Upload
fuady-sanders
View
95
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Teknik Sipil – UMI 1 Analisa Struktur II
A. PENDAHULUAN
Dalam Analisa Struktur, konstruksi yang paling sederhana adalah Konstruksi
Statis Tertentu, dimana gaya dalam pada struktur dapat diketahui hanya dengan
menggunakan beberapa persamaan kesetimbangan. Seperti pada sebuah balok
sederhana (tumpuan sendi-rol) atau pada rangka batang dan portal statis tertentu.
Struktur Statis Tak Tentu adalah struktur yang kompleks, penyelesaian dengan
menggunakan persamaan-persamaan kesetimbangan pada struktur ini sudah tidak
memungkinkan lagi. Sehingga perlu diadakan penyederhanaan/peng-idealan, agar
struktur tersebut dapat diselesaikan berdasarkan analisa matematis yang sederhana
dan sedapat mungkin dalam persamaan hubungan yang linier.
Analisa Struktur dengan Cara Matriks telah memberikan kemungkinan bagi proses
idealisasi tersebut.
Hal utama dari suatu perencanaan struktur adalah dengan menganalisa apa akibat
dari pembebanan gaya-gaya pada struktur yang ditinjau.
Perilaku struktur pada umumnya sangat berhubungan erat dengan perubahan
Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain) yang terjadi padanya.
Tegangan dapat terjadi sebagai akibat dari gaya-gaya dalam yaitu Momen Lentur,
Gaya Lintang (Geser), Gaya Normal (Aksial) atau Momen Torsi, sedangkan regangan
terjadi akibat adanya perubahan bentuk (deformasi) pada struktur.
Dalam analisa perubahan bentuk ini, analisis difokuskan pada lendutan linier atau
anguler (translasi dan rotasi) pada titik diskrit (titik kritis) dari struktur. Berarti
analisa akan berkisar pada elemen struktur bila dibebani gaya, keuntungan dari
analisa tersebut adalah bahwa satu elemen dapat mewakili elemen-elemen lain yang
sejenis.
Selanjutnya menggabungkan elemen-elemen tersebut dalam satu model matematis
dari struktur yang harus dapat memenuhi syarat kompatibiliti dari segi geometri
struktur dan syarat kesetimbangan statis struktur.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam analisa struktur statis tak tentu
dengan cara matriks ini, untuk menentukan Tegangan dan Deformasi adalah dengan
mengetahui karakteristik sifat hubungan Gaya Dalam dan Deformasi dari elemen
struktur dan terpenuhinya syarat Kompatibiliti dan Kesetimbangan.
Berarti terdapat tiga hal yang mendasari analisa, yaitu:
— Kompatibiliti Hubungan antara Deformasi (perubahan struktur) dengan
Lendutan (perpindahan/displacement).
— Hukum Hooke Hubungan antara Gaya Dalam dan Deformasi.
(Hubungan Tegangan dan Regangan)
— Kesetimbangan Hubungan antara Gaya Luar dan Gaya Dalam.
Teknik Sipil – UMI 2 Analisa Struktur II
Kesetimbangan (Equilibrium)
Keseimbangan Statis F = 0 (Hukum Newton–1)
Keseimbangan Dinamis F = m.a (Hukum Newton–2) Persamaan Kesetimbangan pada Struktur:
Fx = 0, Fy = 0, Fz = 0
Mx = 0, My = 0, Mz = 0 Hukum Hooke (Constitutive Law)
Syarat material struktur elastis dan linear (Hukum Hooke)
Q = k . D k = kekakuan struktur
D = ƒ . Q ƒ = fleksibilitas struktur Q = Gaya/Aksi
D = Displacement (perpindahan struktur)
Bahasan selanjutnya adalah tentang Metode Kekakuan (dengan Matriks), yang
juga biasa disebut dengan Metode Perpindahan (Displacement method)
Kesetimbangan Hukum Hooke Kompatibiliti
Gaya-gaya
Luar
STRUKTUR
Gaya-gaya Dalam
Deformasi
Momen Lentur
Gaya Geser
Gaya Normal
Torsi
Perpindahan (Displacement)
Translasi
Rotasi
Lentur Geser Aksial Torsi D
efo
rma
si
KONSEP ANALISA STRUKTUR
Teknik Sipil – UMI 3 Analisa Struktur II
B. CARA MATRIKS KEKAKUAN 1. Kompatibiliti (Hubungan Deformasi dan Lendutan)
Pengertian Lendutan disini adalah perpindahan (rotasi atau translasi) di titik
diskrit yang menyebabkan terjadinya deformasi pada struktur. Nilai awal lendutan
diberikan dalam (1 satuan) dengan simbol D, yang diterapkan pada titik yang
ditinjau (titik diskrit) struktur, sesuai dengan kemungkinan rotasi atau translasi
yang terjadi pada titik diskrit tersebut.
Contoh-1
Gambar–1a
Gambar–1b
Gambar–1c
Gambar–1d
Dalam model Matriks:
Dimana: {d} Deformasi pada elemen struktur
[A] Matriks deformasi
{D} Lendutan/perpindahan di titik diskrit
Dari model struktur dasar (Gbr-1a),
terlihat bahwa pada titik B dan C
(tumpuan sendi) dapat terjadi
perpindahan berupa rotasi, sehingga
pada titik B dan C diberikan lendutan
masing-masing 1 satuan D1 dan D2
(Gbr-1b).
Selanjutnya semua titik diskrit (TD)
dikekang, kemudian satu-demi-satu
(tidak sekaligus), kekangan pada
semua TD dibebaskan. Saat satu TD
bebas untuk ber-rotasi atau ber-
translasi, semua TD yang lain masih
terkekang sesuai arah lendutannya.
Untuk D1=1 satuan (1c) deformasi
yang terjadi adalah d1=d4=0,
d2=d3=1.
Untuk D2=1 satuan (1d) diperoleh
deformasi d1=d2=d3=0, d4=1.
D1 D2 d
0 0 d1
1 0 d2
1 0 d3
0 1 d4
Jika matriks bagian-tengah dinamakan matriks
[A], maka persamaan menjadi:
{d} = [A] ∙ {D} . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( I )
D1 D2
A B C
1 2 3 4
D1=1 d3
d2
1 4
D2=1
d4
1 2 3
Teknik Sipil – UMI 4 Analisa Struktur II
2. Hukum Hooke (Hubungan Gaya Dalam dan Deformasi)
Dalam hubungan ini yang perlu diketahui adalah berapa nilai Gaya Dalam (H)
akibat adanya Deformasi (d).
A B C
Gambar–2. Gaya Dalam dan Deformasi pada struktur
Dengan beberapa metode yang ada (seperti metode Moment Area/Conjugated
Beam, Unit Load, dll) dapat diketahui nilai Deformasi pada struktur.
Dengan cara Conjugated Beam: Batang-1 Akibat H1 Akibat H2
Dari contoh struktur pada gambar-2
dapat dilihat bahwa akibat gaya
dalam H1 dan H2, menyebabkan
terjadinya deformasi d1 dan d2, dan
untuk gaya dalam H3 dan H4 terjadi
deformasi d3 dan d4.
Arah berlawanan jarum-jam pada H
dan d dianggap positif.
H1
H2 d1
d2
L1
H3
H4 d3
d4
L2
H1
H2 d1
d2
L1
H1
+da1 -db1
L1
H2
L1
EI.1 EI.1
-da2 +db2
EI.1 = +
H1· L1
2
H2 · L1
2
H1· L1
3
H1· L1
6
H2 · L1
6
H2 · L1
3
H1
H2
H1
H2 d1
d2
L1
+ =
. . . . . . . . . . . . (2.1)
. . . . . . . . . . . . (2.2)
L1 L2
1 EI1 2 3 EI2 4
Teknik Sipil – UMI 5 Analisa Struktur II
Dari persamaan (2.1) dan (2.2) dapat diperoleh persamaan Gaya Dalam (H):
Dengan cara yang sama untuk Batang-2, diperoleh:
Demikian pula untuk batang-batang yang lain pada struktur dengan jumlah batang
yang lebih banyak, Gaya Dalam diformat dengan cara yang sama.
Jika persamaan di atas dinyatakan dalam bentuk Matriks, akan diperoleh:
Jika matriks bagian tengah disebut matriks [S], maka diperoleh persamaan:
{H} = [S] ∙ {d} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( II )
Dimana: {H} Gaya Dalam
[S] Matriks Kekokohan Intern Elemen
{d} Deformasi pada elemen struktur
Matriks kekokohan intern elemen [S] merupakan gabungan dari nilai kekakuan
elemen batang dari keseluruhan struktur, dari dimensinya dapat diketahui bahwa
matriks [S] adalah matriks bujur sangkar yang simetris (band matriks).
Tiap-tiap batang pada struktur, mempunyai matriks [S] yang berordo 2x2,
sehingga ordo matriks [S] untuk keseluruhan struktur adalah 2 kali banyaknya
anggota/batang pada struktur.
Teknik Sipil – UMI 6 Analisa Struktur II
3. Kesetimbangan (Hubungan Gaya Luar dan Gaya Dalam)
Syarat ini merupakan syarat umum untuk tiap-tiap model struktur, yang mana
dalam analisa ini perlu diketahui hubungan gaya luar dan gaya dalam untuk
kesetimbangan struktur.
Gambar-3a. Lendutan 1 Satuan
Gambar-3b. Gaya Luar Ekivalen
Gambar-3c. Gaya-gaya Dalam
Gambar-3d. Kesetimbangan antara Gaya-Luar dan Gaya-Dalam struktur.
Hubungan gaya-dalam dan gaya-luar dalam bentuk matriks:
Jika matriks bagian tengah disebut
sebagai matriks [B], maka akan
diperoleh persamaan:
{Q} = [B] ∙ {H}
Terlihat bahwa Matriks [B] juga merupakan transpose dari matriks [A], sehingga
persamaan dapat ditulis:
H1 H2 H3 H4
L1 L2
Lendutan D1 dan D2 yang meng akibatkan terjadinya deformasi terjadi akibat adanya gaya luar yang bekerja pada struktur.
Gaya Luar yang bekerja harus selaras (koresponding) dengan Lendutan yang diberikan pada titik diskrit.
Gaya-gaya luar Q1, Q2 adalah gaya luar ekivalen, yaitu suatu gaya yang mewakili semua gaya-gaya luar yang ada pada batang yang dibebani. Gaya-gaya Q akan berupa beban terpusat jika lendutan yang terjadi adalah translasi (vertikal atau horisontal) dan berupa momen jika lendutannya berupa rotasi.
Dari contoh pada gambar-3b dapat diperoleh:
Q1 = MºBA + MºBC Q2 = MºCB
Mº adalah momen primer batang.
Dengan melihat gaya-luar dan gaya-dalam struktur (gambar-3c dan 3d), dapat dibuat hubungan kesetimbangan antara gaya luar Q dan gaya dalam H.
Titik-B Q1 = H2 + H3
Titik-C Q2 = H4
H2 H3
H4
Q1
Q2
B A C
1 EI1 2 3 EI2 4
L1 L2
Q1 Q2
1 EI1 2 3 EI2 4
L1 L2
D1 D2
A B C
Teknik Sipil – UMI 7 Analisa Struktur II
{Q} = [A]T . {H} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( III )
Dari persamaan-persamaan yang diperoleh, yaitu:
Kompatibiliti {d} = [A] · {D} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( I )
Hukum Hooke {H} = [S] · {d} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( I I )
Kesetimbangan {Q} = [A]T · {H} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( III )
Jika ketiga persamaan dihubungkan ( pers. III II I ), akan diperoleh:
{Q} = [A]T · ( [S] · {d} )
{Q} = [A]T · [S] · ( [A] · {D} )
Dari persamaan Kekakuan {Q} = [K] · {D} diperoleh Matriks Kekakuan;
[K] = [A]T · [S] · [A]
Lendutan/perpindahan di titik diskrit:
{D} = [K]–1
∙ {Q}
Vektor Gaya-gaya Dalam:
{H} = [S] ∙ [A] ∙ {D}
Momen Desain/Akhir diperoleh dengan cara mengurangkan Gaya-Dalam {H}
dengan Momen Primer untuk tiap-tiap ujung elemen batang.
M = H – Mº
Momen Akhir pada contoh Balok-Menerus seperti yang diuraikan di atas adalah:
MAB = H1 – MºAB
MBA = H2 – MºBA
MBC = H3 – MºBC
MCB = H4 – MºCB Arah Momen ujung akan berputar searah-jarum-jam jika Momen Akhir Negatif,
dan akan berputar berlawanan-arah-jarum-jam jika Momen Akhir Positif. Pada
keadaan ini Momen Akhir merupakan Momen Batang (momen yang bekerja dan
berpengaruh sepanjang batang), bukan arah Momen-Titik.
Dengan momen ujung batang yang diperoleh, dapat dibuat diagram benda-bebas
(free-body) dari struktur, untuk memperoleh momen, gaya geser/lintang, atau
gaya normal/aksial, di sepanjang bentang dari elemen balok.
Teknik Sipil – UMI 8 Analisa Struktur II
Daftar Gaya Jepit Ujung, untuk beberapa model beban.
Gaya Jepit Ujung Akibat Beban
2
2
L
PabMA
2
2
L
bPaMB
2qL12
1MA
2qL12
1MB
2qL30
1MA
2qL20
1MB
b)(2aL
MbMA
2
a)(2bL
MaMB
2
)3a8aL(6L12L
qaMA 22
2
2
3a)-(4L12L
qaMB
2
3
L
A B
L
A B
A B
L
a
A B
L
a b
1
2
3
4
5
q
q
q
M
A B
L
a b
P b)(3aL
PbRA
2
2
3b)(aL
PaRB
2
2
2
qLRBRA
20
3qLRA
20
7qLRB
)aL2a(2L2L
qaRA 323
3a)(2L
2L
qaRB
3
3
3L
6MabRBRA
A B
L
MBMA
RBRA
Teknik Sipil – UMI 9 Analisa Struktur II
Mulai
Momen Jepit Ujung (Momen Primer)
Matriks Deformasi [A] [A]T
Matriks Kekokohan Intern Elemen [S]
Matriks Kekakuan [K] = [A]T . [S] . [A]
[K]-1 x [K] = [I]
[K]-1
simetris?
Invers Matriks Kekakuan [K]-1
[K] Simetris?
Derajat Ketidak Tentuan Kinematis, D
Y
T
Y
T
Vektor Lendutan {D} = [K]-1
. {Q}
Vektor Gaya Dalam {H} = [S] . [A] . {D}
Momen Akhir M = H – Momen Primer
Selesai
Y
Gambar 4. Bagan Alir – Metode Kekakuan (tanpa superposisi)
H, V, M 0 ? T
Vektor Gaya Luar {Q}
periksa
periksa
periksa
Teknik Sipil – UMI 10 Analisa Struktur II
CONTOH-01
B
L1
a b
Pq
L2
CAEI1 EI21 2 3 4
# Diketahui Struktur Balok Menerus seperti tergambar:
P = 1250 Kg L1 = 5,0 m
q = 750 Kg/m’ EI1 = 1.5 EI
a = 2,0 m L2 = 6,0 m
b = 3,0 m EI2 = 2,0 EI
# Ditanyakan: Hitung Momen Akhir dengan Cara Matriks Kekakuan
# Penyelesaian:
MOMEN UJUNG JEPIT / PRIMER
M°AB = –900,00 Kg.m
M°BC = –2250,00 Kg.m
M°BA = 600,00 Kg.m
M°CB = 2250,00 Kg.m
DERAJAT KETIDAK TENTUAN KINEMATIS – (DKK)
DKK = 2 (Rotasi di titik-B dan titik-C)
B
L1
a b
Pq
L2
CAEI1 EI21 2 3 4
D1 D2
Untuk D1 = 1 Satuan
B
L1 L2
CA
1
d2d3
4
D1=1
Teknik Sipil – UMI 11 Analisa Struktur II
Untuk D2 = 1 Satuan
B
L1 L2
CA
1
d4
D2=1
2 3
VEKTOR GAYA LUAR {Q} (Koresponding dengan D)
Q1 = M°BA + M°BC = –1650,00 Kg.m
Q2 = M°CB
= 2250,00 Kg.m
MATRIKS DEFORMASI [A]
MATRIKS KEKOKOHAN INTERN ELEMEN [S]
Teknik Sipil – UMI 12 Analisa Struktur II
MATRIKS KEKAKUAN, [K] = [A]T . [S] . [A]
Menghitung [K]-1 dengan cara Gauss-Jordan (Operasi Baris)
VEKTOR LENDUTAN, {D} = [K]–1
. {Q}
VEKTOR GAYA-GAYA DALAM, {H} = [S] . [A] . {D}
Teknik Sipil – UMI 13 Analisa Struktur II
MOMEN AKHIR (DESAIN), M = H – M°
M.AB = –756.818 – (–900) = 143.18 Kgm
M.BA = –1513.636 – (600) = –2113.64 Kgm MB=0
M.BC = –136.364 – (–2250) = 2113.64 Kgm
M.CB = 2250 – (2250) = 0 Kgm
_____________________________________________________________________________________________ FREE-BODY
Batang–AB
B
5m
2m 3m
P
A
R.AB R.BA
MA MB
Batang–BC
B
q
6m
C
MB
R.BC R.CB
x
Momen dan Gaya Geser (Btg-BC)
Mx = RBC (x) – q/2 (x2) – MB = 2602,27 (x) – 375 (x
2) – 2113,64
Vx = dMx/dx = RBC – q (x) = 2602,27 – 750 (x)
Momen Maksimum (Vx = 0) x = 3,47 m (dari titik B)
x 0 1 2 3 3,47 4 5 6
Mx -2114 114 1591 2318 2401 2295 1523 0
Vx 2602 1852 1102 352.3 0 -398 -1148 -1898
Periksa Syarat Kesetimbangan Struktur
CB
2m 3m
1250 Kg750 Kg/m
A1,5 EI 2 EI
355,91 Kg
143,18 Kg.m
3496,36 Kg 1897,73 Kg
5m 6m
MC = 0 RA . 11 + RB . 6 – MA – P . 9 – Q . 3 = 0 Ok
V = 0 RA + RB + RC – P – Q = 0 Ok
P = 1250 Kg
MA = 143,18 Kg.m
MB = 2113,64 Kg.m
R.AB = 355,91 Kg
R.BA = 894,09 Kg
MP = 568,64 Kg.m (di titik gaya P)
q = 750 Kg/m’
Q = 4500 Kg
MB = 2113,64 Kg.m
R.BC = 2602,27 Kg
R.CB = 1897,73 Kg
RB = R.BA + R.BC = 3496,36 Kg
Teknik Sipil – UMI 14 Analisa Struktur II
CONTOH-02
Diketahui; Struktur portal bidang (tanpa pergoyangan) seperti tergambar
L1 = 4,0 m h2 = 1,0 m P1 = 1500 Kg
L2 = 2,0 m EI1 = 2,0 EI P2 = 1000 Kg
L3 = 3,0 m EI2 = 1,5 EI P3 = 800 Kg
L4 = 2,0 m EI3 = 1,0 EI q1 = 2000 Kg/m
h1 = 3,0 m EI4 = 2,0 EI q2 = 750 Kg/m
Ditanyakan; Momen Akhir dengan Cara Matriks Kekakuan.
Penyelesaian:
1]∙ MOMEN PRIMER
M°AD = 0 Kg.m
M°EB = -150 Kg.m
M°DA = 0 Kg.m
M°BE = 450 Kg.m
M°CD = –1066.67 Kg.m
Btg–DE M°DE (Kg.m) M°ED (Kg.m)
M°DC = 1600 Kg.m
Akibat P1 –1080 720
Akibat q2 –280 820
MEG ( Btg–EG ) Jumlah –1360 1540
P –2000 Kg.m
q2 –1500 Kg.m
** Persamaan Momen primer, dapat di lihat
MEG = –3500 Kg.m
pada Halaman-8.
Batang EG (level) tidak memiliki momen primer, tetapi langsung berupa momen ujung
akhir dari batang/level tersebut yang diperlakukan sebagai momen primer.
Teknik Sipil – UMI 15 Analisa Struktur II
2]∙ DERAJAT KETIDAK TENTUAN KINEMATIS - D
DKK = 3 (Rotasi di A, D, dan E)
Dengan cara yang sama seperti contoh sebelumnya dapat di tentukan Matriks
Deformasi [A] sesuai penomoran yang diberikan pada ujung-ujung setiap batang.
3]∙ MATRIKS DEFORMASI [A], dari persamaan {d} = [A] ∙ {D}
4]∙ VEKTOR GAYA LUAR {Q}, koresponding dengan Lendutan - D
Q1, Q2, dan Q3 (masing-masing pada titik-D, titik-E, dan titik-A)
Q1 = M°DC+M°DE+M°DA = 240 Kg.m
Q2 = M°ED+M°EB+MEG = –2110 Kg.m
Q3 = M°AD = 0 Kg.m
Teknik Sipil – UMI 16 Analisa Struktur II
5]∙ MATRIKS KEKOKOHAN INTERN ELEMEN [S], dari persamaan {H} = [S] ∙ {d}
d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8
Teknik Sipil – UMI 17 Analisa Struktur II
6]∙ MATRIKS KEKAKUAN [K], dari persamaan [K] = [A]T ∙ [S] ∙ [A]
Hitung [K]–1
Cara Gauss Jordan (Operasi Baris)
Teknik Sipil – UMI 18 Analisa Struktur II
7]∙ VEKTOR LENDUTAN DI TITIK DISKRIT, {D} = [K]–1
∙ {Q}
8]∙ VEKTOR GAYA-GAYA DALAM, {H} = [S] ∙ [A] ∙ {D}
\_________________/ \____________/
[S] ∙ [A] {D}
Teknik Sipil – UMI 19 Analisa Struktur II
9]∙ MOMEN AKHIR, M = H – M°
nub M = { H } – ( M° )
Arah Check
1 MCD = 155,505 – (–1066,67) = 1222.17 Kgm
2 MDC = 311,009 – (1600) = –1288.99 Kgm
MD=0 3 MDE = –226,514 – ( –1360 ) = 1133.49 Kgm
6 MDA = 155,505 – 0 = 155.50 Kgm
5 MAD = 0 – 0 = 0 Kgm
4 MED = –732,936 – ( 1540 ) = –2272.94 Kgm
ME=0 8 MEB = –1377,064 – ( –150 ) = –1227.06 Kgm
– MEG = 0,000 – ( –3500 ) = 3500.00 Kgm
7 MBE = –688,532 – ( 450 ) = –1138.53 Kgm
// FREE BODY -·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·
Q1
C D
2000 Kg/mMCD MDC
VC VDC
Q2
D E
VDE VED
Q3
MDE MED MEG
750 Kg/m1500 Kg 1000 Kg
P3
D
A
E
B
MDA MEB
MBE
VB
VA
E
VEG
G
HA
HDA
HB
HEB
4m VD
VE
HC
HEDHDEHDC
3m2m
3m 3m
1m
2m
BTG-CD BTG-DE BTG-EG
VC = 1316,63 Kg ( ) VDE = 1347,11 Kg ( ) VEG = 2500 Kg ( )
VDC = 2683,37 Kg ( ) VED = 2402,89 Kg ( )
HC = 339,56 Kg ( )xxx HED = 391,40 Kg ( )
BTG-AD BTG-BE
HA = 51,83 Kg ( ) HB = 1191,40 Kg ( )
HDA = 51,83 Kg ( ) HEB = 391,40 Kg ( )
VA = 4030,48 Kg ( ) VB = 4902,89 Kg ( )
Teknik Sipil – UMI 20 Analisa Struktur II
Periksa Syarat Kesetimbangan Struktur
750 Kg/m
1500 Kg 1000 Kg
800 Kg
3m
1m
4m
A
B
EF G
H
1,5 EI
EI 2 EI
339.56 Kg
1222.17 Kgm
51,83 Kg
4030,48 Kg
4902,89 Kg
1191,40 Kg
1138.53 Kgm
1316,63 Kg
2000 Kg/m
C D2 EI
2m 3m 2m
H = 0 HA – HB + HC + P3 = 0
V = 0 VA + VB + VC – (Q1+Q2+Q3+P1+P2) = 0
MB = 0 VA(5) – HA(1) + VC(9) – HC(4) – MC + MB
– Q1(4/3+5) – Q2(3/2) + Q3(2/2) – P1(3) + P2(2) – P3(1) = 0
Tabel Kontrol ~ Syarat Kesetimbangan
Gaya-gaya Horisontal Gaya-gaya Vertikal Momen di titik B
+HA = 51,84 +VA = 4030,48 +VA (5) = 20152,41
–HB = –1191,40 +VB = 4902,89 –HA (1) = –51,81
+HC = 339,56 +VC = 1316,63 +VC (9) = 11849,66
+P3 = 800 –Q1 = -4000,00 –HC (4) = –1358,26
–Q2 = -2250,00 –MC = –1222,17
–Q3 = -1500,00 +MB = 1138,53
–P1 = -1500,00 –Q1 (4/3+5) = –25333,33
–P2 = -1000,00 –Q2 (3/2) = –3375,00
+Q3 (2/2) = 1500,00
–P1 (3) = –4500,00
+P2 (2) = 2000,00
–P3 (1) = –800,00
H = 0,00 V = 0,00 .MB = 0,00
Teknik Sipil – UMI 21 Analisa Struktur II
C. STRUKTUR PORTAL BIDANG DENGAN PERGOYANGAN
Pergoyangan (sidesway) adalah asumsi tentang terjadinya perpindahan pada struktur,
dimana titik kritis (diskrit) pada struktur mengalami translasi akibat beban luar yang
bekerja.
Dalam konteks bahan yang elastis-linear, panjang batang masih dianggap sama,
sebelum dan setelah perpindahan terjadi (Hukum Hooke).
Pembahasan disini (balok menerus dan portal bidang) dibatasi hanya pada deformasi
lentur (tidak mencakup deformasi aksial, geser dan torsi) yang terjadi pada titik-titik
diskrit akibat bekerjanya beban pada struktur.
Dari contoh sebelumnya, deformasi lentur yang terjadi (d) dapat diperoleh dengan
melihat dimana terjadinya kemungkinan Rotasi di titik diskrit, dan matriks-deformasi
[A] dibentuk menurut pe-nomor-an yang diberikan pada ujung-ujung batang.
Jika pada titik diskrit dianggap terjadi Translasi, konsep Translasi pada suatu batang
harus memenuhi prinsip-prinsip berikut:
Batang AB dengan titik diskrit di titik-B (ujung batang no.2) dianggap dapat
berpindah secara vertikal (pada titik B, diberi lendutan 1 satuan gaya, yang searah
dengan arah translasi).
Gambar (5a dan 5b) menunjukkan kemungkinan deformasi akibat Translasi ke
bawah dan Translasi ke atas (arah translasi harus tegak lurus sumbu batang).
d2
d1
D=1
D
L
BI
A B
BA
1 2
L
d1
d2
D=1
L
A
BI
B
BA
1 2
L
D
Gambar 5a. Translasi ke bawah Gambar 5b. Translasi ke atas
Dari asumsi awal bahwa Rotasi berlawanan arah-jarum-jam (Positif) dan Rotasi yang
searah dengan arah-jarum-jam (Negatif), diperoleh:
Gambar-5a d1 = d2 = +1/L
Gambar-5b d1 = d2 = – 1/L
Teknik Sipil – UMI 22 Analisa Struktur II
Kestabilan suatu batang yang dianggap berpindah ujung-ujungnya, harus mengikuti
aturan ‘garis tegak lurus’ dari ujung-ujung batang asli yang berpindah.
Untuk keseragaman di dalam analisa, arah Lendutan translasi (D=1 Satuan) diberikan
menurut arah Vertikal ( ) dan Horisontal ( ).
Contoh (hanya untuk Lendutan Translasi):
D1
D2 D3
1 1
D1
Struktur semula Untuk D1=1 satuan memberikan deformasi lentur positif, pada batang-batang vertikal. Portal-bidang dengan anggota batang yang serong/miring:
D1
D2 D31 1
1
VS
D1
Struktur semula D1=1 satuan memberikan deformasi lentur positif untuk batang selain dari
batang horisontal.
Batang yang serong akan membentuk segitiga kecil yang sebangun dengan segitiga
yang membentuk kemiringan batang. Dengan prinsip matematis, nilai-nilai V dan S
yang belum diketahui dapat dihitung.
Nilai V dan S, digunakan untuk menentukan deformasi lentur pada batang horisontal
( d = –V/L ), dan deformasi lentur pada batang serong ( d = S/L ), dimana L adalah
panjang semula dari masing-masing batang bersangkutan.
Teknik Sipil – UMI 23 Analisa Struktur II
Contoh untuk Portal-bidang bertingkat (hanya untuk akibat Translasi):
D1
D2
D1
D2
1
D3 D4
D5
D6
1
1
1
Struktur semula D1=1 Satuan D2=1 Satuan
D4
D2
D5 D6
D7 D8 D9
D1 D1
1 1
1
1
D3
Struktur semula D1=1 Satuan
D2
1 1
1
1
1
D3
D2=1 Satuan D3=1 Satuan
Teknik Sipil – UMI 24 Analisa Struktur II
Contoh lain dari portal bidang dengan batang serong:
D1
D2 D3
D1
1
1
x1 x2
y1y2z1
z2
y1
y2-y1
D1
D3
D2
1
1
a b
c
D1
D1
D3
D2
1
1+x
x
y
D1
Soal Latihan-01:
Diketahui struktur portal
bidang seperti tergambar.
Tentukan:
1) Jumlah DKK
(Rotasi dan Translasi)
2) Matriks deformasi [A]
Ket:
Panjang batang diberi simbol dengan huruf.
Struktur semula D1=1 Satuan
Struktur semula dengan alternatif translasi (D1) yang berbeda.
D1=1 Satuan D1=1 Satuan
Teknik Sipil – UMI 25 Analisa Struktur II
CONTOH-03
P1
P2
P3
2EI 2EI
EI
4m
1,5m
A
C D
B
1,5m 4m2m
Diketahui P1 = 1250 Kg P2 = 2000 Kg P3 = 1000 Kg
Hitung Momen Akhir dengan cara Matriks Kekakuan
(* Portal bidang dianggap mengalami pergoyangan)
Penyelesaian:
1]∙ MOMEN UJUNG JEPIT/PRIMER
MoAC = – P1 (a) (b2) / (L2) = –625,000 Kg.m
Mo.DB = 0.000 Kg.m
MoCA = + P1 (a2) (b) / (L2) = 625,000 Kg.m
Mo.BD = 0.000 Kg.m
MoCD = – P2 (a) (b2) / (L2) = –1777,778 Kg.m
MoDC = + P2 (a2) (b) / (L2) = 888,889 Kg.m
2]∙ DERAJAT KETIDAK TENTUAN KINEMATIS - D
DKK = 3 (Rotasi di C, dan D, dan Translasi di CD)
D2 D3
D1
1
2
3 4
5
6
Teknik Sipil – UMI 26 Analisa Struktur II
Btg–AC ( MC=0)
HA = [P1(2)+M°AC–M°CA] / 4 = 625 Kg
HC = P1–HA = 625 Kg
Btg–CD ( MD=0)
VC = [P2(4)+M°CD–M°DC] / 6 = 1481,481 Kg
VD = P2–VC = 518,519 Kg
Btg-BD (tidak ada beban pada batang)
Q1 = HC+H1–P3
Q2 = M°CA+M°CD
Q3 = M°DC+M°DB
3]∙ VEKTOR GAYA LUAR {Q} – (Koresponding dengan Lendutan D)
Q2 Q3
1
2
3 4
5
6
Q1
A
C D
B
Q1 Jumlah gaya-gaya horisontal sepanjang garis-kerja Q1
Q2 Jumlah momen primer di titik C
Q3 Jumlah momen primer di titik D
P1
2m
2m
3m
HA
HC
P2
M°CD M°DC
VC VD2m
M°CA
M°AC
4m
A B
VC
HC
H1=3/4(VC)
Q2
Q1P3
Q3
Teknik Sipil – UMI 27 Analisa Struktur II
4]∙ MATRIKS DEFORMASI [A]
Untuk D1=1 Satuan
z
C C’
x=1
y
11
D1=1
+d1 +d2
+d5
+d6
-d3
-d4
4m
3m
A
C D
B
C’
C’’
D’’
C’’
6m
d1 = d2 = z/LAC = 1,25/5 = +0,250
d3 = d4 = y/LCD = 0,75/6 = –0,125
d5 = d6 = x/LBD = 1,00/4 = +0,250
Untuk D2=1 Satuan d1=0, d2=1, d3=1, d4=0, d5=0, d6=0
Untuk D3=1 Satuan d1=0, d2=0, d3=0, d4=1, d5=1, d6=0
5]∙ MATRIKS KEKOKOHAN INTERN ELEMEN [S]
Teknik Sipil – UMI 28 Analisa Struktur II
6]∙ MATRIKS KEKAKUAN, [K] = [A]T ∙ [S] ∙ [A]
7]∙ VEKTOR LENDUTAN DI TITIK DISKRIT, {D} = [K]–1
∙ {Q}
8]∙ VEKTOR GAYA-GAYA DALAM, {H} = [S] ∙ [A] ∙ {D}
Teknik Sipil – UMI 29 Analisa Struktur II
9]∙ MOMEN AKHIR, M = H – M°
nub M = { H } – ( M° )
Arah Check
1 MAC = 250,000 – (–625,000) = 875,000 Kgm
2 MCA = –424,242 – (625,000) = –1049.242 Kgm MC=0
3 MCD = –728,535 – ( –1777,778 ) = 1049.242 Kgm
4 MDC = –421,717 – (888,889) = –1310,606 Kgm MD=0
5 MDB = 1310,606 – 0,000 = 1310,606 Kgm
6 MBD = 1232,955 – 0,000 = 1232,955 Kgm
_O_ ‘,_|_ ` FREE BODY _._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.__._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._. ‘ \_,
P2
MCD MDC
VC VD2m 4m
P1
3m
HA
MCA
MAC
VAVB
2m
HC
HB
P3
VC VD
MDB
MCB
HD
HDHC
2m
4m
BTG-CD BTG-AC BTG-BD
VC = 1289,773 Kg ( ) VA = 1289,773 Kg ( ) VB = 710,227 Kg ( )
VD = 710,227 Kg ( ) VC = 1289,773 Kg ( ) VD = 710,227 Kg ( )
HC = 1635,890 Kg ( )xxx HA = 385,890 Kg ( ) HB = 635,890 Kg ( )
HD = 1635,890 Kg ( ) HC = 1635,890 Kg ( )xxx HD = 1635,890 Kg ( )
Teknik Sipil – UMI 30 Analisa Struktur II
Periksa Syarat Kesetimbangan Struktur
1250 Kg
2000 Kg
1000 Kg
2EI 2EI
EI
3m
A
C D
B
635,89 Kg385,89 Kg
1289,773 Kg 710,227 Kg
875 Kgm 1232,955 Kgm
2m
2m
2m 4m
H = 0 HA – HB + P1 – P3 = 0
V = 0 VA + VB – P2 = 0
MB = 0 VA(9) + P1(2) – P2(4) – P3(4) – MA – MB = 0
Tabel Kontrol ~ Syarat Kesetimbangan
Gaya-gaya Horisontal Gaya-gaya Vertikal Momen di titik B
+HA = 385,890 +VA = 1289,773 +VA (9) = 11607,955
–HB = –635,890 +VB = 710,227 +P1 (2) = 2500,000
+P1 = 1250,000 –P2 = -2000,000 –P2 (4) = –8000,000
–P3 = –1000,000
–P3 (4) = –4000,000
–MA = –875,000
–MB = –1232,955
H = 0,000 V = 0,000 .MB = 0,000
Teknik Sipil – UMI 31 Analisa Struktur II
D. STRUKTUR RANGKA-BATANG BIDANG
Struktur Rangka-Batang (Truss) adalah struktur yang dibangun dari batang-batang
yang membentuk bidang segitiga.
Titik kumpul (titik diskrit) rangka-batang umumnya di anggap sebagai sendi
(pin/hinge), sehingga tidak ada momen yang bekerja pada titik kumpul, dan hanya
gaya aksial (tarik atau tekan) saja yang dianggap sangat berpengaruh pada setiap
batang dari rangka batang.
Dengan gaya tarik atau gaya tekan, berarti batang hanya akan mengalami
perpanjangan (elongation) atau perpendekan (contraction).
Suatu segitiga adalah suatu bentuk yang sangat stabil (dalam menahan defleksi)
lebih stabil dari bentuk segi-empat, seperti terlihat pada gambar:
Beban Beban
Tidak Stabil Stabil
Suatu rangka-batang yang paling sederhana dapat dilihat seperti berikut :
Idealisasi asumsi-asumsi rangka-batang
1) Semua titik-kumpul (joint) adalah sendi. Titik kumpul merupakan pertemuan antara
garis yang melalui titik pusat berat dari penampang batang.
2) Semua batang pada rangka-batang, bekerja hanya dalam keadaan Tarik atau Tekan
saja.
3) Semua beban-beban diaplikasikan sebagai beban terpusat pada titik-kumpul.
Teknik Sipil – UMI 32 Analisa Struktur II
Elemen-elemen pada rangka-batang hanya mengalami deformasi aksial saja, untuk
kondisi elastis, akan berlaku hukum Hooke.
EA
L
H
d
Gambar di atas memperlihatkan suatu batang yang menerima gaya normal H, dan
mengalami deformasi-aksial (elongasi) sebesar d.
Deformasi aksial diperoleh menurut persamaan, d = H.L / (EA)
Dimana E adalah modulus elastis bahan, dan A adalah luas penampang batang.
Gaya yang bekerja pada batang, H = ( EA/L ) d
Sehubungan dengan metode Kekakuan yang di bahas, dari persamaan terakhir di atas,
dapat diperoleh nilai dari matriks [S], yang merupakan nilai kekakuan-aksial dari setiap
elemen batang, yang untuk setiap batang akan bernilai EA/L.
P1
P2
1 2
3
3
H3~d3 H3~d3
1
H1~
d1
H1~
d1
H2~
d2
H2~
d2
2
Struktur semula Diagram H~d dari rangka batang.
(hubungan gaya dalam dan deformasi)
Untuk rangka batang sederhana seperti gambar di atas, nilai matriks [S] adalah:
Teknik Sipil – UMI 33 Analisa Struktur II
CONTOH-04
P1
P2
12
3
C
A
1,5m
B
3,5 m
2,5 m
Diketahui struktur rangka batang sederhana seperti tergambar
P1 = 750 Kg, dan P2 = 500 Kg, EA = Konstan
??? Tentukan besar gaya-gaya batang dengan cara matriks-kekakuan
Penyelesaian:
D1
D2
1 2
3
C
A
1,5m
B
3,5 m
2,5 m
D1
1
d1
d2
1 2
3
1 2
3
1
D2
d2
d1
Translasi arah-y dari D1=1 satuan Translasi arah-x dari D2=1 satuan
1] Derajat Ketidak Tentuan Kinematis (DKK = 2),
translasi dalam arah-x dan arah-y pada titik
kumpul di C.
Translasi arah-y dari D1=1 satuan, akan
memberikan deformasi aksial tarik pada
batang-1 dan batang-2 (+d1, +d2).
Translasi arah-x dari D2=1 satuan, memberikan
deformasi aksial tarik pada btg-1 (+d1), dan
deformasi aksial tekan pada btg-2 (–d2).
Teknik Sipil – UMI 34 Analisa Struktur II
Untuk D1=1 satuan Untuk D2=1 satuan
d1
d2
1
d2
d1
1
d1 = sin d1 = cos
d2 = sin d2 = cos
Untuk D1=1 satuan Untuk D2=1 satuan
d1 = 0,8575 d1 = 0,5145
d2 = 0,5812 d2 = – 0,8137
2] Matriks deformasi [A]
D1 D2
3] Matriks kekokohan intern elemen (kekakuan batang) [S]
Teknik Sipil – UMI 35 Analisa Struktur II
4] Matriks Kekakuan, [K] = [A]T . [S] . [A]
5] Vektor Gaya Luar {Q}, koresponding dengan Lendutan {D}
6] Vektor Lendutan {D} = [K]-1 {Q}
7] Vektor Gaya-gaya dalam {H} = [S] [A] {D}
H1, H2, dan H3 masing-masing adalah gaya-gaya-dalam (gaya-gaya batang).
H1 = Gaya Batang No-1 = –320,702 Kg (TEKAN)
H2 = Gaya Batang No-2 = –817,221 Kg (TEKAN)
H3 = Gaya Batang No-3 = 0 Kg
Periksa Syarat Kesetimbangan ( tinjau titik kumpul C )
P1
P2
H1 H2
H1 cos H2 cos
H2 sin H1 sin y
x
.Fx = 0
H1 cos – H2 cos + P2 = 0
320,702 (0,5145) – 817,221 (0,8137) + 500 = 0
.Fy = 0
H1 sin + H2 sin – P1 = 0
320,702 (0,8575) + 817,221 (0,5812) – 750 = 0