Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL GARIS
WAKTU KARYA FIERSA BESARI
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
program studiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
RAHMAWATI
105331104317
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Jika hidup memaksamu untuk mengeluh, tak apa sesekali keluarkan rasa itu.
Yang harus dipikirkan kembali adalah rasa untuk menyerah bahkan ingin berhenti,
ingatlah sejauh mana kamu berjuang sejauh ini.
Selalu bersuyur apa yang kamu punya hari ini, dan teruslah berjuang untuk
mewujudkan seua mimpimu
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk ibunda dan ayah tercinta, keluarga
besarku, dan sahabat – sahabat tersayang yang tidak pernah
Berhenti berdoa dan saling mendoakan,
Selalu memotivasi dan memberi kekuatan.
vii
ABSTRAK
RAHMAWATI. 2021 Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam novel garis waktu
karya Fiersa Besari. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I. H. Syahruddin, dan
Pembimbing II. Anzar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan diksi atau pilihan kata
yang dipergunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif, suatu peneliti yang menghasikan data deskriptif
berupa kata tertulis . Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca dan
mencatat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam novel garis
waktu karya Fiersa Besari terdapat Diksi dan gaya bahasa. Diksi adalah pilihan
kata, dalam pemilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks kalimat akan
memberikan efek tersendiri dalam menyampaikan informasi, baik melalui bahasa
tulis maupun lisan. Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa
seseorang dalam bertutur atau menulis lebih khusus ialah pemakaian ragam
bahasa tertetu untuk memperoleh efek tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini
adalah estetis yang meghasilkan nilai seni.
Kata kunci: Diksi, gaya bahasa dan novel.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis hanturkan atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala,
dia menciptakan manusia dengan sepasang mata agar dapat memandang hamparan
ciptaan-Nya, sehingga manusia sadar akan besar kuasa-Nya. Shalawat serta salam
tak lupa penulis kirimkan kepada baginda nabiullah Muhammad Sallallahu’alaihi
wasallam. Nabi yang telah mengorbankan segalanya demi memperjuangkan islam
dan menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Kesempurnaan bagaikan fatamorgana, yang semakin dikejar, semakin
hilang dari pandangan. Karena jika manusia mencari kesempurnaan, maka
manusia tidak akan pernah merasa puas. Begitupun dengan tulisan ini, penulis
ingin menggapai kesempurnaan, namun penulis hanya manusia yang memiliki
keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini
menjadi baik dan bermanfaat.
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang memotivasi penulis dalam merampungkan tulisan ini. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis,
Rowa dan Junaeda yang selalu merawat, membesarkan, dan membiayai, penulis
sehingga mampu mencicipi dunia pendidikan dan tak hentinya memberi
dukungan, nasihat, serta motivasi bagi penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada dosen pembimbing I
dan II yaitu Bapak Dr. H. Syahruddin, M.Pd. dan Bapak Dr. Anzar, S. Pd., M. Pd.
atas bimbingannya dalam penyusunan tulisan ini. Semoga allah SWT.
ix
Memberikan imbalan yang setimpal atas segala yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.
Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada pihak pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penulis ini, penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih yang sebesar - besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, . Ag. Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar Periode 2020-2-2004 yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D. Selaku dekan fakultas Keguruan dan ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
fakultas terbaik demi lancarnya kegiatan perkuliahan di Fakultas.
3. Dr. Munirah, M. Pd. dan Dr. Muhammad Akhir, M. Pd. selaku ketua dan
sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengatur dan
membuat segala kebijakan di Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia serta
menajadi tuntunan penulis selama menajdi mahasiswa.
4. Dosen - dosen pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
ternilai harganya selama masa pendidikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan krtik dan
sastra dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun
mudah – mudahan tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,
terutama bagi dari pribadi penulis. Aamiin.
x
Makassar, Juli 2021
Penulis
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................
KARTU KONTROL PEMBIMBING 1...................................................
KARTU KONTROL PEMBIMBING 11.................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
SURAT PERNYATAAN............................................................................
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................
A. Kajian Pustaka .................................................................................................
1. Penelitian yang Relevan .............................................................
2. Diksi.................................................................. ......................
3. sastra .............................................................................................
4. Unsur Pembangun Novel ...........................................................
5. Novel Garis Waktu............................................... ..................
6. Gaya bahasa... ........................................................ ................
A. KerangkaPikir ....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
A. Jenis Penelitian ..................................................................................
B. Data dan Sumber Data ......................................................................
xii
C. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
D. Teknik Analisis Data ........................................................................
BAB 1V HASIL DAN PENELITIAN .................................................................
A. Hasil dan penelitian ...........................................................................
B. Pembahasan .......................................................................................
BAB V PENUTUP ................................................................................................
A. Simpulan ............................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
Lampiran ..............................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra mencakup hubungan
manusia dengan lingkungan dan masyarakat, hubungan sesama manusia,
hubungan manusia dengan dirinya, dan hubungan manusia dengan tuhan. Dalam
hubungannya dengan kehidupan, sastra merupakan ekspresi kehidupan manusia
yang tidak akan lepas dari akar masyarakatnya oleh karena itu karya sastra disebut
struktur yang komplek.
Karya sastra pada hakikatnya merupakan replika kehidupan nyata. Segala
hal yang diceritakan dalam sebuah karya satra tidak lepas dari aktivitas kehidupan
sehari - hari. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra juga berfungsi
sebagai hiburan tetapi karya sastra juga berfungsi sebagai kritik sosial. Walupun
berbentuk fiksi misalnya, cerpen, novel, dan drama, persoalan yang dirasakan oleh
pengarang tidak lepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari hari. Hanya saja
dalam penyampaiannya pengarang sering mengemas dengan gaya berbeda-beda
dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia. Rimang, (2011) Menyatakan
bahwa karya sastra baik sebagai kreatifitas estetis maupun respons kehidupan
sosial, mencoba mengungkapkan perilaku manusia dalam suatu komunikasi yang
dianggap berarti bagi aspirasi kehidupan seniman, manusia pada umumnya.
Sastra berkaitan erat dengan manusia dan kehidupanya. Manusia
menghidupi sastra, kekuatan sastra yang dahsyat mampu mengubah moralitas dan
karakter manusia ke dalam persepsi kehidupan yang berbeda. Menurut Lestari,
2
(2012) Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sederetan karya seni. Sastra
merupakan deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi individual
dan sosial kemasyarakatan. Karena itu, pengalaman dan pengetahuan
kemanusiaan tidak sekadar meghadirkan dan memotret begitu saja, melainkan
secara substansial menyarankan bagaimana proses kreatif pengarang dalam
megekspresikan gagasan-gagasan keindahannya. Sastra atau kesusatraan adalah
pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan
manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang
positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Salah satu bentuk karya sastra
adalah novel. Novel merupakan strukur yang bermakna. novel tidak sekadar
merupakan serangkai tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan
struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur. Novel menceritakan suatu
peristiwa pada waktu yang cukup panjang dengan beragam karakter yang
diperankan oleh tokoh.
Novel merupakan karya yang diciptakan melalui imajinasi seorang
pengarang sehingga menciptakan sebuah keindahan sastra. Gambaran - gambaran
yang diciptakan pengarang tentunya berkaitan dengan kehidupan manusia dan hal
yang melingkupi termasuk nilai-nilai. Dalam novel terdapat banyak pengajaran di
dalamnya sehingga dapat mendorong pembacanya berperilaku yang baik dalam
kehidupan sosial. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Unsur tersebut sengaja diadukan pengarang dan dibuat
mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya.
3
Novel merupakan salah satu bentuk prosa yang pengungkapan pengalaman
atau rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan sikap dan watak pelaku. Novel merupakan struktur pikiran yang
tersusun dari unsur – unsur padu. Novel merupakan karya fiksi yang menawarkan
sebuah dunia yang berisi sebuah model kehidupan yang didealkan, dunia imajinasi
yang dibangun melalui sebagai kehidupan sebagai unsur intrinsik seperti plot,
tokoh, latar, tema, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa, persoalan gaya
merupakan persoalan yang penting gaya menunjukkan diri pengarang dan
sekaligus dapat membedakan pengarang yang satu dengan pengarang lain, yaitu
konsisten menggunakan Bahasa Indonesia baku di dalam bukunya,
Fiersa Besari tidak mengikuti tren menulis dengan bahasa percakapan
orang Jakarta maupun menggunakan bahasa yang tidak baku. Iya tampak
melawan itu dengan menyungguhkan percakapan dalam tokohnya menggunakan
bahasa baku, lantas iya juga membuktikan bahasa baku tetap asyik dibaca, dengan
menggunakan bahasa yang baku, dapat mengait para pembaca dan sudah
memahami isi bacaan, serta setiap bukunya tidak menoton menceritakan tentang
romansa, tetapi juga menceritakan tentang keindahan alam dan perjalanan kisah
hidupnya.
Analisis terhadap gaya sastra tentang keadaan konteks sosial sebagai
cermin zaman, konteks sosial situasi pengarang sangat penting untuk dikaji,
karena dengan mengkaji terlebih dahulu konteks sosial sebagai cermin zaman dan
konteks sosial situasi pengarang diksi tentang bagaimana pengarang menulis
novel tersebut garis waktu karya Fiersa Besari. Konteks atau penggunaan gaya
4
bahasa sebagai cerminan penerapan dalam novel sehingga menjadikannya
menarik perhatian lebih pembaca dan berdasarkan hal tersebut novel menarik
untuk dikaji terlebih dahulu, sebab dengan melihat kedua masalah tersebut akan
menjadi pengantar utama untuk melihat konteks gaya bahasa dan pengunaan diksi
yang terdapat dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari.
H.B Jasin mengemukakan bahwa soal pilihan kata adalah soal gaya
memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang ingin disampaikan ialah
soal kata gaya, juga bagaimana menyusun kalimat secara efektif, secara estetis,
yakin memberikan kesan yang dikehendaki pada si penerima gaya. Oleh sebab itu
persoalan gaya meliputi gaya cerita dan mempergunakan bahasa, konsekuensi hal
demikian adalah tiap - tiap pengarang memiliki ciri khas tersendiri, kadang sedang
menggunakan kalimat - kalimat panjang dan juga ada yang senang menggunakan
kalimat kalimat pendek. Persoalan itu ditentukan oleh usai pengarang
perkembangan cerita dan tema cerita.
Menurut Tarigan (Laila, 2016) Gaya bahasa merupakan bentuk retorika
yaitu pengunaan kata kata dalam berbicara dalam menulis untuk menyakinkan
atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Salah satu penulis yang karyanya
paling banyak dibaca ialah Fiersa Besari atau disapa (Bung) yang merupakan
seorang penulis atau sastrawan sekaligus musisi. Ciri khas penulis Fiersa Besari
sastra dari bahasa sanskerta yang berari tulisan atau karangan secara ringkas dan
padat menyatakan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, pemakaian
bahasa dalam bentuk tulis, meskipun tidak semua bahasa tulis adalah sastra. Isi
yang baik artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Karya sastra sebagai
5
hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai nilai
kehidupan seperti mitos, moral dan budaya melalui persperktif masyarakat dengan
karya sastra. Karya sastra adalah pengungkapan ideologi pelaku baik berupa
prosa, prosa puisi, dan drama, munculnya sebuah ide didasari oleh sebuah konsep
bersumber dari sederatan pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berbentuk
fisik., pengalaman batin dan pengalaman budaya. Dari ketiga unsur karya sastra
tersebut novel yang paling mendapat tempat dan hasil di masyakarat
Wujud dari karya sastra seharusnya tidak hanya sebagai media untuk
menghibur tetapi juga sebagai media untuk mendidik, mengkritik, dan mencoba
memperbaiki keadaan dalam masyarakat serta harus mampu mempengaruhi dan
meyakinkan pembaca melalui hasil karyanya. Hal ini karenakan pola pikir
pengarang dipengetahui oleh kepekaan serat kondisi sosial masyarakat yang
melingkupinya, hati nurani manusianya, dan kepakaan terhadap kedaan zaman,
selain itu, tugas sastra juga sebagai pelopor pembaharuan yang mampu
memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan Ratna Juariyatun
(2011). Peran sastra menjadi sangat penting untuk membawa perubahan besar
dalam masyarakat, serta menjadi penengah dalam menyuarakan hal - hal tidak
selaras yang dapar menimbulkan adanya pengakuan suatu gejala dalam
masyarakat.
Jenis karya sastra yang sering menjadi media utama dalam menyampaikan
berbagai macam konflik dalam masyarakat adalah novel. Dalam novel segala
sesuatu yang diceritkan tentunya dapat dipastikan merupakan hasil refleksi
pengarang dan terinspirasi dari dunia nyata masyarakat yang berada disekitarnya.
6
Novel mampu menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak jarang dijadikan
sebagai cermin mengenai permasalahan nasib kehidupan, keuntungan, dan
peruntungan, eksploitasi, pelecehan seksual, ekploitasi, pelecahan seksual,
perselingkuhan, percintaan, kemelaratan, kejahatan, diskriminasi, dan
keglamouran serta aspek-aspek kehidupan yang lain.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah diksi dan gaya bahasa dalam novel garis
waktu karya Fiersa Besari?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mendekripsikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan dalam novel garis
waktu karya Fiersa Besari.
D. Manfaat kajian
Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Secara teoretis ini diharapkan dapat menambahkan kekayaan
penelitian dalam bidang linguistik yang berhubungan dengan diksi dan
gaya bahasa pada novel garis waktu karya Fiersa Besari. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang diksi dan gaya
bahasa dalam mengkaji karya sastra khususnya novel.
7
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis, manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagi guru bahasa Indonesia, penelitian diharapkan mampu memberikan
pengetahuan tentang diksi dan gaya bahasa.
b. Bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, penlitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan terhadap keanekaragaman diksi dan gaya
bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. khususnya bagi
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan dapat menambahkan referensi penelitian selanjutnya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian pustaka
1. Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang sama pernah dilakukan oleh (Wardarita &
Ardiansyah, 2020) dengan judul Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam
novel London love story karya Tisa Ts. Pengertian diksi atau pilihan kata
menurut (Gorys Keraf, 2009), pilihan kata atau diksi mencakup pengertian
kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-
ungkapan yang tepat. Pemajasan (Figurative language, figures of chought)
merupakan teknik pengungkapan bahasayang maknanya tidak menunjuk pada
makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang
ditambahkan atau makna yang tersirat.
Nurhikma, (2009) Novel merupakan salah satu jenis karya sastra.
Dalam novel pengarang memaparkan realitas kehidupan manusia yang
dibungkus dengan rapi dengan menggunakan bahasa. Novel London love
story adalah salah satu dari beberapa novel karya Tisa TS yang sarat dengan
diksi dan gaya bahasa.Novel London Love Story adalah novel terbaru selain
dari Magic hour.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mustafa, (2019) dengan
judul Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Sang Pemimpi Karya Anrea Hirata.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati di latar belakangi oleh kurangnya
9
bahan ajar yg menarik bagi siswa oleh karena itu penulis menganalisis novel
sang pemimpi karya Anrea Hirata dalam hal penggunaan gaya bahasa untuk
dijakdikan bahan ajar yang menarik bagi siswa. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuatitaf desain deskripsi. Fenomena yang
diteliti adalah gaya bahasa dalam novel Sang pemimpi karya AnreaHinata.
Hasil penelitian ini menemukan empat gaya pada novel tersebut yaitu, gaya
bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan
gaya bahasa perulangan.
Penelitan selanjutnya dilakukan oleh Wulandari, (2014) dengan
judul pengunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel Pudarnya Pesona
Cleopatra karya Habiburrahman. penelitian ini berusaha mengungkapkan
diksi dan gaya bahasa yang digunakan oleh Habibi burrahman El Shirazy
dengan menuangkan ide dan gagasanya dalam Novel pudarnya pesona
Cleopatra ini didasarkan pada kekhasan gaya bahasa yang digunakan oleh
penuli yang tampak dalam karyanya
Peneliti selanjtunya dilakukan oleh Triyandani, (2019) dengan
judul kekuatan Diksi dalam Buku Puisi Tarian Hujan. Dari seratus dua sajak
terhimpun dalam buku puisi Jane sebagian besar mengunakan diksi yang
memiliki gaya sugestif. Kekuatan diksi sangat didasri oleh penyair, kata atau
rangkaian kata dipilih penyair dengan maksud untuk menimbulkan efek
tertentu pada diri pembaca, seperti ingin menonjolkan bagian tertentu, ingin
mengungah simpati atau menghindar dari hal-hal yang monoton.
10
2. Diksi
Penggunaan diksi (piilihan kata) dalam penulisan ilmiah atau karya
fiksi menjadi aspek yang sangat penting dalam pembangunan kalimat
yang efektif dan utuh. Pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
konteks kalimat akan memberikan efek tersendiri dalam menyampaikan
informasi, baik melalui bahasa tulis maupun lisan. Pengunaan kata yang
tidak sesuai dengan konteks atau masih asing bagi pembaca atau
pendengar akan berdampak terhadap keefektifan tulisan dan
miskomunikasi antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan
pendengar.
Hal ini perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan, baik
melalui bahasa tulisan maupun bahasa lisan. keterbatasan kosa kata yang
memilki penulis dan pembaca atau penutur dan pendengar, oleh karena
itu, untuk menghindari terjadinya kondisi tersebut, pemahan dan
kesadaran akan pentingnya memiliki kemampuan menguasai kosa kata
dan pemilihan kosa kata menjadi suatu keharusan, baik itu bagi penulis
dan pembicara maupun pembaca dan pendengarnya.
Diksi merupakan kemampuan untuk membedakan konteks dan
makna dari gagasan yang ingin disampaikan. Keraf, (2016)
mengemukakan bahwa diksi mencakup kata-kata yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan dengan cara menggabungkan kata yang
tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.
11
Alkhadiah, (1998) mengemukakan bahwa kata meruapakan salah
satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Pemilihan kata atau diksi
yang baik berpengaruh bagi pembaca atau penulis untuk menyatakan
pikiran dan perasaan sehingga tidak terjadi kesenjangan interaksi.
Pilihan kata bertujuan agar orang lain atau pembaca memahami
pikiran dan perasaan penulis secara tepat. Dengan demikian, seorang
penulis dituntut untuk dapat melakukan pemilihan kata yang tepat dan
sesuai dengan situasi pemakainya dalam karangan atau tulisan yang
dibuatnya. Keraf Ekoyanantiasih, (2015) Menegaskan bahwa seorang yang
luas kosa katanya dan mengetahui tepat batasan pengertianya akan
mengungkapkan pula secara tepat hal yang dimaksudkan.
Ketepatan pengunaan diksi mempengaruhi untuk menimbulkan
gagasan yang sama pada imajinasi pembaca. Dengan demikian, penulis
harus berusaha sebaik-baiknya dalam memilih kata guna mencapai
maksud yang disampaikan. Ketepatan pemilihan kata tidak akan
menimbulkan kesenjangan interaksi antara pengarang dan pembaca.
Keraf (1991:24) Mengemukakan bahwa Untuk mencapai ketepatan
pemilihan kata dalam menulis, seorang penulis perlu memperhatikan
beberapa petunjuk:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi bila dua kata
mempunyai makna yang mirip, penulis harus menetapkan yang mana
harus digunakan untuk mengungkapan maksudnya. Kalau pengertian
12
dasar yang diinginkan, maka sebaiknya memilih kata yang denotative.
Kalau menghendaki reaksi yang akan dicapai.
2. Membedakan secara cermat kata- kata yang hampir bersinonim. Kata
kata yang bersinonim tidak selalu memilki distribusi yang selalu
melengkapi. Oleh karena itu, penulis harus hati hati memilih kata
untuk mencapaikan hal yang diinginkannya, sehingga tidak timbul
interprestasi yang berlainan.
3. Membedakan kata kata yang mirip dengan ejaan. Penulis sangat perlu
membedakan kata kata yang mirip agar tidak terjadi salah paham.
Misalnya: preposisi
4. Hindari kata kata ciptaan sendiri. Perkembangan bahasa tampak
bertambahnya jumlah kata baru. Kata baru biasanya muncul untuk
pertama kali karena oleh orang orang terkenal.
5. Waspadalah terhadap pengunaan akhiran asing. terutama kata kata
asing. Misalnya Kultur – kulturan, idiom – diomatik
6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara
idiomatis. Contoh: ingat akan bukan ingat terhadap, mengharapkan
akan, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu
7. Menjamin ketepatan diksi, penulis harus membedakan kata umum dan
kata khusus. Kata khusus lebih lebih menggambarkan sesuatu dari
pada kata umum
8. Mempergunakan kata kata indra yang menunjukkan persepsi yang
khusus.
13
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang
sudah dikenal
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
dengan hal tersebut pemilihan kata dalam menulis, penulisan harus
menyesuaikan dengan topik yang telah dipilih. Menulis dalam satu bidan
ilmu harus menguasai kata-kata dan istilahnya. Jika tidak membedakan
kesalahan pemilihan kata dan mengakibatkan gagasan yang ditulis tidak
dipahami oleh pembaca.
Dapat disimpulkan bahwa diksi atau pilihan kata yang sesuai
dengan konteks kalimat akan mencegah terjadinya kesalah pahaman antara
pengarang dan pembaca ataupun penutur dengan pendengar. Diksi dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan dengan cara menggabungkan kata
yang tepat, dan gaya bahasa yang tepat dalam penggunaanya.
3. Sastra
Pada zaman modern ini kedudukan sastra semakin meningkat dan
semakin penting. Sastra tidak hanya memberikan kenikmatan dan
kepuasan batin, tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan moral
kepada masyarakat atas realitas sosial. Karya sastra tercipta dalam kurun
waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi yang
terjadi pada masa penciptaan karya sastra itu, baik sosial budaya, agama,
politik, ekonomi, dan pendidikan, selain itu karya sastra dapat digunakan
sebagai dokumen sosial budaya yang menangkap realita dari masa
14
tertentu, tetapi bukan menjadi keharusan bahwa karya sastra yang tercipta
merupakan pencerminan situasi kondisi pada saat karya sastra ditulis.
Salah satu bentuk “susastra” sebagai penuangan ide kreatif pengarang
adalah novel,
Menurut Al-ma’ruf, (2009) Karya sastra merupakan hasil kreasi
sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai
fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan
memiliki keanekaragaman, baik yang mengandung aspek sosial, budaya,
politik, ekonomi, kemanusiaan, dan kebiasaan. Suwartini, (2013)
menyatakan bahwa sastra berarti alat unik pengajaran, buku petunjuk, dan
intruksi terhadap seseorang. karya sastra sering menceritakan sebuah
kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama .
Karya sastra merupakan media yang biasa digunakan oleh
pengarang tujuannya untuk menyampaikan isi pemikiran ataupun
gagasannya (Fitriani, 2019:33). Gagasan-gagasan tersebut biasanya juga
disampaikan dalam bentuk pengalamannya sehingga memberikan
pemikirannya dan imajinasinya kepada pembaca. Sastra ini bukan hanya
lahir dari suatu kejadian melainkan sastra ini juga lahir dari kesaaran yang
dimiliki oleh penciptanya. Pada dasarnya karya sastra ini sifatnya
imajinatif dan fiktif. Namun, sastra ini juga bisa ditanggung jawabkan oleh
penulisnya.
15
A. Jenis Jenis sastra
1. Puisi
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang berupa hasil
dan ungkapan perasaan seorang penulis. Penulis puisi ini lebih dikenal
dengan sebutan penyair. Pembuatan dan penyusunan puisi ini
mementingkan irama, rima, penyusunan lirik dan bait. Puisi dibuat
dengan mengandung banyak makna. Puisi ini juga merupaan pegubahan
dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan dipilah secara tertata dan
cermat sehingga memberikan pertajaman kesadaran terhadap pengalaman
dan membangkitkan tanggapan melalui pernyataan bunyi dan irama serta
mengandung makna. Puisi juga hasil dari imajinatif penulis tetapi lebih
menekankan pada kekatan bahasa (Musrifah, 2018:46).
2. Prosa
Prosa merupakan jenis karya sastra yang bentuknya adalah tulisan
bebas. Bebas yang dimaksud adalah tidak terikat dengan beberapa
peraturan yang ada seperti rima, diksi dan irama seperti pada puisi.
Makna dalam prosa ini sifatnya denotatif atau memiliki makna yang
sebenarnya. Jika alam prosa terdapat kata-kata kiasan maka hanya
digunakan sebagai ornament di bagian tertentu saja untuk memberikan
keindahan dalam penulisan prosa (Musrifah, 2018:52).
Prosa juga merupakan bentuk karya sastra yang mengandung
makna sebenarnya. Namun, terdapat beberapa kata kiasan yang digunakan
dalam prosa. Kata kiasan ini merupakan kata-kata yang indah namun tidak
16
memberikan penggambaran makna yang sebenarnya. Kiasan ini hanya
sebagai bentuk keindahan dan penekanan terhadap hal-hal yang
disampaikan. Prosa yang terdapat kiasan merupakan kumpulan kelompok
kata untuk mengiaskan sesuatu hal sebagai bentuk penjelasan makna yang
ditampilkan dalam prosa.
Prosa juga merupakan jenis karya sastra yang bentuknya adalah
tulisan bebas. Bebas yang dimaksud adalah tidak terikat dengan beberapa
peraturan yang ada seperti rima, diksi dan irama seperti pada puisi. Makna
dalam prosa ini sifatnya denotative atau memiliki makna yang sebenarnya
(Musrifah, 2018:53).
3. Drama
Drama adalah suatu karya sastra yang dibawakan oleh pemainya.
Kata drama berasal dari bahasa yunani draomai, yang berarti bertindak,
bereaksi, berlaku. jadi dramabisa berarti suatu perbuatan atau tindakan.
Secara umum pengertian drama karya sastra berupa dialog yang
dibawakan atau diperankan oleh para pelaku. Pementasan naskah drama
disebut juga dengan teater. Drama dalam arti luas adalah segala bentuk
tayangan yang mendandung cerita yang disajikan di hadapan masyarakat
luas. Sedangkan dalam arti sempit, drama adalah kisah manusia dalam
masyarakat yang dipentaskan di atas panggung.
Drama adalah salah satu genre (Jenis) karya sastra yang
menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak. Drama ini menyajikan
17
realitas kehidupan, karakter dan tingkah laku manusia melalui peran dan
dialog yang dibawakan.
Tjahjono (1988:186) Mengemukakan drama yang termasuk karya
sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai karya sastra, drama itu unik.
Drama diciptkan tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga memungkinkan
untuk dipentaskan. Drama sebagai tontonan atau pertunjukan untuk
dipentaskan, drama sebagai tontonan atau pertunjukan sering disebut
sebagai teater sebagai seni pertunjukan. Drama memiliki karakter fana,
artinya dimulai pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama.
4. Novel
Sebagai karya sastra, novel merupakan sarana atau media untuk
mendeskripsikan pemikiran pengarang ketika pengarang mengedepankan
nilai - nilai moral dalam karyanya, maka data atau informasi yang ia
sajikan bisa jadi berasal dari orang lain atau pengalamannya sendiri
Nurgiyanto (Hartini & Wibowo, 2017), Menjelaskan bahwa segi
panjang cerita novel jauh lebih panjang dari cerpen. Oleh karena itu,
novel dapat mengemukakan alur cerita secara bebas, menyajikan kata,
kalimat, paragraf lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan dapat
melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal tersebut
bergantung pada unsur pembangun novel. kelebihan novel yang khas
adalah kemampuanya menyampaikan permasalahan yang kompleks
secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang utuh dalam imajinasi.
Berbeda dengan cerpen, yang tidak menuntut pembaca memahami
18
masalah yang kompleks dalam alur cerita dan penjelasan yang tidak
detail. Sebaliknya, novel lebih mudah untuk dipahami penjelasan dalam
alur ceritanya yang lebih kompleks. Hal ini merupakan perbedaan
mendasar antara novel dengan cerpen.
Wicaksono, (2017) Mengemukakan bahwa novel adalah suatu jenis
karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang,
Minimal 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan pembahasan
yang lebih luas yang lebih menceritakan konflik - konflik kehidupan
manusia. Novel tidak hanya sekedar merupakan serangkaian tulisan yang
padu, tetapi novel menceritakan suatu peristiwa yang cukup panjang
dengan ragam karakter yang diperangkan oleh tokoh.
Novel yang diartikan sebagai konsentrasi kehidupan yang lebih
tegas, dengan rancanganya yang lebih luas dan mengandung sejarah
perkembangan manusia yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan
patut ditinjau kembali. Menurut Kosasih (Zulaifah 2019), mengemukakan
bahwa novel adalah karya imajinasi yang mengisahkan sisi utuh atas
problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh, maksudnya
jelas bahwa novel meruapakan sebuah karya cipta manusia yg diwujudkan
jelas bahwa novel merupakan sebuah karya cipta manusia yang
diwujudkan oleh seorang penulis melalui penggambaran berbagai kisah
hidup yang dialami seseorang dengan untaian kisah, baik suka maupun
duka yang muncul dalam kehidupan sang tokoh yang diceritakan dalam
fiksi berbentuk novel.
19
Dari pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel
adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang bersifat
imajinatif dan meceritakan sebuah kisah kehidupan yang kompleks dalam
bentuk imajinasi dan mimesis.
a. Unsur unsur intrinsik
1. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan kajian unsur fiksi yang biasanya disebut
sebagai tokoh, penokohan dan watak. Tokoh dalam cerita
merupakan orang - orang yang ditampilkan pada suatu karya yang
naratif ataupun drama. Tokoh ini dapat ditafsirkan oleh para
pembaca dengan mengambil sisi moralitas dan kualitas moral
seperti dalam mengekspresikan suatu hal. Tokoh dalam cerita ini
akan memberikan dan menampilkan kualitas karyanya.
Penggambaran melalui ekspresi ini dapat juga dilakukan melalui
tindakan ataupun perilaku (Werdiningsih, 2016:61). Peristiwa
dalam karya fiksi ini merupakan bentuk peristiwa yang diambil
dalam kehidupan sehari - hari sehingga selalui disesuaikan dengan
karakter tokoh atau pelaku yang sesuai dengan kenyataannya.
Pelaku ini mengalami sebuah peristiwa dalam sebuah cerita
fiksi ini sehingga dapat menjalin cerita. Hal ini disebut dengan
tokoh karena bermain dalam cerita fiksi serta mampu menjalin
suatu cerita dalam karya fiksi tersebut. Tokoh ini merupakan salah
satu seorang yang perannya penting dakam suatu karya sastra
20
seperti novel. Hal ini disebabkan karena apabila dalam suatu karya
sastra tersebut tidak terdapat tokoh yang berperan dan bermain
dalam karya sastra ini maka alur cerita dalam novel tersebut juga
tidak akan hidup dan tidak memberikan kemenarikan tersendiri.
Tanpa adanya kemenarikan suatu karya sastra maka tidak
dapat mengundang banyak peminat untuk membaca karya sastra
tersebut (Fitriani, 2019:35). Tokoh disetiap cerita novel ini
memiliki karakteristik yang berbeda - beda. Sifatnya berbeda-beda
sehingga tokoh ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis.
Beberapa jenis tersebut yaitu tokoh sentral atau tokoh utama dan
tokoh yang biasanya digunakan untuk tambahan atau tokoh
figuran. Tokoh dalam karya fiksi ini dapat juga dibedakan oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan peranannya maka setiap tokoh ini akan dibagi
menjadi dua jenis sesuai dengan peranannya yaitu tokoh utama
dan tokoh tambahan. Tokoh utama ini merupakan peran
penting dalam alur cerita novel tersebut karena penceritaannya
memfokuskan pada tokoh utama ini. Selanjutnya, tokoh
tambahan ini merupakan tokoh yang pernannya sebagai
pelengkap saja (Wonga, 2016). Tokoh tambahan ini seing
digunakanuntuk memenuhi kekurangan saja karena tidak
lengkap apabila tokoh yang dimainkan kurang.
21
Tokoh dalam karya fiksi ini selanjutnya terbagi atas
penampilan tokoh. Penampilan tokoh ini merupakan bentuk -
bentuk penampilan dari tokoh yang ditentukan. Tokoh protagonist
ini merupakan salah satu tokoh yang sangat dikagumi. Tokoh
protagonist ini merupakan salah satu tokoh dengan sifat yang baik.
Tokoh - tokoh protagonist menampilkan ekspekstasi yang tinggi
atau harapan yang tinggi. Jenis tokoh yang dibedakan menjadi jenis
perwatakan. Tokoh ini dibagi menjadi dua atas tokoh sederhana
dan tokoh bulat. Tokoh sederhana ini merupakan tokoh yang hanya
memiliki beberapa kepribadian tertentu saja. Sedangkan, pada
tokoh yang bulat maka tokoh bersifat kompleksitas yang diungkap
dari dirinya sendiri untuk ehidupan pribadinya sendiri juga
(Wonga, 2016:34).
Penokohan ini merupakan hal yang hampir sama dengan
tokoh namun penokohan ini merupakan bentuk pelukisan
gambarann dari tokoh tersebut. Tokoh ini merupakan orang yang
berperan dari suatu karya sastra tersebut sedangkan penokohan ini
merupakan sifat atau karakteristik tokoh dalam karya sastra
(Mbulu, 2017:12). Penokohan ini juga merupakan salah satu
keinginan pengaranag untuk menampilkan tokoh atau perilaku
dalam penokohan. Setiap pengarag karya sastra ini berusaha
memunculkan karakternya secara acak. Setiap pengarang tentunya
akan menampilkan penokohan ini secara baik dan sempurna.
22
Pelukisan tokoh dalam karya fiksi ini dapat dibagi menjadi
dua yaitu pelukisan secara langsung. Pelukisan secara langsung ini
disebut sebagai teknik menganalisis penokohan (Aurelia, 2016:21).
Penokoha ini akan memberikan deskripsi, uraian ataupun beberapa
bentuk penjelasan secara langsung. Sedangan, pelukisan tokoh
yang secara tidak langsung ini merupakan pengarang yang
mendeskripsikan tokoh - tokohnya dalam karya sastra. Pelukisan
tokoh ini dapat dilukiskan dengan menampilkan watak dari tokoh
tersebut yang bisa juga diambil melalui kenyataan yang ada.
Sebagian besar tokoh-tokoh dalam karya sastra ini berupa
manusia atau makhluk lain yang sifatnya mirip dengan manusia.
Tokoh cerita ini akhirnya diartikan perlu digambarkan secara wajar
karena mempunyai unsur pikiran dan perasaan. Tokoh - tokoh
dalam karya fiksi ini harus dibuat secara wajar terutama bagi karya
fiksi yang menggunakan tokoh manusia untuk meyakinkan
pembaca bahwa tokoh tersebut seperti manusia yang sebenarnya
(Wonga, 2016:38). Melalui pengangkatan tokoh yang sebenarnya
maka pengarang karya fiksi ini dapat memberikan watak dan
karakter yang sesuai , penempatan karakternya serta pelukisannya
dalam cerita agar mampu memberikan gambaran secara jelas
terhadap pembacanya.
Perawatakan dalam novel ini dibedakan menjadi dua yaitu
tokoh statis serta tokoh yang berkembang (Wonga, 2016:42). Jika
23
seorang pengarang memberikan perubahan perwatakan tokoh
dalam ceritanya maka disebut sebagai tokoh yang berkembang.
Namun, apabila dalam cerita tersebut seorang tokoh tersebut dalam
ceritanya tidak mengalami perkembangan maka disebut sebagai
tokoh statis karena tidak mengalami perubahan baik mulai awal
cerita hingga akhir cerita
b. Alur
Alur ini merupakan rangkaian-rangkaian peristiwa pada karya
sastra. Alur ini hrus dibuat agar penyusunan novel dapat tersistematis
menggambarkan kejadian peristiwa secara berurutan dan berhubungan.
Pada alur cerita ini terdapat tahap penyesuian dimana pengarang akan
mengenalkan tokoh - tokoh terlebih dahulu melalui latar belakang cerita
kemudian mulai masuk ke tahap permunculan konflik. Tahap ini
pengarag karya sastra mulai mengeluarkan sebuah kejadian atau konflik
dimana konflik ini dapat terus dikembangkan hingga sampai tahap
peningkatan konflik dimana konflik ini semakin memuncak hingga tahap
klimaks. Setelah tahap klimaks maka pengarang akan mulai
memunculkan penyelesaian konflik (Musrifah, 2018:70)
c. Latar atau Setting
Latar atau setting ini merupakan salah satu unsur intrinsik di
sebuah karya sastra. Latar atau setting ini meliputi ruang, waktu serta
suasana yang terjadi di suatu peristiwa pada karya sastra. Latar juga
dapat diartikan sebagai waktu atau berlangsungnya suatu peristiwa
24
karena latar ini juga dapat berfungsi sebagai metonomia yang digunakan
mengekspresikan tokoh.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam sastra atau
cerita pada karya sastra. Pengarang bisa membuat kisah dalam karya
sastra dengan menggunakan sudut pandang. Sudut pandang yang
digunakan biasanya menggunakan sudut pertama dan ketiga. Sudut
pandang pertama merupakan penempatan yang menjadi tokoh “Aku”
dengan menceritakan dirinya sendiri. Sedangkan, sudut pandang orang
ketiga adalah seorang yang posisinya sebagai narator dan berada diluar
cerita dengan menyebut “Dia”.
e. Tema
Tema ini merupakan salah satu struktur dalam penyusunan novel.
Sebelum novel ini disusun maka harus menyusun tema terlebih dahulu.
Tema ini merupakan sebuah makna cerita yang secara khusus mampu
memberikan keterangan terkait sebagian besar unsurnya secara sederhana.
Tema ini berupa gagasan dasar yang mampu menopang sebuah karya
sastra dan terkandung dalam suatu teks. Tema ini posisinya sejajar dengan
makna suatu pengalaman manusia yang bisa diingat dan terdapat banyak
cerita yang menggambarkan kejadian tersebut sehingga dapat di ingat
mulai keci, remaja, dewasa dan tua.
25
f. Pesan Moral
Pesan moral merupakan amanat atau pesan moral yang
kehadirannya ini dipertahankan dalam sebuah cerita dengan dukungan
dari unsur lainnya seperti alur dan tokoh. Amanat dan pesan yang ada
dalam karya sastra ini mengacu pada sikap, tingkah laku dan kesopanan
serta pergaulan yang dihadirkan oleh pengarang melalui tokoh cerita
tersebut.
a. Jenis- jenis Novel
Menurut Al (2019) novel terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
3 unsur yaitu jenis novel berdasarkan nyata atau tidaknya, berdasarkan
genrenya serta berdasarkan isi dan tokohnya.
1. Berdasarkan nyata atau tidaknya sebuah cerita, novel terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Novel fiksi, jenis novel yang satu ini yaitu yang sesuai dengan
namanya,novel ini berkisah tentang hal yang fiktif dan tidak
pernah terjadi, tokoh, alur maupun latar belakangnya hanya
sebuah rekaan penulis saja. contohnya: Twillight dan Harry
Potter.
b. Novel non Fiksi novel ini kebalikan dari sebuah novel fiksi yaitu
sebuah novel yang mencritakan tentang hal yang nyata yang
sudah pernah terjadi, biasanya jenis novel ini berdasarkan
sebuah pengalaman seseorang, dan kisah nyata atau berdasarkan
sejarah. Contoh: Laskar Pelangi.
26
2. Berdasarkan Genrenya novel terbagi menjadi lima jenis yaitu
a. Novel Romantis, Novel romantis merupakan novel yang
menceritakan tentang kisah - kisah percintaan dan juga
tentang kasih sayang. Contoh: Ayat-Ayat Cinta, Ketika
Cinta Bertasbih, dan Mihrab Cinta.
b. Novel Komedi, Novel komedi berisikan tentang sebuah cerita
yang mengandung unsur humor serta hal-hal yang lucu sehingga
membuat pembacanya terhibur dan tertawa. Contoh: Marmut
Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon.
c. Novel Misteri, Novel misteri merupakan jenis novel yang
menggambarkan kisah - kisah atau cerita penuh misteri yang
biasanya ceritanya menimbulkan teka - teki dan penasaran si
pembacanya. Contoh: Sherlock, Holmes, Metropolis, Rebecca,
dan Agatha Christie.
d. Novel Horor, Novel horor menceritakan tentang suatu hal yang
menyeramkan, menakutkan serta membuat si pembaca merasa
tegang dan berdebar-debar. Contoh: Dracula, Bangku Kosong,
Kereta Manggarai.
e. Novel Inspiratif, Novel inspiratif berisikan tentang cerita yang
mampu menginspirasi banyak orang, terutama pada pembacanya.
Novel ini ditujukan untuk memberikan pesan moral atau
membangkitkan motivasi para pembacanya. Contoh: Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, Negeri 5 Menara.
27
3. Berdasarkan isi dan tokohnya novel terbagi menjadi lima jenis yaitu:
a) Novel Teenlit, Novel teenlit merupakan novel yang berisikan
tentang kehidupan remaja serta masa perkembangan yang terjadi
pada remaja. Contoh: Dealova, Paris I’m In Love, Roman
picisan, Perahu Kertas.
b) Novel Chicklit, Novel chicklit berisikan tentang cerita seputar
wanita muda dan berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Contoh: Miss Jutek, Testpack, Klub Santap Malam Rahasia.
c) Novel Songlit, Novel songlit merupakan jenis novel yang
pembuatannya bermula dari sebuah lagu.Contoh: Ruang Rindu,
Lelaki Buaya Darat, Surat Cinta Untuk Starla.
d) Novel Dewasa, Novel dewasa merupakan novel yang
diperuntukkan hanya untuk orang dewasa saja. Hal ini
disebabkan karena isi dari novel ini biasanya mengandung hal
yang sedikit sensualitas serta tentang asmara.
Contoh: Saman dan Larung, dan On The Island.
5. Gaya bahasa
Dengan gaya bahasa yang baik akan mempengaruhi penilaian
seseorang terhadap sebuah tulisan, menurut Tarigan( Surfilanti, 2013)
Mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan cara untuk
menyampaikan pikiran melalui bahasa secara khas atau khusus untuk
memperhatikan kepribadian dan jiwa penulis (penggunaan bahasa). Gaya
bahasa juga merupakan ekspresi personal manusia untuk menyampaikan
28
maksudnya dengan bahasa lisan maupun dengan bahasa tulisan. Setiap
pengarang memiliki bahasa khasnya untuk melukiskan peristiwa
peristiwa lewat media bahasa, seperti jenis bahasa yang digunakan, kata-
katanya, sifat atau ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat-
kalimatnya.
Menurut Nurgiantoro, (2018) gaya bahasa ditandai oleh ciri ciri
formal kebahasaan seperti pilihan kata, strukut kalimat, bentuk bentuk
bahasa figurative, pengunaan kohesi dan lain lain. Menurut Leech dan
Short (Nurgiantoro, 2018) gaya bahasa meruapakan cara pengunaan
bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, dengan demikian
gaya bahasa dapat bermacam macam sifatnya, tergantung dari konteks,
bentuk, dan tujuan penuturan itu sendiri. Adanya konteks dan bentuk
gaya bahasa, akan menentukan gaya bahasa sebuah karya. Gaya bahasa
memiliki banyak ragam, hal itu disebabkan oleh dasar penggolongan
yang berbeda. Maka dari itu, perlunya pemahaman tentang jenis ragam
bahasa. Secara singkat Keraf (2004: 136).
jenis-jenis gaya bahasa dijelaskan sebagai berikut :
a. Gaya Bahasa hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang melebih - lebihkan jumlahnya, ukuranya
dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu
pernyataan atau situasi untuk memperhebatt, meningkatkan kesan
pengaruhnya.
29
b. Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi adalah salah satu jenis majas perbandingan. Dengan
demikian, majas personifikasi adalah gaya bahasa yang menyatakan
benda mati sebagai sesuatu yng seolah olah layak manusia.
Personifikasi banyak digunakan di dalam karya satra seperti puisi.
c. Gaya bahasa Smile
Majas smile adalah majas bertatut yang membandingkan dua hal
yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang
serupa, dinyatakan secara eksplitis dengan kata.
d. Gaya bahasa metafora
Metafora merupakan majas yang menggambarkan sesuatu dengan
perbandingan langsung dan tepat atas sifat yang hampir sama atau
bahkan sama. Majas metafora disebut juga majas persamaan atau
perbandingan.
6. Unsur pembangun novel
Sebagaimana telah dikemukakan dalam defenisi novel bahwa di dalam
pengertian novel adalah ada beberapa unsur yang membangun. Pada
hakekatnya novel dibangun oleh dua unsur yang membangun.pada hakikatnya
novel dibangun oleh dua unsur yaitu, Suwada dalam Yusniar (2019 :10)
a. Unsur luar (ekstrinsik) yaitu: yang berada di luar cerita yang ikuti
mempengaruhi kehadiranya karya tersebut misalnya faktor sosial,
30
konflik memucak ekonomi, kebudayaan, politik, keagaaman, tata nilai
yang dianut masyarakat, latar belakang masyarakat, latar belakang
pengarang, nilai historis, keadaan psikologis pengarang, psikologis
pembaca, penerapan prinsip psikologis dalam karya sastra.
b. Unsur dalam (intrinsik) yaitu: unsur yang membentuk fiksi tersebut
seperti perwatakan, tema, plot, pusat pengisahan, latar dan gaya
bahasa.
7. Novel garis waktu
Novel ini menceritkan sebuah garis waktu proses bagaimana
menghapus sebuah luka yang mendalam. Buku ini merupakan sebuah
rangkuman tulisan sang penulis yang selama (2012-2016) aktif menulis
dibeberapa soal media. Novel ini merupakan repsentasi peristiwa penting
penulis yang mengajarkan tentang mencintai dengan keikhlasan. kisah
asmara dari perkenalan, jatuh cinta, hingga perpisahan. Disini pembaca
akan tahu sudut pandang seseorang yang mencintai perempuan yang telah
memilki kekasih. mencoba tersenyum dengan keadaan sampai sampai
akhirnya situasi berpihak kepadanya. tetapi takdir berkata lain, sehingga
Perjuangan kandas dan pada akhirnya. novel garis waktu karya Fiersa
Besari ini mengajarkan bahwa cinta tak harus memilki.
Novel “ Garis Waktu” karya Fiersa Besari ini ditulis dengan bahasa
puitis sangat kental. Menceritakan perjalan hidup pada suatu garis waktu,
tentang pertemuan kemudian dipisahkan. Tentang pertemuan kemudian
dipisahkan. Tentang terluka dan kehilangan pegangan. Tentang fase dimana
31
kita rindu pada masa lalu dan ingin mengulang kembali masa-masa itu.
maka sesungguhnya yang terbaik adalah ikhlas. Melepaskan sesuatu
dengan hati yang lapang. Percaya bahwa segalanya adalah rentetan kisah
yang tak pernah bisa kita ubah semau diri. Terlepas dari bahasanya yang
puitis novel ini ditulis dengan realita atau kehidupan asli yang benar-benar
didalam oleh manusia pada tiap fasenya. Disinilah tertulis setiap fase yang
harus kita lewati, bersiap dengan segala kenyataan tak tak terduga. Pada
akhirnya, garis waktu tak pernah merangkak mundur. Ia maju bersama
kisah berlalu dan menyongsong kisah baru kedepanya. Pada sebuah garis
waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu
orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian, satu orang
tersebut akan menjadi bagian terbesar dalam agendamu, dan hatimu takkan
memberikan pilihan apapun.
g. Kerangka Pikir
Sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan
refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
lingkungan sosialnya. Salah satu jenis dari karya sastra adalah novel.
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi
yang bersifat imajinatif yang menceritakan sebuah kisah kehidupan yang
kompleks dalam bentuk imajinasi dan mimesis. Sesuai dengan objek
penelitian yang mengkaji novel garis waktu karya Fiersa Besari yang
menceritakan tentang sebuah kisah yang menghapus luka mendalam dan
konflik yang begitu dramatis. Untuk memahami maksud dari novel garis
32
waktu karya Fiersa Besari, maka hal yang harus di perhatikan dalam novel
tersebut adalah diksi dan gaya bahasa, sehingga tidak terjadi kesenjangan
interaksi antara pengarang dan pembaca.
Diksi adalah piilihan kata dalam penulisan ilmiah atau karya fiksi
yang menjadi aspek yang sangat penting dalam pembangunan kalimat
yang efektif dan utuh. Sedangkan gaya bahasa merupakan cara untuk
menyampaikan pikiran melalui bahasa secara khas atau khusus untuk
memperhatikan kepribadian dan jiwa pengarang. dalam penggunaan gaya
bahasa, hal yang penting diperhatikan adalah jenis gaya bahasa. secara
umum jenis gaya bahasa terbagi menjadi empat yaitu, personifikasi,
aufemisme, alegori, dan hiperbola. Karya sastra dibedakan menjadi 3
bagian yaitu puisi, prosa, dan drama. Pada penelitian ini akan fokus pada
karya sastra prosa. Prosa dalam hal ini adalah novel yang berjudul Surga
Kecil di Atas Awan karya Kirana Kejora.
Pada penelitian ini akan menganalisis nilai moral yang terdapat
pada novel tersebut. Lalu pada tahap analisis mengenai nilai-nilai moral
dalam novel tersebut. Kemudian penarikan temuan yang dilakukan setelah
mengetahui hasil dari analisis novel serta mengandung kesimpulan pada
penelitian ini. Berikut merupakan bagan kerangka pikir:
33
Bagan kerangka pikir
NOVEL GARIS WAKTU
Karya Fiersa Besari
GAYA BAHASA
ANALISIS
TEMUAN
DIKSI
KARYA SASTRA
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif, penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode yang bersifat analisis deskriptif kualitatif, Analisis
mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam. Jenis penelitian ini
juga berupa metode penelitian tentang diksi dan gaya bahasa.
Menurut Bogdan dan Taylor ( Nugrahani & Hum, 2014) menjelaskan
bahwa peneletian kualitatif adalah satu cara prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa upacara atau tulisan dan perilaku orang yang
diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu mengahsilkan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperensif, dan
holistik.
B. Data dan sumber data
a. Data
Sumber data dari Penelitian ini ialah karya sastra berupa berupa
novel yang berjudul garis waktu karya Fiersa Besari Sumber Data. Dengan
mengutip kata dan kalimat yang dianggap sesuai dengan judul yang diteliti.
35
b. Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah novel Garis Waktu Karya Fiersa
Besari, Terbit tahun 2006, tebal buku 212 Halaman, Penerbit Media Kita.
C. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang penulis digunakan untuk memperboleh
data dan informasi Teknik mengenai diksi dan gaya bahasa, yaitu dengan
melakukan penulisan pustaka (percetakan) adapun langkah - langkah penulisan
dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut.
a. Teknik membaca
Teknik membaca yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membaca
teks novel garis waktu karya Fiersa Besari.
b. Teknik mencatat
Teknik mencatat merupakan tindak lanjut dari teknik membaca, hasil
pengumpulan data yang diporoleh, yaitu hasil analisis diksi dan gaya bahasa yang
terdapat dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari
D. Teknik analisis data
Analisis dan kualitatif biasanya digunakan untuk karya tulis ilmiah yang
mengkaji novel karya sastra dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Adapun
langkah langkah yang dilakukan penulis untuk menganalisis data penelitian.
Berdasarkan diksi dan gaya bahasa adalah sebagai berikut.
36
1. Menelaah seluruh data yang diperoleh berupa diksi dan gaya bahasa dalam
novel garis waktu karya Fiersa Besari.
2. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis, berupa diksi dan gaya bahasa yang
dikutip untuk memperkuat analisis data
3. Bila pemaparan penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil penelitian
dianggap sebagai hasil akhir.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
a. Penggunaan Gaya Bahasa
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut
ini akan dikaji uraian data mengenai diksi dan gaya bahasa dalam
novel garis waaktu karya Fiersa Besari.
b. Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang melebih – lebihkan jumlahnya,
ukuranya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatakan
kesan pengaruhnya. Gaya bahasa hiperbola tampak pada kalimat
berikut.
“ Merasakan sebagian dirimu masih menancap di jantungku
ketika aku tertatih menjauh” ( Besari, 2006 :153).
Kutipan tersebut merupakan data pertama dari tiga majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Dikategorikan
sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih - lebihkan
kata menancap yang secara leksikal bermakna tercacak oleh benda
tajam ( aplikasi KKBI V), yang biasanya digunakan pada kata
38
paku, pisau. Contoh: a. sebuah paku menacap pada tembok b. ibu
mengambil pisau yang menacap pada kayu.
“Sambil memandang matamu merasakan jantungku ingin meledak,
lalu melihat senyumanmu menghentikan duniaku” ( Besari, 2006 :
68)
Dalam Kutipan tersebut terdapat dua majas hiperbola yang
ditemukan. Dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis
waktu karya Fiersa besari. dikategorikan sebagai gaya bahasa
hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata meledak yang
secaera leksikal bermakna meletus (aplikasi KBBI V) Berikut
contoh pada kalimat: a.ban motor Rika meledak b. Bom yang
dilemparkanya itu meledak tanpa mengenai sasarannya. kata
selanjutnya yang mengandung majas hiperbola pada kutipan
tersebut yaitu menghentikan duniaku, karena terkesan berlebihan
bahwa tidak mungkin senyuman seseorang mampu menghentikan
dunia.
“Dan kau bagaikan pecandu yang rela menggandakan jiwa demi
menatap matamu sekali lagi” (Besari, 2006:12)
Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari
majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya
bahasa dalam garis waktu kaya Fiersa Besari. kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terksesan
39
melebih lebihkan kata menggandakan yang secara leksikal
bermakna tampak lebih dari satu (aplikasi KBBI V) yang biasanya
digunakan pada kata benda seperti, Kunci dan Dokumen. Contoh:
a. Dila menggandakan kunci pagarnya b. ayah mengadakan ke
uangan di tempat kerjanya.
“Disampingmu, aku sanggup melewati pijar mereka”
( Besari,2006: 72)
Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari dikategorikn sebagai
gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata Pijar
yang secara leksikal bermakna percikan logam (aplikasi KBBI V)
berikut conth kalimat yang biasa digunakan pada kalimat benda
seperti, Pisau, Besi. Contoh: a. Adik memotong sayuran di dapur
dengan pisau yang tajam b. besi dirumah adik sudah lama dan
berkarat.
“Jagat raya meledak menjadi jutaan kembang api”
(Besari, 2006:24)
Pada kutipan tersebut merupakan data kelima dari majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari, dikategorikan sebagai
40
gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata Jagat
raya yang seara leksikal bermakna seluruh dunia (aplikasi KBBI
V). Berikut contoh yang biasa digunakan pada kata seluruh dunia
a. pergantian tahun sudah dekat seluruh dunia mengadakan pesta
kembang api b. seluruh dunia tetap mematuhi protokol kesehatan
selamat covid 19.
“Ketika senja menguning diantara jalanan” ( Besari, 2006:76)
Pada kutipan tersebut merupakan data keenam dari majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari, dikategorikan sebagai
gaya bahasa hiperbola karena matahari terbenam senja ( Aplikasi
KBBI V). Berikut contoh yang bisa digunakan pada matahari
terbenam. a. Sore hari Dila sedang ke dermaga melihat senja. b.
Senja di sore hari sangatlah indah.
Tapi mereka punya hati sekuat baja ( Besari, 2006: 91)
Pada kutipan tersebut merupakan data ketujuh dari majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahas
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari, dikategorikan sebagai
gaya bahasa hiperbola karena sesuatu yang keras baja ( Aplikasi
KBBI V). Berikut contoh yang bisa digunakan pada kata baja
41
a. Mereka seperti baja yang keras, yang membuat sebuah
lokomotif terus berjalan. b. Teruslah berjuang meski negara kita di
serang oleh pandemi
B. Gaya bahasa Personifikasi
Personifikasi dalah salah satu jenis majas perbandingan. Dengan
demikian, majas personifikasi adalah gaya bahasa yang menyatakan benda
mati sebagai sesuatu yang seolah olah layak manusia. Personifikasi banyak
digunakan di dalam karya sastra sperti puisi.
“ Aku lupa bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun benapas” (Besari,
2006:8)
Pada kutipan tersebut terdapat dua majas personifikasi.
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bintang pun
bernayawa dan hutan pun beranapas yang terkesan menganggap benda
mati seolah hidup.
“ Dan aku hanya mampu menjadi korban dari kerinduan yang mencekik,
yang tersenyum dengan pipih merah merona tatkala kau menyapaku.
( Besari,2006: 16)
Pada kutipan tersebut terdapat satu majas peronifikasi,
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mencekik ,
dikateorikan sebagai majas personafiksi karena terdapat kata mencekik yang
42
terkesan mengangkat memengang leher sehingga yang dipegang dicekam
dan tidak bernafas.
“Lagi - lagi imajinasi menertawakanku karena selalu berhasil
menemuimu (Besari, 2006:24)
Pada kutipan tersebut terdapat satu majas personifikasi,
dikatogorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata imajinasi
menertawakanku yang teksesan menganggap bahwa imanjinasi merupakan
sesuatu yang hidup layaknya seorang manusia.
“Dan bayangan dicermin tertawa mengejekku” (Besari, 2006:16)
Pada Kalimat tersebut terdapat satu majas personifikasi,
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mengejek.
dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena kalimat tersebut
bertentangan dengan makna yang sebenarnya atau berlawanan dengan apa
yang dikatakan, dalam hal ini terdapat pada kata mengejek (aplikasi KBBI
EDISI V), yang biasa digunakan untuk menghina seseorang.
“Aku tidak tahu caranya menghargai mentari yang membakar langit
hingga kemerahan” (Besari, 2006: 7).
kalimat tersebut terdapat satu majas personifikasi, dikategorikan
sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mengahargai kalimat
tersebut bertentangan dengan makna menghormati ( Aplikasi KBBI V) yang
biasa digunakan untuk menghargai sesuatu.
43
“ Aku tidak tahu caranya mencium wangi hujan yang membasahi bumi”
( Besari, 2006: 7)
Pada kutipan tersebut terdapat dua majas personifikasi,
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mencium
wangi hujan yang bumi membasahi yang terkesan menganggap membasahi
tanah dan mengeluarkan wangi yang harum.
“ Dan tangan kita pernah pernah saling bergandengan di anatara
perjumpaan dan selamat tinggal” ( Besari, 2006 : 8)
Pada kutipan tersebut terdapat terdapat satu majas personifikasi,
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata
bergandengan yang terkesan menganggap berpegangan tangan .
“ Biarkan hatiku berpesata pora. Biarlah aku bersenandung gembira”
( Besari,2006 : 60)
Pada kutipan tersebut terdapat satu majas personifikasi,
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bersenandung
yang berarti bernanyi yang terkesan mengangap menyanyi dengan suara
lembut untuk menghibur diri sendiri atau meninabobokan bayi supaya
tertidur.
“ sesekali ombak menggodaku . katanya, lebih baik sendirian tapi punya
seseorang yang peduli, dari pada punya pasangan tapi merasa sendiri”
44
( Besari, 2006: 132).
Pada kutipan tersebut terdapat majas personifikasi karena terdapat
kata menggoda, yang berarti mengajak seseorang berbuat kebaikan atau
berbuat kejahatan.
“ Aku sudah bersiap untuk kehilanganmu, sebagaimana aku bersiap
melepaskanmu” ( Besari, 2006: 132)
Pada kutipan tersebut terdapat majas personifiksi dikategorikan sebagai
majas personifikasi karena terdapat kata melepaskanmu yang terkesan
menganggap melepaskan segala sesuatu.
“ Pernahka rasa bersalah mengejek dan menertwakanmu? Mati – matian
aku tutup telinga, namu suara itu malah semakin kuat berteriak.
( Besari, 2006 : 143- 144) pada kutipan tersebut terdapat majas personifikasi
karena terdapat kata menertawakanmu, yang berarti menghina seseorang
dengan tingkah laku yang mencemooh.
C. Gaya bahasa metafora
Gaya bahasa metafora rasa kesal Pada kutipan tersebut mengandung majas
sarkasme karena terkesan mengandung celaan. Metafora merupakan majas
yang menggambarkan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas
sifat yang hampir sama atau bahkan sama. Majas metafora disebut juga majas
persamaan atau perbandingan.
45
“ dan pagi – pagiku hanyalah repetisi membosankan untuk mengenyangkan
logika. Aku lupa bintang pun bernyawa, hutan pun bernapas.
( Besari, 2006:8).
Pagi- pagiku hanyalah repetisi yang secara leksikal dalam metafora bermakna
rutinitas seperti repetisi yaitu di ulang terus menerus, di lakukakan karena
pemikiran manusia yang di metaforakan dengan untuk mengenyangkan logika.
“ Kau idamkan tanganku didalam gengamanmu di dalam jabatanku selama
beberapa detik. aku idamkan tanganku di dalam genggamanmu untuk
selamanya. ( Besari, 2006: 11)
Kau idamkan secara leksikal dalam metafora menjelaskan mengenai dan
harapan keinginan terus untuk terus bersama.
“ Mungkin kau adalah malaikat yang seedang menyamar, diturunkan bersama
lusinan boom atom yang meledakkan dimensiku. Dan aku hanya bisa pasrah
membiarkan perkenalan kita dimulai” ( Besari, 2006: 12)
Mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar, diturngkan bersama
lusinan boom atom yang sedang meledakkan.
“ Senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku kelagapan, membias
jingga sebelum akhirnya menggirinku pada kegelapan. ( Besari, 2006: 39)
“ Senja yang secara lekikal dalam metafora merupakan sesuatu yang indah
sehingga menggambarkan sebuah senyuman yang indah”.
46
“Ketika senja menguning diantara jalan” (Besari,2006:76)
Senja yang secara leksikal dalam metafora bermakna setengah gelap sesudah
matahari terbenam.
“ Tapi mereka punya hati sekuat baja, yang sanggup menerima pukulan
bertubi – tubi demi kebahgiaan anaknya” ( Besari, 2006: 91).
Baja yang secara leksikal dalam metafora bermakna sesuatu yang keras dan
kuat.
” Coba kau ingat kembali perjungan kita mencari dermaga yang semestinya
melabunkan kapal kita. Walau itu kau dan aku kuat menghadang ombak dan
badai.”
Yang secara leksikal dalam metafora menggambarkan keinginan agar
orang dicintai mengingatkan perjuangan dalam sebuah hubungan. dengan
perjuangan kita mencari dermaga yang semestinya mendarat kapal kita. Kau
dan aku kuat menghadang, dan permasalahan dalam majas metafora dengan
ombak dan badai.
“ kau laksana mawar yang menggoda untuk ku peluk, terus kupeluk walau
dirimu melukai” ( Besari, 2006: 153)
Menggoda yang secara leksikal dalam metafora bermakna mengajak seseorang
untuk menuju jalan yang lebih baik.
Kita jadi malu berpendapat karena berpendapat kita dicemooh”
47
( Besari, 2006: 170)
Dicemooh yang secara leksikal dalam metafora bermakna hinaan atau ejekan.
“ Bukankah hidup ini serangkaian repetisi? Lantas, haruskah kita takut jatuh hati
karena karna pengalaman patah hati? ( Besari, 2006:174)
Hidup ini serangakai repetisi secara leksikal dalam metafora bermakna metafora
ini bermakana pernyataan retoris sebuah pemikiran jika hidup ini seperti repetisi.
“ rasa adalah anomalia yang tidak bisa diprediksi. Rasa bisa datang dan pergi
kapan pun dia mau” ( Besari, 2006: 177)
Menjelaskan mengenai perasaan. Datang dan pergi kapanpun dia mau secara
leksikal metafora seperti perasaan bisa dilambangkan dengan sesuatu yang lebih
konkret seperti dia datang dan pergi. Yang secara leksikal metafora bermakna
seolah olah yang dicintai tersebut dapat berpengaruh dalam kehidupan.
D.Gaya bahasa smile
“ Ia laksana mentari di tengah temaram, hijau di antara gerseng, cinta
tidak pernah datang tiba – tiba ia akan mengedap – ngedap menyusun ke dalam
urat nadimu. ( Besari, 2006:16)
“ akupun harus mengengam hatimu. Karena entah sejauh langit , atau sedekah
langit – langit, bagiku kau bintang yang kau puja sengah mati. ( Besari, 2006: 17)
“ kau jernih diantara buram, nyata diantara nanar. ( Besari, 2006: 20)
48
“ aku ingin pertama kali melihatmu. Kau masuk ke dalam hidupku tanpa permisi,
berputar bagai gasing di dalam pikiranku . ( Besari, 2006: 43)
“ Menaruh harapan padamu seakan menggenggam duri – duri dibatang mawar,
mmbuatku berdarah. ( Besari, 2006: 48)
“ Senandung lagi nyanyi – nyanyi yang membawaku beriringan denganmu.
Sebab, nadamu mampumembeli bahagia. ( Besari, 2006: 40)
“ Cita – citaku ingin fotomu ada di buku nikahku. ( Besari: 2006: 79)
D. Pengunaan Diksi
Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk
memberikan makna sesuai dengan keinginan penulis. Syarat diksi adalah tepat,
benar, dan lazim, pemilihan diksi yang tidak tepat menyebabkan perbedaan makna
dan pesan penulis tidak tersampaikan.
Adapun diksi yang digunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari
Berdasarkan maknanya yaitu:
a. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau
kalimat. Denotatif menurut KBBI adalah makna atau kelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.
49
a.“ Hidup adalah serangkaian kebetulan. Kebetulan adalah takdir yang
menyamar” ( Hal 9).
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi kebetulan
mengandung makna yang sebenarnya artinya secara kebetulan kita dipertemukan
dengan dia penjahat yang sudah lama dicari itu akhirnya dia tertangkap dengan
cara kebetulan sja.
b. Jika kita berjodoh, walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu kita
pasti akan tetap di pertemukan dengan cara yang lain”. ( Hal 13)
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di pertemukan
mengandung makna yang sebenarnya artinya membuat dua orang atau lebih
berjumpa.
c.Tak usah mengharapkanku menitipkan sesuatu yang belum tentu bisa aku jaga,
meski mungkin, pengharapan darimu hanyalah pengharapan dariku semata.
( hal 19)
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di
pegharapan mengandung makna yang sebenarnya artinya keinginan
terhadap sesuatu.
“jika Jangan mengikat kau tak berniat mengikat”. ( Hal 19)
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di mengikat
mengandung makna yang sebenarnya artinya pertemuan yang mengikat
50
pertemuan yang seharusnya kedua belah pihak menepatinya dengan
sungguh – sungguh.
Kita berdua hanyalah dua orang yang berlari aku sibuk mengejarmu, kau
sibuk menghindariku , ohh, tenang, kau tidak lelah, justru aku menikmati
prosesnya.( Hal 24)
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di proses
mengandung makna yang sebenarnya artinya proses kemajuan covid 19
terus meningkat.
Jangan takut untuk menjadi jujur, jangan takut melawan arus.hanya karna
tidak ada setuju dengan pendapatmu, bukan berarti pendapatmu salah.
( Hal 33)
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di proses
pendapatmu mengandung makna yang sebenarnya artinya begitulah
pendapat orang – orang setelah mendengarkan keberatan – keberatan yang
ditemukan oleh pembela.
Menyanyingimu adalah soal keikhlasan. Bukan keikhlasan untuk terus
terusan diberi harapan semu, melainkan ke ikhlasan untuk menyadari
bahwa memang seharusnya kau berhak bahagia. ( Hal 48)
Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di
proses pendapatmu mengandung makna yang sebenarnya artinya keikhlasan
51
mengajarkan kita cinta tak selamanya tentang kepemilikan. Tapi cinta
adalah tentang keikhlasan. Dan terimakasih untuk segala rasa.
Akan tiba saatnya kita temuakan alasan yang tepat untuk berjuang. Jika
telah tiba genggam erat. Sesuatu yang istimewa takang datang dua kali.
( Hal 65)
Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di
istimewa mengandung makna yang sebenarnya artinya ulang tahun Dila
mendapatkan kado istimewa dari sahabat – sahabatnya.
Jika kata ‘sayang’ tidak berlebihan maka izinkanlah aku mengucap ‘ aku
menyanyangimu’ tanpa batas waktu. ( Hal 72)
Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di
berlebihan mengandung makna yang sebenarnya artinya Harga rumah itu
berlebihan mahalnya.
Mencintai sesuatu bukan berarti tidak pernah jenuh, mencintai sesuatu
berarti bisa menerima konsekuensi kejenuhan, kemudian lanjut menjalani.
( hal 129) .
Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di kejenuhan
mengandung makna yang sebenarnya artinya saya sudah jenuh dengan keadaan
sekarang.
52
Kau laksana mawar yang menggoda untuk kupeluk terus kupeluk walau dirimu
melukai. Dan yang terberat bagiku adalah melepaskan pelukanmu. Merasakan
bagian durimu masih menancap di jantungku ketika aku tertatih menjauh.
( Hal 153)
Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di menancap
mengandung makna yang sebenarnya artinya paku itu menancap di tembok
Dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam. Kini kita tidak
lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam – diam.
( hal 195)
Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di penghujung
malam artinya dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam.
Namun, kini kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu
secara diam – diam.
Beberapa orang tinggal di dalam hidupmu agar kau menghargai kenangan –
kenangan. Beberapa orang tinggal dalam kenangan agar kau menghargai
hidupmu. ( Hal 203)
Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di kenangan
artinya kenangan manis terlalu indah untuk dikenangan kembali.
c. Makna Konotatif
53
Makna konotatif adalah sebuah kata yang mengandung makna kias atau
bukan kata sebenarnya. Adapun diksi yang digunakan dalam novel garis waktu
karya Fiersa Besari Berdasarkan maknanya yaitu
“ jika kasmaran adalah narkotika, maka kau adalah bandarnya, dan kau
bagaikan pecandu yang rela menggandaikan jiwa demi menatap matamu sekali
lagi” ( Hal 12)
diksi narkotika bukan berarti narkoba atau obat – obatan terlarang diksi tersebut
mengambarkan kecanduan artinya kasmaran pada kutipan tersebut adalah sesuatu
yang dapat membuat kecanduan.
“Jika kau terlalu indah untuk kubiarkan berkeliling di linimasa” ( hal 12)
Pada diksi linimasa mengandung makna pada diksi linimasi, tak berarti suatu
tempat diksi linimasa ini mengandung makna garis waktu atau dapat disebut
kenangan.
“ Semuda itu kau kembali menyeretku menjadi budakmu, dan bayangan dicermin
tertawa mengejekku” (Hal 16 )
Pada diksi menyeret mengandung makna pada diksi menarik, tak berarti suatu
tempat diksi menyeret ini mengandung makna menarik dengan paksa.
“ Sementara kata katamu yang seadanyaa dan terkesan dingin adalah residu dari
kembang api yang menghanguskan bumiku menjadi jelaga” (Hal 24) .
54
Pada diksi residu mengandung makna pada diksi ampas, tak berarti suatu tempat
diksi endapan ini mengandung makna seperi ampas kopi yang bertimbun di dasar
cangkir.
“ Dan kau yang bodoh ini terkunci rapat – rapat di dalam labirinmu tak tahu
jalan keluar.” ( Hal 33)
Pada diksi labirin mengandung makna pada diksi sangat rumit, tak berarti suatu
tempat diksi berliku – liku mengandug makna seperti sesuatu yang sangat rumit
dan berbelit – belit.
“ senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku gelagapan, membias
jingga sebelum akhirnya menggiringku pada kegelagapan” (hal 39)
Pada diksi gelagapan mengandung makna pada diksi sulit bernapas , tak berarti
suatu tempat diksi kebingunan mengandung makna seperti sesuatu yang keadaan
sulit bernapas.
“ Tangan kita berlumur harapan palsu, tanganku mengapai – gapai mencari
jalan keluar. Sementara tanganmu mencegah kemana – mana”. ( Hal 44)
Pada diksi mengapai – gapai mengandung makna pada diksi melakukan sesuatu,
tak berarti suatu tempat diksi mengandung makna seperti meraih sesuatu untuk
mendapatkan cita – citanya.
“ Jangan khawatir , mengenai kabarku, aku mencoba untuk baik – baik saja,
memamerkan senyum palsu, untuk seorang badut sepertiku” (Hal 47)
55
Pada diksi memamerkan mengandung makna pada diksi membanggakan sesuatu,
tak berarti suatu tempat diksi mengandung makna seperti mempertunjukkan
“ Bahkan disaat seperti ini, aku masih berusaha tegar, kita sama entah terlalu
pintar menyembunyikan perasaan, atau terlalu bodoh untuk menyatakan”
(hal 51-52)
diksi menyatakan mengandung makna pada diksi menerangkan ini tak berarti
sesuatu tempat diksi artinya menjelaskan pada kutipan tersebut adalah sesuatu
yang dapat megemukakan.
“ Pikiranku percaya bahwa dengan hatiku berlari ke arahmu, dia akan berujung
hancur.” ( Hal 55)
diksi berujung mengandung makna pada diksi runcing tidak berarti disuatu tempat
diksi runcing ini mengandung makna kesudahan atau dapat disebut dengan
berakhir.
“ Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan yang memilihkan. Kita hanya
korban kecewa adalah konsekuensinya bahagia adalah bonus” ( hal 63)
diksi konsekuensi mengandung makna pada diksi perbuatan tidak berarti disuatu
tempat diksi konsekuensi ini mengandung makna sesuai dengan dahulu.
“ wajah akan menua, tapi otak akan mematah, mereka marah jika chatnya tak
terbalas “ ( hal 64)
56
Pada Diksi menua bukan berarti menjadi tua atau diksi tersebut menggambarkan
bertambah tua artinya ibu kelihatan tua setelah berumur 50 tahun.
“ aku sanggup melewati pijar neraka. tak disisimu, apalah arti surga? Di
pelukanmu, aku rela mati hari ini. (hal 72)
Pada diksi pijar bukan berarti yang menyala, diksi tersebut menggambarkan panas
atau terbakar.
“ Melihat segala sesuatu itu seharusnya dari akhirnya dulu, bukan awlanya” .
(hal 75)
Pada diksi akhir mengandung makna pada diksi belakang tidak berarti disuatu
tempat diksi belakang ini mengandung makna penghabisan.
“ Berani mengikuti kata hati, berani keluar untuk melihat dunia. Karena, hidup
didunia ini cuman satu kali” . ( hal 101 )
Pada diksi mengikuti mengandung makna pada diksi menurutkan, tidak berarti
disuatu tempat diksi menurut ini mengandung makna mendengarkan pada kutipan
tersebut adalah sesuatu yang dapat membuat mengikuti perkembangan politik di
luar negeri .
” Teruntuk seseorang yag kejauhan, tak usah khawatir jarak terjauh kita adalah
“waktu “ tabungan terindah kita adalah “ rindu” ( hal 111)
Pada diksi kejauhan bukan berarti terlampau jauh atau diksi tersebut
menggambarkan jarak jauh artinya pada kutipan tersebut adalah tempat yang jauh.
57
“ dan kereta ini akan membawa ragaku pulang. Hanya ragaku yang pulang,
hatiku tidak pernah pergi darimu. Tidak sedikit pun, tidak sekali pun” ( hal 123)
Pada diksi raga mengandung makna pada diksi badan, tidak berarti disuatu tempat
diksi menurut ini mengandung makna raga pada kutipan tersebut adalah sesuatu
yang dapat membuat memperagakan organ tubuh.
“Aku memandangmu dengan samar, sebagaimana kau memikirkanku dengan
nanar” ( hal 132)
Pada diksi samar mengandung makna pada diksi kabur, tidak berarti disuatu
tempat diksi samar ini mengandung makna agak gelap atau dapat disebut dengan
tidak kelihatan nyata.
Cintah selalu menjadi obat, dan selayaknya obat, kau telah overdosis
mengomsusinya secara berlebihan. ( hal 148)
Pada diksi berlebihan mengandung makna pada diksi banyak sekali, tidak berarti
disuatu tempat diksi berlebihan ini mengandung makna banyak sekali atau dapat
disebut dengan tidak sewajarnya.
“ tuhan mempertemukan kita seperti mempertemukan tanah kering dengan rinai
hujan, aku yang gersang kau teduhkan” ( hal 202)
Pada diksi rinai mengandung makna pada diksi gerimis, tidak berarti disuatu
tempat diksi rinai ini mengandung makna tetes –tetes ( tentang hujan)
58
C. pembahasan
Penelitian ini difokuskan pada analisis diksi dan gaya bahasa
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat
dua puluh empat jenis gaya bahasa, empat diantaranya yang digunakan
dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Terdapat tujuh gaya bahasa
hiperbola, sepuluh gaya bahasa personifikasi, sebelas gaya bahasa
metafora dan tujuh gaya bahasa smile. Berikut dapat ditunjukkan dalam
tabel data pengunaan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa
Besari
Tabel 4.1. Gaya bahasa dalam novel garis waktu Karya Fiersa Besari.
No Gaya Bahasa Data Keterangan
1. Gaya bahasa hiperbola 7 Besari, 2006 : 12, 24, 72, 68, 91,76, 153.
2. Gaya bahasa personifikasi 11 Besari, 2006 : 8, 16,16, 24.7,7,8,60,132,132,144
3. Gaya bahasa metafora 11 Besari, 2006 : 8,11,12,39,76,91,153,170
4. Gaya bahasa smile 7 Besari, 2006 : 16,17,0,43,48,40,79
59
Tabel 4.2 Diksi dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari
No. Diksi Data Keterangan
1. Makna konotatif 20 Besari, 2006 : 12, 12, 16, 24, 33, 39, 44,
47, 51, 52. 55, 63 .
2. Makna denotatif 13 9, 13, 19, 19,24, 33, 48, 65, 72, 179, 153,
195, 203.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa gaya bahasa personifikasi
lebih dominan di gunakan pada novel Garis Waktu karya Fiersa Besari. Gaya
bahasa personafikasi di gunakan Fiersa Besari untuk memperindah kalimat agar
pembaca dapat merasakan serta menciptakan khayalan berdasarkan gaya bahasa
hiperbola yang tulis oleh Fiersa Besari. Gaya bahasa personifikasi merupakan
salah satu gaya bahasa pertentangan atau penggunaan kata berkias yang
menyatakan pertentangan dengan maksud sebenarnya oleh penulis untuk
memberikan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca. Majas personifikasi pada
novel ini sebagai penegasan agar pembaca turut merasakan dan menciptakan
imajinasi berdasarkan gaya bahasa khususnya gaya bahasa hiperbola yang ditulis
oleh Fiersa Besari.
Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Fatimah (2020) yang sama-
sama mengkaji gaya bahasa pada novel karya Fiersa Besari. Pada penelitiannya
peneliti mengkaji novel dengan judul Garis waktu , dengan hasil majas hiperbola
juga lebih dominan digunakan oleh Fiersa Besari pada novel tersebut.
60
Adapun gaya bahasa hiperbola juga dominan digunakan dalam novel Garis
Waktu karya Fiersa Besari ini. Gaya bahasa hiperbola digunakan oleh Fiersa
Besari dalam mengumpamakan sifat atau sikap seseorang melalui benda - benda
mati. Gaya bahasa hiperbola juga salah satu majas pertentangan atau penggunaan
kata berkias. Gaya bahasa hiperbola ini digunakan Fiersa Besari agar pembaca
dapat menciptakan imajinasinya terhadap gaya bahasa tersebut dalam memaknai
karyanya.
Gaya bahasa metafora dan smile merupakan gaya bahasa yang sama - sama
bermakna sindiran, namun bedanya, metafora merupakan perbandingan langsung
karena tidak mempergunakan kata - kata pembanding, sedangkan smile
merupakan kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan
mempergunakan kata - kata pembanding. Sedangkan diksi dalam novel garis
waku karya Fiersa Besari yang digunakan berdasarkan maknanya yaitu : makna
denotatif sangat mudah ditemukan dalam tulisan , karena merupakan kata yang
sebenarnya yang tertulis pada kalimat. Sedangkan makna konotatif ialah makna
kias atau bukan kata yang sebenarnnya dan berkaitan dengan nilai rasa.
61
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat empat
dardua puluh empat gaya bahasa yang ditemukan dalam novel garis waktu
karya Fiersa Besari. Dengan data yang ditemukan berjumlah empat gaya
bahasa terdiri dari: (a). Majas Hiperbola berjumlah tujuh Contoh : “Dan
kau bagaikan pecandu yang rela menggandakan jiwa demi menatap
matamu sekali lagi” (Besari, 2006:12)
Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam garis
waktu kaya Fiersa Besari. kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya
bahasa hiperbola karena terksesan melebih lebihkan kata menggandakan
yang secara leksikal bermakna tampak lebih dari satu (aplikasi KBBI V)
yang biasanya digunakan pada kata benda seperti, Kunci dan Dokumen.
Contoh: a. Dila menggandakan kunci pagarnya b. ayah mengadakan ke
uangan di tempat kerjanya.
“Disampingmu, aku sanggup melewati pijar mereka”
( Besari,2006: 72)
Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas
hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam
novel garis waktu karya Fiersa Besari dikategorikn sebagai gaya bahasa
62
hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata Pijar yang secara leksikal
bermakna percikan logam (aplikasi KBBI V) berikut conth kalimat yang
biasa digunakan pada kalimat benda seperti, Pisau, Besi. Contoh: a. Adik
memotong sayuran di dapur dengan pisau yang tajam b. besi dirumah adik
sudah lama dan berkarat. (Besari, 2006: 12, 16, 24, 72, 68, 153)
(b). Majas personifikasi terdapat tiga belas data contoh : “Aku lupa
bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun benapas” (Besari, 2006:8)
Pada kutipan tersebut terdapat dua majas personifikasi.
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bintang pun
bernayawa dan hutan pun beranapas yang terkesan menganggap benda
mati seolah hidup.
“ Dan aku hanya mampu menjadi korban dari kerinduan yang mencekik,
yang tersenyum dengan pipih merah merona tatkala kau menyapaku.
( Besari,2006: 16)
Pada kutipan tersebut terdapat satu majas peronifikasi,
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mencekik ,
dikateorikan sebagai majas personafiksi karena terdapat kata mencekik yang
terkesan mengangkat memengang leher sehingga yang dipegang dicekam
dan tidak bernafas. ( Besari, 2006:8, 7, 7, 8, 16, 16, 24,60, 132, 132, 144)
63
(c). majas metafora terdapat sebelas contoh : “ dan pagi – pagiku hanyalah
repetisi membosankan untuk mengenyangkan logika. Aku lupa bintang pun
bernyawa, hutan pun bernapas. ( Besari, 2006:8).
Pagi - pagiku hanyalah repetisi yang secara leksikal dalam
metafora bermakna rutinitas seperti repetisi yaitu di ulang terus menerus, di
lakukakan karena pemikiran manusia yang di metaforakan dengan untuk
mengenyangkan logika.
“ Kau idamkan tanganku didalam gengamanmu di dalam jabatanku selama
beberapa detik. aku idamkan tanganku di dalam genggamanmu untuk
selamanya. ( Besari, 2006: 11)
Kau idamkan secara leksikal dalam metafora menjelaskan mengenai dan
harapan keinginan terus untuk terus bersama. ( Besari; 2006: 8, 11, 12, 39, 76,
91, 153, 17 )
d. majas smile berjumlah tujuh contoh: “ Ia laksana mentari di tengah
temaram, hijau di antara gerseng, cinta tidak pernah datang tiba – tiba ia akan
mengedap – ngedap menyusun ke dalam urat nadimu. ( Besari, 2006:16)
“ akupun harus mengengam hatimu. Karena entah sejauh langit , atau sedekah
langit – langit, bagiku kau bintang yang kau puja sengah mati. ( Besari, 2006: 17)
(Besari, 2006, 2006: 16, 17, 20, 43, 48, 40, 79)
Sedangkan hasil penelitian dari novel garis waktu karya Fiersa Besari dari analisis
diksi dari hasil penelitian dan pembahasan dari jenis – jenis diksi berdasarkan
64
maknanya a. Makna denotatif berjumlah tiga belas sedangkan makna konotatif
berjumlah dua puluh
B. Saran
Peneliti yang telah dilakukan dalam Novel garis waktu karya Fiersa Besari
dapat dijadikan referensi berikut yang berkait penelitian ini. Penelitian ini. Jika
melakukan penelitian dengan judul novel yang sama, diharapkan meneliti aspek
yang lain agar mengetahui hal yang berbeda dalam novel ini. Untuk peneliti
selanjutnya, diharapkan dapat meneliti unsur intrinsik, gaya bahasa, serta kearifan
lokal dalam novel ini agar memperoleh kesimpulan yang mendukung,
memperkuat teori, serta konsep yang sebelumnya telah dibangun oleh peneliti
maupun peneliti selanjutnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S. (1998). Menulis II. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka.
Al-Ma’ruf, A. I. (2009). Kajian stilistika aspek bahasa figuratif novel ronggeng
dukuh paruk karya Ahmad Tohari. Kajian Linguistik dan Sastra,
Ekoyanantiasih, R. E. (2015). Majas Metafora dalam Pemberitaan Olahraga di
Media Massa Cetak. Pujangga,
Gorys Keraf, D. (2009). Diksi dan gaya bahasa. Gramedia Pustaka Utama.
Hartini, H., & Wibowo, S. B. (2017). Analisis perwatakan tokoh utama dalam
novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi (psikologi sastra) dan
kontribusinya dalam pembelajaran sastra di MTs Parang Magetan.
Linguista: jurnal ilmiah bahasa, sastra, dan pembelajarannya, 1(1),
1–5.
Ht, F. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik sampai
Post-modernisme. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Ibrahim, S. (2017). Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Novel Mimpi Bayang
Jingga Karya Sanie B. Kuncoro. Jurnal Sasindo Unpam, 3(3).
Juariyatun, N. (2011). Penderiataan Batin Tokoh Ibrahim dalam Novel Air MAta
KAsih KArya Taufiqurrahman Al-AzizY: Tinjauan Sosiologi Sastra
[PhD Thesis]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Keraf, G. (2016). Tata bahasa Indonesia Untuk Sekolah Menengah Atas. Ende.
Laila, M. P. (2016). Gaya Bahasa Perbandingan dalam kumpulan Puisi Melihat
Api Bekerja Karya M Aan Mansyur (Tinjauan Stilistika). Jurnal
Gramatika, 2(2), 79994.
Lestari, A. K. (2012). Aspek Moralitas dalam Novel Edensor Karya Andrea
Hirata: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra. Suluk Indo, 1(2), 167–178.
Mustafa, D. R. (2019). Analisis Gaya Bahasa Dalam Novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata. Diksatrasia, 3(2).
Musrifah.2008. Feminisme liberal dalam novel sepenggal Bulan Untukmu
Karya Zhaenal Fanani. Jurnal Lingua. Vol. 2, No.1.
Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra
Books.
Nurgiantoro, B. (2018). Stilistika. UGM PRESS.
66
Nurhikma, N. (2019). Gaya Bahasa dalam Debat Calon Presiden dan Calon
Wakil Presiden Republik Indonesia pada Pemilihan Umum 2019 [PhD
Thesis]. Universitas Negeri Makassar.
Rimang, S. S. (2011). Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Suhendi, D. (2014). Citra Perempuan Rasional-Emosional dalam Novel Layar
Terkembang: Analisis Kritik Sastra Feminis.
Surfilanti, N. I. (2013). Diksi dan Gaya Bahasa dalam Percakapan “Sentilan
Sentilun.”
Suwartini, I. (2013). Kajian Feminisme Dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Mimi
Lan Mintuna Karya Remy Sylado [PhD Thesis]. UNS (Sebelas Maret
University).
Triyadnyani, I. G. A. A. M. (2019). Kekuatan Diksi Dalam Buku Puisi Tarian
Hujan. Sinesis, 13(1), .Wardarita, R., & Ardiansyah, A. (2020).
Analisis Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Novel London Love Story
Karya Tisa Ts. Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia), 10(2), 16
Wicaksono, A. (2017). Pengkajian Prosa Fiksi (edisi revisi). Garudhawaca.
Wulandari, E. D. R. (2014). Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel
Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy [PhD
Thesis]. University of Muhammadiyah Malang. Wonga, D. 2006.
Citra Perempuan dalam Kumpulan Cerita Rakyat Flores
Timur Lamaholot. Yokyakarta: Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia,
UNY. Vol. 5, No. 4. Wonga, D. 2006. Citra Perempuan dalam Kumpulan Cerita
Rakyat Flores
Timur Lamaholot. Yokyakarta: Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia,
Yusniar. 2019. Aspek Feminisme Tokoh Suad Dalam Novel Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Zulaifa, D. (2019). Analisis onomatope novel opera orang kaya karya Ita
Sembirirng [PhD Thesis].
67
Lampiran 1Gambar Sampul Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari
68
Lampiran 2
Biografi Fiersa Besari
Fiersa Besari merupakan laki – laki kelahiran bandung pada tanggal 3
Maret. Bung merupakan sapaan akrab untuk Fiersa. Setelah menyelesaikan
studinya di STBA Yapari ABA Bandung, Bung yang telah lama sudah jatuh
cintah terhadap dunia musik membuat sebuah studio komersil ddi tahun 2009, di
sana juga Bung merekam karya- karyanya. Bukan dalam segi bentuk seni musik
saja, namun Bung juga memberanikan diri untuk merambat dunia tuli,hal tersebut
yang seharusnya telah Bung jalani jauh sebelum lulus dari disiplin tersebut yang
seharusnya telah Bung jalani jauh sebelum lulus dari disiplin ilmunya, sastra. Saat
ini Bung juga aktif diruangan imajinasi, yaitu sebuah kedai yang merangkp
sebagai studio rekaman.
Pada kelahiran Bandung ini telah menerbitkan buku yang sangat diminati
di pasaran dari tahun 2006 hingga 2009. Beberapa karya sastra Fiersa Besari
diantaranya, Garis Waktu, Konspirasi Alam semesta, Catatan Juang, 11:11, arah
langkah, dan tapak jejak. Kegemaran dalam menulis serta menciptakan lagu
dengan gaya sastra yan indah, tak banyak orang tahu bahwa pria kelahiran
Bandung ini adalah seorang pendiri komunitas pencipta buku. Komunitas yang ia
dirikan diberi nama “ Pecandu Buku” komunitas ini bergerak di bindang literasi
yang nantinya bertujuan untuk menyebarkan virus membaca kepada para
anggotanya.
69
Hal positif yang didpatkan oleh anggota komintas ini selain kegemaran
dalam membaca, mereka juga sering membuat ulasan buku yng telah mereka baca
dan menggugahnya ke dalam media sosial. Hal unik yang meledak pada penulis
ini adalah seseorang yang menggemari sesuatu berbau petualangan yang telah
membawanya ke titik penemuan dalam dirinya dengan berpetualangan melalui
akun Youtube dalam bentuk vidio dengan jumlah subscriber mencapai 1,36 juta di
dalam Channel Youtube-nya. Ia kerap membagikan kesukaanya dalam bidang
fotografi dan tips menulis buku.
Lampiran 3
Sinopsis Novel Garis Waktu Karya Fiersa Besari
Buku ini merupakan representasi peristiwa penting penulis yang
menjajarkan kita tentang mencintai dan keikhlasan. Novel garis waktu karya
Fiersa Besari berikut ini cocok juga untuk dijadikan refrensi geng ada satu quetes
yang akan membungkam mulut gebetan kalian biar gak tanya lagi. Buku ini dapat
menjadikan bahan renungan bahwa akan ada pelangi setelah hujan dan akan ada
kebahagiaan setalah berlalu.
Dan kamu tentu saja dinarasikan oleh si aku yang menurut saya adalah
sudut pandang dan pengalaman nyata Bung Fiersa Besari sendiri. Jarak waktu dan
kelas sosila hanyalah angka bagi dua orang yang saling memperjuangkan usia satu
sama lain. Buku ini berisi rentengan cerita dengan format kumpulan surat yang
merupakan penjelasan perasaan - perasaan tentang dirinya sendiri pada wanitanya
secara kronologis dari April.
70
Garis waktu menceritakan tentang sosok aku, pada sebuah garis waktu
yang akan maju akan ada pada saatnya kau bertemu dengan. Sinopsis novel garis
wakt.pada sebuah garis waktu yang akan maju akan ada waktu yang tepat untuk
kehilangan. Garis waktu penulis. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju,
akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk
selamanya,. Kemudia, satu orang tersebut akan manjadi bagian terbesar dalam
agendamu. Hatimu takkan memberikan pilihan apa pun kecuali jatuh cinta,
biapun logika terus bekata bahwa resiko dari jatuh cintah adalah terjerembap di
dasar nestapa.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak, akan ada saatnya terluka dan
kehilangan pegangan. Yang palin menggiurkan setelah ialah berbaring, menikmati
kepedihan, dan membebiarkan garis waktu menyeretmu yang niat tak niat
menjalani hidup. Lantas, mau sampai kapan? Sampai segalanya terlambat untuk
dibenahi? Sampai cahayamu benar benar padam? Sadarkah bahwa tuhan
mengujimu karena dia percaya diri lebih kuat dari yang kau duga? Bangkit. Hidup
takkan menunggu..
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya
keinginan melompat mundur pada titik- titik kenangan tertentu. Namun, pecayalah
tiada guna. Garis waktu takkan memperlambat gerakkanya barang sedikit pun. Ia
hanya mampu maju, dan terus maju, dan mau tidak mau, kita harus ikut terseret
dalam alurnya. Ikhlaskan saja. Sesungguhnya yang lebih menyakitan dari
melepaskan sesuatu ialah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara
perlahan.
71
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau
bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Pada
sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saaatnya kau terluka dan
kehilangan pegangan. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju , akan ada
saastnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenagan tertentu. Maka
ikhlaskan saja kalau begiu. Karena sesungguhnya yang lebih menyakitkan dari
melepaskan ssuatu yang menyakitimu secara perlahan.
“ menulis adalah sebuah kegiatan untuk mengabdikan pemikiran. Dengan
menulis, kita sedang mewarisan pandandan kita hari ini untuk mereka yanh hidup
di masa depan. Karena itulah, meskipun hanya mengangkat hal hal sederhana,
menulis sudah menjadi kebutuhan bagiku. Berhenti menulis sama saja dengan
mati sia – sia” pada bagian pertama dibuka dengan ringkasan perjalan perasaan
aku sebelum dan setelah bertemu kamu. Seperti ciri khas tulisan Bung
( sapaan akrba Fiersa), setiap paragraf dibalut dengan prosa yang indah .
“ Di antara perjumpaan dan selamat tinggal, kita pernah sekuat tenaga
berjuang menyatukan perbedaan selain, meski diakhiri dengan kerealaan untuk
menyerah. Di anatara perjumpaan dan selamat tinggal, kau dan kau pernah
menjadi kita.” Selain berkisah tentang aku, kamu dan dia, pada buku garis waktu
ini juga terselip kisah tentang keluarga, cita – cita dan harapan hingga perenungan
akan mati. Pesan yang disampaikan dapat meyentuh hati pembaca. Akar
72
( Oktober, tahun kedua), mengisahkan tetang kerinduan aku pada orang
tuanya.terutama pada ibu.. “ Lantas, apakah satu kata maha indah yang boleh
megawali semuanya? Bagiku selalu ‘ Ibu’.
Lampiran 4
Korpus Data Gaya Bahasa dalam Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari
No Gaya Bahasa Kutipan
1. Hiperbola a. “ Merasakan sebagian dirimu masih
menancap di jantungku ketika aku
tertatih menjauh “ (Besari, 2016:153)
b. “ Sambil memandang matamu
merasakan jantungku ingin meledak,
lalu melihat senyumanmu
menghentikan duniaku”
(Besari, 2006:68)
c. “Dan kau bagaikan pecandu yang rela
menggandakan jiwa demi menatap
matamu sekali lagi” ( Besari, 2006:12)
d. “Disampingmu, aku sanggup melewati
pijar mereka” ( Besari, 2006: 72)
e. “ Jagat raya meledak menjadi jutaan
kembang api” ( Besari, 2006:24)
f. Tapi mereka punya hati sekuat baja
73
( Besari, 2006: 91)
g. “Ketika senja menguning diantara
jalanan” ( Besari, 2006:76)
2. Personifikasi a. “ Aku lupa bahwa bintang pun
bernyawa, hutan pun bernafas” ( Besari,
2006: 8)
b. “ lagi – lagi imajinasi menertawaanku
karena selalu berhasil menemuimu
( Besari, 2006: 24)
c. “ Dan bayangan dicermin tertawa
mengejekku” (Besari, 2006 :16)
d. “ Aku tidak tahu caranya menghargai
mentari yang membakar langit hingga
kemerahan” ( Besari, 2006: 7).
e. “ biarkan hatiku berpesta pora, biarlah
aku bersenandung gembira
( Besari, 2006 : 60)
f. “ sesekali ombak menggodaku, katanya
lebih baik sendirian tapi punya
seseorang yang peduli, dari pada punya
pasangan tapi merasa sendiri”
( Besari, 2006 : 132)
g. “ aku sudah bersiap untuk
74
kehilanganmu, sebagaimana aku
bersiap melepaskanmu”
( Besari, 2006 : 132)
h. “ pernahkah rasa bersalah mengejek
dan menertawakanku? Mati – matian
aku tutupt telinga, namun suara itu
malah semakin kuat berteriak
( Besari, 2006 : 144 – 1344)
3. Metafora a. “ dan pagi – pagiku hanyalah repetisi
membosankan untuk mengenyangkan
logika. Kau lupa bintang pun benyawa,
hutan pun bernapas. ( Besari, 2006 : 8)
b. “ Kau idamkan tanganku didalam,
gengamanku di dalam jabatanku selama
beberapa detil, aku idamkan tanganku
di dalam gengangmu untuk selamanya.
( Besari, 2006 : 11)
c. Mungkin kau adalah malaikat yang
sedang menyamar, dituangkan,
ditrungkan bersama lusinan boom atom
yang meleddakan dimensiku. Dan aku
hanya bisa pasrah membiarkan
perkenalan kta dimulai”
75
( Besari, 2006 : 12)
d. Senyum seindah senja itu tak pernah
gagal membuatkan gelagapan, membias
jingga sebelum akhirnya meggirinku
pada kegelapan ( Besari, 2006 : 39)
e. Keti senja menguning dianatara jalan
( Besari, 2006 : 76)
f. Tapi mereka punya hati sekuat baja
yang sanggup menerima pukulan tubi –
tubi demi kebahagiaan anaknya
( Besari, 2006 : 91)
g. Kita jadi malu berpendapat karena
berpendapat kita dicemoh
(Besari, 2006 : 170)
h. Rasa adalah anomalia yang tidak
diprediksi, rasa bisa datang dan pergi
kapan pun dia mau ( Besari, 2006 : 174)
i. Rasa adalah anomalia yang tidak bisa
diprediksi. Rasa bisa datang dan pergi
kapan pun dia mau ( Besari, 2006 : 177)
4. Smile a. “ Ia laksana mentari di tengah temaram,
hijau di antara gerseng, cinta tidak
76
pernah datang tiba – tiba ia akan
mengedap – ngedap menyusun ke
dalam urat nadimu.( Besari, 2006:16)
b. “ akupun harus mengengam hatimu.
Karena entah sejauh langit , atau
sedekah langit – langit, bagiku kau
bintang yang kau puja sengah mati.
( Besari, 2006: 17)
c. “ kau jernih diantara buram, nyata
diantara nanar. ( Besari, 2006: 20)
d. aku ingin pertama kali melihatmu. Kau
masuk ke dalam hidupku tanpa permisi,
berputar bagai gasing di dalam
pikiranku . ( Besari, 2006: 43)
e. Menaruh harapan padamu seakan
menggenggam duri – duri dibatang
mawar, mmbuatku berdarah.
( Besari, 2006: 48)
f. Senandung lagi nyanyi – nyanyi yang
membawaku beriringan denganmu.
Sebab, nadamu mampu membeli
bahagia. ( Besari, 2006: 40)
g. Cita – citaku ingin fotomu ada di buku
77
nikahku. ( Besari: 2006: 79)
Lampiran 5
Korpus Diksi dalam Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari
No Diksi Kutipan
1, Denotatif a. Hidup adalah serangkaian kebetulan.
Kebetulan adalah takdir yang
menyamar” ( Hal 9).
b. Jika kita berjodoh, walaupun hari ini
dan di tempat ini tidak bertemu kita
pasti akan tetap di pertemukan dengan
cara yang lain”. ( Hal 13)
c. Tak usah mengharapkanku menitipkan
sesuatu yang belum tentu bisa aku jaga,
meski mungkin, pengharapan darimu
hanyalah pengharapan dariku semata.
( hal 19)
d. “jika Jangan mengikat kau tak berniat
mengikat”. ( Hal 19)
e. Kita berdua hanyalah dua orang yang
berlari aku sibuk mengejarmu, kau
78
sibuk menghindariku , ohh,tenang, kau
tidak lelah, justru aku menikmati
prosesnya.( Hal 24)
f. Jangan takut untuk menjadi jujur,
jangan takut melawan arus.hanya karna
tidak ada setuju dengan pendapatmu,
bukan berarti pendapatmu salah.
( Hal 33)
g. Menyanyingimu adalah soal
keikhlasan. Bukan keikhlasan untuk
terus terusan diberi harapan semu,
melainkan ke ikhlasan untuk menyadari
bahwa memang seharusnya kau berhak
bahagia. ( Hal 48)
h. Akan tiba saatnya kita temukan alasan
yang tepat untuk berjuang. Jika telah
tiba genggam erat. Sesuatu yang
istimewa takan datang dua kali.
( Hal 65)
i. Jika kata ‘sayang’ tidak berlebihan maka
izinkanlah aku mengucap ‘aku
menyanyangimu’ tanpa batas waktu.
( Hal 72)
79
j. Mencintai sesuatu bukan berarti tidak
pernah jenuh, mencintai sesuatu berarti
bisa menerima konsekuensi kejenuhan,
kemudian lanjut menjalani.( hal 129) .
k. Kau laksana mawar yang menggoda
untuk kupeluk terus kupeluk walau
dirimu melukai. Dan yang terberat
bagiku adalah melepaskan pelukanmu.
Merasakan bagian durimu masih
menancap di jantungku ketika aku
tertatih menjauh. ( Hal 153)
l. Dulu kita selalu mengucap kata sayang
di penghujung malam. Kini kita tidak
lebih dari dua orang asing yang
merindukan masa lalu secara diam -
diam. ( hal 195)
m. Beberapa orang tinggal di dalam
hidupmu agar kau menghargai
kenangan - kenangan. Beberapa orang
tinggal dalam kenangan agar kau
menghargai hidupmu. ( Hal 203)
.
80
2. Konotatif a. “jika kasmaran adalah narkotika, maka
kau adalah bandarnya, dan kau bagaikan
pecandu yang rela menggandaikan jiwa
demi menatap matamu sekali lagi”
( Hal 12)
b. “Jika kau terlalu indah untuk kubiarkan
berkeliling di linimasa” ( hal 12)
c. “ Semuda itu kau kembali menyeretku
menjadi budakmu, dan bayangan
dicermin tertawa mengejekku” (hal 16 ).
d. “ Sementara kata katamu yang
seadanyaa dan terkesan dingin adalah
residu dari kembang api yang
menghanguskan bumiku menjadi
jelaga” (Hal 24) .
e. “ Dan kau yang bodoh ini terkunci rapat
- rapat di dalam labirinmu tak tahu
jalan keluar.” ( Hal 33)
f. “ senyum seindah senja itu tak pernah
gagal membuatku gelagapan, membias
jingga sebelum akhirnya menggiringku
pada kegelagapan” (hal 39)
g. “ Tangan kita berlumur harapan palsu,
81
tanganku mengapai - gapai mencari
jalan keluar. Sementara tanganmu
mencegah kemana - mana”. ( Hal 44)
h. “ Jangan khawatir , mengenai kabarku,
aku mencoba untuk baik - baik saja,
memamerkan senyum palsu, untuk
seorang badut sepertiku” (Hal 47)
i. “ Bahkan disaat seperti ini, aku masih
berusaha tegar, kita sama entah terlalu
pintar menyembunyikan perasaan, atau
terlalu bodoh untuk menyatakan”
(hal 51-52)
j. “Pikiranku percaya bahwa dengan hatiku
berlari ke arahmu, dia akan berujung
hancur.” ( Hal 55)
k. “ Jatuh hati tidak pernah bisa memilih.
Tuhan yang memilihkan. Kita hanya
korban kecewa adalah konsekuensinya
bahagia adalah bonus” ( hal 63)
l. “ wajah akan menua, tapi otak akan
mematah, mereka marah jika chatnya
tak terbalas “ ( hal 64)
m. “ aku sanggup melewati pijar neraka.
82
tak disisimu, apalah arti surga? Di
pelukanmu, aku rela mati hari ini.
(hal 72)
n. “ Melihat segala sesuatu itu seharusnya
dari akhirnya dulu, bukan awlanya” .
(hal 75)
o. “ Berani mengikuti kata hati, berani
keluar untuk melihat dunia. Karena,
hidup didunia ini cuman satu kali” .
( hal 101 )
p. Teruntuk seseorang yag kejauhan, tak
usah khawatir jarak terjauh kita adalah
“waktu “ tabungan terindah kita adalah
“ rindu” ( hal 111)
q. “ dan kereta ini akan membawa ragaku
pulang. Hanya ragaku yang pulang,
hatiku tidak pernah pergi darimu. Tidak
sedikit pun, tidak sekali pun” ( hal 123)
r. “Aku memandangmu dengan samar,
sebagaimana kau memikirkanku dengan
nanar” ( hal 132)
s. Cintah selalu menjadi obat, dan
selayaknya obat, kau telah overdosis
83
mengomsusinya secara berlebihan.
( hal 148)
t. “ tuhan mempertemukan kita seperti
mempertemukan tanah kering dengan
rinai hujan, aku yang gersang kau
teduhkan” ( Hal 202)
84
RIWAYAT HIDUP
RAHMAWATI lahir di Gambong Desa Tangkebajeng,
kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa pada tanggal 02 Januari
1999, penulis merupakan buah kasih sayang dari pasangan
Rowa dan Junaedah, Terlahir sebagai anak terakhir dari enam
bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005
di SDN Borong unti, dan lulus pada tahun 2021.kemudian
melanjutkan sekolah menengah pertama pada tahun yang
sama di MTS Muhammadiyah Pammase dan lulus tiga tahun kemudian pada
tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Limbung yang kini
berganti nama pada tahun 2014 dan akhirnya lulus pada tahun 2017. Pada tahun
yang sama penulis terdaftar menjadi Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan
Satra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat rahmat Allah Subhanahu Wata’ala dan iringan do’a dari kedua orang tua.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang teramat besar atas selesainya
skripsi yang berjudul “ Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel garis waktu
karya Fiersa Besari.