Upload
dinhdan
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Lydia Rahmadhini Arfiani
NIM: 1113081000108
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1438 H
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Priode 2011-2015)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Lydia Rahmadhini Arfiani
NIM: 1113081000108
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ade Sofyan Mulazid Ade Ananto Terminanto,MM
NIP: 19750101 20050 1 008 NIP: 196811252014111002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1438 H/2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini tanggal 8 September 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
Mahasiswa :
1. Nama : Lydia Rahmadhini Arfiani
2. NIM : 1113081000108
3. Jurusan : Manajemen/ MIPS
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bagi
Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia (Studi
Kasus Bank Umum Syariah periode 2011-2015)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 September 2016.
1. Amalia, MSM ( )
NIP.1974082120009012005 Penguji I
2. Deni Pandu, M.Si ( )
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang Bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lydia Rahmadhini Arfiani
Nomor Induk Mahasiswa : 1113081000108
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebutkan pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 27 Desember 2016
Yang menyatakan,
Lydia Rahmadhini Arfiani
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Lydia Rahmadhini Arfiani
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 11 Maret 1994
Alamat Rumah : JL. Werkudoro No 301 RT/RW 04/001 Dirgantara
I Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur
Ayah : Nursofyan
Ibu : Alis Warsidah S.pd
Telepon/HP : 081280412311
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1999-2000
2000 – 2006
TK Angkasa 6
SD Anngkasa 4
2006 – 2009 SMP Negeri 128 Jakarta
2009 - 2012 SMA Angkasa 2
2012 – 2014 Program Profesional TI Perbankan Syariah
CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
Seminar Dan Workshop Bisnis 2013
Seminar Peran Strategis Pengelolaan Kekayaan 2013
Negara Dalam Perekonomian Indonesia
Seminar Nasional Metalugi Material 2013
Pelatihan Asurasi Syariah 2016
Pelatihan Ekspor-Impor 2016
vii
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE LEVEL OF DEPOSITS IN
BANKS ISLAMIC MUDHARABAH INDONESIA
(Case study of Islamic Banks in Indonesia period 2011-2015)
ABSTRACT
This study aims to determine Analysis of Factors Affecting Level Sharing
Mudharabah Savings On Islamic Banks partially or simultaneously on Bank
Syariah period 2011-2015. The population in this study is the Islamic Banks
operating in Indonesia for 5 years (2011-2015). This study using purposive
sampling method with variable FDR, NPF and inflation at the level of the results.
After being selected, the target population amounted to 7 banks, among which the
BCA Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah Bukopin Syariah Mandiri Syariah
Muamalat, Panin Syariah. The analytical method used is the panel data
regression. The model chosen is the Fixed Effects Model, then tested by t test and
f with a significance level of 5%. Based on the test f note that in this study the
variable financing to deposits ratio and non-performing financing and inflation
simultaneously affect the level of revenue sharing sharia banks. Based on t test is
known that in partial financing to deposits ratio, non-performing financning
which have an influence on the level of revenue sharing sharia banks. Adjust R2
in this study indicate that all independent variables contributing as much as 51%
on the dependent variable. The remaining 49% is influenced by other variables
that do not exist in this study such as CAR, Interest Rate, Economic Growth.
Key words: Level Sharing, FDR, NPF, Inflation, and Islamic Banks
viii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Priode 2011-2015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah secara parsial maupun simultan pada Bank Syariah periode 2011-2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang beroperasi di
Indonesia selama 5 tahun (2011-2015). Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dengan variabel FDR,NPF dan inflasi pada tingkat bagi hasil.
Setelah diseleksi, populasi sasaran berjumlah 7 bank, diantaranya yaitu BCA
Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bukopin Syariah, Mandiri Syariah,
Muamalat, Panin Syariah. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data
panel. Model yang terpilih adalah Fixed Effect Model, kemudian diuji dengan uji t
dan uji f dengan tingkat signifikansi 5%. Berdasarkan uji f diketahui bahwa dalam
penelitian ini variabel financing to deposits ratio dan non performing financing
dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap tingkat bagi hasil bank umum
syariah. Berdasarkan uji t diketahui bahwa secara parsial variabel financing to
deposits ratio,non performing financning yang memiliki pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil bank umum syariah. Adjust R2
menunjukkan bahwa dalam
penelitian ini seluruh variabel independen memberikan kontribusi sebanyak 51%
terhadap variabel dependen. Sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak ada dalam penelitian ini seperti CAR,Suku Bunga,Pertumbuhan
Ekonomi.
Kata Kunci: Tingkat Bagi Hasil,FDR,NPF,Inflasi, dan Bank Umum Syariah.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil
Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)”.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kekuasaan
Allah SWT yang telah memberikan ridha dan rahmat-Nya kepada penulis. Selain
itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. M Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Program Studi Manajemen
3. Bapak Sopyan selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah mengarahkan
dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.
4. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing I atas
ketersediaan waktu, tenaga dan segala ilmu yang diberikan untuk
membimbing penulis.
5. Bapak Ade Ananto Terminanto, MM selaku Dosen Pembimbing II atas
bimbingan, arahan dan nasihat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah dengan sabar dan
ikhlas memberikan segala ilmu yang dimiliki
7. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala bantuannya.
8. Teristimewa kepada orang tua penulis Nursofyan dan Alis Warsidah yang
selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik segi
moril, materi dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah
motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini.
x
9. Nenekku Sahara tersayang yang selalu menyemangati, memberikan motivasi
serta do‟a.
10. Adikku tersayang Arfina Dwilis Cahyani yang selalu menyemangati serta
do‟anya.
11. Asep Saepul Hidayat, Terimakasih selalu memberikan support dan motivasi
disaat keadaan mulai down. Memberikan arahan tentang hidup jangan mudah
menyerah dan selalu mengajarkan untuk bangkit.
12. Sahabat-sahabat tersayang Deby Alfianti, Lulu Septiani, Muhammad Lutfi,
Luqiana Cahyaningtyas yang selalu menyemangati dan banyak memberikan
motivasi serta do‟a. Persahabatan dan kebersamaan selama ini takkan
kulupakan.
13. The Boyots Manarul Iqbal, Sandra Karlina, Luqiana Cahyaningtyas
trimakasih yang telah menyemangati dan banyak memberikan motivasi serta
do‟a
14. Ciwi-ciwi tersayangku Sandra Karlina,Tia Elwan,Agitia Rachmawati, Siti
Fitria Azizia, Arfi Septiani yang sering bersama-sama, berjuang bersama-
sama menghadapi berbagai masalah yang terjadi, serta trimakasih atas
kebersamaan dan pelajarannya.
15. Nurwinda Sari, Tini,Repita Zahra, Sevira Aulia yang banyak memberikan
motivasi serta do‟a.
16. Teman-teman “Pejuang Kompre” yang sudah berjuang bersama-sama
mengejar kompre dan selalu menemani disaat susah.
17. Teman-teman MIPS 2013 dan “Penjahat Kelas A” yang pernah sama-sama
berjuang menghadapi berbagai masalah yang terjadi, terima kasih atas
kebersamaannya.
18. Teman-teman CCIT FTUI yang telah berjuang bersama menyelesaikan
proyek TA, terimakasih atas pengalaman dan ilmunya.
19. KKN Gemmar 2015 yang selalu bersama-sama selama 1 bulan di Desa
Dangdeur, terimakasih atas kebersamaan dan keceriannya, semoga
kekeluargaan kita tetap terjaga.
20. Trimakasih Hafifah Khoerani yang telah menyemangati dan do‟a.
xi
21. Seluruh sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
semangat dan doa yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran untuk penyempurnaan
penelitian ini. Semoga penelitian ini memberikan manfaat dan wawasan kepada
semua pihak yang membaca. Atas segala kontribusi, doa dan kebaikan kalian
semua saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Allah SWT memberikan
keberkahan bagi kalian.
Jakarta, 27 Desember 2016
Peneliti,
Lydia Rahmadhini Arfiani
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 16
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 17
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 19
A. Landasan Teori ........................................................................................... 19
B. Pembiayaan Mudharabah ........................................................................... 40
C. Peneliti Sebelumnya ................................................................................... 47
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 51
E. Uji Hipotesis .............................................................................................. 52
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 54
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 54
B. Teknik Penentuan Sampel .......................................................................... 54
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 57
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 72
B. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 79
C. Uji Stasioneritas ......................................................................................... 80
D. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 81
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 93
A. Kesimpulan ................................................................................................ 93
xiii
B. Saran ........................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN ........................................................................................................ 100
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perkembangan FDR ........................................................................... 9
Grafik 4. 1 Hasill Uji Normalitas .......................................................................... 83
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ....................................................... 2
Tabel 1. 2 Jumlah BUS, UUS dan BPRS di Indonesia periode 2009-2015 ............ 7
Tabel 1. 3 Rasio NPF Perbankan Syariah ............................................................. 10
Tabel 1. 4 Komposisi Inflasi Periode 2011-2015 ................................................. 11
Tabel 1. 5 Ringkasan Research GAP .................................................................... 13
Tabel 2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvesional ................................. 27
Tabel 2. 2 Kriteria Kesehatan NPF Bank Syariah ............................................... 34
Tabel 2. 3 Peneliti Sebelumnya ............................................................................ 47
Tabel 3. 1 Populasi Penelitian .............................................................................. 56
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian ................................................................................. 56
Tabel 4. 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 79
Tabel 4. 2 Hasil Uji Stasioneritas .......................................................................... 81
Tabel 4. 3 Hasil Uji Chow..................................................................................... 81
Tabel 4. 4 Hasil Uji Hausman ............................................................................... 82
Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................... 83
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. 84
Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokolerasi ......................................................................... 85
Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Data Panel ............................................................... 87
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi (Adjust R2) ............................................ 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bank syariah semakin menunjukkan eksistensinya,
terutama setelah Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
yang berubah menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan mengakui keberadaan bank konvensional dan bank syariah
secara berdampingan (dual banking system). Undang-Undang tersebut
menegaskan bahwa bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah yang memungkinkan kegiatan bank syariah menjadi lebih luas
dalam hal produk. Eksistensi bank syariah semakin diperkuat dengan
adanya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Penetapan Undang-Undang ini memungkinkan diterapkannya kebijakan
moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Perbankan Syariah di Indonesia memiliki keunggulan dari segi
regulasi yang tidak dimiliki negara lain. Menurut Halim Alamsyah, di
Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah bersifat
terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang merupakan institusi yang independen. Sementara di Negara
lain, fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang
terjadinya perbedaan sangat besar. Di Malaysia, struktur organisasi
lembaga fatwa ini berada di bawah Bank Negara Malaysia (BNM).
2
Hadirnya bank syariah di Indonesia diterima dengan baik oleh
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jaringan kantor Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada
tabel di bawah ini:
Tabel 1. 1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Kategori 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank
- Jumlah Kantor
11
1401
11
1745
11
1998
12
2163
12
1990
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Konvensional yang
memiliki UUS - Jumlah Kantor
24
336
24
517
23
590
22
322
22
311
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
- Jumlah Bank
- Jumlah Kantor
155
364
158
401
163
402
163
439
163
446
Total Kantor 2101 2663 2990 2924 2747 Sumber: Laporan Bank Indonesia
Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 hingga 2013 total
kantor mengalami peningkatan, namun pada tahun 2014 hingga 2015 total
kantor mengalami penurunan. Menurut (Hasan,2011:1) pertumbuhan yang
tinggi membuktikan bahwa daya tarik perbankan syariah di Indonesia sangat
tinggi karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan komitmen
pemerintah Indonesia untuk mengembangkan perbankan syariah telah
dibuktikan dengan disusunnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Namun di sisi lain, Harif Amali Rivai menyatakan bahwa
meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, tetapi
pengembangan produk syariah berjalan lamban dan belum berkembang
3
sebagaimana halnya bank konvensional.Menurut Achmad K. Permana, hal ini
dikarenakan adanya tiga masalah besar yang menghambat perkembangan
bisnis syariah saat ini. Pertama, diperlukannya standarisasi produk perbankan
syariah karena masih banyak bank syariah yang belum menjalankan bisnisnya
sesuai prinsip syariah. Kedua, sangat sedikit masyarakat yang tahu tentang
produk-produk dan istilah perbankan syariah sehingga diperlukan sosialisasi
lebih lanjut mengenai bank syariah. Ketiga, sulitnya SDM perbankan syariah
yang berkompeten.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat. Menguntungkan disini adalah bahwa pihak
yang mempunyai dana (nasabah) tetapi tidak bisa mengelolanya, maka pihak
kedua (bank syariah) dapat mengelola dana tersebut ke dalam sebuah usaha.
Keuntungan dan kerugian usaha tersebut akan dibagi sesuai kesepakatan,
sehingga kedua pihak dapat saling berkerjasama. Dalam kegiatan
operasionalnya, bank syariah juga menonjolkan aspek keadilan dalam
bertransaksi, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dalam berproduksi dan
menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.
Didirikannya bank syariah oleh pemerintah tidak hanya untuk memberikan
alternatif perbankan non riba bagi masyarakat muslim, namun juga untuk
mengembangkan sektor riil. Namun pada kenyataannya, perkembangan
industri perbankan syariah sampai saat ini masih terbilang sangat lambat
karena total aset yang dimiliki perbankan syariah sangat kecil, sampai bulan
4
februari 2014 masih dibawah 5% dari total pangsa pasar perbankan pada
umumnya.
Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, (Halim Alamsyah, Metro TV,
2015) hal tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada umumnya
melambat karena imbas dari perlambatan ekonomi dunia. Perlambatan
pertumbuhan ditunjukkan dengan turunnya kecepatan pemberian pembiayaan
dari perbankan syariah. Rata-rata pertumbuhan industri keuangan syariah
adalah 40%. Tetapi beberapa waktu belakangan ini tidak lebih dari 20%.
Faktor lainnya yaitu persaingan antara industri keuangan konvensional dengan
industri keuangan syariah semakin meningkat dikarenakan ketersediaan dana
pihak ketiga yang mana merupakan sumber dana pembiayaan juga melambat.
Hal ini memicu industri keuangan nasional bisa menaikkan suku bunga.
Sedangkan bagi hasil dari industri keuangan syariah bisa turun karena hal
tersebut Ni‟mah (2015).
Walaupun terjadi penurunan pertumbuhan dalam pendapatan bank syariah,
hal tersebut tidak mengurangi ketertarikan nasabah atau pihak ketiga untuk
menggunakan bank syariah sebagai mitra. Hal ini didasari oleh pemikiran
pengembangan bank syariah, yaitu untuk memberikan pelayanan jasa
perbankan kepada sebagian masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilayani
oleh perbankan yang sudah ada karena bank-bank tersebut menggunakan
sistem bunga. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ni‟mah (2015).
Beberapa penelitian diluar negeri menemukan bahwa perilaku nasabah
dalam memilih bank syariah didorong oleh faktor memperoleh keuntungan.
5
Sebagaimana dikutip oleh Ghafur, penelitian Erol dan El-Bdour menunjukkan
bahwa motif utama dalam memilih bank syariah adalah motif keuntungan
bukan motif agama. Identifikasi oleh Metawa dan Almossawi menyimpulkan
bahwa keputusan nasabah dalam memilih bank syariah selain didorong faktor
agama juga didorong oleh faktor keuntungan. Kesimpulan akhir penelitian
Haron dan Ahmad juga menemukan bahwa motivasi mencari untung adalah
faktor utama yang mendorong nasabah untuk menabung di bank syariah.
Begitu juga di Indonesia, seperti yang dikutip Nasrah, penelitain Husnelly dan
Mangkuto juga menegaskan bahwa faktor yang menjadi pertimbangan di
masyarakat menginvestasikan dananya di bank syariah adalah faktor return
bagi hasil.
Bank syariah memperoleh pendapatan operasional dari beberapa sumber,
di antaranya dari pendapatan bagi hasil, baik dari pembiayaan yang disalurkan
maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan. Adanya previsi dan
komisi yang dipungut atau diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang
dilakukan. Adanya pendapatan valuta asing lainnya (keuntungan yang
diperoleh bank berbagai transaksi devisa) pendapatan rupa-rupa seperti dividen
yang diterima dari saham yang dimiliki, dan pendapatan bukan usaha bank
(semua pendapatan yang benar-benar diterima dan tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha). (Dendawijaya, 2006:113).
Bank syariah menawarkan imbalan kepada masyarakat pemilik dana
dengan sistem bagi hasil yang ditentukan pada awal perjanjian. Hal inilah yang
mendorong masyarakat untuk mempercayakan dananya kepada bank syariah.
6
Peningkatan jumlah dana pihak ketiga pada bank, mendorong pihak bank untuk
menyalurkan dana tersebut kepada calon debitur dengan harapan mendapat
bagi hasil dari penyaluran pembiayaan tersebut. Seiring dengan perkembangan
kegiatan perbankan, diiringi pula dengan peningkatan penyelewengan yang
terjadi yang merupakan dampak dari tindakan lalai yang mengabaikan prinsip
kehati-hatian.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait
(Antonio, 2009:3). Sampai dengan tahun 2013, industri perbankan syariah telah
mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dengan
total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar hampir seluruh
penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah,
akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri
perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟.
7
Terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah BUS, UUS, ataupun BPRS di
Indonesia setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah BUS, UUS dan BPRS
dalam rentan waktu 2009-2015 sebagai berikut:
Tabel 1. 2
Jumlah BUS,UUS dan BPRS di Indonesia Periode 2009-2015
Kelompok
Bank
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 6 11 11 11 11 12 12
UUS 25 23 24 24 23 22 22
BPRS 138 150 155 158 163 163 171
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Pada Tabel 1.2 terlihat peningkatan jumlah BUS, UUS dan BPRS
meskipun tidak signifikan. Pada tahun 2009 jumlah BUS di Indonesia hanya
sebanyak 6 bank dengan jumlah kantor operasional sebanyak 711 kantor.
Kemudian jumlah BUS meningkat pada tahun 2010 yaitu menjadi 11 BUS
yang beroperasional di Indonesia. Peningkatan jumlah tersebut tidak dialami
oleh UUS, yang terjadi adalah jumlah UUS di Indonesia mengalami
penurunan. Pada tahun 2009 jumlah UUS di Indonesia sebanyak 25 unit,
kemudian mengalami penurunan di tahun 2010 menjadi 23 unit dan
mengalami peningkatan lagi di tahun berikutnya menjadi 24 unit. Namun
peningkatan tersebut tidak bertahan lama, jumlah UUS terus mengalami
penurunan di tahun-tahun berikutnya, hingga tercatat pada tahun 2015 jumlah
UUS di Indonesia sebanyak 22 unit. Berbeda hal dengan BPRS, jumlahnya
8
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tercatat di tahun 2015
jumlah BPRS di Indonesia sebanyak 171 bank.
Skema produk perbankan syariah ada dua kategori kegiatan ekonomi,
yaitu produksi dan distribusi. Kategori pertama difasilitasi melalui skema
profit sharing (mudharabah) dan partnership (musyarakah), sedangkan
kegiatan distribusi manfaat hasil-hasil produk dilakukan melalui skema jual
beli (murabahah) dan sewa menyewa (ijarah) (Machmud dan Rukmana,
2010:7). Berdasarkan sifat tersebut, kegiatan lembaga keuangan dan bank
syariah dapat dikategorikan sebagai investment banking dan
merchant/commercial banking. Artinya, bank syariah dapat melakukan
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan investasi (sektor riil) dan moneter.
Pembiayaan di sektor riil dapat dilakukan dengan aktivitas pendanaan
berbasis bagi hasil maupun margin keuntungan untuk produk jual beli,
sedangkan untuk moneter, bank syariah melakukan aktivitas tabungan atau
deposito dengan mekanisme bagi hasil.
Dengan demikian menjadi cukup penting bagi bank syariah untuk
tetap menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabahnya.
Nasabah penyimpan dana akan selalu mempertimbangkan tingkat imbalan
yang diperoleh dalam melakukan investasi pada bank syariah . jika tingkat
bagi hasil bank syariah terlalu rendah maka tingkat kepuasaan shahibul maal
akan menurun dan kemungkinan besar akan memindahkan dananya ke bank
lain. Karakteristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi hasil
9
menjadi faktor penentu kesuksesan bank syariah dalam menghimpun dana
pihak ketiga.
Faktor pertama yang mempengaruhi tingkat bagi hasil dapat dilihat
melalui tingkat pembiayaan dengan mengukur Financing Deposit Ratio
(FDR). Financing Deposit Ratio (FDR) merupakan salah satu indikator
tingkat kesehatan suatu bank yang menggambarkan tingkat efisiensi
pelaksanaan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi sebagai lembaga
penghimpun dana dan pengalokasiannya.
Gambar 1. 1
Perkembangan Financing Deposit Ratio Bank Umum Syariah Periode 2011-
2015
Sumber : Laporan Keuangan pada Website masing-masing Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2015 (data diolah)
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Financing Deposit Ratio
(FDR) pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari 80,7% menjadi 87,85 % ,
kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2013 menjadi 96,31%,
namun pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 91,64%, dan
mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 menjadi 90,71 artinya
hampir semua dana dari masyarakat berupa simpanan disalurkan kembali ke
masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
10
Faktor kedua yang dapat timbul dalam faktor yang mempengaruhi tingkat
bagi hasil adalah non performing financing (NPF). NPF terjadi ketika
terdapat pinjaman yang memiliki kesulitan pelunasan, disebabkan oleh unsur
kesengajaan dan bisa juga disebabkan oleh hal-hal diluar kendali yang belum
dapat ditangani oleh peminjam. Besar kecilnya NPF menunjukkan kinerja
suatu bank dalam pengelolaan dan yang disalurkan. Apabila porsi
pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya akan
menurunkan pendapatan yang diperoleh bank (Ali, 2004). Tingkat NPF pada
perbankan syariah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. 3
Rasio NPF Perbankan Syariah Periode 2011-2015
Tahun NPF
2011 2,52%
2012 2,22%
2013 2,62%
2014 5,56%
2015 4,84% Sumber: Laporan Bank Indonesia 2011-2015
Dari tabel 1.3, dapat diketahui bahwa tingkat NPF mengalami
penurunan pada tahun 2011 hingga 2012, namun pada tahun 2013-2014
mengalami peningkatan. Tingkat NPF yang cukup tinggi, terjadi pada tahun
2014, NPF telah menebus angka 5,56%, angka tersebut melebihi batas aman
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, sebesar 5%.
Terkait kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, tentunya
bank syariah menghadap faktor pendukung dan faktor penghambat yang
berasal dari internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang
11
berpengaruh adalah kondisi makro ekonomi. Berikut ini komposisi
beberapa kondisi makro ekonomi yang berasal dari pihak eksternal seperti
Inflasi :
Tabel 1. 4
Komposisi Inflasi Periode 2011-2015
Tahun
Inflasi
(%)
2011 3,79%
2012 4,30%
2013 8,38%
2014 8,36%
2015 3,35% Sumber: Laporan Bank Indonesia 2011-2015
Kondisi eksternal makro ekonomi adalah inflasi. Semakin tinggi
suku bunga inflasi juga semakin tinggi, misalnya hal ini dilihat dari
kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga melalui operasi pasar
terbuka, memang akan berdampak positif bila dilihat dari penekanan
terhadap jumlah uang yang beredar akan tetapi dilain sisi, hal ini akan
menimbulkan masalah dalam sektor rill akibat dana masyarakat terserap
semuanya ke perbankan sehingga produksi nasional terlambat, sehingga
harga-harga akan meningkat tajam dengan langkanya produk di pasaran.
Pada tabel 1.4 diatas menjelaskan tentang perkembangan inflasi
dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2011 nilai inflasi yaitu sebesar 3,79
persen. Pada tahun 2011 telah terlewati dan memberi catatan bahwa inflasi
di tahun 2012 nilainya lebih tinggi dibandingan tahun sebelumnya yaitu
12
pada level 4,30 persen hal ini terjadi karena pada awal 2012, pemerintah
mengajukan kenaikan harga bahan bakar hal ini menyebabkan peningkatan
yang tidak terduga. Akhirnya pada tahun 2013, premium dinaikan 44
persen menjadi Rp 6.500 dan solar sebesar 22 persen menjadi Rp 5.500
per liter. Hal ini terjadi karena subsidi bahan bakar yang meningkat dari 3
tahun tersebut. Inflasi meningkat menjadi 8,4 persen di tahun 2013 dan
2014 karena porsi yang signifikan dan harga bahan bakar Indonesia tetap
disubsidi, sementara kenaiakan harga bahan bakar menuntut peningkatan
terus menerus. (www.tradingeconomics.com)
Beda halnya yang terjadi pada tahun 2015, terlihat pada tabel di
atas inflasi cenderung mengalami penurunan yang tajam dibandingkan 3
tahun sebelumnya. Hal tersebut tidak lepas dari adanya penurunan harga
minyak mentah internasional yang mendorong pemerintah untuk
menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pada penelitian ini mengacu (Nofianti,dkk,2015) mengenai
penelitian serupa yaitu faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil
menunjukkan bahwa FDR(Financung Deposits Ratio) berpengaruh positif
secara signifikan ,sedangkan NPF (Non Performing Financing) tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil.
(Andriyanti dan Wasilah, 2010) penelitian ini menunjukkan bahwa
inflasi berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil sedangkan FDR
(Financing Deposits Ratio) tidak mempunyai pengaruh yang singnifikan
terhadap tingkat bagi hasil.
13
Fakhrudin Muharram (2006) penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat bagi hasil tidak berpengaruh terhadap simpanan mudharabah
sedangkan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap simpanan
mudharabah. Miftakhul Aghnia (2015) penelitian ini menunjukkan bahwa
inflasi secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap
simpanan mudharabah.
Rahmah Syafira (2014) penelitian ini menunjukkan bahwa NPF
(Non Performing Financing) dan FDR ( Financing Deposits Ratio)
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Adriyanti Wasilah
(2010) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap
mudharabah, sedangkan deposito tidak berpengaruh signifikan terhadap
mudharabah.
Sinta Aisyah (2010) berpendapat bahwa FDR berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat bagi hasil, sedangkan inflasi berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap tingkat bagi hasil.
14
Tabel 1. 5
Ringkasan Research GAP
No. Hubungan Variabel Hasil Penelitian Peneliti (Tahun)
1. FDR (Financing
Deposits Ratio) terhadap
tingkat bagi hasil
FDR (Financing
Deposits Ratio)
berpengaruh Positif
Signifikan terhadap
tingkat bagi hasil.
Nana Nofianti, Tenny
Badina dan Aditya
Erlangga (2015),
Rahmah Syafira (2014),
FDR (Financing
Deposits Ratio) tidak
berpengaruh
Signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
Andriyanti dan Wasilah
(2010), Sinta Aisyah
(2010)
2.
Non Performing
Financing (NPF)
terhadap tingkat bagi
hasil
Non Performing
Financing (NPF)
berpengaruh Negatif
Signifikan terhadap
tingkat bagi hasil.
Rahmah Syafira (2014)
Non Performing
Financing (NPF)
tidak berpengaruh
Signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
Nana Nofianti, Tenny
Badina dan Aditya
Erlangga (2015),
Rahmah Syafira (2014)
3. Inflasi terhadap tingkat
bagi hasil.
Inflasi berpengaruh
Positif Signifikan terhadap tingkat Bagi
Hasil.
Miftakhul Aghnia
(2015)
Inflasi tidak
berpengaruh secara
negatif tidak
Signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
Sinta Aisyah (2010)
Sumber: Berbagai Jurnal yang diolah
Berdasarkan pada data fenomena gap yang sudah ada pada penelitian
terdahulu dan banyaknya terjadi fenomena gap yang tidak sesuai dengan teori
yang ada, antara lain nilai FDR (Financing Deposits Ratio) yang turun tidak
15
diikuti terhadap tingkat bagi hasil . Kemudian Non Performing Financing
(NPF) turun tidak diikuti dengan tingkat bagi hasil tidak terbukti. Selain itu
fenomena gap yang tidak sesuai dengan teori yang ada adalah inflasi tidak
dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil.
Dalam penelitian ini, variable-variabel yang akan diteliti adalah
variable-variabel para peneliti terdahulu yang hasilnya tidak konsisten
(berbeda-beda) dan dipilih berdasar pada adanya research gap dan adanya
suatu Pengembangan model dari penelitian terdahulu.
Fenomena lain yang dapat diambil pada penelitian ini adalah
berdasarkan prinsip bagi hasil yang sering dibahas dalam literatur fiqh dan
umumnya disalurkan perbankan syariah terdiri dari dua jenis, yaitu
pembiayaan mudharabah dan musyarakah (Febianto dan Kasri, 2011:2). Pada
umumnya pembiayaan bagi hasil belum dapat mendominasi pembiayaan
yang diberikan oleh bank syariah secara keseluruhan. Hanya dari negara
tertentu saja yang sudah mampu menempatkan pembiayaan bagi hasil
tersebut pada porsi tertinggi dari total keseluruhan. Sebagai contoh negara
Sudan yang dinilai telah memiliki sistem perbankan syariah yang mapan
sehingga mampu membuat batasan tentang maksimum pembiayaan
mudharabah yang disalurkan yaitu hanya 30%, dan menentukan porsi yang
lebih besar untuk pembiayaan bagi hasil (Ascarya dan Yumanita,2010).
16
Masalah masih rendahnya porsi pembiayaan bagi hasil terutama
mudharabah pada pembiayaan bank syariah ternyata merupakan fenomena
global, tidak terkecuali di Indonesia. Fenomena ini disebabkan karena
pembiayaan berbasis bagi hasil memiliki risiko yang besar jika dibandingkan
dengan pembiayaan lainnya. Walaupun prinsip bagi hasil menjadi ciri khas
bank syariah, namun risiko yang dihadapi cukup besar yaitu risiko moral
hazard dan biaya transaksi yang tinggi (Sadr dan Iqbal, 2011). Dengan
demikian, idealnya pembiayaan berbasis bagi hasil yang mendominasi
pembiayaan lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah
Di Indonesia Periode 2011-2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah tertdapat pengaruh FDR (Financing to Deposits Ratio) terhadap
tingkat bagi hasil bank umum syariah?
2. Apakah terdapat pengaruh pengaruh NPF (Non Performing Financing)
terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah?
17
3. Apakah terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat bagi hasil bank
umum syariah?
4. Apakah terdapat pengaruh FDR (Financing to Deposits Ratio), NPF (Non
Performing Financing), dan inflasi secara bersama-sama (simultan)
tingkat bagi hasil bank umum syariah?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh FDR (Financing to Deposits Ratio) terhadap
tingkat bagi hasil bank umum syariah.
2. Menganalisis pengaruh NPF (Non Performing Financing) terhadap tingkat
bagi hasil bank umum syariah .
3. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat bagi hasil bank
umum syariah.
4. Menganalisis apakah terdapat pengaruh tingkat FDR (Financing to
Deposits Ratio), NPF (Non Performing Financing), dan inflasi secara
bersama-sama (simultan) terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat penelitian terbagi atas dua, yaitu
Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis, berikut adalah manfaat dari penelitian
ini secara teoritis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
18
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan
yang lebih mendalam mengenai Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
memperluas pengetahuan mengenai pengaruh FDR,NPF dan tingkat
inflasi terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan mengenai pengaruh dari FDR,NPF dan tingkat
inflasi terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
2. Manfaat Praktis:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk mengambil
kebijakan dan sebagai sarana untuk evaluasi kinerja keuangan Bank
Umum Syariah agar perkembangannya semakin signifikan.
b. Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi di masyarakat dalam
menyediakan gambaran tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil simpanan mudharabah pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
c. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian lebih lanjut mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil simpanan mudharabah pada Bank
UmumSyariahdiIndonesia.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas (Jumingan, 2006:239).
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan
perusahaan tersebut (Sutrisno, 2009:53).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja
perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal
ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam
menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011:2).
20
2. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan
penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah
kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam pengoperasian
bisnis selama periode akuntansi. Adapun penilaian kinerja menurut
Srimindarti (2006:34) adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi,
dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan
lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis
terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan
memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
a. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek. Digunakan untuk menggambarkan seberapa
likuidnya suatu perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva
lancar. Dengan kata lain , rasio ini digunakan untuk mengukur
21
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang segera jatuh
tempo (Kasmir 2008: 129).
Definisi lainnya terkait likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi seluruh liabilitas yang jatuh tempo kurang
dari satu tahun, perusahaan biasanya menggunakan asset – asset yang
likuid. Sehingga perusahaan dapat dikatakan likuid jika asset lancer
(likuid) yang dimiliki lebih besar dibandingkan liabilities lancer
(berjangka pendek). Oleh karena itu, bank manapun akan memiliki
masalah liikuiditas karena mayoritas asetnya adalah asset yang tidak
likuid sementara mayoritas liabilitas yang harus dilunasi berjangka
waktu kurang dari satu tahun (Imam Wahyudi, Miranti K Dewi,dkk,
2013:211).
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan
dampak dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan
keuntungan, juga berarti pembatasan kesempatan dan tindakan
manajemen.
Masalah likuiditas yang lebih parah mencerminkan ketidak
mampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Masalah ini
dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa,
dan bukan mengarah pada insolvensi dan kebangkrutan, sehingga jika
suatu perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka
22
kelangsungan usahanya dipertanyakan. Dengan kata lain kesehatan
suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas.
Tetapi sebaliknya jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja,
perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan
informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan rendahnya kinerja
dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi.
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam
menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-
kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada
nasabahnya setiap saat. Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva,
misalnya penyediaan dana bagi penarikan pinjaman yang telah disetujui
atau penarikan atas kelonggaran tarik pinjaman. Sedangkan kewajiban
yang timbul dari sisi pasiva/liabilities, misalnya penyediaan dana bagi
penarikan tabungan dan simpanan lainnya oleh nasabah.
b. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2008 : 151) rasio solvabilitas atau leverage
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang
yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam
arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi).
23
c. Rasio Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
3. Islam dalam Perbankan
Islam adalah kata bahasa arab yang terambil dari kata Salima yang
berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek penyerahan
diri ini adalah Pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT. Dengan
demikian, Islam berarti penyerahan diri kepada Allah SWT. Islam secara
bahasa yang berarti selamat merupakan agama samawi yang mengatur
seluruh kehidupan saat ini (dunia) dan kehidupan selanjutnya (akhirat).
Islam sebagai way of life merupakan agama yang memberikan
petunjuk melalui Rasulnya, petunjuk itu segala sesuatu yang berupa
akidah, akhlak, dan syariah. Kaidah dan akhlak bersifat konstan,
artinya tetap tidak mengalami perubahan apapun dengan berbedanya
perubahan waktu dan tempat.
Syariah Islam mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan
dengan yang lain. Syariah Islam bersifat komprehensif (menyeluruh) dan
universal. Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh
aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (mualmalah).
Ibadah bertujuan untuk menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan
manusia dengan Tuhannya (hablu mina Allah). Muamalah bertujuan
24
untuk menjaga hubungan harmonisasi dengan alam sekitar diantaranya
dengan manusia itu sendiri (hablu mina An-nas).
Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam
setiap waktu dan tempat sampai akhir. Universal terefleksikan dalam
muamalat yang tidak membedakan antara muslim dan non muslim.
Selain itu universal berarti mempunyai cakupan yang luas dan fleksibel.
Salah satu cabang syariah Islam adalah muamalah yang apabila
ditelusuri kebawahnya, maka muamalah ada yang mengatur tentang
perbankan. Bank menurut syariat Islam pada dasarnya sama dengan
bank konvensional. Bank syariah juga mengadopsi dari perbankan
konvensional selama itu tidak berbenturan dengan prinsip dan akidah
Islam. Bank syariah yang merupakan bank yang dalam menjalankan
aktivitasnya harus sesuai dengan Al-Qur‟an dan Al Hadits. Bank
syariah berbeda dengan bank konvensional, bank syariah
mempunyai karakteristik yang unik yaitu dalam pengambilan
keuntungannya bukan dari bunga melainkan dari nisbah bagi hasil.
Tujuan utama dari bank syariah adalah untuk mengembangkan
penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan. Prinsip utama yang diikuti oleh
bank syariah itu adalah (Arifin, 2005:2) :
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan
perolehan keuntungan yang sah.
25
c. Memberikan zakat.
4. Sejarah Perbankan Syariah
Sejarah Perbankan Syariah Rasulullah SAW yang dikenal dengan
julukan Al-Amin dipercaya oleh masyarakat Mekah menerima simpanan
harta, sehingga pada saat terakhir sebelum Rasul hijrah ke Madinah beliau
meminta Sayyidina Alir.a untuk mengembalikan semua titipan itu kepada
yang memilikinya. Dalam konsep ini, yang dititipi tidak dapat
memanfaatkan harta titipan tersebut. Seorang sahabat Rasulullah, Zubair
bin A-Awwam, memilih tidak menerima titipan harta. Beliau lebih suka
menerimanya dalam bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan
implikasi yang berbeda : Pertama, dengan mengambil uang itu sebagai
pinjaman, beliau mempunyai hak untuk Sahabat lain Ibnu Abbas tercatat
melakukan pengiriman uang ke Kuffah. Juga tercatat Abdullahbin
Zubair di Mekah juga melakukan pengiriman uang ke adiknya Misab bin
Zubair yang tinggal di Irak.
Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah Islam di
berbagai Negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke Indonesia.
Pada awal 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi Islam mulai dilakukan.
Sejumlah tokoh yang terlibat dalam diskusi itu antara
lain : Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M
Saefuddin, M. Amin Aziz, dan beberapa tokoh lainnya. Namun
prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru
26
dilakukan pada 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah melalui
satu lokakarya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang disebut
Tim Perbankan MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan
konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut
akhirnya melahirkan Bank Muamalat Indonesia. Akte pendirian bank itu
ditandatangani pada 1 November 1991. Namun baru pada tanggal 1 Mei
1992 BMI mulai beroperasi dengan modal awal sekitar Rp. 106
miliar. (Nasution, 2006:294)
5. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Berdasarkan definisi bank konvensional dan bank syariah yang telah
dijelaskan diatas, Ismail mengemukakan beberapa perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah, diantaranya adalah sebagai berikut:
27
Tabel 2. 1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Bank Syariah Bank Konvensional
1. Return yang dibayar dan/atau
diterima berasal dari bagi hasil
atau pendapatan lainnya
berdasarkan prinsip syariah.
Return baik yang dibayar
kepada nasabah penyimpan
dana dan return yang
diterima dari nasabah
pengguna dana berupa
bunga.
2. Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah
Islam.
Perjanjian menggunakan
hukum positif.
3. Orientasi pembiayaan, tidak
hanya untuk keuntungan akan
tetapi juga falah oriented, yaitu
berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat.
Orientasi pembiayaan, untuk
memperoleh keuntungan atas
dana yang dipinjamkan.
4. Dewan Pengawas terdiri dari
BI, Bapepam, Komisaris, dan
Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
Dewan Pengawas terdiri dari
BI, Bapepam dan Komisaris.
5. Penyelesaian sengketa
diupayakan diselesaikan secara
musyawarah antara bank dan
nasabah, melalui peradilan
agama.
Penyelesaian sengketa
melalui pengadilan negeri
setempat.
6. Dari sisi implementasi GCG,
terdapat sharia compliance,
yaitukepatuhan pada syariah,
dan prinsip-prinsip universal
GCG yang terdiri dari prinsip-
prinsip transparansi, kejujuran,
kehati-hatian dan kedisiplinan.
Hanya terdapat prinsip-
prinsip universal GCG yang
terdiri dari prinsip-prinsip
transparansi, kejujuran,
kehati-hatian dan
kedisiplinan.
Sumber: Ismail (2011:38) dan Mulazid (2016:38)
Dari tabel 2.1 mengenai perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, dapat dilihat bahwa perbedaan mendasar antara bank
konvensional dan bank syariah dari sisi pengawasan. Menurut Junusi
(2012:92) untuk menjamin teraplikasinya prinsip-prinsip syariah di
lembaga perbankan, diperlukan pengawasan syariah yang diperankan oleh
28
Dewan Pengawas Syariah. Sementara bank konvensional cukup hanya
diawasi oleh BI, Bapepam LK dan Komisaris.
6. Kelembagaan Bank Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga
memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental
terdapat beberapa karakteristik bank syariah, diantaranya yaitu
penghapusan riba, pelayanan kepada kepentingan publik, menerapkan
prinsip profit and loss sharing, berorientasi pada pembiayaan bagi hasil
dan memanfaatkan instrumen pasar uang antar bank syariah dan
instrumen bank sentral berbasis syariah.
Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati
terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan
modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss
sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industri. Oleh karena
itu, maka secara struktural dan sistem pengawasannya berbeda dari
bank konvensional. Pengawasan perbankan Islam mencakup dua hal,
yaitu pertama pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan kepada
perbankan secara umum dan prinsip kehati-hatian bank. Kedua,
pengawasan prinsip syariah dalam kegiatan operasional bank
(Wirdyaningsih, dkk, 2005:61). Secara struktural kepengurusan bank
syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi wajib memiliki
Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan bank
syariah.
29
a. Kelembagaan Bank Umum Syariah
Aturan mengenai Bank Umum Syariah pasca diterbitkannya
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah PBI No.
11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah (BUS). Dalam PBI ini
dijelaskan bahwa proses pendirian bank syariah dilakukan melalui
persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan
pendirian bank; dan izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk
melakukan usaha bank setelah persiapan pendirian bank pada
persetujuan prinsip terpenuhi. BUS dapat didirkan oleh WNI
dan/atau badan hukum Indonesia, WNI dan/ atau badan hukum
Indonesia yang bermitra dengan WNA atau badan hukum asing.
BUS dibentuk dengan badan hukum perseroan terbatas.
Untuk mendirikan bank syariah, baik bank umum syariah
maupun BPRS harus mendapat persetujuan prinsip dan izin usaha
yang diajukan oleh pendiri bank kepada Bank Indonesia yang akan
diproses oleh Dewan Gubernur BII U.P. Biro Perbankan Syariah.
Agar izin usaha bank syariah diperoleh terlebih dahulu harus
dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang; susunan
organisasi dan kepengurusan; permodalan; kepemilikan; keahllian
di bidang perbankan syariah; dan kelayakan usaha sebagaimana
diatur dalam peraturan Bank Indonesia (Soemitra, 2009:68).
b. Kelembagaan Unit Usaha Syariah
30
Unit Usaha Syariah wajib dibentuk oleh bank yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di kantor
pusat bank yang berfungsi sebagai kantor induk dari cabang syariah
dan/atau unit syariah. Unit Usaha Syariah memiliki tugas antara
lain yaitu mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang
syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Selain itu juga Unis Usaha
Syariah memiliki tugas untuk menempatkan dan mengelola dana
yang bersumber dari kantor cabang syariah dan atau Unit Usaha
Syariah. Tugas lainnya dari Unis Usaha Syariah yaitu melakukan
kegiatan lain sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah atau
unit syariah.
Bank yang memiliki kantor cabang syariah dan unit syariah
wajib memiliki pencatatan dan pembukaan tersendiri untuk
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan menyusun laporan
keuangan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Soemitra,
2009:72).
7. Financing to Deposits Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) Fungsi utama bank adalah sebagai
lembaga perantara keuangan atau financial intermediary. Fungsi
intermediasi ini dapat ditunjukkan oleh Financing to Deposit Ratio (FDR).
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Dendawijaya, 2009:82). FDR menggambarkan kemampuan bank
31
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Hal
ini dikarenakan penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari
penghimpunan dana bank, yang sekaligus memberikan kontribusi
pendapatan terbesar bagi bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan,
maka semakin illiquid suatu bank, karena seluruh dana yang berhasil
dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga tidak terdapat
kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk diinvestasikan.
Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang
semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan
memberikan konsekuensi meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh
bank, berupa meningkatnya jumlah Non performing finance atau Credit
Risk, yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan untuk
mengembalikan dana yang telah dititipklan oleh nasabah, karena kredit
yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah. Namun, disisi
lain, rendahnya rasio FDR, walaupun menunjukkan tingkat likuiditas yang
semakin tinggi, tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana
menganggur (idle fund) yang apabila tidak dimanfaatkan dapat
menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan sebesar-
besarnya, dan menunjukkan bahwa fungsi utama bank sebagai financial
intermediary tidak berjalan. Untuk menghitung nilai dari FDR, dapat
menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
32
Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004, yaitu :
Dalam penetapan bagi hasil, logika yang menjadi acuan utama
adalah pendapatan. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh, maka
akan semakin tinggi return nagi hasilnya. Faktor yang menjadi sumber
pendapatan adalah aset produktif dalam bentuk pembiayaan. Semakin
banyak dana yang bisa disalurkan kepada pembiayaan berarti semakin
tinggi earning assets , artinya dana-dana yang dihimpun dari
masyarakat dapat dihimpun kepada pembiayaan yang produktif (tidak
banyak aset yang menganggur). Hal ini tercemin dari tingkat Financing
to Deposits Ratio (FDR) bank. Bila rasioya semakin tinggi, FDR akan
berpengaruh meningkatkan perolehan pendapatan sebagai bank syariah
akan memberikan return bagi hasil yang tinggi untuk investir atau
deposan.
Kualitas dari penyaluran dan atau investasi yang dilkukan oleh
bank syariah mempunyai pengaruh langsung terhadap bagi hasil yang
ditrima oleh pemilik dana. Pendapatan yang dibagikan sangat
tergantung pada pendapatan penyaluran dana yang benar-benar diterima
oleh bank syariah.pendapatan ini tergantung pada kualitas aktifa
produktif (penyaluran dana). Semakin baik kualitas aktiva produktif
maka semakin besar dana yang nyata diterima bank sedangkan kualitas
33
aktiva produktif yang buruk akan memperkecil dana yang dapat
diterima.
8. Non Performing Financing (NPF)
Menurut (Dahlan Siamat, 2005:175) Non Performing Financing
(NPF) adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
kesengajaan dan faktor eksternal yaitu suatu kejadian diluar kemampuan
kendali kreditur.
Risiko pembiayaan muncul manakala bank-bank tidak dapat
memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan atau
investasi yang sedang dilakukan (Muhammad, 2002:301).
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan
bermasalah, yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut (Kuncoro
,2011:429), perubahan kebijaksanaan pemerintah di sektor riil, kenaikan
harga-harga faktor produksi yang tinggi karena adanya perubahan nilai
tukar/kurs, meningkatnya suku bunga pinjaman, adanya resesi, yaitu
berkaitan dengan menurunnya tingkat Gross Domestik Produk, devaluasi,
inflasi, deflasi dan kebijakan moneter lainnya, serta adanya bencana alam
dan peningkatan persaingan merupakan penyebab dari sisi eksternal.
Sedangkan dari sisi internal, disebabkan buruknya perencanaan finansial
atas aktiva tetap/modal kerja, adanya kegagalan dalam memenuhi syarat-
syarat dalam pemberian kredit, serta kelemahan analisis oleh pejabat kredit
sejak awal proses pemberian kredit.Berikut adalah perhitungan NPF
34
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/Dpbs tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah:
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang
Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2) bahwa kualitas aktiva
produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu
Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet.
Batas aman nilai NPF yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Bank Syariah, semakin tinggi nilai
NPF (di atas 5%), maka bank tersebut tidak sehat. Berikut adalah
kriteria kesehatan NPF yang ditetapkan oleh Bank Indonesia:
Tabel 2. 2
Kriteria Kesehatan NPF Bank Syariah
No. Nilai NPF Predikat
1. NPF = 2% Sehat
2. 2% ≤ NPF < 5% Sehat
3. 5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
4. 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
5. NPF ≥ 12% Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 9/24/Dpbs
35
Berdasarkan tabel 2.2, dapat diketahui apabila nilai NPF di atas
8%,maka kualitas pembiayaan perbankan syariah sedang dalam kondisi
yang tidak baik. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Perbankan
Syariah Indonesia, ada dua hal utama penyebab meningkatnya NPF
yaitu kondisi ekonomi makro dan pembiayaan yang tidak tumbuh.
Berkaitan dengan pembiayaan di bank syariah, dalam melakukan
penilaian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing
harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan
kondisi secara keseluruhan calon nasabah, sehingga dapat mengurangi
tingkat pembiayaan bermasalah.
9. Inflasi
a. Pengertian inflasi
Menurut Douglas, sebagimana dikemukakan Adiwarman bahwa
para ekonom modern mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan yang
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit
perhitungan moneter) terhadap barang dan jasa. Secara umum inflasi
berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang dan jasa
selama kurun waktu tertentu.
Tingkat inflasi tinggi akan menaikan biaya secara terus-menerus
dan ini mengakibatkan kegiatan produktif yang sangat tidak
menguntungkan. Dalam kondisi ini biasanya pemilik modal lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi, misalnya digunakan
36
untuk rumah, tanah, bangunan. Hal ini akan mengakibatkan investasi
produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun.
Persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas
politik adalah inflasi. Iflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus menerus. (Prathama Rahardja, 2008 )
b. Teori inflasi
1. Teori inflasi konvesional
Menurut adiwarman karim (2007) Secara umum inflasi
berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau
komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi
dapat di anggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya
penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu
komoditas.
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan
menjadi beberapa tingkat di antaranya adalah:
1) Moderate inflation: karakteristiknya dalah kenaikan tingkat
harga yang lambat.
2) Galloping inflation: inflasi pada tingkat ini terjadi pada
tingkatan 20% sampai dengan 200% pertahun.
3) Hyper inflation: inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang
sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyunan persen per
tahun.
2. Teori inflasi Islam
37
Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena dalam
islam mata uang yang digunakan stabil yaitu dinar dan
dirham. Penurunan nilai masih mungkin terjadi. Menurut
para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari
pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan.
Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga
telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau
dengan kata lain „self feeding inflation‟.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat (turunnya marginal
propensity to save).
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama
untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya
marginal propensity to consume).
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif
yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah
bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan
mengorbankan investasi ke arah produktif seperti:
38
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan
lainnya.
Ekonom islam Taqiuddin Ahmad Ibn Al-Maqrizi (1364M
– 1441M), yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun,
menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu
1) Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan
oleh sebab-sebab alamiah, di mana orang tidak mempunyai
kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn al-maqrizi
mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan
oleh turunnya penawaran agregatif (AS) atau naiknya
permintaan agregatif (AD).
MV = PT = Y
Di mana: M = Jumlah uang beredar
V = Kecepatan peredaran uang
P = Tingkat harga
T = Jumlah barang dan jasa
Y = Tingkat pendapatan nasional (GDP)
Maka natural inflation dapat diartikan sebagai:
a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu perekonomian nominal (T).
39
b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai
ekspor lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara
netto terjadi import uang yang mengakibatkan jumlah
uang beredar turun sehingga kecepatan peredaran uang
dan jumlah barang dan jasa tetap maka tingkat harga
naik.
2) Human error inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada
natural inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal-
hal lainnya dapat digolongkan sebagai human error
inflation. Yang di maksud dengan human error inflation
adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh manusia itu sendiri (QS. Ar-Rum ayat
41).
c. Penyebab inflasi
Menurut adiwarman karim (2007) Inflasi dapat digolongkan
karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut:
1) Natural inflation dan human error inflation. Sesuai dengan
namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena
sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasan
dalam mencegahnya.
2) Actual anticipated Expected inflation dan Unanticipated
Unexpected Inflation. Pada Expected inflation tingkat suku
40
bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga
pinjaman nominal dikurangi inflasi atau secara notasi, ret = Rt–
πet sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga
pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi
terhadap efek inflasi.
3) Demand pull dan cost pust inflation. Unexpected Inflation
inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi
pada sisi permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada
suatu perekonomian.
4) Spiralling inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang
diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana
inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi
yang sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5) Imported inflation domestic inflation. Imported inflation bisa
dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh
suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar
perdagangan internasional. Domestic inflation bisa dikatakan
inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang
tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.
B. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika
bank sebagai pemilik dana atau modal yang biasa disebut shahibul
maal sebagai penyedia modal 100% kepada pengusaha sebagai
41
pengelola yang biasa disebut dengan mudharib untuk melakukan
aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan
akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan
sebelumnya dalam akad (yang besarnya dipengaruhi oleh kekuatan
pasar). Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan
bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan kehilangan
tenaga dan keahlian yang telah dicurahkan. Apabila terjadi kerugian
karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola
bertanggunng jawab sepenuhnya. Pengelola tidak ikut menyertakan
modal, tetapi menyertakan tenaga dan keahlianya, dan juga tidak
meminta gaji atau upah dalam menjalankan usahanya. Pemilik dana
hanya menyediakan modal dan tidak dibenarkan untuk ikut campur
dalam manajemen usaha yang dibiayainya. Kesediaan pemilik dana
untuk memegang resiko apabila terjadi kerugian menjadi dasar untuk
mendapat bagian dari keuntungan.
a. Rukun Mudharabah
Menurut Karim (2014) faktor-Faktor yang harus ada (rukun)
dalam akad mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Pelaku
Faktor pertama yaitu pelaku artinya pemilik modal (shahib
al-mal) maupun pelaksana usaha (mudharib atau „amil) dalam akad
42
mudharabah harus ada minimal dua pelaku jika tidak ada dua
pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.
2) Objek mudharabah
Faktor yang kedua yaitu objek. Objek mudharabah ini
merupakan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berupa
uang atau barang, sedangkan yang diserahkan bisa berbentuk
keahlian, keterampilan, selling maupun skill, dan lain-lain.
3) Persetujuan kedua belah pihak
Faktor ketiga yaitu bersetujuan atau ijab-qabul. Yakni
persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip
an-taraddin mikum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak
harus secara rela bersepakat untuk untuk mengikatkan diri dalam
akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju
dengan perannya yaitu untuk mengkontribusikan kerja.
4) Nisbah keuntungan
Faktor keempat yakni nisbah keuntungan, hal ini
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak.
Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib
al-mal mendapat imbalan atas penyerahan modalnya.
43
b. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah
Landasan hukum pembiayaan Mudhrabah terdapat dalam fatwa
DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah
antara lain:
1) Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan
oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk suatu
usaha yang produktif.
2) Dalam pembiayaan ini, lembaga keuangan syariah sebagai
shahibul maal yang memberikan dananya 100% kebutuhan suatu
usaha sedangkan nasabah bertindak sebagai mudharib atau
pengelola usaha.
3) Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan bedasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
4) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah
disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan lembaga
keuangan syariah tidak ikut serta dalam manajeman perusahaan,
tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan
pengawaan.
5) Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam
bentuk tunai.
44
6) Lembaga keuangan syariah sebagai penyedia dana menanggung
semua kerugian akibat dari mudharabah, kecuali jika mudharib
melakukan kesalahan yang disengaja atau menyalahi perjanjian.
7) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan,
lembaga keuangan syariah dapat meminta jaminan dari
mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-
hal yang telah disepakati bersama dalam akad
8) Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur oleh lembaga keuangan syariah
dengan memperhatikan fatwa DSN.
9) Dalam hal penyandang dana (lembaga keuangan syariah) tidak
melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap
kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.
c. Syarat Pembiayaan Mudharabah
Dalam fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan mudharabah dengan syarat sebagai berikut :
1) Penyedia dana dan pengelola harus cakap hukum
2) Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak, dengan memperhatikan hal-hal :
45
Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukan tujuan kontrak.
Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak.
Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi
atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
3) Modal ialah sejumlah uang dan / asset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha, dengan
syarat :
Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai.
Artinya apabila modal diberikan dalam bentuk aset,
maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
Modal tidak berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak,
sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
d. Nisbah Keuntungan
Menurut Adiwarman A. Karim (2007), nisbah keuntungan
dalam pembiayaan mudharabah harus dinyatakan dalam bentuk
presentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam
nominanl Rp tertentu. Jadi nisbah keuntungan tersebut misalnya :
50:50, 70:30, atau 60:40. Dan nisbah keuntungan tersebut
berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal,
46
tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah keuntungan
sebesar porsi setoran modal.
e. Keuntungan Pembiayaan Mudharabah
Menurut Adrian (2009) Keuntungan mudharabah adalah
jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat
keuntungan berikut ini baru dipenuhi. Syarat tersebut adalah sebagai
berikut:
Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prentasi dari keunungan sesuai
kesepakatan.
Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian
apa pun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran dalam kesepakatan.
47
C. Peneliti Sebelumnya
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Nana Nofianti,
Tenny Badina dan
Aditya Erlangga
(2011-2013)
Analisis Pengaruh
Return On Asset
(ROA),Biaya
Operasional terhadap
Beban Operasional
(BOPO), Suku
Bunga, Financing
Deposits Ratio
(FDR), dan Non
Performing
Financing (NPF)
Terhadap Tingkat
Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
(FDR), dan Non
Performing
Financing (NPF)
Terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah dan
Analisis Regresi
Linier Berganda
Return On Asset
(ROA),Biaya
Operasional
terhadap Beban
Operasional
(BOPO), Suku
Bunga
Hasil penelitian ini menunjukkan Return
On Asset (ROA) dan Financing Deposits
Ratio (FDR) berpengaruh positif secara
signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah sedangkan
BOPO,Suku Bunga dan Non Performing
Financing (NPF) tidak berpengaruh.
2.
Fakhrudin
Muharram (2006)
Analisis Pengaruh
Terhadap Tingkat
Suku Bunga, Tingkat
Bagi Hasil, Kondisi
Tingkat Bagi Hasil
dan Inflasi
Terhadap
Simpanan
Tingkat bagi hasil tidak berpengaruh
signifikan terhadap simpanan mudharabah.
Return pasar modal tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan simpanan
48
No Peneliti dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Pasar Modal, Tingkat
Inflasi dan
Pertumbuhan Jumlah
Kantor Perbankan
Syariah Terhadap
Simpanan
Mudharabah
Mudharabah Tingkat Suku
Bunga, Kondisi
Pasar Modal dan
Pertumbuhan
Jumlah Kantor
mudharabah, Tingkat inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan simpanan mudharabah,
Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan simpanan
mudharabah dan pertumbuhan jumlah
kantor perbankan syariah berpengaruh
signifikanterhadap pertumbuhan simpanan
mudharabah.
3. Rahmah Syafira
(2014)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat Bagi Hasil
Pada Produk Dposito
Mudharabah Bank
Umum Syariah
NPF,Tingkat Bagi
Hasil,FDR
Biaya
Operasional,Net
Opertional
Margin,Suku
Bunga
Variabel Net Operational Margin, Non
Performing Financing, Financing to
Deposits Ratio,dan suku bunga
berpengaruh sigifikan terhadap tingkat bagi
hasil. Net Operational Margin, Financing
to Deposits Ratio dan suku bunga
berpengaruh positif terhadap tingkat bagi
hasil sedangkan Non Performing Financing
dan Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional berpengaruh negatif terhadap
tingkat bagi hasil.
4.
Adriyanti Wasilah
(2010)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Jumlah
Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga Pada
Bank Muamalat
Tingkat Bagi Hasil,
Inflasi, FDR
Tingkat Suku
Bunga
Hasil Penelitian Menujukkan bahwa
variabel tingkat suku bunga deposito,
tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran bank
berpengaruh signifikan terhadap deposito
mudharabah, sedangkan FDR tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
49
No Peneliti dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
terhadap pertumbuhan deposito
mudharabah.
5. Sinta Aisyah (2010) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat Bagi Hasil
Pada Bank Umum
Syariah
FDR (Financing to
Deposits
Ratio),Tingkat
Bagi Hasil, Tingkat
Inflasi
CAR (Capital
Adequacy Ratio),
Tingkat Suku
Bunga,Tingkat
Bunga Pinjaman
FDR berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap bagi hasil, CAR beeprngaruh
negatif tidak signifikan terhadap bagi hasil,
Tingkat Bunga Pinjaman berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap bagi
hasil,Suku Bunga berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap bagi hasil,Inflasi
berpengaruh negatif tidak signifikan.
6. Miftakhul Aghnia
(2015)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Simpanan
Mudharabah Bank
Syariah Mandiri
2006-2013
Inflasi Suku bunga,
tabungan
Variabel bagi hasil tabungan, bagi hasil
deposito mudharabah, suku bunga
tabungan, suku bunga deposito dan inflasi
secara simultan maupun parsial
berpengaruh signifikan terhadap simpanan
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri
(BSM) tahun 2006-2013
50
Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas, penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada umumnya
perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada
periode penelitian, variabel penelitian dan objek penelitian. Penelitian ini
melengakapi kekosongan dari penelitian terdahulu. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan belum adanya penelitian mengenali Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah Di Indonesia.
51
D. Kerangka Pemikiran
Analisis FaktoFaktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Variabel Independen
1. Financing to Deposits Ratio
2. Non Performing Financing
3. Inflasi
Variabel Dependen
Tingkat Bagi Hasil
Mudharabah
Model Regresi
Regresi Data Panel
Common Effect
Model
Model yang terpilih adalah Common Effect, Fixed Effect, Random Effect
Uji Chow
Fixed Effect Model Fixed Effect Model Random Effect Model
Uji Hausman
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heteros
Koefisien Determinasi (Adjust R2)
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Uji T Uji F
52
E. Uji Hipotesis
Berdasarkan uraian penelitian diatas, penulis mengajukan hipotesis
untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Dan hasil hipotesis sementara dari penelitian ini
adalah:
1. Diduga adanya pengaruh FDR (Financing to Deposits Ratio ) secara parsial
tingkat bagi hasil bank umum syariah
Ho : FDR (Financing to Deposits Ratio) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
H1 : FDR (Financing to Deposits Ratio) berpengaruh secara parsial terhadap
tingkat bagi hasil bank umum syariah.
2. Diduga adanya pengaruh NPF (Non Performing Financing) secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
Ho : NPF (Non Performing Financing) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
H1 : NPF (Non Performing Financing) berpengaruh secara parsial terhadap
tingkat bagi hasil bank umum syariah.
3. Diduga adanya pengaruh Inflasi secara parsial terhadap tingkat bagi hasil
bank umum syariah.
Ho : Inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap tingkat bagi hasil bank
umum syariah.
H1 : Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap tingkat bagi hasil bank
umum syariah.
53
4. Diduga adanya pengaruh FDR (Financing to Deposits Ratio), NPF (Non
Performing Financing), dan Inflasi secara simultan terhadap tingkat bagi
hasil bank umum syariah.
Ho : FDR (Financing to Deposits Ratio), NPF (Non Performing Financing),
dan Inflasi tidak berpengaruh secara simultan terhadap tingkat bagi
hasil bank umum syariah
H1 : FDR (Financing to Deposits Ratio ), NPF (Non Performing Financing),
dan Inflasi berpengaruh secara simultan terhadap tingkat bagi hasil
bank umum syariah.
54
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan sifat penelitian dengan data
kuantitatif, menurut Sugiyono (2007:13) data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data yang diangkakan. Dengan variabel indenpenden
Financing Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan
Inflasi terhadap variabel dependen, yaitu Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah.
Penelitian ini dimaksudkan unuk mengetahui gambaran mengenai
pengaruh kondisi,perubahan dan permasalahan yang terjadi mengenai
perekonomian di perbankan syariah serta mampu menganalisis variabel
Financing Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan
Inflasi terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah.
Penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah pada perbankan
syariah yang termasuk dalam bank umum syariah di Indonesia periode 2011-
2015. Penelitian ini termasuk ke dalam kelompok data time series dan cross
section dengan melihat dari dimensi waktu yang digunakan selama periode
penelitian yaitu lima tahun, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 serta
terdapat 7 Bank Umum Syariah yang termasuk kedalam penelitian ini.
B. Teknik Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2008) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
55
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain.
Sementara itu, Gujarati (2006:21) menyebutkan bahwa himpunan semua
hasil yang diperoleh dari suatu eksperimen disebut populasi atau ruang
sampel. populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh
BUS yang beroperasi di Indonesia dan telah mempublikasikan laporan
keuangannya secara lengkap dalam rentan periode 2011-2015. Penentuan
sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh semua BUS di Indonesia
periode tahun 2011-2015.
2. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan laporan keuangan
tahunan periode tahun 2011-2015.
3. Laporan keuangan yang dipublikasikan tersebut telah memenuhi standar
PSAK dan peraturan Bank Indonesia serta surat edaran Bank Indonesia.
56
Tabel 3. 1 Populasi Penelitian
No. Nama Bank
1. PT Bank BNI Syariah
2. PT Bank Mega Syariah
3. PT Bank Muamalat Indonesia
4. PT Bank Syariah Mandiri
5. PT Bank BCA Syariah
6. PT Bank BRI Syariah
7. PT Bank Jabar Banten Syariah
8. PT Bank Panin Syariah
9. PT Bank Syariah Bukopin
10. PT Bank Victoria Syariah
11. PT Bank Maybank Syariah Indonesia
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian
No. Nama Bank
1. PT Bank BCA Syariah
2. PT Bank BNI Syariah
3. PT Bank BRI Syariah
4. PT Bank Syariah Mandiri
5. PT Bank Bukopin Syariah
6.
7.
PT Bank Muamalat
PT Bank Panin Syariah
57
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi dan sebagainya (Sekaran, 2006).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi dengan menggunakan sumber data
sekunder, yaitu mengambil data berupa laporan keuangan publikasi masing-
masing BUS yang ada di Indonesia periode 2010-2015 terutama laporan
komposisi pembiayaan. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan
mengambil informasi berupa teori-teori yang digunakan dalam penelitian dari
buku-buku referensi.
Selain itu pengumpulan data dilengkapi dengan cara studi kepustakaan,
yaitu mengkaji referensi dengan menggunakan buku-buku yang relevan,
artikel dan peraturan mengenai perbankan syariah dan bahan lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dipahami untuk diinterpretasikan (Purwanto, Sulistyowati,
2007:109). Teknik analisa data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi data panel. Analisis data dilakukan menggunakan software
Microsoft Excel 2007 dan Eviews versi 8.
Model persamaan regresi data panel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
58
Y = 0 + 1 FDR + 2 NPF + 3 Inflasi + e
Keterangan:
Y = Tingkat Bagi Hasil Bank Umum Syariah
0 = Konstanta
1, 2, 3 = Koefisien masing-masing variabel
FDR = Financing to Deposits Ratio
NPF = Non Performing Financing
Inflasi = Inflasi
1. Estimasi (Membuat Persamaan) Regresi Data Panel
Dalam metode estimasi model regresi data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
a. Common Effect Model
Menurut Baltagi Dalam Sembodo (2013) model tanpa
pengaruh individu (common effect) adalah pendugaan yang
meggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross
section dan menggunakan pendekatan OLS (Ordinary Least
Square) untuk menduga parameternya. Metode OLS merupakan
salah satu metode populer untuk menduga nilai parameter
persamaan regresi linier.
b. Fixed Effect Model
Pendugaan parameter regresi panel dengan Fixed Effect
Model menggunakan teknik penambahan variabel dummy
sehingga metode ini seringkali disebut dengan Least Square
59
Dummy Variabel model. Gujarati (2004) mengatakan bahwa
pada Fixed Effect Model diasumsikan bahwa koefisien slope
bernilai konstan tetapi intercept bersifat tidak konstan.
c. Random Effect Model
Menurut Nachrowi & Usman dalam Iqbal (2015) pemilihan
metode fixed effect atau metode random effect dapat dilakukan
dengan pertimbangan tujuan analisis, atau ada pula
kemungkinan data yang digunakan sebagai dasar pembuatan
model hanya dapat diolah oleh salah satu metode saja akibat
sebagai persoalan teknis matematis yang melandasi perhitungan.
2. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah model yang digunakan adalah common effect
atau fixed effect (Nachrowi dan Usman, 2006) dalam (Kartini,
2016). Dalam uji Chow hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0 : Common Effect
H1 : Fixed Effect
Penguji uji Chow menggunakan software Eviews adalah
dengan menggunakan uji likelihood ratio, lalu yang menjadi dasar
penolakan dalam hipotesis diatas adalah dengan membandingkan
perhitungan F-hitung dengan F-tabel atau membandingkan nilai
probabilitasnya dengan α = 5%. Perbandingan yang dimaksud
60
adalah apabila F-hitung pada uji Chow lebih besar dari F-tabel,
atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak
artinya model yang lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect,
sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau nilai
probability lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan model
yang lebih tepat digunakan adalah Common Effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah
menggunakan model fixed effect atau model random effect yang
paling tepat (Nachrowi dan Usman, 2006) dalam (Kartini, 2016).
Hipotesis dalam uji Hausman adalah sebagai berikut :
H0 : Random Effect
H1 : Fixed Effect
Uji dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide
bahwa Least Squares Dummy Variable (LSDV) di dalam model
fixed effect dan Generalized Least Squares (GLS) adalah efisien
sedangkan model OLS adalah tidak efisien, dilain pihak
alternatifnya metode OLS efisien dan Generalized Least
Squares(GLS) tidak efisien.Statistik uji Hausman ini mengikuti
distribusi statistik chi-squares dengan degree of freedom
sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen.
Hipotesis null pada uji Hausman adalah model random effect
lebih baik, jika nilai Hausman lebih besar daripada nilai kritis chi-
61
squares, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti model
estimasi yang yang tepat untuk regresi data panel adalah fixed
effect. Sebaliknya apabila nilai statistik hausman lebih kecil dari
nilai kritis chi-squares maka hipotesis null diterima yang artinya
model yang tepat untuk regresi data panel adalah random effect.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas untuk mengetahui
apakah suatu variabel normal atau tidak (Kuncoro, 2001).
Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati
normal. Sebenarnya normalitas dapat dilihat dari gambar
histogram, namun sering kali polanya tidak mengikuti bentuk
kurva normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah jika
melihat koefisien dan Jarque-Bera dari Probabilitasnya. Bila
nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka
data berdistribusi normal. Bila probabilitas lebih besar dari
5%, maka data berdistribusi normal (Winarno, 2015:5.43).
Ansofino dkk (2016) menjelaskan dalam software
Eviews normalitas sebuah data dapat diketahui dengan
membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dengan nilai Chi-
square tabel. Nilai Chi-square didapat dengan melihat jumla
variabel independen yang dipakai. Uji JB didapat dari
histogram normality yang akan dibahas dibawah ini:
62
1) H0 : data berdistribusikan normal
2) H1 : data tidak berdistribusi normal
Jika hasil dari JB hitung > Chi-square tabel, maka Ho ditolak.
Jika hasil dari JB hitung < Chi-square tabel, maka Ho diterima.
Kusrianto (2007) menggunakan Microsoft Excel untuk
membuktikan hipotesa yang dihasilkan valid. Yaitu
menggunakan fungsi CHINV pada Microsoft Excel dengan
rumus:
=CHIINV (probabilitas, deg_freedom)
Menurut Gujarati (2007) secara umum, jumlah derajat
kebebasan berarti jumlah observasi independen yang tersedia
untuk menghitung statistik. Dalam hal ini observasi
independen yang dimiliki sebanyak n-1.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan
residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali,
2011:139). Sehingga dapat menghindari gangguan
heteroskedastisitas yang membawa hasil uji statistik tidak tepat
serta interval keyainan untuk estimasi parameter yang kurang
tepat pula. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik plot antara
nilai prediksi variabel independen (ZEPRED) dengan
63
residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak
terdapat pola tertentu yang teratur maka diidentifikasi tidak
terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
Untuk mendeteksi apakah terjadi heteroskedastisitas
dapat menggunakan uji white dengan bantuan software Eviews.
Uji white menggunakan residul kkuadrat sebagai variabel
dependen, dan variabel independennya terdiri atas variabel
independen yang sudah ada, ditambah dengan kuadrat variabel
independen (Winarno, 2015:15.17).
Uji white untuk mendeteksi apakah terjadi masalah
heteroskedastisitas dapat ilihat dengan nilai probabilitasnya.
Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikanai
0.005 ( 5%) sehingga signifikan. Artinya menolak hipotesis
nol atau menerima hipotesis alternatif. Jika menolak hipotesis
nol tidak ada heteroskedastisitas, berarti model mengandung
masalah heteroskedastisitas (Widarjono, 2010:91).
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua
variabel bebas (Kuncoro, 2001). Uji multikolonieritas
bertujuan untuk menguji apakah ada model regresi ditemukan
adanya korelasi antara varibel bebas (independen). Model
64
Regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas (Ghozali, 2001).
Jika koefisien korelasi cukup tinggi, yaitu diatas 0.85
maka kita dapat menduga bahwa terjadi multikolinearitas
dalam model. Sebaliknya, jika koefisien korelasi kurang dari
0.85 maka diduga model tidak mengandung masalah
multikolinearitas (Widarjono, 2010:77).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2012). Autokorelasi muncul akibat
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Alat analisis yang digunakan
adalah uji Breusch-Godfrey.
Nama lain dari uji breusch-godfrey adalah uji Lagrange-
Multiplier (Pengganda Lagrange) (Winarno, 2015:5.33). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan
pengujian breusch-godfrey dengan memperhatikan nilai Prob-F.
Apabila nilai Prob-F lebih besar dari dari tingkat signifikansi
0.05, maka uji hipotesis H0 diterima yang artinya tidak terjadi
autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob-F lebih kecil dari
65
tingkat signifikansi 0.05 maka dapat disimpulkan terjadi
autokorelasi (Iqbal, 2015:16).
4. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F atau yang disebut juga dengan uji simultan
digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu
persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik
(Santoso, 2004:168). Langkah-langkah dalam pengujian uji
simultan adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis statistik
a. H0 : b1 = b2 = 0, artinya X1 dan X2 secara simultan
(sendiri-sendiri) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Y.
b. Ha : b1 = b2 ≠ 0, artinya X1 dan X2 secara simultan
(sendiri-sendiri) berpengaruh signifikan terhadap Y.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel ependen maka
digunakan tingkat signifikansi sebesar 0.05. jika nilai
probabilitas F lebih besar dari 0.05, maka model regresi tidak
66
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen,
dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, dan sebaliknya
(Ghozali, 2011:178).
b. Uji T
Pengujian hipotesis secara parsial, dapat diuji dengan
menggunakan rumus uji t. Pengujian t-statistik bertujuan untuk
menguji ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Uji t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel independen (Ghozali 2011:84).
Menurut Ghozali (2006) uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uuntuk menguji apakah hipotesis ini digunakan
statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan
nilai probabilitas Sig atau (0,05≤Sig), maka H0 diterima dan
Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
67
2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan
nilai probabilitas Sig atau (0,05≥Sig), maka H0 ditolak dan
Ha diterima, artinya signifikan.
Dalam penelitian ini, berarti uji t digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
yang terdiri atas pengaruh FDR (Financing to Deposits Ratio) ,
NPF (Non Performing Financing), dan Inflasi yang
dikeluarkan oleh bank syariah terhadap Tingkat Bagi Hasil
Simpanan Mudharabah merupakan variabel dependennya.
5. Adjusted (R2)
Koefisien determinasi (Adjust R2) pada intinya adalah
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
ariasi variabel dependen. `Nilai adjust R2
adalah diantara 0 dan 1.
Jika nilai adjust R2
berkisar hampir 1, berarti semakin uat
kemampuan variabel dependen, dan sebaliknya jika nilai adjust R2
semakin menekati 0 maka semakin lemah kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali,
2011:177).
Koefisien determinasi adjust R2
digunakan untuk mengukur
seberapa baik garis regresi sesuai dengan data akhirnya (goodness
of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi
variabel dependen (Y) yang dijelaskan oleh variabel independen
didalam garis regresi (Widarjono, 2010:19).
68
Semakin angkanya mendekati 1 maka semakin baik garis
regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya. Semakin
mendekati angka nol, maka mempunyai regresi yang kurang baik
(Widarjono, 2016:26).
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel rasio keuangan FDR, NPF dipilih karena merupakan rasio
khas perbankan yang menjadi indikator utama kinerja bank syariah.
FDR mempunyai peran ganda sebagai ukuran likuiditas dan
menunjukkan berjalannya fungsi intermediasi bank syariah. NPF
merupakan rasio utama dan lebih sering dipakai sebagai pengukur
kualitas aktiva produktif atau pembiayaan yang disalurkan
dibandingkan rasio lain.
Untuk faktor eksternal seperti inflasi merupakan indikator yang
sering dan umum digunakan untuk melihat kondisi makro ekonomi.
Inflasi terjadi hampir di seluruh negara di dunia dan menurut Milton
Friedman sebenarnya merupakan sebuah fenomena moneter.
Deposito merupakan investasi yang sesuai menggunakan sistem
bagi hasil menurut fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. Objek
penelitian difokuskan terhadap Bank Umum Syariah karena ukuran
modal perusahaan yang relatif besar terkait dengan pengaruh faktor
makro ekonomi. Periode penelitian 2011-2015 bertujuan untuk
memotret perkembangan kinerja terkini ketika menghadapi keadaan
makro ekonomi yang cenderung berubah dan terkait dengan konsistensi
69
ketersediaan data selama periode pengamatan. Oleh karena itu, sebuah
penelitian yang memasukkan variabel internal dan eksternal ini
menjadi cukup urgen dan diharapkan memunculkan analisis yang lebih
luas dari sudut pandang yang berbeda. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Variabel terikat atau dependen (Y) merupakan variabel yang
dipengaruhi variabel bebas atau independen (X). Y adalah tingkat
bagi hasil deposito mudharabah berjangka tiga bulan.
b. Variabel bebas atau independen (X) merupakan variabel yang
mempengaruhi Y, yaitu meliputi: FDR (X1), NPF (X2), inflasi
(X3).
Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
1. FDR atau Financing to Deposits Ratio (X1) adalah rasio jumlah
pembiayaan yang disalurkan dari total Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang
berhasil dihimpun. Rumusnya FDR =
2. NPF atau Non Performing Financing (X2) adalah rasio antara
pembiayaan bermasalah dibandingkan total pembiayaan yang
disalurkan. Rumusnya NPF =
3. Inflasi (X4) yaitu Inflasi merupakan kenaikan harga–harga
secara umum dan terus–menerus. Data operasional yang
70
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia
yang dinyatakan dalam bentuk persen (%) pada periode 2011-
2015.
4. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah tingkat bagi
hasil mudharabah.
71
72
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat BCA Syariah
Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka
berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009, PT. Bank Central Asia
mengakuisisi PT. Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang menjadi
BCA Syariah. BCA Syariah rsmi beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada
tanggal 5 April 2010 berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.
12/13/KEP.BGI/DpG/2010 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah yang diterbitkan
pada tanggal 2 maret 2010.
BCA Syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam industri
perbankan syariah Indonesia sebagai bank yang unggul dalam bidang
penyelesaian pembayaran, penghimpun dana, dan pembiayaan bagi nasabah
perseorangan, mikro, kecil dan menengah. Komitmen penuh BCA sebagai
perusahaan induk dan pemegang saham mayoritas terwujud dari berbagai
layanan yang bisa dimanfaatkan oleh nasabah BCA Syariah pada jatingan
cabang BCA yaitu setoran (pengiriman uang) hingga tarik tunai di seluruh
ATM dan mesin EDC (Electronic Data Capture) milik BCA, semua tanpa
dikenakan biaya.
73
Berdasarkan data per Agustus 2016, BCA Syariah memiliki 49 jaringan
cabang yang terdiri dari 9 Kantor Cabang (KC), 2 Kantor Cabang Pembantu
(KCP), 3 Kantor Cabang Pembantu Mikro Bina Usaha Rakyat (BUR). Website
BCA Syariah.
2. Sejarah Singkat BNI Syariah
Pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor
Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi
waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek
regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap
keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
74
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161
Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20
Payment Point. Website BNI Syariah.
3. Sejarah Singkat BRI Syariah
Pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang
semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah
(proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku
Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi
aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus
pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi
bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan
perbankan. Website BRI Syariah.
75
4. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium
PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia
(sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi
tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT
Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank
Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur
berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum
yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/
KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan
Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum
dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan
operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr
tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan
Pemindahan Kantor Bank.
Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor
yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7
(tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil
kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27
(dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank
Bukopin. Website Bank Syariah Bukopin.
76
5. Sejarah Singkat Mandiri Syariah
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Salah satu
bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota
Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut
dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan
dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas
baru BSB.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999. Website Bank Syariah Mandiri.
77
6. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal
1412 H atau 1 Mei 1992.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta
nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet.
Penghargaan yang telah diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in
Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best
Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New
York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh
Alpha South East Asia (Hong Kong).Website Bank Muamalat.
7. Sejarah Singkat Panin Bank Syariah
Panin Bank Syariah Tbk didirikan di Malang tanggal 08 Januari 1972
dengan nama PT. Bank Pasar Bersaudara Djaja. Panin Bank Syariah
melakukan beberapa kali perubahan nama, diantaranya PT. Bank Bersaudara
78
Djaja pada Januari 1972, PT. Bank Bersaudara Jaya pada Januari 1990, PT.
Bank Harfa pada Maret 1997, dan PT. Bank Panin Syariah sejak 3 Agustus
2009.
Panin Bank Syariah mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 11//52/KEP.GBI/DpG/2009
tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan
mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember
2009.
Pada tanggal 30 Desember 2013, Panin Bank Syariah memperoleh
pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham Panin Bank Syariah (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 4.750.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp100,- per saham disertai dengan Waran Seri I
yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif sebanyak 950.000.000
dengan pelaksanaan sebesar Rp110,- per saham. Setiap pemegang saham
Waran berhak membeli satu saham perusahaan selama masa pelaksanaan
yaitu mulai tanggal 15 Juli 2014 sampai dengan 14 Januari 2017. Saham dan
waran tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15
Januari 2014.(www.britama.com)
79
B. Analisis Deskriptif
Tabel 4. 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
TINGKAT_BAGI_
HASIL_MUDH FDR NPF INFLASI
Mean 249846.4 92.21257 2.066571 5.618571
Maximum 936688.0 167.7000 4.760000 8.380000
Minimum 1016.000 78.60000 0.100000 3.350000
Observations 35 35 35 35 Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui nilai rata-rata dari tingkat
bagi hasil pada BUS di Indonesia selama periode 2011 sampai 2015 adalah
sebesar 249846.4. Nilai maksimum tingkat bagi hasil sebesar 936688.0
terdapat pada Bank BRI Syariah pada tahun 2013. Nilai minimum tingkat
bagi hasil yaitu sebesar 1016.000 terdapat pada bank BNI Syariah pada tahun
2014.
Variabel FDR menunjukan nilai rata-rata sebesar 92.21257 dari seluruh
BUS di Indonesia periode 2011-2015. Nilai maksimum variabel ini terdapat
pada Bank Panin Syariah pada tahun 2011 dengan jumlah sebesar 167.7000.
Nilai minimum variabel tingkat FDR sebesar 78.60000 terdapat pada bank
BNI Syariah pada tahun 2015.
Nilai rata-rata untuk variabel NPF dari seluruh BUS di Indonesia periode
2011-2015 adalah sebesar 2.066571 (0,2%). Nilai maksimum variabel NPF
adalah sebesar 4.760000 (4,7%) terdapat pada bank Muamalat pada tahun
2014. Nilai minimum variabel NPF terdapat pada bank BCA Syariah pada
tahun 2012-2014 dengan nilai sebesar 0.100000 (0,1%).
80
Rata-rata nilai variabel Inflasi seluruh BUS di Indonesia periode 2011-
2015 adalah sebesar 5.615667 (5,6%). Nilai minimum variabel Inflasi
terdapat pada Bank Bukopin tahun 2015 dengan nilai 3.350000 (3,35%).
Nilai maksimum variabel ini yaitu sebesar 8.380000 (8,38%) terdapat pada
bank Muamalat pada tahun 2013.
C. Uji Stasioneritas
Stasioner merupakan suatu kondisi data time series yang jika rata-rata,
varian dan covarian dari peubah-peubah tersebut seluruhnya tidak
dipengaruhi oleh waktu (Juanda dan Junaidi, 2012).
1. Uji Akar Unit
Uji stasioner dideteksi dengan menggunakan uji akar unit (unit root
test). Uji akar unit digunakan untuk melihat suatu data stasioner atau tidak
dilihat dengan membandingkan nilai uji statistik dengan nilai kritis pada
berbagai tingkat signifikansi (α = 1%, 5%, 10%). Dalam pengujian
stasioner peneliti menggunakan uji Phillips-Perron. Pengujian akar-akar
unit dikatakan stasioner apabila nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih
besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, sebaliknya jika nilai Phillips-
Perron test (Pp test) lebih kecil dari nilai Critical Value(CV) 5%, maka
variabel tersebut tidak stasioner.
Tahap pertama, dilakukan uji akar-akar unit untuk mengetahui pada
derajat keberapa data yang digunakan stasioner. Jika PPtest lebih besar
dibandingkan dengan critical value α = 5% maka data telah stasioner.
Hasil dari pengujian stasioner adalah sebagai berikut:
81
Tabel 4. 2 Uji Akar Unit nilai Phillips-Perron test pada Tingkat Level
No Variabel Level
Keterangan Pptest CV 5%
1. FDR -4.640359 -3.639407 Stasioner
2. NPF -3.277379 -2.951125 Stasioner
3. Inflasi -6.609246 -2.951125 Stasioner
4. TBH -3.148768 -2.951125 Stasioner Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Tabel di atas menunjukan hasil uji akar-akar unit dengan menggunakan
Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data yang diuji dapat
diketahui dari nilai Phillips-Perron test (Pptest) dan dari nilai Critical Value
(CV) 5%, terdapat variabel yang di uji memiliki persoalan akar unit (PPtest) >
Critical Value (CV) 5%.
D. Analisis dan Pembahasan
1. Estimasi Model Data Panel
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih salah satu model pada
regresi data panel, yaitu antara Fixed Effect Model dengan Common
Effect Model.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 4.596800 (6,25) 0.0028
Cross-section Chi-square 26.021634 6 0.0002
Sumber: Hasil data diolah
82
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai
Probabilitas (Prob.) untuk Cross-section F sebesar 0,0028 yang
artinya nilai ini berada di bawah nilai 0,05 (tingkat signifikansi atau
alpha), sehingga model yang paling tepat untuk penelitian ini adalah
Fixed Effect Model atau Random Effect Model yang terpilih
menggunakan uji Hausman.
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan Fixed Effect Model
atau Random Effect Model yang terpilih setelah dilakukan uji chow
sebelumnya.
Tabel 4. 4
Hasil Uji Hausman
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat disimpulakn bahwa nilai
probabilitas cross section random adalah 0,0077 atau < 0,05, maka
model yang terpilih Fixed Effect Model.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tid
83
Grafik 4. 1
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 35
Mean 0.000000
Median 0.184387
Maximum 2.236732
Minimum -4.187177
Std. Dev. 1.513698
Skewness -0.920351
Kurtosis 3.753905
Jarque-Bera 5.769976
Probability 0.055855
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat grafik hasil dari pengujian
normalitas bahwa data dalam penelitian ini bersifat normal. Hal ini
dilihat berdasarkan nilai Jarque-Bera sebesar 5,76 lebih kecil
dibandingkan dengan nilai Chi-square sebesar 7,81.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan hubungan linear antar variabel independen
dalam model regresi.
Sumber: Hasil Olah Data
FDR NPF INFLASI FDR 1.000000 -0.141966 0.007533
NPF -0.141966 1.000000 -0.183652
INFLASI 0.007533 -0.183652 1.000000
Tabel 4. 5
Hasil Uji Multikolinearitas
84
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui dari hasil
pengujian pada penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas karena
nilai seluruh variabel berada dibawah angka 0,85.
c. Uji Heteroskedestisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatanyang lain. Jika varian residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,maka disebut
homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Metode
yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada
penelitian ini adalah uji White. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari
probabilitas Obs*R-square, apabila probabilitas Obs*R-squareuji
white lebih kecil dari 0,05, maka terdapat masalah heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 6
Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.887344 Prob. F(9,25) 0.1013
Obs*R-squared 14.15977 Prob. Chi-Square(9) 0.1168
Scaled explained SS 8.191588 Prob. Chi-Square(9) 0.5150
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat heteroskedasitas. Hal ini
didasari pada nilai Probabilitas Chi-square sebesar 0,1168, dimana
nilai ini lebih besar dari nilai 0,05 (tingkat signifikansi atau alpha),
85
ini berarti Ho diterima, maka disimpulkan bahwa dalam penelitian
ini tidak terjadi heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat hubungan antara
residual satu dengan observasi dengan residual observasi lainnya.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.577480 Prob. F(2,28) 0.5679
Obs*R-squared 1.346893 Prob. Chi-Square(2) 0.5099
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/14/17 Time: 19:07
Sample: 2 35
Included observations: 34
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. (FDR) 399.9994 3065.779 0.130472 0.8971
(NPF) 10935.59 45280.21 0.241509 0.8109
(INFLASI) 5470.461 21757.81 0.251425 0.8033
C 5238.423 52733.74 0.099337 0.9216
RESID(-1) -0.143458 0.221954 -0.646341 0.5233
RESID(-2) -0.189756 0.209927 -0.903913 0.3738 R-squared 0.039615 Mean dependent var 0.000000
Adjusted R-squared -0.131883 S.D. dependent var 287071.8
S.E. of regression 305415.7 Akaike info criterion 28.25552
Sum squared resid 2.61E+12 Schwarz criterion 28.52488
Log likelihood -474.3438 Hannan-Quinn criter. 28.34738
F-statistic 0.230992 Durbin-Watson stat 1.894998
Prob(F-statistic) 0.945738
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan dari tabel 4.7 hasil uji autokorleasi dapat dilihat nilai
Prob-F sebesar 0,5679, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (tingkat
86
signifikansi atau alpha) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
masalah autokorelasi dalam penelitian ini.
3. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat hasil perhitungan dari uji F
menunjukkan bahwa nilai probabilitas f-statistik sebesar 5,067438 dengan
tingkat signifikan 0,000608. karena tingkat signifikan kurang dari 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa FDR, NPF dan Inflasi secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Mudharabah
pada Bank Umum Syariah.
b. Uji T (Parsial)
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat nilai probabilitas masing-masing
variabel yang kemudian disimpulkan dalam tabel 4.8 hasil uji statistik t,
dapat diketahui bahwa variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil, sedangkan variabel FDR dan NPF berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil. Berikut ini penulis mencoba menjelaskan hasil perhitungan uji t
masing-masing variabel:
Hipotesis pertama mengenai variabel FDR, diketahui bahwa nilai
probabilitas variabel ini sebesar 0,0410 yang berarti variabel ini
berpengaruh terhadap variabel independen tingkat bagi hasil karena nilai
probabilitas < 0,05.
87
Hipotesis kedua mengenai variabel NPF, nilai probabilitas variabel
ini adalah 0,0365 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh terhadap
variabel independen tingkat bagi hasil karena nilai probabilitasnya < 0,05.
Hipotesis ketiga mengenai variabel Inflasi, dimana nilai
probabilitasnya > 0,05 yaitu sebesar 0,1113, sehingga variabel ini tidak
berpengaruh terhadap variabel tingkat bagi hasil.
4. Analisis Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah regresi
data panel. Metode ini dirasa tepat karena jenis data yang digunakan
merupakan data gabungan dari time series dan cross section (data panel).
Hasil pengujian regresi data panel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 8
Hasil Uji Regresi Data Panel
Dependent Variable:(TINGKAT_BAGI_HASIL_MUDH) Method: Panel Least Squares Date: 02/13/17 Time: 14:15 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 35
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
(FDR) 5.608430 2.629498 2.132890 0.0410 (NPF) -1.231956 0.557635 -2.209251 0.0365
(INFLASI) 1.259447 0.850169 1.481407 0.1510 C -13.46790 12.89094 -1.044757 0.3061 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.645927 Mean dependent var 10.69973 Adjusted R-squared 0.518461 S.D. dependent var 2.543858 S.E. of regression 1.765260 Akaike info criterion 4.209429 Sum squared resid 77.90357 Schwarz criterion 4.653814 Log likelihood -63.66501 Hannan-Quinn criter. 4.362831 F-statistic 5.067438 Durbin-Watson stat 1.965682 Prob(F-statistic) 0.000608
Sumber: Hasil olah data
88
Persamaan regresi data panel yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1 FDR + β2 NPF+e
Tingkat Bagi Hasil = -16.67632+5.608430-1.231956+e
Keterangan:
FDR = Financing to Deposits Ratio periode 2011-2015
NPF = Non Performing Financing periode 2011-2015
Inflasi = Inflasi periode 2011-2015
Berdasarkan hasil analisis regresi data panel diatas menjelaskan bahwa
variabel FDR berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Mudharabah. Nilai t
hitung sebesar 2,132890 lebih besar dari t tabel sebesar 2,039513 dan nilai
probabilitas FDR sebesar 0,0410 lebih kecil dari tingkat signifikansi, hal ini
menunjukkan bahwa variabel FDR berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Bagi
Hasil Mudharabah. Nilai koefisien variabel FDR sebesar 5,608430 memiliki tanda
positif, hal ini berarti jika variabel FDR mengalami kenaikan setiap sebesar satu
poin maka menyebabkan peningkatan sebesar 5.608430% dengan asumsi variabel
lain bernilai konstan atau tetap. Variabel NPF berpengaruh terhadap Tingkat Bagi
Hasil Simpanan Mudharabah. Nilai t hitung sebesar -2,209251 lebih besar dari t
tabel sebesar 2,039513 dan nilai probabilitas NPF sebesar 0,0365 lebih kecil dari
tingkat signifikan Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah. Nilai koefisien
variabel NPF -2,31956 memiliki tanda negatif, hal ini berarti jika variabel NPF
mengalami penurunan sebesar satu poin maka menyebabkan penurunan sebesar
2.31956% dengan asumsi variabel lain bernilai konstan atau tetap.
89
5. Koefisien Determinasi (Adjust R2)
R-squared 0.645927 Mean dependent var 10.69973 Adjusted R-squared 0.518461 S.D. dependent var 2.543858 S.E. of regression 1.765260 Akaike info criterion 4.209429 Sum squared resid 77.90357 Schwarz criterion 4.653814 Log likelihood -63.66501 Hannan-Quinn criter. 4.362831 F-statistic 5.067438 Durbin-Watson stat 1.965682 Prob(F-statistic) 0.000608
Sumber: Hasil olah data
Dilihat pada tabel 4.9 menunjukkan nilai Adjust R square 0,51 atau
disebut juga koefisien determinasi. Nilai Adjust R square ini menunjukkan
bahwa 51% tingkat FDR,NPF dan Inflasi memberikan kontribuasi
terhadap tingkat bagi hasil pada BUS di Indonesia. Sedangkan 49% yang
memberikan kontribusi terhadap tingkat bagi hasil yaitu dari variabel lain
yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperi variabel CAR,suku
bunga,pertumbuhan ekonomi dll.
E. Interpretasi Data
1. Pengaruh Tingkat Financing to Deposits Ratio Terhadap Tingkat Bagi
Hasil
Sebagaimana hasil penelitian menggunakan aplikasi Eviews 8
yang telah dijabarkan diatas, dapat diketahui bahwa variabel FDR
memiliki pengaruh terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil. Pernyataan
ini dapat dibuktikan dengan melihat tabel 4.9 dimana nilai probabilitas
variabel tingkat FDR adalah sebesar 0,0410. Nilai probabilitas kurang
dari tingkat signifikansi 0,05, sehingga dipastikan bahwa variabel ini
berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil.
Tabel 4. 9
Hasil Koefisien Determinasi (Adjust R2)
90
Hal tersebut menjelaskan bahwa jika FDR semakin tinggi maka
laba bank juga akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba
bank maka kinerja bank akan meningkat maka dari itu besar kecilnya
FDR akan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil bank.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang didukung oleh
(Nana Nofianti, dkk, 2015) yang menyebutkan bahwa FDR
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah. Hal
ini dikarenakan semakin tinggi FDR maka tingkat bagi hasil juga akan
meningkat. Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan dengan Pengaruh NPF Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Andriyanti dan Wasilah (2010) yang menyebutkan bahwa FDR tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap simpanan mudharabah
penelitian ini bisa berbeda karena pada penelitian tersebut tidak
memasukan data BUS seluruhnya.
2. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Tingkat Bagi Hasil
Variabel NPF (Non Performing Financing) memiliki pengaruh
terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat tabel 4.9 yang menunjukkan nilai probabilitas variabel NPF
(Non Performing Financing) sebesar 0,0365. Nilai probabilitas
variabel NPF (Non Performing Financing) dikatakan berpengaruh
karena berada dibawah tingkat signifikansi 0,05.
Hasil penelitian ini didukung oleh Rahmah Syafira (2014)
penelitian ini menunjukkn bahwa NPF berpengaruh terhadap tingkat
91
bagi hasil yang menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan jumlah
pembiayaan bermasalah (NPF) maka akan menurunkan jumlah
pembiayaan mudharabah.
Hasil penelitian ini bertentangan oleh oleh penelitian (Nana
Nofianti,dkk, 2011-2013) bahwa NPF tidak berpengaruh pada tingkat
bagi hasil hal ini mungkin terjadi karena tinggi rendahnya NPF tidak
akan mempengaruhi tingkat bagi hasil. Hal ini dikarenakan pihak bank
telah memiliki cadangan yang baik dan sudah melakukan analisis
resiko yang nantinya permasalahan tersebut tidak akan mempengaruhi
besaran dari tingkat bagi hasil.
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Variabel Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
Tingkat Bagi Hasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat tabel 4.9
yang menunjukkan nilai probabilitas variabel Inflasi sebesar 0,1113.
Nilai probabilitas variabel Inflasi dikatakan tidak berpengaruh karena
berada diatas tingkat signifikansi 0,05.Hal ini dikarenakan dalam
perbankan syariah inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat
bagi hasil.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
didukung oleh (Fakhrudin Muharram (2006) bahwa Inflasi
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan penelitian yang
tidak dilakukan pada keseluruhan Bank Umum Syariah dan Konsep
92
bank muamalat adalah bagi hasil. Dengan konsep ini, sesungguhnya
bank dan nasabah melakukan peningkatan dalam suatu ikatan
investasi bersama, dimana ketika inflasi naik, maka harga akan naik.
Dengan pendapatan konsumen yang tetap maka hal tersebut akan
menurunkan pendapatan perusahan. Sehingga produsen akan memilih
bank muamalat indonesia karena mendapatkan ketenangan dan
keadilan dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran dari hasil penelitian yang telah dijelaskan
oleh penulis, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel FDR,NPF dan inflasi berpengaruh bersama-sama secara
signifikan terhadap tingkat bagi hasil mudharabah bank umum
syariah.
2. Berdasarkan hasil uji individu variabel FDR berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat bagi hasil mudharabah bank umum
syariah.
3. Berdasarkan hasil uji individu variabel NPF berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat bagi hasil mudharabah bank umum
syariah.
4. Berdasarkan hasil uji individu variabel inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil mudharabah bank umum
syariah.
B. Saran
1. Bagi Bank Syariah
a. Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan secepat mungkin dapat
memperbaiki keadaan makro ekonomi. Tingkat inflasi yang relatif
rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sehingga akan
94
berefek positif dan efisien untuk mewujudkan target kestabilan sistem
perbankan syariah nasional.
b. Bank Umum Syariah harus lebih meningkatkan pendapatan melalui
bagi hasil karena pada hakekatnya sistem bagi hasil itu lebih
menguntungkan bagi masyarakat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini hanya menjelaskan variabel FDR,NPF dan inflasi
terhadap tingkat bagi hasil akan lebih sempurna apabila variabel yang
digunakan lebih banyak untuk mendukung penelitian ini.
b. Periode penelitian akan lebih baik apabila diperpanjang periode
penelitiannya, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih luas
tentang keadaan bank umum syariah di masa lalu.
c. Memperluas cakupan penelitian dengan memperbanyak sampel dan
periode penelitian.
d. Mengembangkan penelitian dengan cara melakukan uji dan
menggunakan metode yang lebih lengkap dan juga akurat sehingga
memperoleh kesimpulan yang lebih valid.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2007. Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta, UPP STIM YKPN
Agnes Sawir. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Akhtar, Ali, Sadaqat, 2011. Liquidity Risk Management: A comparative
study between Conventional and Islamic Banks of Pakista. Vol. 1, Issue.
Al Aziz S, Ust. Drs. Moh. Saifulloh. “Fiqh Islam Lengkap”, Terbit Terang,
Surabaya, 2005.
Ali, H. Masyhud. “Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek”, PT
Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2004.
Andri, Soemitra. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2009
Antonio, Muhammad Syafi‟i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani
Press, Jakarta, 2009.
Amir, Machmud dan Rukmana. “Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi
Empiris di Indonesia”, Erlangga, Jakarta, 2010.
Ascarya, dan Diana Yumanita.“Bank Syariah: Gambaran Umum, Seri
Kebanksentralan Nomor 14”, Bank Indonesia Pusat Pendidikan dan
StudiKebanksentralan, Jakarta, 2005.
Ascarya. “Akad dan Produk Bank Syariah”, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta,
2008.
Dendawijaya,Lukman. “Manajemen Perbankan”,Edisi Kedua, Ghalia Indonesia,
Jakarta,2006
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA.
Ghafur W., Muhammad Potret Perbankan Syariah Terkini: Kajian Kritis
Perkembangan Perbankan Syariah, Yogyakarta : Biruni Press,2007.
Hasan. “Perbankan Syariah” jilid kesatu,(PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
2011)
http://www.bankmuamalat.co.id/ diunduh 6 Oktober 2016
http://www.bca.co.id/id/ diunduh 7 November 2016
96
http://www.bnisyariah.co.id/ diunduh 7 November 2016
http://www.brisyariah.co.id/ diunduh 7 November 2016
http://www.megasyariah.co.id/ diunduh 7 November 2016
http://www.syariahmandiri.co.id/ diunduh 7 November 2016.
http://www.britama.com/index.php/2014/01/sejarah-dan-profil-singkat-pnbs/
diunduh 7 November 2016
http://www.tradingeconomics.com diunduh pada 7 November 2016
Ismail. “Perbankan Syariah”, Kencana, Jakarta, 2011.
Imam Wahyudi, Miranti K Dewi, Fenni Rosmanita, dhh.”Manajemen Risiko Bank
Islam”. Salemba Empat : Jakarta, 2013.
Ikatan Bankir Indonesia “Memahami Bisnis Bank Syariah”, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta ,2014.
Junusi, El Rahman. “Implementasi Sharia Governance Serta Implikasinya
Terhadap Reputasi dan Kepercayaan Bank Syariah”, Volume 12 No. 1,
IAIN Walisongo, Semarang, 2012 .
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Kasmir. ”Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam”. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta, 2005
Kasmir, “Bank dan Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2012.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006).
Muhammad. “Manajemen Bank Syariah”, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta, 2002.
97
Mulazid, Ade Sofyan. “Pelaksanaan Sharia Compliance pada Bank Syariah”,
Volume 20 No.1, MADANIA Islamic Journal Studies, Bengkulu, 2016.
Munawir, S. 2012. Analisis Informasi Keuangan, Liberty, Yogyakarta. Ni‟mah,
Beauty Choirun.”Pengaruh Pembiayaan Dengan Sistem Bagi Hasil dan
Pembiayaan Dengan Sistem Jual Beli Terhadap Profit Expense Ratio
(PER) Pada Bank Rakyat Indonesi Syariah dan Bank Negara Indonesi
Syariah”, IAIN Tulungagung, 2015.
Prihatiningsih, “Dinamika Financing To Deposit Ratio (FDR) Pada Perbankan
Sayriah Tahun 2006-2011”, Jurnal Orbith, Vol. 8 No. 3 November 2012.
Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. “Islamic Banking”. Bumi Aksara. Jakarta.
2010.
Rivai, Veithzal, dan Veithzal, Andria Permata. “Islamic Financial Management”.
Rajawali Pers. Jakarta. 2008.
Rustam, Bambang Rianto.“Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia”.
Salemba Empat: Jakarta.2013.
Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. “Islamic Banking”. Bumi Aksara. Jakarta.
2010.
Rivai, Veithzal. “Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi
Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan
Eviews”, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2012.
Rustam, Bambang Rianto.“Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia”.
Salemba Empat: Jakarta.2013
Rodoni, Ahmad & Ali, Herni. “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra Wacana
Media, Jakarta, 2014.
Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Edisi keempat, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta, 2006
Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Edisi keempat, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi keempat, Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta, 2004.
98
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung, 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Alfabeta,
Bandung, 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RND”, Alfabeta,
Bandung, 2010.
Soemitra, Andi. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana, Jakarta,
2009.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Ekonisia,
Yogyakarta.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, 2015.
Wirdyaningsih, dkk. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2005.
Yaya, Rizal, Aji Erlangga Martawireja dan Ahim Abdurahim. “Akuntansi
Perbankan Syariah Teori dan PraktekKontemporer”, Salemba Empat,
Jakarta, 2009.
_____________. “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2010.
______________. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT RajaGrafindo
Persada, Depok, 2014.
______________. “Analisis Statistik Multivariat Terapan”, Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2010.
______________. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”, Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2016.
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 No. 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3790
99
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No.21
Tahun 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 94,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4867
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun
1992. Lembaran Republik Negara Indonesia Tahun 1992 No. 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3473
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No.21
Tahun 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 94,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4867
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 No. 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3790
Indonesia, Undang-Undang Tentang Surat Berharga Syariah Negara, Undang-
Undang No. 19 Tahun 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 No. 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4852
Ansofino, dkk. “Buku Ajar Ekonometrika”, Deepublish bekerja sama dengan
STKIP PGRI Sumbe Press, Yogyakarta, 2016 dari
http://books.google.co.id diakses 17 November 2016.
Kusrianto, Adi. “Memanfaatkan Formula dan Fungsi Microsoft Office Excel 2007
dan 2010”, pt. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007 dari
http://books.google.co.id diakses 17 November 2016
Iqbal, Muhammad. “Operasionalisasi Regresi Data Panel Dengan Eviews 8 ”,
Perbanas, 2015 dari http://docplayer.info/81351-Operasionalisasi-regresi-
data-panel-dengan-eviews-8.html diakses 1 November 2016.
Mulazid, Ade Sofyan. 2016, “Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank
Syariah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta)”. Madania,
Vol 20, No. 1, http://dx.doi.org/10.7910/mdn.v20il.84.g83, 21 September
2016.
100
LAMPIRAN
A. Data Variabe Dependen dan Independen
BANK TAHUN
TINGKAT
BAGI HASIL FDR NPF INFLASI
BCA 2011 12,910 78.8 0.2 4.2
BCA 2012 124,763 79.9 0.1 4.3
BCA 2013 201,866 83.5 0.1 5.57
BCA 2014 188,351 91.2 0.1 8.36
BCA 2015 198,422 91.4 0.7 7.58
BNI 2011 89,383 78.6 2.42 5.3
BNI 2012 287,064 84.99 1.42 4.5
BNI 2013 709,218 97.86 1.13 5.9
BNI 2014 1,016 84.99 1.42 8.36
BNI 2015 1,258 78.6 2.42 3.35
BRI 2011 598,464 90.55 2.12 3.7
BRI 2012 859,252 100.96 1.84 4.3
BRI 2013 936,688 102.7 3.26 8.38
BRI 2014 876,311 93.9 3.65 8.36
BRI 2015 1,106 84.16 3.89 3.35
BSM 2011 4,671 86.03 2.52 3.79
BSM 2012 4,273 94.4 2.22 4.3
BSM 2013 3,703 89.37 1.55 8.38
BSM 2014 3,006 82.13 2.65 8.36
BSM 2015 2,834 81.95 4.34 3.35
BUKOPIN 2011 219,955 83.66 1.74 3.79
BUKOPIN 2012 194,266 92.29 4.57 4.3
BUKOPIN 2013 222,108 100.29 4.27 8.38
BUKOPIN 2014 264,504 92.89 3.34 8.23
BUKOPIN 2015 401,915 90.56 2.74 3.35
MUAMALAT 2011 1,498 88.95 1.78 6.5
MUAMALAT 2012 12,819 94.15 2.09 4.5
MUAMALAT 2013 18,673 99.99 0.78 8.38
MUAMALAT 2014 1,723 84.14 4.76 4
MUAMALAT 2015 1,052 90.3 4.2 3.35
PANIN 2011 269,582 167.7 0.82 3.79
PANIN 2012 517,354 105.66 0.19 4.30
PANIN 2013 659,220 90.4 0.77 8.38
PANIN 2014 854,377 94.04 0.29 8.36
PANIN 2015 1,018 96.43 1.94 3.35
101
B. Hasil Uji Common Effect Model
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 4.596800 (6,25) 0.0028
Cross-section Chi-square 26.021634 6 0.0002
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: (TINGKAT_BAGI_HASIL_MUDH)
Method: Panel Least Squares
Date: 01/14/17 Time: 18:17
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 35 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. (FDR) 6.360587 2.984593 2.131141 0.0411
(NPF) -1.231956 0.557635 -2.209251 0.0365
(INFLASI) 1.482384 1.091432 1.358201 0.1842
C -20.30177 13.51053 -1.502663 0.1430 R-squared 0.255303 Mean dependent var 10.69973
Adjusted R-squared 0.518461 S.D. dependent var 2.543858
S.E. of regression 2.299013 Akaike info criterion 4.610047
Sum squared resid 163.8493 Schwarz criterion 4.787801
Log likelihood -76.67583 Hannan-Quinn criter. 4.671408
F-statistic 3.542550 Durbin-Watson stat 1.248924
Prob(F-statistic) 0.025792
102
C. Hasil Uji Stasioneritas
No Variabel Level
Keterangan Pptest CV 5%
1. FDR -4.640359 -3.639407 Stasioner
2. NPF -3.277379 -2.951125 Stasioner
3. Inflasi -6.609246 -2.951125 Stasioner
4. TBH -3.148768 -2.951125 Stasioner
D. Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.596800 (6,25) 0.0028
Cross-section Chi-square 26.021634 6 0.0002
E. Uji Hausman
103
F. Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 35
Mean 0.000000
Median 0.184387
Maximum 2.236732
Minimum -4.187177
Std. Dev. 1.513698
Skewness -0.920351
Kurtosis 3.753905
Jarque-Bera 5.769976
Probability 0.055855
G. Hasil Uji Multikolinearitas
H. Hasil Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.887344 Prob. F(9,25) 0.1013
Obs*R-squared 14.15977 Prob. Chi-Square(9) 0.1168
Scaled explained SS 8.191588 Prob. Chi-Square(9) 0.5150
FDR NPF INFLASI
FDR 1.000000 -0.141966 0.007533
NPF -0.141966 1.000000 -0.183652
INFLASI 0.007533 -0.183652 1.000000
104
I. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.577480 Prob. F(2,28) 0.5679
Obs*R-squared 1.346893 Prob. Chi-Square(2) 0.5099
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/14/17 Time: 19:07
Sample: 2 35
Included observations: 34
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. (FDR) 399.9994 3065.779 0.130472 0.8971
(NPF) 10935.59 45280.21 0.241509 0.8109
(INFLASI) 5470.461 21757.81 0.251425 0.8033
C 5238.423 52733.74 0.099337 0.9216
RESID(-1) -0.143458 0.221954 -0.646341 0.5233
RESID(-2) -0.189756 0.209927 -0.903913 0.3738 R-squared 0.039615 Mean dependent var 0.000000
Adjusted R-squared -0.131883 S.D. dependent var 287071.8
S.E. of regression 305415.7 Akaike info criterion 28.25552
Sum squared resid 2.61E+12 Schwarz criterion 28.52488
Log likelihood -474.3438 Hannan-Quinn criter. 28.34738
F-statistic 0.230992 Durbin-Watson stat 1.894998
Prob(F-statistic) 0.945738
105
J. Hasil Uji Regresi Data Panel
Dependent Variable:(TINGKAT_BAGI_HASIL_MUDH) Method: Panel Least Squares Date: 02/13/17 Time: 14:15 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 35
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. (FDR) 5.608430 2.629498 2.132890 0.0410
(NPF) -1.231956 0.557635 -2.209251 0.0365 (INFLASI) 1.259447 0.850169 1.481407 0.1510
C -13.46790 12.89094 -1.044757 0.3061 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.645927 Mean dependent var 10.69973 Adjusted R-squared 0.518461 S.D. dependent var 2.543858 S.E. of regression 1.765260 Akaike info criterion 4.209429 Sum squared resid 77.90357 Schwarz criterion 4.653814 Log likelihood -63.66501 Hannan-Quinn criter. 4.362831 F-statistic 5.067438 Durbin-Watson stat 1.965682 Prob(F-statistic) 0.000608
K. Hasil Uji Adjust R2
R-squared 0.645927 Mean dependent var 10.69973 Adjusted R-squared 0.518461 S.D. dependent var 2.543858 S.E. of regression 1.765260 Akaike info criterion 4.209429 Sum squared resid 77.90357 Schwarz criterion 4.653814 Log likelihood -63.66501 Hannan-Quinn criter. 4.362831 F-statistic 5.067438 Durbin-Watson stat 1.965682 Prob(F-statistic) 0.000608
106
J. Tabel Chi Square