Upload
vuthien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK
KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM
BASA DI SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Ilmu Tarbiyah
Jurusan Tadris Kimia
Oleh:
LAILATUL MUKHAROMAH
NIM. 083711027
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
vi
ABSTRAK
Judul : Analisis Aspek Kognitif Peserta Didik Kelas XI pada
Pembelajaran Titrasi Asam Basa di SMA NU 01 Al
Hidayah Kendal
Penulis : Lailatul Mukharomah
NIM : 083711027
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana profil penguasaana spek kognitif
peserta didik kelas XI sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran
Kimia materi pokok titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis
material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah Kendal.
Obyek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA SMA NU 01
Al Hidayah yang berlokasi di jalan Pahlawan 01 Kendal dengan jumlah
peserta didik 30 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
deskriptif yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian.
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 1 Pebruari
sampai dengan 2 Maret 2012.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes
tertulis dan wawancara. Metode tes digunakan untuk pengambilan data
peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran Kimia materi
pokok titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data-data peserta didik
pada saat melakukan praktikum. Hasil analisis data didapatkan nilai rata-
rata pencapaian penguasaan aspek kognitif peserta didik secara
keseluruhan sebelum mengikuti pembelajaran kimia titrasi asam basa
adalah 30% dengan kategori pencapaian kurang, sedangkan pencapaian
penguasaan aspek kognitif peserta didik setelah pembelajaran adalah 70%
dengan kategori pencapaian baik serta peningkatan pencapaian aspek
kognitif secara keseluruhan sedang yaitu 55, 65%.
Nilai rata-rata pencapaian aspek kognitif peserta didik domain
mengingat (C1) sebelum pembelajaran 40% dengan kategori pencapaian
kurang, setelah pembelajaran nilai rata-rata pencapaian domain mengingat
(C1) meningkat cukup baik yaitu 60% dengan nilai N-Gain 33,33%. Nilai
rata-rata pencapaian domain memahami (C2) sebelum pembelajaran
adalah 20% (kategori kurang), setelah pembelajaran menjadi 60% (cukup
baik) dengan peningkatan pencapaian aspek kognitif domain memahami
(C2) sebesar 50% (kategori pencapaian sedang). Sedangkan untuk nilai
rata-rata pencapaian domain mengaplikasi (C3) sebelum pembelajaran
hanya 0% (kategori sangat kurang) dan setelah pembelajaran nilai rata-rata
meningkat menjadi 60% (kategori cukup baik) dengan pencapaian aspek
kognitif domain mengaplikasi (C3) sebesar 60% dan merupakan kategori
pencapaian sedang. Untuk nilai rata-rata pencapaian domain menganalisis
vii
(C4) sebesar0% (kategori sangat kurang) peningkatan pencapaian domain
menganalisis (C4) sebesar 60% dengan kategori sedang.Peningkatan
penguasaan domain aspek kognitif paling tinggi terjadi pada domain
mengaplikasi (C3) dan menganalisis (C4) yaitus ebesar 60%, sedangkan
peningkatan penguasaan domain aspek kognitif paling rendah adalah
domain mengingat (C1) yaitu sebesar 33, 33%.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Teriring untaian rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala kasih sayang
yang telah tercurah tanpa henti. AlhamdulillahiRobbil „Alamin, semoga segala
langkah hamba senantiasa mendapatkan ridho-Mu. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya Ilahi
kepada umat sehingga dapat mengambil manfaatnya dan memenuhi tugasnyas
ebagai khalifah.
Dengan penuh kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penuli ssampaikan
kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan
dalam bentuk apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada:
1. Dr. H. Suja‟i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan
skripsi ini
2. Drs. Wahyudi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
3. Atik Rahmawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, terimakasih atas ilmu dan
bimbingannya selama menjadi mahasiswa
4. Ratih Rizqi Nirwana, M.Pd, selaku dosen wali, terimakasih atas
bimbingannya selama menjadi mahasiswa
5. Ratih Rizqi Nirwana, M.Pd dan Dr. H. Hamdani Mu‟in, M.Ag, selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini
6. Suwahono, M.Pd dan Dwi Mawanti, M.A, terimakasih atas segala
bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
ix
7. Segenap civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
para dosen, karyawan beserta staf-stafnya.
8. Muzayanah, S.Pd selaku kepala sekolah SMA NU 01 Al Hidayah kendal
dan seluruh guru serta karyawan. Terimakasih telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Adhi Kurniawan, S.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia kelas XI IPA.
Terimakasih atas bantuan, arahan dan bimbingannya selama Penulis
melakukan penelitian.
10. Ibunda Jumrotun dan Ayahanda Komsari tercinta, kakakku dan adik-
adikku yang aku sayangi beserta keluarga besar tercinta yang senantiasa
memberikan semangat dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya
Penulis menuntut ilmu.
11. Kawan-kawan Chemofilik yang kompak (Iin, Dani, Arik, Kartini, Diah,
Rima, Mudah, Muyas, Ami, Ajis, Anug, Malik, Munif, Niswa, Nunik,
Aini, Ani, Enik, Aziz, Ririn, Mita, Ulfa, Danon, Mbak Tri, Zami, Taslim,
Suwito, Hanik, Vika, Faiq, Nur, Ulya, Atin, Novi) terimakasih atas segala
semangat, motivasi dan kebersamaannya selama ini.
12. Jojobasa Friendship (Ida, Lia dan Rindha) terimakasih atas do‟a,
dukungan dan semangatnya selama ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan skripsi ini
Teriring do‟a semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari semuanya
dengan sebaik-baiknya balasan. Akhirnya Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun demikian, Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya.
Semarang, Mei 2012
Penulis
Lailatul Mukharomah
NIM. 083711027
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv
ABSTRAK PENELITIAN ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4
BAB II : LANDASAN TEORI ....................................................................... 6
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran...................................................... 6
a. Belajar ............................................................................ 6
b. Pembelajaran .................................................................. 8
2. Belajar sebagai Proses Kognitif............................................ 10
3. Metode Praktikum................................................................. 17
4. Titrasi Asam Basa.................................................................. 20
B. Kajian Pustaka. ......................................................................... .. 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.... ..................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 34
C. Sumber Data .............................................................................. 34
D. Jenis Data .................................................................................. 35
E. Prosedur Penelitian ................................................................... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 35
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 38
xi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 39
B. Pembahasan .............................................................................. 42
1. Domain Mengingat (C1) .................................................... 42
2. Domain memahami (C2) .................................................... 44
3. Domain Mengaplikasi (C3) ................................................ 46
4. Domain Menganalisis (C4)................................................ 48
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 51
B. Saran ......................................................................................... 52
C. Penutup………………………………………………………...52
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Belajar
merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan
berlangsung seumur hidup (long life education). Dengan demikian, hasil dari
kegiatan belajar adalah perubahan pada diri seseorang, perubahan tersebut
diharapkan berupa perubahan perilaku yang positif. Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan unsur yang sangat fundamental dalam pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, Indonesia masih menghadapi masalah salah
satunya adalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan
negara maju bahkan negara berkembang sekalipun. Proses belajar mengajar yang
belum memberikan hasil yang maksimal menjadi salah satu penyebab rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu
pendidikan terletak pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kelancaran
proses pembelajaran ditunjang oleh komponen pendidikan diantaranya sarana dan
metode pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang sudah
direncanakan.
Sekolah berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah
satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan adalah pemahaman peserta
didik terhadap materi yang diajarkan. Namun, pada kenyataannya pemahaman
peserta didik terhadap mata pelajaran terutama Kimia masih rendah. Salah satu
penyebab kurangnya minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran Kimia
di sekolah adalah penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini
1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), hlm. 2.
xiii
menyebabkan peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dari rumpun sains
yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan lain seperti kedokteran, farmasi dan
lain-lain. Mempelajari ilmu Kimia tidak hanya bertujuan untuk menemukan zat-
zat Kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan manusia belaka, akan
tetapi ilmu Kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami
berbagai peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui
hakikat materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan
kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta
ketelitian kerja.
Atas dasar permasalahan diatas, diperlukan upaya guna memenuhi
tuntutan dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Kimia.
Salah satu caranya yaitu dengan penggunaan suatu metode pembelajaran yang
dapat menimbulkan minat dan kesadaran peserta didik akan pentingnya
mempelajari Kimia. Metode praktikum merupakan metode yang cocok digunakan
dalam proses pembelajaran Kimia dengan tujuan agar peserta didik tidak hanya
mengetahui, tetapi juga mengalami apa yang dipelajarinya sehingga proses belajar
menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran dengan metode praktikum dapat mempermudah peserta
didik dalam memahami keabstrakan konsep-konsep ilmu Kimia, meningkatkan
ketrampilan proses peserta didik dan mengembangkan proses berpikir. Dalam
kegiatan pembelajaran, berpikir merupakan dasar untuk memperoleh pengetahuan
yang menjadi fokus utama kognitif sehingga penting untuk dikembangkan dalam
diri peserta didik. Hal ini karena aspek kognitif memegang peranan yang paling
utama dalam kegiatan pembelajaran. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang
menurut taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis)
dan evaluasi (evaluation).2
2 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm.101.
xiv
Melalui kegiatan praktikum diharapkan dapat mengembangkan aspek
kognitif peserta didik karena kegiatan praktikum tidak hanya berhubungan dengan
ketrampilan proses saja tetapi ketrampilan berpikir (kognitif) peserta didik pun
ikut terlibat didalamnya untuk mengamati, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan tentang suatu objek, keadaan atau proses segala sesuatu. Jadi,
upaya pengembangan aspek kognitif peserta didik akan berdampak juga pada
aspek afektif dan psikomotor peserta didik.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan praktikum
ini jarang dilakukan. Salah satu sekolah yang jarang menerapkan metode
praktikum pada pembelajaran Kimia adalah SMA NU 01 Al Hidayah Kendal. Hal
ini disebabkan karena beberapa alasan antara lain:
Keterbatasan fasilitas alat dan bahan yang digunakan
Keterbatasan waktu pembelajaran Kimia
Tingkat keamanan yang kurang
SMA NU 01 Al Hidayah merupakan salah satu SMA swasta yang
berlokasi di jalan Pahlawan 01 Kendal. Dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar, sekolah ini hanya mengandalkan sumbangan dari orang tua peserta
didik sehingga dana yang dimiliki sangat terbatas. Karena dana yang terbatas ini
menyebabkan fasilitas alat dan bahan praktikum menjadi terbatas pula. Untuk alat
dan bahan praktikum yang tergolong sederhana seperti gelas ukur, gelas beker dan
pipet tetes sudah tersedia di sekolah ini. Namun untuk alat praktikum seperti buret
yang biasanya digunakan untuk titrasi tidak tersedia di sekolah ini, karena buret
merupakan salah satu alat praktikum yang tergolong mahal. Akibatnya materi-
materi Kimia yang seharusnya ditunjang dengan kegiatan praktikum tidak dapat
diwujudkan. Untuk materi titrasi asam basa guru hanya memberikan penjelasan-
penjelasan singkat di kelas tanpa aplikasi di laboratorium.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu prosedur praktikum
berbasis material lokal yang disusun sedemikian rupa sehingga kegiatan
praktikum dapat dilakukan dengan mudah karena alat dan bahan yang akan
digunakan dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Selain itu, kegiatan
xv
praktikum juga dapat dilakukan dimana saja baik di sekolah maupun di luar
sekolah dan tentunya aman dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai
pembelajaran Kimia dengan metode praktikum berbasis material lokal perlu
dilakukan. Penelitian ini fokus pada analisis aspek kognitif peserta didik karena
aspek kognitif merupakan aspek psikologis yang terpenting. Adapun alasan
pemilihan pokok bahasan titrasi asam basa dalam penelitian ini disebabkan
konsep titrasi asam basa berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat
melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), masih sulit dipahami oleh
peserta didik sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik kurang
memuaskan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI PADA
PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA DI
SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah profil penguasaan aspek kognitif
peserta didik kelas XI sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam
basa dengan metode praktikum berbasis material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah
Kendal?”
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
profil penguasaan aspek kognitif peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan
sesudah (posttest) mengikuti pembelajaran Kimia materi pokok titrasi asam basa
dengan metode praktikum berbasis material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah
Kendal. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
xvi
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai profil penguasaan aspek
kognitif peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
mengikuti pembelajaran Kimia materi pokok titrasi asam basa dengan metode
praktikum berbasis material lokal di SMA NU 01 Al Hidayah Kendal
2. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini dapat melatih dan mengembangkan aspek kognitif peserta didik
serta mendekatkan mata pelajaran Kimia dengan kehidupan sehari-hari
3. Bagi Guru
Bagi guru terutama guru-guru yang melaksanakan pembelajaran Kimia di
sekolah-sekolah yang belum memiliki laboratorium Kimia standar, penelitian
ini dapat memberikan masukan positif dalam melaksanakan pembelajaran
titrasi asam basa dengan memanfaatkan metode praktikum berbasis material
lokal
4. Manfaat lain adalah menjadi salah satu bahan dan perbandingan bagi peneliti
lain dalam melakukan penelitian sejenis terhadap topik yang berbeda.
xvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Hal yang terlibat
dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Peserta didik yang belajar berarti
memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.3
Dengan meningkatnya kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan dan
perhatian pada lingkungan sekitar semakin bertambah.
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat
fundamental dalam pendidikan. Menurut Morgan dalam buku Introduction to
Psychology yang kemudian dikutip oleh Ngalim Purwanto, mengemukakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.4
Sedangkan menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning
and Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to
experience which can effect the organism’s behavior.” Artinya belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut.5
Bertolak dari definisi tersebut, secara umum belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 18
4 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 84
5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 88
xviii
proses kognitif. Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal baik yang bersifat fisik maupun mental, dan faktor eksternal dalam
lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Beberapa prinsip belajar menegaskan bahwa belajar merupakan
bagian dari perkembangan, berlangsung seumur hidup, dipengaruhi faktor
bawaan, lingkungan dan kematangan, mencakup semua aspek kehidupan dan
berlangsung disetiap tempat dan waktu, dengan atau tanpa guru, bervariasi
dari sederhana sampai yang kompleks.6 Dalam perspektif Islam, belajar
merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu
pengetahuan sehingga derajat kehidupan meningkat. Hal ini dinyatakan dalam
al Qur‟an surat Al Mujadalah ayat 11 sebagai berikut:
Artinya: “……niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat
kepada orang-orang beriman dan berilmu.” 7
Belajar merupakan jendela dunia. Dengan belajar orang bisa
mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam amat menekankan masalah
belajar. Allah bertanya dalam al Qur‟an surat al Zumar ayat 9 berikut:
Artinya: “Apakah sama orang-orang yang berilmu (mengetahui)
dengan orang-orang yang tidak berilmu (tidak mengetahui)?
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.”8
Jawaban atas pertanyaan Allah ini terdapat dalam surat Al-Mujadalah
ayat 11 seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam perspektif Islam makna
belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar
dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan
6Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta: remaja
Rosdaskarya, 2009), hlm. 172
7Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam
Syafi‟i, 2008), hlm. 42.
8 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam
Syafi‟i, 2008), hlm. 39.
xix
nilai-nilai ajaran Islam.
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik.9 Pembelajaran adalah suatu upaya menciptakan kondisi agar terjadi
kegiatan belajar. 10
Dengan demikian, inti dari kegiatan pembelajaran adalah
segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada
diri peserta didik.
Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
didinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai
tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasikan isi, pembelajaran,
menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran. Ada lima jenis
interaksi yang berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu:11
1) Interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2) Interaksi antarsesama peserta didik atau antar sejawat
3) Interaksi peserta didik dengan narasumber
4) Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang
sengaja dikembangkan
5) Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan
alami
Ada enam pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang
dapat digunakan sebagai prinsip pembelajaran yang bisa diterapkan di dunia
9E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.
100
10Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hlm. 85
11Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 85
xx
pendidikan, yaitu:12
1) Learning to Know
Learning to Know bukan sebatas mengetahui dan memiliki materi
informasi sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah diberikan, namun
juga kemampuan dalam memahami maksud dibalik materi ajar yang telah
diterimanya.
2) Learning to Do
Learning to Do merupakan konsekuensi dari Learning to Know.
Yang di maksud learning to do bukanlah kemampuan berbuat mekanis
tanpa pemikiran. Dengan demikian, peserta didik akan terus belajar
bagaimana memperbaiki dan menumbuhkembangkan kerja, juga
bagaimana mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya.
3) Learning to Be
Makna dari Learning to Be adalah poses belajar yang dilakukan
peserta didik menghasilkan perubahan perilaku individu atau masyarakat
terdidik yang mandiri. Learning to Be akan menuntut peserta didik
menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai
kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya
4) Learning to Live Together
Learning to Live Together menuntut peserta didik untuk hidup
bermasyarakat dan menjadi educated person yang bermanfaat bagi diri
dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia
5) Learning How to Learn
Learning How to Learn akan membawa peserta didik pada
kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat belajar yang
lebih independen, kreatif, inovatif, efektif, efisien dan penuh percaya diri.
6) Learning to Throughout Life
Learning to Throughout Life menuntut dan memberi pencerahan
12
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 76.
xxi
pada peserta didik bahwa ilmu bukanlah hasil buatan manusia, tetapi
merupakan hasil temuan atau hasil pencarian manusia. Karena ilmu adalah
ilmu Tuhan yang tidak terbatas dan harus dicari, maka upaya mencarinya
juga tidak mengenal kata berhenti.
2. Belajar sebagai Proses Kognitif
Ranah psikologi peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif.
Ranah yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali
ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor
(karsa). Otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi seluruh kegiatan
kehidupan ranah-ranah psikologis manusia.13
Tanpa ranah kognitif, sulit
dibayangkan seorang peserta didik dapat berpikir. Upaya pengembangan fungsi
ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif
sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor. Gambar 2.1
berikut ini adalah model yang menggambarkan pola pengembangan fungsi
kognitif peserta didik:14
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 82
14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 85
Pengembangan fungsi kognitif
xxii
↓
↓
↓
Gambar 2.1. Pola pengembangan fungsi kognitif peserta didik
Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh
pemahaman. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan
oleh Piaget, teori kognitif Burner dan teori belajar bermakna Ausebel.15
Menurut
para ahli kognitif, individu merupakan partisipan aktif dalam proses memperoleh
dan menggunakan pengetahuan. Individu berpikir secara aktif dalam membentuk
wawasan tentang kenyataan, memilih aspek-aspek penting dari pengalaman untuk
disimpan dalam ingatan atau digunakan dalam pemecahan masalah.16
Pengajaran kognitif merupakan suatu proses pembelajaran yang
membentuk kemampuan kognitif peserta didik. Teknik pengajaran yang
15
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 22.
16Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 170
Hasil
Ketrampilan Kognitif
Ketrampilan Afektif
Ketrampilan Psikomotorik
Upaya
1. Pengajaran strategi memahami, meyakini dan mengaplikasikan
isi dan nilai pelajaran
2. Pengajaran strategi memecahkan masalah dengan
mengaplikasikan isi dan nilai mata pelajaran
xxiii
dipertimbangkan mampu membentuk kemampuan kognitif diantaranya adalah:17
a. Eksperimentasi
b. Problem solving, diskusi dan tanya jawab
c. Belajar secara induktif (peserta didik dihadapkan pada contoh-contoh
kemudian mereka menyimpulkan sendiri konsep-konsep pengetahuan yang
tersirat dalam contoh-contoh itu). Mengatur topik dari yang paling konkrit ke
yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks
d. Pembelajaran dengan menggunakan “advance organizer” paling tidak dengan
cara membuat rangkuman terhadap materi yang diberikan, dilengkapi dengan
uraian singkat yang menunjukkan relevansi materi yang sudah diberikan
dengan materi baru. Mengajarkan peserta didik memahami konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi fokus pada hubungan
yang terjalin antara konsep-konsep yang ada.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem
syaraf.18
Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan
semakin kompleks dan hal ini memungkinkan kemampuannya meningkat pula.
Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah seperti pada Tabel 2.1
berikut:19
Tabel 2.1. Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget
Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan
17
As‟ari Djohar, Pembelajaran Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Pembelajaran_
Kognitif Djohar.Pdf, di akses tanggal 27 Pebruari 2012
18Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 69.
19Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, hlm. 23
xxiv
Sensori
motor
Praoperasi
Operasi-
Konkrit
Operasi-
Formal
0-2 tahun
2-7 tahun
8-11 tahun
11 tahun ke atas
Berdasarkan tindakan langkah demi
langkah
Penggunaan simbol atau bahasa
Konsep intuitif
Pakai aturan jelas dan logis
Reversibel
Hipotesis, abstrak, deduktif dan
induktif, logis dan probabilitas
Konsep perkembangan kognitif juga dikembangkan oleh Jerome Burner.
Berangkat dari pemahaman bahwa proses belajar adalah adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku peserta didik, maka perkembangan kognitif
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap
itu meliputi:20
a. Tahap Enaktif
Peserta didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya memahami
lingkungan sekitar dengan pengetahuan motorik
b. Tahap Ikonik
Peserta didik memahami objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi
verbal dengan bentuk perumpamaan dan perbandingan
c. Tahap Simbolik
Peserta didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika
Menurut Burner, perkembangan kognitif peserta didik dapat ditingkatkan
melalui penyusunan mata pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik. Penyusunan mata pelajaran dan penyajiannya
dapat dimulai dari materi secara umum, kemudian secara berkala kembali
mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.
Menurut David Ausebel belajar haruslah bermakna. Pembelajaran
bermakna (meaning full learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
20
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 71.
xxv
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta
didik.21
Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa pembelajaran ditandai
oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau
situasi baru dengan komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta
didik.
Menurut Bloom belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun yang implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar,
maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan ranah-ranah:22
a. Kognitif
Yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau
pikiran. Terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sistesis dan evaluasi.
b. Afektif
Yaitu kemampuan yang menggunakan percakapan, emosi, dan reaksi-reaksi
yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan,
partisipasi, penilaian, sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Psikomotorik
Yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani. terdiri dari
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Perilaku aspek kognitif adalah perilaku yang merupakan hasil proses
berfikir. Bloom membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan, yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam
tingkatan tersebut secara berturut-turut merupakan tingkatan perilaku kognitif dari
yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Gagne membagi kapabilitas
manusia dalam kawasan kognitif menjadi tiga macam, yaitu ketrampilan
21
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, hlm. 73.
22Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2009), hlm. 105.
xxvi
intelektual, strategi kognitif dan informasi verbal.23
Contoh ketiga kapabilitas
tersebut adalah ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan dan cara
mencari pemecahan masalah dan ketrampilan mengungkapkan kembali
pengetahuan verbal yang telah dimiliki. Tabel 2.2 berikut adalah dimensi kognitif
menurut Bloom:24
Tabel 2.2. Dimensi kognitif menurut Bloom
Kategori dan Proses
Kognitif Nama-nama Lain Definisi dan Contoh
1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1. Mengenali
1.2. Mengingat kembali
Mengidentifikasi
Mengambil
Menempatkan
pengetahuan dalam
memori jangka panjang
yang sesuai dengan
pengetahuan tersebut
Mengambil
pengetahuan yang
relevan dari memori
jangka panjang
2. MEMAHAMI – Mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru
2.1.Menafsirkan
2.2. Mencontohkan
2.3.Mengklasifikasikan
2.4. Merangkum
Mengklarifikasi,
memparafrasekan,
merepresentasi,
menerjemahkan
Mengilustrasikan,
memberi contoh
Mengkategorikan,
mengelompokkan
Mengabstraksi,
Mengubah satu bentuk
gambaran (misalnya
angka) menjadi bentuk
lain (misalnya kata-
kata)
Menemukan contoh
atau ilustrasi tentang
konsep atau prinsip
Menentukan sesuatu
dalam kategori
(misalnya
mengklasifikasikan
kelainan-kelainan
mental yang diteliti
atau dijelaskan)
Mengabstraksikan
23
Retno Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
hlm.4.
24Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Assesmen, terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 100.
xxvii
2.5. Menyimpulkan
2.6. Membandingkan
2.7. Menjelaskan
menggeneralisasi
Menyarikan,
mengekstrapolasikan,
menginterpolasi,
memprediksi
Mengontraskan,
memetakan,
mencocokkan
Membuat model
tema umum atau poin-
poin pokok
Membuat kesimpulan
yang logis dari
informasi yang
diterima
Menentukan hubungan
antara dua ide, dua
objek dan semacamnya
Membuat model sebab
akibat dalam sebuah
system
3. MENGAPLIKASIKAN – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu
3.1. Mengeksekusi
3.2.Mengimplementasikan
Melaksanakan
Menggunakan
Menerapkan suatu
prosedur pada tugas
yang familier
Menerapkan suatu
prosedur pada tugas
yang tidak familier
4. MENGANALISIS – Memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian itu dan hubungan antara
bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1. Membedakan
4.2. Mengorganisasi
4.3. Mengatribusikan
Menyendirikan,
memilah,
memfokuskan,
memilih
Menemukan koherensi,
memadukan, membuat
garis besar,
mendeskripsikan
peran, menstrukturkan
Mendekonstruksi
Membedakan bagian
materi pelajaran yang
relevan dari yang tidak
relevan, bagian yang
penting dari yang tidak
penting
Menentukan
bagaimana elemen-
elemen bekerja atau
fungsi dalam sebuah
struktur
Menentukan sudut
pandang, bias, nilai
atau maksud di balik
materi pelajaran
5. MENGEVALUASI – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau
standar
5.1. Memeriksa
Mengkoordinasi,
mendeteksi,
memonitor, menguji
Menemukan
inkonsistensi atau
kesalahan dalam suatu
proses atau produk,
menentukan apakah
suatu proses atau
xxviii
5.2. Mengkririk
Menilai
produk memiliki
konsistensi internal,
menemukan efektivitas
suatu prosedur yang
sedang dipraktikkan
Menemukan
inkonsistensi antara
suatu produk dan
kriteria eksternal,
menentukan apakah
suatu produk memiliki
konsistensi eksternal,
menemukan ketepatan
suatu prosedur untuk
menyelesaikan masalah
6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang
baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil
6.1. Merumuskan
6.2. Merencanakan
6.3. Memproduksi
Membuat hipotesis
Mendesain
Mengkonstruksi
Membuat hipotesis-
hipotesis berdasarkan
kriteria
Merencanakan
prosedur untuk
menyelesaikan suatu
tugas
Menciptakan suatu
produk
3. Metode Praktikum
Praktikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata
apa yang disebut dalam teori. Sedangkan praktikum adalah bagian dari pengajaran
yang bertujuan agar peserta didik mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan di keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran
praktek.25
Metode praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang
biasa diterapkan di kelas. Metode praktikum dapat dilakukan kepada peserta didik
setelah guru memberikan arahan, aba-aba. Petunjuk untuk melaksanakannya.
Kegiatan ini berbentuk praktik dengan menggunakan alat-alat tertentu, dalam hal
ini guru melatih ketrampilan peserta didik dalam penggunaan alat-alat yang telah
25
Fifid Fidian, Metode Praktikum dalam http://fifin-fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan-
metode-praktikum-dalam.html diakses tgl 23 februari 2012
xxix
diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.26
Belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung peserta didik tidak sekedar mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Proses belajar mengajar dalam ruang
lingkup mata pelajaran Kimia lebih menitik beratkan pada kemampuan peserta
didik secara ilmiah, yang dalam pelaksanaannya memerlukan kemampuan secara
khusus atau dengan kata lain hasil yang diperoleh setelah mata pelajaran diberikan
tidak hanya berupa informasi pengetahuan saja namun keterampilan penggunaan
alat laboratorium juga dapat diperoleh peserta didik.
Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan oleh para pakar
pendidikan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, yaitu:27
a. Praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik
b. Praktikum dapat mengembangkan ketrampilan peserta didik dalam
bereksperimen
c. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah
d. Praktikum menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran
Kegiatan praktikum membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan belajar secara teori. Akan tetapi, masalah tersebut dapat diatasi dengan
mengatur waktu sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan lancar. Praktikum merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang cocok untuk memenuhi fungsi pendidikan umum” latihan dan
umpan balik” dan fungsi khusus “ memperbaiki motivasi siswa.” Penggunaan
kegiatan belajar mengajar ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu
mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan yang dihadapinya
sekaligus membuktikan kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Dalam teori Piaget tampak lebih banyak digunakan dalam praktek
pendidikan atau proses pembelajaran meski teori ini bukanlah teori mengajar.
26
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), hlm. 151.
27Retno Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 77.
xxx
Menurut Piaget adalah benar bahwa belajar itu tidak berpusat pada guru, tetapi
anak harus lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing aktif
menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang dipelajari
harus menarik minat belajar peserta didik dan menantang sehingga mereka asyik
dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran metode praktikum ini memberikan kebaikan-
kebaikan sebagai berikut: 28
a. Meningkatkan potensi intelektual peserta didik, karena peserta didik diberi
kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri konsep, hukum dan teori
b. Peserta didik akan memperoleh kepuasan intelektual secara intrinsik
c. Peserta didik mampu belajar bagaimana melakukan penemuan, hanya melalui
proses penemuan itu sendiri
d. Memperpanjang proses ingatan atau lebih lama diingat
e. Pengajaran lebih berpusat pada anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktikum dapat dijadikan sebagai
sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep dan memperbaiki miskonsepsi
pada peserta didik. Berkenaan dengan hal ini, White mencoba merangkum
beberapa hasil penelitian untuk melihat hubungan antara kegiatan praktikum
dengan pembelajaran sains. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terungkap
bahwa peserta didik lebih mudah memahami konsep-konsep yang dipelajari di
kelas melalui kegiatan praktikum.29
Melalui kegiatan praktikum konsep yang
dipelajari menjadi lebih bermakna sehingga lebih mudah diingat. Selain itu,
melalui kegiatan praktikum juga dapat meningkatkan motivasi peserta didik
dalam mempelajari sains terutama Kimia.
4. Titrasi Asam Basa
“A titration or titrimetric analysis is a procedure in which the quantity of
an analyte in a sample is determined by adding a known quantity of a reagent that
28
Fifid Fidian, Metode Praktikum dalam http://fifin-fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan-
metode-praktikum-dalam.html di akses tgl 23 februari 2012
29Sisca dalam share+hibah+assessmen+hibah+pasca+bu+sisca.Pdf (SECURED), diakses
tanggal 27 Pebruari 2012
xxxi
reacts completely with the analyte in well-defined manner.”30
Titrasi atau
titrimetri merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip
stoikiometri reaksi Kimia. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi
Kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang sudah diketahui
konsentrasinya dan disebut sebagai titran.31
Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu reaktan lainnya.
“An acid-base titration is a special type of titration in which the reaction of an
acid with a base is used for measuring an analyte.”32
Titrasi asam basa
merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat
konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan.
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah
senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat
dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam,
yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer
mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan standar sekunder harus dibakukan
dengan larutan standar primer. Suatu senyawa dapat digunakan sebagai larutan
baku primer jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:33
a. Mudah di dapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan murni
b. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100+0,02 %) atau dapat
dimurnikan dengan penghabluran kembali
c. Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan
baku primer)
d. Tidak teroksidasi oleh oksigen di udara dan tidak berubah oleh karbon
30
David S. Hage dan James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative Analysis,
(USA: Person Education, Inc, 2010), hlm. 283.
31M. Sodiq Ibnu dkk, Common Textbook Edisi Revisi Kimia Analitik I, (JICA: Jurusan
Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, 2004), hlm. 93.
32David S. Hage dan James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative Analysis, hlm. 283.
33Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad
Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), hlm. 76.
xxxii
dioksida di udara
e. Susunan Kimianya tepat sesuai dengan jumlahnya
f. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan
akan menjadi lebih kecil
g. Mudah larut
h. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan terukur
Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam melakukan titrasi, yaitu:34
a. Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume dan labu takar yang ditera
secara teliti (telah dikalibrasi)
b. Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau untuk pembakuan harus
senyawa dengan kemurnian tinggi
c. Indikator atau alat lain untuk mengetahui selesainya titrasi
Gambar 2.2 berikut adalah gambar alat-alat titrasi.
Gambar 2.2. Alat-alat titrasi
Titran ditambahkan kedalam larutan analit menggunakan peralatan khusus
yang disebut buret sampai mencapai jumlah tertentu hingga tercapai titik
ekuivalen. Pencapaian titik ekuivalen umumnya ditandai oleh perubahan zat
tertentu yang sengaja dimasukkan kedalam larutan analit yang dikenal sebagai
indikator. Perubahan indikator terjadi apabila semua analit telah bereaksi dengan
34
Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad
Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri, hlm.
68.
xxxiii
titran. Kelebihan sedikit titran akan bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi
perubahan pada indikator yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan warna.35
Kelebihan titran harus diupayakan sekecil mungkin melalui penambahan
tetes demi tetes agar tercapai kesalahan sekecil mungkin. Titik ekuivalen adalah
titik pada saat jumlah mol ion hidroksida yang ditambahkan kedalam larutan sama
dengan jumlah mol ion hidrogen yang semula ada. Titik akhir titrasi terjadi pada
saat terjadi perubahan warna indikator.36
Berdasarkan caranya, titrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:37
a. Titrasi langsung
Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan
ditetapkan. Cara ini mudah, cepat dan sederhana.
b. Titrasi kembali
Dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan,
kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Pada cara ini ada 2
sumber kesalahan karena menggunakan 2 titran sehingga kesalahan menjadi
lebih besar. Disamping itu cara ini juga memakan waktu yang lama.
Kurva titrasi dibuat dengan menghitung pH campuran reaksi pada beberapa
titik yang berbeda selama perubahan larutan basanya. Bentuk kurva titrasi
tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.38
Berikut ini adalah
kurva yang terbentuk dari beberapa titrasi:
a.) Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) ---->NaCl(aq) + H2O(aq)
Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar dibawah
35
M.Sodiq Ibnu dkk, Common Textbook Edisi Revisi Kimia Analitik I, hlm. 93.
36 Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2, terj. Suminar
Setiadi Ahmad, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 142.
37Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad
Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri, hlm.
75.
38Wijayanti, Asam Basa dalam http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva- titrasi-
asam-basa.html di akses tanggal 25 Pebruari 2012
xxxiv
ini. pH sebelum HCl =1. Setelah penambahan 10 ml NaOH pH menjadi 1,37.
Penambahan 25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik ekuivalen yang
menyebabkan larutan garam NaCl bersifat netral. Penambahan 26 ml NaOH
berubah drastis menjadi 11,29. Garam NaCl yang terbentuk dari asam kuat dan
basa kuat yang merupakan elektrolit kuat tidak akan terhidrolisis, karena
larutannya bersifat netral (pH=7). Gambar 2.3 berikut menunjukkan kurva
titrasi asam kuat dengan basa kuat
Gambar 2.3. Kurva titrasi asam kuat basa kuat
b. ) Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5
).
Reaksinya sebagai berikut :
HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)
Gambar 2.4 berikut menunjukkan kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat
xxxv
Gambar 2.4. Kurva titrasi basa lemah asam kuat
Sebelum penambahan NH3, pH =1. Setelah penambahan 10 ml NH3,
pH=1,3. Penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik ekuivalen.
Penambahan 26 ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1. Penambahan sedikit
basa maka pH garam hampir tidak berubah, sehingga merupakan larutan
penyangga. Titik ekuivalen terjadi pada pH<7 karena garam yang terbentuk
mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat asam.
c. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat
Reaksi antara 25 ml HC2H3O2 0,1 M (Ka= 1,74.10-5
) dengan NaOH 0,1 M.
HC2H3O2(aq) +NaOH(aq) ---> C2H3O2Na(aq) + H2O(l)
Gambar 2.5 berikut menunjukkan kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Gambar 2.5. Kurva titrasi asam lemah basa kuat
Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,58, penambahan 25 ml
terjadi titik ekuivalen dengan pH = 8,72. Penambahan 26 ml NaOH
mengakibatkan pH =10,29. Pada grafik diatas, penambahan sedikit basa, maka
pH akan naik sedikit, sehingga termasuk larutan penyangga. Titik ekuivalen
diperoleh pada pH >7. Hal itu disebabkan garam yang terbentuk mengalami
hidrolisis sebagian yang bersifat basa.
d. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah
Contoh untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam
asetat dan amonia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
xxxvi
CH3COOH (aq) + NH3(aq) --->CH3COONH4 (aq)
Gambar 2.6 berikut menunjukkan kurva titrasi yang terjadi antara asam lemah
dengan basa lemah.
Gambar 2.6. Kurva titrasi asam lemah basa lemah
Pada kurva tersebut terlihat sedikit tidak curam. Bahkan terdapat
sesuatu yang dikenal dengan "titik infleksi". Kecuraman yang berkurang berarti
bahwa sulit melakukan titrasi antara asam lemah dengan basa lemah.
Untuk menentukan titik akhir titrasi pada proses titrasi digunakan
indikator. Menurut W. Ostwald indikator adalah suatu senyawa organik
kompleks dalam bentuk asam (HIn) atau dalam bentuk basa (InOH) yang
mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling merubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain pada
konsentrasi H+
tertentu atau pada pH tertentu.39
Indikator yang berupa asam HIn ↔ H+ + In
-
Indikator yang berupa basa InOH ↔ In+ + OH
-
Warna Warna
Bentuk molekul bentuk ion
Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang
bersifat asam lemah dan sering disingkat HIn. Contohnya fenolftalein yang tak
berwarna dalam bentuk HIn-nya, dan berwarna pink dalam bentuk In, atau
39
Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam Achmad
Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi Analisis Titrimetri dan Volumetri, hlm.
82.
xxxvii
basa. Struktur fenolftalein (PP) ditunjukkan pada Gambar 2.7 sebagai berikut:40
HO
C
OH
O
C O
tak berwarna pp dalam bentuk asam (HIn)
HO
C
O-
CO2-
H-
merah, basa konjugat pp dalam bentuk basa (In-)
Gambar 2.7. Struktur fenolftalein (PP)
Pada indikator fenolftalein menunjukkan peristiwa tautomerisasi yang
mana bentuk-bentuk tautomernya mempunyai warna yang berbeda. Dengan
adanya basa encer, cincin lakton pada struktur (I) akan terbuka dan
menghasilkan struktur trifenil karbinol (II), dan struktur ini akan kehilangan air
dengan menghasilkan ion yang beresonansi (struktur III) yang berwarna merah.
Jika fenolftalein diolah dengan suatu basa alkoholik pekat yang berlebihan
maka warna merah yang terbentuk akan hilang karena terbentuk struktur
(IV).41
Gambar 2.8 berikut adalah gambar struktur indikator fenolftalein (PP).
Gambar 2.8. Struktur tautomerisasi fenolftalein
40
Hardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, (Jogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2008), hlm. 287.
41Wijayanti, Asam Basa dalam http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva-titrasi-
asam- basa.html di akses tanggal 25 Pebruari 2012
xxxviii
Beberapa indikator asam basa yang lain dengan perkiraan rentang
pH-nya ditunjukkan dalam Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3. Beberapa Indikator Asam Basa
INDIKATOR PERUBAHAN WARNA DENGAN
MENINGKATNYA pH RENTANG pH
Asam pikrat Tidak berwarna ke kuning 0,1 – 0-8
Timol biru Merah ke kuning 1,2 – 2,8
2,6-Dinitrofenol Tidak berwarna ke kuning 2,0 – 4,0
Metil kuning Merah ke kuning 2,9 – 4,0
Bromfenol biru Kuning ke biru 3,0 – 4,6
Metil orange Merah ke kuning 3,1 – 4,4
Bromkresol hijau Merah ke biru 3,8 – 5,4
Metil merah Merah ke kuning 4,2 – 6,2
Lakmus Merah ke biru 5,0 – 8,0
Metil ungu Ungu ke hijau 4,8 – 5,4
p-Nitrofenol Tidak berwarna ke kuning 5,6 – 7,6
Bromkresol ungu Kuning ke ungu 5,2 – 6,8
Bromkresol biru Kuning ke biru 6,0 – 7,6
Netral merah Merah ke kuning 6,8 – 8,0
Fenol merah Kuning ke biru 6,8 – 8,0
p-a-Naftolftalein Kuning ke biru 6,8 – 8,4
Fenolftalein Takberwarna ke merah 7,0 – 9,0
Timolftalein Takberwarna ke biru 8,0 – 9,6
Alizarin kuning R Kuning ke violet 9,3 – 10,6
1,3,5-
trinitrobenzena
Tidak berwarna ke orange 10,1 – 12,0
Selain indikator-indikator tersebut, dapat pula digunakan indikator alami
untuk mengetahui terjadinya titik akhir titrasi. Indikator alami adalah indikator
yang berasal dari bahan-bahan alami, cara memperolehnya dengan
mengekstrak.42
Indikator alami yang biasa digunakan antara lain kunyit, bunga
sepatu, kol merah, bayam merah, geranium dan bunga pacar. Gambar 2.9
berikut adalah contoh indikator alami yang sering digunakan untuk titrasi asam
basa.
42
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100508192019AALnmVA, di akses
17 Pebruari 2012
xxxix
Gambar 2.9. Gambar indikator alami
Tabel 2.4 berikut adalah perubahan pH indikator alami dalam larutan asam basa:
Tabel 2.4. Perubahan warna indikator alami
Ekstrak
tanaman
Warna asli Perubahan warna
dalam larutan asam
Perubahan warna
dalam larutan basa
Kubis merah Ungu/merah
lembayung
Merah muda Hijau
Bunga sepatu Merah tua Merah Kuning
Bunga
mawar
Merah muda Merah muda Hijau
Bayam
merah
Merah Merah muda Kuning
Geranium Merah Kuning Merah
Kunyit Orange Kuning Merah
Bunga pacar Orange Merah Kuning
Cara pembuatan beberapa indikator alami adalah sebagai berikut:43
1. Indikator dari bunga sepatu
a) Pilih beberapa helai mahkota bunga berwarna merah
b) Gerus dalam lumpang dengan sedikit air
c) Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut
d) Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
1. Air suling (netral)
2. Larutan cuka (asam)
3. Air kapur (basa)
43
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100508192019AALnmVA, di akses
17 Pebruari 2012
xl
e) Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam basa dari bunga sepatu, ketika didalam larutan asam akan
memberikan warna merah, dalam larutan basa akan memberikan warna hijau
dan pada larutan netral tidak berwarna.
2. Indikator dari bunga Hidrangea
a) Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea
b) Gerus dalam lumpang dengan sedikit air
c) Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut
d) Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
1. Air suling (netral)
2. Larutan cuka (asam)
3. Air kapur (basa)
e) Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam basa dari bunga Hidrangea akan memberikan warna biru dalam
larutan asam, dalam larutan basa akan memberikan warna merah jambu dan
pada larutan netral tidak berwarna.
3. Indikator dari kol merah
a) Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar
b) Rebus selama 10 menit
c) Biarkan air kol merah menjadi dingin
d) Saring dalam stoples besar
e) Teteskan ekstrak kol merah ke dalam:
1. Air suling (netral)
2. Larutan cuka (asam)
3. Air kapur (basa)
f) Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari kol merah akan berubah warna menjadi merah
muda bila dicelupkan ke dalam larutan asam, menjadi hijau dalam larutan
basa, dan tidak berwarna pada larutan netral.
4. Indikator dari kunyit
a) Parut kunyit yang telah dibersihkan
xli
b) Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam
mangkok kecil
c) Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:
1. Air suling (netral)
2. Larutan cuka (asam)
3.Air kapur (basa)
d) Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari kunyit, akan memberikan warna kuning tua ketika
dilarutkan dalam larutan asam, memberikan warna jingga di dalam larutan
basa dan memberikan warna kuning terang pada larutan netral.
B. Kajian Pustaka
Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara
masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya
dengan penelitian terdahulu yang relevan. Pada dasarnya urgensi kajian penelitian
adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian yang ada baik mengenai
kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap
kajian terdahulu. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang
membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk skripsi, buku ataupun
yang lainnya maka akan dipaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian
ini.
Skripsi yang disusun oleh Cucu Sumiati dari Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung yang berjudul “Analisis Aspek Kognitif Siswa MA
Kelas XI pada Pembelajaran Hidrolisis Melalui Metode Praktikum dengan Lokal
Material”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan
kognitif peserta didik baik pada keseluruhan maupun pada setiap aspek kognitif.
Metode yang digunakan yaitu metode pra-eksperimen dengan one group pretest-
postest design.
Subjek penelitian sebanyak 30 peserta didik kelas XI pada salah satu
SMA Negeri di kota Cimahi yang dibagi kedalam 3 kelompok berdasarkan
kategori kemampuan, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Instrumen yang
digunakan berupa tes tertulis dan pedoman wawancara. Tes tertulis diberikan
xlii
kepada peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan kognitif peserta didik secara
signifikan yang ditunjukkan oleh nilai N-Gain sebesar 41,3 % dengan kategori
peningkatan sedang. Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran hidrolisis dengan metode praktikum dengan local material
dapat meningkatkan penguasaan kognitif peserta didik baik pada keseluruhan
maupun pada setiap aspek kognitif.
Skripsi yang disusun oleh Muhammad Shofi, NIM 063711004, dari IAIN
Walisongo Semarang yang berjudul “Analisis Kemampuan dasar pada
Ketrampilan proses Siswa kelas XI IPA Melalui Metode Praktikum pada Materi
Laju Reaksi dan Kesetimbangan Kimia (Studi di MA Manbaul Ulum Tlogorejo
Karangawen Demak). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kemampuan dasar pada ketrampilan proses peserta didik kelas XI IPA melalui
metode praktikum pada materi laju reaksi dan kesetimbangan Kimia (studi di MA
Manbaul Ulum Tlogorejo Karangawen Demak).
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif
deskriptif. Hasil analisis data didapatkan secara keseluruhan kemampuan
mengobservasi pada ketrampilan proses peserta didik dengan nilai 76,8% yang
termasuk kategori baik. Sedangkan rata-rata kemampuan mengklasifikasi
ketrampilan proses peserta didik adalah baik yaitu 69,1%. Kemampuan
memprediksi dengan nilai 66,2% termasuk kategori baik. Kemampuan
menyimpulkan dengan nilai 67,4% termasuk kategori baik. Kemampuan
mengkomunikasikan dengan nilai 72,3% termasuk kategori baik.
Penelitian yang akan dilakukan kali ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan dari penelitian pertama terletak pada metode penelitian yang
digunakan. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian pertama adalah
metode eksperimen one group pretest-postest sedangkan pada penelitian yang
akan dilakukan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Pada penelitian kedua
materi yang diambil adalah laju reaksi dan kesetimbangan sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan mengambil materi titrasi asam basa. Dari
perbedaan-perbedaan tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis
xliii
Aspek Kognitif Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa dengan
Metode Praktikum Berbasis Material Lokal”.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses
sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan
metode ilmiah.44
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang
44
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), hlm.3.
xliv
memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat
diverifikasi. Kebenaran itu dicapai dengan menggunakan metode tertentu.45
Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat menggunakan teknik statistik
deskriptif. Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum.46
Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan
teknik statistik adalah untuk meringkas data menjadi lebih mudah dilihat dan
dimengerti.
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan objek
penelitian yaitu peserta didik kelas XI IPA SMA NU 01 Al Hidayah Kendal
sebanyak 29 peserta didik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat : SMA NU 01 Al Hidayah Kendal
b. Waktu : Tanggal 1 sampai dengan 29 Pebruari 2012
C. Sumber Data
Peserta didik kelas XI IPA SMA NU 01 Al Hidayah Kendal
D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa
nilai peserta didik sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mengikuti
pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material
lokal
E. Prosedur Penelitian
45
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Penelitian,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.164
46 Sugiono,Metodologi Penelitian Kualitatif,Kuantitatif dan R&D, (Jakarta: Alfabeta,
2006), hlm.29.
xlv
a. Perencanaan
1. Menganalisis materi yang akan digunakan untuk penelitian
2. Menganalisis standar kompetensi
3. Menganalisis kompetensi dasar
4. Menyusun petunjuk praktikum
5. Mempersiapkan instrument penelitian berupa tes tertulis dan pedoman
wawancara
6. Melakukan uji validitas dan uji realibilitas
7. Revisi instrumen
b. Pelaksanaan
1. Melaksanakan pretest
2. Membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok
terdiri atas 6 siswa dan 2 kelompok terdiri atas 5 siswa
3. Membagikan petunjuk praktikum dan memberi pengarahan mengenai
pelaksanaan praktikum
4. Melaksanakan kegiatan praktikum
5. Melakukan postest
6. Melakukan wawancara terhadap peserta didik
c. Penyelesaian
1. Pengolahan data hasil penelitian
2. Menganalisis dan membahas hasil penelitian
3. Menarik kesimpulan
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data mengenai pencapaian aspek kognitif
peserta didik, digunakan pendekatan studi lapangan. Penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data konkrit yang terjadi dalam melakukan praktikum.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Metode Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan yang didinginkan tentang
xlvi
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.47
Secara
umum, fungsi tes ada dua, yaitu:48
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pembelajaran yang telah
ditentukan, telah dapat dicapai
Tes ini harus dapat mengukur keseluruhan kemampuan berpikir atau
penguasaan aspek kognitif peserta didik yang dikembangkan dalam
pembelajaran. Penguasaan yang dimaksud adalah penguasaan aspek
kognitif menurut taksonomi Bloom. Tes tertulis diberikan sebagai pretest
dan postest yang digunakan untuk mengukur penguasaan aspek kognitif
peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam
basa dengan metode praktikum berbasis material lokal. Sebelum soal tes
digunakan untuk memperoleh data penelitian, terlebih dahulu soal tersebut
diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
1. Validitas
Sebuah instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas jika
hasilnya sesuai dengan kriteria tertentu, dalam arti memiliki
kesejajaran antara hasil pengukuran dengan kriteria tersebut. 49
Cara
yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan
mengorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Teknik korelasi
47
H.M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm.35.
48 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2008),
hlm.67.
49 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), hlm. 134.
xlvii
yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Carl
Pearson. Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:50
a. Korelasi product moment dengan deviasi atau simpangan
rxy =
22 yx
xy
b. Korelasi product moment dengan angka kasar
rxy =
22 YNXN
YXXYN
keterangan:
rxy= koefisien korelasi antara variabel x dan y
∑xy= jumlah perkalian x dan y
x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat
dari y
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris,
berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes
dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila
diteskan berkali-kali. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
r11 =
2
2
1 S
pqS
k
k
keterangan:
k : banyaknya butir soal
∑pq : jumlah dari pq
S2 :
varians soal
3. Daya Beda
50
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, hlm. 135.
xlviii
Daya beda (DB) adalah kemampuan butir soal dalam membedakan
peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.51
Rumus yang digunakan adalah:
D = JB
BB
JB
BA
Keterangan:
D : Daya pembeda soal
BA : Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
BB : Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JA : Banyaknya peserta didik pada kelompok atas
JB : Banyaknya peserta didik pada kelompok bawah
Kriteria pada daya beda adalah sebagai berikut:
Interval DB Kriteria
DB ≤ 0,00
0,00 < DB ≤ 0,20
0,20 < DB ≤ 0,40
0,40 < DB ≤ 0, 70
0,70 < DB ≤ 1,00
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
4. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran (TK) didefinisikan sebagai proporsi individu
peserta tes yang menjawab benar. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:52
TK =
P
B
Keterangan:
TK : Tingkat kesukaran
∑B : Jumlah peserta didik yang menjawab benar
51 Purwanto, Evaluasi Hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 102.
52 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 99
xlix
∑P : Jumlah peserta tes
Kriteria sebagai berikut:
Interval P Kriteria
0,00 < IK ≤ 0,30
0,30 < IK ≤ 0,70
0,70 < IK ≤ 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
b. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab
sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:53
1) Wawancara bebas
Dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan tertentu yang telah
dibuat oleh subjek evaluasi
2) Wawancara terpimpin
Adalah wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu
G. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian meliputi penilaian tes terhadap aspek kognitif
peserta didik sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mengikuti pembelajaran
titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal sebagai
data utama dan wawancara sebagai data pendukung. Pengolahan data pretest
dan postest bertujuan untuk mengetahui profil penguasaan aspek kognitif
peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode
praktikum berbasis material lokal. Berikut adalah langkah-langkah yang
dilakukan dalam analisis data pretest dan postest keseluruhan aspek kognitif
peserta didik:
53
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm. 30.
l
1. Menghitung skor mentah pada jawaban pretest dan postest. Pemberian skor
pada pretest dan postest diambil berdasarkan jumlah jawaban yang benar.
Jawaban yang benar mendapat nilai satu sedangkan jawaban yang salah
mendapat nilai nol.
2. Mengubah nilai kedalam persentase (%) dengan cara:
Nilai peserta didik (%) = nkeseluruhajumlahsoal
banbenarjumlahjawax 100%
3. Kategori rata-rata pencapaian aspek kognitif siswa adalah sebagai
berikut:54
81% - 100% : sangat baik
61% - 80% : baik
41% - 60% : cukup
21% - 40% : kurang
0% - 20% : gagal
4. Menghitung persentase (%) rata-rata pretest dan postest setiap domain
aspek kognitif dengan cara:
Rata-rata pretest (%) =
x 100%
Rata-rata posttest (%) =
x 100%
5. Menghitung nilai peningkatan yang dicapai (N-Gain) dengan cara:
g =
x 100%
Keterangan peningkatan aspek kognitif siswa sebagai berikut:
g> 70% : Tinggi
30% < g > 70% : Sedang
g< 30% : Rendah
54
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, hlm. 245.
li
Setelah dilakukan pengolahan data hasil tes seluruh peserta didik, maka dilakukan
wawancara terhadap peserta didik. Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancara. Salah satu
tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam
tentang responden yang diwawancara. Isi dari pedoman wawancara
dikembangkan berdasarkan jawaban peserta didik terhadap tes tertulis yang
diberikan sesudah (postest) mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum
berbasis material lokal untuk mengetahui profil penguasaan aspek kognitif peserta
didik. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui lebih
dalam jawaban peserta didik sehingga akan tergambar penguasaan aspek kognitif
peserta didik tersebut secara objektif dan lebih mendalam.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lii
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas tentang profil aspek kognitif peserta didik kelas XI
sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mengikuti pembelajaran titrasi asam basa
dengan metode praktikum berbasis material lokal. Untuk memperoleh data-data
yang dibutuhkan penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan yaitu di
SMA NU 01 Al Hidayah Kendal. Adapun cara yang dilakukan untuk memperoleh
data adalah dengan melakukan tes tertulis dan wawancara terhadap peserta didik
kelas XI sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam basa dengan
metode praktikum berbasis material lokal.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Pebruari sampai dengan 29 Pebruari
2012 dengan kelas XI IPA sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini, dilakukan
pembelajaran Kimia materi titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis
material lokal, artinya bahwa dalam pembelajaran ini peserta didik memanfaatkan
alat dan bahan yang berasal dari lingkungan sekitar seperti asam cuka, kunyit,
siring bekas suntikan dan gelas bekas tempat mencuci mata (borwater). Gambar
4.1 berikut adalah gambar alat dan bahan yang digunakan pada saat pembelajaran:
Gambar 4.1. Alat dan bahan yang digunakan pada saat pembelajaran
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu penulis menentukan materi
pelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan petunjuk
praktikum, membuat instrumen berupa soal pilihan ganda (multiple choice)
sebanyak 40 soal. Soal tersebut mencakup enam domain dari aspek kognitif, yaitu
domain mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4),
mensintesis (C5) dan mengevaluasi (C6). Selanjutnya soal tersebut diuji validitas
liii
dan reliabilitas. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, didapatkan hasil seperti
pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas
No. Jenis Ukuran Kriteria No. Soal
1. Validitas Valid 3, 5. 7, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29,
31, 36
Tidak valid 1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 27, 30, 32, 33, 34,
35, 37, 38, 39, 40
2. Reliabilitas Dipakai 3, 7, 11, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 29, 31
Dibuang 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17,
26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40
Dari Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa hanya terdapat 23 soal valid dan
14 soal dipakai. Soal tersebut hanya mencakup empat domain aspek kognitif,
yaitu domain mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3) dan
menganalisis (C4). Oleh karena itu, pada bab ini hanya akan dianalisis empat
domain kognitif saja.
Sebanyak 20 soal tes tertulis yang mencakup empat domain aspek kognitif
diujikan kepada peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan sesudah (postest)
mengikuti pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis
material lokal. Tabel 4.2 berikut adalah data hasil tes peserta didik sebelum
pembelajaran (pretest):
Tabel 4.2. Data hasil tes peserta didik sebelum pembelajaran (pretest)
NOMOR NAMA SISWA L/P PRETEST
URUT NIS
1 5521 ABDUL ROHMAN L 50
2 5530 BAROKAH P 30
3 5531 BIAS RIFKI HASYIM MUSYAWAL L 20
liv
4 5532 DA‟I MUHAMAD ABDUL L 20
5 5535 DHUROTUN NAFISAH P 30
6 5536 DWI MUSTIKA SARI P 20
7 5539 FATKHIYATUL ULFAH P 40
8 5542 IKAWATI P 20
9 5543 ISMAWATI P 10
10 5544 ISNAWATI DEFI P 30
11 5545 JIHAN ROFIANA P 20
12 5547 KASPARI L 60
13 5548 KUSNUL HIDAYATI P 20
14 5551 MILLATUL LATHIFAH P 30
15 5552 MOHAMAD MUSLIH L 50
16 5553 MUFTIATUL NAFIAH P 30
17 5557 MUKHSIN L 40
18 5559 RIFQI MA‟ARUF L 30
19 5560 RINA SETIYANINGSIH P 20
20 5562 SAIDATUL ROHMAH P 30
21 5563 SINTYA WULANDARI P 50
22 5564 SISMA SWA PURNAMASARI P 30
23 5566 SITI ASTUTI P 30
24 5568 SITI NUR AMALIA P 10
25 5569 SITI ZULAEKHAH P 20
26 5574 TRI MULYANI P 20
27 5575 ULYA NUR AFIDAH P 60
28 5576 USWATUN KHASANAH P 30
29 5583 NUR INDAH SARI SETIYANI P 30
lv
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa penguasaan aspek
kognitif peserta didik sebelum pembelajaran tergolong sangat rendah. Hal ini
karena peserta didik belum memahami benar apa yang dimaksud dengan titrasi
asam basa. Sedangkan data hasil tes peserta didik sesudah (postest) pembelajaran
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Data hasil tes peserta didik sesudah (postest) pembelajaran
NOMOR NAMA SISWA L/P POSTEST
URUT NIS
1 5521 ABDUL ROHMAN L 65
2 5530 BAROKAH P 60
3 5531 BIAS RIFKI HASYIM MUSYAWAL L 72,5
4 5532 DA‟I MUHAMAD ABDUL L 60
5 5535 DHUROTUN NAFISAH P 72,5
6 5536 DWI MUSTIKA SARI P 65
7 5539 FATKHIYATUL ULFAH P 67,5
8 5542 IKAWATI P 70
9 5543 ISMAWATI P 60
10 5544 ISNAWATI DEFI P 75
11 5545 JIHAN ROFIANA P 70
12 5547 KASPARI L 62,5
13 5548 KUSNUL HIDAYATI P 65
14 5551 MILLATUL LATHIFAH P 75
15 5552 MOHAMAD MUSLIH L 62,5
16 5553 MUFTIATUL NAFIAH P 72,5
17 5557 MUKHSIN L 67,5
18 5559 RIFQI MA‟ARUF L 70
lvi
19 5560 RINA SETIYANINGSIH P 75
20 5562 SAIDATUL ROHMAH P 65
21 5563 SINTYA WULANDARI P 77,5
22 5564 SISMA SWA PURNAMASARI P 75
23 5566 SITI ASTUTI P 70
24 5568 SITI NUR AMALIA P 67,5
25 5569 SITI ZULAEKHAH P 70
26 5574 TRI MULYANI P 75
27 5575 ULYA NUR AFIDAH P 70
28 5576 USWATUN KHASANAH P 70
29 5583 NUR INDAH SARI SETIYANI P 72,5
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan
aspek kognitif peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan metode
praktikum berbasis material lokal. Hal ini berarti bahwa peserta didik telah
mengalami proses belajar. Peserta didik sangat antusias dalam proses
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:
Peserta didik :”Lebih asyik dengan praktikum kayak sekarang. Soalnya selain
lebih paham kita juga bisa membuktikan teori secara langsung jadi
kita gak ngawang-ngawang. Kalau teori terus bosan dan ngantuk
Bu. Selain itu praktikum ini juga membuat kita jadi tahu ternyata
untuk melaksanakan praktikum tidak harus menggunakan alat dan
bahan yang mahal, karena kita bisa memanfaatkan alat dan bahan
yang ada disekitar kita”
Gambar 4.2 berikut adalah gambar proses pembelajaran titrasi asam basa dengan
metode praktikum berbasis material lokal yang diikuti oleh peserta didik dengan
antusias.
lvii
Gambar 4.2. Proses pembelajaran dengan metode praktikum berbasis
material lokal
Selanjutnya data hasil tes tertulis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
yang kemudian dianalisis. Hasil pengolahan data tes tertulis untuk mengetahui
nilai rata-rata peserta didik kelas XI sebelum (pretest) dan sesudah (postest)
mengikuti pembelajaran titrasi asam basa secara keseluruhan disajikan dalam
Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan
Nilai Rata-Rata
Pretest Postest
30 68, 96
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan grafik seperti
pada Gambar 4.3 berikut:
lviii
Gambar 4.3. Grafik nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan
Adapun profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum (pretest) dan
sesudah (postest) pembelajaran secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.5. Profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum dan
sesudah pembelajaran secara keseluruhan55
Parameter Pretest Postest
Rata-rata jumlah jawaban benar /Jumlah soal 6/20 14/20
Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah
soal
30 % 70 %
Kategori pencapaian Kurang Baik
Peningkatan (N-Gain) 55,65 %
Kategori pencapaian Sedang
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan grafik seperti
pada Gambar 4.4 berikut:
55
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 12
0
20
40
60
80
hasil tes
pre test
post test
lix
Gambar 4.4. Grafik profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum
dan sesudah pembelajaran secara keseluruhan
N-Gain dengan nilai 55,65% menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pencapaian aspek kognitif pesera didik antara sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal.
Hal ini membuktikan bahwa peserta didik telah mengalami proses belajar, karena
seperti yang diungkapkan oleh Morgan dalam buku Introduction to Psycology
yang kemudian dikutip oleh Ngalim Purwanto bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari
latihan atau pengalaman.
Peningkatan pencapaian aspek kognitif peserta didik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu dengan praktikum berbasis material lokal peserta
didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini terlihat dari sikap peserta
didik yang antusias dan semangat pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu,
pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal mendorong
peserta didik membangun hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan prosedur
praktikum yang dilakukan dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga
praktikum mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Salah satu contohnya adalah penggunaan asam cuka, indikator alami kunyit
dan NaOH sebagai bahan praktikum serta penggunaan gelas bekas tempat
mencuci mata (borwater) dan siring bekas suntikan sebagai alat dalam praktikum.
Alat dan bahan tersebut bersifat sederhana dan tidak asing bagi peserta didik.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
hasil tes keseluruhan
pretest
postest
N-Gain
lx
B. Pembahasan
Berikut ini akan dibahas mengenai analisis empat domain kognitif, yaitu
domain mengingat (C1), domain memahami (C2), domain mengaplikasi (C3) dan
domain menganalisis (C4).
1. Domain Mengingat (C1)
Soal untuk penguasaan domain mengingat terdapat pada soal nomor 1
sampai dengan 5. Pada soal tersebut peserta didik diharapkan mampu
mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya. Pada soal nomor 1
misalnya, peserta didik diharapkan dapat mengingat kembali rumus kimia asam
cuka dan soda api yang merupakan bahan yang digunakan untuk praktikum.
Berdasarkan pengolahan data soal domain mengingat (soal nomor 1 sampai 5),
didapatkan profil seperti pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Profil pretest dan post test domain mengingat (C1)56
Parameter Pretest Postest
Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 2/5 3/5
Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 40 % 60 %
Kategori pencapaian Kurang Cukup
N-Gain 33,33 %
Kategori pencapaian Sedang
Dari Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest peserta
didik pada domain mengingat (C1) adalah 40 %. Hal ini menunjukkan bahwa
pada awal pembelajaran tingkat penguasaan aspek kognitif pada domain
mengingat (C1) tergolong kurang. Kemudian dari hasil postest diperoleh nilai
rata-rata peserta didik mencapai 60 %. Hal tersebut berarti bahwa penguasaan
domain mengingat peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan
56
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13a
lxi
metode praktikum berbasis material lokal sudah mencapai tingkat penguasaan
yang cukup baik. Dari perbandingan nilai pretest dan postest diperoleh nilai N-
Gain sebesar 33,33% dengan kategori peningkatan sedang. Gambaran
mengenai profil peningkatan domain mengingat (C1) peserta didik dapat
dilihat pada Gambar 4.5 yang berupa grafik nilai rata-rata pretest, postest dan
N-Gain berikut ini:
Gambar 4.5. Grafik profil peningkatan domain mengingat (C1)
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa penguasaan domain mengingat peserta
didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran titrasi asam basa dengan
metode praktikum berbasis material lokal tergolong cukup baik. Hal tersebut
ditunjukkan dari nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik. Salah satu faktor
yang menyebabkan peserta didik lebih mudah mengingat materi yang
disampaikan yaitu karena proses pembelajaran dengan metode praktikum
membuat peserta didik tidak hanya mendengar dan melihat saja tetapi juga
melakukan dan membuktikan sendiri apa yang terdapat dalam teori. Hal ini
membuktikan bahwa melalui kegiatan praktikum, pembelajaran menjadi lebih
bermakna sehingga peserta didik lebih mudah mengingat materi pembelajaran
yang disampaikan.
2. Domain Memahami (C2)
Soal untuk pengusaan domain memahami (C2) terdapat pada soal nomor 6
sampai dengan 10. Pada soal ini diharapkan peserta didik dapat memahami
materi pembelajaran yang disampaikan. Pada soal nomor 6 misalnya, peserta
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
hasil tes domain mengingat (C1)
pretest
postest
N-gain
lxii
didik diharapkan mampu memahami hubungan antara perubahan warna yang
terjadi pada kertas lakmus merah dan biru dengan sifat larutan yang diuji
dengan kertas lakmus. Berdasarkan pengolahan data lima soal (soal nomor 6
sampai dengan 10) domain memahami (C2) didapatkan profil seperti pada
Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Profil pretest dan postest domain memahami (C2)57
Parameter Pretest Postest
Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 1/5 3/5
Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 20% 60%
Kategori pencapaian Sangat
kurang
Cukup
N-Gain 50 %
Kategori Pencapaian Sedang
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest
peserta didik pada domain memahami (C2) adalah sebesar 20%. Hal ini
menunjukkan bahwa pada awal pembelajaran tingkat penguasaan domain
memahami (C2) peserta didik masih tergolong sangat kurang. Kemudian
berdasarkan nilai rata-rata postest peserta didik meningkat menjadi 60%
dengan tingkat penguasaan yang cukup baik. Dari perbandingan nilai rata-rata
pretest dan postest diperoleh nilai N-Gain sebesar 50% dengan kategori
pencapaian sedang. Gambaran mengenai profil peningkatan domain memahami
(C2) peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.6 yang berupa grafik nilai rata-
rata pretest, postest dan N-Gain berikut:
57
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13b
lxiii
Gambar 4.6. Grafik profil peningkatan domain memahami (C2)
Beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan peserta didik terhadap
domain memahami (C2) meningkat diantaranya karena sebelumnya peserta
didik telah mempelajari konsep asam basa dan sifat-sifatnya sehingga peserta
didik hanya perlu mengingat kembali dan memahami dengan teliti pertanyaan
yang diberikan. Selain itu, pembelajaran dengan metode praktikum berbasis
material lokal yang dilakukan secara berkelompok turut memberi kontribusi
dalam penguasaan aspek kognitif peserta didik karena peserta didik lebih
termotivasi dalam belajar dengan menggunakan metode tersebut. Hal ini
didukung oleh pendapat Sagala dalam buku Konsep dan Makna Pembelajaran
Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar bahwa
peserta didik dengan motivasi tinggi akan lebih aktif dalam belajar guna
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
3. Domain Mengaplikasi (C3)
Soal tes untuk uji domain mengaplikasi (C3) terdapat pada soal nomor 11
sampai dengan 15. Pada soal ini peserta didik diharapkan mampu menentukan
harga Ka suatu asam lemah, menghitung pH larutan hasil titrasi dan
menentukan banyaknya larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
HCl. Pada soal nomor 11 misalnya peserta didik diharapkan mampu
menentukan harga Ka asam lemah HA. Hasil pengolahan data dari lima soal
domain mengaplikasi (C3) dapat dilihat pada Tabel 4.8 berupa profil nilai rata-
rata pretest dan postest peserta didik berikut ini:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
hasil tes domain memahami (C2)
pretest
postest
N-Gain
lxiv
Tabel 4.8. Profil pretest dan postest domain mengaplikasi (C3)58
Parameter Pretest Postest
Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0/5 3/5
Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0% 60%
Kategori pencapaian Sangat
kurang
Cukup
N-Gain 60%
Kategori peningkatan Sedang
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest peserta
didik untuk domain mengaplikasi (C3) hanya 0%. Hal ini menunjukkan bahwa
pada awal pembelajaran tingkat penguasaan domain mengaplikasi (C3) peserta
didik pada domain ini sangat kurang. Setelah peserta didik mengalami proses
pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis material
lokal didapatkan nilai rata-rata postest peserta didik meningkat menjadi 60%
dengan tingkat penguasaan yang cukup baik. Dari perbandingan nilai rata-rata
pretest dan postest peserta didik diperoleh nilai N-Gain sebesar 60% dengan
kategori pencapaian sedang. Gambaran mengenai profil peningkatan domain
mengaplikasi (C3) peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.7 yang berupa
grafik nilai rata-rata pretest, postest dan N-Gain berikut:
Gambar 4.7. Grafik profil peningkatan domain mengaplikasi (C3)
58
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13c
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
hasil tes domain mengaplikasi (C3)
pretest
postest
N-Gain
lxv
Berdasarkan Gambar 4.7 tampak adanya perbedaan yang sangat jelas
antara nilai rata-rata pretest (0%) dan postest (60%) peserta didik untuk
domain mengaplikasi (C3). Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai N-Gain
sebesar 60%. Berdasarkan nilai pretest dan postest peserta didik tesebut dapat
dikatakan bahwa tingkat penguasaan aspek kognitif domain mengaplikasi (C3)
peserta didik sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode praktikum
berbasis material lokal masih sangat kurang.
Setelah mengalami pembelajaran dengan metode tersebut, penguasaan
aspek kognitif domain mengaplikasi (C3) peserta didik meningkat cukup baik.
Hal ini disebabkan karena setelah peserta didik mengalami pembelajaran
dengan metode praktikum berbasis material lokal telah memahami dengan baik
bagaimana cara menghitung Ka asam lemah yang benar, menghitung jumlah
NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan HCl dan menghitung pH akhir
titrasi dengan benar.
Silvernius dalam bukunya Evaluasi Hasi Belajar dan Umpan balik,
mengungkapkan bahwa domain menerapkan atau mengaplikasi (C3) umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dalam
penyelesaiannya. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang perlu
dipecahkan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, penguasaan
domain mengaplikasi (C3) harus didasari oleh pemahaman yang mendalam
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
4. Domain Menganalisis (C4)
Soal tes untuk uji domain menganalisis (C4) terdapat pada soal nomor 16
sampai dengan 20. Pada soal nomor 16 misalnya, peserta didik diharapkan
mampu menganalisis massa atom relatif suatu basa kuat yang dinetralkan
dengan larutan HCl 0,4 M sebanyak 100 mL. Hasil pengolahan data lima soal
tes domain menganalisis (C4) dapat dilihat pada Tabel 4.9 berupa profil nilai
rata-rata pretest dan postest peserta didik berikut ini:
lxvi
Tabel 4.9. Profil nilai pretest dan postest domain menganalisis (C4)59
Parameter Pretest Postest
Rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0/5 3/5
Persentase rata-rata jumlah jawaban benar/jumlah soal 0% 60%
Kategori pencapaian Sangat
kurang
Cukup
N-Gain 60%
Kategori pencapaian Sedang
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest
peserta didik untuk domain menganalisis (C4) hanya 0%. Hal ini menunjukkan
bahwa pada awal pembelajaran tingkat penguasaan domain menganalisis (C4)
peserta didik pada domain ini sangat kurang. Setelah peserta didik mengalami
proses pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum berbasis
material lokal didapatkan nilai rata-rata postest peserta didik meningkat
menjadi 60% dengan tingkat penguasaan yang cukup baik. Dari perbandingan
nilai rata-rata pretest dan postest peserta didik diperoleh nilai N-Gain sebesar
60% dengan kategori pencapaian sedang. Gambaran mengenai profil
peningkatan domain menganalisis (C4) peserta didik dapat dilihat pada
Gambar 4.8 yang berupa grafik nilai rata-rata pretest, postest dan N-Gain
berikut:
59
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13d
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
hasil tes domain menganalisis (C4)
pretest
postest
N-Gain
lxvii
Gambar 4.8. Profil peningkatan domain menganalisis (C4)
Berdasarkan Gambar 4.8 tampak adanya perbedaan yang sangat jelas
antara nilai rata-rata pretest (0%) dan postest (60%) peserta didik untuk
domain menganalisis (C4). Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai N-Gain
sebesar 60%. Berdasarkan nilai pretest dan postest peserta didik tesebut dapat
dikatakan bahwa tingkat penguasaan aspek kognitif domain menganalisis (C4)
peserta didik sebelum pembelajaran dengan metode praktikum berbasis
material lokal masih sangat kurang. Hal ini berarti bahwa peserta didik belum
memiliki dasar kognitif yang baik.
Setelah mengalami pembelajaran dengan metode tersebut, penguasaan
aspek kognitif domain menganalisis (C4) peserta didik meningkat cukup baik.
Hal ini disebabkan karena setelah peserta didik mengalami pembelajaran
dengan metode praktikum berbasis material lokal telah memahami cukup baik
bagaimana cara menghitung massa atom relatif dari konsentrasi basa yang
dibutuhkan untuk menetralkan HCl 0,4 M sebanyak 100mL, meskipun masih
ada beberapa peserta didik yang kesulitan mencari hubungan antara konsentrasi
dengan massa atom relatif.
Domain menganalisis (C4) merupakan domain kognitif yang lebih tinggi
dari domain sebelumnya. Menurut Firman dalam bukunya Penilaian Hasil
Belajar dalam Pengajaran Kimia, bahwa kemampuan kognitif yang lebih tinggi
sifatnya lebih kompleks dan merupakan peningkatan dari domain yang lebih
rendah. Melalui pertanyaan analisis peserta didik diharapkan mampu
mengidentifikasi langkah-langkah logis dalam proses berfikir hingga sampai
pada kesimpulan, mengenali, mengidentifikasi dan membedakan informasi
tertentu. Aktivitas kognitif yang dituntut pada domain ini lebih dari memahami
konsep secara umum, melainkan secara kritis dapat mengidentifikasi bagian-
bagian rincian yang lebih khusus.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa setiap domain
aspek kognitif mengalami peningkatan yang berbeda-beda. Tabel 4.8 berikut
menunjukkan perbandingan peningkatan penguasaan setiap domain aspek
lxviii
kognitif peserta didik kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran titrasi
asam basa dengan metode praktikum berbasis material lokal:
Tabel 4. 8. Perbandingan peningkatan penguasaan aspek kognitif
Domain aspek kognitif Peningkatan
Domain mengingat (C1) 33, 33 %
Domain memahami (C2) 50 %
Domain mengaplikasi (C3) 60 %
Domain menganalisis (C4) 60 %
Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan Grafik 4. 9 seperti
berikut:
Berdasarkan Tabel 4.8 dan gambar 4.9 dapat diketahui bahwa peningkatan
penguasaan aspek kognitif paling tinggi terjadi pada domain mengaplikasi (C3)
dan menganalisis (C4) yaitu sebesar 60 %. Hal ini karena kedua domain
tersebut menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving)
dalam penyelesaiannya. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang
0
10
20
30
40
50
60
lxix
perlu dipecahkan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu,
penguasaan domain mengaplikasi (C3) dan menganalisis (C4) harus didasari
oleh pemahaman yang mendalam mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan masalah yang akan dipecahkan.
Sedangkan peningkatan penguasaan aspek kognitif terendah terjadi pada domain
mengingat (C1) yaitu 33, 33 %. Hal ini karena mengingat merupakan domain
kognitif yang paling dasar dan sebelumnya peserta didik telah mengetahui
pengertian asam dan basa. Akibatnya peserta didik tidak mengalami kesulitan
yang berarti dalam mengingat kembali pengertian asam dan basa.
lxx
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, terjadi peningkatan penguasaan aspek kognitif peserta
didik yang cukup signifikan setelah dilakukan pembelajaran titrasi asam
basa dengan metode praktikum berbasis material lokal
2. Nilai rata-rata pencapaian penguasaan aspek kognitif peserta didik secara
keseluruhan sebelum mengikuti pembelajaran Kimia materi pokok titrasi
asam basa adalah 30% dengan kategori pencapaian kurang, sedangkan
pencapaian penguasaan aspek kognitif peserta didik setelah pembelajaran
adalah 70% dengan kategori pencapaian baik serta peningkatan penguasaan
aspek kognitif secara keseluruhan pada seluruh aspek kognitif termasuk
kategori sedang yaitu 55,65%
3. Peningkatan pencapaian aspek kognitif untuk domain mengingat (C1)
sebesar 33,33% dengan kategori sedang. Peningkatan pencapaian aspek
kognitif domain memahami (C2) sebesar 50% dengan kategori pencapaian
sedang. Sedangkan untuk peningkatan pencapaian aspek kognitif domain
mengaplikasi (C3) sebesar 60% dengan kategori pencapaian sedang dan
peningkatan pencapaian domain menganalisis (C4) sebesar 60% dengan
kategori sedang. Dari keempat domain aspek kognitif, domain yang
mengalami penigkatan tertinggi adalah domain mengaplikasi (C3) dan
domain menganalisis (C4). Sedangkan domain yang mengalami
peningkatan paling rendah adalah domain mengingat (C1).
B. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian, maka
saran yang dapat diajukan antara lain:
lxxi
1. Pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengembangkan proses berfikir atau kognitif peserta didik.
2. Penerapan pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal
perlu dilakukan berkesinambungan dengan subyek materi Kimia lainnya
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik aspek kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
3. Bagi guru yang akan menerapkan pembelajaran dengan metode praktikum
berbasis material lokal sebaiknya:
a. Pada tahap pembelajaran harus lebih diperhatikan tahap apersepsi untuk
membangun ketertarikan peserta didik dengan metode tersebut
b. Memiliki perbendaharaan prosedur yang cukup banyak
4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, sebaiknya memilih
materi pembelajaran yang lain yang memungkinkan untuk dilakukan di
dalam laboratorium ataupun diluar laboratorium sehingga konsep dalam
materi pembelajaran lebih mudah dipahami peserta didik.
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SW yang
telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis dan
shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW,
akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari meskipun dalam penulisan ini telah berusaha semaksimal
mungkin, namun dalam penulisan ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan.
Hal ini semata-mata karena keterbaasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk
mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
lxxii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi‟i, 2008)
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010)
As‟ari Djohar, Pembelajaran Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011)
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2010)
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta:
remaja Rosdaskarya, 2009)
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi‟i, 2008)
2003)
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008)
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003)
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), hlm. 76.
Pembelajaran_ Kognitif Djohar.Pdf, di akses tanggal 27 Pebruari 2012
lxxiii
Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009)
Retno Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010)
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen, terj. Agung Prihantoro,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Fifid Fidian, Metode Praktikum dalam http://fifin-
fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan- metode-praktikum-dalam.html
diakses tgl 23 februari 2012
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008)
Sisca dalam share+hibah+assessmen+hibah+pasca+bu+sisca.Pdf (SECURED),
diakses tanggal 27 Pebruari 2012
David S. Hage dan James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative
Analysis, (USA: Person Education, Inc, 2010)
M. Sodiq Ibnu dkk, Common Textbook Edisi Revisi Kimia Analitik I, (JICA:
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, 2004)
Soerais Soediromargoso dan Abdul Rohman, “Analisis Volumetri”, dalam
Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman, Pengantar Kimia Farmasi
Analisis Titrimetri dan Volumetri, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008)
Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2, terj.
Suminar Setiadi Ahmad, (Jakarta: Erlangga, 2006)
Hardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, (Jogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008)
Wijayanti, Asam Basa dalam http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva-
titrasi-asam- basa.html di akses tanggal 25 Pebruari 2012
lxxiv
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100508192019AALnmVA, di
akses 17 Pebruari 2012
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010)
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Penelitian,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Sugiono,Metodologi Penelitian Kualitatif,Kuantitatif dan R&D, (Jakarta:
Alfabeta, 2006)
H.M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo persada,
2008)
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010)
Purwanto, Evaluasi Hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006)
lxxv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget
Tabel 2 : Dimensi kognitif menurut Bloom
Tabel 3 : Beberapa Indikator Asam Basa
Tabel 4 : Perubahan warna indikator alami
Tabel 5 : Hasil uji validitas dan reliabilitas
Tabel 6 : Data hasil tes peserta didik sebelum pembelajaran (pretest)
Tabel 7 : Data hasil tes peserta didik sesudah (postest) pembelajaran
Tabel 8 : Nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan
Tabel 9 : Profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran secara keseluruhan
Tabel 10 : Profil pretest dan post test domain mengingat (C1)
Tabel 11 : Profil pretest dan postest domain memahami (C2)
Tabel 12 : Profil pretest dan postest domain mengaplikasi (C3)
Tabel 13 : Profil nilai pretest dan postest domain menganalisis (C4)
Tabel 14 : Perbandingan peningkatan penguasaan aspek kognitif
lxxvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Pola pengembangan fungsi kognitif peserta didik
Gambar 2 : Alat-alat titrasi
Gambar 3 : Kurva titrasi asam kuat basa kuat
Gambar 4 : Kurva titrasi basa lemah asam kuat
Gambar 5 : Kurva titrasi asam lemah basa kuat
Gambar 6 : Kurva titrasi asam lemah basa lemah
Gambar 7 : Struktur fenolftalein (PP)
Gambar 8 : Struktur tautomerisasi fenolftalein
Gambar 9 : Gambar indikator alami
Gambar 10 : Alat dan bahan yang digunakan pada saat pembelajaran
Gambar 11 : Proses pembelajaran titrasi asam basa dengan metode praktikum
berbasis material lokal
Gambar 12 : Grafik nilai rata-rata pretest dan postest secara keseluruhan
Gambar 13 : Grafik profil pencapaian aspek kognitif peserta didik sebelum dan
sesudah pembelajaran secara keseluruhan
Gambar 14 : Grafik profil peningkatan domain mengingat (C1)
Gambar 15 : Grafik profil peningkatan domain memahami (C2)
Gambar 16 : Grafik profil peningkatan domain mengaplikasi (C3)
Gambar 17 : Profil peningkatan domain menganalisis (C4)
Gambar 18 : Perbandingan peningkatan penguasaa aspek kognitif
lxxvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2 : Kisi- kisi soal
Lampiran 3 : Soal Pilihan Ganda
Lampiran 4 : Petunjuk praktikum
Lampiran 5 : Lembar penilaian psikomotorik
Lampiran 6 : Daftar nama peserta didik kelas XI IPA
Lampiran 7 : Kutipan Wawancara dengan peserta didik
Lampiran 8 : Uji Validitas
Lampiran 9 : Uji Reliabilitas
Lampiran 10 : Daya pembeda
Lampiran 11 : Perhitungan pencapaian aspek kognitif secara keseluruhan
Lampiran 12 : Perhitungan pencapaian aspek kognitif pada tiap-tiap domain
lxxviii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lailatul Mukharomah
Tempat/tgl Lahir :Kendal, 24 Juli 1990
Alamat :Jl. Kyai Tulus Gg. Asri Rt.03/01 No.25 Kel. Jetis Kec.
Kendal
Pendidikan :
1. SDN Bugangin Kendal lulus tahun 2002
2. SMPN 1 Kendal lulus tahun 2005
3. SMAN 2 Kendal lulus tahun 2008
4. IAIN Walisongo angkatan 2008
Demikian daftar riwayat pendidikan Penulis ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 12 Juni 2012
Penulis
Lailatul mukharomah
NIM. 083711027