Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM
PERCEPATAN PENDIDIKAN PERAWAT MELALUI
MEKANISME REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
DI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TESIS
PUSPA INDAH BUDIONO
1606856933
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
DEPOK
2018
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM
PERCEPATAN PENDIDIKAN PERAWAT MELALUI
MEKANISME REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
DI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TESIS
Diajukan sebagai salahsatu syarat memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat
PUSPA INDAH BUDIONO
1606856933
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
DEPOK
2018
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, kuasa, dan
kehendak-Nya, saya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang magister, mulai dari masa
perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Magister Kesehatan Masyarakat
Jurusan Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari awal mula masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Namun semua yang saya alami
merupakan proses pembelajaran yang akan berguna di kehidupan saya ke depan. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, bahkan di hari liburnya untuk tetap
mengarahkan dan membimbing saya dalam penyusunan tesis ini;
(2) Bapak Prof. dr. Anhari Achadi, SKM, Sc.D, selaku dosen penguji mulai dari
seminar proposal hingga ujian tesis yang telah memberikan masukan berharga yang
membangun dalam penyusunan tesis ini;
(3) Ibu Puput Oktamianti, SKM, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan yang membangun dalam penyusunan tesis ini;
(4) Ibu Yeti Resnayati, S.Kp, M.Kes dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang telah
membantu selama penelitian berlangsung, memberikan informasi, dan memberikan
masukan dalam penyusunan tesis ini;
(5) Ibu Verdhany Puspitasari, S.Kp, MKM selaku penguji dari Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan yang telah memberikan masukan yang membangun dalam penyusunan
tesis ini;
(6) Pimpinan serta rekan-rekan di Pusat Pendidikan SDM Kesehatan yang telah banyak
membantu dan mendukung dalam penelitian ini;
(7) Pihak Poltekkes Kemenkes Jakarta III, terutama di Jurusan Keperawatan yang telah
banyak membantu dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini;
vi
(8) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan doa, semangat, dan
dukungan moral;
(9) Sahabat-sahabat kesayangan yang telah mendengarkan cerita, keluh kesah dan
mendukung dalam setiap langkah perjuangan mulai dari awal kuliah hingga
penyelesaian tesis ini;
(10) Teman-teman seperjuangan MPK 2016 yang saling membantu dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Depok, 25 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Nama : Puspa Indah Budiono
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Analisis Implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Pembimbing : Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS
Kualifikasi minimum pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah Diploma III berdasarkan
Undang-undang Nomor 36 tahun 2014, namun Badan Kepegawaian Negara (2015)
menyatakan bahwa masih terdapat 38.944 orang perawat yang belum memiliki
kualifikasi pendidikan Diploma III. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk
meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui Program Percepatan Pendidikan
Tenaga Kesehatan melalui Mekanisme RPL. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan melakukan analisis implementasi Program di Poltekkes Jakarta III mulai dari
input, proses hingga output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
didik program RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III telah berusia di atas 50 tahun,
dan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; hanya sebagian kecil peserta
didik yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari institusi tempatnya bekerja;
proses asesmen mengalami kendala teknis dalam kuantifikasi hasil asesmen. Masukan
untuk Poltekkes Kemenkes Jakarta III berdasarkan hasil penelitian ini adalah sosialisasi
kepada calon peserta terkait program RPL yang dilakukan melalui website; membentuk
kelompok belajar untuk meningkatkan motivasi belajar para peserta didik yang sebagian
besar usianya sudah lebih tua; menggunakan tutor sebaya dengan memberdayakan
peserta didik yang memiliki kemampuan atau pengalaman dalam mengatasi gap atau
kesenjangan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan pekerjaan sehari-hari. Masukan
bagi Kementerian Kesehatan adalah membuat pedoman kuantifikasi yang dapat
dijadikan acuan oleh PT penyelenggara dalam melakukan asesmen dan kuantifikasi.
Kata kunci:
Pendidikan, Perawat, Rekognisi Pembelajaran Lampau
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Puspa Indah Budiono
Study Program : Public Health
Title : Analysis of Implementation of Education Acceleration Program
for Nurse through Recognition of Prior Learning (RPL)
in Health Polytechnic Jakarta III
Counsellor : Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS
Based on Indonesia Health Workforce Act, the minimum qualification of education for
health workforce is Diploma III. However, data of State Personnel Agency (2015)
shows that there are still 38,944 nurses in Indonesia who do not yet have a Diploma III
education qualification. As a commitment of the government in improving the education
of health workforce, Ministry of Health launched Education Acceleration Program
through the Recognition of Prior Learning (RPL) as mentioned in Permenkes No. 41 of
2016. This study analyzes the implementation of the Program in Health Polytechnic
Jakarta III starting from input, process to output. This research is a qualitative research
design using Rapid Assessment Procedure (RAP). The results showed that most of the
students were over 50 years old, and came from the DKI Jakarta Provincial Health
Office; only a small proportion of learners receive educational tuition from the
institution where they work; the assessment process has technical constraints in the
quantification of assessment results. Input for Health Polytechnic Jakarta III is
socialization to prospective participants related to RPL conducted through the website;
forming learning groups to improve the learning motivation of learners who are mostly
older; using peer tutors by empowering learners who have the ability or experience in
overcoming knowledge gaps and experience based on daily work. Input for the Ministry
of Health is to make quantification guidelines that can be used as a reference by
educational institution in conducting assessment and quantification.
Key words: Education, Nurse, Recognition of Prior Learning
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii SURAT PERNYATAAN ................................................................................................ iv KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vii ABSTRAK .................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv DAFTAR ISTILAH ........................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 8 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 8
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 8 1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 9 1.5.1 Bagi Institusi ............................................................................................... 9 1.5.2 Bagi Peneliti ................................................................................................ 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 10
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR .............................................................................. 11 2.1 Sistem ................................................................................................................. 11 2.2 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem ...................................................................... 13 2.3 Input Pendidikan ................................................................................................ 15
2.3.1 Peserta Didik ............................................................................................. 15
2.3.2 Dosen ......................................................................................................... 18 2.3.3 Pembiayaan ............................................................................................... 19
2.3.4 Sarana & Prasarana ................................................................................... 20 2.3.5 Kurikulum ................................................................................................. 21
2.4 Proses Pembelajaran .......................................................................................... 23 2.4.1 Karakteristik proses pembelajaran ............................................................ 23 2.4.2 Perencanaan proses pembelajaran ............................................................. 24
2.4.3 Pelaksanaan proses pembelajaran ............................................................. 26 2.4.4 Beban belajar mahasiswa .......................................................................... 27 2.4.5 Evaluasi proses pembelajaran ................................................................... 28
2.5 Output Pendidikan ............................................................................................. 29
2.6 Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) ........................................................... 30 2.6.1 Pengertian dan Tipe Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) .................. 30
xi Universitas Indonesia
2.6.2 Mekanisme RPL untuk Melanjutkan Pendidikan Formal di Perguruan
Tinggi ................................................................................................................. 34
2.6.3 Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada Pendidikan Keperawatan . 36 2.6.4 Mekanisme Asesmen RPL pada Pendidikan Keperawatan ....................... 38
2.7 Perawat ............................................................................................................... 40 2.8 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan .................................................. 42 2.9 Kerangka Teori .................................................................................................. 44
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................ 47 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 47 3.2 Definisi Operasional .......................................................................................... 49
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 51 4.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 51 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 51 4.3 Teknik pengumpulan data .................................................................................. 52
4.4 Informan ............................................................................................................. 52 4.5 Pengolahan dan Analisis data ............................................................................ 53
4.5.1 Pengolahan Data ........................................................................................ 53 4.5.2 Analisis Data ............................................................................................. 55
4.6 Validitas Data ..................................................................................................... 55 4.7 Etika Penelitian .................................................................................................. 55
BAB 5 HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 57 5.1 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................... 57
5.2 Karakteristik Informan ....................................................................................... 58 5.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 59
5.3.1 Visi dan Misi Poltekkes Kemenkes Jakarta III ......................................... 59
5.3.2 Program Studi D-III Keperawatan ............................................................ 62 5.4 Input Pendidikan ................................................................................................ 63
5.4.1 Peserta Didik ............................................................................................. 63 5.4.1.1 Karakteristik Peserta Didik ............................................................ 64 5.4.1.2 Rekrutmen Peserta Didik ............................................................... 66
5.4.2 Dosen ......................................................................................................... 68
5.4.3 Pembiayaan ............................................................................................... 69 5.4.4 Sarana & Prasarana ................................................................................... 72
5.4.5 Kurikulum ................................................................................................. 74 5.5 Proses Pembelajaran .......................................................................................... 76
5.5.1 Asesmen .................................................................................................... 76 5.5.2 Perencanaan proses pembelajaran ............................................................. 79 5.5.3 Pelaksanaan proses pembelajaran ............................................................. 80
5.5.4 Evaluasi proses pembelajaran ................................................................... 84 5.6 Capaian Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL ... 86
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................................... 89 6.1 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 89
6.2 Input Pendidikan ................................................................................................ 89 6.2.1 Peserta Didik ............................................................................................. 89
xii
6.2.2 Dosen ......................................................................................................... 91 6.2.3 Pembiayaan ............................................................................................... 93
6.2.4 Sarana & Prasarana ................................................................................... 94 6.2.5 Kurikulum ................................................................................................. 96
6.3 Proses Pembelajaran .......................................................................................... 97 6.3.1 Asesmen .................................................................................................... 98 6.3.2 Perencanaan Proses Pembelajaran .......................................................... 100
6.3.3 Pelaksanaan Proses Pembelajaran ........................................................... 100 6.3.4 Evaluasi Proses Pembelajaran ................................................................. 102
6.4 Capaian Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL . 104
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 107 7.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 107 7.2 Saran ................................................................................................................ 108
7.2.1 Poltekkes Kemenkes Jakarta III .............................................................. 108
7.2.2 Dinas Kesehatan ...................................................................................... 109 7.2.3 Kementerian Kesehatan ........................................................................... 109 7.2.4 Penelitian Selanjutnya ............................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 111
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Prodi yang menyelenggarakan RPL..................................................... 4
Tabel 2.1 Proses RPL untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi .................... 35
Tabel 2.2 Distribusi Mata Kuliah Program RPL D III Keperawatan ............................. 38
Tabel 2.3 Jumlah Perawat Lulusan SPK ........................................................................ 41
Tabel 2.4 Program Studi di Poltekkes Kemenkes .......................................................... 43
Tabel 2.5 Prodi Program Percepatan Pendidikan di Poltekkes Kemenkes..................... 44
Tabel 4.1 Informan dan Informasi yang Diharapkan ..................................................... 53
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam ............................................. 58
Tabel 5.2 Karakteristik Informan FGD .......................................................................... 59
Tabel 5.3 Jumlah Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III ...................................... 62
Tabel 5.4 Jumlah Dosen di Poltekkes Kemenkes Jakarta III ......................................... 62
Tabel 5.5 Karakteristik peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 64
Tabel 5.6 Karakteristik peserta didik Berdasarkan Asal Institusi .................................. 64
Tabel 5.7 Karakteristik peserta didik Berdasarkan Usia ................................................ 65
Tabel 5.8 Sumber Pembiayaan Peserta Program ............................................................ 71
Tabel 5.9 Sarana dan Prasarana di Poltekkes Kemenkes Jakarta III .............................. 72
Tabel 5.10 Distribusi Mata Kuliah Kurikulum RPL Keperawatan ................................ 75
Tabel 5.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ...................................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Komponen dalam Sistem .......................................................... 12
Gambar 2.2 Hubungan Komponen dalam Sistem Pendidikan ....................................... 14
Gambar 2.3 Proses penerimaan peserta didik ................................................................. 18
Gambar 2.4 Skema kurikulum pendidikan tinggi ........................................................... 22
Gambar 2.5 Pemanfaatan RPL ....................................................................................... 31
Gambar 2.6 Skema RPL ................................................................................................. 32
Gambar 2.7 Skema RPL untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi ................ 36
Gambar 2.8 Pengakuan SKS dalam mekanisme RPL Prodi D III Keperawatan ........... 37
Gambar 2.9 Mekanisme Asesmen .................................................................................. 39
Gambar 2.10 Kerangka teori .......................................................................................... 45
Gambar 3.1Kerangka konsep penelitian ......................................................................... 48
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Poltekkes Kemenkes Jakarta III ................................. 60
xv Universitas Indonesia
DAFTAR ISTILAH
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BLU : Badan Layanan Umum
CP : Capaian Pembelajaran
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
RPL : Rekognisi Pembelajaran Lampau
RPS : Rencana Pembelajaran Semester
DIII : Diploma III
Juknis : Petunjuk Teknis
JPM : Jenjang Pendidikan Menengah
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kemristekdikti : Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
KKNI : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Prodi : Program studi
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
PT : Perguruan Tinggi
PTN : Perguruan Tinggi Negeri
PTS : Perguruan Tinggi Swasta
SKS : Satuan Kredit Semester (SKS)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Kaji Etik
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam dan FGD
Lampiran 3 Matriks Hasil Wawancara Mendalam dan FGD
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin
meningkat, sejalan dengan perkembangan yang terjadi di dunia saat ini. Tenaga
kesehatan merupakan salah satu faktor utama dalam upaya pelayanan kesehatan
sehingga diperlukan peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan diantaranya melalui pendidikan.
Dalam rangka menjawab tuntutan perkembangan yang terjadi di dunia dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan prima serta mengiringi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Pemerintah telah menetapkan kualifikasi minimum
pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah Diploma III. Hal tersebut dituangkan dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan pasal 9 yang menyatakan
bahwa “tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga kecuali
tenaga medis”. Lebih lanjut Pasal 88 menyatakan bahwa “tenaga kesehatan lulusan
pendidikan di bawah Diploma Tiga yang telah melakukan praktik, tetap diberikan
kewenangan untuk menjalankan praktik sebagai tenaga kesehatan untuk jangka waktu 6
(enam) tahun setelah Undang-Undang diundangkan”. Artinya tenaga kesehatan yang
memiliki pendidikan di bawah Diploma III tetap dapat menjalankan praktik atau
pekerjaannya sampai dengan tahun 2020.
Jumlah tenaga kesehatan yang belum memiliki kualifikasi pendidikan sesuai
amanat Undang-undang Tenaga Kesehatan masih sangat besar. Berdasarkan data Badan
Kepegawaian Negara (BKN) pada bulan April tahun 2015, masih terdapat 74.601
tenaga kesehatan tersebar di 34 Provinsi yang masih berpendidikan setara Jenjang
Pendidikan Menengah (JPM) dan Jenjang Pendidikan Tinggi Diploma I (JPT-DI) atau
belum memiliki kualifikasi Diploma III (Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan, 2017). Tenaga kesehatan tersebut bekerja di institusi pelayanan
kesehatan milik pemerintah yang apabila ingin terus berkarir sebagai tenaga kesehatan
maka harus meningkatkan kualifikasi.
Tenaga kesehatan yang belum memiliki kualifikasi minimal sesuai UU tersebut
berasal dari berbagai bidang kesehatan, yaitu (1) bidan berjumlah 19.608 orang; (2)
2
Universitas Indonesia
perawat berjumlah 38.944 orang; (3) teknisi laboratorium medik berjumlah 2.935 orang;
(4) perawat gigi berjumlah 3.971 orang; (5) asisten apoteker berjumlah 5.282 orang; (6)
sanitarian berjumlah 2.461 orang; dan (6) gizi 434 orang (Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan Kementerian Kesehatan, 2017). Angka tersebut dapat menjadi semakin besar
jika ditambah dengan tenaga kesehatan yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan
milik swasta.
Apabila sampai batas waktu masa transisi yang telah ditetapkan UU, tenaga
kesehatan tersebut belum meningkatkan pendidikan ke jenjang Diploma III, maka akan
mengalami penurunan status menjadi asisten tenaga kesehatan, seperti yang telah diatur
dalam Permenkes nomor 80 tahun 2016 tentang penyelenggaraan pekerjaan asisten
tenaga kesehatan. Perubahan status tersebut akan memberikan dampak baik bagi tenaga
kesehatan maupun bagi pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menghadapi kondisi tersebut maka untuk menjamin perolehan pendidikan tinggi
sebagaimana amanat UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pemerintah diharapkan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara untuk
melanjutkan pendidikan. Sebagai komitmen Kementerian Kesehatan dalam
meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan, dikembangkan Program Percepatan
Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di Poltekkes dan
afirmasi pendidikan melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang dituangkan
dalam Permenkes Nomor 41 tahun 2016 tentang Program Percepatan Peningkatan
Kualifikasi Pendidikan Tenaga Kesehatan. Program yang telah dikembangkan ini
merupakan suatu upaya untuk menjawab tantangan besarnya kebutuhan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pendidikan lanjutan, meningkatkan kompetensi,
mengembangkan karir, dan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat tanpa
meninggalkan tempat tugas.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Nomor 26 tahun 2016 Tentang Rekognisi Pembelajaran Lampau memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada setiap orang yang ingin melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). RPL merupakan
proses pengakuan terhadap Capaian Pembelajaran (CP) seseorang yang didapatkan
3
Universitas Indonesia
melalui pendidikan formal atau nonformal atau informal, dan/atau pengalaman kerja.
Pengakuan atas capaian pembelajaran ini ditujukan untuk menempatkan individu pada
jenjang kualifikasi tertentu sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI).
Dalam mengembangkan Program Afirmasi melalui Rekognisi Pembelajaran
Lampau (RPL) bagi tenaga kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerja
sama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikam Tinggi (Kemenristek
Dikti) dalam pembentukan program peningkatan kompetensi dan kualifikasi Pendidikan
Tenaga Kesehatan dari Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) dan Diploma I ke Diploma
III. Melalui RPL, tenaga kesehatan yang telah memiliki pengalaman kerja, pendidikan
nonformal, informal dan sebelumnya, dapat dilakukan pengakuan capaian pembelajaran
ke dalam pendidikan formal jenjang kualifikasi Diploma III. Dengan adanya pengakuan
capaian pembelajaran ini, maka tenaga kesehatan yang saat ini bekerja di institusi
pelayanan kesehatan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang kualifikasi Diploma
III tanpa perlu mengikuti semua mata kuliah dalam jenjang kualifikasi tersebut.
Program Afirmasi melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) saat ini
dilaksanakan bagi tenaga bidan, perawat, Farmasi, perawat gigi, kesehatan lingkungan,
analis kesehatan, gizi serta rekam medis dan informasi kesehatan. Bagi tenaga perawat,
skema RPL ini sendiri telah dijalankan di beberapa negara seperti misalnya Swedia dan
Australia. Tujuan program RPL di Swedia adalah memberikan kesempatan pada health
care assistant (asisten tenaga kesehatan) untuk menjadi licensed practical nurse
(perawat berlisensi). Mayoritas peserta didik program RPL perawat di Swedia bekerja di
sektor perawatan terhadap orang tua (Sandberg, 2014). Sementara di Australia, RPL
telah dijalankan selama lebih dari sepuluh tahun dan menjadi bagian dari sistem
pendidikan vokasi dan pelatihan di Australia (Pryor, 2012).
Sementara di Indonesia, RPL ini merupakan hal yang baru diterapkan,
mengingat kebijakan yang mendasarinya baru dibuat pada tahun 2016. Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL) telah diresmikan oleh Menteri Kesehatan pada bulan September 2017 dan mulai
dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 di 30 Perguruan Tinggi (PT) Rayon, 387 PT Sub
Rayon dan 55 PT Mitra yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 113/M/KPT/2017 tentang Perguruan Tinggi
4
Universitas Indonesia
Penyelenggara Program Percepatan Pendidikan melalui Rekognisi Pembelajaran
Lampau.
PT Rayon merupakan PT pembina yang memiliki tugas merencanakan,
menyiapkan, melaksanakan, melaporkan, dan mengevaluasi penyelenggaraan Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui RPL secara terpadu dan menyeluruh.
PT Sub Rayon memiliki tugas menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui RPL. PT Mitra memiliki tugas
membantu melaksanakan dan menetapkan penjaminan mutu penyelenggaraan Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui RPL sebagaimana ditetapkan PT Sub
Rayon. Program Studi (Prodi) yang menyelenggarakan RPL terdiri dari Prodi DIII
Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, Keperawatan Gigi, Kesehatan Lingkungan, Analis
Kesehatan, Gizi serta Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di Perguruan Tinggi milik
pemerintah (Poltekkes Kemenkes) maupun swasta.
Tabel 1.1 Jumlah Prodi yang menyelenggarakan RPL
(sumber: Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 113/M/KPT/2017)
No Program Studi Jumlah PT Penyelenggara Total
Rayon Sub Rayon Mitra
1 DIII Kebidanan 5 160 14 179
2 DIII Keperawatan 5 128 18 151
3 DIII Farmasi 4 20 6 30
4 DIII Keperawatan Gigi 4 13 2 19
5 DIII Kesehatan Lingkungan 3 19 5 27
6 DIII Analis Kesehatan 3 22 5 30
7 DIII Gizi 3 22 6 31
8 DIII Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan
3 5 1 9
Untuk saat ini Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dilaksanakan melalui mekanisme Izin Belajar
khusus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota TNI/Polri. Pembiayaan
penyelenggaraan program percepatan pendidikan bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau sumber
lainnya. Peserta didik mendapatkan bantuan biaya pendidikan yang diberikan langsung
kepada institusi pendidikan berupa uang pendidikan (Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan, 2017). Pemberian bantuan biaya pendidikan tersebut
merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap tenaga kesehatan, khususnya tenaga
5
Universitas Indonesia
perawat yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan agar termotivasi untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikan ke Diploma III.
Di Provinsi DKI Jakarta masih terdapat 506 orang perawat yang memiliki
pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah (JPM). Jumlah tersebut akan ditingkatkan
pendidikannya menjadi Diploma III melalui program RPL di Perguruan Tinggi (PT)
penyelenggara RPL di Provinsi DKI Jakarta sebayak 8 institusi yang terdiri dari 2 Prodi
DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes dan 6 PT swasta yang semuanya berada
dibawah PT Rayon Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bandung. Salah satu
penyelenggara RPL Keperawatan adalah Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III yang memiliki jumlah peserta didik untuk program RPL Prodi DII
Keperawatan terbesar sebanyak 76 orang (Poltekkes Kemenkes Jakarta III, 2017).
Poltekkes Kemenkes Jakarta III sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kesehatan, memiliki tugas melaksanakan pendidikan vokasi di bidang kesehatan yang
sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang
kesehatan. Poltekkes Kemenkes Jakarta III merupakan pusat unggulan iptek (center of
excellent) di wilayahnya dalam pengembangan pendidikan dan profesi tenaga
kesehatan.
Pengembangan pendidikan dan profesi tenaga kesehatan dilakukan dalam rangka
menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan berkualitas serta memiliki
kompetensi yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi kesehatan global.
Tujuan pendidikan tenaga kesehatan adalah menghasilkan tenaga kesehatan profesional
di bidangnya, dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan prima. Tenaga kesehatan tersebut dihasilkan melalui proses pendidikan yang
diselenggarakan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan, salah satunya adalah
Politeknik Kesehatan Kementerian kesehatan.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai elemen yaitu
tujuan atau sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, dan struktur atau
jenjang. Setiap komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan tersebut saling
terkait dan mempengaruhi. Sistem dapat diterjemahkan sebagai suatu kesatuan dari
sejumlah komponen yang saling terhubung. Komponen-komponen tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain dan bekerja terarah pada pencapain satu tujuan.
6
Universitas Indonesia
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang terdiri dari
tiga komponen pokok, yaitu komponen input, komponen proses, dan komponen output.
Menurut Wibawa (2017), komponen input pendidikan terdiri dari peserta didik,
kurikulum, tenaga kependidikan, dana, sarana dan prasarana, regulasi, organisasi, dan
peran masyarakat dalam mendukung pendidikan. Berdasarkan Permendikbud nomor 49
tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, proses pembelajaran terdiri
dari karakteristik proses pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan beban belajar mahasiswa. Dalam pelaksanaan pendidikan,
diperlukan pedoman untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan dan menjamin agar
proses pembelajaran mencapai mutu yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
Sekaitan dengan hal tersebut maka untuk mendukung pelaksanaan Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL), Kementerian Kesehatan telah menyusun dokumen-dokumen terkait.
Kementerian Kesehatan melalui Pusat Pendidikan SDM Kesehatan bekerja sama
dengan organisasi profesi keperawatan (PPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi
Keperawatan (AIPViKI), serta perwakilan institusi pendidikan keperawatan telah
menyusun Petunjuk Teknis Desain Pembelajaran RPL Prodi DII Keperawatan.
Pedoman tersebut mengatur tahapan desain pembelajaran dan bagaimana desain
pembelajaran tersebut diimplementasikan.
Meskipun telah disusun Petunjuk Teknis yang telah mengatur secara detail,
namun pelaksanaan RPL di PT, khususnya di Poltekkes Kemenkes Jakarta III masih
menemui kendala. Untuk meraih gelar ahli madya keperawatan, peserta didik harus
menempuh mata kuliah sebanyak 108 SKS. Dengan adanya RPL, maka pendidikan
dapat ditempuh sebanyak 43 SKS. Selisih SKS tersebut diperoleh melalui hasil asesmen
RPL pada saat calon peserta didik mendaftar. Berdasarkan hasil laporan kepada Kepala
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, ditemukan adanya kesulitan dalam kuantifikasi hasil
asesmen dari para peserta didik kedalam Sistem Kredit Semester (SKS) tersebut. Selain
itu dalam pelaksanaan waktu belajar, terdapat ketidaksesuaian jam belajar di kelas
seperti yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengetahui
bagaimana implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
7
Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Pemerintah telah menetapkan kualifikasi minimum pendidikan bagi tenaga
kesehatan adalah minimal Diploma III, sesuai Undang-Undang No. 36 tahun 2014
tentang Tenaga kesehatan pasal 9 yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus
memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga kecuali tenaga medis. Jumlah tenaga
kesehatan yang belum memiiki kualifikasi pendidikan sesuai amanat UU Tenaga
Kesehatan tersebut masih sangat besar. Berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara
(BKN) pada bulan April tahun 2015, masih terdapat 74.601 tenaga kesehatan tersebar di
34 Provinsi yang masih memiliki kualifikasi pendidikan setara Jenjang Pendidikan
Menengah (JPM) dan Jenjang Pendidikan Tinggi Diploma I (JPT-DI). Dari jumlah
tersebut, terdapat 38.944 orang perawat yang memiliki kualifikasi pendidikan SPK
(Sekolah Perawat Kesehatan), dimana 506 orang diantaranya berada di Provinsi DKI
Jakarta. Angka tersebut dapat menjadi semakin besar jika ditambah dengan tenaga
kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta.
Menanggapi hal tersebut, maka Program Percepatan Pendidikan Tenaga
Kesehatan dilaksanakan sebagai komitmen Pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Kesehatan dalam meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui Permenkes
Nomor 41 tahun 2016 tentang Program Percepatan Peningkatan Kualifikasi Pendidikan
Tenaga Kesehatan. Program ini dilaksanakan melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di
Poltekkes dan afirmasi pendidikan melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
RPL adalah proses pengakuan atas Capaian Pembelajaran (CP) seseorang yang
diperoleh melalui pendidikan formal atau nonformal atau informal, dan/atau
pengalaman kerja. Pengakuan atas capaian pembelajaran ini dimaksudkan untuk
menempatkan seseorang pada jenjang kualifikasi tertentu sesuai dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Salah satu Program Studi (Prodi) yang menyelenggarakan RPL adalah Prodi
DIII Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang memiliki jumlah peserta
didik untuk program RPL Prodi DII Keperawatan terbesar di Provinsi DKI Jakarta
sebanyak 76 orang (Poltekkes Kemenkes Jakarta III, 2017). Poltekkes Kemenkes
Jakarta III merupakan pusat unggulan iptek (center of excellent) di wilayahnya dalam
pengembangan pendidikan dan profesi tenaga kesehatan.
8
Universitas Indonesia
Meskipun telah disusun Petunjuk Teknis yang telah mengatur secara detail,
namun pelaksanaan RPL di PT, khususnya di Poltekkes Kemenkes Jakarta III masih
menemui kendala. Untuk meraih gelar ahli madya keperawatan, peserta didik harus
menempuh mata kuliah sebanyak 108 SKS. Dengan adanya RPL, maka pendidikan
dapat ditempuh sebanyak 43 SKS. Selisih SKS tersebut diperoleh melalui hasil asesmen
RPL pada saat calon peserta didik mendaftar. Dalam pelaksanaannya, ditemukan adanya
kesulitan dalam kuantifikasi hasil asesmen dari para peserta didik kedalam Sistem
Kredit Semester (SKS) tersebut. Selain itu dalam pelaksanaan waktu belajar, terdapat
ketidaksesuaian jam belajar di kelas seperti yang telah ditentukan. Evaluasi terhadap
program ini juga masih belum berjalan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme Rekognisi
RPL di Poltekkes Jakarta III sebagai masukan dalam perbaikan program.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Poltekkes Kemenkes Jakarta III?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Poltekkes Kemenkes
Jakarta III sebagai masukan dalam perbaikan pelaksanaan program.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis tentang Peserta Didik Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Menganalisis tentang Dosen Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
3. Menganalisis tentang Pembiayaan Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
4. Menganalisis tentang Sarana dan Prasarana Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
9
Universitas Indonesia
5. Menganalisis tentang Kurikulum Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
6. Menganalisis proses asesmen Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
7. Menganalisis perencanaan proses pembelajaran Program Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
8. Menganalisis pelaksanaam proses pembelajaran Program Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
9. Menganalisis pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran Program Percepatan
Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
10. Menganalisis capaian Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme
RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
1. Sebagai masukan bagi Poltekkes Kemenkes Jakarta III dalam peningkatan kualitas
penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL.
2. Sebagai masukan bagi Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan Program
Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL.
3. Sebagai bahan referensi dalam implementasi rekognisi pembelajaran lampau di
bidang pendidikan tenaga kesehatan
1.5.2 Bagi Peneliti
1. Sebagai bahan dalam manuskrip artikel yang akan di publikasikan di jurnal bidang
kesehatan
2. Hasil penelitian akan disampaikan pada Pertemuan Koordinasi Pengelola
Pendidikan Tenaga Kesehatan Nasional (Perkonas) yang akan dilaksanakan oleh
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan pada bulan September
2018.
10
Universitas Indonesia
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan analisis implementasi Program
Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL) mulai dari input, proses hingga output. Penelitian ini tidak meneliti outcome hasil
akhir proses pendidikan berupa pencapaian kompetensi perawat karena proses
pembelajarannya baru berjalan selama satu semester sehingga capaian pembelajaran
secara keseluruhan belum dapat diteliti.
11 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen tujuan atau
sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, dan struktur atau jenjang.
Setiap komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan tersebut saling terkait
dan mempengaruhi. Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan dari sejumlah
komponen yang saling terhubung dan bekerja terarah menuju satu tujuan. Pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, oleh karena itu pemerintah diharapkan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk melanjutkan
pendidikan.
Sebagai komitmen pemerintah dalam meningkatkan pendidikan tenaga
kesehatan, maka dikembangkan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan
melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang dituangkan dalam Permenkes
Nomor 41 tahun 2016. Program ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan
besarnya kebutuhan tenaga kesehatan dalam mendapatkan pendidikan lanjutan,
meningkatkan kompetensi, mengembangkan karir, dan meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat. Salah satu tenaga kesehatan yang akan ditingkatkan pendidikannya
dari Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) ke Diploma III adalah perawat
2.1 Sistem
Menurut Korompis (2015) sistem adalah kumpulan bagian-bagian yang saling
terkait, berfungsi secara bersamaan untuk mencapai tujuan yang sama. Suatu sistem
berfungsi dengan memperoleh masukan dari lingkungan eksternal, mengubahnya
dengan suatu cara, dan memberikan keluaran kembali ke lingkungan. Komponen dalam
sistem terdiri dari input, proses, dan output, umpan balik, dan lingkungan. Hal ini
sejalan dengan Muninjaya (2011) yang menyatakan bahwa sistem adalah suatu
rangkaian komponen atau bagian yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai
tujuan yang sama.
Menurut Uno (2016) sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan elemen-
elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi secara fungsional dalam memproses
masukan menjadi luaran. Ciri-ciri suatu sistem adalah:
12
Universitas Indonesia
1. Terdapat tujuan yang ingin dicapai
2. Terdapat fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan
3. Terdapat komponen yang melaksanakan fungsi tersebut
4. Terdapat interaksi antar komponen
5. Terdapat penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
6. Terdapat proses transformasi
7. Terdapat proses balikan untuk perbaikan
8. Terdapat daerah batasan dan lingkungan
Suatu organisasi dapat dilihat sebagai suatu sistem karena terdiri dari elemen-
elemen yang saling terhubung. Komponen input dan output merupakan permulaan yang
menggambarkan suatu organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan
sumber daya (input) dari suatu sistem yang lebih besar (lingkungan) dimana didalamnya
memproses input dan mengubahnya menjadi output. Efektivitas suatu organisasi harus
menggambarkan keseluruhan interaksi antara input, proses, dan output (Ivancevich,
Konopaske, & Matteson, 2005). Hubungan komponen dalam sistem dapat dilihat dalam
gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1 Hubungan Komponen dalam Sistem
(sumber : Korompis, 2015)
1. Input
Menurut Satrianegara (2014), input merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam
mencapai tujuan dalam sistem seperti sumber daya manusia, dana, informasi dan
lainnya. Kualitas dari sumber daya ini akan berpengaruh terhadap hasil yang
dikeluarkan oleh sistem.
Input Proses
Lingkungan
Umpan Balik
Output Dampak
13
Universitas Indonesia
2. Proses
Komponen proses dalam sistem merupakan interaksi kegiatan atau langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Output
Merupakan hasil dari proses yang dikeluarkan oleh suatu sistem. Dalam sistem
kesehatan, output merupakan pelayanan kesehatan yang akan dimanfaatkan oleh
masyarakat.
4. Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan dari output suatu sistem. Jika output adalah
pelayanan kesehatan maka dampak yang dirasakan oleh masyarakat adalah
meningkatknya status kesehatan.
5. Umpan balik
Merupakan keluaran dari sistem yang dapat menjadi masukan bagi perbaikan dalam
kinerja sistem agar menjadi lebih baik kedepannya. Masukan
6. Lingkungan
Merupakan dunia diluar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi memiliki
pengaruh besar terhadap sistem.
Kumpulan elemen dalam sistem ini harus diusahakan agar berfungsi sesuai yang
telah direncanakan sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan dari sistem.
Berdasarkan hal tersebut maka analisis atau penilaian harus dilakukan terhadap suatu
sistem secara rutin. Analisis dengan pendekatan sistem digunakan untuk mengantisipasi
perubahan yang terjadi akibat perkembangan ilmu dan teknologi (Muninjaya, 2011).
2.2 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal
14
Universitas Indonesia
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan.
Pendidikan tinggi terdiri dari berbagai jenis program studi. Berdasarkan UU
nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, program Studi adalah kesatuan
kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode
pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi,
dan/atau pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi merupakan Pendidikan Tinggi program
diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
sampai program sarjana terapan. Program diploma merupakan pendidikan vokasi yang
diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk mengembangkan
keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
(Arikunto & Jabar, 2004).
Pendidikan vokasi sebagai sistem terdiri atas komponen input, proses, output,
dan outcome, dimana masing-masing komponen dalam sistem tersebut saling
mempengaruhi (Wibawa, 2017). Setiap sistem memiliki tujuan dimana dalam
pendidikan tujuannya adalah agar peserta didik belajar dan mengalami perubahan
perilaku sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu proses yang mengubah masukan
(input) menjadi hasil (output). Tujuan sistem dalam pendidikan adalah menimbulkan
belajar (learning) yang komponen-komponen belajarnya yaitu peserta didik, pendidik,
materi pengajaran, dan lingkungan pengajaran (Uno, 2016). Secara umum kerangka
pendekatan sistem dalam pendidikan dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini:
Gambar 2.2 Hubungan Komponen dalam Sistem Pendidikan
(sumber : Wibawa, 2017)
Input Proses Output Outcome
15
Universitas Indonesia
2.3 Input Pendidikan
Input merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses
pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Dalam pendidikan vokasi, input
dikategorikan menjadi dua, yaitu input yang diproses dan pemrosesnya. Input yang
diproses adalah peserta didik, dan input dan pemrosesnsya meliputi kurikulum, tenaga
pengajar, dana, sarana dan prasarana dalam mendukung pendidikan (Wibawa, 2017).
2.3.1 Peserta Didik
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Menurut Daryanto & Tarno (2017) dalam proses pendidikan, peserta didik
adalah salah satu elemen yang menempati posisi utama. Peserta didik merupakan
pemangku kepentingan utama proses pendidikan juga sekaligus sebagai orang yang
mendapatkan nilai tambah dalam penyelenggaraan akademik dan mendapatkan manfaat
dari proses pendidikan. Sistem rekrutmen dan seleksi calon peserta didik
mempertimbangkan kebijakan pada mutu input, pemerataan akses baik dari segi
wilayah maupun kemampuan ekonomi, serta sistem rekrutmen yang dapat
dipertanggungjawabkan dan kesesuaian antara karakteristik mutu dan tujuan program
studi.
Strategi pembelajaran atau pelayanan pendidikan yang signifikan perlu disusun
sesuai dengan tingkat perkembangan manusia. Secara umum peserta didik dapat
dikelompokan berdasarkan perkembangan dalam kajian psikologi yaitu sebagai berikut:
1. Usia Sekolah Dasar
Peserta didik di usia sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan psikologi,
yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10-12
tahun).
2. Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Dilihat dari tahapan perkembangan psikologi, peserta didik sekolah menengah
pertama berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun)
16
Universitas Indonesia
3. Usia Sekolah Menengah Atas (SMA)
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik sekolah menengah atas
berada pada tahap perkembangan masa remaja (15-18 tahun)
4. Dewasa Muda
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik kategori dewasa muda
berusia 18-30 tahun
5. Dewasa
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik kategori dewasa
berusia 31-55 tahun
6. Dewasa Akhir
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik kategori dewasa akhir
berusia diatas 55 tahun
Pendidikan merupakan hak setiap orang dan proses serta kebutuhannya
berlangsung sepanjang hidup manusia. Selama hidup, manusia terus berkembang yang
dipengaruhi oleh pembelajaran atau pengalaman sepanjang hidupnya. Setiap aspek
perkembangan manusia baik secara fisik, emosi, kognitif maupun sosial saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Manusia perlu mencari pengetahuan, pengalaman,
dan pemikiran baru di sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal
usia dan kata terlambat untuk belajar. Pada orang dewasa, pendidikan dirancang untuk
memperkaya pengetahuan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan, serta
meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau profesionalannya dalam upaya
mengembangkan pribadi dan mewujudkan peran sertanya dalam masyarakat (Daryanto
& Tarno, 2017).
Program Percepatan Pendidikan Perawat melalui RPL dilaksanakan melalui
mekanisme izin belajar khusus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota TNI/Polri.
Proses penerimaan peserta didik Program Percepatan Pendidikan perawat dimulai dari
surat edaran oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan kepada Kepala
Unit Utama Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala
Dinas Kesehatan TNI/Polri yang berisi informasi program, persyaratan peserta, kuota
peserta per provinsi, serta perguruan tinggi penyelenggara. Proses selanjutnya adalah
pengusulan calon peserta, seleksi administrasi dan seleksi akademik serta penetapan
peserta. Persyaratan peserta didik Program Percepatan Pendidikan Perawat terdiri dari:
17
Universitas Indonesia
1. Lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
2. Telah menjalankan pekerjaan keprofesiannya di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
paling sedikit 5 (lima) tahun pada saat dilakukan asesmen RPL
3. Melampirkan surat izin belajar dari pejabat pembina kepegawaian dan pimpinan
instansi
4. Melampirkan surat keterangan tidak sedang memperoleh bantuan biaya
pendidikan/kuliah dari instansi/unit lain;
5. Melampirkan surat pernyataan kesediaan :
a) menyelesaian pendidikan sampai dengan selesai;
b) mengabdi di tempat tugas setelah selesai pendidikan, dan diketahui pimpinan
instansi;
6. Mengambil Program Studi yang sesuai dengan profesi di pelayanan kesehatan;
7. Melampirkan copy ijazah terakhir;
8. Melampirkan biodata.
Pengusulan calon peserta Program Percepatan Pendidikan dilakukan oleh
Sekretariat Unit Utama Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi atau
Kementerian/Lembaga lainnya. Tata cara pengusulan calon peserta Program Percepatan
Pendidikan Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan unit kerja/organisasi/UPT Dinas Kesehatan Kab/Kota mengajukan usulan
calon peserta kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota. Selanjutnya Dinas
Kesehatan Kab/Kota mengajukan usulan calon peserta kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi;
2. UPT Pusat mengirimkan calon peserta kepada Unit Utama Kemenkes dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
3. Unit Utama Kemenkes mengirimkan calon peserta Kepala Badan Pengembangan
Pemberdayaan SDM Kesehatan (BPPSDMK) c.q Kepala Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan.
4. Lembaga TNI/Polri mengirimkan calon peserta kepada Kepala BPPSDMK c.q
Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan dengan ditembuskan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi.
18
Universitas Indonesia
5. Selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan daftar usulan calon peserta
berdasarkan kuota per PT penyelenggara Program Percepatan Pendidikan, ditujukan
kepada Kepala BPPSDMK c.q Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan dengan
tembusan kepada PT penyelenggara Program Percepatan Pendidikan.
Proses penerimaan peserta didik Program Percepatan Pendidikan perawat dapat
dilihat pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Proses penerimaan peserta didik
(sumber: Kementerian Kesehatan, 2017)
2.3.2 Dosen
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen
menentukan mutu penyelenggaraan akademik program studi. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
Surat Edaran Badan
PPSDM Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Unit Utama Kemenkes Lembaga TNI/Polri
Pengusulan Calon Peserta
Seleksi Administrasi dan Akademik
Penetapan Peserta
19
Universitas Indonesia
Dosen harus memiliki kualifikasi akademik berupa pendidikan paling rendah yang harus
dipenuhi oleh seorang dosen dan dibuktikan dengan ijazah. Untuk dosen program
diploma tiga harus memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan magister atau
magister terapan yang relevan dengan program studi, dan juga memiliki sertifikat
profesi yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi paling rendah setara
dengan jenjang 8 (delapan) KKNI).
Kegiatan pokok dosen mencakup: perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
proses pembelajaran; pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran; pembimbingan dan
pelatihan; penelitian; dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen berperan sebagai
sumber belajar, fasilitator pemberian pelayanan dalam proses pembelajaran,
pembimbing, dan motivator bagi peserta didik. Pendidikan merupakan suatu sistem
dimana dosen merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan peserta
didik dan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006). Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, dosen dalam mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah
dimiliki oleh peserta didik. Pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan harus
bersifat praktis dan aplikatif serta mudah dipahami oleh peserta didik (Uno, 2016).
2.3.3 Pembiayaan
Pembiayaan merupakan suatu usaha penyediaan, pengelolaan serta peningkatan
mutu anggaran yang memadai untuk mendukung penyelenggaraan program-program
akademik yang bermutu di program studi diploma dalam suatu lembaga pendidikan.
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu investasi dimana pendidikan dapat
memberikan dampak ekonomi yang diantaranya adalah berkembangnya kesempatan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
serta wawasan. Anggaran pendidikan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemerintah. Kontribusi masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan sangat besar
(Wibawa, 2017).
Pemerintah menyediakan bantuan biaya pendidikan bagi tenaga khusus misalnya
guru, dosen, dan tenaga kesehatan sebagai penghargaan telah melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat. Bantuan biaya pendidikan tersebut juga menambah motivasi bagi
mereka untuk terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasinya. Pembiayaan
pendidikan dapat bersumber dari APBN, APBD, peserta didik, serta sumber lainnya.
20
Universitas Indonesia
Pada Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan, bantuan biaya pendidikan
adalah pemberian bantuan biaya pendidikan yang langsung diberikan kepada institusi
pendidikan berupa uang pendidikan yang besarannya disesuaikan dengan alokasi
anggaran yang tersedia.
Perguruan Tinggi (PT) penyelenggara Program Percepatan Pendidikan terdiri
dari PT Negeri (BLU dan Non BLU) dan PT Swasta, sebagaimana ditetapkan dengan
Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor
113/M/KPT/2017 tentang Perguruan Tinggi Penyelenggara Program Percepatan
Pendidikan Melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau. Dengan adanya variasi PT
penyelenggara tersebut, terdapat variasi biaya penyelenggaraan pendidikan, dengan
perhitungan rata-rata sebesar Rp. 6.500.000 (enam juta lima ratus ribu rupiah) per
mahasiswa per semester. Dari besaran penyelenggaraan pendidikan, dialokasikan dari
dana APBN sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) per mahasiswa per semester,
sedangkan selisih biaya sebesar maksimal Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu
rupiah) per mahasiswa per semester, dapat bersumber dari APBD dan atau peserta
Program Percepatan Pendidikan. Bantuan biaya program percepatan pendidikan bagi
tenaga kesehatan dialokasikan melalui dana DIPA Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan
2.3.4 Sarana & Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang secara langsung mendukung kelancaran
proses pembelajaran, seperti gedung, kelas, media pembelajaran, alat-alat pembelajaran,
perlengkapan di dalam kelas, dan lainnya. Prasarana adalah hal-hal yang yang tidak
secara langsung mendukung keberhasilan proses pembelajaran, seperti jalan atau akses
menuju tempat belajar, listrik atau penerangan, toilet, dan lainnya. Kelengkapan sarana
dan prasana berperan penting dalam membantu terselenggaranya proses pembelajaran.
Kelengkapan sarana dan prasarana di perguruan tinggi dapat meningkatkan motivasi
dosen dalam mengajar dan merangsang mahasiswa untuk belajar (Sanjaya, 2006).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 42 menyatakan bahwa setiap institusi pendidikan wajib memiliki
sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
21
Universitas Indonesia
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, dan juga setiap institusi pendidikan
wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah dan tempat ruang
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka program studi tenaga kesehatan perlu
memiliki laboratorium yang sesuai standar agar pengalaman praktik yang dilakukan
oleh peserta didik menghasilkan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang telah
ditentukan. Keseimbangan antara jumlah mahasiswa dengan kapasitas sarana dan
prasarana harus dijaga agar pencapaian kompetensi mahasiswa dapat mencapai target.
2.3.5 Kurikulum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses,
dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi.
Kurikulum pendidikan tinggi juga berisi cara penyampaian dan penilaian yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di Perguruan
Tinggi. Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi
yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan .
Kurikulum pendidikan tinggi disusun untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan setara dengan capaian pembelajaran yang telah dirumuskan
dalam jenjang kualifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012. KKNI merupakan
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Selanjutnya UU Nomor 12 tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi pada Pasal 29 ayat (2) menegaskan bahwa KKNI
menjadi acuan pokok dalam penetapan kompetensi lulusan pendidikan akademik,
pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi.
22
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Skema kurikulum pendidikan tinggi
(Sumber: Kemristekdikti, 2016)
Berdasarkan gambar 2.4 diatas dapat dilihat bahwa untuk menghasilkan lulusan
yang memiliki kemampuan sesuai capaian pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
jenjang kualifikasi KKNI, kurikulum disusun berdasarkan profil lulusan yang
dikembangkan menjadi capaian pembelajaran lulusan (CPL). CPL tersebut di
kembangkan menjadi bahan kajian/materi ajar yang dibangun berdasarkan beberapa
pertimbangan saat kurikulum disusun untuk menjadi mata kuliah. Selanjutnya mata
kuliah disusun menjadi suatu rangkaian yang disebut struktur kurikulum. Proses
selanjutnya adalah penyusunan rancangan pembelajaran semester dimana rencana
proses pembelajaran disusun untuk kegiatan pembelajaran selama satu semester guna
memenuhi capaian pembelajaran yang dibebankan pada mata kuliah. Kemudian
dilanjutkan ke proses pembelajaran dimana terjadi proses interaksi mahasiswa dengan
dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Untuk menghasilkan tenaga perawat yang berkualitas, maka diperlukan
kurikulum pendidikan Keperawatan berbasis KKNI yang dilaksanakan oleh pendidikan
tinggi kesehatan. Kurikulum pendidikan Diploma III Keperawatan yang disusun dengan
berbasis KKNI diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan, sehingga pada
akhirnya dapat memenuhi standar kompetensi guna menjawab tantangan dan
permasalahan kesehatan yang semakin komplek. Pendidikan tinggi kesehatan
23
Universitas Indonesia
merupakan jenjang kelanjutan dari pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
2.4 Proses Pembelajaran
Pembelajaran dalam pendidikan tinggi adalah proses interaksi mahasiswa
dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tujuan proses
pembelajaran ini adalah untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu capaian pembelajaran
yang harus dicapai dalam program studi yang ditempuh. Keberhasilan pencapaian
pembelajaran ini sangat bergantung pada pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh dosen (Sanjaya, 2006).
Untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran pada program studi dalam
memperoleh capaian pembelajaran lulusan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
mengatur standar proses pembelajaran yang terdiri dari karakteristik proses
pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
beban belajar mahasiswa.
2.4.1 Karakteristik proses pembelajaran
Karakteristik proses pembelajaran pendidikan tinggi terdiri memiliki sifat
interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan
berpusat pada mahasiswa.
1. Interaktif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan
proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen.
2. Holistik memiliki arti proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir
yang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan
lokal maupun nasional.
3. Integratif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan
secara keseluruhan dalam satu kesatuan program melalui pendekatan antardisiplin
dan multidisiplin.
24
Universitas Indonesia
4. Saintifik memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan
akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan.
5. Kontekstual memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan
masalah dalam ranah keahliannya.
6. Tematik memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan program studi dan
dikaitkan dengan permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin.
7. Efektif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna
dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam kurun
waktu yang optimum.
8. Kolaboratif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu pembelajar untuk
menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
9. Berpusat pada mahasiswa memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas,
kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan
kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.
2.4.2 Perencanaan proses pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, perencanaan proses pembelajaran
disusun untuk setiap mata kuliah dan disajikan dalam Rencana Pembelajaran Semester
(RPS) atau istilah lain. RPS dibuat dan dikembangkan oleh dosen secara mandiri atau
bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi
dalam program studi. RPS yang telah disusun harus dievaluasi dan disesuaikan secara
berkala dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. RPS paling sedikit
memuat:
1. Nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, SKS, nama dosen
pengampu
25
Universitas Indonesia
2. Capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah
CP yang tertulis dalam RPS merupakan sejumlah capaian pembelajaran lulusan
yang dibebankan pada mata kuliah yang dimaksud, yang bisa terdiri dari unsur
sikap, ketrampilan umum, ketrampilan khusus, dan pengetahuan. Rumusan capaian
pembelajaran lulusan yang telah dirumuskan dalam dokumen kurikulum dapat
dibebankan kepada beberapa mata kuliah, sehingga CP yang dibebankan kepada
suatu mata kuliah merupakan bagian dari usaha untuk memberi kemampuan yang
mengarah pada pemenuhan CP.
3. Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk
memenuhi capaian pembelajaran lulusan
4. Bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai
Merupakan materi pembelajaran yang terkait dengan kemampuan akhir yang hendak
dicapai oleh peserta didik. Deskripsi materi pembelajaran dapat disajikan secara
lebih lengkap dalam sebuah buku ajar atau modul atau buku teks sehingga peserta
didik dapat mengakses dengan mudah. Materi pembelajaran ini merupakan uraian
dari bahan kajian bidang keilmuan yang dipelajari dan dikembangkan oleh dosen
atau kelompok dosen program studi.
5. Metode pembelajaran;
Penetapan metode pembelajaran didasarkan pada keharusan bahwa kemampuan
yang diharapkan telah ditetapkan dalam suatu tahap pembelajaran akan tercapai
dengan metode pembelajaran yang dipilih. Metode pembelajaran dapat berupa:
diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, atau metode pembelajaran lain yang
dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Setiap
mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode
pembelajaran.
6. Waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran;
7. Pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus
dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester
8. Kriteria, indikator, dan bobot penilaian;
9. Daftar referensi yang digunakan.
26
Universitas Indonesia
2.4.3 Pelaksanaan proses pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pelaksanaan proses berlangsung
dalam bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan
belajar tertentu. Proses pembelajaran di setiap mata kuliah dilaksanakan sesuai dengan
RPS yang telah disusun. Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib
menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata
kuliah untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam matakuliah dalam
rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Metode pembelajaran yang dapat
dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain: diskusi kelompok,
simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, atau metode pembelajaran lain, yang
dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Setiap
mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran
dan diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran. Bentuk pembelajaran dapat berupa
kuliah, tutorial, seminar, praktikum atau praktik lapangan.
Menurut Sanjaya (2006) terdapat prinsip khusus dalam pengelolaan metode
pembelajaran yang efektif yaitu bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memberikan motivasi belajar kepada mahasiswa. Pemilihan strategi
pembelajaran harus mempertimbangkan pada kesesuaian dalam memberikan capaian
pembelajaran lulusan. Pendidikan vokasi menyiapkan lulusannya untuk memiliki
keahlian terapan tertentu sehingga proses pendidikan lebih difokuskan pada
keterampilan. Dengan demikian capaian pembelajaran harus menjadi dasar dalam
pemilihan bentuk/strategi pembelajarannya
Proses belajar manusia berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Namun terdapat korelasi antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar. Semakin
bertambahnya usia maka akan semakin sulit untuk belajar karena menurunnya fungsi
fisiologis seperti daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan berkonsentrasi dan lainnya
(Daryanto & Tarno, 2017). Oleh karena itu dalam pembelajaran kepada orang dewasa,
kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki atau dipelajari sebelumnya memiliki
peranan penting. Kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki atau dipelajari
sebelumnya dapat digunakan sebagai pijakan dalam pemilihan metode pembelajaran
27
Universitas Indonesia
yang optimal. Kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki memiliki peranan
penting dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran yang selanjutnya dapat
memudahkan mahasiswa dalam proses belajar (Uno, 2016).
Proses pembelajaran pada orang dewasa harus memotivasi atau mendorong para
peserta didik untuk mencari pengetahuan yang lebih tinggi. Pengalaman atau
pendidikan pada masa lampau sangat berpengaruh sehingga perlu digali dan
ditumbuhkembangkan. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring
pengalaman, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus, simulasi, dan lain
sebagainya. Proses belajar lebih diarahkan kepada aplikasi praktis dimana dalam
pengenalan konsep baru dosen memberikan penjelasan melalui pengalaman yang
berasal dari peserta didik itu sendiri (Daryanto & Tarno, 2017).
Dalam Program Percepatan Pendidikan, proses pembelajaran yang diikuti oleh
peserta didik adalah melalui:
a. Belajar mandiri, dengan menggunakan bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak.
b. Belajar terbimbing, melalui tutorial dan pembelajaran kolaboratif/ kelompok belajar.
c. Belajar praktik, meliputi praktik laboratorium dan praktik klinik di tempat kerja
masing masing atau di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dengan tempat kerja
peserta. Praktik laboratorium adalah serangkaian kegiatan yang memungkinkan
peserta Program Percepatan Pendidikan menerapkan keterampilan atau
mempraktekan kompetensi dengan menggunaan phantoom, peralatan lain dan bahan
praktikum yang diperlukan. Praktik klinik adalah kegiatan praktek atau tindakan
mandiri yang dilakukan peserta program secara langsung kepada klien/pasien di
rumah sakit, puskesmas atau fasyankes lainnya.
2.4.4 Beban belajar mahasiswa
Beban belajar mahasiswa dinyatakan dalam besaran Satuan Kredit Semester
(SKS). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, satu SKS sama dengan 160 (seratus
enam puluh) menit kegiatan belajar per minggu per semester. Setiap mata kuliah paling
sedikit memiliki bobot satu sks. Semester merupakan satuan waktu kegiatan
pembelajaran efektif yang dilakukan selama 16 (enam belas) minggu. Satu SKS pada
bentuk pembelajaran kuliah dan tutorial mencakup:
28
Universitas Indonesia
1. Kegiatan belajar melalui tatap muka 50 (lima puluh) menit per minggu per semester;
2. Kegiatan belajar dengan penugasan terstruktur sebanyak 50 (lima puluh) menit per
minggu per semester
3. Kegiatan belajar mandiri sebanyak 60 (enam puluh) menit per minggu per semester.
Sementara itu untuk bentuk pembelajaran seminar atau bentuk pembelajaran lain
yang sejenis, satu SKS mencakup kegiatan belajar tatap muka 100 (seratus) menit per
minggu per semester dan kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu
per semester. Pada bentuk pembelajaran praktikum, praktik lapangan, dan/atau bentuk
pembelajaran lain yang setara, satu sks adalah 160 (seratus enam puluh) menit per
minggu per semester.
Beban normal belajar mahasiswa adalah 8 (delapan) jam per hari atau 48 (empat
puluh delapan) jam per minggu setara dengan 18 (delapan belas) SKS per semester,
sampai dengan 9 (sembilan) jam per hari atau 54 (lima puluh empat) jam per minggu
setara dengan 20 (dua puluh) SKS per semester. Untuk memenuhi capaian pembelajaran
lulusan program diploma tiga, mahasiswa wajib menempuh beban belajar paling sedikit
108 SKS.
2.4.5 Evaluasi proses pembelajaran
Menurut Uno (2016) evaluasi hasil pembelajaran merupakan suatu proses yang
dimulai dari penentuan objek yang diukur, pengukurannya, melakukan transformasi
kedalam nilai, dan mengambil keputusan lulus tidaknya mahasiswa, menilai efektif atau
tidaknya dosen mengajar, serta melihat interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam
proses belajar mengajar. Evaluasi hasil belajar difungsikan dan digunakan untuk
mengukur pencapaian akademik mahasiswa, kebutuhan akan remedial serta evaluasi
yang memberikan masukan untuk perbaikan sistem pembelajaran. Evaluasi mencakup
semua ranah belajar dan dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel dengan
menggunakan instrumen yang dapat diandalkan. Evaluasi yang digunakan adalah
berupa ujian untuk mengukur dan menilai hasil belajar mahasiswa dalam mencapai
capaian pembelajaran yang telah ditentukan. Selain itu, ujian juga dapat dipakai sebagai
alat ukur evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, apakah telah mencapai
sasaran atau tidak. Ujian terdiri dari serangkaian soal yang telah disusun dalam suatu
29
Universitas Indonesia
struktur yang sedemikian rupa sehingga menunjukan representatif, seimbang, dan
relevan dengan sasaran belajar.
Soal ujian dibuat secara spesifik sesuai dengan tingkat kemampuan yang
ditetapkan dalam sasaran belajar. Hasil ujian merupakan hasil pengukuran yang
dinyatakan secara objektif dan kuantitatif. Hasil ujian tersebut digunakan untuk
menentukan kelulusan mahasiswa dalam mata kuliah yang diambil. Dalam penentuan
kelulusan digunakan dua acuan yaitu:
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Dalam PAP, penentuan kelulusan mengacu pada nilai baku yang telah ditetapkan
terlebih dahulu sebelum ujian dilakukan. Mahasiswa yang dapat memperoleh nilai
diatas nilai baku maka akan dinyatakan lulus. Penentuan nilai baku ini ditujukan
untuk menjaga mutu pendidikan.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Dalam PAN, penentuan kelulusan mengacu pada norma kelas atau norma kelompok.
Norma ini tidak ditentukan sebelum pelaksanaan ujian, namun setelah ujian. Nilai-
nilai ujian yang dihasilkan akan dihitung rata-ratanya yang kemudian akan
ditetapkan sebagai norma kelulusan. Metode PAN sulit digunakan dalam
mengevaluasi standar mutu pendidikan namun dapat menggambarkan kemampuan
umum mahasiswa.
Pada Program Percepatan Pendidikan, penilaian hasil belajar disesuaikan dengan
peraturan akademik masing-masing institusi penyelenggara. Namun mengingat berbagai
kendala yang akan dihadapi oleh peserta, seperti keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
para peserta karena pada umumnya peserta adalah tenaga pelayan kesehatan yang
dibutuhkan kehadirannya di tempat kerja secara rutin, maka penilaian hasil belajar dapat
dilakukan secara fleksibel di tempat kerja atau di tempat lain yang sedapat mungkin
tidak berjauhan dengan tempat kerja.
2.5 Output Pendidikan
Institusi pendidikan menghasilkan keluaran yaitu output dan outcome. Output
pendidikan berupa hasil langsung dan segera dari pendidikan, dalam hal ini adalah
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sesuai capaian pembelajaran.
Outcome pendidikan adalah efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya
30
Universitas Indonesia
dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau pelayanan suat