Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA YOUTH CAMP DI
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR)
(Skripsi)
Oleh
NUR SHAFIKA
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE ECONOMIC IMPACT OF TOURIST ACTIVITIES
IN YOUTH CAMP IN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
By
NUR SHAFIKA
The main purposed of this research is to (1) find out the characteristic of visitors,
local workforces and business owners, (2) The factors that effect to the frequency
of tourist visits, and (3) to analyze the economy impact that caused by the Youth
Camp tourism activities. Intentionally the location selected for the research
purposes is Youth Camp in Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
Contributing toward this research consist of 40 persons visitor, 10 persons of
local workforce and 15 business owners. The data for the research was generated
on December 2018 to February 2019 by using method of descriptive qualitative
and descriptive quantitative. The research findings shows: (1) Most of the Youth
Camp visitors are range age between 17-35 years old whose originally came from
Lampung Provinces and on their final year in SMA or equivalent. Majority
students employments is with income above Rp 2,000,000.00, single and no
liabilities responsibilities. (2) The frequency of visitors who came to visit was
mostly influenced by the distance,age and well known of the tourism place. (3)
The value impact obtained from the value of Keynesian Income Multiplier is 5.33,
value of Ratio Income Multiplier Type I is 2.70 and value Ratio Income Multiplier
Type II is 3.83.
Key words: economic impact of tourism, multiplier effect, Youth Camp
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA YOUTH CAMP DI
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR)
Oleh
NUR SHAFIKA
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui karakteristik pengunjung, tenaga
kerja lokal dan unit usaha, (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan wisatawan, dan (3) menganalisis dampak ekonomi yang
ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Youth Camp. Lokasi penelitian ini dipilih
secara sengaja di Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Yang
menjadi sampel pada penelitian ini adalah pengunjung sebanyak 40 orang, tenaga
kerja 10 orang dan pemilik unit usaha sebanyak 15 orang. Pengambilan data
penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018-Februari 2019. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan
analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)
Pengunjung Youth Camp sebagian besar berada pada rentang umur 17-25 tahun
dan 26-35 tahun yang berasal dari dalam Provinsi Lampung dan pendidikan
terakhir SMA sederajat. Mayoritas pekerjaan adalah mahasiswa dengan
pendapatan diatas 2.000.000, belum menikah dan tidak memiliki tanggungan.
Pada umunya rata-ratapendapatan tenaga kerja lokal di Youth Camp dibawah
UMR Bandar Lampung. Jenis unit usaha di Youth Camp pada umumnya
pedagang pasa tahura. (2) Frekuensi kunjungan responden pengunjung
dipengaruhi oleh jarak, lama pengatahui keberadaan wisata dan umur. (3) Nilai
dampak ekonomi yang diperoleh dari nilai Keynesian Income Multiplier yaitu
sebesar 5,33, nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 2,70, dan nilai Ratio
Income Multiplier Tipe II sebesar 3,83.
Kata kunci: efek pengganda, dampak ekonomi wisata, Youth Camp
ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA YOUTH CAMP DI
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR)
Oleh
Nur Shafika
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Skripsi : ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN
WISATA YOUTH CAMP DI TAMAN HUTAN
RAYA WAN ABDUL RACHMAN
(TAHURA WAR)
Nama Mahasiswa : Nur Shafika
Nomor Pokok Mahasiswa : 1414131136
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M. Sc Dr.Teguh Endaryanto, S.P.,M.Si
NIP 196308271986031003 NIP 196910031994031004
MENGETAHUI
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr.Teguh Endaryanto, S.P.,M.Si.
NIP. 196910031994031004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M. Sc. ........................
Sekretaris : Dr.Teguh Endaryanto, S.P.,M.Si. ........................
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A ........................
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP. 196110201986031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 22 Juli 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Nur Shafika, anak ke lima dari enam bersaudara yang
dilahirkan di Sungai Ipuh, pada tanggal 17 Juli 1996 dari pasangan Bapak
Jalparialto dan Ibu Armawanti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
di SD Negeri 18 Sungai Ipuh pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di MTsN Pasir Talang, lulus pada tahun
2011. Kemudian menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1
Solok Selatan, lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswi di Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2017 penulis melaksanakan
Praktik Umum (PU) di PT. Keong Nusantara Abadi (wong coco) Natar, Lampung
dan sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Fajar Asri, Kecamatan Seputih Agung,
Kabupaten Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:
Mak dan Ayah
Terima kasih kepada mak dan ayah yang selalu mendo’akan akan keberhasilan ika, memberi
semangat, nasihat, dukungan serta kasih sayang yang tiada henti.
Kakak-kakak dan Adik
Terima kasih kepada kak long, kak ana, kak esa, kak dania, adik zuhra, dan abang jena yang selalu
memberikan semangat, do’a, dan dan motivasi yang berharga.
Seluruh Dosen
Terima kasih kepada seluruh dosen agribisnis, terutama dosen pembimbing dan pembahas yang
telah memberikan bimbingan serta saran terbaiknya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat-Sahabat Terbaikku
Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik, terimakasih atas semua kebahagiaan, kebaikan dan
semangat yang telah kalian berikan.
Almamater dan Negeriku
Kata inspirasi
“Saat kau merasa sulit memaafkan orang lain, ingat dosa-dosamu yang sangat
banyak yang perlu Allah maafkan. Kamu yakin tidak mau dimaafkan? Maka
maafkanlah dan nikmati sisa hidupmu”
(Nur Shafika)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan”
(QS. Asy-Syarh : 5-6)
“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling
pahit ialah berharap kepada manusia”
(Ali bin Abi Thalib)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Youth Camp di Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman (tahura WAR)” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skrpsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena
dukungan, bimbingan, semangat, saran, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr.Teguh Endaryanto, S.P.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis fakultas
Pertanian Universitas lampung dan dosen pembimbing dua yang telah banyak
membantu, memberi masukan serta dengan sabar memberikan pengarahan
dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M. Sc., selaku dosen pembimbing satu yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi.
4. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Ir. Suriaty Situmorang M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis.
6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan segala
bentuk bantuan kepada penulis.
7. Orang tua tercinta Mak dan ayah yang tiada henti-hentinya mendoakan serta
kepada kakak-kakakku Wiwit Murni S. Psi, Fatin Diyana, Esa Muliya,
Amd.KL, Rahma Dania S.H., adik Zuhra, keluarga tersayang yang selalu
menyemangati dalam segala hal.
8. Terspesial, Qayyum hakimi ponakan kesayangan aunty ka.
9. Sepupu dan abang ipar, bang jena, bang wan, bang eko, bang il, kak amy,
Tiya, bang furqon dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
10. Sahabat - sahabat LDR, Ayu, Putri, Aini dan Reza sahabat dari dulu hingga
sekarang, yang selalu mengingatkan agar cepat wisuda.
11. Sahabat-sahabat di Lampung, Yutia, Kak Dini, Tri, Evi, Aulia dan teman-
teman kontrakan “Rumah Kuning” aya, siska, kak yani, ola, urung, ucok dan
osin yang selalu menyemangati penulis.
12. Teman-teman di RUSUNAWA UNILA, tempat penulis tinggal selama 4
tahun lebih.
13. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Minang (IMAMI) yang banyak membantu
penulis selama di Lampung.
14. Teman-teman AGB kelas C angkatan 2014, Oktin, Ganco, Meme, Bowo,
Rifai, Nurjanah, Neni, Bella, Lena, Fira, Mala, Marina, Marita, Lisa,
Mustofa, Naay, Naul, Uty, Nate, Nana, Novia c, Novia S, Uuk, Ocha, Oka,
Olpa, Othi, Pandu, Raras, Peggi, Pingky, Pual, Pued, Putri s, PCR, Adi,
Rahmi, Rana, Rangga, Raras, Ara, Resti, Reza, Ridho, Rinty, Abdau, Tuti,
Rendi, Widi, Pingky, Nadila, yang telah memberikan pengalaman yang luar
biasa selama perkuliahan.
15. Teman-teman satu bimbingan skripsi Rahmat, Desi, Novia C dan lainya yang
telah membantu dan mendengarkan keluh kesah tentang penulisan skripsi ini.
16. Keluarga besar HIMASEPERTA yang telah memberikan pengalaman yang
luar biasa.
17. Semua temanku di jurusan Agribisnis angkatan 2014.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
informasi tambahan, saran, dan kritik untuk pengembangan lebih lanjut sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat kita semua.
Bandar Lampung, April 2019
Penulis
Nur Shafika
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A.Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 18
D.Tujuan Penelitian ....................................................................................... 18
II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................... 19
A.Teori Dasar ................................................................................................. 19
B. Telaah Studi Terdahulu .............................................................................. 28
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 35
D.Hipotesis ..................................................................................................... 38
III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 40
A.Metode, Lokasi, dan Waktu Penelitian ...................................................... 40
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional .................................................... 41
C. Unit Analisis, Responden dan Teknik Sampling ....................................... 44
D.Jenis dan Metode Pengumpulan Data ........................................................ 45
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 46
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 57
A.Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) ........................ 57
B. Sejarah dan Profil Youth Camp .................................................................. 60
C. Sarana dan Prasarana Youth Camp ............................................................. 66
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 73
A.Karakteristik Responden ............................................................................ 73
B. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan
Responden Pengunjung di Youth Camp .................................................... 88
C. Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Youth Camp ...................................... 99
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 117
LAMPIRAN ........................................................................................................ 121
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar jumlah pengunjung Youth Camp tahun 2015-2017 ............................ 12
2. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan karakteristik
pengunjung, tenaga kerja lokal, dan unit usaha di Youth Camp .................... 42 3. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan frekuensi kunjungan
wisatawan Youth Camp .................................................................................. 43
4. Batasan operasional yang berhubungan dengan dampak ekonomi wisata
Youth Camp .................................................................................................... 44
5. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung .................................................... 74
6. Tabulasi Silang antara Karakteristik Umur dengan Jenis Kelamin Responden
Pengunjung .................................................................................................... 77
7. Tabulasi Silang antara Karakteristik Pendapatan dengan Daerah Asal
Responden Pengunjung .................................................................................. 78
8. Karakteristik Pengunjung dalam Berwisata ................................................... 81
9. Karakteristik Tenaga Kerja ........................................................................... 83
10. Tabulasi Silang antara Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin Responden
Tenaga kerja ................................................................................................... 84 11. Karakteristik Pemilik Unit Usaha .................................................................. 87
12. Tabulasi Silang antara karakteristik Umur dan Jenis Kelamin Responden Unit
Usaha .............................................................................................................. 88
13. Hasil uji multikolinearitas pada fungsi frekuensi kunjungan Youth Camp .... 90
14. Hasil Uji Glejser (Heteroskedastisitas) .......................................................... 91
15. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................... 92
16. Hasil Uji Statistik F menggunakan SPSS ...................................................... 93
17. Hasil uji T (Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi
Kunjungan di Youth Camp setelah Ditransformasi) ...................................... 94
18. Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung di Youth Camp .................. 103
19. Dampak Ekonomi Langsung di Youth Camp ............................................... 105 20. Pengeluaran Unit Usaha di Youth Camp ...................................................... 107
21. Dampak ekonomi tidak langsung di Youth Camp ........................................ 109
22. Persentase pengeluaran responden tenaga kerja .......................................... 111
23. Dampak ekonomi lanjutan di Youth Camp .................................................. 112
24. Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari arus Uang yang Terjadi di Youth
Camp ............................................................................................................ 112
25. Data Identitas Responden Pengunjung ........................................................ 122
26. Data Identitas Responden Tenaga Kerja ...................................................... 124
27. Data Identitas Responden Unit Usaha ......................................................... 124 28. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan Responden
Pengunjung Youth Camp .............................................................................. 125
29. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan Responden
Pengunjung setelah Variabel Akses ditransformasi dan semua variabel di
transformasi akar .......................................................................................... 126
30. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda setelah di transformasi Menggunakan
Eviews .......................................................................................................... 129
31. Uji Normalitas menggunakan Eviews.......................................................... 130
32. Uji Multikolinearitas menggunakan Eviews ................................................ 130
33. Uji Heteroskedastisitas menggunakan Eviews ............................................ 131
34. Biaya Pengeluaran Responden Pengunjung ................................................. 131
35. Rata-rata Pengeluaran Unit Usaha ............................................................... 133
36. Rata-rata Pengeluaran Tenaga Kerja............................................................ 134 37. Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi Youth Camp
...................................................................................................................... 135
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jumlah perjalanan Wisatawan nusantara (Wisnus) dan total pengeluaran
tahun 2012-2016 (BPS dan Kemenpar, 2016) ................................................. 2
2. Perkembangan jumlah pengunjung wisata Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman tahun 2012-2016 (BPS Kabupaten Pesawaran, 2017) ..................... 5
3. Skema kerangka pemikiran ............................................................................ 39
4. Struktur organisasi tahura WAR .................................................................... 60
5. Peta monografi yang menunjukkan posisi Youth Camp di Desa Hurun ........ 64
6. Struktur organisasi dan gambaran umum Youth Camp .................................. 65
7. Tata letak Youth Camp di Tahura WAR ........................................................ 72
8. Hasil uji normalitas dengan menggunakan probability plot .......................... 89
9. Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot ............................................. 91
10. Alur dampak ekonomi di Youth Camp ......................................................... 102
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar pada abad ini. Dunia
pariwisata tak hanya memberikan pesona keindahan alamnya. Sebaliknya,
dunia pariswisata juga ikut menumbuhkan ekonomi suatu bangsa. Menurut
Malantino (2013) tempat wisata memberikan dampak positif bagi
perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan pekerjaan, dan peningkatan
sarana infrastruktur. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran
uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja (Anggraeni, 2013).
Berdasarkan data Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2017,
kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB tahun 2017 sebesar 4,11 % (Rp.
536,77 triliun), serta menyerap 12,74 juta orang atau 10,53% dari kesempatan
kerja di Indonesia. Selain itu, Sektor pariwisata dapat membantu mengurangi
tingkat pengangguran, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar objek wisata, seperti pengadaan layanan rumah makan, jasa wisata,
pusat oleh-oleh, hingga penginapan. Selain itu dapat meningkatkan pendapatan
serta taraf hidup masyarakat. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa industri
pariwisata merupakan sektor ekonomi yang cukup vital untuk
2
pertumbuhan ekonomi Indonesia (Mutty, 2015). Perkembangan pariwisata
dapat dilihat dari jumlah pengunjung tempat wisata tersebut, baik dari
wisatawan asing maupun wisatawan nusantara. Wisatawan nusantara (Wisnus)
adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah
geografis Indonesia secara sukarela kurang dari enam bulan dan bukan untuk
tujuan bersekolah atau bekerja. Jumlah wisatawan nusantara sangat
berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan
bagi masyarakat setempat di mana destinasi berada.
Gambar 1. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Wisnus) dan total
pengeluaran tahun 2012-2016 (BPS dan Kemenpar, 2016)
Gambar 1 memperlihatkan perkembangan jumlah perjalanan dan juga total
pengeluaran dalam rangka melakukan perjalanan yang dilakukan wisatawan
nusantara selama kurun waktu lima tahun terakhir. Jumlah perjalanan selama
tahun 2016 mencapai 264,34 juta perjalanan yang berarti mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2015 dengan jumlah 256,42 juta perjalanan.
0
50
100
150
200
250
300
2012 2013 2014 2015 2016
Perjalanan (juta kali) Total Pengeluaran (triliun rupiah)
3
Peningkatan ini diduga sebagai akibat kondisi perekonomian yang semakin
membaik dan semakin mudahnya aksesibilitas ke daerah-daerah tujuan wisata.
Sementara itu, total pengeluaran selama tahun 2016 mencapai sebesar 241.67
triliun rupiah. Hal ini berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2015
yang mencapai sebesar 224,69 triliun rupiah.
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak tempat wisata adalah
Provinsi Lampung. Banyak wisatawan mancanegara maupun nusantara yang
setiap tahunnya berkunjung ke Provinsi Lampung. Di Lampung ini banyak
terdapat kawasan wisata yang menarik, khususnya wisata alam. Salah satu
obyek wisata alam yang patut dipertimbangkan yaitu Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman (tahura WAR). Selain karena letaknya yang dekat dari pusat
kota Bandar Lampung, Tahura memiliki peran yang sangat penting bagi
masyarakat Bandar Lampung karena dianggap sebagai jantungnya masyarakat
Bandar Lampung.
Tahura Wan Abdul Rachman sendiri memiliki beberapa unit wisata
diantaranya panorama alam hutan, pegunungan dan bukit, Air Terjun (± 20
titik lokasi), gua alam 3 lokasi, sumber air panas 3 titik lokasi, keanekaragaman
flora dan fauna, Batu Lapis, lembah dan sungai, Youth Camp Center (Putro,
2007). Diantara beberapa unit wisata tersebut, Youth Camp merupakan yang
cukup berpotensi karena merupakan pintu masuk tahura itu sendiri dan pintu
gerbang untuk menuju beberapa wisata lainnya seperti air terjun, sungai dan
pemandangan alam. Selain itu, Youth Camp semakin ramai dikunjungi dengan
dibukanya Pasar Tahura sejak akhir 2017. Menurut Winarno (2011) Youth
4
Camp merupakan potensi ekowisata tahura yang favorable focal point atau titik
fokus yang menguntungkan.
Youth Camp merupakan kawasan hutan kota yang terletak 5 Km arah Barat
pusat Kota Bandar Lampung yaitu pada sebuah lembah di Gunung Betung
dengan ketinggian 700 M di atas permukaan laut dikelilingi oleh bukit-bukit
yang hijau. Youth Camp sering menjadi spot lintas alam dan berkemah oleh
siswa-siswi SMP/SMA maupun mahasiswa (Manuel, 2013). Youth Camp juga
memiliki Pasar Tahura yang merupakan produk andalan dari Youth Camp
sendiri untuk menarik pengunjung.
Pasar Tahura tidak seperti pasar pada umumnya, di pasar ini pedagang menjual
jajanan-jajanan dan makanan khas daerah dan umum, namun pedagang tidak
dibayar dengan uang rupiah melainkan alat tukar Pasar Tahura. Alat tukar
Pasar Tahura berupa stik yang dapat dibeli dengan uang Rupiah dengan
kelipatan Rp 2500 dan Rp 5000. Alat tukar Pasar Tahura ini dapat diuangkan
kembali jika tidak habis dipasar sehingga konsumen tidak akan dirugikan.
Selain mata uangnya yang unik, tempat makan di Pasar Tahura juga
menjadikan pasar ini beda dari pasar pada umumnya, di sini konsumen bebas
memilih tempat makannya, ada yang lesehan, di atas air, di alam terbuka,
bahkan di atas pohon. Semua tempat-tempat tersebut telah diatur sedemikian
rupa sehingga pengunjung menjadi nyaman menikmati hidangan sembari
menikmati suasana alam yang masih asri (Pengelola Pasar Tahura, 2018).
Youth Camp merupakan pintu masuk tahura Wan Abdul Rachman yang
memiliki potensi wisata, selain pemandangan alamnya yang indah untuk
5
berkemah, Youth Camp juga dijadikan sebagai tempat koleksi tumbuhan seluas
lebih kurang 50 ha dan penangkaran satwa burung langka sebanyak 10 jenis
burung (Putro, 2007). Koleksi tumbuhan dan penangkaran satwa burung langka
tersebut bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke
Youth Camp, terlebih bagi mereka yang dalam kesehariannya lebih sering
merasakan polusi udara kota. Selama beberapa tahun terakhir pengunjung
tahura Wan Abdul Rachman terus mengalami peningkatan, seperti tersaji pada
Gambar 2.
Gambar 2. Perkembangan jumlah pengunjung wisata Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman tahun 2012-2016 (BPS Kabupaten Pesawaran,
2017)
Berdasarkan Gambar 2, Wisata Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
memiliki potensi untuk dikembangkan dalam peningkatan pendapatan bagi
masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut. Meningkatnya jumlah wisatawan
setiap tahun berarti menambah pembukaan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat lokal sekitarnya.
2012 2013 2014 2015 2016
TAHURA Wan
Abdurrahman Kec.
Teluk Pandan5224 8189 8422 9221 13622
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Ju
mla
h P
eng
un
jun
g
(ora
ng
/ta
hu
n)
6
Kegiatan wisata alam ternyata sangat berdampak positif untuk masyarakat
sekitarnya, di antaranya bisa menambah lapangan pekerjaan, memicu
kreatifitas masyarakat dalam berkarya, bisa mengenalkan adat dan budaya
setempat kepada wisatawan yang datang, serta masyarakat setempat pun
memiliki kesempatan untuk mengenal dan berinteraksi dengan wisatawan yang
datang dari berbagai suku dan budaya.
Berdasarkan uraian di atas tergambar tentang besarnya potensi wisata yang
dimiliki oleh Youth Camp untuk menjadi wisata unggulan bagi masyarakat
Lampung. Namun hal tersebut belum tercapai karena kurangnya pengelolaan
yang dilakukan oleh pihak pengelola sehingga sulit bagi Youth Camp untuk
bersaing dengan wisata alam lainnya yang lokasinya berdekatan atau disekitar
Youth Camp. Untuk itu, sebelum menetapkan kebijakan untuk pengelolaan
Youth Camp perlu diidentifikasi terlebih dahulu karakteristik pengunjung,
tenaga kerja dan unit usaha yang ada di lokasi wisata tersebut. Analoginya jika
ingin mengembangkan potensi seseorang, seorang pelatih harus mengetahui
karakteristik seseorang yang ingin dilatihnya sehingga memudahkan dalam
proses pelatihan nantinya dan tidak membuang waktu untuk sesuatu yang sia-
sia. Perumpamaan yang sama juga bisa digunakan untuk pengelolaan tempat
wisata. Setelah itu, perlu diidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan agar pengelolaan nantinya menjadi tepat sasaran. Untuk
lebih menguatkan alasan pengelola untuk segera melakukan pengelolaan secara
optimal, butuh alasan yang lebih konkrit yaitu dengan melihat apakah wisata
tersebut memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitarnya baik
7
dampak secara langsung, dampak tidak langsung maupun dampak lanjutannya.
Kondisi tersebut melatar-belakangi penulisan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Youth Camp di Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman” dengan menganalisis : 1) karakteristik
pengunjung,tenaga kerja lokal dan unit usaha, 2) faktor yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan wisatawan, dan 3) dampak ekonomi yang ditimbulkan
oleh kegiatan wisata di sekitar objek wisata tersebut. Selain untuk melihat
dampak wisata Youth Camp terhadap kehidupan masyarakat disekitar kawasan,
juga untuk membantu pengelola kawasan wisata agar dapat meningkatkan dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pariwisata alam sehingga tujuan dari
pengembangan pariwisata alam dapat tercapai.
B. Rumusan Masalah
1. Beragamnya Pengunjung Wisata Youth Camp
Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO),
pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat lain
dengan tujuan tertentu kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima
upah. Dengan kata lain, setiap orang yang datang ke suatu tempat wisata baik
itu untuk tujuan berwisata, melakukan penelitian, melakukan pemotretan
(termasuk syuting film dan foto prewedding), dan lain sebagainya disebut
pengunjung kecuali orang yang mencari nafkah ditempat wisata tersebut.
Pengunjung yang datang ke Youth Camp sangat bervariasi, mulai dari pelajar
tingkat menengah (SLTP), pelajar tingkat atas (SLTA), mahasiswa, dosen,
8
peneliti, pekerja kantoran, dan lain-lain. Motif dan tujuan mereka pun berbeda-
beda, ada yang sekedar menghabiskan akhir pekan, berkemah, acara resmi,
melakukan pemotretan prewedding, melakukan penelitian atau sekedar
menikmati keindahan beberapa air terjun yang masuk dalam kawasan Youth
Camp. Selain itu, sekarang terdapat Pasar Tahura yang baru berdiri sejak
Desember 2017 lalu yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung asing
maupun lokal untuk berkunjung ke Youth Camp (Pengelola Youth Camp dan
Pasar Tahura, 2018).
Pasar Tahura merupakan pasar yang berbasis wisata kuliner yang diadakan
setiap hari minggu yang memiliki beberapa keunikan dan atraksi seperti tempat
makannya di atas sungai, di atas pohon, pertunjukan akustik, dan cara
membayarnya pun tergolong unik, dengan menggunakan stik yang menjadi
mata uang di Pasar Tahura. Meskipun tergolong baru, namun Pasar Tahura
mampu mendongkak tingkat pengunjung di Youth Camp. Jika biasanya
masyarakat pada umumnya datang hanya untuk berkemah dan wisata lainnya,
sekarang dengan adanya Pasar Tahura pengunjung setiap hari Minggu paling
sedikit mencapai 500 orang, belum termasuk pedagang dan pengelola Pasar
Tahura (Pengelola Pasar Tahura, 2018).
Dengan bertambahnya pengunjung di Youth Camp secara otomatis
pengunjungnya juga semakin bervariasi. Keberagaman pengunjung sebenarnya
bukanlah suatu ancaman atau masalah jika dikenali secara baik dan dikelola
dengan tepat. Hal yang menjadi masalah adalah jika keberagaman tersebut
tidak teridentifikasi secara jelas dan dibiarkan begitu saja sehingga pengelolaan
9
yang dilakukan nantinya tidak sesuai dengan karakteristik pengunjung yang
datang. Misalnya, salah satu karakteristik pengunjung yaitu umur. Jika secara
umum atau sebagian besar pengunjung dilihat dari karakteristik umur
merupakan umur remaja hingga dewasa, namun sarana bermain yang
ditambah atau dibuat merupakan sarana bermain untuk anak-anak, tentu hal ini
akan menjadi mubazir dan pengunjung juga tidak terlalu meminatinya seingga
tidak berdampak banyak terhadap kepuasan pengunjung. Padahal salah satu
tujuan dari perbaikan dan pembaharuan yang dilakukan yaitu untuk kepuasan
pengunjung. Itu hanya salah satu contoh kecil dari pentingnya mengidentifikasi
karateristik pengunjung.
Anggraeini (2013) mengidentifikasi karakteristik pengunjung berdasarkan
umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, asal daerah,
cara kedatangan wisatawan, dan jumlah rombongan pada wisata bahari pulau
Tidung. Sedangkan Wolok (2016) mengidentifikasi respondennya berdasarkan
umur, daerah asal, pendidikan, pendapatan, pengeluaran serta dampak yang
dihasilkan setelah terbukanya kawasan wisata. Tidak jauh berbeda dengan
peneliti sebelumnya, Utami (2016) mengidentifikasi karakteristik
pengunjungnya berdasarkan jenis kelamin, usia, asal kota, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan,dan jumlah anggota
rombongan. Dengan beberapa pertimbangan dan merujuk pada penelitian
terdahulu sehingga pada Youth Camp karakteristik yang akan diidentifikasi
yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendapatan, pekerjaan, jumlah
tanggungan, daerah asal, frekuensi kunjungan, dan sumber informasi.
10
Membahas mengenai pengunjung, terdapat beberapa pihak yang sering
berinteraksi dan terlibat dengan aktivitas pengunjung ditempat wisata yaitu
tenaga kerja lokal dan unit usaha yang ada di Youth Camp. Tenaga kerja yang
dimaksudkan disini adalah orang-orang yang bertanggung jawab mengelola
dan merawat semua yang berhubungan dengan aktivitas wisata di Youth Camp.
Tenaga kerja lokal yang ada di Youth Camp berjumlah lebih kurang 13 orang
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga kerja resmi dari tahura (baik
honorer maupun tetap) dan tenaga kerja yang bertugas mengelola Pasar
Tahura. Tenaga kerja resmi yang bekerja di Youth Camp berjumlah tiga (3)
orang yang masing-masingnya bertugas sebagai koordinator, pengelola satwa,
dan tenaga kebersihan. Sedangkan sisanya yang berjumlah lebih kurang
sepuluh (10) orang merupakan tenaga sukarela (relawan) dari genpi (generasi
pesona Indonesia) yang bertugas mengelola Pasar Tahura. Tugas tenaga kerja
sukarela ini antara lain menyiapkan dan mendesain Pasar Tahura semenarik
mungkin, mempromosikan melaui sosial media, menghitung pengunjung yang
datang ke Pasar Tahura, menyiapkan pertunjukkan yang akan diadakan saat
Pasar Tahura berlangsung seperti pertunjukkan akustik, stand up comedy,
drama, tari, dan lain sebagainya.
Adapun untuk unit usaha yang ada di Youth Camp yaitu berjumlah lebih
kurang lima belas (15) unit usaha. Unit usaha ini juga dibedakan menjadi dua
yaitu unit usaha tetap dan unit usaha Pasar Tahura. Unit usaha tetap yang
dimaksud yaitu unit usaha yang melakukan usaha setiap hari yang berjumlah
dua (2) unit. Sedangkan sisanya merupakan unit usaha yang hanya ada pada
hari minggu saat Pasar Tahura berjumlah lebih kurang tiga belas (13) unit.
11
Secara umum unit usaha ini berjualan makanan khas Lampung, makanan khas
daerah-daerah lain, makanan modern, minuman dan cemilan yang dapat
langsung dikonsumsi pengunjung.
Pengunjung, tenaga kerja lokal, dan unit usaha merupakan elemen yang saling
mempengaruhi. Jika tenaga kerjanya baik, ramah dan melakukan tugasnya
dengan bertanggung jawab, maka pengunjung akan merasa senang dan akan
tertarik untuk datang lagi. Jika pengunjung merasa senang dan melakukan
pengeluaran di tempat wisata tersebut, maka unit usaha yang ada di daerah
wisata tersebut juga akan diuntungkan. Jika pengunjung terus bertambah juga
akan mensejahterakan tenaga kerja lokal melalui pengeluaran yang dilakukan
pengunjung berupa karcis masuk, biaya parkir, dan lain-lain. Untuk itu perlu
dikaji karakteristiknya masing-masing sehingga akan lebih memudahkan bagi
pihak pengelola maupun pemerintah untuk melakukan pengelolaan dan
dukungan yang diberikan nantinya menjadi tepat sasaran. Berdasarkan uraian
tersebut, sehingga pertanyaan dalam penelitian ini yaitu bagaimana
karakteristik pengunjung, tenaga kerja lokal, dan unit usaha di Youth Camp?
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengunjung di Youth
Camp Belum diketahui Secara Jelas
Menurut Vanna (2017) frekuensi kunjungan adalah jumlah kunjungan yang
dilakukan pengunjung dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Pengunjung
terbagi menjadi dua, yaitu pengunjung potensial adalah sejumlah orang yang
secara potensial sanggup dan mampu melakukan perjalanan wisata. Dan
pengunjung sebenarnya/aktual adalah sejumlah orang yang sebenarnya
12
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Untuk dapat meningkatkan
pengunjung baik itu potensial maupun aktual, perlu diketahui apa saja faktor
yang membuat pengunjung tertarik untuk datang berkunjung dan mengulangi
kunjungan wisatanya tersebut ditempat yang sama. Berikut data pengunjung
Youth Camp tiga tahun terakhir yang tersari pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar jumlah pengunjung Youth Camp tahun 2015-2017
No Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 14 0 0
2 Februari 110 0 0
3 Maret 206 250 35
4 April 1114 280 0
5 Mei 0 68 0
6 Juni 0 0 0
7 Juli 0 0 0
8 Agustus 20 130 0
9 September 5 200 1060
10 Oktober 190 65 2004
11 November 90 123 471
12 Desember 15 25 120
Total 1764 1141 3690
Sumber : Pengelola Tahura, 2018
Data diatas merupakan data pengunjung rombongan yang melakukan registrasi
melalui kantor tahura, belum termasuk data pengunjung perorangan yang
langsung datang dan membeli tiket masuk langsung di Youth Camp.
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa jumlah pengunjung setiap bulannya terus
berfluktuasi. Namun terdapat lonjakan pengunjung yang sangat signifikan
pada bulan September tahun 2017. Jumlah pengunjung pada tahun 2017 dua
kali lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini merupakan harapan
13
bagi Youth Camp untuk kembali bangkit dan menjadi indikasi bahwa tahura
masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Banyak hal yang mempengaruhi wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu
tempat wisata. Menurut Muhaimin (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata yaitu biaya perjalanan individu, pendapatan perbulan,
pendidikan terakhir responden, umur, jumlah tanggungan, jenis kelamin dan
jarak tempuh dari tempat tinggal ke wisata tujuan. Namun yang berpengaruh
secara signifikan hanya umur, jarak tempuh dan jenis kelamin. Selain itu,
dalam penelitian Budiarti (2013) faktor yang berpengaruh nyata yaitu biaya
perjalanan, tingkat pendapatan pengunjung, jarak tempuh, dan umur
pengunjung. Sedangkan tiga faktor lainnya dianggap tidak berpengaruh nyata
yaitu jumlah rombongan, tempat rekreasi alternatif, dan lama mengetahui
keberadaan tempat wisata.
Layaknya tempat wisata secara umumnya, wisata Youth Camp juga memiliki
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan yang bervariasi karena
pengunjung berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Tujuan dan
motivasi pengunjung berwisata ke tahura pun berbeda-beda. Banyak faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang hingga akhirnya
memutuskan untuk menjatuhkan pilihan mereka untuk berwisata ke Youth
Camp. Namun faktor-faktor tersebut belum teridentifikasi secara jelas sehingga
pihak pengelola tidak dapat melakukan pengelolaan secara tepat. Berdasarkan
penelitian terdahulu, peneliti menduga faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjungan wisatawan adalah biaya perjalan, jarak tempuh, lama mengetahui
14
keberadaan wisata Youth Camp, pendapatan, umur dan jumlah tanggungan, dan
akses ke lokasi wisata. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan
wisatawan yang berpengaruh secara signifikan di Youth Camp penting
diketahui agar promosi terhadap permintaan potensial lebih terarah dan
wisatawan aktual tertarik untuk kembali mendatangi wisata alam di Youth
Camp. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka ada hal yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini yaitu faktor apa saja yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan wisatawan ke Youth Camp?
3. Potensi Wisata di Youth Camp Belum dikelola Secara Optimal
Potensi wisata menurut Arjana (2011) adalah segala sesuatu yang terdapat di
daerah tujuan wisata dan merupakan daya tarik sehingga wisatawan berminat
mengunjungi tempat tersebut. Jadi, potensi wisata yang dimaksud adalah
sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. potensi wisata
dibagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah bentang
alam, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain (keadaan fisik suatu daerah).
Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan
memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya akan menarik
wisatawan untuk berkunjung.
b. Potensi kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa, dan karsa manusia baik
berupa adat-istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan sejarah nenek
moyang berupa bangunan, monument, dan lain-lain.
15
c. Potensi manusia adalah potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik
wisata lewat pementasan tarian/pertunjukan dan pementasan seni budaya
suatu daerah. Potensi manusia juga dapat menjadi sumberdaya yang akan
diturut sertakan dalam pengelolaan pariwisata.
Youth Camp sebagai tempat wisata memiliki potensi alam, budaya dan
manusia. Potensi alam yang dimiliki Youth Camp diantaranya selain
pemandangan alamnya yang indah untuk berkemah, air terjun dibeberapa titik,
koleksi tumbuhan seluas lebih kurang 50 ha dan penangkaran satwa burung
langka sebanyak 10 jenis burung (Putro, 2007). Koleksi tumbuhan dan
penangkaran satwa burung langka tersebut bisa menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan yang datang ke Youth Camp, terlebih bagi mereka yang dalam
kesehariannya lebih sering merasakan polusi udara kota. Adapun potensi
budaya yang dihadirkan oleh Youth Camp berupa kuliner khas Lampung yang
dijual di Pasar Tahura. Selain kuliner khas Lampung, ada banyak kuliner khas
daerah lain yang disediakan dipasar tersebut. Pasar Tahura merupakan pasar
yang berbasis wisata kuliner yang diadakan setiap hari minggu yang memiliki
beberapa keunikan dan atraksi seperti tempat makannya di atas sungai, diatas
pohon, berbagai pertunjukkan pertunjukan, dan cara membayarnya pun
tergolong unik. Karena wisatawan diharuskan membayar menggunakan stik
yang menjadi mata uang di Pasar Tahura. Sedangkan potensi manusia yang
dimiliki Youth Camp adanya berbagai macam pertunjukkan yang diadakan
setiap minggu pagi di Pasar Tahura yang berlokasi di dalam Youth Camp
berupa pertunjukan akustik, stand up comedy, drama, tari, dan lain sebagainya.
Selain itu, wisata alam Youth Camp merupakan salah satu kawasan yang
16
berpotensi besar dan memiliki daya tarik sebagai kawasan wisata karena berada
di posisinya yang tidak jauh dari pusat kota dan hanya berjarak 26.4 km dari
bandara Radin Inten II yang merupakan bandara utama di Lampung.
Meskipun memiliki potensi yang begitu besar, namun wisata di Youth Camp
tersebut belum dikelola dengan baik, seperti kebersihan yang kurang, penunjuk
jalan yang belum tersedia, jalan utama menuju spot-spot tertentu yang belum
dipaving seluruhnya, kedisiplinan tenaga kerja, dan beberapa infrastruktur yang
terbengkalai. Salah satu cara untuk memacu pengelola wisata agar lebih
optimal lagi dalam menjalankan wisata tersebut salah satunya dengan
memberikan informasi mengenai dampak wisata tersebut terhadap pendapatan
masyarakat sekitar. Kegiatan pariwisata ini tentunya akan memberi dampak
ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar, terutama terhadap
perubahan pendapatan masyarakat. Menurut Anisah (2015) kegiatan wisata
memberikan dampak yang baik terhadap kesejahteraan pelaku usaha, baik
diukur dari tingkat pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. Pendapatan pelaku
usaha di kawasan wisata mengalami peningkatan setelah terlibat dalam
kegiatan wisata. Begitu juga dengan Anggraeni (2013) menyatakan secara
umum kegiatan wisata telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat
walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini
terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga
kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang maka dampak berupa
pendapatan yang diberikan juga akan semakin besar.
17
Adanya kegiatan wisata yang berlangsung di Youth Camp berdampak pada
perekonomian masyarakat sekitar. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat di
sekitar Youth Camp adalah tenaga kerja yang mayoritas masyarakat lokal dan
masyarakat yang membuka unit usaha karena adanya kegiatan wisata tersebut.
Menurut Utami (2016) dampak ekonomi dampak ekonomi langsung yang
dirasakan oleh pemilik unit usaha sebesar Rp 414.990.416, dampak ekonomi
tidak langsung yang dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan
wisata sebesar Rp 309.394.297, sedangkan dampak ekonomi lanjutan berupa
pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata sebesar Rp 22.810.014. Nilai
keynesian income multiplier sebesar 1.7 ratio income mutiplier tipe I sebesar
1.7 dan ratio income multiplier tipe II sebesar 1.8.
Potensi yang dimiliki Youth Camp juga akan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat daerah setempat. Walaupun wisata alam Youth Camp
tidak terlalu populer namun tidak sedikit wisatawan yang berkunjung ke Youth
Camp ini terutama pada saat akhir pekan dan libur panjang. Banyaknya
wisatawan yang berkunjung ke Youth Camp bersama keluarga, organisasi
untuk acara kemah, dan perkantoran yang mengadakan acara untuk para
karyawan nya. Ditambah dengan kehadiran Pasar Tahura yang setiap hari
minggu dengan berbagai keunikan dan beragam atraksi wisata serta tempat-
tempat makan yang dibuat seunik dan senyaman mungkin menambah minat
pengunjung untuk berkunjung ke Youth Camp karena Pasar Tahura tersebut
berlokasi di pintu masuk tahura yang merupakan pusat Youth Camp. Sehingga
hal ini perlu untuk dikaji lebih lanjut sejauh mana dampak tersebut bermanfaat
bagi masyarakat sekitar, apakah memang wisata Youth Camp memberi dampak
18
yang positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar atau tidak berdampak
apa-apa. Pertanyaan penelitian yang muncul yaitu bagaimana dampak ekonomi
yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di sekitar objek wisata Youth Camp?
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka pertanyaan
penelitian yang muncul yaitu:
1. Bagaimana karakteristik pengunjung, tenaga kerja lokal, dan unit usaha di
Youth Camp?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan ke
Youth Camp?
3. Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di
sekitar objek wisata Youth Camp?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja lokal ,unit usaha
Youth Camp
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan
wisatawan ke wisata Youth Camp
3. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di
sekitar objek wisata Youth Camp.
II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dasar
1. Wisata Alam
Damanik dan Helmut (2006) dalam Ma’aruf (2014) menyatakan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok
orang berbentuk kegiatan rekreasi diluar domisili atau tempat tinggalnya.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau
mencari suasana yang lain dan sudah menjadi suatu kebutuhan dasar bagi
masyarakat di negara-negara maju dan sebagian kecil masyarakat di negara
berkembang.
Fandeli dan Mukholison (2000) dalam Ma’aruf (2014) menjelaskan konsep
wisata berdasarkan pemanfaatannya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,
yaitu:
1. Wisata alam (natural tourism) merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan
pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
Kriteria suatu wilayah dalam penunjukan dan penetapan sebagai kawasan
wisata alam, yaitu: (a) Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa
atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;
20
(b) Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi,
potensi, dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam; (c) Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya
pengembangan pariwisata alam.
2. Wisata budaya (cultural tourism) merupakan wisata dengan kekayaan
budaya sebagai objek wisata dengan pendekatan aspek pendidikan.
3. Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism) merupakan
wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumber daya alam atau lingkungan dan industri
kepariwisataan.
2. Permintaan Wisata
Menurut Yoeti (2008), permintaan dalam industri pariwisata berbeda dengan
permintaan dalam ilmu ekonomi pada umumnya. Dalam ilmu ekonomi,
kebutuhan-kebutuhan yang dapat diperoleh dengan mudah bukan merupakan
barang ekonomi karena diperoleh secara bebas, contohnya udara segar,
pemandangan yang indah, dan cuaca yang cerah. Hal tersebut tidak berlaku
dalam industri pariwisata, barang-barang yang termasuk free goods dapat
meningkatkan kepuasan wisatawan. Permintaan wisata dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan
perjalanan wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif
cukup.
21
2. Actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan
wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu.
Permintaan wisata tidak hanya ditentukan pada waktu yang diperlukan saat
perjalanan wisata dilakukan. Namun, sebelumnya sudah mendapatkan
informasi terlebih dahulu, mengenai daerah tempat wisata yang akan
dikunjungi, hotel di sekitar tempat wisata, transportasi, dan berapa perkiraan
uang yang harus dibawa. Hal ini terlebih dahulu akan diperhitungkan
wisatawan sebelum mereka memutuskan untuk pergi (Nurfiana, 2013).
3. Dampak Ekonomi Wisata
Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan
keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata alam ini
secara langsung akan menyentuh dan melibatkan lingkungan serta masyarakat
sekitar sehingga membawa dampak terhadapnya. Dampaknya akan menyentuh
berbagai aspek kenidupan masyarakat dan dampak yang paling sering
mendapat perhatian adalah dampak sosial ekonomi, dampak sosial budaya dan
dampak lingkungan (Wijayanti, 2009). Dampak yang diakibatkan terkait
dengan aktivitas ekonomi masyarakat dikenal sebagai dampak ekonomi.
Dampak ekonomi wisata terhadap ekonomi suatu wilayah dapat berupa: (1)
penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk, hotel, camping ground,
restoran, atraksi, transportasi dan retail), (2) pendapatan masyarakat, (3)
peluang pekerjaan dan (4) penerimaan pemerintah dari pajak dan retribusi
(Milasari, 2010).
22
Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata umumnya berfokus pada
perubahan penjualan, penghasilan, dan penempatan tenaga kerja yang terjadi
akibat kegiatan pariwisata. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata
menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu:
1. Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran
wisatawan,
2. Bidang usaha lainya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada
usaha pariwisata,
3. Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan dibidang
periwisata dan industri penunjangnya,
4. Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan,
usaha dan rumah tangga (Milasari, 2010).
Dampak ekonomi wisata juga dapat berpengaruh pada kondisi sosial, budaya,
ekonomi dan lingkungan dimana tempat wisata berada baik secara positif dan
negatif. Menurut Vanhove (2005) dalam Pertiwi (2014) dampak ekonomi
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak langsung (direct), tidak langsung
(indirect) dan lanjutan (induced). Dampak langsung yaitu dampak yang
ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan langsung. Dampak tidak langsung
(indirect) adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelajaran unit usaha
penerima dampak langsung. Dampak ini ditimbulkan dari unit usaha yang
menerima dampak langsung akan memerlukan input (bahan baku dan tenaga
kerja) dari sektor lain. Dampak lanjutan (induced) adalah aktivitas ekonomi
lokal lanjutan dari tambahan pendapatan lokal (dampak lanjutan dari dampak
23
langsung dan tidak langsung). Dampak ini ditimbulkan dari masyarakat lokal
yang didukung secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata
membelajakan pendapatan mereka di daerahnya. Menurut Clement dalam
Yoeti (2008) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata,
wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi
kebutuhan dan kegiatan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan
tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan
yang lain selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek pengganda
(multiplier effect).
Nilai efek penggandaan (multiplier) dapat digunakan untuk mengukur seberapa
besar dampak ekonomi yang timbul dari adanya pengeluaran pengunjung yang
dapat digunakan selama mereka melakukan kegiatan rekreasi (Utami, 2016).
Pengukuran multipiler effect merupakan pengaruh pengeluaran tambahan yang
diperkenalkan dalam ilmu ekonomi. Nilai multiplier effect ekonomi merupakan
nilai yang menunjukan sejauh mana pengeluaran wisatawan akan menstimulasi
pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya meningkatkan aktivitas
ekonomi di tingkat lokal. Konsep multiplier dapat dilihat dari jenis dampak
secara langsung, tidak langsung dan dampak lanjutan yang mempengaruhi
akibat dari tambahan pengeluaran pengunjung ke dalam ekonomi lokal atau
ekonomi nasional Ikhsan (2017). Efek pengganda (multiplier effect) memiliki
beberapa prinsip seperti yang dijelaskan oleh Yoeti (2008) yaitu:
1. Uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalam
kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan.
2. Uang itu selalu berpindah tangan, dari orang satu ke orang lain.
24
3. Semakin cepat uang berpindah tangan, semakin besar pengaruh uang itu
dalam perekonomian setempat dan semakin besar nilai koefisien multiplier.
4. Uang itu akan hilang dari peredaran, apabila uang itu tidak lagi berpindah
tangan tetapi berhenti dari peredaran karena sudah tidak memberikan
pengaruh terhadap perekonomian setempat.
5. Pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan itu
dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tertentu.
4. Ekonomi Regional
Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari
ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan
potensi satu wilayah dengan wilayah lain. Ilmu ekonomi regional tidak
membahas satu kegiatan, tetapi menganalisis suatu wilayah atau bagian
wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya
yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah. Ilmu ekonomi regional
mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1970-an, di mana pemerintah mulai
menyadari bahwa kebijakan ekonomi tidak dapat dibuat seragam untuk semua
daerah karena kondisi dan potensi daerah satu berbeda dengan daerah lainnya
(Priyarsono dan Sahara, 2007).
Tujuan utama ilmu ekonomi regional adalah menjawab pertanyaan di wilayah
mana suatu kegiatan sebaiknya dipilih dan mengapa bagian wilayah itu
menjadi pilihan. Namun, perlu dicatat bahwa dalam menentukan lokasi maka
25
ilmu ekonomi regional hanya mampu menunjuk (memberi arahan) sampai
batas di wilayah mana (atau di bagian wilayah mana), tetapi tidak sampai
menunjuk kepada tempat kegiatan. Untuk sampai ke sana dibutuhkan bantuan
ilmu lain, seperti ilmu daya dukung lahan, teknik sipil atau teknik arsitektur.
Tujuan (goals) ilmu ekonomi regional adalah:
1. Menciptakan full employment atau setidak-tidaknya tingkat pengangguran
yang rendah menjadi pokok pemerintahan pusat maupun daerah. Dalam
kehidupan masyarakat, pekerjaan bukan saja berfungsi sebagai sumber
pendapatan, tetapi sekaligus juga memberikan harga diri atau status bagi
yang bekerja.
2. Adanya economic growth (pertumbuhan ekonomi) karena selain
menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru juga diharapkan dapat
memperbaiki kehidupan manusia atau meningkatkan pendapatan. Tanpa
perubahan, manusia merasa jenuh atau bahkan merasa tertinggal.
3. Terciptanya price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman
atau tenteram dalam perasaan masyarakat. Harga yang tidak stabil membuat
masyarakat merasa was-was, misalnya apakah harta atau simpanan yang
diperoleh dengan kerja keras, nilainya riil atau bermanfaat di kemudian hari
(Priyarsono dan Sahara, 2007).
Ada di antara tujuan ekonomi yang tidak mungkin dilakukan daerah
(pemerintah daerah) apabila daerah itu bekerja sendiri, yaitu menstabilkan
tingkat harga. Namun, apabila daerah itu dapat memenuhi tujuan pertama dan
kedua, hal itu turut membantu pemerintah pusat untuk memenuhi tujuan ketiga.
26
Namun, di sisi lain karena cakupan wilayah yang sempit maka suatu daerah
dapat membuat kebijakan yang lebih bersifat spasial sehingga ada hal-hal yang
dapat dilakukan oleh daerah secara lebih baik ketimbang oleh pemerintah
pusat. Hal-hal yang bisa diatur di daerah secara lebih baik, yang merupakan
tujuan pokok tambahan dari ilmu ekonomi region, seperti berikut:
1. Terjaganya kelestarian lingkungan hidup.
2. Pemerataan pembangunan dalam wilayah.
3. Penetapan sektor unggulan wilayah.
4. Membuat keterkaitan antarsektor yang lebih serasi dalam wilayah sehingga
menjadi bersinergi dan berkesinambungan.
5. Pemenuhan kebutuhan pangan wilayah.
Manfaat ilmu ekonomi regional dapat dibagi dua, yaitu manfaat makro dan
manfaat mikro. Manfaat makro berkaitan dengan bagaimana pemerintah pusat
dapat menggunakannya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi
keseluruhan wilayah. Manfaat mikro, yaitu bagaimana ilmu ekonomi regional
dapat membantu perencana wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses
menentukan lokasi suatu kegiatan atau proyek (Priyarsono dan Sahara, 2007).
5. Ekonomi Pembangunan
Ekonomi pembangunan adalah cabang ilmu ekonomi yang bertujuan untuk
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya
negara-negara yang bersangkutan dapat membangun ekonominya lebih cepat
27
lagi. Ilmu ekonomi pembangunan merupakan sebuah disiplin ilmu yang penuh
dengan terobosan, penuh dengan berbagai penemuan data dan teori baru. Dan
tujuan akhir dari ekonomi pembangunan adalah memungkinkan kita lebih
memahami perekonomian negara-negara yang belum maju guna memudahkan
upaya perbaikan standar hidup tiga perempat penghuni dunia.
Ekonomi pembangunan berhubungan dengan mekanisme ekonomi, sosial dan
institusional, baik disekitar pemerintahan maupun swasta, untuk menciptakan
perbaikan-perbaikan yang luas dan cepat dalam taraf kehidupan masyarakat
miskin yang kekurangan makanan dan buat huruf di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin. Selain mengefisiensikan dan mengembangkan sumber-sumber produktif
yang langka demi rakyat banyak, ekonomi pembangunan menekankan peran
pemerintah dalam membuat perencanaan ekonomi yang terkoordinir, yan
didasari pada dukungan yang luas, baik dari dalam maupun luar negeri.
Cabang ilmu ekonomi ini belum memiliki suatu pola analisis tertentu yang
dapat diterima oleh kebanyakan ahli-ahli ekonomi. Hal ini disebabkan oleh
kompleksitas masalah pembangunan dan banyaknya faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pembangunan. Oleh karena itu pada akhirnya masalah
yang dianalisis di dalam ekonomi pembangunan mencakup bidang yang sangat
luas. Faktor penting lainnya yan menyebabkan keadaan tersebut adalah
ketiadaan teori-teori pembangunan yang dapat menciptakan suatu kerangka
dasar dalam memberikan gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
28
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP (gross nationl product) riil di negara tersebut. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi
dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan, sosial dan teknik (Siahaan dkk, 2001).
B. Telaah Studi Terdahulu
Gjorgievski (2017) dalam penelitiannya yang berjudul The impact of tourism in
economic sustainability of protected area memiliki tujuan membuat proyeksi
mengenai keadaan yang terjadi di Taman Nasional Mavrovo. Taman nasional
tersebut dapat bangkit kembali dan memiliki dampak ekonomi yang positif
terhadap masyarakatnya melalui pengolahan pariwisata alam secara tepat.
Taman Nasional Mavrovo dimanfaatkan secara berkelanjutan, tidak hanya
diambil hasil buminya saja. Taman Nasional Mavrovo memiliki banyak sekali
29
potensi wisata yang akan menarik minat pengunjung seperti olahraga ski, flora
faunanya, pemandangan alam dan pegunungan dan merupaka taman nasional
terbesar dibandingkan 3 taman nasional lainnya di wilayah tersebut. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode komparatif untuk membandingkan
data, metode statistik untuk menyajikan data statistik dan inventarisasi
pariwisata dan analisis SWOT untuk menganalisis kebijakan kedepannya.
temuan penelitian ini adalah tingkat pengembangan pariwisata terbukti bahwa
pergerakan wisatawan di Taman Nasional Mavrovo memiliki bagian yang
sangat kecil dalam keseluruhan kegiatan wisata di negara tersebut. Dengan
mempertimbangkan analisis SWOT terdapat peluang nyata untuk
meningkatkan pariwisata dan mengaktifkan ruang, terutama menggunakan
kelebihan Taman Nasional Mavrovo. Penelitian ini berkaitan dengan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan dalam hal masalah yang terjadi di
lapangan.
Pada Tahura WAR juga terjadi kasus serupa, Tahura WAR memiliki banyak
sekali potensi untuk dijadikan wisata alam yang tidak hanya untuk wisatawan
lokal, namun juga wisatawan nasional bahkan mancanegara. Tahura WAR
memiliki beragam flora dan fauna unik, beberapa air terjun, penangkaran rusa,
dan Youth Camp yang akhir-akhir ini populer dengan Pasar Tahura yang ada di
dalam Tahura WAR. Selain itu tahura WAR juga berada di pusat kota hanya
berjarak 26.4 km dari bandara radin inten. Namun Tahura WAR seolah
kehilangan pesonanya setelah bermunculan wisata-wisata serupa dan maraknya
wisata pantai karena memang tahura berada satu jalur dengan wisata-wisata
30
alam tersebut. namun hal tersebut seharusnya tidak menjadi penghalang bagi
tahura untuk bersaing mengingat masih banyak keunggulan tahura yang tidak
dimiliki wisata alam lainnya jika saja dikelola dengan baik dan atraksi
wisatanya dijalankan dengan baik, sehingga tahura mampu memberikan
dampak elonomi terhadap masyarakat sekitarnya.
Anggraeni (2013) melakukan penelitian mengenai analisis dampak ekonomi
wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat di pulau Tidung. Metode yang
digunakan untuk menduga dampak ekonomi menggunakan keynesian income
multiplier dengan melihat dampak langsung, dampak tidak langsung dan
dampak lanjutan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan
wisata di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi terhadap
perekonomian masyarakat lokal walaupun dampak yang dirasakan masih
terbilang kecil. Terbukti dari nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,28,
Nilai Ratio Income Multiplier I sebesar 1,35, dan Nilai Ratio Income Multiplier
Tipe II sebesar 1,59. Penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan
penelitian ini yaitu dalam menentukan nilai dampak ekonomi dari wisata Youth
Camp Center, yang menjadi pembeda diantara keduanya yaitu penelitian kali
ini menambahkan aspek faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramos (2016) bertujuan untuk melihat manfaat
pariwsata baik yang nyata maupun tidak nyata di lihat dari persepsi ekonomi,
sosial dan budaya. Hal tersebut dilakukan karena banyaknya anggapan bahwa
mengganti industri di suatu pedesaan dengan sebuah pariwisata sama saja
dengan mematikan budaya dari daerah setempat dan hasil secara finansial dari
31
pariwisata tersebut juga tidak jelas atau masih dipertanyakan karena memang
wisata tidak memberi manfaat ekonomi secara real layaknya suatu industri.
Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti ini menggunakan mixed method atau
metode campuran antara survei melalui telepon dan turun ke lapangan
langsung. Hasil dari penelitian tersebut bertentangan dengan anggapan para
ahli yang menganggap pariwisata dapat mematikan budaya. Yang terjadi di
lapangan adalah masyarakat setempat mendukung dilakukannya pariwisat
tersebut karena tidak hanya mendukung mereka menjaga budaya dan
peninggalan sejarah yang ada dikawasan tersebut, namun juga membantu dari
segi ekonomi.
Aryunda (2011) melakukan penelitian mengenai dampak ekonomi
pengembangan kawasan ekowisata Kepulauan Seribu. Aryunda menduga
dampak ekonomi pengembangan kawasan ekowisata dengan mengalikan tiga
variabel yaitu jumlah wisatawan dengan rata-rata pengeluaran pengunjung
serta pengganda. Hasil dari penelitian ini adalah pengembangan kawasan
ekowisata di Kabupaten Kepulauan Seribu memberikan dampak yang sangat
baik terhadap perekonomian masyarakat di wilayah tersebut. Pendapatan
pemerintah dari sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan pendapatan
kedua terbesar setelah pertambangan.
Febrina (2017) melakukan penelitian mengenai dampak pengembangan objek
wisata Ndayung Rafting terhadap sosial budaya dan ekonomi masyarakat.
Fokus dari penelitian ini adalah mencoba untuk menganalisis serta
mendeskripsikan bagaimana pengembangan objek wisata Ndayung Rafting dan
32
bagaimana dampak pengembangan objek wisata Ndayung Rafting terhadap
kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat Desa Gubugklakah. Hasil
dari penelitian ini yaitu dampak sosial budaya yang terjadi adalah
meningkatnya keterampilan masyarakat, transformasi struktur mata
pencaharian, transformasi tata nilai. Dampak ekonominya yaitu meningkatkan
kesempatan kerja, meningkatka peluang usaha, dan meningkatkan pendapatan.
Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-
sama meneliti dampak ekonomi dari pengembangan suatu objek suatu.
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode yang berbeda yaitu
menggunakan keynesian income multiplier dengan melihat dampak langsung,
dampak tidak langsung dan dampak lanjutan.
Anisah (2015) melakukan penelitian dengan judul Pantai Lampuuk Aceh dan
Dampaknya terhadap Perkonomian Masyarakat. Metode penelitian yang
digunakan adalah dengan menganalisis secara deskriptif dampak pariwisata
terhadap kesejahteraan pelaku usaha berdasarkan jenis usaha yang dilakukan
oleh masyarakat. Adapun aspek-aspek yang ingin dianalisis dalam penelitian
ini meliputi dampak langsung dan dampak tidak langsung. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Pantai Lampuuk memberikan
dampak yang baik terhadap kesejahteraan pelaku usaha, diukur dari tingkat
pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. Penelitian ini berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu tentang dampak suatu wisata
terhadap perekonomian masyarakatnya, yang membedakannya adalah metode
penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan metode keynesian income
multiplier,sehingga nanti bisa dijadikan bahan pembanding.
33
Wolok (2016) melakukan penelitian mengenai analisis dampak ekonomi wisata
hiu paus terhadap pendapatan masyarakat Batubarani Gorontalo. Metode yang
digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi menggunakan keynesian
income multiplier. Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan, yaitu dalam hal tema dan metode yang digunakan. Yang membedakan
antara keduanya yaitu tempat dan jenis wisata yang dijadikan tempat
penelitian.
Suardana dan Dewi (2015) melakukan penelitian mengenai dampak pariwisata
terhadap mata pencaharian masyarakat Pesisir Karangasem: pendekatan pro
poor tourism. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang mendasari
penelitian dampak pariwisata terhadap mata pencaharian masyarakat dengan
pendekatan pro poor tourism (pendekatan pembangunan di bidang pariwisata
yang memberikan manfaat pada masyarakat miskin, yaitu manfaat ekonomi,
sosial, lingkungan, dan kultural). Hasil dari penelitian tersebut adalah ada
pengaruh positif dari pengembangan pariwisata terhadap perubahan ekonomi
masyarakat, terutama mata pencahariannya. Pariwisata memberikan
kesempatan pada perubahan mata pencaharian masyarakat yang semakin luas.
Pengembangan masyarakat yang maju memiliki peran dalam mempengaruhi
orang lain untuk mengubah motivasi mental untuk bekerja lebih baik.
Penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan dalam hal
tema, yang membedakannya yaitu dari segi metode penelitian yang digunakan.
Desatria (2013) mengungkapkan pemerintah Kota Sawahlunto merupakan
salah satu daerah yang juga mengembangkan pariwisata untuk pertumbuhan
34
ekonomi salah satu lokasi wisatanya adalah The Unique Park Waterboom.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana dampak sosial
ekonomi setelah adanya objek wisata waterboom di Desa Muaro Kalaban
Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Data dikumpulkan dengan
observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Wawancara mendalam
dilakukan pada beberapa informan yaitu perwakilan masyarakat dan tokoh –
tokoh masyarakat seperti Kepala Desa Muaro Kalaban, Kepala Dusun Sawah
Tabang, pedagang yang di sekitar objek wisata. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa setelah berdirinya objek wisata The Unique Park
Waterboom Muaro Kalaban menimbulkan dampak sosial dan ekonomi.
Dampak sosial yang ditimbulkan terbagi atas dua yaitu dampak positif dan
dampak negatif. Dampak negatif yaitu meniru cara berpakaian dan prilaku
berenang, nilai keagamaan masyarakat mulai luntur. Sedangkan dampak
positif yaitu meningkatnya pendidikan dan terjalinnya hubungan interaksi yang
baik. Dampak ekonomi yaitu terciptanya lapangan pekerjaan, meningkatnya
pendapatan masyarakat, adanya inisiatif masyarakat untuk membangun ruko-
ruko, dan meningkatnya sarana-prasarana umum.
Malantino (2013) melakukan penelitian bertujuan untuk menentukan dampak
ekonomi pariwisata terhadap pendapatan masyarakat lokal studi kasus Taman
Nasional Bukit Tigapuluh. Lokasi tersebut dipilih karena ramai pengunjung
dan merupakan wisata andalan di Kabupaten Indragiri Hulu. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu
dengan mengumpulkan seluruh data yang diperlukan dan menyun data-data
35
tersebut dalam bentuk tabulasi kemudian penulis akan menganalisis data-data
tersebut dengan berpedoman pada teori-teori yang berhubungan untuk
menjawab hipotesis. Hasil yang diperoleh dari analisis menunjukkan bahwa
wisata Taman Nasional Bukit Tigapuluh memberi dampak yang positif
terhadap ekonomi masyarakat sekitarnya, hal ini terlihat dari meningkatnya
pendapatan masyarakat, bertambahnya lapangan pekerjaan, dan perbaikan
infrastruktur.
C. Kerangka Pemikiran
Tahura Wan Abdul Rachman merupakan kawasan pelestarian alam yang
dibangun untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami dan buatan,
jenis asli dan bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan
rekreasi (UU no.5 tahun 1990). Berdasarkan pengertian tersebut, salah satu
tujuan dibangun tahura wan Abdul Rachman adalah untuk wisata. Tahura wan
Abdul Rachman memiliki banyak sekali potensi-potensi wisata diantaranya :
panorama alam berupa pegunungan, bukit, dan hutan, air terjun sebanyak 20
titik, gua alam di 3 lokasi, sumber air panas, batu lapis, lembah dan sungai,
keanekaragaman floran dan fauna, serta Youth Camp atau atau bumi
perkemahan. Diantara banyak titik-titik wisata tersebut, penulis memusatkan
penelitian pada Youth Camp karena merupakan wisata yang paling ramai dan
sering dikunjungi. Youth Camp menjadi tempat wisata yang paling sering
dikunjungi disebabkan beberapa alasan diantaranya :
1. Berada dipintu masuk tahura,
36
2. Merupakan pintu masuk untuk beberapa wisata lainnya seperti panorama
alam, air terjun dan sungai bisa didatangai melalui Youth Camp,
3. Terdapat wisata baru berupa Pasar Tahura yang mengangkat nilai budaya
dan berbagai atraksi menarik lainnya seperti pertunjukan akustik yang
dilakukan setiap hari minggu.
4. Merupakan favorable focal point. Menurut Winarno (2011) Youth Camp
merupakan potensi ekowisata tahura yang favorable focal point atau titik
fokus yang menguntungkan.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut Youth Camp menjadi wisata yang paling
berpotensi hal ini juga dibuktikan dengan peningkatan pengunjung Youth
Camp pada tahun 2017 dibanding tahun sebelumnya. Masalah yang terjadi saat
ini di Youth Camp diantaranya keberagaman pengunjung dan belum
teridentifikasi secara baik, belum dikenalinya faktor yang menarik minat
wisata, dan potensi yang ada belum dikelola secara optimal. Wisatawan yang
datang ke Youth Camp berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik
umur, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Dengan bertambahnya
pengunjung yang datang ke lokasi wisata tersebut, maka berarti karakteristis
setiap pengunjung juga semakin beragam. Untuk itu dilakukan analisis untuk
mengetahui karakteristik pengunjung sehingga nantinya akan membantu pihak
pengelola dalam menentukan kebijakan yang akan mendukung pada
pengembangan wisata di Youth Camp sesuai dengan karakteristik
pengunjungnya.
37
Peningkatan pengunjung Youth Camp berarti juga terjadinya peningkatan
peluang usaha bagi masyarakat setempat melalui pengeluaran-pengeluaran
yang akan dikeluarkan oleh wisatawan di sekitar kawasan wisata. Hal ini tentu
akan memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat setempat, baik
dampak secara langsung, tidak langsung maupun maupun lanjutan. Untuk itu
dilakukan analisis dampak ekonomi terhadap masyarakat sehingga diperoleh
nilai dampak ekononomi. selain itu, dengan adanya peningkatan pengunjung,
perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjugan di Youth
Camp sehingga diketahui secara pasti apa saja yang menjadi faktor wisatawan
datang ke objek wisata tersebut, sehingga jika dilakukan pengelolaan, hal
tersebut benar-benar menjadi efektif.
Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi frekuensi kunjungan wisata
berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu dan observasi di lapang yaitu :
Biaya perjalanan individu ke objek wisata (X1), jarak tempuh responden ke
objek wisata (X2), lama mengetahui keberadaan objek wisata (X3), pendapatan
responden (X4), umur responden (X5), jumlah tanggungan (X6) dan akses ke
lokasi wisata (X7). Dengan dugaan sementara, faktor-faktor tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi di Youth Camp. Setelah
mengidentifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini,
dapat dilakukan identifikasi produk atau jasa yang belum tersedia dilokasi,
besarnya permintaan terhadap barang dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar.
Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelolaan Pemerintah Daerah
untuk pengembangan objek wisata tersebut. Secara skematis kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.
38
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diduga variabel biaya perjalanan (X1), jarak tempuh (X2), lama mengetahui
keberadaan objek wisata (X3), pendapatan (X4), umur (X5), jumlah tanggungan
(X6), dan akses ke lokasi wisata (X7) berpengaruh signifikan terhadap variabel
frekuensi kunjungan (Y).
39
Gambar 3. Skema kerangka pemikiran
Tahura Wan
Abdul Rachman
Wisata Youth
Camp
Peningkatan
jumlah wisatawan
Memiliki potensi
ekonomi
Peningkatan
peluang usaha
Dampak ekonomi
kepada masyarakat
sekitar
Langsung
(direct)
Tidak
Langsung
(indirect)
Lanjutan
(induced)
Karakteristik
responden
Analisis
deskriptif
Faktor yang
mempengaruhi
frekuensi kunjungan
wisatawan
Analisis
regresi linier
berganda Keynesian
multiplier
Dasar kebijakan pengelola
Youth Camp
Faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan wisatawan
(Y): 1.Biaya perjalanan individu ke
objek wisata (Rupiah per
kunjungan) (X1)
2.Jarak tempuh responden ke objek
wisata (km) (X2)
3. Lama mengetahui keberadaan
objek wisata (tahun) (X3)
4. Pendapatan responden (Rupiah
per tahun) (X4)
5. Umur responden (tahun) (X5)
6. Jumlah Tanggungan (orang) (X6)
7. Akses ke lokasi wisata (X7)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Menurut Sugiyono (2011) metode survei merupakan metode yang digunakan
untuk mendapatkan data dari suatu tempat tertentu tetapi peneliti melakukan
perlakuan dalam pengumpulan data misal dengan mengedarkan kuesioner,
wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam
eksperimen).
Penelitian ini dilakukan di kawasan tahura Wan Abdul Rachman yaitu Objek
Wisata Youth Camp yang terletak di Desa Hurun, Kecamatan Teluk Pandan,
Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive), dengan pertimbangan kawasan ini merupakan kawasan wisata yang
memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi salah satu kawasan
wisata andalan dan merupakan objek wisata yang lebih menonjol dibanding objek
wisata lainnya di kawasan tahura WAR. Selain memiliki panorama yang masih
alami, terdapat berbagai kegiatan wisata lainnya yang dapat dikembangkan di
kawasan ini. Youth Camp merupakan destinasi yang cukup menjadi andalan
khususnya untuk tempat perkemahan di provinsi Lampung. Pengambilan data di
lapangan dilakukan pada Desember 2018 hingga Februari 2019.
41
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan
untuk memperoleh dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian
sebagai berikut:
Wisata alam adalah merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya
Dampak ekonomi wisata adalah yaitu dampak ekonomi baik secara langsung,
tidak langsung dan lanjutan yang terjadi dengan adanya Wisata Youth Camp
terhadap masyarakat disekitar lokasi wisata tersebut.
Pengunjung adalah semua orang yang mengunjungi kawasan Wisata Youth
Camp dengan berbagai tujuan.
Permintaan adalah jumlah kunjungan wisatawan ke Wisata Youth Camp pada
tingkat harga tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam kurun
waktu tertentu.
Batasan operasional dari variabel yang diukur dalam karakteristik pengunjung,
tenaga kerja lokal dan unit usaha pada wisata Youth Camp dapat dilihat pada
Tabel 2. Batasan operasional variabel yang berkaitan dengan permintaan wisata
Youth Camp dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan batasan operasional
variabel yang dampak ekonomi wisata Youth Camp dapat dilihat pada Tabel 4.
42
Tabel 2. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan karakteristik
pengunjung, tenaga kerja lokal, dan unit usaha di Youth Camp
No Variabel Definisi
1 Umur Umur responden saat melakukan wawancara
harus berusia ≥ 17 tahun.
2 Pendidikan terakhir Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh
responden yang diwawancarai.
3 Pendapatan Rata-rata pendapatan per bulan yang
diterima oleh responden.
4 Pekerjaan Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden
5 Jumlah tanggungan Banyaknya anggota dalam rumah tangga
responden yang tidak atau belum bekerja
yang secara finansial ditanggung oleh responden.
6 Daerah asal Tempat tinggal responden
7 Frekuensi Jumlah kunjungan yang dilakukan
kunjungan pengunjung ke Youth Camp untuk berwisata
dalam kurun waktu satu tahun terakhir
8 Alasan kunjungan Alasan yang melatarbelakangi pengunjung
mendatangi wisata Youth Camp
9 Lama usaha Rentang waktu dari pertama kali responden
memulai usaha hingga saat wawancara dilakukan
10 Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
Kerja lokal di Youth Camp
11 Pengalaman kerja Lamanya seorang tenaga kerja lokal bekerja
di Youth Camp yang dihitung dalam satuan
Tahun
12 Unit usaha
Usaha kegiatan yang dilakukan di Youth Camp
untuk memperoleh keuntungan di luar dari
kegiatan wisata.
13 Status kunjungan Status yang menggambarkan keberadaan
Seseorang di Youth Camp yang dikategorikan
menjadi individu, kelompok kecil, rombongan,
dan keluarga
-Individu Pengunjung yang datang ke Youth Camp
seorang diri
-Kelompok kecil Pengunjung yang datang ke Youth Camp
Terdiri dari 2 orang tanpa hubungan keluarga
-Rombongan Pengunjung yang datang ke Youth Camp
3 orang atau lebih tanpa hubungan keluarga
-Keluarga Pengunjung yang datang ke Youth Camp
2 orang atau lebih yang memiliki hubungan
kekeluargaan.
43
Tabel 3. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan frekuensi
kunjungan wisatawan Youth Camp
No Variabel Definisi
1 Frekuensi kunjungan Jumlah kunjungan yang dilakukan
ke Youth Camp untuk berwisata dalam satu
tahun terakhir
2 Biaya perjalanan Biaya total yang dikeluarkan oleh responden
secara tunai dalam satu kali perjalanan wisata.
3 Jarak tempuh Jarak yang ditempuh oleh responden dari
tempat asal ke lokasi wisata.
4 Lama mengetahui pengetahuan responden mengenai keberadaan
keberadaan objek Youth Camp yang dihitung dalam satuan tahun
5 Pendapatan Rata-rata pendapatan per bulan yang
diterima oleh responden.
6 Umur Usia responden saat melakukan wawancara.
Responden harus berusia ≥ 17 tahun.
7 Jumlah tanggungan Banyaknya anggota dalam rumah tangga
responden yang tidak atau belum bekerja
yang secara finansial ditanggung oleh
responden.
8 Akses ke lokasi Persepsi responden mengenai akses ke Youth
wisata Camp dengan skala ordinal mudah, sedang
hingga sulit
-mudah Jika akses ke lokasi dianggap mudah dilihat
dari aspek transportasi menuju wisata, kondisi
jalan yang ditempuh, dan penunjuk jalan.
-sedang Jika akses ke lokasi dianggap sedang dilihat
dari aspek transportasi menuju wisata, kondisi
jalan yang ditempuh, dan penunjuk jalan.
-sulit Jika akses ke lokasi dianggap sulit dilihat
dari aspek transportasi menuju wisata, kondisi
jalan yang ditempuh, dan penunjuk jalan.
44
Tabel 4. Batasan operasional yang berhubungan dengan dampak ekonomi
wisata Youth Camp
No Variabel Definisi
1 Proporsi perputaran besarnya kecepatan perputaran uang
uang yang terjadi di Youth Camp
2 Proporsi kesempatan kesempatan kerja yang dapat diciptakan
kerja oleh unit usaha tersebut (full time, part time)
3 Dampak langsung dampak yang ditimbulkan dari pengeluaran
wisatawan langsung di Youth Camp
4 Dampak tidak aktivitas ekonomi yang terjadi di Youth
langsung Camp dari pembelajaran unit usaha
penerima dampak langsung
5 Dampak lanjutan aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari
tambahan pendapatan lokal (dampak
lanjutan dari dampak langsung dan tidak
langsung)
C. Unit Analisis, Responden dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung wisata Youth Camp.
Karena populasi yang terlalu besar, maka dilakukan penarikan sampel. Apa
yang dapat dipelajari dari sampel itu kesimpulannya dapat diberlakukan untuk
populasi, sehingga pengambilan sampel harus representatif (Sugiyono, 2007).
Metode pengambilan sampel terhadap pengunjung menggunakan metode non-
probability sampling yaitu semua objek penelitian tidak mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden dengan cara accidental
sampling (siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data) (Juanda, 2007). Sampel penelitian pengunjung meliputi sejumlah
elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30
45
elemen/responden dan semakin besar sampel (semakin besar nilai
n=banyaknya elemen sampel) akan memberikan nilai yang lebih akurat,
sehingga diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden
berdasarkan Gujarati (2006) yang menyatakan bahwa tidak peduli distribusi
probabilitas apapun yang mendasarinya, rata-rata sampel dari besaran sampel
yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal.
Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal
dilakukan dengan bentuk sensus dimana responden yang diwawancarai
berdasarkan populasi atau jumlah yang ada. Reponden untuk unit usaha
sebanyak 15 unit usaha dan tenaga kerja lokal sebanyak 10 orang. Menurut
Ruslan (2008) jika elemen populasi relatif sedikit dan variabilitas setiap
elemennya yang tinggi (heterogen) sensus lebih layak dilakukan jika penelitian
yang dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu
populasi.
D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara
langsung menggunakan kuisioner dengan para pengunjung, pemilik unit usaha,
masyarakat sekitar, dan tenaga kerja lokal. Data primer yang dibutuhkan antara
lain karakteristik pengunjung, pendapatan dari unit usaha, dan pengeluaran
tenaga kerja lokal di lokasi wisata.
46
Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata alam Youth Camp, buku-buku
referensi, internet, jurnal, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu
yang terkait serta sumber lain yang dapat menunjang tujuan penelitian yang
ingin dicapai. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain
jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa
sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta
informasi lain yang menunjang dalam penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode pengolahan data meliputi metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif berupa penyajian data dengan cara menginterpretasikan dan
mendeskripsikan data kuantitatif, sedangkan metode kuantitatif dilakukan
dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh melalui
kuisioner. Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk gambar atau grafik serta perhitungan matematik. Pengolahan dan
analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan
program Microsoft Office Exel 2010 dan SPSS 16. Namun saat aplikasi nanti
bisa digunakan aplikasi lain seperti Eviews untuk membandingkan hasil
regresi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
47
1. Analisis Karakteristik Pengunjung, Tenaga Kerja Lokal, Unit Usaha di
Youth Camp
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan
Microsoft Office Excel. Analisis deskriptif kualitatif dipilih karena analisis ini
dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik
pengunjung, tenaga kerja lokal dan unit usaha yang ada di Youth Camp. Untuk
mengidentifikasi karakteristik pengunjung menggunakan indikator atau
parameter umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendapatan, pekerjaan,
jumlah tanggungan, daerah asal, frekuensi kunjungan, sumber informasi, dan
status pengunjung (kelompok atau perorangan), alasan kunjungan. Untuk
mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha, indikator atau parameter yang
digunakan adalah umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendapatan, jenis
usaha yang dijalankan dan lama berusaha. Untuk mengidentifikasi
karakteristik tenaga kerja menggunakan indikator atau parameter umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, lama bekerja, pengalaman kerja
dan pendapatan.
2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan
Wisatawan di Youth Camp
Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode regresi linier
berganda. Menurut Juanda (2009), analisis regresi linear berganda digunakan
untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas (independent
variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Pengolahan dari data
48
yang telah dikumpulkan dengan menggunakan SPSS 16. Pendugaan fungsi
permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dilihat berdasarkan
faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya, yaitu :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
b0 = Konstanta
b1 - b7 =Koefisien regresi
Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata (per tahun)
X1 = Biaya perjalanan individu ke objek wisata (Rupiah per kunjungan)
X2 = Jarak tempuh responden ke objek wisata (km)
X3 = Lama mengetahui keberadaan objek wisata (tahun)
X4 = Pendapatan responden (Rupiah per tahun)
X5 = Umur responden (tahun)
X6 = Jumlah Tanggungan (orang)
X7 = Akses ke lokasi wisata
e = Error Term
Analisis regresi linier berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya
(dependent variable) dijelaskan oleh lebih dari satu variabel bebas
(independent variable), namun masih menunjukkan hubungan yang linier.
Variabel-variabel diatas dipilih berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu dan
observasi di lapang. Pada regresi linier berganda dilakukan pengujian asumsi
atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut
layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain :
1. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah data dapat
dikatakan berdistribusi normal atau tidak. Salah satu alternatif dalam
melakukan uji normalitas yaitu dengan uji normal probability plot. Dalam
uji ini normalitas dilakukan pada nilai residual pada model regresi dan
bukan pada masing-masing variabel. Modal regresi yang baik seharusnya
49
memiliki nilai residual yang normal. Pendeteksian kenormalan nilai residual
dilakukan dengan melihat titik plot hasil dari output SPSS dan melihat
apakah titik-titik tersebut berada disekitar garis diagonalnya atau tidak.
Sementara itu, jika titik-titik menjauh atau tersebar dan tidak mengikuti
garis diagonal hal ini menunjukkan bahwa nilai residual tidak berdistribusi
normal. (SPSS Indonesia, 2014)
2. Uji Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam
model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di
antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah
koefisien korelasi variable tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar
atau tidak terhingga. Salah satu metode uji multikolinearitas yaitu dengan
melihat nilai tolerance dan variance inflantion factor (VIF) pada model
regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar
daripada nilai 10 (Juanda 2009).
3. Uji Statistik. Uji F adalah merupakan uji koefisien regresi secara bersama-
sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel
independen terhadap variabel dependen. Ada dua cara yang bisa digunakan
sebagai acuan untuk melakukan uji hipotesis dalam uji F. Pertama adalah
membandingkan nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas hasil output
anova. Kedua adalah membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.
50
Berdasarkan nilai signifikansi dari Output Anova, jika nilai sig. < 0,05 maka
hipotesis diterima. Maka artinya variabel bebas secara simultan berpengaruh
terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. > 0,05 maka hipotesis
ditolak. Dengan kata lain variabel bebasnya tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat.
Cara kedua berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel. Jika
nilai F hitung > F tabel maka hipotesis diterima. Dengan kata lain variabel
bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat.sebaliknya jika
nilai F hitung < F tabel maka hipotesis ditolak. Artinya variabel bebas
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. (SPSS
Indonesia, 2014)
4. Uji T bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas atau variabel
independen (X) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap
variabel terikat atau variabel dependen (Y). Dalam melakukan uji T dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu pertama melihat nilai signifikansi dan kedua
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Berdasarkan nilai signifikansi,
jika nilai sig < probabilitas 0,05 maka ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Jika nilai sig > probabilitas 0,05 maka tidak ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun cara kedua berdasarkan
perbandingan nilai t hitung dengan nilai t tabel, jika nilai t hitung > t tabel
maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya
nilai t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. (SPSS Indonesia, 2014).
51
5. Uji Autokolerasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun
menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson
(DW test). Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai
Durbin-Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 (Firdaus dalam Utami, 2016).
6. Uji Heteroskedastisitas berfungsi untuk menguji terjadinya perbedaan
variance dari nilai residual pada suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lainnya. dalam anlisis statistik ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas antara lain uji glejser dan
melihat pola gambar scatterplots. Hasil regresi tidak memiliki masalah
heteroskedastisitas jika : a) titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau
disekitar angka 0; b) Titik tidak mengumpul diatas atau dibawah saja;
c) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali; d) Penyebaran titik-
titik data tidak berpola. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser adalah jika nilai signifikansi
(sig.) > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi (sig.) < 0,05 berarti terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi (SPSS Indonesia, 2014).
Jika dalam uji asumsi klasik terdapat masalah pada maka dapat dilakukan
transformasi data. Transformasi data bertujuan mengubah skala pengukuran
data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi
yang mendasari analisis ragam. Transformasi data ada beberapa jenis, namun
52
yang paling sering digunakan adalah transformasi square root, logaritma, dan
arcsin. Berikut penjelasan masing-masing transformasi :
1. Transformasi Square Root
Transformasi jenis ini disebut juga dengan istilah transformasi akar kuadrat
(square root). Transformasi akar digunakan apabila data anda tidak
memenuhi asumsi kehomogenan ragam. Dengan kata lain transformasi akar
berfungsi untuk membuat ragam menjadi homogen. Jika X adalah data asli
anda, maka X’ (X aksen) adalah data hasil transformasi anda. Jadi X = X’.
Jika data asli anda menunjukkan sebaran nilai antara 0 – 10, maka anda
gunakan transfromasi akar X + 0,5. Jika nilai ragam data anda lebih kecil
gunakan transformasi akar X + 1. Transformasi akar ini dapat juga anda
gunakan untuk data persentase apabila nilainya antara 0 – 30%. Jika
kebanyakan nilainya adalah kecil, khususnya jika ada nilai 0, maka gunakan
transformasi akar X + 0,5 daripada akar X. Rumus pada perangkat lunak
Excel transformasi akar adalah: =SQRT(Data Asli + 0,5). Apabila data asli
ada di sel A4 maka rumusnya =SQRT(A4 + 0,5)
2. Transformasi Logaritma
Transformasi logaritma digunakan apabila data anda tidak memenuhi
asumsi pengaruh aditif. Kalau X adalah data asli anda, maka X’ (X aksen)
adalah data hasil transformasi X’ = Log X. Jadi X = X’. Ada beberapa hal
yang perlu dperhatikan dalam penggunaan transformasi logaritma ini yaitu
a) Jika data asli anda menunjukkan sebaran nilai kurang dari 10 atau nilai
mendekati nol, maka digunakan transfromasi log X + 1.
53
b) Jika data banyak mengandung nilai nol, maka sebaiknya gunakan
transformasi yang lain, misalnya transformasi akar.
c) Jika data banyak mendekati nol (misalnya bilangan desimal), maka semua
data dikalikan 10 sebelum dijadikan ke logaritma.
Rumus pada perangkat lunak Excel transformasi logaritma adalah:
=Log(Data Asli). Jika data asli ada di sel A4 maka rumusnya =Log(A4).
3. Transformasi Arcsin
Transformasi arcsin digunakan apabila data anda dinyatakan dalam bentuk
persentase atau proporsi. Umumnya data yang demikian mempunyai
sebaran binomial. Bentuk transformasi arcsin ini biasa disebut juga
transformasi kebalikan sinus atau transformasi arcus sinus. Kalau X adalah
data asli anda, maka X’ (X aksen) adalah data hasil transformasi anda
dimana X’ = Arcsin X. Jadi X = X’. Namun, data dalam bentuk persentase
tidak mesti harus menggunakan transformasi arcsin.
Ada beberapa hal yang perlu perhatikan dalam penggunaan transformasi
arcsin ini yaitu :
a) Apabila data asli anda menunjukkan sebaran nilai antara 30% - 70%,
tidak memerlukan transformasi.
b) Apabila data asli anda menunjukkan sebaran nilai antara 0% - 30% dan
70% - 100%, maka lakukan transformasi arcsin.
c) Apabila data anda banyak yang bernilai nol, maka gunakan transformasi
arcsin akar (% + 0,5).
Rumus di excel transformasi arcsin adalah: =ASIN(SQRT(Data
Asli/100))*180/PI(). (Melati, 2019)
54
3. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam Youth Camp pada
Kehidupan Masyarakat Lokal
Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata
yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata
(Setiawan 2013). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah :
(1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit
usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh
unit usaha tersebut (full time, part time), (3) proporsi dari perputaran arus uang
terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas
bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah dan
(5) rencana investasi kedepan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat
diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari
pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya
sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke
depan.
Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia
barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan
dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi
wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran
sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi
pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang
pernah diikuti. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat memperkiraan
dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induced
55
impact) dari pengeluaran pengunjung. Berdasarkan Marine Ecotourism for
Atlantic Area (META) (2001) dalam (Mutty, 2015), dampak ekonomi terhadap
masyarakat lokal dapat diukur menggunakan dua tipe pengganda, yaitu :
1. Keynesian Local Income Multiplier Effect, yaitu nilai yang menunjukkan
berapa besar pengeluaran pengunjung berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat lokal.
2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak
terhadap perekonomian lokal.
Secara sistematis dirumuskan :
Keynesian Income Multiplier = D+N+U
E
Ratio Income Multiplier, Tipe I =D+N
D
Ratio Income Multiplier, Tipe II =D+N+U
D
Keterangan :
E : Pengeluaran pengunjung (Rupiah)
D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rupiah)
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rupiah)
U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rupiah)
Nilai Keynesian Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, dan Ratio
Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria sebagai berikut:
56
1. Apabila nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi
wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap
kegiatan wisatanya.
2. Apabila nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi
wisata tersebut masih memiliki dampak ekonomi yang rendah.
3. Apabila nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi
wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap
kegiatan wisatanya.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR)
Taman Hutan Raya (tahura) adalah kawasan pelestarian alam yang dibangun
untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (UU No. 5
Tahun 1990). Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR)
sebelumnya sebagai kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung dengan
luas 22.249,31 Ha. Ditetapkan menjadi tahura WAR dengan SK Menhut
Nomor : 408/Kpts-II/93. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990, tahura bertujuan
untuk : koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya pariwisata dan rekreasi.
Tahura WAR memiliki luas 22.249 ha. Secara geografis Tahura WAR berada
pada posisi 105⁰ 02’ 42,01” s/d 105⁰ 13’ 42,09” BT dan 05⁰ 23’ 47,03” s/d 05⁰
30’ 34,86” LS. Berdasarkan administrasi pemerintahan kawasan ini berada di
lintas Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran (dahulu masuk
Kabupaten Lampung Selatan), dengan 7 (tujuh) wilayah kecamatan. Kawasan
Tahura yang masuk Kota Bandar Lampung ± seluas 300 ha di wilayah
58
Kec. Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kec. Kemiling. Selebihnya
± 21.949,31 ha berada di Kab. Pesawaran, meliputi Kec. Padang Cermin, Kec.
Gedong Tataan, Kec. Way Lima dan Kec. Kedondong (UPTD Tahura WAR,
2009).
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dibagi habis menjadi blok-blok
pengelolaan (UPTD Tahura WAR, 2009), yaitu:
1. Blok Koleksi tumbuhan, sesuai dengan fungsi Tahura pada blok ini
diarahkan untuk koleksi tanaman asli dan bukan asli serta langka atau tidak
langka.
2. Blok Pemanfaatan, bentuk pemanfatan dalam kawasan Tahura adalah untuk
kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam, pada blok ini juga dapat
dibangun sarana dan prasarana kegiatan tersebut (maksimal 10% dari luas blok
pemanfatan)
3. Blok Perlindungan, bagian dari kawasan Tahura sebagai tempat
perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan.
4. Blok lainnya (pendidikan, penelitian, dan social forestry), pada blok ini
dapat dilakukan aktivitas pendidikan dan penelitian serta pengelolaan hutan
bersama masyarakat terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi.
Adapun untuk struktur organisasi di tahura WAR tahun 2019 yaitu
1. Kepala UPTD tahura WAR (Bapak Sumardi, S.Hut, MM.)
2. Seksi Tata Usaha (Ibu Evi Yulidar, SE.)
3. Seksi Perencanaan (Bapak Ariyadi Agustiono, S.Hut, M.Si)
59
4. Seksi Pemanfaatan dan Evaluasi (Plt. Banyumas Askeri, SP, MH)
5. Kelompok Jabatan Fungsional
6. Rayon-rayon dilapangan : Rayon Pd. Cermin, Kedongdong, Gedong Tataan
dan Kota Bandar Lampung
Setiap seksi di kepengurusan tahura WAR memiliki tugas khusus masing-
masing. Seksi yang berfokus dalam mengurus tempat wisata yaitu saksi
perensanaan. Salah satu tugas dari seksi perencanaan UPTD tahura WAR yaitu
pengelolaan tempat-tempat wisata yang termasuk dalam unit tahura WAR. Ada
banyak spot-spot wisata yang menjadi potensi wisata di tahura seperti
panorama alam hutan, pegunungan dan bukit, air terjun (± 20 titik lokasi), gua
alam 3 lokasi, sumber aitr panas 3 titik lokasi, keaneka ragaman flora & fauna,
batu lapis, lembah & sungai, penangkaran rusa dan Youth Camp. Namun untuk
saat ini yang dikelola dengan baik oleh pihak UPTD tahura WAR hanya
penangkaran rusa dan Youth Camp. Untuk Youth Camp sendiri, dari pihak
UPTD hanya mempekerjakan 2 orang pengelola yaitu Bapak Isadi selaku
pengelola tahura dan bapak Fuad sebagai tenaga kebersihan. Struktur
organisasi yang menggambarkan alur kerja dari tahura ke Youth Camp dapat
dilihat pada Gambar 4.
60
Gambar 4. Struktur organisasi tahura WAR
B. Sejarah dan Profil Youth Camp
Youth Camp atau yang biasa dikenal dengan bumi perkemahan remaja pertama
kali dibentuk pada tahun 1990 oleh Deparpostel (Departemen Pariwisata, Pos
dan Telepon). Sebelum deparpostel membentuk Youth Camp kawasan ini telah
dijadikan tempat perkemahan oleh sekolah-sekolah dan masyarakat sekitar.
Sehingga pemerintah melalui deparpostel membina dan mengembangkan
kawasan tersebut untuk tempat penelitian, perkemahan, budidaya, budaya dan
pariwisata.
Dalam rangka untuk menunjang tujuan Youth Camp, deparpostel membangun
beberapa fasilitas seperti lapangan volly, lapangan basket, laboratorium,
kantor, aula, ruko untuk cinderamata, penangkaran burung dan lainnya dengan
UPTD TAHURA WAR
(Sumardi, S.Hut, MM.)
SEKSI TATA
USAHA
(Evi Yulidar, SE)
SEKSI
PEMANFAATAN
DAN EVALUASI
(Plt. Banyumas
Askeri, SP, MH)
SEKSI
PERENCANAAN
(Ariyadi Agustiono,
S.Hut, M.Si)
PENANGKARAN
RUSA
(Aryana)
YOUTH CAMP
(Isadi dan Fuad)
61
harapan Youth Camp akan menjadi pusat perkemahan remaja bermanfaat untuk
masyarakat luas secara umum dan khususnya untuk masyarakat hurun. Tujuan
pemerintah menjadikan Youth Camp sebagai bumi perkemahan dan tempat
wisata berhasil. Hal ini ditandai dengan ramainya pengunjung Youth Camp dan
menjadi wisata yang naik daun karena tidak adanya pesain serupa. Namun
seiring berjalannya waktu fasilitas-fasilitas tersebut mulai rusak dan habis
karena hanya terbuat dari kayu (belum bangunan permanen) dan tidak adanya
perawatan dari pihak pemerintah. Sehingga yang tersisa saat ini hanya gedung
cinderamata dan sekarang dijadikan kantor Youth Camp. Selain itu munculnya
wisata serupa dengan tampilan yang lebih bagus dan penambahan atraksi
wisata membuat Youth Camp semakin ditinggalkan pengunjung. Sedangkan
untuk penangkaran burung dikembalikan kepada BKSDA (Balai Konservasi
Sumber Daya Alam) pada tahun 2012 dikarenakan kekurangan tenaga kerja
untuk merawat penangkaran tersebut.
Youth Camp sebagai tempat wisata terdiri dari objek-objek wisata yang
menarik minat pengunjung, pengunjung itu sendiri, petugas Youth Camp, dan
unit-unit usaha yang ikut berkontribusi dalam pengembangan objek wisata.
Objek wisata terdiri dari tapak kemah, air terjun, Pasar Tahura, koleksi
tanaman dan hewan. Namun untuk saat ini yang dikelola dengan baik hanya
tapak kemah, air terjun dan Pasar Tahura. Pengelolaan di lokasi wisata diatur
oleh petugas Youth Camp yang terdiri dari Pak Isadi selaku pengelola Youth
Camp dan Pak Fuad selaku petugas kebersihan. Kedua petugas ini juga dibantu
Oleh Ibu Sofi yang merupakan istri pak Isadi dan satu warga untuk petugas
parkir. Sedangkan unit usaha yang terdapat di Youth Camp terdiri dari Pasar
62
Tahura, kantin Youth Camp, dan WC umum. Pasar Tahura merupakan salah
satu atraksi wisata yang merangkap sebagai unit usaha di Youth Camp. Untuk
lebih ringkasnya, struktur Youth Camp dapat dilihat pada Gambar 6.
Youth Camp berdiri di atas lahan yang luasnya ± 3.822,13 ha yang beralamat di
jl. Raya Way Ratay, Hurun, Padang cermin, kabupaten pesawaran, provinsi
Lampung. Karena berada di Desa Hurun sehingga untuk urusan administrasi
Youth Camp berkaitan erat dengan Desa Hurun. Termasuk untuk data-data
kependudukan Youth Camp menggunakan data dari Desa Hurun. Youth Camp
berada di Desa Hurun tepatnya di dusun Penyandingan RT 02. Berikut peta
yang menunjukkan posisi Youth Camp di Desa Hurun.
64
PETA MONOGRAFI PARIWISATA DAN PERTANIAN
PROVINSI
LAMPUNG
KABUPATEN
PESAWARAN
KECAMATAN
TELUK
PANDAN
DESA
HURUN
Gambar 5. Peta monografi yang menunjukkan posisi Youth Camp di Desa Hurun
YOUTH
CAMP
AREA PANTAI
WISATA PULAU LAHU
AREA PERSAWAHAN
65
YOUTH CAMP
OBJEK WISATA PETUGAS YOUTH
CAMP UNIT USAHA PENGUNJUNG
TAPAK
KEMAH
AIR TERJUN
KOLEKSI
TANAMAN
PASAR
TAHURA
AIR TERJUN KIRI
(1 UNIT)
AIR TERJUN KANAN
(7 UNIT)
WISATA KULINER
HIBURAN
(AKUSTIK, TARI,
KARAOKE, DLL)
PENGELOLA
YOUTH CAMP (1)
PETUGAS PARKIR
(1)
PETUGAS
KEBERSIHAN (2)
WC
UMUM (1)
PEDAGANG
PASAR
TAHURA
(11)
KANTIN
YOUTH CAMP
(3)
SEKITAR
HURUN
LUAR
HURUN
(LAMPUNG)
LUAR
LAMPUNG
Gambar 6. Struktur organisasi dan gambaran umum Youth Camp
66
C. Sarana dan Prasarana Youth Camp
Setiap obyek wisata memiliki sarana dan prasarana yang menunjang
keberlangsungan kegiatan pada obyek wisata tersebut. Untuk menikmati wisata
di Youth Camp pengunjung cukup dengan membayar uang retribusi sebesar Rp
3.000/orang ditambah biaya parkir Rp 1.000/motor dan Rp 2.000/mobil. Youth
Camp dengan luas lahan ± 3.822,13 ha memiliki beragam sarana prasarana
yang menjadi daya tarik wisata itu sendiri. Sarana dan prasarana yang
disediakan oleh kawasan ini meliputi :
1. Wisata Air terjun
Air terjun di Youth Camp terdi dari dua bagian, yaitu air terjun kanan dan air
terjun kiri. Air terjun kanan terdiri dari tujuh tingkatan, air terjun pertama
hingga air terjun keenam dinamai dengan air terjun Gunung Minggu. Air terjun
pada tingkat ketujuh memiliki nama berbeda yaitu air terjun Curup Kuda.
Menurut legenda yang beredar dimasyarakat yang tinggal didaerah sekitar air
terjun, mereka sering mendengar suara ringkikan kuda saat tengah hari dan
waktu maghrib dari arah air terjun ketujuh ini. Cerita ini menyebar dan melekat
menjadi nama air terjun tersebut. hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan, khususnya bagi mereka yang menyukai hal-hal mistis.
Air terjun sebelah kiri hanya terdiri dari satu air terjun saja yang dinamakan
dengan air tejun Abah Uban. Nama ini diambi dari nama pimpinan provinsi
saat Youth Camp pertama didirikan, yang kesehariannya dipanggil dengan abah
uban. Untuk menghargai jasa beliau maka air terjun kiri ini dinamai dengan air
terjun abah uban. Meskipin hanya satu air terjun, bukan berarti air terjun kiri
67
ini sepi peminat. Karena air terjun Abah Uban merupakan air terjun paling
tinggi diantara delapan air terjun yang ada di Youth Camp. Untuk menuju ke air
terjun ini sangat mudah bahkan untuk pemula sekalipun karena telah
dilengkapi dengan penunjuk arah dan jalan setapaknya telah dipaving. Namun
tidak mengurangi keindahan alamnya karena pengunjung masih dapat
menikmati suasana alam yang asri dan melewati sungai-sungai kecil, sehingga
membuat perjalanan ke air terjun tetap menyenangkan.
2. Pasar Tahura
Selain Air terjun, Pasar Tahura merupakan salah satu objek wisata yang banyak
diminati di Youth Camp. Pasar Tahura dibentuk pada akhir 2017 atas kerjasama
pihak tahura dengan Genpi (Generasi Pesona Indonesia). Saat ini pengelolaan
Pasar Tahura diserahkan pada karang taruna Desa Hurun. Karang taruna yang
kebanyakan merupakan anak-anak sekolah ini merasa diuntungkan dengan
kerjasama ini. Karena mereka merasakan manfaat yang luar biasa dengan ikut
berkontribusi di wisata ini, tidak hanya manfaat secara ekonomi namun lebih
kepada pengalaman bertemu orang-orang baru, mendapatkan teman baru dan
memberi manfaat terhadap desa mereka sendiri. Menjadi kebanggaan tersendiri
bagi pengelola Pasar Tahura meskipun pemasukan yang didapat dari Pasar
Tahura tidak seberapa, namun pengalaman yang didapat jauh lebih mahal
menurut pengelola Pasar Tahura. Hal itu yang membuat mereka bertahan
menjadi pengelola di Pasar Tahura.
Pasar Tahura tidak seperti pasar pada umumnya. Di pasar ini pedagang menjual
jajanan-jajanan dan makanan khas daerah dan umum. Namun pedagang tidak
68
dibayar dengan uang rupiah melainkan alat tukar khusus. Alat tukar di Pasar
Tahura berupa stik ice cream yang diberi cap tahura dan angka yang
menunjukkan nilai stik tersebut. Stik ini dapat dibeli dengan uang Rupiah
dengan kelipatan Rp 2.500, Rp 5.000 dan Rp 10.000. Berdasarkan informasi
dari pengelola Pasar Tahura alat tukar ini dapat diuangkan kembali jika tidak
habis digunakan sehingga konsumen tidak akan merasa dirugikan. Selain alat
tukarnya yang unik, tempat makan diPasar Tahura juga menjadikan pasar ini
beda dari pasar pada umumnya, di sini konsumen bebas memilih tempat
makannya, ada yang lesehan, di atas air, di alam terbuka, bahkan di atas pohon.
Semua tempat-tempat tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga
pengunjung menjadi nyaman menikmati hidangan sembari menikmati suasana
alam yang masih asri.
3. Aula
Aula merupakan salah satu bangunan yang tersisa dari awal pembangunan
Youth Camp. Awal dibentuknya Youth Camp oleh Deparpostel (Departemen
Pariwisata, Pos Dan Telepon) dibangun beberapa sarana yang dapat menunjang
kegiatan di Youth Camp, salah satunya adalah aula. Pertama didirikan
bangunan masih berupa bangunan belum permanen yang terbuat dari kayu,
sehingga lama-kelaman mengalami kerusakan karena tidak ada perbaikan yang
dilakukan oleh pihak pemerintah. Ketika Youth Camp dikelola oleh tahura
dilakukan perbaikan sehingga keadannya sudah jauh lebih baik dan layak untuk
digunakan. Sekarang aula Youth Camp sudah berupa bangunan permanen yang
biasa digunakan oleh pengunjung, umumnya pengujung rombongan.
69
Pengunjung dapat menggunakan gedung aula ini dengan membayar Rp.
1.500.000 untuk 2 sampai 3 hari penggunaan.
4. Gladiator
Gladiator merupakan sebuah lapangan mirip stadion mini dengan tempat duduk
bertingkat mengelilingi lapangan. Tempat ini biasanya digunakan oleh
pengunjung rombongan untuk acara kumpul-kumpul, pertunjukan maupun api
unggun. Dan gladiator ini cukup luas untuk menampung beberapa ratus orang.
Jika pengunjung ingin menggunakan gladiator untuk api unggun, mereka bisa
menggunakan jasa petugas Youth Camp untuk menyiapkan kayu bakar dengan
membayar sesuai kesepakatan ataupun mencari sendiri kering yang biasanya
tersebar di hutan Youth Camp. Keunggulan gladiator ini adalah tempat ini
berada agak diketinggian dan tidak terlihat dari jalan-jalan setapak Youth
Camp, sehingga pengunjung yang melakukan pelatihan disini atau kegiatan
lainnya privasinya lebih terjaga.
5. Toilet
Toilet di Youth Camp terdapat 5 bangunan yang disebar di beberapa tempat
untuk memudahkan pengunjung karena kawasan Youth Camp yang cukup luas,
agar tidak terlalu jauh jika ingin menggunakan toilet. Untuk menggunakan
toilet petugas tidak mematok berapa harga yang harus dibayarkan oleh
pengunjung, lebih kepada sukarela dan kesadaran pengunjung rombongan
sebagai imbalan kepada petugas yang telah membersihkan toilet. Hal ini juga
berlaku untuk pengunjung rombongan, mereka bisa menggunakan toilet
sepuasnya jika sudah memberikan harga paket untuk rombongan. Biasanya di
70
pintu masuk toilet terdapat kotak kayu tempat memasukkan uang. Hal ini
menuntut kejujuran dari pengunjung karena tidak semua toilet terdapat
penjaganya.
6. Mushola
Youth Camp juga memiliki mushola sederhana yang bisa digunakan
pengunjung yang beragama islam untuk melakukan ibadah sholat. Mushola ini
berada diantara kantor Youth Camp dan Pasar Tahura. Di mushola ini juga
disediakan beberapa mukenah, sajadah, kain sarung dan Al-Quran. Selain itu,
mushola Youth Camp juga dilengkapi tempat wudhu didepannya. Meskipun
kurang terawat, namun tempat wudhu ini masih layak digunakan. Hal yang
sangat disayangkan karena beberapa kali peneliti mendatangi mushola Youth
Camp, ada waktu-waktu mushola ini terlihat kotor karena dedaunan, debu dan
tanah dilantai mushola (walaupun tidak selalu demikian). Hal ini sangat kurang
pantas karena mushola merupakan tempat beribadah dan diharuskan selalu
bersih. Kemungkinan ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kebersihan di
Youth Camp dan kurangnnya kesadaran pengunjung untuk menjaga mushola
ini agar tetap bersih dan layak digunakan untuk tempat beribadah.
7. Lapangan parkir
Lapangan parkir yang ada sekarang merupakan lapangan yang baru dibangun
oleh pihak tahura. Lapangan parkir ini berada didekat pintu masuk tahura dan
dipisahkan oleh sungai kecil dengan kawasan wisata Youth Camp. Pengunjung
perorangan dan keluarga dikenakan biaya Rp.2000/motor dan Rp.3000/mobil.
Sedangkan utuk pengunjung yang statusnya rombongan dan membawa banyak
71
kendaraan, bisa melakukan lobby saat membooking tempat agar mendapat
harga yang lebih murah.
8. Kantor Youth Camp
Bangunan yang saat ini dijadikan sebagai kantor Youth Camp dulunya
merupakan gedung yang digunakan sebagai toko cinderamata, sehingga
terdapat beberapa ruangan untuk digunakan oleh pedagang berjualan oleh-oleh
yang menjadi ciri khas Youth Camp dan Lampung. Namun karena tidak
berjalan lancar, akhirnya gedung tersebut dialih fungsikan menjadi kantor
Youth Camp dan tempat tinggal keluarga Bapak Isadi selaku petugas Youth
Camp.
Selain beberapa sarana dan prasarana yang telah dijabarkan sebelumnya
terdapat beberapa fasilitas seperti saung, penunjunk arah, jalan-jalan setapak
yang telah dipaving hingga ke air terjun, air mancur, tapak kemah, taman dan
sungai yang melengkapi Youth Camp dan memberi nilai lebih dibandingkan
wisata lain yang serupa. Fasilitas ini dibangun oleh pihak tahura bertujuan
untuk kepuasan pengunjungnya sehingga lebih nyaman ketika menghabiskan
waktunya di Youth Camp. Untuk lebih jelasnya, gambaran tata letak sarana dan
prasaran di Youth Camp disajikan pada Gambar 7
72
Gambar 7. Tata letak Youth Camp di Tahura WAR
Keterangan:
A :Pos masuk I : Musholla Q : Lahan Kemah
B : Parkir Mobil J : Tempat wudhu R : Air terjun TK 1
C : Parkir Motor K : Toilet S : Air terjun TK 2
D : Lahan flora L : Kolam air mancur T : Air terjun TK 3
E : Aula Youth Camp M : Gazebo U : Air terjun TK 4
F : Kantin N : Lahan Pasar Tahura V : Air terjun TK 5
G : Rumah dinas staf O : Toilet & tempat bilas W : Air terjun TK 6
H : Kantor Youth Camp P : Gladiator X : Air terjun TK 7
: Gerbang/Pintu masuk
A
B
D
C
E
F
G
H
I
J
K P
R
S
T
U
V W
X
L
N
M
O
Q
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan tentang analisis dampak ekonomi kegiatan
wisata Youth Camp di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah sebagai
berikut:
1. Pengunjung wisata Youth Camp mayoritas berada pada rentang umur 17 hingga
25 tahun yang berasal dari sekitar Hurun dan Provinsi Lampung dengan
pendidikan terakhir SMA/sederajat dan masih bertatus sebagai mahasiswa
ataupun sudah bekerja sebagai pegawai swasta. Pendapatan pengunjung
sebagian besar > Rp 1.000.000,00. Jika dilihat dari karakteristik pengunjung
dalam berwisata, frekuensi kunjungan responden sebagian kurang dari 2 kali
dan pengunjung dapat informasi dari teman dan datang dengan kelompok kecil
dengan tujuan rekreasi.
Tenaga kerja di Youth Camp hampir seimbang antara perempuan dan laki-
laki dan sebagian besar masih remaja akhir dengan tingkat pendidikan
terakhir SMP/sederajat. Sebagian besar tenaga kerja bekerja > 7 -10 jam per
hari dengan pendapatan < Rp 500.000,00. Mayoritas tenaga kerja memiliki
pengalaman kerja kurang dari 5 tahun. Untuk karakteristik responden unit
usaha, mayoritas adalah perempuan dengan pendidikan terakhir hampir
116
sama banyak SD dengan SMA/sederajat. Unit usaha memiliki pendapatan
yang beragam dan sebagain besar adalah unit usaha di Pasar Tahura.
Sebagain besar unit usaha merupakan unit usaha baru yang memulai usaha
dibawah 5 tahun.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan di Youth Camp
secara signifikan adalah jarak tempuh, lama mengetahui keberadaan objek
wisata dan umur. Sedangkan biaya perjalanan, jumlah pendapatan, jumlah
tanggungan dan akses ke lokasi wisata berpengaruh tidak signifikan.
3. Wisata Youth Camp memberi dampak langsung sebesar Rp 9.506.000,00
per bulan, dampak tidak langsung sebesar Rp 16.123.636,36 per bulan dan
dampak lanjutan sebesar Rp10.791.312,53 per bulan. Wisata ini memberi
dampak terhadap masyarakat sekitar dilihat dari nilai Keynesian Income
Multiplier yaitu sebesar 5,33, nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar
2,70 dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 3,83.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah untuk penelitian
selanjutnya yaitu dapat melakukan analisis mengenai strategi pengembangan di
Youth Camp karena masih banyak potensi yang belum dikelola dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, A.A dan A. Dritasto. 2013. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari
terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Reka Loka (Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional), xx(x): 1-8.
Anisah dan Riswandi. 2015. Pantai Lampuuk dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan kebijakan Publik, 2 (2): 69-
82.
Arjana, I.G.B. 2011. Geografik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rajawali Pers.
Jakarta.
Aryunda, H. 2011. Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata
Kepulauan Seribu. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 22 (1) : 1-16.
Budiarti, N. 2013. Nilai dan Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata
Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. IPB Bogor.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Kategori Usia. http://kategori-umur-menurut-
Depkes.html. Diakses pada 7 Maret 2019.
Desatria, L., Fachrina dan F. Yasin. 2013. Dampak Sosial Ekonomi Objek Wisata
The Unique Park Waterboom di Kota Sawahlunto. Journal Ilmu Sosial
Mamangan, 2(2): 82-91.
Febrina, R.P., Suharyono, dan M.G.W. Endang. 2017. Dampak Pengembangan
Objek Wisata Ndayung Rafting terhadap Sosial Budaya dan Ekonomi
Masyarakat. Jurnal Administrasi Bisnis, 45 (1): 179-187.
Fitriana, V., Z. Abidin, Z., dan T. Endaryanto.2017. Estimasi Permintaan dan
Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta Utara. JIIA, 5(3):
267-274. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/139.
Diakses pada tanggal 05 Januari 2018
Fitriani, A dan N. Hidayah. 2012. Kepekaan Humor dengan Depresi pada Remaja
Ditinjau dari Jenis Kelamin. Humanitas, 9 (1) : 76-89.
118
Gjorgievski, Mijalce, A. Milenkovski, dan D. Nakovski. 2017. The Impact of
Tourism in Economic Sustainability of Protected Areas. UTMS Journal of
Economics, 8 (3): 209–217
Gujarati, D.N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta.
Ikhsan, M. 2017. Multiplier Effect Industri Pariwisata Candi Muara Takus
terhadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan XII Koto Kampar
Kabupaten Kampar. JOM Fekon, 4(1) : 689-700.
Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
Kementerian Kehutanan. 2012. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan di
Bidang Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya: Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Buku. Dirjen PHKA BKSDA
Lampung. Lampung.
Malantino, Raja Andrea. 2013. Analisis Dampak Ekonomi Obyek Wisata
terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh (Tnbt) Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Ekonomi, 1-17.
Manuel, E. 2013. Perkasa Trip: Bandar Lampung. https://www.cerita
dimulai.com/2013/10/perkasa-trip-bandar-lampung-part-2.html. Diakses
pada 07 Agustus 2018.
Ma’aruf, A. 2014. Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian
Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS Kabupaten Bogor . Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Bogor.
Melati, R. 2019. Transformasi Data. https://www.academia.edu/people/search?
utf8=%E2%9C%93&q=transformasi+data. Diakses pada 7 April 2019.
Milasari. 2009. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam Tirta Sanita.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Bogor.
Muhaimin, A.F.2016. Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Wisata
Alam Situ Udik Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB
Bogor.
Mutty, D. 2015.Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus:
Floating Market Lembang, Bandung). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB Bogor.
Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas). 2017. Kontribusi Sektor
Pariwisata terhadap PDB Indonesia Tahun 2017. https://www.bps.go.id
/publication/download.html. Diakses pada Diakses pada tanggal 14 Juli
2019.
119
Nurfiana, Evy. 2013. Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan
Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi. Fakultas
Ekonmi dan Manajemen. IPB Bogor.
Pertiwi. I.Y. 2014. Analisis Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Wisata
Goa Pawon di Kawasan Karst Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Bogor.
Putro, P. 2007. Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman Lampung.
ITTO National Workshop Proceedings. Bogor, 9 Mei 2017: 66-77.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/65609/7/4.%20Prianto
%20Putro.pdf. Diakses pada 27 Oktober 2017.
Ramos, H., M. J.C Stoddart, dan D. Chafe. 2016. Assessing the Tangible and
Intangible Benefits of Tourism: Perceptions of Economic, Social, and
Cultural Impacts in Labrador’s Battle Harbour Historic District. Island
Studies Journal, 11(1) : 209-226.
Ruslan, R. 2008. Manajemen Publik Relation dan Media Komunikasi. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Setiawan, E. 2013. Dampak Ekonomi Ekowisata Keberadaan Taman Wisata Alam
Gunung Tangkuban Perahu terhadap Industri Pariwisata dan Masyarakat
sekitar. Citarum Watershed Management dan Biodiversity Conservation.
Bandung.
SPSS Indonesia, 2014. Uji Asumsi Klasik.
www.spssindonesia.com/search/label/UjiAsumsiKlasik?m=1. Diakses pada
2 April 2019.
Suardana, I.W., dan N.G.A.S. Dewi. 2015. Dampak Pariwisata terhadap Mata
Pencaharian Masyarakat Pesisir Karangasem:Pendekatan Pro Poor Tourism.
Piramida, 11(2): 76-87.
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Utami, B.S. 2016. Analisis Dampal Ekonomi Wisata Alam Sentul Paradise Park
terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB Bogor.
Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah, Gromang F. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam
Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
120
Winarno, G.D., T. Sunarminto, dan R. Avenzora. Evaluasi Potensi Ekowisata di
Tahura Wan Abdul Rachman Propinsi Lampung. Media Konservasi, 16(2):
65-72.
Wolok, E. 2016. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus terhadap
Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan, 5 (2): 136-142.
Yoeti, O. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi, dan Implementasi. PT.
Kompas Media Nusantara. Jakarta.