255
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS ANALISYS OF THE IMPLEMENTATION OF MODEL SCHOLL PROGRAM IN STRENGTHENING SOCIAL VALUES IN STUDENTS AT STATE ELEMENTARY SCHOOL 57 BULU-BULU MARUSU DISTRICK MAROS REGENCY TESIS Oleh: SUDARMIN Nomor Induk Mahasiswa : 105060305318 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2020

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA

SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS

ANALISYS OF THE IMPLEMENTATION OF MODEL SCHOLL PROGRAM IN STRENGTHENING SOCIAL VALUES IN STUDENTS AT STATE ELEMENTARY

SCHOOL 57 BULU-BULU MARUSU DISTRICK MAROS REGENCY

TESIS

Oleh:

SUDARMIN Nomor Induk Mahasiswa : 105060305318

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2020

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM
Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM
Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM
Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

ix ABSTRAK

SUDARMIN, Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. (dibimbing oleh Abdul Azis Muslimin, dan Hj. Rosleny B).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan implementasi

program sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa, dan untuk mengembangkan penguatan nilai sosial dalam implementasi program sekolah model pada siswa, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program sekolah model membentuk nilai sosial pada siswa.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data dikumpul melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data, yang terdiri dari tahap pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan implementasi program sekolah model melaksanakan kegiatan rutin melalui pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, ekstrakurikuler, budaya kearifan lokal, dokter kecil, dan UKS. Adapun faktor pendukung dan pengambat adalah ketercapaian pemetaan budaya mutu Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI), letak sekolah yang strategis dan fasilitas pembelajaran cukup memadai, kesiapan dan dukungan dari pendidik dan tenaga kependidikan, juga dukungan orang tua siswa dan masyarakat, dan kerjasama MOU (Memorandum Of Understanding), sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan SPMI, latar belakang siswa yang berbeda, sarana dan prasarana terbatas, serta masih ada orang tua siswa dan masyarakat yang tidak sepenuhnya mendukung program sekolah model. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan program sekolah model maka terbentuk nilai karakter jujur, disiplin, kerja sama, toleransi, ramah lingkungan dalam penguatan nilai sosial pada siswa.

Kata kunci : Implementasi, Program Sekolah Model, Penguatan Nilai Sosial

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

x ABSTRACT

SUDARMIN, Analysis of the Implementation of Model School Programs in Strengthening Social Values in Students at SDN 57 Bulu-Bulu, Marusu District, Maros Regency. (supervised by Abdul Azis Muslimin, and Hj. Rosleny B).

This study aims to develop the implementation of the model school program in strengthening social values in students, and to develop the strengthening of social values in the implementation of the model school program for students, as well as to determine the supporting and inhibiting factors of the model school program forming social values in students. This research uses descriptive qualitative. Data was collected through interviews, observation and documentation. This study uses data analysis techniques, which consist of the stages of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the implementation of the model school program carried out routine activities through learning, modeling, habituation, extracurricular activities, local wisdom culture, little doctor, and UKS. The supporting and inhibiting factors are the achievement of the quality culture mapping of the Internal Quality Assurance System (SPMI), the strategic location of the school and adequate learning facilities, the readiness and support of educators and education staff, as well as the support of parents and the community, and the cooperation of the MOU (Memorandum Of Understanding), while the inhibiting factors are the limitations of teaching staff and education personnel to implement SPMI, different student backgrounds, limited facilities and infrastructure, and there are still parents of students and the community who do not fully support the model school program. The conclusion of this study is that with a model school program, honest, disciplined, cooperation, tolerance, environmentally friendly character values are formed in strengthening social values in students. Keywords: Implementation, Model School Program, Strengthening

Social Values

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

iii KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang Tuhan semesta alam, karena berkah

hidayah dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw,

semoga dengan berkah dan rahmat-Nya kita dapat menjalankan

kehidupan ini dengan penuh kedamaian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bimbingan, bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm. Pance, Ibunda

Alm. Sutinah yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam

menyelesaikan Pendidikan pada program Pascasarjana (S2) Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dan dengan segala kerendahan hati pada

kesempatan ini penulis juga mengucapan terima kasih teriring do’a

Jazaakumullahhu Khaira Jaza, kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Dr. H. Darwis Muhdina, M. Ag. Direktur Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Sulfasyah, S. Pd., M.a., Ph.D. Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan

Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

iv 4. Dr. Abdul Azis Muslimin, M. Pd. dosen pembimbing pertama

Universitas Muhammadiyah Makassar, selalu memotivasi dan

memberi ilmu dalam penyusunan tesis

5. Dr. Hj. Rosleny B, M. Si. dosen pembimbing kedua Universitas

Muhammadiyah Makassar. Bijak dalam memberi masukan dalam

membimbing menyusun tesis.

6. Dr. Idawati. M. Pd. Dosen Penguji Universitas Muhammadiyah

Makassar, memberi saran dalam penyempurnaan penyusunan tesis

7. Dr. H. A. Jam’an M. Si. Dosen Penguji Universitas Muhammadiyah

Makassar, memberi masukan dalam penyempurnaan penyusunan

tesis

8. Segenap guru besar, para dosen, dan seluruh jajaran tenaga

kependidikan pada Pascasarjana Universitas Makassar yang begitu

banyak memberikan ilmu dan pelayanan kepada penulis dalam

mengikuti proses pembelajaran selama kurang lebih 2 tahun pada

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.

9. Ibu Sri Wahyuni kepala sekolah adalah orang tuaku, beserta guru-

guru yang telah bekerjasama yang selalu membantu dalam penulisan

10. Suami saya Sukadin, atas segala motivasi, perhatian dan doanya

serta anakku tercinta Sukma Nur Yulia dan Suci Nur Febria, yang

selalu sabar menunggu di rumah selama beberapa waktu

11. Semua pihak yang telah memberikan informasi dan saran dalam

penyusunan tesis ini.

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

v Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah

diberikan dapat diterima disisi Allah Swt, dan mendapat limpahan Rahmat-

Nya Aamiin. Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka

yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan dan

pengembangan lanjut agar benar-benar bermanfaat. Olen karena itu

penulis sangat mengarapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna

serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya

ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap tesis ini

memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu

pengetahuan.

Makassar, Desember 2020

Penyusun

Sudarmin

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

VI DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI TESIS ...................................... PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ..................................................... ABSTRAK ...................................................................................... ABSTRACK ...................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ......................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................. 12 A. Sekolah Model ............................................................. 12 B. Implementasi Program Sekolah Model. ........................ 16 1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan. ......... 18 2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan. ............................................ 22 3. Siklus Pemetaan Mutu ........................................... 36 4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal. ................. 39 C. Nilai Sosial. .................................................................. 55 1. Penguatan Karakter Nilai Sosial Siswa. ................. 58 2. Penyimpangan Nilai Sosial pada Siswa ................. 63 3. Implementasi Pembentukan Nilai Sosial pada Siswa ...................................................................... 69 4. Teori Konstruksi Sosial. .......................................... 94 D. Penelitian yang Relevan ............................................... 98 E. Kerangka Konsep. ........................................................ 101

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 106 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian . ............................... 107 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 107

C. Fokus Penelitian ........................................................... 108 D. Penentuan Informan ..................................................... 109 E. Instrumen Penelitian ..................................................... 100 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 112 G. Teknik Analisis Data ..................................................... 115 H. Keabsahan Data ........................................................... 117 I. Etika Penelitian ............................................................. 119

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

VII BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 120

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . .......................... 120 B. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa .............................. 121 C. Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program Sekolah Model .............................................. 140

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Sekolah Model ............................................ 149

1. Faktor Pendukung. .................................................. 150 2. Faktor Pengambat. .................................................. 168

E. Pembahasaan .............................................................. 191

BAB V PENUTUP ............................................................................ 189 A. Kesimpulan . ................................................................ 189 B. Implikasi Penelitian ....................................................... 199 C. Saran ............................................................................ 201

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 203

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

VIII Daftar tabel

Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan. ................................... 21 Tabel 2. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya ..................... 101

Tabel 3. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya ..................... 101

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

IX Daftar Gambar Gambar 2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. ..................................................................... 37 Gambar 2.2 Kerangka Konsep. ........................................................... 105

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar, sekolah

juga organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan merupakan salah

satu faktor penentu mutu sumber daya manusia. Sekolah sebuah konsep

yang mempunyai makna ganda sebagai bangunan dan perlengkapannya

untuk menyelenggarakan proses pendidikan, sekolah sebagai proses

pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup individu, menentukan arah,

tujuan kehidupan, sekolah sebagai suatu organisasi sosial yang

mempunyai struktur tertentu, melibatkan sejumlah orang dengan tugas

memenuhi kebutuhan khusus dilaksanakan di lokasi tertentu oleh sebuah

organisasi yang mempunyai struktur dan tujuan tertentu.

Kehadiran sekolah model di Indonesia merupakan harapan yang

sejak lama, diimpikan oleh banyak kalangan sebab sekolah model sudah

menjadi sebuah kebutuhan yang mendasari kehidupan yang layak di

masa yang akan datang. Lembaga pendidikan sebagai sekolah model

harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat bukan oleh lembaga atau

sekolah itu sendiri. Sekolah model berarti dapat melaksanakan

penjaminan mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk

pembelajaran petunjuk pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Satuan

Pendidikan, (Dokumen 3:4). 1

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

2 Mutu pendidikan ini mencakup mutu pengelolaan sekolah, mutu

pembelajaran yang dilaksanakan, mutu proses penguatan karakter

peserta didik. SPMI pada satuan pendidikan mencakup seluruh aspek

penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber

daya untuk mencapai SNP. Satuan pendidikan menerapkan keseluruhan

siklus dalam sistem penjaminan mutu secara mandiri dan

berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu di satuan pendidikan.

Budaya mutu akan mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan

mutu pendidikan secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan

meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu secara bertahap hingga

dipenuhinya standar yang telah ditetapkan

Dinamakan sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih

dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan

aspek lain yang sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu

menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh

oleh sekolah lainnya.

Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon

kepercayaan masyarakat artinya, bagaimana pihak sekolah mampu

memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putrinya sehingga

menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat

perkembangan dunia ilmu dan teknologi serta era globalisasi di depan

mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan

tuntutan masyarakat maka pihak sekolah perlu melakukan pembenahan-

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

3 pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional,

manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas,

adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun

luar negeri bermutu serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf

dengan pendidikan bertaraf internasional.

Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan khususnya

bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan

urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau

peranti untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan

pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat

tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang

dikembangkan untuk menjamin sekolah memiliki daya tahan dan daya

hidup dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa yang akan

datang. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan sekolah ini adalah

melihat sejauh mana nilai lebih yang terdapat di sekolah tersebut dan

bagaimana kondisi dan situasi dari sekolah tersebut.

Sekolah model berfungsi untuk mengembangkan pembinaan watak

sebagai tujuan penyelenggaraan pendidikan tentu akan berkaitan dengan

seperangkat acuan nilai dan norma yang berkembang dan dijadikan

pegangan oleh masyarakat. Nilai sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia dan norma yang berfungsi mengatur hak dan

kewajiban secara benar dan bertanggungjawab tentu harus menjadi

panduan bagi pembinaan siswa. Muara dari usaha sekolah model merujuk

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

4 pada tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan segenap potensi

yang dimiliki untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menyadari dan memahami

pentingnya pendidikan bagi anak-anak bangsanya. Konstitusi dan segala

macam piranti peraturan telah mengatur serta menjadi acuan pelaksanaan

kegiatan dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha

penguatan Nilai sosial yaitu melalui dunia Pendidikan Undang-Undang

Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3 yang menyatakan

bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.

Makna dari undang-undang ini, dapat kita temukan bahwa garis

besar dari fungsi pendidikan nasional menciptakan suasana pendidikan

yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis dan

berkomitmen secara profesional meningkatkan mutu pendidikan sebab

pendidikan yang berfungsi dengan baik tidak hanya menghasilkan siswa-

siswa yang cerdas tetapi menciptakan karakter siswa yang beriman,

mandiri, dan berakhlak mulia.

Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dalam

sistem pendidikan nasional adala pondasi utama untuk melanjutkan

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

5 perjalanan berikutnya. Gagalnya pendidikan pada tahap ini terutama

dalam pembinaan sikap dan nilai diyakini akan berdampak sistemik

terhadap pendidikan berikutnya. Orientasi penyelenggaraan pendidikan

dasar sangat menekankan pada pembinaan kepribadian, watak dan

karakter anak. Karena itu, integrasi pendidikan yang sarat dengan nilai

dan penguatan karakter pada nilai sosial diperlukan untuk membekali

siswa dalam mengantisipasi tantangan ke depan yang dipastikan akan

semakin berat dan kompleks.

Guru sebagai mengembang kurikulum selanjutnya dituntut untuk

mampu secara terampil menghadirkan suasana dan aktivitas

pembelajaran yang berorietansi pada penanaman dan pembinaan

kepribadian, watak dan karakter pada umumnya dan penguatan nilai

sosial pada khususnya. Implementasi program sekolah model

mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan penguatan

budi pekerti dan akhlak mulia. Program pembiasaan diri lebih

mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan penguatan

budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus

pada penguatan kemampuan afektif dan psikomotorik.

Implementasi program sekolah model menciptakan lingkungan

sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya nilai sosial pada

siswa, lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam penguatan

pribadi siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual, untuk itu

sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

6 melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan

penguatan pendidikan karakter nilai sosial siswa.

Implementasi program sekolah model juga menciptakan jalinan

kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat dalam

penguatan pendidikan karakter nilai sosial. Bentuk kerjasama yang bisa

dilakukan adalah menempatkan orang tua siswa dan masyarakat sebagai

fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan penguatan

pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.

Nilai sosial merupakan bagian dari pendidikan karakter yang

mengisyaratkan terbentuknya nilai-nilai manusiawi bagi personal manusia.

Karakter sosial ini menjadi penting adanya sebab menyangkut kegiatan

interaksi antar personal manusia dalam kehidupannya. Karakter sosial

yang terbentuk dalam personal manusia akan membekali mereka untuk

dapat hidup berdampingan penuh rasa kasih sayang, saling menghargai,

demokratis, saling bekerjasama, damai dan saling memperhatikan.

Nilai kebudayaan Indonesia yang menjunjung sikap persaudaraan,

saling menghormati, dan menghargai sangatlah kental, namun dalam

beberapa tahun terakhir ini budaya keramahan dan sopan santun siswa

semakin hilang. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang cenderung

mementingkan diri sendiri kehilangan etika atau sopan santun terhadap

teman sebaya, orang yang lebih tua, guru, bahkan terhadap orang tua.

Siswa tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, seseorang yang

memberikan ilmu pengetahuan yang patut dihormati dan disegani.

Page 20: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

7 Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa tujuan implementasi

program sekolah model adalah menyusunan kegiatan di sekolah dengan

melakukan, Pembelajaran, Keteladanan, pembiasaan kegiatan rutin,

kegiatan spontan, Pengkondisian, Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan

ekstrakurikuler, Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat adalah

untuk membiasakan diri untuk disiplin, peduli, kerjasama, toleransi,

tenggang rasa dalam rangka menciptaka penguatan nilai sosial.

Adapun faktor pendukung implementasi program sekolah model

adalah Letak sekolah yang strategis dan fasilitas pendukung

pembelajaran cukup memadai, adanya dukungan dari kepala sekolah,

seluruh pendidik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah, Iklim

sekolah yang kondusif, agamais, penuh tenggang rasa dan rasa

kekeluargaan, adanya motivasi dari masing-masing wali kelas dalam

mensuport segala bentuk kemajuan peserta didiknya, adanya komunikasi

yang baik antara sekolah, orangtua dan masyarakat yang

berkesinambungan dalam segala jenis kegiatan, adanya kerjasama MOU

(Memorandum of Understandung) dengan pihak luar yang terkait seperti:

kerjasama dengan perpustakaan daerah, kerjasama dengan Indosat

absen digital, solidnya tim dalam setiap kegiatan dan semangat yang

tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan.

Hasil observasi awal permasalahan yang muncul tentang

penguatan nilai sosial pada siswa melalui program sekolah model dalam

pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun

Page 21: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

8 ada berbagai faktor yang dapat menghambat ketercapain program

tersebut diantaranya, masih ada tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan belum dapat melaksanakan penjaminan mutu secara

optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran dalam

pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.

Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda,

baik dari segi suku diantaranya: suku Bugis, Makassar,Toraja, Mandar,

Jawa dari segi agama yaitu: Islam, Protestan, Katolik,dan Hindu. Selain itu

latar belakang pendidikan keluarga, status sosial dan ekonomi, sehingga

rasa ego lebih kuat dibanding rasa empati dan rasa kebersamaan di jiwa

siswa, karena setiap siswa menganggap dirinya yang terbaik, selain itu

terbatasnya pembimbing dalam mengefektifkan kegiatan bimbingan baca

Al-qur’an di luar jam sekolah disebabkan keterbatasan ruangan dan

waktu. Pengaruh pergaulan negatif dari luar sekolah disebabkan oleh

kurang perhatian dari orang tua karena kesibukan beraktivitas diluar

rumah, selain itu banyak media yang kurang mendidik, ketersediaan

sarana dan prasarana di sekolah untuk melaksanakan kegiatan

ekstrakurikuler sangat terbatas, karena waktu bagi pendidik untuk

melaksanakan kegiatan implementasi program yang telah disusun

terbatas.

Sekolah memungkinkan terjadi kesenjangan dan ketidakadilan

antar sekolah di sekitar, siswa dalam proses belajar mengajar akan

terganggu oleh kegiatan guru yang menyiapkan administrasi implementasi

Page 22: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

9 program sekolah model, guru juga akan terganggu dalam melaksanakan

tugas pokok dalam proses belajar mengajar karena akan menyita waktu

guru dalam mengajar, beban kerja guru semakin bertambah karena harus

melaksanakan program kegiatan sekolah dan administrasi penguatan

sekolah model dan sekolah membutuhkan pengorbanan warga sekolah

untuk meluangkan waktu lebih banyak, pemikiran, ide, dan tenaga untuk

mewujudkan sekolah model, tapi tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan mempunyai kemampuan dan keahlian yang terbatas.

Program sekolah model melibatkan peran aktif orang tua siswa,

sedangkan tidak semua orang tua mendukung disebabkan mereka

menganggap dalam kegiatan program akan berkaitan dengan dana,

begitu juga dengan masyarakat tidak semua peduli dan berpartisipasi

terhadap pelaksanaan implementasi program sekolah model.

Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu adalah salah satu sekolah

model yang merupakan sekolah yang mempunyai nilai yang lebih dari

sekolah yang lainnya dan merupakan sekolah favorit dan percontohan

yang berada di desa Marumpa Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.

Sekolah ini menarik untuk dilakukan penelitian karena letaknya strategis,

dan mempunyai program-program yang unggul, serta warga di sekolah ini

termasuk masyarakat yang majemuk karena terdiri dari berbagai suku,

agama dan status sosial yang berbeda-beda sehingga menciptakan

berbagai karakter dalam lingkungan sekolah.

Page 23: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

10 Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik

melakukan telaah ilmiah dengan judul “Analisis Implementasi Program

Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57

Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang judul, maka peneliti dapat

mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Program Sekolah Model dalam

Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?

2. Bagaimana Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program

Sekolah Model pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?

3. Apakah Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program

Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN

57 Bulu-Bulu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengembangkan Implementasi Program Sekolah Model

dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu

2. Untuk mengembangkan Penguatan Nilai Sosial dalam

Implementasi Program Sekolah Model pada Siswa di SDN 57

3. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat

Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai

Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu

Page 24: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

11 D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka

hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu:

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dan guru

dalam penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57 Bulu-Bulu.

b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan implementasi program

sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57

Bulu-Bulu.serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, SDN 57 Bulu-Bulu, merupakan contoh keteladan dan

pembiasaan berperilaku melalui tindakan yang bernilai karakter

baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain.

b. Bagi kepala sekolah, implementasi program sekolah model dapat

dijadikan sebagai penguatan nilai sosial pada siswa, dan

menciptakan sekolah berkarakter.

c. Bagi Sekolah dapat menciptakan sekolah yang berkarakter dan

berbudi luhur

d. Bagi Peneliti, dapat memperluas pengetahuan khususnya dalam

penguatan nilai sosial pada siswa melalui implementasi program

sekolah model.

Page 25: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

12

Page 26: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sekolah Model Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima atau memberi pelajaran. Alya, (2009:685) mendefenisikan belajar adalah usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan siswa aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nonfisik, yakni mengembangkan potensi pikir, mental dan intelektual, social, emosional, nilai moral, spiritual, ekonomikal atau kecakapan hidup, fisikal, maupun kultural, sehingga ia dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara serta dapat menjawab tantangan peradaban yang semakin maju. Firman Allah Swt (QS: Al-An’kaabut. S. 29: 43) �ون���� إ! ا�#$%�& ��س و� )$� � Terjemahan: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. Ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada 12 و1$ك ا/�.�ل (,ر*#

Page 27: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

13 dalam aturan-aturan yang telah ditentukan Ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya. Orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tak memiliki ilmu tentu berbeda karena pada dasarnya orang yang berilmu tentu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang bisa dilihat seberapa mulia derajat kemanusiaanya dengan tingkatan ilmunya. orang yang memiliki ilmu akan merasa takjub melihat bagaimana Allah memberikan naluri kepada semua makhluk hidup dibandingkan seseorang yang tak berilmu tentu tidak akan dapat memahaminya. Karena pada dasarnya seseorang memiliki tingkat kecerdasan manusia yang berbeda-beda. Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau peranti untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sebuah organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan berkelanjutan sampai masa yang akan datang. Pada tahun 2016 ini Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia menggulirkan satu program bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Program ini dilaksanakan

Page 28: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

14 dengan memilih beberapa sekolah tingkat SD, SLTP dan SLTA di seluruh Indonesia untuk menjadi sekolah model bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Internal (SPMI). Peter Salim dan Yenny Salim, (2002:23) dalam Kamus Bahasa Indonesia Menegaskan kontemporer Model artinya pola,contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, jadi secara sederhana, model dapat dimaknai sebagi contoh atau acuan. Kata model ini dikaitkan dengan sekolah sebagai salah satu program lembaga pendidikan. Sedangkan sekolah model, adalah sekolah yang mengedepankan semua komponen pendidikan di sekolah yang inovatif dan kreatif dalam mengemas dan memproses pendidikan. Sehingga semua komponen tersebut harus mendukung untuk menghasilkan kualitas dan hasil output pendidikan Sekolah yang berkualitas dan mampu menjadi Sekolah percontohan. sehingga sekolah-sekolah lain yang ada di daerah tersebut dapat belajar dan mencontoh pada sekolah model. Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon kepercayaan masyarakat artinya, bagaimana pihak sekolah mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putrinya sehingga menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi di depan mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat maka pihak sekolah perlu

Page 29: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

15 melakukan pembenahan-pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional, manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas, adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri bermutu serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf dengan pendidikan bertaraf internasional. Definisi sekolah model menurut Buku Juknis Dikdasmen 2019 Sekolah Model adalah sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh LPMP (Lembaga Mutu Penjaminan Mutu Pendidikan) untuk menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri; menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri. Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan menyatakan bahwa: “Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI- Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan”. Berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI

Page 30: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

16 menyimpulkan Pemenuhan dan penjaminan mutu merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan (wholeschool approach) agar seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama memiliki budaya mutu. Berdasarkan 8 (delapan) kunci yang perlu dilakukan dalam implementasi sistem penjaminan mutu internal, agar berjalan sukses apabila pelaksanaan sistem Pemenuhan dan penjaminan mutu merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan. B. Implementasi Program Sekolah Model Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. Manajemen Berbasis Sekolah yang selanjutnya disebut MBS merupakan salah satu amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Page 31: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

17 Pendidikan Nasional. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan diwajibkan menerapkannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan nyata untuk mengelola satuan pendidikansebagaimana dimaksud, dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan dan manajerial sekolah yang transparan dan akuntabel, tanpa meninggalkan peran serta masyarakat, dan pengelolaan pembelajaran yang optimal. Kebijakan ini diberlakukan secara nasional pada setiap satuan pendidikan termasuk di lingkungan Sekolah Dasar. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 Pasal 51 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan menyatakan bahwa: “Satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel”. Tiga pilar manajemen berbasis sekolah meliputi aspek pengelolaan yang transparan; pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; dan peran serta masyarakat yang semakin meningkat. Secara ideal, variabel-variabel tersebut harus mampu berjalan beriringan untuk mewujudkan postur manajemen berbasis sekolah sebagaimana dikehendaki dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Konsekuensinya adalah terciptanya sebuah sistem pengelolaan satuan pendidikan dengan anatomi yang sejalan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah.

Page 32: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

18 Kesebangunan konsep pengelolaan satuan pendidikan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah akan memudahkan pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, yaitu peningkatan prestasi belajar siswa dan akuntabilitas publik. Prestasi belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif pembangunan karakter. Sedangkan akuntabilitas publik ditunjukkan dalam bentuk transparansi pengelolaan terutama pengelolaan keuangan dan peran serta aktif masyarakat dalam setiap kebijakan satuan pendidikan yang memang mengharuskan adanya partisipasi masyarakat. Menuju manajemen berbasis sekolah yang ideal maka pengelolaan satuan pendidikan harus berbasis pada perencanaan yang sesuai dengan kondisi sekolah, sebagai bentuk perangkat lunak kebijakan yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, salah satu fungsi manajemen yang paling dasar, maka perencanaan harus mampu menjadi pijakan bagi fungsi manajemen yang lain, misalnya pengorganisasian sumber daya yang ada, pengarahan, pengawasan, dan motivasi sehingga fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan satuan pendidikan dapat didistribusikan secara optimal. Fungsi perencanaan dalam manajemen pengelolaan satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk penusunan kegiatan yang

Page 33: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

19 mewakili rencana kebijakan pengelolaan sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Kurun waktu satu tahun dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan institusi hingga tercapainya postur satuan pendidikan yang sejalan dengan visi dan misi. 1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan Membentuk Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan jika unsur penjaminan mutu tersebut dibentuk dalam sebuah Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan Tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidikan tersebut. Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi, fungsi penjaminan mutu ini menjadi tugas dari tim manajemen yang sudah ada dalam satuan pendidikan. Tugas tim penjaminan mutu pendidikan sekolah dalam menjalankan tugas penjaminan mutu internal menurut Sani (2018: 43) yaitu : (1) Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal Melaksanakan pemetaan mutu di satuan Pendidikan (2) Membina, mendampingi, dan supervisi warga sekolah dalam pemenuhan mutu

Page 34: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

20 (3) Memonitoring dan evaluasi program pemenuhan mutu Membuat rekomendasi kepada kepala sekolah. Penjaminan mutu internal pendidikan dalam pengembangan ini difokuskan pada standar proses pembelajaran. Penjaminan mutu dalam proses pembelajaran ini harus dilakukan secara terintegrasi dan terpadu sehingga akan memperoleh pencapaian yang signifikan, sehingga hasil belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif memnbentuk karakter penguatan nilai sosial pada diri siswa.

Page 35: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

21 Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah • Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,dan mengembangkan SPMI; • Menyusun dokumen SPMI yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen standar, dan dokumen formulir; • Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah (RKS); • Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran; • Membentuk tim penjaminan mutu pada satuan pendidikan • Mengelola data mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. • Mengoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan;

• Melakukan pembinaan, pembimbingan, dan supervisi terhadap pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan; • Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di satuan pendidikan; • Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; • Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kepada kepala satuan pendidikan. Sumber: Buku Pintar SPMI (2019:14) Berdasarkan di atas maka dijelaskan bahwa penyiapan tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah dilakukan sebagai berikut: 1). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah ditetapkan dengan surat keputusan kepala sekolah. 2). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah paling sedikit terdiri atas perwakilan pimpinan satuan pendidikan, perwakilan

Page 36: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

22 guru, perwakilan tenaga kependidikan dan perwakilan komite sekolah. 3). Jumlah anggota tim penjaminan mutu pendidikan sekolah disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan. 4). Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi maka diserahkan kepada tim manajemen satuan pendidikan. 5). Jika surat keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah telah diterbitkan, maka tim pengembang sekolah dan tim auditor internal bersama ketua tim penjaminan mutu pendidikan sekolah mulai melaksanakan sistem penjaminan mutu internal di tingkat satuan pendidikan. 6). Tahapan-tahapan sistem penjaminan mutu internal didahului dengan adanya sosialisasi sistem penjaminan mutu internal kepada semua warga sekolah. Semua warga sekolah mendapatkan informasi mengenai apa dan bagaimana sistem penjaminan mutu internal. 7). Kegiatan penyadaran penjaminan mutu ini akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan kegiatan betul-betul dipahami dan dilaksanakan. 8). Setelah semua warga sekolah memahami sistem penjaminan mutu internal maka warga sekolah menyatakan komitmennya melalui penandatanganan komitmen sistem penjaminan mutu pendidikan.

Page 37: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

23 9). Pernyataan komitmen dibuat oleh satuan pendidikan. Berdasarkan susunan kegiatan di atas sebelum kepala sekolah Menetapkan SK pembagian tugas terlebih dahulu mengkoordinasikan kepada warga sekolah sebagai pelaksanaan penjaminan mutu ditingkat satuan Pendidikan, melakukan pembinaan, pembimbingan. Pembagian tugas sistem penjaminan mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD) yang dibentuk oleh pemerintah daerah. 2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan Penjaminan mutu pendidikan di sekolah dilakukan berdasarkan sistem penjaminan mutu internal yang telah ada pada Buku Penjaminan Mutu Pendidikan di sekolah. Buku pintar Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (2019:18) Terdapat lima langkah kerja melaksanakan sistem penjaminan mutu internal sesuai siklus sistem penjaminan mutu internal yaitu: a) Pemetaan Mutu Pemetaan mutu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan informasi tentang capaian pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan. Pada kegiatan pemetaan mutu, sekolah perlu

Page 38: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

24 memetakan mutu pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan melalui kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan kegiatan mengisi aplikasi e-eds yang menghasilkan peta mutu (capaian standar). Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 Pada pasal 1 ayat 3 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah disebutkan bahwa: "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan”. Sebelum melaksanakan tahapan pertama ini, sekolah sudah melakukan sosialisasi sistem penjaminan mutu internal di sekolah dan melakukan penandatanganan komitmen penjaminan mutu pendidikan oleh semua warga sekolah. Penandatanganan komitmen ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan semua warga sekolah memahami isi atau butir komitmen penjaminan mutu. Pada tahapan pemetaan mutu, terdapat beberapa kegiatan yang mesti dilakukan oleh sekolah yaitu mengkaji standar nasional pendidikan, mengkaji hasil evaluasi diri sekolah (rapor mutu sekolah), mengkaji hasil monev internal sekolah tahun lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal). Pada bagian

Page 39: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

25 ini, akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan seperti mengkaji SNP dan mengisi aplikasi elektronik evaluasi diri sekolah (e-eds). (1) Mengkaji standar nasional pendidikan Mengkaji standar nasional pendidikan adalah bagian yang sangat penting pada pemetaan mutu. Semua warga sekolah harus membaca dan mengkaji standar nasional pendidikan sebagai langkah awal penjaminan mutu. Aktivitas mengkaji standar nasional pendidikan yang perlu dilakukan adalah (a). Tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah mengoordinasikan pembentukan tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah. Tim kerja disesuaikan dengan jumlah PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang ada di sekolah. (b). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (c) Semua warga sekolah mengkaji dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (d). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana semua warga

Page 40: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

26 sekolah terlibat mendiskusikan isi dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (2) Mengkaji Hasil EDS (Rapor Mutu Sekolah) (a). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen rapor mutu sekolah. (b). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana semua warga sekolah terlibat dalam mengkaji dokumen rapor mutu sekolah. (3) Mengkaji Hasil Monev Internal Sekolah Tahun Lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev internal) (a). Bagi sekolah yang telah memiliki hasil monev internal dapat mendiskusikan kembali hasil monev internalnya. (b). Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan pada saat menganalisis kondisi sekolah. (4) Mengisi Format Lembar Kerja standar nasional pendidikan (a). Tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah dibawah koordinasi TPMPS mulai mengisi format lembar kerja standar nasional pendidikan. (b). Kolom pertama (1) diisi delapan standar nasional pendidikan

Page 41: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

27 (c).Kolom kedua (2) diisi dengan indikator mutu yang merupakan komponen dari standar terkait. (d). Kolom (3) menjabarkan kondisi ideal sesuai indikator mutu (e). Kolom (4) menjabarkan resiko yang akan timbul jika indikator mutu tidak terpenuhi (f). Kolom (5) menjelaskan hal-hal fundamental yang umumnya menyebabkan indikator mutu sesuai deskripsi yang didiskusikan tidak tercapai. (g). Penjelasan kolom (3), (4), dan (5) ada pada buku indikator mutu. Namun perlu diperhatikan, apa yang ada pada buku indikator mutu, masih bersifat umum, sekolah perlu mendiskusikan kembali boleh ditambah ataupun dikurangi sesuai kondisi faktanya yang terjadi di sekolah. (h). Kolom (6) menjabarkan seluruh penyelesaian untuk seluruh permasalahan yang muncul dalam diskusi. Penyelesaian dapat berupa penyelesaian satu per satu atas permasalahan yang muncul atau penyelesaian yang dapat menyelesaikan lebih dari satu permasalahan. Penyelesaian sebaiknya bersifat praktikal yang dapat diselesaikan sekolah secara mandiri.

Page 42: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

28 (i). Kolom (7) menjelaskan pihak-pihak mana saja yang dapat melakukan penyelesaian tersebut. (5) Melakukan Evaluasi Diri Sekolah: (a). Menyusun instrumen evaluasi diri sekolah; (b). mengumpulkan data evaluasi diri sekolah dengan benar; (c). mengolah data evaluasi diri sekolah; (d). Menganalisis Data Evaluasi Diri Sekolah Keempat hal di atas dilakukan apabila sekolah mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah dan menganalisisnya secara internal. Namun, apabila sekolah belum mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah sendiri, maka dapat menggunakan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah yang ada, instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan, instrumen akreditasi atau instrumen lainnya yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan evaluasi diri diikuti dengan kegiatan analisis data mutu sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. Setelah melakukan hasil evaluasi diri, dilanjutkan dengan analisis data mutu berdasarkan hasil evaluasi diri. (6) Kegiatan Analisis Data Mutu (a). Mengidentifikasi masalah yang dihadapi berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor

Page 43: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

29 mutu sekolah perlu menganalisis kondisi sekolah saat ini berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor mutunya dengan mempertimbangkan analisis lingkungan baik kekuatan maupun kelemahan sekolah. (b). Langkah selanjutnya adalah analisis akar masalah untuk merumuskan rekomendasi Menganalisis data mutu dapat diidentifikasi masalah apa yang ditemukan di sekolah dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah, selanjutnya adalah menganalisis akar masalah penyebab utama masalah yang ditemukan di lapangan. b) Perencanaan Pemenuhan Mutu Langkah kedua adalah perencanaan pemenuhan mutu. Rencana pemenuhan mutu merupakan aktivitas mencari solusi dengan cara melakukan upaya yang bersumber dari kekuatan sendiri. Pada langkah ini, aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan adalah: 1) TPMPS (Tim Penjaminan Mutu Pemdidikan Sekolah) membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan mutu, dokumen kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana strategis pengembangan satuan pendidikan.

Page 44: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

30 2) Menuangkan hasil perencanaan ke dalam dokumen penyusunan rencana peningkatan mutu sekolah 3) Sekolah perlu duduk bersama menyusun atau menyempurnakan rencana kerja sekolah berdasarkan hasil peta mutu Setelah perencanaan pemenuhan mutu, selanjutnya menuangkan hasil rencana dan menyusun rencana peningkatan mutu, pihak sekolah berdiskusi menyusun dan menyempurnakan rencana hasil pemetaan mutu. c) Implementasi Pemenuhan Mutu Sekolah melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat tercapai. 1) Memperhatikan rencana pemenuhan mutu dan jadwal sebagaimana yang telah disusun sebelumnya. 2) Mengisi lembar implementasi pemenuhan mutu 3) Menetapkan penanggung jawab kegiatan. 4) Penanggung jawab mengusulkan tim pelaksana yang akan dilibatkan. 5) Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan. 6) Menetapkan bukti fisik yang mendukung keterlaksanaan kegiatan. 7) Melaksanakan pemenuhan mutu berdasarkan jadwal

Page 45: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

31 8) Membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampiri dengan bukti fisik. Pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu membuat jadwal pelaksanaannya, setiap standar masing ada yang mempertanggung jawabkan membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampirkan dengan bukti fisik. d) Monev Internal Monev internal mutu dilakukan untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang berkelanjutan. Pada langkah monev internal mutu, sekolah dan tim monev internal perlu melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1) Membuat rapor mutu sekolah, masalah dan rekomendasi 2) Membuat dokumen rencana pemenuhan mutu dan dokumen pemenuhan mutu yang telah dilakukan 3) Menetapkan jadwal monev Jadwal monev internal dapat ditetapkan minimal dua kali setahun oleh sekolah. 4) Melakukan kegiatan pre-monev internal Pertemuan awal monev internal dilakukan untuk memfasilitasi pertemuan antara tim monev dan yang akan dimonev, persiapan hal-hal yang akan dimonev dan daftar pertanyaan (instrumen) monev yang akan digunakan.

Page 46: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

32 5) Melaksanakan monev implementasi pemenuhan mutu dengan mengumpulkan informasi-informasi terkait masalah dan akar permasalahannya. Tim monev mengajukan pertanyaan kepada sasaran monev dari daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu, tim monev akan melakukan verifikasi dengan melihat dokumen atau bukti fisik lainnya. 6) Melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu dengan mengisi lembar kerja penyusunan indikator evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu seluruh langkah dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam pengelolaan berbasis satuan pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan. 7) Membuat laporan monev mutu internal Setelah melakukan monev internal, tim monev internal membuat laporan monev internal. 8) Melakukan pertemuan akhir monev internal. Setelah melakukan monev, dilanjutkan dengan pertemuan akhir dimana tim monev memaparkan hasil temuannya dan tindakan perbaikan yang disetujui untuk dilaksanakan ke depannya. Monitoring dan evaluasi (monev) tidak hanya membutuhkan pemahaman tentang persiapan, perencanaan, pelaksanaan program saja namun juga mengenai pelaporan

Page 47: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

33 hasil evaluasi program. Hasil monev merupakan informasi berharga yang dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan atau pemangku kebijakan untuk mengambil kebijakan bagi organisasi nirlaba. Seseorang dengan kemampuan menyusun instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data hingga menginterpretasikan hasil analisis sangat diperlukan sehingga diperoleh kesimpulan yang berupa hasil analisis. Hasil analisis data monev ini menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan perencanaan program di masa mendatang. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi internal (Monev Internal) diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penjaminan mutu kegiatan organisasi. Monev Internal dilakukan sebagai konsistensi penjaminan mutu dimana kegiatannya dapat terus dipantau secara berkelanjutan. Ketika kegiatan Monev Internal akan dilakukan, ada baiknya menentukan ruang lingkup dari Monev Internal itu sendiri. Ruang lingkup yang dimaksud misalnya adalah jenis kegiatan program pelayanan masyarakat, fungsi dan tugas para staf, dan manfaat yang nantinya akan dicapai. Hal terpenting dan menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan Monev adalah mencari akar permasalahan dari setiap temuan, sehingga diperoleh catatan ketidaksesuaian yang akurat,

Page 48: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

34 sehingga memudahkan manajemen untuk mengambil keputusan dan memperbaiki ketidaksesuaian tersebut. e) Penyusunan Strategi Peningkatan Mutu Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. 1) Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil monev. 2) Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. Sekolah melakukan kegiatan pemetaan mutu melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut dalam bentuk data dan informasi sesuai dengan instrumen pemetaan mutu yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dengan ketentuan yang ada dan menggambarkan siklus penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus sistem penjaminan mutu internal dan menjelaskan definisi dan tujuan masing-masing tahapan dalam siklus dengan benar.

Page 49: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

35 Selanjutnya mengkaji hasil monev data dan informasi yang dikirim ke sistem informasi mutu pendidikan untuk diolah menjadi peta mutu yang memuat capaian pemenuhan terhadap standar nasional pendidikan untuk disampaikan kepada sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Selanjutnya, menyusun strategi peningkatan mutu dan melakukan perbaikan. Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan SPMI, mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil monev. Dan Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Strategi meningkatkan mutu pendidikan di banyak digunakan dalam dunia pendidikan tepat dalam meningkatkan sebuah mutu pendidikan dalam suatu sekolah. Ada beberapa karakteristik manajemen yang dianggap penting dalam meningkatkan dunia pendidikan. Manajemen perbaikan secara berkelanjutan yang dapat memberikan alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan untuk kualitas dan mutu saat ini dan untuk masa yang akan datang. Peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah

Page 50: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

36 dapat diupayakan melalui mengoptimalkan pemetaan mutu di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada komponen-komponen penentu mutu peningkatan profesionalisme guru, pembinaan manajemen pendidikan, peningkatan sarana belajar untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. pembinaan fisik dan penampilan sekolah, peningkatan partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat dalam program sekolah. 3. Siklus Pemetaan Mutu a. Penjaminan Mutu Pendidikan Suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan standar mutu (Permendikbud No. 28/2016)

Page 51: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

37 Gambar. 2.1 Sumber: Petunjuk Pelaksanaan PMP oleh Satuan Pendidikan (2019: 7) Berdasarkan siklus pada tabel maka sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (1) Pemetaan mutu; (2) Penyusunan perencanaan peningkatan mutu; (3) Implementasi rencana peningkatan mutu; (4) Evaluasi/audit internal; (5) Penetapan standar mutu pendidikan. 2 3 4 5 11

Page 52: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

38 Guna mengetahui capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI yang pertama kali, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan mutu dengan menggunakan dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri dengan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan hasil pemetaan mutu pendidikan yang telah dicapai (sebagai baseline) selanjutnya dilakukan langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan rencana aksi. Selanjutnya rencana pemenuhan tersebut dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu implementasi rencana peningkatan mutu selama periode tertentu (semester atau tahun ajaran). Setelah perencanaan dan pengembangan sekolah tersebut diimplementasikan selama periode tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi/ audit secara internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Page 53: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

39 Laporan dari hasil evaluasi adalah; (i) pemenuhan 8 (delapan) standar nasonal pendidikan, dan (ii) hasil implementasi dari rencana aksi. Dari hasil evaluasi/audit kemudian dilakukan langkah kelima yaitu penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal sesuai standar nasonal pendidikan. Dengan demikian penerapan sistem penjaminan mutu bukanlah hanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sesuai pada standar nasonal pendidikan namun mendorong terciptanya budaya mutu pendidikan dimana semua komponen di sekolah memiliki jiwa pembelajar dan selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman, melalui siklus pemenuhan mutu pada setiap sekolah 4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah. “Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan". Berdasarkan Permendikbud di atas pengertian sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah salah satu bentuk penjaminan mutu pendidikan. SPMI dilakukan oleh setiap sekolah. Sejak tahun 2016 hal ini sudah digulirkan di seluruh provinsi di

Page 54: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

40 Indonesia. Ada sekolah-sekolah yang dijadikan sekolah model, lalu sekolah model tersebut memiliki sekolah imbas sebagai upaya agar semangat penjaminan mutu bisa lebih cepat menyebar. Hasil dari sistem penjaminan mutu internal adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah dari waktu ke waktu seperti yang terlihat pada setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan yaitu: 1. Standar Kompetensi Kelulusan: Siswa memiliki perilaku yang mencrminkan sikap karakter, Undang-undang nomor 20 tahun 2005 pasal 35 disebutkan bahwa: “Standar Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”. Berdasarkan pasal di atas kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kualifikasi kemampuan siswa yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil

Page 55: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

41 yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan standar kompetensi lulusan di masa yang akan datang. Pada standar kelulusan diharapkan seluruh siswa mampu mengembangkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki dengan penuh rasa percaya diri, siswa mempunyai kesadaran cinta lingkungan sekolah misalnya pada kegiatan ekstrakurikuler Menurut Asep Berry Hernawan, dkk (2011:12.4) kegiatan ekstrakurikuler Adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam siswaan sebagai upaya membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional. Berdasarkan pendapat teori di atas maka kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran yang sangat penting karena dapat memperluas pengetahuan dan dapat mengembangkan minat bakat siswa diantara kegiatan ekstrakurikuler yang diminati oleh siswa yaitu: (1) Pramuka Kegiatan pramuka dapat memupuk siswa untuk berani mengemukakan pendapat, lebih mandiri, dilatih jiwa kepemimpinan, disiplin, kejujuran dan tanggung jawab. (2) Kesenian Kegiatan yang mendukung mata siswaan seni budaya dan prakarya serta untuk membantu pengembangan siswa sesuai kebutuhan, prestasi bakat dan minat siswa SD. kegiatan ini lebih menekankan pada aktivitas ‘’belajar

Page 56: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

42 sambil melakukan’’ sebagai upaya menstimulasi keberanian siswa SD untuk mengapresiasikan ide atau gagasan seni mereka dalam bidang seni musik, seni tari, dan seni suara. (3) Olahraga Kegiatan ini mendukung keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan olahraga serta menumbuhkan kecerdasan emosi dan sportivitas sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh. 2. Standar isi: Menyelenggarakan aspek mengembangkan kurikulum pada muatan lokal. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa: “Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan siswa, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan

Page 57: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

43 penguasaan kompetensi yang berjenjang. Ruang lingkup pengembangan kurikulum yang berbasis kearifan lokal. 3. Standar Proses Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Perangkat Pembelajaran missal RPP dirancang dengan menggunakan potensi kearifan lokal. Berdasarkan lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar proses Pendidikan Dasar dan menengah dinyatakan bahwa: “Komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata siswaan, kelas/semester, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode pembelajaran media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran”. Berdasarkan lampiran Permendikbud di atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar

Page 58: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

44 (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. rencana pelaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan Kompetensi Dasar atau subtema yang dilaksanakan 1(satu) kali pertemuan atau lebih, dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru juga dapat mengembangkan dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kearifan lokal. 4. Standar Penilaian Standar Penilaian menggunakan jenis penilaian sahih, objektif, akuntabel, adil, terpadu, tebuka, menyeluruh, sistematis, krietria. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 5 (lima) bahwa: “Prinsip penilaian hasil belajar: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel”. Berdasarkan Permendikbud di atas maka penilaian secara keseluruhan harus sahih, artinya penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur, objektif

Page 59: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

45 berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai, adil artinyai penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender, terpadu berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran, terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan, menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan siswa, sistematis berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku, beracuan kriteria berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan, akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya. Menurut Adi Suryanto, dkk. (2013:1.8) menyatakan bahwa penilaian terbagi atas dua yaitu penilaian asesmen merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang kedua adalah

Page 60: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

46 penilaian dalam arti evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem secara keseluruhan. Berdasarkan pendapat ahli mengenai penilaian, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, penilaian memberikan juga informasi lebih konprehensif dan lengkap dari pada pengukuran, karena tidak hanya mengunakan instrument tes saja, melainkan mengunakan tekhnik non tes lainya. Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan dalam menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik dan buruk serta bersifat kualitatif. Hasil penilaian sendiri meskipun bersifat kualitatif, bisa berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) & nilai kuantitatif (berupa angka). Secara istilah, penilaian merupakan proses kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program yang sudah ditetapkan sebelumnya berhasil dengan baik atau tidak baik. Agar mengetahui informasi mengenai penilaian tersebut, digunakan pengukuran, baik itu menggunakan instrumen tes maupun nontes.

Page 61: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

47 5. Standar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 Tahun 2007 pasal 1 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan bahwa: “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”. Berdasarkan peraturan menteri di atas maka standar pendidik menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh pendidik untuk menjalankan profesinya sebagai pendidik yang harus dibekali dengan ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru, tidak dipungkiri lagi bahwa guru menempati posisi yang sangat penting. Guru merupakan tonggak pendidikan yang akan mencetak manusia-manusia pada masa yang akan datang. Guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan standarnya. Semua itu dilakukan supaya menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut memiliki indikator-indikator sendiri dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dengan keempat kompetensi tersebut diharapkan guru bisa

Page 62: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

48 meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Guru harus bisa memiliki keempat kompetensi tersebut dan mensinergikan ke dalam dunia pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun pasal 1 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah. Dinyatakan bahwa: “(1) Standar tenaga administrasi sekolah/madrasah mencakup kepala tenaga administrasi, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus sekolah/madrasah. (2) Untuk dapat diangkat sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar tenaga administrasi sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional”. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tenaga administrasi sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar tenaga administrasi di sekolah/ madrasah yang berlaku secara nasional. Berkenaan dengan hal tersebut peranan tenaga administrasi sangatlah penting untuk mendukung kelancaran dan kesuksesan tata administrasi sekolah. Dibutuhkan kompetensi dan ketrampilan yang menunjang di bidang administrasi. Keberadaan tenaga administrasi di jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi terciptanya sekolah yang bermutu.Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, dimana di dalamnya

Page 63: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

49 termasuk pendidik (guru dan kepala sekolah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga penguji. 6. Standar pengelolaan Permen No. 19 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Pasal 1 berbunyi: “Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional”. Berdasarkan Permen di atas standar pengelolaan di sekolah wajib memenuhi standar nasional dan ini bisa dilakukan dengan Sistem kemitraan sekolah/madrasah dengan peran serta masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat, serta mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama. Secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensukseskan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis, selanjutnya mengikut sertakan guru dan siswa dalam kegiatan masyarakat, menyediakan fasilitas sekolah untuk keperluan masyarakat, mengikutsertakan pemuka atau tenaga ahli di

Page 64: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

50 masyarakat ke dalam kegiatan, mendayagunakan sarana yang tersedia di masyarakat untuk keperluan sekolahiatan kurikuler atau ekstra kurikuler, mendayagunakan potensi masyarakat sebagai salah satu unsur penanggung jawab Pendidikan dan mendayagunakan potensi orang tua siswa kerjasama dan kemitraan ini dengan perjanjian secara tertulis. 7. Standar Sarana Prasarana Permen No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana perpustakaan sangat mendukung terlaksananya literasi di sekolah adapun standar sarana prasarana yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan adalah: a. Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan siswa dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

Page 65: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

51 b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 meter. c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai. e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana penggunaan aplikasi perpustakaan on line (INLIS LITE) bekerjasam dengan perpustakaan daerah. f. Penggunaan absen digital bekerjasama dengan Indosat Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dapat memperlancar proses belajar siswa, literasi di sekolah terlaksana dengan baik, dan dengan adanya perpustakaan online dapat mempermudah siswa mencari buku sebagai bahan bacaan juga dapat mempermudah jalinan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah mengenai kehadiran anaknya di sekolah melalui absen digital. 8. Standar pembiayaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 62 disebutkan bahwa: 1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

Page 66: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

52 2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. 3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh siswa untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi: a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. 5) Pengelolaan dana yang berasal dari sumber lain yaitu hasil Usaha Sekolah, Kantin Sekolah dan Koperasi Sekolah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 46 menyatakan bahwa: “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat”.

Page 67: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

53 Berdasarkan tuntutan kebutuhan di sekolah tersebut utamanya kebutuhan pengembangan pembelajaran yang sangat membutuhkan biaya yang relatif banyak, maka sumber pendapatan diupayakan dari berbagai pihak agar membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah, disamping sekolah perlu melakukan usaha mandiri yang bisa menghasilkan dana Pengelolaan dana hasil usaha sekolah yaitu kantin dan koperasi sekolah Pengelolaan kantin sekolah memiliki manfaat tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, harganya yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah. Hasil penjualan atau sewa tempat penjualan dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima pihak sekolah. Pengelolaan kantin sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tempat kantin strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga sekolah untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau oleh pengelola sekolah. 2) Bangunan kantin didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga menyenangkan pengunjungnya.

Page 68: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

54 3) Menu makanan dan minuman bervariasi sesuai selera pembeli dan berkualitas baik, namun harganya diusahakan yang semurah mungkin. 4) Keuangan kantin atau hasil pengelolaan kantin dikelola secara transparan. Selain pengelolaan kantin sekolah, usaha yang bisa dilakukan sekolah untuk menambah pendapatan sekolah yaitu pengelolaan koperasi sekolah. Adanya koperasi sekolah disamping memiliki manfaat tersedianya kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah. Terkait dengan kebutuhan siswa, usaha koperasi bisa berupa toko yang menyediakan seragam sekolah, buku tulis dan cetak, alat tulis dan kebutuhan belajar lainnya. Terkait dengan kebutuhan guru, koperasi bisa menyediakan seragam guru, alat tulis dan kebutuhan rumah tangga misalnya penyediaan sembako dan kebutuhan lainnya. Selain toko yang menyediakan kebutuhan guru, koperasi bisa mengelola usaha simpan pinjam dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga di bank agar guru dan pegawai sekolah tertarik serta merasa diuntungkan oleh adanya koperasi di sekolah. Usaha kavling tanah dan perumahan juga bisa diusahakan oleh sekolah kalau

Page 69: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

55 memang sekolah mampu melakukannya. Tentu saja pengurus koperasi harus bekerja sama dengan perbankan agar diperoleh modal yang sesuai kebutuhan. Pengelolaan koperasi sekolah yang efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tempat koperasi strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga sekolah untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau oleh pengelola sekolah. 2) Bangunan koperasi didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga menyenangkan pengunjungnya. 3) Ragam barang yang dijual di koperasi bervariasi sesuai kebutuhan pembeli dan berkualitas baik, namun harganya diusahakan yang semurah mungkin. 4) Keuangan koperasi atau hasil pengelolaan koperasi dikelola secara transparan dan sesuai dengan standar pembukuan koperasi. Hasil usaha koperasi dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima pihak sekolah. C. Nilai Sosial Nilai sesuatu yang penting menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat, nilai juga merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun

Page 70: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

56 rohani, nilai sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Sapriya, (2017:53) mendefinisikan pada hakikatnya nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Umumnya nilai dijiwai dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat, atau persatuan dari orang-orang yang satu tujuan Nilai-nilai yang dimiliki setiap manusia tersebut sangat beragam bergantung pada kesepakatan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut seperti nilai moral, nilai religi, nilai estetika (keindahan), dan sebagainya. Kluckhohn, Clyde (1962:44) Dalam bukunya “Culture and Behavior” menyatakan bahwa Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas nilai sosial mencakup lima masalah pokok, yaitu: 1) Nilai hakikat hidup manusia 2) Nilai hakikat karya manusia 3) Nilai kedudukan manusia dalam ruang dan waktu 4) Nilai hakikat hubungan manusia dengan alam sekitar, 5) Nilai hakikat hubungan dengan manusia sesamanya.

Page 71: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

57 Pengertian Sosial menurut KBBI (2009:746) ialah hal-hal yang berkenaan dengan kemasyarakatan atau sifat-sifat kemasyarakatan dan yang memperhatikan kepentingan umum. Nilai sosial jika disimpulkan dapat diartikan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Penentu apakah sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak mesti melewati proses menimbang terlebih dahulu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan di masyarakat itu sendiri. Maka sudah wajar jika terdapat perbedaan tata nilai antara masyarakat satu dengan yang lain. Nilai mempunyai peran penting dimasyarakat sebagai petunjuk arah untuk bersikap dan bertindak. Sebagai acuan dan sumber motivasi untuk melakukan sesuatu. Mengarahkan masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai yang berlaku di lingkungannya. Pendorong, pengawas, dan penekan individu untuk berbuat baik. Alat solidaritas untuk mendorong kerjasama masyarakat sehingga dapat meraih tujuan yang tidak bisa dicapai sendiri. Firman Allah Swt dalam (QS: Al-Hujurat. S. 49: 13)

Page 72: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

58 Terjemahan: (13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam ayat ini Dan Allah menjelaskan bahwa dengan Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan bergolong-golong tidak lain adalah agar kita saling kenal dan saling menolong sesamanya. Karena ketaqwaan, kesalehan dan kesempurnaan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan seseorang atas yang lain. Allah Swt. menjelaskan adab-adab budi pekerti yang harus berlaku diantara sesama mukmin, dan juga menjelaskan beberapa fakta yang menambah kukuhnya persatuan umat Islam, yaitu menjauhkan diri dari berburuk sangka kepada yang lain, menahan diri dari memata-matai keaiban orang lain, menahan diri dari mencela dan menggunjing orang lain. Dan dalam ayat ini juga, Allah menerangkan bahwa semua manusia dari satu keturunan, maka kita tidak selayaknya menghina saudara sendiri. 1. Penguatan Karakter Nilai Sosial Karakter tentu berkaitan erat dengan watak dan kepribadian seseorang, sehingga karakter perlu dibangun dan dibentuk sedemikian rupa agar melahirkan kepribadian dan watak yang baik. Coon (1983:52) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan

Page 73: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

59 atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Permasalahan kemampuan sosial sangat mengemuka manakalah perilaku materialisme yang menganggap bahwa seolah-olah materi, benda, dan uang adalah segala-galanya. Perilaku materialistik ini dapat mengancam terkikisnya nilai-nilai kehidupan manusia, misalnya nilai keimanan, kejujuran, ketertiban, kendali diri, pengorbanan, tanggung jawab, dan kebersamaan. Fenomena perilaku materialistik ini dapat meruntuhkan nilai-nilai kesantunan, tepat waktu, amanah, empati, hormat pada perbedaan pendapat, dan hormat pada orang lain. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat, terutama yang tinggal di perkotaan. Perilaku seseorang ditentukan oleh faktor lingkungan dengan landasan teori kondisioning ada fungsi bahwa karakter ditentukan oleh lingkungan. Seseorang akan menjadi pribadi yang sosial apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter sosial. Tentunya ini memerlukan usaha secara menyeluruh yang dilakukan semua pihak keluarga, sekolah, dan seluruh komponen yang terdapat dalam masyarakat, untuk mengantisipasi, perlu dibangun nilai-nilai kemanusiaan di kalangan masyarakat, baik sebagai individu maupun kelompok. Nilai-nilai sosial yang kokoh dan etika standar yang kuat sangat diperlukan bagi individu maupun masyarakat melalui

Page 74: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

60 pendidikan nilai pada proses pendidikan, khususnya di sekolah secara eksplisit (terencana), terfokus, dan komprehensip untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan agar pembentukan masyarakat yang berkarakter dapat terwujud sehingga terhindar dari perilaku materialistik dan konsumtif. Untuk membentuk Nilai social pada siswa maka karakter yang harus ditanamakan kesiswa adalah: 1) Jujur Kata “jujur” berasal dari Bahasa Arab “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang artinya nyata, benar, atau berkata benar. Lawan katanya adalah “Al- kadzibu” yang berarti dusta atau bohong. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata : “jujur merupakan kata dasar dari kejujuran yang berarti lurus hati; tidak berbohong (misal berkata apa adanya); tidak curang (misal dalam permainan mengikuti aturan yang berlaku); tulus; ikhlas. Sedangkan kejujuran berarti sifat (keadaan) jujur; ketulusan hati, kelurusan hati. Jamal Ma’mur Asmani (2013:36) berpendapat jujur adalah merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Menurut pendapat di atas dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran di sekolah, ada beberapa peran yang dilakukan yaitu :

Page 75: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

61 a). Memberikan pengajaran secara terus menerus dan terintegrasi Secara umum, menanamkan nilai kejujuran kepada siswa adalah memberikan pengetahuan melalui pengajaran secara terus menerus dan memadai tentang kejujuran. Dengan memberikan pengajaran tersebut, maka siswa akan terbentuk dalam dirinya untuk bertindak dan bertanggung jawab terhadap setiap tindakannya. Jika ia telah mengetahui dan memahami tentang kejujuran, ia akan berbuat jujur, dan jika ia berbuat tidak jujur, maka ia pun tahu akan konsekuensi dari setiap ketidakjujurannya. b). Memberikan keteladanan, penanaman nilai kejujuran, bukan sekedar menyampaikan pengetahuan tentang kejujuran itu, tetapi hendaklah memberi keteladanan terhadap siswa dalam hal berbuat jujur pada setiap sikap dan tindakan, sehingga pada gilirannya akan ditiru oleh anak c). Membiasakan berperilaku jujur. Membiasakan diri untuk berbuat jujur, dan hendaknya berupaya pula membiasakan siswa untuk berperilaku jujur. 2) Disiplin Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan Zuriah (2011:83) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan berdisiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya serta dikerjakan

Page 76: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

62 dengan penuh kesadaran, ketekunan, keikhlasan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Istilah disiplin sering terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena dorongan atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. 3) Ramah lingkungan Sikap peduli terhadap lingkungan sekitar dan mau merawat lingkungan agar tetap terasa nyaman, tenang, dan bersih. Dinas lingkungan hidup menyatakan bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral Prinsip moral yang berlaku adalah menerapkan kebiasaan dalam menciptakan hidup yang sehat, menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, mempertahankan serta memlihara kehidupan secara moral. 4) Kerja sama Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara

Page 77: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

63 alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, salah satu kunci sukses suatu kegiatan adalah sukses dalam kerja sama. Saleh Muwafik (2012:225) dalam bukunya menuliskan kiat praktis membangun kerjasama yang efektif yaitu memiliki nilai- nilai dan visi yang disepakati bersama, menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi, membiasakan berfikir positif antar sesama, membangun sikap saling memahami dan saling pengertian, berempati, menciptakan organisasi positif. Kerjasama ditandai dengan upaya saling memahami, menghargai, membantu secara positif, dan selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan memberikan kemanfaatan yang banyak kepada orang lain. 5) Toleransi Soerjono Sukanto (2000: 518) mendefenisikan toleransi adalah suatu sikap yang merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak disetujui. Jadi toleransi merupakan bentuk sikap yang muncul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan yang berupa memaklumi keadaan orang lain sehingga terhindar dari perselisihan. 2. Penyimpangan Nilai Sosial pada Siswa Kamus Besar Bahasa Indonesia penyimpangan sosial diartikan sebagai tingkah-laku, tindakan, atau umpan balik dan

Page 78: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

64 tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma serta hukum yang ada dalam dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan orang dibatasi oleh aturan atau norma untuk berbuat dan berperilaku santun yang sesuai dan di anggap baik oleh masyarakat, namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih dijumpai tindakan-tindakan yang bukan sesuai dengan aturan dan norma. Z. Lawang (1986:24) mendefenisikan penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha untuk mereka yang berwenang di sistem itu untuk membaguskan perilaku yang menyimpang tersebut. Penjelasan di atas mengungkapkan perilaku yang menyimpang baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar pasti kita pernah melakukan. Penyimpangan ini bisa terjadi kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun tempat waktu serta kondisinya. Baik itu penyimpangan kecil atau besar, dalam skala luas maupun sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku pada masyarakat, contoh perilaku penyimpangan nilai sosial yaitu:

Page 79: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

65 a. Berperilaku Tidak Jujur Mustari (2011:13-15), defenisi jujur adalah suatu perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Salah satu karakter dan akhlak yang baik adalah kejujuran, namun tidak dapat dipungkiri karakter kejujuran pada siswa pada saat ini mulai cenderung menurun disebabkan karena kwalitas akhlaknya yang mulai merosot. Praktik mencontek berawal dari sikap tidak jujur siswa. Mencuri dan melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya, juga berawal dari ketidakjujuran terhadap dirinya sendiri dan terlebih lagi terhadap orang lain. Bahkan korupsi juga berawal dari ketidakjujuran pelakunya, hal itu semua adalah karakter tidak baik yang dipertontonkan oleh insan-insan pendidikan di Indonesia. Peran orang tua dan guru adalah hal yang sangat penting dalam proses penanaman karakter jujur pada anak. Orangtua adalah pendidik yang paling utama di dalam lingkungan rumah tangga, sedangkan guru adalah pendidik formal yang akan menanamkan karakter jujur tersebut di sekolah. Kolaborasi dan kesinambungan pendidikan di antara keduanya akan sangat

Page 80: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

66 penting artinya bagi pengembangan karakter jujur baik pada diri anak didik itu sendiri. b. Berperilaku Tidak Disiplin Secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 268) disiplin adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya (ketaatan/kepatuhan terhadap tata tertib di sekolah). Sedangkan pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif. Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain. Pentingnya penguatan karakter disiplin didasarkan pada alasan bahwa, sekarang banyak terjadi perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan.

Page 81: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

67 Perilaku tidak disiplin sering ditemui di lingkungan Sekolah Dasar, sebagai contoh perilaku tidak disiplin antara lain, datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak memakai seragam yang lengkap sesuai dengan yang tercantum dalam tata tertib sekolah, duduk atau berjalan dengan seenaknya menginjak tanaman yang jelas-jelas sudah dipasang tulisan “dilarang menginjak tanaman”, membuang sampah sembarangan, mencorat-coret dinding sekolah, membolos, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, tidak menggunakan seragam sesuai aturan, dan lain-lain. Terjadinya perilaku tidak disiplin di sekolah, menunjukkan bahwa telah terjadi permasalahan serius dalam hal pendidikan karakter disiplin. Munculnya perilaku tidak disiplin menunjukkan bahwa pengetahuan terkait karakter yang didapatkan siswa di sekolah, tidak membawa dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa sehari-hari. Siswa tahu bahwa perilakunya tidak benar, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiasakan diri menghindari perilaku yang salah tersebut. Hal ini merupakan dalam proses pendidikan karakter yang terjadi. Bisa jadi pendidikan karakter yang dilakukan selama ini baru pada tahap pengetahuan saja, belum sampai pada perasaan dan perilaku yang berkarakter. Proses pembelajaran lebih banyak

Page 82: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

68 mengajarkan siswa pengetahuan verbalistik yang kurang mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi kehidupan sosial yang akan mereka temui. c. Melakukan Tindakan Bullying Terhadap Teman Sekolah Sejiwa, (2008:52) mendefenisikan Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tak berdaya. Perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa merupakan perilaku yang cukup banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti mengejek, mencemooh, dan bahkan mendorong, memukul serta penggunaan tindak kekerasan lainnya. Bagi pelaku bullying, hal seperti itu merupakan hal yang menyenangkan dirinya dan dapat memuaskan perasaannya, dan sebagai bentuk penunjukan eksistensi bahwa ia memiliki kekuasaan di sekolah. Namun bagi korban, perilaku bullying sangat tidak menyenangkan dan menggangu kehidupan mereka, bukan hanya kehidupan di sekolah namun juga pada kehidupan di luar sekolah. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa korban akan mengalami trauma akibat perilaku bullying yang ia terima sehingga muncul keengganan untuk kembali ke sekolah.

Page 83: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

69 3. Implementasi Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Perkembangan zaman semakin maju, tak banyak siswa yang memiliki kemampuan sosial atau nilai positif karena mereka lebih banyak melakukan apa yangdiperintahkan. Penanaman Nilai-nilai sosial salah satu cara yang perlu ditanamkan kepada siswa karena nilai-nilai sosial berfungsi sebagai acuan bertingkah laku dalam berinteraksi dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima tidak hanya di lingkungan sekolah. Nilai-nilai sosial memberikan pedoman bagi manusia untuk hidup berkasih sayang dengan sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin, hidup berdemokrasi, dan hidup bertanggung jawab. Lickona (1992) dalam Kartadinata (2012:74) mengemukakan bahwa: Bentuk-bentuk nilai yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerjasama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawabǁ. Dengan demikian nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi.

Page 84: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

70 Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya. Dengan adanya penanaman nilai sosial pada diri siswa diharapkan dapat terjalin interaksi sosial yang harmonis baik itu siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa, serta dapat membentuk karakter siswa yang berperilaku sopan santun, disiplin diri, jujur dan saling menghormati. Karakter yang baik memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral, serta di aktualisasikan dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan Lickona, (2012:82). Agar Nilai sosial terbentuk dalam diri siswa maka maka pihak lembaga sekolah berusaha mengupayakan berkolaborasi dengan program Sekolah Model dan cara penerapannya antara lain: a. Pembelajaran Situasi manusiawi yang harus diciptakan dalam lingkungan masyarakat begitupun dalam lingkungan sekolah, sehingga siswa merasa nyaman hidup dalam lingkunganya. Fromm (1955:362) menyatakan pada masyarakat akademik di sekolah konsepsi karakter sosial akan tercermin dalam budaya atau kultur sekolah yang melambangkan kekuatan-kekuatan

Page 85: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

71 sosial dari setiap komponen akademik terutama siswa sebagai subjek belajar. Mengadopsi Kekuatan-kekuatan manusiawi seperti yang diungkapkan oleh Fromm mengindikasikan bahwa sekolah harus menjadi lingkungan utama pembentuk karakter siswa yang manusiawi, yang memiliki jiwa dan kepribadian sosial yang tinggi sehingga memberikan rasa nyaman bagi kehidupan diri dan lingkungannya. Dit. PSMP Kemdiknas, (2010: 39-40) menyatakan pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti (pendidikan karakter), terutama melalui dua matapelajaran yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata siswaan. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata siswaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata siswaan. 2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan siswa.

Page 86: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

72 3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah Ketiga bentuk integrasi di atas, yang paling penting dan langsung bersentuhan dengan aktivitas pembelajaran 40 Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012 sehari-hari adalah pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter melalui proses pembelajaran semua mata siswaan di sekolah sekarang menjadi salah satu model yang banyak diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter (character educator). Semua mata siswaan juga disasumsikan memiliki misi dalam membentuk karakter mulia para siswa Mulyasa, (2011:59). Model integrasi pendidikan karakter dalam mata siswa dinilai lebih efektif dan efisien. Integrasi Pendidikan karakter didalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata siswaan. Guru dituntut lebih cermat dalam memunculkan nilai-nilai yang ditargetkan dalam proses pembelajaran. Secara praktis, pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah

Page 87: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

73 dikembangkan sebelumnya dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar atau di kolom silabus yang paling kanan. Pada kolom tersebut, diisi Nilai-nilai karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Metode menjadi sangat urgen di sini, karena akan menentukan nilai-nilai karakter apa yang akan ditargetkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran juga dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. 4) Bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/ atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian siswa dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, Penilaian kinerja, penilaian antarteman, dan penilaian diri sendiri. Nilai karakter sebaiknya tidak dinyatakan secara kuantitatif, tetapi secara kualitatif.

Page 88: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

74 b. Keteladanan Keteladanan merupakan tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang yang di ikuti disebut dengan teladan. Drajat, (1991:42) berpendapat Sebagai pendidik, maka orangtua dan guru hendaklah dapat menjadi contoh dalam segala aspek kehidupannya, Karena itu keteladanan orangtua dan guru merupakan suatu metode dalam mendidik dan membentuk sikap anak ke arah kebaikan dan bermoral. Seluruh tingkah laku orangtua dan guru baik dalam berbicara, berbuat, bertingkah laku merupakan contoh bagi anak-anaknya di dalam mengembangkan sikap dan kepribadiannya. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode Pembentukan sikap dapat dilakukan melalui keteladanan yaitu proses asimilasi atau proses mencontoh. Salah satu karakter anak yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk melakukan peniruan (imitasi). Hal yang ditiru itu adalah perilaku-perilaku yang diperagakan atau dilakukan oleh orang yang menjadi idolanya. Prinsip peniruan ini disebut dengan modeling. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak kagum

Page 89: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

75 terhadap kepintaran orang lain, misalnya terhadap guru yang dianggapnya bisa melakukan segala sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. Secara perlahan perasaan kagum akan mempengaruhi emosinya dan secara perlahan pula anak akan meniru perilaku yang dilakukan oleh idolanya itu. Dikarenakan anak lebih lama berada dalam keluarga, maka sudah seharusnya orangtua dapat memberikan contoh teladan yang baik dan menjadikan dirinya sebagai idola bagi anak-anaknya. c. Pembiasaan Hakekat pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Pembiasaan adalah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan disetiap hari dan pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dikuasai oleh anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam dari pada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan Pembiasaan menurut Mulyasa (2012:166) adalah sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara berulang-ulang dan terus-

Page 90: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

76 menerus, agar membentuk kepribadian yang baik terutama Nilai sosial pada siswa. d. Menanamkan Budaya Kearifan Lokal Karakter bangsa tidak bisa terlepas dari nilai-nilai budaya. Budaya didefinisikan sebagai seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku Marvins, (1999: 42). Begitu juga dengan yang dikatakan oleh Suparlan (1981:56) bahwa budaya adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Syarif, dkk (2016:29) menyatakan kearifan lokal yang dimaksud disini adalah mencintai nilai-nilai budaya Bugis-Makassar antara lain nilai kejujuran, nilai keadilan, nilai kecendekiawanan, sedangkan nilai kepatutan nilai-nilai budaya Bugis Makassar sebagai berikut: nilai kesetiaan, nilai keberanian, nilai kebijaksanaan, etos kerja, kegotong-royongan, keteguhan, solidaritas, persatuan, keselarasan, dan musyawarah. Mattulada mencatat, berdasarkan Lontara Latoa, ada lima syarat, yaitu: (1) Taqwa kepada Allah Taala, (2) Siri’ terhadap sesama manusia, (3) Takut melakukan dusta,

Page 91: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

77 (4) Kasih sayang terhadap seseorang yang menjadi tanggung jawab kita, (5) Menegakkan kejujuran terhadap siapapun. Siswa diisyaratkan tidak mengalami kemerosotan etika dan sikap prilaku kita kepada generasi yang akan datang dan masih ada yang lebih penting yang harus kita pahami dalam sikap dan prilaku kita, diantaranya: 1. Sipakainga Sipakainga adalah tindakan untuk senantiasa saling mengingatkan, saling menegur, saling mengevaluasi dan membimbing kejalan yang benar jika seseorang mengalami permasalahan atau kesulitan hidup tanpa membedakan satu sama lain. 2. Sipakatau Sipakatau merupakan cerminanan untuk senatiasa saling menghormati dan tidak sebaliknya saling bermusuhan, saling sikuk dan injak menginjak dalam merebut jabatan atau mengejar kekayaan hendaknya senantiasa kita memanusiakan sesama manusia. 3. Sipakalebbi Sipakalebbi sebuah gambaran dalam menjalani hidup dalam bermasyarakat untu senantiasa saling menghargai antara sesama manusia dengan saling menghargai maka hubungan

Page 92: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

78 akan semakin erat dan jauh dari rasa permusuhan dan kebencian. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa untuk menguatkan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari maka budaya lokal (seperti budaya Bugis) perlu dilestarikan. Hal ini karena budaya mudah diterima dan dijalankan oleh masyarakat setempat berbicara mengenai budaya, budaya suku Bugis memiliki prinsip yang bersentuhan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter. Prinsip suku Bugis tersebut adalah Sipakatau, Sipakainge' dan Sipakalebbi. Sejatinya, jika ingin menguatkan kembali pendidikan karakter maka seharusnya budaya lokal terlebih dahulu harus dilestarikan kembali. Ada banyak strategi yang dapat dilakukan dalam menguatkan pengamalan nilai-nilai pendidikan karakter melalui budaya lokal. 4. Tudang Sipulung Dollah,B., Bikuwata, (1994) menyatakan istilah-Istilah Tudang dalam Bahasa Bugis berarti duduk, sedangkan Sipulung berarti berkumpul. Dengan demikian secara etimilogi Tudang Sipulung berarti duduk berkumpul kemudian diartikan sebagai musyawarah. Secara harfiah hal ini berarti berkumpul dengan maksud memusyawarahkan hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat setempat

Page 93: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

79 Dari pengertian diatas maka Tudang sipulung adalah salah satu tradisi suku Bugis Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan suatu kegiatan secara bersama-sama membicarakan dan merundingkan dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai suatu hasil kesepakatan melalui budaya musyawarah. e. Aktifkan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) merupakan wadah dan kegiatan bagi anak sekolah yang sangat ditunggu, karena di sana anak sekolah akan belajar banyak dari mulai organisasi sampai menyalurkan bakat mereka yang harus terus pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu, untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler memberikan gambaran bagaimana karakter siswa dibangun secara baik. Kegiatan ekstrakurikuler juga memiliki beberapa fungsi, yaitu mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat, dan minat. ekstrakurikuler juga memiliki fungsi sosial, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa. Dasar hukum mengenai hal

Page 94: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

80 itu, terdapat dalam UUD Tahun 1945 Pasal 31 Ayat (3) yang berbunyi Pemerintah mengusahakan dan menyelesaikan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna dari pasal di atas yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah berusaha menyelenggarakan pendidikan yang menggunakan satu sistem pendidikan nasional sehingga tidak ada perbedaan antara pendidikan pusat dan daerah. Selain itu, dalam Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 pasal 1 tentang Pembinaan Kesiswaan, disebutkan tujuan pembinaan kesiswaan antara lain menyiapkan siswa agar menjadi warga yang berakhlak mulia, demokratis, dan menghormati hak-hak asasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani. Berdasarkan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 pasal 1 dapat dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari upaya melahirkan pribadi yang tak hanya cerdas, tetapi berkarakter baik. Juga memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan karakter siswa terutama jiwa sosialnya. Pengertian Ekstrakurikuler menurut Tri Ani Hastuti (2008:63), ekstrakurikuler merupakan program sekolah berupa kegiatan siswa, optimis siswaan terkait, menyalurkan bakat dan

Page 95: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

81 minat, kemampuan dan keterampilan untuk memantapkan kepribadian siswa.kegiatan ekstrkurikuler tersebut memperoleh manfaat dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kegiatan yang diikuti. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi dan bakat siswa dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, siswa akan belajar mengatur waktu, siswa akan terbiasa bersosialisasi di lingkungannya, siswa akan menyalurkan energi dan kreativitasnya, rasa stress pada siswa akan hilang, siswa akan melewati hari-hari yang padat dengan hati senang, karena kegiatan ekstrakurikuler membuat siswa siswa santai dari rutinitas yang membosankan. Adapun kegiatan ekstrkurikuler yang dilaksanakan di sekolah antara lain: 1. Pramuka Ekstrakurikuler pramuka merupakan salah satu ekstrakurikuler wajib yang ada di sekolah. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 pasal 2 yang berbunyi: “(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah.(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh siswa”. Kata “Pramuka” dalam Panduan Lengkap Gerakan Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang

Page 96: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

82 memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya. Kegiatan kepramukaan untuk menanamkan dan mengajarkan nilai karakter. Untuk peranan dari kepramukaan terhadap pengembangan nilai-nilai karakter dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Memberi bekal bagi para siswa atau kaum muda dalam mengikuti pembelajaran yang edukatif, aktif, dan kreatif. (b) Mengajarkan pada kaum muda untuk dapat belajar dengan tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. (d) Mengembangkan nilai karakter guna mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila. (e) Menanamkan nilai-nilai kewajiban dalm berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia. (f) Membentuk insan-insan yang bertaqwa dan sesuai dengan Dasa Dharma Pramuka. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dengan basis kepramukaan merupakan suatu kegiatan belajar yang menyenangkan, terbuka, santai, bersahabat, disiplin dan bertahap untuk menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai karakter. Dengan adanya hubungan antara pendidikan karakter dan kepramukaan diharapkan muncul keefektifan bagi perkembangan nilai karakter dan budaya bangsa. Sehingga akan

Page 97: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

83 melahirkan generasi muda bangsa yang berkarakter dan berkebudayaan Bangsa Indonesia. 2. BTQ (Baca Tulis Al-quran) Pembentukan karakter melalui pendidikan Al-Quran yang berkualitas (membaca, mengetahui, dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya) sangat perlu dan tepat serta mudah dilakukan secara berjenjang oleh sekolah secara terpadu melalui ekstrakurikuler. Rosniati Hakim (2014) menyatakan Baca Tulis Al-quran bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., cerdas, terampil, pandai baca tulis Al-quran, berakhlak mulia, mengerti dan memahami serta mengamalkan kandungan Al-quran. Pendidikan berbasis Al-quran adalah pendidikan yang mengupas masalah Al-quran dalam makna; membaca (tilawah), memahami (tadabbur), menghafal (tahfizh) dan mengamalkan serta mengajarkan atau memeliharanya melalui berbagai unsur. Pendidikan Al-quran adalah pendidikan yang menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-quran yang terlihat dalam sikap dan aktivitas siswa dimanapun dia berada. 3. Ekstrakurikuler Seni Musik Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata seni maka

Page 98: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

84 yang mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni berupa benda, musik, bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang tinggi. Dunia pendidikan, seni juga memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental maupun fisik siswa. Bahkan dengan pendidikan seni, perilaku siswa dapat terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat kepada siswa. Musik merupakan karya cipta manusia memakai medium bunyi untuk menikmatinya. Musik hadir dalam bentuk kesatuan irama, melodi, harmoni, bentuk dan gaya, serta ekspresi. Musik itu sendiri meliputi tidak hanya instrumen saja, tetapi juga vokal. Hal ini berarti ketika seseorang mengetahui cara memainkan musik, belum dapat dikatakan sebagai pemusik apabila ia tidak memahami teknik vokal, demikian pula sebaliknya. Rien (1999:1) berpendapat seni musik adalah suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk lagu, dan ekspresi, dengan adanya musik seseorang dapat mengungkapkan perasaannya meskipun dari berbagai ungkapan perasaan seseorang berbeda-beda. Pembelajaran

Page 99: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

85 musik di Sekolah Dasar diberikan secara bertahap yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pendidikan di atas maka kegiatan pokok dalam pendidikan adalah belajar. Seni memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental maupun fisik siswa. Bahkan, dengan pendidikan seni, perilaku siswa dapat terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat kepada siswa. Adapaun fungsi seni musik antara lain: (1) Fungsi Religi Karya seni sebagai pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lagu rohani. seni juga sering digunakan untuk sebuah upacara kelahiran, kematian, pernikahan dsb.

Page 100: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

86 (2) Fungsi Komunikasi Musik memiliki fungsi komunikasi berarti bahwa sebuah musik yang berlaku di suatu daerah kebudayaan mengandung isyarat-isyarat tersendiri yang hanya diketahui oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari teks atau pun melodi musik tersebut. (3) Fungsi Rekreasi Musik memiliki fungsi hiburan mengacu kepada pengertian bahwa sebuah musik pasti mengandung unsur-unsur yang bersifat menghibur. (4) Fungsi Artistik Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dengan menyajikankaryanya tidak untuk hal yang komersil hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya. (5) Fungsi Guna Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya, kecuali sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya, seperti: perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan. (6) Fungsi Terapi.

Page 101: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

87 Musik sebagai sarana terapi ini pada masa itu di manfaatkan sebagai cara untuk untuk memulihkan keadaan psikis maupun untuk mempercepat proses penyembuhannya. Fungsi seni musik yang lain yaitu membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa serta membina perkembangan estetika siswa dalam berkarya seni. Dalam hubungan atau ketertarikan dengan pembentukan karakter siswa maka seni musik dapat menumbuhkan karakter berpikir kreatif. 4. Ekstrakurikuler Seni Tari Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak Dini di usia ini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis. Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional

Page 102: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

88 bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Cahyono (2015). Menyatakan melalui ekstrakurikuler terutama ekstrakurikuler seni tari diharapkan dapat membentuk nilai karakter terutama nilai karakter bersahabat atau komunikatif terharap siswa SD. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari juga banyak mengandung perenungan sehingga siswa lebih peka untuk membedakan sesuatu yang baik maupun buruk, termasuk menerapkan perilaku / karakter yang baik pula. Menurut Kemendiknas (2010: 10) Sikap Bersahabat atau Komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Melalui kegiatan ekstrakurikuler seni tari dapat meningkatkan peran aktif siswa. Peran aktif yang dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler seni tari untuk membentuk nilai karakter bersahabat di SD adalah kesediaan siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler dengan baik dan benar serta memberikan respon positif terhadap kegiatan ektarukikuler seni yang diajarkan.

Page 103: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

89 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Seni tari merupakan bagian dari seni budaya, yang perlu dilestarikan. Disetiap tarian memiliki makna dan arti yang berbeda. Namun meski demikian, didalam tarian terkandung nilai-nilai moral yang akan membawa siswa ikut terjun dalam pembenahan moral atau karakter. Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan non akademik yang di lakukan di luar jam siswaan yang bertujuan untuk menggali bakat dan minat siswa. Siswa tidak hanya perlu pendidikan akademik namun perlu juga memiliki kepribadian yang baik dan karakter yang baik. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah menjadi salah satu cara untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap individu dan memberikan manfaat yang baik bagi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut karena waktu luangnya digunakan untuk hal yang dapat memberikan dampak postif 5. Ekstrakurikuler Olahraga Secara spesifik mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga adalah suatu kegiatan latihan cabang olahraga tertentu yang diakomodir oleh sekolah. Pelaksanaannya berlangsung di sekolah dan waktu pelaksanaan dilakukan di luar jam sekolah. Pembina dan koordinator kegiatan ekstrakurikuler biasanya dipegang oleh pihak sekolah, misalnya

Page 104: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

90 wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru penjasorkes, atau yang lain. Sementara itu, pelatih dapat berasal dari guru sekolah itu sendiri ataupun mengambil dari pihak luar sekolah yang berkompeten di bidangnya. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan siswa. Aturan dan dasar hukum mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Dalam Pasal 1 Undang-undang tersebut disebutkan bahwa tujuan pembinaan kesiswaan, dalam hal ini terkait kegiatan 3 ekstrakurikuler olahraga yaitu: (1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas; (2) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; (3) Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat; dan (4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

Page 105: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

91 Ekstrakurikuler bidang olahraga bertujuan untuk membentuk jiwa siswa yang sportif serta memiliki pribadi yang sehat. Kemudian yang pasti dari masing-masing kegiatan ekstrakurikuler tersebut selalu mengikuti kompetisi yang diadakan baik ditingkat lokal maupun nasional. Karakter yang dapat dibentuk dengan adanya eksul olahraga adalah Seportivitas, jujur, disiplin, kerja keras, menghargai prestasi, Komunikatif, tanggung jawab, sabar, saling menghormati, demokratis, punya semangat kekeluargaan. Fenomena sosial yang terjadi dikalangan para siswa tersebut menunjukkan bahwa bangsa ini perlahan-lahan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat, bangsa yang mengedepankan kesopanan, dan bangsa yang memiliki rasa toleransi tinggi. Menurut (Ali, 2007:38) berpendapat bahwa perubahan sosio-budaya kontemporer, utamanya sejak era globalisasi teknologi informasi, serta otonomi daerah di Indonesia, mengharuskan adanya perubahan bentuk (bukan standar/materi) kedewasaan. Dengan begitu mungkin diperlukan reposisi dan reformasi pendidikan agar manusia dalam pendidikan mengalami transformasi atas nilai -nilai yang sedang dan harus berubah menuju masa depan yang tak terprediksi.

Page 106: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

92 6. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Endtang (2000:41) yang dimaksud dengan usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarkat sekolah, yaitu: anak didik, guru, dan karyawan sekolah lain pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai tingkat SMA/SMK/MA. Jadi disini jelas bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha kesehatan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan siswa maupun masyarakat yang ada disekitar lingkungan sekolah, yang sasaran utamanya adalah siswa beserta masyarakat sekolah lainnya pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMK/MA. Karakter yang dapat dbentuk pada kegiatan UKS adalah Toleransi, disiplin, demokratis, punya rasa ingin tahu komunikatif, cinta damai, tanggung jawab, sabar 7. Dokter Kecil Kesehatan adalah hak asasi manusia setiap orang termasuk juga anak-anak. Anak yang tumbuh sehat akan menjadi tumpuan harapan di masa depan Satu kegiatan utama preventif yang diupayakan pemerintah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan salah satu pesertanya adalah Dokter Kecil. Kegiatan ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Bersama

Page 107: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

93 (SKB) empat menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (3 September 1989). Dokter Kecil adalah siswa yang memenuhi syarat dan terlatih untuk melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga, dan lingkungan sekolah agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah dan lingkungannya untuk hidup lebih sehat. Dokter Kecil merupakan ujung tombak dari program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk memperhatikan kesehatan anak sekolah. siswa-siswa yang telah melaksanakan program Dokter Kecil lebih baik dari pada siswa-siswa yang belum melaksanakan program tersebut. Dokter Kecil terbukti efektif berperan sebagai promotor kesehatan sekolahnya. Dari sana akan berkembang ke lingkungan yang lebih besar seperti keluarga dan masyarakat. Menyelesaikan persoalan kesehatan memang dibututuhkan partisipasi penuh masyarakat. Selain edukasi kepada Dokter Kecil, merupakan promotor kesehatan di masyarakat yang harus didukung peranannya. Sumijatun (2005: 34) mendefinisikan dokter kecil adalah siswa sekolah yang memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Page 108: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

94 terhadap diri sendiri, teman, keluarga, dan lingkungannya. Adapun perilaku yang tertanam dalam kegiatan dokter kecil adalah siswa dapat bersikap dan berperilaku sehat, siswa dapat berperan aktif pada kegiatan kegiatan dalam rangaka upaya peningkatan kesehatan di sekolah, memiliki rasa kepedulian sosial, terbiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Dektorat Bina kesehatan Anak, Depkes RI (2008) 4. Teori Konstruksi Sosial Konstruksi sosial merupakan teori sosiologi kontemporer, dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (1966). Teori ini merupakan suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan (penalaran teoritis yang sistematis), konstruksi Sosial atas Realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas. Berger dan Luckman berpendapat bahwa institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia, walaupun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada

Page 109: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

95 kenyataannya semua dibentuk dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas dapat terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain, yang memiliki definisi subjektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidup menyeluruh yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial, serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya. Menurut Berger & Luckman, terdapat 3 (tiga) bentuk realitas sosial, antara lain: 1). Realitas Sosial Objektif Merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) gejala-gejala sosial, seperti tindakan dan tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta. 2). Realitas Sosial Simbolik merupakan ekspresi bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang umumnya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta berita-berita di media. 3). Realitas Sosial Subjektif Realitas sosial pada individu, yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas sosial simbolik, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan

Page 110: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

96 dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Setiap peristiwa merupakan realitas sosial objektif dan merupakan fakta yang benar-benar terjadi. Realitas sosial objektif ini diterima dan diinterpretasikan sebagai realitas sosial subjektif dalam diri individu realitas objektif yang ditampilkan melalui media dengan menggunakan simbol-simbol. Tampilan realitas di media inilah yang disebut realitas sosial simbolik dan diterima pemirsa sebagai realitas sosial objektif karena media dianggap merefleksikan realitas sebagaimana adanya. Hurlock (2009:99) dalam buku Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan yang menyatakan sikap sosial adalah mampu bekerjasama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, bergantung secara positif pada orang lain, dan memiliki sikap kelekatan (attachment behavior) yang baik. Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sosial tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan

Page 111: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

97 dengan objek tertentu, sikap sosial adalah interaksi dengan orang lain, sehingga dapat membentuk suatu perilaku atau perbuatan yang membuat orang dapat saling bekerja sama. Berger & Luckmann berpandangan bahwa kenyataan itu dibangun secara sosial, dalam pengertian individu-individu dalam masyarakat yang telah membangun masyarakat, maka pengalaman individu tidak dapat terpisahkan dengan masyarakat. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan dalam transformasi dan rekayasa sosial di masyarakat sanggup menanamkan watak jiwa social M.Z. Lawang (2004), memaknai nilai sebagai suatu petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari, mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut. Sementara nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan

Page 112: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

98 masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Adapun ciri nilai sosial antara lain, merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat, disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir), terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar), merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia, bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, dapat mempengaruhi pengembangan diri social, memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat, cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nilai. D. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan konstruksi program sekolah model dan yang membentuk nilai sosial pada siswa adalah sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan oleh Sulistyorini dengan judul “Sistem Penjaminan Mutu Internal(SPMI) Pada Madrasah” IAIN Tulungagung, Volume 9 No 1 September 2019 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Sistem penjaminan mutu untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah (madrasah) baik internal maupun eksternal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah

Page 113: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

99 (madrasah) secara sistematis, terencana dan berkelanjutan, bertujuan menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. b. Penelitian dilakukan oleh Maman Rachman dengan judul pengembangan Pendidikan karakter berwawasan konservasi nilai-nilai sosial jurnal Universitas Negeri Semarang, JawaTengah Indonesia Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 Konservasi nilai sosial merupakan upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. c. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Miftahul Arifin dengan judul: Strategi Guru Untuk Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Siswa (Studi Multi Kasus di The Naff Elementary School Kediri dan MI Manba’ul Afkar Sendang Banyakan Kediri), Tesis Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Dengan hasil siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada pada lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Siswa perlu dipersiapkan agar pada waktunya mampu

Page 114: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

100 melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. d. Penelitian dilakukan oleh Muhammad Arifin dengan judul Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada SD Negeri Mannuruki Makassar, Tesis, Program Pacasarjana UIN Alauddin Makassar. Diperoleh hasil bahwa untuk membiasakan siswa peduli terhadap sesama ada beberapa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada siswa adalah memperketat tuntutan pada siswa mengenai sikap peduli dan tanggung jawab, mengajarkan perbuatan-perbuatan baik khususnya yang berkaitan dengan kepedulian pada sesama, melatih siswa mempraktekkan perbuatan baik terutama menyangkut kepedulian sosial. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan implementasi program sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa dan juga untuk mengetahui apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan kegiatan program sekolah model dalam hal penguatan nilai sosial pada siswa.

Page 115: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

101 Tabel 2. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya No. Nama Temuan 1. Sulistyorini Sistem penjaminan mutu untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah (madrasah) baik internal maupun eksternal untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah (madrasah) secara sistematis, terencana dan berkelanjutan. 2. Maman Rachman Konservasi nilai sosial merupakan upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. 3. Moh. Miftahul Arifin Siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Tabel 3. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya No Nama Temuan 4. Muhammad Arifin Guru pendidikan agama Islam Membiasakan siswa peduli terhadap sesama ada beberapa yang dilakukan oleh kepada siswa adalah memperketat tuntutan pada siswa mengenai sikap peduli dan tanggung jawab 5 Peneliti Meneliti program sekolah model dalam hal penguatan Nilai sosial pada siswa E. Kerangka Konsep SDN 57 Bulu-Bulu merupakan salah satu satuan pendidikan yang ditunjuk sebagai Sekolah Model telah membentuk Tim SPMI Kabupaten Maros. SPMI merupakan suatu sistem yang dapat menjadi tolak ukur dalam memetakan mutu, Pelaksanaan kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang meliputi; analisis pemetaan

Page 116: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

102 mutu; rencana pemenuhan mutu; rencana implementasi pemenuhan mutu; implementasi pemenuhan mutu; audit pemenuhan mutu; dan menetapkan standar mutu baru kesemuanya telah dilaksanakan dalam berbagai macam kegiatan diselenggarakan sesuai 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang seharusnya menjadi dasar yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. 8 standar yaitu: standar kompetensi kelulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar saran prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan. Setelah pemetaan mutu dilaksanakan secara mandiri dan memenuhi serta mencapai delapan standar maka sekolah model mengoptimalkan pembiasaan diri dengan pengembangan nilai budi pekerti dan aklak mulia dengan menyusun kegiatan program sekolah model dan mengemplementasikan nilai sosial dalam kegiatan rutin diantaranya kegiatan pembelajaran yaitu menanamkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, bukan hanya menjadi bagian dari tanggung jawab guru-guru agama dan guru-guru pendidikan kewarganegaran. Melainkan tugas semua guru mengintegrasikan aspek-aspek nilai karakter ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Selanjutnya kegiatan rutin keteladanan yaitu guru hendaklah dapat menjadi contoh dalam segala aspek kehidupannya, Karena itu keteladanan guru merupakan suatu metode dalam mendidik dan

Page 117: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

103 membentuk sikap anak ke arah kebaikan dan bermoral. Seluruh tingkah guru baik dalam berbicara, berbuat, bertingkah laku merupakan contoh bagi anak-anaknya di dalam mengembangkan sikap dan kepribadiannya. Pembiasaan yaitu sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berisi tentang bagaimana cara bertutur kata yang baik dan bagaimana cara bertingkah laku yang baik. Kegiatan rutin lainnya menanamkan Nilai kearifan lokal yaitu Sipakainga, Sipakatau, Sipakalebbi, Tudang Sipulung yang maknanya mencintai nilai-nilai budaya Bugis-Makassar antara lain nilai kesetiaan, nilai keberanian, nilai kebijaksanaan, etos kerja, kegotong-royongan, keteguhan, solidaritas, persatuan, keselarasan, dan musyawarah. Mengaktifkan ekstrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu, untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler memberikan gambaran bagaimana karakter siswa dibangun secara baik. Kegiatan Dokter Kecil dengan Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha kesehatan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan siswa maupun masyarakat yang ada disekitar lingkungan sekolah, yang sasaran utamanya adalah siswa beserta

Page 118: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

104 masyarakat. Karakter yang dapat dbentuk pada kegiatan usaha kesehatan sekolah dan dokter kecil adalah Toleransi, disiplin, demokratis, punya rasa ingin tahu komunikatif, cinta damai, tanggungjawab, sabar Faktor pendukung dalam pelaksanaan program sekolah model yaitu letak sekolah yang strategis, kemajemukan warga sekolah, sarana dan prasarana serta dukugandari pihak warga sekolah, orang tua siswa dan masyarakat, sedangkan faktor penghambat implementasi program sekolah model antara lain masih ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan belum dapat melaksanakan penjaminan mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran dalam pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda, terbatasnya waktu dalam mengefektifkan kegiatan ekstrakulrikuler keagamaan, olahraga, seni di luar jam sekolah, serta adanya pengaruh pergaulan negatif pada siswa dari luar sekolah, dan juga pengaruh media yang kurang mendidik, dan sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. Jadwal pengaturan waktu bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan tidak berjalan sesuai yang telah diprogramkan, kegiatan yang dilaksanakan kurang dukungan dan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat terhadap pelaksanaan sekolah model. Dengan adanya faktor pendukung dan mengatasi faktor pengambat implementasi

Page 119: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

105 program sekolah model maka penguatan nilai-nilai karakter akan terbentuk dan tertanam pada diri siswa sehingga ke depannya akan menghasilkan output karakter nilai sosial pada diri siswa. Gambar. 2. 2 Kerangka Konsep Nilai Sosial Implementasi Program Sekolah Model Penguatan Nilai Sosial pada Siswa • Jujur • Disiplin • Kerja sama • Toleransi • Ramah lingkungan Faktor Pendukung Program Sekolah Model Faktor Penghambat Program Sekolah Model Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Pembelajaran Keteladanan Pembiasaan Budaya Kearifan Lokal Ekstrakurikuler UKS Dokter Kecil 8 ( Delapan) Standar Nasional Pendidikan

Page 120: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

106 106

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian fenomenologi dengan pendekatan deskriptif, yaitu

menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya, dengan prosedur pemecahan

masalah berdasarkan apa adanya. Menurut Sugiono (2015: 254) adalah

penelitian fenomenologikal adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman

apa yang dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya

dengan orang lain.

Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial

tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan kepopulasi, tetapi

ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan

dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian

kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,

informan, teman atau guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian

kualitatif disebut sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif adalah

untuk menghasilkan teori.

Peneliti memiliki beberapa alasan mengapa melakukan penelitian

kualitatif yaitu pertama, adalah alasan demi kemantapan peneliti

berdasarkan pengalaman penelitiannya. Kedua, adalah alasan untuk tidak

Page 121: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

107 terjebak pada angka-angka hasil pengolahan dengan menggunakan

teknik statistik yang cenderung berlaku untuk populasi. Ketiga, adalah

alasan dari sifat masalah yang diteliti. Dalam beberapa bidang studi, pada

dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian analisis implementasi program sekolah model dalam

penguatan nilai sosial pada siswa yaitu studi yang memerlukan penelitian

untuk mengetahui implementasi program sekolah model dalam penguatan

nilai sosial pada siswa, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan

faktor penghambat. Studi ini yang betujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat

penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya Ridwan, (2011:

119). Data yang diperoleh kemudian diolah, ditafsirkan, dan disimpulkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-

Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Penelitian ini dilakukan pada

saat izin diterbitkan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena

peneliti melihat bahwa siswa SDN 57 Bulu-Bulu terdiri dari latar belakang

keluarga yang heterogen baik dari segi suku, agama, pendidikan dan

ekonomi, Maka peneliti ingin mengetahui upaya-upaya program sekolah

model dalam penguatan nilai sosial pada siswa.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang datanya

diambil dari lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Sebagai penelitian

Page 122: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

108 lapangan maka yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer,

yaitu data yang langsung diambil dari lokasi penelitian. Sedang

penyajiannya dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan

obyek yang diteliti secara apa adanya dengan pernyataan-pernyataan

yang bersifat kualitatif.

D. Penentuan Informan

Pandangan penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak

dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan

menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi

keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat, pelaku

dan aktivitas yang yang berinteraksi secara sinergis (Sugiono, 2014: 281).

Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2008: 218) purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu

yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan,

sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial

yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel

penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan

keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sampel sumber data.

Situasi sosial ini disekitar sekolah adalah kepala sekolah, guru, siswa,

serta aktivitas belajar mengajar. Adapun fokus yang diteliti dalam

penelitian ini adalah analisis implementasi sekolah model dalam

penguatan nilai sosial pada siswa.

Page 123: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

109 Penentuan informan dalam penelitian ini adalah:

1. Narasumber (informan)

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan informasi/data melalui

wawancara adapun jumlah informan yang ditetapkan adalah:

Kepala Sekolah, Guru kelas rendah, Guru kelas tinggi, Guru Agama

Islam, Guru Agama Kristen, Guru PJOK, Komite Sekolah sehingga

mendapatkan informasi/data yang relevan.

2. Peristiwa Atau Aktivitas

Dengan melakukan pengamatan langsung, peneliti dapat melihat

bagaimana keadaan sekolah, dan keadaan guru-gurunya.

3. Dokumen atau Arsip

Dalam penelitian ini, peneliti menyimpan berbagai dokumen sebagai

bukti penelitian seperti foto-foto disaat proses belajar, melakukan

kegiatan rutin, berbagai instrumen pertanyaan yang bisa dijadikan data

dan jawaban-jawaban langsung yang diberikan dari siswa, guru dan

kepala sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri dengan

berbagai media yang dapat dipakai sebagai alat bantu dalam

pengumpulan informasi serta segala data yang dibutuhkan. Yuwana

dalam Bugin (2001:101) menegaskan bahwa kenapa peneliti sendiri

dipandang sebagai instrument utama penelitian karena gejala empiris di

Page 124: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

110 lapangan terkadang sulit dan tidak dapat dibayangkan sesuatu muncul

sebagai gejala empiris dalam masyarakat.

Selanjutnya, dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti

menyiapkan beberapa item untuk memudahkan pengumpulan data di

lapangan, maka dari itu peneltian membuat seperti:

1. Jadwal kegiatan penelitian, yang berisikan alokasi waktu secara rinci

tentang apa yang akan dilakukan, dimana lokasi, apa yang diamati dan

sebagainya, jadwal di samping bertujuan sebagai pengendali waktu,

juga sebagai daftar kemajuan kegiatan peneltian.

2. Daftar pengkodean latar penelitian dan pengkodean subyek penelitian,

dengan tujuan untuk memudahkan pencatatan dan pengelompokkan

data serta pengklasifikasian data sesuai pengkodean latar penelitian

dan sasaran penelitian yang akan memudahkan untuk penganalisaan

data.

3. Daftar matriks kisi-kisi, pengumpulan data ini berisi faktor-faktor yang

akan diteliti, indikator, teknik pengumpulan data, sumber data dan

instrument penelitian yang dilengkapi dengan sistem pengkodean serta

pengkategorian data.

Adapun langkah-langkah yang penelti tempuh sebagai instrumen

utama dalam penelitian ini yaitu:

1. Berusaha menjalankan fungsi peneliti secara efektif, sehingga peneliti

melakukan adaptasiatau penyesuaian diri terhadap berbagai aspek

situasi dan kondisi di lapangan untuk tujuan pengumpulan data.

Page 125: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

111 2. Berusaha meningkatkan kepekaan dan melibatkan diri dalam

merasakana dan menyelami proses interaksi yang terjadi di lapangan.

3. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang terkumpul dengan tetap

melakukan penegasan, perubahan dan perbaikan yang dipandang

perlu.

4. Berusaha menjaga kepercayaan dan obyektivitas hasil penelitian,

mempertinggi tingkat kepercayaan dengan senantiasa merespon

fenomena sosial yang terjadi, khususnya yang berkaitan dengan nilai

sosial.

Selanjutnya peneliti menggunakan instrumen pendukung untuk

memudahkan dalam pengumpulan data di lapangan seperti:

1. Pedoman observasi, adalah catatan tertulis berisikan petunjuk-

petunjuk dan pedoman bagi peneliti untuk melakukan observasi di

lapangan, agar observasi lapangan tidak kelar dari konteks fokus

penelitian.

2. Pedoman wawancara berisi petunjuk wawancara kepada informan

yang akan diwawancarai agar tidak keluar dari fokus penelitian.

Pedoman ini dapat dikembangkan atau disesuaikan berdasarkan

realitas di lapangan sedangkan wawancara meliputi: wawancara

terstruktur, wawancara tidak terstruktur, dan wawancara mendalam

3. Catatan lapangan yang digunakan pada situasi observasi yang bisa

merupakan laporan langkah-langkah peristiwa dan gambaran

umum.

Page 126: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

112 4. Alat perekam suara, berupa tape recorder/ HP recorder digunakan

terutama membantu pencatatan hasil wawancara dengan informan.

Alay perekam ini tidak hanya digunakan pada saat wawancara

dilakukan, tetapi juga pada saat pengamatan atau observasi

lapangan dilaksanakan, diskusi-diskusi dengan pembimbing dan

seminar hasil.

5. Alat kamera digital, digunakan terutama untuk mengabadikan data

visual khususnya menyangkut aktivitas sasaran peneliti, saat

berinteraksi sosial dengan informan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang

digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi

dokumentasi, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data

dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan

data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar.

Dalam pengumpulan data diperlukan data yang dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini untuk

memperoleh data dan informasi yang tepat dan valid, maka peneliti

menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi. Berikut ini dipaparkan tentang teknik

pengumpulan data :

Page 127: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

113 1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut Masganti Sitorus, (2011:

148).

Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dari

narasumber. Wawancara dilakukan dengan tujuan penggalian informasi

tentang fokus penelitian. Teknik wawancara yang peneliti gunakan disini

adalah tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tidak tersusun

secara sistematis pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada

informan, namun masih tetap diperhatikan bahwa pertanyaan itu

berhubungan dengan data-data yang diinginkan.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengetahui secara langsung

bagaimana Analisis program sekolah model penguatan nilai sosial pada

siswa. Peneliti akan mempersiapkan lembar observasi, Instrument yang

digunakan dalam observasi yaitu lembar observasi dan lembar

pengamatan. Dalam pelaksanaannya, proses observasi memerlukan

waktu persiapan yang cukup lama dan matang, jika tidak terkendali akan

mengaburkan mana serta tujuan yang ingin dicapai.

Page 128: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

114 Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan observasi

adalah:

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan

diobservasi

c) Menentukan secara jelas data-data yang perlu diobservasi, baik primer

maupun sekunder

d) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi

e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

f) Menentukan cara dan melaukan pencatatan atas hasil observasi,

seperti menggunakan buku catatan, kamera, video perekam, dan alat-

alat tulis lainnya.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

menggunakan dokumen sebagai sumber penelitian. Guba dan Lincoln

(2015:139), mendefinisikan dokumen sebagai berikut: dokumen adalah

setiap bahan tertulis ataupun film, yang dipersiapkan karena adanya

permintaan seorang penyidik.

Studi dokumentasi yaitu mengadakan pengujian terhadap dokumen

yang dianggap mendukung hasil penelitian. dokumen dilakukan untuk

mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen, meliputi:

program tahunan kepala sekolah, buku profil sekolah, data guru, data

Page 129: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

115 siswa, buku kurikulum sekolah, kelender pendidikan, program kerja tenaga

pendidik sekolah, hasil kerja tenaga pendidik, buku pembagian kerja, buku

agenda kepala sekolah, data sarana dan prasarana, struktur organisasi

sekolah, struktur organisasi tenaga pendidik. Instrumen yang digunakan

dalam dokumentasi yaitu tustel/kamera (HP), lembar blangko cheeklist dokumentasi (terlampir),dan alat rekaman (HP).

G. Teknik Analisis Data

Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain Sugiono,( 2014:

218).

Model data dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa aktifitas

dalam data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.

Komponen dalam data :

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sugiono, (2014:219).

Page 130: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

116 Data yang peneliti peroleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi peneliti kumpulkan dalam catatan lapangan yang

masih komplek kemudian dengan reduksi peneliti merangkum,

mengambil data yang pokok dan penting.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori dan sejenisnya Sugiono, (2014: 220).

Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian

sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya dapat dikategorikan

bahwa ada beberapa upaya program sekolah model dalam

penguatan Nilai social pada siswa.

3. Verifikasi atau Penyimpulan Data

Langkah ketiga yang dilakukan dalam data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, karena masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah dilapangan Sugiono, (2014: 223). Penelitian ini

diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan

Page 131: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

117 diawal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten dalam

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

H. Keabsahan Data

Pengecekan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

terkumpul benar adanya, disebut dengan validitas data. Validitas data

akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

ada di lapangan atau tidak.

Menguji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan data dan sumber yang telah ada Sugiono,(2014:372).

Peneliti akan mengumpulkan data dari beberapa gabungan metode

wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mencari kebenaran tentang

berbagai fenomena.

Untuk memperkuat keabsahan data hasil temuan dan menjaga

validitasi penelitian, maka peneliti mengacu pada empat standar validasi

yang disarankan Uhar Suharsaputra, (2014: 272), yang terdiri dari : 1).

Kredibilitas (credibility), 2). Keteralihan (transferability), 3). Ketergantungan

(dependability), 4). Ketegasan (confirmability) Kredibilitas (credibility) Kredibility yaitu peneliti melakukan pengamatan sedemikian rupa

dengan hal-hal yang berkaitan dengan Analisis program sekolah model

penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57 Bulu-Bulu, sehingga tingkat

kepercayaan penemuan dapat dicapai. Selanjutnya peneliti

Page 132: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

118 mempertunjukan derajat kepercayaan. Hasil penelitian dengan penemuan

dengan melakukan pembuktian pada kenyataan yang sedang diteliti. Hal

ini dapat dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan pemeriksaan

melalui Triangulasi. Triangulasi menurut Rosady Ruslan (2008:95) adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan pengecekan

sumber lain untuk pembanding, yaitu penggunaan a) sumber, b) metode,

c) penyidik dan, d) teori dalam penelitian secara kualitatif. Artinya teknik

triangulasi adalah sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-

perbedaan peneliti kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data

tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan,

dengan kata lain bahwa pihak peneliti dapat melakukan check and recheck temuan-temuan yang didapat.

1. Keteralihan (transferability) Generalisasi penelitian kualitatif tidak mempersyaratkan asumsi-

asumsi seperti rata-rata populasi dan rata-rata sampel atau asumsi kurva

norma. Keteralihan memperhatikan kecocokan arti fungsi unsur-unsur

yang terkandung dalam fenomena studi dan fenomena lain diluar lingkup

studi. Cara yang ditempuh untuk menjamin keteralihan ini adalah dengan

melakukan uraian rinci dari data teori, atau dari kasus ke kasus lain,

sehingga pembaca dapat menerapkannya dalam konteks yang hampir

sama.

Page 133: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

119 2. Ketergantungan (dependability) Dalam penelitian ini ketergantungan di bangun dari pengumpulan

data dan data lapangan serta saat penyajian data laporan penelitian.

Dalam pengembangan desain keabsahan data di bangun dari pemilihan

kasus dan fokus, melakukan orientasi lapangan dan pengembangan

konseptual.

3. Kepastian (confirmability) Ketegasan akan lebih mudah diperoleh apabila di lengkapi dengan

catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian, karena

penelitian melakukan penelusuran audit, yakni dengan mengklasifikasikan

data-data yang sudah diperoleh kemudian mempelajari lalu peneliti

menuliskan laporan hasil penelitian.

I. Etika Penelitian

1. Menjalin hubungan ke dalam hubungan kerjasama dan kolaborasi

berkomitmen

2. Adanya izin/persetujuan yang benar dilakukan sesuai dan

kebutuhan privasi kerahasiaannya. (keberadaan subyek yang

diteliti, identitas)

3. Bersikap terbuka, langsung dan jujur

4. Menghormati hak asasi informan

5. Pembiayaan dana riset benar dilakukan sesuai penelitian

Page 134: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

120 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu berlokasi di jalan poros

Makassar-Maros KM. 21 Desa Marumpa Kecamatan Marusu Kabupaten

Maros. Dilokasi ini merupakan wilayah yang strategis, karena berada di

persimpangan jalur lalu lintas dari arah Selatan dan Utara Provinsi di

Sulawesi Selatan, di sebelah Selatan juga terdapat pasar tradisional Bulu-

Bulu dan sebelah Timur terdapat Asrama Militer milik Tentara Nasional

Angkatan Udara . Di lokasi ini juga merupakan masyarakat yang majemuk

karena terdiri dari berbagai suku diantaranya suku Bugis, Makassar,

Toraja, Jawa, yang menciptakan berbagai karakter dalam masyarakat,

mata pencaharian masyarakat di sekitar Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-

Bulu, sebagian besar adalah pedagang, selebihnya adalah Pegawai

Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Angkatan Udara, wiraswasta, dan

buruh harian.

Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu dipimpin seorang kepala

sekolah yang kini dijabat oleh Sri Wahyuni, S. Pd., MM. memiliki profil

sebagai berikut :

1. VISI

Terwujudnya siswa yang berakhlak mulia, cerdas, berprestasi, santun

berbudaya dan berwawasan lingkungan

120

Page 135: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

121 2. MISI

a. Mengembangkan kegiatan kesiswaan yang bernuansa keagamaan

b. Melaksanakan pembelajaran PAIKEM

c. Meningkatkan kemampuan/keahlian guru dan tenaga kependidikan

d. Menerapkan disiplin kepada seluruh warga di sekolah

e. Menanamkan rasa cinta terhadap seni dan budaya bangsa

f. Menata lingkungan dengan baik, bersih, rindang, dan asri

g. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan

masyarakat melalui komite sekolah

3. Kategori sekolah : Potensial

4. Tahun didirikan / beroperasi : 1961

5. Kepemilikan tanah / bangunan : Milik pemerintah

a. Luas tanah : 763 m2

b. Luas bangunan : 599 m2

B. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai

Sosial pada Siswa

Dinamakan sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih

dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan

aspek lain yang sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu

menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan dirinya

sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh oleh sekolah di

sekitarnya. Sekolah model juga dapat menunjukkan keunggulan dan

kualitas mutu pendidikan.

Page 136: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

122 Pemenuhan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan

tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan

mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik

tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.

Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan

pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh

komponen satuan pendidikan agar seluruh komponen satuan pendidikan

bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk mewujudkan pendidikan

bermutu ini, upaya membangun budaya mutu di satuan pendidikan

menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar. Satuan pendidikan

harus mengimplemetasikan penjaminan mutu pendidikan tersebut secara

mandiri dan berkelanjutan.

Implementasi program sekolah model harus sesuai dengan visi dan

misi yang telah disusun dengan strategi pelaksanaan pencapaian,

menjalin Kerjasama dengan semua pihak sekolah, memberdayakan

potensi sekolah untuk tercapainya kondisi proses pembelajaran yang

memiliki budaya inovatif, aktif, kreatif dan menyenangkan, dalam kegiatan

akademik dan non akademik, menciptakan budaya jujur, disiplin, kerja

sama, toleransi, ramah lingkungan, budaya ini berorientasi kepada

semangat keunggulan dan kebersamaan dalam melakukan perubahan

secara profesional, mengkondisikan perilaku civitas akademik sesuai

dengan norma agama yang dianut, berbudaya dan berbudi pekerti luhur,

serta terwujudnya kegiatan keagamaan secara rutin dan

Page 137: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

123 berkesinambungan secara konseptual, menata lingkungan belajar agar

tercipta suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan, aman,

sehat, rapi, bersih, asri dan indah. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah

menyatakan:

“Penyusunan visi dan misi sekolah melibatkan keterlibatan seluruh warga sekolah sebab sangat penting untuk memberikan partisipasi secara maksimal sesuai dengan kemampuan masing-masing, rumusan visi dan misi yang berasal dari pimpinan perlu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah dengan pedekatan demokratis dan terbuka untuk penyempurnaan dan memperoleh masukan atau partisipasi dari bawah”. (Wawancara, Jumat 28 Agustus 2020) Data temuan observasi dan hasil wawancara menguraikan

penyusunan visi dan misi sekolah dilaksanakan dengan melibatkan

seluruh warga sekolah, dan penyusunan visi, misi menjelaskan peran

sebagai lembaga pendidikan, sekolah harus dikelola dengan baik agar

dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan

optimal. Visi dan misi merupakan elemen yang sangat penting dalam

sekolah, dimana visi dan misi berharap mencapai kondisi yang diinginkan

di masa yang akan datang sebagai sebuah perwujudan dari tujuan.

Penyusunan visi dan misi sekolah bukan hal yang mudah, perlu

kajian yang mendalam dan melibatkan semua stakeholders sehingga apa

yang diinginkan tercakup di dalamnya visi dan misi sekolah memuat

banyak hal yang besar seperti tujuan yang ingin dicapai sampai hal yang

kecil namun sangat penting, semua ini harus direncanakan dengan

sebaik-baiknya sehingga dalam pelaksanaan identitas sebuah sekolah

Page 138: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

124 dapat terlihat hanya dengan membaca visi dan misi sekolah. Dalam

tatanan praktis penyusunan visi dan misi bukan hal yang mudah oleh

sebab itu semua warga sekolah dilibatkan dalam mewujudkan sekolah

yang bermutu dan berkualitas.

Penyusunan visi dan misi sekolah melibatkan peran dan fungsi

komite sekolah sebagai salah satu komponen penunjang suksesnya

penyelenggaraan dan komite akan mampu menunjukkan kinerjanya

secara optimal sehingga tujuan visi dan misi akan searah dan sejalan

dengan tujuan program sekolah. Dalam wawancara MS komite sekolah

yang menyatakan:

“Keterlibatan komite dalam penyusunan visi dan misi sekolah sangat berperan karena dengan melalui komite sekolah, orang tua siswa dan orang tua diharapkan peduli terhadap mutu pendidikan melalui beberapa peran yang diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas untuk membantu peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dengan demikian, keberadaan komite sekolah sangat erat kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah, karena komite berperan sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator”. (Wawancara Kamis 27 Agustus 2020) Data temuan observasi dalam penyusunan visi dan misi sekolah

komite juga hadir dan berperan menyumbangkan saran, sejalan dengan

hasil wawancara keterlibatan komite dalam penyusunan visi dan misi

sekolah dapat memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi

kepada satuan pendidikan mengenai, kebijakan dan program pendidikan.

Kriteria kinerja satuan pendidikan, mendorong orang tua untuk

berpartisipasi dalam Pendidikan, menggalang dana orang tua dalam

rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, mendorong tumbuhnya

Page 139: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

125 perhatian dan komitmen orang tua terhadap penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu.

Peran komite juga dapat melakukan evaluasi dan pengawasan

terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan pendidikan, menciptakan

kerjasama dengan orang tua, serta menampung aspirasi, ide, tuntutan,

dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh orang tua. Komite

sebagai pengontrol sekolah diharapkan melakukan evaluasi dan

pengawasan terhadap kebijakan program, penyelenggaraan, dan kegiatan

sekolah, juga komite sebagai mediator sekolah sebagai penghubung

antara sekolah, orang tua dan juga pemerintah.

Komite sekolah juga dapat menjadi penghubung antara

kepentingan pemerintah dan orang tua sebagai warga sekolah. Dengan

demikian, dalam konteks operasionalnya peran komite sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan tidak hanya terbatas dalam penyusunan

dana sekolah saja, tetapi juga terlibat aktif dalam penyusunan berbagai

kebijakan dan program sekolah, khususnya tentang perencanan jangka

pendek, menengah dan jangka panjang. Komite sekolah diharapkan juga

berperan aktif dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan berbagai program

operasional sekolah. Selain itu, komite sekolah juga ikut terlibat dalam

evaluasi dan pengawasan pelaksanaan program sekolah. Dikatakan

dalam wawancara SW Kepala Sekolah yang menyatakan:

“Semua bentuk program dan jenis-jenis kegiatan yang mencerminkan nilai sosial pada siswa sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh sekolah”. (Wawancara, Selasa 15 September 2020).

Page 140: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

126 Perencanaan program dan kegiatan sekolah merupakan proses

implementasi sebuah rencana untuk meningkatkan kinerja secara

berkesinambungan. Perbedaan pokok rencana implementasi dengan

rencana lainnya terletak pada tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan

merupakan hasil-hasil yang lebih baik dari apa yang selama ini telah

dilakukan oleh sekolah. Program dan kegiatan sekolah disusun agar

sekolah terus-menerus meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, selain

didasarkan pada visi dan misi sekolah, perencanaan implementasi harus

didasarkan atas pemahaman yang mendalam tentang keberadaan dan

kondisi sekolah pada saat rencana kegiatan itu disusun. Pemahaman

semacam ini dapat dilakukan melalui kajian dan telaah mendalam

terhadap visi dan misi dan kondisi internal maupun lingkungan eksternal

dimana sekolah itu berada.

Visi dan misi sekolah yang tersusun harus berpatokan dari sistem

penjaminan mutu agar dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan

jika terdapat unsur penjaminan mutu di dalam manajemennya. Unsur

penjaminan mutu tersebut dibentuk dalam sebuah Tim Penjaminan Mutu

Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan tim independen di luar

manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan

pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di

satuan pendidikan tersebut, dan penyusunan sistem penjaminan mutu

internal.

Page 141: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

127 Dikemukakan dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Langkah penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal dengan Membentuk Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS), yang merupakan tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidikan tersebut”. (Wawancara kamis 03 September 2020)

Temuan data observasi penyusunan sistem penjaminan mutu

internal dibuat perkelompok sesuai dengan masing-masing yang harus

dipertanggung jawabkan, sejalan dengan hasil wawancara menguraikan

Sistem penjaminan mutu internal disusun dengan ditetapkan surat

keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah oleh kepala sekolah.

tim penjaminan mutu pendidikan sekolah paling sedikit terdiri atas

perwakilan pimpinan satuan pendidikan, perwakilan guru, perwakilan

tenaga kependidikan dan perwakilan komite sekolah, jumlah anggota tim

penjaminan mutu pendidikan sekolah disesuaikan dengan kondisi satuan

pendidikan, jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi maka

diserahkan kepada tim manajemen satuan pendidikan, jika Surat

Keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah telah diterbitkan,

maka tim pengembang sekolah dan tim auditor internal bersama ketua tim

penjaminan mutu pendidikan sekolah mulai melaksanakan sistem

penjaminan mutu internal di tingkat satuan pendidikan.

Tahapan-tahapan sistem penjaminan mutu internal didahului

dengan adanya sosialisasi sistem penjaminan mutu internal kepada

semua warga sekolah. Kegiatan penyadaran penjaminan mutu ini akan

lebih baik apabila dilanjutkan dengan kegiatan dalam bentuk SPMI pada

Page 142: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

128 satuan pendidikan, agar semua langkah kerja sistem penjaminan mutu

internal dapat betul-betul dipahami dan dilaksanakan. Setelah semua

warga sekolah memahami sistem penjaminan mutu internal maka warga

sekolah menyatakan komitmennya melalui penandatanganan komitmen

sistem penjaminan mutu pendidikan. Pernyataan komitmen dibuat oleh

satuan pendidikan. Dalam wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:

“Sistem Penjaminan Mutu Internal merupakan suatu siklus yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah, dalam menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan merupakan upaya terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah dan tak terkecuali melibatkan komite sekolah”. (Wawancara, Rabu, 02 September 2020)

Data temuan observasi dalam melaksanakan pemetaan budaya

mutu dilaksanakaan secara bersama dalam satu ruangan dihadiri oleh

komite sekolah seiring dengan hasil wawancara menguraikan, Sistem

Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan sistem penjaminan mutu

yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh

komponen satuan pendidikan untuk menjamin terwujudnya pendidikan

bermutu yang memenuhi atau melampaui standar nasional

pendidikan. Kerjasama dan keterlibatan antara kepala sekolah dan komite

dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal dapat menciptakan

sekolah yang kondusif dan harmonis sehingga pelaksanaan program

sekolah dapat terlaksana dengan baik. Program sekolah model dengan

sistem penjaminan mutu juga tidak lepas dari peran komite sekolah dalam

pencapaian standar nasional pendidikan.

Page 143: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

129 Keterlibatan komite sekolah terhadap peningkatan mutu pelayanan

yang dijalankan yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan Pendidikan, pendukung baik

yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, pengontrol dalam

rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan pengeluaran

pendidikan di satuan Pendidikan, serta sebagai mediator antara

pemerintah dengan orang tua di satuan pendidikan.

Keterlibatan semua guru dalam penyusunan sistem penjaminan

mutu internal, dengan pembagian tugas dalam sistem penjaminan mutu

pada satuan pendidikan dan setiap guru dibentuk pertim sesuai dengan

pemetaan delapan standar nasional yang akan dipenuhi, sehingga setiap

tim mempertanggung jawabkan tugas masing-masing. Seperti dalam

wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Penyusunan dan pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan terutama guru”. (Wawancara, kamis 03 September 2020) Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal, kepala sekolah

perlu mendengarkan berbagai aspirasi dan harapan dari para stafnya

berkaitan dengan berbagai program yang perlu dilakukan untuk

menyukseskan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), karena

kesuksesan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) tidak bisa dilakukan

sendiri, tetapi memerlukan tim kerja. Dengan kata lain, kepemimpinan

transformatif dan manajemen perubahan harus diwujudkan oleh kepala

Page 144: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

130 sekolah jika Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) ingin sukses

diimplementasikan.

Kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan

semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah. Kepala

sekolah harus mampu menghimpun gagasan bersama dan

membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif dan bertindak

inovatif dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah harus menyadari

bahwa tenaga pemdidik dan kependidikan tidak ingin dipisahkan dari

tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha

untuk menjadikan tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pengurus

dalam implementasi sekolah. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa

kepemilikan pada tenaga kependidikan terhadap sekolah tempatnya

melaksanakan tugas, sedangkan dalam melaksanakan kegiatan sistem

penjaminan mutu internal di sekolah dengan pembagian tugas dalam

sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan. Seperti dalam

wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan dapat dilihat dalam melaksanakan tugas pada sistem penjaminan mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan tim penjaminan mutu pendidikan daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah”. (Wawancara, Rabu 02 September 2020)

Pelaksanaan kegiatan sistem penjaminan mutu internal dengan

merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan

sistem penjaminan mutu internal, selanjutnya menyusun dokumen sistem

Page 145: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

131 penjaminan mutu internal yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen

standar, dan dokumen formulir.

Kegiatan selanjutnya melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam

pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran, dan

membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam

Rencana Kerja Sekolah (RKS), selanjutnya membentuk tim penjaminan

mutu pada satuan pendidikan, terpenting adalah mengelola data mutu

pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

Pembagian Tugas dalam sistem penjaminan mutu pada satuan

pendidikan yaitu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan

mengembangkan sistem penjaminan mutu internal, menyusun dokumen

sistem penjaminan mutu internal yang terdiri atas dokumen kebijakan,

dokumen standar, dan dokumen formulir. Membuat perencanaan

peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah,

melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan

pendidikan maupun proses pembelajaran. Dalam wawancara SW, Kepala

Sekolah menyatakan:

“Pelaksanaan pengawasan merupakan tugas kepala sekolah terhadap guru-guru, kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan, peningkatan dan implementasi para guru, serta menumbuhkan kreativitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal”. (Wawancara, Jumat 04 September 2020) Data temuan observasi dalam merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan, dan mengembangkan sistem penjaminan mutu internal

kepala sekolah tetap mendampingi, memberi semangat dan memberi

Page 146: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

132 bimbingan kepada tim dalam melaksanakan pemetaan budaya mutu

sesuai dengan hasil wawancara menjelaskan pengawasan adalah proses

penentuan apa yang dicapai, yaitu standar, apa yang sedang dihasilkan,

yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan perlu mengambil tindakan

korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai rencana, yaitu sesuai

dengan standar. Peran kepala sekolah dalam pengawasan adalah

mengadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana program

dilaksanakan. Melalui evaluasi akan diketahui apakah program yang

direncanakan sudah berhasil atau belum, apakah telah mencapai sasaran

atau belum, apakah hambatan yang terjadi dan bagaimana cara

mengatasinya.

Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah di

antaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam

melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi

yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah di antarannya adalah

menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk

meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan.

Penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat

berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen

satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan

mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan

Page 147: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

133 pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan, terutama guru harus

terlibat dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal. Sesuai yang

dikemukakan dalam wawancara oleh DY guru kelas IV menyatakan:

“Menyusun dan melaksanakan penjaminan mutu internal di Sekolah Dasar 57 Bulu-Bulu, merupakan upaya terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah terutama guru harus terlibat dalam peyusunan sistem penjaminan mutu internal dengan cara membentuk tim dan melaksanakan lima tahapan”. (Wawancara, Senin 07 September 2020). Peran guru dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal di

sekolah dibagi tim dan penyusunan sistem penjaminan mutu internal

menjadi lima tahapan yaitu pemetaan mutu dengan menggunakan

dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri

dengan mengacu kepada standar nasional pendidikan sebagai standar

minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu

selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan

kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan,

Langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu

pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, implementasi

sekolah dan rencana aksi. Kemudian rencana pemenuhan tersebut

dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu implementasi rencana

peningkatan mutu selama periode tertentu. Selanjutnya perencanaan dan

implementasi sekolah tersebut diimplementasikan selama periode

tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi dan audit secara

internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan

sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Page 148: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

134 Laporan dari hasil evaluasi apabila pemenuhan 8 (delapan)

Standar Nasional Pendidikan, dan implementasi dari rencana aksi. Dari

hasil evaluasi dan auditlangkah yang kelima yaitu penetapan standar mutu

baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal

sesuai Standar Nasional Pendidikan.

Guru yang telah dibagi menjadi beberap tim yang telah dan diberi

tanggung jawab dibentuk dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

menyusun dan melaksanakan pemetaan mutu yang harus mencapai dan

memenuhi 8 (delapan) Standar Pendidikan Nasional seperti yang

dikemukakan oleh NL Guru Kelas II, menyatakan:

“Pedoman dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dengan melaksanakan pemetaan mutu yang harus mencapai dan memenuhi 8 (delapan) Standar Pendidikan Nasional antara lain, standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar penilaian, standar pembiayaan, standar sarana prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, dan standar pengelolahan”. (Wawancara, Senin 07 September 2020).

Pedoman dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal

(SPMI) dengan melaksanakan pemetaan mutu yang harus mencapai dan

memenuhi 8 (delapan) Standar Pendidikan Nasional antara lain, standar

isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar penilaian,

standar pembiayaan, standar sarana prasarana, standar tenaga pendidik

dan kependidikan, dan standar pengelolahan, sebagai patokan atau

spesifikasi dari setiap kegiatan penyelenggaraan pada satuan pendidikan

untuk mewujudkan visi misinya, sehingga terwujud budaya mutu yang

baik.

Page 149: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

135 Pelaksanaan mutu dalam penjaminan mutu internal dimanfaatkan

untuk peningkatkan mutu pendidikan dalam tahap perencanaan, dengan

tujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan unsur yang meliputi

organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang berkaitan dapat berjalan

sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk menjamin terwujudnya

budaya mutu disatuan pendidikan.

Selain itu pelaksanaan mutu bertujuan untuk memenuhi bahkan

melampaui standar nasional pendidikan. Agar perencanaan mutu tersebut

sesuai dengan apa yang diharapkan, maka satuan pendidikan harus

melakukan pemetaan mutu. Pemetaan mutu dilaksanakan melalui

kegiatan evaluasi diri sekolah dengan mengacu pada standar nasional

Pendidikan. Hasil wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Proses pemenuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam mengkaji sistem penjaminan mutu internal satuan pendidikan dengan melaksanakan langkah kerja siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal yaitu: pemetaan mutu, perencanaan pemenuhan mutu, implementasi pemenuhan mutu, monev internal, penyusunan strategi peningkatan mutu”. (Wawancara, Selasa 08 September 2020).

Konsep sistem penjaminan mutu internal menggambarkan siklus

penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus sistem

penjaminan mutu internal dan menjelaskan definisi dan tujuan masing-

masing tahapan dalam siklus dengan benar menerapkan kelima langkah

kerja sistem penjaminan mutu internal ini antara lain kegiatan pemetaan

mutu, sekolah perlu memetakan mutu pendidikan berdasarkan standar

nasional pendidikan melalui kegiatan mengkaji standar nasional

Page 150: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

136 pendidikan dan kegiatan mengisi aplikasi evaluasi diri sekolah yang

menghasilkan peta mutu (capaian standar) selanjutnya langkah kedua

adalah perencanaan pemenuhan mutu. Rencana pemenuhan mutu

merupakan aktivitas mencari solusi dengan cara melakukan upaya yang

bersumber dari kekuatan sendiri.

Langka selanjutnya adalah implementasi pemenuhan mutu,

sekolah melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan

pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat

tercapai. Kemudia langka selanjutnya adalah monev internal mutu

dilakukan untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang,

berkelanjutan. Kelanjutan langkah monev internal mutu, sekolah dan tim

monev internal perlu melakukan aktivitas, langkah terakhir adalah

penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam

melaksanakan sistem penjaminan mutu internal yaitu, mengadakan

kegiatan diskusi kelompok terpimpin dimana tim monev internal mengkaji

hasil monev, hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan

atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa

tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Untuk memenuhi

pencapaian delapan standar nasional pendidikan maka sebagai kepala

sekolah harus berperan aktif menjadi pembimbing dan pembina, dengan

cara berdiskusi memberi sarang dan masukan bagi setiap tim dalam

pemenuhan ketercapaian delapan standar nasional untuk mencapai

Page 151: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

137 budaya mutu yang optimal. Seperti hasil dalam wawancara SW, Kepala

Sekolah menyatakan:

“Peran kepala sekolah dalam implementasi berbasis sekolah sudah sesuai aturan dengan mengatur organisasi sesuai prosedur dan melibatkan stakeholder pada seluruh aktivitas sekolah demi untuk menjadikan kemandirian sekolah, kepala sekolah dalam memenuhi dan mencapai Standar Nasional Pendidikan mempercayakan guru, tenaga kependidikan, komite, berkomitmen terhadap kemajuan sekolah, semua pihak bekerja sesuai perannya dan bertanggung jawab atas apa yang dia jalankan”. (Wawancara, Rabu 09 September 2020)

Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang

sistem pendidikan. Untuk itu sekolah wajib melakukan pemenuhan

standar nasional pendidikan. Metode yang meliputi standar isi, standar

proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, dan standar penilaian.

Strategi yang perlu diterapkan sekolah untuk memenuhi standar

nasional pendidikan terutama dengan memanfaatkan semua potensi,

menyusun rencana dan program kerja sesuai kebutuhan, mendorong

semua komponen sekolah meningkatkan kinerjanya, membentuk tim

penjaminan mutu, membenahi perangkat pembelajaran, menegakkan tata

tertib sekolah,memperluas kerjasama dengan dunia usaha dan industri,

komite sekolah, pengawas, dan pemerintah, memfasilitasi guru dan

tenaga kependidikan meningkatkan kompetensi, mengevaluasi setiap

kegiatan yang sudah dilaksanakan, dan mendokumentasikan seluruh bukti

kegiatan sekolah.

Page 152: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

138 Dalam wawancara ML guru kelas VI menyatakan:

“Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), guru memerlukan komunikasi efektif antar guru. Saling pengertian dan saling memahami, mutlak diperlukan dalam bekerjasama, guru tidak saling mengandalkan dalam melaksanakan pekerjaan, dan tidak saling menyalahkan ketika ada masalah, tetapi mencari alternatif solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah”. (Wawancara, Selasa 01 September 2020)

Sistem penjaminan mutu internal dapat berjalan secara efektif,

apabila pelaksanakn pemetaan mutu pendidikan berdasarkan kerjasama

antar guru. Agar perencanaan mutu tersebut sesuai dengan apa yang

diharapkan, maka satuan pendidikan harus melakukan pemetaan mutu.

Pemetaan mutu dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi diri sekolah

dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Data yang dimasukkan melalui instrument evaluasi diri sekolah

pengisiannya haruslah benar dan guru harus memahami setiap

pernyataan dari instrumen tersebut. kegiatan analisis hasil verifikasi mutu

pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis data dan

menyusun rekomendasi hasil pendampingan implementasi sistem

penjaminan mutu internal di sekolah terverifikasi, melakukan pengolahan

dan penyajian data hasil pendampingan implementasi sistem penjaminan

mutu internal.

Sistem penjaminan mutu internal akan dapat berjalan dengan baik

jika guru memiliki komitmen untuk bekerjasama dan secara sadar

melaksanakan setiap siklus secara berkelanjutan dan tim penjaminan

mutu pendidikan sekolah merupakan usaha sektor peningkatan mutu

Page 153: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

139 pendidikan di satuan pendidikan. Perlu diingatkan bahwa sistem

penjaminan mutu internal merupakan sebuah proses untuk membantu

satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu secara berkelanjutan untuk

mencapai standar nasional pendidikan. Selanjutnya dalam penyusunan

program sekolah model sangat penting melibatkan guru, pengawas dan

komite agar program sekolah model bisa berjalan dalam meningkatkan

mutu pendidikan. Seperti hasil dalam wawancara SW, Kepala Sekolah

menyatakan:

“Aktor utama dalam penjaminan mutu pada satuan pendidikan adalah manajemen satuan pendidikan. Namun demikian, pelibatan guru, pengawas dan komite dalam penyusunan program sekolah model untuk bersama-sama meningkatkan mutu satuan pendidikan”. (Wawancara, Jumat 28 Agustus 2020)

Keterlibatan guru, pengawas dan komite dalam penyusunan

program sekolah model akan sangat membantu satuan pendidikan untuk

menyadarkan tanggung jawab dari masing-masing pihak serta

mewujudkan berjalannya program sekolah dan bersama meningkatkan

mutu satuan pendidikan. terutama untuk mendukung satuan pendidikan

dalam meningkatkan mutunya dan agar terjadi pengimbasan ke

lingkungan sekitar serta menjaga kesinambungan budaya mutu di masa

yang akan datang.

Kegiatan yang dapat dilakukan satuan pendidikan dalam menyusun

program sekolah model yaitu mengajak guru, pengawas dan komite dalam

terlibat dalam penyusunan program dan kerja rencana pemenuhan mutu,

Mengajak satuan pendidikan terdekat untuk menjalankan penjaminan

Page 154: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

140 mutu pendidikan. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerjasama dengan

berbagai pihak terkait dengan implementasi program maupun

pembiayaan. Implementasi satuan pendidikan untuk pemenuhan mutu

memiliki peluang besar untuk didukung oleh berbagai instansi,lembaga

dan perusahaan baik pemerintah maupun non pemerintah. Bentuk

dukungan oleh guru, pengawas dan komite dalam penyusunan program

sekolah model dapat berupa dukungan dana, peralatan, maupun

sumberdaya manusia. Contoh bentuk dukungan komite adalah pemberian

suntikan dana bagi satuan pendidikan yang bersedia menjadi sekolah

model dalam peningkatan mutu pendidikan.

C. Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program Sekolah

Model

Penguatan nilai sosial pada program sekolah model menyusun

berbagai macam kegiatan rutin keteladanan dan pembiasaan dalam

penanaman budi pekerti pada siswa untuk mendukung pembentukan nilai

karakter sosial pada diri siswa. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah

menyatakan:

”Implementasi program kerja sekolah berdasarkan materi program kerja disusun secara garis besar, karena itu pelaksanaannya di lapangan disesuaikan dengan kondisi maupun situasi yang ada. Hal ini bermaksud agar program kerja ini dapat dikembangkan secara fleksibel, dinamis, efisien dan efektif tanpa keluar dari pokok program yang telah ditetapkan, penguatan yang dapat menunjang program sekolah model antara lain adalah pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal, ektrakurikuler, UKS, dokter kecil”. (Wawancara, Kamis 10 September 2020)

Page 155: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

141 Temuan data observasi terlihat di lapangan saat proses

pembelajaran nilai karakter diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran,

keteladanan dan pembiasaan dilakukan oleh guru contoh menjemput

siswa pada pukul 07.00 WITA, dan mengucapkan salam, sedangkan

budaya kearifan lokal siswa dibiasakan untuk mengucapkan kata Iye’

(kata Iya) dan tabe’ (membungkukkan badan) jika berjalan di depan orang

yang lebih dewasa. Untuk kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan ketika

jam proses belajar mengajar selesai, kegiatan dokter kecil dan UKS

dilaksanakan setiap hari sabtu.

Sejalan temuan data observasi dan wawancara bahwa Program

untuk meningkatkan kegiatan sekolah model yang tersusun secara

sistematik dalam hal penguatan nilai-nilai sosial terhadap siswa, karena

nilai-nilai sosial berfungsi sebagai acuan bertingkah laku dalam

berinteraksi dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima

tidak hanya di lingkungan sekolah.

Nilai-nilai sosial memberikan pedoman bagi siswa untuk hidup

berkasih sayang dengan sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin,

hidup berdemokrasi, dan hidup bertanggung jawab. Oleh karena itu pihak

lembaga sekolah berusaha mengupayakan berkolaborasi dengan program

sekolah model dan cara penerapannya dengan cara, integrasi pendidikan

karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada

semua mata siswaan, selanjutnya melalui keteladanan dalam pendidikan

Page 156: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

142 dalam hal pembentukan sikap dapat dilakukan melalui proses asimilasi

atau berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara berulang-ulang

dan terus-menerus, agar membentuk kepribadian yang baik.

Menanamkan cinta terhadap nilai-nilai budaya lokal dengan

pembiasaan melakukan budaya tabe (membungkukkan badan ketika

berjalan di depan orang yang lebih tua), mengucapkan kata Iye (tutur kata

yang santun jika berbicara dengan orang yang lebih tua) serta tetap

melestarikan budaya tradisi Sipakatu, Sipakainge, Sipakalebbi, dan

Tudang Sipulung sebagai warisan nenek moyang bangsa, agar tidak

hilang oleh hadirnya budaya barat.

Penguatan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif,

maupun psikomotor, dan mengembangkan bakat dan minat siswa dalam

upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang

positif. Adapun usaha kesehatan sekolah dan dokter Kecil bertujuan untuk

melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

terhadap diri sendiri, teman, orang tua, dan lingkungan sekolah agar siswa

dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah dan

lingkungannya untuk hidup yang lebih sehat.

Penguatan nilai sosial pada diri siswa membutuhkan pembiasaan

dan keteladanan, dalam implementasi program sekolah model membuat

kegiatan rutin untuk memberi pondasi pada diri siswa, sehingga sekolah

Page 157: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

143 membuat program khusus dalam penguatan nilai sosial pada diri siswa,

Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Program khusus sekolah model untuk penguatan nilai sosial dengan melalui keteladanan dan pembiasaan yang dilakukan secara rutin bertujuan membantu siswa untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai dengan perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akan tertanam pada diri siswa”. (Wawancar, Jumat 11 September).

Seorang guru harus tampil menjadi teladan yang baik dalam

kehidupan sehari-hari. Keberhasilan siswa sangat bergantung pada

kualitas kesungguhan, keikhlasan dari karakteristik guru yang diteladani.

Selain keteladanan guru, aktivitas belajar siswa merupakan faktor yang

dapat menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan pengajaran, yang

dalam proses belajar tersebut siswa harus menunjukkan sikap yang positif

dan aktif. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan

bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang

dicari individu dalam kehidupan.

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur

dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan yang

umumnya berhubungan dengan implementasi kepribadian anak seperti

emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup

berorang tua, dan lain sebagainya. Pembiasaan merupakan upaya yang

dilakukan untuk mengembangkan perilaku anak, yang meliputi perilaku

keagamaan, sosial, emosional dan kemandirian. Pembiasaan adalah

sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu

Page 158: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

144 dapat menjadi kebiasaan, dan pada akhirnya akan menjadi nilai karakter

yang baik dan tertanam di jiwa siswa, sehingga pembiasaan baik tersebut

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter jujur, disiplin, kerjasama, ramah lingkungan, toleransi

adalah program sekolah sebagai nilai penguatan yang akan

dikembangkan untuk merujuk membentuk nilai sosial pada diri siswa,

dengan adanya budaya pembiasaan berperilaku baik maka pada diri

siswa akan tertanam sikap yang terpuji. Dikatakan dalam wawancara SW,

Kepala Sekolah menyatakan:

“Karakter yang dapat membentuk nilai sosial yang diprogramkan oleh sekolah model adalah jujur, disiplin, kerja sama, ramah lingkungan, toleransi agar tercipta budaya pembiasaan pada diri siswa, dan akan diaplikasikan di kehidupan sehari-harinya”. (Wawancara, 14 September 2020)

Temuan data observasi di lapangan ketika siswa berbelanja di

kantin sekolah meskipun penjaga kantin tidak ada siswa tersebut tetap

membayar barang yang diambil sesuai dengan harganya, kehadiran siswa

di sekolah selalu tepat waktu dengan berpakaian seragam rapi, serta

bekerja sama dalam melaksanakan piket kebersihan, dan tidak membeda-

bedakan dalam berteman.

Sejalan temuan data observasi dan wawancara membentuk nilai

sosial pada siswa, maka ada beberapa penguatan nilai karakter yang

harus ditanamkan ke dalam diri siswa yaitu sikap jujur yang merupakan

perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan diri sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya, sedangkan sikap pada diri siswa disiplin

Page 159: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

145 adalah melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan

waktu dan tempatnya serta dikerjakan dengan penuh kesadaran,

ketekunan, keikhlasan atau tanpa paksaan dari pihak manapun.

Pembiasaan sikap kerjasama pada diri siswa dapat menciptakan

keterbukaan dalam berkomunikasi, membiasakan berpikir positif antar

sesama, membangun sikap saling memahami dan saling pengertian,

berempati, menciptakan organisasi positif. Kerjasama ditandai dengan

upaya saling memahami, menghargai, membantu secara positif, dan

selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan memberikan kemanfaatan

yang banyak kepada orang lain.

Ramah lingkungan merupakan pembiasaan menjaga kebersihan

sekolah, membuang sampah pada tempatnya, menyediakan peralatan

kebersihan dan memprogramkan program cinta bersih lingkungan,

Sekolah juga tempat yang sangat penting bagi siswa dalam tahap

perkembangannya dan sekolah merupakan sebuah lingkungan sosial

yang berpengaruh bagi kehidupan siswa. Oleh sebab itu siswa perlu

dibiasakan mencintai lingkungan sejak dini, agar terbentuk rasa

menghargai, memiliki dan memelihara lingkungan pada diri siswa. Perilaku

peduli lingkungan hidup atau lebih dikenal ramah lingkungan merupakan

perilaku atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan dan memupuk rasa cinta terhadap lingkungan untuk

memelihara agar lingkungan tetap sehat dan asri.

Page 160: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

146 Sikap toleransi pada diri siswa merupakan bentuk sikap yang

muncul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan yang berupa

memaklumi keadaan orang lain, siswa diajarkan untuk menerima dan

menghargai perbedaan tanpa membeda-bedakan, sehingga terhindar dari

perselisihan. Selanjutnya prinsip kegiatan program dokter kecil dan usaha

kesehatan sekolah adalah menerapkan kebiasaan dalam menciptakan

hidup yang sehat, menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu

kesehatan, serta memelihara kehidupan agar tetap hidup sehat.

Penguatan karakter yang telah ditanamkan ke dalam jiwa siswa

akan mewujudkan program sekolah dalalm hal membentuk nilai

kepedulian pada siswa sehingga pembiasaan yang telah dilakukan di

setiap kegiatan rutin dapat menciptakan budaya perilaku sikap sosial,

seperti dalam wawancara HA, Guru Pendidikan Agama Islam

menyatakan:

“Mewujudkan tercapainya program sekolah model maka kegiatan- kegiatan yang sudah di programkan di laksanakan secara rutin agar tercipta budaya pembiasaan pada diri siswa, sehingga dapat menanamkan sikap berbudi luhur dan berakhlak mulia”. (Wawancara, Kamis 03 September 2020)

Temuan data observasi di lapangan menanamkan karakter nilai

spiritual pada siswa dengan membiasakan membaca doa dan surah

pendek sebelum proses belajar dimulai, melaksanakan shalat Dhuha dan

shalat wajib secara berjamaah, kultum dan koin sedekah setiap hari jumat

untuk kegiatan amal dan sosial, setiap hari sabtu melakukan kegiatan

Page 161: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

147 senam ceria dan mendongeng, setiap bulan makan sehat dan arisan

paguyuban.

Hasil observasi di lapangan dan hasil wawancara menguraikan

kegiatan implementasi konsep sekolah model melalui keteladanan dan

pembiasaan yang dilakukan secara rutin dalam mewujudkan wawasan

Pendidikan budi pekerti dalam hal penguatan nilai sosial dikelompokkan

menjadi kegiatan rutin:

Kegiatan harian antara lain, mengawali dan menghakhiri pelajaran

dengan doa, menggiatkan shalat dhuha dan shalat wajib secara

berjamaah yang bertujuan membiasakan siswa yang muslim untuk

menjalankan shalat setiap hari, sehingga siswa menyadari kewajiban

dalam menjalankan ajaran Islam dengan penuh kesadaran,

membudayakan 5 (Lima) S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun)

pada saat bertemu, dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang baik

antara siswa, pendidik dan tenaga kependidikan untuk menanamkan rasa

persaudaraan dan mempererat tali silaturrahmi dan mewujudkan

lingkungan yang kondusif untuk menunjang program sekolah berwawasan

pendidikan budi pekerti, Kegiatan Azan yang dikumandangkan sebelum

shalat.

Kegiatan Mingguan antara lain, jumat ibadah, kuliah tujuh menit

(kultum) dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan keimanan

siswa, Infaq Jumat dimanfaatkan untuk kegiatan amal dan sosial, peduli

terhadap sesama, sedangkan mendongeng dapat menggali potensi bakat

Page 162: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

148 yang dimiliki oleh siswa dalam hal bercerita, selanjutnya senam sehat

dapat melatih psikomotorik dan menjadikan tubuh siswa kuat dan sehat.

Kegiatan bulanan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara rutin

setiap bulan seperti makan sehat dan arisan paguyuban dari kelas satu

sampai kelas enam yang dilaksanakan oleh paguyuban setiap kelas,

adapun kegiatan tahunan secara rutin dilakukan antara lain, buka puasa

bersama, kunjungan kepanti asuhan terdekat, takjil buka puasa, pesantren

kilat, memperingati Maulid Nabi Saw, dan memperingati hari natal bagi

yang beragama Kristen.

Keterkaitan komite sekolah dalam implementasi program sekolah

model, sangat membantu mewujudkan tercapainya kegiatan yang

dilaksanakan dan dengan terlibatnya komite maka akan dapat

meningkatkan mutu dan kualitas sekolah karena tidak sedikit sumbangan

dan bantuan komite yang diberikan kepada lembaga sekolah. Dalam

wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:

“Langkah untuk mewujudkan tercapainya program sekolah model komite juga terlibat karena diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide atau gagasan-gagasan yang inovatif demi kemajuan suatu sekolah termasuk didalamnya melakukan pengawasan pembelajaran terhadap siswa di sekolah yang menjadi tanggung jawab komite”. (Wawancara, Kamis 10 September 2020)

Keterlibatan komite dalam program sekolah model diharapkan

dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah dalam bentuk dukungan

sarana dan prasarana serta memberikan inisitiatif misalnya dalam bentuk

pengawasan kepada peserta belajar oleh komite. Keberadaan komite

sekolah dalam satuan pendidikan merupakan wadah partisipasi orang tua

Page 163: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

149 terhadap layanan pendidikan di sekolah dengan kata lain komite

menjembatani hubungan antara sekolah dan orang tua . Penting untuk

komite sekolah menjalankan tugas dan fungsinya agar mutu pendidikan

sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Di samping itu kepala

sekolah berperan sebagai promotor penggerak lembaga pendidikan juga

berwenang untuk mengaktifkan komite sekolah dengan cara

mengikutsertakannya pada setiap rencana implementasi program sekolah,

pelaksanaan, hingga evaluasi program yang telah dijalankan.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program

Sekolah Model

Program sekolah model dalam rangka memberdayakan sekolah

dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan persaingan

bebas dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.

Secara garis besar tujuan sekolah model dapat menjadi acuan dalam

penyelenggaraan program di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu sebagai

sekolah pembinaan terhadap sekolah setingkat di sekitar wilayahnya

dalam bidang kurikulum, pengajaran, administrasi serta sebagai

pelayanan fasilitas belajar. Ini berarti sekolah model merupakan sekolah

yang mempunyai nilai yang lebih dengan dukungan dan partisipasi pihak

dan warga sekolah saling bekerja sama dalam mewujudkan peningkatan

mutu pendidikan.

Page 164: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

150 1. Faktor Pendukung Implementasi Program Sekolah Model

Faktor yang turut berpengaruh positif atau mendukung terhadap

pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun.

Tentunya hal ini tetap mengacu pada tahapan imlementasi Sistem

Penjaminan Mutu Internal disatuan Pendidikan Sekolah Model. Upaya

yang dilakukan oleh Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu dalam

implementasi konsep sekolah model baik pada jam sekolah maupun di

luar jam sekolah merupakan bentuk saran yang digunakan pihak sekolah

untuk membina kesadaran siswa dalam penguatan nilai karakter sosial.

Faktor pendukung itu adalah letak sekolah yang strategis dan fasilitas

pendukung pembelajaran cukup memadai, dukungan dari kepala sekolah,

seluruh pendidik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah, iklim

sekolah yang kondusif, agamais, penuh tenggang rasa, rasa

kekeluargaan, dan toleransi.

Motivasi dari masing-masing wali kelas dalam mensuport segala

kegiatan untuk membentuk kemajuan siswa, komunikasi yang baik antara

sekolah, orangtua dan masyarakat yang berkesinambungan dalam segala

jenis kegiatan, kerjasama MOU (Memorandum Of Understanding) dengan

pihak luar yang terkait seperti, kerjasama dengan perpustakaan daerah,

kerjasama dengan Indosat absen digital, solidnya Tim dalam setiap

kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan

tenaga kependidikan, serta kesiapan seluruh warga sekolah. Pelaksanaan

kegiatan sistem penjaminan mutu internal di sekolah dengan adanya

Page 165: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

151 dukungan dari kesiapan dan kerjasama setiap tim. Dalam wawancara SW,

Kepala Sekolah menyatakan:

“Sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan dapat dilihat dalam melaksanakan tugas pada sistem penjaminan mutu pendidikan dan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah”. (Wawancara, Senin 14 September 2020).

Pelaksanaan kegiatan sistem penjaminan mutu internal dengan

merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan

Sistem Penjaminan Mutu Internal, selanjutnya menyusun dokumen Sistem

penjaminan mutu internal yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen

standar, dan dokumen formulir.

Kegiatan selanjutnya melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam

pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran, dan

membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana

kerja sekolah, selanjutnya membentuk tim penjaminan mutu pada satuan

pendidikan, terpenting adalah mengelolah data mutu pendidikan di tingkat

satuan pendidikan.

Pelaksanaan kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI),

menjadikan SDN 57 Bulu-Bulu melaksanakan dan mengembangkan

budaya mutu secara mandiri, sehingga dapat memenuhi ketercapaian

standar nasional Pendidikan sebagai pedoman untuk mengembangkan

program sekolah model, agar tercapai sekolah yang bermutu.

Page 166: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

152 Hasil wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Berdasar dari apa yang telah dilakukan dalam sistem penjaminan mutu internal (SPMI) dan telah melakukan setiap proses dalam siklus SPMI mulai dari pemetaan mutu, rencana pemenuhan mutu, rencana implementasipemenuhan, implementasi pemenuhan, audit mutu sampai berusaha menetapkan mutu baru, maka peningkatan mutu sekolah dapat ditingkatkan”. (Wawancara, Selasa 15 September 2020)

Pemenuhan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan

tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan

mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik

tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.

Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan

pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh

komponen satuan pendidikan agar seluruh komponen satuan pendidikan

bersama-sama memiliki budaya mutu.

Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada

segala lapisan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah. Sistem

penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua

komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem

Penjaminan Mutu Eksternal. SPME adalah sistem penjaminan mutu yang

dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi

dan lembaga standardisasi pendidikan. SPMI adalah sistem penjaminan

mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh

seluruh komponen dalam satuan pendidikan.

Page 167: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

153 Sistem Penjaminan Mutu Internal yang selanjutnya disebut sebagai

sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan, mencakup

seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan

berbagai sumberdaya untuk mencapai standar nasional pendidikan.

Satuan pendidikan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem

penjaminan mutu secara mandiri dan berkesinambungan hingga

terbangun budaya mutu di satuan pendidikan. Budaya mutu akan

mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan

secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara

konsisten dari waktu ke waktu secara bertahap hingga dipenuhinya

standar yang telah ditetapkan atau bahkan melampaui standar tersebut.

Sistem penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara

berkelanjutan oleh satuan pendidikan untuk ditetapkan oleh satuan

pendidikan dan dituangkan dalam pedoman pengelolaan satuan

pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan

pendidikan dalam pemenuhan ketercapaian delapan standar pendidikan,

dan pada akhirnya ketercapaian tersebut akan menjadi pendukung

implementasi program sekolah.

Upaya peningkatan sekolah yang berkualitas dan bermutu tentu

saja mempunyai faktor pendukung yang positif salah satunya adalah letak

sekolah yang strategis sebab berada di jalan poros sehingga akses untuk

menuju ke sekolah sangat mudah transportasi juga sangat terjangkau,

Page 168: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

154 oleh karena itu sekolah tidak menyediakan transportasi sekolah, seperti

Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Sekolah terletak di tempat strategis berada di jalan poros, sebagian siswa bertempat tinggal tidak jauh dari sekolah jadi akses untuk ke sekolah sangat mudah cukup berjalan kaki, adapun siswa yang jauh sebagian besar mempunyai kendaraan sendiri, dan sebagian kecil menggunakan angkutan umum, jadi sekolah tidak menyediakan transportasi pada siswa”. (Wawancara, Rabu 16 September 2020)

Pihak sekolah tidak menyediakan transportasi pada siswa karena

akses untuk menuju ke sekolah sangat mudah sebab letak sekolah

berada di jalan poros, lokasinya sangat strategis karena tepat berada di

jalan poros propinsi, selain itu siswa yang bersekolah di SDN 57 Bulu-Bulu

adalah siswa yang bertempat tinggal tidak jauh dari kompleks sekolah,

untuk menuju ke sekolah siswa cukup berjalan kaki, adapun siswa yang

bertempat tinggal jauh dari sekolah sebagian besar mempunyai

kendaraan pribadi dan diantar oleh orang tuanya atau keluarga,

sedangkan siswa yang bertempat tinggal jauh dari sekolah, dan tidak

memiliki kendaraan pribadi menggunakan kendaraan angkutan umum

atau berlangganan ojek.

Program sekolah yang mendukung penguatan nlai karakter sosial

adalah keteladanan dan pembiasaan menjemput siswa setiap pagi di

depan gerbang sekolah pada pukul 7.00 WITA atau 30 menit sebelum jam

masuk proses belajar mengajar, dengan adanya pembiasaan

penjemputan siswa diharapkan sikap disiplin siswa akan terbentuk.

Page 169: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

155 Hasil wawancara SS, Guru Kelas I menyatakan:

“Salah satu program sekolah model adalah membudayakan pembiasaan penjemputan siswa di gerbang sekolah sebelum pembelajaran dimulai, Membangun rasa kasih sayang dan sopan santun kepada anak didik tidak dapat dikakukan hanya dengan memberikan ceramah, mengingtakan dengan lisan namun juga harus diberikan keteladanan dengan penyambutan siswa di pagi hari di depan gerbang sekolah yang dilakukan oleh guru 30 menit sebelum bel tanda masuk berbunyi”. (Wawancara, Senin 07 September 2020)

Penyambutan siswa yang dilakukan oleh guru pada pagi hari di

depan gerbang sekolah secara tidak langsung telah memberikan teladan

kepada siswanya tentang bagaimana menghargai waktu dan disiplin serta

berlaku santun saat bertemu dengan guru atau orang lain dan

memberikan dampak posistif luar biasa untuk membangun motivasi anak

dalam mengikuti pembelajaran.

Ada hal yang penting dalam penyambutan sisiwa di gerbang

sekolah antara lain siswa akan merasa nyaman dan tenang memasuki

gerbang sekolah ketika melihat penyambutan gurunya yang penuh kasih

sayang, siswa merasa diberikan perhatian oleh gurunya, siswa akan

merasa adanya kedekatan emosional dengan gurunya, sapaan salam

guru kepada siswa memberikan motivasi tersendiri bagi diri anak., secara

berangsur siswa akan malu untuk terlambat datang ke sekolah.

Membangun budaya santun bukan hanya sekedar memberikan

pengertian kepada siswa tentang sikap santun di dalam proses

pembelajaran, namun yang lebih penting dan efektif adalah memberikan

keteladanan. Apabila kegiatan rutin ini dapat diterapkan, maka keyakinan

Page 170: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

156 pada masa yang akan datang akan tumbuh generasi bangsa yang disiplin,

kasih sayang, sopan santun, menghargai orang lain dan menghormati

yang lebih tua.

Menjalankan program sekolah tentu perlu dukungan, komite

sebagai mitra sekolah membantu memfasilitasi siswa untuk mencapai

program yang sedang dilaksanakan dalam kegiatan rutin sehari-hari.

Komite Sekolah dimaksudkan agar menjembatani dan menyalurkan

aspirasi dan prakarsa orang tua, dalam melahirkan kebijakan dan program

sekolah, dalam wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:

“Peran komite dalam membantu memfasilitasi program pendidikan yang ditetapkan sekolah model, yaitu dengan mengkomunikasikan kepada orang tua agar mendukung program sekolah model, komite sekolah akan dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan program, melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitas bagi siswa sehingga dapat meningkatkan mutu Pendidikan yang berkualitas”. (Wawancara, Selasa 08 September 2020).

Sinergi antara komite sekolah dengan sekolah menyebabkan

lahirnya tanggung jawab bersama antara sekolah dan orang tua sebagai

mitra kerja yang membangun pendidikan. Dibentuknya Komite Sekolah

dimaksudkan agar terbentuk organisasi orang tua sekolah yang

mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan

kualitas sekolah. Komite mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan

prakarsa orang tua, dalam melahirkan kebijakan dalam mendukung

program sekolah.

Komite sekolah dalam memfasilitasi siswa akan meningkatkan

tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat,

Page 171: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

157 sehingga orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan, akan

menciptakan suasana demokratis, dan dalam penyelenggaraan dan

pelayanan pendidikan yang bermutu. Komite sekolah juga berfungsi

dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, karena dapat

memberikan pertimbangan tentang persyaratan fasilitas sekolah dan

membantu dalam hal pemenuhan sarana dan prasarana Pendidikan yang

dibutuhkan oleh sekolah.

Selain peran komite dalam mendukung implementasi program

sekolah model, pendukung lainnya adalah letak sekolah yang strategis

karena sekolah berada di jalan poros propinsi, akses angkutan umum

sangat lancar, serta pendukung dalam proses belajar mengajar sudah

memadai sehingga apa yang di programkan oleh sekolah dapat

terlaksana dan terwujud. Seperti Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah

menyatakan:

“Faktor yang turut mendukung terhadap pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun, tentunya hal ini tetap mengacu pada tahapan imlementasi sistem penjaminan mutu internal disatuan pendidikan sekolah model dalam melakukan kegiatan pembiasaan menanamkan nilai karakter sosial”. (Wawancara, Rabu 16 September 2020).

Kegiatan implementasi konsep sekolah model dalam mewujudkan

wawasan Pendidikan budi pekerti tentu faktor pendukung sangat

berpengaruh keberhasilan kegiatan program sekolah model diantaranya

adalah letak sekolah yang strategis, sekolah berada di jalan poros

propinsi, dan akses angkutan umum sangat lancar.

Page 172: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

158 Fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai, sumber belajar

dan media pembelajaran bervariasi sesuai Kebutuhan, dukungan dari

kepala sekolah, seluruh pendidik, orang tua siswa dan orang tua sekitar

sekolah sangat berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan. Iklim sekolah

yang kondusif, agamais, kebersamaan yang penuh dengan tenggang rasa

serta toleransi utntuk memahami dan menerima perbedaan.

Pendukung lainnya adalah motivasi dari masing-masing wali kelas

dalam memberi semangat dalam memotivasi melakukan kegiatan yang

membentuk kemajuan pada siswanya dalam hal mengembangkan bakat

dan minat juga dalam hal berprestasi dalam bidang akademik, serta

menjalin komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orangtua siswa

yang berkesinambungan dalam segala jenis kegiatan, serta terjalinnya

kerjasama dengan perpustakaan daerah, kerjasama dengan Indosat

absen digital, dan yang sangat berperan adalah kerjasama dan

mempertahankan kekompoakan tim dalam setiap kegiatan dan semangat

dan motivasi yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga

kependidikan, dan kesiapan seluruh warga sekolah untuk memajukan

sekolah menjadi sekolah yang bermutu dan berkualitas.

Pelaksanaan program sekolah model jika mendapat dukungan dari

orang tua siswa dan masyarakat akan menjamin meningkatkan kualitas

sekolah dan apabila kegiatan dilakukan secara rutin dan

berkesinambungan keberhasilan program tersebut dapat melahirkan

Page 173: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

159 penguatan karakter yang baik dan membentuk nilai positif pada diri siswa,

seperti dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Pelaksanaan implementasi sekolah model bisa berhasil apabila ada faktor pendukung yang berperan dan faktor pendukung tersebut akan menjadi dampak positif pada mutu kualitas sekolah yang berpengaruh pada siswa, guru, dan warga sekolah serta orang tua”. (Wawancara, Kamis 17 September 2020)

Faktor pendukung dalam pelaksanaan program sekolah model

tentu membawa keberhasilan yang berdampak pada sekolah, yaitu

meningkatnya mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu

karena sekolah akan senantiasa berupaya memenuhi 8 (Delapan) Standar

Nasional Pendidikan. Sekolah model akan mendapat perhatian baik dari

pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah dalam pemenuhan sarana

prasarana sekolah yang tidak mampu dibiayai dari dana BOS.

Meningkatnya mutu pendidikan di sekolah akan berdampak pada

peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dan hasil

belajar siswa serta mutu lulusan yang kompeten, sekolah memenuhi

Standar Nasional Pendidikan akan senantiasa diikuti oleh motivasi siswa

untuk berprestasi di bidang akademik, seni dan olahraga.

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Standar Nasional

Pendidikan, pelaksanaan implementasi sekolah model akan memotivasi

guru untuk lebih berkomitmen melaksanakan tugas mengajar dan

mendidik secara optimal dan penuh tanggung jawab, meningkatkan

kompetensi guru, karena dalam upaya pemenuhan standar nasional

pendidikan guru akan dituntut untuk lebih profesional,

Page 174: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

160 melalui implementasi sekolah model penjaminan mutu pendidikan, guru

semakin berdedikasi dan beretos kerja tinggi, seiring dengan

meningkatnya mutu pendidikan di sekolah model.

Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk meningkatkan

kinerja sesuai dengan tugas pokok masing-masing baik sebagai kepala

sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa dan komite sekolah.

Mengetahui kekurangan yang dimiliki oleh sekolah sebagai bahan

perbaikan dan pembinaan sekolah ke depan. Rasa bangga dari segenap

warga sekolah dan mempertahankan serta meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah. Implementasi sekolah model akan memberikan

wawasan kepada orang tua akan pentingnya meningkatkan pendidikan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, orang tua akan semakin

mengakui dan meningkatkan kepercayaannya terhadap keberadaan

sekolah model.

Dukungan pengawas dalam program sekolah model sebagai motor

penggerak, inspirator dan motivator dalam mendampingi setiap tim

melaksanakan program kegiatan yang telah disusun. Pengawas juga

sebagai penyemangat dan penguat dalam menyalurkan kreativitas semua

tim pengembang program sekolah model. Dalam wawancara SW, Kepala

Sekolah menyatakan:

“Peran serta pengawas dalam program seklolah merupakan motor utama yang menggerakkan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan agar kegiatan yang dilakukan berhasil, peran pengawas dalam program sekolah model adalah menjadi inspirator, pendukung, motivator, fasilitator”. (Wawancara, Jumat 18 September 2020)

Page 175: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

161 Temuan data observasi di lapangan, setiap kegiatan yang

dilaksanakan di sekolah pengawas selalu hadir memberi masukan dan

saran serta memberi motivasi bagi kepala sekolah dan guru, juga

mendengarkan masalah dan kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah

dan guru

Hasil observasi dan wawancara menguraikan bahwa keterlibatan

pengawas dalam program sekolah model berarti pengawas berperan

sebagai inspirator bagi guru dan sekolah jika pengawas dapat

memberikan teladan bagi sekolah dan guru, pengawas sebagai

pendukung utama bagi sekolah dalam upayanya mencapai standar yang

telah ditentukan, pengawas sebagai motivator jika memberikan motivasi

kepada sekolah agar selalu meningkatkan mutunya.

Pengawas juga sebagai fasilitator yang dapat memberikan akses

kepada sekolah agar dapat selalu terhubung dengan Dinas Pendidikan

sehingga persepsi mutu sama antara sekolah dengan Dinas. Pengawas

berperan sebagai pengamat masalah jika mampu mengamati kesulitan

yang dihadapi sekolah dalam upaya mencapai atau meningkatkan standar

mutu yang telah ditentukan, pengawas pun berperan sebagai penasehat,

bagi guru, kepala sekolah dan sekolah agar senentiasa meningkatkan

mutu Pendidikan, sebagai tutor pengawas juga harus dapat memberikan

pengalaman dan pengetahuan yang baru pada guru untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi oleh guru. Pengawas juga sebagai mediator

artinya pengawas menjadi media yang dapat menjebatani hubungan

Page 176: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

162 antara sekolah dengan dinas pendidikan, menyalurkan kreativitas guru

dan kepala sekolah dengan menghubungkannya ke dinas pendidikan.

Keberhasilan program sekolah model juga tidak luput dari

keterkaitan komite dan pihak orang tua siswa, hal yang mustahil jika

kesuksesan program sekolah tanpa campur tangan komite sekolah dan

pihak orang tua, adapun keterlibatan komite sekolah dan orang tua siswa

yaitu kerjasama yang baik dan berkesinambungan dalam memajukan

kualitas sekolah karena kerja sama yang baik dapat membantu

mengaktifkan kegiatan yang telah terprogram sehingga wujud dari

kegiatan dapat menciptakan penguatan karakter pada diri siswa. Dalam

wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Keterlibatan komite sekolah atau orang tua dalam keberhasilan program sekolah model dengan mengikut sertakan dalam setiap kegiatan di sekolah, dan juga membentuk organisasi orang tua atau disebut dengan paguyuban kelas”. (Wawancara Senin 21 September 2020) Keterlibatan komite sekolah dan orang tua pada program sekolah

model sangat penting, tidak sukses sebuah program sekolah jika tidak

melibatkan komite sekolah dan orang tua siswa karena meraka akan

turut ambil andil dalam hal penyumbangan pemikiran.

Pihak sekolah harus menjalin komunikasi yang utuh terhadap

komite sekolah dan orang tua siswa karena mereka berusaha membantu

perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi sumbangan

sumber daya dan informasi, mendukung sekolah dalam melaksanakan

Page 177: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

163 program, mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan sekolah.

Komite sekolah dan orang tua siswa juga mendorong tumbuhnya

perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaraan pendidikan yang

bermutu, melakukan kerjasama dengan orang tua siswa, dunia usaha,

dunia industri, dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu, menampung dan menganalisis aspirasi, ide,

tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan orang tua,

memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan.

Mewujudkan program sekolah sekolah model membutuhkan

perencanaan, dan pelaksanaan secara maksimal, maka, setiap tim

menentukan jadwal kegiatan program secara bertahap, agar tersusun dan

dilaksanakan sehingga memudahkan dalam melakukan kegiatan-kegiatan

tersebut secara rutin, seperti hasil wawancara DY, Guru Kelas IV

menyatakan:

“Upaya yang dilakukan oleh SDN 57 Bulu-Bulu dalam menerapkan kegiatan program sekolah model dilaksanakan baik pada jam sekolah maupun di luar jam sekolah ini merupakan bentuk saran yang digunakan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan”. (Wawancara, Rabu 09 September 2020) Kegiatan program sekolah harus dilakukan oleh seluruh anggota

sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan staf sekolah sesuai tugasnya

masing-masing. Adapun siklus yang harus dilaksanakan dalam kegiatan

itu, terdiri dari tahap pertama adalah memetakan mutu sekolah melalui

Page 178: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

164 kegiatan evaluasi diri sekolah. Kegiatan ini penting untuk melibatkan

seluruh anggota sekolah dan orang tua di luar sekolah untuk

mendapatkan informasi dan evaluasi dari berbagai sisi. Visi, misi dan

tujuan sekolah dapat direvisi dan dikembangkan sesuai hasil pemetaan

ini. Hal ini penting karena visi, misi dan tujuan merupakan pusat

pengelolaan sekolah dan alat ukur untuk memenuhi harapan sekolah.

Membuat perencanaan peningkatan mutu sekolah termasuk

manajemen, kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, sumberdaya manusia

dan dukungan infrastruktur. Tahap ketiga adalah pelaksanaan program

penjaminan mutu sekolah. Pedoman ini akan memandu anggota sekolah

bagaimana menerapkan proses pembelajaran (mengembangkan materi

dan pendekatan proses pembelajaran), kegiatan ekstrakurikuler dan

kegiatan lain yang berkaitan dengan program penjaminan mutu sekolah.

Tahap keempat adalah monitoring dan evaluasi. Pedoman ini

memberikan arahan bagaimana untuk memantau dan mengevaluasi

proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan. Memonitoring

dan mengevaluasi aspek manajemen, proses belajar, dan kegiatan

ekstrakurikuler. Tahap kelima adalah penetapan standar baru dan

penyusunan strategi baru. Penyusunan strategi perlu dilakukan jika

sekolah belum mampu mencapai standar nasional pendidikan

berdasarkan strategi sebelumnya. Sekolah yang telah mampu memenuhi

standar nasional pendidikan dapat menetapkan standar baru di atas

standar nasional pendidikan.

Page 179: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

165 Implementasi program sekolah model dalam pelaksanaan

kegiatan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan

seluruh komponen satuan pendidikan, masing-masing

mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan dan dengan cara

bekerja sama, seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama

berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan penguatan nilai-nilai karakter

agar menciptakan sekolah yang berkualitas dalam membentuk nilai sosial

pada siswa.

Pelibatan seluruh komonen satuan Pendidikan maka

imlpementasi program sekolah model akan mewujudkan tujuan yang akan

dicapai karena masing-masing pihak merasa bertanggung jawab dengan

kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam wawancara dengan MY, Guru

Kelas VI menyatakan:

“Partisipasi seluruh warga sekolah di SDN 57 Bulu-Bulu terlibat dalam upaya mencapai peningkatan sekolah bermutu, baik keterlibatan jajaran pemimpin sekolah, staf pendidik, staf kependidikan, siswa, komite sekolah, maupun paguyuban kelas, partisipasi tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan sekolah bermutu yang tidak hanya berkaitan dengan aspek keluaran saja tetapi juga aspek proses yang dilakukan dan dikembangkan oleh sekolah”. (Wawancara, Jumat 11 September 2020) Peningkatan budaya partisipasi ini berdasarkan pada realita dan

merupakan efek dari faktor kepemimpinan kepala sekolah tidak saja kuat,

tetapi juga efektif, kepada setiap orang yang mungkin dapat dan

berpotensi untuk terlibat diajak untuk bergabung membangun dan

mengembangkan dan menyusun program sekolah model.

Page 180: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

166 Kepala sekolah mampu meletakkan dasar-dasar pondasi yang

kokoh menuju sekolah yang unggul, sehingga dalam waktu yang cukup

singkat sudah mendapat status Sekolah Berstandar Nasional (SSN).

Kepala sekolah mempunyai visi dan misi yang jelas, mampu

menjabarkannya dalam bentuk langkah-langkah dan tindakan yang nyata,

mampu menggerakkan orang lain untuk bersama-sama bekerja mencapai

sekolah bermutu, mampu menggerakkan semua unit-unit misalnya bidang

pengajaran dan kurikulum, bidang sarana prasarana dan kesiswaan, serta

bidang hubungan orang tua dan publikasi, serta bidang perencanaan dan

keuangan. Sementara unit-unit terkecil lainnya juga mampu digerakkan.

Semua bangga menghasilkan karya dan mampu mengembangkan karya

mereka menjadi tidak saja secara kuantitas banyak tetapi juga secara

kualitas lebih baik yang dicapainya secara berkesinambungan. Karena

kemampuan kepala sekolah dan timnya itulah orang-orang di mau

bersinergi membangun dan mengembangkan budaya sekolah bermutu.

Partisipasi staf pendidik adalah kerjasama yang sinergis di internal

lembaga, peningkatan kapasitas guru melalui pendidikan terstruktur dan

nonstruktur, diskusi pendalaman metode pembelajaran mutakhir antar

guru,. Partisipasi staf kependidikan diantaranya; peningkatan kapasitas

diri, pelayanan prima, terbentuknya tim kerja yang solid. Selain itu

partisipasi siswa juga berpengaruh yakni; berkembangnya budaya belajar,

serta partisipasi paguyuban kelas dan komite sekolah terbentuk dan

Page 181: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

167 berkembangnya kegiatan paguyuban kelas, aktif mengikuti kegiatan di

sekolah.

Komite sekolah sangat berperan dalam kegiatan implementasi

program sekolah model, tidak sedikit sumbangsinya dalam keteribatan

mulai dari menyusun sampai melaksanakan program sekolah, Peran

Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu mendapat

dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, kepala sekolah,

siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Oleh

karena itu perlu kerjasama yang erat antara lembaga komponen

pendidikan dan komite sekolah sehingga upaya peningkatan mutu

pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien. Komite juga dapat

meningkatkan tanggung jawab dan berperan serta bersama masyarakat

dalam penyelenggaraan program sekolah di satuan pendidikan. Dalam

wawancara MS, Komite Sekolah menyatakan:

“Komite berperan mempertimbangkan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan serta pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan Pendidikan, juga mengontrol secara transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan dan menjadi mediator antara pemerintah dengan orang tua”. (Wawancara, 08 September 2020)

Peran komite sekolah adalah mitra strategis sekolah dalam

meningkatkan mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu, antara Kepala

Sekolah dengan Komite Sekolah harus bersinergi. Bahkan di beberapa

sekolah, bukan hanya dibentuk komite sekolah, tetapi juga dibentuk

Paguyuban Orang Tua Siswa pada setiap kelas. Hal ini menunjukkan

Page 182: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

168 tingginya perhatian dan dukungan orang tua siswa terhadap peningkatan

mutu sekolah. Mari jadikan program Sekolah model sebagai momentum

penguatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) melalui optimalisasi

peran komite sekolah dalam pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Komite sekolah berperan sebagai pendukung baik segi finansial,

pemikiran maupun tenaga mutlak diperlukan untuk menghasilkan sebuah

program yang bermutu di sekolah model, komite juga berperan pengontrol

kebijakan atau program kerja sekolah sehingga tidak menyimpang dari

aturan. sebagai penghubung. Seperti dijelaskan komite sekolah, dalam

menjalankan peran mediator, komite sekolah dapat melakukan kegiatan-

kegiatan yaitu menjadi penghubung antara orang tua dengan sekolah,

membantu sekolah dalam mensosialisasikan kebijakan sekolah, dan

menyampaikan aspirasi orang tua dalam usulan membuat kebijakan.

Menjalankan proses program sekolah tidak akan berjalan dengan

baik kalau tidak adanya kerjasama antara semua pihak. Dalam hal ini,

pihak-pihak yang terkait saling membantu satu sama lain dan punya tugas

dan peran masing-masing seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah,

dan masyarakat.

2. Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Model

Program sekolah model akan berhasil dalam pelaksanaan dan

akan tercapaian rencana atau program yang telah disusun jika ada faktor

pendukungnya, namun ada juga berbagai faktor yang dapat menghambat

ketercapain program sekolah model yaitu siswa yang heterogen dari latar

Page 183: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

169 belakang keluarga yang berbeda, sehingga terbentuk warga sekolah yang

majemuk, terbatasnya pembimbing dalam mengefektifkan kegiatan

ekstrakurikuler di luar jam sekolah, pengaruh pergaulan negatif dari luar

sekolah serta media yang kurang mendidik, sarana dan prasarana untuk

melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas, waktu yang

terbatas bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan program yang telah

tersusun.

Faktor penghambat lainnya adalah memungkinkan terjadinya

kesenjangan antar sekolah, karena tidak meratanya penetapan sekolah

sebagai sekolah model. Selain itu sarana dan prasarana sekolah yang

ada belum memadai, proses belajar siswa akan terganggu oleh kegiatan

guru yang menyiapkan administrasi implementasi sekolah model, guru

dalam melaksanaan implementasi sekolah model akan mengganggu

proses belajar mengajar, karena akan menyita waktu guru.

Tanggung jawab dan beban kerja guru semakin bertambah, karena

harus melaksanakan program kegiatan sekolah, sedangkan warga

sekolah membutuhkan pengorbanan meluangkan waktu lebih, pemikiran,

ide dan tenaga untuk mewujudkan sekolah model yang memenuhi

Standar Nasional Pendidikan. Selain itu program sekolah akan melibatkan

peran aktif masyarakat, sedangkan fenomena yang terjadi tidak semua

lapisan masyarakat peduli dan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap

pelaksanaan implementasi sekolah model.

Page 184: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

170 Pelaksanaan program sekolah model dalam penguatan nilai sosial

pada siswa terkendala dengan adanya perbedaan diantara para siswa,

masing-masing siswa terdiri dari latar belakang keluarga yang berbeda

dilihat dari suku, agama, pendidikan, ekonomi, status sosial sehingga

karakter mereka pun berbeda, dan dengan adanya perbedaan kadang

sifat ego dan menang sendiri pada diri siswa akan menonjol karena

merasa dirinyalah yang palng hebat diantara teman yang lainnya. Hasil

wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Siswa di sekolah terdiri dari latar belakang orang tua yang berbeda, baik dari suku, agama, pendidikan, ekonomi, status sosial yang menciptakan berbagai karakter”. (Wawancara, Selasa 22 September 2020)

Temuan data observasi di lapangan pada saat jam istirahat siswa

sedang asyik bermain tapi terlihat dua orang anak yang hanya tinggal

diam padahal anak tersebut juga ingin ikut bermain, tapi teman yang lain

menolaknya karena penampilan anak tersebut berpakaian tidak sama

dengan teman yang lainnya karena anak tersebut berpakaian seragam

baju putih yang berwarna agak kecoklatan, rok merah yang dipenuhi

tambal jahitan benang mereka berdua hanya bisa melihat teman-teman

mereka bercengkrama, tidak lama orang tua siswa tersebut datang dan

menghampiri anaknya untuk memberi uang jajan, pekerjaan orang tua

siswa tersebut adalah tukang becak.

Hasil observasi dan wawancara menjelaskan perbedaan latar

belakang siswa merupakan suatu situasi atau kondisi yang dapat

mempengaruhi karakter siswa antara individu yang satu dengan individu

Page 185: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

171 yang lainnya pasti memiliki perbedaan yang dapat digunakan sebagai ciri

khas setiap siswa, misalnya saja faktor latar belakang siswa. Setiap siswa

pasti mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan latar

belakang ini dapat mempengaruhi proses pembentukan nilai-nilai karakter

pada diri siswa, seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik

maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya. Guru dapat

merangsang perkembangan potensi-potensi yang di milikinya oleh siswa

dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang di inginkan

dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Terutama membentuk nilai karakter

sosial pada diri siswa. Sebagai makhluk sosial, siswa sangat

membutuhkan pembelajaran akan sikap saling menghormati, menghargai

dan memahami, serta saling menerima terhadap keberagaman individu.

Hal ini dimaksudkan untuk saling bekerja sama dalam menciptakan

kualitas sekolah yang bermutu.

Perbedaan yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu

merupakan hambatan dalam implementasi program kegiatan sekolah.

Model. Membedakan berarti suatu perilaku atau sikap yang disebabkan

oleh karena adanya karakteristik khusus yang dimiliki oleh individu yang

memiliki kecenderungan untuk membeda-bedakan atau juga

mengelompokkan diri, dalam perbedaan ini siswa sebagian siswa merasa

dirinya yang terbaik dari siswa yang lain, jika tidak ditanamkan sikap

saling menyayangi, saling menghargai, tenggang rasa dan sikap toleransi

terhadap siswa oleh perbedaan suku dan agama akan menjadi masalah

Page 186: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

172 jika pada diri siswa tidak ditanamkan nilai sosial. Dalam wawancara SW,

Kepala Sekolah menyatakan:

“Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu terdiri dari beberapa suku diantara suku Bugis, Makassar, Toraja, Jawa, dan keyakinan siswa juga terdiri dari Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dalam perbedaan mereka sebagian siswa menganggap mereka yang terbaik diantara teman mereka, sehinnga sikap saling menyayangi, saling menghargai, tenggang rasa dan sikap toleransi diantara mereka perlu ditanamkan pada diri siswa”. (Wawancara, Rabu 23 September 2020)

Siswa dalam perbedaan suku dan agama diharapkan mampu

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam

pendidikan. Nilai-nilai yang dikembangkan adalah, keterbukaan,

menghargai perbedaan, menghargai kearifan lokal. sehingga mendorong

individu berperilaku saling menerima dan menghormati keberadaan orang

lain, siswa saling membantu teman yang memiliki kelemahan, serta saling

menghargai bahwa dibalik kelemahan masing-masing akan terdapat

kelebihan potensi unik yang dapat untuk saling bekerja sama sikap yang

perlu dihindari yaitu prasangka buruk.

Perbedaan suku dan agama, di satu sisi merupakan kekuatan

Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu, Dalam menjaga kerukunan,

persaudaraan, siswa harus memahami lebih mendalam makna toleransi.

sebagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan, membolehkan

pendirian atau pandangan orang lain yang bertentangan dengan

pandangan kita. Secara prinsip toleransi adalah penerimaan terhadap

yang tampak. maka seyogyanya siswa harus cerdas dalam menerima

perbedaaan yang ada, baik perbedaan agama, budaya, ras dan bahkan

Page 187: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

173 pendapat, serta tidak mudah menyebar dan menelan secara mentah

berita yang mengandung unsur intoleransi.

.Sikap toleransi sangatlah penting ditanamkan bagi siswa, dimana

akan menghindarkan mereka dari gesekan-gesekan yang mengakibatkan

perpecahan, individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang

lain di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Kesadaran tersebut

harus dibangun sejak dini sehingga mereka mempunyai pemahaman

bahwa perbedaan bukanlah menjadi persoalan, yang lebih penting

bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi indah, dinamis

dan membawa berkah.

Implementasi program sekolah model dalam hal penguatan nilai

sosial kadang terkendala karena program kegiatan yang telah tersusun

belum terlaksana secara maksimal disebabkan karena masih ada orang

tua siswa yang tidak sepenuhnya mendukung. Berbagai alasan yang

dikemukakan oleh orang tua siswa, ada yang sibuk kerja, ada yang tidak

mempunyai dana, dan yang memberi alasan tidak mengerti program

sekolah. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Orang tua siswa dalam program sekolah model belum sepenuhnya mendukung dalam pembentukan paguyuban kelas tidak semua orang tua siswa hadir, komunikasi timbal balik antara orang tua siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah belum maksimal, dukungan aktivitas sukarela orangtua siswa dalam implementasi program sekolah masih kurang, orang tua kurang percaya diri terlibat dalam proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program sekolah”. (Wawancara, Kamis 24 september 2020).

Page 188: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

174 Temuan data observasi di lapangan terlihat orang tua siswa datang

ke sekolah menghadap ke wali kelas dan kepala sekolah lalu protes

mengenai dana yang harus dikumpul, melalui paguyuban sekolah karena

menganggap sudah ada dana BOS untuk biaya yang diperlukan setiap

kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.

Hasil Observasi dan wawancara menjelaskan hambatan dalam

kegiatan program sekolah model bisa juga faktor dari orang tua siswa

salah satu contoh yang terjadi adalah ketika orang tua siswa diundang

untuk pembentukan paguyuban ini, masih ada orang tua siswa yang tidak

bersedia datang ke sekolah, dan juga sebagian orang tua siswa kurang

berpartisipasi melakukan diskusi, memecahkan masalah yang dihadapi

dalam melaksanakan program sekolah model seperti sarana prasarana,

kegiatan, keuangan, program kerja, meminjamkan alat-alat yang

dibutuhkan sekolah, bersedia menjadi tenaga pelatih narasumber bila

diperlukan oleh sekolah.

Meskipun sekolah melakukan komunikasi secara teratur, sistematis

dan terencana, namun reaksi dari orangtua siswa baik secara langsung

maupun tidak langsung, masih ada yang kurang mendukung aktivitas

sekolah, tapi pihak sekolah dalam merancang program kegiatan tetap

memberikan kesempatan kepada orang tua siswa untuk terlibat dalam

proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program

sekolah. Semua aspirasi orang tua akan terlibat dalam pengambilan

keputusan ini, sehingga menjadi sangat strategis dan bermakna karena

Page 189: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

175 mereka merasa dilibatkan dan pada giirannya mereka merasa memiliki

dan ikut memutuskan sesuatu secara bersama. Hal inilah yang

mendorong mereka akan mendukung dan ikut bertanggung jawab dalam

melaksanakan program sekolah model.

Sekolah dan pihak orang tua berkolaborasi yang merupakan

aktivitas kerjasama dari sekolah, orang tua siswa dan dalam hal-hal

tertentu yang berkaitan dengan program sekolah model. Pihak sekolah

sekolah menyadari tidak semua orang tua siswa mendukung kegiatan

program yang akan dilaksanakan, tapi pihak sekolah tetap menjalin

komunikasi dengan para orang tua siswa dengan cara mensosialisasikan

program kegiatan yang akan dilaksanakan dengan cara mengundang

rapat orang tua siswa pembentukan paguyuban setiap kelas sebagai

organisasi yang membantu sekolah memgembangkan program sekolah.

Seperti dalam wawancara MR Guru Kelas V menyatakan:

“Bentuk dukungan orang tua siswa adalah terbentuknya paguyuban setiap disebabkan oleh berbagai faktor”. (Wawancara, Rabu 16 September 2020)

Menghadirkan orang tua siswa di sekolah memang bukan hal yang

mudah karena sebagian besar orang tua siswa beraktivitas di luar rumah,

dengan alasan ini orang tua siswa tidak dapat memenuhi undangan pihak

sekolah dalam membentuk paguyuban, mereka hanya menerima

keputusan hasil yang sudah disepakati oleh orang tua siswa yang

menghadiri pertemuan pembentukan paguyuban kelas.

Page 190: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

176 Paguyuban tiap kelas adalah upaya yang dilakukan sekolah untuk

meningkatkan komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah dengan

para orangtua siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

sekolah dalam mewujudkan dan meningkatkan program sekolah model.

Pelibatan paguyuban dalam kegiatan program sekolah model dapat

memberi sumbangan baik secara moril maupun secara materil.

Pelibatan orangtua siswa sangat strategis dan bermakna karena

mereka merasa dilibatkan dan pada gilirannya mereka merasa memiliki

sekolah. Hal ini akan mendorong mereka ikut bertanggung jawab dalam

melaksanakan program sekolah dengan pihak sekolah. Untuk

memperkuat pemahaman orangtua, guru perlu melakukan komunikasi

langsung dengan orang tua. program apa saja yang telah disusun oleh

sekolah agar terlaksana sehingga orangtua dapat mendukung kegiatan

tersebut dengan cara bekerja sama.

Keterlibatan orang tua siswa dalam program sekolah model sangat

berperan karena dapat membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

sudah tersusun sehingga dapat mewujudkan ketercapaian tujuan rogram

sekolah dan membangun tumbuhkan kemauan untuk berpartisipasi

kepada lembaga pendidikan. Tetapi sebagian orang tua siswa juga

mempunyai hambatan disebabkan oleh tingkat ekonomi yang rendah,

mereka sering disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Kesibukan ini yang menyebabkan mereka cenderung

Page 191: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

177 sulit terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah. Dalam wawancara

SM, Guru Kelas V, menyatakan:

“Faktor yang menghambat dukungan Orang tua siswa dalam program sekolah model diantaranya, orang tua memiliki tingkat ekonomi yang rendah, kurangnya percaya diri dari orang tua, kesibukan orang tua karena aktivitas di luar rumah, dan orang tua cenderung tidak mau terlibat banyak dalam berbagai kegiatan kolaboratif di sekolah”. (Wawancara, Kamis 17 September 2020). Orang tua siswa yang memiliki tingkat ekonomi masih rendah salah

satu penghambat dalam mendukung program kegiatan di sekolah, ada

juga beralasan karena disibukkan dengan aktivitas untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, menyebabkan mereka cenderung sulit untuk

terlibat aktif dalam berbagai kegiatan bersama sekolah, penghambat

lainnya adalah perasaan ketidakpercayaan diri pada orang tua siswa

sering muncul akan kemampuan untuk bekerja sama, faktor penghambat

inilah merupakan salah satu yang dapat mengganggu terciptanya

kemitraan dan keterlibatan orangtua siswa terhadap program kegiatan di

sekolah. Meskipun sebenarnya keterlibatan mereka sangat dibutuhkan

oleh sekolah. Selain itu orang tua siswa tidak memiliki waktu yang cukup

dalam kegiatan kolaboratif atau partisipasinya dalam program sekolah

model.

Orang tua siswa juga menganggap program kemitraan di sekolah

selalu berkaitan dengan dana yang dibebankan kepada orang tua siswa

sehingga kerja sama tidak terlaksana dengan baik dan optimal, dengan

adanya pikiran negatif dari orang tua maka, hal ini menjadi penghambat

efektivitas pelaksanaan kerjasama sekolah dengan orang tua siswa

Page 192: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

178 secara keseluruhan, untuk mengatasi berbagai kendala pelaksanaan

hubungan kerjasama dengan orangtua siswa dilihat dari faktor orangtua,

maka sekolah harus melakukan berbagai sosialisasi. Dengan melakukan

sosialisasi, maka sekolah tidak akan mengalami kesulitan yang berarti

dalam mengembangkan berbagai jenis program, karena semua pihak

telah memahami dan merasa bertanggung jawab terhadap mutu dan

keberhasilan suatu program pendidikan yang akan dikembangkan pihak

sekolah.

Pihak sekolah menyadari siswa di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-

Bulu berasal dari latar belakang orang tua siswa yang berbeda dan

perbedaan inilah yang sangat nyata baik dilihat dari agama, suku,

pendidikan, ekonomi dan status sosial. Dari perbedaan sebagian siswa

mempertahankan sikap ingin menang sendiri, keegoisan siswa

dipertahankan, sehingga sikap peduli, tenggang rasa dan toleransi tidak

tertanam pada diri siswa, karena masing-masing siswa merasa dirinyalah

yang terbaik. Dalam wawancara MO, Guru Pendidikan Agama Kristen

menyatakan:

“Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu terdapat perbedaan dilihat dari latar belakang keluarga, suku, agama, sehingga karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa berbeda- beda”. (Wawancara, Jumat 18 September 2020)

Siswa di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu akan menjumpai

variasi atau perbedaan individual karena mereka berasal dari latar

belakang keluarga yang berbeda, suku dan agama yang akhirnya

menciptakan karakter yang unik. Dengan latar belakang yang berbeda

Page 193: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

179 kadang sifat ego masing-masing siswa dipertahankan dan merasa bahwa

dirinya yang terbaik, oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya

mampu memahami karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing

individu atau siswanya, memberi bimbingan dan menanamkan nilai-nilai

penguatan karakter nilai sosial.

Karakter setiap masing-masing individu berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya. Begitu halnya siswa satu dengan yang lainnya

memiliki perbedaan yang unik.Perbedaan itu terdapat pada karakter psikis

kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini terlihat pada cara

bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Perbedaan individu atau

variasi individual tersebut perlu adanya penanganan yang khusus dari

guru sebagai pembimbing dalam rangka upaya menanamkan nilai sosial

pada. Membentuk nilai sosial pada siswa perlu adanya penguatan

karakter yang dilakukan oleh guru melalui program sekolah model yaitu

penguatan karakter dengan melalukan kegiatan keteladanan dan

pembiasaan disiplin, kerjasama, toleransi sehingga perbedaan-perbedaan

siswa dapat diatasi.

Penghambat lain yang mempengaruhi implementasi program

sekolah model adalah tidak semua guru di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-

Bulu yang berkualifikasi sarjana Pendidikan Dasar karena sebagian

berkualifikasi guru sarjana PKn, Sarjana Bahasa Indonesia, Sarjana

Bahasa Inggris. Sedangkan guru bidang studi sudah linear dengan

Page 194: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

180 pelajaran yang diampu. Dalam wawancara SW, Kepala Sekolah

menyatakan:

“Guru di SDN 57 Bulu-Bulu tidak semua berkualifikasi Sarjana Pendidikan Dasar, ada beberapa guru yang berkualifikasi Sarjana PKn, Sarjana Komputer, Sarjana Bahasa Indonesia, Sarjana Bahasa Inggris, Sarjana Pendidikan Olahraga, Sarjana Pendidikan Agama Islam ”. (Wawancara, Senin 21 September 2020).

Temuan data observasi di lapangan, guru di Sekolah Dasar Negeri

57 Bulu-Bulu masih ada guru berkualifikasi akademis yang bukan sarjana

Pendidikan Dasar, diantara guru tersebut berkualifikasi akademis sarjana

PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan juga masih ada guru yang

belum berkualifikasi sarjana.

Sejalan hasil observasi dan wawancara dijelaskan kualifikasi

akademis tidak hanya berdasarkan jenjang pendidikan, melainkan

relevansi antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran

yang diampu. Kualifikasi tersebut dapat menunjukkan kompetensi

profesional guru. kualifikasi pendidikan guru di Sekolah Dasar Negeri 57

Bulu-Bulu tidak semua dari sarjana Pendidikan Dasar, guru yang bukan

dari kualifikasi Pendidikan sarjana Pendidikan Dasar sebagian besar

adalah guru senior, meskipun tidak linear dengan aturan mengajar tapi

mereka menganggap tidak masalah karena tidak berpengaruh dengan

tunjangan profesi guru, selain itu guru senior mengemukakan masa

mengajarnya akan berakhir karena sudah memasuki masa pensiun.

Sebagian guru yang tidak berkualifikasi Sarjana Pendidikan Dasar

kembali kuliah tujuannya untuk melinearkan ijazah mereka dengan profesi

Page 195: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

181 mereka mengajar di sekolah dasar dan juga menjalankan aturan Undang-

Undang tentang linearisasi kualifikasi Pendidikan, jadi guru yang tidak

linear dari Sarjana Komputer, sarjana PKn, Sarjana Bahasa Indonesia,

Sarjana Bahasa Inggris, Sarjana Bimbingan Konseling, mereka semua

kembali kuliah Pendidikan Dasar, adapun tujuan mereka kuliah agar tetap

mendapatkan tunjangan profesi guru. Sedangkan guru mata pelajaran

sudah sesuai dengan aturan Undang-Undang Pemerintah karena guru

mata pelajaran tetap linear dengan pelajaran yang telah diampu seperti

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, dan

mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Guru yang memenuhi standar pendidik adalah guru yang memiliki

kualifikasi akademis sesuai dengan peraturan, yakni program sarjana

kualifikasi akademis pendidik atau guru adalah tingkat pendidikan minimal

yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan

ijazah. Secara normatif pendidikan merupakan modal dasar dalam

meningkatkan sumber daya manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah

untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu

bidang pekerjaannya, maka dalam melaksanakan implementasi sekolah

model semua guru dilibatkan kadang mereka diberi tugas tidak sesuai

dengan kemampuan dan keahlian yang mereka miliki.

Hasil wawancara SW, Kepala Sekolah menyatakan:

“Setiap guru dilibatkan dalam program sekolah model, dan setiap guru diberi surat tugas untuk menjalankan dan mempertanggung jawabkan kegiatan apa saja yang diprogramkan, meskipun tugas mereka tidak sesuai pada bidangnya”.

Page 196: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

182 Keterlibatan semua guru dalam program sekolah model tidak dilihat

dari kualifikasi Pendidikan mereka, melainkan dilihat dari kemampuan

guru dalam menyusun program dan melaksanakan dan mempertanggung

jawabkan kegiatannya, Karena setiap guru mempunyai kompetensi yang

berbeda-beda, ada guru yang ahli di bidang olah raga, ada guru yang ahli

di bidang kesenian, ada guru yang ahli di bidang kepramukaan, dan ada

guru yang ahli di bidang TIK, dan ada guru ahli di bidang keagamaan.

Setiap guru membuat program yang seharusnya sesuai dengan

bidang yang mereka miliki, karena pada dasarnya guru memiliki potensi

yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Dan

potensi yang dimiliki oleh guru di aplikasikan dalam implementasi program

sekolah model sebagai wujud peran guru menciptakan sekolah yang

berkualitas.

Implementasi program sekolah dalam penguatan nilai sosial yang

dilaksanakan oleh masing-masing guru kadang tidak sesuai apa yang

akan dicapai karena tidak sesuai dengan keahlian guru, berbeda jika

tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan

keahlian dan keterampilan yang dimiliki, guru diberi kebebasan dalam

berkarya, kreatif dan berinovasi dalam mengembangkan program sekolah

model, dan setiap kegiatan yang disusun akan menjadi kegiatan

terprogram dan rutin. Tapi terlihat fakta dilapangan kadang ada guru yang

diberi tugas tidak sesuai dengan keahliannya sehingga kegiatan yang

Page 197: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

183 seharusnya tuntas dalam kegiatan tidak tercapai. Dalam wawancara AA,

Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan menyatakan:

“Setiap guru yang terlibat dalam program sekolah model mempunyai kompetensi, dan masing-masing guru mempunyai keahlian di bidangnya, dan sehariusnya setiap kreativitas guru diberi kebebasan untuk di kembangkan dalam program sekolah model sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki”. (Wawancara, Jumat 18 September 2020)

Pemenuhan program sekolah model harus berpedoman dengan

ketercapaian delapan Standar Nasional Pendidikan. Kreativitas

merupakan kemampuan guru mengembangkan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, dengan kreativitas guru mampu melahirkan gagasan,

pemikiran, konsep atau langka-langkah baru dalam menciptakan karya.

Bukan sebaliknya melibatkan guru dalam program sekolah tidak sesuai

dengan keahliannya maka semuanya akan sia-sia karena melakukan

tugas yang tidak sesuai dengan bidangnya.

Masing-masing guru mempunyai keahlian di bidangnya mereka,

mengembangkan kreativitas dalam kegiatan program sekolah model. Guru

yang kreatif akan mampu, membuat ide baru, memunculkan inspirasi, dan

kreasi baru serta mampu menjalankan program yang di susun melalui

kegiatan, guru memang harus kreatif dan prifesional menunjukkan apa

yang dikerjakan akan berrnanfaat

Keahlian yang dimiliki oleh setiap guru pada bidangnya diharapkan

mampu membuat program kegiatan yang menguatkan karakter seluruh

siswa agar tertanam perilaku yang mencerminkan sikap sikap percaya diri,

jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi sebagai landasan kepribadian.

Page 198: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

184 Melalui implementasi kesadaran menghayati dan mengamalkan perilaku

akhlak karimah siswa akan menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur

dan beradab.

Melaksanakan program sekolah model bukanlah program yang

mudah karena melibatkan semua pihak atau stakeholder terlebih guru

yang menjadi tombak utama dalam menjalankan program sekolah untuk

mewujudkan program sekolah maka peran guru dalam program sekolah

model adalah memberikan penguatan nilai-nilai sosial pada diri siswa.

Dalam wawancara MY, Guru Kelas VI menyatakan:

“Peran guru dalam melaksanakan program sekolah model yaitu melaksanakan pemetaan mutu sekolah, menyusun kegiatan rutin penguatan nilai sosial dengan cara pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, ekstrakurikuler, melestarikan budaya lokal dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, namun program yang telah tersusun terhambat karena terkendala dalam pelaksanaan rutin”. (Wawancara, Selasa 22 September 2020)

Melaksanakan kegiatan penyusunan pemetaan mutu di sekolah

terkadang terkendala oleh waktu, karena kewajiban pokok guru mengajar

harus terpenuhi juga, selanjutnya penguatan nilai karakter dalam

mengintegrasikan materi-materi pelajaran ke dalam kegiatan sehari-hari

melalui keteladanan contoh, kegiatan spontan, pengkondisian kegiatan

rutin (berbaris, berdoa, mengucapkan salam, dll). Mengintegrasikan

materi-materi pelajaran ke dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan

oleh sekolah dalam rangka menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter

sosial pada siswa belum sepenuhnya dilaksanakan. Menyeimbangkan

antara hati, otak, dan otot dengan harapan siswa menjadi anak yang

Page 199: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

185 berpikir kreatif, bertanggung jawab, dan mandiri, dalam hal pembelajaran

dan bernuansa karakter belum sepenuhnya dilakukan dengan

pengintegrasian dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dimana

materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada

setiap mata pelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari

Penguatan nilai sosial yang juga sangat penting jika lebih

menuntun anak untuk menjadi manusia berbudi pekerti, melalui

keteladanan dan pembiasaan. Maka pada pembiasaan adalah suatu cara

yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap,

bertindak sesuai dengan aturan. Pembinaan dan pembentukan karakter

pada siswa dalam meningkatkan pembiasaan-pembiasaan dalam

melaksanakan suatu kegiatan disekolah, merupakan tanggung jawab guru

dalam menjalankan program sekolah. Guru dalam memprogramkan

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah diharapkan agar mampu membentuk

karakter siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa itu sendiri, agar

dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan

potensi, bakat, dan minat. Tapi jadwal yang sudah terprogram dan

tersusun terkendala dengan keterbatasan waktu. Selain itu penguatan

karakter yang dilprogramkan oleh guru adalah melestarikan budaya

kearifan lokal yang dimaksud disini adalah totalitas tingkah laku yang

dimiliki oleh masyarakat Bugis-Makassar dan dapat diteruskan dari

generasi ke generasi berikutnya melalui proses belajar, yang diwujudkan

dalam pola tingkah laku masyarakat Bugis-Makassar dalam kehidupan

Page 200: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

186 keseharian, seperti budaya tabe, sipakainga tindakan untuk senantiasa

saling mengingatkan.

Sipakatau cerminanan untuk senatiasa saling menghormati,

sipakalebbi menjalani hidup dalam bermasyarakat untuk senantiasa saling

menghargai antara sesama manusia, dan tudang sipulung

bermusyawarah untuk mufakat. Tapi jika dilihat dari latar belakang siswa

yang berbeda-beda maka pembiasaan yang dilakukan oleh budaya

setempat, terasa asing bagi siswa yang bukan termasuk suku lokal. Selain

program yang menjadi hambatan dalam mendukung implementasi

program sekolah model, maka sarana dan prasarana juga termasuk faktor

yan menjadi hambatan karena sarana dan prasarana juga penunjang

berhasilnya program sekolah model. Seperti dalam wawancara SW,

Kepala Sekolah menyatakan:

“Faktor hambatan dalam implementasi program sekolah model hal sarana prasarana adalah ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang pimpinan, sarana olahraga, bermain, ekstrakurikuler, tempat ibadah, ruang UKS, jamban, dan parkir, keseluruhan belum memenuhi standar SNP, dan juga sekolah belum memiliki gudang penyimpanan barang”. (Wawancara, Kamis 24 September 2020)

Sarana dan prasarana adalah salah satu pendukung terwujudnya

program sekolah model tapi di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu, sarana

dan prasarana masih sangat minim karena ruang kelas hanya terdiri dari

lima ruangan sehingga proses pembelajaran belum terlaksana secara

efektif karena jumlah ruangan yang tidak sesuai dengan kapasitas siswa

yang ada selain itu uang gerak siswa terbatas hingga siswa kurang

Page 201: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

187 nyaman mengikuti proses pembelajaran karena ruangan sempit, dan juga

sirkulasi udara yang kurang lancar serta pencahayaan kurang memadai.

Ruang perpustakaan masih bergabung dengan ruang guru dan

ruang kepala sekolah sehingga ruang gerak kepala sekolah terbatas,

Halaman tempat olahraga dan bermain sempit akibatnya siswa kurang

mengapresiasikan diri terhadap lngkungan dan teman-temannya, adapun

tempat ibadah siswa memakai ruang kelas sehingga dalam beribadah

siswa tidak khusyuk karena ribut, juga tempat berwudhu masih kurang

menyebabkan siswa berdesakan berwudhu, sedangkan ruang usaha

kesehatan sekolah tidak sesuai standar, alat perlengkapan yang

dibutuhkan usaha kesehatan sekolah masih kurang memadai.

Tempat penyimpanan peralatan dan media pendidikan tidak sesuai

standar Peralatan menyebabakan media pendidikan banyak yang rusak,

hambatan yang lainnya adalah jumlah jamban tidak sesuai dengan

kapasitas sehingga siswa kadang berdesakan antri buang air kecil dan

buang air besar, yang terakhir adalah luas parkir tidak sesuai dengan

kapasitas kendaraan berakibat kendaraan belum dapat terpakir semua.

Khusus dalam program ekstrakurikuler merupakan kegiatan

Implementasi diri yang merupakan kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan

implementasi diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian

siswa yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk implementasi

talenta siswa, untuk melaksanakan program ekstrakurikuler seharusnya

Page 202: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

188 memiliki pembina dan pelatih khusus. Dalam wawancara SW, Kepala

Sekolah menyatakan:

“Pelaksanaan program-program kegiatan ekstrakurikuler seharusnya memiliki pelatih khusus, tapi terkendala dengan dana yang ada di sekolah maka yang menjadi pembina dan pelatih dalam pelaksanaan program ekstrkurikuler adalah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang mempunyai keahlian sesuai dengan bidangnya”. (Wawancara, Jumat 25 September 2020)

Setiap pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler mempunyai

Pembina dan pelatih, agar pelaksanaan kegiatan konsisten sebagaimana

yang tersusun dan terjadwal. Implementasi program ekstrakurikuler yang

diselenggarakan beragam dan karena banyak sumber daya manusia yang

diperlukan untuk menangani pengelolaan program ekstrakurikuler itu

tergantung pada program ekstrakurikuler yang telah disusun.

Hambatan yang mendukung terlaksananya program ekstrakurikuler

yaitu setiap kegiatan yang seharusnya dibina dan dilatih oleh yang ahlinya

tidak terpenuhi karena terkendala dengan biaya untuk membayar jasa

pelatih khusus, maka kepala sekolah mengambil inisiatif memberi

kebebasan kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang

memiliki latar belakang seni atau keahlian lainnya atau memiliki minat

yang kuat untuk membina dan melatih dalam melaksanakan program

ekstrkurikuler sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

Implementasi program sekolah model dalam hal standar sarana

dan prasarana, sekolah harus memiliki standar yang sesuai. Sebab salah

satu indikator keberhasilan adalah tercapainya standar sarana dan

prasarana. Jika terlihat di lapangan pemenuhan dan ketercapaian sarana

Page 203: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

189 prasarana tidak memenuhi standar nasional pendidikan. Dalam

wawancara ML, Guru Kelas VI menyatakan:

“Penghambat program sekolah model dalam proses pembelajaran belum terlaksana secara efektif karena jumlah ruangan yang tidak sesuai dengan kapasitas siswa, ruang kepala sekolah masih bergabung ruang perpustakaan dan ruang guru, sarana olahraga, dan sarana kegiatan ekstrakurikuler serta bermain siswa tidak sesuai dengan standar, ruang UKS juga tidak sesuai dengan standar, gudang penyimpanan barang juga tidak sesuai dengan standar, Jamban dan tempat parkir Kendaraan tak memenuhi standar”. (Wawancara, 09 september 2020). Faktor penghambat dalam implementasi program sekolah model

khususnya dalam pemenuhan sarana masih kurang memadai karena di

lapangan terlihat siswa kurang nyaman mengikuti proses pembelajaran

karena ruangan sempit, mengakibatkan proses pembelajaran belum

terlaksana secara efektif karena jumlah ruangan yang tidak sesuai,

selanjutnya adalah ruang perpustakaan harus berpisah dengan ruang

kepala sekolah dan ruang guru sehingga sarana membaca bagi siswa

tidak nyaman, juga ruang gerak kepala sekolah terbatas.

Siswa kurang mengapresiasikan diri terhadap lngkungan dan

teman-temannya karena halaman tempat olahraga dan bermain sempit,

serta dalam kegiatan ekstrakurikuler masih menggunakan ruang kelas,

sehingga terkendala waktu melaksanakan kegiatan karena menunggu

kegiatan pembelajaran selesai hingga kelas kosong, selain itu dalam

melaksanakan ibada menggunakan ruang kelas berdampak siswa tidak

khusyu dalam beribadah, begitu jugan ketika mengambil air wufu siswa

berdesakan karena tempat wudu tidak sesuai dengan jumlah siswa.

Page 204: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

190 Penghambat lainnya adalah ruang usaha kesehatan sekolah yang

sempit, sehingga penataan ruang usaha kesehatan sekolah yang kurang

maksimal, serta perlengkapan peralatan dan obat-obatan masih kurang.

Selain itu peralatan media pendidikan banyak yang rusak karena tempat

penyimpanan peralatan dan media pendidikan tidak sesuai standar yang

berkesan ruang gudang yang tidak layak. Mengenai jumlah jamban tidak

sesuai dengan kapasitas siswa sehingga siswa kadang berdesakan antri

buang air kecil dan buang air besar, dan pengambat lainnya adalah luas

parkir tidak sesuai dengan kapasitas kendaraan kendaraan belum dapat

terpakir semua.

Mengoptimalkan kegiatan program sekolah model bukanlah hal

yang mudah dilakukan karena banyak kendala yang dihadapi oleh guru,

karena masih ada guru yang belum dapat melaksanakan penjaminan

mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran

dalam pemenuhan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Adapun

program kegiatan rutin dalam peguatan karakter nilai sosial terkendala

juga dengan kondisi siswa yang terdiri dari latar belakang keluarga yang

berbeda yaitu perbedaan suku, agama, ekonomi, pendidikan dan strata

sosial keluarga dalam masyarakat. Dalam wawancara RR, Guru Kelas III

menyatakan:

“Guru mengoptimalkan melaksanakan SPMI untuk memenuhi dalam ketercapaian delapan standar nasional pendidikan, guru juga memaksimalkan menanamkan nilai sosial pada siswa yang terdiri dari latar belakang keluarga yang berbeda dengan cara penguatan karakter melalui keteladanan dan pembiasaan”. (Wawancara, Kamis 24 September 2020).

Page 205: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

191 Keterbatasan pendidik dan tenaga kependidikan dalam

melaksanakan sistem penjaminan mutu merupakan kendala dalam

melaksanakan program sekolah, tapi guru tidak berkecil hati mereka

bekerja sama melakukan Sistem penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam

melaksanakan pemetaan mutu standar nasional pendidikan, menyusun

rencana peningkatan pemenuhan mutu, merencanakan implementasi

pemenuhan, menjabarkan indikator evaluasi implementasi, melakukan

audit mutu internal.

Latar belakang siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga

yang berbeda, baik dari segi suku, agama, pendidikan keluarga dan

ekonomi, sehingga rasa ego lebih kuat dibanding rasa empati dan rasa

kebersamaan dijiwa siswa, juga menjadi hambatan dalam penguatan nilai

sosial pada diri siswa. Guru harus mengoptimalkan penguatan karakter

pada diri siswa melalui pembelajaran keteladanan, pembiasaan,

melakukan kegiatan ekstrakurikuler, pembudayaan kearifan lokal dan

kegiatan ini dilakukan secara rutin sehingga siswa terbiasa menanamkan

sikap disiplin, jujur, toleransi yang dapat membentuk nilai sosial

3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Makasssar maka

penulis dapat menguraikan hasil temuan yang diperoleh melalui data yang

terkumpul dan hasil analisis yang telah dilakukan dalam bentuk

pembahasan.

Page 206: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

192 Pertama Implementasi Program Sekolah model apabila Sekolah

Dasar mampu melaksanakan sistem Penjaminan Mutu Internal dengan

siklus yang berkelanjutan dan dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan

dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan serta terbangunnya

budaya mutu pendidikan di sekolah, secara terpadu dan sistematis antara

seluruh pemangku kepentingan di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu

tanpa terkecuali.

Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh penelitian Sulistyorini dengan judul “Sistem Penjaminan Mutu Internal

(SPMI) Pada Madrasah” IAIN Tulungagung, Volume 9 No 1 September

2019 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Sistem penjaminan mutu

untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah (madrasah) baik internal

maupun eksternal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas

organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan

untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah (madrasah)

secara sistematis, terencana dan berkelanjutan, bertujuan menjamin

pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara

sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang

budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.

Sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan

sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek lain yang

sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu menunjukkan

dirinya sebagai sekolah yang bermutu dan berkualitas sehingga pantas

Page 207: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

193 untuk dijadikan contoh oleh sekolah lainnya yang berada disekitarnya.

Implementasi program kerja sekolah berdasarkan materi program kerja

disusun secara garis besar, karena itu pelaksanaannya di lapangan

disesuaikan dengan kondisi maupun situasi yang ada. Hal ini bermaksud

agar program kerja ini dapat dikembangkan secara fleksibel, dinamis,

efisien dan efektif tanpa keluar dari pokok program yang telah ditetapkan.

Kedua penguatan nilai sosial sesuai dengan teori konstruksi social

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (1966) mendefinisikan sebagai

proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau

sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas

yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Maka penguatan nilai

sosial dengan melaksanakan program sekolah model dengan menyusun

kegiatan rutin yang dapat menunjang program sekolah model antara lain

adalah pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal,

ektrakurikuler, usaha kesehatan sekolah, dokter kecil, dengan

melaksanakan kegiatan rutin akan tertanam nilai karakter jujur, disiplin,

kerja sama, ramah lingkungan, toleransi maka terbentuk penguatan nilai

sosial pada siswa, sikap jujur yang merupakan perilaku yang didasarkan

pada upaya yang menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya, sedangkan sikap pada diri siswa disiplin adalah melakukan

pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya

serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, keikhlasan.

Page 208: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

194 Kerjasama pada diri siswa yaitu menciptakan keterbukaan dalam

berkomunikasi, membiasakan berfikir positif antar sesama, ramah

lingkungan merupakan pembiasaan menjaga kebersihan sekolah,

membuang sampah pada tempatnya, menyediakan peralatan kebersihan

dan memprogramkan program cinta bersih lingkungan merupakan perilaku

atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang telah terjadi. Selanjutnya sikap toleransi pada diri

siswa merupakan bentuk sikap memaklumi keadaan orang lain sehingga

terhindar dari perselisihan. Selanjutnya prinsip moral yang berlaku adalah

menerapkan kebiasaan dalam menciptakan hidup yang sehat, dan

memelihara kehidupan yang sehat.

Ketiga, faktor pendukung implementasi program sekolah model

adalah pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah

disusun, tentunya hal ini mengacu pada tahapan implementasi Sistem

penjaminan Mutu Internal (SPMI), selanjutnya adalah letak sekolah yang

strategis dan fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai, adanya

dukungan dari kepala sekolah, seluruh pendidik, orang tua siswa dan

masyarakat sekitar sekolah yang berkesinambungan. dalam segala jenis

kegiatan, kerjasama MOU (Memorandum Of Understanding) dengan pihak

luar yang terkait seperti, kerjasama dengan perpustakaan daerah,

kerjasama dengan Indosat absen digital, solidnya tim dalam setiap

Page 209: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

195 kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan

tenaga kependidikan, serta kesiapan seluruh warga sekolah.

Menjalankan program sekolah tentu perlu dukungan, komite

sebagai mitra sekolah membantu memfasilitasi siswa untuk mencapai

program yang sedang dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari. Komite

Sekolah dimaksudkan agar menjembatani dan menyalurkan aspirasi dan

prakarsa orang tua, dalam melahirkan kebijakan dari program sekolah.

Keempat, faktor Penghambat dalam pelaksanaan program sekolah

model yaitu masih ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang

belum dapat melaksanakan pemetaaan budaya mutu dan ketercapaian

rencana atau program sekolah yang telah disusun terhambat karena

siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda selain itu

pengambat lainnya adalah pengaruh pergaulan negatif dari luar sekolah

serta media yang kurang mendidik. Sarana dan prasarana untuk

melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas serta berbatasnya

waktu bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan program yang telah

disusun. Penghambat lain yang mempengaruhi implementasi program

sekolah model adalah tidak semua guru di Sekolah Dasar yang

berkualifikasi sarjana Pendidikan Dasar karena ada guru sarjana PKn,

Sarjana Bahasa Indonesia, Sarjana Bahasa Inggris. Secara normatif

pendidikan merupakan modal dasar dalam meningkatkan sumber daya

manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan

Page 210: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

196 seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu bidang pekerjaannya,

untuk melaksanakan implementasi program sekolah model.

Program sekolah model dalam hal penguatan nilai sosial juga

terkendala karena kegiatan yang telah tersusun masih ada orang tua

siswa yang belum sepenuhnya mendukung. Berbagai alasan yang

dikemukakan oleh orang tua siswa, karena sibuk kerja, ada yang tidak

mempunyai dana, dan juga yang beralasan tidak mengerti tentang

program sekolah.

Mewujudkan program sekolah model memerlukan faktor

pendukung, dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan

pendidikan, bekerja sama mewujudkan program sekolah sekolah model

yang membutuhkan perencanaan, dan pelaksanaan secara maksimal,

maka setiap tim menentukan jadwal kegiatan program secara bertahap,

agar tersusun dan dilaksanakan sehingga memudahkan dalam melakukan

kegiatan-kegiatan tersebut secara rutin, dan untuk mendukung kegiatan

program sekolah model peran serta orang tua siswa dan masyarakat

sangat dibutuhkan berpartisipasi dalam bentuk bantuan dana, pikiran

ataupun tenaga dalam kegiatan juga sudah didukung oleh sarana dan

prasarana, sedangkan untuk mengatasi faktor penghambat dalam

pelaksanaan program sekolah model perlunya bimbingan dan binaan bagi

tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam keterbatasan

melaksanakan sistem penjaminan mutu internal.

Page 211: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

197 Pihak sekolah memaksimalkan dan mengoptimalkan penguatan

karakter pada diri siswa dengan menanamkan nila-nilai penguatan

karakter nilai sosial pada diri siswa yang mempunyai latar belakang

keluarga yang berbeda melalui pembelajaran keteladanan, pembiasaan,

melakukan kegiatan ekstrakurikuler, pembudayaan kearifan lokal dan

kegiatan ini dilakukan secara rutin sehingga tertanam sikap disiplin, jujur,

toleransi yang dapat membentuk nilai sosial pada diri siswa.

Pihak sekolah juga berusaha menjalin hubungan komunikasi yang

baik terhadap orang tua siswa dan masyarakat karena dilihat dari

fenomena yang terjadi tidak semua lapisan masyarakat peduli dan masih

kurang partisipasi dari orang tua siswa dan masyarakat terhadap

pelaksanaan implementasi program sekolah model maka perlu diadakan

sosialisasi setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak sekolah, dan

menjadikan orang tua siswa dan masyarakat sebagai mitra kerja dan

sumber belajar di sekolah. Setiap kegiatan ekstrakurikuler harus

dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai serta penjadwalan waktu

untuk pelaksanaan kegiatan program harus tersusun secara sistematik

agar hasil yang diharapkan dapat terwujud.

Page 212: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

198 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas yang berjudul “Analisis Implementasi

Program Sekolah Model Membentuk Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57

Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”, maka penulis dapat

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi program sekolah model adalah sekolah yang mampu

melaksanakan sistem penjaminan mutu internal merupakan suatu

siklus yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh satuan sekolah

yang melibatkan seluruh warga sekolah yang terkait dalam

melaksanakan pemetaan budaya mutu dan memenuhi ketercapaian

delapan standar nasional pendidikan, sekolah model berarti memiliki

nilai yang lebih dibanding dengan sekolah di sekitarnya serta mampu

menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan

contoh oleh sekolah lainnya.

2. Penguatan karakter dalam membentuk nilai sosial pada siswa maka

implementasi program sekolah model melakukan kegiatan

pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal,

ekstrakurikuler, usaha kesehatan sekolah, dokter Kecil, melalui

implementasi program sekolah maka terbentuk sikap jujur, disiplin,

198

Page 213: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

199 kerja sama, toleransi, ramah lingkungan dengan penguatan sikap

inilah yang membentuk nilai sosial.

3. Faktor pendukung implementasi program sekolah model adalah

ketercapaian pemetaan budaya mutu Sistem Penjaminan Mutu

Internal (SPMI), letak sekolah yang strategis dan fasilitas pendukung

pembelajaran cukup memadai, kesiapan dan adanya dukungan dari

pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat

sekitar sekolah yang berkesinambungan, dan kerjasama MOU

(Memorandum Of Understanding) dengan pihak luar, sedangkan

faktor Penghambat dalam pelaksanaan program sekolah model

adalah keterbatasan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

melaksanakan pemetaaan budaya mutu dalam pemenuhan

ketercapaian delapan Standar Nasional Pendidikan. Program sekolah

yang telah disusun terhambat karena siswa berasal dari latar belakang

keluarga yang berbeda, sarana dan prasarana dan keterbatasan

waktu untuk melaksanakan kegiatan program yang telah disusun,

tidak semua guru di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu yang

berkualifikasi sarjana pendidikan Dasar. Serta masih ada orang tua

siswa dan masyarakat yang tidak sepenuhnya mendukung program

sekolah model.

B. Implikasi Penelitian

1. Sekolah model berarti sekolah yang memiliki nilai yang lebih

dibanding dengan sekolah biasa, Sekolah model juga harus mampu

Page 214: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

200 menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan

contoh oleh sekolah lainnya karena mampu melaksanakan Sistem

Penjaminan Mutu Internal secara mandiri dalam pemenuhan delapan

Standar Nasional Pendidikan dengan pemenuhan ketercapaian

delapan Standar Nasional Pendidikan, maka sekolah model dapat

menyusun program kegiatan dalam hal penguatan karakter sebagai

kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa sehingga di dalam diri siswa

terbentuk nilai sosial yang dapat diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Membentuk nilai sosial pada siswa, maka ada beberapa penguatan

nilai karakter yang harus ditanamkan ke dalam diri siswa yaitu

melalui keteladanan dan pembiasaan diantaranya adalah sikap jujur,

sikap kerjasama, ramah lingkungan, sikap toleransi, kegiatan

program dokter kecil dan usaha kesehatan sekolah, mewujudkan

tercapainya program sekolah model maka kegiatan yang sudah di

programkan di laksanakan secara rutin agar tercipta budaya

pembiasaan pada diri siswa, sehingga dapat menanamkan sikap

berbudi luhur dan berakhlak mulia.

3. Mewujudkan program sekolah model memerlukan faktor pendukung,

dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan,

bekerja sama, agar seluruh komponen satuan pendidikan bersama-

sama berpartisipasi mewujudkan program sekolah sekolah model

yang membutuhkan perencanaan, dan pelaksanaan secara

Page 215: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

201 maksimal, maka, setiap tim menentukan jadwal kegiatan program

secara bertahap, agar tersusun dan dilaksanakan sehingga

memudahkan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara

rutin, dan untuk mendukung kegiatan tersebut maka sarana dan

prasarana juga harus memadai, sedangkan untuk mengatasi faktor

penghambat dalam pelaksanaan program sekolah model perlunya

bimbingan dan binaan bagi tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan dalam keterbatasan melaksanakan sistem penjaminan

mutu internal, pihak sekolah memaksimalkan menanamkan nila-nilai

penguatan karakter nilai sosial pada diri siswa yang mempunyai latar

belakang keluarga yang berbeda, menjalin hubungan komunikasi

yang baik kepada orang tua siswa dan masyarakat serta melengkapi

sarana dan prasarana dan penjadwalan waktu untuk melaksanakan

kegiatan program yang telah tersusun.

C. SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan penelitian maka penulis mengajukan

saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan sebagai berikut:

1). Implementasi program sekolah model dapat terlaksana jika mampu

menerapkan dan melaksanakan sistem penjaminan mutu internal

untuk pemenuhan ketercapaian delapan standar nasional pendidikan

dengan kerjasama semua warga sekolah dengan tujuan

meningkatkan mutu pendidikan

Page 216: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

202 2). Penguatan nilai sosial dapat tertanam pada diri siswa apabila perilaku

pembiasaan dan keteladanan dilakukan secara rutin melalui

pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, budaya kearifan lokal,

ekstrakurikuler, usaha kesehatan sekolah, dokter Kecil, melalui

melalui kegiatan maka terbentuk sikap jujur, disiplin, kerja sama, dan

toleransi

3). Program sekolah model dapat terlaksana dengan baik apabila faktor

pendukung dan mengatasi faktor penghambat dengan pendekatan

pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan, bimbingan dan

binaan bagi bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam

keterbatasan melaksanakan sistem penjaminan mutu internal, serta

kerja sama yang baik dengan orang tua siswa dan masyarakat serta

melengkapi sarana prasarana sekolah.

4). Harapan lembaga sekolah agar pemerintah yang terkait yaitu Dinas

Pendidikan turun tangan mendukung pelaksanaan program sekolah

model dalam penguatan silai sosial pada siswa, agar apa yang

diharapkan dari program sekolah dapat meningkatkan mutu

pendidikan agar mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Page 217: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

203 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Al-qur’an al-Karim danTerjemahnya.

Agustian, Ginanjar. 2010. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Restrukturisasi Pendidikan Karakter, Yogyakarta: UNY.

Ali, Muhammad.,dkk., 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai. Pustaka.

Alya, Qonita, 2009, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, PT. Indah Jaya Adipratama

Apandi, Idris, 2018,SPMI, Lliterasi, dan Penguatan Pendidikan Karakter Jawa Barat: LPMP

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asep Berry Hernawan, dkk.,2011. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka

Berger, L. Peter dan Luckmann, Thomas. 1966. The Social Construction of Reality. Unites States: Anchor Book.

Bugin, Burhan, 2001, Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2011,. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Coon, Dennis,1983, Introduction to Psychology : Exploration and Aplication. West Publishing Co. Heritage Foundation

Daryanto, 2013, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Gava Media.

Daryanto, 2015,Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Yogayakarta: Gava Media. 203

Page 218: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

204 Depkes RI, 2008, Pedoman Pelatihan Dokter Kecil, Direktorat Bina kesehatan Anak,

Entjang, Indan, 2000, Ilmu kesehatan masyarakat,

Penerbitan, Bandung : Citra Aditya Bakti

Hurlock, Elizabeth B., 2009, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta :Erlangga.

Johnson, Soc io log ica l Theo ry , II 1986. terj. Robert M.Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid II, Jakarta: Gramedia

Kluckhohn, Clyde. 1962. Culture and Behavior. Free Press; Second Printing Edition

Kartadinata, Sunaryo. 2012, Educating for Character Mendidik untuk MembentukKarakter. Jakarta: BumiAksara.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2019. Buku pintar Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal, Sulawesi Selatan: LPMP

Kemendiknas. 2010,Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saingdan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.

Kemendiknas, 2010. Rencana Aksi Pendidikan Nasional Pendidikan Karakter. Jakarta

Kementerian Agama Republik Indonesia, 2019, Al-qur’an dan Terjemah

Jakarta: Maktabah Al-Fatih

Ki Hadjar Dewantara. 2013,Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman siswa.

Lawang, Robert. MZ, 2004, Kapital Sosial: Dalam Perspektif Sosiologik. Jakarta: FISIP UI Press

Ma’murAsmani ,Jamal, 2013, Pendidikan karakter di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press

Mulyasa, 2011, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan. Implementasi. Bandung, PT Remaja Rosdakarya

----------, 2011b. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 219: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

205 Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Mustari, Mohammad, 2011. Nilai karakter, Jogyakarta: Laks Bang PRES Sindo

Muwafik, Saleh, 2012, Membangun Karakter dengan Hati Nurani: pendidikan karakter untuk generasi bangsa, Erlangga,. Jakarta Sani, 2018, Penjaminan Mutu Internal Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sapriya, 2017, Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran, Bandung: PT. RemajaRosdakarya Sejiwa,2008, Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.

Sugiono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2015,Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharnan, 2005 Psikologi Kognitif,.surabaya : Penerbit: Srikandi,

Suharsaputra,Uhar,2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung: PT Refika Aditama Sitorus, Masganti, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. IAIN Press, Medan. ISBN 978-979-3020-18-1

Sumijatun, dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan komunitas. Jakarta: EGC.

Suryanto, Adi,dkk., 2016.evaluasi Pembelajaran di SD., Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen Implikasi Pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu,

Sukanto, Soerjono,2000, Kamus Sosiologi, Jakarta: Royandi.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 46 tentang Pendanaan Mandiri Sekolah

Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 pasal ayat 4 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Page 220: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

206 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 Pada pasal 1 ayat 3 tentangSistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah

Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 Pasal 51tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 39 pasal 1 tentang Pembinaan Kesiswaan. (Eskul olahraga)

Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia Nomor

63 Tahun 2014 pasal 2 tentang Eskulpramuka Rien Safrina, 1999,Pendidikan Seni Musik, Jakarta: Debdikbud Ruslan, Rosady, 2008. Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia: Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas & peraturan pemerintah R.I tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta WajibBelajar.

Yaumi, Muhammad, 2014 Pendidikan. Karakter Toleransi dan Cinta Damai, Surabaya: Erlangga.

ZakiahDarajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang.

Zuriah, Nurul, 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara.

B. Jurnal

Cahyono ,Hadi, 2015, Pola Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa, Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015

Dollah, B., Bikuwata, 1994, Tudang Sipulung, sebagai Arena Komunikasi Top-Down dan Bottom-Up. Jurnal Penelitian dan Komunikasi Pembangunan No. 34, Badan Litbang Penerangan Departemen Penerangan RI

Page 221: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

207 Erman Syarif1, Sumarmi2, Ach Fatchan2, I Komang Astina ,Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar Dalam Proses Pembelajaran Vol.1 No.1 April 2016 P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 5347

Fromm. E. 1942, Character and the Social Process .Appendix to Fear of Freedom, Routledge, Transcribed: by Andy Blunden (1998). For the Value_of_Knowledge site. Diakses 29 Januari 2020

Hakim, Rosniati2014, Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui

Pendidikan Berbasis Al-quran, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 2, Juni 2014, Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected]

Kemdiknas. 2010. Pengintegrasian Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Di Sekolah, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012

Lestari, Y. S. 16. 2016,Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler SeniTari Di Sekolah Dasar Negeri 1 Trirenggo TahunPelajaran 2015/2016. Trihayu :Jurnal Pendidikan ke-SD-an, Vol. 3, No 1, September 2016. Suparlan, Parsudi, 1981/82, “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama: Agama sebagaiSasaranPenelitianAntropologi”, MajalahIlmu-ilmu Sastra Indonesia (Indonesian Journal of Cultural Studies), Junijilid X nomor 1. Jakarta: FakultasSastraUniversitas Indonesia. Sulistyorini, 2019, SistemPenjaminanMutu Internal (SPMI) pada Madrasah Jurnal Pendidikan Volume 9 No 1 September 2019PPS IAIN Tulungagung Sitompul, Hafsah,1991 Metode Keteladanan Dan Pembiasaan Dalam Penanaman Nilai-Nilai Dan Pembentukan Sikap Pada Anak Vol. 04, No. 01 Januari 2016 IAIN

Syarif, Erman, dkk. 2016, Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis, Jurnal Pendidikan. Vol.1 No.1 April 2016 P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN. Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan

Lailatus Shoimah, Sulthoni.,Yerry, Soepriyanto, 2018, Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Di Sekolah Dasar Jurnal Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang .JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018 e - ISSN: 2615-8787

Page 222: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

208 Novi Nurhayanti1, DwiPrasetiyawatiD.H.2 ,Eka Sari Setianingsih3, 2017, Membentuk Karakter Siswa Melalui Pendidikan Seni Musik Di

Sekolah Dasar Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2017 Pendidikan Guru SekolahDasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Semarang, 9 Desember 2017 ISBN :

C. Internet

http://karakterbangkit.blogspot.co.id/2016/10/peduli-kepedulian.html Diakses pada hari jumat 17 Januari 2020 pukul 22.10.

https://www.kompasiana.com/akbar0333/5c91808a7a6d884302211 bbd/budaya-3s-sipakatau-sipakainge-sipakalebbi-pelestarian- budaya-lokal-bugis-sebagai-strategi-penguatan-pendidikan- karakter.diakses 24 Januari 2020

https://dinlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidupdiakses19 Januari 2020 pukul17.05

https://kbbi.web.id/jujur, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses pada hari jumat Januari 2020 pukul 23.20 Marvin, H. 1999. Theories of Culture in Postmodern Times - Marvin Harris, University of Florida - Google Buku. diaksespada 19 Januari 2020. https://www.infodokterku.com/index.php/en/96-daftar-isi-content/info-

kesehatan/helath-programs/200-program-dokter-kecil-dokcil http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial. Diaksespada 29 Januari2020

https://dinlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidup. Diaksespada 10 Februari2020

http://karakterbangkit.blogspot.com/2016/12/pengertian-serta-manfaat- proaktif.html diakses pada tgl 31 Januari pukul 17.22

(http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial) diakses pada tgl 31 Januari pukul 14.22

https://www.kompasiana.com Pendidikan karakter melalui Budaya Lokal. Dikutip pada tgl8 Februari 2020 pukul 00.22

Page 223: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

209 http://karakterbangkit.blogspot.com/2016/12/pengertian-serta- manfaat-proaktif.htmlDiakses pada hari minggu 19 Januari 2020 pukul 13. 04

Page 224: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

114

Page 225: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SUDARMIN, lahir di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan

Pada tanggal 11 Nopember 1975, anak pertama dari

lima bersaudara pasangan Pance dan Sutinah.

Penulis telah menikah dengan Sukadin, penulis

menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 94

Balimbing Kabupaten Bulukumba (1983-1989), Sekolah Menengah

Pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri 404 Ujung Pandang (1989-

1992), Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Swasta Diakui

TRIDHARMA MKGR Ujung Pandang (1992-1995).

Tahun 2011-2015 melanjutkan jenjang pendidikan pada STAI DDI

Maros Fakultas Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) untuk

melinearkan ijzah dalam melaksanakan tugas pokok di Sekolah Dasar

pada tahun 2017-2018 melanjutkan pendidikan di Universirtas Negeri

Terbuka, tahun 2018, kemudian melanjutkan pendidikan di jenjang (S2) di

Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Program Studi Pendidikan

Dasar.

Penulis mengabdi di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu,

Kabupaten Maros mulai tahun 2009 untuk memperoleh gelar Magister

Pendidikan (M.Pd). penulis menyusun Tesis dengan judul Analisis

Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada

Siswa SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.

Page 226: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

1 VALIDITAS ISI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS SUDARMIN Kepada Yth. Bapak/Ibu...... Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dan memberi saran terhadap instrumen penilaian yang saya kembangkan dalam rangka penelitian “Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Sdn 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros “. Hasil penilaian dari Bapak/Ibu merupakan bantuan yang takterhingga nilainya dalam rangka penulisan tugas akhir. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu beserta keluarga. � Atas partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan banyak terimakasih. PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Page 227: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

2 FORMAT VALIDITAS ISI SOAL a. Petunjuk Dalam rangka penyusunan tesis untuk penyelesaian program magister (S2), peneliti akan melakukan penelitian Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Sdn 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros Mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan: Penilaian dengan meninjau beberapa aspek dan saran-saran untuk memenuhi Instrumen Pedoman wawancara dalam penelitian Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Sdn 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros yang telah disusun. 1. Penilaian dengan meninjau beberapa aspek dengan memberi tanda cek (√) pada kolom nilai yang telah tersedia dengan melihat relevansi antara dimensi/indikator dengan butir pernyataan berdasarkan skala penilaian sebagai berikut: 1 : Tidak Relevan 2 : Kurang Relevan 3 : Relevan 4 : Sangat Relevan 2. Untuk revisi-revisi, Bapak/Ibu dapat langsung menuliskan pada naskah yang perlu untuk direvisi atau menuliskannya pada bagian saran yang telah disediakan. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian secara objektif

Page 228: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

3 b. Lembar Penilaian KISI – KISI PEDOMAN WAWANCARA Fokus Penelitian Indikator Sumber Data Nomor Butir Informasi yang Dijaring Guru Kepsek Komite Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) √ √ √ 1, 44, 2, 3. 45, 4, 29, 5,6, 30, 7, 8, 31, � Pelaksanaan pemetaan mutu � Pemenuhan 8 (delapan) standar nasional pendidikan Penyusunan Program sekolah model penguatan Nilai sosial √ √ √ 9, 10, 11, 12, 32, 33, 46 • Menyusun Kegiatan rutin penguatan karakter bernilai sosial • Pelaksanaan kegiatan rutin Penguatan karakter Nilai social

Page 229: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

4 Faktor pendukung sekolah model Letak sekolah yang strategis √ √ √ 13, 14, 34, 5, 47 • Sekolah terletak dijalan poros sehingga muda terjangkau • Iklim sekolah yang kondusif, penuh tenggang rasa, kekeluargaan dantoleransi Mengoptimalkan pendukung kegiatan program √ √ √ 16, 17, 18, 19, 35, 36, 48, • Fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai • Motivasi wali kelas dalam mensuport segala bentuk kemajuan siswa

Page 230: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

5 Kesiapan seluruh warga sekolah √ √ √ 20, 21, 36, 37, 49 • Menciptakan komunikasi yang baik antara sekolah, orang tua dan masyarakat yang berkesinambungan dalam segala jenis kegiata • Menciptakan Team yang solid dalam setiap kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan. Faktor penghambat sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda √ √ √ 22, 23, 24, 38, 39, 50 � Perbedaan suku, agama, Pendidikan, ekonomi � Faktor keluarga

Page 231: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

6 Keterbatasan Pendidik dan tenaga kependidikan .dalam kegiatan program sekolah model √ √ √ 25, 26, 40, 41 � Masih ada guru yang kurang mampu mengaplikasikan laptop atau komputer � Guru memberikan pelajaran yang tidak sesuai dengan program

• Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. √ √ √ 27, 28, 42, 43 � Fasilitas pendukung ekstrakurikuler sangat terbatas � Pelatih dan pembimbing ekstrakurikuler tidak sesuai dengan bidangnya. � Pelaksanaan kegiatan terbatas oleh waktu.

Page 232: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

7 PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Komponen Indikator No. butir Pertanyaan SkalaPenilaian Ket. 1 2 3 4 Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 1. ApakahBapak/Ibu melibatkan stakeholder sekolah dalam peyusunan visi dan misi sekolah? 2. Apakah sekolah Bapak/Ibu melaksanakan kegiatan sesuai dengan visi dan misi sekolah? 3 Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam penyusunan penjaminan mutu internal (SPMI)? 4 Apakah Bapak/Ibu melibatkan semua guru dalam penyusunan penjaminan mutu sekolah? 5 Apakah Bapak/Ibu sudah melaksanan kegiatan penjaminan mutu sekolah? 6 Bagaimana cara Bapak/Ibu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru di sekolah

Page 233: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

8 7 Bagaimana Bapak/Ibu dalam proses pemenuhan Penjaminan Mutu Internal (SPMI)? 8 Bagaimana peran Bapak/ibu terkait dengan team 8 (delapan) memenuhi dan mencapai SNP ? Saran: Penyusunan program sekolah model penguatan Nilai sosial 9 Apakah Bapak/Ibu melibatkan guru, pengawas dan komite dalam penyusunan program sekolah model ? 10 Apakah Bapak/Ibu membuat berbagai macam program untuk meningkatkan penguatan sekolah model ? 11 Apakah Bapak/Ibu membuat program khusus sekolah model untuk penguatan Nilai sosial 12 Apakah Bapak/Ibu bisa menentukan Nilai sosial seperti apa yang diprogramkan dalam sekolah model ini ? Saran: Faktor pendukung Letak sekolah yang 13 Apakah Bapak/Ibu bisa menjamin

Page 234: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

9 Program sekolah model strategis peningkatan mutu sekolah dengan adanya program sekolah model ? 14 Apakah Bapak/Ibu menyediakan transportasi pada siswa ? 15 Apakah Bapak/Ibu bisa menjamin keselamatan siswa dari datang sekolah sampai pulang? Saran: Mengoptimalkan pendukung kegiatan program sekolah model 16 Apa sajakah yang menjadi pendukung di sekolah Bapak/Ibu dalam kegiatansekolah model? 17 Apakah Bapak/Ibu bisa menjamin pendukung tersebut dalam membantu pelaksanaan sekolah model ? 18 Apakah Bapak/Ibu melibatkan pengawas dalam program sekolah model 19 Apakah Bapak/Ibu melibatkan komite sekolah atau pihak orang tua siswa untuk keberhasilan program

Page 235: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

10 sekolah model? Saran: Kesiapan seluruh warga sekolah 20 Apakah setiap guru di sekolahBapak/Ibu mempunyai tugas yang berkaitan dengan program sekolah model? 21 Mengapa di sekolah Bapak/Ibu tidak melibatkan semua guru dalam program sekolah model ? Saran: Faktor penghambat program sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda 22 Apakah di sekolahBapak/Ibu memiliki banyak perbedaan terhadap para siswa? 23 Apakahdi sekolah Bapak/Ibu memiliki siswa yang beda suku dan agama ?

Page 236: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

11 24 Apakah orang tua mendukung sepenuhnya kegiatan sekolah model di sekolah Bapak/Ibu ? Saran: Keterbatasan pendidik dan tenaga kependidikan .dalam kegiatan program sekolah model 25 Apakah di sekolah Bapak/Ibu memiliki guru yang berkualifikasi sarjana Pendidikan dasar ? 26 Apakah Bapak/Ibu melibatkan guru dalam program sekolah model meskipun pendidikannya tidak sesuai ? Saran: Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. 27 Apakah di sekolah Bapak/Ibu memiliki sarana dan prasarana yang memadai? 28 Apakah Bapak/Ibu memiliki pelatih khusus dalam bidang ekstrakurikuler? Saran:

Page 237: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

12 PEDOMAN WAWANCARA GURU Komponen Indikator No. butir Pertanyaan SkalaPenilaian Ket. 1 2 3 4 Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 29 Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal (SPMI)? 30 Apasajakah yang menjadi pedoman dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolahBapak/Ibu 31 Apa bentuk kerjasama antar sesama guru dalam penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) ? Saran: Pelaksanaan Program sekolah model penguatan Nilai sosial 32 Program apakah yang dibuat Bapak/Ibu dalam pelaksanaan sekolah model? 33 Kegiatan apa sajakah yang dilakukan Bapak/Ibu untuk mewujudkan tercapainya program sekolah model ? Saran: Faktor pendukung Letak sekolah yang strategis 34 Apakah Bapak/Ibu menjemput siswa setiap pagi di depan gerbang sekolah?

Page 238: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

13 program sekolah model Saran: Mengoptimalkan pendukung kegiatan 35 Apakah Bapak/Ibu menentukan jadwal untuk kegiatan program sekolah model? 35 Apakah Bapak/Ibu melakukannya sendiri dalam kegiatan program sekolah model? Saran: Kesiapan seluruh warga sekolah 36 Apakah Bapak/Ibu memiliki kerjasama dengan stakeholder sekolah dalam program sekolah model? 37 ApakahBapak/Ibu bisa mempertanggungjawabkan tugas yang telah ditentukan terhadap program sekolah model? Saran: Faktor penghambat program sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga 38 Apakah di sekolah Bapak/Ibu orang tua siswa mendukung setiap kegiatan sekolah model?

Page 239: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

14 yang berbeda 39 Apakah yang menjadi penghambat bagi orang tua sehingga tidak memberikan dukungan Bapak/Ibu ? Saran: Keterbatasan Pendidik dan tenaga kependidikan .dalam kegiatan program sekolah model 40 Apakah Bapak/Ibu memiliki kealian khusus yang bisa membantu dalam program sekolah model? 41 Seperti apakah yang dilakukan Bapak/Ibu untuk membantu program sekolah model? Saran: • Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. 42 Sarana apakah yang kurang mendukung di sekolah Bapak/Ibu dalam program sekolah model? 43 Bagaimanakan Bapak/Ibu bisa mengoptimalkan kegiatan program sekolah model? Saran:

Page 240: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

15 PEDOMAN WAWANCARA KOMITE SEKOLAH Komponen Indikator No. butir Pertanyaan SkalaPenilaian Ket. 1 2 3 4 Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 44 Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam penyusunan Visi dan Misi Sekolah? 45 Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam penyusunan sistem penjaminan mutu internal (SPMI)? Saran: Pelaksaaan Program sekolah model penguatan Nilai sosial 46 Apaka Bapak/Ibu terlibat dalam program sekolah model? Saran: Faktor pendukung program sekolah model Letak sekolah yang strategis 47 Apakah Bapak/Ibu membantu memfasilitasi siswa untuk tercapainya program sekolah model? Saran: Mengoptimalkan pendukung kegiatan 48 Apakah Bapak/Ibu berperan dalam kegiatan sekolah model?

Page 241: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

16 Saran: Kesiapan seluruh warga sekolah 49 ApakahBapak/Ibu mendukung program sekolah model ? Saran: Faktor penghambat program sekolah model Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda 50 Apakah di sekolah Bapak/Ibu mengamati setiap perbedaan antar siswa? Saran: • Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas. 51 Apakah Bapak/Ibu memfasilitasi program sekolah model? Saran: Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan, maka dapat ditetapkan: a. Instrumen dapat digunakan tanpa revisi b. Instrumen dapat digunakan dengan sedikitrevisi c. Instrument dapat digunakan dengan banyak revisi d. Instrument tidak dapat digunakan dan masih memerlukan konsultasi

Page 242: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

17 c. Saran 1. Perhatikan teknik penulisan 2. Spasi pada kata (orangtua) 3. Pertanyaan pedoman wawancara disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan skala penilaian 4. Tambah Indikator yang disesuaikan kebutuhan penelitian (tentang penguatan nilai sosial) Makassar,6 Juli2020 Validator Dr. Munirah, M. Pd. _______________

Page 243: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

18 INSTRUMEN PEDOMAN OBSERVASI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU Hari/Tanggal : Waktu : Tempat : Sumber : NO FOKUS PENELITIAN KOMPONEN ASPEK YANG DIOBSERVASI DESKRIPSI Ya Tidak 1. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa Program Sekolah Model Ketersediaan Visi dan Misi sekolah √ Penguatan Nilai sosial √ 2. Faktor pendukung program sekolah model Keterlibatan semua pihak sekolah Letak geografis sekolah dengan masyarakat √ Adanya kerjasama antar pihak sekolah dengan masyarakat √ Kesiapan para stake holder sekolah √ 3. Faktor penghambat program sekolah model Sarana dan Prasarana Sarana dan sarana kurang memadai √ Keterbatasan pendidik dan tenaga kependidikan √

Page 244: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

19 PEDOMAN DOKUMENTASI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU A. PetunjukPelaksanaan 1. Data yang diambil dari dokumen disesuaikan dengan kebutuhan penelitian 2. Dokumen yang menjadi rahasia instansi/lembaga tidak dipaksa untuk meminjam atau memperolehnya. 3. Berilah tanda cek (√) pada kolom “Ada” apabila aspek yang diamati muncul dan berilah tanda cek (√) pada kolom “Tidak” apabila aspek yang diamati tidak muncul serta tuliskan deskripsi mengenai aspek yang diamati jika diperlukan. B. Data Yang Diperlukan NO DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN JENIS DOKUMEN KETERANGAN ADA TIDAK 1 Profil Sekolah √ 2 Visi, misi dan tujuan sekolah √ 3 Tata tertib sekolah √ 4 Daftar nama-nama guru kelas √

Page 245: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

20 5 Daftar hadir guru, kepala sekolah dan staf/operator sekolah √ 6 SK Pembagian tugas Program Sekolah model √ 7 Laporan hasil kegiatan tentang kegiatan sekolah model √ 8 Data sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran di kelas √ 9 Daftar kegiatan program sekolah model √

Page 246: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

YA TIDAK1 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat ruang kelas √2 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kantor √3 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat televisi √4 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat telepon √5 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat bangku siswa √6 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat meja siswa √7 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kursi guru √8 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat meja guru √9 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat papan tulis √10 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Lemari buku √11 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kipas angin √12 Di sekolah DasarNegeri 57 Bulu-Bulu terdapat AC √13 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat ruangan UKS √14 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat kantin Kejujuran √15 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Perpustakaan √16 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Alat peraga

Pembelajaran √17 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Mading √18 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Papan

pengumuman √19 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Tempat sampah √20 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Mushollah √21 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Laboratorium √DAFTAR PEDOMAN OBSERVASINO ITEM PERNYATAAN JAWABAN

Page 247: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

YA TIDAK22 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat komputer √23 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Akses Internet √24 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat lapangan

upacara √25 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Toilet Guru √26 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Toilet Siswa √27 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Aula kegiatan

Ekstrakurikuler √28 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Inventaris

kegiatan Ekstrakurikuler √29 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Lapangan

Olahraga √30 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Papan Wicara √31 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Struktur

Organiasasi Sekolah √32 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat Bel sekolah √33 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat tempat parkir

motor √34 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat tempat parkir

mobil √35 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat dapur sekolah √36 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat taman sekolah √37 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat rumah Bujang √DAFTAR PEDOMAN OBSERVASINO ITEM PERNYATAAN JAWABAN

Page 248: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM
Page 249: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM
Page 250: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

YA TIDAK1 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu melaksanakan pemetaan

mutu √2 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu melaksanakan kegiatan

penjemputan siswa pukul 7.00 WITA √3 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu melaksanakan kegiatan

membaca 15 menit sebelum proses belajar mengajar √4 Di Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu semua berkualifikasi

akademis Sarjana Pendidikan Dasar √5 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu semua orang tua siswa

mendukung program sekolah model √6 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu terdapat perbedaan latar

belakang keluarga siswa √7 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu setiap kegiatan dihadiri

oleh pengawas √8 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu setiap hari membaca 15

menit sebelum proses belajar mengajar √9 Di sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu sudah menanamkan nilai

karakyer jujur, disiplin, kerjaa sama, cinta lingkungaan, dan toleransi

√DAFTAR PEDOMAN OBSERVASINO ITEM PERNYATAAN JAWABAN

Page 251: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

VISI DAN MISI

SDN 57 BULU-BULU VISI :

“Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia, cerdas,

berprestasi, santun berbudaya dan berwawasan lingkungan” MISI :

1. Mengembangkan kegiatan kesiswaan yang bernuansa

keagamaan

2. Meaksanakann pembelajaran PAIKEM

3. Meningkatkan kemampuan/keahlian guru dan tenaga

kependidikan

4. Menerapkan disiplin kepada seluruh warga sekolah

5. Menanamkan rasa cinta terhadap seni dan budaya bangsa

6. Menata lingkungan dengan baik, bersih, rindang dan asri

7. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan

masyarakat melalui komite sekolah.

Page 252: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

KECAMATAN MARUSU SDN 57 BULU-BULU

NPSN : 400300446 NSS: 101190109001

Alamat : Jl. Poros Makassar – Maros KM21 No. Telp. 081342645850 email: [email protected]

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SDN 57 BULU-BULU

Nomor : 421.2 / 28 / SDN57 / VII / 2020 Tentang

Pelaksanaan Penjaminan Mutu Sekolah Tahun Pelajaran 2020/2021

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Kepala Sekolah SDN 57 Bulu-Bulu, Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan penjaminan mutu di SDN 57 Bulu-Bulu perlu ditetapkan surat keputusan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 j.o. Peraturan Pemerintah

Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2003 tantang Standar Nasional Pendidikan.

3. Permendiknas Nomor 50 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.

4. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjamin Mutu Pendidikan.

5. Penunjukan SDN 57 Bulu-Bulu sebagai Sekolah Model dalam pengembangan Sistem Pembelajaran Mutu Pendidikan Sekolah.

6. Berdasarkan hasil keputusan rapat pada hari Rabu, 19 Oktober 2016 .

MEMUTUSKAN Menetapkan :

Pertama : Pembagian tugas Tim Penjaminan Mutu SDN 57 Bulu-Bulu tahun pelajaran 2016/2017.

Kedua : Menugaskan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang terlampir pada lampiran I.

Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan keputusan ini akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Di Tetapkan di : Bulu-Bulu Tanggal : 17 Juli 2020 UPTD Satuan Pendidikan SDN 57 Bulu-Bulu

Page 253: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

SRI WAHYUNI, S.Pd, MM NIP. 19681229 199110 2001

Tembusan : 1. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Maros 2. Komite SDN 57 Bulu-Bulu 3. Tim Penjamin Mutu Sekolah 4. Arsip

Lampiran : Keputusan Kepala SDN 57 Bulu-Bulu Nomor : 421.2 / 28 / SDN57 / VII / 2020 Tanggal : 17 Juli 2020

Susunan Tim Penjaminan Mutu Sekolah SDN 57 BULU-BULU

Tahun Pelajaran 2020/2021

Penanggung Jawab : SRI WAHYUNI, S.Pd, MM Ketua Tim : MARHANA, S.Pd Sekertaris : WAHYUNI, S.Pd.I Bendahara : MUSLIM, S.Pd, M.Si Tim Pengembang Dokumen : 1. Standar Isi : ST. SYAMSIDAR, S.Pd ST. ROSLIAH, S.Pd NURAENI. B SYAMSUDDIN, S. Pd 2. Standar Proses : NURSAIDAH, S.Pd, M.Pd.I RUSTIKA RUSLI, S. Pd NURLIAH, S. Pd MUH. DARWIS, S. Pd 3. Standar Kompetensi Lulusan : AGUSTINA ALIK, S.Pd ST. FATIMAH ACHMAD, S.Pd WAHYUNI, S.Pd.I ROSMIATI, S. Pd. 4. Standar PTK : DAMAYANTI, S.Pd. ZULFIDAR NUR, S.Pd. SITTI MARYAM, S. Pd. IRWAN GAWE, S. Pd. 5.Standar Sarpras : MARHANA, S.Pd SUDARMIN, S.Pd. HAERIWATI, S. Sos., S. Pd. SD MARKUS SARIRA. P, S. Th. 6. Standar Pengelolaan : MOSES RAMBAKILA, S.Th MARYAMA, S.Pd SUKMAWATI BACHTIAR, S. Pd Drs. ARIFIN

Page 254: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

7. Standar Pembiayaan : MUSLIM, S.Pd, M.Si Hj. ST MARWANA, S.Pd, M.Si HENRA ASWANDI, S. Pd.I HARWATI, S. Pd. SD 8. Standar Penilaian : NURSINAH, S.Pd ASMAWATI, A. Ma HJ. NURFITRATI, S. Ag., M.Ag Tim Pengendali Dokumen : 1. MARYAMA, S.Pd 2. DAMAYANTI, S.Pd

Tim Audit Mutu Internal : 1. SRI WAHYUNI, S.Pd, MM 2. HJ. SULASTRI, S.Pd, MM 3. MOSES RAMBAKILA’, S.Th 4. MARHANA, S.Pd 5. Hj. ST MARWANA, S.Pd

Di tetapkan di : Bulu-Bulu Tanggal : 17 Juli 2020 UPTD Satuan Pendidikan SDN 57 Bulu-Bulu

SRI WAHYUNI, S.Pd, MM NIP. 19681229 199110 2 001

Page 255: ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM

DAFTAR NAMA INFORMAN

NO INISIAL NAMA KETERANGAN

1 WS SRI WAHYUNI, S.Pd., MM. KEPALA SEKOLAH

2 MS MUHLIS, A. Ma. KOMITE SEKOLAH

3 HA HENRA ASWADI, S. Pd. I GURU AGAMA ISLAM

4 MO MOSES RAMBAKILA, S. Th. GURU AGAMA KERISTEN

5 AA AGUSTINA ALIK, S. Pd. GURU PJOK

6 SS ST. SYAMSIDAR, S. Pd. GURU KELAS I

7 NR NURLIAH, S. Pd. GURU KELAS II

8 RR RUSTIKA RUSLI, S. Pd. GURU KELAS III

6 DY DAMAYANTI, S. Pd. GURU KELAS IV

7 SM ST. MARWANAH, S. Pd., M. Si. GURU KELAS IV

8 MR MARHANA, S. Pd. GURU KELAS V

9 ML MUSLIM, S. Pd., M. Si. GURU KELAS VI

10 MY MARYAMA, S. Pd. GURU KELAS VI