91
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI KECAMATAN BATAHAN KABUPATEN MANDAILING NATAL SKRIPSI Oleh : RIDHO PERDANA NIM. 111021113 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA

DI KECAMATAN BATAHAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Oleh :

RIDHO PERDANA

NIM. 111021113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA

DI KECAMATAN BATAHAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RIDHO PERDANA

NIM. 111 021 113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

Dr. Juaniata SE, M.Kes

Nip. 196212231991032002

Siti Khadijah SKM, M.Kes

Nip. 196803201993082001

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI KECAMATAN

BATAHAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2014

Yang dipersiapkan dan di seminarkan oleh

RIDHO PERDANA

NIM 111 021 113

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan peserta

seminar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

i

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS

NIP. 19610831 198903 1 001

Dr. Juanita SE, M.Kes

NIP. 196212231991032002

Siti Khadijah SKM, M.Kes

NIP. 196803201993082001

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA

SIAGA DI KECAMATAN BATAHAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL

NAMA MAHASISWA : RIDHO PERDANA

NIM. : 111 021 113

PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN : ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN

KESEHATAN

TANGGAL LULUS : 29 NOVEMBER 2013

Disahkan Oleh :

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Medan, 29 Oktober 2014

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

i

ABSTRAK

Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu

untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan

masyarakat dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong

menuju desa sehat. Kecamatan Batahan sebagian belum menjalakan Program

Desa siaga. Antara lain desa Aek Nabara yang berada di batahan dan Batu

gondit di batahan, hal ini disebabkan karena sumber daya manusia dan aspek

pengetahuan serta kurangnya informasi untuk menjalankan program desa siaga

tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan dalam penelitian

ini diambil dengan teknik purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih

informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan

dengan topik penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yang

terdiri dari kepala desa, seketaris desa, dan warga desa Aek nabara yang berada

di batahan I dan desa Batu gondit batahan. Data primer diperoleh melalui

wawancara mendalam (indepth interview).

Hasil penelitian ini menunjukkan program desa siaga belum tercapai

dengan baik, dikarenakan rendahnya kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Kuncinya adalah pada koordinasi antar unsur terkait dalam urusan pelayanan

kesehatan.

Adapun kendalanya adalah lamanya pencairan menjadi salah satu faktor

buruknya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, selain itu rendahnya komitmen

SDM Puskesmas pada pekerjaan yang berhubungan pada data, sehingga

menghambat untuk diperolehnya data untuk segera mengambil kebijakan yang

tepat.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

supaya mendorong semua stakeholders yang terbentuk dengan membangun atau

meningkatkan kapasitas building termasuk di dalamnya kecukupan dana,

mekanisme pengelolaan dana, kemampuan sumber daya manusia, dan

pengawasan untuk program desa siaga yang berkesinambungan.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Program Desa Siaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

ii

ABSTRACT

Alert village is a conditionof community who are aware, will and able to

prevent and threats any thereats to the society by using local potency collectively

health rural village. Subdistrict of Batahan has not yet implement the program of

alert rural village program. Such as Desa Aek Nabara in Batahan and Batu

Gondit in Batahan, caused by limitation of human resources and knowladge

aspect and the few of information inplement the alert rural vilage program.

This purposive aplies qualitative methods. The Informants in this

research was took by sampling method, i.e. to chose informant who ready and

ableto provide the information about the research topic, the number of informant

in this research are 13 person that consist of head of village, secretary of village,

and the local people of Aek Nabara and Batu Gondit. The primay data was

collected by an indepth interview.

The results of this study research indicate that the alert village program

has not yet success caused by the lower service quality to the society. The

importan thing is coordination between the related elements in health service. The

obstacles is a long more over time for payment as factor that worsen the health

service. The lower of commitment of human resources on work-related health

center on the data, this inhibiting for obtaining the data to immediately take

appropriate policy.

It is suggested to the health office of regency of Mandailing Natal to

support the stakeholder by devlop the building capacity as well as the fund

sufficiency, fund management system, human resource capability and supervision

of alert village program sustainably.

Keywords: Health Policy, Program Alert Village, Mandailing Natal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Implementasi Program DesaSiaga di

Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal”. Shalawat dan salam

kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang

telah menjadi teladan utama bagi umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Drs. Abdul Halim MA dan

ibunda Dra. Masrawati Pahutar M.A yang telah memberikan kasih sayang

yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada

penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini. Semoga Allah memberikan

kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

iv

2. dr. Hedy BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan dan sebagai dosen penguji I yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan masukan pada skripsi ini.

3. Dr. Juanita SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Siti Khadijah SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

memberikan bimbingan arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr.Fauzi SKM selaku Dosen Penguji II penulis yang telah memberikan saran

dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ir. Indra Cahaya M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang

telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di

FKM USU.

8. Pimpinan dan staf di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

9. Kepala Kantor Camat Kecamatan Batahan

10. Kepala Puskesmas Batahan dan seluruh staf yang telah membantu penelitian

penulis.

11. Untuk Istriku Ika Rohimah Daulay SKM, tersayang yang selalu mendoakan

dan menyemangati penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

v

12. Sahabat-sahabat seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang sering

memberi dukungan, masukan dan diskusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga Tugas Sarjana ini

memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi

yang bermanfaa tbagi ilmu pengetahuan.

Medan, September 2014

Penulis

Ridho Perdana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ridho Perdana

Tempat/Tanggal Lahir : Padang sidimpuan 08 September 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Pancing Komp. Perumahan IAIN No.1

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996-2001 : SD Negeri 145624 Sipogu

2. Tahun 2002-2004 : MTs N Kase Rao-rao Bt. Natal

4. Tahun 2005-2007 : SMA N 1 Muarasoma Bt. Natal

5. Tahun 2008-2010 : DIII Keperawatan UMJ Jakarta

6. Tahun 2011-2014 : FKM USU Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 11

1.3. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 11

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Desa Siaga ...................................................................... 13 2.1.1. Tujuan Desa Siaga ................................................................. 14

2.1.2. Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa Siaga .................. 14

2.1.3. Program-program yang Terdapat Dalam Desa Siaga ............ 15

2.2. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Dalam Desa Siaga ....................... 15

2.2.1. Pengertian Poskesdes ............................................................ 15

2.2.2. Kegiatan Poskesdes ............................................................... 16

2.2.3. Sumber Daya Poskesdes ........................................................ 16

2.3. Pelaksanaan Desa Siaga ................................................................... 17

2.3.1. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga ................................ 19

2.3.2. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................ 23

2.4. Pembinaan dan Peningkatan ............................................................ 25

2.5. Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait ... 26

2.5.1. Peran Jajaran Kesehatan ........................................................ 26

2.5.2. Peran Pemangku Kepentingan Terkait .................................. 30

2.6. Indikator Keberhasilan Desa Siaga .................................................. 31

2.6.1. Pengetahuan (knowledge) ...................................................... 31

2.6.2. Tingkatan Pengetahuan .......................................................... 32

2.6.3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan .............................. 33

2.6.4. Pengukuran Pengetahuan ...................................................... 35

2.6.5. Pengukuran Sikap .................................................................. 37

2.6.6 Perubahan-Perubahan Perilaku ............................................... 38

2.6.7 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku ........................................ 39

2.6.8 Strategi Dalam Perubahan Perilaku ........................................ 40

2.7 Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan ........................................ 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

viii

2.8. Musyawarah Desa / Kelurahan ........................................................ 43

2.8.1 Perencanaan Partisipatif .......................................................... 44

2.8.2 Perlaksanaan Kegiatan ............................................................ 45

2.9. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................ 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................. 47 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .......................................... 47

3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 47

3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 47

3.3. Informan Penelitian .......................................................................... 48

3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 48

3.6. Teknik Analisis Data ........................................................................ 49

3.7. Triagulasi .......................................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Implementasi Program Desa Siaga di Kecamatan Batahan

Kabupaten Mandailing Natal ........................................................... 50

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Implementasi Program Desa Siaga .................................................. 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 66 6.2. Saran ................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Cakupan PWS-KIA di Kabupaten Madina ............................................ 9

Tabel 1.2 Profil Dinkes Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten

Mandailing Natal ................................................................................ 9

Tabel 4.1 Tabel Pendapat Kepala Desa Tentang Desa Siaga Aktif ...................... 51

Tabel 4.2 Tabel Pendapat Kepala Camat dan Sekretaris Desa Tentang

Desa Siaga Aktif .................................................................................. 52

Tabel 4.3 Tabel Pendapat Tokoh Masyarakat Desa Tentang Desa Siaga Aktif.. 54

Tabel 4.4 Tabel Pendapat Petugas Kesehatan Desa Tentang Desa Siaga Aktif.. 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terbentuk Perilaku ....................................................................... 36

Gambar 2.2 Siklus Pemecahan Masalah Kesehatan Oleh Masyarakat ....................... 42

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Surat Dinas Puskesmas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

1 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi bagi setiap manusia dan memiliki kontribusi

yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Kesehatan Manusia. Undang-

undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 menyebutkan kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial dan

ekonomis. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat baik setiap orang, sehingga mampu

mewujudkan bangsa yang berdaya saing secara global (Depkes, 2009).

Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia ternyata belum menjadi milik setiap

manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis dan

budaya. Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang

berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu diperjuangkan secara terus

menerus dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan

kemampuan mereka. Disamping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan

merupakan Investasi bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia juga masih

harus terus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi para pengambil kebijakan

dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.

Berdasarkan kenyataan tersebut, diperlukan upaya terobosan yang benar-benar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

2

memiliki daya ungkit bagi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

seluruh penduduk Indonesia (Anonim, 2011).

Sejak awal berdirinya WHO, konstitusi tahun 1948 dari organisasi kesehatan

sedunia itu dengan jelas mengakui adanya dampak kondisi sosial dan politik terhadap

kesehatan, dan perlunya kolaborasi antar sektor, seperti pertanian, pendidikan,

perumahan, dan kesejahteraan sosial, untuk mencapai tujuan kesehatan. Isu global

perubahan iklim dan krisis keuangan yang terjadi saat ini menjadi ancaman serius

bagi pembangunan kesehatan. Berbagai ancaman keselamatan ini yang dapat

menimbulkan rasa ketidakpastian masyarakat dan memperlihatkan bahwa kesehatan

global semakin sulit untuk diraih. Secara perlahan pasti terjadi peningkatan beban

kesehatan yang menyebar di dalam antar Negara dunia.

Teori “Demand For Health Capital” (Murti dkk, 2006) mengatakan bahwa

individu menggunakan pelayanan kesehatan, sesungguhnya yang dicari bukan hanya

pelayanan kesehatan, melainkan kesehatan itu sendiri. Masing – masing individu

melakukan produksi, menggunakan aneka input di pasar, untuk melipatgandakan stok

kesehatan dalam tubuh sehingga jumlah hari – hari sehat (healthy days) bertambah,

sekaligus mengisi ulang stok kesehatan yang berkurang (depleted, depreciated) akibat

proses penuaan, iklim, penyakit, polusi, bencana alam dan sebagainya. Makin banyak

jumlah makanan bergizi yang dikonsumsi, semakin sehat individu. Demikian juga

semakin banyak kuantitas pelayanan kesehatan yang diperoleh individu semakin

tinggi suatu kesehatan individu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

3

Era roformasi paradigm sehat digunakan sebagai landasan pembangunan

kesehatan yang berarti pembangunan kesehatan harus mengutamakan upaya promotif

dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Salah satu strategi

Depkes adalah mengutamakan anggaran kesehatan pemerintah untuk upaya

pencegahan dan promosi kesehatan dengan demikian program promosi kesehatan

sebagai salah satu bentuk upaya promotif dan preventif mendapat tempat yang sangat

penting dalam pembangunan kesehatan (Wulansari, 2007).

Pemerintah pernah berhasil menggalang peran aktif dan memberdayakan

masyarakat di bidang kesehatan melalui gerakan Pembangunan kesehatan Masyarakat

Desa (PKMD) pada dasawarsa 1970 – 1980. Masa kejayaan PKMD itu hendak

diulang dan dibangkitkan kembali melalui gerakan pengembangan dan pembinaan

Desa Siaga yang sudah dimulai tahun 2006.

Sejak tahun 2006, upaya promosi kesehatan ditekankan melalui Program Desa

Siaga sesuai dengan seruan Presiden saat pencanangan Pekan Kesehatan Nsional

tanggal 18 Juni 2005 dan disusul oleh keputusan Menteri Kesehatan RI No.

564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa

Siaga. Demi mencapai target desa siaga aktif pada tahun 2015, dilakukan revitalisasi

melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741/Menkes/Per/VIII/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota dan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota.

Pemerintah menetapkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 80% desa telah menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

4

desa/kelurahan siaga aktif. Kemudian program ini direvitalisasi guna mengakselerasi

pencapaian tersebut melalui keputusan Menteri Kesehatan No.

1529/Menkes/SK/X/2010 tentang pedoman Umum Pengembangan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif (Depkes, 2010).

Desa siaga merupakan gambaran masyarakat sadar, mau dan mampu untuk

mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti

kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian

Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan dan lain – lain dengan

memanfaatkan potensi setempat secara gotong – royong. Penbangunan desa siaga

mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada

masyarakat desa, mensiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah – masalah

kesehatan serta memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) (Depkes, 2007).

Promosi kesehatan melalui program desa/kelurahan siaga tidak hanya

merubah perilaku, tetapi determinan kesehatan. Meskipun perilaku berubah, bila tidak

didukung dengan fasilitas juga akan mengalami kesulitan. Hal tersebut terkait dengan

pembiayaan kesehatan dengan kegiatan itu sendiri. Menurut Tjiptoherijanto (1994),

persoalan pembiyaan kesehatan pada dasarnya bukan hanya persoalan sector

kesehatan saja, melainkan juga mencerminkan kesulitan perekonomian secara

menyeluruh, Oleh karena itu diperlukan strategi untuk mengembangkan kegiatan-

kegiatan sektor kesehatan sehingga sumber daya yang ada dapat ditetapkan dan

diberdayakan untuk focus memenuhi kompas kebutuhan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

5

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya

dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri, dengan tujuan

terwujudnya desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di

wilayahnya. Kriteria Desa siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-

kurangnya Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka

mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

Pelayanan yang diberikan meliputi upaya-upaya promotif, preventif dan kuratif yang

dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan terutama Bidan. Di desa, Bidan merupakan

Tenaga Kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat dan tinggal bersama dengan

masyarakat. Selain Bidan, kegiatan Desa siaga juga dibantu oleh kader dan

masyarakat. Peran Bidan dalam program Desa siaga adalah pembimbing dan

pelaksana penggerak dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan serta sebagai

pelaksana pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya.

Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan

pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para

pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.

Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan

kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas. Susunan pengurus Desa

Siaga diatur oleh Pengurus Desa Siaga terdiri dari Penanggung Jawab, Penasehat,

Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi – seksi di antara lain adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

6

Seksi Pendataan, Seksi Dana Sosial Kesehatan, Seksi Transfortasi (ambulan desa),

Seksi Donor Darah, Seksi PHBS/ Kesehatan Lingkungan. Sebelum melaksanakan

tugasnya pengelola dan kader desa yang ditetapkan perlu diberikan orientasi atau

pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku (Depkes, 2007).

Keberhasilan upaya pengembangan Program Desa siaga dapat dilihat dari empat

indikator yaitu indikator masukan, indikator proses, indikator keluaran dan indikator

dampak. Selain itu keberhasilan Program Desa siaga dapat dilihat dari strata Desa

siaga yang terdiri dari Strata Pratama, Strata Madya dan Strata Utama (Kurniawan,

2007).

Tahun 2009 tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa dan

kelurahan di Indonesia telah memulai upaya mewujudkan Desa/Kelurahan Siaga.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa saat ini desa

siaga yang sudah terbentuk sebanyak 1.786 desa. Tahun 2010 ditargetkan 5.744 desa

akan menjadi desa siaga. Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Bidang

Kesejahteraan Rakyat Siti Fadilah Supari juga telah mengukuhkan Desa Siaga se-

Kabupaten. Pengukuhan Desa Siaga tersebut sebagai bentuk komitmen pemerintah

pusat terhdap peningkatan kesejahteraan masyarakat namun banyak diantaranya yang

belum aktif.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009,

Kecamatan Batahan terdiri dari 45 desa. Kecamatan Batahan belum menjalakan

Program Desa siaga. Antara lain desa Aek Nabara dan Batahan hal ini disebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

7

karena sumber daya manusia dan aspek pengetahuan serta kurangnya informasi untuk

menjalankan program desa siaga tersebut. Program desa siaga tersebut sangatlah

dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya yang

berada di desa tersebut karena desa Aek Nabara dan Batahan merupakan salah satu

desa yang bisa dikatakan desa tertinggal disebabkan karena akses jalan yang buruk,

perekonomian yang kurang, ditinjau dari pola hidup masyarakatnya, serta tenaga

kesehatan dan fasilitas kesehatan masih sangat dibutuhkan di desa-desa tersebut

karena untuk menjangkau fasilitas kesehatan puskesmas sangat jauh serta kondisi

jalan masih tanah dan apabila cuaca hujan akan sangat sulit untuk di dilewati kecuali

kenderaan khusus seperti mobil gardan dua, maka dari hasil pengamatan peneliti

ingin mengkaji dan mengupayakan agar program desa siaga tersebut dapat

implementasikan di desa-desa tersebut dengan metode pendekatan sosial kesehatan.

Kondisi keterbatasan berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan

kesehatan, sarana kesehatan yang tidak terjangkau karena penempatan lokasi tidak

strategis. Tenaga medis yang belum berkompeten dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan, ekonomi masyarakat yang kurang stabil sehingga untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan tidak optimal dan kurangnya kesediaan masyarakat untuk

merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan

(Marhami, 2011).

Bila dilihat Kabupaten/Kota Angka Kematian Bayi terendah di Karo sebesar

11,50 per 1000 kelahiran hidup, diikuti Pematang Siantar sebesar 13,70 per 1000

kelahiran hidup dan di kota Medan sebesar 13,80 per 1000 kelahiran hidup sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

8

Angka Kematian Bayi tertinggi terdapat di kabupaten Mandailing Natal sebesar 41,50

per 1000 kelahiran hidup, diikuti di kabupaten Labuhan Batu sebesar 35,10 per 1000

kelahiran hidup dan di kabupaten Asahan sebesar 34,70 per 1000 kelahiran hidup

(Kemenkes, 2011).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) terakhir yang dilaksanakan

Kementrian Kesehatan di Mandailing Natal menunjukan penyebab kematian

terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi gangguan pernafasan (35,9%),

prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama kematian bayi pada

kelompok 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1 %) dan

pneumonia (15,4 %). Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari-11 bulan

yaitu Diare (31,4%), penumonia (23,8%) dan meningitis/ensefalitis (9,3 %). Di lain

pihak faktor utama ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi 0-6

hari adalah hipertensi maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran

(17,5%), ketuban pecah dini dan pendarahan anterpartum masing-masing 12,7%

(Kemenkes, 2011).

Angka Kematian Ibu Maternal dan Angka Kematian Bayi merupakan

indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Angka Kematian Ibu

mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas.

Angka Kematian Ibu Maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 adalah

400 per 100.000 kelahiran hidup belum bisa menggambarkan Angka Kematian Ibu

yang sebenarnya di populasi. Bila kita lihat angka nasional, hasil SDKI menyebutkan

Angka Kematian Ibu dan angka kematian bayi serta pencapain Program Pemantau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

9

Wilayah Setempat (PWS) KIA di Kecamatan Batahan tahun 2011 sampai dengan

2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Cakupan PWS-KIA di Kabupaten Madina Tahun 2011 s/d 2012

No Cakupan Tahun

2008

Tahun

2009

Tahun

2010

Target

Nasional 1. K1 91,17 % 102,56 % 97,74% 95%

2. K4 79,16 % 92,78 % 90,95% 95%

3. Deteksi Dini ibu hamil

Resiko Tinggi Oleh Masyarakat

7,41 %

5,73 %

3,10%

12%

4. Deteksi Dini ibu hamil

Resiko Tinggi Oleh Tenaga Kesehatan

39,79 %

53,31 %

66,10%

20%

5. Persalinan Nakes 84,13 % 90,02 % 93,74% 90%

6. Kunjungan Neonatal 81,49 % 96,57 % 90,81% 95%

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013

Tabel 1.2 Profil Dinkes Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten

Mandailing Natal Tahun 2011 s/d 2012

No Cakupan Tahun 2008 Tahun 2009

Tahun

2010

Target

Nasional

1.

AKI

24 Kasus

(206,95/100.000

KH)

16 Kasus

(135,11/100

.000 KH)

20 Kasus

(209,21/1

00. 000 KH)

150/ 100.000 KH

2.

AKB 247 Kasus

(21,30/1000 KH)

198 Kasus

(16,72/1000 KH)

161 Kasus

40/1000 KH

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013

Keberhasilan Program Desa siaga dapat dilihat dari keberadaan Bidan Desa di

wilayah tersebut. Indikasi adanya permasalahan dalam pengelolaan Desa siaga adalah

keterbatasan Bidan Desa yang menetap di desa tersebut.

Kader menyatakan jarang mendapatkan bimbingan dan arahan dari Bidan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

10

dalam kegiatan Desa siaga. Padahal peran serta Kader Kesehatan dan Masyarakat

sangat penting untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Desa siaga. Kader

menyatakan pembuatan laporan Kegiatan Desa siaga bulanan jarang dilakukan.

Pencatatan dan pelaporan hanya menggunakan buku tertentu. Tidak ada format

khusus dan tidak dilaksanakan setiap bulan. Berdasarkan survei awal yang telah

dilakukan peneliti masih banyak bidan yang belum menerapkan manajemen

(perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan) Desa siaga, maka

masalah penelitian adalah belum optimalnya manajemen (perencanaan, penggerakan,

pengorganisasian dan pengawasan) atau masih banyak bidan yang belum melakukan

manajemen Program Desa siaga secara tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana Implementasi Program Desa Siaga di Kecamatan Batahan

Kabupaten Mandailing Natal”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Implementas Program desa siaga di Kecamatan Batahan

Kabupaten Mandailing Natal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

11

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian Analisis Implementasi Program Desa siaga di Kabupaten Batahan

Kecamatan Kabupaten Mandaling Natal diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak,

antara lain :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang

bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam mengutamakan kesehatan yang

sangat dibutuhkan masyarakat desa Batahan melalui program-program kesehatan

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang

bermanfaat bagi Puskesmas dalam mendukung program Desa siaga di

Kecamatan Batahan Kabupaten mandailing Natal.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang

bermanfaat bagi Dinas Kesehatan dalam mendukung program Desa siaga di

Kabupaten Mandailing Natal

4. Sebagai rekomendasi atau referensi untuk melanjutkan penelitian berikutnya

yang lebih mendalam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Desa Siaga

Desa siaga adalah bentuk pengembangan dari Desa siaga yang telah dimulai

sejak Tahun 2006. Desa atau kelurahan Siaga adalah desa atau kelurahan yang

disebut dengan nama lain yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah

pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan setiap hari melalui

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada wilayah tersebut

seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.

Selain itu penduduknya juga mampu mengembangkan UKBM dan melaksanakan

survelans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan

anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan

bencana, serta penyetahan lingkungan sehingga masyarakat menerapkan PHBS

(Kemenkes, 2011)

Masyarakat di Desa Siaga harus melakukan PHBS, yaitu sekumpulan perilaku

yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang, keluarga atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Indikator keberhasilan pengembangan desa dan kelurahan Siaga adalah penerapan

PHBS di rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, sarana

kesehatan dan mengupayakan sarana dan kemudahan untuk melakukannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

13

(Kemenkes RI, 2010).

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya

dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa yang

dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau negeri atau istilah-istilah lain bagi

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adapt-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu

untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat

seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan

KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi

setempat, secara gotong-royong.

2.1.1 Tujuan Desa Siaga

Tujuan dari dibentuknya Desa siaga adalah:

1) Mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.

2) Menyiapsiagakan masyarakat untuk menghadapi masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

3) Memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih

dan sehat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

14

2.1.2 Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa siaga

1) Sasaran

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa siaga

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu

melaksanakan hidup sehat, serta perduli dan tanggap terhadap

permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

b) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan

keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan

perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh

perempuan dan pemuda; kader; serta petugas kesehatan.

c) Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan

perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala

Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku

kepentingan lainnya.

2) Kriteria

Sebuah desa telah menjadi Desa siaga apabila desa tersebut memiliki

sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan desa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

15

2.1.3 Program-program yang Terdapat Dalam Desa Siaga

Inti dari kegiata desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan

mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan

langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi)

masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan

masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Aswar, 1994).

Untuk menuju Desa siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya

masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana

Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan

menuju Desa siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa siaga akan lebih

cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

(UKBM).

2.2 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Dalam Desa Siaga

2.2.1 Pengertian Poskesdes

Poskesdes adalah upaya UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka

mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan

antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanannya meliputi

upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya

(Aswar, 1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

16

2.2.2 Kegiatan Poskedes

Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan

kesehata bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya :

1) Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit

menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor

resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.

2) Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang

berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang

gizi).

3) Kesiapsiagaan dan penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.

4) Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.

5) Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga

sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan

lingkungan, dan lain-lain, merupakan kegiatan pengembangan. Poskesdes juga

diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain

yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya Warung Obat Desa, Kelompok

Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain). Dengan demikian,

Poskesdes sekaligus berperan sebagai coordinator dan UKBM-UKBM tersebut

(Makkasau, 2006).

2.2.3 Sumber Daya Poskesdes

Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan),

dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya dua orang kader.Untuk menyelenggarakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

17

Poskesdes harus tersedia sarana fisik bangunan, perlengkapan, dan peralatan

kesehatan. Guna kelancaran komunikasi dengan masyarakat dan dengan sarana

kesehatan (khususnya Puskesmas), Poskesdes seyogyanya memiliki juga sarana

komunikasi (telepon, ponsel, atau kurir).

Pembangunan saranan fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai

cara, yaitu dengan urutan alternative sebagai berikut:

1) Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada menjadi

Poskesdes.

2) Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa,

Bali Pertemuan Desa, dan lain-lain.

3) Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah),

donator, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

2.3 Pelaksanaan Desa Siaga

A. Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1) Pusat:

a) Penyusunan pedoman.

b) Pembuatan modul-modul pelatihan.

c) Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atau Training of

Trainers (TOT).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

18

2) Provinsi:

Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota).

3) Kabupaten / Kota:

a) Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.

b) Penyelenggaraan pelatihan kader.

B. Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1) Pusat:

Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.

2) Provinsi:

Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.

3) Kabupaten / Kota:

a) Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.

b) Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka

penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.

4) Kecamatan:

Pengembangan dan Pembinaan Desa siaga.

C. Pemantauan dan Evaluasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

19

Dalam tahap pemantauan dan evaluasi, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1) Pusat:

Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan pengembangan Desa

siaga.

2) Provinsi:

a) Memantau kemajuan pengembangan Desa siaga.

b) Melaporkan hasil pemantauan ke pusat.

3) Kabupaten / Kota:

a) Memantau kemajuan pengembangan Desa siaga.

b) Melaporkan hasil pemantauan ke Provinsi.

4) Kecamatan:

a) Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).

b) Melaporkan pengembangan ke Kabupaten /Kota.

2.3.1 Pendekatan Pengembangan Desa Siaga

Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi

masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral

pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan

menempuh tahap-tahap:

a. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat

dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.

b. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

20

c. Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan

melaksanakannya.

d. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah

dilakukan. Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaanya, namun secara

garis besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan Tim Petugas

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya

dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas

kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun

petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi,

pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan

kondisi setempat. Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang

memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk

melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan masyarakat.

2) Pengembangan Tim di Masyarakat

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh

masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam

satu tim untuk mengembangkan Desa siaga. Dalam langkah ini termasuk

kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau

memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu,

maupun dana atau sumber dana yang lain, sehingga pembangunan Desa siaga

dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

21

masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya

dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi

pengembangan Desa siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa

dukungan moral, dukungan financial atau dukungan material, sesuai

kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa

siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan

masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau

Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta

organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikut

sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.

3) Survei Mawas Diri

Survey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community

Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu

melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survey ini harus dilakukan oleh

pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan.

Dengan demiian, mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di

desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk

membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan

dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan

pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.

Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-masalah

kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

22

mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka

membangun Poskesdes.

4) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Tujuan penyelenggaraaan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah

mencari alternative penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun

Poskesdes, diakitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga

untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa siaga. Inisiatif

penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang

telah sepakat mendukung pengembangan Desa siaga. Peserta musyawarah

adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan

generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan

dunia usaha yang mau mendukung pengembangan Desa siaga dan

kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya

dalah daftar masalah kesehatan, data potensial, serta harapan masyarakat.

Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas,

dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing

individu / institusi yang diwakilinya, serta langkah-langkah solusi untuk

pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa siaga

(Kurniawan, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

23

2.3.2 Pelaksanaan Kegiatan

Secara operasional pembentukan Desa siaga dilakukan dengan kegiatan

sebagai berikut:

a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa siaga

Pemilihan pengurus dan kader Desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus

para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil

masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan

tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

b. Orientasi / Pelatihan Kader Desa siaga

Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah

ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai dengan pedoman

orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan yang berlaku.

Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa

dalam rangka pengembangan Desa siaga (sebagaiman telah dirumuskan dalam

Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan Desa siaga secara umum,

pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan

UBKM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat,

Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan,

pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan

pemukiman (PAB-PLP), kegawat daruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

24

kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi pertanian tanaman

pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), 2.

c. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain

Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes yang

sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan

dalam rencana kerja tentang alternative lain pembangunan Poskesdes. Dengan

demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan , membangun

baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari

donator, membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau memodifikasi

bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan,

kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan

belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi

kurang / tidak aktif.

d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa siaga

Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat

ditetapkan sebagai Desa siaga. Setelah Desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan

dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem

surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan

penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit

menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB., penggalangan dana,

pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan

lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

25

Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti

Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara

berkala kegiatan Desa siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya

dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa siaga

selanjutnya secara lintas sektoral (Wijono, 1999).

2.4 Pembinaan dan Peningkatan

Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor

lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan Desa siaga

perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan

dan pengembangan jejaring Desa siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring

UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa siaga

(minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama,

juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah

pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-

program pembangunan yang bersasaran Desa.

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa siaga adalah keaktifan

para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upay-

upayauntuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang

memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologinya harus diberi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

26

kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-

kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu

untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji / intensif

atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.

Perkembangan Desa siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi.

Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa siaga perlu dicatat oleh kader,

misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam

buku Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi

Posyandu).

2.5 Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait

2.5.1 Peran Jajaran Kesehatan

1) Peran Puskesmas

Dalam rangka pengembangan Desa siaga, Puskesmas merupakan ujung

tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak

masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa,

Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota yang telah dilatih Provinsi.

Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik dan

Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

27

b) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan desa dalam

rangka pengembangan Desa siaga.

c) Memfasilitasi pengembangan Desa siaga dan Poskesdes.

d) Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan desa siaga.

2) Peran Rumah Sakit

Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina

teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah:

a) Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan

Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

b) Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka pengembangan

kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di Desa siaga.

c) Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka

pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.

3) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi:

a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten / Kota

dalam rangka pengembangan Desa siaga.

b) Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk

PONED, dan pemberdayaan masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

28

c) Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan

rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah

Sakit.

d) Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi

Fasilitator Pengembangan Desa siaga.

e) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.

f) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat

Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa siaga.

g) Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis

terhadap Desa siaga.

h) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa siaga.

4) Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:

a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka

pengembangan Desa siaga.

b) Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan

melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.

c) Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan

Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan

pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka

pengembangan Desa siaga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

29

d) Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa siaga dengan

metode kalakarya (interrupted training).

e) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi

dalam rangka pengembangan Desa siaga.

f) Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan, evaluasi

dan bimbingan teknis terhadap Desa siaga.

g) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa siaga.

Peran Departemaen Kesehatan

Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:

a) Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa siaga, serta

mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.

b) Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta

Posyandu dan UKBM-UKBM lain.

c) Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa siaga.

d) Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan,

serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana berbasis

masyarakat.

e) Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.

f) Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).

g) Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.

h) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

30

2.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Terkait

Pemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah, pejabat

lintas sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka masyarakat, tokoh-

tokoh agama, PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-lain, diharapkan berperan

aktif juga di semua tingkat administrasi.

1) Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah

a) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan

Desa siaga.

b) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan

pelayanan Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM yang ada

(Posyandu, Polindes, dan lain-lain).

c) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa siaga secara

teratur dan lestari.

2) Tim Penggerak PKK

a) Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UBKM di

Desa siaga (Posyandu dan lain-lain).

b) Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan

memanfaatka UBKM yang ada.

c) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan

kadarzi dan PHBS.

3) Tokoh Masyarakat

a) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa siaga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

31

b) Menaungi dan membina kegiatan desa siaga.

c) Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa

siaga.

4) Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swastas

a) Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa siaga.

b) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan

penyelenggaraan Desa siaga.

2.6 Teori Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang pada

dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya tersedianya

sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan non-fisik yang menyangkut perilaku

kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status

kesehatan individu maupun masyarakat (Notoadmodjo S, 2007).

2.6.1 Pengetahuan (Knowledge)

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba

(Notoadmodjo S, 2007).

2. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

32

perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana seseorang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (tertarik), disini sikap seseorang sudah mulai timbul karena

ketertarikan terhadap stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), disini sikap seseorang lebih baik lagi

karena menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya.

4) Trial (mencoba), dimana seseorang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan yang dikehendaki stimulus.

5) Adoption (mengambil), dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.6.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoadmotjo, S 2003 dan 2007)

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat materi yang telah di pelajari sebelumnya.

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

33

3. Menerapkan (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah di pelajari pada kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis) menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

2.6.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Notoadmodjo (2003), yaitu:

1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2) Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang

lebih luas dibandingkan dengan rendah.

3) Keyakinan

Seseorang yang pendidikannya lebih Biasanya keyakinan diperoleh secara turun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

34

temurun dan tanpa adanya pembuktian. Keyakinan dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu bersifat positif maupun negatif.

4) Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Seseorang yang banyak memperoleh informasi cenderung

mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan Namun bila

seseorang berpenghasilan cukup besar maka akan mampu untuk menyediakan

atau membeli fasilitas sumber informasi.

6) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

7) Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur

merupakan periode terhadap pola-polakehidupan yang baru. Usia mempengaruhi

daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh

semakin membaik. Dua sikap tradisional menurut Widayatun TS (1999)

mengenai jalannya perkembangan selama hidup, sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

35

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua

karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Beberapa teori

berpendapat bahwa IQ seseorang akan menurun sejalan dengan bertambahnya

usia khususnya pada beberapa kemampuan seperti kosa kata dan pengetahuan

umum.

c) Tempat tinggal atau lingkungan pengetahuan seseorang akan lebih baik jika

berada di perkotaan daripada di pedesaan karena di perkotaan kesempatan

makin luas untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial, sehingga wawasan

sosial makin kuat, di perkotaan mudah mendapatkan informasi.

2.6.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Cara

pengkategorian tingkat pengetahuan dilakukan dengan menetapkan cut off point dari

skor yang telah dijadikan persen.

a. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku (Notoadmodjo S, 2007). Perilaku tidak

sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

36

Sikap (Tertutup)

tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tertentu.

Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Newcomb menyatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan tertentu atau

aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo S,

2007).

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan (konsep) terhadap

suatu obyek, kehidupan atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek, dan

kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara

bersama membentuk sikap yang utuh attitude) (Notoadmodjo S, 2007).

Gambar 1.1 Proses Terbentuk Perilaku

b. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan, sikap terdiri atas berbagai

tingkatan, yaitu:

1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) ingin dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2) Merespons (responding) diartikan memberi jawaban jika ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Reaksi

( Tingkah laku terbuka) Stimulus

(Rangsangann) Proses Stimulus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

37

3) Menghargai (valuing) dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan

segala risiko merupakan sikap paling tinggi.

2.6.5 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu obyek, dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo S, 2007).

a. Perilaku (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan

dukungan (Notoatmodjo S, 2007).

b. Tingkatan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan perilaku, antara lain:

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek dengan tindakan yang akan diambil

merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah

indikator praktik tingkat dua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

38

3) Mekanisme (mechanism)

Melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan

kebiasaan merupakan praktik tingkat tiga.

4) Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya

tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

5) Pengukuran perilaku

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni observasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo S, 2007).

2.6.6 Perubahan-perubahan perilaku

Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan

kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori

tentang perubahan perilaku ini, antara lain : (Notoadmodjo S, 2007)

a. Teori Stimulus -Organisme – Respon (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme.Teori ini mengartikan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula

sehingga dapat menyakinkan organisme.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

39

b. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Teori cognitive ini sebenarnya hamper sama hal dengan konsep ‘Imbalance’

(tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan dissonance‟ merupakan ketidak

seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha

mencapai keseimbangan kembali

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung

kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan

perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam

konteks keutuhan orang tersebut.

d. Teori Kurt Lewin

Teori ini berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang

seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-

kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku itu berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan-kekuatan tersebut didalam diri

seseorang.

2.6.7 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang

digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO,

bentuk-bentuk perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (Notoatmodjo

S, 2007).

a. Perubahan Alamiah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

40

Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu disebabkan

karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubaha

lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota

masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Kesediaan Untuk Berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam

masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk

menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian

orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi tersebut. Hal ini disebabkan

karena disetia orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

2.6.8 Strategi dalam Perubahan Perilaku

Dalam mencapai terwujudnya perubahan-perubahan perilaku yang sesuai

dengan norma-norma, maka diperlukan usaha konkret dan positif. Beberapa strategi

untuk memp5eroleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi

3 yaitu: (Notoatmodjo S, 2007).

a. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan

perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan

seperti yang diharapkan. Cara yang ditempuh, misalnya dengan adanya peraturan

peraturan / perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini

akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut

belum tentu berlangsung lama, karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau

belum berdasarkan kesadaran sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

41

b. Pemberian informasi Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup

sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya

akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya

dengan pengetahuan akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya

menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Hasil atau perubahan perilaku

dengan cara ini akan memakan waktu yang lama, tetapi perubahan yang dicapai

akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka.

c. Diskusi dan partisipasi cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua.

Dimana dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja,

tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima

informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang

informasi yang diterimanya. Cara ini salah satu cara yang baik dalam perubahan

perilaku (Notoatmodjo S, 2007). Menurut Bloom menyimpulkan bahwa

lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan,

kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua,

pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap

status kesehatan. Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu

dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni: faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors), dan faktor-faktor yang memperkuat atau

mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai

factor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok

tersebut (Notoatmodjo S, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

42

Gambar 2.2 Siklus Pemecahan Masalah Kesehatan oleh Masyarakat

2.7 Pengenalan Kondisi Desa Atau Kelurahan

Pengenalan kondisi desa atau kelurahan oleh KPM/kader kesehatan, lembaga

kemasyarakatan, dan prangkat desa atau kelurahan dilakukan dengan mengkaji data

profil Desa atau profil Kelurahan dan hasil menggambarkan criteria desa dan

kelurahan siaga aktif yang sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau

kelurahan yang bersangkutan.

2.Identifikasi

masalah

kesehatan

1. Pengenalan

Kondisi

Desa/kelurahan

3. Musyawarah

desa / Kelurahan

FASILITATOR/

KPM/KADER

KESEHATAN

6.Pembinaan

Kelestarian

4. Perencanaan

Partisipatif

5. Pelaksanaan

Kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

43

Identifikasi masalah kesehatan tingginya angka kematian ibu

Dengan mengkaji profil monografi desa atau profil/monografi kelurahan dan

hasil analisis situasi, maka dapat diidentifikasi :

- Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan urutan prioritas

penanganannya

- Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan baik dari sisi

tekhnis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat

- Potensi yang dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah-masalah

kesehatan tersebut

- UKBM apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus diaktifkan

kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan

tersebut

- Bantuan/dukungan yang diharapkan : apa bentuknya, berapa banyak, darimana

kemungkinan dapat (sumber), dan bila mana dibutuhkan.

2.8 Musyawarah Desa/Kelurahan

Bila dirasakan perlu, Musyawarah Desa ? kelurahan dapat dilakukan secara

berjenjang dengan terlebih dahulu menyelenggarakan Musyawarah dusun atau rukun

warga.

Musyawarah desa bertujuan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

44

a. Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih

dihadapi masyarakat dan program pengembangan desa dan kelurahan desa siaga

aktif

b. Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan yang

hendak ditangani.

c. Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk baru atau

diaktifkan kembali

d. Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan serta

bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternative sumber bantuan/dukungan

tersebut

e. Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk

mendukung pengembangan Desa dan kelurahan siaga aktif

2.8.1 Perencanaan Partisipatif

Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan KPM dan

lembaga kemasyarakatn yang ada mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensif

guna menyusun rencana pengembangan desa dan kelurahan Siaga aktif untuk

dimasukkan ke dalam Rencana pembangunan Desa/kelurahan.

Rencana pengembangan desa dan kelurahan Siaga Aktif mencakup :

a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut jadwal

pembentukannya/pengaktifannya kembali

b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya poskesdes,

polindes, sarana air bersih dll

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

45

c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan membutuhkan biaya operasional,

berikut jadwal pelaksanaanya

2.8.2 Pelaksanaan Kegiatan

Sementara menunggu musrenbang selesai dan ditetapkannya alokasi dana

pemerintah, KPM/kader kesehatan dan lembaga kemasyrakatan yang ada dapat mulai

kegiatan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader-

kader pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau yang

diperoleh dannya dari donator, juga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak

memerlukan biaya operasioanl seperti misalnya promosi kesehatan melalui

Dasawisma, pertemuan Rukun tetangga, pertemuan rukun warga/dusun , atau forum-

forum kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.

Kegiatan-kegiatan tersebut dlaksanakan secara swakelola oleh masyarakat

dengan didampingi perangkat pemerintah serta dibantu oleh para KPM/kader

kesehatan dan fasilitator. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim

pengelola kegiatan (para kader pelaksana UKBM atau pihak lain ) pengajuan dan

pencairan dana, pengarahan tenaga kerja (khususnya untuk pengembangan sarana),

pengadaan barang jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan.

Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisaii fisik keuangan,

dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan rencana apabila dibutuhkan

barang/jasa berupa bahan, alat dan tenaga tekhnis kesehatan yang tidak dapat

disediakan /dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas kesehtan malalui

puskesmas dapat membantu masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

46

- Pencapaian Program

Desa Siaga

- Kesadaran dan

kemampuan

masyarakat

- Pengembangan

Program Desa Siaga

- Man (SDM)

- Money (uang)

- Materials

(materi)

- Machines

(mesin)

- Method (metode)

- Market (pasar)

- Pembentukan

Desa Siaga

- Mekanisme

Pemanfaatan

Desa Siaga

- Pelaksanaan Desa

Siaga

- Kemampuan

Sumber Daya

Manusia

- Pengawasan

Program Desa Siaga

Pelatihan tekhnis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para kader pelaksana

UKBM menjadi tanggung jawab Dinas kesehatan/Kabupaten/Kota dengan dibantu

oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakannya, dengan mengacu kepada

petunjuk tekhnis yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian

Kesehatan.

2.9 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan tinjauan tiori teoritis Analisis Implementasi Program Desa Siaga

di Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal, di gambarkan dalam kerangka

konsep sebagai berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan

kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang

pelaksanaan program desa siaga, khususnya pada desa Aek Nabara Batahan I dan

desa Batu Gondit Batahan III.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Aek Nabara dan Desa Batahan Kecamatan

Batahan Kabupaten Mandailing Natal. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah

berdasarkan hasil laporan Profil Dinas Kesehatan Mandailing Natal Tahun 2013

melihat tingginya Angka Kematian Bayi dan sulitnya untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014

sampai penelitian selesai. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data,

penelitian termasuk persiapan, observasi, wawancara, dan penyusunan hasil

penelitian.

47

47 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

48

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan teknik wawancara dan

memberikan angket, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang

bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang yang terdiri dari Camat, Kepala

Desa, Seketaris Desa, dan warga desa Aek Nabara dan Desa Batahan yang berada di

kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview)

kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara dan alat bantu yang

telah dipersiapkan. Pengumpulan data juga dilakukan dengan Diskusi Kelompok

Terarah (DKT), Data sekunder diperoleh dari profil Kecamatan Batahan Kepala

kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal, profil puskesmas kecamatan

Batahan dan profil kesehatan warga desa Aek nabara batahan dan dokumen-dokumen

dalam bentuk laporan kegiatan program dan dokumen kebijakan penyelenggaraan

program.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Penjelasan tentang analisis implementasi program desa siaga di desa Aek

Nabara dan batahan Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal dilakukan

secara kualitatif berdasarkan keterangan serta alasan yang dinyatakan oleh informan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

49

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program desa

siaga yang diadakan di Desa Batahan Kecamatan Batang Natal Kabupaten

Mandailing Natal, analisis yang digunakan adalah dengan metode wawancara dengan

member angket kepada informan. data yang diperoleh di analisa dengan deskriftif

untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan program desa siaga di Kecamatan

Batahan Kabupaten Mandailing Natal.

3.7 Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan

pertanyaan yang di ajukan

Triangulasi Metode Triangulasi Sumber

Wawancara Mendalam

(in-depth interview)

Study dokumentasi

Desa Batahan X X

Desa Siaga X

Keterangan : Untuk penelusuran data atau dokumen yang menyangkut desa siaga

dilakukan kepada Desa Batahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

50 50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Implementasi Program Desa Siaga di Kecamatan Batahan Kabupaten

Mandailing Natal

Pengembangan desa siaga aktif ini telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga. Dalam pengembangan desa siaga aktif

diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi

(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajarannya yang berupa

proses pemecahan masalah yang dihadapi melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) sebagai embrio atau titik awal pengembangan desa menuju

desa/kelurahan siaga aktif.

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki kriteria dan tingkatan yang perlu

dicapai, pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya, Purnama dan

Mandiri. Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu desa maka semakin

tinggi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut yang ditunjukkan dengan

peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

aktif dalam pembangunan kesehatan.

Berdasarkan penjelasan Kepala Desa Batahan dan Aek Nabara bahwa jumlah

anggaran untuk kegiatan promosi kesehatan di seluruh wilayah Kecamatan Batahan

tahun 2013 adalah Rp. 2.000.000,- yang bersumber dari Masyarakat, dan sumbangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

51

dari berbagai instansi dan perusahaan di daerah.

Tabel 4.1 Tabel Pendapat Kepala Desa Tentang Desa Siaga Aktif

No Informan Pertanyaan Pendapat

1 Kepala Desa Apakah tujuan utama

dibentuknya desa siaga

di desa ini ?

“.........pengembangan desa

siaga itu sangat penting,

terutama untuk ibu-ibu yang

mau melahirkan, juga anak

kecil. Sekarang ini banyak kali

ibu-ibu asal melahirkan operasi

besar. Kadang dana keluarga

belum tentu ada. Jadi kalau bisa

desa kita ini menjadi desa siaga,

pasti banyak keuntungannya.

Cuma masalahnya masyarakat

sekarang jiwa tolong menolong

udah kurang, maka rencana ini

tidak dapat berjalan dengan

baik......”

2

Bagaimana system

pendanaan yang

dilakukan oleh pihak

terkait untuk

pemenuhan sarana dan

prasarana desa siaga

ataupun dana

operasional khusus

yang dianggarkan untuk

desa ?

“.......memang masalah

anggaran untuk kegiatan bagian

kesehatan tetap kita perjuangkan

di masukkan ke musrembang

tingkat desa, tetapi saat tingkat

kecamatan sering tidak dapat

dukungan karena ada masalah

lain yang lebih prioritas......

begitu juga tentang transport

kader....tetap tidak bisa

dimasukkan, karena kader ini

secara teorinya bekerja tanpa

pamrih.....karena itu maka kader

kita sering ganti-ganti.....”

3

Seberapa sering

kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk

meningkatkan derajat

kesehatan warga desa ?

“........kita akan terus dukung

kegiatan masyarakat terkait

dengan program pengembangan

desa siaga, tim penyuluh atau

fasilitator dari puskesmas tetap

turun ke desa sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

52

No Informan Pertanyaan Pendapat

masalah yang ada, tapi kadang

tergantung anggaran juga,

karena mengumpulkan

masyarakat itu pasti harus ada

anggaran walaupun

terbatas.....”

4

Apakah ada manfaat

yang diperoleh dengan

adanya kebijakan

pemerintah tentang

program desa siaga ?

“… kalau keluaran sih yang

diharapkan itu Poskesdes harus

benar-benar bisa dimanfaatkan

oleh masyarakat

5

Apakah hambatan yang

dirasakan saat ini ?

“… hmmm, kalau hambatan sih

ada apalagi saya sebagai kepala

desa yang beban tugasnya

sangat berat karena harus

melaporkan kegiatan-kegiatan

yang ada di desa ini pada

puskesmas apa sudah tercapai

atau tidak

6

Apakah Bapak/ibu

mempunyai saran

terhadap adanya

kebijakan pemerintah

tentang

penyelenggaraan

program desa siaga ?

“… sarana dari program desa

siaga yang jelas nampak itu

poskesdes/polindes, ini memang

sudah dianggarkan oleh dinas

kesehatan”

Tabel 4.2 Tabel Pendapat Camat dan Sekretaris Desa Tentang Desa Siaga Aktif

No Informan Pertanyaan Pendapat

1 Camat Bagaimana pelayanan

kesehatan yang ada di

desa Aeknabara dan

Batu Gondit ?

“........dari kecamatan sering juga

tim PKK kecamatan turun ke

desa untuk melakukan pembinaan

ke ibu-ibu PKK desa, masalah

desa siaga ini kami sudah

membuat suatu Forum

Komunikasi Perubahan Perilaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

53

No Informan Pertanyaan Pendapat

yang ketuanya adalah Camat

sedangkan anggota dan pengurus

lainnya melibatkan lintas sektoral

tingkat kecamatan yang

bertujuan agar alur komunikasi

terkait dengan masalah-masalah

yang ada di lapangan dapat

ditanggulangi secara terpadu.....”

2 Bagaimana sistem pendanaan yang

dilakukan oleh pihak

terkait untuk

pemenuhan sarana dan

prasarana desa,

ataupun dana

operasional khusus

yang diselenggarakan

untuk program desa

siaga ?

“.........memang masalah dana ini

yang paling berpengaruh. Dana

dari ADD pun terbatas, soalnya

sudah diatur kemana saja dana

ADD itu disalurkan. Kami pernah

juga menjumpai humasnya

perusahaan yang ada di sekitar

kita ini, maksudnya minta

bantuan. Tetapi pihak

perusahaan menyatakan dana

merekapun terbatas, karena

organisasi kepemudaan selalu

minta jatah setiap bulan......”

3 Pernahakah ada

pembahasan tentang

penyelenggaraan

penyuluhan dan

pembinaan program

desa siaga dalam rapat

atau pertemuan ?

“........sebenarnya suatu desa itu

bisa berkembang dengan baik

tidak mutlak karena adanya dana.

Tapi komitmen dari para

pemimipin desa yang di dukung

oleh masyarakat, kalau jumlah

anggaran untuk

kegiatan promosi kesehatan

bersumber dari APBD. Jadi dana

ini hanya bersifat

stimulan.....selanjutnya tergantung desa......”

4 Seberapa sering rapat

koordinasi antara

puskesmas dengan

pengelola program

desa siaga dilakukan ?

“…Rapat-rapat atau pertemuan

sudah sering dilaksanakan,

hampir setiap bulan”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

54

No Informan Pertanyaan Pendapat

5 Sekretaris

Desa

Seberapa sering

puskesmas melakukan

pembinaan terhadap

desa siaga ?

“..........desa siaga itu sangat

baik untuk desa kita, kan harus

ada kumpul-kumpul antar lintas

sektoral untuk membahas apa-

apa yang bermasalah di desa

kita, tapi kenyataannya udah

disebar kepala desa undangan

untuk hadir musyawarah, jarang

ada yang datang. Katanya sibuk

dengan urusan masing-masing,

jadi gimana mau kita cari solusinya......”

6 Apakah hambatan

yang dirasakan selama

ini ?

“......masalah hidup bersih sehat

ini tergantung orangnya masing-

masing juga, kadang udah tau

kalau merokok ini bisa buat

batuk, tapi suamiku tetap juga merokok........payah bu.....”

7 Apakah Bapak/ibu

mempunyai saran

terhadap adanya

kebijakan pemerintah

tentang

penyelenggaraan

program desa siaga ?

“.....kalau ada kejadian

masyarakat kena demam

berdarah, petugas kesehatan dari

puskesmas akan datang untuk

melakukan pengasapan dan

masyarakat sinipun sering juga

diajak untuk gotong royong

terutama untuk kebersihan lingkungan.....”

Tabel 4.3 Tabel Pendapat Tokoh Masyarakat Desa Tentang Desa Siaga Aktif

No Informan Pertanyaan Pendapat

1 Tokoh

Masyarakat

Menurut Bapak/ibu,

bagaimanakan

pelaksanaan program

desa siaga yang ada di

desa ini

“......memang masalah

pengembangan desa siaga ini

sudah sering kami dengar, kadang

di tv juga ada, katanya menjadi

suami siaga...keluarga siaga dan

desa siaga, posternyapun

ada..mudah-mudahan kamipun

bisa membuat desa kami menjadi

desa siaga...he...he....”

2 Seberapa aktifkah “..........pengembangan desa siaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

55

No Informan Pertanyaan Pendapat

bapak dalam

mengikuti program

desa siaga tersebut ?

aktif itu mungkin merupakan desa

yang siap siaga dalam segala hal,

sekarang ini kan banyak penyakit

yang aneh-aneh, jadi sebaiknya kita jaga-jaga.....”

Tabel 4.4 Tabel Pendapat Petugas Kesehatan Desa Tentang Desa Siaga Aktif

No Informan Pertanyaan Pendapat

1 Bidan

penanggung

jawab desa

Apakah Bapak/ibu

tahu tentang adanya

kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk

meningkatkan

kesehatan desa ini ?

“.....memang poster-poster

tentang cara hidup sehat sudah

banyak di desa ini, contohnya

cuci tangan pakai sabun dan air

mengalir, tanda bahaya pada ibu

hamil, tanda balita yang terkena

gizi kurang atau gizi buruk,

bahaya narkoba, pentingnya

imunisasi dasar pada bayi,

setiap posyandu sudah ada poster....”

2 Seberapa sering

Bapak/ibu

berpartisipasi dalam

kegiatan desa siaga itu

“........kadang masyarakat ada

yang mau ikut kelompok donor

darah, tapi waktu kami usul ke

puskesmas biar turun ke desa

cek golongan darah, petugasnya

tak datang, akhirnya hanya

wacana saja.....”

4 Kader

Posyandu

Keluaran (output) apa

saja yang diharapkan

ada sebagai wujud

keberadaan program

desa siaga.

“.....kalau kami kader sering

juga dibawa ke puskesmas atau

ke kantor camat walaupun hanya

mewakili dari desa, nanti jumpa

sama kader dari desa lain,

kadang saling tukar

pengalaman, bidan yang

memberi penyuluhan pun enak di dengar.....”

5 Dalam pelaksanaan

program desa siaga

apakah ada kerja sama

pihak desa dengan

“.......memang dana sosial untuk

ibu hamil itu baik dilakukan, tapi

kenyataannya hanya kutipan

bulan-bulan pertama aja yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

56

No Informan Pertanyaan Pendapat

puskesmas ? lancar, kemudian macet. Lama-

lama berhenti total....jadinya

kalau ada ibu yang mau

melahirkan harus ke rumah

sakit....ya, tanggung

sendirilah...trus sekarang kan

sudah ada jampersal, jadi agak ringan.....”

6 Apakah Bapak/ibu

mempunyai saran

terhadap program desa

siaga yang telah

dilakukan ?

“…Pelatihan kader dilaksanakan

tahun ini juga setelah pelatihan

bidan desa dan tenaga

puskesmas selesai. Kami sudah

aktif bekerja di desa tetapi belum

mulai kegiatan karena

masyarakat Batahan kurang

memanfaatkan polindes maupun puskemas”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Implementasi Program Desa Siaga

Implementasi merupakan salah satu tahapan kebijakan yang sangat penting

karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dilaksanakan dengan baik

dan benar, jadi implementasi merupakan suatu tahapan pelaksanaan kebijakan secara

maksimal agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Akib

(2010) bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh

organisasi pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang

dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Tujuan akan dapat tercapai dengan

melaksanakan kebijakan tersebut dengan baik dan benar.

Mengimplementasikan desa siaga merupakan proses yang menantang dan

membutuhkan banyak sekali sumber daya dalam hal waktu, uang dan tenaga yang

terlibat. Pemberdayaan masyarakat merupakan alat sekaligus proses untuk merubah

perilaku dan pola fikir masyarakat desa yang dilakukan dengan penyebaran

pegetahuan, pengadaan pelatihan dan tindak lanjut yang intensif. Peran pemerintah

sangat diperlukan dalam memfasilitasi prosesnya agar masyarakat mampu

mengorganisir dirinya sendiri. Terutama dalam menggunakan sumber daya dan

kemampuan yang dimiliki dengan semangat saling menolong dan kebersamaan untuk

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, mengatasi kegawatdaruratan kesehatan

57 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

58

dan bencana. Jadi konsepnya sangat komprehensif.

Kebijakan program desa siaga dalam implementasinya pada awalnya butuh

waktu yang cukup untuk mengenalkan kebijakan ini kepada semua kalangan. Terlebih

sebelumnya tidak pernah terdengar pelaksanaan program desa siaga di Kecamatan

Batahan yang diterapkan oleh pemerintah. Namun sekarang sudah dituntut dapat

melayani masyarakat dengan siaga.

Berdasarkan wawancara pada para informan bahwasanya pelaksanaan

program desa siaga belum memiliki arah, mau kemana dan sistem yang ada belum

diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu, dikarenakan pelaksanaan program ini

kurang menyeluruh di semua kecamatan. Padahal program ini sangat luar biasa, jika

kebijakan ini bisa diarahkan dengan sistem yang lebih jelas apalagi sasaran yang

harus diperbaiki adalah desa atau kelurahan siaga. Program desa siaga ini secara garis

besar mempunyai indikator-indikator yang harus dicapai. Jadi tugas dari pemerintah

itu sendiri adalah melayani masyarakat dengan berpedoman pada kebijakan ini

dengan harapan indikator-indikator dapat tercapai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, maka dapat dinilai

bahwa puskesmas telah membuat perencanaan yang diawali dengan identifikasi

masalah berdasarkan analisa pencapaian cakupan program yang diusulkan oleh

penanggung jawab program dan disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Desa Siaga. Namun penentuan masalah tersebut tidak dilanjutkan

dengan proses penentuan prioritas masalah dan alternatif intervensinya. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

59

Program Pelaksanaan Desa Siaga dijelaskan bahwa perencanaan diawali dengan

diidentifikasi permasalahan kesehatan di puskesmas kemudian dilanjutkan dengan

penetapan prioritas permasalahan kesehatan disetiap wilayah puskesmas karena

permasalahan untuk masing-masing puskesmas tidaklah sama. Pemilihan penentuan

prioritas masalah adalah hal yang sangat penting dalam membuat perencanaan karena

dalam suasana keterbatasan sumber daya. Kesalahan dalam penentuan prioritas

masalah dapat menyebabkan tidak efektifnya dana yang dikeluarkan demikian juga

dalam pemilihan intervensi masalah yang diambil akan sangat menentukan dalam

keberhasilan pemecahan masalah kesehatan tersebut. Dengan demikian, semakin jelas

pembagian tugasnya, sehingga target kinerja dapat dengan ringan dicapai jika semua

saling bergandengan tangan dalam melaksanakan program desa siaga baik dari dinas

kesehatan dan puskesmas.

Salah satu keberhasilan proses Program Desa Siaga adalah berfungsinya

sistem surveilans berbasis masyarakat. Sitem surveilans berbasis masyarakat adalah

sistem survei mawasdiri yang dikembangkan di masyarakat oleh pemuka masyarakat

dengan bimbingan tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan

(Depkes RI, 2006).

Menurut hasil penelitian Marhami (2011) bahwa di Kabupaten Aceh Besar

terdapat beberapa desa tidak berhasil terhadap mengembangkan desa siaga karena

pada saat awal pembentukan desa siaga, informasi yang disampaikan oleh kader

tentang informasi desa siaga untuk masyarakat kurang lengkap. Kader tidak

menjelaskan secara menyeluruh tentang pengembangan desa siaga dan kegiatan apa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

60

yang harus disepakati.

Penelitian Kurniawan (2007) tentang analisis keberhasilan proses program

desa siaga di Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga menyatakan bahwa

salah satu hambatan yang dihadapi adalah frekuensi pertemuan musyawarah

kesehatan desa yang kurang karena masyarakat memiliki kesibukan tersendiri,

sehingga sukar diajak pertemuan musyawarah kesehatan desa.

Berdasarkan hasil wawancara juga terlihat bahwa program pengembangan desa

siaga aktif di pengaruhi oleh banyak faktor, terutama dalam penanggulangan

keterbatasan dana, karena selain kemauan, ketersedian dana termasuk salah satu

penunjang keberhasilan pengembangan desa siaga aktif.

Keberhasilan dari program pengembangan desa siaga aktif memerlukan

komitmen/kesepakatan yang kuat dan taat azaz sejak dari pejabat pengambil

keputusan (Propinsi dan Kabupaten/Kota) sampai jajaran pelaksana pelayanan

kesehatan, serta perhatian dari stakeholders untuk melakukan program

pemberdayaan masyarakat khususnya pemahaman tentang pengembangan desa siaga

aktif sangat diperlukan, sehingga dapat memberi kontribusi pada peningkatan sumber

daya manusia Indonesia yang proaktif.

Adapun pihak-pihak yang selama ini mendukung penyelenggaraan program

desa siaga adalah camat, kades, kader dan stakeholder lainnya. Peran serta dalam

implementasi program desa siaga di dinas kesehatan banyak melibatkan para camat

dan kades di Kecamatan Batahan. Peran sertanya lebih banyak pada himbauan dan

menggerakkan masyarakat untuk aktif dan turut serta mensukseskan program desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

61

siaga ini. Selain itu, camat dan kades sering menjadi penyalur aspirasi masyarakat

tentang pelayanan kesehatan serta pengawasan penjagaan kesehatan lingkungan.

Contoh yang selama ini adalah kades selalu menjadi tempat masyarakat mengadu

ketika mereka meresahkan akan bahaya malaria.

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa secara pengetahuan para

informan mayoritas memahami tujuan dan manfaat pengembangan desa siaga aktif,

tetapi dalam proses pengembangan desa menjadi desa siaga yang aktif menemui

banyak kendala terutama yang berkaitan dengan menghadirkan warga untuk ikut serta

membahas persoalan desa serta masalah keterbatasan dana untuk kelestarian kegiatan

yang berkaitan dengan pengembangan desa siaga aktif.

Pencairan dana yang tepat waktu sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan

puskesmas karena berhubungan dengan urgensi pemecahan masalah kesehatan yang

timbul. Menurut para informan dana yang turun tidak pernah sesuai dengan rencana

waktu pelaksanaan kegiatan misalnya pada tahun 2013 dana baru turun pada bulan

Juni 2013 dan ini dialami juga pada tahun-tahun sebelumnya. Dana untuk bulan-

bulan berikutnya juga terlambat tidak sesuai dengan bulan yang berjalan misalnya

dana untuk kegiatan bulan Juni 2013 baru diterima bulan Juli 2013. Keterlambatan ini

menimbulkan masalah seperti yang diungkapkan para informan yang menyatakan

bahwa keterlambatan dana menyebabkan program desa siaga tidak bisa dilaksanakan.

Kegiatan dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif jadi terhambat seperti

pelayanan kesehatan dasar, pemberdayaan masyarakat melalui UKBM dan PHBS.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

62

Berdasarkan wawancara terungkap bahwa penyebab keterlambatan dana itu

sendiri adalah karena terlambat dana turun dari pusat. Keterlambatan penyerahan

laporan pertanggungjawaban keuangan oleh puskesmas ke dinas kesehatan juga

disebabkan banyaknya pertanggungjawaban yang harus disiapkan.

Kecamatan Batahan adalah salah satu Kabupaten Mandailing Natal yang masih

menghadapi masalah kesehatan berupa kematian ibu, bayi dan balita. Angka Kematian

Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan

masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu

penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak

termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam

masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per

100.000 kelahiran hidup.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, cakupan K1 dan K4 cukup berhasil, namun

dalam cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan belum tercapai. Kemungkinan hal

tersebut dikarenakan pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun. Masyarakat

Kecamatan Batahan masih belum terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dalam

kepedulian terhadap kesehatan. Untuk pemanfaatan rawat inap puskesmas masih

sangat rendah karena tingkat hunian rawat inap puskesmas masih jauh dari target.

Namun, masih ada beberapa Puskesmas yang tidak optimal kinerjanya, bahkan ada

yang mati suri.

Pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan seperti Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan malaria dari tahun ke tahun sudah mengalami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

63

penurunan kasus, hal ini menandakan intensifnya penanganan DBD dan malaria, serta

peningkatan kesadaran masyarakat untuk PHBS dan pemberantasan sarang nyamuk.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah musim kemarau yang panjang, sehingga

sedikit air tergenang, adanya penyuluhan yang selalu dilakukan petugas kesehatan

pada masyarakat, serta banyaknya kepedulian dari pemerintah untuk mencegah

penyakit DBD dan malaria seperti kelambu gratis. Hal ini menandakan di masyarakat

walau sudah ada peningkatan kesadaran dalam pencegahan DBD dan malaria, namun

belum membudaya untuk menerapkannya. Padahal Kabupaten Mandiling Natal

endemis malaria.

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat merupakan salah satu

penanda keberhasilan proses program pengembangan desa siaga aktif yang berguna

untuk memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi (Kurniawan, 2007). Menurut para informan bahwa UKBM di

Kecamatan Batahan juga belum maksimal tercapai.

Peran serta masyarakat dalam program desa siaga, cukup meningkat dari

tahun ke tahun. Perhatian stakeholder pada pembangunan kesehatan cukup aktif.

Jejaring kesehatan di masyarakat, seperti; kader kesehatan dan Posyandu,

Poskesdes/Polindes, serta peranserta masyarakat dalam bidang kesehatan perlu

dilestarikan.

Umumnya Poskesdes/Polindes yang dibangun dalam pengembangan Desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

64

Siaga di Kecamatan Batahan Kabupaten Mandiling Natal telah siap pakai/beroperasi,

tetapi belum memenuhi target Departemen Kesehatan RI. Dinas Kesehatan

Kabupaten Mandiling Natal agar segera mempercepat pelaksanaan pembangunan

sarana fisik Poskesdes dengan perlengkapannya di Kecamatan Batahan, sehingga

akses masyarakat ke pelayanan kesehatan semakin baik, yang pada akhirnya status

kesehatan masyarakat Batahan dapat ditingkatkan.

Hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan bidan desa dan beberapa

pengurus desa siaga (kader dan tokoh masyarakat) menyatakan bahwa peran kepala

desa/lurah sangat penting dalam menggerakkan kegiatan desa siaga aktif ini. Artinya

perangkat desa harus siap mengajak semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam

setiap upaya kesehatan yang dilakukan desa. Hal ini terbukti dengan kelengkapan

perangkat desa siaga aktif pada masing – masing desa. Hal tersebut tidak mungkin

terwujud tanpa melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang bertemu dan

berdikusi secara rutin. Pengambil keputusan dan pelaksana dapat memilih pendekatan

yang terbaik sesuai dengan kondisi desa masing – masing dan tentu berimplikasi pada

biaya. Hasil pengamatan terhadap seluruh Surat Keputusan masing-masing Kepala

Desa/Lurah tentang pembentukan pengurus desa siaga, umumnya mereka

berpendidikan menengah keatas dan berpengalaman.

Berdasarkan hasil wawancara pada informan menunjukkan proses komunikasi

yang disampaikan dari bidan pembina sampai dengan ke masyarakat dapat diterima

melalui teknik ceramah pada kegiatan monev dan Posyandu, ketidakjelasan muncul

pada tata cara pengisian buku adminstrasi dan ketidakkonsistensian pada indikator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

65

PHBS. Pada umumnya sumber daya di tiap indikator belum mencukupi, namun dapat

diatasi dengan menggunakan kewenangan kader dalam mengelola SDM dan fasilitas

yang tersedia bersama indikator lain. Ditemukan beberapa kader berkomitmen

kurang. Seluruh indikator menggunakan buku pedoman fasilitator Siaga sebagai SOP

dan mekanisme kerja yang dianut kader adalah bekerja sama dalam pelaksanaan

kegiatan lapangan, tetapi melakukan pelaporan secara individu di tiap indikatornya.

Uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa program desa siaga belum tercapai

dengan baik, dikarenakan rendahnya kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Kuncinya adalah pada koordinasi antar unsur terkait dalam urusan pelayanan

kesehatan. Adapun kendalanya adalah lamanya pencairan menjadi salah satu faktor

buruknya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, selain itu rendahnya komitmen

SDM Puskesmas pada pekerjaan yang berhubungan pada data, sehingga menghambat

untuk diperolehnya data untuk segera mengambil kebijakan yang tepat. Harus

disadari bahwa masing-masing level memiliki tugas masing-masing yang telah

ditentukan. Dinas memiliki peranan sebagai fasilitator dan Puskesmas pelaksana

pelayanan kepada masyarakat. Dalam implementasi pelaksanaan program desa siaga,

keduanya saling membutuhkan dan ketergantungan. Dinas memerlukan data

pelayanan yang telah dilakukan oleh Puskesmas, dan Dinas menjadi fasilitator dan

pembuat kebijakan. Dengan saling menyadarinya tugas dan peran masing-masing

diharapkan pencapaian tujuan dapat dengan mudah untuk dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

66 66

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan desa siaga di Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal

masih berbasis top down dan hanya mengadopsi pedoman desa siaga yang telah

dikeluarkan oleh Kemenkes RI.

2. Pembentukan desa siaga belum secara sepenuhnya memanfaatkan potensi dari

kegiatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang ada.

3. Pemberdayaan masyarakat belum berjalan optimal, dilihat dari dana operasional

desa siaga hanya semata-mata dari pemerintah psuat saja.

4. Pembedayaan masyarakat masih perlu ditingkatkan agar masyarakat mampu

menggali sendiri potensi sumber daya yang ada dan pemerintah daerah cukup

sebagai fasilitator.

6.2 Saran

1. Perencanaan kegiatan hendaknya diprioritaskan pada pencapaian target

MDGs yang belum tercapai sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada masyarakat dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan terutama

untuk target MDGs yang pada tahun 2015 diharapkan harus tercapai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

67

2. Dinas Kesehatan dan Puskesmas diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi

petugas penyuluh kesehatan masyarakat sebagai fasilitator pengembangan desa

siaga aktif pada setiap kecamatan, melakukan pelatihan secara berkala untuk

meningkatkan motivasi kerja dan penyegaran suasana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

68

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Millenium Depelovment Goals

http://mdgsdev.bps.go.id/main.php?link=proyek Akses 12 Oktober 2010

Jakarta

Anonim, 2011, Implementasi Kebijakan Sepuluh Program Unggulan Puskesmas

Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat http://lib.unnes.ac.id/8674/ Akses

Tanggal 12 Oktober 2010, Yogyakarta

Anonim, 2011, Model Implementasi Kebijakan Kesehatan

http://rhizaladventure.wordpress.com/2011/02/06/model-implementasi

kebijakan-george-edward-iii/ Akses Tanggal 12 Oktober 2010, Jakarta

Anonim, 2011 Prevalensi AKI dan AKB di Sumatera Utara,

www.litbang.depkes.go.id diakses tanggal 15 Desember 2012

Anonim, 2013 UUD Kesehatan No 36 2009

http://adamsmile73.wordpress.com/2011/09/29/uu-n0-36-tahun-2009-tentang-

kesehatan/ diakses pada tanggal 7 Agustus 2013.

Anonim, Profil Dinkes Kabupaten Mandailing Natal, http://www.madina.go.id/

Diakses 7 Agustus 2013

Depkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi

Kesehatan. Jakarta, 2012

. Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan

Poskesdes. Jakarta, 2012

Howard K. Koh, 2011. Collection of Sosial Determinant of Health. Bumi

Aksara, Yogyakarta, 2011

Ken Buse, 1994 Making Health Policy Understanding Public Health. Jakarta 2008

Kurniawan Arif, Haris Budi Widodo, Siti Nurhayati, 2007, Analisis Keberhasilan

Program desa Siaga di Desa Penolih Kecamatan Kaligondang Kabupaten

Purbalingga, Jurnal Pembangunan Pedesaan, Vol. 7, No. 3, Des 2007-2008,

hal 183-192

Koesnanto, H, Metode Penelitian Dalam Riset Kesehatan, Yogyakarta Program Studi

IKM Pasca Sarjana UGM, 1998

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

69

Marhami, 2011, Pengaruh Pembiayaan Kesehatan Terhadap Pengmenbangan Desa

Siaga di Kabupaten Aceh Besar tahun 2010, Tesis, FKM USU, Medan

Miles, MB. Huberman A.M, Analisis Data Kualitatif, Alih Bahasa oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi, Jakarta ; UI-Press

Nawawi H, Hadari. M. Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta Gajah Mada

University Press, 1995

Notoatmodjo, S.1993 Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Rineka

Cipta. Jakarta 2011

. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta

2011

. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, PT Rineka Cipta.

Jakarta 2011

Pembangunan Pedesaan, Vol. 7, No. 3, Des 2007-2008, hal 183-192

Rencana Strategis Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007-2010, Pemerintah

Kabupaten Mandailing Natal 2012

Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta 2002

Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan

Aplikasi. Vol 1 & 2 Airlangga University Press Surabaya, 1999

Zelman, Warren, D.G., Warner, D.M., Kaluzny, A.D. 1995 Management Of health

Services, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

70

A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK MASYARAKAT DESA AEK NABARA

BATAHAN I KEC. BATAHAN KABUPATEN MANDAILING NATAL.

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4.Pendidikan Terakhir :

5.Tanggal wawancara :

II. Data Khusus

1. Menurut Bapak/ibu, bagaimanakan pelaksanaan program desa siaga yang ada

di desa ini ?

2. Seberapa aktifkah bapak dalam mengikuti program desa siaga tersebut ?

3. Apakah Bapak/ibu merasakan dampak positif dari program desa siaga

tersebut?

4. Apakah Bapak/ibu tahu tentang adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk meningkatkan kesehatan desa ini ?

PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR DAN OBSERVASI

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DALAM

MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BAYI

DI DESA AEK NABARA DAN DESA AEK NABARA DAN BATU GONDIT

KECAMATAN BATAHAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

71

5. Seberapa sering Bapak/ibu berpartisipasi dalam kegiatan desa siaga itu ?

6. Keluaran (output) apa saja yang diharapkan ada sebagai wujud keberadaan

program desa siaga.

7. Dalam pelaksanaan program desa siaga apakah ada kerja sama pihak desa

dengan puskesmas ?

8. Perlukah penambahan fasilitas untuk pelayanan kesehatan warga pesantren?

9. Apakah Bapak/ibu mempunyai saran terhadap program desa siaga yang telah

dilakukan ?

B. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK MASYARAKAT DESA BATU GONDIT

BATAHAN III KEC. BATAHAN KABUPATEN MANDAILING NATAL.

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4.Pendidikan Terakhir :

5.Tanggal wawancara :

II. Data Khusus

1. Menurut Bapak/ibu, bagaimanakan pelaksanaan program desa siaga yang ada

di desa ini ?

2. Seberapa aktifkah bapak dalam mengikuti program desa siaga tersebut ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

72

3. Apakah Bapak/ibu merasakan dampak positif dari program desa siaga tersebut

?

4. Apakah Bapak/ibu tahu tentang adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk meningkatkan kesehatan desa ini ?

5. Seberapa sering Bapak/ibu berpartisipasi dalam kegiatan desa siaga itu ?

6. Keluaran (output) apa saja yang diharapkan ada sebagai wujud keberadaan

program desa siaga.

7. Dalam pelaksanaan program desa siaga apakah ada kerja sama pihak desa

dengan puskesmas ?

8. Perlukah penambahan fasilitas untuk pelayanan kesehatan warga pesantren?

9. Apakah Bapak/ibu mempunyai saran terhadap program desa siaga yang telah

dilakukan ?

C. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KEPALA DESA AEK NABARA

BATAHAN I, KEPALA DESA BATU GONDIT BATAHAN III DAN

PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS.

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4.Pendidikan Terakhir :

5.Tanggal wawancara :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

73

II. Data Khusus

1. Apakah tujuan utama dibentuknya desa siaga di desa ini ?

2. Bagaimana pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas ?

3. Bagaimana pemenfaatan desa siaga oleh warga dan masyarakat sekitar ?

4. Sarana dan prasarana apa saja yang seharusnya ada di desa siaga ?

5. Sarana dan prasarana apa saja yang telah ada sebagai wujud keberadaan

program desa siaga

6. Darimana sumber pendanaan untuk melaksanakan program desa siaga ?

7. Bagaimana system pendanaan yang dilakukan oleh pihak terkait untuk

pemenuhan sarana dan prasarana desa siaga ataupun dana operasional khusus

yang dianggarkan untuk desa ?

8. Pernahkah ada pembahasan tentang penyelenggaraan dan pembinaan desa

siaga dalam rapat atau pertemuan ?

9. Seberapa sering rapat koordinasi antara puskesmas dengan pengelola desa

siaga ?

10. Apakah Bapak/ibu mengetahui tentang adanya kegiatan pembinaan yang

diakukan oleh puskesmas kepada desa ?

11. Seberapa sering puskesmas memberikan pembinaan terhadap warga desa?

12. Apa-apa saja kegiatan yang ada dan telah dilakukan sebagai wujud

keberadaan desa siaga untuk meningkatkan derajat kesehatan warga dan

menurunkan angka kematian ibu dan bayi pada masyarakat ?

13. Seberapa sering kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

74

derajat kesehatan warga desa ?

14. Apakah ada manfaat yang diperoleh dengan adanya kebijakan pemerintah

tentang program desa siaga ?

15. Apakah hambatan yang dirasakan saat ini ?

16. Keluaran (output) apa saja yang diharapkan ada sebagai wujud keberadaan

program desa siaga ?

17. Apakah Bapak/ibu mempunyai saran terhadap adanya kebijakan pemerintah

tentang penyelenggaraan program desa siaga ?

D. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK INFORMAN PUSKESMAS

KECAMATAN BATAHAN KABUPATEN MANDAILING NATAL.

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4.Pendidikan Terakhir :

5.Tanggal wawancara :

II. Data Khusus

1. Apakah tujuan utama dibentuknya program desa siaga ?

2. Bagaimana pelayanan kesehatan yang ada di desa Aeknabara dan Batu Gondit

?

3. Sarana dan prasarana apa saja yang seharusnya ada disetiap desa/kecamatan ?

4. Bagaiamana sistem pendanaan yang dilakukan oleh pihak terkait untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

75

pemenuhan sarana dan prasarana desa, ataupun dana operasional khusus yang

diselenggarakan untuk program desa siaga ?

5. Pernahakah ada pembahasan tentang penyelenggaraan penyuluhan dan

pembinaan program desa siaga dalam rapat atau pertemuan ?

6. Seberapa sering rapat koordinasi antara puskesmas dengan pengelola program

desa siaga dilakukan ?

7. Seberapa sering puskesmas melakukan pembinaan terhadap desa siaga ?

8. Apakah ada manfaat yang diperoleh dengan adanya kebijakan pemerintah

tentang penyelenggaraan program desa siaga ?

9. Apakah hambatan yang dirasakan selama ini ?

10. Keluaran (output) apa saja yang diharapkan ada sebagai wujud keberadaan

program desa siaga ?

11. Apakah Bapak/ibu mempunyai saran terhadap adanya kebijakan pemerintah

tentang penyelenggaraan program desa siaga ?

E. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK INFORMAN DIBIDANG PELAYANAN

KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN MANDAILING

NATAL.

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4.Pendidikan Terakhir :

5.Tanggal wawancara :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI …

76

II. Data Khusus

1. Apakah tujuan utama dibentuknya program desa siaga ?

2. Bagaimana pelayanan kesehatan yang ada pada program desa siaga tersebut ?

3. Sarana dan prasarana apa yang seharusnya ada di setiap desa/kecamatan ?

4. Bagaiamana sistem pendanaan yang dilakukan oleh pihak terkait untuk

pemenuhan sarana dan prasarana desa, ataupun dana operasional khusus yang

diselenggarakan untuk program desa siaga ?

5. Pernahakah ada pembahasan tentang penyelenggaraan penyuluhan dan

pembinaan program desa siaga dalam rapat atau pertemuan ?

6. Apakah ada manfaat yang diperoleh dengan adanya kebijakan pemerintah

tentang penyelenggaraan program desa siaga ?

7. Apakah hambatan yang dirasakan selama ini ?

8. Keluaran (output) apa saja yang diharapkan ada sebagai wujud keberadaan

program desa siaga ?

9. Apakah Bapak/ibu mempunyai saran terhadap adanya kebijakan pemerintah

tentang penyelenggaraan program desa siaga ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA