137
ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang APBD Kab. Wajo) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar Oleh: AGUSTANG NIM: 30600112025 FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017

ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN(Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang APBD Kab. Wajo)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar SarjanaIlmu Politik pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

AGUSTANGNIM: 30600112025

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Page 3: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Page 4: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Page 5: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memanifestasikan segala bentuk alat

epistemik kepada manusia berupa panca indra, akal dan intuisi sehingga

dengannya manusia mampu mengetahui kebenaran, mengalami, merasakan serta

mampu mengelola fitranya demi mencapai atau mendekati derajat insani, melalui

izin Allah yang dengannya membukakan tabir kemalasan dan memancarkan

cahaya pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun

dalam bentuk yang sederhana, begitu pula serta salam penulis haturkan kepada

junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya yang setia pada garis kebenaran menegakkan keadilan.

Dalam penulis skripsi ini, banyak kendala yang penulis alami, namun,

Alhamdulillah berkat upaya dan spirit penulis yang didorong oleh usaha yang

tidak kenal lelah, serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat

menyelesaikannya. Meskipun penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi

ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan dan kekeliruan di

dalamnya, baik dari segi subtansi maupun dari segi metodologi penulis.

Karenanya harapan kritik dan saran yang sifatnya konstuktif kepada semua pihak

demi kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terima kasihtulus yang tak terhingga penulis haturkan kepada:

1. Ismah Tita Ruslin, S.IP.,M.Si, sebagai pembibing I (satu) dan Nur Aliyah

Zainal, S.IP.,M.A. Sebagai pembibing II (dua)

Page 6: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

2. Drs. Muh. Abduh M. Th.i, yang selama ini telah menjadi perwakilan orang

tua saya selama saya berada dalam kampus fakultas Ushuludin, filsafat dan

politik dan selama saya menjalani kehidupan dalam kampus.

3. Prof. Dr. H Muh. Ramli, M.Si yang telah memberikan segenap waktunya

menjadi penguji saya dalam sidang Munaqasyah pertama dan kedua untuk

itu Skripsi ini bisa menjadi penelitian ilmiah yanb bisa bermanfaat bagi

kalangan Mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

4. Ucapan terima kasih tulus yang tidak terhingga penulis haturkan kepada

kedua orang tua tercinta, terkasih, Ayahanda Abdul Rahman dan ibunda

Hj. Indo Cenning. Orang tua yang dengan kasih sayangnya dan kenal lelah

telah membesarkan, mengasuh, dan mendidik penulius dengan penuh

keiklasan. Sehingga penulis dapat merasakan hiruk-pikuk dunia akademik

demikian pula kepada kedua saudari saya Dahlia dan Indo Tang.

5. Teman-teman seangkatan 2012 terkhusus pada teman-teman sejurusan di

ilmu politik pada fakultas Ushuludin, filsafat dan politik yang senantiasa

memberikan dukungan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada seluruh kakanda.

A. Muh. Ikbal, S.pd. I, M.fil, Syakir Muhammadong, S.pd, Ustas Alfin

Proletar, Lc. Yang telah memberikan dan menambah khasana intelektual dan

penegetahuan saya begitupula cara berpikir dan pandangan dunia saya, Terimah

kasih pula kepada seluruh Adinda Junior. Muhammad Ilham Rahmat, A. Sultan

Hasanuddin, Andi Tenri Ampa, Muhammad Yusril, Aswar dan beserta kawan-

Page 7: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Page 8: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Page 9: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iii

PENGESAHAN .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..........................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

ABSTRAK ............................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1-28

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................................12

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................14

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 29-36

A. Formulasi Kebijakan ................................................................................29

B. Teori Elit...................................................................................................32

C. Interakasi Aktor dalam Permusan Kebijakan Publik ...............................34

Page 10: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 37-42

A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................................37

B. Sumber Data..............................................................................................37

C. Tekhnik Pengumpulan Data......................................................................38

D. Metode Analisi Data .................................................................................40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 42-95

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................43

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan........................................................66

BAB V PENUTUP........................................................................................... 96-99

A. Kesimpulan ...............................................................................................96

B. Implikasi Penelitian...................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 100-102

LAMPIRAN..................................................................................................... 103

Page 11: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

ABSTRAK

NAMA : AGUSTANG

NIM : 30600112025

Judul : ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi

Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

APBD Kab. Wajo)

Pokok masalah penelitian adalah relasi eksekutif dan legislatif dalamproses formulasi terbitnya Perda Nomor 7 Tahun 2016, tentang APBD KabupatenWajo, jenis penelitian ini tergolong kualitatif dan sumber data penelitian iniadalah pihak eksekutif dan legislatif, selanjutnya, metode pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lalu,teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu:reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, kemudian sumber datayang digunakan yaitu, 1) Data Primer, data primer adalah sumber data penelitianyang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. 2) Data Skunder, dataskunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media atauperantara atau secara tidak langsung yang berupa buku. Tujuan penelitian iniuntuk, 1)mendeskripsikan dan menganalisis hubungan legislatif dan eksekutifdalam proses Formulasi terbitnya Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang APBDKabupaten Wajo, 2) untuk mengemukakan Respon Masyarakat terhada realisasiformulasi Perda APBD Kab. Wajo

Hasil penelitian ini adalah formulasi terbitnya APBD Kabupaten Wajoterlihat peran eksekutif yang mendominasi atas terbitnya Perda APBD KabupatenWajo dan dalam pembuatan Perda Kab. Wajo Penetapan Perda APBD tidakbegitu mendapat kendala yang bisa memberatkan terbitnya Perda APBD yangdiusung oleh Bupati atau pihak eksekutif. Penetapan Perda APBD terjadikonspirasi atau bergaining politik dan kepentingan ekonomi antara eksekutif danlegislatif. Terlihat relasi kuasa antara eksekutif dan legislatif dimotori oleheksekutif atau dalam hal ini Bupati Wajo, tercermin dari relasi eksekutif danlegislatif dalam proses formulasi terbitnya Perda APBD.

Tingginya APBD sebesar 1,5 Tryliun tidak terealisasi dengan baik dantidak membawa kesejahteraan dan perubahan yang signifikan terhadap daerahKabupaten Wajo, eksekusi program kerja pemerintah melalui APBD tidak tepatsasaran dan tidak berjalan dengan sebagaimana idealnya sehingga arahpembangunan Kabupaten Wajo masih belum mengkomodir kebutuhan masyarakatdan Pembangunan Wajo itu sendiri.

Page 12: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan daerah yang baik (good local governance) merupakan isu yang

paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi kebijakan publik dewasa ini.

Tuntutan gagasan yang dilakukan masyarakat kepada pemerintah untuk pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik adalah sejalan dengan

meningkatnya pengetahuan masyarakat di samping adanya globalisasi pergeseran

paradigma pemerintahan dari “rulling government” yang terus bergerak menuju

“good governance”dipahami sebagai suatu fenomena berdemokrasi secara adil.1

Dalam kaitannya proses formulasi kebijakan publik dalam hal ini penetapan

Peraturan Daerah (Perda) Nomor 07 Tahun 2016, tentang APBD kabupaten wajo

yang merupakan sebuah keharusan berimplikasi pada pembangunan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat daerah kabupaten wajo.

Fase formulasi kebijakan publik, realitas politik yang melingkupi proses

pembuatan kebijakan publik tidak boleh dilepaskan dari fokus kajiannya. Sebab bila

kita melepaskan kenyataan politik dari proses pembuatan kebijakan publik, maka

jelas kebijakan publik yang dihasilkan itu akan miskin aspek lapangannya. Sebuah

produk kebijakan publik yang miskin aspek lapangannya itu jelas akan menemui

1Marbun, BN, DPRD, Pertumbuhan dan cara Kerjanya. (Jakarta:Pustaka Sinara Harapan,1994), h. 129.

Page 13: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

2

banyak persoalan pada tahap penerapan berikutnya. Dan yang tidak boleh dilupakan

adalah penerapannya dilapangan dimana kebijakan publik itu hidup tidaklah pernah

steril dari unsur politik. Formulasi kebijakan publik adalah langkah yang paling awal

dalam proses kebijakan publik secara keseluruhan, oleh karena apa yang terjadi pada

tahap ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu

pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu perlu adanya kehati-hatian lebih dari

para pembuat kebijakan ketika akan melakukan formulasi kebijakan publik ini. Yang

harus diingat pula adalah bahwa formulasi kebijakan publik yang baik adalah

formulasi kebijakan publik yang berorientasi pada implementasi dan evaluasi.Sebab

seringkali para pengambil kebijakan beranggapan bahwa formulasi kebijakan yang

baik itu adalah sebuah uraian konseptual yang sarat dengan pesan-pesan ideal dan

normatif, namun tidak membumi.Padahal sesungguhnya formulasi kebijakan publik

yang baik itu adalah sebuah uraian atas kematangan pembacaan realitas sekaligus

alternatif solusi yang fisibel terhadap realitas tersebut.Kendati pada akhirnya uraian

yang dihasilkan itu tidak sepenuhnya presisi dengan nilai ideal normatif, itu bukanlah

masalah asalkan uraian atas kebijakan itu presisi dengan realitas masalah kebijakan

yang ada dilapangan.

Proses formulasi kebijakan publik melalui empat tahapan yakni sebagai

berikut: (1) problem identification, (2) agenda setting, (3) policy problem

formulation, (4) policy design.

Pertama, identifikasi masalah atau problem identificatioan adalah melakukan

pengenalan dan pemahaman masalah serta melakukan pemetaan masalah dengan cara

Page 14: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

3

mencermati dan mengenali setiap perubahan yang terjadi baik pada lingkungan

internal maupun lingkungan eksternal. Tidak semua masalah public yang dapat

menggerakkan orang banyak untuk ikut memikirkan dan mencari solusinya yang bisa

tampil menjadi masalah kebijakan (only those that move people to action become

polily problems). Oleh karena itu, suatu hal yang terpenting adalah agar suatu

masalah public dapat menjadi masalah kebijakan, tidak cukup hanya dihayati oleh

banyak orang sebagai suatu masalah, tetapi masyarakat juga perlu memiliki political

will untuk memperjuangkan general problem itu menjadi policy problem dan yang

lebih penting juga harus pula ditanggapi positif oleh pembuat kebijakan.

Kedua, Penyusunan agenda atau agenda setting adalah suatu istilah yang pada

umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu isi yang dinilai public perlu

diambil suatu tindakan. Agenda sebagai suatu kesepakatan umum tentang adanya

suatu masalah public yang perlu menjadi perhatian bersama dan menurut campur

tangan pemerintah untuk memecahkannya Penyusunan agenda kebijakan diawali dari

suatu masalah yang dimuncul di masyarakat. Masalah ini dapat diungkapkan

seseorang sebagai suatu masalah public misalnya masalah tersebut mempunyai

dampak yang besar bagi orang banyak, ada bukti yang meyakinkan agar lembaga

legislative dan eksekutif maupun pemerhati masalah tersebut sebagai masalah serius,

dan ada pemecahan masalah yang mudah dipahami terhadap masalah yang sedang

dipikirkan dan diperhatikan.

Ketiga, Formulasi masalah kebijakan publik, hal ini yang menjadi fokus dari

penelitian tersebut dan Ke empat, Mendisain kebijakan publik, berdasarkan masalah

Page 15: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

4

kebijakan yang telah dirumuskan (masalah formal) kemudian dicarikan solusi berupa

kebijakan publik apa yang perlu diambil. Untuk menemukan kebijakan apa yang

sebaiknya diambil maka perlu dilakukan analisis terhadap masalah kebijakan

tersebut.2

Perumus kebijakan dalam hal ini eksekutif dan legislatif akan dihadapkan

pada pertarungan kepentingan, masing-masing aktor ditawarkan alternatif dan pada

tahap ini sangat penting untuk mengetahui apa alternatif yang ditawarkanoleh

masing-masing aktor. Pada kondisi ini, pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan

pada kompromi dan negoisasi yang terjadi antara aktor yang berkepentingan dalam

pembuatan kebijakan tersebut, dalam proses inilah para aktor baik eksekutif maupun

legislatif memperjuangkan kepentingan untuk diterima dalam sebuah

persidangan.Untuk mencegah penyalahgunaan ataupun penggunaan kekuasaan yang

berlebihan.maka kekuasaan itu dipisah-pisahkan.Menurut konsep “trias politica”

kekuasaan dalam negara dibagi ada tiga yakni, kekuasaan Legislatif, kekuasaan

Eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Dengan adanya sistem pemisahan tersebut maka

didalam konsep “trias politica” terdapat suasana “check and balance” karena

masing–masing kekuasaan dapat saling mengawasi, menguji sehingga tidak mungkin

2William Dunn, Public Policy Analysis. Terjemahan Darwin, Muhajir. (Yogyakarta: PT.Hanindita GrahaWidia, 1998). h. 244.

Page 16: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

5

organ-organ kekuasaan itu melampaui kekuasaan yang telah ditentukan. Dengan

demikian akan terdapat pertimbangan kekuasaan antara lembaga-lembaga tersebut.3

Perda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Perda

tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.Perda dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan

peraturan perundangundangan. Masyarakat berhak memberikan masukan secara

lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan

Perda.Persiapan pembentukan, pembahasan, dan pengesahan rancangan Perda

berpedoman kepada peraturan perundang-undangan.4

Kebijakan publik sebuah keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan

mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kebijakan tertentu yang dilakukan

oleh instansi pemerintah, pada sudut pandang lain mengemukakan bahwa studi

kebijakan publik mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi

suatu masalah yang menjadi perhatian publik. Beberapa permasalahan yang dihadapi

oleh pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan

pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik. Formulasi kebijakan publik adalah

3Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017

4Diki Arif Rachman Syadikin, Apakah yang dimaksud Perda (Artikel: selasa, 13 Oktober

2009.diki-arif.com/2009/10/apakah-yang-dimaksud-perda-peraturan.html). Diakses: Sabtu, 01Oktober-2016

Page 17: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

6

langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik. Oleh karenanya apa yang

terjadi pada fase ini akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya kebijakan publik

yang dibuat itu pada masa yang akan datang.5

Berangkat dari kehidupan bermasyarakat yang tentunya dalam hal ini

masyarakat muslim telah terdapat dalam Al-Quran, merupakan salah satu tujuan

hadirnya manusia dimuka bumi sebagai khalifah atau pemimpin, sebagaimana telah

diterangkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 30

Terjemahan:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnyaaku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akanmembuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal KamiSenantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamuketahui."

Ayat tersebut jelas memposisikan keberadaan manusia dimuka bumi untuk

sebagai kahalifah (pengganti/pemimpin/penguasa) sehingga pemimpin harus selalu

menyadari akan funsinya, agar dapat memberikan manfaat dalam masyarakat

terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau kebijakan.

5Solichin Abdullah Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke- Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik (Cet. I; Jakarta: Bumi Karsa, 2012), h. 12.

Page 18: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

7

Kemudian prinsip dalam pengambilan sebuah keputusan dalam sudut pandang

Islam, sebagaimana telah diterangkan dalam QS. Annisa ayat 58

Terjemahan:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yangberhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allahmemberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allahadalah Maha mendengar lagi Maha melihat.6

Setiap kebijakan publik mempunyai tujuan yang ingin dicapai, agar dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut dapat di terima oleh lapisan masyarakat dan tidak

mendapat penolakan dari masyarakat.Pada dasarnya kebijakan publik selalu

mengandung multi-tujuan yaitu untuk menjadikan kebijakan itu sebagai kebijakan

yang adil dan seimbang dalam mendorong kemajuan kehidupan bersama.7

Proses perumusan kebijakan publik perlu memperhatikan secara seksama

eksistensi orientasi dan kepentingan aktor-aktor yang terlibat sebagai stakeholders

dari kebijakan yang akan dibuat. Bagaimana keputusan-keputusan kebijakan dibuat,

dalam hal ini suatu keputusan kebijakan mencakup tindakan oleh seseorang pejabat

atau lembaga resmi untuk menyetujui, mengubah atau menolak suatu alternatif

kebijakan yang dipilih.8

6Al-Quran dan terjemahnya, Surah Al- Baqarah ayat 30 dan surah Al- Imran ayat 587Muhlis Madani, Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan Publik,

(Jakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 25.8Winarno, Budi, Kebijakan Publik, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008), h. 53.

Page 19: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

8

Kebijaksanaan negara itu ditentukan semata-mata oleh kelompok elit, maka

pejabat pemerintah hanyalah sekedar pelaksana-pelaksana dari kebijaksanaan yang

telah ditetapkan oleh para elit.Pada dasarnya kebijaksanaan negara itu dibuat sesuai

dengan kepentingan kelompok elit, maka tuntutan dan keinginan rakyat banyak (non-

elit) tidak diperhatikan. Namun tak bisa dipungkiri dalam konteks indonesia dalam

dunia pemerintahan banyak hal yang menjadi perbincangan bersama, bahwa

pemerintah yang menjadi kuasa dalam seluruh dimensi kehidupan berbangsa dan

bernegara seringkali melakukan atau membuat kebijakan yang hanya berdasar pada

kepentingan kelompok ataupun golongan yang tidak sama sekali berpihak kepada

masyarakat pada umumnya apalagi untuk mensejahterakan.

Proses pembuatan kebijakan sangat rentan terjadi kepentingan-kepentingan

politik yang hanya melanggengkan kepentingan orang-orang tertentu sehingga pada

implikasinya kebijakan atau keputusan yang dibuat tidak pernah hadir atau

berdamapak dilingkangan masyarakat pada umumnya sehingga pada akhirnya

masyarakat tidak pernah merasakan damapak dari keputusan atau kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah, dengan hal ini dapat meruasak tatanan demokrasi yang pada

hakekatnya demokrasi adalah memperhatikan kepentingan bersama, mensejahterakan

kehidupan bangsa untuk mencapai sebuah cita-cita bangsa yang adil dan makmur.

Lingkungan masyarakat awam, bahkan tak jarang juga dikalangan para

profesional dan akademis, kita menedengar orang berkomentar dengan mengatakan

bahwa kebijakan publik itu merupakan suatu yang abstrak, tidak jelas sosoknya,

kabur, tidak berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari, dan lain

Page 20: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

9

sebagainya.Sejauh ini mengenai kebijakan publik sebagai suatu konsep yang ideal

dalam menesejahterakan rakyat, namun hanya pada tataran praktisnya dilapangan

tidak jelas keberadaannya. Dalam hal ini semakin memperjelas, bahwa jika

menyangkut kebijakan publik sebagai serangkaian aktivitas atau tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh negara atau pemerintah ternyata itu tidak semuanya benar.9

Dewasa ini, istilah kebijakan memang lebih sering dipergunakan dalam

konteks tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para aktor dan

institusi pemerintah, serta perilaku negara pada umumnya, mudah dipahami jika

konsep kebijakan itu kemudian sering berkonotasi, serta membawa konsekuensi

politik.10Hal ini menyebabkan perubahan dan pembaruan terhadap kebijaksanaan

negara berjalan lambat dan ditentukan oleh penafsiran kembali nilai-nilai elit-elit

tersebut.Kebijaksanaan negara sering diperbaiki tetapi jarang diubah, dan perubahan-

perubahan itu terjadi jika ada peristiwa-peristiwa yang mengancam sistem politik dan

perubahan-perubahan itu dilakukan semata-mata untuk melindungi sistem kedudukan

elit politik yang duduk dibirokrasi pemerintah.11

Kebijakan publik tentu tidak lahir dengan melihat satu sudut pandang saja,

namun kebijakan publik terlahir dari seluruh rangkaian peristiwa atau masalah-

masalah yang terjadi pada lingkungan masyarakat, pada kebanyakan masalah atau

9Solichin Abdullah Wahab,Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke- Penyusunan Model-modelImplementasi Kebijakan Publik (Cet. I; Jakarta: Bumi Karsa, 2012), h. 1.

10Solichin Abdullah Wahab,Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke- Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik (Cet. I; Jakarta: Bumi Karsa, 2012), h. 9-10.

11Islamy, Irfan.Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanan Negara.(Jakarta, Bumi aksara:2000), hal 37.

Page 21: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

10

peristiwa yang berlangsung disekitar kehidupan masyarakat terjadi secara alami

melalui proses perkembangan sosial, dengan hal inilah dapat menjadi sebuah

referensi untuk membuat sebuah kebijakan dan melalui mekanisme itulah kebijakan

hadir, dan kemudian menjadi sebuah keniscayaan, dari situlah kebijakan hadir

ditengah kehidupan masyarakat, sehingga kebijakan publik bisa diketahui sosoknya

melalui kasat mata dan tidak lagi menjadi abstrak dan tidak diketahui keberadaannya.

DPRD Kabupaten Wajo telah mengesahkan APBD Kabupaten Wajo 2016

sebesar Rp 1,5 Triliun rupiah. Dalam sidang paripurna di gedung DPRD Kabupaten

Wajo ini dihadiri oleh Bupati Wajo H. A. Burhanuddin Unru dan pimpinan DPRD

Kabupaten Wajo yaitu Ketua DPRD Kab. Wajo HM Yunus Pananugi Wakil Ketua

DPRD Wajo H.Risman dan Rahman Rahim, Pegawai lingkup Pemerintah Kabupaten

Wajo, SKPD dan Tokoh Masyarakat, Dengan persetujuan dari anggota dewan yang

terhormat maka Ranperda ini sudah disahkan menjadi Perda APBD tahun anggaran

2016,Ketua DPRD Kabupaten Wajo saat membaca keputusan di ruang paripurna

Gedung DPRD Kabupaten Wajo, lantai 2 Jl.Rusa Sengkang, Rabu (30/12).

Penandatangan sendiri dan penyerahan Perda APBD 2016 langsung diterima oleh

Bupati Wajo, H. A. Burhanuddin Unru ditempat yang sama. Dari 40 anggota DPRD

Wajo, 28 anggota yang hadir sehingga rapat paripurna pengesahan dapat

dilakukan.Bupati Wajo HA.Burhanuddin Unru pada kesempatan itu mengatakan

Page 22: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

11

dengan ditetapkannya APBD 2016 pemerintah daerah sudah memiliki arah kebijakan

yang jelas sesuai UU yang berlaku.12

Terbitanya Perda melalui suatu proses yang dilakukan secara pasti dengan

melibatkan para stakeholders guna menghasilkan serangkaian tindakan dalam

memecahkan problem publik melalui identifikasi dan analisis alternatif. Tidak

terlepas dari nilai-nilai mempengaruhi tindakan para aktor dalam proses tersebut.

Pada tataran ini menjadi jelas bahwa para pembuat kebijakan idealnya

memperhatikan semua dampak positif maupun negatif dari tindakan mereka, tidak

saja bagi para warga unit geopolitik mereka, tetapi juga warga yang lain, dan bahkan

digenerasi dimasa yang akan mendatang, oleh karena itu proses pembuatan kebijakan

yang bertanggung jawab ialah proses yang melibatkan interaksi antara kelompok-

kelompok ilmuan, pemimpin-pemimpin oraganisasi profesional, para administrator

dan para politisi.13

Berkaitan dengan hal tersebut diatas penulis mencoba melihat bagaimana

relasi aktor eksekutif dan legislatif dalam proses Formulasi Kebijakan dan pada saat

Perda disahkan dan ditetapkan sehinga menjadi salah satu UU atau aturan resmi dari

pemerintahan daerah Kabupaten wajo, dalam proses formulasi kebijakan tersebut

tidak menutup kemungkinan tidak adanya sebuah kepentingan-kepentingan para aktor

penguasa dalam artian adalah murni dari kepentingan rakyat dan pembangunan

12Berwa, “APBD Kab. Wajo 2016 di sahkan”, Berita wajo.com, 30 Desember2015.www.beritawajo.com › Politik( 07 September 2016).

13Muhlis Madani, Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan Publik,(Jakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 22.

Page 23: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

12

daerah, olehnya itu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul:

Analisis Formulasi Kebijakan Publik (Studi terhadap Perda Nomor 07 tahun 2016,

tentang APBD. Kab.Wajo).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Relasi Eksekutif dan Legislatif dalam proses Formulasi terbitnya

Perda Nomor 7 Tahun 2016, tentang APBD Kab. Wajo?

2. Bagaimana Respon Masyarakat terhadap Realisasi Perda APBD Kab. Wajo?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian.

Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menciptakan sebuah

Pemerintahan daerah yang baik (good local governance), tak bisa dipungkiri lahirnya

sebuah kebijakan yang merupakan representasi dari kebutuhan masyarakat atau para

aktor-aktor politik, dengan hal ini maka sebuah kebijakan menjadi sangat penting

untuk dikaji bersama, baik dikalangan akademis, mahasiswa maupun dikalangan

masyarakat awam pada umumnya terkhusus pada pembahasan studi kali ini, yaitu:

Analisis formulasi kebijakan, studi terhadap Perda tahun 2016, tentang APBD.

Kabupaten Wajo, oleh sebab itu peneliti mengambil suatu tujuan dan kegunaan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui relasi aktor eksekutif dan legislatif dalam proses formulasi

kebijakan Perda Nomor 7 Tahun 2016, tentang APBD Kab. Wajo.

Page 24: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

13

2. Untuk mengetahui Respon Masyarakat terhadap hasil Relasi Eksekutif dan

Legislatif pada Perda APBD Kab. Wajo.

2. Kegunaan penelitian.

Kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian ini antara lain:

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terkhusus

pada jurusan ilmu politik dan dapat menambah cakrawala berpikir dalam

melihat lahirnya sebuah kebijakan tertentu yang ditetapkan para aktor-aktor

politik dalam suatu pemerintahan.

b. Secara praktis

Hasil ini diharapkan dapat berguna untuk memberi tambahan informasi,

referensih dan sebagai acuan bagi yang membutuhkan dan dapat berguna

untuk memberikan sumbangsih pemikiran bagi kalangan akademika yang

akan melakukan penelitian selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah secara seksama peneliti melakukan penelusuran, telah menemukan

beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul yang akan diteliti

yaitu sebagai berikut:

1. Shynta Anastasia Simbolon dengan judul skripsi, “Analisis proses dan

Penetapan Kebijakan Rencana Tata Ruang wilayah Kota Medan”. Penelitian

ini dilakukan bertujuan untuk melihat bagaimana Proses Perumusan dan

Penetapan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medandan apakah

Page 25: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

14

Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut telah mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan juga kendala-kendala

apa yang ditemukan dilapangan dalam proses perumusan dan penetapan

Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan.

Informan kunci penelitian ialah Pada Tahap Formulasi yaitu Kepala

Bidang Fisik dan Tata Ruang Bappeda,Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan

Evaluasi Hukum Sekretariat Daerah dan Pada Tahap Adopsi yaitu Ketua

Pansus DPRD pembentukan RTRW dan Informan utama yaitu Pada Tahap

Formulasi yaitu Kepala Sub Staf dan beberapa staf dan Pada Tahap Adopsi

yaitu Sekretaris Pansus dan Anggota Pansus DPRD. Kesimpulan penelitian

ini ialah Proses Perumusan dan Penetapan Kebijakan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Medanberjalan dengan cukup baik namun masih perlu

peningkatan komitmen, keseriusan sumber daya yang ada dan juga perlu

meningkatkan peran serta masyarakat Kota Medan. Dan Peraturan Daerah

Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan ini telah

sesuai dan mengacu pada Peraturan Perundang-undangan yang lebih

2. Harry Maivi Azwar dengan judul Skripsi, “Formulasi Kebijakan pada

Penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Batam tahun 2012”, dalam

penelitiannya mnyebutkan bahwa, Formulasi kebijakan merupakan

14 Synta Anastasia Simbolon, “Analisis Proses dan Penetapan Kebijakan Rencana Tata RuangWilyah Kota Medan”, Skripsi (Medan: Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2012), h. 10.

Page 26: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

15

serangkaian tindakan pemilihan berbagai alternatif yang dilakukan secara

terus menerus dan tidak pernah selesai, termasuk pembuatan keputusan.

Pertimbangan yang mendasari penelitian ini karena kebijakan yang

diterapkan Pemerintah Kota Batam dalam penetapan Upah Minimum Kota

pada tahun 2012, masih terdapat gejolak dari kelompok pekerja/buruh dan

kelompok pengusaha terhadap kebijakan yang di terapkan tersebut.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan

mekanisme formulasi kebijakan Pemerintah Kota Batam dalam menetapkan

Upah Minimum Kota Batam tahun 2012. Teori formulasi yang digunakan

dalam penelitian ini mempunyai beberapa alternatif yang akan dilaksanakan

untuk penetapan UMK Kota Batam yang berawal dari Identifikasi alternatif,

mendefinisikan dan merumuskan alternatif, menilai alternatif, pemilihan

alternatif dan penetapan alternatif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

kelompok pengusaha yang tidak menerima atas hasil survey yang di hasilkan

oleh Dewan Pengupahan Kota Batam dan kebijakan yang diterapkan

Pemerintah Kota Batam melalui S.K. Gubernur Kepulauan Riau, sehingga

menimbulkan tuntutan darikelompok pekerja/buruh.

Kesimpulan penelitian ini adalah Pemerintah Kota Batam dalam

menerapkan sebuah kebijakan melalui S.K Gubernur Kepulauan Riau sudah

dapat dikatakan baik sesuai Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005 dengan

memperhatikan kebutuhan hidup layak (KHL). Namun, dalam hal ini yang

terjadi memang kelompok pengusaha masih keberatan dan tidak mendukung

Page 27: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

16

dengan kebijakan yang diterapkan Pemerintah Kota Batam untuk UMK pada

tahun 2012.15

3. Walidun Husain dengan judul Skripsi, “Penyusunan Draf Akademik APBD

sebagai Formulasi Kebujakan Publik”, dengan tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui pelaksanaan penyusunan rancangan akademik anggaran

pendapatan dan belanja daerah atau APBD sebagai formulasi kebijakan

publik studi empirik di Provinsi Gorontalo. Formulasi kebijakan publik,

meliputi (1) problem identification, (2) agenda setting, (3) policy problem

formulation, (4) policy design. Keempat komponen tersebut menunjukkan

bahwa di Provinsi Gorontalo telah dilaksanakan, dalam sebuah

kesimpulannya, yang pertama Bahwa formulasi atau perumusan kebijakan

publik dalam penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja di

Pemerintah provinsi Gorontalo telah dilakukan dan landaskan pada teori

dan tahapan formulasi kebijakan yakni).(1) problem identification, (2)

agenda setting, (3) policy problem formulation, (4) policy design, kedua,

Bahwa dalam perumusan kebijakan rancangan anggaran pendapatan dan

belanja daerah tersebut walaupun masih merupakan kewenangan dari

eksekutif tetapi peran legislative daerah telah dilibatkan pula terutama

15Harry Maivi Azwar, “Formulasi kebijakan pada penetapan Upah Minimum Kota (UMK)Batam Tahun 2012”, Skripsi (Tanjung Pinang: Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas MaritimRaja Ali Haji, 2014), h. 2.

Page 28: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

17

dalam penetapan kebijakan umum anggaran dan penetapan prioritas

anggaran sementara16

4. Susy Susilawati dengan judul Skripsi, “Analisis Kebijkan Publik bidang

keselematan dan Kesehatan Kerja di Kota Tasikmalaya”, dalam isi

penelitiannya menguraikan bahwa Kebijakan publik bidang keselamatan

dan kesehatan kerja diperlukan untuk memberdayakan pekerja dan

melindungi pekerja,yang menjadi pernyataan masalah di kota tasikmalaya

adalah belum adanya kebijakan pemerintah daerah dalam bidang

keselamatan dan kesehatan kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkompilasi dan menyusun

pemetaan tupoksi dinas terkait dengan kebijakan K3 di Pemkot

Tasikmalaya, menganalisis kebutuhan perda di bidang K3,menyusun draf

kebijakan K3, mengkompilasi hasil tanggapan untuk memperbaiki draf

usulan kebijakan K3 serta menyampaikan usulan kebijakan K3 melalui

diseminasi di jajaran pemerintah kota tasikmalaya.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan pelaksanaan

K3 di kota Tasikmalaya belum optimal untuk itu perlu dukungan berupa

Peraturan daerah atau Surat Keputusan Walikota tentang kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja. Namun sampai saat ini pelaksanaan

16 Walidu Husain, “Penyusunan Draf Akademik APBD sebagai Formulasi Kebijakan Publik”,Laporan Hasil Penelitian (Gorontalo: Fak. Ekonomi dan Bisnis, 2011), h. 01.

Page 29: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

18

tugasnya baru berdasarkan tupoksi yang ada dalam dinas terkait dengan

bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat disimpuilkan bahwa

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan berupa

kerjasama dari berbagai pihak melalui kegiatan sosialisasi, pembinaan dan

penyuluhan. Adapun kebutuhan yang sangat mendesak adalah tenaga

fungsional yang menangani K3, anggaran yang cukup, sarana dan

prasarana yang memadai dan tentu sangat perlu adanya suatu kebijakan

dari pemerintah daerah untuk mengatur secara teknis yang disesuaikan

dengan kondisi daerah berupa Peraturan Daerah (PERDA) tentang

keselamatan dan kesehatan kerja.17

5. Andi Azmi Shofix S.R, dengan judul Skripsi “Analisis Formulasi

Kebijakan Publik, Studi pada proses Perumusan Rencana Peraturan Daerah

Kota Palembang tentang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan

Rawa”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis proses perumusan

kebijakan, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh, mengetahui aktor

yang terlibat dan peran aktor dalam perumusan kebijakan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitianya, telah disimpulkan bahwa proses perumusan

rancangan peraturan daerah ini tidak ideal dan dapat dikategorikan kedalam

model kelembagaan, dalam hal ini telah melibatkan tiga pihak yaitu,

17Susy Susilawati, “Analisis Kebijkan Publik bidang keselematan dan Kesehatan Kerja diKota Tasikmalaya”, Tesis (Semarang: Fak. Ilmu Kesehatan Universitas Dipenogoro Semarang, 2007),h. 13.

Page 30: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

19

eksekutif, legislatif dan beserta stakeholders. Aktor utamanya adalah Dinas

PU Bina Marga dan PSDA kota Palembang dan DPRD Kota Palembang.18

Dari kelima tinjauan Pustaka diatas nampak sebuah perbedaan

kajian dalam meneliti proses formulasi kebijakan, perbedaan dalam

penelitian ini. Penelitian ini substansinya adalah menelusuri, menganalisis

dan mengkaji Relasi eksekutif dan legislatif dalam proses Formulasi

terbitnya Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang APBD Kab. Wajo dan

mendeskripsikan Respon masyarakat terhadap realisasi formulasi perda

APBD Kab. Wajo, kemudian mendeskripsikan fenomena masalah dalam

relasi formulasi terbitnya Perda APBD dan penelitian ini bagaiman melihat

peran elit dan interaksi para aktor eksekutif dengan legislatif dalam

Formulasi Perda APBD Kab. Wajo.

18Andi Azmi Shofix S.R, “Analisis Formulasi Kebijakan Publik, Studi pada prosesPerumusan Rencana Peraturan Daerah Kota Palembang tentang Pembinaan, Pengendalian danPemanfaatan Rawa”, Skripsi (Sriwijaya: Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya,2011), h. 01.

Page 31: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

20

Matriks Hasil Penelitian terdahulu

N

O.

Nama Judul Masalah Metodologipenelitian

Hasil

1. ShyntaAnastasiaSimbolon

Analisisproses danPenetapanKebijakanRencanaTata RuangwilayahKotaMedan

BagaimanaProsesPerumusan danPenetapanKebijakanRencana TataRuang WilayahKota Medan

Metode penelitianyang digunakanpenulis dalampenelitian iniadalah pendekatankualitatif denganmelakukanwawancara secaramendalam (indepthinterview) danmenggunakanmetode analisiskualitatif. Informankunci penelitianialah Pada TahapFormulasi yaituKepala BidangFisik dan TataRuangBappeda,KepalaSub BagianDokumentasi danEvaluasi HukumSekretariat Daerahdan Pada TahapAdopsi yaitu KetuaPansus DPRDpembentukanRTRW danInforman utamayaitu Pada TahapFormulasi yaituKepala Sub Stafdan beberapa staf

ProsesPerumusandanPenetapanKebijakanRencana TataRuangWilayahKotaMedanberjalan dengancukup baiknamun masihperlupeningkatankomitmen,keseriusansumber dayayang ada danjuga perlumeningkatkan peran sertamasyarakatKota Medan.DanPeraturanDaerah KotaMedantentangRencana TataRuangWilayahKota Medanini telah

Page 32: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

21

dan Pada TahapAdopsi yaituSekretaris Pansusdan AnggotaPansus DPRD.

sesuai danmengacupadaPeraturanPerundang-undanganyang lebihtinggi

2. HarryMaiviAzwar

FormulasiKebijakanpadaPenetapanUpahMinimumKota(UMK)Batamtahun 2012

BagaimanaprosesFormulasiKebijakanPerdaPenetapanUpahMinimum Kota(UMK) Batam2012

Penelitian inimenggunakanmetode pendekatandeskriptif kualitatifkarena metode inimemberikan datatentang manusiaatau keadaan dangejala-gejalalainnya yang adadalam hal yangakan diteliti.Denganmenggunakanmetode penelitiankualitatif inidiharapkan akanditemukan makna-makna yangtersembunyi dibalikobyek ataupunsubyek yang akanditeliti..

Kesimpulanpenelitian iniadalahPemerintahKota Batamdalammenerapkansebuahkebijakanmelalui S.KGubernurKepulauanRiau sudahdapatdikatakanbaik sesuaiPermenakertrans Nomor17 Tahun2005 denganmemperhatikan kebutuhanhidup layak(KHL).Namun,dalam hal iniyang terjadimemangkelompokpengusahamasihkeberatandan tidakmendukung

Page 33: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

22

dengankebijakanyangditerapkanPemerintahKota Batamuntuk UMKpada tahun2012

3. WalidunHusain

Penyusunan DrafAkademikAPBDsebagaiFormulasiKebujakanPublik

pelaksanaanpenyusunanrancanganakademikanggaranpendapatan danbelanja daerahatau APBDsebagaiformulasikebijakanpublik studiempirik diProvinsiGorontalo

Metode yangdigunakan yaitulibrary researchjuga studi lapangdengan teknikpenelitianmenggunakanobservasi.

Bahwaformulasiatauperumusankebijakanpublik dalampenyusunanrancangananggaranpendapatandan belanjadiPemerintahprovinsiGorontalotelahdilakukandanlandaskanpada teoridan tahapanformulasikebijakanyakni).(1)problemidentification, (2) agendasetting, (3)policyproblemformulation,(4) policydesign,

Page 34: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

23

kedua,Bahwa dalamperumusankebijakanrancangananggaranpendapatandan belanjadaerahtersebutwalaupunmasihmerupakankewenangandari eksekutiftetapi peranlegislativedaerah telahdilibatkanpula terutamadalampenetapankebijakanumumanggaran danpenetapanprioritasanggaransementara

4 SusySusilawati

AnalisisKebijkanPublikbidangkeselematan danKesehatanKerja diKotaTasikmalay

1.Bagaimnamengkompilasidan menyusunpemetaantupoksi dinasterkait dengankebijakan K3di PemkotTasikmalaya,2.menganalisiskebutuhanperda di bidangK3,menyusun

metodepengumpulandatanyamenggunakanobservasiparticipant,wawancara,danstudidokumentasi.Responden dalampenelitian iniadalah kabidsosbud, kabid

penerapankeselamatandankesehatankerja sangatdibutuhkanberupakerjasamadari berbagaipihak melaluikegiatansosialisasi,pembinaan

Page 35: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

24

draf kebijakanK3,

ketenagakerjaan,kasiketenagakerjaan,kabid P2PL sertakabid pengawasan,kabag kesra

danpenyuluhan.Adapunkebutuhanyang sangatmendesakadalahtenagafungsionalyangmenanganiK3, anggaranyang cukup,sarana danprasaranayangmemadai dantentu sangatperlu adanyasuatukebijakandaripemerintahdaerah untukmengatursecara teknisyangdisesuaikandengankondisidaerahberupaPeraturanDaerah(PERDA)tentangkeselamatandankesehatankerja

5 AndiAzmi

AnalisisFormulasi

1.Bagaimnaproses

observasi,wawancara

prosesperumusan

Page 36: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

25

ShofixS.R

KebijakanPublik,Studi padaprosesPerumusanRencanaPeraturanDaerahKotaPalembangtentangPembinaan,Pengendalian danPemanfaatan Rawa.

perumusankebijakan.2.faktor-faktor apayangberpengaruh,3.aktor yangterlibat danperan aktordalamperumusankebijakantersebut.

mendalam dandokumentasi. Lalu,teknik pengolahandan analisis datadilakukan denganmelalui tigatahapan, yaitu:reduksi data,penyajian data, danpenarikankesimpulan,kemudian sumberdata yangdigunakan yaitu, 1)Data Primer, dataprimer adalahsumber datapenelitian yangdiperoleh secaralangsung darisumber aslinya. 2)Data Skunder, dataskunder adalahsumber datapenelitian yangdiperoleh melaluimedia atauperantara atausecara tidaklangsung yangberupa buku.

rancanganperaturandaerah initidak idealdan dapatdikategorikankedalammodelkelembagaan,dalam hal initelahmelibatkantiga pihakyaitu,eksekutif,legislatif danbesertastakeholders.Aktorutamanyaadalah DinasPU BinaMarga danPSDA kotaPalembangdan DPRDKotaPalembang

6 Agustang ANALISISFORMULASIKEBIJAKAN (StudiTerhadapPerdaNomor 7Tahun2016Tentang

1.BagaimanaRelasiEksekutif danLegislatifdalam prosesFormulasiterbitnya PerdaNomor 7Tahun 2016,tentang APBDKab. Wajo?

observasi,wawancara, dandokumentasi. Lalu,teknik pengolahandan analisis datadilakukan denganmelalui tigatahapan, yaitu:reduksi data,penyajian data, danpenarikan

Hasilpenelitian ini adalahformulasiterbitnyaAPBDKabupatenWajo terlihatperaneksekutifyangmendominasi

Page 37: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

26

APBDKab.Wajo).

2.BagaimanaResponMasyarakatterhadap hasilRelasiEksekutif danLegislatif padaPerda APBDKab. Wajo?

kesimpulan,kemudian sumberdata yangdigunakan yaitu, 1)Data Primer, dataprimer adalahsumber datapenelitian yangdiperoleh secaralangsung darisumber aslinya. 2)Data Skunder, dataskunder adalahsumber datapenelitian yangdiperoleh melaluimedia atauperantara atausecara tidaklangsung yangberupa buku.

atas terbitnyaPerda APBDKabupatenWajo dandalampembuatanPerda Kab.PenetapanPerda APBDtidak begitumendapatkendala yangbisamemberatkanterbitnyaPeradaAPBD yangdiusung olehBupati ataupihakeksekutif.PenetapanPerda APBDterjadi intrikpolitik dankepentinganekonomiantaraeksekutif danlegislatif dannampaknyaDPRDmerupakansuatukesatuan darieksekutifdalammemainkanrodapemerintahan, dalam artianbahwa DPRD

Page 38: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

27

merupakanpartaipendukungdari segalaaktivitasprogramkerja yangingindilakukanatau pundilakukanoleh Bupati,relasi kuasadalam hal iniyangmendominasiyaitueksekutifdalamkendaliBupati Wajo.

Darihasil relasieksekutif danlegislatifdalamformulasi danpenetapanPerda APBDtidakterealisasidengan baikdan PerdaAPBDKabupatenWajo sebagaiinstrumenpembangunan dankesejahteraannamunkenyataannya

Page 39: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

28

adalah tidakmembawakesejahteraandanperubahanyangsignifikanterhadapdaerahKabupatenWajo itusendiri.

Page 40: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

29

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Beradsrkan judul Skripsi yang akan diteliti, peneliti mengambil beberapa

tinjauan teoritis sebagai alandasan teori dan akademik, yaitu sebagai berikut:

A. Formulasi Kebijakan

Tjokroamidjojo mengatakan bahwa folicy formulation sama dengan

pembentukan kebijakan merupakan serangkaian tindakan pemilihan berbagai

alternatif yang dilakukan secara terus menerus dan tidak pernah selesai, dalam hal

ini didalamnya termasuk pembuatan keputusan. Lebih jauh tentang proses

pembuatan kebijakan negara (publik).1

Menurut Anderson, mengatakan perumusan kebijakan menyangkut upaya

menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-

masalah yang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.2 Perumusan masalah

dapat dipandang sebagai suatu proses yang terdiri dari empat tahap yakni:

pencarian masalah, pendefenisian masalah, spesifikasi masalah, pengenalan

masalah.3 Proses perumusan kebijakan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mengumpulkan sejumlah informasi selengkap mungkin

b. Merumuskan berbagai alternatif dengan berbagai kelebihan dan

kelemahannya

c. Menggalang kesatuan pendapat dan koalisi diantara berbagai individu

1 Islamy, Irfan, Muhammad, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2014), h. 24.

2 Winarno, Budi, Kebijakan Publik, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008), h. 93.3Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 29.

Page 41: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

30

d. Mendiskusikan, melakukan tawar-menawar dan kompromi untuk

mengasilkan suatu kesepakatan. Formulasi yang dikemukakan oleh Islamy

yaitu membagi proses formulasi kebijakan kedalam tahap perumusan

usulan kebijakan, penilaian kebijakan. Tahap ini merupakan kegiatan

menyusun dan mengembangkan.

Serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah,

meliputi:

a. Identifikasi alternatif dilakukan untuk kepentingan pemecahan masalah.

Terhadap problem yang hampir sama atau mirip, dapat saja dipakai

alternatif kebijakan yang telah pernah dipilih, akan tetapi terhadap

problem yang sifatnya baru maka para pembuat kebijakan dituntut

untuk secara kreatif menemukan dan mengidentifikasi alternatif

kebijakan baru sehingga masing-masing alternatif jelas

karakteristiknya, sebab pemberian identifikasi yang benar dan jelas

pada setiap alternatif kebijakan akan mempermudah proses perumusan

alternatif.

b. Mendefinisikan dan merumuskan alternatif, bertujuan agar masing-

masing alternatif yang telah dikumpulkan oleh pembuat kebijakan itu

jelas pengertiannya, sebab semakin jelas alternatif itu diberi pengertian,

maka akan semakin mudah pembuat kebijakan menilai dan

mempertimbangkan aspek positif dan negatif dari masing-masing

alternatif tersebut.

Page 42: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

31

c. Menilai alternatif, yakni kegiatan pemberian bobot pada setiap

alternatif, sehingga jelas bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot

kebaikan dan kekurangannya masing-masing, sehingga dengan

mengetahui bobot yang dimiliki oleh masing-masing alternatif maka

para pembuat keputusan dapat memutuskan alternatif mana yang lebih

memungkinkan untuk dilaksanakan atau dipakai. Untuk dapat

melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif dengan baik, maka

dibutuhkan kriteria tertentu serta informasi yang relevan.

d. Memilih alternatif yang memuaskan. Proses pemilihan alternatif yang

memuaskan atau yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan

barulah dapat dilakukan setelah pembuat kebijakan berhasil dalam

melakukan penilaian terhadap alternatif kebijakan. Suatu alternatif yang

telah dipilih secara memuaskan akan menjadi suatu usulan kebijakan

yang telah diantisipasi untuk dapat dilaksanakan dan memberikan

dampak positif. Tahap pemilihan alternatif yang memuaskan selalu

bersifat obyektif dan subyektif, dalam artian bahwa pembuat kebijakan

akan menilai alternatif kebijakan sesuai dengan kemampuan rasio yang

dimilikinya, dengan didasarkan pada pertimbangan terhadap

kepentingan pihak-pihak yang akan memperoleh pengaruh sebagai

konsekuensi dari pilihannya.

e. Pengesahan kebijakan sebagai suatu proses kolektif, pengesahan

kebijakan merupakan proses penyesuaian dan penerimaan secara

bersama terhadap prinsip-prinsip yang diakui dan diterima (comforming

Page 43: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

32

to recognized principles or accepted standards). Landasan utama untuk

melakukan pengesahan adalah variabel-variabel sosial seperti sistem

nilai masyarakat, ideologi negara, sistem politik dan sebagainya.

Pemerintah dalam melakukan tindakan pengambilan alternatif –

alternatif kebijakan, Pemerintah harus melihat terlebih dahulu reaksi

dan perselisihan yang terjadi di kelompok masyarakat, maka dari itu

Pemerintah harus melihat bagaimana perselihan yang terjadi antara

kelompok terasebut. 4

B. Teori elit.

Laswell merumuskan elit sebagai kelas yang tediri dari mereka yang

berhasil mencapai kedudukan dominasi dalam masyarakat, dalam arti nilai-nilai

yang mereka bentuk (ciptakan) mendapatkan penilaian tinggi dalam masyarakat

yang bersangkutan, nilai-nilai itu bisa berbentuk kekayaan, kehormatan,

pengetahuan, dan lain-lainnya, bagi Laswell, mereka elit yang berhasil menguasai

sebagian terbanyak dari nilai-nilai karena kecakapan serta sifat kepribadiannya

disebut elit, hal tersebut merupakan orang-orang yang menduduki posisi

memerintah yang memiliki kekuasaan, mereka mencapai kedudukan dominasi

dalam masyarakat yang dapat penilaian tinggi dari masyarakat.

Lebih lanjut Pareto mengemukakan “bahwa setiap masyarakat diperintah

oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan

bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh, mereka

yang bisa menjangkau pusat kekuasaan adalah selalu merupakan yang terbaik,

4 Islamy, Irfan, Muhammad, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2014), h. 92.

Page 44: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

33

merekalah yang dikenal sebagai elit”Robert Michael mengatakan “seseorang atau

sekelompok yang memiliki kekuasaan yang lebih besar (superiorita) satu

dibandingkan dengan yang lain disebut elit”.5

Laswell menyebutkan bahwa elit yang paling unggul kedudukannya adalah

elit politik; karena dalam lapangan politik keputusan-keputusan disertai dengan

sanksi yang paling kuat”Kelompok elit dapat diklasifkasikan ke dalam dua

katgori:

a. The governing elites, yaitu orang-orang yang secara langsung maupun

tidak langsung menjadi bagian dan mempunyai peranan penting dalam

pemerintahan, mereka ini adalah orang-orang karena kedudukannya

memiliki kekuasaan dan wewenang untuk mengambil tindakan-

tindakan strategis,dipatuhi, dan dihormati oleh masyarakat.

b. The nongoverning elites,yaitu orang-orang yang aktifitasnya berada di

luar urusan pemerintahan namun mempunyai pengaruh kuat dalam

formulaisasi kebijaksanaan.

Skema konseptual yang telah diwariskan oleh Pareto dan Mosca

mencakup gagasan-gagsan umum bahwa dalam setiap masyarakat ada dan

harus ada yang menguasai anggota masyarakat lain. Minoritas itu kelas politi

atau elit yang memerintah yang terdiri dari mereka yang menduduki jabatan-

5 Varma, SP, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 504.

Page 45: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

34

jabatan komando politik dan secara lebih tersamar, mereka yang dapat

langsung mempengaruhi keputusan-keputusan politik.6

C. Interaksi para Aktor dalam perumusan Kebijakan Publik.

Pada pembahasan mengenai kebijakan publik, maka aktor mempunyai

posisi yang sangat strategis bersama-sama dengan faktor kelembagaan (institusi)

kebijakan itu sendiri. Interaksi aktor dan kelembagaan merupakan penentu proses

perjalanan dan strategi yang dilakukan oleh komunitas kebijakan dalam makna

yang lebih luas. Menurut howlett dan Ramesh menjelaskan bahwa pada

prinsipnya aktor kebijakan adalah mereka yang selalu dan harus terlibat dalam

setiap proses analisa kebijakan publik, baik berfungsi sebagai perumus maupun

kelompok penekan yang senantiasa aktif dan proaktif di dalam melakukan

interaksi dan interelasi di dalam konteks analisis kebijakan publik.7

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Anderson bahwa aktor kebijakan

meliputi aktor internal birokrasi dan aktor eksternal yang selalu mempunyai

konsern terhadap kebijakan. Aktor individu maupun kelompok yang turut serta

dalam setiap perbincangan dan perdebatan tentang kebijakan publik. Berdasarkan

pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa aktor kebijakan yaitu seorang

maupun sekelompok orang yang terlibat dalam penentu kebijakan, baik pada

proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan publik. Aktor kebijakan

6 Yusron, Elit Local dan Civil Society: Kediri di tengah demokratisasi, (Jakarta: PustakaLP3ES , 2009), h. 34.

7 S Abdul, Proses Perumusan Kebijakan Publik. (PDF-2013, Diakses: 12 Oktober 2016).h. 19-21.

Page 46: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

35

ini dapat berasal dari pejabat pemerintah, masyarakat, kaum buruh, maupun

kelompok kepentingan.8

Menurut Anderson dalam menyatakan bahwa, Dengan memperhatikan

berbagai ragam dan pendekatan dalam memahai berbagai aktor yang terlibat

dalam proses kebijakan publik maka konsep dan konteks aktor adalah sangat

terkait dengan macam dan tipologi kebijakan yang akan dianalisis. Dalam

perspektif formulasi masalah kebijakan publik, maka aktor yang terlibat secara

garis besarnya dapat dipilah menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok dalam

organisasi birokrasi (the official policy makers) dan yang lain adalah keelompok

di luar birokrasi (un-official policymaker). Menurut Winarno berpandangan

bahwa, Kelompok yang terlibat dalam proses kebijakan publik adalah kelompok

formal dan kelompok non formal. Kelompok formal seperti badan–badan

administrasi pemerintah yang meliputi: eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

Sementara itu, kelompok non formal terdiri dari, Kelompok kepentingan (interest

groups), seperti kelompok buruh, dan kelompok perusahaan, Kelompok partai

politik, Warga negara individual.9

Kelompok besar tersebut kemudian jika dianalisis secara lebih detail maka

aktor kebijakan yang sering kali terlibat dalam proses perundingan dan

pengambilan kebijakan internal birokrasi dapat berupa:

a. Mereka yang mempunyai kekuasaan tertentu (authoritative). Yang

pertama adalah relevan dengan konsep yang selalu melibatkan tiga

8S Abdul, Proses Perumusan Kebijakan Publik. (PDF-2013, Diakses: 12 Oktober 2016).h. 19-21.

9S Abdul, Proses Perumusan Kebijakan Publik. (PDF-2013, Diakses: 12 Oktober 2016).h. 19-21.

Page 47: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

36

oknum penting di dalamnya yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan

yudikatif.

b. Mereka yang tergolong sebagai partisipan atau aktor tidak resmi.

Kelompok yang kedua adalah mereka yang secara serius seringkali

terlibat di luar kelompok tersebut baik secara langsung mendukung

ataupun menolak hasil kebijakan yang ada. Pada kelompok yang kedua

inilah seringkali wujudnya dapat berupa kelompok kepentingan, aktor

partai politik, aktor para ahli dan sarjana atau enterpreneur serta para

intelektual yang ada.

Aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan dapat di bagi menjadi

kelompok formal dan kelompok non formal. Kelompok formal biasanya terdiri

dari aktor resmi yang mempunyai kekuasaan untuk membuat kebijakan seperti

eksekutif, legislatif dan eksekutif. Sedangkan pada aktor non formal terdiri dari

masyarakat baik individu, kelompok kepentingan maupun aktor partai politik.10

10 S Abdul, Proses Perumusan Kebijakan Publik. (PDF-2013, Diakses: 12 Oktober 2016).h. 19-21.

Page 48: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif penelitian yang

berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks

pengumpulan data dengan memanfaatkan diri penulis di lapangan sebagai

Instrumen kunci. Dalam penelitian kualitatif tidak ditemukan adanya angka-angka

yang dianalisis menggunakan alat statistik, melainkan data diperoleh dari

penelitian deskripsif. Deskriptif nantinya digunakan untuk mengungkap sebuah

fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika disiplin

keilmuan penulis yakni ilmu politik.

Adapun lokasi objek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wajo, kantor

DPRD Wajo dan kantor Bupati Wajo.

B. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer digunakan oleh penulis yang didapat dari sumber

informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti. Data ini akan diperoleh melalui wawancara dengan

informan yang menjadi subjek dalam penelitian ini, yaitu hasil observasi di

lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang perilaku (verbal dan

non verbal, serta percakapan/conversation)

Page 49: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

38

b. Data Sekunder

Yaitu Data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan

mengumpulkan. Data sekunder biasanya didapatkan di tempat kumpulan

informasi seperti perpustakaan, perkantoran, pusat statistik,1 kantor-kantor

pemerintah dalam hal ini kantor DPRD dan kantor Bupati Wajo dengan

tujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan data Primer.

C. Teknik Pegumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara yaitu suatu alat pengumpulan data dengan cara

menggunakan teknik wawancara langsung secara mendalam (in depth

interview), dan diskusi kecil yang dilakukan oleh peneliti terhadap

objek penelitian yang diteliti dalam hal ini kalangan anggota

legislatif/DPRD dan beserta kalangan eksekutif atau pemerintahan

daerah, dengan guna untuk memperoleh data dan informasi sesuai

dengan keadaan sebenarnya dan kesesuaian dengan judul penelitian

dan terdapat 10 informan yang digunakan dalam penelitian ini, berikut

beberapa informan yang diwawancarai.

1. Bapak Juanda (Ketua Komisi Dua DPRD Wajo)

2. Bapak Yunus Panaongi (Ketua DPRD Kab. Wajo)

3. Bapak Firdaus Perkesi (Sekertaris Daerah Kab. Wajo

4. Bapak Rahman Rahim (Wakil Ketua DPRD Kab. Wajo)

1 Matthew B Miles Dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UIPress, 1992), h. 10-17.

Page 50: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

39

5. Bapak Andi Burhanuddin Unru (Bupati Wajo)

6. Bapak Sumarno (Akademis)

7. Bapak Ichal Mahendra (wartawan Wajo terkini)

8. Bapak Hanadi Raudu (Ketua KEMAWA/Keluarga

Masyarakat Wajo)

9. Bapak Sumarding (Ketua Organda Wajo)

10. Bapak Mustakim (Masyaraka Wajo)

b. Observasi

Obervasi atau pengamatan langsung. Yakni penulis terjun

secara langsung dilokasi penelitian agar nantinya studi kasus dalam

penelitian menjadi jelas sesuai situasi dan kondisi dilapangan,

kemudian mengamati, dalam penagamatan tersebut penelit melakukan

pencatatan dari hasil observasi yang dilakukan secara sistematis,

berangkat dari fenomena yang ada.

c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data yang nantinya bisa melalui

pemotretan (foto) dengan kondisi dilapangan beserta melalui

peninggalan tulisan berupa arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah,

agenda dan lain-lain sebagai bukti yang menunjukkan peristiwa atau

kegiatan yang berhubungan dengan penelitian ini.Teknik ini digunakan

untuk memperoleh data tentang proses formulasi kebijakan perda

tersebut yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini. Alat yang

Page 51: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

40

digunakan dalam dokumentasi penelitian ini adalah kamera untuk

mengambil gambar (foto) beserta alat lain yang dibutuhkan pada saat

proses penelitian dimulai. Hasil dokumentasi ini digunakan untuk

mengumpulkan data sekunder yang melengkapi atau mendukung data

primer hasil wawancara.2

D. Metode Analisis Data

Metode analisis digunakan penulis untuk proses penyusunan dalam

mengkategorikan data, mencari pola dengan maksud memahami maksudnya.3

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

dekriptif. Analisis deskriptif itu sendiri yaitu analisis yang tidak berdasarkan

perhitungan angka melainkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan secara deskriptif.

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis data

kualitatif, dengan tahapan sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang

muncul dari data-data di lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari

proses analisis yaitu suatu analisis untuk mempertegas, memperpendek,

membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, serta mengatur

data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir ditarik. Proses analisis

2Arikanto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: RenikaCipta, 1996), h. 145.

3 S. Nasution, Metode Riset, (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 1998), h. 32

Page 52: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

41

data dilakukan secara sistematik dan ilmia. Mulai dari proses

pengumpulan data, mereduksi, mengklasifikasi, mendskripsikan dan

penyajian serta kesimpulan dan interpretasi semua informasi yang secara

data serta secara selektif telah terkumpul.

2. Penyajian Data

Penyajian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

bentuk teks naratif. Dalam penyajian data berbentuk sekumpulan

informasi yang tersusun dalam life history sehingga dapat ditarik

kesimpulan. Penyajian data dilaksanakan agar sajian data tidak

menyimpang dari pokok permasalahan. Bentuk penyajian data dalam

penelitian ini akan disajikan secara naratif sesuai dengan pemaparan yang

ditampilkan dalam pembahasan hasil penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Kesimpulan merupakan tinjauan terhadap catatan yang telah

dilakukan di lapangan, sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi

adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan, pola - pola,

penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Dalam penelitian ini penarikan

kesimpulan dilakukan berangkat dari munculnya penetapan dan pengesahan

Perada tahun 2016 tentang APBD. Kabupaten Wajo, kemudian dalam

pertanyaan apa yang menjadi latar belakang lahirnya perda tersebut dan

bagaimana proses formulasinya sehingga sampai pada pengesahan dan

menjadi perda. Untuk kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan hubungan

Page 53: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

42

keterkaitan antara keduanya. Apabila ketiga tahapan tersebut telah selesai

dilakukan, maka kemudian diverifikasi.4

4 Matthew B Miles Dan A. Michael Huberman, h. 10-17.

Page 54: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Singkat Kab. Wajo

Wajo berarti bayangan atau bayang-bayang (wajo-wajo). Di bawah

bayang-bayang (wajo-wajo, bahasa Bugis, artinya pohon bajo) diadakan

kontrak sosial antara rakyat dan pemimpin adat yang sepakat membentuk

Kerajaan Wajo. Perjanjian itu diadakan di sebuah tempat yang bernama

Tosora yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan Wajo.30

Ada versi lain tentang terbentuknya Wajo, yaitu kisah We

Tadampali, seorang putri dari Kerajaan Luwu yang diasingkan karena

menderita penyakit kusta. Beliau dihanyutkan hingga masuk daerah

Tosora. Kawasan itu kemudian disebut Majauleng, berasal dari kata maja

(jelek/sakit) oli' (kulit). Konon kabarnya beliau dijilati kerbau belang di

tempat yang kemudian dikenal sebagai Sakkoli (sakke'=pulih; oli=kulit)

sehingga beliau sembuh.31

Saat beliau sembuh, beserta pengikutnya yang setia ia membangun

masyarakat baru, hingga suatu saat datang seorang pangeran dari Bone

(ada juga yang mengatakan Soppeng) yang beristirahat di dekat

perkampungan We Tadampali. Singkat kata mereka kemudian menikah

dan menurunkan raja-raja Wajo. Wajo adalah sebuah kerajaan yang tidak

mengenal sistem to manurung sebagaimana kerajaan-kerajaan di Sulawesi

30 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-731 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-7

Page 55: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

44

Selatan pada umumnya. Tipe Kerajaan Wajo bukanlah feodal murni, tetapi

kerajaan elektif atau demokrasi terbatas.32

Kebesaran tanah Wajo pada masa dahulu, termasuk kemajuannya di

bidang pemerintahan, kepemimpinan, demokrasi dan jaminan terhadap hak-

hak rakyatnya. Adapun konsep pemerintahan adalah, Kerajaan, Republik, dan

Federasi.

Hal tersebut semuanya ditemukan dalam LONTARAK SUKKUNA

WAJO. Sebagaimana yang diungkapkan bahwa beberapa nama pada masa

Kerajaan Wajo yang berjasa dalam mengantar Tana Wajo menuju kepada

kebesaran dan kejayaan antara lain:33

1. Latadampare Puangrimaggalatung

2. Petta Latirengeng To Taba Arung Simettengpola

3. Lamaddukelleng Daeng Simpuang, Arung Singkang (Pahlawan Nasional)

4. Lafariwusi Tomaddualeng

5. Lamungkace Toaddamang

6. Latenrilai Tosengngeng

7. Lasangkuru Patau

8. Laselewangeng To Tenri Rua

Dan masih banyak lagi nama-nama yang berjasa di Wajo yang menjadi

peletak dasar kebesaran dan kejayaan Wajo.

Beberapa versi tentang kelahiran Wajo, yakni :

32 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-733 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-7

Page 56: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

45

1. Versi Puang Rilampulungeng

2. Versi Puang Ritimpengen

3. Versi Cinnongtabi

4. Versi Boli

5. Versi Kerajaan Cina

6. Versi masa Kebataraan

7. Versi masa ke Arung Matoa-an

Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tahun dari pada Hari Jadi

Wajo ialah versi Boli, yakni pada waktu pelantikan Batara Wajo pertama

LATENRI BALI Tahun 1399, dibawah pohon besar (pohon Bajo). Tempat

pelantikan sampai sekarang masih bernama Wajo-Wajo, di daerah Tosora

Kecamatan Majauleng.34

Terungkap bahwa, pada mulanya LATENRI BALI bersama

saudaranya bernama LATENRI TIPPE diangkat sebagai Arung Cinnongtabi,

menggantikan ayahnya yang bernama LAPATIROI. Akan tetapi dalam

pemerintahannya, LATENRI TIPPE sering berbuat sewenang-wenang

terhadap rakyatnya yang diistilahkan ”NAREMPEKENGNGI BICARA

TAUWE”, maka LATENRI BALI mengasingkan dirinya ke Penrang (sebelah

Timur Tosora) dan menjadi Arung Penrang. Akan tetapi tak lama kemudian

dia dijemput rakyatnya dan diangkat menjadi Arung Mata Esso di Kerajaan

Boli. Pada upacara pelantikan dibawah pohon Bajo, terjadi perjanjian antara

LATENRI BALI dengan rakyatnya dan diakhiri dengan kalimat

34Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-7

Page 57: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

46

”BATARAEMANI TU MENE’ NA JANCITTA, TANAE MANI

RIAWANA” (Hanya Batara Langit di atas perjanjian kita, dan bumi di

bawahnya) NARITELLANA PETTA LATENRI BALI PETTA BATARA

WAJO.35 Berdasarkan perjanjian tersebut, maka dirubahlah istilah Arung

Mata Esso menjadi Batara, dan kerajaan baru didirikannya, yang cikal

bakalnya dari Kerajaan Boli, menjadi Kerajaan Wajo, dan LATENRI BALI

menjadi Batara Wajo yang pertama.

Sedangkan untuk menentukan tanggal Hari Jadi Wajo, dikemukakan

beberapa versi, yakni :

1. Versi tanggal 18 Maret, ketika armada Lamaddukkelleng dapat

mengalahkan armada Belanda di perairan Pulau Barrang dan

Koddingareng.

2. Versi tanggal 29 Maret, ketika dalam peperangan terakhir,

Lamaddukkelleng di Lagosi, dapat memukul mundur pasukan gabungan

Belanda dan sekutu-sekutunya.

3. Versi tanggal 16 Mei, ketika Lasangkuru Patau bergelar Sultan Abdul

Rahman Arung Matoa Wajo, memeluk agama Islam.

4. Versi ketika Andi Ninnong Ranreng Tuwa Wajo, menyatakan di depan Dr.

SAM RATULANGI dan LANTO DG. PASEWANG di Sengkang pada

Tahun 1945 bahwa rakyat Wajo berdiri di belakang Negara Kesatuan

Indonesia.36

35 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-736Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 7-8

Page 58: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

47

Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tanggal daripada Hari

Jadi Wajo, ialah versi tanggal 29 Maret, karena sepanjang sejarah belum

pernah ada pejuang yang mampu mengalahkan Belanda pada pertempuran

terakhir. Peristiwa ini terjadi pada Tahun 1741. Dengan perpaduan dua

versi tersebut di atas, maka disepakati: Hari Jadi Wajo ialah Tanggal 29

Maret 1399.37

Dalam sejarah perkembangan Kerajaan Wajo, kawasan ini

mengalami masa keemasan pada zaman La Tadampare Puang Ri

Maggalatung Arung Matowa, yaitu raja Wajo ke-6 pada abad ke-15. Islam

diterima sebagai agama resmi pada tahun 1610 saat Arung Matowa

Lasangkuru Patau Mula Jaji Sultan Abdurrahman memerintah. Hal itu

terjadi setelah Gowa, Luwu dan Soppeng terlebih dahulu memeluk agama

Islam.38

Pada abad ke-16 dan 17 terjadi persaingan antara Kerajaan

Makassar (Gowa Tallo) dengan Kerajaan Bugis (Bone, Wajo dan

Soppeng) yang membentuk aliansi tellumpoccoe untuk membendung

ekspansi Gowa. Aliansi ini kemudian pecah saat Wajo berpihak ke Gowa

dengan alasan Bone dan Soppeng berpihak ke Belanda. Saat Gowa

dikalahkan oleh armada gabungan Bone, Soppeng, VOC dan Buton,

Arung Matowa Wajo pada saat itu, La Tenri Lai To Sengngeng tidak ingin

menandatangani Perjanjian Bungayya.39

37Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 7-838 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 7-839 Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765. h. 7-8.

Page 59: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

48

Akibatnya pertempuran dilanjutkan dengan drama pengepungan

Wajo, tepatnya Benteng Tosora selama 3 bulan oleh armada gabungan

Bone, dibawah pimpinan Arung Palakka. Setelah Wajo ditaklukkan,

tibalah Wajo pada titik nadirnya. Banyak orang Wajo yang merantau

meninggalkan tanah kelahirannya karena tidak sudi dijajah. Hingga saat

datangnya La Maddukkelleng Arung Matowa Wajo, Arung Peneki, Arung

Sengkang, Sultan Pasir, beliaulah yang memerdekakan Wajo sehingga

mendapat gelar Petta Pamaradekangngi Wajo (Tuan yang memerdekakan

Wajo).40

2. Kondisi Umum Kab. Wajo

a. Geografis dan letak Wilayah.

Wajo merupakan sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang

beribukota di Sengkang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.056,19

km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 400.000 jiwa. Bupati Wajo

saat ini adalah Drs. Andi Burhanuddin Unru, MM. Ibu Kota Kabupaten

Wajo letaknya kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan. Kota ini dikenal sebagai kota niaga karena

masyarakatnya yang sangat piawai dalam berdagang. Berbagai macam

kebutuhan hidup konon memiliki harga yang relatif murah jika

dibandingkan di daerah lainnya. Selain kota niaga, kabupaten Wajo juga

dikenal sebagai kota Sutera. Aktivitas masyarakat Wajo dalam mengelola

40 Andi Munir Maulana, Lamaddukelleng, Sultan Pasir, Arung Siengkang, Arung MatoaWajo XXXI. (Lamacca Press, 2003). h. 14.

Page 60: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

49

kain sutera telah dilakukan secara turun-temurun dan dapat ditemukan

hampir di setiap kecamatan yang ada di kabupaten Wajo.41

Kabupaten Wajo yang dengan luas wilayah mencapai 2,506.19

Km2, merupakan salah satu kabupaten yang terletak ditengah-tengah

provensi sulawesi selatan dan pada zone tengah yang merupakan suatu

wilayahnya yang memanjang pada arah laut tenggara dan terakhir

merupakan selatat. Daerah ini dikenal sebagai salah satu lumbung padi di

sulawesi selatan dengan kondisi tanah yag subur untuk pertanian dan areal

pertanian yang luas dimana keluasan lahan sawah yang mencapai 93,002

km2 atau 37,11 persen dari luas kabupaten wajo.42 Batas kabupaten wajo

sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang

- Sebelah Timur : Teluk Bone

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng

- Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap

Sampai dengan akhir tahun 2014 wilayah Kabupaten Wajo tidak

mengalami pemekaran, sehingga jumlah kecamatannya masih tetap sama

sejak tahun 2008 yaitu sebanyak 14 kecamatan. Keempat belas wilayah

tersebut terbagi menjadi wilayah-wilayah yang lebih kecil yang disebut

desa atau kelurahan. Adapun desa/kelurahan di Kabupaten Wajo

berjumlah 176, terdiri dari 128 desa dan 48 kelurahan.43

Berikut kecamatan yang ada di Kab. Wajo

41Sudirman Sabang, Sejarah dan Perjuangan Lamaddukkelleng 1700-1765 (2012). h. 6-742Bappeda, Tren Pembangunan Ekonomi Kabupaten Wajo 2015. h. 243 Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015. h. 15.

Page 61: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

50

KECAMATAN

District

IBU KOTA

Capitals

DESA/KELURAHAN

Villages/wards

SABBANG PARU KOTA BARU 15

TEMPE SENGKANG 16

PAMMANA MAROANGING 15

BOLA SOLO 11

TAKKALALLA PENEKI 13

SAJOANGING JALANG 9

PENRANG DOPING 10

MAJAULENG PARIA 18

TANASITOLO TANCUNG 19

BELAWA MENGE 9

MANIANG PAJO ANA BANUA 8

GILIRENG GILIRENG 9

KEERA KEERA 10

PITUMPANUA SIWA 14

KABUPATEN WAJO

Wajo Regency

SENGKANG 176

Masing-masing wilayah kecamatan memiliki potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang berbeda. Namun, perbedaan itu relatif kecil sehingga

pemanfaatan untuk menunjang pembangunan di masing-masing kecamatan relatif

sama.

Page 62: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

51

b. Penduduk;

Penduduk Kabupaten Wajo tahun 2014 sebanyak 399.287 jiwa,

dan terdiri dari penduduk laki–laki sebanyak 189.816 jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 209.471 jiwa. Berdasarkan data penduduk di

publikasi ini, sex rasio penduduk Kabupaten Wajo pada tahun 2014

sebesar 90,62 persen dan rata-rata lajutpertumbuhan penduduknya dari

tahun 2010 sampai 2014 sebesar 0,84 persen. Kepadatan Penduduk

Kabupaten Wajo sebesar 159 jiwa/km2 dan hampir 99,13 persen

beragama Islam.44

c. Sistem Sosial Budaya;

Lingkungan orientasi kajian menyangkut karakter social kultur

suatu masyarakat, berkisar pada ranah pola interaksi sistem kekerabatan,

perkawinan , stratifiaksi sosial agama dan kepercayaan, tradisi, dan lain-

lain. Akumulasi nilai sekaligus sistem sosial ini, merupakan identitas etnis

tertentu yang memiliki persamaan dan perbedaan dengan masyarakat lain

pada waktu dan tempat yang berbeda.45

Atas dasar pemikiran tersebut, dapat dipahami bahwa setiap masyarakat

dan kebudayaan, selalu berada satu paket sebagai kenyataan sosial kehidupan

manusia. Demikian pula tradisi sebagai salah satu wujud kebudayaan, merupakan

penciri suatu masyarakat atau komunitas sehingga hal-hal yang berhubungan

dengan suatu kebiasaan selalu dihubungkan dengan etnis tertentu. Karena itu,

44 Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015. h. 15.45Ahmadin, Kapitalisme Bugis Aspek Sosial-Kultur Dalam Etika Bisnis Orang Wajo,

(Makassar, 2008: Pustaka Refleksi) h , 20-27.

Page 63: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

52

dilingkungan masyarakat yang tergolong majemuk penduduknya, profesi atau

pekerjaan kerap menjadi penciri etnis tertentu.

Kondisis sosial budaya masyarakat dikabupaten wajo sejak dahulu hingga

sekarang, merupakan bagian integral yang tak terpisahkan secara dikotomik

sebagai suatu dinamika.kondisi budaya tersebut yakni stratifikasi sosial, sistem

kekerabatan, agama, dan kepercayaan yang berlaku pada masyarakat yang

bersangkutan.

- Startifikasi Sosial

Startifikasi sosial suatu masyarakat pada hakekatnya dipahami

sebagai latar belakang pandangan hidup, watak atau sifat-sifat mendasar,

bahkan merupakan warna dan corak dari hubungan-hubungannya.

Stratifikasi sosial berasal dari kata stratum sebagai jamak dari strata yang

mengandung arti lapisan stratifikasi sosial (social stratification)

merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat kelas secara bertingkat

(heararkis).

- Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada berbagai etnis di Sulawesi selatan, hingga

hari ini kelihatannya masih tetap dipertahankan dan dijujung tinggi. Sistem

tersebut dikenal berfariasi seperti passibijaeng (Makassar), adat assiajenge

(bugis) dan passibijaeng (Selayar). Sistem kekerabatan yang berlaku di

Wajo, adalah sistem bilateral (parental). Dengan demikian hubungan

Page 64: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

53

kekeluargaan seseorang dapat ditelusuri melalui dua jalur, yanai melalui

hubungan kekeluargaan dari garis keturunan ayah maupun dari ibu.46

d. Potensi Sumber Ekonomi Kab. Wajo;

Potensi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki Kabupaten Wajo

terus dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Hal itu

dapat dilihat dari Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Wajo dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, nilai

PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wajo mengalami

peningkatan menjadi 13.568.435,4 juta.47

Sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor yang

menjadi sumber pendapatan terbesar di Kabupaten Wajo dibandingkan

sektor-sektor perekonomian lainnya. Hal itu digambarkan oleh peranan

masing-masing sektor ekonomi dalam pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Wajo setiap tahunnya.48

Berdasarkan data peran sektor pertanian dalam pembentukan

PDRB Kabupaten Wajo atas dasar harga berlaku berturut-turut dari tahun

2012-2014 adalah 32,28 persen, 32,04 persen, dan 32,41 persen dapat kita

lihat bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB Kabupaten

Wajo cenderung fluktuatif. Sektor pertambangan dan galian, merupakan

sektor lain yang juga mengalami kondisi yang fluktuatif dalam

memberikan sumbangan pada total PDRB, hal ini dapat kita lihat pada

46Ahmadin, Kapitalisme Bugis Aspek Sosial-Kultur Dalam Etika Bisnis Orang Wajo,(Makassar, 2008: Pustaka Refleksi) h , 20-27.

47 Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015. h. 15.48Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015. h. 15.

Page 65: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

54

data PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu nilai sumbangannya berturut-

turut dari tahun 2012 - 2014 adalah 22,07, persen, 21,84 persen, dan 22,62

persen.49

Begitu juga Sektor perekonomian yang peranannya dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Wajo sumbangannya berfluktuasi dari

tahun ke tahun, antara lain sektor industri, sektor bangunan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor angkutan dan komunikasi.

Peran sektor-sektor tersebut dalam pembentukan PDRB atas dasar harga

konstan berturut-turut dari tahun 2012 – 2014 adalah sebagai berikut,

sektor industri memberikan sumbangan sebesar 3,46 persen, 3,45 persen,

dan 3,45 persen. Sektor bangunan memberikan sumbangan 8,46 persen,

9,13 persen, dan 9 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran

memberikan sumbangan sebesar 14,8 persen, 14,07 persen, dan 13,42

persen. Sedangkan sektor angkutan dan komunikasi memberikan

sumbangan sebesar 2,87 persen, 2,96 persen, dan 3,04 persen. Sektor

listrik dan air minum, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya,serta

sektor jasa-jasa memberikan peran yang fluktuatif terhadap PDRB

Kabupaten Wajo. Ukuran secara makro mengenai kemakmuran penduduk

suatu wilayah dapat digambarkan oleh perolehan PDRB perkapita yang

ada di wilayah itu. Pada tahun 2014, PDRB perkapita atas dasar harga

berlaku di Kabupaten Wajo telah mencapai Rp 34,62 juta rupiah.50

49Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015. h. 1550Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015. h. 15.

Page 66: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

55

e. Peta Administrasi Kab. Wajo;

3. Filosofi, Etika dan Etos Kerja Pemerintah dan Masyarakat Kab. Wajo;

a. Filosofi

Filosofi pemerintahan dan kemasyarakatan Wajo yang tercermin

pada kedalaman kearifan budaya dan moral masyarakat Wajo yang sejak

600 tahun yang lalu yaitu sejak Wajo lahir pada tanggal 29 Maret 1399,

kemudian mengkristal pada 3 kata yang selanjutnya disebut dengan

Filosofi 3 S, yaitu Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge. Filosofi ini menjadi

satu tatanan yang terpisahkan satu sama lain.51

SIPAKATAU (Saling Memanusiakan)

a. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai

makhluk ciptaan Tuhan YME.

51 Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015.

Page 67: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

56

b. Semua makhluk disisi Tuhan YME adalah sama, yang membedakan

adalah keimanan dan ketaqwaan.

SIPAKALEBBI (Saling Memuliakan/Menghargai)

a. Menghormati posisi dan fungsi masing-masing di dalam struktur

kemasyarakatan dan pemerintahan.

b. Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang

muda,

yang sederajat saling menghormati dan manyayangi.

c. Berprilaku dan berbicara sesuai norma (baik) yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat dan pemerintah.

SIPAKAINGE (Saling Mengingatkan/Demokrasi)

a. Menghargai nasehat, saran, kritikan positif dari siapapun.

b. Pengakuan bahwa manusia adalah tempatnya kekurangan dan

kekhilafan.

c. Aparatur pemerintah dan masyarakat tidak luput dari kekurangan,

kekhilafan dan diperlukan kearifan untuk saling mengingatkan dan

menyadarkan melalui mekanisme yang tidak lepas dari kearifan

Sipakatau dan Sipakalebbi.

b. Etika52

Pada transisi pelaksanaan otonomi daerah yang penuh tantangan

dan eufhoria kebebasan, perlu dibangun suatu persepsi, pandangan yang

sama antara pemerintah dan masyarakat Wajo dalam wujud adanya etika

52 Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015.

Page 68: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

57

pemerintah dan kemasyarakatan yang dapat dijadikan tolok ukur kinerja

pemerintah dan masyarakat. Etika pemerintahan dan kemasyarakatan

tersebut tercermin pada 6 prinsip kerja, yaitu:53

1. Taat Azaz

Semua langkah dan kebijaksanaan pemerintah dan

masyarakat hendaknya lebih awal mengacu pada landasan hukum

(peraturan perundang-undangan dan keputusan masyarakat).

2. Keterbukaan

Setiap langkah dan kebijakan disampaikan secara terbuka

(manajemen terbuka) kepada masyarakat untuk mencegah agar tidak

terjadi kecurigaan dan fitnah selaras dengan abad 21 ditandai dengan

era globalisasi, keterbukaan yang penuh dengan persaingan.

3. Kemitraan

Hasil maksimal hanya dapat dicapai melalui kemitraan dan

kebersamaan. Membina kebersamaan dan kemitraan antar aparatur

kelembagaan secara vertikal dan horisontal. Membina kemitraan/

keterbukaan antar daerah, wilayah secara vertikal dan horisontal.

Membina kemitraan/ keterbukaan antar dan inter lembaga

pemerintah dan kemasyarakatan.

4. Pelayanan

Tugas utama aparatur pemerintah adalah memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat, bukan sebaliknya.

53 Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015.

Page 69: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

58

Mempermudah birokrasi pelayanan, bukan malah mempersulit

karena ada sesuatu yang diharapkan.

5. Rasa Malu (Siri')

Merasa malu kalau tidak melaksanakan tugas dengan baik.

Malu pada diri sendiri, pada masyarakat dan pada Tuhan Yang

Maha Esa apabila tidak melaksanakan tugas dengan penuh

tanggung jawab.

6. Iman dan Taqwa

Berpegang teguh pada ajaran agama karena ajaran agama

menunjukkan jalan yang benar kepada kita semua.

c. Etos Kerja54

- Adalah suatu sikap kehendak (dikehendaki) secara sukarela, tanpa

dipaksa untuk suatu kegiatan (sasaran/progran/tujuan),

- Menyangkut sifat, karakter, kualitas hidup, moral dan suasana hati

seseorang atau masyarakat,

- Motivasi kerja menyangkut aspek pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan,

- Semboyan Yasiwajori disimbolkan sebagai etos kerja pemerintah

dan masyarakat Wajo.

Kewajiban (Nasseriki’) :

- Tidak ada seorang manusiapun yang luput dari suatu kewajiban

menurut status dan fungsinya.

54Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015.

Page 70: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

59

- Kewajiban tersebut akan dipertanggungjawabkan, baik di dunia

maupun diakhirat sesuai norma hukum (adat) yang berlaku.

Bekerja (Resopa) :

- Tidak ada seorang manusiapun yang luput dari bekerja untuk

kepentingan diri sendiri, masyarakat dan negara. Tidak bekerja

berarti malas (makuttu).

Optimal (Temmangingngi) :

- Puncak dedikasi kerja yang diharapkan adalah otimal, artinya

sungguh-sungguh tidak setengah-setengah hati dan penuh rasa

tanggungjawab (resopa temmangingngi naletei pammase dewatae).55

d. Norma Masyarakat Bugis Wajo;

Pentingnya peran adat (ade’) sebagai falsafah hidup, di antaranya

tercermin melalui kalimat: “Maradeka To WajoE Adenami Napopuang”

(hanya tanah atau negeri yang abadi yang siempunya tanah merdeka

semua, hanya adat yang mereka pertuan). Hal ini sejak lama menjadi

prinsip dan kewajiban dalam kontrak sosial antar Arung Matowa (raja)

dengan rakyatnya.56

Eksisnya nilai sosio-kultural yang terkandung dalam

pangaderrang, sehingga tetap bertahan dan menjadi pandangan hidup

manusia Bugis disebabkan dua faktor. Pertama, bagi manusia Bugis yang

telah menerima adat secara total dalam kehidupan sosial budaya atau

55Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015.56 Rini Ketrin,”Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan Desa

Lattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UINAlauddin Makassar, 2016), h. 35.

Page 71: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

60

lainnya, konsisten atau percaya dengan teguh bahwa hanya dengan

berpedoman pada adat, ketentraman dan kebahagiaan setiap anggota dapat

terjamin. Kedua, implementasi dengan berpedoman pada adat itulah yang

menjadi pola tingkah laku dan pandangan hidup bermasyarakat.57

Kecenderungan orang Bugis merefleksikan petuah atau nasehat

serta wejangan para cerdik pandai sebelumnya, tidak lantas membuat

mereka alergi dengan perubahan. Bahkan sebaliknya, kolaborasi-

akumulatif antara nilai pangaderrang dengan syara’ (agama) pada

gilirannya menjadi benteng pertahanan tangguh terhadap institusi dari

dominasi westernisasi dalam paket sekularisme. Mengenai Pentingnya

peran agama dalam memfilter pengaruh sekularisme akibat modernisasi,

sebenarnya telah mendapat perhatian serius sejak lama. Sebut saja Donald

E. Smith, pernah menguraikan hal ini dalam buah penanya “Agama dan

Modernisasi Politik: Suatu Kajian Analitis” (1985).58

Masuknya pengaruh Islam secara adaptif dalam sistem nilai

pangaderrang dan kemampuan merespon perubahan zaman di kalangan

orang Bugis, pada gilirannya melahirkan pemaknaan ter-hadap institusi

sosial sebagai warisan leluhur pun berbeda. Mungkin ada yang masih

tergolong fanatik mengamalkan nilai-nilai ini, semi percaya, dan ada yang

cenderung telah mengabaikannya. Meskipun demikian, bukan persoalan

57Rini Ketrin, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinanDesa Lattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan PolitikUIN Alauddin Makassar, 2016), h. 35.58Rini Ketrin, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan Desa

Lattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UINAlauddin Makassar, 2016), h. 35.

Page 72: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

61

level pemaknaan yang menjadi inti kajian ini, akan tetapi bagaimana nilai

sebuah pesan itu mampu menjadi pandangan hidup dan spirit usaha.59

Falsafah orang Bugis yang pada gilirannya menjadi pandangan

hidup dan pola perilaku, sebagian dapat kita temukan melalui Lontarak

Pammulanna Wajo yang memuat petuah-petuah Puang ri Maggalatung.

Tentang etos kerja orang Bugis disinyalir merupakan bagian makna siri’

dalam implementasinya. Pentingnya aplikasi makna siri’‘ terhadap para

penguasa (raja-raja) Wajo, tertera dalam pesan Puang ri Maggalatung:

Padecengiwi bicara-e, Parakai ampe-ampe malebbi-e, Gau-gau lalo’

tennga-e, Pari tengngai bicara ri tennga-e. Pesan ini bermakna “perbaiki

cara bicara jika berbicara, perbaiki tingkah laku mulia dan terhormat,

gerak langkah sederhana atau tidak angkuh dan tidak sombong, tempatkan

di tengah untuk pembicaraan di tengah, tidak melebihi, tidak memihak

sebelum mengetahui posisi kebenarannya”.60

Nilai-nilai filosofis tersebut, sebagian diwariskan dalam bentuk

tertulis melalui lontarak, dan ada pula melalui pesan-pesan (Pappaseng)

dan petuah (pappangaja). Sekadar untuk diketahui bahwa beberapa

pendukung kebudayaan di Sulsel juga mengenal dan menghargai pesan

leluhur, seperti: orang Toraja menyebutnya dengan aluktudolo, orang

Kajang mengistilahkan dengan pasang, orang Bugis menamakan

59Rini Ketrin, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan DesaLattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UINAlauddin Makassar, 2016), h. 35.

60Rini Ketrin, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan DesaLattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UINAlauddin Makassar, 2016), h. 35.

Page 73: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

62

pappaseng, dan lain-lain. Uraian mengenai pesan Puang Ri Magalatung

tersebut, pada gilirannya menjadi pedoman hidup orang Bugis dalam

beraktivitas tak terkecuali kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan asumsi

bahwa untuk menjalankan aktivitas usaha (perdagangan) jenis apapun,

tidak hanya dibutuhkan modal finansial. Akan tetapi sejumlah modal

sosial (social capital), juga mutlak dimiliki terutama dalam menjalin

interaksi sehingga antara produsen atau supplayer dengan konsumen atau

user (pembeli; pemakai) dapat terjalin harmonis.61

Bicara (cara bertutur kata), juga merupakan modal utama dalam

kegiatan usaha dan bahkan menjadi faktor penentu terjalin dan terciptanya

koneksitas. Batapa tidak, kemampuan (strategi) berkomunikasi memegang

peranan penting untuk menarik minat melalui sejumlah kesan bersahabat

yang diciptakan secara ekspresif. Demikian pula ampe (tingkah laku;

tempramen), memegang peranan signifi-kan sebab hal ini merupakan

penentu lahirnya daya pikat dan ketertarikan orang lain atas seseorang

yang membutuhkan. Karena itu, dalam kehidupan bermasyarakat di

kalangan orang Bugis Wajo, mengenal konsep sipakatau (memanusiakan

sesama), sipakalebbi (saling memuliakan), sipakainge (saling

mengingatkan).62

61Rini Ketrin, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan DesaLattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UINAlauddin Makassar, 2016), h. 35.

62 Rini Ketrin, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan DesaLattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi (Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Politik UINAlauddin Makassar, 2016), h. 35

Page 74: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

63

4. Mekanisme Pembahasan Ranperda APBD Kabupaten Wajo

Berdasarkan peraturan DPRD Kabupaten Wajo Nomor 01 tahun 2010

tentang tata tertib DPRD Kabupaten Wajo yang terlihat dalam mekanisme rapat

paripurna pembahasan RANPERDA APBD diatas, yaitu: fase pertama melalui

draf KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Proritas Anggaran

Sementara), KUA-PPAS itu dikeluarkan oleh BAPPEDA (badan perencanaan

pembangunan daerah) melalui TPAD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) dengan

melihat hasil musrembang desa yang ada di kabupaten wajo dan juga berdasar

pada visi dan misi bupati wajo yaitu: Kerja nyata untuk mewujudkan wajo yang

berkarakter religius,produktif, unggul, sejahtera dan damai. Visi dan misi bupati

dituangkan melalui RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah),

Page 75: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

64

dan Musrembang harus mengacu pada RPJMD. Draf KUA-PPAS diserahkan

kepada bupati wajo untuk dianalis kembali, setelah itu bupati menyerahkan ke

DPRD, dalam hal ini DPRD berfungsi sebagai BANGGAR (badan annggaran)

dengan membahas terkait dengan KUA-PPAS bersama TPAD dengan hal sebagai

kalangan dari pemerintah daerah atau eksekutif, setelah mendapat kesepakatan

bersama atntara DPRD atau sebagai BANGGAR dengan eksekutif sebagai TPAD

melahirkan MOU yang ditanda tangani oleh bupati dengan pimpinan DPRD

kabupaten wajo, kemudian dituangkan dalam RKA (rencana kegiatan anggaran)

lalu dibuatlah ranperda APBD kabupaten wajo, setelah persyaratan administarasi

ranperda selasai, badan musyawarah (BANMUS) melimpahkan pembahsan

melalui rapat paripurna pembicaraan tingkat satu dalam rapat tersebut terdiri dari

persiapan yaitu meliputi, undangan legislatif dan undangan eksekutif, absensi,

sambutan ketua DPRD , surat-surat masuk atau surat-surat penting, pandangan

umum fraksi, Ranperda yang akan diserahkan. Susunan acara:

1. Pembukan oleh Pimpinan DPRD

2. Pembacaan surat masuk

3. Penjelasan/sambuatan tentang Ranperda oleh Bupati

4. Penyerahan Ranperda dari Bupati wajo kepada ketua DPRD

5. Pandangan umum fraksi

6. Tanggapan/jawaban pemerintah daerah terhadap pandangan umum fraksi

7. Pembahasan Ranperda:

- Rapat komisi

- Rapat gabungan komisi

Page 76: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

65

- Rapat pansus

Setelah Rapat paripurna pembicaraan tingkat satu berakhir, kemudian hasil

dari rapat paripurna pembicaraan tingkat satu dikirim ke gebernur untuk di

evaluasi dan salah satu persyaratan ranperda sebelum disahkan menjadi PERDA

yaitu harus mendapatkan legitimasi dari gubernur. Dari hasil evaluasi gubernur,

ranperda kemabali dibahas melalui paripurna pembicaraan tingkat dua yang

meliputi, persiapan:

- Undangan legislatif dan eksekutif

- Absensi

- Sambutan ketua DPRD

- Laporan hasil pembahasan

- Peraturan daerah yang akan ditanda tangani

Susunan acara:

1. Pembukaan oleh pimpinan DPRD

2. Laporan hasil pembahasan oleh pimpinan rapat

3. Pemintaan persetujuan dari anggota DPRD secara lisan oleh pimpinan

rapat

4. Penandatanganan persetujuan oleh bupati wajo

Pendapat akhir/sambutan oleh Bupati wajo sehubungan dengan penetapan

Ranperda menjadi Peraturan Daerah.63

63 Peraturan Daerah DPRD Kab. Wajo Nomor 01 Tahun 2010 tentang tata tertib DPRDKab. Wajo 2009-2014.

Page 77: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

66

B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Relasi Eksekutif dan Legislatif dalam proses Formulasi Terbitnya

Perda APBD Kab. Wajo

Kewenangannya untuk membuat peraturan daerah (Perda), DPRD maupun

Eksekutif diharapkan dapat menampung aspirasi dan merespon kepentingan

masyarakat di Daerah, sehingga pertimbangan dalam menghasilkan sebuah

peraturan daerah bukan hanya untuk kepentingan sebagian orang yang memiliki

akses terhadap penguasa, tetapi menjangkau kepentingan rakyat secara luas

dengan demikian akan mencerminkan keterwakilan rakyat dalam rangka

penyaluran terhadap proses pembangunan maupun pelayanan publik. Dalam

penyusunan anggaran belanja daerah tentunya harus memperhatikan skala

prioritas kebutuhan masyarakat Kabupaten Wajo.

Berangkat dari hasil wawancara dengan bapak juanda salah anggota DPRD

Wajo komisi dua, mengatakan bahwa:

“Dalam setiap perumusan kebijakan publik ataupembuatan kebijakan itu melalui persidangankepersidangan didalam persidangan tersebut muuncullahpendapat atau ide-ide terkait dengan kebijakan apa yangharus diambil, sehingga dalam penetapannya tidak lagiada kekeliruan didalamnya dan beresifat rasionalsehingga dapat dipandang mewakili aspirasi dankebutuhan rakyat dan memang fungsinya DPRD sebagaipengontrol sehingga kebijakan yang dikeluarkan olehpemerintah daerah harus sesuai dengan kebutuhanrakyat, kita kan… hasil representasi dari rakyat? Jadisudah sepatutnya memperjuangkan aspirasi rakyat baikitu dalam sidang maupun diluar dari sidang”.64

64 Juanda Umur 35 tahun (anggota DPRD Wajo Komisi II). Wawancara, di Sengkang,tanggal 26-10-2016. 19:50 wita.

Page 78: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

67

Berangkat dari mekanisme rapat paripurna pembahasn Ranperda APBD,

dapat dilihat bahwa proses interaksi antara eksekutif dan legislatif sangat

menentukan kualitas dan keabsahan dari peraturan daerah itu sendiri terkhusus

pada peraturan daerah tentang APBD.

Berfungsinya pengawasan tersebut akan memberikan warna dinamika

hubungan antara eksekutif dengan legislatif,dimana secara garis besar dinamika

tersebut terpola dalam hubungan yang seimbang antara eksekutif dengan legislatif

dan hubungan yang dominatif dari legislatif atas eksekutif. Posisi seimbang dapat

terjadi apabila eksekutif dan legisaltif masing-masing memiliki posisi tawar-

menawar yang seimbang.

Menurut narasumber dalam hal ini sekertaris daerah Kabupaten Wajo

bapak Firdaus Perkesi, menyatakan:

“Dalam proses pembahasan perda APBD, telahberkembang suatu dinamika pembahasan dalam interaksiatantara eksekutif dan DPRD dengan sebuah pertanyaanDPRD mempertanyakan hal-hal yang belum jelas atauyang tidak terpahami dalam konsep administratif APBDyang disampaikan oleh eksekutif karena konsep APBD itusendiri dari eksekutif dengan berdasar kepada hasilmusrembang atau aspirasi dari musrembang dengandicocokkan dari RPJMD dan RPJMD itu selama limatahun dengan hitungan satu tahun sampai kepada tahunkelima. Angka yang dimasukkan dalam APBD itu harusdisesuaikan dengan kemapuan daerah. Jika ada yangtidak sesuai maka kami dari pihak eksekutif dalam hal inipemerintah daerah wajib memperbaiki terkait dengankritikan DPRD”.65

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil ketua DPRD Kabupaten Wajo,

Rahman Rahim, bahwa:

65 Firdaus Perkesi, Umur 45 tahun (Sekertaris daerah Kab. Wajo). Wawancara, diSengkang, tanggal 30-10-2016. 11:04 wita.

Page 79: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

68

“APBD itu dari eksekutif bukan kapabilitas legislatifuntuk menentukan APBD karena yang mempunyai konsepprogram kerja yaitu eksekutif, legislatif hanyamendukung dan menerima konsep APBD dari eksekutifuntuk disahkan sebagai perda dan mengontrol jalannyaprogram kerja yang dilakukan oleh eksekutif, jika adakesalahan atau ketidak sesuaian jumlah anggaran yangditetapkan dalam APBD dengan program kerja bupati,maka legislatif wajib untuk mempertanyakan, tpi selamaini hubungan eksekutif dan legislatif masih terjaga baiktidak ada masalah dengan hal ini. Dan wakil DPRD jugasempat menyampaikan bahwa, sebelum masuk padapembahasn APBD ada rapat-rapat sebelumnya bersamakomisi-komisi yang ada dengan mitra kerja SKPDmembahas terkait program kerja kegiatan untuk tahunanggaran berikutnya sehingga dalam pembahasannyatidak terjadi deklot atau kebuntuan dengan hal ini tidakadaji masalah yang cukup urgen”.66

Jika kita melihat penjelasan diatas baik itu melalui eksekutif maupun

legislatif nampaknya tidak ditemukan sebuah persoalan yanga dapat menjadi

sebuah kesulitan dalam proses terbitnya Perda APBD Kabupaten Wajo, Hal ini

kita bisa lihat adanya kerjasama dan komunikasi yang berjalan dengan baik tanpa

ada distkomunikasi antara eksekutif dan legislatif. Hubungan Legislatif Eksekutif

di Kabupaten Wajo misalnya terkait hubungan atau relasi poltik antara Legislatif

dan Eksekutif dalam proses pembuatan Perda APBD Tahun 2016 di Kabupaten

Wajo Pada tahap awal sampai pada tahap penetapan Perda APBD tahun 2016

bisa dipastikan bahwa Eksekutif dalam hal ini pemerintah tidak begitu mendapat

hambatan hal ini bisa terlihat dalam proses pembahasan sampai pada persetujuan

Perda tersebut. Ketua DPRD Kabupaten Wajo Yunus Panaongi, SH, menyatakan:

“Dalam proses Pembahasan anggaran Kami darilegislatif dari perbagai Komisi-komisi yang ada dalam

66Rahman Rahim, Umur 40 tahun ( wakil ketua DPRD Kab. Wajo). Wawancara diSengkang, tanggal 25-10-2016, 09:04 wita.

Page 80: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

69

tanggapan setuju dengan rancangan APBD yangdiusulkan oleh eksekutif selama itu pro rakyat dan untukpembangunan Kabupaten Wajo jika ada kekeliruandidalamnya DPRD wajib mempertanyakan kepadaeksekutif dan disinilah fungsinya pengawasantersebut”.67

DPRD sebagai pemberi legitimasi elit politik memiliki kepentingan dalam

dalam menetapkan anggaran terutama dalam menetapkan APBD serta pemberi

legitimasi dalam melakasnakan kontrol atas jalannya pemerintah di daerah,

namun berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara bahwa fungsi kontrol

DPRD terhadap eksekutif sebagai pemerintah daerah belum maksimal ini terlihat

pada proses penetapan perda APBD yang sangat mendominasi yaitu eksekutif

sendiri dan DPRD hanya menerima hasil dari eksekutif seharusnya adalah DPRD

pada hakekatnya sebagai lembaga legislasi dan Budjeting maka seharusnya

DPRD harus terlibat langsung dalam penyusuna Perda APBD bukan hanya

menunggu hasil dari eksekutif yang menawarkan konsep Perda APBD, artinya

bahwa fungsi pengawasan, Budjeting dan fungsi legislasi DPRD sangat lemah

dan tidak berjalan dengan baik.

DPRD sebagai lembaga ligislatif berwenang membuat undang-undang dan

sebagai kontrol terhadap pemerintahan atau eksekutif sedangkan Kekuasaan

eksekutif merupakan lembaga penyelenggara negara yang bertugas menjalankan

roda pemerintahan. Dari fungsinya tersebut maka pihak legisaltif dan eksekutif

dituntut untuk melakukan kerjasama, apalagi di Indonesia memegang Prinsip

67 Yunus Panaongi, Umur 45 tahun (Ketua DPRD Wajo).Wawancara, Di Sengkang,tanggal 26-10-2016. 11:50 wita.

Page 81: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

70

pembagian kekuasaan. Dalam hal ini, maka tidak boleh ada suatu kekuatan yang

mendominasi, sehingga proses check and balance berjalan dengan baik.

Sisi lain dari penetapan Perda APBD Kabupaten Wajo, perdebatan antara

eksekutif dan legislatif tidak dapat dipungkiri tatkala para Aktor kebijakan masih

mempersoalkan besaran anggaran yang diusulkan oleh pihak eksekutif. Kenyataan

ini didukung oleh berbagai hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa

sesungguhnya perdebatan antar kelompok aktor tidak bisa dihindari dalam sebuah

pembahasan, seperti dikatakan oleh Andi Gusti Makkaroda dalam sebuah

wawancara:

“Yang sedikit sulit untuk dipertemukan dalampembahasan APBD yakni besaran jumlah anggaran yangdimasukkan oleh Eksekutif dalam APBD, misalnyaeksekutif mengatakan seratus milyar dan legislatifmengatakan seratus lima puluh milyar lalu DPRDmempertanyakan dimana ambil dasar hal itu masing-masing punya dasar tapi yang harus dikedepankanrasional, terukur dan mampu dicapai, dan besaranjumlah belanja pegawai dan belanja langsung, belanjatidak langsung hal ini menjadi perdebatan antaralegislatif dan eksekutif, dan pada saat persidangan perdaAPBD kami dari legislatif menginginkan bahwa jumlahyang dimasukkan dalam APBD Kab. Wajo yaitu sebesar1,5 Tryliun rupih, sedangkan dari eksekutif memasukkanjumlah APBD hanya 1 Tryliun saja, itulah dinamikapersidangan hal itu biasa saja terjadi, tapi itu hanya caramenghidupkan forum saja, selebihnya tidak adapersoalan”.68

Aktor pembuat kebijakan, terutama dari sisi pemerintah daerah

mengusulkan anggaran pendapatan daerah yang akan dilaksanakan untuk tahun

2016 dan tahun berikutnya adalah bahwa usulan anggaran pendapatan dan belanja

68 Andi Gusti Makkaroda, Umur 38 tahun (anggota DPRD Komisi Dua). Wawancara, diSengkang tanggal 26-10-2016, 11:10 wita.

Page 82: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

71

daerah yang diusulkan selalu meminta pendapat dan tanggapan mulai dari bawah

hingga didiskusikan pada tahap pematangan program kerja melalui APBD. Bila

diperhatikan apa yang terjadi pada saat pengamatan dilakukan seperti diutarakan

diatas adalah dapat dijelaskan bahwa proses perumusan kebijakan APBD

dilakukan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari

uraian penjelasan diatas dari beberapa narasumber nampaknya perumusan tentang

APBD itu sendiri dapat kita lihat bahwa yang mengambil peran penting dalam

perumusan perda APBD dari kalangan eksekutif data-data yang disimpulkan

legislatif sehingga menjadi perda yaitu melalui eksekutif DPRD hanya

menambahkan apa menjadi kekurangan dalam usulan eksekutif. Dalam setiap

proses pembuatan kebijakan terkhusus pada Perda APBD Kabupaten Wajo

tentunya peran elit yang menjadi sebuah penentu terbitnya sebuah kebijakan yang

akan berlaku pada masyarakat pada umumnya dan untuk pembangunan Wajo

kedepan.

Teori elit menyodorkan sebuah argument yang cukup pas tentang hal ini

dengan asumsi bahwa sebagian besar rakyat pada hakekatnya merupakan pihak

yang apatis dan buta informasi mengenai kebijakan publik, sehingga dengan

demikian para elit penguasalah yang sesungguhnya mewarnai dan mempengaruhi

pendapat umum yang menyangkut masalah-masalah kebijakan, bukan rakyat yang

mempengaruhi pendapat golongan elit, namun elitlah yang mempengaruhi atas

terbitnya sebuah kebijakan.

Peran elit DPRD dapat dilihat dari aktivitas tugas dan fungsinya yakni

sebagai pemberi legislasi menetapkan anggaran APBD serta sebagai kelompok

Page 83: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

72

yang mampu memberikan kontrol terhadap jalannya penyelenggaraan pemerintah

di daerah, sebagai pemberi legitimasi, elit DPRD dilihat dari perannya dalam

membuat peraturan daerah (Perda). Namun yang terlihat pada kondisi di

Kabupaten Wajo legitimasi DPRD berada dalam kekuasaan Bupati. Hal ini

tergambar pada formulasi Perda APBD Kabupaten Wajo.69

Hubungan interaksi eksekutif dan legislatif dalam kerjasamanya pasti

akan selalu terjadi gesekan-gesekan kepentingan. Legislatif yang merupakan

wakil dari partai tentunya dalam menjalankan tugasnya tidak jauh dari

kepentingan partai, begitu juga dengan eksekutif yang meskipun dipilih langsung

oleh rakyat tetapi secara historis Bupati memiliki hubungan dengan partai, Bupati

sedikit banyak juga pasti mementingkan kepentingan partainya. Akibatnya konflik

yang terjadi dari hubungan Eksekutif dan Legislatif adalah konflik kepentingan

antar partai yang ada,70 tapi hal itu minim terjadi di Kabupaten Wajo karena

pembagian kepentingan antara eksekutif dan legislatif terjadi dengan baik dan

hubungan kemitraan selalu berjalan sesuai apa yang mereka inginkan.

Di dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di

Kabupaten Wajo yang merupakan wewenang eksekutif dan legislatif melalui tim

anggaran dan badan anggaran hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat.

Mengapa ini bisa terjadi?. Sesuai dengan data yang diperoleh oleh peneliti,

penyebab dari singkatnya penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

69Fran C. Singkoh, Peran Elit dalam proses penetapan Kebijakan (PDF: 2013.ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/download/2816/2367). Diakses: Rabu, 08Februari 2017.

70 Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM.).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

Page 84: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

73

adalah perbedaan kepentingan antara pihak eksekutif dan legislatif yang

diperjuangkan oleh tim anggaran terakomodir dengan baik sehingga tidak

menimbulkan deadlock dan hubungan kerja sama selalu berjalan dengan baik. Hal

ini diungkapkan oleh Sumarno, bahwa:

“Dalam menentukan APBD tentu pihak eksekutif jugamemperhitungkan kepentingan legislatif, jadi sebenarnyapenetuan APBD itu bukan hanya memperhatikan dampaknyapada masyarakat luas atau pembangunan Wajo, tapi jugamemperhatikan kepentingan para birokrasi didalam”.71

Dengan demikian interaksi atau relasi anatara eksekutif dan legislatif

bukan hanya membahas dan mempertimbangkan soal kepentingan dan

pembangunan dan kesjahteraan masyarakat Wajo, namun interaksi atau relasi

dalam penetapan perda terkhusus pada perda APBD juga memperhitungkan

kepentingan bersama hal menunjukkan adanya sebuah konspirasi atau ada upaya

persekongkolan kepentingan dalam penentuan APBD, secara normatif tentu tidak

etis dilakukan pada tugas,fungsi dan tanggung jawab sebagai birokrat dan wakil

rakyat.

Hubungan antara Eksekutif dan legislatif merupakan hubungan kerja yang

kedudukannya setara. Kedudukan yang setara bermakna bahwa di antara lembaga

pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak

saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa

Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah

Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra kerja dalam membuat kebijakan

daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing

71 Sumarno, Umur 30 tahun (Dosen Prima Sengkang). Wawancara, di Sengkang, tanggal27-10-2016. 15:05 wita

Page 85: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

74

sehingga di antara kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang

sifatnya saling mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama

lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing. Segala aktivitas yang

dilaksanakan oleh eksekutif berdasarkan pada desain pembangunan dan alokasi

pembiayaan yang memerlukan persetujuan DPRD. Dalam pelaksanaannya, DPRD

melakukan pengawasan, agar tidak terjadi penyimpangan.72 Seperti yang di

ungkapkan oleh narasumber, Bupati wajo:

“Eksekutif merupakan sebuah mitra dari legislatif untukmelaksakan tugas pemerintahan daerah, jadi apa yangtidak terpikirkan oleh legislatif mengenai persoalan yangada maka akan terpikirkan oleh eksekutif dengan caramembantu legislatif merumuskan suatu peraturan daerahsesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah contohnyaya… ini perda APBD, jadi interaksi eksekutif danlegislatif selalu berjalan dengan aktif untukmelaksanakan tugas ke pemerintahan”.73

Dari pembahasan tentang proses Formulasi terbitnya kebijakan Perda APBD

Kabupaten wajo diatas, kini kita bisa melihat bahwa semua pembuatan kebijakan

publik itu akan selalu melibatkan pemerintah dan legislatif walaupun itu terdapat

ketidak seimbangan peran dalam penyusunan kebijakan terkuhusus pada

formulasi atas terbitnya perda APBD Kabupaten Wajo bahwa dalam hal ini

Eksekutif yang punya dominan dan untuk merealisasikan tujuan dari Eksekutif itu

sendiri, lalu hal itu akan diberi makna sebagai kebijakan publik, jika sebagian atau

seluruhnya digagas, dikembangkan, dirumuskan, atau dibuat oleh kedua lembaga

eksekutif dan legislatif, serta melibatkan langsung atau tak langsung pejabat-

72Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

73 Andi Burhanuddin Unru, Umur 50 tahun (Bupati Wajo). Wawancara, di Sengkangtanggal 26-10-2016, 09:20 wita.

Page 86: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

75

pejabat pemerintah. Pertanyaannya, apakah dengan demikian sudah berarti tidak

ada kebijakan publik yang dipengaruhi oleh sektor prifat atau tidak ada ruang

sama sekali bagi sektor privat, diluar lembaga-lembaga atau organisasi pemerintah

yang dapat memberikan “warna tertentu” pada proses pembuatannya. Tahapan

perumusan kebijakan merupakan tahap kritis dari sebuah proses kebijakan. Hal ini

terkait dengan proses pemilihan alternatif kebijakan oleh pembuat kebijakan yang

biasanya mempertimbangkan pengaruh langsung yang dapat dihasilkan dari

pilihan alternatif utama tersebut. Proses ini biasanya akan mengekspresikan dan

mengalokasikan kekuatan dan tarik-menarik di antara berbagai kepentingan sosial,

politik, dan ekonomi.74

Seperti yang di utarakan oleh Andi Gusti Makkaroda dalam sebuah

wawancara dengan peneliti, menyatakan bahwa:

“Dalam setiap penetapan kebijakan apa pun itu baik PerdaAPBD maupun yang lainnya itu akan selalu terjadi tarikankepentingan antara legislatif dan eksekutif baik itumerupakan kepentingan kelompok sampai kepadakepentingan perseorangan, hal ini yang terkadang mewarnaiperdebatan dalam sidang paripurna APBD, namun hal iniPihak eksekutif mempunyai kepentingan terhadap legislatifdan legislatif juga mempunyai kepentingan terhadapeksekutif jadi hal ini kita saling pengertian dalammenjalankan tugas dan wewenang, selama ini komunikasikita dengan eksekutif berjalan dengan baik dan budaya itumesti harus kita jaga”.75

Hal senada yang di utarakan oleh Bapak Ichal Mahendra bahwa:

“Pembahasan dan penetapan RAPBD PemerintahKabupaten Wajo yang nantinya akan menjadi APBDKabupaten Wajo oleh DPRD dan Pemerintah Kabupaten

74 Solichin Aabdullah Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan model-model implementasi Kebijakan Publik (Cet. I Jakarta: Bumi Karsa, 2012), h. 30.

75Andi Gusti Makkaroda, Umur 38 tahun (anggota DPRD Komisi II). Wawancara, diSengkang tanggal 26-10-2016, 13:20 wita.

Page 87: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

76

Wajo tidak mengalami kendala yang berarti kalau sudahketemu kepentingan masing-masing dan jika seluruhkepentingan sudah terealisasi atau sudah dil-dilan diantarakeduanya’’.76

Jika diikaitkan kembali dengan pemahaman anggota dewan tentang fungsi

anggaran kenapa dalam proses penentuan penganggaran masih ada proses tawar

menawar, ketika hal ini dikonfirmasi ternyata tiap pembahasan APBD antara

Eksekutif dan Legislatif dapat dikondisikan asal semua kepentingan terpenuhi,

artinya ada dil-dilan atau kongkalikong pada penetapan APBD antara anggota

dewan dengan pemerintah.

Hal ini menunjukkan adanya proses bergaining kepentingan antara pihak

eksekutif dan legislatif terhadap pembuatan Perda APBD Kabupaten Wajo yang

tentu pada realisasinya APBD tesebut tidak berdampak signifikan pada

pembangunan daerah Kabupaten Wajo dan dengan adanya masing-masing

kepentingan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat terbengkalai dan tidak

terealisasi dengan baik.

Pembuat kebijakan resmi adalah mereka yang memiliki kewenangan legal

untuk terlibat dalam perumusan kebijakan publik. Mereka terdiri atas legislatif,

eksekutif, badan administratif, serta SKPD yang ada. Legislatif merujuk kepada

anggota kongres atau Dewan yang seringkali dibantu oleh para stafnya. Eksekutif

merujuk kepada bupati dan jajaran pemerintahan dalam hal ini BAPPEDA.

Administratif merujuk kepada lembaga-lembaga pelaksana kebijakan. Peraturan

daerah ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama

76 Ichal Mahendra, Umur 30 tahun (Wartawan Wajo Terkini). Wawancara, di Sengkang,tanggal 27-10-2016. 15:05 wita

Page 88: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

77

DPRD. Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/

kabupaten/kota dan tugas pembantuan. Perda merupakan penjabaran lebih lanjut

dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri

khas masing-masing daerah. Perda tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.77

Perda dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

perundangundangan. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau

tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan Perda. Persiapan

pembentukan, pembahasan, dan pengesahan rancangan Perda berpedoman kepada

peraturan perundang-undangan. Perda berlaku setelah diundangkan dalam

lembaran daerah. Perda disampaikan kepada Pemerintah pusat paling lama 7

(tujuh) hari setelah ditetapkan. Perda yang bertentangan dengan kepentingan

umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan

oleh Pemerintah pusat.78

Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan,

kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala

daerah. Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum, Perda, dan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi. Perda diundangkan dalam Lembaran Daerah dan

Peraturan Kepala Daerah diundangkan dalam Berita Daerah. Pengundangan Perda

77 Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handleSKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

78 Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM.).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

Page 89: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

78

dalam Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dalam Berita Daerah

dilakukan oleh Sekretaris Daerah, berikut dimensi Formulasi Perda APBD.

a. Perencanaan Pembangunan79

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan

pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh

pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten atau daerah kota sesuai dengan

kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah.

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) untuk

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang ditetapkan dengan Perda;

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun yang ditetapkan dengan Perda

3. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari

RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan mengacu kepada

rencana kerja Pemerintah pusat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD, dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Idealnya

sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah untuk melaknakan suatu

program kerja Bupati yang tersusun melalui RPJMD, maka dalam APBD

tergambar semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelengaraan

79Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM.).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

Page 90: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

79

pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala

bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut

dalam kurun waktu 1 tahun.

Seperti yang diuraikan oleh bapak junda salah satu anggota DPRD komisi

Dua:

“RKPD itu… tiap tahun, secara globalmi kanRPJMD… RPJMD ini mulai dari starnya pakbupati mulai pertama jabatannya, apa yang diaingin lakukan sampai ditahun kelima kita hanyamendukung dan melancarkan program kerja yangingin dilakukan.Tpi tidak semua program kerjayang ada di RPJMD itu langsung tuntas di masaakhir jabatan bupati, Na… disinilah kontrolnyaanggota DPRD. RPJMD ini berakhir seiringberakhirnya masa jabatan bupati, lain lagiRPJMD nya klw ada bupati baru, kan? Beda lagivisi dan misinya. Dia mau skala proritas apa”.80

b. Keuangan Daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara

optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian

sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada

Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan

pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan

yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah

80Juanda Umur 35 tahun (anggota DPRD Wajo Komisi II). Wawancara, Di Wajo, tanggal26-10-2016. 19:50 wita.

Page 91: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

80

menjadi sumber keuangan daerah.81 Seperti yang di ungkapkan oleh wakil ketua

DPRD, Rahman Rahim:

“Penyusunan Anggaran atau keuangan daerah itusepenuhnya pemerintah daerah dalam hal ini BAPPEDA.Itulah BAPPEDA menyampaikan, pertama yang diasampaikan kebijkan umum Anggaran dan plafonAnggaran sementara, Itu disampaikan. Usulan APBD inikan… dari eksekutif, melalui dua komponen belanja danpendapatan daerah, jadi dasar inilah APBD itu”.82

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara

lain berupa, kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan

urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan

mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi

hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana

perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan mendapatkan

sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.

Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya Pemerintah menerapkan

prinsip uang mengikuti fungsi.83

Di dalam Undang-Undang yang mengatur Keuangan Negara, terdapat

penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan

keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan dan

kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden sebagian diserahkan

81 Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM.pdf.). Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

82 Rahman Rahim, Umur 40 tahun ( wakil ketua DPRD Kab. Wajo). Wawancara, di Wajotanggal 25-10-2016, 09:04 wita.

83 Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM.pdf.). Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

Page 92: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

81

kepada gubernur/bupati/wali kota selaku kepala pemerintah daerah untuk

mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada

pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa Kepala daerah

(gubernur/bupati/wali kota) adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian

dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala

daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan keuangan daerah kepada

para pejabat perangkat daerah. Dengan demikian pengaturan pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan

pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang-Undang mengenai

Pemerintahan Daerah.84

Sumber pendapatan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD), yang meliputi: (a) hasil pajak daerah; (b)

hasil retribusi daerah; (c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan; dan (d) lain-lain PAD yang sah;

2. Dana Perimbangan yang meliputi: (a). Dana Bagi Hasil; (b). Dana Alokasi

Umum; dan (c). Dana Alokasi Khusus; dan

3. lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan

pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah pusat

setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah daerah

84Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

Page 93: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

82

dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah

dan/atau milik swasta. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang

pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya

ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.85

Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun

anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala

daerah mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan

dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan

bersama. Rancangan Perda provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama

dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan

oleh Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam

Negeri untuk dievaluasi. Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD yang

telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang

Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga)

hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi.86

c. Kerjasama

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat

mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan

85 Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

86Andi Ilham, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM).Diakses: Rabu, 08 Februari 2017.

Page 94: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

83

efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan.

Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar

daerah yang diatur dengan keputusan bersama. Dalam penyediaan pelayanan

publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama yang

membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD.

Berangkat dari hal ini. Dalam sebuah kebijakan, proses perumusan

kebijakan memegang peranan penting karena merupakan inti dari kebijakan

publik. Pada tahap ini merupakan penentuan perumusan batas-batas kebijakan itu

sendiri. Pembuatan atau perumusan suatu kebijakan bukanlah suatu proses yang

mudah dan sederhana, melainkan suatu proses yang terjadi dalam waktu yang

cukup panjang. Waktu yang ditempu dalam pembahasan Perda APBD. Menurut

Ketua DPRD, Yunus Panaongi, yaitu:

“Dalam proses pembahasan perda APBD, ada jangkawaktunya, jadi Ranperda APBD pokok ia harusberdasarkan permendagri Nomor 52 tahun 2015, tentangpedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah tahun anggaran 2016, berarti dia harus masukpada bulan juni sampai masa berakhirnya pembahasanitu… bulan november, tidak boleh lewat dari bulannovember, berarti enam bulan masa pembahasan. Tpidisini hanya memakan waktu selama satu minggu dalampenetepannya Ranperda ke Perda”.87

Berangkat dari hasil wawacara diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa

adanya sebuah kerjasama dan kesepakatan yang baik sehingga ranperda tidak

memakan waktu yang cukup lama untuk ditetapkan, namun sebuah pertanyaan

besar yang muncul apakah yang melandasi hal tersebut, berangkat dari hasil

87Yunus Panaongi, SH, MH Umur 45 tahun (Ketua DPRD Wajo). Wawancara Di Wajo,tanggal 26-10-2016. 11:50 wita.

Page 95: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

84

wawancara sebelumnya diatas bahwa penetepan Perda APBD tidak begitu

mengalami kendala yang berarti sebab kedua kepentingan terealisasi dengan baik

dan ada proses dil-dilan antara eksekutif dan legislatif.

Pelaku yang melahirkan kebijakan Perda APBD adalah pemerintah daerah

dalam hal ini kalangan eksekutif. Dimana untuk melahirkan suatu kebijakan untuk

kepentingan kesejahtraan masyarakat dengan berbagai metode tersendiri. Namun

untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan suatu proses yang sering disebut

dengan proses formulasi kebijakan. Proses pembuatan kebijakan itu sendiri

memiliki makna sebagai serangkaian aktivitas intelektual yang divisualisasikan

sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan

waktu. Dari hal ini pembuatan kebijakan tidak terlepas dari para kalangan elit

penguasa yang mampu menciptakan sebuah kebijakan yang tentunya akan

berdampak dan berimplikasi pada masyarakat pada umumnya terkhusus pada

masyarakat Kabupaten Wajo. Dalam berbangsa dan bernegara, bahwa setiap

masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-

kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik

Pentingnya perumusan kebijakan karena dalam tahap ini dirumuskan

batas-batas kebijakan, baik menyangkut sumber daya waktu, kemampuan sumber

daya manusia, kelembagaan, dan dana atau anggaran. Dari pemikiran tersebut

dapat dinyatakan bahwa tahap perumusan kebijakan menempati posisi strategis

dari seluruh rangkaian proses kebijakan. Hasil wawancara dari kalangan

Akademis, Sumarno, menyebutkan:

“Dalam pembuatan Perda di Kabupaten Wajo baik ituPerda APBD maupun perda non APBD yang banyak

Page 96: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

85

berperan aktif dalam merumuskan atau menghasilkanperda yaitu kalangan eksekutif, jika kalau kita melihatseluruh perda yang ada di kabupaten wajo… itu terdapatbanyak perda yang digagas oleh eksekutif daripadalegislatif, jadi hal ini telah menyalahi fungsi DPRD itusendiri, yaitu yang mana fungsinya sebagai pembuatundang-undang, jika kalau ada inesiatif Perda dariDPRD maka juga harus mendapat kesepakatan darieksekutif, jadi selain sistem kordinasi ada sistemkomando dari bupati ke DPRD. Regulasi kuasa itu dariseluruh struktur yang ada dipemerintahan baik daristruktur pemerintah daerah maupun struktur darilegislatif itu sepertinya dimotori oleh pak bupati jadiseluruh keinginan bupati itu lancar ditangan DPRD”.88

Karena itu, dapat dikatakan bahwa Bupati tetap merupakan pemegang

kekuasaan eksekutif dan sekaligus legislatif, meskipun pelaksanaan fungsi

eksekutif itu harus dilakukan dengan persetujuan DPRD yang merupakan lembaga

pengontrol terhadap kekuasaan pemerintah daerah.

DPRD pada posisinya sebagai lembaga legislasi, dan penganggaran juga

memilik fungsi kontrol yang didasarkan pada kedudukannyan sebagai refresentasi

wakil Rakyat. Pada prinsipnya masalah yang mendasar dari hubungan lembaga

ini adalah perlunya konsistensi dan penegasan dalam menjalankan fungsi dan

tanggung jawab dari keduanya. Dalam posisinya legislatif lebih cendrung pada

fungsi pengaturan dan pembuatan undang-undang sedangkan eksekutif lebih

cendrung pada fungsi menjalankan atau melaksanakan undang-undang.

Pelaksanaan fungsi yang tepat dari kedua lembaga akan memberikan respon yang

baik kepada pelaksanaan pemerintahan. Namun dalam kenyataannya sering

terjadi pengambil alihan tugas dan tanggung jawab atau justru tugas tersebut tidak

88 Sumarno, Umur 30 tahun (Dosen Prima Sengkang). Wawancara, di Sengkang, tanggal27-10-2016. 15:05 wita

Page 97: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

86

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada, sebagai contoh adalah dalam

hubungan legislatif dan eksekutif di Kabupaten Wajo dalam kurung waktu priode

tersebut, lembaga legislatif belum memberikan kontribusi rancangan undang-

undang menurut fersi DPRD sendiri, dan rata-rata perda di Kabupaten Wajo itu

berasal dari eksekutif, padahal bila dilihat dari fungsi dan peran yang dimiliki

legislatif, justru rancangan peraturan daerah seharusnya muncul dari legislatif,

walaupun dipahami bahwa rancangan perda yang lahir dari eksekutif bukanlah

sesuatu yang bertentangan dengan aturan yang ada, namun perlu disadari bahwa

legislasi adalah salah satu fungsi utama yang harus dijalankan oleh legislatif, oleh

karen itu maka seharusnya rancangan perda baik itu APBD maupun perda non

APBD itu dirancang atau dibuat oleh legislatif itu sendiri.

Kedudukan DPRD Kabupaten Wajo, cukup dipengaruhi oleh struktur

pemerintahan daerah, walaupun kita tau DPRD dan Eksekutif merupakan lembaga

yang sama-sama dipilih melalau demokrasi langsung yang mempunyai fungsi dan

tanggung jawab yang berbeda, namun disisi lain keduanya nampak tak bisa

terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan wewenang. DPRD tak bisa

melaksanakan tugasnya sebagai pembuat undang-undang tanpa dasar persetujuan

dan pemahaman bersama dari eksekutif begitu pun sebaliknya, hal ini tergambar

melalui proses perumusan dan penetapan Perda APBD. Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan

sebagai unsur penyelenggaraan pemerintaha daerah. Lembaga ini mempunyai

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Page 98: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

87

Peraturan Daerah (PERDA) adalah instrument aturan yang secara sah

diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di

daerah. Sejak Tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa undang-

undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan

menetapkan Perda sebagai salah satu instrumen yuridisnya. Kedudukan dan

fungsi perda berbeda antara yang satu dengan lainnya sejalan dengan sistem

ketatanegaraan yang termuat dalam UUD/ Konstitusi dan UU Pemerintahan

Daerahnya. Perbedaan tersebut juga terjadi pada penataan materi muatan yang

disebabkan karena luas sempitnya urusan yang ada pada pemerintah daerah.

Demikian juga terhadap mekanisme pembentukan dan pengawasan

terhadap pembentukan dan pelaksanaan perda pun mengalami perubahan seiring

dengan perubahan pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah. Setiap perancang perda, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai

aturan hukum positip tentang UU Pemerintahan Daerah, UU tentang Perundang-

undangan, Peraturan pelaksanaan yang secara khusus mengatur tentang perda.89

2. Respon Mayarakat terhadap Realisasi Perda APBD Kab. Wajo

Fungsi APBD secara normatif ialah merupakan sebuah instrumen untuk

melakukan sebuah pembangunan infrastruktur dan suprastruktur atau untuk

menjawab semua kebutuhan dan kepentinga rakyat pada umumnya. Namun pada

realisasinya tidak begitu signifikan, seperti yang di ungkapkan oleh Bapak

Hasnadi Raudu mengatakan bahwa,

89Asfi Manzilati, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja BidangPenganggaran’’, Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 255. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26Februari 2017).

Page 99: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

88

“Tingginya APBD Kabupaten Wajo yang telah ditetapkanoleh DPRD bersama Pemerintah Kabupaten Wajo, belummemberikan dampak perubahan yang signifikan kepadakesejahteraan masyarakat yang nota bene sebagai konstituendan obyek dalam pembagunan daerah. Dimana sebagianmasyarakat mengeluh dengan kebijakan pemerintah yangjauh dari mensejahterakan masyarakat, setiap tahun adaperubahan anggaran yang cukup besar dalam APBD Kab.Wajo seharusnya tidak ada lagi jalan yang berlubang diKota Sengkang, tidak ada lagi rumah rakyat yang tidak layakhuni, namun coba kita liat bahwa Kabupaten Wajo secarafisik tidak ada perubahan yang berarti yang bisa dirasakanoleh masyarakat, APBD itu hanya sebagian besar dinikmatioleh orang-orang pemangku kepentingan. Jika kalau kitamelihat proses penetapan Perda APBD yang melibatkansemua anggota dewan dan para SKPD yang ada relasi iniseharusnya dapat menjawab segala bentuk aspirasi rakyatdan kebutuhan pembangunan Kab. Wajo”.90

Hal senada yang di utarakan oleh Bapak Sumarding mengatakan bahwa:

“Apalah artinya sebuah APBD diperdakan melalui sidangdemi sidang jika hasil dari semua itu tidak nampak dimatamasyarakat, jika APBD 1,5 Tryliun tepat sasaran maka kitaakan melihat sebuah pembangunan, ya… mungkin kotasengkang sudah berubah wujud, tpi sampai selama ini kotasengkang masih begitu-begitu saja padahal kota sengkangkan wilayahnya tidak cukup luas seharusnya sudah cukupindah dan lebih teratur lagi, masih banyak jalan yang adadipelosok-pelosok desa yang tidak bisa dilalui kalau sudahhujan, disinilah seharusnya DPRD memperjuangkan masing-masing dapilnya sesuai dengan aspirasi masyakat setempat,tapi hal itu tidak dilakukan, maka timbul pertanyaan DPRDsebenarnya mewakili siapa di parlement. Sebelum APBD inikan belum berbentuk Perda itu kan sebelumnya dilakukanriset dan musrembang tingkat desa, kelurahan dan sampaipada tingkat kecamatan fungsinya itu untuk mengetahui apayang diinginkan oleh masyarakat setempat, barulahdiwejahwantahkan melalui APBD, Tpi sampai sekaranghasilnya tidak ada padahal ini sudah 2017 dan sudah maumasuk lagi pada pemabahasan perubahan anggaran lagi”.91

90Hasnadi Raudu Umur 35 tahun (Ketua KEMAWA/ Keluarga Masyarakat Wajo).Wawancara, di Sengkang, tanggal 24- 2-2017. 1:30 Wita.

91 Sumarding, Umur 27 (Ketua Hipermawa/Himpunan Pelajar Mahasiswa Wajo).Wawancara, di Sengkang, tanggal 23-2-2017. 10:30 Wita.

Page 100: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

89

Melihat kondisi tersebut dapat kita menganalis bahwa penetapan kebijakan

atau perda yang menjadi sebuah landasan untuk menjalankan sebuah roda

pemerintahan berdasarkan keinginan dan kebutuhan rakyat dan untuk

menciptakan pemerintahan daerah yang baik (good local govermance) hanyalah

sebuah isu dan fenomena pada tataran teoritis belaka dan hasil relasi anatara

eksekutif dan legislatif dalam sebuah pembahasan Perda APBD tersebut

sepertinya tidak berimplikasi pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

wajo mungkin hasilnya singga pada tataran birokrasi dan pemangku kepentingan.

Kebijakan Publik dikeluarkan atau dilahirkan setelah lebih kurang

sembilan bulan diproses dalam rahim pemerintahan plus DPRD merupakan upaya

untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat disuatu

wilayah, karena merupakan upaya untuk menanggulangi masalah publik

sepantasnya kebijakan tersebut memihak pada kepentingan rakyat. Akan sangat

logis jika masalah dan alternatif solusi permasalahan itu juga berasal dari rakyat

dan disinilah fungsinya musrembang bukan sekedar cetusan pikiran atau bahkan

imajinasi dari para pembuat kebijakan di rumah wakil rakyat plus pemerintah.

Peraturan daerah (Perda) merupakan bentuk kebijakan publik di daerah, Provensi,

atau Kabupaten/Kota. Perda tersebut mengikat seluruh pihak yang berda di

wilayah hukum suatu daerah, idealnya peraturan derah sepantasnya dibuat atas

dasar dari kondisi dan kebutuhan masyarakat masing-masing daerah.

Di era reformasi, pemerintah telah melakukan perubahan penting dan

mendasar, dengan maksud untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada

serta upaya untuk mengakomodasi berbagai tuntutan dan aspirasi yang

Page 101: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

90

berkembang di daerah dan masyarakat. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, membawa

perubahan undamental dalam hubungan tata pemerintah dan hubungan

keuangan serta dalam hal pengelolaan anggaran daerah. Otonomi daerah

memiliki implikasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang harus

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu

memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Banyak

aspek yang muncul dari adanya reformasi keuangan daerah. Namun, yang paling

umum menjadi sorotan bagi pengelola keuangan daerah adalah adanya aspek

perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran daerah (APBD) yaitu

perubahan dari traditional budget ke performance budget. Perubahan paradigma

anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan anggaran daerah yang benar-

benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat

terhadap pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien dan efektif.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan

pendekatan kinerja, yaitu sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah

yang berorientasi pada pencapaian hasil kinerja. Kinerja tersebut harus

mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus

berorientasi pada kepentingan publik Oleh karena itu, anggaran dianggap

sebagai pencerminan program kerja.92

Hasil wawancara dengan Bapak Mustakim mengungkapkan bahwa:

92Asfi Manzilati, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja BidangPenganggaran’’, Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 257. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26Februari 2017).

Page 102: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

91

“Perda APBD sebelum terbit itu kan melalui beberapa tahappembahasan eksekutif dan legislatif melakukan sidang demisidang bersama pihak eksekutif, tpi semuanya itu bersifatseremonial aja dan bersifat abstrak, Perda APBD tidaksubstansial. Mengapa saya mengatakan demikian faktadilapangan tidak ada yang bisa memberikan landasan bahwaPerda APBD itu terealisasi dalam lingkungan masyarakatWajo, bagaiman mau dinikmatin masyarakat jika APBDhanya mayoritas dialokasikan memenuhi belanja pegawai,seperti membayar gaji dan tunjangan, belum lagi dana-danaAspiras setiap anggota DPRD dan itulah mungkin banyakmengambil pembahasan dalam Perda APBD akibatnyaadalah aspirasi masyarakat tidak terealisasi dengan baik,program yang di tawarkan oleh masyarakat hanyalahmerupakan janji yang tak pernah terealisasi”.93

Berangkat dari hasil wawancara tersebut diatas dianalisis bahwa, Proses

penetepan Perda APBD masih belum bebas dari motif-motif politik, ekonomi

bagi-bagi proyek yakni membuat proyek untuk mendapatkan tambahan income

bagi pribadi atau kelompoknya dengan mengharap bisa intervensi dalam aspek

pengadaan barang atau pelaksanaan kegiatan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari

keluaran kebijakan di daerah yang lebih mencerminkan produk pemerintah

daripada realisasi keinginan rakyat melalui badan perwakilannya, sementara

persetujuan rakyat melalui DPRD lebih untuk memenuhi tata cara politik semata.

Penyusunan anggaran dalam APBD dari tahun ke tahun belum menyentuh

sepenuhnya. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masih bernuansa

kepentingan politik tertentu, baik pribadi, kelompok maupun golongan yang

dibawah oleh anggota dewan dan para kalangan eksekutif tanpa memperhatikan

kemakmuran dan kesejahteraan Rakyat.

93Mustakim umur 45 tahun (Masyarakat) Wawancara, di Sengkang, tanggal 24- 2-2017.15:10 Wita.

Page 103: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

92

Seperti yang diutarakan oleh Bapak Hasnadi Raudu, dalam wawancara,

mengatakan bahwa:

“Jika kalau kita berbicara soal APBD selalu dibumbuhi dandibaluti intrik-intrik politik, ekonomi dan kepentingan selalumewarnai dasar penetapannya baik itu kalangan eksekutifmaupun dari legislatif, akau bisa katakan bahwa APBD itusebenarnya harta warisan setiap pemegang kuasa dankepentingan yang ada di Kabupaten Wajo ini, jadi bicaranyaitu pemerintah atau anggota dewan memenuhi kebutuhanrakyat dan keinginan Rakyat, kalupun ada paling lebih-lebihanggaranji yang sudah dibagi-bagi”.94

Masalah penggaran ini sangat perlu dicermati karena dapat dijadikan

penilaian terhadap pemerintah mengenai keberpihakan terhadap masyarakat lemah

dan dapat mempengaruhi kebijakan yang nantinya akan diterapkan pada suatu

daerah baik pada bidang perencanaan dan penganggaran maupun dalam bidang

partisipasi masyarakatnya. Dimana dalam peraturan baru bahwa persoalan

partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran melibatkan berbagai

stakeholder baik dari DPRD, Pemerintah Daerah, Masyarakat,maupun organisasi

non-pemerintah maka hal ini seharusnya Perubahan paradigma anggaran daerah

dilakukan untuk menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan

kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat terhadap pengelolaan

keuangan daerah secara ekonomis, efisien dan efektif.95

Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Fungsi pengawasan menjadi

titik krusial penciptaan pemerintahan yang baik (good governance), karena akan

mempersempit ruang bagi terjadinya perbuatan pemerintah yang tercela. Perbuatan

94 Hasnadi Raudu Umur 35 tahun (Ketua KEMAWA/ Keluarga Masyarakat Wajo).Wawancara, di Sengkang, tanggal 24- 2-2017. 1:30 Wita.

95Asfi Manzilati, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja BidangPenganggaran’’, Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 256. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26Februari 2016).

Page 104: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

93

pemerintah yang tercela frekuensinya lebih banyak terjadi dalam pemerintahan yang

bebas, sedangkan pemerintahan yang bebas identik dengan penerapan otonomi daerah,

dimana pemberian kewenangan dan keleluasaan diberikan kepada daerah untuk

mengelola dan memanfaatkan sumber daya daerah secara optimal bagi kesejahteraan

masyarakat.96

Bila dilihat dari konsep dan prakteknya yang ideal proses penyusunan

APBD terdiri dari dua hal yang mendasar, yaitu, perencanaan dan penganggaran

serta dari seifatnya, perencanaan dan penganggaran di pemerintah daerah

dilaksanakan secara terintegrasi dengan berlandaskan pada konsep penggunaan

sumber daya atau dana yang ada untuk pemeuhan kebutuhan publik. Sebuah

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan pelayanan publik

yang ada di derah, yang telah direncana\kan sejak awal tahun sebelumnya melalui

penyusunan dokumen perencanaan tahunan daerah RKPD (Rencana Kerja

Pemerintah Daerah).

Hasil Wawancara dengan bapak Andi Wandi, mengatakan bahwa:

“Bagaiman Perda APBD itu mau berjalan dengan Normatifdan tepat sasaran jika perwakilan masyarakat di DPRDtidak pernah berkunjung dan berkomunikasi apa tak lagimendengarkan aspirasi masyarakat pada daerah pemilihanmasing-masing, itu pi na turun lagi kalu ada kampanye danproses pemilihan, kemudian kalau pun ada prosesmusrembang kami dari masyarakat pada umumnya tidakpernah dilibatkan yang terlibat hanya para kepala desa,camat dan stafnya, padahal kita tau sendiri kepala-kepaladesa dan camat beku pegang sama bupati, jadi kalau APBDatau pemerintah yang mau diharapkan mendatangkan

96Asfi Manzilati, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja BidangPenganggaran’’, Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 257. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26Februari 2017).

Page 105: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

94

kesejahteraan pura de’nigaga (tidak akan ada), kalau bukankita sendiri banti tulang”.97

Berangkat dari ungkapan tersebut bisa dilihat reses anggota dewan tidak

berjalan sebagaimana yang seharunya. Reses merupakan sarana komunikasi

politik antara anggota dewan dengan para pemilih (konstituen) di daerah

pemilihan. Dalam forum reses komunikasi politik tidak saja terwujud dalam

bentuk penyerapan aspirasi, penyampaian pengaduan dan gagasan yang

berkembang di daerah, melainkan juga penyampaian pertanggung jawaban

anggota dewan terhadap konstituennya. Dalam forum tersebutlah, anggota dewan

menjelaskan apa yang sudah dilakukan, bagaimana follow up dari reses

sebelumnya serta apa agenda strategis yang akan dilakukan kedepan,98 namun hal

ini berbanding terbalik oleh apa yang disampaikan oleh bapak Andi wandi

sebelumnya.

Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat, minimya proses komunikasi

anggota dewan terhadap konstituennya dan sulitnya akses masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembangunan daerah Kab. Wajo merupakan kondisi yang

ironis. Partisipasi masyarakat didalam proses reses merupakan unsur penting

untuk menentukan arah pembangunan derah. Dalam hal ini tingkat partisipasi

masyarakat Kabupaten Wajo ditambah lagi eksekusi Program kerja pemerintah

tidak begitu baik, sehingga arah pembangunan Kabupaten Wajo masih belum

97 Andi Wandi Umur 40 tahun (masyarakat Wajo), Wawancara di Sengkang Tanggal 27-02- 2017. 10:30 Wita.

98Asfi Manzilati, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja BidangPenganggaran’’, Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 263. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26Februari 2016).

Page 106: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

95

mengkomodir kebutuhan masyarakat Wajo itu sendiri. Wawancara dengan Bapak

Andi Wandi mengatakatakan bahwa:

“Dengan jumlah APBD 1,5 Trilyun seharusnya sudah cukupmengkomodir kebutuhan rakyat dan pembanguna Wajo, tapitidak ada anggota dewan bawang messo dan pak bupati,idi’mi kasi masyarakat’e tettekki manrasa-rasa, pasrah mekibawang (tapi tidak ada anggota dewan saja dengan bupatiyang kenyang, kita masyarakat tetap menderita, pasrahsaja), kalau mauki berkomentar kita tidak punyakekuatan”.99

Dari gambaran diatas kita bisa lihat bahwa politik anggaran dapat

dimaknai sebagai proses pengalokasian anggaran berdasarkan kemauan dan

proses politik dan kepentingan para birokrat dan legislatif, baik dilakukan oleh

perorangan maupun kelompok. Tidak dapat dihindari bahwa penggunaan dana

publik akan ditentukan kepentingan politik. dalam penentuan besaran maupun

alokasi dana untuk rakyat senantiasa ada kepentingan politik yang diakomodasi

oleh pejabat. Bahwa alokasi anggaran kerap mencerminkan kepentingan perumus

kebijakan terkait dengan konstituennya.

Fakta menunjukan bahwa alokasi belanja pemerintah dalam APBD

ternyata lebih banyak untuk menggerakkan mesin birokrasi daripada untuk

kepentingan rakyat. Ini menunjukan politik anggaran belum berada dalam arah

yang benar. Sedangkan porsi belanja untuk kepentingan rakyat seringkali rawan

dikorup, tidak efektif memecahkan masalah-masalah seperti kemiskinan,

infrastruktur, peningkatan pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian agar

APBD benar-benar dapat dimanfaatkan rakyat, diperlukan upaya ekstra untuk

99Andi Wandi Umur 40 tahun (masyarakat Wajo), Wawancara di Sengkang Tanggal 27-02- 2017. 10:30 Wita.

Page 107: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

96

memastikan agar penggunaannya tidak menyeleweng ke kegiatan yang bertolak

belakang dengan prinsip-prinsip penggunaan anggarana negara. Jika dibiarkan

terjadi, bukan hanya kepercayaan masyarakat terhadap institusi politik dan para

politisi yang akan tergerus, tetapi tujuan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat juga semakin sulit dicapai karena prinsip penggunaan keuangan

negara yang berkeadilan, tidak boros, tepat sasaran, proporsional, efektif dan

efisien tidak tercapai, sementara sumber daya anggaran terbagi habis di bidang-

bidang yang tidak berkaitan langsung dengan kesejahteraan rakyat. Ketika Politik

anggaran tidak berjalan diametral dengan kesejahteraan rakyat, yang terjadi bukan

hanya karena elit politik yang korup, tetapi juga perwakilan politik yang buruk

(poor political representation)100

.

100Asfi Manzilati, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja BidangPenganggaran’’, Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 263. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26Februari 2016).

Page 108: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

97

Page 109: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahawa relasi antara

eksekutif dan legislatif begitu terbangun dan terjalin dengan baik

walaupun ada perdebatan diantara kedua lemabaga tersebut dalam sidang

pembahasan Perda APBD, berangkat dari hasil observasi di lapangan dan

dan wawancara dengan nara sumber bahwa dalam formulasi terbitnya

APBD Kabupaten Wajo terlihat peran eksekutif yang mendominasi atas

terbitnya Perda APBD Kabupaten Wajo dan penetapan perda APBD tidak

begitu mendapat kendala karena telah terkomodir beberapa kepentingan

dalam penetapannya. Bupati atau pemrintah daerah Kabupaten Wajo

mampu memegang kendali kekuasaan dan kedudukan legislatif hal ini

tercermin dari Formulasi penyusunan Perda APBD.

Sebuah konspirasi atau terjadi proses bergaining kepentingan

politik dan ekonomi atau dengan kata lain terjadi sebuah kongkalikong

antara eksekutif dan legislatif dalam proses penetapan Perda APBD Kab.

Wajo dan dasar penetepan jumlah Perda APBD salah satunya adalah

mengkomodir kepentingan politik dan ekonomi eksekutif dan legislatif.

Relasi antara eksekutif dan legislatif terjadi komunikasi yang

cukup baik hal ini tercermin dari formulasi perumusan perda APBD

Kabupaten Wajo dan nampaknya DPRD merupakan suatu kesatuan dari

Page 110: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

98

eksekutif dalam menjalankan roda pemerintahan, dalam artian bahwa

DPRD merupakan partai pendukung dari segala aktivitas program kerja

yang ingin dilakukan atau pun dilakukan oleh Bupati, relasi kuasa anatara

eksekutif dan legislatif yaitu dimotori dan didominasi oleh pihak eksekutif

dalam hal ini Bupati Wajo.

2. Realisasi Formulasi Perda APBD atau hasil relasi eksekutif dan legislatif

terhadap penetapan perda APBD Kabupaten Wajo tidak membawa

kesejahteraan dan perubahan yang signifikan terhadap daerah Kabupaten

Wajo itu sendiri, ditandai dengan beberapa komentar dari masyarakat

tentang realisasi Perda APBD, realisasi Perda APBD 1,5 Tryliun yang

telah ditetapkan pada tanggal 31 desember tahun 2016 tidak begitu

dirasakan oleh masyarakat dan pembangunan Daerah Kabupaten Wajo

eksekusi program kerja melalui APBD tidak tepat sasaran dan tidak

berjalan dengan sebagaimana idealnya sehingga arah pembangunan

Kabupaten Wajo masih belum mengkomodir kebutuhan masyarakat dan

Pembangunan Wajo itu sendiri. Hal ini dapat dilihat antara lain dari

keluaran kebijakan di daerah terkhusus APBD yang lebih mencerminkan

produk pemerintah daripada realisasi keinginan rakyat melalui badan

perwakilannya, sementara persetujuan rakyat melalui DPRD lebih untuk

memenuhi tata cara politik semata.

Page 111: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

99

B. Implikasi Penelitian

Dalam deskripsi hasil penelitian ini, penulis ingin menyampaikan

implikasi hasil dari penelitian ini.

1. semoga kiranya dapat memberikan pandangan normatif dan

subjektif dalam menciptakan sebuah kebijakan atau peraturan

perundang-undangan yang pro terhadap rakyat dan menjadi

kritikan terhadap legislatif maupun eksekutif bahwa seharusnya

mampu menjadi representasi dari apa yang menjadi kebutuhan

dan keinginan rakyat pada umumnya terkhusus hal ini Rakyat

Kabupaten Wajo.

2. Melalui hasil penelitian ini dapat membantu terwujudanya sebuah

kesejahteraan masyarakat Wajo dan pemerintah daerah dan wakil

rakyat betul-betul memperhatikan kondisi masyarakat Wajo pada

umumnya, sehingga dalam proses perumusan dan penetapannya

tidak bersifat passif yang hanya bermain pada tataran konsep

teoritis, namun juga terealisasi pada tataran konsep praktis yang

nantinya dapat memberikan sebuah wujud pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat wajo pada umumnya dan visi misi

kabupaten tidak hanya indah dalam sebuah kata, namun juga

indah pada wilayah praktis.

Page 112: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

100

Daftar Pustaka

Al-Quran dan terjemahnya Kementrian Agama RI

Abdul, S, Proses Perumusan Kebijakan Publik. PDF-2013, Diakses: 12 Oktober2016.

Ahmadin, Kapitalisme Bugis Aspek Sosial-Kultur Dalam Etika Bisnis Orang Wajo,Makassar, 2008: Pustaka Refleksi.

Azwar, Hrry Maivi, “Formulasi kebijakan pada penetapan Upah Minimum Kota(UMK) Batam Tahun 2012”, Skripsi. Tanjung Pinang: Fak. Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2014.

Anastasia, Simbolon Synta. “Analisis Proses dan Penetapan Kebijakan Rencana TataRuang Wilyah Kota Medan”.Skripsi. Medan: Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,2012.

Andi Burhanuddin Unru Umur 50 tahun (Bupati Wajo). Wawancara, di Wajo tanggal26-10-2016, 09:20 wita.

Andi Gusti Makkaroda, Umur 38 tahun (anggota DPRD Komisi II). Wajo tanggal 26-10-2016, 11:10 wita

BN, Marbun, DPRD, Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Jakarta: PustakaSinarHarapan.1994.

Budi, Winarno, Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Buku Kita, 2008.

Bappeda, Tren Pembangunan Ekonomi Kabupaten Wajo 2015

Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, Kabupaten Wajo dalam Angka 2015.

Berwa, “APBD Kab. Wajo 2016 di sahkan”, Berita wajo.com, 30 Desember 2015.www.beritawajo.com › Politik ( 07 September 2016).

Hasnadi Raudu Umur 35 tahun (Ketua KEMAWA/ Keluarga Masyarakat Wajo).Wawancara, di Sengkang, tanggal 24- 2-2016. 1:30 Wita.

Irfan, Muhammad, Islamy. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Page 113: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

101

Ilham, Andi, Hubungan Legislatif dan Eksekutif dalam Proses pembuatan kebijakanPublik(PDF2014.Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/SKRIPSI%20%20ANDI%20ILHAM.pdf.). Diakses: Rabu, 08 Februari 2017

Juanda Umur 35 tahun (Anggota DPRD Wajo Komisi II). Di Wajo, tanggal 26-10-2016. 19:50 wita.

Ketrin, Rini, ‘’Perempuan dan Kekuasaan, Studi terhadap kasus kepemimpinan DesaLattimu, Kec. Bola, Kab. Wajo’’, Skripsi Makassar: Fak. Ushuluddin, Filsafatdan Politik UIN Alauddin Makassar, 2016.

Miles Dan A, Matthew B. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIPress, 1992.

Madani, Muhlis, Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan KebijakanPublik. Jakarta: Graha Ilmu, 2010.

Maulana, Andi Munir, Lamaddukelleng, Sultan Pasir, Arung Siengkang, ArungMatoa Wajo XXXI. Lamacca Press, 2003.

Manzilati, Asfi, ‘’Penguatan Fungsi Legislatif dan Evaluasi Kinerja Bidang Penganggaran’’,Jurnal , vol. 5 no 2 (Februari 2016), h. 255. Jiae.ub.ac.id/../136. (Diakses 26 Februari2016).

Mustakim umur 45 tahun (Masyarakat) Wawancara, di Sengkang, tanggal 24- 2-2016. 15:10 Wita.

Nasution, S. Metode Riset. Jakarta: Pt Bumi Aksara, 1998.

Nugroho, Rian, Kebijakan Publik Negara-negara berkembang. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo Kelompok Gramedia, 2006.

Rahman Rahim, Umur 40 tahun (wakil ketua DPRD Kab. Wajo). Wajo tanggal 25-10-2016, 09:04 wita.

Subarsono. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Suharsimi, Arikanto. Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RenikaCipta, 1996.

SP, Varma. Teori Politik Modern. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Page 114: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

102

Syadikin, Rachman, Diki Arif, Apakah yang dimaksud Perda (Artikel: selasa, 13Oktober2009.dikiarif.com/2009/10/apakahyangdimaksudperdaperaturan.html).Diakses: Sabtu, 01 Oktober-2016.

Susilawati, Susy. “Analisis Kebijkan Publik bidang keselematan dan Kesehatan Kerjadi Kota Tasikmalaya”. Tesis (Semarang: Fak. Ilmu Kesehatan UniversitasDipenogoro Semarang, 2007.

Shofix S.R, Andi Azmi.“Analisis Formulasi Kebijakan Publik, Studi pada prosesPerumusan Rencana Peraturan Daerah Kota Palembang tentang Pembinaan,Pengendalian dan Pemanfaatan Rawa”, Skripsi. Sriwijaya: Fak. Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Sriwijaya, 2011.

Sumarding, Umur 27 (Ketua Hipermawa/Himpunan Pelajar Mahasiswa Wajo).Wawancara, di Sengkang, tanggal 23-2-2016. 10:30 Wita.

Sumarno, S.pd, M.Si. Umur 30 tahun (Dosen Prima Sengkang). Wajo, tanggal 27-10-2016. 15:05 wita

Firdaus Perkesi, Umur 45 tahun (Sekertaris daerah Kab. Wajo). Wajo, tanggal 30-10-2016. 11:04 wita

Wahab, Abdullah Solichin., Analisis Kebijakan: Dari Formulasike- Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Cet. I; Jakarta:Bumi Karsa, 2012.

Yusron, Elit Local dan Civil Societi: Kediri di tengah demokratisasi. Jakarta: PustakaLP3ES , 2009.

Yunus Panaongi, SH, MH Umur 45 tahun (Ketua DPRD Wajo). Di Wajo, tanggal 26-10-2016. 11:50 wita.

Page 115: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

A. DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1: wawancara dengan Andi Gusti Makkaroda (Aanggota Komisi Dua

DPRD Kab. Wajo)

Page 116: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Gambar 2: Wawancara dengan Bapak Firdaus Perkesi (Sekertaris Daerah Kab.

Wajo)

Page 117: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Gambar 3: Wawancara dengan Sumarno S.pd, M.si. (Dosen Kampus Prima

Sengkang

Page 118: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Gambar 4: Wawancara bersama Bapak Hasnadi Raudu (Ketua

KEMAWA/Keluarga Masyarakat Wajo)

Page 119: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Gambar 5: Wawancara dengan bapak Mustakim (Masyarakat Kab. Wajo)

Page 120: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Gambar 6: Wawancara dengan Bapak Sunarding (Ketua Organda Wajo)

Page 121: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

B. Perda APBD Kab. Wajo.

BUPATI WAJO

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO

NOMOR 7 TAHUN 2016

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KABUPATEN WAJO TAHUN ANGGARAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WAJO

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 317 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) yang menyatakan bahwa Kepala Daerah

mengajukan Rancangan Perda tentang APBD di sertau

penjelasan dan dokumen pendukung kepada DPRD untuk

memperoleh persetujuan bersama;

b. bahwa Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) yang diajukan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, merupakan perwujudan dari Rencana Kerja

Page 122: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Pemerintah Daerah Tahun 2016 yang dijabarkan kedalam

kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran

yang telah disepakati bersama antara pemerintah daerah dengan

DPRD pada tanggal 14 November 2015;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Wajo Tahun Anggaran 2016;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan

Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 1822);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3312 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3688);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Page 123: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4301);

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 124: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5049);

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah di ubah beberapa kali tekhir dengan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4090;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang

Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21

Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4712);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Page 125: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

17. Peraturan Pemerintah Nomor .54 Tahun 2005 tentang Pinjaman

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4574);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4575);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem

Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah

Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4577);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);.

22. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Page 126: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

4585);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor , Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor );

25. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir Permendagri Nomor 21

Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Permendagri Nomor

13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah;

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2015;

27. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Wajo(Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2008 Nomor 1);

28. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD

Page 127: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

Pemerintah Kabupaten Wajo sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012

(Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2012 Nomor 60);

29. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2015-

2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2009 Nomor

8);

30. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 1 Tahun 2011

tentang Pajak Hotel (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun

2011 Nomor 14);

31. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 2 Tahun 2011

tentang Pajak Restoran (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo

Tahun 2011 Nomor 15) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 27 Tahun 2011

(Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 40);

32. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 3 Tahun 2011

tentang Pajak Hiburan (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo

Tahun 2011 Nomor 16);

33. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 4 Tahun 2011

tentang Pajak Reklame (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo

Tahun 2011 Nomor 17);

34. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 5 Tahun 2011

tentang Pajak Penerangan Jalan (Lembaran Daerah Kabupaten

Wajo Tahun 2011 Nomor 18);

35. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 19);

Page 128: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

36. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7 Tahun 2011

tentang Pajak Air Tanah (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo

Tahun 2011 Nomor 20);

37. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2011

tentang Pajak Sarang Burung Walet (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 21);

38. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 22);

39. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 20 Tahun 2012

tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

(Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2012 Nomor 23);

40. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 15 Tahun 2011

tentang Retribusi tempat rekreasi dan olahraga (Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 28);

41. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 16 Tahun 2011

tentang Retribusi Rumah Potong Hewan (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 29);

42. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 17 Tahun 2011

tentang Retribusi Pelayanan Persampahan Kebersihan

(Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 30);

43. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 18 Tahun 2011

tentang Retribuso Izin Gangguan (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 31);

44. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 19 Tahun 2011

tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo

Tahun 2011 Nomor 32);

Page 129: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

45. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 20 Tahun 2011

tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 33);

46. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 21 Tahun 2011

tentang Retribusi Izin Trayek (Lembaran Daerah Kabupaten

Wajo Tahun 2011 Nomor 34);

Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 22 Tahun 2011

tentang Retribusi Kepelayanan Kepelabuhan (Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 35).

47. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 23 Tahun 2011

tentang Retribusi di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 36);

48. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 24 Tahun 2011

tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 37);

49. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 29 Tahun 2011

tentang Retribusi Pelayanan Pasar (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 42);

50. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 30 Tahun 2011

tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 43) sebagaimana

telah diubah beberapa kalli terakhir dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Wajo Tahu 2015 Nomor 3);

51. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 31 Tahun 2011

tentang Retribusi Tempat Pelelangan (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Nomor 44);

Page 130: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

52. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 38 Tahun 2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah

Kabupaten Wajo (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun

2011 Nomor 51) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Wajo Nomor 4 Tahun 2013 (Lembaran

Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2013 Nomor 4);

53. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 3 Tahun 2013

tentang Organiasai dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan

lembaga lain Pemerintah Kabupaten Wajo (Lembaran Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2013 Nomor 3);

54. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 9 Tahun 2014

tentang Rencana Pembangunan Menengah Daerah 2014-2019

(Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2014 Nomor 9);

55. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 4 Tahun 2015

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan

Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo

Tahun 2015 Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN WAJO

dan

BUPATI WAJO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Page 131: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

DAERAH KABUPATEN WAJO TAHUN ANGGARAN

2016

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

WAJO TAHUN ANGGARAN 2016

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut:

1. Pendapatan Daerah Rp. 1.481.360.598.714,00

2. Belanja Daerah Rp. 1.509.491.283.083,00(-)

Surplus/(Defisit) Rp. (28.130.684.369,00)

3. Pembiayaan Daerah

a. Penerimaan Rp. 33.315.184.820,00

b. Pengeluaran Rp. 5.184.500.451,00(-)

Pembiayaan Netto Rp. 28.130.684.369,00

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Rp. 0,-

Tahun Berkenaan

Pasal 2

(1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Daerah sejumlah Rp. 111.894.035.221,00

b. Dana Perimbangan sejumlah Rp. 1.078.839.765.000,00

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah sejumlah Rp. 290.626.798.493,00

(2) Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari

Page 132: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

jenis pendapatan :

a. Pajak daerah sejumlah Rp. 23.444.651.604,00

b. Retribusi daerah sejumlah Rp. 18.755.192.500,00

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp.

8.684.379.384,00

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sejumlah Rp. 61.009.811.732,00

(3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis

pendapatan :

a. Dana bagi hasil sejumlah Rp. 105.663.173.000,00

b. Dana alokasi umum sejumlah Rp. 722.487.872.000,00

c. Dana alokasi khusus sejumlah Rp. 250.688.720.000,00

(4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

c terdri dari jenis pendapatan :

a. Hibah sejumlah Rp. 201.926.093,00.000,00

b. Dana darurat sejumlah Rp.

c. Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp. 45.000.000,00

d. Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus sejumlah Rp. 237.067.650.000,00

e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya

sejumlah Rp. 8.357.222.400,00

Pasal 3

(1) Belanja Daerah sebagaiman dimaksud dalam pasal 1 terdiri dari :

a. Belanja Tidak Langsung sejumlah Rp. 811.245.348.740,00

b. Belanja Langsung sejumlah Rp. 698.245.934.343,00

(2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari

jenis belanja :

a. Belanja pegawai sejumlah Rp. 673.534.095.725,00

b. Belanja bunga sejumlah Rp. 70.000.000,00

c. Belanja hibah sejumlah Rp. 3.588.071.000,00

Page 133: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

d. Belanja bantuan sosial sejumlah Rp. 25.000.000,00

e. Belanja bantuan keuangan sejumlah Rp. 130.028.182.015,00

f. Belanja tidak terduga sejumlah Rp. 4.000.000.000,00

(3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis

belanja :

a. Belanja pegawai sejumlah Rp. 59.300.984.340,00

b. Belanja barang dan jasa sejumlah Rp. 247.041.994.464,60

c. Belanja modal sejumlah Rp. 391.902.955.538,40

Pasal 4

(1) Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 terdiri dari:

a. Penerimaan sejumlah Rp. 33.315.184.820,00

b. Pengeluaran sejumlah Rp. 5.184.500.451,00

(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis

pembiayaan :

a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA)

sejumlah Rp. 33.315.184.820,00

b. Penerimaan Piutang Daerah Rp. 00

c. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan sejumlah Rp. 0,-

d. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp. 0,-

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp. 0,-

f. Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp. 0,-

(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis

pembiayaan :

a. Pembentukan dana cadangan sejumlah Rp.0,-

b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah

Rp.5.000.000.000,00

c. Pembayaran pokok utang sejumlah Rp. 184.500.451,00

d. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp. 00

Page 134: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

e. Pembayaran Utang kepada pihak ke tiga Rp. 0,00

Pasal 5

Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud

dalam pasal 1, tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Rancangan Peraturan Daerah ini, terdiri dari :

1. Lampiran I Ringkasan APBD;

2. Lampiran II Ringkasan APBD menurut Urusan Pemerintah

Daerah dan Organisasi;

3. Lampiran III Rincian APBD menurut Urusan Pemerintah

Daerah, Organisasi, Pendapatan, Belanja dan

Pembiayaan;

4. Lampiran IV Rekapitulasi Belanja menurut Urusan Pemerintah

Daerah, Organisasi, Program dan Kegiatan;

5. Lampiran V Rekapitulasi Belanja Daerah Untuk Keselarasan

dan Keterpaduan Urusan Pemerintah Daerha dan

Fungsi dalam Rangka Pengelolaan Keuangan

Negara;

6. Lampiran VI Daftar Jumlah Pegawai Per Golongan dan Per

Jabatan;

7. Lampiran VII Daftar Piutang daerah;

8. Lampiran VIII Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

9. Lampiran IX Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan

Aset Tetap Daerah;

Page 135: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

10. Lampiran X Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan

aset lainnya.

11. Lampiran XI Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran

sebelumnya yang belum diselesaikan dan

dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

12. Lampiran XII Daftar dana cadangan daerah; dan

13. Lampiran XIII Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah

Pasal 6

Bupati Wajo menetapkan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan APBD.

Pasal 7

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di Sengkang, 30 Desember 2015.

BUPATI WAJO

ANDI BURHANUDDIN UNRU

Diundangkan di Sengkang

Pada tanggal, 30 Desember 201531 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KAB. WAJO

FIRDAUS PERKESI

Page 136: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

C. PEDOMAN WAWANCARA

1. Atas rekomondasi siapa perda tersebut

2. Apa yang melatar belakangi munculnya perda tersebut

3. Bagaimana prosos intraksi eksekutif dan legislatif dalam formulasi

dan penyusunan pran perda hingga menjadi perda APBD

4. Bagaimana posisi eksekutif dalam proses formulasi

5. Apa yang paling inti atau penting di kedepankan dalam merumuskan

setiap kebijkan

6. Dalam proses perumusan atau formulasi kebijakan ada beberapa

alternati-alternatif yang muncul, bagaiman alternati-alternatif ini

mencapai sebuah kesepakatan

7. Bagaimana elit mempertemukan ide dalam merumuskan perda APBD

8. Terkait perda APBD apa yang terbagun dalam merumuskan perda

tersebut sehingga menjadi kesepakatan bersama

9. Ada pertentangan atau perdebatan pada bagianmana yang sulit

dipertemukan

10. Bagaimana proses hingga lahir kesepakatan

11. Bagaimana tanggapan terhadap relasi formulasi dan penyusunan perda

APBD

12. Apa yang membuat perda APBD sehingga tidak mendapat kendala

dalam proses penyusunannya

13. Proses apa yang terjadi dalam sidang atau pembahasan perda APBD

14. Bagaimana realisai perda APBD tersebut

15. Bagaimana respon terhadap hasil dari perda APBD tersebut

Page 137: ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda …repositori.uin-alauddin.ac.id/3815/1/agustan.pdf · ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN (Studi Terhadap Perda Nomor 7 Tahun 2016 Tentang

RIWAYAT HIDUPAGUSTANG, Lahir tangga 31 Januari 1991, Desa LempongKecamatn Bola Kabupaten Wajo , Sulawasi Selatanmerupakan anak ke’empat dari lima bersaudara,dari pasanganBapak Abdul Rahman dan Ibu Hj. Indo Cennin Jenjangpendidikan ditempuh mulai dari sekolah dasar SDN TalagaeDesa Lempong, Kecamatan Bola Kabupaten Wajo ProfensiSulsel (1999-2005) dilanjukan ke tingkat menengah pertamadi SMP Negeri 2 Bola kecematan Bola kabupaten WajoSulsel (2006-2009). Kemudian penulis melanjukan sekolahMenengah Atas / SMA Negeri 1 Pammana KecematanPammana kabupaten Wajo Sulsel (2009-2012).

Tahun yang sama 2012 penulis melanjukan pendidikan ke jenjang perguruan tinggidi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Pada Fakultas Ushuluddin,filsafatdan politik dan mengambil jurusan Ilmu Politik ( 2012-2016).Selama masa perkuliahan penulis juga Aktif mengikuti organisasi intra dan ekstra

untuk menambah khasana keilmuan. Adapun di intra yaitu pernah menjadi SekjenSenat Mahasiswa (2014-2015) dan Ketua Bidang di HMJ Ilmu politik periode( 2012-2013), Ketua Bidang Penelitian dan pengembangan masyarakat BEMFUshuluddin,filsafat dan politik (2013-2014) kemudian Menjabat sebagai KordinatorWilayah Profensi Sul-Sel di lembaga FORMADINA,dan Selanjutnya Sekertaris IDEMA Ushuluddin, Filsafat dan Politik, (2015-2016).

Organisasi Extra perna penjabat pengurus di komisariat PMII Cabang Gowa(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ) di Rayon Ushuluddin Organisasi daerahHIPERMAWA (Himpunan Pelajar mahasiswa Wajo) Komisariat Bola jabatansebagai Wakil ketua Umum.