79
i ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA DI SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Ilmu Tarbiyah Jurusan Tadris Kimia Oleh: LAILATUL MUKHAROMAH NIM. 083711027 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/141/jtptiain... · KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM ... Jenis penelitian ini adalah

  • Upload
    vuthien

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK

KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM

BASA DI SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Ilmu Tarbiyah

Jurusan Tadris Kimia

Oleh:

LAILATUL MUKHAROMAH

NIM. 083711027

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

ii

iii

iv

v

vi

ABSTRAK

Judul : Analisis Aspek Kognitif Peserta Didik Kelas XI pada

Pembelajaran Titrasi Asam Basa di SMA NU 01 Al

Hidayah Kendal

Penulis : Lailatul Mukharomah

NIM : 083711027

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana profil penguasaana spek kognitif

peserta didik kelas XI sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran

Kimia materi pokok titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis

material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah Kendal.

Obyek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA SMA NU 01

Al Hidayah yang berlokasi di jalan Pahlawan 01 Kendal dengan jumlah

peserta didik 30 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

deskriptif yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian.

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 1 Pebruari

sampai dengan 2 Maret 2012.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes

tertulis dan wawancara. Metode tes digunakan untuk pengambilan data

peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran Kimia materi

pokok titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal.

Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data-data peserta didik

pada saat melakukan praktikum. Hasil analisis data didapatkan nilai rata-

rata pencapaian penguasaan aspek kognitif peserta didik secara

keseluruhan sebelum mengikuti pembelajaran kimia titrasi asam basa

adalah 30% dengan kategori pencapaian kurang, sedangkan pencapaian

penguasaan aspek kognitif peserta didik setelah pembelajaran adalah 70%

dengan kategori pencapaian baik serta peningkatan pencapaian aspek

kognitif secara keseluruhan sedang yaitu 55, 65%.

Nilai rata-rata pencapaian aspek kognitif peserta didik domain

mengingat (C1) sebelum pembelajaran 40% dengan kategori pencapaian

kurang, setelah pembelajaran nilai rata-rata pencapaian domain mengingat

(C1) meningkat cukup baik yaitu 60% dengan nilai N-Gain 33,33%. Nilai

rata-rata pencapaian domain memahami (C2) sebelum pembelajaran

adalah 20% (kategori kurang), setelah pembelajaran menjadi 60% (cukup

baik) dengan peningkatan pencapaian aspek kognitif domain memahami

(C2) sebesar 50% (kategori pencapaian sedang). Sedangkan untuk nilai

rata-rata pencapaian domain mengaplikasi (C3) sebelum pembelajaran

hanya 0% (kategori sangat kurang) dan setelah pembelajaran nilai rata-rata

meningkat menjadi 60% (kategori cukup baik) dengan pencapaian aspek

kognitif domain mengaplikasi (C3) sebesar 60% dan merupakan kategori

pencapaian sedang. Untuk nilai rata-rata pencapaian domain menganalisis

vii

(C4) sebesar0% (kategori sangat kurang) peningkatan pencapaian domain

menganalisis (C4) sebesar 60% dengan kategori sedang.Peningkatan

penguasaan domain aspek kognitif paling tinggi terjadi pada domain

mengaplikasi (C3) dan menganalisis (C4) yaitus ebesar 60%, sedangkan

peningkatan penguasaan domain aspek kognitif paling rendah adalah

domain mengingat (C1) yaitu sebesar 33, 33%.

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Teriring untaian rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala kasih sayang

yang telah tercurah tanpa henti. AlhamdulillahiRobbil „Alamin, semoga segala

langkah hamba senantiasa mendapatkan ridho-Mu. Sholawat serta salam semoga

tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya Ilahi

kepada umat sehingga dapat mengambil manfaatnya dan memenuhi tugasnyas

ebagai khalifah.

Dengan penuh kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penuli ssampaikan

kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan

dalam bentuk apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terimakasih

penulis sampaikan kepada:

1. Dr. H. Suja‟i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan

skripsi ini

2. Drs. Wahyudi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang

3. Atik Rahmawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, terimakasih atas ilmu dan

bimbingannya selama menjadi mahasiswa

4. Ratih Rizqi Nirwana, M.Pd, selaku dosen wali, terimakasih atas

bimbingannya selama menjadi mahasiswa

5. Ratih Rizqi Nirwana, M.Pd dan Dr. H. Hamdani Mu‟in, M.Ag, selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan

skripsi ini

6. Suwahono, M.Pd dan Dwi Mawanti, M.A, terimakasih atas segala

bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

ix

7. Segenap civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

para dosen, karyawan beserta staf-stafnya.

8. Muzayanah, S.Pd selaku kepala sekolah SMA NU 01 Al Hidayah kendal

dan seluruh guru serta karyawan. Terimakasih telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Adhi Kurniawan, S.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia kelas XI IPA.

Terimakasih atas bantuan, arahan dan bimbingannya selama Penulis

melakukan penelitian.

10. Ibunda Jumrotun dan Ayahanda Komsari tercinta, kakakku dan adik-

adikku yang aku sayangi beserta keluarga besar tercinta yang senantiasa

memberikan semangat dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya

Penulis menuntut ilmu.

11. Kawan-kawan Chemofilik yang kompak (Iin, Dani, Arik, Kartini, Diah,

Rima, Mudah, Muyas, Ami, Ajis, Anug, Malik, Munif, Niswa, Nunik,

Aini, Ani, Enik, Aziz, Ririn, Mita, Ulfa, Danon, Mbak Tri, Zami, Taslim,

Suwito, Hanik, Vika, Faiq, Nur, Ulya, Atin, Novi) terimakasih atas segala

semangat, motivasi dan kebersamaannya selama ini.

12. Jojobasa Friendship (Ida, Lia dan Rindha) terimakasih atas do‟a,

dukungan dan semangatnya selama ini.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan skripsi ini

Teriring do‟a semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari semuanya

dengan sebaik-baiknya balasan. Akhirnya Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun demikian, Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya.

Semarang, Mei 2012

Penulis

Lailatul Mukharomah

NIM. 083711027

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv

ABSTRAK PENELITIAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4

BAB II : LANDASAN TEORI ....................................................................... 6

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran...................................................... 6

a. Belajar ............................................................................ 6

b. Pembelajaran .................................................................. 8

2. Belajar sebagai Proses Kognitif............................................ 10

3. Metode Praktikum................................................................. 17

4. Titrasi Asam Basa.................................................................. 20

B. Kajian Pustaka. ......................................................................... .. 31

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.... ..................................................................... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 34

C. Sumber Data .............................................................................. 34

D. Jenis Data .................................................................................. 35

E. Prosedur Penelitian ................................................................... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 35

G. Teknik Analisis Data ................................................................. 38

xi

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 39

B. Pembahasan .............................................................................. 42

1. Domain Mengingat (C1) .................................................... 42

2. Domain memahami (C2) .................................................... 44

3. Domain Mengaplikasi (C3) ................................................ 46

4. Domain Menganalisis (C4)................................................ 48

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 51

B. Saran ......................................................................................... 52

C. Penutup………………………………………………………...52

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Belajar

merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan

berlangsung seumur hidup (long life education). Dengan demikian, hasil dari

kegiatan belajar adalah perubahan pada diri seseorang, perubahan tersebut

diharapkan berupa perubahan perilaku yang positif. Belajar adalah kegiatan yang

berproses dan unsur yang sangat fundamental dalam pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, Indonesia masih menghadapi masalah salah

satunya adalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan

negara maju bahkan negara berkembang sekalipun. Proses belajar mengajar yang

belum memberikan hasil yang maksimal menjadi salah satu penyebab rendahnya

mutu pendidikan di Indonesia. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu

pendidikan terletak pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kelancaran

proses pembelajaran ditunjang oleh komponen pendidikan diantaranya sarana dan

metode pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang sudah

direncanakan.

Sekolah berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah

satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan adalah pemahaman peserta

didik terhadap materi yang diajarkan. Namun, pada kenyataannya pemahaman

peserta didik terhadap mata pelajaran terutama Kimia masih rendah. Salah satu

penyebab kurangnya minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran Kimia

di sekolah adalah penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini

1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2003), hlm. 2.

xiii

menyebabkan peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah.

Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun sains

yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan lain seperti kedokteran, farmasi dan

lain-lain. Mempelajari ilmu Kimia tidak hanya bertujuan untuk menemukan zat-

zat Kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan manusia belaka, akan

tetapi ilmu Kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami

berbagai peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui

hakikat materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan

kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta

ketelitian kerja.

Atas dasar permasalahan diatas, diperlukan upaya guna memenuhi

tuntutan dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Kimia.

Salah satu caranya yaitu dengan penggunaan suatu metode pembelajaran yang

dapat menimbulkan minat dan kesadaran peserta didik akan pentingnya

mempelajari Kimia. Metode praktikum merupakan metode yang cocok digunakan

dalam proses pembelajaran Kimia dengan tujuan agar peserta didik tidak hanya

mengetahui, tetapi juga mengalami apa yang dipelajarinya sehingga proses belajar

menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran dengan metode praktikum dapat mempermudah peserta

didik dalam memahami keabstrakan konsep-konsep ilmu Kimia, meningkatkan

ketrampilan proses peserta didik dan mengembangkan proses berpikir. Dalam

kegiatan pembelajaran, berpikir merupakan dasar untuk memperoleh pengetahuan

yang menjadi fokus utama kognitif sehingga penting untuk dikembangkan dalam

diri peserta didik. Hal ini karena aspek kognitif memegang peranan yang paling

utama dalam kegiatan pembelajaran. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang

menurut taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman

(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis)

dan evaluasi (evaluation).2

2 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm.101.

xiv

Melalui kegiatan praktikum diharapkan dapat mengembangkan aspek

kognitif peserta didik karena kegiatan praktikum tidak hanya berhubungan dengan

ketrampilan proses saja tetapi ketrampilan berpikir (kognitif) peserta didik pun

ikut terlibat didalamnya untuk mengamati, menganalisis, membuktikan dan

menarik kesimpulan tentang suatu objek, keadaan atau proses segala sesuatu. Jadi,

upaya pengembangan aspek kognitif peserta didik akan berdampak juga pada

aspek afektif dan psikomotor peserta didik.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan praktikum

ini jarang dilakukan. Salah satu sekolah yang jarang menerapkan metode

praktikum pada pembelajaran Kimia adalah SMA NU 01 Al Hidayah Kendal. Hal

ini disebabkan karena beberapa alasan antara lain:

Keterbatasan fasilitas alat dan bahan yang digunakan

Keterbatasan waktu pembelajaran Kimia

Tingkat keamanan yang kurang

SMA NU 01 Al Hidayah merupakan salah satu SMA swasta yang

berlokasi di jalan Pahlawan 01 Kendal. Dalam menunjang kegiatan belajar

mengajar, sekolah ini hanya mengandalkan sumbangan dari orang tua peserta

didik sehingga dana yang dimiliki sangat terbatas. Karena dana yang terbatas ini

menyebabkan fasilitas alat dan bahan praktikum menjadi terbatas pula. Untuk alat

dan bahan praktikum yang tergolong sederhana seperti gelas ukur, gelas beker dan

pipet tetes sudah tersedia di sekolah ini. Namun untuk alat praktikum seperti buret

yang biasanya digunakan untuk titrasi tidak tersedia di sekolah ini, karena buret

merupakan salah satu alat praktikum yang tergolong mahal. Akibatnya materi-

materi Kimia yang seharusnya ditunjang dengan kegiatan praktikum tidak dapat

diwujudkan. Untuk materi titrasi asam basa guru hanya memberikan penjelasan-

penjelasan singkat di kelas tanpa aplikasi di laboratorium.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu prosedur praktikum

berbasis material lokal yang disusun sedemikian rupa sehingga kegiatan

praktikum dapat dilakukan dengan mudah karena alat dan bahan yang akan

digunakan dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Selain itu, kegiatan

xv

praktikum juga dapat dilakukan dimana saja baik di sekolah maupun di luar

sekolah dan tentunya aman dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai

pembelajaran Kimia dengan metode praktikum berbasis material lokal perlu

dilakukan. Penelitian ini fokus pada analisis aspek kognitif peserta didik karena

aspek kognitif merupakan aspek psikologis yang terpenting. Adapun alasan

pemilihan pokok bahasan titrasi asam basa dalam penelitian ini disebabkan

konsep titrasi asam basa berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat

melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), masih sulit dipahami oleh

peserta didik sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik kurang

memuaskan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI PADA

PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA DI

SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah profil penguasaan aspek kognitif

peserta didik kelas XI sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam

basa dengan metode praktikum berbasis material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah

Kendal?”

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

profil penguasaan aspek kognitif peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan

sesudah (posttest) mengikuti pembelajaran Kimia materi pokok titrasi asam basa

dengan metode praktikum berbasis material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah

Kendal. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

xvi

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai profil penguasaan aspek

kognitif peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)

mengikuti pembelajaran Kimia materi pokok titrasi asam basa dengan metode

praktikum berbasis material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah Kendal

2. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini dapat melatih dan mengembangkan aspek kognitif peserta didik

serta mendekatkan mata pelajaran Kimia dengan kehidupan sehari-hari

3. Bagi Guru

Bagi guru terutama guru-guru yang melaksanakan pembelajaran Kimia di

sekolah-sekolah yang belum memiliki laboratorium Kimia standar, penelitian

ini dapat memberikan masukan positif dalam melaksanakan pembelajaran

titrasi asam basa dengan memanfaatkan metode praktikum berbasis material

lokal

4. Manfaat lain adalah menjadi salah satu bahan dan perbandingan bagi peneliti

lain dalam melakukan penelitian sejenis terhadap topik yang berbeda.

xvii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Hal yang terlibat

dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Peserta didik yang belajar berarti

memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.3

Dengan meningkatnya kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan dan

perhatian pada lingkungan sekitar semakin bertambah.

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat

fundamental dalam pendidikan. Menurut Morgan dalam buku Introduction to

Psychology yang kemudian dikutip oleh Ngalim Purwanto, mengemukakan

bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.4

Sedangkan menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning

and Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to

experience which can effect the organism’s behavior.” Artinya belajar adalah

suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku

organisme tersebut.5

Bertolak dari definisi tersebut, secara umum belajar dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 18

4 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 84

5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm. 88

xviii

proses kognitif. Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor

internal baik yang bersifat fisik maupun mental, dan faktor eksternal dalam

lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

Beberapa prinsip belajar menegaskan bahwa belajar merupakan

bagian dari perkembangan, berlangsung seumur hidup, dipengaruhi faktor

bawaan, lingkungan dan kematangan, mencakup semua aspek kehidupan dan

berlangsung disetiap tempat dan waktu, dengan atau tanpa guru, bervariasi

dari sederhana sampai yang kompleks.6 Dalam perspektif Islam, belajar

merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu

pengetahuan sehingga derajat kehidupan meningkat. Hal ini dinyatakan dalam

al Qur‟an surat Al Mujadalah ayat 11 sebagai berikut:

Artinya: “……niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat

kepada orang-orang beriman dan berilmu.” 7

Belajar merupakan jendela dunia. Dengan belajar orang bisa

mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam amat menekankan masalah

belajar. Allah bertanya dalam al Qur‟an surat al Zumar ayat 9 berikut:

Artinya: “Apakah sama orang-orang yang berilmu (mengetahui)

dengan orang-orang yang tidak berilmu (tidak mengetahui)?

Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran.”8

Jawaban atas pertanyaan Allah ini terdapat dalam surat Al-Mujadalah

ayat 11 seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam perspektif Islam makna

belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar

dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan

6Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta: remaja

Rosdaskarya, 2009), hlm. 172

7Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam

Syafi‟i, 2008), hlm. 42.

8 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam

Syafi‟i, 2008), hlm. 39.

xix

nilai-nilai ajaran Islam.

b. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik.9 Pembelajaran adalah suatu upaya menciptakan kondisi agar terjadi

kegiatan belajar. 10

Dengan demikian, inti dari kegiatan pembelajaran adalah

segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada

diri peserta didik.

Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang

didinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai

tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasikan isi, pembelajaran,

menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran. Ada lima jenis

interaksi yang berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu:11

1) Interaksi antara pendidik dengan peserta didik

2) Interaksi antarsesama peserta didik atau antar sejawat

3) Interaksi peserta didik dengan narasumber

4) Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang

sengaja dikembangkan

5) Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan

alami

Ada enam pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang

dapat digunakan sebagai prinsip pembelajaran yang bisa diterapkan di dunia

9E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.

100

10Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2008), hlm. 85

11Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 85

xx

pendidikan, yaitu:12

1) Learning to Know

Learning to Know bukan sebatas mengetahui dan memiliki materi

informasi sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah diberikan, namun

juga kemampuan dalam memahami maksud dibalik materi ajar yang telah

diterimanya.

2) Learning to Do

Learning to Do merupakan konsekuensi dari Learning to Know.

Yang di maksud learning to do bukanlah kemampuan berbuat mekanis

tanpa pemikiran. Dengan demikian, peserta didik akan terus belajar

bagaimana memperbaiki dan menumbuhkembangkan kerja, juga

bagaimana mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya.

3) Learning to Be

Makna dari Learning to Be adalah poses belajar yang dilakukan

peserta didik menghasilkan perubahan perilaku individu atau masyarakat

terdidik yang mandiri. Learning to Be akan menuntut peserta didik

menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai

kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya

4) Learning to Live Together

Learning to Live Together menuntut peserta didik untuk hidup

bermasyarakat dan menjadi educated person yang bermanfaat bagi diri

dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia

5) Learning How to Learn

Learning How to Learn akan membawa peserta didik pada

kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat belajar yang

lebih independen, kreatif, inovatif, efektif, efisien dan penuh percaya diri.

6) Learning to Throughout Life

Learning to Throughout Life menuntut dan memberi pencerahan

12

Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 76.

xxi

pada peserta didik bahwa ilmu bukanlah hasil buatan manusia, tetapi

merupakan hasil temuan atau hasil pencarian manusia. Karena ilmu adalah

ilmu Tuhan yang tidak terbatas dan harus dicari, maka upaya mencarinya

juga tidak mengenal kata berhenti.

2. Belajar sebagai Proses Kognitif

Ranah psikologi peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif.

Ranah yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor

(karsa). Otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi seluruh kegiatan

kehidupan ranah-ranah psikologis manusia.13

Tanpa ranah kognitif, sulit

dibayangkan seorang peserta didik dapat berpikir. Upaya pengembangan fungsi

ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif

sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor. Gambar 2.1

berikut ini adalah model yang menggambarkan pola pengembangan fungsi

kognitif peserta didik:14

13

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 82

14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 85

Pengembangan fungsi kognitif

xxii

Gambar 2.1. Pola pengembangan fungsi kognitif peserta didik

Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah

pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh

pemahaman. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan

oleh Piaget, teori kognitif Burner dan teori belajar bermakna Ausebel.15

Menurut

para ahli kognitif, individu merupakan partisipan aktif dalam proses memperoleh

dan menggunakan pengetahuan. Individu berpikir secara aktif dalam membentuk

wawasan tentang kenyataan, memilih aspek-aspek penting dari pengalaman untuk

disimpan dalam ingatan atau digunakan dalam pemecahan masalah.16

Pengajaran kognitif merupakan suatu proses pembelajaran yang

membentuk kemampuan kognitif peserta didik. Teknik pengajaran yang

15

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 22.

16Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 170

Hasil

Ketrampilan Kognitif

Ketrampilan Afektif

Ketrampilan Psikomotorik

Upaya

1. Pengajaran strategi memahami, meyakini dan mengaplikasikan

isi dan nilai pelajaran

2. Pengajaran strategi memecahkan masalah dengan

mengaplikasikan isi dan nilai mata pelajaran

xxiii

dipertimbangkan mampu membentuk kemampuan kognitif diantaranya adalah:17

a. Eksperimentasi

b. Problem solving, diskusi dan tanya jawab

c. Belajar secara induktif (peserta didik dihadapkan pada contoh-contoh

kemudian mereka menyimpulkan sendiri konsep-konsep pengetahuan yang

tersirat dalam contoh-contoh itu). Mengatur topik dari yang paling konkrit ke

yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks

d. Pembelajaran dengan menggunakan “advance organizer” paling tidak dengan

cara membuat rangkuman terhadap materi yang diberikan, dilengkapi dengan

uraian singkat yang menunjukkan relevansi materi yang sudah diberikan

dengan materi baru. Mengajarkan peserta didik memahami konsep-konsep dan

prinsip-prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi fokus pada hubungan

yang terjalin antara konsep-konsep yang ada.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika

yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem

syaraf.18

Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan

semakin kompleks dan hal ini memungkinkan kemampuannya meningkat pula.

Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah seperti pada Tabel 2.1

berikut:19

Tabel 2.1. Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan

17

As‟ari Djohar, Pembelajaran Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Pembelajaran_

Kognitif Djohar.Pdf, di akses tanggal 27 Pebruari 2012

18Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 69.

19Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, hlm. 23

xxiv

Sensori

motor

Praoperasi

Operasi-

Konkrit

Operasi-

Formal

0-2 tahun

2-7 tahun

8-11 tahun

11 tahun ke atas

Berdasarkan tindakan langkah demi

langkah

Penggunaan simbol atau bahasa

Konsep intuitif

Pakai aturan jelas dan logis

Reversibel

Hipotesis, abstrak, deduktif dan

induktif, logis dan probabilitas

Konsep perkembangan kognitif juga dikembangkan oleh Jerome Burner.

Berangkat dari pemahaman bahwa proses belajar adalah adanya pengaruh

kebudayaan terhadap tingkah laku peserta didik, maka perkembangan kognitif

terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap

itu meliputi:20

a. Tahap Enaktif

Peserta didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya memahami

lingkungan sekitar dengan pengetahuan motorik

b. Tahap Ikonik

Peserta didik memahami objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi

verbal dengan bentuk perumpamaan dan perbandingan

c. Tahap Simbolik

Peserta didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi

oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika

Menurut Burner, perkembangan kognitif peserta didik dapat ditingkatkan

melalui penyusunan mata pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan

tahap perkembangan peserta didik. Penyusunan mata pelajaran dan penyajiannya

dapat dimulai dari materi secara umum, kemudian secara berkala kembali

mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.

Menurut David Ausebel belajar haruslah bermakna. Pembelajaran

bermakna (meaning full learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi

20

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 71.

xxv

baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta

didik.21

Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa pembelajaran ditandai

oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau

situasi baru dengan komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta

didik.

Menurut Bloom belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang

berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit

maupun yang implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar,

maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan ranah-ranah:22

a. Kognitif

Yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau

pikiran. Terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sistesis dan evaluasi.

b. Afektif

Yaitu kemampuan yang menggunakan percakapan, emosi, dan reaksi-reaksi

yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan,

partisipasi, penilaian, sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

c. Psikomotorik

Yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani. terdiri dari

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Perilaku aspek kognitif adalah perilaku yang merupakan hasil proses

berfikir. Bloom membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan, yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam

tingkatan tersebut secara berturut-turut merupakan tingkatan perilaku kognitif dari

yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Gagne membagi kapabilitas

manusia dalam kawasan kognitif menjadi tiga macam, yaitu ketrampilan

21

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 73.

22Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press,

2009), hlm. 105.

xxvi

intelektual, strategi kognitif dan informasi verbal.23

Contoh ketiga kapabilitas

tersebut adalah ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan dan cara

mencari pemecahan masalah dan ketrampilan mengungkapkan kembali

pengetahuan verbal yang telah dimiliki. Tabel 2.2 berikut adalah dimensi kognitif

menurut Bloom:24

Tabel 2.2. Dimensi kognitif menurut Bloom

Kategori dan Proses

Kognitif Nama-nama Lain Definisi dan Contoh

1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang

1.1. Mengenali

1.2. Mengingat kembali

Mengidentifikasi

Mengambil

Menempatkan

pengetahuan dalam

memori jangka panjang

yang sesuai dengan

pengetahuan tersebut

Mengambil

pengetahuan yang

relevan dari memori

jangka panjang

2. MEMAHAMI – Mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran,

termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru

2.1.Menafsirkan

2.2. Mencontohkan

2.3.Mengklasifikasikan

2.4. Merangkum

Mengklarifikasi,

memparafrasekan,

merepresentasi,

menerjemahkan

Mengilustrasikan,

memberi contoh

Mengkategorikan,

mengelompokkan

Mengabstraksi,

Mengubah satu bentuk

gambaran (misalnya

angka) menjadi bentuk

lain (misalnya kata-

kata)

Menemukan contoh

atau ilustrasi tentang

konsep atau prinsip

Menentukan sesuatu

dalam kategori

(misalnya

mengklasifikasikan

kelainan-kelainan

mental yang diteliti

atau dijelaskan)

Mengabstraksikan

23

Retno Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),

hlm.4.

24Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran dan Assesmen, terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 100.

xxvii

2.5. Menyimpulkan

2.6. Membandingkan

2.7. Menjelaskan

menggeneralisasi

Menyarikan,

mengekstrapolasikan,

menginterpolasi,

memprediksi

Mengontraskan,

memetakan,

mencocokkan

Membuat model

tema umum atau poin-

poin pokok

Membuat kesimpulan

yang logis dari

informasi yang

diterima

Menentukan hubungan

antara dua ide, dua

objek dan semacamnya

Membuat model sebab

akibat dalam sebuah

system

3. MENGAPLIKASIKAN – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu

3.1. Mengeksekusi

3.2.Mengimplementasikan

Melaksanakan

Menggunakan

Menerapkan suatu

prosedur pada tugas

yang familier

Menerapkan suatu

prosedur pada tugas

yang tidak familier

4. MENGANALISIS – Memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian itu dan hubungan antara

bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan

4.1. Membedakan

4.2. Mengorganisasi

4.3. Mengatribusikan

Menyendirikan,

memilah,

memfokuskan,

memilih

Menemukan koherensi,

memadukan, membuat

garis besar,

mendeskripsikan

peran, menstrukturkan

Mendekonstruksi

Membedakan bagian

materi pelajaran yang

relevan dari yang tidak

relevan, bagian yang

penting dari yang tidak

penting

Menentukan

bagaimana elemen-

elemen bekerja atau

fungsi dalam sebuah

struktur

Menentukan sudut

pandang, bias, nilai

atau maksud di balik

materi pelajaran

5. MENGEVALUASI – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau

standar

5.1. Memeriksa

Mengkoordinasi,

mendeteksi,

memonitor, menguji

Menemukan

inkonsistensi atau

kesalahan dalam suatu

proses atau produk,

menentukan apakah

suatu proses atau

xxviii

5.2. Mengkririk

Menilai

produk memiliki

konsistensi internal,

menemukan efektivitas

suatu prosedur yang

sedang dipraktikkan

Menemukan

inkonsistensi antara

suatu produk dan

kriteria eksternal,

menentukan apakah

suatu produk memiliki

konsistensi eksternal,

menemukan ketepatan

suatu prosedur untuk

menyelesaikan masalah

6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang

baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil

6.1. Merumuskan

6.2. Merencanakan

6.3. Memproduksi

Membuat hipotesis

Mendesain

Mengkonstruksi

Membuat hipotesis-

hipotesis berdasarkan

kriteria

Merencanakan

prosedur untuk

menyelesaikan suatu

tugas

Menciptakan suatu

produk

3. Metode Praktikum

Praktikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata

apa yang disebut dalam teori. Sedangkan praktikum adalah bagian dari pengajaran

yang bertujuan agar peserta didik mendapat kesempatan untuk menguji dan

melaksanakan di keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran

praktek.25

Metode praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang

biasa diterapkan di kelas. Metode praktikum dapat dilakukan kepada peserta didik

setelah guru memberikan arahan, aba-aba. Petunjuk untuk melaksanakannya.

Kegiatan ini berbentuk praktik dengan menggunakan alat-alat tertentu, dalam hal

ini guru melatih ketrampilan peserta didik dalam penggunaan alat-alat yang telah

25

Fifid Fidian, Metode Praktikum dalam http://fifin-fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan-

metode-praktikum-dalam.html diakses tgl 23 februari 2012

xxix

diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.26

Belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Dalam

belajar melalui pengalaman langsung peserta didik tidak sekedar mengamati

secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan

bertanggung jawab terhadap hasilnya. Proses belajar mengajar dalam ruang

lingkup mata pelajaran Kimia lebih menitik beratkan pada kemampuan peserta

didik secara ilmiah, yang dalam pelaksanaannya memerlukan kemampuan secara

khusus atau dengan kata lain hasil yang diperoleh setelah mata pelajaran diberikan

tidak hanya berupa informasi pengetahuan saja namun keterampilan penggunaan

alat laboratorium juga dapat diperoleh peserta didik.

Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan oleh para pakar

pendidikan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, yaitu:27

a. Praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik

b. Praktikum dapat mengembangkan ketrampilan peserta didik dalam

bereksperimen

c. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah

d. Praktikum menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran

Kegiatan praktikum membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan

dengan belajar secara teori. Akan tetapi, masalah tersebut dapat diatasi dengan

mengatur waktu sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga kegiatan

praktikum dapat berjalan dengan lancar. Praktikum merupakan salah satu bentuk

pembelajaran yang cocok untuk memenuhi fungsi pendidikan umum” latihan dan

umpan balik” dan fungsi khusus “ memperbaiki motivasi siswa.” Penggunaan

kegiatan belajar mengajar ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu

mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan yang dihadapinya

sekaligus membuktikan kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Dalam teori Piaget tampak lebih banyak digunakan dalam praktek

pendidikan atau proses pembelajaran meski teori ini bukanlah teori mengajar.

26

Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2008), hlm. 151.

27Retno Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 77.

xxx

Menurut Piaget adalah benar bahwa belajar itu tidak berpusat pada guru, tetapi

anak harus lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing aktif

menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang dipelajari

harus menarik minat belajar peserta didik dan menantang sehingga mereka asyik

dan terlibat dalam proses pembelajaran.

Melalui pembelajaran metode praktikum ini memberikan kebaikan-

kebaikan sebagai berikut: 28

a. Meningkatkan potensi intelektual peserta didik, karena peserta didik diberi

kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri konsep, hukum dan teori

b. Peserta didik akan memperoleh kepuasan intelektual secara intrinsik

c. Peserta didik mampu belajar bagaimana melakukan penemuan, hanya melalui

proses penemuan itu sendiri

d. Memperpanjang proses ingatan atau lebih lama diingat

e. Pengajaran lebih berpusat pada anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktikum dapat dijadikan sebagai

sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep dan memperbaiki miskonsepsi

pada peserta didik. Berkenaan dengan hal ini, White mencoba merangkum

beberapa hasil penelitian untuk melihat hubungan antara kegiatan praktikum

dengan pembelajaran sains. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terungkap

bahwa peserta didik lebih mudah memahami konsep-konsep yang dipelajari di

kelas melalui kegiatan praktikum.29

Melalui kegiatan praktikum konsep yang

dipelajari menjadi lebih bermakna sehingga lebih mudah diingat. Selain itu,

melalui kegiatan praktikum juga dapat meningkatkan motivasi peserta didik

dalam mempelajari sains terutama Kimia.

4. Titrasi Asam Basa

“A titration or titrimetric analysis is a procedure in which the quantity of

an analyte in a sample is determined by adding a known quantity of a reagent that

28

Fifid Fidian, Metode Praktikum dalam http://fifin-fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan-

metode-praktikum-dalam.html di akses tgl 23 februari 2012

29Sisca dalam share+hibah+assessmen+hibah+pasca+bu+sisca.Pdf (SECURED), diakses

tanggal 27 Pebruari 2012

xxxi

reacts completely with the analyte in well-defined manner.”30

Titrasi atau

titrimetri merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip

stoikiometri reaksi Kimia. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi

Kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang sudah diketahui

konsentrasinya dan disebut sebagai titran.31

Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang

dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu reaktan lainnya.

“An acid-base titration is a special type of titration in which the reaction of an

acid with a base is used for measuring an analyte.”32

Titrasi asam basa

merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat

konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan.

Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah

senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat

dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam,

yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer

mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan standar sekunder harus dibakukan

dengan larutan standar primer. Suatu senyawa dapat digunakan sebagai larutan

baku primer jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:33

a. Mudah di dapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan murni

b. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100+0,02 %) atau dapat

dimurnikan dengan penghabluran kembali

c. Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan

baku primer)

d. Tidak teroksidasi oleh oksigen di udara dan tidak berubah oleh karbon

30

David S. Hage dan James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative Analysis,

(USA: Person Education, Inc, 2010), hlm. 283.

31M. Sodiq Ibnu dkk, Common Textbook Edisi Revisi Kimia Analitik I, (JICA: Jurusan

Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, 2004), hlm. 93.

32David S. Hage dan James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative Analysis, hlm. 283.

33Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad

Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), hlm. 76.

xxxii

dioksida di udara

e. Susunan Kimianya tepat sesuai dengan jumlahnya

f. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan

akan menjadi lebih kecil

g. Mudah larut

h. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan terukur

Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam melakukan titrasi, yaitu:34

a. Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume dan labu takar yang ditera

secara teliti (telah dikalibrasi)

b. Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau untuk pembakuan harus

senyawa dengan kemurnian tinggi

c. Indikator atau alat lain untuk mengetahui selesainya titrasi

Gambar 2.2 berikut adalah gambar alat-alat titrasi.

Gambar 2.2. Alat-alat titrasi

Titran ditambahkan kedalam larutan analit menggunakan peralatan khusus

yang disebut buret sampai mencapai jumlah tertentu hingga tercapai titik

ekuivalen. Pencapaian titik ekuivalen umumnya ditandai oleh perubahan zat

tertentu yang sengaja dimasukkan kedalam larutan analit yang dikenal sebagai

indikator. Perubahan indikator terjadi apabila semua analit telah bereaksi dengan

34

Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad

Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri, hlm.

68.

xxxiii

titran. Kelebihan sedikit titran akan bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi

perubahan pada indikator yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan warna.35

Kelebihan titran harus diupayakan sekecil mungkin melalui penambahan

tetes demi tetes agar tercapai kesalahan sekecil mungkin. Titik ekuivalen adalah

titik pada saat jumlah mol ion hidroksida yang ditambahkan kedalam larutan sama

dengan jumlah mol ion hidrogen yang semula ada. Titik akhir titrasi terjadi pada

saat terjadi perubahan warna indikator.36

Berdasarkan caranya, titrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:37

a. Titrasi langsung

Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan

ditetapkan. Cara ini mudah, cepat dan sederhana.

b. Titrasi kembali

Dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan,

kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Pada cara ini ada 2

sumber kesalahan karena menggunakan 2 titran sehingga kesalahan menjadi

lebih besar. Disamping itu cara ini juga memakan waktu yang lama.

Kurva titrasi dibuat dengan menghitung pH campuran reaksi pada beberapa

titik yang berbeda selama perubahan larutan basanya. Bentuk kurva titrasi

tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.38

Berikut ini adalah

kurva yang terbentuk dari beberapa titrasi:

a.) Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat

Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang

terjadi sebagai berikut :

HCl(aq) + NaOH(aq) ---->NaCl(aq) + H2O(aq)

Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar dibawah

35

M.Sodiq Ibnu dkk, Common Textbook Edisi Revisi Kimia Analitik I, hlm. 93.

36 Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2, terj. Suminar

Setiadi Ahmad, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 142.

37Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad

Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri, hlm.

75.

38Wijayanti, Asam Basa dalam http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva- titrasi-

asam-basa.html di akses tanggal 25 Pebruari 2012

xxxiv

ini. pH sebelum HCl =1. Setelah penambahan 10 ml NaOH pH menjadi 1,37.

Penambahan 25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik ekuivalen yang

menyebabkan larutan garam NaCl bersifat netral. Penambahan 26 ml NaOH

berubah drastis menjadi 11,29. Garam NaCl yang terbentuk dari asam kuat dan

basa kuat yang merupakan elektrolit kuat tidak akan terhidrolisis, karena

larutannya bersifat netral (pH=7). Gambar 2.3 berikut menunjukkan kurva

titrasi asam kuat dengan basa kuat

Gambar 2.3. Kurva titrasi asam kuat basa kuat

b. ) Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat

Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5

).

Reaksinya sebagai berikut :

HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)

Gambar 2.4 berikut menunjukkan kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat

xxxv

Gambar 2.4. Kurva titrasi basa lemah asam kuat

Sebelum penambahan NH3, pH =1. Setelah penambahan 10 ml NH3,

pH=1,3. Penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik ekuivalen.

Penambahan 26 ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1. Penambahan sedikit

basa maka pH garam hampir tidak berubah, sehingga merupakan larutan

penyangga. Titik ekuivalen terjadi pada pH<7 karena garam yang terbentuk

mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat asam.

c. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Reaksi antara 25 ml HC2H3O2 0,1 M (Ka= 1,74.10-5

) dengan NaOH 0,1 M.

HC2H3O2(aq) +NaOH(aq) ---> C2H3O2Na(aq) + H2O(l)

Gambar 2.5 berikut menunjukkan kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat.

Gambar 2.5. Kurva titrasi asam lemah basa kuat

Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,58, penambahan 25 ml

terjadi titik ekuivalen dengan pH = 8,72. Penambahan 26 ml NaOH

mengakibatkan pH =10,29. Pada grafik diatas, penambahan sedikit basa, maka

pH akan naik sedikit, sehingga termasuk larutan penyangga. Titik ekuivalen

diperoleh pada pH >7. Hal itu disebabkan garam yang terbentuk mengalami

hidrolisis sebagian yang bersifat basa.

d. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah

Contoh untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam

asetat dan amonia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

xxxvi

CH3COOH (aq) + NH3(aq) --->CH3COONH4 (aq)

Gambar 2.6 berikut menunjukkan kurva titrasi yang terjadi antara asam lemah

dengan basa lemah.

Gambar 2.6. Kurva titrasi asam lemah basa lemah

Pada kurva tersebut terlihat sedikit tidak curam. Bahkan terdapat

sesuatu yang dikenal dengan "titik infleksi". Kecuraman yang berkurang berarti

bahwa sulit melakukan titrasi antara asam lemah dengan basa lemah.

Untuk menentukan titik akhir titrasi pada proses titrasi digunakan

indikator. Menurut W. Ostwald indikator adalah suatu senyawa organik

kompleks dalam bentuk asam (HIn) atau dalam bentuk basa (InOH) yang

mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan

dapat saling merubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain pada

konsentrasi H+

tertentu atau pada pH tertentu.39

Indikator yang berupa asam HIn ↔ H+ + In

-

Indikator yang berupa basa InOH ↔ In+ + OH

-

Warna Warna

Bentuk molekul bentuk ion

Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang

bersifat asam lemah dan sering disingkat HIn. Contohnya fenolftalein yang tak

berwarna dalam bentuk HIn-nya, dan berwarna pink dalam bentuk In, atau

39

Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad

Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri, hlm.

82.

xxxvii

basa. Struktur fenolftalein (PP) ditunjukkan pada Gambar 2.7 sebagai berikut:40

HO

C

OH

O

C O

tak berwarna pp dalam bentuk asam (HIn)

HO

C

O-

CO2-

H-

merah, basa konjugat pp dalam bentuk basa (In-)

Gambar 2.7. Struktur fenolftalein (PP)

Pada indikator fenolftalein menunjukkan peristiwa tautomerisasi yang

mana bentuk-bentuk tautomernya mempunyai warna yang berbeda. Dengan

adanya basa encer, cincin lakton pada struktur (I) akan terbuka dan

menghasilkan struktur trifenil karbinol (II), dan struktur ini akan kehilangan air

dengan menghasilkan ion yang beresonansi (struktur III) yang berwarna merah.

Jika fenolftalein diolah dengan suatu basa alkoholik pekat yang berlebihan

maka warna merah yang terbentuk akan hilang karena terbentuk struktur

(IV).41

Gambar 2.8 berikut adalah gambar struktur indikator fenolftalein (PP).

Gambar 2.8. Struktur tautomerisasi fenolftalein

40

Hardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, (Jogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2008), hlm. 287.

41Wijayanti, Asam Basa dalam http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva-titrasi-

asam- basa.html di akses tanggal 25 Pebruari 2012

xxxviii

Beberapa indikator asam basa yang lain dengan perkiraan rentang

pH-nya ditunjukkan dalam Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3. Beberapa Indikator Asam Basa

INDIKATOR PERUBAHAN WARNA DENGAN

MENINGKATNYA pH RENTANG pH

Asam pikrat Tidak berwarna ke kuning 0,1 – 0-8

Timol biru Merah ke kuning 1,2 – 2,8

2,6-Dinitrofenol Tidak berwarna ke kuning 2,0 – 4,0

Metil kuning Merah ke kuning 2,9 – 4,0

Bromfenol biru Kuning ke biru 3,0 – 4,6

Metil orange Merah ke kuning 3,1 – 4,4

Bromkresol hijau Merah ke biru 3,8 – 5,4

Metil merah Merah ke kuning 4,2 – 6,2

Lakmus Merah ke biru 5,0 – 8,0

Metil ungu Ungu ke hijau 4,8 – 5,4

p-Nitrofenol Tidak berwarna ke kuning 5,6 – 7,6

Bromkresol ungu Kuning ke ungu 5,2 – 6,8

Bromkresol biru Kuning ke biru 6,0 – 7,6

Netral merah Merah ke kuning 6,8 – 8,0

Fenol merah Kuning ke biru 6,8 – 8,0

p-a-Naftolftalein Kuning ke biru 6,8 – 8,4

Fenolftalein Takberwarna ke merah 7,0 – 9,0

Timolftalein Takberwarna ke biru 8,0 – 9,6

Alizarin kuning R Kuning ke violet 9,3 – 10,6

1,3,5-

trinitrobenzena

Tidak berwarna ke orange 10,1 – 12,0

Selain indikator-indikator tersebut, dapat pula digunakan indikator alami

untuk mengetahui terjadinya titik akhir titrasi. Indikator alami adalah indikator

yang berasal dari bahan-bahan alami, cara memperolehnya dengan

mengekstrak.42

Indikator alami yang biasa digunakan antara lain kunyit, bunga

sepatu, kol merah, bayam merah, geranium dan bunga pacar. Gambar 2.9

berikut adalah contoh indikator alami yang sering digunakan untuk titrasi asam

basa.

42

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100508192019AALnmVA, di akses

17 Pebruari 2012

xxxix

Gambar 2.9. Gambar indikator alami

Tabel 2.4 berikut adalah perubahan pH indikator alami dalam larutan asam basa:

Tabel 2.4. Perubahan warna indikator alami

Ekstrak

tanaman

Warna asli Perubahan warna

dalam larutan asam

Perubahan warna

dalam larutan basa

Kubis merah Ungu/merah

lembayung

Merah muda Hijau

Bunga sepatu Merah tua Merah Kuning

Bunga

mawar

Merah muda Merah muda Hijau

Bayam

merah

Merah Merah muda Kuning

Geranium Merah Kuning Merah

Kunyit Orange Kuning Merah

Bunga pacar Orange Merah Kuning

Cara pembuatan beberapa indikator alami adalah sebagai berikut:43

1. Indikator dari bunga sepatu

a) Pilih beberapa helai mahkota bunga berwarna merah

b) Gerus dalam lumpang dengan sedikit air

c) Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut

d) Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:

1. Air suling (netral)

2. Larutan cuka (asam)

3. Air kapur (basa)

43

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100508192019AALnmVA, di akses

17 Pebruari 2012

xl

e) Catat hasil perubahan warna yang terjadi

Indikator asam basa dari bunga sepatu, ketika didalam larutan asam akan

memberikan warna merah, dalam larutan basa akan memberikan warna hijau

dan pada larutan netral tidak berwarna.

2. Indikator dari bunga Hidrangea

a) Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea

b) Gerus dalam lumpang dengan sedikit air

c) Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut

d) Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:

1. Air suling (netral)

2. Larutan cuka (asam)

3. Air kapur (basa)

e) Catat hasil perubahan warna yang terjadi

Indikator asam basa dari bunga Hidrangea akan memberikan warna biru dalam

larutan asam, dalam larutan basa akan memberikan warna merah jambu dan

pada larutan netral tidak berwarna.

3. Indikator dari kol merah

a) Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar

b) Rebus selama 10 menit

c) Biarkan air kol merah menjadi dingin

d) Saring dalam stoples besar

e) Teteskan ekstrak kol merah ke dalam:

1. Air suling (netral)

2. Larutan cuka (asam)

3. Air kapur (basa)

f) Catat hasil perubahan warna yang terjadi

Indikator asam-basa dari kol merah akan berubah warna menjadi merah

muda bila dicelupkan ke dalam larutan asam, menjadi hijau dalam larutan

basa, dan tidak berwarna pada larutan netral.

4. Indikator dari kunyit

a) Parut kunyit yang telah dibersihkan

xli

b) Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam

mangkok kecil

c) Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:

1. Air suling (netral)

2. Larutan cuka (asam)

3.Air kapur (basa)

d) Catat hasil perubahan warna yang terjadi

Indikator asam-basa dari kunyit, akan memberikan warna kuning tua ketika

dilarutkan dalam larutan asam, memberikan warna jingga di dalam larutan

basa dan memberikan warna kuning terang pada larutan netral.

B. Kajian Pustaka

Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara

masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya

dengan penelitian terdahulu yang relevan. Pada dasarnya urgensi kajian penelitian

adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian yang ada baik mengenai

kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap

kajian terdahulu. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang

membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk skripsi, buku ataupun

yang lainnya maka akan dipaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian

ini.

Skripsi yang disusun oleh Cucu Sumiati dari Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) Bandung yang berjudul “Analisis Aspek Kognitif Siswa MA

Kelas XI pada Pembelajaran Hidrolisis Melalui Metode Praktikum dengan Lokal

Material”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan

kognitif peserta didik baik pada keseluruhan maupun pada setiap aspek kognitif.

Metode yang digunakan yaitu metode pra-eksperimen dengan one group pretest-

postest design.

Subjek penelitian sebanyak 30 peserta didik kelas XI pada salah satu

SMA Negeri di kota Cimahi yang dibagi kedalam 3 kelompok berdasarkan

kategori kemampuan, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Instrumen yang

digunakan berupa tes tertulis dan pedoman wawancara. Tes tertulis diberikan

xlii

kepada peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan kognitif peserta didik secara

signifikan yang ditunjukkan oleh nilai N-Gain sebesar 41,3 % dengan kategori

peningkatan sedang. Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran hidrolisis dengan metode praktikum dengan local material

dapat meningkatkan penguasaan kognitif peserta didik baik pada keseluruhan

maupun pada setiap aspek kognitif.

Skripsi yang disusun oleh Muhammad Shofi, NIM 063711004, dari IAIN

Walisongo Semarang yang berjudul “Analisis Kemampuan dasar pada

Ketrampilan proses Siswa kelas XI IPA Melalui Metode Praktikum pada Materi

Laju Reaksi dan Kesetimbangan Kimia (Studi di MA Manbaul Ulum Tlogorejo

Karangawen Demak). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

kemampuan dasar pada ketrampilan proses peserta didik kelas XI IPA melalui

metode praktikum pada materi laju reaksi dan kesetimbangan Kimia (studi di MA

Manbaul Ulum Tlogorejo Karangawen Demak).

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif

deskriptif. Hasil analisis data didapatkan secara keseluruhan kemampuan

mengobservasi pada ketrampilan proses peserta didik dengan nilai 76,8% yang

termasuk kategori baik. Sedangkan rata-rata kemampuan mengklasifikasi

ketrampilan proses peserta didik adalah baik yaitu 69,1%. Kemampuan

memprediksi dengan nilai 66,2% termasuk kategori baik. Kemampuan

menyimpulkan dengan nilai 67,4% termasuk kategori baik. Kemampuan

mengkomunikasikan dengan nilai 72,3% termasuk kategori baik.

Penelitian yang akan dilakukan kali ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Perbedaan dari penelitian pertama terletak pada metode penelitian yang

digunakan. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian pertama adalah

metode eksperimen one group pretest-postest sedangkan pada penelitian yang

akan dilakukan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Pada penelitian kedua

materi yang diambil adalah laju reaksi dan kesetimbangan sedangkan pada

penelitian yang akan dilakukan mengambil materi titrasi asam basa. Dari

perbedaan-perbedaan tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis

xliii

Aspek Kognitif Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa dengan

Metode Praktikum Berbasis Material Lokal”.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses

sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan

metode ilmiah.44

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang

44

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2010), hlm.3.

xliv

memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat

diverifikasi. Kebenaran itu dicapai dengan menggunakan metode tertentu.45

Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat menggunakan teknik statistik

deskriptif. Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum.46

Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan

teknik statistik adalah untuk meringkas data menjadi lebih mudah dilihat dan

dimengerti.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan objek

penelitian yaitu peserta didik kelas XI IPA SMA NU 01 Al Hidayah Kendal

sebanyak 29 peserta didik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat : SMA NU 01 Al Hidayah Kendal

b. Waktu : Tanggal 1 sampai dengan 29 Pebruari 2012

C. Sumber Data

Peserta didik kelas XI IPA SMA NU 01 Al Hidayah Kendal

D. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa

nilai peserta didik sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mengikuti

pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material

lokal

E. Prosedur Penelitian

45

Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Penelitian,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.164

46 Sugiono,Metodologi Penelitian Kualitatif,Kuantitatif dan R&D, (Jakarta: Alfabeta,

2006), hlm.29.

xlv

a. Perencanaan

1. Menganalisis materi yang akan digunakan untuk penelitian

2. Menganalisis standar kompetensi

3. Menganalisis kompetensi dasar

4. Menyusun petunjuk praktikum

5. Mempersiapkan instrument penelitian berupa tes tertulis dan pedoman

wawancara

6. Melakukan uji validitas dan uji realibilitas

7. Revisi instrumen

b. Pelaksanaan

1. Melaksanakan pretest

2. Membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok

terdiri atas 6 siswa dan 2 kelompok terdiri atas 5 siswa

3. Membagikan petunjuk praktikum dan memberi pengarahan mengenai

pelaksanaan praktikum

4. Melaksanakan kegiatan praktikum

5. Melakukan postest

6. Melakukan wawancara terhadap peserta didik

c. Penyelesaian

1. Pengolahan data hasil penelitian

2. Menganalisis dan membahas hasil penelitian

3. Menarik kesimpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data mengenai pencapaian aspek kognitif

peserta didik, digunakan pendekatan studi lapangan. Penelitian ini digunakan

untuk memperoleh data konkrit yang terjadi dalam melakukan praktikum.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Metode Tes

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan yang didinginkan tentang

xlvi

seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.47

Secara

umum, fungsi tes ada dua, yaitu:48

1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes

berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah

dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar

mengajar dalam jangka waktu tertentu

2. Sebagai alat pengukur keberhasilan, sebab melalui tes tersebut akan

dapat diketahui sudah seberapa jauh program pembelajaran yang telah

ditentukan, telah dapat dicapai

Tes ini harus dapat mengukur keseluruhan kemampuan berpikir atau

penguasaan aspek kognitif peserta didik yang dikembangkan dalam

pembelajaran. Penguasaan yang dimaksud adalah penguasaan aspek

kognitif menurut taksonomi Bloom. Tes tertulis diberikan sebagai pretest

dan postest yang digunakan untuk mengukur penguasaan aspek kognitif

peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam

basa dengan metode praktikum berbasis material lokal. Sebelum soal tes

digunakan untuk memperoleh data penelitian, terlebih dahulu soal tersebut

diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.

1. Validitas

Sebuah instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas jika

hasilnya sesuai dengan kriteria tertentu, dalam arti memiliki

kesejajaran antara hasil pengukuran dengan kriteria tersebut. 49

Cara

yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan

mengorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Teknik korelasi

47

H.M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm.35.

48 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2008),

hlm.67.

49 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), hlm. 134.

xlvii

yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Carl

Pearson. Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:50

a. Korelasi product moment dengan deviasi atau simpangan

rxy =

22 yx

xy

b. Korelasi product moment dengan angka kasar

rxy =

22 YNXN

YXXYN

keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara variabel x dan y

∑xy= jumlah perkalian x dan y

x2 = kuadrat dari x

y2 = kuadrat

dari y

2. Reliabilitas

Kata reliabilitas diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris,

berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes

dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila

diteskan berkali-kali. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

r11 =

2

2

1 S

pqS

k

k

keterangan:

k : banyaknya butir soal

∑pq : jumlah dari pq

S2 :

varians soal

3. Daya Beda

50

Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, hlm. 135.

xlviii

Daya beda (DB) adalah kemampuan butir soal dalam membedakan

peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.51

Rumus yang digunakan adalah:

D = JB

BB

JB

BA

Keterangan:

D : Daya pembeda soal

BA : Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas

BB : Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah

JA : Banyaknya peserta didik pada kelompok atas

JB : Banyaknya peserta didik pada kelompok bawah

Kriteria pada daya beda adalah sebagai berikut:

Interval DB Kriteria

DB ≤ 0,00

0,00 < DB ≤ 0,20

0,20 < DB ≤ 0,40

0,40 < DB ≤ 0, 70

0,70 < DB ≤ 1,00

Sangat jelek

Jelek

Cukup

Baik

Sangat baik

4. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran (TK) didefinisikan sebagai proporsi individu

peserta tes yang menjawab benar. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut:52

TK =

P

B

Keterangan:

TK : Tingkat kesukaran

∑B : Jumlah peserta didik yang menjawab benar

51 Purwanto, Evaluasi Hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 102.

52 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 99

xlix

∑P : Jumlah peserta tes

Kriteria sebagai berikut:

Interval P Kriteria

0,00 < IK ≤ 0,30

0,30 < IK ≤ 0,70

0,70 < IK ≤ 1,00

Sukar

Sedang

Mudah

b. Metode Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan

untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab

sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:53

1) Wawancara bebas

Dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan

pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan tertentu yang telah

dibuat oleh subjek evaluasi

2) Wawancara terpimpin

Adalah wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu

G. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian meliputi penilaian tes terhadap aspek kognitif

peserta didik sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mengikuti pembelajaran

titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal sebagai

data utama dan wawancara sebagai data pendukung. Pengolahan data pretest

dan postest bertujuan untuk mengetahui profil penguasaan aspek kognitif

peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode

praktikum berbasis material lokal. Berikut adalah langkah-langkah yang

dilakukan dalam analisis data pretest dan postest keseluruhan aspek kognitif

peserta didik:

53

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), hlm. 30.

l

1. Menghitung skor mentah pada jawaban pretest dan postest. Pemberian skor

pada pretest dan postest diambil berdasarkan jumlah jawaban yang benar.

Jawaban yang benar mendapat nilai satu sedangkan jawaban yang salah

mendapat nilai nol.

2. Mengubah nilai kedalam persentase (%) dengan cara:

Nilai peserta didik (%) = nkeseluruhajumlahsoal

banbenarjumlahjawax 100%

3. Kategori rata-rata pencapaian aspek kognitif siswa adalah sebagai

berikut:54

81% - 100% : sangat baik

61% - 80% : baik

41% - 60% : cukup

21% - 40% : kurang

0% - 20% : gagal

4. Menghitung persentase (%) rata-rata pretest dan postest setiap domain

aspek kognitif dengan cara:

Rata-rata pretest (%) =

x 100%

Rata-rata posttest (%) =

x 100%

5. Menghitung nilai peningkatan yang dicapai (N-Gain) dengan cara:

g =

x 100%

Keterangan peningkatan aspek kognitif siswa sebagai berikut:

g> 70% : Tinggi

30% < g > 70% : Sedang

g< 30% : Rendah

54

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, hlm. 245.

li

Setelah dilakukan pengolahan data hasil tes seluruh peserta didik, maka dilakukan

wawancara terhadap peserta didik. Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancara. Salah satu

tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam

tentang responden yang diwawancara. Isi dari pedoman wawancara

dikembangkan berdasarkan jawaban peserta didik terhadap tes tertulis yang

diberikan sesudah (postest) mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum

berbasis material lokal untuk mengetahui profil penguasaan aspek kognitif peserta

didik. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui lebih

dalam jawaban peserta didik sehingga akan tergambar penguasaan aspek kognitif

peserta didik tersebut secara objektif dan lebih mendalam.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

lii

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas tentang profil aspek kognitif peserta didik kelas XI

sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mengikuti pembelajaran titrasi asam basa

dengan metode praktikum berbasis material lokal. Untuk memperoleh data-data

yang dibutuhkan penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan yaitu di

SMA NU 01 Al Hidayah Kendal. Adapun cara yang dilakukan untuk memperoleh

data adalah dengan melakukan tes tertulis dan wawancara terhadap peserta didik

kelas XI sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam basa dengan

metode praktikum berbasis material lokal.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Pebruari sampai dengan 29 Pebruari

2012 dengan kelas XI IPA sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini, dilakukan

pembelajaran Kimia materi titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis

material lokal, artinya bahwa dalam pembelajaran ini peserta didik memanfaatkan

alat dan bahan yang berasal dari lingkungan sekitar seperti asam cuka, kunyit,

siring bekas suntikan dan gelas bekas tempat mencuci mata (borwater). Gambar

4.1 berikut adalah gambar alat dan bahan yang digunakan pada saat pembelajaran:

Gambar 4.1. Alat dan bahan yang digunakan pada saat pembelajaran

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu penulis menentukan materi

pelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan petunjuk

praktikum, membuat instrumen berupa soal pilihan ganda (multiple choice)

sebanyak 40 soal. Soal tersebut mencakup enam domain dari aspek kognitif, yaitu

domain mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4),

mensintesis (C5) dan mengevaluasi (C6). Selanjutnya soal tersebut diuji validitas

liii

dan reliabilitas. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, didapatkan hasil seperti

pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas

No. Jenis Ukuran Kriteria No. Soal

1. Validitas Valid 3, 5. 7, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29,

31, 36

Tidak valid 1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 27, 30, 32, 33, 34,

35, 37, 38, 39, 40

2. Reliabilitas Dipakai 3, 7, 11, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,

25, 29, 31

Dibuang 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17,

26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40

Dari Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa hanya terdapat 23 soal valid dan

14 soal dipakai. Soal tersebut hanya mencakup empat domain aspek kognitif,

yaitu domain mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3) dan

menganalisis (C4). Oleh karena itu, pada bab ini hanya akan dianalisis empat

domain kognitif saja.

Sebanyak 20 soal tes tertulis yang mencakup empat domain aspek kognitif

diujikan kepada peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan sesudah (postest)

mengikuti pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis

material lokal. Tabel 4.2 berikut adalah data hasil tes peserta didik sebelum

pembelajaran (pretest):

Tabel 4.2. Data hasil tes peserta didik sebelum pembelajaran (pretest)

NOMOR NAMA SISWA L/P PRETEST

URUT NIS

1 5521 ABDUL ROHMAN L 50

2 5530 BAROKAH P 30

3 5531 BIAS RIFKI HASYIM MUSYAWAL L 20

liv

4 5532 DA‟I MUHAMAD ABDUL L 20

5 5535 DHUROTUN NAFISAH P 30

6 5536 DWI MUSTIKA SARI P 20

7 5539 FATKHIYATUL ULFAH P 40

8 5542 IKAWATI P 20

9 5543 ISMAWATI P 10

10 5544 ISNAWATI DEFI P 30

11 5545 JIHAN ROFIANA P 20

12 5547 KASPARI L 60

13 5548 KUSNUL HIDAYATI P 20

14 5551 MILLATUL LATHIFAH P 30

15 5552 MOHAMAD MUSLIH L 50

16 5553 MUFTIATUL NAFIAH P 30

17 5557 MUKHSIN L 40

18 5559 RIFQI MA‟ARUF L 30

19 5560 RINA SETIYANINGSIH P 20

20 5562 SAIDATUL ROHMAH P 30

21 5563 SINTYA WULANDARI P 50

22 5564 SISMA SWA PURNAMASARI P 30

23 5566 SITI ASTUTI P 30

24 5568 SITI NUR AMALIA P 10

25 5569 SITI ZULAEKHAH P 20

26 5574 TRI MULYANI P 20

27 5575 ULYA NUR AFIDAH P 60

28 5576 USWATUN KHASANAH P 30

29 5583 NUR INDAH SARI SETIYANI P 30

lv

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa penguasaan aspek

kognitif peserta didik sebelum pembelajaran tergolong sangat rendah. Hal ini

karena peserta didik belum memahami benar apa yang dimaksud dengan titrasi

asam basa. Sedangkan data hasil tes peserta didik sesudah (postest) pembelajaran

dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Data hasil tes peserta didik sesudah (postest) pembelajaran

NOMOR NAMA SISWA L/P POSTEST

URUT NIS

1 5521 ABDUL ROHMAN L 65

2 5530 BAROKAH P 60

3 5531 BIAS RIFKI HASYIM MUSYAWAL L 72,5

4 5532 DA‟I MUHAMAD ABDUL L 60

5 5535 DHUROTUN NAFISAH P 72,5

6 5536 DWI MUSTIKA SARI P 65

7 5539 FATKHIYATUL ULFAH P 67,5

8 5542 IKAWATI P 70

9 5543 ISMAWATI P 60

10 5544 ISNAWATI DEFI P 75

11 5545 JIHAN ROFIANA P 70

12 5547 KASPARI L 62,5

13 5548 KUSNUL HIDAYATI P 65

14 5551 MILLATUL LATHIFAH P 75

15 5552 MOHAMAD MUSLIH L 62,5

16 5553 MUFTIATUL NAFIAH P 72,5

17 5557 MUKHSIN L 67,5

18 5559 RIFQI MA‟ARUF L 70

lvi

19 5560 RINA SETIYANINGSIH P 75

20 5562 SAIDATUL ROHMAH P 65

21 5563 SINTYA WULANDARI P 77,5

22 5564 SISMA SWA PURNAMASARI P 75

23 5566 SITI ASTUTI P 70

24 5568 SITI NUR AMALIA P 67,5

25 5569 SITI ZULAEKHAH P 70

26 5574 TRI MULYANI P 75

27 5575 ULYA NUR AFIDAH P 70

28 5576 USWATUN KHASANAH P 70

29 5583 NUR INDAH SARI SETIYANI P 72,5

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan

aspek kognitif peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan metode

praktikum berbasis material lokal. Hal ini berarti bahwa peserta didik telah

mengalami proses belajar. Peserta didik sangat antusias dalam proses

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

Peserta didik :”Lebih asyik dengan praktikum kayak sekarang. Soalnya selain

lebih paham kita juga bisa membuktikan teori secara langsung jadi

kita gak ngawang-ngawang. Kalau teori terus bosan dan ngantuk

Bu. Selain itu praktikum ini juga membuat kita jadi tahu ternyata

untuk melaksanakan praktikum tidak harus menggunakan alat dan

bahan yang mahal, karena kita bisa memanfaatkan alat dan bahan

yang ada disekitar kita”

Gambar 4.2 berikut adalah gambar proses pembelajaran titrasi asam basa dengan

metode praktikum berbasis material lokal yang diikuti oleh peserta didik dengan

antusias.

lvii

Gambar 4.2. Proses pembelajaran dengan metode praktikum berbasis

material lokal

Selanjutnya data hasil tes tertulis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

yang kemudian dianalisis. Hasil pengolahan data tes tertulis untuk mengetahui

nilai rata-rata peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan sesudah (postest)

mengikuti pembelajaran titrasi asam basa secara keseluruhan disajikan dalam

Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4. Nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan

Nilai Rata-Rata

Pretest Postest

30 68, 96

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan grafik seperti

pada Gambar 4.3 berikut:

lviii

Gambar 4.3. Grafik nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan

Adapun profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum (pretest) dan

sesudah (postest) pembelajaran secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.3

berikut:

Tabel 4.5. Profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum dan

sesudah pembelajaran secara keseluruhan55

Parameter Pretest Postest

Rata-rata jumlah jawaban benar /Jumlah soal 6/20 14/20

Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah

soal

30 % 70 %

Kategori pencapaian Kurang Baik

Peningkatan (N-Gain) 55,65 %

Kategori pencapaian Sedang

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan grafik seperti

pada Gambar 4.4 berikut:

55

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 12

0

20

40

60

80

hasil tes

pre test

post test

lix

Gambar 4.4. Grafik profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum

dan sesudah pembelajaran secara keseluruhan

N-Gain dengan nilai 55,65% menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

pencapaian aspek kognitif pesera didik antara sebelum dan sesudah mengikuti

pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal.

Hal ini membuktikan bahwa peserta didik telah mengalami proses belajar, karena

seperti yang diungkapkan oleh Morgan dalam buku Introduction to Psycology

yang kemudian dikutip oleh Ngalim Purwanto bahwa belajar adalah setiap

perubahan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari

latihan atau pengalaman.

Peningkatan pencapaian aspek kognitif peserta didik dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain yaitu dengan praktikum berbasis material lokal peserta

didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini terlihat dari sikap peserta

didik yang antusias dan semangat pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu,

pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal mendorong

peserta didik membangun hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan prosedur

praktikum yang dilakukan dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga

praktikum mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal.

Salah satu contohnya adalah penggunaan asam cuka, indikator alami kunyit

dan NaOH sebagai bahan praktikum serta penggunaan gelas bekas tempat

mencuci mata (borwater) dan siring bekas suntikan sebagai alat dalam praktikum.

Alat dan bahan tersebut bersifat sederhana dan tidak asing bagi peserta didik.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

hasil tes keseluruhan

pretest

postest

N-Gain

lx

B. Pembahasan

Berikut ini akan dibahas mengenai analisis empat domain kognitif, yaitu

domain mengingat (C1), domain memahami (C2), domain mengaplikasi (C3) dan

domain menganalisis (C4).

1. Domain Mengingat (C1)

Soal untuk penguasaan domain mengingat terdapat pada soal nomor 1

sampai dengan 5. Pada soal tersebut peserta didik diharapkan mampu

mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya. Pada soal nomor 1

misalnya, peserta didik diharapkan dapat mengingat kembali rumus kimia asam

cuka dan soda api yang merupakan bahan yang digunakan untuk praktikum.

Berdasarkan pengolahan data soal domain mengingat (soal nomor 1 sampai 5),

didapatkan profil seperti pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Profil pretest dan post test domain mengingat (C1)56

Parameter Pretest Postest

Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 2/5 3/5

Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 40 % 60 %

Kategori pencapaian Kurang Cukup

N-Gain 33,33 %

Kategori pencapaian Sedang

Dari Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest peserta

didik pada domain mengingat (C1) adalah 40 %. Hal ini menunjukkan bahwa

pada awal pembelajaran tingkat penguasaan aspek kognitif pada domain

mengingat (C1) tergolong kurang. Kemudian dari hasil postest diperoleh nilai

rata-rata peserta didik mencapai 60 %. Hal tersebut berarti bahwa penguasaan

domain mengingat peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan

56

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13a

lxi

metode praktikum berbasis material lokal sudah mencapai tingkat penguasaan

yang cukup baik. Dari perbandingan nilai pretest dan postest diperoleh nilai N-

Gain sebesar 33,33% dengan kategori peningkatan sedang. Gambaran

mengenai profil peningkatan domain mengingat (C1) peserta didik dapat

dilihat pada Gambar 4.5 yang berupa grafik nilai rata-rata pretest, postest dan

N-Gain berikut ini:

Gambar 4.5. Grafik profil peningkatan domain mengingat (C1)

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa penguasaan domain mengingat peserta

didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam basa dengan

metode praktikum berbasis material lokal tergolong cukup baik. Hal tersebut

ditunjukkan dari nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik. Salah satu faktor

yang menyebabkan peserta didik lebih mudah mengingat materi yang

disampaikan yaitu karena proses pembelajaran dengan metode praktikum

membuat peserta didik tidak hanya mendengar dan melihat saja tetapi juga

melakukan dan membuktikan sendiri apa yang terdapat dalam teori. Hal ini

membuktikan bahwa melalui kegiatan praktikum, pembelajaran menjadi lebih

bermakna sehingga peserta didik lebih mudah mengingat materi pembelajaran

yang disampaikan.

2. Domain Memahami (C2)

Soal untuk pengusaan domain memahami (C2) terdapat pada soal nomor 6

sampai dengan 10. Pada soal ini diharapkan peserta didik dapat memahami

materi pembelajaran yang disampaikan. Pada soal nomor 6 misalnya, peserta

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

hasil tes domain mengingat (C1)

pretest

postest

N-gain

lxii

didik diharapkan mampu memahami hubungan antara perubahan warna yang

terjadi pada kertas lakmus merah dan biru dengan sifat larutan yang diuji

dengan kertas lakmus. Berdasarkan pengolahan data lima soal (soal nomor 6

sampai dengan 10) domain memahami (C2) didapatkan profil seperti pada

Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7. Profil pretest dan postest domain memahami (C2)57

Parameter Pretest Postest

Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 1/5 3/5

Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 20% 60%

Kategori pencapaian Sangat

kurang

Cukup

N-Gain 50 %

Kategori Pencapaian Sedang

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest

peserta didik pada domain memahami (C2) adalah sebesar 20%. Hal ini

menunjukkan bahwa pada awal pembelajaran tingkat penguasaan domain

memahami (C2) peserta didik masih tergolong sangat kurang. Kemudian

berdasarkan nilai rata-rata postest peserta didik meningkat menjadi 60%

dengan tingkat penguasaan yang cukup baik. Dari perbandingan nilai rata-rata

pretest dan postest diperoleh nilai N-Gain sebesar 50% dengan kategori

pencapaian sedang. Gambaran mengenai profil peningkatan domain memahami

(C2) peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.6 yang berupa grafik nilai rata-

rata pretest, postest dan N-Gain berikut:

57

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13b

lxiii

Gambar 4.6. Grafik profil peningkatan domain memahami (C2)

Beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan peserta didik terhadap

domain memahami (C2) meningkat diantaranya karena sebelumnya peserta

didik telah mempelajari konsep asam basa dan sifat-sifatnya sehingga peserta

didik hanya perlu mengingat kembali dan memahami dengan teliti pertanyaan

yang diberikan. Selain itu, pembelajaran dengan metode praktikum berbasis

material lokal yang dilakukan secara berkelompok turut memberi kontribusi

dalam penguasaan aspek kognitif peserta didik karena peserta didik lebih

termotivasi dalam belajar dengan menggunakan metode tersebut. Hal ini

didukung oleh pendapat Sagala dalam buku Konsep dan Makna Pembelajaran

Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar bahwa

peserta didik dengan motivasi tinggi akan lebih aktif dalam belajar guna

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

3. Domain Mengaplikasi (C3)

Soal tes untuk uji domain mengaplikasi (C3) terdapat pada soal nomor 11

sampai dengan 15. Pada soal ini peserta didik diharapkan mampu menentukan

harga Ka suatu asam lemah, menghitung pH larutan hasil titrasi dan

menentukan banyaknya larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan

HCl. Pada soal nomor 11 misalnya peserta didik diharapkan mampu

menentukan harga Ka asam lemah HA. Hasil pengolahan data dari lima soal

domain mengaplikasi (C3) dapat dilihat pada Tabel 4.8 berupa profil nilai rata-

rata pretest dan postest peserta didik berikut ini:

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

hasil tes domain memahami (C2)

pretest

postest

N-Gain

lxiv

Tabel 4.8. Profil pretest dan postest domain mengaplikasi (C3)58

Parameter Pretest Postest

Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0/5 3/5

Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0% 60%

Kategori pencapaian Sangat

kurang

Cukup

N-Gain 60%

Kategori peningkatan Sedang

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest peserta

didik untuk domain mengaplikasi (C3) hanya 0%. Hal ini menunjukkan bahwa

pada awal pembelajaran tingkat penguasaan domain mengaplikasi (C3) peserta

didik pada domain ini sangat kurang. Setelah peserta didik mengalami proses

pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material

lokal didapatkan nilai rata-rata postest peserta didik meningkat menjadi 60%

dengan tingkat penguasaan yang cukup baik. Dari perbandingan nilai rata-rata

pretest dan postest peserta didik diperoleh nilai N-Gain sebesar 60% dengan

kategori pencapaian sedang. Gambaran mengenai profil peningkatan domain

mengaplikasi (C3) peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.7 yang berupa

grafik nilai rata-rata pretest, postest dan N-Gain berikut:

Gambar 4.7. Grafik profil peningkatan domain mengaplikasi (C3)

58

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13c

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

hasil tes domain mengaplikasi (C3)

pretest

postest

N-Gain

lxv

Berdasarkan Gambar 4.7 tampak adanya perbedaan yang sangat jelas

antara nilai rata-rata pretest (0%) dan postest (60%) peserta didik untuk

domain mengaplikasi (C3). Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai N-Gain

sebesar 60%. Berdasarkan nilai pretest dan postest peserta didik tesebut dapat

dikatakan bahwa tingkat penguasaan aspek kognitif domain mengaplikasi (C3)

peserta didik sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode praktikum

berbasis material lokal masih sangat kurang.

Setelah mengalami pembelajaran dengan metode tersebut, penguasaan

aspek kognitif domain mengaplikasi (C3) peserta didik meningkat cukup baik.

Hal ini disebabkan karena setelah peserta didik mengalami pembelajaran

dengan metode praktikum berbasis material lokal telah memahami dengan baik

bagaimana cara menghitung Ka asam lemah yang benar, menghitung jumlah

NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan HCl dan menghitung pH akhir

titrasi dengan benar.

Silvernius dalam bukunya Evaluasi Hasi Belajar dan Umpan balik,

mengungkapkan bahwa domain menerapkan atau mengaplikasi (C3) umumnya

menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dalam

penyelesaiannya. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang perlu

dipecahkan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, penguasaan

domain mengaplikasi (C3) harus didasari oleh pemahaman yang mendalam

mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang akan

dipecahkan.

4. Domain Menganalisis (C4)

Soal tes untuk uji domain menganalisis (C4) terdapat pada soal nomor 16

sampai dengan 20. Pada soal nomor 16 misalnya, peserta didik diharapkan

mampu menganalisis massa atom relatif suatu basa kuat yang dinetralkan

dengan larutan HCl 0,4 M sebanyak 100 mL. Hasil pengolahan data lima soal

tes domain menganalisis (C4) dapat dilihat pada Tabel 4.9 berupa profil nilai

rata-rata pretest dan postest peserta didik berikut ini:

lxvi

Tabel 4.9. Profil nilai pretest dan postest domain menganalisis (C4)59

Parameter Pretest Postest

Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0/5 3/5

Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0% 60%

Kategori pencapaian Sangat

kurang

Cukup

N-Gain 60%

Kategori pencapaian Sedang

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest

peserta didik untuk domain menganalisis (C4) hanya 0%. Hal ini menunjukkan

bahwa pada awal pembelajaran tingkat penguasaan domain menganalisis (C4)

peserta didik pada domain ini sangat kurang. Setelah peserta didik mengalami

proses pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis

material lokal didapatkan nilai rata-rata postest peserta didik meningkat

menjadi 60% dengan tingkat penguasaan yang cukup baik. Dari perbandingan

nilai rata-rata pretest dan postest peserta didik diperoleh nilai N-Gain sebesar

60% dengan kategori pencapaian sedang. Gambaran mengenai profil

peningkatan domain menganalisis (C4) peserta didik dapat dilihat pada

Gambar 4.8 yang berupa grafik nilai rata-rata pretest, postest dan N-Gain

berikut:

59

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13d

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

hasil tes domain menganalisis (C4)

pretest

postest

N-Gain

lxvii

Gambar 4.8. Profil peningkatan domain menganalisis (C4)

Berdasarkan Gambar 4.8 tampak adanya perbedaan yang sangat jelas

antara nilai rata-rata pretest (0%) dan postest (60%) peserta didik untuk

domain menganalisis (C4). Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai N-Gain

sebesar 60%. Berdasarkan nilai pretest dan postest peserta didik tesebut dapat

dikatakan bahwa tingkat penguasaan aspek kognitif domain menganalisis (C4)

peserta didik sebelum pembelajaran dengan metode praktikum berbasis

material lokal masih sangat kurang. Hal ini berarti bahwa peserta didik belum

memiliki dasar kognitif yang baik.

Setelah mengalami pembelajaran dengan metode tersebut, penguasaan

aspek kognitif domain menganalisis (C4) peserta didik meningkat cukup baik.

Hal ini disebabkan karena setelah peserta didik mengalami pembelajaran

dengan metode praktikum berbasis material lokal telah memahami cukup baik

bagaimana cara menghitung massa atom relatif dari konsentrasi basa yang

dibutuhkan untuk menetralkan HCl 0,4 M sebanyak 100mL, meskipun masih

ada beberapa peserta didik yang kesulitan mencari hubungan antara konsentrasi

dengan massa atom relatif.

Domain menganalisis (C4) merupakan domain kognitif yang lebih tinggi

dari domain sebelumnya. Menurut Firman dalam bukunya Penilaian Hasil

Belajar dalam Pengajaran Kimia, bahwa kemampuan kognitif yang lebih tinggi

sifatnya lebih kompleks dan merupakan peningkatan dari domain yang lebih

rendah. Melalui pertanyaan analisis peserta didik diharapkan mampu

mengidentifikasi langkah-langkah logis dalam proses berfikir hingga sampai

pada kesimpulan, mengenali, mengidentifikasi dan membedakan informasi

tertentu. Aktivitas kognitif yang dituntut pada domain ini lebih dari memahami

konsep secara umum, melainkan secara kritis dapat mengidentifikasi bagian-

bagian rincian yang lebih khusus.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa setiap domain

aspek kognitif mengalami peningkatan yang berbeda-beda. Tabel 4.8 berikut

menunjukkan perbandingan peningkatan penguasaan setiap domain aspek

lxviii

kognitif peserta didik kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran titrasi

asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal:

Tabel 4. 8. Perbandingan peningkatan penguasaan aspek kognitif

Domain aspek kognitif Peningkatan

Domain mengingat (C1) 33, 33 %

Domain memahami (C2) 50 %

Domain mengaplikasi (C3) 60 %

Domain menganalisis (C4) 60 %

Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan Grafik 4. 9 seperti

berikut:

Berdasarkan Tabel 4.8 dan gambar 4.9 dapat diketahui bahwa peningkatan

penguasaan aspek kognitif paling tinggi terjadi pada domain mengaplikasi (C3)

dan menganalisis (C4) yaitu sebesar 60 %. Hal ini karena kedua domain

tersebut menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving)

dalam penyelesaiannya. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang

0

10

20

30

40

50

60

lxix

perlu dipecahkan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu,

penguasaan domain mengaplikasi (C3) dan menganalisis (C4) harus didasari

oleh pemahaman yang mendalam mengenai segala sesuatu yang berhubungan

dengan masalah yang akan dipecahkan.

Sedangkan peningkatan penguasaan aspek kognitif terendah terjadi pada domain

mengingat (C1) yaitu 33, 33 %. Hal ini karena mengingat merupakan domain

kognitif yang paling dasar dan sebelumnya peserta didik telah mengetahui

pengertian asam dan basa. Akibatnya peserta didik tidak mengalami kesulitan

yang berarti dalam mengingat kembali pengertian asam dan basa.

lxx

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan, terjadi peningkatan penguasaan aspek kognitif peserta

didik yang cukup signifikan setelah dilakukan pembelajaran titrasi asam

basa dengan metode praktikum berbasis material lokal

2. Nilai rata-rata pencapaian penguasaan aspek kognitif peserta didik secara

keseluruhan sebelum mengikuti pembelajaran Kimia materi pokok titrasi

asam basa adalah 30% dengan kategori pencapaian kurang, sedangkan

pencapaian penguasaan aspek kognitif peserta didik setelah pembelajaran

adalah 70% dengan kategori pencapaian baik serta peningkatan penguasaan

aspek kognitif secara keseluruhan pada seluruh aspek kognitif termasuk

kategori sedang yaitu 55,65%

3. Peningkatan pencapaian aspek kognitif untuk domain mengingat (C1)

sebesar 33,33% dengan kategori sedang. Peningkatan pencapaian aspek

kognitif domain memahami (C2) sebesar 50% dengan kategori pencapaian

sedang. Sedangkan untuk peningkatan pencapaian aspek kognitif domain

mengaplikasi (C3) sebesar 60% dengan kategori pencapaian sedang dan

peningkatan pencapaian domain menganalisis (C4) sebesar 60% dengan

kategori sedang. Dari keempat domain aspek kognitif, domain yang

mengalami penigkatan tertinggi adalah domain mengaplikasi (C3) dan

domain menganalisis (C4). Sedangkan domain yang mengalami

peningkatan paling rendah adalah domain mengingat (C1).

B. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian, maka

saran yang dapat diajukan antara lain:

lxxi

1. Pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan

untuk mengembangkan proses berfikir atau kognitif peserta didik.

2. Penerapan pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal

perlu dilakukan berkesinambungan dengan subyek materi Kimia lainnya

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik aspek kognitif,

afektif maupun psikomotorik.

3. Bagi guru yang akan menerapkan pembelajaran dengan metode praktikum

berbasis material lokal sebaiknya:

a. Pada tahap pembelajaran harus lebih diperhatikan tahap apersepsi untuk

membangun ketertarikan peserta didik dengan metode tersebut

b. Memiliki perbendaharaan prosedur yang cukup banyak

4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, sebaiknya memilih

materi pembelajaran yang lain yang memungkinkan untuk dilakukan di

dalam laboratorium ataupun diluar laboratorium sehingga konsep dalam

materi pembelajaran lebih mudah dipahami peserta didik.

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SW yang

telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis dan

shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW,

akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari meskipun dalam penulisan ini telah berusaha semaksimal

mungkin, namun dalam penulisan ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan.

Hal ini semata-mata karena keterbaasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk

mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

lxxii

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta:

Pustaka Imam Syafi‟i, 2008)

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010)

As‟ari Djohar, Pembelajaran Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007)

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011)

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2010)

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta:

remaja Rosdaskarya, 2009)

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta:

Pustaka Imam Syafi‟i, 2008)

2003)

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008)

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2003)

Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2009), hlm. 76.

Pembelajaran_ Kognitif Djohar.Pdf, di akses tanggal 27 Pebruari 2012

lxxiii

Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2009)

Retno Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010)

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen, terj. Agung Prihantoro,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

Fifid Fidian, Metode Praktikum dalam http://fifin-

fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan- metode-praktikum-dalam.html

diakses tgl 23 februari 2012

Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2008)

Sisca dalam share+hibah+assessmen+hibah+pasca+bu+sisca.Pdf (SECURED),

diakses tanggal 27 Pebruari 2012

David S. Hage dan James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative

Analysis, (USA: Person Education, Inc, 2010)

M. Sodiq Ibnu dkk, Common Textbook Edisi Revisi Kimia Analitik I, (JICA:

Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, 2004)

Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam

Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi

Analisis Titrimetri dan Volumetri, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2008)

Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2, terj.

Suminar Setiadi Ahmad, (Jakarta: Erlangga, 2006)

Hardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, (Jogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2008)

Wijayanti, Asam Basa dalam http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva-

titrasi-asam- basa.html di akses tanggal 25 Pebruari 2012

lxxiv

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100508192019AALnmVA, di

akses 17 Pebruari 2012

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010)

Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Penelitian,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)

Sugiono,Metodologi Penelitian Kualitatif,Kuantitatif dan R&D, (Jakarta:

Alfabeta, 2006)

H.M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo persada,

2008)

Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010)

Purwanto, Evaluasi Hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006)

lxxv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget

Tabel 2 : Dimensi kognitif menurut Bloom

Tabel 3 : Beberapa Indikator Asam Basa

Tabel 4 : Perubahan warna indikator alami

Tabel 5 : Hasil uji validitas dan reliabilitas

Tabel 6 : Data hasil tes peserta didik sebelum pembelajaran (pretest)

Tabel 7 : Data hasil tes peserta didik sesudah (postest) pembelajaran

Tabel 8 : Nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan

Tabel 9 : Profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum dan sesudah

pembelajaran secara keseluruhan

Tabel 10 : Profil pretest dan post test domain mengingat (C1)

Tabel 11 : Profil pretest dan postest domain memahami (C2)

Tabel 12 : Profil pretest dan postest domain mengaplikasi (C3)

Tabel 13 : Profil nilai pretest dan postest domain menganalisis (C4)

Tabel 14 : Perbandingan peningkatan penguasaan aspek kognitif

lxxvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Pola pengembangan fungsi kognitif peserta didik

Gambar 2 : Alat-alat titrasi

Gambar 3 : Kurva titrasi asam kuat basa kuat

Gambar 4 : Kurva titrasi basa lemah asam kuat

Gambar 5 : Kurva titrasi asam lemah basa kuat

Gambar 6 : Kurva titrasi asam lemah basa lemah

Gambar 7 : Struktur fenolftalein (PP)

Gambar 8 : Struktur tautomerisasi fenolftalein

Gambar 9 : Gambar indikator alami

Gambar 10 : Alat dan bahan yang digunakan pada saat pembelajaran

Gambar 11 : Proses pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum

berbasis material lokal

Gambar 12 : Grafik nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan

Gambar 13 : Grafik profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum dan

sesudah pembelajaran secara keseluruhan

Gambar 14 : Grafik profil peningkatan domain mengingat (C1)

Gambar 15 : Grafik profil peningkatan domain memahami (C2)

Gambar 16 : Grafik profil peningkatan domain mengaplikasi (C3)

Gambar 17 : Profil peningkatan domain menganalisis (C4)

Gambar 18 : Perbandingan peningkatan penguasaa aspek kognitif

lxxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 2 : Kisi- kisi soal

Lampiran 3 : Soal Pilihan Ganda

Lampiran 4 : Petunjuk praktikum

Lampiran 5 : Lembar penilaian psikomotorik

Lampiran 6 : Daftar nama peserta didik kelas XI IPA

Lampiran 7 : Kutipan Wawancara dengan peserta didik

Lampiran 8 : Uji Validitas

Lampiran 9 : Uji Reliabilitas

Lampiran 10 : Daya pembeda

Lampiran 11 : Perhitungan pencapaian aspek kognitif secara keseluruhan

Lampiran 12 : Perhitungan pencapaian aspek kognitif pada tiap-tiap domain

lxxviii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Lailatul Mukharomah

Tempat/tgl Lahir :Kendal, 24 Juli 1990

Alamat :Jl. Kyai Tulus Gg. Asri Rt.03/01 No.25 Kel. Jetis Kec.

Kendal

Pendidikan :

1. SDN Bugangin Kendal lulus tahun 2002

2. SMPN 1 Kendal lulus tahun 2005

3. SMAN 2 Kendal lulus tahun 2008

4. IAIN Walisongo angkatan 2008

Demikian daftar riwayat pendidikan Penulis ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 12 Juni 2012

Penulis

Lailatul mukharomah

NIM. 083711027

lxxix