Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN HASIL PERIKANAN TANGKAP
DI PELABUHAN PERIKANAN PANARUKAN KABUPATEN
SITUBONDO
SKRIPSI
Oleh:
Anzella Dwita Sari
NIM 131510601144
PROG RAM STU DI A GR IB ISN IS
FAK UL TAS PE RT AN IAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN HASIL PERIKANAN TANGKAP
DI PELABUHAN PERIKANAN PANARUKAN KABUPATEN
SITUBONDO
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Oleh:
Anzella Dwita Sari
NIM 131510601144
PROG RAM STU DI A GR IB ISN IS
FAK UL TAS PE RT AN IAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta Ibunda Anik Yuni Hartinie dan Ayah Slamet
Fajariyanto yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi,
serta do’a yang selalu menyertai selama ini;
2. Kakak Alfian Megananda dan Adik Fenia Ananda Putri serta semua keluarga
tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a selama ini;
3. Ivan Hery Prayudi yang telah memberikan semangat dan motivasi serta
membantu dalam proses penyelesaian skripsi;
4. Almamater yang saya banggakan, Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
iii
MOTTO
Allah SWT tidak akan memberikan suatu cobaan diluar batas kemampuan
manusia.*)
Kesempurnaan adalah bukan ketika tidak ada lagi yang ditambahkan, namun
ketika tidak ada lagi yang dikurangi.
Albert Einstein.**)
*) Q.S Al Baqarah: 28
**) Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan dan Pengelolaan. Jakarta;
PT. Gramedia Pustaka Utama.
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anzella Dwita Sari
NIM : 131510601144
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul
”Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan Kabupaten Situbondo” adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah
diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 8 Juli 2019
Yang menyatakan,
Anzella Dwita Sari
NIM. 131510601144
v
SKRIPSI
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN HASIL PERIKANAN TANGKAP
DI PELABUHAN PERIKANAN PANARUKAN KABUPATEN
SITUBONDO
Oleh
Anzella Dwita Sari
NIM 131510601144
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : Titin Agustina, SP., MP.
NIP. 19820811 200604 2 001
Dosen Pembimbing Anggota : Ir. Anik Suwandari, MP.
NIP. 19640428 199002 2 001
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan
Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan Kabupaten Situbondo” telah
diuji dan disahkan pada:
Hari, tanggal : Senin, 8 Juli 2019
Tempat : Ruang Sidang II Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing Utama,
Titin Agustina, SP., MP.
NIP. 19820811 200604 2 001
Dosen Pembimbing Anggota,
Ir. Anik Suwandari, MP.
NIP. 19640428 199002 2 001
Penguji 1,
Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati. MS.
NIP. 19610715 198503 2 002
Penguji 2,
Agus Supriono, SP., M.Si.
NIP. 19690811 199512 1 001
Mengesahkan
Dekan,
Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D.
NIP. 19600506 198702 1 001
vii
RINGKASAN
Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan Kabupaten Situbondo; Anzella Dwita Sari;
131510601144; 2019; 136 halaman; Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Salah satu penghasil perikanan tangkap di Indonesia yang memiliki
potensi cukup besar yaitu Provinsi Jawa Timur yang menyumbang share produksi
sebesar 35,24%. Pemasaran hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan
Panarukan tidak terlepas dari peranan lembaga pemasaran dalam menyalurkan
ikan hasil tangkapan ke konsumen. Proses distribusi yang panjang dan adanya
pengeluaran biaya untuk memenuhi standar mutu yang diinginkan konsumen
menyebabkan selisih harga yang berbeda jauh antara nelayan dan konsumen.
Margin pemasaran yang semakin besar akan menyebabkan persentase bagian yang
diterima nelayan akan semakin kecil serta tidak efisiensinya pemasaran tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) saluran pemasaran hasil
perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan, (2) efisiensi pemasaran
hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan. Metode penelitian
yang digunakan adalah analitik dan deskriptif. Pengambilan contoh di tingkat
nelayan menggunakan insidental sampling dan didapatkan 21 nelayan.
Pengambilan contoh ditingkat lembaga pemasaran menggunakan snowball
sampling dan didapatkan responden sebanyak 18 responden lembaga pemasaran.
Data yang diperoleh akan di deskripsikan tentang saluran pemasaran dan efisiensi
pemasaran. Sedangkan untuk alat analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah dengan melihat nilai margin pemasaran, fisherman’s share dan
nilai efisiensi pemasaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat tiga saluran
pemasaran yang digunakan yaitu: Saluran Pemasaran I: nelayan - pedagang
pengecer - konsumen, Saluran pemasaran II: nelayan - pedagang pengumpul -
pedagang pengcer - konsumen, Saluran pemasaran III: nelayan - pedagang
pengumpul - pedagang besar luar kota - pedagang pengecer luar kota. Sebanyak
viii
90,48% nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pedagang pengumpul dan
9,52% menjual kepada pedagang pengecer, (2) efisiensi pemasaran di Pelabuhan
Perikanan Panarukan dapat dilihat berdasarkan indikator margin pemasaran, share
biaya dan keuntungan, distribusi margin pemasaran, fisherman’s share dan nilai
efisiensi pemasaran, menunjukkan bahwa pemasaran hasil tangkapan ikan di
Pelabuhan Perikanan Panarukan adalah efisien. Apabila dilihat dari nilai efisiensi
pemasaran, saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang paling efisien
dengan nilai efisiensi pemasaran sebesar 2,67% untuk ikan tongkol dan 2,86%
untuk ikan layang dibandingkan dengan saluran pemasaran II dan saluran
Pemasaran III.
ix
SUMMARY
Marketing Efficiency Analysis of Capture Fisheries Products at Panarukan
Fisheries Port in Situbondo Regency; Anzella Dwita Sari; 131510601144;
2019; 136 pages; Agribusiness Study Program, Agriculture Faculty Universitas
Jember.
One of the producers of capture fisheries in Indonesia, which has
considerable potential, is East Java Province which contributes 35.24% to the
production share. The marketing of fish catches at Panarukan Fisheries Port is
inseparable from the role of marketing institutions in distributingcaughtfish to
consumers. The long distribution process and the cost of spending to meet the
standard qualities desired by consumers cause a huge gap in prices between
fishermen and consumers. Increasing marketing margins will cause reduction of
the percentage received by fishermen also resulting in inefficient marketing.
This study aims to determine: (1) marketing channels for capture fisheries
products at Panarukan Fisheries Port, (2) marketing efficiency of capture fisheries
products at Panarukan Fishery Port. The research method used is analytical and
descriptive. Sampling of fishermen uses incidental sampling and resulted in a total
of 21 fishermen. Sampling of marketing institutions uses snowball sampling and
obtained respondents as many as 18 marketing institutions respondents. The data
obtained will be described throughout marketing channels and marketing
efficiency. On the other hand, tool of analysis used to test the hypothesis is
analyzing at the marketing margin value, fisherman's share, and the value of
marketing efficiency.
The results of this study indicate that (1) there are three marketing
channels used, namely: Marketing Channel I: fishermen - retailers - consumers,
Marketing Channel II: fishermen - collectors - retailers - consumers, Marketing
channels III: fishermen - collectors out of town wholesalers - retailers outside the
city. As much as 90.48% of fishermen sell their catches to collectors and 9.52%
sell to retailers, (2) marketing efficiency at Panarukan Fisheries Port can be seen
based on marketing margin, cost and profit share, marketing margin distribution,
fisherman's share, and the value of marketing efficiency shows that the marketing
x
of fish catches at Panarukan Fishery Port is efficient. When viewed from the value
of marketing efficiency, marketing channel I is the most efficient with the
marketing efficiency of 2.67% for tuna and 2.86% for flying fish in comparison to
marketing channel II and marketing channel III.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Efisiensi
Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap Di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Kabupaten Situbondo”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jember yang telah memberikan bantuan perijinan dalam
menyelesaikan karya tulis ini;
2. Koordinator Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Bapak M. Rondhi SP., MP., Ph.D, yang telah memberikan bantuan sarana dan
prasarana dalam menyelesaikan karya tulis ini;.
3. Ibu Titin Agustina, SP., MP., selaku Dosen Pembimbing Utama, dan Ibu Ir.
Anik Suwandari, MP., selaku Dosen Pembimbing Anggota, Ibu Prof. Dr. Ir.
Yuli Hariyati. MS., selaku penguji 1, dan Bapak Agus Supriono, SP., M.Si.,
selaku penguji 2 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
nasihat, dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
4. Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, MS. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan selama berkuliah di Program Studi Agribisnis
Universitas Jember;
5. Sahabat-sahabat tercinta Annisa Zahra, Radika Aljawahiro, Syifani Putri,
Nurlita Lailia, Suci Rahayu, Oktarany Eka, Nur Azizah Rahmania, Tri Desy
Neni dan Rina Dwi Kristina yang telah memberikan semangat dan do’anya
untuk kelancaran skripsi ini;
6. Seluruh teman-teman Agribisnis 2013, yang telah menemani berjuang,
memberikan do’a dan semangat yang tiada henti;
xii
7. Responden penelitian yang telah memberikan bantuan informasi hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan karya tulis ini tidaklah
sempurna dan masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu penulis
sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Jember, 8 Juli 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ ii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
HALAMAN PEMBIMBING .................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
RINGKASAN ............................................................................................. vii
SUMMARY ................................................................................................ ix
PRAKATA ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat ................................................................. 10
1.3.1 Tujuan ................................................................................ 10
1.3.2 Manfaat .............................................................................. 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................. 11
2.2 Landasan Teori ........................................................................... 14
2.2.1 Perikanan Tangkap ............................................................ 14
2.2.2 Pemasaran .......................................................................... 17
2.2.3 Saluran Pemasaran ............................................................. 18
2.2.4 Margin Pemasaran ............................................................. 21
2.2.5 Efisiensi Pemasaran ........................................................... 24
xiv
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 25
2.4 Hipotesis ...................................................................................... 29
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 30
3.1 Penentuan Daerah Penelitian .................................................... 30
3.2Metode Penelitian ........................................................................ 30
3.3 Metode Pengmbilan Contoh ..................................................... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 31
3.5 Metode Analisis Data ................................................................. 32
3.6 Definisi Operasional ................................................................... 36
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ..................... 38
4.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian .................... 38
4.2 Tempat Pelelangan Ikan (TPI Pelabuhan Perikanan
Panarukan ................................................................................. 39
4.3 Kondisi Penduduk .................................................................... 41
4.4 Kegiatan Usaha Penangkapan Ikan ........................................ 44
4.5 Karakteristik Ikan Hasil Tangkapan ...................................... 46
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 48
5.1 Saluran Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan .............................................................. 48
5.1.1 Lembaga Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ........................................ 48
5.1.2 Saluran Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ........................................ 51
5.1.3 Fungsi Pemasaran Lembaga Pemasaran Hasil Perikanan
Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan ..................... 55
5.2 Margin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Hasil
Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan .... 60
5.2.1 Margin Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ....................................... 60
5.2.2 Fisherman’s Share Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ....................................... 74
xv
5.2.3 Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ....................................... 76
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 79
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 79
6.2 Saran ............................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 80
LAMPIRAN ..................................................................................... 83
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Penyediaan Ikan Untuk Konsumsi dan Angka Konsumsi Ikan Di
Indonesia Tahun 2010-2014 ............................................................ 1
1.2 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi Di Indonesia (ton)
Tahun 2011-2015 ............................................................................ 2
1.3 Produksi Ikan Menurut Kabupaten/Kota Pantai Utara Jawa Timur
dan Sub Sektor Penangkapan Jawa Timur (ton) Tahun 2014-2015
.......................................................................................................... 4
1.4 Jumlah Unit Pengolahan Ikan dengan Pengeringan/ Penggaraman
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014 .................... 5
1.5 Produksi Ikan Tangkap Per Kecamatan Di Kabupaten Situbondo
(ton) Tahun 2015-2016 ................................................................... 7
1.6 Harga Ikan Segar di Tingkat Nelayan dan Konsumen Tahun 2016-
2017 ................................................................................................. 8
4.1 Daftar Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan .. 39
4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Panarukan Tahun 2016 .................................................................... 42
4.3 Karakteristik Usia Nelayan Responden .......................................... 43
4.4 Karakteristik Tingkat Pendidikan Nelayan Responden .................. 43
5.1 Jumlah Nelayan Responden dan Lembaga Pemasaran Hasil
Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
.......................................................................................................... 48
5.2 Distribusi Hasil Tangkapan Nelayan .............................................. 54
5.3 Fungsi-fungsi Pemasaran Lembaga Pemasaran Hasil Perikanan
Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan .................................. 56
5.4 Nilai Share, Distribusi Margin dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol Di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran
I) ...................................................................................................... 60
xvii
5.5 Nilai Share, Distribusi Margin dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran
II) ..................................................................................................... 62
5.6 Nilai Share, Distribusi Margin dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran
III) ................................................................................................... 65
5.7 Nilai Share, Distribusi Margin dan Margin Pemasaran Ikan
Layang di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
..................................................................................................... 67
5.8 Nilai Share, Distribusi Margin dan Margin Pemasaran Ikan
Layang di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran
II) .................................................................................................... 69
5.9 Nilai Share, Distribusi Margin dan Margin Pemasaran Ikan
Layang di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran
III) ................................................................................................... 72
5.10 Hasil Fisherman’s Share pada Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ..................................................... 74
5.11 Hasil Fisherman’s Share pada Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ..................................................... 75
5.12 Hasil Analisis Efisiensi Pemasaran pada Pemasaran Ikan Tongkol
di Pelabuhan Perikanan Panarukan ................................................. 76
5.13 Hasil Analisis Efisiensi Pemasaran pada Pemasaran Ikan Layang
di Pelabuhan Perikanan Panarukan ................................................. 76
5.14 Hasil Analisis Margin Pemasaran, Fisherman’s Share dan Efisiensi
Pemasaran pada Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ..................................................... 77
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Peta Persebaran Penghasil Ikan Tangkap di Pesisir Utara Jawa
Timur ............................................................................................... 3
2.1 Kurva Penawaran Permintaan Primer dan Turunan Serta Margin
Pemasaran ........................................................................................ 23
2.2 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 29
4.1 Ikan Tongkol .................................................................................... 46
4.2 Ikan Layang ..................................................................................... 46
5.1 Skema Saluran Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan ........................................................................ 51
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi di Indonesia (ton)
Tahun 2010-2015 ............................................................................. 83
B Produksi dan Nilai Perikanan Tangkap menurut Jenis Ikan di
Kabupaten Situbondo (ton) Tahun 2015 – 2016 ............................. 85
C Daftar Identitas Responden Nelayan di Pelabuhan Perikanan
Panarukan ........................................................................................ 86
D Daftar Identitas Responden Pedagang di Pelabuhan Perikanan
Panarukan ......................................................................................... 87
E Skema Saluran Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan
Perikanan Panarukan ........................................................................ 88
F Biaya Kegiatan Melaut dan Biaya Pemasaran Nelayan Pada Hasil
Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan ....................... 89
G Biaya Pemasaran Pedagang Pada Hasil Tangkapan Ikan di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ..................................................... 90
H Pemasaran Nelayan Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan
Perikanan Panarukan ....................................................................... 91
I Biaya Pemasaran Nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan ...... 92
I1 Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Melalui Pedagang
Pengumpul ....................................................................................... 92
I2 Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Melalui Pedagang
Pengecer ........................................................................................... 93
J Biaya Pemasaran Pedagang Besar Lokal di Pelabuhan Perikanan
Panarukan ......................................................................................... 94
J1 Pemasaran Pedagang Besar di Pelabuhan Perikanan Panarukan
pada Saluran Pemasaran III ............................................................. 94
J2 Pemasaran Pedagang Besar di Pelabuhan Perikanan Panarukan
pada Saluran Pemasaran II .............................................................. 95
xx
K Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer di Pelabuhan Perikanan
Panarukan ......................................................................................... 96
K1 Pemasaran Pedagang Ecer di Pelabuhan Perikanan Panarukan
pada Saluran Pemasaran I ................................................................ 97
K2 Pemasaran Pedagang Ecer di Pelabuhan Perikanan Panarukan
pada Saluran Pemasaran II .............................................................. 97
L Biaya Pemasaran Pedagang Besar Luar Kota ................................. 98
L1 Pemasaran Pedagang Besar Luar Kota Pada Saluran Pemasaran III
.......................................................................................................... 98
M Analisis Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran
pada Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan ........................................... 100
M1 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol (Saluran Pemasaran I) ....................................................... 100
M2 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol (Saluran Pemasaran II) ...................................................... 102
M3 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol (Saluran Pemasaran III) ..................................................... 105
M4 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Layang (Saluran Pemasaran I) ......................................................... 108
M5 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Layang (Saluran Pemasaran II) ........................................................ 110
M6 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Layang (Saluran Pemasaran III) ...................................................... 113
N Fisherman’s Share pada Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan di
Pelabuhan Perikanan Panarukan ..................................................... 116
N1 Fisherman’s Share Pemasaran Ikan Tongkol ................................. 116
N2 Fisherman’s Share Pemasaran Ikan Layang ................................... 116
O Efisiensi Pemasaran pada Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan
Perikanan Panarukan......................................................................... 117
O1 Efisiensi Pemasaran Ikan Tongkol .................................................. 117
O2 Efisiensi Pemasaran Ikan Layang .................................................... 117
xxi
P Hasil Analisis Margin Pemasaran, Fisherman’s Share dan
Efisiensi Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan......... 118
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas
wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki
keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar.
Berdasarkan data FAO (2014) pada tahun 2012 Indonesia menempati peringkat
ke-2 untuk produksi perikanan tangkap dan peringkat ke-4 untuk produksi
perikanan budidaya di dunia. Fakta ini dapat memberikan gambaran bahwa
potensi perikanan Indonesia sangat besar, sehingga perlu dikelola dengan baik dan
bertanggung jawab agar kegiatannya dapat berkelanjutan (Kementrian PPN/
Bapennas, 2014). Hal tersebut memberikan bukti bahwa besarnya potensi di
bidang perikanan khususnya perikanan tangkap dapat memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap PDRB di Indonesia.
Tabel 1.1 Penyediaan Ikan Untuk Konsumsi dan Angka Konsumsi Ikan di
Indonesia Tahun 2010-2014
Rincian- Item Tahun
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
2010 2011 2012 2013 2014 2010-2014
Penyediaan
Ikan
Total (1000
Ton) 9,119 10,282 11,588 11,882 13,072 9,50
Per Kapita
(Kg/Kap/Th) 38,39 42,49 47,22 47,77 51,80 7,85
Konsumsi
Ikan
Per Kapita
(Kg/Kap/Th) 30,48 32,25 33,89 35,21 38,14 5,78
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015
Berdasarkan Tabel 1.1, konsumsi ikan dan penyediaan ikan untuk
konsumsi di tingkat nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Sebagaimana yang terjadi antara tahun 2010 hingga tahun 2014 angka rata-rata
pertumbuhan konsumsi ikan tercatat sebesar 5,78% per tahun. Dimana angka pada
tahun 2010 konsumsi ikan sekitar 30,48 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2014
mencapai 38,14 kg/kapita/tahun. Apabila dilihat dari tingkat pertumbuhan pada
tahun 2010-2014 penyediaan ikan juga mengalami pertumbuhan rata-rata yang
positif sebesar 7,58% per tahun. Pada tahun 2010 penyediaan ikan sebesar 38,39
kg/kapita/tahun dengan penyediaan ikan total sebesar 9,119 ton, dimana pada
2
tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebesar 51,80 kg/kapita/tahun dengan
penyediaan ikan total sebesar 13,072 ton. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor
perikanan di Indonesia menjadi sangat penting karena mengalami kenaikan setiap
tahunnya.
Tabel 1.2 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi di Indonesia (ton) Tahun
2011-2015
No. Provinsi
Rata-Rata
Produksi
2011-2015
(ton)*
Rata-rata
Share
Produksi
(%)*
Rank*
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)*
Rank*
1 Aceh 155770 2,668 18 0,04 18
2 Sumatera Utara 509195 8,723 2 0,05 17
3 Sumatera Barat 206978 3,546 11 0,02 27
4 Riau 101819 1,744 23 0,06 16
5 Jambi 47391 0,812 32 0,02 24
6 Sumatera Selatan 71405 1,223 28 0,55 1
7 Bengkulu 52028 0,891 31 0,10 9
8 Lampung 157797 2,703 16 0,02 25
9 Kep.Bangka Belitung 187440 3,211 12 -0,05 32 10 Kep. Riau 146898 2,516 19 -0,01 29
11 DKI Jakarta 225008 3,855 8 0,11 7
12 Jawa Barat 218214 3,738 9 0,11 8
13 Jawa Tengah 265309 4,545 7 0,09 12
14 DI Yogyakarta 4431 0,076 33 0,09 10
15 Jawa Timur 382256 6,548 3 0,03 22
16 Banten 60842 1,042 29 0,04 19
17 Bali 101265 1,735 24 0,02 23
18 Nusa Tenggara Barat 170795 2,926 14 0,11 6
19 NusaTenggara Timur 100355 1,719 25 0,07 13
20 Kalimantan Barat 129588 2,220 20 0,13 4
21 Kalimantan Tengah 72855 1,248 27 0,27 2 22 Kalimantan Selatan 168733 2,891 15 0,17 3
23 Kalimantan Timur 107199 1,836 22 0,01 28
24 Sulawesi Utara 269364 4,614 6 0,03 21
25 Sulawesi Tengah 208156 3,566 10 0,07 14
26 Sulawesi Selatan 272170 4,663 4 0,09 11
27 Sulawesi Tenggara 157428 2,697 17 -0,06 33
28 Gorontalo 91964 1,575 26 0,07 15
29 Sulawesi Barat 52548 0,900 30 -0,02 30
30 Maluku 562630 9,638 1 0,02 26
31 Maluku Utara 184390 3,159 13 0,12 5
32 Papua Barat 123162 2,110 21 0,03 20 33 Papua 272016 4,660 5 -0,02 31
Total 5837400 100
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2011-2015
*)
Diolah Peneliti, Lampiran A hal 83
Berdasarkan Tabel 1.2, produksi perikanan tangkap menurut provinsi di
Indonesia pada tahun 2011-2015, salah satu penghasil perikanan tangkap di
Indonesia yang memiliki potensi cukup besar yaitu Provinsi Jawa Timur. Produksi
3
Perikanan di Jawa Timur berada produksi tertinggi diurutan ke-3 dengan share
produksi sebesar 6,548% dari total produksi perikanan laut dari setiap provinsi di
Indonesia setelah Maluku dengan share produksi 9,638% dan Sumatra Utara
dengan share produksi 8,723%. Dapat dilihat pada Tabel 1.2 bahwa dari tahun
2011 hingga tahun 2015 produksi perikanan tangkap di Jawa Timur semakin
meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan yang positif sebesar
0,03% per tahunnya dengan rata-rata produksi sebesar 382.256 ton. Di pulau
Jawa, Provinsi Jawa Timur berada di urutan pertama dengan share produksi
tertinggi yaitu sebesar diantara 4 provinsi lainnya yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Menurut Noegroho dkk (2014), Jawa Timur merupakan provinsi yang
memiliki kawasan laut hampir empat kali luas daratannya dengan garis pantai
kurang lebih 2.128 km. Provinsi Jawa Timur memiliki iklim tropis basah
dibandingkan dengan wilayah pulau jawa bagian barat. Jawa Timur pada
umumnya memiliki curah hujan yang lebih sedikit. Kawasan pesisir utara Jawa
Timur umumnya dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian alam, budidaya
laut, penangkapan laut dan pemukiman nelayan (pesisir). Pesisir pantai utara Jawa
Timur pada umumnya berdataran rendah yang ketinggiannya hampir sama dengan
permukaan laut. Dapat dilihat pada Gambar 1 wilayah yang termasuk pesisir utara
Jawa Timur adalah Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik,
Kota Surabaya, Kota Probolinggo, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo.
Gambar 1.1 Peta Persebaran Penghasil Ikan Tangkap Di Pesisir Utara Jawa Timur
4
Produksi ikan pada tahun 2014- 2015 di wilayah Provinsi Jawa Timur
tepatnya di wilayah pesisir pantai utara, kabupaten yang paling banyak
berkontribusi menghasilkan ikan adalah Kabupaten Lamongan. Produksi ikan dari
kabupaten Lamongan ini memiliki kontribusi (share) terhadap total produksi ikan
di provinsi Jawa Timur mencapai sekitar 42,79%. Selain itu salah satu penghasil
produk perikanan laut di Jawa Timur yang memiliki potensi cukup besar sebagai
daerah pengahasil ikan adalah Kabupaten Situbondo. Dapat dilihat pada Tabel
1.3, produksi perikanan laut di Kabupaten Situbondo pada tahun 2014-2015,
berada di urutan ke 8 dengan share produksi sebesar 4,33% dari 10 penghasil ikan
di wilayah pesisir utara di Jawa Timur, meskipun tidak sebesar 7 kabupaten
lainnya Kabupaten Situbondo tetap mempunyai potensi perkembangan dalam
subsektor perikanan apabila melihat garis pantainya yang panjang sepanjang 131,
575 km dan tingkat pertumbuhan 0,15%, serta akses daerah penangkapan dan
transportasi yang mudah dari Pulau Madura, Selat Bali, Kabupaten Banyuwangi
dan Kabupaten Probolinggo. Subsektor perikanan di Kabupaten Situbondo masih
di dominasi oleh penangkapan perikanan laut dibandingkan dengan budidaya
tambak, kolam dan laut.
Tabel 1.3 Produksi Ikan Menurut Kabupaten/Kota Pantai Utara Jawa Timur dan
Sub Sektor Penangkapan Jawa Timur (Ton) Tahun 2014-2015
Kabupaten/
Kota
Penangkapan Rata-
Rata*
Rata-
rata
Share
(%)*
Rank *
Rata-rata
Pertumbuh
an (%)*
Rank*
Perikanan
Laut 2014
(ton)
Perikanan
Laut 2015
(ton)
Kabupaten
Situbondo 8.354,60 7.104,00 7.729,30 4,33 8 0,15 7
Probolinggo 13.068,40 17.678,70 15.373,55 8,61 4 0,35 3
Pasuruan 7.942,90 8.405,40 8.174,15 4,58 7 0,06 6
Sidoarjo 10.917,80 14.410,20 12.664,00 7,09 6 0,32 4
Tuban 9.793,10 31.419,60 20.606,35 11,54 2 2,21 1
Lamongan 72.496,50 80.360,70 76.428,60 42,79 1 0,11 5
Gresik 17.269,00 11.066,40 14.167,70 7,93 5 0,36 9
Kota
Probolinggo 18.647,10 15.165,70 16.906,40 9,47 3 0,19 8
Pasuruan 1.473,40 3.842,90 2.658,15 1,49 10 1,61 2
Surabaya 7.802,90 - 3.901,45 2,18 9 -1 10
Total 167.765,70 189.453,60 178.609,65 100
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2014-2015
*)
Data diolah oleh Peneliti
5
Menurut Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur (2014),
Kabupaten Situbondo termasuk ke dalam salah satu dari 7 kabupaten sebagai
potensi pengembangan paling besar dengan share sebesar 7,94% untuk unit
pengolahan ikan dengan cara pengeringan/ penggaraman dengan jumlah Unit
pengolahan Ikan (UPI) sebanyak 204 unit pengolahan dibandingkan dengan
kabupaten-kabupaten lainnya yang berada di Jawa Timur. Hal ini juga
membuktikan bahwa Kabupaten Situbondo merupakan salah satu penghasil ikan
dikarenakan banyaknya Unit Pengolahan Ikan dengan pengeringan/ penggaraman.
Tabel 1.4 Jumlah Unit Pengolahan Ikan dengan Pengeringan/ Penggaraman
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2014
No Kabupaten/ Kota Jumlah Unit Pengolahan Ikan Share (%)
1 Kab. Bangkalan 292 11,37
2 Kota Surabaya 279 10,86
3 Kab. Tuban 264 10,28
4 Kab. Sampang 242 9,42
5 Kab. Situbondo 204 7,94
6 Kab. Sumenep 200 7,79
7 Kab. Gresik 199 7,75
8 Kab. Lamongan 189 7,36
9 Kab. Pamekasan 122 4,75
10 Kab. Pasuruan 118 4,59
11 Kab. Banyuwangi 86 3,35
12 Kab. Sidoarjo 70 2,72
13 Kab. Jember 68 2,65
14 Kab. Probolinggo 58 2,26
15 Kab. Pasuruan 53 2,06
16 Kab. Probolinggo 32 1,25
17 Kab. Bojonegoro 24 0,93
18 Kab. Malang 22 0,86
19 Kab. Trenggalek 20 0,78
20 Kab. Pacitan 11 0,43
21 Kab. Blitar 5 0,19
22 Kab. Tulungagung 4 0,16
23 Kab. Lumajang 3 0,12
24 Kab. Jombang 2 0,08
25 Kota Blitar 1 0,04
26 Kota Batu 1 0,04
Jumlah 2569 100
Sumber: Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, 2014
6
Perikanan tangkap di Kabupaten Situbondo merupakan sektor yang sangat
penting bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya terhadap sektor
perikanan tangkap, baik sebagai nelayan maupun industri pengolahan ikan skala
kecil dan besar. Produksi jenis ikan yang diperoleh oleh nelayan yang paling
tinggi berturut-turut adalah ikan tongkol dan ikan layang. Ikan tongkol merupakan
ikan yang paling banyak di dapat oleh nelayan dengan share produksi sebesar
16,90%, sementara ikan layang menyumbang share produksi sebesar 15,68%
(Lampiran B halaman 85). Jenis ikan tangkap yang diperoleh nelayan merupakan
ikan pelagis, ikan tersebut merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan pelagis yang hidupnya berada di lapisan
permukaan air dan dalam beraktifitas selalu membentuk gerombolan dan sering
melakukan migrasi. Ikan tongkol dan ikan layang merupakan hasil tangkapan
yang paling dominan di perairan Situbondo.
Kabupaten Situbondo mempunyai 17 kecamatan, dimana 13 kecamatan
diantaranya merupakan kawasan perairan laut, dan 4 kecamatan lainnya yang
tidak memiliki perairan laut. Hal itu menunjukkan bahwa potensi perikanan di
Kabupaten Situbundo cukup tinggi dikarenakan persebaran kawasan perairan
yang hampir ada di setiap kecamatan. Dapat dilihat pada Tabel 1.5 produksi ikan
tangkap di Kabupaten Situbondo tertinggi yaitu Kecamatan Banyuputih yang
menyumbang share produksi sebesar 35,71%, kedua tertinggi yaitu Kecamatan
Kapongan dengan share produksi 14,43%, ketiga yaitu Kecamatan Mangaran
dengan share produksi 9,14% dan keempat yaitu Kecamatan Panarukan dengan
share produksi 7,83%. Walaupun Kecamatan Banyuputih mempunyai produksi
tertinggi, dari segi pertumbuhan mengalami tingkat pertumbuhan yang postif
namun rendah yaitu sebesar 0,12%. Sedangkan Kecamatan Kapongan dan
Kecamatan Mangaran memiliki pertumbuhan yang negatif berturut-turut yaitu -
0,73% dan -0,81%. Sedangkan Kecamatan Panarukan memiliki produksi tertinggi
keempat dan mempunyai pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 2,35%. Hal
tersebut didukung dengan adanya Pelabuhan Perikanan Panarukan yang terkenal
dari zaman belanda yang aktif dari dulu hingga sekarang, serta tempat pelelangan
7
yang masih aktif juga dan letak strategis pelabuhan dan kawasan pesisir
Panarukan sendiri yang terletak dekat dengan jalur pantura.
Tebel 1.5 Produksi Ikan Tangkap Per Kecamatan di Kabupaten Situbondo Tahun
2015-2016
Kecamatan
Produksi (ton) Rata-
rata*
Rata-
rata
Share
(%)*
Rank *
Pertumbuh
an
(%)*
Rank *
2015 2016
Banyuglugur 226,2 442,97 334,58 2,66 9 0,96 4 Sumbermalang - - - - - - -
Jatibanteng - - - - - - -
Besuki 777,5 933,59 855,54 6,81 5 0,20 8
Suboh 788,1 709,19 748,64 5,96 6 -0,10 10 Mlandingan 236,1 358,32 297,21 2,37 11 0,52 6
Bungatan 229,58 724,92 477,25 3,80 8 2,16 3 Kendit 107,59 492,92 300,25 2,39 10 3,58 1
Panarukan 452,25 1.514,93 983,59 7,83 4 2,35 2
Mangaran 1.994,79 369,31 1.182,05 9,41 3 -0,81 13 Situbondo - - - - - - -
Panji - - - - - - -
Kapongan 2.856,94 766,61 1.811,77 14,43 2 -0,73 11 Arjasa 374,01 84,31 229,16 1,82 12 -0,77 12
Asembagus 75,97 144,8 110,38 0,88 13 0,91 5
Jangkar 620,27 865,71 742,99 5,92 7 0,40 7 Banyuputih 4.235,4 4.734,63 4.485,01 35,71 1 0,12 9
Total 12.974,70 12.142,22 12.558,46 100
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo Tahun
2015-2016
*) Data diolah oleh Peneliti
Pelabuhan perikanan (PP) dan pangkalan pendaratan ikan (PPI)
merupakan salah satu infrastruktur yang penting keberadaannya dalam pemasaran
ikan hasil tangkapan di perairan laut dan umum. Orientasi keberadaan dua jenis
infrastruktur ini, yaitu memberikan pelayanan untuk mempermudah pemasaran
hasil tangkapan dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Akan tetapi, kenyataan yang ada adalah masih belum optimalnya fungsi dari
pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan sebagai market centre
(Deswati, 2015).
Penurunan produksi ikan dikarenakan musim berdampak pada kurangnya
pasokan ikan segar, sedangkan masyarakat banyak yang lebih menyukai ikan
segar yang baru ditangkap oleh nelayan. Pada saat musim paceklik banyak
nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan enggan melakukan kegiatan melaut
8
dikarenakan ikan sulit didapatkan, jika nelayan tetap melakukan kegiatan melaut
maka tangkapan ikan yang didapat tidak akan banyak dan juga membuat kerugian
bagi nelayan. Selain itu faktor musim menyebabkan terjadinya fluktuasi harga
yang sehingga memberikan peluang kepada pedagang untuk memanipulasi
informasi harga, artinya jika terjadi peningkatan harga ditingkat konsumen, maka
peningkatan harga tersebut tidak dapat diteruskan kepada produsen dengan cepat,
begitu pula sebaliknya.
Tabel 1.6 Harga Ikan Segar di Tingkat Nelayan dan Konsumen Tahun 2016-2017
Tahun Musim
Penangkapan
Harga di Tingkat
Nelayan (Rp/kg)
Harga di Tingkat
Konsumen (Rp/kg) Selisih harga (Rp)
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
2016 Musim Ikan 17000 13800 25000 23000 8000 9200
Musim Paceklik 18000 15000 27000 25000 9000 10000
2017 Musim Ikan 15000 13000 26000 24500 11000 11500
Musim Paceklik 17500 14000 28500 27000 11000 13000
Sumber: TPI Samudra Mina Jaya Panarukan, 2018
Berdasarkan Tabel 1.6, terlihat bahwa terdapat perbedaan harga antar
musim ikan dan musim paceklik, dimana biasanya pada saat musim ikan harga
akan cenderung turun dan pada saat musim paceklik harga kembali naik. Hal itu
menyebabkan adanya perubahan harga pula di tingkat konsumen. Selain itu
margin pemasaran yang terjadi antara nelayan dan konsumen cukup besar untuk
ikan tongkol pada tahun 2016 sebesar Rp. 8.000/kg hingga Rp. 9.000/kg dan
untuk ikan layang sebesar Rp. 9.200/kg hingga Rp. 10.000/kg. Hal ini
dikarenakan panjangnya saluran pemasaran yang dilalui untuk sampai kepada
konsumen akhir.
Pemasaran hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan tidak
terlepas dari peranan lembaga pemasaran dalam menyalurkan ikan hasil
tangkapan ke konsumen. Saluran pemasaran ikan di Pelabuhan perikanan
Panarukan yang terjadi yaitu dari nelayan sebagai produsen kemudian pedagang
pengumpul ikan, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Proses
distribusi yang panjang dan adanya pengeluaran biaya untuk memenuhi standar
mutu yang diinginkan konsumen menyebabkan selisih harga yang berbeda jauh
antara nelayan dan konsumen. Menurut Pamungkas (2013), masalah yang timbul
9
dari banyaknya lembaga pemasaran adalah harga yang diterima para nelayan
menjadi rendah sedangkan para konsumen harus membayar dengan harga yang
cukup tinggi. Perbedaan harga beli dan harga jual antara nelayan dan pedagang
menunjukkan adanya marjin pemasaran antara nelayan dengan konsumen. Marjin
pemasaran yang semakin besar akan menyebabkan persentase bagian yang
diterima nelayan akan semakin kecil serta tidak efisiensinya pemasaran tersebut.
Nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan biasanya menjual hasil
tangkapannya langsung ke pedagang pengumpul ikan di daerah sekitar. Pedagang
pengumpul menjual ikan tersebut ke pedagang besar yang dimana pengumpul
ikan mengeluarkan biaya tambahan berupa es agar ikan tetap dalam kondisi segar
dan tidak busuk. Untuk sampai kepada konsumen proses distribusi ikan
selanjutnya yaitu pedagang pengecer, kemudian terakhir adalah konsumen.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diperlukan waktu 2-3 hari ikan yang diperoleh
dari nelayan bisa sampai hingga ke tangan konsumen. Sedangkan sifat produk
perikanan yang mudah rusak, busuk dan tidak tahan lama apabila tidak langsung
dipasarkan atau diolah.
Kelemahan dalam mengembangkan produk-produk perikanan disebabkan
oleh kurang perhatiannya terhadap masalah-masalah pemasaran. Dalam
pemasaran komoditas perikanan seringkali dijumpai rantai distribusi pemasaran
yang panjang, sehingga banyak lembaga pemasaran yang terlibat. Hal ini
menyebabkan terlalu besarnya keuntungan pemasaran yang diambil oleh pelaku
pemasaran sementara nelayan hanya mendapat keuntungan yang sedikit dan
konsumen mendapatkan harga yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan analisis
terkait dengan saluran pemasaran dan perhitungan margin serta efisiensi dari
pemasaran hasil tangkapan ikan dengan mengukur efisiensi pemasaran meliputi
margin pemasaran, fisherman’s share dan nilai efisiensi pemasaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana saluran pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo?
10
2. Bagaimana efisiensi pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan
Perikanan Panarukan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.
2. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran hasil
perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo.
1.3.2 Manfaat
1. Untuk pemerintah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan disektor perikanan dalam
meningkatkan dan mengembangkan potensi perikanan khususnya hasil
perikanan tangkap.
2. Untuk nelayan dan pedagang ikan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang efisiensi pemasaran hasil perikanan tangkap.
3. Untuk mahasiswa sebagai bahan pertimbangan dan informasi penelitian yang
berkaitan dengan efisiensi pemasaran hasil perikanan tangkap.
11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pamungkas (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rantai
Distribusi Komoditas Ikan Perikanan Laut di Kota Tegal”, Salah satu tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk mengetahui saluran distribusi komoditas ikan
perikanan laut di Kota Tegal. Berdasarkan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
proses pendistribusian sangat menentukan nilai tambah dari setiap kegiatan pasca
penangkapan ikan dan pemasaran komoditas tersebut, apabila margin pemasaran
meningkat maka persentase margin tidak dapat dinikmati nelayan semakin kecil
dibandingkan margin konusmen. Pola distribusi komoditas ikan di kota Tegal
terdapat tiga saluran pemasaran yaitu: saluran pemasaran I: nelayan-pedagang
pengumpul-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen, saluran pemasaran II:
nelayan-pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen, saluran pemasaran
III: nelayang-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen.
Sarwanto, Wiyono, Nurani dan Haluan (2014), melakukan penelitian yang
berjudul “Kajian Sistem Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan nelayan di Kabupaten
Gunungkidul Provinsi DIY”. Salah satu tujuan dari penelitian tersebut adalah
untuk mengetahui saluran pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan di kabupaten
Gunungkidul Provinsi DIY. saluran pemasaran menggambarkan urut-urutan
lembaga pemasaran yang harus dilalui oleh suatu produk sejak diproduksi hingga
konsumen akhir. Terdapat empat saluran pemasaran yang terjadi di Kabupaten
Gunungkidul yaitu: Saluran pemasaran I: nelayan pemilik yang istrinya bekerja
sebagai pedagang eceran, Saluran pemasaran II: nelayan-TPI-pedagang
pengumpul-pedagang pengecer-konsumen, Saluran pemasaran III: nelayan-TPI-
pedagang pengumpul-restoran, saluran pemasaran IV: nelayan-TPI-pedagang
pengumpul-pedagang antar provinsi.
Remmang dkk (2017), melakukan penelitian dengan judul “Perilaku
Lembaga Pemasaran Terhadap Perdagangan Ikan Laut Segar Hubungannya
Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Sulawesi Selatan”. Salah satu tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang
12
dilakukan oleh lembaga pemasaran ikan laut segar di Sulawesi Selatan. pemasaran
hasil produksi ikan laut segar yang diperoleh nelayan melalui beberapa saluran
pemasaran dengan mendapatkan hasil atau profit yang berbeda setiap lembaga
pemasaran yang disebabkan pada aktivitas fungsi pemasaran, waktu dan biaya
yang dikeluarkan. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran nelayan
melakukan fungsi penangkapan ikan, penyimpanan, pengawetan, pengangkutan
dan penjualan, pedagang pengumpul melakukan fungsi pembelian, pembersihan,
pengawetan, pengangkutan dan penjualan, pedagang besar melakukan fungsi
pembelian, sortasi, pengawetan, pengepakan, dan penjualan dan pedagang
pengecer melakukan fungsi pembelian, sortasi, pengawetan dan penjualan.
Pamungkas (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rantai
Distribusi Komoditas Ikan Perikanan Laut di Kota Tegal”, Salah satu tujuan dari
penelitian tersebut juga adalah untuk mengetahui margin pemasaran pada masing-
masing saluran pemasaran pada komoditas ikan perikanan laut di Kota Tegal.
Pada garis besarnya pelaku tata niaga komoditas ikan di Kota Tegal ini
menggunakan saluran pemasaran I yaitu nelayan-pedagang pengumpul-pedagang
besar-pedagang pengecer-konsumen. Margin untuk ikan tongkol pedagang
pengumpul sebesar Rp. 1.190 (6,32%), pedagang besar Rp. 1.360 (7,23%),
pedagang pengecer Rp. 1.270 (6,75%). Margin untuk ikan layang pedagang
pengumpul sebesar Rp. 1.050 (10,05%), pedagang besar Rp. 750 (7,50%),
pedagang pengecer Rp. 950 (9,50%). Margin untuk ikan kembung pedagang
pengumpul sebesar Rp. 1.125 (10,23%), pedagang besar Rp. 825 (7,50%),
pedagang pengecer Rp. 1.150 (10,45%). Jika dilihat dari hasil perhitungan margin
pada setiap pelaku dapat dilihat bahwa, pelaku yang memperoleh keuntungan
lebih besar adalah pengecer. Hal tersebut dikarenakan pedagang pengecer
membeli ikan dalam jumlah yang kecil, setibanya di pasar akan menjual kepada
konsumen dengan jumlah perkilo sehingga pedagang pengecer memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Sarwanto, Wiyono, Nurani dan Haluan (2014), melakukan penelitian yang
berjudul “Kajian Sistem Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan nelayan di Kabupaten
Gunungkidul Provinsi DIY”. Salah satu tujuan dari penelitian tersebut juga adalah
13
untuk mengetahui margin pemasaran dan efisiensi pemasaran pada masing-
masing saluran pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan di kabupaten
Gunungkidul Provinsi DIY. Proses mengalirnya produk dari nelayan ke konsumen
membutuhkan biaya, semakin panjang saluran pemasaran, semakin besar harga
produk yang sampai ke konsumen. Pada saluran pemasaran I margin pemasaran
sebesar Rp 2.000/kg untuk semua jenis ikan dengan nilai farmer share sebesar
85,6%. Saluran pemasaran II margin pemasaran sebesar Rp. 4.000/kg nilai farmer
share sebesar 72,6%. Saluran pemasaran III margin pemasaran sebesar Rp. 10.000
nilai farmer share sebesar 46,4%. saluran pemasaran IV margin pemasaran
sebesar Rp. 3.000. sehingga saluran pemasaran 1 merupakan saluran pemasaran
yang efisien yaitu nelayan-pedagang pengecer-konsumen dikarenakan farmer
share yang tinggi dimana nelayan menerima harga sebesar 85,6% dari harga yang
dibayarkan konsumen.
Hosnan (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Peran Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dan Persepsi Nelayan Serta Saluran Pemasaran Hasil
Tangkap Ikan di TPI Pondok Mimbo Kabupaten Situbondo”. Salah satu tujuan
penelitiannya adalah untu mengetahui efisiensi saluran pemasaran hasil tangkap
ikan di TPI Pondok Mimbo Kabupaten Situbondo. Nilai efisiensi yang didapat
untuk saluran pemasaran I adalah sebesar 23,8% untuk ikan layang, 18,10% untuk
ikan tongkol dan 15,83% untuk ikan teri. Nilai efisiensi yang didapat untuk
saluran pemasaran II adalah sebesar 1,66% untuk ikan layang, 1,60% untuk ikan
tongkol dan 1,34% untuk ikan teri. Nilai efisiensi yang didapat untuk saluran
pemasaran III adalah sebesar 7,04% untuk ikan layang, 6,85% untuk ikan tongkol
dan 5,88% untuk ikan teri. Nilai efisiensi yang didapat untuk saluran pemasaran
IV adalah sebesar 6,53% untuk ikan layang, 6,32% untuk ikan tongkol dan 5,29%
untuk ikan teri. Sehingga nilai efisiensi saluran pemasaran ikan hasil tangkapan
nelayan TPI Pondok Mimbo desa Sumber Anyar Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Situbondo termasuk saluran pemasaran yang efisien, sehingga setiap
saluran pemasaran bisa dilakukan proses pemasaran atau dapat dijadikan acuan
proses aliran barang dari nelayan kepada konsumen akhir. Saluran pemasaran
yang paling efisien adalah saluran pemasaran II yaitu nelayan-pengamba’-
14
pedagang lokal-konsumen dikarenakan mempunyai nilai efisiensi yang paling
kecil.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Perikanan Tangkap
Perikanan ialah segala usaha penangkapan, budidaya ikan serta
pengolahan sampai pemasaran hasilnya. Sedangkan yang dimaksud sumber
perikanan adalah binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup diperairan baik
darat maupun laut. Usaha perikanan di Indonesia masih merupakan perikanan
rakyat dengan menggunakan perahu layar. Perikanan merupakan termasuk
kegiatan pertanian ekstraktif yaitu mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa
usaha untuk mengembalikan sebagian hasil tersebut untuk keperluan pengambilan
dikemudian hari. Dalam pertanian yag bersifat ekstraktif yang diperlukan adalah
peralatan untuk mengambil sesuatu hasil yang sudah ada di dalam tanah atau air.
Modal dan tenaga kerja memegang peranan penting yang harus disertai
keterampilan tertentu, terutama bila hasil atau barang yang bersangkutan masih
harus dicari seperti pada ikan dilaut atau disungai (Mubyarto, 1989).
Menurut Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009, menjelaskan perikanan
adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya ikan dan lingkungan mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan.
Sedangkan penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah dan/ atau mengawetkannya.
Masyarakat nelayan merupakan unit sosial utama dalam kehidupan
masyarakat pesisir, sehingga kebudayaan masyarakat nelayan merupakan pilar
terpenting bagi kebudayaan masyarakat pesisir. Sebagai suatu kelompok sosial,
masyarakat nelayan memiliki pola-pola perilaku budaya atau karakteristik budaya
yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang lain, seperti nelayan, pedagang
dan peramu. Perbedaan budaya ini terjadi karena kehidupan nelayan dikitari oleh
15
konteks-konteks lingkungan yang khas, seperti karakteristik pekerjaan mereka,
yakni menangkap ikan yang dimana laut dan penaklukan atas laut merupakan
basis yang membentuk konstruksi kebudayaan masyarakat pesisir (Kusnadi,
2013).
Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
Per.16/MEN/2006 (2006) tentang pelabuhan perikanan, fungsi dan peran
pelabuhan perikanan adalah sebagai pusat penanganan dan pemasaran hasil ikan
tangkapan. Setelah ikan hasil tangkapan tersebut ditangani dengan baik, maka
ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan atau didistribusikan. Salah satu upaya
pengoperasian pelabuhan perikanan adalah mengembangkan pelabuhan perikanan
sebagai pusat penanganan dan pemasaran ikan (central market), di tempat inilah
terjadi pertemuan dan transaksi antara produsen/nelayan dengan
konsumen/pedagang. Oleh karena itu, dalam suatu kompleks pelabuhan
perikanan, fasilitas utama selain bangunan laut juga dilengkapi dengan bangunan
tempat pelelangan ikan (TPI).
Produksi perikanan tangkap dari perairan laut yang didaratkan di provinsi
Jawa Timur secara garis besar terdiri dari kelompok ikan pelagis, ikan demersal
dan kelompok non-ikan (Crustacea dan Molussca). Ikan pelagis merupakan ikan
yang hidupnya bergerombrol yang habitatnya berada dibawah permukaan air dan
selalu melakukan migrasi. Produksi ikan ekonomis penting pada kelompok ikan
pelagis di dominasi oleh 6 jenis ikan yaitu: ikan layang, lemuru, tenggiri, tuna,
cakalang dan tongkol. Ikan-ikan tersebut didaratkan hampir diseluruh kabupaten/
kota yang berbatasan dengan perairan laut dan mempunyai produksi yang tinggi
dan menjadi hasil tangkapan yang dominan oleh nelayan (Noegroho dkk, 2014).
Nelayan menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1985, adalah orang yang
mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Kusnadi (2001),
berdasarkan statusnya dalam usaha penangkapan ikan nelayan dibedakan
menjadi: nelayan pemilik perahu (juragan) dan awak perahu (nelayan buruh/
ABK) yang disebut pandega. Juragan adalah pandega yang karena pengetahuan
dan keterampilannya mencari ikan bertanggung jawab sebagai pemimpin operasi
perahu. Pemilik perahu juga bisa bertindak seperti sebagai juragan untuk perahu
16
yang dimiliki atau perahu milik orang lain. Juragan adalah pemilik alat-alat
produksi atau alat tangkap ikan. Sedangkan pandega atau nelayan buruh
merupakan nelayan yang hanya memiliki sumberdaya jasa, tenaga yang
dimanfaatkan untuk bekerja sebagai buruh pada pemilik perahu.
Nelayan dalam melakukan operasi penangkapan ikan, mengenal adanya
musim penangkapan ikan. Musim penangkapan ikan berhubungan dengan
keberadaaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Musim paceklik pada
masing-masing lokasi umumnya terjadi pada musim barat, yang pada umumnya
terjadi angin kencang dan ombak besar sehingga menyulitkan kegiatan
penangkapan ikan di laut (Najamuddin, 2014). Menurut Kusnadi (2001),
keberadaan ikan di perairan pantai pesisir berakitan dengan kondisi musim setiap
tahunnya. Musim paceklik (musim barat) berlangsung pada bulan Juni-Oktober,
sedangkan musim ikan (musim timur) berlangsung pada November-Mei. Musim
ikan terjadi pada saat musim ikan (musim timur) yang yang secara efektif hanya
selama bulan Januari-Mei.
Teknologi penangkapan yang digunakan oleh nelayan yaitu perahu sleret
yang berukuran panjang 8-10 meter dan lebar 4-5 meter yang dilengkapi dengan 3
mesin berkekuatan 13 PK atau 17 PK. Satu mesin untuk melajukan perahu dan
dua mesin untuk menarik payang yang telah dilepas kelaut. Mesin merupakan
sarana yang paling utama untuk melajukan perahu. Sebagian kecil perahu sleret
dilengkapi dengan layar, sekalipun jarang dimanfaatkan. Daya muat perahu
maksimal 15 ton. Operasi penangkapan yang dilakukan nelayan dilakukan pada
pukul 18.00 hingga dinihari tepatnya pukul 04.00. operasi penangkapan ikan
awalnya dengan pelepasan payang setelah sampai pada suatu lokasi penangkapan
yang diperkirakan menyimpan potensi ikan. Tanda-tanda disuatu tempat memiliki
potensi ikan diketahui berdasarkan pengalaman melaut pada malam sebelumnya,
informasi dari nelayan-nelayan lainnya. Ketika tiba dilokasi penangkapan yang
telah ditentukan tersebut kemudian nelayan akan menurunkan lampu ke
permukaan laut. Lampu-lampu tersebut berfungsi untuk mengumpulkan ikan
karena ikan sangat senang terhadap sinar lampu dan bergerak untuk mendekatinya
(Kusnadi, 2001).
17
2.2.2 Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya
terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dam inginkan dnegan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain (Asmarantaka, 2014). Pemasaran menurut Kotler
(1988) dalam Sudiyono (2002), adalah proses sosial dan manajemen, dimana
individu-individu atau kelompok dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya
melalui pembuatan dan pertukaran suatu produk dan uang dengan individu-
individu atau kelompok-kelompok lainnya
Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapat
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya.
Pemasaran mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pasar, yakni
mencoba untuk mewujudkan pertukaran yang potensial (Irawan dan Sudjoni,
2001). Pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam
menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen (Daniel, 2004).
Pemasaran atau tata niaga merupakan aktivitas atau kegiatan dalam
mengalirkan produk mulai dari nelayan (produsen primer) sampai ke konsumen
akhir. Dalam aktiviatas mengalirnya produk sampai ke tangan konsumen akhir,
banyak kegiatan produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan nilai guna
(bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan) dengan tujuan memenuhi kepuasan
konsumen akhir (Asmarantaka, 2014).
Menurut Sudiyono (2002), Pemasaran merupakan proses aliran barang
yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen
sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui
proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu
melalui proses penyimpanan. Pada pemasaran komoditi non-pertanian lokasi
produsen terkonsentrasi dan barang yang dihasilkan dapat direncanakan secara
cermat mengenai mutu dan waktu pembuatan barang. Produsen produk non-
pertanian pada umumnya menghasilkan barang dalam jumlah yang besar,
sehingga produsen dapat mendistribusikan secara langsung melalui pedagang
18
besar, agen dan pengecer serta konsumen. Sedangkan komoditi pertanian
dihasilkan secara terpencar-pencar, berupa bahan mentah yang perlu pengolahan
lebih lanjut dan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga untuk menutup biaya-
biaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi
pemasaran diperlukan volume perdagangan yang cukup besar. Pemasaran
komoditi pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk
pertanian dari nelayan ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar
serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan barang dari pedagang ke agen,
pengecer dan konsumen.
Pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari
produsen ke konsumen. Aliran barang ini terjadi karena adanya peranan lembaga
pemasaran. Peranan lembaga pemasaran ini sangat bergantung dari sistem pasar
yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan (Soekartawi, 1993).
2.2.3 Saluran Pemasaran
Menurut Irawan dan Sudjoni (2001), saluran distribusi adalah himpunan
perorangan dan perusahaan yang mengambil alih hak atau membantu dalam
pengalihan hak atas barang atau jasa selama berpindah dari produsen ke
konsumen. Saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara
yang melakukan usaha menyalurkan barang kepada pembeli akhir membentuk
tingkatan salauran saluran, yaitu;
1. Saluran-nol-tingkat (saluran pemasaran langsung), saluran pemasaran ini
terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen.
2. Saluran-satu-tingkat (mempunyai satu perantara), dalam pasar konsumen,
perantara sekaligus merupakan pengecer.
3. Saluran-dua-tingkat (mempunyai dua perantara), dalam pasar konsumen
mereka merupakan grosir atau pedagang besar, dan pengecer.
4. Saluran-tiga-tingkat (mempunyai tiga perantara), dalam pasar konsumen
mereka merupakan grosir, pemborong dan pengecer.
Menurut Sudiyono (2002), saluran pemasaran yang ada tentunya
melibatkan lembaga-lembaga pemasaran di dalamnya. Lembaga pemasaran
19
adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga
pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh
komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan
konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran
produk-produk pertanian yaitu:
1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan
nelayan, tengkulak ini melakukan transaksi dengan nelayan baik secara tunai,
ijon, maupun kontak pembelian.
2. Pedagang besar, untuk meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran,
maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengepul ini harus
dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut dengan pedagang
besar.
3. Agen penjual, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses
pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada agen
penjualan maupun pengecer. Agen penjualan ini biasanya membeli komoditi
yang yang memiliki pedagang dalam jumlah yang banyak dengan harga yang
relatif murah dibanding dengan pedagang pengecer.
4. Pengecer, merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan
konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu
proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang sangat tergantung
dari aktifitas pengecer dalam menjaul produknya kepada konsumen. Jadi
keberhasilan pengecer menjual produk kepada konsumen dangat menetikan
keberhasilan lembaga-lembaga pemasaran pada rantai pemasaran sebenarnya.
Aliran produk pertanian dari produsen sampai kepada konsumen akhir
disertai niali guna peningkatan komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai
guna terwujud hanya apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang
melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Pada prinsipnya terdapat tiga fungsi
pemasaran yaitu:
20
1. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang menyangkut pengalihan hal
pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran meliputi fungsi
penjualan dan pembelian. Fungsi penjualan maka produsen atau lembaga
pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus
memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang di
inginkan konsumen atau lembaga pemasaran yang ada pada rantai
selanjutnya. Fungsi pembelian diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi
yang akan dikonsumsi dalam proses produksi berikutnya.
2. Fungsi fisik merupakan kegiatan yang secara langsung merlakukan terhadap
komoditi pertanian, sehingga komoditi pertanian mengalami nilai guna
tempat dan nilai guna waktu. Fungsi fisik meliputi pengangkutan dan
penyimpanan. Fungsi pengangkutan adalah memindahkan produk pertanian
dari daerah surplus atau dari daerah produsen ke daerah konsumen. Fungsi
penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi fluktuatif harga yang
berlebihan selama proses pemasaran.
3. Fungsi penyedia fasilitas pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi
pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-
usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional
dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyedia fasilitas meliputi standarisasi/
grading, penggunaan resiko, informasi pasar dan penyediaan dana. Fungsi
standarisasi yaitu menetapkan grade (tingkatan) kriteria kualitas komoditi
tertentu. Penggunaan resiko digunakan untuk mengurangi resiko lembaga
pemasaran yang berhubungan dengan lembaga asuransi yang
menanggungnya. Informasi pasar berhubungan dengan mencantumkan harga
komoditi per satuan, menginformasikan mengenai persediaan, kualitas
komoditi di tingkat pasar pada tempat dan waktu tertentu. Fungsi pelancar
penyediaan dana biasanya dilakukan oleh lembaga pemasaran yang
kekurangan dana, dimana dibutuhkan fungsi pelancar penyediaan dana yang
bisa berupa bank maupun lembaga perkreditan.
Menurut Soekartawi (1993), saluran pemasaran dapat berbentuk secara
sederhana dan dapat pula rumit sekali. Hal demikian tergantung dari macam
21
komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar. Komoditi pertanian yang lebih
cepat sampi ke tangan konsumen dan dan yang tidak memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, biasanta memilki saluran pemasaran yang relatif sederhana. Lembaga
pemasaran juga memegang peranan penting dan juga menentukan saluran
pemasaran. Lembaga pemasaran tersebut pada akhirnya juga melakukan kegiatan
fungsi-fungsi pemasaran meliputi kegiatan;
1. Pembelian,
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Pengolahan
5. Sortir/ grading,
Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan
pembiayaan yang dimiliki, akan melakukan fungsi pemasaran ini secara berbeda-
beda. Karena perbedaan kegiatan (dan biaya) yang dilakukan, maka tidak semua
kegiatan dalam fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran. Karena
perbedaan inilah maka biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap
tingkat lembaga pemasaran.
2.2.4 Margin Pemasaran
Menurut Daniel (2004), margin pemasaran adalah selisih harga yang
dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan
diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut.
Makin panjang saluran pemasaran (semakin banyak lembaga pemasaran yang
terlibat) maka semakin besar margin tata niaga. Lembaga pemasaran bisa
merupakan salah satu alternatif memperkecil margin pemasaran dan memperkecil
harga yang hasur dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima
produsen.
Secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai pemasaran
suatu barang pertanian maka;
1. Biaya tata niaga semakin rendah,
2. Margin tata niaga juga semakin rendah,
22
3. Marga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah, dan
4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.
Margin tataniaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dan yang diterima produsen atau harga kumpulan jasa-jasa tataniaga
yang terjadi karena permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, margin tata niaga
didefinisikan sebagai perbedaan harga tingkat eceran dan harga tingkat produsen.
Margin tata niaga berbeda-beda, karena menggunakan jasa tata niaga yang
berbeda pula. Besarnya perubahan margin tergantung pada perubahan biaya
(Soemodihardjo, 2002).
Menurut Asmarantaka (2014), konsep margin pemasaran merupakan
perbedaan harga ditingkat nelayan produsen dengan harga ditingkat konsumen
akhir atau di tingkat retail. Pengertian margin ini adalah pendekatan keseluruhan
dari sistem pemasaran produk pertanian, mulai dari tingkat nelayan sebagai
produsen primer sampai produk tersebut sampai di tangan konsumen akhir.
Analisis margin pemasaran dipergunakan untuk menganalisis sistem pemasaran
dari perspektif makro, yaitu menganalisis pemasaran produk mulai dari nelayan
produsen sampai ditangan konsumen akhir. Perbedaan margin setiap sistem dapat
disebabkan oleh perbedaan perlakuan atau penanganan produk, sehingga terdapat
perbedaan biaya dan kepuasan konsumen akhir.
Menurut Sudiyono (2002), harga yang dibayarkan konsumen merupakan
harga ditigkat pengecer, yaitu merupakan perpotongan kurva permintaan primer
(primary demand curve) dengan kurva penawaran turunan (derived supply curve).
Sedangkan harga ditingkat nelayan merupakan perotongan antara kurva
permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva penawaran turunan
(primary supply curve). Permintaan konsumen atas suatu produk ditingkat
pengecer disebut permintaan primer. Sedangkan permintaan suatu produk
ditingkat nelayan disebut permintaan turunan. Pada sisi penawaran, penawaran
primer adalah penawaran komoditas pertanian di tingkat nelayan. Sedangkan
penawaran turunan adalah penawaran ditingkat pengecer.
23
Harga (P) Sr
Sf
Pr
M
Pf
Dr
Df
0 Qr Jumlah (Q)
Gambar 2.1 Kurva Penawaran – Permintaan primer dan turunan serta
margin pemasaran
Gambar 2.1 menyatakan bahwa kurva permintaan primer yang
berpotongan dengan kurva penawaran turunan, membentuk harga ditingkat
pedagang pengecer (Pr). Kurva permintaan turunan yang berpotongan dengan
kurva penawaran primer membentuk harga ditingkat nelayan (Pf). Margin
pemasaran sama dengan selisih harga ditingkat pedagang pengecer dengan harga
ditingkat nelayan sehingga dapat dirumuskan sebagai M = Pr – Pf. Penentuan
margin pemasaran menggunakan asumsi bahwa jumlah produk yang
ditransaksikan ditingkat nelayan sama dengan jumlah produk yang ditransaksikan
ditingkat pengecer yaitu sebesar Qr.
Dalam pemasaran komoditi pertanian seringkali dijumpai adanya rantai
pemasaran yang panjang, sehingg banyak juga pelaku lembaga pemasaran yang
terlibat dalam rantai pemasaran tersebut. Akibatnya adalah terlalu besarnya
keuntungan pemasaran yang diambil oleh para pelaku pemasaran tersebut.
Beberapa sebab mengapa terjadi rantai pemasaran hasil pertanian yang panjang
dan produsen sering dirugikan adalah antara lain;
1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna;
2. Lemahnya informasi pasar;
3. Lemahnya produsen memanfaatkan peluang pasar;
4. Lemahnya posisi produsen untuk melakukan penawaran untuk mendapatkan
harga yang baik;
Keterangan:
Sr : Kurva penawaran turunan
Sf : Kurva penawaran primer
Dr : Kurva permintaan primer
Df : Kurva permintaan turunan
Pr : Harga di tingkat pengecer/konsumen
Pf : Harga di tingkat nelayan
Qr : Jumlah produk di tingkat nelayan
dan pengecer
M : Margin Pemasaran (Pr-Pf)
24
5. Produsen melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan, melainkan
karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun (Soekartawi, 1997).
Biaya Pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan
retribusi dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain
disebabkan karena; a. Macam komoditi; b. Lokasi pemasaran; c. Macam lembaga
pemasaran dan efektifitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif pemasaran
yang dilakukan, makin kecil biaya pemasaran yang di keluarkan. Keuntungan
pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan ke produsen dan harga yang
diberikan oleh konsumen. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran
sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh
masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993).
Fisherman’s share (FS) merupakan rasio antara harga ditingkat produsen
dengan harga ditingkat konsumen akhir atau retail. Dengan demikian FS,
merupakan porsi dari nilai yang dibayarkan konsumen akhir yang diterima oleh
produsen dalam bentuk persentase (Asmarantaka, 2014).
2.2.5 Efisiensi Pemasaran
Sistem tataniaga atau pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua
syarat yaitu:
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari nelayan produsen kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya,
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam
kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.
Yang dimaksud adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa dan fungsi-
fungsi pemasaran sesuai sumbangan masing-masing dari lembaga pemasaran yang
bersangkutan di dalam suatu kegiatan pemasaran. Hal ini berarti margin
pemasaran semakin kecil apabila biaya pemasaran semakin kecil, sehingga harga
ditingkat nelayan semakin tinggi dan tingkat pendapatan yang diterima nelayan
25
semakin meningkat. Hal ini dikatakan nelayan sudah mencapai margin pemasaran
yang diinginkan (Mubyarto, 1989).
Indikator efisiensi pemasaran yaitu efisiensi operasional atau teknis
berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan
atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Analisis yang sering
dilakukan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis margin pemasaran
dan Fisherman’s share . Efisiensi operasional adalah ukuran frekuensi
produktivitas dari input-output pemasaran, misalnya biaya tenaga kerja atau biaya
total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga pemasaran. Dengan demikian
proses pemasaran agribisnis yang efisien adalah yang memberikan kontribusi
(share) yang adil mulai dari nelayan, perusahaan, lembaga-lembaga pemasaran
sesuai dengan korbanan masing-masing dan konsumen menjadi puas
(Asmarantaka, 2014).
Menurut Asmarantaka (2014), pemasaran agribisnis yang efisien apabila
terdapat indikator-indikator antara lain: (1) menciptakan atau meningkatkan nilai
tambah (value added) yang tinggi terhadap produk agribisnis, (2) menghasilkan
keuntungan bagi setiap lembaga pemasaran yang terlibat sesuai dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan, (3) merketing margin (biaya dan keuntungan) yang
terjadi relatif sesuai dengan fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang memuaskan
konsumen akhir, dan (4) memberikan bagian yang diterima nelayan produsen
(Fisherman’s share ) yang realtif akan merangsang nelayan berproduksi di tingkat
usahatani. Dengan demikian proses pemasaran agribisinis yang efisien adalah
yang memberikan kontribusi (share) yang adil mulai dari nelayan, lembaga
pemasaran sesuai dengan korbanan masing-masing dan konsumen puas.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pemasaran hasil perikanan tangkap nelayan dominan mendapatkan
beberapa jenis ikan dalam melakukan sekali penangkapan. Jenis ikan yang paling
dominan didapat yaitu ikan jenis pelagis seperti ikan tongkol dan ikan layang.
Nelayan di sekitar Pelabuhan Perikanan Panarukan umumnya melakukan
penangkapan menggunakan perahu slerek. Perikanan laut sebagai bagian daripada
26
sub sektor perikanan dalam pengembangannya banyak dipengaruhi oleh kondisi
asli wilayah, hal ini disebabkan karena harga produk perikanan memiliki
karakteristik pola musiman, yaitu pada saat hasil tangkapan melimpah harga ikan
segar cenderung merosot sampai pada harga yang rendah. Dimana pada saat
musim paceklik nelayan yaitu pada musim barat belum mampu memenuhi
permintaan konsumen terhadap ikan segar serta saluran pemasaran yang panjang
menyebabkan konsumen harus menunggu sedikit lama 2-3 hari untuk
mendapatkan ikan segar yang dijual di pasar dikarenakan waktu tunggu ikan dan
saluran pemasaran yang panjang. Saluran pemasaran tersebut dimulai dari nelayan
sebagai produsen, kemudian pedagang pengumpul ikan, pedagang besar,
pedagang pengecer dan terakhir adalah konsumen.
Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran hasil
perikanan tangkap yaitu pedagang pengumpul ikan, pedagang besar, dan
pedagang pengecer akan menaikkan margin harga sehingga harga yang diterima
konsumen sangat tinggi berbanding terbalik dengan harga yang diterima oleh
produsen. Selain itu dengan adanya pengeluaran biaya untuk memenuhi standar
mutu yang diingikan konsumen, maka dalam penetapan harga jual juga ikut
berpengaruh dengan kata lain bahwa harga yang dibayarkan konsumen akan lebih
mahal. Hal ini menggambarkan margin harga yang cukup tinggi. Adanya
permasalahan atau fenomena tersebut dilakukan penelitian tentang bagaimana
saluran pemasaran hasil tangkapan nelayan dan efisiensi pemasaran hasil
perikanan tangkap.
Saluran pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan ini akan di analisis menggunakan analisis deskriptif untuk
menggambarkan dan medeskripsikan pola saluran pemasaran yang digunakan
untuk memasarkan ikan. Selain itu akan dilihat fungsi-fungsi pemasaran apa saja
yang digunakan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Perumusan
masalah kedua mengenai efisiensi pemasaran hasil perikanan tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan menggunakan analisis margin pemasaran dan
efisiensi pemasaran. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar
keuntungan yang didapatkan oleh setiap lembaga pemasaran dan efisiensi
27
pemasaran untuk melihat nilai efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran
yang ada. Penelitian mengenai saluran pemasaran sebelumnya telah dilakukan
oleh Pamungkas pada tahun 2013, Sarwanto dkk pada tahun 2014, dan Remmang
pada tahun 2017 dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat lebih dari
satu saluran pemasaran yang ada digunakan, terdapat 3 sampai 4 saluran
pemasaran yang digunakan oleh nelayan. Lembaga pemasaran yang terlibat terdiri
dari nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer.
Disamping itu untuk melihat efisiensi pemasaran dilakukan dengan
melihat margin pemasaran, share biaya dan share keuntungan di setiap mata
rantai. Pemasaran yang efisien dapat dilihat berdasarkan shared value yang adil
atau proporsional. Selain itu untuk mengetahui efisien atau tidaknya suatu sistem
pemasaran tidak hanya ditentukan oleh besar kecilnya biaya pemasaran dan
margin pemasaran serta panjang pendeknya saluran pemasaran. Efisiensi
pemasaran dapat diketahui juga dengan membandingkan bagian yang diterima
oleh nelayan (Fisherman’s share ) yaitu perbandingan antara harga yang diterima
nelayan dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dan dinyatakan dalam
persen dan membandingkan nilai efisiensi pemasaran yang di dapat dari total
biaya yang dikeluarkan dibagi dengan total harga ikan kemudian dinyatakan
dalam persen.
Penelitian mengenai efisiensi pemasaran sebelumnya telah dilakukan oleh
Sarwanto dkk pada tahun 2014 dan Hosnan pada tahun 2016, dari Penelitian yang
dilakukan tersebut menunjukkan hasil margin pemasaran setiap jenis ikan
berbeda-beda tergantung dengan harga ikan itu sendiri selain itu banyaknya
lembaga pemasaran yang berkecimpung membuat membengkaknya harga ikam
dan menjadikan adanya kenaikan harga akibat adanya margin, disimpulkan bahwa
jumlah rantai pemasaran juga mempengaruhi margin pemasaran serta efisiensi
pemasaran hasil ikan tangkap adalah efisien.
Hasil penelitian ini nantinya menjawab rumusan hipotesis yang dibuat
oleh peneliti yaitu efisiensi pemasaran hasil perikanan laut di Pelabuhan
Perikanan Panarukan Kabupaten Situbondo adalah efisien. Efisien dilihat dari
indikator margin pemasaran, share biaya, share keuntungan, Fisherman’s share
28
dan tingkat saluran pemasaran yang terbentuk serta rasio antara total biaya dengan
total produk yang di pasarkan. Penelitian ini nantinya akan dapat memberikan
informasi terkait dengan memilih alternatif pola saluran pemasaran yang paling
efisiensi untuk hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Kabupaten Situbondo. Berdasarkan pemikiran tersebut, penjelasan digambarkan
dalam sebuah skema kerangka pemikiran pada Gambar 2.2.
29
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
1. Pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Kabupaten Situbondo adalah efisien.
Memilih Alternatif Saluran Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan Kabupaten Situbondo yang Paling Efisien
- Share Biaya
- Share Keuntungan
- Distribusi Margin
- Fisherman’s share
EP=(TB/TNP)x100 Analisis
Deskriptif
Hasil Perikanan Tangkap
Kabupaten Situbondo
1. Selisih harga yang
tinggi antara konsumen dan nelayan.
2. Diperlukan waktu 2-3
hari ikan yang
diperoleh oleh nelayan
sampai kepada
konsumen.
Margin
Pemasaran
Efisiensi
Pemasaran
Efisiensi
Pemasaran
Hosnan (2016)
Hasil nilai efisiensi
pemasaran hasil tangkap
ikan di TPI Pondok Mimbo
Kabupaten Situbondo
adalah efisien
Saluran
Pemasaran
Pamungkas (2013)
Terdapat 3 pola saluran pemasaran perikanan
laut di Kota Tegal
Remmang dkk (2017)
Terdapat 4 pola saluran
pemasaran ikan laut
segar di Sulawesi Selatan
Sarwanto dkk (2014) Terdapat 4 pola saluran
pemasaran ikan hasil
tangkapan nelayan di
Gunung kidul Provinsi
DIY
Sarwanto dkk (2014)
Saluran pemasaran I ikan
hasil tangkapan nelayan di
Gunungkidul Provinsi DIY
merupakan saluran
pemasaran yang paling
efisien
Pamungkas (2013)
Share biaya yg
dikeluarkan lebih kecil
dibandingkan dengan
share keuntungan
Sarwanto dkk (2014)
Fisherman’s share yang diperoleh tertinggi adalah
pada saluran pemasaran I
30
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Menurut Noor (2011), purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Penentuan
daerah penelitian berdasarkan metode penentuan wilayah yang disengaja
(purposive method) di Pelabuhan Perikanan Panarukan Kabupaten Situbondo
dimana pelabuhan tersebut terletak di Kecamatan Panarukan. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan bahwa:
1. Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo yang merupakan sentra
perikanan di Jawa Timur, mempunyai produksi pertumbuhan penangkapan
ikan yang positif, dan mempunyai garis pantai sepanjang yaitu 131,575 km
km yang mampu untuk dikembangkan.
2. Kecamatan Panarukan mempunyai 5 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan 4
Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
3. Pelabuhan Perikanan Panarukan mempunyai Tempat Pendaratan ikan dan
Tempat Pelelangan Ikan yang masih aktif, serta mempunyai letak strategis
yaitu di jalur pantura Surabaya-Bali sehingga memudahkan akses pedagang-
pedagang lokal maupun dari pedagang luar kota.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-
analitik. Metode deskriptif merupakan metode yang memberikan gambaran
fenomena-fenomena, dan implikasi suatu masalah yang ingin dipecahkan. Metode
analitik berfungsi menganalisa dan menghitung secara cermat dan teliti tarhadap
faktor-faktor atau data (Nazir, 2003). Metode deskriptif digunakan untuk
mendeskipsikan dan menggambarkan rumusan masalah pertama yaitu saluran
pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan Kecamatan
Panarukan. Metode analitik digunakan pada rumusan masalah kedua yaitu terkait
margin pemasaran, share biaya, share keuntungan dan efisiensi pemasaran hasil
31
perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan Kecamatan Panarukan
dengan menganalisa dan menghitung menggunakan formulasi atau rumus.
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menentukan sampel awal adalah dengan metode nonprobability sampling dengan
teknik insidental sampling. Menurut Sugiyono (2014) insidental sampling
merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.
Populasi dalam penelitian ini merupakan nelayan juragan laut. Juragan laut
merupakan nelayan yang bertanggung jawab dalam operasi penangkapan ikan
dilaut serta memasarkannya. Selanjutnya sampel akan di ambil dengan cara
kebetulan/insidental ketika peneliti bertemu dengan nelayan juragan laut yang
pada saat itu telah melakukan kegiatan penangkapan dan memasarkan hasil
tangkapannya.
Selain itu dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dipadukan
dengan teknik snowball sampling, sampel yang dimaksud adalah pedagang-
pedagang yang terlibat dalam pemasaran hasil perikanan tangkap. Teknik
pengambilan sampling bola salju digunakan untuk menentukan sampel lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran hasil tangkapan ikan seperti pedagang
pengumpul ikan, pedagang besar dan pedagang pengecer yang awalnya peneliti
mengetahui dari nelayan juragan laut yang menjual hasil tangkapannya kepada
pedagang-pedagang tersebut. Selanjutnya pedagang yang telah diketahui dari
nelayan juragan laut nantinya akan menunjukkan pedagang-pedagang lainnya
untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya hingga jumlah sampel semakin besar
dan dirasa cukup untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti..
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Data tersebut yaitu data primer dan
32
data sekunder. Metode pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan
dengan menggunakan teknik:
1. Wawancara merupakan suatu proses memperoleh keterangan atau informasi
untuk penelitian secara lisan dengan cara tanya jawab dengan beratatap muka
antara pewawancara dan responden. Wawancara yang digunakan nantinya
akan dilakukan melalui wawancara terstruktur. Data yang ingin diperoleh dari
wawancara terstruktur ini adalah data primer berupa informasi dari responden
terkait dengan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga
pemasaran dan saluran pemasaran hasil perikanan tangkap serta yang
berkaitan dengan efisiensi pemasaran hasil perikanan tangkap seperti harga
jual, harga beli, biaya-biaya yang dikeluarkan serta keuntungan yang di dapat.
2. Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengumpulkan suatu data
dalam penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan pada
setiap obyek dari permasalah yang diteliti untuk melengkapi data primer dan
data sekunder. Data yang ingin di dapat dari observasi ini adalah untuk
mengumpulkan data primer dengan melakukan pengamatan langsung di
daerah penelitian, yaitu di Pelabuhan Perikanan Panarukan, sehingga
diperoleh gambaran yang jelas terkait daerah penelitian.
3. Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara
memanfaatkan berbagai macam pustaka yang relevan dengan fenomena sosial
yang sedang dicermati. Teknik ini digunakan dalam keseluruhan proses
penelitian sejak awal hingga akhir penelitian. Data yang diperoleh metode ini
melalui sumber kedua yang bukan merupakan pelaku usaha, data di dapat dari
instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu BPS dan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, untuk mendapatkan data
sekunder berupa data-data terkait dengan hasil perikanan tangkap. Pustaka
lainnya diperoleh dari jurnal dan buku.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang saluran pemasaran serta
efisiensi pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan.
33
Untuk mengetahui terkait saluran pemasaran yang ada tentunya melibatkan
lembaga-lembaga pemasaran di dalamnya. Deskriptif mengenai saluran
pemasaran menggambarkan produk hasil perikanan tangkap yang didapat oleh
nelayan disalurkan sampai kepada konsumen melalui lembaga pemasaran dan
kemudian akan diketahui pola saluran pemasaran yang digunakan oleh nelayan di
Pelabuhan Perikanan Panarukan. Selain itu akan diketahui juga fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat.
Jenis ikan yang akan diteliti saluran pemasaran dan efisiensi pemasarannya
terdapat dua jenis ikan yaitu ikan tongkol dan ikan layang. Kedua ikan tersebut
merupakan ikan yang dominan di dapat oleh nelayan dan mempunyai saluran
pemasaran yang sama satu sama lain.
Menjawab hipotesis yang diajukan peneliti terkait dengan efisiensi
pemasaran hasil perikanan tangkap menggunakan konsep nilai distribusi margin
dan efisiensi pemasaran. Terlebih dahulu menghitung bagaimana distribusi
margin, menggunakan analisis share biaya dan share keuntungan masing-masing
lembaga pemasaran dan fisherman’s share menggunakan analisis distribusi.
margin pemasaran menggunakan rumus (Sudiyono, 2002);
MP = Pr – Pf
Keterangan:
MP : Margin Pemasaran hasil tangkapan ikan (Rp/Kg)
Pr : Harga ditingkat pengecer atau konsumen (Rp/Kg)
Pf : Harga di tingkat nelayan (Rp/Kg)
Masing-masing lembaga pemasaran tentunya berusaha menarik
keuntungan dari penjualan hasil tangkapan ikan, keuntungan dari masing-masing
lembaga pemasaran atau share keuntungan dirumuskan sebagai berikut:
Skj = {πij / (Pr)} x 100%
Πij = Hjj – Hbj - Cij
Keterangan :
Skj : Bagian (share) keuntungan lembaga pemasaran ke-j (%)
πij : Keuntungan lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
34
Pr : Harga Ikan di tingkat konsumen (Rp/Kg)
Hjj : Harga jual hasil tangkapan ikan oleh lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Hbj : Harga beli hasil tangkapan ikan oleh lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Cij : Biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran hasil tangkapan ikan oleh
lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Share biaya merupakan biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh
lembaga pemasaran terkait. Share biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran ke-i
dirumuskan sebagai berikut:
SBij = {Cij / (Pr) x 100%
Keterangan :
SBij : Bagian (share) biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran hasil
tangkapan ikan ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j (%)
Cij : Biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran hasil tangkapan ikan oleh
lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Pr : Harga Ikan ditingkat konsumen (Rp/Kg)
Biaya pemasaran ke-i oleh lembaga ke-j pada masing-masing lembaga
pemasaran untuk kegiatan biaya pengangkutan (transportasi), biaya penyimpanan
seperti es, biaya kuli angkut serta biaya retribusi.
Adapun bagian biaya dan keuntungan pada distribusi margin dalam
melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j adalah sebagai
berikut:
Skj = { πij / (Pr – Pf)} x 100%
SBij = {Cij / (Pr – Pf)} x 100%
Keterangan:
Skj : Bagian (share) keuntungan lembaga pemasaran ke-j (%)
πij : Keuntungan lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Pr : Harga Ikan ditingkat konsumen (Rp/Kg)
Pf : Harga Ikan di tingkat nelayan (Rp/Kg)
SBij : Bagian (share) biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran hasil
tangkapan ikan ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j (%)
Cij : Biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran hasil tangkapan ikan oleh
35
lembaga penasaran ke-j (Rp/Kg)
Fisherman’s share digunakan untuk melihat rasio harga ditingkat nelayan.
Untuk menghitung Fisherman’s share, digunakan rumus (Asmarantaka, 2014):
Fs = (Pf / Pr) x 100%
Keterangan:
Fs : Persentase harga yang diterima nelayan (%)
Pf : Harga ikan ditingkat nelayan (Rp/kg)
Pr : Harga ikan ditingkat pengecer (Rp/kg)
Dalam analisis margin pemasaran dan fisherman’s share hanya dilakukan
perbandingan antaran saluran pemasaran yang satu dengan saluran pemasaran
yang lain. Saluran saluran pemasaran yang memiliki margin pemasaran terkecil
dan fisherman’s share terbesar adalah saluran pemasaran yang paling efisien.
Setelah menghitung margin pemasaran, share biaya, share keuntungan
dan Fisherman’s share , dilanjutkan dengan menghitung efisiensi pada masing-
masing saluran pemasaran hasil perikanan tangkap menggunakan analisis efisiensi
pemasaran. Soekartawi (1993), menyatakan bahwa efisiensi pemasaran adalah
nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
EP = (TB / TNP) x 100%
Keterangan:
EP : Efisiensi Pemasaran (%)
TB : Total biaya pemasaran (Rp/kg)
TNP : Total nilai produk yang dipasarkan (Rp/kg)
Penarikan kesimpulan dilihat dari nilai efisiensi pemasaran (EP) pada
setiap saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang memiliki nilai efisiensi
pemasaran yang lebih kecil adalah saluran pemasaran yang lebih efisien
dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya.
36
3.6 Definisi Operasional
1. Saluran pemasaran merupakan lembaga-lembaga pemasaran yang
berhubungan satu sama lain untuk menyalurkan produk ikan segar dari
produsen di Pelabuhan Perikanan Panarukan ke konsumen akhir.
2. Margin pemasaran merupakan selisih dari harga ditingkat pengecer atau
konsumen dengan harga ditingkat nelayan yang dinyatakan dalam satuan
rupian per kilogram (Rp/kg).
3. Harga di tingkat pengecer (Pr) adalah harga jual pedagang pengecer ikan di
Pelabuhan Perikanan Panarukan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per
kilogram (Rp/kg).
4. Harga di tingkat nelayan (Pf) adalah harga jual nelayan ikan di Pelabuhan
Perikanan Panarukan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram
(Rp/kg).
5. Biaya pemasaran adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran dalam saluran pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
6. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saat pemasaran ikan di
Pelabuhan yaitu: biaya retribusi, kuli angkut, biaya transportasi dan es batu.
7. Share biaya adalah bagian biaya setiap lembaga pemasaran untuk
melaksanakan fungsi pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan yang
dinyatakan dalam persen (%).
8. Keuntungan adalah besarnya keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga
pemasaran dalam saluran pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Pnarukan
yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
9. Share keuntungan adalah bagian keuntungan yang diterima oleh setiap
lembaga pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan yang dinyatakan
dalam persen (%).
10. Fisherman’s share merupakan rasio harga ditingkat nelayan di Pelabuhan
Perikanan Panarukan dengan harga ditingkat konsumen akhir yang
dinyatakan dalam persen (%).
37
11. Efisiensi pemasaran merupakan rasio antara total biaya dengan total nilai
produk berupa hasil perikanan tangkap yang dipasarkan dan dinyatakan
dalam persen (%).
12. Total biaya adalah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan yang dinyatakan dalam
satuan rupiah per kilogram (RP/kg).
13. Total nilai produk adalah nilai/harga ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
ditingkat konsumen akhir yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram
(RP/kg).
38
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian
Kabupaten Situbondo mempunyai 13 kecamatan yang merupakan
kecamatan berpantai dengan total panjang pantai adalah 131,575 km. Kabupaten
Situbondo termasuk kedalam wilayah Pantai Utara. Kabupaten Situbondo terletak
di ujung timur pulau jawa bagian utara yaitu antara 113º 30’ - 114º 42’ bujur
timur dan antara 7º 35’ - 7º 44’ Lintang selatan dengan batas wialyah sebagai
berikut:
Sebelah utara : Selat Madura
Sebelah selatan : Kabupaten Bondowoso
Sebelah timur : Selat Bali
Sebalah barat : Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Situbondo terletak di daerah pesisir utara Pulau Jawa,
dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung baluran dan lokasi
usaha perikanan. Dengan letak strategis, di tengah jalur darat Jawa-Bali,
Kabupaten Situbondo mempunyai Pelabuhan Panarukan yang terkenal sebagai
ujung timur dari jalan raya pos Anyer-Panarukan di Pulau Jawa yang dibangun
oleh Deandels pada era kolonial Belanda.
Kecamatan Panarukan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Situbondo yang letaknya berada di bagian utara Kabupaten Situbondo dengan
posisi diantara 7º 42,09’ lintang selatan dan 113’57 bujur timur. Letak Kecamatan
Panarukan berbatasan dengan:
Sebelah utara : Selat Madura
Sebelah selatan : Kecamatan Kendit
Sebelah timur : Kecamatan Situbondo
Sebalah barat : Kecamatan Kendit
Pelabuhan Perikanan Panarukan terletak di Desa Kilensari Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo. Jarak Pelabuhan Perikanan Panarukan ke kota
kurang lebih 8 km ke arah timur. Lokasi pelabuhan terletak di pinggir laut dan
dekat dengan jalan raya sehingga dapat dijangkau dengan mudah. Letak
39
Pelabuhan Perikanan Panarukan yang sangat strategis digunakan kapal-kapal
untuk mendaratkan hasil tangkapannya karena akses transportasi darat relatif
dekat dengan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten madura dan sekitarnya.
Aktivitas usaha ekonomi di Pelabuhan Perikanan Panarukan kegiatan yang
dilakukan sampai saat ini yaitu pendaratan ikan, pemasaran hasil tangkapan,
penanganan hasil tangkapan dan pengolahan hasil tangkapan.
Dikarenakan letak geografisnya maka perairan laut di sekitar Pelabuhan
Perikanan Panarukan dan sekitarnya dipengaruhi oleh angin musim timur dan
tenggara pada bulan April-September dan angin barat laut pada bulan November-
Maret. Arah dan kecepatan mata angin ini sangat besar pengaruhnya pada bidang
perikanan khususnya usaha penangkapan ikan di laut. Bulan November-Maret
merupakan musim baik untuk usaha pengangkapan ikan dilaut, dimana musim ini
merupakan musim ikan sedangkan pada bulan April-September bertiup angin
timur dan tenggara disertai gelombang yang cukup tinggi sehingga nelayan sulit
untuk melakukan kegiatan melaut dimana musim ini merupakan musim sulit ikan
atau musim paceklik bagi nelayan di daerah Pelabuhan Perikanan Panarukan dan
sekitarnya.
4.2 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Panarukan
Fasilitas pelabuhan perikanan yang menjadi sorotan utama adalah Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), seperti diketahui bahwa TPI digunakan sebagai pusat
pemasaran hasil tangkapan melalui pelelangan di suatu pelabuhan perikanan.
Tabel 4.1 Daftar Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Kabupaten Situbondo Tahun 2015
No Kecamatan Nama PPI Nama TPI Luas PPI (ha)
1. Banyuglugur Banyuglugur - - Kalianget - -
2. Besuki Demung - -
Pesisir Besuki 1
3. Suboh Ketah Ketah 0,3 4. Mlandingan Selomukti - -
Mlandingan Kulon Mlandingan Kulon 0,3
Mlandingan Timur Bletok Bletok 0,02
Bungatan - -
Pasir Putih - -
40
Lanjutan Tabel 4.1 Daftar Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten Situbondo Tahun 2015
No Kecamatan Nama PPI Nama TPI Luas PPI (ha)
5. Panarukan Kilensari Kilensari 0,04
Somangkaan - -
Peleyan Peleyan 0,7 Duwet Duwet 0,3
Gelung Gelung 0,2
6. Mangaran Kalbut - -
Semiring - - Tanjung Pecinan Tanjung Pecinan 0,5
Tanjung Kamal Tanjung Kamal 0,2
Tanjung Glugur - - 7. Arjasa Arjasa - -
Kumbangsari - -
Lamongan - -
8. Kapongan Landangan - - Sletreng - -
10. Jangkar Jangkar Jangkar 0,6
Agel - - 11. Asembagus Pondok Langgar Pondok Langgar 0,2
12. Banyuputih Sumber Rejo - -
Sumberanyar Pondok Mimbo 1,4 Sumber Waru Sumber Waru 0,5
Wonorejo Pandean 0,06
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Situbondo, 2015
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 12 Kecamatan di
Kabupaten Situbondo yang memiliki Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan
jumlah Pangkalan Pendaratan Ikan sebanyak 33 pangkalan. Tidak semua PPI
memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sehingga TPI yang ada hanya 15 TPI
yang terdapat di beberapa pangkalan pendaratan ikan yang tersebar di 12
Kecamatan.
TPI di Pelabuhan Perikanan Panarukan terletak di Desa Kilensari
Kecamatan Panarukan. TPI ini dikelola dibawah naungan KUD Samudra Mina
Jaya sehingga nama TPI juga mengikuti nama KUD tersebut yaitu TPI Samudra
Mina jaya, namun kebanyakan orang sering menyebut TPI Samudra Mina Jaya
tersebut dengan sebutan “TPI Panarukan” atau “TPI Kilensari”. Beberapa
aktivitas di TPI Panarukan yaitu pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI;
penanganan ikan di TPI, pengangkutan ikan dari TPI ke pengolah dan pedagang
ikan, pencucian keranjang, dan proses pembersihan ikan. Eksistensi Pelelangan
Ikan Panarukan sangat dikenal oleh nelayan dan juga masyarakat karena TPI
41
Panarukan adalah tempat jual beli ikan sejak jaman dahulu oleh nenek moyang.
TPI Panarukan merupakan tempat pelelangan ikan yang memberikan pemasukan
pendapatan daerah walaupun TPI Panarukan dikatakan kurang layak dari segi
fasilitas dan sarana prasarana yang ada, sempitnya bagunan TPI dan peralatan
seperti timbangan yang kuantitasnya masih sedikit, sehingga apabila pada saat
musim panen ikan nelayan harus mengantri sedikit lebih lama untuk
menimbangkan ikannya.
Sistem pelelangan dilakukan yang pertama nelayan menurunkan keranjang
hasil tangkapan ikannya dari kapal, kemudian keranjang diangkut ke TPI dan
langsung ditimbang menggunakan timbangan oleh petugas juru timbang TPI.
Kemudian langsung dijual kepada pedagang pengumpul ikan yang sudah
menunggu di TPI. Untuk mendapatkan hasil produksi ikan yang didaratkan maka
pengurus TPI hanya mengambil sampel di lapangan, dan bisa diketahui bahwa
berapa banyak ikan yang ditangkap oleh nelayan.
Di TPI Panarukan tidak terdapat kelompok nelayan yang aktif, yang ada
hanya perkumpulan dari nelayan-nelayan ABK pada satu kapal tersebut. Kegiatan
yang dilakukan biasanya berupa pembagian hasil dari kegiatan melaut,
memperbaiki jaring yang rusak dan pembersihan kapal. Sedangkan tidak terdapat
kelompok nelayan yang dalam kegiatan pemasaran. Nelayan biasanya menjual
ikan kepada pedagang pengumpul dengan cara individu yang menyebabkan harga
yang diberikan oleh pedagang pengumpul lebih rendah dari harga pasar.
4.3 Kondisi Penduduk
Kabupaten Situbondo memiliki garis pantai yang panjang sehingga hampir
sebagian besar masyarakat Situbondo terkonsentrasi atau bertempat tinggal di
daerah pesisir, hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk situbondo
mayoritas adalah dalam bidang penangkapan ikan atau nelayan dan pengolahan
hasil laut. Penduduk Kecamatan Panarukan berjumlah 56.322 jiwa terdiri dari
27.644 jiwa laki-laki dan 28.674 jiwa perempuan. Mayoritas mata pencaharian
penduduk di Kecamatan Panarukan adalah bekerja di sektor pertanian sebanyak
22,23%, sedangkan sektor lainnya berturut-turut adalah perdagangan 19,24%,
42
industri 5,14%, dan penggalian 0,18% (Kecamatan Panarukan dalam Angka,
2017).
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Panarukan
Tahun 2016
No. Desa Pertanian
Tani Buruh Tani Nelayan Peternakan
1. Kilensari 402 155 675 110
2. Paowan 275 980 32 310
3. Sumberkolak 500 225 34 610
4. Wringinanom 266 325 40 525
5. Peleyan 175 498 240 480
6. Alasmalang 240 540 29 225
7. Duwet 220 389 185 24
8. Gelung 445 566 240 344
Sumber: Kecamatan Panarukan Dalam Angka, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 jumlah penduduk menurut mata pencaharian di
Kecamatan Panarukan, mata pencaharian tani dan peternakan tertinggi adalah
desa Sumberkolak sebanyak 500 jiwa dan 610 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
dengan mata pencaharian buruh tani desa tertinggi adalah desa Powan sebanyak
980 jiwa, sedangkan dengan mata pencaharian nelayan desa tertinggi adalah desa
Kilensari sebesar 675 jiwa. Desa kilensari jumlah penduduk menurut mata
pencahrian tertinggi adalah nelayan dibandingkan dengan mata pencaharian
lainnya dengan jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 675
jiwa. Hal ini disebabkan karena tempat tinggal penduduk di daerah kilensari
merupakan daerah pesisir selain itu terdapat Pelabuhan Perikanan Panarukan
sehingga mayoritas penduduk di daerah setempat bekerja sebagai nelayan dan
menjadikannya kawasan pesisir.
Nelayan di Desa Kilensari salah satu dari sebagian besar masyarakat
nelayan yang memanfaatkan sumberdaya laut. Hal ini dikarenakan potensi ikan
tangkap di wilayah ini cukup baik karena berbatasan langsung dengan laut dan
sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Selain lokasinya yang
berbatasan langsung dengan laut faktor yang mendukung yaitu adanya tempat
pelelangan ikan yaitu TPI pelabuhan perikanan dibawah naungan KUD Mina
Samudra Jaya yang aktif. Aktivitas masyarakat desa Kilensari yaitu berupa usaha
43
pemasaran ikan segar, pemindangan, pengeringan ikan hingga kerajinan tangan
yang berhubungan dengan perikanan.
Deskriptif mengenai usia dan tingkat pendidikan nelayan ikan tangkap
dapat dilihat dari tabel:
Tabel 4.3 Karakteristik Usia Nelayan Responden
No Umur (Tahun) Jumlah Reponden Persentase(%)
1. 30-40 5 23,81
2. 41-51 10 47,62
3. 52-60 6 28,57
Jumlah 21 100
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa nelayan responden yang
berusia lebih dari 30 hingga 40 tahun sebanyak 28,31%, nelayan yang berusia 41
hingga 51 tahun sebanyak 47,62% dan nelayan yang berusia 52 hingga 60 tahun
sebanyak 28,57%. Mayoritas nelayan di sekitar Pelabuhan Perikanan Panarukan
tergolong dalam usia produktif. Jika dilihat dari usia nelayan masih produktif
karena pekerjaan sebagai nelayan membutuhkan tenaga dan daya tahan tubuh
yang sangat baik dalam proses melaut, dikarenakan mereka lebih banyak
menghabiskan waktu dan tenaga tidak seperti pekerjaan lainnya. Sehingga
nelayan yang berumur telah produktif memiliki pengalaman yang cukup tinggi
dikarenakan mereka telah bekerja sejak mereka masih muda hingga saat ini.
Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Pendidikan Nelayan Responden
No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase(%)
1. SD 10 47,62
2. SMP 8 38,10
3. SMA 3 14,29
Jumlah 21 100
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan di
wilayah Pelabuhan Perikanan Panarukan tergolong masih rendah dimana dapat
dilihat bahwa 47,62% nelayan responden menempuh pendidikan sampai tingkat
Sekolah Dasar (SD) saja, 38,10% menempuh hingga tingkat SMP/sederajat,
sedangkan tingkat SMA/sederajat hanya ditempuh sekitar 14,29% nelayan.
Nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan lebih memilih langsung bekerja
44
sebagai nelayan daripada harus melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi
dikarenakan faktor perekonomian keluarga yang masih tergolong kurang mampu,
sehingga juga sebagai tuntutan untuk dapat membantu perekonomian keluarga.
Selain itu lingkungan juga sangat mempengaruhi dimana banyak anggota keluarga
mereka atau tetangga di daerah sekitarnya memang relatif bekerja sebagai
nelayan.
4.4 Usaha Penangkapan Ikan
Nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nelayan yang dalam
usahanya memiliki kapal sendiri atau tidak memiliki kapal, namun dalam kegiatan
melaut nelayan teresebut bertindak sebagai juragan pada saat kegiatan
penangkapan. Bagi nelayan yang menyewa kapal adapaun penghasilan antara para
nelayan dengan pemilik kapal tidak dengan sistem sewa kapal melainkan dengan
sistem bagi hasil dari tangkapan para nelayan dengan kesepakatan yang telah
ditentukan. Nelayan dalam penelitian ini kegiatan melautnya menggunakan kapal
berukuran sedang yang disebut dengan perahu slerek. Perahu slerek ini
berkapasitas 10-20 orang (ABK) dan alat tangkap yang digunakan adalah jenis
alat tangkap purse seine (pukat cincin). Jenis alat tangkap purse sein ini termasuk
jenis alat tangkap ikan yang umum digunakan oleh para nelayan di wilayah pesisir
Pelabuhan Perikanan Panarukan dikarenakan memang efektif dalam
penggunaannya. Pada umumnya hasil tangkapan nelayan memiliki variasi seperti
ikan tongkol, ikan layang, ikan layur, ikan tenggiri. Namun mayoritas nelayan
ikan tangkap mendapatkan jenis ikan dominan yaitu ikan tongkol dan ikan layang
dimana setiap melakukan kegiatan penangkapan ikan jenis tersebut selalu di
dapat.
Teknologi penangkapan yang digunakan oleh nelayan yaitu perahu slerek
yang berukuran panjang 8-10 meter dan lebar 4-5 meter yang dilengkapi dengan 3
mesin berkekuatan 45 PK - 75 PK. Dua mesin untuk melajukan perahu dan satu
mesin untuk menarik jaring yang telah dilepas ke laut selain itu nelayan memakai
tambahan diesel sebagai daya untuk menghidupkan lampu. Mesin merupakan
sarana yang paling utama untuk melajukan perahu. Daya muat perahu maksimal
45
15 ton. Sebagian kecil perahu slerek dilengkapi dengan layar, sekalipun jarang
dimanfaatkan. Nelayan biasanya menggunakan jaring purse seine yang disebut
juga sebagai pukat cincin atau jaring lingkar. Jaring purse seine ini digunakan
mayoritas nelayan untuk menangkap ikan yang bergerombol di di permukaan laut
(ikan pelagis). Panjang dari jaring purse seine kurang lebih 300 m dengan dengan
panjang ke dasar laut kurang lebih 70 m. Operasi penangkapan yang dilakukan
nelayan dilakukan pada pukul 14.00 siang hari hingga dinihari tepatnya pukul
02.00 pagi.
Operasi penangkapan ikan awalnya dengan pelepasan jaring setelah
sampai pada suatu lokasi penangkapan yang diperkirakan menyimpan potensi
ikan. Tanda-tanda disuatu tempat memiliki potensi ikan diketahui berdasarkan
pengalaman melaut pada malam sebelumnya atau informasi dari nelayan-nelayan
lainnya. Ketika tiba dilokasi penangkapan yang telah ditentukan tersebut
kemudian nelayan akan menurunkan lampu ke permukaan laut. Lampu-lampu
tersebut berfungsi untuk mengumpulkan ikan karena ikan akan berkumpul dan
bergerak untuk mendekati sinar lampu tersebut. Pelepasan jaring dilakukan
dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah dinding besar
yang selanjutnya ditarik dari bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam.
Setelah dirasa ikan yang berada dalam jaring tersebut cukup, kemudian jaring
ditarik oleh nelayan maupun ABK ke atas permukaan dan ikan yang didapat
diletakkan ke dalam drum. Penangkapan berakhir dengan perahu kembali ke
daratan dan ikan yang didapatkan segera dijual.
Setelah sampai di daratan nelayan kemudian menurunkan ikan dengan
diangkut oleh kuli angkut ke TPI. Di TPI sebelumnya telah berkumpul semua
pedagang baik pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.
Untuk di Pelabuhan Perikanan Panarukan sendiri ikan yang di dapat dijual melalui
TPI terlebih dahulu sebelum dijual ke pedagang-pedagang tersebut. Di TPI ikan
yang di dapat ditimbang terlebih dahulu oleh juru timbang TPI kemudian setiap
nelayan akan dikenakan retribusi. Setelah ditimbang barulah ikan dijual nelayan
ke pedagang yang sudah menunggu di TPI. Kegiatan pemasaran ikan terjadi pada
saat kapal di daratkan pada pukul 02.00 pagi hingga jam 07.00 pagi.
46
4.5 Karakteristik Ikan Hasil Tangkapan Nelayan
Jenis ikan perolehan nelayan Pelabuhan Perikanan Panarukan yang paling
dominan ditangkap adalh jenis ikan pelagis. Ikan pelagis merupakan ikan yang
habitatnya berada di permukaan laut dan dalam penangkapannya menggunakan
jaring, karena umumnya ikan pelagis hidupnya bergerombol. Ciri utama
sumberdaya ikan pelagis antara lain yaitu memiliki aktifitas relatif tinggi, gerak
ruangnya yang jauh dan membentuk gerombolan yang cukup besar sehingga
penyebarannya tidak merata dibandingkan dengan ikan demersal.
Gambar 4.1 Ikan Tongkol Gambar 4.2 Ikan Layang
Gambar 4.1 merupakan ikan tongkol, ikan tongkol termasuk dalam famili
Scombridae. Ikan tongkol merupakan salah satu sumber daya ikan pelagis besar
dan produksi ikan ini umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan
pelagis besar lainnya. Ikan tongkol didaratkan hampir diseluruh kabupaten/kota
yang berbatasan dengan perairan laut. Ikan tongkol tergolong ikan pelagis yang
dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, maupun asin rebus (pindang). Berat
ikan tongkol yang biasanya didapat oleh nelayan berkisar antara 0,5 – 1 kg per
ekor dengan panjang sekitar 60 cm. Warna ikan yang biasanya lebih diminati
adalah ikan tongkol yang berwarna cerah. Kecerahan warna ikan ini juga sering
menjadi patokan harga, dimana ikan tongkol yang tubuhnya berwarna cerah
cenderung lebih mahal dibandingkan dengan ikan tongkol yang warnanya pucat.
Gambar 4.2 merupakan ikan layang, ikan layang termasuk dalam famili
Carangidae yang merupakan jenis ikan yang hidup dalam kelompok besar pada
perairan tropis dan sub tropis di Indo-Pasifik dan Lautan Atlantik. Ikan layang
didaratkan hampir di seluruh kabupaten/kota yang berbatasan dengan perairan
laut. Ikan layang mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan ikan
tongkol. Berat ikan layang yang biasanya di dapat oleh nelayan berkisar antara
47
0,1-0,25 kg per ekor dengan panjang sekitar 15cm. Ukuran tersebut biasanya
disukai oleh pedagang pindangan yang akan mengolah ikan layang menjadi ikan
layang pindang.
Kerusakan ikan juga bisanya terjadi, yaitu berupa ikan pecah perut dan
ikan layu akibat terkena panasnya mesin. Ikan pecah perut terjadi karena akibat
gesekan sesama ikan pada saat ikan ditangkap dan dimasukkan kedalam drum
ikan yang mengakibatkan bagian tubuh ikan menjadi luka dan sobek. Ikan layu
terjadi akibat ikan terkena panas mesin terlalu lama karena drum ikan diletakkan
dekat dengan mesin atau tepat diatas mesin yang mengakibatkan ikan menyusut
dan menjadi layu. Estimasi kerusakan ikan yang terjadi biasanya sebanyak 3-7%
dari total penangkapan.
48
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Saluran Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
5.1.1 Lembaga Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Kegiatan pemasaran dilakukan untuk menyampaikan produk dari produsen
kepada konsumen. Penyampaian produk pertanian seperti ikan tangkap pada
umumnya tidak dapat langsung disalurkan kepada konsumen dikarenakan produk
pertanian butuh penanganan lebih lanjut seperti pengolahan untuk bisa
dikonsumsi oleh konsumen langsung. Menurut Mubyarto (1989), pemasaran
produk pertanian membutuhkan proses yang lebih panjang bila dibandingkan
dengan produk non pertanian. Hal tersebut terjadi karena produk pertanian (ikan
tangkap) membutuhkan perlakukan-perlakuan khusus dalam penanganan pasca
ditangkap dari laut.
Tabel 5.1 Jumlah Nelayan Responden dan Lembaga Pedagang Pemasaran Hasil
Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
No. Lembaga Pemasaran Jumlah
1. Nelayan Juragan Laut 21
2. Pedagang Pengumpul 7
3. Pedagang Besar Luar Kota 4
4. Pedagang Pengecer 7
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Kegiatan pemasaran di Pelabuhan Perikanan Panarukan terdapat satu atau
lebih lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian produk berupa ikan
segar kepada konsumen. Berdasarkan Tabel 5.1. dari kegiatan wawancara di
lokasi penelitian di dapatkan responden nelayan sebanyak 21 orang, sedangkan
jumlah pedagang pedagang yang di dapatkan oleh peneliti sebanyak 18 pedagang
yang diantaranya 7 pedagang pengumpul, 4 pedagang besar luar kota dan 7
pedagang pengecer. Berikut ini penjelasan dari lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran ikan adalah sebagai berikut:
1. Nelayan Juragan Laut
Nelayan dalam penelitian ini adalah nelayan yang bertindak sebagai
juragan laut, baik yang mempunyai kapal dan yang tidak mempunyai kapal.
Nelayan juragan kapal ini bertindak sebagai ketua pada saat kegiatan melaut,
49
selain itu juragan ini menentukan dimana lokasi (fishing ground) untuk memasang
jaring dan memasarkan produk hasil tangkapannya kepada pedagang perantara
seperti pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Nelayan juragan laut
merupakan nelayan yang berasal dari daerah sekitar Pelabuhan Perikanan
Panarukan tepatnya di Desa Kilensari. Rata-rata hasil tangkapan ikan dalam
setiap kali trip pada saat musim paceklik adalah sekitar 200 kg untuk ikan tongkol
dan ikan layang. Pada saat musim paceklik nelayan biasanya mendapatkan ikan
lebih sedikit dibandingkan pada saat musim panen, namun pada saat musim
paceklik nelayan mendapatkan harga yang lebih tinggi. Wilayah penjualannelayan
hanya disekitar TPI Panarukan karena keterbatasan nelayan tentang informasi
pasar berupa harga dan jangkauan pemasaran ikan.
2. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul merupakan pihak yang membeli ikan dari nelayan
dalam jumlah yang besar. Jenis pembelian ikan yang dibeli oleh pedagang
pengumpul mayoritas adalah ikan segar ikan tongkol dan ikan layang. Ikan
tersebut banyak dicari dan dibeli oleh pedagang dan konsumen. Pedagang
pengumpul di Pelabuhan Perikanan Panarukan ini terbagi menjadi 2 yaitu
pedagang pengumpul yang menjual ikan segar langsung dan pedagang pengumpul
pindangan adalah pedagang yang mengolah lebih lanjut ikan menjadi ikan olahan
yaitu ikan pindang. Pedagang pengumpul yang menjual ikan segar akan
menyalurkan ke pedagang besar luar kota dan pedagang pengecer dalam bentuk
ikan segar, sedangkan pedagang pengumpul pindangan nantinya akan menjual
produk berupa ikan pindang dan akan menyalurkannya kepada pedagang pengecer
pindangan. Pada penelitian ini peneliti hanya fokus pada saluran pemasaran ikan
segar saja.
Wilayah pembelian pedagang pengumpul hanya di sekitar wilayah TPI di
Pelabuhan Perikanan Panarukan dimana ruang lingkup pembelian ini masih dalam
lingkup satu desa saja yaitu Desa Kilensari. Pedagang pengumpul biasanya
memberikan bantuan modal kepada nelayan juragan dan nelayan ABK. Modal itu
biasanya digunakan nelayan untuk kegiatan melautnya seperti membeli solar dan
bensin. Rata-rata dalam sekali pembelian pedagang pengumpul mampu membeli
50
ikan dari nelayan antara 200-250 kg pada saat musim paceklik. Beberapa
pedagang pengumpul mempunyai ikatan dengan nelayan. Ikatan tersebut terjadi
karena adanya pinjaman yang dilakukan nelayan dari Pedagang Pengumpul.
Adanya ikatan tersebut membuat nelayan tidak bisa bebas menjual hasil
tangkapannya kepada lembaga pemasaran lainnya dan harga ikan yang diberikan
juga akan lebih rendah.
3. Pedagang Besar Luar Kota
Pedagang besar luar kota ini adalah perwakilan pedagang besar ikan
kabupaten. Pedagang besar luar kota ini berasal dari beberapa kabupaten yaitu
Bondowoso, Probolinggo, Surabaya dan Jembrana Bali. Pedagang besar membeli
ikan dari pedagang pengumpul di Pelabuhan Perikanan Panarukan kemudian
menyalurkan kepada pedagang pengecer yang ada di pasar di daerah kabupaten
tersebut. Dalam sekali transaksi pedagang besar mampu membeli ikan rata-rata
sebanyak 300-500 kg dalam musim paceklik. Pedagang besar luar kota ini
biasanya juga mempunyai keterikatan kepada pedagang pengumpul. Pedagang
luar kota akan meminta kepada pedagang pengumpul dengan cara memesan
melalui telepon untuk mengirimkan ikan dikarenakan ditempat para pedagang
berasal biasanya terjadi kurangnya pasokan ikan.
4. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer dalam penelitian ini umumnya berada di pasar
Kecamatan Panarukan dan di daerah sekitar jalan raya Panarukan. Pedagang
pengecer nantinya akan menjual kembali ikannya dalam bentuk yang sama yaitu
ikan segar tanpa ada perlakukan apapun hanya saja proses pengawetan kembali
menggunakan es batu agar ikan masih dalam kondisi segar dan tidak mudah
busuk. Pedagang pengecer yang berjualan di pasar membeli ikan dari nelayan
sekitar 80-100 kg dalam sekali transaksi sedangkan pedagang pengecer yang
berjualan di daerah sekitar jalan raya panarukan biasanya membeli ikan dalam
jumlah yang sedikit yaitu sekitar 50-90 kg dalam sekali transaksi. Pedagang
pengecer yang menjual ikan dipinggir jalan nantinya akan didatangi oleh
konsumen luar kota yang sedang melintas dan konsumen lokal yang biasanya
enggan datang ke TPI atau pasar untuk membeli ikan. Alasan pedagang pengecer
51
menjual ikan di pinggir jalan adalah karena letak strategis Pelabuhan Perikanan
yang dekat dengan jalan raya sehingga pedagang pengecer tidak mengeluarkan
ongkos transportasi yang besar, selain itu pedagang pengecer pinggir jalan juga
tidak terikat tempat dan waktu dimana pedagang pengecer bisa menjual ikannya
kapan saja bahkan sampai malam, sedangkan jika dipasar mereka hanya akan
menjualnya sampai siang hari saja karena pasar buka hanya sampai siang hari,
selain itu pedagang pengecer juga menghindari untuk mengeluarkan biaya lebih
yaitu untuk biaya retribusi pasar. Pedagang pengecer pinggir jalan hanya menjual
ikan segar saja.
5.1.2 Saluran Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Saluran pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan dalam
menyalurkan ikan segar dari nelayan hingga konsumen akhir melibatkan beberapa
pelaku pasar yaitu nelayan sebagai produsen, Pedagang Pengumpul, pedagang
besar luar kota dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran ikan segar di
pelabuhan perikanan panarukan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.1 Skema Saluran Pemasaran Hasil Ikan Tangkap Ikan Tongkol dan Ikan
Layang
Secara berurutan berdasarkan Gambar 5.1 saluran pemasaran tersebut dapat
diurai sebagai berikut:
1. Saluran Pemasaran I : Nelayan – Pedagang Pengecer – Konsumen Lokal
2. Saluran Pemasaran II : Nelayan – Pedagang Pengumpul – Pedagang pengecer –
Konsumen Lokal
3. Saluran Pemasaran III : Nelayan – Pedagang Pengumpul – Pedagang besar luar
kota – Pedagang pengecer luar kota
III Pedagang
Besar Luar
Kota
Pedagang Pengecer Luar
Kota
Konsumen
Lokal
Pedagang
Pengumpul
90,48%
Nelayan
Pedagang
Pengecer
I 9,52%
II
52
Gambar 5.1 merupakan gambaran skema saluran pemasaran pada
pemasaran ikan segar yang dilakukan para pelaku pemasaran di Pelabuhan
Perikanan Panarukan. Pada Gambar 5.1 membentuk suatu pola atau sistem
pemasaran sebagai satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian dimana setiap
bagiannya saling berkaitan satu sama lain dan bekerjasama membentuk suatu
sistem yang terorganisir. Berikut ini merupakan penjelasan pola saluran
pemasaran pada Gambar 5.1 gambaran skema saluran pemasaran ikan segar:
1. Saluran Pemasaran I
Pada saluran pemasaran I, merupakan saluran pemasaran satu tingkat
dimana lembaga pemsaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ini adalah
pedagang pengecer. Pedagang pengecer merupakan pedagang perantara yang
nantinya akan menyalurkan produk dari produsen langsung kepada konsmen
berupa ikan segar. Pedagang pengecer yang terlibat merupakan pedagang
pengecer yang menjual ikan segar di tepi jalan raya dan di pasar, dimana nantinya
akan ada konsumen lokal maupun konsumen dari luar kota yang membeli ikan
segar tersebut. Pedagang pengecer menunggu dan mendatangi para nelayan di TPI
untuk membeli langsung ikan segar yang baru saja ditangkap oleh nelayan.
Pedagang pengecer yang membeli ikan langsung ke nelayan hanya mampu
membeli ikan dalam jumlah yang sedikit sekitar 50-100 kg dalam sekali transaksi,
sehingga jika nelayan yang mempunyai hasil tangkapan banyak dan dijual
langsung kepada pedagang pengecer maka hasil tangkapan tersebut tidak dapat
terjual semuanya. Nelayan yang biasanya menggunakan saluran pemasaran ini
jika ikan yang dihasilkan sedikit atau jika sangat mengenal pedagang pengecer
tersebut yang dimana pedagang pengecer tersebut merupakan langganannya.
Pedagang pengecer menjual kembali hasil tangkapan nelayan dengan cara kiloan
atau eceran sehingga peran pedagang pengecer tersebut hanya menargetkan para
konsumen kecil atau konsumen rumah tangga.
2. Saluran Pemasaran II
Saluran pemasaran II, merupakan pemasaran dua tingkat yaitu neyalan ke
Pedagang Pengumpul ke pedagang pengecer kemudian ke konsumen. Saluran
pemasaran ini merupakan saluran pemasaran yang banyak digunakan oleh
53
nelayan. Nelayan yang memperoleh ikan langsung dijual kepada Pedagang
Pengumpul. Dalam hal ini pedagang pengumpul bertindak sebagai penyuplai ikan
untuk pedagang pengecer baik yang berjualan di pinggir jalan maupun di pasar.
Pedagang besar merupakan pedagang perantara antara nelayan dan pedagang
pengecer yang tidak membeli langsung kepada nelayan, hal ini dikarenakan
hampir sebagian nelayan menjual langsung kepada Pedagang Pengumpul
sehingga pedagang pengecer hampir tidak mendapat ikan dari nelayan selain itu
faktor lokasi pedagang pengecer yang jauh dari TPI harus dikorbankan oleh
nelayan. Selain itu nelayan menjual langsung kepada pedagang pengumpul
disebabkan karena nelayan tersebut mempunyai tanggungan hutang kepada
pedagang besar sehingga mengharuskan nelayan menjual semua hasil
tangkapannya kepada pedagang pengumpul, selain itu ikan hasil tangkapan
nelayan akan habis terjual jika nelayan menjual ke pedagang pengumpul, karena
pedagang pengumpul akan membeli semua hasil tangkapan nelayan sehingga
nelayan dapat menekan resiko ikan yang nantinya akan rusak dan tidak
mengeluarkan biaya untuk penyimpanan ikan. Kemudian pedagang pengumpul
menyalurkan ikan kepada pedagang pengecer, pedagang pengecer disini
merupakan perantara langsung kepada konsumen. Ujung dari saluran pemasaran
kedua ini adalah konsumen.
3. Saluran Pemasaran III
Saluran pemasaran III, merupakan saluran dua tingkat yaitu nelayan ke
Pedagang Pengumpul kemudian pedagang besar luar kota lalu pedagang pengecer
luar kota. Biasanya Pedagang Pengumpul mendapat pesanan dari pelanggan yaitu
pedagang besar luar kota untuk mengirimkan ikan dalam jumlah yang besar
minimal 500-1000kg pada saat musim ikan dan 300-500 kg pada saat musim
paceklik. Dalam hal ini harga ikan sangat ditentukan oleh persedian yang ada di
Pedagang Pengumpul, jika persediaannya masih mencukupi maka harga yang
ditawarkan kepada nelayan rendah, namun jika persediaannya sedikit untuk
memenuhi pesanan maka saat itu juga harga yang ditawarkan kepda nelayan juga
tinggi. Namun pada saat musim paceklik atau musim peralihan dari musim
paceklik ke musim ikan, para pedagang besar luar kota tidak akan meminta
54
pesanan dengan jumlah yang besar, sedangkan Pedagang Pengumpul akan
mengirimkan ikan sesuai dengan jumlah hasil tangkapan nelayan yang dibelinya
pada saat itu. Pedagang luar kota berasal dari beberapa Kabupaten seperti
Bondowoso, Probolinggo, Surabaya bahkan Kabupaten Jembrana Bali.
Berdasarkan informasi dari Pedagang Pengumpul, pedagang besar luar
kota meminta untuk mengirimkan ikan dikarenakan ditempat para pedagang besar
luar kota berasal biasanya terjadi kurangnya pasokan ikan. Selanjutnya pedagang
besar luar kota menyalurkan ikannya kepada pedagang pengecer luar kota yang
merupakan konsumen akhir dari saluran pemasaran III dalam penelitian ini
dikarenakan keterbatasan peneliti berupa tenaga, biaya dan waktu sehingga tidak
bisa menjangkau konsumen akhir yang berada diluar kota.
Tabel 5.2 Distribusi Hasil Tangkapan Nelayan
No Saluran Pemasaran Jumlah Persentase (%)
1. Nelayan – Pedagang Pengumpul 19 90,48
2. Nelayan – Pedagang Pengecer 2 9,52
Jumlah 21 100
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.1 dari ketiga saluran pemasaran tersebut sebanyak
90,48% nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada Pedagang
Pengumpul dengan sistem tawar-menawar. Sistem penjualan dengan tawar-
menawar merupakan cara pembelian yang tidak transparan maksudnya yang mana
nelayan menjual hasil tangkapan mereka tanpa mengetahui harga ikan dipasaran
dengan pasti. Jika rata-rata harga penjualan ikan yang diterima nelayan dengan
sistem tawar-menawar. Alasan para nelayan menjual hasil tangkapannya kepada
Pedagang Pengumpul tersebut dikarenakan adanya kemudahan dalam menjual
hasil tangkapan, hasil tangkapan yang di dapat akan semuanya terjual habis, dan
menekan resiko kualitas ikan yang menurun.
Sejalan dengan penelitian dari Pamungkas (2013), yang menjelaskan
bahwa pada umumnya nelayan cenderung menjual hasil tangkapan mereka secara
langsung dalam bentuk ikan segar kepada pedagang besar. Sebenarnya harga yang
diterima nelayan jika menjual ikannya langsung ke konsumen akan relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan cara pelelangan. Cara penjualan secara langsung
nelayan sulit dihindari, karena disamping nelayan mempunyai kebutuhan yang
55
mendesak, pada umumnya mereka juga tidak mempunyai waktu senggang, selain
itu nelayan juga membutuhkan istirahat karena sudah letih melakukan kegiatan
melaut disamping itu mereka lebih memilih mempersiapkan dan memperbaiki
peralatan melaut yang rusak.
Selain itu permasalahan yang terjadi adalah nelayan terlibat hutang kepada
Pedagang Pengumpul sehingga mengharuskan nelayan menjual hasil
tangkapannya kepda Pedagang Pengumpul dengan harga yang telah ditentukan
oleh Pedagang Pengumpul itu sendiri. Pembayaran yang dilakukan oleh Pedagang
Pengumpul pun biasanya dilakukan di belakang yang artinya adalah pembayaran
setengah dilakukan di depan dan sisanya dibayar dibelakang. Pedagang
pengumpul akan melakukan pembayaran sepenuhnya setelah ikan yang dibelinya
dari nelayan terjual terlebih dahulu sehingga nelayan harus menunggu
pembayaran dari penjualannya tersebut. Kondisi demikian akan membuat nelayan
semakin kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan untuk melakukan
proses melaut berikutnya membutuhkan biaya. Sebab pemasaran yang mereka
terima dari hasil tangkapan umumnya tergolong kecil dan resiko yang sangat
tinggi untuk menafkahi keluarga mereka, hal ini nantinya memicu nelayan untuk
melakukan pinjaman untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya melaut
berikutnya.
5.1.3 Fungsi Pemasaran Masing-Masing Lembaga Pemasaran Hasil Perikanan
Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Terdapat sejumlah kegiatan pokok pemasaran yang perlu dilaksanakan
untuk mencapai sasaran tersebut, yang dinyatakan sebagai fungsi-fungsi
pemasaran. Lembaga pemasaran dalam penelitian ini melakukan fungsi-fungsi
pemasaran dalam proses penyampaian produk ikan segar dari nelayan hingga
konsumen akhir. Fungsi-fungsi pemasaran umumnya dilakukan oleh nelayan,
Pedagang pengumpul, pedagang besar luar kota, dan pedagang pengecer. Fungsi-
fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran terkait adalah fungsi
pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
56
Nelayan sebagai produsen ikan segar lebih memilih langsung menjualanya
ke pedagang perantara dan kurang melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Hal ini
karena nelayan mempunyai keterbatasan seperti waktu dan biaya untuk
melakukan proses pemasaran, sehingga harga yang dibayarkan dari pedagang
perantara tidak signifikan terhadap pendapatan yang diterima.
Tabel 5.3 Fungsi-fungsi Pemasaran Lembaga Pemasar Hasil Perikanan Tangkap
di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Fungsi-fungsi Pemasaran Nelayan Pd.
Pengumpul
Pd. Besar
Luar Kota
Pd.
Pengecer
1. Fungsi Pertukaran
a. Penjualan √ √ √ √
b. Pembelian − √ √ √
2. Fungsi Fisik
a. Pengangkutan √ √ √ √
b. Penyimpanan − √ √ √
3. Fungsi Penyediaan
Fasilitas
a. Standarisasi √ √ − √
b. Penggunaan Resiko √ − − √
c. Informasi Harga − √ √ √
d. Penyediaan Dana − √ − −
Sumber: Data Primer, 2019
Berikut ini uraian dari Tabel 5.3 tentang fungsi-fungsi yang dilakukan oleh
setiap lembaga pemasaran hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan:
1. Nelayan Juragan Laut
Fungsi-fungsi yang dilakukan nelayan adalah fungsi pertukaran yaitu
penjualan, dimana nelayan sebagai produsen yang menjual hasil tangkapannya
kepada Pedagang Pengumpul dan pedagang pengecer dimana berupa ikan segar
hasil tangkapan kegiatan melaut. Nelayan tidak melakukan fungsi pembelian
dikarenakan nelayan sebagai produsen penyedia ikan segar kepada lembaga-
lembaga pemasaran yang lain. Fungsi selanjutnya adalah fungsi fisik berupa
pengangkutan dimana fungsi ini dilakukan pada saat memindahkan ikan dari atas
kapal ke TPI untuk dilakukan kegiatan penimbangan. Pengangkutan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan jasa kuli angkut. Nelayan tidak
melakukan fungsi penyimpanan dikarenakan nelayan biasanya menjual semua
57
hasil tangkapanya serta alasan lain adalah nelayan tidak mau menambah biaya
untuk melakukan fungsi penyimpanan tersebut, seperti yang diketahui biaya
penyimpanan memerlukan biaya yang cukup besar.
Fungsi selanjutnya adalah penyediaan fasilitas, fungsi standarisasi
dilakukan nelayan adalah dengan menyortasi ikan berdasarkan jenis ikan serta
memilah ikan yang bagus dan ikan yang rusak, kegiatan ini dilakukan agar
nelayan mendapat harga yang tinggi dari lembaga pemasaran yang lain. Fungsi
pemasaran resiko dilakukan oleh nelayan terkait dengan adanya kerusakan yang
terjadi pada ikan. Kerusakan ikan berupa ikan mengalami pecah perut akibat
tergeseknya dan menumpuknya ikan satu sama lain, serta ikan menyusut
dikarenakan terkena suhu panas mesin. Fungsi informasi tidak dilakukan oleh
nelayan dimana nelayan tidak mengetahui jumlah permintaan pasar dan harga,
nelayan hanya mengikuti harga-harga sebelumnya untuk menentukan harga yang
akan dijual pada saat itu.
2. Pedagang Pengumpul
Fungsi yang dilakukan oleh Pedagang Pengumpul pada fungsi pertukaran
adalah fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi penjualan dialakukan oleh
Pedagang Pengumpul kepada pedagang pedagang besar luar kota dan pedagang
pengecer. Fungsi pembelian dilakukan oleh Pedagang Pengumpul dari nelayan
untuk dijual kembali kepada lembaga pemasaran selanjutnya. Pedagang
Pengumpul ini biasanya membeli ikan dari nelayan dalam jumlah yang besar.
Pedagang Pengumpul menjual kepada pedagang besar luar kota seperti
Probolinggo, Surabaya, Bali dan Bondowoso. Sebelum membawa ikan yang
dibeli untuk keluar dari Pelabuhan Perikanan Panarukan, pedagang besar
melakukan penyortiran terhadap ikan tersebut. Penyortiran tersebut berupa ikan
dikelompokan berdasarkan jenis, kualitas ikan dan ukuran ikan Kegiatan ini
dilakukan oleh para pekerja yang dibayar dengan cara harian. Setelah itu ikan
akan dimasukan kedalam kotak styrofoam dengan berat 30-40 kg dan diberi es
yang disusun secara berselang-seling. Pengangkutan keluar kota dilakukan dengan
menggunakan mobil pick-up yang dalam sekali pengangkutan dapat memuat
hingga 18 kotak styrofoam.
58
Pengakutan biasanya dilakukan pada sore atau malam hari. Apabila pada
saat musim ikan Pedagang Pengumpul mampu mengirim hingga 3 mobil pick-up
dengan jumlah 1-2 ton ikan. Berdasarkan uraian diatas fungsi-fungsi yang
dilakukan Pedagang Pengumpul meliputi fungsi fisik berupa pengangkutan dan
penyimpanan, fungsi penyediaan fasilitas berupa standarisasi, penggunaan resiko,
informasi pasar, dan penyediaan dana, dimana Pedagang Pengumpul hampir
melakukan semua fungsi-fungsi pemasaran.
3. Pedagang Besar Luar Kota
Fungsi pemasaran pedagang besar luar kota yang dilakukan meliputi
fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang besar yang
membeli ikan segar dari Pedagang Pengumpul berada di Surabaya, Probolinggo,
Bali dan Bondowoso. Pedagang besar yang berada di Surabaya dan Bali biasanya
membeli ikan dalam jumlah yang besar, karena ikan-ikan tersebut di distribusikan
kembali ke pedagang pengecer yang menjual ikan di pasar-pasar inti yang berada
di sekitar kota tersebut. Sedangkan pedagang yang berasal dari Probolinggo dan
Bondowoso membeli ikan dari Pedagang Pengumpul dalam jumlah yang sedikit,
karena pedagang besar juga menjual ke pedagang pengecer di daerah tersebut
dalam jumlah yang sedikit. Ikan-ikan yang dijual oleh Pedagang Pengumpul telah
dikemas menggunakan kotak styrofoam yang sudah diberi nama atau inisial oleh
Pedagang Pengumpul dimana nantinya pedagang besar akan membayar sesuai
dengan nota yang diberikan oleh Pedagang Pengumpul tersebut.
Pedagang besar luar kota tidak melakukan kegiatan sortasi dan
penimbangan lagi karena telah ada kepercayaan dengan pedagang lokal selain itu
pedagang juga tidak perlu melakukan penanganan ikan yang dibelinya karena ikan
sudah tersortasi dengan baik dan telah diberi es dalam jumlah yang cukup oleh
Pedagang Pengumpul. Berdasarkan uraian diatas, selain fungsi pertukaran yang
meliputi penjualan dan pembelian, pedagang besar luar kota juga melakukan
fungsi fisik berupa pengangkutan dan penyimpanan, serta fungsi penyediaan
fasilitas berupa informasi harga.
59
4. Pedagang Pengecer
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi
pertukaran meliputi fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan
pedagang pengecer dengan membeli ikan dalam jumlah yang sedikit baik dari
nelayan maupun dari pedagang pengecer. Ikan yang dibeli dan dijual lagi oleh
pedagang pengecer biasanya ikan yang disukai oleh konsumen seperti ikan
tongkol dan layang. Pedagang pengecer biasanya datang langsung ke TPI untuk
membeli ikan langsung, setelah itu pedagang pengecer akan membawa ikan-ikan
tersebut dengan menggunakan becak motor ke lokasi yang menjadi tempat
memasarkan ikan seperti di pasar dan di pinggir jalan. Nantinya akan ada
konsumen baik lokal maupun non lokal yang akan datang untuk membeli.
Pedagang pengecer terbagi menjadi dua berdasarkan lokasi penjualannya, yang
pertama adalah pedagang pengcer yang menjual ikan di pasar, pasar yang
dimaksud adalah pasar inti yaitu pasar Panarukan yang berada tidak jauh dari
Pelabuhan Perikanan Panarukan.
Pedagang pengecer pasar selain menjual ikan segar juga menjual ikan
olahan berupa ikan pindang. Yang kedua adalah pedagang pengecer yang menjual
ikan di pinggir jalan. Pedagang pengecer ini menjual ikannya di pinggir jalan di
sekitaran jalan raya di dekat Pelabuhan Perikanan Panarukan. Penggunaan resiko
yang terjadi pada pedagang pengecer adalah apabila ikan ikan tidak habis terjual,
maka pedagang pengecer akan menyimpannya dalam kota styrofoam dan
kemudian diberi es sehingga ikan tersebut dapat dijual kembali esok harinya.
Dalam kejadian seperti ini pedagang pengecer harus menaggung resiko kerugian,
kerena ikan yang disimpan tersebut telah menurun tingkat kesegarannya sehingga
harga jualnya lebih rendah dari harga kemarin. Berdasarkan uraian diatas selain
fungsi pertukaran penjualan dan pembelian, fungsi fisik juga dilakukan meliputi
pengangkutan dan penyimpan, selain itu fungsi penyediaan fasilitas berupa
standarisasi, penggunaan resiko dan informasi harga juga dilakukan oleh
pedagang pengecer.
60
5.2 Margin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Panarukan
5.2.1 Margin Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Margin pemasaran merupakan salah satu cara untuk melihat apakah
salauran pemasaran tersebut efisien atau tidak. Semakin banyaknya lembaga
pemasaran yang terlibat maka semakin besar pula margin pemasaran tersebut.
Apabila semakin besar margin pemasaran maka akan menyebabkan harga yang
diterima produsen menjadi semakin kecil dan sebagai sistem pemasaran yang
tidak efisien (Nuriati, 2007). Berikut ini margin pemasaran untuk masing-masing
saluran pemasaran jenis ikan tongkol dan ikan layang di Pelabuhan Perikanan
Panarukan:
1. Saluran Pemasaran Jenis Ikan Tongkol
a. Saluran Pemasaran I Ikan Tongkol
Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan produsen untuk
menyalurkan barang tersebut sampai ke konsumen. Saluran pemasaran I pada
pemasaran ikan tongkol melibatkan satu lembaga pemasaran saja yaitu nelayan-
pedagang pengecer- konsumen. Berikut hasil analisis margin pemasaran dan
distribusi margin pada saluran pemasaran I.
Tabel 5.4 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
No.
Lembaga Pemasar
Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 16000
b. Retribusi 47,17 0,21
c. Kuli Angkut 150 0,68
d. Keuntungan 15803 71,83
2. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 16500
b.Biaya Transportasi 169 0,77 2,82
c. Es 100 0,45 1,67
d. Retribusi 20 0,09 0,33
e. Kuli Angkut 100 0,45 1,62
61
Lanjutan Tabel 5.4 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
No.
Lembaga Pemasar
Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
f. Harga Jual 22000
g. Keuntungan 5611 25,50 93,51
3. Konsumen
a. Harga Beli 22000
Margin Pemasaran 6000 97,33 2,67 93,51 6,49
Total 100 100
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran M1 hal 100
Tabel 5.4, menunjukkan harga ikan tongkol di tingkat nelayan sebesar Rp.
16.000/kg dan harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 22.000/kg. Harga ini
diperoleh dari rata-rata harga pada musim kemarau ikan. Berdasarkan harga
tersebut, maka diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 6.000/kg.
Pada saluran pemasaran ikan, nelayan mengeluarkan biaya. Biaya yang
dikeluarkan berupa biaya kuli angkut untuk mengangkut drum yang berisi ikan
dari kapal menuju TPI sebesar Rp. 150/kg , selain itu biaya yang dikeluarkan
nelayan adalah retribusi TPI sebesar Rp. 47,17/kg. Biaya pemasaran ini
dikeluarkan oleh nelayan pada semua saluran pemasaran.
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran I ini adalah
pedagang pengecer, dimana pedagang pengecer ini merupakan lembaga perantara
yang menyalurkan ikan langsung kepada konsumen. Dalam saluran pemasaran I
pedagang pengecer mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi yang
menggunakan bemo (becak motor) sebesar Rp. 169/kg atau 0,77%, biaya Es
sebesar Rp. 100/kg atau 0,45%, biaya retribusi pasar untuk pedagang pengecer di
pasar sebesar Rp. 20/kg atau 0,09% dan biaya kuli angkut dimana digunakan
untuk mengangkut ikan dari tempat nelayan ke transportasi dan dari transportasi
ke tempat pedagang pengecer sebesar Rp. 100/kg atau 0,45%. Dari harga beli di
nelayan sebesar Rp. 16.000/kg, pedagang pengecer mendapat keuntungan sebesar
Rp. 5.611/kg dengan jumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 389
/kg.
62
Besar share keuntungan keseluruhan pada saluran pemasaran I sebesar
97,33% dengan share biaya sebesar 2,67%. Berdasarkan nilai share tersebut maka
saluran pemasaran I tergolong menguntungkan karena nilai share keuntungan
lebih besar dai nilai share biaya. Harga yang diterima nelayan sebesar Rp.
16.000/kg (71,83%) dari harga yang diterima pedagang pengecer, nilai persentase
share harga tersebut menunjukkan keuntungan yang diterima nelayan tergolong
tinggi dari harga yang diterima oleh pedagang pengecer dan nelayan tidak
dirugikan. Distribusi margin digunakan untuk mengetahui tingkat kemerataan
pembagian keuntungan bagi masing-masing lembaga pemasaran. Apabila ditinjau
dari distribusi margin, terlihat bahwa bagian keuntungan terbesar pada saluran
pemasaran I terletak pada pedagang pengecer sebesar 93,51%. Pada saluran
pemasaran ini tidak dapat diketahui tingkat kemerataan keuntungan karena pada
saluran pemasaran ini hanya melibatkan 1 lembaga pemasaran saja.
b. Saluran Pemasaran II Ikan Tongkol
Saluran pemasaran II ini merupakan saluran pemasaran dua tingkat yang
melibatkan dua lembaga di dalam pemasarannya. Saluran pemasaran II pada
pemasaran ikan tongkol meliputi nelayan- Pedagang Pengumpul- pedagang
pengecer- konsumen. Saluran pemasaran II ini merupakan salauran pemasaran
yang sering digunakan oleh para lembaga pemasaran di Pelabuhan Perikanan
Panarukan. Berikut hasil analisis margin pemasaran dan distribusi margin pasa
saluran pemsaran II.
Tabel 5.5 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Tongkol
(Saluran Pemasaran II)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 14595
b. Retribusi 47,17 0,22
c. Kuli Angkut 213 0,98
d. Keuntungan 14334 66,06
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 14595
63
Lanjutan Tabel 5.5 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Tongkol (Saluran Pemasaran II)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
b. Kuli Angkut 300 1,38 4,22
c. Es 120 0,55 1,69
d. Air Laut 100 0,46 1,41
e. Harga Jual 17040
f. Keuntungan 1925 8,87 27,10
3. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 17040
b. Transportasi 169 0,78 2,38
c. Es 100 0,46 1,41
d. Kuli Angkut 100 0,46 1,41
e. Harga Jual 21700
f. Keuntungan 4291 19,77 6,39
4. Konsumen
a. Harga Beli 21700
Margin Pemasaran 7105 94,70 5,30 87,48 12,52
Total 100 100
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran M2 hal 102
Tebel 5.5, menunjukkan harga ikan tongkol di tingkat nelayan sesbesar
Rp. 14.595/kg dan harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 21.700. Harga ini
diperoleh dari rata-rata harga pada musim kemarau ikan. Berdasarkan harga
tersebut, maka diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 7.105/kg.
Seperti pada saluran pemasaran I, nelayan mengeluarkan biaya, biaya yang
dikeluarkan berupa biaya kuli angkut untuk mengangkut drum yang berisi ikan
dari kapal menuju TPI sebesar Rp. 213/kg , selain itu biaya yang dikeluarkan
nelayan adalah retribusi TPI sebesar Rp. 47,17/kg. Biaya pemasaran ini
dikeluarkan oleh nelayan pada semua saluran pemasaran.
Lembaga yang terlibat pada saluran pemasaran II ini adalah Pedagang
Pengumpul dan pedagang pengecer. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya
untuk kuli angkut sebesar Rp. 300/kg atau 1,38%, dimana kuli angkut ini
mengangkut drum ikan yang dibelinya di TPI ke tempat Pedagang Pengumpul
tersebut. Selain itu biaya yang dikeluarkan adalah es dan air laut, masing-masing
64
sebesar Rp. 120/kg atau 0,55% dan Rp. 100/kg atau 1,41%, dimana es digunakan
untuk mengawetkan ikan sehingga ikan tidak cepat susut dan bau, sedangkan air
laut digunakan untuk mencuci ikan agar ikan tetap dalam keadaan segar dan
bersih. Pedagang Pengumpul menggunakan air laut untuk mencuci ikan agar ikan
tetap segar dan tetap bagus, jika dicuci menggunkan air tawar daging ikan
nantinya akan menghitam dan tidak bagus sehingga akan mempengaruhi harga ke
pedagang selanjutnya dimana harga yang ditawarkan akan rendah. Pedagang besar
selanjutnya menjual ikannya kepada pedagang pengecer sebesar Rp. 17.040/kg
dan dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar, pedagang besar
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.925/kg atau sebesar 8,87%.
Seperti saluran pemasaran I, pada saluran pemasaran II ini pedagang
pengecer mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi yang
menggunakan bemo (becak motor) sebesar Rp. 169/kg atau 0,78%, biaya Es
sebesar Rp. 100/kg atau 0,46% dan biaya kuli angkut dimana digunakan untuk
mengangkut ikan dari tempat nelayan ke transportasi dan dari transportasi ke
tempat pedagang pengecer sebesar Rp. 100/kg atau 0,46%. Dari harga beli di
pedagang pengumpul sebesar Rp. 17.040/kg, pedagang pengecer mendapat
keuntungan sebesar Rp. 4.291/kg dengan jumlah biaya pemasaran yang
dikeluarkan sebesar Rp. 369/kg.
Besar share keuntungan keseluruhan pada saluran pemasaran II sebesar
94,70% dengan share biaya sebesar 5,30%. Berdasarkan nilai share tersebut maka
saluran pemasaran II tergolong menguntungkan karena nilai share keuntungan
lebih besar dai nilai share biaya. Distribusi margin digunakan untuk mengetahui
tingkat kemerataan pembagian keuntungan bagi masing-masing lembaga
pemasaran. Apabila ditinjau dari distribusi margin, terlihat bahwa bagian
keuntungan yang dimiliki oleh pedagang pengumpul sebesar 27,10% dan
pedagang pengecer sebesar 60,39%. Persentase distribusi margin pedagang
pengumpul lebih kecil dibandingkan dengan pedagang pengecer. Selisih nilai
keuntungan pada distribusi antara kedua pedagang tersebut cukup jauh. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kemerataan keuntungan pada masing-masing
lembaga tersebut masih belum merata.
65
c. Saluran Pemasaran III Ikan Tongkol
Saluran pemasaran III pada pemasaran ikan tongkol meliputi nelayan-
Pedagang Pengumpul- pedagang besar luar kota- Pedagang pengecer luar kota.
Berikut hasil analisis margin pemasaran dan distribusi margin pasa saluran
pemsaran III.
Tabel 5.6 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran III)
No. Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 14959
b. Retribusi 47,17 0,20
c. Kuli Angkut 213 0,92
d. Keuntungan 14334 61,99
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 14595
b. Kuli Angkut 300 1,30 3,52
c. Es 120 0,52 1,41
d. Air Laut 100 0,43 1,17
e. Harga Jual 17850
f. Keuntungan 2735 11,83 32,07
3. Ped. Besar Luar Kota
a. Harga Beli 17850
b. Transportasi 694 3,00 8,14
c. Kuli Angkut 438 1,89 5,13
d. Es 150 0,65 1,76
f. Harga Jual 23125
g. Keuntungan 3993 17,27 46,81
4. Ped. Ecer Luar Kota
a. Harga Beli 23125
Margin Pemasaran 8530 91,08 8,92 78,88 21,12
Total 100 100
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran M3 hal 105
Tebel 5.6, menunjukkan harga ikan tongkol di tingkat nelayan sebesar Rp.
14.595/kg dan harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 23.125/kg. Harga ini
66
diperoleh dari rata-rata harga pada musim kemarau ikan. Berdasarkan harga
tersebut, maka diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 8.530/kg.
Lembaga yang terlibat pada saluran pemasaran III ini adalah Pedagang
Pengumpul dan pedagang besar luar kota. Pedagang pengumpul mengeluarkan
biaya untuk kuli angkut sebesar Rp. 300/kg, dimana kuli angkut ini mengangkut
drum ikan yang dibelinya di TPI ke tempat Pedagang Pengumpul tersebut. Selain
itu biaya yang dikeluarkan adalah es dan air laut, masing-masing sebesar Rp.
120/kg dan Rp. 100/kg, dimana es digunakan untuk mengawetkan ikan sehingga
ikan tidak cepat susut dan bau, sedangkan air laut digunakan untuk mencuci ikan
agar ikan tetap dalam keadaan segar dan bersih. Pedagang Pengumpul
menggunakan air laut untuk mencuci ikan agar ikan tetap segar dan tetap bagus,
jika dicuci menggunakan air tawar daging ikan nantinya akan menghitam dan
tidak bagus sehingga akan mempengaruhi harga ke pedagang selanjutnya dimana
harga yang ditawarkan akan rendah. Pedagang besar selanjutnya menjual ikannya
kepada pedagang besar luar kota sebesar Rp. 17.850/kg dan dari biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang besar, pedagang besar mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 2.735/kg atau sebesar 11,83%.
Saluran pemasaran III ini lembaga setelah Pedagang Pengumpul dadalah
pedagang besar luar kota. Pedagang besar luar kota mengeluarkan biaya
transportasi sebesar Rp. 694/kg, kuli angkut sebesar Rp. 438/kg dan es sebesar
Rp. 150/kg. Biaya transportasi merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan
oleh pedagang besar luar kota dengan share sebesar 3,00%, hal ini dikarenakan
jarak tempuh pedagang besar luar kota yang cukup jauh. Harga jual pedagang
kepada besar luar kota kepada pedagang pengecer luar kota sebesar Rp.
23.125/kg, sehingga dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar luar
kota, pedagang tersebut mendapatkan keuntugan sebesar Rp. 3.993/kg. Dalam
penelitian ini hanya dilakukan sampai pedagang besar luar kota sebagai konsumen
terakhir karena keterbatasan dari peneliti berupa waktu, tenaga dan biaya.
Pada saluran pemasaran III diperoleh nilai share keuntungan sebesar
91,08% dan share biaya sebesar 8,92%, dimana saluran pemasaran III ini
menguntungkan karena nilai share keuntungan yang diperoleh lebih besar
67
dibandingkan dengan share biaya. Distribusi margin digunakan untuk mengetahui
tingkat kemerataan pembagian keuntungan bagi masing-masing lembaga
pemasaran. Apabila ditinjau dari distribusi margin, terlihat bahwa bagian
keuntungan yang dimiliki oleh pedagang pengumpul sebesar 32,07% dan
pedagang besar luar kota 46,81%. Persentase distribusi margin pedagang
pengumpul lebih kecil dibandingkan dengan pedagang besar luar kota. Selisih
nilai ski pada distribusi margin antara kedua pedagang tersebut dekat. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kemerataan pembagian keuntungan pada masing-
masing lembaga pemasaran tersebut adalah tidak merata.
2. Saluran Pemasaran Jenis Ikan Layang
a. Saluran Pemasaran I Ikan Layang
Saluran pemasaran ikan layang sama dengan saluran pemasaran ikan
tongkol dikarenakan pedagang cenderung membeli ikan tongkol dan ikan layang
pada saat yang bersamaan dan menjual kepada lembaga pemasaran yang sama.
Saluran pemasaran I pada pemasaran ikan layang meliputi nelayan- pedagang
pengecer- konsumen. Pedagang pengecer merupakan pedagang perantara yang
nantinya akan menyalurkan ikan langsung kepada konsumen. Berikut hasil
analisis margin pemasaran dan distribusi margin pasa saluran pemsaran I.
Tabel 5.7 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
No. Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 13000
b. Retribusi 47,17 0,23
c. Kuli Angkut 150 0,73
d. Keuntungan 12803 62,45
2. Pedagang Pegecer
a. Harga Beli 13000
b. Biaya Transportasi 169 0,83 2,26
c. Es 100 0,49 1,33
d. Retribusi 20 0,10 0,27
e. Kuli Angkut 100 0,49 1,33
68
Lanjutan Tabel 5.7 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Layang di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
No. Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
f. Harga Jual 20500
g. Keuntungan 7111 34,69 94,81
3. Konsumen
a. Harga Beli 20500
Margin Pemasaran 7250 97,14 2,86 94,81 5,19
Total 100 100
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran M4 hal 108
Tabel 5.7, menunjukkan harga ikan layang di tingkat nelayan sebesar Rp.
13.000/kg dan harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 20.500/kg. Harga ini
diperoleh dari rata-rata harga pada musim kemarau ikan. Berdasarkan harga
tersebut, maka diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 7.500/kg.
Pada saluran pemasaran ikan, nelayan mengeluarkan biaya. Biaya yang
dikeluarkan berupa biaya kuli angkut untuk mengangkut drum yang berisi ikan
dari kapal menuju TPI sebesar Rp. 150/kg , selain itu biaya yang dikeluarkan
nelayan adalah retribusi TPI sebesar Rp. 47,17/kg. Biaya pemasaran ini
dikeluarkan oleh nelayan pada semua saluran pemasaran. Biaya pemasaran ini
sama dengan biaya pemasaran ikan tongkol karena perlakuan yang diberikan
adalah sama.
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran I ini adalah
pedagang pengecer, dimana pedagang pengecer ini merupakan lembaga perantara
yang menyalurkan ikan langsung kepada konsumen. Dalam saluran pemasaran I
pedagang pengecer mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi yang
menggunakan bemo (becak motor) sebesar Rp. 169/kg atau 0,83%, biaya Es
sebesar Rp. 100/kg atau 0,49%, biaya retribusi pasar untuk pedagang pengecer di
pasar sebesar Rp. 20/kg atau 0,10% dan biaya kuli angkut dimana digunakan
untuk mengangkut ikan dari tempat nelayan ke transportasi dan dari transportasi
ke tempat pedagang pengecer sebesar Rp. 100/kg atau 0,49%. Dari harga beli di
nelayan sebesar Rp. 13.000/kg, pedagang pengecer mendapat keuntungan sebesar
69
Rp. 7.111/kg dengan jumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 389
/kg.
Besar share keuntungan keseluruhan pada saluran pemasaran I sebesar
97,14% dengan share biaya sebesar 2,86%. Berdasarkan nilai share tersebut maka
saluran pemasaran I tergolong menguntungkan karena nilai share keuntungan
lebih besar dari nilai share biaya. Harga yang diterima nelayan sebesar Rp.
13.000/kg (62,45%) dari harga yang diterima pedagang pengecer. Nilai persentase
share harga tersebut menunjukkan keuntungan yang diterima nelayan tergolong
tinggi dari harga yang diterima oleh pedagang pengecer dan nelayan tidak
dirugikan. Distribusi margin digunakan untuk mengetahui tingkat kemerataan
pembagian keuntungan bagi masing-masing lembaga pemasaran. Apabila ditinjau
dari distribusi margin, terlihat bahwa bagian keuntungan terbesar pada saluran
pemasaran I terletak pada pedagang pengecer sebesar 94,81%. Pada saluran
pemasaran ini tidak dapat diketahui tingkat kemerataan keuntungan karena pada
saluran pemasaran ini hanya melibatkan 1 lembaga pemasaran saja.
b. Saluran Pemasaran II Ikan Layang
Saluran pemasaran II pada pemasaran ikan layang meliputi nelayan-
Pedagang Pengumpul- pedagang pengecer- konsumen. Saluran pemasaran II ini
merupakan salauran pemasaran yang sering digunakan oleh para lembaga
pemasaran di Pelabuhan Perikanan Panarukan. Berikut hasil analisis margin
pemasaran dan distribusi margin pasa saluran pemsaran II.
Tabel 5.8 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran II)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 12305
b. Retribusi 47,17 0,23
c. Kuli Angkut 213 1,06
d. Keuntungan 12045 59,93
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 12305
b. Kuli Angkut 300 1,49 3,85
70
Lanjutan Tabel 5.8 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan
Layang di Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran II)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
c. Es 120 0,60 1,54
d. Air Laut 100 0,50 1,28
e. Harga Jual 14060
f. Keuntungan 1235 6,14 15,84
3. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 14060
b. Transportasi 169 0,84 2,17
c. Es 100 0,50 1,28
d. Kuli Angkut 100 0,50 1,28
e. Harga Jual 20100
f. Keuntungan 5671 28,21 72,75
4. Konsumen
a. Harga Beli 20100
Margin Pemasaran 7795 94,28 5,72 88,59 11,41
Total 100 100
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran M5 hal 110
Tebel 5.8, menunjukkan harga ikan layang di tingkat nelayan sebesar Rp.
12.305/kg dan harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 20.100/kg. Harga ini
diperoleh dari rata-rata harga pada musim kemarau ikan. Berdasarkan harga
tersebut, maka diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 7.795/kg.
Seperti pada saluran pemasaran I, nelayan mengeluarkan biaya, biaya yang
dikeluarkan berupa biaya kuli angkut untuk mengangkut drum yang berisi ikan
dari kapal menuju TPI sebesar Rp. 213/kg , selain itu biaya yang dikeluarkan
nelayan adalah retribusi TPI sebesar Rp. 47,17/kg. Biaya pemasaran ini
dikeluarkan oleh nelayan pada semua saluran pemasaran.
Lembaga yang terlibat pada saluran pemasaran II ini adalah Pedagang
Pengumpul dan pedagang pengecer. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya
untuk kuli angkut sebesar Rp. 300/kg, dimana kuli angkut ini mengangkut drum
ikan yang dibelinya di TPI ke tempat Pedagang Pengumpul tersebut. Selain itu
biaya yang dikeluarkan adalah es dan air laut, masing-masing sebesar Rp. 120/kg
dan Rp. 100/kg, dimana es digunakan untuk mengawetkan ikan sehingga ikan
71
tidak cepat susut dan bau, sedangkan air laut digunakan untuk mencuci ikan agar
ikan tetap dalam keadaan segar dan bersih. Pedagang Pengumpul menggunakan
air laut untuk mencuci ikan agar ikan tetap segar dan tetap bagus, jika dicuci
menggunkan air tawar daging ikan nantinya akan menghitam dan tidak bagus
sehingga akan mempengaruhi harga ke pedagang selanjutnya dimana harga yang
ditawarkan akan rendah. Pedagang besar selanjutnya menjual ikannya kepada
pedagang pengecer sebesar Rp. 14.060/kg dan dari biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang besar, pedagang besar mendapatkan keuntungan sebesar Rp.
1.235/kg atau sebesar 6,14%.
Seperti saluran pemasaran I, pada saluran pemasaran II ini pedagang
pengecer mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi yang
menggunakan bemo (becak motor) sebesar Rp. 169/kg atau 0,84%, biaya Es
sebesar Rp. 100/kg atau 0,50% dan biaya kuli angkut dimana digunakan untuk
mengangkut ikan dari tempat nelayan ke transportasi dan dari transportasi ke
tempat pedagang pengecer sebesar Rp. 100/kg atau 0,50%. Dari harga beli di
pedagang besar sebesar Rp. 14.060/kg, pedagang pengecer mendapat keuntungan
sebesar Rp. 5.671/kg dengan jumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar
Rp. 369/kg.
Besar share keuntungan keseluruhan pada saluran pemasaran II sebesar
94,28% dengan share biaya sebesar 5,72%. Berdasarkan nilai share tersebut maka
saluran pemasaran II tergolong menguntungkan karena nilai share keuntungan
lebih besar dari nilai share biaya. Nilai distribusi margin digunakan untuk
mengetahui tingkat kemerataan pembagian keuntungan bagi masing-masing
lembaga pemasaran. Apabila ditinjau dari distribusi margin, terlihat bahwa bagian
keuntungan yang dimiliki oleh pedagang pengumpul sebesar 15,84% dan
pedagang pengecer sebesar 72,75%. Persentase distribusi margin pedagang
pengumpul lebih kecil dibandingkan dengan pedagang pengecer. Selisih nilai
keuntungan pada distribusi antara kedua pedagang tersebut cukup jauh. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kemerataan keuntungan pada masing-masing
lembaga tersebut masih belum merata.
72
c. Saluran Pemasaran III Ikan Layang
Saluran pemasaran III pada pemasaran ikan layang meliputi nelayan-
Pedagang Pengumpul- pedagang besar luar kota- Pedagang pengecer luar kota.
Berikut hasil analisis margin pemasaran dan distribusi margin pasa saluran
pemsaran III.
Tabel 5.9 Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran III)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 12305
b. Retribusi 47,17 0,23
c. Kuli Angkut 213 1,03
d. Keuntungan 12045 58,40
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 12305
b. Kuli Angkut 300 1,45 3,61
c. Es 120 0,58 1,44
d. Air Laut 100 0,48 1,20
e. Harga Jual 14375
f. Keuntungan 1550 7,51 18,63
3. Ped. Besar Luar Kota
a. Harga Beli 14375
b. Transportasi 694 3,37 8,35
c. Kuli Angkut 438 2,12 5,26
d. Es 150 0,73 1,80
e. Harga Jual 20625
f. Keuntungan 4968 24,09 59,71
4. Ped. Ecer Luar Kota
a. Harga Beli 20625
Margin Pemasaran 8320 90,00 10,00 78,34 21,66
Total 100 100
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran M6 hal 113
Tebel 5.9, menunjukkan harga ikan layang di tingkat nelayan sesbesar Rp.
12.305/kg dan harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 20.625/kg. Harga ini
73
diperoleh dari rata-rata harga pada musim kemarau ikan. Berdasarkan harga
tersebut, maka diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 8.320/kg.
Lembaga yang terlibat pada saluran pemasaran III ini adalah Pedagang
Pengumpul dan pedagang besar luar kota. Pedagang besar mengeluarkan biaya
untuk kuli angkut sebesar Rp. 300/kg, dimana kuli angkut ini mengangkut drum
ikan yang dibelinya di TPI ke tempat Pedagang Pengumpul tersebut. Selain itu
biaya yang dikeluarkan adalah es dan air laut, masing-masing sebesar Rp. 120/kg
dan Rp. 100/kg, dimana es digunakan untuk mengawetkan ikan sehingga ikan
tidak cepat susut dan bau, sedangkan air laut digunakan untuk mencuci ikan agar
ikan tetap dalam keadaan segar dan bersih. Pedagang Pengumpul menggunakan
air laut untuk mencuci ikan agar ikan tetap segar dan tetap bagus, jika dicuci
menggunakan air tawar daging ikan nantinya akan menghitam dan tidak bagus
sehingga akan mempengaruhi harga ke pedagang selanjutnya dimana harga yang
ditawarkan akan rendah. Pedagang besar selanjutnya menjual ikannya kepada
pedagang besar luar kota sebesar Rp. 20.625/kg dan dari biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang besar, pedagang besar mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 1.510/kg atau sebesar 7,51%.
Saluran pemasaran III ini lembaga setelah Pedagang Pengumpul adalah
pedagang besar luar kota. Pedagang besar luar kota mengeluarkan biaya
transportasi sebesar Rp. 694/kg, kuli angkut sebesar Rp. 438/kg dan es sebesar
Rp. 150/kg. Biaya transportasi merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan
oleh pedagang besar luar kota dengan share sebesar 3,37%, hal ini dikarenakan
jarak tempuh pedagang besar luar kota yang cukup jauh. Harga jual pedagang
kepada besar luar kota kepada pedagang pengecer luar kota sebesar Rp.
14.375/kg, sehingga dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar luar
kota, pedagang tersebut mendapatkan keuntugan sebesar Rp. 4.968/kg. Dalam
penelitian ini hanya dilakukan sampai pedagang besar luar kota karena
keterbatasan dari peneliti berupa waktu, tenaga dan biaya.
Pada saluran pemasaran III diperoleh nilai share keuntungan sebesar
90,00% dan share biaya sebesar 10,00%, dimana saluran pemasaran III ini
menguntungkan karena nilai share keuntungan yang diperoleh lebih besar
74
dibandingkan dengan share biaya. Nilai distribusi margin digunakan untuk
mengetahui tingkat kemerataan pembagian keuntungan bagi masing-masing
lembaga pemasaran. Apabila ditinjau dari distribusi margin, terlihat bahwa bagian
keuntungan yang dimiliki oleh pedagang pengumpul sebesar 18,63% dan
pedagang besar luar kota 59,71%. Persentase distribusi margin pedagang
pengumpul lebih kecil dibandingkan dengan pedagang besar luar kota. Selisih
nilai ski pada distribusi margin antara kedua pedagang tersebut jau. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kemerataan pembagian keuntungan pada masing-
masing lembaga pemasaran tersebut adalah tidak merata.
5.2.2 Fisherman’s Share Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Fisherman’s share merupakan salah satu indikator efisiensi pemasaran
untuk mengetahui bagian yang diterima oleh nelayan, semakin besar nilai
fisherman share maka semakin besar bagian yang diterima oleh nelayan dan
semakin efisien pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan. Berdasarkan
analisis, diperoleh tabel nilai fisherman share sebagai berikut:
Tabel 5.10 Hasil Analisis Fisherman’s Share pada Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan
No Saluran
Pemasaran
Harga Nelayan
(Rp/Kg)
Harga Konsumen
(Rp/Kg)
Fisherman’s
Share (%)
1 I 16000 22000 72,73
2 II 12305 20100 67,26
3 III 12305 20625 63,11
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran N1 hal 116
Berdasarkan tabel 5.10, menunjukkan bahwa dalam pemasaran ikan
tongkol di pelabuhan perikanan panarukan. Nilai fisherman share diperoleh dari
hasil presentase perbandingan harga ditingkat nelayan dengan harga ditingkat
konsumen. Pada saluran pemasaran I diperoleh fisherman share sebesar 72,73%
dengan harga di tingkat nelayan sebesar Rp. 16.000/kg dan di tingkat konsumen
sebesar Rp. 22.000/kg. Pada saluran pemasaran II diperoleh nilai fisherman share
sebesar 67,26% dengan harga di tingkat nelayan sebesar Rp. 14.595/kg dan di
tingat konsumen sebesar Rp. 21.700/kg. Saluran Pemasaran III diperoleh nilai
fisherman share sebesar 63,11% dengan harga di tingkat nelayan sebesar Rp.
75
14.595/kg dan harga di tingkat konsumen sebesar Rp. 23.125/kg. Berdasarkan
nilai tersebut, menunjukkan bahwa saluran pemasaran I menunjukkan bagian yang
diterima oleh nelayan lebih tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran II dan
saluran pemasaran III dikarenakan nelayan menjual ikan dengan harga yang
sedikit lebih tinggi, dan pedagang pengecer membeli jumlah ikan yang sedikit dari
nelayan kemudian menjual dengan cara ecer maka dari itu bagian yang diterima
nelayan lebih besar.
Tabel 5.11 Hasil Analisis Fisherman’s Share pada Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan
No Saluran
Pemasaran
Harga Nelayan
(Rp/Kg)
Harga Konsumen
(Rp/Kg)
Fisherman’s
Share (%)
1 I 13000 20500 63,41
2 II 12305 20100 61,22
3 III 12305 20625 59,66
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran N2 hal 116
Berdasarkan tabel 5.11, menunjukkan bahwa dalam pemasaran ikan
layang di Pelabuhan Perikanan Panarukan nilai fisherman share diperoleh dari
hasil presentase perbandingan harga ditingkat nelayan dengan harga ditingkat
konsumen. Pada saluran pemasaran I diperoleh fisherman share sebesar 63,41%
dengan harga di tingkat nelayan sebesar Rp. 13.000/kg dan di tingkat konsumen
sebesar Rp. 20.500/kg. Pada saluran pemasaran II diperoleh nilai fisherman share
sebesar 61,22% dengan harga di tingkat nelayan sebesar Rp. 12.305/kg dan di
tingat konsumen sebesar Rp. 20.100/kg. Saluran Pemasaran III diperoleh nilai
fisherman share sebesar 59,66% dengan harga di tingkat nelayan sebesar Rp.
12.305/kg dan harga di tingkat konsumen sebesar Rp. 20.625/kg, Berdasarkan
nilai tersebut saluran pemasaran I menunjukkan bagian yang diterima oleh
nelayan lebih tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran II dan saluran
pemasaran IV dikarenakan saluran pemasaran I pada jenis ikan layang dijual
dalam bentuk ikan layang segar dan mempunyai nilai fisherman share yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai saluran pemasaran II dan III halnya pada ikan
tongkol.
76
5.2.3 Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Efisiensi pemasaran merupakan sebagai tujuan yang akan dicapai dalam
saluran pemasaran. Efisiensi pemasaran hasil tangkapan ikan dapat diketahui
dengan membandigkan total biaya yang dikeluarkan dan penerimaan nelayan
berdasarkan harga yang dijual dilembaga pemasaran terakhir dan juga margin
pemasaran. Besar kecilnya pemasaran tergantung pada biaya pemasaran yang
dikeluarkan. Semakin rendah biaya yang dikeluarkan, akan semakin tinggi
keuntungan yang di dapat, semakin efisien pemasaran tersebut.
Tabel 5.12 Hasil Analisis Efisiensi Pemasaran pada Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan
No Saluran
Pemasaran
Harga
Nelayan
(Rp/Kg)
Harga
Konsumen
(Rp/Kg)
Total Biaya
(Rp/Kg)
Efisiensi
Pemasaran
(%)
1 I 16000 22000 586,52 2,67
2 II 14595 21700 1149,68 5,30
3 III 14595 23125 2062,27 8,92
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran O1 hal 117
Pada Tabel 5.12, hasil analisis margin pemasaran ikan tongkol pada
saluran pemasaran I sebesar 2,67% dengan harga ditingkat konsumen sebesar Rp.
22.000/kg dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 586,52/kg. Pada saluran
pemasaran II di dapat nilai efisiensi pemasaran sebesar 5,30% dengan harga
ditingkat konsumen sebesar Rp. 21.700/kg dan biaya pemasaran yang dikeluarkan
sebesar Rp. 1.149,68/kg. Pada saluran pemasaran III nilai efisiensi yang di dapat
sebesar 8,92% dengan harga ditingkat nelayan sebesar Rp. 23.125/kg dan biaya
pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.062,27/kg. Nilai efisiensi pemasaran di
dapat dari pembagian total biaya dengan total nilai produk yaitu harga ditingkat
konsumen.
Tabel 5.13 Hasil Analisis Efisiensi Pemasaran pada Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan
No Saluran
Pemasaran
Harga
Nelayan
(Rp/Kg)
Harga
Konsumen
(Rp/Kg)
Total Biaya
(Rp/Kg)
Efisiensi
Pemasaran
(%)
1 I 13000 20500 586,52 2,86
2 II 12305 20100 1149,68 5,72
3 III 12305 20625 2062,27 10,00
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran O2 hal 117
77
Pada Tabel 5.13, hasil analisis margin pemasaran ikan layang pada saluran
pemasaran I sebesar 2,86% dengan harga ditingkat konsumen sebesar Rp.
20.500/kg dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 586,52/kg. Pada saluran
pemasaran II di dapat nilai efisiensi pemasaran sebesar 5,72% dengan harga
ditingkat konsumen sebesar Rp. 20.100/kg dan biaya pemasaran yang dikeluarkan
sebesar Rp. 1.149,68/kg. Pada saluran pemasaran III nilai efisiensi yang di dapat
sebesar 10,00% dengan harga ditingkat nelayan sebesar Rp. 20.625/kg dan biaya
pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.062,27/kg. Nilai efisiensi pemasaran di
dapat dari pembagian total biaya dengan total nilai produk yaitu harga ditingkat
konsumen.
Pada penelitian ini, analisis efisiensi pemasaran dilakukan pada masing-
masing saluran pemasaran. Terdapat 3 saluran pemasaran pada pemasaran ikan di
pelabuhan perikanan panarukan. Berdasarkan hasil analisis indikator efisiensi
pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan meliputi share keuntungan,
share biaya, margin pemasaran, fisherman’s share dan efisiensi pemasaran
diperoleh tabel hasil analisis efisiensi pemasaran sebagai berikut:
Tabel 5.14 Hasil Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Jenis
Ikan
Saluran
Pemasaran
Harga
Nelayan
(Rp/kg)
Harga
Konsumen
(Rp/kg)
Biaya
Pemasaran
(Rp/kg)
Ski
(%)
Sbi
(%)
Margin
(Rp) FS (%)
EP
(%)
Ikan
Tongkol
I 16000 22000 586,52 97,33 2,67 6000 72,73 2,67
II 14595 21700 1149,68 94,70 5,30 7105 67,26 5,30
III 14595 23125 2062,27 91,08 8,92 8530 63,11 8,92
Ikan
Layang
I 13000 20500 586,52 97,14 2,86 7500 63,41 2,86
II 12305 20100 1149,68 94,28 5,72 7795 61,22 5,72
III 12305 20625 2062,27 90,00 10,00 8320 59,66 10,00
Sumber: Data Primer diolah 2019, Lampiran P hal 118
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa jumlah margin pada
saluran pemasaran I pada ikan tongkol dan ikan layang sebesar Rp. 6.000/kg dan
Rp. 7.500/kg, saluran pemasaran II sebesar Rp. 7.105/kg dan Rp. 7.795/kg dan
saluran pemasaran III sebesar Rp. 8.530/kg dan Rp. 8.320/kg, untuk bagian harga
yang diterima oleh nelayan atau fisherman’s share pada saluran pemasaran I
untuk ikan tongkol dan ikan layang sebesar 72,73% dan 63,41%, saluran
78
pemasaran II sebesar 67,26% dan 61,22% dan saluran pemasaran III sebesar
63,11% dan 59,66%. Dari ketiga saluran pemasaran tersebut, saluran pemasaran I
mempunyai margin pemasaran ikan tongkol dan ikan layang yang lebih kecil
daripada saluran pemasaran lainnya yaitu sebesar Rp. 6.000/kg untuk ikan tongkol
dan Rp. 7.500/kg untuk ikan tongkol karena merupakan saluran pemasaran yang
paling pendek dengan nilai fisherman’s share yang tertinggi dibandingkan dengan
saluran pemasaran lainnya yaitu sebesar 72,73% dan 63,41%.
Aktivitas pemasaran juga dilihat dari share keuntungan tiap saluran
pemasaran. Apabila dilihat dari nilai share keuntungan pada setiap saluran
pemasaran ikan tongkol dan ikan layang dimana seluruh saluran pemasaran ikan
memiliki nilai share keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan nilai share
biaya yang dikeluarkan, hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh saluran
pemasaran dapat dikatakan menguntungkan.
Tingkat efisiensi pada masing-masing saluran pemasaran ikan tongkol dan
ikan layang yaitu saluran pemasaran I sebesar 2,67% dan 2,86%, saluran
pemasaran II sebesar 5,30% dan 5,72% dan saluran pemasaran III sebesar 8,92%
dan 10,00%. Berdasarkan ketiga saluran pemasaran tersebut, efisiensi terjadi pada
saluran pemasaran I dengan persentase efisiensi sebesar 2,67% untuk ikan tongkol
dan 2,86% untuk ikan layang. Hal ini menunjukkan bahwa saluran pemasaran
yang pendek lebih efisien dari saluran pemasaran panjang. Sedangkan saluran
pemasaran II dan saluran pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang nilai
efisiensinya tinggi dikarenakan banyak lembaga yang terlibat yaitu pedagang
pengumpul dan pedagang besar luar kota yang membuat saluran semakin panjang,
biaya yang dikeluarkan oleh saluran pemasaran II dan III juga tinggi disebabkan
adanya tambahan biaya penyimpanan berupa es batu dari pedagang pengumpul
dan biaya transportasi dari pedagang besar luar kota yang membuat biaya yang
dikeluarkan juga bertambah.
Saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang paling efisien
dikarenakan margin pemasaran yang dihasilkan lebih rendah, total biaya yang
dikeluarkan rendah, nilai fisherman’s share yang di dapat tinggi dan nilai efisiensi
pemasaran yang paling rendah.
79
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Saluran pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan terdapat 3 saluran
pemasaran yaitu; Saluran Pemasaran I: Nelayan → Pedagang Pengecer →
Konsumen, Saluran pemasaran II: Nelayan → Pedagang Pengumpul →
Pedagang Pengecer → Konsumen, Saluran pemasaran III: Nelayan →
Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar Luar Kota → Pedagang Pengecer
Luar Kota.
2. Dilihat dari keseluruhan saluran pemasaran yang ada saluran pemasaran hasil
perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan tergolong efisien.
Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran I dengan nilai
efisiensi pemasaran sebesar 2,67% untuk ikan tongkol dan 2,86% untuk ikan
layang. Nilai tersebut merupakan nilai efisiensi pemasaran terkecil
dibandingkan dengan saluran pemasaran II dan saluran pemasaran III.
6.2 Saran
1. Nelayan dapat memilih alternatif saluran pemasaran yang paling efisien agar
memperoleh keuntungan yang tinggi dan harga yang rendah di tingkat
konsumen serta saluran pemasaran yang dilewati pendek dan mempersingkat
waktu produk untuk sampai ke konsumen sehingga konsumen tidak perlu
menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan ikan segar.
2. Perlu adanya sosialisasi dari pemerintah atau lembaga instansi publik untuk
membantu nelayan dalam hal permodalan, seperti memfasilitasi antara nelayan
dengan lembaga permodalan sehingga nelayan tidak perlu meminjam bantuan
modal dari lembaga non bank dan nelayan tidak bergantung kepada lembaga
pinjaman non bank yang dapat merugikan mereka.
80
DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, Ratna Winandi. 2014. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing).
Bogor: IPB Press.
Badan Pusat Statistik. 2015. Situbondo Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Situbondo.
Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Deswati, Rismutia Hayu. 2015. Efektivitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Buntok dalam Rantai Pasok Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan
di Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Widyariset, 18(1): 71-78.
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2016. Produksi Perikanan Tangkap
Menurut Provinsi di Pulau Jawa (ton) 2010-2014. Direktorat Jendral
Perikanan Tangkap Indonesia.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2015. Produksi dan Nilai Perikanan Tangkap
Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Situbondo 2014-2015. Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Situbondo.
Hosnan, Ahmad. 2016. Peran Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Persepsi Nelayan
Serta Saluran Pemasaran Hasil Tangkap Ikan di TPI Pondok Mimbo
Kabupaten Situbondo. Skripsi: Universitas Jember.
Irawan, F. Wijaya, dan M.N. Sudjoni. 2001. Pemasaran Prinsip dan Kasus.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Kementrian PPN/ Bapennas. 2014. Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan
Berkelanjutan. Kementrian PPN/ Bapennas Direktorat Jendral Kelautan
dan Perikanan.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. Penyediaan Ikan Untuk Konsumsi dan
Angka Konsumsi Ikan di Indonesia Tahun 2010-2014.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Produksi Perikanan Tangkap Menurut
Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2015.
Kusnadi. 2001. Pegamba’: Kaum Perempuan Fenomenal Pelopor dan Penggerak
Perekonomian Masyarakat Nelayan. Bandung: Humaniora Utama Press
Kusnadi. 2013. Membela Nelayan. Yogyakarta:Graha Ilmu.
81
Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo. 2017.
Produksi Ikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Situbondo 2015-2016.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo.
Menteri Kelautan dan Perikanan. 2006. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor Per. 16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta; Menteri
Kelautan dan Perikanan.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta; LP3ES.
Najamuddin. 2014. Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Layang (Decapterus spp.)
Berkelanjutan di Perairan Selat Makasar. Bogor: IPB Press.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noegroho, Anang, Ismayanti, R.R. Damanti. 2014. Profil Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jawa Timur Untuk Mendukung Industrialisasi KP. Pusat Data
Statistik dan Informasi Sekretariat Jendral Kementrian Kelautan dan
Perikanan Jawa Timur.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakata: Kencana.
Pamungkas, Septian Bagas. 2013. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan
Tangkap Perikanan Laut di Kota Tegal. Economics Development Analysis
Journal, 2(2): 1-7.
Remmang, Hasanuddin, E. Indrawati dan Faridah. 2017. Perilaku Lembaga
Pemasaran Terhadap Perdagangan Ikan Laut Segar Hubungannya
Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Sulawesi Selatan (Studi Kasus
Kabupaten Pangkep). Ecosystem, 1(17): 682-694.
Sarwanto, Catur, E.S. Wiyono, T.W. Nurani, dan J. Haluan. 2014. Kajian Sistem
Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kabupaten Gunungkidul
Provinsi DIY. Sosek KP, 2(9): 207-217.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian; Teori dan Aplikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Soekartawi. 1997. Agribisnis; Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Soemodihardjo, Idha Haryanto. 2002. Perbedaan dan Variabilitas Harga Produk
Pertanian. Jember: Universitas Jember Press.
Sudiyono, Armand. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press.
82
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
83
Lampiran A. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi di Indonesia (ton) Tahun 2011-2015
Provinsi
Perikanan Laut
2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata* Share
(%)*
Rank*
Rata-rata
Perumbuhan
(%)*
Rank*
Aceh 143681 148765 153692 157944 174.768 155770 2,668 18 0,04 18
Sumatera Utara 463201 510552 508359 484313 579.549 509195 8,723 2 0,05 17
Sumatera Barat 196511 197460 211004 214734 215.179 206978 3,546 11 0,02 27
Riau 90503 95609 93279 107305 122.397 101819 1,744 23 0,06 16
Jambi 44700 46894 47713 48031 49.616 47391 0,812 32 0,02 24
Sumatera Selatan 43800 44092 44764 48186 176.181 71405 1,223 28 0,55 1
Bengkulu 39860 44561 50918 60705 64.095 52028 0,891 31 0,10 9
Lampung 154484 144485 163107 157968 168.943 157797 2,703 16 0,02 25
Kep. Bangka Belitung 192474 202565 199243 203285 139.633 187440 3,211 12 -0,05 32
Kep. Riau 157506 147310 140597 139331 149.745 146898 2,516 19 -0,01 29
DKI Jakarta 180198 219836 209733 226060 289.214 225008 3,855 8 0,11 7
Jawa Barat 185825 198978 207462 206156 292.649 218214 3,738 9 0,11 8
Jawa Tengah 251536 256093 224229 242072 352.617 265309 4,545 7 0,09 12
DI Yogyakarta 3954 4094 3396 5387 5.322 4431 0,076 33 0,09 10
Jawa Timur 362624 367922 378329 385878 416.529 382256 6,548 3 0,03 22
Banten 57891 59702 58568 59302 68.749 60842 1,042 29 0,04 19
Bali 100503 80413 102251 116910 106.248 101265 1,735 24 0,02 23
Nusa Tenggara Barat 140170 132781 142190 227084 211.750 170795 2,926 14 0,11 6
Nusa Tenggara Timur 102137 66005 103825 111415 118.391 100355 1,719 25 0,07 13
Kalimantan Barat 94063 101991 120079 165622 166.187 129588 2,220 20 0,13 4
83
84
Lanjutan Lampiran A. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi di Indonesia (ton), 2011-2015
Provinsi
Perikanan Laut
2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata* Share
(%)*
Rank*
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
Rank*
Kalimantan Tengah 46400 54574 66312 66384 130.607 72855 1,248 27 0,27 2
Kalimantan Selatan 115688 131074 176691 178916 241.296 168733 2,891 15 0,17 3
Kalimantan Timur 102907 105393 107147 111199 109.350 107199 1,836 22 0,01 28
Sulawesi Utara 230523 279031 282980 295204 259.081 269364 4,614 6 0,03 21
Sulawesi Tengah 145784 196108 259984 263887 175.018 208156 3,566 10 0,07 14
Sulawesi Selatan 218819 247173 277896 287897 329.067 272170 4,663 4 0,09 11
Sulawesi Tenggara 227356 135446 124549 150588 149.200 157428 2,697 17 -0,06 33
Gorontalo 75680 84683 91439 102534 105.485 91964 1,575 26 0,07 15
Sulawesi Barat 72454 42002 45810 46717 55.759 52548 0,900 30 -0,02 30
Maluku 567953 537262 551812 538121 618.004 562630 9,638 1 0,02 26
Maluku Utara 150232 150970 151541 218097 251.110 184390 3,159 13 0,12 5
Papua Barat 117053 120329 121774 119984 136.669 123162 2,110 21 0,03 20
Papua 269259 281480 286339 290438 232.564 272016 4,660 5 -0,02 31
Indonesia 5345729 5435633 5707012 6037654 6660972 5837400 100
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015-2016
*) Diolah oleh Peneliti
84
85
Lampiran B. Produksi dan Nilai Perikanan Tangkap menurut Jenis Ikan di Kabupaten
Situbondo (ton) Tahun 2015 – 2016.
Jenis Ikan Produksi (ton) Share
(%)* Rank
* Nilai (Rp) Share
(%)* Rank
*
2015 2016 2015 2016
1 Layang 2215,53 1801,51 15,68 2 25875660 22307093 14,33 1
2 Kembung 351,5 284,85 2,48 13 3585537,5 2918274 1,93 12
3 Kerapu 322,46 535,25 3,35 10 10865735 17769425 8,52 5
4 Tongkol 2414,51 1913,26 16,90 1 24830415 20625486 13,52 2
5 Tengiri - - - - - - - -
6 Bambangan - 619,91 4,29 7 15458740 20305410 10,64 3
7 Selar 479,66 444,09 2,97 12 2518382,5 3776015 1,87 13
8 Teri 317,75 1476,42 10,56 4 15403185 18177104 9,99 4
9 Lemuru 1229,35 132,24 4,21 8 5369450 66155 1,62 14
10 Layur 945,59 168,88 1,45 18 1440725 1856150 0,98 18
11 Petek 203,24 1849,14 11,49 3 4001575 6959150 3,26 10
12 Cucut 1094,55 33,84 0,28 21 149990 149390 0,09 21
13 Manyung 38,01 10,18 0,08 22 81460 104460 0,06 22
14 P a r i 9,71 122,88 0,79 19 618240 1037200 0,49 20
15 Beloso 79,98 216,79 2,09 14 1779902,5 1251265 0,90 19
16 Udang
Lainnya 317,46 362,19 2,07 15 6255350 13834213 5,98 8
17 Kakap 167,73 444,51 2,99 11 10865735 16049680 8,01 6
18 Kurisi 322,46 1024,93 6,57 5 2050595 11280072 3,97 9
20 Cumi-Cumi 389,23 476,04 4,58 6 13816338 10677473 7,29 7
21 Bawal putih 697,83 187,09 1,73 16 1982506 1667473 1,09 16
22 Belanak 256,3 322,53 3,44 9 2887325 2204426 1,51 15
23 Rajungan Crabs 558,59 320,64 1,55 17 1912670 7935518 2,93 11
24 Beronang 76,77 - - - - - - -
25 Kepiting - 96,99 0,43 20 431545 3068143 1,04 17
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab Situbondo, 2015-2016
*)Diolah oleh Peneliti
86
Lampiran C. Daftar Identitas Responden Nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
No. Nama Umur
(Thn) Alamat
Pekerjaan
Utama
Pekerjaan
Sampingan
Pendidikan
Terakhir
Pengalaman
Melaut
(Thn)
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Hasil Tangkapan
Ikan (Kg) Total Hasil
Tangkapan
(Kg) Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1. Tohari 48 Desa Kilensari Pesisir Nelayan Pengrajin SMP 25 4 120 80 200
2. H. Heri Wahyudi 52 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 29 3 174 116 290
3. Raiwan 35 Desa Kilensari Pesisir Nelayan Pedagang SMA 10 2 144 96 240
4. Graha Bayu 34 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMA 10 2 162 108 270
5. Fathor 55 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 29 5 168 112 280
6. Misto 51 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 25 5 120 80 200
7. Buningwan 56 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 28 4 132 88 220
8. Busairi 47 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 18 3 114 76 190
9. Djamsari 57 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 30 3 132 88 220
10. Sudirman 50 Desa Kilensari Pesisir Nelayan Petani SD 22 4 147 98 245
11. Misnawi 50 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 21 5 114 76 190
12. Budiarto 49 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 11 5 90 60 150
13. Karjo 58 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 28 4 60 70 130
14. Mulyono 55 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 26 3 72 48 120
15. Sa'adi 51 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 25 4 78 52 130
16. Suryadi 46 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 23 2 120 80 200
17. Edi 39 Desa Kilensari Pesisir Nelayan Pengrajin SMA 15 2 144 96 240
18. Buhana 45 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 20 4 150 100 250
19. Yusuf 48 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SD 21 3 150 100 250
20. Ahmad 40 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 16 3 156 104 260
21. Rayia 40 Desa Kilensari Pesisir Nelayan
SMP 18 2 108 72 180
86
87
Lampiran D. Daftar Identitas Responden Pedagang di Pelabuhan Perikanan Panarukan
No. Nama Umur
(Thn) Alamat Pekerjaan Utama
Pendidikan
Terakhir
Lama
Pengalaman
(Thn)
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
1. Hj. Vivi Apriasi 48 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SMP 17 3
2. Sunayati 60 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer SD 25 4
3. Misro 65 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer Tidak Tamat SD 35 4
4. Humaidi 42 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SMP 20 4
5. Yudhis 38 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SMA 12 2
6. H. Ismail 52 Kraksan Probolinggo Pedagang Besar Luar Kota SD 27 3
7. Maya 42 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer SD 22 3
8. Ruk 49 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SMP 19 5
9. Hj.Subaidah 50 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SMP 23 5
10. Misnawati 57 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SD 18 4
11. Bu War 53 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer SMP 22 3
12. H. Zuki 55 Pengambengan Jembrana Pedagang Besar Luar Kota SMA 18 3
13. Shokib 58 Surabaya Pedagang Besar Luar Kota SMP 18 2
14. Sri Mulyani 48 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer SD 21 4
15. Wilujeng 47 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengumpul SMA 20 3
16. Satyo 48 Bondowoso Pedagang Besar Luar Kota SMP 20 4
17. Rahma 48 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer SMP 22 3
18. Bu Sur 59 Desa Kilensari Pesisir Pedagang Pengecer SD 29 4
87
88
Lampiran E. Skema Saluran Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Keterangan:
Saluran Pemasaran 1 : Nelayan → Pedagang Pengecer → Konsumen Lokal
Saluran Pemasaran 2 : Nelayan → Pedagang Pengumpul → Pedagang Ecer → Konsumen Lokal
Saluran Pemasaran 3 : Nelayan → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar Luar Kota → Pedagang Ecer Luar Kota
Pedagang
Pengumpul
90,48%
Nelayan
Pedagang Pengecer
Pedagang Besar
Luar Kota
Pedagang Ecer Luar Kota
Konsumen
Lokal
I
III
9,52%
II
88
89
Lampiran F. Biaya Kegiatan Melaut dan Biaya Pemasaran Nelayan pada Hasil
Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
No Nama
Hasil
Tangkapan
(Kg)
Biaya Melaut (Trip)
Jumlah
Biaya Pemasaran
Solar
(Rp)
Bensin
(Rp)
Kuli
Angkut
(Rp/Org)
Jumlah
Kuli
Angkut
Retribusi
TPI (Rp)
1 Tohari 200 350000 45000 395000 15000 1 10000
2 H. Heri Wahyudi 290 450000 50000 500000 15000 2 10000
3 Raiwan 240 400000 40000 440000 15000 2 10000
4 Graha Bayu 270 400000 40000 440000 15000 2 10000
5 Fathor 280 450000 50000 500000 15000 2 10000
6 Misto 200 350000 35000 385000 15000 1 10000
7 Buningwan 220 400000 40000 440000 15000 1 10000
8 Busairi 190 300000 40000 340000 15000 1 10000
9 Djamsari 220 400000 40000 440000 15000 1 10000
10 Sudirman 245 400000 50000 450000 15000 1 10000
11 Misnawi 190 350000 35000 385000 15000 1 10000
12 Budiarto 150 350000 50000 400000 15000 1 10000
13 Karjo 130 350000 40000 390000 15000 1 10000
14 Mulyono 120 250000 40000 290000 15000 1 10000
15 Sa'adi 130 300000 40000 340000 15000 1 10000
16 Suryadi 200 350000 45000 395000 15000 1 10000
17 Edi 240 400000 50000 450000 15000 2 10000
18 Buhana 250 400000 40000 440000 15000 2 10000
19 Yusuf 250 400000 40000 440000 15000 2 10000
20 Ahmad 260 450000 40000 490000 15000 2 10000
21 Rayia 180 350000 40000 390000 15000 1 10000
Jumlah 4455 7850000 890000 8740000 315000 210000
Rata-rata 212 373810 42381 416190 15000 10000
90
Lampiran G. Biaya Pemasaran Pedagang Pada Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
No
Nama Status Pedagang
Jenis Biaya
Transportasi
(Rp)
Kuli angkut
(Rp)
Air Laut
(Rp)
Retribusi
Pasar
Kebutuhan
Es Batu
(buah)
Es Batu
(Rp)
1 Hj. Vivi Apriasi Pd. Pengumpul
30000 50000
4 48000
2 Humaidi Pd. Pengumpul
30000 20000
2 24000
3 Yudhis Pd. Pengumpul
30000 80000
5 60000
4 Ruk Pd. Pengumpul
30000 40000
3 36000
5 H. Ismail Pd. Besar (Luar Kota) 350000 50000
3 45000
6 H. Zuki Pd. Besar (Luar Kota) 500000 50000
3 45000
7 Shokib Pd. Besar (Luar Kota) 500000 50000
4 60000
8 Satyo Pd. Besar (Luar Kota) 150000 25000
2 30000
9 Hj.Subaidah Pd. Pengumpul
30000
5 60000
10 Misnawati Pd. Pengumpul
30000
3 36000
11 Wilujeng Pd. Pengumpul
30000
4 48000
12 Sunayati Pedagang Pengecer 15000 30000
60000 15 15000
13 Misro Pedagang Pengecer 15000 15000
15 15000
14 Maya Pedagang Pengecer 15000 30000
60000 15 15000
15 Bu War Pedagang Pengecer 15000 15000
15 15000
16 Sri Mulyani Pedagang Pengecer 15000 15000
10 10000
17 Rahma Pedagang Pengecer 15000 15000
10 10000
18 Bu Sur Pedagang Pengecer 15000 15000
10 10000
90
91
Lampiran H. Pemasaran Nelayan Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
No Nama Tujuan Penjualan
Harga Jual (Rp/Kg) Jumlah Pembelian
Ikan (Kg) Total
Pembeli
an (Kg) Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1 Tohari Pd. Pengumpul (Hj. Vivi Apriasi) 14700 12300 120 80 200
2 H. Heri Wahyudi Pd. Pengumpul (Hj. Vivi Apriasi) 14700 12300 174 116 290
3 Raiwan Pd. Pengumpul (Hj. Vivi Apriasi) 14700 12300 144 96 240
4 Graha Bayu Pd. Besar Lokal (Yudhis) 14500 12000 162 108 270
5 Fathor Pd. Besar Lokal (Yudhis) 14500 12000 168 112 280
6 Misto Pd. Besar Lokal (Ruk) 14700 12500 120 80 200
7 Buningwan Pd. Pengumpul (Hj. Subaida) 14500 12000 132 88 220
8 Busairi Pd. Pengumpul (Ruk) 14700 12500 114 76 190
9 Djamsari Pd. Pengumpul (Ruk) 14700 12500 132 88 220
10 Sudirman Pd. Pengumpul (Hj. Subaida) 14500 12000 147 98 245
11 Misnawi Pd. Pengumpul (Misnawati) 14000 12000 114 76 190
12 Budiarto Pd. Pengumpul (Humaidi) 15000 12700 90 60 150
13 Karjo Pd. Pengumpul (Humaidi) 15000 12700 60 70 130
14 Mulyono Pd. Pengecer (Sunayati) 16500 13500 72 48 120
15 Sa'adi Pd. Pengecer (Maya) 16500 13000 78 52 130
16 Suryadi Pd. Pengumpul (Misnawati) 14000 12000 120 80 200
17 Edi Pd. Pengumpul (Hj. Subaida) 14500 12500 144 96 240
18 Buhana Pd. Pengumpul (Wilujeng) 14500 12500 150 100 250
19 Yusuf Pd. Pengumpul (Wilujeng) 14500 12500 150 100 250
20 Ahmad Pd. Pengumpul (Yudhis) 14500 12500 156 104 260
21 Rayia Pd. Pengumpul (Wilujeng) 14500 12500 108 72 180
Jumlah
309700 260800 2655 1800 4455
Rata-rata
14748 12419 126 86 212
92
Lampiran I. Biaya Pemasaran Nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
1. Kuli Angut
Upah Kuli Angkut (Rp/Org) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Kuli Angkut (Rp/Kg)
15000 100 150
2. Retribusi TPI
Retribusi (Rp) Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan (Kg) Biaya Retribusi TPI (Rp/Kg)
10000 212 47,17
Lampiran I1. Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Melalui Pedagang Pengumpul
No. Nama Tujuan Penjualan
Harga Jual (Rp/Kg) Jumlah Pembelian
Ikan (Kg) Total
Pembelian
(Kg)
Jumlah
Kuli
angkut
Biaya Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Retribusi
TPI
(Rp/Kg) Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1 Tohari Hj. Vivi Apriasi 14700 12300 120 80 200 1 150 47,17
2 H. Heri Wahyudi Hj. Vivi Apriasi 14700 12300 174 116 290 2 300 47,17
3 Raiwan Hj. Vivi Apriasi 14700 12300 144 96 240 2 300 47,17
4 Graha Bayu Yudhis 14500 12000 162 108 270 2 300 47,17
5 Fathor Yudhis 14500 12000 168 112 280 2 300 47,17
6 Misto Ruk 14700 12500 120 80 200 1 150 47,17
7 Busairi Yudhis 14700 12500 114 76 190 1 150 47,17
8 Djamsari Ruk 14700 12500 132 88 220 1 150 47,17
9 Budiarto Humaidi 15000 12700 90 60 150 1 150 47,17
10 Karjo Humaidi 15000 12700 60 70 130 1 150 47,17
11 Ahmad Yudhis 14500 12000 156 104 260 2 300 47,17
12 Buningwan Hj. Subaida 14500 12000 132 88 220 1 150 47,17
92
93
Lanjutan Lampiran I1. Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Melalui Pedagang Pengumpul
No. Nama Tujuan Penjualan
Harga Jual (Rp/Kg) Jumlah Pembelian
Ikan (Kg) Total
Pembelian
(Kg)
Jumlah
Kuli
angkut
Biaya Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Retribusi
TPI
(Rp/Kg) Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
13 Sudirman Hj. Subaida 14500 12000 147 98 245 1 150 47,17
14 Edi Hj. Subaida 14500 12500 144 96 240 2 300 47,17
15 Misnawi Misnawati 14300 12000 114 76 190 1 150 47,17
16 Suryadi Misnawati 14300 12000 120 80 200 1 150 47,17
17 Buhana Wilujeng 14500 12500 150 100 250 2 300 47,17
18 Yusuf Wilujeng 14500 12500 150 100 250 2 300 47,17
19 Rayia Wilujeng 14500 12500 108 72 180 1 150 47,17
Jumlah
277300 233800 2505 1700 4205 4050 896
Rata-rata
14595 12305 132 89 221 213 47,17
Lampiran I2. Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Melalui Pedagang Pengecer
No. Nama Tujuan Penjualan
Harga Jual (Rp/Kg) Jumlah Pembelian
Ikan (Kg) Total
Pembelian
(Kg)
Jumlah
Kuli
angkut
Biaya Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Retribusi
TPI
(Rp/Kg) Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1 Mulyono Sunayati 16500 13500 72 48 120 1 150 47,17
2 Sa'adi Maya 16500 13000 78 52 130 1 150 47,17
Jumlah
33000 26500 150 100 250 300 94
Rata-rata
16500 13250 75 50 125 150 47,17
93
94
Lampiran J. Biaya Pemasaran Pedagang Besar Lokal di Pelabuhan Perikanan Panarukan
1. Kuli Angkut
Upah Kuli Angkut (Rp/Org) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Kuli Angkut (Rp/Kg)
15000 100 150
2. Air Laut
Air Laut (Rp/Drum) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Air laut (Rp/Kg)
10000 100 100
3. Es
Es (Rp/Balok) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Es (Rp/Kg)
12000 100 120
Lampiran J1. Pemasaran Pedagang Pengumpuldi Pelabuhan Perikanan Panarukan pada Saluran Pemasaran III
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian
Harga (Rp) Jumlah Pembelian
(Kg) Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Es
(Rp/Kg)
Air
Laut
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
(Kg)
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1
Hj. Vivi
Apriasi Nelayan 14700 12300 438 292 300 120 100
Shokib (Pd. Besar
Luar Kota) 18000 14500 390 150
2 Yudhis Nelayan 14500 12000 600 400 300 120 100
H. Ismail (Pd.
Besar Luar Kota) 17700 14300 300 200
H. Zuki (Pd. Besar
Luar Kota) 17700 14000 300 200
94
95
Lanjutan Tabel J1. Pemasaran Pedagang Pengumpul di Pelabuhan Perikanan Panarukan pada Saluran Pemasaran III
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian
Harga (Rp) Jumlah Pembelian
(Kg) Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Es
(Rp/Kg)
Air Laut
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran
Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
(Kg)
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
3 Ruk Nelayan 14700 12500 252 168 300 120 100
Satyo( Pd. Besar
Luar Kota) 18000 14700 212 118
Jumlah 43900 36800 1290 860 900 360 300 71400 57500 1202 668
Rata-Rata 14633 12267 430 287 300 120 100 17850 14375 301 167
Lampiran J2. Pemasaran Pedagang Pengumpul di Pelabuhan Perikanan Panarukan pada Saluran Pemasaran II
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian Harga (Rp) Jumlah Pembelian (Kg) Kuli
Angkut
(Rp/ Kg)
Es
(Rp/Kg)
Air
Laut
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran
Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
(Kg)
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1
Hj. Vivi
Apriasi Nelayan 14700 12300 438 292 300 120 100
Rahma (Pd.
Pengecer) 17000 14000 20 30
Bu Sur (Pd.
Pengecer) 17000 14000 15 20
2 Ruk Nelayan 14700 12500 252 168 300 120 100
Bu War (Pd.
Pengecer) 17200 14300 25 15
3 Humaidi Nelayan 15000 12700 150 130 300 120 100
Misro (Pd.
Pengecer) 17000 14000 25 20
Sri Mulyani (Pd.
Pengecer) 17000 14000 30 15
Jumlah 44400 37500 840 590 900 360 300 68200 56300 115 100
Rata-rata 14800 12500 280 197 300 120 100 17040 14060 23 20
95
96
Lampiran K. Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer di Pelabuhan Perikanan Panarukan
1. Kuli Angkut
Upah Kuli Angkut (Rp/Org) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Kuli Angkut (Rp/Kg)
10000 100 100
2. Transportasi
No. Nama Biaya Transportasi (Rp) Pembelian Ikan (Kg) Biaya Transportasi (Rp/Kg)
1. Sunayati 15000 120 125
2. Misro 15000 90 167 3. Maya 15000 130 115
4. Bu War 15000 90 167
5. Sri Mulyani 15000 90 167 6. Rahma 15000 70 214
7. Bu Sur 15000 65 231
Jumlah 105000 655 1185
Rata-rata 15000 94 169
3. Es
Es (Rp/Buah) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Es (Rp/Kg)
1000 100 100
4. Retribusi Pasar
Retribusi (Rp/Bulan) Rata-rata Pembelian Ikan (Kg) Retribusi (Rp/Kg)
600000 100 20
96
97
Lampiran K1. Pemasaran Pedagang Pengecer di Pelabuhan Perikanan Panarukan pada Saluran Pemasaran I
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian
Harga (Rp) Jumlah Pembelian
(Kg) Transportasi
(Rp/Kg)
Es
(Rp/Kg)
Kuli
Angkut
(Kg/Kg)
Retribusi
Pasar
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran
Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
(Kg)
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1 Sunayati Nelayan 16000 13000 72 48 169 100 100 20 Konsumen 22000 20000 20 30
2 Maya Nelayan 16000 13000 78 52 169 100 100 20 Konsumen 22000 21000 25 15
Jumlah 32000 26000 150 100 339 200 200 40 44000 41000 45 45
Rata-rata 16000 13000 75 50 169 100 100 20 22000 20500 22,5 22,5
Lampiran K2. Pemasaran Pedagang Pengecer di Pelabuhan Perikanan Panarukan pada Saluran Pemasaran II
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian
Harga (Rp) Jumlah Pembelian
(Kg) Transportasi
(Rp/Kg)
Es
(Rp/Kg)
Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran
Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
(Kg)
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1 Rahma Pd. Pengumpul 17000 14000 25 45 169 100 100 Konsumen 22000 20000 20 30
2 Bu Sur
Pd.
Pengumpul 17000 14000 23 42 169
100 100 Konsumen 22000 20000 15 20
3 Bu War
Pd.
Pengumpul 17200 14300 40 50 169
100 100 Konsumen 21500 20500 25 15
4 Misro
Pd.
Pengumpul 17000 14000 50 40 169
100 100 Konsumen 21500 20000 25 20
5
Sri
Mulyani
Pd.
Pengumpul 17000 14000 55 35 169
100 100 Konsumen 21500 20000 30 15
Jumlah 85200 70300 193 212 847 500 500 108500 100500 115 100
Rata-Rata 17040 14060 39 42 169 100 100
21700 20100 23 20
97
98
Lampiran L. Biaya Pemasaran Pedagang Besar Luar Kota
1. Transportasi
No. Nama Biaya Transportasi (Rp) Muatan (Kg) Biaya Transportasi (Rp/Kg)
1. H. Ismail 350000 540 648 2. H. Zuki 500000 540 926
3. Shokib 500000 540 926
4. Satyo 150000 540 278
Jumlah 1500000 2160 2778
Rata-rata 375000 540 694
2. Kuli Angkut
Upah Kuli Angkut (Rp/Org) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Kuli Angkut (Rp/Kg)
25000 100 250
3. Es
Es (Rp/Balok) Hasil Tangkapan Ikan (Kg/Drum) Biaya Es (Rp/Kg)
15000 100 150
Lampiran L1. Pemasaran Pedagang Besar Luar Kota pada Saluran Pemasaran III
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian
Harga (Rp) Jumlah Pembelian
(Kg) Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Transportasi
(Rp/Kg)
Es
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran
Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
1 Shokib
Pd.
Pengumpul 18000 14500 390 150 438 694 150
Pd. Ecer
Luar Kota 23500 21500 390 150
98
99
Lanjutan Lampiran L1. Pemasaran Pedagang Besar Luar Kota pada Saluran Pemasaran III
No
Nama
Pembelian Biaya Pemasaran Penjualan
Asal
Pembelian
Harga (Rp) Jumlah Pembelian
(Kg) Kuli
Angkut
(Rp/Kg)
Transportasi
(Rp/Kg)
Es
(Rp/Kg)
Lembaga
Pemasaran
Tujuan
Harga (Rp) Jumlah Penjualan
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
Ikan
Tongkol
Ikan
Layang
2 H. Ismail
Pd.
Pengumpul 17700 14300 300 200 438 694 150
Pd. Ecer
Luar Kota 23000 20000
3 H. Zuki
Pd.
Pengumpul 17700 14000 300 200 438 694 150
Pd. Ecer
Luar Kota 23500 22000
4 Satyo
Pd. Pengumpul 18000 14700 212 118 438 694 150
Pd. Ecer Luar Kota 22500 19000
Jumlah 71400 57500 1202 668 1750 2778 600 92500 82500
Rata-rata 17850 14375 301 438 438 694 150 23125 20625
99
100
Lampiran M. Analisis Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran
pada Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
Tabel M1. Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
No.
Lembaga Pemasar
Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 16000
b. Retribusi 47,17 0,21
c. Kuli Angkut 150 0,68
d. Keuntungan 15803 71,83
2. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 16500
b. Biaya Transportasi 169 0,77 2,82
c. Es 100 0,45 1,67
d. Retribusi 20 0,09 0,33
e. Kuli Angkut 100 0,45 1,67
f. Harga Jual 22000
g. Keuntungan 5611 25,50 93,51
3. Konsumen
a. Harga Beli 22000
Margin Pemasaran 6000 97,33 2,67 93,51 6,49
Total 100 100
Nelayan
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (15803/6000) x 100%
= 71,83%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (47,17/6000) x 100%
= 0,21%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (150/6000) x 100%
= 0,68%
Pedagang Pengecer
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (5611/6000) x 100%
= 25,20%
101
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Transportasi = (Bi/Pr) x 100%
= (169/6000) x 100%
= 0,77%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (100/6000) x 100%
= 0,45%
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (20/6000) x 100%
= 0,09%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/6000) x 100%
= 0,45%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 5611/ (22000-16000) x 100%
= 93,51%
4. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Transportasi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 169/ (22000-16000) x 100%
= 2,82%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (22000-16000) x 100%
= 1,67%
Sbi Retribusi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 20/ (22000-16000) x 100%
= 0,33%
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (22000-16000) x 100%
= 1,62%
MP = Pr – Pf
= 22000 – 16000
= 6000
102
Tabel M2. Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Tongkol
(Saluran Pemasaran II)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 14595
b. Retribusi 47,17 0,22
c. Kuli Angkut 213 0,98
d. Keuntungan 14334 66,06
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 14595
b. Kuli Angkut 300 1,38 4,22
c. Es 120 0,55 1,69
d. Air Laut 100 0,46 1,41
e. Harga Jual 17040
f. Keuntungan 1925 8,87 27,10
3. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 17040
b. Transportasi 169 0,78 2,38
c. Es 100 0,46 1,41
d. Kuli Angkut 100 0,46 1,41
e. Harga Jual 21700
f. Keuntungan 4291 19,77 0,39
4. Konsumen
a. Harga Beli 21700
Margin Pemasaran 7105 94,70 5,30 87,48 12,52
Total 100 100
Nelayan
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (14334/7105) x 100%
= 66,06%
3. Share Biaya (Sbi)
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (47,17/7105) x 100%
= 0,22%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (213/7105) x 100%
= 0,98%
103
Pedagang Pengumpul
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (1925/7105) x 100%
= 8,87%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (300/7105) x 100%
= 1,38%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (120/7105) x 100%
= 0,55%
Sbi Air laut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7105) x 100%
= 0,46%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 1925/ (21700-14595) x 100%
= 27,10%
4. Distribusi Biaya (Sbi)
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 300/ (21700-14595) x 100%
= 4,22%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 120/ (22000-16000) x 100%
= 1,69%
Sbi Air laut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (22000-16000) x 100%
= 1,41%
Pedagang Pengecer
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (4291/7105) x 100%
= 19,77%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Transportasi = (Bi/Pr) x 100%
= (169/7105) x 100%
= 0,78%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7105) x 100%
= 0,46%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7105) x 100%
= 0,46%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 4291/ (21700-14595) x 100%
= 0,39%
104
4. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Transportasi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 169/ (21700-14595) x 100%
= 2,38%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (21700-14595) x 100%
= 1,41%
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (21700-14595) x 100%
= 1,41%
MP = Pr – Pf
= 21700 – 14595
= 7105
105
Tabel M3. Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Tongkol di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran III)
No. Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 14959
b. Retribusi 47,17 0,20
c. Kuli Angkut 213 0,92
d. Keuntungan 14334 61,99
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 14595
b. Kuli Angkut 300 1,30 3,52
c. Es 120 0,52 1,41
d. Air Laut 100 0,43 1,17
e. Harga Jual 17850
f. Keuntungan 2735 11,83 32,07
3. Ped. Besar Luar Kota
a. Harga Beli 17850
b. Transportasi 694 3,00 8,14
c. Kuli Angkut 438 1,89 5,13
d. Es 150 0,65 1,76
f. Harga Jual 23125
g. Keuntungan 3993 17,27 46,81
4. Ped. Ecer Luar Kota
a. Harga Beli 23125
Margin Pemasaran 8530 91,08 8,92 78,88 21,12
Total 100 100
Nelayan
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (14334/8530) x 100%
= 66,06%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (47,17/8530) x 100%
= 0,20%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (213/8530) x 100%
= 0,92%
106
Pedagang Pengumpul
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (2735/8530) x 100%
= 11,83%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (300/8530) x 100%
= 1,30%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (120/8530) x 100%
= 0,52%
Sbi Air laut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/8530) x 100%
= 0,43%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 2735/ (23125-14595) x 100%
= 32,07%
4. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 300/ (21700-14595) x 100%
= 3,52%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 120/ (23125-14595) x 100%
= 1,41%
Sbi Air laut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (23125-14595) x 100%
= 1,17%
Pedagang Besar Luar Kota
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (3993/8530) x 100%
= 17,27%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Transportasi = (Bi/Pr) x 100%
= (694/8530) x 100%
= 3,00%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (150/8530) x 100%
= 0,65%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (438/8530) x 100%
= 1,89%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 3993/ (23125-14595) x 100%
= 46,81%
107
4. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Transportasi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 694/ (23125-14595) x 100%
= 8,14%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 150/ (23125-14595) x 100%
= 5,13%
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 438/ (23125-14595) x 100%
= 5,13%
MP = Pr – Pf
= 23125 – 14595
= 8530
108
Tabel M4. Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran I)
No. Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 13000
b. Retribusi 47,17 0,23
c. Kuli Angkut 150 0,73
d. Keuntungan 12803 62,45
2. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 13000
b. Biaya Transportasi 169 0,83 2,26
c. Es 100 0,49 1,33
d. Retribusi 20 0,10 0,27
e. Kuli Angkut 100 0,49 1,33
f. Harga Jual 20500
g. Keuntungan 7111 34,69 94,81
3. Konsumen
a. Harga Beli 20500
Margin Pemasaran 7500 97,14 2,86 94,81 5,19
Total 100 100
Nelayan
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (12803/7250) x 100%
= 62,45%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (47,17/7250) x 100%
= 0,23%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (150/7250) x 100%
= 0,73%
Pedagang Pengecer
5. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (7111/7250) x 100%
= 34,69%
109
6. Share Biaya (Sbi)
Sbi Transportasi = (Bi/Pr) x 100%
= (169/7250) x 100%
= 0,83%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7250) x 100%
= 0,49%
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (20/7250) x 100%
= 0,10%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7250) x 100%
= 0,49%
7. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 5611/ (20500-13000) x 100%
= 94,81%
8. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Transportasi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 169/ (20500-13000) x 100%
= 2,26%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (20500-13000) x 100%
= 1,33%
Sbi Retribusi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 20/ (20500-13000) x 100%
= 0,27%
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (20500-13000) x 100%
= 1,33%
MP = Pr – Pf
= 20500 – 13000
= 7250
110
Tabel M5. Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran II)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 12305
b. Retribusi 47,17 0,23
c. Kuli Angkut 213 1,06
d. Keuntungan 12045 59,93
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 12305
b. Kuli Angkut 300 1,49 3,85
c. Es 120 0,60 1,54
d. Air Laut 100 0,50 1,28
e. Harga Jual 14060
f. Keuntungan 1235 6,14 15,84
3. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 14060
b. Transportasi 169 0,84 2,17
c. Es 100 0,50 1,28
d. Kuli Angkut 100 0,50 1,28
e. Harga Jual 20100
f. Keuntungan 5671 28,21 72,75
4. Konsumen
a. Harga Beli 20100
Margin Pemasaran 7795 94,28 5,72 88,59 11,41
Total 100 100
Nelayan
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (12045/7795) x 100%
= 59,93%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (47,17/7795) x 100%
= 0,23%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (213/7795) x 100%
= 1,06%
111
Pedagang Pengumpul
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (1235/7795) x 100%
= 6,14%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (300/7795) x 100%
= 1,49%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (120/7795) x 100%
= 0,60%
Sbi Air laut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7795) x 100%
= 0,50%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 1235/ (20100-12305) x 100%
= 15,84%
4. Distribusi Biaya (Sbi)
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 300/ (20100-12305) x 100%
= 3,85%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 120/ (20100-12305) x 100%
= 1,54%
Sbi Air laut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (20100-12305) x 100%
= 1,28%
Pedagang Pengecer
5. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (5671/7795) x 100%
= 28,21%
6. Share Biaya (Sbi)
Sbi Transportasi = (Bi/Pr) x 100%
= (169/7795) x 100%
= 2,17%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7795) x 100%
= 1,28%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/7795) x 100%
= 1,28%
7. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 5671/ (20100-12305) x 100%
= 72,75%
112
8. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Transportasi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 169/ (20100-12305) x 100%
= 2,17%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (20100-12305) x 100%
= 1,28%
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (20100-12305) x 100%
= 1,28%
MP = Pr – Pf
= 20100 – 12305
= 7795
113
Tabel M6. Nilai Share, Distribusi Margin, dan Margin Pemasaran Ikan Layang di
Pelabuhan Perikanan Panarukan (Saluran Pemasaran III)
No Lembaga Pemasar Harga
(Rp/Kg)
Share (%) DM (%)
Ski Sbi Ski Sbi
1. Nelayan
a. Harga Jual 12305
b. Retribusi 47,17 0,23
c. Kuli Angkut 213 1,03
d. Keuntungan 12045 58,40
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 12305
b. Kuli Angkut 300 1,45 3,61
c. Es 120 0,58 1,44
d. Air Laut 100 0,48 1,20
e. Harga Jual 14375
f. Keuntungan 1550 7,51 18,63
3. Ped. Besar Luar Kota
a. Harga Beli 14375
b. Transportasi 694 3,37 8,35
c. Kuli Angkut 438 2,12 5,26
d. Es 150 0,73 1,80
e. Harga Jual 20625
f. Keuntungan 4968 24,09 59,71
4. Ped. Ecer Luar Kota
a. Harga Beli 20625
Margin Pemasaran 8320 90,00 10,00 78,34 21,66
Total 100 100
Nelayan
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (12045/8320) x 100%
= 58,40%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Retribusi = (Bi/Pr) x 100%
= (47,17/8320) x 100%
= 0,23%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (213/8320) x 100%
= 1,03%
114
Pedagang Pengumpul
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (1550/8320) x 100%
= 7,51%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (300/8320) x 100%
= 1,45%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (120/8320) x 100%
= 0,58%
Sbi Air laut = (Bi/Pr) x 100%
= (100/8320) x 100%
= 0,48%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 2735/ (20625-12305) x 100%
= 18,63%
4. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 300/ (20625-12305) x 100%
= 3,61%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 120/ (20625-12305) x 100%
= 1,44%
Sbi Air laut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 100/ (20625-12305) x 100%
= 1,20%
Pedagang Besar Luar Kota
1. Share Keuntungan (Ski) = (Ki/Pr) x 100%
= (4968/8320) x 100%
= 24,09%
2. Share Biaya (Sbi)
Sbi Transportasi = (Bi/Pr) x 100%
= (694/8320) x 100%
= 3,37%
Sbi Es = (Bi/Pr) x 100%
= (150/8320) x 100%
= 0,73%
Sbi Kuli angkut = (Bi/Pr) x 100%
= (438/8320) x 100%
= 2,12%
3. Distribusi Margin (Ski) = Ki/ (Pr-Pf) x100%
= 4968/ (20625-12305) x 100%
= 59,71%
115
4. Distribusi Margin (Sbi)
Sbi Transportasi = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 694/ (20625-12305) x 100%
= 8,35%
Sbi Es = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 150/ (20625-12305) x 100%
= 1,80%
Sbi Kuli angkut = Bi/ (Pr-Pf) x100%
= 438/ (20625-12305) x 100%
= 5,26%
MP = Pr – Pf
= 20625-12305
= 8320
116
Lampiran N. Fisherman’s Share pada Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan di
Pelabuhan Perikanan Panarukan
Tabel N1. Fisherman’s Share Pemasaran Ikan Tongkol
No Saluran
Pemasaran
Harga Nelayan
(Rp/Kg)
Harga Konsumen
(Rp/Kg)
Farmer’s
Share (%)
1 I 16000 22000 72,73
2 II 14595 21700 67,26
3 III 14595 23125 63,11
Tabel N2. Fisherman’s Share Pemasaran Ikan Layang
No Saluran
Pemasaran
Harga Nelayan
(Rp/Kg)
Harga Konsumen
(Rp/Kg)
Fisherman’s
Share (%)
1 I 13000 20500 63,41
2 II 12305 20100 61,22
3 III 12305 20625 59,66
117
Lampiran O. Efisiensi Pemasaran pada Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan
Perikanan Panarukan
Lampiran O1. Efisiensi Pemasaran Ikan Tongkol
No Saluran
Pemasaran
Total Biaya
(Rp/kg)
Total Nilai Produk
(Rp/kg) EP (%)
1 I 586,52 22000 2,67
2 II 1149,68 21700 5,30
3 III 2062,27 23125 8,92
Lampiran O2. Efisiensi Pemasaran Ikan Layang
No Saluran
Pemasaran
Total Biaya
(Rp/kg)
Total Nilai Produk
(Rp/kg) EP (%)
1 I 586,52 20500 2,86
2 II 1149,68 20100 5,72
3 III 2062,27 20625 10,00
118
Lampiran P. Hasil Analisis Margin Pemasaran, Fisherman’s Share dan Efisiensi Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Jenis Ikan Saluran
Pemasaran
Harga
Nelayan
(Rp/kg)
Harga
Konsumen
(Rp/kg)
Biaya
Pemasaran
(Rp/kg)
Ski
(%)
Sbi
(%)
Margin
Pemasaran
(%)
Fisherman’s
share (%)
EP
(%)
Ikan Tongkol I 16000 22000 586,52 97,33 2,67 6000 72,73 2,67 II 14595 21700 1149,68 94,70 5,30 7105 67,26 5,30 III 14595 23125 2062,27 91,08 8,92 8530 63,11 8,92
Ikan Layang I 13000 20500 586,52 97,14 2,86 7500 63,41 2,86 II 12305 20100 1149,68 94,28 5,72 7795 61,22 5,72 III 12305 20625 2062,27 90,00 10,00 8320 59,66 10,00
118
119
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUESIONER
JUDUL PENELITIAN : Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan
Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Kabupaten Situbondo
LOKASI PENELITIAN : Pelabuhan Perikanan Panarukan Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo
Pewawancara
Nama : Anzella Dwita Sari
NIM : 131510601144
Hari/Tanggal Wawancara :
No. Responden:.........
Identitas Responden
Nama Responden :
Umur Responden :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan Utama :
Pekerjaan Sampingan :
Lama Kegiatan Usaha :
Tanda Tangan
( )
K1. Nelayan
120
A. Gambaran Umum
1. Sejak tahun berapa Anda menjadi nelayan juragan laut?
Jawab: ............................................................................................................
2. Apa alasan Anda menjadi nelayan juragan laut?
Jawab: ............................................................................................................
3. Apa saja tugas Anda sebagai nelayan juragan laut?
Jawab: ............................................................................................................
4. Selama satu bulan, berapa kali Anda melakukan kegiatan melaut?
Jawab: ............................................................................................................
5. Peralatan apa saja yang digunakan saat kegiatan melaut?
Jawab: ............................................................................................................
6. Apakah Anda memiliki kapal/ perahu sendiri dalam kegiatan melaut?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
7. Jenis kapal/perahu apa yang Anda gunakan setiap kali melakukan kegiatan
melaut?
Jawab: ............................................................................................................
8. Berapa ABK (nelayan buruh) yang ikut dalam kegiatan melaut?
Jawab: ............................................................................................................
9. Apa saja tugas ABK (nelayan buruh) tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
10. Dalam kegiatan melaut, apakah Anda sering melakukan pergantian ABK?
Jawab: ............................................................................................................
11. Bagaimana cara Anda melakukan pembagian hasil melaut kepada para ABK?
Jawab: ............................................................................................................
12. Berkenaan dengan melaut, darimana Anda memperoleh modal setiap kali
melakukan kegiatan melaut?
Jawab: ............................................................................................................
13. Apakah terdapat kendala dalam pengadaan modal tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
14. Bagaimana cara Anda menangani kendala tersebut?
121
Jawab: ............................................................................................................
15. Bagaimana kegiatan operasional melaut yang Anda lakukan?
Jawab: ............................................................................................................
16. Pada saat bulan apa saja musim ikan dan musim paceklik terjadi?
a. Musim ikan ..................................................................................................
b. Musim paceklik ............................................................................................
Penjelasan: .....................................................................................................
17. Berapa rata-rata pendapatan Anda dalam sekali kegiatan melaut?
Jawab: ............................................................................................................
18. Apakah terdapat kelompok nelayan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
19. Apakah terdapat pertemuan rutin dari kelompok nelayan tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
B. Pemasaran
1. Berapa rata-rata hasil tangkapan ikan yang Anda peroleh dalam kegiatan
melaut?
a. Musim ikan
No. Jenis Ikan Jumlah (kg) Harga Jual (Rp)
1.
2.
3.
b. Musim paceklik
No. Jenis Ikan Jumlah (kg) Harga Jual (Rp)
1.
2.
3.
2. Bagaimana ciri-ciri ikan yang siap untuk dijual?
Jawab: ............................................................................................................
3. Berapa berat rata-rata jumlah ikan dalam sekali penjualan?
Jawab: ............................................................................................................
122
4. Sebelum dijual, apakah Anda melakukan penyortiran ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
5. Apa keuntungan Anda jika melakukan penyortiran ikan terlebih dahulu?
Jawab: ............................................................................................................
6. Bagaimana tingkat penyusutan/ kerusakan yang terjadi pada ikan?
Jawab: ............................................................................................................
7. Penyusutan/ kerusakan ikan seperti apa yang sering terjadi?
Jawab: ............................................................................................................
8. Bagaimana anda mengatasi kendala terkait dengan penyusutan/ kerusakan
tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
9. Kepada siapa biasanya Anda menjual hasil tangkapan ikan tersebut?
a. TPI
b. Pedagang pengumpul
c. Pedagang besar
d. Pedagang pengecer
e. Lainnya .....................................................................................................
10. Mengapa Anda menjual hasil tangkapan ikan kepada lembaga pemasaran
tersebut?
a. Lebih mudah dan cepat
b. Karena harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain
c. Lainnya .....................................................................................................
11. Apakah Anda selalu menjual hasil tangkapan ikan kepada lembaga pemasaran
tersebut?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
12. Apakah Anda mempunyai langganan tetap dalam memasarkan hasil
tangkapan ikan?
a. Ya
123
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
13. Bagaimana mekanisme penetapan harga jual hasil tangkapan ikan?
a. Tawar menawar
b. Ditentukan oleh penjual
c. Ditentukan oleh pembeli
d. Lainnya .....................................................................................................
14. Bagaimana sistem pembayaran yang ditetapkan?
a. Dibayar di muka
b. Dibayar di belakang
c. Dibayar tunai
d. Dibayar dengan mencicil
e. Lainnya .....................................................................................................
15. Apakah lembaga pemasaran mempunyai kriteria tertentu dalam membeli hasil
tangkapan ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
16. Apakah terdapat perbedaan harga pada masing-masing perantara pemasaran?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
17. Bagaimana sistem penjualan hasil tangkapan ikan yang dilakukan?
a. Satuan ton (Rp. ................../ton)
b. Satuan kwintal (Rp. ................../kw)
c. Satuan kilogram (Rp. ................../kg)
d. Lainnya .....................................................................................................
18. Bagaimana sistem pengangkutan hasil tangkapan ikan dari kapal/perahu
hingga sampai ke pedagang?
Jawab: ............................................................................................................
124
19. Bagaimana penanggungan biaya pengangkutannya?
a. Ditanggung sendiri
b. Ditanggung pembeli
c. Lainnya .....................................................................................................
20. Berikut tabel lembaga pemsaran yang dituju, jumlah penjual, dan harga jual
dalam pemasaran hasil tangkapan ikan.
No. Lembaga Pemasaran yang
Dituju
Jenis Ikan Jumlah
Penjualan (kg)
Harga Jual
(Rp)
1. Pedagang pengumpul
2. Pedagang besar
3. Pedagang pengecer
4. Konsumen
5. .........................
21. Berikut tabel biaya pemasaran yang dilakukan:
No. Jenis Biaya Jumlah Harga per
satuan (Rp)
Jumlah Biaya
(Rp)
1. Biaya transportasi
2. Biaya tenaga kerja
3. Es
4. Box/Keranjang
5. ......................
Total Biaya
Harga Jual : Rp. ........................./kg
22. Apa kendala yang seringkali Anda hadapi dalam memasarkan hasil tangkapan
ikan?
Jawab: ............................................................................................................
23. Bagaimana Anda mengatasi kendala tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
24. Apakah Anda tahu perkembangan terkait harga ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
25. Darimana Anda memperoleh informasi terkait harga ikan?
a. Dari sesama nelayan
b. Dari pedagang perantara
c. Koran/radio/televisi
d. Lainnya .....................................................................................................
125
26. Menurut Anda bagaimana perkembangan terkait harga ikan?
a. Stabil
b. Fluktuatif
Penjelasan: .....................................................................................................
27. Apakah Anda mengetahui informasi tentang permintaan ikan di pasaran?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
28. Harga ikan:
No. Jenis Ikan Harga Jual Terendah
(Rp)
Harga Jual Tertinggi
(Rp)
1.
2.
3.
126
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUESIONER
JUDUL PENELITIAN : Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan
Tangkap di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Kabupaten Situbondo
LOKASI PENELITIAN : Pelabuhan Perikanan Panarukan Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo
Pewawancara
Nama : Anzella Dwita Sari
NIM : 131510601144
Hari/Tanggal Wawancara :
No. Responden:.........
Identitas Responden
Nama Responden :
Umur Responden :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan Utama :
Pekerjaan Sampingan :
Lama Kegiatan Usaha :
Tanda Tangan
( )
K2. Pedagang
127
A. Pembelian
1. Darimana Anda membeli hasil tangkapan ikan?
a. Nelayan
b. TPI
c. Pedagang pengumpul
d. Pedagang besar
e. Lainnya .....................................................................................................
2. Bagaimana sistem pembelian ikan yang Anda lakukan?
a. Membeli secara langsung ke nelayan
b. Membeli secara langsung dari nelayan
c. Membeli melalui perantara pemasaran (.....................................)
d. Lainnya .....................................................................................................
3. Mengapa Anda memilih sistem pembelian tersebut?
a. Lebih mudah dan cepat
b. Biaya lebih murah dan keuntungannya besar
c. Birokrasinya tidak berbelit
d. Lainnya .....................................................................................................
4. Apakah terdapat kriteria tertentu yang Anda tentukan dalam pembelian hasil
tangkapan ikan?
a. Ada
b. Tidak ada
Penjelasan: .....................................................................................................
5. Apakah Anda memiliki langganan dalam pembelian hasil tangkapan ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
6. Bagaimana mekanisme penetapan harga beli ikan?
a. Tawar menawar
b. Ditentukan oleh penjual
c. Ditentukan oleh pembeli
d. Lainnya .....................................................................................................
128
7. Bagaimana sistem satuan pembelian ikan yang dilakukan?
a. Satuan (Rp. .................kg/kw/ton)
b. Keranjang (Rp. .................kg/kw/ton)
c. Lainnya .....................................................................................................
8. Berapa jumlah ikan yang Anda beli setiap harinya?
Jawab: ............................................................................................................
9. Apa saja yang mempengaruhi penetapan harga?
Jawab: ............................................................................................................
10. Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan?
a. Dibayar di muka
b. Dibayar di belakang
c. Dibayar tunai
d. Dibayar dengan mencicil
e. Lainnya .....................................................................................................
11. Dimana wilayah-wilayah pembelian yang Anda lakukan?
Jawab: ............................................................................................................
12. Bagaimana sistem pengangkutan ikan hingga sampai ke lembaga pemasaran
selanjutnya?
Jawab: ............................................................................................................
13. Bagaimana penanggungan biaya pengangkutannya?
a. Ditanggung sendiri
b. Ditanggung pembeli
c. Lainnya .....................................................................................................
14. Darimana anda mendapatkan informasi pasar?
Jawab: ............................................................................................................
15. Apakah Anda tahu perkembangan terkait harga ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
16. Darimana Anda memperoleh informasi terkait harga ikan?
a. Dari sesama pedagang
b. Koran/radio/televisi
129
c. Lainnya .....................................................................................................
17. Menurut Anda bagaimana perkembangan terkait harga ikan?
a. Stabil
b. Fluktuatif
Penjelasan: .....................................................................................................
18. Apa kendala yang sering kali Anda hadapi dalam pembelian ikan?
Jawab: ............................................................................................................
19. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
20. Tabel asal pembelian, jumlah pembeian, dan harga beli dalam pemasaran
hasil tangkapan ikan
No. Asal Pembelian Jumlah Pembelian Harga beli (Rp)
21. Apakah Anda memberikan bantuan modal kepada nelayan?
Jawab: ............................................................................................................
B. Penjualan
1. Sumber pembelian : ...........................................................................................
2. Jumlah penjualan : ..........................kg
3. Berikut tebel mengenai biaya pemasaran yang dilakukan:
No. Jenis Biaya Jumlah Harga per
satuan (Rp)
Jumlah Biaya
(Rp)
1. Biaya transportasi
2. Biaya tenaga kerja
3. Es
4. Box/Keranjang
5. ......................
Total Biaya
Harga beli per kg : Rp. ....................../.....
Harga jual per kg : Rp. ....................../....
MP= Pr - Pf
130
4. Sebelum dijual apakah Anda melakukan proses penyortiran ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
5. Apakah Anda melakukan proses pengolahan dari bentuk pembelian ikan
sebelum dijual?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
6. Apakah Anda memiliki langganan dalam penjualan hasil tangkapan ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
7. Bagaimana mekanisme penetapan harga jual ikan?
a. Seperti penjualan sebelum-sebelumnya
b. Berdasarkan harga di pasar
c. Lainnya .....................................................................................................
8. Apa saja yang mempengaruhi penetapan harga ikan ?
Jawab: ............................................................................................................
9. Bagaimana sistem satuan pembelian ikan yang dilakukan?
a. Satuan (Rp. .................kg/kw/ton)
b. Keranjang (Rp. .................kg/kw/ton)
c. Lainnya .....................................................................................................
10. Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan?
a. Dibayar di muka
b. Dibayar di belakang
c. Dibayar tunai
d. Dibayar dengan mencicil
e. Lainnya .....................................................................................................
11. Jenis ikan apakah yang lebih diminati oleh konsumen?
Jawab: ............................................................................................................
131
12. Bagaimana ciri-ciri ikan yang siap untuk dijual?
Jawab: ............................................................................................................
13. Berikut tabel lembaga pemsaran yang dituju, jumlah penjual, dan harga jual
dalam pemasaran hasil tangkapan ikan.
No. Lembaga Pemasaran yang
Dituju
Jenis Ikan Jumlah
Penjualan
Harga Jual
(Rp)
1. Pedagang pengumpul
2. Pedagang besar
3. Pedagang pengecer
4. .........................
5. .........................
a. Nama pedagang pengumpul : ...................................................................
b. Nama pedagang besar : .....................................................................
c. Nama pedagang pengecer : ....................................................................
14. Bagaimana permintaan pasar atau konsumen jika harga ikan naik atau pada
saat musim paceklik ikan?
Jawab: ............................................................................................................
15. Berapa berat rata-rata jumlah ikan dalam sekali penjualan?
Jawab: ............................................................................................................
16. Sebelum dijual, apakah Anda melakukan penyortiran ikan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan: .....................................................................................................
17. Apa keuntungan Anda jika melakukan penyortiran ikan terlebih dahulu?
Jawab: ............................................................................................................
18. Bagaimana tingkat penyusutan/ kerusakan ikan?
Jawab: ............................................................................................................
19. Penyusutan/ kerusakan ikan seperti apa yang sering terjadi?
Jawab: ............................................................................................................
20. Bagaimana anda mengatasi kendala terkait dengan penyusutan/ kerusakan
tersebut?
Jawab: ............................................................................................................
21. Apakah Anda melakukan kegiatan penyimpanan ikan?
a. Ya
b. Tidak
132
Jika Ya:
1) Jumlah ikan yang seringkali disimpan (........kg/kw/ton)
2) Lokasi penyimpanan ikan (.................................)
3) Lama waktu penyimpanan (................................)
4) Cara penyimpanan (.............................................)
5) Biaya penyimpanan (Rp. ....................................)
22. Dimana wilayah-wilayah penjualan ikan yang biasanya Anda jual?
Jawab: ............................................................................................................
23. Berapa lama waktu yang diperlukan hingga ikan habis terjual?
Jawab: ............................................................................................................
133
DOKUMENTASI
Gambar 1. Pintu Masuk Pelabuhan Perikanan Panarukan
Gambar 2. Tempat Pelelangan Ikan Samudra Mina Jaya di Pelabuhan Perikanan
Panarukan
134
Gambar 3. Proses Pengiriman Ikan Kepada Pedagang Besar Luar Kota
Gambar 4. Perahu Slerek yang Digunakan dalam Kegiatan Penangkapan Ikan
135
Gambar 5. Proses Penurunan Ikan dari Atas Perahu
Gambar 6. Ikan Tongkol yang Ditangkap Oleh Nelayan dan akan Dipasarkan
136
Gambar 7. Wawancara Bersama Nelayan di Pelabuhan Perikanan Panarukan
Gambar 8. Wawancara Bersama Pedagang Pengumpul di Pelabuhan Perikanan
Panarukan