30
Analisa Resep OTITIS MEDIA AKUT Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : DWI HIDAYANTI I1A099080 Pembimbing : Dra. SULISTIANINGTYAS, Apt

Analisa Resep_otitis Media Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otitis

Citation preview

Page 1: Analisa Resep_otitis Media Akut

Analisa Resep

OTITIS MEDIA AKUT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

DWI HIDAYANTI

I1A099080

Pembimbing :

Dra. SULISTIANINGTYAS, Apt

LABORATORIUM FARMASI KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

Agustus 2006

Page 2: Analisa Resep_otitis Media Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan

obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga

diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk suatu penyakit,

dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, efek samping, interaksi antar

obat dan dari segi ekonomi. (1)

Obat yang diberikan kepada penderita harus dipesankan dengan

menggunakan resep. Satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu

penderita. Resep selain permintaan tertulis kepada apoteker juga merupakan

perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan keahlian dokter dalam

menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Selain sifat-

sifat obat yang diberikan dan dikaitkan dengan variabel dari penderita, maka

dokter yang menulis resep idealnya perlu pula mengetahui penyerapan dan nasib

obat dalam tubuh, ekskresi obat, toksikologi serta penentuan dosis regimen yang

rasional bagi setiap penderita secara individual. Resep juga perwujudan hubungan

profesi antara dokter, apoteker dan penderita (1,2).

A. Definisi dan Arti Resep

Definisi

Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada

1

Page 3: Analisa Resep_otitis Media Akut

Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku(1).

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita(2).

Arti Resep(1)

1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi

profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker penyedia/pembuat

obat), dan penderita (yang menggunakan obat).

2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka

isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar

pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional.

B. Kertas Resep(2)

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

10-12 cm dan panjang 15-18 cm. Untuk dokumentasi, pemberian obat kepada

penderita memang seharusnya dengan resep; permintaan obat melalui telepon

hendaknya dihindarkan.

Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman

untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat bius.

Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor

urut pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah

2

Page 4: Analisa Resep_otitis Media Akut

lewat tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat

berita acara pemusnahan seperti diatur dalam SK.Menkes RI

no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek.

C. Kelengkapan Resep(2)

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas:

1. Superscriptio, yang terdiri :

- Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula

dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

- Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

- Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”.

2. Inscriptio

Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya

a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat

pokok ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari

beberapa bahan.

Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna

atau bau obat (corrigens saporis, coloris dan odoris)

3

Page 5: Analisa Resep_otitis Media Akut

Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep

berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya

konstituens obat minum air.

b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk

bahan padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan

(tetes, milimeter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”

3. Subscriptio

- Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki, misalnya f.l.a.

pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat berupa puyer.

4. Signatura

- Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan

bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya

disingkat S.

5. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi

penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan

memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

6. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep obat

suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap oleh

dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup dengan

paraf saja.

4

Page 6: Analisa Resep_otitis Media Akut

D. Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional(1,2)

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual (1).

Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis

secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini

perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya

hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda (2).

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut : (2)

1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko,

rasio antara manfaat dan harga, dan rasio terapi.

2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh faktor obat (sifat kimia, fisika, dan

toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rectal, local), factor

penderita (umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas,

sensitivitas individu dan patofisiologi).

3. Tepat bentuk sediaan obat; menetukan bentuk sediaan berdasarkan efek

terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis,

dan harga murah.

5

Page 7: Analisa Resep_otitis Media Akut

4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya

kerja obat, bioavaibilitas, serta pola hidup pasien (pola makan, tidur,

defekasi, dan lain-lain).

5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengam keadaan penderita yaitu bayi,

anak-anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut (2):

Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan.

6

Page 8: Analisa Resep_otitis Media Akut

BAB II

ANALISA RESEP

Contoh Resep dari Poliklinik THT

7

Page 9: Analisa Resep_otitis Media Akut

A. Keterangan Resep

Klinik : THT RSUD Ulin Banjarmasin

Tanggal : 10 Juli 2006

Nama Pasien : Tn. Liansyah

Umur : 33 tahun

No. RMK : 64-33-40

Alamat : Kelayan A Gg. Papadaan Rt.4 Banjarmasin Selatan

Pekerjaan : Swasta

Diagnosa : Otitis Media Akut

B. Analisa Resep

I. Penulisan Resep

Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 11 cm dan

panjangnya 21 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan

panjang 15-18 cm(2) Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran kertas yang

digunakan pada resep ini, lebarnya sudah ideal tapi masih terlalu panjang.

Penulisan pada resep ini sulit dibaca dan kurang jelas. Pada penulisan

resep yang benar tulisan harus dapat dibaca dengan jelas agar tidak terjadi

kesalahan dalam pemberian obat.

II. Kelengkapan Resep

1. Superscriptio

- Identitas dokter berupa nama, unit di Rumah Sakit dan dokter penulis

resep ini sudah dicantumkan dan diberi tanda tangan dengan jelas.

8

Page 10: Analisa Resep_otitis Media Akut

- Nama kota serta tanggal resep sudah ditulis oleh dokter.

- Tanda R/ juga sudah tercantum pada resep ini.

2. Inscriptio

a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari Remedium Cardinale, yaitu;

antibiotik (Streptomycin, Sanpicillin, Otopain); dan Remedium Adjuvans,

yaitu antiinflamasi (Ocuson) dan dekongestan (Tremenza).

b) Resep ini tidak dicantumkan satuan berat. Pada penulisan resep yang benar

harus mencantumkan satuan berat sediaan.

3. Subscriptio

- Resep ini menggunakan bentuk resep formula spesialistis, sehingga cara

pembuatan tidak dicantumkan, akan tetapi bentuk sediaan yang

dikehendaki tidak dicantumkan. Seharusnya bentuk sediaan ditulis

sebelum jumlah sediaan yang diinginkan. Bentuk sediaan yang ditulis

hanya streptomycin injeksi berupa flas.

4. Signatura

- Tanda signa (S) pada setiap jenis obat yang tertulis telah dicantumkan

walaupun tulisannya kurang jelas karena terlihat seperti garis miring.

- Pada resep ini tidak dicantumkan waktu pemberian obat, misalnya : p.c,

a.c, atau d.c

5. Identitas pasien

Nama penderita sudah ditulis namun umur dan alamat tidak ada. Seharusnya

identitas penderita ditulis lengkap agar resep tidak tertukar saat pengambilan

dan mudah menelusuri bila terjadi sesuatu dengan obat penderita.

9

Page 11: Analisa Resep_otitis Media Akut

III.Obat yang Digunakan

a) Streptomycin

Merupakan aminoglikosida, diperoleh dari Streptomyces griseus. Senyawa

ini berkhasiat bakterisid terhadap banyak kuman Gran negatif dan Gram positif,

termasuk M. tuberculosa dan beberapa M. atipis. Streptomisin khusus aktif

terhadap mycobakteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat.

Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan

jalan pengikatan pada RNA ribosomal. (3)

Resorpsinya diusus buruk sekali, maka hanya diberikan sebagai injeksi

intramuskular. Obat ini diberikan secara intramuskuler dengan dosis 15 mg/kg,

maksimal 1 gram perhari. Untuk berat badan kurang dari 50 kg atau usia lebih

dari 40 tahun, diberikan 500-750 mg/hari. Untuk pengobatan intermitten yang

diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan diturunkan menjadi

750 mg tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg. Untuk anak

diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk

pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur terutama untuk

pasien dengan gangguan fungsi ginjal. (3,4)

Pada resep ini streptomisin injeksi diberikan sebanyak 3 flas, berarti bila

dosis yang diberikan 1 gram perhari, maka resep ini diberikan untuk 3 hari; dan

pemberian i.m.m (in mane medici) atau berikan pada dokter/ditangan dokter,

sehingga pemberian suntikan streptomisin harus dilakukan oleh dokter atau tenaga

medis.

10

Page 12: Analisa Resep_otitis Media Akut

b) Sanpicillin

Berisi ampisilina trihidrat setara dengan ampisilina anhidrat 250 mg; 500

mg/kapsul; 125 mg/5 ml sirop kering; 250 mg/5 ml sirop kering forte. Penisilin

spectrum luas ini aktif terhadap kuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram-

negatif. Diindikasikan untuk infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,

bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore. Hati-hati penngunaannya pada

penderita dengan riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada

glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS. Kontraindikasi pada

pasien hipersensitivitas terhadap penisilin. Dosis oral : 0,25-1 gram tiap 6 jam,

diberikan 30 menit sebelum makan, karena adanya makanan dalam saluran cerna

akan menghambat absorbsi obat. Anak dibawah 10 tahun : setengah dosis dewasa.

(3,5)

Pada resep ini tidak disebutkan bentuk sediaan dan satuan berat yang

diinginkan. Frekuensi pemberiannya sudah sesuai yaitu 4 x sehari 1 tablet selama

5 hari, akan tetapi waktu pemberiannya tidak disebutkan.

c) Tremenza

Tiap tablet berisi Pseudoefedrina HCl 60 mg, triprolidina HCl 2,5 mg.

Cara kerja sebagai dekongestan hidung, yang menyebabkab venokonstriksi dalam

mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi edema mukosa yang

bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di

telinga tengah hilang. Dosis oral 3-4 kali sehari 1 tablet. (5)

Pada resep ini tidak disebutkan bentuk sediaan obat. Frekuensi

pemberiannya kurang, yaitu hanya hanya 2 x sehari 1 tablet, selama 5 hari.

11

Page 13: Analisa Resep_otitis Media Akut

d) Ocuson

Tiap tablet : Betametason 0,25 mg, deksklorfeniramina maleat 2 mg.

Betametason mempunyai daya antiinflamasi. Dosis oral 0,5-8 mg sehari sesudah

makan pagi. Kadar puncaknya dalam darah baru tercapai sesudah 6-8 jam (per

oral). Sedangkan deksklorfeniramina maleat memiliki daya kerja antihistamin dan

efek meredakan batuk yang cukup baik. Dosis oral 3 dd 12,5-25 mg. Dosis ocuson

untuk dewasa adalah 3-4 kali sehari 1-2 tablet setelah makan dan saat akan tidur,

tidak lebih dari 8 tablet sehari.(4,5)

Pada resep ini frekuensi pemberian kurang, yaitu hanya 2 x sehari 1 tablet.

Waktu pemberian tidak disebutkan.

e) Otopain

Tiap ml obat tetes : Polimiksina B sulfat 1.000.000 UI, neomisin sulfat 0,5

g, fludrokortison asetat 0,1 g, lidokain HCl 4 g, air, propilen glikol, gliserin

hingga 100 ml. Zat ini banyak digunakan secara topical pada otitis media

dikombinasikan dengan antibiotik lain untuk memperlambat timbulnya resistensi

dan memperluas daya kerjanya. Hindari pemakaian berkepanjangan karena ada

sedikit risiko meningkatnya ototoksisitas bila ada perforasi gendang telinga. Dosis

2-4 kali sehari 4-5 tetes. (4,5)

Pada resep ini frekuensi pemberian sudah sesuai yaitu 3 x sehari, tetapi

tidak jelas berapa tetes yang diberikan.

12

Page 14: Analisa Resep_otitis Media Akut

IV. Interaksi Obat

Obat yang diberikan pada kasus ini yaitu 3 jenis antibiotik, antiinflamasi,

dan dekongestan. Pemberian streptomisin injeksi dan otopain dapat meningkatkan

efek samping terjadinya ototoksisitas.

V. Efek Samping Obat

1) Streptomisin

Ototoksisitas, nefrotoksisitas, reaksi anafilaktik, agranulositosis, anemia

aplastik, dan demam obat.

2) Sanpicillin

Mual, diare, ruam, kadang-kadang terjadi colitis karena antibiotik.

3) Tremenza

Takikardia, peningkatan tekanan darah, stimulasi SSP.

4) Ocuson

Muskuletal : otot lemas, miopati steroid; gangguan saluran pencernaan;

system saraf : kejang, tekanan intrakranial meningkat; gangguan cairan dan

elektrolit; Endokrin : insufisiensi adrenal.

5) Otopain

Sensitivitas setempat, ototoksik

VI. Analisa Diagnosa

Data yang diperoleh dari status pasien tidak diketahui anamnesa dan

pemeriksaan fisik secara pasti, namun diagnosa yang ditegakkan adalah otitis

media akut (OMA). Otitis media adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

13

Page 15: Analisa Resep_otitis Media Akut

mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

Otitis media disebabkan oleh bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus,

Stafilococcus aureus, Pneumokokus, Hemofilus influenza, E. colli, S.

anhemolyticus, P. vulgaris, dan P. aeruginosa.(7,8)

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas

menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba

Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusnya adalah

infeksi saluran napas atas. Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit

dan umur pasien. (7,8)

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium

awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian

antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Terapi OMA : (7,8)

1. Stadium oklusi

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan

negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes telinga HCl efedrin

0,5% untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis

untuk anak di atas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati.

Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi.

2. Stadium Presupurasi.

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran

timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.

Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika

terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau

14

Page 16: Analisa Resep_otitis Media Akut

sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar

konsentrasinya adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.

Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

3. Stadium Supurasi

Selain antibiotik, harus dilakukan miringotomi bila membran timpani masih

utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

4. Stadium perforasi

Terlihat secret banyak keluar, kadang terasa berdenyut. Diberikan obat cuci

telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3

minggu. Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri

dalam 7-10 hari.

5. Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

Resep yang diberikan pada kasus ini terdiri dari 2 jenis antibiotik sistemik

(Streptomisin injeksi dan Sanpicillin), antibiotik local (otopain), antiinflamasi

(Ocuson), dan dekongestan sistemik (Tremenza). Berdasarkan keterangan di atas,

maka kemungkinan pasien datang pada stadium presupurasi. Penggunaan 2 jenis

antibiotik sistemik tidak rasional, sebaiknya cukup diberikan antibiotik oral saja.

Streptomisin injeksi tidak perlu diberikan karena selain harganya mahal,

15

Page 17: Analisa Resep_otitis Media Akut

pemberiannya juga sulit, harus dokter atau tenaga medis yang menyuntikkan obat

tersebut. Berdasarkan keterangan di atas, pemberian kortikosteroid tidak

diindikasikan, akan tetapi mungkin dapat diberikan untuk mengatasi inflamasi

sehingga diharapkan dapat mengurangi produksi sekret telinga.

BAB III

16

Page 18: Analisa Resep_otitis Media Akut

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa resep diatas dapat diambil kesimpulan bahwa resep

yang dibuat belum rasional, dan berdasarkan 5 tepat pada resep rasional, maka :

1. Obat

Obat yang diberikan tidak tepat. Pemberian 2 jenis antibiotik sistemik sangat

tidak rasional.

2. Dosis

Pada resep ini dosis yang diberikan kurang tepat.

3. Tepat bentuk sediaan

Bentuk sediaan yang diberikan secara umum sudah tepat sesuai dengan

keadaan pasien, akan tetapi bentuk sediaan injeksi kurang tepat.

4. Waktu penggunaan obat

Pada resep ini tidak dituliskan kapan obat ini diminum, sehingga dapat

mengurangi tujuan pengobatan.

Sedangkan kelengkapan lain yang perlu ditulis adalah :

Identitas pasien seperti umur dan alamat.

Usulan Resep

17

Page 19: Analisa Resep_otitis Media Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Lestari, CS. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. PT Pertja. Jakarta, 2001

18

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM “ULIN”BANJARMASIN

Nama Dokter : dr Dwi Hidayanti Tanda Tangan DokterNIP : 145 037 204 UPF/Bagian : THT

Kelas I/II/III/Utama

Banjarmasin, 10 Juli 2006

R/ Sanpicillin tab 500 mg No. XX

S 4 d.d tab 1 a.c (o.6.h)

R/ Otopain guttae auric No. I

S 3 d.d gtt 4

R/ Tremenza tab No. XV

S 3 d.d tab 1 p.c

R/ Ocuson tab No. XV

S 3 d.d tab 1 p.c

Pro : Liansyah

Umur : 33 tahun

Alamat : Kelayan A Gg. Papadaan Rt.4 Banjarmasin

Page 20: Analisa Resep_otitis Media Akut

2. Joenoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi – Penulisan Resep yang Rasional 1. Airlangga University Press. Surabaya, 1995.

3. Darmansjah, I dkk. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Depkes RI Dirjen POM. Jakarta, 2000.

4. Tjay dan Kirana. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta, 1991

5. Winotopradjoko, M dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Akarta, Volume 39, 2004.

6. Ganiswarna, S.G (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995.

7. Mansjoer, A dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Media Aesculapius FKUI. Jakarta, 1999.

8. Soepardi E, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Edisi Keempat. FKUI. Jakarta, 2000.

19