Upload
vukiet
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS HUJAN, DEBIT PUNCAK LIMPASAN DAN
VOLUME GENANGAN DI SEKITAR GEDUNG GRAHA
WIDYA WISUDA - FEMA, KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR
MUHAMMAD IHSAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul
Analisis Hujan, Debit Puncak Limpasan dan Volume Genangan di Sekitar
Gedung Graha Widya Wisuda - FEMA, Kampus IPB Darmaga Bogor adalah hasil
karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing, dan belum diajukan dalam
bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan daripenulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Muhammad Ihsan
F44100003
ABSTRAK
MUHAMMAD IHSAN. Analisis Hujan, Debit Puncak Limpasan dan Volume
Genangan di Sekitar Gedung Graha Widya Wisuda - FEMA, Kampus IPB
Darmaga Bogor. Dibimbing oleh BUDI INDRA SETIAWAN.
Kampus IPB Darmaga merupakan wilayah yang mengalami banjir ketika
hujan lebat terjadi, khususnya sekitar wilayah Gedung Graha Widya Wisuda
(GWW), Jalan Ramin, dan Jalan Kamper (FEMA). Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh dan menganalisis data-data hujan, topografi, dan tata guna lahan
untuk perencanaan sistem drainase zero-runoff berupa debit puncak limpasan dan
volume genangan. Berdasarkan analisis kecocokan dengan metode Smirnov-
Kolmogorov dan analisis parameter statistik diperoleh distribusi Gumbel
merupakan yang terbaik. Curah hujan harian maksimum (R24) untuk periode
ulang 2 tahun adalah 125.68 mm. Surveying kondisi topografi menghasilkan 3
Daerah Tangkapan Air dengan 13 Sub DTA. Hasil perhitungan debit puncak
limpasan dengan metode rasional adalah 0.278 m3/detik untuk sub DTA 1A, 0.385
m3/detik untuk sub DTA 1B, 0.297 m
3/detik untuk sub DTA 1C, 0.415 m
3/detik
untuk sub DTA 2A, 0.558 m3/detik untuk sub DTA 2B, 0.160 m
3/detik untuk sub
DTA 2C, 1.095 m3/detik untuk sub DTA 2D, 0.351 m
3/detik untuk sub DTA 2E,
1.069 m3/detik untuk sub DTA 2F, 2.162 m
3/detik untuk sub DTA 2G, 0.218
m3/detik untuk sub DTA 2H, dan 0.512 m
3/detik untuk sub DTA 2I. Volume
genangan maksimum yang terjadi pada Sub DTA 1A adalah 401.82 m3,
sedangkan pada Sub DTA 2G volume genangan adalah 395.53 m3.
Kata Kunci : debit puncak limpasan, hujan, volume genangan, zero runoff
ABSTRACT
MUHAMMAD IHSAN. Analysis of Rainfall, Peak Runoff and Volume of
Puddles at Graha Widya Wisuda Building - FEMA, Bogor Agricultural
University, Darmaga Bogor. Advised by BUDI INDRA SETIAWAN.
IPB Darmaga’s Campus is a region that experienced flood when heavy rain
occurred, especially around Graha Widya Wisuda building, Ramin Street, and
Kamper Street (FEMA)’s region. This research aims to acquire and analyze
rainfall, topography, and landuse data for planning data of zero-runoff drainage
system which are peak runoff and volume of puddle data. Based on goodness-of-
fit tests using Smirnov-Kolmogorov and statistical parameter analysis, it is
acquired that Gumbel distribution is the best. Maximum daily rainfall (R24) for 2
year return period is 125.68 mm. Topographical condition’s survey produces 3
Water Catchment Area (WCA) with 13 Sub WCA. Results of peak runoff
calculation are 0.278 m3/s for Sub WCA 1A, 0.385 m
3/s for Sub WCA 1B, 0.297
m3/s for Sub WCA 1C, 0.415 m
3/s for Sub WCA 2A, 0.558 m
3/s for Sub WCA
2B, 0.160 m3/s for Sub WCA 2C, 1.095 m
3/s for Sub WCA 2D, 0.351 m
3/s for
Sub WCA 2E, 1.069 m3/s for Sub WCA 2F, 2.162 m
3/s for Sub WCA 2G, 0.218
m3/s for Sub WCA 2H, and 0.512 m
3/s for Sub WCA 2I. The greatest volume of
puddle for 1A and 2G Sub WCA are 401.82 m3 and 395.53 m
3.
Keywords : peak runoff, rainfall, volume of puddle, zero runoff.
ANALISIS HUJAN, DEBIT PUNCAK LIMPASAN DAN
VOLUME GENANGAN DI SEKITAR GEDUNG GRAHA
WIDYA WISUDA - FEMA, KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR
MUHAMMAD IHSAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Hujan, Debit Puncak Limpasan dan Volume Genangan
di Sekitar Gedung Graha Widya Wisuda - FEMA Kampus IPB
Darmaga Bogor
Nama : Muhammad Ihsan
NIM : F44100003
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.
Ketua Departemen
Tanggal Ujian :
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak tanggal 10 Februari 2014 hingga 23 April 2014 ini adalah
Analisis Hujan, Debit Puncak Limpasan dan Volume Genangan di Sekitar
Gedung Graha Wisuda - FEMA, Kampus IPB Darmaga Bogor.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, baik
dukungan moral hingga dukungan material, sehingga penulis dapat
melaksanakan kegiatan penelitian dengan baik.
2. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan M.Agr, sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat dalam
penyusunan laporan ini.
3. BMKG Darmaga atas bantuannya dalam menyediakan data curah hujan
harian maksimum 10 tahun.
4. Angga Nugraha, Cindhy Ade Hapsari, Dodi Wijaya, Hendy K. Rajasa, dan
M. Chandra Yuwana selaku teman seperjuangan selama menjalani
penelitian.
5. Asiyah Azmi, yang telah memberikan semangat dan nasihat, serta
membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh teman-teman SIL angkatan 47 atas segala kebersamaannya.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan kritik dari pembaca demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Bogor, Mei 2014
Muhammad Ihsan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODOLOGI PENELITIAN 2
Lokasi dan Waktu penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Metode Penelitian 3
Studi Pustaka 3
Pengumpulan Data dan Informasi 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Keadaan Umum Lokasi Penelitian 9
Analisis Hujan 9
Analisis Kondisi Topografi dan Tata Guna Lahan Lokasi Penelitian 12
Analisis Intensitas Hujan dan Debit Puncak limpasan 15
Analisis Volume Genangan 17
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
iv
DAFTAR TABEL
1 Koefisien limpasan untuk metode Rasional 8
2 Data curah hujan harian maksimum 10 tahun dalam mm (2004-2013) 10
3 Rekapitulasi hasil analisis curah hujan puncak selama periode ulang tertentu 10
4 Nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov 11
5 Hasil perhitungan S, Cs, Ck, dan Cv 11
6 Perbandingan S, Cs, Ck, dan Cv hasil perhitungan dan persyaratan 12
7 Pembagian DTA, Sub DTA, dan luasnya 13
8 Hasil perhitungan koefisien limpasan setiap Sub DTA 14
9 Intensitas hujan tiap DTA dengan periode ulang tertentu 15
10 Debit puncak limpasan pada sub DTA di lokasi penelitian 16
11 Hasil pengukuran volume genangan pada lima lokasi genangan 17
12 Volume infiltrasi hasil pengukuran di Sub DTA 1A 18
13 Hasil perhitungan volume genangan maksimum Sub DTA 1A 19
14 Volume infiltrasi hasil pengukuran di Sub DTA 1A 20
15 Hasil perhitungan volume genangan maksimum Sub DTA 2G 21
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Bagan Alir Penelitian 3 Lokasi banjir (a) Jalan FEMA, (b) Lapangan parkir GWW 9
Peta kontur dan arah aliran air di lokasi penelitian 13 Peta DTA dan tata guna lahan lokasi penelitian 14
Lokasi genangan yang terjadi 17 Hidrograf volume curah hujan dan volume infiltrasi dan saluran Sub
DTA 1A 19 Hidrograf volume curah hujan dan volume infiltrasi dan saluran Sub
DTA 2G 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai KT untuk metode distribusi Normal dan Log Normal 23
2 Nilai K untuk metode distribusi Log-Pearson Tipe III 24
3 Nilai Yn dan Sn untuk metode distribusi Gumbel 25
4 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Normal 26
5 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Log Normal 27
6 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Log-Person III 28
7 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Gumbel 29
8 Perhitungan nilai kritis uji Smirnov-Kolmogorov 30
9 Perhitungan statistik dasar untuk analisa frekuensi 31
10 Peta DTA dan tata guna lahan lokasi penelitian 32
11 Peta kontur dan arah aliran air GWW-FEMA-CCR-ASTRA 33
12 Daya serap tanah di berbagai kondisi lahan 34
13 Diagram hubungan curah hujan dan volume genangan aktual 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hujan merupakan salah satu faktor dalam konstruksi, dari konstruksi jalan
hingga konstruksi bangunan gedung satu lantai atau bertingkat. Limpasan (runoff)
dan genangan akibat hujan dapat menyebabkan kerusakan pada konstruksi apabila
tidak ditanggulangi dengan tindakan preventif maupun tindakan adaptatif, berupa
bangunan drainase dan konservasi air tanah. Perencanaan bangunan drainase dan
konservasi tanah memerlukan analisis hujan untuk mengetahui data perencanaan
dalam rancangan bangunan drainase dan konservasi air tanah.
Lasino (2002) menyatakan tiga aspek penting pengaruh banjir terhadap sifat
bangunan, yaitu sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia. Pengaruh sifat fisis
ditandai perubahan warna, pengelupasan lapis permukaan dinding, penyerapan air,
kelembapan, dan porositas. Pengaruh sifat mekanis adalah penurunan kekuatan
komponen bangunan akibat air terutama komponen organik yang kurang tahan
terhadap pengaruh cuaca, seperti kayu dan bambu. Kandungan unsur kimia dalam
air limpasan, seperti sulfat dan klorida dapat mempengaruhi stabilitas bangunan
karena menimbulkan korosi.
Banjir di wilayah perkotaan dapat diklasifikasikan sebagai banjir akibat
curah hujan lokal yang besar, banjir akibat luapan sungai, dan banjir bandang
(Tingsanchali 2012). Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga merupakan
wilayah yang mengalami banjir ketika hujan lebat terjadi, khususnya sekitar
wilayah Gedung Graha Widya Wisuda (GWW), Jalan Ramin, dan Jalan Kamper
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Daerah tersebut merupakan wilayah rutinitas
harian mahasiswa, dosen, dan staf IPB. Selain itu, Gedung GWW merupakan
gedung serbaguna yang sering digunakan untuk acara penting IPB, sehingga
kejadian banjir akan mengusik kenyamanan pengguna Gedung GWW, oleh
karena itu, perbaikan sistem drainase perlu dilakukan, dengan data perencanaan
yang tepat dan mampu menghasilkan rancangan sistem drainase zero run-off di
wilayah tersebut.
Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah kejadian banjir di sekitar gedung GWW
dan FEMA, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Masalah tersebut dapat dirumuskan
dalam beberapa hal, yaitu :
1. Apakah terjadi banjir di lokasi penelitian ?
2. Dimana titik-titik lokasi banjir terjadi pada lokasi penelitian ?
3. Berapa curah dan intensitas hujan pada lokasi penelitian ?
4. Bagaimana kondisi topografi dan tutupan lahan lokasi penelitian ?
5. Berapa debit puncak limpasan di lokasi penelitian ?
6. Berapa volume genangan di lokasi penelitian ?
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini memperoleh dan menganalisis data hujan, topografi,
dan tata guna lahan untuk perencanaan sistem drainase zero runoff berupa debit
puncak limpasan dan volume genangan.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini menyediakan informasi berupa data kebutuhan
perencanaan untuk merancang sistem drainase zero runoff.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini terbatas pada analisis hujan, penentuan debit puncak
limpasan dan volume limpasan.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan mulai tanggal 10 Februari 2014
hingga 23 April 2014. Penelitian dilakukan di sekitar area Gedung GWW, Jalan
Ramin, dan Jalan Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian
tersebut terletak di antara garis lintang 6°33’22” Selatan hingga 6°33’46” Selatan
dan garis bujur 106°43’32” Timur hingga 106°43’55” Timur.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan alat berupa perangkat keras dan lunak.
Perangkat keras yang digunakan berupa komputer, total station, tripod, payung,
kompas, Global Positioning System (GPS), penggaris, pita ukur, kalkulator, dan
bor biopori. Perangkat lunak berupa adalah Microsoft Word, Microsoft Excell,
Google Earth, Surfer versi 10, dan ArcGIS versi 10.
Penelitian ini juga menggunakan bahan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer berupa titik-titik lokasi banjir, kondisi topografi lokasi
penelitian, keadaan sistem drainase terkini, lokasi beserta kedalaman genangan
saat hujan, dan data infiltrasi. Data sekunder berupa data curah hujan harian
maksimum selama 10 tahun dari tahun 2004 hingga 2013 milik Stasiun
Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Darmaga,
Bogor, data curah hujan harian tiap jam bulan Januari 2014 hingga Maret 2014
dari stasiun cuaca milik Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, dan Citra
satelit Google Earth akuisisi 2 April 2014.
3
Metode Penelitian
Tahapan penelitian digambarkan melalui bagan alir yang disajikan pada
gambar 1.
Gambar 1 Bagan alir penelitian
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menentukan metode analisis hujan, intensitas
hujan, koefisien limpasan, penentuan DTA, perhitungan debit puncak limpasan,
serta analisis volume genangan.
Pengumpulan Data dan Informasi
1. Data Curah Hujan
Penggunaan data curah hujan pada penelitian ini berupa data curah hujan
harian maksimum selama 10 tahun dari stasiun cuaca BMKG Darmaga Bogor dan
data curah hujan harian tiap jam selama periode penelitian dari stasiun cuaca
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
2. Kondisi Topografi
Data kondisi topografi berupa koordinat dan elevasi diperoleh melalui
instrumen GPS dan total station Topcon GTS 235N. GPS digunakan untuk
Mulai
Studi Lapangan Studi Literatur Pengolahan Data
-Data Primer : Lokasi dan kedalaman
banjir, kondisi sistem drainase,
topografi, data infiltrasi.
- Data Sekunder : Curah hujan harian
maks. 10 tahun dan curah hujan tiap
jam
-Metode :
Rumus-rumus, dan
manual alat
- Data Sekunder :
Koefisien & Variabel
- Peta Kontur
- Peta Tata Guna Lahan
- Peta Daerah Tangkapan Air
(DTA)
- Arah Aliran Air
- Luas Daerah Tangkapan Air
- Hidrograf
- Kurva Infiltrasi
- Distribusi Frekuensi
- Curah Hujan Harian
Maks (R24)
- Waktu konsentrasi (tc)
- Intensitas Hujan (I)
- Koefisien Limpasan (C)
- Debit Puncak Limpasan
(Q)
- Volume Genangan
Alat :
1. Microsoft Office
2. Google Earth
3. Surfer 10
4. ArcGIS 10
Selesai
4
mengetahui koordinat dan elevasi titik benchmark (BM). Total station digunakan
untuk memperoleh data koordinat dan elevasi (X, Y, dan Z). Pengukuran
dilakukan dengan 11 titik kontrol dan 2200 titik detail. Kondisi topografi
digunakan untuk menentukan DTA pada lokasi penelitian.
3. Kondisi Tata Guna Lahan
Tata guna lahan beserta topografi akan mempengaruhi koefisien limpasan.
Menurut Rajil (2011), koefisien limpasan merupakan perbandingan antara
limpasan dan curah hujan. Data kondisi tata guna lahan diperoleh melalui citra
satelit Google Earth akuisisi 2 April 2014. Kondisi tata guna lahan tersebut
digunakan untuk menentukan koefisien limpasan lokasi penelitian.
4. Kemampuan Infiltrasi
Data infiltrabilitas diperoleh melalui uji infiltrabilitas pada lubang biopori
dengan diameter 10 cm dan kedalaman 30 cm yang dibuat dengan menggunakan
bor biopori. Lubang biopori dibuat sebanyak dua buah di DTA tempat terjadi
genangan. Pengukuran dilakukan melalui pengisian lubang biopori dengan air dan
pencatatan kebutuhan waktu untuk meresapkan air di dalam lubang biopori hingga
habis. Kemudian, lubang biopori diisi kembali hingga penuh. Pengukuran
dilakukan selama 7 jam.
Analisis Data
1. Analisis curah hujan maksimum
Tujuan analisis hujan memperoleh nilai curah hujan maksimum periode
ulang tertentu melalui beberapa jenis distribusi frekuensi. Tujuan analisis
frekuensi data hidrologi bertujuan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa ekstrim
(R24) yang berkaitan dengan frekuensi kejadian hujan melalui penerapan
distribusi kemungkinan (Suripin 2003). Distribusi frekuensi berfungsi untuk
mengetahui hubungan kejadian hidrologis ekstrim, seperti banjir, dengan jumlah
kejadian, sehingga peluang kejadian ekstrim terhadap waktu dapat diprediksi
(Bhim 2012). Jenis analisis distribusi frekuensi adalah distribusi normal, distribusi
Log normal, distribusi Log-Person III, dan distribusi Gumbel untuk periode ulang
2 , 5, 10, 20, 25, dan 50 tahun. Data dalam analisis frekuensi berupa data curah
hujan harian maksimum dalam tiap tahun.
a. Distribusi Normal
Persamaan dalam distribusi normal adalah :
T KTS............................................................(1)
Keterangan :
XT = perkiraan nilai periode ulang T tahunan
= nilai rata-rata data
S = deviasi standar data
KT = faktor frekuensi (lampiran 1)
b. Distribusi Log-Normal
Persamaan dalam distribusi Log-Normal adalah :
T KTS..............................................................(2)
Keterangan :
5
YT = perkiraan nilai periode ulang T tahunan
= nilai rata-rata bentuk logaritmik data
S = deviasi standar bentuk logaritmik data
KT = faktor frekuensi (Lampiran 1)
c. Distribusi Log-Person III
Langkah-langkah penggunaan distribusi Log-Pearson Tipe III adalah
sebagai berikut.
- Data curah hujan diubah ke dalam bentuk logaritmik, X = log X
- Nilai rata-rata dihitung melalui persamaan (3).
log ∑ log ini 1
n............................................................(3)
- Nilai simpangan baku dihitung melalui persamaan (4)
s [∑ (log i- log )
2ni 1
n-1]
0.5
......................................................(4)
- Koefisien kemencengan dihitung melalui persamaan (5).
G n∑ (log i- log )
3ni 1
(n-1)(n-2) s3 .....................................................(5)
- Logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T tahun dihitung
melalui persamaan (6)
log T log K.s......................................................(6)
K adalah variabel standar untuk X. Nilai K tergantung koefisien
kemencengan G, yang nilainya disajikan dalam lampiran 2.
- Perhitungan hujan atau banjir kala ulang melalui antilog log XT.
d. Distribusi Gumbel
Persamaan distribusi Gumbel adalah :
S.K...........................................................(7)
Keterangan :
= harga rata-rata contoh uji.
S = standar deviasi contoh uji.
Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut.
K Tr- n
Sn...........................................................(8)
Keterangan :
Yn= reduce mean. Nilai ini tergantung jumlah contoh uji/data n (Lampiran 3)
Sn= reduce standard deviation. Nilai ini tergantung pada jumlah contoh
uji/data n (Lampiran 3)
YTr=reduce variate. Nilai ini dihitung melalui persamaan berikut :
Tr - ln {- lnTr- 1
Tr}................................................((9)
Dengan mensubstitusikan persamaan (9), persamaan (10) dihasilkan
sebagai berikut:
Tr b 1
a Tr .................................................(10)
6
dengan a Sn
S dan b -
nS
Sn
Uji kecocokan jenis distribusi dilakukan pada keempat jenis distribusi
tersebut. Uji ini bertujuan mengetahui tingkat kecocokan jenis distribusi untuk
digunakan dalam analisis selanjutnya. (Agus 2013). Uji ini dilakukan dengan dua
metode yaitu uji Smirnov-Kolmogorov dan uji parameter statistik. Menurut
B.Azeez (2012), uji Smirnov Kolmogorov digunakan untuk menentukan contoh
uji dari fungsi probabilitas yang kontinu.
2. Pembuatan peta kontur
Data koordinat X dan Y serta elevasi Z hasil pengukuran dengan
menggunakan total station diolah dengan menggunakan pogram Surfer versi 10
dengan langkah-langkah berikut:
a. Data X, Y, dan Z diinputkan pada worksheet yang tersedia, serta disimpan
dalam format .bln.
b. Data tersebut kemudian diolah dalam proses pembentukan grid dengan
metode interpolasi Kriging. Menurut Saffet (2009) metode interpolasi
Inverse Distance Weighted (IDW) baik digunakan pada lokasi studi yang
tidak terjal dan memiliki sebaran titik detail yang rata, sedangkan metode
kriging lebih baik digunakan apabila sebaran titik detail yang dimiliki
tidak rata.
c. Data grid hasil pengolahan kemudian akan diinterpretasikan sistem
koordinatnya dengan sistem koordinat UTM WGS 1984 dengan satuan
meter.
d. Peta kontur ditampilkan dengan menggunakan perintah new contour map,
kemudian dipilih dokumen grid yang telah dibuat.
e. Arah aliran air ditampilkan dengan menggunakan menu map add 1
grid-vector layer.
3. Pembuatan peta landuse dan DTA
Pembuatan peta tata guna lahan dan DTA menggunakan citra satelit Google
Earth, peta kontur, dan program ArcGIS versi 10 dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Citra satelit Google Earth dengan cakupan lokasi penelitian disimpan dan
dibuka dengan menggunakan program ArcGIS 10.
b. Citra satelit tersebut direktifikasi dengan memasukkan empat koordinat
acuan, dan didigitasi sesuai jenis tutupan lahan. Kemudian poligon hasil
digitasi ditambahkan informasi tutupan lahan dalam tabel atribut.
c. Peta kontur diimpor ke ArcGIS 10, ditumpangtindihkan ke peta tata guna
lahan, dan dilakukan interseksi antara keduanya.
d. Batas-batas DTA ditentukan berdasarkan outlet dan arah aliran air dari
kontur lahan. Kemudian, batas-batas sub DTA ditentukan berdasarkan
inlet saluran.
e. Peta DTA dan tata guna lahan diinterseksi sehingga diperoleh informasi
tata guna lahan diperoleh untuk tiap-tiap DTA.
f. Luas tiap-tiap poligon dihitung dengan menggunakan ArcGIS 10.
4. Perhitungan intensitas hujan.
Intensitas hujan merupakan sejumlah air hujan yang terjadi tiap waktu.
Menurut Yuda (2009), hujan selalu diawali dengan intensitas tinggi kemudian
7
semakin lama semakin menurun. Perhitungan intensitas hujan menggunakan
persamaan Mononobe (Suyono dan Takeda 1983) dengan rumus :
I 24
24 (24
t )23⁄
.....................................................................(11)
Keterangan :
I = intensitas hujan (mm/jam)
tc = waktu konsentrasi (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
Perhitungan waktu konsentrasi menggunakan rumus Kirpich.
tc (0.87 x 2
1000 x S)0.385
.................................................................(12)
Keterangan :
L = jarak tempuh air atau panjang saluran (km)
S = Kemiringan rata-rata saluran atau lintasan air.
5. Perhitungan koefisien limpasan
Koefisien limpasan untuk setiap DTA dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
CDTA ∑ Ci.Aini 1
∑ Aini 1
.......................................................................(13)
Keterangan :
C = koefisien limpasan
A = luas tutupan lahan (ha).
Nilai C yang digunakan adalah nilai C referensi dari McCuen pada Tabel 1
(1981).
6. Perhitungan debit puncak limpasan
Metode perhitungan debit puncak limpasan antara lain, metode rasional, Soil
Conservation Service (SCS), dan modifikasi rasional (Needhidasan 2013).
Theodore (2011) menyatakan metode rasional biasa dapat digunakan untuk
wilayah studi dengan cakupan kecil, sedangkan untuk cakupan wilayah besar
perlu digunakan metode modifikasi rasional.
Perhitungan debit puncak limpasan menggunakan metode rasional engan
persamaan :
p 0.002778 C I A......................................................(14)
Keterangan :
Qp = laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/det)
C = koefisien aliran permukaan (limpasan) (0 ≤ C ≤ 1)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan air (ha)
7. Perhitungan volume genangan
Volume genangan aktual dapat diketahui dengan menghitung secara
langsung genangan pada lokasi studi. Pengukuran kedalaman genangan
menggunakan mistar setiap 1 meter. Volume genangan dapat diketahui dengan
menginputkan data X, Y, dan Z ke program Surfer 10, dan interpolasi dilakukan
8
dengan menggunakan metode kriging. Volume Grid hasil pengukuran dihitung
menggunakan Surfer 10.
Tabel 1 Koefisien limpasan untuk metode Rasional
Deskripsi lahan/ karakter permukaan Koefisien aliran, C
Bisnis
Perkotaaan 0.70 - 0.90
Pinggiran 0.50 - 0.70
Perumahan
Rumah tunggal 0.30 - 0.50
Multiunit, terpisah 0.40 - 0.60
Multiunit, tergabung 0.60 - 0.75
Perkampungan 0.25 - 0.40
Apartemen 0.50 - 0.70
Industri
Ringan 0.50 - 0.80
Berat 0.60 - 0.90
Perkerasan
Aspal dan beton 0.70 - 0.95
Batu bata, paving 0.50 - 0.70
Atap 0.75 - 0.95
Halaman, tanah berpasir
Datar 2% 0.05 - 0.10
Rata - rata, 2-7 % 0.10 - 0.15
Curam, 7 % 0.15 - 0.20
Halaman, tanah berat
Datar 2% 0.13 - 0.17
Rata - rata, 2-7 % 0.18 - 0.22
Curam, 7 % 0.25 - 0.35
Halaman kereta api 0.10 - 0.35
Taman tempat bermain 0.20 - 0.35
Taman, perkuburan 0.10 - 0.25
Hutan
Datar, 0-5 % 0.10 - 0.40
Bergelombang, 5-10 % 0.25 - 0.50
Berbukit, 10-30 % 0.30 - 0.60
McCuen 1981
Hubungan curah hujan dan volume genangan diketahui melalui persamaan regresi
linear antara curah hujan harian sebagai variabel x dan volume genangan sebagai
variabel y.
Volume genangan keseluruhan dalam suatu DTA atau Sub DTA dapat
diketahui dengan membuat hidrograf volume curah hujan dan kurva volume
infiltrasi tiap waktu ditambah dengan volume simpanan air dan volume air yang
masuk ke saluran drainase. Hidrograf volume hujan dibuat dengan mengalikan
curah hujan dengan luas area jatuhnya hujan, sedangkan volume infiltrasi dibuat
dengan mengalikan ketinggian air yang terinfiltrasi dengan luas area yang mampu
meresapkan air, dalam penelitian ini dianggap area vegetasi dan area tanpa
perkerasan dan bangunan yang mampu meresapkan air.
Perhitungan infiltrasi dilakukan dengan menggunakan model Philips untuk
mendapatkan koefisien permeabilitas tanah. Laju infiltrasi dalam model Philips
disajikan melalui persamaan 15.
f(t) 1
2 . S .t-0.5 K.........................................................(15)
9
Keterangan :
f(t) = Fungsi laju infiltrasi terhadap waktu (mm/jam)
S = Daya serap tanah
K = Permeabilitas tanah
Selanjutnya, nilai daya serap tanah disajikan pada tabel pada lampiran 10.
Volume genangan maksimum dapat diketahui dengan menghitung selisih
antara volume hujan puncak dan volume infiltrasi ditambah volume air
tertampung di saluran. Selanjutnya, jumlah sumur resapan sebagai penyimpan air
dan penambah luas resapan air dapat diperkirakan menggunakan solver sehingga
kurva volume infiltrasi ditambah volume saluran berada di atas hidrograf volume
hujan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mencakup Jalan Ramin, Gedung GWW, Gedung FEMA,
dan Jalan Kamper, serta memiliki luas 25.59 Ha. Kondisi tata guna lahan lokasi
penelitian didominasi oleh vegetasi, permukiman, dan perkerasan jalan. Sistem
drainase lokasi penelitian berupa saluran drainase dan reservoir. Saluran drainase
area parkir GWW mengalami penumpukan sedimen, sehingga tidak mampu
berfungsi optimal. Observasi langsung di lapangan ketika hujan lebat
menunjukkan lokasi penelitian masih mengalami banjir yang mengganggu
kenyamanan civitas kampus IPB. Kedalaman genangan mencapai kedalaman 20
sampai 30 cm pada lokasi tersebut. Lokasi banjir terparah terjadi di sepanjang
jalan FEMA dan lapangan parkir GWW. Kedalaman genangan mencapai
kedalaman 20 sampai 30 cm pada lokasi tersebut. Kejadian banjir di titik tersebut
disajikan pada gambar berikut.
(a) (b)
Gambar 2 Lokasi banjir (a) Jalan FEMA, (b) Lapangan parkir GWW
Analisis Hujan
Analisis hujan menggunakan data curah hujan harian maksimum selama 10
tahun dari tahun 2004 hingga 2013 milik Stasiun Klimatologi BMKG Darmaga,
Bogor. Data curah hujan harian maksimum tersebut disajikan pada Tabel 2.
10
Tabel 2 Data curah hujan harian maksimum 10 tahun dalam mm (2004-2013)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004 98.5 48.3 66.2 83.4 78.3 102.2 65.6 141.6 86.4 133 64.4 101.6
2005 115 126.5 107.5 76 105.5 101.5 44.8 58.1 95.5 62.6 79.6 57.5
2006 136.4 66 24 66.5 93.3 78.2 7.6 73.8 23 44.3 81.5 38.7
2007 114.3 83 36.5 155.5 27.4 41.5 35.5 57.5 115 50.4 79.3 77
2008 82.1 75.5 104.5 67.5 70 45.5 102.2 32.7 95.5 59.1 89.4 58.2
2009 93 37.5 40.5 62.2 115.1 94.3 40.6 15.7 35.5 63 78.2 48
2010 48.6 81.2 75.6 14.6 71.3 101.1 66.3 100 144.5 91.2 48 21.4
2011 58.8 15.6 27.5 49.5 97.6 75.5 88.2 56.6 23.9 67 74.3 57.8
2012 42 85.3 34.5 116 44.1 36.8 79.3 58.2 57.5 86.4 123.1 76.7
2013 74.2 96.5 71.5 42 95.6 36.5 92.7 86.7 136.8 60.2 46.1 97.4
Sumber : BMKG Darmaga (2014)
Berdasarkan tabel 2, curah hujan harian maksimum untuk wilayah Darmaga dapat
mencapai nilai lebih dari 100 mm pada setiap tahunnya. Data di tabel 2
menunjukkan curah hujan harian maksimum tertinggi setiap tahunnya berkisar
antara 100 mm sampai 120 mm. Curah hujan harian maksimum tertinggi terjadi di
tahun 2007 bulan April dengan besar 155.5 mm. Kejadian curah hujan ekstrim
tersebut terjadi hanya dalam periode 3 sampai 5 tahun sekali. Data curah hujan
tersebut diolah dengan analisis frekuensi, setelah ditentukan nilai curah hujan
maksimum harian untuk tiap tahunnya.
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi mengetahui peristiwa-peristiwa
ekstrim (R24) yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi kemungkinan (Suripin 2003). Analisis distribusi frekuensi mencakup
distribusi normal, distribusi Log normal, distribusi Log-Person III, dan distribusi
Gumbel untuk periode ulang 2 , 5, 10, 20, 25, dan 50 tahun. Perhitungan analisis
frekuensi disajikan di lampiran 4 sampai 7. Rekapitulasi hasil perhitungan curah
hujan puncak selama periode tertentu dengan menggunakan analisis frekuensi
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis curah hujan puncak selama periode ulang
tertentu
Periode Ulang
(T tahun)
Analisis Probabilitas Hujan Rencana (mm)
Normal Log Normal Log Person III Gumbel
2 128.16 126.93 128.76 125.68
5 143.57 143.78 144.13 147.58
10 151.65 153.47 151.71 162.09
25 159.54 163.59 159.35 180.41
50 165.78 172.05 164.01 194.01
Uji kecocokan untuk mengetahui kecocokan distribusi frekuensi contoh uji
data terhadap fungsi distribusi peluang. Uji kecocokan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Smirnov-Kolmogorov. Uji kecocokan Smirnov-
Kolmogorov untuk mengetahui nilai kritis (D) dari data curah hujan harian
maksimum tiap tahun. Nilai kritis hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai
11
kritis Do literatur, apabila nilai D hasil perhitungan lebih kecil dari Do maka
distribusi frekuensi tersebut dapat digunakan. Nilai Do menurut Bonnier (1980)
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov
Jumlah Data
(N)
Derajat kepercayaan (α)
0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
Bonnier 1980
Derajat kepercayaan dalam uji kecocokan ini adalah sebesar 0.05, karena
nilai kepercayaan di bawah 0.05 akan menghasilkan kesalahan (error) yang
signifikan, dan nilai kepercayaan di atas 0.05 tidak menghasilkan perbedaan yang
signifikan. Jumlah data curah hujan yang dianalisis adalah 10 data, sehingga
derajat kepercayaan Do adalah 0.41.
Perhitungan uji kecocokan Smirnov-Kolomogrov untuk distribusi Normal
dan Gumbel dan distribusi Log Normal dan Log-Person III disajikan pada
lampiran 8. Nilai D maksimum distribusi Normal dan Gumbel pada lampiran 8
adalah 0.08047, sehingga nilai D lebih kecil dari Do dan distribusi Normal dan
Gumbel dapat diterima. Nilai D maksimum distribusi Log Normal dan Log-
Person III adalah 0.88455, sehingga nilai D > Do dan distribusi Log Normal dan
Log-Person III tidak dapat diterima.
Analisis parameter statistik dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
yang terbaik antara distribusi Normal dan Gumbel. Perhitungan dasar statistik
disajikan pada lampiran 9. Berdasarkan lampiran 9, standar deviasi (S), koefisen
kemencengan (Cs), koefisien kurtosis (Ck), dan koefisien variasi (Cv) dapat
dihitung. Hasil perhitungan keempat parameter tersebut disajikan pada tabel 7.
Tabel 5 Hasil perhitungan S, Cs, Ck, dan Cv
No Faktor Notasi Nilai
1 Standar Deviasi S 18.377
2 Koefisien Kemencengan Cs 0.156
3 Koefisien Kurtosis Ck 3.208
4 Koefisien Variasi Cv 0.144
Hasil perhitungan tabel 5 dibandingkan dengan persyaratan tiap-tiap jenis
distribusi frekuensi (Bhim 2012) untuk menentukan kesesuaian jenis distribusi
frekuensi tersebut. Perbandingan tabel 8 dengan persyaratan tiap-tiap jenis
distribusi disajikan pada tabel 6.
12
Tabel 6 Perbandingan S, Cs, Ck, dan Cv hasil perhitungan dan persyaratan
No Jenis
Distribusi Syarat Perbandingan Keterangan
1 Gumbel
Cs ≤ 1.1396 Cs = 0.1562
Memenuhi
Ck ≤ 5.4002 Ck = 3.2088
2 Log Normal
Cs = 3Cv + Cv2 0.1562 = 0.454
Tidak memenuhi
Cs = 0.8325 Cs = 0.1562
3 Log Person III Cs = 0 Cs = 0.1562 Tidak memenuhi
4 Normal Cs = 0 Cs = 0.1562 Tidak memenuhi
Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa distribusi Gumbel dapat
digunakan. Distribusi Gumbel memiliki nilai koefisien kemencengan dan kurtosis
(keruncingan) di bawah persyaratan maksimum. Koefisien kemencengan
distribusi Gumbel yang kecil menunjukkan data tersebar dengan baik menurut
distribusi Gumbel, artinya nilai rata-rata, median, dan modus hanya memiliki
perbedaan yang kecil. Koefisien kurtosis distribusi Gumbel yang kecil
menunjukkan data cukup rata sehingga tidak ada nilai ekstrim yang memiliki
perbedaan jauh dengan data lainnya. Curah hujan rencana distribusi Gumbel
adalah 125.68 mm untuk periode ulang 2 tahun. Periode ulang digunakan 2 tahun,
sebab untuk luas lokasi penelitian yang kecil direkomendasikan menggunakan
periode ulang yang kecil pula (Suripin 2003).
Analisis Kondisi Topografi dan Tata Guna Lahan Lokasi Penelitian
Tujuan surveying dengan total station adalah memperoleh peta kontur dari
lokasi penelitian. Peta kontur diolah untuk menentukan arah aliran air, dengan
tujuan menentukan batas-batas Daerah Tangkapan Air (DTA) dan Sub DTA.
Hasil surveying berupa peta kontur dan arah aliran air disajikan pada Gambar 3.
Setelah memperoleh peta kontur dan citra satelit, Daerah Tangkapan Air
beserta kondisi tata guna lahan dapat ditentukan. Pembagian DTA berdasarkan
jumlah outlet di lokasi penelitian, sedangkan pembagian Sub DTA berdasarkan
jumlah inlet yang menuju outlet sama. Lokasi penelitian terbagi menjadi 3 DTA.
DTA 1 adalah DTA yang memiliki outlet saluran di Jalan Raya Dramaga (selatan
GWW). DTA 2 adalah DTA yang memiliki outlet Danau Lembaga Studi
Informasi (LSI). DTA 3 adalah DTA yang tidak memiliki outlet berupa saluran
drainase atau badan air, tetapi pada DTA 3 air yang mengalir diserapkan ke dalam
tanah melalui proses infiltrasi. Keterangan pembagian DTA, Sub DTA dan
luasnya disajikan pada Tabel 7. Peta DTA dan tata guna lahan disajikan pada
Gambar 4.
13
Gambar 3 Peta kontur dan arah aliran air di lokasi penelitian
Berdasarkan Gambar 4, luas sub DTA (A) dan nilai koefisien limpasan tiap-
tiap sub DTA dapat ditentukan. Luas sub DTA dihitung menggunakan ArcGIS 10,
dan koefisien limpasan tiap sub DTA dihitung berdasarkan kombinasi tutupan
lahan pada sub DTA tersebut. Nilai C untuk masing-masing jenis tutupan lahan
menggunakan referensi dari McCuen (1989). C untuk vegetasi adalah 0.3, dan C
untuk jenis tutupan lahan aspal/paving dan bangunan adalah 1 dengan asumsi
semua air hujan yang jatuh pada tutupan lahan tersebut seluruhnya menjadi air
limpasan. Hasil perhitungan koefisien limpasan dan luas tiap-tiap sub-DTA
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 7 Pembagian DTA, Sub DTA, dan luasnya
DTA Sub-DTA Luas
(Ha) Inlet Outlet
DTA 1
SubDTA 1A 0.86 Saluran parkiran GWW
Saluran Jalan Dramaga SubDTA 1B 0.98 Saluran halaman GWW
SubDTA 1C 0.66 Saluran selatan GWW
DTA 2
SubDTA 2A 1.25 Saluran Faperta
Danau LSI
SubDTA 2B 1.57 Saluran rektorat
SubDTA 2C 0.93 Saluran Jalan Kamper W
SubDTA 2D 3.50 Saluran FEM
SubDTA 2E 1.25 Langsung ke Outlet
SubDTA 2F 3.86 Saluran FMIPA
SubDTA 2G 4.57 Saluran FEMA
SubDTA 2H 1.30 Saluran Jalan Kamper E
SubDTA 2I 2.31 Saluran Gladiator
DTA 3 SubDTA 3A 2.55 Tidak ada Melalui infiltrasi
14
Gambar 4 Peta DTA dan tata guna lahan lokasi penelitian
Tabel 8 Hasil perhitungan koefisien limpasan setiap Sub DTA DTA SubDTA Tutupan lahan Luas (Ha) C Luas x C C SubDTA
DTA 1
SubDTA 1A
Aspal/Paving 0.30 1 0.30
0.58 Bangunan 0.05 1 0.05
Vegetasi 0.51 0.3 0.15
SubDTA 1B
Aspal/Paving 0.54 1 0.54
0.81 Bangunan 0.17 1 0.17
Vegetasi 0.27 0.3 0.08
SubDTA 1C Aspal/Paving 0.32 1 0.32
0.64 Vegetasi 0.34 0.3 0.10
DTA 2
SubDTA 2A
Aspal/Paving 0.62 1 0.62
0.71 Bangunan 0.11 1 0.11
Vegetasi 0.52 0.3 0.15
SubDTA 2B Aspal/Paving 0.65 1 0.65
0.59 Vegetasi 0.92 0.3 0.28
SubDTA 2C Vegetasi 0.93 0.3 0.28 0.30
SubDTA 2D
Aspal/Paving 0.51 1 0.51
0.60 Bangunan 1.11 1 1.11
Danau 0.27 0 0.00
Vegetasi 1.62 0.3 0.48
SubDTA 2E
Bangunan 0.22 1 0.22
0.43 Danau 0.23 0.3 0.07
Vegetasi 0.80 0.3 0.24
SubDTA 2F
Aspal/Paving 0.63 1 0.63
0.65 Bangunan 1.30 1 1.30
Vegetasi 1.94 0.3 0.58
SubDTA 2G
Aspal/Paving 0.94 1 0.94
0.85 Bangunan 2.63 1 2.63
Vegetasi 1.00 0.3 0.30
SubDTA 2H Aspal/Paving 0.04 1 0.04
0.32 Vegetasi 1.26 0.3 0.38
SubDTA 2I Aspal/Paving 0.76 1 0.76
0.53 Vegetasi 1.54 0.3 0.46
DTA 3 SubDTA 3A Vegetasi 2.55 0.3 0.77 0.30
15
Tabel 8 memberikan informasi luas sub DTA dan koefisien limpasan setiap
sub DTA. Suripin (2003) menyatakan semakin besar luas wilayah dan koefisien
limpasan, maka debit limpasan akan semakin besar. Sub DTA 2G memiliki luas
terbesar, yaitu 4.57 ha dan koefisien limpasan terbesar yaitu 0.85. Koefisien
limpasan tersebut menyatakan 85% air hujan yang jatuh di sub DTA tersebut akan
menjadi limpasan. Berdasarkan koefisien limpasan, sub DTA 2G, 2A, 2B, 2D, 2F,
1A, 1B, dan 1C memiliki potensi konservasi air hujan yang rendah, karena lebih
dari setengah air hujan yang turun akan menjadi limpasan.
Analisis Intensitas Hujan dan Debit Puncak limpasan
Analisis intensitas hujan menggunakan persamaan Mononobe, sehingga
diperlukan data curah hujan harian maksimum R24 hasil analisis hujan dan waktu
konsentrasi yang diperoleh dari peninjauan saluran drainase terkini di lokasi
penelitian. Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan air untuk mengalir
dari suatu inlet saluran atau sungai hingga mencapai outlet. Rumus untuk
menghitung waktu konsentrasi adalah rumus Kirpich (1940). Hasil perhitungan
intensitas hujan setiap sub DTA dengan periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 50
tahun disajikan pada Tabel 9.
Berdasarkan tabel 9, intensitas hujan terbesar berada pada sub DTA 1C, 2E,
2B, 2C, 2G, 1A dan 3A dengan I lebih besar dari 200 mm/jam. Intensitas hujan
yang digunakan adalah intensitas hujan dengan periode ulang 2 tahun, sebab
sistem drainase yang dianalisis adalah sistem drainase mikro yang memiliki
cakupan wilayah yang kecil. Wilayah dengan luas antara 10-50 ha
direkomendasikan menggunakan periode ulang 2 tahun (Suripin 2003) untuk
penentuan curah hujan rencana. Hal tersebut didasari pertimbangan efisiensi
konstruksi bangunan.
Tabel 9 Intensitas hujan tiap DTA dengan periode ulang tertentu
DTA SubDTA L
(km)
ΔY
(km) S
tc
(jam)
I pada Periode Ulang (mm/jam)
2 5 10 20 25 50
DTA 1
SubDTA 1A 0.182 0.002 0.011 0.101 200.3 235.2 258.4 280.5 287.6 309.2
SubDTA 1B 0.171 0.001 0.006 0.123 175.9 206.6 226.9 246.4 252.5 271.6
SubDTA 1C 0.135 0.002 0.015 0.072 252.1 296.1 325.2 353.1 361.9 389.2
DTA 2
SubDTA 2A 0.181 0.001 0.006 0.132 168.4 197.7 217.2 235.8 241.7 259.9
SubDTA 2B 0.207 0.004 0.019 0.090 216.7 254.5 279.5 303.5 311.1 334.6
SubDTA 2C 0.2 0.003 0.015 0.097 206.7 242.8 266.6 289.5 296.7 319.1
SubDTA 2D 0.25 0.004 0.016 0.112 187.4 220.1 241.7 262.5 269.1 289.3
SubDTA 2E 0.116 0.001 0.009 0.079 237.2 278.5 305.9 332.1 340.5 366.1
SubDTA 2F 0.371 0.006 0.016 0.151 153.5 180.2 197.9 214.9 220.3 236.9
SubDTA 2G 0.261 0.006 0.023 0.101 201.2 236.3 259.5 281.8 288.8 310.6
SubDTA 2H 0.159 0.001 0.006 0.113 186.1 218.5 240.0 260.5 267.1 287.2
SubDTA 2I 0.381 0.006 0.016 0.156 150.4 176.6 193.9 210.6 215.8 232.1
DTA 3 SubDTA 3A 0.142 0.001 0.007 0.099 203.0 238.4 261.8 284.2 291.4 313.3
16
Hasil analisis hujan, kondisi topografi, dan kondisi tata guna lahan di lokasi
penelitian adalah debit puncak limpasan. Debit puncak limpasan merupakan
sejumlah debit air yang harus ditanggulangi oleh sistem drainase agar tidak terjadi
banjir. Debit puncak limpasan dihitung menggunakan metode rasional yang
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Debit puncak limpasan pada sub DTA di lokasi penelitian
DTA Sub-DTA A (ha) C I (mm/jam) Qrancang (m3/dtk)
DTA 1
SubDTA 1A 0.86 0.58 200.32 0.278
SubDTA 1B 0.98 0.81 175.92 0.385
SubDTA 1C 0.66 0.64 252.13 0.297
DTA 2
SubDTA 2A 1.25 0.71 168.38 0.415
SubDTA 2B 1.57 0.59 216.74 0.558
SubDTA 2C 0.93 0.30 206.72 0.160
SubDTA 2D 3.50 0.60 187.43 1.095
SubDTA 2E 1.25 0.43 237.18 0.351
SubDTA 2F 3.86 0.65 153.47 1.069
SubDTA 2G 4.57 0.85 201.20 2.162
SubDTA 2H 1.30 0.32 186.05 0.218
SubDTA 2I 2.31 0.53 150.36 0.512
DTA 3 SubDTA 3A 2.55 0.30 202.98 0.431
Debit puncak limpasan pada DTA 1 dan 2 merupakan debit limpasan yang
digunakan untuk perancangan saluran drainase. Debit puncak limpasan yang besar
mengindikasikan dimensi saluran drainase yang dibutuhkan semakin besar. Debit
puncak limpasan yang besar tidak menjadi jaminan suatu wilayah selalu
mengalami banjir. Hal ini disebabkan banjir dipengaruhi banyak faktor, seperti
kondisi saluran drainase, kontur lahan, dan sistem drainase tambahan yang
diterapkan. Wilayah dengan debit puncak limpasan kecil juga dapat mengalami
banjir, seperti sub DTA 1A yang mengalami banjir parah meskipun debit puncak
limpasan hanya 0.278 m3/detik. Hal ini disebabkan kondisi saluran drainase 1A
yang tertutup sedimen, sehingga tidak berfungsi optimal.
17
Analisis Volume Genangan
Pengukuran volume genangan aktual dilakukan di lima lokasi, yaitu Jalan
Kamper, Jalan Ramin, dan tiga titik di area parkir GWW. Lokasi genangan
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Lokasi genangan yang terjadi
Hasil pengukuran genangan pada lima lokasi tersebut disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil pengukuran volume genangan pada lima lokasi genangan
Bulan Tanggal
Curah
Hujan
(mm)
Volume Genangan Air
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Lokasi 5
(m3) (m
3) (m
3) (m
3) (m
3)
Februari 25 0.6 8.08 0.00 1.15 8.08 0.00
Maret
16 13.2 10.00 2.00 0.68 9.01 0.44
17 26.4 14.01 2.54 1.01 12.01 0.35
19 40.2 15.77 3.31 0.92 13.00 0.56
27 54.6 16.90 3.78 1.38 20.10 0.46
April 5 113.4 28.07 5.79 2.57 23.07 0.99
Lokasi 1 dan 4 memiliki volume genangan terbesar dibandingkan lokasi lainnya.
Lokasi 1 terletak di sub DTA 2G dan lokasi 4 di sub DTA 1A. Sub DTA 2G
memiliki debit puncak limpasan terbesar, yaitu 2.162 m3/detik dan koefisien
limpasan 0.85. Kondisi di sub DTA 2G menunjukkan daerah tersebut mengalami
limpasan yang terlalu besar, sehingga terjadi banjir yang parah. Sub DTA 1A
memiliki debit puncak limpasan hanya 0.278 m3/detik, namun akibat kondisi
saluran drainase tertutup sedimen, menyebabkan terjadinya genangan yang besar.
Hubungan antara curah hujan dan volume genangan dengan menggunakan
regresi linear disajikan melalui diagram yang menggambarkan hubungan antara
curah hujan dengan volume genangan pada Lampiran 13. Berdasarkan diagram
lampiran 13 diketahui hasil regresi linear pada lokasi 1, 2, 4, dan 5 memiliki nilai
R2 cukup tinggi, yaitu di atas 0.75, sedangkan pada lokasi 3 R
2 hanya bernilai
L1
L2
L3
L4
L5
18
0.45. Hal ini disebabkan genangan di lokasi 3 bulan Maret diukur pada saat hujan
sudah mulai reda.
Volume genangan total suatu DTA dapat diketahui dengan menganalisis
hubungan antara curah hujan dengan infiltrasi yang terjadi. Data curah hujan yang
digunakan adalah data curah hujan harian tiap jam dari stasiun cuaca Departemen
SIL pada tanggal 5 April 2014, karena curah hujannya merupakan yang terbesar
selama periode penelitian, yaitu 113.4 mm. Pengukuran infiltrasi menggunakan
dua lubang biopori pada masing-masing lokasi pengukuran. Pengukuran infiltrasi
dilakukan di 2 titik yaitu di lapangan parkir GWW dan taman di Jalan Kamper.
Penentuan lokasi tersebut didasari oleh volume genangan aktual yang terbesar
berada pada sub DTA 2G dan 1A.
Pengukuran infiltrasi di lapangan parkir GWW mewakili Sub DTA 1A.
Volume infiltrasi adalah hasil perkalian kedalaman air teresap dengan luas
vegetasi (diasumsikan hanya lahan vegetasi yang mampu meresapkan air) pada
Sub DTA 1A yaitu 0.51 ha. Hasil perhitungan koefisien permeabilitas tanah
dengan model Philips adalah 11.996 mm/jam. Hasil pengukuran volume infiltrasi
tersebut disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Volume infiltrasi hasil pengukuran di Sub DTA 1A
Waktu
(Jam)
Debit
Saluran
(m3/detik)
tc
(jam)
Volume
Saluran
(m3)
Air
terinfiltrasi
tiap jam
(mm)
Volume air
terinfiltrasi
tiap jam
(m3)
Volume
infiltrasi +
Volume
Saluran
(m3)
0.00 0.46 0.101 167.26 21.00 107.08 274.34
0.25 0.46 0.101 167.26 12.30 62.71 229.97
0.50 0.46 0.101 167.26 12.21 62.26 229.52
0.75 0.46 0.101 167.26 12.17 62.06 229.32
1.00 0.46 0.101 167.26 12.15 61.94 229.20
1.25 0.46 0.101 167.26 12.13 61.86 229.12
1.50 0.46 0.101 167.26 12.12 61.80 229.06
1.75 0.46 0.101 167.26 12.11 61.76 229.01
2.00 0.46 0.101 167.26 12.10 61.72 228.98
2.25 0.46 0.101 167.26 12.10 61.69 228.95
2.50 0.46 0.101 167.26 12.09 61.66 228.92
2.75 0.46 0.101 167.26 12.09 61.64 228.90
3.00 0.46 0.101 167.26 12.08 61.62 228.88
3.25 0.46 0.101 167.26 12.08 61.60 228.86
3.50 0.46 0.101 167.26 12.08 61.59 228.84
3.75 0.46 0.101 167.26 12.07 61.57 228.83
4.00 0.46 0.101 167.26 12.07 61.56 228.82
Hubungan antara hidrograf volume curah hujan tiap jam dengan volume
infiltrasi dan saluran yang terjadi disajikan pada Gambar 6.
19
Gambar 6 Hidrograf volume curah hujan dan volume infiltrasi dan saluran Sub
DTA 1A
Gambar 6 menunjukkan kemampuan infiltrasi lahan Sub DTA 1A tidak mampu
menyerapkan air pada saat curah hujan tinggi seperti pada tanggal 5 April 2014,
dengan volume genangan maksimum sebesar 235.42 m3 seperti yang disajikan
pada Tabel 13. Penambahan luas permukaan yang mampu meresapkan air
limpasan, misalnya dengan membangun sumur resapan ataupun kolam resapan
perlu dilakukan, agar Sub DTA 1A mampu meresapkan air hujan seluruhnya,
Tabel 13 Hasil perhitungan volume genangan maksimum Sub DTA 1A
Waktu
(jam) Volume hujan (m
3) Volume saluran + infiltrasi (m
3)
Volume genangan
(m3)
0 0 274.34 0.00
1 395.6 229.20 166.40
2 464.4 228.98 401.82
3 101.48 228.88 274.43
4 13.76 228.82 59.37
Pengukuran infiltrasi di taman Jalan Kamper mewakili Sub DTA 2G.
Volume infiltrasi diperoleh dengan mengalikan kedalaman air teresap dengan luas
vegetasi pada Sub DTA 2G yaitu 1 ha. Hasil pengukuran volume infiltrasi
tersebut disajikan pada Tabel 14.
0
100
200
300
400
500
600
0
100
200
300
400
500
600
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Vo
lum
e in
filt
rasi
(m
3)
Vo
lum
e A
ir (
m3
)
Waktu (jam)
Volume hujan Volume saluran + infiltrasi Volume infiltrasi
20
Tabel 14 Volume infiltrasi hasil pengukuran di Sub DTA 1A
Waktu
(Jam)
Debit
Saluran
(m3/detik)
tc
(jam)
Volume
Saluran
(m3)
Air
Terinfiltrasi
tiap jam
(mm)
Volume Air
Terinfiltrasi
tiap jam (m3)
Volume
infiltrasi +
Volume
Saluran
(m3)
0.00 5.12 0.101 1862.29 31.37 313.67 2175.95
0.25 5.12 0.101 1862.29 22.67 226.67 2088.95
0.50 5.12 0.101 1862.29 22.58 225.79 2088.07
0.75 5.12 0.101 1862.29 22.54 225.40 2087.69
1.00 5.12 0.101 1862.29 22.52 225.17 2087.45
1.25 5.12 0.101 1862.29 22.50 225.01 2087.29
1.50 5.12 0.101 1862.29 22.49 224.89 2087.18
1.75 5.12 0.101 1862.29 22.48 224.80 2087.09
2.00 5.12 0.101 1862.29 22.47 224.73 2087.01
2.25 5.12 0.101 1862.29 22.47 224.67 2086.95
2.50 5.12 0.101 1862.29 22.46 224.62 2086.90
2.75 5.12 0.101 1862.29 22.46 224.57 2086.86
3.00 5.12 0.101 1862.29 22.45 224.53 2086.82
3.25 5.12 0.101 1862.29 22.45 224.50 2086.79
3.50 5.12 0.101 1862.29 22.45 224.47 2086.75
3.75 5.12 0.101 1862.29 22.44 224.44 2086.73
4.00 5.12 0.101 1862.29 22.44 224.42 2086.70
Hubungan antara hidrograf volume curah hujan dengan volume infiltrasi
yang terjadi disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Hidrograf volume curah hujan dan volume infiltrasi dan saluran Sub
DTA 2G
0
500
1000
1500
2000
2500
0
500
1000
1500
2000
2500
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Vo
lum
e in
filt
rasi
(m
3/j
am
)
Vo
lum
e A
ir (
m3
)
Waktu (jam)
Volume hujan Volume saluran + infiltrasi Volume infiltrasi
21
Gambar 7 menunjukkan kemampuan infiltrasi lahan Sub DTA 2G tidak mampu
menyerapkan air pada saat curah hujan tinggi seperti pada tanggal 5 April 2014,
dengan volume genangan maksimum sebesar 380.79 m3
seperti yang disajikan
pada Tabel 15. Penambahan luas permukaan yang mampu meresapkan air
limpasan perlu dilakukan, agar Sub DTA 2G mampu meresapkan air hujan
seluruhnya.
Tabel 15 Hasil perhitungan volume genangan maksimum Sub DTA 2G
Waktu (jam) Volume hujan
tiap jam (m3)
Volume saluran + infiltrasi (m3)
Volume genangan
(m3)
0 0 2175.95 0
1 2102.2 2087.45 14.75
2 2467.8 2087.01 395.53
3 539.26 2086.82 0
4 73.12 2086.70 0
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis hujan dapat disimpulkan bahwa curah hujan
harian maksimum untuk lokasi penelitian adalah sebesar 125.68 mm untuk
periode ulang 2 tahun dengan distribusi Gumbel. Analisis kondisi topografi
menghasilkan 3 DTA yang terinci menjadi 13 Sub DTA. Hasil perhitungan debit
puncak limpasan dengan metode rasional adalah 0.278 m3/detik untuk sub DTA
1A, 0.385 m3/detik untuk sub DTA 1B, 0.297 m
3/detik untuk sub DTA 1C, 0.415
m3/detik untuk sub DTA 2A, 0.558 m
3/detik untuk sub DTA 2B, 0.160 m
3/detik
untuk sub DTA 2C, 1.095 m3/detik untuk sub DTA 2D, 0.351 m
3/detik untuk sub
DTA 2E, 1.069 m3/detik untuk sub DTA 2F, 2.162 m
3/detik untuk sub DTA 2G,
0.218 m3/detik untuk sub DTA 2H, dan 0.512 m
3/detik untuk sub DTA 2I.
Volume genangan maksimum yang terjadi pada Sub DTA 1A adalah 401.82 m3,
sedangkan pada Sub DTA 2G volume genangan adalah 395.53 m3.
Saran
1. Penelitian lanjutan diperlukan untuk rancangan baru sistem drainase yang
mampu mengatasi banjir di lokasi penelitian.
2. Penelitian mengenai efektivitas bangunan peresapan air hujan perlu
diterapkan di lokasi penelitian.
3. Pengujian infiltrasi sebaiknya menggunakan ring infiltrasi yang sesuai dengan
SNI 7752 : 2012 tentang tata cara pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan
menggunakan infiltrometer cincin ganda .
22
DAFTAR PUSTAKA
Agus HP, Mahendra AM, Fifi S. 2013. Perencanaan dan Studi Pengaruh Sistem
Drainase Marvell City Terhadap Saluran Kalibokor di Kawasan Ngagel-
Surabaya. Jurnal Teknik POMITS. 1(1) : 1-6.
B. Azeez O, Femi JA. Fitting the statistical distribution for daily rainfall in
Ibadan, based on chi-square and Kolmogorov-Smirnov goodness-of-fit
tests. European Journal of Business and Management. 4(17): 62-70.
ISSN: 2222-1905.
Bhim S, Deepak R, Amol V, Jitendra S. Probability analysis for estimation of
annual one day maximum rainfall of Jhalarapatan area of Rajasthan,
India. Plant Archives. 12(2) : 1093-1100. ISSN : 0972-5210.
BMKG Darmaga. 2014. Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahun 2004-2013
Stasiun Cuaca BMKG Darmaga Bogor.
Bonnier, 1980. Probability Distribution and Probability Analysis, DPMA,
Bandung.
Kusnaedi. 2006. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan.
Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Lasino. 2002. Pengaruh Genangan Terhadap Bangunan. Disajikan dalam seminar
Dampak kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai Di Indonesia.
Bandung 12-13 Maret 2002. Proceeding- Kerugian pada Bangunan dan
Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di
Indonesia.
McCuen,H. 1998. Hydrologic Analysis and Design. Prentice hall PTR.
Needhidasan S, Manoj N. Design of storm water drains by rational method – an
approach to storm water management for environmental protection. IJET.
5(4) : 3203-3214. ISSN : 0975-4024.
Rajil P, Uma E, Shyla J. Rainfall-runoff analysis of a compacted area.
Agricultural Engineering International : the CIGR Journal. 13 (1):1-11.
Saffet E. 2009. A comparison of interpolation methods for producing digital
elevation models at the field scale. Earth Surf, Process, Landforms. 34 :
366-376. doi : 10.1002/esp.1731.
Suyono dan Takeda.1983. Hidrologi untuk Pengairan. PT Prandya Paramita,
Jakarta.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.
Theodore G, Cleveland, et al. 2011. Texas metropolitan ara : USGS Scientific
Investigation Reports.
Tingsanchali T. 2012. Urban flood disaster management. Procedia Engineering.
32 : 25-37. doi : 10.1016.
Yuda Al Qadr latief. 2009. Analisis curah hujan untuk membuat kurva IDF pada
Sub DAS Metro. Jurnal Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.
23
Lampiran 1 Nilai KT untuk metode distribusi Normal dan Log Normal
No Periode Ulang, T
(tahun) Peluang KT
1 1.001 0.999 -3.05
2 1.005 0.995 -2.58
3 1.010 0.990 -2.33
4 1.050 0.950 -1.64
5 1.110 0.900 -1.28
6 1.250 0.800 -0.84
7 1.330 0.750 -0.67
8 1.430 0.700 -0.52
9 1.670 0.600 -0.25
10 2.000 0.500 0
11 2.500 0.400 0.25
12 3.330 0.300 0.52
13 4.000 0.250 0.67
14 5.000 0.200 0.84
15 10.000 0.100 1.28
16 20.000 0.050 1.64
17 50.000 0.020 2.05
26
Lampiran 4 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Normal
No Tahun x x-xrata (x-xrata)^2
1 2004 141.6 13.44 180.6336
2 2005 126.5 -1.66 2.7556
3 2006 136.4 8.24 67.8976
4 2007 155.5 27.34 747.4756
5 2008 104.5 -23.66 559.7956
6 2009 115.1 -13.06 170.5636
7 2010 144.5 16.34 266.9956
8 2011 97.6 -30.56 933.9136
9 2012 123.1 -5.06 25.6036
10 2013 136.8 8.64 74.6496
Jumlah
3030.284
Jumlah Data (N) 10
Rata-rata 128.16
Deviasi Standar(S) 18.34933847
Periode
Ulang (tahun) KT
R24
(mm/hari)
2 0 128.16
5 0.84 143.5734
10 1.28 151.6472
20 1.64 158.2529
25 1.71 159.5374
50 2.05 165.7761
Contoh Perhitungan (Periode ulang 5 tahun) :
R24 = 128.16 + (0.84 x 18.349) = 143.573
27
Lampiran 5 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Log Normal
No Tahun X Log X (log x -
log xrata)
(log x -
log xrata)^2
1 2004 141.6 2.151063253 0.0475081 0.002257015
2 2005 126.5 2.102090526 -0.001465 2.14526E-06
3 2006 136.4 2.13481437 0.0312592 0.000977136
4 2007 155.5 2.191730393 0.0881752 0.007774865
5 2008 104.5 2.01911629 -0.084439 0.007129929
6 2009 115.1 2.061075324 -0.04248 0.00180454
7 2010 144.5 2.159867847 0.0563126 0.003171115
8 2011 97.6 1.989449818 -0.114105 0.013020038
9 2012 123.1 2.090258053 -0.013297 0.000176814
10 2013 136.8 2.136086097 0.0325309 0.001058259
Jumlah 0.037371856
Jumlah Data (N) 10
Rata-rata 2.103555197
Deviasi Standar(S) 0.064439339
Periode Ulang
(T) KT log Xrata+K.S
R24
(mm/hari)
2 0 2.103555 126.9273
5 0.84 2.157684 143.7753
10 1.28 2.186038 153.475
20 1.64 2.209236 161.8958
25 1.71 2.213746 163.5861
50 2.05 2.235656 172.0505
28
Lampiran 6 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Log-Person III
No Tahun X Log X (log x -
log xrata)
(log x -
log xrata)^2
(log x -
log
xrata)^3
1 2004 141.6 2.151063253 0.0475081 0.002257015 0.000107
2 2005 126.5 2.102090526 -0.001465 2.14526E-06 -3.1E-09
3 2006 136.4 2.13481437 0.0312592 0.000977136 3.05E-05
4 2007 155.5 2.191730393 0.0881752 0.007774865 0.000686
5 2008 104.5 2.01911629 -0.084439 0.007129929 -0.0006
6 2009 115.1 2.061075324 -0.04248 0.00180454 -7.7E-05
7 2010 144.5 2.159867847 0.0563126 0.003171115 0.000179
8 2011 97.6 1.989449818 -0.114105 0.013020038 -0.00149
9 2012 123.1 2.090258053 -0.013297 0.000176814 -2.4E-06
10 2013 136.8 2.136086097 0.0325309 0.001058259 3.44E-05
Jumlah 0.037371856 -0.00113
Jumlah Data (N) 10
Rata-rata 2.103555197
Deviasi Standar(S) 0.064439339
Koefisien
Kemencengan (G) -0.586735512
Periode Ulang
(T) K log Xrata+KS R24 (mm/hari)
2 0.0968 2.109793 128.7635
5 0.8567 2.15876 144.132
10 1.202 2.181011 151.709
25 1.5332 2.202354 159.3506
50 1.7275 2.214874 164.0114
29
Lampiran 7 Perhitungan data curah hujan dengan distribusi Gumbel
No Tahun x
Urutan CH
dari besar ke
kecil
Peringkat
(m) P = m/(n+1)
Periode
Ulang
T= 1/P
1 2004 141.6 155.5 1 0.090909091 11
2 2005 126.5 144.5 2 0.181818182 5.5
3 2006
136.4 141.6 3 0.272727273
3.66666
7
4 2007 155.5 136.8 4 0.363636364 2.75
5 2008 104.5 136.4 5 0.454545455 2.2
6 2009
115.1 126.5 6 0.545454545
1.83333
3
7 2010
144.5 123.1 7 0.636363636
1.57142
9
8 2011 97.6 115.1 8 0.727272727 1.375
9 2012
123.1 104.5 9 0.818181818
1.22222
2
10 2013 136.8 97.6 10 0.909090909 1.1
Jumlah
Jumlah Data (N) 10 Sn 0.9496
Rata-rata 128.16 a = (Sn/S) 0.051751184
Deviasi Standar(S) 18.34933847 B
Periode
Ulang Sn Yn Ytr a b Xt
2 0.9496 0.4952 0.3668 0.051751 118.5911 125.6788974
5 0.9496 0.4952 1.5004 0.051751 118.5911 147.58371
10 0.9496 0.4952 2.251 0.051751 118.5911 162.0877259
20 0.9496 0.4952 2.9709 0.051751 118.5911 175.9985186
25 0.9496 0.4952 3.1993 0.051751 118.5911 180.4119441
50 0.9496 0.4952 3.9028 0.051751 118.5911 194.0058359
30
Lampiran 8 Perhitungan nilai kritis uji Smirnov-Kolmogorov
Distribusi Normal dan Gumbel Tahun X m P P(x<) Ft P'(x) P'(x<) D
2007 155.5 1 0.091 0.909 1.490 0.091 0.909 0.0005
2010 144.5 2 0.182 0.818 0.890 0.254 0.746 0.0724
2004 141.6 3 0.273 0.727 0.732 0.297 0.703 0.0244
2013 136.8 4 0.364 0.636 0.471 0.368 0.632 0.0045
2006 136.4 5 0.455 0.545 0.449 0.374 0.626 0.0805
2005 126.5 6 0.545 0.455 -0.090 0.521 0.479 0.0249
2012 123.1 7 0.636 0.364 -0.276 0.571 0.429 0.0654
2009 115.1 8 0.727 0.273 -0.712 0.689 0.311 0.0380
2008 104.5 9 0.818 0.182 -1.289 0.846 0.154 0.0280
2011 97.6 10 0.909 0.091 -1.665 0.948 0.052 0.0392
Distribusi Log-Normal dan Log-Person III Tahun x M P P(x<) Ft P'(x) P'(x<) D
2007 2.19173 1 0.091 0.909 0.066 0.133 0.867 0.777
2010 2.159868 2 0.182 0.818 0.041 0.265 0.735 0.553
2004 2.151063 3 0.273 0.727 0.034 0.302 0.698 0.425
2013 2.136086 4 0.364 0.636 0.022 0.364 0.636 0.272
2006 2.134814 5 0.455 0.545 0.021 0.370 0.630 0.176
2005 2.102091 6 0.545 0.455 -0.004 0.506 0.494 0.052
2012 2.090258 7 0.636 0.364 -0.014 0.555 0.445 0.192
2009 2.061075 8 0.727 0.273 -0.037 0.677 0.323 0.404
2008 2.019116 9 0.818 0.182 -0.070 0.852 0.148 0.670
2011 1.98945 10 0.909 0.091 -0.094 0.975 0.025 0.885
31
Lampiran 9 Perhitungan statistik dasar untuk analisa frekuensi
No Tahun Xi (Xi-Xrata) (Xi-Xrata)2 (Xi-Xrata)
3 (Xi-Xrata)
4
1 2004 141.6 14.40 207.36 2985.98 42998.17
2 2005 126.5 -0.70 0.49 -0.34 0.24
3 2006 136.4 9.20 84.64 778.69 7163.93
4 2007 155.5 28.30 800.89 22665.19 641424.79
5 2008 104.5 -22.70 515.29 -11697.08 265523.78
6 2009 115.1 -12.10 146.41 -1771.56 21435.89
7 2010 144.5 17.30 299.29 5177.72 89574.50
8 2011 97.6 -29.60 876.16 -25934.34 767656.35
9 2012 123.1 -4.10 16.81 -68.92 282.58
10 2013 136.8 9.60 92.16 884.74 8493.47
Jumlah 1281.6
3039.50 -6979.93
X rata 127.2
34
Lampiran 12 Daya serap tanah di berbagai kondisi lahan
Daya serap tanah di berbagai kondisi lahan
Tata Guna Lahan Daya serap tanah terhadap hujan (%)
Daerah hutan / pekarangan lebat 80-100
Daerah tanaman kota 75-95
Jalan tanah 40-85
Jalan aspal, lantai beton 10-15
Daerah dengan bangunan terpencar 30-70
Daerah pemukiman agak padat 15-30
Daerah pemukiman padat 10-30 Sumber : Kusnaedi (2006)
35
Lampiran 13 Diagram hubungan curah hujan dan volume genangan aktual
y = 4.2426x
R² = 0.8161
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0.6 13.2 26.4 40.2 54.6 113.4
Vo
lum
e G
enan
gan
(m
3)
Curah hujan (mm)
Lokasi 1
y = 0.8629x
R² = 0.9192
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
0.6 13.2 26.4 40.2 54.6 113.4
Vo
lum
e G
enan
gan
(m
3)
Curah hujan (mm)
Lokasi 2
y = 0.3462x
R² = 0.4505
0.00
1.00
2.00
3.00
0.6 13.2 26.4 40.2 54.6 113.4
Vo
lum
e G
enan
gan
(m
3)
Curah hujan (mm)
Lokasi 3
y = 3.8793x
R² = 0.8577
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0.6 13.2 26.4 40.2 54.6 113.4
Vo
lum
e G
enan
gan
(m
3)
Curah hujan (mm)
Lokasi 4
y = 0.1358x
R² = 0.745
0.00
0.50
1.00
1.50
0.6 13.2 26.4 40.2 54.6 113.4
Vo
lum
e G
enan
gan
(m
3)
Curah hujan (mm)
Lokasi 5
36
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 September 1992 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Fernando Sitepu dan Ibu Farah
Yuliwati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2004 di SD Mutiara
17 Agustus 2. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Mutiara 17 Agustus 2 hingga tahun 2007. Penulis menamatkan pendidikan
menengah atas di SMA Mutiara 17 Agustus pada tahun 2010. Penulis
melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis
aktif di berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan seperti menjadi Ketua
Departemen Komunikasi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan (KOMINFO HIMATESIL) tahun 2011-2012 dan 2012-2013.
Pengalaman kerja selama di IPB antara lain menjadi asisten praktikum mata
kuliah analisis struktur pada tahun 2013 dan teknik irigasi dan drainase pada tahun
2014. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan (PL) pada tahun 2013 di
Perusahaan Umum Jasa Tirta I Divisi Jasa ASA I (Bendungan Sutami-Lahor)
dengan judul “Mempelajari Pemanfaatan Bendungan Sutami dan ahor untuk
P TA”. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Mahasiswa
Berprestasi IPB tingkat TPB dengan IPK 4.00 dan Mahasiswa Berprestasi 2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Penulis juga pernah menerima hibah
dari Kemendiknas dan Bank CIMB Niaga berupa Program Titian Muhibah.
Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Hujan, Debit Puncak
Limpasan dan Volume Genangan di Sekitar Gedung Graha Widya Wisuda -
FEMA Kampus IPB Darmaga Bogor” untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di
bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.