22
- Analisis dan Pembahasan Uji Statistik Dalam bagian analisis, penelitian akan menjelaskan hasil pengujian secara statistic dimana variable bebas mempengaruhi variable terkait baik secara persialmaupun secara simultan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan Random Effect Methode (REM) . Random Effect Method (REM) dipilih karena terdapat beberapa alas an yang menguatkan untuk dipilihnya Random Effect Method (REM) dibandingkan dengan Common Effect Method (CEM) dan Fixed Effect Method (FEM). Dari uji pemilihan metode apakah yang lebih tepat digunakan dalam estimasi regresi selanjutnya akan dijelaskan hasil uji signifikansi yaitu uji t (pengujian secara persial) dan uji F (pengujian secara simultan). 1. Uji F Uji F statistic disini merupakan uji perbedaan 2 regresi menggunakan uji Chow.n uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variable dummy, dengan melihat residual sum of squared atau RSS. Adapun uji F statistic adalah sebagai berikut: F= ( 386,757495,08451)/ 10 95,0845 / 110 =33,742297 Nilai statistic F kritis diperoleh angka sebesar 33,742297 dengan numerator 10 dan denumerator 110 pada α1% sebesar 18,4753. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, dengan asumsi bahwa koefisien intersep dan skope adalah sama tidak berlaku. Sehingga model panel data yang tepat untuk etimasi data panel adalah Fixed Effect Method (FEM) daripada Coomon Effect Method (CEM); 2. Uji Lagrange Multiplier (LM) Uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh Breuschpagan pada dasarnya digunakan untuk menentukan metode yang tepat dan efisien untuk estimasi data panel. Metode

Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekonomi

Citation preview

Page 1: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

- Analisis dan Pembahasan Uji Statistik

Dalam bagian analisis, penelitian akan menjelaskan hasil pengujian secara statistic dimana variable bebas mempengaruhi variable terkait baik secara persialmaupun secara simultan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan Random Effect Methode (REM) . Random Effect Method (REM) dipilih karena terdapat beberapa alas an yang menguatkan untuk dipilihnya Random Effect Method (REM) dibandingkan dengan Common Effect Method (CEM) dan Fixed Effect Method (FEM). Dari uji pemilihan metode apakah yang lebih tepat digunakan dalam estimasi regresi selanjutnya akan dijelaskan hasil uji signifikansi yaitu uji t (pengujian secara persial) dan uji F (pengujian secara simultan).

1. Uji FUji F statistic disini merupakan uji perbedaan 2 regresi menggunakan uji Chow.n uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variable dummy, dengan melihat residual sum of squared atau RSS. Adapun uji F statistic adalah sebagai berikut:

F=(386,7574−95,08451)/10

95,0845/110=33,742297

Nilai statistic F kritis diperoleh angka sebesar 33,742297 dengan numerator 10 dan denumerator 110 pada α1% sebesar 18,4753. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, dengan asumsi bahwa koefisien intersep dan skope adalah sama tidak berlaku. Sehingga model panel data yang tepat untuk etimasi data panel adalah Fixed Effect Method (FEM) daripada Coomon Effect Method (CEM);

2. Uji Lagrange Multiplier (LM)Uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh Breuschpagan pada dasarnya digunakan untuk menentukan metode yang tepat dan efisien untuk estimasi data panel. Metode tersebut adalah Coomon Effect Method (CEM) dan Random Effect Method (REM). Uji ini juga didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of freedom sebesar jumlah dari variable independen.

LM=132(13)2(13−1) [ 299977617750,13

−1]2

=2018016

Dari hasil uji Lagrange Multiplier (LM) dengan menggunakan nilai statistic chi-square diperoleh angka sebesar 2018016. Sedangkan nilai kritis tabel distribusi chi-square dengan degree of freedom sebesar 7 dan pada α=1% sebesar 18,4753. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesisi nol ditolak, sehingga metode yang paling tepat untuk estimasi data panel adalah metode Random Effect Method (REM) daripada Common Effect Method(CEM).

3. Uji Hausman

Page 2: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

Uji Hasuman pada dasarnya digunakan untuk menentukan metode apa yang paling efisien antara Fixed Effect Method (FEM) dan Random Effect Method (REM) dalam mengestimasi model persamaan regresi. Dengan catatan FEM dan REM dinilai lebih efisien daripada Common Effect Method (CEM). Uji Hausman ini adalah salah satu dari bentuk chi-square tes yang dilakukan berdasarkan bentuk kuadrat dari selisih antara konsisten estimator dan efisien estimator. Pada odel analisis data panel dengan efek tetap diperoleh estimator yang konsisten, sedangkan pada model analisis data panel dengan efek random diperoleh estimator yang efisien. Oleh karena itu, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah efek individu berkorelasi atau tidak terhadap variable bebas.Menurut Nachrow (2006), terdapat jalan tengah yang telah dibuktikan secara matematis untuk mengetahui metode apa yang sesuai dengan mengestimasi model persamaan regresi.1. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil

dibandingkan jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan Fixed Effect Method (FEM).T > N gunakan FEM

2. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil dibandingkan jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan Random Effect Method (REM)T < N digunakan REMTetapi jika ingin lebih memastikan metode apa yang sesuai untuk mengestimasi model persamaan regresi pada penelitian ini dapat digunakan uji Hasuman dengan menggunakan nilai statistic chi-square

TEST SUMMARY CHI-SQ.STATISTIC

CHI-SQ.D.F. PROB.

Cross – section random

116,184538 7 0,0000

Dari hasil uji Hasuman dengan menggunakan nilai statistic chi-square diketahui bahwa nilai statistiknya menunjukkan angka sebesar 116,184538. Nilai tersebut lebih besar dari nilai chi-square yang sebesar 18,4753. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dengan menggunakan Random Effect Methode (REM) diterima, sehingga metode Random Effect Methode (REM) adalah lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.

3. Uji Regresi Data PanelBerdasarkan hasil uji Lagrange Multipler (LM) dan Uji Hausman, diperoleh bahwa metode Random Effect Method (REM) merupakan metode yang paling efisien dalam estimasi persamaan regresi penelitian ini. Oleh karena

Page 3: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

itu, selanjutnya pengujian regresi akan digunakan metode Random Effect Method (REM). Berikut merupakan hasil uji regresi dengan metode Random Effect Method (REM).

VARIABEL KOEFISIEN T-STATISTIK

PROBABLITIAS KEPUTUSAN

C -8,044863 -9

Berdasarkan hasil regresi pada tabel diatas, menggambarkan tentang uji signifikansi dimana variable bebas (independent variable) yaitu RERij, GDPi, GDPj, POPi, POPj, DISij, OPIi, OPij dan Colij mempengaruhi variable terikat (dependent variable) yaitu total impor antar Negara ASEAN-8 dna mitra dagang, baik secara persial maupun secara simultan. Dari hasil uji signifikansi simultan diperoleh nilai probablitias Fstart sebesar 0,000000 dimana hasil tersebut adalah lebih kecil dari significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% hasil uji ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dimana semua variable bebasnya (independent variable) secara bersama – sama mempengaruhi variable terikatnya (dependent variable) yaitu total impor antarnegara ASEAN-8 dan mitra dagang. Selain itu, juga didapat nilai R2 sebesar 0,6055452. Nilai tersebut menunjukan bahwa variable bebasnya (independent variable) mampu menjelaskan variable terikatnya (dependent variable) sebesar 60% dan sisanya dijelaskan oleh variable lain yang tidak termasuk dalam model.Sedangkan untuk uji signifikansi secara parsial berdasarkan tabel tersebut menunjukkan tingkat signifikansi masing – masing variable bebas (independent variable) dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% hasil tersebut menjelaskan bahwa semua variable bebas (independent variable) yaitu nilai tukar riil Negara importer dan eksportir, GDP Negara importer, GDP Negara eksportir, populasi Negara importer, populasi Negara eksportir, jarak antarnegara importer dan eksportir, indeks keterbukaan Negara importer, indeks keterbukaan Negara ekportir dan dummy coloni Negara importer dan eksportir berpengaruh secara signifikan terdapat total impor antar Negara ASEAN-8 dan mitra dagang dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1%.Variable bebas (independent variable) yang pertama yang berpengaruh secara siginifikan terdapat variable terkait (dependent variable) adalah RERij atau Real Exchange rate Negara importer maupun eksportir. RERij mencerminkan harga relative dari barang – barang kedua Negara yang melakukan perdagangan. Dimana jika nilai tukar terapresiasi maka akan meningkatkan konsumsi dalam Negara importer dan melakukan perdagangan dengan Negara eksportir. RERij dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien

Page 4: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

yang positif dan berpengaruh signifikan terdapat total impor. Hal ini berarti secara statistic peningkatan RER Negara impor maupun eksportir sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan total impor (TRIMPij) sebesar 0,083646%, dimana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.Selanjutnya adalah GDPi (GDP Negara importer). GDP Negara importer menunjukan bahwa kemampuan Negara tersebut dalam menyerap barang dan jasa juga relative dan berpengaruh signifikan terhadap total impor. Hal ini berarti secara statistic peningkatan GDP Negara importer (GDPi) sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan total impor (TRIMPij) sebesar 0,471996% dimana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.GDPj atau GDP Negara eksportir. GDPi mencerminkan ukuran ekonomi suatu Negara. Semakin besar tingkat GDP yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin besar kapasitas produksi yang dihasilkan. Selain itu, GDPj mengindikasikan bahwa kemampuan negara tersebut untuk memproduksi barang dan jasa juga relative tinggi. GDPj dalam penelitian ini mempunyai nilai koefisien yang positif dan berpengaruh siginifikan terhadap total impor. Hal ini berarti secara statistic peningkatan GDP negara ekportir (GDPij) sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan total impor (TRIMPij) sebesar 0,663106% dimana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.Variable POPi sebagai proksi total populasi penduduk negara importer memiliki nilai koefisien yang bernilai positif dan signifikan terhadap total impor, yang berarti bahwa secara statistic pertumbuhan total populasi penduduk negara importer mempunyai pengaruh yang positif terhadap total impor. Setiap peningkatan total populasi penduduk negara ekportir sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan total impor sebesar 0,559349% dimana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.Variable POPj sebagai proksi total populasi penduduk negara ekportir memiliki nilai koefisien yang bernilai positif dan signifikan terhadap total impor, yang berarti bahwa secara statistic pertumbuhan total populasi penduduk negara eksportir mempunyai pengaruh yang positif terhadap total impor. Setiap peningkatan total populasi penduduk negara eksportir sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan total impor sebesar 0,387806% dimana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.DISij merupkan proksi dari jarak antarnegara importer dan eksportir. Jarak memiliki pengaruh terhadap proses perdagangan antarnegara. Semakin jauh jarak antarnegara maka total impor yang terjadi antarnegara tersebut semakin kecil. Oleh karena itu, jarak mempunyai nilai koefisien yang negatif dan berpengaruh signifikan terhadap total impor. Hal ini berarti secara statistic penambahan jarak antar negara eksportir dan importer sebesar 1%

Page 5: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

akan menyebabkan penurunan total impor (TRIMPij) sebesar -0,731162% dimana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.Variable OPIi sebagai proksi nilai indeks keterbukaan negara importer memiliki nilai koefisien yang bernilai positif dan signifikan terhadap total impor, yang berarti bahwa secara statistic peningkatan nilai indeks keterbukaan negara impor mempunyai pengaruh yang positif terhadap total impor. Setiap peningkatan nilai indeks keterbukaan negara impor sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan terhadap total impor sebesar 0,19774% di mana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.Variable PIj sebagai proksi nilai indeks keterbukaan negara eksportir memiliki nilai koefisian yang bernilai positif dan signifikan terhadap total impor, yang berarti bahwa secara statistic peningkatan nilai indeks keterbukaan negara eksportir mempunyai pengaruh yang positif terhadap total impor. Setiap peningkatan nilai indeks keterbukaan negara eksportir sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan total impor sebesar 0,402969% di mana factor yang lain adalah bersifat tetap atau ceteris paribus.Variable Colij merupakan proksi dari colonializer atau kesamaan negara panejajah antar impor dengan eksportir. Adanya kesamaan negara penjajah menyebabkan total impor yang terjadi antarnegara importer dan eksportir relative lebih sering dilakukan. Jika negara importer dan eksportir memiliki kesamaan negara penjajah maka semakin erat hubungan perdagangan antar negara tersebut. Oleh karena itu, kesamaan negara penjajah antar impor dengan eksportir (Colij) mempunyai nilai koefisien yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap total impor. Berdasarkan hasil uji regresi data panel yang telah dijelaskan sebelumnya dan mengacu pada penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan sesuai dengan bukti empiris hasil uji regresinya.Hasilnya adalah sebagai berikut:H1: terdapat hubungan positif antara GDP negara pengimpor terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang)H2: terdapat hubungan positif antara GDP negara pengekspor terhadap total impor di 11 Negara (ASEAN – 8 dan migra dagang)H3: terdapat hubungan positif antara nilai tukar riil (bnegara pengimpor dan pengekspor) terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang)H4: terdapat hubungan positif antara populasi negara pengimpor terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang)H5: terdapat hubungan positif antara populasi negara pengekspor terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang)

Page 6: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

H6: terdapat hubungan negative antara jarak anternegara (negara pengimpor dan pengekspor) terhadap total impor di 11 negara (ASEAN – 8 dan mitra dagang)H7: terdapat hubungan positif antara indeks keterbukaan ekonomi negara pengimpor terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang)H8: terdapat hubungan positif antara indeks keterbukaan ekonomi negara pengekspor terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang)H9: terdapat hubungan positif antara kesamaan koloni (antar negara pengimpor dan pengekspor) terhadap total impor di 11 negara (ASEAN-8 dan mitra dagang).

4. Uji asumsi klasikBerdasarkan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini yaitu data panel (pengabungan data cross-section dan time series) dengan spesifik jumlah data/ observasi yang banyak menyebabkan adanya kemungkinan terjadi distribusi normal dalam data panel, sehingga tidak diperlukan uji normalitas. Sedangkan uji multikolinearitas dan autokorelasi juga sangat minim terjadi karena dengan adanya jumlah observasi data yang banyak menyebabkan hamper tidak ada hubungan antar variable error (multikolinearitas dan autokorelasi).

o Uji Heteroskadastisitas

Dengan adanya heteroskadasitias perkiraan parameter berdasarkan OLS masih tidak bias dan konsisten namun tidak efisin, dengan kata lain mempunyai varian. Sehingga lebih lanjut perkiraan varian parameter akan bias serta menyebabkan pengujian hipotesis tentang parameter tidak tepat dan interval keyakinan menjadi bias (biased confidence interval). Menurut Gujarati (2003), terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskiedasititas yaitu:1. Memahami sifat dasar masalah. Seringkali sifat dasar masalah yang

sedang dipelajari menyarankan apakah heteroskedasititas dijumpai atau tidak.

2. Metode grafik. Dilakukan jika tidak ada informasi apriori/ empiris mengenai sifat heteroskedetisitas.

3. Uji white. Uji ini dilakukan dengan mengestimasi persamaan model yang akan diperoleh, sehingga diketahui n.R2 = X2hitung. Kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan X2tabel, dengan pedoman sebagai berikut:Jika n.R2 > Xxtabel, maka hipotesis yang menyatakan ada masalah heterokesdatisitas dalam model empiris diterima.

Page 7: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

Jika n.R2 < Xxtabel, maka hipotesis yang menyatakan ada masalah heterokesdatisitas dalam model empiris ditolak.

R-squared 0,605452

Prob(F-statistic) 0,000000Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan uji white, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang mengatakan ada masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan nilai (n.R2=X2hitung)=9 x 0,605452 = 5,5449068 jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan X2tabel dengan tingkat kepercayaan (α=1% = 18,4753). Dengan demikian, hasil estimasi dengan menggunakan uji white menyatakan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedasitasi dalam model empiris yang digunakan

4. Implikasi Penelitiano Pengaruh Nilai Tukar Riil (RER) Negara Pengimpor dan Pengekspor

terhadap Total Impor dengan Mitra Dagangnya

Berdasarkan uji statistic data panel, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh positif RER importer dan eksportir terhadap total impord dengan mitra dagangnya. Dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,83646. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika RER terapresiasi 1% maka akan meningkatkan total impor sebesar 0,083646%. RER negara pengimpor dan negara pengekspor memiliki pengaruh yang positif terhadap total impor negara Anggota ASEAN-8 dengan mitra dagangnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Zarzoso (2010), gundogdu (2009) dan Rahman (2006). RER negara pengimpor maupun pengekspor dalam perdagangan mencerminkan tingkat daya beli masyarakat di negara pengimpor terhadap negara pengekspor. Jika nilai mata uang dinegara pengimpor terapresiasi maka negara pengimpor akan meningkatkan permintaan produk dari negara pengekspor. Sebaliknya, jika mata uang negara pengimpor mengelamai depresiasi maka permintaan akan mengalami penurunan.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 mengenai kurva J (J-curve) bahwa jika terjadi depresiasi nilai tukar riil pada suatu negara maka berdampak buruk bagi

Page 8: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

neraca perdagangan dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang akan membaik jika kondisi Marshal – Lenner terpenuhi. Kondisi Marshal – Lenner yang dimaksud adalah keadaan dimana jika suatu negara mengalami depresiasi nilai tukar domestinya dan ketika itu kondisi neraca perdagangan seimbang. Maka kondisi Marshal – Lenner menyatakan bahwa elastisitas dari masing – masing impor dan ekspor kurang dari satu (ilastis) maka peningkatan impor akan lebih kecil dibandingkan peningkatan ekspor.

Selain nilai tukar terdapat factor lain yang mempengaruhi kondisi neraca perdagangan suatu negara. Misalnya saja jika suatu negara mengalami depresi pada mata uang domestiknya, maka sesuai dengan teori impor dari negara tersebut akan menurun, sebaliknya dengan ekspor yang akan meningkat. Namun tidak berlaku jika negara tersebut memiliki nilai elastisitas permintaan impor sama dengan nol, maka perubahan nilai tukar (depresiasi) tidak mempengaruhi daya beli negara tersebut dalam melakukan permintaan impor terhadap negara pengekspor. Untuk mengatasi hal itu maka dalam asumsi Marshall – Lenner menyatakan bahwa perlu dilakukan peningkatan ekspor yang lebih besar dari persentase perubahan nilai tukar (depresiasi)

Dalam perdagangan ASEAN-8 dengan mitra dagagnnya, variable nilai tukar riil dalam perdagangan bilateral membantu masing – masing negara dalam melihat nilai tukar domestic pengimpor terhadap nilai tukar pengekspor. Sehingga jika terjadi apresiasi nilai tukar domestic pengimpor terhadap nilai tukar pengekspor maka negara pengimpor lebih diuntungkan jika melakukan impor barang dari negara pengekspor. Begitu pula sebaliknya jika terjadi depresiasi nilai tukar domestic pengimpor terhadap nilai tukar pengekspor maka negara pengimpor akan merugi jika tetap melakukan perdagangan impor dengan jumlah tetap.

o Pengaruh GDP Negar a Pengimpor terhadap Total Impor dengan Mitra

Dagangnya

GDP negara pengimpor terhadap total impor dengan mitra dagagnnya. Pengaruhnya positif dengan signifikan level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,471996. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika GDP negara pengimpor meningkat sebanyak 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan total impor dengan mitra dagagnnya adalah sebesar 0,471996%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika GDP negara pengimpor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagagnnya mengalami kenaikan sebesar 0,471996%. Demikian pula sebaliknya. Jika GDP negara pengimpor mengalami penurunan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagagnnya mengalami penurunan sebesar 0,471996%.

Page 9: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

GDP negara pengimpor mempunyai pengaruh yang positif terhadap total impor negara anggota ASEAN-8 dengan mitra dagangnya. Hari ini sesuai denga penelitian yang pernah dilakukan oleh Saloaga dan winter (200), Rose(2003), Sokchea (2006), dan Gundogdu (2009). GDP dari negara pengimpor mencerminkan kapasitas absorbs negara tersebut. Hal ini berarti semakin besar GDP yang dimiliki negara pengimpor maka semakin besar pula kapasitas absorbs yang dimiliki negara tersebut. Kapasitas absorbs yang besar memungkinkan negara tersebut menyerap barang dan jasa yang tidak bias dihasilkan didalam negeri. Kadang suatu negara lebih memilih untuk membeli barang dari luar daripada memproduksi sendiri di dalam negari. Hal ini dikarenkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri di dalam negeri lebih mahal daripada menyerap dari luar negeri. Selain itu, masih ada factor lain yang mempengaruhi, misalnya Karena factor sumber daya alam yang tidak tersedia di dalam negeri. Sumber daya alam yang tidak tersedia di dalam negeri memungkinkan negara tersebut membeli bahan dasar untuk kemudian diolah menjadi barang bernilai tinggi di dalam negeri. Tetapi sebaliknya, ketika sumber daya alam tersedia dalam jumlah lebih di negera tersebut maka akan memungkinkan negara ersebut cenderung untuk mengekspor daripada mengimpor (absorb). Untuk itu, ketika suatu negara ingin meningkatkan perdagangannya dengan mitra dagagnnya, maka negara tersebut harus meningkatkan GDP-nya pula. GDP yang tinggi bagi negara pengimpor akan membentuk kekuatan untuk menyerap barang dari mitra dagangnya sehingga total impor dari negara pengimpor juga akan meningkat secara signifikan.

Di samping GDP yang tinggi, kondisi perekonomian global juga turut menentukan kondisi perdagangan negara pengimpor. Hal in disebabkan karena jika terjadi resesi (krisis ekonomi) di suatu negara kemungkinan kondisi melebahnya perekonomian tersebut akan menular ke negara tetangga. Apabila negara yang terkena krisis tersebut merupakan mitra dagang negara pengimpor maka kemungkinan perekomian negara pengeimpor juga ikut terpengaruh,

Dalam konteks perdagangan, ASEAN-8, Amerika serikat, Jepang, Jerman dan Inggris dan sebagai negara pengimpor yang melakukan perdagangan dengan mitra dagagnnya, di wilayah ASIA Tenggara juga mempunyai kapasitas absorbs yang tinggi seiring dengan meningkatknya GDP. Di antara ASEAN-8, Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Inggris negara yang mempunyai GDP relative tinggi adalah Amerika Serikat. Dengan GDP yang tinggi tersebut, kapasitas absorbs Amerika Serikat terhadap barang dan jasa dari negara mitra juga relative tinggi.

o Pengaruh GDP Negara Pengekspor terhadap Total Impor dengan Mitra

Dagangnya

Page 10: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

GDP negara pengekspor terhadap total impor dengan mitra dagangnya. Pengaruhnya positif dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,663106. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika GDP negara pengimpor meningkat sebanyak 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan total impor dengan mitra dagangnya adalah sebesar 0,663106%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika GDP negara pengimpor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara engimpor dengan mitra dagagnnya mengalami kenaikan sebesar 0,663106%. Demikian pula sebaliknya. Jika GDP negara pengimpor mengalami penurunan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami penurunan sebesar 0,663106%.

GDP negara pengekspor mempunyai pengaruh yang positif terhadap total impor negara anggota ASEAN-8 dengan mitra dagangnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahman (2006), Hapsari dkk (2004). GDP dari negara pengekspor mencerminkan kapasitas produksi negara tersebut. Hal ini berarti semakin besar GDP yang dimiliki negara pengekspor maka semakin besar pula kapasitas produksi yang dimiliki negara tersebut. Kapasitas produksi yang besar memungkinkan negara tersebut memproduksi barang dan jasa yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga kebutuhan luar negeri dalam artian mampu untuk memproduksi barang dengan jumlah banyak untuk kemudian diekspor. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk meningkatkan total perdagangan maka suatu negara harus meningkatkan GDP- nya. Selain itu, perekonomian global yang stabil juga harus menjadi factor ekternal yang penting bagi kelangsungan negara pengekspor dalam meningkatkan total perdagangannya.

o Pengaruh Populasi Negara Pengimpor terhadap Total Impor dengan Mitra

Dagagnnya.

Populasi merupakan cerminan dari besarnya kebutuhan dalam negeri untuk melakukan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Dalam hasil uji data panel ditemukan hasil yang positif. Populasi negara pengimpor terhadap total impor dengan mitra dagagnnya. Dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,559349. Dari hasil tersebut dapat disimpuklan bahwa jika populasi negara pengimpor meningkat sebanyak 1% maka pengaruh terhadap perubahan total impor dengan mitra dagagnnya adalah sebesar 0,559349%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika populasi negara pengimpor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagagnnya mengalami kenaikan sebesar 0,559349%. Demikian pula sebaliknya. Jika populasi negara pengimpor mengalami penurunan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan

Page 11: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

oleh negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami penurunan sebesar 0,559349%,

Populasi negara pengimpor merupakan hal yang berpengaruh positif karena seperti yang telah dijelaskan penelitian terdahulu oleh Ikemoto (2004), Zarzoso (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar populasi penduduk negara pengimpor maka kebutuhan negara akan besar dan dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negerinya tersebut dibutuhkan perdagangan dengan negara yang memiliki kelimpahan produk.

Tanda positif menunjukan bahwa ukuran negara secara langsung berkaitan dengan perdagangan negara yang memiliki populasi besar berkapasitas lebih besar untuk menyerap imporj lebih besar dari negara yang memiliki populasi lebih kecil. Hal ini mengakibatkan tidak merata distrubusi benerifts point integrasi biaya dan dukuangan negara – negara yang akan industrialisasi lebih cepat lebih besar.

o Pengaruh Populasi Negara Pengekspor terhadap Total Impor dengan Mitra

Dagangnya

Populasi negara pengtekspor terhadap total impor dengan mitra dagagnnya. Pengaruhnya positif dengan significfant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,387806. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika populasi negara pengekspor meningkat sebanyak 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan total impor dengan mitra dagangnya adalah sebesar 0,387806%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika populasi negara pengekspor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengekspor dengan mitra dagangnya mengalami kenaikan sebesar 0,387806%. Demikian pula sebaliknya, jika populasi negara pengekspor mengalami penurunan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengekspor dengan mitra dagangnya mengalami penurunan sebesar 0,387806%.

Populasi negara pengekspor merupkan hal yang berpengaruh positif hal ini telah diteliti oleh peneliti terdahulu yaitu, subhani dkk (2010), Sattayanuwat (2011), ZArzoso (2003). Sesuai dengan hasil uji data panel diatas populasi negara pengekspor bepengaruh positif terhadap total impor karena besar populasi negara pegnekspor membantu negara untuk mengolah sumber daya alamnya, sehingga negara mengalmi kelebihan produk atau untuk menyeimbangkan neraca perdagangannya. Namun pada dasarnya suatu negara tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya sehingga melakukan perdagangan dengan negara lain.

Page 12: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

Implikasi ekonomi dari populasi negara pengekspor lebih difokuskan pada pengembangan sumber daya manusianya, dimana negara memfasilitasi masyarakat untuk pendidikan. Sehingga akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang lebih baik dan mampu meningkatkan produksi untuk mengekspor lebih banyak. Implikasi ekonomi dari populasi adalah meningkatnya total produksi/GDP negara. Efeknya, peningkatan terhadap factor sumber daya manusia yang berkelanjutan yang menyebabkan pergeseran yang terus berlangsung bagi keunggulan komparatif negara tersebut, karena dengan adanya sumber daya manusia yang bagus dapat mendorong terciptanya produk – produk baru.

o Pengaruh Jarak Negara Penekspor dengan Negara Pengimpor terhadap

Total Impor dengan Mitra Dagangnya

Jarak merupakan cerminan dari biaya transportasi yang harus ditanggung negara pengekspor dan negara pengimpor dalam melakukan perdagangan. Dari hasil uji statistic data panel, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh negative jarak negara pengekspor dan negara pengimpor terhadap total perdagangan dengan mitra dagagnnya. Dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,731162. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika jarak negara pengekspor dan negara pengimpor meningkat sebanyak 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan total perdagangan dengan mitra dagangnya adalah sebesar -0,731162%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika jarak negara pengekspor dan negara pengimpor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total perdagangan yang dilakukan oleh negara pengekspor dan negara pengimpor dengan mitra dagagnnya mengalami penurunan sebesar -0,731162%. Demikian pula sebaliknya, jika jarak negara pengekspor dan negara pengimpor mengalami penurunan sebesar 1% maka total perdagangan yang dilakukan oleh negara pengekspor dan negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami kenaikan sebesar 0,731162%.

Jauhnya jarak antara negara pengekspor dan negara pengimpor menjadikan biaya transportasi yang dikeluarkan untuk proses perdagangan kedua negara menjadi lebih mahal. Menurut Krugman (2001), selain biaya transportasi masih ada biaya lain yang harus ditanggung oleh kedua negara jika keduanya melakukan perdagangan. Biaya tersebut adalah biaya pengapalan dan waktu. Sehingga dalam teori dijelaskan bahwa negara yang ingin berdagang juga mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung untuk mengirim barang. Sehingga negara cenderung memilih negera yang lebih dekat jaraknya.

Negara ASEAn-8 dan mitra dagangnya yang hamper semua wilayahnya berbatasan dengan laut lebih sering melakukan perdagangan dengan jalur laut.

Page 13: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

Tetapi bukan tidak mungkin ASEAN-8 dan mitra dagang tidak menggunakan jalur darat dan udara untuk melakukan perdagangan dengan negara mitra dagangnya. Untuk itu diperlukan peningkatan dan perbaikan di sekotr transportasi laut untuk mengurangi biaya yang muncul dalam kegiatan perdagangan antarnegara (biaya pengapalan dan waktu). Biaya pengapalan itu sendiri merupakan biaya untuk mengirim barang dari pelabuhan muat ke pelabuhan negara tujuan. Biaya pengapalan tergantung dari besarnya container LCD, 20 ft, 40 ft, 40 HC, dan jaraknya. Sedangkan proses pengapalan mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pergerakan sumber daya antara gudang dan pengiriman produk secara tepat waktu kepada pelanggan termasuk juga kegiatan pendukung lainnya. Untuk biaya waktu adalah lamanya waktu yang diperlukan barang dan jasa dari negara pengekspor untuk sampai ke tangan negara pengimpor dan tidak bias direfleksikan dalam harga.

o Pengaruh Openess Index Negara Pengimpor terhadap Total Impor dengan

Mitra Dagagnnya.

Indeks keterbukaan merupakan rasio perbandingan antara total ekspor-impor dengan GDP merupakan refleksi dari tingkat keterbukaan negara terhadap liberalisasi, terutama dalam penelitian ini adalah dalam konteks liberalisasi perdagangan. Nindeks keterbukaan dari importer memiliki hubungan positif terhadap total impor dengan negara ASEAn-8 dan mitra dagangnya. Dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,19774. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika OPI negara pengimpor meningkat sebanyak 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan total impor dengan mitra dagangnya adalah sebesar 0,19774%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika OPI negara pengimpor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami kenaikan sebesar 0,19774%. Demikian pula sebaiknya, jika OPI negara pengimpor mengalami penurunan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami penurunan sebesar 0,19774%.

Semakin besar nilai indeks keterbukaan suatu negara mencerminkan tingkat keterbukaan negara tersebut dalam menjalin kerjasama dengan negara lain yang semakin terbuka pula. Semakin tinggi nilai indeks keterbukaan suatu negara bagi negara importer, menunjukkan negara tersebut membuka diri untuk melakukan penawaran terhadap produk dari negara lain, sehingga nilai impornya akan meningkat.

Dalam implikasinya sendiri ASEAn telah lebih dahulu melakukan perjanjian – perjanjian bilateral dengan negara mitra dagangnya tersebut. Seperti yang kita

Page 14: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

ketahui seperi ASEAN-US, kerjasama antara negara ASEAN dengan US; ASEAN-EU, kerjasama antara ASEAN dengan Uni Eropa dan selanjutnya AJFTA, yang merupakan kerjasama ASEAN dengan jepang. Dengan adanya perjanjian – perjanjian yang mengikat ASEAN dengan mitra dagangnya tersebut sebenarnya negara ASEAN telah membuka diri untuk melakukan perdagangan dengan negara di luar ASEAN.

o Pengaruh Opennes Index Negara Pengekspor terhadap Total Impor dengan

Mitra Dagangnya

Indeks keterbukaan merupakan rasio perbandingan antara total ekspor – impor dengan GDP merupakan refleksi dari tingakat keterbukaan negara terhadap liberalisasi, terutama dalam penelitian ini adalah dalam konteks liberalisasi perdagangan. Indeks keterbukaan dari negara eksportir dan importer memiliki hubungan positif terhadap total impor dengan negara ASEAN-8 dan mitra dagangnya. Dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,402969. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika OPI negara pengimpor meningkat sebesar 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan total impor dengan mitra dagangnya adalah sebesar 0,402969%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika OPI negara pengimpor mengalami kenaikan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami kenaikan sebesar 0,402969%. Demikian pula sebaliknya, jika OPI negara pengimpor mengalami penurunan sebesar 1% maka total impor yang dilakukan oleh negara pengimpor dengan mitra dagangnya mengalami penurunan sebesar 0,402969%.

Semakin besar nilai indeks keterbukaan suatu negara mencerminkan tingkat keterbukaan negara trsebut dalam menjalin kerjasama dengan negara lain yang semakin terbuka pula. Seperti yang telah diteliti oleh penelitian terdahulu yaitu Makdisi dkk(20050, Pritchett (1996), dan Christie (1993) yang menyatakan semakin tinggi nilai indeks keterbukaan suatu negara bagi negara eksportir, menunjukkan semakin besar pula kesediaan negara tersebut untuk mencari mitra dalam berdagang untuk menawarkan prodknya, sehingga nilai ekspornya akan meningkat.

Langkat penting bagi tercapainya perdagangan dan investasi lebih banyak adalah melalui dialog sector public-swasta yang merupakan investasi dari negara – negara mitra dagang. Para petinggi ASEAN secara aktif terlibat dalam ASEAN Business Advisory Council dan ASEAN Chambers of Commerce and Industry dengan maksud untuk menjalin kerjasama lebih luas. Organisasi berbasis bisnis menyediakan saran yang berharga dan dapat berpartisipasi pula dalam sector privat. Lebih jauh lagi, para pebisnis ASEAN memiliki peran penting melalui

Page 15: Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik

keterkaitan hubungan kerjasama mereka dengan para pebisnis di negara – negara lain.

o Pengaruh Koloni Negar Pengimpor terhadap Total Impor dengan Mitra

Dagangnya

Dummy koloni merupakan gambaran hubungan sejarah yang berpengaruh terhadap perdagangan bilateral ASEAN dengan mitra dagangnya. Dari hasil uji statistic data panel, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh positif kolongi negara pengekpor dan negara pengimpor terhadap total perdagangan dengan mitra dagangnya. Dengan significant level (tingkat kesalahan) sebesar 1% dan dengan nilai koefisien sebesar 0,831580. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa negara yang memiliki kesamaan negara penjajah akan lebih dekat secara historis sehingga mendekatkan hbungan bilateral negara pengimpor maupun negara pengekspor. Sehingga negara akan lebih banyak melakukan perdagangan dengan negara yang memiliki kesamaan historis.

Dummy koloni dalam uji data panel berpengaruh positif terhadap impor merupakan gambaran hubungan sejarah yang masuk dalam pengaruh perdagangan. Seperti yang telah diteliti oleh Gundogdu (2009), Yuniarti dan Rose (2003) menyatakan bahwa negara yang memiliki kesamaan negara penjajah memiliki hubungan erat dalam perdagangan bilateralnya. Hal tersebut karena kesamaan sejarah terdahulu mengakibatkan hubungan erat yang terjalin antar negara tersebut.

o5.