Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA
SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS
ANALISYS OF THE IMPLEMENTATION OF MODEL SCHOLL PROGRAM IN STRENGTHENING SOCIAL VALUES IN STUDENTS AT STATE ELEMENTARY
SCHOOL 57 BULU-BULU MARUSU DISTRICK MAROS REGENCY
TESIS
Oleh:
SUDARMIN Nomor Induk Mahasiswa : 105060305318
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2020
ix ABSTRAK
SUDARMIN, Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. (dibimbing oleh Abdul Azis Muslimin, dan Hj. Rosleny B).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan implementasi
program sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa, dan untuk mengembangkan penguatan nilai sosial dalam implementasi program sekolah model pada siswa, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program sekolah model membentuk nilai sosial pada siswa.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data dikumpul melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data, yang terdiri dari tahap pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan implementasi program sekolah model melaksanakan kegiatan rutin melalui pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, ekstrakurikuler, budaya kearifan lokal, dokter kecil, dan UKS. Adapun faktor pendukung dan pengambat adalah ketercapaian pemetaan budaya mutu Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI), letak sekolah yang strategis dan fasilitas pembelajaran cukup memadai, kesiapan dan dukungan dari pendidik dan tenaga kependidikan, juga dukungan orang tua siswa dan masyarakat, dan kerjasama MOU (Memorandum Of Understanding), sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan SPMI, latar belakang siswa yang berbeda, sarana dan prasarana terbatas, serta masih ada orang tua siswa dan masyarakat yang tidak sepenuhnya mendukung program sekolah model. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan program sekolah model maka terbentuk nilai karakter jujur, disiplin, kerja sama, toleransi, ramah lingkungan dalam penguatan nilai sosial pada siswa.
Kata kunci : Implementasi, Program Sekolah Model, Penguatan Nilai Sosial
x ABSTRACT
SUDARMIN, Analysis of the Implementation of Model School Programs in Strengthening Social Values in Students at SDN 57 Bulu-Bulu, Marusu District, Maros Regency. (supervised by Abdul Azis Muslimin, and Hj. Rosleny B).
This study aims to develop the implementation of the model school program in strengthening social values in students, and to develop the strengthening of social values in the implementation of the model school program for students, as well as to determine the supporting and inhibiting factors of the model school program forming social values in students. This research uses descriptive qualitative. Data was collected through interviews, observation and documentation. This study uses data analysis techniques, which consist of the stages of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the implementation of the model school program carried out routine activities through learning, modeling, habituation, extracurricular activities, local wisdom culture, little doctor, and UKS. The supporting and inhibiting factors are the achievement of the quality culture mapping of the Internal Quality Assurance System (SPMI), the strategic location of the school and adequate learning facilities, the readiness and support of educators and education staff, as well as the support of parents and the community, and the cooperation of the MOU (Memorandum Of Understanding), while the inhibiting factors are the limitations of teaching staff and education personnel to implement SPMI, different student backgrounds, limited facilities and infrastructure, and there are still parents of students and the community who do not fully support the model school program. The conclusion of this study is that with a model school program, honest, disciplined, cooperation, tolerance, environmentally friendly character values are formed in strengthening social values in students. Keywords: Implementation, Model School Program, Strengthening
Social Values
iii KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang Tuhan semesta alam, karena berkah
hidayah dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw,
semoga dengan berkah dan rahmat-Nya kita dapat menjalankan
kehidupan ini dengan penuh kedamaian.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bimbingan, bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm. Pance, Ibunda
Alm. Sutinah yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam
menyelesaikan Pendidikan pada program Pascasarjana (S2) Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dan dengan segala kerendahan hati pada
kesempatan ini penulis juga mengucapan terima kasih teriring do’a
Jazaakumullahhu Khaira Jaza, kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Dr. H. Darwis Muhdina, M. Ag. Direktur Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Sulfasyah, S. Pd., M.a., Ph.D. Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan
Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.
iv 4. Dr. Abdul Azis Muslimin, M. Pd. dosen pembimbing pertama
Universitas Muhammadiyah Makassar, selalu memotivasi dan
memberi ilmu dalam penyusunan tesis
5. Dr. Hj. Rosleny B, M. Si. dosen pembimbing kedua Universitas
Muhammadiyah Makassar. Bijak dalam memberi masukan dalam
membimbing menyusun tesis.
6. Dr. Idawati. M. Pd. Dosen Penguji Universitas Muhammadiyah
Makassar, memberi saran dalam penyempurnaan penyusunan tesis
7. Dr. H. A. Jam’an M. Si. Dosen Penguji Universitas Muhammadiyah
Makassar, memberi masukan dalam penyempurnaan penyusunan
tesis
8. Segenap guru besar, para dosen, dan seluruh jajaran tenaga
kependidikan pada Pascasarjana Universitas Makassar yang begitu
banyak memberikan ilmu dan pelayanan kepada penulis dalam
mengikuti proses pembelajaran selama kurang lebih 2 tahun pada
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.
9. Ibu Sri Wahyuni kepala sekolah adalah orang tuaku, beserta guru-
guru yang telah bekerjasama yang selalu membantu dalam penulisan
10. Suami saya Sukadin, atas segala motivasi, perhatian dan doanya
serta anakku tercinta Sukma Nur Yulia dan Suci Nur Febria, yang
selalu sabar menunggu di rumah selama beberapa waktu
11. Semua pihak yang telah memberikan informasi dan saran dalam
penyusunan tesis ini.
v Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah
diberikan dapat diterima disisi Allah Swt, dan mendapat limpahan Rahmat-
Nya Aamiin. Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka
yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan dan
pengembangan lanjut agar benar-benar bermanfaat. Olen karena itu
penulis sangat mengarapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna
serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya
ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap tesis ini
memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Makassar, Desember 2020
Penyusun
Sudarmin
VI DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI TESIS ...................................... PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ..................................................... ABSTRAK ...................................................................................... ABSTRACK ...................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ......................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................. 12 A. Sekolah Model ............................................................. 12 B. Implementasi Program Sekolah Model. ........................ 16 1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan. ......... 18 2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan. ............................................ 22 3. Siklus Pemetaan Mutu ........................................... 36 4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal. ................. 39 C. Nilai Sosial. .................................................................. 55 1. Penguatan Karakter Nilai Sosial Siswa. ................. 58 2. Penyimpangan Nilai Sosial pada Siswa ................. 63 3. Implementasi Pembentukan Nilai Sosial pada Siswa ...................................................................... 69 4. Teori Konstruksi Sosial. .......................................... 94 D. Penelitian yang Relevan ............................................... 98 E. Kerangka Konsep. ........................................................ 101
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 106 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian . ............................... 107 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 107
C. Fokus Penelitian ........................................................... 108 D. Penentuan Informan ..................................................... 109 E. Instrumen Penelitian ..................................................... 100 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 112 G. Teknik Analisis Data ..................................................... 115 H. Keabsahan Data ........................................................... 117 I. Etika Penelitian ............................................................. 119
VII BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 120
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . .......................... 120 B. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa .............................. 121 C. Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program Sekolah Model .............................................. 140
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Sekolah Model ............................................ 149
1. Faktor Pendukung. .................................................. 150 2. Faktor Pengambat. .................................................. 168
E. Pembahasaan .............................................................. 191
BAB V PENUTUP ............................................................................ 189 A. Kesimpulan . ................................................................ 189 B. Implikasi Penelitian ....................................................... 199 C. Saran ............................................................................ 201
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 203
LAMPIRAN
VIII Daftar tabel
Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan. ................................... 21 Tabel 2. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya ..................... 101
Tabel 3. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya ..................... 101
IX Daftar Gambar Gambar 2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. ..................................................................... 37 Gambar 2.2 Kerangka Konsep. ........................................................... 105
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar, sekolah
juga organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan merupakan salah
satu faktor penentu mutu sumber daya manusia. Sekolah sebuah konsep
yang mempunyai makna ganda sebagai bangunan dan perlengkapannya
untuk menyelenggarakan proses pendidikan, sekolah sebagai proses
pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup individu, menentukan arah,
tujuan kehidupan, sekolah sebagai suatu organisasi sosial yang
mempunyai struktur tertentu, melibatkan sejumlah orang dengan tugas
memenuhi kebutuhan khusus dilaksanakan di lokasi tertentu oleh sebuah
organisasi yang mempunyai struktur dan tujuan tertentu.
Kehadiran sekolah model di Indonesia merupakan harapan yang
sejak lama, diimpikan oleh banyak kalangan sebab sekolah model sudah
menjadi sebuah kebutuhan yang mendasari kehidupan yang layak di
masa yang akan datang. Lembaga pendidikan sebagai sekolah model
harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat bukan oleh lembaga atau
sekolah itu sendiri. Sekolah model berarti dapat melaksanakan
penjaminan mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk
pembelajaran petunjuk pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Satuan
Pendidikan, (Dokumen 3:4). 1
2 Mutu pendidikan ini mencakup mutu pengelolaan sekolah, mutu
pembelajaran yang dilaksanakan, mutu proses penguatan karakter
peserta didik. SPMI pada satuan pendidikan mencakup seluruh aspek
penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya untuk mencapai SNP. Satuan pendidikan menerapkan keseluruhan
siklus dalam sistem penjaminan mutu secara mandiri dan
berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu di satuan pendidikan.
Budaya mutu akan mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu secara bertahap hingga
dipenuhinya standar yang telah ditetapkan
Dinamakan sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih
dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan
aspek lain yang sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu
menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh
oleh sekolah lainnya.
Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon
kepercayaan masyarakat artinya, bagaimana pihak sekolah mampu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putrinya sehingga
menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat
perkembangan dunia ilmu dan teknologi serta era globalisasi di depan
mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat maka pihak sekolah perlu melakukan pembenahan-
3 pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional,
manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas,
adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun
luar negeri bermutu serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf
dengan pendidikan bertaraf internasional.
Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan khususnya
bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan
urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau
peranti untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan
pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat
tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang
dikembangkan untuk menjamin sekolah memiliki daya tahan dan daya
hidup dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa yang akan
datang. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan sekolah ini adalah
melihat sejauh mana nilai lebih yang terdapat di sekolah tersebut dan
bagaimana kondisi dan situasi dari sekolah tersebut.
Sekolah model berfungsi untuk mengembangkan pembinaan watak
sebagai tujuan penyelenggaraan pendidikan tentu akan berkaitan dengan
seperangkat acuan nilai dan norma yang berkembang dan dijadikan
pegangan oleh masyarakat. Nilai sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan norma yang berfungsi mengatur hak dan
kewajiban secara benar dan bertanggungjawab tentu harus menjadi
panduan bagi pembinaan siswa. Muara dari usaha sekolah model merujuk
4 pada tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan segenap potensi
yang dimiliki untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menyadari dan memahami
pentingnya pendidikan bagi anak-anak bangsanya. Konstitusi dan segala
macam piranti peraturan telah mengatur serta menjadi acuan pelaksanaan
kegiatan dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha
penguatan Nilai sosial yaitu melalui dunia Pendidikan Undang-Undang
Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3 yang menyatakan
bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.
Makna dari undang-undang ini, dapat kita temukan bahwa garis
besar dari fungsi pendidikan nasional menciptakan suasana pendidikan
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis dan
berkomitmen secara profesional meningkatkan mutu pendidikan sebab
pendidikan yang berfungsi dengan baik tidak hanya menghasilkan siswa-
siswa yang cerdas tetapi menciptakan karakter siswa yang beriman,
mandiri, dan berakhlak mulia.
Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dalam
sistem pendidikan nasional adala pondasi utama untuk melanjutkan
5 perjalanan berikutnya. Gagalnya pendidikan pada tahap ini terutama
dalam pembinaan sikap dan nilai diyakini akan berdampak sistemik
terhadap pendidikan berikutnya. Orientasi penyelenggaraan pendidikan
dasar sangat menekankan pada pembinaan kepribadian, watak dan
karakter anak. Karena itu, integrasi pendidikan yang sarat dengan nilai
dan penguatan karakter pada nilai sosial diperlukan untuk membekali
siswa dalam mengantisipasi tantangan ke depan yang dipastikan akan
semakin berat dan kompleks.
Guru sebagai mengembang kurikulum selanjutnya dituntut untuk
mampu secara terampil menghadirkan suasana dan aktivitas
pembelajaran yang berorietansi pada penanaman dan pembinaan
kepribadian, watak dan karakter pada umumnya dan penguatan nilai
sosial pada khususnya. Implementasi program sekolah model
mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan penguatan
budi pekerti dan akhlak mulia. Program pembiasaan diri lebih
mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan penguatan
budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus
pada penguatan kemampuan afektif dan psikomotorik.
Implementasi program sekolah model menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya nilai sosial pada
siswa, lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam penguatan
pribadi siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual, untuk itu
sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan
6 melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan
penguatan pendidikan karakter nilai sosial siswa.
Implementasi program sekolah model juga menciptakan jalinan
kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat dalam
penguatan pendidikan karakter nilai sosial. Bentuk kerjasama yang bisa
dilakukan adalah menempatkan orang tua siswa dan masyarakat sebagai
fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan penguatan
pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.
Nilai sosial merupakan bagian dari pendidikan karakter yang
mengisyaratkan terbentuknya nilai-nilai manusiawi bagi personal manusia.
Karakter sosial ini menjadi penting adanya sebab menyangkut kegiatan
interaksi antar personal manusia dalam kehidupannya. Karakter sosial
yang terbentuk dalam personal manusia akan membekali mereka untuk
dapat hidup berdampingan penuh rasa kasih sayang, saling menghargai,
demokratis, saling bekerjasama, damai dan saling memperhatikan.
Nilai kebudayaan Indonesia yang menjunjung sikap persaudaraan,
saling menghormati, dan menghargai sangatlah kental, namun dalam
beberapa tahun terakhir ini budaya keramahan dan sopan santun siswa
semakin hilang. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang cenderung
mementingkan diri sendiri kehilangan etika atau sopan santun terhadap
teman sebaya, orang yang lebih tua, guru, bahkan terhadap orang tua.
Siswa tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, seseorang yang
memberikan ilmu pengetahuan yang patut dihormati dan disegani.
7 Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa tujuan implementasi
program sekolah model adalah menyusunan kegiatan di sekolah dengan
melakukan, Pembelajaran, Keteladanan, pembiasaan kegiatan rutin,
kegiatan spontan, Pengkondisian, Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan
ekstrakurikuler, Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat adalah
untuk membiasakan diri untuk disiplin, peduli, kerjasama, toleransi,
tenggang rasa dalam rangka menciptaka penguatan nilai sosial.
Adapun faktor pendukung implementasi program sekolah model
adalah Letak sekolah yang strategis dan fasilitas pendukung
pembelajaran cukup memadai, adanya dukungan dari kepala sekolah,
seluruh pendidik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah, Iklim
sekolah yang kondusif, agamais, penuh tenggang rasa dan rasa
kekeluargaan, adanya motivasi dari masing-masing wali kelas dalam
mensuport segala bentuk kemajuan peserta didiknya, adanya komunikasi
yang baik antara sekolah, orangtua dan masyarakat yang
berkesinambungan dalam segala jenis kegiatan, adanya kerjasama MOU
(Memorandum of Understandung) dengan pihak luar yang terkait seperti:
kerjasama dengan perpustakaan daerah, kerjasama dengan Indosat
absen digital, solidnya tim dalam setiap kegiatan dan semangat yang
tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan.
Hasil observasi awal permasalahan yang muncul tentang
penguatan nilai sosial pada siswa melalui program sekolah model dalam
pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun
8 ada berbagai faktor yang dapat menghambat ketercapain program
tersebut diantaranya, masih ada tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan belum dapat melaksanakan penjaminan mutu secara
optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran dalam
pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.
Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda,
baik dari segi suku diantaranya: suku Bugis, Makassar,Toraja, Mandar,
Jawa dari segi agama yaitu: Islam, Protestan, Katolik,dan Hindu. Selain itu
latar belakang pendidikan keluarga, status sosial dan ekonomi, sehingga
rasa ego lebih kuat dibanding rasa empati dan rasa kebersamaan di jiwa
siswa, karena setiap siswa menganggap dirinya yang terbaik, selain itu
terbatasnya pembimbing dalam mengefektifkan kegiatan bimbingan baca
Al-qur’an di luar jam sekolah disebabkan keterbatasan ruangan dan
waktu. Pengaruh pergaulan negatif dari luar sekolah disebabkan oleh
kurang perhatian dari orang tua karena kesibukan beraktivitas diluar
rumah, selain itu banyak media yang kurang mendidik, ketersediaan
sarana dan prasarana di sekolah untuk melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler sangat terbatas, karena waktu bagi pendidik untuk
melaksanakan kegiatan implementasi program yang telah disusun
terbatas.
Sekolah memungkinkan terjadi kesenjangan dan ketidakadilan
antar sekolah di sekitar, siswa dalam proses belajar mengajar akan
terganggu oleh kegiatan guru yang menyiapkan administrasi implementasi
9 program sekolah model, guru juga akan terganggu dalam melaksanakan
tugas pokok dalam proses belajar mengajar karena akan menyita waktu
guru dalam mengajar, beban kerja guru semakin bertambah karena harus
melaksanakan program kegiatan sekolah dan administrasi penguatan
sekolah model dan sekolah membutuhkan pengorbanan warga sekolah
untuk meluangkan waktu lebih banyak, pemikiran, ide, dan tenaga untuk
mewujudkan sekolah model, tapi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan mempunyai kemampuan dan keahlian yang terbatas.
Program sekolah model melibatkan peran aktif orang tua siswa,
sedangkan tidak semua orang tua mendukung disebabkan mereka
menganggap dalam kegiatan program akan berkaitan dengan dana,
begitu juga dengan masyarakat tidak semua peduli dan berpartisipasi
terhadap pelaksanaan implementasi program sekolah model.
Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu adalah salah satu sekolah
model yang merupakan sekolah yang mempunyai nilai yang lebih dari
sekolah yang lainnya dan merupakan sekolah favorit dan percontohan
yang berada di desa Marumpa Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
Sekolah ini menarik untuk dilakukan penelitian karena letaknya strategis,
dan mempunyai program-program yang unggul, serta warga di sekolah ini
termasuk masyarakat yang majemuk karena terdiri dari berbagai suku,
agama dan status sosial yang berbeda-beda sehingga menciptakan
berbagai karakter dalam lingkungan sekolah.
10 Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik
melakukan telaah ilmiah dengan judul “Analisis Implementasi Program
Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57
Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang judul, maka peneliti dapat
mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Program Sekolah Model dalam
Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?
2. Bagaimana Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program
Sekolah Model pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?
3. Apakah Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program
Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN
57 Bulu-Bulu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengembangkan Implementasi Program Sekolah Model
dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu
2. Untuk mengembangkan Penguatan Nilai Sosial dalam
Implementasi Program Sekolah Model pada Siswa di SDN 57
3. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat
Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai
Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu
11 D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu:
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dan guru
dalam penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57 Bulu-Bulu.
b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan implementasi program
sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57
Bulu-Bulu.serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, SDN 57 Bulu-Bulu, merupakan contoh keteladan dan
pembiasaan berperilaku melalui tindakan yang bernilai karakter
baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain.
b. Bagi kepala sekolah, implementasi program sekolah model dapat
dijadikan sebagai penguatan nilai sosial pada siswa, dan
menciptakan sekolah berkarakter.
c. Bagi Sekolah dapat menciptakan sekolah yang berkarakter dan
berbudi luhur
d. Bagi Peneliti, dapat memperluas pengetahuan khususnya dalam
penguatan nilai sosial pada siswa melalui implementasi program
sekolah model.
12
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sekolah Model Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima atau memberi pelajaran. Alya, (2009:685) mendefenisikan belajar adalah usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan siswa aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nonfisik, yakni mengembangkan potensi pikir, mental dan intelektual, social, emosional, nilai moral, spiritual, ekonomikal atau kecakapan hidup, fisikal, maupun kultural, sehingga ia dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara serta dapat menjawab tantangan peradaban yang semakin maju. Firman Allah Swt (QS: Al-An’kaabut. S. 29: 43) �ون���� إ! ا�#$%�& ��س و� )$� � Terjemahan: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. Ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada 12 و1$ك ا/�.�ل (,ر*#
13 dalam aturan-aturan yang telah ditentukan Ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya. Orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tak memiliki ilmu tentu berbeda karena pada dasarnya orang yang berilmu tentu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang bisa dilihat seberapa mulia derajat kemanusiaanya dengan tingkatan ilmunya. orang yang memiliki ilmu akan merasa takjub melihat bagaimana Allah memberikan naluri kepada semua makhluk hidup dibandingkan seseorang yang tak berilmu tentu tidak akan dapat memahaminya. Karena pada dasarnya seseorang memiliki tingkat kecerdasan manusia yang berbeda-beda. Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau peranti untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sebuah organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan berkelanjutan sampai masa yang akan datang. Pada tahun 2016 ini Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia menggulirkan satu program bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Program ini dilaksanakan
14 dengan memilih beberapa sekolah tingkat SD, SLTP dan SLTA di seluruh Indonesia untuk menjadi sekolah model bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Internal (SPMI). Peter Salim dan Yenny Salim, (2002:23) dalam Kamus Bahasa Indonesia Menegaskan kontemporer Model artinya pola,contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, jadi secara sederhana, model dapat dimaknai sebagi contoh atau acuan. Kata model ini dikaitkan dengan sekolah sebagai salah satu program lembaga pendidikan. Sedangkan sekolah model, adalah sekolah yang mengedepankan semua komponen pendidikan di sekolah yang inovatif dan kreatif dalam mengemas dan memproses pendidikan. Sehingga semua komponen tersebut harus mendukung untuk menghasilkan kualitas dan hasil output pendidikan Sekolah yang berkualitas dan mampu menjadi Sekolah percontohan. sehingga sekolah-sekolah lain yang ada di daerah tersebut dapat belajar dan mencontoh pada sekolah model. Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon kepercayaan masyarakat artinya, bagaimana pihak sekolah mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putrinya sehingga menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi di depan mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat maka pihak sekolah perlu
15 melakukan pembenahan-pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional, manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas, adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri bermutu serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf dengan pendidikan bertaraf internasional. Definisi sekolah model menurut Buku Juknis Dikdasmen 2019 Sekolah Model adalah sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh LPMP (Lembaga Mutu Penjaminan Mutu Pendidikan) untuk menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri; menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri. Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan menyatakan bahwa: “Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI- Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan”. Berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI
16 menyimpulkan Pemenuhan dan penjaminan mutu merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan (wholeschool approach) agar seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama memiliki budaya mutu. Berdasarkan 8 (delapan) kunci yang perlu dilakukan dalam implementasi sistem penjaminan mutu internal, agar berjalan sukses apabila pelaksanaan sistem Pemenuhan dan penjaminan mutu merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan. B. Implementasi Program Sekolah Model Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. Manajemen Berbasis Sekolah yang selanjutnya disebut MBS merupakan salah satu amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
17 Pendidikan Nasional. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan diwajibkan menerapkannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan nyata untuk mengelola satuan pendidikansebagaimana dimaksud, dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan dan manajerial sekolah yang transparan dan akuntabel, tanpa meninggalkan peran serta masyarakat, dan pengelolaan pembelajaran yang optimal. Kebijakan ini diberlakukan secara nasional pada setiap satuan pendidikan termasuk di lingkungan Sekolah Dasar. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 Pasal 51 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan menyatakan bahwa: “Satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel”. Tiga pilar manajemen berbasis sekolah meliputi aspek pengelolaan yang transparan; pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; dan peran serta masyarakat yang semakin meningkat. Secara ideal, variabel-variabel tersebut harus mampu berjalan beriringan untuk mewujudkan postur manajemen berbasis sekolah sebagaimana dikehendaki dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Konsekuensinya adalah terciptanya sebuah sistem pengelolaan satuan pendidikan dengan anatomi yang sejalan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah.
18 Kesebangunan konsep pengelolaan satuan pendidikan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah akan memudahkan pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, yaitu peningkatan prestasi belajar siswa dan akuntabilitas publik. Prestasi belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif pembangunan karakter. Sedangkan akuntabilitas publik ditunjukkan dalam bentuk transparansi pengelolaan terutama pengelolaan keuangan dan peran serta aktif masyarakat dalam setiap kebijakan satuan pendidikan yang memang mengharuskan adanya partisipasi masyarakat. Menuju manajemen berbasis sekolah yang ideal maka pengelolaan satuan pendidikan harus berbasis pada perencanaan yang sesuai dengan kondisi sekolah, sebagai bentuk perangkat lunak kebijakan yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, salah satu fungsi manajemen yang paling dasar, maka perencanaan harus mampu menjadi pijakan bagi fungsi manajemen yang lain, misalnya pengorganisasian sumber daya yang ada, pengarahan, pengawasan, dan motivasi sehingga fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan satuan pendidikan dapat didistribusikan secara optimal. Fungsi perencanaan dalam manajemen pengelolaan satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk penusunan kegiatan yang
19 mewakili rencana kebijakan pengelolaan sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Kurun waktu satu tahun dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan institusi hingga tercapainya postur satuan pendidikan yang sejalan dengan visi dan misi. 1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan Membentuk Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan jika unsur penjaminan mutu tersebut dibentuk dalam sebuah Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan Tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidikan tersebut. Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi, fungsi penjaminan mutu ini menjadi tugas dari tim manajemen yang sudah ada dalam satuan pendidikan. Tugas tim penjaminan mutu pendidikan sekolah dalam menjalankan tugas penjaminan mutu internal menurut Sani (2018: 43) yaitu : (1) Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal Melaksanakan pemetaan mutu di satuan Pendidikan (2) Membina, mendampingi, dan supervisi warga sekolah dalam pemenuhan mutu
20 (3) Memonitoring dan evaluasi program pemenuhan mutu Membuat rekomendasi kepada kepala sekolah. Penjaminan mutu internal pendidikan dalam pengembangan ini difokuskan pada standar proses pembelajaran. Penjaminan mutu dalam proses pembelajaran ini harus dilakukan secara terintegrasi dan terpadu sehingga akan memperoleh pencapaian yang signifikan, sehingga hasil belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif memnbentuk karakter penguatan nilai sosial pada diri siswa.
21 Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah • Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,dan mengembangkan SPMI; • Menyusun dokumen SPMI yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen standar, dan dokumen formulir; • Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah (RKS); • Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran; • Membentuk tim penjaminan mutu pada satuan pendidikan • Mengelola data mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. • Mengoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan;
• Melakukan pembinaan, pembimbingan, dan supervisi terhadap pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan; • Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di satuan pendidikan; • Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; • Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kepada kepala satuan pendidikan. Sumber: Buku Pintar SPMI (2019:14) Berdasarkan di atas maka dijelaskan bahwa penyiapan tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah dilakukan sebagai berikut: 1). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah ditetapkan dengan surat keputusan kepala sekolah. 2). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah paling sedikit terdiri atas perwakilan pimpinan satuan pendidikan, perwakilan
22 guru, perwakilan tenaga kependidikan dan perwakilan komite sekolah. 3). Jumlah anggota tim penjaminan mutu pendidikan sekolah disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan. 4). Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi maka diserahkan kepada tim manajemen satuan pendidikan. 5). Jika surat keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah telah diterbitkan, maka tim pengembang sekolah dan tim auditor internal bersama ketua tim penjaminan mutu pendidikan sekolah mulai melaksanakan sistem penjaminan mutu internal di tingkat satuan pendidikan. 6). Tahapan-tahapan sistem penjaminan mutu internal didahului dengan adanya sosialisasi sistem penjaminan mutu internal kepada semua warga sekolah. Semua warga sekolah mendapatkan informasi mengenai apa dan bagaimana sistem penjaminan mutu internal. 7). Kegiatan penyadaran penjaminan mutu ini akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan kegiatan betul-betul dipahami dan dilaksanakan. 8). Setelah semua warga sekolah memahami sistem penjaminan mutu internal maka warga sekolah menyatakan komitmennya melalui penandatanganan komitmen sistem penjaminan mutu pendidikan.
23 9). Pernyataan komitmen dibuat oleh satuan pendidikan. Berdasarkan susunan kegiatan di atas sebelum kepala sekolah Menetapkan SK pembagian tugas terlebih dahulu mengkoordinasikan kepada warga sekolah sebagai pelaksanaan penjaminan mutu ditingkat satuan Pendidikan, melakukan pembinaan, pembimbingan. Pembagian tugas sistem penjaminan mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD) yang dibentuk oleh pemerintah daerah. 2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan Penjaminan mutu pendidikan di sekolah dilakukan berdasarkan sistem penjaminan mutu internal yang telah ada pada Buku Penjaminan Mutu Pendidikan di sekolah. Buku pintar Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (2019:18) Terdapat lima langkah kerja melaksanakan sistem penjaminan mutu internal sesuai siklus sistem penjaminan mutu internal yaitu: a) Pemetaan Mutu Pemetaan mutu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan informasi tentang capaian pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan. Pada kegiatan pemetaan mutu, sekolah perlu
24 memetakan mutu pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan melalui kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan kegiatan mengisi aplikasi e-eds yang menghasilkan peta mutu (capaian standar). Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 Pada pasal 1 ayat 3 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah disebutkan bahwa: "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan”. Sebelum melaksanakan tahapan pertama ini, sekolah sudah melakukan sosialisasi sistem penjaminan mutu internal di sekolah dan melakukan penandatanganan komitmen penjaminan mutu pendidikan oleh semua warga sekolah. Penandatanganan komitmen ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan semua warga sekolah memahami isi atau butir komitmen penjaminan mutu. Pada tahapan pemetaan mutu, terdapat beberapa kegiatan yang mesti dilakukan oleh sekolah yaitu mengkaji standar nasional pendidikan, mengkaji hasil evaluasi diri sekolah (rapor mutu sekolah), mengkaji hasil monev internal sekolah tahun lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal). Pada bagian
25 ini, akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan seperti mengkaji SNP dan mengisi aplikasi elektronik evaluasi diri sekolah (e-eds). (1) Mengkaji standar nasional pendidikan Mengkaji standar nasional pendidikan adalah bagian yang sangat penting pada pemetaan mutu. Semua warga sekolah harus membaca dan mengkaji standar nasional pendidikan sebagai langkah awal penjaminan mutu. Aktivitas mengkaji standar nasional pendidikan yang perlu dilakukan adalah (a). Tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah mengoordinasikan pembentukan tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah. Tim kerja disesuaikan dengan jumlah PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang ada di sekolah. (b). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (c) Semua warga sekolah mengkaji dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (d). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana semua warga
26 sekolah terlibat mendiskusikan isi dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (2) Mengkaji Hasil EDS (Rapor Mutu Sekolah) (a). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen rapor mutu sekolah. (b). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana semua warga sekolah terlibat dalam mengkaji dokumen rapor mutu sekolah. (3) Mengkaji Hasil Monev Internal Sekolah Tahun Lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev internal) (a). Bagi sekolah yang telah memiliki hasil monev internal dapat mendiskusikan kembali hasil monev internalnya. (b). Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan pada saat menganalisis kondisi sekolah. (4) Mengisi Format Lembar Kerja standar nasional pendidikan (a). Tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah dibawah koordinasi TPMPS mulai mengisi format lembar kerja standar nasional pendidikan. (b). Kolom pertama (1) diisi delapan standar nasional pendidikan
27 (c).Kolom kedua (2) diisi dengan indikator mutu yang merupakan komponen dari standar terkait. (d). Kolom (3) menjabarkan kondisi ideal sesuai indikator mutu (e). Kolom (4) menjabarkan resiko yang akan timbul jika indikator mutu tidak terpenuhi (f). Kolom (5) menjelaskan hal-hal fundamental yang umumnya menyebabkan indikator mutu sesuai deskripsi yang didiskusikan tidak tercapai. (g). Penjelasan kolom (3), (4), dan (5) ada pada buku indikator mutu. Namun perlu diperhatikan, apa yang ada pada buku indikator mutu, masih bersifat umum, sekolah perlu mendiskusikan kembali boleh ditambah ataupun dikurangi sesuai kondisi faktanya yang terjadi di sekolah. (h). Kolom (6) menjabarkan seluruh penyelesaian untuk seluruh permasalahan yang muncul dalam diskusi. Penyelesaian dapat berupa penyelesaian satu per satu atas permasalahan yang muncul atau penyelesaian yang dapat menyelesaikan lebih dari satu permasalahan. Penyelesaian sebaiknya bersifat praktikal yang dapat diselesaikan sekolah secara mandiri.
28 (i). Kolom (7) menjelaskan pihak-pihak mana saja yang dapat melakukan penyelesaian tersebut. (5) Melakukan Evaluasi Diri Sekolah: (a). Menyusun instrumen evaluasi diri sekolah; (b). mengumpulkan data evaluasi diri sekolah dengan benar; (c). mengolah data evaluasi diri sekolah; (d). Menganalisis Data Evaluasi Diri Sekolah Keempat hal di atas dilakukan apabila sekolah mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah dan menganalisisnya secara internal. Namun, apabila sekolah belum mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah sendiri, maka dapat menggunakan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah yang ada, instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan, instrumen akreditasi atau instrumen lainnya yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan evaluasi diri diikuti dengan kegiatan analisis data mutu sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. Setelah melakukan hasil evaluasi diri, dilanjutkan dengan analisis data mutu berdasarkan hasil evaluasi diri. (6) Kegiatan Analisis Data Mutu (a). Mengidentifikasi masalah yang dihadapi berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor
29 mutu sekolah perlu menganalisis kondisi sekolah saat ini berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor mutunya dengan mempertimbangkan analisis lingkungan baik kekuatan maupun kelemahan sekolah. (b). Langkah selanjutnya adalah analisis akar masalah untuk merumuskan rekomendasi Menganalisis data mutu dapat diidentifikasi masalah apa yang ditemukan di sekolah dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah, selanjutnya adalah menganalisis akar masalah penyebab utama masalah yang ditemukan di lapangan. b) Perencanaan Pemenuhan Mutu Langkah kedua adalah perencanaan pemenuhan mutu. Rencana pemenuhan mutu merupakan aktivitas mencari solusi dengan cara melakukan upaya yang bersumber dari kekuatan sendiri. Pada langkah ini, aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan adalah: 1) TPMPS (Tim Penjaminan Mutu Pemdidikan Sekolah) membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan mutu, dokumen kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana strategis pengembangan satuan pendidikan.
30 2) Menuangkan hasil perencanaan ke dalam dokumen penyusunan rencana peningkatan mutu sekolah 3) Sekolah perlu duduk bersama menyusun atau menyempurnakan rencana kerja sekolah berdasarkan hasil peta mutu Setelah perencanaan pemenuhan mutu, selanjutnya menuangkan hasil rencana dan menyusun rencana peningkatan mutu, pihak sekolah berdiskusi menyusun dan menyempurnakan rencana hasil pemetaan mutu. c) Implementasi Pemenuhan Mutu Sekolah melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat tercapai. 1) Memperhatikan rencana pemenuhan mutu dan jadwal sebagaimana yang telah disusun sebelumnya. 2) Mengisi lembar implementasi pemenuhan mutu 3) Menetapkan penanggung jawab kegiatan. 4) Penanggung jawab mengusulkan tim pelaksana yang akan dilibatkan. 5) Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan. 6) Menetapkan bukti fisik yang mendukung keterlaksanaan kegiatan. 7) Melaksanakan pemenuhan mutu berdasarkan jadwal
31 8) Membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampiri dengan bukti fisik. Pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu membuat jadwal pelaksanaannya, setiap standar masing ada yang mempertanggung jawabkan membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampirkan dengan bukti fisik. d) Monev Internal Monev internal mutu dilakukan untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang berkelanjutan. Pada langkah monev internal mutu, sekolah dan tim monev internal perlu melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1) Membuat rapor mutu sekolah, masalah dan rekomendasi 2) Membuat dokumen rencana pemenuhan mutu dan dokumen pemenuhan mutu yang telah dilakukan 3) Menetapkan jadwal monev Jadwal monev internal dapat ditetapkan minimal dua kali setahun oleh sekolah. 4) Melakukan kegiatan pre-monev internal Pertemuan awal monev internal dilakukan untuk memfasilitasi pertemuan antara tim monev dan yang akan dimonev, persiapan hal-hal yang akan dimonev dan daftar pertanyaan (instrumen) monev yang akan digunakan.
32 5) Melaksanakan monev implementasi pemenuhan mutu dengan mengumpulkan informasi-informasi terkait masalah dan akar permasalahannya. Tim monev mengajukan pertanyaan kepada sasaran monev dari daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu, tim monev akan melakukan verifikasi dengan melihat dokumen atau bukti fisik lainnya. 6) Melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu dengan mengisi lembar kerja penyusunan indikator evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu seluruh langkah dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam pengelolaan berbasis satuan pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan. 7) Membuat laporan monev mutu internal Setelah melakukan monev internal, tim monev internal membuat laporan monev internal. 8) Melakukan pertemuan akhir monev internal. Setelah melakukan monev, dilanjutkan dengan pertemuan akhir dimana tim monev memaparkan hasil temuannya dan tindakan perbaikan yang disetujui untuk dilaksanakan ke depannya. Monitoring dan evaluasi (monev) tidak hanya membutuhkan pemahaman tentang persiapan, perencanaan, pelaksanaan program saja namun juga mengenai pelaporan
33 hasil evaluasi program. Hasil monev merupakan informasi berharga yang dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan atau pemangku kebijakan untuk mengambil kebijakan bagi organisasi nirlaba. Seseorang dengan kemampuan menyusun instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data hingga menginterpretasikan hasil analisis sangat diperlukan sehingga diperoleh kesimpulan yang berupa hasil analisis. Hasil analisis data monev ini menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan perencanaan program di masa mendatang. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi internal (Monev Internal) diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penjaminan mutu kegiatan organisasi. Monev Internal dilakukan sebagai konsistensi penjaminan mutu dimana kegiatannya dapat terus dipantau secara berkelanjutan. Ketika kegiatan Monev Internal akan dilakukan, ada baiknya menentukan ruang lingkup dari Monev Internal itu sendiri. Ruang lingkup yang dimaksud misalnya adalah jenis kegiatan program pelayanan masyarakat, fungsi dan tugas para staf, dan manfaat yang nantinya akan dicapai. Hal terpenting dan menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan Monev adalah mencari akar permasalahan dari setiap temuan, sehingga diperoleh catatan ketidaksesuaian yang akurat,
34 sehingga memudahkan manajemen untuk mengambil keputusan dan memperbaiki ketidaksesuaian tersebut. e) Penyusunan Strategi Peningkatan Mutu Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. 1) Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil monev. 2) Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. Sekolah melakukan kegiatan pemetaan mutu melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut dalam bentuk data dan informasi sesuai dengan instrumen pemetaan mutu yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dengan ketentuan yang ada dan menggambarkan siklus penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus sistem penjaminan mutu internal dan menjelaskan definisi dan tujuan masing-masing tahapan dalam siklus dengan benar.
35 Selanjutnya mengkaji hasil monev data dan informasi yang dikirim ke sistem informasi mutu pendidikan untuk diolah menjadi peta mutu yang memuat capaian pemenuhan terhadap standar nasional pendidikan untuk disampaikan kepada sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Selanjutnya, menyusun strategi peningkatan mutu dan melakukan perbaikan. Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan SPMI, mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil monev. Dan Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Strategi meningkatkan mutu pendidikan di banyak digunakan dalam dunia pendidikan tepat dalam meningkatkan sebuah mutu pendidikan dalam suatu sekolah. Ada beberapa karakteristik manajemen yang dianggap penting dalam meningkatkan dunia pendidikan. Manajemen perbaikan secara berkelanjutan yang dapat memberikan alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan untuk kualitas dan mutu saat ini dan untuk masa yang akan datang. Peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah
36 dapat diupayakan melalui mengoptimalkan pemetaan mutu di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada komponen-komponen penentu mutu peningkatan profesionalisme guru, pembinaan manajemen pendidikan, peningkatan sarana belajar untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. pembinaan fisik dan penampilan sekolah, peningkatan partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat dalam program sekolah. 3. Siklus Pemetaan Mutu a. Penjaminan Mutu Pendidikan Suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan standar mutu (Permendikbud No. 28/2016)
37 Gambar. 2.1 Sumber: Petunjuk Pelaksanaan PMP oleh Satuan Pendidikan (2019: 7) Berdasarkan siklus pada tabel maka sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (1) Pemetaan mutu; (2) Penyusunan perencanaan peningkatan mutu; (3) Implementasi rencana peningkatan mutu; (4) Evaluasi/audit internal; (5) Penetapan standar mutu pendidikan. 2 3 4 5 11
38 Guna mengetahui capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI yang pertama kali, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan mutu dengan menggunakan dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri dengan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan hasil pemetaan mutu pendidikan yang telah dicapai (sebagai baseline) selanjutnya dilakukan langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan rencana aksi. Selanjutnya rencana pemenuhan tersebut dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu implementasi rencana peningkatan mutu selama periode tertentu (semester atau tahun ajaran). Setelah perencanaan dan pengembangan sekolah tersebut diimplementasikan selama periode tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi/ audit secara internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
39 Laporan dari hasil evaluasi adalah; (i) pemenuhan 8 (delapan) standar nasonal pendidikan, dan (ii) hasil implementasi dari rencana aksi. Dari hasil evaluasi/audit kemudian dilakukan langkah kelima yaitu penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal sesuai standar nasonal pendidikan. Dengan demikian penerapan sistem penjaminan mutu bukanlah hanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sesuai pada standar nasonal pendidikan namun mendorong terciptanya budaya mutu pendidikan dimana semua komponen di sekolah memiliki jiwa pembelajar dan selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman, melalui siklus pemenuhan mutu pada setiap sekolah 4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah. “Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan". Berdasarkan Permendikbud di atas pengertian sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah salah satu bentuk penjaminan mutu pendidikan. SPMI dilakukan oleh setiap sekolah. Sejak tahun 2016 hal ini sudah digulirkan di seluruh provinsi di
40 Indonesia. Ada sekolah-sekolah yang dijadikan sekolah model, lalu sekolah model tersebut memiliki sekolah imbas sebagai upaya agar semangat penjaminan mutu bisa lebih cepat menyebar. Hasil dari sistem penjaminan mutu internal adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah dari waktu ke waktu seperti yang terlihat pada setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan yaitu: 1. Standar Kompetensi Kelulusan: Siswa memiliki perilaku yang mencrminkan sikap karakter, Undang-undang nomor 20 tahun 2005 pasal 35 disebutkan bahwa: “Standar Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”. Berdasarkan pasal di atas kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kualifikasi kemampuan siswa yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil
41 yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan standar kompetensi lulusan di masa yang akan datang. Pada standar kelulusan diharapkan seluruh siswa mampu mengembangkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki dengan penuh rasa percaya diri, siswa mempunyai kesadaran cinta lingkungan sekolah misalnya pada kegiatan ekstrakurikuler Menurut Asep Berry Hernawan, dkk (2011:12.4) kegiatan ekstrakurikuler Adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam siswaan sebagai upaya membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional. Berdasarkan pendapat teori di atas maka kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran yang sangat penting karena dapat memperluas pengetahuan dan dapat mengembangkan minat bakat siswa diantara kegiatan ekstrakurikuler yang diminati oleh siswa yaitu: (1) Pramuka Kegiatan pramuka dapat memupuk siswa untuk berani mengemukakan pendapat, lebih mandiri, dilatih jiwa kepemimpinan, disiplin, kejujuran dan tanggung jawab. (2) Kesenian Kegiatan yang mendukung mata siswaan seni budaya dan prakarya serta untuk membantu pengembangan siswa sesuai kebutuhan, prestasi bakat dan minat siswa SD. kegiatan ini lebih menekankan pada aktivitas ‘’belajar
42 sambil melakukan’’ sebagai upaya menstimulasi keberanian siswa SD untuk mengapresiasikan ide atau gagasan seni mereka dalam bidang seni musik, seni tari, dan seni suara. (3) Olahraga Kegiatan ini mendukung keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan olahraga serta menumbuhkan kecerdasan emosi dan sportivitas sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh. 2. Standar isi: Menyelenggarakan aspek mengembangkan kurikulum pada muatan lokal. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa: “Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan siswa, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan
43 penguasaan kompetensi yang berjenjang. Ruang lingkup pengembangan kurikulum yang berbasis kearifan lokal. 3. Standar Proses Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Perangkat Pembelajaran missal RPP dirancang dengan menggunakan potensi kearifan lokal. Berdasarkan lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar proses Pendidikan Dasar dan menengah dinyatakan bahwa: “Komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata siswaan, kelas/semester, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode pembelajaran media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran”. Berdasarkan lampiran Permendikbud di atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
44 (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. rencana pelaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan Kompetensi Dasar atau subtema yang dilaksanakan 1(satu) kali pertemuan atau lebih, dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru juga dapat mengembangkan dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kearifan lokal. 4. Standar Penilaian Standar Penilaian menggunakan jenis penilaian sahih, objektif, akuntabel, adil, terpadu, tebuka, menyeluruh, sistematis, krietria. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 5 (lima) bahwa: “Prinsip penilaian hasil belajar: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel”. Berdasarkan Permendikbud di atas maka penilaian secara keseluruhan harus sahih, artinya penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur, objektif
45 berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai, adil artinyai penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender, terpadu berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran, terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan, menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan siswa, sistematis berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku, beracuan kriteria berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan, akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya. Menurut Adi Suryanto, dkk. (2013:1.8) menyatakan bahwa penilaian terbagi atas dua yaitu penilaian asesmen merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang kedua adalah
46 penilaian dalam arti evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem secara keseluruhan. Berdasarkan pendapat ahli mengenai penilaian, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, penilaian memberikan juga informasi lebih konprehensif dan lengkap dari pada pengukuran, karena tidak hanya mengunakan instrument tes saja, melainkan mengunakan tekhnik non tes lainya. Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan dalam menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik dan buruk serta bersifat kualitatif. Hasil penilaian sendiri meskipun bersifat kualitatif, bisa berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) & nilai kuantitatif (berupa angka). Secara istilah, penilaian merupakan proses kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program yang sudah ditetapkan sebelumnya berhasil dengan baik atau tidak baik. Agar mengetahui informasi mengenai penilaian tersebut, digunakan pengukuran, baik itu menggunakan instrumen tes maupun nontes.
47 5. Standar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 Tahun 2007 pasal 1 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan bahwa: “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”. Berdasarkan peraturan menteri di atas maka standar pendidik menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh pendidik untuk menjalankan profesinya sebagai pendidik yang harus dibekali dengan ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru, tidak dipungkiri lagi bahwa guru menempati posisi yang sangat penting. Guru merupakan tonggak pendidikan yang akan mencetak manusia-manusia pada masa yang akan datang. Guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan standarnya. Semua itu dilakukan supaya menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut memiliki indikator-indikator sendiri dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dengan keempat kompetensi tersebut diharapkan guru bisa
48 meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Guru harus bisa memiliki keempat kompetensi tersebut dan mensinergikan ke dalam dunia pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun pasal 1 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah. Dinyatakan bahwa: “(1) Standar tenaga administrasi sekolah/madrasah mencakup kepala tenaga administrasi, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus sekolah/madrasah. (2) Untuk dapat diangkat sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar tenaga administrasi sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional”. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tenaga administrasi sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar tenaga administrasi di sekolah/ madrasah yang berlaku secara nasional. Berkenaan dengan hal tersebut peranan tenaga administrasi sangatlah penting untuk mendukung kelancaran dan kesuksesan tata administrasi sekolah. Dibutuhkan kompetensi dan ketrampilan yang menunjang di bidang administrasi. Keberadaan tenaga administrasi di jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi terciptanya sekolah yang bermutu.Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, dimana di dalamnya
49 termasuk pendidik (guru dan kepala sekolah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga penguji. 6. Standar pengelolaan Permen No. 19 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Pasal 1 berbunyi: “Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional”. Berdasarkan Permen di atas standar pengelolaan di sekolah wajib memenuhi standar nasional dan ini bisa dilakukan dengan Sistem kemitraan sekolah/madrasah dengan peran serta masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat, serta mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama. Secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensukseskan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis, selanjutnya mengikut sertakan guru dan siswa dalam kegiatan masyarakat, menyediakan fasilitas sekolah untuk keperluan masyarakat, mengikutsertakan pemuka atau tenaga ahli di
50 masyarakat ke dalam kegiatan, mendayagunakan sarana yang tersedia di masyarakat untuk keperluan sekolahiatan kurikuler atau ekstra kurikuler, mendayagunakan potensi masyarakat sebagai salah satu unsur penanggung jawab Pendidikan dan mendayagunakan potensi orang tua siswa kerjasama dan kemitraan ini dengan perjanjian secara tertulis. 7. Standar Sarana Prasarana Permen No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana perpustakaan sangat mendukung terlaksananya literasi di sekolah adapun standar sarana prasarana yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan adalah: a. Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan siswa dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
51 b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 meter. c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai. e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana penggunaan aplikasi perpustakaan on line (INLIS LITE) bekerjasam dengan perpustakaan daerah. f. Penggunaan absen digital bekerjasama dengan Indosat Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dapat memperlancar proses belajar siswa, literasi di sekolah terlaksana dengan baik, dan dengan adanya perpustakaan online dapat mempermudah siswa mencari buku sebagai bahan bacaan juga dapat mempermudah jalinan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah mengenai kehadiran anaknya di sekolah melalui absen digital. 8. Standar pembiayaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 62 disebutkan bahwa: 1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
52 2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. 3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh siswa untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi: a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. 5) Pengelolaan dana yang berasal dari sumber lain yaitu hasil Usaha Sekolah, Kantin Sekolah dan Koperasi Sekolah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 46 menyatakan bahwa: “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat”.
53 Berdasarkan tuntutan kebutuhan di sekolah tersebut utamanya kebutuhan pengembangan pembelajaran yang sangat membutuhkan biaya yang relatif banyak, maka sumber pendapatan diupayakan dari berbagai pihak agar membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah, disamping sekolah perlu melakukan usaha mandiri yang bisa menghasilkan dana Pengelolaan dana hasil usaha sekolah yaitu kantin dan koperasi sekolah Pengelolaan kantin sekolah memiliki manfaat tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, harganya yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah. Hasil penjualan atau sewa tempat penjualan dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima pihak sekolah. Pengelolaan kantin sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tempat kantin strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga sekolah untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau oleh pengelola sekolah. 2) Bangunan kantin didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga menyenangkan pengunjungnya.
54 3) Menu makanan dan minuman bervariasi sesuai selera pembeli dan berkualitas baik, namun harganya diusahakan yang semurah mungkin. 4) Keuangan kantin atau hasil pengelolaan kantin dikelola secara transparan. Selain pengelolaan kantin sekolah, usaha yang bisa dilakukan sekolah untuk menambah pendapatan sekolah yaitu pengelolaan koperasi sekolah. Adanya koperasi sekolah disamping memiliki manfaat tersedianya kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah. Terkait dengan kebutuhan siswa, usaha koperasi bisa berupa toko yang menyediakan seragam sekolah, buku tulis dan cetak, alat tulis dan kebutuhan belajar lainnya. Terkait dengan kebutuhan guru, koperasi bisa menyediakan seragam guru, alat tulis dan kebutuhan rumah tangga misalnya penyediaan sembako dan kebutuhan lainnya. Selain toko yang menyediakan kebutuhan guru, koperasi bisa mengelola usaha simpan pinjam dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga di bank agar guru dan pegawai sekolah tertarik serta merasa diuntungkan oleh adanya koperasi di sekolah. Usaha kavling tanah dan perumahan juga bisa diusahakan oleh sekolah kalau
55 memang sekolah mampu melakukannya. Tentu saja pengurus koperasi harus bekerja sama dengan perbankan agar diperoleh modal yang sesuai kebutuhan. Pengelolaan koperasi sekolah yang efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tempat koperasi strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga sekolah untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau oleh pengelola sekolah. 2) Bangunan koperasi didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga menyenangkan pengunjungnya. 3) Ragam barang yang dijual di koperasi bervariasi sesuai kebutuhan pembeli dan berkualitas baik, namun harganya diusahakan yang semurah mungkin. 4) Keuangan koperasi atau hasil pengelolaan koperasi dikelola secara transparan dan sesuai dengan standar pembukuan koperasi. Hasil usaha koperasi dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima pihak sekolah. C. Nilai Sosial Nilai sesuatu yang penting menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat, nilai juga merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun
56 rohani, nilai sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Sapriya, (2017:53) mendefinisikan pada hakikatnya nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Umumnya nilai dijiwai dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat, atau persatuan dari orang-orang yang satu tujuan Nilai-nilai yang dimiliki setiap manusia tersebut sangat beragam bergantung pada kesepakatan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut seperti nilai moral, nilai religi, nilai estetika (keindahan), dan sebagainya. Kluckhohn, Clyde (1962:44) Dalam bukunya “Culture and Behavior” menyatakan bahwa Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas nilai sosial mencakup lima masalah pokok, yaitu: 1) Nilai hakikat hidup manusia 2) Nilai hakikat karya manusia 3) Nilai kedudukan manusia dalam ruang dan waktu 4) Nilai hakikat hubungan manusia dengan alam sekitar, 5) Nilai hakikat hubungan dengan manusia sesamanya.
57 Pengertian Sosial menurut KBBI (2009:746) ialah hal-hal yang berkenaan dengan kemasyarakatan atau sifat-sifat kemasyarakatan dan yang memperhatikan kepentingan umum. Nilai sosial jika disimpulkan dapat diartikan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Penentu apakah sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak mesti melewati proses menimbang terlebih dahulu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan di masyarakat itu sendiri. Maka sudah wajar jika terdapat perbedaan tata nilai antara masyarakat satu dengan yang lain. Nilai mempunyai peran penting dimasyarakat sebagai petunjuk arah untuk bersikap dan bertindak. Sebagai acuan dan sumber motivasi untuk melakukan sesuatu. Mengarahkan masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai yang berlaku di lingkungannya. Pendorong, pengawas, dan penekan individu untuk berbuat baik. Alat solidaritas untuk mendorong kerjasama masyarakat sehingga dapat meraih tujuan yang tidak bisa dicapai sendiri. Firman Allah Swt dalam (QS: Al-Hujurat. S. 49: 13)
58 Terjemahan: (13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam ayat ini Dan Allah menjelaskan bahwa dengan Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan bergolong-golong tidak lain adalah agar kita saling kenal dan saling menolong sesamanya. Karena ketaqwaan, kesalehan dan kesempurnaan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan seseorang atas yang lain. Allah Swt. menjelaskan adab-adab budi pekerti yang harus berlaku diantara sesama mukmin, dan juga menjelaskan beberapa fakta yang menambah kukuhnya persatuan umat Islam, yaitu menjauhkan diri dari berburuk sangka kepada yang lain, menahan diri dari memata-matai keaiban orang lain, menahan diri dari mencela dan menggunjing orang lain. Dan dalam ayat ini juga, Allah menerangkan bahwa semua manusia dari satu keturunan, maka kita tidak selayaknya menghina saudara sendiri. 1. Penguatan Karakter Nilai Sosial Karakter tentu berkaitan erat dengan watak dan kepribadian seseorang, sehingga karakter perlu dibangun dan dibentuk sedemikian rupa agar melahirkan kepribadian dan watak yang baik. Coon (1983:52) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan
59 atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Permasalahan kemampuan sosial sangat mengemuka manakalah perilaku materialisme yang menganggap bahwa seolah-olah materi, benda, dan uang adalah segala-galanya. Perilaku materialistik ini dapat mengancam terkikisnya nilai-nilai kehidupan manusia, misalnya nilai keimanan, kejujuran, ketertiban, kendali diri, pengorbanan, tanggung jawab, dan kebersamaan. Fenomena perilaku materialistik ini dapat meruntuhkan nilai-nilai kesantunan, tepat waktu, amanah, empati, hormat pada perbedaan pendapat, dan hormat pada orang lain. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat, terutama yang tinggal di perkotaan. Perilaku seseorang ditentukan oleh faktor lingkungan dengan landasan teori kondisioning ada fungsi bahwa karakter ditentukan oleh lingkungan. Seseorang akan menjadi pribadi yang sosial apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter sosial. Tentunya ini memerlukan usaha secara menyeluruh yang dilakukan semua pihak keluarga, sekolah, dan seluruh komponen yang terdapat dalam masyarakat, untuk mengantisipasi, perlu dibangun nilai-nilai kemanusiaan di kalangan masyarakat, baik sebagai individu maupun kelompok. Nilai-nilai sosial yang kokoh dan etika standar yang kuat sangat diperlukan bagi individu maupun masyarakat melalui
60 pendidikan nilai pada proses pendidikan, khususnya di sekolah secara eksplisit (terencana), terfokus, dan komprehensip untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan agar pembentukan masyarakat yang berkarakter dapat terwujud sehingga terhindar dari perilaku materialistik dan konsumtif. Untuk membentuk Nilai social pada siswa maka karakter yang harus ditanamakan kesiswa adalah: 1) Jujur Kata “jujur” berasal dari Bahasa Arab “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang artinya nyata, benar, atau berkata benar. Lawan katanya adalah “Al- kadzibu” yang berarti dusta atau bohong. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata : “jujur merupakan kata dasar dari kejujuran yang berarti lurus hati; tidak berbohong (misal berkata apa adanya); tidak curang (misal dalam permainan mengikuti aturan yang berlaku); tulus; ikhlas. Sedangkan kejujuran berarti sifat (keadaan) jujur; ketulusan hati, kelurusan hati. Jamal Ma’mur Asmani (2013:36) berpendapat jujur adalah merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Menurut pendapat di atas dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran di sekolah, ada beberapa peran yang dilakukan yaitu :
61 a). Memberikan pengajaran secara terus menerus dan terintegrasi Secara umum, menanamkan nilai kejujuran kepada siswa adalah memberikan pengetahuan melalui pengajaran secara terus menerus dan memadai tentang kejujuran. Dengan memberikan pengajaran tersebut, maka siswa akan terbentuk dalam dirinya untuk bertindak dan bertanggung jawab terhadap setiap tindakannya. Jika ia telah mengetahui dan memahami tentang kejujuran, ia akan berbuat jujur, dan jika ia berbuat tidak jujur, maka ia pun tahu akan konsekuensi dari setiap ketidakjujurannya. b). Memberikan keteladanan, penanaman nilai kejujuran, bukan sekedar menyampaikan pengetahuan tentang kejujuran itu, tetapi hendaklah memberi keteladanan terhadap siswa dalam hal berbuat jujur pada setiap sikap dan tindakan, sehingga pada gilirannya akan ditiru oleh anak c). Membiasakan berperilaku jujur. Membiasakan diri untuk berbuat jujur, dan hendaknya berupaya pula membiasakan siswa untuk berperilaku jujur. 2) Disiplin Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan Zuriah (2011:83) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan berdisiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya serta dikerjakan
62 dengan penuh kesadaran, ketekunan, keikhlasan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Istilah disiplin sering terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena dorongan atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. 3) Ramah lingkungan Sikap peduli terhadap lingkungan sekitar dan mau merawat lingkungan agar tetap terasa nyaman, tenang, dan bersih. Dinas lingkungan hidup menyatakan bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral Prinsip moral yang berlaku adalah menerapkan kebiasaan dalam menciptakan hidup yang sehat, menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, mempertahankan serta memlihara kehidupan secara moral. 4) Kerja sama Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara
63 alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, salah satu kunci sukses suatu kegiatan adalah sukses dalam kerja sama. Saleh Muwafik (2012:225) dalam bukunya menuliskan kiat praktis membangun kerjasama yang efektif yaitu memiliki nilai- nilai dan visi yang disepakati bersama, menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi, membiasakan berfikir positif antar sesama, membangun sikap saling memahami dan saling pengertian, berempati, menciptakan organisasi positif. Kerjasama ditandai dengan upaya saling memahami, menghargai, membantu secara positif, dan selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan memberikan kemanfaatan yang banyak kepada orang lain. 5) Toleransi Soerjono Sukanto (2000: 518) mendefenisikan toleransi adalah suatu sikap yang merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak disetujui. Jadi toleransi merupakan bentuk sikap yang muncul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan yang berupa memaklumi keadaan orang lain sehingga terhindar dari perselisihan. 2. Penyimpangan Nilai Sosial pada Siswa Kamus Besar Bahasa Indonesia penyimpangan sosial diartikan sebagai tingkah-laku, tindakan, atau umpan balik dan
64 tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma serta hukum yang ada dalam dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan orang dibatasi oleh aturan atau norma untuk berbuat dan berperilaku santun yang sesuai dan di anggap baik oleh masyarakat, namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih dijumpai tindakan-tindakan yang bukan sesuai dengan aturan dan norma. Z. Lawang (1986:24) mendefenisikan penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha untuk mereka yang berwenang di sistem itu untuk membaguskan perilaku yang menyimpang tersebut. Penjelasan di atas mengungkapkan perilaku yang menyimpang baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar pasti kita pernah melakukan. Penyimpangan ini bisa terjadi kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun tempat waktu serta kondisinya. Baik itu penyimpangan kecil atau besar, dalam skala luas maupun sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku pada masyarakat, contoh perilaku penyimpangan nilai sosial yaitu:
65 a. Berperilaku Tidak Jujur Mustari (2011:13-15), defenisi jujur adalah suatu perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Salah satu karakter dan akhlak yang baik adalah kejujuran, namun tidak dapat dipungkiri karakter kejujuran pada siswa pada saat ini mulai cenderung menurun disebabkan karena kwalitas akhlaknya yang mulai merosot. Praktik mencontek berawal dari sikap tidak jujur siswa. Mencuri dan melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya, juga berawal dari ketidakjujuran terhadap dirinya sendiri dan terlebih lagi terhadap orang lain. Bahkan korupsi juga berawal dari ketidakjujuran pelakunya, hal itu semua adalah karakter tidak baik yang dipertontonkan oleh insan-insan pendidikan di Indonesia. Peran orang tua dan guru adalah hal yang sangat penting dalam proses penanaman karakter jujur pada anak. Orangtua adalah pendidik yang paling utama di dalam lingkungan rumah tangga, sedangkan guru adalah pendidik formal yang akan menanamkan karakter jujur tersebut di sekolah. Kolaborasi dan kesinambungan pendidikan di antara keduanya akan sangat
66 penting artinya bagi pengembangan karakter jujur baik pada diri anak didik itu sendiri. b. Berperilaku Tidak Disiplin Secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 268) disiplin adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya (ketaatan/kepatuhan terhadap tata tertib di sekolah). Sedangkan pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif. Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain. Pentingnya penguatan karakter disiplin didasarkan pada alasan bahwa, sekarang banyak terjadi perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan.
67 Perilaku tidak disiplin sering ditemui di lingkungan Sekolah Dasar, sebagai contoh perilaku tidak disiplin antara lain, datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak memakai seragam yang lengkap sesuai dengan yang tercantum dalam tata tertib sekolah, duduk atau berjalan dengan seenaknya menginjak tanaman yang jelas-jelas sudah dipasang tulisan “dilarang menginjak tanaman”, membuang sampah sembarangan, mencorat-coret dinding sekolah, membolos, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, tidak menggunakan seragam sesuai aturan, dan lain-lain. Terjadinya perilaku tidak disiplin di sekolah, menunjukkan bahwa telah terjadi permasalahan serius dalam hal pendidikan karakter disiplin. Munculnya perilaku tidak disiplin menunjukkan bahwa pengetahuan terkait karakter yang didapatkan siswa di sekolah, tidak membawa dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa sehari-hari. Siswa tahu bahwa perilakunya tidak benar, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiasakan diri menghindari perilaku yang salah tersebut. Hal ini merupakan dalam proses pendidikan karakter yang terjadi. Bisa jadi pendidikan karakter yang dilakukan selama ini baru pada tahap pengetahuan saja, belum sampai pada perasaan dan perilaku yang berkarakter. Proses pembelajaran lebih banyak
68 mengajarkan siswa pengetahuan verbalistik yang kurang mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi kehidupan sosial yang akan mereka temui. c. Melakukan Tindakan Bullying Terhadap Teman Sekolah Sejiwa, (2008:52) mendefenisikan Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tak berdaya. Perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa merupakan perilaku yang cukup banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti mengejek, mencemooh, dan bahkan mendorong, memukul serta penggunaan tindak kekerasan lainnya. Bagi pelaku bullying, hal seperti itu merupakan hal yang menyenangkan dirinya dan dapat memuaskan perasaannya, dan sebagai bentuk penunjukan eksistensi bahwa ia memiliki kekuasaan di sekolah. Namun bagi korban, perilaku bullying sangat tidak menyenangkan dan menggangu kehidupan mereka, bukan hanya kehidupan di sekolah namun juga pada kehidupan di luar sekolah. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa korban akan mengalami trauma akibat perilaku bullying yang ia terima sehingga muncul keengganan untuk kembali ke sekolah.
69 3. Implementasi Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Perkembangan zaman semakin maju, tak banyak siswa yang memiliki kemampuan sosial atau nilai positif karena mereka lebih banyak melakukan apa yangdiperintahkan. Penanaman Nilai-nilai sosial salah satu cara yang perlu ditanamkan kepada siswa karena nilai-nilai sosial berfungsi sebagai acuan bertingkah laku dalam berinteraksi dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima tidak hanya di lingkungan sekolah. Nilai-nilai sosial memberikan pedoman bagi manusia untuk hidup berkasih sayang dengan sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin, hidup berdemokrasi, dan hidup bertanggung jawab. Lickona (1992) dalam Kartadinata (2012:74) mengemukakan bahwa: Bentuk-bentuk nilai yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerjasama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawabǁ. Dengan demikian nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi.
70 Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya. Dengan adanya penanaman nilai sosial pada diri siswa diharapkan dapat terjalin interaksi sosial yang harmonis baik itu siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa, serta dapat membentuk karakter siswa yang berperilaku sopan santun, disiplin diri, jujur dan saling menghormati. Karakter yang baik memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral, serta di aktualisasikan dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan Lickona, (2012:82). Agar Nilai sosial terbentuk dalam diri siswa maka maka pihak lembaga sekolah berusaha mengupayakan berkolaborasi dengan program Sekolah Model dan cara penerapannya antara lain: a. Pembelajaran Situasi manusiawi yang harus diciptakan dalam lingkungan masyarakat begitupun dalam lingkungan sekolah, sehingga siswa merasa nyaman hidup dalam lingkunganya. Fromm (1955:362) menyatakan pada masyarakat akademik di sekolah konsepsi karakter sosial akan tercermin dalam budaya atau kultur sekolah yang melambangkan kekuatan-kekuatan
71 sosial dari setiap komponen akademik terutama siswa sebagai subjek belajar. Mengadopsi Kekuatan-kekuatan manusiawi seperti yang diungkapkan oleh Fromm mengindikasikan bahwa sekolah harus menjadi lingkungan utama pembentuk karakter siswa yang manusiawi, yang memiliki jiwa dan kepribadian sosial yang tinggi sehingga memberikan rasa nyaman bagi kehidupan diri dan lingkungannya. Dit. PSMP Kemdiknas, (2010: 39-40) menyatakan pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti (pendidikan karakter), terutama melalui dua matapelajaran yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata siswaan. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata siswaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata siswaan. 2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan siswa.
72 3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah Ketiga bentuk integrasi di atas, yang paling penting dan langsung bersentuhan dengan aktivitas pembelajaran 40 Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012 sehari-hari adalah pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter melalui proses pembelajaran semua mata siswaan di sekolah sekarang menjadi salah satu model yang banyak diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter (character educator). Semua mata siswaan juga disasumsikan memiliki misi dalam membentuk karakter mulia para siswa Mulyasa, (2011:59). Model integrasi pendidikan karakter dalam mata siswa dinilai lebih efektif dan efisien. Integrasi Pendidikan karakter didalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata siswaan. Guru dituntut lebih cermat dalam memunculkan nilai-nilai yang ditargetkan dalam proses pembelajaran. Secara praktis, pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah
73 dikembangkan sebelumnya dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar atau di kolom silabus yang paling kanan. Pada kolom tersebut, diisi Nilai-nilai karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Metode menjadi sangat urgen di sini, karena akan menentukan nilai-nilai karakter apa yang akan ditargetkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran juga dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. 4) Bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/ atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian siswa dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, Penilaian kinerja, penilaian antarteman, dan penilaian diri sendiri. Nilai karakter sebaiknya tidak dinyatakan secara kuantitatif, tetapi secara kualitatif.
74 b. Keteladanan Keteladanan merupakan tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang yang di ikuti disebut dengan teladan. Drajat, (1991:42) berpendapat Sebagai pendidik, maka orangtua dan guru hendaklah dapat menjadi contoh dalam segala aspek kehidupannya, Karena itu keteladanan orangtua dan guru merupakan suatu metode dalam mendidik dan membentuk sikap anak ke arah kebaikan dan bermoral. Seluruh tingkah laku orangtua dan guru baik dalam berbicara, berbuat, bertingkah laku merupakan contoh bagi anak-anaknya di dalam mengembangkan sikap dan kepribadiannya. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode Pembentukan sikap dapat dilakukan melalui keteladanan yaitu proses asimilasi atau proses mencontoh. Salah satu karakter anak yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk melakukan peniruan (imitasi). Hal yang ditiru itu adalah perilaku-perilaku yang diperagakan atau dilakukan oleh orang yang menjadi idolanya. Prinsip peniruan ini disebut dengan modeling. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak kagum
75 terhadap kepintaran orang lain, misalnya terhadap guru yang dianggapnya bisa melakukan segala sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. Secara perlahan perasaan kagum akan mempengaruhi emosinya dan secara perlahan pula anak akan meniru perilaku yang dilakukan oleh idolanya itu. Dikarenakan anak lebih lama berada dalam keluarga, maka sudah seharusnya orangtua dapat memberikan contoh teladan yang baik dan menjadikan dirinya sebagai idola bagi anak-anaknya. c. Pembiasaan Hakekat pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Pembiasaan adalah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan disetiap hari dan pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dikuasai oleh anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam dari pada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan Pembiasaan menurut Mulyasa (2012:166) adalah sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara berulang-ulang dan terus-
76 menerus, agar membentuk kepribadian yang baik terutama Nilai sosial pada siswa. d. Menanamkan Budaya Kearifan Lokal Karakter bangsa tidak bisa terlepas dari nilai-nilai budaya. Budaya didefinisikan sebagai seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku Marvins, (1999: 42). Begitu juga dengan yang dikatakan oleh Suparlan (1981:56) bahwa budaya adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Syarif, dkk (2016:29) menyatakan kearifan lokal yang dimaksud disini adalah mencintai nilai-nilai budaya Bugis-Makassar antara lain nilai kejujuran, nilai keadilan, nilai kecendekiawanan, sedangkan nilai kepatutan nilai-nilai budaya Bugis Makassar sebagai berikut: nilai kesetiaan, nilai keberanian, nilai kebijaksanaan, etos kerja, kegotong-royongan, keteguhan, solidaritas, persatuan, keselarasan, dan musyawarah. Mattulada mencatat, berdasarkan Lontara Latoa, ada lima syarat, yaitu: (1) Taqwa kepada Allah Taala, (2) Siri’ terhadap sesama manusia, (3) Takut melakukan dusta,
77 (4) Kasih sayang terhadap seseorang yang menjadi tanggung jawab kita, (5) Menegakkan kejujuran terhadap siapapun. Siswa diisyaratkan tidak mengalami kemerosotan etika dan sikap prilaku kita kepada generasi yang akan datang dan masih ada yang lebih penting yang harus kita pahami dalam sikap dan prilaku kita, diantaranya: 1. Sipakainga Sipakainga adalah tindakan untuk senantiasa saling mengingatkan, saling menegur, saling mengevaluasi dan membimbing kejalan yang benar jika seseorang mengalami permasalahan atau kesulitan hidup tanpa membedakan satu sama lain. 2. Sipakatau Sipakatau merupakan cerminanan untuk senatiasa saling menghormati dan tidak sebaliknya saling bermusuhan, saling sikuk dan injak menginjak dalam merebut jabatan atau mengejar kekayaan hendaknya senantiasa kita memanusiakan sesama manusia. 3. Sipakalebbi Sipakalebbi sebuah gambaran dalam menjalani hidup dalam bermasyarakat untu senantiasa saling menghargai antara sesama manusia dengan saling menghargai maka hubungan
78 akan semakin erat dan jauh dari rasa permusuhan dan kebencian. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa untuk menguatkan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari maka budaya lokal (seperti budaya Bugis) perlu dilestarikan. Hal ini karena budaya mudah diterima dan dijalankan oleh masyarakat setempat berbicara mengenai budaya, budaya suku Bugis memiliki prinsip yang bersentuhan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter. Prinsip suku Bugis tersebut adalah Sipakatau, Sipakainge' dan Sipakalebbi. Sejatinya, jika ingin menguatkan kembali pendidikan karakter maka seharusnya budaya lokal terlebih dahulu harus dilestarikan kembali. Ada banyak strategi yang dapat dilakukan dalam menguatkan pengamalan nilai-nilai pendidikan karakter melalui budaya lokal. 4. Tudang Sipulung Dollah,B., Bikuwata, (1994) menyatakan istilah-Istilah Tudang dalam Bahasa Bugis berarti duduk, sedangkan Sipulung berarti berkumpul. Dengan demikian secara etimilogi Tudang Sipulung berarti duduk berkumpul kemudian diartikan sebagai musyawarah. Secara harfiah hal ini berarti berkumpul dengan maksud memusyawarahkan hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat setempat
79 Dari pengertian diatas maka Tudang sipulung adalah salah satu tradisi suku Bugis Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan suatu kegiatan secara bersama-sama membicarakan dan merundingkan dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai suatu hasil kesepakatan melalui budaya musyawarah. e. Aktifkan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) merupakan wadah dan kegiatan bagi anak sekolah yang sangat ditunggu, karena di sana anak sekolah akan belajar banyak dari mulai organisasi sampai menyalurkan bakat mereka yang harus terus pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu, untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler memberikan gambaran bagaimana karakter siswa dibangun secara baik. Kegiatan ekstrakurikuler juga memiliki beberapa fungsi, yaitu mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat, dan minat. ekstrakurikuler juga memiliki fungsi sosial, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa. Dasar hukum mengenai hal
80 itu, terdapat dalam UUD Tahun 1945 Pasal 31 Ayat (3) yang berbunyi Pemerintah mengusahakan dan menyelesaikan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna dari pasal di atas yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah berusaha menyelenggarakan pendidikan yang menggunakan satu sistem pendidikan nasional sehingga tidak ada perbedaan antara pendidikan pusat dan daerah. Selain itu, dalam Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 pasal 1 tentang Pembinaan Kesiswaan, disebutkan tujuan pembinaan kesiswaan antara lain menyiapkan siswa agar menjadi warga yang berakhlak mulia, demokratis, dan menghormati hak-hak asasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani. Berdasarkan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 pasal 1 dapat dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari upaya melahirkan pribadi yang tak hanya cerdas, tetapi berkarakter baik. Juga memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan karakter siswa terutama jiwa sosialnya. Pengertian Ekstrakurikuler menurut Tri Ani Hastuti (2008:63), ekstrakurikuler merupakan program sekolah berupa kegiatan siswa, optimis siswaan terkait, menyalurkan bakat dan
81 minat, kemampuan dan keterampilan untuk memantapkan kepribadian siswa.kegiatan ekstrkurikuler tersebut memperoleh manfaat dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kegiatan yang diikuti. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi dan bakat siswa dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, siswa akan belajar mengatur waktu, siswa akan terbiasa bersosialisasi di lingkungannya, siswa akan menyalurkan energi dan kreativitasnya, rasa stress pada siswa akan hilang, siswa akan melewati hari-hari yang padat dengan hati senang, karena kegiatan ekstrakurikuler membuat siswa siswa santai dari rutinitas yang membosankan. Adapun kegiatan ekstrkurikuler yang dilaksanakan di sekolah antara lain: 1. Pramuka Ekstrakurikuler pramuka merupakan salah satu ekstrakurikuler wajib yang ada di sekolah. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 pasal 2 yang berbunyi: “(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah.(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh siswa”. Kata “Pramuka” dalam Panduan Lengkap Gerakan Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang
82 memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya. Kegiatan kepramukaan untuk menanamkan dan mengajarkan nilai karakter. Untuk peranan dari kepramukaan terhadap pengembangan nilai-nilai karakter dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Memberi bekal bagi para siswa atau kaum muda dalam mengikuti pembelajaran yang edukatif, aktif, dan kreatif. (b) Mengajarkan pada kaum muda untuk dapat belajar dengan tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. (d) Mengembangkan nilai karakter guna mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila. (e) Menanamkan nilai-nilai kewajiban dalm berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia. (f) Membentuk insan-insan yang bertaqwa dan sesuai dengan Dasa Dharma Pramuka. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dengan basis kepramukaan merupakan suatu kegiatan belajar yang menyenangkan, terbuka, santai, bersahabat, disiplin dan bertahap untuk menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai karakter. Dengan adanya hubungan antara pendidikan karakter dan kepramukaan diharapkan muncul keefektifan bagi perkembangan nilai karakter dan budaya bangsa. Sehingga akan
83 melahirkan generasi muda bangsa yang berkarakter dan berkebudayaan Bangsa Indonesia. 2. BTQ (Baca Tulis Al-quran) Pembentukan karakter melalui pendidikan Al-Quran yang berkualitas (membaca, mengetahui, dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya) sangat perlu dan tepat serta mudah dilakukan secara berjenjang oleh sekolah secara terpadu melalui ekstrakurikuler. Rosniati Hakim (2014) menyatakan Baca Tulis Al-quran bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., cerdas, terampil, pandai baca tulis Al-quran, berakhlak mulia, mengerti dan memahami serta mengamalkan kandungan Al-quran. Pendidikan berbasis Al-quran adalah pendidikan yang mengupas masalah Al-quran dalam makna; membaca (tilawah), memahami (tadabbur), menghafal (tahfizh) dan mengamalkan serta mengajarkan atau memeliharanya melalui berbagai unsur. Pendidikan Al-quran adalah pendidikan yang menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-quran yang terlihat dalam sikap dan aktivitas siswa dimanapun dia berada. 3. Ekstrakurikuler Seni Musik Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata seni maka
84 yang mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni berupa benda, musik, bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang tinggi. Dunia pendidikan, seni juga memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental maupun fisik siswa. Bahkan dengan pendidikan seni, perilaku siswa dapat terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat kepada siswa. Musik merupakan karya cipta manusia memakai medium bunyi untuk menikmatinya. Musik hadir dalam bentuk kesatuan irama, melodi, harmoni, bentuk dan gaya, serta ekspresi. Musik itu sendiri meliputi tidak hanya instrumen saja, tetapi juga vokal. Hal ini berarti ketika seseorang mengetahui cara memainkan musik, belum dapat dikatakan sebagai pemusik apabila ia tidak memahami teknik vokal, demikian pula sebaliknya. Rien (1999:1) berpendapat seni musik adalah suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk lagu, dan ekspresi, dengan adanya musik seseorang dapat mengungkapkan perasaannya meskipun dari berbagai ungkapan perasaan seseorang berbeda-beda. Pembelajaran
85 musik di Sekolah Dasar diberikan secara bertahap yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pendidikan di atas maka kegiatan pokok dalam pendidikan adalah belajar. Seni memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental maupun fisik siswa. Bahkan, dengan pendidikan seni, perilaku siswa dapat terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat kepada siswa. Adapaun fungsi seni musik antara lain: (1) Fungsi Religi Karya seni sebagai pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lagu rohani. seni juga sering digunakan untuk sebuah upacara kelahiran, kematian, pernikahan dsb.
86 (2) Fungsi Komunikasi Musik memiliki fungsi komunikasi berarti bahwa sebuah musik yang berlaku di suatu daerah kebudayaan mengandung isyarat-isyarat tersendiri yang hanya diketahui oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari teks atau pun melodi musik tersebut. (3) Fungsi Rekreasi Musik memiliki fungsi hiburan mengacu kepada pengertian bahwa sebuah musik pasti mengandung unsur-unsur yang bersifat menghibur. (4) Fungsi Artistik Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dengan menyajikankaryanya tidak untuk hal yang komersil hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya. (5) Fungsi Guna Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya, kecuali sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya, seperti: perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan. (6) Fungsi Terapi.
87 Musik sebagai sarana terapi ini pada masa itu di manfaatkan sebagai cara untuk untuk memulihkan keadaan psikis maupun untuk mempercepat proses penyembuhannya. Fungsi seni musik yang lain yaitu membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa serta membina perkembangan estetika siswa dalam berkarya seni. Dalam hubungan atau ketertarikan dengan pembentukan karakter siswa maka seni musik dapat menumbuhkan karakter berpikir kreatif. 4. Ekstrakurikuler Seni Tari Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak Dini di usia ini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis. Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
88 bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Cahyono (2015). Menyatakan melalui ekstrakurikuler terutama ekstrakurikuler seni tari diharapkan dapat membentuk nilai karakter terutama nilai karakter bersahabat atau komunikatif terharap siswa SD. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari juga banyak mengandung perenungan sehingga siswa lebih peka untuk membedakan sesuatu yang baik maupun buruk, termasuk menerapkan perilaku / karakter yang baik pula. Menurut Kemendiknas (2010: 10) Sikap Bersahabat atau Komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Melalui kegiatan ekstrakurikuler seni tari dapat meningkatkan peran aktif siswa. Peran aktif yang dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler seni tari untuk membentuk nilai karakter bersahabat di SD adalah kesediaan siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler dengan baik dan benar serta memberikan respon positif terhadap kegiatan ektarukikuler seni yang diajarkan.
89 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Seni tari merupakan bagian dari seni budaya, yang perlu dilestarikan. Disetiap tarian memiliki makna dan arti yang berbeda. Namun meski demikian, didalam tarian terkandung nilai-nilai moral yang akan membawa siswa ikut terjun dalam pembenahan moral atau karakter. Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan non akademik yang di lakukan di luar jam siswaan yang bertujuan untuk menggali bakat dan minat siswa. Siswa tidak hanya perlu pendidikan akademik namun perlu juga memiliki kepribadian yang baik dan karakter yang baik. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah menjadi salah satu cara untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap individu dan memberikan manfaat yang baik bagi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut karena waktu luangnya digunakan untuk hal yang dapat memberikan dampak postif 5. Ekstrakurikuler Olahraga Secara spesifik mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga adalah suatu kegiatan latihan cabang olahraga tertentu yang diakomodir oleh sekolah. Pelaksanaannya berlangsung di sekolah dan waktu pelaksanaan dilakukan di luar jam sekolah. Pembina dan koordinator kegiatan ekstrakurikuler biasanya dipegang oleh pihak sekolah, misalnya
90 wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru penjasorkes, atau yang lain. Sementara itu, pelatih dapat berasal dari guru sekolah itu sendiri ataupun mengambil dari pihak luar sekolah yang berkompeten di bidangnya. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan siswa. Aturan dan dasar hukum mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Dalam Pasal 1 Undang-undang tersebut disebutkan bahwa tujuan pembinaan kesiswaan, dalam hal ini terkait kegiatan 3 ekstrakurikuler olahraga yaitu: (1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas; (2) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; (3) Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat; dan (4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).
91 Ekstrakurikuler bidang olahraga bertujuan untuk membentuk jiwa siswa yang sportif serta memiliki pribadi yang sehat. Kemudian yang pasti dari masing-masing kegiatan ekstrakurikuler tersebut selalu mengikuti kompetisi yang diadakan baik ditingkat lokal maupun nasional. Karakter yang dapat dibentuk dengan adanya eksul olahraga adalah Seportivitas, jujur, disiplin, kerja keras, menghargai prestasi, Komunikatif, tanggung jawab, sabar, saling menghormati, demokratis, punya semangat kekeluargaan. Fenomena sosial yang terjadi dikalangan para siswa tersebut menunjukkan bahwa bangsa ini perlahan-lahan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat, bangsa yang mengedepankan kesopanan, dan bangsa yang memiliki rasa toleransi tinggi. Menurut (Ali, 2007:38) berpendapat bahwa perubahan sosio-budaya kontemporer, utamanya sejak era globalisasi teknologi informasi, serta otonomi daerah di Indonesia, mengharuskan adanya perubahan bentuk (bukan standar/materi) kedewasaan. Dengan begitu mungkin diperlukan reposisi dan reformasi pendidikan agar manusia dalam pendidikan mengalami transformasi atas nilai -nilai yang sedang dan harus berubah menuju masa depan yang tak terprediksi.
92 6. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Endtang (2000:41) yang dimaksud dengan usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarkat sekolah, yaitu: anak didik, guru, dan karyawan sekolah lain pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai tingkat SMA/SMK/MA. Jadi disini jelas bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha kesehatan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan siswa maupun masyarakat yang ada disekitar lingkungan sekolah, yang sasaran utamanya adalah siswa beserta masyarakat sekolah lainnya pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMK/MA. Karakter yang dapat dbentuk pada kegiatan UKS adalah Toleransi, disiplin, demokratis, punya rasa ingin tahu komunikatif, cinta damai, tanggung jawab, sabar 7. Dokter Kecil Kesehatan adalah hak asasi manusia setiap orang termasuk juga anak-anak. Anak yang tumbuh sehat akan menjadi tumpuan harapan di masa depan Satu kegiatan utama preventif yang diupayakan pemerintah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan salah satu pesertanya adalah Dokter Kecil. Kegiatan ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Bersama
93 (SKB) empat menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (3 September 1989). Dokter Kecil adalah siswa yang memenuhi syarat dan terlatih untuk melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga, dan lingkungan sekolah agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah dan lingkungannya untuk hidup lebih sehat. Dokter Kecil merupakan ujung tombak dari program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk memperhatikan kesehatan anak sekolah. siswa-siswa yang telah melaksanakan program Dokter Kecil lebih baik dari pada siswa-siswa yang belum melaksanakan program tersebut. Dokter Kecil terbukti efektif berperan sebagai promotor kesehatan sekolahnya. Dari sana akan berkembang ke lingkungan yang lebih besar seperti keluarga dan masyarakat. Menyelesaikan persoalan kesehatan memang dibututuhkan partisipasi penuh masyarakat. Selain edukasi kepada Dokter Kecil, merupakan promotor kesehatan di masyarakat yang harus didukung peranannya. Sumijatun (2005: 34) mendefinisikan dokter kecil adalah siswa sekolah yang memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
94 terhadap diri sendiri, teman, keluarga, dan lingkungannya. Adapun perilaku yang tertanam dalam kegiatan dokter kecil adalah siswa dapat bersikap dan berperilaku sehat, siswa dapat berperan aktif pada kegiatan kegiatan dalam rangaka upaya peningkatan kesehatan di sekolah, memiliki rasa kepedulian sosial, terbiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Dektorat Bina kesehatan Anak, Depkes RI (2008) 4. Teori Konstruksi Sosial Konstruksi sosial merupakan teori sosiologi kontemporer, dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (1966). Teori ini merupakan suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan (penalaran teoritis yang sistematis), konstruksi Sosial atas Realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas. Berger dan Luckman berpendapat bahwa institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia, walaupun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada
95 kenyataannya semua dibentuk dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas dapat terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain, yang memiliki definisi subjektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidup menyeluruh yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial, serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya. Menurut Berger & Luckman, terdapat 3 (tiga) bentuk realitas sosial, antara lain: 1). Realitas Sosial Objektif Merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) gejala-gejala sosial, seperti tindakan dan tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta. 2). Realitas Sosial Simbolik merupakan ekspresi bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang umumnya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta berita-berita di media. 3). Realitas Sosial Subjektif Realitas sosial pada individu, yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas sosial simbolik, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan
96 dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Setiap peristiwa merupakan realitas sosial objektif dan merupakan fakta yang benar-benar terjadi. Realitas sosial objektif ini diterima dan diinterpretasikan sebagai realitas sosial subjektif dalam diri individu realitas objektif yang ditampilkan melalui media dengan menggunakan simbol-simbol. Tampilan realitas di media inilah yang disebut realitas sosial simbolik dan diterima pemirsa sebagai realitas sosial objektif karena media dianggap merefleksikan realitas sebagaimana adanya. Hurlock (2009:99) dalam buku Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan yang menyatakan sikap sosial adalah mampu bekerjasama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, bergantung secara positif pada orang lain, dan memiliki sikap kelekatan (attachment behavior) yang baik. Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sosial tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan
97 dengan objek tertentu, sikap sosial adalah interaksi dengan orang lain, sehingga dapat membentuk suatu perilaku atau perbuatan yang membuat orang dapat saling bekerja sama. Berger & Luckmann berpandangan bahwa kenyataan itu dibangun secara sosial, dalam pengertian individu-individu dalam masyarakat yang telah membangun masyarakat, maka pengalaman individu tidak dapat terpisahkan dengan masyarakat. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan dalam transformasi dan rekayasa sosial di masyarakat sanggup menanamkan watak jiwa social M.Z. Lawang (2004), memaknai nilai sebagai suatu petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari, mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut. Sementara nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan
98 masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Adapun ciri nilai sosial antara lain, merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat, disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir), terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar), merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia, bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, dapat mempengaruhi pengembangan diri social, memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat, cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nilai. D. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan konstruksi program sekolah model dan yang membentuk nilai sosial pada siswa adalah sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan oleh Sulistyorini dengan judul “Sistem Penjaminan Mutu Internal(SPMI) Pada Madrasah” IAIN Tulungagung, Volume 9 No 1 September 2019 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Sistem penjaminan mutu untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah (madrasah) baik internal maupun eksternal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
99 (madrasah) secara sistematis, terencana dan berkelanjutan, bertujuan menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. b. Penelitian dilakukan oleh Maman Rachman dengan judul pengembangan Pendidikan karakter berwawasan konservasi nilai-nilai sosial jurnal Universitas Negeri Semarang, JawaTengah Indonesia Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 Konservasi nilai sosial merupakan upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. c. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Miftahul Arifin dengan judul: Strategi Guru Untuk Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Siswa (Studi Multi Kasus di The Naff Elementary School Kediri dan MI Manba’ul Afkar Sendang Banyakan Kediri), Tesis Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Dengan hasil siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada pada lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Siswa perlu dipersiapkan agar pada waktunya mampu
100 melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. d. Penelitian dilakukan oleh Muhammad Arifin dengan judul Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada SD Negeri Mannuruki Makassar, Tesis, Program Pacasarjana UIN Alauddin Makassar. Diperoleh hasil bahwa untuk membiasakan siswa peduli terhadap sesama ada beberapa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada siswa adalah memperketat tuntutan pada siswa mengenai sikap peduli dan tanggung jawab, mengajarkan perbuatan-perbuatan baik khususnya yang berkaitan dengan kepedulian pada sesama, melatih siswa mempraktekkan perbuatan baik terutama menyangkut kepedulian sosial. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan implementasi program sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa dan juga untuk mengetahui apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan kegiatan program sekolah model dalam hal penguatan nilai sosial pada siswa.
101 Tabel 2. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya No. Nama Temuan 1. Sulistyorini Sistem penjaminan mutu untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah (madrasah) baik internal maupun eksternal untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah (madrasah) secara sistematis, terencana dan berkelanjutan. 2. Maman Rachman Konservasi nilai sosial merupakan upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. 3. Moh. Miftahul Arifin Siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Tabel 3. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya No Nama Temuan 4. Muhammad Arifin Guru pendidikan agama Islam Membiasakan siswa peduli terhadap sesama ada beberapa yang dilakukan oleh kepada siswa adalah memperketat tuntutan pada siswa mengenai sikap peduli dan tanggung jawab 5 Peneliti Meneliti program sekolah model dalam hal penguatan Nilai sosial pada siswa E. Kerangka Konsep SDN 57 Bulu-Bulu merupakan salah satu satuan pendidikan yang ditunjuk sebagai Sekolah Model telah membentuk Tim SPMI Kabupaten Maros. SPMI merupakan suatu sistem yang dapat menjadi tolak ukur dalam memetakan mutu, Pelaksanaan kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang meliputi; analisis pemetaan
102 mutu; rencana pemenuhan mutu; rencana implementasi pemenuhan mutu; implementasi pemenuhan mutu; audit pemenuhan mutu; dan menetapkan standar mutu baru kesemuanya telah dilaksanakan dalam berbagai macam kegiatan diselenggarakan sesuai 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang seharusnya menjadi dasar yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. 8 standar yaitu: standar kompetensi kelulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar saran prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan. Setelah pemetaan mutu dilaksanakan secara mandiri dan memenuhi serta mencapai delapan standar maka sekolah model mengoptimalkan pembiasaan diri dengan pengembangan nilai budi pekerti dan aklak mulia dengan menyusun kegiatan program sekolah model dan mengemplementasikan nilai sosial dalam kegiatan rutin diantaranya kegiatan pembelajaran yaitu menanamkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, bukan hanya menjadi bagian dari tanggung jawab guru-guru agama dan guru-guru pendidikan kewarganegaran. Melainkan tugas semua guru mengintegrasikan aspek-aspek nilai karakter ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Selanjutnya kegiatan rutin keteladanan yaitu guru hendaklah dapat menjadi contoh dalam segala aspek kehidupannya, Karena itu keteladanan guru merupakan suatu metode dalam mendidik dan
103 membentuk sikap anak ke arah kebaikan dan bermoral. Seluruh tingkah guru baik dalam berbicara, berbuat, bertingkah laku merupakan contoh bagi anak-anaknya di dalam mengembangkan sikap dan kepribadiannya. Pembiasaan yaitu sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berisi tentang bagaimana cara bertutur kata yang baik dan bagaimana cara bertingkah laku yang baik. Kegiatan rutin lainnya menanamkan Nilai kearifan lokal yaitu Sipakainga, Sipakatau, Sipakalebbi, Tudang Sipulung yang maknanya mencintai nilai-nilai budaya Bugis-Makassar antara lain nilai kesetiaan, nilai keberanian, nilai kebijaksanaan, etos kerja, kegotong-royongan, keteguhan, solidaritas, persatuan, keselarasan, dan musyawarah. Mengaktifkan ekstrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu, untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler memberikan gambaran bagaimana karakter siswa dibangun secara baik. Kegiatan Dokter Kecil dengan Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha kesehatan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan siswa maupun masyarakat yang ada disekitar lingkungan sekolah, yang sasaran utamanya adalah siswa beserta
104 masyarakat. Karakter yang dapat dbentuk pada kegiatan usaha kesehatan sekolah dan dokter kecil adalah Toleransi, disiplin, demokratis, punya rasa ingin tahu komunikatif, cinta damai, tanggungjawab, sabar Faktor pendukung dalam pelaksanaan program sekolah model yaitu letak sekolah yang strategis, kemajemukan warga sekolah, sarana dan prasarana serta dukugandari pihak warga sekolah, orang tua siswa dan masyarakat, sedangkan faktor penghambat implementasi program sekolah model antara lain masih ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan belum dapat melaksanakan penjaminan mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran dalam pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda, terbatasnya waktu dalam mengefektifkan kegiatan ekstrakulrikuler keagamaan, olahraga, seni di luar jam sekolah, serta adanya pengaruh pergaulan negatif pada siswa dari luar sekolah, dan juga pengaruh media yang kurang mendidik, dan sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. Jadwal pengaturan waktu bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan tidak berjalan sesuai yang telah diprogramkan, kegiatan yang dilaksanakan kurang dukungan dan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat terhadap pelaksanaan sekolah model. Dengan adanya faktor pendukung dan mengatasi faktor pengambat implementasi
105 program sekolah model maka penguatan nilai-nilai karakter akan terbentuk dan tertanam pada diri siswa sehingga ke depannya akan menghasilkan output karakter nilai sosial pada diri siswa. Gambar. 2. 2 Kerangka Konsep Nilai Sosial Implementasi Program Sekolah Model Penguatan Nilai Sosial pada Siswa • Jujur • Disiplin • Kerja sama • Toleransi • Ramah lingkungan Faktor Pendukung Program Sekolah Model Faktor Penghambat Program Sekolah Model Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Pembelajaran Keteladanan Pembiasaan Budaya Kearifan Lokal Ekstrakurikuler UKS Dokter Kecil 8 ( Delapan) Standar Nasional Pendidikan
106 106
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian fenomenologi dengan pendekatan deskriptif, yaitu
menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, dengan prosedur pemecahan
masalah berdasarkan apa adanya. Menurut Sugiono (2015: 254) adalah
penelitian fenomenologikal adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman
apa yang dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya
dengan orang lain.
Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial
tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan kepopulasi, tetapi
ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan
dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian
kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,
informan, teman atau guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian
kualitatif disebut sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif adalah
untuk menghasilkan teori.
Peneliti memiliki beberapa alasan mengapa melakukan penelitian
kualitatif yaitu pertama, adalah alasan demi kemantapan peneliti
berdasarkan pengalaman penelitiannya. Kedua, adalah alasan untuk tidak
107 terjebak pada angka-angka hasil pengolahan dengan menggunakan
teknik statistik yang cenderung berlaku untuk populasi. Ketiga, adalah
alasan dari sifat masalah yang diteliti. Dalam beberapa bidang studi, pada
dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian analisis implementasi program sekolah model dalam
penguatan nilai sosial pada siswa yaitu studi yang memerlukan penelitian
untuk mengetahui implementasi program sekolah model dalam penguatan
nilai sosial pada siswa, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan
faktor penghambat. Studi ini yang betujuan untuk mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat
penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya Ridwan, (2011:
119). Data yang diperoleh kemudian diolah, ditafsirkan, dan disimpulkan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-
Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Penelitian ini dilakukan pada
saat izin diterbitkan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena
peneliti melihat bahwa siswa SDN 57 Bulu-Bulu terdiri dari latar belakang
keluarga yang heterogen baik dari segi suku, agama, pendidikan dan
ekonomi, Maka peneliti ingin mengetahui upaya-upaya program sekolah
model dalam penguatan nilai sosial pada siswa.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang datanya
diambil dari lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Sebagai penelitian
108 lapangan maka yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer,
yaitu data yang langsung diambil dari lokasi penelitian. Sedang
penyajiannya dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan
obyek yang diteliti secara apa adanya dengan pernyataan-pernyataan
yang bersifat kualitatif.
D. Penentuan Informan
Pandangan penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak
dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan
menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat, pelaku
dan aktivitas yang yang berinteraksi secara sinergis (Sugiono, 2014: 281).
Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2008: 218) purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan,
sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial
yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel
penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan
keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sampel sumber data.
Situasi sosial ini disekitar sekolah adalah kepala sekolah, guru, siswa,
serta aktivitas belajar mengajar. Adapun fokus yang diteliti dalam
penelitian ini adalah analisis implementasi sekolah model dalam
penguatan nilai sosial pada siswa.
109 Penentuan informan dalam penelitian ini adalah:
1. Narasumber (informan)
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan informasi/data melalui
wawancara adapun jumlah informan yang ditetapkan adalah:
Kepala Sekolah, Guru kelas rendah, Guru kelas tinggi, Guru Agama
Islam, Guru Agama Kristen, Guru PJOK, Komite Sekolah sehingga
mendapatkan informasi/data yang relevan.
2. Peristiwa Atau Aktivitas
Dengan melakukan pengamatan langsung, peneliti dapat melihat
bagaimana keadaan sekolah, dan keadaan guru-gurunya.
3. Dokumen atau Arsip
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpan berbagai dokumen sebagai
bukti penelitian seperti foto-foto disaat proses belajar, melakukan
kegiatan rutin, berbagai instrumen pertanyaan yang bisa dijadikan data
dan jawaban-jawaban langsung yang diberikan dari siswa, guru dan
kepala sekolah.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri dengan
berbagai media yang dapat dipakai sebagai alat bantu dalam
pengumpulan informasi serta segala data yang dibutuhkan. Yuwana
dalam Bugin (2001:101) menegaskan bahwa kenapa peneliti sendiri
dipandang sebagai instrument utama penelitian karena gejala empiris di
110 lapangan terkadang sulit dan tidak dapat dibayangkan sesuatu muncul
sebagai gejala empiris dalam masyarakat.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti
menyiapkan beberapa item untuk memudahkan pengumpulan data di
lapangan, maka dari itu peneltian membuat seperti:
1. Jadwal kegiatan penelitian, yang berisikan alokasi waktu secara rinci
tentang apa yang akan dilakukan, dimana lokasi, apa yang diamati dan
sebagainya, jadwal di samping bertujuan sebagai pengendali waktu,
juga sebagai daftar kemajuan kegiatan peneltian.
2. Daftar pengkodean latar penelitian dan pengkodean subyek penelitian,
dengan tujuan untuk memudahkan pencatatan dan pengelompokkan
data serta pengklasifikasian data sesuai pengkodean latar penelitian
dan sasaran penelitian yang akan memudahkan untuk penganalisaan
data.
3. Daftar matriks kisi-kisi, pengumpulan data ini berisi faktor-faktor yang
akan diteliti, indikator, teknik pengumpulan data, sumber data dan
instrument penelitian yang dilengkapi dengan sistem pengkodean serta
pengkategorian data.
Adapun langkah-langkah yang penelti tempuh sebagai instrumen
utama dalam penelitian ini yaitu:
1. Berusaha menjalankan fungsi peneliti secara efektif, sehingga peneliti
melakukan adaptasiatau penyesuaian diri terhadap berbagai aspek
situasi dan kondisi di lapangan untuk tujuan pengumpulan data.
111 2. Berusaha meningkatkan kepekaan dan melibatkan diri dalam
merasakana dan menyelami proses interaksi yang terjadi di lapangan.
3. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang terkumpul dengan tetap
melakukan penegasan, perubahan dan perbaikan yang dipandang
perlu.
4. Berusaha menjaga kepercayaan dan obyektivitas hasil penelitian,
mempertinggi tingkat kepercayaan dengan senantiasa merespon
fenomena sosial yang terjadi, khususnya yang berkaitan dengan nilai
sosial.
Selanjutnya peneliti menggunakan instrumen pendukung untuk
memudahkan dalam pengumpulan data di lapangan seperti:
1. Pedoman observasi, adalah catatan tertulis berisikan petunjuk-
petunjuk dan pedoman bagi peneliti untuk melakukan observasi di
lapangan, agar observasi lapangan tidak kelar dari konteks fokus
penelitian.
2. Pedoman wawancara berisi petunjuk wawancara kepada informan
yang akan diwawancarai agar tidak keluar dari fokus penelitian.
Pedoman ini dapat dikembangkan atau disesuaikan berdasarkan
realitas di lapangan sedangkan wawancara meliputi: wawancara
terstruktur, wawancara tidak terstruktur, dan wawancara mendalam
3. Catatan lapangan yang digunakan pada situasi observasi yang bisa
merupakan laporan langkah-langkah peristiwa dan gambaran
umum.
112 4. Alat perekam suara, berupa tape recorder/ HP recorder digunakan
terutama membantu pencatatan hasil wawancara dengan informan.
Alay perekam ini tidak hanya digunakan pada saat wawancara
dilakukan, tetapi juga pada saat pengamatan atau observasi
lapangan dilaksanakan, diskusi-diskusi dengan pembimbing dan
seminar hasil.
5. Alat kamera digital, digunakan terutama untuk mengabadikan data
visual khususnya menyangkut aktivitas sasaran peneliti, saat
berinteraksi sosial dengan informan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
dokumentasi, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data
dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan
data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar.
Dalam pengumpulan data diperlukan data yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini untuk
memperoleh data dan informasi yang tepat dan valid, maka peneliti
menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Berikut ini dipaparkan tentang teknik
pengumpulan data :
113 1. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut Masganti Sitorus, (2011:
148).
Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
narasumber. Wawancara dilakukan dengan tujuan penggalian informasi
tentang fokus penelitian. Teknik wawancara yang peneliti gunakan disini
adalah tidak terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tidak tersusun
secara sistematis pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada
informan, namun masih tetap diperhatikan bahwa pertanyaan itu
berhubungan dengan data-data yang diinginkan.
2. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui secara langsung
bagaimana Analisis program sekolah model penguatan nilai sosial pada
siswa. Peneliti akan mempersiapkan lembar observasi, Instrument yang
digunakan dalam observasi yaitu lembar observasi dan lembar
pengamatan. Dalam pelaksanaannya, proses observasi memerlukan
waktu persiapan yang cukup lama dan matang, jika tidak terkendali akan
mengaburkan mana serta tujuan yang ingin dicapai.
114 Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan observasi
adalah:
a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
c) Menentukan secara jelas data-data yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder
d) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi
e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f) Menentukan cara dan melaukan pencatatan atas hasil observasi,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, video perekam, dan alat-
alat tulis lainnya.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
menggunakan dokumen sebagai sumber penelitian. Guba dan Lincoln
(2015:139), mendefinisikan dokumen sebagai berikut: dokumen adalah
setiap bahan tertulis ataupun film, yang dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik.
Studi dokumentasi yaitu mengadakan pengujian terhadap dokumen
yang dianggap mendukung hasil penelitian. dokumen dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen, meliputi:
program tahunan kepala sekolah, buku profil sekolah, data guru, data
115 siswa, buku kurikulum sekolah, kelender pendidikan, program kerja tenaga
pendidik sekolah, hasil kerja tenaga pendidik, buku pembagian kerja, buku
agenda kepala sekolah, data sarana dan prasarana, struktur organisasi
sekolah, struktur organisasi tenaga pendidik. Instrumen yang digunakan
dalam dokumentasi yaitu tustel/kamera (HP), lembar blangko cheeklist dokumentasi (terlampir),dan alat rekaman (HP).
G. Teknik Analisis Data
Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain Sugiono,( 2014:
218).
Model data dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa aktifitas
dalam data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.
Komponen dalam data :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sugiono, (2014:219).
116 Data yang peneliti peroleh dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi peneliti kumpulkan dalam catatan lapangan yang
masih komplek kemudian dengan reduksi peneliti merangkum,
mengambil data yang pokok dan penting.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya Sugiono, (2014: 220).
Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian
sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya dapat dikategorikan
bahwa ada beberapa upaya program sekolah model dalam
penguatan Nilai social pada siswa.
3. Verifikasi atau Penyimpulan Data
Langkah ketiga yang dilakukan dalam data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, karena masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah dilapangan Sugiono, (2014: 223). Penelitian ini
diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan
117 diawal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten dalam
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
H. Keabsahan Data
Pengecekan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
terkumpul benar adanya, disebut dengan validitas data. Validitas data
akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
ada di lapangan atau tidak.
Menguji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan data dan sumber yang telah ada Sugiono,(2014:372).
Peneliti akan mengumpulkan data dari beberapa gabungan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mencari kebenaran tentang
berbagai fenomena.
Untuk memperkuat keabsahan data hasil temuan dan menjaga
validitasi penelitian, maka peneliti mengacu pada empat standar validasi
yang disarankan Uhar Suharsaputra, (2014: 272), yang terdiri dari : 1).
Kredibilitas (credibility), 2). Keteralihan (transferability), 3). Ketergantungan
(dependability), 4). Ketegasan (confirmability) Kredibilitas (credibility) Kredibility yaitu peneliti melakukan pengamatan sedemikian rupa
dengan hal-hal yang berkaitan dengan Analisis program sekolah model
penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57 Bulu-Bulu, sehingga tingkat
kepercayaan penemuan dapat dicapai. Selanjutnya peneliti
118 mempertunjukan derajat kepercayaan. Hasil penelitian dengan penemuan
dengan melakukan pembuktian pada kenyataan yang sedang diteliti. Hal
ini dapat dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan pemeriksaan
melalui Triangulasi. Triangulasi menurut Rosady Ruslan (2008:95) adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan pengecekan
sumber lain untuk pembanding, yaitu penggunaan a) sumber, b) metode,
c) penyidik dan, d) teori dalam penelitian secara kualitatif. Artinya teknik
triangulasi adalah sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan peneliti kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data
tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan,
dengan kata lain bahwa pihak peneliti dapat melakukan check and recheck temuan-temuan yang didapat.
1. Keteralihan (transferability) Generalisasi penelitian kualitatif tidak mempersyaratkan asumsi-
asumsi seperti rata-rata populasi dan rata-rata sampel atau asumsi kurva
norma. Keteralihan memperhatikan kecocokan arti fungsi unsur-unsur
yang terkandung dalam fenomena studi dan fenomena lain diluar lingkup
studi. Cara yang ditempuh untuk menjamin keteralihan ini adalah dengan
melakukan uraian rinci dari data teori, atau dari kasus ke kasus lain,
sehingga pembaca dapat menerapkannya dalam konteks yang hampir
sama.
119 2. Ketergantungan (dependability) Dalam penelitian ini ketergantungan di bangun dari pengumpulan
data dan data lapangan serta saat penyajian data laporan penelitian.
Dalam pengembangan desain keabsahan data di bangun dari pemilihan
kasus dan fokus, melakukan orientasi lapangan dan pengembangan
konseptual.
3. Kepastian (confirmability) Ketegasan akan lebih mudah diperoleh apabila di lengkapi dengan
catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian, karena
penelitian melakukan penelusuran audit, yakni dengan mengklasifikasikan
data-data yang sudah diperoleh kemudian mempelajari lalu peneliti
menuliskan laporan hasil penelitian.
I. Etika Penelitian
1. Menjalin hubungan ke dalam hubungan kerjasama dan kolaborasi
berkomitmen
2. Adanya izin/persetujuan yang benar dilakukan sesuai dan
kebutuhan privasi kerahasiaannya. (keberadaan subyek yang
diteliti, identitas)
3. Bersikap terbuka, langsung dan jujur
4. Menghormati hak asasi informan
5. Pembiayaan dana riset benar dilakukan sesuai penelitian
120 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu berlokasi di jalan poros
Makassar-Maros KM. 21 Desa Marumpa Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros. Dilokasi ini merupakan wilayah yang strategis, karena berada di
persimpangan jalur lalu lintas dari arah Selatan dan Utara Provinsi di
Sulawesi Selatan, di sebelah Selatan juga terdapat pasar tradisional Bulu-
Bulu dan sebelah Timur terdapat Asrama Militer milik Tentara Nasional
Angkatan Udara . Di lokasi ini juga merupakan masyarakat yang majemuk
karena terdiri dari berbagai suku diantaranya suku Bugis, Makassar,
Toraja, Jawa, yang menciptakan berbagai karakter dalam masyarakat,
mata pencaharian masyarakat di sekitar Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-
Bulu, sebagian besar adalah pedagang, selebihnya adalah Pegawai
Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Angkatan Udara, wiraswasta, dan
buruh harian.
Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu dipimpin seorang kepala
sekolah yang kini dijabat oleh Sri Wahyuni, S. Pd., MM. memiliki profil
sebagai berikut :
1. VISI
Terwujudnya siswa yang berakhlak mulia, cerdas, berprestasi, santun
berbudaya dan berwawasan lingkungan
120
121 2. MISI
a. Mengembangkan kegiatan kesiswaan yang bernuansa keagamaan
b. Melaksanakan pembelajaran PAIKEM
c. Meningkatkan kemampuan/keahlian guru dan tenaga kependidikan
d. Menerapkan disiplin kepada seluruh warga di sekolah
e. Menanamkan rasa cinta terhadap seni dan budaya bangsa
f. Menata lingkungan dengan baik, bersih, rindang, dan asri
g. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan
masyarakat melalui komite sekolah
3. Kategori sekolah : Potensial
4. Tahun didirikan / beroperasi : 1961
5. Kepemilikan tanah / bangunan : Milik pemerintah
a. Luas tanah : 763 m2
b. Luas bangunan : 599 m2
B. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai
Sosial pada Siswa
Dinamakan sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih
dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan
aspek lain yang sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu
menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan dirinya
sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh oleh sekolah di
sekitarnya. Sekolah model juga dapat menunjukkan keunggulan dan
kualitas mutu pendidikan.
122 Pemenuhan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan
tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan
mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.
Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan
pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh
komponen satuan pendidikan agar seluruh komponen satuan pendidikan
bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk mewujudkan pendidikan
bermutu ini, upaya membangun budaya mutu di satuan pendidikan
menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar. Satuan pendidikan
harus mengimplemetasikan penjaminan mutu pendidikan tersebut secara
mandiri dan berkelanjutan.
Implementasi program sekolah model harus sesuai dengan visi dan
misi yang telah disusun dengan strategi pelaksanaan pencapaian,
menjalin Kerjasama dengan semua pihak sekolah, memberdayakan
potensi sekolah untuk tercapainya kondisi proses pembelajaran yang
memiliki budaya inovatif, aktif, kreatif dan menyenangkan, dalam kegiatan
akademik dan non akademik, menciptakan budaya jujur, disiplin, kerja
sama, toleransi, ramah lingkungan, budaya ini berorientasi kepada
semangat keunggulan dan kebersamaan dalam melakukan perubahan
secara profesional, mengkondisikan perilaku civitas akademik sesuai
dengan norma agama yang dianut, berbudaya dan berbudi pekerti luhur,
serta terwujudnya kegiatan keagamaan secara rutin dan
123 berkesinambungan secara konseptual, menata lingkungan belajar agar
tercipta suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan, aman,
sehat, rapi, bersih, asri dan indah. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah
menyatakan:
“Penyusunan visi dan misi sekolah melibatkan keterlibatan seluruh warga sekolah sebab sangat penting untuk memberikan partisipasi secara maksimal sesuai dengan kemampuan masing-masing, rumusan visi dan misi yang berasal dari pimpinan perlu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah dengan pedekatan demokratis dan terbuka untuk penyempurnaan dan memperoleh masukan atau partisipasi dari bawah”. (Wawancara, Jumat 28 Agustus 2020) Data temuan observasi dan hasil wawancara menguraikan
penyusunan visi dan misi sekolah dilaksanakan dengan melibatkan
seluruh warga sekolah, dan penyusunan visi, misi menjelaskan peran
sebagai lembaga pendidikan, sekolah harus dikelola dengan baik agar
dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan
optimal. Visi dan misi merupakan elemen yang sangat penting dalam
sekolah, dimana visi dan misi berharap mencapai kondisi yang diinginkan
di masa yang akan datang sebagai sebuah perwujudan dari tujuan.
Penyusunan visi dan misi sekolah bukan hal yang mudah, perlu
kajian yang mendalam dan melibatkan semua stakeholders sehingga apa
yang diinginkan tercakup di dalamnya visi dan misi sekolah memuat
banyak hal yang besar seperti tujuan yang ingin dicapai sampai hal yang
kecil namun sangat penting, semua ini harus direncanakan dengan
sebaik-baiknya sehingga dalam pelaksanaan identitas sebuah sekolah
124 dapat terlihat hanya dengan membaca visi dan misi sekolah. Dalam
tatanan praktis penyusunan visi dan misi bukan hal yang mudah oleh
sebab itu semua warga sekolah dilibatkan dalam mewujudkan sekolah
yang bermutu dan berkualitas.
Penyusunan visi dan misi sekolah melibatkan peran dan fungsi
komite sekolah sebagai salah satu komponen penunjang suksesnya
penyelenggaraan dan komite akan mampu menunjukkan kinerjanya
secara optimal sehingga tujuan visi dan misi akan searah dan sejalan
dengan tujuan program sekolah. Dalam wawancara MS komite sekolah
yang menyatakan:
“Keterlibatan komite dalam penyusunan visi dan misi sekolah sangat berperan karena dengan melalui komite sekolah, orang tua siswa dan orang tua diharapkan peduli terhadap mutu pendidikan melalui beberapa peran yang diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas untuk membantu peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dengan demikian, keberadaan komite sekolah sangat erat kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah, karena komite berperan sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator”. (Wawancara Kamis 27 Agustus 2020) Data temuan observasi dalam penyusunan visi dan misi sekolah
komite juga hadir dan berperan menyumbangkan saran, sejalan dengan
hasil wawancara keterlibatan komite dalam penyusunan visi dan misi
sekolah dapat memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi
kepada satuan pendidikan mengenai, kebijakan dan program pendidikan.
Kriteria kinerja satuan pendidikan, mendorong orang tua untuk
berpartisipasi dalam Pendidikan, menggalang dana orang tua dalam
rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, mendorong tumbuhnya
125 perhatian dan komitmen orang tua terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu.
Peran komite juga dapat melakukan evaluasi dan pengawasan
terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan pendidikan, menciptakan
kerjasama dengan orang tua, serta menampung aspirasi, ide, tuntutan,
dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh orang tua. Komite
sebagai pengontrol sekolah diharapkan melakukan evaluasi dan
pengawasan terhadap kebijakan program, penyelenggaraan, dan kegiatan
sekolah, juga komite sebagai mediator sekolah sebagai penghubung
antara sekolah, orang tua dan juga pemerintah.
Komite sekolah juga dapat menjadi penghubung antara
kepentingan pemerintah dan orang tua sebagai warga sekolah. Dengan
demikian, dalam konteks operasionalnya peran komite sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan tidak hanya terbatas dalam penyusunan
dana sekolah saja, tetapi juga terlibat aktif dalam penyusunan berbagai
kebijakan dan program sekolah, khususnya tentang perencanan jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Komite sekolah diharapkan juga
berperan aktif dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan berbagai program
operasional sekolah. Selain itu, komite sekolah juga ikut terlibat dalam
evaluasi dan pengawasan pelaksanaan program sekolah. Dikatakan
dalam wawancara SW Kepala Sekolah yang menyatakan:
“Semua bentuk program dan jenis-jenis kegiatan yang mencerminkan nilai sosial pada siswa sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh sekolah”. (Wawancara, Selasa 15 September 2020).
126 Perencanaan program dan kegiatan sekolah merupakan proses
implementasi sebuah rencana untuk meningkatkan kinerja secara
berkesinambungan. Perbedaan pokok rencana implementasi dengan
rencana lainnya terletak pada tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan
merupakan hasil-hasil yang lebih baik dari apa yang selama ini telah
dilakukan oleh sekolah. Program dan kegiatan sekolah disusun agar
sekolah terus-menerus meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, selain
didasarkan pada visi dan misi sekolah, perencanaan implementasi harus
didasarkan atas pemahaman yang mendalam tentang keberadaan dan
kondisi sekolah pada saat rencana kegiatan itu disusun. Pemahaman
semacam ini dapat dilakukan melalui kajian dan telaah mendalam
terhadap visi dan misi dan kondisi internal maupun lingkungan eksternal
dimana sekolah itu berada.
Visi dan misi sekolah yang tersusun harus berpatokan dari sistem
penjaminan mutu agar dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan
jika terdapat unsur penjaminan mutu di dalam manajemennya. Unsur
penjaminan mutu tersebut dibentuk dalam sebuah Tim Penjaminan Mutu
Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan tim independen di luar
manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan
pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di
satuan pendidikan tersebut, dan penyusunan sistem penjaminan mutu
internal.
127 Dikemukakan dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Langkah penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal dengan Membentuk Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS), yang merupakan tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidikan tersebut”. (Wawancara kamis 03 September 2020)
Temuan data observasi penyusunan sistem penjaminan mutu
internal dibuat perkelompok sesuai dengan masing-masing yang harus
dipertanggung jawabkan, sejalan dengan hasil wawancara menguraikan
Sistem penjaminan mutu internal disusun dengan ditetapkan surat
keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah oleh kepala sekolah.
tim penjaminan mutu pendidikan sekolah paling sedikit terdiri atas
perwakilan pimpinan satuan pendidikan, perwakilan guru, perwakilan
tenaga kependidikan dan perwakilan komite sekolah, jumlah anggota tim
penjaminan mutu pendidikan sekolah disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan, jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi maka
diserahkan kepada tim manajemen satuan pendidikan, jika Surat
Keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah telah diterbitkan,
maka tim pengembang sekolah dan tim auditor internal bersama ketua tim
penjaminan mutu pendidikan sekolah mulai melaksanakan sistem
penjaminan mutu internal di tingkat satuan pendidikan.
Tahapan-tahapan sistem penjaminan mutu internal didahului
dengan adanya sosialisasi sistem penjaminan mutu internal kepada
semua warga sekolah. Kegiatan penyadaran penjaminan mutu ini akan
lebih baik apabila dilanjutkan dengan kegiatan dalam bentuk SPMI pada
128 satuan pendidikan, agar semua langkah kerja sistem penjaminan mutu
internal dapat betul-betul dipahami dan dilaksanakan. Setelah semua
warga sekolah memahami sistem penjaminan mutu internal maka warga
sekolah menyatakan komitmennya melalui penandatanganan komitmen
sistem penjaminan mutu pendidikan. Pernyataan komitmen dibuat oleh
satuan pendidikan. Dalam wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:
“Sistem Penjaminan Mutu Internal merupakan suatu siklus yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah, dalam menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan merupakan upaya terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah dan tak terkecuali melibatkan komite sekolah”. (Wawancara, Rabu, 02 September 2020)
Data temuan observasi dalam melaksanakan pemetaan budaya
mutu dilaksanakaan secara bersama dalam satu ruangan dihadiri oleh
komite sekolah seiring dengan hasil wawancara menguraikan, Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan sistem penjaminan mutu
yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
komponen satuan pendidikan untuk menjamin terwujudnya pendidikan
bermutu yang memenuhi atau melampaui standar nasional
pendidikan. Kerjasama dan keterlibatan antara kepala sekolah dan komite
dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal dapat menciptakan
sekolah yang kondusif dan harmonis sehingga pelaksanaan program
sekolah dapat terlaksana dengan baik. Program sekolah model dengan
sistem penjaminan mutu juga tidak lepas dari peran komite sekolah dalam
pencapaian standar nasional pendidikan.
129 Keterlibatan komite sekolah terhadap peningkatan mutu pelayanan
yang dijalankan yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan Pendidikan, pendukung baik
yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, pengontrol dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan pengeluaran
pendidikan di satuan Pendidikan, serta sebagai mediator antara
pemerintah dengan orang tua di satuan pendidikan.
Keterlibatan semua guru dalam penyusunan sistem penjaminan
mutu internal, dengan pembagian tugas dalam sistem penjaminan mutu
pada satuan pendidikan dan setiap guru dibentuk pertim sesuai dengan
pemetaan delapan standar nasional yang akan dipenuhi, sehingga setiap
tim mempertanggung jawabkan tugas masing-masing. Seperti dalam
wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Penyusunan dan pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan terutama guru”. (Wawancara, kamis 03 September 2020) Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal, kepala sekolah
perlu mendengarkan berbagai aspirasi dan harapan dari para stafnya
berkaitan dengan berbagai program yang perlu dilakukan untuk
menyukseskan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), karena
kesuksesan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) tidak bisa dilakukan
sendiri, tetapi memerlukan tim kerja. Dengan kata lain, kepemimpinan
transformatif dan manajemen perubahan harus diwujudkan oleh kepala
130 sekolah jika Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) ingin sukses
diimplementasikan.
Kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan
semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah. Kepala
sekolah harus mampu menghimpun gagasan bersama dan
membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif dan bertindak
inovatif dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah harus menyadari
bahwa tenaga pemdidik dan kependidikan tidak ingin dipisahkan dari
tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha
untuk menjadikan tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pengurus
dalam implementasi sekolah. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa
kepemilikan pada tenaga kependidikan terhadap sekolah tempatnya
melaksanakan tugas, sedangkan dalam melaksanakan kegiatan sistem
penjaminan mutu internal di sekolah dengan pembagian tugas dalam
sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan. Seperti dalam
wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan dapat dilihat dalam melaksanakan tugas pada sistem penjaminan mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan tim penjaminan mutu pendidikan daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah”. (Wawancara, Rabu 02 September 2020)
Pelaksanaan kegiatan sistem penjaminan mutu internal dengan
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan
sistem penjaminan mutu internal, selanjutnya menyusun dokumen sistem
131 penjaminan mutu internal yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen
standar, dan dokumen formulir.
Kegiatan selanjutnya melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam
pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran, dan
membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam
Rencana Kerja Sekolah (RKS), selanjutnya membentuk tim penjaminan
mutu pada satuan pendidikan, terpenting adalah mengelola data mutu
pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Pembagian Tugas dalam sistem penjaminan mutu pada satuan
pendidikan yaitu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan
mengembangkan sistem penjaminan mutu internal, menyusun dokumen
sistem penjaminan mutu internal yang terdiri atas dokumen kebijakan,
dokumen standar, dan dokumen formulir. Membuat perencanaan
peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah,
melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan
pendidikan maupun proses pembelajaran. Dalam wawancara SW, Kepala
Sekolah menyatakan:
“Pelaksanaan pengawasan merupakan tugas kepala sekolah terhadap guru-guru, kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan, peningkatan dan implementasi para guru, serta menumbuhkan kreativitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal”. (Wawancara, Jumat 04 September 2020) Data temuan observasi dalam merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, dan mengembangkan sistem penjaminan mutu internal
kepala sekolah tetap mendampingi, memberi semangat dan memberi
132 bimbingan kepada tim dalam melaksanakan pemetaan budaya mutu
sesuai dengan hasil wawancara menjelaskan pengawasan adalah proses
penentuan apa yang dicapai, yaitu standar, apa yang sedang dihasilkan,
yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan perlu mengambil tindakan
korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai rencana, yaitu sesuai
dengan standar. Peran kepala sekolah dalam pengawasan adalah
mengadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana program
dilaksanakan. Melalui evaluasi akan diketahui apakah program yang
direncanakan sudah berhasil atau belum, apakah telah mencapai sasaran
atau belum, apakah hambatan yang terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya.
Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah di
antaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam
melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi
yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah di antarannya adalah
menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk
meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.
Penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen
satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan
mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan
133 pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan, terutama guru harus
terlibat dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal. Sesuai yang
dikemukakan dalam wawancara oleh DY guru kelas IV menyatakan:
“Menyusun dan melaksanakan penjaminan mutu internal di Sekolah Dasar 57 Bulu-Bulu, merupakan upaya terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah terutama guru harus terlibat dalam peyusunan sistem penjaminan mutu internal dengan cara membentuk tim dan melaksanakan lima tahapan”. (Wawancara, Senin 07 September 2020). Peran guru dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal di
sekolah dibagi tim dan penyusunan sistem penjaminan mutu internal
menjadi lima tahapan yaitu pemetaan mutu dengan menggunakan
dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri
dengan mengacu kepada standar nasional pendidikan sebagai standar
minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu
selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan
kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan,
Langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu
pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, implementasi
sekolah dan rencana aksi. Kemudian rencana pemenuhan tersebut
dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu implementasi rencana
peningkatan mutu selama periode tertentu. Selanjutnya perencanaan dan
implementasi sekolah tersebut diimplementasikan selama periode
tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi dan audit secara
internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
134 Laporan dari hasil evaluasi apabila pemenuhan 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan, dan implementasi dari rencana aksi. Dari
hasil evaluasi dan auditlangkah yang kelima yaitu penetapan standar mutu
baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal
sesuai Standar Nasional Pendidikan.
Guru yang telah dibagi menjadi beberap tim yang telah dan diberi
tanggung jawab dibentuk dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
menyusun dan melaksanakan pemetaan mutu yang harus mencapai dan
memenuhi 8 (delapan) Standar Pendidikan Nasional seperti yang
dikemukakan oleh NL Guru Kelas II, menyatakan:
“Pedoman dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dengan melaksanakan pemetaan mutu yang harus mencapai dan memenuhi 8 (delapan) Standar Pendidikan Nasional antara lain, standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar penilaian, standar pembiayaan, standar sarana prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, dan standar pengelolahan”. (Wawancara, Senin 07 September 2020).
Pedoman dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) dengan melaksanakan pemetaan mutu yang harus mencapai dan
memenuhi 8 (delapan) Standar Pendidikan Nasional antara lain, standar
isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar penilaian,
standar pembiayaan, standar sarana prasarana, standar tenaga pendidik
dan kependidikan, dan standar pengelolahan, sebagai patokan atau
spesifikasi dari setiap kegiatan penyelenggaraan pada satuan pendidikan
untuk mewujudkan visi misinya, sehingga terwujud budaya mutu yang
baik.
135 Pelaksanaan mutu dalam penjaminan mutu internal dimanfaatkan
untuk peningkatkan mutu pendidikan dalam tahap perencanaan, dengan
tujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan unsur yang meliputi
organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang berkaitan dapat berjalan
sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk menjamin terwujudnya
budaya mutu disatuan pendidikan.
Selain itu pelaksanaan mutu bertujuan untuk memenuhi bahkan
melampaui standar nasional pendidikan. Agar perencanaan mutu tersebut
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka satuan pendidikan harus
melakukan pemetaan mutu. Pemetaan mutu dilaksanakan melalui
kegiatan evaluasi diri sekolah dengan mengacu pada standar nasional
Pendidikan. Hasil wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Proses pemenuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam mengkaji sistem penjaminan mutu internal satuan pendidikan dengan melaksanakan langkah kerja siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal yaitu: pemetaan mutu, perencanaan pemenuhan mutu, implementasi pemenuhan mutu, monev internal, penyusunan strategi peningkatan mutu”. (Wawancara, Selasa 08 September 2020).
Konsep sistem penjaminan mutu internal menggambarkan siklus
penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus sistem
penjaminan mutu internal dan menjelaskan definisi dan tujuan masing-
masing tahapan dalam siklus dengan benar menerapkan kelima langkah
kerja sistem penjaminan mutu internal ini antara lain kegiatan pemetaan
mutu, sekolah perlu memetakan mutu pendidikan berdasarkan standar
nasional pendidikan melalui kegiatan mengkaji standar nasional
136 pendidikan dan kegiatan mengisi aplikasi evaluasi diri sekolah yang
menghasilkan peta mutu (capaian standar) selanjutnya langkah kedua
adalah perencanaan pemenuhan mutu. Rencana pemenuhan mutu
merupakan aktivitas mencari solusi dengan cara melakukan upaya yang
bersumber dari kekuatan sendiri.
Langka selanjutnya adalah implementasi pemenuhan mutu,
sekolah melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan
pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat
tercapai. Kemudia langka selanjutnya adalah monev internal mutu
dilakukan untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang,
berkelanjutan. Kelanjutan langkah monev internal mutu, sekolah dan tim
monev internal perlu melakukan aktivitas, langkah terakhir adalah
penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam
melaksanakan sistem penjaminan mutu internal yaitu, mengadakan
kegiatan diskusi kelompok terpimpin dimana tim monev internal mengkaji
hasil monev, hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan
atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa
tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Untuk memenuhi
pencapaian delapan standar nasional pendidikan maka sebagai kepala
sekolah harus berperan aktif menjadi pembimbing dan pembina, dengan
cara berdiskusi memberi sarang dan masukan bagi setiap tim dalam
pemenuhan ketercapaian delapan standar nasional untuk mencapai
137 budaya mutu yang optimal. Seperti hasil dalam wawancara SW, Kepala
Sekolah menyatakan:
“Peran kepala sekolah dalam implementasi berbasis sekolah sudah sesuai aturan dengan mengatur organisasi sesuai prosedur dan melibatkan stakeholder pada seluruh aktivitas sekolah demi untuk menjadikan kemandirian sekolah, kepala sekolah dalam memenuhi dan mencapai Standar Nasional Pendidikan mempercayakan guru, tenaga kependidikan, komite, berkomitmen terhadap kemajuan sekolah, semua pihak bekerja sesuai perannya dan bertanggung jawab atas apa yang dia jalankan”. (Wawancara, Rabu 09 September 2020)
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan. Untuk itu sekolah wajib melakukan pemenuhan
standar nasional pendidikan. Metode yang meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, dan standar penilaian.
Strategi yang perlu diterapkan sekolah untuk memenuhi standar
nasional pendidikan terutama dengan memanfaatkan semua potensi,
menyusun rencana dan program kerja sesuai kebutuhan, mendorong
semua komponen sekolah meningkatkan kinerjanya, membentuk tim
penjaminan mutu, membenahi perangkat pembelajaran, menegakkan tata
tertib sekolah,memperluas kerjasama dengan dunia usaha dan industri,
komite sekolah, pengawas, dan pemerintah, memfasilitasi guru dan
tenaga kependidikan meningkatkan kompetensi, mengevaluasi setiap
kegiatan yang sudah dilaksanakan, dan mendokumentasikan seluruh bukti
kegiatan sekolah.
138 Dalam wawancara ML guru kelas VI menyatakan:
“Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), guru memerlukan komunikasi efektif antar guru. Saling pengertian dan saling memahami, mutlak diperlukan dalam bekerjasama, guru tidak saling mengandalkan dalam melaksanakan pekerjaan, dan tidak saling menyalahkan ketika ada masalah, tetapi mencari alternatif solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah”. (Wawancara, Selasa 01 September 2020)
Sistem penjaminan mutu internal dapat berjalan secara efektif,
apabila pelaksanakn pemetaan mutu pendidikan berdasarkan kerjasama
antar guru. Agar perencanaan mutu tersebut sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka satuan pendidikan harus melakukan pemetaan mutu.
Pemetaan mutu dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi diri sekolah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Data yang dimasukkan melalui instrument evaluasi diri sekolah
pengisiannya haruslah benar dan guru harus memahami setiap
pernyataan dari instrumen tersebut. kegiatan analisis hasil verifikasi mutu
pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis data dan
menyusun rekomendasi hasil pendampingan implementasi sistem
penjaminan mutu internal di sekolah terverifikasi, melakukan pengolahan
dan penyajian data hasil pendampingan implementasi sistem penjaminan
mutu internal.
Sistem penjaminan mutu internal akan dapat berjalan dengan baik
jika guru memiliki komitmen untuk bekerjasama dan secara sadar
melaksanakan setiap siklus secara berkelanjutan dan tim penjaminan
mutu pendidikan sekolah merupakan usaha sektor peningkatan mutu
139 pendidikan di satuan pendidikan. Perlu diingatkan bahwa sistem
penjaminan mutu internal merupakan sebuah proses untuk membantu
satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu secara berkelanjutan untuk
mencapai standar nasional pendidikan. Selanjutnya dalam penyusunan
program sekolah model sangat penting melibatkan guru, pengawas dan
komite agar program sekolah model bisa berjalan dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Seperti hasil dalam wawancara SW, Kepala Sekolah
menyatakan:
“Aktor utama dalam penjaminan mutu pada satuan pendidikan adalah manajemen satuan pendidikan. Namun demikian, pelibatan guru, pengawas dan komite dalam penyusunan program sekolah model untuk bersama-sama meningkatkan mutu satuan pendidikan”. (Wawancara, Jumat 28 Agustus 2020)
Keterlibatan guru, pengawas dan komite dalam penyusunan
program sekolah model akan sangat membantu satuan pendidikan untuk
menyadarkan tanggung jawab dari masing-masing pihak serta
mewujudkan berjalannya program sekolah dan bersama meningkatkan
mutu satuan pendidikan. terutama untuk mendukung satuan pendidikan
dalam meningkatkan mutunya dan agar terjadi pengimbasan ke
lingkungan sekitar serta menjaga kesinambungan budaya mutu di masa
yang akan datang.
Kegiatan yang dapat dilakukan satuan pendidikan dalam menyusun
program sekolah model yaitu mengajak guru, pengawas dan komite dalam
terlibat dalam penyusunan program dan kerja rencana pemenuhan mutu,
Mengajak satuan pendidikan terdekat untuk menjalankan penjaminan
140 mutu pendidikan. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerjasama dengan
berbagai pihak terkait dengan implementasi program maupun
pembiayaan. Implementasi satuan pendidikan untuk pemenuhan mutu
memiliki peluang besar untuk didukung oleh berbagai instansi,lembaga
dan perusahaan baik pemerintah maupun non pemerintah. Bentuk
dukungan oleh guru, pengawas dan komite dalam penyusunan program
sekolah model dapat berupa dukungan dana, peralatan, maupun
sumberdaya manusia. Contoh bentuk dukungan komite adalah pemberian
suntikan dana bagi satuan pendidikan yang bersedia menjadi sekolah
model dalam peningkatan mutu pendidikan.
C. Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program Sekolah
Model
Penguatan nilai sosial pada program sekolah model menyusun
berbagai macam kegiatan rutin keteladanan dan pembiasaan dalam
penanaman budi pekerti pada siswa untuk mendukung pembentukan nilai
karakter sosial pada diri siswa. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah
menyatakan:
”Implementasi program kerja sekolah berdasarkan materi program kerja disusun secara garis besar, karena itu pelaksanaannya di lapangan disesuaikan dengan kondisi maupun situasi yang ada. Hal ini bermaksud agar program kerja ini dapat dikembangkan secara fleksibel, dinamis, efisien dan efektif tanpa keluar dari pokok program yang telah ditetapkan, penguatan yang dapat menunjang program sekolah model antara lain adalah pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal, ektrakurikuler, UKS, dokter kecil”. (Wawancara, Kamis 10 September 2020)
141 Temuan data observasi terlihat di lapangan saat proses
pembelajaran nilai karakter diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran,
keteladanan dan pembiasaan dilakukan oleh guru contoh menjemput
siswa pada pukul 07.00 WITA, dan mengucapkan salam, sedangkan
budaya kearifan lokal siswa dibiasakan untuk mengucapkan kata Iye’
(kata Iya) dan tabe’ (membungkukkan badan) jika berjalan di depan orang
yang lebih dewasa. Untuk kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan ketika
jam proses belajar mengajar selesai, kegiatan dokter kecil dan UKS
dilaksanakan setiap hari sabtu.
Sejalan temuan data observasi dan wawancara bahwa Program
untuk meningkatkan kegiatan sekolah model yang tersusun secara
sistematik dalam hal penguatan nilai-nilai sosial terhadap siswa, karena
nilai-nilai sosial berfungsi sebagai acuan bertingkah laku dalam
berinteraksi dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima
tidak hanya di lingkungan sekolah.
Nilai-nilai sosial memberikan pedoman bagi siswa untuk hidup
berkasih sayang dengan sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin,
hidup berdemokrasi, dan hidup bertanggung jawab. Oleh karena itu pihak
lembaga sekolah berusaha mengupayakan berkolaborasi dengan program
sekolah model dan cara penerapannya dengan cara, integrasi pendidikan
karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada
semua mata siswaan, selanjutnya melalui keteladanan dalam pendidikan
142 dalam hal pembentukan sikap dapat dilakukan melalui proses asimilasi
atau berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara berulang-ulang
dan terus-menerus, agar membentuk kepribadian yang baik.
Menanamkan cinta terhadap nilai-nilai budaya lokal dengan
pembiasaan melakukan budaya tabe (membungkukkan badan ketika
berjalan di depan orang yang lebih tua), mengucapkan kata Iye (tutur kata
yang santun jika berbicara dengan orang yang lebih tua) serta tetap
melestarikan budaya tradisi Sipakatu, Sipakainge, Sipakalebbi, dan
Tudang Sipulung sebagai warisan nenek moyang bangsa, agar tidak
hilang oleh hadirnya budaya barat.
Penguatan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotor, dan mengembangkan bakat dan minat siswa dalam
upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang
positif. Adapun usaha kesehatan sekolah dan dokter Kecil bertujuan untuk
melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
terhadap diri sendiri, teman, orang tua, dan lingkungan sekolah agar siswa
dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah dan
lingkungannya untuk hidup yang lebih sehat.
Penguatan nilai sosial pada diri siswa membutuhkan pembiasaan
dan keteladanan, dalam implementasi program sekolah model membuat
kegiatan rutin untuk memberi pondasi pada diri siswa, sehingga sekolah
143 membuat program khusus dalam penguatan nilai sosial pada diri siswa,
Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Program khusus sekolah model untuk penguatan nilai sosial dengan melalui keteladanan dan pembiasaan yang dilakukan secara rutin bertujuan membantu siswa untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai dengan perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akan tertanam pada diri siswa”. (Wawancar, Jumat 11 September).
Seorang guru harus tampil menjadi teladan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Keberhasilan siswa sangat bergantung pada
kualitas kesungguhan, keikhlasan dari karakteristik guru yang diteladani.
Selain keteladanan guru, aktivitas belajar siswa merupakan faktor yang
dapat menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan pengajaran, yang
dalam proses belajar tersebut siswa harus menunjukkan sikap yang positif
dan aktif. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan
bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang
dicari individu dalam kehidupan.
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan yang
umumnya berhubungan dengan implementasi kepribadian anak seperti
emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup
berorang tua, dan lain sebagainya. Pembiasaan merupakan upaya yang
dilakukan untuk mengembangkan perilaku anak, yang meliputi perilaku
keagamaan, sosial, emosional dan kemandirian. Pembiasaan adalah
sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu
144 dapat menjadi kebiasaan, dan pada akhirnya akan menjadi nilai karakter
yang baik dan tertanam di jiwa siswa, sehingga pembiasaan baik tersebut
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter jujur, disiplin, kerjasama, ramah lingkungan, toleransi
adalah program sekolah sebagai nilai penguatan yang akan
dikembangkan untuk merujuk membentuk nilai sosial pada diri siswa,
dengan adanya budaya pembiasaan berperilaku baik maka pada diri
siswa akan tertanam sikap yang terpuji. Dikatakan dalam wawancara SW,
Kepala Sekolah menyatakan:
“Karakter yang dapat membentuk nilai sosial yang diprogramkan oleh sekolah model adalah jujur, disiplin, kerja sama, ramah lingkungan, toleransi agar tercipta budaya pembiasaan pada diri siswa, dan akan diaplikasikan di kehidupan sehari-harinya”. (Wawancara, 14 September 2020)
Temuan data observasi di lapangan ketika siswa berbelanja di
kantin sekolah meskipun penjaga kantin tidak ada siswa tersebut tetap
membayar barang yang diambil sesuai dengan harganya, kehadiran siswa
di sekolah selalu tepat waktu dengan berpakaian seragam rapi, serta
bekerja sama dalam melaksanakan piket kebersihan, dan tidak membeda-
bedakan dalam berteman.
Sejalan temuan data observasi dan wawancara membentuk nilai
sosial pada siswa, maka ada beberapa penguatan nilai karakter yang
harus ditanamkan ke dalam diri siswa yaitu sikap jujur yang merupakan
perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan diri sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya, sedangkan sikap pada diri siswa disiplin
145 adalah melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
waktu dan tempatnya serta dikerjakan dengan penuh kesadaran,
ketekunan, keikhlasan atau tanpa paksaan dari pihak manapun.
Pembiasaan sikap kerjasama pada diri siswa dapat menciptakan
keterbukaan dalam berkomunikasi, membiasakan berpikir positif antar
sesama, membangun sikap saling memahami dan saling pengertian,
berempati, menciptakan organisasi positif. Kerjasama ditandai dengan
upaya saling memahami, menghargai, membantu secara positif, dan
selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan memberikan kemanfaatan
yang banyak kepada orang lain.
Ramah lingkungan merupakan pembiasaan menjaga kebersihan
sekolah, membuang sampah pada tempatnya, menyediakan peralatan
kebersihan dan memprogramkan program cinta bersih lingkungan,
Sekolah juga tempat yang sangat penting bagi siswa dalam tahap
perkembangannya dan sekolah merupakan sebuah lingkungan sosial
yang berpengaruh bagi kehidupan siswa. Oleh sebab itu siswa perlu
dibiasakan mencintai lingkungan sejak dini, agar terbentuk rasa
menghargai, memiliki dan memelihara lingkungan pada diri siswa. Perilaku
peduli lingkungan hidup atau lebih dikenal ramah lingkungan merupakan
perilaku atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan dan memupuk rasa cinta terhadap lingkungan untuk
memelihara agar lingkungan tetap sehat dan asri.
146 Sikap toleransi pada diri siswa merupakan bentuk sikap yang
muncul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan yang berupa
memaklumi keadaan orang lain, siswa diajarkan untuk menerima dan
menghargai perbedaan tanpa membeda-bedakan, sehingga terhindar dari
perselisihan. Selanjutnya prinsip kegiatan program dokter kecil dan usaha
kesehatan sekolah adalah menerapkan kebiasaan dalam menciptakan
hidup yang sehat, menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan, serta memelihara kehidupan agar tetap hidup sehat.
Penguatan karakter yang telah ditanamkan ke dalam jiwa siswa
akan mewujudkan program sekolah dalalm hal membentuk nilai
kepedulian pada siswa sehingga pembiasaan yang telah dilakukan di
setiap kegiatan rutin dapat menciptakan budaya perilaku sikap sosial,
seperti dalam wawancara HA, Guru Pendidikan Agama Islam
menyatakan:
“Mewujudkan tercapainya program sekolah model maka kegiatan- kegiatan yang sudah di programkan di laksanakan secara rutin agar tercipta budaya pembiasaan pada diri siswa, sehingga dapat menanamkan sikap berbudi luhur dan berakhlak mulia”. (Wawancara, Kamis 03 September 2020)
Temuan data observasi di lapangan menanamkan karakter nilai
spiritual pada siswa dengan membiasakan membaca doa dan surah
pendek sebelum proses belajar dimulai, melaksanakan shalat Dhuha dan
shalat wajib secara berjamaah, kultum dan koin sedekah setiap hari jumat
untuk kegiatan amal dan sosial, setiap hari sabtu melakukan kegiatan
147 senam ceria dan mendongeng, setiap bulan makan sehat dan arisan
paguyuban.
Hasil observasi di lapangan dan hasil wawancara menguraikan
kegiatan implementasi konsep sekolah model melalui keteladanan dan
pembiasaan yang dilakukan secara rutin dalam mewujudkan wawasan
Pendidikan budi pekerti dalam hal penguatan nilai sosial dikelompokkan
menjadi kegiatan rutin:
Kegiatan harian antara lain, mengawali dan menghakhiri pelajaran
dengan doa, menggiatkan shalat dhuha dan shalat wajib secara
berjamaah yang bertujuan membiasakan siswa yang muslim untuk
menjalankan shalat setiap hari, sehingga siswa menyadari kewajiban
dalam menjalankan ajaran Islam dengan penuh kesadaran,
membudayakan 5 (Lima) S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun)
pada saat bertemu, dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang baik
antara siswa, pendidik dan tenaga kependidikan untuk menanamkan rasa
persaudaraan dan mempererat tali silaturrahmi dan mewujudkan
lingkungan yang kondusif untuk menunjang program sekolah berwawasan
pendidikan budi pekerti, Kegiatan Azan yang dikumandangkan sebelum
shalat.
Kegiatan Mingguan antara lain, jumat ibadah, kuliah tujuh menit
(kultum) dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan keimanan
siswa, Infaq Jumat dimanfaatkan untuk kegiatan amal dan sosial, peduli
terhadap sesama, sedangkan mendongeng dapat menggali potensi bakat
148 yang dimiliki oleh siswa dalam hal bercerita, selanjutnya senam sehat
dapat melatih psikomotorik dan menjadikan tubuh siswa kuat dan sehat.
Kegiatan bulanan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara rutin
setiap bulan seperti makan sehat dan arisan paguyuban dari kelas satu
sampai kelas enam yang dilaksanakan oleh paguyuban setiap kelas,
adapun kegiatan tahunan secara rutin dilakukan antara lain, buka puasa
bersama, kunjungan kepanti asuhan terdekat, takjil buka puasa, pesantren
kilat, memperingati Maulid Nabi Saw, dan memperingati hari natal bagi
yang beragama Kristen.
Keterkaitan komite sekolah dalam implementasi program sekolah
model, sangat membantu mewujudkan tercapainya kegiatan yang
dilaksanakan dan dengan terlibatnya komite maka akan dapat
meningkatkan mutu dan kualitas sekolah karena tidak sedikit sumbangan
dan bantuan komite yang diberikan kepada lembaga sekolah. Dalam
wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:
“Langkah untuk mewujudkan tercapainya program sekolah model komite juga terlibat karena diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide atau gagasan-gagasan yang inovatif demi kemajuan suatu sekolah termasuk didalamnya melakukan pengawasan pembelajaran terhadap siswa di sekolah yang menjadi tanggung jawab komite”. (Wawancara, Kamis 10 September 2020)
Keterlibatan komite dalam program sekolah model diharapkan
dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah dalam bentuk dukungan
sarana dan prasarana serta memberikan inisitiatif misalnya dalam bentuk
pengawasan kepada peserta belajar oleh komite. Keberadaan komite
sekolah dalam satuan pendidikan merupakan wadah partisipasi orang tua
149 terhadap layanan pendidikan di sekolah dengan kata lain komite
menjembatani hubungan antara sekolah dan orang tua . Penting untuk
komite sekolah menjalankan tugas dan fungsinya agar mutu pendidikan
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Di samping itu kepala
sekolah berperan sebagai promotor penggerak lembaga pendidikan juga
berwenang untuk mengaktifkan komite sekolah dengan cara
mengikutsertakannya pada setiap rencana implementasi program sekolah,
pelaksanaan, hingga evaluasi program yang telah dijalankan.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program
Sekolah Model
Program sekolah model dalam rangka memberdayakan sekolah
dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan persaingan
bebas dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Secara garis besar tujuan sekolah model dapat menjadi acuan dalam
penyelenggaraan program di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu sebagai
sekolah pembinaan terhadap sekolah setingkat di sekitar wilayahnya
dalam bidang kurikulum, pengajaran, administrasi serta sebagai
pelayanan fasilitas belajar. Ini berarti sekolah model merupakan sekolah
yang mempunyai nilai yang lebih dengan dukungan dan partisipasi pihak
dan warga sekolah saling bekerja sama dalam mewujudkan peningkatan
mutu pendidikan.
150 1. Faktor Pendukung Implementasi Program Sekolah Model
Faktor yang turut berpengaruh positif atau mendukung terhadap
pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun.
Tentunya hal ini tetap mengacu pada tahapan imlementasi Sistem
Penjaminan Mutu Internal disatuan Pendidikan Sekolah Model. Upaya
yang dilakukan oleh Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu dalam
implementasi konsep sekolah model baik pada jam sekolah maupun di
luar jam sekolah merupakan bentuk saran yang digunakan pihak sekolah
untuk membina kesadaran siswa dalam penguatan nilai karakter sosial.
Faktor pendukung itu adalah letak sekolah yang strategis dan fasilitas
pendukung pembelajaran cukup memadai, dukungan dari kepala sekolah,
seluruh pendidik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah, iklim
sekolah yang kondusif, agamais, penuh tenggang rasa, rasa
kekeluargaan, dan toleransi.
Motivasi dari masing-masing wali kelas dalam mensuport segala
kegiatan untuk membentuk kemajuan siswa, komunikasi yang baik antara
sekolah, orangtua dan masyarakat yang berkesinambungan dalam segala
jenis kegiatan, kerjasama MOU (Memorandum Of Understanding) dengan
pihak luar yang terkait seperti, kerjasama dengan perpustakaan daerah,
kerjasama dengan Indosat absen digital, solidnya Tim dalam setiap
kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan
tenaga kependidikan, serta kesiapan seluruh warga sekolah. Pelaksanaan
kegiatan sistem penjaminan mutu internal di sekolah dengan adanya
151 dukungan dari kesiapan dan kerjasama setiap tim. Dalam wawancara SW,
Kepala Sekolah menyatakan:
“Sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan dapat dilihat dalam melaksanakan tugas pada sistem penjaminan mutu pendidikan dan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah”. (Wawancara, Senin 14 September 2020).
Pelaksanaan kegiatan sistem penjaminan mutu internal dengan
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan
Sistem Penjaminan Mutu Internal, selanjutnya menyusun dokumen Sistem
penjaminan mutu internal yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen
standar, dan dokumen formulir.
Kegiatan selanjutnya melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam
pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran, dan
membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana
kerja sekolah, selanjutnya membentuk tim penjaminan mutu pada satuan
pendidikan, terpenting adalah mengelolah data mutu pendidikan di tingkat
satuan pendidikan.
Pelaksanaan kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI),
menjadikan SDN 57 Bulu-Bulu melaksanakan dan mengembangkan
budaya mutu secara mandiri, sehingga dapat memenuhi ketercapaian
standar nasional Pendidikan sebagai pedoman untuk mengembangkan
program sekolah model, agar tercapai sekolah yang bermutu.
152 Hasil wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Berdasar dari apa yang telah dilakukan dalam sistem penjaminan mutu internal (SPMI) dan telah melakukan setiap proses dalam siklus SPMI mulai dari pemetaan mutu, rencana pemenuhan mutu, rencana implementasipemenuhan, implementasi pemenuhan, audit mutu sampai berusaha menetapkan mutu baru, maka peningkatan mutu sekolah dapat ditingkatkan”. (Wawancara, Selasa 15 September 2020)
Pemenuhan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan
tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan
mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.
Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan
pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh
komponen satuan pendidikan agar seluruh komponen satuan pendidikan
bersama-sama memiliki budaya mutu.
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada
segala lapisan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah. Sistem
penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua
komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem
Penjaminan Mutu Eksternal. SPME adalah sistem penjaminan mutu yang
dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi
dan lembaga standardisasi pendidikan. SPMI adalah sistem penjaminan
mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh
seluruh komponen dalam satuan pendidikan.
153 Sistem Penjaminan Mutu Internal yang selanjutnya disebut sebagai
sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan, mencakup
seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan
berbagai sumberdaya untuk mencapai standar nasional pendidikan.
Satuan pendidikan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem
penjaminan mutu secara mandiri dan berkesinambungan hingga
terbangun budaya mutu di satuan pendidikan. Budaya mutu akan
mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu secara bertahap hingga dipenuhinya
standar yang telah ditetapkan atau bahkan melampaui standar tersebut.
Sistem penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara
berkelanjutan oleh satuan pendidikan untuk ditetapkan oleh satuan
pendidikan dan dituangkan dalam pedoman pengelolaan satuan
pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan
pendidikan dalam pemenuhan ketercapaian delapan standar pendidikan,
dan pada akhirnya ketercapaian tersebut akan menjadi pendukung
implementasi program sekolah.
Upaya peningkatan sekolah yang berkualitas dan bermutu tentu
saja mempunyai faktor pendukung yang positif salah satunya adalah letak
sekolah yang strategis sebab berada di jalan poros sehingga akses untuk
menuju ke sekolah sangat mudah transportasi juga sangat terjangkau,
154 oleh karena itu sekolah tidak menyediakan transportasi sekolah, seperti
Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Sekolah terletak di tempat strategis berada di jalan poros, sebagian siswa bertempat tinggal tidak jauh dari sekolah jadi akses untuk ke sekolah sangat mudah cukup berjalan kaki, adapun siswa yang jauh sebagian besar mempunyai kendaraan sendiri, dan sebagian kecil menggunakan angkutan umum, jadi sekolah tidak menyediakan transportasi pada siswa”. (Wawancara, Rabu 16 September 2020)
Pihak sekolah tidak menyediakan transportasi pada siswa karena
akses untuk menuju ke sekolah sangat mudah sebab letak sekolah
berada di jalan poros, lokasinya sangat strategis karena tepat berada di
jalan poros propinsi, selain itu siswa yang bersekolah di SDN 57 Bulu-Bulu
adalah siswa yang bertempat tinggal tidak jauh dari kompleks sekolah,
untuk menuju ke sekolah siswa cukup berjalan kaki, adapun siswa yang
bertempat tinggal jauh dari sekolah sebagian besar mempunyai
kendaraan pribadi dan diantar oleh orang tuanya atau keluarga,
sedangkan siswa yang bertempat tinggal jauh dari sekolah, dan tidak
memiliki kendaraan pribadi menggunakan kendaraan angkutan umum
atau berlangganan ojek.
Program sekolah yang mendukung penguatan nlai karakter sosial
adalah keteladanan dan pembiasaan menjemput siswa setiap pagi di
depan gerbang sekolah pada pukul 7.00 WITA atau 30 menit sebelum jam
masuk proses belajar mengajar, dengan adanya pembiasaan
penjemputan siswa diharapkan sikap disiplin siswa akan terbentuk.
155 Hasil wawancara SS, Guru Kelas I menyatakan:
“Salah satu program sekolah model adalah membudayakan pembiasaan penjemputan siswa di gerbang sekolah sebelum pembelajaran dimulai, Membangun rasa kasih sayang dan sopan santun kepada anak didik tidak dapat dikakukan hanya dengan memberikan ceramah, mengingtakan dengan lisan namun juga harus diberikan keteladanan dengan penyambutan siswa di pagi hari di depan gerbang sekolah yang dilakukan oleh guru 30 menit sebelum bel tanda masuk berbunyi”. (Wawancara, Senin 07 September 2020)
Penyambutan siswa yang dilakukan oleh guru pada pagi hari di
depan gerbang sekolah secara tidak langsung telah memberikan teladan
kepada siswanya tentang bagaimana menghargai waktu dan disiplin serta
berlaku santun saat bertemu dengan guru atau orang lain dan
memberikan dampak posistif luar biasa untuk membangun motivasi anak
dalam mengikuti pembelajaran.
Ada hal yang penting dalam penyambutan sisiwa di gerbang
sekolah antara lain siswa akan merasa nyaman dan tenang memasuki
gerbang sekolah ketika melihat penyambutan gurunya yang penuh kasih
sayang, siswa merasa diberikan perhatian oleh gurunya, siswa akan
merasa adanya kedekatan emosional dengan gurunya, sapaan salam
guru kepada siswa memberikan motivasi tersendiri bagi diri anak., secara
berangsur siswa akan malu untuk terlambat datang ke sekolah.
Membangun budaya santun bukan hanya sekedar memberikan
pengertian kepada siswa tentang sikap santun di dalam proses
pembelajaran, namun yang lebih penting dan efektif adalah memberikan
keteladanan. Apabila kegiatan rutin ini dapat diterapkan, maka keyakinan
156 pada masa yang akan datang akan tumbuh generasi bangsa yang disiplin,
kasih sayang, sopan santun, menghargai orang lain dan menghormati
yang lebih tua.
Menjalankan program sekolah tentu perlu dukungan, komite
sebagai mitra sekolah membantu memfasilitasi siswa untuk mencapai
program yang sedang dilaksanakan dalam kegiatan rutin sehari-hari.
Komite Sekolah dimaksudkan agar menjembatani dan menyalurkan
aspirasi dan prakarsa orang tua, dalam melahirkan kebijakan dan program
sekolah, dalam wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:
“Peran komite dalam membantu memfasilitasi program pendidikan yang ditetapkan sekolah model, yaitu dengan mengkomunikasikan kepada orang tua agar mendukung program sekolah model, komite sekolah akan dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan program, melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitas bagi siswa sehingga dapat meningkatkan mutu Pendidikan yang berkualitas”. (Wawancara, Selasa 08 September 2020).
Sinergi antara komite sekolah dengan sekolah menyebabkan
lahirnya tanggung jawab bersama antara sekolah dan orang tua sebagai
mitra kerja yang membangun pendidikan. Dibentuknya Komite Sekolah
dimaksudkan agar terbentuk organisasi orang tua sekolah yang
mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan
kualitas sekolah. Komite mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa orang tua, dalam melahirkan kebijakan dalam mendukung
program sekolah.
Komite sekolah dalam memfasilitasi siswa akan meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat,
157 sehingga orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan, akan
menciptakan suasana demokratis, dan dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan yang bermutu. Komite sekolah juga berfungsi
dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, karena dapat
memberikan pertimbangan tentang persyaratan fasilitas sekolah dan
membantu dalam hal pemenuhan sarana dan prasarana Pendidikan yang
dibutuhkan oleh sekolah.
Selain peran komite dalam mendukung implementasi program
sekolah model, pendukung lainnya adalah letak sekolah yang strategis
karena sekolah berada di jalan poros propinsi, akses angkutan umum
sangat lancar, serta pendukung dalam proses belajar mengajar sudah
memadai sehingga apa yang di programkan oleh sekolah dapat
terlaksana dan terwujud. Seperti Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah
menyatakan:
“Faktor yang turut mendukung terhadap pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun, tentunya hal ini tetap mengacu pada tahapan imlementasi sistem penjaminan mutu internal disatuan pendidikan sekolah model dalam melakukan kegiatan pembiasaan menanamkan nilai karakter sosial”. (Wawancara, Rabu 16 September 2020).
Kegiatan implementasi konsep sekolah model dalam mewujudkan
wawasan Pendidikan budi pekerti tentu faktor pendukung sangat
berpengaruh keberhasilan kegiatan program sekolah model diantaranya
adalah letak sekolah yang strategis, sekolah berada di jalan poros
propinsi, dan akses angkutan umum sangat lancar.
158 Fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai, sumber belajar
dan media pembelajaran bervariasi sesuai Kebutuhan, dukungan dari
kepala sekolah, seluruh pendidik, orang tua siswa dan orang tua sekitar
sekolah sangat berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan. Iklim sekolah
yang kondusif, agamais, kebersamaan yang penuh dengan tenggang rasa
serta toleransi utntuk memahami dan menerima perbedaan.
Pendukung lainnya adalah motivasi dari masing-masing wali kelas
dalam memberi semangat dalam memotivasi melakukan kegiatan yang
membentuk kemajuan pada siswanya dalam hal mengembangkan bakat
dan minat juga dalam hal berprestasi dalam bidang akademik, serta
menjalin komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orangtua siswa
yang berkesinambungan dalam segala jenis kegiatan, serta terjalinnya
kerjasama dengan perpustakaan daerah, kerjasama dengan Indosat
absen digital, dan yang sangat berperan adalah kerjasama dan
mempertahankan kekompoakan tim dalam setiap kegiatan dan semangat
dan motivasi yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan kesiapan seluruh warga sekolah untuk memajukan
sekolah menjadi sekolah yang bermutu dan berkualitas.
Pelaksanaan program sekolah model jika mendapat dukungan dari
orang tua siswa dan masyarakat akan menjamin meningkatkan kualitas
sekolah dan apabila kegiatan dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan keberhasilan program tersebut dapat melahirkan
159 penguatan karakter yang baik dan membentuk nilai positif pada diri siswa,
seperti dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Pelaksanaan implementasi sekolah model bisa berhasil apabila ada faktor pendukung yang berperan dan faktor pendukung tersebut akan menjadi dampak positif pada mutu kualitas sekolah yang berpengaruh pada siswa, guru, dan warga sekolah serta orang tua”. (Wawancara, Kamis 17 September 2020)
Faktor pendukung dalam pelaksanaan program sekolah model
tentu membawa keberhasilan yang berdampak pada sekolah, yaitu
meningkatnya mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu
karena sekolah akan senantiasa berupaya memenuhi 8 (Delapan) Standar
Nasional Pendidikan. Sekolah model akan mendapat perhatian baik dari
pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah dalam pemenuhan sarana
prasarana sekolah yang tidak mampu dibiayai dari dana BOS.
Meningkatnya mutu pendidikan di sekolah akan berdampak pada
peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dan hasil
belajar siswa serta mutu lulusan yang kompeten, sekolah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan akan senantiasa diikuti oleh motivasi siswa
untuk berprestasi di bidang akademik, seni dan olahraga.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Standar Nasional
Pendidikan, pelaksanaan implementasi sekolah model akan memotivasi
guru untuk lebih berkomitmen melaksanakan tugas mengajar dan
mendidik secara optimal dan penuh tanggung jawab, meningkatkan
kompetensi guru, karena dalam upaya pemenuhan standar nasional
pendidikan guru akan dituntut untuk lebih profesional,
160 melalui implementasi sekolah model penjaminan mutu pendidikan, guru
semakin berdedikasi dan beretos kerja tinggi, seiring dengan
meningkatnya mutu pendidikan di sekolah model.
Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk meningkatkan
kinerja sesuai dengan tugas pokok masing-masing baik sebagai kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa dan komite sekolah.
Mengetahui kekurangan yang dimiliki oleh sekolah sebagai bahan
perbaikan dan pembinaan sekolah ke depan. Rasa bangga dari segenap
warga sekolah dan mempertahankan serta meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah. Implementasi sekolah model akan memberikan
wawasan kepada orang tua akan pentingnya meningkatkan pendidikan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, orang tua akan semakin
mengakui dan meningkatkan kepercayaannya terhadap keberadaan
sekolah model.
Dukungan pengawas dalam program sekolah model sebagai motor
penggerak, inspirator dan motivator dalam mendampingi setiap tim
melaksanakan program kegiatan yang telah disusun. Pengawas juga
sebagai penyemangat dan penguat dalam menyalurkan kreativitas semua
tim pengembang program sekolah model. Dalam wawancara SW, Kepala
Sekolah menyatakan:
“Peran serta pengawas dalam program seklolah merupakan motor utama yang menggerakkan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan agar kegiatan yang dilakukan berhasil, peran pengawas dalam program sekolah model adalah menjadi inspirator, pendukung, motivator, fasilitator”. (Wawancara, Jumat 18 September 2020)
161 Temuan data observasi di lapangan, setiap kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah pengawas selalu hadir memberi masukan dan
saran serta memberi motivasi bagi kepala sekolah dan guru, juga
mendengarkan masalah dan kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah
dan guru
Hasil observasi dan wawancara menguraikan bahwa keterlibatan
pengawas dalam program sekolah model berarti pengawas berperan
sebagai inspirator bagi guru dan sekolah jika pengawas dapat
memberikan teladan bagi sekolah dan guru, pengawas sebagai
pendukung utama bagi sekolah dalam upayanya mencapai standar yang
telah ditentukan, pengawas sebagai motivator jika memberikan motivasi
kepada sekolah agar selalu meningkatkan mutunya.
Pengawas juga sebagai fasilitator yang dapat memberikan akses
kepada sekolah agar dapat selalu terhubung dengan Dinas Pendidikan
sehingga persepsi mutu sama antara sekolah dengan Dinas. Pengawas
berperan sebagai pengamat masalah jika mampu mengamati kesulitan
yang dihadapi sekolah dalam upaya mencapai atau meningkatkan standar
mutu yang telah ditentukan, pengawas pun berperan sebagai penasehat,
bagi guru, kepala sekolah dan sekolah agar senentiasa meningkatkan
mutu Pendidikan, sebagai tutor pengawas juga harus dapat memberikan
pengalaman dan pengetahuan yang baru pada guru untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh guru. Pengawas juga sebagai mediator
artinya pengawas menjadi media yang dapat menjebatani hubungan
162 antara sekolah dengan dinas pendidikan, menyalurkan kreativitas guru
dan kepala sekolah dengan menghubungkannya ke dinas pendidikan.
Keberhasilan program sekolah model juga tidak luput dari
keterkaitan komite dan pihak orang tua siswa, hal yang mustahil jika
kesuksesan program sekolah tanpa campur tangan komite sekolah dan
pihak orang tua, adapun keterlibatan komite sekolah dan orang tua siswa
yaitu kerjasama yang baik dan berkesinambungan dalam memajukan
kualitas sekolah karena kerja sama yang baik dapat membantu
mengaktifkan kegiatan yang telah terprogram sehingga wujud dari
kegiatan dapat menciptakan penguatan karakter pada diri siswa. Dalam
wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Keterlibatan komite sekolah atau orang tua dalam keberhasilan program sekolah model dengan mengikut sertakan dalam setiap kegiatan di sekolah, dan juga membentuk organisasi orang tua atau disebut dengan paguyuban kelas”. (Wawancara Senin 21 September 2020) Keterlibatan komite sekolah dan orang tua pada program sekolah
model sangat penting, tidak sukses sebuah program sekolah jika tidak
melibatkan komite sekolah dan orang tua siswa karena meraka akan
turut ambil andil dalam hal penyumbangan pemikiran.
Pihak sekolah harus menjalin komunikasi yang utuh terhadap
komite sekolah dan orang tua siswa karena mereka berusaha membantu
perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi sumbangan
sumber daya dan informasi, mendukung sekolah dalam melaksanakan
163 program, mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan sekolah.
Komite sekolah dan orang tua siswa juga mendorong tumbuhnya
perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu, melakukan kerjasama dengan orang tua siswa, dunia usaha,
dunia industri, dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu, menampung dan menganalisis aspirasi, ide,
tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan orang tua,
memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan.
Mewujudkan program sekolah sekolah model membutuhkan
perencanaan, dan pelaksanaan secara maksimal, maka, setiap tim
menentukan jadwal kegiatan program secara bertahap, agar tersusun dan
dilaksanakan sehingga memudahkan dalam melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut secara rutin, seperti hasil wawancara DY, Guru Kelas IV
menyatakan:
“Upaya yang dilakukan oleh SDN 57 Bulu-Bulu dalam menerapkan kegiatan program sekolah model dilaksanakan baik pada jam sekolah maupun di luar jam sekolah ini merupakan bentuk saran yang digunakan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan”. (Wawancara, Rabu 09 September 2020) Kegiatan program sekolah harus dilakukan oleh seluruh anggota
sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan staf sekolah sesuai tugasnya
masing-masing. Adapun siklus yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
itu, terdiri dari tahap pertama adalah memetakan mutu sekolah melalui
164 kegiatan evaluasi diri sekolah. Kegiatan ini penting untuk melibatkan
seluruh anggota sekolah dan orang tua di luar sekolah untuk
mendapatkan informasi dan evaluasi dari berbagai sisi. Visi, misi dan
tujuan sekolah dapat direvisi dan dikembangkan sesuai hasil pemetaan
ini. Hal ini penting karena visi, misi dan tujuan merupakan pusat
pengelolaan sekolah dan alat ukur untuk memenuhi harapan sekolah.
Membuat perencanaan peningkatan mutu sekolah termasuk
manajemen, kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, sumberdaya manusia
dan dukungan infrastruktur. Tahap ketiga adalah pelaksanaan program
penjaminan mutu sekolah. Pedoman ini akan memandu anggota sekolah
bagaimana menerapkan proses pembelajaran (mengembangkan materi
dan pendekatan proses pembelajaran), kegiatan ekstrakurikuler dan
kegiatan lain yang berkaitan dengan program penjaminan mutu sekolah.
Tahap keempat adalah monitoring dan evaluasi. Pedoman ini
memberikan arahan bagaimana untuk memantau dan mengevaluasi
proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan. Memonitoring
dan mengevaluasi aspek manajemen, proses belajar, dan kegiatan
ekstrakurikuler. Tahap kelima adalah penetapan standar baru dan
penyusunan strategi baru. Penyusunan strategi perlu dilakukan jika
sekolah belum mampu mencapai standar nasional pendidikan
berdasarkan strategi sebelumnya. Sekolah yang telah mampu memenuhi
standar nasional pendidikan dapat menetapkan standar baru di atas
standar nasional pendidikan.
165 Implementasi program sekolah model dalam pelaksanaan
kegiatan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan
seluruh komponen satuan pendidikan, masing-masing
mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan dan dengan cara
bekerja sama, seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama
berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan penguatan nilai-nilai karakter
agar menciptakan sekolah yang berkualitas dalam membentuk nilai sosial
pada siswa.
Pelibatan seluruh komonen satuan Pendidikan maka
imlpementasi program sekolah model akan mewujudkan tujuan yang akan
dicapai karena masing-masing pihak merasa bertanggung jawab dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam wawancara dengan MY, Guru
Kelas VI menyatakan:
“Partisipasi seluruh warga sekolah di SDN 57 Bulu-Bulu terlibat dalam upaya mencapai peningkatan sekolah bermutu, baik keterlibatan jajaran pemimpin sekolah, staf pendidik, staf kependidikan, siswa, komite sekolah, maupun paguyuban kelas, partisipasi tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan sekolah bermutu yang tidak hanya berkaitan dengan aspek keluaran saja tetapi juga aspek proses yang dilakukan dan dikembangkan oleh sekolah”. (Wawancara, Jumat 11 September 2020) Peningkatan budaya partisipasi ini berdasarkan pada realita dan
merupakan efek dari faktor kepemimpinan kepala sekolah tidak saja kuat,
tetapi juga efektif, kepada setiap orang yang mungkin dapat dan
berpotensi untuk terlibat diajak untuk bergabung membangun dan
mengembangkan dan menyusun program sekolah model.
166 Kepala sekolah mampu meletakkan dasar-dasar pondasi yang
kokoh menuju sekolah yang unggul, sehingga dalam waktu yang cukup
singkat sudah mendapat status Sekolah Berstandar Nasional (SSN).
Kepala sekolah mempunyai visi dan misi yang jelas, mampu
menjabarkannya dalam bentuk langkah-langkah dan tindakan yang nyata,
mampu menggerakkan orang lain untuk bersama-sama bekerja mencapai
sekolah bermutu, mampu menggerakkan semua unit-unit misalnya bidang
pengajaran dan kurikulum, bidang sarana prasarana dan kesiswaan, serta
bidang hubungan orang tua dan publikasi, serta bidang perencanaan dan
keuangan. Sementara unit-unit terkecil lainnya juga mampu digerakkan.
Semua bangga menghasilkan karya dan mampu mengembangkan karya
mereka menjadi tidak saja secara kuantitas banyak tetapi juga secara
kualitas lebih baik yang dicapainya secara berkesinambungan. Karena
kemampuan kepala sekolah dan timnya itulah orang-orang di mau
bersinergi membangun dan mengembangkan budaya sekolah bermutu.
Partisipasi staf pendidik adalah kerjasama yang sinergis di internal
lembaga, peningkatan kapasitas guru melalui pendidikan terstruktur dan
nonstruktur, diskusi pendalaman metode pembelajaran mutakhir antar
guru,. Partisipasi staf kependidikan diantaranya; peningkatan kapasitas
diri, pelayanan prima, terbentuknya tim kerja yang solid. Selain itu
partisipasi siswa juga berpengaruh yakni; berkembangnya budaya belajar,
serta partisipasi paguyuban kelas dan komite sekolah terbentuk dan
167 berkembangnya kegiatan paguyuban kelas, aktif mengikuti kegiatan di
sekolah.
Komite sekolah sangat berperan dalam kegiatan implementasi
program sekolah model, tidak sedikit sumbangsinya dalam keteribatan
mulai dari menyusun sampai melaksanakan program sekolah, Peran
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu mendapat
dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, kepala sekolah,
siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Oleh
karena itu perlu kerjasama yang erat antara lembaga komponen
pendidikan dan komite sekolah sehingga upaya peningkatan mutu
pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien. Komite juga dapat
meningkatkan tanggung jawab dan berperan serta bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan program sekolah di satuan pendidikan. Dalam
wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:
“Komite berperan mempertimbangkan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan serta pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan Pendidikan, juga mengontrol secara transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan dan menjadi mediator antara pemerintah dengan orang tua”. (Wawancara, 08 September 2020)
Peran komite sekolah adalah mitra strategis sekolah dalam
meningkatkan mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu, antara Kepala
Sekolah dengan Komite Sekolah harus bersinergi. Bahkan di beberapa
sekolah, bukan hanya dibentuk komite sekolah, tetapi juga dibentuk
Paguyuban Orang Tua Siswa pada setiap kelas. Hal ini menunjukkan
168 tingginya perhatian dan dukungan orang tua siswa terhadap peningkatan
mutu sekolah. Mari jadikan program Sekolah model sebagai momentum
penguatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) melalui optimalisasi
peran komite sekolah dalam pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Komite sekolah berperan sebagai pendukung baik segi finansial,
pemikiran maupun tenaga mutlak diperlukan untuk menghasilkan sebuah
program yang bermutu di sekolah model, komite juga berperan pengontrol
kebijakan atau program kerja sekolah sehingga tidak menyimpang dari
aturan. sebagai penghubung. Seperti dijelaskan komite sekolah, dalam
menjalankan peran mediator, komite sekolah dapat melakukan kegiatan-
kegiatan yaitu menjadi penghubung antara orang tua dengan sekolah,
membantu sekolah dalam mensosialisasikan kebijakan sekolah, dan
menyampaikan aspirasi orang tua dalam usulan membuat kebijakan.
Menjalankan proses program sekolah tidak akan berjalan dengan
baik kalau tidak adanya kerjasama antara semua pihak. Dalam hal ini,
pihak-pihak yang terkait saling membantu satu sama lain dan punya tugas
dan peran masing-masing seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah,
dan masyarakat.
2. Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Model
Program sekolah model akan berhasil dalam pelaksanaan dan
akan tercapaian rencana atau program yang telah disusun jika ada faktor
pendukungnya, namun ada juga berbagai faktor yang dapat menghambat
ketercapain program sekolah model yaitu siswa yang heterogen dari latar
169 belakang keluarga yang berbeda, sehingga terbentuk warga sekolah yang
majemuk, terbatasnya pembimbing dalam mengefektifkan kegiatan
ekstrakurikuler di luar jam sekolah, pengaruh pergaulan negatif dari luar
sekolah serta media yang kurang mendidik, sarana dan prasarana untuk
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas, waktu yang
terbatas bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan program yang telah
tersusun.
Faktor penghambat lainnya adalah memungkinkan terjadinya
kesenjangan antar sekolah, karena tidak meratanya penetapan sekolah
sebagai sekolah model. Selain itu sarana dan prasarana sekolah yang
ada belum memadai, proses belajar siswa akan terganggu oleh kegiatan
guru yang menyiapkan administrasi implementasi sekolah model, guru
dalam melaksanaan implementasi sekolah model akan mengganggu
proses belajar mengajar, karena akan menyita waktu guru.
Tanggung jawab dan beban kerja guru semakin bertambah, karena
harus melaksanakan program kegiatan sekolah, sedangkan warga
sekolah membutuhkan pengorbanan meluangkan waktu lebih, pemikiran,
ide dan tenaga untuk mewujudkan sekolah model yang memenuhi
Standar Nasional Pendidikan. Selain itu program sekolah akan melibatkan
peran aktif masyarakat, sedangkan fenomena yang terjadi tidak semua
lapisan masyarakat peduli dan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap
pelaksanaan implementasi sekolah model.
170 Pelaksanaan program sekolah model dalam penguatan nilai sosial
pada siswa terkendala dengan adanya perbedaan diantara para siswa,
masing-masing siswa terdiri dari latar belakang keluarga yang berbeda
dilihat dari suku, agama, pendidikan, ekonomi, status sosial sehingga
karakter mereka pun berbeda, dan dengan adanya perbedaan kadang
sifat ego dan menang sendiri pada diri siswa akan menonjol karena
merasa dirinyalah yang palng hebat diantara teman yang lainnya. Hasil
wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Siswa di sekolah terdiri dari latar belakang orang tua yang berbeda, baik dari suku, agama, pendidikan, ekonomi, status sosial yang menciptakan berbagai karakter”. (Wawancara, Selasa 22 September 2020)
Temuan data observasi di lapangan pada saat jam istirahat siswa
sedang asyik bermain tapi terlihat dua orang anak yang hanya tinggal
diam padahal anak tersebut juga ingin ikut bermain, tapi teman yang lain
menolaknya karena penampilan anak tersebut berpakaian tidak sama
dengan teman yang lainnya karena anak tersebut berpakaian seragam
baju putih yang berwarna agak kecoklatan, rok merah yang dipenuhi
tambal jahitan benang mereka berdua hanya bisa melihat teman-teman
mereka bercengkrama, tidak lama orang tua siswa tersebut datang dan
menghampiri anaknya untuk memberi uang jajan, pekerjaan orang tua
siswa tersebut adalah tukang becak.
Hasil observasi dan wawancara menjelaskan perbedaan latar
belakang siswa merupakan suatu situasi atau kondisi yang dapat
mempengaruhi karakter siswa antara individu yang satu dengan individu
171 yang lainnya pasti memiliki perbedaan yang dapat digunakan sebagai ciri
khas setiap siswa, misalnya saja faktor latar belakang siswa. Setiap siswa
pasti mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan latar
belakang ini dapat mempengaruhi proses pembentukan nilai-nilai karakter
pada diri siswa, seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik
maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya. Guru dapat
merangsang perkembangan potensi-potensi yang di milikinya oleh siswa
dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang di inginkan
dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Terutama membentuk nilai karakter
sosial pada diri siswa. Sebagai makhluk sosial, siswa sangat
membutuhkan pembelajaran akan sikap saling menghormati, menghargai
dan memahami, serta saling menerima terhadap keberagaman individu.
Hal ini dimaksudkan untuk saling bekerja sama dalam menciptakan
kualitas sekolah yang bermutu.
Perbedaan yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu
merupakan hambatan dalam implementasi program kegiatan sekolah.
Model. Membedakan berarti suatu perilaku atau sikap yang disebabkan
oleh karena adanya karakteristik khusus yang dimiliki oleh individu yang
memiliki kecenderungan untuk membeda-bedakan atau juga
mengelompokkan diri, dalam perbedaan ini siswa sebagian siswa merasa
dirinya yang terbaik dari siswa yang lain, jika tidak ditanamkan sikap
saling menyayangi, saling menghargai, tenggang rasa dan sikap toleransi
terhadap siswa oleh perbedaan suku dan agama akan menjadi masalah
172 jika pada diri siswa tidak ditanamkan nilai sosial. Dalam wawancara SW,
Kepala Sekolah menyatakan:
“Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu terdiri dari beberapa suku diantara suku Bugis, Makassar, Toraja, Jawa, dan keyakinan siswa juga terdiri dari Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dalam perbedaan mereka sebagian siswa menganggap mereka yang terbaik diantara teman mereka, sehinnga sikap saling menyayangi, saling menghargai, tenggang rasa dan sikap toleransi diantara mereka perlu ditanamkan pada diri siswa”. (Wawancara, Rabu 23 September 2020)
Siswa dalam perbedaan suku dan agama diharapkan mampu
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan. Nilai-nilai yang dikembangkan adalah, keterbukaan,
menghargai perbedaan, menghargai kearifan lokal. sehingga mendorong
individu berperilaku saling menerima dan menghormati keberadaan orang
lain, siswa saling membantu teman yang memiliki kelemahan, serta saling
menghargai bahwa dibalik kelemahan masing-masing akan terdapat
kelebihan potensi unik yang dapat untuk saling bekerja sama sikap yang
perlu dihindari yaitu prasangka buruk.
Perbedaan suku dan agama, di satu sisi merupakan kekuatan
Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu, Dalam menjaga kerukunan,
persaudaraan, siswa harus memahami lebih mendalam makna toleransi.
sebagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan, membolehkan
pendirian atau pandangan orang lain yang bertentangan dengan
pandangan kita. Secara prinsip toleransi adalah penerimaan terhadap
yang tampak. maka seyogyanya siswa harus cerdas dalam menerima
perbedaaan yang ada, baik perbedaan agama, budaya, ras dan bahkan
173 pendapat, serta tidak mudah menyebar dan menelan secara mentah
berita yang mengandung unsur intoleransi.
.Sikap toleransi sangatlah penting ditanamkan bagi siswa, dimana
akan menghindarkan mereka dari gesekan-gesekan yang mengakibatkan
perpecahan, individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang
lain di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Kesadaran tersebut
harus dibangun sejak dini sehingga mereka mempunyai pemahaman
bahwa perbedaan bukanlah menjadi persoalan, yang lebih penting
bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi indah, dinamis
dan membawa berkah.
Implementasi program sekolah model dalam hal penguatan nilai
sosial kadang terkendala karena program kegiatan yang telah tersusun
belum terlaksana secara maksimal disebabkan karena masih ada orang
tua siswa yang tidak sepenuhnya mendukung. Berbagai alasan yang
dikemukakan oleh orang tua siswa, ada yang sibuk kerja, ada yang tidak
mempunyai dana, dan yang memberi alasan tidak mengerti program
sekolah. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Orang tua siswa dalam program sekolah model belum sepenuhnya mendukung dalam pembentukan paguyuban kelas tidak semua orang tua siswa hadir, komunikasi timbal balik antara orang tua siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah belum maksimal, dukungan aktivitas sukarela orangtua siswa dalam implementasi program sekolah masih kurang, orang tua kurang percaya diri terlibat dalam proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program sekolah”. (Wawancara, Kamis 24 september 2020).
174 Temuan data observasi di lapangan terlihat orang tua siswa datang
ke sekolah menghadap ke wali kelas dan kepala sekolah lalu protes
mengenai dana yang harus dikumpul, melalui paguyuban sekolah karena
menganggap sudah ada dana BOS untuk biaya yang diperlukan setiap
kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.
Hasil Observasi dan wawancara menjelaskan hambatan dalam
kegiatan program sekolah model bisa juga faktor dari orang tua siswa
salah satu contoh yang terjadi adalah ketika orang tua siswa diundang
untuk pembentukan paguyuban ini, masih ada orang tua siswa yang tidak
bersedia datang ke sekolah, dan juga sebagian orang tua siswa kurang
berpartisipasi melakukan diskusi, memecahkan masalah yang dihadapi
dalam melaksanakan program sekolah model seperti sarana prasarana,
kegiatan, keuangan, program kerja, meminjamkan alat-alat yang
dibutuhkan sekolah, bersedia menjadi tenaga pelatih narasumber bila
diperlukan oleh sekolah.
Meskipun sekolah melakukan komunikasi secara teratur, sistematis
dan terencana, namun reaksi dari orangtua siswa baik secara langsung
maupun tidak langsung, masih ada yang kurang mendukung aktivitas
sekolah, tapi pihak sekolah dalam merancang program kegiatan tetap
memberikan kesempatan kepada orang tua siswa untuk terlibat dalam
proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program
sekolah. Semua aspirasi orang tua akan terlibat dalam pengambilan
keputusan ini, sehingga menjadi sangat strategis dan bermakna karena
175 mereka merasa dilibatkan dan pada giirannya mereka merasa memiliki
dan ikut memutuskan sesuatu secara bersama. Hal inilah yang
mendorong mereka akan mendukung dan ikut bertanggung jawab dalam
melaksanakan program sekolah model.
Sekolah dan pihak orang tua berkolaborasi yang merupakan
aktivitas kerjasama dari sekolah, orang tua siswa dan dalam hal-hal
tertentu yang berkaitan dengan program sekolah model. Pihak sekolah
sekolah menyadari tidak semua orang tua siswa mendukung kegiatan
program yang akan dilaksanakan, tapi pihak sekolah tetap menjalin
komunikasi dengan para orang tua siswa dengan cara mensosialisasikan
program kegiatan yang akan dilaksanakan dengan cara mengundang
rapat orang tua siswa pembentukan paguyuban setiap kelas sebagai
organisasi yang membantu sekolah memgembangkan program sekolah.
Seperti dalam wawancara MR Guru Kelas V menyatakan:
“Bentuk dukungan orang tua siswa adalah terbentuknya paguyuban setiap disebabkan oleh berbagai faktor”. (Wawancara, Rabu 16 September 2020)
Menghadirkan orang tua siswa di sekolah memang bukan hal yang
mudah karena sebagian besar orang tua siswa beraktivitas di luar rumah,
dengan alasan ini orang tua siswa tidak dapat memenuhi undangan pihak
sekolah dalam membentuk paguyuban, mereka hanya menerima
keputusan hasil yang sudah disepakati oleh orang tua siswa yang
menghadiri pertemuan pembentukan paguyuban kelas.
176 Paguyuban tiap kelas adalah upaya yang dilakukan sekolah untuk
meningkatkan komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah dengan
para orangtua siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
sekolah dalam mewujudkan dan meningkatkan program sekolah model.
Pelibatan paguyuban dalam kegiatan program sekolah model dapat
memberi sumbangan baik secara moril maupun secara materil.
Pelibatan orangtua siswa sangat strategis dan bermakna karena
mereka merasa dilibatkan dan pada gilirannya mereka merasa memiliki
sekolah. Hal ini akan mendorong mereka ikut bertanggung jawab dalam
melaksanakan program sekolah dengan pihak sekolah. Untuk
memperkuat pemahaman orangtua, guru perlu melakukan komunikasi
langsung dengan orang tua. program apa saja yang telah disusun oleh
sekolah agar terlaksana sehingga orangtua dapat mendukung kegiatan
tersebut dengan cara bekerja sama.
Keterlibatan orang tua siswa dalam program sekolah model sangat
berperan karena dapat membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
sudah tersusun sehingga dapat mewujudkan ketercapaian tujuan rogram
sekolah dan membangun tumbuhkan kemauan untuk berpartisipasi
kepada lembaga pendidikan. Tetapi sebagian orang tua siswa juga
mempunyai hambatan disebabkan oleh tingkat ekonomi yang rendah,
mereka sering disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kesibukan ini yang menyebabkan mereka cenderung
177 sulit terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah. Dalam wawancara
SM, Guru Kelas V, menyatakan:
“Faktor yang menghambat dukungan Orang tua siswa dalam program sekolah model diantaranya, orang tua memiliki tingkat ekonomi yang rendah, kurangnya percaya diri dari orang tua, kesibukan orang tua karena aktivitas di luar rumah, dan orang tua cenderung tidak mau terlibat banyak dalam berbagai kegiatan kolaboratif di sekolah”. (Wawancara, Kamis 17 September 2020). Orang tua siswa yang memiliki tingkat ekonomi masih rendah salah
satu penghambat dalam mendukung program kegiatan di sekolah, ada
juga beralasan karena disibukkan dengan aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, menyebabkan mereka cenderung sulit untuk
terlibat aktif dalam berbagai kegiatan bersama sekolah, penghambat
lainnya adalah perasaan ketidakpercayaan diri pada orang tua siswa
sering muncul akan kemampuan untuk bekerja sama, faktor penghambat
inilah merupakan salah satu yang dapat mengganggu terciptanya
kemitraan dan keterlibatan orangtua siswa terhadap program kegiatan di
sekolah. Meskipun sebenarnya keterlibatan mereka sangat dibutuhkan
oleh sekolah. Selain itu orang tua siswa tidak memiliki waktu yang cukup
dalam kegiatan kolaboratif atau partisipasinya dalam program sekolah
model.
Orang tua siswa juga menganggap program kemitraan di sekolah
selalu berkaitan dengan dana yang dibebankan kepada orang tua siswa
sehingga kerja sama tidak terlaksana dengan baik dan optimal, dengan
adanya pikiran negatif dari orang tua maka, hal ini menjadi penghambat
efektivitas pelaksanaan kerjasama sekolah dengan orang tua siswa
178 secara keseluruhan, untuk mengatasi berbagai kendala pelaksanaan
hubungan kerjasama dengan orangtua siswa dilihat dari faktor orangtua,
maka sekolah harus melakukan berbagai sosialisasi. Dengan melakukan
sosialisasi, maka sekolah tidak akan mengalami kesulitan yang berarti
dalam mengembangkan berbagai jenis program, karena semua pihak
telah memahami dan merasa bertanggung jawab terhadap mutu dan
keberhasilan suatu program pendidikan yang akan dikembangkan pihak
sekolah.
Pihak sekolah menyadari siswa di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-
Bulu berasal dari latar belakang orang tua siswa yang berbeda dan
perbedaan inilah yang sangat nyata baik dilihat dari agama, suku,
pendidikan, ekonomi dan status sosial. Dari perbedaan sebagian siswa
mempertahankan sikap ingin menang sendiri, keegoisan siswa
dipertahankan, sehingga sikap peduli, tenggang rasa dan toleransi tidak
tertanam pada diri siswa, karena masing-masing siswa merasa dirinyalah
yang terbaik. Dalam wawancara MO, Guru Pendidikan Agama Kristen
menyatakan:
“Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu terdapat perbedaan dilihat dari latar belakang keluarga, suku, agama, sehingga karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa berbeda- beda”. (Wawancara, Jumat 18 September 2020)
Siswa di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu akan menjumpai
variasi atau perbedaan individual karena mereka berasal dari latar
belakang keluarga yang berbeda, suku dan agama yang akhirnya
menciptakan karakter yang unik. Dengan latar belakang yang berbeda
179 kadang sifat ego masing-masing siswa dipertahankan dan merasa bahwa
dirinya yang terbaik, oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya
mampu memahami karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing
individu atau siswanya, memberi bimbingan dan menanamkan nilai-nilai
penguatan karakter nilai sosial.
Karakter setiap masing-masing individu berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Begitu halnya siswa satu dengan yang lainnya
memiliki perbedaan yang unik.Perbedaan itu terdapat pada karakter psikis
kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini terlihat pada cara
bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Perbedaan individu atau
variasi individual tersebut perlu adanya penanganan yang khusus dari
guru sebagai pembimbing dalam rangka upaya menanamkan nilai sosial
pada. Membentuk nilai sosial pada siswa perlu adanya penguatan
karakter yang dilakukan oleh guru melalui program sekolah model yaitu
penguatan karakter dengan melalukan kegiatan keteladanan dan
pembiasaan disiplin, kerjasama, toleransi sehingga perbedaan-perbedaan
siswa dapat diatasi.
Penghambat lain yang mempengaruhi implementasi program
sekolah model adalah tidak semua guru di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-
Bulu yang berkualifikasi sarjana Pendidikan Dasar karena sebagian
berkualifikasi guru sarjana PKn, Sarjana Bahasa Indonesia, Sarjana
Bahasa Inggris. Sedangkan guru bidang studi sudah linear dengan
180 pelajaran yang diampu. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah
menyatakan:
“Guru di SDN 57 Bulu-Bulu tidak semua berkualifikasi Sarjana Pendidikan Dasar, ada beberapa guru yang berkualifikasi Sarjana PKn, Sarjana Komputer, Sarjana Bahasa Indonesia, Sarjana Bahasa Inggris, Sarjana Pendidikan Olahraga, Sarjana Pendidikan Agama Islam ”. (Wawancara, Senin 21 September 2020).
Temuan data observasi di lapangan, guru di Sekolah Dasar Negeri
57 Bulu-Bulu masih ada guru berkualifikasi akademis yang bukan sarjana
Pendidikan Dasar, diantara guru tersebut berkualifikasi akademis sarjana
PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan juga masih ada guru yang
belum berkualifikasi sarjana.
Sejalan hasil observasi dan wawancara dijelaskan kualifikasi
akademis tidak hanya berdasarkan jenjang pendidikan, melainkan
relevansi antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran
yang diampu. Kualifikasi tersebut dapat menunjukkan kompetensi
profesional guru. kualifikasi pendidikan guru di Sekolah Dasar Negeri 57
Bulu-Bulu tidak semua dari sarjana Pendidikan Dasar, guru yang bukan
dari kualifikasi Pendidikan sarjana Pendidikan Dasar sebagian besar
adalah guru senior, meskipun tidak linear dengan aturan mengajar tapi
mereka menganggap tidak masalah karena tidak berpengaruh dengan
tunjangan profesi guru, selain itu guru senior mengemukakan masa
mengajarnya akan berakhir karena sudah memasuki masa pensiun.
Sebagian guru yang tidak berkualifikasi Sarjana Pendidikan Dasar
kembali kuliah tujuannya untuk melinearkan ijazah mereka dengan profesi
181 mereka mengajar di sekolah dasar dan juga menjalankan aturan Undang-
Undang tentang linearisasi kualifikasi Pendidikan, jadi guru yang tidak
linear dari Sarjana Komputer, sarjana PKn, Sarjana Bahasa Indonesia,
Sarjana Bahasa Inggris, Sarjana Bimbingan Konseling, mereka semua
kembali kuliah Pendidikan Dasar, adapun tujuan mereka kuliah agar tetap
mendapatkan tunjangan profesi guru. Sedangkan guru mata pelajaran
sudah sesuai dengan aturan Undang-Undang Pemerintah karena guru
mata pelajaran tetap linear dengan pelajaran yang telah diampu seperti
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, dan
mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Guru yang memenuhi standar pendidik adalah guru yang memiliki
kualifikasi akademis sesuai dengan peraturan, yakni program sarjana
kualifikasi akademis pendidik atau guru adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan
ijazah. Secara normatif pendidikan merupakan modal dasar dalam
meningkatkan sumber daya manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah
untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu
bidang pekerjaannya, maka dalam melaksanakan implementasi sekolah
model semua guru dilibatkan kadang mereka diberi tugas tidak sesuai
dengan kemampuan dan keahlian yang mereka miliki.
Hasil wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:
“Setiap guru dilibatkan dalam program sekolah model, dan setiap guru diberi surat tugas untuk menjalankan dan mempertanggung jawabkan kegiatan apa saja yang diprogramkan, meskipun tugas mereka tidak sesuai pada bidangnya”.
182 Keterlibatan semua guru dalam program sekolah model tidak dilihat
dari kualifikasi Pendidikan mereka, melainkan dilihat dari kemampuan
guru dalam menyusun program dan melaksanakan dan mempertanggung
jawabkan kegiatannya, Karena setiap guru mempunyai kompetensi yang
berbeda-beda, ada guru yang ahli di bidang olah raga, ada guru yang ahli
di bidang kesenian, ada guru yang ahli di bidang kepramukaan, dan ada
guru yang ahli di bidang TIK, dan ada guru ahli di bidang keagamaan.
Setiap guru membuat program yang seharusnya sesuai dengan
bidang yang mereka miliki, karena pada dasarnya guru memiliki potensi
yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Dan
potensi yang dimiliki oleh guru di aplikasikan dalam implementasi program
sekolah model sebagai wujud peran guru menciptakan sekolah yang
berkualitas.
Implementasi program sekolah dalam penguatan nilai sosial yang
dilaksanakan oleh masing-masing guru kadang tidak sesuai apa yang
akan dicapai karena tidak sesuai dengan keahlian guru, berbeda jika
tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan
keahlian dan keterampilan yang dimiliki, guru diberi kebebasan dalam
berkarya, kreatif dan berinovasi dalam mengembangkan program sekolah
model, dan setiap kegiatan yang disusun akan menjadi kegiatan
terprogram dan rutin. Tapi terlihat fakta dilapangan kadang ada guru yang
diberi tugas tidak sesuai dengan keahliannya sehingga kegiatan yang
183 seharusnya tuntas dalam kegiatan tidak tercapai. Dalam wawancara AA,
Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan menyatakan:
“Setiap guru yang terlibat dalam program sekolah model mempunyai kompetensi, dan masing-masing guru mempunyai keahlian di bidangnya, dan sehariusnya setiap kreativitas guru diberi kebebasan untuk di kembangkan dalam program sekolah model sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki”. (Wawancara, Jumat 18 September 2020)
Pemenuhan program sekolah model harus berpedoman dengan
ketercapaian delapan Standar Nasional Pendidikan. Kreativitas
merupakan kemampuan guru mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, dengan kreativitas guru mampu melahirkan gagasan,
pemikiran, konsep atau langka-langkah baru dalam menciptakan karya.
Bukan sebaliknya melibatkan guru dalam program sekolah tidak sesuai
dengan keahliannya maka semuanya akan sia-sia karena melakukan
tugas yang tidak sesuai dengan bidangnya.
Masing-masing guru mempunyai keahlian di bidangnya mereka,
mengembangkan kreativitas dalam kegiatan program sekolah model. Guru
yang kreatif akan mampu, membuat ide baru, memunculkan inspirasi, dan
kreasi baru serta mampu menjalankan program yang di susun melalui
kegiatan, guru memang harus kreatif dan prifesional menunjukkan apa
yang dikerjakan akan berrnanfaat
Keahlian yang dimiliki oleh setiap guru pada bidangnya diharapkan
mampu membuat program kegiatan yang menguatkan karakter seluruh
siswa agar tertanam perilaku yang mencerminkan sikap sikap percaya diri,
jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi sebagai landasan kepribadian.
184 Melalui implementasi kesadaran menghayati dan mengamalkan perilaku
akhlak karimah siswa akan menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur
dan beradab.
Melaksanakan program sekolah model bukanlah program yang
mudah karena melibatkan semua pihak atau stakeholder terlebih guru
yang menjadi tombak utama dalam menjalankan program sekolah untuk
mewujudkan program sekolah maka peran guru dalam program sekolah
model adalah memberikan penguatan nilai-nilai sosial pada diri siswa.
Dalam wawancara MY, Guru Kelas VI menyatakan:
“Peran guru dalam melaksanakan program sekolah model yaitu melaksanakan pemetaan mutu sekolah, menyusun kegiatan rutin penguatan nilai sosial dengan cara pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, ekstrakurikuler, melestarikan budaya lokal dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, namun program yang telah tersusun terhambat karena terkendala dalam pelaksanaan rutin”. (Wawancara, Selasa 22 September 2020)
Melaksanakan kegiatan penyusunan pemetaan mutu di sekolah
terkadang terkendala oleh waktu, karena kewajiban pokok guru mengajar
harus terpenuhi juga, selanjutnya penguatan nilai karakter dalam
mengintegrasikan materi-materi pelajaran ke dalam kegiatan sehari-hari
melalui keteladanan contoh, kegiatan spontan, pengkondisian kegiatan
rutin (berbaris, berdoa, mengucapkan salam, dll). Mengintegrasikan
materi-materi pelajaran ke dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan
oleh sekolah dalam rangka menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter
sosial pada siswa belum sepenuhnya dilaksanakan. Menyeimbangkan
antara hati, otak, dan otot dengan harapan siswa menjadi anak yang
185 berpikir kreatif, bertanggung jawab, dan mandiri, dalam hal pembelajaran
dan bernuansa karakter belum sepenuhnya dilakukan dengan
pengintegrasian dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dimana
materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada
setiap mata pelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari
Penguatan nilai sosial yang juga sangat penting jika lebih
menuntun anak untuk menjadi manusia berbudi pekerti, melalui
keteladanan dan pembiasaan. Maka pada pembiasaan adalah suatu cara
yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap,
bertindak sesuai dengan aturan. Pembinaan dan pembentukan karakter
pada siswa dalam meningkatkan pembiasaan-pembiasaan dalam
melaksanakan suatu kegiatan disekolah, merupakan tanggung jawab guru
dalam menjalankan program sekolah. Guru dalam memprogramkan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah diharapkan agar mampu membentuk
karakter siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa itu sendiri, agar
dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat. Tapi jadwal yang sudah terprogram dan
tersusun terkendala dengan keterbatasan waktu. Selain itu penguatan
karakter yang dilprogramkan oleh guru adalah melestarikan budaya
kearifan lokal yang dimaksud disini adalah totalitas tingkah laku yang
dimiliki oleh masyarakat Bugis-Makassar dan dapat diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya melalui proses belajar, yang diwujudkan
dalam pola tingkah laku masyarakat Bugis-Makassar dalam kehidupan
186 keseharian, seperti budaya tabe, sipakainga tindakan untuk senantiasa
saling mengingatkan.
Sipakatau cerminanan untuk senatiasa saling menghormati,
sipakalebbi menjalani hidup dalam bermasyarakat untuk senantiasa saling
menghargai antara sesama manusia, dan tudang sipulung
bermusyawarah untuk mufakat. Tapi jika dilihat dari latar belakang siswa
yang berbeda-beda maka pembiasaan yang dilakukan oleh budaya
setempat, terasa asing bagi siswa yang bukan termasuk suku lokal. Selain
program yang menjadi hambatan dalam mendukung implementasi
program sekolah model, maka sarana dan prasarana juga termasuk faktor
yan menjadi hambatan karena sarana dan prasarana juga penunjang
berhasilnya program sekolah model. Seperti dalam wawancara SW,
Kepala Sekolah menyatakan:
“Faktor hambatan dalam implementasi program sekolah model hal sarana prasarana adalah ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang pimpinan, sarana olahraga, bermain, ekstrakurikuler, tempat ibadah, ruang UKS, jamban, dan parkir, keseluruhan belum memenuhi standar SNP, dan juga sekolah belum memiliki gudang penyimpanan barang”. (Wawancara, Kamis 24 September 2020)
Sarana dan prasarana adalah salah satu pendukung terwujudnya
program sekolah model tapi di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu, sarana
dan prasarana masih sangat minim karena ruang kelas hanya terdiri dari
lima ruangan sehingga proses pembelajaran belum terlaksana secara
efektif karena jumlah ruangan yang tidak sesuai dengan kapasitas siswa
yang ada selain itu uang gerak siswa terbatas hingga siswa kurang
187 nyaman mengikuti proses pembelajaran karena ruangan sempit, dan juga
sirkulasi udara yang kurang lancar serta pencahayaan kurang memadai.
Ruang perpustakaan masih bergabung dengan ruang guru dan
ruang kepala sekolah sehingga ruang gerak kepala sekolah terbatas,
Halaman tempat olahraga dan bermain sempit akibatnya siswa kurang
mengapresiasikan diri terhadap lngkungan dan teman-temannya, adapun
tempat ibadah siswa memakai ruang kelas sehingga dalam beribadah
siswa tidak khusyuk karena ribut, juga tempat berwudhu masih kurang
menyebabkan siswa berdesakan berwudhu, sedangkan ruang usaha
kesehatan sekolah tidak sesuai standar, alat perlengkapan yang
dibutuhkan usaha kesehatan sekolah masih kurang memadai.
Tempat penyimpanan peralatan dan media pendidikan tidak sesuai
standar Peralatan menyebabakan media pendidikan banyak yang rusak,
hambatan yang lainnya adalah jumlah jamban tidak sesuai dengan
kapasitas sehingga siswa kadang berdesakan antri buang air kecil dan
buang air besar, yang terakhir adalah luas parkir tidak sesuai dengan
kapasitas kendaraan berakibat kendaraan belum dapat terpakir semua.
Khusus dalam program ekstrakurikuler merupakan kegiatan
Implementasi diri yang merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan
implementasi diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian
siswa yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk implementasi
talenta siswa, untuk melaksanakan program ekstrakurikuler seharusnya
188 memiliki pembina dan pelatih khusus. Dalam wawancara SW, Kepala
Sekolah menyatakan:
“Pelaksanaan program-program kegiatan ekstrakurikuler seharusnya memiliki pelatih khusus, tapi terkendala dengan dana yang ada di sekolah maka yang menjadi pembina dan pelatih dalam pelaksanaan program ekstrkurikuler adalah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang mempunyai keahlian sesuai dengan bidangnya”. (Wawancara, Jumat 25 September 2020)
Setiap pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler mempunyai
Pembina dan pelatih, agar pelaksanaan kegiatan konsisten sebagaimana
yang tersusun dan terjadwal. Implementasi program ekstrakurikuler yang
diselenggarakan beragam dan karena banyak sumber daya manusia yang
diperlukan untuk menangani pengelolaan program ekstrakurikuler itu
tergantung pada program ekstrakurikuler yang telah disusun.
Hambatan yang mendukung terlaksananya program ekstrakurikuler
yaitu setiap kegiatan yang seharusnya dibina dan dilatih oleh yang ahlinya
tidak terpenuhi karena terkendala dengan biaya untuk membayar jasa
pelatih khusus, maka kepala sekolah mengambil inisiatif memberi
kebebasan kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang
memiliki latar belakang seni atau keahlian lainnya atau memiliki minat
yang kuat untuk membina dan melatih dalam melaksanakan program
ekstrkurikuler sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
Implementasi program sekolah model dalam hal standar sarana
dan prasarana, sekolah harus memiliki standar yang sesuai. Sebab salah
satu indikator keberhasilan adalah tercapainya standar sarana dan
prasarana. Jika terlihat di lapangan pemenuhan dan ketercapaian sarana
189 prasarana tidak memenuhi standar nasional pendidikan. Dalam
wawancara ML, Guru Kelas VI menyatakan:
“Penghambat program sekolah model dalam proses pembelajaran belum terlaksana secara efektif karena jumlah ruangan yang tidak sesuai dengan kapasitas siswa, ruang kepala sekolah masih bergabung ruang perpustakaan dan ruang guru, sarana olahraga, dan sarana kegiatan ekstrakurikuler serta bermain siswa tidak sesuai dengan standar, ruang UKS juga tidak sesuai dengan standar, gudang penyimpanan barang juga tidak sesuai dengan standar, Jamban dan tempat parkir Kendaraan tak memenuhi standar”. (Wawancara, 09 september 2020). Faktor penghambat dalam implementasi program sekolah model
khususnya dalam pemenuhan sarana masih kurang memadai karena di
lapangan terlihat siswa kurang nyaman mengikuti proses pembelajaran
karena ruangan sempit, mengakibatkan proses pembelajaran belum
terlaksana secara efektif karena jumlah ruangan yang tidak sesuai,
selanjutnya adalah ruang perpustakaan harus berpisah dengan ruang
kepala sekolah dan ruang guru sehingga sarana membaca bagi siswa
tidak nyaman, juga ruang gerak kepala sekolah terbatas.
Siswa kurang mengapresiasikan diri terhadap lngkungan dan
teman-temannya karena halaman tempat olahraga dan bermain sempit,
serta dalam kegiatan ekstrakurikuler masih menggunakan ruang kelas,
sehingga terkendala waktu melaksanakan kegiatan karena menunggu
kegiatan pembelajaran selesai hingga kelas kosong, selain itu dalam
melaksanakan ibada menggunakan ruang kelas berdampak siswa tidak
khusyu dalam beribadah, begitu jugan ketika mengambil air wufu siswa
berdesakan karena tempat wudu tidak sesuai dengan jumlah siswa.
190 Penghambat lainnya adalah ruang usaha kesehatan sekolah yang
sempit, sehingga penataan ruang usaha kesehatan sekolah yang kurang
maksimal, serta perlengkapan peralatan dan obat-obatan masih kurang.
Selain itu peralatan media pendidikan banyak yang rusak karena tempat
penyimpanan peralatan dan media pendidikan tidak sesuai standar yang
berkesan ruang gudang yang tidak layak. Mengenai jumlah jamban tidak
sesuai dengan kapasitas siswa sehingga siswa kadang berdesakan antri
buang air kecil dan buang air besar, dan pengambat lainnya adalah luas
parkir tidak sesuai dengan kapasitas kendaraan kendaraan belum dapat
terpakir semua.
Mengoptimalkan kegiatan program sekolah model bukanlah hal
yang mudah dilakukan karena banyak kendala yang dihadapi oleh guru,
karena masih ada guru yang belum dapat melaksanakan penjaminan
mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran
dalam pemenuhan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Adapun
program kegiatan rutin dalam peguatan karakter nilai sosial terkendala
juga dengan kondisi siswa yang terdiri dari latar belakang keluarga yang
berbeda yaitu perbedaan suku, agama, ekonomi, pendidikan dan strata
sosial keluarga dalam masyarakat. Dalam wawancara RR, Guru Kelas III
menyatakan:
“Guru mengoptimalkan melaksanakan SPMI untuk memenuhi dalam ketercapaian delapan standar nasional pendidikan, guru juga memaksimalkan menanamkan nilai sosial pada siswa yang terdiri dari latar belakang keluarga yang berbeda dengan cara penguatan karakter melalui keteladanan dan pembiasaan”. (Wawancara, Kamis 24 September 2020).
191 Keterbatasan pendidik dan tenaga kependidikan dalam
melaksanakan sistem penjaminan mutu merupakan kendala dalam
melaksanakan program sekolah, tapi guru tidak berkecil hati mereka
bekerja sama melakukan Sistem penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam
melaksanakan pemetaan mutu standar nasional pendidikan, menyusun
rencana peningkatan pemenuhan mutu, merencanakan implementasi
pemenuhan, menjabarkan indikator evaluasi implementasi, melakukan
audit mutu internal.
Latar belakang siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga
yang berbeda, baik dari segi suku, agama, pendidikan keluarga dan
ekonomi, sehingga rasa ego lebih kuat dibanding rasa empati dan rasa
kebersamaan dijiwa siswa, juga menjadi hambatan dalam penguatan nilai
sosial pada diri siswa. Guru harus mengoptimalkan penguatan karakter
pada diri siswa melalui pembelajaran keteladanan, pembiasaan,
melakukan kegiatan ekstrakurikuler, pembudayaan kearifan lokal dan
kegiatan ini dilakukan secara rutin sehingga siswa terbiasa menanamkan
sikap disiplin, jujur, toleransi yang dapat membentuk nilai sosial
3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Makasssar maka
penulis dapat menguraikan hasil temuan yang diperoleh melalui data yang
terkumpul dan hasil analisis yang telah dilakukan dalam bentuk
pembahasan.
192 Pertama Implementasi Program Sekolah model apabila Sekolah
Dasar mampu melaksanakan sistem Penjaminan Mutu Internal dengan
siklus yang berkelanjutan dan dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan
dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan serta terbangunnya
budaya mutu pendidikan di sekolah, secara terpadu dan sistematis antara
seluruh pemangku kepentingan di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu
tanpa terkecuali.
Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh penelitian Sulistyorini dengan judul “Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) Pada Madrasah” IAIN Tulungagung, Volume 9 No 1 September
2019 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Sistem penjaminan mutu
untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah (madrasah) baik internal
maupun eksternal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas
organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah (madrasah)
secara sistematis, terencana dan berkelanjutan, bertujuan menjamin
pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara
sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang
budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.
Sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan
sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek lain yang
sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu menunjukkan
dirinya sebagai sekolah yang bermutu dan berkualitas sehingga pantas
193 untuk dijadikan contoh oleh sekolah lainnya yang berada disekitarnya.
Implementasi program kerja sekolah berdasarkan materi program kerja
disusun secara garis besar, karena itu pelaksanaannya di lapangan
disesuaikan dengan kondisi maupun situasi yang ada. Hal ini bermaksud
agar program kerja ini dapat dikembangkan secara fleksibel, dinamis,
efisien dan efektif tanpa keluar dari pokok program yang telah ditetapkan.
Kedua penguatan nilai sosial sesuai dengan teori konstruksi social
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (1966) mendefinisikan sebagai
proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau
sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas
yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Maka penguatan nilai
sosial dengan melaksanakan program sekolah model dengan menyusun
kegiatan rutin yang dapat menunjang program sekolah model antara lain
adalah pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal,
ektrakurikuler, usaha kesehatan sekolah, dokter kecil, dengan
melaksanakan kegiatan rutin akan tertanam nilai karakter jujur, disiplin,
kerja sama, ramah lingkungan, toleransi maka terbentuk penguatan nilai
sosial pada siswa, sikap jujur yang merupakan perilaku yang didasarkan
pada upaya yang menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya, sedangkan sikap pada diri siswa disiplin adalah melakukan
pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya
serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, keikhlasan.
194 Kerjasama pada diri siswa yaitu menciptakan keterbukaan dalam
berkomunikasi, membiasakan berfikir positif antar sesama, ramah
lingkungan merupakan pembiasaan menjaga kebersihan sekolah,
membuang sampah pada tempatnya, menyediakan peralatan kebersihan
dan memprogramkan program cinta bersih lingkungan merupakan perilaku
atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang telah terjadi. Selanjutnya sikap toleransi pada diri
siswa merupakan bentuk sikap memaklumi keadaan orang lain sehingga
terhindar dari perselisihan. Selanjutnya prinsip moral yang berlaku adalah
menerapkan kebiasaan dalam menciptakan hidup yang sehat, dan
memelihara kehidupan yang sehat.
Ketiga, faktor pendukung implementasi program sekolah model
adalah pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah
disusun, tentunya hal ini mengacu pada tahapan implementasi Sistem
penjaminan Mutu Internal (SPMI), selanjutnya adalah letak sekolah yang
strategis dan fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai, adanya
dukungan dari kepala sekolah, seluruh pendidik, orang tua siswa dan
masyarakat sekitar sekolah yang berkesinambungan. dalam segala jenis
kegiatan, kerjasama MOU (Memorandum Of Understanding) dengan pihak
luar yang terkait seperti, kerjasama dengan perpustakaan daerah,
kerjasama dengan Indosat absen digital, solidnya tim dalam setiap
195 kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan
tenaga kependidikan, serta kesiapan seluruh warga sekolah.
Menjalankan program sekolah tentu perlu dukungan, komite
sebagai mitra sekolah membantu memfasilitasi siswa untuk mencapai
program yang sedang dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari. Komite
Sekolah dimaksudkan agar menjembatani dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa orang tua, dalam melahirkan kebijakan dari program sekolah.
Keempat, faktor Penghambat dalam pelaksanaan program sekolah
model yaitu masih ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang
belum dapat melaksanakan pemetaaan budaya mutu dan ketercapaian
rencana atau program sekolah yang telah disusun terhambat karena
siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda selain itu
pengambat lainnya adalah pengaruh pergaulan negatif dari luar sekolah
serta media yang kurang mendidik. Sarana dan prasarana untuk
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas serta berbatasnya
waktu bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan program yang telah
disusun. Penghambat lain yang mempengaruhi implementasi program
sekolah model adalah tidak semua guru di Sekolah Dasar yang
berkualifikasi sarjana Pendidikan Dasar karena ada guru sarjana PKn,
Sarjana Bahasa Indonesia, Sarjana Bahasa Inggris. Secara normatif
pendidikan merupakan modal dasar dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan
196 seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu bidang pekerjaannya,
untuk melaksanakan implementasi program sekolah model.
Program sekolah model dalam hal penguatan nilai sosial juga
terkendala karena kegiatan yang telah tersusun masih ada orang tua
siswa yang belum sepenuhnya mendukung. Berbagai alasan yang
dikemukakan oleh orang tua siswa, karena sibuk kerja, ada yang tidak
mempunyai dana, dan juga yang beralasan tidak mengerti tentang
program sekolah.
Mewujudkan program sekolah model memerlukan faktor
pendukung, dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan
pendidikan, bekerja sama mewujudkan program sekolah sekolah model
yang membutuhkan perencanaan, dan pelaksanaan secara maksimal,
maka setiap tim menentukan jadwal kegiatan program secara bertahap,
agar tersusun dan dilaksanakan sehingga memudahkan dalam melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut secara rutin, dan untuk mendukung kegiatan
program sekolah model peran serta orang tua siswa dan masyarakat
sangat dibutuhkan berpartisipasi dalam bentuk bantuan dana, pikiran
ataupun tenaga dalam kegiatan juga sudah didukung oleh sarana dan
prasarana, sedangkan untuk mengatasi faktor penghambat dalam
pelaksanaan program sekolah model perlunya bimbingan dan binaan bagi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam keterbatasan
melaksanakan sistem penjaminan mutu internal.
197 Pihak sekolah memaksimalkan dan mengoptimalkan penguatan
karakter pada diri siswa dengan menanamkan nila-nilai penguatan
karakter nilai sosial pada diri siswa yang mempunyai latar belakang
keluarga yang berbeda melalui pembelajaran keteladanan, pembiasaan,
melakukan kegiatan ekstrakurikuler, pembudayaan kearifan lokal dan
kegiatan ini dilakukan secara rutin sehingga tertanam sikap disiplin, jujur,
toleransi yang dapat membentuk nilai sosial pada diri siswa.
Pihak sekolah juga berusaha menjalin hubungan komunikasi yang
baik terhadap orang tua siswa dan masyarakat karena dilihat dari
fenomena yang terjadi tidak semua lapisan masyarakat peduli dan masih
kurang partisipasi dari orang tua siswa dan masyarakat terhadap
pelaksanaan implementasi program sekolah model maka perlu diadakan
sosialisasi setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak sekolah, dan
menjadikan orang tua siswa dan masyarakat sebagai mitra kerja dan
sumber belajar di sekolah. Setiap kegiatan ekstrakurikuler harus
dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai serta penjadwalan waktu
untuk pelaksanaan kegiatan program harus tersusun secara sistematik
agar hasil yang diharapkan dapat terwujud.
198 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas yang berjudul “Analisis Implementasi
Program Sekolah Model Membentuk Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57
Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”, maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi program sekolah model adalah sekolah yang mampu
melaksanakan sistem penjaminan mutu internal merupakan suatu
siklus yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh satuan sekolah
yang melibatkan seluruh warga sekolah yang terkait dalam
melaksanakan pemetaan budaya mutu dan memenuhi ketercapaian
delapan standar nasional pendidikan, sekolah model berarti memiliki
nilai yang lebih dibanding dengan sekolah di sekitarnya serta mampu
menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan
contoh oleh sekolah lainnya.
2. Penguatan karakter dalam membentuk nilai sosial pada siswa maka
implementasi program sekolah model melakukan kegiatan
pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal,
ekstrakurikuler, usaha kesehatan sekolah, dokter Kecil, melalui
implementasi program sekolah maka terbentuk sikap jujur, disiplin,
198
199 kerja sama, toleransi, ramah lingkungan dengan penguatan sikap
inilah yang membentuk nilai sosial.
3. Faktor pendukung implementasi program sekolah model adalah
ketercapaian pemetaan budaya mutu Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI), letak sekolah yang strategis dan fasilitas pendukung
pembelajaran cukup memadai, kesiapan dan adanya dukungan dari
pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat
sekitar sekolah yang berkesinambungan, dan kerjasama MOU
(Memorandum Of Understanding) dengan pihak luar, sedangkan
faktor Penghambat dalam pelaksanaan program sekolah model
adalah keterbatasan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
melaksanakan pemetaaan budaya mutu dalam pemenuhan
ketercapaian delapan Standar Nasional Pendidikan. Program sekolah
yang telah disusun terhambat karena siswa berasal dari latar belakang
keluarga yang berbeda, sarana dan prasarana dan keterbatasan
waktu untuk melaksanakan kegiatan program yang telah disusun,
tidak semua guru di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu yang
berkualifikasi sarjana pendidikan Dasar. Serta masih ada orang tua
siswa dan masyarakat yang tidak sepenuhnya mendukung program
sekolah model.
B. Implikasi Penelitian
1. Sekolah model berarti sekolah yang memiliki nilai yang lebih
dibanding dengan sekolah biasa, Sekolah model juga harus mampu
200 menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan
contoh oleh sekolah lainnya karena mampu melaksanakan Sistem
Penjaminan Mutu Internal secara mandiri dalam pemenuhan delapan
Standar Nasional Pendidikan dengan pemenuhan ketercapaian
delapan Standar Nasional Pendidikan, maka sekolah model dapat
menyusun program kegiatan dalam hal penguatan karakter sebagai
kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa sehingga di dalam diri siswa
terbentuk nilai sosial yang dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Membentuk nilai sosial pada siswa, maka ada beberapa penguatan
nilai karakter yang harus ditanamkan ke dalam diri siswa yaitu
melalui keteladanan dan pembiasaan diantaranya adalah sikap jujur,
sikap kerjasama, ramah lingkungan, sikap toleransi, kegiatan
program dokter kecil dan usaha kesehatan sekolah, mewujudkan
tercapainya program sekolah model maka kegiatan yang sudah di
programkan di laksanakan secara rutin agar tercipta budaya
pembiasaan pada diri siswa, sehingga dapat menanamkan sikap
berbudi luhur dan berakhlak mulia.
3. Mewujudkan program sekolah model memerlukan faktor pendukung,
dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan,
bekerja sama, agar seluruh komponen satuan pendidikan bersama-
sama berpartisipasi mewujudkan program sekolah sekolah model
yang membutuhkan perencanaan, dan pelaksanaan secara
201 maksimal, maka, setiap tim menentukan jadwal kegiatan program
secara bertahap, agar tersusun dan dilaksanakan sehingga
memudahkan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara
rutin, dan untuk mendukung kegiatan tersebut maka sarana dan
prasarana juga harus memadai, sedangkan untuk mengatasi faktor
penghambat dalam pelaksanaan program sekolah model perlunya
bimbingan dan binaan bagi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam keterbatasan melaksanakan sistem penjaminan
mutu internal, pihak sekolah memaksimalkan menanamkan nila-nilai
penguatan karakter nilai sosial pada diri siswa yang mempunyai latar
belakang keluarga yang berbeda, menjalin hubungan komunikasi
yang baik kepada orang tua siswa dan masyarakat serta melengkapi
sarana dan prasarana dan penjadwalan waktu untuk melaksanakan
kegiatan program yang telah tersusun.
C. SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian maka penulis mengajukan
saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan sebagai berikut:
1). Implementasi program sekolah model dapat terlaksana jika mampu
menerapkan dan melaksanakan sistem penjaminan mutu internal
untuk pemenuhan ketercapaian delapan standar nasional pendidikan
dengan kerjasama semua warga sekolah dengan tujuan
meningkatkan mutu pendidikan
202 2). Penguatan nilai sosial dapat tertanam pada diri siswa apabila perilaku
pembiasaan dan keteladanan dilakukan secara rutin melalui
pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal,
ekstrakurikuler, usaha kesehatan sekolah, dokter Kecil, melalui
melalui kegiatan maka terbentuk sikap jujur, disiplin, kerja sama, dan
toleransi
3). Program sekolah model dapat terlaksana dengan baik apabila faktor
pendukung dan mengatasi faktor penghambat dengan pendekatan
pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan, bimbingan dan
binaan bagi bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam
keterbatasan melaksanakan sistem penjaminan mutu internal, serta
kerja sama yang baik dengan orang tua siswa dan masyarakat serta
melengkapi sarana prasarana sekolah.
4). Harapan lembaga sekolah agar pemerintah yang terkait yaitu Dinas
Pendidikan turun tangan mendukung pelaksanaan program sekolah
model dalam penguatan silai sosial pada siswa, agar apa yang
diharapkan dari program sekolah dapat meningkatkan mutu
pendidikan agar mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
203 DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Al-qur’an al-Karim danTerjemahnya.
Agustian, Ginanjar. 2010. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Restrukturisasi Pendidikan Karakter, Yogyakarta: UNY.
Ali, Muhammad.,dkk., 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai. Pustaka.
Alya, Qonita, 2009, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, PT. Indah Jaya Adipratama
Apandi, Idris, 2018,SPMI, Lliterasi, dan Penguatan Pendidikan Karakter Jawa Barat: LPMP
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asep Berry Hernawan, dkk.,2011. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka
Berger, L. Peter dan Luckmann, Thomas. 1966. The Social Construction of Reality. Unites States: Anchor Book.
Bugin, Burhan, 2001, Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2011,. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Coon, Dennis,1983, Introduction to Psychology : Exploration and Aplication. West Publishing Co. Heritage Foundation
Daryanto, 2013, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Gava Media.
Daryanto, 2015,Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Yogayakarta: Gava Media. 203
204 Depkes RI, 2008, Pedoman Pelatihan Dokter Kecil, Direktorat Bina kesehatan Anak,
Entjang, Indan, 2000, Ilmu kesehatan masyarakat,
Penerbitan, Bandung : Citra Aditya Bakti
Hurlock, Elizabeth B., 2009, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta :Erlangga.
Johnson, Soc io log ica l Theo ry , II 1986. terj. Robert M.Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid II, Jakarta: Gramedia
Kluckhohn, Clyde. 1962. Culture and Behavior. Free Press; Second Printing Edition
Kartadinata, Sunaryo. 2012, Educating for Character Mendidik untuk MembentukKarakter. Jakarta: BumiAksara.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2019. Buku pintar Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal, Sulawesi Selatan: LPMP
Kemendiknas. 2010,Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saingdan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.
Kemendiknas, 2010. Rencana Aksi Pendidikan Nasional Pendidikan Karakter. Jakarta
Kementerian Agama Republik Indonesia, 2019, Al-qur’an dan Terjemah
Jakarta: Maktabah Al-Fatih
Ki Hadjar Dewantara. 2013,Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman siswa.
Lawang, Robert. MZ, 2004, Kapital Sosial: Dalam Perspektif Sosiologik. Jakarta: FISIP UI Press
Ma’murAsmani ,Jamal, 2013, Pendidikan karakter di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press
Mulyasa, 2011, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan. Implementasi. Bandung, PT Remaja Rosdakarya
----------, 2011b. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
205 Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Mustari, Mohammad, 2011. Nilai karakter, Jogyakarta: Laks Bang PRES Sindo
Muwafik, Saleh, 2012, Membangun Karakter dengan Hati Nurani: pendidikan karakter untuk generasi bangsa, Erlangga,. Jakarta Sani, 2018, Penjaminan Mutu Internal Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sapriya, 2017, Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran, Bandung: PT. RemajaRosdakarya Sejiwa,2008, Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.
Sugiono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2015,Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharnan, 2005 Psikologi Kognitif,.surabaya : Penerbit: Srikandi,
Suharsaputra,Uhar,2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung: PT Refika Aditama Sitorus, Masganti, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. IAIN Press, Medan. ISBN 978-979-3020-18-1
Sumijatun, dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan komunitas. Jakarta: EGC.
Suryanto, Adi,dkk., 2016.evaluasi Pembelajaran di SD., Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen Implikasi Pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu,
Sukanto, Soerjono,2000, Kamus Sosiologi, Jakarta: Royandi.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 46 tentang Pendanaan Mandiri Sekolah
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 pasal ayat 4 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
206 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 Pada pasal 1 ayat 3 tentangSistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah
Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 Pasal 51tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 39 pasal 1 tentang Pembinaan Kesiswaan. (Eskul olahraga)
Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia Nomor
63 Tahun 2014 pasal 2 tentang Eskulpramuka Rien Safrina, 1999,Pendidikan Seni Musik, Jakarta: Debdikbud Ruslan, Rosady, 2008. Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia: Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas & peraturan pemerintah R.I tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta WajibBelajar.
Yaumi, Muhammad, 2014 Pendidikan. Karakter Toleransi dan Cinta Damai, Surabaya: Erlangga.
ZakiahDarajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang.
Zuriah, Nurul, 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara.
B. Jurnal
Cahyono ,Hadi, 2015, Pola Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa, Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Dollah, B., Bikuwata, 1994, Tudang Sipulung, sebagai Arena Komunikasi Top-Down dan Bottom-Up. Jurnal Penelitian dan Komunikasi Pembangunan No. 34, Badan Litbang Penerangan Departemen Penerangan RI
207 Erman Syarif1, Sumarmi2, Ach Fatchan2, I Komang Astina ,Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar Dalam Proses Pembelajaran Vol.1 No.1 April 2016 P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 5347
Fromm. E. 1942, Character and the Social Process .Appendix to Fear of Freedom, Routledge, Transcribed: by Andy Blunden (1998). For the Value_of_Knowledge site. Diakses 29 Januari 2020
Hakim, Rosniati2014, Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui
Pendidikan Berbasis Al-quran, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 2, Juni 2014, Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected]
Kemdiknas. 2010. Pengintegrasian Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Di Sekolah, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012
Lestari, Y. S. 16. 2016,Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler SeniTari Di Sekolah Dasar Negeri 1 Trirenggo TahunPelajaran 2015/2016. Trihayu :Jurnal Pendidikan ke-SD-an, Vol. 3, No 1, September 2016. Suparlan, Parsudi, 1981/82, “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama: Agama sebagaiSasaranPenelitianAntropologi”, MajalahIlmu-ilmu Sastra Indonesia (Indonesian Journal of Cultural Studies), Junijilid X nomor 1. Jakarta: FakultasSastraUniversitas Indonesia. Sulistyorini, 2019, SistemPenjaminanMutu Internal (SPMI) pada Madrasah Jurnal Pendidikan Volume 9 No 1 September 2019PPS IAIN Tulungagung Sitompul, Hafsah,1991 Metode Keteladanan Dan Pembiasaan Dalam Penanaman Nilai-Nilai Dan Pembentukan Sikap Pada Anak Vol. 04, No. 01 Januari 2016 IAIN
Syarif, Erman, dkk. 2016, Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis, Jurnal Pendidikan. Vol.1 No.1 April 2016 P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN. Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan
Lailatus Shoimah, Sulthoni.,Yerry, Soepriyanto, 2018, Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Di Sekolah Dasar Jurnal Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang .JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018 e - ISSN: 2615-8787
208 Novi Nurhayanti1, DwiPrasetiyawatiD.H.2 ,Eka Sari Setianingsih3, 2017, Membentuk Karakter Siswa Melalui Pendidikan Seni Musik Di
Sekolah Dasar Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2017 Pendidikan Guru SekolahDasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Semarang, 9 Desember 2017 ISBN :
C. Internet
http://karakterbangkit.blogspot.co.id/2016/10/peduli-kepedulian.html Diakses pada hari jumat 17 Januari 2020 pukul 22.10.
https://www.kompasiana.com/akbar0333/5c91808a7a6d884302211 bbd/budaya-3s-sipakatau-sipakainge-sipakalebbi-pelestarian- budaya-lokal-bugis-sebagai-strategi-penguatan-pendidikan- karakter.diakses 24 Januari 2020
https://dinlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidupdiakses19 Januari 2020 pukul17.05
https://kbbi.web.id/jujur, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses pada hari jumat Januari 2020 pukul 23.20 Marvin, H. 1999. Theories of Culture in Postmodern Times - Marvin Harris, University of Florida - Google Buku. diaksespada 19 Januari 2020. https://www.infodokterku.com/index.php/en/96-daftar-isi-content/info-
kesehatan/helath-programs/200-program-dokter-kecil-dokcil http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial. Diaksespada 29 Januari2020
https://dinlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidup. Diaksespada 10 Februari2020
http://karakterbangkit.blogspot.com/2016/12/pengertian-serta-manfaat- proaktif.html diakses pada tgl 31 Januari pukul 17.22
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial) diakses pada tgl 31 Januari pukul 14.22
https://www.kompasiana.com Pendidikan karakter melalui Budaya Lokal. Dikutip pada tgl8 Februari 2020 pukul 00.22
209 http://karakterbangkit.blogspot.com/2016/12/pengertian-serta- manfaat-proaktif.htmlDiakses pada hari minggu 19 Januari 2020 pukul 13. 04
114
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SUDARMIN, lahir di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan
Pada tanggal 11 Nopember 1975, anak pertama dari
lima bersaudara pasangan Pance dan Sutinah.
Penulis telah menikah dengan Sukadin, penulis
menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 94
Balimbing Kabupaten Bulukumba (1983-1989), Sekolah Menengah
Pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri 404 Ujung Pandang (1989-
1992), Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Swasta Diakui
TRIDHARMA MKGR Ujung Pandang (1992-1995).
Tahun 2011-2015 melanjutkan jenjang pendidikan pada STAI DDI
Maros Fakultas Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) untuk
melinearkan ijzah dalam melaksanakan tugas pokok di Sekolah Dasar
pada tahun 2017-2018 melanjutkan pendidikan di Universirtas Negeri
Terbuka, tahun 2018, kemudian melanjutkan pendidikan di jenjang (S2) di
Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Program Studi Pendidikan
Dasar.
Penulis mengabdi di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros mulai tahun 2009 untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd). penulis menyusun Tesis dengan judul Analisis
Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada
Siswa SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
1 VALIDITAS ISI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS SUDARMIN Kepada Yth. Bapak/Ibu...... Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dan memberi saran terhadap instrumen penilaian yang saya kembangkan dalam rangka penelitian “Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Sdn 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros “. Hasil penilaian dari Bapak/Ibu merupakan bantuan yang takterhingga nilainya dalam rangka penulisan tugas akhir. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu beserta keluarga. � Atas partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan banyak terimakasih. PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
2 FORMAT VALIDITAS ISI SOAL a. Petunjuk Dalam rangka penyusunan tesis untuk penyelesaian program magister (S2), peneliti akan melakukan penelitian Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Sdn 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros Mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan: Penilaian dengan meninjau beberapa aspek dan saran-saran untuk memenuhi Instrumen Pedoman wawancara dalam penelitian Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Sdn 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros yang telah disusun. 1. Penilaian dengan meninjau beberapa aspek dengan memberi tanda cek (√) pada kolom nilai yang telah tersedia dengan melihat relevansi antara dimensi/indikator dengan butir pernyataan berdasarkan skala penilaian sebagai berikut: 1 : Tidak Relevan 2 : Kurang Relevan 3 : Relevan 4 : Sangat Relevan 2. Untuk revisi-revisi, Bapak/Ibu dapat langsung menuliskan pada naskah yang perlu untuk direvisi atau menuliskannya pada bagian saran yang telah disediakan. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian secara objektif
3 b. Lembar Penilaian KISI – KISI PEDOMAN WAWANCARA Fokus Penelitian Indikator Sumber Data Nomor Butir Informasi yang Dijaring Guru Kepsek Komite Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) √ √ √ 1, 44, 2, 3. 45, 4, 29, 5,6, 30, 7, 8, 31, � Pelaksanaan pemetaan mutu � Pemenuhan 8 (delapan) standar nasional pendidikan Penyusunan Program sekolah model penguatan Nilai sosial √ √ √ 9, 10, 11, 12, 32, 33, 46 • Menyusun Kegiatan rutin penguatan karakter bernilai sosial • Pelaksanaan kegiatan rutin Penguatan karakter Nilai social
4 Faktor pendukung sekolah model Letak sekolah yang strategis √ √ √ 13, 14, 34, 5, 47 • Sekolah terletak dijalan poros sehingga muda terjangkau • Iklim sekolah yang kondusif, penuh tenggang rasa, kekeluargaan dantoleransi Mengoptimalkan pendukung kegiatan program √ √ √ 16, 17, 18, 19, 35, 36, 48, • Fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai • Motivasi wali kelas dalam mensuport segala bentuk kemajuan siswa
5 Kesiapan seluruh warga sekolah √ √ √ 20, 21, 36, 37, 49 • Menciptakan komunikasi yang baik antara sekolah, orang tua dan masyarakat yang berkesinambungan dalam segala jenis kegiata • Menciptakan Team yang solid dalam setiap kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan. Faktor penghambat sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda √ √ √ 22, 23, 24, 38, 39, 50 � Perbedaan suku, agama, Pendidikan, ekonomi � Faktor keluarga
6 Keterbatasan Pendidik dan tenaga kependidikan .dalam kegiatan program sekolah model √ √ √ 25, 26, 40, 41 � Masih ada guru yang kurang mampu mengaplikasikan laptop atau komputer � Guru memberikan pelajaran yang tidak sesuai dengan program
• Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. √ √ √ 27, 28, 42, 43 � Fasilitas pendukung ekstrakurikuler sangat terbatas � Pelatih dan pembimbing ekstrakurikuler tidak sesuai dengan bidangnya. � Pelaksanaan kegiatan terbatas oleh waktu.
7 PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Komponen Indikator No. butir Pertanyaan SkalaPenilaian Ket. 1 2 3 4 Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 1. ApakahBapak/Ibu melibatkan stakeholder sekolah dalam peyusunan visi dan misi sekolah? 2. Apakah sekolah Bapak/Ibu melaksanakan kegiatan sesuai dengan visi dan misi sekolah? 3 Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam penyusunan penjaminan mutu internal (SPMI)? 4 Apakah Bapak/Ibu melibatkan semua guru dalam penyusunan penjaminan mutu sekolah? 5 Apakah Bapak/Ibu sudah melaksanan kegiatan penjaminan mutu sekolah? 6 Bagaimana cara Bapak/Ibu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru di sekolah
8 7 Bagaimana Bapak/Ibu dalam proses pemenuhan Penjaminan Mutu Internal (SPMI)? 8 Bagaimana peran Bapak/ibu terkait dengan team 8 (delapan) memenuhi dan mencapai SNP ? Saran: Penyusunan program sekolah model penguatan Nilai sosial 9 Apakah Bapak/Ibu melibatkan guru, pengawas dan komite dalam penyusunan program sekolah model ? 10 Apakah Bapak/Ibu membuat berbagai macam program untuk meningkatkan penguatan sekolah model ? 11 Apakah Bapak/Ibu membuat program khusus sekolah model untuk penguatan Nilai sosial 12 Apakah Bapak/Ibu bisa menentukan Nilai sosial seperti apa yang diprogramkan dalam sekolah model ini ? Saran: Faktor pendukung Letak sekolah yang 13 Apakah Bapak/Ibu bisa menjamin
9 Program sekolah model strategis peningkatan mutu sekolah dengan adanya program sekolah model ? 14 Apakah Bapak/Ibu menyediakan transportasi pada siswa ? 15 Apakah Bapak/Ibu bisa menjamin keselamatan siswa dari datang sekolah sampai pulang? Saran: Mengoptimalkan pendukung kegiatan program sekolah model 16 Apa sajakah yang menjadi pendukung di sekolah Bapak/Ibu dalam kegiatansekolah model? 17 Apakah Bapak/Ibu bisa menjamin pendukung tersebut dalam membantu pelaksanaan sekolah model ? 18 Apakah Bapak/Ibu melibatkan pengawas dalam program sekolah model 19 Apakah Bapak/Ibu melibatkan komite sekolah atau pihak orang tua siswa untuk keberhasilan program
10 sekolah model? Saran: Kesiapan seluruh warga sekolah 20 Apakah setiap guru di sekolahBapak/Ibu mempunyai tugas yang berkaitan dengan program sekolah model? 21 Mengapa di sekolah Bapak/Ibu tidak melibatkan semua guru dalam program sekolah model ? Saran: Faktor penghambat program sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda 22 Apakah di sekolahBapak/Ibu memiliki banyak perbedaan terhadap para siswa? 23 Apakahdi sekolah Bapak/Ibu memiliki siswa yang beda suku dan agama ?
11 24 Apakah orang tua mendukung sepenuhnya kegiatan sekolah model di sekolah Bapak/Ibu ? Saran: Keterbatasan pendidik dan tenaga kependidikan .dalam kegiatan program sekolah model 25 Apakah di sekolah Bapak/Ibu memiliki guru yang berkualifikasi sarjana Pendidikan dasar ? 26 Apakah Bapak/Ibu melibatkan guru dalam program sekolah model meskipun pendidikannya tidak sesuai ? Saran: Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. 27 Apakah di sekolah Bapak/Ibu memiliki sarana dan prasarana yang memadai? 28 Apakah Bapak/Ibu memiliki pelatih khusus dalam bidang ekstrakurikuler? Saran:
12 PEDOMAN WAWANCARA GURU Komponen Indikator No. butir Pertanyaan SkalaPenilaian Ket. 1 2 3 4 Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 29 Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal (SPMI)? 30 Apasajakah yang menjadi pedoman dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolahBapak/Ibu 31 Apa bentuk kerjasama antar sesama guru dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) ? Saran: Pelaksanaan Program sekolah model penguatan Nilai sosial 32 Program apakah yang dibuat Bapak/Ibu dalam pelaksanaan sekolah model? 33 Kegiatan apa sajakah yang dilakukan Bapak/Ibu untuk mewujudkan tercapainya program sekolah model ? Saran: Faktor pendukung Letak sekolah yang strategis 34 Apakah Bapak/Ibu menjemput siswa setiap pagi di depan gerbang sekolah?
13 program sekolah model Saran: Mengoptimalkan pendukung kegiatan 35 Apakah Bapak/Ibu menentukan jadwal untuk kegiatan program sekolah model? 35 Apakah Bapak/Ibu melakukannya sendiri dalam kegiatan program sekolah model? Saran: Kesiapan seluruh warga sekolah 36 Apakah Bapak/Ibu memiliki kerjasama dengan stakeholder sekolah dalam program sekolah model? 37 ApakahBapak/Ibu bisa mempertanggungjawabkan tugas yang telah ditentukan terhadap program sekolah model? Saran: Faktor penghambat program sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga 38 Apakah di sekolah Bapak/Ibu orang tua siswa mendukung setiap kegiatan sekolah model?
14 yang berbeda 39 Apakah yang menjadi penghambat bagi orang tua sehingga tidak memberikan dukungan Bapak/Ibu ? Saran: Keterbatasan Pendidik dan tenaga kependidikan .dalam kegiatan program sekolah model 40 Apakah Bapak/Ibu memiliki kealian khusus yang bisa membantu dalam program sekolah model? 41 Seperti apakah yang dilakukan Bapak/Ibu untuk membantu program sekolah model? Saran: • Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. 42 Sarana apakah yang kurang mendukung di sekolah Bapak/Ibu dalam program sekolah model? 43 Bagaimanakan Bapak/Ibu bisa mengoptimalkan kegiatan program sekolah model? Saran:
15 PEDOMAN WAWANCARA KOMITE SEKOLAH Komponen Indikator No. butir Pertanyaan SkalaPenilaian Ket. 1 2 3 4 Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 44 Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam penyusunan Visi dan Misi Sekolah? 45 Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal (SPMI)? Saran: Pelaksaaan Program sekolah model penguatan Nilai sosial 46 Apaka Bapak/Ibu terlibat dalam program sekolah model? Saran: Faktor pendukung program sekolah model Letak sekolah yang strategis 47 Apakah Bapak/Ibu membantu memfasilitasi siswa untuk tercapainya program sekolah model? Saran: Mengoptimalkan pendukung kegiatan 48 Apakah Bapak/Ibu berperan dalam kegiatan sekolah model?
16 Saran: Kesiapan seluruh warga sekolah 49 ApakahBapak/Ibu mendukung program sekolah model ? Saran: Faktor penghambat program sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda 50 Apakah di sekolah Bapak/Ibu mengamati setiap perbedaan antar siswa? Saran: • Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. 51 Apakah Bapak/Ibu memfasilitasi program sekolah model? Saran: Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan, maka dapat ditetapkan: a. Instrumen dapat digunakan tanpa revisi b. Instrumen dapat digunakan dengan sedikitrevisi c. Instrument dapat digunakan dengan banyak revisi d. Instrument tidak dapat digunakan dan masih memerlukan konsultasi
17 c. Saran 1. Perhatikan teknik penulisan 2. Spasi pada kata (orangtua) 3. Pertanyaan pedoman wawancara disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan skala penilaian 4. Tambah Indikator yang disesuaikan kebutuhan penelitian (tentang penguatan nilai sosial) Makassar,6 Juli2020 Validator Dr. Munirah, M. Pd. _______________
18 INSTRUMEN PEDOMAN OBSERVASI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU Hari/Tanggal : Waktu : Tempat : Sumber : NO FOKUS PENELITIAN KOMPONEN ASPEK YANG DIOBSERVASI DESKRIPSI Ya Tidak 1. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Program Sekolah Model Ketersediaan Visi dan Misi sekolah √ Penguatan Nilai sosial √ 2. Faktor pendukung program sekolah model Keterlibatan semua pihak sekolah Letak geografis sekolah dengan masyarakat √ Adanya kerjasama antar pihak sekolah dengan masyarakat √ Kesiapan para stake holder sekolah √ 3. Faktor penghambat program sekolah model Sarana dan Prasarana Sarana dan sarana kurang memadai √ Keterbatasan pendidik dan tenaga kependidikan √
19 PEDOMAN DOKUMENTASI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU A. PetunjukPelaksanaan 1. Data yang diambil dari dokumen disesuaikan dengan kebutuhan penelitian 2. Dokumen yang menjadi rahasia instansi/lembaga tidak dipaksa untuk meminjam atau memperolehnya. 3. Berilah tanda cek (√) pada kolom “Ada” apabila aspek yang diamati muncul dan berilah tanda cek (√) pada kolom “Tidak” apabila aspek yang diamati tidak muncul serta tuliskan deskripsi mengenai aspek yang diamati jika diperlukan. B. Data Yang Diperlukan NO DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN JENIS DOKUMEN KETERANGAN ADA TIDAK 1 Profil Sekolah √ 2 Visi, misi dan tujuan sekolah √ 3 Tata tertib sekolah √ 4 Daftar nama-nama guru kelas √
20 5 Daftar hadir guru, kepala sekolah dan staf/operator sekolah √ 6 SK Pembagian tugas Program Sekolah model √ 7 Laporan hasil kegiatan tentang kegiatan sekolah model √ 8 Data sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran di kelas √ 9 Daftar kegiatan program sekolah model √
YA TIDAK1 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat ruang kelas √2 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kantor √3 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat televisi √4 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat telepon √5 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat bangku siswa √6 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat meja siswa √7 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kursi guru √8 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat meja guru √9 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat papan tulis √10 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Lemari buku √11 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kipas angin √12 Di sekolah DasarNegeri 57 Bulu-Bulu terdapat AC √13 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat ruangan UKS √14 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kantin Kejujuran √15 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Perpustakaan √16 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Alat peraga
Pembelajaran √17 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Mading √18 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Papan
pengumuman √19 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Tempat sampah √20 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Mushollah √21 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Laboratorium √DAFTAR PEDOMAN OBSERVASINO ITEM PERNYATAAN JAWABAN
YA TIDAK22 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat komputer √23 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Akses Internet √24 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat lapangan
upacara √25 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Toilet Guru √26 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Toilet Siswa √27 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Aula kegiatan
Ekstrakurikuler √28 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Inventaris
kegiatan Ekstrakurikuler √29 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Lapangan
Olahraga √30 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Papan Wicara √31 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Struktur
Organiasasi Sekolah √32 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Bel sekolah √33 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat tempat parkir
motor √34 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat tempat parkir
mobil √35 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat dapur sekolah √36 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat taman sekolah √37 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat rumah Bujang √DAFTAR PEDOMAN OBSERVASINO ITEM PERNYATAAN JAWABAN
YA TIDAK1 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu melaksanakan pemetaan
mutu √2 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu melaksanakan kegiatan
penjemputan siswa pukul 7.00 WITA √3 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu melaksanakan kegiatan
membaca 15 menit sebelum proses belajar mengajar √4 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu semua berkualifikasi
akademis Sarjana Pendidikan Dasar √5 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu semua orang tua siswa
mendukung program sekolah model √6 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat perbedaan latar
belakang keluarga siswa √7 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu setiap kegiatan dihadiri
oleh pengawas √8 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu setiap hari membaca 15
menit sebelum proses belajar mengajar √9 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu sudah menanamkan nilai
karakyer jujur, disiplin, kerjaa sama, cinta lingkungaan, dan toleransi
√DAFTAR PEDOMAN OBSERVASINO ITEM PERNYATAAN JAWABAN
VISI DAN MISI
SDN 57 BULU-BULU VISI :
“Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia, cerdas,
berprestasi, santun berbudaya dan berwawasan lingkungan” MISI :
1. Mengembangkan kegiatan kesiswaan yang bernuansa
keagamaan
2. Meaksanakann pembelajaran PAIKEM
3. Meningkatkan kemampuan/keahlian guru dan tenaga
kependidikan
4. Menerapkan disiplin kepada seluruh warga sekolah
5. Menanamkan rasa cinta terhadap seni dan budaya bangsa
6. Menata lingkungan dengan baik, bersih, rindang dan asri
7. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan
masyarakat melalui komite sekolah.
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN MARUSU SDN 57 BULU-BULU
NPSN : 400300446 NSS: 101190109001
Alamat : Jl. Poros Makassar – Maros KM21 No. Telp. 081342645850 email: [email protected]
SURAT KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SDN 57 BULU-BULU
Nomor : 421.2 / 28 / SDN57 / VII / 2020 Tentang
Pelaksanaan Penjaminan Mutu Sekolah Tahun Pelajaran 2020/2021
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Kepala Sekolah SDN 57 Bulu-Bulu, Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan penjaminan mutu di SDN 57 Bulu-Bulu perlu ditetapkan surat keputusan.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 j.o. Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2003 tantang Standar Nasional Pendidikan.
3. Permendiknas Nomor 50 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.
4. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjamin Mutu Pendidikan.
5. Penunjukan SDN 57 Bulu-Bulu sebagai Sekolah Model dalam pengembangan Sistem Pembelajaran Mutu Pendidikan Sekolah.
6. Berdasarkan hasil keputusan rapat pada hari Rabu, 19 Oktober 2016 .
MEMUTUSKAN Menetapkan :
Pertama : Pembagian tugas Tim Penjaminan Mutu SDN 57 Bulu-Bulu tahun pelajaran 2016/2017.
Kedua : Menugaskan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang terlampir pada lampiran I.
Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan keputusan ini akan dibetulkan sebagaimana mestinya.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Di Tetapkan di : Bulu-Bulu Tanggal : 17 Juli 2020 UPTD Satuan Pendidikan SDN 57 Bulu-Bulu
SRI WAHYUNI, S.Pd, MM NIP. 19681229 199110 2001
Tembusan : 1. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Maros 2. Komite SDN 57 Bulu-Bulu 3. Tim Penjamin Mutu Sekolah 4. Arsip
Lampiran : Keputusan Kepala SDN 57 Bulu-Bulu Nomor : 421.2 / 28 / SDN57 / VII / 2020 Tanggal : 17 Juli 2020
Susunan Tim Penjaminan Mutu Sekolah SDN 57 BULU-BULU
Tahun Pelajaran 2020/2021
Penanggung Jawab : SRI WAHYUNI, S.Pd, MM Ketua Tim : MARHANA, S.Pd Sekertaris : WAHYUNI, S.Pd.I Bendahara : MUSLIM, S.Pd, M.Si Tim Pengembang Dokumen : 1. Standar Isi : ST. SYAMSIDAR, S.Pd ST. ROSLIAH, S.Pd NURAENI. B SYAMSUDDIN, S. Pd 2. Standar Proses : NURSAIDAH, S.Pd, M.Pd.I RUSTIKA RUSLI, S. Pd NURLIAH, S. Pd MUH. DARWIS, S. Pd 3. Standar Kompetensi Lulusan : AGUSTINA ALIK, S.Pd ST. FATIMAH ACHMAD, S.Pd WAHYUNI, S.Pd.I ROSMIATI, S. Pd. 4. Standar PTK : DAMAYANTI, S.Pd. ZULFIDAR NUR, S.Pd. SITTI MARYAM, S. Pd. IRWAN GAWE, S. Pd. 5.Standar Sarpras : MARHANA, S.Pd SUDARMIN, S.Pd. HAERIWATI, S. Sos., S. Pd. SD MARKUS SARIRA. P, S. Th. 6. Standar Pengelolaan : MOSES RAMBAKILA, S.Th MARYAMA, S.Pd SUKMAWATI BACHTIAR, S. Pd Drs. ARIFIN
7. Standar Pembiayaan : MUSLIM, S.Pd, M.Si Hj. ST MARWANA, S.Pd, M.Si HENRA ASWANDI, S. Pd.I HARWATI, S. Pd. SD 8. Standar Penilaian : NURSINAH, S.Pd ASMAWATI, A. Ma HJ. NURFITRATI, S. Ag., M.Ag Tim Pengendali Dokumen : 1. MARYAMA, S.Pd 2. DAMAYANTI, S.Pd
Tim Audit Mutu Internal : 1. SRI WAHYUNI, S.Pd, MM 2. HJ. SULASTRI, S.Pd, MM 3. MOSES RAMBAKILA’, S.Th 4. MARHANA, S.Pd 5. Hj. ST MARWANA, S.Pd
Di tetapkan di : Bulu-Bulu Tanggal : 17 Juli 2020 UPTD Satuan Pendidikan SDN 57 Bulu-Bulu
SRI WAHYUNI, S.Pd, MM NIP. 19681229 199110 2 001
DAFTAR NAMA INFORMAN
NO INISIAL NAMA KETERANGAN
1 WS SRI WAHYUNI, S.Pd., MM. KEPALA SEKOLAH
2 MS MUHLIS, A. Ma. KOMITE SEKOLAH
3 HA HENRA ASWADI, S. Pd. I GURU AGAMA ISLAM
4 MO MOSES RAMBAKILA, S. Th. GURU AGAMA KERISTEN
5 AA AGUSTINA ALIK, S. Pd. GURU PJOK
6 SS ST. SYAMSIDAR, S. Pd. GURU KELAS I
7 NR NURLIAH, S. Pd. GURU KELAS II
8 RR RUSTIKA RUSLI, S. Pd. GURU KELAS III
6 DY DAMAYANTI, S. Pd. GURU KELAS IV
7 SM ST. MARWANAH, S. Pd., M. Si. GURU KELAS IV
8 MR MARHANA, S. Pd. GURU KELAS V
9 ML MUSLIM, S. Pd., M. Si. GURU KELAS VI
10 MY MARYAMA, S. Pd. GURU KELAS VI