65
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh : Triyani Lestari 7111414059 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Triyani Lestari

7111414059

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018

Page 2: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

i

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Triyani Lestari

7111414059

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018

Page 3: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

ii

Page 4: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

iii

Page 5: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

iv

Page 6: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Jangan biarkan orang lain membuatmu terburu buru sesuai dengan waktu

mereka (Candhra Hasyim )

Tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung dan tidak semua yang

bisa dihitung bisa diperhitungkan ( Einstein )

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn

Underhill)

PERSEMBAHAN :

Bapak Ibu serta kakak tercinta yang senantiasa

mengiringi langkahku dan menyebut namaku dalam

doanya.

Sahabat-sahabatku yang selalu memotivasi dan selalu

menemani dalam sedih maupun senang.

Adekku, Nurdiah yang selalu mau direpotkan dalam

proses pembuatan skripsi ini

Page 7: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang

senantiasa melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Putus Sekolah Siswa SMK di Kota Pekalongan” dengan baik. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di

Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Heri Yanto, M.B.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang yang memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti

program S1 di Fakultas Ekonomi.

3. Fafurida S.E., M.Sc. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan

pelayanan selama masa studi.

4. Andryan Setyadharma S.E., M.Si., Ph.D.Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan nasihat kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Page 8: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

vii

5. Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si. penguji satu dan Dyah Maya Nihayah, S.E.,

M.Si. penguji dua yang turut memberikan masukan pada skripsi ini.

6. Orang tua tercinta terima kasih atas doa yang dipanjatkan, serta dukungan,

semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

7. Shelmon, Yuni, Yayuk yang telah menemani penulis selama awal

perkuliahan.

8. Perangkat Daerah Kota Pekalongan yang telah memberi ijin penelitian dan

memberi kemudahan dalam proses pengambilan data.

9. Teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan A 2014 yang telah belajar

bersama di bangku perkuliahan dan selalu memberikan doa, dukungan dan

motivasi selama penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan skripsi yang tidak dapat

disebutkan secara satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Semarang, Desember 2018

Page 9: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

viii

SARI

Lestari, Triyani. 2018. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan

Putus Sekolah Siswa SMK di Kota Pekalongan”. Skripsi. Jurusan Ekonomi

Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing

Andryan Setyadharma, S.E., M.Si., Ph.D.

Kata Kunci: SMK, Anak Putus Sekolah

Peningkatan jumlah SMK oleh pemerintah, menimbulkan masalah

kenaikan jumlah anak putus sekolah. Data mengenai perkembangan putus sekolah

di berbagai jenjang dalam tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa SMK

menyumbangkan jumlah putus sekolah terbanyak. Dari 35 Kabupaten/ Kota yang

ada di Jawa Tengah, Kota Pekalongan memiliki jumlah putus sekolah terbanyak

setiap sekolahnya, yaitu sekitar 15 siswa setiap sekolahnya. Tujuan dari penelitian

ini untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kemungkinan siswa putus

sekolah SMK di Kota Pekalongan.

Sampel dalam penelitian ini adalah 100 mantan siswa SMK Kota

Pekalongan. Data diperoleh dari angket dengan teknik yang digunakan yaitu

convience sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif dengan alat analisis logit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi, jumlah saudara,

membantu orangtua, masalah dengan teman, serta hukuman berpengaruh

signifikan untuk meningkatkan probabilitas terhadap keputusan untuk putus

sekolah. Sementara itu, variabel bantuan keuangan, menjadi satu satunya variabel

yang diteliti dan berpengaruh signifikan dalam mengurangi probabilitas putus

sekolah.

Saran dalam penelitian ini adalah dengan memberikan pengetahuan

mengenai pentingnya pendidikan sebagai investasi masa depan serta memberikan

bimbingan dan konseling secara berkala. Dari pihak keluarga sebaiknya tidak

terlalu melibatkan anak untuk membantu pekerjaan orang tua. Kemudian dari

pihak pemerintah yaitu melalui pengoptimalan pemberian bantuan keuangan.

Page 10: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

ix

ABSTRACT

Lestari, Triyani. 2018. "Analysis of Factors that Affect the Decision Dropout

Students Vocational High Schools Pekalongan City" Final Project. Department of

Economic Development. Faculty of Economics. Semarang State University.

Advisor Andryan Setyadharma, S.E., M.Si., Ph.D.

Keywords: Vocational High Schools, School Dropouts

The increase in the number of vocational high school by the government,

has caused problems an increase of the number of school dropouts. Data on the

numbers of dropouts at various levels, in the past seven years shows that

vocational high schools contribute the highest number of school dropouts. From

35 Districts/ Cities in Central Java, Pekalongan City has the highest number of

School dropouts each school, which is around 15 studends each school. The

purpose of this study is to analyze the factors that influence the likelihood of

students dropping out of school in Pekalongan City.

The sample in this study was 100 ex-students vocational school in

Pekalongan City. Data were obtained from the questionnaire using the convience

sampling. The method used in this study is quantitative with logit analysis.

The results of the study showed that perception, number of siblings,

helping parents, problems with friends, and punishments had a significant effect

on increasing the probability of dropping out of school. And than, financial

assistance variable were the only variable examined and had a significant effect

on reducing the probability of dropping out.

The Suggestion in this study is to provide knowledge about the importance

of education as a future investment and provide reguler counseling to students.

They should not involve their children too much to help with the work of the

parent. Then from the government, through optimizing financial assistance.

Page 11: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................. viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2. Identifikasi Masalah................................................................................ 10

1.3. Cakupan Masalah.................................................................................... 11

1.4. Rumusan Masalah ................................................................................... 11

1.5. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12

1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................. 13

1.7. Orisinilitas Penelitian ............................................................................. 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............... 15

2.1. Modal Manusia (Human capital)........................................................... 15

2.1.1. Penawaran dan Permintaan Pendidikan ........................................ 18

2.2.Modal Sosial ( Sosial Capital) ................................................................. 20

2.3. Pushout dan pullout ................................................................................ 21

2.4.Sekolah Kejuruan ..................................................................................... 22

2.4.1. Definisi Sekolah kejuruan ............................................................... 22

Page 12: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

xi

2.4.2.Karakteristik Pendidikan Kejuruan .................................................. 23

2.5. Putus Sekolah .......................................................................................... 24

2.5.1.Definisi dan Jenis Putus Sekolah ..................................................... 24

2.5.2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ............................................ 26

2.5.3. Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan Dalam

Menanggulangi Putus Sekolah .................................................................. 27

2.6. Kajian Variabel Penelitian ...................................................................... 28

2.6.1. Putus Sekolah dan Faktor Individu ................................................ 28

2.6.2.Putus Sekolah dan Faktor Keluarga ................................................. 28

2.6.3.Putus Sekolah dan Faktor Sekolah ................................................... 29

2.6.4.Putus Sekolah dan Faktor Aksesibilitas ........................................... 30

2.6.5. Putus Sekolah dan Faktor Kebijakan Pendidikan ........................... 30

2.7. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................... 32

2.8. Kerangka Berpikir .................................................................................. 38

2.9. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 42

3.1. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 42

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............................... 42

3.3. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 44

3.4.Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 46

3.5.Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ................................... 46

3.6.Uji Statistik ............................................................................................. 48

3.6.1. Uji Keseluruhan Model ................................................................... 48

3.6.2. Uji Goodness-of-fit .......................................................................... 49

3.6.3.Linktest ............................................................................................ 51

3.7. Average Marginal Effect ......................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 52

4.1. Gambaran Umum Pendidikan di Kota Pekalongan ................................ 52

4.2.Karakteristik Responden .......................................................................... 53

4.2.1.Profil Responden Berdasarkan Gender ............................................ 54

4.2.2.Profil Responden Berdasarkan Pendapatan Orangtua ..................... 55

Page 13: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

xii

4.2.3. Profil Responden Berdasarkan Jenis Sekolah ................................. 55

4.3.Analisis Data ............................................................................................. 56

4.3.1.Persamaan Regresi Logit ................................................................. 56

4.3.2. Uji Keseluruhan Model ................................................................... 58

4.3.3. Uji Goodness-Of-Fit ....................................................................... 58

4.3.4. Linktest ........................................................................................... 59

4.4. Hasil dan Pembahasan............................................................................... 59

4.5. Average Marginal Effect ........................................................................... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 66

5.2. Saran ......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

LAMPIRAN .................................................................................................... 74

Page 14: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Sekolah di Indonesia .............................. 2

Tabel 1.2 Jumlah Angka Putus Sekolah se Indonesia Menurut

Jenjang Pendidikan Tahun 2010-2017 ....................................... 3

Tabel 1.3 Jumlah Putus Sekolah Jenjang SMK Setiap

sekolah di Lima Provinsi Penyumbang Putus Sekolah Terbesar

di Indonesia ............................................................................... 5

Tabel 1.4. Rata-rata Kemiskinan di Enam Provinsi di Pulau jawa di

Indonesia Tahun 2010-2017 ....................................................... 6

Tabel 1.5 Rata-rata Lama Sekolah di Enam Provinsi di Pulau jawa dari

Tahun 2010-2016 ........................................................................ 8

Tabel 1.6 Rata-rata Putus Sekolah Tertinggi per Sekolah di Lima

Kabupaten/Kota di Jawa tengah ................................................. 9

Tabel 2.1 Karakteristik Pendidikan Kejuruan dibanding Dengan

Pendidikan Umum ..................................................................... 23

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 32

Tabel 3.1 Variabel Independen Penelitian .................................................. 45

Tabel 4.1 Partisipasi Sekolah di Kota Pekalongan Tahun 2016 ................. 52

Tabel 4.2 Angka Partisipasi Murni di Kota Pekalongan Tahun 2016 ........ 53

Tabel 4.3 Pendapatan Orang Tua ................................................................ 55

Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Jenis Sekolah ............................ 56

Tabel 4.5 Persamaan Regresi ...................................................................... 57

Tabel 4.6 Average Marginal Effect ............................................................ 64

Page 15: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Perkembangan Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan ...... 4

Gambar 2.1. Biaya Peluang dalam Pengambilan Keputusan Untuk

Melanjutkan Sekolah .................................................................. 16

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir ........................................................................ 40

Gambar 4.1. Diagram Profil Responden berdasarkan Gender ......................... 54

Page 16: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ..................................................................... 75

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 78

Lampiran 3 Tabulasi Data .......................................................................... 84

Lampiran 4 Hasil Input Stata .......................................................................... 87

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 91

Page 17: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2017) menyatakan, bahwa

pada tahun 2030 sampai 2040, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus

demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan

dengan penduduk usia non produktif. Lebih lanjut dijelaskan oleh Bappenas

(2017) mengenai bagaimana cara agar dapat memanfaatkan bonus demografi

tersebut, yaitu dengan menyeimbangkan antara ketersediaan sumber daya

manusia dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan

termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja. Salah satu

fenomena dari bonus demografi yang akan terjadi adalah masalah sumber daya

manusia terutama masalah ketenagakerjaan dan pendidikan. Oleh karena itu,

peran pendidikan sangat penting terutama pendidikan kejuruan (Tarma, 2016).

Pendidikan kejuruan dirasa penting karena fungsinya membekali peserta didik

dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan

profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat (PP No. 17 Tahun 2010 Tentang

Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 76 ayat (2) poin C).

Menurut McKinsey Global Institute (2012), bahwa dalam pasar kerja

global tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan mengalami kekurangan tenaga

kerja terdidik dan terampil, tetapi kelebihan tenaga kerja non terampil.

Kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan tenaga kerja berpendidikan juga

didukung data International Labour Organisation (2015) tentang tenaga kerja yang

Page 18: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

2

tidak memenuhi kualifikasi pendidikan dan keterampilan yang proporsinya

mencapai lebih dari separuhnya. Suplai tenaga kerja yang berlebihan memiliki

latar belakang pendidikan SLTP dan SLTA. Dalam rangka menghindari

kekurangan tenaga kerja terdidik dan terampil, maka beberapa tahun terakhir ini,

pemerintah memperbanyak program sekolah vokasi, yaitu dengan menambah

jumlah sekolah menengah kejuruan yang tersebar di Indonesia. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Sekolah di Indonesia

2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

SMA 11306 11654 12107 12409 12513 12689 13144

SMK 9164 10256 10673 11726 12421 12659 13236

Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017

Sistem pendidikan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan ada beberapa jenis

pendidikan formal salah satu diantaranya adalah pendidikan kejuruan atau vokasi

dimana didalamnya merupakan pendidikan yang didominasi praktik. Alasan

memilih sekolah vokasi untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan

terdidik adalah karena komposisi pendidikan vokasi yang yang lebih banyak

praktik dibandingkan teori, dengan perbandingan 70% : 30%. Rasio Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang

memiliki rasio perbandingan 30:70 berubah menjadi 70:30 sehingga jumlah SMK

yang tersebar di Indonesia semakin tinggi dan mengalami kenaikan setiap

tahunnya (Nurtanto dan Ramdani, 2016). Sekolah kejuruan dipilih karena

lembaga tersebut merupakan sarana penghubung antara penyiapan peserta didik di

Page 19: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

3

lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja maupun dunia usaha

(Sumarto & Nurhayati, 2010).

Seiring dengan keinginan Pemerintah untuk meningkatkan jumlah lulusan

SMK, ada permasalahan yang tidak terjangkau dari pengelihatan, yaitu jumlah

putus sekolah (belum sampai tamat sekolahnya sudah keluar) jenjang SMK yang

masih tinggi dibanding SMA. Tabel 1.2 dan Gambar 1.1 memperlihatkan jumlah

anak putus sekolah setiap jenjangnya selama tujuh tahun se Indonesia. Dari data

terlihat bahwa SMK merupakan jenjang sekolah yang menyumbang jumlah putus

sekolah terbanyak walaupun kuantitasnya menunjukkan tren yang menurun. Bila

dilihat dari rata rata selama tujuh tahun juga menunjukkan bahwa jumlah putus

sekolah SMK yang paling banyak diantara jenjang SD, SMP, dan SMA. Hal ini

menjadi tanda tanya mengingat bahwa tujuannya meningkatkan jumlah SMK ini

adalah alternatif bagi pemerintah dalam menyediakan tenaga kerja yang inovatif,

namun ternyata fakta menunjukkan hal berbeda yang menimbulkan permasalahan

baru dalam dunia pendidikan.

Tabel 1.2 Jumlah Angka Putus Sekolah se Indonesia Menurut Jenjang

Pendidikan Tahun 2010-2017

Tahun SD SMP SMA SMK

Jumlah

Persent

ase Jumlah

perse

ntase Jumlah

Perse

ntase Jumlah

perse

ntase

2010/2011 439033 1,59 166328 1,78 139999 3,41 98640 2,64

2011/2012 248988 0,90 146871 1,56 47709 1,14 124792 3,10

2012/2013 352673 1,32 134824 1,40 42471 0,99 124791 2,98

2013/2014 294045 1,11 137430 1,41 42008 0,98 129037 3,07

2014/2015 176909 0,68 85000 0,86 68219 1,61 86282 2,05

2015/2016 68055 0,26 51541 0,51 40454 0,94 77899 1,80

2016/2017 39213 0,15 38702 0,38 36419 0,78 72744 1,55

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017

Page 20: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

4

Gambar 1.1 Perkembangan Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan

Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017

Data yang tersedia dari tahun ajaran 2010/2011 sampai dengan tahun

ajaran 2016/2017 menunjukkan perkembangan pesat pada penurunan angka putus

sekolah pada jenjang sekolah dasar kemudian diikuti jenjang sekolah menengah

pertama. Hal ini di sebabkan karena adanya program wajib belajar 9 tahun atau

pendidikan minimal jenjang SMP dan disertai bantuan operasional sekolah atau

yang lebih di kenal dengan BOS sejak 2008 (Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2013). Sementara itu, pada jenjang sekolah menengah baik itu SMA

maupun SMK belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Terlihat bahwa

dalam tiga tahun terakhir ada penurunan jumlah siswa putus sekolah, hal ini

terjadi seiring dengan mulai berlakunya program wajib belajar 12 tahun yang

diberlakukan mulai 2013.

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

SD SMP SMA SMK

2010/11

2011/12

2012/13

2013/14

2014/15

2015/16

2016/17

Page 21: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

5

Tabel 1.3 menunjukkan lima Provinsi yang memiliki angka putus sekolah

tertinggi di Indonesia dari tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun 2016/2017

diantaranya Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatra Utara, Jawa Timur. Dari

tabel tersebut, terlihat bahwa di Provinsi Jawa Tengah, setiap sekolahnya

memiliki angka putus sekolah SMK lebih banyak dibanding Provinsi lainnya di

Indonesia walaupun dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah yang semakin

menurun. Pada tahun ajaran 2014/2015 sampai 2015/2016 jumlah putus sekolah

setiap sekolahnya paling banyak ada di Provinsi Sumatra Utara, tetapi jumlahnya

pun juga tidak selisih banyak dibanding Provinsi lainnya, sehingga apabila di rata-

rata selama lima tahun terakhir, Provinsi Jawa Tengah tetap menyumbang angka

putus sekolah setiap sekolahnya paling banyak.

Tabel 1.3.Jumlah Putus Sekolah Jenjang SMK Setiap Sekolah di Lima

Provinsi Penyumbang Putus Sekolah Terbesar di Indonesia

Provinsi 2012/13 2013/14 2014/15 2015/16 2016/17

Jawa Tengah 28,31 25,54 8,11 7,29 7,02

Jawa Barat 21,29 18,41 6,44 6,63 5,90

Banten 19,50 18,86 7,04 0,59 4,91

Sumatra Utara 4,67 4,15 9,56 7,83 6,47

Jawa Timur 0,52 0,81 6,86 5,96 5,81

Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017

Yoto (2012) menyebutkan bahwa, SMK pada dasarnya memerlukan biaya

pendidikan lebih besar dari pada SMU. Biaya pendidikan bagi Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) bisa mencapai 200% atau lebih dari biaya pendidikan

bagi sekolah umum, ini disebabkan anggaran untuk praktikum jauh lebih besar

jika dibanding sekolah menengah umum. Dalam penelitiannya juga disebutkan

bahwa salah satu faktor anak memutuskan untuk tidak bersekolah atau putus

Page 22: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

6

sekolah adalah ketiadaan biaya. Ketiadaan biaya sekolah biasanya dikaitkan

dengan masalah kemiskinan. Menurut Todaro dan Smith (2006; 465), orang-orang

tidak dapat melanjutkan pendidikan dan berada pada golongan putus sekolah

disebabkan oleh berbagai macam alasan, kebanyakan karena masalah kemiskinan.

Dengan melihat Tabel 1.4 tentang tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa,

maka dapat di ketahui kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya termasuk dalam hal pendidikan.

Rata-rata tingkat kemiskinan digunakan untuk mengetahui kemungkinan

putus sekolah dari segi kemampuan ekonomi. Data dari Badan Pusat Statistik

Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kemiskinan di Jawa Tengah

tahun 2010 sampai tahun 2017 masih terbilang tinggi dibanding Provinsi lainnya

di Pulau Jawa yaitu sebesar 14,26%. Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah juga

lebih tinggi dibanding tingkat kemiskinan rata-rata Indonesia dari tahun 2010-

2017 yang sebesar 12,55%.

Tabel 1.4. Rata-rata Kemiskinan di Enam Provinsi di Pulau Jawa di

Indonesia Tahun 2010-2017

Provinsi Tahun

Rata

rata 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

DI Yogyakarta 16,83 16,08 15,88 15,03 14,55 13,16 13,1 12,36 14,62

Jawa Tengah 16,56 15,76 14,98 14,44 13,58 13,32 13,19 12,23 14,26

Jawa Timur 15,26 14,23 13,08 12,73 12,28 12,28 11,85 11,2 12,86

Jawa Barat 11,27 10,65 9,89 9,61 9,18 9,57 8,77 7,83 9,60

Banten 7,16 6,32 5,71 5,89 5,51 5,75 5,36 5,59 5,91

DKI Jakarta 3,48 3,75 3,7 3,72 4,09 3,61 3,75 3,78 3,74

Indonesia 13,33 12,49 11,66 11,47 10,96 11,13 10,70 10,12 12,55

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Page 23: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

7

Tabel 1.4 menunjukkan tingkat kemiskinan dari yang tertinggi sampai

terendah di Pulau Jawa. Tingkat kemiskinan menunjukkan proporsi penduduk

miskin di suatu wilayah. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Provinsi Jawa

Tengah memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi nomor dua di Pulau Jawa.

Rata-rata jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penduduk di suatu

wilayah dapat dilihat dengan menggunakan angka rata-rata lama sekolah. Selain

itu, rata-rata lama sekolah juga digunakan untuk melihat tingkat putus sekolah.

Misalkan saja ketika pemerintah ingin mengurangi angka putus sekolah, maka

salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan rata-rata lama sekolah baik

melalui kebijakan maupun program pemerintah.

Tabel 1.5 menunjukkan rata-rata lama sekolah di Enam Provinsi yang

berada di Pulau Jawa. Rata-rata lama sekolah menurut Badan Pusat Statistik

(2017) adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah

diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang).

Tingginya rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah

atau sedang diduduki seseorang. Semakin tinggi angka lama sekolah, maka

semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan. Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik (2017) terlihat bahwa rata-rata lama sekolah di Jawa Tengah

paling rendah dibanding Provinsi lainnya di Pulau Jawa yaitu sebesar 6,87 tahun

atau bisa diartikan bahwa rata-rata penduduk Jawa Tengah bersekolah pada

jenjang SMP kelas satu.

Page 24: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

8

Tabel 1.5 Rata-rata Lama Sekolah di Enam Provinsi di Pulau Jawa Dari

Tahun 2010-2016

Provinsi Tahun

Rata-

rata 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jawa Tengah 6,71 6,74 6,77 6,80 6,93 7,03 7,15 6,87

Jawa Timur 6,73 6,79 6,85 6,90 7,05 7,14 7,23 6,96

Jawa Barat 7,40 7,46 7,52 7,58 7,71 7,86 7,95 7,64

Banten 7,92 7,95 8,06 8,17 8,19 8,27 8,37 8,13

DI Yogyakarta 8,51 8,53 8,63 8,72 8,84 9,00 9,12 8,76

DKI Jakarta 10,37 10,40 10,43 10,47 10,54 10,70 10,88 10,54

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Tabel 1.6 menunjukkan besarnya jumlah siswa putus sekolah pada jenjang

sekolah menengah kejuruan tahun ajaran 2016/2017 di Provinsi Jawa Tengah.

Dari 35 Kabupaten/ Kota yang ada di jawa tengah, dapat diketahui daerah dengan

putus sekolah terbanyak setiap sekolahnya, yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten

Banjarnegara, Kabupaten Grobogan, Kabupten Kendal dan Kota Pekalongan. Bila

dirata-rata dengan jumlah sekolah SMK di masing masing Kabupaten/ Kota,

jumlah putus sekolah terbanyak ada di Kota Pekalongan dimana setiap sekolah

menengah kejuruan terdapat kurang lebih 15 siswa putus sekolah. Tabel 1.6 juga

memperlihatkan bahwa putus sekolah di Kabupaten/Kota lainnya berada dibawah

10 siswa setiap sekolahnya. Hal tersebut yang menjadikan alasan perlunya

penelitian ini dilakukan di Kota Pekalongan.

Page 25: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

9

Tabel 1.6 Rata-rata Putus Sekolah Tertinggi Per Sekolah di Lima

Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah

Kabupaten /Kota

Putus

Sekolah

Sekolah

Rata-rata Putus

Sekolah Per Sekolah

Kab. Cilacap 695 65 10,69

Kab. Banjarnegara 239 24 9,96

Kab. Grobogan 561 58 9,67

Kab. Kendal 501 48 10,44

Kota Pekalongan 190 12 15,83

Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017

Banyaknya siswa SMK di Kota Pekalongan selama tahun ajaran

2014/2015 sampai dengan 2016/2017 baik di sekolah negeri maupun swasta

sebesar 22.502 ( Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan, 2017). Sementara itu,

penduduk di Kota Pekalongan bekerja pada tingkat pendidikan SMA sederajat

sebesar 25,94% (BPS Kota Pekalongan, 2015). Berdasarkan data BPS kota

pekalongan tahun 2012 terdapat 11.145 orang bekerja pada industri batik di

Kota Pekalongan. Seiring dengan pertumbuhan industri yang semakin meningkat,

beberapa rumah produksi mempekerjakan anak usia sekolah. Dampaknya banyak

diantara remaja sekolah yang awalnya bekerja setelah pulang sekolah serta waktu

libur akhir pekan di rumah produksi batik akhirnya putus sekolah (Haidar , 2016).

Berdasarkan observasi awal di Kota Pekalongan pada 4 juni 2018 kebanyakan

anak putus sekolah berasal dari sekolah swasta. Walaupun sekolah swasta

membebankan sebagian biaya operasionalnya kepada orangtua, namun penyebab

utama anak putus sekolah bukanlah masalah ketiadaan biaya karena dari

pemerintah Kota Pekalongan telah menyediakan Fasilitasi Biaya Operasional

(FOP) dan beasiswa bagi siswa dari keluarga tidak mampu. Salah satu guru BK di

sekolah swasta di Kota Pekalongan juga menyebutkan bahwa pihak sekolah sudah

Page 26: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

10

berupaya meringankan beban ekonomi siswa dengan memperbolehkan

pembayaran dicicil, namun yang sering ditemui adalah anak tidak mau sekolah

karena beberapa hal yaitu adanya anggapan sekolah hanya membuang buang

waktu, punya masalah dengan teman serta lebih senang bekerja.

Salah satu responden yang ditemui, putus sekoah pada kelas dua SMK.

Awalnya karena sekolah sambil membantu orangtua berdagang, lama lama dia

lebih memilih berdagang karena merasa senang bisa mendapatkan uang selain itu

juga adanya anggapan darinya bahwa sekolah hanya membuang buang waktu. Hal

ini didukung dari pihak keluarga yang selalu melibatkannya dalam mencari

nafkah.

Sementara itu dari pihak dinas pendidikan Kota Pekalongan mengatakan

bahwa putus sekolah juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua.Tingkat

pendidikan orangtua yang rendah akan mempengaruhi presepsi terhadap sekolah.

Dari segi akses sendiri, Kota Pekalongan memiliki transportasi yang memadai

serta jarak antar sekolah yang saling berdekatan dan tersebar diberbagai wilayah

kecamatan sehingga memudahkan warga untuk mengakses pendidikan. Namun

saat observasi pada 27 juni 2018 diketahui bahwa Kota Pekalongan rawan

mengalami banjir rob sehingga menghambat akses menuju beberapa sekolah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah

sebagai berikut:

Page 27: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

11

1. Peningkatan jumlah sekolah SMK oleh pemerintah menimbulkan

berbagai permasalahan terutama putus sekolah. Jumlah putus sekolah

jenjang SMK, paling banyak dibandingkan dengan jenjang sekolah

lainnya.

2. Putus sekolah disebabkan oleh berbagai faktor, namun belum di ketahui

faktor dominan yang mempengaruhi keputusan untuk putus sekolah.

1.3. Cakupan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang berhubungan dengan putus

sekolah, maka peneliti perlu membuat cakupan atau batasan masalah agar

penelitian lebih terfokus dan mendalam pada permasalahan yang diangkat.

Cakupan masalah pada penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi keputusan

putus sekolah jenjang SMK yang ada di Kota Pekalongan.

1.4. Rumusan Masalah

Kebijakan penguatan pendidikan kejuruan atau vokasi merupakan hal yang

penting dalam rangka mengoptimalkan peran SMK. Penguatan bukan hanya

sekedar penambahan jumlah SMK, tetapi juga perlunya peningkatan kualitas.

Berbagai permasalahan dari SMK seperti putus sekolah menjadi permasalahan

serius seiring dengan bertambahnya jumlah SMK dalam rangka memenuhi

proporsi SMK 70% dari jenjang sekolah menengah yang ada. Rata-rata putus

sekolah per sekolah yang tinggi, ditambah dengan tingkat kemiskinan yang

tinggi serta lama sekolah yang rendah menunjukkan perlunya penelitian di Jawa

Tengah. Dari 35 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Tengah, SMK di Kota

Pekalongan rata-rata memiliki angka putus sekolah paling tinggi yaitu sebesar 15

Page 28: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

12

siswa setiap sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil

pertanyaan penelitian berupa :

1. Apa saja faktor Individu yang mempengaruhi keputusan siswa untuk

putus sekolah pada SMK di Kota Pekalongan ?

2. Apa saja faktor Keluarga yang mempengaruhi keputusan siswa untuk

putus sekolah pada SMK di Kota Pekalongan ?

3. Apa saja faktor Sekolah yang mempengaruhi keputusan siswa untuk

putus sekolah pada SMK di Kota Pekalongan ?

4. Apa saja faktor aksesibilitas yang mempengaruhi keputusan siswa untuk

putus sekolah pada SMK di Kota Pekalongan ?

5. Apa saja faktor kebijakan pendidikan yang mempengaruhi keputusan

siswa untuk putus sekolah pada SMK di Kota Pekalongan ?

1.5.Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Faktor Individu yang mempengaruhi keputusan siswa untuk putus

sekolah pada SMK di Kota Pekalongan.

2. Faktor Keluarga yang mempengaruhi keputusan siswa untuk putus

sekolah pada SMK di Kota Pekalongan.

3. Faktor Sekolah yang mempengaruhi keputusan siswa untuk putus

sekolah pada SMK di Kota Pekalongan.

4. Faktor Aksesibilitas yang mempengaruhi keputusan siswa untuk putus

sekolah pada SMK di Kota Pekalongan.

Page 29: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

13

5. Faktor Kebijakan pendidikan yang mempengaruhi keputusan siswa

untuk putus sekolah pada SMK di Kota Pekalongan.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini berguna untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan terkait fenomena sosial yang terjadi di dunia pendidikan

khususnya jumlah angka putus sekolah terutama pada jenjang SMK di

Kota Pekalongan. kemudian sebagai bahan referensi mengenai alternatif

mengurangi jumlah angka putus sekolah.

2. Manfaat praktis

Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan,

pengalaman, dan tolak ukur untuk penelitian yang akan datang

Bagi Pemerintah Selaku Pembuat Kebijakan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat

kebijakan yang tepat guna menangani permasalahan putus sekolah

berdasarkan penyebab yang telah diteliti dan menjadikan SMK di Kota

Pekalongan sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dalam

penyediaan tenaga kerja. Selain itu juga sebagai bahan pertimbangan

dalam membuat program-program atau kebijakan untuk pendidikan

tingkat menengah terutama pendidikan kejuruan.

Page 30: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

14

1.7. Orisinilitas Penelitian

Paparan mengenai fenomena dan didukung beberapa data yang

dikemukakan di atas maka penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi putus sekolah di Kota Pekalongan. Penelitian ini mampu melihat

sisi lain dari Kota Pekalongan yang identik dengan kota batiknya dan tanpa

disadari mempunyai permasalahan di dunia pendidikan yaitu masalah putus

sekolah SMK yang tinggi. Penelitian ini merangkum beberapa faktor yang

memungkinkan mempengaruhi keputusan anak untuk putus sekolah dengan

mengelompokkan berbagai faktor putus sekolah ke dalam beberapa ruang lingkup

diantaranya faktor Individu, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor aksesibilitas

dan kebijakan pendidikan. Objek dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah

jenjang SMK. Sejauh dari pengetahuan Penulis, belum ada penelitian sebelumnya

yang membahas mengenai faktor pengaruh keputusan putus sekolah SMK di Kota

Pekalongan.

Page 31: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Modal Manusia (Human Capital)

Menurut Todaro dan Smith (2006), modal manusia ( human capital )

adalah istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan,

kesehatan, dan kapasitas manusia lain yang dapat meningkatkan produktivitas

jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Pendekatan modal manusia berfokus pada

kemampuan tidak langsung untuk meningkatkan utilitas dengan meningkatkan

pendapatan. Namun keuntungan pendapatan dari pendidikan harus dibandingkan

dengan total biaya yang dikeluarkannya untuk memperoleh pendidikan yang lebih

tinggi guna memahami nilai modal manusia sebagai sebuah investasi. Biaya

pendidikan meliputi pengeluaran langsung seperti uang sekolah atau biaya lain

yang khususnya dikaitkan dengan pendidikan, dan biaya tidak langsung berupa

pendapatan yang dikorbankan karena siswa tidak bekerja selama bersekolah.

Page 32: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

16

Gambar 2.1. Biaya Peluang Dalam Pengambilan Keputusan Untuk

Melanjutkan Sekolah

Sumber : Todaro dan Smith (2006)

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa ada dua profil golongan pencari nafkah

yang pertama adalah orang orang yang lulus pendidikan dasar namun tidak

melanjutkan ke pendidikan tingkat atas (jenjang SMP keatas) dan yang kedua

adalah orang orang yang melanjutkan pendidikan tingkat atas namun tidak

melanjutkan ke pendidikan tinggi. Lulusan sekolah dasar diasumsikan bekerja

pada usia 13, dan lulusan tingkat atas diasumsikan bekerja pada usia 17. Bagi

seseorang di negara berkembang yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan

Page 33: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

17

ke tingkat atas akan mengorbankan empat tahun pendapatan yang akan

diperolehnya ketika tidak melanjutkan ke sekolah tingkat atas. Hal ini adalah

biaya tidak langsung (indirect cost) seperti yang ditunjukkan dalam diagram.

Dalam diagram tersebut, kemungkinan anak untuk bekerja paruh waktu diabaikan.

Disamping itu juga terdapat biaya langsung seperti biaya sekolah, seragam

sekolah, buku-buku, dan pengeluaran lain yang tidak akan dikeluarkan jika anak

tersebut tidak melanjutkan sekolah begitu lulus dari sekolah dasar. Selama sisa

hidupnya, dia akan memperoleh penghasilan yang lebih besar setiap tahunnya

daripada jika ia bekerja dengan berbekal ijazah sekolah dasar saja. Perbedaan

inilah yang disebut manfaat (benefits) di dalam diagram.

Sementara itu menurut Checchi (2006) model pilihan pendidikan sebagai

keputusan investasi pada Human Capital sebagai berikut.

Hit = f (Ai, Tit, Eit, Hit) ……… (1)

Keterangan:

Hit = Pembentukan modal manusia baru

Ai = Kemampuan individu

Tit = Kegiatan sekolah

Eit = Sumber daya per kapita yang digunakan sekolah (guru, perpustakaan, dll)

Hit = Latar belakang keluarga

i = Individu

t = Periode

Persamaan (1) dikenal dengan fungsi pendidikan oleh Checchi (2006). Persamaan

(1) dapat dimodifikasi menjadi persamaan berikut yang dapat menjelaskan siswa

putus sekolah (Setyadharma, 2017).

Page 34: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

18

Dit = f (Iit, Fit, Sit, GMit)……….. (2)

Keterangan: Dit = Keputusan untuk keluar

Iit = Karakteristik individu

Fit = Karakteristik keluarga

Sit = Karakteristik sekolah

GMit = Kebijakan pemerintah

2.1.1. Penawaran dan Permintaan Pendidikan

Menurut Todaro dan Smith (2006) tingkat pendidikan seseorang, secara umum

dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan antara kekuatan permintaan dan

penawaran, samahalnya dengan barang ataupun jasa ekonomi lainnya. Dari sisi

permintaan ada 2 yang paling berpengaruh terhadap jumlah atau tingkat

pendidikan yang diinginkan seseorang yaitu ;

1. Harapan bagi seseorang yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan

dengan hasil yang lebih baik pada sektor modern di masa yang akan

datang (manfaat pendidikan individual).

2. Biaya-biaya pendidikan, baik yang bersifat langsung maupun tidak

langsung, yang harus dikeluarkan atau ditanggung oleh siswa/

keluarganya.

Selain dua hal di atas juga terdapat variabel lainnya yang mempengaruhi

permintaan terhadap pendidikan dan kebanyakan bersifat nonekonomi (pengaruh

tradisi budaya, gender, status sosial, pendidikan orangtua, dan besarnya anggota

keluarga). Sebenarnya permintaan pendidikan terhadap pendidikan itu merupakan

suatu “permintaan tidak langsung” atau permintaan turunan yakni permintaan

Page 35: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

19

terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan berpenghasilan tinggi di sektor

modern. Bagi sebagian masyarakat di negara berkembang, pendidikan diinginkan

bukan karena manfaat nonekonomisnya (reputasi, gengsi, pengaruh, atau

kepuasan batin) melainkan hanya sebagai wahana dalam rangka “mengamankan”

kesempatan untuk memperoleh pekerjaan di masa modern. Sementara itu model

tolak ukur Becker menyebutkan bahwa permintaan untuk pendidikan didorong

oleh persepsi siswa dan orang tua tentang pendidikan sebagai investasi dalam

peningkatan penghasilan di masa depan (Sequeira, Spinnewijn dan Xu, 2016).

Selain itu persepsi pendidikan anak-anak juga mempengaruhi permintaan untuk

pendidikan (Alivernini dan Lucidi, 2011; Fall dan Roberts, 2012)

Lebih lanjut, Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa pada sisi

penawaran, jumlah sekolah di tingkat dasar, menengah dan universitas lebih

banyak ditentukan oleh proses politik, yang sering tidak ada kaitannya dengan

kriteria ekonomi. Karena semakin besar dan kuatnya tekanan-tekanan politik

yang dibebankan kepada pemerintah di negara berkembang maka pemerintah

perlu menyediakan tempat sekolah yang lebih banyak, sehingga dapat

diasumsikan bahwa tingkat penawaran atau penyediaan sekolah dibatasi oleh

tingkat pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan.

Page 36: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

20

2.2. Modal sosial ( social capital )

Penelitian ini menggunakan konsep modal sosial untuk menjelaskan putus

sekolah. Pendukung modal sosial percaya bahwa teori modal manusia tidak cukup

untuk menjelaskan fenomena putus sekolah Teori modal sosial Coleman

berkontribusi untuk mengidentifikasi faktor keluarga tambahan yang

mempengaruhi sekolah (Teachman et al, 1997). Teachaman menjelaskan bahwa

pencapaian siswa tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia tetapi juga

bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sebagai makhluk sosial. Menurut

Coleman (1988) bahwa dampak keluarga pada siswa dipisahkan menjadi tiga

komponen yaitu modal keuangan, modal manusia dan modal sosial. Modal

keuangan diukur dengan kekayaan keluarga dan modal manusia diukur dengan

pendidikan. Modal sosial mengacu pada nilai jejaring sosial dan interaksi sosial

(Nahapiet, 2011; Smith et al, 1992). Coleman (1988) mengatakan bahwa interaksi

sosial tidak hanya terjadi pada keluarga tetapi juga dalam komunitas.

Teori modal sosial menjelaskan bahwa modal orang tua ditransfer ke anak-

anak melalui interaksi positif antara orang tua dan anak-anak. Coleman

menunjukkan bahwa meskipun modal sosial manusia orangtua sangat

mempengaruhi anak anak, namun itu mungkin tidak relevan bagi anak-anak jika

orangtua bukan bagian penting dalam kehidupan mereka. Misalnya ketiadaan

orang tua di rumah atau kurang interaksi positif antara orang tua dan anak-anak

dapat menghalangi transmisi modal orang tua. Smitih et al (1992) mengatakan

bahwa orang tua mungkin memiliki modal manusia yang tinggi, tetapi jika orang

tua tidak membangun hubungan yang baik dengan anak-anak maka modal

Page 37: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

21

manusia yang diberikan orang tua ke anak kurang efektif. Oleh karena itu,

Menekan modal manusia yang rendah pada orangtua penting untuk mendorong

anak anak mendapatkan modal manusia yang lebih tinggi. Kurangnya modal

sosial dalam keluarga dapat menyebabkan putus sekolah (Coleman, 1988). Teori

ini digunakan untuk meneliti dampak variabel independen terhadap variabel

dependen.

2.3 Pushout and Pullout

Teori Pushout mengatakan bahwa ada beberapa faktor dari dalam sekolah

yang mendorong siswa keluar dari sekolah, seperti lingkungan dan kebijakan

sekolah. Teori pullout menyatakan bahwa ada faktor-faktor di luar sekolah yang

mempengaruhi keputusan siswa untuk putus sekolah. Rumberger dan Lim (2008)

menyarankan bahwa ada kebijakan sekolah yang membuat siswa putus sekolah

tanpa disengaja. Definisi lain tentang pushout yaitu siswa didorong keluar dari

sekolah karena keterbatasan sistem sekolah untuk menyiptakan lingkungan yang

nyaman bagi mereka. Reddy dan Sinha (2010) menegaskan bahwa siswa didorong

keluar dari sekolah karena kurangnya kapasitas di sekolah, seperti fasilitas,

peraturan dan kualitas. Mereka berpendapat bahwa putus sekolah biasanya berati

ketidakmampuan siswa untuk tetap bersekolah karena suatu alasan. Teori ini

berkaitan dengan permintaan pendidikan yang akan berkurang saat terjadi

intimidasi.

Secara umum teori pullout menyatakan bahwa siswa memutuskan untuk

putus sekolah berdasarkan analisis manfaat (Stearns dan Glenie, 2006).

Berdasarkan teori pullout, pasar tenaga kerja, menarik siswa keluar dari sekolah

Page 38: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

22

ketika ada permintaan untuk pekerjaan walaupun dengan upah rendah. Biaya

peluang yang dirasakan untuk tetap bersekolah termasuk tinggi karena siswa tidak

lagi memberikan potensi penghasilan selama tinggal di sekolah. Selain itu, Jordan

et all (1996) dan Stearns dan Glennie (2006) menyatakan bahwa siswa di

keluarkan dari sekolah bukan hanya karena pertimbangan keuangan tetapi juga

harus menngurus keluarga. Secara umum, penarikan adalah proses putus sekolah

dengan tindakan yang diprakasai oleh siswa bukan tindakan yang diprakasai oleh

sekolah. Siswa yang melakukan penarikan adalah siswa yang meremehkan

pentingnya investasi pendidikan.

2.4. Sekolah Kejuruan

2.4.1 Definisi Pendidikan Kejuruan

Banyak istilah terkait dengan pendidikan kejuruan antara lain, vocational

education, technical education, professional education, dan occupational

education. Djohar dalam Rasto (2012) mengemukakan pendidikan kejuruan

adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik

menjadi tenaga kerja yang profesional. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15, pendidikan kejuruan

merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama

untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Lebih lanjut dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal

18, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

Page 39: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

23

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang

sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

Menurut Tas, Borac, Selvitopub dan Demirkarya (2013) SMK mempunyai

peranan penting dalam mempersiapkan anak muda untuk bekerja dan

mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas dengan keterampilan kejuruan dan

teknis yang diperlukan untuk dapat bersaing di pasar tenaga kerja.

2.4.2. Karakteristik Pendidikan Kejuruan

Karakteristik pendidikan kejuruan akan lebih kontras bila disandingkan

dengan pendidikan umum. Menurut Prosser dan Quigley (dalam Rasto, 2012)

terdapat lima karakteristik yang sekaligus menjadi faktor pembeda antara sekolah

umum dengan sekolah kejuruan, seperti dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1.Karakteristik Pendidikan Kejuruan Dibandingkan dengan

Pendidikan Umum

Faktor Pembeda Pendidikan Umum Pendidikan Kejuruan

Tujuan

Pengendalian

Mempersiapkan siswa untuk

hidup secara lebih cerdas

sebagai warga negara dan

memahami serta menikmati

hidupnya.

Mempersiapkan siswa untuk

bekerja secara lebih efisien.

Materi Yang

Diajarkan

Memberikan pelatihan

mengenai informasi umum

yang diperlukan sebagai latar

belakang untuk kehidupan dan

pelatihan dalam perangkat-

perangkat umum pembelajaran

yang diperlukan siswa untuk

bekal belajar lebih lanjut

mengenai kehidupan.

Memberikan pelatihan khusus

dalam hal keterampilan dan

pengetahuan yang berguna untuk

setiap pekerjaan tertentu.

Kelompok Yang Melayani semua orang selama

periode wajib belajar sampai

Diberikan bagi mereka yang

bersiap-siap untuk jenis pekerjaan

Page 40: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

24

Dilayani SMA (usia 16-17 tahun),

terlepas dari minat dan rencana

yang bersifat kejuruan.

tertentu atau telah bekerja di

bidang tersebut.

Metode

Pengajaran Dan

Pembelajaran

Sangat menekankan pada apa

yang dapat disebut metode

membaca dan mengingat

kembali (reciting). Membaca

untuk mendapatkan informasi

dan reciting untuk menafsirkan

serta menyimpannya di dalam

ingatan.

Menggunakan pengalaman

sebagai metode utama.

Pengalaman dalam melakukan

suatu pekerjaan untuk

mengembangkan keterampilan dan

dalam memikirkan kinerja dalam

suatu pekerjaan, sehingga

mendapatkan pemahaman dan

inisiatif penuh dalam memecahkan

masalah-masalah pekerjaan.

Psikologi

Fundamental

Secara umum, muatan dan

metode dalam pendidikan

umum muncul saat pendidik

mengacu pada konsep

psikologi umum mengenai

kemampuan mental umum

yang diyakini dapat

berkembang baik dengan

menguasai materi-materi

tradisional yang disusun dan

diajarkan sebagai disiplin ilmu

formal.

Merupakan dasar dari konsep

psikologi bahwa benak (mind)

merupakan suatu mesin

pembentuk kebiasaan yang

diajarkan melalui kebiasaan

praktik dari tindakan dan

pemikiran untuk mencapai tujuan

yang diminati oleh pembelajar.

Sumber : Prosser dan Quigley (dalam Rasto, 2012)

2.5. Putus Sekolah

2.5.1. Definisi dan Jenis Putus Sekolah

Putus sekolah dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai,

belum sampai tamat sekolahnya sudah keluar. Sama halnya dengan Gunawan

(2010: 71), yang menyatakan bahwa putus sekolah merupakan predikat yang

diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu

jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang

Page 41: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

25

pendidikan berikutnya. Misalnya seorang warga masyarakat atau anak yang hanya

mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima, disebut sebagai putus sekolah SD.

Sementara itu, Djumhur dan Surya (1975) mengartikan putus sekolah menjadi

cakupan yang lebih luas, sehingga jenis putus sekolah dapat dikelompokkan atas

tiga macam, yaitu:

1. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang.

Putus sekolah dalam jenjang ini yaitu seorang murid atau siswa yang

berhenti sekolah tapi masih dalam jenjang tertentu. Contohnya seorang

siswa yang putus sekolah sebelum menamatkan sekolahnya pada tingkat

SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

1. Putus sekolah di ujung jenjang.

Putus sekolah di ujung jenjang artinya mereka yang tidak sempat

menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka berhenti

pada tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu. Contohnya,

mereka yang sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III SLTP, kelas III

SLTA dan sebagainya tanpa memperoleh ijazah.

2. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang

Putus sekolah yang dimaksud dengan berhenti antara jenjang yaitu tidak

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang

yang telah menamatkan pendidikannya di tingkatan SD tetapi tidak bisa

melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi.

Dalam penelitian ini, putus sekolah di ujung jenjang seperti yang dijelaskan

Djumhur dan Surya (1975) dikategorikan kedalam putus sekolah dalam jenjang

Page 42: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

26

karena berhenti dalam jenjang sudah menyakup semua tingkatan yang ada pada

jenjang sekolah yang bersangkutan baik diantara jenjang maupun di ujung

jenjang, yaitu berhenti atau keluarnya anak dari suatu lembaga pendidikan

sebelum mereka menamatkan pendidikan SMK.

2.5.2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Ada banyak faktor penyebab anak putus sekolah. Ada faktor yang berasal dari

dalam diri (internal) anak didik sendiri, seperti faktor kemalasan dan

ketidakmampuan diri. Ada juga faktor yang berasal dari luar (eksternal) anak

didik, seperti ketiadaan biaya dan sarana pendidikan. Sebagaimana menurut

Sugianto (2017) Secara garis besar ada 3 faktor utama yang menyebabkan prestasi

belajar anak di sekolah tidak maksimal sehingga memicu terjadinya putus sekolah

adalah sebagai berikut:

1. Keadaan anak itu sendiri yang memang senang bekerja dari pada belajar,

bagi anak-anak yang senang bekerja ini karena mereka sudah tahu bagaimana

enaknya kalau mendapat uang sendiri, sehingga mereka mengganggap bahwa

dengan adanya uang tersebut mereka dapat melakukan apa saja demi

memenuhi keinginanaya.

2. Masalah ekonomi, dimana anak-anak disuruh bekerja membantu orang

tuanya untuk mencari uang demi tambahan penghasilan dan demi untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari

3. Masalah kecerobohan orang tua dalam hal pengawasan, sehingga sering

dijumpai orang tua dan anak sedang asik menonton TV sampai larut malam.

Page 43: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

27

Sementara itu menurut Sulistyawati (2016) diantara faktor internal dari

diri siswa yang mempengaruhi adalah prestasi belajar dan kemauan pribadi

(motivasi), sedangkan faktor dari luar yang berpengaruh adalah teman-teman

sebayanya, faktor keluarga, dan kondisi masyarakat.

2.5.3. Kebijakan Pemerintah kota Pekalongan dalam Menanggulangi Putus

Sekolah

Misi pertama RPJMD Kota Pekalongan Tahun 2016-2021 tentang

peningkatan akses dan mutu pendidikan, pemerintah Kota Pekalongan telah

melanjutkan pondasi keterjangkauan akses layanan pendidikan, terutama bagi

penduduk miskin. Upaya ini diimplementasikan dalam bentuk pemberian

Fasilitasi Operasional Pendidikan (FOP) dan beasiswa bagi siswa dari keluarga

tidak mampu. Pada tahun 2017, pemberian FOP terkendala aturan hibah bagi

satuan pendidikan swasta, sehingga diupayakan melalui pemberian substitusi

tunjangan fungsional guru. Kebijakan ini dimaksudkan dapat mengalihkan biaya

personal yang selama ini dikeluarkan oleh satuan pendidikan swasta, menjadi

biaya operasional. Sehingga akan tersedia anggaran operasional pendidikan pada

satuan pendidikan swasta tersebut yang pada akhirnya akan mengurangi anggaran

yang selama ini dibebankan pada orang tua murid. Dengan demikian, diharapkan

akan memberikan dampak positif pada peningkatan akses pelayanan pendidikan

serta dapat menekan angka putus sekolah terutama dari sekolah swasta (Peraturan

walikota no 25 tahun 2017). Karena dengan peningkatan kualitas pendidikan,

secara tidak langsung juga telah mendukung proses pembangunan terutama

bidang ekonomi. Menurut Subroto (2014), pendidikan bukan hanya melahirkan

Page 44: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

28

sumber daya manusia yang berkualitas namun juga mampu menumbuhkan iklim

bisnis yang sehat bagi pertumbuhan ekonomi.

2.6. Kajian Variabel Penelitian

2.6.1. Putus Sekolah dan Faktor Individu

Seperti yang dijelaskan Baharudin (1982) faktor individu yaitu berupa

kemampuan akademik dan mental peserta didik. Beberapa penelitian juga

menyebutkan bahwa faktor individu peserta didik merupakan faktor dominan

dalam mempengaruhi keputusan putus sekolah (misalnya Sulistyawati, Karyanto,

dan Rindarjono, 2016). Menurut Herawati (2015) kemampuan akademik anak

akan mempengaruhi prestasi anak sehingga apabila anak sampai tinggal kelas, ia

akan lebih berpeluang terhadap putus sekolah. Faktor individu yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi Gender, Mengulang dan Persepsi siswa terhadap

sekolah. Faktor gender berkaitan dengan kehamilan, serta anggapan mengenai

tidak pentingnya pendidikan untuk wanita yang mampu mempengaruhi keputusan

putus sekolah. Faktor kesehatan, dan ketidaknyamanan di kelas juga mampu

mempengaruhi keputusan untuk putus sekolah. Selain itu, persepsi siswa terhadap

sekolah juga menjadi faktor penting dalam menentukan keputusan untuk putus

sekolah karena berhubungan dengan kemauan untuk bersekolah.

2.6.2. Putus Sekolah dan Faktor Keluarga

Penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menyebutkan

bahwa faktor utama putus sekolah adalah ekonomi keluarga yang dikaitkan

dengan kemiskinan (misalnya Sugiyanto, 2017; Herawati, 2015; Asmara dan

Sukadana, 2016). Ketidakmampuan secara ekonomi ini yang terkadang menuntut

Page 45: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

29

anak usia sekolah harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Faktor

ekonomi juga mencakup jumlah tanggungan keluarga. Selain faktor ekonomi,

pendidikan orang tua juga mempunyai pengaruh terhadap keputusan untuk

bersekolah. Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah menyebabkan

peluang putus sekolah yang tinggi karena rendahnya pendidikan orang tua

berakibat pada kurang kemauan dan wawasan untuk masa depan pendidikan

anak-anaknya, sehingga menyebabkan faktor lingkungan keluarga yang kurang

mendukung terciptanya suasana pendidikan dalam rumah tangga (Sugianto,

2017). Variabel dari faktor keluarga yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari jumlah saudara, waktu yang digunakan untuk membantu orangtua, serta

pendidikan orangtua.

2.6.3. Putus Sekolah dan Faktor Sekolah

Suasana kelas atau sekolah yang menyenangkan akan berpengaruh pada

minat atau keinginan anak untuk sekolah. Fasilitas sekolah yang memadai,

hubungan guru dangan siswa yang baik dan hubungan antar siswa yang baik akan

memberikan rasa nyaman dan aman untuk anak di sekolah (Herawati, 2015). Jenis

sekolah seperti sekolah umum atau kejuruan juga memiliki pengaruh terhadap

putus sekolah, hal ini bisa dilihat dari data Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (2017) bahwa jumlah anak putus sekolah jenis pendidikan kejuruan

lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anak putus sekolah jenis sekolah umum.

Selain itu status sekolah seperti negeri atau swasta juga berpengaruh karena

sekolah negeri penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah. Sementara pada

sekolah swasta, biaya operasional dibebankan pada orangtua siswa. Variabel dari

Page 46: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

30

faktor sekolah yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah masalah

atau hubungan dengan teman, layanan bimbingan dan konseling yang diberikan

sekolah untuk siswanya, serta hukuman yang diberikan sekolah berkaitan dengan

perilaku menyimpang di sekolah.

2.6.4. Putus Sekolah dan Aksesibilitas

Aksesibilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal

yang dapat dijadikan akses atau keterkaitan. Yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemudahan mobilitas anak dalam ke sekolah baik dari segi infrastruktur

jalan, jarak antara rumah dengan sekolah, maupun kemudahan transportasi yang

ada. Menurut Sulistyawati, Karyanto, dan Rindarjono (2016) faktor anak untuk

putus sekolah selain disebabkan karena faktor internal juga disebabkan

keterjangkauan sekolah tujuan. Jarak sekolah yang terlalu jauh dan akses jalan

serta kendaraan menuju sekolah yang terlalu sulit akan mempengaruhi motivasi

anak untuk sekolah karena semakin jauh jarak sekolah maka mereka akan

memerlukan waktu dan biaya lebih untuk sampai ke sekolah (Herawati, 2016).

Dalam penelitian ini, jarak menjadi variabel utama dari faktor aksesibilitas.

2.6.5. Putus Sekolah dan Kebijakan Pendidikan

Kebijakan di bidang pendidikan sudah banyak dilakukan baik melalui

undang-undang maupun program-program. Salah satunya adalah melalui Program

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan wajib belajar 9 tahun yang artinya

pendidikan gratis dari jenjang SD sampai SMP dari tahun 2008. Kemudian

program Pendidikan Universal yang merupakan upaya pemerintah untuk

menyediakan pendidikan sampai tingkat menengah pada tahun 2013. Pada tahun

Page 47: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

31

berikutnya, berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 dan Peraturan

Menteri Pendidikan No 19 Tahun 2016 diberikan Kartu Indonesia Pintar bagi

anak yang kurang mampu dan diberikan kepada anak usia 6- 21 tahun.

Kebijakan pemerintah bidang pendidikan salah satunya diwujudkan dalam bentuk

anggaran pendidikan yaitu alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang

dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga, alokasi anggaran pendidikan

melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan

melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk

anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan

yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.” (Pasal 1 Angka 40 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2016). Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 terkait Sistem

Pendidikan Nasional, Persentase Anggaran Pendidikan ditetapkan minimal 20

persen dari APBN. Kebijakan pendidikan yang menjadi variabel dari penelitian

ini adalah bantuan pendidikan yang diberikan pada siswa kurang mampu. Baik

yang diberikan langsung kepada siswa seperti KIP maupun bantuan pendidikan

dari sekolah.

Page 48: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

32

2.7. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

1 Nama Asmara

Sukadana

(2016)

Judul Mengapa Anak Putus Sekolah Tinggi (Studi Kasus Kabupaten

Buleleng Bali)

Variabel Y = Putus Sekolah

X1 = pendapatan keluarga

X2 =jumlah anggota keluarga

X3 =jarak sekolah

X4 = pendidikan orang tua

Sampel Siswa/siswi SMA dan SMK yang putus sekolah di Kabupaten

Buleleng dengan jumlah 106 siswa.

Alat analisis Analisis dengan menggunakan regresi LPM, Probit dan Logit.

Hasil Pendapatan keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

putus sekolah. Jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap

putus sekolah namun tidak signifikan. Jarak sekolah berpengaruh

positif dan signifikan putus sekolah. Tingkat pendidikan orang tua

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap putus sekolah.

2 Nama Sugianto

(2017)

Judul Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Tingkat SMA di Bukit Lipai

Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Inderagiri Hulu

Variabel Putus sekolah, ekonomi, pendidikan orang tua, lingkungan, minat

siswa

Sampel 107 siswa putus sekolah tingkat SMA di desa Bukit Lipai kecamatan

Batang Cenaku kabupaten Inderagiri Hulu.

Alat analisis Penelitian ini bersifat Eksploratif (Analitik) yaitu survei untuk

menjelaskan hubungan antar fenomena, analisiss kuantitatif

diskriptif.

Page 49: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

33

Hasil Pada umumnya siswa SMA yang mengalami putus sekolah di lokasi

penelitian disebabkan karena alasan ekonomi keluarga yang tidak

mampu sehingga dengan kemauan sendiri serta keputusan keluarga

untuk memilih jalan putus sekolah atau tidak melanjutkan

menyelesaikan pendidikannya pada jenjang SMA tersebut. Beberapa

wilayah masih bisa ditemukan adanya anggapan bahwa perempuan

sebaiknya tidak bersekolah terlalu tinggi, sementara di tempat lain

anak laki-laki justru menjadi tulang punggung ekonomi keluarga

sehingga juga tidak dapat melanjutkan pendidikannya. 41,18%

responden menyatakan bahwa putus sekolah karena alasan ekonomi

keluarga yang tidak mampu. Kemudian, sekitar 29,41% berlasan

putus sekolah karena pendidikan orang tua yang rendah dan faktor

lingkungan yang tidak mendukung supaya siswa tetap dapat

melanjutkan pendidikannya pada jenjang SMA.

3 Nama Sulistyawati

Karyanto

Rindarjono

(2016)

Judul Hubungan Kondisi Internal Individu dan Aksesibiitas Siswa SMP

Negeri Tiga Kradenan Grobogan Terhadap Keputusan Melanjutkan

Sekolah

Variabel Y = Putus lanjut

X1= kondisi internal individu

X2= Aksesibilitas

Sampel 122 lulusan SMP di kabupaten Grobogan.

Alat analisis pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi linier dan uji ANOVA

untuk menentukan tingkat signifikannya.

Hasil Kondisi internal individual berpengaruh terhadap keputusan siswa

melanjutkan sekolah. Korelasi kondisi internal individual yang

berupa motivasi siswa dan prestasi akademik. Faktor aksesibilitas

seperti jarak rumah ke sekolah, jenis transportasi yang digunakan

siswa untuk ke sekolah, dan kondisi jalan juga berpengaruh terhadap

keputusan Siswa Melanjutkan Sekolah.

4 Nama Mokshein

Wong

Page 50: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

34

Ibrahim

(2016)

Judul Trends and Factors for Dropout Among Secondary School Student in

Perak.

Variabel Putus sekolah, Prestasi akademik, Minat dalam bersekolah, Saudara

non sekolah, Lingkungan rumah

Sampel 30 siswa dan orang tua di Kabupaten Perak

Alat

Analisis

Analisis aliran kohort (analisis untuk menganalisis putus sekolah) dan

presentasi hasil

Hasil Faktor utama putus sekolah adalah prestasi akademik yang buruk,

kurangnya minat dalam bersekolah, dan pengaruh dari saudara-

saudara non-sekolah dan faktor lingkungan rumah. Mayoritas siswa

masih tinggal bersama orang tua mereka dengan beberapa dari

mereka melakukan pekerjaan paruh waktu atau membantu orang tua

mereka sementara banyak yang hanya tinggal di rumah atau

digantung bersama teman-teman. Faktor dominan penentu putus

sekolah di Perak adalah lingkungan rumah.

5 Nama Singar

Zainuddin

(2017)

Judul Exploring the School Dropout Factors Among Indegenous Students

in Malaka

Variabel Y = putus Sekolah

X1= tingkat pendapatan,

X2= latar belakang pendidikan orang tua,

X3=infrastruktur dan fasilitas dasar

Sampel 8 sekolah di Alor Gajah, Melaka, Malaysia diperoleh sampel 169

siswa dengan metode stratifikasi

Alat

Analisis

Analisis regresi berganda

Hasil Orang tua, latar belakang pendidikan adalah faktor yang paling

dominan mempengaruhi putus sekolah, diikuti oleh infrastruktur dan

Page 51: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

35

fasilitas dasar ketiga adalah tingkat pendapatan.

6 Nama Tas, Borac, Seltopub, dan Demirkaya

(2013)

Judul Reasons for Dropout for Vocational High School

Variabel Putus sekolah, individu, keluarga,sekolah, lingkungan sosial

Sampel 19 Siswa SMK di turki

Alat

Analaisis

Metode analisis yang digunakan adalah Induktif

Hasil Sebagian besar putus sekolah menengah kejuruan disebabkan karena

fakor individu. Selain itu faktor sekolah seperti layanan konselor,

suasana di dalam kelas mendukung untuk putus sekolah, sehingga

siswa menjadi lebih merasa senang di luar sekolah.

7 Nama Setyadharma

Engelbrecht

Balli

(2017)

Judul Upper Secondary School Dropout: Lessons from Central Java

Province, Indonesia.

Variabel Y = putus sekolah

X1= individu

X2= keluarga

X3 = sekolah

X4=kebijakan pemerintah dan kondisi makroekonomi.

Sampel 439 siswa dan 878 orang tua / wali di Jawa Tengah.

Alat analisis Analisis dengan menggunakan regresi OLS, Probit dan Logit.

Hasil faktor dominan putus sekolah kebanyakan dialami oleh anak wanita,

lokasi rumah di daerah pedesaan, memiliki nilai yang rendah, serta

pengaruh persepsi keluarga dan saudara kandung.

8 Nama Basumatary

(2012)

Page 52: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

36

Judul School Dropout Across Indian States and UTs: An Econometric

Study

Variabel Y= putus sekolah

X1= kemiskinan

X2=tingkat keaksaraan

X3=kualitas guru

X4=penduduk pedesaan

X5=rasio siswa dengan kelas

X6= rasio guru dengan siswa

X7= jumlah pendaftar

Sampel 35 negara bagian dari India untuk tahun 2009-2010.

Alat analisis Analisis regresi.

Hasil Rasio murid guru kurang lebih sama. Rata-rata tingkat Kemiskinan

dan persentase penduduk pedesaan memiliki dampak yang lebih

besar dan signifikan terhadap angka putus sekolah.

9 Nama Mphale

(2014)

Judul Prevalent Dropout: A challenge on the Rolles of School Management

Teams to Enhance Students Retention in Botswana Junior Secondary

School

Variabel Y = Putus Sekolah

X1= Latar belakang keluarga

X2=Prilaku siswa

X3= Pengalaman individu di sekolah

Sampel 207 responden dari guru siswa sekolah menengah pertama di

Botswana

.

Alat analisis Analisis Regresi dan analisis skala likert.

Hasil Penyebab utama siswa putus sekolah jenjang sekolah menengah

pertama di Botswana adalah perilaku siswa yang menyumbang

99,75% dari jumlah responden. Anak tidak sehat, perilaku nakal,

ketidakhadiran, pembolosan dan penyalahgunaan obat-obatan dan

Page 53: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

37

alkohol telah menjadi indikasi perilaku siswa yang menyimpang.

10 Nama Ntumva

Rwambali

(2013)

Judul School Dropout in Community Secondary Shools: A Case of

Nyamilama Secondary School Mwanza Tanzania.

Variabel Putus sekolah, pestasi akademik, bahasa pengantar, jarak sekolah,

pendapatan rumah tangga

Sampel Metode Purposive sampling digunakan untuk memilih 60 siswa

di sekolah menengah Nyamilama di Distrik Kwimba di Wilayah

Mwanza Tazmania.

Alat

Analisis

Analisis statistik deskriptif.

Hasil Temuan telah menunjukkan bahwa prestasi akademik, bahasa

pengantar, jarak sekolah, pendapatan rumah tangga semua

berkontribusi besar pada sekolah putus sekolah.

Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

1. Perbedaan dengan penelitian Asmara dan Sukadana (2016), yaitu

penelitian ini menggunakan alat analisis logit sementara pada penelitian

sebelumnya menggunakan LPM, Logit dan Probit. Obyek penelitian ini

hanya fokus pada siswa SMK sementara pada penelitian sebelumnya

gabungan antara SMA dan SMK.

2. Perbedaan dengan penelitian Sulistyawati, Karyanto dan Rindarjono

(2016), yaitu dalam penelitian ini menggunakan alat analisis logit

sementara penelitian sebelumnya menggunakan analisis regresi. Selain itu

pemilihan variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel gender,

Page 54: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

38

persepsi, mengulang, jumlah saudara, membantu orangtua, pendidikan

orangtua, masalah teman, bimbingan konseling, hukuman, jarak serta

bantuan keuangan. Sementara pada penelitian sebelumnya menggunakan

variabel aksesibilitas, motivasi dan prestasi akademik.

3. Perbedaan dengan penelitian Ntumva dan Rwambali (2013) yaitu

penelitian ini menggunakan analisis logit sementara pada penelitian

sebelumnya menggunakan analisis statistik deskriptif. Selain itu juga

pemilihan variabel, dalam penelitian ini menggunakan variabel gender,

persepsi, mengulang, jumlah saudara, membantu orangtua, pendidikan

orangtua, masalah teman, bimbingan konseling, hukuman, jarak serta

bantuan keuangan. Sementara pada penelitian sebelumnya variabel yang

digunakan adalah prestasi akademik, bahasa pengantar, jarak sekolah serta

pendapatan.

2.8. Kerangka berfikir

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2017) menyatakan, bahwa

pada tahun 2030 sampai 2040, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus

demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan

dengan penduduk usia non produktif. Salah satu fenomena dari bonus demografi

yang akan terjadi adalah masalah sumber daya manusia terutama masalah

ketenagakerjaan dan pendidikan. Oleh karena itu, peran pendidikan sangat penting

terutama pendidikan kejuruan (Tarma, 2016). Faktor demografis, memiliki arti

bahwa pendidikan bersifat pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata.

Faktor ekonomis, merujuk pada tenaga kerja yang terdidik dan terampil (Subroto,

Page 55: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

39

2014). Apabila terjadi kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja

yang semakin besar, maka akan mempengaruhi produktivitas individu yang

selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan. Sementara itu

menurut McKinsey Global Institute (2012), bahwa dalam pasar kerja global tahun

2030, Indonesia diperkirakan akan mengalami kekurangan tenaga kerja terdidik

dan terampil, tetapi kelebihan tenaga kerja non terampil. Oleh karena itu,

pemerintah harus mempunyai proyeksi terhadap kebutuhan tenaga kerja untuk

mendukung pembangunan masa depan.

Dalam rangka menghindari kekurangan tenaga kerja terdidik dan terampil,

maka beberapa tahun terakhir ini, pemerintah memperbanyak program sekolah

vokasi, yaitu dengan menambah jumlah sekolah menengah kejuruan yang tersebar

di Indonesia. Data dari kementrian pendidikan dan kebudayaan (2017)

menunjukkan perkembangan sekolah SMK yang semakin meningkat, namun ada

masalah yang tidak terlihat dari penglihatan pemerintah yaitu berupa masalah

putus sekolah SMK yang juga tinggi. Putus sekolah disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu faktor individu, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor aksesibilitas

dan faktor kebijakan pendidikan. Masalah putus sekolah merupakan masalah

serius dalam rangka menciptakan pembangunan sumber daya manusia yang

terampil dan terdidik, oleh karena itu perlu adanya upaya dari pemerintah untuk

menanggulangi putus sekolah, baik berupa bantuan keuangan maupun pemberian

pengetahuan terkait pentingnya investasi pendidikan. Karena pendidikan yang

berkualitas juga berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi.

Page 56: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

40

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir

Bonus Demografi

Peningkatan Kualitas

kuantitas Pendidikan

Keterampilan

SMK (pendidikan yang

membekali keterampilan)

Putus Sekolah SMK

tertinggi

Upaya menanggulangi

Putus Sekolah

Individu

Keluarga

Sekolah

Aksesibilitas

Kebijakan

Pendidikan

Page 57: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

41

2.9. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti dan masih

harus diuji (Neolaka, 2016). Berdasarkan landasan teori di atas maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara faktor individu (Gender, Mengulang, Persepsi)

terhadap putus sekolah SMK di Kota Pekalongan;

2. Ada pengaruh antara faktor keluarga (jumlah saudara, membantu orangtua,

pendidikan orangtua) terhadap putus sekolah SMK di Kota Pekalongan;

3. Ada pengaruh antara faktor sekolah (masalah sekolah, bimbingan

konseling, hukuman) terhadap putus sekolah SMK di Kota Pekalongan;

4. Ada pengaruh antara faktor aksesibilitas (jarak) terhadap putus sekolah

SMK di Kota Pekalongan;

5. Ada pengaruh antara faktor kebijakan pendidikan (bantuan keuangan)

terhadap putus sekolah SMK di Kota Pekalongan

Page 58: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi logit dan pembahasan

mengenai faktor individu, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor aksesibilitas dan

kebijakan pendidikan terhadap keputusan untuk putus sekolah SMK di Kota

Pekalongan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor individu yang signifikan meningkatkan keputusan untuk putus

sekolah adalah persepsi terhadap sekolah, yaitu pandangan yang

menganggap sekolah hanya membuang buang waktu. Sementara gender

dan mengulang tidak terbukti mempengaruhi secara signifikan terhadap

keputusan putus sekolah.

2. Faktor keluarga yang signifikan mempengaruhi keputusan untuk putus

sekolah adalah jumlah saudara dan waktu untuk membantu orangtua.

Kedua variabel ini terbukti meningkatkan probabilitas putus sekolah.

Sementara itu, pendidikan ibu dan ayah tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan putus sekolah.

3. Faktor sekolah yang signifikan meningkatkan jumlah putus sekolah adalah

permasalahan dengan teman, dan hukuman dari sekolah. Sementara itu,

layanan bimbingan dan konseling terbukti tidak signifikan terhadap

keputusan putus sekolah

4. Faktor aksesisibilitas terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan untuk putus sekolah.

Page 59: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

67

5. Faktor kebijakan pendidikan berupa bantuan keuangan terbukti sebagai

satu satunya variabel yang mampu mengurangi jumlah putus sekolah.

5.2.Saran

1. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya investasi pendidikan untuk

masa depan siswa yang lebih baik di sekolah agar mau melanjutkan

sekolahnya sampai lulus dan tidak ada anggapan bahwa sekolah hanya

membuang buang waktu.

2. Tidak terlalu melibatkan anak dalam membantu pekerjaan orangtua. Selain

itu juga memberikan perhatian kepada anaknya terutama jika sekolah

sambil bekerja. Jangan sampai waktunya habis digunakan untuk bekerja,

atau memberi batasan waktu untuk bekerja semisal hanya di hari minggu

saja.

3. Dilihat dari faktor sekolah yang terbukti meningkatkan putus sekolah

secara signifikan adalah masalah selain akademik seperti permasalahan

dengan teman dan hukuman yang yang berhubungan dengan prilaku

menyimpang, jelas ini membutuhkan peranan bimbingan dan konseling

yang lebih intensif. Oleh karena itu sebaiknya sekolah menyediakan guru

BK yang mendampingi siswa dari masuk hingga lulus agar lebih mudah

mengetahui permasalahan yang dialami siswanya, akan tetapi tetap

memperbolehkan anak memilih seorang guru BK yang dianggap paling

nyaman.

4. Faktor aksesibilitas atau keterjangkauan, yang berkaitan dengan

infrastruktur terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap putus

Page 60: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

68

sekolah. Akan tetapi mengingat di kota pekalongan rawan bencana banjir

rob yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan beberapa sarana

sekolah sehinga menghambat beberapa sekolah melakukan kegiatan

belajar mengajarnya, maka perlu adanya perbaikan infrastruktur agar

tidak menghambat kegiatan..

5. Bantuan terbukti mampu mengurangi putus sekolah secara signifikan, oleh

karena itu perlu pemberian bantuan yang tepat sasaran kepada siswa yang

membutuhkan terutama yang sudah terindikasi putus sekolah karena

kendala biaya. Bagi sekolah swasta, bantuan dari pemerintah bisa dibilang

terbatas oleh karena itu bisa juga mencari dana selain dari yayasan dengan

cara kerja sama dengan dunia industri yang sesuai bidangnya selain itu

juga bisa sebagai link untuk menyalurkan siswanya.

Page 61: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

69

Daftar Pustaka

Afandi, Thohir. (2017). Bonus Demografi 2030-2040: Strategi Indonesia Terkait

Ketenagakerjaan Dan Pendidikan. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

Alivernini, F dan Lucidi, F. (2011). Relationship between social context, self-

efficacy, motivation, academic achievement, and intention to drop out of

high school: A longitudinal study. The journal of Educational Research,

104 (4), 241-252.

Arizona, Mauludea Mega (2013). Kajian Tentang Putus Sekolah Pada Tingkat

SMA/SMK di Kabupaten Gresik. Jurnal Unesa, Vol.2, No.3, 151-158.

Asmara, Yusufa Ramanda Indra., dan Sukadana, I Wayan. (2016). Mengapa Anak

Putus Sekolah Tinggi (Studi Kasus Kabupaten Buleleng Bali). E-Jurnal

Ekonomi Pembangunan, 1347-183.

Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan . (2017). Kota Pekalongan Dalam Angka

2017. Pekalongan : Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan.

Badan Pusat Statistik Provinsi jawa Tengah. (2015). Statistik Pendidikan Jawa

Tengah. Semarang: badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

Baharuddin, M. (1982). Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya .

Jakarta: Yayasan Kesejahteraan Keluarga.

Bakry, Aminuddin. (2010). Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik.

Jurnal Medtek, Vol.2, No.1, 1-13.

Basumatary, Rupon. (2012). School Dropout across Indian States and UTs: An

Econometric Study. International Research Journal of Social Sciences,

28-35.

Checchi, D. (2006). The economics of education: Human capital, family

background and inquality. Cambridge, United Kingdom: Cambridge

University Press.

Coleman, J. S. (1988). Social capital in the creation of human capital. American

Journal of Sociological Science, 11(6), 212-216

Djohar, A. (2007). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Djumhur, dan Surya, Moh. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.

Bandung: CV.Ilmu.

Page 62: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

70

Fauzi, Ahmad., Kadir, Andi Gau., dan Murfi, Andi. (2012). Analisis Peranan

Pemerintah Daerah Terhadap Anak Putus Sekolah di Kabupaten Wajo.

Jurnal Ilmu Pemerintahan , Vol.4, No.2, 85-96.

Fitriani, Fani. (2018). Peran Dinas Pendidikan Dalam Perumusan Pelaksanaan

Pencegahan Anak Rawan Putus Sekolah di Kota PekanBaru Tahun 2013-

2015. Jom Fisip, Vol.5, No.1, 1-13.

Gunawan, Ary. (2010). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang

Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Haidar, Ahmad Faiq. (2016). Aspirasi Pendidikan Remaja Yang Bekerja di

Industri batik Kampung Pringlau Kota Pekalongan. Jurnal Kebijakan

Pendidikan, Edisi 3 vol. V, 279-291.

Hamalik. (1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan, Kewirausahaan

dan Manajemen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Herawati, Yessy. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah

(Studi: di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru). Jom Fisip, Vol.2,

No.1, 1-12.

Hosmer, D. W. (1991). The impportance of assessing the fit of logistic regression

models: A case study. American Journal of Public Health, 81(12), 1630-

1635.

Hosmer, D. W. (2013). Applied logistic regression (3rd ed). Hoboken, NJ; John

Wiley dan Sons,Inc.

International Labour Organisation (ILO). (2015). Tren Tenaga Kerja dan Sosial di

Indonesia 2014-2015 : Memperkuat Daya Saing dan Produktivitas

Melalui Pekerjaan layak. Jakarta: ILO.

Jordan, W.J., Lara, J., dan McPartland, J.M. (1996). Exploring the Causesof Early

Dropout Among Race-ethnic and Gender Groups. Youth and Society.

28(1), 62-94.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . (2016). Ikhtisar data Pendidikan

Tahun 2015/2016. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ badan Perencanaan

Pembangunan Nasional . (2017). Penataan Angaran Pendidikan dalam

Prencanaan dan Penganggaran. Jakarta: Bappenas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . (2015). Ikhtisar Data Pendidikan

Tahun 2014/2015. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ikhtisar Data Pendidikan .

Jakarta.

Page 63: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

71

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ikhtisar Data Pendidikan

Tahun 2016/2017. Jakarta : Kemendikbud.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2017). Bonus Demografi

2030-2040: Strategi Indonesia Terkait Ketenagakerjaan dan Pendidikan.

Jakarta , Indonesia

Kharisma, Bayu. (2013). Dampak Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Terhadap Tingkat Putus Sekolah di Indonesia: Analisis DID. Jurnal

Ekonomi Kuantitatif, Vol.6, No.1, 7-15.

Kuncoro, Mudrajad. (2010). Dasar-Dasar Ekonometrika. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN Yogyakarta.

Latif, Aasma., Choudhary, Ali Iftighar., dan hammayun, Asad Afzal. (2015).

Economic Effects Of Students Dropouts : A Comparative Of The Causes

Of Students Dropouts Globally. International Journal of Economics,

Commerce and Management, 1511-1521.

Mokshein , Siti Eshah., Wong, Kung Teck. dan Ibrahim, Haniz. (2016). Trends

and factors for dropout among secondary school students in Perak. Journal

of Research, Policy & Practice of Teachers & Teacher Education , 5-15.

Mphale, Luke Moloko. (2014). Prevalent Dropout: A Challenge on the Roles of

School Management Teams to Enhance Students Retention in Botswana

Junior Secondary Schools . International Journal of Business and Social

Science , Vol.5, No. 11, 178-188.

Muliati, A. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian

Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program

Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan.

Retreived Mei 20, 2017. Diambil kembali dari

http://www.damandiri.ord.id/file/

Nahapiet, J. (2011). A social perspective: Exploring the links between human

capital and social capital. In A. Burton-Jones & J-C. Spender (Eds.), The

Oxford Handbook of Human Capital. New York City, Ny: Oxford

University Press.

Neolaka, Amos. (2016). Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA Bandung

Ntumva, Mabebe. E dan Rwambali, Emmanuel.G. (2013). School Dropout in

Community Secondary Schools: A Case of Nyamilama Secondary School-

Mwanza Tanzania . International Journal of Science and Technology,

Vol.2, No.10, 700-706.

Nurtanto, Mabebe dan Ramdani, Sulaeman Deni. (2016). Menyiapkan Pendidikan

Kejuruan Berbasis Kearifan Lokal Yang Berdaya Saing. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Teknik Elektro, 59-66.

Page 64: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

72

PDSPK Kemendikbud. (2017). Statistik Persekolahan SMK 2016/2017. Jakarta:

Kemendikbud.

Permana, Leo Hendra dan Purwanti, Evy Yulia. (2013). Analisis Dana

Dekonsentrasi dan Dana APBD Sektor Pendidikan di Provinsi Jawa

Tengah 2003-2011. Diponegoro Journal Of Economics, Vol.2, No.3, 1-11.

Prosser,C.A, & Quigley,T.H. (1950). Vocational Education in a Democracy.

Revised Edition. Chicago: American Technical Society.

Rasto. (2012). Pendidikan Kejuruan. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, 1-

13.

Reddy, A. N., dan Sinha,S. (2010). School Dropout or Pushouts? Overcoming

Barriers for the Right to Education ( Research Monograph No.40)

Rohmawati. (2017). Pengaruh Biaya Operasional Pendidikan Terhadap Output

Pendidikan Guru SMK Se-Kabupaten Gresik Dengan Produktivitas Kerja

Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi Pendidikan dan

Kewirausahaan , 21-37.

Rumberger, R.W., dan Lim, S.A (2008). Why Student Dropouts of School: A

review of 25 years of Research.

Sekaran, Uma. (2009). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba

Empat.

Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. (2017). Metode Penelitian Untuk Bisnis .

Jakarta: Salemba Empat.

Setyadharma, Andryan. (2017). Upper Secondary School Dropout: Lessons From

Central Java Province, Indonesia. Disertasi . New Zealand: Collage of

Science, Massey University.

Sequire, S., Spinnewijn, J., dan Xu, G. (2016). Rewarding schooling success and

perceived returns to education: Evidence from India. Journal of Economic

Behavior & Organization, 131,373-392

Singar, Sheera Nabila dan Zainuddin, Azizan. (2017). Exploring the School

Dropout Factors among Indigenous Students in Melaka. Journal of

Administrative Science, Vol.14, Issue 3, 1-13.

Slamet. (2016). Kontribusi Kebijakan Peningkatan Jumlah Siswa SMK.

Cakrawala Pendidikan, No.3, 301-311.

Smith, M. H., Beaulieu, L. J., & Israel, G. D. (1992). Effects of human capital and

social capital on dropping out of high school in the south. Journal of

Research in Rural Education, 8(1), 75-87.

Page 65: ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PUTUS …lib.unnes.ac.id/36654/1/7111414059_Optimized.pdf · KEPUTUSAN PUTUS SEKOLAH SISWA SMK DI KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Untuk

73

Stearns, E dan Glennie, E.J. (2006). When and Why Dropouts Leave High

School. Youth and Society., 38 (1). 29-57

Subroto, Gatot. (2014). Hubungan Pendidikan dan Ekonomi: Prespektif Teori dan

Empiris. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.20, No.3, 390-400.

Sugianto, Eddy. (2017). Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Tingkat SMA di

Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Inderagiri Hulu. Jom

Fisip, Vol.4, No.2, 1-14.

Suharto, Edi. (2007). Kebijkan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran

Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam Mewujudkan Negara

Kesejahteraan di Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati, Rita Agus, Karyanto, Puguh dan Rindarjono, Moh Gamal. (2016).

Hubungan Kondisi Internal Individu dan Aksesibilitas Siswa SMP negeri

3 Kradenan grobogan Terhadap Keputusan Melanjutkan Sekolah. Jurnal

GeoEco, Vol.2, No.1. 80-87.

Sumarto, dan Nurhayati, Ai. (2010). Pendidikan Berkelanjutan dalam Bidang

Vokasi. Seminar Internasional : Peran Pengembangan Pendidikan Vokasi

di Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Syahra, Rusydi. (2003). Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi. Jurnal Masyarakat

dan Budaya, Vol.5, No.1, 1-22.

Tarma. (2016). Corporate Vokational School : Strategi Antisipatif Menghadapi

Pengangguran Lulusan SMK dalam Prespektif Bonus Demografi. Jurnal

Dinamika Manajemen Pendidikan , 1-6.

Tas, Ali., Borac, Veysel., Selvitopub, Abdullah dan Demirkaya, Yusuf. (2013).

Reasons for Dropout for Vocational High School. Educational Sciences:

Theory & Practice, 1561-1665.

Teachman, J. D., Paasch, K., dan Carver, K. (1997). Social capital and the

genartion of human capital. Social Forces, 75(4), 1343-1359.

Todaro, Michael dan Smith, Stephen. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta:

Erlangga.

Wahyudin, Agus. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis dan Pendidikan.

Semarang: Unnes Press.

Yoto. (2012). Analisis Pembiayaan Pendidikan di Indonesia (Suatu Kajian praktis

dalam Sistem Pengelolaan Anggaran Pendidikan Pada Sekolah Menengah

Umum dan Kejuruan). Jurnal Teknik Mesin, No.1, 78-93.