Upload
ahmadfadillah6
View
517
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCABUTAN IZIN PT SYNERGY
ASSET MANAGEMENT SELAKU MANAJER INVESTASI
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Sepuluh tahun terakhir, perkembangan Pasar Modal Indonesia sangat
signifikan, diindikasikan dengan mulai banyak pelaku bisnis berinvestasi di
Pasar Modal. Sejalan perkembangan pasar modal tersebut, perbuatan
pelanggaran dan tindak pidana pasar modal juga semakin meningkat. Terdapat
pandangan bahwa perlindungan hukum pasar modal di Indonesia sangat
lemah. Lemahnya penegakkan hukum dapat terjadi karena beberapa hal,
antara lain disebabkan oleh UU dan Peraturan Pasar Modal yang ketinggalan
dengan perkembangan bisnis pasar modal dan lemahnya institusi Penegak
Hukum dalam melakukan law enforcement atau kurang profesionalnya aparat
penegak hukum itu sendiri. Salah satu contoh kasus terbaru kejahatan pasar
modal yang akan kami bahas ialah mengenai pencabutan izin PT Synergy
Asset Management selaku Manajer Investasi oleh Bapepam dikarenakan telah
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap UU no.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal dan Peraturan Nomor V.G.1 tentang Perilaku Yang Dilarang
Bagi Manajer Investasi.
PT Synergy Asset Management adalah perusahaan efek yang berperan
sebagai manajer investasi. PT Synergy Asset Management mengelola dana
nasabah berdasarkan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD). Perusahaan yang
mulai beroperasi sejak 15 Mei 2006 ini mengelola dana nasabah berdasarkan
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), yaitu KPD Full Discretionary,
Discretionary Pretected Fund (KPD biasa) dan KPD khusus (KPD tol).
PT Synergy Asset Management memiliki induk perusahaan (holding)
yaitu PT Synergy Pakaryan Utama (PT SPU), dimana PT SPU menyalurkan
dana untuk pembiayaan kegiatan usaha anak perusahaan serta perusahaan
1
terafiliasinya yaitu PT Synergy Capital Utama, PT First Asset Management,
PT Griyatama Bumi Mandiri, PT Global Exposure, PT Codematel, PT
Synergy Texindo Utama, PT Synergy Golf Australia, PT Tirtamukti dan
pihak non afiliasi yaitu PT Mitra Kreasi dan PT Head Quarter Internusa.
Namun dalam perkembangannya, PT Synergy Asset Management
tidak melakukan tugasnya selaku manajer investasi dengan benar dan terbuka,
terdapat empat pelanggaran terhadap Undang-Undang no.8 tahun 1995
tentang Pasar Modal yang dilakukan oleh PT Synergy Asset Management,
keempat hal tersebut ialah : Pertama, PT Synergy Asset Management tidak
mempunyai informasi yang jelas dan lengkap tentang latar belakang keuangan
nasabah; Kedua, PT Synergy Asset Management melakukan cara yang tidak
rasional dalam berinvestasi, Ketiga, Adanya benturan kepentingan, dan
Keempat, PT Synergy Asset Management melakukan penyalahgunaan dana
nasabah.
Berdasarkan pelanggaran-pelanggaran tersebut maka Bapepam LK
melalui Putusannya Nomor. Kep.06/BL/MI/S.5/2010 melakukan pencabutan
izin usaha perusahaan efek PT Synergy Asset Management sebagai Manajer
Investasi. Dalam putusan tersebut PT Synergy Asset Management wajib
bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari tindakan pegawainya,
termasuk atas tindakan Sdri. Dyah Irawati Mastuti sebagai Head of
Marketing, dan tindakan Sdr. Hidiarto sebagai Head of Finance and
Compliance yang antaralain bertanggung jawab atas kepatuhan PT Synergy
Asset Management terhadap peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh PT Synergy Asset
Management?
2. Bagaimana pertanggung jawaban perseroan dan pengurus terhadap
adanya benturan kepentingan dalam transaksi tertentu?
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Kejahatan Dan Pelanggaran Di Bidang Pasar Modal
a. Pelanggaran yang dilakukan oleh PT Synergy Asset Management
Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah diatur
berbagai bentuk pelanggaran dan tindak pidana pasar modal beserta sanksi bagi
pelaku, namun dalam kegiatan pasar modal tidak terlepas dari berbagai pelanggaran
dan perbuatan tindak pidana yang dilakukan, baik sengaja maupun tidak sengaja demi
untuk mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan kasus PT Synergy Asset Management terdapat empat
pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yakni
meliputi :
1. Tidak adanya info yang jelas mengenai latar belakang keuangan nasabah.
2. Tidak ada rasionalitas dalam berinvestasi mengelola dana nasabah.
3. Adanya benturan kepentingan dalam transaksi tertentu.
4. Adanya penyalahgunaan dana nasabah.
1. Tidak adanya info yang jelas mengenai latar belakang keuangan nasabah.
Tidak seluruh nasabah KPD PT Synergy Asset Management membuat
perjanjian pengelolaan dana, namun nasabah hanya memperoleh sertifikat investasi
yang berisi informasi tentang nama nasabah, nilai nominal, jangka waktu, dan
indikasi hasil investasi. Hal ini menunjukkan bahwa PT Synergy Asset Management
tidak mempunyai latar belakang keuangan nasabah, sehingga PT Synergy Asset
Management tidak mempunyai informasi tentang latar belakang keuangan nasabah,
sehingga PT Synergy Asset Management melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 36 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
3
2. Tidak ada rasionalitas dalam berinvestasi mengelola dana nasabah.
PT Synergy Asset Management selaku manajer investasi mengelola dana
berdasarkan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), yaitu KPD Full Discretionary dan
Discretionary Protected Fund (KPD biasa), jangka waktu pengelolaan dana pada
produk ini adalah 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan (jangka pendek). Investasi
Discretionary Fund lazimnya memiliki jumlah minimum investasi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan jumlah minimum investasi pada produk seperti reksa dana,
sekuritas, produk derivatif ataupun term deposit perbankan. Jangka waktu dalam
pengelolaan produk Discretionary ini beragam sesuai kesepakatan, ada yang 3
bulan, 6 bulan, atau 1 tahun.
PT Synergy Asset Management dalam mengelola dana tidak
menggunakan dasar pertimbangan yang rasional dalam berinvestasi, dimana hal
tersebut terlihat dari jangka waktu investasi antara PT Synergy Asset
Management dengan nasabah KPD biasa yaitu 3 bulan sampai dengan 12 bulan
(jangka pendek) sementara proyek yang dibiayai PT Synergy Pakaryan Utama
(SPU) antara lain proyek pembangunan perumahan, adalah proyek atau investasi
jangka panjang, sehingga PT Synergy Asset Management terbukti melanggar
ketentuan angka 1 Peraturan Nomor V.G.1 tentang Perilaku Yang Dilarang Bagi
Manajer Investasi jo angka 1 Peraturan Nomor V.G.3 Tentang Pedoman Dalam
Rangka Pengambilan Keputusan Oleh Manajer Investasi.
3. Adanya benturan kepentingan dalam transaksi tertentu.
Atas penempatan dana oleh PT Synergy Asset Management, PT SPU
secara bertahap menerbitkan Promissory Notes (PN) kepada PT Synergy Asset
Management. Hal ini menunjukkan adanya benturan kepentingan dari PT Synergy
Asset Management dalam penempatan dana tersebut. Benturan kepentingan
tersebut tidak pernah disampaikan secara tertulis kepada nasabah sehingga PT
Synergy Asset Management terbukti melanggar ketentuan angka 9 Peraturan
4
Bapepam dan LK Nomor V.G.1 tentang Perilaku Yang Dilarang Bagi Manajer
Investasi.
4. Adanya penyalahgunaan dana nasabah.
PT Synergy Asset Management selain menyalurkan atau
menempatkan dana pada perusahaan terafiliasinya, PT SPU juga menggunakan
dana yang berasal dari PT Synergy Asset Management untuk membiayai
operasional PT SPU seperti membayar gaji karyawan, untuk pembelian gabah dan
untuk membayar bunga Promissory Notes (PN) yang telah jatuh tempo kepada PT
Synergy Asset Management, serta dipergunakan untuk membayar nasabah salah
satu anak perusahaan PT SPU yaitu PT First Asset Management. Hal ini
menunjukkan bahwa PT Synergy Asset Management secara langsung maupun
tidak langsung telah menipu atau mengelabui nasabahnya, sehingga PT Synergy
Asset Management terbukti melanggar pasal 90 UU No.8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal.
b. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pasar Modal
Perbuatan yang dilarang berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal meliputi :
1. Penipuan, yaitu yang diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang No.8 Tahun 1995,
bahwa dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung
atau tidak langsung :
a. Menipu, atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan
atau cara apapun.
b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain dan membuat pernyataan
tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri
5
sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain
untuk membeli atau menjual efek.
2. Manipulasi Pasar :
a. Menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek (pasal 91)
b. Rekayasa harga efek di bursa, yaitu apabila setiap pihak, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain, melakukan dua
transaksi efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga menyebabkan harga efek di bursa efek tetap, naik atau turun
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau
menahan efek (pasal 92)
c. Memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar atau
menyesatkan, sehingga harga efek di bursa terpengaruh, yaitu setiap
pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak atau menyesatkan,
sehingga mempengaruhi harga efek apabila pada saat pernyataan dibuat
atau keterangan diberikan (pasal 93) :
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak
benar atau menyesatkan.
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
3. Insider Trading :
Adalah perdagangan efek dengan mempergunakan Informasi Orang Dalam
(IOD). IOD adalah informasi material yang dimiliki orang dalam yang
belum tersedia untuk umum.
UU No.8 Tahun 1995 tidak memberikan batasan insider trading secara
tegas, transaksi yang dilarang antara lain yaitu orang dalam dari emiten yang
mempunyai informasi orang dalam melakukan transaksi penjualan atau
6
pembelian atas efek emiten atau perusahaan lain yang melakukan transaksi
dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.
Orang yang dikenal dengan insider adalah :
a. Manajemen, pegawai atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik.
b. Pihak yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkannya
mempunyai IOD.
c. Pihak yang dalam 6 bulan terakhir tidak lagi menjadi a dan b di atas.
Berdasar bentuk-bentuk di atas maka kasus PT Synergy Asset Management ini
merupakan bentuk pelanggaran yang pertama, yakni penipuan.
c. Indikator Terjadinya Tindak Pidana Pasar Modal
Tujuan utama pelaku pasar modal melakukan transaksi efek di pasar modal
untuk medapatkan keuntungan yang sebanyak mungkin, tidak sebaliknya
menanggung kerugian. Harapan pelaku pasar sebagai investor saham akan
mendapatkan keuntungan dari perusahaan dalam bentuk deviden dan investor
juga mendapatkan keuntungan dalam bentuk capital gain, yaitu apresiasi harga
pasar terhadap harga beli. Kenaikan harga saham didukung kinerja keuangan
dan pertumbuhan perusahaan yang menjanjikan, tidak direkayasa atau
penciptaan pasar semu (penggorengan saham).
Pada prinsipnya mendapatkan keuntungan dalam transaksi suatu yang wajar
dan masuk akal jika dilakukan secara taat asas, namun jika perbuatan tersebut
diiringi dengan keinginan besar untuk mengambil untung secara tidak wajar
dengan merugikan orang lain, maka pada saat itu akan timbul perbuatan yang
bertentangan dengan hukum dan etika.
7
d. Sanksi Atas Pelanggaran Di Bidang Pasar Modal
Berdasar pasal 102 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal maka sanksi
yang diberikan oleh Bapepam kepada PT Synergy Asset Management adalah
sanksi administratif berupa :
Bapepam dan LK melalui Keputusan Bapepam dan LK No. 06/BL/MI.5.2010
tentang Pencabutan Izin Usaha Perusahaan Efek sebagai Manajer Investasi Atas
Nama PT Synergy Asset Management mencabut izin usaha PT Synergy Asset
Management sebagai Manajer Investasi sebagaimana tertuang dalam Keputusan
Bapepam No. Kep. 01/BL/MI/2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang pemberian izin
usaha Perusahaan Efek sebagai Manajer Investasi Atas Nama PT Synergy Asset
Management.
Dengan pencabutan tersebut maka PT Synergy Asset Management :
a. Diperintahkan untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada nasabah
Kontrak Pengelolaan Dana (KPD),
b. Dilarang melakukan kegiatan usaha di bidang Manajer Investasi, dan
c. Dilarang menggunakan nama dan logo PT Synergy Asset Management
untuk tujuan dan kegiatan apapun, selain untuk kegiatan yang berkaitan
dengan pembubaran PT Synergy Asset Management.
Berdasar pasal 104 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan
bahwa setiap pihak yang melanggar ketentuan pasal 90, dimana dalam hal ini
PT Synergy Asset Management telah melanggar pasal tersebut mengenai
penipuan yang dilakukannya maka dapat diancam dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000, 00 (lima
belas miliar rupiah).
8
II. Pertanggungjawaban Perseroan Dan Pengurus Terhadap Adanya Benturan
Kepentingan
Pembahasan ini berusaha menjawab pertanyaan kedua yaitu bagaimana
pertanggungjawaban perseroan pengurus dalam hal ini direksi dan komisaris
terhadap adanya pelanggaran benturan kepentingan. UUPM mengatur mengenai
transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest) dalam
Pasal 82 ayat 2. UUPM mencantumkan ketentuan mengenai hal ini menandakan
bahwa praktik demikian telah berlangsung lama dan berpotensi merugikan salah
satu pihak, karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran terhadap prinsip
keterbukaan informasi. UUPM pasal 82 ayat 2 menyebutkan “Bapepam dapat
mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memperoleh persertujuan
mayoritas pemegang saham independen untuk secara sah dapat melakukan
transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu kepentingan-kepentingan
ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan kepentingan ekonomis pribadi
direksi atau komisaris atau juga pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik.” Bapepam mempertegas kata dapat mewajibkan pada UUPM pasal 82
ayat 2 menjadi suatu keharusan melalui Nomor IX E.1 Tentang Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu”.
UUPM pasal 82 ayat 2 jo. Peraturan Nomor IXE1 merupakan
perlindungan dari dua sisi. Pertama, Bapepam mempunyai kapasitas untuk
menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang
berkaitan dengan transaksi benturan kepentingan tertentu. Penegakan hukum
atas pelanggaran terhadap ketentuan mengenai transaksi benturan kepentingan
tertentu merupakan tindakan represif. Artinya, perbuatan telah terjadi
kemungkinan kerugian pun telah dialami. Sedangkan penerapan prinsip
keterbukaan dan pemberdayaan pemegang saham independen di dalam proses
pengambilan keputusan merupakan sarana hukum untuk mencegah transaksi
benturan kepentingan tertentu yang biasa menguntungkan pihak-pihak tertentu
dan sekaligus merugikan perseroan. Penerapan prinsip keterbukaan dan
9
pemberdayaan pemegang saham independen merupakan sarana preventif.
Tindakan preventif jauh lebih baik. Namun, pemegang saham perlu memahami
hak dan menggunakan haknya untuk melindungi kepentingan secara proaktif.
Transaksi yang mengandung benturan kepentingan adalah transaksi
yang mengandung perbedaan kepentingan ekonomis antara perusahaan di satu
pihak dengan pihak direksi, komisaris, atau pemegang saham di lain pihak.
Transaksi yang demikian mungkin dilakukan atau difasilitasi oleh direksi
berdasarkan kekuasaannya.
Dengan kekuasaannya direksi mengambil keputusan untuk bertransaksi
demi kepentingannya atau kepentingan pihak lain, bukan demi perseroan. Untuk
Bapepam mengharuskan persetujuan mayoritas pemegang saham independen.
Jika transaksi tersebut dilakukan tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka
tindakan direksi dan komisaris dianggap sebagai tindakan di luar
kewenangannya.
Pihak yang menyebabkan terjadinya transaksi tersebut dapat dimintakan
pertanggungjawaban. Bapepam berwenang mengenakan sanksi kepada pihak
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut (angka 13). Pihak yang
dimaksud di sini adalah direksi dan komisaris perusahaan. Sanksi dapat
dikenakan adalah sanksi peringatan tertulis dan denda (UUPM pasal 102 ayat 2
huruf a,b).
Tindakan Bapepam meminta pertanggungjawaban kepada perusahaan
dan pengurus mengacu kepada UUPT pasal 85 ayat 2 jo. UUPM pasal 102 ayat
1 dengan begitu pengurus perseroan tidak dapat mengelakkan tanggung
jawabnya dan mengalihkan tanggung jawab kepada perseroan. Dengan
dimungkinkannya sanksi direksi dan komisaris terkena sanksi dalam Peraturan
IX E1 diharapkan pengelolaan perusahaan publik kian baik. Dengan begitu
pasar modal menjadi tempat yang aman dan menarik bagi masyarakat untuk
menanamkan uangnya.
Transaksi yang mengandung benturan kepentingan merupakan transaksi
yang tidak biasa menurut peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
10
Indonesia. Maka terhadap pelanggaran atas ketentuan tersebut Bapepam
mengenakan sanksi kepada para pelaku yang dianggap bertanggung jawab atas
terjadinya peristiwa tersebut.
Terhadap setiap pelanggaran transaksi yang mengandung benturan
kepentingan, Bapepam menyatakan secara tegas bahwa siapa saja yang
bertanggung jawab akan dikenakan sanksi. Jenis sanksi untuk pelanggaran
ketentuan transaksi yang mengandung benturan kepentingan adalah sanksi
administratif. Sanksi untuk pelanggaran terhadap ketentuan mengenai transaksi
yang mengandung benturan kepentingan menurut UUPM pasal 102, yaitu :
Peringatan tertulis;
Denda atau kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
Pembatasan;
Pembekuan kegiatan usaha;
Pencabutan izin usaha;
Pembatalan persetujuan; dan pembatalan pendaftaran;
Sanksi lain ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan ketentuan mengenai sanksi denda diatur dalam UUPM
pasal jo. PP Nomor 45 tahun 1995 Pasal 64 dan 65. PP Nomor 45 Tahun 1995
Pasal 65 memberikan landasan hukum kepada Bapepam untuk menjatuhkan
sanksi denda kepada pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab dan
terbukti bersalah atas terjadinya transaksi yang mempunyai benturan
kepentingan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
Jumlah sanksi denda untuk transaksi yang mengandung benturan
kepentingan ditentukan dalam PP No. 45 tahun 1995 Pasal 65 yaitu denda
sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) kepada orang perorangan yang
terbukti bersalah melanggar ketentuan mengenai transaksi yang mempunyai
benturan kepentingan. Untuk yang bukan perorangan, dikenakan jumlah denda
yang lebih besar lagi, yaitu Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
11
Dalam kasus PT.Sinergy Asset Management, meskipun Bapepam
mampu membuktikan bahwa PT. Sinergy Asset Management telah melakukan
pelanggaran benturan dengan menempatkan dana nasabahnya kepada PT. SPU,
dimana PT. SPU merupakan induk perusahaan dari PT. Sinergy Asset
Management. Bapepam hanya memberikan sanksi pencabutan izin usaha PT.
Synergy Asset Management. Seharusnya Bapepam juga memberikan sanksi
denda agar bisa menjadi menimbulkan efek jera, dan bisa menjadi peringatan
bagi perusahaan sejenis secara tidak langsung untuk tidak melakukan
pelanggaran benturan kepentingan yang merugikan nasabah.
Selain dapat dijerat dengan UUPM, pertanggungjawaban pengurus dan
perseroan apabila melakukan benturan kepentingan, juga dapat dijerat dengan
UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 92 ayat 1 UUPT No.
40 tahun 2007 menyatakan direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Pasal 97 ayat 1 menyatakan Direksi bertanggung jawab atas pengurusan
perseroan sebagaimana dimaksud dalam pasal 92 ayat 2 tersebut di atas. Ayat 2
pasal ini menyatakan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat 1
wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan iktikad baik dan penuh
tanggung jawab.
Selanjutnya ayat 3 menyebutkan setiap anggota direksi bertanggung
jawab secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila yang bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dengan
pasal 2. dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih, maka
tanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat 3 berlaku secara tanggung renteng
bagi setiap anggota direksi (ayat 4).
Pasal 97 ayat 5 menyatakan anggota direksi tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat 3
apabila dapat membuktikan :
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahannya atau kelalainnya;
12
b. Telah melakukan pengurusan dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud tujuan perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Tetapi oleh karena UUPT bukan merupakan kompentensi dari Bapepam,
maka langkah hukum yang harus dilakukan adalah pihak yang merasa
dirugikan mengajukan gugatan ke pengadilan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan semakin besarnya minat masyarakat untuk menginvestasikan dananya
melalui Manajer Investasi maka kebutuhan akan peraturan hukum yang dapat
melindungi investor juga semakin besar, maka disini peran pemerintah
menjadi sangat penting, mengingat semakin banyaknya kejahatan dan
pelanggaran di bidang pasar modal.
2. Perbuatan melanggar hukum dan tindak pidana di bidang pasar modal
disebabkan masih lemahnya penegakkan hukum. Penegakkan yang dilakukan
oleh Bapepam - LK kurang ketat dan tegas, sehingga kondisi ini dijadikan
peluang bagi pelaku pasar modal untuk mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya.
3. Kurangnya sosialisasi mengenai investasi dan kurangnya pengetahuan
masyarakat awam akan dunia investasi telah membuat masyarakat menjadi
banyak dirugikan oleh pelaku pasar modal yang nakal, termasuk oleh Manajer
Investasi dari investor itu sendiri.
B. Saran
1. Bagi investor yang ingin berinvestasi dalam bentuk discretionary fund
sebaiknya memilih Manager Investasi yang telah memiliki pengalaman yang
cukup dalam mengelola produk discretionary dan pastikan bahwa bentuk
kerjasama yang tertuang dalam kontrak pengelolaan dana sesuai dengan profil
dan tujuan anda berinvestasi.
2. Bagi pemerintah agar pelaku kejahatan dan pelanggaran pasar modal menjadi
jera, maka sebaiknya pemerintah melalui Bapepam harus melaksanakan
14
penegakkan hukum secara tegas konsisten, dan membuat peraturan-peraturan
hukum yang bersifat melindungi investor.
15