Upload
muaffan
View
172
Download
54
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Citation preview
Analisis Kasus Kecelakaan Kerja dan Kaitannya dengan
Kepmen nomor 555.k/26/m.pe tahun 1995 tentang K3
di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor
Oleh:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2015
Ali Misbahul Muaffan DBD 113 081
Budi Lamhot Sinaga DBD 113 157
Martoni Setiady DBD 113 156
Sahat Ganda Tampubolon DBD 113 162
Samula Berkatnu DBD 113 109
Mustaman yang kehilangan sebagian jari tengahnya.
Contoh Kasus dari PT. Antam
Kesan Acuh terhadap karyawan
ketika mengalami kecelakaan kerja
nampaknya tidak hanya dilakukan oleh
perusahaan kecil seperti apa yang kita tahu
selama ini. Perusahaan skala Nasional,
bahkan perusahaan yang masuk dalam Badan
Usaha Milik Negara juga melakukan hal
tersebut.
Karyawan BUMN PT. Antam Tbk.
UBPE Pongkor beberapa bulan yang lalu mengalami kecelakaan kerja. Karyawan bagian Crussing
pada Biro Pengolahan, bernama Mustaman (45). Sejak mengalami kecelakaan kerja pada bulan
Desember 2014 lalu itu, Mustaman mengaku tidak diperhatikan oleh perusahaan. Padahal dirinya
sudah beberapa kali menunggu perhatian dari pihak menejemen, akan tetapi hingga saat ini belum
mendapat santunan.
Mustaman menceritakan kronologis peristiwa kecelakaan yang menimpanya. “Ketika itu saya
sedang berupaya mencongkel batuan yang menghambat perjalanan proses penggilingan batu di areal
crusing, tiba-tiba tanpa saya sadari jari tengah tangan kanan saya tergencet batu sehingga terpotong
sepanjang kurang lebih 2 sentimeter, sambil menunjukkan jari tengah sebelah kiri yang nampak
hilang sebagian. Lalu saya dibawa ke poliklinik PT. Antam Tbk. Kemudian dirujuk ke RS Medika”.
Ia menambahkan,”saya merasa dizholimi, selain santunan asuransi yang hingga saat ini belum
ada, saya ketika 3 hari usai kecelakaan dijemput atasan saya untuk tetap masuk kerja. Meskipun di
tempat kerja saya tidak melakukan kegiatan apapun asalkan mengisi absensi cap jari sebagai tanda
kehadiran. Padahal saat itu kondisi saya masih sangat lemah dan sock akan tetapi saya mengikuti apa
kata pimpinan dengan rasa terpaksa menahan rasa sakit. Dan saya rasa ini adalah akal-akalan
perusahaan untuk menutupi kecelakaan yang saya alami agar masuk dalam katagori kecelakaan
ringan”.
"Hingga saat ini saya belum mendapatkan santunan kecelakaan kerja dari perusahaan maupun
jamsostek padahal hilangnya sebagian jari tengah tangan kiri saya yang terjepit batu saat saya
menjalankan pekerjaan masuk dalam kategori kecelakaan berat dan sesuai aturan saya layak mendapat
santunan,”ungkap Mustaman kepada Kobra Post pada (03/04/2015) yang lalu.
Praktek acuh terhadap karyawan yang mengalami kecelakaan kerja yang dilakukan oleh PT.
Antam ini menunjukkan sikap yang tidak profesional PT. Antam dalam memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya, terkuak beberapa waktu yang lalu melalui salah satu
karyawannya yang bernama Mustaman ini. Mustaman menambahkan,”bila permohonan saya tidak
dikabulkan oleh perusahaan maka saya akan mengadukan hal ini kepada Dinas Tenaga Kerja Bogor.
Patut diduga apa yang dilakukan PT. Antam Pongkor bertujuan untuk beberapa hal
diantaranya yang pertama adalah untuk menutupi “loss time injury” (hilang hari kerja setelah
kecelakaan). Kedua, untuk menutupi citra buruk pimpinan perusahaan dimata umum untuk
kepentingan berbagai hal misalnya sanksi administrasi/karir dari pimpinan perusahaan di atasnya serta
untuk mempertahankan performa di mata umum dengan tujuan mempertahankan harga saham PT.
Antam ataupun hal yang lainnya.
Padahal sesuai dengan UU no.1 thn 1970 ttg K3 pasal 11 ayat 1 menyatakan “Pengurus dalam
waktu 2x24 jam diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja”.
Pajarmajalah.blogspot.co.id
Analisis Kasus
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh
karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak diharapkan, oleh karena
peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai ke
yang paling berat. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali
tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti
maupun korban jiwa yang terjadi di dalam kegiatan pertambangan atau yang berkaitan dengannya.
Kecelakaan ini termasuk kecelakaan kerja karena berdasarkan Kepmen 555 tahun 1995
tentang keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum pasal 39, telah memenuhi kriteria
kecelakaan tambang, yaitu: benar-benar terjadi, mengakibatkan cidera pada pekerja, di dalam kegiatan
penambangan, dan terjadi pada jam kerja, serta terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha
pertambangan.
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja tersebut
adalah kelalaian dari pekerja yang bersangkutan, dalam kejadian, pekerja tersebut bermaksut untuk
mencongkel batuan yang menghambat perjalanan proses penggilingan batu di areal crusing. Namun
karyawan tersebut melalaikan prosedur keselamatan kerja dengan tidak menggunakan safety tool
untuk mencongkel batuan itu, dan hanya menggunakan tangan kosong untuk melakukannya. Padahal
dalam Kepmen no. 555 tahun 1995 tentang K3 disebutkan dalam pasal 32 tentang kewajiban bahwa
setiap pekerja tambang atau setiap orang yang berada di lingkungan tambang wajib mematuhi
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dengan wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tata
cara kerja yang aman serta wajib menggunakan dan merawat alat-alat pelindung diri dalam
melaksanakan tugasnya.
Sedangkan ditinjau dari perusahaannya, yaitu PT. Antam Tbk, pihak perusahaan terkesan
kurang sepenuhnya bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Dalam pasal 12 tentang kewajiban
pengawas operasional disebutkan tanggung jawabnya atas keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan
dari semua orang yang ditugaskan kepadanya, tetapi dalam prakteknya atasan dari Pak Mustaman
malah menyuruh beliau untuk kembali aktif bekerja dengan kondisi yang belum pulih benar atau dari
kecelakaan yang didapatnya, walaupun telah dirujuk ke rumah sakit seaiknya ada pemulihan lebih
lanjut agar karyawan yang bersangkutan dapat bekerja dengan normal kembali. Juga disebutkan
dalam pasal 26 bahwa pekerja tambang harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan sifat
pekerjaan yang akan diberikan kepadanya dan harus sehat jasmani maupun rohani.
Pasal 27 menyebutkan para pekerja tambang berhak untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatannya yang menjadi kewajiban perusahaan dan harus diperiksa kesehatannya (pemeriksaan
menyeluruh) secara berkala oleh dokter yang berwenang, sehingga para pekerja sehat secara jasmani
dan rohani.
Kesimpulan dari peristiwa kecelakaan kerja di PT. Antam UBPE Pongkor yang menimpa
Bapak Mustaman adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya budaya safety dengan tidak
menggunakan alat keamanan untuk menunjang ataupun memperlancar pekerjaan yang dilakukan.
Karena disadari atau tidak bahaya yang ada tidak dapat disepelekan karena sedikit saja bahaya
tersebut muncul maka akan menghambat pekerjaan dan tentu saja akan mengurangi produktivitas dari
perusahaan. Dari perstiwa tersebut juga dapat dilihat bahwa kurangnya sikap profesional dari PT.
Antam dalam memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya, Sempat muncul
dugaan apa yang dilakukan PT. Antam Pongkor bertujuan untuk beberapa hal diantaranya yang
pertama adalah untuk menutupi “loss time injury” (hilang hari kerja setelah kecelakaan). Kedua,
untuk menutupi citra buruk pimpinan perusahaan dimata umum untuk kepentingan berbagai hal
misalnya sanksi administrasi/karir dari pimpinan perusahaan di atasnya serta untuk mempertahankan
performa di mata umum dengan tujuan mempertahankan harga saham PT. Antam ataupun hal yang
lainnya.
Saran dari kami adalah perusahaan dalam hal ini terutama manajer SDM harus membuat atau
merencanakan program sosialisasi tentang pentingnya K3 pada setiap apapun bidang pekerjaan yang
ada di pertambangan. Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang termasuk bagian dari
pekerjaan, untuk itu perusahaan hendaknya melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan
proteksi atau perlindungan berupa kompensasi yang tidak hanya dalam bentuk imbalan, tapi juga
memperhatikan kesejahteraan pekerja dengan penuh, seperti misalnya pemberian santunan setelah
pekerja mengalami kecelakaan dan asuransi yang merupakan hak dari setiap pekerja. Dengan
sigapnya perusahaan maka karyawan akan merasa seperti dipedulikan penting oleh perusahaan,
karena karyawan atau para pekerja adalah suatu aset perusahaan yang tidak kalah pentingnya.
Sekian.......