55
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat merampungkan Laporan Praktek Pengelolaan Pasca Panen dengan judul “Analisis Anatomi dan Histologi Ikandapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral maupun moril, demi mencapai cita – cita yang penulis harapkan. 2. Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Pasca Panen yang telah banyak memberikan materi baik secara teoritik maupun Praktik. 3. Teman – teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya. Penulis sadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan – penulisan makalah maupun laporan yang akan datang. Jember, 28 April 2010

analisis anatomi ikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.

Citation preview

Page 1: analisis anatomi ikan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,

penulis dapat merampungkan Laporan Praktek Pengelolaan Pasca Panen dengan judul

“Analisis Anatomi dan Histologi Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral

maupun moril, demi mencapai cita – cita yang penulis harapkan.

2. Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Pasca Panen yang telah banyak memberikan materi

baik secara teoritik maupun Praktik.

3. Teman – teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis sadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kejanggalan dan

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis

mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan – penulisan

makalah maupun laporan yang akan datang.

Jember, 28 April 2010

Penulis

Page 2: analisis anatomi ikan

DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2

2.1 Proses Histologi ......................................................................................................2

2.2 Anatomi Tubuh Ikan ................................................................................................3

BAB 3. METODOLOGI...............................................................................................6

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.............................................................6

3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................................6

3.3 langkah Kerja............................................................................................................6

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................7

4.1 Hasil..........................................................................................................................7

4.2 Pembahasan...............................................................................................................13

BAB V. PENUTUP........................................................................................................26

REFERENSI..................................................................................................................27

LAMPIRAN

Page 3: analisis anatomi ikan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan logos

yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur

dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel

dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.

Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka

struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu

mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya

(Bavelander, 1998).

Menurut Wikipedia I (2009), histologi adalah bidang biologi yang mempelajari

tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan

yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.

Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari anatemnein, yang

berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan

organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan

anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi

perbandingan, histologi, dan anatomi manusia (Wikipedia III, 2009). Jaringan di dalam

tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan

pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh

(jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya.

Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai

dengan fungsinya.

1.2 Tujuan

- Dapat mengetahui bentuk-bentuk anatomi ikan.

- Dapat mengetahui stuktur histology ikan

- Bisa dan mampu mengimplementasikan semua apa yang telah di lihat selama

praktek.

Page 4: analisis anatomi ikan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Histologi

Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari

suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang iambil

kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak

(bergeser posisinya, membusuk, atau rusak).

Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang

dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternative

10 meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna

kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli,

namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang

sempurnanya pembuatan sediaan (Wikipedia I, 2009).

Affuwa (2007), menyatakan bahwa membuat histologi jaringan hewan mula-

mula dengan menyiapkan jaringan segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu dengan

cara fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi kerusakan pada

jaringan, menghentikan proses metabolisme secara cepat, mengawetkan komponen

sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi

yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-

bagian jaringan.

Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah

mencegah autolisis, untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan

setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan

deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi

memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk

dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.

Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70%

sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%,

90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan

3 kali (Botanika, 2008).

Page 5: analisis anatomi ikan

Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan tujuan

untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik parafin yaitu

air dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan mudah dipotong, ini

dilakukan 2 tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses dehidrasi dilakukan dengan

memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam larutan alkohol berturut-turut dari

kadar 70% sampai 100% (Robby , 2000).

2.2 Anatomi Tubuh Ikan

Seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori sebelumnya, bahwa sistem

pencernaan pada ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelnjar pencernaan. Saluran

pencernaan terdiri atas mulu, tekak, kerongkongan, lambung, dan anus.

Pada mulut ikan terdiri dari gigi dan lidah. Gigi-gigi ikan kecil dan runcing, tumbuh

pada rahang atas maupun bawah. Pada dasar mulut ikan terdapat lidah yang pendek dan

tak dapat digerakkan. Lidah ikan merupakan lapisan dasar mulut. Makanan yang masuk

ke mulut langsung masuk ke lambung.

2.2.1 Caput dan truncus

Pada caput terdapat rima oris (celah mulut). Mulut terdiri dari maxilla dan

mandibulla. Mulut berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa dan sebagai alat

masuknya air untuk mengambil oksigen dari air. Selain itu pada caput juga terdapat

organon visus, yaitu mata. Mata berfungsi sebagai alat penglihatan.

Pada truncus terdapat banyak sirip. Sirip berfungsi sebagai alat gerak. Selain itu

sirip juga berfungsi sebagai alat ntuk melindungi diri dari musuh. Jika ada musuh maka

ikan akan menaikkan atau menegakkan siripnya agar musuh takut atau berfungsi untuk

menyerang musuh. Pada truncus juga terdapat squama (sisik) yang berfungsi untuk

melindungi diri dari gangguan luar dan untuk menjaga suhu tubuh.

2.2.2. Saluran pernapasan.

Alat-alat pernapasan pada ikan adalah mulut dan insang. Insang pada ikan tersusun

atas bagian-bagian sebagai berikut :

Page 6: analisis anatomi ikan

Tutup insang (operculum), berfungsi melindungi kepala dan mengatur mekanisme

aliran air sewaktu bernapas.

Selaput tipis di pinggiran operculum (membrane brankiostega), berfungsi sebagai

klep atau katup pada saat air masuk ke dalam rongga mulut.

Lengkung insang (arkus branchialis). Tumbuh pada rigi-rigi yang berguna untuk

menyaring air pernapasan yang melaui insang.

Lemabaran (filamen) insang (hologbranchialis), berwarna kemerahan, tersusun atas

jaringan lunak berbentuk sisir.

Saringan insang (tapis insang), berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda-benda

asing yang masuk ke dalam rongga insang.

Adapun mekanisme pernapasan pada ikan adalah Pada waktu insang mengembang,

membrane brankiostage menempel pada tubuh, sehigga air masuk melalui mulut.

Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit dan

membrane brankiostage melonggar sehingga air keluar melalui celah dari tutup insang.

2.2.3. Tophography

Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah

- Cor (jantung), berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh

- Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan saat berenang

- Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau tempat

mencerna makanan secara kimiawi, dimana di dalam vebtriculus makanan akan di

cerna lebih lanjut.

- Hepar (hati), berfungi sebagai tempat menawarkan racun dan merombak sel-sel

darah merah.

- Intestinum (usus), usus terbagi mejadi dua bagian, yaitu usus halus dan usus besar.

Usus halus berfungsi sebagai tempat penyaringan sari-sari makanan.

- Sedangkan pada usus besar berfungsi untuk menyerap air dan garam-garam mineral

yang masih dibutuhkan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.

Pada caput terdapat rima oris (celah mulut). Mulut terdiri dari maxilla dan

mandibulla. Mulut berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa dan sebagai alat

Page 7: analisis anatomi ikan

masuknya air untuk mengambil oksigen dari air. Selain itu pada caput juga terdapat

organon visus, yaitu mata. Mata berfungsi sebagai alat penglihatan.

Pada truncus terdapat banyak sirip. Sirip berfungsi sebagai alat gerak. Selain itu

sirip juga berfungsi sebagai alat ntuk melindungi diri dari musuh. Jika ada musuh maka

ikan akan menaikkan atau menegakkan siripnya agar musuh takut atau berfungsi untuk

menyerang musuh. Pada truncus juga terdapat squama (sisik) yang berfungsi untuk

melindungi diri dari gangguan luar dan untuk menjaga suhu tubuh.

Alat-alat pernapasan pada ikan adalah mulut dan insang. Adapun mekanisme

pernapasan pada ikan adalah sebagai berikut: Pada waktu insang mengembang,

membrane brankiostage menempel pada tubuh, sehigga air masuk melalui mulut.

Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit dan

membrane brankiostage melonggar sehingga air keluar melalui celah dari tutup insang.

Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah Cor (jantung), berfungsi untuk

memompa darah ke seluruh tubuh. Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan

saat berenang. Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau

tempat mencerna makanan secara kimiawi, dimana di dalam vebtriculus makanan akan di

cerna lebih lanjut. Hepar (hati), berfungi sebagai tempat menawarkan racun dan

merombak sel-sel darah merah. Intestinum (usus), usus terbagi mejadi dua bagian, yaitu

usus halus dan usus besar.

Page 8: analisis anatomi ikan

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun kegiatan praktikum anatomi dan histologi ikan dilaksanakan pada hari

kamis, 22 april 2010 bertempat di laboratorium analisa politeknik negeri jember.

3.2 Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan di gunakan dalam kegiatan analisa adalah

sebagai berikut :

A. Alat

Baki (tempat menyimpan ikan)

Talenan

Pisau

Pinset

Lup

Gunting bedah

B. Bahan

Ikan tongkol

Ikan bawal laut

Ikan nila

Belut

Bandeng

Ikan kembung

3.3 Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Ambil salah satu ikan kemudian simpan di talenan

Amati bentuk dan struktur fisiknya

Lepaskan bagian sisik, kulit dan bagian lainnya.

Amati bagian luar ikan setelah itu filet bagian tubuh ikan untuk mengetahui

bagian organ dalam ikan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 9: analisis anatomi ikan

4.1 Hasil

4.1.1. Ikan nila

Tabel 4.1. Stuktur Anatomi Dan Histologi Ikan Nila

Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi dan histologiNila Air Tawar Badan

memanjang Warna tubuh

hitam pudar Bentuk tubuh

pipih Sisiknya besar

dan kasar Kepala relatif

kecil Memiliki sirip

dada, sirip perut, sirip ekor, dan sirip dubur

Bentuk sirip bersegi atau tegak

1 Kerangka IkanIkan nila memiliki tulang sejati dan memiliki rangka axial yaitu terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk

2 Urat dagingUrat daging pada ikan nila tersebar diseluruh tubuhnya. Dan pada ikan nila ditemukan tiga jenis otot yaitu otot licin, otot bergaris, dan otot jantung.

3 Organ-organ internala. sistem pernafasan

Alat pernafasannya berupa insang

Insang terdiri dari tulang lengkung

Insang tulang tapis insang

Daun insang

b. jantung Jantung terletak di

belakang insang Ukuranya kecil

sebesar kacang hijau

c. alat pencernaan Saluran pencernaan

terdiri dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rerktum,

Page 10: analisis anatomi ikan

kloaka, dan anus Kelenjar

pencernaan terdiri dari hati, lambung, dan pankreas.

d. sistem intergumen Tubuhnya di tutupi

oleh kulit Terdapat sisik yang

menutupi kulit Tipe sisiknya yaitu

sisik ganoid Memiliki lendir Tidak memiliki

kelenjar racun

4.1.2. Ikan Tongkol

Tabel 4.2. Stuktur Anatomi dan Histologi ikan Tongkol

Jenis ikan habitat morfologi struktur anatomi dan histologiIkan Tongkol

Air Laut Warna tubuh abu-abu kehitaman

Bentuk tubuh pipih agak membulat

Kulitnya licin Mulut di ujung

(terminal) Tubuhnya

dilengkapi dengan sirip punggung, dubur, perut dan dada

terdapat sirip tambahan yang kecil-kecil

1. kerangka ikan Memiliki tulang sejati Rangka axial

2. urat daging Urat daging menyebar

diseluruh tubuhnya Ditemukan otot licin,

bergaris dan otot jantung pada tubuhnya

3. organ internal Sistem pernafasan

Alat pernafasannya berupa insang

Terdiri dari tulang lengkung, insang, tulang tapis insnag dan daun insang

Sistem peredaran darahJantung terletak di belakang insang

Alat Pencernaana. saluran pencernaan : mulut, rongga mulut,

Page 11: analisis anatomi ikan

faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektun, kloaka, anus

Panjang usus lebih pendek atau sama dengan panjang badannya

Sistem intergumenTubuhnya ditutupi kulit yang licin, tidak bersisik, tidak memiliki kelenjar racun, lendir menutupi kulitnya

4.1.3. Ikan Bandeng

Tabel 4.3. Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Bandeng

Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi dan HistologiIkan Bandeng

Hidup di air laut dan dapat pula hidup di air payau

Warna tubuh putih agak mengkilat

Bentuk tubuh torpedo

Seluruh permukaan tubuhnya ditutupi oleh sisik

Berwarna keperakan

Terdapat sirip dada, perut, dan anus

Terdapat selaput pada mata

Mulutnya kecil dan tidak bergigi

Tipe sisik sikloid

1. Keranka Ikan Bertulang Sejati Memiliki rangka axial,

apendicular, visceral2. Urat Daging (otot)

Otot menyebar di seluruh permukaan tubuhnya

Terdapat otot licin, bergaris dan otot jantung

3. Organ Internal a. sistem pernafasan

Alat pernafasan berupa insang

b. sistem peredaran darah Terdapat jantung di belakang

insang c. sistem pencernaan

Saluran pencernaan : mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektun, kloaka, anus

Usus lebih panjang karena ikan bandeng ikan herbivora jika dibandingkan dengan ikan tongkol

d. sistem intergumen Terdapat kulit Terdapat sisik dengan tipe

stenoid

Page 12: analisis anatomi ikan

Terdapat lendir Tidak memiliki kelenjar

racun

4.1.4. Ikan Bawal Laut

Tabel 4.4 Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Bawal

Jenis Ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi dan HistologiIkan Bawal

Air Laut Warna tubuh abu-abu

Bentuk tubuh pipih tipis (gepeng)

Tubuh diselimuti sisik yang halus

Mulut subterminal

Terdapat gurat sisi yang melenkung

Sirip ekor bercagak

1. Kerangka Ikan Betulang sejati Rangka axial, viseral, dan

apendicular2. Urat Daging (otot)

Menyebar diseluruh tubuhnya Melekat kuat Memiliki otot licin, bergaris dan

otot jantung3. Organ Internal a. sistem pernafasan

Berupa insang Jantung terletak di belakang

insang Alat pencernaan terdiri dari

mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektun, kloaka, anus

b. Sistem Intergumen Terdapat kulit yang ditutupi oleh

sisik halus Tipe sisik yaitu stenoid Memiliki lendir

4.1.5. Ikan Kembung

Tabel 5. Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Kembung

Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi Dan

Page 13: analisis anatomi ikan

HistologiIkan Kembung

Air Laut Bentuk tubuh bilateral simetris

Mulutnya terminal

Memiliki sirip punggung, sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor yang bergerak

Warna merah pudar dan terdapat gurat (berwarna kuning)

1. kerangka ikan Memiliki tulang sejati Rangka axial

2. urat daging (otot) Menyebar di seluruh

tubuhnya Melekat kuat Terdapat otot licin,

bergaris dan otot jantung

3. organ internal a. sistem pernafasan

Berupa insang Jantung terletak

dibelakang insang b. alat pencernaan

mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektun, kloaka, anus

c. sistem intergumen tubuhnya ditutupi kulit

yang ditutupi oleh sisik tipe sisik ganoid tidak memiliki kelenjar

racun

4.1.6. Belut

Tabel 4.6 Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Belut

Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi Dan Histologi

Page 14: analisis anatomi ikan

Belut Air Tawar tubuhnya memanjang seperti ular

tidak memiliki sirip bentuk badan bulat

memanjang kulitnya berlendir

(licin) matanya kecil

hampir tidak kelihatan

bibir berupa lipatan yang lebar

1. Kerangka Ikan memiliki tulang rawan rangka axial

2. urat daging (otot) otot melebur di seluruh

tubuhnya daging padat otot licin, bergaris dan

otot jantung3. organ internal a. alat pernafasan

insang alat pernafasan tambahan

berupa kulit tipis yang penuh dengan lendir pada rongga mulut

jantung terletak di belakang insang

b. alat pencernaan mulut-rongga mulut-

esofagus-lambung-usus-rektum-dan anus

c. sistem intergumen kulit menngandung lendir

yang banyak sehingga tubuhnya licin

tidak memiliki sisik tidak memiliki kelenjar

racun lendir di permukaan

tubuh sangat lengket

4.2 Pembahasan

4.2.1 Ikan Nila

Page 15: analisis anatomi ikan

Gambar 4.2 Anatomi ikan nila (Oreochromis niloticus)

Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari anatemnein, yang

berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan

organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan

anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi

perbandingan, histologi, dan anatomi manusia (Wikipedia III, 2009).

Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan

fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot),

penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan

epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar

dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya

(Wikipedia III, 2009).

Lambung adalah organ tubuh setelah kerongkongan yang berfungsi untuk

menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan dan menyerap sari atau nutrisi

makanan yang penting bagi tubuh. Pada hewan memamah biak, makanan di lambung

dicampur dengan enzim-enzim pencernaan, kemudian dikeluarkan kembali ke mulut

untuk dikunyah sekali lagi (Wikipedia III, 2009).

Lambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif lebih besar

bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan

dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan untuk dapat

menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang satu

dengan yang lainnya. Secara umum fungsi lambung itu sama yaitu unutk menampung

dan mencerna makanan, namun secara anatomis terdapat variasi dalam bentuk (Kusrini

dkk, 2007).

Menurut Kursini (2007) Berdasarkan anatominya terdapat beberapa tipe lambung, yaitu:

Page 16: analisis anatomi ikan

a. Lambung berbentuk memanjang biasanya ditemukan pada beberapa jenis ikan

karnivora bertulang sejati.

b. Lambung berbentuk sifon, terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan

kebanyakan ikan teleostei.

c. Lambung kaeka, terdapat pada ikan Polypterus, Amia, Anguilla.

Walaupun panjang usus bergantung pada jenis makanannya, usus ikan berupa

tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur. Jadi tidak

mempunyai usus besar. Bentuknya dapat lurus seperti pada betutu dan lele atau

melingkar-lingkar seperti ikan nila, mas dan gurame bergantung pada bentuk rongga

perut. Mempunyai lapisan epitel kolumnar sederhana, sel lendir melapisi lapisan

submukosa yang berisi sel eosinofilik bergranula, berbatasan dengan mukosa

muskularis lapisan usus (Kusrini dkk, 2007).

4.2.2 Ikan Tongkol (Ethynnus pelamis)

SAANIN (1984). Juga menyatakan bahwa ikan Tongkol (Ethynnus pelamis) adalah

jenis ikan Scombridae (ikan pelagis), secara taksonomi ikan tongkol diklasifikasikan ke

dalam filum : Chordata,. Sub filum : Vertebrata. Klas : Pisces. Sub klas : Feleostei.

Ordo : Percomorphi. Famili : Scombridae. Genus : Euthynnus. Spesies : Euthynnus

pelamis.

Ikan Tongkol yang tergolong dalam family Scombridae mempunyai bentuk

cerutu ,daging kulit yang licin,sirip dada yang melengkung ,ujung tirus , pangkalnya

lebar, sirip ekor cagak dua dengan kedua ujungnya panjang dan pangkalnya bulat

kecil(Djuhanda, 1981)

Menurut. RAHAYU. W. (1992) ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan

pelagis, perenang cepat, mempunyai kadar lemak yang rendah, serta mempunyai

komposisi daging yang terdiri daging merah dan putih. Ikan tongkol masih dalam

keluarga Scombridae, bentuk tubuh seperti cerucut, dengan kulit licin dan sirip dada

melengkung.

Ikan tongkol (Euthynnus affinis) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti cerutu,

dengan kulitnya yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya tirus dan pangkalnya

Page 17: analisis anatomi ikan

lebar.ekor bercagak duadengan kedua ujungnya yang panjang.sirip punggung, dubur,

perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip ini dapat

dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan

dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di belakang sirip punggung dan

dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil (DJUHANDA, 1981).

Menurut Kollete dan Nauen(1983) Euthynnus affinis mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:badan berukuran sedang,memanjang seperti torpedo,mempunyai dua sirip

punggung yang dipisahkan oleh celah sempit, sirip pertama diikuti leh celah sempit,sirip

punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahann,tidak memiliki gelembung

renang ,warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan terdapat tanda-tanda garis

merah terpecah dan tersusun rapi.

Ikan Tongkol terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik barat, termasuk laut

kepulauan dan laut nusantara. Hidup di periaran epipelagik, merupakan spesies neuritik

yang mendiami perairan dengan kisaran suhu antara 18-29°C.Ikan ini cenderung

membentuk kelompok (school) multi spesies berdasarkan ukuran antara lain Thunnus

albaceres kecil,Katsuwanus pelamis,Auxis sp.Terdiri dari 100-5000 individu .Puncak

musim pemijahan bervariasi tergantung pada daerah seperti perairan Filipina bulan

Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengan musim barat daya sampai permulaan

musim musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan

Agustus-Oktober.Ikan ini merupkan predator yang rakus memakan barbagai ikan

kecil,udang dan cepalopoda sebaliknya juga memakan mangsa dari hiu dan

marlin.Panjang baku maximum 100 cm dengan berat 13,6 kg,umumnya 60 cm .di

Samudera Hindia usia 3 tahun panjang baku 50-65 cm(Kottelate dan Nauen ,1983).

Menurut Rahardjo(1980) Ikan Tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang

mempunyai mulut yang berbentuk meruncing,langit-langit bergerigi,posisi D¹ dan D²

berjauhan .Ikan Tongkol mempunyai rangka tulang dan mempunyai sirip ekor yang

bercagak.

Ikan Tongkol merupakan ikan yang masih tergolong pada keluarga

Scombridae,yang mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo dengan kulit yang licin.Sirip

dada pada ikan ini melengkung,dan mempunyai sirip ekor yang bercagak(Nontji,1993).

Page 18: analisis anatomi ikan

4.2.3 Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Ikan Bandeng (Chanos chanos) dalam susunan taksonominya mempunyai Ordo

Malacopterygh, Family Chanidae,Genus Chanos dan Spesies Chanos

chanos(Saanin,1984)

Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan

ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak.

Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola

mata dan tidak memiliki sungut.

Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh ramping ,badannya tertutup oleh sisik, jari-

jari semuanya lunak dan jumlah sirip punggung antara 14-16, pada sirip dubur antara 10-

11,pada sirip dada antara 16-17 dan pada sirip perut antara 11-12.Sirip ekor panjang dan

bercagak.Jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80 keping.Mulutnya berukuran sedang dan

nono protractile.dimana posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata,bentuk

tubuhnya seperti panah (Djuhanda,1981)

4.2.4 Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)

Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada keluarga Stromatidae yang

berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk tubuhnya pipih dengan badannya yang

tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna

hitam, sirip punggung hanya satu mempunyai 5 jari-jari keras dan 42-44 jari-jari lunak.

Sirip dubur besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong oleh 3 jari-jari keras

dan 35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya melengkung

dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar. Sirip perut tidak

ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal sirip ekor bulat kecil.

Gurat sisi dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih besar dari pada sisik-sisik yang lainnya

dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi,

iakn ini mempunyai persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae.

Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan Sebelah.

Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan makanan, dan

mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini tidak banyak terdapat di dekat-dekat muara

Page 19: analisis anatomi ikan

sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah lautan. Jenis ikan-ikan ini

terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda, 1981).

Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat dengan

Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir menyerupai

bentuk belah ketupat . Ikan Bawal ini merupakan herbivora yang cendrung bersifat

omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan

kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .

Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat

besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh

panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar

perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai

besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak

gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini

termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984)

Ikan Bawal Hitam dapat berenang dengan posisi miring seperti pada ikan

sebelah.Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm,dagingnya baik sebagai bahan

makanan,dan mempunyai pasaran yang baik.Ikan ini tidak terdapat banyak di muara-

muara sungai biasanya bergerombol banyak di tengah lautan .Jenis ikan ini terdapat di

Lautan India Indonesia,Malaysia,dan Cina (Djuhanda,1981)

4.2.5 Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus)

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas

Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber

negletus (SAANIN, 1984).

Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo

Percomorphi.Warna tubuh bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral

berwarna kuning keemasan.Yang membedakan kembung perempuanfengan kembung

jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik hitam pada bagian

dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain tubuhnya

lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada

air laut(Saanin,1984)

Page 20: analisis anatomi ikan

Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di

sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang

mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik

diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan

plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan

SUNYOTO,1986).

Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip ekor

bercagak dua dan lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip

ekor bentuknya bulat kecil. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di

belakang sirip punggung dan dubur, terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil

(DJUHANDA, 1981).

Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977)

mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian,

penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian

meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah,

pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti

torpedo dengan panjang tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan

perairan laut, tergolong ikan pelagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka

hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun di lepas pantai. Kebiasaan

makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea

(KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).

Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan tersebut

disebabkan oleh adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga disebabkan

oleh biochrome (pigmen pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada ikan ini

disebabkan karena adanya pigmen chromolipoid, warna putih atau keperak-perakan yang

terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi oleh pigmen purin, sedangkan warna

kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan karena pengaruh pigmen

pembawa warna yaitu pigmen indigoid.

4.2.6 Identifikasi dalam Tingkat Analitis.

Page 21: analisis anatomi ikan

Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik

secara biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai

dasar dalam melakukan identifikasi adalah:

- Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan

bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.

- Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara

bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.

- Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.

- Bentuk sirip dan gigi

- Tulang-tulang insang

Selama praktikum dilakukan beberapa jenis identifikasi pada beberapa jenis ikan

yang terdiri atas:

1) Penghitungan jari-jari sirip

Sirip pada ikan terdiri dan pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis.

Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah

mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya

sebagian saja.

Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan.

Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras,

angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari

sirip lemah.

2) Garis rusuk lateral (Linea lateralis)

Salah satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang ditalui

oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung

anterior operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal

batang ekor. Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang

sisik yang terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka

dihitung jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada.

Page 22: analisis anatomi ikan

3) Pengukuran tubuh ikan.

Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan

penggolongan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:

a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior

sampai bagian sirip ekor paling posterior.

b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior

sampai pangkal batang ekor (caudal penducle)

c. Panjang sampai lekuk ekor atau l,‘ork length (FL) diukur dari bagian paling

anterior sampai lekukan sirip ekor.

d. Panjang kepala atau Head length (HdL) diukur dari bagian kepala paling anterior

sampai tutup insang paling posterior,

e. Panjang predorsal atau Pre-dorsal length (PreDL) diukur dari bagian kepala paling

anterior sampai bagian anterior dasar sirip dorsal.

f. Panjang hidung atau Snout length (SntL) diukur dari bagian kepala paling anterior

sampai kelopak mata paling anterior.

g. Panjang orbital belakang atau Post orbital length (Post-orbL) diukur dari bagian

kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.

h. Panjang mata atau Eve length (EyeL) diukur garis tengah dari rongga mata.

i. Panjang orbital atau Orbital length (OrbL) diukur jarak diantara kedua bagian

terluar kelopak mata.

j. Panjang pangkal ekor atau Caudal penducle length (CPedL) diukur dari posterior

dasar sirip anal sampai bagian pangkal batang ekor.

k. Tinggi badan adalah jarak terbesar antara dorsal dan ventral

l. Tinggi kepala adalah panjang garis tegak antara pertengahan kepala sebelah atas

dengan pertengahan kepala sebelah bawah.

m. Tebal badan adalah jarak terbesar antara kedua sisi badan.

n. Tebal atau lebar kepala adalah jarak terbesar antara kedua keeping tutup insang

pada kedua sisi kepala.

o. Tinggi pipi adalah jarak antara ringga mata dan bagian paling anterior dari

keeping tutup insang terdepan (praeoperculum).

Page 23: analisis anatomi ikan

p. Tinggi bawah mata adalah jarak antara puiggir•an bawah rongga mata dengan

rahang bawah.

q. Panjang rahang atas/bawah adalah jarak yang diukur dari ujung paling anterior

sampai ujung paling posterior bertemu dengan badan, diukur melalui dasar sirip.

r. Panjang dasar sirip dadalperut adalah panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip,

dari pangkal sirip dada/sirip perut sampai puncak tertinggi sirip tersebut.

s. Tinggi sirip punggung adalah jarak antara pangkal sirip sampai puncak sirip.

4.2.7. Identifikasi dalam tingkat sintesis

Selain melakukan identifikasi dari suatu jenis ikan ikan langkah selanjutnya adalah

menyusun kelompok - kelompok yang lebih tinggi dan menetapkan ciri - cirinya sehingga

dapat diperoleh suatu klasifikasi untuk jenis ikan tersebut.

Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang

belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan

memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.

Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut - turut adalah :

1) Kepala (caput) : bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai nnbagian belakang

operculum.

2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum nnsampai anus

3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor

4) Letak mulut (cavum oris): Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi

yang tergantung dari kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding

dan foot habits).

Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi

dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :

1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala.

2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala

3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala

Organ Gerak (Sirip)

Page 24: analisis anatomi ikan

Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.

Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip.

Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip

suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.

Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip

tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :

Pinna dorsalis (dorsal fin)

Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas

ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak

memutar.

1. Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di posterior operculum

atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah

untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).

2. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan

berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga

berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.

3. Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di

daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang

ikan.

4. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh

dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi

sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika

bermanuver.

5. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak

sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.

Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya

dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :

1. Jari-jari sirip keras Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.

Page 25: analisis anatomi ikan

2. Jari jari sirip lemah Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan

berbukubuku.

3. Jari jari sirip lemah mengeras Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-

buku.

Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang

dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :

1. Protocercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna

vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.

2. Diphycercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris

dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.

3. Heterocercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral

lebih pendek.

4. Homocercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh

jari-jari sirip ekor.

Gurat Sisi (linea lateralis)

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara

langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior

operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang

yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang

menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat

mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga

berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan

sekitamya.

Page 26: analisis anatomi ikan

Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan satu

garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea

lateralis yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan

potongan kedua berada di bagian bawah potongan pertama.

Sistem Integumen

Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang

berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada.

Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang

beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup.

Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat

integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu

epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen

merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua

lapisan kulit yang sebenarnya.

Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup memiliki

berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :

1. Pertahanan fisik

Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari

infeksi, paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda

keras lainnya. Hal ini disebabkan karena kulit memiliki kelenjar mukosa sebagai

pelindung kulit dari parasit, bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya serta

memperkecil gesekan dengan adanya sifat mucus yang licin.

2. Keseimbangan cairan [air]

Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan

memiliki sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan

menggunakan insangnya.

3. Thermoregulasi

Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan

mengeluarkan panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.

4. Warna

Page 27: analisis anatomi ikan

Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah

laku seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator. Warna yang

dihasilkan akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup

dari ikan tersebut. Pada open-water fishes, warna tubuh ikan terbagi atas warna

keperakan di bagian ventral dan warna iridescent biru atau hijau di bagian dorsal

[countershading]. Ada tiga macam warna dominan ikan yang hidup di lautan,

yaitu keperakan bagi ikan yang hidup di permukaan laut, kemerahan pada ikan

yang hidup di daerah tengah perairan dan violet atau gelap pada ikan yang hidup

di dasar perairan.

5. Pergerakan

Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam

meningkatkan kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.

6. Respirasi

Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh

golongan Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang

relatif tipis, selalu basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga

pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat berlangsung.

7. Kelenjar kulit

Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan

pheromone untuk menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan

daerah territorial. Selain itu, kelenjar kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun

yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk pertahanan din’ dari predator.

8. Kelenjar susu

Kelenjar susu lebih banyak ditemukan pada vertebrata yang bersifat (terrestrial,

meskipun. demikian pada ikan yang bersifat mamalia kelenjar tersebut juga

berfungsi dengan baik

9. Keseimbanaan garam

Keseimbangan garam [homeostatis] pada ikan dilakukan pada kulit dan insang

yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga

cairan dalam tubuh akan tetap stabil sesuai dengan lingkungan dimana ikan

berada. Pada ikan yang hidup di laut, kulit akan menjaga pengeluaran cairan

Page 28: analisis anatomi ikan

dalam tubuh yang berlebihan sedangkan pada ikan yang hidup di perairan tawar,

kulit akan mengatur agar cairan dari luar tubuh tidak terlalu banyak yang masuk

ke dalam tubuh. Selain itu, kulit berperan dalam proses ekskresi hasil

metabolisme yang dilakukan oleh tubuh.

10. Organ indera

Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus lingkungan,

misalnya panas, sakit clan s ntuhan. Derivat integumen seperti barbels dan flaps

memiliki sel-sel svaraf sebagai indera (`vambar 21). Barbels berlungsi sebagai

alat bantu makan dan mengandung organ-organ sensory serta sebagai alat untuk

kamuflase pada ikan demikian juga flaps. Barbels ini ada yang berbentuk seperti

alga. Letak dari barbels ada pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut dengan bentuk

rambut, pecut, sembulan, bulu dan lain-lain.

Derivat sisik yang dapat ditemui adalah modifikasi sisik placoid membentuk gigi

Shark, kelenjar racun pada Dasyatidae. Selain itu terdapat juga bentukan barbells

clan flaps selain organ cahaya.

Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva, vaitu:

1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan

disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana

bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin

dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.

2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie,

lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah,

syaraf dan substansi tulang isopedine.

3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan

garani-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat

substansi tulang isopedine.

4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik

ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan.

Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk

sisik tersebut, yaitu:

Page 29: analisis anatomi ikan

1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau sebelah

menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.

2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan

pertumbuhan yang sebelah menyebelah.

3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya

terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.

4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan

bentukan sisir pada bagian anteriornya.

BAB 5. PENUTUP.

Pengamatan anatomi dan histology ikan telah banyak memberikan penjelasan

kepada penulis sehingga penulis dapat mengetahui anatomi ikan secara langsung dari

Page 30: analisis anatomi ikan

ikan-ikan yang penulis amati. Namun, disamping itu masih banyak kekuranngan yang

penulis rasakan di dalam melakukan pengamatan anatomi dan histology ikan yang telah

dilakukan diantaranya tidak adanya pengamatan histology yang lebih spesifik sehingga

penulis dan para mahasiswa praktisi tidak dapat mengetahui seutuhnya.

Untuk kedepannya penulis harapkan kepada tim teknisi praktek agar para

mahasiswa selanjutnya yang melakukan praktek yang sama akan bias mendapatkan hasil

praktek yang lebih kongkrit lagi.

DAFTAR PUSTAKA

-------------. 2010. Penggolongan dan klasifikasi ikan. http://o-nlinenews.blogspot.com/p/penggolongan-dan-klasifikasi-ikan_02.html. [Diakses 20 April 2010].

Page 31: analisis anatomi ikan

Affuwa. 2007.Jaringan pada Hewan.http://affuwa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 17 April 2010.

Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).

Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed. Butterwotrhs, London.

ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua New Guinea

Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Di Kabupaten Bengkalis. Riau.

ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman.

Bavelander G, dkk. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.

Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach and development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn 30 pp

Botanika. 2008. Fixation mbedding sectioning.http//botanika.biologija.org. Diakses tanggal 17 April 2010.

Caroko, Edhi. dkk. 2009. Berharap Menjaring Devisa dari Si Nila http://www.majalahtrust.com/bisnis/peluang/806.php. [diakses tanggal 24 April 2010].

DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang, Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).

Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p.

Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University Press. New York.

Page 32: analisis anatomi ikan

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).

DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan umum tentang perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal

DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).

Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta

DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.

EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal

FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Diterjemahkan Tim Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.

Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal Litbang, IX (4) : 69-75.

GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.

HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak diterbitkan).

HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd. London.

Page 33: analisis anatomi ikan

Jvetunud. 2008. Parafin Hewan.http://www.jvetunud.com. [Diakses tanggal 17 April 2009 ].

KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal.

KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal.

KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.

Kusrini, Eni, dkk. 2007. Anatomi Organ Pencernaan Oreochromis sp. http://naksara.net/Aquaculture/Reproduction/pembenihan-ikan-nila.html [diakses tanggal 24 April 2010].

Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley and Sons, inc. New York. 506 p.

LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri. (tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.

MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia. Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman.

Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal

Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal.

Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Intervensi Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.

Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.

Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal.

Page 34: analisis anatomi ikan

NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan Tangkerang Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal (tidak diterbitkan)

.Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta.

Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588 Halaman

PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).

Robby N, dkk. 2000. Histologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sucipto, Adi . 2008. Pembenihan Ikan Nila.http://naksara.net/Aquaculture/Fish-Health/pembenihan-ikan-nila.html. [diakses tanggal 24 April 2010].

Wikipedia I. 2009. Histologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Histologi. [Diakses 15 April 2010].

------------ II. 2009. Ikan Nila. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan nila. [Diakses 15 April 2010].

-------------III. 2009. Anatomi. http://id.wikipedia.org/wiki/Anatomi. [Diakses 20 April 2010].

LAMPIRAN.

Kegiatan Praktek Pengamatan Anatomi dan Histoligi Ikan.

Page 35: analisis anatomi ikan

Pengamatan pada ikan Bawal

Pengamatan pada ikan Nila

Page 36: analisis anatomi ikan

Pengamatan Pada ikan Tongkol

Pengamatan Pada Belut

Page 37: analisis anatomi ikan