94
i ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS KAKI PASCA KEBIJAKAN ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (Studi Kasus di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut) Oleh Lutfy Nugraha NIM: 11140840000047 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

i

ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI

ALAS KAKI PASCA KEBIJAKAN ASEAN-CHINA

FREE TRADE AREA

(Studi Kasus di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut)

Oleh

Lutfy Nugraha

NIM: 11140840000047

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI

ALAS KAKI PASCA KEBIJAKAN ASEAN-CHINA

FREE TRADE AREA

(Studi Kasus di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Lutfy Nugraha

NIM: 11140840000047

Di bawah Bimbingan

Pembimbing

Djaka Badranaya S.Ag., M.E.

NIP. 197705302007011088

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 3: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jumat Tanggal 13 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan Belas telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Lutfy Nugraha

2. NIM : 11140840000047

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki

Pasca Kebijakan ASEAN – China Free Trade Area

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 April 2018

1. Zaenal Muttaqin

NIP. 197905032011011006 ( )

Penguji Ahli I

2. Rahmah Farahdita

NIP. - ( )

Penguji Ahli II

Page 4: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 27 Januari 2020 Telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Lutfy Nugraha

2. NIM : 11140840000047

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki

Pasca Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (Studi Kasus di Sentra

Industri Alas Kaki Cibaduyut)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2020

1. Deni Pandu Nugraha, M.Sc (________________)

NIDN. 2012108503 Ketua

2. Najwa Khairina, M.A (________________)

NIP. 198711132018012001 Penguji Ahli

3. Djaka Badranaya, M.E (________________)

NIP. 197705302007011088 Pembimbing

Page 5: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lutfy Nugraha

NIM : 11140840000047

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :

1. Tidak menggunankan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain tanpa menyebut

sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

3. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2019

Lutfy Nugraha

Page 6: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Lutfy Nugraha

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Desember 1996

3. Alamat : Jl Kebagusan Raya Gang Wates

RT 011 RW 05 No.8 Jagakarsa,

Jakarta Selatan

4. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri 14 Jagakarsa : 2002 - 2008

2. SMP Negeri 166 Jakarta : 2008 - 2011

3. SMA Negeri 109 Jakarta : 2011 - 2014

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014 - 2020

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. HMJ Ekonomi Pembangunan 2015

2. HMJ Ekonomi Pembangunan 2016

3. Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2017

4. Federasi Olahraga Mahasiswa Cabang Bola Voli 2014 - 2016

5. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia 2014 – Sekarang

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sodikin

2. Ibu : Sri Maimun Farid

3. Alamat : Jl Kebagusan Raya Gang Wates RT 011 RW 05 No.8

Jagakarsa, Jakarta Selatan

Page 7: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

vii

ABSTRACT

This study aims to analyze the dynamics of the development of the footwear

industry after the ASEAN-China Free Trade Area policy, with a case study in the

Cibaduyut footwear industry. This research uses a qualitative descriptive method

with a cross tabulation analysis.

The sample in this study was the native Cibaduyut who produced leather-

based footwear and worked on the production manually. The sampling technique

in this research is using purposive sampling.

The results showed that the growth of the footwear industry in the period

after the ACFTA policy decreased very significantly from the number of business

units and the number of workers in 2010 to 2016, this was due to the inability of

the original Cibaduyut products to compete with imported products from China in

terms of prices and model. factors affecting the development of the footwear

industry in Cibaduyut on the existence of the ACFTA policy include education,

length of business, capital, and the role of the government.

Keywords: Footwear, Cibaduyut footwear industry, ASEAN-China Free Trade

Area

Page 8: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perkembangan

industri alas kaki pasca kebijakan ASEAN-China Free Trade Area, dengan studi

kasus di industri alas kaki Cibaduyut. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif dengan analisis Tabulasi Silang (crosstabulation).

Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk asli Cibaduyut yang

memproduksi alas kaki berbahan dasar kulit dan mengerjakan produksi secara

menual. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan industri alas kaki pada

periode setelah kebijakan ACFTA mengalami penurunan yang sangat signifikan

dari jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 hingga 2016, hal

ini diakibatkan karena tidak mampunya produk asli Cibaduyut bersaing dengan

produk impor asal China dari sisi harga dan model. Faktor yang mempengaruhi

perkembangan industri alas kaki di Cibaduyut atas adanya kebijakan ACFTA

diantaranya adalah pendidikan, lama usaha, modal, dan peran pemerintah.

Kata Kunci: Alas kaki, industri alas kaki Cibaduyut, ASEAN-China Free Trade

Area

Page 9: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat

dan karuniaNya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada baginda besar

Nabi Muhammad SAW sebagai panutan serta pembimbing dalam menjalani setiap

aktivitas dalam kehidupan ini sehingga atas bantuan Allah SWT dan bimbingan

dari Nabi Muhammad SAW sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki

Pasca Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (Studi Kasus di Sentra Alas

Kaki Cibaduyut)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan. Skripsi ini dapat

terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Maka dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah

memberikan bantuan moril maupun materil, yaitu kepada:

1. Orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang,

semangat, materi dan doa atas segala yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan

pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Amilin Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Hartana Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Bapak Deni Pandu

Nugraha sebagai Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Djaka Badranaya selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Arief Fitrijanto sebagai sosok ayah di Jurusan Ekonomi Pembangunan

yang terus memberikan motivasi selama menjadi mahasiswa.

Page 10: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

x

6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Keluarga Besar HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2015 – 2016.

8. Keluarga Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Periode 2017.

9. Keluarga Besar Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN Jakarta.

10. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat

Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.

11. Keluargaku Teh ika, Aa Ade, Aa Harry, Teh Donna, Bang Oji, dan Firda yang

bersedia membantu moril maupun materi selama kuliah.

12. Tya Mutyara sebagai istri yang bersedia mendampingi dan sabar dalam

menjalani pasang surutnya kehidupan bersama.

13. Mas Sigit, Ahmad Tanoe, Agung Febrianto, dan Anggita Putri yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penyelesaian skripsi ini.

14. Hasan Hidayat, sahabat yang selalu bersama dalam suka maupun duka selama

kuliah.

15. Teman seperjuangan Jurusan Ekonomi Pembangunan, Dhimas Setyanik, Wini

Agustina, Rian Azhari, Virsa, Ulya, Ajelita, Dian, Sibad, Wahyu, dan semuanya.

16. Junior Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2015 dan 2016 yang

senantiasa memberikan semangat, informasi, dan canda tawa selama pembuatan

skripsi ini.

17. Senior maupun alumni Jurusan Ekonomi Pembangunan dan se-Fakultas

Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan kritik dan saran selama pembuatan

skripsi ini.

18. Sahabat-sahabati PMII Komfeis satu angkatan yang telah berjuang bersama

dalam roda organisasi, Nico, Aam, Robi, Melby, Iir, Ratna, Ichsan, Afdal,

Handiko, Dhio, Pepy, Najah, Limbong, Munzir, Pakong, Tiwi, Tama, Rakjon,

Reza Afifah, Liana.

19. Seluruh sahabat-sahabati PMII Komfeis junior maupun senior yang telah

memberikan pelajaran dan makna dalam berorganisasi maupun bersosial.

20. Kelompok KKN Muhajirun, atas kerjasamanya selama pengabdian kepada

masyarakat dan civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

21. Teman-teman satu angkatan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Page 11: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xi

22. Sahabat-sahabat sekolahku, Chamil, Adityo Pratomo, Adam Febriliano, Firni,

Eva, Lingga, Nita, Cahyadi Kalyubi, Aditya PR, Rizqi, Adly, Herman

23. Terima kasih kepada teman-teman SMA, SMP, dan SD penulis yang telah

memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

24. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

membantu terealisasikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tak luput dari kesalahan, karena

kesempurnaan hanya milik Allah dan kesalahan milik manusia, khususnya penulis

sendiri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

demi perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu dalam rangka mencerdaskan generasi penerus

dan menyejahterakan kehidupan bangsa.

Aamiin ya Rabbal aalamiin

Jakarta, Desember 2019

Penulis,

Lutfy Nugraha

Page 12: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ..................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

E. Pembatasan Masalah ...................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .............................................................................. 9

1. Definisi Industri ......................................................................... 9

2. Klasifikasi Industri .................................................................. 11

Page 13: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xiii

3. Daya Saing Industri ................................................................. 17

a. Definisi Daya Saing Industri ............................................... 17

b. Pendekatan Daya Saing Industri ......................................... 18

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing .............. 21

4. Industri Alas Kaki .................................................................... 23

5. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) ............................ 24

6. Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) ........... 27

a. Pengertian SWOT .............................................................. 27

b. Fungsi SWOT .................................................................... 28

c. Analisis Matriks SWOT ..................................................... 28

B. Penelitian Terdahulu .................................................................... 30

C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35

B. Populasi dan Sampel.................................................................... 35

1. Populasi ................................................................................... 35

2. Sampel ..................................................................................... 36

C. Jenis Data..................................................................................... 37

D. Sumber Data ................................................................................ 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 39

1. Kondisi Geografis .................................................................... 39

2. Kependudukan ......................................................................... 40

3. Prasarana .................................................................................. 42

4. Kelembagaan Ekonomi............................................................ 43

5. Potensi Wilayah ....................................................................... 44

B. Hasil Penelitian ............................................................................ 46

1. Hasil Olah Data Kuesioner ...................................................... 46

a. Pendidikan ........................................................................ 46

b. Lama Usaha ...................................................................... 47

c. Skema Usaha .................................................................... 48

d. Status Kepemilikan Tempat ............................................. 49

Page 14: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xiv

e. Jumlah Pekerja ................................................................. 50

f. Jenis Usaha ....................................................................... 51

g. Modal ............................................................................... 51

h. Asal Modal ....................................................................... 53

i. Pekerja Lain ...................................................................... 54

j. Strategi Pemasaran ............................................................ 54

k. Kondisi Permintaan .......................................................... 55

l. Pengaruh Impor ................................................................. 56

2. Analisis Tabulasi Silang .......................................................... 57

a. Pengaruh Impor – Pendidikan .......................................... 57

b. Pengaruh Impor – Lama Usaha ........................................ 58

c. Pengaruh Impor – Skema Usaha ...................................... 59

d. Pengaruh Impor – Modal ................................................. 60

e. Pengaruh Impor – Pemerintah .......................................... 61

3. Analisis SWOT ....................................................................... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 67

Page 15: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah unit usaha dan pengrajin sepatu di Cibaduyut Tahun

2010-2016 .................................................................................... 5

Tabel 2.1 Matriks SWOT ............................................................................ 29

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................. 30

Tabel 4.1 Penggunaan Areal Tanah ........................................................... 39

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .......................................... 40

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 41

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja ............................ 41

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok .......... 42

Tabel 4.6 Prasarana Pendidikan .................................................................. 42

Tabel 4.7 Prasarana Perumahan .................................................................. 43

Tabel 4.8 Prasarana Jalan ........................................................................... 43

Tabel 4.9 Kelembagaan Ekonomi .............................................................. 43

Tabel 4.10 Pengaruh Impor – Pendidikan .................................................... 58

Tabel 4.11 Pengaruh Impor – Lama Usaha .................................................. 59

Tabel 4.12 Pengaruh Impor – Skema Usaha ................................................ 60

Tabel 4.13 Pengaruh Impor – Modal ........................................................... 61

Tabel 4.14 Pengaruh Impor – Pemerintah.................................................... 62

Tabel 4.15 Analisis Matriks SWOT ............................................................ 62

Page 16: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ..................... 46

Grafik 4.2 Jumlah Responden Menurut Lama Usaha ................................ 47

Grafik 4.3 Jumlah Responden Menurut Skema Usaha .............................. 48

Grafik 4.4 Jumlah Responden Menurut Status Kepemilikan Tempat ........ 49

Grafik 4.5 Jumlah Responden Menurut Jumlah Pekerja ............................ 50

Grafik 4.6 Jumlah Responden Menurut Jenis Usaha .................................. 51

Grafik 4.7 Jumlah Responden Menurut Modal .......................................... 52

Grafik 4.8 Jumlah Responden Menurut Asal Modal ................................. 53

Grafik 4.9 Jumlah Responden Menurut Pekerjaan Lain ............................ 54

Grafik 4.10 Jumlah Responden Menurut Strategi Pemasaran ................... 55

Grafik 4.11 Jumlah Responden Menurut Kondisi Permintaan .................. 56

Grafik 4.12 Jumlah Responden Menurut Pengaruh Impor ........................ 57

Page 17: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Cibaduyut ...................................................... 45

Page 18: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Kuesioner ................................................................... 71

Lampiran II Foto ........................................................................................ 75

Page 19: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam mengukur

tingkat kesejahteraan suatu Negara. Sehingga diperlukan perhatian khusus dari

Negara dalam mengatur kegiatan perekonomian, khususnya di Indonesia yang

menganut sistem ekonomi kerakyatan. Menurut Dumairy (2010) sistem ekonomi

adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar

manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.

Selanjutnya, dikatakannya pula bahwa suatu sistem ekonomi tidak harus berdiri

sendiri, tetapi berkaitan dengan falsafah, padangan dan pola hidup masyarakat

tempatnya berpijak. Sistem ekonomi merupakan cara suatu bangsa dalam

mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan keadaan di Negara tersebut. Setiap

negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda. Ini disebabkan karena setiap

Negara memiliki ideologi, kondisi masyarakat, kondisi perekonomian, dan

sumber daya alam (SDA) yang berbeda-beda.

Sistem ekonomi kerakyatan berlaku di Indonesia sejak terjadinya

Reformasi pada tahun 1998. Pemerintah bertekad melaksanakan sebuah sistem

ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar

Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia adalah

sistem ekonomi kerakyatan. Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar

Haluan Negara (GBHN), ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang

bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan

sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan,

kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan, sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan

bekerja, perlindungan hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh

masyarakat.

Page 20: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

2

Mubyarto, Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM mengatakan bahwa sistem

ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasas kekeluargaan,

berkedaulatan rakyat, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada

ekonomi rakyat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga

sebagai jaringan ekonomi (network) yang menghubungkan sentra produksi dan

kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi

informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar domestik, diantara sentra dan

pelaku usaha masyarakat. Pada sistem ekonomi kerakyatan, masyarakat aktif

dalam sebuah kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang

sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki Unit Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) terbesar dalam segi jumlah se-ASEAN, yaitu 57,89 juta unit

usaha (BPS, 2014). Dalam sektor perekonomian, sekitar 99,9% atau sebesar 62,9

juta unit usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM, sementara usaha besar

hanya 0,01% atau sekitar 5400 unit usaha. UMKM menyerap hampir 97% tenaga

kerja di Indonesia, dengan Usaha Mikro sebesar 89,2%, Usaha Kecil 4,74%, dan

Usaha Menengah 3,73%. Sementara Usaha Besar hanya menyerap 3% tenaga

kerja Indonesia. Dari total pekerja di Indonesia yang mencapai 110 juta orang,

sekitar 107 juta orang masuk dalam struktur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(Kementerian Koperasi dan UKM, 2017). Berdasarkan Undang-Undang nomor

20 tahun 2008 tentang UMKM, yang tergolong UMKM adalah usaha dengan

kekayaan bersih maksimal Rp 10 miliar di luar tanah dan bangunan atau

memiliki omzet maksimal Rp 50 miliar per tahun. Petani, nelayan, pedagang

pasar, toko pakaian, restoran, cafe, pabrik, industri pengolahan skala kecil hingga

menengah, koperasi, yayasan, Commanditaire Vennootschap (CV) atau bahkan

Perusahaan Terbatas (PT) merupakan golongan UMKM. Sektor UMKM

diharapkan mampu menyelesaikan salah satu permasalahan makro, yaitu

pengangguran. Dengan banyaknya jumlah UMKM yang tumbuh maupun

berkembang, secara otomatis akan membantu kinerja pemerintah dalam

menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada,

sehingga masyarakat yang tadinya menganggur kini memiliki penghasilan, dan

angka kesejahteraan semakin meningkat.

Page 21: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

3

Menurut Bank Indonesia ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan

penyerapan tenaga kerja, UMKM dapat dipandang sebagai tulang punggung

perekonomian di Indonesia . Selain itu, UMKM yang kuat, dinamis dan efisien

akan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bagi Indonesia peran

UMKM merupakan sokoguru utama perekonomian. Hal ini dimungkinkan

mengingat entitas usaha mikro mencakup baik sektor formal dan informal dengan

karakteristik barrier to entry and exit yang rendah. Entitas skala usaha mikro ini

juga yang berperan strategis sebagai jaring pengaman rakyat dalam menghadapi

krisis dan turbulensi ekonomi (Aminati, 2009).

Dilihat dari perspektif tersebut, pemerintah mulai menggalakkan program

dalam membantu perkembangan UMKM, yaitu dengan mewajibkan Bank umum

untuk memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang rendah,

sehingga masyarakat bisa lebih mudah mengembangkan usahanya tanpa

terkendala modal. Bandung termasuk salah satu kota besar di Indonesia yang

memiliki banyak UMKM. Terdapat tujuh kawasan perindustrian dan

perdagangan yang sedang dioptimalkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Tujuh

kawasan tersebut, antara lain: sentra rajutan di Binongjati, sentra kain di

Cigondewah, sentra tahu dan tempe di Cibuntu, sentra boneka di Sukamulya

Sukajadi, sentra kaos di Suci, sentra jeans di Cihampelas, dan sentra alas kaki di

Cibaduyut. Dari tujuh kawasan perindustrian dan perdagangan tersebut,

penelitian ini akan fokus terhadap sentra alas kaki di Cibaduyut.

Alas kaki merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari

jasmani manusia, baik itu sandal maupun sepatu. Hampir semua orang

menggunakan alas kaki ketika beraktivitas, terutama diluar rumah. Alas kaki

melindungi kaki agar tidak cedera dari kondisi lingkungan seperti permukaan

tanah yang berbatu-batu, berair, udara panas, maupun dingin. Alas kaki membuat

kaki tetap bersih, melindungi dari cedera saat bekerja, sekaligus untuk

penampilan. Pada awalnya alas kaki hanya digunakan sebagai pelindung kaki dari

cuaca yang ekstrem, namun kini perkembangannya semakin pesat dimana alas

kaki digunakan juga sebagai tren fashion. Alas kaki pada akhirnya muncul dengan

berbagai model dan ragam, dengan bahan serta motif yang berbeda disesuaikan

dengan fungsi pemakaiannya.

Page 22: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

4

Sentra alas kaki Cibaduyut terletak di kecamatan Bojongloa Kidul, kota

Bandung bagian Selatan. Terdiri dari kelurahan Cibaduyut, kelurahan Cibaduyut

Kidul, kelurahan Cibaduyut Wetan, kelurahan Kebon Lega, kelurahan

Mekarwangi, dan kelurahan Situsaeur. Industri alas kaki Cibaduyut bermula

pada tahun 1920-an dan dirintis oleh beberapa warga setempat yang sehari-

harinya bekerja pada sebuah pabrik sepatu di Kota Bandung. Dengan bekal

keterampilan dan modal terbatas, mereka kemudian mulai membuka usaha

kecil rumah tangga dengan tenaga kerja keluarga mereka sendiri. Setelah

jumlah pesanan semakin banyak, mereka kemudian merekrut pekerja dari

tetangga sekitar rumah. Akhirnya, keterampilan mereka terus berkembang dari

generasi ke generasi berikutnya. Warga sekitar ikut membuka usaha yang sama

pada tahun 1940. Saat itu, jumlah pengrajin alas kaki Cibaduyut mencapai 89

orang. Satu dekade berikutnya, jumlah pengrajin terus bertambah dan tidak sedikit

diantaranya yang menjadi pengusaha skala kecil. Saat ini, sentra alas kaki

Cibaduyut mulai terbentuk dengan jumlah usaha sekitar 250 unit.

Keberadaan kawasan sentra alas kaki ini tentu saja menjadi kebanggan

warga Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung karena kawasan ini merupakan

satu-satunya sentra pengrajin alas kaki di Kota Bandung. Disana pengunjung

dapat membeli beraneka ragam sandal dan sepatu yang harganya jauh lebih murah

dari tempat-tempat lain. Semakin lama kawasan industri alas kaki Cibaduyut

berdiri, semakin banyak mengembangkan produk yang dijual. Produk-produk

lainnya yang kini dijual diantaranya adalah dompet, tas, topi, jaket dan ikat

pinggang yang diproduksi dan dijual di kawasan sentra alas kaki Cibaduyut ini

(Febrianto, 2014). Puncak kejayaan Cibaduyut dimulai pada tahun 1990.

Produk sepatu hasil dari tangan pengrajin Cibaduyut sangat diminati oleh

masyarakat, baik lokal maupun internasional.

Pada tahun 2001, Indonesia menjadi salah satu anggota yang telah

menyepakati kerjasama perdagangan bebas dalam kerangka ASEAN-China Free

Trade Area (ACFTA). ACFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas diantara

anggota ASEAN dan China. Dalam kerangka perjanjian tersebut, negara-negara

yang menjadi anggota perjanjian saling memberikan preferential treatment di tiga

sektor: sektor barang, jasa dan investasi dengan tujuan memacu percepatan aliran

Page 23: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

5

barang, jasa dan investasi diantara negara-negara anggota sehingga dapat

terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Preferential treatment adalah

perlakuan khusus yang lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan yang

diberikan kepada negara mitra dagang lain non anggota pada umumnya. Proses

menuju kesepakatan perjanjian ACFTA diawali dengan dilakukannya pertemuan

tingkat kepala negara antara negara-negara ASEAN dan China di Bandar Seri

Begawan, Brunei pada tanggal 6 November 2001 yang kemudian disahkan

melalui penandatanganan “Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerjasama

Ekonomi Menyeluruh antara Negara-negara Anggota ASEAN dan Republik

Rakyat Cina” di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002 yang

ditujukan untuk pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010.

(Kementerian Perdagangan, 2010)

Kesepakatan ACFTA ini mengakibatkan banyaknya produk dari China yang

masuk ke Indonesia, terutama tekstil dan alas kaki. Dengan harganya yang murah

dan model yang variatif mengakibatkan pasar domestik dikuasai oleh barang-

barang dari China, sehingga barang buatan dalam negeri tidak mampu bersaing.

Selama beberapa tahun terakhir, tepatnya pada periode 2010-2016, jumlah unit

usaha dan pengrajin mengalami penurunan, ini dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel I. Jumlah Unit Usaha dan Pengrajin Sepatu di Cibaduyut

Tahun 2010-2016

Tahun Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja

2010 577 3.008

2011 310 1.524

2012 377 2.173

2013 324 1.754

2014 262 1.290

2015 211 1.051

2016 148 733

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah

pekerja mengalami penurunan yang cukup drastis hampir 50% dari jumlah

Page 24: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

6

perkerja pada tahun sebelumnya. Walaupun terjadi sedikit kenaikan ditahun

berikutnya, yaitu pada tahun 2012, akan tetapi, secara keseluruhan terjadi

penurunan yang sangat signifikan dari jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja

pada tahun 2010 hingga 2016. Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk

melakukan Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki Pasca

Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), dengan studi kasus di

Sentra Alas Kaki Cibaduyut, Kota Bandung.

B. RUMUSAN MASALAH

Kawasan sentra alas kaki Cibaduyut merupakan kawasan yang potensial

untuk mengembangkan produk alas kaki, baik untuk kebutuhan dalam negeri

maupun untuk orientasi ekspor sebagai penghasil visa bagi negara. Selanjutnya

peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Industri alas kaki di

Cibaduyut?

2. Bagaimana pertumbuhan industri alas kaki pada periode setelah kebijakan

ACFTA (tahun 2010 hingga tahun 2016)?

3. Bagaimana strategi pemerintah dan pelaku usaha dalam meningkatkan citra

sentra Industri alas kaki di Cibaduyut?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan hal spesifik yang diinginkan

dari penelitian berdasarkan rumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini antara

lain :

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan industri alas kaki

di Cibaduyut

2. Untuk mengidentifikasi pertumbuhan industri alas kaki di Cibaduyut pada

periode setelah kebijakan ACFTA

3. Untuk menemukan solusi dalam rangka meningkatkan citra sentra Industri alas

kaki di Cibaduyut

Page 25: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

7

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian menggambarkan kegunaan penelitian baik secara praktis,

teoritis, maupun manfaat pengembangan keilmuan. Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Menambah keilmuan dan sebagai bahan informasi bagi para peneliti berikutnya

yang akan meneliti tentang perkembangan industri alas kaki.

2. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan atau perencanaan tata ruang agar kedepannya kebijakan dan

keputusan pemerintah daerah dilakukan secara tepat.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dan untuk mengetahui kondisi

perkembangan industri alas kaki

E. PEMBATASAN MASALAH

Agar pemecahan masalah yang diperoleh lebih terarah, tidak terlalu luas dan

menyimpang dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya pembatasan

masalah dalam penelitian kali ini, diantaranya:

1. Penelitian tugas akhir ini hanya melakukan Analisis Perkembangan Industri

Alas Kaki di Cibaduyut, kota Bandung.

2. Responden merupakan penduduk asli yang tinggal di Kelurahan Cibaduyut

3. Alas kaki yang dibuat atau diperjualbelikan berbahan dasar kulit

4. Masih mengerjakan produksi secara manual

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dengan penulisan laporan ini,

penulis membuat sistematika penulisan laporan skripsi, yang meliputi :

BAB I. PENDAHULUAN

Di dalam bab I ini menjelaskan terkait latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 26: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

8

Di dalam bab II ini memuat penjelasan tentang teori yang digunakan dalam

pemecahan masalah dan diperoleh dari informasi informasi yang tersedia dengan

maksud agar dapat mempermudah dalam melakukan pembahasan dan analisa

terhadap masalah yang dijadikan objek penelitian, serta kerangka pemikiran dari

peneliti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Di dalam bab III ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang dilakukan,

populasi dan sampel yang digunakan, metode pengolahan data dan sumber data

yang diperoleh, serta operasional variabel yang digunakan dalam kuisioner.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Di dalam bab IV ini berisi penjelasan tentang gambaran umum lokasi

penelitian serta pembahasan dari hasil pengumpulan data yang telah diolah oleh

peneliti

BAB V KESIMPULAN

Di dalam bab V ini memberikan kesimpulan jawaban atas permasalahan

yang telah dirumuskan dari hasil analisis yang ada pada bab IV.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 27: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Definisi Industri

Menurut UU No. 3 Tahun 2014, Industri adalah seluruh bentuk dari

kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber

daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah

atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri.

Menurut Sadono Sukirno (2002) industri mempunyai dua pengertian yaitu

pengertian secara umum dimana industri diartikan sebagai perusahaan yang

menjalankan operasi dibidang kegiatan ekonomi yang tergolong kedalam sektor

sekunder. Sedangkan yang selanjutnya adalah pengertian dalam teori ekonomi,

dimana industri diartikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

menghasilkan barang yang sama dalam suatu pasar. Industri juga dibagi menjadi

tiga, yaitu industri primer, sekunder, dan tersier.

Hinsa Sahaan mengatakan bahwa industri adalah bagian dari suatu proses

yang mengelolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi

barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat

luas.

Secara mikro, industri mempunyai pengertian sebagai kumpulan dari

perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-

barang yang mempunyai sifat saling mengganti dengan erat. Namun secara

pembentukan harga yaitu cenderung bersifat makro adalah kegiatan ekonomi yang

menciptakan nilai tambah dan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu

industri penghasil barang dan industri penghasil jasa (Hasibuan, 1994).

Dari definisi industri yang diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau

barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna

Page 28: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

10

mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi

merupakan bagian dari industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang,

akan tetapi juga dalam bentuk jasa.

Pembangunan bidang industri merupakan bagian dari pembangunan

nasional yang harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga

pembangunan bidang industri dapat memberikan manfaat yang besar bagi

masyarakat. Kontribusi sembilan sektor lapangan usaha Indonesia menunjukkan

bahwa sektor industri pengolahan tetap sebagai the leading sector yang

memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan ekonomi Indonesia. Sektor

Industri merupakan sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi

yang seimbang dan kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang

kuat agar tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Perkembangan sektor

industri tidak terlepas dari adanya investasi, baik itu investasi asing dan investasi

dalam negeri serta aspek lain yang ikut berperan penting yaitu tenaga kerja.

Investasi yang ditanamkan akan selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, dan

tenaga kerja merupakan faktor dinamika yang penting dalam menentukan laju

pertumbuhan perekonomian.

Badan Pusat Statistik mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri

berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Dalam hal ini

sektor industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok industri berdasarkan

jumlah tenaga kerja yaitu:

1. Industri besar, memililiki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang

2. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang

3. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang

4. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei

1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset

Rp 60 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah atau rumah yang

ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha

swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600

juta.

Page 29: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

11

Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengusaha kecil dan

menengah adalah kelompok industri modern, industri tradisional, dan industri

kerajinan, yang mempunyai investasi, modal untuk mesin-mesin dan peralatan

sebesar Rp 70 juta ke bawah dengan resiko investasi modal/tenaga kerja Rp

625.000 ke bawah dan usahanya dimiliki warga Negara Indonesia. Sedangkan

dalam konsep Inpres UKM, yang dimaksud dengan UKM adalah kegiatan

ekonomi dengan kriteria: (i) Asset Rp 50 milyar, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, (ii) Omset Rp 250 milyar. Berdasarkan perkembangan

UKM di Indonesia Dibedakan Menjadi 4 Kriteria, yaitu:

1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan

sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal

sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat

pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak

dan ekspor

4. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

Usaha Besar (UB).

2. Klasifikasi Industri

Beberapa referensi tentang perindustrian mengklasifikasikan industri

berdasarkan bahan baku, produksi yang dihasilkan, bahan mentah yang

digunakan, proses produksi, barang yang dihasilkan, modal yang digunakan.

1. Berdasarkan bahan baku

Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda,

tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

Page 30: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

12

a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh

langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil

perikanan, dan industri hasil kehutanan.

b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut

hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri

pemintalan, dan industri kain.

c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier, Kegiatan

industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan

orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan

pariwisata.

2. Berdasarkan produksi yang dihasilkan

a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang

dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung.

Misalnya: hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan,

perkebunan

b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau

benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum

dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang,

industri ban, industri baja, dan industri tekstil.

c. Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau

benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung

maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat

mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya:

industri transportasi, industri perbankan, industri perdagangan, dan

industri pariwisata.

3. Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan

menjadi:

a. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang

diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak

goreng, Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri

makanan.

Page 31: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

13

b. Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah

yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen,

industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri

serat sintetis.

c. Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat

mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi

menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri

perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni

dan hiburan.

4. Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah

menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya

menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.

Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri

pemintalan, dan industri baja.

b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi

menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung

dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat

terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel.

5. Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau

alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri

mesin, dan industri percetakan.

b. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai

untuk dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan,

dan industri minuman.

6. Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu

industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau

pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan,

industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.

Page 32: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

14

b. Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang

modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri

komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.

c. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang

modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA.

Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian

industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986

yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun

pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

1. Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal

yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun

industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:

a. Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan

industri bahan kimia tekstil.

b. Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam

sulfat, dan industri kaca.

c. Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri

pestisida.

d. Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp,

dan industri ban.

2. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam

menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun

yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

a. Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin

traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.

b. Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu,

buldozer, excavator, dan motor grader.

Page 33: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

15

c. Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin

gergaji, dan mesin pres.

d. Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.

e. Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan

generator.

f. Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.

g. Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor,

dan suku cadang kendaraan bermotor.

h. Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

i. Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja,

industri alumunium, dan industri tembaga.

j. Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.

k. Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi,

peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.

3. Aneka Industri (AI)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan

bermacammacam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang

termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

a. Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

b. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan

mesin jahit, televisi, dan radio.

c. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampo, tinta, plastik,

obat- obatan, dan pipa.

d. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi,

garam dan makanan kemasan.

e. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian,

kayu lapis, dan marmer.

4. Industri Kecil (IK)

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah

pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri

rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah

tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

Page 34: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

16

5. Industri pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis

dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya

(misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya:

peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi),

wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan,

perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat

pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan

tempat hiburan).

Menjadi fokus peneliti kali ini adalah industri rumahan atau

industri rumah tangga. Industri rumah tangga yaitu industri yang

mempunyai tenaga kerja yang terbatas hasil produksi musiman. Menurut

undang- undang no. 3 tahun 2014 kriteria industri yaitu:

a. Industri kecil yaitu industri dengan nilai investasi paling banyak

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha. Industri rumah tangga: jumlah

karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang, Industri kecil: jumlah

karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang.

b. Industri menengah yaitu industri dengan nilai investasi lebih besar

dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau paling banyak

Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha dan jumlah pegawai 20-100 orang.

Dahulu, untuk pembayaran pegawai industri rumah tangga

menggunakan istilah family worker atau unpaid. Sehingga sistem

pembayarannya tidak secara materi hanya memberikan fasilitas kepada

pegawainya seperti makan, tempat tinggal dan fasilitas lain yang

dibutuhkan. Sedangkan saat ini biasanya pembayaran pegawai tergantung

dari kesepakatan dan kemampuan dari pemilik usaha. Menurut bank

Indonesia, industri kecil atau industri rumah tangga yakni industri yang

memiliki aset (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai kurang dari Rp.

600.000.000. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2003),

mendefinisikan industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan

Page 35: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

17

kegiatan mengolah bahan dasar menjadi barang belum jadi atau barang

setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau kurang

nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk

dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan yang paling banyak

19 orang termasuk pengusaha itu sendiri.

3. Daya Saing Industri

a. Definisi Daya Saing Industri

Menurut Tambunan dalam Uliyati (2015:6) daya saing merupakan

kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan

untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, artinya adalah jika suatu produk

mempunyai daya saing maka produk tersebut yang banyak diminati konsumen.

Pada dunia yang semakin mengglobal, secara hakikat daya saing erat

hubungannya dengan biaya produksi sehingga yang memenangkan kompetisi

adalah negara yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah

atau berkualitas baik (Uliyati, 2015:6). Sedangkan World Economic Forum

(2016) mendefinisikan daya saing sebagai kumpulan faktor-faktor, kebijakan-

kebijakan dan lembaga-lembaga yang menentukan tingkat produktivitas negara

sehingga tingkat kesejahteraan dapat dicapai melalui ekonomi. Daya saing juga

berkaitan dengan seberapa besar sektor industri di dalam negara yang sedang

dalam proses pembangunan industri untuk bisa berkompetisi baik di pasar

global ataupun domestik. Maka dari itu menurut United Nations Industrial

Development Organization (UNIDO), daya saing industri adalah kapasitas

setiap negara untuk meningkatkan keberadaanya di pasar internasional ketika

sedang berada dalam tahap pembangunan industri dengan tingkat teknologi dan

nilai tambah yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Zhang (2013:2) definisi

daya saing merupakan kemampuan negara untuk memproduksi dan ekspor

industri manufaktur secara kompetitif, hal tersebut mengisyaratkan bahwa

kemampuan dalam produksi tersebut bukan hanya mencerminkan kemampuan

kapasitas industrinya melainkan juga mencerminkan kecanggihan

teknologinya.

Page 36: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

18

b. Pendekatan Daya Saing Industri

Pada dasarnya pendekatan dalam pengukuran suatu daya saing dapat

ditinjau berdasarkan dua indikator, yaitu keunggulan komparatif (comparative

advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).

1. Keunggulan Komparatif (comparative advantage)

Pendekatan kenggulan komparatif merupakan salah satu teori yang

dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, David Ricardo dalam

Ramadhan (2009:14) menyatakan bahwa perdagangan yang saling

menguntungkan antar kedua negara masih dapat berlangsung sekalipun

suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut untuk memproduksi

dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain. Dengan demikian

bedasakan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sebuah negara akan

mendapatkan keuntungan dari adanya perdagangan internasional dengan

negara lain secara efisien apabila negara tersebut dapat melakukan

spesialisasi perdagangan terhadap barang atau jasa yang memiliki biaya

peluang usaha atau opportunity cost lebih rendah dibandingkan dengan

negara lain (Salvatore dalam Rosalina, 2013). Cho dan Moon (2003)

juga menjelaskan bahwa prinsip dari keunggulan komparatif berawal

dari adanya variasi dari kualitas faktor produksi yang berbeda dalam

memproduksi komoditas yang berlainan, khususnya dari adanya

perbedaan produktivitas tenaga kerja antar negara, wilayah dan daerah

yang berbeda.

2. Keunggulan Kompetitif (competitive advantage)

Dalam mencapai suatu daya saing, khususnya dalam hal ini adalah

daya saing industri tentu diharapkan tidak hanya memiliki keunggulan

secara komparatif tetapi juga memiliki keunggulan secara kompetitif.

keunggulan kompetitif merupakan konsep yang pertama kali

dikembangkan oleh Michael E. Porter. Porter dalam Isventina (2015:17)

menjelaskan terkait adanya persaingan global yang semakin ketat sehingga

suatu negara harus memiliki keunggulan kompetitif agar dapat bersaing

baik dalam pasar domestik ataupun internasional. Oleh karena itu, Porter

memaparkan bahwa terdapat empat faktor utama dan dua faktor

Page 37: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

19

pendukung yang membentuk suatu sistem secara bersamaan dalam

menentukan keunggulan bersaing pembangunan industri yang disebut

sebagai porter’s diamond, dimana empat faktor utama tersebut adalah

kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition),

industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and

supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi

industri (firm strategy, structure and rivalry) (Herciu, 2013:274). Porter’s

Competitiveness Diamond tersebut dijelaskan secara lebih lanjut dalam

Ramadhan (2009:12) sebagai berikut :

a. Kondisi Faktor (factor condition)

Faktor-faktor dasar seperti sumber daya dalam sebuah

negara merupakan salah satu hal penting dalam melakukan

persaingan. Sumber daya tesebut tediri dari lima kelompok, yaitu

pertama Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdiri dari jumlah

tenaga kerja yang tesedia, keterampilan yang dimiliki oleh tenaga

kerja. Bahkan Cho dan Moon (2003:113) memaparkan lebih lanjut

bahwa produktivitas tenaga kerja juga merupakan faktor tepenting

dalam menunjang daya saing negara, khususnya dalam hal ini yaitu

industri manufaktur, karena produktivitas dapat menjadi penentu

standar hidup masyarakat dari sebuah negara, menjadi penentu

upah para pekerja dan penentu tingkat pengembalian modal dalam

proses produksi industri. Kedua, sumber daya fisik atau alam yang

terdiri dari ketersediaan air, mineral, energi serta sumber daya

pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan sebagai bahan

baku yang dibutuhkan dalam industri. Ketiga, sumber daya ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana ini terdiri dari

ketersediaannya pengetahuan pasar, teknis, ilmiah yang menunjang

dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Keempat,

sumber daya modal yang terdiri dari jumlah biaya yang tersedia,

jenis pembiayaan atau sumber modal, aksesbilitas tehadap

pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan. Kelima,

Page 38: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

20

sumber daya infrastruktur yang terdiri dari transportasi,

komunikasi, energi listrik, air besih dan lain-lain.

b. Kondisi Permintaan (demand condition)

Kondisi permintaan juga dapat mempengaruhi daya saing

suatu komoditi, di mana kondisi pemintaan tersebut dapat berasal

dari pasar domestik dan pasar internasional karena semakin besar

permintaan terhadap komoditas tersebut, maka akan semakin besar

produsen mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.

Keunggulan yang kompetitif dalam industri sebuah negara juga

dapat dicapai apabila industri dapat melihat pasar akan kebutuhan

masyarakat yang jauh lebih maju, hal ini tentu akan mendukung

industri untuk berinovasi lebih cepat dibandingkan dengan para

pesaingnya (Cho dan Moon, 2003).

c. Industri Pendukung dan Terkait (related and supporting industry)

Dengan adanya industri pendukung terkait, dapat

menciptakan efisiensi dan sinergi. Industri pendukung dalam

penyediaan faktor produksi atau pasar faktor produksi (market

factor production) dan industri pendukung dalam proses pasca

produksi. Industri terkait dan industri pendukung dapat

mempengaruhi daya saing secara global melalui pengadaan industri

hulu yang menjamin pasokan input bagi industri utama dengan

harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang

cepat, pengiriman yang cepat dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan industri. Begitu juga dengan industri hilir yang

mendukung proses pasca produksi yang mendukung distribusi

barang dari industri utama ke konsumen. Oleh karena itu,

teciptanya industri pendukung yang baik, efisiensi dapat tecapai

terutama dengan berkurangnya biaya transaksi maupun biaya

transportasi.

d. Kondisi Struktur, Persaingan Dan Strategi Industri (firm strategy,

structure and rivalry)

Page 39: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

21

Tingkat persaingan bagi industri akan mendukung

kompetisi dan inovasi. Dengan adanya persaingan, akan

memotivasi industri untuk selalu meningkatkan kualitas produk

yang dihasilkan dan selalu mencapai inovasi baru, seperti

mengembangkan produk, memperbaiki produk yang ada, berupaya

untuk menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi

baru, serta memperbaiki mutu pelayanan. Pada akhirnya dengan

didukung adanya persaingan yang sehat, industri akan mencapai

strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan

efisiensi.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing

1. Lokasi

Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan

pembeli dan menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha

yang strategis akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans (2003:439)

: letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk memenuhi

kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tentu akan mencari

jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan konsumen

dari jarak jauh juga akan membeli, tapi persentasenya kecil.

2. Harga

Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh

nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau

menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah

supermarket, minimarket, atau swalayan banyak dikunjungi konsumen

atau tidak. Faktor harga juga berpengaruh pada seorang pembeli untuk

mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian

kupon berhadiah, dan kebijakan penjualan. Harga adalah nilai suatu barang

atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah

barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen harus rela

membayar sejumlah uang. Bagi pelangggan yang sensitif biasanya harga

murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan

mendapatkan value for money yang tinggi (Irawan, 2008:38).

Page 40: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

22

3. Pelayanan

Program pelayanan/service seringkali menjadi pokok pemikiran

pertama seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui

produk berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk

yang ada, produk yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih

mengacu kepada kenyamanan peralatan (trolley atau keranjang belanja),

tempat parkir yang nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga

keramahan dari karyawan.

4. Mutu atau kualitas

Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat

ditentukan oleh kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan

dengan kualitas produk, Muhardi dalam bukunya Strategi Operasi Untuk

Keunggulan Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang

menyatakan: “product quality is the appropriateness of design

specifications to function and use as well as the degree to which the

product conforms to the design specifications”. Kualitas produk

ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau

kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan

spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila

perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai

dengan kebutuhan pasarnya.

5. Promosi

Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi,

semakin banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi

bisa dilakukan melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik,

maupun media lain. Sunarto (2004:298) mengatakan bahwa promosi

penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong

pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa, yang mana promosi

penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas dari alat-alat promosi yang

didesain untuk merangsang respons pasar yang lebih cepat, atau yang lebih

kuat.

Page 41: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

23

4. Industri Alas Kaki

Alas kaki adalah sesuatu yang digunakan untuk melindungi kaki, terutama

pada bagian telapak kaki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alas

kaki diartikan sebagai penutup telapak kaki (kasut, sandal, terompah, sepatu, dan

sebagainya). Sehingga, alas kaki lebih sering disebut sebagai sepatu maupun

sandal. Pada awal mulanya, alas kaki atau sepatu diciptakan dengan menggunakan

bahan dari kulit binatang. Yunanto (2014) menyatakan “para ahli sejarah

memperkirakan sepatu pertama kali dibuat pada zaman es atau lima juta tahun lalu

dan dibuat dari kulit binatang”. Jadi, alas kaki telah diciptakan dari berjuta tahun

lalu pada zaman es, hal ini dilakukan untuk melindungi kaki dari cuaca yang

sangat dingin, sehingga menggunakan kulit binatang dalam pembuatannya untuk

membuat kaki hangat.

Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau

beberapa pendekatan. Di Indonesia industri dikelompokkan berdasarkan

komoditas, skala usaha atapun arus produknya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

(BPS) penggolongan yang biasa digunakan dalam klasifikasi industri berdasar

pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI), KLBI adalah

klasifikasi lapangan yang berdasarkan pada International Standard of Industrial

Classification (ISIC) yang telah direvisi. Adapun klasifikasi industri manufaktur

non migas berdasarkan ISIC tersebut adalah industri makanan (10), industri

minuman (11), industri pengolahan tembakau (12), industri tekstil (13), industri

pakaian jadi (14), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (15), industri kayu,

barang dari kayu, gabus dan hasil hutan lainnya (16), industri kertas dan barang

dari kertas (17), industri percetakan dan reproduksi media rekaman (18), industri

bahan kimia dan barang dari bahan kimia (19), industri farmasi, produk obat

kimia dan obat tradisional (20), industri karet, barang dari karet dan plastik (21),

industri barang galian bukan logam (22), industri logam dasar (23), industri

barang logam bukan mesin dan peralatannya (24), industri komputer, barang

elektronik dan optik (25), industri peralatan listrik (26), industri mesin dan

perlengkapan (27), industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer (28),

industri alat angkut lain (29), industri furnitur (30), industri pengolahan lainnya

(31), industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (32).

Page 42: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

24

Industri Alas Kaki masuk dalam golongan dengan kode 15 yaitu Industri

Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki. Golongan pokok ini mencakup

pengolahan dan pencelupan kulit berbulu dan proses perubahan dari kulit jangat

menjadi kulit dengan proses penyamakan atau proses pengawetan dan

pengeringan serta pengolahan kulit menjadi produk yang siap pakai, pembuatan

koper, tas tangan dan sejenisnya, pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat

dari kulit, dan pembuatan alas kaki. Golongan ini juga mencakup pembuatan alas

kaki untuk semua kebutuhan, pembuatan bagian alas kaki dari kulit dan barang-

barang sejenis, kecuali bagian alas kaki yang terbuat dari plastik, kayu dan karet.

5. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)

Cina merupakan salah satu kekuatan utama ekonomi dunia, dan bersama

dengan dua negara Asia Timur lainnya yaitu Jepang dan Korea Selatan telah

menjadi mitra dagang terpenting Indonesia dan juga ASEAN dari tahun ke tahun.

Untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Cina, ASEAN, di mana

Indonesia menjadi salah satu anggota-telah menyepakati kerjasama perdagangan

bebas dalam kerangka ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ACFTA

merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China

untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau

mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif,

peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus

peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian

para Pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

ASEAN dan China. Dalam kerangka perjanjian tersebut, negara-negara yang

menjadi anggota perjanjian saling memberikan preferential treatment di tiga

sektor: sektor barang, jasa dan investasi dengan tujuan memacu percepatan aliran

barang, jasa dan investasi diantara negara-negara anggota sehingga dapat

terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Preferential treatment adalah

perlakuan khusus yang lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan yang

diberikan kepada negara mitra dagang lain non anggota pada umumnya. Dalam

kesepakatan di sektor barang, komponen utamanya adalah preferential tariff.

Page 43: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

25

Preferential tariff dalam skema perdagangan barang ACFTA ditetapkan

atas dasar urutan kategori produk yang paling siap untuk diliberalisasikan terlebih

dulu. Kategori produk yang paling awal diliberalisasi masuk dalam kategori fast

track (jalur cepat) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Early Harvest Package

(EHP). Jadwal penurunan tarif kategori EHP disusun dalam tiga tahap, tahap 1

dimulai sejak 1 Januari 2004 dilanjutkan tahap 2 tanggal 1 Januari 2005 dan tahap

terakhir dengan tarif diturunkan hingga 0% berlaku efektif sejak 1 Januari 2006.

Proses menuju kesepakatan perjanjian ACFTA diawali dengan

dilakukannya pertemuan tingkat kepala negara antara negara-negara ASEAN dan

Cina di Bandar Seri Begawan, Brunei pada tanggal 6 Nopember 2001 yang

kemudian disahkan melalui penandatanganan “Persetujuan Kerangka Kerja

mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara Negara-negara Anggota

ASEAN dan Republik Rakyat Cina” di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4

Nopember 2002. Perjanjian di sektor barang menjadi bentuk konkrit kerjasama

ekonomi pertama di pihak ASEAN dan Cina, yang ditandai dengan

ditandatanganinya kesepakatan Trade in Goods Agreement dan Dispute

Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane,

Laos. Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT

ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan

Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat

Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.

Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh pada tahun

2010 bagi ASEAN dan China, serta tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Vietnam,

dan Myanmar. Langkah awal kebijakan Indonesia dalam penurunan tarif dalam

kerangka kerjasama ACFTA dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: Early Harvest

Program (EHP), Normal Track, Sensitive Track (Senstive List dan Highly

Sensitive List). Dalam Framework Agreement dan Protocol of Agreement kategori

barang adalah sebagai berikut:

-Early Harvest Program, penurunan tarif 0% berlaku 1 januari 2006.

-Normal Track, penurunan tarif 0% berlaku 1 januari 2010.

-Sensitive Track, penurunan tariff 20% berlaku 1 januari 2012.

-Highly Sensitive Track, penurunan tarif 50% berlaku 1 januari 2015.

Page 44: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

26

Berdasarkan kesepakatan yang telah diambil pada tingkat internasional

maka selanjutnya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan nasional tersebut

sebagai dasar untuk menerapkan perjanjian tersebut di Indonesia. Peraturan

nasional tersebut dilegalisasi melalui Keputusan Menteri Keuangan.Pemerintah

Indonesia telah mengeluarkan 6 peraturan menteri keuangan dalam kerangka

penurunan bea masuk impor barang-barang dari China. Peraturan tersebut adalah

Keputusan Presiden RI No. 48 Tahun 2004. Kemudian, Keputusan Menteri

Keuangan RI No.355/KMK.01/2004 21 Juli 2004, Penetapan Tarif dalam rangka

Early Harvest Programme 2005 yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI

no.57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005, Penetapan Bea Masuk dalam rangka

Normal Track ASEAN. Keputusan Menteri dan Direktorat Jenderal Kerjasama

Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan RI. China FTA 2006

adalah Peraturan Menteri Keuangan RI no.21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret

2006. Penetapan bea masuk dalam rangka Sensitive Track 2007 yaitu Peraturan

Menteri keuangan RI no.53/PMK.011/2007 tanggal 22 mei 2007. Penetapan bea

tarif masuk ACFTA 2008 adalah Peraturan Menteri Keuangan RI

no.235/PMK.011/2008 tanggal 23 desember 2008. Pelaksanaan perjanjian

perdagangan bebas ASEAN-China antara tahun 2005 sampai dengan 2010 telah

menimbulkan implikasi luas kepada ekonomi nasional.

Kerjasama ACFTA ini sangat penting, mengingat tujuan-tujuan yang ingin

dicapai bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi negara-negara yang

terlibat apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu tujuan yaitu

memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan yang dapat

menguntungkan tanpa menjatuhkan yang satu dengan yang lainnya. Dalam

kesepakatan tersebut juga akan merealisasikan liberalisasi jasa dan investasi dan

juga investasi yang telah disepekati setelah tarif barang dilakukan, menggali

bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang

tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara Negara-negara anggota. Dari

beberapa tujuan ini ASEAN memiliki harapan beberapa harapan yang dapat

dicapai dengan jalan melaksanakan ACFTA. salah satu tujuan tersebut adalah

memperbaiki keadaan perekonomian di Negara-negara ASEAN yang menurun

drastis akibat krisis khususnya bagi Laos, Vietnam, Myanmar dan Kamboja.

Page 45: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

27

Namun demikian, yang menjadi permasalahan adalah apakah ACFTA

dalam penerapannya memang membawa dampak baik bagi Indonesia dan

bagaimana kebijakan atau langkah pemerintah dalam proses pengambilan

kebijakan luar negeri dalam menghadap ACFTA ini, selanjutnya dalam penelitian

ini oleh penulis akan dibahas bagaimana proses kebijakannya.

6. Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT)

a. Pengertian SWOT

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts) kelemahan (Weakness),

peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal

perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai

kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang

dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-

tantangan yang dihadapi.

Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki

kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang

sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan

internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi

yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi

ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi

kelemahan.

Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, Fred R.,2005:47)

yaitu :

1) Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan

lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang

dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah

kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di

pasar.

2) Kelemahan (Weakness),

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan.

Keterbatasan tersebut daoat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan

Page 46: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

28

manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan

perusahaan.

3) Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan

perusahaan. Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah satu sumber

peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara

perusahaan dengan pembeli atau pemasokk merupakan gambaran peluang bagi

perusahaan.

4) Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam

lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi

sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan

pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi

kesuksesan perusahaan.

b. Fungsi SWOT

Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah

untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam

pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal

(peluang dan ancaman).

Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut

berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau

memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau

diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk

meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering

digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk

membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan

perusahaan.

c. Analisis Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

Page 47: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

29

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT :

1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity).

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar – besarnya.

2. Strategi ST (Strength and Threats).

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity).

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness and Threats).

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 2.1 Matriks SWOT

Strength (S)

Tuliskan Faktor – Faktor

Internal

Weakness (W)

Tuliskan Faktor-Faktor

Kelemahan Internal

Opportunities (O)

Tuliskan Faktor-Faktor

Peluang Eksternal

Strategi S-O

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi W-O

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threaths (T)

Tuliskan Faktor-Faktor

Ancaman Eksternal

Strategi S-T

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Ciptakan Strategi yang

meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman.

Page 48: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

30

B. PENELITIAN TERDAHULU

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

1 Andri

Kurniawan

2008 Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi

Produksi dan

Pendapatan Usaha

Mikro dan Kecil di

Desa Sukaluyu

Analisis deskriptif dan

analisis fungsi produksi

Cobb-Douglas serta

regresi linier berganda

Faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan

usaha secara nyata pada taraf alpha (α) 20

persen adalah harga jual sepatu dan lem putih.

Faktor-faktor lain, seperti harga kain dan lateks

serta variabel dummy tidak berpengaruh nyata

pada pendapatan usaha. Tingkat efisiensi

penggunaan faktor-faktor produksi pada industri

sepatu di Desa Sukaluyu tergolong rendah.

Faktor produksi yang penggunaannya perlu

ditambah adalah kain, lem putih, lateks, tekson

ukuran kurang dari satu. Sedangkan faktor

tenaga kerja dan mesin jahit penggunaannya

perlu dikurangi.

Page 49: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

31

2 Yuyun Yuniarti 2016 Analisis Faktor Daya

Saing Industri Alas

Kaki Cibaduyut Kota

Bandung

Metode kualitatif

dengan pendekatan

deskriptif

Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan

pembuatan sepatu Cibaduyut Kota Bandung

belum bisa berdaya saing disebabkan oleh

lemahnya penerapan faktor daya saing terutama

yang menyangkut faktor keahlian pekerja dan

faktor ketersediaan teknologi

3 Tasya

Aspiranti,

Nurfahmiyati,

dan Yukha

Sundaya

2008 Analisis

QualityFunction

Deployment pada

Sentra Industri Kecil

Sepatu Cibaduyut

Analisis Quality

Function

Hasil penelitian mengenai para produsen

menunjukkan bahwa pengrajin sepatu

Cibaduyut, terutama mengalami kesulitan dalam

pengadaan bahan yang berkualitas disebabkan

bahan baku kulit sebagai bahan baku utama

yang langka. Para pengusaha kulit memilih

langsung mengekspor produk mereka sehingga

mengurangi pasokan bahan baku. Bahkan

dengan kondisi ini, 50 % industri sepatu di PIK

nyaris tidak lagi berproduksi

Page 50: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

32

4 Riski Ananda 2015 Peran Home Industri

Dalam Meningkatkan

Ekonomi Keluarga

(Studi Kasus Home

Industry Keripik di

Kelurahan Kubu

Gadang)

Analisis Data Kualitatif

oleh model Interaktif

Milles & Huberman

keberlangsungan permodalan itu sangat

tergantung dari sumber modal dan cara

menambah permodalan. Sumber modal yang

digunakan ada dua, modal sendiri, dan modal

pinjaman dari pihak lembaga keuangan. Untuk

home industri yang baru berjalan atau baru

merintis biasanya dengan memakai modal

sendiri. Home industri yang besar atau sudah

lama berjalan untuk memenuhi modalnya

dengan modal sendiri dan modal pinjaman

dengan lembaga keuangan. Bila dilihat lebih

jauh lagi aspek permodalan merupakan faktor

penunjang yang sangat penting dalam

keberhasilan berwirausaha. Permodalan dalam

hal keuangan ini dapat dipergunakan untuk

modal operasional pengolahan usaha, seperti

untuk produksi, biaya produksi, pembelian

bahan baku, membayar upah pegawai dan

sebagainya.

Page 51: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

33

5 Yusnanto 2010 Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Sektor Industri

Pengolahan di

Kabupaten Sukoharjo

regresi linier berganda Secara bersama-sama variabel investasi, inflasi

dan jumlah unit usaha berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

PDRB sektor industri pengolahan, ini ditunjukan

oleh nilai uji F sebesar 44.96617 dan nilai

probabilitasnya sebesar 0,000002 yang

signifikan pada tingkat keyakinan sebesar 5

persen. Variabel PDRB sektor industri

pengolahan secara positif dan signifikan

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja,

ini ditunjukan oleh koefisien hasil uji t sebesar

0.466815 dan nilai probabilitas sebesar 0,0019

yang signifikan pada tingkat keyakinan sebesar

5 persen. Hal ini menunjukan bahwa dari

pertumbuhan PDRB sektor industri pengolahan

akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di

sektor tersebut

Page 52: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

34

C. KERANGKA PEMIKIRAN

D.

E.

F.

BAB III

7 SENTRA INDUSTRI KOTA BANDUNG

INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT /

SEPATU DAN SANDAL

VARIABEL

PENDIDIKAN LAMA

USAHA

SKEMA

USAHA MODAL PERAN

PEMERINTAH

PENGARUH

IMPOR

SPSS

(CROSS TABULATION)

KESIMPULAN

Page 53: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Peran metode penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data

yang diperlukan dalam penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian akan

memberikan petunjuk terhadap bagaimana penelitian ini akan dilakukan.

Metodologi mengandung makna mengenai prosedur dan cara melakukan

pengujian terhadap data-data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini

Penelitian ini menganalisis mengenai perkembangan industri alas kaki di

sentra industri Cibaduyut menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

analisis Tabulasi Silang (crosstabulation). Adapun yang menjadi landasan peneliti

menggunakan metode deskriptif, yaitu:

1. Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual yang terjadi pada

masa sekarang.

2. Dengan metode ini dapat memberikan gambaran tentang perkembangan

industri alas kaki di Cibaduyut. Memudahkan peneliti dalam mengolah data

karena data yang terkumpul bersifat homogen atau sama.

3. Metode ini dapat mengumpulkan data, menyusun data, menginterpretasikan

data, dan datanya dapat disimpulkan.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita

tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.

Page 54: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

36

Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran

populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Nazir (2005: 271) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari

individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau

ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu

tertentu dinamakan populasi finit. Sedangkan, jika jumlah individu dalam

kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak

terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah

desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang

terus-menerus merupakan populasi infinit..Populasi yang digunakan dalam

penelitian yaitu studi kasus di Sentra Industri alas kaki Cibaduyut, Kota

Bandung

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi seperti yang dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh

Sugiyono (2012). Meskipun sampelnya hanya merupakan bagian dari

populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat

menggambarkan dalam populasi, atau dapat dikatakan bahwa sampel harus

mewakili kondisi populasi. Pengambilan sampel dinilai dapat

mempermudah penelitian karena mampu memperkecil jumlah data

penelitian dari suatu populasi yang cukup besar. Teknik pengambilan

sampel ini biasanya didasarkan oleh pertimbangan tertentu, misalnya

keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini

yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Mengenai hal ini, Arikunto

(2016) menjelaskan bahwa purposive sampling dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Artinya, setiap subjek yang diambil

dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan

tertentu. Tujuan dan pertimbangan pengambilan subjek atau sampel

penelitian ini yaitu :

Page 55: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

37

1. Penduduk Asli Cibaduyut

2. Memproduksi alas kaki berbahan dasar kulit sebagai ciri khas Cibaduyut

3. Masih mengerjakan produksi secara manual

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penelitian ini berfokus pada

industri alas kaki dengan studi kasus di Sentra Industri alas kaki Cibaduyut.

Penelitian ini mengambil 50 sampel di Kelurahan Cibaduyut

C. JENIS DATA

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan

fakta (Siregar, 2013). Data merupakan segala sesuatu yang sudah dicatat

(recorded), dan segala sesuatu tersebut merupakan beberapa kejadian atau fakta-

fakta. Semua fakta bisa menjadi data jika kita mencatatnya (baik tertulis, rekam

atau bentuk pengabadian lainnya). Pengumpulan data adalah hal terpenting dalam

suatu penelitian, karena bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

berkaitan dengan masalah penelitian. Oleh karenanya, fakta merupakan bahan

baku dalam suatu penelitian ilmiah. Tetapi fakta saja tidak memiliki arti apa-apa

jika tidak dicatat, dikelola dan dianalisis dengan baik. Jika data telah diolah dan

dinterpretasikan, maka data ini akan berubah menjadi sebuah informasi. Adapun

beberapa jenis data menurut sumber dan cara pengumpulannya:

a. Data Primer

Pengertian data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak

pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari

suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain,

peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab

pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian benda (metode observasi).

Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran

berdasarkan dengan apa yang dilihat.dan didengar langsung oleh peneliti

sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat

Page 56: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

38

dihindari. Kekurangan dari data primer adalah membutuhkan waktu yang

relatif lama serta biaya yang dikeluarkan relatif cukup besar.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh

organisasi yang bukan pengolahannya (Siregar, 2013). Data-data tersebut

dapat berasal dari beberapa badan atau lembaga atau bahkan dari hasil

penelitian orang lain. Dengan kata lain, pengertian data sekunder adalah

sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara

tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip

baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara

berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca

banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya. Kelebihan dari data

sekunder adalah waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk penelitian untuk

mengklasifikasi permasalahan dan mengevaluasi data, relatif lebih sedikit

dibandingkan dengan pengumpulan data primer. Sedangkan kekurangan

dari data sekunder adalah jika sumber data terjadi kesalahan, kadaluwarsa

atau sudah tidak relevan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

D. SUMBER DATA

Berdasarkan cara pengambilan data, penelitian ini menggunakan data

primer dan sekunder, yaitu dengan melakukan tinjauan langsung ke lapangan

melalui wawancara ke pemilik home industry alas kaki, observasi, menyebar

angket, dan juga data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak

langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara

berkunjung ke perpustakaan, pusat arsip atau membaca banyak buku yang

berhubungan dengan penelitiannya. Selain itu, data yang digunakan juga berasal

dari beberapa laporan dari website lembaga/instasi pemerintah, seperti Badan

Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, dan lain-lain.

Page 57: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. KONDISI GEOGRAFIS

Secara geografis Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul

memiliki bentuk wilayah datar/bergelombang sebesar 100% dari total keseluruhan

luas wilayah. Ditinjau dari sudut ketinggian tanah, Kelurahan Cibaduyut berada

pada ketinggian 500 m diatas permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum

di Kelurahan Cibaduyut berkisar 29oC, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar

2700 mm/th dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak sebesar 45 hari.

Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul merupakan salah satu

bagian wilayah Tegalega Kota Bandung dengan memiliki luas lahan sebesar 66,15

Ha. Secara administratif, Kelurahan Cibaduyut dibatasi oleh :

Bagian Selatan: Kelurahan Cibaduyut Kidul

Bagian Utara : Kelurahan Kebonlega

Bagian Timur : Kelurahan Mekarwangi

Bagian Barat : Kelurahan Cirangrang Kec. Babakan Ciparay

Dan dengan pembagian penggunaan areal tanahnya sebagai berikut :

Tabel 4.1

Penggunaan Areal Tanah

No. Penggunaan Luas (Ha)

1. Tanah Sawah -

2. Tanah Kering (Daratan) 56,65

3. Tanah Basah 7,85

4. Fasilitas Umum 1,65

Jumlah 66.15

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

Page 58: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

40

2. KEPENDUDUKAN

Kelurahan Cibaduyut memiliki jumlah penduduk 10,029 jiwa pada tahun

2018 terdiri dari 5,218 jiwa laki-laki dan 4,809 jiwa perempuan. Jumlah kepala

keluarga di Kelurahan Cibaduyut saat ini mencapai sekitar 3,668 KK.

Berdasarkan data kependudukan dari kelurahanan Cibaduyut pada tahun 2018

yang dilihat dari segi kepadatan penduduk sebesar 154 jiwa per hektar dan dilihat

dari pertumbuhan penduduk, intensitas poupulasinya akan terus bertambah dari

waktu ke waktu.

a. Usia

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

NO UMUR JUMLAH

L P JUMLAH

1 0 – 4 tahun 709 689 1,398

2 5 – 9 tahun 533 518 1,051

3 10 – 15 tahun 580 526 1,106

4 16 – 19 tahun 560 519 1,079

5 20 – 24 tahun 565 489 1,054

6 25 – 29 tahun 522 448 970

7 30 – 34 tahun 389 358 747

8 35 – 39 tahun 332 311 643

9 40 – 44 tahun 221 214 435

10 45 – 49 tahun 201 195 396

11 50 – 54 tahun 170 149 319

12 55 – 59 tahun 161 138 299

13 60 – 64 tahun 180 162 342

14 65 – keatas 96 94 190

Jumlah 5,218 4,809 10,029

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

Page 59: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

41

b. Pendidikan

Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan

Cibaduyut sebagai berikut :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO PENDIDIKAN JUMLAH

L P JUMLAH

1 Belum sekolah 709 689 1,398

2 Tidak tamat SD 118 110 228

3 Belum Tamat SD 852 839 1,691

4 Tamat SD 1,699 1,690 3,389

5 Tamat SLTP 808 744 1,552

6 Tamat SLTA 760 502 1,262

7 Sarjana Muda (D3) 147 141 288

8 Sarjana (S1) 125 95 221

Jumlah 5,219 4,810 10,029

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

c. Tenaga Kerja

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja

NO TENAGA KERJA JUMLAH

L P JUMLAH

1 Penduduk usia produktif 2,368 2,125 4,493

2 Ibu Rumah Tangga - 799 799

3 Penduduk masih sekolah 1,685 1,599 3,284

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

Page 60: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

42

d. Mata Pencaharian Pokok

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

NO PEKERJAAN JUMLAH

L P JUMLAH

1 Pegawai Negeri Sipil 299 285 584

2 TNI / POLRI 488 386 874

3 Pegawai Swasta 452 401 853

4 Tani 44 36 80

5 Dagang 789 758 1,547

6 Pelajar 1,685 1,599 3,284

7 Mahasiswa 560 485 1,045

8 Pensiunan 75 61 136

9 Lain-Lain 827 799 1,626

Jumlah 5,219 4,810 10,029

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

3. PRASARANA

a. Prasarana Pendidikan

Tabel 4.6

Prasarana Pendidikan

NO SEKOLAH

JUMLAH

KET. BANGUNAN

FISIK

MURID/

MAHASISWA

1 TK 1

2 SD 4

3 SLTP 0

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

Page 61: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

43

b. Prasarana Perumahan

Tabel 4.7

Prasarana Perumahan

NO URAIAN JUMLAH KET.

1 Permanen 2256

2 Semi Permanen 218

Jumlah 2474

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

c. Prasarana Transportasi

Lalulintas yang digunakan di Kelurahan Cibaduyut sepenuhnya (100%)

melalui darat. Dengan daya dukung sarana terdiri dari :

Tabel 4.8

Prasarana Jalan

NO URAIAN JUMLAH KET.

1 Jalan Negara 0

2 Jalan Propinsi 1

3 Jalan Kota 1

4 Jalan kelurahan / Desa 0

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

4. KELEMBAGAAN EKONOMI

Kelembagaan Ekonomi yang terdapat di Kelurahan Cibaduyut terdiri dari :

Tabel 4.9

Kelembagaan Ekonomi

NO URAIAN JUMLAH KET.

1 Koperasi 1

2 UKM 167

3 Pasar Selapan/Umum 0

4 Usaha Perdagangan 150

5 Toko/Swalayan 6

Page 62: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

44

6 Warung Makan 20

7 Restaurant 2

8 Kios/Warung Kelontong 35

9 Pedagang kaki Lima 106

10 Bank 2

11 Industri Makanan 12

12 Industri Kerajinan 3

13 Industri Pakaian 1

14 Perusahaan Angkuitan 0

15 Percetakan/Sablon 2

16 Bengkel Motor/Sepeda 4

17 Bengkel Mobil 0

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

5. POTENSI WILAYAH

Kelurahan Cibaduyut merupakan salah satu Kelurahan dari enam

Kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kidul, dimana mayoritas penduduk

sebagian besar menjalankan usaha dalam bidang Produksi sepatu, sandal, boneka

maupun cinderamata dan sebagai maklun sepatu yaitu tenaga kerja yang membuat

sepatu yang perusahaan milik orang lain.

Page 63: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

45

Gambar 4.1

Peta Kelurahan Cibaduyut

Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut

Page 64: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

46

B. HASIL PENELITIAN

Setelah melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner dan

melakukan wawancara dengan beberapa narasumber di Kelurahan Cibaduyut

Kota Bandung, peneliti telah mengumpulkan 50 sampel. Dari 50 sampel ini

peneliti membagi analisis hasil penelitian menjadi dua, yaitu hasil olah data

kuesioner dan hasil olah data SPSS dengan metode Tabulasi Silang (Cross

Tabulation).

1. Hasil Olah Data Kuesioner

Peneliti ingin mencoba memaparkan hasil dari kuesioner yang telah peneliti

dapatkan dari pelaku usaha alas kaki sebagai responden di kelurahan Cibaduyut.

Berikut ini adalah hasil dari olah data kuesioner.

a) Pendidikan

Peneliti ingin mengetahui pendidikan terakhir dari masing-masing pemilik

usaha untuk melihat karakteristik usaha yang dijalankan berdasarkan tingkat

pendidikannya, yang terbagi menjadi 4. Yaitu lulusan SD, SMP, SMA, dan

Sarjana. Jumlah responden menurut tingkat pendidikan di tunjukkan pada grafik

4.1

Grafik 4.1

Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan

26

14

9

1

0

5

10

15

20

25

30

Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA S1

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Page 65: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

47

Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 50 responden yang diteliti, jumlah

responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan SD yang mendominasi lebih

dari setengah responden yaitu 26 orang atau sebesar 52%. Sedangkan responden

pada tingkat pendidikan SMP berada di urutan kedua yaitu 14 orang atau sebesar

28%. Responden yang memiliki latar pendidikan SMA sejumlah 9 orang atau

sebesar 18%. Dan pada tingkat pendidikan Sarjana ada 1 orang atau hanya 2%

saja dari keseluruhan responden.

Persentase tingkat pendidikan ini diperkuat dengan data yang peneliti dapat

dari kelurahan cibaduyut pada tahun 2018 yaitu penduduk dengan tingkat

pendidikan SD mendominasi sebanyak 3389 jiwa, kemudian tingkat pendidikan

SMP sejumlah 1552 jiwa, tingkat pendidikan SMA sebanyak 1262 jiwa, dan

penduduk dengan tingkat pendidikan sarjana hanya 221 jiwa. Jadi, dari 50

responden, pelaku industri alas kaki di Cibaduyut yang terbanyak berasal dari

pendidikan SD, hal ini memungkinkan penguasaan teknologi yang masih rendah

dan juga teknik produksi yang dilakukan masih secara sederhana

b) Lama Usaha

Peneliti melihat bahwa lamanya usaha berdiri yang bervariasi ini dapat

memberikan interpretasi dari banyak sudut pandang baik dari pelaku usaha yang

baru maupun yang sudah lama menekuni bidang industri alas kaki ini.

Grafik 4.2

Jumlah Responden Menurut Lama Usaha

7

1917

6

1

0

5

10

15

20

Lama Usaha

<5 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >20 tahun

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Page 66: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

48

Berdasarkan lama usaha berjalan, dari data hasil angket yang didapat oleh

peneliti di lapangan, pelaku yang sudah menjalani usaha di industri alas kaki

kurang dari 5 tahun terdapat 7 orang atau sebesar 14%, kemudian yang telah

menjalani 5 sampai 9 tahun yaitu 19 orang atau sebanyak 38%, pelaku usaha yang

telah merintis 10-14 tahun ada 17 orang atau sebesar 34%, untuk yang sudah

menekuni bisnis ini selama 15-19 tahun terdapat 6 orang atau sebanyak 12%, dan

yang telah menjalani usaha alas kaki di Cibaduyut lebih dari 20 tahun terdapat 1

orang atau 2% saja

c) Skema Usaha

Peneliti ingin melihat bagaimana usaha ini berjalan. Skema usaha ini

merupakan status kepemilikan usaha, yang terbagi menjadi dua, yaitu secara

kerjasama dan secara individu

Grafik 4.3

Jumlah Responden Menurut Skema Usaha

14

36

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Skema Usaha

KERJASAMA INDIVIDU

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan skema usaha, sebanyak 14 responden atau sebesar 28% dari

total responden menjalankan usahanya dengan bekerjasama, baik itu dengan

perorangan sebagai investor maupun dengan organisasi. sedangkan 36 responden

Page 67: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

49

atau sebanyak 72% dari total responden menjalankan usahanya secara individu,

dimana mereka menjalankan usahanya sendiri.

d) Status Kepemilikan Tempat

Peneliti ingin melihat status kepemilikan tempat yang digunakan oleh

responden untuk menjalankan usaha, baik itu milik pribadi ataupun sewa.

Pengusaha yang memiliki tempat pribadi maupun sewa dapat dilihat dari grafik.

Grafik 4.4

Jumlah Responden Menurut Status Kepemilikan Tempat

17

33

0

5

10

15

20

25

30

35

Status Tempat

PRIBADI SEWA

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan status kepemilikan tempat yang digunakan untuk usaha,

sebanyak 17 responden atau sebesar 34% dari total responden, status tempat yang

digunakan untuk usaha merupakan milik pribadi. Sedangkan 33 responden atau

sebesar 66% responden status tempat yang digunakan merupakan sewa. Dari hasil

wawancara di lapangan, sebagian besar memilih untuk menyewa tempat usaha

karena tiidak mempunyai cukup tempat ditempat milik pribadinya. Selain itu,

mereka juga menyewa tempat suoaya lokasinya lebih strategis sehiingga dapat

terjangkau oleh konsumen.

Page 68: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

50

e) Jumlah Pekerja

Peneliti ingin membedakan karakteristik usaha di industri alas kaki

Cibaduyut berdasarkan jumlah pekerja, dimana Badan Pusat Statistik

mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri dibagi menjadi empat

kelompok industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu industri besar dengan

jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang dengan jumlah tenaga

kerja antara 20-99 orang, industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19

orang, dan industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.

Grafik 4.5

Jumlah Responden Menurut Jumlah Pekerja

17

33

0 00

5

10

15

20

25

30

35

Jumlah Pekerja

1-4 orang 5-19 orang 20-99 orang >100 orang

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan jumlah pekerja yang digunakan, 17 responden atau sebesar

34% responden memilliki jumlah pekerja antara 1-4 orang, lalu 33 responden

lainnya atau sebesar 66% memilliki jumlah pekerja antara 5-19 orang, dan tidak

ada usaha yang memiliki pekerja lebih dari 19 orang. Hal ini dikarenakan industri

alas kaki Cibaduyut merupakan kelompok Industri Kecil dan Menengah, maka

hanya ada dua kriteria yang dipilih oleh responden berdasarkan tenaga kerja yang

ada di usahanya, yaitu 1-4 orang dan 5- 19 orang.

Page 69: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

51

f) Jenis Usaha

Peneliti ingin melihat jenis usaha yang dijalankan dalam industri alas kaki di

Cibaduyut. Jenis usaha terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai maklun (hanya

mengerjakan pesanan), sebagai penjual, atau sebagai produsen sekaligus penjual.

Grafik 4.6

Jumlah Responden Menurut Jenis Usaha

20

11

19

0

5

10

15

20

25

Jenis Usaha

MAKLUN PENJUAL PRODUSEN-PENJUAL

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan jenis usaha yang dijalankan, 20 responden atau sebesar 40%

menjalankan usaha sebagai maklun, dimana mereka hanya mengerjakan sepatu

tergantung dari pesanan yang ada, baik itu dari perorangan atau dari perusahaan

besar. Kemudian 11 responden atau 22% menjalankan usahanya sebagai penjual

alas kaki saja, mereka menjual alas kaki hasil produksi lokal dari Cibaduyut, dari

Bogor, dari Tangerang. Sedangkan 19 responden atau sebanyak 38% menjalankan

usahanya sebagai produsen sekaligus penjual,

g) Modal

Peneliti ingin melihat seberapa besar modal yang digunakan responden

untuk menjalankan usaha alas kaki di Cibaduyut, dimana menurut Undang-

Undang Nomor 3 tahun 2014 kriteria industri yaitu:

Page 70: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

52

a. Industri kecil yaitu industri dengan nilai investasi paling banyak Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha. Industri rumah tangga: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang,

Industri kecil: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang.

b. Industri menengah yaitu industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000.000,

(sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Jumlah

pegawai 20-100 orang.

Grafik 4.7

Jumlah Responden Menurut Modal

5

31

14

00

5

10

15

20

25

30

35

Modal

< Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 - Rp 50.000.000

Rp 50.000.000 - Rp 500.000.000 Rp 500.000.000 - Rp 10.000.000.000

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan jumlah modal yang digunakan, 5 responden atau sebesar 10%

dari total responden memulai usaha dengan modal kurang dari Rp 10.000.000,00.

Kemudian 31 responden atau sebanyak 62% memulai usaha dengan modal antara

Rp 10.000.000,00 – Rp 50.000.000,00. Selanjutnya 14 responden atau 28%

memulai usaha dengan modal antara Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00.

sedangkan responden yang memulai usaha dengan modal Rp 500.000.000,00 – Rp

10.000.000.000,00 tidak ada. Jadi kebanyakan dari responden menggunakan

modal sebesar Rp 10.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 dalam menjalankan

Page 71: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

53

usahanya. Maka dalam hal ini seluruh responden masuk kedalam kriteria usaha

kecil, sedangkan responden dengan kriteria usaha skala menengah tidak ada.

h) Asal Modal

Dari jumlah modal yang digunakan, selanjutnya peneliti ingin mengetahui

darimana asal modal tersebut. Peneliti membagi asal modal menjadi empat, yaitu

tabungan, warisan, pinjaman, dan kerjasama atau investasi.

Grafik 4.8

Jumlah Responden Menurut Asal Modal

18

6

15

11

0

5

10

15

20

Asal Modal

TABUNGAN WARISAN PINJAMAN KERJASAMA/INVESTASI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan sumber modal yang digunakan, 18 responden atau sebesar 36%

memulai usaha dengan modal yang berasal dari tabungannya. Kemudian 6

responden atau sebesar 12% memulai usaha dengan modal yang berasal dari

warisan orangtuanya. Selanjutnya 15 responden atau sebanyak 30% memulai

usahanya dari hasil pinjaman, yang didominasi dari pinjaman pemerintah melalui

bank negara, dan sebagian meminjam dari individu atau perorangan. Kemudian 11

responden atau sebesar 22% memperoleh modal dari hasil kerjasama atau

investasi yang didominasi oleh individu atau perorangan sejumlah 9 responden,

dan 2 responden lainnya mendapatkan kerjasama atau investasi dari pihak swasta.

Page 72: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

54

i) Pekerjaan Lain

Peneliti ingin mengetahui apakah responden memiliki pekerjaan selain

menjalankan usaha alas kaki atau tidak, baik itu untuk pekerjaan utama maupun

hanya untuk menambah penghasilan

Grafik 4.9

Jumlah Responden Menurut Pekerjaan Lain

19

31

0

5

10

15

20

25

30

35

Pekerjaan Lain

ADA TIDAK ADA

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan penelitian, 19 responden atau sebesar 38% memiliki pekerjaan

lain diluar usaha alas kaki. Sedangkan 31 responden atau sebesar 62% tidak

memiliki pekerjaan selain menjalankan usaha alas kaki, dimana mayoritas

responden hanya bergantung pada usaha yang dijalankannya. Artinya, ketika

industri alas kaki di Cibaduyut mengalami pelemahan daya beli, maka akan terjadi

krisis ekonomi di daerah tersebut, karena penduduk lokal disana bergantung dari

usaha ini, baik sebagai pemilik maupun sebagai pekerja di industri rumah tangga.

j) Strategi Pemasaran

Peneliti ingin mengetahui strategi pemasaran apa yang digunakan oleh

responden dalam menjalankan usaha alas kaki di Cibaduyut. Dimana peneliti

membagi strategi pemasaran menjadi tiga, yaitu potongan harga, kerjasama

dengan pihak lain, dan memasang reklame.

Page 73: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

55

Grafik 4.10

Jumlah Responden Menurut Strategi Pemasaran

11

31

8

0

5

10

15

20

25

30

35

Strategi Pemasaran

POTONGAN HARGA KERJASAMA REKLAME

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan strategi pemasaran yang digunakan, 11 responden atau sebesar

22% menggunakan strategi potongan harga terutama yang membeli atau memesan

dalam jumlah banyak. Selanjutnya 31 responden atau sebesar 62% menggunakan

strategi kerjasama dengan pihak lain untuk menjalankan usahanya. Kemudian 8

responden atau sebesar 16% memasang reklame di lokasi usahanya untuk menarik

konsumen.

k) Kondisi Permintaan

Peneliti ingin melihat kondisi permintaan alas kaki menurut pengalaman

dari responden yang merujuk pada pemesanan atau penjualan yang telah dirasakan

setiap tahunnya, baik itu konstan, meningkat, menurun, atau naik turun

permintaan alas kakinya.

Page 74: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

56

Grafik 4.11

Jumlah Responden Menurut Kondisi Permintaan

11

1

8

30

0

5

10

15

20

25

30

35

Kondisi Permintaan

KONSTAN MENINGKAT MENURUN NAIK-TURUN

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan kondisi permintaan yang diterima responden setiap tahunnya,

11 responden atau sebesar 22% mengatakan bahwa permintaan alas kaki setiap

tahunnya konstan atau tidak berubah. Kemudian 1 responden atau sebesar 2%

mengatakan bahwa permintaannya meningkat, responden ini memiliki tingkat

pendidikan Sarjana dengan tempat strategis dan telah menjalankan usaha lebih

dari 20 tahun. Selanjutnya 8 responden atau sebesar 16% mengatakan bahwa

permintaannya mengalami penurunan. Kemudian 30 responden lainnya atau

sebesar 60% memiliki permintaan yang tidak tetap atau naik-turun.

l) Pengaruh Impor

Peneliti ingin melihat pengaruh impor terhadap usaha alas kaki yang

dirasakan responden selama ini, apakah masuknya barang impor dari luar negeri

memiliki dampak atau tidak.

Page 75: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

57

Grafik 4.12

Jumlah Responden Menurut Pengaruh Impor

37

13

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Pengaruh Impor

ADA TIDAK ADA

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan pengaruh impor, 37 responden atau sebesar 74% menjawab

bahwa mereka merasakan dampak dari masuknya alas kaki impor di Cibaduyut

terutama dari China, yang menyebabkan persaingan semakin ketat. Sedangkan 13

responden atau 26% menjawab tidak ada pengaruh dari masuknya alas kaki impor

di Cibaduyut terhadap usaha mereka.

2. Analisis Tabulasi Silang

Data yang diperoleh dari kuesioner sejumlah 50 responden, selanjutnya akan

dilakukan tabulasi silang terhadap 6 variabel yaitu pengaruh impor, pendidikan,

lama usaha, skema usaha, modal, dan pemerintah dimana pengaruh impor sebagai

X1.

a) PENGARUH IMPOR – PENDIDIKAN

Tabel 4.10 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang

antara pengaruh impor terhadap pendidikan responden. Analisa akan dijelaskan

setelah tabel output.

Page 76: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

58

TABEL 4.10

Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Pendidikan

Pendidikan Total

SD SMP SMA S1

Impor

Ada

Count 24 10 3 0 37

% within impor 64.9% 27.0% 8.1% 0.0% 100.0%

Tidak Ada

Count 2 4 6 1 13

% within impor 15.4% 30.8% 46.2% 7.7% 100.0%

Total

Count 26 14 9 1 50

% within impor 52.0% 28.0% 18.0% 2.0% 100.0%

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, diketahui bahwa responden yang

terpengaruh oleh impor sebanyak 37 dari 50 responden atau sebesar 74%.

Mayoritas yang terpengaruh oleh impor adalah responden yang berpendidikan

hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 64.9% dari keseluruhan

responden yang terpengaruh oleh impor. Kemudian, dari 9 responden yang

berpendidikan SMA, 6 responden tidak terpengaruh oleh impor. Responden yang

berpendidikan S1 berjumlah 1 orang juga tidak terpengaruh oleh impor. Artinya,

semakin tinggi pendidikan responden sebagai pelaku usaha, maka semakin sedikit

kemungkinan terpengaruh oleh impor

b) PENGARUH IMPOR – LAMA USAHA

Tabel 4.11 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang

antara pengaruh impor terhadap lama usaha yang dijalankan responden. Analisa

akan dijelaskan setelah tabel output.

Page 77: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

59

TABEL 4.11

Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Lama Usaha

Lama_usaha

Total

<5 5-9 10-14 15-19 >20

impor

Ada

Count 5 17 14 1 0 37

% within impor 13.5% 45.9% 37.8% 2.7% 0.0% 100.0%

Tidak Ada

Count 2 2 3 5 1 13

% within impor 15.4% 15.4% 23.1% 38.5% 7.7% 100.0%

Total

Count 7 19 17 6 1 50

% within impor 14.0% 38.0% 34.0% 12.0% 2.0% 100.0%

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, sebagian besar responden telah

menjalankan usaha antara 5 sampai 14 tahun. Rentang waktu tersebut adalah yang

paling banyak terpengaruh oleh impor. Dari hasil yang peneliti temukan

dilapangan, direntang waktu tersebut mereka sudah mulai menjalankan usahanya

sendiri dari proses produksi hingga menjual produknya sehingga lebih

terpengaruh oleh impor. Kemudian responden yang menjalankan usahanya kurang

dari 5 tahun, sebagian besar mereka masih bergantung dengan pihak lain sebagai

maklun sepatu. Sedangkan responden yang menjalankan usahanya antara 15

sampai 19 tahun dan yang lebih dari 20 tahun tidak terpengaruh oleh impor, hal

ini disebabkan usaha yang dijalankan sudah maju dan telah menguasai kondisi

pasar.

c) PENGARUH IMPOR – SKEMA USAHA

Tabel 4.12 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang

antara pengaruh impor terhadap skema usaha yang dijalankan responden. Analisa

akan dijelaskan setelah tabel output.

Page 78: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

60

TABEL 4.12

Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Skema Usaha

Skema

Total kerjasama individu

impor

Ada

Count 10 27 37

% within impor 27.0% 73.0% 100.0%

Tidak Ada

Count 4 9 13

% within impor 30.8% 69.2% 100.0%

Total

Count 14 36 50

% within impor 28.0% 72.0% 100.0%

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, diketahui bahwa responden yang

menjalankan usahanya secara kerjasama sebesar 28% dan yang menjalankan

usahanya secara individu sebesar 72%. Namun, baik skema usaha responden itu

secara kerjasama maupun individu tetap terpengaruh oleh adanya impor.

Responden yang lebih terpengaruh oleh adanya impor adalah skema usaha secara

individu dengan 73% responden.

d) PENGARUH IMPOR – MODAL

Tabel 4.13 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang

antara pengaruh impor terhadap modal responden dalam menjalankan usaha.

Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Page 79: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

61

TABEL 4.13

Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Modal

modal

Total < Rp.

10.000.000

Rp 10.000.000

- 50.000.000

Rp 50.000.000

- 500.000.000

Impor

Ada

Count 4 28 5 37

% within impor 10.8% 75.7% 13.5% 100.0%

Tidak Ada

Count 1 3 9 13

% within impor 7.7% 23.1% 69.2% 100.0%

Total

Count 5 31 14 50

% within impor 10.0% 62.0% 28.0% 100.0%

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, diketahui bahwa dari 5 responden

yang memulai usaha dengan modal kurang dari Rp 10.000.000,00, terdapat 4

responden yang terpengaruh oleh impor. Kemudian dari 31 responden yang

memulai usaha dengan modal antara Rp 10.000.000,00 – Rp 50.000.000,00, yang

terpengaruh oleh impor sejumlah 28 orang. Sedangkan dari 14 responden yang

memulai usaha dengan modal antata Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00,

terdapat 5 responden yang terpengaruh oleh impor, dan 9 responden lainnya

menyatakan bahwa mereka tidak merasakan dampak dari adanya impor. Artinya,

mayoritas responden yang terpengaruh oleh impor adalah mereka yang memulai

usaha dengan modal dibawah Rp 50.000.000,00, sedangkan responden yang

memulai usaha dengan modal diatas Rp 50.000.000,00 lebih sedikit terpengaruh

oleh impor.

e) PENGARUH IMPOR – PEMERINTAH

Tabel 4.14 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang

antara pengaruh impor terhadap peran pemerintah di sentra industri alas kaki

Cibaduyut. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Page 80: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

62

TABEL 4.14

Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Pemerintah

Pemerintah

Total

Ada Tidak Ada

impor

Ada

Count 3 34 37

% within impor 8.1% 91.9% 100.0%

Tidak Ada

Count 8 5 13

% within impor 61.5% 38.5% 100.0%

Total

Count 11 39 50

% within impor 22.0% 78.0% 100.0%

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, 78% responden menyatakan

bahwa mereka tidak merasakan adanya peran pemerintah dalam menjalankan

usahanya. Sedangkan 22% lainnya menyatakan mereka merasakan adanya peran

pemerintah dalam menjalankan usahanya, yaitu berupa penyertaan modal dari

perbankan serta kerjasama yang pernah dilakukan oleh pemerintah kota Bandung.

Kemudian, responden yang tidak merasakan adanya peran pemerintah disini, dari

39 responden yang tidak merasakan adanya peran tercatat sejumlah 34 responden

menyatakan adanya pengaruh dari masuknya barang impor terhadap usaha yang

dijalankannya. Sedangkan dari 11 responden yang merasakan adanya peran

pemerintah, hanya 3 responden yang menyatakan terpengaruh oleh barang impor.

3. Analisis SWOT

TABEL 4.15

Analisis Matriks SWOT

Kekuatan (S)

1. Bahan baku berkualitas

2. Produk dapat bertahan

lama

Kelemahan (W)

1. Kemampuan manajerial

kurang baik

2. Jaringan pemasaran yang

terbatas

Page 81: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

63

3. Padat karya

3. Kurang harmonisnya

hubungan antar pengrajin

Peluang (O)

1. Pasar yang luas

2. Kualitas produk kurang baik

3. Perkembangan teknologi

Strategi S-O

1. Meningkatkan promosi yang

dapat menarik konsumen

2. Mempertahankan dan

meningkatkan mutu produk

3. Memanfaatkan teknologi

untuk melakukan inovasi

produk

Strategi W-O

1.Memperluas jaringan

pemasaran dengan sistem

jual online atau dengan

membuka outlet baru di

lokasi lain

2. Perbaikan system

manajemen usaha agar dapat

meningkatkan kualitas dan

penjualan produk

3. Memperbaiki hubungan

kerjasama antar pengrajin

Ancaman (T)

1. Produk impor datang dengan

model yang menarik dan harga

yang murah

2. Kurangnya rasa cinta produk

lokal pada masyarakat

Strategi S-T

1. Meningkatkan variasi produk

menjadi lebih beragam

2. Mempercantik produk produk

andalan agar dapat bersaing

dengan produk impor

Strategi W-T

1. Meningkatkan pengenalan

produk kepada masyarakat

2. Memberikan pelayanan yang

maksimal dan harga yang

terjangkau

Page 82: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

64

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai dinamika perkembangan industri

alas kaki pasca kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dengan studi

kasus di sentra industri alas kaki Cibaduyut yang dilakukan melalui observasi,

wawancara, dan penyebaran kuesioner, maka penulis menyimpulkan :

1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan industri alas kaki di Cibaduyut atas

adanya kebijakan ACFTA diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pendidikan

Responden yang memiliki pendidikan tinggi lebih mampu bersaing dengan

produk impor dari China dibandingkan dengan pendidikan yang rendah.

Sedangkan mayoritas pengusaha alas kaki di Cibaduyut memiliki pendidikan

yang rendah, sehingga banyak pengusaha alas kaki di Cibaduyut yang tidak

mampu bertahan menghadapi persaingan dengan produk impor

b. Lama usaha

Responden yang menjalankan usahanya sendiri dari proses produksi

hingga menjual produknya lebih terpengaruh oleh impor. Sedangkan responden

yang menjalankan usahanya lebih dari 20 tahun tidak terpengaruh oleh impor,

hal ini disebabkan usaha yang dijalankan sudah maju dan telah menguasai

kondisi pasar.

c. Modal

Responden memulai usaha dengan modal yang bervariatif, mulai kurang

dari Rp 10.000.000,00 hingga Rp 500.000.000,00. Maka menurut Undang-

Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang kriteria industri, pengusaha di Cibaduyut

termasuk dalam industri kecil.

Page 83: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

65

d. Peran Pemerintah

Responden sebagai pelaku usaha yang tidak merasakan adanya peran

pemerintah, mayoritas menyatakan mereka terpengaruh oleh adanya produk

impor yang masuk dari China, sedangkan responden yang merasakan peran

pemerintaah baik berupa penyertaan modal maupun kerjasama lainnya

mayoritas tidak terpengaruh dari adanya produk impor yang masuk.

2. Pertumbuhan industri alas kaki pada periode setelah kebijakan ACFTA

mengalami penurunan yang sangat signifikan dari jumlah unit usaha dan

jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 hingga 2016, hal ini diakibatkan karena

tidak mampunya produk asli Cibaduyut bersaing dengan produk impor asal

China dari sisi harga dan model. Terbukti dari fakta yang penulis temukan di

lapangan, mayoritas toko lebih banyak menjual produk dari China dan produk

dari luar Cibaduyut dibandingkan produk asli Cibaduyut. Hanya ada beberapa

toko besar yang ternama saja yang menjual produk asli Cibaduyut.

3. Pemerintah kota Bandung telah menetapkan tujuh sentra industri di Bandung

termasuk Cibaduyut sebagai sentra industri alas kaki. Namun, berdasarkan

fakta yang penulis temukan di lapangan, dalam pengelolaannya masih berjalan

masing-masing antara pemerintah dengan pelaku usaha.

B. SARAN

Untuk meningkatkan citra sentra industri alas kaki di Cibaduyut, penulis

mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut.

a. Saran untuk Pemerintah

1) Mengadakan musyawarah antara pemerintah dengan pelaku usaha untuk

menyatukan pendapat dalam memajukan industri alas kaki di Cibaduyut,

2) Menginstruksikan kepada aparatur pemerintahan untuk menggunakan alas

kaki asli dari Cibaduyut sebagai bentuk cinta produk lokal sekaligus dalam

rangka meningkatkan perekekonomian di kota Bandung

3) Menghias jalan Cibaduyut Raya seperti halnya taman, jalan kota atau alun-

alun di Bandung sehingga banyak wisatawan yang berkunjung.

Page 84: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

66

4) Menambah tenaga kerja di Dinas Perindutrian dan Perdagangan sub unit

Pengembangan IKM Persepatuan Cibaduyut

b. Saran untuk Pelaku Usaha

1) Bekerjasama dengan pemerintah dan pelaku usaha lain untuk membangun

dan memajukan sentra industri alas kaki Cibaduyut dalam bentuk organisasi

ataupun paguyuban

2) Melakukan inovasi produk dari bentuk dan model dengan tetap

mempertahankan ciri khas alas kaki Cibaduyut

3) Memanfaatkan teknologi dengan memasarkan produk secara online melalui

media social dan e-commerce

Page 85: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

67

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, Tatya Anggara. 2016. Pengaruh Ketentuan ASEAN China Free Trade

Area (ACFTA) Terhadap Regulasi Perdagangan di Indonesia Terutama

Pada Bidang Investasi. Skripsi. Semarang: Fakultas Hukum dan

Komunikasi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Alim, Hanif Nur. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen

Membeli Obat di Apotik, Skripsi, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Aprillia, Devina. 2018. Analisis Determinan Daya Saing Industri Manufaktur

Non-Migas, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Armaidah, Reni. 2016. Analisis Daya Saing dan Faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Output UMKM Industri Alas Kaki, Skripsi, Institut

Pertanian Bogor.

Aslam, Mohamed. 2012. The Impact of ASEAN-China Free Trade Area

Agreement on ASEAN’s Manufacturing Industry. International Journal of

China Studies. Vol. 3. No. 1 . Malaysia: University of Malaya.

Aspiranti, Tasya, Nurfahmiyati dan Yukha Sundaya. (2008). Analisis “Quality

Function Deployment” pada Sentra Industri Kecil Sepatu Cibaduyut,

Jurnal MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 01-11,

Universitas Islam Bandung.

Audina, Sarah Fauziah. (2017). Strategi Keberhasilan Usaha Home Industri

Dalam Memberdayakan Masyarakat, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

David, Fred. R. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Kesembilan. PT. Intan Sejati

Klaten. Jakarta.

Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (1994). “Handbook of Qualitative Research”,

Sage Publications, Thousand Oaks.

Direktorat Kerjasama Regional Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional

tentang ACFTA, 2010.

Hidayat, M. Hasan. (2018). Dampak Pembangunan Jalan Tol Cikopo-Pemalang

Terhadap Perkembangan Perdagangan dan Rumah Makan di Kabupaten

Indramayu, Cirebon, dan Brebes, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 86: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

68

Jayakusumah, Herdi. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Konsumen dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi, Skripsi,

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-

2004.

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha 2017.

Laudon, Kenneth C dan Jane P. Laudon. (2007). “Sistem Informasi Manajemen.

Edisi ke-10. Terjemahan Chriswan Sungkono dan Machmudin Eka P”.

Jakarta: Salemba Empat.

Lestari, F. (2006). “Strategi Pengembangan Potensi Industri Kecil Sepatu

Cibaduyut,” Skripsi, Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Unisba Malhotra,

N. (2004), “Marketing Research 4th edition”, New Jersey. Pearson

Education.

Muhammad, Suwarsono. 2013. Manajemen Strategik : Konsep dan Alat Analisis.

Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN: Yogyakarta.

Nurjannah. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Konsumen Dalam Menggunakan Ponsel Gsm Tipe Qwerty, Skripsi,

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Porter, Michael E. (2007). “Strategi Bersaing (competitive strategy)”, Tangerang:

Kharisma Publishing Group.

Purbasari, Ratih dan Arianis Chan. (2017). Value Chain Analysis of the Impact of

the Leather Raw Material Scarcity on the Leather Shoe Industry in

Cibaduyut, GMP Press and Printing, Padjajaran University.

Pradina, Normalita. 2017. Pengaruh Implementasi ASEAN-China Free Trade

Terhadap Nilai Perdagangan ASEAN. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Profil dan Tipologi Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Kota

Bandung 2018.

Putri, Rebecca Christina. 2014. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata di

Kabupaten Jepara untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah, Skripsi,

Universitas Diponegoro.

Page 87: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

69

Raharja, Wini Muliagustina. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Transformasi Struktural Ekonomi, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Redu, Gracia Regina. 2013. Tindak Lanjut Pengembalian Kebijakan Luar Negeri

Oleh Indonesia dalam Menghadapi Kerjasam ACFTA (ASEAN-China

Free Trade Agreement. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Brawijaya.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha

Ilmu: Yogyakarta.

Setiawan, Sigit. 2012. ASEAN-CHINA FTA: Dampaknya Terhadap Ekspor

Indonesia dan China, Jurnal, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian

Keuangan-RI.

Sukirno, Sadono. (2002). Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas,

Rajawali Press: Jakarta

Tiaranitasari, Rizki. 2014. Dampak Ekonomi Politik Persaingan Produk Lokal

dan Produk Impor Dalam Kesepakatan ACFTA 2011-2012 (studi kasus :

Persaingan Apel dan Jeruk Lokal Dengan Apel dan Jeruk China di Batu.

Jawa Timur). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.

The Observatory of Economic Complexity (OEC). 2017.

The Global Competitiveness Report. 2019.

Trade Research and Development Agency (TREDA). (2009), Kementerian

Perdagangan Republik Indonesia.

Utami, Ramadhilla Maghfira dan Donald Crestofel Lantu. (2013).

DEVELOPMENT OF COMPETITIVENES MODEL FOR SMALL-

MEDIUM ENTERPRISES AMONG THE CREATIVE INDUSTRY IN

BANDUNG, Jurnal, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.

Wibisono, Yusuf. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Menggunakan Situs Berita Kompas.com, Skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

Yuniarti, Yuyun dan Sam’un Jaja Raharja. Analisis Faktor Daya Saing Industri

Alas Kaki Cibaduyut Kota Bandung, Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 3,

Desember 2016 Hal. 243-250.

Page 88: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

70

Yusnanto. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sektor Industri

Pengolahan di Kabupaten Sukoharjo, Skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

Page 89: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

71

LAMPIRAN

Lampiran I

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS KAKI

PASCA KEBIJAKAN ASEAN – CHINA FREE TRADE AREA

Studi Kasus di Sentra Industri Cibaduyut, Kota Bandung

Identitas Narasumber

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Profesi :

1. Sudah berapa lama anda menjalani usaha alas kaki di Cibaduyut?

a. < 5 tahun

b. 5-9 tahun

c. 10-14 tahun

d. 15-19 tahun

e. >20 tahun

2. Bagaimana skema usaha ini berjalan?

a. Secara kerjasama

b. Secara individu

3. Bagaimana status tempat yang digunakan untuk berwirausaha?

a. Sewa

b. Pribadi

Identitas Peneliti

Nama :Lutfy Nugraha

NIM : 11140840000047

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Page 90: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

72

4. Berapa jumlah pekerja yang dimiliki?

a. 1-5 Pekerja

b. 6-19 Pekerja

c. 20-99 Pekerja

d. >100 Pekerja

5. Apa jenis usaha yang dijalankan?

a. Hanya sebagai maklun (membuat saja)

b. Hanya memproduksi

c. Memproduksi dan menjual produknya sendiri

6. Berapa jumlah modal awal untuk memulai usaha?

a. <Rp 10.000.000,00

b. Rp 10.000.000,00 – Rp.50.000.000,00

c. Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00

c. Rp 500.000.000,00 – Rp10.000.000.000,00

7. Dari mana modal usaha anda diperoleh?

a. Tabungan

b. Pinjaman

c. Warisan

d. Kerjasama / investasi

d. Lain-lain

8. Apakah ada perkerjaan selain berwirausaha?

a. Ada

b. Tidak ada

9. Selama usaha ini berjalan, bagaimana cara memasarkan produknya?

a. Pasang reklame

b. Kerjasama

c. Potongan harga

Page 91: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

73

10. Menurut pandangan anda, bagaimana kondisi permintaan pasar atas

produk alas kaki setiap tahunnya?

a. Meningkat

b. Menurun

c. Konstan

d. Naik-turun

11. Apakah ada peran pemerintah yang telah dirasakan selama ini?

a. Ada

b. Tidak Ada

12. Apabila ada, sejauh yang anda ketahui, bentuk peran pemerintah yang

dirasakan seperti apa?

13. Adakah pengaruh dari masuknya barang impor terhadap usaha anda?

a. Ada

b. Tidak Ada

14. Apabila ada, pengaruhnya seperti apa?

15. Berikan saran dan harapan terhadap perkembangan industri alas kaki di

Cibaduyut

Page 92: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

74

Lampiran II

Foto saat diskusi bersama satuan kerja Kelurahan Cibaduyut dan Ketua

Lembaga Pengabdian Masyarakat Cibaduyut

Page 93: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

75

Foto di Dinas Perindustrian dan Perdagangan sub unit IKM Persepatuan

Cibaduyut

Page 94: ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS …

76