforced
and reinforced plastics and electrical insulating material. Philadelphia,
PA : American Society for Testing and Materials.
ASTM. D 638-02 Standart test method for tensile properties of plastics.
Philadelphia, PA : American Society for Testing and Materials.
Azizah Nur, H., 2016. Potensi Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Dalam Mereduksi Logam Berat Seng (Zn) Dari Perairan Danau Tempe
Kabupaten Wajo. Skripsi (Publikasi), Fakultas Sains Dan Teknologi, Uin
Alaudin Maksar.
Fatkhurrohman, Aji.M, Supriyadi., 2013, Tingkat Redaman Bunyi Suatu Bahan
(Triplek, Gypsum dan Styrofoam), Jurnal Fisika, Vol 3 No 2:138-143.
Ganijanti, A.S., 2011, Gelombang dan Optika, Salemba Teknika, Jakarta.
Giancoli.
Hasim. 2003. Eceng Gongok Pembersih Polutan Logam Berat. Kompas dalam
kolom Inspirasi. Jakarta.
Lokantara I Putu, Suardana Ngakan Putu Gede, Karohika I Made Gatot., 2011.,
Studi Perlakuan Panjang Serat Dan Fraksi Volume Serat Terhadap Sifat
Akustik Komposit Tapis Kelapa/Polyester Sebagai Alternatif Pengganti
Bungbung Bambu Gamelan Bali., Jurnal The Execellent Research, Univ.
Udaya Bali.T. Hal. 82-88.
Ludi, Hartanto. 2009. Study Perlakuan Alkali Dan Fraksi Volume Serat Terhadap
Kekuatan Bending, Tarik, Dan Impak Komposit Berpenguat Serat Rami
12
Bermatrik Polyester Bqtn 157. Tugas Akhir (Publikasi), Fakultas Teknik
Mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurkholis., 2008, Analisis Sifat Tarik dan Impak Komposit Serat Rami Dengan
Perlakuan Alkali Dalam Waktu 2, 4, 6, dan 8 jam, Fraksi Volume Serat
10% Dengan Matrik Poliester BQTN 157.
Surdia, T. dan Saito, S., 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.