Click here to load reader
Upload
dion-widy
View
1.512
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Teori perkembangan
Pertumbuhan adalah perubahan secara psikologis sebagai hasil dari kematangan
fungsi-fungsi fisik yanng berlangsung secara normal pada anak sehat dalam waktu
tertentu. Contohnya bertanbah tinggi, banyak tulang 9tang behubunngan denngan
jasmani). Sedangkan perkembangan : proses kematangan fungsi-fungsi non fisik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
Sebelum lahir
Ketika lahir
Sesudah lahir
Psikologis
Perkembangan adalah proses kematangan fungsi-fungsi non fisik. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan seorang anak :
Keturunan (warisan)
Lingkungan
Kematangan fungsi organis dan psikis
Aktivitas anak itu sendiri sebagai objek yang berkemauan
Teori dinamika perkembangan mengatakan bahwa : Dalam organisme yang hidup itu
selalu ada usaha yang positif. Organisme itu memiliki mmesin kapasitas impus
tertentu yang dipakai untuk memobilisasi semua kemampuan agar berfungsi dan
dapat dimanfaatkan. Perkembangan pada manusia memerlukan stimulus dan pada
tumbuhan secara psikis. Pembagian fase-fase perkembangan
1) Menurut Aristoteles
Perkembangan dibagi menjadi tiga bagian
Ø Periode I : umur 0 s/d 7 tahun (masa anak kecil/bermain)
Ø Peripde II : umur 7 s/d 14 tahun (masa anak-anak, masa belajar
Ø Periode II : umur 14 s/d 21 tahun (masa remaja/pubertas)
Periode I dan II ditandai dengan adanya gejala lepasnya gigi, dan periode II da III
ditandai dengan adanya gejala pubertas
2) Menurut Chartotle Buhtar
Perkembanagn menjadi 5 fase :
Ø 0 - 1 tahun : masa menghayati objek-objek diluar dirinya sendiri
Ø 2 - 4 tahun : masa pengenalan dunia objektif diluar dirinya disertai penghayatan
subjektif
Ø 5 – 6 tahun : masa sosialisasi anak/ pergaulan dengan kawan-kawannya
Ø 9 – 11 tahun : masa sekolag rendah, anak mencapai objektifitas tinggi (masa
mencoba)
Ø 14 – 19 tahun : masa tercapainya sintese antara sikap dalam batin sendiri dengan
sikap keluar pada dunia objektif.
3) Menurut Konstamm
Membagi menjadi 5 fase :
Ø Masa bayi (vital)
Ø Masa anak kecil (estesis)
Ø Masa anak sekolah (intelektual)
Ø Masa pubertas (sosial)
Ø Manusia yang sudah matang
4) Menurut Oswald Kroh
Ø 0-4 tahun : masa kanak-kanak (trotzalter 1) yaitu masa menentang ditandai
perubahan tingkah laku dan prilaku pada anak.
Ø 4-14 tahun masa sekolah/keserasian (trotzalter 2). 13-14 tahun : masa melawan
Ø 14-19 tahun : masa kematangan
5) Menurut Hackel
Ø Samapi kira-kira anak 5-8 tahun masa perampakan yaitu :senang menangkap
hewan-hewan kecil perburuan.kejar-kejaran
Ø 8-10 tahun : anak dimulai dengan senang pengembalaan yaitu memelihata ikan,
burung dan lain-lain
Ø 11-13 tahun : masa menanam/pertanian
Ø 13-14 tahun : masa perdagangan
6) Menurut William Stern
Ø 2-7 tahun : kehidupan bangsa alam
Ø 21 tahun : seorang yang sudah dewasa
Oeang dewasa ialah bisa mengontrol diri, patuh pada kedisiplinan, kejujuran dan
keberanian. Memandang dari segi pendidikan :
Ø 0-6 tahun : periode sekolah (ibu)
Ø 6-18 tahun : periode sekolah (bahasa ibu)
Ø 12-18 tahun :periode latin (bahasa Indonesia, bahasa Inggris)
Ø 18-24 tahun : periode universita
Prinsip – pronsip perubahan.
Ciri – ciri perubahan/perkembangan :
Pertumbuhan sebagai proses menjadi. Perpaduan antara golongan – golongan
mempertahankan diri dan pengembangan diri. Individualitas anak dan perbedaan
individu. Anak sebagai makhluk sosial. Hukum kompergensi. Pemenuhan kebutuhan
sebagai dinamis dan aktivitas anak. Penggunaan fungsi-fungsi secara spontan
sebagai kemampuan tumbuh. Tempo dan fitme perkembangan anak. Kematangan
dan masa peka. Perkembangan sebagai proses diperensiasi. Masa tlotsalter.(Periode
1: 3-4 thn. Periode 2 :12-13) Perjuang sebagai ciri perjuanagn.
Pemulihan diri dan revisi terhadap kebiasaan.. Faktor – faktor perkembangan. Faktor
idibiliter atau faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan sekitar. Diperlancar oleh
usaha belajar.
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan
dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan
sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa,
untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di
mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama
lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak
seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan
terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja,
jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain
di dalam dunia anak-anak:
1.Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2.Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat
tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan
baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak
mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus
bagaimanakah situasi itu diselesaikan ? Dari banyak informasi yang diberikan anak
tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase,
seperti ; Fase Pertama ; - Teman untuk bermain Teman bermain untuk usia anak
antara 5 sampai 7 tahun. Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai
mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka
mempunyai ketertarikkan yang sama. Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi
masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang
mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak
tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan
kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina
kembali begitu saja. Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia
5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ; “Kalau kamu
memberi saya coklat, kamu temanku lagi” Dalam usia ini mereka dengan
gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai
dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja
berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua –
Teman untuk bersama Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia
anak antara 8 sampai 10 tahun. Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit
lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah
ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi. Dalam
fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase
pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah,
seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ; “Kenapa kamu
pilih dia sebagai temanmu ?” Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin
persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka
saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka
bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi
selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga –
Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian Terjadi pada anak usia 11
sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di
sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran,
perasaan dan pengertian. Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang
sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber
dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau
problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu
permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka,
dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi
kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah
rumah atau melanjutkan sekolah di kota lain. Percakapan di antara mereka yang
sering kita dengar pada fase ini, misalnya ; “Kita butuh teman yang baik, karena kita
bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan
memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”. Pentingnya Persahabatan Untuk
Perkembangan Sosial anak-anak Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatny
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak
populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal
yang lainnya. Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di
pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak
populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa
pertanyaan kepada mereka, seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama
sekali tidak disebut. Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer,
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-
pertanyaan negatif dan pertanyaan pertanyaan positif. Dengan pertanyaan-
pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana
anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu
mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan Perkembangan anak
secara berurutan, seperti ;
1. anak-anak yang menyandang bintang sosiometris Bintang sosiometris, artinya
mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi negatifnya, biasanya
mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang
menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. anak-anak yang biasa Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan
bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit
disebut sisi negatifnya.
3. anak-anak yang terisolir Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga
tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh
teman-temannya.
4. anak-anak yang terasingkan Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan
dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya
dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak
ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana Perkembangan psikologi
anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan
Perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah,
supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita
mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita
sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu
memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur
merubah sifat dan karekter si anak. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam
status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak Orang tua yang mendidik anak
dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan
penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang
tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya. Lain
halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan
mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa
yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat
perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki
masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina
persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak,
karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi
dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran Biasanya anak-anak populer
memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan
posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik. Anak-anak populer
biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik. Dengan memiliki ciri-ciri
tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi
dilingkungan yang asing.
4. Nama Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh
negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak . karena anak-anak masih
sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa
rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena
namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer
daripada anak yang kurang memiliki daya tarik. anak-anak yang berumur 3 tahun,
sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang
kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa. Pada
anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan
mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas,
anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur
dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik,
biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya
sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5
tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh
masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku. Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak
faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer. Perilaku yang membuat
anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa
berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang
positif, dan lain-lain. Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak
yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi
tidak selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial,
sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya,
intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik
tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan
yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang
bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; anak-anak yang
terisolir dan anak-anak yang terasingkan. Kelompok anak-anak tersebut memiliki
nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir
lebih mudah diakui dari pada anak anak yang terasingkan, namun lama kelamaan
anak-anak yang terasingkan akan diakui juga. anak-anak yang terasingkan memiliki
resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi
terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak Jika
anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak
lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan
terganggu. Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ; secara
terbuka mereka diasingkan sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang
negatif mempunyai masalah perilaku sering memperlihatkan perilaku agresif
mempunyai status negatif yang stabil sering bermasalah di sekolah Secara umum
anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin
main dengan anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya,
malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak
tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak
lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di
kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya
mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan
perilakunya, misalnya ; Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian
datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak
lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan
mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan
kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu
akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan
bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang
terasing tadi
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di
Belanda, para orang tua darianak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar
atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog anak
yang ada di bawah Departemen Urusan anak-anak Bermasalah, kemudian akan
dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi
pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara
beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk
beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandirl.
Perkembangan Anak
Perkembangan fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan
meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan tinggi maupun
kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan keterampilan
fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa bantuan orang tua dan orang
lain di sekitarnya.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri
individu yang keberadaannya mempengaruhi dinamika perkembangan. Termasuk ke
dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan
faktor kematangan fisik dan psikis.
2. Faktor Eskternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang
keberdaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk
faktor eksternal antara lain : faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan
faktor lingkungan non fisik. Pertumbuhan dan perkembangan tidak hanya
menyangkut masalah fisik atau jasmani saja, tetapi juga menyangkut masalah
rohani. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap individu terdapat beberapa macam,
antara lain :
1. Faktor Pembawaan
Pada waktu anak lahir, membawa berbagai kemungkinan potensi yang ada
pada dirinya. Secara umum kemungkinan-kemungkinan potensi yang ada
pada anak yang baru lahir adalah :
a. Kecerdasan
b. Bakat-bakat khusus
c. Jenis kelamin
d. Jenis ras
e. Sifat-sifat fisik
f. Sifat-sifat kepribadian
g. Dorongan-dorongan
Pada waktu dilahirkan anak telah merupakan satu kesatuan psycho-physis sebagai
hasil pertumbuhan yang teratur dan kontinu sewaktu dalam kandungan ibu.
Selama perkembangannya individu-individu itu tidak statis, melainkan dinamis, dan
pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka harus sesuai dengan sifat-sifat
khasnya yang sesuai dengan perkembangannya itu.
Jenis kelamin dan jenis ras merupakan faktor bawaan yang dibawa oleh individu
sejak lahir. Perkembangan atau fase selanjutnya tiap individu akan berbeda-beda
baik dari segi fisik/jasmani maupun perkembangan rohaninya. Masa anak-anak
dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan. Masa anak-anak
awal dimulai ketika anak berusia antara 2 sampai 6 tahun. Pada masa anak awal
perkembangan fisik anak akan terlihat lambat dibandingkan dengan pertumbuhan
pada masa bayi. Pada anak usia ini faktor pembawaan anak akan mulai terlihat dan
orangtua atau orang yang lebih tua darinya akan memperoleh gambaran tentang
kebiasaan dan kemampuan anak.
2. Faktor Lingkungan
Kehidupan manusia khususnya anak-anak dibutuhkan banyak berinteraksi
dengan individu lainnya. Lingkunagn fisik (phiysical envirenment) banyak
mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan seperti halnya
alam sekitar disebut sebagai faktor exogen.
Pada anak usia ini anak anak sudah siap memasuki dunianya yakni masuk dunia
kanak-kanak. Kemampuan berbicara, mobilitas, keikutsersertaan sosial yang cepat,
kesemuanya mempercepat pertumbuha intelektual anak. Pada masa anak usia
seperti ini telah mendapat sebagian besar perkembangan berbahasa mereka sebagai
salah satu tugas belajar mereka yang penting. Kemampuan berbahasa yang dicapai
akan memeudahkan mereka belajar lebih lanjut.
Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak usia ini
adalah orang tua. Orang tua sebagai guru alamiah akan mampu melihat dan
mengerti serta menanggapi kemauan anak. Melalui berbagai komunikasi serta
interaksi dengan orang tua akan terbentuk sikap, kebiasaan dan kepribadian seorang
anak, selain itu ada pula faktor lingkungan yang secara tidak langsung
mempengaruhi perkembangan anak, seperti halnya dengan kebudayan. Kebudayaan
(culture) secara tidak langsung ikut mewarnai situasi, kondisi ataupun corak interaksi
di mana anak itu berada. Selain faktor-faktor di atas, faktor agama juga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kebiasaan anak. Salah satunya
adalah anak mulai tahu tentang kebersihan, yakni dengan melakukan buang air di
tempat yang biasa dilakukan oleh orang tuanya.
Pada diri manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala
kejiwaan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan
terdapat sensasi dan persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak
mempunyai kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja
kekurangan atau kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan
semua bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan.
Perkembangan fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan
meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan tinggi maupun
kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan keterampilan
fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa bantuan orang tua dan orang
lain di sekitarnya.
Secara umum perkembangan anak selama masa perkembangannya akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam dua faktor yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah segala
sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaannya mempengaruhi dinamika
perkembangan. Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik dan psikis. Faktor eksternal
adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang keberdaannya
mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk faktor eksternal
antara lain : faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor
lingkungan non fisik.
Teori Perkembangan Jean Piaget skema yang digunakan anak untuk memahami
dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin
canggih seiring pertambahan usia, yaitu :
1.Periode Sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari
usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
2.Periode Praoperasional (usia 2–7 tahun)
Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir
usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan
bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki
pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak
hidup pun memiliki perasaan.
3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)
Tahapan ini muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini
adalah: Pengurutan Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan). Decentering Anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, yaitu jumlah sebelumnya.
Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama
banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda,
air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Penghilangan sifat
Egosentrisme Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak
walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini,
sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan
tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Tahapan ini bergantung pada keakraban dengan daerah subyek tertentu. Apabla
siswa akrab dengan suatu obyek tertentu, lebih besar kemungkinannya
menggunakan menggunakan operasi formal.
Tahapan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Walaupun tahapan-tahapan itu bisa
dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada tahapan yang
diloncati dan tidak ada urutan yang mundur. Universal (tidak terkait budaya) Bisa
digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang
berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan.
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari
tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi). Tahapan
merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif.
Teori Perkembangan JEAN PIAGET
Setiap individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema
juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan
tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang
baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema
yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema
tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak
berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua
burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak
melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki
sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah
ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema
yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan
memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema
burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian
di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima
pengetahuan dari luar secara pasif, tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya. Tahapan perkembangan Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan
perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi. Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan
proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya. Homogenitas
dari fungsi kognisi
Natur dan Nurtur
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan
filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia
sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai
bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Stabilitas dan Kelenturan dari Kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajatkecerdasan,
namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun
dibandingkan dengan usia 15 tahun. Teori perkembangan Piaget mewakili
konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di
mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka.