Upload
truongthu
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR)
(Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
DILA RAMADHAN
NIM: 109081000112
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Dila Ramadhan
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Maret 1991
3. Alamat : Jl. Bintaro Permai III, RT 004/009,
Gg. Mawar, No. 12, Kel. Bintaro,
Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12330
4. Telepon : 089642760880
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD N Bintaro 01 Pagi Tahun 1997-2003
2. SMP N 178 Jakarta Tahun 2003-2006
3. MAN 4 Jakarta Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2016
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Rusmadiansyah (Alm)
2. Ibu : Hj. Fatmasari
3. Alamat : Jl. Bintaro Permai III, RT 004/009,
Gg. Mawar, No. 12, Kel. Bintaro,
Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12330
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the factors that affect the Loanto Deposit Ratio (LDR) at State-Owned Banks (Persero) in Indonesia on period2010 to 2014. Independent variables used in this study is the Return On Asset(ROA), Operating Expenses Operating Income (BOPO) and Net Interest Margin(NIM), while the dependent variable used in this study is the Loan to DepositRatio (LDR). The sampling technique that used in this study is conveniencesampling method. The analytical method used in this research is multipleregression analysis using SPSS 20. The results of this study indicated that inpartial Return on Asset (ROA) and Net Interest Margin (NIM) have positivesignificant impact to Loan Deposit Ratio (LDR). While, Operating ExpensesOperating Income (BOPO) do not have significant impact to Loan Deposit Ratio(LDR). Predictive ability of these three variables to the Loan Deposit Ratio (LDR)is 34,1% as indicated by the adjusted R2, while the remaining 65,9% is influencedby other factors not included in the research model.
Keywords: Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), OperatingExpenses Operating Income (BOPO) and Net Interest Margin(NIM)
.
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank BUMN Persero diIndonesia periode 2008-2014. Variabel independen yang digunakan dalampenelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Biaya Operasional PendapatanOperasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM), sedangkan Variabeldependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio(LDR). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode convenience sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitianini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 20. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa secara parsial Return on Asset (ROA) dan NetInterest Margin (NIM) berpengaruh signifikan positif terhadap Loan to DepositRatio (LDR). Sedangkan, Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)tidak berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Kemampuanprediksi dari ketiga variabel tersebut terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)adalah 34,1% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R2, sedangkansisanya 65,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalammodel penelitian.
Kata kunci: Loan Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), BiayaOperasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net InterestMargin (NIM)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke
zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT, Alhamdulillah yang selalu memberikan penulis kemudahan
dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas jalan terbaik-Nya.
2. Papaku tercinta H. Rusmadiansyah, B.Sc, Ac (Alm) yang sedang tersenyum
disana dan Mamaku tercinta Hj. Fatmasari yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil. Terimakasih untuk tidak pernah berhenti
membimbing, menyemangati dan tiada henti-hentinya memanjatkan doa
untukku. Berkat restu kalian penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Nenek-
nenekku, Emak dan Nini, terimakasih atas doa kalian. Serta untuk saudara-
saudaraku tersayang Disa Rusdiana, SE, Ferdi Ilhamsyah, S.Kom, Ilham
Ramadhan, keponakanku Raisha Dianahamsyah dan seluruh sanak saudara
yang selalu memberikan semangat dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah berkenan memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan solusi
pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ade Ananto Terminanto, MM, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
II yang telah banyak membantu dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
x
pikirannya untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan
skripsi.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing,
memberikan banyak informasi dan motivasi kepada penulis hingga sampai
semester akhir ini.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen
dan Ibu Ela Patriana, MM, selaku Sekretaris Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Amalia, SE., MSM, selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
bersedia membimbing sejak penulis resmi menjadi mahasiswa jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan yang sangat
bermanfaat selama masa perkuliahan.
9. Rizki Adhi Pratama, S.Si, yang selalu setia mendukung, sabar dan tidak
bosan untuk mendengarkan segala keluh kesah yang dihadapi. Terimakasih
atas doa, semangat dan dukungannya yang diberikan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Tetis Dewi Agustina, SE, Fadhlin Fathullaela, SE,
Risa Yuni Andriani, SE, Neni Heriani, SE, Naimatul Fauziah, SE, Dina
Hidayati, SE, Aryati, SE dan Siti Nurazizah, SE, yang selalu mendoakan dan
terus menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk teman-teman seperjuangan, Nurfitriana Kusumah, Sofi Rahayu, Viola
Destiana, Rio Rahmat Ali, Bayu Dwi Nugroho, Adnan Pardede, Nurhidayat
(Doyok), Rezha Nata, Wika, Retni, Evi dan Yanida yang telah memberikan
motivasi serta saling menyemangati dalam penyelesaian tugas akhir ini.
12. Seluruh teman-teman Manajemen C Angkatan 2009 dan Manajemen
Konsentrasi Perbankan, terimakasih atas kebersamaan, kenangan dan
kekompakkannya.
xi
13. Seluruh Staff Akademik, Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan
kepada penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
14. Kepada semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah banyak membantu, memberi masukan dan inspirasi bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih, dan berharap semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak khususnya dalam bidang manajemen perbankan.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2016
DILA RAMADHAN
NIM: 109081000112
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT .. ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 13
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 13
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 15
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil .............. 15
1. Tinjauan Umum Mengenai Bank ......................................... 15
a. Pengertian Bank ............................................................. 15
b. Jenis Bank ...................................................................... 16
c. Fungsi Bank ................................................................... 19
d. Fungsi Intermediasi Bank .............................................. 21
xiii
2. Analisis Rasio Keuangan ..................................................... 23
a. Loan to Deposit Ratio (LDR) ......................................... 24
b. Return On Asset (ROA) ................................................. 26
c. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) .... 27
d. Net Interest Margin (NIM) ............................................ 29
3. Keterkaitan Antarvariabel .................................................... 31
a. Pengaruh ROA terhadap LDR ........................................ 31
b. Pengaruh BOPO terhadap LDR ..................................... 31
c. Pengaruh NIM terhadap LDR ........................................ 32
B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 34
C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 37
D. Hipotesis .................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 39
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 41
1. Studi Pustaka ........................................................................ 41
2. Studi Dokumenter ................................................................. 41
D. Metode Analisis Data ................................................................. 41
1. Statistik Deskriptif ............................................................... 42
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 43
a. Uji Normalitas ................................................................ 43
1) Analisis Grafik ......................................................... 43
2) Analisis Statistik ...................................................... 46
b. Uji Autokorelasi ............................................................. 46
1) Uji Durbin-Watson .................................................. 47
c. Uji Multikolinieritas........................................................ 49
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 50
3. Metode Analisis Regresi Linier Berganda ........................... 52
xiv
4. Pengujian Hipotesis ............................................................. 53
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 54
b. Uji Statistik t .................................................................. 55
c. Uji F (Uji Kelayakan Model) ......................................... 57
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 61
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ............................................ 61
1. Bank BUMN (Persero) di Indonesia .................................... 61
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................... 62
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................. 62
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 65
a. Uji Normalitas ................................................................ 66
1) Analisis Grafik ......................................................... 66
2) Analisis Statistik ...................................................... 67
b. Uji Autokorelasi ............................................................. 68
c. Uji Multikolinieritas ....................................................... 73
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 74
3. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 75
4. Pengujian Hipotesis ............................................................. 77
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 77
b. Uji Statistik t .................................................................. 78
1) Hasil Uji Hipotesis 1 ................................................ 79
2) Hasil Uji Hipotesis 2 ................................................ 81
3) Hasil Uji Hipotesis 3 ................................................ 82
c. Uji F (Uji Kelayakan Model) ......................................... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 87
A. Kesimpulan ................................................................................. 87
B. Saran ........................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 90
LAMPIRAN....................................................................................................... 93
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 LDR Perbankan Periode 2008-2014 dalam (%) ....................... 6
1.2 Ringkasan Research Gap ........................................................... 11
2.1 Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO ................................ 27
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 34
3.1 Bentuk Transformasi Data .......................................................... 45
3.2 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ............................. 48
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 59
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................ 62
4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 68
4.3 Uji Autokorelasi ....................................................................... 69
4.4 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data ............................ 71
4.5 Uji Autokorelasi dengan Metode Theil Naggar ....................... 72
4.6 Uji Multikolinieritas ................................................................... 73
4.7 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ......................... 75
4.8 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 75
4.9 Uji Koefisien Determinasi (Adj R2) ............................................ 77
4.10 Uji F (Uji Kelayakan Model) ..................................................... 85
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 36
2.2 Model Konseptual LDR Dipengaruhi ROA, BOPO, NIM ...... 37
3.1 Bentuk Histogram Normalitas .................................................. 44
4.1 Grafik Normal P-Plot ............................................................... 66
4.2 Grafik Histogram Per Variabel ................................................. 70
4.3 Grafik Scatterplot ..................................................................... 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Variabel Penelitian Periode 2008-2014 ...................................... 93
2 Analisis Statistik Deskriptif, Model Summary, Anova, Koefisien .... 97
3 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 98
4 Hasil Uji Autokorelasi dan Uji Multikolinieritas ................................ 99
5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 100
6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Hipotesis ........... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan industri
perbankan. Kegiatan aktivitas usaha apapun akan mempunyai kaitan dengan
masalah pendanaan. Bank disebut sebagai lembaga perantara keuangan atau
financial intermediary. Sebagai perantara keuangan, artinya bank
menjembatani kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak, merupakan
nasabah yang memiliki dana (surplus) dan pihak lainnya merupakan nasabah
yang membutuhkan dana (defisit). Bank menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dalam bentuk kredit (Ismail, 2010).
Bank sebagai lembaga kepercayaan atau lembaga intermediasi
masyarakat dan merupakan bagian dari sistem moneter mempunyai
kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan
bank dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan
tingkat likuiditas yang cukup dan rentabilitas bank yang tinggi serta
pemenuhan kebutuhan modal. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain
dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank bisa memenuhi
kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya
sewaktu-waktu.
Menurut Widyatama (2013), perbankan memiliki peranan yang sangat
strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan
2
nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara
transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Landasan
hukum yang mengatur masalah keberadaan dan usaha Bank Umum adalah
ketentuan dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 yang menyatakan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi bank umum,
bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional
non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran, dan bank asing. Bank
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank BUMN (Persero). Bank
BUMN (Persero) adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki
oleh pemerintah Republik Indonesia. Bank BUMN (Persero Tbk) terdiri dari
PT. Bank Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank Mandiri,
dan PT. Bank Tabungan Negara.
Kegiatan usaha yang paling utama dari suatu bank adalah melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana. Kegiatan penghimpunan dana berasal
dari bank itu sendiri, dari deposan atau nasabah, pinjaman dari bank lain
maupun Bank Indonesia, dan dari sumber lainnya. Sedangkan, kegiatan
penyaluran dana dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya penyaluran
kredit, kegiatan investasi, dan dalam bentuk aktiva tetap dan inventaris.
Kegiatan penghimpunan dana bank sebagian besar bersumber dari simpanan
3
nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka.
Simpanan nasabah ini sering disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK
yang berhasil dihimpun sebagian besar disalurkan dalam bentuk pinjaman atau
kredit.
Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukkan oleh Loan to Deposit
Ratio (LDR). LDR adalah rasio keuangan yang menunjukkan posisi likuiditas
yang paling umum digunakan dalam industri perbankan, khususnya untuk
mengetahui apakah dana yang berhasil dihimpun dapat memenuhi kebutuhan
penyediaan kredit (Latumaerissa, 1999). Kinerja bank yang baik dapat
dikatakan apabila bank dapat menjaga tingkat likuiditasnya, apabila tingkat
likuiditas dapat terjaga maka kemungkinan jumlah dana pihak ketiga yang
dikumpulkan akan meningkat. Untuk mengukur tingkat likuiditas inilah dapat
dihitung dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Penghitungan LDR
bertujuan untuk mengukur seberapa baik kemampuan bank dapat
mengendalikan sistem pengkreditannya yang diberikan kepada nasabah
sebagai sumber likuiditas (Nugraha, 2014). LDR menunjukkan rasio untuk
mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan
jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank (Kasmir, 2010).
Semakin tinggi penyaluran kredit menggunakan DPK, maka fungsi
intermediasi perbankan berjalan dengan sangat baik. Sebaliknya, rendahnya
penyaluran kredit menggunakan DPK menunjukkan fungsi intermediasi tidak
berjalan dengan lancar, karena DPK tidak disalurkan kembali kepada
masyarakat, melainkan digunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk
4
membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inventaris, dan sebagainya. Tinggi
rendahnya tingkat LDR harus diawasi oleh bank tersebut, untuk itu diperlukan
suatu standar mengenai tingkat LDR (Widyatama, 2013).
Secara umum likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
memenuhi kewajiban membayar uang kas apabila diperlukan. Definisi ini
bersifat umum dan mungkin dapat diperlakukan pada perorangan atau
lembaga perusahaan apa saja termasuk perusahaan perbankan. Dalam
pengertian seperti itu, likuiditas mempunyai peranan yang penting bagi suatu
perusahaan. Ada beberapa definisi likuiditas bank yang diperkenalkan di
beberapa buku. Namun, definisi likuiditas bank yang diberikan oleh Howard
D. Crosse dan George W. Hempel dalam bukunya Management Police for
Commercial Bank terasa paling komprehensif. Yakni kemampuan bank untuk
memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau
penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut
dapat memenuhi kewajiban penarikan uang dari para penitip dana maupun
dari para peminjam atau debitur (Latumaerissa, 1999).
LDR menunjukkan seberapa likuid suatu bank. Semakin tinggi tingkat
LDR yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya kredit yang disalurkan,
maka semakin illikuid suatu bank, karena seluruh dana yang berhasil
dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga tidak terdapat
kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk diinvestasikan. Dalam
keadaan illikuid, bank akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya, seperti adanya penarikan tiba-tiba oleh nasabah terhadap
5
simpanannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat LDR, semakin likuid suatu
bank. Keadaan bank yang semakin likuid menunjukkan banyaknya dana
menganggur (idle fund) yang dapat memperkecil kesempatan bank untuk
memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan dengan baik. Untuk
itu LDR dapat menjadi indikator untuk menilai fungsi intermediasi, tingkat
kesehatan bank, dan likuiditas suatu bank.
Tingkat LDR suatu bank haruslah dijaga agar tidak menjadi terlalu
rendah ataupun terlalu tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu standar mengenai
tingkat LDR. Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR
berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.
26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan
memperlakukan peraturan Bank Indonesia No.012/19/PBI/2010 yang berisi
ketentuan standar LDR pada tingkat 78%-100%.
Sanksi bagi bank di Indonesia yang tingkat LDR berada di luar kisaran
78-100%, maka BI akan mengenakan denda sebesar 0,1% dari jumlah
simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk tiap 1% kekurangan LDR yang
dialami bank. Sementara bank yang memiliki tingkat LDR diatas 100% akan
diminta oleh BI untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM)
primer sebesar 0,2% dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan
untuk tiap 1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank, dimana penambahan
dana GWM primer tidak diberikan bunga. Kecuali bagi bank yang memiliki
6
CAR diatas 14% tidak terkena penalty walau LDR diatas 100%. Berikut tabel
tingkat LDR dari seluruh bank:
Tabel 1.1LDR Perbankan Periode 2008-2014 dalam (%)
Bank 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Bank Umum 74,58 72,88 75,21 78,77 83,58 89,70 89,42Bank BUMN 70,27 69,55 71,54 74,75 79,84 86,70 83,73Bank UmumSwastaNasionalDevisa
74,72 71,14 73,16 78,16 81,58 83,77 85,66
Bank UmumSwastaNasionalNon Devisa
81,66 81,17 79,11 79,85 82,73 85,10 87,81
BankPembangunanDaerah
67,28 79,31 78,26 74,74 78,57 92,34 89,73
BankCampuran
98,63 85,45 100,61 108,03 115,63 122,20 123,61
Bank Asing 88,31 85,05 90,86 96,47 111,21 130,05 140,04Sumber: Bank Indonesia (data diolah, 2015)
Pada tabel 1.1 dapat terlihat bahwa Bank Persero memiliki nilai rata-
rata LDR terendah dibandingkan dengan bank lainnya. Terkait dengan
fenomena diatas, LDR Bank Persero pada tahun 2009 mengalami penurunan
yaitu 69,55%, namun LDR Bank Persero mengalami peningkatan dari tahun
2010 yaitu mencapai 71,54% hingga tahun 2013 yaitu sebesar 86,70%, dan
mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 sebesar 83,73%. Meskipun
demikian LDR Bank Persero hingga sekarang sudah berada diatas standar
LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Meskipun LDR Bank BUMN sudah mencapai standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 78%-100%, namun LDR masing-masing
Bank Persero dari tahun 2008-2014 mengalami perubahan setiap periodenya
7
dan masih terdapat LDR yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam
jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR).
Prediksi terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dilakukan
dengan melihat rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest
Margin (NIM) karena rasio-rasio keuangan tersebut merupakan beberapa rasio
yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengukur kinerja bank dan
tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari fungsi bank sebagai lembaga
intermediary.
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengatur kemampuan
manajemen bank mengelola keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba.
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat
pengembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti
profitabilitas perusahaan terus meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah
peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Frianto,
2012). Angka terbaik untuk rasio ROA menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 1,5 %.
8
Dapat diketahui bahwa pada laporan laba rugi sendiri terdapat dua pos
utama, yakni pendapatan operasional dan biaya operasional. Jika pendapatan
operasional merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan operasional, maka
biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan
operasional tersebut. Jika biaya operasional besar namun hanya menghasilkan
pendapatan operasional yang sedikit, maka bank tersebut tergolong tidak
efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, di lain pihak, biaya
operasional yang besar nantinya akan mengurangi jumlah laba bersih yang
dapat diperoleh karena biaya operasional merupakan faktor pengurang dalam
laporan laba rugi. Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan
bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Nilai rasio BOPO yang
ideal berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
(Amriani, 2012).
Di satu sisi, LDR yang semakin tinggi pada bank akan memberikan
risiko yang semakin besar atas gagalnya kredit yang telah disalurkan kepada
masyarakat di kemudian hari. Tetapi, di sisi lain dapat meningkatkan
pendapatan bank karena setiap kredit yang disalurkan akan memberikan
pendapatan berupa bunga. Selisih antara pendapatan bunga dengan beban
bunga bank tercermin dalam rasio margin bunga bersih atau Net Interest
Margin (NIM). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan
bunga bersih. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh
9
pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk
pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank
dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang
ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar
rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Arditya Prayudi (2011), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Loan dan BOPO tidak berpengaruh terhadap Loan to
Deposit Ratio, Return On Asset berpengaruh signifikan negatif terhadap Loan
to Deposit Ratio sedangkan Net Interest Margin berpengaruh signifikan positif
terhadap Loan to Deposit Ratio. Ade Fauzan (2011), mengemukakan bahwa
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, variabel Inflasi dan
ROA berpengaruh signifikan positif terhadap LDR, variabel CAR
berpengaruh signifikan negatif terhadap LDR, sedangkan BOPO dan DPK
tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR.
Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012), mengemukakan
bahwa dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, CAR dan ROA
berpengaruh signifikan positif terhadap LDR, variabel NPL berpengaruh
signifikan negatif terhadap LDR, sedangkan DPK tidak berpengaruh
signifikan terhadap LDR. Fitri Riski Amriani (2012), mengemukakan bahwa
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dengan persamaan
10
kuadrat terkecil dan uji hipotesis, menunjukkan bahwa variabel BOPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap LDR. Variabel NPL memiliki pengaruh
signifikan negatif terhadap LDR. Variabel CAR dan NIM berpengaruh
signifikan positif terhadap LDR.
Agustina dan Anthony Wijaya (2013), dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa dengan menggunakan metode analisis regresi
berganda, variabel NIM, BOPO dan Suku Bunga berpengaruh signifikan
positif terhadap LDR. Sedangkan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap
LDR. Romadhoni Eka Nugraha (2014), mengemukakan bahwa dengan
menggunakan metode analisis regresi berganda, menunjukkan variabel CAR,
BOPO, ROA dan NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR.
Sedangkan variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap LDR.
Berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel independen
terhadap variabel dependen, yang hasilnya juga menimbulkan kontroversi atau
inkonsistensi hasil penelitian. Oleh karena itu, untuk lebih jelas secara ringkas
research gap antar hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 1.2.
11
Tabel 1.2Ringkasan Research Gap
No HubunganVariabel
HasilPenelitian
Peneliti(Tahun)
1
Return OnAsset(ROA)terhadapLDR
ROA berpengaruhsignifikan negatifterhadap LDR
Prayudi (2011)
ROA berpengaruhsignifikan positifterhadap LDR
Islam, et.al (2007),Akhtar, et.al (2010),Dzulfi (2011),Hersugondo (2012),Buchory (2014)
ROA tidakberpengaruhsignifikan terhadapLDR
Granita (2011),Nugraha (2014)
2
BiayaOperasionalPendapatanOperasional(BOPO)terhadapLDR
BOPO tidakberpengaruhsignifikan terhadapLDR
Prayudi (2011), Dzulfi (2011),Granita (2011), Amriani (2012),Nugraha (2014)
BOPO berpengaruhsignifikan positifterhadap LDR
Agustina (2013)
3
Net InterestMargin(NIM)terhadapLDR
NIM berpengaruhsignifikan positifterhadap LDR
Prayudi (2011), Granita (2011),Amriani (2012),Agustina (2013)
NIM tidakberpengaruhsignifikan terhadapLDR
Nugraha (2014)
Sumber: Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti adalah
variabel-variabel para peneliti terdahulu yang hasilnya tidak konsisten atau
berbeda-beda, dan dipilih berdasar pada adanya research gap dan adanya
suatu pengembangan model dari penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil-hasil
penelitian dan data-data diatas yang memberikan hasil yang berbeda atas
penelitian yang satu dengan yang lainnya (research gap) dan adanya
fenomena bisnis, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan
12
mendalam, maka penelitian ini mengangkat judul: “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris Pada Bank
BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa adanya
permasalahan yaitu adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu yang tersaji
dalam tabel research gap yang telah diuraikan sebelumnya dan juga terdapat
fenomena bisnis yang ada pada Bank BUMN Persero di Indonesia periode
2008-2014.
Berdasarkan pada permasalahan yang bersumber pada hasil-hasil
penelitian sebelumnya (research gap) dan fenomena bisnis yang ada pada
Bank Persero periode 2008-2014, maka pertanyaan penelitian (question
research) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Persero di Indonesia periode
2008-2014?
2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi Loan
to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Persero di Indonesia periode 2008-
2014?
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net
Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
Bank Persero di Indonesia periode 2008-2014.
b. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Persero di
Indonesia periode 2008-2014.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat atau kegunaan dari penelitian ini, diantaranya:
a. Bagi Pihak Akademisi
Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap likuiditas bank (LDR) sehingga
dapat memberikan wawasan serta pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai analisis rasio keuangan perbankan yang mempengaruhi
likuiditas bank. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah ilmu manajemen, khususnya yang berhubungan dengan
bidang ilmu manajemen perbankan, dan diharapkan dapat menjadi
salah satu bahan referensi serta dapat mendukung peneliti selanjutnya
dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan
khususnya pada perusahaan perbankan.
14
b. Bagi Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi untuk bahan pertimbangan bagi para investor maupun calon
investor dalam pengambilan keputusan sebelum menanamkan
modalnya atau berinvestasi pada perusahaan perbankan, dengan
melihat posisi likuiditas perusahaan tersebut.
c. Bagi Perusahaan Perbankan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,
menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen perbankan
dalam mengambil kebijakan yang harus diambil dalam rangka
mengelola kinerja perusahaannya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Tinjauan Umum Mengenai Bank
a. Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku.
Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
popular menjadi Bank. Bank adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang pada umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-
jasa perbankan lainnya.
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 7
tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Sedangkan menurut Kasmir (2011) Bank adalah lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
16
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
b. Jenis Bank
Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai
segi antara lain (Kasmir, 2011):
1) Dilihat dari Segi Fungsinya
(a) Bank Umum
Pengertian Bank Umum menurut UU RI No 7 tahun
1992 sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan, Bank Umum adalah Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
(b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian Bank menurut UU RI No 7 tahun 1992
sebagaimana diubah dalam UU RI nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan BPR adalah Bank bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
17
2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja
yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte
pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut
adalah:
(a) Bank milik pemerintah
Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki
oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki
oleh pemerintah. Adapun yang termasuk bank pemerintah
adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT. Bank
Tabungan Negara Tbk. Namun Bank Indonesia selaku bank
sentral menyebut keempat bank tersebut sebagai bank persero,
karena keempat bank tersebut telah go public dan sahamnya
tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian
merupakan milik masyarakat.
(b) Bank Pemerintah Daerah (BPD)
BPD merupakan bank yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh pemerintah daerah.
(c) Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki
oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh
18
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula.
(d) Bank milik koperasi
Bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contohnya Bank
Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).
(e) Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada
diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing.
Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.
(f) Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya
secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.
3) Dilihat dari Segi Status
(a) Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke
luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso
keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran
Letter of Credit dan transaksi lainnya.
19
(b) Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa,
dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas
negara.
4) Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
(a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank
Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
(b) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah (Islam)
Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak
lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainnya.
c. Fungsi Bank
Menurut Sigit Triandaru & Totok Budisantoso (2006), secara
umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank
20
dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development dan agent
of services.
Ketiga fungsi bank ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam
perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai
lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution).
Secara lebih spesifik fungsi bank sebagai berikut:
(a) Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan
(trust). baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran
dana. Dalam hal ini masyarakat akan menitipkan dananya di bank
apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank sendiri
juga akan menempatkan dan menyalurkan dananya pada debitur
atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
(b) Agent of Development
Kegiatan bank sebagai penghimpun dan penyalur dana
sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor
riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat
semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan
dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan tersebut merupakan
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
21
(c) Agent of Services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan
yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank erat
kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum. jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan
penyelesain tagihan.
d. Fungsi Intermediasi Bank
Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai fungsi utama
sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada sektor-
sektor riil. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No.7
Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-
Undang No.10 tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi,
penting bagi bank untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat.
Masyarakat berharap dana yang mereka simpan di bank akan aman.
22
Untuk itu bank harus menjaga tingkat kesehatannya karena bank yang
sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu
kelancaran lalulintas pembayaran serta dapat digunakan oleh
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama
kebijakan moneter. Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya bank
harus memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana
simpanan maupun pinjaman dengan tetap berupaya menjaga
profitabilitasnya, untuk itu bank harus berhati-hati dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya.
Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan
adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Alasan LDR digunakan sebagai
ukuran intermediasi karena LDR mengukur efektivitas perbankan
dalam penyaluran kredit melalui dana yang berhasil dihimpun dari
masyarakat. Rasio LDR digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya, serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit
(Dendawijaya, 2009).
23
Tingginya rasio tersebut mengindikasikan semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi
semakin besar (Dendawijaya, 2009). Dalam membicarakan masalah
LDR maka yang perlu kita ketahui adalah tujuan penting dari
perhitungan LDR. Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui
serta menilai seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Dengan kata lain, rasio LDR
digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat
kerawanan suatu bank (Latumaerissa, 1999). Karena alasan tersebut
sehingga dalam penelitian ini menggunakan Loan to Deposit Ratio
(LDR) sebagai indikator pengukur fungsi intermediasi perbankan.
2. Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank perlu digunakan
analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan sebagai dasar
perencanaan pengambilan keputusan untuk memperoleh gambaran
perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang
akan datang, dan juga digunakan untuk pihak manajemen perusahaan
dalam menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal
suatu perusahaan. Dengan menggunakan analisa rasio, kita dapat
menentukan tingkat kinerja keuangan suatu bank. Oleh karena itu rasio
keuangan bermanfaat dalam menilai suatu kondisi bank.
24
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data
keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara
numeric baik dalam persentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu,
dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank
selama periode keuangan tersebut (Riyadi, 2006).
Adapun rasio yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan
atau financial intermediary. Fungsi intermediasi ini dapat ditunjukkan
oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini menunjukkan salah satu
penilaian likuiditas bank. Menurut Dendawijaya (2009), LDR adalah
rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Sedangkan menurut Kasmir (2010), LDR
merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan.
Penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari
penghimpunan dana bank, yang sekaligus memberikan kontribusi
pendapatan terbesar bagi bank. Semakin banyak kredit yang
disalurkan, maka semakin illikuid suatu bank, karena seluruh dana
25
yang berhasil dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga
tidak terdapat kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk
diinvestasikan.
Tingginya rasio LDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan
bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi
tidak likuid dan memberikan konsekuensi meningkatnya risiko yang
harus ditanggung oleh bank, berupa meningkatnya jumlah Non
Performing Loan atau Credit Risk, yang mengakibatkan bank
mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang telah dititipkan
oleh nasabah, karena kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau
bermasalah.
Namun, disisi lain, rendahnya rasio LDR, walaupun
menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi, tetapi
menyebabkan bank memiliki banyak dana menganggur (idle fund)
yang apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan
bank untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya, dan
menunjukkan bahwa fungsi utama bank sebagai financial intermediary
tidak berjalan.
Menurut Riyadi (2006), LDR adalah perbandingan antara
jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang dapat dihimpun oleh bank, sebagaimana yang dirumuskan
sebagai berikut:
LDR = 100%
26
Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR
berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret
2011, BI akan memperlakukan peraturan Bank Indonesia No.
012/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar LDR yang paling sehat
berada pada kisaran 78%-100%. Namun menurut Riyadi (2006),
maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah
sebesar 110%.
b. Return On Asset (ROA)
Menurut Riyadi (2006), Return On Asset (ROA) adalah rasio
yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan
total aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset
yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA
maka semakin mampu bank dalam mengelola aktivanya.
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia
lebih mementingkan penilaian besarnya Return On Asset (ROA) dan
tidak memasukkan unsur Return On Equity (ROE). Hal ini
dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana
simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009). Suatu bank dapat
27
dimasukkan dalam kategori sehat apabila memiliki rasio ROA minimal
1,5%.
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva atau
aset yang dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset.
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara
perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoretis,
laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam
sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak
(Dendawijaya, 2009).
ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyadi, 2006):
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara total biaya atau beban
operasional dengan total pendapatan operasional. Semakin rendah
tingkat rasio BOPO, berarti semakin baik kinerja manajemen bank
28
tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang
ada di perusahaan (Riyadi, 2006). BOPO telah menjadi salah satu rasio
yang perubahan nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor
perbankan mengingat salah satu kriteria penentuan tingkat kesehatan
bank oleh Bank Indonesia adalah besaran rasio ini.
Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa
bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai
dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang
harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan
operasional. Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan
memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh karena biaya atau beban
operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba
rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara 50-75% sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari
besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO
Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO1 Sangat Sehat 50-75%2 Sehat 76-93%3 Cukup Sehat 94-96%4 Kurang Sehat 96-100%5 Tidak Sehat >100%
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
29
Pada bank, biaya atau beban operasional umumnya terdiri dari
biaya bunga (beban bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada
nasabah yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk dana pihak
ketiga seperti giro, tabungan dan deposito), biaya administrasi, biaya
tenaga kerja, biaya pemasaran dan sebagainya. Sedangkan, pendapatan
operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh
dari pembayaran angsuran kredit dari masyarakat, komisi dan
sebagainya. BOPO dapat dirumuskan berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia sebagai berikut:
BOPO = x 100%
Biaya atau beban operasional dihitung berdasarkan
penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional
lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total
pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
d. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan
bunga bersih. Menurut Riyadi (2006), NIM adalah perbandingan
antara Interest Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh)
dikurangi Interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban)
dibagi dengan Average Interest Earning Assets (rata-rata aktiva
30
produktif yang digunakan). Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah
pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva
produktif yang dimiliki oleh bank.
Aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam
valas maupun rupiah dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan
dana antar-bank, dan penyertaan saham. Rasio NIM juga digunakan
untuk mengukur kemampuan kinerja manajemen bank dalam
menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat
bergantung dari selisih antara suku bunga dari kredit yang disalurkan
dengan suku bunga simpanan yang diterima. Standar yang ditetapkan
Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%. Sesuai dengan Surat
Edaran Bank Indonesia, No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, bahwa
NIM adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih (pendapatan
bunga-beban bunga) dengan rata-rata aktiva produktif. Aktiva
produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang
menghasilkan pendapatan bunga. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
NIM = 100%
Sehingga unsur-unsur pembentuk NIM adalah pendapatan
bunga bersih yang merupakan selisih dari pendapatan dengan beban
bunga dan aktiva produktif. Semakin tinggi tingkat rasio ini maka
semakin meningkatkan pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva
produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil.
31
3. Keterkaitan Antarvariabel
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengaruh antarvariabel,
yaitu pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR).
a. Pengaruh ROA terhadap LDR
ROA merupakan rasio perbandingan antara laba sebelum pajak
dengan total aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dipergunakan
dalam periode tertentu (Fauziah dalam Nugraha, 2014). Oleh karena
itu apabila rasio ROA suatu bank tinggi maka akan meningkatkan
likuiditas (LDR), karena apabila keuntungan yang diperoleh suatu
bank tinggi, maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah dalam
keuangan akan menurun.
b. Pengaruh BOPO terhadap LDR
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya atau beban
operasional dengan pendapatan operasional (Riyadi, 2006). Rasio ini
sering disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional (Sukarno dalam Nugraha, 2014).
Mengingat kegiatan utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan
dana pada masyarakat, maka beban operasional bank dan pendapatan
32
operasional bank didominasi dengan biaya bunga dan pendapatan
bunga. Biaya bunga merupakan beban bunga yang dibayarkan oleh
pihak bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank dalam
bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito.
Sedangkan, pendapatan bunga merupakan pembayaran angsuran kredit
dari masyarakat.
Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi maka akan
menurunkan likuiditas, ini juga menunjukkan bahwa bank tersebut
tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini
memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus
dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan
operasional, jadi otomatis bank akan mengalami kesulitan dalam
menangani masalah kewajiban kepada deposan. Sebaliknya semakin
kecil nilai rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan semakin banyak
kredit yang dapat disalurkan.
c. Pengaruh NIM terhadap LDR
Fungsi Intermediasi bank sebagai lembaga yang menghimpun
dan menyalurkan dana tentunya akan selalu berkaitan dengan tingkat
bunga. Pada umumnya bank akan berusaha menjaga tingkat bunga
kreditnya (pendanaan) lebih besar daripada tingkat bunga pinjaman
33
(penghimpunan dana) guna mendapatkan keuntungan dari selisih
bunga tersebut atau dalam istilah perbankan dikenal dengan nama Net
Interest Margin (NIM). Net Interest margin (NIM) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya dalam menghasilkan pendapatan bunga
bersih (Dendawijaya, 2009). Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Adapun kredit yang
diberikan merupakan aktiva produktif yang dominan dalam
menghasilkan pendapatan bunga. Jadi hubungan antara NIM dengan
LDR mempunyai pengaruh yang positif karena semakin besar NIM
mengindikasikan fungsi intermediasi yang berjalan lancar (Manurung,
2014).
Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga
bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif dalam
bentuk kredit yang dimiliki oleh bank. Semakin besar rasio ini maka
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
bank, jadi semakin tinggi nilai rasio NIM akan menunjukan
pendapatan bunga suatu bank juga akan meningkat. Dengan
meningkatnya pendapatan bunga maka keuntungan bank akan
meningkat dan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Sesuai dengan fungsi utama bank sebagai financial
intermediary, maka kegiatan utama bank adalah menghimpun dana
34
dari masyarakat dan menyalurkan dana kembali ke masyarakat. NIM
memiliki pengaruh terhadap intermediasi bank, karena baik buruknya
intermediasi bank akan berdampak pada pendapatan bunga yang akan
diperoleh bank. Semakin baik intermediasi perbankan maka semakin
baik pula Net Interest Margin (NIM) bank yang bersangkutan
(Widyatama, 2013).
B. Penelitian Terdahulu
Telah banyak peneliti yang menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Beberapa diantaranya sangat
berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian yang dilakukan saat ini.
Adapun penelitian terdahulu yang menjadi landasan dalam penelitian ini
antara lain:
35
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti(Tahun)
VariabelPenelitian
TeknikAnalisis
HasilPenelitian
1. ArdityaPrayudi,S.E.(2011)
Dependen:LDR
Independen:CAR, NPL,BOPO, ROA,NIM
RegresiLinierBerganda
Variabel CAR, NPL danBOPO tidak berpengaruhsignifikan terhadap LDR.Variabel ROA berpengaruhsignifikan negatif terhadapLDR, sedangkan NIMberpengaruh signifikanpositif terhadap LDR.
2. Ade Fauzan(2011)
Dependen:LDR
Independen:Inflasi, CAR,ROA, BOPO,DPK
RegresiLinierBerganda
Variabel Inflasi dan ROAberpengaruh signifikanpositif terhadap LDR,Variabel CAR berpengaruhsignifikan negatif terhadapLDR, sedangkan BOPO danDPK tidak berpengaruhsignifikan terhadap LDR.
3. Jen KharisaGranita(2011)
Dependen:LDR
Independen:DPK, CAR,ROA, NPL,NIM, BOPO,Suku Bunga,Inflasi, Kurs
RegresiLinierBerganda
Variabel NIM, Kurs, DPK,Suku Bunga, NPL, Inflasi,dan CAR secara parsialberpengaruh signifikanterhadap LDR. Sementaravariabel ROA dan BOPOtidak berpengaruh signifikanterhadap LDR.
4. Fitri RiskiAmriani(2012)
Dependen:LDR
Independen:CAR, NPL,BOPO, NIM
RegresiLinierBerganda,denganpersamaankuadratterkecil,Uji AsumsiKlasik danUjiHipotesis.
Variabel CAR dan NIMberpengaruh signifikanpositif terhadap LDR,sedangkan variabel BOPOtidak berpengaruh signifikanterhadap LDR, sementaraVariabel NPL berpengaruhsignifikan negatif terhadapLDR.
36
(Lanjutan Tabel 2.2)
No Peneliti(Tahun)
VariabelPenelitian
TeknikAnalisis
HasilPenelitian
5. HersugondodanHandySetyoTamtomo(2012)
Dependen:LDR
Independen:CAR, NPL,DPK, ROA
RegresiLinierBerganda,Uji AsumsiKlasik danUjiHipotesis.
Variabel CAR dan ROAberpengaruh signifikanpositif terhadap LDR.Variabel NPL berpengaruhsignifikan negatif terhadapLDR. Sedangkan DPK tidakberpengaruh signifikanterhadap LDR.
6. AgustinadanAnthonyWijaya(2013)
Dependen:LDR
Independen:CAR, NIM,BOPO, SukuBunga
RegresiLinierBerganda,Uji AsumsiKlasik danUjiHipotesis.
Variabel NIM, BOPO danSuku Bunga berpengaruhsignifikan positif terhadapLDR. Sedangkan CAR tidakberpengaruh signifikanterhadap LDR.
7. RomadhoniEkaNugraha(2014)
Dependen:LDR
Independen:CAR, NPL,BOPO, ROA,NIM
RegresiLinierBerganda,Uji AsumsiKlasik danUjiHipotesis.
Variabel CAR, BOPO, ROAdan NIM tidak berpengaruhsignifikan terhadap LDR.Sedangkan variabel NPLberpengaruh signifikanterhadap LDR.
8. HerryAchmadBuchory(2014)
Dependen:LDR
Independen:CAR, NPL,ROA
RegresiLinierBerganda,Uji AsumsiKlasik danUjiHipotesis.
Variabel CAR berpengaruhsignifikan negatif. VariabelROA berpengaruh signifikanpositif. Sementara variabelNPL tidak berpengaruhsignifikan terhadap LDR.
Sumber: Penelitian Terdahulu
37
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengujian Asumsi Klasik:1. Uji Normalitas2. Uji Autokorelasi3. Uji Multikolinieritas4. Uji Heteroskedastisitas
PengujianHipotesis:
1. Uji Adj R2
2. Uji t3. Uji F
Kesimpulan danSaran
Model Regresi Berganda
Bank Indonesia
Variabel Bebas atauIndependen (X):
ROA (X1) BOPO (X2) NIM (X3)
Variabel Terikatatau Dependen (Y):
LDR
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan toDeposit Ratio (LDR)
38
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang
telah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
(Y) adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), sedangkan ROA, BOPO dan NIM
adalah variabel independen (X).
Gambar 2.2Model Konseptual Loan to Deposit Ratio yang Dipengaruhi
Variabel ROA, BOPO dan NIM
Ha1
Ha2
Ha3
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran dan beberapa
penelitian terdahulu mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Loan
to Deposit Ratio (LDR), maka hipotesis yang dapat dirumuskan dan
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1 : Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR) Bank Persero.
Ha2 : Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Persero.
Ha3 : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR) Bank Persero.
Return On Asset(ROA)
Efisiensi Operasional(BOPO)
Net Interest Margin(NIM)
Loan to Deposit Ratio(LDR)
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian diambil dari Perusahaan Perbankan di Indonesia
yakni Bank BUMN (Persero) berdasarkan data dari Bank Indonesia selama
periode tahun 2008-2014. Sumber data diperoleh dari website Bank Indonesia,
yaitu www.bi.go.id seperti data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), data
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), artikel dan juga jurnal.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Faktor-faktor yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain ROA, BOPO dan NIM yang terdapat pada
Bank BUMN (Persero) yang terdiri dari laporan keuangan Bank Persero.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen (terikat)
dan variabel independen (bebas). Variabel dependen sebagai variabel (Y)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel independen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya
adalah loan to deposit ratio (Y). Variabel independen sebagai variabel (X)
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan
variabel bebasnya meliputi; return on asset (X1), biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (X2) dan net interest margin (X3).
40
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank BUMN Persero
yang terdaftar di Bank Indonesia dengan periode penelitian selama 7 tahun
sejak 2008-2014 yaitu sebanyak 4 perusahaan, yang terdiri dari PT. Bank
Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank Mandiri, dan PT.
Bank Tabungan Negara. Perhitungan dan pengelolaan data dalam penelitian
ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda melalui Software
SPSS versi 20.
Penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan metode convenience sampling, yaitu anggota sampel yang
dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data. Convenience sampling
berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah
untuk mengukur dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Metode ini dipilih
karena peneliti mengambil data yang mudah dan cepat didapat yaitu publikasi
laporan keuangan Bank Indonesia dalam website-nya.
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang sudah ada objek penelitiannya yang dapat diperoleh dari hasil
kepustakaan, buku litetarur serta sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian, berupa data dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif. Data
penelitian yang dijadikan sampel merupakan data perbulan, sehingga jumlah
data (n) yang digunakan untuk pengamatan adalah 84 yang diperoleh dari
7x12 (perkalian antara jumlah periode tahun pengamatan dengan bulan).
41
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Pada penelitian ini metode pengumpulan data mengunakan metode
studi pustaka yaitu datanya bersifat sekunder dengan mengumpulkan data
dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti,
mempelajari, memahami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi
dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka
lainnya seperti buku, jurnal, internet dan lain-lain yang berhubungan
dengan aspek penelitian.
2. Studi Dokumenter
Penelitian dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji
data sekunder yang berupa laporan keuangan bulanan Bank BUMN
Persero yang dipublikasikan melalui situs resmi Bank Indonesia dengan
alamat situs www.bi.go.id. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini
meliputi data mengenai variabel yang diteliti yaitu ROA, BOPO dan NIM
sebagai variabel independen, serta variabel LDR sebagai variabel
dependen.
D. Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, peneliti
dapat memilih metode, strategi, pendekatan, dan penelitian yang sesuai.
42
Terdapat dua pertimbangan dalam memilih metode penelitian. Pertama,
pertimbangan ideal, yaitu tingkat ketelitian data yang diharapkan dan
konsistensi yang dikehendaki. Kedua, pertimbangan praktis, yaitu tersedianya
dana, waktu dan kemudahan lainnya (Sugiyono, 2008). Untuk melakukan
analisis data, penelitian ini menggunakan alat bantu perangkat lunak Software
Microsoft Excel dan Statistic Package for the Social Sciences atau disebut
juga dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi loan to deposit ratio,
digunakan analisis regresi linier berganda. Hal ini dikarenakan terdapat lebih
dari satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Setelah
semua data-data terkumpul maka selanjutnya data-data tersebut dianalisis
terlebih dahulu yaitu dengan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis
dan uji kelayakan model.
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta
penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara
grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, nilai maksimum dan minimum (Ghozali, 2009).
43
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis menggunakan model regresi
berganda, terdapat beberapa asumsi yang harus terpenuhi. Model regresi
yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari
kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Oleh karena itu
dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik digunakan
untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan
yang signifikan dan representatif.
a. Uji Normalitas
Menurut Suliyanto (2011), uji normalitas dimaksudkan untuk
menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model
regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual terstandarisasi
yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk kurva akan
membentuk gambar lonceng (bell sharped curve) yang kedua sisinya
melebar sampai tidak terhingga.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah nilai residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis
statistik (Ghozali, 2009).
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
44
normal. Dari bentuk histogram, dapat ditentukan apakah data yang
diteliti berdistribusi normal, moderate positive skewness,
substansial positive skewness, severe positive skewness dengan
bentuk L, moderate negative skewness, substansial negative
skewness, severe negative skewness dengan bentuk J.
Gambar 3.1
Bentuk Histogram Normalitas
(Sumber: Ghozali, 2009)
Normalitas juga dapat dideteksi dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal
45
lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya digambarkan dengan ploting (Suliyanto, 2011).
Dasar pengambilan keputusan menggunakan analisis
normal probability plot adalah sebagai berikut:
(a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
(b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Apabila ditemukan bentuk histogram tidak normal, maka
data yang tidak terdistribusi normal dapat ditransformasi. Berikut
ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik
histogram.
Tabel 3.1
Bentuk Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk TransformasiModerate positive skewness SQRT(x) atau akar kuadratSubstansial positive skewness LG10(x) atau Logartima 10 atau LNSevere positive skewness 1/x atau inverseModerate negative skewness SQRT(k-x)Substansial negative skewness LG10(k-x)Severe negative skewness 1/(k-x)
k = nilai tertinggi dari data mentah x(Sumber: Ghozali, 2009)
46
2) Analisis Statistik
Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik
merupakan metode yang termudah. Namun pengujian dengan
menggunakan normal probability plot dapat memberikan hasil
yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain
dapat berbeda dalam menginterpretasikannya. Untuk itu penulis
juga menggunakan analisis statistik dalam pengujian normalitas.
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan melalui
analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji
Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2009). Uji K-S dilakukan dengan
menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu:
Ho = Data terdistribusi secara normal
Ha = Data tidak terdistribusi secara normal
Menurut Suliyanto (2011), uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan
fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal jika nilai Sig > alpha (0,05).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time series) atau ruang (cross section) (Suliyanto,
2011).
47
Menurut Ghozali (2009), uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Terdapat beberapa metode atau alat yang dapat
digunakan untuk menguji apakah terdapat problem autokorelasi pada
model regresi.
1) Uji Durbin-Watson
Menurut Ghozali (2009), Uji Durbin-Watson (Uji D-W)
merupakan uji yang sangat popular untuk menguji ada tidaknya
masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Uji ini
hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mengisyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel
independen. Metode ini membandingkan nilai d statistik dengan
nilai tabel dl-du. Hipotesis yang akan diuji pada model ini adalah:
Ho : Tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : Ada autokorelasi ( r ≠ 0)
48
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan JikaTidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dlTidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ duTidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dlTidak ada autokorelasi,positif atau negative
Tidak ditolak du < d < 4-du
(Sumber: Ghozali, 2009)
Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua
nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson, yaitu nilai dl
dan du, dengan K = jumlah variabel bebas dan n = ukuran sampel.
Jika nilai DW lebih besar dari nilai du dan lebih kecil dari 4-du
(du<DW<4-du), maka Ho tidak dapat ditolak atau dengan kata lain
tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2009).
Jika model regresi memiliki masalah autokorelasi, maka
ada beberapa opsi penyelesaiannya. Jika asumsi nilai ρ tidak
diketahui, maka langkah pertama yang dilakukan adalah
mengestimasi nilainya. Nilai ρ dapat diestimasi dengan
menggunakan nilai statistik Durbin-Watson dan dihitung
menggunakan rumus yang diajukan oleh Theil-Nagar:
49
Dimana:
n = jumlah sampel atau observasi
d = nilai statistik Durbin-Watson (DW)
k = jumlah variabel bebas (variabel X)
Kemudian setelah nilai ρ didapat, langkah selanjutnya
adalah mentransformasikan persamaan regresi dengan perintah
Transform dan Compute sehingga menjadi seperti dibawah ini:
Y@ = Y - ρ*LAG(Y)
Xt@ = Xt - ρ*LAG(Xt)
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas didalam
model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009):
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
50
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar
variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
3) Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai
tolerance dan lawannya, VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF=1/tolerance), maka menunjukkan adanya kolinieritas yang
tinggi. Sebagai dasar acuannya dapat disimpulksan:
(a) Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas antar
variabel independen dalam model regresi.
(b) Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada gejala multikolinieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model
regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi ini
adalah yang homoskedastisitas (Suliyanto, 2011).
Menurut Ghozali (2009), uji heterokesdatisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
51
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui apakah model yang diuji adalah
homoskedastis, dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedetisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang
diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di studentized.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut (Ghozali,
2009):
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka menunjukkan adanya masalah
heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar secara acak
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal itu
menunjukkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas.
Namun hanya dengan mengamati grafik scatterplot hal ini
dapat bersifat subyektif, artinya dengan grafik scatterplot yang sama
52
antara orang satu dengan orang yang lain dapat memberikan
kesimpulan yang berbeda mengenai pola scatterplot itu.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Glejser. Uji heteroskedastisitas dengan metode
Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas
(independen) terhadap nilai mutlak residualnya (Suliyanto, 2011).
Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi
dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya.
Dalam hal ini, jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha
(Sig. > α) α = 0,05, maka dapat dipastikan model tidak mengandung
gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011).
3. Metode Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor
dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2009).
Jadi analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan antara variabel independen (bebas) yaitu faktor-
faktor bank yang terdiri dari Return on Asset (ROA), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM)
terhadap variabel dependen (terikat) yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR).
53
Bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah regresi
linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ....... + bnXn + e
Dimana:
Y = Variabel Dependen (LDR)
a = Konstanta Persamaan Regresi (harga Y bila Xn=0)
b = Koefisien Regresi atau Angka Arah
Xn = Variabel Independen (ROA, BOPO dan NIM)
n = 1, 2, 3,…………..
e = Error Term atau Kesalahan Acak
Hipotesis:
Ho = koefisien regresi tidak signifikan
Ha = koefisien regresi signifikan
Dasar Pengambilan Keputusan:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
4. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian pelanggaran asumsi klasik regresi,
langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis penelitian. Ketepatan
fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodness of fit model tersebut. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur
dari nilai uji koefisien determinasi (R2 atau Adjusted R2) dan nilai uji t.
54
Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai
uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak).
Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam
daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2009).
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel
dependen (terikat). Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2
≤ 1). Koefesien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefesien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model. Ketika sebuah variabel bebas yang
memiliki kekuatan penjelas yang besar diikutsertakan dalam model
maka nilai Adjusted R2 meningkat dan sebaliknya (Ghozali, 2009).
Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar
variasi dari variabel terikat dapat dijelakan oleh variabel-variabel
55
bebasnya. Semakin tingginya nilai Adjusted R2 menunjukkan bahwa
model regresi yang digunakan semakin baik menjelaskan keadaan
yang sebenarnya.
b. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(bebas) secara individu mempengaruhi variabel dependen (terikat)
dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Menurut Ghozali
(2009), uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho)
yang hendak di uji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan
nol, atau:
Ho : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau:
Ha : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai
berikut:
56
1) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau
lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang
menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2
(dalam nilai absolute). Dengan kata lain kita menerima hipotesis
alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen.
2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.
Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan
nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan
bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen.
Uji statistik t dilakukan dengan memperbandingkan t hitung
dengan t tabel. Adapun nilai t tabel diperoleh dengan df: α, (n-k)
dimana α adalah tingkat signifikansi yang digunakan, n adalah jumlah
pengamatan (ukuran sampel), dan k adalah jumlah variabel independen
dan dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika t hitung >
t tabel, berarti Ho ditolak yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel,
maka Ho diterima yang berarti bahwa variabel Xi tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Suliyanto, 2011).
57
c. Uji F (Uji Kelayakan Model)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis
memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel
yang digunakan model mampu untuk menjelaskan fenomena yang
dianalisis (Ferdinand, 2013). Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh
variabel independen (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (terikat).
Menurut Suliyanto (2011), untuk menyimpulkan apakah model
masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat
bebas : df: α, (k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel independen
dan dependen dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, tetapi jika nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan
Ha ditolak yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Menurut Ghozali (2009), uji F pada dasarnya menunjukan
apakah variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah
apakah semua parameter dalam model regresi sama dengan nol, atau:
58
Ho : b1,b2,b3,b4 = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan
nol, atau:
Ha : b1,b2,b3,b4 ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat
ditolak dengan derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka
Ho ditolak dan menerima Ha.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel
yang digunakan dalam penulisan (Hamid, 2010). Pengertian operasional
variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati
59
(diobservasi), dan dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat
pengambilan data yang cocok dipergunakan. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan penulis mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Loan
to Deposit Ratio (LDR), maka terdapat beberapa variabel yang digunakan
sehubungan dengan penelitian ini, antara lain:
Tabel 3.3Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Rumus Sumber1. Loan to
DepositRatio(LDR)
Rasioperbandinganantara jumlahkredit yangdiberikan denganjumlah Dana PihakKetiga (DPK)yang dapatdihimpun olehbank.
LDR = 100% Riyadi(2006)
2. Return onAsset(ROA)
Rasio yangmenunjukanperbandinganantara laba(sebelum pajak)dengan total asetbank, rasio inimenunjukkantingkat efisiensipengelolaan assetyang dilakukanoleh bank yangbersangkutan.
Riyadi(2006)
3. BiayaOperasionalterhadapPendapatanOperasional(BOPO)
Rasioperbandinganantara total biayaatau bebanoperasionaldengan totalpendapatanoperasional.
BOPO = x100% Riyadi(2006)
60
(Lanjutan Tabel 3.3)
No Variabel Definisi Rumus Sumber4. Net
InterestMargin(NIM)
Rasioperbandinganantara pendapatanbunga bersihterhadap rata-rataaktiva produktifyang digunakan.Rasio inimenggambarkantingkat jumlahpendapatan bungabersih yangdiperoleh denganmenggunakanaktiva produktifyang dimiliki olehbank.
NIM = 100% Riyadi(2006)
(Sumber: Riyadi, 2006)
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitan
Objek penelitian yang digunakan adalah Bank BUMN (Persero).
Penelitian ini melihat pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM)
terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan periode penelitian selama 7
tahun sejak 2008-2014. Sumber data rasio keuangan Bank BUMN (Persero)
diperoleh dari website Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id dengan
menggunakan data laporan publikasi bulanan dari periode 2008 hingga 2014.
1. Bank BUMN (Persero) di Indonesia
Bank Persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN
adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah. Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang
tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbeda-
beda. Namun dalam kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk
pada Undang-undang tentang perbankan.
Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil
jumlahnya menjadi hanya 4 bank, terdiri dari PT. Bank Negara Indonesia,
PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank Mandiri, dan PT. Bank Tabungan
Negara. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari restrukturisasi yang
dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an sebagai dampak
62
terjadinya krisis perbankan. Komposisi kepemilikan Bank Persero juga
ikut mengalami perubahan, dimana saham Bank Persero tidak lagi
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah. Beberapa Bank Persero telah
menjadi bank publik melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar
modal (divestasi) antara lain: Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BRI
(Siamat, 2005).
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Software Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan
variabel-variabel yang diteliti. Tabel statistik deskriptif memberikan
gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, nilai maksimum dan minimum. Berikut adalah hasil statistik
deskriptif penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Analisis Statistik Deskriptif
Sumber: Data diolah
63
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa variabel terikat
(dependen) Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Persero di Indonesia
periode 2008-2014, memiliki nilai minimum 64,12% pada bulan Januari
2008, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Persero tahun 2008
dalam menyalurkan kredit masih kurang. Sedangkan untuk nilai
maksimumnya sebesar 89,84% pada bulan Januari 2014, ini menunjukkan
bahwa tingkat penyaluran kredit Bank Persero tahun 2014 sudah lebih baik
dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan melihat nilai rata-rata (mean) LDR
sebesar 79,54% maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat
LDR Bank Persero di Indonesia periode 2008-2014 berada di atas standar
yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 78%-100%, hal ini menunjukkan
bahwa Bank Persero sudah efektif dalam kegiatan menyalurkan kredit
kepada nasabah. Untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio
LDR dilihat dari ukuran penyebaran data dari rata-ratanya atau standar
deviasinya yaitu sebesar 6,33%, dalam hal ini data variabel LDR bisa
dikatakan baik, karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai
mean-nya.
Variabel bebas (independen) Return On Asset (ROA) Bank Persero
di Indonesia periode 2008-2014, memiliki nilai minimum 2,43% pada
bulan Juni 2008, ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Persero tahun
2008 dalam meningkatkan keuntungan paling buruk selama periode yang
diteliti. Sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 4,23% pada bulan
Februari 2012, ini berarti bahwa kemampuan Bank Persero tahun 2012
64
dalam meningkatkan keuntungan paling baik selama periode yang diteliti.
Dengan melihat nilai rata-rata (mean) ROA sebesar 3,31% maka dapat
disimpulkan bahwa secara statistik tingkat ROA Bank Persero di
Indonesia periode 2008-2014 berada di atas standar yang ditetapkan Bank
Indonesia yaitu 1,5% itu artinya bahwa Bank Persero masuk dalam
kategori sehat yang mampu menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk
melihat berapa besar simpangan data pada rasio ROA dilihat dari ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya atau standar deviasinya yaitu sebesar
0,47%, dalam hal ini data variabel ROA bisa dikatakan baik, karena nilai
standar deviasinya lebih kecil daripada nilai mean-nya.
Variabel bebas Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) Bank Persero di Indonesia periode 2008-2014, memiliki nilai
minimum 66,16% pada bulan Desember 2013, hal ini menunjukkan bahwa
Bank Persero tahun 2013 beroperasi dengan efisien. Sedangkan untuk nilai
maksimumnya sebesar 173,89% pada bulan Januari 2011, ini berarti
bahwa Bank Persero tahun 2011 tidak beroperasi dengan efisien karena
tingginya rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional
yang dikeluarkan oleh Bank Persero untuk memperoleh pendapatan
operasional. Dengan melihat nilai rata-rata (mean) BOPO sebesar 84,79%
maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat BOPO Bank
Persero di Indonesia periode 2008-2014 masuk ke dalam kategori sehat
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004. Untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio BOPO
65
dilihat dari ukuran penyebaran data dari rata-ratanya atau standar
deviasinya yaitu sebesar 15,42%, dalam hal ini data variabel BOPO bisa
dikatakan baik, karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai
mean-nya.
Variabel bebas Net Interest Margin (NIM) Bank Persero di
Indonesia periode 2008-2014, memiliki nilai minimum 4,96% pada bulan
Januari 2014, sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 7,29% pada
bulan Januari 2010. Nilai rata-rata (mean) NIM sebesar 5,92% dan untuk
melihat berapa besar simpangan data pada rasio NIM dilihat dari ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya atau standar deviasinya yaitu sebesar
0,45%, dalam hal ini data variabel NIM bisa dikatakan baik, karena nilai
standar deviasinya lebih kecil daripada nilai mean-nya.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data
variabel LDR, ROA, BOPO dan NIM menunjukkan bahwa data
terdistribusi dengan baik, hal tersebut dikarenakan standar deviasi yang
mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut (LDR, ROA,
BOPO dan NIM) lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean).
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian regresi linier berganda terhadap
hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian
untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi
klasik. Hasil pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak
66
melanggar asumsi-asumsi klasik yang mendasari model regresi linier
berganda. Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
1) Analisis Grafik
Untuk menguji apakah variabel residual memiliki distribusi
normal, maka dilakukan analisis grafik.
Gambar 4.1
Grafik Normal P-Plot
(Sumber: Data diolah)
Dapat dilihat pada Gambar 4.1, terlihat bahwa titik-titik
residual menyebar disekitar garis diagonal. Oleh karena itu
berdasarkan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa pola distribusi
residual adalah normal dan analisis regresi layak digunakan.
Namun sebagian titik menjauh dari garis diagonal. Artinya ada
kemungkinan bahwa residual tidak berdistribusi normal. Untuk
67
lebih memastikan hal tersebut, dilakukan analisis dengan
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
2) Analisis Statistik
Suliyanto (2011) uji normalitas dimaksudkan untuk
menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model
regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya
normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang
dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrim pada data
yang diambil.
Menurut Suliyanto (2011), uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan
fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal jika nilai Sig. > alpha (0,05).
68
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan output di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,240 > 0,05. Oleh sebab itu Ho tidak dapat ditolak
(Ho diterima). Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi
dinyatakan menyebar secara normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time series) atau ruang (cross section) (Suliyanto,
2011).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar residual
pada data, maka dilakukan uji Durbin-Watson. Nilai Durbin-Watson
(DW) didapat dengan cara meregresikan variabel yang diteliti
menggunakan SPSS. Kemudian nilai DW akan dibandingkan dengan
69
nilai tabel Durbin-Watson dengan menggunakan nilai signifikansi 5%.
Untuk itu perlu dibuat hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : Ada autokorelasi ( r ≠ 0)
Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai
bantu yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson, yaitu nilai dl dan du,
dengan K=jumlah variabel bebas dan n=ukuran sampel. Jika nilai DW
lebih besar dari nilai du dan lebih kecil dari 4-du (du<DW<4-du),
maka Ho tidak dapat ditolak atau dengan kata lain tidak ada
autokorelasi (Ghozali, 2009).
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
(Sumber: Data diolah)
Hasil output SPSS menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar
0,739. Nilai tersebut lebih kecil daripada nilai pada tabel Durbin-
Watson untuk k = 3 atau 3 variabel independen dan jumlah sampel n =
84 diperoleh nilai tabel du = 1,7199. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat autokorelasi positif.
Jika ada data yang tidak terdistribusi secara normal, maka dapat
ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menentukan bentuk
70
transformasi yang tepat harus diketahui bagaimana bentuk histogram
dari data yang ada, apakah moderate positive skewness, substansial
positive skewness, severe positive skewness, moderate negative
skewness, substansial negative skewness, dan severe negative skewness
(Ghozali, 2009).
Gambar 4.2
Grafik Histogram Per Variabel
(Sumber: Data diolah)
Dapat dilihat pada Gambar 4.2, variabel LDR, ROA, BOPO
dan NIM memiliki bentuk histogram lebih mengarah ke substansial
positive skewness, sehingga variabel-variabel tersebut perlu
ditransformasi menjadi bentuk logaritma. Berikut ini akan ditampilkan
hasil uji autokorelasi data yang telah di transformasi dalam bentuk
logaritma (LN).
71
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data
(Sumber: Data diolah)
Hasil output SPSS menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar
0,690. Nilai tersebut masih lebih kecil daripada nilai pada tabel
Durbin-Watson yaitu du = 1,7199. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih terdapat autokorelasi positif.
Autokorelasi dapat disembuhkan dengan cara mentransformasi
kedalam bentuk difference (Ghozali, 2009). Untuk mengobati
autokorealsi diperlukan nilai rho (ρ), dan dalam kasus ρ tidak diketahui
maka dapat diestimasi dengan beberapa cara. Dalam penelitian ini ρ
diestimasi dengan berdasarkan nilai Durbin-Watson d statistik. Pada
kasus jumlah sampel kecil Theil-Nagar mengajukan rumus untuk
menghitung ρ sebagai berikut:
Dimana:
n = jumlah sampel atau observasi
d = nilai statsistik Durbin-Watson (DW)
k = jumlah variabel bebas (variabel X)
ρ = 842(1 - 0,690 / 2) + 32 = 0,6571
842 - 32
72
Dengan menggunakan rumus Theil-Nagar didapat nilai ρ
sebesar 0,6571. Setelah nilai ρ didapatkan, maka langkah selanjutnya
adalah mentransformasikan persamaan regresi dengan perintah
Transform dan Compute sehingga menjadi seperti dibawah ini:
Y@ = Y - ρ*LAG(Y)
Xt@ = Xt - ρ*LAG(Xt)
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi dengan Metode Theil Naggar
(Sumber: Data diolah)
Tabel 4.5, menunjukkan hasil regresi setelah ditransformasi
dalam bentuk difference. Hasil tersebut menunjukkan nilai statistik
Durbin-Watson sebesar 1,742 lebih besar daripada nilai tabel du
dengan tingkat derajat kesalahan 5% dan jumlah variabel bebas 3
sebesar 1,7199. Nilai Durbin-Watson juga berada dibawah nilai 4-du
sebesar 2,2801, sehingga Ho tidak dapat ditolak dan disimpulkan tidak
ada autokorelasi.
Untuk itu, semua uji yang akan dilakukan selanjutnya akan
menggunakan model yang telah ditransformasi dalam bentuk
difference.
73
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai
tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih
dari 10 (VIF<10), maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolinieritas (Suliyanto, 2011). Tabel berikut ini menunjukkan
hasil uji multikolinieritas.
Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan output pada Coefficient terlihat bahwa tidak ada
variabel yang memiliki nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,10 dan
nilai VIF yang lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada model regresi yang terbentuk tidak terjadi masalah atau gejala
multikolinieritas.
74
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009).
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan tampilan grafik scatterplot pada Gambar 4.3
terlihat bahwa plot atau titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y (Regression
Studentized Residual). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang terbentuk, sehingga
model regresi layak digunakan.
75
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser
(Sumber: Data diolah)
Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi
dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya.
Dalam hal ini, jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha
(Sig. > α) α = 0,05, maka dapat dipastikan model tidak mengandung
gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011).
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui bahwa pada model regresi
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena nilai probabilitas
signifikansi dari semua variabel bebas bernilai lebih besar dari 0,05.
3. Analisis Regresi Linier BergandaTabel 4.8
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
(Sumber: Data diolah)
76
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.8, dari ke tiga variabel
yang dimasukkan kedalam model regresi, variabel BOPO tidak
berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas
signifikansi untuk BOPO sebesar 0,087 diatas 0,05. Sedangkan ROA dan
NIM memiliki probabilitas 0,000 dan 0,003, yang artinya signifikan pada
0,05.
Dari hasil estimasi model penelitian di atas, maka dapat diperoleh
model persamaan regresi sebagai berikut:
LN_LDR@ = 1,600 + 0,216 LN_ROA@ + 0,197 LN_NIM@ + ε
Dari persamaan regresi diatas, dapat diketahui bahwa:
a. Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 1,600 dengan
nilai positif, hal ini dapat diartikan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6% jika nilai variabel
independen (ROA, BOPO dan NIM) dalam periode Januari 2008
sampai dengan Desember 2014 dianggap konstan atau bernilai 0.
b. Koefisien regresi ROA sebesar 0,216 dengan nilai positif, hal ini
menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% rasio ROA akan turut
menaikan jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,216%
dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tetap.
77
c. Koefisien regresi NIM sebesar 0,197 dengan nilai positif, hal ini
menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% rasio NIM akan turut menaikan
jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,197% dengan asumsi
variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tetap.
4. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya dari persamaan regresi berganda dilakukan uji statistik
dengan prosedur pengujiannya sebagai berikut:
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi
variabel independen (bebas) yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependen (terikat). Hal ini dapat
ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi yang diperoleh dari
nilai Adjusted R2 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Uji Koefisien Determinasi (Adj R2)
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.9, didapat nilai Adjusted R2 yaitu sebesar
0,341. Maka dapat diinterpretasikan bahwa variabel independen ROA,
BOPO dan NIM mampu menjelaskan sebesar 34,1% variasi variabel
78
dependen (loan to deposit ratio), sedangkan sisanya sebesar 65,9%
dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
b. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(bebas) secara individu mempengaruhi variabel dependen (terikat)
dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Hasil uji t dapat
dilihat pada Tabel 4.8.
Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang terdiri dari ROA, BOPO dan NIM terhadap LDR
secara individu atau parsial. Uji t dilakukan dengan melihat nilai sig.
yang ada pada tabel tersebut, dan juga dengan cara membandingkan
antara t tabel dengan t hitung.
Keputusan:
Apabila t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima.
Apabila t hitung < t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak.
Uji t yang dilakukan menggunakan uji dua sisi (two tail test),
dengan α = 5% : 2 = 2,5%, maka diperoleh t tabel sebagai berikut:
t tabel (t kritis) = {α ; df = (n-k)}
= 2,5% ; df = (84-4)
= 0,025 ; df = 80
= 1,990
79
Dengan melihat estimasi pada t tabel sebesar 1,990 maka akan
ditarik kesimpulan hasil uji t pada penelitian ini sebagai berikut:
1) Hasil Uji Hipotesis 1
Pengaruh Variabel Return On Asset (ROA) terhadap LDR
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel
ROA secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
probabilitas t hitung ROA lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Nilai t
hitung sebesar X1 = 4,711 dan t tabel sebesar 1,990 (df (n-k) 84-4 =
80, α = 0,025), sehingga t hitung > t tabel (4,711 > 1,990). Maka
Ho1 ditolak atau menerima Ha1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan positif
terhadap LDR.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio ROA
maka akan meningkatkan likuiditas bank (LDR). Semakin tinggi
nilai ROA maka semakin besar pula pendapatan bersih yang
diterima oleh bank. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai
ROA maka pendapatan bersih dari bunga kredit akan semakin
kecil. ROA termasuk faktor internal bank yang juga biasa
digunakan untuk mengukur faktor profitabilitas perusahaan
perbankan. Dendawijaya (2009) menyatakan bahwa kegiatan
perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan
usaha bank, hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas kegiatan
usaha bank adalah penyaluran kredit. Oleh karena itu, semakin
80
tinggi ROA maka membuktikan bahwa semakin optimal
penggunaan aktiva perusahaan untuk memperoleh pendapatan,
yang berarti adanya ketersediaan dana saat ini dan di masa
mendatang untuk kegiatan kredit oleh bank telah optimal dalam
mendapatkan pendapatan atau keuntungan. Jika bank dalam
menyalurkan kredit dari dana pihak ketiganya tinggi, maka dapat
dikatakan tingkat likuiditasnya juga tinggi karena dana dari pihak
ketiga dapat dimaksimalkan dalam bentuk kredit, sehingga dapat
dikatakan kinerja keuangan bank tersebut meningkat. Hasil ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Islam, et.al
(2007), Akhtar, et.al (2010), Arditya Prayudi, S.E. (2011), Ade
Fauzan (2011), Hersugondo dan Handy (2012) dan Buchory (2014)
yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh
signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR), tetapi tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jen Kharisa Granita
(2011) dan Romadhoni Eka Nugraha (2014) yang menyatakan
bahwa Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).
81
2) Hasil Uji Hipotesis 2
Pengaruh Variabel BOPO terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR)
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel
BOPO secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan
pada nilai probabilitas t hitung BOPO lebih besar dari α (0,087 >
0,05). Nilai t hitung sebesar X2 = -1,734 dan t tabel sebesar -1,990
(df (n-k) 84-4 = 80, α = 0,025), sehingga -t hitung > -t tabel (-1,734
> -1,990). Maka Ho2 diterima atau menolak Ha2, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan
terhadap LDR.
Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan
nilai BOPO tidak mempengaruhi tingkat likuiditas bank (LDR).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa data yang
dikumpulkan dan diolah tidak berhasil membuktikan adanya
keterkaitan antara BOPO dengan LDR, tapi bukan berarti variabel
BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR. Hanya saja disini tidak
berhasil membuktikan adanya keterkaitan diantara keduanya.
Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi mencerminkan
bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena
tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah
biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk
memperoleh pendapatan operasional. Menurut Siamat (2003),
82
semakin kecil BOPO berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan semakin
banyak kredit yang dapat disalurkan. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Arditya Prayudi,
S.E. (2011), Ade Fauzan (2011), Jen Kharisa Granita (2011), Fitri
Rizki Amriani (2012) dan Romadhoni Eka Nugraha (2014) yang
menyatakan bahwa Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit
Ratio (LDR). Tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Agustina dan Anthony Wijaya (2013) yang
menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap Loan
to Deposit Ratio (LDR).
3) Hasil Uji Hipotesis 3
Pengaruh Variabel Net Interest Margin (NIM) terhadap LDR
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel NIM
secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
probabilitas t hitung NIM lebih kecil dari α (0,003 < 0,05). Nilai t
hitung sebesar X3 = 3,083 dan t tabel sebesar 1,990 (df (n-k) 84-4 =
80, α = 0,025), sehingga t hitung > t tabel (3,083 > 1,990). Maka
Ho3 ditolak atau menerima Ha3, sehingga dapat disimpulkan bahwa
83
variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan positif
terhadap LDR.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio NIM
maka akan meningkatkan likuiditas bank (LDR). Artinya semakin
tinggi nilai NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam
menempatkan aktiva produktifnya dalam bentuk kredit, sehingga
mendorong kenaikan LDR. NIM menunjukkan berapa besar bunga
bersih yang diperoleh bank tersebut, dimana bunga merupakan
hasil dari kegiatan utama bank yaitu sebagai pihak penyalur dana
kepada pihak yang membutuhkan. Karena kegiatan usaha
pokoknya tersebut, maka rasio NIM ini merupakan faktor yang
penting bagi kelangsungan hidup bank tersebut. Sehingga
sebaiknya pihak emiten (manajemen perusahaan) harus selalu
menjaga agar rasio NIM berada pada posisi yang tinggi, sehingga
laba yang diperoleh juga akan tinggi. Dengan tingginya laba yang
diperoleh, maka kinerja keuangan bank tersebut juga akan
meningkat. Jadi, semakin tinggi rasio NIM maka semakin tinggi
pula kemampuan bank tersebut memperoleh pendapatan bunga
bersih yang berasal dari aktiva produktifnya, sehingga diharapkan
memacu bank-bank untuk lebih giat melakukan ekspansi kredit,
sehingga pendapatan bunga bersih yang diperoleh bank akan
semakin tinggi. Dengan tingginya pendapatan bunga, maka dapat
dipastikan kinerja keuangan bank tersebut akan meningkat.
84
Variabel NIM memiliki pengaruh terhadap baik buruknya
kegiatan intermediasi perbankan, karena baik buruknya
intermediasi bank akan berdampak pada pendapatan bunga yang
akan diperoleh bank. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Arditya Prayudi, S.E. (2011), Jen Kharisa Granita
(2011), Fitri Rizki Amriani (2012) dan Agustina dan Anthony
Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM)
berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR),
tetapi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Romadhoni
Eka Nugraha (2014) yang menyatakan bahwa Net Interest Margin
(NIM) tidak berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit
Ratio (LDR).
c. Uji F (Uji Kelayakan Model)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis
memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel
yang digunakan model mampu untuk menjelaskan fenomena yang
dianalisis (Ferdinand, 2013). Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh
variabel independen (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (terikat). Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.10.
85
Tabel 4.10
Uji F (Uji Kelayakan Model)
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.10, didapat nilai F hitung sebesar 15,130
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas yang lebih
kecil dari derajat kesalahan 5% atau 0.05, maka Ho ditolak, sehingga
variabel ROA, BOPO dan NIM secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap LDR, atau dengan kata lain semua variabel
independen layak untuk menjelaskan variabel dependen yang
dianalisis (goodness of fit terpenuhi).
Selain melihat dari nilai probabilitas signifikansi, kita juga
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat
bebas: df: α, (k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel independen
dan dependen dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, tetapi jika nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan
86
Ha ditolak yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah nilai F hitung sebesar
15,130 sedangkan F tabel dengan df: α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1),
(84-4) adalah 2,72 yang berarti F hitung > F tabel (15,130 > 2,72),
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel
independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel
dependennya. Dalam penelitian ini bahwa variabel independen ROA,
BOPO dan NIM secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Persero di Indonesia periode 2008-
2014.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Data dalam penelitian ini
diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) pada laporan kegiatan kinerja Bank BUMN Persero periode Januari
2008 sampai Desember 2014 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan berdasarkan
pertanyaan pada perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda, ditemukan secara parsial
variabel Return on Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM)
berpengaruh signifikan positif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR),
sementara variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR). Sedangkan hasil uji F, ditemukan bahwa variabel Return on Asset
(ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan
Net Interest Margin (NIM) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 34,1% sebagaimana
ditunjukkan oleh besarnya Adjusted R2, sedangkan sisanya sebesar 65,9%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
88
2. Variabel independen (bebas) yang paling dominan mempengaruhi Loan to
Deposit Ratio (LDR) pada Bank Persero di Indonesia, dapat dilihat pada
nilai koefisien Beta (Standardized Coefficient Beta). Nilai koefisien Beta
yang paling besar dalam hasil penelitian ini adalah Return On Asset
(ROA) yaitu sebesar 0,436. Jadi, variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap variabel dependen Loan to Deposit Ratio (LDR)
dalam penelitian ini adalah variabel Return On Asset (ROA).
B. Saran
1. Bagi Pihak Akademisi
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel lain
diluar variabel ini agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat
menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap LDR,
dan diharapkan dapat menambah periode pengamatan dengan jumlah
sampel yang lebih banyak dan rentang waktu yang lebih panjang untuk
memperluas cakupan penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap
LDR sehingga memungkinkan mendapatkan hasil yang lebih baik dan
memberikan analisis yang lebih komprehensif.
2. Bagi Investor
Dalam memberikan dana pinjaman hendaknya investor memperhatikan
faktor likuiditas dan profitabilitas yang dapat diperoleh perusahaan.
Investor juga bisa memanfaatkan beberapa rasio keuangan dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
89
3. Bagi Perusahaan Perbankan
Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan
manajemen pada bank untuk dapat berada pada kondisi bank yang sehat.
Perusahaan perbankan hendaknya mempertimbangkan faktor profitabilitas,
biaya operasional dan faktor lainnya yang memiliki pengaruh terhadap
likuiditas bank, sehingga likuiditas bank (LDR) yang ditetapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agustina dan Anthony Wijaya. “Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiLoan Deposit Ratio Bank Swasta Nasional di Bank Indonesia”. JurnalWira Ekonomi Mikroskil, Vol. 3, No. 02, Oktober, Medan, 2013.
Akhtar, Muhammad Farhan, Khizer Ali and Shama Sadaqat. “Liquidity RiskManagement: A Comparative Study Between Conventional and IslamicBanks of Pakistan”. Interdisciplinary Journal of Research in Business Vol.1, Issue. 1 (pp. 35-44) January, 2011.
Amriani, Fitri Riski. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan NIM terhadapLDR pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2006-2010”. SkripsiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012.
Arthesa, Ade dan Edia Handiman. “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”.PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006.
Buchory, Herry Achmad. “Analysis of The Effect of Capital, Credit Risk andProfitability to Implementation Banking Intermediation Function (Studyon Regional Development Bank All Over Indonesia Year 2012)”.International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 4, Issue 1(June) ISSN 2289-1552 (pp. 133-144), Ekuitas Economics College,Bandung, Indonesia, 2014.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan” Edisi Kedua Cetakan Kedua.PT. Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.
Dzulfi, Ade Fauzan. “Analisis Pengaruh Inflasi, CAR, ROA, BOPO dan DanaPihak Ketiga (DPK) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada BankPersero di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
Ferdinand, Augusty. “Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untukPenulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen” Edisi Keempat.Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2013.
Frianto Pandia. “Managemen Dana dan Kesehatan Bank”. PT. Rineka Cipta,Jakarta, 2012.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS” CetakanKeempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
91
Granita, Jen Kharisa. “Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO,Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap LDR”. Skripsi UniversitasDiponegoro, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan BisnisUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo. “Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROAterhadap LDR Perbankan Indonesia”. Jurnal Dharma Ekonomi, No. 36 /Th. XIX / Oktober, Semarang, 2012.
Islam, M. Muzahidul and Hasibul Alam Chowdhury. “A Comparative Study ofLiquidity Management of An Islamic Bank and A Conventional Bank: TheEvidence from Bangladesh”. Journal of Islamic Economics, Banking andFinance, Volume-5 Number-1 (pp. 89-108), University of Dhaka, 2007.
Ismail. “Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi”. Kencana, Jakarta,2010.
Kasmir. “Dasar-Dasar Perbankan” Edisi Kesatu Cetakan Kesembilan. PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011.
Kasmir. “Manajemen Perbankan” Cetakan Kesembilan. PT. RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2010.
Latumaerissa, Julius R. “Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum” CetakanPertama. Bumi Aksara, Jakarta, 1999.
Manurung, Syahnia. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Fungsi IntermediasiBank Melalui Pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. BankTabungan Negara (Persero) Tbk Tahun 2006-2013”. Jurnal UniversitasGunadarma, dipublikasikan, 2014.
Nugraha, Romadhoni Eka. “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO), Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terhadapLoan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Perbankan Syariah diIndonesia Periode 2010-2012)”. Jurnal Universitas MuhammadiyahSurakarta, dipublikasikan, 2014.
Prayudi, Arditya. “Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Non PerformingLoan (NPL), BOPO, Return On Assets (ROA) dan Net Interest Margin(NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. Jurnal UniversitasGunadarma, dipublikasikan, 2011.
92
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liabillity Management” 3rd Edition.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Bank Umum”. Balai Pustaka, Jakarta, 2003.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter danPerbankan” Edisi Kelima. Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 10, No. 1, Desember 2011.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 11, No. 1, Desember 2012.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 12, No. 1, Desember 2013.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 13, No. 1, Desember 2014.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 7, No. 2, Januari 2009.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 8, No. 2, Januari 2010.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 9, No. 1, Desember 2010.
Sugiyono. “Metodologi Penelitian Bisnis” Cetakan Ke-12. AlvaBeta, Bandung,2008.
Sugiyono. “Statistika untuk Penelitian”. AlvaBeta, Bandung, 2009.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. CV. AndiOffset, Yogyakarta, 2011.
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”Edisi Kedua. Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Widyatama. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan(NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan BiayaOperasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan To DepositRatio (LDR) Pada Bank BUMN yang Tercatat di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2008-2012”. Jurnal dipublikasikan, 2013.
http://www.bi.go.id/statistikkeuangan
93
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian Periode 2008-2014
Rasio LDR (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 64.12 71.46 70.08 74.3 76.58 81.84 89.84Februari 66.92 73.06 73.35 77.88 79.9 84.21 89.64Maret 68.54 73.4 73.75 77.67 81.16 85.54 89.64April 69.35 73.68 74.97 79.83 82.48 84.73 88.98Mei 71.62 74.5 76.53 80.47 80.91 85.9 88.53Juni 71.32 74.79 75.63 81.79 81.51 86.99 88.46Juli 74.42 75.64 77.63 81.83 82.18 88.06 88.75Agustus 78.98 75.64 79.18 84.19 82.88 87.48 87.73September 76.6 75.96 78.23 83.18 83.84 88.72 86.45Oktober 75.89 74.96 77.99 80.95 83.72 88.07 85.97November 75.56 73.68 77.87 81.51 82.71 89.29 85.66Desember 70.72 69.59 71.54 74.75 79.84 86.7 83.73
Sumber: Bank Indonesia (data diolah, 2015)
Rasio ROA (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 3.28 2.89 2.9 3.32 3.76 3.49 3.54Februari 3.24 2.92 2.77 3.67 4.23 3.4 3.43Maret 2.74 2.74 3.05 3.82 3.67 3.74 3.82April 2.63 2.63 2.95 3.76 3.59 3.63 3.81Mei 2.65 2.6 2.87 3.59 3.58 3.62 3.67Juni 2.43 2.68 2.96 3.8 3.67 3.7 3.74Juli 2.69 2.64 3.03 3.56 3.64 3.69 3.67Agustus 2.73 2.64 3 3.56 3.64 3.68 3.67September 2.62 2.57 3.02 3.72 3.71 3.71 3.74Oktober 2.65 2.67 3.06 3.67 3.74 3.74 3.71November 2.6 2.63 3.13 3.6 3.82 3.74 3.75Desember 2.72 2.71 3.08 3.6 3.8 3.87 3.75
Sumber: Bank Indonesia (data diolah, 2015)
94
Rasio BOPO (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 99.85 121.14 96.37 173.89 113.91 79.44 80.21Februari 92.01 107.5 88.42 84.51 91.53 76.38 75.08Maret 89.98 98.64 84.81 87.93 74.87 71.34 70.86April 90.6 96.26 87.25 86.89 74.22 71.08 70.67Mei 90.28 94.18 85.72 87.57 75.92 70.89 71.01Juni 90.17 92.13 89.32 92.02 72.29 70.86 69.73Juli 87.04 93.62 84.95 96.15 72.38 67.31 70.79Agustus 86.95 93.62 85.2 101.08 72.09 66.77 70.8September 87.36 95.44 87.99 96.58 71.27 66.56 70.29Oktober 89.26 92.95 87.47 95.74 70.78 66.6 70.05November 89.22 92.42 86.81 93.98 70.24 66.55 69.64Desember 89.92 92.35 88.23 91.94 70.53 66.16 69.57
Sumber: Bank Indonesia (data diolah, 2015)
Rasio NIM (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 5.76 6.04 7.29 5.69 6.27 6.04 4.96Februari 5.78 5.8 6.55 5.7 5.31 5.77 5.13Maret 5.98 5.95 6.48 6.69 5.38 5.9 5.25April 5.99 5.94 6.4 6.51 5.78 5.9 5.2Mei 6.05 5.89 6.31 6.21 5.77 5.88 5.16Juni 6.05 5.88 6.26 6.3 5.84 5.89 5.14Juli 6.12 5.85 6.28 6.38 5.86 5.93 5.1Agustus 6.17 5.8 6.26 6.49 5.87 5.93 5.12September 6.18 5.71 6.12 6.66 5.94 5.97 5.12Oktober 6.12 5.83 6.1 6.67 5.95 6.04 5.14November 6.1 5.8 6.09 6.57 5.94 5.43 5.14Desember 6.07 5.81 6.11 6.55 5.95 5.5 5.11
Sumber: Bank Indonesia (data diolah, 2015)
95
Data Variabel Penelitian periode 2008-2014 Setelah Ditransformasi
LN_LDR (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 4.16 4.27 4.25 4.31 4.34 4.40 4.50Februari 4.19 4.29 4.30 4.36 4.38 4.43 4.50Maret 4.23 4.30 4.30 4.35 4.40 4.45 4.50April 4.24 4.30 4.32 4.38 4.41 4.44 4.49Mei 4.27 4.31 4.34 4.39 4.39 4.45 4.48Juni 4.27 4.31 4.33 4.40 4.40 4.47 4.48Juli 4.31 4.33 4.35 4.40 4.41 4.48 4.49Agustus 4.37 4.33 4.37 4.43 4.42 4.47 4.47September 4.34 4.31 4.36 4.42 4.43 4.49 4.46Oktober 4.33 4.32 4.36 4.39 4.43 4.48 4.45November 4.32 4.30 4.36 4.40 4.42 4.49 4.45Desember 4.25 4.24 4.27 4.31 4.38 4.46 4.43
Sumber: Data diolah, 2015
LN_ROA (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1.19 1.06 1.06 1.20 1.32 1.25 1.26Februari 1.18 1.07 1.02 1.30 1.44 1.22 1.23Maret 1.01 1.01 1.12 1.34 1.30 1.32 1.34April 0.97 0.97 1.08 1.32 1.28 1.29 1.34Mei 0.97 0.96 1.05 1.28 1.28 1.29 1.30Juni 0.89 0.99 1.09 1.34 1.30 1.31 1.32Juli 0.99 0.97 1.11 1.27 1.29 1.31 1.30Agustus 1.00 0.97 1.10 1.27 1.29 1.30 1.30September 0.96 0.94 1.11 1.31 1.31 1.31 1.32Oktober 0.97 0.98 1.12 1.30 1.32 1.32 1.31November 0.96 0.97 1.14 1.28 1.34 1.32 1.32Desember 1.00 1.00 1.12 1.28 1.34 1.35 1.32
Sumber: Data diolah, 2015
96
LN_BOPO (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 4.60 4.80 4.57 5.16 4.74 4.38 4.38Februari 4.52 4.68 4.48 4.44 4.52 4.34 4.32Maret 4.50 4.59 4.44 4.48 4.32 4.27 4.26April 4.51 4.57 4.47 4.46 4.31 4.26 4.26Mei 4.50 4.55 4.45 4.47 4.33 4.26 4.26Juni 4.50 4.52 4.49 4.52 4.28 4.26 4.24Juli 4.47 4.54 4.44 4.57 4.28 4.21 4.26Agustus 4.47 4.54 4.45 4.62 4.28 4.20 4.26September 4.47 4.56 4.48 4.57 4.27 4.20 4.25Oktober 4.49 4.53 4.47 4.56 4.26 4.20 4.25November 4.49 4.53 4.46 4.54 4.25 4.20 4.24Desember 4.50 4.53 4.48 4.52 4.26 4.19 4.24
Sumber: Data diolah, 2015
LN_NIM (%)Periode Januari 2008-Desember 2014
Bulan Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1.75 1.80 1.99 1.74 1.84 1.80 1.60Februari 1.75 1.76 1.88 1.74 1.67 1.75 1.64Maret 1.79 1.78 1.87 1.90 1.68 1.77 1.66April 1.79 1.78 1.86 1.87 1.75 1.77 1.65Mei 1.80 1.77 1.84 1.83 1.75 1.77 1.64Juni 1.80 1.77 1.83 1.84 1.76 1.77 1.64Juli 1.81 1.77 1.84 1.85 1.77 1.78 1.63Agustus 1.82 1.76 1.83 1.87 1.77 1.78 1.63September 1.82 1.74 1.81 1.90 1.78 1.79 1.63Oktober 1.81 1.76 1.81 1.90 1.78 1.80 1.64November 1.81 1.76 1.81 1.88 1.78 1.69 1.64Desember 1.80 1.76 1.81 1.88 1.78 1.70 1.63
Sumber: Data diolah, 2015
97
Lampiran 2: Analisis Statistik Deskriptif, Tabel Model Summary, Anova danKoefisien
Analisis Statistik Deskriptif
98
Lampiran 3: Hasil Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov
99
Lampiran 4: Hasil Uji Autokorelasi dan Uji Multikolinieritas
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data
Uji Autokorelasi dengan Metode Theil Naggar
Uji Multikolinieritas
100
Lampiran 5: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser
101
Lampiran 6: Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Hipotesis
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (Adj R2)
Uji F (Uji Kelayakan Model)